perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/8527/1/217550911201104151.pdfmengolah data....
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
ASTRI SETIAWATI
K430604
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
ASTRI SETIAWATI
K4306004
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd
NIP 19470201 197603 2 001 NIP 19760125 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk mamenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Muzayyinah, M.Si ......................
Sekretaris : Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Si ......................
Anggota I : Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd ......................
Anggota II : Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd ......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Astri Setiawati. IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah kognitif; (2) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah afektif; (3) Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar ranah psikomotor; (4) Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling bagus terhadap hasil belajar biologi, (5) Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling efektif terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Experiment) menggunakan randomized control only design. Pendekatan inkuiri dan pendekatan konvensional sebagai variabel bebas dan hasil belajar biologi sebagai variable terikat. Sampel pada penelitian ini ada tiga kelas, yaitu kelas X-1 sebagai kelas kontrol, kelas X-2 sebagai kelas eksperimen I, dan kelas X-3 sebagai kelas ekperimen II. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Teknik pengambilan sampel dengan “Cluster Random Sampling”. Teknik pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan teknik tes, dokumentasi, dan angket. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisa satu jalan dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Hasi dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: 1) Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah kognitif; 2) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah afektif; 3) Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar ranah psikomotor. Selain itu, pendekatan yang paling efektif adalah pendekatan modified free inquiry.
Kata Kunci: Pendekatan Inkuiri, Hasil Belajar Biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT Astri Setiawati. THE IMPLICATION OF INQUIRY APPROACH TOWARD
STUDENT’S ACHIEVEMENT OF STUDYING BIOLOGY ON X GRAD E
OF SMA NEGERI 2 SURAKARTA YEAR 2009/1010. Thesis, Surakarta:
Biology Education Department of Teacher Training and Education Faculty of
Sebelas Maret University of Surakarta, October 2010.
Keywords : inquiry approach, achievement of Study in Biology
This research aims are to find out: 1) the influence of inquiry approach
toward student’s achievement in cognitive domain; 2) the influence of inquiry approach toward student’s achievement in affective domain; 3) the influence of inquiry approach toward student’s achievement in pshycomotor domain; 4) the best approach toward student’s achievement; and 5) the most effective approach toward student’s achievement of studying biology on X grade of SMA Negeri 2 Surakarta. This research is a quasi experiment research with randomized control only design using inquiry approach and conventional approach as independent variables and student’s achievement of study biology as the dependent variable. Here, it is acquired three classes as the samples, there are the student’s of class X-1 as the control class, student’s of class X-2 as the first experimental class, and student’s of class X-3 as the second experimental class. The population of this research is all of the student’s was X grade of SMA Negeri 2 Surakarta. The sample of this research was established by cluster random sampling. The techniques for collecting data are by using test, questionnaire, and documentation. The data were analyzed by anova and then by scheffe test.
The conclusion of this research are: 1) There is an influence of inquiry approach toward student’s achievement in cognitive domain; 2) There is no influence of inquiry approach toward student’s achievement in affective domain; 3) There is an influence of inquiry approach toward student’s achievement in pshycomotor domain. Beside, the most effective approach to influence the student’s achievement is modified free inquiry approach.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
♥ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh
mengetahui, sedang kamu tidak. (QS. Al Baqarah: 216)
♥ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyiroh: 5)
♥ Hadapi semua dengan senyuman (Dewa)
♥ “Talk Less Do More”
♥ Yakinlah ”SAYA BISA!!!”
♥ Jangan Bilang Menyerah Sebelum Kamu Mencobanya
♥ Do The Best and Keep Spirit
♥ If you want to plan for a year, plant a seed
If for ten years , plant a tree
If for a hundreds years, teach the people
When you plant a seed, you will reap a single harvest
When you teach the people, you will reap a hundred harvests (IBRD,
WORLD DEVELOPMENT REPORT, 1991 )
PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Kupersembahkan karya ini untuk:
� Ibu, Ibu, dan Ibuku tersayang, wanita yang telah melahirkanku,
merawatku, mendukungku, menyayangiku, dan selalu mendoakanku tanpa
lelah.....yang telah sabar menunggu kelulusanku.....
� Bapak, atas nasihat dan segala pengertian Bapak…terima kasih sedalam-
dalamnya...
� Bapak dan Ibu di Sragen yang telah merawatku dan memberiku tempat
tinggal. Terima kasih atas segala kebaikan yang kalian berikan kepadaku.
� Mbak Asri dan Mbak Tuti yang selalu mengingatkanku, memarahiku untuk
kebaikanku, membantuku, dan mendukungku baik tenaga, biaya dan
waktu....terima kasih....maaf selalu menguji kesabaran kalian....
� Kiki dan Yayuk, adik-adiku yang tersayang....terima kasih atas kritik dan
sarannya....aku sayang kalian...
� Bu Alvi dan Pak Bowo, terima kasih atas bimbingan, waktu, dan
nasehatnya…
� Yulinda Ariesta terima kasih atas bimbingan dan bantuannya dalam
mengolah data. Karenamu aku bisa dan paham cara mengolah data
melalui SPSS.....kamu adalah guruku sekaligus temanku yang terbaik......
� Agung, Triliana, Ichan, R. Dyah, Hayuk, Putri, Ulpi, Amin, Rinawati,
Elvin terimakasih atas nasihat, bantuan, dan semangat yang kalian
berikan
� Teman-teman seperjuangan Biologi Education 2006 Community, terima
kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang tak akan terlupakan.
Semoga kebersamaan kita terjaga selama-lamanya.
� Teman-teman NGAPAKERS di Surakarta (Cilacap Community) yang
selalu memberikan saran, kritik, bantuan, semangat, dan dukungan agar
segera pendadaran....Hidup NGAPAKERS....hope we always together....
� Someone yang selalu menyemangatiku dan memotivasiku.....
� Almamater.
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal dengan judul ”IMPLIKASI PENGGUNAAN
PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam
mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
5. Bowo Sugiharto, S. Pd, M. Pd, selaku pembimbing II yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penelitian.
6. Kepala SMA Negeri 2 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 2 Surakarta, yang telah memberi
bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian.
8. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Oktober 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 4
D. Perumusan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka 7
1. Hasil Belajar Biologi 7
2. Pendekatan Pembelajaran 14
B. Kerangka Berpikir 31
C. Hipotesis 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 35
1. Tempat Penelitian 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. Waktu Penelitian 35
B. Populasi Dan Sampel 35
1. Populasi Penelitian 35
2. Sampel Penelitian 36
C. Teknik Pengumpulan Data 36
1. Variabel Penelitian 36
2. Metode Pengumpulan Data 36
3. Teknik Penyusunan Instrumen 37
4. Analisis Instrumen 39
D. Rancangan Penelitian 44
E. Teknik Analisis Data 44
1. Uji Keseimbangan 45
2. Uji Prasyarat 46
3. Uji Hipotesis 47
4. Uji Lanjut Anava 48
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 49
B. Analisis Data 52
C. Pengujian Hipotesis 54
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 59
Bab V. Simpulan, Implikasi, Dan Saran
A. Simpulan 67
B. Implikasi 67
C. Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 69
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan Macam-Macam Pendekatan Inkuiri ................................. 30
Tabel 2. Perbedaan Antara Pendekatan Inkuiri dengan Pendekatan
Konvensional …………………………………………………..…… 31
Tabel 3. Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa. .......................... 40
Tabel 4. Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Tes Try Out Siswa…………….….41
Tabel 5. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa………… 43
Tabel 6. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Tes Try Out Siswa…………......... 44
Tabel 7. Desain Penelitian “Randomized Control Only Design…………….... 44
Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan Kemampuan Awal.................. 45
Tabel 9. Deskripsi Data Postest Hasil Belajar Ranah Kognitif....................... 50
Tabel 10. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Afektif…………....................... 51
Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor .............................. 52
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor.......... 53
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor...... 53
Tabel 14. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Kognitif…. 54
Tabel 15. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Afektif…...54
Tabel 16. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Psikomotor 55
Tabel 17. Hasil Uji Lanjut Ranah Kognitif Melalui Uji Duncan (DMRT)……... 56
Tabel 18. Hasil Uji Lanjut Ranah Psikomotor Melalui Uji Duncan (DMRT)….. 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Paradigma Penelitian……….................................................. 32
Gambar 2. Perbandingan Nilai Mean Kognitif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 1 dan 2………………………………...……50 Gambar 3. Perbandingan Nilai Mean Afektif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 1 dan 2…………………………………..….51 Gambar 4. Perbandingan Nilai Mean Psikomotor Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen 1 dan 2………………………..…………….52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian 72
Lampiran 2. Analisis Instrumen 120
Lampiran 3. Uji Keseimbangan 128
Lampiran 4. Data Hasil Penelitian 134
Lampiran 5. Uji Prasyarat 149
Lampiran 6. Uji Hipotesis 161
Lampiran 7. Perijinan 175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia seutuhnya. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Upaya yang telah dilakukan
antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas guru, penyediaan
perpustakaan dan laboratorium, penataan pendidikan, serta penerapan produk
teknologi.
Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis melainkan sesuatu yang dinamis
sehingga menuntut adanya suatu perbaikan yang terus menerus. Dunia pendidikan
memiliki tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajarannya. Untuk
mencapai tujuan tersebut harus dilakukan strategi yang tepat diantaranya dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta sesuai
dengan materi yang akan disampaikan, karena metode pembelajaran sangat
berperan dalam menentukan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, yakni mengajar
yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik, dan belajar yang dilakukan oleh
peserta didik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka komponen dalam kegiatan
pembelajaran diantaranya adalah guru dan siswa. Guru sebagai fasilitator dan
siswa sebagai obyek dan subyek dalam pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan
lingkungan pembelajaran yang efektif perlu diciptakan oleh guru agar siswa dapat
belajar dengan baik dan mencapai hasil belajar yang optimal (Syaiful Sagala,
2009:62).
Pembelajaran biologi di SMA Negeri 2 Surakarta memperlihatkan proses
pembelajaran teacher centered yaitu semua kegiatan pembelajaran terpusat
kepada guru. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan
konvensional, sehingga strategi yang digunakan kurang bervariasi. Akibatnya
aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan ceramah guru, menghafalkan materi,
mencatat materi, dan mengerjakan soal-soal latihan di Lembar Kerja Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
(LKS). Siswa belum mampu memberikan contoh dan menjelaskan kembali materi
yang dipelajari.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran
berlangsung, siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan melakukan
aktivitas di luar proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode eksperimen
jarang digunakan, sehingga siswa lebih banyak duduk di dalam kelas. Selain itu,
sebagian besar nilai ulangan siswa masih berada di bawah nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) sebesar 6,5 sehingga perlu dilakukan remidi agar nilai siswa
menjadi lebih baik. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa masih rendah.
Permasalahan-permasalahan tersebut harus segera diatasi agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan hasil yang optimal. Salah satu upaya adalah
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang merupakan pendekatan
modern, yang berorientasikan student-centered. Penerapan suatu pendekatan pada
pembelajaran akan menentukan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
disusun. Pemilihan suatu pendekatan harus disesuaikan dengan tujuan dan sifat
materi yang menjadi objek pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran modern mendudukkan siswa sebagai pusat
perhatian (student centered). Pendekatan pembelajaran modern mengacu pada
pandangan siswa sebagai subjek belajar, yang mempunyai kemampuan dasar
untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, pemahaman materi yang lebih mendalam, menjadi pemikir yang
baik dan mampu memberikan banyak alternatif jawaban terhadap suatu
permasalahan adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri menurut Colburn
(2000: 42) tidak hanya mendikte tentang konsep, tetapi mendorong pengalaman
belajar siswa untuk memahami konsep-konsep ilmiah, yang dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam, membuat konsep lebih lama diingat dan
bermakna bagi siswa. Siswa dilibatkan secara aktif, baik hands-on maupun minds-
on, dalam menemukan konsep saat pembelajaran biologi. Melakukan lebih baik
dibandingkan hanya mendengarkan karena dengan melakukan, siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar secara langsung (first hand experience).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pendekatan inkuiri adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada
penyelidikan melalui proses berpikir secara sistematis. Inkuiri mengandung proses
mental yang tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data,
menarik kesimpulan. Pendekatan inkuiri bukanlah pendekatan yang baru dalam
pembelajaran biologi, karena pendekatan ini telah dikembangkan oleh BSCS
(Biological Science Curriculum Study) yang menghasilkan pola instruksional dan
kurikuler untuk digunakan di Sekolah Menengah. Esensi pembelajaran ini adalah
mengajarkan kepada pembelajar untuk menggunakan teknik yang biasa digunakan
oleh peneliti biologi, yaitu mengidentifikasi masalah dan menggunakan metode
khusus dalam memecahkan masalah tersebut (Trianto, 2009:80).
Pendekatan inkuiri menurut Nuryani (2005:95) sejalan dengan prinsip
konstruktivisme. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsepnya sendiri
dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui kegiatan observasi/eksplorasi ataupun
eksperimen. Proses perumusan konsep tersebut merupakan proses yang sangat
berarti bagi siswa untuk memahami fenomena dan peristiwa alam. Melalui
pembelajaran dengan menerapkan inkuiri diharapkan siswa mempelajari biologi
secara induktif dan konstruktif, serta mampu menyelaraskan hasil temuannya
dengan teori atau konsep yang dibahas setelah berlangsungnya pembelajaran. Hal
ini merupakan hal baru dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA N 2 Surakarta
karena guru belum pernah menerapkan pendekatan inkuiri.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri menurut Nanang
dan Cucu (2009:78) dimulai dengan suatu kejadian yang menimbulkan teka-teki,
hal ini akan memotivasi siswa untuk mencari penyelesaian atau solusi dari teka-
teki tersebut. Inkuiri sains diharapkan dapat menciptakan kegiatan sains yang
menantang sehingga melahirkan interaksi antara gagasan yang diyakini
sebelumnya sebagai suatu bukti untuk mencapai pengalaman baru yang lebih
saintifik, melalui proses eksplorasi untuk mencapai gagasan baru. Pengembangan
pendekatan ini diharapkan akan dapat membantu siswa untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pemahaman konsep yang dipelajari, keaktifan dalam proses belajar, dan
peningkatan pada hasil belajar.
Bertolak dari latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul:
“IMPLIKASI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR
BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2009/2010”
B. Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan berdasarkan uraian
latar belakang diatas adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada
guru/teacher centered.
2. Sebagian besar siswa masih harus mengikuti remidi dikarenakan nilai
ulangan dibawah nilai KKM.
3. Sikap sebagian siswa menciptakan suasana kurang kondusif dalam
pembelajaran.
4. Aktivitas sebagian besar siswa hanya duduk.
5. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri belum pernah
diterapkan dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu
diberikan batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, maka pembatasan masalah dititikberatkan pada:
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dibatasi pada semua siswa kelas X SMA Negeri 2
Surakarta semester II Tahun pelajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Objek Penelitian
Objek penelitian dibatasi pada:
a. Pendekatan pembelajaran, meliputi: konvensional, inkuiri terbimbing dan
inkuiri yang dimodifikasi.
b. Hasil belajar biologi, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan materi pokok Pencemaran Lingkungan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas serta untuk
memperjelas masalah maka dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA N 2
Surakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA N 2
Surakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA N 2
Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.
2. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.
3. Pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.
4. Pendekatan pembelajaran yang pengaruhnya paling efektif terhadap hasil
belajar biologi siswa kelas X SMA N 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sains atau biologi.
2. Memberikan masukan kepada guru dalam pemilihan pendekatan pembelajaran
agar pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student-centered) pada pokok
bahasan Pencemaran Lingkungan.
3. Membangkitkan kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga menghasilkan output yang
berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
5. Menambah kepustakaan dalam bidang pendidikan dan menjadi acuan untuk
diteliti lebih lanjut di jenjang pendidikan yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar Biologi
a. Pengertian Hasil Belajar Biologi
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinu, proses
tersebut berupa pengalaman yang diperoleh seseorang saat menghadapi atau
memecahkan suatu masalah dalam hidupnya, bukan berupa perkembangan atau
pertumbuhan tubuh seseorang. Dari proses itu akan diperoleh sesuatu hasil yang
disebut hasil belajar. Sesuai dengan hakikat belajar yang dikemukakan oleh
Trianto (2009:15-17) “Perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman,
dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik
seseorang sejak lahir”.
Pembelajaran memiliki karakteristik yang melibatkan proses mental dan
membangun suasana dialogis yang merangsang kemampuan berpikir siswa.
Sesuai dengan pernyataan Syaiful Sagala (2009:63) bahwa pembelajaran
mempunyai dua karakteristik yaitu: proses pembelajaran melibatkan proses
mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar,
mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir dan
pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa
yang pada gilirannya kemampuan berpikir dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang ditemukannya sendiri. Dalam pembelajaran dapat
melatih proses mental siswa yang berkaitan dengan kemampuan berpikir melalui
kegiatan diskusi atau tanya jawab secara terus menerus sehingga diperoleh suatu
konsep yang diinginkan.
Seseorang dapat melakukan aktivitas belajar melalui pengalaman yang
diperolehnya dalam memecahkan suatu permasalahan. Pengalaman dapat disebut
sebagai guru yang paling baik. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nuryani
(2003:87) ”Pengalaman adalah guru yang paling baik”. Pernyataan tersebut sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dikemukakan oleh banyak ahli pendidikan. Melalui pengalaman nyatalah
seseorang belajar. Begitu juga dalam belajar sains atau biologi. Sains bukan
sekumpulan pengetahuan saja, tetapi di dalam sains terkandung hal lain. Sains
mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk berarti bahwa dalam sains
terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, teori-teori dan prinsip-prinsip yang sudah
diterima kebenarannya; proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu
proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan; sikap berarti bahwa dalam
sains terkandung sikap seperti tekun, ulet, jujur, terbuka, dan objektif; dan
teknologi berarti bahwa sains mempunyai keterkaitan dalam kehidupan sehari-
hari.
Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut terjadi
perubahan-perubahan dalam diri siswa pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pembelajaran yang efektif dapat diukur melalui kualitas hasil belajar
yang diperoleh oleh siswa. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suparlan
(2008:23) “Rerata skor yang diperoleh oleh siswa kemudian diambil sebagai satu
ukuran keefektifan pengajaran”. Menurut Wexley dan Latham (1991) dalam
Warno Widodo (2006:19) mengemukakan bahwa efektivitas dapat dinyatakan
dalam bentuk kuantitatif, yang merupakan perbandingan antara hasil nyata dengan
hasil ideal yang ingin dicapai. Pembelajaran menggunakan pendekatan yang baru
dapat diketahui keefektifannya apabila kualitas hasil belajarnya dibandingkan
dengan kualitas hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan yang biasa
diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Apabila hasil belajar siswa
menggunakan pendekatan baru lebih bagus dan lebih tinggi kualitasnya
dibandingkan hasil belajar siswa pada pendekatan yang biasa diterapkan, maka
dapat dikatakan bahwa pendekatan baru tersebut merupakan pembelajaran efektif
yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, pembelajaran
menggunakan pendekatan yang biasa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan standar pembanding/kontrol pembelajaran.
Biologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan memiliki ciri atau
karakteristik yang tersendiri yang memberikan spesifikasi watak dibandingkan
ilmu-ilmu yang lain. Manusia telah mempelajari Biologi sejak dahulu kala dimulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dari rasa penasaran manusia mengenai lingkungan dan dirinya sendiri terutama
mengenai kelangsungan jenisnya. Menurut Nuryani (2005:12) “Biologi
merupakan ilmu yang cukup tua, karena sebagian besar berasal dari keingintahuan
manusia tentang dirinya, lingkungannya, dan tentang kelangsungan jenisnya”.
Pembelajaran biologi pada saat ini idealnya tidak hanya difokuskan pada upaya
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan menggunakan
segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau
memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi
yang dipelajari khususnya yaitu biologi.
Pembelajaran sains biologi lebih menekankan kegiatan yang
mengembangkan konsep dan keterampilan proses. Proses pembelajaran sains
termasuk didalamnya sains biologi, pada dasarnya merupakan interaksi antara
siswa (subyek) dengan objek yang berupa benda dan kejadian alam, proses
maupun produk. Sebagai konsekuensinya maka pembelajaran sains biologi pada
hakikatnya bukanlah usaha untuk menciptakan interaksi langsung antara guru dan
siswa tetapi merupakan usaha menciptakan interaksi antara siswa dengan objek
belajar.
Pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang berlangsung setiap saat baik
disengaja maupun tidak disengaja. Proses pembelajaran tersebut akan memperoleh
suatu hasil. Hasil dari suatu kegiatan belajar disebut hasil belajar. Oleh para ahli
belajar, hasil belajar dapat disebut juga dengan hasil pengajaran. Sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Sardiman (2005:19) “Setiap proses belajar-mengajar akan
diperoleh suatu hasil yang disebut hasil pengajaran atau hasil belajar”. Pada
hakikatnya hasil belajar menurut Ella Yulaelawati (2004:21) mencerminkan
kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pengalaman belajar dalam
kompetensi dasar. Menurut Made Wena (2009:6) “Hasil pembelajaran adalah
semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan
strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda”. Maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu hasil dalam proses belajar-mengajar yang
mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi pengalaman belajarnya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kompetensi dasar dan merupakan indikator tentang nilai dari penggunaan strategi
pembelajaran.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-
ciri tersebut menurut Mulyasa (2004:189-190) sebagai berikut: perubahan bersifat
intensional yang merupakan pengalaman atau praktek latihan dengan sengaja dan
disadari, perubahan bersifat positif sesuai dengan yang diharapkan atau kriteria
keberhasilan baik dipandang dari segi siswa maupun guru, dan perubahan bersifat
efektif berupa perubahan hasil belajar yang relatif tetap.
Adapula yang mengartikan hasil belajar merupakan mengingat suatu hal.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2005:141) bahwa ”Mengingat
sesuatu sebagai hasil belajar”. Belajar dapat diketahui apabila hasilnya dapat
diperlihatkan. Seorang dapat dikatakan telah belajar apabila mampu mengingat
sesuatu yang telah dipelajarinya walau dalam waktu yang singkat. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar siswa. Menurut Mulyasa
(2004:190) faktor tersebut digolongkan menjadi empat, yaitu: bahan atau materi
yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi siswa.
b. Ranah-ranah Hasil Belajar
Hasil belajar dikelompokkan menjadi beberapa ranah, yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ella Yulaelawati (2004: 59-61)
mengemukakan bahwa ranah pemahaman dibagi menjadi tiga yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan
pengetahuan sederhana terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah
ke penilaian yang lebih kompleks sebagai tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan
tersebut terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri
dari 5 aspek yaitu penerimaan, penanggapan, perhitungan, pengelolaan, dan
bermuatan nilai. Ranah psikomotor berkenaan dengan ketrampilan bertindak yang
terdiri dari lima aspek yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan tanggap,
kegiatan fisik, dan komunikasi tidak berwacana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berkaitan dengan kemampuan yang diperoleh sebagai hasil belajar,
Taksonomi Bloom menurut Wenno (2008:36-38) membagi hasil belajar dalam
tiga ranah atau kawasan yaitu: Ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif
(affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Ranah kognitif
mencakup mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi,
dan mengkreasi/mencipta. Ranah afektif mencakup penerimaan, partisipasi,
penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; serta ranah
psikomotor terdiri dari: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang
terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Berbagai cara untuk mengklasifikasikan kompetensi pendidikan telah
dikembangkan oleh Bloom, yang mendefinisikan seluruh kompotensi pendidikan
menjadi tiga aspek: (1) aspek kognitif; (2) aspek afektif; (3) aspek psikomotorik.
Masing-masing aspek didefinisikan sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan penalaran dan dapat dengan mudah
diamati dengan menggunakan tes. Ranah kognitif terdapat tingkatan yang mulai
dari hanya bersifat pengetahuan tentang fakta-fakta sampai kepada proses
intelektual yang tinggi yaitu create. Dimensi proses kognitif (Anderson dan
Krathwol, 2001:31) terdiri atas enam jenjang, dari yang rendah ke yang tinggi
yaitu mengingat (C1); mengerti (C2); mengaplikasi (C3); menganalisis (C4);
mengevaluasi (C5); dan mencipta (C6). Kategori yang sederhana harus dikuasai
terlebih dahulu sebelum meningkat ketingkat kategori yang lebih sulit
berikutnya. Adapun enam kategori dimensi proses kognitif antara lain yaitu:
(1) Mengingat (remember), mendapatkan kembali pengetahuan dari memori yang sudah lama seperti kemampuan mengenal dan mengingat kembali; (2) Mengerti (understand), mengkonstruksi arti dari pesan pembelajaran meliputi komunikasi lisan, tertulis dan grafis. Mengerti terdiri dari: menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menerangkan; (3) Mengaplikasikan (apply), melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam suatu situasi tertentu, meliputi: menjalankan, dan melaksanakan; (4) Menganalisis (analyze), merupakan suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan dengan struktur atau tujuan keseluruhan. Menganalisis meliputi: mendiferensiasi, mengorganisasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menghubungkan; (5) Mengevaluasi (evaluate), membuat pendugaan atas dasar kriteria dan standar, meliputi mengecek dan mengkritik; (6) Mengkreasi (create), memadukan unsur-unsur membentuk kesatuan yang kohern atau fungsional, reorganisasi unsur-unsur menjadi suatu pola atau struktur baru. Mengkreasi meliputi: menggeneralisasi, merencanakan, dan memproduksi.
Menurut Ella Yulaelawati (2004:59-61) keenam tingkatan tersebut adalah
C1 (pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya; C2 (pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi; C3
(penerapan) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan
kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih
terstruktur dan mudah dipahami; C5 (sintesis) merupakan kemampuan untuk
mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bagian yang utuh dan menyeluruh;
C6 (penilaian) merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai
suatu materi untuk tujuan tertentu.
2) Ranah Afektif
Hamzah B. Uno, Herminanto Sofyan, dan I Made Candiasa (2001: 9-10)
mengemukakan bahwa tingkatan ranah afektif ada lima, dari yang paling
sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut: Kemauan menerima,
merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu;
kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang merujuk pada partisipasi aktif
dalam kegiatan tertentu; berkeyakinan adalah suatu sikap yang berkenaan dengan
kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu; mengorganisasi,
berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda
berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi; tingkat karakteristik
(pembentukan pola), menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang
dipegangnya.
Ranah afektif oleh Krathwohl dan kawan-kawan (1989) dalam Syaiful
Sagala (2009:54-56) ditaksonomi lebih rinci ke dalam lima jenjang yaitu:
(1) receiving atau attending adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala-gejala lain, dll; (2) responding (menanggapi) adalah kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
yang dimiliki seseorang untuk berpartisipasi secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara; (3) valuing (menghargai) artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawakan kerugian atau penyesalan; (4) organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum; (5) characterization by a value or value complex (karakteristik dengan suatu nilai atau komplek nilai) yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Ella Yulaelawati (2004:61-63) mengurutkan ranah afektif berdasarkan
penghayatan. Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan
seseorang beralih dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengatur
perilakunya secara konsisten terhadap sesuatu. Ranah afektif terdiri dari
tingkatan-tangkatan (hierarki), yaitu: A1 (penerimaan) merupakan kesadaran dan
kepekaan; A2 (penanggapan) merupakan kemampuan memberikan
tanggapan/respon terhadap suatu gagasan; A3 (penilaian/perhitungan) merupakan
kemampuan memberi penilaian atau perhitungan terhadap gagasan; A4
(pengaturan/pengelolaan) merupakan kemampuan mengatur/mengelola hubungan
dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki; A5 (bermuatan
nilai) merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku seseorang secara
konsisten sejalan dengan nilai/seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara
mendalam.
3) Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor menurut Hamzah B Uno dkk (2001: 10-13) adalah
persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan;
kesiapan, merupakan perilaku persiapan atau kesiapan untuk kegiatan pengalaman
tertentu; gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti
suatu model dan meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai
menguasainya; gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penampilan respon
yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga menampilkan suatu
kemahiran; gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang ada pada tingkat
keterampilan yang tinggi. Selain itu, menurut Ella Yulaelawati (2004:63-64)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
membagi ranah psikomotorik dari tingkatan yang paling sederhana menuju ke
tingkatan yang lebih kompleks. Tingkatan-tingakatan tersebut yaitu: P1 (gerakan
reflex) yaitu tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam menanggapi stimulus;
P2 (gerakan dasar) yaitu pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan
campuran gerakan reflex dan gerakan yang lebih kompleks; P3 (gerakan
tanggap/perceptual) yaitu penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat
seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya; P4 (kegiatan fisik)
yaitu kegiatan yang memerlukan kekuatan otot, kekuatan mental, ketahanan,
kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara; P5 (komunikasi tidak berwacana)
merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh.
Domain psikomotor berdasarkan taksonomi Dave (1969) yang
dijabarkan oleh Mohan (2007:43) mencakup kemampuan dalam
mengkoordinasikan gerakan fisik dan menggunakan motoris. Untuk
memperoleh kemampuan tersebut memerlukan pelatihan dan pembiasaan dan
pengukuran yang mencakup tentang kecepatan, jarak prosedur dan teknik
pelaksanaan. Domain psikomotor meliputi lima kategori utama yaitu: (1)
Meniru/imitation; (2) Memanipulasi/manipulation; (3) Ketepatan
gerakan/precision; (4) Artikulasi/articulation; dan (5) Naturalisasi/naturalisation.
2. Pendekatan Pembelajaran
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Kadang pendekatan dianggap sama dengan metode, padahal tidaklah
demikian. Menurut Nuryani (2005:92) ”Metode dibedakan dari pendekatan”.
Pendekatan (approach) menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan
metode (method) lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Pendekatan
merupakan titik toalak/sudut pandang dalam pembelajaran, sedangkan metode
merupakan implementasi dari pendekatan pembelajaran. Pelaksanaan suatu
pendekatan yang direncanakan untuk proses pembelajaran, dapat menggunakan
satu atau beberapa macam metode. Demikian pula dengan metode, dapat
merealisasikan beberapa pendekatan atau dalam arti lain suatu metode dalam
pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan oleh beberapa pendekatan. Misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
metode eksperimen dapat digunakan oleh pendekatan ketrampilan proses dan
pendekatan konsep.
Pendekatan dalam proses pembelajaran menurut Wenno (2008:50)
merupakan teknik guru dalam menyajikan berbagai materi. Hal ini dilakukan agar
proses pembelajaran yang berlangsung benar-benar dapat berjalan dengan efektif
dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan targetnya.
Pendekatan dapat dilakukan dengan baik, jika guru dapat memahami materi yang
akan disajikan dan disesuaikan dengan tipe belajar siswa.
Smith (2009:12-13) menyatakan “Pendekatan pembelajaran mengacu pada
metode-metode yang digunakan oleh siswa dalam belajar yang terkait dengan
teknik-teknik memperbaiki memori agar bisa lebih baik dalam belajar atau
memperkirakan strategi-strategi dalam menghadapi ujian”. Sebagian strategi
pembelajaran mencakup perubahan-perubahan pada desain pengajaran
disesuaikan dengan kompetensi dasar. Sehingga penggunaan pendekatan yang
sesuai dalam pembelajaran mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Menurut Syaiful Sagala (2009:69) “Pendekatan pembelajaran merupakan
jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional
untuk suatu satuan instruksional tertentu”. Tujuan instruksional tersebut dapat
diamati dalam bentuk hasil belajar siswa. Wina Sanjaya (2006:126) menyatakan
bahwa “strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan
dalam pembelajaran serta disusun untuk mencapai tujuan tertentu”. Dalam
pendekatan penggunaan beberapa metode yang sesuai dan disertai penggunaan
berbagai sumber daya akan menghasilkan suatu hasil belajar yang optimal
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
b. Pendekatan Inkuiri
1) Pengertian Pendekatan Inkuiri
Pertimbangan penggunaan strategi/pendekatan inkuiri biologi dalam
pembelajaran menurut Made Wena (2009:66-67), yaitu: khusus dirancang untuk
mata pelajaran biologi dan dalam hasil penelitian telah terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa; memiliki prosedur dan langkah-langkah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
sistematis sehingga mudah diterapkan oleh guru; dan dirancang dengan
memadukan ketepatan strategi pembelajaran dengan cara otak bekerja selama
proses pembelajaran. Mata pelajaran biologi sebagai bagian dari sains, menuntut
kompetensi belajar pada ranah pemahaman tingkat tinggi yang komprehensif.
Namun dalam kenyataan saat ini siswa cenderung menghafal dibandingkan
memahami, padahal pemahaman merupakan modal dasar bagi penguasaan
selanjutnya. Siswa dikatakan memahami apabila siswa dapat menunjukkan unjuk
kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada
konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda.
Pendekatan inkuiri menurut Chiapetta dan Koballa (2010:131)
berhubungan dengan pendekatan ketrampilam proses dan kemampuan investigasi.
Kemampuan ini terdiri dari observasi, mengklasifikasikan, menduga-duga,
pengukuran, menggunakan angka, meramalkan, mendefinisikan secara
operasional, pembentukan model, pengontrolan variabel, interpretasi data,
menyusun hipotesis, dan melaksanakan percobaan. Hal ini akan mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan siswa dalam memecahkan suatu masalah, belajar
mandiri, dan lebih menghargai sains. Kemampuan memecahkan masalah
(investigasi) siswa mampu melatih kemampuan siswa dalam berpikir untuk
mencari suatu informasi. Menurut Paul Suparno (2007:67) menyatakan bahwa di
dalam pendekatan inkuiri, siswa dilibatkan untuk berpikir dan menemukan
pengertian yang ingin diketahuinya, menemukan jawaban dari suatu pertanyaan
melalui langkah-langkah yang sistematis. Yang utama dari pendekatan inkuiri
adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan
berpusat pada keaktifan siswa.
Pendekatan inkuiri sains menurut Wenno (2008:61) adalah sesuatu yang
sangat menantang dan melahirkan interaksi anatara yang diyakini siswa
sebelumnya terhadap suatu bukti baru untuk mencapai pemahaman yang lebih
baik, melalui proses dan metode eksplorasi untuk menguji gagasan-gagasan baru.
Tentu saja hal ini melibatkan sikap-sikap untuk mencari penjelasan dan
menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, objektif, jujur,
kreatif, dan berpikir lateral. Pendekatan ini merupakan pendekatan mengajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
menitikberatkan pengembangan cara berpikir ilmiah. Pada pendekatan inkuiri
menempatkan siswa lebih banyak belajar mandiri, mengembangkan kreatifitas
dalam pemecahan masalah, dan diberi bantuan oleh guru berupa pertanyaan yang
membimbing.
Menurut Trianto (2007:135) “Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, analogis, analitis sehingga siswa
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”. Inkuiri
merupakan pendekatan instruksional dimana dalam proses pembelajaran, siswa
dihadapkan pada suatu masalah. Bentuk pendekatan pembelajaran yang memberi
motivasi kepada siswa untuk menyelidiki masalah-masalah yang ada dengan
menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam rangka mencari
penjelasan-penjelasannya. Maksud utama dari pengajaran ini adalah untuk
menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan penemuan ilmiah (Scientific
Inquiry). Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan yang melibatkan siswa secara
aktif dalam menemukan suatu konsep. Pembelajaran inkuiri menurut Sofan Amri
dan Lif Khoiru Ahmadi (2010:200) merupakan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri”. Sehingga pendekatan inkuiri mampu menimbulkan rasa percaya diri dalam
diri siswa karena siswa mampu menemukan suatu konsep sendiri dan melatih
siswa untuk belajar mandiri. Pemahaman yang diperoleh siswa mampu membekas
lebih lama dibandingkan pendekatan pembelajaran konvensional disebabkan
konsep yang diperoleh bukan berasal dari informasi guru melainkan informasi
tersebut diperoleh oleh siswa sendiri.
Inkuiri ditandai dengan adanya pencarian jawaban yang mempersyaratkan
siswa melakukan serangkaian kegiatan intelektual agar pengalaman ataupun
masalah dapat dipahami. Karena itu, inkuiri menekankan pada adanya inisiatif
siswa untuk mengalami proses belajarnya sendiri. Pendekatan ini bertolak dari
pandangan bahwa siswa sebagai subjek belajar, yang mempunyai kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Proses pembelajaran dipandang sebagai stimulus yang dapat
menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Sesuai dengan pendapat
Syaiful Sagala (2008:196) ”Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar
yang berusaha meletakkan dasar dan pengembangan cara berpikir ilmiah,
pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kekreatifan dalam memecahkan masalah”.
Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri menurut
Nuryani (2005:95) berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi
yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan
teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian. Dalam pendekatan inkuiri berarti
guru merencanakan situasi sehingga siswa terdorong untuk menggunakan
prosedur yang digunakan oleh para ahli penelitian untuk mengenali masalah,
mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan
pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang
pengalaman.
Inkuiri menyediakan beraneka ragam pengalaman konkrit dan
pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang serta peluang bagi
siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan ketrampilan pemecahan
masalah, pengambilan putusan, dan penelitian sehingga memungkinkan bagi
siswa menjadi pelajar sepanjang hayat. Menurut Tedjo Susanto (2001:38) “Inkuiri
dimulai dengan peristiwa yang membingungkan yang mendorong individu
mengerti arti/maknanya”. Secara ilmiah siswa ingin mengerti sesuatu yang
dihadapinya. Untuk mengerti inilah, siswa harus memiliki proses berpikir yang
kompleks dan lebih terampil menghubung-hubungkan data menjadi konsep-
konsep dan mampu menggunakannya ke dalam prinsip-prinsip yang lebih kausal.
Jadi pada pendekatan inkuiri lebih dipentingkan proses dan strategi daripada isi
dan penjelasan-penjelasan dari situasi suatu problem. Dan yang lebih penting
yaitu mengantarkan siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan adalah percobaan
(all knowledge is tentative).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pendekatan inkuiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan
investigasi/pemecahan masalah. Sarkar dan Frazier (2008:30) “Penerapan
investigasi dalam pendekatan inkuiri membuktikan bahwa siswa memiliki
ketertarikan, rasa penasaran, dan pengetahuan”. Selain itu, investigasi membuat
pendekatan inkuiri menjadi lebih bermakna karena dapat diaplikasikan dalam
konteks nyata, tidak membatasi, tidak memutuskan hubungan, bukan imaginasi
atau model abstrak.
Pendekatan inkuiri memiliki beberapa fungsi di dalam proses
pembelajaran. Beberapa fungsi pendekatan inkuiri menurut Nanang dan Cucu
(2009:78), yaitu: membangun komitmen di kalangan siswa untuk belajar;
membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran; membangun sikap percaya diri dan terbuka
terhadap hasil temuannya. Sehingga dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri membutuhkan keaktifan siswa dalam menemukan suatu
temuan atau konsep yang akan menimbulkan rasa percaya diri dan terbuka.
Berdasarkan fungsi pendekatan inkuiri tersebut, menunjukkan bahwa pendekatan
inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-
centered)
2) Macam-Macam Pendekatan Inkuiri
Banyak ahli yang mempelajari mengenai pendekatan inkuiri dan
membaginya menjadi beberapa macam. Misalnya Nuryani (2005:95) yang
membagi inkuiri menjadi dua, yaitu: inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan
inkuiri bebas atau inkuiri terbuka (free inkuiri). Pada inkuiri terbimbing (guided
inquiry) guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Inkuiri terbimbing dapat
dilakukan pada awal suatu pelajaran untuk siswa yang belum terbiasa, untuk
kemudian dapat diikuti oleh open-ended inquiry atau inkuiri terbuka. Pada inkuiri
terbuka, guru bertindak sebagai fasilitator, pertanyaan diajukan oleh siswa dan
pemecahannya pun dirancang oleh siswa. Hasil dari pemecahan mungkin
mengarah pada pertanyaan baru yang merupakan pengembangan dari masalah
sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Selain itu, Mulyasa (2005:108-109) membagi pendekatan inkuiri menjadi
tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1) Inkuiri terbimbing (guided inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing; 2) Inkuiri bebas (free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan; 3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry), pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.
Untuk lebih jelasnya, macam-macam pendekatan inkuiri dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
a) Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Jika siswa belum berpengalaman untuk belajar inkuiri sebaiknya pada
permulaan satuan belajarnya amat terstruktur atau dengan kata lain menggunakan
pendekatan inkuiri terbimbing. Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan salah
satu bentuk pendekatan inkuiri, yang mana situasi belajarnya terstruktur sehingga
siswa dapat mengarahkan usahanya dengan baik. Dalam pembelajaran dengan
pendekatan ini, guru memberikan panduan terstruktur untuk mengantarkan siswa
menemukan konsep. Hal inilah yang membedakan bentuk pendekatan inkuiri
terbimbing dengan bentuk inkuiri yang lainnya. Pendekatan inkuiri terbimbing
cocok diterapkan karena adanya perbedaan-perbedaan individu dalam kelas.
Inkuiri terbimbing menurut Paul Suparno (2007:68) merupakan inkuiri
yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberi
petunjuk baik lewat prosedur lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan
selama proses inkuiri. Bahkan guru sudah punya jawabannya, sehingga siswa
tidak begitu bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan
persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur tertentu
yang diarahkan oleh guru. siswa dalam menyelesaikan persoalan menyesuaikan
dengan prosedur yang ditetapkan oleh guru. Campur tangan guru misalnya dalam
pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data dan siswa tinggal
melengkapi. Guru banyak memberikan pertanyaan di sela-sela proses, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kesimpulan lebih cepat dan mudah diambil. Dengan pendekatan inkuiri
terbimbing, kesimpulan akan selalu benar dan sesuai dengan kehendak guru.
Menurut Nanang dan Cucu (2009:77) mengemukakan bahwa inkuiri
terbimbing adalah pendekatan yang pelaksanaannya atas petunjuk guru. Guru
mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, bertujuan untuk mengarahkan
siswa ke titik kesimpulan yang diinginkan. Selanjutnya, siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.
Pendekatan inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-
siswa yang belum berpengalaman belajar. Pada tahap-tahap awal pengajaran
diberikan bimbingan lebih banyak yaitu belajar pertanyaan-pertanyaan pengarah
agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Pertanyaan bisa
berupa lisan maupun tertulis. Menurut Chiapetta dan Koballa (2010:125)
menyatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pemberian struktur,
arahan, isyarat/petunjuk oleh guru kepada siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Tantangan yang akan dirasakan oleh guru yaitu saat memberi
bantuan informasi kepada siswa namun tidak berupa pernyataan secara langsung
melainkan berupa pertanyaan yang membimbing.
b) Pendekatan Inkuiri yang Dimodifikasi
Metode ini berlainan dengan metode “guided inquiry”, yaitu guru hanya
memberikan problem saja dan kemudian siswa diundang untuk memecahkan
problem tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan/atau melalui melalui
prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Guru hanya menyajikan
problem dan biasanya menyediakan bahan atau alat-alat yang diperlukan untuk
memecahkan masalah tersebut. Kemudian siswa diberi kebebasan yang cukup
luas untuk memecahkan problemnya. Menurut Joice dan Weil (2000:176)
mengemukakan bahwa tujuan dari inkuiri yaitu untuk membantu siswa
mengembangkan proses mental dan kemampuan berpikir yang dibuuhkan untuk
memunculkan suatu pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut
dengan didasari oleh rasa penasaran dan rasa ingin tahu siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Di dalam pendekatan inkuiri yang telah dimodifikasi, siswa harus didorong
untuk memecahkan problem-problem dalam kerja kelompok maupun perorangan.
Guru merupakan narasumber yang tugasnya memberikan bantuan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi frustasi atau gagal. Bantuan yang
diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa mengerti
arah pemecahan suatu problem, bukannya menjelaskan tentang apa yang harus
dilakukan.
Menurut Nanang dan Cucu (2009:77) menyatakan bahwa inkuiri yang bebas
dimodifikasi/modified free inquiry adalah masalah yang diajukan guru didasarkan
teori yang sudah dipahami siswa. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan
dalam membuktikan kebenarannya. Dalam suatu pendekatan inkuiri yang telah
dimodifikasi, siswa harus didorong untuk memecahkan masalah sains dalam kerja
kelompok atau perseorangan. Guru merupakan narasumber yang tugasnya harus
memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswa tidak menjadi
frustasi atau gagal. Bantuan yang diberikan dalam pendekatan inkuiri harus
berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang memungkinkan siswa dapat
berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
3) Keunggulan Inkuiri
Beberapa keunggulan mengajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri
menurut Nanang dan Cucu (2009:79) antara lain adalah: membantu siswa untuk
mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif;
memperoleh pengetahuan secara individual; membangkitkan motivasi dan gairah
belajar siswa; memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat; memperkuat dan menambak kepercayaan diri karena
pembelajaran berpusat kepada siswa/student centered dengan peran guru yang
sangat terbatas. Wina Sanjaya (2006:208) mengemukakan beberapa kelebihan
pendekatan inkuiri sebagai berikut: pendekatan ini menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang; dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya;
merupakan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
modern yang menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berkat adanya pengalaman; dan pendekatan ini dapat melayani kebutuhan siswa
yang memiliki kemampuan belajar bagus sehingga tidak terhambat oleh siswa
yang lemah dalam belajar.
4) Kelemahan Inkuiri
Selain terdapat keunggulan, menurut Nanang dan Cucu (2009:79)
pendekatan inkuiri juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: siswa harus
memiliki kesiapan dan kematangan mental; jumlah siswa yang banyak
menyebabkan hasil yang dicapai menggunakan pendekatan ini tidak memuaskan;
guru dan siswa yang terbiasa dengan pendekatan konvensional menyebabkan
pendekatan ini mengecewakan; pendekatan ini lebih mementingkan proses
penemuan konsep, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan ketrampilan
siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006:208) menyebutkan kelemahan pendekatan
inkuiri, yaitu: dalam penggunaannya sulit dalam mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa, sulit dalam perencanaan pembelajarannya karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar, dan dalam pengimplementasiannya
membutuhkan waktu yang sangat panjang.
5) Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri melalui langkah-langkah menggunakan prinsip metode
ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu prinsip, hukum, ataupun teori.
Langkah-langkah pendekatan inkuiri menurut Paul Suparno (2007:65-66) yaitu:
merumuskan persoalan, membuat hipotesis, melakukan percobaan untuk
mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan mengambil
kesimpulan dari kebenaran hipotesis. Proses/langkah-langkah pendekatan inkuiri
dapat disebut juga proses pendekatan induktif, yaitu dari pengalaman lapangan
untuk mencari generalisasi dan konsep umum.
Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan inkuiri menurut Nanang dan
Cucu (2009:78) yang harus diperhatikan antara lain:
1. mengidentifikasi kebutuhan siswa; 2. seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari; 3. seleksi masalah atau bahan yang akan dipelajari;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4. menentukan peranan yang akan dilakukan masing-masing peserta didik; 5. mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan
diselidiki dan ditemukan; 6. mempersiapkan setting kelas; 7. mempersiapkan fasilitas yang diperlukan; 8. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
penyelidikan dan penemuan; 9. menganalisis sendiri atas data temuan;
10. merangsang terjadinya dialog interaktif antar peserta didik; 11. memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan
penemuan; 12. memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan
generalisasi atas hasil temuannya.
Berdasarkan National Research Council (Smith, Thomas. M, Laura M
Desimone; Timothy L Zeidner; Alfred C Dunn, 2007:171) menyusun kriteria yang
termasuk ke dalam delapan kriteria khusus pendekatan inkuiri di dalam kelas
tingkat sekolah menengah yaitu:
a. Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dipecahkan melalui investigasi sains
b. Mendesain dan menyusun investigasi sains c. Menggunakan perlengkapan dan teknik tertentu untuk mengumpulkan,
menganalisa dan menginterpretasikan data. d. Berpikir kritis dan logis untuk membuat hubungan antara bukti dan
penjelasannya. e. Mengenali dan menganalisa penjelasan dan dugaan alternatif f. Mengkomunikasikan prosedur ilmiah dan penjelasannya g. Menggunakan metematika di semua aspek inkuiri sains.
Trianto (2007:142) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan
untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: Mengajukan
pertanyaan atau permasalahan; merumuskan hipotesis, merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data;
Mengumpulkan data, yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik;
Analisis data, siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dengan menganalisis data yang telah diperoleh; Membuat kesimpulan, merupakan
langkah penutup dari pembelajaran inkuiri yang berdasarkan data yang diperoleh
siswa. Smith et all (2007:170) juga menyatakan bahwa jenis pembelajaran
menggunakan pendekatan inkuiri memperlihatkan perlakuan pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
standar dalam proses pembelajaran aktif, yang meliputi: mengamati (observation);
mengajukan pertanyaan; mengumpulkan buku dan informasi lain yang sudah ada;
merencanakan investigasi/penelitian; mempelajari kembali hasil dari percobaan
yang telah dilakukan sebagai pembuktian; menggunakan perlengkapan untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data; memberikan
jawaban, penjelasan, dan dugaan; dan mengkomunikasikan hasilnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri manggunakan metode ilmiah dalam
menyelidiki atau memcahkan suatu masalah.
Inkuiri menurut Joyce dan Weil (2000:179) memiliki lima fase yaitu:
confrontation, data gathering, experimentation, organize, dan analyze. Berarti
dalam melakukan inkuiri dibutuhkan konfrontasi (confrontation) siswa terhadap
situasi yang membingungkan dan menjadi masalah yang harus dipecahkan dan di
cari solusinya. Untuk mencari pemecahannya dibutuhkan pengumpulan data-data
(data gathering), kemudian setelah data terkumpul dibuktikan menggunakan suatu
percobaan (experimentation). Dari percobaan tersebut, siswa memperoleh dan
menyusun informasi baru (organize) dan mencoba untuk membahasnya. Setelah
itu, siswa menganalisa data (analyze) untuk memperoleh strategi pemecahan
masalah menggunakan inkuiri.
Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Tedjo Susanto (2001:39),
langkah-langkah pendekatan inkuiri terdiri dari lima fase, yaitu: fase berhadapan
dengan masalah; fase pengumpulan data untuk klasifikasi; fase pengumpulan data
dalam eksperimentasi; fase formulasi penjelasan; dan fase analisa proses inkuiri.
Siswa pada awalnya, apabila dihadapkan dalam situasi problematis belum dapat
menuntun pikirannya atau mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang
diharapkan. Oleh karena itu, peran guru sangat dibutuhkan dalam membiasakan
siswa untuk menghadapi masalah sedini mungkin.
c. Pendekatan Konvensional
1) Pengertian Pendekatan Konvensional
Pendekatan ekspositori disebut juga mengajar konvensional. Menurut
Syaiful Sagala (2008:78) pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah
laku dari penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Siswa dipandang sebagai objek yang menerima pengetahuan yang diberikan oleh
guru. Guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk
penjelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah kuliah,
ceramah, dan lecture. Dengan pendekatan ini diharapkan siswa mampu
menangkap dan mengungkapkan kembali informasi/pengetahuan yang telah
diberikan oleh guru. Dalam pendekatan ini menunjukkan guru berperan lebih
banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswa, karena guru yang mengelola dan
mempersiapkan bahan pelajaran secara tuntas, sedangkan siswa berperan pasif
karena hanya menerima bahan ajaran yang disampaikan oleh guru. Langkah-
langkah pendekatan konvensional menurut Syaiful Sagala (2008:79-80) yaitu:
persiapan, pertautan, penyajian dan evaluasi.
Dalam pendekatan ini guru menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk
yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal
menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Pendekatan ini menyiasati
dan merencanakan agar semua komponen pembentukan sistem instruksional
mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa. Kelebihannya
adalah siswa dapat memperoleh semua fakta, prinsip, dan konsep yang
dibutuhkan. Dengan tercapainya tingkat penguasaan hasil pelajaran yang tinggi,
maka akan menunjukkan sikap mental yang sehat pada siswa yang bersangkutan.
Namun demikian kadangkala dalam interaksinya dengan siswa, guru
menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Ini
menyebabkan kegiatan belajar siswa kurang optimal, karena hanya terbatas pada
mendengarkan uraian guru. Dalam konteks ini ekspositori dapat dikatakan sebagai
guru menyampaikan materi dan siswa menerima materi yang disampaikan.
Pendekatan konvensional/ekspositori biasanya menggunakan metode ceramah
atau metode diskusi.
Pendekatan pembelajaran konvensional dapat memberikan hasil yang
optimal apabila pengajar mampu menggunakannya dengan benar, memperhatikan
kemampuan siswa, menerapkan berbagai metode yang sesuai, melibatkan siswa
secara aktif dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya melalui latihan
yang terpadu dengan kegiatan pengajaran. Dalam konteks ini dapat dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
bahwa pendekatan konvensional menuntut peran pengajar dan koordinasi lembaga
pendidikan untuk menerapkannya sesuai dengan jenjang pendidikan,
pendayagunaan metode-metode yang sesuai dengan fasilitas pendukungnya.
Dengan usaha demikian, penerapan pendekatan ini akan dapat memberi
hasil guna yang memuaskan terutama pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Hal
ini berarti semakin efektif penerapan pendekatan konvensional dalam menjamin
pencapaian tujuan pengajaran, maka hasil belajar siswa akan dapat dicapai.
Dengan demikian dapat dikatakan pendekatan konvensional mempunyai tujuan
yang berarti dengan pencapaian hasil belajar.
2) Metode yang Digunakan dalam Pendekatan Konvensional
a) Pengertian Metode Ceramah
Jacobsen. David A, Paul Eggen dan Donald Kauchak (2009:215)
mengemukakan bahwa ”prevalensi tentang ceramah sebagai pendekatan
pengajaran sesungguhnya cukup paradoksial”. Meskipun ceramah merupakan
pendekatan yang paling banyak dari seluruh pendekatan pembelajaran, namun
justru pendekatan tersebut yang paling sering digunakan. Walaupun metode ini
pengajarannya hanya dengan lisan saja, namun bukan berarti metode ini langsung
dianggap jelek. Bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung
dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan
penggunaannya.
Metode ceramah menurut Nuryani (2005:104-105) adalah metode
penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Sesuai dengan pernyataan Hasibuan
dan Mudjiono (2004:13) “Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan
pelajaran dengan komunikasi lisan”. Metode ini banyak dipilih guru karena
mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu
merancang kegiatan siswa. Penggunaan metode ceramah dapat disesuaikan
dengan waktu yang tersedia. Dalam pemaparan materi yang cukup banyak, guru
dapat membuat rangkuman dan menampilkannya dalam bentuk bagan.
Metode ceramah ini pada umumnya dipandang sebagai metode yang
memiliki kadar CBSA yang sangat rendah. Penggunaan metode ceramah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
membuat siswa kurang dirangsang kreativitasnya dan tidak membuat siswa aktif
mengemukakan pendapat, serta tidak dibiasakan mencari dan mengolah informasi.
Pada kenyataannya walaupun metode ceramah mempunyai kelemahan dalam
beberapa hal, tetapi ketika guru menggunakan suatu metode, diskusi misalnya,
pasti juga akan menggunakan metode ceramah walaupun dalam kadar rendah.
Salah satu upaya metode ceramah menjadi lebih efektif adalah dengan memberi
bahan yang akan diceramahkan sebatas rambu-rambu agar siswa dapat mengikuti
dan mengatasi kejenuhan serta keterlambatan dalam menyimak.
b) Kelebihan Metode Ceramah
Menurut Jacobsen et all (2009:215) ceramah mempunyai tiga kelebihan.
Kelebihan tersebut yaitu: ketika periode perencanaan terbatas untuk menyusun
konten, ceramah justru menghemat waktu dan tenaga; fleksibel (ceramah hampir
bisa digunakan untuk semua bidang konten); dan relatif sederhana jika
dibandingkan dengan strategi-strategi pengajaran yang lain. Selain itu, pendekatan
konvensional memiliki beberapa kelebihan. Kelebihannya, yaitu: Dapat
menampung kelas besar, tiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
mendengarkan; bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih
urut oleh guru; guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting,
sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin; isi silabus dapat
diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan dengan
kecepatan belajar siswa; kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat
bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan metode ini;
kelas relatif teratur, tenang, dan tidak ramai; daya serap dan target kurikulum
pembelajaran guru dapat tercapai.
c) Kekurangan Metode Ceramah
Menurut Jacobsen et all (2009:215-217) meskipun keuntungan, efisiensi,
dan penggunaan metode ceramah yang sangat luas, ceramah juga mempunyai
beberapa kekurangan penting, yaitu: tidak efektif untuk menarik dan
mempertahankan perhatian siswa; ceramah tidak memungkinkan guru untuk
memeriksa persepsi dan pemahaman siswa yang tengah berkembang; meskipun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
relatif mudah bagi guru, ceramah sering kali memaksakan sebuah muatan kognitif
yang berat pada siswa sehingga informasi seringkali diabaikan sebelum siswa
sempat mampu men-encoding-nya dalam ingatan jangka panjangnya; Ceramah
menempatkan siswa pada peran yang pasif. Kekurangan metode ceramah yang
lain menurut Hasibuan dan Mudjiono (20004:13) yaitu siswa cenderung pasif,
pengaturan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk
pembentukan ketrampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar
sebagai otoritas terakhir.
d. Perbedaan Pendekatan Pembelajaran yang Digunakan
Banyak ahli yang menyamakan antara pendekatan inkuiri dan pendekatan
discovery, namun banyak juga para ahli yang menyatakan bahwa antara
pendekatan inkuiri dan pendekatan discovery berbeda. Pendekatan discovery
adalah suatu kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri. Sedangkan pendekatan inkuiri adalah suatu perluasan proses-
proses discovery yang digunakan dalam cara-cara yang lebih dewasa. Dalam
pendekatan inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya dibandingkan pendekatan inkuiri.
Perbedaan antara pendekatan discovery dan inkuiri dapat dijelaskan
sebagai berikut: Dalam proses menemukan (discovery), siswa menggunakan
proses-proses mentalnya untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses
mental ini meliputi: mengamati, menggolong-golongkan, membuat
dugaan/ramalan, memeriksa, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Dalam proses menyelidiki (inquiry), siswa mungkin menggunakan semua proses
mental untuk menemukan konsep atau prinsip, ditambah proses-proses mental lain
yang memberikan ciri-ciri seorang dewasa yang sudah matang. Misalnya:
merumuskan problem, mendisain eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-
sikap ilmiah misalnya objektif, jujur, hasrat ingin mengetahui, keterbukaan,
menghargai pendapat orang lain, kerendahan hati, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Perbedaan antara inkuiri terbimbing dengan inkuiri yang dimodifikasi,
yaitu: dalam proses belajar mengajar menggunakan inkuiri terbimbing, guru
memberikan struktur yang cukup luas dalam pelajarannya, dan siswa melakukan
penyelidikan melalui prosedur selangkah demi selangkah. Guru membimbing
siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing dan peran guru masih
sangat besar dalam pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan inkuiri yang dimodifikasi, guru memberikan problem dan
menyediakan alat-alat yang diperlukan, tetapi memberikan semangat kepada siswa
agar bekerja sendiri mencari prosedur pemecahan problemnya. Peranan guru
didalam pembelajaran sangat kecil dan dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri yang dimodifikasi menuntut peranan aktif siswa.
Pendekatan inkuiri menurut Mulyasa (2005:108-109) dibagi menjadi
Guided Inquiry, Modified Free Inquiry, Free inquiry. Ketiga pendekatan inkuiri
tersebut, masing-masing memiliki beberapa perbedaan. Adapun perbedaan ketiga
macam pendekatan inquiry menurut Bonnstetter (1998:1) disajikan dalam Tabel
1.
Tabel 1. Perbedaan Macam-Macam Pendekatan Inkuiri Aspek Guided
inquiry Modified Free
Inquiry Free inquiry
Rumusan masalah Dari guru Dari guru Dari guru Pembatasan masalah Dilakukan
guru Dilakukan guru/siswa
Dilakukan siswa
Pedoman Berupa pertanyaan-pertanyaan membimbing
Berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing
Berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing
Prosedur Kerja/Desain Guru yang merancang dan siswa yang melakukan
Siswa yang merancang dan melakukan, dapat dibantu guru
Siswa yang merancang dan melakukan
Analisis Hasil Dilakukan siswa
Dilakukan siswa Dilakukan siswa
Menarik Kesimpulan Dilakukan siswa
Dilakukan siswa Dilakukan siswa
Bonnstetter (1998)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 2. Perbedaan Antara Pendekatan Inkuiri dengan Pendekatan Konvensional Pendekatan Pembelajaran
No Pendekatan Inquiry Pendekatan Konvensional 1 Siswa dapat berperan lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran Guru berperan lebih akif dalam kegiatan pembelajaran
2 Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered)
Kegiatan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered)
3 Guru sebagai fasilitator Guru penentu keberhasilan kegiatan pembelajaran
4 Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan intelektual, berpikir kritis, analitis dan memecahkan masalah secara ilmiah
Bertujuan memudahkan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai pada siswa melalui pemberian informasi, ceramah tentang materi pelajaran
5 Melatih siswa mengadakan penelitian melalui latihan penemuan secara ilmiah
Siswa mendengar, menghapal, dan mencatat informasi-informasi dari guru
B. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran biologi tidak hanya memberikan teori dan hapalan saja,
tetapi dituntut untuk mengembangkan siswa berkaitan dengan daya penalaran
untuk memecahkan masalah sains yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Agar tujuan pembelajaran meningkat dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang
sesuai. Pendekatan pembelajaran tersebut mendukung keaktifan siswa dalam
belajar. Siswa tidak hanya menerima materi pelajaran, tetapi menjadi penyelidik
dan penemu dari pengetahuan baru yang akan dicari dan dipelajari itu.
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan siswa dalam proses
belajar yang telah ditempuh dalam waktu tertentu. Hasil belajar dalam
pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu
faktor eksternalnya yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran yang tentunya
berpengaruh terhadap hasil belajar biologi mencakup ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotoriknya. Apabila siswa terlibat langsung saat pembelajaran
dalam memperoleh konsep, siswa akan dapat lebih lama menyimpan konsep yang
dipelajari dalam struktur kognitifnya, dan mampu melihat relevansi dari konsep
dipelajari. Selain itu, siswa dapat mengaplikasikan dan memecahkan masalah
sains dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan inkuiri terbimbing dan inkuiri yang dimodifikasi. Pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
inkuiri merupakan pendekatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar untuk memecahkan suatu masalah dengan cara merumuskan
problem, mendisain eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, sehingga mempunyai sikap-sikap ilmiah
misalnya objektif, jujur, hasrat ingin mengetahui, keterbukaan, menghargai
pendapat orang lain, kerendahan hati, dan sebagainya. Untuk mengetahui bahwa
pendekatan pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa maka
akan dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan oleh
guru dalam kegiatan belajar mengajar yaitu pendekatan konvensional.
Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, maka dapat
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Skema Paradigma Penelitian
X
X0
X1
X2
Y3
Y3
Y3
X0Y3
X1Y3
X2Y3
X
X0
X1
X2
Y2
Y2
Y2
X0Y2
X1Y2
X2Y2
X
X0
X1
X2
Y1
Y1
Y1
X0Y1
X1Y1
X2Y1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Keterangan:
X = Pendekatan pembelajaran
X0 = Pendekatan pembelajaran konvensional
X1 = Pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing
X2 = Pendekatan pembelajaran inkuiri yang dimodifikasi
Y1 = Hasil Belajar Biologi ranah kognitif
Y2 = Hasil Belajar Biologi ranah afektif
Y3 = Hasil Belajar Biologi ranah psikomotor
X0Y1 =Hasil belajar biologi ranah kognitif menggunakan pendekatan
konvensional
X0Y2 =Hasil belajar biologi ranah afektif menggunakan pendekatan
konvensional
X0Y3 =Hasil belajar biologi ranah psikomotor menggunakan pendekatan
konvensional
X1Y1 =Hasil belajar biologi ranah kognitif menggunakan pendekatan inkuiri
terbimbing
X1Y2 =Hasil belajar biologi ranah afektif menggunakan pendekatan inkuiri
terbimbing
X1Y3 =Hasil belajar biologi ranah psikomotor menggunakan pendekatan inkuiri
terbimbing
X2Y1 =Hasil belajar biologi ranah kognitif menggunakan pendekatan inkuiri
yang dimodifikasi
X2Y2 =Hasil belajar biologi ranah afektif menggunakan pendekatan inkuiri yang
dimodifikasi
X2Y3 =Hasil belajar biologi ranah psikomotor menggunakan pendekatan inkuiri
yang dimodifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Hipotesis
Berdasarkan deskripsi tinjauan pustaka dan kerangka berpikir tersebut,
maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap
hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta
Tahun pelajaran 2009/2010.
2. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap
hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta
Tahun pelajaran 2009/2010.
3. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terhadap
hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA N 2 Surakarta
Tahun pelajaran 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran
2009/2010. Alamat di Jl. Monginsidi No. 40, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten
Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2009/2010 dimulai pada bulan Februari 2010. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap persiapan, dilaksanakan pada bulan Februari – April 2010 meliputi
pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan instrumen, seminar
proposal, dan perijinan penelitian.
b. Tahap pelaksanaan, dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2010 meliputi semua
kegiatan yang dilaksanakan di lapangan yaitu pengumpulan data, pengujian
(try out) instrumen dan analisis data.
c. Tahap penyusunan laporan, dilaksanakan pada bulan Juli 2010 – Sepetember
2010 meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2002: 55), “Populasi adalah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2
Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 10 kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling,
yaitu dari 10 kelas yang ada di SMA Negeri 2 Surakarta dilakukan pemilihan
secara acak dan diambil 3 kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas X1 sebagai
kelas kontrol, X2 sebagai kelas eksperimen 1 dan X3 sebagai kelas ekperimen 2.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
1) Pendekatan pembelajaran meliputi: pendekatan konvensional, pendekatan
inkuiri terbimbing, dan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi.
b. Variabel Terikat
1) Hasil Belajar Siswa meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data
adalah sebagai berikut :
a. Metode Dokumentasi
Fungsi dari metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk
mendapatkan nilai Ujian Mid Semester Genap kelas X tahun pelajaran 2009/2010
mata pelajaran biologi sebagai data awal yang digunakan untuk uji keseimbangan.
b. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa yang
ditinjau dari hasil belajar pada ranah kognitif. Tes berbentuk tes obyektif yaitu
bentuk pilihan ganda.
c. Metode Angket
Angket digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa yang
ditinjau dari hasil belajar pada ranah afektif. Pengukuran prestasi belajar ranah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
afektif menggunakan angket dalam bentuk checklist yaitu bentuk angket dimana
pengisi angket tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan.
Pengukuran prestasi belajar ranah afektif menggunakan angket dalam
bentuk checklist yaitu bentuk angket dimana pengisi angket tinggal memberi
tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada
lima. Pemberian skor tiap item pernyataan menurut skala Likert dalam Suharsimi
Arikunto (2002: 180) sebagai berikut:
SS : jawaban sangat setuju dengan skor 5
S : jawaban setuju dengan skor 4
TB : jawaban tidak berpendapat dengan skor 3
TS : jawaban tidak setuju dengan skor 2
STS: jawaban sangat tidak setuju dengan skor 1
Pengukuran prestasi belajar ranah psikomotorik dengan menggunakan
angket dalam bentuk checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. Cara
pemberian skor pada angket adalah sebagai berikut:
1 : Sangat kurang (SK)
2 : Kurang (K)
3 : Sedang (S)
4 : Baik (B)
5 : Sangat Baik (SB)
3. Teknik Penyusunan Instrumen
a. Pengukuran Ranah Kognitif
Pengukuran ranah kognitif menggunakan tes dengan langkah-langkah
penyusunan sebagai berikut:
1) Pemilihan materi berdasarkan kurikulum
2) Pembuatan alat ukur sesuai indikator
3) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang diharapkan
4) Soal-soal yang disusun menyangkut soal-soal yang mencakup 6 jenjang
kemampuan yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4
(analisis), C5 (sintesis), C6 (evaluasi) menurut Ella Yulaelawati (2004:59-63).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
5) Penyusunan item
6) Penyusunan item soal ranah kognitif
7) Pengujian kesahihan item menggunakan analisis butir dilakukan dengan uji
validitas, reliabilitas, dan dilengkapi dengan uji taraf kesukaran dan daya
pembeda soal menurut Ign.Masidjo (1995)
8) Berdasarkan pengujian-pengujian yang dilakukan, item soal dapat digunakan
menjadi soal postes
b. Pengukuran Ranah Afektif
Pengukuran ranah afektif menggunakan metode angket skala likert
menurut Suharsimi Arikunto (2002: 180) sebagai berikut:
SS : Sangat setuju dengan skor 5
S : Setuju dengan skor 4
TB : Tidak berpendapat dengan skor 3
TS : Tidak setuju dengan skor 2
STS : Sangat tidak setuju dengan skor 1
Soal-soal yang disusun mencakup lima aspek pada tingkatan ranah
afektif, meliputi: (A1) Kemauan menerima; (A2) Kemauan menanggapi; (A3)
berkeyakinan; (A4) Mengorganisasi; (A5) Tingkat karakteristik/pembentukan
pola (Hamzah B. Uno dkk, 2001: 9-10). Uji kesahihan ranah afektif diukur dengan
uji validitas dan reliabilitas menurut Ign.Masidjo (1995).
c. Pengukuran Ranah Psikomotorik.
Pengukuran ranah psikomotorik dengan angket. Cara pemberian skor pada
angket psikomotor adalah sebagai berikut:
1 : Sangat kurang (SK)
2 : Kurang (K)
3 : Sedang (S)
4 : Baik (B)
5 : Sangat Baik (SB)
Soal-soal yang disusun mencakup lima aspek pada domain psikomotor
meliputi: (P1) Meniru; (P2) Memanipulasi; (P3) Ketepatan gerakan/presisi; (P4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Artikulasi; dan (P5) Naturalisasi (Mohan, 2007:43). Uji kesahihan ranah afektif
diukur dengan uji validitas dan reliabilitas menurut Ign.Masidjo (1995).
4. Analisis Instrumen
a. Validasi Instrumen
Soal yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi secara isi (contents
validity) dan validitas item. Langkah-langkah yang dilakukan pembuat soal untuk
mempertinggi validitas isi, yaitu:
1. Mengidentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan
instruktusionalnya
2. Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis
3. Menyusun soal tes beserta kuncinya
4. Menelaah soal tes sebelum dicetak dengan cara konsultasi melalui expert
judgment untuk memeriksa isi soal secara sistematis serta melihat relevansi
dengan indikator yang telah ditentukan.
Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh
sebutir item. Untuk mengetahui validitas butir soal dicari dengan menghitung
indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi Product
Moment dengan rumus sebagai berikut:
��� � ��∑ ���∑ ��∑ � �� ∑ ����∑ ����� ∑ ���∑ ��
Keterangan:
xyr = koefisien validitas
X = hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y = kriteria yang dipakai
N = jumlah subyek
(Ign.Masidjo, 1995: 246)
Jika harga ruv < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item
pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika ruv > r tabel maka item
petanyaan dinyatakan valid. Uji validitas tes try out kognitif di kelas X.8 SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Negeri 2 Surakarta secara lengkap disajikan pada Tabel 3 dan selengkapnya pada
Lampiran 2.
Tabel 3. Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas
Valid Invalid Kognitif 35 34 1 Afektif 20 20 0 Psikomotor 20 20 0
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji validitas tes
kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 34 item sedang untuk item yang
invalid (tidak valid) sebanyak 1 item. Untuk uji validitas angket afektif sebanyak 20
item yang valid dan tidak ada item yang tidak valid. Sama halnya dengan uji validitas
untuk angket psikomotor menunjukkan bahwa 20 item yang valid dan tidak ada item
yang tidak valid.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran
dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran
kembali kepada subyek yang sama. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dengan
suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas atau r11 yang dinyatakan
dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai 1,00. Pengujian reliabilitas
menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR.20) sebagai berikut:
��� � � ����� ����∑ ��
����
Keterangan:
11r : koefisien reliabilitas
n : jumlah item
S : deviasi standar
p : indeks kesukaran
q : 1-p
(Ign.Masidjo, 1995: 233)
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas suatu butir soal yang menghendaki
gradualisasi penilaian digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari
reliabilitas yang skornya bukan 1 atau 0), yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
��� � � ����� �1 � ∑ ���
����
Dengan :
11r : koefisien reliabilitas suatu tes
n : Jumlah item
Σ σi2 : jumlah varians kuadrat skor masing-masing item
σt2 : varians total keseluruhan item
� � ∑ ����∑ !�"
�
Klasifikasi koefisien korelasi :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
negatif – 0,20 : sangat rendah
(Ign. Masidjo, 1995: 238)
Hasil uji reliabilitas tes try out kognitif di kelas X.8 SMA Negeri 2
Surakarta secara lengkap disajikan pada Tabel 4 dan selengkapnya pada Lampiran
2.
Tabel 4. Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Tes Try Out Siswa.
Instrumen Penelitian Jumlah Item Indeks Reliabilitas
Keputusan Uji Reliabilitas
Kognitif 34 0,872 Korelasi Tinggi Afektif 20 0,787 Korelasi Tinggi Psikomotor 20 0,837 Korelasi Tinggi
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes kognitif
menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) diperoleh r11 = 0.87 yang berarti
bahwa koefisien reliabilitas soal tes kognitif tinggi. Hasil uji reliabelitas angket
afektif dan angket psikomotor menggunakan rumus alpha karena reliabilitas
skornya bukan 1 atau 0. Untuk hasil reliabilitas angket afektif diperoleh r11 = 0,78
yang berarti koefisien reliabelitas angket afektif tinggi. Hasil uji reliabelitas
angket psikomotorik diperoleh r11 = 0,83 yang berarti koefisien reliabelitas untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
angket psikomotorik sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat
diketahui bahwa instrumen penelitian sangat reliabel untuk digunakan.
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam bilangan indeks
yang disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan yang merupakan hasil
perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh dengan jawaban yang
seharusnya diperoleh dari suatu item.
P = #
� � $%&' ()%$*()+
Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab yang benar
N : Kelompok siswa
Skor maksimal: Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari
suatu item
N x skor maksimal: Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu
item
(Ign.Masidjo, 1995: 189)
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
0,81 - 1,00 : Mudah Sekali (MS)
0,61 – 0,80 : Mudah (M)
0,41 – 0,60 : Sedang atau Cukup (Sd)
0,21 – 0,40 : Sukar (S)
0,00 – 0,20 : Sukar Sekali (SS)
(Ign.Masidjo, 1995: 192)
Hasil uji taraf kesukaran tes try out kognitif di kelas X.8 SMA Negeri 2
Surakarta secara lengkap disajikan pada Tabel 5 dan selengkapnya pada Lampiran
2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 5. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa Ranah Penilaian Jumlah Soal Item yang dipakai Item yang dibuang
Kognitif 35 34 1 Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran
diperoleh soal yang mempunyai indeks kesukaran baik sebanyak 34 soal.
Sedangkan soal yang mempunyai indeks kesukaran jelek sebanyak 1 item
sehingga harus dibuang karena soal sukar sekali.
d. Daya Pembeda Soal
Taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban
benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas berbeda dari siswa-siswa
yang tergolong kelompok bawah untuk suatu item. Perbedaan jawaban benar dari
siswa tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID),
dengan rumus sebagai berikut:
,- � ./ � .01./ 2324 1.0 5 678� 9276:92;
Keterangan:
ID : Indeks Diskriminasi
KA : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok atas
KB : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB × Skor maksimal : Perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa
yang tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh.
(Ign.Masidjo,1995: 198)
Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:
0,80 – 1,00 : Sangat Membedakan (SM)
0,60 – 0,79 : Lebih Membedakan (LM)
0,40 – 0,59 : Cukup Membedakan (CM)
0,20 – 0,39 : Kurang Membedakan (KM)
Negatif – 0,19 : Sangat Kurang Membedakan (SKM)
(Ign.Masidjo,1995: 201)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Hasil uji daya beda tes try out kognitif di kelas X.8 SMA Negeri 2
Surakarta secara lengkap disajikan pada Tabel 6 dan selengkapnya pada Lampiran
2.
Tabel 6. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Tes Try Out Siswa.
Ranah Penilaian Jumlah Soal
Kriteria
SM LM CM KM SKM Kognitif 35 - 1 17 16 1
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji daya beda diperoleh
tidak ada soal yang mempunyai kriteria SM, LM 1 item, CM 17 item, KM 16
item, sedangkan yang SKM 1 item. Soal yang memiliki kriteria ID sangat kurang
membedakan (SKM) tidak dapat digunakan sehingga 1 item harus dibuang dan 34
soal yang dipakai.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Alasan
digunakan penelitian eksperimental semu dengan desain penelitian Randomized
Control Only Design.
Tabel 7. Desain Penelitian “Randomized Control Only Design”
Group Treatment Post Test Eksperimen Group (R) X T2
Control Group (R) - T2
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan
penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri
T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
(R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random)
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dengan cara statistik
menggunakan analisis variansi satu jalan. Analisis variansi (ANAVA) satu jalan
memerlukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan pada saat kedua kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol belum dikenai perlakuan bertujuan untuk mengetahui apakah
ketiga kelompok tersebut seimbang. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan
mean yang berarti dari dua sampel yang independen. Untuk mengetahui kesamaan
keadaan awal digunakan uji Z dengan rumus sebagai berikut:
< � �=>��=��!?>@!?�
��=>��=� � A�>��> B ���
��
Keterangan :
C�DDD : mean dari sampel kelompok 1
C DDD : mean dari sampel kelompok 2
n1 : ukuran sampel kelompok 1
n2 : ukuran sampel kelompok 2
�� : variansi kelompok 1
� : variansi kelompok 2
(Budiyono, 2004:156)
Hasil perhitungan uji keseimbangan dengan menggunakan uji z secara
lengkap disajikan dalam Tabel 8 dan selengkapnya pada Lampiran 3.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan Kemampuan Awal
Sumber Zhitung Ztabel Kriteria Keputusan uji H0
YA-B -7,9739 1,96 -Z tabel < Z hitung < t tabel Diterima
YA-C -4,2438 1,96 -Z tabel < Z hitung < t tabel Diterima
YB-C 2,3849 1,96 -Z tabel < Z hitung < t tabel Diterima
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan nilai Z hitung untuk kelas A dan B
adalah sebesar -7,97. Nilai Z hitung untuk kelas A dan C adalah sebesar -4,24.
Sedangkan nilai Z hitung untuk kelas B dan C adalah sebesar 2,38. Uji
keseimbangan ini mempunyai daerah kritis, Ho ditolak jika �1.96 H I H 1.96
sehingga dapat diketahui bahwa semua nilai Z tidak termasuk ke dalam daerah
kritis (Ho diterima). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sampel (kelas A, B, dan
C) yang digunakan memiliki kemampuan awal yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan
metode Lilliefors dengan prosedur :
1). Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
2). Statistik Uji
L = max ( ) ( )ii ZSZF −
3). Taraf Siginifikansi (α ) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK)
DK = { L | L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel.
5). Keputusan Uji
Ho ditolak Jika Lhitung ∈ DK.
6). Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004:170-171)
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan statistik uji
yang digunakan :
= ∑
=
k
1j
2jj
2 logSf -RKG f.logC
2,303χ
+= ∑ f
1 -
f
1
1) -3(k
1 1 c
j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
j
i
f
SS RKG
ΣΣ
= : ( )
j
2
j2
jj n
XXSS ∑
∑ −= ; j
j2j f
SSS =
Dengan :
k = banyaknya populasi
f = derajat kebebasan RKG = N- k
N = cacah semuapengukuran
f j = derajat kebebasan untuk Sj : nj -1
j = 1,2,...,k
ni = cacah pengukuran pada sampel ke –j
(Budiyono, 2004:175-178)
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan anava satu jalan (one-way anova). Uji ini
digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Statistik uji yang digunakan:
Hipotesis
Ho= Tidak ada pengaruh variable bebas terhadap variable terikat
Hi = Ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
Taraf signifikan (α) = 5%
Jumlah kuadrat (JK)
(1)= JKL ; (2)=∑ MNOKN,O ; (3)=∑ QOK
ROO
JKT =(3)-(1)
JKA =(2)-(3)
JKG = (2)-(1)
Derajat kebebasan (dk)
dkA= k-1
dkG= N-k
dkT = N-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Rataan kuadrat (RK)
RKA= STUV%U
RKG= STWV%W
Fobs = STUSTW
Daerah kritik
}{ ,1; knkkFFFDK −−∝>=
Rangkuman Analisis
Sumber JK dk RK Fobs Fα p
Perlakuan
Galat
JKA
JKG
k-1
N-k
RKA
RKG
X./X.Y
-
Ftabel
-
P<α atau p>α
Total JKT N-1 - - - -
(Budiyono, 2004: 197-200)
4. Uji Lanjut Anava
Untuk uji lanjutan setelah analisis variansi digunakan uji Duncan
Multiple Range Test (DMRT) dilakukan apabila terdapat beda signifikan pada uji
anava satu jalan. Langkah-langkahnya:
1. Mengurutkan rangking dari rata-rata perlakuan secara menurun atau
meningkat.
2. Menghitung nilai ZVD , apabila jumlah n berbeda menggunakan rumus:
ZVD � ASTW�[
; \] � )∑ ��
3. Mencari nilai ��^,�,_; dimana p = 2,3,...,t
4. Menghitung Rp menggunakan rumus:
X� � ��^,�,_ ` ZVD ; p = 2,3,...,t
5. Membandingkan selisih rata-rata perlakuan dengan nilai Rp
(Douglas, 1998: 75)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Hasil Belajar pada Pembelajaran Biologi
Data hasil penelitian dalam pembelajaran biologi berupa hasil belajar
biologi siswa pada materi pencemaran lingkungan yang meliputi 3 ranah, yaitu
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Data-data tersebut diambil
dari tiga kelas sebagai 1 kelompok kontrol dan 2 kelompok eksperimen
(eksperimen I dan eksperimen 2) dengan jumlah sampel 103 siswa dari kelas X.1,
X.2, dan X.3 SMA N 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Kelas X.1 sebagai
kelompok kontrol dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional
berjumlah 33 siswa, namun terdapat 1 siswa yang tidak hadir sehingga jumlah
siswa saat diteliti pada kelas kontrol adalah 32 siswa. Kelas X.2 sebagai kelompok
eksperimen I dengan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri yang
dimodifikasi berjumlah 36 siswa. Sedangkan kelas X.3 sebagai kelompok
eksperimen II dengan pembelajaran pendekatan inkuiri terbimbing berjumlah 36
siswa, namun terdapat 1 siswa yang tidak hadir sehingga jumlah siswa saat
diteliti pada kelas eksperimen II adalah 35 siswa.
Berikut disajikan data Hasil belajar siswa dari hasil penelitian:
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Data penelitian mengenai hasil belajar siswa ranah kognitif materi
pokok pencemaran lingkungan dari 1 kelompok kontrol pada siswa kelas X.1
dengan sampel sebanyak 32 siswa dan 2 kelompok eksperimen yaitu kelompok
eksperimen I pada siswa kelas X.2 dengan sampel sebanyak 36 siswa dan
kelompok eksperimen 2 pada siswa kelas X.3 dengan sampel sebanyak 35 siswa.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan secara singkat pada Tabel 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tabel 9. Deskripsi Data Postest Hasil Belajar Ranah Kognitif
Kelompok Hasil statistik Deskriptif
X1 Konvensional
X2 Inkuiri yang Dimodifikasi
X3 Inkuiri
Terbimbing
Mean Median Std.Deviation Minimum Maximum
53,781 55
11,533 30 75
83,083 86
9,363 65 99
52,60 50
11,659 30 75
Berdasarkan Tabel 9 dapat dibuat diagram batang perbandingan hasil
belajar ranah afektif pada kelompok kontrol (pendekatan konvensional),
kelompok eksperimen 1 (pendekatan inkuiri yang dimodifikasi) dan kelompok
eksperimen 2 (pendekatan inkuiri terbimbing) sebagai berikut:
Gambar 2. Perbandingan Nilai Mean Kognitif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 1 dan 2
b. Data Hasil Belajar Ranah Afektif
Data penelitian mengenai hasil belajar siswa ranah afektif materi pokok
pencemaran lingkungan dari 1 kelompok kontrol pada siswa kelas X.1 dengan
sampel sebanyak 32 siswa dan 2 kelompok eksperimen yaitu kelompok
eksperimen I pada siswa kelas X.2 dengan sampel sebanyak 36 siswa dan
kelompok eksperimen II pada siswa kelas X.3 dengan sampel sebanyak 35 siswa.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan secara rinci disajikan pada Tabel
10.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Kontrol Eksperimen 1 Eksperimen 2
Rat
a-R
ata
Nila
i Kog
niti
f
y
x
52,6
y
53,78
83,08
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 10. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Afektif Kelompok Hasil statistik Deskriptif
X1 Konvensional
X2 Inkuiri yang Dimodifikasi
X3 Inkuiri
Terbimbing
Mean Median Std.Deviation Minimum Maximum
72,71 73
8,55 58 86
76,5 75.5 8,25 61 91
72,12 73
8,42 57 92
Berdasarkan Tabel 10 dapat dibuat diagram batang perbandingan hasil
belajar ranah afektif pada kelompok kontrol (pendekatan konvensional),
kelompok eksperimen 1 (pendekatan inkuiri yang dimodifikasi) dan kelompok
eksperimen 2 (pendekatan inkuiri terbimbing) sebagai berikut:
Gambar 3. Perbandingan Nilai Mean Afektif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 1 dan 2
c. Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Data penelitian mengenai hasil belajar siswa ranah psikomotor materi
pokok pencemaran lingkungan dari 1 kelompok kontrol pada siswa kelas X.1
dengan sampel sebanyak 32 siswa dan 2 kelompok eksperimen yaitu kelompok
eksperimen I pada siswa kelas X.2 dengan sampel sebanyak 36 siswa dan
kelompok eksperimen II pada siswa kelas X.3 dengan sampel sebanyak 35 siswa.
Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan secara rinci disajikan pada Tabel
11.
70
71
72
73
74
75
76
77
Kontrol Eksperimen 1 Eksperimen 2
72,71
76,5
72,17
y
x
Rat
a-R
ata
Nila
i Afe
ktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor Kelompok Hasil statistik Deskriptif
X1 Konvensional
X2 Inkuiri yang Dimodifikasi
X3 Inkuiri
Terbimbing
Mean Median Std.Deviation Minimum Maximum
69 68
8,643 50 89
81,944 82
10,71 65 100
80,51 80
9,15 66 100
Berdasarkan Tabel 11 dapat dibuat diagram batang perbandingan hasil
belajar ranah afektif kelompok kontrol (pendekatan konvensional), kelompok
eksperimen 1 (pendekatan inkuiri yang dimodifikasi) dan kelompok eksperimen 2
(pendekatan inkuiri terbimbing) sebagai berikut:
Gambar 4. Perbandingan Nilai Mean Psikomotor Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen 1 dan 2
B. ANALISIS DATA
1. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data
Pengujian terhadap asumsi sebagai prasyarat analisis variansi perlu
dilakukan pengujian prasyarat secara statistik. Pengujian prasyarat tersebut
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui data dari masing-
masing kelas kontrol dan kelas eksperimen berasal dari populasi yang
60
65
70
75
80
85
Kontrol Eksperimen 1 Eksperimen 2
81,94
y
80,51
69
xRat
a-R
ata
Nila
i Psi
kom
otor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas ranah kognitif, afektif dan
psikomotor secara lengkap disajikan pada Lampiran 5 dan secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Kelas Uji Normalitas
Kontrol Eksperimen 1 Eksperimen 2 Keputusan
uji Ho Lhit Ltab(0,05:32) Lhit Ltab(0,05:36) Lhit Ltab(0,05:35)
Kognitif 0,083 0,159 0,135 0,150 0,102 0,152 Diterima Afektif 0,092 0,159 0,091 0,150 0,091 0,152 Diterima Psikomotor 0,086 0,159 0,076 0,150 0,094 0,152 Diterima
Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa harga statistik uji Lhitung kurang
dari Ltabel sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa semua sampel pada penelitian ini berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui homogenitas varians
untuk masing-masing kelas yang dibandingkan. Hasil uji homogenitas ranah
kognitif, afektif dan psikomotor secara lengkap disajikan pada Lampiran 5 dan
secara ringkas dalam Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Uji Homogenitas Harga χ
2hitung
Harga χ2tabel
(0.05:2) Kriteria Keputusan
Uji H0 Nilai Kognitif Nilai Afektif Nilai Psikomotor
1, 5986 0,0119 0,1678
5,99 5,99 5,99
χ2
hitung < χ2
tabel
χ2
hitung < χ2
tabel
χ2
hitung < χ2
tabel
Diterima Diterima Diterima
Tabel 13 menunjukkan bahwa harga χ2hitung kurang dari χ2
tabel (0.05:2)
sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga
sampel berasal dari populasi yang homogen.
Persyaratan uji hipotesis penelitian untuk data hasil belajar ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor dapat menggunakan uji anava dikarenakan sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogenitasnya terpenuhi. Oleh karena itu, pengujian hipotesis penelitian secara
parametrik dapat dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Hasil analisis pengaruh penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil
belajar ranah kognitif melalui uji anava satu jalan selengkapnya pada Lampiran 6
dan rangkuman hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Kognitif Hasil Belajar Fhit Ftabel Kriteria Keputusan Uji H0
Kognitif 88,81 3,00 Fhitung > Ftabel (2:102) Ditolak
Pada Tabel 14 menunjukkan bahwa Fhit hasil belajar ranah kognitif ketiga
pendekatan baik pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri yang dimodifikasi,
dan pendekatan inkuiri terbimbing adalah 88,81 > Ftabel (2:102) = 3,00. Berdasarkan
hasil tersebut maka dapat diambil keputusan hipotesis nihil (Ho) ditolak
sedangkan (H1) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara
pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri yang dimodifikasi, dan pendekatan
inkuiri terbimbing diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah kognitif.
b. Hasil Belajar Ranah Afektif Hasil analisis pengaruh penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil
belajar ranah afektif melalui uji anava satu jalan selengkapnya pada Lampiran 6
dan rangkuman hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 15.
Tabel 15. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Afektif
Hasil Belajar Fhit Ftab Kriteria Keputusan Uji H0
Afektif 2,774 3,00 Fhit < Ftab (2:102) Diterima
Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa Fhit hasil belajar ranah afektif ketiga
pendekatan baik pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri yang dimodifikasi,
dan pendekatan inkuiri terbimbing adalah 2,77 < Ftabel (2:102) = 3,00. Berdasarkan
hasil tersebut maka dapat diambil keputusan hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pendekatan konvensional,
pendekatan inkuiri yang dimodifikasi, dan pendekatan inkuiri terbimbing diterima
sedangkan (H1) ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tidak dapat dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan karena
berdasarkan hasil uji anava satu jalan menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri
yang dimodifikasi, dan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar ranah
afektif. Berarti tidak terdapat pengaruh penggunaan pendekatan inkuiri terhadap
hasil belajar ranah afektif.
c. Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Hasil analisis pengaruh penggunaan pendekatan inkuiri terhadap hasil
belajar ranah psikomotor melalui uji anava satu jalan selengkapnya pada
Lampiran 6 dan rangkuman hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 16.
Tabel 16. Rangkuman Hasil Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Hasil Belajar Fhit Ftab Kriteria Keputusan Uji H0
Psikomotor 18,198 3,00 Fhit > Ftab (2:102) H0 ditolak
Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa Fhit hasil belajar ranah psikomotor
ketiga pendekatan baik pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri yang
dimodifikasi, dan pendekatan inkuiri terbimbing adalah 18,19 > Ftabel (2:102) = 3,00.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan hipotesis nihil (Ho)
ditolak dan hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara
pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri yang dimodifikasi, dan pendekatan
inkuiri terbimbing (H1) diterima. Berarti terdapat pengaruh penggunaan
pendekatan inkuiri terhadap hasil belajar psikomotor.
2. Hasil Analisis Uji Lanjut
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Hasil uji lanjut anava untuk hasil belajar ranah kognitif menggunakan uji
Duncan Multiple Range Test (DMRT). Secara lengkap analisis uji lanjut hasil
belajar ranah kognitif menggunakan uji Duncan disajikan pada Lampiran 6 dan
lebih singkatnya disajikan dalam Tabel 17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 17. Hasil Uji Lanjut Ranah Kognitif Melalui Uji Duncan (DMRT) Perlakuan Rangking Rata-Rata
X2
X1
X3
1 2 3
83,083 53,781 52,6
1) Hipotesis pertama
Hipotesis yang diuji dalam hipotesis pertama adalah sebagai berikut:
Ho: �2� = �3� (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah
kognitif antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan inkuiri
terbimbing) melawan H1: �2� ≠ �3� (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil
belajar ranah kognitif antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan
inkuiri yang dimodifikasi). Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa hipotesis
nihil (Ho) ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar
ranah kognitif antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan inkuiri yang
dimodifikasi. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6 diperoleh selisih
mean antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan inkuiri
terbimbing sebesar 30,48 yang menunjukkan hasil belajar kognitif menggunakan
pendekatan inkuiri yang dimodifikasi lebih bagus dibandingkan dengan
pendekatan inkuiri terbimbing.
2) Hipotesis Kedua
Hipotesis yang diuji dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:
Ho: �2� = �1� (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah
kognitif antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan
konvensional) melawan H1: �2� ≠ �1� (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
hasil belajar ranah kognitif antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan
pendekatan konvensional). Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa hipotesis
nihil (Ho) ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil
belajar ranah kognitif antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan
pendekatan konvensional. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6
diperoleh selisih mean antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan
pendekatan konvensional sebesar 29,30 yang menunjukkan hasil belajar kognitif
menggunakan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi lebih bagus dibandingkan
a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dengan pendekatan konvensional. Berarti pendekatan inkuiri yang dimodifikasi
merupakan pendekatan yang paling efektif.
3) Hipotesis ketiga
Hipotesis yang diuji dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:
Ho: �1� = �3� (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah
kognitif antara pendekatan konvensional dengan pendekatan inkuiri terbimbing)
melawan H1: �1� ≠ �3� (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar
ranah kognitif antara pendekatan konvensional dengan pendekatan inkuiri
terbimbing). Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (Ho)
diterima sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar
ranah kognitif antara pendekatan konvensional dengan pendekatan inkuiri
terbimbing. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6 selisih mean
pendekatan konvensional dengan pendekatan inkuiri terbimbing sebesar 1,18
b. Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Hasil uji lanjut anava untuk hasil belajar ranah psikomotor menggunakan
uji Duncan. Secara lengkap analisis uji lanjut hasil belajar ranah psikomotor
menggunakan uji Duncan disajikan pada Lampiran 6 dan lebih ringkasnya dapat
disajikan dalam Tabel 18.
Tabel 18. Hasil Uji Lanjut Ranah Psikomotor Melalui Uji Duncan (DMRT) Perlakuan Rangking Rata-Rata
X2
X3
X1
1 2 3
81,944 80,51 69
1) Hipotesis pertama
Hipotesis yang diuji dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:
H0: �2� = �1� (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah
psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan
konvensional) melawan H1: �2� ≠ �1� (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi
dengan pendekatan konvensional). Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa
hipotesis nihil (Ho) ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi
dengan pendekatan konvensional. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6
diperoleh selisih mean antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan
pendekatan konvensional = 12,94 yang menunjukkan bahwa hasil belajar ranah
psikomotor menggunakan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi lebih bagus
dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Hal ini menunjukkan pendekatan
inkuiri yang dimodifikasi merupakan pendekatan yang paling efektif.
2) Hipotesis kedua
Hipotesis yang diuji dalam hipotesis pertama adalah sebagai berikut:
Ho: �2� = �3� (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah
psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dengan pendekatan
inkuiri terbimbing) melawan H1: �2� ≠ �3� (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-
rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang dimodifikasi
dengan pendekatan inkuiri terbimbing). Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan
bahwa hipotesis nihil (Ho) diterima sehingga tidak terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri yang
dimodifikasi dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Berdasarkan hasil uji Duncan
pada Lampiran 6 diperoleh selisih mean antara pendekatan inkuiri yang
dimodifikasi dengan pendekatan inkuiri terbimbing sebesar 1,34.
3) Hipotesis ketiga
Hipotesis yang diuji dalam hipotesis kedua adalah sebagai berikut:
Ho: �3� = �1� (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ranah
psikomotor antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan
konvensional) melawan H1: �3� ≠ �1� (Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
hasil belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan
pendekatan konvensional). Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa hipotesis
nihil (Ho) ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil
belajar ranah psikomotor antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan
konvensional. Berdasarkan hasil uji Duncan pada Lampiran 6 diperoleh selisih
mean antara pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan konvensional =
11,51 yang menunjukkan bahwa hasil belajar ranah psikomotor menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
pendekatan inkuiri terbimbing lebih bagus dibandingkan dengan pendekatan
konvensional.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Dari hasil penelitian di SMA Negeri 2 Surakarta di kelas X1 (pendekatan
konvensional), kelas X2 (pendekatan inkuiri yang dimodifikasi), dan kelas X3
(inkuiri terbimbing) untuk hasil belajar ranah kognitif menggunakan uji anava
satu jalan dapat dilihat pada Tabel 14, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara penggunaan pendekatan konvensional, pendekatan inkuiri
yang dimodifikasi, dan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar ranah
kognitif. Hal ini dikarenakan pada pendekatan inkuiri, siswa diberi kesempatan
untuk berpikir, mengemukakan ide-ide, dan membangun pengetahuannya sendiri
berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh melalui eksperimen sehingga ketrampilan
berpikir dan hasil belajar ranah kognitif siswa meningkat. Melalui kegiatan
eksperimen dan diskusi pada pendekatan inkuiri, siswa mampu memperoleh
konsep mengenai salah satu polutan/pencemar lingkungan di air yaitu detergen.
Dengan konsentrasi detergen yang berbeda-beda, semakin tinggi konsentrasinya
maka biota air seperti ikan akan cepat mati. Oleh karenanya, siswa diharapkan
mencari solusi untuk mengurangi atau mencegah pencemaran lingkungan tersebut.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sularmi
(2006:76) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode inkuiri-
discovery terhadap prestasi belajar siswa IPA di SD Negeri Gatak Sukoharjo.
Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Costenson dan Lawson (1986)
dalam Frank La Banca (2006:1) mengenai pendekatan inkuiri yang diterapkan
dalam pembelajaran menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang pesat dan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa. Selain itu,
didukung penelitian yang dilakukan oleh Oliver (1965) dan Orr (1968) dalam Mao
(1998:94), pembelajaran sains memungkinkan guru untuk mengembangkan
komponen siswa dan memperkaya pemahaman siswa tentang sains sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri mempengaruhi hasil belajar ranah
kognitif.
Hasil uji Duncan untuk ranah kognitif pada Tabel 17 menunjukkan bahwa
hasil belajar menggunakan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi pada kelas X2
lebih bagus dibandingkan pendekatan konvensional pada kelas X1 dan pendekatan
inkuiri terbimbing pada kelas X3. Pendekatan inkuiri yang dimodifikasi
merupakan pendekatan yang menduduki rangking 1 sehingga pendekatan ini
merupakan pendekatan yang mampu menciptakan pembelajaran yang paling
efektif dibandingkan dengan pendekatan yang lainnya. Pada pendekatan inkuiri
yang dimodifikasi memungkinkan siswa untuk berpikir lebih tinggi (higher level
of thinking) melalui metode ilmiah.
Pendekatan inkuiri yang dimodifikasi merupakan pendekatan yang
berorientasi kepada siswa (student-centered) yang mampu meningkatkan
kemampuan belajar siswa dan membutuhkan proses mental yang sangat tinggi
dalam memperoleh suatu informasi/konsep melalui eksperimen dibandingkan
dengan pendekatan konvensional dan pendekatan inkuiri terbimbing.
Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri menjadikan pembelajaran
yang berlangsung lebih berpusat pada siswa. Sebagaimana diungkapkan oleh
Ratna Wilis dan Liliasari (1986: 28) pembelajaran yang demikian dapat
meningkatkan kemampuan belajar siswa. Berdasarkan The National Science
Education Standards (Colburn, 2000: 42) “Inkuiri diartikan sebagai aktivitas
siswa dimana mereka mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
pengetahuan sebagaimana layaknya ilmuwan memahami fenomena alam”.
Sedangkan pengaruh pendekatan konvensional pada kelas X1 dan
pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas X2 terhadap hasil belajar ranah kognitif
adalah tidak berbeda signifikan. Hal ini menunjukkan pedekatan inkuiri
terbimbing tidak lebih bagus/tidak lebih jelek dibandingkan pendekatan
konvensional. Rangking pendekatan inkuiri terbimbing pada kelas X3 yaitu
rangking 3 di bawah rangking pendekatan konvensional pada kelas X1 yaitu
rangking 2, padahal seharusnya pendekatan inkuiri terbimbing rangkingnya lebih
bagus dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Hal ini disebabkan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pada inkuiri terbimbing, saat siswa ber-inkuiri masih banyak peran guru di dalam
pembelajarannya. Oleh karena itu, inisiatif siswa tidak muncul dalam memperoleh
sebuah konsep disebabkan dalam proses pembelajaran yang hampir sepenuhnya
menggunakan bimbingan guru. Menurut Alters, B dan S. Alters (2005:62) metode
pembelajaran yang baik bagi seseorang belum tentu baik bagi siswa lainnya. Pada
pendekatan inkuiri terbimbing, ketergantungan siswa pada guru sebagai sumber
informasi masih sangat besar. Selain itu, hal ini disebabkan oleh faktor siswa yang
juga mempunyai andil dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Faktor
siswa tersebut meliputi siswa yang belum memiliki kesiapan dan kematangan
mental menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran dan
siswa yang terbiasa dengan pendekatan konvensional menyebabkan pendekatan
inkuiri terbimbing mengecewakan. Selain pendekatan, strategi, dan metode yang
digunakan sudah bagus tapi faktor siswanya kurang mendukung maka hasilnya
juga tidak sesuai dengan harapan. Sesuai dengan pendapat Martinis dan Bansu
(2008:21) bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran selain
pendekatan atau metode yang digunakan, faktor siswa juga memegang andil
besar.
Banyak peneliti yang membandingkan antara pendekatan inkuiri dan
pendekatan konvensional/ekspositori. Syaiful Sagala (2008:197) menyatakan
bahwa pendekatan konvensional/ekspositori dan pendekatan inkuiri tidak berbeda
efektifnya dalam mencapai hasil belajar yang bersifat informasi, fakta dan konsep,
tetapi berbeda secara signifikan dalam mencapai ketrampilan berpikir yang
menunjukkan bahwa pendekatan inkuiri lebih efektif dibandingkan pendekatan
konvensional/ekspositori. Hal ini didukung oleh pendapat Indrawati (1999) dalam
Trianto (2009:29) yang menyatakan bahwa suatu pembelajaran pada umumnya
akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui pendekatan-pendekatan
pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan
pendekatan-pendekatan pemrosesan informasi menekankan bagaimana seseorang
berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.
Menurut Trianto (2009:165) menyatakan bahwa inti dari berpikir yang baik
adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Salah satu
pendekatan pemrosesan informasi adalah pendekatan pembelajaran inkuiri.
Pendekatan inkuiri lebih membiasakan siswa untuk membuktikan dengan
melakukan penyelidikan sendiri dengan/tanpa bimbingan guru. Dengan
menggunakan pendekatan ini, pengembangan kognitif siswa lebih terarah dan
dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan secara motorik
2. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
Hasil uji anava satu jalan untuk ranah afektif pada kelas X1, X2, dan X3
SMA N 2 Surakarta dapat dilihat pada Tabel 15 menunjukkan tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara penggunaan pendekatan konvensional,
pendekatan inkuiri yang dimodifikasi, dan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap
hasil belajar ranah afektif. Pada hasil belajar ranah afektif cenderung pada sikap
dan respon siswa terhadap materi pokok yang dipelajari. Rangsangan yang berupa
pendekatan pembelajaran yang digunakan baik pendekatan konvensional,
pendekatan inkuiri terbimbing, dan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi ternyata
menunjukkan adanya persamaan sikap dan respon dari siswa sebagai subjek
penelitian. Pada aspek afektif terdiri dari beberapa indikator yaitu penerimaan,
partisipasi, penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola.
Berdasarkan indikatornya, ketiga kelas tersebut memiliki afektif yang
sama bagusnya. Dalam hal ini, siswa dari sampel penelitian mampu untuk
menerima materi pencemaran lingkungan dengan baik saat proses pembelajaran.
Sikap siswa sebelum mempelajari materi pencemaran lingkungan, siswa selalu
membuang sampah sembarangan, membuat polusi suara seperti gaduh pada saat
pelajaran, membiarkan kelas dalam keadaan kotor, tidak rapi, dan tidak bersih.
Setelah siswa memperoleh konsep mengenai pencemaran lingkungan, siswa
mampu memilah barang-barang yang ramah lingkungan, berpartisipasi pada setiap
kegiatan bersih-bersih/piket di kelas untuk mengurangi sampah/polutan, saat
pelajaran siswa sudah mulai tenang/tidak gaduh lagi, dan siswa mulai
membiasakan diri untuk membuang sampah di tempatnya, melakukan 4R (Reuse,
Recycle, Reduce, dan Repair) seperti menggunakan botol tidak sekali pakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
sebagai tempat minuman, memperbaiki barang-barang yang rusak, mengurangi
dan mendaur ulang sampah baik itu sampah organik maupun nonorganik.
Memulai kebiasaan untuk lebih mencintai lingkungan agar lingkungan tidak
tercemar dan berusaha mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
manusia terutama oleh diri sendiri.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hughes
(1997) dalam Hemaletha (2001:71) bahwa pembelajaran inkuiri dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam grup/kelompok, memberikan kontribusi
dengan kemampuannya, dan membantu siswa untuk mengorganisasikan informasi
dan adanya keinginan siswa untuk belajar. Untuk meningkatkan hasil belajar
ranah afektif setiap siswa membutuhkan proses dalam jangka waktu relatif lama
dibandingkan hasil belajar ranah kognitif dan ranah psikomotor.
Untuk hasil belajar ranah afektif tidak dapat diuji lanjut menggunakan uji
Duncan karena pada uji anava diketahui bahwa ketiga pendekatan yang digunakan
pada penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar
ranah afektif dengan ditunjukkan dari perhitungan uji anava satu jalur dalam
Tabel 15.
3. Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Ranah
Psikomotor
Hasil uji anava satu jalan pada kelas X1, X2, dan X3 SMA N 2 Surakarta
untuk hasil belajar ranah psikomotor dapat dilihat pada Tabel 16 menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan konvensional,
pendekatan inkuiri terbimbing, dan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi terhadap
hasil belajar ranah psikomotorik. Signifikan di sini berarti terdapat perbedaan
aktivitas siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan yaitu penerapan pendekatan
inkuiri dalam pembelajaran. Sebelum menggunakan pendekatan inkuiri, sebagian
besar aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung hanya duduk dan diam
saja. Siswa sangat pasif dalam menjawab atau mangajukan suatu pertanyaan.
Setelah menggunakan pendekatan inkuiri, aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran bertambah aktif dimana siswa melakukan kegiatan perumusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
masalah, menyusun hipotesis, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,
dan menarik kesimpulan. Siswa pun terlatih untuk bertanya dan berusaha
menjawab pertanyaan melalui proses diskusi. Hasil dari diskusi tersebut mengenai
solusi/cara penanggulangan dan pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan
baik udara, air, tanah, dan suara. Solusi pencegahan pencemaran air dan tanah
yang disebabkan oleh polutan berupa sampah dengan cara membuang sampah di
tempatnya, melakukan 4R (Reuse, Recycle, Repaire, Reduce), memisahkan
sampah organik dan nonorganik. Sedangkan untuk polutan berupa limbah
detergen menggunakan biodegradable (contohnya: tumbuhan enceng gondok) dan
penggunaan detergen yang ramah lingkungan yang tidak mengandung surfaktan
dan fosfat yang berlebihan.
Selain itu, setelah siswa mengetahui pencemaran suara disebabkan oleh
suara gaduh di kelas, siswa mulai membiasakan diri untuk tidak berbicara saat
pelajaran dan mengeluarkan suara saat diperlukan. Siswa mulai kegiatan-kegiatan
yang tidak membuat lingkungan semakin tercemar seperti membuang sampah di
tempatnya, jika ada sampah di pinggir jalan langsung dipungut dan di buang di
tempat sampah. Saat menanam tanaman/penghijauan di sekolah, siswa lebih
memilih menggunakan pupuk organik yang terbuat dari kotoran hewan. Kotoran
hewan selain tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya juga ramah terhadap
lingkungan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Germann (1989)
dalam Mao (1998:94) yang menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terdapat
pengaruh terhadap ketrampilan proses yang termasuk kedalam hasil belajar ranah
psikomotor.
Berdasarkan hasil uji Duncan untuk ranah psikomotor dapat dilihat pada
Tabel 18 yang menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang hasil
belajarnya paling bagus adalah pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dan
pendekatan inkuiri terbimbing. Hal ini disebabkan oleh aktivitas pada pendekatan
inkuiri yang meliputi pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dan pendekatan inkuiri
terbimbing lebih banyak berpusat pada siswa dibandingkan aktivitas pada
pendekatan konvensional yang berpusat pada guru yang aktivitas siswanya hanya
duduk saja. Pengaruh pendekatan inkuiri yang dimodifikasi dan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar ranah psikomotor adalah tidak berbeda
signifikan karena aktivitas yang dilakukan oleh siswa pada kedua kelas
eksperimen adalah sama-sama melakukan kegiatan eksperimen/percobaan untuk
memperoleh suatu konsep/informasi.
Pendekatan inkuiri yang dimodifikasi hasil belajarnya paling tinggi
dibandingkan dengan pendekatan konvensional dan pendekatan inkuiri
terbimbing. Pendekatan inkuiri yang dimodifikasi menduduki rangking 1 sehingga
pendekatan ini merupakan pendekatan yang mampu menciptakan pembelajaran
yang paling efektif dibandingkan pendekatan yang lain. Pada pendekatan inkuiri
yang dimodifikasi siswa lebih banyak melakukan aktivitas dalam belajar
dibandingkan pada pendekatan konvensional dan mampu meningkatkan hasil
belajar ranah psikomotor. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sagala
(2009:181-182) bahwa pesan yang ditangkap oleh pembelajar dalam pengalaman
belajar-mengajar sangat tergantung pada bentuk kegiatan belajar yang
dihayatinya. Pengalaman belajar dapat dipilih sesuai dengan kompetensinya,
dapat dicapai di dalam kelas maupun di luar kelas. Bentuknya antara lain
mendemonstrasikan, mempraktikkan, menstimulasikan, mengadakan eksperimen,
menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, menelaah, dan lain
sebagainya. Proses pembelajaran yang demikian yang dirancang oleh guru agar
peserta didik memproduksi gagasan bukan mengkonsumsi gagasan, sehingga
semua tahapan pembelajaran penuh arti dan makna.
Dalam pembelajaran biologi, diperlukan kegiatan eksperimen agar siswa
lebih paham dan lebih mengerti sesuatu yang sedang dipelajari. Sesuai yang
dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2003:118) bahan pelajaran yang menyangkut
latar dari sains termasuk biologi adalah bahan-bahan yang menyangkut kegiatan
laboratorium, demonstrasi, studi lapangan (study tour), kegiatan bengkel (latihan
membuat dan menciptakan alat-alat peraga bagi sekolah, guru). Bahan-bahan ini
tidak dapat dipisahkan dari latar kognitif dan afektif. Bahan pada latar psikomotor
memperkuat pemahaman dan penghayatan tentang sains bahwa intelektual anak
akan naik dengan cepat nilai struktur pelajaran, belajar mengajar itu sedemikian
rupa sehingga pada pribadi-pribadi anak timbul pertanyaan-pertanyaan dan usaha-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
usaha untuk menjawabnya. Di dalam sains, jawaban yang memuaskan atas
pertanyaan-pertanyaan hanya dapat diperoleh melalui eksperimen atau melihat
langsung fenomena-fenomena alam. Eksperimen dan melihat fenomena adalah
bagian dari sains yang terletak di dalam latar psikomotor.
Suatu pendekatan dapat dilihat keefektifannya, jika kualitas pembelajaran
menggunakan pendekatan yang baru lebih bagus dari pendekatan yang sering
diterapkan dalam pembelajaran dilihat dari perbandingan hasil belajarnya.
Pendekatan yang biasanya diterapkan pada pembelajaran adalah pendekatan
konvensional sebagai kelas pembanding/kontrol. Pendekatan yang digunakan
sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah pendekatan inkuiri (pendekatan
inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri yang dimodifikasi). Setelah dilakukan
perhitungan melalui uji Duncan untuk hasil belajar ranah kognitif dan hasil belajar
ranah psikomotorik diperoleh bahwa pendekatan yang paling efektif adalah
pendekatan inkuiri yang dimodifikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Schlenker dalam Joyce dan Weil (2000:176) yang mengemukakan
bahwa pendekatan inquiri lebih efektif dan efisien dalam pembelajaran. Di dalam
jurnal yang ditulis Rissing dan Cogan (2009:57) menyatakan bahwa pendekatan
inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pendekatan
konvensional. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rika Nanda
Puspitasari (2009) yang menyatakan bahwa pendekatan inkuiri mampu
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas III SD Negeri Karangbangun.
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan inkuiri yang melibatkan proses secara ilmiah melalui eksperimen
untuk membuktikan kebenaran suatu materi yang dipelajari mampu meningkatkan
hasil belajar baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa kelas X SMA
Negeri 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan pembelajaran
inkuiri terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA
N 2 Surakarta.
2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa
kelas X SMA N 2 Surakarta.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan pembelajaran
inkuiri terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X
SMA N 2 Surakarta.
Selain itu, pendekatan yang paling efektif adalah pendekatan modified free
inquiry.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian berimplikasi secara teoretis dapat digunakan sebagai
bahan kajian dan referensi pada penelitian sejenis.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian berimplikasi secara praktis adalah pendekatan
pembelajaran inkuiri yang meliputi pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan
inkuiri yang dimodifikasi dapat diterapkan pada siswa kelas X SMA Negeri 2
Surakarta.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan dengan memperhatikan keterbatasan penelitian
tersebut di atas, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
1. Kepada Guru
Agar dapat menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan
inkuiri yang dimodifikasi dalam pembelajaran yang ternyata dapat meningkatkan
hasil belajar siswa
2. Kepada Siswa
Siswa disarankan membiasakan diri untuk berani mengeluarkan ide,
berpikir kritis, melakukan diskusi, mencari solusi untuk memecahkan suatu
permasalahan baik sendiri maupun kelompok seperti pada pendekatan inkuiri.
3. Para Peneliti
Perlu diadakan penelitian sejenis pada materi pokok lain dan jenjang
pedidikan yang berbeda (SD, SMP, dan Perguruan Tinggi) sehingga dapat
diketahui kemanfaatan hasil penelitian biologi dalam dunia pendidikan.