perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · sebayang, ratna herlinda sekarfitri, retno dewi utami,...

129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL PADA REMAJA TUNARUNGU YANG DIBESARKAN DALAM LINGKUNGAN ASRAMA SLB-B DI KOTA WONOSOBO Skripsi Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh: Ratna Widyastutik G 0107078 Pembimbing: 1. Dra. Suci Murti Karini, M.Si. 2. Rin Widya Agustin, M.Psi. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vuongquynh

Post on 25-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU DARI

DUKUNGAN SOSIAL PADA REMAJA TUNARUNGU YANG

DIBESARKAN DALAM LINGKUNGAN ASRAMA

SLB-B DI KOTA WONOSOBO

Skripsi

Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Oleh:

Ratna Widyastutik

G 0107078

Pembimbing:

1. Dra. Suci Murti Karini, M.Si.

2. Rin Widya Agustin, M.Psi.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi

ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya

bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Surakarta, 5 Agustus 2011

Penulis

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN MOTTO

Berhasil adalah berhasil. Gagal adalah gagal.Kita berhasil bila kita melakukan sesuatu yang luar biasa.

Kita gagal bila menyerah terlalu cepat.Kita berhasil bila menjadi yang terbaik di dunia atas apa yang kita

lakukan.Kita gagal bila kita terganggu oleh berbagai tugas yang tak pernah bisa

kita hentikan karena kita tidak memiliki nyali untuk melakukannya.~Seth Godin~

Bila Anda berpikir Anda bisa,maka Anda benar. Bila Anda berpikir Andatidak bisa, Anda pun benar… Karena itu ketika seseorang berpikir tidakbisa, maka sesungguhnya dia telah membuang kesempatan untuk menjadi

bisa.~Henry Ford~

Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi

mereka

~Eleanor Roosevelt~

Cara terbaik meramalkan masa depan Anda adalah dengan menciptakan

masa depan itu sendiri

~Peter F. Drucker~

Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah jaminan

kegagalan

~Bill Clinton~

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada:1. Alm. Bapak dan Almh. Ibu yang semasa hidup telah

memberikan kasih sayang dan semangat yang luar biasa.

2. Kakak-Kakakku dan Diego Arizona yang selalu

memberikan perhatian.

3. Seluruh staf dan dosen pengajar Program Studi Psikologi

UNS.

4. Sahabat-sahabat

5. Almamaterku

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Perbedaan Psychological Well-Being Ditinjau dari Dukungan Sosial

pada Remaja Tunarungu yang Dibesarkan dalam Lingkungan Asrama SLB-

B di Kota Wonosobo” dengan baik dan lancar.

Penulis menyelesaikan skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta tahun 2011.

Dalam proses penyusunan Skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifintadnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang

memberikan kebijakan kepada peneliti untuk menyelesaikan studi.

2. Drs. H. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian skripsi.

3. Dra. Suci Murti Karini, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan arahan,

bimbingan, dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi

ini.

4. Rin Widya Agustin, M.Psi., selaku Koordinator Skripsi sekaligus dosen

pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dengan sabar memberikan

bimbingan, masukan, dan ilmu yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi

ini, serta terimakasih untuk semangat dan motivasi yang telah ibu berikan

selama proses penyusunan skripsi.

5. Dra. Salmah Lilik, M.Si. yang telah berkenan menjadi dosen penguji I dan

memberikan masukan serta semangat bagi penyelesaian skripsi ini.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si. yang telah berkenan menjadi dosen

penguji II dan memberi masukan yang bermanfaat bagi penyelesaian

skripsi ini.

7. H. Arista Adi Nugroho, S.Psi., M.M., selaku pembimbing akademik, yang

telah memberikan motivasi dan arahan selama penulis menempuh studi di

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

8. Br. Marcellinus, S.Pd. selaku Kepala Lembaga Pendidikan Anak

Tunarungu (LPATR) Don Bosco dan Chatarina Mariyah, S.Pd. selaku

Kepala LPATR Dena Upakara yang telah memberi izin dan

mempermudah Peneliti dalam melaksanakan penelitian.

9. Adik-adik Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Don Bosco

dan Dena Upakara yang dengan senang hati membantu penulis dalam

pengambilan data.

10. Bapakku tersayang di surga, Alm. Sukarno, yang selalu mengingatkan

penulis akan arti kehidupan, sehingga dapat bersemangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Ibuku tersayang di surga, Almh. Suparni, yang begitu melekat dalam hati

penulis, menjadi semangat penulis untuk selalu maju. Pesan-pesan beliau

sungguh menguatkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kakak-kakakku, Toto Sutomo, Toto Sarjono, Dyana Widyasri, dan Yuni

Endah yang telah memberikan bantuan moral dan material dalam

penyusunan skripsi ini.

13. Spesial ucapan terima kasih untuk Diego Arizona tersayang yang telah

memberikan kasih sayang, semangat, nasihat, perhatian, dan doa untuk

keberhasilan penulis, serta selalu berada di samping penulis sehingga lebih

kuat menjalani kehidupan.

14. Teman-temanku tersayang, Adhisty Anindita Ferani, Artika Kumala Dewi,

Ayu Yulita, Farah Rizkiana Novianti, Ihdiati Kuswidyas Rini, Jessica

Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan

Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

bantuannya serta menerima penulis dengan segala kelebihan dan

kekurangannya.

15. Teman seperjuangan penulis angkatan 2007 Psikologi UNS, terima kasih

untuk dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini. Semoga sukses

untuk semuanya.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan karena adanya

keterbatasan. Semoga Allah SWT memberikan karunia yang melimpah

kepada kita semua. Amin

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam

penyusunan Skripsi ini. Namun, penulis telah berusaha secara maksimal. Untuk

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan pendidikan.

Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini berguna bagi penulis

maupun semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

ABSTRAK

PERBEDAAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DITINJAU DARIDUKUNGAN SOSIAL PADA REMAJA TUNARUNGU YANG

DIBESARKAN DALAM LINGKUNGAN ASRAMASLB-B DI KOTA WONOSOBO

Ratna WidyastutikProgram Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Berbagai kesulitan karena keterbatasan pendengaran maupun kesulitan-kesulitan masa remaja dihadapi remaja tunarungu mengarahkan pada kondisiketertekanan. Dukungan sosial sangat membantu remaja tunarungu untukmenghadapi kesulitan tersebut dan membangun kondisi psychological well-being.Melihat adanya korelasi antara dukungan sosial dengan psychological well-being,maka tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bentuk dukungan sosial yangefektif untuk membangun psychological well-being pada remaja tunarungu.Perbedaan bentuk dukungan yang paling banyak diterima oleh remaja tunarunguakan mengarahkan pada psychological well-being yang berbeda pula.

Populasi penelitian ini ialah remaja tunarungu Lembaga Pendidikan AnakTunarungu Don Bosco dan Dena Upakara, Wonosobo, masing-masing sebanyak62 dan 58 siswa. Sampel diambil dengan kriteria Remaja dengan usia 13-18tahun, laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan baca dan tulis, sertamemiliki kecerdasan normal atau di atas rata-rata. Teknik pengambilan sampelmenggunakan purposive sampling. Seluruh populasi masuk ke dalam kriteria yangdibutuhkan oleh peneliti. Pengumpulan data menggunakan skala psychologicalwell-being dan skala dukungan sosial. Teknik analisis data yang digunakan ialahanalisis varians klasifikasi satu arah (One Way Anova).

Hasil analisis dengan menggunakan teknik One Way Anava diperoleh Fhitung (11,478 ) > F tabel (2,725) serta taraf sigifikansi 0,000 < 0,05. Dari hasilanalisis tersebut, maka dapat dikemukakan ada perbedaan yang sangat signifikanpsychological well-being ditinjau dari bentuk dukungan sosial pada remajarunarungu. Selain itu, hasil analisis deskriptif menunjukkan adanya perbedaanrata-rata psychological well-being ditinjau dari dukungan sosial. Rata-ratapsychological well-being tertinggi berada pada bentuk dukungan emosional danterendah berada pada bentuk dukungan instrumental.

Kata kunci: psychological well-being, dukungan sosial, remaja tunarungu

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF PSYCHOLOGICAL WELL-BEING VIEWEDFROM THE SOCIAL SUPPORT ON DEAF ADOLESCENT GROWN IN

SLB-B BOARDING SCHOOL IN WONOSOBO

Ratna WidyastutikPsychology of Medical Faculty of Sebelas Maret University

Deaf adolescent deals with many kinds of difficulties in their lifetime. Allthe disabilities suffered by the deaf adolescent are caused by less hearing powerand the difficulties faced along the process of development. Sosial supportstrongly helps deaf adolescent deal with all those difficulties and builds up thecondition of psychological well being. Regarding the relationship between socialsupport and psychological well being, the purpose of this research is to find outthe effective type of social support to build up psychological well being on deafadolescent. Different type of support mostly accepted by deaf adolescent will leadto the different “psychological well being” as well.

The population of this research is deaf adolescents in Lembaga PendidikanAnak Tunarungu Don Bosco and Dena Upakara, Wonosobo, each of them is 62and 58 students. The sample is taken and characterized by the adolescent with therange of age from 13 up to 18 years old, male and female, having capability ofreading and writing, and having normal intelligence or above the average.Purposive sampling is used in this research. All populations include in thecriterion needed by the researcer. Psychological well being and sosial supportscale are used for data collecting. One Way Anova is used for data analysistechnique.

Analysis result with One Way Anava technique resulted F count (11.478)> F table (2.725) and the significance level is 0.000 < 0.05. The analysis resultindicates that there is a very significant difference of psychological well beingobserved from the type of social support on deaf adolescent. Moreover, thedescriptive analysis result indicates the difference in average of psychologicalwell being viewed from the social support. In average, emotional support is thehighest degree of psychological well being, while instrumental support is lowestthe one.

Key words: psychological well-being, social support, deaf adolescent

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

KATA PENGANTAR................................................................................. vii

ABSTRAK................................................................................................... x

ABSTRACT.................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 8

C. Tujuan Penelitian................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Psychological Well-Being ...................................................... 11

1. Pengertian Psychological Well-Being .............................. 11

2. Aspek-Aspek Psychological Well-Being.......................... 13

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological

Well-Being ...................................................................... 17

B. Dukungan Sosial.................................................................... 21

1. Pengertian Dukungan Sosial............................................ 21

2. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial..................................... 23

3. Fungsi Dukungan Sosial.................................................. 27

4. Sumber-Sumber Dukungan Sosial ................................... 28

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Remaja Tunarungu................................................................. 30

1. Pengertian Tunarungu ..................................................... 30

2. Klasifikasi Tunarungu ..................................................... 31

3. Perkembangan Remaja Tunarungu .................................. 33

4. Masalah-Masalah dan Dampak Ketunarunguan ............... 38

D. Perbedaan Psychological Well-Being Ditinjau dari Dukungan

Sosial pada Remaja Tunarungu .............................................. 42

E. Kerangka Pemikiran .............................................................. 46

F. Hipotesis................................................................................ 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 47

B. Definisi operasional Variabel Penelitian ................................ 47

C. Populasi, Sampel, dan Sampling ............................................ 49

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 50

1. Sumber Data ................................................................... 50

2. Metode Pengumpulan Data.............................................. 51

E. Validitas dan Reliabilitas........................................................ 55

1. Uji Validitas dan Daya Beda Aitem................................. 55

2. Uji Reliabilitas ................................................................ 55

F. Teknik Analisis Data.............................................................. 56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian ......................................................... 57

1. Orientasi Kancah Penelitian ............................................ 57

2. Persiapan Alat Ukur ........................................................ 63

3. Pelaksanaan Uji Coba...................................................... 64

4. Analisis Daya Beda Aitem dan Reliabilitas...................... 65

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian dengan

Nomor Urut Baru ............................................................ 69

B. Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 71

1. Penentuan Subjek Penelitian............................................ 71

2. Pengumpulan Data .......................................................... 71

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

3. Pelaksanaan Skoring ....................................................... 72

C. Analisis Data.................................................................... 72

1. Uji Asumsi ...................................................................... 72

2. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 75

3. Hasil Analisis Deskriptif ................................................. 76

D. Pembahasan ..................................................................... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...................................................................... 85

B. Saran................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 88

LAMPIRAN ................................................................................................ 91

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada

Skala Psychological Well-Being dan Dukungan Sosial.................. 51

Tabel 2. Blue-print Skala Psychological Well-Being.................................... 53

Tabel 3. Blue-print Skala Dukungan Sosial.................................................. 54

Tabel 4. Jumlah Siswa, Guru, dan Pengasuh Lembaga Pendidikan

Anak Tunarungu (LPATR) Don Bosco dan Dena Upakara

Tahun Ajaran 2010/2011................................................................ 62

Tabel 5. Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Psychological

Well-Being Setelah Uji Coba.......................................................... 66

Tabel 6. Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan Sosial

Setelah Uji Coba............................................................................. 69

Tabel 7. Distribusi Butir Aitem Skala Psychological Well-Being

Setelah Uji Coba............................................................................. 70

Tabel 8. Distribusi Butir Aitem Skala Dukungan Sosial

Setelah Uji Coba............................................................................. 71

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas....................................................................... 73

Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas.................................................................... 74

Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis.......................................................................... 75

Tabel 12. Statistik Deskriptif Psychological Well-Being

Ditinjau dari Dukungan Sosial........................................................ 76

Tabel 13. Kategori Skala Psychological Well-Being pada Bentuk

Dukungan Sosial.............................................................................. 77

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perbedaan Psychological Well-Being Ditinjau

dari Dukungan Sosial......................................................................... 46

Gambar 2. Diagram Mean Skor Psychological Well-Being Berdasarkan

Dukungan Sosial................................................................................ 79

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Alat Ukur Penelitian

1. Skala Psychological Well-Being...................................... 92

2. Skala Dukungan Sosial..................................................... 93

Lampiran B Data Diri Siswa Peserta Uji Coba Skala

1. Siswa LPATR Don Bosco................................................ 97

2. Siswa LPATR Dena Upakara........................................... 98

Lampiran C Uji Validitas Dan Reliabilitas Aitem

1. Skala Psychological Well-Being...................................... 99

2. Skala Dukungan Sosial..................................................... 101

Lampiran D Data Diri Siswa Peserta Penelitian

1. Siswa LPATR Don Bosco................................................ 105

2. Siswa LPATR Dena Upakara........................................... 106

Lampiran E Analisis Data Penelitian

1. Uji Normalitas.................................................................. 108

2. Uji Homogenitas ............................................................. 108

3. Uji Hipotesis ANOVA..................................................... 108

4. Hasil Analisis Deskriptif ................................................. 109

Lampiran F Surat Izin Penelitian dan Surat Bukti Penelitian ................. 110

Lampiran G Dokumentasi Penelitian ....................................................... 114

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu mendambakan dirinya dapat memanfaatkan berbagai

potensi yang dimiliki dan sarana yang tersedia, sehingga mampu memahami

dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri, serta dapat

merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Berbeda dengan mereka yang mengalami cacat, baik fisik, psikologis, kognitif,

atau sosial, terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan

potensinya secara maksimal (Mangunsong, 1998). Begitu pula dengan anak

tunarungu, mereka mengalami hambatan dalam melakukan tugas perkembangan,

seperti dalam berinteraksi dengan teman sebayanya baik di lingkungan sekolah

ataupun di lingkungan masyarakat.

Kesulitan dalam berinteraksi menjadi gangguan yang bermakna, mendasar,

dan besar pada remaja tunarungu. Gejolak jiwa yang tidak menentu dalam

mencari identitas dirinya membuat mereka mengalami krisis yang lebih kompleks

dibanding dengan remaja normal lainnya. Kemiskinan bahasa membuat mereka

tidak mampu menjalin hubungan sosial, sehingga pemenuhan kebutuhan sosial

yang besar untuk mendapatkan perhatian dan dukungan orang di sekitarnya

menjadi terhambat. Kurangnya hubungan positif dengan orang tua menyebabkan

kesulitan dalam pengungkapan perasaan positif dan negatif, yang menghambat

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

perkembangan kompetensi sosial. Begitu pula hubungan dengan teman sebaya,

penolakan atau pengabaian dari teman sebaya menyebabkan munculnya perasaan

kesepian atau permusuhan (Desmita, 2007).

Remaja normal maupun remaja tunarungu dengan segala keterbatasannya,

sama-sama memiliki potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan untuk

mencapai suatu keseimbangan, keserasian dalam menempuh hidup untuk

berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan di rumah, sekolah maupun

masyarakat. Potensi-potensi yang dimiliki dapat dikembangkan seoptimal

mungkin dalam rangka mempersiapkan hidupnya di masa mendatang dengan

penuh ketenangan dan kebahagiaan (Jon, 2010).

Kondisi di atas sering dikenal dengan istilah psychological well-being

yang berarti pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang, dimana individu

tersebut dapat menerima kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya,

menciptakan hubungan positif dengan orang lain yang ada di sekitarnya, memiliki

kemampuan untuk mengambil keputusan dan mandiri, mampu dan berkompetensi

untuk mengatur lingkungan, memiliki tujuan hidup dan merasa mampu untuk

melalui tahapan perkembangan dalam kehidupannya (Ryff, 1989).

Pencapaian psychological well-being tersebut berhubungan dengan

pemberian dukungan sosial. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ekasofia (2009) pada orang dengan HIV/AIDS, hasil analisis data penelitian

diperoleh nilai korelasi antara dukungan sosial dengan psychological well-being

sebesar 0,819 dan probabilitas signifikansi (p) sebesar 0,000. Selain itu juga

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Citra (2010) pada siswa Sekolah

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Menengah Atas Diponegoro Tulungagung. Hasil analisis dari data penelitian

diperoleh nilai korelasi antara dukungan sosial dengan psychological well-being

sebesar 0,868 dengan p 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi

positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan psychological well being.

Artinya, bila seseorang mendapatkan dukungan sosial yang cukup, maka akan

meningkatkan pula psychological well being.

Hal di atas senada dengan apa yang dialami oleh siswi tunarungu di

Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Dena Upakara, Wonosobo.

Keterbatasan fisik bukan halangan untuk berkreasi. Mereka menggelar

pertunjukkan sendratari Ramayana dalam Pesta 70 Tahun Dena Upakara di aula

sekolah setempat. Siswa yang tidak memiliki pendengaran normal itu mampu

menari sesuai alur cerita secara apik (Lis, 2008). Berkat dukungan orang di

sekitarnya mereka mampu menampilkan sesuatu yang mengagumkan,

menjadikan kekurangan sebagai kelebihan yang dapat dikembangkan, dan

mampu mengaktualisasikan dirinya.

Remaja tunarungu membutuhkan banyak dukungan, bimbingan, dan

bantuan dari orang yang ada di sekitarnya, terutama bagi orang tuanya. Orang tua

tentunya menjadi pihak yang berperan utama dalam menentukan perkembangan

fisik, mental, intelektual, dan emosional remaja tunarungu. Pemberian cinta dan

kasih sayang, stimulasi perkembangan, dan pemenuhan kebutuhan dasar pangan,

sandang, papan, dan kesehatan merupakan fondasi kehidupan bagi remaja

tunarungu dan menjadi modal utama rasa aman, terlebih ketika mereka

mengeksplor dunianya (Purnamawati, 2008).

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Pada kenyataanya tidak semua orang tua dapat memahami apa yang harus

dilakukan terhadap anaknya yang memiliki kebutuhan khusus dan seringkali

banyak yang tidak menginginkan keadaan mereka, sehingga orang tua banyak

yang menitipkan ke dalam lembaga yang berkompeten dalam menangani

kebutuhan anak khusus. Hal tersebut memperkuat pernyataan Susi (2010), guru

SLB-B Surakarta sekaligus ibu asrama yang membina anak didiknya. Menurutnya

banyak orang tua lebih percaya dengan menitipkan anaknya di asrama sekolah,

karena mereka beranggapan remaja tunarungu dapat berkembang lebih baik secara

psikis maupun fisiknya. Orang tua seringkali merasa kurang memiliki

pengetahuan dalam mengasuh anak, sehingga mereka terkesan pasrah dan

seutuhnya percaya menyerahkan pada pihak sekolah.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 32 ayat (1), yang berbunyi: “Pendidikan Khusus merupakan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti

proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” Pendidikan pada SLB-B telah

dirancang khusus untuk remaja-remaja tunarungu. Remaja tunarungu harus tetap

mengenyam pendidikan dengan segala keterbatasannya tersebut. Tujuannya agar

remaja-remaja tersebut mampu mengembangkan pengetahuan sikap dan

keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat sehingga mampu hidup

mandiri dan mengadakan interaksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya.

Pendidikan di SLB-B selain menyediakan pendidikan formal yaitu sekolah

seperti halnya TK, SD, SMP, dan SMA di sekolah umum, juga menyediakan

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pendidikan nonformal, yakni fasilitas asrama (Nurkolis, dalam Diajie, 2009).

Program pendidikan di asrama ini antara lain pembinaan diri dan pribadi, yang

menyangkut keterampilan bergaul atau berinteraksi dengan orang lain,

pengembangan sosioemosional, sampai dengan pembinaan kemandirian,

penerimaan individu terhadap diri, dan penguasaan terhadap lingkungan sekitar.

Bagi remaja asrama, lingkungan asrama merupakan lingkungan utama

yang dikenalnya, sehingga merupakan sumber dukungan sosial yang utama bagi

remaja. Dukungan sosial tersebut remaja tunarungu dapatkan dari pengasuh dan

teman-teman sesama penghuni asrama. Remaja tunarungu yang tinggal di asrama

berkembang dengan bimbingan dan perhatian pengasuh yang berfungsi sebagai

pengganti orang tua. Hurlock (2004) mengatakan bahwa dukungan sosial dari

teman sebaya, berupa perasaan senasib menjadikan adanya hubungan saling

mengerti dan memahami masalah masing-masing, saling memberi nasihat,

simpati, yang tidak didapat dari orang tuanya sekalipun.

Dukungan sosial kurang bisa secara maksimal diberikan pada remaja

asrama disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah rasio jumlah remaja

asuh dengan pengasuh sangat tidak seimbang, remaja tunarungu yang jumlahnya

sangat banyak tentu menghambat pemberian dukungan sosial secara individu.

Padahal pada kenyataannya menurut Rutter (dalam Mussen, dkk., 1989) bahwa

remaja yang tumbuh di lingkungan asrama lebih tergantung, lebih banyak

membutuhkan perhatian dari orang dewasa dan lebih mengganggu di sekolah

dibandingkan remaja yang dirawat di rumah. Perbandingan antara jumlah

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

pengasuh dan remaja asuh yang tidak seimbang menyebabkan remaja kurang

merasakan perhatian, kasih sayang dan bimbingan.

Selain dukungan sosial yang berasal dari pengasuh, Mussen, dkk. (1989)

menambahkan bahwa remaja di asrama juga mendapat dukungan sosial dari

teman-temannya sesama penghuni asrama. Dukungan sosial dari teman-teman di

asrama juga terbentur oleh beberapa hal. Teman-teman yang berada di lingkungan

asrama kurang bisa saling memberi dukungan sosial disebabkan karena sama-

sama membutuhkan perhatian lebih, sehingga sulit sekali untuk bisa saling

memberi bimbingan positif.

Dukungan sosial yang diterima oleh individu sangat beragam dan

tergantung pada keadaannya (Smet, 1994). Dukungan emosional lebih terasa dan

dibutuhkan jika diberikan pada orang yang sedang mengalami musibah atau

kesulitan. Sama halnya dengan remaja tunarungu di asrama yang mengalami

kesulitan dalam menjalin relasi dengan orang lain di lingkungannya. Dukungan

dari orang-orang terdekat berupa kesediaan untuk mendengarkan keluhan remaja

akan membawa efek positif yaitu sebagai pelepasan emosi dan mengurangi

kecemasan. Dukungan penghargaan dapat dijadikan semangat bagi remaja untuk

tetap maju dan mengembangkan diri agar tidak selalu menyesali keadaannya.

Misalnya, memberi pujian bila remaja melakukan sesuatu yang baik. Dukungan

ini mengembangkan harga diri pada yang menerimanya. Dukungan instrumental

bagi remaja di asrama dapat berupa penyediaan sarana dan pelayanan yang dapat

memperlancar dan memudahkan perilaku remaja dalam segala aktivitasnya.

Dukungan informasi membuat remaja merasa mendapat nasihat, petunjuk atau

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

umpan balik agar dapat membatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluar

untuk memecahkan masalahnya (Smet, 1994).

Seperti yang dialami oleh seorang siswa Lembaga Pendidikan Anak

Tunarungu (LPATR) Don Bosco yang bernama Dian Arifin. Dia memenangi

juara I lomba tenis meja pada Porseni siswa berkebutuhan khusus se-Eks

Karesidenan Kedu di Wonosobo (Muharno, 2010). Dukungan instrumental

berupa sarana olah raga yang tersedia di sekolah dan asrama merupakan hal

penting yang membuatnya mampu meraih prestasi dibandingkan dengan

dukungan yang lain.

Lain halnya dengan siswi bernama Ida Okta yang tinggal di asrama

Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Dena Upakara Wonosobo, yang

mengaku kesepian karena jarang dikunjungi oleh orang tuanya. Dukungan

emosional dari pengasuh dan teman sebaya berupa kesediaan mendengarkan keluh

kesah, memberikan perhatian, dan empati terhadapnya menjadi sesuatu yang

bermakna dibanding dengan dukungan yang lain dalam mencapai kebahagiaan

dalam hidupnya.

Melihat adanya korelasi antara dukungan sosial dengan psychological

well-being (Cohen dan Syme, dalam Calhoun dan Accocella, 1990), maka tiap

bentuk dukungan sosial pun juga berkaitan dengan psychological well-being.

Menurut Smet (1994), bentuk dukungan yang diterima dan lebih diperlukan

remaja tunarungu tergantung pada situasi-situasi yang dihadapi individu tersebut.

Oleh karena itu, remaja tunarungu satu dengan yang lain berbeda dalam menerima

bentuk dukungan sosial dalam mencapai psychological well-being-nya.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Melalui penelitian ini, lebih lanjut penulis ingin mengetahui bentuk

dukungan sosial yang efektif untuk membangun psychological well-being pada

remaja tunarungu, sebab pada hakikatnya dukungan berupa emosional,

penghargaan, instrumental, dan informasi sama-sama menjadi cara yang efektif

dalam membangun psychological well-being. Perbedaan bentuk dukungan yang

paling banyak diterima oleh remaja tunarungu akan mengarahkan pada

psychological well-being yang berbeda pula.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengadakan penelitian berjudul

“Perbedaan Psychological Well-Being Ditinjau dari Dukungan Sosial pada

Remaja Tunarungu yang Dibesarkan dalam Lingkungan Asrama SLB-B di Kota

Wonosobo.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

“Apakah terdapat perbedaan psychological well-being ditinjau dari

dukungan sosial yang meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dan dukungan informatif pada remaja tunarungu yang

dibesarkan dalam lingkungan asrama SLB-B di kota Wonosobo?”

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbedaan

psychological well-being ditinjau dari dukungan sosial yang meliputi dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan

informatif pada remaja tunarungu yang dibesarkan dalam lingkungan asrama

SLB-B di kota Wonosobo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini terbagi menjadi dua,

yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan ilmiah dalam bidang-bidang psikologi, khususnya Psikologi

Pendidikan dan Psikologis Sosial, yakni memberikan sumbangan tentang

pentingnya pemberian dukungan sosial yang akan membangun psychological

well-being pada remaja tunarungu yang dibesarkan dalam lingkungan asrama.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi remaja tunarungu, diharapkan dapat saling memberikan dukungan

dengan orang-orang di sekolah dan asrama, sehingga akan tercipta suatu

keseimbangan, keserasian dalam menempuh hidup untuk berinteraksi

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dengan lingkungan, baik lingkungan di rumah, sekolah maupun

masyarakat.

b) Bagi pihak yang terkait dengan remaja tunarungu, diharapkan mampu

memberikan dukungan sosial kepada remaja tunarungu sesuai situasi dan

kondisi. Dukungan sosial yang diterima remaja tunarungu dapat menjadi

salah satu upaya mempersiapkan hidupnya di masa mendatang dengan

penuh ketenangan dan kebahagiaan.

c) Bagi sekolah yang bersangkutan, dapat digunakan sebagai pertimbangan

dalam menyusun program pendidikan, khususnya di asrama, berkaitan

dengan dukungan sosial yang dapat membangun psychological well-

being pada remaja tunarungu.

d) Bagi peneliti yang lain, dapat digunakan sebagai referensi untuk meneliti

hal yang sama terkait dengan dukungan sosial yang dapat membangun

psychological well-being pada remaja tunarungu.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Psychological Well-Being

1. Pengertian Psychological Well-Being

Menurut Ryff (1989), psychological well-being merupakan istilah

yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu

berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologi positif (positive

psychological functioning). Ryff (1989) menjelaskan bahwa psychological

well-being sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang,

dimana individu tersebut dapat menerima kekuatan dan kelemahan yang ada

pada dirinya, menciptakan hubungan positif dengan orang lain yang ada di

sekitarnya, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan mandiri,

mampu dan berkompetensi untuk mengatur lingkungan, memiliki tujuan

hidup, dan merasa mampu untuk melalui tahapan perkembangan dalam

kehidupannya.

Ryff dan Singer (1996) menyebutkan bahwa tingkat kesejahteraan

psikologis yang tinggi menunjukkan individu memiliki hubungan yang baik

dengan lingkungan di sekitarnya, memiliki kepercayaan diri yang baik, dapat

membangun hubungan personal yang baik dengan orang lain, dan

menunjukkan bahwa individu memiliki tujuan pribadi dan tujuan dalam

pekerjaannnya. Menurut Warr (dalam Suryawidjaja,1998), psychological

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

well-being adalah suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan

individu mengenai aktivitas-aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari.

Psychological well-being berhubungan dengan kepuasan pribadi,

engagement, harapan, rasa syukur, stabilitas suasana hati, pemaknaan

terhadap diri sendiri, harga diri, kegembiraan, kepuasan dan optimisme,

termasuk juga mengenali kekuatan dan mengembangkan bakat dan minat

yang dimiliki. Psychological well-being memimpin individu untuk menjadi

kreatif dan memahami apa yang sedang dilakukannya (Bartram dan Boniwell,

2007).

Hurlock (1994) menyebutkan kebahagiaan adalah keadaan sejahtera

(well being) dan kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang

timbul bila kebutuhan dan harapan individu terpenuhi. Alston dan Dudley

(dalam Hurlock, 1994) menambahkan bahwa kepuasan hidup merupakan

kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya, yang

disertai tingkat kegembiraan.

Dari beberapa pengertian psychological well-being yang dikemukakan

oleh beberapa tokoh di atas, simpulan psychological well-being dalam

penelitian ini mengacu pada pendapat Ryff (1989) yang berarti mengarah

pada kondisi individu yang mampu menghadapi berbagai hal yang dapat

memicu permasalahan dalam kehidupannya, mampu melalui periode sulit

dalam kehidupan dengan mengandalkan kemampuan yang ada dalam dirinya

dan menjalankan fungsi psikologi positif yang ada dalam dirinya, sehingga

individu tersebut merasakan adanya kesejahteraan batin dalam hidupnya.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Aspek-Aspek Psychological Well-Being

Menurut Ryff (1989), pondasi untuk diperolehnya psychological well-

being adalah individu yang secara psikologis dapat berfungsi secara positif

(positive psychological functioning). Komponen individu yang mempunyai

fungsi psikologis yang positif yaitu:

a. Penerimaan diri (self-acceptance)

Aspek ini merupakan ciri utama kesehatan mental dan juga

sebagai karakteristik utama dalam aktualisasi diri, berfungsi optimal, dan

kematangan. Penerimaan diri yang baik ditandai dengan kemampuan

menerima diri apa adanya. Kemampuan tersebut memungkinkan

seseorang untuk bersikap positif terhadap diri sendiri dan kehidupan yang

dijalani. Hal tersebut menurut Ryff (1989) menandakan psychological

well-being yang tinggi. Individu yang memiliki tingkat penerimaan diri

yang baik ditandai dengan bersikap positif terhadap diri sendiri,

mengakui dan menerima berbagai aspek yang ada dalam dirinya, baik

positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap masa

lalu. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang memiliki tingkat

penerimaan diri yang kurang baik yang memunculkan perasaan tidak

puas terhadap diri sendiri, merasa kecewa dengan pengalaman masa lalu,

dan mempunyai pengharapan untuk tidak menjadi dirinya saat ini.

b. Hubungan positif dengan sesama (positive relations with others)

Aspek ini berulangkali ditekankan sebagai aspek yang penting

dalam konsep psychological well-being. Ryff menekankan pentingnya

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menjalin hubungan saling percaya dan hangat dengan orang lain. Aspek

ini juga menekankan adanya kemampuan yang merupakan salah satu

komponen kesehatan mental yaitu kemampuan untuk mencintai orang

lain. Individu yang tinggi atau baik dalam aspek ini ditandai dengan

adanya hubungan yang hangat, memuaskan dan saling percaya dengan

orang lain. Ia juga mempunyai rasa afeksi dan empati yang kuat.

Sebaliknya, individu yang hanya mempunyai sedikit hubungan dengan

orang lain, sulit bersikap hangat dan enggan untuk mempunyai ikatan

dengan orang lain, menandakan bahwa ia kurang baik dalam aspek ini.

c. Otonomi (autonomy)

Aspek otonomi menjelaskan mengenai kemandirian, kemampuan

untuk menentukan diri sendiri, dan kemampuan untuk mengatur tingkah

laku. Seseorang yang mampu untuk menolak tekanan sosial, berpikir dan

bertingkah laku dengan cara-cara tertentu, serta dapat mengevaluasi diri

sendiri dengan standar personal, hal ini menandakan bahwa ia baik dalam

aspek ini. Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam aspek otonomi

akan memperhatikan harapan dan evaluasi dari orang lain, membuat

keputusan berdasarkan penilaian orang lain, dan cenderung bersikap

konformis.

d. Pengusaan terhadap lingkungan (environmental mastery)

Individu dengan psychological well-being yang baik memiliki

kemampuan untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai

dengan kondisi fisik dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kemampuan dalam menghadapi kejadian-kejadian di luar dirinya. Hal

inilah yang dimaksud dalam aspek ini mampu memanipulasi keadaan

sehingga sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi yang dianutnya

dan mampu untuk mengembangkan diri secara kreatif melalui aktivitas

fisik maupun mental. Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam aspek

ini akan menampakkan ketidakmampuan untuk mengatur kehidupan

sehari-hari, dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungan luar.

e. Tujuan hidup (purpose in life)

Aspek ini menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk

mencapai tujuan dalam hidup. Seseorang yang mempunyai rasa

keterarahan dalam hidup, mempunyai perasaan bahwa kehidupan saat ini

dan masa lalu mempunyai keberartian, memegang kepercayaan yang

memberikan tujuan hidup, dan mempunyai target yang ingin dicapai

dalam hidup, maka ia dapat dikatakan mempunyai aspek tujuan hidup

yang baik. Sebaliknya, seseorang yang kurang baik dalam aspek ini

mempunyai perasaan bahwa tidak ada tujuan yang ingin dicapai dalam

hidup, tidak melihat adanya manfaat dalam masa lalu kehidupannya, dan

tidak mempunyai kepercayaan yang dapat membuat hidup lebih berarti.

f. Pertumbuhan pribadi (personal growth)

Aspek pertumbuhan pribadi menjelaskan mengenai kemampuan

individu untuk mengembangkan potensi dalam diri dan berkembang

sebagai seorang manusia. Aspek ini dibutuhkan oleh individu agar dapat

optimal dalam berfungsi secara psikologis. Salah satu hal penting dalam

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

aspek ini adalah adanya kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri,

misalnya dengan keterbukaan terhadap pengalaman. Seseorang yang baik

dalam aspek ini mempunyai perasaan untuk terus berkembang, melihat

diri sendiri sebagai sesuatu yang bertumbuh, menyadari potensi yang

terdapat di dalam dirinya, dan mampu melihat peningkatan dalam diri

dan tingkah laku dari waktu ke waktu. Sebaliknya, seseorang yang

kurang baik dalam aspek ini akan menampilkan ketidakmampuan untuk

mengembangkan sikap dan tingkah laku baru, mempunyai perasaan

bahwa ia adalah seorang pribadi yang stagnan, dan tidak tertarik dengan

kehidupan yang dijalani.

Hurlock (1994) menjelaskan bahwa ada beberapa esensi mengenai

kebahagiaan atau keadaan sejahtera (well being), kenikmatan atau kepuasan,

antara lain:

a. Sikap menerima (acceptance)

Sikap menerima orang lain dipengaruhi oleh sikap menerima diri

yang timbul dari penyesuaian pribadi maupun penyesuaian sosial yang

baik. Shaver dan Freedman (dalam Hurlock, 1994) lebih lanjut

menjelaskan bahwa kebahagiaan banyak bergantung pada sikap

menerima dan menikmati keadaan orang lain dan apa yang dimilikinya.

b. Kasih sayang (affection)

Cinta atau kasih sayang merupakan hasil normal dari sikap

diterima oleh orang lain. Semakin diterima baik oleh orang lain, semakin

banyak diharapkan cinta yang dapat diperoleh dari orang lain. Kurangnya

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

cinta atau kasih sayang memiliki pengaruh yang besar terhadap

kebahagiaan seseorang.

c. Prestasi (achievement)

Prestasi berhubungan dengan tercapainya tujuan seseorang.

Apabila tujuan ini secara tidak realistis tinggi, maka akan timbul

kegagalan dan yang bersangkutan akan merasa tidak puas dan tidak

bahagia.

Aspek-aspek psychological well-being yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Ryff (1989), yang

meliputi penerimaan diri, hubungan positif terhadap sesama, otonomi,

penguasaan terhadap lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being

Menurut Ryff dan Singer (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan psikologis (psychological well-being), antara lain:

a. Usia

Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa penelitian yang

dilakukan Ryff (1989; Ryff & Keyes 1995; Ryff & Singer 1996),

penguasaan lingkungan dan kemandirian menunjukkan peningkatan

seiring perbandingan usia (usia 25-39, usia 40-59, usia 60-74). Tujuan

hidup dan pertumbuhan pribadi secara jelas menunjukkan penurunan

seiring bertambahnya usia. Skor aspek penerimaan diri, hubungan positif

dengan orang lain secara signifikan bervariasi berdasarkan usia.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Jenis kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa penelitian yang

dilakukan Ryff (1989; Ryff 1995; Ryff & Singer 1996), faktor jenis

kelamin menunjukkan perbedaan yang signifikan pada aspek hubungan

positif dengan orang lain dan aspek pertumbuhan pribadi. Dari

keseluruhan perbandingan usia (usia 25-39, usia 40-59, usia 60-74),

wanita menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada pria. Sementara

aspek psychological well-being yang lain yaitu penerimaan diri,

kemandirian, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan pribadi tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan.

c. Tingkat pendidikan dan pekerjaan

Status pekerjaan yang tinggi atau tingginya tingkat pendidikan

seseorang menunjukkan bahwa individu memiliki faktor pengaman

(uang, ilmu, keahlian) dalam hidupnya untuk menghadapi masalah,

tekanan, dan tantangan (Ryff dan Singer, 1996). Hal ini dapat terkait

dengan kesulitan ekonomi, dimana kesulitan ekonomi menyebabkan

sulitnya individu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga

menyebabkan menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-

being).

d. Latar belakang budaya

Menurut Sugianto (2000), perbedaan budaya Barat dan Timur

juga memberikan pengaruh yang berbeda. Aspek yang lebih berorientasi

pada diri (seperti aspek penerimaan diri dan kemandirian) lebih menonjol

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dalam konteks budaya Barat, sedangkan aspek yang berorientasi pada

orang lain (seperti hubungan positif dengan orang lain) lebih menonjol

pada budaya Timur.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Schmutte dan Ryff (1997)

menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

psikologis (psychological well-being), antara lain:

a. Kepribadian

Apabila individu memiliki kepribadian yang mengarah pada sifat-

sifat negatif seperti mudah marah, mudah stres, mudah terpengaruh dan

cenderung labil akan menyebabkan terbentuknya keadaan psychological

well-being yang rendah. Sebaliknya, apabila individu memiliki

kepribadian yang baik, maka individu akan lebih bahagia dan sejahtera

karena mampu melewati tantangan dalam kehidupannya.

b. Pekerjaan

Pekerjaan yang sifatnya rentan terhadap korupsi, iklim organisasi

yang tidak mendukung dan pekerjaan yang tidak disenangi akan

menyebabkan terbentuknya keadaan psychological well-being yang

rendah, begitu pula sebaliknya.

c. Kesehatan dan fungsi fisik

Individu yang mengalami gangguan kesehatan dan fungsi fisik

yang tidak optimal atau terganggu dapat menyebabkan rendahnya

psychological well-being individu tersebut. Sebaliknya, apabila individu

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

memiliki kesehatan dan fungsi fisik yang baik, akan memiliki

psychological well-being yang tinggi.

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi psychological well-being

antara lain sebagai berikut:

a. Religiusitas

Penelitian Ellison (dalam Taylor, 1995) menyebutkan bahwa

agama mampu meningkatkan psychological well-being dalam diri

seseorang. Hasil penelitian Ellison menunjukkan bahwa individu yang

memiliki kepercayaan terhadap agama yang kuat, dilaporkan memiliki

kepuasan hidup yang lebih tinggi, kebahagiaan personal yang lebih

tinggi, serta mengalami dampak negatif peristiwa traumatis yang lebih

rendah jika dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki

kepercayaan terhadap agama yang kuat. Penilitian yang dilakukan

Amawidyati dan Utami (2007) mendukung penelitian Ellison, dimana

hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan

antara religiusitas dan psychological well-being.

b. Dukungan sosial

Cohen dan Syme (dalam Calhoun dan Accocella, 1990)

menyebutkan bahwa dukungan sosial dapat berkaitan erat dengan

psychological well-being. Dukungan sosial diperoleh dari orang-orang

yang berinteraksi dan dekat secara emosional dengan individu. Orang

yang memberikan dukungan sosial ini disebut sebagai sumber dukungan

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sosial. Bagaimana sumber dukungan sosial ini penting, karena akan

mempengaruhi psychological well-being seseorang.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi psychological well being meliputi usia, jenis kelamin,

kelas sosial (terkait pekerjaan, jenis kerja, status kerja dan tingkat

pendidikan), latar belakang budaya, kepribadian, kesehatan dan fungsi fisik,

religiusitas serta dukungan sosial.

B. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Effendi dan Tjahjono (1999) dukungan sosial merupakan

transaksi interpersonal yang ditujukan dengan memberi bantuan kepada

individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang berarti bagi individu

yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan penting dalam memelihara

keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan, sehingga menimbulkan

pengaruh positif yang dapat mengurangi gangguan psikologis.

Dukungan sosial bukan sekedar pemberian bantuan, tetapi yang

penting adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan

tersebut. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang

diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat

bantuan bagi dirinya karena sesuatu yang aktual dan memberikan kepuasan.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Taylor (1995) mendefinisikan dukungan sosial sebagai adanya

informasi dari orang lain, bahwa seseorang dicintai, dijaga, dan dihargai, ia

adalah bagian dari suatu jaringan sosial tertentu dan terlibat di dalamnya.

Menurut Safarino (1990) sesuatu dikatakan sebagai dukungan sosial ketika

seseorang memiliki persepsi yang positif atas dukungan itu dan merasa

nyaman atas segala bentuk perhatian, penghargaan, dan bantuan yang

diterimanya.

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Gottlieb (dalam

Armstrong, dkk., 2005) bahwa dukungan sosial dipandang sebagai

ketersediaan informasi atau nasihat, baik verbal maupun non-verbal, bantuan

benda (materi), ataupun tindakan yang dilakukan oleh pasangan sosial yang

mana ketersediaan tersebut mampu memberikan dampak yang positif

terhadap penerimanya, baik perubahan secara emosi ataupun perubahan

perilaku penerima dukungan tersebut.

Seseorang yang memiliki dukungan sosial percaya bahwa mereka

dicintai dan diperhatikan, dihargai dan bernilai, mereka adalah bagian dari

jaringan sosial tertentu, sebagai anggota dari suatu komunitas atau jaringan

tertentu, bahwa ia memiliki seseorang yang dapat menyediakan bantuan,

pelayanan, dan mempertahankan dirinya ketika ia membutuhkan atau pada

saat-saat yang berbahaya (Cobb, dalam Safarino, 1990).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

adalah bentuk pertolongan yang berupa ketersediaan informasi atau nasihat,

baik verbal maupun non-verbal, bantuan benda (materi), ataupun tindakan

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

yang dilakukan oleh pasangan sosial atau orang yang dicintai oleh individu

yang bersangkutan. Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan tujuan

individu yang mengalami masalah merasa diperhatikan, mendapat dukungan,

dihargai dan dicintai.

2. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial

House (dalam Smet, 1994) membedakan empat bentuk atau tipe dari

dukungan sosial, yaitu :

a. Dukungan emosional

Bentuk ini menekankan pada dukungan yang bersifat afektif,

mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap

individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan

diperhatikan (Taylor, 1995). Seseorang yang sedang mengalami stres

sering mengalami gangguan psikologis, seperti depresi, kesedihan,

kecemasan, dan penurunan self-esteem. Kehangatan dan kasih sayang

dapat membantu seseorang melewati masa-masa stres dengan lebih

percaya diri.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat positif

untuk orang tersebut, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan

gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang tersebut

dengan orang lain. Pemberian dukungan ini membantu individu untuk

melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

keadaan orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri,

membentuk kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai dan

berguna saat individu mengalami tekanan. Dukungan ini mampu

meningkatkan kompetensi sehingga seseorang dapat menilai kemampuan

dirinya dalam menghadapi stres (Taylor, 1995).

c. Dukungan instrumental

Bentuk ini mengacu pada bantuan nyata yang berupa materi,

seperti misalnya uang, benda, pelayanan, ataupun bantuan fisik yang lain.

Dukingan instrumental adalah dukungan yang diberikan secara langsung,

seperti ketika seseorang memberikan pinjaman uang kepada orang yang

membutuhkan, atau membantu orang tersebut dengan memberikan

pekerjaan (Smet, 1994).

d. Dukungan informatif

Dukungan informatif menekankan pada dukungan yang bersifat

informatif, yaitu berupa informasi mengenai stresor (Taylor, 1995).

Dukungan ini dapat berupa pemberian saran, nasihat, bimbingan, ataupun

pengarahan atas apa yang akan dilakukan seseorang. Dukungan informasi

dapat membantu seseorang memahami situasi dengan lebih baik, seperti

seberapa berbahayanya suatu permasalahan, sehingga seseorang mampu

menganalisa dan mencari alternatif strategi penyelesaian masalah yang

paling baik (Taylor, 1995).

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Selain itu, Sarafino (1997) menyampaikan lima bentuk dukungan

sosial, antara lain:

a. Dukungan emosional

Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional

merupakan ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan

didengarkan. Kesediaan untuk mendengarkan keluhan seseorang akan

memberikan dampak positif sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi

kecemasan, membuat individu merasa nyaman, tenteram, diperhatikan,

serta dicintai saat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan yang

positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan

atau perasaan individu, dan perbandingan positif individu dengan

individu lain, seperti misalnya perbandingan dengan orang-orang yang

kurang mampu atau lebih buruk keadaannya. Hal seperti ini dapat

menambah penghargaan diri. Melalui interaksi dengan orang lain,

individu akan dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinannya

dengan membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan perilaku orang

lain.

c. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini mencakup bantuan langsung, dapat berupa

jasa, waktu, atau uang. Misalnya pinjaman uang bagi individu atau

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pemberian pekerjaan saat individu mengalami stres. Dukungan ini

membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya.

d. Dukungan informatif

Dukungan informatif mencakup pemberian nasihat, petunjuk-

petunjuk, saran-saran, informasi, atau umpan balik. Dukungan ini

membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas

wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.

Informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan dan

memecahkan masalah secara praktis. Dukungan informatif ini juga

membantu individu mengambil keputusan karena mencakup mekanisme

penyediaan informasi, pemberian nasihat, dan petunjuk.

e. Dukungan jaringan sosial

Dukungan ini mencakup perasaan keanggotaan dalam kelompok.

Dukungan jaringan sosial merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu

kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial.

Berdasarkan bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah disampaikan

oleh beberapa ahli di atas, maka yang akan digunakan dalam pengukuran

dukungan sosial adalah bentuk dukungan sosial menurut House (dalam Smet,

1994), yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dan dukungan informatif.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3. Fungsi Dukungan Sosial

Menurut Maquire (dalam Proctor, dkk., 1990) dukungan sosial

mampu menyediakan lima fungsi, yaitu:

a. Dukungan sosial mampu membangun sense of self. Identitas seseorang

dibentuk dan diperkuat oleh orang-orang yang berhubungan dengannya,

yaitu mengenai bagaimana posisinya dalam suatu jaringan sosial

sehingga seseorang mampu bertindak sesuai perannya.

b. Dukungan sosial mampu memberikan feedback yang positif, sehingga

mampu meningkatkan self-esteem. Feedback yang positif mampu

membuat seseorang mempersepsi adanya harapan yang positif atas

penyelesaian suatu permasalahan.

c. Dukungan sosial mampu melindungi seseorang dari stres. Seseorang

dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi akan lebih mampu mengatasi

stres daripada seseorang yang memiliki dukungan sosial yang rendah.

Adanya perasaan bahwa seseorang didukung dan dipedulikan mampu

menurunkan dampak negatif stresor.

d. Dukungan sosial mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan

memberikan bantuan material. Dukungan sosial mampu membuat

seseorang memahami suatu permasalahan secara lebih objektif,

membantu mencarikan jalan keluar yang tepat atas permasalahan,

melindungi seseorang dari stres, dan meningkatkan efektivitas intervensi

ahli.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

e. Dukungan sosial memberikan kesempatan pada seseorang untuk lebih

bersosialisasi dan mengembangkan keterampilan sosial yang lain, seperti

komunikasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

memiliki beberapa fungsi atau manfaat yang dapat membantu individu

menghadapi berbagai permasalahan ataupun untuk mengembangkan potensi-

potensi positif dalam diri individu. Fungsi-fungsi dukungan sosial tersebut

antara lain dukungan sosial mampu membentuk identitas diri, memberikan

feedback yang positif terhadap individu, melindungi diri dari stres,

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan membantu secara materi serta

mengembangkan keterampilan seseorang.

4. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Menurut Taylor (1995) dan Safarino (1990) dukungan sosial dapat

berasal dari banyak sumber, antara lain dari orang tua, pasangan hidup atau

seseorang yang dicintai, keluarga, teman, rekan kerja, ahli profesi seperti

dokter, komunitas atau instansi tertentu seperti sekolah, gereja atau rumah

sakit, dan bahkan hewan peliharaan.

Thoiths (1995) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan

sumber coping utama ketika seseorang menghadapi stres, yaitu ketika

seseorang menerima sesuatu dari significant others-nya (seperti keluarga,

teman sejawat, dan lain-lain) untuk mereduksi stressor ataupun untuk

meregulasi dampak negatif yang diakibatkan stressor tersebut. Menurut

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

House dan Khan (1989), para significant others tersebut dapat menyediakan

bantuan instrumental, informasi, atau bantuan emosi.

Seseorang yang memiliki pasangan hidup, keluarga, ataupun teman

yang mampu memberikan dukungan sosial terbukti memiliki kualitas

kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada orang-orang yang tidak

mendapatkan dukungan sosial (Cohen dan Syme, 1985). Dukungan yang

diberikan oleh pasangan, teman, dan ahli profesional mampu mempengaruhi

dampak dari perilaku abnormal remaja terhadap stres yang dialami ibu yang

memiliki remaja autis, Down Syndrome, Cerebral Palsy dan berbagai

abnormalitas yang lain (Plant dan Sanders, 2007).

Orang yang menikah memiliki tingkat kepuasan hidup yang baik

daripada orang yang lajang (Lachman dan Weaver, 1997). Pernikahan dan

kehidupan keluarga merupakan sumber terkuat kebahagiaan, diikuti oleh

persahabatan, walaupun hal tersebut berbeda pada tiap tahapan usia. Pada

usia remaja, persahabatan merupakan sumber terkuat kebahagiaan yang

kemudian diikuti oleh hubungan keluarga. Dengan adanya teman, seseorang

menikmati aktivitas yang disukai bersama-sama. Selain itu, hubungan ini

dapat berkembang menjadi supportif relationship. Dukungan yang diberikan

oleh pasangan mempengaruhi kualitas pengasuhan ibu dan adaptasi keluarga,

baik pada keluarga yang memiliki remaja normal maupun remaja yang

memiliki abnormalitas (Bristol, 1988).

Berdasarkan uraian di atas, maka dukungan sosial yang diterima

individu dapat diperoleh dari anggota keluarga, pasangan hidup, teman

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

sebaya dan organisasi kemasyarakatan yang diikuti. Dalam penelitian ini,

sumber-sumber dukungan sosial bagi remaja di asrama dapat diperoleh dari

pengasuh dan teman sebaya di asrama.

C. Remaja Tunarungu

1. Pengertian Tunarungu

Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati, 2007) mengemukakan

bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan

tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf)

dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang indera

pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat, sehingga

pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah

mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih

dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan

alat bantu dengar (hearing aids).

Selain itu, Mufti Salim (dalam Sutjihati, 2007) menyimpulkan bahwa

remaja tunarungu adalah remaja yang mengalami kekurangan atau kehilangan

kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak

berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia mengalami

hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan

pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian

(hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan

pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Klasifikasi Tunarungu

Menurut Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati, 2007), terdapat

beberapa pembagian ketunarunguan, yaitu:

a. Klasifikasi secara etiologis

Yaitu pembagian berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini

penyebab ketunarunguan ada beberapa faktor, yaitu:

1. Pada saat sebelum dilahirkan

a. Salah satu atau kedua orang tua remaja menderita tuarungu atau

mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya

dominant genes, recesive gen, dan lain-lain.

b. Karena penyakit; sewaktu ibu mengandung terserang suatu

penyakit, terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat

kehamilan tri-semester pertama yaitu pada saat pembentukan

ruang telinga. Penyakit itu adalah rubella, moribili, dan lain-

lain.

c. Karena keracunan obat-obatan; pada suatu kehamilan, ibu

meminum obat-obatan terlalu banyak, ibu seorang pecandu

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran remajanya,

sehingga ia meminum obat penggugur kandungan, hal ini akan

dapat menyebabkan ketunarunguan pada remaja yang

dilahirkan.

2. Pada saat kelahiran

a. Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga

persalinan dibantu dengan penyedotan (tang).

b. Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.

3. Pada saat setelah kelahiran (post-natal)

a. Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak

(meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lain-

lain.

b. Pemakaian obat-obatan ototoksi pada remaja-remaja.

c. Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat

pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.

b. Klasifikasi menurut tarafnya

Klasifikasi menurut tarafnya dapat diketahui dengan tes

audiometris. Untuk kepentingan pendidikan ketunarunguan

diklasifikasikan sebagai berikut:

Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati, 2007) mengemukakan:

1. Tingkat I, kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54

dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan

mendengar secara khusus.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2. Tingkat II, kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69

dB, penderita kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah

secara khusus, dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan

berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.

3. Tingkat III, kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89

dB.

4. Tingkat IV, kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.

Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian.

Dalam kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara,

mendengar berbahasa, dan memerlukan pelayanan pendidikan secara

khusus. Remaja yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III

dan IV pada hakikatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

3. Perkembangan Remaja Tunarungu

Remaja atau adolescene berasal dari bahasa Latin adolescere yang

berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2006). Santrock

(2003) mengartikan remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan

transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan

biologis, kognitif, serta sosial-emosional yang terjadi berkisar dari

perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak sampai pada

kemandirian. Masa peralihan itu banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan

dalam penyesuaian terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan sosial. Hal

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

ini dikarenakan remaja merasa bukan kanak-kanak lagi tetapi juga belum

dewasa dan remaja ingin diperlakukan sebagai orang dewasa (Hurlock, 1994).

Usia remaja biasanya disebut juga dengan usia belasan. Remaja adalah

mereka yang berumur 13-16 tahun (remaja awal), 17-18 tahun (remaja akhir)

(Hurlock, 2006). Usia belasan tahun lebih populer dalam mengelompokkan

usia remaja, namun sebenarnya remaja yang lebih tua yaitu sampai usia 21

tahun masih dianggap usia belasan tahun atau remaja (Hurlock, 2006). Monks

dkk. (2004) menambahkan masa remaja secara global berlangsung antara

umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja

awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah

masa remaja akhir.

Di bawah ini, ada beberapa perkembangan remaja tunarungu yang

dipengaruhi oleh kekurangan pendengaran yang dimiliki (Sutjihati, 2007).

a. Pengaruh Pendengaran pada Perkembangan Bicara dan Bahasa

Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman

pendengaran. Akibatnya terbatasnya ketajaman pendengaran, remaja

tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada

remaja tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa

meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual.

Selanjutnya, dalam perkembangan bicara dan bahasa, remaja tunarungu

memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan

kemampuan dan taraf ketunarunguannya.

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Perkembangan kemampuan bahasa dan komunikasi remaja

tunarungu terutama yang tergolong tunarungu total tentu tidak mungkin

untuk sampai pada penguasaan bahasa melalui pendengarannya,

melainkan harus melalui penglihatannya dan memanfaatkan sisa

pendengarannya. Oleh sebab itu, komunikasi bagi remaja tunarungu

mempergunakan segala aspek yang ada pada dirinya.

Adapun berbagai media komunikasi yang dapat digunakan

sebagai berikut:

1) Bagi remaja tunarungu yang mampu bicara, tetap menggunakan

bicara sebagai media dan membaca ujaran sebagai sarana

penerimaan dari pihak remaja tunarungu.

2) Menggunakan media tulisan dan membaca sebagai sarana

penerimaannya.

3) Menggunakan isyarat sebagai media.

b. Perkembangan Kognitif Remaja Tunarungu

Pada umunya, inteligensi remaja tunarungu secara potensial sama

dengan remaja normal, tetapi secara fungsional perkembangannya

dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya, keterbatasan

informasi, dan daya abstraksi remaja. Akibatnya ketunarunguan

menghambat proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas. Dengan

demikian perkembangan inteligensi secara fungsional terhambat.

Perkembangan kognitif remaja tunarungu sangat dipengaruhi oleh

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa akan

menghambat perkembangan inteligensi pada remaja tunarungu.

Kerendahan inteligensi remaja tunarungu bukan berasal dari

hambatan intelektualnya yang rendah melainkan secara umum karena

inteligensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang. Pemberian

bimbingan yang teratur terutama dalam kecakapan berbahasa akan dapat

membantu perkembangan inteligensi remaja tunarungu. Tidak semua

aspek inteligensi remaja tunarungu terhambat. Aspek inteligensi yang

terhambat perkembangannya ialah yang bersifat verbal, misalnya

merumuskan pengertian menghubungkan, menarik kesimpulan, dan

meramalkan kejadian.

Aspek inteligensi yang bersumber dari penglihatan dan yang

berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan tetapi justru

berkembang lebih cepat Cruickshank yang dikutip oleh Yuke R. Siregar

(dalam Sutjihati, 2007) mengemukakan bahwa remaja-remaja tunarungu

sering memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang

tampak terbelakang. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh derajat

gangguan pendengaran yang dialami remaja, tetapi juga tergantung pada

potensi kecerdasan yang dimiliki, rangsangan mental, serta dorongan dari

lingkungan luar yang memberikan kesempatan bagi remaja untuk

mengembangkan kecerdasan itu.

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

c. Perkembangan Emosi Remaja Tunarungu

Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali

menyebabkan remaja tunarungu menafsirkan sesuatu secara negatif atau

salah dan ini sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada

emosinya itu dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan

menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau sebaliknya

menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan.

Emosi remaja tunarungu selalu bergolak di satu pihak karena

kemiskinan bahasanya dan di pihak lain karena pengaruh dari luar yang

diterimanya. Remaja tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak

dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.

d. Perkembangan Sosial Remaja Tunarungu

Faktor sosial dan budaya meliputi pengertian yang sangat luas,

yaitu lingkungan hidup di mana remaja berinteraksi yaitu interaksi antara

individu dengan individu, dengan kelompok , keluarga, dan masyarakat.

Untuk kepentingan remaja tunarungu, seluruh anggota keluarga, guru,

dan masyarakat di sekitarnya hendaknya berusaha mempelajari dan

memahami keadaan mereka karena hal tersebut dapat menghambat

perkembangan kepribadian yang negatif pada diri remaja tunarungu.

Remaja tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena

menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal ini

akan membingungkan remaja tunarungu. Remaja tunarungu sering

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia

sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-macam.

Hubungan sosial banyak ditentukan oleh komunikasi antara

seseorang dengan orang lain. Kesulitan komunikasi tidak dapat dihindari.

Namun bagi remaja tunarungu tidaklah demikian karena remaja ini

mengalami hambatan dalam berbicara. Kemiskinan bahasa membuat dia

tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya. Sebaliknya,

orang lain akan sulit memahami perasaan dan pikirannya.

e. Perkembangan Perilaku Remaja Tunarungu

Perkembangan kepribadian banyak ditentukan oleh hubungan

antara remaja dan orang tua terutama ibunya. Lebih-lebih pada masa

awal perkembangannya. Perkembangan kepribadian terjadi dalam

pergaulan atau perluasan pengalaman pada umumnya dan diarahkan pada

faktor remaja sendiri. Pertemuan antara faktor-faktor dalam diri remaja

tunarungu, yaitu ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran,

kemiskinan berbahasa, ketidaktetapan emosi, dan keterbatasan inteligensi

dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadapnya menghambat

perkembangan kepribadiannya.

4. Masalah-Masalah dan Dampak Ketunarunguan

Menurut Sutjihati (2007), terdapat beberapa masalah yang akan

dihadapi dan dampak yang akan diterima oleh remaja tunarungu karena

keterbatasan dalam pendengarannya, yaitu:

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

a. Bagi Remaja Tunarungu Sendiri

Sehubungan dengan karakteristik remaja tunarungu yaitu miskin

dalam kosakata, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartikan

kata-kata yang mengandung kiasan, adanya gangguan bicara, maka hal-

hal itu merupakan sumber masalah pokok bagi remaja tersebut.

b. Bagi Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai

pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan remaja terutama

remaja luar biasa. Remaja ini mengalami hambatan, sehingga mereka

akan sulit menerima norma lingkungannya. Berhasil tidaknya remaja

tunarungu melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada bimbingan dan

pengaruh keluarga. Tidaklah mudah bagi orang tua untuk menerima

kenyataan bahwa remajanya menderita kelainan atau cacat. Reaksi

pertama saat orang tua mengetahui bahwa remajanya menderita

tunarungu adalah merasa terpukul dan bingung. Reaksi-reaksi yang

tampak biasanya dapat dibedakan atas bermacam-macam pola, yaitu:

1) Timbulnya rasa bersalah atau berdosa.

2) Orang tua menghadapi cacat anaknya dengan perasaan kecewa

karena tidak memenuhi harapannya.

3) Orang tua malu menghadapi kenyataan bahwa anaknya berbeda dari

anak-anak lain.

4) Orang tua menerima anaknya berserta keadaannya sebagaimana

mestinya.

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Sikap orang tua sangat tergantung pada reaksinya terhadap

kelainan remajanya itu. Sebagai reaksi dari orang tua atas sikap-sikapnya

itu, maka:

1) Orang tua ingin menembus dosa dengan jalan mencurahkan kasih

sayangnya secara berlebih-lebihan pada anaknya.

2) Orang tua biasanya menolak kehadiran anaknya.

3) Orang tua cenderung menyembunyikan anaknya atau menahannya di

rumah.

4) Orang tua bersikap realistis terhadap anaknya.

Sikap-sikap orang tua ini mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap perkembangan kepribadian remaja. Sikap-sikap yang kurang

mendukung keadaan itu tentu saja akan menghambat perkembangan

remaja, misalnya dengan melindunginya atau dengan mengabaikannya.

c. Bagi Masyarakat

Pada umumnya orang masih berpendapat bahwa remaja

tunarungu tidak dapat berbuat apapun. Pandangan yang semacan ini

sangat merugikan remaja tunarungu. Karena adanya pandangan ini

biasanya dapat kita lihat sulitnya remaja tunarungu untuk memperoleh

lapangan pekerjaan. Disamping pandangan karena ketidakmampuannya

tadi, ia sulit untuk bersaing dengan orang normal.

Kesulitan memperoleh pekerjaan di masyarakat mengakibatkan

timbulnya kecemasan, baik dari remaja itu sendiri maupun dari

keluarganya, sehingga lembaga pendidikan dianggap tidak dapat berbuat

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

sesuatu karena remaja tidak dapat bekerja sebagaimana biasanya. Oleh

karena itu, masyarakat hendaknya dapat memperhatikan kemampuan

yang dimiliki remaja tunarungu walaupun hanya merupakan sebagian

kecil dari pekerjaan yang telah lazim dilakukan oleh orang normal.

d. Bagi Penyelenggara Pendidikan

Perhatian akan kebutuhan pendidikan bagi remaja tunarungu

tidaklah dapat dikatakan kurang karena terbukti bahwa remaja tunarungu

telah banyak mengikuti pendidikan sepanjang lembaga pendidikan itu

dapat dijangkaunya.

Persoalan baru yang perlu mendapat perhatian jika remaja

tunarungu tetap saja harus sekolah pada sekolah khusus (SLB) adalah

jika remaja-remaja tunarungu itu tempat tinggalnya jauh dari SLB, maka

tentu saja mereka tidak akan dapat bersekolah. Usaha lain muncul dengan

didirikannya asrama disamping sekolah khusus itu. Rupanya usaha itu

tidak dapat diandalkan sebagai satu-satunya cara untuk menyekolahkan

mereka.

Usaha lainnya yang mungkin akan dapat mendorong remaja

tunarungu dapat bersekolah dengan cepat adalah mereka mengikuti

pendidikan pada sekolah normal/biasa dan disediakan program-program

khusus bila mereka tidak mampu mempelajari bahan pelajaran seperti

remaja normal.

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

D. Perbedaan Psychological Well-Being Ditinjau dari

Dukungan Sosial pada Remaja Tunarungu

Setiap remaja tunarungu pada umumnya mengharapkan agar

keberadaannya dapat diterima dengan baik dalam lingkungan masyarakatnya.

Remaja yang menderita tunarungu biasanya mengalami hambatan di dalam

melakukan tugas perkembangannya (Mangunsong, 1998), misalnya berinteraksi

dengan teman sebaya, memainkan peran sosial dalam masyarakat, menerima

keadaan fisik yang tidak sempurna dibanding orang yang normal, dan

mempersiapkan perkawinan dengan lawan jenis dalam membentuk sebuah

keluarga serta berusaha mencapai kemandirian emosional menjadi orang tua dan

dewasa lainnya. Remaja yang tunarungu akan merasa sangat malu, berkecil hati,

merasa tidak memiliki tujuan hidup yang secara otomatis akan mempengaruhi

pada keadaan psikologisnya.

Remaja tunarungu juga menginginkan suatu harapan untuk berhasil akan

masa depannya seperti orang normal lainnya yang mempunyai kesempatan untuk

berhasil. Kekurangan neurologis tidaklah menjadi hambatan jika remaja

tunarungu mempunyai sikap yang berorientasi ke depan. Ketika individu memiliki

tujuan hidup dan semangat yang tinggi secara nyata mereka dapat meraih masa

depan yang diinginkan (Hurlock, 1994).

Kondisi individu yang mampu menghadapi berbagai hal yang dapat

memicu permasalahan dalam kehidupannya, mampu melalui periode sulit dalam

kehidupan dengan mengandalkan kemampuan yang ada dalam dirinya dan

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

menjalankan fungsi psikologi positif yang ada dalam dirinya, sehingga individu

tersebut merasakan adanya kepuasan dan kesejahteraan batin dalam hidupnya

sering dikenal dengan istilah psychological well-being (Ryff, 1989).

Kondisi psychological well-being dapat ditandai dengan kemampuan

menerima diri apa adanya. Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 2006) salah satu

tugas perkembangan yang harus diselesaikan selama masa remaja adalah

menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif. Hal inilah yang

dapat menjadi hambatan bagi remaja tunarungu dan harus dicapai agar mampu

berkembang secara positif. Ryff (1989) juga menekankan pentingnya menjalin

hubungan saling percaya dan hangat dengan orang lain. Remaja tunarungu yang

baik dalam hubungan dengan orang lain, termasuk terhadap pengasuh maupun

teman sebaya, ditandai dengan adanya hubungan yang hangat, memuaskan dan

saling percaya dengan orang lain. Ia juga mempunyai rasa afeksi dan empati yang

kuat. Begitu pula dengan remaja tunarungu yang mampu untuk menolak tekanan

sosial dari lingkungan di sekitarnya, berpikir dan bertingkah laku dengan cara-

cara tertentu, serta dapat mengevaluasi diri sendiri, menandakan bahwa ia baik

dalam kemandirian atau otonomi.

Selain di atas, remaja tunarungu yang mampu untuk memanipulasi

keadaan, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi yang dianutnya

dan mampu untuk mengembangkan diri secara kreatif menandakan dirinya

mampu menguasai lingkungan secara baik. Sejalan dengan remaja tunarungu yang

mempunyai tujuan hidup yang baik ditandai dengan adanya rasa keterarahan

dalam hidup, mempunyai perasaan bahwa kehidupan saat ini dan masa lalu

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

mempunyai keberartian, memegang kepercayaan yang memberikan tujuan hidup,

dan mempunyai target yang ingin dicapai dalam hidup. Remaja tunarungu yang

baik dalam pertumbuhan pribadi mempunyai perasaan untuk terus berkembang,

melihat diri sendiri sebagai sesuatu yang bertumbuh, menyadari potensi yang

terdapat di dalam dirinya, dan mampu melihat peningkatan dalam diri dan tingkah

laku dari waktu ke waktu (Ryff, 1989).

Cohen dan Syme (dalam Calhoun dan Accocella, 1990) menyebutkan

bahwa dukungan sosial dapat berkaitan erat dengan psychological well-being.

Menurut Sarafino (2006), dukungan emosional melibatkan ekspresi empati,

perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan

emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan

mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan

bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian dan rasa aman. Banyak

para ahli yang berpendapat bahwa dukungan emosional ini merupakan bentuk

dukungan yang paling penting terhadap kesejahteraan maupun kesehatan individu.

Dukungan penghargaan dapat dijadikan semangat bagi remaja untuk tetap

maju, menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, dan bersikap positif

terhadap diri serta lingkungannya (Smet, 1994). Misalnya, memberi pujian bila

remaja melakukan sesuatu yang baik. Dukungan ini mengembangkan harga diri

pada yang menerimanya. Bagi remaja tunarungu yang berprestasi, dukungan

penghargaan ini penting untuk meningkatkan rasa optimis di dalam kompetisi.

Dukungan instrumental berperan dalam menghadapi situasi stress, dapat

membantu meringankan beban individu sehingga mereka dapat memenuhi

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

tanggung jawab atas perannya sehari-hari tanpa selalu membutuhkan bantuan

orang lain atau mandiri (Sarafino, 2006). Bagi remaja di panti asuhan dapat

berupa penyediaan sarana dan pelayanan yang dapat memperlancar dan

memudahkan perilaku remaja dalam segala aktivitasnya, seperti fasilitas

perpustakaan yang menunjang kesenangannya membaca buku.

Menurut Orford (1992), dukungan informasi diberikan dalam bentuk

saran, nasihat, dan umpan balik mengenai cara menghadapi atau memecahkan

masalah yang ada, sehingga membuat remaja merasa memiliki kemampuan untuk

menghadapi permasalahan hidup dan menjalani kehidupannya dengan baik

meskipun memiliki keterbatasan dalam pendengaran. Informasi mendalam tentang

kondisi di sekitar membuat remaja tunarungu lebih siap menghadapi masa depan

dan mencapai tujuan hidupnya.

Bentuk dukungan sosial ini diterima oleh remaja tunarungu dalam porsi

yang berbeda-beda tergantung pada situasi-situasi yang dihadapi remaja

tunarungu (Smet, 1994). Melihat adanya hubungan dukungan sosial dengan

psychological well-being, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk dukungan

sosial yang paling sering diterima akan mengarahkan pada kondisi atau tingkat

psychological well-being tertentu.

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

DukunganEmosional

Dukungan Sosial

DukunganPenghargaan

DukunganInstrumental

DukunganInformasi

Perbedaan

Psychological

Well-Being

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.

Kerangka Pikir Perbedaan Psychological Well-Being Ditinjau dari

Dukungan Sosial

Perbedaan bentuk dukungan sosial yang diterima dimungkinkan

mengarahkan pada kondisi psychological well-being yang berbeda pula.

F. Hipotesis

Berdasarkan pada uraian landasan teori di atas, dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut:

“Terdapat perbedaan psychological well-being ditinjau dari dukungan sosial,

yang meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dan dukungan informatif pada remaja tunarungu yang dibesarkan

dalam lingkungan asrama SLB-B di kota Wonosobo.”

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel tergantung : Psychological Well-Being

2. Variabel bebas : Dukungan Sosial

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Psychological Well-Being

Psychological well-being merupakan kondisi individu yang mampu

menghadapi berbagai hal yang dapat memicu permasalahan dalam

kehidupannya, mampu melalui periode sulit dalam kehidupan dengan

mengandalkan kemampuan yang ada dalam dirinya dan menjalankan fungsi

psikologi positif yang ada dalam dirinya, sehingga individu tersebut

merasakan adanya kepuasan dan kesejahteraan batin dalam hidupnya.

Psychological well-being diukur dengan Skala Psychological Well-

Being yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dinyatakan oleh Ryff

(dalam Keyes, 1995), terdiri dari enam aspek, yang meliputi aspek

penerimaan individu terhadap dirinya, merupakan aspek yang berkaitan

dengan kemampuan menerima diri apa adanya; aspek hubungan positif

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dengan sesama, menunjukkan kemampuan untuk mencintai orang lain; aspek

kemampuan untuk bersifat otonom, menjelaskan mengenai kemampuan untuk

menentukan diri sendiri; aspek kemampuan individu untuk menguasai

lingkungan, ditandai dengan kemampuan untuk memilih dan menciptakan

lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisik dirinya; aspek tujuan individu

dalam hidup, ditunjukkan dengan kemampuan individu untuk mencapai

tujuan dalam hidup; dan aspek pertumbuhan pribadi, aspek ini ditandai

dengan adanya kemampuan individu untuk mengembangkan potensi dalam

diri dan berkembang sebagai seorang manusia. Semakin tinggi skor yang

didapatkan skala psychological well-being, maka semakin tinggi pula

psychological well-being seseorang, begitu pula sebaliknya.

2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan bentuk pertolongan yang berupa

ketersediaan informasi atau nasihat, baik verbal maupun non-verbal, bantuan

benda (materi), ataupun tindakan yang dilakukan oleh pasangan sosial atau

orang yang dicintai oleh individu yang bersangkutan. Bantuan atau

pertolongan ini diberikan dengan tujuan individu yang mengalami masalah

merasa diperhatikan, mendapat dukungan, dihargai dan dicintai.

Dukungan sosial diukur dengan Skala Dukungan Sosial yang disusun

berdasarkan bentuk-bentuk dukungan sosial yang dikemukakan oleh House

(dalam Smet, 1994), yaitu bentuk dukungan emosional, menekankan pada

dukungan yang bersifat afektif, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

perhatian terhadap individu; bentuk dukungan penghargaan, bentuk ini terjadi

lewat ungkapan hormat positif untuk orang tersebut, dorongan untuk maju

atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan

positif orang tersebut dengan orang lain; bentuk dukungan instrumental,

mengacu pada bantuan nyata yang berupa materi, seperti misalnya uang,

benda, pelayanan, ataupun bantuan fisik yang lain; dan bentuk dukungan

informatif, bentuk ini dapat berupa pemberian saran, nasihat, bimbingan,

ataupun pengarahan atas apa yang akan dilakukan seseorang. Rata-rata atau

mean tertinggi pada salah satu bentuk dukungan sosial menunjukkan bentuk

dukungan sosial yang lebih banyak diterima oleh seseorang.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah remaja tunarungu yang

dibesarkan dalam lingkungan asrama SLB-B di Kota Wonosobo, yaitu di

Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Don Bosco dengan jumlah

remaja tunarungu sebanyak 62 orang dan LPATR Dena Upakara dengan jumlah

remaja tunarungu sebanyak 58 orang.

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja tunarungu yang dibesarkan

dalam lingkungan asrama SLB-B di Kota Wonosobo yang dipilih berdasarkan

pertimbangan peneliti yang menganggap bahwa unsur-unsur yang dikehendaki

telah ada dalam subjek. Subjek penelitian diambil dengan karakter sebagai

berikut:

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

1. Remaja, dengan batasan usia 13 sampai 18 tahun

2. Pria dan wanita

3. Memiliki kemampuan baca dan tulis

4. Memiliki taraf inteligensi normal atau di atas rata-rata

Teknik pengambilan sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, yang memiliki pengertian bahwa sampel ditentukan melalui

pertimbangan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti terhadap

subjek yang sesuai dengan tujuan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh

sebuah data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data,

yakni berupa:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek

penelitian dan data utama dalam penelitian. Data penelitian ini diperoleh

langsung dari remaja-remaja tunarungu yang dibesarkan dalam lingkungan

asrama SLB-B di kota Wonosobo yang menjadi sampel penelitian. Data

tersebut berupa respons atau tanggapan atas pertanyaan yang diajukan

peneliti dalam skala penelitian, baik skala psychological well-being dan

dukungan sosial.

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari

tempat penelitian, yakni berupa dokumentasi ketika pengumpulan data dan

informasi tentang profil sekolah, biodata siswa, termasuk data inteligensi.

2. Metode Pengumpulan Data

Skala psychological well-being dan dukungan sosial yang digunakan

dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh penulis dan diberikan secara langsung

kepada remaja tunarungu.

Penyusunan aitem-aitem dalam skala psychological well-being dan

dukungan sosial dikelompokkan menjadi aitem favorable dan unfavorable

yang menggunakan tipe pilihan, yaitu subyek diminta untuk memilih salah

satu dari empat alternatif jawaban yang sudah disediakan, yaitu sangat sesuai

(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).

Berikut adalah cara penyekoran skala psychological well-being dan

dukungan sosial.

Tabel 1.

Penilaian Pernyataan Favorable dan Unfavorable

pada Skala Psychological Well-Being dan Dukungan Sosial

Kategori Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat sesuai 4 1Sesuai 3 2

Tidak sesuai 2 3

Sangat Tidak sesuai 1 4

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka pada

penelitian ini digunakan dua macam skala yaitu :

1. Skala Psychological Well-Being

Skala psychological well-being disusun berdasarkan aspek-aspek

psychological well-being yang dinyatakan oleh Ryff (dalam Keyes,

1995), terdiri dari aspek penerimaan diri, hubungan positif dengan

sesama, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan dalam hidup, dan

pertumbuhan pribadi.

Skala psychological well-being berjumlah 42 aitem yang terdiri

dari dua kelompok aitem yang berbentuk favorabel dan unfavorabel.

Tinggi rendahnya psychological well-being ditentukan oleh skor yang

diperoleh. Berikut adalah susunan aitem skala psychological well-being.

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 2.

Blue-print Skala Psychological Well-Being

Konsep No Aspek-Aspek

IndikatorNomor Aitem

JumlahF U

Kondisi dimanaindividu mampumenghadapi berbagaihal yang dapatmemicupermasalahan dalamkehidupannya,mampu melaluiperiode sulit dalamkehidupan denganmengandalkankemampuan yang adadalam dirinya danmenjalankan fungsipsikologi positif yangada dalam dirinya

1. Penerimaandiri

1. Bersikap positif terhadapdiri sendiri

1 7

72. Mengakui dan menerima

kekurangan 13 19

3. Berinteraksi dengan oranglain dan menerima kritikansecara objektif

25, 37 31

2. Hubunganpositifdengansesama

1. Saling percaya denganorang lain

2, 14 8

72. Mempunyai rasa

afeksi/kasih sayang26 20

3. Ikut merasakan apa yangdirasakan orang lain

38 32

3. Otonomi 1. Tidak bergantung padaorang lain

3, 15 `9

72. Membuat keputusan

berdasarkan pemikiransendiri

27 21

3. Mengevaluasi diri sendiri 39 334. Penguasaan

terhadaplingkungan

1. Mampu melakukanpekerjaan dengan baik 4 10

72. Mampu bersikap terbuka

dengan lingkungan 16, 28 22

3. Mampu mengembangkankondisi yang baik

40 34

5. Tujuandalam hidup

1. Mempunyai rasaketerarahan dalam hidup 5, 17 11, 23

72. Mempunyai target dalam

hidup29 35, 41

6. Pertumbuhanpribadi

1. Mempunyai perasaan terusberkembang

6 12

72. Menyadari potensi di dalam

diri18, 30 24

3. Melakukan peningkatandalam diri dan tingkah laku 42 36

Total 23 19 42

2. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial terdiri atas aitem-aitem yang mencakup

bentuk-bentuk dukungan sosial, seperti yang dinyatakan oleh House

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

(dalam Smet, 1994) yaitu: bentuk dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi.

Jumlah aitem dalam skala dukungan sosial sebanyak 60 butir,

terdiri atas 30 aitem favourable dan 30 aitem unfavourable, dengan

rincian masing-masing 15 aitem pada tiap jenis dukungan sosial.

Bentuk dukungan sosial yang lebih banyak diterima subjek

ditentukan oleh mean terbesar dari tiap-tiap komponen, dan

dikategorisasikan menjadi dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dan dukungan informasi.

Berikut adalah susunan aitem skala dukungan sosial.

Tabel 3.

Blue-print Skala Dukungan Sosial

Konsep No Bentuk-Bentuk Indikator Nomor Aitem JumlahBentuk pertolonganyang berupaketersediaaninformasi ataunasihat, baik verbalmaupun non-verbal,bantuan benda(materi), ataupuntindakan yangdilakukan olehpasangan sosial atauorang yang dicintaioleh individu yangbersangkutan

1. Dukunganemosional

1. Empati F 1, 5, 9, 13

15U 3, 7, 11

2. Kepeduliandan perhatian

F 2, 6, 10, 14U 4, 8, 12, 15

2. Dukunganpenghargaan

1. Penilaianpositif

F 16, 20, 24

15U 18, 22, 26, 29

2. Doronganuntuk maju

F 17, 21, 25, 28U 19, 23, 27, 30

3. Dukunganinstrumental

Bantuan nyatadan langsung F

31, 33, 35, 37,39, 41, 43, 45

15U

32, 34, 36, 38,40, 42, 44

4. Dukunganinformasi

Pemberiannasihat,petunjuk, dansaran

F46, 48, 50, 52,

54, 56, 5815

U47, 49, 51, 53,55, 57, 59, 60

Total 60

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas dan Daya Beda Aitem

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah review

professional judgment, yaitu uji terhadap validitas isi melalui review langsung

secara profesional oleh pembimbing. Skala dalam penelitian ini akan diuji

daya beda aitemnya dengan menggunakan korelasi Product Moment dengan

bantuan program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS)

versi 16.0. Pemilihan aitem pada skala dukungan sosial dilakukan analisis

aitem pada setiap komponen dengan membandingkan indeks daya

diskriminasinya terhadap masing-masing komponen, bukan secara

keseluruhan.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan

menghitung koefisien Cronbach’s Alpha dari tiap-tiap instrument suatu

variabel. Perhitungan uji reliabilitas skala dihitung dengan menggunakan

program komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi

16.0. Khususnya, pada skala dukungan sosial akan digunakan atribut

komposit dalam uji reliabilitasnya karena skala dibuat untuk beberapa

komponen yang mengungkap subdomain yang berbeda satu dengan yang lain.

Skor akhir pada tes merupakan skor komposit (gabungan) yang merupakan

penjumlahan dari skor setiap komponen dengan memperhitungkan besarnya

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

bobot masing-masing. Terlebih dahulu dilakukan komputasi koefisien

reliabilitas bagi masing-masing komponen, baru kemudian dihitung

reliabilitas secara keseluruhan yang dikenal formula komputasi koefisien

reliabilitas skor komposit (Azwar, 2010).

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

varians klasifikasi satu arah (One Way Anova) karena penelitian ini bertujuan

untuk menguji variabel terikat dengan cara membandingkannya pada kelompok-

kelompok sampel independen (bebas) yang diamati, yaitu untuk mengetahui

perbedaan psychological well-being berdasarkan dukungan sosial yang lebih

banyak diterima oleh remaja tunarungu, yaitu dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi di lingkungan

asrama. Guna mempermudah perhitungan, digunakan bantuan program komputer

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Sebelumnya dilakukan

pula uji asumsi homogenitas dan uji normalitas sebaran data.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian mengenai perbedaan psychological well-being ditinjau dari

dukungan sosial pada remaja tunarungu yang dibesarkan dalam lingkungan

asrama SLB-B di kota Wonosobo dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Anak

Tunarungu (LPATR) Don Bosco yang beralamatkan di Jl. Sambek No. 33,

Wonosobo 56311 dan LPATR Dena upakara di Jl. Mangli No. 5, Wonosobo

56311. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei awal

untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan subjek.

Secara lebih jelas akan dirinci mengenai sejarah dan profil Lembaga

Pendidikan Anak Tunarungu Don Bosco dan Dena Upakara.

a. Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Don Bosco

1) Sejarah Berdirinya LPATR Don Bosco

Pada tahun 1936 para Suster Putri Maria dan Yosef (Suster

PMY) telah membuka sekolah LPATR Dena Upakara di Jl. Mangli,

Wonosobo. Pada awalnya mereka mengajak baik putra maupun

putri. Baru berjalan selama 2 tahun, usaha mulia itu terganggu

Perang Dunia II dengan segala akibatnya. Setelah situasi kembali

lebih kondusif, para suster kembali membuka pintu sekolah dan

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

tentunya mengulang ajakan untuk bekerja sama, agar para Bruder

Karitas mau mendirikan sekolah untuk anak tunarungu karena sangat

dibutuhkan tenaga untuk putra.

Setelah semua disiapkan pada tanggal 8 Januari 1956, tiga

puluh anak putra pindah dari LPATR Dena Upakara ke LPATR Don

Bosco. Satu hari kemudian, Senin, 9 Januari 1956 pintu-pintu

sekolah dibuka untuk pertama kali dan kegiatan belajar mengajar

dimulai. Pada permulaan jumlah guru hanya 3 orang, maka jelaslah

jumlah itu terus bertambah dan sekarang menjadi 28 orang yang

berkarya di sekolah.

2) Visi dan Misi LPATR Don Bosco

Visi:

Melalui pengasuhan, pendidikan, dan pengajaran, LPATR

Don Bosco SLB-B Karya Bakti melaksanakan kegiatan untuk

memuliakan Tuhan, yang dengan kasih dan ramah membantu anak-

anak tunarungu, sakit, lemah, dan miskin.

Misi:

Bersama warga Gereja, Pemerintah, dan Masyarakat, LPATR

Don Bosco SLB-B Karya Bakti melaksanakan kegiatan

pemberdayaan dan pembebasan anak tunarungu, sakit, lemah, dan

miskin Indonesia dari kemiskinan bahasa dan kebodohan, baik dalam

aspek fisik, psikis, maupun mental-spiritual. Perwujudan visi dan

misi tersebut adalah:

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

1. Menerima dan mengasuh anak-anak tunarungu wicara lebih

kurang lima (5) tahun dari semua lapisan masyarakat di seluruh

wilayah Indonesia.

2. Merawat dan merehabilitasi kesehatan anak-anak tunarungu

wicara tersebut.

3. Mendidik, mengajar, dan melatih mereka dengan tujuan

memberdayakan segala potensi yang dimiliki anak tunarungu

wicara, sehingga mereka mampu berbahasa dan bekomunikasi

serta bergaul secara wajar dengan masyarakatnya, dan

selanjutnya dapat memanfaatkan kemampuan tersebut untuk

menuntut ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi bagi

masa depan mereka.

4. Membekali mereka dengan keterampilan/keahlian kejuruan

untuk kerja, sehingga secara khusus mereka dapat mandiri, baik

memasuki lapangan kerja maupun menciptakan lapangan kerja

sendiri, dan secara umum dapat ikut serta dalam pembangunan

masyarakat, bangsa, dan negara.

b. Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Dena Upakara

1) Sejarah Berdirinya LPATR Dena Upakara

Pada tanggal 13 Februari 1938, ke 5 pionir tiba di Indonesia

sampai akhir Februari mereka tinggal di Biara Ursulin, Bandung.

Baru tanggal 28 Februari 1938 kelima suster perintis berangkat

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

menuju “rumah sendiri”, rumah sewa yang lengkap di Jl. Pakuwojo

(Sumberan) Wonosobo.

Setelah mempersiapkan serta merundingkan segala sesuatu

maka tanpa menunda lagi diputuskan untuk segera membuka

sekolah, dimulai dengan 2 murid penduduk asli Wonosobo pada

tanggal 5 Maret 1938, yaitu Erlin Martodarmodjo (5 tahun) dan

Soerip Karso (8 tahun), Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu

Dena-Upakara telah memulai karya di Indonesia.

2) Visi dan Misi LPATR Dea Upakara

Visi :

Bersama Yesus Kristus dan dijiwai oleh semangat-

Nya,asrama Dena Upakara mengaktualisasikan kerajaan Allah dalam

pelayanan cinta kasih kepada sesama yang miskin dan

lemah,khususnya kepada yang tuli dan kurang mendengar.

Misi :

1. Asrama Dena Upakara siap sedia menanggapi kebutuhan actual

gereja dan masyarakat dalam pelayanan pendidikan bagi anak

tunarungu secara professional dan dalam suasana kekeluargaan.

2. Meningkatkan martabat anak tunarungu seperti manusia lain,

sehingga mampu berkembang.

3. Meningkatkan dan mengembangkan komunikasi secara formal

dan informal dengan semua pihak terkait untuk mendukung

penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak tunarungu.

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Pengelolaan kedua lembaga ini berdiri sendiri-sendiri. Mereka hanya

bekerja sama dalam bidang pendidikan, misalnya dalam hal metodik,

penataran guru dan lain lain yang semacam itu.

a. Metode Pengajaran

Metode pengajaran yang dipakai oleh Lembaga Pendidikan Anak

Tunarungu (LPATR) Dena Upakara dan Don Bosco, Wonosobo

berdasarkan percakapan (oral). Metode pengajaran yang dikembangkan

dan dipertahankan sampai sekarang adalah metode oral. Metode oral

melatih anak tunarungu untuk berbahasa lisan dan bicara murni tanpa

isyarat. Metode ini mengutamakan cara, keaktifan, dan kemampuan anak

untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan dengan bahasa.

b. Jenjang Pendidikan

Anak-anak tunarungu menempuh pendidikan di Lembaga

Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Dena Upakara dan Don Bosco,

Wonosobo lewat jenjang pendidikan:

1) Prasekolah: Play group, Persiapan I, Persiapan II, Persiapan III

2) Sekolah Dasar: Kelas I, Kelas II, Kelas III, Kelas IV, Kelas V, Kelas

VI

3) Kejuruan: Kelas I, Kelas II, Kelas III

Tingkat kejuruan ini terdiri dari: Tata Boga, Tata Busana, Tata Rias :

Rias Wajah dan Tata Rambut, dan Keterampilan komputer untuk

LPATR Dena Upakara. Sedangkan pada LPATR Don Bosco terdiri

dari Kejuruan Besi, Kejuruan Jahit, dan Kejuruan Kayu.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

c. Syarat Penerimaan Siswa

1) Tingkat Prasekolah

a) Anak yang kurang mendengar, sehingga tidak dapat mengikuti

pelajaran di sekolah umum.

b) Berumur 5 tahun belum mencapai 6 tahun.

c) Kecerdasan normal.

2) Tingkat Dasar

Anak yang sedang mengikuti pelajaran di SLB-B lain dan mau

pindah sekolah dengan catatan sebagai berikut:

Apakah di SLB-B Don Bosco ada lowongan tempat, baik di sekolah

maupun di asrama.

3) Tingkat Kejuruan

a) Anak yang telah lulus dari SLB-B lain.

b) Berumur lima belas tahun/enam belas tahun.

c) Dapat bergaul secara lisan dan dapat membaca ujaran.

Berikut jumlah siswa, guru dan pengasuh Lembaga Pendidikan Anak

Tunarungu (LPATR) Don Bosco dan Dena Upakara tahun ajaran 2010/2011.

Tabel 4.

Jumlah Siswa, Guru dan Pengasuh Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu

(LPATR) Don Bosco dan Dena Upakara Tahun Ajaran 2010/2011

JumlahLPATR Don

BoscoLPATR Dena

UpakaraSiswa a. Umur < 13 tahun

b. Umur 13-18 tahunc. Umur > 18 tahun

546231

575815

Guru 35 33Pengasuh 18 17

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

2. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian

ini adalah skala psychological well-being dan skala dukungan sosial. Skala

psychological well-being digunakan untuk mengungkap seberapa besar skor

psychological well-being yang dimiliki oleh remaja tunarungu. Penyusunan

skala psychological well-being berdasarkan aspek-aspek psychological well-

being yang dinyatakan oleh Ryff (dalam Keyes, 1995), terdiri dari aspek

penerimaan diri, hubungan positif dengan sesama, otonomi, penguasaan

lingkungan, tujuan dalam hidup, dan pertumbuhan pribadi. Skala

psychological well-being berjumlah 42 aitem yang terdiri dari dua kelompok

aitem yang berbentuk 23 aitem favorabel dan 19 aitem unfavorabel.

Distribusi skala sebelum uji coba dapat dilihat di bab tiga.

Penyusunan skala dukungan sosial berdasar bentuk-bentuk dukungan

sosial, seperti yang dinyatakan oleh House (dalam Smet, 1994) yaitu: bentuk

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan

dukungan informasi. Skala dukungan sosial digunakan untuk menunjukkan

bentuk dukungan sosial mana yang lebih banyak diterima oleh remaja

tunarungu. Jumlah aitem dalam skala dukungan sosial sebanyak 60 aitem,

terdiri atas 30 aitem favourable dan 30 aitem unfavourable, dengan rincian

masing-masing 15 aitem pada tiap jenis dukungan sosial. Distribusi skala

sebelum uji coba dapat dilihat di bab tiga.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

3. Pelaksanaan Uji Coba

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian pada sampel

penelitian, skala psychological well-being dan skala dukungan sosial yang

telah disusun dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing.

Setelah dikoreksi kemudian direvisi dan mendapat persetujuan, maka langkah

selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melaksanakan uji coba. Tujuan

dilakukan uji coba untuk mengetahui indeks daya beda aitem dan reliabilitas

dari skala tersebut.

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara

purposive sampling. Setelah mengumpulkan data di lapangan, ternyata

seluruh subjek memenuhi kriteria, yaitu remaja, dengan batasan usia 13

sampai 18 tahun, pria dan wanita, memiliki kemampuan baca dan tulis, serta

memiliki taraf inteligensi normal atau di atas rata-rata. Data mengenai taraf

inteligensi tidak didapat dari pihak sekolah karena dipastikan siswa-siswinya

memiliki inteligensi normal atau di atas rata-rata berdasarkan rujukan dari

psikolog yang telah bekerja sama dengan pihak sekolah. Seluruh sampel

berjumlah 40 siswa, yang terdiri dari 21 siswa Lembaga Pendidikan Anak

Tunarungu (LPATR) Don Bosco dan 19 siswi LPATR Dena Upakara. Uji

coba penelitian yang dilakukan pada tanggal 11 Juli 2011 dengan lama waktu

2 jam 15 menit (10.00-12.15 WIB) di Aula Lembaga Pendidikan Anak

Tunarungu (LPATR) Don Bosco dan 1 jam 45 menit (19.30-21.15 WIB) di

Ruang Perpustakaan LPATR Dena Upakara.

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Pengisian skala dibantu oleh arahan dari pengasuh asrama. Setiap

aitem pada skala psychological well-being dan dukungan sosial

diterjemahkan sesuai dengan pemahaman dari remaja tunarungu. Setelah

skala terkumpul dilakukan skoring, kemudian dilakukan analisis daya beda

dan reliabilitasnya.

4. Analisis Daya Beda Aitem dan Reliabilitas

Data yang diperoleh setelah uji coba ditabulasikan dan dianalisis

untuk mengetahui daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Hasil uji daya

beda dan reliabilitas tiap-tiap skala tersebut adalah sebagai berikut:

a. Skala Psychological Well-Being

Skala psychological well-being diujicobakan pada 40 siswa. Seluruh skala

memenuhi syarat untuk dianalisis. Perhitungan hasil uji daya beda skala

psychological well-being dapat diketahui dari 42 aitem yang diujicobakan,

diperoleh indeks korelasi aitem berkisar antara -0,214 sampai dengan

0,567. Berdasarkan ada tidaknya tanda bintang pada perhitungan daya

beda dengan menggunakan progam SPSS, 8 aitem dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan perhitungan diperoleh 34 aitem sahih dengan indeks korelasi

aitem berkisar antara 0,240 sampai dengan 0,574. Reliabilitas skala yang

ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,888. Dengan demikian,

skala psychological well-being ini dianggap andal sebagai alat ukur

penelitian. Adapun perincian aitem yang gugur dan sahih dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 5.

Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur

Skala Psychological Well-Being Setelah Uji Coba

NoAspek-Aspek

IndikatorNomor Aitem Jumlah

Valid Gugur Valid Gugur1. Penerimaan

diri1. Bersikap positif terhadap diri

sendiriF 1 -

6 1

U 7

2. Mengakui dan menerimakekurangan

F 13

U 193. Berinteraksi dengan orang lain

dan menerima kritikan secaraobjektif

F 37 25

U 312. Hubungan

positifdengansesama

1. Saling percaya dengan oranglain

F 2 14

6 1

U 82. Mempunyai rasa afeksi/kasih

sayangF 26U 20

3. Ikut merasakan apa yangdirasakan orang lain

F 38U 32

3. Otonomi 1. Tidak bergantung pada oranglain

F 15 3

6 1

U 92. Membuat keputusan

berdasarkan pemikiran sendiriF 27

U 213. Mengevaluasi diri sendiri F 39

U 334. Penguasaan

terhadaplingkungan

1. Mampu melakukan pekerjaandengan baik

F 4

6 1

U 102. Mampu bersikap terbuka

dengan lingkunganF 28 16

U 223. Mampu mengembangkan

kondisi yang baikF 40U 34

5. Tujuandalam hidup

1. Mempunyai rasa keterarahandalam hidup

F 5 17

4 3U 11 232. Mempunyai target dalam hidup F 29

U 41 356. Pertumbuhan

pribadi1. Mempunyai perasaan terus

berkembangF 6

6 1

U 122. Menyadari potensi di dalam

diriF 18 30

U 243. Melakukan peningkatan dalam

diri dan tingkah lakuF 42U 36

Total (42) 34 8

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

b. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial sebanyak 60 aitem diujicobakan pada 40

siswa. Seluruh dapat memenuhi syarat untuk dianalisis. Pemilihan aitem

pada skala dukungan sosial dilakukan analisis aitem pada setiap komponen

dengan membandingkan indeks daya diskriminasinya terhadap masing-

masing komponen, bukan secara keseluruhan. Berdasarkan ada tidaknya

tanda bintang pada perhitungan daya beda pada komponen dukungan

emosional dapat diketahui dari 15 aitem yang diujicobakan dengan

menggunakan progam SPSS, 2 aitem dinyatakan tidak valid. Berdasarkan

perhitungan diperoleh 13 aitem sahih dengan indeks korelasi aitem

berkisar antara 0,139 sampai dengan 0,609. Reliabilitas skala yang

ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,696.

Perhitungan daya beda pada komponen dukungan penghargaan

dapat diketahui dari 15 aitem yang diujicobakan dengan menggunakan

progam SPSS, 2 aitem dinyatakan tidak valid. Berdasarkan perhitungan

diperoleh 13 aitem sahih dengan indeks korelasi aitem berkisar antara

0,189 sampai dengan 0,498. Reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan

koefisien Alpha sebesar 0,722.

Pada perhitungan daya beda komponen dukungan instrumental

dapat diketahui dari 15 aitem yang diujicobakan dengan menggunakan

progam SPSS, 2 aitem dinyatakan tidak valid. Berdasarkan perhitungan

diperoleh 13 aitem sahih dengan indeks korelasi aitem berkisar antara

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

0,161 sampai dengan 0,543. Reliabilitas skala yang ditunjukkan dengan

koefisien Alpha sebesar 0,696.

Sedangkan perhitungan daya beda pada komponen dukungan

informasi dapat diketahui dari 15 aitem yang diujicobakan dengan

menggunakan progam SPSS, 3 aitem dinyatakan tidak valid. Berdasarkan

perhitungan diperoleh 12 aitem sahih dengan indeks korelasi aitem

berkisar antara 0,162 sampai dengan 0,527. Reliabilitas skala yang

ditunjukkan dengan koefisien Alpha sebesar 0,691.

Skor akhir merupakan skor komposit (gabungan) yang merupakan

penjumlahan dari skor setiap komponen dengan memperhitungkan

besarnya bobot masing-masing. Bobot pada tiap bentuk dukungan sosial

ini diasumsikan setara karena dianggap sama-sama efektif dalam

membangun psychological well-being. Setelah dilakukan komputasi

koefisien reliabilitas bagi masing-masing komponen di atas, baru

kemudian dihitung reliabilitas secara keseluruhan (formula komputasi

koefisien reliabilitas skor komposit). Berdasarkan perhitungan dari 51

aitem sahih yang terbagi menjadi empat bentuk dukungan sosial didapat

koefisien reliabilitas skor komposit sebesar 0,855. Dengan demikian, skala

dukungan sosial ini dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Adapun

perincian aitem yang gugur dan sahih dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 6.

Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur

Skala Dukungan Sosial Setelah Uji Coba

NoBentuk-Bentuk

IndikatorNomor Aitem Jumlah

Valid Gugur Valid Gugur1. Dukungan

emosional1. Empati F 1, 5, 9, 13

13 2U 3, 7, 11

2. Kepedulian danperhatian

F 2, 6, 14 10

U 8, 12, 15 42. Dukungan

penghargaan1. Penilaian positif F 16, 20, 24

13 2U 18, 22, 26, 29

2. Dorongan untukmaju

F 17, 21, 25 28

U 23, 27, 30 193. Dukungan

instrumentalBantuan nyata danlangsung F

31, 33, 35, 37, 39,41, 43

4513 2

U32, 36, 38, 40,

42, 4434

4. Dukunganinformasi

Pemberian nasihat,petunjuk, dan saran F

46, 48, 50, 52, 54,56, 58

5012 3

U 47, 49, 53, 55, 59, 60 51, 57Total (60) 51 9

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian dengan Nomor Urut Baru

Setelah dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas, maka langkah

selanjutnya adalah menyusun alat ukur untuk penelitian. Aitem yang telah gugur

tidak digunakan lagi dalam alat ukur untuk penelitian dan aitem yang sahih

disusun kembali dengan nomor urut yang baru, kemudian digunakan untuk

pelaksanaan penelitian. Susunan aitem setelah uji coba dapat dilihat pada tabel.

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 7.

Distribusi Butir Aitem Skala Psychological Well-Being

Setelah Uji Coba

Konsep NoAspek-Aspek

IndikatorNomor Aitem

JumlahF U

Kondisi dimanaindividu mampumenghadapi berbagaihal yang dapatmemicupermasalahan dalamkehidupannya,mampu melaluiperiode sulit dalamkehidupan denganmengandalkankemampuan yang adadalam dirinya danmenjalankan fungsipsikologi positif yangada dalam dirinya

1. Penerimaandiri

1. Bersikap positif terhadapdiri sendiri

1 7

62. Mengakui dan menerima

kekurangan 13 19

3. Berinteraksi dengan oranglain dan menerima kritikansecara objektif

25 30

2. Hubunganpositifdengansesama

1. Saling percaya denganorang lain

2 8

62. Mempunyai rasa

afeksi/kasih sayang14 20

3. Ikut merasakan apa yangdirasakan orang lain

26 31

3. Otonomi 1. Tidak bergantung padaorang lain

3 9

62. Membuat keputusan

berdasarkan pemikiransendiri

15 21

3. Mengevaluasi diri sendiri 27 324. Penguasaan

terhadaplingkungan

1. Mampu melakukanpekerjaan dengan baik 4 10

62. Mampu bersikap terbuka

dengan lingkungan 16 22

3. Mampu mengembangkankondisi yang baik

28 33

5. Tujuandalam hidup

1. Mempunyai rasaketerarahan dalam hidup 5 11

42. Mempunyai target dalam

hidup17 23

6. Pertumbuhanpribadi

1. Mempunyai perasaan terusberkembang

6 12

62. Menyadari potensi di dalam

diri18 24

3. Melakukan peningkatandalam diri dan tingkah laku 29 34

Total 17 17 34

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 8.

Distribusi Butir Aitem Skala Dukungan Sosial Setelah Uji Coba

Konsep No Bentuk-Bentuk Indikator Nomor Aitem JumlahBentuk pertolonganyang berupaketersediaaninformasi ataunasihat, baik verbalmaupun non-verbal,bantuan benda(materi), ataupuntindakan yangdilakukan olehpasangan sosial atauorang yang dicintaioleh individu yangbersangkutan

1. Dukunganemosional

1. Empati F 1, 5, 9, 13

13U 3, 7, 11

2. Kepedulian danperhatian

F 2, 6, 10U 4, 8, 12

2. Dukunganpenghargaan

1. Penilaian positif F 14, 18, 22

13U 16, 20, 24, 26

2. Dorongan untukmaju

F 15, 19, 23U 17, 21, 25

3. Dukunganinstrumental

Bantuan nyata danlangsung

F 27, 29, 31, 33, 35, 37, 3913

U 28, 30, 32, 34, 36, 38,4. Dukungan

informasiPemberian nasihat,petunjuk, dan saran

F 40, 42, 44, 46, 48, 5012

U 41, 43, 45, 47, 49, 51

Total 51

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada sampel yang diperoleh dengan purposive

sampling yaitu 41 siswa Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR)

Don Bosco dan 39 siswi LPATR Dena Upakara, Wonosobo.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 19 Juli 2011 dengan

menggunakan alat ukur berupa skala psychological well-being dan skala

dukungan sosial. Skala psychological well-being terdiri atas 34 aitem

pernyataan, sedangkan skala dukungan sosial terdiri atas 51 aitem pernyataan.

Pembagian dan pengisian skala dilakukan secara klasikal dengan lama waktu

1 jam 25 menit di Aula Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Don

Bosco dan 1 jam 10 menit di Ruang Perpustakaan LPATR Dena Upakara.

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Instruksi pengisian skala serta penjelasan maksud dari tiap aitem skala

diberikan oleh pengasuh asrama agar didapat data yang sesuai dengan

keadaan diri remaja tunarungu dan dikumpulkan kembali setelah selesai diisi.

3. Pelaksanaan Skoring

Skala yang telah terkumpul, kemudian diberikan skor pada hasil

pengisian skala untuk keperluan analisis data. Skor untuk masing-masing

skala bergerak dari 1-4 dengan memperhatikan sifat aitem favorable

(mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Skala psychological well-

being dan dukungan sosial skor aitem favorable adalah 4 untuk pilihan

jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk sesuai (S), 2 untuk tidak sesuai (TS), 1

untuk sangat tidak sesuai (STS). Demikian pula untuk aitem-aitem

unfavorable untuk jawaban 4 untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai

(STS), 3 untuk tidak sesuai (TS), 2 untuk sesuai (S), 1 untuk sangat sesuai

(SS). Skor yang diperoleh dari sampel penelitian kemudian dijumlah. Total

skor skala yang diperoleh akan dipakai dalam analisis data.

C. Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji normalitas

Penelitian ini menggunakan uji nomalitas data dan varians

menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas yang

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

digunakan disini adalah uji normalitas menggunakan faktor. Uji ini

dilakukan pada suatu variabel yang memiliki dua atau lebih kelompok data.

Jadi pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah masing-masing

kelompok data berasal dari populasi normal atau tidak (Priyatno, 2008).

Hasil uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program

komputer Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9.

Hasil Uji Normalitas

Psychological Well-Being a

Dukungan Sosial

Emosional Penghargaan Instrumental Informasi

Kolmogorov-Smirnov

Statistic .102 .138 .164 .147

df 31 21 11 17

Sig. .200* .200* . 200* .200*

Shapiro-Wilk Statistic .979 .931 .943 .927

df 31 21 11 17

Sig. .783 .141 .559 .196a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pada variabel

psychological well-being untuk dukungan emosional menunjukkan p-value

yang lebih besar dari 0,05 (0,200>0,05). Hasil dari uji Shapiro-Wilk juga

menunjukkan p-value yang lebih besar dari 0,05 (0,783>0,05). Hasil uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov pada variabel psychological well-being

untuk dukungan penghargaan menunjukkan p-value yang lebih besar dari

0,05 (0,200>0,05). Hasil dari uji Shapiro-Wilk juga menunjukkan p-value

yang lebih besar dari 0,05 (0,141>0,05). Hasil uji normalitas Kolmogorov-

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Smirnov pada variabel psychological well-being untuk dukungan

instrumental menunjukkan p-value yang lebih besar dari 0,05 (0,200>0,05).

Hasil dari uji Shapiro-Wilk juga menunjukkan p-value yang lebih besar dari

0,05 (0,559>0,05). Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pada variabel

psychological well-being untuk dukungan informasi menunjukkan p-value

yang lebih besar dari 0,05 (0,200>0,05). Hasil dari uji Shapiro-Wilk juga

menunjukkan p-value yang lebih besar dari 0,05 (0,196>0,05). Berdasarkan

hasil uji normalitas tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa data

berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians

populasi sama atau tidak. Uji ini merupakan syarat penggunaan uji anova,

jika varians populasi tidak sama maka uji anova tidak dapat digunakan

sebagai alat analisis. Hasil uji homogenitas dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 10.

Hasil Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.081 3 76 .110

Berdasar data di atas dapat diketahui bahwa sampel memiliki taraf

signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,110>0,05). Maka dapat diambil

kesimpulan bahwa sampel dukungan sosial emosional, penghargaan,

instrumental, dan informasi diambil dari populasi dukungan sosial yang

mempunyai varians psychological well-being yang sama (homogen).

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

2. Hasil Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis anava satu arah

atau One Way Anova. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik One Way

Anova dan dianalisis dengan menggunakan bantuan program komputer

Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 sebagai berikut:

Tabel 11.

Hasil Uji Hipotesis ANOVA

Psychological Well-Being

Sum of

SquaresDf Mean Square F Sig.

Between Groups 1448.036 3 482.679 11.478 .000

Within Groups 3195.951 76 42.052

Total 4643.987 79

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa F hitung (11,478) > F

tabel (2,725). Nilai signifikansi 0,000<0,05. Karena F hitung > F tabel dengan

taraf signifikansi 0,000<0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji One

Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata psychological well-

being ditinjau dari dukungan sosial yang berbeda. Dukungan emosional,

penghargaan, instrumental, dan informasi mempunyai pengaruh terhadap

psychological well-being.

3. Hasil Analisis Deskriptif

Dari skor kasar Skala Psychological Well-Being dan Skala Dukungan

Sosial diperoleh hasil statistik deskriptif subjek penelitian. Statistik deskriptif

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

menggambarkan tentang ringkasan data penelitian. Hasil statistik deskriptif

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12.

Statistik Deskriptif Psychological Well-Being Ditinjau

dari

Dukungan Sosial

N Mean

Std.

Devia

tion

Mini

mum

Maxim

um

Dukungan

Emosional31 108.13 4.610 99 118

Dukungan

Penghargaan21 102.71 8.644 88 128

Dukungan

Instrumental11 95.73 7.431 82 105

Dukungan

Informasi17 101.00 5.657 92 116

Total 80 103.49 7.667 82 128

Berdasarkan tabel analisis deskriptif di atas dapat dilihat bahwa skor

minimum psychological well-being pada bentuk dukungan emosional ialah 99

dan skor maksimum 118. Bentuk dukungan penghargaan memberikan skor

minimum psychological well-being sebesar 88 dan skor maksimum 128.

Bentuk dukungan instrumental memiliki skor minimum psychological well-

being 82 dan skor maksimum 105. Sedangkan bentuk dukungan informasi

memiliki skor minimum psychological well-being 92 dan skor maksimum 116.

Skor rata-rata psychological well-being yang paling rendah pada bentuk

dukungan instrumental sebesar 95,73. Sedangkan bentuk dukungan informasi

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

memiliki rata-rata skor psychological well-being sebesar 101,00. Bentuk

dukungan penghargaan memiliki rata-rata skor psychological well-being yang

agak tinggi yaitu 102,71. Skor rata-rata psychological well-being yang paling

tinggi ialah pada bentuk dukungan emosional sebesar 108,13.

Selanjutnya dapat dilakukan kategorisasi subjek secara normatif guna

memberi interpretasi pada skor skala. Kategorisasi yang digunakan ialah

kategorisasi jenjang yang berdasarkan model distribusi normal. Tujuan

kategorisasi ini adalah menempatkan subjek ke dalam kelompok-kelompok

yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang

diukur (Azwar, 2003). Beberapa tabulasi data skala psychological well-being

dalam penelitian ini diperoleh skor minimal subjek adalah 34×1=34 dan skor

maksimal yang dapat diperoleh subjek ialah 34×4=136. Maka jarak sebarannya

ialah 136-34=102 dan setiap satuan deviasi standarnya bernilai 102:6=17,

sedangkan mean hipotetiknya adalah (1+4)34:2=85

Gambaran subjek berdasar empat bentuk dukungan sosial digolongkan

dalam tiga kategori, maka kategorisasi serta distribusi skor subjek ialah:

Tabel 13.

Kategori Skala Psychological Well-Being Pada Bentuk Dukungan SosialKategorisasi Komposisi

Kategori Skor Jumlah Prosentase

Psychological

Well-Being

Dukungan Emosional

Rendah X<68 0 0

Sedang 68≤ X <102 3 9,68

Tinggi X≥102 28 90,32

Dukungan Penghargaan

Rendah X<68 0 0

Sedang 68≤ X <102 10 47,62

Tinggi X≥102 11 52,38

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Dukungan Instrumental

Rendah X<68 0 0

Sedang 68≤ X <102 8 72,73

Tinggi X≥102 3 27,27

Dukungan Informasi

Rendah X<68 0 0

Sedang 68≤ X <102 11 64,71

Tinggi X≥102 6 35,29

Berdasarkan tabel 13., kategori skala psychological well-being dalam

bentuk dukungan emosional ialah bahwa mean empirik (mean berdasarkan

perhitungan statistik) sebesar 108,13 dan skor berada pada rentang 99-118. Secara

umum subjek pada bentuk dukungan emosional memiliki psychological well-

being yang tinggi. Kategori skala psychological well-being dalam bentuk

dukungan penghargaan ialah bahwa mean empirik sebesar 102,71 dan skor berada

pada rentang 88-128. Secara umum subjek pada bentuk dukungan penghargaan

memiliki psychological well-being yang tinggi. Kategori skala psychological well-

being dalam bentuk dukungan instrumental ialah bahwa mean empirik sebesar

95,73 dan skor berada pada rentang 82-105. Secara umum subjek pada bentuk

dukungan instrumental memiliki psychological well-being yang sedang.

Sedangkan kategori skala psychological well-being dalam bentuk dukungan

informasi ialah bahwa mean empirik sebesar 101,00 dan skor berada pada rentang

92-116. Secara umum subjek pada bentuk dukungan informasi memiliki

psychological well-being yang sedang.

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan teknik One Way Anava

dinyatakan bahwa ada perbedaan rata-rata psychological well-being yang

signifikan ditinjau dari bentuk dukungan sosial pada remaja runarungu yang

dibesarkan dalam lingkungan asrama SLB-B di kota Wonosobo. Hal ini

ditunjukkan oleh F hitung lebih besar dari F tabel (11,478 > 2,725) serta taraf

signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis

nol ditolak, berarti bentuk dukungan sosial dapat dijadikan variabel bebas untuk

memprediksi psychological well-being pada siswa remaja runarungu yang

dibesarkan dalam lingkungan asrama SLB-B di kota Wonosobo. Adanya

perbedaan kondisi psychological well-being remaja tunarungu tersebut dapat

disebabkan oleh adanya bentuk dukungan sosial yang berbeda-beda pada remaja

tunarungu.

Berikut diagram psychological well-being berdasarkan bentuk dukungan

sosial yang diterima oleh remaja tunarungu.

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Gambar 2.

Diagram Mean Skor Psychological Well-Being Berdasarkan Bentuk

Dukungan Sosial

Berdasarkan diagram di atas, empat bentuk dukungan sosial tersebut

memiliki rata-rata psychological well-being yang berbeda. Bentuk dukungan

emosional rata-rata psychological well-being-nya sebesar 108,13. Bentuk

dukungan penghargaan menunjukkan rata-rata psychological well-being sebesar

102,71. Bentuk dukungan instrumental menunjukkan rata-rata psychological well-

being sebesar 95,73. Bentuk dukungan informasi menunjukkan rata-rata

psychological well-being sebesar 101.

Rata-rata psychological well-being dari keempat bentuk dukungan sosial

di atas terbagi menjadi dua, yakni tinggi dan sedang. Bentuk dukungan sosial

yang memiliki rata-rata psychological well-being tinggi ialah dukungan emosional

dan penghargaan. Sedangkan lainnya yaitu dukungan instrumental dan informasi

Sedang

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

memiliki rata-rata psychological well-being sedang. Meskipun demikian jika

dilihat lebih lanjut, dari masing-masing bentuk dukungan sosial tersebut memiliki

tingkat rata-rata yang berbeda.

Melihat pada keterbatasan yang dialami oleh remaja tunarungu yang

memiliki kekurangan dalam pendengarannya dan kesulitan-kesulitan yang

dihadapi pada masa perkembangan masa remaja, membuat mereka mengalami

krisis yang lebih kompleks dibanding dengan remaja normal lainnya.

Perkembangan bahasa dan kognitif tidak berkembang secara optimal, ditambah

dengan perkembangan emosi, seperti menampilkan sikap menutup diri, serta

perkembangan sosial yang disertai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia

sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-macam. Kesemuanya itu

akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian remaja tunarungu. Tentunya

untuk menghadapi kesulitan tersebut, remaja tunarungu membutuhkan dukungan

sosial dari orang-orang di sekitarnya, terutama dukungan emosional dan

penghargaan untuk membangun psychological well-being.

Bentuk dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional merupakan

ekspresi dari afeksi, kepercayaan, perhatian, dan perasaan didengarkan. Kesediaan

untuk mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif sebagai

sarana pelepasan emosi, mengurangi kecemasan, membuat individu merasa

nyaman, tenteram, diperhatikan, serta dicintai saat menghadapi berbagai tekanan

dalam hidup mereka (Sarafino, 1997). Dukungan emosional yang didapatkan

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

remaja tunarungu dari orang-orang di sekitarnya membawa mereka pada

psychological well-being yang tinggi.

Bentuk dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan yang

positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau

perasaan individu, dan perbandingan positif individu dengan individu lain (House,

dalam Smet, 1994). Penghargaan yang sering didapatkan remaja tunarungu dari

orang-orang di sekitarnya membuat mereka lebih dapat mengaktualisasikan

dirinya karena mereka menganggap dirinya memiliki kelebihan dan setara dengan

orang yang normal.

Bentuk dukungan instrumental merupakan bantuan nyata yang berupa

materi, seperti misalnya uang, benda, pelayanan, ataupun bantuan fisik yang lain.

Bentuk dukungan instrumental diberikan secara langsung kepada penerimanya

dan membantu individu dalam menjalankan aktivitasnya (Sarafino, 1997).

Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu Don Bosco dan Dena Upakara telah

menyediakan secara lengkap apa yang dibutuhkan siswa didiknya dalam rangka

mengikuti proses belajar mengajar, sehingga siswa didiknya tidak perlu

memikirkan peralatan apa yang dibutuhkan si sekolah dan asrama. Hal inilah yang

dapat mengarahkan psychological well-being yang sedang karena remaja telah

merasa terpenuhi kebutuhan fisiknya.

Bentuk dukungan informasi mencakup pemberian nasihat, petunjuk-

petunjuk, saran-saran, informasi, atau umpan balik. Dukungan ini membantu

individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman

individu terhadap masalah yang dihadapi (House, dalam Smet, 1994). Masa

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

remaja menuntut individu untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin

sebagai bentuk bimbingan, informasi alternatif permasalahan, perencanaan masa

depan, dan sebagainya. Kesulitan dan keterbatasan remaja tunarungu dalam

memperoleh informasi akan mengganggu perkembangan diri. Dengan adanya

dukungan informasi yang optimal dari orang-orang di sekitarnya dan informasi

tersebut benar-benar memberikan suatu kejelasan bagi mereka, maka remaja

tunarungu dapat mengimplementasikan potensi dirinya sebagai individu yang utuh

di dalam masyarakat, sehingga merasa berharga berada di lingkungan masyarakat

serta dapat meningkatkan identitas dirinya.

Rata-rata psychological well-being yang paling tinggi berada pada bentuk

dukungan emosional. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Heller, dkk.,

(Emmons dan Colby, 1995) bahwa dukungan emosional mengarahkan seseorang

merasa diperhatikan dan dihargai, serta merupakan bentuk yang paling kuat untuk

mengurangi gangguan psikologis daripada bentuk dukungan sosial yang lain.

Pemenuhan kebutuhan dukungan ini tidak akan ada habisnya karena seseorang

akan terus membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang di

sekitarnya. Bentuk dukungan penghargaan memiliki psychological well-being

yang tinggi, namun prosentasenya di bawah dukungan emosional. Seseorang

memang membutuhkan adanya penghargaan dari orang-orang di sekitarnya, tetapi

untuk meraih itu semua, remaja tunarungu membutuhkan dukungan emosional.

Bentuk dukungan instrumental memiliki psychological well-being yang

paling rendah. Pemenuhan yang telah cukup pada dukungan ini menyebabkan

seorang individu tidak terlalu mengkhawatirkan hidup maupun keadaan psikisnya.

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Ketika semua kebutuhan fisik telah tercukupi, individu akan mengalihkan

kebutuhannya pada kebutuhan psikis.

Secara keseluruhan psychological well-being subjek penelitian berada

pada kondisi sedang, namun kurang optimal. Hal ini dimungkinkan karena

dukungan dari orang-orang di asrama pada remaja tunarungu kurang maksimal

yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain rasio jumlah remaja asuh

dengan pengasuh tidak seimbang dan teman-teman yang berada di lingkungan

asrama kurang bisa saling memberi dukungan sosial disebabkan mereka sama-

sama membutuhkan perhatian. Semua bentuk dukungan sosial yang diberikan

kepada remaja tunarungu sama-sama menjadi cara yang efektif untuk membangun

psychological well-being yang memuaskan, sehingga harus tetap dioptimalkan.

Penelitian ini memiliki keunggulan, yaitu masih jarangnya penelitian dari

bidang Psikologi yang meneliti di SLB-B atau sekolah yang menangani anak

berkebutuhan khusus, namun hasil penelitian hanya dapat digeneralisasikan secara

terbatas pada populasi penelitian saja, sedangkan penerapan penelitian untuk

populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda, memerlukan

penelitian lebih lanjut, seperti penambahan jumlah sampel dan diharapkan untuk

memperhatikan variabel-variabel lain yang belum disertakan ataupun dengan

memperluas ruang lingkup penelitian.

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang sangat signifikan psychological well-being pada remaja

tunarungu yang dibesarkan dalam lingkungan asrama ditinjau dari dukungan

sosial yang diterima.

2. Berdasarkan hasil analisis skala psychological well-being dan dukungan

sosial, diketahui bahwa remaja tunarungu yang lebih banyak mendapat

dukungan emosional memiliki psychological well-being yang paling tinggi

dibandingkan dengan dukungan yang lain. Remaja tunarungu yang mendapat

lebih banyak dukungan penghargaan memiliki psychological well-being yang

tinggi, namun masih berada di bawah dukungan emosional. Sedangkan untuk

bentuk dukungan instrumental dan informasi memiliki psychological well-

being yang tergolong sedang.

3. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan sosial yang paling efektif

dalam membangun psychological well-being.

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat dikemukakan

saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi remaja tunarungu

a. Diharapkan dapat menjalin hubungan yang hangat dan kuat dengan orang

lain, sehingga diperoleh dukungan emosional dan penghargaan untuk

membangun psychological well-being dengan baik dan memuaskan.

b. Diharapkan dapat meningkatkan peran bantuan fisik atau fasilitas dan

informasi yang telah diberikan pengasuh dan sekolah, sekaligus menjaga

dan mengoptimalkan dorongan dan perhatian orang-orang di sekitarnya,

sehingga akan membangun psychological well-being.

c. Remaja tunarungu melakukan pendekatan kepada pengasuh, sehingga

dukungan yang diberikan akan diterima secara lebih optimal dan

meningkatkan psychological well-being.

2. Bagi pihak yang terkait dengan remaja tunarungu

a. Orang tua, guru, pengasuh, dan teman sebaya diharapkan mampu

memberikan dukungan sosial, baik berupa dukungan emosional,

penghargaan, instrumental, dan informasi kepada remaja tunarungu sesuai

situasi dan kondisi.

b. Pihak asrama juga dapat memberdayakan pengasuh, seperti mengikuti

seminar anak berkebutuhan khusus, sehingga dapat lebih peka terhadap

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

kebutuhan remaja tunarungu dan dapat memberikan dukungan sosial yang

efektif dalam membangun psychological well-being.

c. Pengasuh hendaknya memberikan dukungan dan perhatian yang setara

kepada anak asuhnya karena mereka sama-sama membutuhkan perhatian.

3. Bagi sekolah yang bersangkutan

a. Diharapkan dapat membangun komunikasi terbuka dengan siswa didik,

sehingga remaja tunarungu lebih dapat mencurahkan isi hati dan

permasalahan yang sedang dihadapi, selanjutnya memberikan kenyamanan

bagi remaja tunarungu dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

b. Diharapkan sekolah dapat memberikan dorongan untuk maju dan fasilitas,

tidak hanya bagi mereka yang berprestasi, tetapi juga bagi mereka yang

harus dikembangkan prestasinya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penulis menyarankan untuk meningkatkan kualitas penelitian lebih

lanjut, misalnya dengan memperbanyak jumlah subjek, mengadakan penelitian

secara kualitatif, membandingkan dengan remaja normal, dan mencermati

faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi psychological well-being seperti

kepribadian, kesehatan, dan religiusitas.

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Amawidyati, A. G. dan Utami, M, S. 2007. Religiusitas dan Psychological WellBeing pada Korban Gempa. Jurnal Psikologi, Vol. 34.

Armstrong, I. M., Lefcovitch, B. S., Ungar, T. M. 2005. Pathways Between SocialSupport, Familiy Well-Being, Quality of Parenting, and Child Resilience:What We Know. Journal of Child and Family Studies. Vol. 14, No. 2.

Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bartram, D., Boniwell, I. 2007. The Science of Happiness: Achieving SustainedPsychological Well-being. In Practice Vol. 29.

Bristol, M. M., Gallagher, J. J. dan Schopler, E. 1988. Mothers and Fathers ofYoung Developmentally Disabled and Disabled Boys: Adaptation andSpousal Support. Journal of Developmental Psychology. Vol. 24.

Calhoun, J. F. dan Acocella, J. R. 1990. Psychology of Adjustment and HumanRelationship 3rd Edition. USA: McGraw Hill.

Citra, A. K. S. 2010. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan PsychologicalWell Being Siswa di Sekolah Menengah Atas Diponegoro Tulungagung.Internet. lib.uin-malang.ac.id. Diakses tanggal 26 Februari 2011.

Cohen, S. dan Syme, S. L. 1985. Social Support and Health. New York:Academic Press Inc.

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Diajie, A. T. 2009. Reformasi Kebijakan Pendidikan Luar Biasa. Internet.diajie.blogspot.com. Diakses tanggal 31 Maret 2011.

Dudung dan Sugiarto. 1999. Pedoman Guru Pengajaran Wicara untuk AnakTunarungu. Jakarta: Gramedia.

Effendi dan Tjahjono. 1999. Hubungan Antara Perilaku Coping dan DukunganSosial dengan Kecemasan pada Ibu Hamil Anak Pertama. Anima. Volume 14.No. 54.

Ekasofia, S. 2009. Hubungan Dukungan Sosial dengan Psychological Well-Beingpada Orang dengan HIV/AIDS. Internet. alumni.unair.ac.id. Diakses tanggal15 Desember 2010.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Emmons, R. A., dan Colby, P. M. 1995. Emotional Conflict and Well-Being:Relation to Perceived Availability, Daily Utilization, and Observer Reports ofSocial Support. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 68.

Hartini, N. 2001. Deskripsi Kebutuhan Psikologi Pada Anak Panti Asuhan. InsanMedia Psikologi. Volume 3. No. 2.

House, J. S., dan Khan, R. J. 1985. Measures and Concepts of Social Support.Social Support and Health. New York: Academic Press, Inc.

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SepanjangRentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

____________. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Press.

____________. 2006. Psikologi Perkembangan Anak, Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jon, E. 2010. Bimbingan Sosial Psikologis pada Anak Tunarungu. Internet.jofipasi.wordpress.com. Diakses tanggal 26 Februari 2011.

Lachman, M. E., dan Weaver, S. L. (1997). The Sense of Control as a Moderatorof Social Class Differences in Health and Well-being. Journal of Personalityand Social Psychology, Vol. 74.

Lis, R. 2008. Ketika Siswa-Siswi Tunarungu Dena Upakara Pentaskan SendratariRamayana. Internet. psibkusd.wordpress.com. Diakses tanggal 11 Mei 2011.

Luh, D. S. 2009. Mereka Merasa Diabaikan Keluarga. Internet.www.balebengong.net. Diakses tanggal 11 Mei 2011.

Mangunsong, F. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. LPSP3.Jakarta: Universitas Indonesia.

Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. 2004. Psikologi PerkembanganPengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Muharno, Z. 2010. Dian Arifin, Jawara Tenis Meja. Internet. www.e-wonosobo.com. Diakses tanggal 11 Mei 2011.

Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J., Huston, A.C. 1989. Perkembangan danKepribadian Anak. Alih Bahasa: Meitasari, T. Jakarta: Gramedia.

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Orford, J. 1992. Community Psychology: Theory and PracticeI. New York: JohnWiley and Sons, Ltd.

Plant, K.M. dan Sanders, M. R. 2007. Predictors of Caregivers Stress in Family ofPreschool-aged Children with Developmental Dissabilities. Journal ofIntellectual Dissability Research. Vol. 51. No. 2.

Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom.

Proctor, C. D., Groza, V. K., dan Rosenthal, J. A. 1999. Social Support andAdoptive Families of Children with Special Needs. Mandel School of AppliedSocial Sciences.

Purnamawati, S. P. 2008. Asah, Asih, dan Asuh, Pola Pembentuk Karakter.Internet. purnamawati.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Februari 2011.

Ryff, C.D. 1989. Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning ofpsychological wellbeing. Journal of Personality and Social Psychology, Vol.57.

Ryff, C.D. dan Keyes, C.L.M. 1995. The Structure of Psychological Well-beingrevisited. Journal of Personality and Social Psychology, Vol. 69.

Ryff, C. D. dan Singer, B. H. 1996. Psychological Well Being: Meaning,Measurement and Implications for Psychotherapy Research. Journal ofPsychotheraphy Psychosomatics, Vol. 65.

Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. NewYork: John Willey and Sons Inc.

Schmutte, P. S. dan Ryff, C. D. 1997. Personality and Well Being: ReexaminingMethodes and Meaning. Journal of Personality and Social Psychology, Vol.73.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.

Sugianto, I. R. 2000. Status Lajang dan Psychological Well Being pada Pria danWanita Lajang Usia 30-40 Tahun di Jakarta, Phronesis, 2, 67-77.

Suryawidjaja, A. 1998. Hubungan antara pola perilaku tipe A-B pada karyawantingkat penyelia PT. KOKUSAI GODO PENSO, Tangerang. Jakarta:Universitas Katolik Indonesia Atmajaya. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Sutjihati, S. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Taylor, E. S., 1995. Health Psychology. New York: Mc Graw Hill Inc.

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Thoits, P. A. 1995. Stress, Coping and Social Support Processes: Where are We?What Next?. Journal of Health and Social Behaviour. Hal 53-79.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional & Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Cet. 2. Jakarta: Visimedia. 2007.

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LAMPIRAN

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Salam hangat,

Dalam rangka memenuhi tugas akhir kuliah, Saya, Ratna Widyastutik, mahasiswa Psikologi UNS

semester VIII meminta bantuan Adik-adik dari Lembaga Pendidikan Anak Tunarungu (LPATR) Don Bosco

dan Dena Upakara di Wonosobo untuk berkenan mengisi pernyataan-pernyataan berikut.

Petunjuk Pengisian

Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Bagian A dan B. Adik-

adik diharapkan menjawab pernyataan tersebut dengan cara memberi tanda check list (√) pada pilihan

jawaban yang paling sesuai dengan keadaan adik-adik. Dengan demikian, tidak ada jawaban yang salah.

Semua jawaban benar bila sesuai dengan keadaan Adik-adik yang sebenarnya. Saya menjaga sepenuhnya

kerahasiaan informasi yang diberikan. Periksalah kembali jawaban Adik-adik, jangan sampai ada nomor

yang terlewati atau tidak terjawab.

Adapun alternatif pilihan jawaban yang disediakan sebagai berikut:

SS : Sangat Sesuai dengan diri Anda

S : Sesuai dengan diri Anda

TS : Tidak Sesuai dengan diri Anda

STS : Sangat Tidak Sesuai dengan diri Anda

Demikian yang dapat Saya sampaikan. Atas bantuan dan kerja sama Adik-adik untuk meluangkan

waktu mengisi pernyataan-pernyataan ini, Saya mengucapkan terima kasih.

Identitas Responden

Nama : ............................................

Umur : .............................................

Jenis Kelamin : L/P (coret yang tidak perlu)

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

1. Skala Psychological Well-Being

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya mensyukuri apa yang saya miliki dalam hidup ini.

2. Teman-teman memilih saya untuk menceritakan masalah

mereka.

3. Saya lebih suka melakukan aktivitas sendiri selagi mampu.

4. Orang di sekitar saya senang dengan hasil kerja saya.

5. Saya tahu apa yang harus saya lakukan untuk meraih cita-cita.

6. Pengalaman membuat saya belajar untuk menjadi yang lebih

baik.

7. Saya tidak akan mampu meraih apa yang saya inginkan.

8. Sulit bagi saya untuk mempercayai orang di sekitar saya.

9. Saya dapat menghadapi masalah hanya jika dibantu orang

lain.

10. Apa yang saya lakukan membuat saya merasa bersalah.

11. Saya tidak tahu kemana hidup ini akan berjalan.

12. Saya berusaha melupakan pengalaman jelek.

13. Keadaan saya tidak membuat saya hilang semangat.

14. Saya menghibur teman lain yang sedang memiliki masalah.

15. Saya melakukan aktivitas yang menurut saya baik.

16. Saya dapat belajar dari pengalaman hidup orang lain.

17. Saya menyusun rencana-rencana untuk mencapai cita-cita.

18. Saya memiliki kelebihan selain kekurangan.

19. Saya menyesali keadaan diri saya saat ini.

20. Saya sering membuat kesal teman-teman di asrama.

21. Saya memilih kegiatan jika orang lain memilihkannya untuk

saya.

22. Saya enggan mencoba kegiatan baru.

23. Saya tidak perlu punya cita-cita karena saya suka hidup

berjalan apa adanya.

24. Kekurangan yang saya miliki membuat hidup saya semakin

sulit.

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

No. Pernyataan SS S TS STS

25. Mendengarkan orang lain membuat saya belajar banyak hal.

26. Teman yang sedih akan merasa lebih baik setelah berbicara

dengan saya.

27. Saya berusaha mencari sebab-sebab kegagalan yang saya

alami agar tidak terulang kembali.

28. Kelebihan yang saya miliki dapat membuahkan prestasi yang

memuaskan.

29. Saya selalu menjadi lebih baik dari kemarin.

30. Saya mengabaikan nasihat dari orang lain karena mereka tidak

lebih baik dari saya.

31. Sulit bagi saya untuk memahami perasaan orang lain.

32. Saya tidak suka memperbaiki keadaan diri.

33. Komentar saya justru membuat ketegangan di antara teman-

teman.

34. Saya merasa tidak tahu apa yang lebih baik untuk hidup saya.

2. Skala Dukungan Sosial

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Orang-orang sekitar membantu saya memahami perasaan-

perasaan yang muncul di benak saya.

2. Orang-orang di asrama dengan senang hati mendengarkan

masalah-masalah saya.

3. Ketika ada masalah, orang-orang di asrama justru membuat

saya kesal.

4. Orang-orang di asrama suka mengabaikan pendapat saya.

5. Orang-orang di asrama memahami permasalahan yang

sedang saya alami.

6. Orang-orang sekitar memastikan keadaan saya baik-baik saja.

7. Saat saya bersedih, apa yang dilakukan orang-orang sekitar

membuat saya resah.

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

No. Pernyataan SS S TS STS

8. Orang-orang sekitar membiarkan masalah saya tidak

menemui jalan keluar.

9. Orang-orang sekitar menenangkan saya ketika bersedih.

10. Orang-orang di asrama menanyakan keadaan saya bila

terlihat tidak seperti biasanya.

11. Orang-orang di asrama semakin membuat saya gelisah saat

saya sedang menghadapi permasalahan.

12. Saya perlu berpikir dua kali untuk menceritakan masalah

saya kepada orang lain.

13. Saat saya bimbang, apa yang dilakukan orang-orang di

asrama membuat saya merasa lebih nyaman.

14. Saya merasa dihargai atas kelebihan dan kekurangan yang

saya miliki.

15. Orang-orang di asrama meyakinkan saya untuk berusaha

memperbaiki kesalahan.

16. Orang-orang sekitar selalu menyalahkan perbuatan yang saya

lakukan.

17. Saya dipersulit untuk menunjukkan kemampuan dan

mengembangkan keterampilan yang saya miliki.

18. Bersama teman-teman membuat saya merasa bangga.

19. Orang-orang sekitar mengajarkan saya agar tidak mudah

patah semangat.

20. Orang-orang sekitar selalu mengejek kesalahan yang saya

lakukan.

21. Apa yang dikatakan orang-orang di asrama membuat saya

kehilangan semangat.

22. Orang-orang sekitar senang jika saya berperilaku baik.

23. Saya dan orang-orang di asrama saling memberi semangat

untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

24. Orang-orang di asrama menganggap usulan saya tidak

penting.

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

No. Pernyataan SS S TS STS

25. Orang-orang sekitar masa bodoh dengan harapan yang saya

miliki.

26. Kelemahan yang saya miliki sering menjadi bahan ejekan

teman di asrama.

27. Sekolah menyediakan ruang untuk belajar yang cukup

nyaman.

28. Orang-orang di asrama menolak ketika saya ingin meminjam

buku pelajaran.

29. Sekolah menyediakan buku-buku pelajaran yang saya

perlukan.

30. Orang-orang di asrama tidak mau meminjam alat tulisnya

kepada saya.

31. Semua peralatan belajar tersedia di asrama.

32. Sekolah menolak saat saya meminta alat tulis untuk

mengganti yang sudah habis.

33. Teman-teman di asrama mau meminjamkan buku catatan saat

saya tidak masuk sekolah.

34. Uang saku sekolah saya hanya cukup untuk biaya jajan saja.

35. Sekolah menyediakan buku-buku bacaan di perpustakaan.

36. Orang-orang sekitar tidak memberikan obat ketika

mengetahui saya sakit.

37. Ketika saya kesulitan mengerjakan tugas, teman di asrama

meminjamkan buku pelajaran.

38. Pengasuh jarang memberi uang untuk jajan.

39. Di asrama tersedia tempat untuk olahraga yang saya

butuhkan.

40. Orang-orang sekitar memberi nasihat agar saya menjadi

orang yang berguna.

41. Saya jarang diberi kesempatan untuk bertanya.

42. Orang-orang di asrama memperingatkan bila saya melakukan

kesalahan.

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

No. Pernyataan SS S TS STS

43. Orang-orang di asrama hanya diam ketika saya meminta

nasihat.

44. Orang-orang sekitar selalu mengajarkan kebaikan pada saya.

45. Saat saya bimbang, tidak ada orang di asrama yang

memberikan pengarahan.

46. Saya mendapat nasihat dari orang-orang di asrama saat saya

bingung untuk menentukan suatu pilihan.

47. Orang-orang sekitar membiarkan permasalahan yang terjadi

antarorang di asrama.

48. Orang-orang di asrama menyarankan agar saya lebih bersabar

dalam menghadapi masalah.

49. Orang-orang sekitar tidak mau memberikan penjelasan

tentang apa sedang yang terjadi.

50. Orang-orang sekitar selalu menasihati agar tugas saya

berhasil dengan baik.

51. Orang-orang di asrama jarang membantu saya memahami

hal-hal yang belum saya ketahui.

Terima Kasih

Page 116: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

1. Siswa LPATR Don Bosco

No. Nama Tanggal Lahir Usia1. WF 29/10/1997 13 Tahun 8 Bulan 15 Hari

2. BD 05/07/1998 13 Tahun 0 Bulan 8 Hari

3. SG 24/12/1998 12 Tahun 6 Bulan 20 Hari

4. HA 04/03/1998 13 Tahun 4 Bulan 9 Hari

5. AV 14/01/1997 14 Tahun 5 Bulan 30 Hari

6. SN 25/09/1997 13 Tahun 9 Bulan 19 Hari

7. DB 02/05/1997 14 Tahun 2 Bulan 11 Hari

8. KE 20/04/1997 14 Tahun 2 Bulan 24 Hari

9. WD 06/06/1997 14 Tahun 1 Bulan 7 Hari

10. NF 23/05/1998 13 Tahun 1 Bulan 21 Hari

11. BH 03/07/1998 13 Tahun 0 Bulan 10 Hari

12. AY 04/03/1997 14 Tahun 4 Bulan 9 Hari

13. DK 07/09/1996 14 Tahun 10 Bulan 6 Hari

14. RN 29/05/1996 15 Tahun 1 Bulan 15 Hari

15. MA 07/09/1994 16 Tahun 10 Bulan 6 Hari

16. DP 20/07/1997 13 Tahun 11 Bulan 24 Hari

17. MW 02/05/1997 14 Tahun 2 Bulan 11 Hari

18. DR 26/07/1995 15 Tahun 11 Bulan 18 Hari

19. XY 27/09/1996 14 Tahun 9 Bulan 17 Hari

20. TF 20/11/1996 14 Tahun 7 Bulan 24 Hari

21. DF 03/12/1993 17 Tahun 7 Bulan 10 Hari

2. Siswa LPATR Dena Upakara

No. Nama Tanggal Lahir Usia1. TR 11/11/1997 13 Tahun 8 Bulan 2 Hari

Page 117: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

2. DH 16/05/1998 13 Tahun 1 Bulan 28 Hari

3. DG 22/10/1996 14 Tahun 8 Bulan 22 Hari

4. AL 30/09/1996 14 Tahun 9 Bulan 14 Hari

5. IP 12/06/1997 14 Tahun 1 Bulan 1 Hari

6. PD 19/01/1998 13 Tahun 5 Bulan 25 Hari

7. MJ 06/08/1996 14 Tahun 11 Bulan 7 Hari

8. DV 05/03/1998 13 Tahun 4 Bulan 8 Hari

9. ZR 06/04/1998 13 Tahun 3 Bulan 7 Hari

10. ET 01/12/1996 14 Tahun 7 Bulan 12 Hari

11. AL 20/11/1996 14 Tahun 7 Bulan 24 Hari

12. TU 02/03/1997 14 Tahun 4 Bulan 11 Hari

13. EY 12/06/1997 14 Tahun 1 Bulan 1 Hari

14. TU 26/04/1998 13 Tahun 2 Bulan 18 Hari

15. IH 06/05/1998 13 Tahun 2 Bulan 7 Hari

16. GK 26/06/1996 15 Tahun 0 Bulan 18 Hari

17. DJ 31/12/1997 13 Tahun 6 Bulan 13 Hari

18. FG 06/06/1995 16 Tahun 1 Bulan 7 Hari

19. FG 03/12/1995 15 Tahun 7 Bulan 10 Hari

1. Skala Psychological Well-Being

Uji Validitas

Skortotal

Aitem1

Pearson Correlation .378*

Sig. (2-tailed) .016

N 40

Aitem2 Pearson Correlation .610**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem3

Pearson Correlation -.145

Sig. (2-tailed) .372

N 40

Aitem4Pearson Correlation .358*

Sig. (2-tailed) .023

Page 118: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

N 40

Aitem5

Pearson Correlation .423**

Sig. (2-tailed) .007

N 40

Aitem6

Pearson Correlation .428**

Sig. (2-tailed) .006

N 40

Aitem7

Pearson Correlation .423**

Sig. (2-tailed) .007

N 40

Aitem8

Pearson Correlation .378*

Sig. (2-tailed) .016

N 40

Aitem9

Pearson Correlation .508**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem10

Pearson Correlation .477**

Sig. (2-tailed) .002

N 40

Aitem11

Pearson Correlation .342*

Sig. (2-tailed) .031

N 40

Aitem12

Pearson Correlation .636**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem13

Pearson Correlation .447**

Sig. (2-tailed) .004

N 40

Aitem14

Pearson Correlation .066

Sig. (2-tailed) .686

N 40

Aitem15

Pearson Correlation .514**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem16

Pearson Correlation .276

Sig. (2-tailed) .084

N 40

Aitem17

Pearson Correlation -.145

Sig. (2-tailed) .372

N 40

Aitem18

Pearson Correlation .407**

Sig. (2-tailed) .009

N 40

Aitem19

Pearson Correlation .378*

Sig. (2-tailed) .016

N 40

Aitem20Pearson Correlation .472**

Sig. (2-tailed) .002

N 40

Aitem21

Pearson Correlation .636**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem22

Pearson Correlation .353*

Sig. (2-tailed) .026

N 40

Aitem23

Pearson Correlation -.054

Sig. (2-tailed) .740

N 40

Aitem24

Pearson Correlation .480**

Sig. (2-tailed) .002

N 40

Aitem25

Pearson Correlation .115

Sig. (2-tailed) .480

N 40

Aitem26

Pearson Correlation .410**

Sig. (2-tailed) .009

N 40

Aitem27

Pearson Correlation .423**

Sig. (2-tailed) .007

N 40

Aitem28

Pearson Correlation .423**

Sig. (2-tailed) .007

N 40

Aitem29

Pearson Correlation .411**

Sig. (2-tailed) .008

N 40

Aitem30

Pearson Correlation .264

Sig. (2-tailed) .099

N 40

Aitem31

Pearson Correlation .636**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem32

Pearson Correlation .378*

Sig. (2-tailed) .016

N 40

Aitem33

Pearson Correlation .378*

Sig. (2-tailed) .016

N 40

Aitem34

Pearson Correlation .636**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem35

Pearson Correlation .143

Sig. (2-tailed) .379

N 40

Aitem36Pearson Correlation .497**

Sig. (2-tailed) .001

Page 119: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

N 40

Aitem37

Pearson Correlation .423**

Sig. (2-tailed) .007

N 40

Aitem38

Pearson Correlation .513**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem39

Pearson Correlation .358*

Sig. (2-tailed) .023

N 40

Aitem40

Pearson Correlation .373*

Sig. (2-tailed) .018

N 40

Aitem41

Pearson Correlation .430**

Sig. (2-tailed) .006

N 40

Aitem42 Pearson Correlation .385*

Sig. (2-tailed) .014

N 40

Skortotal

Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.888 34

2. Skala Dukungan Sosial

a. Dukungan Emosional

Uji Validitas

Skortotal

Aitem1

Pearson Correlation .625**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem2

Pearson Correlation .472**

Sig. (2-tailed) .002

N 40

Aitem3

Pearson Correlation .426**

Sig. (2-tailed) .006

N 40

Aitem4

Pearson Correlation .243

Sig. (2-tailed) .130

N 40

Page 120: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Aitem5

Pearson Correlation .364*

Sig. (2-tailed) .021

N 40

Aitem6

Pearson Correlation .476**

Sig. (2-tailed) .002

N 40

Aitem7

Pearson Correlation .600**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem8

Pearson Correlation .583**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem9

Pearson Correlation .425**

Sig. (2-tailed) .006

N 40

Aitem10

Pearson Correlation .056

Sig. (2-tailed) .729

N 40

Aitem11

Pearson Correlation .434**

Sig. (2-tailed) .005

N 40

Aitem12

Pearson Correlation .358*

Sig. (2-tailed) .023

N 40

Aitem13

Pearson Correlation .389*

Sig. (2-tailed) .013

N 40

Aitem14

Pearson Correlation .363*

Sig. (2-tailed) .021

N 40

Aitem15

Pearson Correlation .460**

Sig. (2-tailed) .003

N 40

Skortotal

Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 40

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.696 13

b. Dukungan Penghargaan

Uji Validitas

Skortotal

Aitem16

Pearson Correlation .512**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem17 Pearson Correlation .356*

Sig. (2-tailed) .024

N 40

Aitem18

Pearson Correlation .597**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem19Pearson Correlation .295

Sig. (2-tailed) .064

Page 121: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

N 40

Aitem20

Pearson Correlation .493**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem21

Pearson Correlation .396*

Sig. (2-tailed) .012

N 40

Aitem22

Pearson Correlation .576**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem23

Pearson Correlation .542**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem24

Pearson Correlation .493**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem25

Pearson Correlation .371*

Sig. (2-tailed) .018

N 40

Aitem26

Pearson Correlation .508**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem27

Pearson Correlation .436**

Sig. (2-tailed) .005

N 40

Aitem28

Pearson Correlation .306

Sig. (2-tailed) .055

N 40

Aitem29

Pearson Correlation .379*

Sig. (2-tailed) .016

N 40

Aitem30

Pearson Correlation .547**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Skortotal

Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.722 13

c. Dukungan Instrumental

Uji Validitas

Skortotal

Aitem31

Pearson Correlation .342*

Sig. (2-tailed) .031

N 40

Aitem32

Pearson Correlation .423**

Sig. (2-tailed) .006

N 40

Aitem33

Pearson Correlation .519**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Page 122: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Aitem34

Pearson Correlation .137

Sig. (2-tailed) .399

N 40

Aitem35

Pearson Correlation .447**

Sig. (2-tailed) .004

N 40

Aitem36

Pearson Correlation .337*

Sig. (2-tailed) .033

N 40

Aitem37

Pearson Correlation .521**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem38

Pearson Correlation .343*

Sig. (2-tailed) .030

N 40

Aitem39

Pearson Correlation .406**

Sig. (2-tailed) .009

N 40

Aitem40

Pearson Correlation .638**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem41

Pearson Correlation .442**

Sig. (2-tailed) .004

N 40

Aitem42Pearson Correlation .556**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem43

Pearson Correlation .409**

Sig. (2-tailed) .009

N 40

Aitem44

Pearson Correlation .581**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem45

Pearson Correlation .110

Sig. (2-tailed) .498

N 40

Skortotal

Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.696 13

d. Dukungan Informasi

Uji Validitas

Skortotal

Aitem46

Pearson Correlation .460**

Sig. (2-tailed) .003

N 40

Aitem47

Pearson Correlation .413**

Sig. (2-tailed) .008

N 40

Aitem48

Pearson Correlation .562**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Page 123: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Aitem49

Pearson Correlation .499**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem50

Pearson Correlation .101

Sig. (2-tailed) .534

N 40

Aitem51

Pearson Correlation .272

Sig. (2-tailed) .089

N 40

Aitem52

Pearson Correlation .469**

Sig. (2-tailed) .002

N 40

Aitem53

Pearson Correlation .338*

Sig. (2-tailed) .033

N 40

Aitem54

Pearson Correlation .490**

Sig. (2-tailed) .001

N 40

Aitem55

Pearson Correlation .551**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem56

Pearson Correlation .371*

Sig. (2-tailed) .019

N 40

Aitem57

Pearson Correlation .265

Sig. (2-tailed) .099

N 40

Aitem58

Pearson Correlation .607**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem59

Pearson Correlation .546**

Sig. (2-tailed) .000

N 40

Aitem60

Pearson Correlation .333*

Sig. (2-tailed) .036

N 40

Skortotal

Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 40

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.691 12

Page 124: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Reliabilitas Skor Komposit

Cronbach's Alpha N of Items

.855 4

1. Siswa LPATR Don Bosco

No. Nama Tanggal Lahir Usia

1. AD 05/09/1996 14 Tahun 10 Bulan 8 Hari

2. RT 30/07/1994 16 Tahun 11 Bulan 14 Hari

3. FH 03/05/1995 16 Tahun 2 Bulan 10 Hari

4. UT 14/08/1995 15 Tahun 10 Bulan 30 Hari

5. YI 31/01/1996 15 Tahun 5 Bulan 13 Hari

6. SJ 06/11/1996 14 Tahun 8 Bulan 7 Hari

7. LF 17/02/1997 14 Tahun 4 Bulan 27 Hari

8. SJ 17/01/1997 14 Tahun 5 Bulan 27 Hari

9. DI 04/04/1996 15 Tahun 3 Bulan 9 Hari

10. GI 20/11/1995 15 Tahun 7 Bulan 24 Hari

11. GK 11/12/1995 15 Tahun 7 Bulan 2 Hari

12. GK 26/06/1995 16 Tahun 0 Bulan 18 Hari

13. OL 16/08/1993 17 Tahun 10 Bulan 28 Hari

14. RT 15/12/1994 16 Tahun 6 Bulan 29 Hari

15. SH 25/12/1993 17 Tahun 6 Bulan 19 Hari

16. RT 05/07/1995 16 Tahun 0 Bulan 8 Hari

17. DJ 22/02/1994 17 Tahun 4 Bulan 22 Hari

18. TU 01/05/1993 18 Tahun 2 Bulan 12 Hari

19. CN 24/09/1993 17 Tahun 9 Bulan 20 Hari

20. FH 27/12/1993 17 Tahun 6 Bulan 17 Hari

21. SF 29/08/1993 17 Tahun 10 Bulan 15 Hari

22. ZC 28/11/1993 17 Tahun 7 Bulan 16 Hari

Page 125: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23. FK 28/11/1993 17 Tahun 7 Bulan 16 Hari

24. GH 12/03/1993 18 Tahun 4 Bulan 1 Hari

25. AS 04/05/1995 16 Tahun 2 Bulan 9 Hari

26. QW 11/11/1995 15 Tahun 8 Bulan 2 Hari

27. KL 15/02/1995 16 Tahun 4 Bulan 29 Hari

28. NB 21/03/1993 18 Tahun 3 Bulan 23 Hari

29. HG 05/07/1998 13 Tahun 0 Bulan 8 Hari

30. UT 04/06/1996 15 Tahun 1 Bulan 9 Hari

31. KJ 14/10/1993 17 Tahun 8 Bulan 30 Hari

32. PO 15/03/1993 18 Tahun 3 Bulan 29 Hari

33. LK 02/03/1996 15 Tahun 4 Bulan 11 Hari

34. JH 03/09/1996 14 Tahun 10 Bulan 10 Hari

35. UI 14/03/1998 13 Tahun 3 Bulan 30 Hari

36. UP 12/04/1997 14 Tahun 3 Bulan 1 Hari

37. HK 02/04/1998 13 Tahun 3 Bulan 11 Hari

38. ER 10/02/1994 17 Tahun 5 Bulan 3 Hari

39. RT 21/11/1995 15 Tahun 7 Bulan 23 Hari

40. QW 27/08/1993 17 Tahun 10 Bulan 17 Hari

41. ZX 09/05/1993 18 Tahun 2 Bulan 4 Hari

2. Siswa LPATR Dena Upakara

No. Nama Tanggal Lahir Usia

1. LO 04/04/1996 15 Tahun 3 Bulan 9 Hari

2. GP 21/05/1997 14 Tahun 1 Bulan 23 Hari

3. ZM 28/06/1994 17 Tahun 0 Bulan 16 Hari

4. ER 19/07/1995 15 Tahun 11 Bulan 25 Hari

5. DG 13/03/1994 17 Tahun 4 Bulan 0 Hari

6. XF 07/08/1994 16 Tahun 11 Bulan 6 Hari

7. DT 07/11/1994 16 Tahun 8 Bulan 6 Hari

8. DG 04/07/1995 16 Tahun 0 Bulan 9 Hari

9. CJ 02/11/1994 16 Tahun 8 Bulan 11 Hari

10. GU 02/11/1994 16 Tahun 8 Bulan 11 Hari

11. HU 06/01/1996 15 Tahun 6 Bulan 7 Hari

12. JK 04/02/1996 15 Tahun 5 Bulan 9 Hari

Page 126: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13. ML 08/09/1994 16 Tahun 10 Bulan 5 Hari

14. IP 30/09/1993 17 Tahun 9 Bulan 14 Hari

15. KL 10/08/1994 16 Tahun 11 Bulan 3 Hari

16. CF 11/03/1995 16 Tahun 4 Bulan 2 Hari

17. BM 07/05/1995 16 Tahun 2 Bulan 6 Hari

18. BU 02/09/1994 16 Tahun 10 Bulan 11 Hari

19. LI 02/12/1993 17 Tahun 7 Bulan 11 Hari

20. KI 21/06/1993 18 Tahun 0 Bulan 23 Hari

21. GY 09/11/1994 16 Tahun 8 Bulan 4 Hari

22. HU 21/10/1995 15 Tahun 8 Bulan 23 Hari

23. KP 04/08/1993 17 Tahun 11 Bulan 9 Hari

24. KJ 21/01/1993 18 Tahun 5 Bulan 23 Hari

25. FY 14/11/1993 17 Tahun 7 Bulan 30 Hari

26. SE 12/12/1993 17 Tahun 7 Bulan 1 Hari

27. DF 26/04/1994 17 Tahun 2 Bulan 18 Hari

28. NM 29/08/1993 17 Tahun 10 Bulan 15 Hari

29. GK 01/07/1995 16 Tahun 0 Bulan 12 Hari

30. CV 14/07/1993 17 Tahun 11 Bulan 30 Hari

31. TY 11/07/1994 17 Tahun 0 Bulan 2 Hari

32. FG 09/07/1993 18 Tahun 0 Bulan 4 Hari

33. GH 29/10/1994 16 Tahun 8 Bulan 15 Hari

34. KL 05/09/1993 17 Tahun 10 Bulan 8 Hari

35. IP 27/08/1995 15 Tahun 10 Bulan 17 Hari

36. YO 12/06/1995 16 Tahun 1 Bulan 1 Hari

37. UI 30/07/1995 15 Tahun 11 Bulan 14 Hari

38. ER 24/08/1994 16 Tahun 10 Bulan 20 Hari

39. QE 07/06/1994 17 Tahun 1 Bulan 6 Hari

Page 127: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas

Psychological Well-Being a

Dukungan Sosial

Emosional Penghargaan Instrumental Informasi

Kolmogorov-Smirnov

Statistic .102 .138 .164 .147

Df 31 21 11 17

Sig. .200* .200* . 200* .200*

Shapiro-Wilk Statistic .979 .931 .943 .927

df 31 21 11 17

Sig. .783 .141 .559 .196a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2. Uji Homogenitas

Hasil Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.2.081 3 76 .110

3. Uji Hipotesis One Way Anova

Hasil Uji Hipotesis ANOVAPsychological Well-Being

Sum ofSquares

Df Mean Square F Sig.

Between Groups 1448.036 3 482.679 11.478 .000Within Groups 3195.951 76 42.052Total 4643.987 79

Page 128: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Hasil Analisis Deskriptif

Statistik Deskriptif Psychological Well-Being

Ditinjau dari

Dukungan Sosial

N Mean

Std.

Devia

tion

Mini

mum

Maxi

mum

Dukungan

Emosional31

108.1

34.610 99 118

Dukungan

Penghargaan21

102.7

18.644 88 128

Dukungan

Instrumental11 95.73 7.431 82 105

Dukungan

Informasi17

101.0

05.657 92 116

Total 80103.4

97.667 82 128

Page 129: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac · Sebayang, Ratna Herlinda Sekarfitri, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, dan Ullum Intivade yang selalu sabar dan setia dalam memberi segala. perpustakaan.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user