dividend payout ratio pada emiten manufaktur di …

16
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…….(Kowanda, Pasaribu, & Sari) 31 DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Dionysia Kowanda Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma [email protected] Rowland Bismark Fernando Pasaribu Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma [email protected] Dian Indah Sari Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma Abstract This study aims to analyze and empirically test the significance of partial and simultaneous effect of insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, and EPS Dividend Payout Ratio (DPR) in manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange of 2008 - 2013 period. The results showed that partially turned out just ROE, IOS, PER, and EPS significantly influence of dividend payout ratio, while the insider ownership, DER, and firm size does not affect significant. Meanwhile simultaneously, all variables INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS significantly influence DPR. From coefficient of determination can be concluded that the ability of Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size, IOS, PER and EPS in explaining dividend payout ratio amounted to 71.1 per cent while the remaining 28.9 per cent influenced or explained by other variables not used in this study. Keywords: insider ownership, firm size, investment opportuinity set, earning per share, dividend payout ratio Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menguji secara empiris signifikansi parsial dan simultan pengaruh insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, dan EPS terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008 - 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kepemilikan internal, DER, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan secara simultan, seluruh variabel INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. Dari nilai Koefisien determinasi dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size, IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan dividend payout ratio adalah sebesar 71,1 persen sedangkan sisanya 28,9 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Kata Kunci: insider ownership, firm size, investment opportuinity set, earning per share, dividend payout ratio PENDAHULUAN Pemulihan ekonomi negara - negara maju seperti Amerika Serikat membawa dampak positif terutama disisi perdagangan bagi negara - negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, menurut Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian

Upload: others

Post on 24-Jul-2022

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…….…(Kowanda, Pasaribu, & Sari)

31

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Dionysia Kowanda

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

[email protected]

Rowland Bismark Fernando Pasaribu

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

[email protected]

Dian Indah Sari

Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma

Abstract

This study aims to analyze and empirically test the significance of partial and simultaneous effect of

insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, and EPS Dividend Payout Ratio (DPR) in

manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange of 2008 - 2013 period. The results showed

that partially turned out just ROE, IOS, PER, and EPS significantly influence of dividend payout

ratio, while the insider ownership, DER, and firm size does not affect significant. Meanwhile

simultaneously, all variables INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS significantly influence

DPR. From coefficient of determination can be concluded that the ability of Insider Ownership, DER,

ROE, Firm Size, IOS, PER and EPS in explaining dividend payout ratio amounted to 71.1 per cent

while the remaining 28.9 per cent influenced or explained by other variables not used in this study.

Keywords: insider ownership, firm size, investment opportuinity set, earning per share, dividend

payout ratio

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menguji secara empiris signifikansi parsial dan simultan

pengaruh insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, dan EPS terhadap Dividend Payout

Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008 - 2013. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang

berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kepemilikan internal, DER, dan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan secara simultan, seluruh variabel INSDOWN,

DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. Dari nilai Koefisien

determinasi dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel Insider Ownership, DER, ROE, Firm

Size, IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan dividend payout ratio adalah sebesar 71,1 persen

sedangkan sisanya 28,9 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan

dalam penelitian ini.

Kata Kunci: insider ownership, firm size, investment opportuinity set, earning per share, dividend

payout ratio

PENDAHULUAN

Pemulihan ekonomi negara - negara maju

seperti Amerika Serikat membawa dampak

positif terutama disisi perdagangan bagi

negara - negara berkembang, termasuk

Indonesia. Namun, menurut Laporan

Perkembangan Triwulan Perekonomian

Page 2: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016

32

Indonesia versi World Bank Maret 2014 selain

memberikan peluang, kondisi ini juga

memberikan suatu tantangan bagi Indonesia.

Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia akan

terpusat pada negara - negara maju. Kedua,

tekanan suku bunga global akibat kebijakan

moneter negara - negara maju terus

berlangsung. Skenario dasar ke depan

menunjukkan pertumbuhan ekonomi global

yang terus menguat, dipimpin oleh

pertumbuhan ekonomi di negara - negara

maju. Perubahan orientasi ekspor Cina ke arah

domestik yang diperkirakan akan berdampak

positif pada ekspor Indonesia nyatanya belum

terlihat. Selama ini Cina mengandalkan impor

komoditas yang tinggi terhadap Indonesia,

namun hingga akhir 2014 belum ada

peningkatan yang berarti di sektor ekspor.

Dalam siaran pers Forecasting 2014 Bank

Dunia: Pertumbuhan Melambat di negara

berkembang di Kawasan Asia Timur dan

Pasifik menyatakan bahwa pada tahun 2014

pertumbuhan ekonomi akan lebih lambat dan

baru akan meningkat di tahun 2015. Negara -

negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik

akan mendapatkan manfaat yang baik akibat

pemulihan ekonomi global. Akan tetapi,

manfaat yang dirasakan setiap negara akan

berbeda - beda tergantung dengan iklim

investasi dan ekspor negara tersebut. Menurut

peralaman Bank Dunia, perekonomian

Indonesia pada tahun 2014 akan menurun

menjadi 5,2% dari 5,8% di tahun 2013. Hal ini

terjadi karena Indonesia masih menjadikan

ekspor komoditas sebagai andalan. Selain itu,

penurunan harga komoditas, ketidaksesuaian

perkiraan belanja pemerintah, serta ekspansi

kredit yang melambat turut menjadi faktor

menurunnya perekonomian Indonesia.

Hingga Triwulan IV tahun 2014, Badan

Koordinasi Penanaman Modal Republik

Indonesia mencatat adanya kenaikan nilai

investasi langsung diluar investasi Migas,

Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank,

Asuransi, Sewa Guna Usaha, dan Industri

Rumah Tangga. Untuk Triwulan I sampai

dengan Triwulan III 2014 Kurs US$ 1 =

Rp10.500,00 sesuai dengan APBN 2014. Pada

Triwulan IV Kurs US$ 1 = Rp11.600,00 sesuai

dengan APBN-P 2014. Realisasi investasi

pada Triwulan IV 2014 adalah Rp120,4 triliun,

meningkat 0,4% dari Triwulan III 2014

sebesar Rp119,9 triliun atau meningkat 14,3%

dari Triwulan IV 2013 dengan nilai realisasi

sebesar Rp105,3 triliun. Realisasi investasi

pada bulan Januari sampai dengan Desember

2014 sebesar Rp463,1 triliun.

Grafik 1.

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan IV Tahun 2014

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

PMA : Penanaman ModalAsing

PMDN : Penanaman ModalDalam Negeri

Page 3: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…….…(Kowanda, Pasaribu, & Sari)

33

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan

sebesar 16,2% dari tahun 2013 yaitu Rp398,6

triliun (Grafik 1). Peningkatan investasi

langsung dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor pendukung. Salah satunya adalah

stabilitas politik yang memadai. Selain politik,

yang menjadi fokus utama investor adalah

pertumbuhan ekonomi dan kebijakan

pemerintah. Investor tidak akan menanamkan

modalnya jika pertumbuhan ekonomi suatu

negara tidak menunjukkan prospek yang baik.

Hal tersebut akan sangat berisiko untuk

kelanjutan usahanya. Selain itu, pemerintah

yang dinilai konsisten dalam menjalankan

kebijakannya akan memberikan rasa aman

bagi investor untuk menanamkan modalnya.

Selain investasi langsung, investasi dapat pula

dilakukan melalui pasar modal. Pasar modal

sebenarnya sama dengan pasar pada

umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual

dan pembeli, namun yang diperjualbelikan di

sini adalah modal berupa saham, obligasi, atau

surat-surat berharga lainnya. Menurut Undang

- Undang No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal

adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

Penawaran Umum dan perdagangan Efek,

Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek

yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi

yang berkaitan dengan Efek. Di tempat ini,

pihak yang memiliki dana (surplus) bertemu

dengan pihak yang membutuhkan dana

(defisit). Pasar modal memberikan banyak

manfaat bagi para pelakunya. Meskipun

demikian, nyatanya hal ini belum menjadi

daya tarik bagi mayoritas masyarakat di

Indonesia. Pendidikan dan pengetahuan yang

kurang menjadikan masyarakat masih enggan

berinvestasi dalam bentuk modal. Masyarakat

Indonesia masih cenderung berinvestasi dalam

bentuk emas, berlian, tanah, atau aktiva tetap

lainnya. Padahal bagi pelaku usaha, pasar

modal bermanfaat untuk mendapatkan

pendanaan jangka panjang. Sedangkan bagi

investor, pasar modal memberikan alternatif

untuk mengalokasikan dana secara tepat dan

optimal. Bukan hanya itu, investor juga akan

mendapatkan pengembalian baik dalam bentuk

dividen atau capital gain bagi pemegang

saham dan bunga bagi pemegang obligasi.

Pasar modal juga memberikan manfaat bagi

pemerintah dan perekonomian. Tersedianya

dana dari investor akan memberikan

kesempatan bagi para pelaku usaha untuk

melanjutkan atau bahkan meningkatkan

kinerja operasional usahanya. Peningkatan

usaha diberbagai sektor akan mendorong

pertumbuhan ekonomi yang baik. Dengan

pertumbuhan ekonomi yang baik maka

pembangunan dapat dilaksanakan secara

optimal dan merata.

Sebelum menginvestasikan dananya,

seorang investor membutuhkan informasi

untuk mengurangi tingkat ketidakpastian.

Informasi ini berhubungan dengan keadaan

ekonomi dan politik. Selain itu, informasi

mengenai kinerja perusahaan juga perlu

diperhatikan. Informasi ini terdapat dalam

laporan keuangan perusahaan. Dalam menilai

kinerja sebuah perusahaan, investor dapat

menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan

menggambarkan hubungan antar pos atau akun

di dalam laporan keuangan. Data yang

dibutuhkan untuk menganalisis rasio keuangan

dapat diambil dari neraca, laporan laba rugi,

maupun kombinasi dari keduanya. Rasio yang

dapat digunakan untuk menilai kinerja

perusahaan terdiri dari likuiditas, profitabilitas,

leverage. Likuiditas menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban -

kewajiban jangka pendek. Profitabilitas

menggambarkan seberapa besar tingkat

keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan.

Tujuan investor perorangan maupun badan

usaha menanamkan dana kedalam suatu

perusahaan adalah untuk meningkatkan

kemakmuran dengan memperoleh pendapatan

atau tingkat pengembalian investasi, baik

berupa dividen ataupun capital gain.

Kebijakan dividen pada suatu perusahaan

menjadi pusat perhatian bagi investor.

Kebijakan tersebut akan menjadikan seorang

investor akan membeli, mempertahankan atau

memutuskan untuk tidak membeli atau

menjual saham yang investor miliki. Apabila

dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham telah maksimal, maka langkah yang

sebaiknya diambil oleh para investor adalah

mempertahankan saham perusahaan. Apabila

pembagian dividen kepada para investor

dinilai kurang cukup atau tidak maksimal,

maka yang dilakukan para investor yaitu

menjual saham perusahaan dengan harapan

masih memperoleh keuntungan dari capital

gain pada pasar modal. Hal ini bisa

Page 4: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016

34

menyebabkan turunnya nilai suatu perusahaan

yang juga dapat berdampak pada turunnya

harga saham perusahaan. Oleh karena itu,

penentuan rasio pembayaran dividen

merupakan keputusan penting yang nantinya

akan menunjukkan presentase laba suatu

perusahaan yang akan dibayarkan kepada

pemegang saham (Rahayuningtyas, et.al,

2014).

Kebijakan dividen sebuah perusahaan

memiliki dampak penting bagi banyak pihak

yang terlibat di masyarakat. Bagi pemegang

saham atau investor, dividen merupakan imbal

hasil investasi mereka berupa kepemilikkan

saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi

pihak manajemen, dividen merupakan arus kas

keluar yang mengurangi kas perusahaan. Bagi

kreditor, dividen dapat menjadi sinyal

mengenai kecukupan kas perusahaan untuk

membayar bunga atau bahkan melunasi pokok

pinjaman. Kebijakan dividen yang cenderung

membayarkan dividen dalam jumlah relatif

besar akan mampu memotivasi pemerhati

untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan

yang memiliki kemampuan membayar dividen

diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan

yang menguntungkan (Azmi dan Listiadi,

2014).

Pada dasarnya kebijakan dividen

melibatkan dua pihak yang saling

bertentangan yaitu pihak pemegang saham

dan pihak manajemen. Sebagai pengelola,

manajemen memiliki kecenderungan untuk

menahan sebagian besar labanya daripada

dibagikan dalam bentuk dividen. Hal ini

terjadi karena manajemen memiliki

kepentingan untuk menanamkan kembali laba

melalui berbagai investasi yang

menguntungkan. Sedangkan pemegang saham

menginginkan pembagian dividen yang relatif

besar sebagai pengembalian atas investasi

mereka. Menurut Hikmah (2010), keputusan

dividen dapat mempengaruhi secara signifikan

kebutuhan pembiayaan eksternal perusahaan.

Dengan kata lain, jika perusahaan

membutuhkan pembiayaan, semakin besar

dividen tunai yang dibayarkan, semakin besar

jumlah pembiayaan yang harus diperoleh dari

eksternal melalui pinjaman atau melalui

penjualan saham biasa atau saham preferen.

Pada dasarnya, kebijakan dividen suatu

perusahaan tergambar pada besarnya Dividend

Payout Ratio (DPR).

Dividend Payout Ratio (DPR)

merupakan persentase laba setelah pajak yang

dibagikan dalam bentuk deviden tunai.

Penelitian terhadap faktor - faktor yang

mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR)

telah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu

didominasi oleh analisis rasio keuangan.

Sebagian besar penelitian mencoba untuk

menganalisis tingkat profitabilitas dan

leverage perusahaan. Tingkat profitabilitas

diukur dengan menggunakan debt to equity

ratio. Menurut Kriscahyadi (2013) debt to

equity ratio berpengaruh terhadap dividend

payout ratio. Menurut Mahaputra dan

Wirawati (2014) debt to equity ratio

berpengaruh positif terhadap dividend payout

ratio. Hal tersebut bertentangan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, et al.,

(2014) yang menyatakan bahwa debt equity

ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan

secara statistik terhadap dividend payout

ratio. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Swastyastu, et al., (2014), Pratama

(2014), Rahayuningtyas, et al., (2014),

Mardaleni (2014), dan Faujimi (2014) yang

menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

dividend payout ratio. Penelitian terhadap

tingkat profitabilitas perusahaan diukur

melalui return on equity. Menurut

Rahayuningtyas, et al., (2014) dan Mardaleni

(2014) return on equity tidak berpengaruh

signifikan terhadap dividend payout ratio.

Namun, hal tersebut bertentangan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Azmi dan

Listiadi (2014) yang menyatakan bahwa return

on equity berpengaruh secara signifikan

terhadap dividend payout ratio. Selain

menganalisis rasio kinerja perusahaan,

investor juga menilai beberapa rasio yaitu

Price Earning Ratio (PER) yang

mencerminkan berapa jumlah rupiah yang

harus dikeluarkan oleh investor untuk

mendapatkan setiap Rp1 laba per saham

perusahaan. Rasio ini diukur dengan

membandingkan harga pasar saham dengan

laba per lembar saham. Harga pasar saham

menunjukkan seberapa besar harapan investor

terhadap pertumbuhan suatu perusahaan.

Perusahaan dengan harga saham yang tinggi

mencerminkan harapan pertumbuhan laba

yang tinggi oleh investor, dan sebaliknya.

Laba per lembar saham (Earning per Share)

Page 5: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)

35

menunjukkan seberapa besar keuntungan

investor dari setiap lembar saham yang

dimiliki.

Penelitian terhadap Dividend Payout

Ratio (DPR) tidak hanya sebatas pengaruh

rasio keuangan. Firm size atau ukuran

perusahaan juga memiliki hubungan dengan

dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham. Pada dasarnya firm size mengukur

besar kecilnya sebuah perusahaan. Perusahaan

yang besar mungkin lebih memiliki pemikiran

yang luas, skill karyawan yang tinggi, sumber

informasi yang banyak dibandingkan dengan

perusahaan kecil. Karyawan, aktiva,

penjualan, market value dan value added

adalah beberapa ukuran umum untuk

menentukan besar kecilnya suatu perusahaan.

Suatu perusahaan besar yang sudah mapan

akan memiliki akses yang mudah menuju

pasar modal, sementara perusahaan yang baru

dan yang masih kecil akan mengalami banyak

kesulitan untuk memiliki akses ke pasar

modal. Karena kemudahan akses ke pasar

modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan

kemampuannya untuk memperoleh dana yang

lebih besar (Pasaribu, et al., 2014). Menurut

Putri (2013) ukuran perusahaan atau firm size

berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap dividend payout ratio. Sedangkan

menurut Pasaribu, et al., (2014) firm size

berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap dividend payout ratio. Bertentangan

dengan hasil tersebut, Kriscahyadi (2013),

Swastyastu, et al., (2014), Mahaputra dan

Wirawati (2014), dan Faujimi (2014)

menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh

terhadap dividend payout ratio.

Selain rasio keuangan dan ukuran

perusahaan, faktor - faktor manajemen juga

memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR). Salah satunya

adalah investment opportunity set atau

kesempatan investasi. Kesempatan investasi

ini sangat erat kaitannya dengan manajemen.

Manajemen akan cenderung menahan laba

yang dibagikan sebagai dividen apabila

terdapat kesempatan investasi yang baik di

masa yang akan datang. Hal ini biasa terjadi

pada perusahaan yang sedang mengalami

pertumbuhan. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Pratama (2014) investment

opportunity set tidak berpengaruh terhadap

dividend payout ratio. Hal tersebut

bertentangan dengan hasil penelitian Putri

(2013) dan Azmi dan Listiadi (2014) yang

menyatakan bahwa investment opportunity set

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

dividend payout ratio. Selain kesempatan

investasi, insider ownership atau kepemilikan

manajerial juga mempengaruhi besarnya

dividend payout ratio. Jika dihubungkan

dengan konflik kepentingan antara manajemen

dan pemegang saham, maka insider ownership

dapat mendorong adanya kesamaan

kepentingan diantara pihak - pihak tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Hikmah (2010) insider ownership yang

menjadi variabel agency cost berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap dividend

payout ratio. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Santikarani (2012) yang

menyatakan bahwa insider ownership

berpengaruh negatif signifikan terhadap

dividend payout ratio. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Setiawan dan Mertha

(2012) memberikan hasil yang bertentangan,

yaitu insider ownership tidak berpengaruh

terhadap dividend payout ratio. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis dan menguji

secara empiris signifikansi parsial dan

simultan Insider Ownership, Debt to Equity

Ratio, Return on Equity, Firm Size, Investment

Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan

Earning per Share berpengaruh signifikan

terhadap Dividend Payout Ratio.

KAJIAN LITERATUR

Dividend Payout Ratio

Menurut Bangun dan Hardiman (2014),

kebijakan dividen merupakan bagian yang

menyatu dengan keputusan pendanaan

perusahaan. Rasio pembayaran dividen

menentukan jumlah laba yang ditahan

sebagai sumber pendanaan. Semakin besar

laba ditahan semakin sedikit jumlah laba

yang dialokasikan untuk pembayaran

dividen. Alokasi penentuan laba sebagai

laba ditahan dan pembayaran dividen

merupakan aspek utama dalam kebijakan

dividen.

Menurut Hikmah (2010), teori

stakeholder memberikan suatu pandangan

perusahaan sebagai suatu nexus of contract

(kumpulan kontrak - kontrak) dengan

Page 6: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016

36

memasukkan investor dan non-investor

sebagai stakeholder perusahaan. Teori

stakeholder ini dikemukakan oleh Cornell dan

Shapiro (1987) yang melengkapi temuan dari

Titman (1984), dengan melihat klaim implisit

dari suatu perusahaan. Aspek klaim implisit

dari teori stakeholder, Cornell dan Shapiro

menciptakan hubungan antara kepuasan

investasi dan keputusan finansial / keuangan

perusahaan, karena tingkat dari net operating

income dari perusahaan dapat dipengaruhi oleh

keputusan finansial, seperti rasio pembayaran

dividen (dividen payout ratio). Menurut

Husnan (1996), ada beberapa faktor - faktor

yang perlu diperhatikan dalam menentukan

kebijakan dividen, perusahaan tidak memiliki

kewajiban untuk membayar dividen dengan

jumlah yang sebesar - besarnya (bahkan secara

teoritis tidak perlu membagi dividen).

Selanjutnya, terdapat keengganan untuk

menurunkan pembayaran dividen per lembar

saham. Dalam keadaan tidak terdapat biaya

transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan

harga saham sama menariknya dengan

tambahan kekayaan karena pembayaran

dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk

merealisir uang kas, pemegang saham perlu

menjual sebagian saham, sedangkan

pembayaran dividen berarti menerima kas

(yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya,

jika pemodal menjual saham, mereka akan

terkena biaya transaksi. Dengan demikian, jika

tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan

lebih menguntungkan daripada memperoleh

capital gains. Selanjutnya, karena pemodal

juga membayar pajak penghasilan personal

tax, maka bagi pemodal yang sudah berada

dalam tax bracket yang tinggi, mungkin akan

lebih menyukai untuk tidak menerima dividen

dan memilih menikmati capital gains.

Kebijakan dividen sering dianggap

sebagai signal bagi investor dalam menilai

baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan

karena kebijakan dividen dapat membawa

pengaruh terhadap harga sah am perusahaan.

Dengan demikian, seberapa besar porsi laba

yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan

seberapa besar porsi laba yang akan ditahan

untuk diinvestasikan kembali merupakan

masalah yang cukup serius bagi pihak

manajemen (Hikmah, 2010) atau lebih dikenal

dengan Teori Signalling. Kebijakan dividen

perusahaan tergambar pada dividend payout

ratio-nya yaitu presentase laba yang dibagikan

dalam bentuk dividen tunai, artinya besar

kecilnya dividend payout ratio akan

berpengaruh pada kondisi keuangan

perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan

bagus maka perusahaan tersebut akan mampu

menetapkan besarnya dividend payout ratio

sesuai dengan harapan pemegang saham tanpa

mengabaikan kepentingan perusahaan untuk

tetap sehat dan tumbuh (Mardaleni, 2014).

Insider Ownership, Debt to Equity Ratio,

Return on Equity, Firm Size, Investment

Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan

Earning per Share

Manajemen sangat berhati - hati dalam

menentukan besarnya dividen yang dibagikan

kepada pemegang saham. Hal ini terjadi

karena manajemen cenderung berkeinginan

menahan laba untuk ditanamkan kembali

dalam operasional perusahaan. Besar kecilnya

dividend payout ratio dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu: 1) Faktor likuiditas, 2)

Faktor kebutuhan dana untuk melunasi utang,

3) Tingkat ekspansi yang direncanakan, 4)

Faktor pengawasan, 5) Ketentuan - ketentuan

pemerintah, dan 6) Pajak kekayaan

(Wibisono, 2010). Penelitian ini

menggunakan variabel bebas yaitu Insider

Ownership, Debt to Equity Ratio, Return on

Equity, Firm Size, dan Investment Opportunity

Set, Price Earning Ratio, dan Earning per

Share.

Insider Ownership merupakan

kepemilikan saham oleh manajemen. Jensen

dan Meckling (1976) dalam Santikarani

(2012) menjelaskan bahwa jumlah

kepemilikan saham manajemen akan

mensejajarkan kepentingan manajemen

dengan kepentingan pemegang saham.

Kesamaan kepentingan antara pihak

manajemen dengan pihak pemegang saham

maka dapat menurunkan potensi konflik

diantara keduanya. Insider Ownership lebih

menyukai apabila laba perusahaan tidak

dibagikan kepada pemegang saham karena

digunakan sebagai modal internal untuk

kegiatan operasional perusahaan. Debt to

Equity Ratio menggambarkan sampai sejauh

mana modal pemilik dapat menutupi utang -

utang kepada pihak luar dan merupakan rasio

yang mengukur hingga sejauh mana

Page 7: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)

37

perusahaan dibiayai dari utang (Pasaribu, et

al., 2014).

Return on Equity (ROE). ROE menunjukkan

kemampuan dari modal yang diinvestasikan

dalam total modal sendiri untuk menghasilkan

keuntungan neto. Semakin besar ROE berarti

semakin besar kemampuan modal yang

diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva

untuk menghasilkan laba bersih sehingga

perusahaan menetapkan dividen yang tinggi

(Setiawan dan Mertha, 2012). Firm Size atau

ukuran perusahaan lebih disebabkan operasi

ketersediaan informasi yang terpublikasi.

Jumlah informasi yang terpublikasi untuk

perusahaan meningkat sesuai dengan ukuran

perusahaan. Perusahaan besar lebih banyak

disorot oleh masyarakat dibandingkan

perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaan

besar cenderung menjaga image perusahaan di

mata masyarakat. Untuk menjaga image

tersebut perusahaan berusaha untuk

membagikan dividen kepada pemegang saham

(Kriscahyadi, 2013).

Investment Opportunity Set. Nilai pilihan

investasi sangat tergantung pada nilai aset

yang dimiliki oleh perusahaan. Kesempatan

investasi tidak selalu berwujud secara fisik

tetapi dapat berupa suatu kesempatan yang

bersifat intangible namun memiliki peluang

yang memberikan keuntungan bagi

perusahaan. (Azmi dan Listiadi, 2014).

Price Earning Ratio. PER dihitung dengan

membandingkan antara harga per saham

dengan laba per sahamnya. Perusahaan dengan

peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi

biasanya mempunyai PER yang tinggi pula.

Hal inilah yang menunjukkan bahwa pasar

mengharapkan laba besar di masa mendatang

(Rahayuningtyas et al., 2014).

Earning per Share. EPS merupakan besaran

laba yang dihasilkan perusahaan untuk setiap

lembar saham yang beredar. EPS juga dapat

digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.

Pengaruh Insider Ownership Terhadap

Dividend Payout Ratio

Berdasarkan penelitian sebelumnya,

Santikarani (2012) menyatakan bahwa insider

ownership berpengaruh negatif signifikan

terhadap dividend payout ratio, alasan yang

bisa menjelaskan ini dikarenakan insider

ownership dengan jumlah yang lebih besar

daripada outsider akan lebih mementingkan

kepentingan pribadi atau kepentingan

kelompoknya sehingga mengesampingkan

kepentingan pemegang saham. Melalui

analisis regresi linier berganda, Hikmah (2010)

menyatakan bahwa insider ownership sebagai

variabel agency cost berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap dividend payout ratio, hal

ini sejalan dengan teori yang ada yaitu

semakin meningkatnya kepemilikan dari

manajemen, maka biaya agensinya semakin

menurun, sehingga rasio pembayaran dividen

juga akan menurun. Hasil yang berbeda

dikemukakan oleh Setiawan dan Mertha

(2012) yang menyatakan bahwa Kepemilikan

Manajerial tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen. Berdasarkan uraian singkat

diatas, maka diperoleh hipotesis sebagai

berikut:

H1: Insider Ownership berpangaruh

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)

Terhadap Dividend Payout Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio

total utang terhadap total ekuitas, yang

mencerminkan sejauh mana perusahaan

menggunakan utang dibandingkan dengan

modal sendiri (Putri, 2013). Berdasarkan

penelitian sebelumnya, Kriscahyadi (2013)

menyatakan bahwa debt to total equity

berpengaruh terhadap dividen payout ratio,

dengan semakin meningkatnya debt to equity

ratio (dimana beban utang juga semakin

besar), maka hal tersebut berdampak terhadap

profitabilitas yang diperoleh perusahaan,

karena sebagian digunakan untuk membayar

bunga pinjaman. Sebaliknya, studi Pasaribu, et

al., (2014), Faujimi (2014), Mahaputra dan

Wirawati (2014), Swastyastu, et al., (2014),

Pratama (2014), dan Rahayuningtyas, et al.,

(2014) justru menunjukkan bahwa DER tidak

berpengaruh signifikan terhadap dividend

payout ratio, hal ini terjadi karena utang yang

cenderung tinggi menyebabkan tingginya

beban bunga yang harus ditanggung

perusahaan sehingga mengurangi kemampuan

memperoleh laba bersih yang optimal yang

Page 8: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016

38

berdampak pada pembayaran dividen yang

lebih kecil kepada investor. Berdasarkan

uraian di atas, maka diperoleh hipotesis

sebagai berikut:

H2: Debt To Equity Ratio berpengaruh

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

Pengaruh Return On Equity (ROE)

Terhadap Dividend Payout Ratio

Profitabilitas merupakan kemampuan

perusahaan untuk memperoleh laba atau profit,

sehingga mempunyai pengaruh pada kebijakan

dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat

profitabilitas yang tinggi, maka mendapatkan

laba yang tinggi pula dan pada akhirnya laba

yang tersedia untuk dibagikan kepada para

pemegang saham akan semakin besar.

Semakin besar laba yang tersedia bagi

pemegang saham maka pembayaran dividen

kepada pemegang saham atau alokasi untuk

laba ditahan akan semakin besar pula (Bangun

dan Hardiman, 2012). Hasil penelitian

Mardaleni (2014), dan Rahayuningtyas, et al.,

(2014) menunjukkan bahwa return on equity

tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend

payout ratio, hal ini kemungkinan terjadi

karena perusahaan cenderung mengutamakan

laba yang diperolehnya untuk melakukan

investasi daripada dibagikan sebagai dividen.

Sebaliknya, Azmi dan Listiadi (2014) justru

menyatakan bahwa return on equity

berpengaruh, hal ini dapat diartikan bahwa

besarnya return on equity yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan berpengaruh terhadap besar

kecilnya dividen yang akan dibayarkan.

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di

atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H3: Return On Equity berpengaruh

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

Pengaruh Firm Size Terhadap Dividend

Payout Ratio

Ukuran perusahaan mencerminkan bahwa

suatu perusahaan yang mapan dan besar

memiliki akses yang lebih mudah ke pasar

modal, sedangkan perusahaan kecil

sebaliknya. Perusahaan yang dapat dengan

mudah mengakses ke pasar modal, maka

perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan

dan dalam waktu yang relatif cepat. Oleh

karena itu, perusahaan dengan ukuran yang

lebih besar diperkirakan memiliki kemampuan

untuk menghasilkan earning yang lebih besar,

sehingga akan mampu membayar dividen yang

lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan

kecil (Hatta, 2002 dalam Faujimi, 2014).

Ukuran perusahaan menggambarkan besar

kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur

dengan melihat dari total asset perusahaan

tersebut (Putri, 2013). Namun, beberapa hasil

studi empiris justru menyatakan hal yang

berbeda. Hasil studi Pasaribu, et al., (2014),

Kriscahyadi (2013), Mahaputra dan Wirawati

(2014), Swastyastu, et al., (2014), dan Faujimi

(2014), justru menyatakan bahwa firm size

tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend

payout ratio. Berdasarkan uraian penelitian

terdahulu di atas, maka diperoleh hipotesis

sebagai berikut:

H4: Firm Size berpengaruh signifikan

terhadap Dividend Payout Ratio

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS)

Terhadap Dividend Payout Ratio

Investment Opportunity Set (IOS)

merupakan nilai kesempatan investasi dan

merupakan pilihan untuk membuat investasi di

masa yang akan datang. Kesempatan

berinvestasi ini juga dipengaruhi oleh

kebijakan dividen yang akan dilakukan oleh

pihak perusahaan. Perusahaan dengan IOS

atau kesempatan investasi yang tinggi akan

cenderung menentukan tingkat dividend

payout ratio yang rendah. Hal ini dikarenakan

apabila kondisi perusahaan sangat baik maka

pihak manajemen akan cenderung lebih

memilih investasi baru daripada membayar

dividen. (Azmi dan Listiadi, 2014).

Berdasarkan penelitian sebelumnya,

Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014)

serta Bangun dan Hardiman (2013)

menyatakan bahwa investment opportunity set

berpengaruh signifikan terhadap dividend

payout ratio, hal tersebut mengindikasikan

bahwa investasi yang dilakukan perusahaan

memberikan tingkat keuntungan yang baik

sehingga perusahaan dapat membagikan

dividen yang tinggi. Sebaliknya, Pratama

(2014) menunjukkan bahwa investment

opportunity set tidak berpengaruh terhadap

kebijakan dividen, hal tersebut kemungkinan

dikarenakan perusahaan yang telah cukup

lama beroperasi dan telah memasuki dalam

Page 9: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)

39

tahap dewasa (sehingga kegiatannya lebih

terfokus pada upaya menghasilkan keuntungan

dan membagikannya kepada para pemegang

sahamnya. Berdasarkan uraian di atas, maka

diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H5: Investment Opportunity Set berpengaruh

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

Pengaruh Price Earning Ratio (PER)

Terhadap Dividend Payout Ratio

Price Earning Ratio (PER) merupakan

perbandingan antara harga pasar saham dengan

laba bersih per lembar saham perusahaan. PER

dapat menggambarkan seberapa mahal suatu

saham dihargai oleh investor atau seberapa

besar rupiah yang harus dibayarkan investor

untuk mendapatkan setiap Rp1 laba

perusahaan. Perusahaan dengan peluang

tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya

mempunyai PER yang tinggi pula. Hal inilah

yang menunjukkan bahwa pasar

mengharapkan laba besar di masa mendatang.

PER biasanya digunakan investor untuk

memprediksi kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba di masa mendatang

(Rahayuningtyas, et al., 2014). Berdasarkan

uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H6: Price Earning Ratio berpengaruh secara

signifikan terhadap Dividend Payout Ratio

Pengaruh Earning per Share (EPS)

Terhadap Dividend Payout Ratio

Earning per Share menggambarkan besarnya

keuntungan suatu perusahaan bagi setiap

lembar saham yang dimiliki investor. Semakin

besar laba per lembar saham maka akan

memberikan kesempatan bagi perusahaan

untuk dapat membagikan dividen per lembar

saham yang besar pula. Berdasarkan uraian di

atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H7: Earning per Share (EPS) berpengaruh

secara signifikan terhadap Dividend Payout

Ratio

METODA PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) dengan periode 2008 -

2013. Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian adalah metode purposive sampling

yaitu metode pengambilan sampel secara

tidak acak atau sesuai dengan kriteria

tertentu. Kriteria pemilihan sampel yang akan

diteliti sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008.

2. Perusahaan manufaktur yang selalu

membagikan dividen selama periode

penelitian 2008 - 2013.

Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel

yang dapat digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 22 perusahaan.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan metode sebagai

berikut: Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari teknik data dokumenter berupa

laporan keuangan yang dipublikasikan dan

ringkasan kinerja perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui

www.idx.co.id, web resmi perusahaan, dan

data harga saham melalui Yahoo Finance.

Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menganalisis secara empiris

tentang variabel - variabel yang diduga

berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR). Oleh karena itu, perlu dilakukan

pengujian atas hipotesis - hipotesis yang

telah diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan

menurut metode penelitian dan analisis yang

dirancang sesuai dengan variable - variabel

yang diteliti agar mendapatkan hasil yang

akurat.

Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) dalam

penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio.

Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan

presentase laba perusahaan yang dibayarkan

kepada pemegang saham biasa perusahaan

berupa dividen kas. Dividend Payout Ratio

(DPR) merupakan rasio dari Dividend Per

Share (DPS) terhadap Earning Per Share

(EPS), yang merefleksikan dari beberapa

earning yang tersedia bagi pemegang saham

Page 10: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016

40

biasa yang didistribusikan sebagai dividen

(Azmi dan Listiadi, 2014). Rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Variabel Independen

Variabel independen (variabel bebas) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

Insider Ownership: pemilik sekaligus

pengelola perusahaan atau semua pihak yang

mempunyai kesempatan terlibat dalam

pengambilan kebijaksanaan dan mempunyai

akses langsung pada informasi perusahaan

(Yuniningsih, 2008 dalam Santikarani, 2012).

Insider Ownership didapat dari persentase

saham yang dimiliki oleh insider dengan

jumlah saham beredar suatu perusahaan.

Insider Ownership dirumuskan sebagai

berikut:

Insider Owneshipi

Debt to Equity Ratio: rasio yang

mencerminkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan

oleh beberapa bagian modal sendiri yang

digunakan untuk membayar keseluruhan

hutang (Bangun dan Hardiman, 2012). Rasio

ini dirumuskan sebagai berikut:

Return on Equity (ROE): Return on Equity

menunjukkan kemampuan dari modal yang

diinvestasikan dalam total modal sendiri untuk

menghasilkan keuntungan neto. Semakin

besar ROE berarti semakin besar kemampuan

modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan

aktiva untuk menghasilkan laba bersih

sehingga perusahaan menetapkan dividen yang

tinggi (Setiawan dan Mertha, 2012). Rasio ini

dirumuskan sebagai berikut:

Firm Size: Variabel ini diukur dengan

menghitung berapa total aset yang dimiliki

oleh suatu perusahaan untuk membayar

dividen kepada seluruh pemegang saham

(Faujimi, 2014). Ukuran perusahaan

menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan yang dapat diukur dengan melihat

dari total aset perusahaan tersebut (Putri,

2013). Firm Size dirumuskan sebagai berikut:

Investment Opportunity Set: Kesempatan

perusahaan untuk tumbuh disebut sebagai

Investment Opportunity Set (IOS) yang

dijadikan dasar untuk menentukan klasifikasi

pertumbuhan perusahaan di masa depan

(Bangun dan Hardiman, 2012). Investment

Opportunity Set adalah kombinasi antara

aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi

masa depan. Investment Opportunity Set

diproksikan dengan Market to Book Value of

Equity (MVE). MVE diukur dari kapitalisasi

pasar dibagi total ekuitas (Azmi dan Listiadi,

2014). Investment Opportunity Set dirumuskan

sebagai berikut:

Price Earning Ratio: Price Earning Ratio

menunjukkan jumlah rupiah yang harus

dibayar investor untuk setiap Rp1 laba periode

berjalan (Deitiana, 2009). PER dirumuskan

sebagai berikut:

Earning per Share: Earning per Share

merupakan ukuran kemampuan untuk

menghasilkan keuntungan per lembar saham

yang dimiliki (Wibisono, 2010). EPS

dirumuskan sebagai berikut:

Page 11: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)

41

Teknik Analisis Data

Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk

menjelaskan deskripsi data dari seluruh

variabel yang akan dimasukkan dalam model

penelitian yang dilihat dari nilai minimum,

nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar

deviasi (Santikarani, 2012). Analisis deskriptif

digunakan untuk memberi gambaran umum

mengenai variabel Insider Ownership, Debt to

Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE),

Firm Size, dan Investment Opportunity Set

(IOS) dalam penelitian ini.

Model Multi Regresi

Persamaan analisis regresi berganda dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +

β5X5 + е

Keterangan :

Y = Dividend Payout Ratio

α = Konstanta

β1 - β5 = Koefisien Regresi Variabel

Independen

X1 = Insider Ownership

X2 = Debt to Equity Ratio (DER)

X3 = Return on Equity (ROE)

X4 = Firm Size

X5 = Investment Opportunity Set

(IOS)

e = Error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskriptif Statistik

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa N atau

jumlah data pada variabel Dividend Payout

Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity,

Firm Size dan Investment Opportunity Set

yang valid adalah 132 data, dan Insider

Ownership sebanyak 74 data. Dari 74 sampel

data INSDOWN (Insider Ownership), nilai

rata - ratanya sebesar 2,9%. Hasil ini

menunjukkan bahwa rata - rata saham yang

dimiliki oleh manajemen dalam perusahaan

manufaktur yang menjadi objek dalam

penelitian ini adalah sangat kecil.

Kepemilikan manajerial akan

mendorong pengambilan keputusan yang lebih

baik oleh manajemen dalam berbagai bidang.

Hal ini terjadi karena pihak manajemen turut

serta menjadi pemilik dari perusahaan.

Namun, fakta bahwa rata - rata saham yang

dimiliki hanya 3%, kemungkinan besar hal ini

tidak dapat mengurangi konflik kepentingan

antara pemegang saham dan manajemen.

Selanjutnya, nilai rata - rata DER sebesar 81%

menunjukkan bahwa rata - rata perusahaan

manufaktur yang menjadi objek penelitian ini

memiliki utang yang cukup besar dibanding

modal yang dimiliki, namun masih dapat

dikatakan aman karena masih dibawah 100%.

Nilai rata-rata ROE sebesar 27,24

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mengelola modal dalam menghasilkan laba

bersih. Maka, dengan melihat rata-rata yang

diperoleh, perusahaan dengan ROE yang

kurang dari 27,24% dianggap kurang baik

dalam pengelolaan modalnya dan sebaliknya.

Dari 132 sampel FSIZE (Firm Size),

nilai minimum sebesar 24,8502 terdapat pada

PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2008. Nilai

maksimum sebesar 32,9970 terdapat pada PT

Astra International Tbk tahun 2013.

Sedangkan, nilai rata - rata sebesar 28,952728

dan standar deviasi 1,908820. Ukuran

perusahaan diukur dengan logaritma natural

total aktiva yang dimiliki perusahaan karena

dianggap lebih representatif dan stabil

dibanding dengan kapitalisasi pasar dan

penjualan.

Dari 132 sampel IOS (Investment

Opportunity Set), nilai minimum sebesar

0,2049 terdapat pada Pabrik Kertas Tjiwi

Kimia Tbk tahun 2013. Nilai maksimum

sebesar 49,4584 terdapat pada PT Unilever

Indonesia Tbk tahun 2013. Sedangkan, nilai

rata - rata sebesar 4,812827 dan standar

deviasi 8,3221346. IOS menunjukkan tingkat

kesempatan investasi yang dimiliki

perusahaan. IOS yang tinggi mengindikasikan

bahwa perusahaan tersebut belum sepenuhnya

matang dan masih memiliki kesempatan yang

tinggi untuk tumbuh.

Page 12: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016

42

Tabel 1.

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel Min Max Mean Std.

Deviation DPR 0,0349 30,294 0,5275 0,3952 INSDOWN 0,0001 0,2562 0,0291 0,0707 DER 0,1041 31,101 0,8109 0,7141 ROE 0,0027 13,746 0,2724 0,2668 FSIZE 248,502 329,970 289,527 18,257 IOS 0,2049 494,584 48,128 83,221 PER 16,763 7,297,810 202,523 635,693 EPS 99,737 555,875,178 22,566,177 62,499,764

Sumber: Hasil Olah Data

Dari 132 sampel PER (Price Earning

Ratio), nilai minimum sebesar 1,6763 terdapat

pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2012.

Nilai maksimum sebesar 729,7810 terdapat

pada PT Goodyear Indonesia Tbk tahun 2008.

Sedangkan, nilai rata - rata sebesar 20,2523

dan standar deviasi 63,5693. PER dapat

mencerminkan seberapa besar saham dinilai

oleh investor dari setiap laba per lembar saham

yang dihasilkan perusahaan. Hasil pengujian

menunjukkan nilai rata - rata yang masih jauh

dengan nilai maksimumnya, hal ini

mengindikasikan PER masing-masing

perusahaan objek memiliki rentang yang

cukup besar karena terdiri dari berbagai sektor

industri manufaktur.

Dari 132 sampel EPS (Earning per

Share), nilai minimum sebesar 9,9737 terdapat

pada PT Kimia Farma Tbk tahun 2008. Nilai

maksimum sebesar 55587,5178 terdapat pada

PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2013.

Sedangkan, nilai rata-rata sebesar 2256,6177

dan standar deviasi 6249,9764. EPS

merupakan besaran laba bersih untuk per

lembar saham perusahaan.. Dari hasil olah data

diperoleh temuan bahwa secara parsial

ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang

berpengaruh signifikan terhadap DPR,

sedangkan kepemilikan internal, DER, dan

ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan. Sedangkan, secara simultan seluruh

variabel INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS,

PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap

DPR. Nilai Koefisien determinasi sebesar

0,711 menyatakan bahwa kemampuan variabel

Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size,

IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan

variabel DPR adalah sebesar 71,1% sedangkan

sisanya 28,9% dipengaruhi atau dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam

penelitian ini.

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan

uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov dapat

disimpulkan bahwa data variabel dividend

payout ratio tidak berdistribusi secara normal.

Hal ini wajar terjadi karena data yang

digunakan merupakan data sekunder yang

tidak dapat diprediksi dan diatur besaran jarak

antar datanya. Variabel yang menyebabkan

multikolinearitas dapat dideteksi atau

diketahui dari nilai tolerance yang lebih kecil

dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari 10

(Hikmah, 2010). Nilai tolerance untuk seluruh

variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai

VIF kurang dari 10. Hal ini menunjukkan

bahwa data tersebut tidak mengalami

multikolinearitas, sehingga dalam model

regresi linear berganda tidak ditemukan

adanya korelasi antara variabel independen.

Berdasarkan hasil uji autokorelasi,

menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson

sebesar 1,314 masuk dalam kriteria -2 ≤ 2,

maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

linear berganda dalam penelitian tidak terjadi

gejala autokorelasi.

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik,

dapat diketahui bahwa data yang tersedia tidak

terdapat multikolinearitas dan tidak terjadi

autokorelasi, sehingga data yang tersedia telah

memenuhi syarat untuk menggunakan model

regresi linear berganda.

Page 13: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)

43

Berdasarkan tabel 2 juga diperoleh

temuan bahwa secara parsial ternyata hanya

ROE, IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh

signifikan terhadap DPR, sedangkan

kepemilikan internal, DER, dan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan.

Sedangkan, secara simultan seluruh variabel

INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER,

EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Nilai Koefisien determinasi sebesar 0,711

menyatakan bahwa kemampuan variabel

Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size,

IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan

variabel DPR adalah sebesar 71,1% sedangkan

sisanya 28,9% dipengaruhi atau dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam

penelitian ini.

Tabel 2.

Persamaan Multiregresi dan Hasil Uji

Hipotesis

Variabel B Sig.t

(Constant) -,071 ,912

INSDOWN -,686 ,215

DER -,037 ,572

ROE 1,205 ,000

FSIZE ,015 ,513

IOS -,019 ,020

PER ,004 ,000

EPS ,000 ,001

Sig. F ,000 Adj.R2 0.711

Sumber: Hasil Olah

PEMBAHASAN

Hasil penelitian statistik dengan uji-t

menunjukkan bahwa variable Insider

Ownership berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap DPR dengan nilai sig. t

0,215 yang berarti meningkatnya Insider

Ownership akan menurunkan DPR. Tingkat

signifikan yang > 0,05 menunjukkan bahwa

manajemen telah dapat memisahkan fungsinya

sebagai manajemen dan pemegang saham.

Hasil ini sesuai dengan signalling hypothesis

theory, dimana dengan meningkatnya

kepemilikan manajerial yang diikuti

peningkatan pembagian dividen maka

manajemen ingin menunjukkan kepada

investor dan masyarakat bahwa manajemen

sebagai bagian dari pemegang saham berperan

positif terhadap keuntungan yang akan

didapatkan. Hasil pengujian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan

Mertha (2012) yang menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial (insider ownership)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan dividen, namun bertolak belakang

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hikmah (2010) dan Santikarani (2012) yang

menyatakan bahwa insider ownership

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

dividend payout ratio.

Debt to Equity Ratio menunjukkan

seberapa besar utang dibanding dengan modal

yang dimiliki perusahaan. Pada kenyataannya

akan sulit bagi perusahaan dalam membiayai

kegiatan operasionalnya jika hanya

mengandalkan modal sendiri. Pengendalian

terhadap utang yang baik akan mempengaruhi

laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel

Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

negatif dan tidak signifikan dengan nilai sig. t

sebesar 0,572 yang berarti meningkatnya

hutang akan menurunkan besarnya dividen

yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal

ini dapat terjadi karena sebagian besar utang

yang dimiliki perusahaan dalam penelitian ini

merupakan kewajiban yang berhubungan

dengan operasional sehingga tidak

menimbulkan beban bunga yang besar dan

dapat mengurangi jumlah laba bersih

perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Faujimi (2014),

Swastyastu, et al., (2014), Pratama (2014),

Rahayuningtyas, et al., (2014), Pasaribu, et al.,

(2014) dan Mahaputra dan Wirawati (2014)

yang menyatakan bahwa DER tidak

berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Return on Equity merupakan rasio

seberapa jauh perusahaan dapat mengelola

modal untuk menghasilkan laba bersih.

Perusahaan harus mampu mengelola modal

dengan efektif untuk mendapatkan laba yang

maksimal. Semakin besar ROE maka semakin

besar kemampuan modal yang

diinvestasikan untuk menghasilkan laba

bersih sehingga perusahaan dapat menetapkan

dividen yang tinggi atau dapat dikatakan

berpengaruh positif. Hasil pengujian

Page 14: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016

44

menunjukkan bahwa variabel Return on Equity

(ROE) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,000

yang artinya semakin tinggi kemampuan

perusahaan dalam mengelola modalnya untuk

menghasilkan laba maka semakin tinggi pula

dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Azmi dan Listiadi (2014) yang

menunjukkan bahwa return on equity

berpengaruh secara signifikan terhadap DPR,

namun bertolak belakang dengan penelitian

yang dilakukan oleh Mardaleni (2014),

Rahayuningtyas, et al., (2014) menunjukkan

hasil bahwa return on equity tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

dividend payout ratio.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa

variabel Firm Size berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap DPR dengan nilai

sig. t sebesar 0,513 yang berarti semakin besar

suatu perusahaan akan meningkatkan dividen

yang dibagikan kepada pemegang saham.

Perusahaan yang besar memiliki akses yang

lebih mudah dalam memasuki pasar modal.

Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi

perusahaan dalam mendapatkan pendanaan.

Pendanaan yang cukup untuk membiayai

operasional perusahaan akan memberikan

kemampuan untuk menghasilkan laba yang

lebih besar dibanding perusahaan yang lebih

kecil. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap

dividen yang dibagikan tidak signifikan karena

banyak faktor lain yang lebih mempengaruhi

DPR, seperti ketersediaan dana, pengelolaan

modal, pengawasan utang, dan lain

sebagainya. Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Putri (2013), Kriscahyadi

(2013), Mahaputra dan Wirawati (2014),

Swastyastu, et al., (2014), Pasaribu, et al.,

(2014), dan Faujimi (2014) yang menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap DPR.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa

variabel Investment Opportunity Set (IOS)

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,020 yang

berarti semakin tinggi kesempatan investasi

perusahaan akan menurunkan dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini

dapat terjadi karena perusahaan dengan nilai

IOS yang tinggi mencerminkan bahwa

perusahaan tersebut belum sepenuhnya matang

dan masih memiliki kesempatan untuk

berkembang. Perusahaan dengan IOS yang

tinggi akan menentukan tingkat DPR yang

rendah dan memilih untuk menggunakan laba

untuk investasi baru yang dapat

mengembangkan perusahaan. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014)

yang menunjukkan hasil bahwa IOS

berpengaruh secara signifikan terhadap DPR,

namun bertolak belakang dengan penelitian

Bangun dan Hardiman (2013), dan Pratama

(2014) yang menunjukkan hasil bahwa IOS

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

DPR.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa

variabel Price Earning Ratio (PER)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,000 yang

berarti meningkatnya nilai saham perusahaan

akan meningkatkan dividen yang dibagikan

kepada pemegang saham. Hal ini dapat terjadi

karena PER diukur dengan harga pasar saham

yang mencerminkan harapan dari investor.

Semakin tinggi harga pasar saham maka

semakin tinggi pula harapan investor terhadap

pertumbuhan suatu perusahaan. Tingginya

harapan investor akan menuntut perusahaan

untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat

menghasilkan laba yang lebih besar setiap

periode sehingga dapat memenuhi harapan

pemegang saham.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa

variabel Earning per Share (EPS) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap DPR dengan

nilai sig. t sebesar 0,001 yang berarti

meningkatnya laba per lembar saham yang

dihasilkan oleh perusahaan akan meningkatkan

dividen yang dibagikan kepada pemegang

saham. Hal ini terjadi karena semakin besar

laba per lembar saham yang diperoleh

perusahaan akan meningkatkan jumlah dividen

yang mampu dibayarkan kepada pemegang

saham.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai pengaruh Insider

Ownership, Debt to Equity Ratio (DER),

Page 15: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)

45

Return on Equity (ROE), Firm Size, Investment

Opportunity Set (IOS), Price Earning Ratio

(PER), dan Earning per Share (EPS) dalam

memprediksi Dividend Payout Ratio (DPR)

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan

bahwa secara parsial ternyata hanya ROE,

IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh

signifikan terhadap DPR, sedangkan

kepemilikan internal, DER, dan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan.

Sedangkan, secara simultan seluruh variabel

INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER,

EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Nilai Koefisien determinasi sebesar 0,711

menyatakan bahwa kemampuan variabel

Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size,

IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan

variabel DPR adalah sebesar 71,1% sedangkan

sisanya 28,9% dipengaruhi atau dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam

penelitian ini.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan

kesimpulan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka peneliti memberikan saran -

saran sebagai berikut. Bagi peneliti

selanjutnya, sebaiknya menambahkan variabel

- variabel independen lain yang diduga dapat

mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR).

Karena, dalam penelitian ini variabel

independen hanya mampu menjelaskan

variabel dependen sebesar 71,1% sementara

sisanya dijelaskan oleh variabel dependen lain.

Penelitian selanjutnya sebaiknya

menggunakan sampel perusahaan yang

berbeda agar dapat melihat hasil pengujian

yang beragam.

DAFTAR REFERENSI

Azmi, Maulidiyah Nur dan Listiadi, Agung.

2014. Analisis Pengaruh Profitabilitas dan

IOS Terhadap Kebijakan Dividen dengan

Likuiditas sebagai Variabel Moderasi

Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu

Manajemen, Vol. 2, No. 3: 990-1001.

Bangun, Nurainun dan Hardiman, Stefanus.

2014. Analisis Pengaruh Profitabilitas,

Cash Position, Debt To Equity Ratio

(DER), dan Kesempatan Investasi

Terhadap Kebijakan Deviden Pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun

2008-2010. Journal of Capital Market

and Banking, 1(2): 80-102.

Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran

Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan

Akuntansi, 11(1): 57-64.

Faujimi, Indrima. 2014. Pengaruh Profita-

bilitas, Leverage, Likuiditas, Ukuran

Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen

Pada Perusahaan Maufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2010-2012. Jurnal Akuntansi, 2(2): 1-26.

Hikmah, Khoirul. 2010. Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan

Dividen: Pendekatan Teori Stakeholder.

Jurnal Kharisma, 4(2): 91-105.

Kriscahyadi, Herdy Tedjo. 2013. Analisis

Pengaruh Free Cash Flow, Cash Position,

Debt To Equity Ratio dan Company Size

terhadap Dividen Payout Ratio pada

Perusahaan Manufaktur Di BEI Tahun

2008-2010. Q-MAN, 2(7): 81-96.

Mahaputra, Gede Agus, dan Ni Gusti P. W.

2014. Pengaruh Faktor Keuangan dan

Ukuran Perusahaan Pada Dividend

Payout Ratio Perusahaan Perbankan.E-

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,

9(3): 695-708.

Mardaleni. 2014. Analisis Pengaruh Return On

Equity, Debt to Equity Ratio, dan Current

Ratioterhadap Dividend Payout Ratio

Pada Perusahaan Property dan Real

Estate yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2012. E-Jurnal

Apresiasi Ekonomi, 2(2): 73-79.

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando.

Kowanda, Dionysia. Nawawi, Kholid.

2014. Determinan Dividend Payout Ratio

Pada Emiten LQ-45 di Bursa Efek

Page 16: DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI …

JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016

46

Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,

8(1): 1-12.

Pratama, Diky May. 2014. Pengaruh

Profitabilitas, Investment Opportunity Set,

Cash Flow, Debt To Equity Ratio,

danRisiko Terhadap Kebijakan Dividen

pada Perusahaan Pengolahan Non Migas.

Jurnal Ilmu Manajemen, 2(2): 460-472.

Putri, Dithi Amanda. 2013. Pengaruh

Investment Opportunity Set, Kebijakan

Utang dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Kebijakan Dividen Pada

PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal

Manajemen, 2(2): 1-13.

Rahayuningtyas, Septi, Suhadak, dan Siti

Ragil Handayani. 2014. Pengaruh Rasio-

Rasio Keuangan terhadap Dividend

Payout Ratio (DPR) (Studi Pada

Perusahaan yang Listing di BEI Tahun

2009 – 2011). Jurnal Administrasi Bisnis,

7(2): 1-9.

Santikarani, Diska. 2012. Pengaruh Asset

Growth, Cash Position, Size, dan Insider

Ownership terhadap Dividend Payout

Ratio Pada LQ 45 di Bursa Efek

Indonesia Periode 2007-2010.

JurnalKajian Pendidikandan Akuntansi

Indonesia, 1(3): 1-23.

Setiawan, Agus.dan,Mertha, I Made.2012.

Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada

Perusahaan Wholesale dan Retail Trade di

BEI.E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana, 1(2): 1-20.

Swastyastu, M. W., Gede Adi Y.,

Anantawikrama T. Atmadja. 2014.

Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kebijakan Dividend

Payout Ratio yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).e-Journal S1

Akuntansi Universitas Pendidikan

Ganesha, 2(1): 1-12.

Utama, I Made Karya. 2012. Dividend Payout

Ratio dan Faktor yang Mempengaruhinya

(Studi Pada Bursa Efek Indonesia periode

2006-2010). Manajemen Bisnis

Syariah,6(1): 1-12.

Wibisono, Anjar. 2010. Pengaruh Rasio

Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas

terhadap Dividend Pay OutRatio (Studi

pada Perusahaan Go-Public di Bursa

EfekJakarta). Jurnal Aplikasi Manajemen,

8(3): 720-731.

.