disusun oleh : muhammad nashar ramadhany …

15
ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT MIGRASI KELUAR MASYARAKAT KABUPATEN/KOTA DI PULAU MADURA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY 16502010111023 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT MIGRASI KELUAR MASYARAKAT

KABUPATEN/KOTA DI PULAU MADURA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY

16502010111023

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

Page 2: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat migrasi Keluar

Masyarakat Kab/Kota Madura

Muhammad Nashar Ramadhany

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawiajaya

Email:[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat migrasi keluar Kab/Kota Madura dan menganalisis factor- factor

yang mempengaruhi terjadinua migrasi keluar Kab/Kota Madura. Metode Analisis yang dipakai di dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik regresi data panel menggunakan analisis cross section dengan

mengambil data dari 4 Kab/Kota di wilaya Madura, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

tahun 2013 yaitu data sekunder terbitan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil dari penelitian ini didapatkanlah

kesimpulan bahwa pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat migrasi keluar masyaraka Kab/Kota

Madura adalah positif dan signifikan, yang berarti jika terjadi peningkatan tingkat pengangguran terbuka di

setiap Kab/Kota di Madura akan meningkatkan tingkat migrasi keluar dan disamping itu tingkat upah rill juga

berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat migrasi keluar masyarakat Kab/Kota Madura yang mana hal ini

berarti jika terjadi kenaikan variable upah rill maka tingkat migrasi keluar akan semakin tinggi

Kata kunci: Migrasi, Tingkat Upah , Tenaga Kerja

A. PENDAHULUAN

Pembangunn ekonomi merupakan proses dinamis yang dalam jangka menengah atau panjang akan

membawa dampak perubahan strukural dan transformasi ekonomi. Tujuan pembangunan meliputi kenaikan

pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang

merata, serta kemakmuran antar daerah. Namun kenyataannya masih besar distribusi pendapatan dan

pembangunan yang tidak merata yang mengakibatkan terjadi pengingkatan angka kesenjangan ekonomi yang

semakin tinggi, baik antar pusat dan daerah, antar masing-masing daerah, antar golongan, dan di seluruh aspek

yang membuat struktur perekonomian yang tidak kokoh.

Sesuai dengan tujuan utama migrasi yaitu untuk meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya, sehingga

pada umumnya mereka bermigrasi untuk mencari pekerjaan yang dapat memberikan pendapatan dan status sosial

yang lebih tinggi di daerah tujuan. Sementara itu Martin (2003) menyatakan migrasi adalah perpindahan penduduk

dari satu daerah ke daerah lain, yang terjadi karena adanya perbedaan kondisi kedua daerah tersebut. Perbedaan

terbesar yang mendorong terjadinya migrasi adalah kondisi ekonomi dan non ekonomi. Berdasarkan

pengelompokannya, maka faktor yang mendorong migran untuk migrasi dibedakan dalam tiga kategori, yaitu

faktor demand pull, supply push dan network. Faktor demand pull terjadi jika ada permintaan tenaga kerja dari

daerah tujuan Faktor supply push terjadi jika tenaga kerja sudah tidak mungkin lagi memperoleh pekerjaan di

daerahnya sendiri, sehingga mendorong mereka untuk migrasi ke daerah lain. Network factor merupakan faktor

yang dapat memberi informasi bagi migran dalam mengambil keputusan untuk migrasi.

Menurut Todaro (1998) migrasi internal sebagai proses alamiah yang menyalurkan surplus tenaga kerja di

daerah pedesaan ke sektor industri modern di kota yang daya serap tenaga kerjanya lebih tinggi. Proses ini

dipandang positif secara sosial, karena memungkinkan berlangsungnya suatu pergeseran sumber daya manusia

dari lokasi yang produk marjinal sosialnya nol ke lokasi yang produk marjinal sosialnya bukan hanya positif tetapi

juga akan terus meningkat sehubungan dengan adanya akumulasi modal dan kemajuan teknologi. Berdasarkan

teoriteori tersebut terlihat bahwa tujuan utama migrasi adalah meningkatkan taraf hidup migran dan keluarganya,

sehingga masalah migrasi masih dipandang sebagai suatu hal yang positif dalam pembangunan ekonomi. Namun,

fakta yang terjadi di negara berkembang berbeda dengan pandangan tersebut, dimana arus migrasi tenaga kerja

dari pedesaan yang umumnya bekerja pada sektor pertanian jauh melampaui tingkat penciptaan atau penambahan

lapangan pekerjaan khususnya sektor industri atau jasa-jasa layanan sosial di perkotaan.

Kehadiran para pendatang tersebut cenderung melipatgandakan tingkat penawaran tenaga kerja di perkotaan,

sementara persediaan tenaga kerja yang sangat bernilai di pedesaan semakin tipis. Kedua, di sisi permintaan,

penciptaan kesempatan kerja didaerah perkotaan lebih sulit dan jauh lebih mahal daripada penciptaan lapangan

kerja di pedesaan karena kebanyakan jenis pekerjaan sektor-sektor industri di perkotaan membutuhkan aneka

inputinput komplementer yang sangat banyak jumlah maupun jenisnya.

Page 3: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga mengalami kondisi yang demikian. Sehubungan

dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah, sebagai contoh pertumbuhan ekonomi yang tinggi di pulau

Jawa merupakan penyebab meningkatnya jumlah penduduk migran yang masuk ke daerah ini. Selain itu Jawa

yang merupakan daerah paling berkembang sektor industrinya dibanding daerah lain di Indonesia menjadi daerah

tujuan utama migran luar Jawa untuk migrasi ke daerah tersebut. Hal ini dikarenakan, sektor industri yang

merupakan salah satu faktor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi, menjadi faktor penarik bagi migran yang

berharap mendapat kesempatan kerja yang lebih baik.

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, pertama, faktor-faktor apa yang mempengaruhi

tingkat migrasi internal keluar Kab/Kota Madura. Kedua, Seberapa penting faktor tersebut dalam mempengaruhi

keputusan bermigrasi keluar Kab/Kota Madura.

Tujuan penelitian ini adalah melihat perkembangan migrasi keluar Kab/Kota Madura serta menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya migrasi keluar Kab/Kota Madura. Sesuai dengan permasalahan yang

dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesa bahwa diduga migrasi disebabkan oleh faktor ekonomi

seperti upah riil yang lebih tinggi di daerah tujuan, Pertumbuhan ekonomi ang lebih tinggi daerah tujuan yang

menjadi daya tarik bagi migran . Selain itu arus migrasi ini dapat mengganggu keseimbangan pasar kerja yang

ada di daerah tujuan seperti terjadinya kelebihan penawaran tenaga kerja di daerah tujuan.

B. KERANGKA TEORITIS

1. Pengertian Migrasi Penduduk

Secara sederhana migrasi didefenisikan sebagai aktivitas perpindahan. Sedangkan secara formal, migrasi

didefenisikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain yang

melampaui batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian suatu negara. Bila melampaui batas

negara maka disebut dengan migrasi internasional. Sedangkan migrasi dalam negeri merupakan perpindahan

penduduk yang terjadi dalam batas wilayah suatu negara, baik antar daerah

ataupun antar propinsi. Pindahnya penduduk ke suatu daerah tujuan disebut dengan migrasi masuk. Sedangkan

perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah disebut dengan migrasi keluar (Depnaker, 1995).

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi

a. Menurut Lee (1987) ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam studi migrasi penduduk, yaitu :

Faktorfaktor daerah asal

b. Faktor-faktor yang terdapat pada daerah tujuan

c. Rintangan antara

d. Faktor-faktor individual.

Pada sisi lain, setiap daerah mempunyai faktor pendorong (push factor) yang menyebabkan sejumlah

penduduk migrasi ke luar daerahnya. Faktor pendorong itu antara lain kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan

jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, fasilitas perumahan dan kondisi lingkungan

yang kurang baik. Todaro (1998) menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif mempengaruhi

setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap

faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Variasi tersebut tidak hanya

terdapat pada arus migrasi antar wilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada migrasi antar negara. Beberapa

faktor non ekonomis yang mempengaruhi keinginan seseorang melakukan migrasi adalah:

a. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para migran untuk melepaskan dari kendala-kendala tradisional

yang terkandung dalam organisasi-organisasi sosial yang sebelumnya mengekang mereka.

b. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana meteorologis, seperti banjir dan kekeringan.

c. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju

pertumbuhan penduduk suatu tempat.

d. Faktor -faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar yang berada pada

tempat tujuan migrasi.

Page 4: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

2. Model Migrasi Todaro

Proses pencapaian titik ekuilibrium pengangguran (yang akan tercapai setelah tingkat pendapatan yang

diharapkan di kota sama dengan tingkat pendapatan aktual di desa) yang akan menghentikan arus migrasi

(bukannya keseimbangan tingkat upah di desa dan kota seperti dikemukakan model pasar tenaga kerja neoklasik)

tersebut bisa pula dijelaskan secara diagramatis. Diagramnya sudah tersaji pada gambar 1. Asumsikanlah dalam

suatu perekonomian (atau negara) hanya ada dua sektor, yakni sektor pertanian di perdesaan dan sektor industri

di perkotaan. Tingkat permintaan tenaga kerja (kurva produk marjinal tenaga kerja) di dalam sektor pertanian di

lambangkan oleh garis yang melengkung ke bawah, AA’. Adapun tingkat permintaan tenaga kerja di sektor

industri di tunjukkan oleh garis lengkung (dari kanan ke kiri) MM’.

Total angkatan kerja yang tersedia disimbolkan oleh OAOM. Dalam perekonomian pasar neoklasik

(upah di tentukan oleh mekanisme pasar dan segenap tenaga kerja akan dapat terserap), tingkat upah ekuilibrium

akan tercipta bila W*A = W*M, dengan pembagian tenaga kerja sebanyak OAL*A untuk tercipta bila W*A =

W*M, dengan pembagian tenaga kerja sebanyak OAL*A untuk sektor pertanian,dan OML*M untuk sektor

industri. Sesuai dengan asumsi Full employment, segenap tenaga kerja yang tersedia akan terserap habis oleh dua

sektor ekonomi tersebut

Namun, apa yang akan terjadi jika tingkat upah ditentukan oleh pemerintah (bukannya oleh mekanisme

pasar lagi, sehingga garis lengkungnya tidak lagi fleksibel), sebagaimana telah diasumsikan oleh model Todaro,

katakanlah sebesar ŴM yang terletak di atas W*A jika kita juga berasumsi bahwa dalam perekonomian tersebut

tidak ada pengangguran, maka tenaga kerja sebanyak OMLM akan bekerja di sektor industri manufaktur di

perkotaan, sedangkan sisanya sebanyak OALM akan berkecimpung dalam sektor pertanian di pedesaan dengan

tingkat upah pasar yang mencapai OAW**A (ini lebih kecil dari pada tingkat upah pasar yang mencapai

OAW*A). Maka tercipta suatu kesenjangan atau selisih tingkat upah antara kota dan dan desa sebanyak ŴM –

W**A (WM adalah tingkat upah yang ditentukan oleh pihak pemerintah).

Jika para pekerja di pedesaan bebas melakukan migrasi (ada negara yang melarang melakukan migrasi,

misalnya Cina), maka meskipun di desa tersedia lapangan kerja sebanyak OMLM mereka akan pergi ke kota-kota

guna memburu tingkat upah yang lebih tinggi. Jika peluang (probabilitas) bagi mereka untuk mendapatkan

pekerjaan yang diinginkan kita nyatakan sebagai rasio antara penyerapan tenaga kerja di sektor industri

manufaktur, atau LM, dan total angkatan kerja desa, atau LUS, maka nilai peluang itu dapat kita hitung

berdasarkan rumus berikut ini:

Nilai peluang perolehan pekerjaan itulah yang selanjutnya akan menyamakan tingkat upah di pedesaan,

yakni WA, dengan tingkat pendapatan yang diharapkan di perkotaan sebesar: (LM/LUS)(WM). Adanya selisih

tingkat upah desa-kota tersebut kemudian mendorong terjadinya arus migrasi dari desa ke kota. Tempat

kedudukan (lokus) titik-titiknya diperlihatkan sebagai kurva qq’ dalam peraga diatas. Titik ekuilibrium

pengangguran yang baru kini berada di titik Z, dimana selisih pendapatan aktual antara desa dan kota sama dengan

WM – WA. Jumlah tenaga kerja yang masih ada di sektor pertanian adalah OALA, sedangkan tenaga kerja

sebanyak OMLM ada di sektor industri manufaktur dengan tingkat upah WM. Sisanya, yakni LUS = OMLA –

Page 5: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

OMLM, akan menganggur atau memasuki kegiatan sektor informal yang berpendapatan rendah. Ini menjelaskan

adanya pengangguran di daerah perkotaan dan logika atau rasionalitas ekonomi atas terus berlangsungnya migrasi

dari desa ke kota, meskipun angka pengangguran diperkotaan cukup tinggi.

Namun, secara ekonomi rasional, kecenderungan itu sangat merugikan jika di lihat dari perspektif sosial.

Selain itu model ini sendiri masih diliputi banyak kelemahan. Di sini kita menyamaratakan selera, tingkat

pendidikan, tingkat penalaran dan tingkat keterampilan dari semua tenaga kerja (tentu saja ini adalah asumsi yang

tidak realistis). Namun, logika yang terkandung di dalam model ini ternyata mampu menjelaskan mengapa tenaga

kerja pedesaan yang berpendidikan lebih tinggi lebih terdorong untuk melakukan migrasi (karena peluang mereka

memperoleh pekerjaan dengan upah lebih tinggi di kota memang cukup besar). Dorongan bagi mereka untuk

bermigrasi jauh lebih besar daripada yang dirasakan oleh mereka yang kurang berpendidikan. Jadi singkatnya,

model migrasi dari Todaro memiliki empat pemikiran sebagai berikut:

1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang rasional dan

yang langsung berkaitan dengan keuntungan atau manfaat dan biayabiaya relatif migrasi itu sendiri

(sebagian besar terwujud dalam satuan moneter, namun ada pula yang terwujud dalam bentuk-bentuk

atau ukuran lain, misalnya saja kepuasan psikologis

2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat pendapatan yang diharapkan di kota

dan tingkat pendapatan aktual di pedesaan (pendapatan yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan

secara rasional bisa diharapkan akan tercapai di masamasa mendatang). Besar kecilnya selisih

pendapatan itu sendiri ditentukan oleh dua variabel pokok, yaitu selisih besaran upah aktual di kota dan

di desa, serta besar atau kecilnya kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan yang menawarkan

tingkat pendapatan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.

4. Migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun pengangguran di perkotaan sudah cukup tinggi

(asalkan masih dibawah selisih pendapatan tersebut). Kenyataan ini memiliki landasan yang rasional,

yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah lebih tinggi yang nyata (memang tersedia).

Dengan demikian, lonjakan pengangguran di perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dari

adanya ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antara daerah perkotaan dan daerah

pedesaan (antara lain berupa kesenjangan tingkat upah tadi), dan ketimpanganketimpangan seperti itu

amat mudah ditemui dikebanyakan negara-negara Dunia Ketiga.

3. Teori Upah

Teori Neoklasik mengemukakan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan, tiap-tiap pengusaha

menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima

atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marjinal dari faktor poduksi tersebut. Ini berarti bahwa

pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marjinal

seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut. Dengan kata lain tingkat upah yang dibayarkan oleh

pengusaha adalah :

W = WMPPL x P

W = Tingkat upah (dalam arti labour cost) yang dibayarkan

pengusaha pada pekerja

P = Harga jual barang (hasil produksi) dalam rupiah per unit barang

MPPL = marginal physical product of labor atau pertambahan hasil marjinal pekerja, diukur dalam unit

barang per unit waktu

VMPPL= Value of marginal physical product of labor atau nilai pertambahan hasil marjinal

pekerja atau karyawan

Nilai pertambahan hasil marjinal pekerja VMPPL, merupakan nilai jasa yang diberikan oleh pekerja

kepada pengusaha. Sebaliknya upah, W, dibayarkan oleh pengusaha kapada pekerja sebagai imbalan terhadap jasa

pekerja yang diberikan kepada pengusaha.

Selama nilai pertambahan hasil marjinal pekerja lebih besar dari pada upah yang dibayarkan oleh

pengusaha (VMPPL > W), pengusaha dapat menambah keuntungan dengan menambah pekerja. Di pihak lain,

pengusaha tentu tidak bersedia membayar upah yang lebih besar dari nilai usaha kerja yang diberikan pekerja

kepada pengusaha. Dilihat dari segi pekerja, mereka tidak bersedia menerima upah yang lebih rendah daripada

Page 6: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

nilai usaha kerjanya. Bila pengusaha tertentu membayar upah yang lebih rendah dari nilai usaha kerja pekerja,

maka pekerja tersebut akan mencari pekerjaan di tempat lain yang mampu membayar sama dengan usaha

kerjanya. Dengan kata lain, dengan asumsi adanya mobilitas sempurna, pekerja akan memperoleh upah senilai

pertambahan hasil marjinalnya sebagaimana dinyatakan dalam persamaan di atas. Jadi dapat disimpulkan bahwa

menurut teori Neoklasik, pekerja memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil marjinalnya. Dengan kata

lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada

pengusaha.

Dalam rangka memaksimumkan keuntungan, pengusaha memberikan imbalan kepada setiap faktor

produksi sebesar nilai tambahan hasil marjinal masing-masing faktor produsi tersebut. Imbalan terhadap modal

disebut rendemen. Dengan asumsi bahwa terdapat mobilitas sempurna atas tenaga pekerja dan modal, maka

tingkat upah di berbagai perusahaan seharusnya sama, dan tingkat rendemen di berbagai alternatif investasi juga

sama.

C. METODE PENELITIAN

Model yang digunakan di dalam penelitian ini berawal dari asumsi bahwa keputusan pertama untuk

bermigrasi merupakan fenomena ekonomi yang menggambarkan tanggapan migran terhadap perbedaan

pendapatan yang diharapkan. Perbedaan kondisi perekonomian juga menjadi faktor yang mempengaruhi migran

untuk bermigrasi. Oleh karena itu, keputusan seseorang untuk melakukan migrasi juga merupakan keputusan

rasional yang didasarkan pada penghasilan yang diharapkan (expected income). Berdasarkan penjelasan diatas

maka persamaan regresi penelitian ini adalah:

MIGRASIit = α + β1TURit + β2NTIit + PEit + β4TPit + εit

𝒊 = 𝟏, 𝟐, ………𝑵 ; 𝒕 = 𝟏, 𝟐, ………𝑻

Keterangan :

MIGRASI= Tingkat Migrasi Keluar

TUR = Rasio tingkat pendapatan Rill

NTI = Rasio proporsi nilai tambah sektor industri

PE = Rasio laju pertumbuhan ekonomi

TP = Tingkat Pengangguran

α = konstanta

β(1…4) = Koefisien regresi masing-masing variabel independen

N = Banyaknya wilayah observasi (4 Kab/Kota di Madura)

T = Jangka waktu penelitian (2013-2018)

NxT = Banyaknya data panel

ε = Variabel pengganggu

Asumsi dasar dari model ini adalah para migran selalu mempertimbangkan dan membandingkan pasar

kerja dan tingkat perekonomian di daerah asal dan daerah tujuan. Apabila pasar kerja di daerah tujuan lebih besar

dari daerah asal dan kemungkinan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di daerah tujuan maka keputusannya

adalah melakukan migrasi.

Upah riil dan PDRB yang digunakan pada penelitian ini adalah upah riil dan PDRB tahun 2013, hal ini

dikarenakan pada penelitian ini data migran yang digunakan adalah data migran risen tahun 2018 yaitu mereka

yang pindah melewati batas propinsi dalan kurun waktu lima tahun terakhir sebelum pencacahan. Oleh karena itu

asumsi perpindahan migran dipengaruhi oleh upah riil dan rasio PDRB lima tahun sebelumnya.

Metode Analisa

Untuk melihat pengaruh variabel independen yang telah disebutkan diatas dengan variabel dependen,

digunakan teknik Analisis Regresi data Panel, Penggunaan metode analisis data panel karena data yang dianalisis

merupakan gabungan antara data antar waktu (time series) dan data antar individu (cross-section).Pengujian

dilakukan dengan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tinggkat migrasi keluar masyarakat di 4

Kab/Kota Madura

Pengujian Hasil Analisa

Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan

berikut ini.

A. Common Effect Model

Page 7: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

Pendekatan ini merupakan model data panel yang paling sederhana. Teknik ini melihat data cross section

serta time series sebagai satu kesatuan dengan mengabaikan adanya perbedaan waktu dan individu.

Dengan hanya menggabungkan data time-series dan cross-section, diasumsikan bahwa perilaku data

antar individu selalu sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini menggunakan pendekatan Ordinary Least

Square (OLS).

B. Fixed Effect Model

Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan

intersepnya. Data panel diestimasi dengan slope yang tidak berubah seiring waktu dari setiap subjek namun

intersep antar individu berbeda karena adanya perbedaan karakteristik perbedaan antar individu (Gujarati,

2012). Fixed Effect Model menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar

data. Metode estimasi ini dikenal pula dengan teknik Least Squares Dummy Variables (LSDV).

C. Random Effect Model

Model ini akan mengestimasi data panel dimana ada kemungkinan variabel pengganggu saling

berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model random effect perbedaan intersep diakomodasi oleh

error terms masing-masing. Keuntungan menggunakan model random effect yakni menghilangkan

heteroskedastisitas.

Pemilihan Spesifikasi Model Terbaik

Untuk memilih salah satu model estimasi yang dianggap paling tepat dari tiga jenis model data panel

maka perlu dilakukan serangkaian uji sebagai berikut.

a. Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui pilihan model terbaik antara Common Effect Model dengan Fixed

Effect Model. Hipotesis dalam uji Chow adalah sebagai berikut:

H0 = Common Effect Model

H1 = Fixed Effect Model

Untuk mengetahui apakah menerima H0 atau H1, maka perlu memperhatikan F Restricted, yaitu dengan

melihat p-value F hasil regresi dengan menggunakan model Fixed Effects. H0 ditolak apabila P-value F dihasilkan

lebih kecil dari α 5%. Sebaliknya, H0 akan diterima apabila P-value F > dari nilai α 5%.

b. Uji Hausman

Uji Hausman dilakukan untuk mengetahui pilihan model terbaik antara Random Effect Model dengan

Fixed Effect Model. Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test adalah sebagai berikut:

H0 = Random Effect Model

H1 = Fixed Effect Model

Untuk mengetahui apakah keputusannya menerima H0 atau H1, maka cara yang digunakan adalah dengan

melihat Prob.chi2 pada hasil uji Hausman. Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa (Prob.chi2) < α, maka H0

ditolak dan H1 diterima, dan sebaliknya jika (Prob.chi2) > α, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dalam pengujian

ini nilai α yang digunakan adalah sebesar 5% atau 0,05.

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji model regresi apakah error term atau residualnya terdistribusi secara

normal atau tidak. Model yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi data yang normal atau

mendekati normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

normal. Untuk menguji apakah residual terdistribusi normal atau tidak, terdapat dua cara yang dapat dilakukan

yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dilakukan dengan menggunakan grafik histogram.

Untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, tidak cukup memadai apabila

hanya menggunakan analisis grafik. Hal ini dikarenakan hasil analisis dengan menggunakan grafik tersebut dapat

menyesatkan apabila tidak berhati-hati yaitu data yang terlihat normal namun ternyata memiliki hasil yang

sebaliknya. Uji normalitas dapat menggunakan metode Jarque Bera (JB) dengan melihat nilai JB.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu kondisi variabel bebas yang berkorelasi dengan satu atau dapat pula

lebih variabel bebas lainnya. Konsekuensi dari model regresi yang terdapat Multikolinearitas adalah kesalahan

Page 8: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

standar estimasinya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah variabel eksogen. Dalam

pengujian ini akan digunakan suatu matriks korelasi yang menunjukkan koefisien suatu korelasi antar variabel

sebagai pembentuk model. Masalah Multikolinearitas terjadi apabila dalam matriks korelasi antar variabel

mempunyai nilai lebih dari 0.8

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini menyatakan bahwa asumsi populasi variabel endogen mempunyai hubungan dengan berbgai

variabel eksogennya, mempunyai varian sama. Akibat pelanggaran uji ini adalah menyebabkan tidak minimalnya

varian estimasi koefisien regresi. Suatu pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White.

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : γ = 0, berarti tidak terdapat Heteroskedastsitas

H1 : γ ≠ 0, terdapat adanya Heteroskedastisitas

Wilayah penolakan H0 adalah probabilitas Obs*R-squared < α, sedangkan penerimaan H0 adalah nilai

probabilitas Obs*R-squared > α. Jika H0 ditolak maka varians dari variabel gangguan untuk tiap pengamatan

besifat berbeda untuk tiap variabel bebasnya, sebaliknya apabila H0 diterima maka varians variabel gangguan

untuk setiap nilai pengamatan adalah sama untuk seluruh variabel independen.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelsi bertujuan menguji apakah model regresi terdapat korelasi antara variabel gangguan pada

periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Pengujian terhadap autokorelasi dilakukan untuk melihat apabila

terdapat suatu korelasi antar sampel yang diurut berdasarkan atas waktu (data time series) atau dalam data cross-

section menurut urutan tempat/ruang.

Autokorelasi juga menunjukkan ketidakbebasan sifat residual regresi dari satu observasi ke observasi

lainnya. Fenomena ini umum ditemukan pada regresi dengan data yang bersifat time series, tetapi kadang juga

ditemukan data cross section. Mendeteksi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson dengan

tingkat kepercayaan α = 5 %. Apabila DW terletak diantara dU dan 4-dU maka tidak ada autokorelasi.

Pengujian Hipotesis

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur besarnya variasi perubahan variabel dependen

yang dijelaskan oleh semua variabel independen. Semakin besar kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan perubahan variabel dependen, maka nilai R2 akan semakin besar. Nilai koefisien determinasi ini

terletak diantara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dimana semakin tinggi nilai R2 suatu regresi (mendekati 1), maka hasil

regresi tersebut akan semakin baik.

b. Uji Signifikansi Secara Simultan (Uji Statistik F)

Uji F ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel

dependen secara sekaligus tanpa memperhatikan tingkat pengaruh dari setiap variabel. Uji F memberikan hasil

yang signifikan meskipun hanya terdapat satu atau dua variabel independen yang berpengaruh secara nyata

terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji F adalah dengan membandingkan p-value (Prob > chi2) dengan

alpha. Alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%. Apabila p-value (Prob > chi2) < α = 5% maka

variabel independen secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Kebalikannya, jika p-value (Prob > chi2) ≥ α = 5% maka dinyatakan bahwa variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam

persamaan secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dalam melakukan uji t ini

dapat dilakukan dengan cara melihat p-value (P>|z|) dari masing-masing variabel independen. Apabila p-value

(P>|z|) masing-masing variabel independen lebih kecil dibandingkan dengan alpha (p-value (P>|z|) < α = 5%)

maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen. Begitu juga sebaliknya, apabila p-value (P>|z|) masing-masing variabel independen lebih besar sama

dengan alpha (p-value (P>|z|) ≥ α = 5%) maka berarti bahwa masing-masing variabel independen terkait tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

Page 9: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian empiris ini menggunakan metodeRegresi data Panel. Sebelumnya data yang digunakan dalam regresi

ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Data migrasi risen keluar 4 Kab/Kota Madura, Tingkat migrasi keluar (out migration rate) Kab/Kota

Madura diperoleh dari hasil pembagian jumlah migrasi keluar (out migration) dibagi dengan jumlah

penduduk pertengahan tahun. Angka ini menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1000 orang

penduduk daerah asal.

2. Data upah riil tahun 2018 Migrasi yang kita teliti pada penelitian ini merupakan migrasi risen yaitu

mereka yang pindah melewati batas propinsi dalan kurun waktu lima tahun terakhir sebelum

pencacahan, oleh karena itu data upah riil yang kita gunakan dalam penelitian ini adalah data upah riil

tahun 2018.

3. Data PDRB 2018 harga konstan menurut lapangan usaha Pada penelitian ini kita melihat perbandingan

rasio proporsi nilai tambah sektor industri. Penggunaan variabel ini untuk melihat ketertarikan migran

untuk pindah dari sektor pertanian ke sektor industri

4. Data tingkat pengangguran terbuka tahun 2018 TPT merupakan persentase jumlah penduduk yang

menganggur terhadap angkatan kerja.

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Migrasi Keluar Kab/Kota Madura. Sub bab ini

memperlihatkan hasil pengujian empiris faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi keluar Kab/Kota Madura.

Pengujian koefisien determinasi (R2), t-test, f-test, uji multikolinearitas serta uji autokorelasi dilakukan untuk

analisis ekonometrik. Berikut adalah hasil penelitian : Ukuran Kebaikan Suai (Goodness Of Fit) Ukuran

Kebaikan Suai (R2) mengukur persentase yang bisa dijelaskan oleh variabel independen akan variabel

dependen (Gujarati, 1978). Nilai R2 terletak antara 0 <= R2 <= 1. Jika nilai R2 bernilai 1 maka variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependen secara utuh. Sementara jika nilainya 0 maka variabel

independen tidak dapat menjelaskan apapun tentang variabel dependen.

Tabel 1

Hasil Pengolahan E-Views

Sesuai dengan hasil regresi Random effect tersebut, maka hasil penelitian diatas dapat ditulis sebagai

berikut:

MIGRASIit = 124028.1+ 26461.09TPTit – 8.094727PEit + 8352.985TURit – 0.022886NTIit + εit

Dari hasil regresi diatas dapat dilihat nilai kebaikan regresi (R2) nilai kebaikan model regresi dilihat dari hasil

perhitungan koefisien determinasi (R2). Berdasrkan hasil perhitungan pada tabel didapatkan nilai R2 sebesar 0,864

atau 86,4%. Artinya varians dari variabel migrasi keluar di Pulau Madura dapat dijelaskan oleh varians variabel

independen yang masuk ke dalam model regresi sebesar 86,4%, sisanya dijelaskan oleh varians variabel lain di

Page 10: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

luar model. hal ini disebabkan karena migrasi merupakan kombinasi dari psikologi dan motif ekonomi

menyangkut berbagai hambatan dan berbagai hal yang sangat kompleks dari satu individu manusia (Mullainathan

dan Thaler, 2000). Artinya lagi bahwa seorang individu akan membuat keputusan sebagai suatu fungsi utilitas

pribadinya menggunakan berbagai informasi yang ada dan memproses informasi yang ada secara tepat menurut

pribadi masing-masing yang bersifat independen (DellaVigna, 2007).

Pengujian tingkat Penting (Uji T)

Untuk melihat pengaruh parsial dari setiap variabel independen maka hal yang harus dilakukan adalah

membandingkan nilai Prob. dengan nilai α yang digunakan. Hipotesis nol diterima apabila nilai Prob. variabel

tersebut > dari nilai α. Sedangkan apabila nilai Prob. < α maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif

diterima. Penelitian ini menggunakan nilai α sebesar 5% atau 0,05.

Variabel tingkat pengangguran terbuka (X1) memiliki nilai statistic t sebesar 5,609 dengan probabilitas

0,000. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α = 0,05 yang berarti nilai parameter variabel X1 signifikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap Migrasi keluar di Pula Madura. Nilai koefisien regresi sebesar 26.461,09 memiliki arti bahwa setiap

penambahan 1% tingkat pengangguran terbuka pada tiap kabupaten di Pulau Madura akan meningkatkan tingkat

migrasi keluar sebanyak 26.462 orang.

Variabel Tingkat pertumbuhan Ekonomi (X2) memiliki nilai statistic t sebesar 4,613 dengan probabilitas

0,002. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X2 signifikan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Migrasi keluar di Pulau Madura. Nilai koefisien regresi sebesar -8,09 memiliki arti bahwa setiap penambahan 1

Milyar PDRB pada kabupaten di Pulau Madura akan menurunkan tingkat migrasi keluar sebanyak 8,09 ~ 9 orang.

Variabel tingkat upah rill (X3) memiliki nilai statistic t sebesar 2,700 dengan probabilitas 0,014. Nilai

probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X3 signifikan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel tingkat upah rill memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Migrasi keluar di Pulau

Madura. Nilai koefisien regresi sebesar 8352.985 memiliki arti bahwa setiap penambahan 100.000 rupiah nilai

UMK pada kabupaten di Pulau Madura akan meningkatkan migrasi keluar sebanyak 8.353 orang.

Variabel Nilai Tambah Industri (X4) memiliki nilai statistic t sebesar -6,152 dengan probabilitas 0,000.

Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X4 signifikan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel Nilai tambah industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Migrasi keluar di

Pulau Madura. Nilai koefisien regresi sebesar -0,022 memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 rupiah nilai tambah

industri pada kabupaten di Pulau Madura akan menurunkan migrasi keluar sebanyak 0,022 orang.

Pengujian Simultan (F-test)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independent secara Bersama-sama (simultan)

mempengaruhi variabel dependen. . Hasil uji F pada tabel diatas didapatkan nilai statistic F sebesar 30,27684

dengan nilai probabilitas 0,000 (p <0,05). Karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa minimal terdapat satu variabel independen yang berpengaruh signfikan terhadapvariabel dependennya.

Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk dapat mengetahui apakah dalam sebuah model regresi,

variabel dependen, variabel independen, atau kedua variabel mempunyai distribusi normal atau tidak.

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

-40000 -20000 0 20000 40000

Series: Standardized Residuals

Sample 2013 2018

Observations 24

Mean -2.30e-11

Median 5831.854

Maximum 40720.21

Minimum -48686.26

Std. Dev. 26369.41

Skewness -0.326493

Kurtosis 2.017464

Jarque-Bera 1.391767

Probability 0.498634

Sumber: Olah data dengan Eviews 9

Hasil pengujian asumsi normalitas didapatkan nilai statistic uji Jarque-Bera sebesar 1,391 dengan probabilitas

0,19 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan residual berdistribusi normal

Uji Multikolinieritas

Page 11: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antar variabel independen dalam regresi berganda. Uji

multikolinearitas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel tersebut. Masalah multikolinearitas terjadi

apabila dalam matriks korelasi antar variabel bebas mempunyai nilai lebih dari 0.8. Tabel berikut adalah hasil dari

uji multikolinearitas.

Tabel 3: Hasil Uji Multikolinieritas

X1 X2 X3 X4

X1 1 -0.0259 -0.069 -0.309

X2 1 0.163 -0.585

X3 1 0.0336

X4 1

Hasil perhitungan nilai korelasi antar variabel X kurang dari 0,80, maka dapat disimpulkan bahwa antar

variabel X tidak terjadi kasus multikolinearitas.

Uji Heterokedatisitas

Tabel 4

Hasil Uji Heterkoedastisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TPT (X1) 2775.234 1849.533 1.500505 0.1491

X2? -0.058892 0.679416 -0.086680 0.9318 X3? 1129.463 1062.606 1.062918 0.3005 X4? 0.000344 0.001479 0.232607 0.8184

Tabel diatas menunjukkan hasil metode Glejser atau hasil regresi dari seluruh variabel independen residual

absolut. Berdasarkan hasil Uji Glejser tersebut maka dapat diketahui tidak ada variabel independen yang

berkorelasi secara signifikan terhadap residual absolut. Oleh karena itu, Ho diterima dan Ha ditolak atau varian

residual bersifat homoskedastis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat unsur.

Hasil pengujian Heteroskedastisitas didapatkan nilai probabilitas pada masing-masing variabel X terhadap nilai

absolut residual lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model tidak terjadi kasus heteroskedastisitas.

Hasil Uji Autokorelasi

Tabel 5

Hasil Uji Autokorelasi

1. Weighted Statistics

R-squared 0.864390 Mean dependent var 153740.9

Adjusted R-squared 0.835840 S.D. dependent var 76833.61

S.E. of regression 31130.40 Sum squared resid 1.84E+10

F-statistic 30.27684 Durbin-Watson stat 1.920384

Prob(F-statistic) 0.000000

Pengujian asumsi autokorelasi dilihat dari nilai statistic Durbin Watson. Hasil statistik Durbin Watson

didapatkan nilai sebesar 1,920. Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai dL 1,0131 dan dU 1,7753. Nilai Durbin

Watson 1,92 lebih dari nilai dU (1,7753) dan kurang dari nilai 4-dU sehingga dapat disimpulkan bahwa residual

hasil pemodelan tidak terjadi kasus autokorelasi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa diatas, disampaikan implikasi sebagai berikut :

1. Pengaruh rasio upah riil terhadap tingkat migrasi keluar Kab/Kota Madura adalah positif dan signifikan

dengan memiliki nilai statistic t sebesar 2,700 dengan probabilitas 0,014. Nilai probabilitas tersebut

kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X3 signifikan. Sehingga dapat disimpulkan

Page 12: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

bahwa variabel UMK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Migrasi keluar di Pulau Madura. Hasil

tersebut menunjukan bahwa perpindahan (migrasi) penduduk dari Kab/Kota Madura keluar Kab/Kota

Madura menjadikan faktor upah sebagai daya tarik bagi penduduk untuk melakukan migrasi. Ada

kemungkinan alasan lain yang lebih kuat untuk mendorong migrasi tersebut seperti faktor budaya

masyarakat Kab/Kota Madura dan faktor pendidikan. Akan tetapi faktor upah akan lebih menunjukan

signifikansi karena beberapa kajian dari pola migrasi yang dilakukan di beberapa negara berkembang

menunjukan bahwa faktor upah inilah yang sebenarnya menjadi faktor utama pendudukan melakukan

migrasi (Todaro, 2000; Tan, 1993).

2. Pada variabel rasio proporsi nilai tambah sektor industri dalam pembentukan PDRB adalah signifikan

dan sesuai dengan hipotesa penelitian ini. Dengan memiliki nilai statistic t sebesar -6,152 dengan

probabilitas 0,000. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel

X4 signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai tambah industri memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Migrasi keluar di Pulau Madura. Nilai koefisien regresi sebesar -0,022 memiliki

arti bahwa setiap penambahan 1 rupiah nilai tambah industri pada kabupaten di Pulau Madura akan

menurunkan migrasi keluar sebanyak 0,022 orang.Hal ini terjadi karena penduduk di madura yang

bermigrasi kedaerah lain lebih banyak dan prioritas untuk melakukan pekerjaan di sector idustri hal ini

terjadi bisa saja karena pada Kab/Kota di Madura memiliki tingkat industrialisasi yg rendah karena

sebagian besar pekerjaan di Madura pada sektor pertanian

3. Variabel tingkat pengangguran terbuka (X1) memiliki nilai statistic t sebesar 5,609 dengan probabilitas

0,000. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X1 signifikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pengangguran terbuka memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Migrasi keluar di Pula Madura. Nilai koefisien regresi sebesar 26.461,09 memiliki

arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat pengangguran terbuka pada setiap kabupaten di Pulau Madura

akan menyebabkan tingkat migrasi keluar meningkat sebanyak 26.462 orang. Tingkat pengangguran

terbuka disini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat migrasi masyarakat Kabupaten

Madura . Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar (0,000)

temuan ini menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran yang ada di daerah akan

menyebabkan meningkatna minat migrasi masyarakat Kabupaten/Kota Madura

4. Pada variabel Laju Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai statistic t sebesar 4,613 dengan probabilitas

0,002. Nilai probabilitas tersebut kurang dari α =0,05 yang berarti nilai parameter variabel X2 signifikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PDRB memiliki pengaruh yang Negative signifikan

terhadap Migrasi keluar di Pulau Madura. Nilai koefisien regresi sebesar -8,09 memiliki arti bahwa setiap

penambahan PDRB pada kabupaten di Pulau Madura akan menurunkan tingkat migrasi keluar sebanyak

8,09 ~ 9 orang Pola migrasi yang banyak dilakukan di Kabupaten/Kota di Madura dari hasil penelitian

yang telah dilakukan adalah Negatif signifikan, hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya migrasi keluar

adalah perpindahan penduduk dari dalam wilayah Kabupaten/Kota Madura ke luar wilayah

Kabupaten/Kota Madura. Banyak penduduk Kabupaten/Kota Madura yang melakukan migrasi,

penduduk banyak yang melakukan migrasi bertujuan untuk mencari pekerjaan karena lapangan

pekerjaan di Kabupaten/ Kota Madura sangat kecil dan upah yang didapat juga kecil. Hal tersebut yang

membuat minat penduduk Kabupaten/Kota Madura untuk bermigrasi semakin besar. Mereka rela

meninggalkan keluarga untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar,walaupun terdapat peningkatan

pertumbuhan ekonomi pada daerah mereka akan tetapi tidak sebanding dengan daerah lain ang memiliki

tingkat pertumbuhan Ekonomi yang lebih tinggi hal tersebut yang membuat mintat masyarakat Madurua

untuk tetap melakukan Migrasi.

Page 13: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor faktor yang mempengaruhi tingkat migrasi keluar masyarakat

Kab/Kota Madura, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terjadi penurunan tingkat pengangguran terbukan pada setiap Kab/Kota di Madura pada periode tahun 2013

hingga tahun 2018 secara rata- rata, berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat migrasi keluar

masyarakat Kab/Kota di Madura. Hasil ini membuktikan hipotesis pertama yang dibangun yaitu dugaan

Tingkat Pengangguran Terbukan berpengaruh positif terhadap tingkat migrasi di wilayah Madura.

2. Laju pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat migrasi keluar wilayah Kab/ Kota Madura berpengaruh positif

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dibangun yaitu diduga bahwa laju pertumbuhan

ekonomi berpengaruh positif terhadap tingkat migrasi keluar wilayah Kab/ Kota Madura artinya, Setisp

peningkatan variabel ini akan mempengaruh tingkat migrasi keluar masyarak Madura

3. Pengaruh rasio upah rill terhadap migrasi keluar wilayah Madura adalah positif signifikan dengan

probabilitas sebesar 0.014, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang di bangun yaitu diduga bahwa tingkat

upah rill berpengaruh positif signifikan dengan tingkat migrasi keluar wilayah Madura, yang artinya setiap

peningkatan tingkat upah rill akan menurunkan tingkat migrasi keluar masyarakat Madura

4. Pengtaruh nilai tambah sector industry berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat migrasi keluar

Kab/Kota Madura, dengan nilai koifisien regresi sebesar 0,022 memiliki arti bahwa setiap penambahan 1

nilai tambah industry pada Kab/ Kota Madura akan menurunkan tingkat migrasi keluar masyarakat Kab/Kota

Madura sebanyak 0.022

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan yang telah dipaparkan, beberapa saran yang dapat disampaikan

untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif adalah sebagai berikut :

1. Kebijakanaan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya alam dan

potensi daerah pada setip Kab/ Kota di Madura untuk menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya dan

menekan angka pengangguran terbuka yg berada di wilayah Madura

2. Disarankan terhadap pemerintah daerah untuk mengadakan pelatihan terhadap masarakat Madura untuk

pengembangan skill dan potensi sehingga mampu mengoptimalkan surplus tenaga kerja bagi daerah untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi

3. Mengupayakan peningkatan upah terhadap tenaga kerja di Madura dengan membuat kebijakan tentang upah

regional yang lebih tinggi, karena dibandingkan dengan Kab/ Kota lain di Jawa Timur Madura merupakan

Kota dengan Upah regional rendah, Hal ini menyebabkan tingkat migrasi keluar di wilayah Madura tinggi

karena keinginan masyarakat untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi dan hidup yang lebih layak.

F. DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Sampang, BPS Provinsi Jawa Timur

Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Bangkalan, BPS Provinsi Jawa Timur

Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Pamekasan, BPS Provinsi Jawa Timur

Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Sumenep, BPS Provinsi Jawa Timur

Badan Pusat Statistika (BPS), 2018, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota,

BPS Provinsi Jawa Timur

Khusaini, Mohammad. 2006. Ekonomi Publik. Desentralisasi Fiskal dan Pembangunan Daerah. Penerbit

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Cetakan Pertama. ISBN: 979-25-7503-0

Atik Nuraini, 2006, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Migrasi Sirkuler menginap/mondok/Study

Kasus Kabupaten Boyolali. Skripsi, Fakultas Ekonomi UNDIP

Chotib, 2000, “Pengangguran Dan Mobilitas Pekerjaan Di Indonesia : Kajian Data SUPAS 1995 “, Media

Ekonomi, Vol. 6 No.1 FE UI, Jakarta

Waridin, 2002., Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri,

Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.3 No.2 Desember 2002.

Page 14: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

Todaro, M.P.,& Smith, 2003., Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga jilid 1, Erlangga, Jakarta

Badan Pusat Satistika (BPS), 2018, Tingkat Migrasi Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota, BPS Provinsi Jawa

Timur

Gujarati, Damodar. 1978 ”Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta.

Mulia, 2004, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi minat tenaga kerja desa untuk bekerja di kota/ Studi

kasus Empat desa di kecamatan Meranggen kabupaten Demak. Skripsi Fakultas UNDIP

Dedi julianto & Alvin alfian, 2017.,Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi tingkat migrasi keluar Sumatra

Barat, Jurnal Ekonomi & Bisnis Darma Andalas, Vol. 19 No. 2, Juli 2017

Syafrida, 2008, “Dampak Kebijakan Migrasi Terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia”, IPB Bogor.

Todaro.M. P., 2000, “Ekonomi Pembangunan”, PT Erlangga

Refiani, Elvina. 2006. Faktor Penyebab dan Dampak Migrasi Sirkuler di Daerah Asal (Kasus Desa Pamijahan,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi

Wijayanti, Ni NSA, dan Ni Luh Karmini.2014.Pengaruh Tingkat inflas, laju pertumbuhan ekonomi dan upah

minimum terhadap tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bali. E- jurnal ekonomi pembangunan

3(10) hal: 460-466,ISSN 2303-0178

http://documents1.worldbank.org/analisis keuangan publik Jawa Timur

Purnomo, Didit dan Chuzaimah. 2004. Studi Tentang Niatan Menetap Migran Sirkuler (Kasus Migran Sirkuler

Asal Wonogiri Ke Jakarta). Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol.5 No.2 Desember 2004.

Purnomo, Didit. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal : Studi

Empiris Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol. 10 No.1 Juni 2009.

Puspitasari, Ayu Wulan. 2010. Analisis Faktor- Faktor yang Mempemgaruhi Minat Migrasi Sirkuler Ke

Kabupaten Semarang. Semarang: Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Pangeran Diponegoro.

Boediono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFF, Yogyakarta.

Asep Djadja Saefullah. 1992. “The Impact of Population Mobility on Two Village Communities of West Java,

Indonesia”. The Flinders University of South Australia : Adelaide. www.akademika.or.id,arsip,EC-

POP1

http://jatimprov.go.id/Data dinamis Provinsi Jawtimur 2016.

Rizal, Muhammad. 2004. Keputusan migrasi sirkuler pekerja sector formal di Kota Medan. Jurnal Siasat Bisnis

UII

Maulida, Yusni. 2013. Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Migrasi Masuk Di Kota Pekanbaru. Jurnal Ekonomi

Vol. 21 No. 2 Juni 2013.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 Tentang upah minimum

Zhao, Yaohui. 1999. ”Labor Migration and Earnings Differences: The Case of Rural China, Economic

Development and Cultural Change

Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor: 188/568/KPTS/013/201 UMK

Ravenstein, 1985. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta

Denik et.al. 2015. Pengaruh Migrasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jember. Jurnal FE UNEJ

Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur, Keaadaan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Timur .

Sriyana, Jaka. 2014. Metode Regresi Data Panel. EKONISIA, Yogyakarta.

Page 15: Disusun oleh : MUHAMMAD NASHAR RAMADHANY …

Rudiningtyas, Dyah Arini. 2015. Pengaruh Pendapatan dan Belanja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi,

Kemiskinan, dan Pengangguran (Studi pada APBN 2004-2008). FakultasEkonomi Universitas Islam

Malang : skripsi, tifak dipublikasikan.

Sukirno, Sudono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Jajang Nurjaman, 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI

KE KECAMATAN BANTARGEBANG KOTA BEKASI

Mantra, Ida Bagoes. 1993. Analisa Perkembangan Kependudukan Menuru\ Sensus Penduduk 1990: Dinamika

Mobilitas Indonesia. Yogyakarta Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Pusat Penelitiar

Kependudukan Universitas Gadjah Mada.