perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id hubungan antara .../hubungan... · alat penelitian ini...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI
BCG PADA BAYI USIA 0-2 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
DEDY TRI WIJAYA
G 0009052
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan
Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi
Usia 0-2 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar
Dedy Tri Wijaya, NIM : G0009052, Tahun : 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Rabu, Tanggal 12 September 2012
Pembimbing Utama Nama : Endang Sri Hardjanti, dr., PfarK.,M.Or. NIP : 19471007 197611 2 001 ( ................................. )
Pembimbing Pendamping Nama : H. Rifai Hartanto, dr., M.Kes NIP : 19530621 198601 1 001 ( ................................ )
Penguji Utama Nama : Sumardiyono, SKM, M.Kes NIP : 19650706 198803 1 002 ( ................................ )
Anggota Penguji Nama : Selfi Handayani, dr., M.Kes NIP : 19670214 199702 2 001 ( ................................ )
Surakarta,.........................................
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, ...........................
Dedy Tri Wijaya NIM. G0009052
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pengtahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi Usia 0-2 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat diatasi atas pertolongan Allah SWT, serta melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Endang Sri Hardjanti, dr., PFark., M.Or, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.
4. H. Rifai Hartanto, dr., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat.
5. Sumardiyono, SKM, M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
6. Selfi Handayani, dr., M.Kes, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasihat.
7. Kepala Puskesmas Kebakkramat I yang telah memberikan ijin penelitian di Puskesmas Kebakkramat I
8. Ibu yang telah memberikan kasih sayang dan berjuang untukku. 9. Bapak, kakak serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral,
material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini. 10. Teman-teman Seperjuangan, Bagus Dwi Prasetyo, Bagus Boedi, dan Gagat Ragil
yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan semangat mereka. 11. Ibu-ibu Balita yang datang mengimunisasikan anaknya dan telah bersedia menjadi
subyek penelitian serta bantuannya untuk mengisi kuesioner dalam penelitian ini. 12. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, 27 Agustus 2012
Dedy Tri Wijaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Dedy Tri Wijaya, G0009052, 2012. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi Usia 0-2 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar belakang: Peran ibu sangat penting dalam pemberian imunisasi BCG kepada bayinya secara tepat, karena imunisasi BCG mempunyai manfaat untuk mencegah dan memutus mata rantai penyakit TBC. Penelitian ini bertujuan membuktikan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang kuat dengan pengetahuan dan sikap ibu dalam pemberian imunisasi BCG.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-September 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar. Sampel sebanyak 45 ibu yang dipilih secara purposive quota sampling. Variabel yang diteliti meliputi tingkat pendidikan sebagai variabel bebas, sedang pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG sebagai variabel terikat. Alat penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur semua variabel tersebut dan telah di lakukan uji validitas dan reliabilitas. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan model kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS 17 for windows.
Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan pengetahuan (Kolmogorov-Smirnov Z = 1,375 ; p = 0,046) akan tetapi tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG (Kolmogorov-Smirnov Z = 1,167 ; p = 0,131).
Kesimpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang pemberian imunisasi BCG serta tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG.
Kata kunci : Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Imunisasi BCG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Dedy Tri Wijaya, G0009052, 2012. Correlation between Degree of Education by Knowledge and Attitudes Mom About Giving BCG Immunization in baby Age 0-2 Months in the Work Area of Health Center Kebakkramat I, Karanganyar. Mini Thesis. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta
Background: Mother's role is very important in BCG immunization to their babies, because it BCG immunization has benefits to prevent and break the chain of TB disease. This research aims to prove that the degree of education has a strong correlation with the knowledge and attitude of mothers in BCG immunization.
Methods: This study was observational analytic conduct by cross-sectional approach. The study was conducted in July-September 2012 health centers in the working area Kebakkramat I, Karanganyar. Sample of 45 mothers were selected by purposive quota sampling. The variables studied include degree of educational as independent variables, the knowledge and attitudes of mothers about BCG immunization as the dependent variables. This research tool used questionnaires to measure all these variables and have done test validity and reliability. Data were analyzed using Kolmogorov-Smirnov models using SPSS 17 for windows. Results: This study shows that the degree of education has a significant association with increased knowledge (Kolmogorov-Smirnov Z = 1,375 ; p = 0,046) however, the level of education does not have a significant association with maternal attitudes about BCG immunization (Kolmogorov-Smirnov Z = 1.167 ; p = 0.131). Conclusion: There is a significant correlation between the degree of education with knowledge of BCG immunization and there is no significant relationship between the level of maternal education and attitudes about BCG immunization.
Keywords: Degree of education, Knowledge, Attitute, BCG immunization
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mycobacterium tuberculosis yang menyerang saluran pernapasan bagian
bawah. Tuberkulosis paru menyerang sepertiga dari 1,9 miliar penduduk dunia
dewasa ini. Setiap tahun terdapat 8 juta kasus baru penderita tuberkulosis paru,
dan angka kematian tuberkulosis paru 3 juta orang setiap tahunnya, 1% dari
penduduk dunia akan terinfeksi tuberkulosis paru. Satu orang memiliki potensi
menularkan 10 hingga 15 orang dalam 1 tahun (Alsagaff dan Mukty, 2008).
Total insiden tuberkulosis selama 10 tahun dari tahun 1990–1999, diperkirakan
88,2 juta menderita tuberkulosis. Menurut World Health Organization (WHO)
pada tahun 1999, jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia adalah 583.000 orang
per tahun dan menyebabkan kematian sekitar 140.000 orang per tahun seperti
dirilis oleh Kartasasmita dan Basir (2008). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, tuberkulosis menduduki rangking ketiga
(9,4 % dari total kematian) setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem
pernapasan (Depkes RI, 2004).
Tuberkulosis perinatal merupakan kasus yang jarang, tetapi dengan
angka kematian yang tinggi. Tuberkulosis perinatal terjadi pada masa perinatal,
penyebarannya dapat terjadi, baik pada saat masih dalam kandungan (in utero),
persalinan maupun pascapersalinan. Menurut WHO pada tahun 2003, TB
merupakan masalah kesehatan yang serius dengan ± 8,8 juta jiwa kasus terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
di semua usia. Kasus yang meningkat ini berdampak pada peningkatan
prevalensi TB pada wanita termasuk ibu hamil. Apabila TB pada ibu hamil
tidak dikenali dan ditangani dengan tatalaksana yang tepat maka kasus TB
perinatal diperkirakan akan meningkat. Gejala, tanda dan manifestasi klinis TB
perinatal sulit diketahui, tetapi bila didiagnosis lebih dini, maka komplikasi TB
perinatal yang lebih berat dapat dicegah (Nataprawira, 2010).
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1956 di Indonesia
mulai dikenalkan dengan imunisasi cacar. Tahun berikutnya imunisasi tidak
berkembang secara menggembirakan, perkembangannya baru dirasakan pada
tahun 1973 dengan dilakukannya imunisasi BCG untuk menanggulangi dan
untuk memutus mata rantai penyebaran penyakit tuberkulosis yang dilakukan
pada bayi usia kurang dari 2 bulan. Di Indonesia, pemerintah mencanangkan
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan bagi bayi umur
kurang dari 1 tahun. Imunisasi BCG merupakan salah satu imunisasi yang ada
di dalam program pemerintah tersebut. Dalam program ini pemerintah
mempunyai tujuan untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit berbahaya yang sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak. Sebagai gambaran terlihat di negara berkembang
termasuk Indonesia, 0,5 % dari bayi yang dilahirkan menderita lumpuh sebagai
akibat poliomyelitis, 1 % meninggal karena menderita tetanus neonatorum, 2 %
meninggal karena menderita batuk rejan dan 3 % meninggal karena menderita
campak. Termasuk kematian karena tuberculosis, maka paling tidak 5 juta
kematian pada anak pertahunnya dapat terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sepuluh bayi akan meninggal tiap menitnya dan sepuluh lagi akan
menderita cacat. Ironisnya penyakit ini sebenarnya dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi; untuk penyakit inipun telah tersedia dan telah terbukti
bermanfaat dalam memberikan perlindungan. Bila pemberian imunisasi dapat
diberikan dengan benar pada masa bayi dan anak, semua kejadian ini tidak
perlu terjadi (Lubis, 2004).
Peran ibu sangatlah penting dalam pemberian imunisasi terhadap
anaknya. Bila dilihat dari tingkat pendidikan ibu, sangat berpengaruh terhadap
status imunisasi anak; dalam studi kasus tahun 2005 menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendidikan maka semakin banyak ilmu dan informasi yang
ditangkap. Daya nalar seseorang, cakrawalanya ditentukan oleh banyak
sedikitnya informasi yang diterima baik secara formal maupun non formal.
Informasi yang diperoleh secara formal diperoleh melalui bangku pendidikan,
yang dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan
semakin luas cakrawala pemahaman suatu informasi tertentu termasuk
bagaimana melindungi anak-anaknya melalui imunisasi, yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap yang efektif (Parashar, 2005).
Sementara informasi yang diperoleh secara non formal, diperoleh melalui
media cetak dan media elektronika serta dapat diperoleh melalui interaksi
bermasyarakat di tempat tinggalnya.
Puskesmas Kebakkramat I merupakan Puskesmas dengan sistem
penjaringan pasien tuberkulosis terbaik di Karanganyar. Karena program
penjaringan tersebut berjalan dengan baik, jumlah pasien tuberkulosis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terjaring juga sangat banyak. Pada program tersebut, dalam tiga bulan terakhir
terdapat 43 orang yang terjaring. Orang-orang yang terjaring tersebut
melakukan tes pemeriksaan dahak untuk dewasa di laboratorium Puskesmas
Kebakkramat I dan untuk anak-anak dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi untuk
dilakukan tes mantoux. Dari 43 orang yang terjaring tersebut didapatkan
beberapa hasil positif dengan rincian 4 pasien dewasa, 2 pasien anak-anak.
Pelayanan pemberian imunisasi di Puskesmas Kebakkramat I
sebernarnya sudah cukup baik, namun dengan dihapuskannya program
imunisasi sampai tingkat posyandu tersebut dirasa sangat mengurangi
efektifitas, sehingga petugas kesehatan perlu bekerja lebih aktif lagi agar
masyarakat mengetahui informasi yang berakitan dengan imunisasi.
Dari latar belakang masalah tersebut di atas maka peneliti ingin
mengetahui lebih dalam lagi “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan
Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi Usia
0-2 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar”.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu
tentang pemberian imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan?
2. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap ibu tentang
pemberian imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan serta sikap ibu tentang
pemberian imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi BCG pada bayi usia 0-2
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar.
b. Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan
sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan bagi
ilmu pengetahuan tentang imunisasi BCG.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu
1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi tambahan
informasi terhadap ibu mengenai pentingnya imunisasi BCG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2) Dapat memberikan gambaran akan pentingnya pendidikan untuk
penerapan imunisasi BCG
b. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat merupakan tambahan
informasi bagi petugas kesehatan mengenai pemberian imunisasi BCG
bagi bayi usia 0 - 2 bulan
c. Bagi pendidikan
Diharapkan hasil ini menjadi tambahan kepustakaan untuk
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang sudah ada sehingga
dapat dimanfaatkan oleh peserta didik berikutnya dalam proses
pendidikan di profesi kesehatan.
d. Bagi peneliti
Sebagai tambahan konsep dan referensi baru tentang hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dan sikap ibu tentang
imunisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tuberkulosis ( TBC )
a. Definisi
Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Tuberkel adalah tonjolan
kecil dan keras terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok
mengelilingi bakteri TBC dalam paru. Infeksi dapat menyebar dari
paru ke ginjal, tulang belakang dan otak; infeksi ini disebut TB luar
paru. TB luar paru ditemukan pada orang yang sudah terinfeksi TB
tetapi belum di obati.
Gejala–gejala penderita TBC di antaranya batuk–batuk, sakit
dada, nafas pendek, hilang nafsu makan, berat badan turun, demam,
kedinginan dan kelelahan. Kelompok yang rentang terhadap TBC
biasanya anak–anak dan orang yang lemah sistem kekebalan
tubuhnya. Transmisi bakteri tuberkulosis biasanya melalui inhalasi,
misalnya penularan dengan dahak penderita dan lewat kulit. Diagnosis
TBC di antaranya tes tuberkulin di kulit, identifikasi bakteria di
sputum (dahak), dan rontgen paru–paru. Tujuan pengobatan bagi
penderita TBC ditujukan pada penyembuhan, mencegah kematian,
mencegah relapse (kambuh lagi), dan mencegah penyebaran penyakit.
Pada tahun 2005 dikatakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk
dunia terinfeksi bakteri TBC. Organisasi kesehatan dunia (WHO)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
merekomendasikan semua negara, khususnya di Afrika dan Asia,
mengadopsi program bernama “ Directly Observed Treatment, Short –
course (DOTS)”. DOTS menganjurkan orang sehat memonitor pasien,
meyakinkan pasien mengikuti proses pengobatan secara lengkap. Di
Indonesia program ini dinamakan Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TBC perlu jangka waktu lama dan penting dipahami
bahwa semua obat TBC harus dipakai untuk jangka waktu sesuai
perintah dokter.
b. Klasifikasi Penyakit TBC
Untuk menentukan klasifikasi penyakit TBC, ada tiga hal yang
perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
1) Organ tubuh yang sakit yaitu paru–paru atau selain paru–paru
(ekstra paru)
2) Hasil pemeriksaan dahak Bakteri Tahan Asam (BTA) yaitu
positif atau negatif. BTA positif adalah bakteri yang tidak rusak
dengan pemberian asam.
3) Tingkat keparahan penyakit, ringan, sedang, atau berat.
TBC diklasifikasikan menjadi TBC paru–paru dan TBC ekstra
paru–paru, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) TBC paru–paru adalah TBC yang menyerang jaringan paru–
paru. TBC paru–paru dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) TBC paru–paru BTA positif ( sangat menular ), bila:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
(1) Pada TBC paru–paru BTA positif penderita telah
melakukan pemeriksaan sekurang–kurangnya 2 dari 3
kali pemeriksaan dahak dan memberikan hasil yang
positif.
(2) Satu kali pemeriksaan dahak yang memberikan hasil
yang positif dan foto rontgen dada yang menunjukkan
TBC aktif.
b) TBC paru–paru BTA negatif
Penderita paru–paru BTA negatif, yaitu apabila pada
pemeriksaan dahak dan foto rontgen menunjukkan TBC
aktif, tetapi hasilnya meragukan karena jumlah kuman
(bakteri) yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum
memenuhi syarat positif.
2) TBC ekstra paru adalah TBC yang menyerang organ tubuh lain
selain paru–paru, misal selaput paru, selaput otak, selaput
jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, dan lain–lain.(Siti AD, 2011)
c. Gejala Klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru
maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ
yang terlibat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Gejala respiratorik
a) batuk lebih dari 2 minggu
b) batuk darah
c) sesak napas
d) nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak
ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas
lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up.
Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar.
2) Gejala sistemik
a) Demam
b) Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia,
berat badan menurun
3) Gejala tuberkulosis ekstra paru
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang
terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi
pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah
bening; pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan. (PDPI,2002)
d. Tuberkulosis pada anak
1) Diagnosis
Penyakit TB pada anak merupakan penyakit sistemik yang
dapat bermanifestasi pada berbagai organ, baik organ paru
maupun ekstra paru. Penyakit TB pada anak terjadi akibat
penularan dari orang dewasa. Penularan dari orang dewasa yang
menderita TB ini, biasanya melalui inhalasi butir sputum
penderita yang mengandung kuman TB, ketika penderita dewasa
batuk, bersin atau berbicara (Heinz, 1993). Diagnosis paling
tepat untuk menentukan penyakit TB adalah dengan
ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari
penderita, misalnya sputum, bilas lambung, biopsi, dan lain-lain.
Namun pada anak, hal ini sangat sulit dan jarang dilakukan,
sehingga sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan atas
gambaran klinis, foto thoraks dan uji tuberkulin. Klein dan
Isseman (1998) dalam Rosmayudi, (2002), menjelaskan TB
dapat didiagnosis bila ditemukan 2 atau lebih berikut ini :
a) Ada riwayat kontak erat dengan kasus TB baik diketahui
maupun suspek,
b) Gambaran radiologik mengarah ke TB,
c) Tes tuberkulin posistif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
d) BTA positif,
e) Batuklebih dari 2 minggu,
f) Kemungkinan respon terhadap pemberian obat anti TB
(berat badan naik 10% setelah pengobatan 2 bulan, gejala
menurun),
g) Reaksi cepat BCG, yaitu timbul kemerahan di lokasi
suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi, dan
h) Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang spesifik.
2) Gejala Umum TB pada anak
a) Asymptomatis
b) Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab
yang jelas dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah
dengan penanganan gizi yang baik, nafsu makan tidak ada
(anoreksia) dengan gagal tumbuh (failure to thrive).
c) Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
typhoid, malaria atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
d) Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,
biasanya multipel, paling sering muncul di daerah leher,
ketiak, dan lipatan paha (inguinal)
e) Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih
dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab lain dari batuk),
tanda cairan di dada dan nyeri dada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
f) Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang
yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan
(massa) di abdomen, dan tanda-tanda cairan dalam
abdomen
3) Faktor-faktor yang berisiko terjadinya kejadian TB
Menurut Beaglehole (1997), Long (1996), dan Whaley & Wong
(1995), menyatakan bahwa faktor risiko yang dapat
menimbulkan penyakit TB adalah faktor genetik, malnutrisi,
imunisasi, riwayat kontak, dan lingkungan rumah.
2. Konsep Imunisasi
a. Definisi
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar,
sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun
tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin
masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan
vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu
pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh
antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih
cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih kuat dari vaksin
yang pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi efektif
mencegah penyakit infeksius (IDI, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Imunisasi dapat dilakukan pada orang dewasa ataupun anak–anak,
pada anak–anak karena sistem imun yang belum sempurna. Pada usia
60 tahun terjadi penurunan sistem imun nonspesifik seperti produksi
air mata menurun, mekanisme batuk tidak efektif, gangguan
pengaturan suhu, dan perubahan fungsi sel sistem imun, baik seluler
maupun humoral. Dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap
infeksi, penyakit autoimun, dan keganasan. Namun usia lanjut masih
menunjukkan respon yang baik terhadap polisakarida bakteri,
sehingga pemberian vaksin dapat meningkatkan antibodi dengan
efektif.
Sejarah imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dengan
imunisasi cacar, dengan selang waktu yang cukup jauh, yaitu pada
tahun 1973 mulai dilakukan imunisasi BCG untuk Tuberkulosis,
disusul dengan imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil pada tahun
1974, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada bayi mulai
diadakan pada tahun 1976. Pada tahun 1977 WHO mulai menetapkan
program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded Program
on Immunization (EPI) dan pada tahun 1981 mulai dilakukan
imunisasi Polio, tahun 1982 imunisasi Campak mulai diberikan, dan
pada tahun 1997 imunisasi Hepatitis mulai dilaksanakan
(Muchlastriningsih, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa, agar tidak
menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam
(IDI, 2008), yaitu :
1) Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon
spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan
campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat bebrapa unsur vaksin,
yaitu :
a) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan
dimatikan, eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau
endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti
polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak
komponen-komponen organisme dari suatu antigen.
Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari
organisme yang dijadikan vaksin.
b) Pengawet, stabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat
yang digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah
atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa
atau antibiotik yang biasa digunakan.
c) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa
cairan kultur jaringan yang digunakan sebagai media
tumbuh antigen, misalnya antigen telur, protein, serum,
bahan kultur sel.
d) Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi
meningkatkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen
terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan
perlawanan juga; semakin tinggi perlawanan maka
semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
2) Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh
dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
placenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalan penyuntikan Anti
Tetanus Serum (ATS) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi baru
lahir, bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
melalui placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi
terhadap campak.
c. Tujuan imunisasi
Dasar pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi adalah berdasarkan Kepmenkes No. 1611/2005 tentang
pedoman penyelenggaraan imunisasi.
1) Tujuan umum PD3I
Menurunnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
2) Tujuan khusus
a) Tercapainya target Universal child immunization (UCI)
yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara
merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun
2010.
b) Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal
(inseden di bawah 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1
tahun) ditingkat kabupaten/kota pada tahun 2012.
c) Eradikasi polio pada tahun 2008.
d) Tercapainya reduksi campak ( ReCam) 2008.
e) Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit
Meningitis meningokokus tertentu pada calon jemaah haji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
f) Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang
melakukan perjalanan berasal dari atau ke negara endemis
demam kuning.
g) Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan
penular rabies.
3) Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi
Kontra indikasi dalam pemberian imunisasi ada 3, yaitu :
a) Anafilaksis atau reaksi hipersensitif (reaksi tubuh yang
terlalu sensitif) yang hebat merupakan kontraindikasi
mutlak terhadap vaksin berikutnya. Riwayat kejang
demam dan panas lebih dari 380 C merupakan
kontraindikasi pemberian DPT atau HB1 dan Campak.
b) Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang
menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan
vaksin yang lain sebaiknya tetap diberikan.
c) Jika orang tua sangat keberatan terhadap pemberian
imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan
diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika
bayi sudah sehat. (Proverawati A dan Andhini CSD,
2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Imunisasi Basillus Celmette – Guerin (BCG)
a. Fungsi
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan TBC
(Tuberkulosis). Tuberkulosis di sebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama menyerang sistem
pernapasan (TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga dapat
terserang (penyebaran atau ektraparu TBC). Mycobacterium
tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang
biasanya terinfeksi jika dirinya menderita sakit paru–paru dan terdapat
bakteria didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab juga
mendukung terjadinya penularan. Penularan TBC terhadap seorang
anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang
mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri ini dapat menyerang
berbagai organ di dalam tubuh, seperti paru–paru (paling sering
terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati atau selaput
otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi pada saat seseorang
terjangkit bakteri TB untuk yang pertama kalinya. Bakteri ini sangat
kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilier bronkus dan terus berkembang.
Komplikasi pada penderita TBC, sering terjadi pada penderita
stadium lanjut. Berikut, beberapa komplikasi yang bisa di alami :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1) Hemoptasis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipofolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
2) Lobus yang tidak berfungsi akibat retraksi bronkial.
3) Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat) pada proses pemulihan atau
retraksi pada paru.
4) Pneumothorax spontan (adanya udara di dalam rongga pleura) :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi ke organ lainnya seperti otak, tulang,
persendian, ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmoner. (Proverawati A dan Andhini CSD,
2010).
Menurut Nufareni (2003), imunisasi BCG tidak mencegah infeksi
TBC tetapi mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB atau TB
miliar. Faktor–faktor yang mempengaruhi efektifitas BCG terhadap
TB adalah perbedaan vaksin, lingkungan, faktor genetik, status gizi
dan faktor lain seperti paparan sinar ultraviolet terhadap vaksin.
b. Kemasan
Kemasan dalam bentuk ampul, beku kering, 1 box berisi 10
ampul vaksin. Setiap 1 ampul vaksin dilarutkan dengan 4 ml pelarut
(Proverawati A dan Andhini CSD, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Cara pemberian dan dosis
Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah
dilemahkan. Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum di
suntikan vaksin BCG harus diencerkan terlebih dahulu. Dosis 0,55 cc
untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi BCG
dilakukan pada bayi usia 0 – 2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan
pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang
dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil negatif.
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas. Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan suntikan pelan–
pelan. Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dilakukan dengan
tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10mm,
ukuran 26). Kerja sama antara ibu dengan petugas imunisasi sangat
diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat (Proverawati
A dan Andhini CSD, 2010).
d. Kontra indikasi dan efek samping
1) Kontra Indikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi :
a) Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau
menahun, seperti eksim, furunkulosis, dan sebagainya.
b) Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang
sedang menderita TBC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) Efek Samping
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak
seperti pada imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak
menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi,
akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang
berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka
tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh
dengan sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran
kelenjar limfe regional di ketiak atau leher. Pembesaran kelenjar
ini terasa padat, namun tidak menimbulkan demam.
(Proverawati A dan Andhini CSD, 2010).
e. Faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi BCG
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003), kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu :
1) Faktor predisposisi (Predisposing Factor) yang meliputi
pengetahun, sikap, pekerjaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-
nilai dan sebagainya yang ada di masyarakat
2) Faktor pendukung (Enabling Factor) yang meliputi lingkungan
fisik (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas), untuk menunjang
seseorang bertindak atau berperilaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Faktor pendorong (Reinforcing Factor) yang meliputi sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
4. Pendidikan
a. Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih matang pada individu,
kelompok atau masyarakat. Konsep ini berangkat dari suatu asumsi
bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya. Untuk
mencapai nilai-nilai hidup merupakan bantuan orang lain yang
mempunyai kelebihan (lebih dewasa lebih tahu dan sebagainya);
dalam mencapai tujuan tersebut seseorang individu, kelompok atau
masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU SISDIKNAS
diakses 12 januari 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Tujuan Pendidikan
Menurut Djumramsjah (2004) tujuan pendidikan itu menciptakan
integritas atau kesempurnaan pribadi. Integritas itu menyangkut
jasmaniah, intelektual, emosional dan etis. Dalam UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menyatakan
bahwa “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggungjawab. Oleh karena itu, pendidikan itu sangat luas karena
menyangkut perbaikan sikap dan perilaku anak didik.
c. Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003 sebagai berikut : (Redaksi Fokus
Media, 2003).
1) Formal
a) Pendidikan Dasar: Sekolah Dasar (SD), Madrasah
Ibtidaiyah (MI),
b) Pendidikan Menengah: Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Madrasah Tsanawiyah (MTs). Sekolah Menengah Atas
(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
c) Pendidikan Tinggi: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi,
Institut, atau Universitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Non Formal: Termasuk di sini adalah, lembaga kursus, lembaga
penelitian, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, dan
majelis taklim, serta pendidikan yang sejenis.
3) Informal: Pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
d. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan seseorang
dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.
1) Faktor intern : Mencakup kecerdasan persepsi, emosi, motivasi
dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari
luar.
2) Faktor ekstern : Meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun
non fisik, seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan
dan sebagainya.
Semakin sempurna atau semakin baik, faktor intern dan ekstern
yang mempunyai perilaku seseorang mengenai suatu hal semakin baik
tingkat pengetahuan orang tersebut. (Notoatmodjo, 2003).
e. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Imunisasi BCG
Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting untuk
kesehatan anak, karena melalui pola pikir yang rasional, kesehatan
anak dapat ditingkatkan melalui pola yang telah terbakukan, meskipun
masih terdapat kejadian yang kontroversial. Menurut Parashar (2005)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bahwa tingkat pendidikan ibu itu sangat berpengaruh terhadap status
imunisasi lengkap anak dan dalam penelitian tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin banyak
ilmu dan informasi yang ditangkap oleh seorang ibu tersebut. Dalam
hal ini tingkat pendidikan yang tinggi dapat berguna sebagai alat
perkembangan yang efektif, sehingga dapat bermanfaat terhadap
pemberian imunisasi secara tepat. Menurut Dini (2007) dengan makin
tingginya tingkat pendidikan ibu akan lebih mudah menerima
informasi, bersikap dan berperilaku sesuai dengan apa yang
dianjurkan. Demikian pula sebaliknya makin rendah tingkat
pendidikan akan lebih sulit menerima dan menyerap informasi yang
didapat. Tingkat pendidikan formal ibu akan mempengaruhi sikap dan
tindakan ibu dalam pemeliharaan anak. Ibu dengan pendidikan rendah
biasanya berpengalaman sedikit dan tidak tahu menahu tentang
pemeliharaan anak yang baik dalam hal ini termasuk juga pemberian
imunisasi BCG. Dengan demikian Ibu yang memiliki tingkat
pendidikan formal yang tinggi lebih mungkin memberikan imunisasi
lengkap dan tepat pada anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak
memiliki pendidikan yang baik. Pada proses ini, ibu yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi akan mampu mengurangi risiko anak
dengan pertumbuhan yang terhambat karena dicegah dengan
pemberian imunisasi, sebaliknya ibu dengan pendidikan yang rendah
akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan anaknya akibat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
ketidaktahuan makna dari imunisasi. Oleh karenanya, peningkatan
pendidikan dan pengetahuan ibu tentang kesehatan anak perlu
ditingkatkan agar anak terjaga kesehatannya dengan baik. (Abuya BA
et al, 2010)
5. Pengetahuan
a. Definisi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengetahuan berasal dari
kata tahu, yang berarti mengerti sesudah melihat, sedangkan
pengetahuan sendiri didefinisikan segala sesuatu yang diketahui
(KBBI, 2008).
Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni : indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognisi merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2003)
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Paham
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan mater tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenamya.
4) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
5) Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meningkatkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara
lain: pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan,
dan informasi ( Mubarak dkk, 2007).
b. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian Imunisasi BCG
Menurut Ayubi (2009) dalam jurnalnya, dijelaskan bahwa orang
yang berpendidikan tinggi mengindikasikan, semakin besar orang
tersebut terpapar oleh berbagai informasi, termasuk informasi
kesehatan. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
ibu yang tinggi akan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuan dan
wawasan ibu. Oleh karena itu, pemahaman ibu atau pengetahuan ibu
terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu
(Ali M, 2002). Semakin tinggi pengetahuan ibu maka proporsi anak
memperoleh imunisasi secara tepat akan semakin besar.
Menurut Manjunath U dan RP Pareek (2003) bahwa pengetahuan
tentang imunisasi yang paling efektif untuk meningkatkan
keberhasilan program imunisasi dapat diperoleh dengan pendekatan
interpersonal (interaksi langsung dengan petugas kesehatan,
penyuluhan door to door, saran dari dokter). Pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa informasi yang diperoleh dari sumber yang
terpercaya dengan cara berinteraksi langsung dapat meningkatkan
kepercayaan seseorang terhadap imunisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
6. Sikap
a. Definisi
Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau obyek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-
tidak baik dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Menurut Petty dan
Cacioppo, sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, orang lain, obyak atau isu-isu (Petty dan Cacioppo
dalam Azwar, 2005).
b. Komponen Pokok Sikap
Dalam bagian lain, menurut Alport yang dikutip Notoatmodjo,
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu
obyek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
(Notoatmodjo, 2005)
c. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo, ada 4 tingkatan sikap, yaitu:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.
2) Merespon (responding)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggungjawab (responsible)
Bertanggungjawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo,
2003).
d. Faktor Pembentuk Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain pendidikan,
pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2008).
e. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Ibu Tentang Pemberian
Imunisasi BCG
Pembentukan sikap seseorang sangat berhubungan dengan
pengalaman seseorang itu sendiri, dari pengalaman itu seseorang
dapat bertindak sesuai dengan apa yang diketahuinya. Peran
pendidikan di sini juga sangat penting, karena semakin tinggi
pendidikan maka semakin banyak pengalaman dan informasi yang
didapat, serta dari segi interaksi dengan orang lain pembentukan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dapat terbentuk dengan adanya informasi dari orang lain dengan
pengalaman yang didapat. Dengan adanya informasi yang cukup serta
ditunjang pengalaman ibu dalam memberikan imunisasi tehadap
anaknya terdahulu sehingga setiap ibu dapat mengerti tentang manfaat
imunisasi tersebut. Oleh karena itu menurut Gust DA, et al. (2004)
dengan informasi dan pengalaman yang cukup akan memberikan
sikap yang positif terhadap pemberian imunisasi.
Berdasarkan informasi dan pengalaman yang di dapat seseorang
dari bangku pendidikan atau berinteraksi dengan orang lain sangat
berpengaruh terhadap sikap seseorang, yang dimanifestaskan ke dalam
tindakan nyata. Bila ditinjau dari pola asuh ibu, seorang ibu akan
selalu memberikan perawatan kesehatan bagi anaknya, jadi dengan
sikap ibu yang baik maka pola asuh ibu dalam memberikan perawatan
kesehatan pada anaknya akan terpenuhi. (Efendy, 1998)
B. Kerangka Berpikir
Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting untuk berpikir
nalar dan kritis. Untuk mengetahui ketepatan ibu dalam memberian imunisasi
BCG pada bayinya, tentunya harus ditunjang dengan pengetahuan dan sikap
ibu tentang pemberian imunisasi BCG sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pada penelitian ini, pengetahuan dan sikap ibu erat sekali dengan tingkat
pendidikan baik secara formal maupun non formal. Dalam hal ini semakin
tinggi tingkat pendidikannya maka akan berpengaruh terhadap pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
seseorang. Dari pengetahuan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam
bersikap maupun bertindak sesuai dengan tingkat pengetahuannya.
Selama ini masih banyak para ibu yang masih menolak memberikan
imunisasi kepada anaknya pada usia 0-2 bulan dengan anggapan anaknya
masih terlalu kecil jadi merasa kasihan bila di-imunisasi BCG. Hal ini
disebabkan karena masih kurangnya pendidikan dan pengetahuan para ibu
dengan bayi usia 0-2 bulan. Oleh karena itu sangat penting bagi ibu untuk
memperoleh pendidikan yang tinggi guna memperoleh pengetahuan yang luas
untuk mendorong ibu agar dapat bersikap dengan memberikan imunisasi
BCG secara tepat untuk kesehatan anaknya.
Berdasarkan hal tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterangan
= diteliti
= tidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
TINGKAT PENDIDIKAN (IBU)
SIKAP IBU TENTANG
PEMBERIAN IMUNISASI BCG
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
- Pekerjaan - Umur - Minat - Pengalaman - Kebudayaan
PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN
IMUNISASI BCG
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah
- Kebudayaan - Pengaruh orang lain
yang dianggap penting - Institusi atau lembaga
pendidikan dan agama - Faktor emosi dalam
diri individu
WAWASAN ILMU PENGETAHUAN
PENGALAMAN INFORMASI YANG DIDAPAT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
C. Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu
tentang pemberian imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan.
2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap ibu tentang
pemberian imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan hanya
mengamati variabel-variabel yang diteliti, bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dan sikap ibu
tentang pemberian imunisasi BCG. Penelitian ini menggunakan pendekatan
potong lintang (cross sectional). Rancangan cross sectional adalah suatu
rancangan penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan yang paling sering
digunakan karena secara metodologik paling mudah digunakan dan hanya di
observasi sekali pada saat yang sama (taufiqurrahman, 2004).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I,
Karanganyar.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan selama 9 (sembilan) minggu dimulai pada tanggal 1
Juli sampai 20 September 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini didapatkan dari perkiraan ibu yang
melahirkan pada bulan Mei sampai Juli. Pada bulan tersebut didapatkan
populasi sebanyak 62 orang ibu yang melahirkan pada bulan Mei sampai Juli
tahun 2012 di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar.
D. Teknik Sampling
Dengan jumlah populasi atau kelompok subyek penelitian yang besar,
maka tidak memungkinkan bagi seorang peneliti untuk meneliti seluruh
populasi yang ada. Untuk itu, diperlukan sampel dan cara pengambilan
sampel yang benar supaya sempel mewakili keseluruhan sifat-sifat populasi
yang akan diteliti.
1. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive quota
sampling, yaitu metode pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau
sifat tertentu yang berkaitan dengan karakter populasi sesuai kriteria
inklusi sampel dengan jumlah sampel yang telah ditetapkan terlebih dahulu
(Taufiqurahman, 2004).
2. Sampel
Sampel yang digunakan peneliti diambil dengan cara purposive quota
sampling dengan jumlah sempel yang ditetapkan terlebih dahulu sebanyak
45 responden yang mengimunisasikan bayinya di Puskesmas Kebakkramat
I, Karanganyar, dengan kriteria sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
a) Kriteria Inklusi sampel sebagai berikut :
1) Ibu yang memiliki bayi usia 0-2 bulan
2) Usia ibu 20 – 35 tahun
3) Ibu bayi bisa baca tulis
4) Bersedia menjadi responden
5) Hadir pada saat penelitian
b) Kriteria eksklusi sebagai berikut :
1) Bayi sakit
2) Bukan ibu kandungnya yang mengimunisasikan
3) imunisasi yang akan diberikan bukan imunisasi BCG
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Tingkat Pendidikan Ibu
2. Variabel terikat : a. Pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG
b. Sikap ibu tentang Imunisasi BCG
3. Variabel perancu :
a) Terkendali : -
b) Tidak terkendali :
1) Umur responden
2) Kurangnya informasi terkait imunisasi BCG
3) Adanya fasilitas kesehatan di dekat tempat tinggal
4) Adanya yang mengingatkan imunisasi BCG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (Variabel Independen)
Tingkat Pendidikan Ibu
a. Definisi : Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal
responden yang tertinggi.
b. Alat ukur : Kuesioner data umum responden atas kepemilikan
ijasah tertinggi (Pendididkan Dasar terdiri dari responden tamat
SD dan SMP; Pendidikan Menengah adalah responden yang tamat
SMA).
c. Skala pengukuran : Nominal
2. Variabel terikat (Variabel Dependen)
a. Pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG
1) Definisi : Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
ibu tentang imunisasi BCG melalui pendidikan formal maupun
non formal.
2) Alat ukur : Kuesioner (jawaban benar skor 1, jawaban salah
skor 0)
3) Skala pengukuran : Ordinal
b. Sikap ibu tentang imunisasi BCG
1) Definisi : respon psikologis ibu dalam bertindak atau bersikap
atas pengetahuan yang di terimanya tentang imunisasi BCG.
2) Alat ukur : kuesioner dengan skor sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a) Pertanyaan positif : sangat setuju = skor 5, setuju =
skor 4, ragu = skor 3, tidak setuju = skor 2, sangat tidak
setuju = skor 1
b) Pertanyaan negatif : sangat setuju = skor 1, setuju =
skor 2, ragu = skor 3, tidak setuju = skor 4, sangat tidak
setuju = skor 5
3) Skala pengukuran : Ordinal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
G. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1. Rancangan penelitian
Memenuhi Kriteria Inklusi
Pengambilan Data Primer
ANALISIS STATISTIK
Purposive quota Sampling
Ibu mengembalikan kuesioner
Ibu mengisi inform consent dan formulir biodata
Checking/cleaning kuesioner
Data Entry
Pengolahan Data
Populasi Ibu yang memiliki bayi usia 0-2 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kebakkramat I, Karanganyar
Ibu menjawab kuesioner pengetahuan dan sikap tentang imunisasi BCG
Simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket/kuesioner. Angket/kuesioner merupakan daftar
pertanyaan yang diberikan kepada ibu dengan bayi usia 0-2 bulan yang
bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna dengan
tujuan mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari
responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang
sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan, selain itu
responden mengetahui informasi tertentu yang diminta (Riduwan, 2003).
Kuesioner pengetahuan dengan menggunakan 2 (dua) pilihan jawaban yaitu
benar dan salah dengan jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0,
sementara untuk kuesioner sikap terdapat dua bentuk soal yaitu soal positif
dengan skor : sangat setuju skor 5, setuju skor 4, ragu skor 3, tidak setuju skor
2, sangat tidak setuju skor 1 dan soal negatif dengan skor : sangat setuju skor
1, setuju skor 2, ragu skor 3, tidak setuju skor 4, sangat tidak setuju skor 5.
I. Validitas dan Reliabilitas
Sebelum digunakan, kuesioner dilakukan pengujian validitas dan
reliabilitas untuk mengetahui layak atau tidaknya digunakan dalam penelitian.
1. Validitas
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes
melakukan fungsi ukurnya atau validitas adalah ukuran yang
menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
yang ingin diukur (Riwidikdo, 2008). Item-item yang mempunyai
korelasi signifikan berarti betul-betul mengukur apa yang seharusnya
diukur dikatagorikan item valid, dan item-item yang mempunyai
korelasi yang tidak signifikan berarti item yang tidak mengukur apa
yang seharusnya terukur dikatagorikan item tidak valid (gugur)
(Widodo, 2009). Uji validasi yang digunakan adalah koefisien
korelasi biserial dan korelasi product moment dari Pearson.
Koefisien korelasi biserial digunakan untuk menguji kuesioner
pengetahuan, karena butir soal kuesioner pengetahuan berbentuk
dikotomi (dis-kontinum) maka validitas dihitung dengan
menggunakan koefisien korelasi biserial dengan rumus sebagai
berikut :
( )( )
÷÷ø
öççè
æ-=
i
i
t
tiibis q
p
S
xxr
Keterangan:
rbis(i) : koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i
dengan skor total
xi : rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir
soal nomor i
xt : rata-rata skor total semua responden
St : Standar Deviasi skor total semua responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pi : proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i
qi : proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i
Keputusan uji, apabila rbis ³ rtabel artinya pertanyaan tersebut
valid, apabila rbis < rtabel artinya pertanyaan tersebut tidak valid.
(Riyanto, 2011)
Sedangkan untuk menguji kuesioner sikap digunakan teknik
korelasi product moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut :
( ) ( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNR
S-SS-S
SS-S=
Dengan keterangan :
N : jumlah responden
X : skor pertanyaan
Y : skor total
XY : skor pertanyaan dikali skor total
Suatu item pertanyaan dikatakan valid apabila memiliki nilai
rhitung lebih besar dari rtabel. Dalam penelitian ini diujikan sebanyak 30
responden dan taraf signifikansi 5% sehingga nilai rtabel yang
digunakan adalah sebesar 0,361.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana instrumen menghasilkan
pengukuran yang sama meskipun digunakan pengamatan pada waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
yang berbeda (Taufiqurrahman, 2004). Uji reliabilitas yang digunakan
adalah Kuder-Richardson Approach dan koefisien Cronbach’s Alpha.
Kuder-Richardson Approach (KR-20) digunakan untuk menguji
kuesioner pengetahuan, teknik ini digunakan untuk instrumen yang
bentuknya alternative salah atau benar, maka reliabilitas dihitung
dengan rumus KR-20 sebagai berikut :
úúû
ù
êêë
é-úû
ùêëé
-= å
2t
iiii S
qp1
1kk
r
Keterangan:
iir : koefisien reliabilitas tes
k : cacah butir
piqi : varians skor butir
pi : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
qi : proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i
St2 : varians skor total
Keputusan uji, apabila nilai KR-20 ³ 0,6 maka pertanyaan
reliabel, apabila nilai KR-20 < 0,6 maka pertanyaan tidak reliabel.
(Riyanto, 2011)
Sedangkan untuk menguji kuesioner sikap digunkan teknik
koefisien Cronbach’s Alpha dengan rumus sebagai berikut :
÷÷ø
öççè
æ-÷
øö
çèæ
-= å
Vt
Vi1
1nn
r11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dengan keterangan :
11r : reliabilitas instrumen (koefisien Cronbach’s Alpha)
Vt : varians total atau varians skor total
ΣVi : jumlah keseluruhan varians item
n : jumlah item (yang valid)
Rentang koefisiensi KR20 berkisar antara 0.00 – 1.00,
disimpulkan dari sangat kurang reliabel sampai dengan sangat
reliabel, hasil pengukuran yang termasuk reliabel bila berkisar lebih
dari atau sama dengan 0,6 (Murti,2010).
J. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian ini terdapat variabel kuesioner pengetahuan dan sikap
ibu tentang imunisasi BCG yang melibatkan sebanyak 30 orang responden
untuk diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada hasil uji validitas didapat angka
signifikansi sebesar 0,361 berdasar pada Tabel Harga Kritis dari r dengan N
sejumlah 30 orang responden dan besarnya interval kepercayaan adalah 95%,
sehingga didapat angka signifikansi (rtabel) sejumlah 0,361, yang artinya
apabila angka korelasi (rhitung) lebih besar dari 0,361 maka variabel tersebut
dikatagorikan valid. Sedangkan untuk hasil uji reliabilitas berdasar pada nilai
koefisien Cronbach’s Alpha dan KR-20; secara umum suatu variabel
dikatakan reliabel apabila nilai koefisien Cronbach’s Alpha dan KR-20 lebih
besar dari 0,6 sedangkan dikatakan tidak reliabel apabila nila koefisiennya di
bawah 0,6. Berikut adalah hasil validitas dan reliabilitas kuesioner
pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi BCG.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Kuesioner Nomor
Soal Uji Validitas Uji Reliabilitas
r hitung r tabel Keterangan r11 Keterangan
Pengetahuan
1 0,419 0,361 Valid
0,809 Reliabel
2 0,488 0,361 Valid 3 0,433 0,361 Valid 4 0,403 0,361 Valid 5 0,490 0,361 Valid 6 0,520 0,361 Valid 7 0,374 0,361 Valid 8 0,464 0,361 Valid 9 0,392 0,361 Valid 10 0,428 0,361 Valid 11 0,511 0,361 Valid 12 0,520 0,361 Valid 13 0,473 0,361 Valid 14 0,488 0,361 Valid 15 0,392 0,361 Valid 16 0,579 0,361 Valid 17 0,432 0,361 Valid 18 0,402 0,361 Valid 19 0,449 0,361 Valid 20 0,442 0,361 Valid
Kuesioner Nomor
Soal
Uji Validitas Uji Reliabilitas
r hitung r tabel Keterangan Cronbach’s
Alpha Keterangan
Sikap
1 0,706 0,361 Valid
0,806 Reliabel
2 0,640 0,361 Valid 3 0,422 0,361 Valid 4 0,525 0,361 Valid 5 0,530 0,361 Valid 6 0,687 0,361 Valid 7 0,487 0,361 Valid 8 0,520 0,361 Valid 9 0,541 0,361 Valid 10 0,474 0,361 Valid 11 0,524 0,361 Valid 12 0,470 0,361 Valid 13 0,465 0,361 Valid 14 0,611 0,361 Valid 15 0,571 0,361 Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Sebagaimana terlihat pada tabel di atas bahwa setelah hasil uji coba
ditabulasi kemudian dilakukan analisis validitas dan reliabilitas terhadap item
dalam kuesioner, hasilnya semua item pertanyaan baik untuk variabel tingkat
pengetahuan yang sebanyak 20 item dan variabel sikap yang sebanyak 15
item semua dinyatakan valid. Sedangkan hasil analisis reliabilitas instrumen
pada item dalam kuesioner menunjukkan hasil bahwa instrumen penelitian ini
reliabel.
K. Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Peneliti menjelaskan secara garis besar tujuan, manfaat, dan prosedur
penelitian pada responden serta menjelaskan bahwa peneliti akan
menjaga kerahasiaan identitas dan hasil setiap sampel.
2. Responden diminta menandatangani surat persetujuan (informed
consent) sebagai bentuk kesediaan mengikuti penelitian.
3. Responden mengisi biodata
4. Responden mengisi kuesioner
5. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji analisis data yang
sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
L. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis
penelitian bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi BCG pada bayi usia 0 – 2 bulan
antara lain adalah analisis Chi Square (Chi Kwadrat). Kegunaan alat analisis
statistik Chi Square di antaranya adalah untuk mengidentifikasi hubungan
antarvariabel yang bersifat kualitatif. Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap merupakan
variabel kualitatif, maka hubungan antar variabel itu dapat diidentifikasi
dengan analisis Chi Square.
Secara prinsip analisis Chi Square merupakan analisis beda
k proporsi, atau membandingkan antara proporsi frekuensi aktual/nyata
dengan proporsi frekuensi harapan (expected). Oleh karena itu, untuk
menghitung analisis Chi Square itu masing-masing variabel dikategorikan
lebih dahulu, kemudian dibuat tabulasi silang antarvariabel. Pada setiap sel
tabulasi silang memuat frekuensi nyata dan dapat dihitung untuk masing-
masing sel frekuensi harapan. Dengan membandingkan frekuensi nyata dan
harapan untuk semua sel itu dapat dihitung nilai Chi Square hitung berikut
probabilitas signifikansinya. Adapun formulasi perhitungan Chi Square itu
adalah sebagai berikut:
χ2 = ( )å -
e
ea
f
ff 2
keterangan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
χ2 : nilai kai kwadrat hitung
fa : nilai frekuensi aktual/ nyata.
fe : nilai frekuensi harapan.
Nilai fe dihitung dengan rumus: fe ij = n
xnn kjri
fe ij : nilai frekuensi harapan baris ke i kolom ke j.
nri : jumlah barus ke i.
nkj : jumlah kolom ke j.
Apabila dalam menganalisis data itu didapatkan bahwa Uji Chi
Square tidak memenuhi syarat yang berarti analisis Chi Square ini tidak
efektif untuk digunakan, maka dilakukan analisis alternative yaitu uji beda
dua mean dengan Kolmogorov-Smirnov. Uji beda 2 mean Kolmogorov
Smirnov itu adalah uji beda tingkat pengetahuan dan sikap antar tingkat
pendidikan dasar dan menengah yang masing-masing variabel itu cenderung
berdistribusi tidak normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Karakteristik Reponden
Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian
imunisasai BCG pada bayi usia 0 – 2 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebakkramat I Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar. Sebelum
sampai pada pengujian hipotesis penelitian itu, terlebih dahulu dilakukan
penjelasan secara deskriptif variabel-variabel penelitian yang meliputi variabel
karakteristik responden maupun variabel utama yang diteliti yaitu tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi BCG
pada bayi usia 0 – 2 bulan.
Variabel-variabel karakteristik responden meliputi umur, pekerjaan,
informasi imunisasi, sumber informasi, keberadaan fasilitas kesehatan, jenis
fasilitas kesehatan, dan ada tidaknya yang mengingatkan kegiatan imunisasi
BCG itu. Variabel karakteristik yang bersifat kuantitatif seperti umur dijelaskan
parameter pokok yaitu rata-rata dan Standar Deviasi variabel itu, sedangkan
deskripsi atas variabel karakteristik yang bersifat kualitatif dijelaskan frekuensi
masing-masing kategori masing-masing karakteristik sampel penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1. Usia Responden
Umur responden penelitian berada di antara 20 – 35 tahun dengan rata-rata
sebesar 27,58 tahun dan Standar Deviasi sebesar 4,75. Berdasarkan sebaran
data umur tersebut jika disusun dalam tiga kelompok umur maka distribusi
frekuensi umur responden dapat digambarkan proporsi masing-masing
sebagai berikut:
37,78%
33,33%
28,89%
Klp 20 - 25 Klp 26 - 30 Klp 31 - 35
Gambar 4.1. Proporsi Kelompok Umur Responden (Persen)
Umur responden yang paling dominan adalah berada pada kelompok usia
20 – 25 tahun yaitu mencapai 37,78 persen dari total responden. Kemudian
kelompok usia 26 – 30 tahun dengan proporsi 33,33 persen dan sisanya
adalah responden dengan kelompok usia 31 – 35 tahun dengan proporsi
sebesar 28,89 persen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Pekerjaan
Pekerjaan responden penelitian sebagian besar adalah Tidak Bekerja/Ibu
Rumah Tangga yaitu mencapai proporsi 60 persen dari total responden.
Jenis pekerjaan yang lain dari responden penelitian adalah Pegawai Swasta
yaitu sebesar 37,8 persen dan sisanya sebesar 2,2 persen adalah petani.
Komposisi jenis pekerjaan responden penelitian dapat digambarkan dalam
grafik sebagai berikut:
60,00%
2,22%
37,78%
TB-IRT Petani Peg.Swasta
Gambar 4.2. Proporsi Jenis Pekerjaan Responden (Persen)
3. Informasi tentang Imunisasi
Sebagian besar responden penelitian sudah pernah mendapatkan informasi
tentang adanya imunisasi BCG untuk bayi 0 – 2 bulan. Bahkan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sebagian kecil responden yang tidak pernah menerima informasi itu yaitu
hanya sebesar 6,7 persen. Jadi 93,3 persen responden sudah pernah
menerima informasi tentang imunisasi BCG itu. Dari 93,3 persen
responden yang pernah mendapatkan informasi tentang imunisasi BCG itu
sebagian besar mendapatkan informasi dari Petugas Kesehatan yaitu
mencapai proporsi 90,48 persen dan sisanya sebesar 9,52 persen
mendapatkan informasi dari membaca media masa cetak seperti koran atau
majalah serta leaflet atau selebaran. Komposisi pernah atau tidaknya
menerima informasi tentang imunisasi BCG dapat digambarkan sebagai
berikut:
6,67%
93,33%
Tdk Pernah Pernah
Gambar 4.3. Pernah atau Belum Mendapatkan Informasi Imunisasi
(Persen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
90,48%
9,52%
Petugas Kes Lainnya
Gambar 4.4. Sumber Informasi Imunisasi bagi Responden (Persen)
4. Fasilitas Kesehatan
Sebagian besar responden penelitian menyatakan bahwa di lingkungan
wilayahnya sudah tersedia fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) Induk, Puskesmas Pembantu (Pustu), Rumah
Bersalin, Poliklinik dan sebagainya, yaitu mencapai 86,7 persen dari total
responden. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa di lingkungan
wilayahnya belum ada fasilitas kesehatan hanya sebesar 13,3 persen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
13,33%
86,67%
Tdk Ada Ada
Gambar 4.5. Fasilitas Kesehatan di Lingkungan Wilayah Responden
(Persen)
Dari sebesar 86,67 persen responden yang menyatakan sudah ada fasilitas
kesehatan di lingkungan wilayahnya itu sebagian besar menyatakan bahwa
fasilitas kesehatan yang dimiliki lingkungan adalah Bidan Praktek,
kemudian Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, Rumah Bersalin dan
Poliklinik. Proporsi masing-masing jenis fasilitas kesehatan di lingkungan
masyarakat responden dapat digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
48,72%
10,26%
15,38%
12,82%
12,82%
Bdn Praktek Pustu Pusind
RB Poliklinik
Gambar 4.6. Jenis Fasilitas Kesehatan di Lingkungan Wilayah Responden
(Persen)
Proporsi Bidan Praktek mendominasi jenis-jenis fasilitas kesehatan yang
ada di lingkungan responden yaitu mencapai 48,72 persen, kemudian
Puskesmas Induk sebesar 15,38 persen, Rumah Bersalin dan Poliklinik
masing-masing memiliki proporsi sama yaitu mencapai 12,82 persen dan
sisanya Puskesmas Pembantu sebesar 10,26 persen.
5. Pemberian Peringatan Adanya Imunisasi
Pelayanan imunisasi BCG oleh petugas kesehatan sudah cukup optimal, hal
itu dapat dilihat dari proporsi adanya pemberian peringatan adanya
imunisasi BCG yang sudah mencapai 62,2 persen. Responden yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
menyatakan bahwa tidak ada pemberian peringatan tentang adanya
imunisasi hanya sebesar 37,8 persen. Proporsi responden terhadap sudah
atau belum adanya pemberian peringatan tentang imunisasi BCG dapat
digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
37,78%62,22%
Tdk Ada Ada
Gambar 4.7. Pemberian Peringatan Adanya Imunisasi kepada Responden
(Persen)
B. Deskripsi Variabel Penelitian Utama
Variabel penelitian utama terdiri dari tingkat pendidikan sebagai
variabel independen sementara pengetahuan serta sikap ibu tentang imunisasi
BCG bagi bayi usia 0–2 bulan masing-masing sebagai variabel dependen.
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut tentang hubungan antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi BCG bagi bayi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
usia 0 – 2 bulan itu, lebih dahulu dijelaskan secara deskriptif variabel penelitian
utama itu masing-masing berikut diberikan visualisasi grafik untuk komposisi
masing-masing kategori variabel itu.
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden penelitian terdiri dari tingkat pendidikan
tamat Sekolah Dasar (SD), tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan
tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Tingkat pendidikan paling dominan
responden penelitian adalah tingkat pendidikan SMA dengan proporsi 42,2
persen, kemudian tingkat pendidikan SMP dengan proporsi 33,3 persen,
dan sisanya sebesar 24,4 persen adalah responden dengan tingkat
pendidikan SD. Gambaran karakteristik pendidikan responden penelitian
itu dapat digambarkan sebagai berikut:
24,44%
33,33%
42,22%
Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
Gambar 4.8. Proporsi Tingkat Pendidikan Responden (Persen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tingkat pendidikan responden tersebut juga dapat dikelompokkan menjadi
dua tingkat saja yaitu tingkat pendidikan dasar yang terdiri dari tingkat
pendidikan tamat Sekolah Dasar (SD) dan tamat Sekolah Menengah
Pertama (SMP), serta tingkat pendidikan menengah yaitu tingkat
pendidikan tamat SMA. Berdasarkan pengelompokan itu maka responden
Ibu yang memiliki tingkat pendidikan dasar meliputi 57,7 persen dari
seluruh responden dan ibu yang memiliki tingkat pendidikan menengah
meliputi proporsi sebesar 42,23 persen.
2. Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi BCG
Ada 20 item pertanyaan dalam kuesioner untuk mengukur variabel
pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG. Nilai total penilaian kuantifikasi
variabel pengetahuan berada antara nilai 9 – 19. Apabila dikelompokkan
menjadi 2 bagian maka proporsi masing-masing variabel ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
24,44%
75,56%
Kurang Cukup
Gambar 4.9. Proporsi Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Imunisasi
BCG (Persen)
Nampak bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden (ibu)
terhadap imunisasi BCG bagi anak usia 0 – 2 bulan sudah cukup yaitu
mencapai 75,56 persen; sedangkan sisanya yaitu sebesar 24,44 persen
merupakan proporsi tingkat pengetahuan ibu terhadap imunisasi BCG yang
masih kurang dan perlu ditingkatkan.
3. Sikap Ibu terhadap Imunisasi BCG
Variabel sikap ibu terhadap imunisasi BCG diukur dengan mengajukan 15
item pertanyaan yang harus dijawab masing-masing responden. Setelah
dilakukan penilaian terhadap variabel sikap itu ternyata nilainya berkisar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
antara 47 – 72. Selanjutnya apabila variabel ini dikategorikan dalam dua
kategori yang berbeda maka proporsi masing-masing bagian dapat
digambarkan dalam grafik berikut:
24,44%
75.56%
Krg Setuju Setuju
Gambar 4.10. Proporsi Sikap Ibu terhadap Imunisasi BCG (Persen)
Nampak bahwa sebagian besar sikap responden (ibu) terhadap imunisasi
BCG bagi anak usia 0 – 2 bulan sudah setuju yaitu mencapai 75,56 persen.
Sedangkan sisanya yaitu sebesar 24,44 persen merupakan proporsi sikap
ibu terhadap imunisasi BCG yang masih kurang setuju sehingga hal itu
perlu ditingkatkan.
C. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan dan Sikap
Dalam rangka membuktikan dua hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini maka dilakukan analisis hubungan antara variabel tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pendidikan dengan tingkat pengetahuan dan hubungan antara tingkat
pendidikan dengan sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG bagi bayi usia
0–2 bulan. Dalam penelitian ini karena variabel-variabel yang digunakan
merupakan variabel kualitatif dengan skala ordinal, maka langkah awal
dilakukan analisis statistik Chi Square (Chi Kwadrat).
Analisis Chi Square pada hakikatnya adalah perbandingan antara
frekuensi nyata dengan frekuensi harapan, sehingga untuk melakukan analisis
Chi Square ini disusun tabulasi silang (crosstab) antarvariabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.
1. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu tentang
Imunisasi BCG.
Tabulasi silang antara variabel tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
tentang imunisasi BCG adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.1. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu
tentang Imunisasi BCG
Pendidikan Pengetahuan
Total Kurang Cukup
Tamat SD Jml
7 15,6
4 8,9
11 24,4 %
Tamat SMP Jml
3 6,7
12 26,7
15 33,3 %
Tamat SMA Jml
1 2,2
18 40,0
19 42,2 %
Total Jml
11 24,4
34 75,6
45 100,0 %
Sumber: Data Primer, 2012, diolah.
Berdasarkan tabulasi silang di atas dapat dijelaskan bahwa responden ibu
yang berpendidikan tamat SD, sebanyak 15,6 persen memiliki tingkat
pengetahuan terhadap imunisasi BCG kurang dan 8,9 persen memiliki
tingkat pengetahuan cukup. Responden ibu yang berpendidikan tamat SMP
yang memiliki tingkat pengetahuan terhadap imunisasi BCG cukup sebesar
26,7 persen dan sebesar 6,7 persen memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Untuk ibu yang memiliki tingkat pendidikan tamat SMA sebesar 40,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
persen memiliki tingkat pengatahuan cukup dan sebanyak 24,4 persen
memiliki tingkat pengetahuan masih kurang.
Dengan dasar tabulasi silang itu dapat dihitung nilai Chi Square
hitung dengan nilai probabilitas sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Chi Square Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Pengetahuan
Keterangan Value df Asymp. Sig.
Pearson Chi-Square 13,094 2 0,001
Likelihood Ratio 12,785 2 0,002
Linier by linier Association
11,725 1 0,001
N of valid cases 45
Sumber: Data Primer 2012, diolah.
Berdasarkan hasil perhitungan Chi Square di atas didapatkan bahwa
analisis Chi Square itu signifikan pada derajat signifikansi sebesar 5
persen. Hal itu dapat diartikan bahwa antara tingkat pendidikan dan
pengetahuan memiliki hubungan yang kuat meyakinkan (signifikan). Ibu
yang memiliki tingkat pendidikan relatif lebih tinggi cenderung memiliki
tingkat pengetahuan tentang imunisasi BCG yang relatif lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Ibu tentang Imunisasi
BCG.
Tabulasi silang antara variabel tingkat pendidikan dan sikap ibu tentang
imunisasi BCG bagi bayi usia 0 – 2 bulan dapat dijelaskan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan Sikap Ibu tentang
Imunisasi BCG
Pendidikan Sikap
Total Krg Setuju Setuju
Tamat SD Jml
6 13,3
5 11,1
11 24,4 %
Tamat SMP Jml
2 4,4
13 28.9
15 33,3 %
Tamat SMA Jml
3 6,7
16 35,6
19 42,2 %
Total Jml
11 24,4
34 75,6
45 100,0 %
Sumber: Data Primer, 2012, diolah.
Berdasarkan tabulasi silang di atas dapat dijelaskan bahwa responden ibu
yang berpendidikan tamat SD, sebanyak 13,3 persen mememiliki sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
terhadap imunisasi BCG kurang setuju dan hanya sebesar 11,1 persen
memiliki sikap relatif setuju. Responden ibu yang berpendidikan tamat
SMP yang memiliki sikap terhadap imunisasi BCG setuju sebesar 28,9
persen dan sebesar 4,4 persen memiliki sikap yang cenderung kurang
setuju. Untuk ibu yang memiliki tingkat pendidikan tamat SMA sebesar
35,6 persen memiliki sikap relatif setuju dan hanya sebesar 6,7 persen
memiliki sikap relatif kurang setuju.
Perbedaan proporsi sikap ibu tentang imunisasi BCG untuk bayi
usia 0 – 2 bulan itu untuk setiap tingkatan pendidikan ibu membawa
konsekuensi perhitungan Chi Square yang cenderung lebih besar. Oleh
karena itu berdasarkan data-data dalam tabulasi silang dapat dihitung nilai
Chi Square hitung dengan nilai probabilitas sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Chi Kwadrat Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Sikap
Keterangan Value df Asymp. Sig.
Pearson Chi-Square 7,170 2 0,028
Likelihood Ratio 6,541 2 0,038
Linier by linier Association
4,549 1 0,033
N of valid cases 45
Sumber: Data Primer 2012, diolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan hasil perhitungan Chi Square di atas didapatkan bahwa
analisis Chi Square itu signifikan pada derajat signifikansi sebesar 5
persen. Hal itu dapat diartikan bahwa antara tingkat pendidikan dan sikap
ibu tentang pemberian imunisasi BCG memiliki hubungan yang kuat
meyakinkan (signifikan). Ibu yang memiliki tingkat pendidikan relatif lebih
tinggi cenderung memiliki sikap setuju dalam peran serta mendukung
pemberian imunisasi BCG sementara ibu yang memiliki tingkat pendidikan
yang relatif lebih rendah memiliki sikap kurang setuju dalam peran serta
mendukung pemberian imunisasi BCG.
Sehubungan dengan hasil dari analisis Chi Square di atas terdapat 3
sel tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan pengetahuan maupun
tingkat pendidikan dan sikap yang nilainya kurang dari 5 atau berarti
mencapai proporsi 50 % dari keseluruhan sel yang dibentuk, maka analisis
Chi Square tersebut tidak dapat digunakan secara efektif. Oleh karena itu
dilakukan uji alternative dengan menggunakan uji beda dua mean dengan
Uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian dengan Kolmogorov Smirnov
itu adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.5. Tabel Frekueksi Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan frekuensi tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
responden ibu berdasarkan tingkat pengetahuan yang berpendidikan dasar
sebanyak 26 responden, sedangkan yang berpendidikan menengah
sebanyak 19 responden. untuk yang berdasarkan sikap responden ibu yang
berpendidikan dasar sebanyak 26 responden dan yang berpendidikan
menengah sebanyak 19 responden.
Perhitungan beda dua mean tingkat pengetahuan dan sikap ibu
terhadap pemberian imunisasi BCG antar tingkat pendidikan yang berbeda
yaitu pendidikan dasar dan pendidikan menengah dengan Uji Kolmogorov-
Smirnov dapat dijelaskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi BCG sesuai tabel di atas
menunjukkan bahwa analisis Kolmogorov-Smirnov itu signifikan pada
derajat signifikansi 5 persen dengan nilai Z-Kolmogorov-Smirnov = 1,375;
dan p = 0,046. Hal itu dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan mean
tingkat pengetahuan yang signifikan antar tingkat pendidikan dasar dan
menengah. Selanjutnya hasil itu dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan memiliki hubungan dengan pengetahuan dimana Ibu yang
memiliki tingkat pendidikan relatif lebih tinggi cenderung memiliki tingkat
pengetahuan tentang imunisasi BCG yang relatif lebih tinggi pula.
Pada pengujian variabel sikap Ibu terhadap pemberian imunisasi
BCG didapatkan hasil analisis beda dua mean sikap antara tingkat
pendidikan dasar dan menengah yang tidak signifikan pada derajat
signifikansi 5 persen dengan nilai Z-Kolmogorov-Smirnov = 1,167; dan
p=0,131. Hal itu dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan mean
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sikap Ibu terhadap pemberian imunisasi BCG yang signifikan antar tingkat
pendidikan dasar dan menengah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap
ibu tentang pemberian imunisasi BCG.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Terdapat perbedaan mean pengetahuan ibu tentang pemberian
imunisasi BCG antar tingkat pendidikan dasar dan menengah berbeda
meyakinkan (signifikan) pada derajat signifikan 5 persen dengan nilai
Z-Kolmogorov-Smirnov = 1,375 dan p = 0,046. Hal itu dapat
diartikan bahwa terdapat perbedaan mean tingkat pengetahuan yang
signifikan antar tingkat pendidikan yang berbeda, sehingga hal itu
dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan
dengan pengetahuan dimana. Hubungan dimaksud dapat dijelaskan
bahwa Ibu yang memiliki tingkat pendidikan relatif lebih tinggi
cenderung memiliki tingkat pengetahuan tentang imunisasi BCG yang
relatif lebih tinggi pula atau sebaliknya.
2. Terdapat perbedaan mean sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG
antar tingkat pendidikan dasar dan menengah didapatkan perbedaan
tidak meyakinkan (tidak signifikan) pada derajat signifikansi 5 persen
dengan nilai Z-Kolmogorov-Smirnov = 1,167; dan p = 0,131. Hal
tersebut di atas dapat diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan mean
sikap ibu terhadap pemberian imunisasi BCG yang signifikan antar
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Oleh karena itu dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG.
B. Saran
1. Bagi Institusi Kesehatan
Penyebaran informasi tentang pelayanan kesehatan
terutama tentang imunisasi harus ditingkatkan oleh instansi
terkait. Dengan cara mengadakan penyuluhan kesehatan di tiap-
tiap dusun dan kelurahan secara rutin setiap bulannya, terutama
tentang imunisasi, atau membuat selebaran atau booklet untuk
dibagikan kepada masyarakat.
2. Bagi Profesi Bidan
a. Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pemberi pelayanan
kebidanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
memberi pelayanan yang baik kepada pengguna pelayanan
kebidanan, khususnya dalam memberikan pendidikan
kesehatan tentang pemberian imunisasi BCG pada ibu bayi.
b. Pendekatan kader imunisasi terhadap masyarakat harus
ditingkatkan. kader imunisasi secara aktif mengajak
masyarakat untuk mengimunisasikan anaknya, sehari
sebelum diadakannya imunisasi masyarakat harus
diingatkan, usahakan agar setiap ibu yang memiliki anak bayi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
mengetahui kapan dan di mana dilaksanakannya imunisasi
khususnya untuk di Poliklinik Keshatan Desa (PKD).
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengakses atau menambah
wawasan tentang pentingnya imunisasi BCG dan manfaatnya
melalui buku-buku, tenaga kesehatan maupun dari pengalaman
orang lain yang dapat meningkatkan atau menambah pengetahuan
tentang manfaat pemberian imunisasi BCG sehingga dapat
mencegah timbulnya penyakit Tuberkulosis yang bisa
mengakibatkan kecacatan bahkan kematian.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti memberi saran :
a. Desain penelitian menggunakan penelitian eksperimental
dengan pelaksanaan melalui pendidikan kesehatan
masyarakat.
b. Area cakupannya lebih besar lagi, bukan di Puskesmas
Kebakkramat I melainkan diwilayah yang lebih luas.
c. Mengenai teknik sampling sebaiknya menggunkan teknik
random sampling berdasarkan formula yang telah dibakukan
sehingga sample size terpenuhi dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
DAFTAR PUSTAKA
Abuya BA et al (2010). Influence of maternal education on child immunization and stunting in kenya. http:// www.springerlink.com /content/j201m676n1025682/ [ di akses 22 Januari 2012] [abstract]
AC Pelizion et al (2010). Neonatal BCG immunization followed by DNAhsp65 boosters: Highly immunogenic but not protective against tuberculosis – a Paradoxical Effect of the vector? Brazil : Department of Microbiology and Immunology, Biosciences Institute, Sao Paulo State University (UNESP)
Ali M (2002). Pengetahuan sikap dan perilaku Ibu bekerja dan tidak bekerja tentang immunisasi. http:// repository.usu.ac.id /bitstream/ 123456789/22315/4/Chapter%20II.pdf [diakses 23 februari 2012]
Alsagaff H dan Mukty HA(eds) (2008). Dasar- dasar ilmu penyakit paru, cetakan ke-5. Surabaya : Airlangga University Press. Hal: 73-129.
Anggraini D (2011). Pengetahuan dan sikap ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilahan kontrasepsi di dusun II desa bangun rejo kecamatan tanjung marowa. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27094/4/Chapter%20II.pdf [di akses 23 Januari 2012 ]
Ayubi D (2009). Kontribusi pengetahuan ibu terhadap status imunisasi anak di
tujuh provinsi di indonesia. Jakarta : FKM UI. http://www. balitbangdasumsel.net/data/download/20100414130019.pdf [di akses 23 Februari 2012]
Azwar, Syaifuddin (2003). Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Edisi ke-2. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar S. (2008). Sikap manusia, teori dan pengukurannya. Yogyakarta :
Liberty. Hal : 5, 31.
Beaglehole, R. 1997. Dasar-Dasar Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Depkes RI (2004). Survei prevalensi tuberkulosis tahun 2004. http://www.tbcindonesia.or.id [diakses 23 januari 2012]
Djumransjah HM (2004). Pengantar filsafat pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Effendi N (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, Edisi 2. Jakarta : EGC
Gust DA, Strine TW, Maurice E, et al (2004) Underimmunization among
children: effects of vaccine safety concerns on immunization status. Pediatrics. Page: 114:e16–e229.
Kennedy Allison, MPH,Deborah A. Gust, PhD, MPH, Irene Shui, MPH, Philip
J. Smith, PhD, Glen Nowak, PhD, Larry K. Pickering, MD (2005). Parent Attitudes Toward Immunizations and Healthcare Providers : The Role of Information. American Journal of Preventive medecine volume 29, number 2 : Elsevier Inc. Pages : 105-112.
Hamidi (2004). Metode penelitian kualitatif. Aplikasi praktis pembuatan proposal dan laporan penelitian. Malang : UMM Press. Hal: 68
IDI (2008). Arti definisi/pengertian imunisasi, tujuan, manfaat, cara dan jenis imunisasi pada manusia. [diakses 22 januari 2012]
Irmayanti, Meliono (2007). Pengetahuan. http: //id.wikipedia.org/ wiki/ Pengetahuan. [di akses 29 Juli 2012].
Kartasasmita CB dan Basir D (2008). Epidemiologi. Dalam : Rahajoe N.N,
Supriyanto B. dan Setyanto D.B (eds). Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Hal : 162-164.
Latipun. (2003). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Long, B. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran
Lubis CP (2004). Usaha pelayanan kesehatan anak dalam membina keluarga sejahtera. Library.usu.ac.id/download/fk/anak-chairuddin22.pdf [di akses 27 Januari 2012]
Manjunath U,RP Pareek (2003). Maternal knowledge and perceptions aboutthe routine immunization programme--a study in a semiurban area in Rajasthan. Pilani : Management Group, Medical Center, Birla Institute of Technology and Science (BITS) volume 57. Page : 158-163
Meszaros JR, Asch DA, Baron J, Hershey JC, Kunreuther H, Schwartz-Buzaglo J. (1996). Cognitive processes and the decisions of some parents to forego pertussis vaccination for their children. J Clin Epidemiol;49: Page: 697–703.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Mubarak dkk (2007). Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal : 30.
Muchlastriningsih E (2005). Penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No.148. Hal:6.
Murdjati (2003). Faktor keluarga yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada anak usia satu tahun/balita. Yogyakarta : UGM Press.
Murti,B (2010). Desain dan Ukuran Sampel dalam Penelitian Kesehatan Edisi
ke-2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Nataprawira HMD (2010). Tuberkulosis perinatal bermanifestasi sebagai tuberkulosis milier dan meningitis. http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/742/tuberkulosis_perinatal_bermanifestasi.pdf?sequence=1 [di akses 19 januari 2012]
Notoatmodjo S (2003). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Hal : 37.
___________ (2005). Promosi kesehatan (teori dan aplikasi). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
____________ (2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Hal : 143- 146.
Nufraeni (2003). Status imunisasi BCG dan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya meningitis tuberkulosa. www.repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/6262/ 1/ D0300572.pdf [di akses 20 Januari 2012 ]
Parashar S (2005). Moving beyond the mother-child dyad: Women's education, child immunization, and the importance of context in rural India.http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953605000225 [di akses 29 januari 2012]
PDPI (2002). Tuberkulosis : Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf [di akses 16 Juli 2012]
Proverawati A dan Andhini CSD (2010). Imunisasi dan vaksinasi. Yogyakarta : Nuha Offset.
Rakhmawati, Windy (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Pada Anak Di Kecamatan Ngamprah Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Bandung Barat. http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/681/faktor_faktor_kejadian_tuberkulosis_pada-anak.pdf?sequence=1 [di akses 14 Juli 2012]
Redaksi Fokus Media (2003). Undang-undang sistem pendidikan nasional. Bandung : Fokus Media Hal : 11-17
Riduwan (2003). Dasar-dasar statistika. Bandung : Afabeta.
Rosmayudi, O (2002). Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis pada Bayi dan Anak. http:// www.depkes.com. [diakses 16 Juli 2012]
Sarah, Mia (2008). Hubungan tingkat sosial ekonomi dan pola asuh dengan status gizi anak balita di wilayah kerja puskesmas pantai cermin kecamatan tanjung pura kabupaten langkat tahun 2008. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16930/4/Chapter%20II.pdf [di akses 29 januari 2012 ] Hal : 3
Siti AD (2011). Stop! Tuberkulosis. Bogor : Cita Insan Madani. Hal : 8-13
Soekanto (2002). Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali.
Taufiqurahman MA (2004). Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan. Klaten: CSGF. Hal : 1-125
_______________ (2008). Pengantar metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan. Safei I, Hastuti S, Saddhono K (eds). Surakarta: UNS Press. Hal : 62-3, 101-2.
UUSISDIKNAS (2003). http:// sekolahmusikindonesia. co.id /research/ uusisdiknas.pdf [diakses 18 januari 2012].
Walgito, bimo (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Whaley & Wong’s (1995). Nursing Care of Infant and Children. Fifth Edition.
USA : CV Mosby Company
Widodo T (2009). Metode penelitian kuantitatif. Surakarta : LPP dan UNS Press.