perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/hubungan...keberagaman budaya di kalimantan selatan dengan...

107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN PEMAHAMAN SEJARAH MASA REVOLUSI FISIK DI KALIMANTAN SELATAN DAN PERSEPSI TERHADAP KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: HERI SUSANTO NIM S861008013 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: trinhque

Post on 19-Jun-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN PEMAHAMAN SEJARAH MASA REVOLUSI FISIK DI

KALIMANTAN SELATAN DAN PERSEPSI TERHADAP

KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN

SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

HERI SUSANTO

NIM S861008013

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TESIS

HUBUNGAN PEMAHAMAN SEJARAH MASA REVOLUSI FISIK DI

KALIMANTAN SELATAN DAN PERSEPSI TERHADAP

KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN

SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

Disusun Oleh:

HERI SUSANTO

NIM S861008013

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sri Yutmini

………………… ………………….

Pembimbing II Drs. Saiful Bachri, M.Pd

NIP 195206031985031001

…………………. ………………….

Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. NIP 19560303 198603 1 001

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN PEMAHAMAN SEJARAH MASA REVOLUSI FISIK DI

KALIMANTAN SELATAN DAN PERSEPSI TERHADAP

KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN

SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

Disusun Oleh:

HERI SUSANTO

NIM S861008013

Telah disetujui dan disahkan oleh tim penguji

Pada tanggal 26 Januari 2012

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd.

…………………

Sekretaris : Dr. Warto, M.Hum.

…………………

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd.

………………….

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd

………………….

Mengetahui

Direktur PPs Uns

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Ph.D. NIP. 196107171986011001

Ketua Program Studi

Pendidikan Sejarah

Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. NIP 19560303 198603 1 001

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Heri Susanto

NIM : S861008013

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Hubungan Pemahaman

Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan Selatan dan Persepsi terhadap

Keberagaman Budaya di Kalimantan Selatan dengan Sikap Nasionalisme

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin adalah betul-betul

karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2012

Yang membuat pernyataan

Heri Susanto

KATA PENGANTAR

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu

wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat

bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang peneliti hormati:

1. Prof. Dr. Raviek Karsidi, MS., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah berkenan memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh

studi di Program Pascasarjana UNS.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Ph.D., Direktur PPs UNS yang telah

memberikan izin penyusunan tesis ini.

3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Program Pascasarjana UNS.

4. Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd. Pembimbing I penyusunan tesis ini yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga tesis ini dapat

terselesaikan.

5. Drs. Saiful Bachri, M.Pd. Pembimbing II penyusunan tesis ini yang juga

banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan

tesis ini.

6. Dewan Penguji Tesis Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas

Maret yang telah memberikan saran, masukan, dan informasi yang

bermanfaat untuk perbaikan penulisan tesis ini.

7. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan banyak pengetahuan selama

penulis menjadi mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana

UNS.

8. Drs. M. Zaenal A. Anis, M.Hum. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

FKIP Unlam Banjarmasin yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian.

9. Bapak dan Ibuku, sumber inspirasi dan semangatku dalam menjalani dan

menyelesaikan studi ini.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10. Teman-teman Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana UNS

angkatan 2010, yang sangat banyak membantu dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala, mudah-

mudahan segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis

menjadi amal soleh sehingga mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wata’ala

dan semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

Heri Susanto

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTO

Sebuah bangsa mampu menjadi bangsa yang unggul

apabila ia tidak kehilangan daya kreatifitas dan inovasi,

Sebuah bangsa akan menjadi bangsa yang kuat

apabila ia dapat belajar dari masa lalunya,

Sebuah bangsa akan tetap menjadi dirinya

apabila ia mampu mempertahankan budayanya

(HS)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Untuk Ibuku dalam kedamaian istana sang Khalik,

hidup dalam kalbuku semua cinta yang kau berikan,

semua harap yang kau titipkan.

Untuk Bapakku selalu ingin kulihat senyummu,

meski dalam layu senjamu,

nyata tergambar kerasnya perjuanganmu.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ..................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

MOTO ................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv

ABSTRAK ............................................................................................. xvi

ABSTRACT .......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 7

C. Pembatasan Masalah ............................................................... 7

D. Rumusan Masalah ................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian ................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS .. 11

A. Kajian Teori ............................................................................ 11

1. Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik ............................ 11

2. Persepsi Terhadap Keberagaman Budaya ........................... 20

3. Sikap Nasionalisme ............................................................ 29

B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 39

C. Kerangka Berpikir ................................................................... 41

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Hipotesis ................................................................................. 43

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 44

A. Tempat, Waktu Penelitian dan Variabel ................................. 44

1. Tempat Penelitian ............................................................... 44

2. Waktu Penelitian ................................................................ 44

3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ........................ 45

B. Jenis Penelitian ....................................................................... 47

C. Populasi, Sampel dan Sampling .............................................. 48

1. Populasi Penelitian ............................................................. 48

2. Sampel Penelitian ............................................................... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 49

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................ 54

F. Teknik Analisis Data ............................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 61

A. Diskripsi Data ......................................................................... 61

1. Data Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di

Kalimantan Selatan ............................................................. 61

2. Data Persepsi terhadap Keberagaman Budaya di

Kalimantan Selatan.............................................................. 63

3. Data Sikap Nasionalisme .................................................... 65

B. Pengujian Prasarat Analisis ..................................................... 67

1. Uji Normalitas .................................................................... 67

2. Uji Linearitas ...................................................................... 68

3. Uji Independensi ................................................................ 68

C. Pengujian Hipotesis ................................................................ 69

D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 74

E. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 84

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................. 85

A. Kesimpulan ............................................................................. 85

B. Impikasi .................................................................................. 86

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Saran ....................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 91

LAMPIRAN ........................................................................................... 96

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Sejarah .................. 62

2. Tabel Distribusi Frekuensi Skor Persepsi terhadap Keberagaman

Budaya ........................................................................................ 64

3. Tabel Distribusi Frekuensi Skor Sikap Nasionalisme ................... 66

4. Tabel Rangkuman Analisis Vasian (Anova) ................................. 70

5. Tabel Sumbangan Regresi X1 dan X2 dengan Y ........................... 71

6. Tabel Rangkuman Analisis Koefisien Regresi Ganda .................. 72

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir .................................................................. 42

2. Grafik Histogram Variabel X1 ..................................................... 63

3. Grafik Histogram Variabel X2 ..................................................... 65

4. Grafik Histogram Variabel Y ....................................................... 66

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Sejarah ...................................... 96

2. Kisi-kisi Angket Persepsi terhadap Keberagaman Budaya ........... 97

3. Kisi-kisi Angket Sikap Nasionalisme ........................................... 98

4. Petunjuk Pengisian Intrumen ....................................................... 99

5. Tes Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik .............................. 100

6. Angket Persepsi terhadap Keberagaman Budaya .......................... 110

7. Angket Sikap Nasionalisme ......................................................... 114

8. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran ...................................... 118

9. Lembar Jawaban .......................................................................... 119

10. Data Hasil Uji Coba Soal Pemahaman Sejarah (X1) .................... 120

11. Data Hasil Uji Coba Angket Persepsi terhadap Keberagaman

Budaya (X2) ................................................................................. 121

12. Data Hasil Uji Coba Angket Sikap nasionalisme (Y) ................... 122

13. a. Analisis Tingkat Kesukaran Soal (X1) ...................................... 123

b. Analisis Daya Beda (X1) .......................................................... 125

c. Rekap Analisis Butir (X1) ......................................................... 127

d. Hasil Uji Validitas Soal (X1) .................................................... 129

e. Hasil Uji Reliabilitas Soal (X1)................................................. 133

14. a. Hasil Uji Validitas Angket variabel X2 ................................... 135

b. Hasil Uji Reliabilitas Angket variabel X2 ................................ 139

15. a. Hasil Uji Validitas Angket variabel Y ..................................... 141

b. Hasil Uji Reliabilitas Angket variabel Y ................................. 145

16. Data Hasil Penelitian Variabel X1 ............................................... 147

17. Data Hasil Penelitian Variabel X2 ............................................... 152

18. Data Hasil Penelitian Variabel Y ................................................. 157

19. Data Induk Penelitian .................................................................. 162

20. Statistik Diskriptif Penelitian ....................................................... 166

21. Uji Normalitas ............................................................................. 167

22. Uji Linearitas ............................................................................... 168

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23. Uji Independensi .......................................................................... 170

24. Analisis Korelasi X1 dengan Y .................................................... 171

25. Analisis Korelasi X2 dengan Y .................................................... 176

26. Hasil Uji Regresi Ganda .............................................................. 181

27. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ................................. 182

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Heri Susanto, (S861008013). 2012. Hubungan Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan Selatan dan Persepsi terhadap Keberagaman Budaya di Kalimantan Selatan dengan Sikap Nasionalisme Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Ada tidaknya hubungan pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dengan sikap Nasionalisme, 2) Ada tidaknya hubungan persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap Nasionalisme, 3) Ada tidaknya hubungan pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap Nasionalisme Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam Banjarmasin.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional untuk memecahkan masalah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam Banjarmasin yang berjumlah 290 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan proportional probability sampling sebanyak 158 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk variabel pemahaman sejarah, untuk variabel persepsi terhadap keberagaman budaya dan sikap nasionalisme menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis korelasi product moment dan regresi linier ganda dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas, uji linearitas, dan uji independensi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan: (1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dengan sikap Nasionalisme Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam Banjarmasin (rhitung > rtabel atau 0,984 > 0,159 pada taraf signifikansi 5 %), sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap Nasionalisme Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam Banjarmasin (rhitung > rtabel atau 0,981 > 0,159 pada taraf signifikansi 5 %), sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, (3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan secara bersama-sama dengan sikap Nasionalisme Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam Banjarmasin (rhitung > rtabel atau 0,985 > 0,159 pada taraf signifikansi 5 %), sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT Heri Susanto, (S861008013). 2012. The Correlation Between History of Physical Revolution Time in South Kalimantan Understanding and Multi Cultural in South Kalimantan Perception with the Nationalism Attitude on the Student in the Study Program of History Education of Teacher Education and Educational Science Lambung Mangkurat University in Banjarmasin. Thesis. Surakarta: The Study Program of History Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta.

The aims of research are 1) Is there the correlation between history of physical revolution time in South Kalimantan understanding with nationalism attitude. 2) Is there the correlation between multi cultural in South Kalimantan perception with nationalism attitude. 3) Is there the correlation between history of physical revolution time in South Kalimantan understanding and multi cultural in South Kalimantan perception with the nationalism attitude on the Student in the Study Program of History Education of Teacher Education and Educational Science Lambung Mangkurat University in Banjarmasin.

This research uses descriptive correlative method to solve the problems. The population of this research is all of the students of the Study Program of History Education of Teacher Education and Educational Science Lambung Mangkurat University in Banjarmasin that amount of them are 290 students. The sampling of this research took using proportional probability sampling are 158 students. The data collection technique use the test for the history understanding variable and the questionnaire for the multi cultural perception and nationalism attitude variable. The analyze data technique use correlative product moment technique and double linear regression with requirement analyze that is normality test, linearity test and independency test.

Based on this research, we can conclude: (1) There is the positive and significant correlation between the history of physical revolution time in South Kalimantan understanding with nationalism attitude on the Student in the Study Program of History Education of Teacher Education and Educational Science Lambung Mangkurat University in Banjarmasin (raccount > rtable or 0,984 > 0,159 on 5 % significant, so the hypothesis are correct, (2) There is the positive and significant correlation between the multi cultural in South Kalimantan perception with nationalism attitude on the Student in the Study Program of History Education of Teacher Education and Educational Science Lambung Mangkurat University in Banjarmasin (raccount > rtable or 0,981 > 0,159 on 5 % significant, so the hypothesis are correct, (3) There is the positive and significant correlation between history of physical revolution time in South Kalimantan understanding and multi cultural in South Kalimantan perception similarly with nationalism attitude on the Student in the Study Program of History Education of Teacher Education and Educational Science Lambung Mangkurat University in Banjarmasin (raccount > rtable or 0,985 > 0,159 on 5 % significant, so the hypothesis can be told correct.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan

kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas

bersama untuk sekelompok manusia. Substansi Nasionalisme Indonesia

mempunyai dua unsur: Pertama; kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan

bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, etnik, dan agama. Kedua,

kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk

penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia.

Nasionalisme tiap bangsa di dunia tercipta melalui proses yang berbeda-

beda, sehingga pada saat Nasionalisme tersebut menampakaan wujudnya juga

mempunyai bentuk dan ciri yang berbeda. Nasionalisme Indonesia terbentuk

dengan cara yang unik, berbeda dengan Nasionalisme Eropa atau Nasionalisme

bangsa lain di Asia yang kebanyakan terbentuk dari adanya persamaan ras, suku,

nenek moyang, atau hal lain yang melahirkan nuansa monokultural. Nasionalisme

Indonesia justru terlahir di tengah keberagaman ras, suku, nenek moyang dan

nuansa multikultural, dijelaskan oleh Elson (2008:101) bahwa sifat nasionalisme

Indonesia yang bertahan lama, yakni karena kemampuannya menggugah

pengabdian kepada satu bangsa sambil menampung toleransi multikultural berikut

kepentingan daerah dan suku.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lombard (2008: 1) dalam tinjauannya menyebutkan; sungguh tak ada satu

pun tempat di dunia ini – kecuali mungkin Asia Tengah – yang, seperti halnya

Nusantara, menjadi tempat kehadiran hampir semua kebudayaan besar dunia,

berdampingan atau lebur menjadi satu.

Realita geografik, kultural dan etnikal, Nusantara ini dihuni oleh ratusan suku dengan budaya yang beragam serta kepercayaan dan agama yang berbeda-beda. Fakta ini mendorong para perintis kemerdekaan dalam era idealisasi perjuangan menganut paham bahwa bangsa adalah kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang sejarah, nasib, tujuan dan cita-cita yang sama. Rumusan inilah yang menyatukan seluruh suku bangsa di Indonesia ini menjadi satu bangsa. Dan rumusan ini pulalah yang secara empiris berhasil mengantar bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaan (Soemitro, 1994:32). Berangkat dari asumsi tersebut selayaknya pula kalau sikap nasionalisme

yang harus ditunjukkan oleh warga bangsa adalah nasionalisme yang

berlandaskan pada pemahaman sejarah perjuangan masyarakat di masing-masing

daerah dan persepsi terhadap budaya daerah yang benar sebagai pembentuk

identitas Indonesia secara utuh.

Pemahaman kembali ketangguhan dan keuletan berbagai daerah berarti merajut lebih rapi lagi kesatuan dan persatuan bangsa. Komunitas bangsa yang terdiri atas kesatuan suku bangsa dan kesatuan etnis tidak tumbuh sendiri, terbentuk melalui proses sejarah yang panjang. Jati diri bangsa merupakan hasil terjadinya proses pematangan integrasi nasional(Taufik Abdullah, 1996:13). Dalam konteks ini, sejarah perjuangan rakyat daerah untuk lepas dari

kolonialisme dan untuk menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

manifestasi dari sikap politik untuk berada dalam sebuah “nation” yang disebut

Indonesia. Pemahaman yang baik terhadap sejarah perjuangan rakyat di daerah

untuk lepas dari kolonialisme dan untuk menjadi NKRI selayaknya menjadi

pondasi semangat nasionalisme masyarakat pada tiap daerah, dengan demikian

nasionalisme yang diliki setiap warga negara merupakan nasionalisme yang

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempunyai pijakan yang kokoh sehingga tidak mudah luntur oleh berbagai

tantangan yang muncul kemudian.

Akan tetapi mempelajari sejarah seringkali belum dipahami sebagai upaya

menumbuhkan sikap nasionalisme, terlebih sejarah daerah yang seringkali

dianggap kurang unik dan kurang penting. Sehubungan dengan hal tersebut

Bambang Purwanto (2006) mengemukakan, jika prinsip sejarah sebagai sesuatu

yang unik diterapkan, maka dapat dikatakan bahwa semua sejarah sebenarnya

adalah sejarah lokal. Sementara itu sejarah nasional tidak lain hanya merupakan

representasi politis dari sejarah lokal dalam bingkai dimensi keruangan yang baru,

ketika perkembangan nasionalisme berhasil menciptakan identitas baru dalam

konteks negara bangsa. Sejarah nasional pada dasarnya adalah sekumpulan

sejarah lokal dalam bingkai keruangan yang lebih luas lagi, dengan demikian

memahami sejarah lokal sebagai upaya menumbuhkan sikap nasionalisme sama

pentingnya dengan memahami sejarah nasional.

Diantara bagian dari sejarah lokal yang penting untuk dikaji adalah sejarah

perjuangan rakyat di daerah, misalnya saja sejarah perjuangan rakyat Banjar, dari

sejarah ini kita dapat mempelajari bagaimana sikap anti kolonialisme dan

imperialisme masyarakat Banjar yang menjadi napas perjuangan di Kalimantan

Selatan dan sekaligus sejalan dengan proses penbentukan nasionalisme Indonesia

yang berangkat dari alasan yang sama yaitu anti kolonialisme dan imperialisme.

Disamping sejarah perjuangan rakyat daerah, yang tidak kalah pentingnya

adalah keberagaman budaya daerah, seperti dijelaskan dimuka bahwa

nasionalisme Indonesia terbentuk ditengah keberagaman budaya tiap daerah,

sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

merupakan perwujudan dari budaya-budaya daerah itu sendiri. Persepsi yang

benar terhadap keberagaman budaya akan mampu mengarahkan setiap masyarakat

di daerah untuk memiliki identitas dan karakter yang kuat sebagai manusia

Indonesia dalam bingkai multikulturalisme. Selain hal tersebut, perjalanan sejarah

dari banyak negara besar membuktikan bahwa bangsa yang mampu berkembang

menjadi bangsa pesaing di tingkat dunia adalah bangsa yang mempunyai identitas

budaya yang kuat dan mampu mempertahankan keluhuran akar budaya mereka.

Peran budaya pada era reformasi menghadapi tantangan berkaitan dengan

fungsinya sebagai penyadaran “sense of belonging dan nasionalisme”

(Wiriatmadja, 2002:viii). Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah

diharapkan dapat membentuk karakter masyarakat tiap daerah menjadi lebih kuat

dan maju dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan justru

menjadi alat perpecahan diantara sesama warga bangsa. Untuk mewujudkan hal

tersebut tentunya diperlukan upaya penyadaran yang sistematis melalui dunia

pendidikan.

Ditinjau dari segi pendidikan, pada hakekatnya pendidikan adalah proses

pembudayaan secara terus-menerus dan sistematis yang akan membentuk

kepribadian peserta didik menjadi manusia dewasa yang seutuhnya, dalam tataran

ini pendidikan dan budaya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Kebudayaan suatu masyarakat akan mempengaruhi proses pembentukan

kepribadian seorang individu dalam pendidikan, dalam konsep ini pendidikan

tidak hanya diidentifikasi sebagai kegiatan persekolahan, akan tetapi juga proses

pembudayaan dalam keluarga dan masyarakat.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berkaitan dengan hal tersebut, adalah sangat penting untuk menggali

kembali nilai-nilai positif dari keberagaman dalam proses pendidikan sebagai

metode penanaman nilai-nilai luhur tradisi yang akan membentuk karakter

individu peserta didik.

Setiap daerah memiliki sistem perekonomian, pengetahuan, religi, sosial,

mata pencaharian, komunikasi, dan kesenian sebagai unsur budaya. Unsur-unsur

tersebut sebagai bukti keberhasilan bangsa Indonesia di setiap daerah dalam

memelihara alam, memanfaatkan alam, dan menyaring unsur-unsur luar yang

masuk. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa suatu bangsa akan mampu bertahan

bukan hanya karena dapat bersikap adaptif terhadap perubahan yang terjadi akan

tetapi juga karena bangsa tersebut memiliki karakter yang kuat.

Dalam hal ini Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand

design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan

pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional

pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang

pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan

sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: olah hati (Spiritual and emotional

development), olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik

(Physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (Affective and

Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter

perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut(Muhammad Nuh,

2010).

Bertolak pada prinsip tersebut sudah selayaknya pendidikan harus

dibangun dengan tidak mengesampingkan identitas masyarakat dalam suatu

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

daerah yang tercermin dalam sejarah dan budayanya. Revitalisasi dan

reaktualisasi budaya lokal diperlukan dalam era globalisasi agar bangsa Indonesia

memiliki “rasa hayat historis” (Soedjatmoko, 1992: 56) dan karakter bangsa yang

kuat untuk terlibat aktif dalam globalisasi tanpa tergilas oleh unsur-unsur luar.

Pendidikan yang berpijak pada budaya lokal dan bercermin pada sejarah akan

mampu menghasilkan generasi yang memiki karakter yang kuat, menjadi suatu

yang penting untuk menggali nilai-nilai sejarah dan budaya lokal guna

menemukan akar solusi pemecahan berbagai masalah sosial dalam masyarakat

dewasa ini.

Pada kenyataannya tren pendidikan yang ada belumlah menempatkan

sejarah dan budaya daerah sebagai suatu kompenen penting yang akan sangat

menentukan bagaimana keberlanjutan bangsa Indonesia. Sejarah seringkali

hanyalah dipahami sebagai rangkaian peristiwa masa lalu yang tidak ada

relevansinya dengan masa depan dan budaya daerah menjadi budaya yang

terpinggirkan ketika serbuan budaya asing begitu gencar. Menjadi penting

kemudian untuk mencari tahu, seberapa besar kontribusi pemahaman sejarah dan

keberagaman budaya terhadap sikap nasionalisme.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana korelasi

antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi

terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme mahasiswa Pendidikan

Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin.

B. Identifikasi Masalah

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang penulis kemukakan

di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan berhubungan

dengan sikap nasionalisme mahasiswa

2. Persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan berhubungan

dengan sikap nasionalisme mahasiswa

3. Pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi

terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan berhubungan dengan

sikap nasionalisme mahasiswa

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

Banjarmasin tahun akademik 2011/2012. Dengan demikian korelasi antar

variabel yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah korelasi pada

mahasiswa pendidikan sejarah FKIP Unlam tahun akademik 2011/2012,

meskipun sangat memungkinkan apabila unsur-unsur pendukungnya tidak

berubah maka hasil penelitian yang ada akan dapat digunakan untuk

menggeneralisasi mahasiswa pendidikan sejarah FKIP Unlam pada

umumnya.

2. Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga variabel yang terdiri dari

variabel bebas pertama yaitu pemahaman sejarah masa revolusi fisik di

Kalimantan Selatan dan variabel bebas kedua yaitu persepsi terhadap

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keberagaman budaya, sedangkan variabel terikatnya adalah sikap

nasionalisme mahasiswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik di

Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme mahasiswa Program Studi

Pendidikan Sejarah FKIP Unlam?

2. Apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap keberagaman budaya

dengan sikap nasionalisme mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah

FKIP Unlam?

3. Apakah terdapat hubungan antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik di

Kalimantan Selatan dengan persepsi terhadap keberagaman budaya dengan

sikap nasionalisme mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Unlam?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka secara umum tujuan

penelitian ini untuk mendiskripsikan dan untuk mengetahui hubungan antara

pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi

terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme

mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam. Tujuan ini

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kemudian dijabarkan lagi menjadi tujuan khusus yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menemukan ada tidaknya hubungan antara

pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dengan sikap

nasionalisme mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam;

2. Untuk mengetahui dan menemukan ada tidaknya hubungan antara persepsi

terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme mahasiswa Program

Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam;

3. Untuk mengetahui dan menemukan ada tidaknya hubungan antara

pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi

terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme mahasiswa

Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki manfaat atau kegunaan secara teoritis

maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu pilar pendidikan karakter sikap nasionalisme memegang

peranan penting dalam pembentukan karakter bangsa. Jika ditemukan adanya

hubungan yang signifikan antara variabel pemahaman sejarah masa Revolusi

Fisik dan persepsi terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme

mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam, nantinya dapat

digunakan sebagai masukan bagi pengembangan konsep pendidikan karakter di

kalangan mahasiswa program studi pendidikan sejarah.

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Bagi dosen, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam

mengkaji kembali dan memberi informasi untuk memperbaiki perkuliahan

terutama pada mata kuliah Sejarah Lokal dan Sejarah Kebudayaan.

b. Diharapkan temuan dalam penelitian ini dapat menjadi bahan informasi

bagi program studi dan pihak-pihak terkait dalam bidang pendidikan

untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya memahami

sejarah dan budaya daerah.

c. Bagi peneliti maupun peneliti lain semoga dapat menjadi referensi bagi

mereka yang menaruh minat terhadap penelitian yang berhubungan dengan

sikap nasionalisme mahasiswa dengan meneliti variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap sikap nasionalisme mahasiswa.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian teori

1. Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan Selatan

a. Pemahaman Sejarah

Pemahaman merupakan proses yang dilalui seorang individu untuk

menjadikan suatu pengetahuan menjadi milik dirinya dan pada akhirnya akan

mempengaruhi proses berfikir dan bertindak individu tersebut. Menurut Suharsimi

Arikunto (2003:17) pemahaman (comprehension) mempunyai arti

mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas,

menyimpulkan, menggeneralisir, memberikan contoh, menulis kembali,

memperkirakan.

Bloom(1956) memasukkan pemahaman dalam ranah kognitif, pemahaman

menempati tingkat kedua setelah pengetahuan, ini berarti memahami lebih dari

sekedar mengetahui, memahami lebih mendalam dari sekedar mengetahui. Dapat

dikatakan bahwa pemahaman adalah gabungan antara mengetahui dan menghayati

sesuatu yang menyebabkan seseorang mendapatkan pemahaman secara utuh.

Winkel (2004:274) menjelaskan bahwa pemahaman mencakup

kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal ini

berarti bahwa pemahaman melibatkan beberapa proses, yaitu proses mengetahui,

menghayati pengetahuan tersebut, dan kemudian menangkap makna yang

terkandung di dalamnya.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jika dihubungkan dengan pemahaman sejarah, berarti seseorang dapat

memiliki pemahaman sejarah apabila sebelumnya telah mengetahui konsep

sejarah, kemudian menghayati peristiwa sejarah tersebut, dan kemudian dari

penghayatan tersebut akan mampu menangkap makna yang terkandung dalam

peristiwa tersebut.

Sejarah merupakan suatu proses perjuangan manusia dalam mencapai

gambaran tentang segala aktivitasnya yang disusun secara ilmiah dengan

memperhatikan urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga mudah

dimengerti dan dipahami. Sejarah dapat memberikan gambaran dan tindakan

maupun perbuatan manusia dengan segala perubahannya. Perubahan inilah yang

dikaji oleh sejarah. Lebih jauh lagi Taufik Abdullah & Abdurrachman

Surjomihardjo(1985:27) menyebutkan bahwa sejarah bukan semata-mata suatu

gambaran mangenai masa lampau, tetapi sebagai suatu cermin masa depan.

Konsep sejarah dewasa ini semakin ilmiah dan komprehensif. Sejarah bukan sekedar rangkaian peristiwa atau untaian pasir, melainkan lingkaran peristiwa yang terentang pada benang-benang gagasan. Secara umum diyakini bahwa gagasan merupakan dasar semua tindakan dan berada di balik semua setiap kejadian sehingga perannya sangat penting. Gagasan telah menjadi pertimbangan dalam tindakan manusia dari abad ke abad. Gagasan merupakan kekuatan yang memotivasi manusia untuk mengambil tindakan. Sejarah mengkaji kekuatan di balik tindakan tersebut dan menghadirkan gambar tiga dimensi tentang manusia di masa lampau. Sesuai dengan konsep modern, sejarah tidak hanya berisi tentang sejarah raja dan ratu, pertempuran dan jenderal, tetapi juga tentang orang biasa – rumah dan pakaiannya, ladang dan pertaniannya, usaha yang terus menerus untuk melindungi rumah dan jiwanya dan untuk mendapatkan pemerintahan yang adil, aspirasinya, prestasi, kekecewaan, kekalahan dan kegagalannya (Kochhar 2008 : 10-11). Konsep sejarah tersebut menjelaskan bahwa sejarah adalah sebuah ilmu

yang memiliki misi yang sangat besar untuk memperbaiki peradaban umat

manusia, sejarah banyak memberikan pelajaran tentang konsep-konsep penting

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam menghadapi kehidupan yang akan datang. Sejarah juga mengajarkan kita

bagaimana kita memahami manusia dalam konteks masa lalu untuk membuat

sejumlah keputusan di masa yang akan datang. Hal tersebut menjelaskan bahwa

sejarah tidaklah sesederhana hanya sekedar nama, peristiwa, waktu dan tempat

kejadian. Sejarah harus dipandang sebagai upaya penyadaran individu dan

masyarakat agar mampu menjadi warga Negara yang baik.

Penjelasan sejarah mampu menjadi ukuran bertindak dalam kehidupan,

seperti dijelaskan oleh Dilthey; life only takes on a measure of transparency in the

light of historical reason(Sartono Kartodirdjo, 1959:60). Berbagai perubahan dan

keberlanjutan yang disajikan dalam penjelasan sejarah akan memberikan

gambaran tentang kehidupan dan menunjukkan nilai-nilai penting yang

selayaknya menjadi ukuran dalam bertindak.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, selayaknya sejarah bukan hanya

dipahami sebagai sebuah mata pelajaran(subject matter), akan tetapi lebih jauh

dari itu. Sejarah adalah jalan untuk menuju pemahaman yang realistis terhadap

keadaan masa sekarang, sebagai hasil mempelajari masa lalu yang akan

menjadikan manusia menjadi lebih bijak dalam membuat keputusan-keputusan

hidup. Dengan demikian pemahaman sejarah merupakan pemahaman tentang

perubahan kehidupan manusia di masa lalu melalui gagasan-gagasannya yang

mempunyai akibat terhadap kehidupan kita dimasa sekarang dan akan datang.

Other qualities which should be develop in history education are historical knowledge and understanding. These qualities as much as important as those historical thinking and skills. It is adequate to say that there will be no other cognitive nor affective qualities can be developed and constitute students personalities when they have knowledge of historical fact and terms. In this perspective, student should be knowledgeable about historical facts, interpretation, analysis, reconstruction, historical accounts, criticism, bias, cause and effect, continuity and change, terms

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

related to historical events which are essential for the development of historical understanding, and subsequently is prerequisite for the development of historical thinking and skills. (Said Hamid Hasan, 2010: 4) Sejarah bukan saja berkisah tentang peristiwa tetapi juga mengulas

persepsi dan pandangan masyarakat (Asvi Warman Adam, 2005: xii). Pemahaman

sejarah perlu dimiliki setiap orang sejak dini agar mengetahui dan memahami

makna dari peristiwa masa lampau sehingga dapat digunakan sebagai landasan

sikap dalam menghadapi kenyataan pada masa sekarang serta menentukan masa

yang akan datang. Artinya sejarah perlu dipelajari sejak dini oleh setiap individu

baik secara formal maupun nonformal, Keterkaitan individu dengan masyarakat

atau bangsanya memerlukan terbentuknya kesadaran pentingnya sejarah terhadap

persoalan kehidupan bersama seperti: nasionalisme, persatuan, solidaritas dan

integritas nasional. Terwujudnya cita-cita suatu masyarakat atau bangsa sangat

ditentukan oleh generasi penerus yang mampu memahami sejarah masyarakat atau

bangsanya.

Dalam konteks ini, sejarah adalah cara dalam menanamkan konsep-

konsep; nasionalisme, persatuan, solidaritas dan integritas sosial tersebut. Konsep

tersebut dapat kita temukan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan

kolonialisme dan imperialisme bangsa lain. Nasionalisme dalam tataran ini adalah

ideologi perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kolonialisme dan

imperialisme.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman sejarah

adalah pemahaman terhadap ‘pengalaman holistik sebagai sistem peristiwa masa

lalu’(Collingwood, 1985:186) dalam hubungannya dengan kehidupan manusia di

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masa kini dan masa akan datang, yang di dalamnya terdapat nilai dan karakter

perjuangan tiap bangsa.

Menurut Frederick & Soeri Soeroto (2005) beberapa unsur pemikiran

sejarah yang merupakan proses untuk memahami masa lampau yang pertama

adalah pengertian waktu, sebagai pangkal pemikiran sejarah waktu dapat

diuraikan sebagai sesuatu yang mutlak dalam sejarah. Unsur selanjutnya adalah

kesadaran akan sifat dasar fakta, yaitu kerumitannya. Fakta harus dilihat dari

berbagai sudut, sebanyak mungkin, serta diperlakukan dengan hati-hati sekali dan

akhirnya harus diputuskan pada bagian atau dalam pengertian yang seperti apa

yang paling mendekati kebenaran. Unsur ketiga ialah tekanan pada sebab-

musabab, bukan saja kapan suatu kejadian itu terjadi, apa yang sesungguhnya

telah terjadi dan bagaimana terjadinya, tetapi juga mengapa. Terakhir, meskipun

sejarah unik akan tetapi jangkauan topiknya bisa sangat luas dalam artian bisa apa

saja dalam segi kehidupan manusia.

Pemahaman sejarah merupakan kecenderungan berfikir yang

merefleksikan nilai-nilai positif dari peristiwa sejarah dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga kita menjadi lebih bijak dalam melihat dan memberikan respon

terhadap berbagai masalah kehidupan. Pemahaman sejarah memberi petunjuk

kepada kita untuk melihat serangkaian peristiwa masa lalu sebagai sistem

tindakan masa lalu sesuai dengan jiwa jamannya, akan tetapi memiliki

sekumpulan nilai edukatif terhadap kehidupan sekarang dan akan datang.

Berfikir sejarah mengharuskan kita mempertemukan dua pandangan yang saling bertentangan: pertama, cara berfikir yang kita gunakan selama ini adalah warisan yang tidak dapat disingkirkan, dan, kedua, jika kita tidak berusaha menyingkirkan warisan itu, mau tidak mau kita harus menggunakan “presentisme" yang membuat buntu kita pikiran itu, yang melihat masa lalu dengan kacamata masa sekarang (Wineburg, 2006: 18).

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Seseorang yang memiliki pemahaman sejarah tidak akan terjebak pada

kecenderungan “presentism” tersebut, akan tetapi tidak juga menihilkan adanya

sekumpulan konsep dan kausalitas sistemik sebagai pembentuk kehidupan masa

sekarang dan arah bagi kehidupan pada masa yang akan datang.

b. Masa Revolusi Fisik di Kalimantan Selatan

Revolusi adalah sebuah kata yang pengertiannya kabur, dari berbagai kata

pada umumnya revolusi hanya digunakan sebagai sinonim dari perubahan,

mungkin juga dengan pengertian perubahan dengan tiba-tiba atau perubahan

hebat. Tetapi dalam konteks ini perhatian kita pusatkan pada suatu pergantian

besar sekelompok manusia yang menjalankan kekuasaan dengan sekelompok

lainnya. Selanjutnya ada implikasi yang lebih jauh, yaitu kalau penggantian

golongan yang satu oleh golongan yang lain tak dijalankan dengan

pemberontakan yang dahsyat, tentu dengan perebutan kekuasaan (Brinton, 1962).

Revolusi merupakan perkataan yang tidak mempunyai arti yang tajam.

Atau lebih tepat kalau dikatakan bahwa revolusi mempunyai banyak arti. Dari

segi ilmu tatanegara dapat dikatakan bahwa revolusi ialah tindakan untuk

mengganti Negara yang lama dengan Negara yang baru atau pemerintahan lama

dengan pemerintahan baru dengan cara yang tidak konstitusional (Frederick &

Soeri Soeroto, 2005: 79).

Dapat kita telaah pendapat Onghokham (1985:5) bahwa tindakan

revolusioner dalam revolusi Indonesia yang tidak disponsori oleh orang-orang

militer resmi, tetapi dimulai oleh berbagai kelompok masyarakat yang masing-

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masing mempunyai pimpinan, anak buah, senjata, dan kepentingan sendiri-

sendiri.

Agaknya, pendapat ini sangat relevan dengan revolusi fisik di Kalimantan

Selatan 1945-1949. Dalam periode ini bangsa Indonesia, khususnya Kalimantan

Selatan juga mengalami bentuk perlakuan ketidakadilan serta dalam kondisi yang

merugikan dalam bentuk eksploitasi ekonomi, ketergantungan dan ketidakbebasan

berpolitik, diskriminasi sosial dan rasial, fragmentasi sosial, superiority-compleks

di pihak penjajah dan seterusnya. Di sini akan tercermin mentalitas yang sangat

kuat untuk berubah… . Namun demikian patut kita pahami mentalitas seperti ini

sebenarnya memiliki mata rantai historis dari tipologis masyarakat Kalimantan

Selatan, seperti yang telah tergambar dalam Perang Banjar 1859-1905 (Suriansyah

Ideham, 2003: 500). Sehubungan dengan ini Vovelle (1990) memberikan analisis

bahwa revolusi hanyalah wujud atau baju baru pada struktur dan nilai lama.

Perjuangan pada masa revolusi fisik pada hakekatnya merupakan

reaktualisasi semangat kemerdekaan yang sebenarnya telah ada sejak lama, yakni

sejak pertamakali masyarakat Banjar ingin melepaskan diri dominasi bangsa lain

yang oleh pemimpin tradisional disebut sebagai bangsa kafir. Dalam bentuk yang

lebih moderen dan lebih terorganisir, semangat ini dihidupkan kembali dan

menjadi nyawa bagi perjuangan pada masa revolusi fisik.

Rakyat Kalimantan Selatan mengalami pelbagai pelajaran yang sangat

berharga, tentang sebuah etos perjuangan dan pengorbanan bagi tanah airnya.

Betapa tidak. Revolusi fisik 1945-1949 ini menggambarkan performansi yang

paling unik dari sebuah historis lokal. Mulai dari munculnya organisasi-organisasi

perjuangan lokal yang dikombinasi pelbagai ekspedisi dari Jawa, hingga

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terbentuknya ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan Selatan. Di sini muncul

tanda pangkat lokal, aturan-aturan lokal, sampai kepada terbentuknya

Pemerintahan Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dan

lahirnya Proklamasi 17 Mei 1949. … tidaklah keliru kalau semuanya ini disebut

“local genius”nya rakyat Kalimantan Selatan (Suriansyah Ideham dkk, 2003:

501).

Dalam sejarah bangsa-bangsa kadang-kadang terjadi bahwa perang

melahirkan revolusi dan bahwa pada gilirannya revolusi melahirkan perang. Itulah

juga yang telah menjadi pengalaman kita (Frederick & Soeri Soeroto, 2005: 83).

Pada lingkup lokal perjuangangan melawan kolonialisme dan Imperialisme yang

dipimpin oleh kaum elit tradisional di Kalimantan Selatan telah ikut serta

melahirkan negara Republik Indonesia, dan dalam perkembangan selanjutnya

untuk mempertahankan negara tersebut perang kembali terjadi.

Revolusi fisik yang terjadi di Kalimantan Selatan bukan hanya melibatkan

kaum militer, akan tetapi dalam rangka menciptakan “power mentality” peran

ulama sangat besar pengaruhnya. Hal ini terlihat dari mufakat para ulama yang

menyatakan perjuangan melawan Belanda sifatnya adalah “jihad fi sabillah”.

Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah peran masyarakat desa yang turut

membantu secara logistik bagi para pejuang. Nuansa kebersamaan inilah yang

dikenal dengan konsep “gawi sabumi” dalam bahasa Banjar. Dengan demikian

revolusi fisik di Kalimantan Selatan merupakan rangkaian bersatu-padunya

elemen kekuatan masyarakat untuk mempertahankan kemerdekaan Republik

Indonesia.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman sejarah masa

revolusi fisik di Kalimantan Selatan merupakan kecenderungan berfikir yang

merefleksikan nilai-nilai positif dari peristiwa revolusi fisik di Kalimantan

Selatan, yang didalamnya terdapat nilai-nilai kebersamaan, perjuangan,

patriotisme, persatuan dan pentingnya kekuatan mental dalam mewujudkan

sebuah cita-cita. Indikator dari tercapainya sekumpulan nilai tersebut adalah;

memperkirakan implikasi Proklamasi 17 Agustus 1945 terhadap perjuangan di

Kalimantan Selatan, merumuskan bentuk partisipasi rakyat Kalimantan Selatan

dalam perjuangan pada masa revolusi fisik, merumuskan bentuk-bentuk

perjuangan pada masa Revolusi Fisik, memberikan contoh tentang kepekaan

terhadap pentingnya nilai-nilai juang dalam mencapai cita-cita bangsa,

menunjukkan rasa menghargai hasil perjuangan pada masa revolusi fisik, dan

menafsirkan konsep-konsep tindakan dalam perjuangan masa revolusi fisik

tersebut.

2. Persepsi terhadap Keberagaman Budaya di Kalimantan Selatan

a. Persepsi

Persepsi merupakan aspek psikologis yang akan sangat mempengaruhi

tindakan seseorang terhadap suatu hal. W.S. Winkel (2004:278) menjelaskan

bahwa persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat

antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik

yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan

dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(stimulasi) dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada. Reaksi yang

muncul misalnya adanya stereotipe baik atau tidak terhadap objek yang

dipersepsikan.

Bimo Walgito(2003) menjelaskan, persepsi merupakan suatu proses yang

didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan proses diterimanya

stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Stimulus yang

mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diiterpretasikan, sehingga

individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu.

Selanjutnya Taylor, Peplau, dan Sears (2009) menjelaskan bahwa persepsi

merupakan proses yang relatif rasional dalam mengambil informasi tentang

sesuatu dan mengorganisasikannya berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Persepsi

melalui interaksi-interaksi yang mencakup pemprosesan informasi secara

heuristik.

Penafsiran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari persepsi, ini

karena persepsi selalu dimulai dari proses pengindraan dan bermuara pada

interpretasi/ penafsiran terhadap objek persepsi. Andrik Purwasito (2003: 172)

menjelaskan; persepsi sebagai fokus kajian mendasarkan pada asumsi persepsi

adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran merupakan inti persepsi. Dalam

hubungannya dengan budaya, persepsi terhadap budaya merupakan upaya

memperoleh informasi melalui interaksi-interaksi yang melibatkan komunikasi

dan kontak dengan budaya yang dipersepsi dan selanjutnya melakukan

pemprosesan informasi secara heuristik untuk memahami objek persepsi dan

menginterpretasikannya sesuai prinsip-prinsip yang dipahami.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Apabila persepsi sosial merupakan proses yang digunakan seseorang untuk

memahami orang lain, maka persepsi terhadap budaya merupakan proses

seseorang untuk memahami budaya. Dalam proses ini terjadi atribusi yaitu upaya

untuk memahami penyebab dibalik perilaku sosial budaya yang memegang

peranan penting untuk memahami objek yang dipersepsi(Baron dan Byrne, 2004).

Proses atribusi juga dapat mengalami bias, mengingat proses atribusi juga

dipengaruhi oleh faktor emosional seseorang sehingga cenderung mudah

berubah(Taylor, Peplau, dan Sears, 2009). Berdasarkan atas hal tersebut, dapat

dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena

pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak

sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan individu

yang lainnya tidak sama(Bimo Walgito, 2003).

Dalam hal persepsi terhadap budaya, terkadang apabila persepsi tersebut

melibatkan sekelompok orang maka dapat memunculkan konsensus palsu(Taylor,

Peplau, dan Sears, 2009), yaitu adanya tendensi untuk melebih-lebihkan

kelaziman dan upaya menggeneralisasi sesuatu objek yang dipersepsikan.

Pandangan yang baik dari seseorang yang berpengaruh dalam kelompoknya

seringkali akan diikuti pula oleh anggota kelompok lainnya, bisa pula terjadi satu

orang yang dinilai baik maka orang lain dalam kelompok yang sama juga

dianggap baik.

Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga

akan berpengaruh dalam persepsi, terlebih-lebih bila objek persepsi adalah

manusia. Objek dan lingkungan yang melatarbelakangi objek merupakan

kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sosial yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang berbeda(Bimo Walgito,

2003).

Bila dihubungkan dengan budaya, maka persepsi budaya merupakan

kesadaran akan keberadaan budaya sebagai hasil dari mengambil informasi

tentang budaya dan mengorganisasikannya berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.

Hasil pengorganisasian inilah yang nantinya akan melahirkan interpretasi terhadap

budaya dan menjadi dasar tindakan bagi individu atau masyarakat tersebut.

b. Keberagaman Budaya di Kalimantan Selatan

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan dan hasil karya yang

dapat dirasakan dengan belajar beserta hasil budi dan karya itu. Secara sederhana

dapat dikatakan bahwa kebudayaan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia

sebagai makhluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan

memahami lingkungan sosial yang dihadapi dan sehingga tercipta pola tindakan

tertentu (Ruslie Mar’ie, 2005: 45).

Menurut antropologi kebudayaan adalah “keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar”(Koentjaraningrat, 1980:193). Dalam

pada itu Ralph Linton mengemukakan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari

tingkah laku yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh

anggota dari masyarakat tertentu. Sementara itu C. Kluckhohn dan W.H. Kelly

merumuskan bahwa kebudayaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam

sejarah, yang eksplisit, implisit, rasional, irrasional dan non rasional, yang

terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku

manusia(Harsojo, 1967).

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

The term of culture is derived from Sanskrit and Malay, namely budhi and daya. Budhi refer to logical mind, while daya refers to words. Malay is the power of influence and strength. Accordingly, in brief it may refer to the power of thinking, soul and willingness to move the soul. … In brief, it is a way of life conducted by a group of people comprises social, politic, ekonomic, religion, belief, custom, attitude, and value (Ahmad Ali Seman, 2010: 39). Berangkat dari definisi tersebut bahwa kebudayaan tidak dapat dilepaskan

dari kehidupan manusia, manusia membentuk kebudayaan dan dalam waktu

bersamaan manusia juga dibentuk oleh kebudayaan yang melingkupinya. Bila

dalam definisi Linton dikatakan bahwa kebudayaan didukung dan diteruskan oleh

anggota masyarakat, maka kebudayaan adalah identitas suatu masyarakat dan

dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri. Sesuai dengan karakter masyarakat

yang selalu dinamis untuk menjawab segala tantangan yang datang maka

kebudayaan juga selalu mengalami reinterpretasi dan transformasi sehingga

kebudayaan juga bukan sesuatu yang statis, akan tetapi sangat dinamis mengikuti

gerak perubahan masyarakat pemiliknya.

Adalah sebuah kenyataan mutlak bahwa Indonesia adalah negara dengan

banyak budaya, keunikan ini selain kekayaan juga menjadi tantangan tersendiri

terhadap identitas kebangsaan kita. Susahnya membentuk persepsi bersama

terhadap identitas budaya bangsa adalah salah satu masalah pokok yang dihadapi

negara dengan banyak budaya, fanatisme kesukuan dan persepsi stereotipe

terhadap budaya lain adalah masalah lain yang juga sering muncul dalam

pergaulan masyarakat dengan ciri plural yang kental seperti Indonesia.

Pendekatan historis tentang masyarakat Indonesia – yang sebagian besar di antaranya menjadi unsur pembentuk bangsa Indonesia pada dewasa ini – dapat memberikan pemahaman logis mengenai keadaan plural dan heterogen masyarakat ini. Sejarah merekam bahwa wilayah Kepulauan Nusantara yang kini telah terwujud menjadi wilayah Negara Keasatuan Republik Indonesia telah kedatangan manusia – yang bukan saja berbeda

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam dimensi etnik tetapi juga ras – dari beberapa belahan dunia. Kelompok-kelompok manusia tersebut sudah tentu berperan besar dalam menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang plural dan heterogen dalam bidang kultur. (I Gde Semadi Astra, 2010: 253) Pluralisme mengarah pada apa yang disebut kesadaran akan adanya pihak

lain dan perbedaan baik dalam kehidupan nyata maupun kehidupan filosofis

dengan representasinya (Siti Ruhaini Dzuhayatin, 2007: 412). Kesadaran ini

bermula dari adanya persepsi positif terhadap keberagaman budaya.

Di lain pihak, ketika pluralisme budaya dunia memberi peluang kepada

masyarakat negara berkembang untuk “tampil beda”, maka seharusnya diartikan

sebagai peluang untuk menggali kebudayaan “lokal” yang memang unik, yang

khas, sekaligus dapat membantu pencapaian kepentingan nasional dalam

percaturan politik internasional (Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, 2007: 45).

Bukanlah suatu kecelakaan jika negara Indonesia harus menampung kebangsaan yang bercorak multikultural. Keragaman tidak selalu berakhir dengan pertikaian asal tersedia sistem pengelolaan negara yang kongruen dengan pluralitas kebangsaan. Kita juga tidak perlu terobsesi dengan penyeragaman, karena kesatuan bukanlah ukuran kedamaian dan kesejahteraan (Yudi Latif, 2011: 364). Sistem pengelolaan negara yang kongruen dengan pluralitas kebangsaan

adalah pengelolaan negara yang ramah terhadap keberagaman, yang

menempatkan keberagaman sebagai pondasi dalam membangun “nations state”.

Negara mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya membentuk “moral

precepts” bagi warganya, yaitu persepsi positif terhadap keberagaman budaya

bangsa. Ajaran moral inilah yang nantinya akan melahirkan kesadaran budaya

yang utuh sebagai sebuah bangsa dengan ciri pluralitas yang kental. Bagaimana

persepsi terhadap budaya dibentuk, setidaknya ajaran moral yang ditanamkan

sebagai suatu sistem ideologi oleh negara akan turut mewarnainya.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Persepsi terhadap budaya yang bermuara pada kesadaran budaya tersebut

dimulai dari; pertama, pengetahuan akan adanya berbagai kebudayaan suku

bangsa yang masing-masing mempunyai jati diri beserta keunggulan-

keunggulannya; kedua, sikap terbuka untuk menghargai dan berusaha memahami

kebudayaan suku-suku bangsa di luar suku bangsanya sendiri, dengan kata lain

kesediaan untuk saling kenal; ketiga, pengetahuan akan adanya berbagai riwayat

perkembangan budaya di berbagai tahap masa silam; dan keempat, pengertian

bahwa di samping merawat dan mengembangkan unsur-unsur warisan budaya,

kita sebagai bangsa Indonesia yang bersatu sedang mengembangkan sebuah

kebudayaan baru, yaitu kebudayaan nasional (Edy Sedyawati, 2006).

Keadaan yang beragam dalam berbagai hal itu – selain tidak dapat

dihindari – memang tidak dapat dipungkiri juga memiliki dimensi positif dan

negatif. Belakangan ini, kurang lebih menjelang akhir abad XX, berkembang

pandangan multikulturalisme yang pada hakikatnya berupaya menjebatani

keadaan plural dan heterogen itu agar terjadi pertautan arah yang pada akhirnya

bermuara pada keberanian hidup bersatu dalam keberagaman, bukan disatukan

dalam keseragaman. Menurut multikulturalisme, harus diterima adanya realitas

empiris keanekaragaman, perbedaan, namun bersamaan dengan itu harus

dikembangkan pula pandangan kesederajatan, toleransi, persamaan, penghargaan

terhadap demokrasi, hak asasi, dan solidaritas. (Mulkhan dan Atmadja dalam I

Gde Semadi Astra, 2010: 255)

Pembentukan masyarakat multikultural Indonesia yang sehat tidak bisa secara taken for granted atau trial and error. Sebaliknya harus diupayakan secara sistematis, programatis, integrated dan berkesinambungan, dan bahkan perlu percepatan (akselarasi). Salah satu strategi penting dalam mengakselerasikannya adalah pendidikan multikultural yang diselenggarakan melalui seluruh lembaga pendidikan, baik formal maupun

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

non formal, dan bahkan informal dalam masyarakat luas (Azyumardi Azra, 2011:20). Secara sederhana upaya tersebut dapat dilakukan dengan memupuk

persepsi positif terhadap keberagaman budaya. Hal ini menjadi penting karena inti

masyarakat multikulturalisme adalah adanya kesediaan menerima dan menghargai

budaya lain yang tercermin dalam persepsi terhadap keberagaman budaya.

Masalah multikulturalisme bisa dijelaskan dengan fakta bahwa setiap

warga negara, bukanlah individu-individu abstrak yang tercerabut dari akar

sosialnya. Pengakuan terhadap hak-hak budaya kelompok etnis, terutama

golongan minoritas, harus dibuka terlebih dahulu sebagai prakondisi menuju

pembentukan individu warga negara yang bisa melampaui identitas etniknya/post

etnic condition (Yudi Latif, 2011: 365).

Persepsi terhadap budaya bangsa yang berciri multikulturalisme pada

umumnya selalu berkaitan dengan anggapan bahwa “tiap budaya mempunyai tipe

kepribadian dominan” (Kaplan & Manners, 2002: 184). Hal ini nampak misalnya

ketika kita mempersepsikan bahwa bahwa seseorang dari suku bangsa tertentu

cenderung memiliki ciri perilaku tertentu sesuai dengan ciri dominan masyarakat

asalnya.

Persepsi positif akan muncul manakala objek yang dipersepsi mempunyai

kecenderungan untuk sama atau setidaknya tidak bertentangan dengan

pemahaman perseptor. Sebaliknya bila objek persepsi memiliki banyak perbedaan

apalagi sangat bertentangan dengan nilai budaya yang dianut dan dipahami

perseptor maka akan menimbulkan persepsi negatif. Jika persepsi positif akan

mengarah pada integrasi maka persepsi negatif akan mengarah pada disintegrasi.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia akan sangat mungkin

sekali terjadi kesalahpahaman sebagai akibat dari beragamnya perbedaan yang

ada, oleh karenanya untuk membentuk persepsi positif terhadap keberagaman

perlu adanya pemahaman prinsif kebhinekaan sebagai roh dari integrasi

kebangsaan Indonesia. Prinsif kebhinekaan dimaksud adalah penerimaan dan

saling menghargai terhadap keberagaman bangsa yang mencakup keberagaman

ras, suku, bahasa, budaya, sosial, ekonomi, politik dan religi.

Lebih spesifik lagi pada lingkup kedaerahan, keberagaman juga sangat

terasa. Keterbukaan akses geografis yang memudahkan terjadinya kontak budaya

dan penyebaran penduduk telah menyebabkan nuansa keberagaman juga sangat

terasa di berbagai daerah. Kalimantan Selatan adalah salah satu wilayah yang

menjadi tempat bertemunya berbagai kebudayaan, seperti; Banjar, Dayak, Jawa,

Cina, Arab, dan banyak budaya nusantara lainnya.

Keadaan beragamnya unsur pembentuk budaya inilah yang menyebabkan

munculnya ciri khas masyarakat sebagai pemilik budaya tersebut. Menurut

tinjauan Kuntowijoyo (2006:xii), hal tersebut menjadi faktor yang menyababkan

sistem budaya tidak pernah berhenti, namun selalu mengalami perubahan dan

perkembangan baik karena dorongan dari dalam maupun dari luar, tidak terkecuali

pada kebudayaan daerah tentunya.

Keragaman, atau kebhinekaan atau multikulturalisme merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, lebih-lebih lagi pada masa kini dan di waktu-waktu mendatang. Multikulturalisme secara sederhana dapat dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah negara atau masyarakat adalah beragam dan majemuk. Sebaliknya, tidak ada satu negarapun yang mengandung hanya kebudayaan nasional tunggal (Azyumardi Azra, 2011:21).

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dapat ditarik kesimpulan kemudian, bahwa multikultur adalah tempat

pembelajaran masyarakat dari berbagai kultur yang berbeda-beda, melalui proses

komunikasi, melahirkan tingkah laku sosial, menyepakati norma dan nilai

bersama, membangun struktur kelembagaan. Multikultur adalah proses transaksi

pengetahuan dan pengalaman yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk

menginterpretasi pandangan dunia mereka yang berbeda untuk menuju ke arah

kebaruan kultur (Andrik Purwasito, 2003: 138). Dengan paradigma tersebut

seharusnya dipahami bahwa keberagaman budaya yang terdapat pada tiap daerah

adalah unsur yang memperkaya proses pembentukan identitas ke-Indonesiaan.

Dengan demikian persepsi terhadap keberagaman budaya merupakan

persepsi yang diarahkan pada kecenderungan untuk menerima, memahami dan

menghargai keberagaman sebagai sebuah identitas kebangsaan Indonesia, dengan

indikator; menyadari eksistensi budaya tiap suku bangsa sebagai bagian budaya

bangsa Indonesia, kepekaan terhadap peran budaya dalam membentuk karakter

masyarakatnya, menunjukkan rasa memiliki terhadap budaya bangsa, menafsirkan

nilai-nilai positif keberagaman budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Sikap Nasionalisme

a. Sikap

Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertamakali

digunakan oleh Herbert Spencer, yang menggunakan kata ini untuk menunjuk

suatu status mental seseorang (Abu Ahmadi, 2007:148). Menurut Chava,

Bagardus, La Pierre, Mead dan Gordon Allport yang dikutip oleh Saifuddin

Azwar, bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

objek dengan cara-cara tertentu (Saifuddin Azwar, 2000:5). Kesiapan dimaksud

merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi terhadap suatu keadaan sesuai

dengan stimulus yang menghendaki respon tersebut.

Respon hanya akan timbul apabila individu tersebut dihadapkan pada

stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Hal ini berarti bahwa

sikap hanya akan nampak apabila terdapat sejumlah stimulus yang menyebabkan

seorang individu dihadapkan pada suatu keadaan untuk memberikan suatu respon

tertentu.

Saifuddin Azwar (2000) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi

sikap:

1) Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara

lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita

terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya.

4) Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung

dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada

gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

Dalam pergaulan hidup sehari-hari sikap akan sangat menentukan

bagaimana penilaian seorang individu terhadap suatu hal, sikap merupakan

pembentuk tingkah laku dan pandangan secara psikologis. Karena sikap-sikap

dilihat sebagai menentukan dalam keseluruhan organisasi individu, beberapa

konsekwensi sikap-sikap terhadap tingkah laku adalah tidak langsung, karena

diperantarai oleh proses-proses psikologis lainnya(Newcomb, 1985:76), sikap

seringkali depengaruhi juga oleh proses belajar, persepsi, dan kognisi seseorang.

Sehingga wajar kiranya apabila kemudian suatu objek yang sama akan disikapi

berbeda oleh seseorang atau sekelompok orang.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Psikologi sosial memandang sikap sebagai sesuatu yang penting bukan

karena sikap itu sulit untuk diubah, akan tetapi juga karena sikap sangat

mempengaruhi pemikiran sosial walaupun tidak selalu direfleksikan dalam

tingkah laku(Baron dan Byrne, 2004). Biasanya seseorang tidak dapat mengukur

sikap secara langsung, maka yang diukur adalah sikap yang nampak, dan sikap

yang nampak adalah juga perilaku(Bimo Walgito, 2003:108).

Pada lingkup yang lebih luas, yaitu lingkup kebangsaan sikap merupakan

indikator tindakan yang mengarah pada tingkat kesadaran nasional dan

nasionalisme kebangsaan. Hal ini erat kaitannya dengan sikap sebagai bentuk

respon terhadap pemaknaan kondisi kebangsaan sesuai dengan kondisi nyata,

dalam bingkai keindonesiaan sikap kebangsaan akan sangat dipengaruhi oleh

pemahaman terhadap berbagai faktor, misalnya; nilai-nilai ideal dan realitas yang

dipahami, harapan kondisi riil yang diharapkan dan kecenderungan dalam

menanggapi keadaan-keadaan yang kontra idealis.

b. Nasionalisme

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan

kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan

satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Menurut Hans Kohn

nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi

individu harus diserahkan kepada negara-kebangsaan(Kohn, 1961).

Dalam hubungannya dengan kehidupan berbangsa, Anderson (2001:8)

menjelaskan; bangsa adalah sesuatu yang terbayang karena para anggota bangsa

terkecil sekalipun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota lain,

tidak akan bertatap muka dengan mereka itu, bahkan mungkin tidak pula pernah

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mendengar tentang mereka. Namun toh di benak setiap orang yang menjadi

anggota bangsa itu hidup sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka.

Bayangan tentang kebersamaan inilah yang kemudian mewujudkan

semangat nasionalisme. Nasionalisme merupakan salah satu unsur dalam

pembinaan kebangsaan atau nation-building. Dalam proses pembinaan

kebangsaan semua anggota masyarakat bangsa dibentuk agar berwawasan

kebangsaan serta berpola tatalaku secara khas yang mencerminkan budaya

maupun ideologi. Proses pembinaan kebangsaan memang unik bagi tiap bangsa.

Bagi masyarakat bangsa yang plural akan tetapi homogen, seperti Amerika

Serikat, konsep melting-pot dapat diterapkan. Namun bagi masyarakat Indonesia

yang plural dan heterogen akan lebih mengedepankan wawasan kebangsaan yang

unsur-unsurnya adalah rasa kebangsaan, faham kebangsaan, dan semangat

kebangsaan atau nasionalisme (Edi Sudrajat, 1998), dalam keadaan ini diperlukan

nasionalisme yang toleran. Nasionalisme yang toleran adalah nasionalisme yang

identitas nasionalnya diupayakan untuk bisa merasuk kedalam kehidupan pribadi

dan kebudayaan, bukan dipolitisasi dan dijadikan hak dasar hukum untuk

memaksa(Diamond, 1998).

Hakikat Indonesia adalah suatu cita-cita politik untuk mempersatukan unsur-unsur tradisi dan inovasi serta keragaman etnis, agama, budaya, dan kelas sosial ke dalam suatu “botol baru” bernama “negara-bangsa”. Hasrat persatuan itu memang terjadi secara negatif, didorong oleh kehendak menghadapi musuh bersama (negara kolonial), dan secara positif, tercipta oleh hasrat untuk mencapai kebahagiaan bersama (Yudi Latif, 2011:357). Nasionalisme merupakan tali pengikat yang kuat, yakni paham yang

menyatakan bahwa kesetiaan individu harus diserahkan kepada negara

kebangsaan, sebagai ikatan yang erat terhadap tumpah darahnya. Keinginan untuk

bersatu, persamaan nasib akan melahirkan rasa nasionalitas yang berdampak pada

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

munculnya kepercayaan diri, rasa yang amat diperlukan untuk mempertahankan

diri dalam perjuangan menempuh suatu keadaan yang lebih baik. Dua faktor

penyebab munculnya nasionalisme, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor

pertama sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap penjajah yang menimbulkan

perlawanan rakyat dalam bentuk pemberontakan atau peperangan. Sedang faktor

kedua sebagai renaissance yang dianggap simbol kepercayaan atas kemampuan

diri sendiri (Perdanayudha, 2010).

Ikatan-ikatan nasionalisme yang telah dibina dan disepakati selama masa

perjuangan prakemerdekaan, biasaya akan berubah kearah persaingan antar

golongan. Hal ini terjadi karena konsep nasionalisme (kebangsaan) yang telah

disepakati tersebut bisa jadi mempunyai banyak pengertian. Bisa saja suatu

golongan menganggap konsep tertentu lebih baik daripada konsep yang semula

disodorkan oleh golongan lain (Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, 2007).

Konsep bangsa yang telah dimiliki masyarakat sampai saat ini pada dasarnya merupakan penerusan dari konsep bangsa menurut faham Nasionalisme dari pendiri bangsa. Visi Nasionalisme Indonesia pada masa pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan secara jelas dirumuskan oleh pendiri bangsa sebagai orientasi pemikiran perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda dengan mendirikan negara kesatuan, baik kesatuan tanah air, bangsa, maupun bahasa dan kebudayaannya. Karena itu ciri dan jiwa nasionalisme pada masa pergerakan adalah sifat anti kolonial dan semangat untuk membangun persatuan dan kesatuan masyarakat tanah jajahannya dari kemajemukannya menjadi kesatuan bangsa motto Bhineka Tunggal Ika dari masa Majapahit diangkat sebagai semboyan dalam upaya untuk mewujudkan terciptanya bangunan bangsa yang dicita-citakan(Djoko Suryo, 2003:5). Soetjipto Wirosarjono (1998) menjelaskan bahwa kesadaran dan semangat

nasionalisme yang tumbuh dan berkembang di Indonesia berlatar belakang

kolonialisme. Suku-suku bangsa yang ada di Indonesia disatukan oleh

pengalaman yang sama tatkala sama-sama dijajah oleh bangsa Belanda. Tatkala

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Indonesia berdiri, suku-suku bangsa itu kemudian menjadi bagian dari bangsa dan

negara Indonesia. Maka semua suku bangsa (daerah) yang ada di Nusantara itu

disatukan oleh nasib dan perjuangan yang sama untuk melawan penjajahan.

Nasionalisme merupakan jawaban dari tirani bangsa asing atas kehidupan

masyarakat pada abad ke - 19 sampai dengan awal abad ke – 20. Dalam bukunya

Robert Edward Elson menyebutkan bahwa pertumbuhan identitas pribumi di

Hindia, dirangsang walau bukan diciptakan oleh imperialisme Belanda(Elson,

2008:12). Pendapat ini bukan tanpa alasan, karena dalam fakta sejarah sebelum

kedatangan dan kemudian penguasaan bangsa asing, terutama Belanda, Nusantara

kita adalah kumpulan kepulauan yang didalamnya terdapat banyak negara-negara

tradisional yang berdiri sendiri, bahkan cenderung saling bermusuhan.

Sejalan dengan kenyataan tersebut kita dapat memahami bahwa

nasionalisme suatu bangsa dapat terbentuk apabila terdapat kriteria pengikat yang

kuat seperti dijelaskan oleh Hobsbawm(1990:5),

Attempts to establish objective criteria for nationhood, or to explain why certain grouphs have become ‘nations’ and others not, have often been made, based on single criteria such as language or ethnicity or a combination of criteria such as language, common territory, common history, cultural traits or whatever else. Realita historis telah memberikan petunjuk pada kita bahwa salah satu

kriteria pengikat seperti yang dikemukakan Hobsbawm tersebut pada tataran

‘nations state’ adalah kolonialisme yang dapat dianggap sebagai ‘pemersatu

bangsa’ (Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, 2007: 62).

Elson (2009: 22-23) menjelaskan, yang memberi kekuatan kepada gagasan

Indonesia bukanlah kesatuan yang dibangun atas solidaritas etnis atau ras,

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keterikatan keagamaan, atau bahkan kedekatan geografis, melainkan rasa

kesamaan pengalaman dan solidaritas khusus yang mengalir darinya.

Sejarah membuktikan, nasionalisme politik Indonesia cukup mampu merajut kepentingan masyarakat plural yang sulit menemukan kehendak bersama. Akan tetapi, keampuhan nasionalisme politik ini baru teruji sebagai kekuatan nasionalisme negatif-defensif, ketika dihadapkan pada keburukan musuh bersama daru luar (penjajahan). Padahal, dengan berlalunya kolonial, proyek kebangsaan Indonesia yang berlandaskan pada penemuan “batas” dan “lawan” dengan kolonial itu bersifat kadaluwarsa (Yudi Latif, 2011: 366). Indonesia sendiri dari sisi istilah baru ada pada abad ke- 19 lebih tepatnya

pada 1850 ketika seorang pelancong dan pengamat sosial asal Inggris, George

Samuel Winsor Earl menggunakan kata “Indu-nesians” (Elson, 2008:2) dalam

tulisannya. Ini pun bukan berarti dengan sendirinya bangsa Indonesia terbentuk

secara otomatis setelah nama Indonesia muncul. Semangat nasionalisme

Indonesia dimulai justru ketika munculnya golongan terpelajar yang menyadari

betapa pentingnya rasa identitas bersama sebagai landasan untuk melawan praktik

kolonialisme dan imperialisme bangsa asing.

Lebih lanjut Yudi Latif (2011:358) memaparkan;

Bangsa Indonesia tidak seperti kebanyakan bangsa yang mengambil namanya dari kelompok etnik terdahulu: England dari Angles, Finland dari Finns, France dari Franks, Rusia dari Rus, Vietnam dari Viet, Thailand dari Thai, Malaysia dari Melayu, dan lain sebagainya. Ditinjau dari sudut ini, kesadaran kebangsaan Indonesia jelas bukanlah suatu perpanjangan dari kesadaran etno-kultural. Fakta tersebut menjelaskan bahwa secara sadar Indonesia adalah negara

yang disepakati akan melindungi dan menempatkan setiap suku, ras dan etnis

yang terdapat didalamnya secara sejajar, tidak memihak etnis tertentu. Sikap

nasionalisme yang dikembangkan para pendiri bangsa tersebut tentu saja

diantaranya didasari oleh adanya persepsi positif terhadap keberagaman budaya

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bangsa. Para pendiri bangsa menyadari bahwa keberagaman yang ada telah

menjadi kekuatan dalam perjuangan, terlebih pada masa revolusi.

Oleh karena itu, untuk mengerti sifat nasionalisme Indonesia dan gerakan revolusioner di mana isme itu berkembang, perlu diliki suatu pengetahuan tentang ciri-ciri terpenting dari lingkungan sosial yang melahirkannya. Lingkungan penjajahan abad keduapuluh yang menentukan tahap nasionalisme Indonesia modern yang jelas dan konkrit, adalah tahap yang menuntut analisis menyeluruh. Akan tetapi, analisis semacam itupun tidak akan memuaskan tanpa adanya pemahaman terlebih dahulu tetang proses historis sebelumnya dari pembentukan ciri-ciri lingkungan yang lebih menonjol (Kahin, 1995: 1). Sehubungan dengan latar belakang sejarah nasionalisme Indonesia Sartono

Kartodirjo (1998) menjelaskan, pertumbuhan negara-nasion dalam abad ke-19

bersamaan dengan perkembangan demokrasi, parlementarianisme dan

konstitusionalisme, kesemuanya memantapkan pembangunan civil society.

Sejarah perkembangan nasionalisme di dunia ketiga senantiasa sebagai counter-

ideology kolonialisme, sebagai ideologi yang bertujuan memperjuangkan

kebebasan untuk membangun negara nasion mencakup komunitas multi etnis

sebagai kesatuan.

Sebagaimana halnya dengan kebanyakan negara baru yang berasal dari

kancah perjuangan menentang kolonialisme lainnya, Indonesia tidak tumbuh dari

perpecahan negara yang multi etnis. Secara simbolis dapat dikatakan bahwa

kelahiran Indonesia sebagai bangsa dan negara adalah hasil perjuangan kaum

nasionalis untuk menciptakan sebuah bangsa yang bisa menjawab tantangan

zaman modern(Taufik Abdullah, 1998).

Adanya intervensi dari kekuatan luar telah menunjukkan bahwa kekuatan

nasionalisme sebagai ideologi yang disepakati menjadi penting untuk membawa

bangsa menuju kemerdekaan(Hobsbawm, 1990). Dengan demikian jelas bahwa

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

nasionalisme Indonesia merupakan nasionalisme yang terbentuk melalui suatu

proses perjuangan dan kesadaran. Bukan merupakan nasionalisme yang tumbuh

secara alami karena persamaan ras, suku, atau bahasa, akan tetapi nasionalisme

yang muncul karena adanya persamaan nasib dan sekaligus merupakan jawaban

atas keinginan memecah belah dan menguasai yang dilakukan oleh bangsa asing.

Pada akhirnya, konsepsi negara-bangsa mengisyaratkan perlunya

keserasian (congruency) antara “unit kultural” (bangsa) dengan “unit politik”

(negara). Inti persoalannya adalah bagaimana menemukan bangun dan jiwa

kenegaraan yang cocok dengan karakter kebangsaan (Yudi Latif, 2011: 357).

Sehingga akan mampu melahirkan sikap nasionalisme Indonesia sesuai yang

diharapkan.

Sikap nasionalisme merupakan semangat kebangsaan yang timbul sebagai

wujud penghormatan terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang

didalamnya terdapat jiwa patriotisme, ketulusan berkorban untuk kepentingan

bersama, kemerdekaan dan persatuan bangsa. Ini berarti untuk memiliki sikap

nasionalisme, warga bangsa harus memahami terlebih dahulu sejarah bangsanya.

Kurangnya pemahaman dan penghormatan terhadap sejarah akan

mempunyai kontribusi terhadap pemahaman nasionalisme yang benar, seperti

dijelaskan oleh Sartono Kartodirdjo (dalam Cecep Darmawan, 2009: 121); … it is

the lost of historical knowledge towards the history of nation, so that they do not

understand the meaning of nationalism correctly.

Sikap nasionalisme pada hakekatnya merupakan refleksi dari adanya

integrasi emosional nasional. Kochhar (2008: 471) menjelaskan; integrasi

emosional tidak menyangkut geografi, ekonomi, sosial, atau politik; ini adalah

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

integrasi aspek intelektual yang diwujudkan melalui pendidikan sebagai tahap

pertama dan kemudian dilanjutkan dengan integrasi fungsional. Aspek intelektual

yang berfungsi dalam integrasi nasional dapat diberi nama integrasi emosional.

Bila ditinjua dari teori sikap, maka sikap nasionalisme merupakan

semangat kebangsaan yang ditunjukkan dengan; pengakuan terhadap identitas

bangsa Indonesia, seperti bendera, bahasa, lambang Negara dan lagu kebangsaan,

penerimaan terhadap prinsip kebhinekaan, penerimaan terhadap konsep Negara

Kesatuan Republik Indonesia, semangat anti kolonialisme dan imperialisme,

kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, mengamalkan

Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

B. Penelitian yang Relevan

Sunardi (2002) dalam penelitian yang berjudul, Hubungan Sikap Terhadap

Pembauran dan Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia dengan Sikap

Nasionalisme Siswa, Penelitian pada Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU)

Kristen se-Kota Salatiga. Meskipun ketiga variabel penelitian tidak sama persis,

akan tetapi terdapat variabel yang relevan dengan penelitian ini yaitu pemahaman

sejarah dan sikap nasionalisme. Pemahaman sejarah dalam penelitian sunardi

adalah pemahaman Sejarah Nasional Indonesia, sedangkan dalam penelitian ini

diarahkan pada pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik yang merupakan bagian

dari sejarah daerah Kalimantan Selatan. Sedangkan variabel Sikap Nasionalisme

dalam penelitian Sunardi adalah Sikap Nasionalisme Siswa Sekolah Menengah

Umum, sedangkan pada penelitian ini yang dimaksud Sikap Nasionalisme adalah

Sikap Nasionalisme Mahasiswa. Hasil penelitian Sunardi menunjukkan antara

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan positif yang berarti, baik

antara variabel X1 dengan Y, X2 dengan Y, maupun antara variabel X1, dan X2

dengan Y.

Sunarto (2002) dalam penelitian yang berjudul, Hubungan Antara

Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia dan Wawasan Kebangsaan dengan Sikap

Integrasi nasional (Penelitian pada Siswa Sekolah Menengah Umum Negeri se-

Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah). Relevansi dengan penelitian ini

adalah, pada penelitian Sunarto dijelalaskan bagaimana sikap integrasi nasional,

yang secara substantif juga memiliki kesamaan dengan ideologi perjuangan masa

Revolusi Fisik untuk mempertahankan kemerdekaan yang dilandasi oleh

semangat integrasi nasional dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sukardi (2002) dalam penelitian yang berjudul, Hubungan Antara

Pemahaman Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dan Sikap terhadap Nilai

Sosio Budaya dengan Wawasan Kebangsaan (Penelitian pada Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang). Beberapa

variabel dalam penelitian Sukardi mempunyai kemiripan dengan penelitian ini,

yaitu variabel Pemahaman Sejarah Pergerakan nasional Indonesia dan variabel

Sikap terhadap Nilai Sosio Budaya. Perbedaannya adalah, pada penelitian Sukardi

pemahaman sejarah yang diteliti adalah pemahaman sejarah pergerakan nasional

Indonesia, sedangkan pada penelitian ini pemahaman sejarah yang diteliti adalah

pemahanam sejarah masa Revolusi Fisik. Sedangkan pada variabel kedua, pada

penelitian Sukardi diarahkan pada sikap terhadap nilai sosio budaya, sedangkan

pada penelitian ini lebih difokuskan pada persepsi terhadap keberagaman budaya.

Unsur budaya dalam penelitian Sukardi memiliki persamaan substansi dengan

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penelitian ini, akan tetapi berbeda pada objeknya. Hasil penelitian Sukardi

menunjukkan antara variabel bebas dan variabel terikat mempunyai hubungan

positif yang berarti, baik antara variabel X1 dengan Y, X2 dengan Y, maupun

antara variabel X1 dan X2 dengan Y.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan Selatan

dengan Sikap Nasionalisme

Pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan seperti telah

di uraikan merupakan pemahaman akan pentingnya nilai-nilai patriotisme, cinta

tanah air, dan persatuan yang akan melahirkan rasa hayat sejarah yang akan

menjadi dasar dalam upaya nation building. Oleh karena itu dari konsep tersebut

kita dapat menduga bahwa terdapat hubungan positif antara pemahaman sejarah

perjuangan masyarakat Banjar dan sikap nasionalisme.

2. Hubungan Persepsi terhadap Keberagaman Budaya di Kalimantan Selatan

dengan Sikap Nasionalisme

Persepsi dan sikap mempunyai kesamaan mendasar, yaitu keduanya

merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkah laku. Persepsi terhadap

keberagaman budaya yang positif akan membuat seseorang memahami makna

kebhinekaan dalam kehidupan berbangsa Indonesia yang merupakan prinsip dari

nasionalisme Indonesia. Dengan dasar tersebut dapat diduga bahwa terdapat

hubungan positif antara persepsi terhadap budaya Banjar dengan sikap

nasionalisme.

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Hubungan Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan Selatan

dan Persepsi terhadap Keberagaman Budaya di Kalimantan Selatan dengan

Sikap Nasionalisme

Pemahaman sejarah masa revolusi fisik yang menimbulkan rasa hayat

sejarah dan merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap bangsa,

melalui pemahaman sejarah yang baik akan dipahami bahwa proses pembentukan

nasionalisme kebangsaan Indonesia merupakan proses panjang yang melibatkan

perjuangan rakyat di berbagai daerah. Disatu sisi persepsi positif terhadap

keberagaman budayaan daerah akan menimbulkan pemahaman yang baik tentang

kebhinekaan dan pada akhirnya melahirkan sikap nasionalisme Indonesia yang

dijiwai semangat kebhinekaan. Atas dasar asumsi tersebut dapat diduga bahwa

terdapat hubungan positif antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik dan

persepsi terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme. Secara

skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan

Selatan (X1)

[Persepsi terhadap Keberagaman Budaya di Kalimantan Selatan (X2)

Sikap Nasionalisme (Y)

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori serta kerangka berfikir

maka terungkap jawaban sementara terhadap masalah dalam penelitian ini

dirumuskan dalam tiga hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara pemahaman sejarah masa

revolusi fisik di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme.

2. Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap keberagaman

budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme.

3. Ada hubungan positif yang signifikan antara pemahaman sejarah masa

revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi terhadap keberagaman

budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat, Waktu Penelitian dan Variabel

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Pemilihan lokasi penelitian ini karena ketertarikan peneliti secara akademis

terhadap sejarah dan keberagaman budaya daerah, dalam hal ini sejarah

Kalimantan Selatan. Peneliti berasumsi bahwa masyarakat yang memahami akar

budaya dan sejarahnya akan lebih mampu bertahan terhadap gempuran budaya

luar dan mampu mengembangkan dirinya untuk tetap eksis dalam globalisasi

masyarakat dunia. Atas dasar itu peneliti beranggapan secara akademis mahasiswa

program studi Pendidikan Sejarah FKIP Unlam mempunyai kapasitas untuk hal

tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada semester ganjil tahun akademik

2011/2012 yakni Juli sampai dengan Desember 2011, kegiatan tersebut dimulai

dengan pengusulan judul, dilanjutkan penyusunan proposal tesis, seminar

proposal, ujian kualifikasi, penyusunan instrument, uji coba instrument,

pengambilan data, pembahasan dan analisa data hasil penelitian serta penyusunan

laporan penelitian.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

a) Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel yaitu variabel pemahaman

sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan (X1), dan variabel persepsi

terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan(X2) sebagai variabel bebas

sedang variabel terikatnya adalah sikap nasionalisme (Y).

b) Definisi Operasional Variabel

Guna memperjelas penelitian ini maka variabel-variabel penelitian tersebut

secara operasional didefinisikan sebagai berikut :

1. Pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan adalah

kemampuan menangkap makna dari peristiwa perjuangan masyarakat daerah

dan kemudian menjadikannya sebagai upaya penyadaran diri dan masyarakat

agar mampu menjadi warga negara yang memiliki sikap nasionalisme.

Pemahaman ini ditunjukkan dengan menguasai seperangkat indikator, yaitu;

memperkirakan implikasi Proklamasi 17 Agustus 1945 terhadap perjuangan

di Kalimantan Selatan, merumuskan bentuk partisipasi rakyat Kalimantan

Selatan dalam perjuangan pada masa revolusi fisik, merumuskan bentuk-

bentuk perjuangan pada masa Revolusi Fisik, memberikan contoh tentang

kepekaan terhadap pentingnya nilai-nilai juang dalam mencapai cita-cita

bangsa, menunjukkan rasa menghargai hasil perjuangan pada masa revolusi

fisik, dan menafsirkan konsep-konsep tindakan dalam perjuangan masa

revolusi fisik tersebut.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan adalah

kesadaran akan keberadaan budaya daerah sebagai akibat dari proses

mengambil informasi tentang berbagai budaya daerah, mengorganisasikannya

berdasarkan prinsip-prinsip yang dipahami dan kemudian

menginterpretasikannya menjadi sebuah konstruk yang akan menjadi dasar

bertindak.

Indikator dari persepsi tersebut yaitu; menyadari eksistensi budaya tiap suku

bangsa sebagai bagian budaya bangsa Indonesia, kepekaan terhadap peran

budaya dalam membentuk karakter masyarakatnya, menunjukkan rasa

memiliki terhadap budaya bangsa, menafsirkan nilai-nilai positif

keberagaman budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Sikap nasionalisme adalah status mental yang menunjukkan adanya

pemahaman yang mendalam terhadap adanya suatu kriteria pengikat yang

menjadikan warga suatu masyarakat/negara merasa satu ‘nation’ dan

menunjukkan adanya semangat kebangsaan yang timbul sebagai wujud

penghormatan terhadap sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang

didalamnya terdapat jiwa patriotisme, ketulusan berkorban untuk kepentingan

bersama, kemerdekaan dan persatuan bangsa.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian teori, bila ditinjua dari teori sikap,

maka sikap nasionalisme merupakan semangat kebangsaan yang ditunjukkan

dengan; pengakuan terhadap identitas bangsa Indonesia, seperti bendera,

bahasa, lambang Negara dan lagu kebangsaan, penerimaan terhadap prinsip

kebhinekaan, penerimaan terhadap konsep Negara Kesatuan Republik

Indonesia, semangat anti kolonialisme dan imperialisme, kerelaan berkorban

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk kepentingan bangsa dan Negara, mengamalkan Pancasila dan Undang-

undang Dasar 1945.

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional.

Penelitian Deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang

ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang

berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau (Nana Syaodih, 2008: 54).

Penelitian korelasional: Penelitian ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu

variabel dengan variabel-variabel lain (Nana Syaodih, 2008: 56). Dikandung

maksud dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional, yaitu

suatu penelitian yang bertujuan untuk memastikan berapa besar variasi-variasi

yang disebabkan oleh satu variabel, berhubungan dengan variasi yang disebabkan

oleh variabel lain. Untuk menentukan arah hubungan antara variabel digunakan

pengukuran korelasi.

Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah pemahaman sejarah

masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi terhadap keberagaman

budaya sebagai variabel bebas (independen/prediktor) dan sikap nasionalisme

sebagai variabel terikat atau variabel kriterium. Selanjutnya karena data-data yang

terkumpul berupa angka-angka maka analisis data yang digunakan adalah analisis

kuantitatif.

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi (1985: 220) populasi adalah seluruh individu yang

dimaksud untuk diselidiki, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 115)

mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Selanjutnya

menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 250) bahwa populasi adalah

“Kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian”. Dalam

penelitian ini populasinya adalah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Unlam

Banjarmasin tahun akademik 2011/2012.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagain atau wakil populasi yang akan diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2002: 109). Pengumpulan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa

sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai

contoh, atau menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah

lain harus representatif (Suharsimi Arikunto, 2002: 111).

Selanjutnya menurut Sugiyono (2009: 118) sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari

dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Sampel sebagai representasi yang baik bagi populasinya sangat tergantung

pada sejauhmana karakteristik sampel itu sama dengan karakteristik populasinya.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling, sedangkan teknik

pengambilan sampel dengan cara restricted sampel yaitu sampel ditarik dari

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

populasi yang dikelompokkan terlebih dahulu atau sampel dengan batasan-

batasan. Dengan teknik ini sampel diambil secara multiple stage sampling yaitu

sampel ditarik dari kelompok populasi tetapi tidak semua anggota populasi

menjadi anggota, dengan prosedur proporsional probability sampel diambil.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 290 orang, dari populasi tersebut

diambil sampel dengan tingkat kesalahan 5%, dan setelah dikonsultasikan dengan

tabel Isaac and Michael (Sugiyono, 2010:128) diperoleh jumlah sampel sebanyak

158 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dijaring menggunakan test untuk mengumpulkan

data tentang pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan (X1),

dan menggunakan angket untuk mengumpulkan data tentang persepsi terhadap

keberagaman budaya (X2) sebagai variabel bebas sedangkan untuk variabel

terikat yaitu sikap nasionalisme (Y) juga digunakan angket.

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan prosedur

yang sistematis, yaitu dengan cirri-ciri sebagai berikut; (1) item-item dalam tes

disusun menurut cara dan aturan tertentu, (2) prosedur adminstrasi dan pemberian

angka (scoring) tes harus jelas dan dispesialisasikan secara terperinci, dan (3)

setiap orang yang mengambil tes itu harus mendapat item-item yang sama dan

dalam kondisi yang sebanding.

Sedangkan angket yang digunakan merupakan suatu daftar pertanyaan

atau pernyataan tentang topic tertentu yang diberikan kepada subjek, baik secara

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

individual maupun kelompok untuk mendapatkan informasi tertentu seperti

preferensi, keyakinan, minat, dan perilaku.

Adapun instrument masing-masing variable dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan Selatan

Untuk mengungkap pemahaman sejarah masa revolusi fisik, digunakan tes

sebagai alat pengumpul data yaitu tes pemahaman yang berbentuk pilihan ganda

dengan lima alternative jawaban yaitu: A, B, C, D dan E. Menurut Anne Anastasi

dalam Saifuddin Azwar(2001) tes adalah alat pengukur yang mempunyai standard

yang objektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk mengukur dan

membandingkan kesadaran psikis atau tingkah laku individu. Cronbach

berpendapat bahwa tes merupakan prosedur yang sistematis untuk

membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.

Tes pemahaman sejarah masa revolusi fisik termasuk dalam kategori

kawasan kognitif dari taksonomi Bloom, adapun tingkat kawasannya meliputi:

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pada aspek

pemahaman dapat dibedakan dalam kategori; tingkatan pertama atau tingkat

terendah adalah pemahaman terjemah, melalui terjemah dalam arti yang sebenar-

benarnya misalnya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, atau bahasa daerah ke

bahasa Indonesia, mengartikan haram manyarah waja sampai kaputing, gawi

manuntung. Tingkatan kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni

menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui berikutnya atau

menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pokok dengan yang bukan pokok, dan tingkatan ketiga adalah pemahaman

ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik

yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas

persepsi dalam arti waktu, dimensi kasus ataupun masalahnya.

Tes disusun berdasarkan kisi-kisi:

a. memperkirakan implikasi Proklamasi 17 Agustus 1945 terhadap perjuangan

di Kalimantan Selatan

b. merumuskan bentuk partisipasi rakyat Kalimantan Selatan dalam perjuangan

masa Revolusi Fisik

c. merumuskan bentuk-bentuk perjuangan pada masa Revolusi Fisik

d. memberikan contoh tentang kepekaan terhadap pentingnya nilai-nilai juang

dalam mencapai cita-cita bangsa

e. menunjukkan rasa menghargai hasil perjuangan pada masa revolusi fisik

f. menafsirkan konsep-konsep tindakan dalam perjuangan masa revolusi fisik di

Kalimantan Selatan

Dari responden diharapkan memiliki satu jawaban yang dianggap paling

tepat diantara alternatif jawaban yang tersedia pada item. Setiap jawaban yang

tepat dari tes memperoleh skor 1, dan yang salah memperoleh skor 0.

2. Persepsi Terhadap Keberagaman Budaya di Kalimantan Selatan dan

Sikap Nasionalisme

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui persepsi terhadap

keberagaman budaya dan sikap nasionalisme adalah angket atau kuesioner tipe

pilihan. Bentuk pilihan dengan menggunakan skala Likert, subjek didik tidak

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hanya memilih pernyataan-pernyataan yang bersifat positif saja, tetapi juga

memilih pernyataan-pernyataan yang bersifat negative sesuai hati nurani(Zainal

Arifin, 1991).

Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa skala Likert cocok digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena social ini telah ditetapkan secara

spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

selanjutnya dengan skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan

menjadi indicator variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik

tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau

pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa

kata kata; sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Untuk

penskoran digunakan rentang nilai dari 5, 4, 3, 2, 1(Sugiyono, 2010).

Model pengembangan nilai dalam persepsi terhadap keberagaman budaya

dan sikap nasionalisme berdasarkan klasifikasi (taksonomi) wilayah menurut

Krathwohl, Bloom dan Masia(1980) yang membedakan dalam tiga wilayah yang

satu sama lainnya saling melengkapi, yaitu; 1) wilayah kognitif menekankan pada

ingatan dan reproduksi mengenai apa yang telah dipelajari. Pada wilayah ini

intelektual mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengerti nilai-nilai

kebangsaan yang bersumber pada sejarah dan budaya, dengan demikian

mahasiswa mampu membedakan konsekuensi yang diterima apabila menerima

atau menolak suatu nilai tertentu, 2) wilayah afektif yang menekankan pada

perasaan, emosi, tingkat kepekaan yang tinggi terhadap nilai-nilai yang ada

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

disekitarnya sehingga nilai-nilai yang sudah dipahami itu pada akhirnya dapat

digunakan, 3) wilayah psikomotor yang menekankan pada kemampuan motorik,

dimana nilai-nilai setelah dipahami dan dihayati, selanjutnya diamalkan dalam

kehidupan praktis.

Sebagai acuan dalam menyusun instrument pengumpulan data, maka

dibuat kisi-kisi berdasarkan indicator dari variabel-variabel tersebut, yaitu sebagai

berikut:

a. Persepsi Terhadap Keberagaman Budaya

Alat ukur persepsi terhadap keberagaman budaya disusun atas dasar

bangun teori, menghargai nilai-nilai budaya daerah sebagai bagian dari budaya

bangsa Indonesia, adapun kisi-kisi dari persepsi terhadap keberagaman budaya

meliputi;

1) menyadari eksistensi budaya tiap suku bangsa sebagai bagian budaya bangsa

Indonesia

2) kepekaan terhadap peran budaya dalam membentuk karakter masyarakatnya

3) menunjukkan rasa memiliki terhadap budaya bangsa

4) menafsirkan nilai-nilai positif keberagaman budaya dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara

b. Sikap Nasionalisme

Adapun alat ukur untuk instrument sikap nasionalisme berdasarkan kisi-

kisi;

1) pengakuan terhadap identitas bangsa Indonesia, seperti bendera, bahasa,

lambang Negara dan lagu kebangsaan

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) penerimaan terhadap prinsip kebhinekaan

3) penerimaan terhadap konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia

4) semangat anti kolonialisme dan imperialisme

5) kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara

6) mengamalkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan diujicobakan terlebih dahulu, dengan

tujuan untuk menganalisa alat ukur agar instrumen tersebut valid dan reliabel.

Demikian diharapkan alat ukur tersebut akan mampu mengukur apa yang

semestinya diukur.

1. Tes Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan Selatan

a. Uji indek tingkat kesukaran butir soal tes, agar obyektifitas tes diperoleh

apabila pelaksanaan tes tersandar dari unsur-unsur subyektif. Uji tingkat

kesukaran butir soal dilakukan dengan menggunakan software Anates v.4

for Windows. Hasil uji coba menghitung tingkat kesukaran dengan

menggunakan Anates v.4 diperoleh, dari 50 soal yang di uji terdapat 0

soal dengan kategori sangat mudah, 4 soal dengan kategori mudah, 31

soal dengan kategori sedang, 10 soal dengan kategori sukar dan 5 soal

dengan kategori sangat sukar. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 13.a. halaman 123.

b. Menentukan Indeks Daya Beda/Diskriminasi

Menentukan Indek Daya Beda dengan software Anates v.4 for Windows.

Bagi soal yang memiliki indeks beda sebesar 0,2 sudah dianggap butir

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang memiliki daya beda yang cukup (Crocker & Algina dalam

Saifuddin Azwar, 2011:148). Hasil uji menghitung indek daya beda dari

50 soal terdapat 4 soal yang tidak memiliki indeks daya beda atau daya

beda < 0,2 atau 20%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

13.b. halaman 125.

c. Uji validitas butir soal tes Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di

Kalimantan Selatan

Uji validitas instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah

butir soal yang disusun telah memenuhi persyaratan penelitian. Uji

validitas butir soal dengan rumus koefisien korelasi Pearson dilakukan

dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows. Hasil uji coba

menghitung validitas soal dari 50 soal, terdapat 34 soal yang dinyatakan

valid dan telah mewakili tiap indikator sehingga dapat digunakan dalam

pengambilan data penelitian setalah memenuhi reliabilitas tes, sedangkan

16 soal yang dinyatakan tidak valid harus dibuang. Hasil selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 13.d. halaman 129.

d. Uji reliabilitas tes Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di

Kalimantan Selatan

Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian dalam hal ini soal tes

pemahaman sejarah masa revolusi fisik, menggunakan rumus Cronbach’s

Alpha dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows. Hasil uji

reliabilitas tes dari butir yang dinyatakan valid adalah 0,874, hasil

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.e. halaman 133.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Angket Persepsi terhadap Keberagaman Budaya dan Sikap

Nasionalisme

a. Uji Validitas Angket

Uji validitas instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui

apakah item yang telah disusun telah memenuhi persyaratan penelitian.

Uji validitas angket persepsi terhadap keberagaman budaya dan sikap

nasionalisme dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Pearson

dalam program SPSS 17.0 for Windows.

Berdasarkan uji coba instrumen dengan menggunakan responden

30 orang maka untuk mengetahui tingkat validitas itemnya digunakan

Pearson Correlation dengan SPSS 17 diperoleh hasil uji coba menghitung

validitas angket dari 50 item untuk variable X2 dan Y, yaitu; variabel X2

terdapat 38 item yang dinyatakan valid dan mewakili tiap indikator,

sedangkan untuk variabel Y terdapat 37 item yang dinyatakan valid dan

mewakili tiap indikator. Dari hasil uji coba tersebut item yang dinyatakan

valid dari variabel X2 dan Y dapat langsung digunakan untuk

pengambilan data setelah memenuhi syarat reliabilitas tes. Hasil

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.a. halaman 135 dan

lampiran 15.a. halaman 141.

b. Uji Reliabilitas Angket

Uji reliabilitas instrumen penelitian ini untuk mengetahui apakah

alat ukur itu mantap / ajek dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut

stabil, dapat diandalkan dan dapat diramalkan, karena penggunaan alat

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa

(Muhammad Nasir, 1998: 161).

Uji reliabilitas angket persepsi terhadap keberagaman budaya dan

sikap nasionalisme Alpha Cornbach, dengan menggunakan program

SPSS 17.0 for Windows. Hasil uji reliabilitas dari item yang dinyatakan

valid adalah; untuk variabel X2 diperoleh skor 0,897 dan untuk variabel

Y diperoleh skor 0,908. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

14.b. halaman 139 dan lampiran 15.b. halaman 145.

F. Teknik Analisis Data

Dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment dan regresi

linier ganda.

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Untuk menganalisis data dilakukan uji prasyarat mengenai

varians populasi terlebih dahulu. Untuk uji persyaratan digunakan

mengetahui normalitas dan homogenitas varian populasi agar analisis

varian (Anova) dapat digunakan. Uji kenormalan sampel digunakan

dengan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada taraf

signifikan a = 0,05. Selain itu juga digunakan pendekatan grafis melalui

normality plot. Prosedur uji dilakukan dengan SPSS 17.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Uji linearitas

Untuk menguji linieritas hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat digunakan prosedur linear regression. Melalui prosedur

ini akan diketahui linearitas variabel X1 dengan Y dan X2 dengan Y.

Prosedur uji dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.

c. Uji Independensi

Uji independensi digunakan untuk menguji apakah dua variabel

bebas saling independen atau nilai korelasi relatif tidak cukup besar. Uji

ini juga disebut otokorelasi, prosedur yang digunakan adalah tes Durbin-

Watson dengan ketentuan skor Durbin-Watsonhitung >1 dan <3. Prosedur

uji dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.

2. Pengujian Hipotesis

a. Menentukan persamaan regresi linear ganda dengan menggunakan

rumus:

Y = b0 + b1x1 + b2x2

(Budiyono, 2004: 279)

b. Menghitung besarnya kontribusi hubungan dengan analisis korelasi

sederhana antara X dengan Y.

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Hipotesis pertama

Ada hubungan positif yang signifikan antara pemahaman

sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dengan sikap

nasionalisme. Koefisien korelasi X1 dengan Y dengan rumus:

rx1y = ( )( ){ ( ) } { ( ) }

Apabila dari hasil penelitian antara rx1y > rtabel maka dapat

dikatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara X1

dengan Y.

2) Hipotesis kedua

Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi

terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme. Koefisien

korelasi X2 dengan Y dengan rumus:

rx2y = ( )( ){ ( ) } { ( ) }

Apabila dari hasil penelitian antara rx2y > rtabel maka dapat

dikatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara X2

dengan Y.

3) Hipotesis ketiga

Ada hubungan positif yang signifikan antara pemahaman

sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi

terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menghitung besarnya kontribusi hubungan dengan

mengkorelasikan antara X1 dan X2 dengan Y menggunakan uji

regresi ganda menggunakan SPSS 17.

3. Sumbangan Prediktor

Untuk mengetahui sumbangan predictor perlu dihitung besarnya

Sumbangan Efektif (SE%) dan Relatif (SR%) setiap Variabel Bebas.

Jumlah sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien

determinasi, sedangkan jumlah sumbangan relative untuk semua variabel

bebasnya sama dengan 1 atau 100%, (Budiono, 2004: 293).

a. Sumbangan Efektif tiap variable bebas, dihitung dengan rumus:

Variabel pemahaman sejarah masa revolusi fisik.

SE (X1 x1 × rxy1× 100%

Variabel persepsi terhadap keberagaman budaya

SE (X2 x2 × rxy2× 100%

b. Sumbangan Relatif tiap variable bebas, dihitung dengan rumus:

Variabel pemahaman sejarah masa revolusi fisik.

SR (X1)% = %100)%(

2R

XSE

Variabel persepsi terhadap keberagaman budaya

SR (X2)% = %100)%(

2RXSE

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban mahasiswa Program

Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lambung Mangkurat. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya

bahwa data diperoleh melalui tiga instrumen yang mewakili tiga variabel dalam

penelitian, yaitu tes untuk variabel pemahaman sejarah masa Revolusi Fisik di

Kalimantan Selatan, angket untuk variabel persepsi terhadap keberagaman budaya

di Kalimantan Selatan dan angket untuk variabel sikap Nasionalisme Mahasiswa.

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam pengambilan data penelitian telah

memenuhi syarat instrumen yang baik sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III.

Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan uji korelasi dan linier

ganda setelah dipenuhi uji prasarat yang terdiri dari uji normalitas, uji lenieritas

dan uji independensi. Pada pembahasan berikut ini akan disajikan deskripsi data

berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian. Deskripsi data yang disajikan

adalah meliputi harga rata-rata (mean), median, modus, simpangan baku (standar

deviasi), dan histogram dari semua variabel penelitian.

1. Data Skor Pemahaman Sejarah Masa Revolusi Fisik di Kalimantan

Selatan

Berdasarkan hasil analisis data disiplin belajar yang diperoleh dari

penyebaran angket dengan 34 item butir soal yang diberikan kepada sampel

sejumlah 158 mahasiswa. Diperoleh skor tertinggi 34 dan skor terendah yang

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dimiliki oleh siswa 1. Dari skor tertinggi dan terendah diperoleh panjang interval

dan banyaknya kelas untuk menghitung harga mean, median dan modus dengan

bantuan Microsoft Excel 2007. Berdasarkan hasil perhitungan deskripsi data

disiplin belajar diperoleh hasil harga mean sebesar 16,77; median sebesar 17,00;

modus sebesar 17,00 dan standart deviasi sebesar 7,21.

Harga mean, median dan modus masing-masing besaran memiliki nilai

yang hampir sama, kedekatan harga mean, median dan modus dapat diartikan

sebaran data dari angket disiplin belajar berbentuk distribusi normal. Hasil

selengkapnya diskripsi data pemahaman sejarah masa Revolusi Fisik di

Kalimantan Selatan dapat dilihat pada lampiran 20. halaman 166.

Distribusi frekuensi hasil perhitungan skor pemahaman sejarah disajikan

pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Pemahaman Sejarah

Kelas Interval f f(%) Kumulatif

f f(%)

1 - 4 9 5.70% 9 5.70%

5 - 8 15 9.49% 24 15.19%

9 - 12 20 12.66% 44 27.85%

13 - 16 30 18.99% 74 46.84%

17 - 20 35 22.15% 109 68.99%

21 - 24 23 14.56% 132 83.54%

25 - 28 14 8.86% 146 92.41%

29 - 32 9 5.70% 155 98.10%

33 - 36 3 1.90% 158 100.00%

Jumlah 158 100.00%

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan data dari tabel frekuensi skor pemahaman sejarah di atas,

dapat divisualisasikan dalam gambar histogram frekuensi sebagai berikut :

Gambar 2. Grafik Histogram variabel X1

2. Data Skor Persepsi terhadap Keberagaman Budaya di Kalimantan

Selatan

Berdasarkan hasil analisis data persepsi terhadap keberagaman budaya di

Kalimantan Selatan yang diperoleh dari penyebaran angket dengan 38 item butir

pernyataan yang diberikan kepada sampel sejumlah 158 mahasiswa. Diperoleh

skor tertinggi 159 dan skor terendah yang dimiliki oleh mahasiswa 106. Dari skor

tertinggi dan terendah diperoleh panjang interval dan banyaknya kelas untuk

menghitung harga mean, median dan modus dengan bantuan microsoft excel

2007. Berdasarkan hasil perhitungan deskripsi data minat belajar diperoleh hasil

harga mean sebesar 129,49; median sebesar 130,00; modus sebesar 130,00 dan

standart deviasi sebesar 11,623.

Harga mean, median dan modus masing-masing besaran memiliki nilai

yang hampir sama, kedekatan harga mean, median dan modus dapat diartikan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 - 4 5 - 8 9 - 12 13 - 16 17 - 20 21 - 24 25 - 28 29 - 32 33 - 36

f

Kelas Interval

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebaran data dari angket minat belajar berbentuk distribusi normal. Hasil

selengkapnya diskripsi data persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan

Selatan dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 166.

Distribusi frekuensi hasil perhitungan angket persepsi terhadap

keberagaman budaya di Kalimantan Selatan disajikan pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Persepsi terhadap Keberagaman Budaya

Kelas Interval F f(%) Kumulatif

f f(%)

106-111 12 7.59% 12 7.59%

112-117 15 9.49% 27 17.09%

118-123 19 12.03% 46 29.11%

124-129 26 16.46% 72 45.57%

130-135 33 20.89% 105 66.46%

136-141 25 15.82% 130 82.28%

142-147 15 9.49% 145 91.77%

148-153 9 5.70% 154 97.47%

154-159 4 2.53% 158 100.00%

Jumlah 158 100.00%

Berdasarkan data dari tabel frekuensi skor persepsi terhadap keberagaman

budaya di Kalimantan Selatan di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar

histogram frekuensi sebagai berikut :

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 3. Grafik Histogram Variabel X2

3. Data Skor Sikap Nasionalisme Mahasiswa

Berdasarkan hasil analisis data sikap Nasionalisme Mahasiswa yang

diperoleh dari penyebaran angket dengan 37 item butir pernyataan sikap yang

diberikan kepada sampel sejumlah 158 mahasiswa. Diperoleh skor tertinggi 134

dan skor terendah yang dimiliki oleh mahasiswa 90. Dari skor tertinggi dan

terendah diperoleh panjang interval dan banyaknya kelas untuk menghitung harga

mean, median dan modus dengan bantuan microsoft excel 2007. Berdasarkan

hasil perhitungan deskripsi data minat belajar diperoleh hasil harga mean sebesar

109,16; median sebesar 109,50; modus sebesar 110,00 dan standart deviasi

sebesar 8,670.

Harga mean, median dan modus masing-masing besaran memiliki nilai

yang hampir sama, kedekatan harga mean, median dan modus dapat diartikan

sebaran data dari angket minat belajar berbentuk distribusi normal. Hasil

0

5

10

15

20

25

30

35

106-111 112-117 118-123 124-129 130-135 136-141 142-147 148-153 154-159

f

Kelas Interval

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

selengkapnya diskripsi data sikap Nasionalisme Mahasiswa dapat dilihat pada

lampiran 20 halaman 166.

Distribusi frekuensi hasil perhitungan angket sikap Nasionalisme

Mahasiswa disajikan pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Nasionalisme Mahasiswa

Kelas Interval f f(%) Kumulatif

f f(%)

90-94 6 3.80% 6 3.80%

95-99 15 9.49% 21 13.29%

100-104 28 17.72% 49 31.01%

105-109 30 18.99% 79 50.00%

110-114 35 22.15% 114 72.15%

115-119 26 16.46% 140 88.61%

120-124 11 6.96% 151 95.57%

125-129 4 2.53% 155 98.10%

130-134 3 1.90% 158 100.00%

Jumlah 158 100.00%

Berdasarkan data dari tabel frekuensi skor sikap Nasionalisme Mahasiswa

di atas, dapat divisualisasikan dalam gambar histogram frekuensi sebagai berikut :

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4. Grafik Histogram Variabel Y

B. Pengujian Prasarat Analisis

Data penelitian sebelum dianalisis dengan menggunakan analisis regresi

dan korelasi terlebih dahulu dilakukan uji prasarat analisis untuk dapat

mengetahui apakah data tersebut dapat diteruskan untuk menguji hipotesis

penelitian.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov Goodness of

Fit untuk mengetahui apakah distribusi nilai dalam sampel sesuai dengan

distribusi teoritis normalitas data. Taraf probabilitas/signifikansi yang

dipersyaratkan untuk menentukan nilai normalitas adalah lebih besar dari 0,05.

Hasil uji dengan metode ini diperoleh angka; 0,326 untuk variabel

pemahaman sejarah, 0,253 untuk variabel persepsi terhadap budaya, dan 0,186

untuk variabel sikap nasionalisme, dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa

0

5

10

15

20

25

30

35

40

90-94 95-99 100-104 105-109 110-114 115-119 120-124 125-129 130-134

f

Kelas Interval

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

nilai Asymp. Sig. Hitung lebih besar dari 0,05 atau X1: 0,326 > 0,05; X2: 0,253 >

0,05; dan Y: 0,186 > 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dalam

sampel berdistribusi normal, hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21.

Untuk memperkuat asumsi normalitas dalam pengujian ini juga digunakan

Normality Plot dimana normalitas ditunjukkan dengan data menempel pada garis

meskipun ada beberapa data yang berposisi sebagai outlier, yaitu titik data yang

terlepas tapi masih dalam posisi yang wajar dari garis dengan arah positif

(lampiran 21 halaman 167).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas diperlukan untuk mendeteksi apakah terdapat hubungan yang

linear antara variabel X dan Y. Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan prosedur Linear Regression(lampiran 22 halaman 168).

Hasil uji linieritas antara variabel Pemahaman Sejarah (X1) dengan Sikap

Nasionalisme (Y) memperlihatkan bahwa nilai linieritas yang sangat kuat sebesar

0,984. Dengan kata lain variabel X1 dengan Y adalah linier. Sedangkan hasil uji

linieritas antara variabel Persepsi terhadap Keberagaman Budaya (X2) dengan

Sikap Nasionalisme (Y) juga memperlihatkan bahwa nilai linieritas sangat kuat

sebesar 0,981. Dengan kata lain variabel X1 dengan Y adalah linier. Kesimpulan

uji ini menunjukkan bahwa model hubungan X dengan Y dalam penelitian ini

adalah linear.

3. Uji Independensi

Uji independensi digunakan untuk mengetahui apakah diantara variabel

bebas saling independen, dalam artian antara variabel bebas tidak saling

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berkorelasi cukup tinggi. Syarat ini juga disebut syarat tidak adanya otokorelasi,

uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin-Watson (lampiran 23

halaman 170).

Nilai Durbin-Watson yang diperoleh dalam uji ini adalah 1,819. Terjadi

otokorelasi jika angka Durbin-Watson sebesar < 1 dan > 3. Karena hasil

perhitungan adalah 1,819 > 1 dan < 3 maka dengan demikian tidak terjadi

otokorelasi atau variabel bebas saling independen.

C. Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis penelitian ini dengan menggunakan analisis

korelasi dan regresi ganda diuraikan sebagai berikut:

1. Hubungan antara pemahaman sejarah masa Revolusi Fisik di Kalimantan

Selatan dengan sikap Nasionalisme

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara

pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dengan sikap

nasionalisme digunakan analisis korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis

korelasi (lampiran 24), diperoleh nilai rhitung = 0,984 (bernilai positif).

Hasil perhitungan ini dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf

signifikansi 5% dengan derajat kebebasan N=158 diperoleh rtabel = 0,159. Jadi

kesimpulannya rhitung = 0,984 > rtabel = 0,159, sehingga hipotesis yang menyatakan

ada hubungan positif yang signifikan antara pemahaman sejarah masa revolusi

fisik di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme dapat diterima.

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Hubungan antara persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan

Selatan dengan sikap Nasionalisme

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara

persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap

nasionalisme digunakan analisis korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan analisis

korelasi (lampiran 25), diperoleh nilai rhitung = 0,981 (bernilai positif).

Hasil perhitungan ini dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf

signifikansi 5% dengan derajat kebebasan N=158 diperoleh rtabel = 0,159. Jadi

kesimpulannya rhitung = 0,981 > rtabel = 0,159, sehingga hipotesis yang menyatakan

ada hubungan positif yang signiifikan antara persepsi terhadap keberagaman

budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme dapat diterima.

3. Hubungan antara pemahaman sejarah masa Revolusi Fisik di Kalimantan

Selatan dan persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan

Selatan secara bersama-sama dengan sikap Nasionalisme

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang signifikan

antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi

terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme

digunakan analisis regresi ganda.

Berdasarkan hasil pengolahan regresi dengan SPSS versi 17, di peroleh

rangkuman analisis varian sebagai berikut:

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4. Rangkuman Analisis Varian

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 11458.745 2 5729.372 2594.371 .000a

Residual 342.300 155 2.208

Total 11801.044 157

a. Predictors: (Constant), Persepsi terhadap Keberagaman Bud., Pemahaman Sejarah

b. Dependent Variable: Sikap Nasionalisme

Berdasarkan rangkuman analisis varian diatas model regresi antara

variabel pemahaman sejarah masa revolusi fisik dan persepsi terhadap

keberagaman budaya terhadap sikap nasionalisme merupakan hubungan yang

sangat nyata.

Statemen ini dilihat dari tabel uji F diatas, dimana diperoleh nilai Fhitung =

2594,371. Kemudian nilai Fhitung di konsultasikan dengan Ftabel dengan derajat

kebebasan 1 = 2 dan derajat kebebasan 2 = 155 diperoleh Ftabel = 3,054. Sehingga

disimpulkan Fhitung > Ftabel, yang berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan

positif yang signifikan antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik dan

persepsi terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme diterima.

Secara bersama-sama pemahaman sejarah masa revolusi fisik dan persepsi

terhadap keberagaman budaya berpengaruh terhadap sikap nasionalisme sebesar

0,985. Harga ini diperoleh dari hasil pengolahan SPSS versi 17 pada lampiran 26

pada bagian model summary sebagai berikut :

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 5. Sumbangan regresi pemahaman sejarah masa revolusi fisik dan persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .985a .971 .971 1.486 1.819

a. Predictors: (Constant), Persepsi terhadap Keberagaman Bud., Pemahaman Sejarah

b. Dependent Variable: Sikap Nasionalisme

Maksud dari angka ini adalah sikap nasionalisme akan meningkat sebesar

0,985 apabila setiap mahasiswa memiliki pemahaman terhadap sejarah perjuangan

masa revolusi fisik dan persepsi terhadap keberagaman budaya.

Bentuk persamaan regresi yang terbentuk dapat dilihat pada bagian

coefficients pada lampiran 26, yang berupa rangkuman analisis koefisien regresi,

sebagai berikut:

Tabel 6. Rangkuman analisis koefisien regresi ganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 65.043 7.830 8.306 .000

Pemahaman Sejarah .806 .123 .670 6.566 .000

Persepsi terhadap

Keberagaman Bud.

.236 .076 .317 3.103 .002

a. Dependent Variable: Sikap Nasionalisme

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari rangkuman analisis koefisien dapat digambarkan dengan persamaan

sebagai berikut:

Y = 65,043 + 0,806X1 + 0,236X2

Interpretasi dari persamaan ini adalah sebagai berikut:

b0 = 65,043 artinya sikap nasionalisme akan turun sebesar 65,043 jika

variabel pemahaman sejarah dan persepsi terhadap keberagaman

budaya 0

b1 = 0,806 artinya sikap nasionalisme akan meningkat 0,806 satuan sikap

jika variabel pemahaman sejarah meningkat 1 satuan hasil

belajar dengan asumsi persepsi terhadap keberagaman budaya

bernilai 0

b2 = 0,236 artinya sikap nasionalisme akan meningkat 0,236 satuan sikap

jika variabel persepsi terhadap keberagaman budaya meningkat

1 satuan persepsi dengan asumsi pemahaman sejarah bernilai 0

Selanjutnya untuk mengetahui sumbangan (kontribusi) tiap variabel bebas

dapat diketahui melalui besaran sumbangan relatif dan sumbangan efektif tiap

variabel (X1, X2) sebagai berikut:

1) Sumbangan Relatif (SR)

Untuk mengetahui persentase tiap variabel secara bersama-sama dalam

memberikan nilai regresi dapat diketahui dari perhitungan sumbangan relatif

(lampiran 27 halaman 178) sebagai berikut:

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a) Untuk variabel pemahaman sejarah (X1) = 68,016%

b) Untuk variabel persepsi terhadap keberagaman budaya (X2) = 31,984%

Angka tersebut dapat diinterpretasikan bahwa dalam memberikan nilai regresi

secara bersama-sama variabel X1 mencapai 68,016% sedangkan variabel X2 hanya

31,984%.

2) Sumbangan Efektif (SE)

Untuk mengetahui efektifitas tiap variabel bebas dalam pembentukan

regresi linear diketahui melalui perhitungan sumbangan efektif (lampiran 27

halaman 178) sebagai berikut:

a) Untuk variabel pemahaman sejarah (X1) = 66,023%

b) Untuk variabel persepsi terhadap keberagaman budaya (X2) = 31,047%

Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel X1 mempunyai peran sebesar

66,023% dalam pembentukan regresi linear dan variabel X2 mempunyai peran

sebesar 31,047% dalam pembentukan regresi linear. Sedangkan sisanya sebesar

2,93% merupakan variabel lain di luar kedua variabel yang ikut mempengaruhi

pembentukan regresi linear.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji hipotesis dan analisis data yang telah dilakukan

maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut:

1. Hubungan antara pemahaman sejarah masa Revolusi Fisik di Kalimantan

Selatan dengan sikap Nasionalisme

Hasil uji hipotesis di atas ditemukan adanya hubungan yang positif antara

variabel pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan dengan

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sikap nasionalisme mahasiswa. Berdasarkan kajian teori dapat diketahui bahwa

sejarah pada masa revolusi fisik pada hakekatnya merupakan sejarah perjuangan

yang di dalamnya terdapat semangat integrasi, patriotisme, dan kerelaan

berkorbaan yang merupakan unsur nasionalisme setiap warga negara Indonesia.

Memahami sejarah perjuangan tersebut berarti memahami bagaimana

nasionalisme Indonesia dipertahankan dan secara tidak langsung juga merupakan

proses internalisasi dalam proses integrasi emosional yang juga menjadi ciri

perjuangan pada masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan. Integrasi emosional

menurut Kochhar (2008: 471) tidak menyangkut geografi, ekonomi, sosial, atau

politik; ini adalah integrasi aspek intelektual yang diwujudkan melalui pendidikan

sebagai tahap pertama dan kemudian dilanjutkan dengan integrasi fungsional.

Integrasi nasional tidak bertujuan menyeragamkan pikiran dan tindakan, namun memberikan kesadaran baru bahwa ada kesamaan di antara perbedaan-perbedaan. Ini adalah perpaduan perasaan yang harmonis dan sehat. Emosi dapat berpusat di sekitar objek, orang, keluarga, atau kelompok. Apabila emosi ini dibangun di sekeliling bangsa sebagai pusatnya, hasilnya adalah integrasi emosional secara nasional. Integrasi emosional ini terwujud dalam kecintaan terhadap negara, perasaan gembira atas kesejahteraan yang diperoleh, serta perasaan marah ketika bahaya mengancam[negara]nya (Kochhar, 2008: 472).

Pendidikan merupakan proses internalisasi nilai termasuk nilai

nasionalisme, maka pemahaman merupakan salah satu aspek penting dari proses

internalisasi nilai nasionalisme tersebut. Pemahaman sejarah dalam hal ini sejarah

perjuangan bangsa merupakan proses penanaman nasionalisme melaui penyadaran

terhadap realita sejarah yang membentuk identitas kebangsaan.

Jika seseorang sudah mampu mencapai tingkat kesadaran kritis terhadap relitas, orang itupun mulai masuk ke dalam proses pengertian dan bukan proses menghapal semata-mata. Orang yang mengerti bukanlah orang

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang menghafal, karena ia menyatakan diri atau sesuatu berdasarkan sesuatu “sistem kesadaran”, sedangkan orang yang menghafal hanya menyatakan diri atau sesuatu secara mekanis tanpa (perlu) sadar apa yang dikatakannya (Freire, 2007: xviii).

Hal tersebut menjelaskan mengapa dalam uji hipotesis didapat nilai

kontribusi yang tinggi kesadaran sejarah terhadap sikap nasionalisme. Mereka

yang memiliki pemahaman tinggi tentang sejarah perjuangan akan cenderung

menyatakan sikap berdasarkan sistem kesadaran yang telah terbangun dalam

proses memahami, sehingga apabila terdapat perbedaan yang signifikan pada

aspek pemahaman sejarah maka secara otomatis akan memberikan kontribusi

yang nyata terhadap sikap nasionalisme.

Faktor selanjutnya yang penting menjadi penjelasan mengapa pemahaman

sejarah perjuangan masa revolusi fisik memberi kontribusi terhadap sikap

nasionalisme adalah kuatnya semangat patriotisme dalam narasi sejarah

perjuangan. Ungkapan “para nasionalis bersifat patriotik” (Kohn dalam O’neil,

2008: 211) menunjukkan bahwa apabila semangat patriotisme ini dapat

ditularkan, dalam hal ini melalui narasi sejarah perjuangan bangsa maka menjadi

suatu keniscayaan untuk memupuk sikap nasionalisme dalam diri individu yang

memiliki pemahaman sejarah perjuangan.

Nasionalisme menandakan sikap kebangsaan yang positif, yakni

mempertahankan kemerdekaan dan harga diri bangsa dan sekaligus menghormati

bangsa lain (Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2011: 199-200). Nilai sikap ini

dapat kita lihat pada sejarah perjuangan bangsa, terlebih sejarah masa revolusi

fisik dimana bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan yang telah

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diproklamasikan. Keterkaitan substantif inilah yang menjadi faktor penting

mengapa pemahaman sejarah masa revolusi fisik mampu memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap sikap nasionalisme.

Apabila tinjauan psikologis digunakan untuk melihat hubungan

pemahaman sejarah masa revolusi fisik dengan sikap nasionalisme mahasiswa

dapat digunakan pendekatan korespondensi atau adanya saling keterkaitan.

Sejarah masa revolusi fisik sangat jelas sekali menampilkan satu sisi nasionalisme

heroik, aspek inilah yang sangat mudah untuk dipahami maknanya oleh genarasi

yang tidak mengalami perjuangan pada masa revolusi fisik tersebut. Terlebih

apabila aspek heroik ini diperkuat diperkuat dengan aspek intelektual maka

konstruksi nasionalisme dalam diri mahasiswa akan sangat kuat.

Fakta sejarah menjelaskan bahwa ‘nasionalisme murni Indonesia mungkin

lahir di antara kelompok mahasiswa Indonesia baik yang ada di negeri Belanda

maupun yang ada di Indonesia pada tahun 20-an’ (Kansil dan Christine S.T.

Kansil, 2011: 200). Hal tersebut menunjukkan bahwa nasionalisme yang lahir di

kalangan mahasiswa tersebut merupakan nasionalisme intelektual, nasionalisme

yang dilandasi oleh sebuah sintesa pemikiran bahwa menjadi bangsa yang

bermartabat berarti menjadi bangsa yang terlepas dari tirani bangsa lain.

Nasionalisme model inilah yang mengalami pemaknaan kembali dalam proses

pemahaman sejarah perjuangan pada masa revolusi fisik.

Pemaknaan kembali nasionalisme melalui pemahaman sejarah perjuangan

masa revolusi fisik inilah yang dimaksud Freire (2007: 26), ‘menurutnya sejarah

itu bersifat dialektis kerena digunakan untuk membedakan antara kondisi

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekarang yang given dan yang masih menyisakan kemungkinan untuk

emansipasi’. Kondisi yang given tersebut dalam kajian ini adalah kenyataan

sejarah bahwa perjuangan masa revolusi fisik adalah upaya mempertahankan

nasionalisme, sedangkan upaya pemahaman sejarah yang pada akhirnya akan

membawa pada pemaknaan kembali nasionalisme kebangsaan adalah kondisi

aktual sikap kebangsaan.

Dapat disimpulkan kemudian bahwa pemahaman sejarah masa revolusi

fisik merupakan upaya penyadaran dan pemaknaan kembali nilai-nilai sejarah

yang akan memberi kontribusi signifikan terhadap sikap nasionalisme. Variabel

pemahaman sejarah dengan demikian mempunyai kedudukan penting dalam

pembinaan sikap nasionalisme.

2. Hubungan antara persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan

Selatan dengan sikap Nasionalisme

Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa terdapat hubungan positif

yang signifikan antara variabel persepsi terhadap keberagaman budaya di

Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme. Jika ditelusuri kembali pada

kajian teori dapat diketahui bahwa nasionalisme Indonesia pada dasarnya

merupakan nasionalisme yang dibangun di atas keberagaman, dengan kata lain

semangat nasionalisme yang tumbuh merupakan sebuah sikap yang didasari pada

kesediaan untuk menerima berbagai keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

Kesediaan menerima berbagai keberagaman budaya merupakan langkah

awal untuk membangun persepsi positif terhadap keberagaman budaya sebagai

kekayaan bangsa yang pada akhirnya akan melahirkan kesadaran kolektif. Dengan

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

demikian untuk mencapai kesadaran kolektif tersebut seseorang harus menerima

sekumpulan nilai yang akan menjadi dasar kesadarannya.

Tiap budaya punya kesadaran kolektif – atas sebuah ‘semangat

nasional’(O’neil, 2008:207). Pada saat individu sebagai anggota masyarakat telah

mempunyai kesadaran kolektif atas sebuah semangat nasional maka pada

dasarnya individu tersebut juga telah memiliki sikap nasionalisme, hal tersebut

karena sikap nasionalisme pada hakekatnya juga merupakan wujud kesadaran

kolektif atas dimilikinya cita-cita dan identitas bersama sebagai sebuah bangsa.

Menjadi jelas kemudian, mengapa persepsi terhadap keberagaman budaya dapat

memberikan kontribusi terhadap sikap nasionalisme.

Merupakan kenyataan yang sulit diingkari, bahwa negara-bangsa Indonesia terdiri dari sejumlah besar kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain, sehingga negara-bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat “multikultural”. Tetapi pada pihak lain, realitas “multikultural” tersebut berhadapan dengan kebutuhan mendesak untuk merekontruksi kembali “kebudayaan nasional Indonesia” yang dapat menjadi integrating force yang mengikat seluruh keberagaman etnis dan budaya tersebut (Azyumardi Azra, 2011: 20).

Kondisi tersebut membutuhkan sebuah strategi pencapaian yang secara

normatif sesuai dengan prinsip kebhinekaan dan secara ideologis mampu

memperkuat persatuan bangsa. Pada kondisi inilah persepsi positif terhadap

keberagaman budaya mejadi faktor penting dalam menanamkan sikap

nasionalisme Indonesia.

Penafsiran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari persepsi,

dalam hal ini penafsiran dimaksud merupakan upaya untuk mengidentifikasi dan

memahami tiap unsur budaya sehingga terbentuk sikap mental sebagai tafsiran

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari pengetahuan tentang budaya yang diterima seseorang. Dalam proses ini tiap

individu akan memunculkan pandangan yang berbeda terhadap objek persepsi,

dalam hal ini adalah budaya. Persepsi positif akan muncul ketika seseorang

mampu menerima dan memahami nilai-nilai budaya di luar lingkungan alam

budayanya sendiri.

Kita bangga berbangsa Indonesia bukan semata-mata karena adanya alam

tanah air Indonesia, melainkan juga karena nenek moyang kita sudah mempunyai

nilai kebudayaan yang tinggi menurut ukuran waktu itu (Kansil dan Christine S.T.

Kansil, 2011:154). Kenyataan inilah yang menjadi faktor penentu mengapa setiap

suku bangsa memiliki kebudayaan yang kuat sebagai identitas mereka. Keadaan

ini merupakan realitas kebangsaan yang menjadi warna nasionalisme Indonesia,

persepsi positif terhadap keberagaman budaya secara tidak langsung juga

merupakan refleksi dari sikap nasionalisme seseorang. Kenyataan tersebut juga

menggambarkan adanya linearitas antara persepsi terhadap keberagaman budaya

dengan sikap nasionalisme.

Pernjelasan lain yang dapat dipergunakan untuk menguatkan asumsi

hubungan antara persepsi terhadap keberagaman budaya dengan sikap

nasionalisme adalah kenyataan bahwa nasionalisme Indonesia merupakan

nasionalisme yang didasari oleh empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu;

Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

Bhineka Tunggal Ika. Bukan tanpa alasan tentunya jika keempat hal tersebut

menjadi pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, secara substansi keempatnya

mempunyai pola hubungan yang saling melengkapi. Penerimaan terhadap konsep

kebhinekaan telah melahirkan negara kesatuan dengan Undang-undang Dasar 45

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai landasan bernegara dan Pancasila sebagai ideologi kebangsaan. Dengan

demikian menerima keberagaman berarti mengakui dan menerima identitas

kebangsaan Indonesia.

Sebagai suatu bangsa yang terbentang luas dari sabang sampai ke Merauke dari berbagai pulau yang terjadi begitu saja, maka Indonesia tidak punya pilihan selain menerima keberagaman itu. Negara yang terbentuk dari belasan ribu pulau, sudah dengan sendirinya akan menerima keberagaman itu. Menolak keragaman itu sama saja dengan menolak keberadaan manusia dari belasan ribu pulau itu. Menolaknya sama saja dengan mengabaikan keberadaan hakiki dan jati-diri [ke-Indonesiaan] manusia-manusia tersebut (John Titaley, 2011: xxi).

Dapat disimpulkan bahwa keberagaman merupakan identitas kebangsaan

Indonesia, menerima keberagaman melalui persepsi positif terhadap keberagaman

budaya merupakan ciri sikap nasionalisme Indonesia. Dengan demikian dapat

dirumuskan sebuah justifikasi bahwa persepsi terhadap keberagaman budaya

memberikan kontribusi nyata bagi sikap nasionalisme.

3. Hubungan antara pemahaman sejarah masa Revolusi Fisik di Kalimantan

Selatan dan persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan

Selatan secara bersama-sama dengan sikap Nasionalisme

Berdasarkan hasil uji hipotesis sebelumnya diperoleh besarnya sumbangan

regresi secara bersama–sama terhadap sikap nasionalisme sebesar 9,85 dan

ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara pemahaman sejarah masa

revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi terhadap keberagaman budaya di

Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme.

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Telah dikemukakan dalam kajian teori bahwa nasionalisme Indonesia

merupakan nasionalisme yang muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap tirani

bangsa asing dan dalam prosesnya kuatnya nasionalisme Indonesia dilandasi oleh

kesediaan untuk menerima keberagaman bangsa. Dua faktor tersebut merupakan

faktor penting bagi terbentuknya identitas nasionalisme Indonesia. Pemahaman

terhadap proses perjuangan bangsa pada masa revolusi fisik dan adanya persepsi

positif terhadap keberagaman budaya merupakan variabel penting yang akan

memberikan kontribusi terhadap sikap nasionalisme pada masa sekarang.

Keduanya mempunyai peran yang saling melengkapi dalam memperkuat

sikap nasionalisme Indonesia dewasa ini, pemahaman sejarah masa revolusi fisik

merupakan pelajaran moral tentang nasionalisme Indonesia, sedangkan persepsi

terhadap keberagaman budaya merupakan pedoman sikap dan tindakan sebagai

manusia Indonesia dalam tataran kehidupan berbangsa yang mempunyai identitas

kebhinekaan. Kedua variabel tersebut apabila dimiliki oleh warga bangsa terbukti

mempunyai kontribusi yang berarti terhadap sikap nasionalisme.

Memahami sejarah perjuangan berarti membangkitkan kembali semangat

nasionalisme sedangkan mengembangkan persepsi positif terhadap keberagaman

budaya berarti sadar akan realitas bahwa keberagaman adalah identitas bangsa.

Jika keduanya dimiliki oleh setiap individu warga negara maka bangunan

nasionalisme Indonesia akan menjadi sangat kuat. Hal tersebut senada dengan

yang dijelaskan Elson (2008:1001) bahwa sifat nasionalisme Indonesia yang

bertahan lama, yakni karena kemampuannya menggugah pengabdian kepada satu

bangsa sambil menampung toleransi multikultural berikut kepentingan daerah dan

suku.

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Mamahami sejarah perjuangan berarti menggugah kembali semangat

pengabdian para pejuang, dalam proses perjuangan tersebut kita juga dapat

melihat bahwa persatuan yang dikembangkan dalam upaya perlawanan adalah

persatuan yang toleran terhadap keberagaman. Dengan demikian menjadi sangat

jelas bahwa nuansa multikultural selalu hadir dalam sejarah bangsa Indonesia,

bahkan menjadi warna yang khas bagi perjuangan bangsa Indonesia bila

dibandingkan dengan banyak bangsa lain di dunia. Pola ini juga menjelaskan

mengapa terdapat hubungan bersama-sama antara pemahaman sejarah dan

persepsi terhadap keberagaman budaya dengan sikap nasionalisme.

Pada kajian teori dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat proses atribusi

yaitu upaya untuk memahami penyebab dibalik perilaku sosial budaya, proses

atribusi ini seringkali diwarnai oleh adanya stereotype atau prasangka kelompok.

Keadaan inilah yang dapat dijadikan alternatif penjelasan mengapa persepsi

terhadap keberagaman budaya memberikan kontribusi lebih rendah dibandingkan

variabel pemahaman sejarah perjuangan. Sejarah perjuangan masa revolusi fisik

relatif lebih bisa diterima karena tidak menyangkut identitas sukuisme bahkan

menurut Hobsbawm (1990) menjadi ‘kriteria pengikat’, sehingga bersifat lebih

universal dan karenanya dapat memberikan sumbangan efektif dan relatif yang

lebih tinggi.

Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman

serta kebaruan dalam kesilaman (Yudi Latif, 2011:250). Hal ini berarti untuk

memahami nasionalisme Indonesia unsur keberagaman serta kesejarahan tidak

dapat diabaikan. Dari segi konseptual keduanya jelas memiliki kontribusi nyata

terhadap pemahaman nasionalisme Indonesia. Selanjutnya Yudi Latif (2011:353)

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menjelaskan bahwa ‘kesadaran berbangsa yang seiring dengan kesadaran

berbudaya itu sejak lama disadari oleh para perintis kemerdekaan’. Fakta sejarah

inilah salah satu hal penting yang mengalami penafsiran kembali ketika kita

mempelajari sejarah perjuangan sehingga akan sangat wajar apabila pemahaman

sejarah dan persepsi terhadap keberagaman budaya memberi kontribusi bagi sikap

nasionalisme.

Kesimpulan atas analisis ini adalah; pemahaman sejarah masa revolusi

fisik yang merupakan sejarah perjuangan dan persepsi terhadap keberagaman

budaya memberikan kontribusi bagi sikap nasionalisme karena kedua variabel

tersebut adalah unsur-unsur pokok dalam pengembangan sikap nasionalisme

Indonesia, dengan kata lain sintesa dari keduanya akan merefleksikan sikap

nasionalisme Indonesia.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan bentuk penelitian survey, meskipun unsur

substantif, metodologis dan teknis telah dipenuhi akan tetapi penelitian ini masih

mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Penelitian ini hanya menyangkut dua variabel sebagai prediktor yaitu

pemahaman sejarah dan persepsi terhadap keberagaman budaya. Tidak

menutup kemungkinan terdapat variabel-variabel lain yang juga akan

memberikan kontribusi terhadap sikap nasionalisme dikalangan mahasiswa

Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat.

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Penelitian ini hanya berlaku bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan

Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat yang menjadi populasi

penelitian, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan pada subjek

penelitian yang berbeda.

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pemahaman sejarah masa

revolusi fisik di Kalimantan Selatan dengan sikap Nasionalisme. Mahasiswa

yang memiliki pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan

yang tinggi akan memiliki sikap nasionalisme yang baik apabila

dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki pemahaman sejarah

masa revolusi fisik.

2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap

keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme.

Mahasiswa yang memiliki persepsi positif terhadap keberagaman budaya

akan memiliki sikap nasionalisme apabila bibandingkan dengan mahasiswa

yang tidak memiliki persepsi positif terhadap keberagaman budaya.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pemahaman sejarah masa

revolusi fisik di Kalimantan Selatan dan persepsi terhadap keberagaman

budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap nasionalisme. Mahasiswa yang

memiliki pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan yang

tinggi dan persepsi positif terhadap keberagaman budaya di Kalimantan

Selatan akan memiliki sikap nasionalisme yang baik apabila dibandingkan

dengan mahasiswa yang tidak memiliki pemahaman sejarah masa revolusi

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

fisik dan persepsi positif terhadap keberagaman budaya di Kalimantan

Selatan.

B. Implikasi Penelitian

Temuan dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif yang

signifikan antara pemahaman sejarah masa revolusi fisik di Kalimantan Selatan

dan persepsi terhadap keberagaman budaya di Kalimantan Selatan dengan sikap

nasionalisme Mahasiswa. Hal tersebut membawa implikasi bahwa pembinaan

sikap nasionalisme dikalangan mahasiswa program studi pendidikan sejarah

seyogyanya dilakukan dengan memperkuat pemahaman sejarah terutama sejarah

perjuangan bangsa dan menanamkan persepsi positif terhadap keberagaman

budaya bangsa.

Terpenuhinya dua variabel tersebut akan mampu memberikan sumbangan

yang sangat berarti terhadap sikap nasionalisme mahasiswa. Pemahaman sejarah

dimaksud merupakan pemahaman yang dilandasi adanya kesadaran kritis terhadap

realitas sejarah dan bukan pemahaman tekstual semata. Pemahaman inilah yang

diharapkan akan mampu melahirkan paradigma kebangsaan yang adaptif terhadap

perkembangan zaman.

Lebih spesifik lagi secara teoritis pembentukan sikap nasionalisme bagi

para mahasiswa dapat berhasil dengan meningkatkan pemahaman sejarah

khususnya pada masa revolusi fisik. Pemahaman sejarah tersebut di antaranya

menekankan bagaimana para mahasiswa memperkirakan implikasi Proklamasi 17

Agustus 1945 terhadap perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Kalimantan

Selatan, dari kondisi tersebut mahasiswa dapat memahami bahwa gejolak yang

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terjadi di tingkat pusat akan mempengaruhi kondisi di daerah, sehingga dapat

dianalogikan dengan keadaan sekarang. Selanjutnya diperlukan pengkajian bentuk

partisipasi rakyat Kalimantan Selatan dalam perjuangan melalui organisasi masa

dan partai politik, keadaan ini mempunyai relevansi dengan masa sekarang

dimana bentuk partisipasi rakyat dalam bernegara dapat dilakukan melalui

organisasi kemasyarakatan dan partai politik.

Disamping itu diperlukan pemahaman kembali terhadap pentingnya nilai-

nilai juang dalam mencapai cita-cita bangsa. Pada masa sekarang nilai kejuangan

ini dapat diiterpretasikan dengan semangat untuk berprestasi dalam segala bidang

kehidupan demi kemajuan bangsa dan negara. Tidak kalah pentingnya adalah

menghargai hasil perjuangan masa revolusi fisik dengan cara mengamalkan nilai

juang tersebut sehingga semangat nasionalisme para pejuang tetap hidup pada

masa sekarang.

Perlu dipahami juga bagaimana konsep tindakan dalam perjuangan masa

revolusi fisik, konsep tindakan ini menggambarkan bagaimana kemampuan dan

keteladanan seorang pemimpin dalam mencapai tujuan bersama. Keteladanan

pada masa perjuangan tersebut merupakan sikap nasionalisme seorang pemimpin

sehingga apabila dipahami dengan benar akan membentuk keteladanan yang

menggambarkan sikap nasionalisme pada masa sekarang.

Sedangkan persepsi terhadap keberagaman budaya yang diharapkan

merupakan persepsi positif terhadap identitas kultural sebagai bangsa yang

menjungjung tinggi kebhinekaan. Persepsi positif inilah yang diharapkan akan

mampu menghindarkan konstruksi kebangsaan dari bahaya disintegrasi dan

konflik antar budaya.

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Persepsi terhadap keberagaman budaya juga perlu dibangun untuk

membentuk sikap nasionalisme. Persepsi tersebut sebaiknya mengarahkan

mahasiswa untuk menyadari eksistensi budaya tiap suku sebagai bagian dari

budaya bangsa, dengan demikian akan timbul saling menghargai yang pada

akhirnya akan memperkokoh nasionalisme Indonesia. Perlu dikembangkan

kepekaan terhadap peran budaya dalam membentuk karakter masyarakat, bahwa

masyarakat dan budaya mempunyai keterkaitan yang sangat kuat. Sehingga

dengan pemahaman ini dapat menghindarkan munculnya stereotipe terhadap

budaya tertentu yang dapat melemahkan sikap nasionalisme.

Pembinaan sikap nasionalisme juga dapat dilakukan dengan memperkuat

rasa memiliki terhadap budaya bangsa, keberagaman budaya merupakan kekayaan

bangsa. Ada nilai-nilai positif dalam setiap keragaman budaya, diantaranya adalah

nilai-nilai filosofis, religius, dan edukatif. Apabila dikembangkan dengan baik

nilai-nilai tersebut akan mampu membentuk karakter manusia Indonesia yang

memiliki sikap nasionalisme.

Secara praktis implikasi penelitian ini yaitu, dikalangan Mahasiswa

Program studi Pendidikan Sejarah diperlukan perbaikan dalam sistem

pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman sejarah, terutama sejarah masa

revolusi fisik guna pembinaan sikap nasionalisme. Selain itu dikalangan

mahasiswa juga harus ditanamkan rasa menghargai keberagaman budaya bangsa

untuk mengembangkan persepsi positif terhadap keberagaman budaya sehingga

akan memperkuat sikap nasionalisme mahasiswa.

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Saran

1. Bagi pendidik dalam hal ini dosen

a. Para dosen Program Studi Pendidikan Sejarah sebaiknya mampu

meningkatkan sikap nasionalisme mahasiswa melalui peningkatkan

pemahaman mahasiswa terhadap sejarah masa revolusi fisik.

b. Para dosen Program Studi Pendidikan Sejarah sebaiknya mampu

meningkatkan sikap nasionalisme mahasiswa melalui kesadaran tentang

manfaat keragaman budaya.

2. Bagi mahasiswa

a. Mahasiswa sebaiknya mampu meningkatkan pemahaman sejarah masa

revolusi fisik untuk memperkuat sikap nasionalisme

b. Mahasiswa sebaiknya mampu menerima keberagaman budaya agar

terbentuk persepsi positif terhadap keberagaman budaya untuk

memperkuat sikap nasionalisme.

3. Bagi instansi/program studi

a. Program studi sebaiknya dapat mengadakan kegiatan-kegiatan guna

memperkuat pemahaman sejarah masa revolusi fisik untuk meningkatkan

sikap nasionalisme mahasiswa.

b. Program studi sebaiknya dapat menciptakan suasana akademik yang

mencerminkan nilai-nilai keberagaman sehingga akan terbentuk iklim

kebhinekaan di antara seluruh civitas akademik untuk meningkatkan sikap

nasionalisme mahasiswa.

c. Program studi juga sebaiknya dapat menyediakan fasilitas yang memadai

untuk meningkatkan pemahaman sejarah masa revolusi fisik dan

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac/Hubungan...KEBERAGAMAN BUDAYA DI KALIMANTAN SELATAN DENGAN SIKAP NASIONALISME MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keberagaman budaya, sehingga mahasiswa dapat meningkatkan

pemahaman sejarah dan memahami nilai-nilai positif dari keragaman

budaya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diperlukan adanya analisis data menggunakan analisis kovarians

mengingat hasil sumbangan efektif dari kedua variabel bebas begitu besar.

Sehingga akan dapat diketahui indikator yang memberikan kontribusi

paling nyata.