disusun oleh: erose perwitasagi putra f0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing...

126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA NOVEMBER 2010 i

Upload: donguyet

Post on 09-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU

TERHADAP KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN

SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

EROSE PERWITASAGI PUTRA

F0106003

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

NOVEMBER 2010

i  

Page 2: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii  

Page 3: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii  

Page 4: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan Untuk:

Ayah dan Ibu: Sagi Budi M &

Roose Diana M

Adik-adikku: Ian Fatah & M.

Ardiansyah

Keluarga besarku

Pendampingku:Vaulla Remaco S

Sahabat-sahabatku: dari EP

Holics, Fak.Ekonomi UNS,

F!team, Plasma4, Alumni kelas 2e

SMA4 Solo dan semua yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu

iv  

Page 5: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Motto

Bukannya sesuatu itu sulit sehingga kita tidak berani, tetapi karena kita tidak berani

maka sesuatu itu menjadi sulit

(Erose Perwita SP)

Perjuangan terberat dalam hidup ini adalah perjuangan untuk mengalahkan diri

sendiri dan kemenangan terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita dapat

mengalahkan diri sendiri

(Edward Sarjono)

Jika tidak ingin GAGAL, maka jangan IMPIKAN apapun, jangan lakukan apapun

dan jangan jadi apapun

(Leonard Sarjono)

v  

Page 6: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jika kita LUNAK terhadap diri sendiri maka KEHIDUPAN akan KERAS terhadap

diri sendiri, tetapi jika kita KERAS terhadap diri sendiri maka KEHIDUPAN akan

LUNAK terhadap diri sendiri

(Andrie Wongso)

Jika ingin menjadi LUAR BIASA, maka punyailah IMPIAN yang LUAR BIASA,

BEKERJALAH dengan LUAR BIASA dan BERIBADAHLAH dengan LUAR

BIASA

(Ustd. Yusuf Mandur)

Masa Depan yang cerah adalah milik mereka yang percaya akan

KEINDAHAN IMPIAN mereka

(Elanor D Roosevelt)

vi  

Page 7: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas

limpahan hidayah, tuntunan, bimbingan serta petunjuk-Nya penulis selalu diberikan

kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP

KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN SURAKARTA”

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, petunjuk dan bimbingan dari

berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini, dengan tulus dan segenap kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. AM Soesilo, M.Sc, selaku pembimbing skripsi yang selama ini selalu

memberikan waktu, arahan, bantuan dan saran serta bimbingan dalam

penyusunan skripsi penulis;

2. Bhimo Rizky Samodro, SE, Msi, selaku pembimbing akademik yang selama

ini memberi arahan dan bantuan demi kelancaran kuliah penulis untuk

mencapai gelar Strata Satu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta;

vii  

Page 8: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta;

4. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta;

5. Izza Mafruhah, SE Msi, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta;

6. Segenap Dosen dan seluruh Staf Kantor TU Program Strata Satu Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang

telah membantu proses pelaksanaan Pendidikan dan Penelitian;

7. Instansi-instansi yang terkait, seperti Forum Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan dan H.Saud Effendi selaku pemilik Workshop Saud Effendi yang

telah membantu dalam pengumpulan data dan artikel yang sangat berguna

dalam penyusunan skripsi ini;

8. Bapak Sagi Budi Margiyanto dan ibu Roose Diana Musthofa, selaku bapak

dan ibu penulis beserta adik-adik penulis Ian Fatah dan Muhammad

Ardiansyah Budi Saputra yang selalu menjadi semangat dan inspirasi bagi

penulis;

9. Vaulla Remaco Sewacotama yang telah memberikan semangat dan dukungan

penuh kepada penulis;

10. Teman – teman seperjuangan angkatan 2006 (EP Holics dan teman – teman

dari jurusan lain) yang bersama- sama berjuang dalam menjalani masa kuliah.

viii  

Page 9: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, hingga terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak, skripsi ini masih jauh dari

sempurna, kritik dan saran terhadap segala kekurangan yang ada, sangat penulis harapkan

dan penulis mengucapkan terima kasih, penulis berharap semoga skripsi ini turut

memberikan sumbangan manfaat betapapun kecilnya bagi semua pihak yang membutuhkan.

ix  

Page 10: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ ...i

ABSTRAK............................................................................................................................ ..ii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................................... ..v

HALAMAN MOTTO........................................................................................................... .vi

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ xv

DAFTAR TABEL...............................................................................................................xvii

BAB

I. PENDAHULUAN............................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah..................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 8

x  

Page 11: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA…..……………………………………............. ............10

A. Industri............…………………………………………………................ 10

1. Pengertian Industri......................................................................... 10

2. Faktor Penunjang/Faktor Pendukung............................................. 12

3. Pengertian Usaha Kecil, Mikro dan Menengah..............................15

4. Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil. ......................................17

5. Masalah-masalah Industri Kecil di Indonesia.................................19

B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan................................................... 20

C. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas..............................................................23

D. Penelitian Sebelumnya................................................................................ 26

E. Kerangka Pemikiran Teoritis...................................................................... 28

F. Hipotesis.................................................................................................... 30

III. METODE PENELITIAN………………………………………………..............32

A. Desain Penelitian........…....…………………………………….................32

B. Populasi dan Sampel....................................................................................32

C. Sumber Data…………………………………….. ....................................32

D. Definisi Operasional Variabel…………………………………….............35

E. Metode analisis Data....................................................................................35

1. Analisis Diskriptif..............................................................................35

2. AnalisisKuantitatif.......................................................................38

IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………………...........43

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian......................................................43

1. Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam ......................................43

xi  

Page 12: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia .....................................45

B. Deskripsi Umum Industri Batik ..........………………………………......55

1. Sejarah Batik................................................................................ .55

2. Perkembangan Industri Batik.........................................................57

C. Analisis Disriptif Lokasi Penelitian....... .....................................................58

1. Sejarah Kampung Laweyan.............................................................58

2. Lokasi Kampung Laweyan ..............................................................60

3. Kondisi Sosial Masyarakat ..............................................................65

4. Produk Batik Kampung Laweyan..........................................................65

5. Proses Pembuatan Batik.................................................................66

6. Jalur Perjalanan Wisata........................................................ .............68

7. Fasilitas Kampung Batik Laweyan.................................................70

8. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ..........................71

D. Analisis Diskriptif Data............................................................................80

1. Menentukan Jumlah Kelas ..............................................................81

2. Menentukan Interval Kelas .............................................................81

E. Hasil dan Analisis Data ............................................................................94

1. Pemilihan Model......................................................................... ..94

2. Uji Statistik.....................................................................................95

a. Uji Parameter Individual (Uji t)........................................ ..95

b. Uji f.................................................................................. ..98

c. Goodnes of Fit Atau Koefisien Determinasi(R2)..................100

3. Uji Asumsi Klasik .........................................................................100

xii  

Page 13: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Uji Multikolinieritas..........................................................100

b. Uji Heteroskedastisitas.......................................................102

c. Uji Autokorelasi............................................................... 102

4. Analisis Ekonomi......................................................................... 104

V. PENUTUP……………………………………………………………................ 108

A. Kesimpulan………………………………………………………. ............108

B. Saran……………………………………………………………................109

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….................110

LAMPIRAN

xiii  

Page 14: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Diagram Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Usaha Batik.............. ....30

4.1 Struktur Organisasi FPKBL..........................................................................75

4.2 Hubungan Antar Lembaga di kampoeng Batik Laweyan..................................... ..77

4.3 Hubungan FPKBL Dengan Instansi Di Luar Kampoeng Batik Laweyan............... 79

4.4 Daerah Kritis Uji f................................................................................................... 99

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1 Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Oleh Sektor

Industri di Kota Surakarta Tahun 2002-2006.................................................. .3

1.2 Realisasi Ekspor Tahunan Kota Surakarta

Tahun 2007 (Menurut Komoditi)....................................................... .............5

4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta menurut Jenis

Kelamin Tahun 2000-2008............................................................................44

xiv  

Page 15: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2008............................47

4.3 Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi dan Jumlah

Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008..................................................... .......48

4.4 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut

Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta tahun 2006 – 2007........................ ......49

4.5 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(Usia 10 Tahun Ke Atas ) di Kota Surakarta tahun 2007.......................... ......50

4.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta

Tahun 2008 – 2009 (Jutaan Rupiah).................................................................51

4.7 Obyek Wisata Laweyan.......................................................................................... ....69

4.8 Program dan Pelaksanaan Kegiatan (Rencana Program)............................. ....77

4.9 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Umur.................................. .....82

4.10 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Tingkat Pendidikan............. ....83

4.11 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Pengalaman Usaha............... ...85

4.12 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Status Usaha...................... ......86

4.13 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Tenaga Kerja......... .....86

4.14 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Upah Tenaga Kerja............ .....87

4.15 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Biaya Bahan Baku...................88

4.16 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Sumber Modal.........................89

4.17 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Modal..........................90

4.18 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Penjualan............................ .....92

xv  

Page 16: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4.19 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Keuntungan........................ .....93

4.22 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Keuntungan

Pengusaha Batik se Kecamatan Laweyan.......................................................95

4.23 Hasil R21 , R2

2 , R23 dan R2

4 Pada Regresi Antar Variabel

Independen.......................................................................................................96

4.24 Uji Heteroskedastik Menggunakan Uji LM ARCH................................. .....101

4.25 Uji autokorelasi menggunakan pengujian B-G test................................. ......102

 

xvi  

Page 17: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI

EROSE PERWITA SAGI PUTRA

F0106003

PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP

KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN SURAKARTA

Kota Surakarta selain memiliki citra sebagai kota budaya, Surakarta juga mempunyai potensi besar pada perdagangan Batik. Dilihat dari perkembangan peningkatan industri kecil 4 tahun terakhir, termasuk diantaranya adalah industri kerajinan Batik, telah memberikan sumbangan nilai produksi, nilai investasi, penyediaan lapangan kerja dan unit usaha yang lebih besar dibanding industri sedang dan besar (Disperindag: 2009). Berdasarkan fakta tersebut, maka industri kecil kerajinan batik berperan penting dalam pembangunan ekonomi khususnya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana faktor modal, tenaga kerja dan bahan baku dapat mempengaruhi tingkat keuntungan pengusaha batik di Kampung Batik Laweyan. Berdasarkan permasalahan terebut maka hipotesis yang diajukan adalah variabel modal, tenaga kerja dan bahan baku berpengaruh positif terhadap keuntungan para pengusaha batik di kampung batik Laweyan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat diskriptif kuantitatif dengan mengambil data primer (wawancara dan observasi) dengan menggunakan pendekatan regresi linear berganda yaitu dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Berdasarkan hasil pengujian, menunjukkan bahwa variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pengusaha batik di Laweyan. Sedangkan untuk variabel tenaga kerja dan bahan baku tidak berpengaruh terhadap keuntungan pengusaha batik di Laweyan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan saran, antara lain: Perlunya pemerintah daerah Kota Surakarta untuk memberikan bantuan modal kepada pengusaha batik dengan memberikan bantuan kredit lunak kepada para pengusaha batik dengan cara memberikan bantuan kredit dengan bunga yang rendah kepada para pengusaha batik di Kecamatan Laweyan Surakarta.

Kata kunci: Keuntungan, Modal, Tenaga Kerja dan Bahan Baku.

 

Page 18: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan industri merupakan kegiatan untuk peningkatan

kesejahteraan dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang

lebih bermutu. Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan

produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup

kegiatan manusia. Dengan demikian, dapat diusahakan secara vertikal semakin

besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara horizontal

makin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah

(Arsyad, 2001).

Peranan sektor industri yang ditujukan untuk memperkukuh struktur

ekonomi nasional dengan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar

sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional dan kesempatan kerja

sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan – kegiatan pembangunan

diberbagai sektor lainnya dan juga diharapkan mampu meningkatkan

pertumbuhan pendapatan perkapita. Pembangunan di sektor industri

dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antar

industri dan antar sektor industri yang memasukkan bahan baku industri, melalui

iklim yang merangsang bagi penanam modal dan penyebaran pembangunan

 

 

Page 19: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim

usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional (Todaro, 2000).

Pembangunan industri di Indonesia tidak hanya dititikberatkan pada

industri besar saja tetapi juga diperhatikan perkembangan industri kecil dan

kerajinan rumah tangga. Selain itu perkembangan industri juga diupayakan untuk

mengembangkan potensi yang ada yaitu melalui pemanfaatan sumber daya alam

dan sumber daya lainnya secara optimal seperti adanya pembangunan di sektor

industri pedesaan dengan tujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan

industri di daerah atau industri kecil di pedesaan tersebut.

Industri kecil mempunyai peranan penting dalam kegiatan ekonomi

nasional, misalnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan, ikut membantu

pelayanan masyarakat luas, mempercepat pemerataan distribusi pendapatan,

mendorong pertumbuhan ekonomi dan ikut menjaga stabilitas nasional. Dengan

demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan salah satu sasaran yang

memerlukan perhatian khusus. Sasaran tersebut sangat sesuai dengan

permasalahan yang ada di Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran yang

tidak dapat ditampung oleh lapangan pekerjaan yang tersedia.

Industri kecil memang bukan penghasil nilai output dan nilai tambah yang

terbesar jika dibandingkan dengan industri yang berskala besar dan sedang

(Wihana, 2001). Tetapi pada dasarnya industri kecil kerajinan menjadi usaha yang

tangguh dan mandiri sehingga dapat memperkokoh struktur perekonomian

nasional dalam rangka pembangunan nasional, khususnya di sektor industri

mempunyai peranan yang sangat penting ditinjau dari penyerapan tenaga kerja.  

 

Page 20: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Untuk mengetahui peranan sektor industri dari segi kesempatan kerja

dapat ditunjukkan dengan melihat tingkat peranan tenaga kerja untuk sektor

industri selama beberapa tahun terakhir di Kota Surakarta. Pada tahun 2004

industri kecil di Surakarta menyerap 21.531 tenaga kerja dan dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan sampai pada tahun 2009 penyerapan tenaga kerja dari

sektor industri kecil mencapai 26.656 orang. Industri kecil mampu menyerap

tenaga kerja jauh lebih besar jika dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja

yang dilakukan oleh industri besar dan menengah, kondisi ini dapat dilihat pada

tahun-tahun terakhir dan pada tahun 2006 yaitu 8.893 orang untuk tenaga kerja

industri besar dan 7.957 orang untuk tenaga kerja industri menengah.

Tabel 1.1

Jumlah Tenaga Kerja yang Diserap oleh Sektor Industri di Kota Surakarta

Tahun 2004-2009

Jenis Industri

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Besar 1.172 2.671 4.799 10.608 13.338 8.893 Menengah 13.350 12.500 10.572 7.560 7.938 7.957

Kecil 21.531 21.888 22.064 24.954 26.167 26.656 Non

Formal 11.267 11.355 11.575 12.055 12.712 13.032

Jumlah 47.320 48.394 49.010 55.177 60.205 56.538 Sumber : Disperindag Surakarta Tahun 2010

Kota Surakarta selain memiliki citra sebagai kota budaya, Surakarta juga

mempunyai potensi besar pada perdagangan Batik. Dilihat dari perkembangan

peningkatan industri kecil dari tahun 2004 sampai tahun 2009, termasuk

diantaranya adalah industri kerajinan Batik, telah memberikan sumbangan

penyediaan lapangan kerja yang lebih besar dibanding industri sedang dan besar.

 

 

Page 21: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Kondisi ini menunjukkan dimana sektor industri kecil di Surakarta lebih potensial

untuk dikembangkan terutama untuk memajukan sektor pariwisata, meningkatkan

ekspor non migas, dan meningkatkan pendapatan pengrajin itu sendiri.

Citra kota Surakarta sebagai kota budaya, tentunya menuntut kota ini

untuk menghadirkan atmosfir budaya di segala aspek. Kota Surakarta mampu

mengangkat sisi lain pariwisatanya melalui sentuhan kualitas peradaban yang

tinggi. Dengan menjadikan budaya Jawa sebagai daya tarik wisata, maka timbul

tantangan bagi Pemerintah kota maupun warga kota Surakarta untuk bertahan

ditengah laju modernisasi.

Industri kerajinan Batik di Surakarta merupakan bagian dari budaya Jawa

yang dapat dikatakan cukup kuat keberadaannya di masyarakat. Ini terbukti dari

meluasnya penggunaan kain Batik yang semula hanya dipakai wanita dan

sebagian pria, kini diakui sebagai pakaian nasional Indonesia. Batik adalah

sebagai salah satu bagian dari kebutuhan sandang yang dikenal dan digemari

masyarakat dari berbagai kelas sosial.

Surakarta sebagai daerah wisata, mempunyai potensi yang sangat besar

dalam pengembangan dan pemasaran barang kerajinan Batik. Hal ini ditinjau dari

tersedianya tenaga kerja yang terampil dan bahan baku yang tersedia. Industri

Batik sampai saat ini tetap merupakan komoditi unggulan yang senantiasa

dikembangkan baik dari segi desain maupun mutunya. Produksi kerajinan Batik

telah mampu menembus pasar Internasional, dan dapat dilihat dari realisasi ekspor

kota Surakarta pada Tabel 1.3 berikut ini:

 

 

Page 22: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Tabel 1.2

Realisasi Ekspor Tahunan Kota Surakarta Tahun 2009 (Menurut Komoditi)

Jumlah Tahun No. Nama Komoditi

Volume (Kg) Nilai FOB (US$) 1. BATIK 300.534,25 5,487,233.99 2. DAUN CINCAU YANG

DIKERINGKAN 4.500.00 4,144.00

3. KANTONG PLASTIK 311.802,01 428,271.10 4. KARTU UCAPAN 281.452,60 990,657.71 5. KARUNG PLASTIK 2.893.691,18 3,596,390.99 6. KAYU OLAHAN 32.506,88 58.804,71 7. KERAJINAN TANAH LIAT 18.200,00 2,067.96 8. KERAJINAN KAYU 30.024,29 48,197.47 9. KERAMIK 100.259,00 32,942.75 10. MEBEL 3.145.920,57 7,512,232.38 11. PERABOT RT DARI BATU 609.648,98 268,178.56 12. PERALATAN KANTOR 638.355,00 1,310,375.85 13. PLASTIK HANGER 84,00 250.60 14. TAS DARI KERTAS 215.798,97 637,409.95 15. TEKSTIL DAN PRODUK

TEKSTIL 2.129.731,85 22,413,636.67

Jumlah 10.712.509,58 42,790,794.69 Sumber : Disperindag 2010

Data dari Disperindag diatas menunjukkan posisi Batik pada ekspor

Surakarta menempati rangking ketiga yaitu sebesar 5,487,233.99 (menurut FOB

dalam US$) setelah komoditi tekstil yang mencapai 22,413,636.67, dan komoditi

mebel yang mencapai nilai ekspor 7,512,232.38. Potensi Batik ini kemudian

berkembang tidak hanya pada perdagangan kain Batik. Mulai dari tempat

memproduksi, toko, hingga proses pembuatannya menjadi aset pariwisata yang

berharga di Kota Surakarta. Aset pariwisata ini semuanya dapat dinikmati di

Kampung Batik, kawasan sentra batik yang mensinergikan aktivitas perdagangan

dan pariwisata, yaitu Kampung Batik Laweyan.

 

 

Page 23: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Kampung Laweyan di Surakarta memiliki identitas sebagai perkampungan

saudagar. Karakteristiknya sangat berbeda dengan kampung-kampung lain di kota

Surakarta, karena itu sebagian masyarakat Surakarta menyebut daerah itu sebagai

“kampung dagang” Laweyan.

Industri Batik digolongkan menjadi tiga menurut tingkat pengelolaannya,

yaitu:

1. Pengelolaan secara sederhana, terjadi pada industri batik yang sifat

usahanya masih berupa industri rumah tangga dan belum ada spesialisasi

kerja.

2. Pengelolaan tingkat menengah, industri yang bidang usahanya sudah lebih

besar dan penanganan usahanya menggunakan tenaga diluar anggota

keluarga dan mulai terdapat spesialisasi kerja.

3. Pengelolaan secara utuh, industri batik yang lingkup usahanya besar-

besaran, sudah ada spesialisasi kerja baik teknis maupun non teknis.

Sejalan dengan pengembangan pariwisata yang sedang berlangsung di

Surakarta maka industri kecil kerajinan memiliki proses yang menggembirakan,

terutama untuk industri kecil yang memproduksi barang-barang seni seperti batik,

dimana batik tersebut masih identik dengan nilai-nilai tradisional, mengingat

Surakarta sendiri masih memiliki peninggalan bersejarah yaitu Keraton Surakarta

dan masih ada sebagian kehidupan masyarakat yang dilingkupi nuansa kehidupan

keraton (kerajaan).

 

 

Page 24: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Industri kecil kerajinan berperan penting dalam pembangunan ekonomi

khususnya dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil. Dengan demikian,

berbagai upaya akan dilakukan dalam rangka memajukan industri kecil kerajinan.

Di Surakarta terdapat beberapa daerah yang menjadi wilayah sentra industri batik

yang cukup produktif, misalnya Kampung Batik Laweyan. Berdasarkan pada

keadaan yang ada, maka penulis tertarik untuk meneliti karakteristik pengusaha

Batik di Kecamatan Laweyan Surakarta, maka penelitian ini mengambil judul:

“PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA dan BAHAN BAKU

TERHADAP KEUNTUNGAN PENGUSAHA BATIK LAWEYAN

SURAKARTA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dibuat

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran tentang Kampoeng Batik Laweyan Surakarta?

2. Bagaimanakah pengaruh faktor modal, tenaga kerja, dan bahan baku

terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik di Kecamatan Laweyan.

3. Manakah dari faktor modal, tenaga kerja dan bahan baku yang mempunyai

pengaruh paling dominan terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik di

Kecamatan Laweyan.

 

 

Page 25: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah penelitian, maka

tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran tentang Kampoeng Batik Laweyan Surakarta.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor modal, tenaga kerja dan

bahan baku terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik di Kecamatan

Laweyan.

3. Untuk mengetahui manakah dari faktor modal, tenaga kerja dan bahan

baku yang mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat keuntungan

pengusaha batik di Kecamatan Laweyan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Menjadi sumber informasi bagi pengusaha batik untuk mengetahui

seberapa besar pendapatan yang didapatkan oleh para pengusaha batik,

apakah meningkat atau tetap.

2. Membantu untuk mengetahui keadaan pasar batik yang ada didaerah

wilayah penelitian maupun yang diluar daerah penelitian.

3. Menjadi sumber tambahan untuk penelitian yang berhubungan dengan

masalah dalam penelitian ini.

4. Bagi penulis penelitian ini merupakam penerapan dan evaluasi terhadap

teori yang diperoleh selama ini dalam bangku kuliah pada kondisi yang

 

 

Page 26: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

nyata, kususnya masalah ekonomi mikro dan sebagai syarat untuk

mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan Ekonomi Pembangunan pada

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

 

 

Page 27: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Industri

1. Pengertian Industri

Industri adalah suatu kelompok usaha yang menghasilkan produk yang

serupa atau sejenis. Sedangkan produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan

oleh suatu usaha. Berikut ini adalah faktor-faktor pokok yang menyebabkan suatu

industri / perindustrian dapat berkembang dengan baik apabila dimiliki, antara lain

adalah :

1. Faktor Pokok

a. Modal

Modal digunakan untuk membangun aset, pembelian bahan

baku, rekrutmen tenaga kerja, dan lain sebagainya untuk

menjalankan kegiatan industri. Modal bisa berasal dari dalam suatu

negara serta dari luar negeri yang disebut juga sebagai penanaman

modal asing (PMA).

b. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dengan jumlah dan standar kualitas yang

sesuai dengan kebutuhan suatu perindustrian tentu akan membuat

industri tersebut menjadi lancar dan mampu berkembang di masa

depan. Jika suatu negara kelebihan tenaga kerja, maka salah satu

solusi yang baik adalah mengirim tenaga kerja ke luar negeri

 

 

Page 28: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11 

 

menjadi tenaga kerja asing. Contohnya indonesia dengan tenaga

kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW). Jika suatu

negara kekurangan tenaga kerja maka salah satu jalan keluarnya

adalah mendatangkan tenaga kerja asing dari luar negaranya.

c. Bahan Mentah / Bahan Baku

Bahan baku adalah salah satu unsur penting yang sangat

mempengaruhi kegiatan produksi suatu industri. Tanpa bahan baku

yang cukup maka proses produksi dapat terhambat dan bahkan

terhenti. Untuk itu pasokan bahan mentah yang cukup baik dari

dalam maupun luar negeri / impor dapat melancarkan dalam

mempercepat perkembangan suatu industri.

d. Transportasi

Sarana transportasi sangat vital dibutuhkan suatu industri

baik untuk mengangkut bahan mentah ke lokasi industri,

mengangkut dan mengantarkan tenaga kerja, pengangkutan barang

jadi hasil output industri ke agen penyalur / distributor atau ke

tahap produksi selanjutnya, dan lain sebagainya. Terbayang bila

transportasi untuk kegiatan tadi terputus.

e. Sumber Energi / Tenaga

Industri yang modern memerlukan sumber energi / tenaga

untuk dapat menjalankan berbagai mesin-mesin produksi,

menyalakan perangkat penunjang kegiatan bekerja, menjalankan

kendaraankendaraan industri dan lain sebagainya. Sumber energi

 

 

Page 29: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12 

 

dapat berwujud dalam berbagai bentuk seperti bahan bakar minyak

/bbm, batubara, gas bumi, listrik, metan, baterai, dan lain

sebagainya.

f. Marketing / Pemasaran Hasil Output Produksi

Pemasaran produk hasil keluaran produksi haruslah

dikelola oleh orang-orang yang tepat agar hasil produksi dapat

terjual untuk mendapatkan keuntungan / profit yang diharapkan

sebagai pemasukan untuk pembiayaan kegiatan produksi

berikutnya, memperluas pangsa pasar, memberikan dividen kepada

pemegang saham, membayar pegawai, karyawan, buruh, dan lain-

lain.

2. Faktor Penunjang / Faktor Pendukung

a. Kebudayaan Masyarakat

Sebelum membangun dan menjalankan kegiatan industri

sebaiknya patut dipelajari mengenai adat-istiadat, norma, nilai,

kebiasaan, dan lain sebagainya yang berlaku di lingkungan sekitar.

Tidak sensitif terhadap kehidupan masyarakat sekitar mampu

menimbulkan konflik dengan penduduk sekitar. Selain itu ketidak

mampuan membaca pasar juga dapat membuat barang hasil

produksi tidak laku di pasaran karena tidak sesuai dengan selera

konsumen, tidak terjangkau daya beli masyarakat, boikot

konsumen, dan lain-lain.

b. Teknologi

 

 

Page 30: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13 

 

Dengan berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu

akan dapat membantu industri untuk dapat memproduksi dengan

lebih efektif dan efisien serta mampu menciptakan dan

memproduksi barang-barang yang lebih modern dan berteknologi

tinggi.

c. Pemerintah

Pemerintah adalah bagian yang cukup penting dalam

perkembangan suatu industri karena segala peraturan dan kebijakan

perindustrian ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah beserta

aparat-aparatnya. Pemerintahan yang stabil mampu membantu

perkembangan industri baik dalam segi keamanan,

kemudahankemudahan, subsidi, pemberian modal ringan, dan

sebagainya.

d. Dukungan Masyarakat

Semangat masyarakat untuk mau membangun daerah atau

negaranya akan membantu industri di sekitarnya. Masyarakat yang

cepat beradaptasi dengan pembangunan industri baik di desa dan di

kota akan sangat mendukung sukses suatu indutri.

e. Kondisi Alam

Kondisi alam yang baik serta iklim yang bersahabat akan

membantu industri memperlancar kegiatan usahanya. Di Indonesia

memiliki iklim tropis tanpa banyak cuaca yang ekstrim sehingga

 

 

Page 31: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14 

 

kegiatan produksi rata-rata dapat berjalan dengan baik sepanjang

tahun.

f. Kondisi Perekonomian

Pendapatan masyarakat yang baik dan tinggi akan

meningkatkan daya beli masyarakat untuk membeli produk industri,

sehingga efeknya akan sangat baik untuk perkembangan

perindustrian lokal maupun internasional. Di samping itu Saluran

distribusi yang baik untuk menyalurkan barang dan jasa dari tangan

produsen ke konsumen juga menjadi hal yang sangat penting.

Faktor-faktor yang menghambat pembangunan dan perkembangan industri

merupakan kebalikan dari kondisi faktor-faktor di atas. Hanya saja nilainya yang

lebih negatif.

Contoh :

• Permodalan yang kurang

• Tidak ada SDM yang sesuai dengan yang dibutuhkan

• Hasil produksi yang kualitas buruk

• Pemasaran yang buruk

• Daya beli masyarakat yang rendah

 

 

Page 32: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15 

 

3. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pengertian industri kecil telah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis

maupun berbagai instansi formal (pemerintah). Penekanan aspek dan kriteria

diantara berbagai pengertian tersebut kadang kala berbeda-beda. Banyak dijumpai

pengertian industri yang hanya ditekankan pada aspek tenaga kerja/karyawan,

seperti aset, penanaman modal atau investasi, omset dan bahkan pemiliknya.

Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut UU No 8 Tahun

2008 adalah :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana

diatur dalam undang – undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil yang dimaksud

dalam Undang – Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang – Undang ini.

 

 

Page 33: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16 

 

Kriteria usaha mikro menurut UU No 20 Tahun 2008 adalah sebagai

berikut :

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,-

(tiga ratus juta rupiah).

Kriteria usaha kecil menurut UU No 20 Tahun 2008 adalah sebagai

berikut :

• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,-

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kriteria usaha menengah UU No 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,-

(sepuluh milyar rupiah) tidak temasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

 

 

Page 34: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17 

 

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,-

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

Usaha mikro dalam pengertian ini meliputi usaha kecil informal adalah

yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain

petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling,

pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan yang dimaksud usaha kecil

tradisional adalah usaha secara turun temurun dan dapat berkaitan dengan seni

budaya.

Didalam praktek pengertian kecil adalah apabila pemilik mengurusi secara

langsung dan mempunyai hubungan pribadi yang akrab dengan tenaga kerja

termasuk semua pegawai-pegawainya. Kriteria pengusaha kecil secara garis besar

dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja dan investasi yang ditanamkan.

BPS mengklasifikasikan industri dilihat dari penggunaan tenaga kerja

sebagai berikut:

• Industri Rumah Tangga = 1 - 4 orang

• Industri Kecil = 5 – 9 orang

• Industri Sedang = 20 – 29 orang

• Industri Besar = 100 orang atau lebih

4. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil

Menurut Drs. Suryana, M.Si. (2006) Usaha kecil memiliki kekuatan dan

kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain :

 

 

Page 35: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18 

 

1. Memiliki kebebasan untuk bertindak

2. Fleksibel

3. Tidak mudah goncang

Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan kedalam dua

aspek :

1. Aspek kelemahan struktural, yaitu kelemahan dalam strukturnya, misalnya

kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam

pengendalian mutu, kelemahan dalam mengadopsi dan penguasaan

teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih lokal, dan

terbatas akses pasar.

2. Kelemahan kultural, kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan

struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi

dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses

permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti :

a. Informasi peluang dan cara memasarkan produk

b. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan

mudah di dapat

c. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar

dalam menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan

permodalan dan pemasaran.

d. Informasi tentang tatacara pengembangan produk, baik desain,

kualitas, maupun kemasannya.

 

 

Page 36: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19 

 

e. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan

persyaratan yang terjangkau.

5. Masalah – masalah Industri Kecil di Indonesia

Untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan industri kecil yang

peranannya tidak kecil dalam perekonomian banyak menghadapi kendala baik

secara internal maupun eksternal. Secara internal pada umumnya melekat pada

industri kecil sendiri mengandung kelamahan antara lain tingkat produksi rendah,

skala produksi rendah sehingga lemah menjangkau sasaran yang luas, kurang

mampu menyerap informasi pasar, dan teknologi baru yang lebih efisien, karena

rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan serta modal yang dimiliki relatif

rendah.

Permasalahan yang melekat pada industri kecil adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya kemampuan dan keterampilan beroperasi, serta manajemen,

tidak adanya bentuk formal dari perusahaan.

2. Kurangnya permodalan

3. Aposisi bersaing yang kurang kuat

4. Kurangnya koordinasi antara produksi dan penjualan

5. Sistem pencatatan yang kurang mampu.

Sedangkan faktor eksternal adalah adanya iklim diskriminatif dari

pemerintah, terbatasnya peluang untuk memperoleh kredit dari bank. Ada

beberapa alasan yang dapat dikemukakan keengganan pihak bank untuk

memberikan kredit kepada pengusaha kecil, yaitu sulitnya untuk memperoleh

 

 

Page 37: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20 

 

informasi yang memadai tentang industri kecil sebagai pemohon kredit, adanya

resiko yang lebih apakah mampu mengembalikannya, tidak tersedianya agunan

dan seringkali modal yang telah terkumpul dipergunakan untuk keperluan

konsumtif (Saleh, 1986).

B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan

Fungsi produksi adalah suatu pernyataan yang menghubungkan

kuantitas berbagai input dengan berbagai tingkat output, dengan teknologi

tertentu (Arsyad, 1987). Fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu

persamaan, tabel atau grafik yang menyatakan jumlah (maksimum) komoditi

yang dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input alternatif,

bila menggunakan tehnik produksi terbaru yang tersedia (Salvatore, 1989).

Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk

memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka

usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Jika suatu usaha berhenti beroperasi

menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak dapat menghasilkan produk atau

output. Ketiadaan output mengakibatkan tidak adanya pemasukan pada usaha

tersebut. Oleh karena itu, suatu usaha harus menguntungkan dan mempunyai

prospek pasar yang potensial.

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan contoh fungsi produksi

yang homogen yang mempunyai elastisitas substitusi yang konstan. Fungsi

Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1987):

 

 

Page 38: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21 

 

Dimana: Q = output

L = Tenaga kerja

K = capital/modal

a dan b = angka positif, dimana b<1

Pencapaian keuntungan maksimum kadang dihadapkan pada kendala,

diantaranya cara mengalokasikan sumberdaya yang ada untuk menghasilkan

output terbesar dengan tingkat keuntungan yang tinggi. Jika melihat kondisi

seperti ini, maka diperlukan sebuah fungsi produksi dan fungsi keuntungan.

Dalam kondisi ini, akan dititik beratkan pada fungsi keuntungan karena harga

faktor produksi di pasar tidak dapat dikendalikan oleh pedagang.

Fungsi keuntungan yang mudah dipakai dapat menggunakan fungsi

keuntungan Cobb-Douglas. Fungsi keuntungan ini dapat digunakan oleh

pengusaha dalam memaksimalkan keuntungan, pendugaannya relatif mudah,

mudah melakukan manipulasi terhadap analisis dan dapat mengukur efisiensi

pada tingkatan atau pada ciri yang berbeda (Soekartawi, 1990).

Penggunaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dapat dibantu dengan

analisis regresi. Koefisien regresi ini sekaligus merupakan besaran elastisitas,

sedangkan besaran elastisitas tersebut menunjukkan tingkat besaran Return

To Scale (RTS). Soekartawi (1990) menyatakan bahwa jika jumah besaran

elastisitas < elatisitas = 1 >1, maka masuk increasing RTS.

Model fungsi keuntungan menurut Lau and Yotopoulus (1972) adalah

karena model ini dinilai memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan

dengan fungsi produksi dan program linier, diantaranya adalah;

 

 

Page 39: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22 

 

1. Fungsi penawaran output dan fungsi permintaan input dapat diduga

bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit.

2. Fungsi keuntungan dapat digunakan untuk menelaah efisiensi

teknis, harga, dan ekonomi.

3. Di dalam model fungsi keuntungan, peubah-peubah yang diamati

adalah peubah harga output dan input.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model fungsi keuntungan

adalah:

1. Pengusaha sebagai unit analisis ekonomi berusaha

memaksimumkan keuntungan.

2. Pengusaha sebagai penerima harga (price taker).

3. Fungsi produksi adalah berbentuk concave (cekung) dalam input-

input tidak tetap.

Fungsi keuntungan ini dapat digunakan sebagai patokan bagi

pengusaha batik dalam upaya untuk memperoleh keuntungan maksimum

dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Jika jumlah input dikurangi atau

ditambah, maka keuntungan yang diperoleh dapat diprediksi, sehingga dapat

dijadikan acuan bagi pengusaha batik dalam mengambil keputusan-keputusan

dalam usaha batik.

 

 

Page 40: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23 

 

C. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas

Keuntungan adalah selisih antara nilai penjualan perusahaan dengan

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang yang dijual

tersebut.

Secara bentuk sistematis yang sederhana dapat ditulis sebagai berikut :

TR-TC = π

Dimana :

a. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari hasil

penjualan hasil outputnya, TR = output x harga jual.

b. TC (Total Cost) adalah merupakan total biaya yang dihasilkan

untuk memproduksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel

biaya tetap (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah

output yang diproduksi).

c. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR-TC harus ada

selisih yang positif, bila terjadi TR=TC maka terjadi BEP

(Break Even Point), yaitu tidak terjadi keuntungan maupun

kerugian.

Fungsi keuntungan digunakan untuk mengetahui hubungan antara

input dan output, serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga

dan input terhadap produksi. Untuk itu digunakan Fungsi Keuntungan

Cobb-Douglas dengan teknik yang dinamakan Unit-Output-Price Cobb

Douglas Profit Function (UOP-CDPF). Cara ini mempunyai asumsi bahwa

pengusaha adalah lebih memaksimumkan keuntungan daripada

 

 

Page 41: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24 

 

memaksimumkan utilitas atau kepuasan usahanya, sehingga Unit-Output-

Price Cobb Douglas Profit Function adalah cara yang dipakai untuk

memaksimumkan keuntungan. UOP-CDPF adalah suatu fungsi atau

persamaan yang melibatkan harga faktor produksi dan produksi yang telah

dinormalkan dengan harga tertentu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai

berikut (Soekartawi, 1990):

Y=AF (X,Z)

Dimana:

Y = produksi

A = besaran yang menunjukkan efisiensi teknik

X = variabel faktor produksi tidak tetap

Z = variabel faktro produksi tetap

Persamaan keuntungan yang diuntungkan dari persamaan tersebut

dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990):

Dimana:

= besarnya keuntungan

= besarnya efisiensi teknik

= harga dari produksi per satuan

= harga masukan produksi per satuan

= variabel masukan produksi tidak tetap digunakan

 

 

Page 42: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25 

 

= harga masukan produksi tetap per satuan

= variabel masukan produksi tetap digunakan,

Dimana j = 1, ..., n

Untuk memudahkan dalam menganalisa keuntungan cobb-douglas maka

persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990:233):

Dimana:

= keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output

= besaran efisiensi teknik yang dinormalkan dengan harga output

= koefisien variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan

harga output

= koefisien faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga

output

= variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output

= variabel faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga

output

Asumsi dalam Unit-Output-Price Cobb Douglas Profit Function

disamping bahwa pengusaha adalah melakukan tindakan yang berorientasi

 

 

Page 43: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26 

 

memaksimumkan keuntungan, juga berlaku asumsi lainnya yaitu (Soekartawi,

1990):

1. Fungsi keuntungan adalah menurun bersamaan dengan bertambahnya

jumlah faktor produksi tetap,

2. Masing – masing individu sampel memperlakukan harga input yang

bervariasi sedemikian rupa dalam usaha memaksimumkan keuntungan,

3. Walaupun masing – masing individu pengusaha mempunyai produksi yang

sama tetapi fungsi tersebut menjadi berbeda kalau ada perbedaan

penggunaan input tetap yang berbeda jumlahnya.

D. Penelitian Sebelumnnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sahara et al (2004). Penelitian ini dilakukan

dengan meneliti para petani Kakao di Sulawesi Tenggara. Dalam

menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda fungsi

keuntungan cobb-douglas dengan teknik unit output price cobb-douglas

profit function(UOP-CDPF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

variabel modal, luas areal, harga pupuk, harga pestisida dan upah tenaga

kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tajeri dan Noor (2003). Penelitian ini

dilakukan dengan meneliti para penambak Ikan Bandeng di Kecamatan

Palang Kabupaten Tuban Jawa Timur. Dalam menganalisis digunakan

teknik analisis regresi berganda fungsi keuntungan cobb-douglas dengan

teknik unit output price cobb-douglas profit function(UOP-CDPF). Hasil

 

 

Page 44: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27 

 

penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi aktual dan optimal, secara

bersama-sama peubah masukan tidak tetap (benih ikan, pakan ikan, pupuk

tsp dan urea, tenaga kerja manusia) dan peubah masukan tetap (luas areal

dan modal investasi) menunjukkan pengaruh nyata terhadap tingkat

keuntungan usaha budidaya ikan bandeng di Kecamatan Palang Kabupaten

Tuban, Jawa Timur. Namun secara sendirisendiri, pada kondisi aktual

terdapat satu peubah masukan tidak tetap yaitu tenaga kerja manusia tidak

berpengaruh nyata, sedangkan pada kondisi optimal masing-masing

peubah masukan tidak tetap (benih ikan, pakan ikan, tenaga kerja manusia)

dan tetap (luas areal dan modal investasi) memberikan pengaruh yang

nyata.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mandaka dan Hatagaol (2005). Penelitian

ini dilakukan dengan meneliti para petenak sapi perah di Kelurahan Kebon

Pedes Bogor yang merupakan sentra produksi susu sapi segar di wilayah

Bogor. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi berganda

fungsi keuntungan cobb-douglas dengan teknik unit output price cobb-

douglas profit function(UOP-CDPF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

semua variabel bebas yaitu harga konsentrat, harga hijauan, upah tenaga

kerja, harga atau nilai perlengkapan kandang untuk pemeliharaan, harga

obat-obatan, jumlah induk produkstif, pengalaman beternak dan dummy

skala usaha secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keuntungan

usaha ternak pada tingkat kepercayaan 99 persen.

 

 

Page 45: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28 

 

E. Kerangka Pemikiran Teoritis

Para pengusaha batik mempunyai banyak faktor baik sosial maupun

ekonomi yang mempengaruhi mereka untuk menjalankan usaha batik. Fakor

sosial maupun ekonomi tersebut antara lain: umur, tingkat pendidikan,pengalaman

usaha, status usaha, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja, bahan baku, modal,

penjualan dan keuntungan. Keuntungan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi pengusaha batik menjalankan usahanya. Untuk mencapai tujuan

yang diinginkan dalam penelitian ini, penulis memilih beberapa faktor baik sosial

maupun ekonomi yang dianggap mempengaruhi aktivitas ekonomi para

pengusaha batik.

Usaha batik yang dikerjakan oleh para pengusaha batik supaya dapat

bertahan kelangsungan pengelolaannya harus dapat memetik suatu tingkat

keuntungan tertentu. Keuntungan atau pendapatan bersih dari usaha batik

pada dasarnya ditentukan oleh produksi yang dihasilkan (Y), biaya produksi ( C )

dan tingkat harga yang diterima pengusaha ( P ). Atau dapat ditulis dengan dengan

rumus Profit = Total Revenue – Total Costs (Mankiw ,2004). Beberapa faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian keuntungan antara lain adalah :

1. Modal

Permasalahan sentral dan klasik yang selalu dihadapi oleh

pengrajin dan pemilik usaha industri batik adalah permasalahan

permodalan, karena modal disini memegang peranan penting dalam

 

 

Page 46: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29 

 

perekonomian. Penggunaan modal besar dalam proses produksi akan dapat

meningkatkan keuntungan yang diterima oleh pengrajin begitupun

sebaliknya bilamana modal yang digunakan kecil maka keuntungan yang

diperolehnyapun kecil. Tanpa adanya modal maka sangat tidak mungkin

suatu proses produksi dapat berjalan (Sukirno, 2005).

2. Tenaga Kerja

Secara individu variable tenaga kerja berpengaruh positif terhadap

output sector industri batik, yaitu apabila tenaga kerja naik maka output

industri batik juga naik. Hal ini disebabkan karena kenaikkan jumlah

tenaga kerja akan menambah jumlah produksi industri batik tersebut

melalui bertambahnya jumlah pekerja yang bekerja di industri tersebut.

3. Bahan Baku

Bahan baku sangat penting dalam suatu proses produksi. Dalam hal

ini bahan baku mempunyai hubungan yang positif dengan output. Apabila

terdapat penambahan bahan baku maka produksi semakin meningkat.

Adapun faktor-faktor / variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap

keuntungan dapat dilihat Gambar 2.5 berikut ini

 

 

Page 47: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30 

 

Gambar 2.5

Diagram Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan Usaha Batik

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan didekati

dengan menggunakan persamaan fungsi keuntungan Cobb Douglass yang

diaplikasikan dalam penelitian ini untuk empat variabel maka persamaan tersebut

dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

 

 

F. Hipotesis

Mengacu pada uraian kerangka pemikiran teoritis, dapat diajukan beberapa

hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini. Adapun hipotesis tersebut adalah:

TENAGA KERJA ( ) 

KEUNTUNGAN  

BAHAN BAKU ( ) 

MODAL ( ) 

 

 

 

Page 48: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31 

 

1. Diduga besarnya modal berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha

2. Diduga tenaga kerja berpengaruh positif terhadap keuntungan

3. Diduga bahan baku berpengaruh positif terhadap keuntungan

4. Diduga faktor modal mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat

keuntungan pengrajin batik tulis di Kecamatan Laweyan Surakarta

 

 

Page 49: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survei dan wawancara di wilayah

yang menjadi potensi pengembangan batik, yaitu di Kampung Batik se Kecamatan

Laweyan Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada tahun

2010.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh pengusaha batik yang ada di seluruh

kecamatan Laweyan Surakarta. Menurut data dari kecamatan setempat terdapat

125 pengusaha batik di seluruh kecamatan Laweyan.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Dalam penelitian ini, teknik sampling (teknik pengambilan

sampel) yang digunakan adalah dengan cara acak sederhana (simple random

sampling). Populasi dibawah 100 pengamatan, maka sampel yang baik digunakan

adalah minimal 50% dari seluruh populasi dan jika populasi antara 100-1000,

maka sampel yang baik digunakan adalah minimal 15%. Populasi penelitian ini

adalah 125 pengusaha. Untuk itu maka dalam penelitian ini sampel yang akan

 

 

Page 50: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33 

 

diambil adalah 100 pengusaha batik di Kecamatan Laweyan agar penelitian ini

dapat mewakili seluruh populasi.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden yaitu para

pengusaha batik di Kampung Batik se Kecamatan Laweyan Surakarta.

Sumber data ini diperoleh dengan cara :

a. Wawancara adalah pengumpulan data dengan wawancara secara

tatap muka dengan responden, hal ini dilakukan untuk membantu

metode kuisioner. Contoh : dialog antara peneliti dengan responden.

b. Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan dan

pencatatan secara sistematis pada objek penelitian, hal ini

dilakukan untuk melengkapi data yang kurang lengkap.

Contoh : mengamati kehidupan responden

c. Kuisioner adalah pengumpulan data dengan menggunakan

sejumlah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden

untuk memperoleh data primer. Contoh : daftar pertanyaan untuk

responden.

2. Data Sekunder

 

 

Page 51: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34 

 

Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti

koperasi pengusaha batik, Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan

Perdagangan Surakarta, Biro Pusat Statistik,dan data lain yang bersumber

dari referensi studi kepustakaan melalui, jurnal, artikel dan bahan lain dari

berbagai situs website yang mendukung.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 5 (lima) macam,

yaitu keuntungan, modal, tenaga kerja dan bahan baku. Variabel-variabel tersebut

kemudian dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

Variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh

variabel-variabel bebasnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah :

1. Tingkat keuntungan.

Keuntungan adalah laba yang diterima oleh pengrajin batik,

diperoleh dari jumlah produksi dikalikan dengan tingkat harga jual (harga

output) dan dikurangi semua biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan

(harga input) dengan satuan (Rp).

Variabel independen (variabel bebas), yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel terikat, antara lain :

2. Modal adalah sejumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap yang

diukur dari peralatan-peralatan yang dipakai dalam proses produksi untuk

menghasilkan produk batik yang dinyatakan dalam rupiah.

 

 

Page 52: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35 

 

3. Tenaga Kerja adalah sejumlah orang yang bekerja pada pengusaha untuk

menjalankan sistem dari yang sudah ditentukan oleh pengusaha tempat dia

bekerja.

4. Bahan Baku adalah sejumlah bahan dasar yang dibutuhkan oleh seorang

pengusaha untuk menghasilkan suatu produk tertentu.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan manggambarkan / melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat

penelitian berlangsung, berdasarkan fakta-fakta yang tampak.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk melakukan representasi

obyektif mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam masalah-masalah penelitian.

Representasi itu dilakukan dengan mendeskripsikan gejala-gejala sebagai data /

fakta sebagaimana adanya. Data atau fakta itu harus bersumber dari gejala-gejala

yang terdapat didalam masalah yang terjadi. Representasi data itu harus diiringi

dengan pengolahan, agar dapat diberikan penafsiran yang kuat dan obyektif .

Secara harfiah menurut Nazir (1998) metode deskriptif adalah metode

penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sehingga

metode ini tidak hanya mengadakan akumulasi dari data yang tersedia di lapangan.

Namun juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi serta

mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

 

 

Page 53: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36 

 

2. Analisis Kuantitatif

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut:

 

Keterangan :

= tingkat keuntungan

0β = intersep

1β = jumlah modal

2β = besarnya biaya untuk jumlah tenaga kerja

= besarnya biaya bahan baku

= variabel gangguan

1. Analisis Statistik

Setelah diketahui hasil regresi persamaan tersebut, maka dilakukan

pengujian-pengujian meliputi:

a. Uji t

Uji t adalah pengujian koefisien regresi secara individual. Pada

dasarnya uji ini untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-

masing variabel independen dalam mempengaruhi perubahan variabel

dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap atau

konstan. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Menentukan Hipotesisnya

 

 

Page 54: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37 

 

i. Ho : β1 = 0

Artinya suatu parameter (β1) sama dengan nol atau variabel

independen tersebut bukan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

ii. Ha : β1 ≠ 0

Artinya suatu parameter (β1) tidak sama dengan nol variabel

independen tersebut merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

b) Melakukan penghitungan nilai t sebagai berikut:

Nilai t tabel = KN;t 2α − ....................................................... (3.10)

Keterangan:

α = derajat signifikansi

N = jumlah sampel (banyaknya observasi)

K = banyaknya parameter

Nilai t hitung = ( )i

i

Se ββ

……………………….......................(3.11)

Keterangan:

βi = koefisien regresi

Se (βi) = standard error koefisien regresi

 

 

Ho ditolak 

Ho diterima

‐ KN;t 2α − KN;t 2α −  

Ho ditolak 

c) Kriteria pengujian

Page 55: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38 

 

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t

d) Kesimpulan

i. Apabila nilai –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen secara signifikan.

ii. Apabila nilai t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel, maka Ho

ditolak. Artinya variabel independen mampu mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

b. Uji F

Uji F (Overall Test) dilakukan untuk menunjukan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan

derajat keyakinan 95% (α = 5%), derajat kebebasan pembilang

(numerator) adalah k-1 dan penyebut (denumerator) adalah n-k.

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:

a) Menentukan Hipotesis

i. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0

Artinya semua parameter sama dengan nol atau semua variabel

independen tersebut bukan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

 

 

Page 56: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39 

 

ii. Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0

Artinya semua parameter tidak sama dengan nol atau semua

variabel independen tersebut merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen.

b) Melakukan penghitungan nilai F sebagai berikut:

Nilai F tabel = .................................................. (3.12) KNK −− ;1;Fα

Keterangan:

N = jumlah sampel/data

K = banyaknya parameter

Nilai F hitung = ( )( )( )KN.R1

1KR2

2

−−− ......................................(3.13)

Keterangan:

2R = koefisien regresi

N = jumlah sampel atau data

K = banyaknya parameter

 

Ho diterima Ho ditolak 

F (α; K‐1; N‐K

c) Kriteria pengujian

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F

d) Kesimpulan

 

Page 57: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40 

 

i. Apabila nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima. Artinya

variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen secara signifikan.

ii. Apabila nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak. Artinya

variabel independen secara bersama-sama mampu mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

c. Uji koefisien determinasi (R2)

Uji ini bertujuan mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik

dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2

adjusted) antara nol dan satu. Koefisien determinasi nol berarti variabel

independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen bila

mendekati satu variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel

dependen.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah ada hubungan beberapa

atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi

tersebut memiliki kesalahan yang standar besar sehingga

koefisien tidak dapat ditaksir dengan kecepatan yang tinggi.

Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya

multikolinearitas adalah dengan uji Farrar-Glauber

(perhitungan ratio-F untuk lokasi multikolinearitas) yaitu:

 

 

Page 58: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41 

 

(1) Meregres tiap variabel bebas yang lain. Dari regresi

tersebut diperoleh yang cocok 2R ( )21R

(2) Menghitung F kritis

F Hitung = ( )( )( )kNRi

ikiR−−

−2

2

b. Heteroskedasitas

Heteroskedasitas terjadi jika gangguan muncul dalam

fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama

sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sample besar

maupun sample kecil (tetapi masih tetap tidak bias dan

konsisten).

Pengujian heteroskedasitas dilakukan untuk melihat

apakah kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama

atau tidak. Hal tersebut dapat dilambangkan sebagai berikut:

E ( ) 22 QIU =

Dimana:

2Q = varian dari I:1,2,3................n

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel

gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam

 

 

Page 59: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42 

 

sampel kecil maupun sample besar. Salah satu cara untuk

menguji auto korelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-

Watson).

Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial

autokorelasi baik positive maupun negative (Gujarati: 1995),

maka:

d < dl : menolak Ho (ada auto korelasi positive)

d < (4-dl) : menolak Ho (ada auto korelasi negative)

dU<d<(4-dU) : menerima Ho (tidak ada autokorelasi)

dU<d<dl dan (4-dU) <d<(4-dl) : ragu-ragu

 

 

Page 60: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43 

 

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam

a. Kondisi Geografis

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah

yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang dan Yogyakarta.

Kota Surakarta yang juga dikenal dengan sebutan kota Solo merupakan

sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan

Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 meter di

atas permukaan air laut. Dengan luas sekitar 44 km2, kota Surakarta

secara astronomis terletak di antara 110° 45’15”-110° 45’35” Bujur

Timur dan 70º36’00”- 70° 56’00” Lintang Selatan. Kota Surakarta

dibelah oleh tiga aliran sungai besar yaitu sungai Bengawan Solo, Kali

Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada zaman dahulu kala

sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas

perdagangannya. Wilayah Kota Surakarta ini mempunyai suhu udara

rata-rata 26ºC - 28ºC dengan tekanan udara rata-rata 1.010,9 MBS,

kelembaban udara 71 persen, kecepatan angin 4 knot dan arah angin 240

derajat dan beriklim tropis.

 

 

Page 61: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44 

 

Wilayah administratif Kota Surakarta terdiri dari lima kecamatan,

yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar

Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari dan terdiri dari 51

kelurahan yang mencakup 592 RW dan 2.644 RT.

Batas administratif Wilayah Kota Surakarta adalah :

a. Sebelah Utara : Kab. Karanganyar dan Kab. Boyolali

b. Sebelah Timur : Kab. Karanganyar dan Kab. Sukoharjo

c. Sebelah Selatan : Kab. Sukoharjo

d. Sebelah Barat : Kab. Sukoharjo dan Kab. Karanganyar.

Letak wilayah Kota Surakarta yang diapit oleh wilayah lain

menjadikan Kota Surakarta merupakan wilayah yang strategis. Selain itu

posisi Kota Surakarta berada dalam jalur strategis di antara Yogyakarta

dan Semarang (Joglo Semar). Hal ini tentu saja menyebabkan sektor

perdagangan terutama sektor informal mudah untuk dikembangkan di

Kota Surakarta, selain sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan

kenyataan bahwa perkembangan perdagangan sektor informal dari tahun

ke tahun semakin meningkat, terutama pedagang kaki lima.

b. Sumber Daya Alam

Pemerintahan Kota Surakarta merupakan urban area, sehingga

potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya relatif terbatas.

Sebagaimana karakteristik daerah perkotaan lainnya, sektor pertanian di

Kota Surakarta memiliki peranan dan kontribusi yang semakin lama

semakin menurun dalam pembantukan produksi daerah bahkan untuk

 

 

Page 62: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45 

 

kepentingan penyediaan hasil bumi, Pemerintah Kota Surakarta

mengandalkan dari daerah sekitar, baik produk pertanian tanamna

pangan, perkebunan, perikanan, maupun peternakan.

2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia

Kondisi sosial politik selama tahun 2004 lalu dapat dikatakan

relatif tenang dan stabil. Modal dasar ini nampaknya tidak disia-siakan

oleh para pelaku ekonomi. Pulihnya Pasar Gede juga memberi andil

bergeraknya pembangunan ekonomi di Kota Surakarta. Keadaan di atas

tentu merupakan hasil upaya terpadu baik dari pemerintah maupun

masyarakat. Tahun 2004 mungkin merupakan tahun dengan situasi sosial

politik yang paling kondusif sejak terjadinya krisis multidimensi

beberapa waktu yang lalu. Keadaan ini mendorong para pelaku ekonomi

tumbuh kembali secara sehat.

Jumlah penduduk yang besar di suatu wilayah merupakan unsur

penting bagi pembangunan. Penduduk yang besar jika dibina dan

dikembangkan dengan baik dan terpadu akan menjadi potensi dan

sumber daya manusia yang tangguh dalam mendukung pembangunan.

Jumlah penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun terus bertambah.

Penduduk merupakan sumber daya manusia yang secara potensial dan

dinamis mampu mengolah sumber daya alam dan sumber daya buatan

yang ada untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimal sehingga

akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas.

Meningkatnya jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan

 

 

Page 63: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46 

 

pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk di Jawa Tengah Kota

Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan berkembang

dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kota Surakarta menurut Jenis Kelamin

Tahun 2000-2008 

Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Total

Rasio Jenis Kelamin

2000 238.158 252.056 490.214 94,49 2003 242.591 254.643 497.234 95,27 2004 249.278 261.433 510.711 95,35 2005 250.868 283.672 534.540 88,44 2006 254.259 258.639 512.898 98,31 2007 246.132 269.240 515.372 91,42 2008 247.245 275.690 522.935 89,18

Sumber : BPS (Surakarta dalam Angka Tahun 2008)

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 adalah

522.935 jiwa terdiri dari 247.245 laki-laki dan 275.690 perempuan.

Jumlah penduduk tahun 2008 jika dibandingkan dengan jumlah

penduduk tujuh tahun sebelumnya pada tahun 2000 hasil sensus sebesar

490.214 jiwa, berarti dalam tujuh tahun terakhir kota Surakarta

mengalami kenaikan sebanyak 32.721 jiwa. Meningkatnya jumlah

penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

dikarenakan untuk di Jawa Tengah Kota Surakarta termasuk dalam kota

yang cukup maju dan berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di

Jawa Tengah.

Kondisi pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta sudah relatif

rendah yaitu hingga Tahun 2008 mencapai rata-rata sebesar 0,48 persen  

 

Page 64: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47 

 

per tahun (BPS Kota Surakarta). Kepadatan penduduk di Kota Surakarta

pada Tahun 2004 sebesar 11,599 penduduk per tahun per km2 .

Tabel 4.2

Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2008

Sumber : BPS (Surakarta dalam Angka Tahun 2008)

Apabila jumlah penduduk tersebut dibandingkan dengan luas

wilayah yang sebesar 4.403 km2, kepadatan penduduknya adalah sebesar

12.716 jiwa/km2 yang tersebar di 5 (lima) kecamatan, 51 kelurahan yang

mencakup 529 RW dan 2645 RT. Sebagian besar penduduk bekerja di

sektor perdagangan juga sektor industri dan jasa.

Tahun Jumlah

penduduk

Pertumbuhan Jiwa dari kurun waktu sebelumnya

Pertumbuhan Penduduk

1980 469.532 - - 1990 503.827 34.295 0,73 1995 516.594 12.767 0,51 2000 490.214 -26.380 -1,02 2003 497.234 7.020 0,48 2004 510.711 13.477 2,71 2005 534.540 23.829 4,66 2006 512.898 -21.642 -4,05 2007 515.372 2.474 0,48 2008 522.935 7.563 1,47

 

 

Page 65: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48 

 

Tabel 4.3

Luas Daerah, Pembagian Wilayah Administrasi dan Jumlah Penduduk

Kota Surakarta Tahun 2008

Sumber: BPS (Surakarta dalam angka 2008)

No. Kecamatan Luas

Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk Kelurahan

Kepadatan penduduk

(jiwa per km2)1. Serengan 3,19 63.558 7 19.899 2. Laweyan 8,64 109.930 11 12.723 3. Jebres 12,58 142.292 11 11.311 4. Pasar Kliwon 4,82 87.980 9 18.272 5. Banjarsari 14,81 162.093 13 10.945

Jumlah 44,04 565.853 51 12.849

3. Aspek Sosial Ekonomi

a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah

penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang

ditempuh, dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari

Badan Pusat Statistik Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat

pada tabel 4.4 dibawah ini:

 

 

Page 66: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49 

 

Tabel 4.4

Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan

Kota Surakarta tahun 2006 - 2007

No. Tingkat Pendidikan 2006

%

2007

%

Pertumbuhan 2006-2007

(%) 1. Tamat Akademi/ PT 33.103 6,82 33.156 7 0,16 2. Tamat SLTA 95.974 9,78 101.018 21,33 5,26 3. Tamat SLTP 103.569 21,34 103.037 21,76 -0,51 4. Tamat SD 105.816 21,81 99.859 21,08 -5,63 5. Tidak Tamat SD 47.498 9,79 42.924 9,06 -9,63 6. Belum Tamat SD 73.979 15,24 67.858 14,33 -8,27 7. Tidak Sekolah 25.184 5,19 25.658 5,41 1,88

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi menurut mata pencaharian merupakan jumlah

penduduk yang bekerja (usia 10 tahun ke atas) menurut pekerjaan

yang dijalaninya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Surakarta, pada tahun 2006 jenis lapangan pekerjaan yang ditekuni

penduduk Kota Surakarta ada berbagai macam. Pada tabel 4.5 akan

memperlihatkan banyaknya penduduk menurut mata pencahariannya.

 

 

Page 67: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50 

 

Tabel 4.5

Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia 10 Tahun Ke Atas )

Kota Surakarta tahun 2007

No. Mata Pencaharian 2006

%

2007

%

Pertumbuhan 2006-2007(%)

1. Petani Sendiri 486 0,12 486 0,11 -0,01 2. Buruh Tani 569 0,14 569 0,13 -0,01 3. Pengusaha 8.042 1,99 8.218 1,89 -0,1 4. Buruh Industri 70.254 17,44 75.667 17,40 -0,04 5. Buruh Bangunan 64.406 15,99 68.535 15,76 -0,23 6. Pedagang 31.975 7,93 33.180 10,76 2,83 7. Angkutan 17.235 4,27 37.981 8,73 4,46 8. PNS/TNI/POLRI 27.505 6,82 26.169 6,01 -0,81 9. Pensiunan 30.791 7,64 17.018 3,91 -3,73 10. Lain-lain 151.494 37,61 166.936 38,39 0,78

JUMLAH 402.757 100 434.759 100 Sumber : BPS (Surakarta dalam Angka Tahun 2008)

4. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB)

PDRB merupakan salah satu indikator perkembangan

perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan

dengan harga konstan berarti dalam perhitungan telah dihilangkan

pengaruh – pengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang.

Perhitungan PDRB Kota Surakarta Tahun 2006 – 2007 berdasarkan

harga konstan 2000 dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:

 

 

Page 68: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51 

 

Tabel 4.6

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta

Tahun 2008 – 2009 (Jutaan Rupiah)

No

Lapangan Usaha

2008

%

2009

%

Pertumbuhan 2008-2009 (%)

1. Pertanian 2.866,18 0,07 2.900,41 0,07 - 2. Penggalian 1.905,23 0,04 1.862,50 0,04 - 3. Industri Pengolahan 1.200.606,83 27,88 1.235.952,77 27,97 0,09 4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih 103.020,58 2,26 111.391,58 2,57 0,31

5. Bangunan 583.069,88 11,86 625.624,26 12,29 0,43 6. Perdagangan, Hotel,

dan Restoran 1.211.208,49 26,04 1.288.066,92 26,17 0,13

7. Angkutan dan Komunikasi

449.973,94 9,95 484.827,89 9,96 0,01

8. Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan

449.992,44 9,88 481.987,12 9,96 0,08

9. Jasa-jasa 546.699,38 12,03 585.264,16 12,07 0,04 PDRB 4.549.342,95 100 4.817.877,63 100

Sumber : BPS ( Surakarta Dalam Angka 2008)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 – 2009

sektor industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar kedua

setelah perdagangan, hotel dan restoran pada PDRB Kota Surakarta. Dan

yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor penggalian.

Kecamatan Lawiyan atau Laweyan merupakan daerah yang menjadi

fokus utama dalam penelitian ini. Kecamatan ini terletak di barat kota

Surakarta yang memiliki sebelas kelurahan, yaitu kelurahan Bumi, Jajar,

Karangasem, Laweyan, Kerten, Panularan, Pajang, Purwosari, Penumping,

Sondakan dan Sriwedari. Kecamatan ini terkenal karena penduduknya

 

 

Page 69: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52 

 

banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik, sejak dulu sampai

sekarang.

1. Kelurahan Lawiyan

Kelurahan ini memiliki kode pos 57148. Kelurahan ini berada di

pusat kecamatan Lawiyan dan bisa dikatakan jantung kecamatan ini. Di

kawasan Laweyan ada Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Batikan,

dan Jongke, yang penduduknya banyak yang menjadi produsen dan

pedagang batik, sejak dulu sampai sekarang. Di sinilah tempat berdirinya

Syarekat Dagang Islam, asosiasi dagang pertama yang didirikan oleh para

produsen dan pedagang batik pribumi, pada 1912. Bekas kejayaan para

pedagang batik pribumi tempo doeloe ini bisa dilihat dari peninggalan

rumah mewahnya. Di kawasan ini, mereka memang menunjukkan

kejayaannya dengan berlomba membangun rumah besar yang mewah

dengan arsitektur cantik.

Kawasan Laweyan dilewati Jalan Dr Rajiman (yang berada di

poros Keraton Kasunanan Surakarta-bekas Keraton Mataram di Kartasura).

Dari jalan Dr Rajiman ini, banyak terlihat tembok tinggi yang menutupi

rumah-rumah besar, dengan pintu gerbang besar dari kayu yang disebut

regol.

Sepintas tak terlalu menarik, bahkan banyak yang kusam. Tapi

begitu regol dibuka, barulah tampak bangunan rumah besar dengan

arsitektur yang indah. Biasanya terdiri dari bangunan utama di tengah,

 

 

Page 70: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53 

 

bangunan sayap di kanan-kirinya, dan bangunan pendukung di

belakangnya, serta halaman depan yang luas.

Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan

ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu mau menunjukkan

kemampuannya untuk membangun istananya, meski dalam skala yang

mini. Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah rumah besar bekas

saudagar batik yang terletak di pinggir Jalan Dr Rajiman, yang sekarang

dibeli oleh Nina 'Akbar Tanjung', dirawat dan dijadikan homestay

Roemahkoe yang dilengkapi restoran Lestari.

Tentu saja tak semuanya bisa membangun "istana" yang luas,

karena di kanan-kirinya adalah lahan tetangga yang juga membangun

"istana"-nya sendiri-sendiri. Alhasil, kawasan ini dipenuhi dengan

berbagai istana mini, yang hanya dipisahkan oleh tembok tinggi dan gang-

gang sempit. Semangat berlomba membangun rumah mewah ini

tampaknya mengabaikan pentingnya ruang publik. Jalan-jalan kampung

menjadi sangat sempit. Terbentuklah banyak gang dengan lorong sempit

yang hanya cukup dilewati orang atau sepeda motor.

Tapi di sinilah uniknya. Menelusuri lorong-lorong sempit di antara

tembok tinggi rumah-rumah kuno ini sangat mengasyikkan. Kita seolah

berjalan di antara monumen sejarah kejayaan pedagang batik tempo doeloe.

Pola lorong-lorong sempit yang diapit tembok rumah gedongan yang

tinggi semacam ini juga terdapat di kawasan Kauman, Kemlayan, dan

Pasar Kliwon (di Yogyakarta, bisa ditemukan di Kotagede).

 

 

Page 71: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54 

 

2. Kelurahan Penumping.

Kelurahan ini memiliki kode pos 57141. Di kelurahan ini terdapat

gedung Wisma Walikota yang oleh penduduk setempat disebut Loji

Gandrung. Kelurahan Penumping terdiri dari dua kampung yang

dipisahkan oleh Jalan Slamet Riyadi. Di bagian selatan terletak kampung

Penumping, sedang di sebelah utara terdapat kampung Kalitan. Selain Loji

Gandrung, di kelurahan Penumping terdapat beberapa bangunan lain yang

pantas disebut. Misalnya, YPAC (Yayasan Pemeliharaan Anak-anak

Cacad), Tugu Lilin (yang berhubungan dengan peringatan Kebangkitan

Nasional, 20 Mei), Ndalem Kalitan (yang kini dimiliki oleh keluarga

mantan Presiden terlama Republik Indonesia). Di tempat yang dulu berdiri

bangunan milik DKR (Djawatan Kesejatan Rakyat) kini berdiri Grand

Mall.

3. Kelurahan Pajang

Kelurahan ini memiliki kode pos 57146. Di perbatasan Pajang

dengan Desa Makamhaji terdapat situs purbakala yang diyakini sebagai

sisa-sisa keraton Kesultanan Pajang. Nama Pajang kemungkinan besar

berasal dari nama kesultanan yang berdiri sekitar 500 tahun yang lalu ini.

4. Kelurahan Purwosari

Kelurahan ini memiliki kode pos 57142. Sebagian jalan utama kota

Surakarta, yaitu Jalan Slamet Riyadi melewati kelurahan ini.

5. Kelurahan Sriwedari

 

 

Page 72: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55 

 

Kelurahan ini memiliki kode pos 57141. Nama kelurahan ini

diambil dari Taman Sriwedari yang berada di wilayah kelurahan ini.

6. Kelurahan Kerten

Kelurahan ini memiliki kode pos 57143. Di kelurahan ini terdapat

rumah sakit Panti Waluyo dan juga perusahaan rekaman negara

PN.LOKANANTA.

7. Kelurahan Karangasem

Kelurahan ini memiliki kode pos 57145. Kelurahan ini adalah

kelurahan Surakarta yang letaknya paling barat.

8. Kelurahan Bumi

Kelurahan ini memiliki kode pos 57148.

9. Kelurahan Sondakan

Kelurahan ini memiliki kode pos 57147.

10. Kelurahan Panularan

Kelurahan ini memiliki kode pos 57149.

11. Kelurahan Jajar

Kelurahan ini memiliki kode pos 57144.

B. Diskripsi Umum Industri Batik

1. Sejarah batik

Kata “batik” sebenarnya berasal dari Indonesia. Dalam bahasa

Jawa kata batik berasal dari akar kata ”tik” yang berarti kecil. Istilah

batik diperkirakan lahir setelah adanya canting dab teknik perintang

 

 

Page 73: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56 

 

celup dengan lilin yaitu kira-kira setelah zaman Kartasura (abad 18).

Sedang pada zaman sebelumnya orang belum menamakannya batik,

namun motif dan proses batik sudah terbukti ada.

Mengenai asal mula batik Indonesia terdapat beberapa pendapat yang

berbeda-beda dan sampai kini masih dalam penelitian. Pendapat-

pendapat mengenai sejarah batik Indonesia antara lain :

a. Ditinjau dari sejarah kebudayaan, Dr. RM. Sutjipto Wirjosuprapto,

menyatakan bahwa bangsa Indonesia sebelum bertemu dengan

kebudayaan India telah mengenal teknik untuk membuat kain batik,

mengatur penanaman padi dan sebagainya.

b. Ditinjau dari batik design dan proses “wax-resist-technique” maka

beberapa pendapat sebagai berikut :

• Dr. Alfred Steinmann, mengemukakan bahwa semacam batik

terdapat pula di Jepang pada zaman Dinasti Nara sampai abad

pertengahan, disebut “ro-Kechi”. Design batik dari daerah

tersebut umumnya bermotif geometris, tetapi batik di Indonesia

mempunyai design yang lebih tinggi dan banyak variasinya.

Batik dari India selatan dibuat sejenis kain secara lukisan lilin,

dipsangkan di Malaysia terkenal dengan nama kain Palekat.

• Dari keadaan di Indonesia, daerah-daerah yang dulu tidak pernah

terdapat pengaruh budaya India, terdapat pula pembuatan batik,

misalnya di Toraja, Irian, dan Sumatera.

 

 

Page 74: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57 

 

• Ditinjau dari seni ornament di Indonesia, tidak terdapat

persamaan seni ornament dalam batik Indonesia dengaan

ornament dalam batik India

c. Pendapat G.P Rouffaer, yang menyatakan antara lain, batik Jawa

adalah dari luar, dibawa pertama oleh orang Kalinga dan koromandel,

Hindu, dimana pada permulaan sebagai pedagang kemudian sebagai

imigran mulai mempengaruhi di Jawa.

d. Ditinjau dari sejarah, baik M. Yamin maupun Dr. RM Sutjipto

Wirjosuprapto, mengemukakan bahwa pada zaman Sriwijaya ada

hubungan timbal balik antara Sriwijaya dan Tiongkok pada zaman

Dinasti Kaisar T’ang (abad 7-9).

Dengan adanya berbagai pendapat dan penelitian yang

merupakan perkembangan baru dalam masalah sejarah batik

Indonesia, maka pendapat G.P Rouffaer yang sudah menjadi

pendapat umum, yaitu batik Indonesia barasal dari India, menjadi

diragukan.

2. Perkembangan Industri Batik

Perkembangan yang dapat diikuti sampai saat ini adalah

perkembangan desain batik yang tercermin pada motif yang sangat

sederhana pada mulanya, sampai pada motif yang ada saat ini,

menunjukkan karya seni yang halus, rumit, dan indah.

 

 

Page 75: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58 

 

Kemudian perkembangan industri batik dari segi teknologi dimulai

dari cara mengikat dan mewarnai sampai pada penggunaan zat perintang

warna yang digunakan semula dari bubur ketan sampai lilin batik.

Sebagai alat pembatik, semula dari bambu/lidi sampai canting tulis dan

canting cap.

Sedangkan perkembangan industri batik dari segi kegunaan

produknya dapat dilihat, mulanya hanya sebagai kain panjang (jarik)

tetapi saat ini kegunaanya tidak terbatas untuk busana saja melainkan

digunakan juga untuk keperluan alat rumah tangga, seperti gorden, alat

kursi, sprei, tapalk meja dan lain-lain.

C. Analisis Diskriptif Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kampung Laweyan

Kampung Laweyan sudah ada sejak tahun 1500 sebelum masehi mulai

dari keberadaan kerajaan Pajang, Laweyan yang berasal dari kata “Lawe”

(bahan sandang) telah menjadi pusat perdagangan bahan sandang seperti kapas

dan aneka kain. Laweyan semakin pesat ketika Kyai Ageng Henis (keturunan

Brawijaya V) dan cucunya yaitu Raden Ngabehi Lor Ing Pasar/ Sutawijaya

yang kelak menjadi raja pertama Mataram bermukim di Laweyan tahun 1546

M. Kyai Ageng Henislah yang kemudian mengajarkan cara membuat batik

kepada masyarakat Laweyan.

Dalam perkembanganya Laweyan berkembang menjadi pusat industri

batik sejak jaman kerajaan Mataram. Para saudagar batik yang tinggal di  

 

Page 76: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59 

 

Laweyan membangun rumah yang besar-besar dengan tembok menjulang dan

membangun lorong atau jalan rahasia di dalam rumah untuk menuju rumah

juragan batik lainnya di Laweyan dikarenakan berseberangan dengan pihak

kraton, jalan-jalan rahasia tersebut digunakan dalam melakukan pertemuan-

pertemuan dengan sesama saudagar batik untuk membahas kondisi sosial

politik waktu itu.

Sebelum kemerdekaan kampung Laweyan memegang peranan yang

sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1911

muncul organisasi politik yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang

didirikan oleh KH.Samanhudi. Dalam bidang ekonomi para pedagang batik di

Laweyan juga memelopori pergerakan koperasi dengan mendirikan Persatoean

Peroesahaan Batik Boemiputra Soerakarta (PPBBS) pada tahun 1935.

Dalam melakukan penulisan tentang Sejarah Kampung di Laweyan ini,

penulis mewawancarai Slamet Setiono ialah seorang tokoh masyarakat di

Kampung Laweyan ini. Beliau menyatakan bahwa, Laweyan merupakan

sebuah kawasan kampung dagang dan pusat industri batik, yang

perkembangannya dimulai sejak awal abad ke20. Jalur utama Laweyan adalah

jalan protokol kedua setelah jalan Slamet Riyadi yang menjadi penghubung

antara Surakarta dengan Yogyakarta. Dibandingkan dengan wilayah Surakarta

yang lain, maka Laweyan merupakan daerah yang paling kecil, baik jumlah

penduduk maupun luas wilayahnya.

Selama pemerintahan kerjaan Mataram, daerah Laweyan terdiri dari 2

wilayah yaitu Laweyan Barat dan Laweyan Timur yang dipisahkan oleh sungai

 

 

Page 77: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60 

 

Laweyan. Karakteristik penduduk antara 2 wilayah tersebut sangat berbeda.

Penduduk di Laweyan Barat dalam masalah ekonomi dan kebudayaan lebih

banyak berhubungan dengan fasilitas yang disediakan oleh raja, sebaliknya

Laweyan Timur yang dihuni oleh sebagian pedagang dan pengusaha batik,

lebih banyak memusatkan kegiatan pada kegiatan pasar. Pasar yang telah mati

itu sekarang menjadi kampung Lor Pasar atau utara pasar atau Kidul Pasar atau

selatan pasar.

Laweyan terus berkembang sebagai pusat industri batik yang makmur

di Surakarta, selama awal abad ke 20, sebagai akibat ditemukannya alat

pembatik cap menggantikan canting yang dibawa masuk ke Laweyan, industri

batik di Laweyan mengalami modernisasi yang ditandai dengan munculnya

gagasan para pengusaha melahirkan produk batik Sandang pada tahun 1925

dan batik Tedjo tahun 1956.

2. Lokasi Laweyan

Etnis dan suku yang banyak berada di Laweyan adalah suku Jawa,

berdasarkan kesamaan etnis. Sejak jaman kerajaan Mataram, Laweyan banyak

ditinggali oleh bangsa Jawa yang profesinya adalah juragan batik sampai

sekarang ini.

Mayoritas mata pencaharian penduduk di Laweyan sebagian besar

adalah pedagang batik. Ini semua berkat jasa Kyai Ageng Henis, selain

menyebarkan agama, Kyai Ageng Henis juga mengajarkan masyarakat

Laweyan bagaimana caranya membuat batik. Laweyan yang dulunya hanya

memproduksi kain tenun kini berubah menjadi produsen batik.

 

 

Page 78: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61 

 

Kampung Laweyan adalah sentra batik yang terkenal di kota Solo.

Mayoritas penduduk di kampung ini bekerja sebagai pengrajin batik. Batik-

batik itu dipajang langsung di depan rumah mereka yang disulap menjadi ruang

pamer atau butik. Ada yang terlihat mewah ada pula yang sederhana, tetapi

nuansa kuno tetap dipertahankan sampai sekarang. Selain itu penduduk

Laweyan juga ada yang menjadi karyawan pabrik, supir becak, supir angkot

dan juga PNS, mereka hidup rukun dan membantu satu sama lain.

Penduduk di wilayah Laweyan mayoritas beragama Islam ini berkat

Kyai Ageng Henis yang merupakan keturunan Brawijaya V, yang kemudian

mempunyai keturunan Ki Ageng Pemanahan yang mendirikan kerajaan

Mataram di Kotagedhe. Kyai Ageng Henis dulunya beragama Hindu Jawa,

namun semenjak singgahnya sunan Kalijaga di daerah ini ketika hendak

menuju kerajaan Pajang, Kyai Ageng Henis kemudian masuk Islam. Kyai

Ageng Henis bersama Sunan Kalijaga kemudian menyebarkan agama Islam di

Laweyan.

Seorang tokoh yang amat disegani waktu itu atas pengaruh Kyai Ageng

Henis akhirnya juga masuk Islam. Beliau adalah Kyai Ageng Beluk. Setelah

masuk Islam, Kyai Ageng Beluk kemudian mengubah sanggarnya menjadi

masjid untuk menunjang dakwahnya. Masjid inilah yang kemudian dikenal

sebagai masjid Laweyan yang dibangun pada tahun 1546 Masehi. Agama

Islam pun menyebar dengan sangat pesat di Laweyan sampai sekarang.

Fasilitas atau ruang publik di wilayah Laweyan antara lain berupa

tempat terbuka, sebagian jalan (gang), sebagian ruangan yang digunakan untuk

 

 

Page 79: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62 

 

bimbingan les privat, mushola dan masjid, sebagai pemukiman tradisional,

ruang-ruang tersebut terletak diantara massa bangunan yang tersusun secara

padat dan berhimpitan dengan jarak yang relatif sempit, contoh ruang publik di

Laweyan adalah Area Makam Kramat, Masjid Baiturrahim, Latar Jembar,

Masjid Laweyan, Area Parkir Kramat, Langgar Makmur, Langgar Merdeka,

Darul Arqom, Makm Ngingas, Dirham, Masjid Kirmani dan Makam Klaseman.

Ruang-ruang umum milik masyarakat Laweyan ini difungsikan sebagai

suatu area untuk kegiatan bersama pada kegiatan kemasyarakatan. Masjid dan

langgar selain digunakan untuk tempat ibadah juga digunakan untuk kegiatan

sosial dan kebudayaan masyarakat. Ini dikarenakan keterbatasan ruangan,

disamping masjid, langgar dan tanah terbuka adalah milik negara, interaksi

sosial sosial juga dilakukan ditempat-tempat umum seperti makam, ruangan di

sisi jalan serta ruangan terbuka yang mendukung kegiatan masyarakat di

Laweyan.

Pada saat industri batik di Laweyan mengalami masa kejayaan sekitar

tahun 1960an, kampung Laweyan identik sebagai suatu kawasan industri

bersama. Pada masa itu interaksi sosial terjadi lebih intensif. Pambatikan

dilakukan di rumah-rumah saudagar yang terletak di sisi utara, sedang proses

pencucian dan penjemuran dilakukan di sungai dan area tepi-tepian sungai

dilakukan di kawasan selatan. Jalan dan area tepian sungai berfungsi sebagai

area kontak sosial yang cukup efektif, pada masa itu morfologi kampung

Laweyan berbentuk linier.

 

 

Page 80: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63 

 

Seiring dengan perkembangan jaman ditemukannya pompa penyedot

air membuat produksi batik dapat diselesaikan di masing-masing rumah.

Kondisi ini mengakibatkan berubahnya pola morfologi kawasan yang

sebelumnya berbentuk linier menjadi berbentuk cluster. Peran daerah sungai

sebagai area kontak sosial berkurang, seiring dengan perubahan bentuk tersebut

berkurang pula ruang kontak sosial masyarakatnya.

Dahulu rumah-rumah penduduk Laweyan saling berhubungan langsung

melalui pintu-pintu yang dibangun di dalam rumah yang disebut pintu butulan

di atas dan di bawah tanah, sebagian besar halaman rumah mereka juga

digunakan untuk kegiatan masyarakat, pintu butulan selain digunakan untuk

berkomunikasi antar warga tetapi juga digunakan untuk keamanan. Dengan

bentuk rumah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya

mengakibatkan adanya rasa persaudaraan dan persatuan yang kuat diantara

penduduk Laweyan.

Meskipun secara keseluruhan rumah Laweyan sebagaian besar tertutup

dan menimbulkan kesan angkuh bagi orang luar, tetapi itu tidak sepenuhnya

benar. Di dalam rumah dengan pagar tinggi dan tertutup, terdapat suatu

kegiatan sosial masyarakat dari komunitas Laweyan, ada ruang privat yang

digunakan untuk kegiatan publik di Laweyan, sehingga secara langsung

ataupun tidak langsung telah membentuk jalur-jalur ruang publik atau jalan

alternatif yang biasa digunakan oleh komunitas di dalamnya. Dalam

perkembangannya sekarang, karena adanya alih kepemilikan rumah dan

 

 

Page 81: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64 

 

adanya tuntutan kegiatan yang lain maka jalan pintas atau pintu butulan tidak

pernah digunakan lagi.

Dalam struktur kemasyarakatan di Laweyan terdiri dari kelompok

masyarakat saudagar batik atau pedagang batik, masyarakat biasa, tokoh

masyarakat seperti alim ulama dan pejabat pemerintah, selain itu ada juga

golongan saudagar atau pedagang batik yang didominasi oleh pedagang wanita

yang berperan penting dalam perdagangan batik di Laweyan yang disebut

Mbok Mase atau Nyah Nganten dan untuk suami disebut Mas Nganten sebagai

pelengkap dari keutuhan dari rumah tangga atau keluarga.

Sebagian besar masyarakat Laweyan masih melestarikan kesenian

tradisional seperti, keroncong, wayang dan karawitan yang biasanya dimainkan

ketika ada acara pernikahan, sunatan, tetakan dan kelahiran bayi yang

berlangsung di daerah tersebut. Dalam bidang kegiatan kerohanian atau

keagamaan sebagian besar masyarakat Laweyan sering mengadakan kegiatan

keagamaan seperti: pengajian, tadarusan, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak

tertentu jadwal kegiatannya.

Masyarakat di Laweyan menurut sejarahnya adalah masyarakat yang

menghasilkan keturunannya dengan tradisi kawin saudara, yaitu menikah

dengan keluarganya yang masih berhubungan darah, tujuannya adalah harta

benda yang dimiliki keluarga itu tidak jatuh ke tangan orang lain yang bukan

saudara, selain itu pernikahan antar saudara juga bisa menciptakan suatu

keluarga besar yang artinya bisa melanjutkan usaha batik mereka.

 

 

Page 82: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65 

 

3. Kondisi Sosial Masyarakat

Sejak jaman dahulu masyarakat Laweyan terkenal dengan sifatnya

yang tertutup, mandiri, dan beretos kerja tinggi. Hal tersebut tidak lepas dari

latar belakang mereka yang kebanyakan berprofesi sebagai juragan batik,

namun seiring dengan diresmikannya Kampoeng Batik Laweyan sebagai

tujuan wisata, maka sifat ketertutupan para pengusaha batik mulai tergeser.

Hal tersebut dibuktikan dengan dibukanya tempat tinggal mereka yang

menjadi satu bagian dengan pabrik batik untuk dikunjungi wisatawan,

bahkan mereka membuka rumah mereka menjadi showroom batik produksi

mereka.

4. Produk Batik Kampoeng Laweyan

a. Batik Tulis

Batik tulis terdiri dari beberapa jenis yaitu batik tulis tradisional,

batik tulis abstrak, batik tulis dan batik tolet. Batik tulis adalah suatu

teknik melukis diatas kain dengan menggunakan berbagai peralatan

seperti: canthing (alat untuk mengoleskan malam pada kain), gawangan

(rangka bambu untuk membentangkan kain), wajan (tempat untuk

mencairkan malam), anglo (tempat pengapian arang), tepas (kipas), kain

pelindung, saringan malam dan dingklik (tempat duduk).

Pada waktu itu bahan pewarna yang digunakan berasal dari pohon

tinggi, mengkudu, soga dan nila. Sedangkan untuk bahan soda memakai

soda abu dan bahan garam dari lumpur. Karena semua bahan tersebut

berasal dari alam, maka tidak menimbulkan polusi pada lingkungannya.

 

 

Page 83: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66 

 

Proses pembuatan batik tulis meliputi beberapa tahapan seperti

mola (membuat pola), ngiseni (mengisi bagian yang sudah dibuat

polanya), nerusi (membatik pada sisi sebaliknya), nemboki (menutup

bagian kain yang tidak akan diwarnai), mbiriki (proses penghalusan

tembokan), pewarnaan, nglorot (merebus kain agar malamnya larut/lepas)

dan mbabari.

Karena proses yang panjang dan sangat membutuhkan keahlian

dari pembatik, maka batik tulis dijual dengan harga yang mahal. Batik

tulis tergolong sebagai Batik Halus (nomor satu). Batik tulis dari kain ini

sutera merupakan batik termahal dan diproduksi dalam jumlah terbatas.

Batik ini dibuat untuk memenuhi permintaan pasar segmen menengah

keatas dan untuk keperluan ekspor.

b. Batik Cap

Batik cap ada dua jenis yaitu cap yang dikombinasikan dengan

proses batik tulis serta batik yang hanya dicap.

c. Batik Printing (sablon)

Batik printing (batik sablon) adalah batik yang proses

pembuatannya berbeda dengan batik pada umumnya yang menggunakan

malam dan juga dilorod untuk menghilangkan malam, pada baik printing

tidak digunakan malam, tetapi kain langsung diproses menggunakan

mesin. Dalam satu kali produksi bisa menghasilkan batik dalam jumlah

yang banyak.

5. Proses Pembuatan Batik

 

 

Page 84: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67 

 

Proses pembuatan batik meliputi 3 pekerjaan utama, yaitu :

a. Pelekatan lilin batik

Fungsi dari lilin batik adalah untuk menolak terhadap warna

yang diberikan pada kain pada pengerjaan berikutnya. Agar dapat

dituliskan pada kain, lilin tadi perlu dipanaskan dahulu kurang

lebih 60º-70ºC.

Pelekatan lilin dilakukan pada kain untuk membuat motif

batik yang dikehendaki. Dengan cara canting tulis, dengan

dicapkan dengan canting cap atau dilukiskan dengan kuas. Untuk

proses pembatikan cap digunakan canting cap. Proses cap jauh

lebih cepat dibandingkan dengan sistem tulis.

b. Pewarnaan batik

Pekerjaan pewarnaan ini dapat berupa mencelup, secara

lukisan atau painting. Pewarnaan dilakukan secara dingin dan zat

pewarna yang dipakai tidak hilang warnanya pada saat

menghilangkan lilin.

c. Menghilangkan lilin

Menghilangkan lilin batik ini berupa penghilangan sebagian

pada tempat tertentu dengan cara mengerik atau menghilangkan

lilin batik secara keseluruhan.

 

 

Page 85: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68 

 

Dengan tiga macam proses utama tersebut dapat dibuat batik

dengan beberapa macam teknik pembuatan batik. Teknik

pembuatan batik dibagi dalam dua kelompok, yaitu :

• Proses Tradisional : meliputi kerokan, lorodan, bedesan, dan

radionan.

• Proses batik bebas : dalam artian tidak harus mengikuti aliran

proses sebagaimana batik tradisional.

6. Jalur Perjalanan Wisata

Jalur perjalanan wisatawan/pengunjung di Kampoeng Batik Laweyan

dibuat dalam jalur yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan keinginan

pengunjung. Jenis kunjungan wisata disesuaikan dengan waktu kunjungan

wisatawan yang bersangkutan. Dari jenis pengunjung/wisatawan dapat

dibedakan menurut tujuan pengunjung/wisatawan, yaitu:

a. Berbelanja,

b. Akademik/penelitian

c. Belajar membatik

d. Lingkungan

e. Jalan-jalan

 

 

Page 86: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69 

 

Tabel 4.7

Obyek Wisata Laweyan

No. Nama Tempat Jenis Pariwisata Keterangan 1. Makam Ki Ageng Henis Wisata Ziarah Ki Ageng Henis

merupakan kakek (cikal bakal) dari raja-raja

Mataram 2. Makam K.H Samanhudi Wisata Ziarah K.H Samanhudi adalah

pahlawan nasional pendiri Serikat Islam

3. Makam Jayengrana Wisata Ziarah Jayengrana adalah bupati pertama Surabaya

4. Bandar Kabanaran Wisata Budaya Bandar Kabanaran dahulu adalah sungai yang menjadi jalur

transportasi pemasaran batik

5. Showroom dan Tempat Produksi Batik

Wisata Budaya Laweyan merupakan salah satu sentra industri kerajinan Batik di Jawa

6. Ledre Wisata Kuliner Ledre merupakan makanan tradisional

Laweyan 7. Rumah-rumah Kuno Wisata Budaya Bangunan dan rumah-

rumah kuno di Laweyan merupakan bukti

kejayaan juragan batik masa lalu

8. Masjid Laweyan Wisata Religi Masjid Laweyan merupakan salah satu

masjid tua dan bersejarah di kota

Surakarta 9. Langgar Merdeka Wisata Religi Langgar merdeka

dibangun pada tahun 1877 oleh Haji Mashadi

dan kemudian diwakafkan kepada

masyarakat Laweyan 10. Langgar Laweyan Wisata Religi Langgat Laweyan

merupakan langgar tertua di Surakarta

Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, 2010

 

 

Page 87: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70 

 

7. Fasilitas Kampoeng Batik Laweyan

Sebagai konsekuensi ditetapkannya kawasan Laweyan sebagai

daerah tujuan wisata, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

bekerjasama dengan berbagai pihak untuk terus mengembangkan

Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu usaha pengembangan tersebut

adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana bagi pengunjung

Kampoeng Batik Laweyan. Sarana dan prasarana tersebut antara lain:

a. Shelter

Di Kampoeng Batik Laweyan telah dibangun shelter yang

berfungsi sebagai tempat istirahat dan tempat berteduh bagi

pengunjung yang merasa lelah setelah berjalan-jalan di Kampoeng

Batik Laweyan. Shelter tersebut berada disepanjang jalan

Sidoluhur, disamping shelter terdapat board yang memuat peta

lokasi wisata Kampoeng Batik Laweyan beserta lokasi industri

batik yang ada di Kampoeng Batik Laweyan.

b. Becak Wisata

Becak wisata adalah fasilitas berkeliling Kampoeng Batik

Laweyan dengan menggunakan becak. Penarik becak wisata

tersebut adalah penarik becak yang beroperasi di wilayah

Kampoeng Batik Laweyan dan sekitarnya, yang membedakan

becak wisata dengan becak yang lain adalah cat Kampoeng Batik

Laweyan yang ada di slebor becak tersebut. Jumlah becak wisata

yang ada di Kampoeng Batik Laweyan berjumlah kurang lebih 47

 

 

Page 88: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71 

 

buah. Becak wisata tersebut pernah dikerahkan untuk membawa

rombonagn yayasan Warna-warni milik Nina Akbar Tanjung

bersama rombongan pejabat dan mantan pejabat untuk berwisata di

Kampoeng Batik Laweyan.

c. Papan Penunjuk Jalan

Untuk memudahkan wisatawan mengunjungi berbagai

obyek wisata di Kampoeng Batik Laweyan, maka dipasang papan

penunjuk jalan yang berisi nama-nama showroom Batik dan obyek

wisata. Tanda penunjuk jalan yang ada di Kampoeng Laweyan

digunakan sebagai media informasi arah dan tempat daerah tujuan

wisata yang ada di Kampoeng Batik Laweyan, diantara content

penunjuk jalan di Kampoeng Batik Laweyan memuat informasi

letak showroom batik, rumah-rumah kuno, laweyan batik training

center, industri batik, dan lain-lain.

8. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)

merupakan organisasi yang beranggotakan seluruh masyarakat Laweyan.

Awal mula forum ini terbentuk dikarenakan batik Laweyan mengalami

degradasi akibat munculnya batik printing yang berakibat berkurangnya

pengusaha batik. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

(FPKBL) memiliki logo (lampiran).

 

 

Page 89: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72 

 

Keterangan Logo Forum:

a. Rumah Kuno : menggambarkan rumah kuno dan

lingkungan Laweyan

b. 7 titik : menggambarkan terciptanya Sapta Pesona

Pariwisata

c. Pilar : menggambarkan pilar-pilar dari rumah

kuno Laweyan

d. Tumbuhan : menggambarkan keanekaragaman corak

batik

e. 4 daun : menggambarkan 4 daerah yang akan

menjadi daerah pengembang, yaitu Bumi,

Laweyan, Pajang dan Sondakan

f. Pelungguh : menggambarkan kejayaan batik di

Nusantara yang berawal dari Laweyan

Tujuan dibentuknya Forum Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan (FPKBL) adalah untuk membangun serta mengoptimalkan

seluruh potensi Kampoeng Laweyan untuk bangkit kembali dan

menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)

didirikan pada tanggal 25 September 2004, berawal dari sebuah diskusi

dan rapat antar pengusaha Batik laweyan yang kemudian berkembang

menjadi sebuah musyawarah untuk membentuk Forum Pengembangan

Kampoeng Batik Laweyan. Forum Pengembangan Kampoeng Batik

 

 

Page 90: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73 

 

Laweyan (FPKBL) memiliki kesekretariatan di Jl. Dr.Rajiman 521

Laweyan Solo dengan nomor telepon (0271) 712276 dan fax. (0271)

738724.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, Forum Pengembangan Kampoeng

Batik Laweyan tak lepas dari visi dan misinya, adapun visi dan misi dari

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah:

a. Visi

Menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik,

heritage, dan wisata budaya, yang ramah lingkungan melalui

pembangunan yang berkelanjutan.

b. Misi

1) Mengadakan pelatihan produksi batik yang ramah

lingkungan

2) Mengadakan pelatihan pengelolaan / managemen

perusahaan

3) Mengadakan pelatihan pemasaran dan promosi

perusahaan

4) Perkuatan modal melalui kemitraan dengan bank dan

BUMN

5) Perluasan pemasaran produk melalui pembukaan

showroom dan kemitraan dengan bapak angkat dan

perusahaan lain

 

 

Page 91: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74 

 

6) Mendorong peningkatan dan terwujudnya produk

ekspor

7) Mendorong tumbuh kembangnya perusahaan batik baru

8) Penataan infrastruktur kawasan yang mendukung

terwujudnya produksi bersih yang efisien

9) Perkuatan organisasi komunitas kawasan

c. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan unsur yang sangat penting

bagi sebuah instansi. Mekanisme kerja atau operasionalisasi

seluruh kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik bila

struktur organisasinya jelas. Selain itu dengan pembagian kerja

karyawan dan job description yang jelas akan memperlancar

tercapainya tujuan forum. Struktur organisasi Forum

Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan seperti yang

dijelaskan pada gambar berikut ini:

 

 

Page 92: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75 

 

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Seksi

Pembangunan 

Seksi

Litbang 

Seksi

Promosi 

Seksi

Humas

Seksi

Usaha

Seksi Seni

Budaya

Seksi

Guide

Seksi

Pameran 

Bendahara

Penasehat

Gambar 4.1

Struktur Organisasi FPKBL

Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

d. Program dan Pelaksanaan Kegiatan Forum Pengembangan

Kampoeng Batik Laweyan

 

 

Page 93: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76 

 

Ada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Forum

Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dalam rangka

mengembangkan Kampoeng Batik laweyan, diantaranya adalah:

1) Pelatihan di Batik Training Centre

2) Pameran-pameran (pameran klaster)

3) Selawenan

4) Kunjungan dan studi banding

5) Menjalin kerjasama dengan instansi diluar Kampoeng

Batik Laweyan

6) Rapat pelaksanaan Selawenan

Selain itu, Forum Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan juga melaksanakan program pembangunan fisik dan

non fisik, program jangka pendek dan jangka menengah dari

Kampoeng Batik Laweyan, yaitu:

 

 

Page 94: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77 

 

Tabel 4.8

Program dan Pelaksanaan Kegiatan (Rencana Program)

No. Jenis Program Tahun Keterangan 1. Program Jangka Pendek:

Granddesign tata perekonomian dan industri kawasan Grand design

heritage kawasan Grand design Sosial Budaya Grand design tata

ruang kawasan

2005 2006

Swadaya FPKBL, kerjasama dengan pemerintah kota

2. Program jangka menengah: Realisasi program penataan

ekonomi/industri, heritage, social budaya dan tata ruang tahap I

2007 s/d 2011 Swadaya FPKBL, kerjasama dengan pemerintah kota

3. Program jangka panjang: Realisasi program penataan

ekonomi/industri, heritage, social budaya, dan tata ruang tahap II

2011 s/d 2014 Swadaya FPKBL, kerjasama dengan pemerintah kota

Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

e. Hubungan Antara Lembaga di Kampoeng Batik Laweyan

Untuk menunjang kinerja dari Forum Pengembangan

Kampoeng Batik Laweyan, maka dibutuhkan kerjasama antar

lembaga setempat, seperti digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 4.2

Hubungan Antar Lembaga di Kampoeng Batik Laweyan

Sumber: Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)

Kelurahan

FPKBL Forum Lingk. Hidup Forum Perdamaian

 

 

Page 95: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78 

 

f. Hubungan Antara FPKBL dengan instansi di luar Kampoeng

Batik Laweyan dan Strategi Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan

Dalam mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan sesuai

visi dan misinya, Forum Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan bekerjasama dengan berbagai instansi, yaitu: Dinas,

Instansi, lembaga yang sama di tingkat propinsi, nasional dan

internasional.

 

 

Page 96: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79 

 

FPKBL

Tingkat Kota Surakarta

• Disperindag dan Penanaman Modal • Dinas Pariwisata dan Budaya • Dinas Koperasi Bapeda • DPU • Dinas Tata Kota Cagar Budaya • BUMN • ASITA • PHRI • FEDEP • PTS/PTN • Lembaga Pendidikan • BDS • Hotel • Restaurant • Travel Biro • Instansi dan Lembaga Lain yang Terkait

Gambar 4.3

Hubungan Antara FPKBL dengan Instansi di Luar Kampoeng Batik Laweyan

Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan di dalam

kerjasamanya dengan dinas terkait yang paling sering yaitu

dengan Disperindag yang mana kerjasamanya (1) berbentuk

pelatihan dan informasi mengenai warna alam, warna sintesis

dan kain perca, (2) bantuan peralatan industri-industri kecil  

 

Page 97: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80 

 

seperti mesin jahit, obras, konveksi, cap, pewarna, kompor

listrik, dan lain-lain, (3) jika FPKBL mengadakan pameran

biasanya Disperindag memberikan subsidi baik insidental

maupun semi permanen.

Selain Disperindag, Dinas Pariwisata juga bekerjasama

dengan FPKBL diantara kerjasamanya dalam bentuk pariwisata,

guide, dan memberikan anggaran rutin per tahunnya sebesar Rp

6-7 Juta.

Sedangkan instansi-instansi yang lain, diantaranya seperti

koperasi bekerjasama dalam hal memberi tambahan modal,

selain koperasi hotel dan travel juga bekerjasama dalam hal

promo tour, dan lain-lain.

D. Analisis Diskriptif Data

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 responden dari hasil

kuesioner dalam penelitian ini, diperoleh data-data tentang pengusaha batik di

Kota Surakarta yang mengambil studi kasus di Kampung Batik Laweyan.

Data-data tersebut antara lain mengenai keuntungan, modal, tenaga

kerja, bahan baku, dan penjualan dari pengusaha batik itu sendiri ditambah

dengan data tentang kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, guna

memperjelas deskripsi mengenai industri batik di kota Surakarta. Data-data

yang ditampilkan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:

 

 

Page 98: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81 

 

Sebelumnya dapat digunakan beberapa tahap dalam menyusun tabel

atau distribusi frekuensi yaitu sebagai berikut (Djarwanto,1994) :

1. Menentukan jumlah kelas

Digunakan dengan pedoman Sturges dengan rumus sebagai berikut :

k = 1 + 3.3 log n

Dimana: k = jumlah kelas

n = jumlah sampel

Maka dalam penelitian keuntungan pengusaha industri batik di Kecamatan

Laweyan Surakarta didapatkan jumlah kelas yaitu :

k = 1 + 3.3 log (100)

= 7,6

= 8 (dibulatkan)

Jadi, terdapat 8 kelas dalam penelitian ini.

2. Menentukan interval kelas

Selaras dengan pendekatan Sturges, maka interval kelas ditentukan

dengan rumus sebagai berikut :

Ci = kR

Ci = interval kelas

R = range (selisih antara data terbesar dan data terkecil)

k = jumlah kelas

 

 

Page 99: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82 

 

Data-data di luar kategori diatas dimana merupakan data tambahan dalam

menggambarkan kondisi dan deskripsi keuntungan pengusaha batik yang tidak

dimasukkan dalam variabel penelitian ini disusun tanpa adanya kelas yang sudah

ditetapkan melainkan sesuai dengan kriterianya masing-masing.

Data-data tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Yang dimaksud umur disini yaitu umur responden pada saat

penelitian dilakukan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7

berikut ini :

Tabel 4.9

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Umur

Kelas Kelompok Umur (dalam tahun) Frekuensi Persentase

1. < 31 10 10 % 2. 32 – 35 10 10 % 3. 36 – 39 12 12% 4. 40 – 43 9 9 % 5. 44 – 47 9 9 % 6. 48 – 51 15 15 % 7. 52 – 55 27 27 % 8. > 56 8 8 %

Jumlah 100 100 %

Dari table 4.9 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini jumlah responden terbanyak berusia 53 – 56 tahun yaitu

sebesar 27% sebanyak 27 responden. Jumlah responden dengan usia < 31

tahun sebesar 10% sebanyak 10. Jumlah responden dengan usia 32 - 35

 

 

Page 100: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83 

 

tahun sebesar 10% sebanyak 10. Jumlah responden dengan usia 36 – 40

tahun sebesar 12% sebanyak 12. Jumlah responden dengan usia 41 – 44

tahun sebesar 9% sebanyak 9. Jumlah responden dengan usia 45 – 48

tahun sebesar 9% sebanyak 9. Jumlah responden dengan usia 49 – 52

tahun sebesar 15% sebanyak 15. Jumlah responden dengan usia 53 – 56

tahun sebesar 27% sebanyak27. Sedangkan responden dengan usia diatas

57 tahun memiliki prosentase paling sedikit, yaitu sebesar 8% sebanyak 8

responden, jika dilihat secara keseluruhan, semua responden dalam

penelitian ini mayoritas berusia diatas 31 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk menjadi pengusaha batik

diperlukan kematangan usaha dan pengalaman yang cukup sehingga dalam

menjalankan usaha Batik di Kecamatan Laweyan para pengusaha akan

dapat mengatasi semua permasalahan dengan bijaksana.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.10

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Tingkat Pendidikan

Kelas Pendidikan Frekuensi Persentase 1. SD - - 2. SMP 8 8 % 3. SMA 23 23 % 4. DIPLOMA 25 25 % 5. S1 35 35 % 6. S2 10 10 %

Jumlah 100 100 %

 

 

Page 101: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84 

 

Dari table 4.10 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini jumlah responden terbanyak telah menempuh tingkat

pendidikan sampai S1 yaitu sebesar 35% sebanyak 35 responden. Jumlah

responden dengan tingkat pendidikan samapai dengan SMA sebesar 23%

sebanyak 23 responden. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan

sampai dengan Diploma atau sarjana muda sebesar 25% sebanyak 25

responden. Jumlah responden dengan tingkat pendidikan sampai dengan

S2 sebesar 10% sebanyak 10 responden. Sedangkan responden dengan

tingkat pendidikan sampai SMP memiliki prosentase paling sedikit, yaitu

sebesar 8 % sebanyak 8 responden.

Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata semua responden memiliki

tingkat pendidikan formal yang mencukupi. Namun untuk terjun dalam

usaha batik, pengalaman yang cukup dan ketrampilan lebih dibutuhkan

daripada tingkat pendidikan formal. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat

pendidikan yang tinggi tidak mutlak diperlukan dalam kemajuan usaha

batik ini.

 

 

Page 102: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85 

 

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha

Tabel 4.11

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Pengalaman Usaha

Kelas Pengalaman Usaha (tahun) Frekuensi Persentase 1. < 10 12 12 % 2. 10 – 15 28 28 % 3. 15 – 20 45 45 % 4. ≥ 20 15 15 %

Jumlah 100 100 %

Dari table 4.11 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini jumlah responden terbanyak telah memiliki pengalaman

usaha antara 15 sampai dibawah 20 tahun yaitu sebesar 45% sebanyak 45

responden. Untuk responden yang memilki pengalaman usaha antara 10

tahun sampai dibawah 15 tahun yaitu sebesar 28% sebanyak 28 responden.

Untuk responden yang memilki pengalaman usaha diatas 20 tahun yaitu

sebesar 15% sebanyak 15 responden. Sedangkan jumlah responden dengan

pengalaman dibawah 10 tahun memilki prosentase paling sedikit yaitu

sebesar 12% sebanyak 12 responden.

Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha batik telah banyak

mengenal potensi daerah, sumber daya dan kondisi pasar di Surakarta

sehingga mengetahui pangsa pasar penjualan batik, semakin lama

pengusaha batik menjalankan usahanya, maka pengusaha tersebut

memiliki peluang yang lebih besar untuk maju dan berkembang, karena

lebih memiliki pengalaman yang memadai di bidang usaha batik.

 

 

Page 103: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86 

 

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usaha

Tabel 4.12

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Status Usaha

Kelas Status Usaha Frekuensi Persentase 1. Usaha Utama 80 80 % 2. Usaha Sampingan 20 20 %

Jumlah 100 100 %

Dari table 4.12 diatas dapat dilihat bahwa dari 40 responden

penelitian ini jumlah responden terbanyak yang menggunakan status usaha

sebagai usaha utama sebesar 80% sebanyak 80 responden. Sedangkan

yang menggunakan status usaha sebagai usaha sampingan memilik

prosentase paling sedikit yaitu sebesar 20% sebanyak 20 responden. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggantungkan hidup

di sektor industri batik.

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Tabel 4.13

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Tenaga Kerja

Kelas Tenaga Kerja (orang) Frekuensi Persentase 1. < 4 18 18% 2. 4 – 7 49 49 % 3. 8 – 11 10 10% 4. 12 – 15 8 8 % 5. 16 – 19 10 10 % 6. ≥ 19 5 5 %

Jumlah 100 100 %

 

 

Page 104: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87 

 

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa mayoritas responden

menggunakan tenaga kerja antara 4 sampai 7 orang yaitu sebesar 49 %

sebanyak 49 responden. Sedangkan penggunaan tenaga kerja lebih dari 20

orang memilki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 5% sebanyak 5

responden.

Penggunaan tenaga kerja antara 4 sampai dibawah 8 orang

berdasarkan klasifikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dapat

digolongkan pada industri kecil menengah. Sehingga berdasarkan

klasifikasi dari BPS usaha Batik di Kecamatan Laweyan termasuk

golongan usaha indsutri kecil menengah.

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Upah Tenaga Kerja

Tabel 4.14

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Upah Tenaga Kerja

Kelas Upah Tenaga Kerja (Rp) Frekuensi Persentase 1. < 1.000.000 11 11 % 2. 1.000.000 < 2.500.000 16 16 % 3. 2.500.000 < 4.000.000 29 29 % 4. 4.000.000 < 5.500.000 20 20 % 5. 5.500.000 < 7.000.000 7 7 % 6. 7.000.000 < 9.500.000 6 6 % 7. 9.500.000 < 11.000.000 6 6 % 8. ≥ 11.000.000 5 5 %

Jumlah 100 100 %

Dari table 4.14 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini jumlah responden terbanyak memiliki budget untuk upah

tenaga kerja 2.500.000 sampai dibawah 4.000.000 sebesar 29% sebanyak

 

 

Page 105: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88 

 

29 responden, untuk budget upah tenaga kerja dibawah 1.000.000 sebesar

11% sebanyak 11 responden, untuk budget upah tenaga kerja antara

1.000.000 sampai di bawah 2.500.000 sebesar 15% sebanyak 15 responden,

untuk budget upah tenaga kerja antara 4.000.000 sampai di bawah

5.500.000 sebesar 20% sebanyak 20 responden. untuk budget upah tenaga

kerja antara 5.500.000 sampai di bawah 7.000.000 sebesar 7% sebanyak 7

responden. Untuk budget upah tenaga kerja 7.000.000 sampai di bawah

9.500.000 dan budget upah tenaga kerja 9.500.000 sampai di bawah

11.000.000 sebesar 6% sebanyak 6 responden. Sedangkan budget upah

tenaga kerja diatas atau sama dengan 11.000.000 memilki prosentase yang

paling sedikit yaitu sebesar 5% sebanyak 5 responden

7. Karakteristik Responden Berdasarkan Biaya Bahan Baku

Tabel 4.15

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Biaya Bahan Baku

Kelas Biaya Bahan Baku (Rp) Frekuensi Persentase 1. < 5.000.000 25 25 % 2. 5.000.000 < 10.000.000 38 38% 3. 10.000.000 < 15.000.000 5 5 % 4. 15.000.000 < 20.000.000 15 15 % 5. 20.000.000 < 25.000.000 8 8 % 6. 25.000.000 < 30.000.000 2 2 % 7. 30.000.000 < 35.000.000 3 3 % 8. ≥ 35.000.000 4 4 %

Jumlah 100 100 %

Dari table 4.15 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini jumlah responden terbanyak yang mengeluarkan biaya untuk

 

 

Page 106: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89 

 

bahan baku dan yang lainnya adalah antara 5.000.000 sampai dibawah

10.000.000 sebesar 38% sebanyak 38 responden, untuk biaya bahan baku

dan yang lainnya dibawah 5.000.000 sebesar 25% sebanyak 25 responden,

untuk biaya bahan baku dan yang lainnya 10.000.000 sampai dibawah

15.000.000 sebesar 5% sebanyak 5 responden, untuk biaya bahan baku dan

yang lainnya antara 15.000.000 sampai dibawah 20.000.000 sebesar 15%

sebanyak 15 responden, untuk biaya bahan baku dan yang lainnya antara

20.000.000 sampai dibawah 25.000.000 sebesar 8% sebanyak 8 responden,

untuk biaya bahan baku dan yang lainnya antara 30.000.000 sampai

dibawah 35.000.000 sebesar 2% sebanyak 2 responden, untuk biaya bahan

baku dan yang lainnya yang lebih dari atau sama dengan 35.000.000

sebesar 4% sebanyak 4 responden. Sedangkan untuk biaya bahan baku dan

yang lainnya antara 25.000.000 sampai dibawah 30.000.000 memilki

prosentase yang paling sedikit yaitu sebesar 2% sebanyak 2 responden.

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Modal

Tabel 4.16

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Sumber Modal

Kelas Sumber Modal Frekuensi Persentase 1. Bank Pemerintah 43 43 % 2. Bank Swasta 25 25 % 3. Koperasi 10 10 % 4. Sendiri 22 22 %

Jumlah 100 100 %

Dari table 4.16 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini jumlah responden terbanyak yang mendapatkan sumber

 

 

Page 107: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90 

 

modal untuk mendirikan usaha industri batik adalah berasal dari bank

pemerintah sebesar 43% sebanyak 43 responden, untuk sumber modal

yang berasal dari bank swasta sebesar 25% sebanyak 25 responden, untuk

sumber modal yang berasal dari modal sendiri sebesar 22% sebanyak 22

responden, sedangkan untuk sumber modal yang dari koperasi memilki

prosentase ynag paling sedikit yaitu sebesar 10% sebanyak 10 responden.

Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dalam hal ini melalui bank

pemerintah mempermudah pemberian modal terhadap para pengusaha

Batik di Kecamatan Laweyan .

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Modal

Tabel 4.17

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Modal

Kelas Modal (Rp) Frekuensi Persentase 1. < 10 Juta 57 57 % 2. 10 Juta < 13 Juta 7 7 % 3. 13 Juta < 16 Juta 2 2 % 4. 16 Juta < 19 Juta 6 6 % 5. 19 Juta < 22 Juta 9 9 % 6. 22 Juta < 25 Juta 3 3 % 7. 25 Juta < 28 Juta 7 7 % 8. ≥ 28 Juta 9 9 %

Jumlah 100 100 %  

Dari table 4.17 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini jumlah responden terbanyak yang mempunyai modal selama

sebulan adalah kurang dari 10 Juta sebesar 60% sebanyak 60 responden,

untuk modal selama sebulan antara 13 Juta sampai dibawah 16 Juta

 

 

Page 108: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91 

 

sebesar 5% sebanyak 5 responden, untuk modal selama sebulan antara 16

Juta sampai dibawah 19 Juta sebesar 6% sebanyak 6 responden, untuk

modal selama sebulan antara 19 Juta sampai dibawah 22 Juta dan 25 Juta

sampai dibawah 28 Juta sebesar 10% sebanyak 10 responden, untuk modal

selama sebulan antara 22 Juta sampai dibawah 25 Juta sebesar 3%

sebanyak 3 responden, untuk modal selama sebulan diatas atau sama

dengan 28 Juta sebesar 4% sebanyak 4 responden. Sedangkan untuk modal

selama sebulan antara 10 Juta sampai dibawah 13 Juta memilki prosentase

paling sedikit yaitu sebesar 2% sebanyak 2 responden.

Jika dilihat secara umum, maka dapat dikatakan bahwa usaha Batik

di Kecamatan Laweyan sebagian besar memiliki modal sebesar di bawah

20 juta, maka dapat disimpulkan bahwa usaha Batik di Kecamatan

Laweyan merupakan usaha kecil. Sedang menurut kriteria Dinas

Perindustrian dan Perdagangan ( Disperindag ), industri kecil memiliki

modal dibawah 5 juta, sementara industri menengah modalnya antara 5

sampai 200 juta, maka usaha Batik di Kecamatan Laweyan tersebut

menurut ktiteria Disperindag berdasarkan jumlah modal dapat digolongkan

pada sektor industri menengah.

 

 

Page 109: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92 

 

10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Tabel 4.18

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Penjualan

Kelas Pendapatan (Rp) Frekuensi Persentase 1. < 5 Juta 14 14 % 2. 5 Juta < 8 Juta 24 24 % 3. 8 Juta < 11 Juta 9 9 % 4. 11 Juta < 14 Juta 12 12 % 5. 14 Juta < 17 Juta 5 5 % 6. 17 Juta < 20 Juta 2 2 % 7. 20 Juta < 23 Juta 5 5 % 8. ≥ 23 Juta 29 29 %

Jumlah 100 100 %  

Dari table 4.18 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini mayoritas responden mempunyai pendapatan selama sebulan

adalah antara 5 Juta sampai dibawah 8 Juta sebesar 40% sebanyak 40

responden, untuk pendapatan selama sebulan di bawah 5 Juta sebesar 15%

sebanyak 15 responden, untuk pendapatan selama sebulan antara 8 Juta

sampai dibawah 11 Juta dan 14 Juta sampai dibawah 17 Juta sebesar 10%

sebanyak 10 responden, untuk pendapatan selama sebulan antara 11 Juta

sampai dibawah 14 Juta sebesar 6% sebanyak 6 responden, untuk

pendapatan selama sebulan antara 17 Juta sampai dibawah 20 Juta dan

antara 20 Juta sampai dibawah 23 Juta sebesar 7% sebanyak 7 responden.

Sedangkan untuk pendapatan selama sebulan diatas atau sama dengan 23

Juta memilki prosentase paling sedikit yaitu sebesar 5% sebanyak 5

responden.

 

 

Page 110: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93 

 

Hal ini menunjukkan bahwa usaha Industri Batik di Kecamatan

Laweyan termasuk usaha yang menguntungkan, sehingga sangat tepat

apabila usaha batik tersebut dikembangkan.

11. Karakteristik Responden Berdasarkan Keuntungan

Tabel 4.19

Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Keuntungan

Kelas Keuntungan (Rp) Frekuensi Persentase 1. < 3 Juta 50 50% 2. 3 Juta < 5 Juta 13 13% 3. 5 Juta < 7 Juta 17 17% 4. 7 Juta < 9 Juta 10 10% 5. 9 Juta < 11 Juta 5 5% 6. ≥ 11 5 5%

Jumlah 100 100 %

Dari table 4.19 diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden

penelitian ini mayoritas responden mempunyai keuntungan selama sebulan

adalah dibawah 3 Juta sebesar 50% sebanyak 50 responden, untuk

keuntungan selama sebulan antara 3 Juta sampai dibawah 5 Juta sebesar

13% sebanyak 13 responden, untuk keuntungan selama sebulan antara 5

Juta sampai di bawah 7 Juta sebesar 17% sebanyak 17 responden, untuk

keuntungan selama sebulan antara 7 Juta sampai dibawah 9 Juta sebesar

10% sebanyak 10 responden, untuk keuntungan selama sebulan antara 9

Juta sampai dibawah 11 Juta dan lebih dari 11 Juta memilki prosentase

paling sedikit yaitu sebesar 5% sebanyak 5 responden.

 

 

Page 111: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94 

 

Hal ini menunjukkan bahwa rata – rata usaha Industri Batik di

Kecamatan Laweyan termasuk usaha kecil menengah karena rata – rata

keuntungan yang diperoleh adalah dibawah 5 Juta.

E. Hasil dan Analisis Data

1. Pemilihan Model

Model Regresi yang digunakan dalam pengolahan data skripsi ini

adalah model log-linier:

 

Keterangan :

= tingkat keuntungan

0β = intersep

1β = jumlah modal

2β = besarnya biaya untuk jumlah tenaga kerja

= besarnya biaya bahan baku

= variabel gangguan

Hasil pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

Eviews 3.1 dengan model regresi log-linear dengan tampilan data

pengolahan data sebagai berikut:

 

 

Page 112: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95 

 

Tabel 4.22

Hasil Analisis Regresi

Variabel Koefisien Regresi t – statistik Konstanta -0,868887 -5,695394 Modal 1,449430 3,745267 Upah Tenaga Kerja 0,096112 1,117653 Bahan Baku -0,617766 -1,671758 Koef. Determinasi ( ) 0,856074 F – statistik 190,3372

Sumber : Eviews 3.1, data diolah 

Hasil estimasi menggunakan Eviews 3, adalah:

 

Se = (0.152560) (0.387003) (0.085995)

(0.369531)

t = (-5.695394) (3.745267) (1.117653)

(-1.671758)

2. Uji Statistik

a. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regresi

yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-

masing variabel independen terhadap variable dependennya. Hasil

pengujian statistik t akan didapatkan hasil sebagai berikut:

 

 

Page 113: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96 

 

t.tabel KNt −;2

α 5100;2

05.0 −t = 1,960

Keterangan :

α = derajat signifikansi

Ho diterima

 

Ho ditolak  Ho ditolak 

‐1,960 

N = jumlah sampel/observasi (100)

K = banyaknya variabel (5)

 1,960 

Tabel 4.23 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Keuntungan

Pengusaha Batik Laweyan

Variabel t-statistik Prob. Kesimpulan C -5.695394 0.0000 Signifikan pada α = 5%

LnM - 3.745267 0.0003 Signifikan pada α = 5% LnTK 1.117653 0.2665 Tidak Signifikan pada α = 5% LnBB -1.671758 0.0978 Tidak Signifikan pada α = 5% Sumber: Hasil olahan E‐Views 3.1, 2010, diolah 

(1) Jika -1,960 < t.hit < 1,960 maka Ho diterima, Ha ditolak.

Berarti koefisien regresi parsial variabel tersebut secara statistik

tidak berpengaruh terhadap Keuntungan Pengusaha Batik pada

tingkat signifikansi α = 5%.

(2) Jika t.hit < -1,960 atau t.hit > 1,960 maka Ho ditolak, Ha

diterima. Berarti koefisien regresi parsial variabel tersebut

 

Page 114: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97 

 

berpengaruh secara signifikan terhadap Keuntungan Pengusaha

Batik tingkat signifikansi α = 5%.

Berikut ini adalah hasil pengujian variabel individual dengan

tingkat signifikan 5%:

(1) Koefisiensi regresi dari Konstanta mempunyai t hitung -

5.695394 < -1,960 dimana nilai probabilitasnya 0.0000 < 0,05

maka koefisien dari regresi tersebut signifikan pada tingkat

signifikansi 5%. Dengan kata lain, Konstanta secara statistik

penting (berpengaruh terhadap Keuntungan).

(2) Koefisiensi regresi dari LnM mempunyai t hitung ‐ 3.745267 >

1,960 dimana nilai probabilitasnya 0.0003 < 0,05 maka

koefisien dari regresi tersebut signifikan pada tingkat

signifikansi 5%. Dengan kata lain, modal secara statistik

penting (berpengaruh terhadap Keuntungan).

(3) Koefisiensi regresi dari LnTK mempunyai t hitung  1.117653 <

1,960 dimana nilai probabilitasnya 0.2665 > 0,05 maka

koefisien dari regresi tersebut tidak signifikan pada tingkat

signifikansi 5%. Dengan kata lain, TK secara statistik tidak

penting (tidak berpengaruh terhadap Keuntungan).

(4) Koefisiensi regresi dari LnBB mempunyai t hitung -1.671758 <

-1,960 dimana nilai probabilitasnya 0.0978 > 0,05 maka

koefisien dari regresi tersebut tidak signifikan pada tingkat

 

 

Page 115: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98 

 

signifikansi 5%. Dengan kata lain, BB secara statistik tidak

penting (tidak berpengaruh terhadap Keuntungan).

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Jika

nilai F hitung lebih kecil daripada nilai F tabel (pada tingkat

signifikansi 5%), maka Ho diterima yang berarti bahwa secara

bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen (pada tingkat signifikansi 5%). Sebaliknya, jika

nilai F hitung lebih besar daripada F tabel (pada signifikansi5%),

maka Ho ditolak yang berarti bahwa secara bersama-sama variabel

independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen (pada tingkat signifikansi 5%).

F.tabel KNKF −− :1;α

120;3;05.0F = 2,68

Keterangan:

α = derajat signifikansi

N = jumlah sampel/observasi (100)

K = banyaknya variabel (5)

 

 

Page 116: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99 

 

Ho diterima  Ho ditolak 

2,68 

 

 

 

 

Gambar 4.4 Daerah Kritis Uji F 

(1) Jika F.hit > 2,68 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti β0,

β1, β2, dan β3 berbeda dengan 0 (nol) artinya dapat disimpulkan

bahwa semua koefisien regresi secara bersama-sama signifikan

pada tingkat α = 5%.

(2) F.hit < 2,68 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti β0, β1,

β2, dan β3 tidak berbeda dengan 0 (nol) artinya dapat

disimpulkan bahwa semua koefisien regresi secara bersama-

sama tidak signifikan pada tingkat α = 5%.

Berdasarkan dari hasil pengolahan yang diperoleh dari model

regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Square), nilai F hitung adalah

190,3372 dengan probabilitas signifikansinya sebesar 0.000000. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai F hitung > F tabel yaitu dengan nilai sebesar

190,3372 > 2,68 berari Ho ditolak, artinya koefisien regresi secara

bersama-sama signifikan pada tingkat α = 5%. Hal ini dapat dilihat dari

tingkat signifikansinya yang kurang dari 0,05 (< 0,05). Hal ini berarti

bahwa variabel modal, tenaga kerjadan bahan baku secara bersama-sama  

 

Page 117: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100 

 

mempengaruhi tingkat keuntungan pengusaha batik se Kecamatan

Laweyan.

c. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi (R2)

Uji Goodness of Fit dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Uji

ini dapat dilihat dari determinasi R2 menunjukkan pengaruh yang

dijelaskan oleh variabel dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data

diperoleh nilai R2 sebesar 0.856074 hal ini berarti bahwa 85,61% variabel

Keuntungan dapat dijelaskan oleh variabel modal, tenaga kerja dan bahan

baku sedangkan 14,39 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model (e). Itu

berarti bahwa tingkat hubungan variasi antar variabelnya dikatakan bahwa

sebesar 85,61% bisa menjelaskan variabel dependennya. Sedangkan

sisanya 14,39 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu hubungan linear yang

sempurna atau mendekati sempurna diantara beberapa atau semua

variabel yang menjelaskan (variabel bebas) dalam model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model

empiric dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi parsial yang

disarankan oleh Farrar dan Gruber (1967). Pengujian yang

 

 

Page 118: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101 

 

mengidentifikasi tentang ada tidaknya masalah keterkaitan antar

variabel independen atau variabel penjelas.

Pengujian ini menggunakan pendekatan korelasi parsial, yaitu:

1. Meregres biasa dengan melihat besarnya R2 yang disebut

sebagai R2 asal (R2a)

2. Meregres antar variabel independen secara bergantian.

3. Memperhatikan besar R2 pada masing masing hasil regresi

antar variabel independen tersebut

4. Membandingkan R21 ,R2

2 ,R23, R2

4 dengan R2a, dengan

kriteria jika R2a masih lebih besar dari R2

1 ,R22 , R2

3dan R24

maka tidak terdapat masalah multikolinier.

Dari hasil regresi pooled OLS, diperoleh R2a = 0,856074

Tabel 4.24

Hasil R21 , R2

2 , dan R23

Pada Regresi Antar Variabel Independen 

Variabel dependen

Variabel independen R2 R2

a Keterangan

LnM LnTK dan LnBB 0,990465

0,856074

terdapat multikolinier

LnTK LnM dan LnBB 0,782886 0,856074

tidak ada multikolinier

LnBB LnM dan LnTK 0,990040 0,856074

terdapat multikolinier

Dari tabel 4.23 di atas dapat diketahui bahwa untuk korelasi

variabel modal dan bahan baku mempunyai R2 yang lebih besar daripada

nilai R2a. Sehingga dalam model tersebut terdapat masalah multikolinier

 

 

Page 119: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102 

 

dengan variabel independen lain. Sedangkan untuk korelasi variabel

tenaga kerja mempunyai R2 yang lebih kecil daripada nilai R2a. Tetapi

karena tujuan studi adalah untuk memprediksikan atau meramalkan nilai

rata-rata masa depan variabel tak bebas (dalam hal ini adalah keuntungan),

maka semua variabel tetap berguna untuk dimasukkan ke dalam model.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari

model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu

observasi ke observasi lainnya menurut Hanke & Reitsch (dalam

Mudrajat Kuncoro, 2004: 96). Hal ini akan menyebabkan penaksir

OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas

adalah dengan metode uji LM ARCH. Adapun hasil dari

pengolahannya sebagai berikut:

Tabel 4.25

Uji Heteroskedastik Menggunakan Uji LM ARCH

ARCH Test: F-statistic 0.001637 Probability 0.967809Obs*R-squared 0.001671 Probability 0.967396

Obs*R2 = 0.001671

X2 (df.1;α=5%) = 3.841

Berdasarkan hasil pengolahan dengan Uji LM ARCH

0.001671 < 3.841, maka tidak signifikan secara statistik, yang

berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model tersebut terdapat

 

 

Page 120: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103 

 

masalah heteroskedastik ditolak. Jadi, dalam model tersebut tidak

terdapat masalah heteroskedastik.

c. Uji Autokorelasi

Adanya korelasi antar variabel gangguan sehingga penaksir

tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun dalam

sampel besar. Ada beberapa metode untuk menguji ada

tidaknya masalah autokorelasi. Adalah dengan metode grafik,

Runs Test, Durbin-Watson d Test dan Breusch-Godfrey (B-G)

Test.

Uji autokorelasi menggunakan pengujian Durbin-Watson: yaitu

0 dL dU 2 4-dU 4-dL

Kriteria:

d < dL : Ho ditolak terdapat autokorelasi positif

d > 4 - dL : Ho ditolak terdapat autokorelasi negatif

dU < d < 4 - dL : Ho diterima tidak terdapat autokorelasi

dL < d < dU : Ragu-ragu terdapat ketidakpastian

dalam pengujian.

Interpretasi:

ragu

ra

ragu

ra

Ho ditolakHo ditolak

Ho diterima 

 

 

Page 121: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104 

 

d = 2,246889

dL = 1,613 4 - dL = 2,387

dU = 1,736 4 - dU = 2,264

Dari hasil perhitungan di atas dapat dinyatakan tidak terjadi

masalah autokorelasi dalam penelitian ini.

Tabel 4.26

Uji autokorelasi menggunakan pengujian B-G test

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.045936 0.156269 0.293955 0.7694

LM -0.062379 0.388832 -0.160426 0.8729LTK -0.011462 0.086185 -0.132998 0.8945LBB 0.058185 0.371143 0.156772 0.8758

RESID(-1) -0.135895 0.106527 -1.275682 0.2052

Sumber : Eviews 3.1, data diolah.

Berdasarkan hasil uji B-G test, diketahui bahwa nilai probabilitas

yang dihitung sebesar 0.2052 yang artinya nilai probabilitas tersebut lebih

dari probabilitas 5%, maka hipotesa yang menyatakan pada model tidak

terdapat autokorelasi diterima. Berarti, model empirik tersebut tidak

terdapat masalah autokorelasi. Dari hasil pengujian Durbin Watson

maupun B-G test, keduanya mendapatkan kesimpulan yang sama bahwa

tidak terdapat masalah autokorelasi dalam model tersebut diatas.

4. Analisis Ekonomi.

1) Pengaruh Modal terhadap Keuntungan

 

 

Page 122: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105 

 

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t

statistik dari variabel modal 3,745267. Berdasarkan hasil uji t untuk

taraf signifikansi 5% diketahui bahwa faktor modal mempunyai

pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh pengusaha batik.

Dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,449430 hal tersebut menunjukan

bahwa peningkatan jumlah modal sebesar Rp 100.000 menyebabkan

kenaikan keuntungan sebesar Rp 144.943 dengan asumsi variabel

independen yang lain tetap. Hubungan antara variabel modal dengan

variabel keuntungan sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yaitu adanya

pengaruh yang signifikan antara modal dengan keuntungan pengusaha

batik Laweyan.

Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang sama dengan

penelitian dari Sahara et al (2004) yang menyatakan dalam penelitiannya

bahwa modal berdampak signifikan dan positif terhadap Keuntungan.

Begitu pula dengan penelitian dari Tajeri dan Noor (2003) yang

menyatakan dalam penelitiannya bahwa modal berdampak signifikan dan

positif terhadap Keuntungan.

2) Pengaruh Upah Tenaga Kerja terhadap Keuntungan

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t

statistik dari variabel tenaga kerja adalah 1,117653. Berdasarkan hasil

uji t untuk taraf signifikansi 5% diketahui bahwa faktor tenaga kerja

tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang

diperoleh pengusaha batik. Dengan nilai koefisien regresi sebesar

 

 

Page 123: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106 

 

0,096112 hubungan antara variabel tenaga kerja dengan variabel

keuntungan tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan, yaitu adanya

pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja dengan keuntungan

pengusaha batik Laweyan.

Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang berbeda

dengan penelitian dari Sahara et al (2004) yang menyatakan dalam

penelitiannya bahwa tenaga kerja berdampak signifikan dan positif

terhadap Keuntungan. Begitu pula penelitian dari Mandaka dan Hatagaol

(2005) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa tenaga kerja

berdampak signifikan dan positif terhadap Keuntungan. Tetapi

menghasilkan kesimpulan yang sama dengan penelitian dari Tajeri dan

Noor (2003) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa tenaga kerja

tidak berdampak signifikan dan positif terhadap Keuntungan.

3) Pengaruh Bahan Baku terhadap Keuntungan

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t

statistik dari variabel bahan baku -1,671758. Berdasarkan hasil uji t untuk

taraf signifikansi 5% diketahui bahwa faktor bahan baku tidak mempunyai

pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh pengusaha batik.

Dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,617766, hubungan antara

variabel bahan baku dengan variabel keuntungan tidak sesuai dengan

hipotesis yang diajukan, yaitu adanya pengaruh yang signifikan antara

bahan baku dengan keuntungan pengusaha batik Laweyan.

 

 

Page 124: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107 

 

Dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang berbeda

dengan penelitian dari Sahara et al (2004) yang menyatakan dalam

penelitiannya bahwa bahan baku berdampak signifikan dan positif

terhadap Keuntungan. Begitu pula dengan penelitian dari Tajeri dan Noor

(2003) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa bahan baku

berdampak signifikan dan positif terhadap Keuntungan. Dalam penelitian

dari Mandaka dan Hatagaol (2006) pun menghasilkan kesimpulan yang

berbeda yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa bahan baku

berdampak signifikan dan positif terhadap Keuntungan.

4) Faktor yang paling dominan terhadap keuntungan

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, menurut tingkat

koefisien diketahui bahwa variabel modal memiliki nilai yang paling besar

dari variabel independen lainnya yaitu sebesar 1,449430. Ini berarti bahwa

variabel modal adalah variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap

keuntungan yang yang diperoleh pengusaha batik Laweyan.

 

 

Page 125: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108 

 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian secara empiris dalam penelitian ini,

maka akan disajikan beberapa kesimpulan. Adapun beberapa kesimpulan

dari penelitian mengenai profil pengusaha batik di kecamatan Laweyan

adalah sebagai berikut:

1. Kejayaan Kampoeng Batik Laweyan saat ini tidak lepas dari peran

Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) yang

merupakan pihak yang mengelola obyek wisata Kampoeng Batik

Laweyan dengan menawarkan berbagai batik, makam, makanan dan

berbagai bangunan kuno dengan konsep yang unik dan terpadu.

2. Mayoritas pengusaha batik di Laweyan sudah berumur diatas 40 tahun

dengan pengalaman lebih dari 20 tahun dan telah menyelesaikan

pendidikan tingkat Strata1.

3. Pada uji t, variabel modal (M) secara statistik berpengaruh secara

signifikan terhadap keuntungan (K), sedangkan variabel Tenaga Kerja

(TK) dan Bahan Baku (BB) secara statistik tidak berpengaruh terhadap

Keuntungan (K).

4. Pada uji F, Berdasarkan dari hasil pengolahan yang diperoleh dari

model regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Square) variabel

 

 

Page 126: Disusun oleh: EROSE PERWITASAGI PUTRA F0106003 · industri di daerah sesuai dengan potensi masing – masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan ekonomi nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109 

 

jumlah Modal (M), Tenaga Kerja (TK) dan Bahan Baku (BB) secara

bersama-sama mempengaruhi tingkat keuntungan para pengusaha batik

di kecamatan Laweyan.

5. Pada uji Goodness of Fit (R2) diketahui bahwa variabel Keuntungan (K)

dapat dijelaskan oleh variabel jumlah Modal (M), Tenaga Kerja (TK)

dan Bahan Baku (BB). Itu berarti tingkat hubungan variasi antar

variabelnya dikatakan bahwa 85,6% bisa menjelaskan variabel

dependennya.

B. Saran

Perlunya pemerintah daerah Kota Surakarta untuk memberikan

bantuan modal kepada pengusaha batik dengan memberikan bantuan

kredit lunak kepada para pengusaha batik dengan cara memberikan

bantuan kredit dengan bunga yang rendah kepada para pengusaha batik di

Kecamatan Laweyan Surakarta.