dimensi sastra dalam tafsir al-ubairiz fÎ tafsÎri...
TRANSCRIPT
DIMENSI SASTRA DALAM TAFSIR AL-UBAIRIZ FÎ
TAFSÎRI GHARÂIBIL QUR’ÂNIL AZÎZ KARYA KH.
AHMAD MUSTOFA BISRI
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Yukhanit
NIM. 14210622
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1439 H/2018 M
DIMENSI SASTRA DALAM TAFSIR AL-UBAIRIZ FÎ
TAFSÎRI GHARÂIBIL QUR’ÂNIL AZÎZ KARYA KH.
AHMAD MUSTOFA BISRI
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Yukhanit
NIM. 14210622
Pembimbing:
Dr. H. M. Ulinnuha Lc., MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “DIMENSI SASTRA DALAM TAFSIR AL-
UBAIRIZ FÎ TAFSÎRI GHARÂIBIL QUR’ÂNIL AZÎZ KARYA K.H.
AHMAD MUSTOFA BISRI” yang disusun oleh Yukhanit Nomor Induk
Mahasiswa: 14210622 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang
munaqasyah.
Jakarta, 12 Juli 2018 M
28 Syawwal 1439 H
Pembimbing,
Dr. H. M. Ulinnuha, Lc., MA.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “DIMENSI SASTRA DALAM TAFSIR AL-
UBAIRIZ FÎ TAFSÎRI GHARÂIBIL QUR’ÂNIL AZÎZ KARYA K.H.
AHMAD MUSTOFA BISRI” oleh Yukhanit dengan Nomor Induk
Mahasiswa 14210622 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal
18 Agustus 2018. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 21 Oktober 2018
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
Dra. Hj. Maria Ulfa, MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dra. Hj. Maria Ulfa, MA Dra. Ruqoyyah Tamami
Penguji I Penguji II
Ali Mursyid, MA Ahmad Hawasi, MA
Pembimbing
Dr. H. M. Ulinnuha, Lc., MA.
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yukhanit
NIM : 14210622
Tempat/ Tanggal Lahir : Rembang/ 08 Juni 1993
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Dimensi Sastra dalam Tafsir Al-
Ubairiz fÎ Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz Karya K.H. Ahmad Mustofa
Bisri” adalah benar-benar karya saya, kecuali kutipan-kutipan yang sudah
disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 12 Juli 2018 M
28 Syawwal 1439 H
Yukhanit
iv
PERSEMBAHAN
Sebuah persembahan bagi kedua orang tuaku atas tetesan keringat dan
rintihan do’a yang menjadi semangat dalam harapanku. Karena dari
merekalah semua harapan itu berawal. Untuk keluargaku, Guru-guruku dan
para pecinta Al-Qur’an.
v
MOTTO
وعلمه القرأن تعلم من كمخير
لن قرأن سيناهو ووغكغ ايكو يا كابيه أواءمو بجيككى بجيك ساء"
"قرأن غاجى مولاغ ووغكغ
(Sebaik-baik kalian adalah orang yang mau belajar Al-Qur’an dan mau
mengamalkannya)
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah syukron ‘alâ nawâlih, wassholâtu wassalâmu ‘alâ sayyidinâ
Muhammadin wa âlih...
Segala puji bagi yang maha suci, syukur kepada Allah atas
karunianya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad saw.dan keluarganya. Skripsi ini tidak akan rampung tanpa
campur tangan oarang-orang terkasih. Oleh karena itu ucapan terimakasih
kami sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua, yang telah merelakan segala hal demi anaknya;
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta;
3. Ibu Dra. Hj. Maria Ulfah, MA. selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta,
yang selalu mengabdikan diri untuk Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah dalam mencetak generasi Al-Qur`an yang berwawasan
keilmuwan;
4. Bapak Dr. H. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA. Selaku Ketua
Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir (IAT) Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta sekaligus dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan bimbingan, arahan, saran serta pengertian
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik;
5. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, dan Ibu Hj. Ade
Halimah selaku instruktur tahfidz yang selalu berkenan kita
repotkan, yang selalu bersedia menghadapi ketidaksempurnaan
dalam hafalan kita. Dan segenap instruktur tahfidz lainnya,
terimakasih telah menjadi jalan bagi kami dalam menghafal Al-
vii
Qur’an. Semoga keberkahan Al-Qur’an senantiasa mengiringi
setiap langkah perjuangan;
6. KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) atas izinnya yang
diberikana kepada penulis untuk mengkaji kitab tafsir beliau
dalam skripsi ini;
7. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang
telah mengabdikan ilmunya demi kebaikan seluruh
mahasiswanya;
8. Ibu Suci dan Ibu Qoqoy selaku staf Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, yang rela menjadi tempat bertanya mahasiswa, dan
membantu melewati setiap proses yang dilalui mahasiswa
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah;
9. Kedua kakak kandungku Mbak Ella dan Kak Mun, yang selalu
bersedia menjadi tempat berbagi. Terimakasih telah menemani
dan merangkul dalam persaudaraan ini;
10. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Pusat Studi
Al-Qur’an (PSQ) Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
UNNES Semarang dan perpusda Rembang yang telah
menyumbangkan sarana prasarana dalam menyusun skripsi ini;
11. Pesantren Takhasus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta, yang
berkenan menjadi ladang ilmu dan tempat berbagi selama 4 tahun
ini;
12. Sahabat seperguruan Ushuluddin A & B yang telah menjadi
partner terbaik dalam suka duka selama 4 tahun, terimakasih telah
mengukir cerita indah bersama;
13. Sembilan teman seperjuangan bimbingan skripsi bersama Bpk.
Muhammad Ulinnuha, Lc., MA. Terimakasih kalian telah
menemani suka duka perjuangan ini dengan tulus;
viii
14. Teman-teman angkatan 2014, terimakasih atas semua cerita
indahnya;
15. Seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini,
semoga Allah membalas dengan yang lebih baik.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, karena itu segala kritik dan saran yang
membangun akan menyempurnakan penulisan skripsi ini. Dan akhir kata,
kepada Allah aku tengadahkan tanganku agar diberikan kemanfaatan atas
tulisan ini untuk diriku dan orang-orang yang sepadan denganku dari kaum
awam. Semoga Allah menjadikan ilmuku ikhlas karena-Nya. Dan
sesungguhnya Dia-lah yang maha pemurah, pengasih, dan penyayang.
Jakarta, 12 Juli 2018 M
28 Syawwal 1439 H
Yukhanit
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
PERNYATAAN PENULIS.........................................................................iii
PERSEMBAHAN........................................................................................iii
MOTTO........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................viii
PEDOMAN TRANSLITERASI.................................................................xi
ABTRAKSI................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. ........1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 12
C. Pembatasan danPerumusan Masalah ............................................... 12
D. Tujuan Penelitian ............................................................................ .13
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... .13
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................... .......14
G. Metodologi Penelitian ...................................................................... 20
x
BAB II DISKURSUS SASTRA JAWA
A. Pengertian Sastra .............................................................................. 25
B. Karya Sastra ..................................................................................... 26
C. Sejarah Perkembangan Sastra Jawa..................................................28
D. Macam-Macam Bentuk dan Jenis Sastra Jawa ................................ 32
E. Tulisan Pegon................................................................................... 40
1. Sejarah Munculnya Pegon ......................................................... 40
2. Bentuk Tulisan Pegon ................................................................ 41
3. Macam-Macam Tulisan Pegon...................................................43
F. Tingkatan Tutur Kata dalam Bahasa Jawa....................................... 45
BAB III PROFIL MUFASSIR DAN TAFSIR
A. Profil Mufassir ................................................................................. 51
1. Riwayat Hidup KH. A. Mustofa Bisri ....................................... 51
2. Dunia Sastra KH. A. Mustofa Bisri ........................................... 57
3. Karya-Karya KH. A. Mustofa Bisri ........................................... 63
B. Profil Tafsir ...................................................................................... 66
1. Latar Belakang Penulisan...........................................................67
2. Metode, Bentuk, Corak dan Sistematika....................................69
BAB IV ANALISA DIMENSI SASTRA JAWA TERHADAP TAFSIR
AL-UBAIRIZ FÎ TAFSÎRI GHARÂIBIL QUR’ÂNIL AZÎZ
KARYAKH. A. MUSTOFA BISRI
A. Tafsir al-Ubairiz dalam Ragam Sastra Jawa ................................ ...81
B. Tafsir al-Ubairiz dalam Ragam Tulisan Pegon.................................87
C. Tafsir al-Ubairiz dalam Tingkat Tutur Kata Bahasa Jawa................92
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... .101
B. Saran....………………………………………………………........103
DAFTAR PUSTAKA
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang diberlakukan dalam
petunjuk praktis penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
A. Konsonan
No Huruf
Arab Huruf Latin No
Huruf
Arab Huruf Latin
Sh ص A 14 ا 1
Dh ض B 15 ب 2
Th ط T 16 ت 3
Zh ظ Ts 17 ث 4
‘ ع J 18 ج 5
Gh غ H 19 ح 6
F ف Kh 20 خ 7
Q ق D 21 د 8
K ك Dz 22 ذ 9
L ل R 23 ر 10
M م Z 24 ز 11
N ن S 25 س 12
W و Sy 26 ش 13
xiii
No Huruf Arab Huruf Latin
H ه 27
‘ ء 28
Y ي 29
B. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : ȃ ي... : ai
Kasrah : i ي : ȋ و... : au
Dhammah : u و: ȗ
C. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: البقرة : al-
Baqarah.
b. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال)syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. Contoh: الرجل: ar-rajul
c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd)dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ), sedangkan untuk alih aksaran ini dilambangkan dengan
xiv
huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda
tasydȋd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang
berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah
kata sandang yang diikuti oelh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
اللها Ȃmanna billȃhi :أمنابا
d. Ta’ Marbȗthah (ة)
Ta’ Marbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh: ف ئادةا al-Af'idah :ال
Sedangkan ta’ Marbȗthah (ة) yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (isim) maka dialih aksarakan
menjadi huruf “t”. Contoh: بة لةنصا Ȃmilatun Nȃshibah‘ :عاما
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD
berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic),
atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun nama diri
yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis
kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:
‘Alȋ Hasan al-‘Ȃridh. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an dan
nama-nama surah menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-
Qur`an, Al-Baqarah, dan seterusnya.
xv
ABSTRAKSI
Dewasa ini banyak muncul kitab-kitab tafsir yang berbahasa
selain bahasa Arab. Selain itu banyaknya Mufassir dari berbagai macam
latar belakang. Salah satunya munculnya Kitab Al-Ubairiz Fî Tafsîri
Gharâibil Qur’ânil Azîz. Kitab ini adalah salah satu karya sastrawan
Indonesia yaitu KH. Ahmad Mustafa Bisri. Tafsir ini ditulis dengan dua
bahasa yakni bahasa Jawa dengan tulisan pegon dan bahasa Indonesia
dengan tulisan latin. Keberadaan tafsir ini lengkap 30 juz dan hanya
menafsirkan kata-kata yang dianggap gharib.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dimensi sastra yang
terkandung dalam tafsir karya Gus Mus. Sastra yang dimaksud disini
adalah Sastra Jawa dan dimensi sastra yang dianalisa adalah dari segi
bahasa dan tulisannya. Tentu sebelumnya akan dilakukan kategorisasi
dalam Sastra Jawa. Dalam analisa dimensi sastra dari segi bahasa,
penelitian ini memfokuskan pemetaan terhadap tingkatan tutur kata
dalam berbahasa Jawa yaitu apakah masuk dalam ragam ngoko, madya,
atau krama. Selanjutnya dalam analisa dimensi sastra dari segi tulisan
penelitian ini melakukan pemetaan terhadap model tulisan pegon yang
dipakai dalam tafsir Al-Ubairiz Fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz.
Penelitian ini termasuk penelitian library research atau
kepustakaan yang menggunakan metode analisa data deskriptif-analisis.
Maka sumber utama dalam penelitian ini adalah kitab tafsir Al-Ubairiz
Fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz, dan sumber sekundernya adalah
buku-buku yang membahas tentang Sastra Jawa, tulisan pegon maupun
tingkat tutur kata dalam bahasa Jawa.
Hasil penelitian ini menunjukkan: pertama, dilihat berdasarkan
isinya masuk dalam jenis sastra Piwulang dan Islam. Kedua, dilihat dari
dimensi sastra sisi tulisan pegon yang digunakan tafsir al-Ubairiz secara
umum mengikuti model penulisan KH. Bisri Mustofa dalam tafsirnya al-
Ibriz. Ketiga, dilihat dari tingkatan tutur kata penggunaan bahasa Jawa,
terekam dalam tafsirnya menggunakan tingkat ngoko dan krama.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang di dalamnya mengandung
nilai-nilai sastra yang sangat tinggi. Inilah salah satu bukti kemukjizatan
Al-Qur’an yang tak tertandingi. Karena pada hakikatnya turunnya Al-
Qur’an adalah untuk menandingi kehebatan sastra yang pada saat itu
menjadi kebanggaan bangsa Arab.
Al-Qur’an merupakan kumpulan teks yang menuntut pemahaman
dan penafsiran yang mendalam. Tanpa adanya penafsiran, Al-Qur’an
tetap menjadi teks yang tidak bisa bicara. Oleh karena itu, upaya
penafsiran terhadap Al-Qur’an dari zaman Rasulullah sampai sekarang
masih terus berproses dan berkembang sesuai tuntutan zaman. Hal ini
merupakan usaha manusia untuk memahami pesan-pesan Ilahi. Namun
demikian, sebaik apapun manusia dalam usaha menafsirkan Al-Qur’an,
ia hanya bisa sampai pada derajat pemahaman yang bersifat relatif. Oleh
karena itu, berbagai corak tafsir terus bermunculan diantaranya adalah
corak sastra.1
Sastra secara etimologi diambil dari bahasa-bahasa Barat (Eropa)
seperti literature (bahasa Inggris), littérature (bahasa Prancis), literatur
(bahasa Jerman), dan literatuur (bahasa Belanda). Semuanya berasal dari
kata litteratura (bahasa Latin) yang sebenarnya tercipta dari terjemahan
kata grammatika (bahasa Yunani). Litteratura dan grammatika masing-
masing berasal dari kata “littera” dan “gramma” yang berarti huruf
(tulisan atau letter). Dalam bahasa Prancis, dikenal adanya istilah belles-
1 Istianah, “Stilistika Al-Qur’an: Pendekatan Sastra Dalam Menginterpretasikan al-
Qur’an”, dalam Jurnal Hermeunetik, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, h. 372.
2
lettres untuk menyebut sastra yang bernilai estetik. Istilah belles-lettres
tersebut juga digunakan dalam bahasa Inggris sebagai kata serapan,
sedangkan dalam bahasa Belanda terdapat istilah bellettrie untuk
merujuk makna belles-lettres.2
Dalam bahasa Indonesia, kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta,
yaiku dari akar kata sas dalam kata kerja trurunan yang berarti
“mengarahkan”, “memberi petunjuk”, “intruksi”. Akhiran tra biasanya
menunjukkan “alat” atau “sarana”. Oleh karena itu, sastra dapat berarti
kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang
baik.3
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sastra adalah
tulisan atau bahasa yang dipakai di kitab-kitab religius. Masih di KBBI,
Sastra didefinisikan sebagai karya tulis yang bila dibandingkan dengan
tulisan lain, memiliki ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, nilai artistik,
keindahan dalam isi dan ungkapannya.
Sastra dalam bahasa Arab disebut sebagai al-Adab yang
mempunyai arti kehalusan budi, dan adab sopan santun. Kemudian dalam
perkembangan berikutnya berarti peninggalan perkataan bentuk puisi dan
prosa. Oleh karena itu karya sastra adalah pengungkapan pengalaman
seorang sastrawan dengan kata-kata yang inspiratif.4
Sumardjo dan Saini menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan
pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide,
semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang
membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sehingga sastra memiliki
unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan, semangat,
2 A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1984), h. 21-23 3 Partin Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 7 4 Istianah, “Stilistika al-Qur’an: Pendekatan Sastra Dalam Menginterpretasikan Al-
Qur’an”, dalam Jurnal Hermeunetik, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, h. 373-374
3
kepercayaan, ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa.5 Hal ini
dikuatkan oleh pendapat Saryono6 bahwa sastra juga mempunyai
kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris-natural
maupun pengalaman yang non empiris-super natural, dengan kata lain
sastra mampu menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia.7
Berbagai daerah di Nusantara, Sastra menempati tempat yang
cukup berpengaruh dalam dunia kesusastraan. Di jawa misalnya, banyak
sekali sastra yang mempunyai daya tarik tersendiri dan memiliki
pengaruh yang baik dalam dunia kesusastraan yang akhirnya dikenal
dengan istilah Sastra Jawa.
Sastra Jawa merupakan sebagian kecil dari hasil budaya Jawa dan
Karya Sastra adalah karya seni yang menggunakan bahasa sebagai
media. Maka yang dimaksud dengan Sastra Jawa adalah karya seni yang
menggunakan Bahasa Jawa sebagai media.8Bahasa Jawa sendiri memiliki
sejarah yang sangat panjang, yakni sejak zaman kuna hingga saat ini.
Sejalan dengan itu maka Sastra Jawa juga dapat dipilah-pilah sesuai
dengan perkembangan historis Bahasa Jawa. 9 Selain itu, karena sastra
berbicara tentang manusia dan kemanusiaan, maka sastra juga memuat
seluruh aspek hidup manusia. Oleh karena itu terdapat berbagai
kategori/jenis sastra. Maka Sastra Jawa juga dapat digolongkan
berdasarkan jenisnya. Setidaknya ada dua jenis Sastra Jawa yaitu Sastra
Jawa berdasarkan bahasa dan Sastra Jawa berdasarkan kategori isi.
5 Jakob Sumardjo dan Saini KM, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1988),
h. 3 6 Pakar Sastra Indonesia, lihat Djoko Saryono, Arung Diri Kitab Puisi, (Surabaya:
UPT Taman Budaya Jawa Timur, 2013), h. 245-246 7 Natiqotul Muniroh, “Analisis Strukturalisme Genetik dalam Novel Moi Nojoud, 10
ans, divorcée karya Nojoud Ali dan Delphine Minoui: Sebuah Sosiologi Sastra”, Skripsi,
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), h. 10-13. Tidak diterbitkan (t.d) 8 Purwadi, Pengkajian Sastra Jawa, (Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009), h. 1-2 9 Afendi Hidayat dan Suwardi, Diktat Sejarah Sastra Jawa, (Yogyakarta: Fakultas
Bahasa dan Seni UNY, 2005), h. 10
4
Pada dasarnya para pakar dan pemerhati Sastra Jawa, menuliskan
sejarah Sastra Jawa dengan menekankan periodisasi, yakni pembagian
waktu berdasarkan periode-periode atau tahapan-tahapan atau babakan
waktu-waktu tertentu. Pada umumnya tiap-tiap periode mencerminkan
ciri-ciri tertentu secara khusus yang melekat pada hasil-hasil karya sastra
di dalamnya, yang tidak didapatkan pada periode yang lainnya. Ciri-ciri
khusus tersebut pada karya sastra tampak antara lain pada segi isinya,
bahasanya, dan bentuk gubahannya.10
Sebagai contoh, pakar sastra Theodore G. Th. Pigeaud dalam
bukunya Literature of Java membagi sastra Jawa menjadi empat periode,
yakni periode pra-Islam, periode Jawa-Bali, periode Pesisir Jawa Utara
dan periode Periode Renaisance sastra klasik di Surakarta dan
Yogyakarta. Berbeda dengan Theodore, Suripan Sadi Hutomo seorang
pengarang sastra Jawa sekaligus kritikus sastra telah menyusun
pembabakan sastra Jawa periode mutakhir menjadi tiga periode, yakni
Periode 1920-1945, Periode 1945-1966, Periode 1966-Sekarang.
Dalam pendahuluan buku Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir
disebutkan bahwa Sastra Jawa mutakhir terbagi menjadi dua, yakni
Sastra Jawa tradisional dan Sastra Jawa modern. Yang termasuk Sastra
Jawa tradisional, antara lain sastra yang berisi ajaran moral, babad dan
sastra lakon. Yang termasuk Sastra Jawa modern, antara lain kisah
perjalanan, roman atau novel sejarah, novel atau novelet, cerita
bersambung, cerita pendek, sandiwara, puisi bebas atau geguritan. Sastra
Jawa modern oleh Ras dibagi menjadi dua periode, yakni masa
kebangkitan dan masa setelah kemerdekaan. Masa kebangkitan dimulai
dari adanya kegiatan di Instituut voorde Javaansche Taal di Surakarta
tahun 1832-1843 yang terutama dihasilkan oleh CF, Winter. Karya-karya
10 Afendi Hidayat dan Suwardi, Diktat Sejarah Sastra Jawa, h. 11
5
lain yang muncul kemudian, antara lain ditulis oleh pengarang-pengarang
seperti Candranagara, Suryawijaya, Padmasusastra, hingga ke karya-
karya para pengarang yang masuk dalam penerbit Balai Pustaka. Untuk
periode sastra Jawa modern setelah kemerdekaan, Ras mengikuti
periodisasi Suripan Sadi Hutomo, yakni periode 1945-1966 yang
dikuasai oleh generasi penulis tua yang mulai muncul sebelum 1945.
Selanjutnya periode atau angkatan perintis yang mulai muncul setelah
1945, dan terakhir angkatan penerus yang mulai tampil setelah tahun
1966. Periode selanjutnya adalah periode 1966-sekarang.11
Periode yang digubah oleh para pakar di atas menunjukkan bahwa
perjalanan sejarah sastra Jawa juga mencatat sebagian budaya Jawa
secara luas. Budaya Jawa yang pada sejarahnya telah melalui perjalanan
dengan mendapat pengaruh budaya-budaya besar dari luar, juga
tercermin dalam sastra Jawa. Karena budaya manusia dikomunikasikan
antar manusia melalui bahasa, maka bahasa Jawa dalam sejarahnya telah
mendapat pengaruh dari bahasa bangsa-bangsa yang lain, yakni bahasa
Sansekerta, bahasa Arab, dan bahasa dari bangsa-bangsa di Eropa.
Bahasa Jawa, dalam sejarahnya tercatat melalui bahasa yang dikenal
sebagai bahasa Jawa kuna, bahasa Jawa Pertengahan, dan bahasa Jawa
Baru hingga saat ini. Perkembangan bahasa Jawa dari periode ke periode
berikutnya itu selalu meninggalkan warisan warisan sastra dengan ciri-
cirinya masing-masing.12 Dengan demikian, dari berbagai pendapat yang
dikemukakan oleh para pakar dalam menyusun periode dalam sastra
jawa, bisa ditarik kesimpulan bahwa Sastra Jawa berdasarkan bahasanya
dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu Sastra Jawa Kuna, Sastra
Jawa Tengahan, Sastra Jawa Baru, dan Sastra Jawa Modern.
11 Afendi Hidayat dan Suwardi, Diktat Sejarah Sastra Jawa, h. 13-17 12 Afendi Hidayat dan Suwardi, Diktat Sejarah Sastra Jawa, h. 10-11
6
Apa yang dikemukakan di atas bahwa perkembangan bahasa
Jawa telah mendapat pengaruh dari bahasa bangsa-bangsa lain tidak
terkecuali bahasa Arab. Pengaruh bahasa Arab terhadap perkembangan
bahasa Jawa tentu tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan Islam di
Nusantara khususnya di tanah Jawa. Kemudian, sejarah perkembangan
Islam di Indonesiapun tidak bisa dilepaskan dari tulisan. Terlebih tulisan
Arab Pegon yang merupakan sarana untuk mentransfer ilmu agama
dengan perantara dunia tulis-menulis. Hal ini tidak menafikan adanya
transfer ilmu dengan cara mendengarkan materi yang telah disampaikan
oleh seorang ulama atau kiai yang mengajak kepada agama Allah dengan
melalui lisan, entah dengan cara dakwah keliling atau dengan cara
menyelenggarakan pengajian agama di surau-surau atau pesantren-
pesantren.
Dengan adanya tulisan Arab Pegon di kala itu, ilmu akan lebih
terjaga dari perubahan dan penyimpangan. Pegon berasal dari kata Jawa
‘pego’ artinya ora lumrah anggone ngucapake‘tidak lazim mela-
falkannya.’ Hal ini adalah karena secara fisik, wujud tulisan Pegon
adalah tulisan Arab,tetapi bunyinya mengikuti sistem tulisan Jawa,
hanacaraka.13Huruf-huruf pegon ini bisa dikatakan sebagai sebuah
aksara yang nyeleneh karena susunan atau tatanannya yang sedikit
berbeda dengan bahasa aslinya (Arab bukan, Jawa juga bukan). Tentu
dengan adanya tulisan Arab Pegon tidak lain adalah untuk memudahkan
masyarakat pada waktu itu yang kurang menguasai bahasa al-Qur’an
yaitu bahasa Arab.
13 Titik Pudjiastuti, “Tulisan Pegon: Wujud Identitas Islam Jawa”, dalam Jurnal Suhuf,
Vol. 2, No. 2, 2009, h. 3. Diakses dari
https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/index.php/suhuf/article/download/92/87. Pada tanggal 5
Juli 2018, jam 20.45 WIB.
7
Selain dengan tulisan, bahasa Jawa sebagai medium dari Sastra
Jawa juga berkembang melalui lisan. Karena komunikasi antar manusia
tidak bisa sempurna tanpa lisan. Maka bahasa Jawa, dalam
penggunaannya juga menjadi topik yang selalu menarik untuk dikaji.
Ada tingkatan pokok yang menjadi landasan untuk menerapkan
ketepatan pemakaian bahasa tersebut.
Tingkatan itu adalah bahasa Jawa ngoko, madya dan krama.14
Ngoko merupakan tingkat kesopanan berbahasa rendah yang biasa
digunakan oleh raja terhadap rakyat biasa atau priyayi kepada wong cilik
(orang kecil), maupun orang tua kepada anak yang lebih muda.
Tingkatan yang lebih tinggi dari ngoko adalah madya, yakni menyatakan
kesopanan berbahasa tingkat menengah. Tingkatan madya biasanya
digunakan oleh orang yang memiliki kedudukan atau usia yang setara.
Tingkat selanjutnya adalah krama,yaitu menyatakan tingkat kesopanan
berbahasa paling tinggi. Kesopanan berbahasa tingkat tinggi ini biasanya
digunakan oleh rakyat biasa kepada sang raja maupun pejabat-pejabat
kerajaan atau oleh anak muda terhadap orang yang lebih tua dan sebagai
bahasa pengungkapan sikap hormat.15
Tingkatan-tingkatan dalam berbahasa tersebut menunjukkan etika
yang diperlihatkan oleh orang Jawa kepada lawan bicaranya yang mana
oleh kebanyakan orang etika seperti ini disebut dengan unggah-ungguh
atau toto kromo dalam berbahasa.
14 Sri Handayani, “Unggah-ungguh dalam Etika Jawa”, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 37 Tidak diterbitkan (t.d). Diakses dari
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitsream/123456789/7489/1/SRI%20HANDAYA
NI-FUH.pdf. Pada tanggal 5 Juli 2018, Jam 23. 15 WIB 15 Frans Magnis Suseno dan S. Reksosusilo, Etika Jawa dalam Tantangan Sebuah
Bunga Rampai (Yogyakarta: Kanisius, 1983), h. 63
8
Dari berbagai uraian di atas mengenai sastra, dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan karya sastra adalah hasil cipta
manusia yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis maupun
tidak. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah
manusiawi, sosial, maupun intelektual. Sastra disampaikan dengan
caranya yang khas serta mengandung makna yang indah. Oleh karena itu,
maka adanya sastra Jawa adalah bagian kecil dari sastra yang ada. Jika
sastra Jawa adalah sebagian kecil dari hasil budaya Jawa, maka bahasa
Jawa adalah bagian dari sastra Jawa tersebut. Karena hasil budaya Jawa
bisa dikomunikasikan antar manusia jika ada bahasa, oleh karena itu
muncullah bahasa Jawa yang kemudian muncul etika dalam penggunaan
bahasa tersebut.
Berbicara mengenai hasil cipta manusia, maka dalam dunia
keilmuwan Islam ada yang disebut dengan karya tafsir. Tafsir menurut
bahasa berarti menjelaskan dan menyingkap makna. Jadi yang dimaksud
tafsir adalah menyingkap makna yang tersembunyi dari lafadz ayat Al-
Qur’an yang sulit dipahami.16
Tafsir Al-Qur’an adalah upaya untuk menjelaskan maksud dari
ayat-ayat Al-Qur’an. Dalam perspektif ilmu-ilmu sastra, upaya untuk
menafsirkan Al-Qur’an adalah bentuk hasil cipta penafsir terhadap ayat-
ayat Al-Qur’an. Di sisi lain, saat menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an,
mufassir pastilah dipengaruhi oleh teks-teks lain yang pernah menjadi
sumber bacaannya. Proses dipengaruhinya mufassir oleh teks bacaan lain
saat menafsirkan Al-Qur’an ini dalam konteks ilmu-ilmu sastra disebut
intertekstualitas. Dengan demikian, ada hubungan yang sangat erat antara
tafsir Al-Qur’an dengan ilmu-ilmu sastra.
16 Anshari, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 172
9
Keberadaan kitab-kitab tafsir melengkapi ribuan manuskrip Islami
lainnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Tafsir- tafsir yang ada di
Nusantara ini beragam bahasanya, ada yang menggunakan bahasa Arab
dan ada pula yang menggunakan bahasa lokal yakni Sunda, Jawa,
Melayu dan lain sebagainya. Di Perpustakaan Nasional Indonesia saja,
dari 276 koleksi naskah berbahasa Arab, 21 diantaranya merupakan
naskah tafsir Al-Qur’an. Naskah-naskah tafsir itu juga ada yang terkait
dengan seluruh isi Al-Qur’an dan ada juga bersifat parsial, yaitu hanya
membahas sebagian dari Al-Qur’an. Tafsir tersebut dapat per juz, per
surah, atau per ayat.17
Di tanah air Indonesia, setidaknya pada abad 20 para Intelektual
Muslim Indonesia memperlihatkan geliat yang menarik dalam tradisi
tafsir. Hal ini dapat dilihat tidak saja dalam konteks kuantitas literatur
tetapi juga kualitas yaitu dengan munculnya beragam tujuan, bentuk dan
prinsip metodologi bahkan bahasa yang digunakan. Hal demikian
berkembang hingga dewasa ini.
Tradisi tafsir di Indonesia telah bergerak cukup lama dengan
keragaman corak bahasa maupun bentuk tulisan yang dipakai. Banyak
orang pribumi menyusun tafsir dengan berbagai jenis bahasa yang
digunakan. Misalnya Tarjuman Mustafid karya Abd Rauf Singkel
(Bahasa Melayu), Al-Ibriz li Ma’rifah at-Tafsir Al-Qur’anil Aziz karya
KH. Bisri Mustofa dan Al-Ubairiz Fi Tafsiri Gharaibil Qur’anil Aziz
karya KH. Ahmad Mustofa Bisri.
17 Otong Sulaiman, “Estetika Resepsi Dan Intertekstualitas: Perspektif Ilmu Sastra Terhadap
Tafsir Al-Qur’an”, dalam Jurnal Tanzil, Volume I, No. 1, Oktober 2015, h. 12-17. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=392066&val=8600&title=Estetika%20
Resepsi%20Dan%Intertekstualita%20:2%20Perspektif%20Ilmu%20Sastra%20Terhadap%2
0Tafsir%20Al-Qur%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2an. Pada tanggal 9 Juli 2018
pukul 14.00 WIB
10
Pemilihan bahasa maupun tulisan dalam penafsiran tentu bukan
tanpa alasan. Bisa diasumsi bahwa pemilihan bahasa dan bentuk tulisan
tertentu tidak lain untuk memberi kemudahan bagi para pembaca yang
mengkonsumsi.18
Apa yang dipaparkan di atas, KH. Ahmad Mustofa Bisri19
memberikan sumbangsih dalam dunia penafsiran melalui sebuah karya
sastranya yang berupa kitab tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil
Qur’ânil Azîz yang menggunakan dua bahasa dalam penafsirannya.
Selain itu juga ditampilkan menggunakan bentuk tulisan yang berbeda.
Dengan adanya tafsir ini sangat membantu bagi masyarakat yang kurang
mengerti bahasa Arab, karena tafsir ini ditulis menggunakan bahasa
Indonesia dengan tulisan latin dan bahasa Jawa dengan tulisan Arab
pegon.20
Kitab tafsir ini selesai ditulis pada tahun 1999 M di Rembang
bertepatan dengan tanggal 2 Jumadil Akhir 1420 H. Keberadaan kitab ini
lengkap 30 Juz dengan jumlah halaman 346. Sesuai dengan namanya,
18 Anitsatul Qari’ah, “Al-Iklil Fi Ma’ani at-Tanzil di Tengah Perkembangan Tafsir
Nusantara”, Tesis, (Jakarta: IIQ Jakarta, 2011), h. 4-7. Tidak diterbitkan (t.d) 19 Ahmad Mustofa Bisri adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin leteh
Rembang. Ia adalah putra dari KH. Bisri Mustofa yang fenomenal dengan karya tafsirnya
Al-Ibriz. Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus lahir di Rembang 10
Agustus 1944. Termasuk alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas Al Azhar Kairo
(1964-1970). Ia pernah aktif dalam dunia politik, ini terlihat ketika Gus Mus menjadi
anggota DPRD jawa Tengah dan sempat pula menduduki kursi MPR RI. Selain dikenal
sebagai tokoh Agama, Gus Mus juga dikenal sebagai seniman dan penyair. Banyak karya-
karya yang telah beliau hasilkan diantaranya adalah puisi dan lukisan. Lihat Gus Mus, Saleh
Ritual Saleh Sosial, (Yogyakarta: Diva Press, 2016), h. 201 20 Aksara pegon adalah tulisan dengan aksara Arab namun berbahasa yang digunakan
secara meluas di Nusantara, khususnya di Jawa dan Sunda –sering disebut dengan istilah
huruf Jawi dan pegon-. Model aksara ini terus berusaha menjadi dominan dalam tradisi
naskah-naskah keislaman, khususnya naskah tafsir yang bekembang di masyarakat Jawa dan
Sunda, begitu juga melayu di masa klasik. Lihat Ervan Nurwatab, Tafsir Al-Qur’an Tempo
doeloe, (Jakarta: Ushul Press, 2009), Cet I, h. 148.
11
tafsir ini hanya mengungkap makna dari ayat Al-Qur’an yang oleh
mufassir dianggap gharîb (janggal) atau perlu untuk diberi penjelasan.21
Dalam konteks ini, kiranya kajian dimensi sastra dari bentuk
bahasa dan tulisan terhadap tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil
Qur’ânil Azîz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri khususnya Sastra Jawa
layak dan menarik untuk dikaji dan dijadikan objek penelitian, karena
beberapa alasan antara lain; pertama, menggunakan bahasa Jawa dalam
bentuk tulisan pegon dalam tafsirannya. Kedua, tidak menafsirkan
keseluruhan makna ayat melainkan hanya memberi penafsiran pada kata-
kata yang gharîb. Ketiga, melihat latar belakang keilmuwan mufassir
yang ahli dalam bidang sastra, maka penulis tertarik untuk mengkaji
tafsir karya KH. Ahmad Mustofa Bisri ini melalui dimensi sastranya,
dimana dalam hal ini dimensi sastra yang digunakan adalah dari segi
bahasa dan tulisannya. Selain ketiga alasan diatas, alasan keempat adalah
tafsir ini belum pernah ada yang mengkaji, maka perlu kiranya
melakukan analisa terhadap metodologinya. Sehingga dengan skripsi ini
berharap dapat mengangkat informasi yang terpendam dan menambah
literatur khazanah dalam dunia keilmuwan khususnya ilmu keislaman
pada bidang tafsir. Berdasarkan uraian di atas maka skripsi ini berjudul
Dimensi Sastra dalam Tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil
Azîz Karya KH. Ahmad Mustofa Bisri.
21 A. Mustofa Bisri, Al-Ubairiz Fi Tafsiri Gharaibil Qur’anil Aziz, (Surabaya: Penertbit
Pustaka Progresif, 2000), dalam muqaddimah, h. II
12
B. Permasalahan
1. Identifikasi
Dari judul yang dipaparkan oleh penulis dapat ditemukan
beberapa masalah yang dirasa perlu untuk dibahas. Di antara masalah
yang patut diidentifikasi adalah sebagai berikut:
Pertama, dari segi bahasa maupun bentuk tulisan yang digunakan oleh
KH. Ahmad Mustofa Bisri dalam menulis kitab Al-Ubairiz fî Tafsîri
Gharâibil Qur’ânil Azîz
Kedua, latar belakang sosio historis kitab Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil
Qur’ânil Azîz
Ketiga, dari segi teknis penulisan dan metode penafsiran kitab Al-
Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz.
Keempat, dimensi sastra khususnya sastra jawa yang terkandung dalam
kitab tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz.
2. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan-permasalahan yang tercantum dalam
identifikasi masalah, penulis melihat perlu melakukan pembatasan
masalah. Dalam mengurai skripsi ini, penulis memfokuskan
penelitiannya terhadap dimensi sastra yang terdapat pada kitab tafsir Al-
Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz. Sastra yang dimaksud disini
adalah Sastra Jawa dan dimensi sastra yang dianalisa adalah dari segi
bahasa dan tulisannya.
Setelah mengurai Sastra Jawa pada objek kajian kemudian peneliti
akan melakukan pemetaan terhadap bahasa yang digunakan mufassir
dalam tafsirannya yaitu penggunaan bahasa Jawa dimana yang menjadi
titik fokus dalam pemetaan bahasanya adalah terkait tentang
tingkatannya atau hierarki yang digunakan muallif dalam menafsirkan.
13
Kemudian setelah itu, akan dilakukan analisa terhadap tulisan yang
digunakan dalam tafsir Gus Mus ini yaitu bentuk tulisan pegon.
Di samping itu penulis juga membahas seputar biografi hidup KH.
Ahmad Mustofa Bisri, karya-karyanya dan profil kitab Al-Ubairiz fî
Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz.
3. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah pada point sebelumnya dapat
dirumuskan menjadi pertanyaan, yaitu bagaimana dimensi sastra yang
terkandung dalam kitab Al-Ubairiz Fi Tafsiri Gharaibil Qur’anil Aziz
karya KH. Ahmad Mustofa Bisri?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dinyatakan, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh dan menganalisis data
dalam rangka mengetahui dimensi sastra pada kitab tafsir Al-Ubairiz fî
Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dimensi sastra khususnya
dari segi bentuk tulisan dan bahasa pada kitab tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri
Gharâibil Qur’ânil Azîz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Akademis, Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan serta memperkaya khazanah intelektual islam,
khususnya dalam bidang ilmu tafsir dan studi keislaman secara
umum.
2. Manfaat Secara Pragmatis Kegunaan lain penelitian ini untuk
memberikan informasi seputar kitab Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil
Qur’ânil Azîz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri.
14
3. Untuk melengkapi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu dalam bidang Ilmu Al-Quran dan Tafsir
pada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, penulis
menemukan beberapa literatur yang berhubungan dengan permasalahan
yang dibahas, antara lain:
1. Skripsi Lu’lu’ul Masruroh, “Makna Pesan Dakwah Dalam Puisi
Karya KH. Ahmad Mustofa Bisri” Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013. Dalam skripsi ini
secara garis besar membahas bagaimana makna pesan dakwah yang
disampaikan KH. Ahmad Mustofa Bisri melalui puisi-puisinya yang
menggunakan gaya bahasa tutur sehari-hari yang sarat akan makna,
menggunakan gaya bahasa sinisme, dan metafora. 22
Adapun relevansinya skripsi ini dengan penelitian penulis
adalah objek kajian yang diteliti adalah karya dari tokoh yang sama
yakni KH. Ahmad Mustofa Bisri. Dalam kajian skripsi ini objek
kajiannya fokus pada karya KH. Ahmad Mustofa Bisri yang berupa
puisi, sedangkan objek kajian pada penelitian penulis nanti akan
fokus pada karya KH. Ahmad Mustofa Bisri yang berupa kitab tafsir.
Kontribusi skripsi ini pada penelitian penulis yaitu sedikit
banyak memberikan sumbangsih dalam mengurai biografi dan latar
belakang kehidupan Muallif kitab tafsir Al-Ubairiz Fi Tafsiri
Gharaibil Qur’anil Aziz.
22 Lu’lu’ul Masruroh, “Makna Pesan Dakwah Dalam Puisi Karya KH. Ahmad
Mustofa Bisri”, Skripsi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel , 2013) , h. 96. Tidak diterbitkan
(t.d). Diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/10512/1/cover.pdf. pada tanggal 5 Juli, Pukul
22. 15 WIB.
15
2. Jurnal “Kepenyairan A. Mustofa Bisri Berangkat dari Ajaran Al-
Qur’an dan al-Hadis”, oleh Abdul Wachid dimuat dalam jurnal
INSANIA Vol 13, 2008. Pada jurnal ini disebutkan biografi KH.
Mustofa Bisri dan bagaimana seorang Gus Mus menyampaikan
ajaran Al-Qur’an dan al-Hadis melalui puisi-puisinya. Dengan bahasa
yang sederhana beliau mampu menyampaikan pemahaman yang
mudah diterima masyarakat.
Secara garis besar jurnal tersebut menyampaikan Tema puisi
yang ditulis A. Mustofa Bisri (Gus Mus) sangatlah beragam, dari
tema yang “melangit” sampai tema yang “membumi”, dari tema
keruhanian hingga kejasmanian, dari tema sosial ke individual, dari
tema yang berkaitan dengan jagad mikrokosmos sampai kepada jagad
.makrokosmos. Namun demikian, semua tema itu ujungnya dapat
disimpulkan kepada dua hal, yakni mengurai hubungan antarmanusia
(hablum minan naas) sekaligus hubungan dengan Tuhan (hablum
minnallah).
Di samping tema perpuisian A. Mustofa Bisri mengurai
hubungan antara manusia dan manusia dengan Tuhan, maka
kesemestaan dalam puisi A. Mustofa Bisri melibatkan pemaknaan
terhadap alam demi mengukuhkan eksisistensi hubungan antara
manusia dan manusia dengan Tuhan tersebut. “Trinitas” hubungan itu
dirasukkan ke dalam beragam peristiwa yangmenjadi pengalaman
puisi, yang mengandung nilai estetik sekaligus nilai etik. Prinsip
bahwa kekhasan (idiocencracy) bahasa puisi itu penting untuk
menandai kepenyairan seseorang, pada konteks perpuisian A.
Mustofa Bisri harus dimaknakan bukan sekadar sebagai gejala bahasa
puisi yang melepas diri dari makna puisi (pengalaman religius yang
dinyatakandan sekaligus ditampilkan di dalam puisi). Contoh
16
mudahnya, puisi Kahlil Gibran bila diterjemahkan ke dalam bahasa
apapun, maka tetaplah mengandung kualitas puisi yang khas Gibran,
demikian halnya dengan puisi karya penyair Indonesia yang
disebutkan di depan, termasuk puisi A. Mustofa Bisri. Tentu saja,
ukuran masing-masing perpuisian seorang penyair menjadi tidak
proporsional tatkala saling ditabrakkan, misalnya mengukur
perpuisian Taufiq Ismail atau perpuisian A. Mustofa Bisri, dengan
memakai ukuran perpuisian Goenawan Mohamad atau Sapardi Djoko
Damono. 23
Sama seperti skripsi di atas, relevansi dari jurnal ini adalah
sama-sama mengkaji karya dari seorang tokoh sastra yaitu KH.
Ahmad Mustofa Bisri. Namun berbeda dengan jurnal ini, karya yang
dikaji adalah kitab tafsir bukan puisi. Kontribusi jurnal ini untuk
penelitian penulis yaitu untuk mengurai biografi mufassir serta
digunakan dalam menganalisa bagaimana bahasa yang digunakan
seorang Gus Mus dalam menyampaikan dakwahnya melalui sebuah
karya-karyanya.
3. Jurnal “Tulisan Pegon: Wujud Identitas Islam Jawa”, oleh Titik
Pudjiastuti dimuat dalam Jurnal Suhuf, Vol. 2, No. 2, 2009. Pada
jurnal ini dijelaskan bahwa setidaknya ada tiga hal yang perlu
dikemukakan untuk memahami wujud identitas Islam Jawa dengan
adanya tulisan Pegon. Pertama, tulisan Pegon diadopsi dari Jawi.
Berdasarkan bentuk huruf, sifat dan fungsinya kedua tulisan ini, Jawi
dan Pegon,tergolong ke dalam tipe tulisan Nasta'liq yang berasal dari
Parsi. Kedua, perkembangan tulisan Pegon semula hanya
23 Abdul Wachid, “Kepenyairan A. Mustofa Bisri Berangkat dari Ajaran Al-Qur’an dan
al-Hadis”, dalam Jurnal Insania, Vol 13, 2008, h. 9-14. Diakses dari
http://ejournal.iainpurwokwrto.ac.id/index.php/insania/article/download/290/255 pada
tanggal 10 Juli 2018, Jam 09.23 WIB.
17
dimaksudkan untuk penyebaran agama Islam telah difungsikan untuk
menulis berbagai tujuan dalam kehidupan masyarakat Jawa, baik
formal maupun informal. Ketiga, penetrasi Islam ke Jawa telah
melahirkan suatu peradaban baru dalam kebudayaan Jawa. Wujudnya
berupa tulisan Arab tetapi berlafal Jawa, tulisan Pegon telah berperan
tidak saja sebagai sarana terciptanya suatu khazanah baru dalam
dunia sastra Jawa, tetapi yang lebih penting lagi secara tidak
langsung telah menjadi wujud dari identitas masyarakat Islam-Jawa.24
Relevansi jurnal ini terhadap penelitian penulis adalah sama-
sama objek kajiannya adalah sastra Jawa, yang berupa bahasa Jawa
dalam bentuk tulisan yaitu tulisan pegon. Bedanya adalah jurnal ini
mengemukakan bahwa adanya tulisan pegon menjadi wujud identitas
Islam Jawa. Sedangkan yang akan dilakukan penulis dalam
penelitiannya nanti adalah menyampaikan bagaimana posisi tulisan
pegon dalam sastra Jawa. Maka dalam penelitian yang akan
dilakukan penulis, jurnal ini digunakan untuk membantu
menguraikan hal-hal yang terkait dengan tulisan pegon. Dari
sejarahnya sampai perkembangannnya.
4. Skripsi Yusuf Novantoro, “Karya Sastra Kontemporer Gus Mus
Tahun 1980-2010 M”, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2016. Dalam uraian skripsi ini secara garis
besar dijelaskan bahwa Karya seni kontemporer Gus Mus pada tahun
1980-2010 terdapat tiga periode. Pertama, periode 1980-1990. Pada
masa-masa awal Gus Mus banyak menulis dalam bentuk puisi
dengan tema kritik sosial. Kedua, periode 1991-2000, merupakan
tahun-tahun paling produktif bagi Gus Mus dalam menulis karya
sastra kontemporer dalam bentuk puisi dengan bentuk puisi bebas
24 Titik Pudjiastuti, “Tulisan Pegon: Wujud Identitas Islam Jawa”, h. 10
18
dan cenderung bertemakan alam dan politik. Ketiga, periode 2001-
2010, Gus Mus mulai menulis karya sastra dalam bentuk cerpen.
Pada periode ini, Gus Mus banyak mengangkat tema religius dan
sufistik. Ciri umum karya sastra kontemporer Gus Mus ada dua,
pertama, berisi tentang kritik sosial. Kritik sosial yang terdapat dalam
karya sastra kontemporer Gus Mus di antaranya adalah kritik
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, kritik terhadap
pemahaman-pemahaman agama, dan kritik terhadap ketidakadilan.
Kedua, banyak memuat dimensi sufistik dan spiritual.25
Relevansi skripsi ini terhadap penelitian penulis adalah sama
dalam sisi kajian tokohnya yaitu KH. Ahmad Mustofa Bisri dan
sama-sama mengkaji karya sastra yang dihasilkan oleh Gus Mus.
Namun dalam pembahasan skripsi Yusuf, tidak mencantumkan karya
sastra KH. Ahmad Mustofa Bisri yang berupa kitab tafsir.
Skripsi ini akan berkontribusi dalam penelitian penulis dalam
sisi kajian tokohnya, selain itu skripsi ini pula akan memberikan
sumbangsih kepada penulis dalam melakukan analisa terhadap karya
KH. Ahmad Mustofa Bisri yang berupa kitab tafsir Al Ubairiz Fi
Tafsiri Gharaibil Qur’anil Aziz. Yaitu pada bagian karakteristik dan
bahasa yang biasa digunakan KH. Ahmad Mustofa Bisri dalam
menyampaikan dakwahnya melalui karya sastranya.
5. Skripsi Sri Handayani, “Unggah-Ungguh dalam Etika Jawa”,
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa etika
berbahasa dalam Jawa ada berbagai tingkatan dan masing-masing
25 Yusuf Novantoro, “Karya Sastra Kontemporer Gus Mus Tahun 1980-2010 M”,
Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), h. 64-65 Tidak diterbitkan
(t.d). Diakses dari http://digi;ib.uin-suka.ac.id/22047/1/10120036_BAB-I_IV-atau-
V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf, pada tanggal 10 Juli 2018, Jam 09.30 WIB.
19
tingkatan mempunyai tujuan yang berbeda. Penggunaan ngoko-
krama dalam masyarakat mempunyai fungsi sebagai berikut: 1.
Sebagai norma pergaulan masyarakat, 2. Sebagai tata unggah-
ungguh yang berarti unggah-ungguhing basa berarti tataran ngoko-
krama, dan unggah-ungguh berarti tata sopan santun, 3. Tataran
berfungsi sebagai alat untuk menyatakan rasa hormat dan keakraban,
4. Tataran bahasa Jawa juga berfungsi sebagai pengatur jarak sosial
(sosial Distance).26
Relevansi skripsi ini dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis adalah sama-sama membahas mengenai unggah-ungguh atau
etika. Namun penelitian yang akan dilakukan penulis hanya berfokus
pada unggah-ungguh dalam berbahasa, sedangakan skripsi ini
menganalisis etika orang Jawa dalam segala aspek. Kontribusi skripsi
ini terhadap penelitian penulis yaitu untuk mengurai pembahasan
yang berkaitan dengan unggah-ungguh serta tingkatan-tingkatan
dalam etika berbahasa Jawa.
Dari sebagian penelitian yang penulis temukan, kajian
terhadap tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz masih
langka. Bahkan yang mengkaji mengenai dimensi sastra khususnya
sastra Jawa pada tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz
belum ada. Sehingga penulis menganggap perlu untuk melakukan
penelitian mengenai dimensi sastra dalam tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri
Gharâibil Qur’ânil Azîz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri.
26 Sri Handayani, “Unggah-ungguh dalam Etika Jawa”, h. 78-79
20
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode
penelitian kepustakaan (library research) yaitu mencari dan
mengumpulkan berbagai macam literatur yang relevan dan menelaah
dengan pokok masalah yang dibahas. Dalam hal ini objek utama
dalam penelitian ini adalah kitab Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil
Qur’ânil Azîz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini terbagi dua, yaitu sumber primer
dan sekunder. Sumber primer yang dimaksud adalah kitab Al-Ubairiz
fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri
Rembang yang diterbitkan oleh penerbit Pustaka Progressif Surabaya
pada tahun 2000.
Sementara itu sebagai rujukan sekunder adalah buku-buku lain
yang membicarakan tentang sastra Jawa dan yang berhubungan
dengan Sastra Jawa. Disamping itu pula juga menggunakan buku-
buku yang membahas tentang tulisan pegon maupun bahasa Jawa.
Selain itu juga menggunakan buku yang berjudul Gus Mus, Satu
Rumah Seribu Pintu karya Labibah Zain dan Althiful Khuluq dan
juga buku Ngetan Ngulon Ketemu Gus Mus. Buku ini digunakan
untuk merujuk sebagian biografi KH. Ahmad Mustofa Bisri yang
mana dalam kajian ini beliaulah Mufassir dari kitab Al-Ubairiz fî
Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz.
3. Teknik Pengumpulan Data
Mengenai pengumpulan data, penulis mengunakan metode
dokumentasi kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data melalui
bacaan-bacaan yang ada kaitannya dengan pembahasan penulis.
21
Sebagaimana tersebut di atas bahwa objek permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini adalah dimensi sastra dalam kitab Al-Ubairiz fî
Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri.
Oleh karena itu, penelitian ini bersifat kualitatif berupa penelitian
kepustakaan dengan cara mendokumentasikan data-data primer dan
sekunder maupun pelengkap.
4. Metode Analisis Data
Metode yang akan digunakan untuk menganalis data adalah
metode deskriptif-analitis. Yaitu meneliti, menganalisa yang
kemudian mengklarifikasi.27 Penulis mencoba menganalisa dan
membahas secara sistematis dimensi sastra yang terkandung dalam
kitab Al-Ubairiz Fi Tafsiri Gharaibil Qur’anil Aziz, kemudian
menelaah dan mengolah. Dari hasil pemaparan kemudian
menunjukkan informasi baru dari hasil temuan.
Untuk menganalisis penelitian, penulis akan menggunakan
Content Analysist atau analisis isi. Yaitu suatu pendekatan dan
metode dalam penelitian kualitatif yang menjadikan teks sebagai
objek kajian yang dianalisis.28 Dalam hal ini penulis akan
menganalisa penafsiran Al-Qur’an yang ada dalam kitab Al-Ubairiz fî
Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz secara keseluruhan.
Adapun pedekatan yang digunakan penulis untuk menganalis
data adalah pendekatan Historis. Pendekatan ini menempatkan
wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi
dalam konteks dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks
wacana.
27Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1990), h. 139 28Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet 1, h.117
22
Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah
dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu
Misalnya, kita melakukan analisis wacana teks selembaran
mahasiswa menentang soeharto. Pemahaman mengenai wacana teks
ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis
dimana teks itu diciptakan, bagaimana kondisi sosial politik dan
suasana pada saat itu. Oleh karena itu, pada waktu malakukan analisis
perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang
atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti
itu, dan seterusnya.29
G. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik dan sistematika ini merujuk kepada buku pedoman
penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an. Pembahasan penelitian ini
disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari bagian yang
tak terpisahkan dan saling terkait.
Bab I merupakan pengantar atau pendahuluan yang memuat latar
belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjuan pustaka, kerangka teori, metode penelitian,
dan sistematika penelitian. Bab ini dijadikan dasar pijakan untuk
pembahasan selanjutnya.
Bab II membahas mengenai Sastra Jawa. Mulai dari pengertian,
sejarah perkembangan dan jenis Sastra Jawa serta dimensi sastranya yang
berupa tulisan huruf Pegon dan penggunaan bahasa Jawa. Pembahasan
dalam bab ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai
perkembangan tafsir khususnya di Indonesia yang akan dibahas pada bab
III.
29Erianto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, h.11
23
Bab III akan diuraikan mengenai Biografi singkat mufassir
sekaligus sastrawan KH. Ahmad Mustofa Bisri. Kemudian akan
dijelaskan perjalanan intelektualnya, perlu juga dikemukakan karya-
karya ilmiyahnya. Setelah itu akan dijelaskan profil ataupun metodologi
dari karya sastra KH. Ahmad Mustofa Bisri yang berupa kitab tafsir Al-
Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz. Pembahasan pada bab ini
bertujuan untuk memberi gambaran mengenai dimensi sastra yang
terkandung dalam tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz
yang akan dibahas di bab IV.
Bab IV Merupakan kajian pokok dalam penelitian yaitu analisis
dimensi sastra dalam kitab Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz
karya KH. Ahmad Mustofa Bisri. Dalam bab ini akan diuraikan analisis
secara umum dimensi sastra yaitu Sastra Jawa yang terkandung dalam
kitab tafsir Al-Ubairiz fî Tafsîri Gharâibil Qur’ânil Azîz. Yang menjadi
pokok pembahasan dalam bab ini adalah menguraikan dan memetakan
tentang jenis sastra apa yang yang terdapat dalam onjek kajian penulis.
Kemudian akan dilanjutkan analisis terhadap tulisan pegon yang terdapat
pada kitab al-Ubairiz. Setelah itu akan melakukan pemetaan terhadap
tingkatan dalam bahasa Jawa yang digunakan Mufassir dalam
menafsirkan. Kemudian akan disertakan contoh-contoh yang terkait
dengan pembahasan.
BAB V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Dalam bab ini ditarik beberapa kesimpulan dan hasil pembahasan guna
menjelaskan dan menjawab berbagai permasalahan yang ada.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menjawab rumusan masalah yang telah tertuang dalam
Pendahuluan, penulis telah melakukan analisa terhadap dimensi sastra
khususnya Sastra Jawa pada tafsir al-Ubairiz fi Tafsiri Gharaibil Qur’anil
Aziz karya K.H. Ahmad Mustofa Bisri. Dari uraian yang telah dipaparkan
dari bab II sampai bab IV, dalam analisa penulis menemukan beberapa
kesimpulan. Setidaknya ada tiga poin penting untuk menggambarkan
dimensi sastra dalam tafsir al-Ubairiz fi Tafsiri Gharaibil Qur’anil Aziz
karya K.H. Ahmad Mustofa Bisri:
1. Dari dimensi ragam Sastra Jawa, dilihat dari Sastra Jawa berdasarkan
bahasanya tafsir al-Ubairiz ini masuk dalam kategori Sastra Jawa
Modern. Dilihat dari Sastra Jawa berdasarkan kategori isi, Karya
Sastra tafsir ini masuk dalam ragam Piwulang dan Islam. Masuk
dalam ragam piwulang karena isi dari tafsir ini banyak yang
mengandung pengajaran. Hal ini sama seperti ciri-ciri yang ada pada
ragam Piwulang. Masuk pula dalam kategori sastra ragam Islam,
dimana ragam ini memuat teks tentang fiqih, hukum Islam, maupun
teks turunan teks kitab suci Al-Qur’an dan kebanyakan teks ini ditulis
dengan huruf Arab atau Pegon. Demikian juga terdokumentasi dalam
tafsir al-Ubairiz fi Tafsiri Gharaibil Aziz karya K.H. Ahmad Mustofa
Bisri.
2. Dilihat dari dimensi sastra melalui sisi tulisan pegon, secara umum
tulisan pegon pada tafsir al-Ubairiz sama seperti tulisan pegon yang
dipakai oleh KH. Bisri Mustofa dalam kitab al-Ibriz. Namun ada
sedikit perbedaan. Pertama, pada penulisan huruf “pa” KH. Bisri
Mustofa menggunakan dua cara yaitu huruf “fa” dengan satu atau
102
tiga titik dibawah. Sedangkan Gus Mus dalam tafsir al-Ubairiz
menggunakan satu macam saja dalam menuliskan huruf “pa” dalam
tulisan pegonnya yaitu huruf “fa” dengan satu titik diatas. Kedua,
pada huruf “Ca” KH. Bisri menggunakan satu cara yaitu dengan titik
tiga pada huruf ج, sedangkan dalam kitab al-Ubairiz menggunakan
dua tipe, tipe yang pertama sam dengan KH. Bisri yaitu dengan tiga
titik. Tipe yang kedua dengan satu titik. Ketiga, pada penulisan huruf
“nga”. Menggunakan dua model, yang pertama mengikuti KH. Bisri
dan yang kedua menggunakan huruf ‘ain tanpa titik. Keempat,
penulisan “Dha” dalam al-Ubairiz mengikuti gaya penulisan KH.
Bisri yaitu dengan titik tiga di bawah huruf dal, namun model yang
kedua yang digunakan al-Ubairiz berbeda dengan model kedua KH.
Bisri yaitu tanpa titik pada huruf dal. Kelima, pada penulisan “Ga”
dalam al-Ubairiz hanya mengikuti tipe tulisan KH. Bisri bentuk
pertama yaitu dengan satu titik dibawah huruf kaf. Keenam, penulisan
“Tha” dalam al-Ubairiz menggunakan dua model, pertama sama
dengan yang digunakan KH. Bisri yaitu menggunakan tiga titik di
bawah huruf tha, model yang kedua menggunakan satu titik. Untuk
penulisan “Nya” sama dengan yang digunakan KH. Bisri Mustafa.
3. Dilihat dari dimensi sastra ragam tingkat tutur kata dalam bahasa
Jawa, tafsir al-Ubairiz karya Gus Mus, menggunkan dua macam
yaitu tingkat ngoko dan tingkat krama. Untuk tingkat madya tidak
ditemukan dalam tafsir Gus Mus ini. Pertama tingkat ngoko biasanya
digunakan dalam konteks pembicaraan antara Allah dengan manusia
dimana manusia disini mempunyai kedudukan lebih rendah dari pada
Tuhan, baik dalam larangan maupun perintah. Selain itu juga
digunakan untuk menunjukkan bahwa objek yang dituju tingkatannya
lebih rendah ataupun hina baik dari derajat, sosial maupun yang
103
lainnya. Kedua, tingkat tutur kata ragam krama. Tingkatan ini
biasanya digunakan dalam konteks permintaan atau permohonan dari
hamba ke Tuhan. Ataupun biasanya juga digunakan untuk
mengungkapkan bahwa objek yang dituju mempunyai tingkatan yang
lebih tinggi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan
berupa saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi para pengkaji kitab tafsir al-Ubairiz fi Tafsiri Gharaibil Qur’anil
Aziz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri, penulis menyarankan untuk
mengambil tema-tema yang menarik selain sastra. Karena di dalamnya
terdapat uraian-urain yang berbeda dengan kitab tafsir lainnya. Selain
itu juga belum banyak peneliti yang melakukan pengkajian terhadap
tafsir karya Gus Mus ini. Jadi masih memebutuhkan penelitian yang
lebih terhadap tafsir ini.
2. Penelitian ini belum komprehensif, karena hanya melakukan penelitian
terhadap dimensi sastra Jawa secara umum. Penulis menyarankan bagi
siapa saja yang melakukan penelitian terhadap tafsir ini untuk
mengkaji pemikiran-pemikiran mufassir (Gus Mus) dalam tafsir al-
Ubairiz. Sehingga dapat memberikan kontribusi pada kepustakaan
jurusan ilmu Al-Qur’an dan Tafsir tentang tafsir al-Ubairiz serta dapat
memberikan kontribusi dalam bidang keilmuwan tafsir.
104
105
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Sri Wintala, Etika Jawa, Yogyakarta: Araska, 2018.
Anshari, Abu Asma, Abdullah Zaim, Naibul Umam ES, Ngetan-Ngulon
Ketemu Gus Mus, Semarang: HMT Foundation, 2005.
Anshari, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Anwar, Rosihon, Pengantar Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.
Baidan, Nashruddin, Rekontruksi Ilmu Tafsir, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Prima Yasa, 2000.
Bisri, A. Mustofa, Al-Ubairiz Fi Tafsiri Gharaibil Qur’anil Aziz, Surabaya:
Penertbit Pustaka Progresif, 2000.
Bisri, A. Mustofa, Mencari Bening Hati, Jakarta: Kompas, 2009.
Bisri, A. Mustofa, Sang Pemimpin, Rembang: CV. MataAir Indonesia, 2016.
Fauziah, Putri Laelatul, “Nilai-nilai Keikhlasan dalam Buku Membuka Pintu
Langit Karya KH. A. Mustofa Bisri”, Skripsi, IAIN Salatiga, 2017.
Tidak diterbitkan.
G. Moedjanto, Konsep Kekuasaan Jawa Penerapannya oleh Raja-Raja
Jawa, Yogyakarta: IKAPI, 2002.
Gusmian, Islah, Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika hingga
Ideologi, Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang, 2013.
Handayani, Sri, “Unggah-ungguh dalam Etika Jawa”, Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009.
Hidayat, Afendi dan Suwardi, Diktat Sejarah Sastra Jawa, Yogyakarta:
Fakultas Bahasa dan Seni UNY, 2005.
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2015.
106
Laila, Itsna Noor, “Pemikiran Pendidikan Islam K.H. A. Mustofa Bisri”,
Tesis, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012. Tidak diterbitkan.
Mahsyar, Muhammad, ”Pesan-Pesan Dakwah dalam Syair-Syair Puisi Karya
KH.A.Mustofa Bisri”, Skripsi, IAIN Raden Saleh Lampung, 2017.
Tidak diterbitkan.
Masruroh, Lu’lu’ul, “Makna Pesan Dakwah Dalam Puisi Karya KH. Ahmad
Mustofa Bisri”, Skripsi, IAIN Sunan Ampel , 2013. Tidak diterbitkan.
Mualim, Fahrudin, “Perbandingan Gaya Bahasa Pada Puisi IbuKarya
Mustofa Bisri Dengan Lirik Lagu Keramat Karya Rhoma Irama Serta
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia”,
Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Tidak diterbitkan.
Muniroh, Natiqotul, “Analisis Strukturalisme Genetik dalam Novel Moi
Nojoud, 10 ans, divorcée karya Nojoud Ali dan Delphine Minoui:
Sebuah Sosiologi Sastra”, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta,
2012. Tidak diterbitkan.
Novantoro, Yusuf, “Karya Sastra Kontemporer Gus Mus Tahun 1980-2010
M”, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. Tidak
diterbitkan.
Nurwatab, Ervan, Tafsir Al-Qur’an Tempo doeloe, Jakarta: Ushul Press,
2009.
Pradotokusumo, Partin Sardjono, Pengkajian Sastra, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
Pramono, Ari Agung, Model Kepemimpinan Kiai Pesantren Ala Gus Mus,
Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2017.
107
Prawoto, Poer adhie, Kritik Esai Kesusastraan Jawa Modern, Bandung:
Angkasa, 1991.
Purwadi, Pengkajian Sastra Jawa, Yogyakarta: Pura Pustaka, 2009.
Purwadi, Sejarah Sastra Jawa Klasik, Yogyakarta: Panji Pustaka, 2009.
Qari’ah, Anitsatul, “Al-Iklil Fi Ma’ani at-Tanzil di Tengah Perkembangan
Tafsir Nusantara”, Tesis, IIQ Jakarta, 2011. Tidak diterbitkan.
Reksodihardjo, Soegeng, dkk, Tata Kelakuan di Lingkungan Keluarga dan
Masyarakat Daerah Jawa Tengah, Yogyakarta: Depdikbud, 1990.
Roziqin, Badiatul, dkk, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, Yogyakarta: e-
Nusantara, 2009.
Saryono, Djoko, Arung Diri Kitab Puisi, Surabaya: UPT Taman Budaya
Jawa Timur, 2013.
Sumadi dan Edi Setiyanto, Permasalahan Pemakaian Bahasa Jawa Krama,
Yogyakarta: Depdikbud, 2010.
Sumardjo, Jakob, dan Saini KM, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: Gramedia,
1988.
Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1990.
Suseno, Frans Magnis dan S. Reksosusilo, Etika Jawa dalam Tantangan
Sebuah Bunga Rampai, Yogyakarta: Kanisius, 1983.
Suseno, Frans Magnis, EtikaJawa Sebuah Analisa Falsafi tentang
Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta: PT. Gramedia, 1985.
Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1984.
108
Wellek, Rene dan Austin Werren, Teori Kesusastraan, Jakarta: PT.
Gramedia, 1990.
Wiratma, Nara Setya, Periodisasi Sastra Jawa: Manifestasi Keluhuran
Bangsa, Yogyakarta: UNS, 2015.
Zoetmulder, Kalangwan, Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang, Jakarta:
Jambatan, 1985.
Jurnal Hermeunetik, Vol. 8, No. 2, Desember 2014.
Jurnal Hikamuna, Vol. 1, No. 1, 2016.
Jurnal Insania, Vol 13, 2008.
Jurnal Intizar, Vol. 20, No. 1, 2014.
Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 1, Juni 2016.
Jurnal Litera, Vol. 15, No. 2, Oktober 2016.
Jurnal Literasi, Vol. 02, No. 2, Desember 2012.
Jurnal Pengembangan Pendidikan, Vol. 9. No. 2, Desember 2012,
Jurnal Suhuf, Vol. 2, No. 2, 2009.
Jurnal Suhuf, Vol. 6, No. 2, 2013
Jurnal Tanzil, Vol. I, No. 1, Oktober 2015.
digilib.uinsby.ac.id/17188/5/Bab%202.pdf, diakses pada 10 juli 2018 pukul
11. 40 WIB.
http://aloysiusindratmo.blogspot.com/.2010/02/dunia-sastra-jawa.html?=1,
diakses pada tanggal 11 juli 2018 pukul 11.58 WIB
109
http://fajarfitrianto.hol.es/?p=804, diakses pada tanggal 11 juli 2018 pukul
10.38 WIB.
http://fajarfitrianto.hol.es/?p=804, diakses pada tanggal 11 juli 2018 pukul
10.48 WIB.
http://ninkwidya.blogspot.com/2010/03/karya-sastra-jawa-kuno.html?m=1,
diakses pada tanggal 11 juli 2018 pukul 12.09 WIB
http://www.gusmus.net/page.php, diakses pada tanggal 3 Juli 2018 pukul
14.05 WIB.