doc_iv_baru[1]

10
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Dari hasil observasi yang dilaksanakan oleh taruna di kapal MV. Treasure Princess tentang teknik pemuatan dan pembongkaran menunjukkan bahwa teknik yang digunakan telah sesuai dengan prosedur yang ada, karena didukung oleh beberapa faktor penunjang yang meliputi kecakapan seorang pelaut, peralatan bongkar muat yang memadai serta teknik pemuatan yang baik. Dalam hal teknik pemuatan faktor kecakapan seorang pelaut atau perwira kapal sangat penting untuk mengatur dan mengawasi proses kegiatan bongkar muat yang sedang berlangsung. Begitu pula, perwira kapal di MV. Treasure Princess mampu mengatur dan mengawasi kegiatan bongkar muat dengan terkendali, karena adanya kerjasama Program Diploma Pelayaran

Upload: ranggasuryaasetya

Post on 16-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

6

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIANDari hasil observasi yang dilaksanakan oleh taruna di kapal MV. Treasure Princess tentang teknik pemuatan dan pembongkaran menunjukkan bahwa teknik yang digunakan telah sesuai dengan prosedur yang ada, karena didukung oleh beberapa faktor penunjang yang meliputi kecakapan seorang pelaut, peralatan bongkar muat yang memadai serta teknik pemuatan yang baik.Dalam hal teknik pemuatan faktor kecakapan seorang pelaut atau perwira kapal sangat penting untuk mengatur dan mengawasi proses kegiatan bongkar muat yang sedang berlangsung. Begitu pula, perwira kapal di MV. Treasure Princess mampu mengatur dan mengawasi kegiatan bongkar muat dengan terkendali, karena adanya kerjasama antara perwira kapal dengan kadet serta abk jaga. Sehingga kegiatan bongkar muat dapat berjalan dengan lancar.Selain faktor kecakapan, faktor peralatan bongkar muat yang memadai juga mutlak diperlukan dalam kegiatan bongkar muat. Di kapal MV. Treasure Princess memiliki peralatan bongkar muat yang cukup memadai meliputi tiang, boom/batang pemuat, derek/winch, keran-keran dek/deck crane jenis single boom SWL 20 dan 25 ton yang berjumlah empat buah serta memliki dua palka. Kondisi deck crane MV. Treasure Princess cukup baik, karena kesemuanya dapat digunakan unutuk melakukan kegiatan bongkar muat secara bersamaan. Alat bongkar muat deck crane di kapal MV. Treasure Princess mempunyai beberapa kelebihan seperti dengan satu crane dapat menghibob atau menarik angkat, mengayun atau swing, mengerai dengan beban satu orang. Sedangkan kekurangan alat bongkar muat deck crane yaitu kekuatan dan kecepatan dalam menghibob dan mengarea sling sangatlah kecil sehingga kegiatan bongkar muat terkesan lambat dan membutuhkan waktu yang lama yakni sekitar lebih dari tiga menit untuk sekali angkut muatan. Untuk mengantisipasi kekurangan alat bongkar muat tersebut, perwira kapal menugaskan kadet dan abk jaga secara bergantian setiap 30 menit sekali untuk memeriksa keadaan pompa hidrolik. Apabila posisi pompa hidrolik sudah berada di atas berarti kekuatan angin sebagai daya pendorong pada deck crane telah berkurang, sehingga perlu dipompa kembali hingga posisi pompa hidrolik berada di bawah. Setelah dipompa kembali kekuatan dan kecepatan deck crane dapat meningkat, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk sekali mengangkut muatan kurang dari tiga menit. Selain itu, adanya perawatan terhadap alat bongkar muat deck crane juga berpengaruh dalam mengoptimalkan kerja deck crane tersebut.Dan faktor penunjang yang terakhir dalam teknik bongkar muat adalah teknik pemuatan. Dalam hal ini teknik pemuatan pada kapal MV. Treasure Princess sudah terencana dengan baik, dimulai dari pembuatan stowage plan hingga memperhitungkan stabilitas kapal dalam pemuatan tersebut. Stowage plan pada kapal ini mencakup beberapa hal antara lain jenis muatan, pelabuhan tujuan dan gambaran letak muatan di atas kapal. Dalam cara pemuatan ada beberapa hal yang biasanya diterapkan oleh seorang perwira kapal dalam hal pembagian muatan di kapal antara lain pembagian muatan secara tegak (vertical), membujur (longitudinal), melintang (transversal) dan pengkonsentrasian muatan. Teknik pembagian muatan tersebut juga diterapkan oleh perwira kapal MV. Treasure Princess pada waktu memuat kayu, dimana pada saat melakukan pemuatan perwira kapal menginstruksikan para pekerja untuk meletakkan kayu pada posisi melintang di bagian tengah-tengah palka, sedangkan di bagian kanan kiri palka kayu diletakkan pada posisi membujur. Tujuan dilakukannya pembagian muatan dengan cara tersebut agar pemuatan menjadi lebih efisien dan kayu dapat tertata dengan rapi serta untuk menjaga stabilitas kapal.B. PEMBAHASAN1. Teknik pemuatan yang efektif dan efisien dengan menggunakan deck crane

Agar pemuatan menjadi lebih efektif dan efisien dengan menggunakan deck crane dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan jumlah deck crane di kapal dan pengecekan terhadap pompa hidrolik secara rutin. Terlaksananya kegiatan bongkar muat di atas kapal tidak terlepas dari adanya faktor alat bongkar muat deck crane. Pengoptimalan jumlah deck crane di atas kapal berpengaruh menentukan lama atau tidaknya kegiatan bongkar muat berlangsung. Apabila terdapat lima deck crane di atas kapal namun yang digunakan pada saat melakukan kegiatan bongkar muat hanya dua deck crane yang berfungsi, maka dapat dipastikan kegiatan bongkar muat akan membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya. Untuk mengantisipasi lamanya kegiatan bongkar muat, pengoptimalan jumlah deck crane di atas kapal perlu dilakukan. Dengan mengoptimalkan jumlah deck crane di atas kapal diharapkan proses kegiatan bongkar muat dapat berjalan dengan efektif dan membutuhkan waktu beberapa hari saja dalam pengerjaannya.Alat bongkar muat deck crane menggunakan sistem hidrolik berupa tenaga angin sebagai daya pendorong. Kekuatan dan kecepatan deck crane dalam menghibob dan mengayun tergantung dari tenaga angin. Apabila posisi pompa hidrolik yang terdapat pada deck crane berada di atas, ini menandakan bahwa tenaga angin sebagai daya pendorong deck crane telah berkurang sehingga kekuatan dan kecepatan deck crane untuk mengibob dan mengayun otomatis juga berkurang. Untuk mengantisipasi hal tersebut perwira kapal biasanya menugaskan kadet dan abk jaga secara bergantian melakukan pengecekan setiap 30 menit sekali untuk memeriksa keadaan pompa hidrolik. Jika posisi pompa hidrolik berada di atas, maka sebaiknya dipompa kembali hingga posisi pompa hidrolik berada di bawah. Setelah dipompa kembali kekuatan dan kecepatan deck crane dapat meningkat, sehingga dalam melakukan sekali pengangkutan muatan biasanya membutuhkan waktu kurang dari tiga menit.2. Pengaruh teknik pemuatan terhadap stabilitas kapalDalam melakukan pemuatan juga harus memperhatikan stabilitas kapal. Stabilitas adalah keseimbangan dari kapal, merupakan sifat atau kecenderungan dari sebuah kapal untuk kembali kepada kedudukan semula setelah mendapat senget (kemiringan) yang disebabkan oleh gaya-gaya dari luar (Rubianto, 1996). Salah satu hal yang mempengaruhi keseimbangan kapal adalah tata letak barang. Tata letak barang atau cara pemuatan dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain pembagian muatan secara tegak (vertical), membujur (longitudinal), melintang (transversal) dan pengkonsentrasian muatan. Pembagian muatan secara tegak (vertical) berpengaruh terhadap stabilitas kapal. Karena stabilitas merupakan salah satu factor keselamatan kapal, maka stowage harus dilakukan sedemikian rupa agar kapal tetap dalam keadaan stabil pada setiap keadaan.Yang kedua adalah pembagian muatan secara membujur (longitudinal). Pembagian muatan secara membujur mempunyai pengaruh terhadap trim kapal dan kondisi hogging ataupun sagging yang dialami oleh bagian sambungan-sambungan kapal. Kapal sedapat mungkin dimuati sedimikian rupa agar tidak teradapat trim (even keel) atau sedikit trim kebelakang (trim by the stern) setengah atau satu meter saja.

Yang ketiga adalah pembagian muatan secara melintang (transversal). Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah pengaturan muatan disisi kiri dan kanan dari centre line yang mempengaruhi kapal dalam rollingnya. Apabila terlalu banyak muatan terpusat di bagian samping palka maka rolling kapal akan pelan dan periode oleng kapal menjadi singkat.Dan yang terakhir adalah pengkosentrasian muatan. Muatan di atas kapal harus dibagi secara melintang, tegak dan membujur dengan tujuan agar konsentrasi berat muatan pada setiap bagian dek tidak terlalu besar sehingga tidak akan menimbulkan kerusakan pada konstruksinya.Program Diploma Pelayaran