diferensial diagnosis histoplasmosis pada …
TRANSCRIPT
LEISHMANIASIS KUTANEUS DENGAN
DIFERENSIAL DIAGNOSIS HISTOPLASMOSIS PADA
SEORANG PENDERITA HIV
Laporan Sebuah Kasus
oleh :Ni Putu EkawatiHerman Saputra
BAGIAN/SMF PATOLOGI ANATOMIFK. UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR
TAHUN 2016
LEISHMANIASIS KUTANEUS DENGAN DIFERENSIAL DIAGNOSIS HISTOPLASMOSIS PADA SEORANG PENDERITA HIV
Laporan Sebuah Kasus
Ni Putu Ekawati, Herman Saputra
Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Leishmaniasis adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh infestasi kronis protozoa
intraselular dari genus Leishmania. Pada manusia, terdapat tiga bentuk leishmaniasis yaitu
leishmaniasis kutaneus, leishmaniasis mukokutaneus dan leishmaniasis viseral. Sampai saat
ini, leishmaniasis masih menjadi masalah kesehatan terutama di daerah Afrika dan Timur
Tengah. Indonesia bukan merupakan daerah endemis leishmaniasis, sehingga kasus ini
merupakan hal yang sangat jarang.
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus leishmaniasis kutaneus pada seorang pria, 26
tahun, penderita HIV stadium IV. Lesi terdapat pada kulit di seluruh tubuh penderita berupa
pustul multipel, dengan ukuran bervariasi 0,5-2 cm, berbentuk bulat lonjong, berbatas tegas
dan kulit disekitar pustul tampak kemerahan. Pada bagian lain tampak krusta coklat
kehitaman berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi 0,5-2 cm, berbatas tegas dan sebagian
mengelupas meninggalkan erosi berwarna merah
Pemeriksaan histopatologi dari biopsi kulit penderita menunjukkan gambaran khas
berupa granuloma pada dermis, yang terdiri dari sebukan padat makrofag di bagian sentral
dan limfosit di bagian tepi. Di dalam sitoplasma sel-sel makrofag tampak banyak deposit
organisme bentuk bulat, sitoplasma basofilik dengan inti di tepi (amastigot/Leishman-
Donovan bodies).
Gambaran lesi dan morfologi histopatolgi konvensional pada pasien ini sulit
dibedakan dengan histoplasmosis, oleh karena tidak dikerjakannya pemeriksan PCR untuk
mengetahui DNA dari Leishmania, maupun kultur dengan media Novy-Nicolle-MacNeal
yang merupakan standar baku emas diagnosis Leishmaniasis.
Penyakit HIV merupakan faktor yang sangat penting dalam manifestasi dan perluasan
lesi pada leishmaniasis. Berdasarkan gejala klinis, riwayat penyakit penyerta dan gambaran
histopatologi, maka kasus ini disimpukan sesuai dengan leishmaniasis kutaneus dengan
diferensial histoplasmosis.
Kata kunci : Leishmaniasis kutaneus, histoplasmosis, gejala klinis, HIV, amastigot.
1
LEISHMANIASIS KUTANEUS DENGAN DIFERENSIAL DIAGNOSIS
HISTOPLASMOSIS PADA SEORANG PENDERITA HIV
Laporan Sebuah Kasus
Ni Putu Ekawati, Herman Saputra
Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Leishmaniasis adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh infestasi kronis
protozoa intraselular dari genus Leishmania. Pada manusia, terdapat tiga bentuk
leishmaniasis yaitu leishmaniasis kutaneus, leishmaniasis mukokutaneus dan
leishmaniasis viseral. Sampai saat ini, leishmaniasis masih menjadi masalah
kesehatan terutama di daerah Afrika dan Timur Tengah. Indonesia bukan merupakan
daerah endemis leishmaniasis, sehingga kasus ini merupakan hal yang sangat jarang.
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus leishmaniasis kutaneus pada seorang pria,
26 tahun, penderita HIV stadium IV. Lesi terdapat pada kulit di seluruh tubuh
penderita berupa pustul multipel, dengan ukuran bervariasi 0,5-2 cm, berbentuk bulat
lonjong, berbatas tegas dan kulit disekitar pustul tampak kemerahan. Pada bagian lain
tampak krusta coklat kehitaman berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi 0,5-2 cm,
berbatas tegas dan sebagian mengelupas meninggalkan erosi berwarna merah
Pemeriksaan histopatologi dari biopsi kulit penderita menunjukkan gambaran
khas berupa granuloma pada dermis, yang terdiri dari sebukan padat makrofag di
bagian sentral dan limfosit di bagian tepi. Di dalam sitoplasma sel-sel makrofag
tampak banyak deposit organisme bentuk bulat, sitoplasma basofilik dengan inti di
tepi (amastigot/Leishman-Donovan bodies).
Gambaran lesi dan morfologi histopatolgi konvensional pada pasien ini sulit
dibedakan dengan histoplasmosis, oleh karena tidak dikerjakannya pemeriksan PCR
untuk mengetahui DNA dari Leishmania, maupun kultur dengan media Novy-Nicolle-
MacNeal yang merupakan standar baku emas diagnosis Leishmaniasis.
Penyakit HIV merupakan faktor yang sangat penting dalam manifestasi dan
perluasan lesi pada leishmaniasis. Berdasarkan gejala klinis, riwayat penyakit
penyerta dan gambaran histopatologi, maka kasus ini disimpukan sesuai dengan
leishmaniasis kutaneus dengan diferensial histoplasmosis.
Kata kunci : Leishmaniasis kutaneus, histoplasmosis, gejala klinis, HIV,
amastigot.
2
PENDAHULUAN
Leishmaniasis adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh infestasi kronis
protozoa intraselular dari genus Leishmania. Setiap tahunnya, diperkirakan dijumpai
sekitar 400.000 kasus leishmaniasis di seluruh dunia, dan insiden ini diperkirakan
terus meningkat.1 Sampai saat ini, leishmaniasis masih menjadi masalah kesehatan
terutama di daerah Afrika dan Timur Tengah.
Pada manusia, terdapat tiga bentuk leishmaniasis yang masing-masing
disebabkan oleh spesies Leishmania yang berbeda : 1,2
1. Leishmaniasis kutaneus (oriental) yang disebabkan oleh L. tropica di
Asia dan Afrika dan L. mexicana di Amerika Tengah dan Selatan.
2. Leishmaniasis mukokutaneus yang disebabkan oleh L. braziliensis .
3. Leishmaniasis viseral (kala-azar) yang disebabkan oleh L. donovani.
Jenis leishmaniasis yang paling sering ditemukan adalah leishmaniasis kutaneus yaitu
50-70 persen.3
Indonesia bukan merupakan daerah endemis untuk penyakit leishmaniasis.
Insiden tertinggi Leishmaniasis sampai saat ini ditemukan di Brazil, Iran, Afganistan,
Saudi Arabia, Peru dan Sudan. 4,5 Oleh karena itu, kasus leishmaniasis kutaneus ini
merupakan hal yang sangat jarang ditemukan di Indonesia.
KASUS
Berikut dilaporkan kasus leishmaniasis kutaneus dengan diferensial diagnosis
histoplasmosis pada seorang penderita HIV stadium IV. Pendeirta adalah seorang laki-
laki berusia 26 tahun suku Jawa, warga Negara Indonesia. Kelhan utama pada pasien
ini berupa bentol-bentol di wajah dan tangan yang bertambah banyak namun tidak
nyeri dan tidak gatal. Awalnya hanya muncul satu bentol di daerah hidung yang
menyerupai jerawat, yang sehari kemudian menyebar ke seluruh wajah, ekstremitas,
dan bahkan seluruh tubuh. Bentol tersebut dalam sehari bertambah besar dan berisi
nanah. Dua hari sebelum timbulnya bentol tersebut, penderita sempat mengalami
demam.
Passien adalah penderita HIV stadium IV dan sempat dirawat di RSUP
Sanglah, Bali. Pasien juga memiliki riwayat sosial berganti-ganti pasangan seksual
dan mendapat transfusi darah oleh karena anemia. Tidak dijumpai riwayat penyakit
yang sama di keluarga. Tidak ada riwayat bepergian keluar negeri ataupun keluar
daerah selain Jawa sebelumnya
3
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum penderita sedang dengan
kesadaran kompos mentis. Status generalis pasien dalam batas normal, demikian pula
halnya dengan kepala, mata, THT, jantung dan paru-paru. Hepar dan lien tidak teraba,
abdomen dalam batas normal. Ditemukan pembesaran kelenjar limfe multipel dengan
konsistensi kenyal, dan tidak nyeri pada aksila sinistra.
Status dermatologi menunjukkan lesi yang berlokasi pada seluruh tubuh
berupa pustul multipel, dengan ukuran bervariasi 0,5-2 cm, bentuk bulat lonjong,
berbatas tegas, dengan kulit di sekitar pustul berwarna kemerahan. (gambar 1-3)
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6
Beberapa hari kemudian, lesi menunjukkan adnya krusta berwarna coklat
kehitaman berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi 0,5-2 cm, berbatas tegas,
sebagian mengelupas meninggalkan erosi berwarna merah (Gambar 4-6)
Pemeriksaan darah lengkap tanggal didapatkan: leukosit 2,5 K/uL (4,1-10,9);
hemoglobin 7,8 g/dL (13,5-17,5); hematokrit 23,2% (41,0-53,0); trombosit 560 K/uL
(150-440); neutrofil 84% (47-80); limfosit 11,3% (13-40); monosit 5,04% (2,0-11,0);
eosinofil 1,55% (0,0-5,0); basofil 1,68% (0-2), LED I15 3 (0-2), II45 45 (2-11).
Pemeriksaan urine lengkap dalam batas normal. Pada pemeriksaan fungsi hepar
didapatkan AST 76 IU/L (14-50); ALT 62 IU/L (11-60). Pemeriksaan fungsi ginjal
4
didapatkan BUN 10,2 mg/dl (5-23); kreatinin 0,81 mg/dl (0,5-1,2). Pemeriksaan CD 4
menujukkan 12 cells/ul. Pemeriksaan VDRL, TPHA, HbsAg, dan HCV pada bulan
April non reaktif.
Pemeriksaan Gram tanggal didapatkan: lekosit (+) 1-2/lpb, stafilokokus (-),
streptokokus (-), kokus gram positif (-), kokus gram negatif (-).Pemeriksaan feses
lengkap menemukan adanya kandida. Rontgent thorax AP menunjukkan gambaran
yang sesuai untuk tuberkulosis milier.
Pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan HE terhadap sediaan punch
biopsy pada lesi menunjukkan gambaran morfologi yang sesuai untuk leishmaniasis
kutis dengan diferensial diagnosis histoplasmosis. Pada kasus ini tidak dikerjakan
pemeriksaan PCR untuk mengetahui DNA Leishmania maupun kultur dengan media
Novy-Nicolle-MacNeal yang merupakan standar baku emas oleh karena tidak adanya
sarana. Gamaban yang mikroskopis yang ditemukan adalah berupa granuloma pada
bagian dermis kulit yang terdiri dari sebukan padat makrofag di bagian sentral dan
limfosit di bagian tepi. Di dalam sitoplasma sel-sel makrofag tampak banyak deposit
organisme bentuk bulat, sitoplasma basofilik dengan inti di tepi (amastigot/Leishman-
Donovan bodies).
Gb. 5. Granuloma pada dermis Gb. 6. Makrofag mengandungamastigotes
Gb. 7. Amastigotes di dalam makrofag
5
DISKUSI
Leishmaniasis adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh infestasi kronis
protozoa intraselular dari genus Leishmania. Pada manusia, terdapat tiga bentuk
leishmaniasis yaitu leishmaniasis kutaneus, leishmaniasis mukokutaneus dan
leishmaniasis viseral. 1,2 Kriteria diagnostik untuk Leishmaniasis kutaneus adalah bila
ditemukan satu atau lebih dari sembilan kriteria di bawah ini:4
1. Riwayat bepergian ke daerah endemis pada beberapa minggu atau bulan
terakhir
2. Riwayat gigitan lalat pasir pada beberapa minggu atau bulan terakhir
3. Riwayat aktifitas resiko tinggi seperti tidur di alam terbuka, hutan.
4. Ulkus keunguan di atas nodul kronis yang tidak kunjung sembuh dalam 4-6
minggu atau lebih
5. Ditemukannya amastigot pada pengecatan Giemsa dari bahan lesi kulit pada
pemeriksaan mikroskop langsung.
6. Ditemukannya amastigot intraseluler di daerah dermis pada pengecatan HE
dari potongan jaringan.
7. Ditemukannya granuloma leishmania di daerah dermis pada pengecatan HE
dari potongan jaringan.
8. Pertumbuhan promastigot pada kultur dengan media Nicolle-Novy-MacNeal
(NNN) dari bahan spesimen lesi.
9. Ditemukannya DNA leishmanial dengan pemeriksaan PCR
Pada kasus ini, dari sembilan kriteria diagnostik tersebut, yang ditemukan adalah
adanya amastigot dan granuloma pada pengecatan Hematoxyllin Eosin dari bahan
punch biopsy pada lesi.
Leishmania kutaneus dapat mengenai semua usia karena disebarkan melalui
gigitan lalat pasir betina, Namun beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa tranmisi
dapat terjadi melalui jarum suntik atau transfusi darah.6,7 Pada kasus ini, memang
tidak pernah bepergian ke daerah endemis, namun pernah mendapat transfusi darah
akibat anemia yang terkait dengan penyakit HIV yang dideritanya. Masa inkubasi
LKD berkisar beberapa hari sampai lebih dari setahun.4,8
Efloresensi Leishmaniasis kutaneus dapat berupa lesi papul tunggal, atau
nodul ulseratif, yang kemudian menyembuh menimbulkan parut. Lesi bisa nyeri atau
tidak. Lesi juga dapat berupa plak meninggi tanpa ulserasi atau papula eritematous.
Pada pasien anergi, lesi dapat berupa nodul dan makula yang tersebar luas tanpa
6
uleserasi.1,2 Lesi juga dapat berupa nodul kemerahan yang menyerupai furunkel
kadang ditemukan gambaran khas ’volcano sign’, kemudian membentuk krusta yang
bila lepas akan meninggalkan ulkus.3,4,9 Lesi ini dapat disertai nyeri atau pun tidak. 7,9
Lesi yang tumbuh multipel dapat menyerupai keloid yang disertai infiltrasi dan
ulserasi nasal tanpa mengakibatkan kerusakan septum nasal. Bahkan terkadang
melibatkan laring dan faring.8 Pada kasus ini, lesi dengan morfologi yang sesuai
untuk leishmaniasis kutaneus tampak tersebar di seluruh tubuh dan dominan
mengenai wajah serta dan ekstremitas. Gambaran lesi ini juga dapat ditemukan pada
histoplasmosis, apalagi terkait keadaan imunokompromais pasien yang menderita
HIV stadium IV.10
Karakteristik Leishmaniasis kutaneus yang lain adalah ditemukannya parasit
dalam jumlah besar pada lesi, pada pemeriksaan histopatologi ditemukan makrofag
yang penuh berisikan amastigot yang menyerupai spora pada histoplasmosis, hanya
saja, pada kasus ini tidak dijumpai adanya halo di sekitar inti yang merupakan tanda
khas dari histoplasma. Tanda yang lain dari leishmaniasis kutaneus adalah tidak
adanya keterlibatan organ dalam, tes Leishmanin dan tes imunitas seluler spesifik
negatif. Standar baku emas diagnosis Leishmaniasis adalah kultur dengan media
Novy-Nicolle-MacNeal.4,8
Pemeriksaan histopatologi menggunakan pewarnaan Giemsa atau
Hematoksilin-Eosin akan memberikan gambaran granuloma pada dermis, terdiri dari
makrofag, netrofil, limfosit dan sel plasma. Parasit yang ditemukan berupa amastigot
berukuran 2-4 mm dalam sitoplasma makrofag. Tes Leishmanin atau tes Montenegro
dapat memberikan hasil yang positif setelah terbentuknya krusta, namun tes ini akan
memberikan hasil negatif pada bentuk lesi difus yang pasien anergi.4,8
Pada kasus ini, efloresensi kulit dan gambaran histopatologi yang ditemkan
menyerupai histoplasmosis. Hal ini disebabkan kondisi imunokompromais pada
pasien yang merupakan penderita HIV stadium IV. Keduanya dapat dibedakan dengan
pemeriksaan PCR dan kultur Novy-Nicolle-MacNeal sebagai standar baku emas.
Kedua pemeriksaan ini tidak kami lakukan karena keterbatasan sarana. Tes
Leishmanin atau tes Montenegro akan memberikan hasil yang positif setelah krusta
terbentuk, namun tes ini memberi hasil negatif pada bentuk lesi difus yang anergi.4,9
Leishmaniasis kutaneus yang timbul bersamaan dengan HIV merupakan
fenomena yang sering dijumpai.11 Transmisi HIV masuk kedalam tubuh manusia
7
melalui: (1)seksual. (2) perinatal dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak (selama
mengandung, persalinan dan menyusui); (3) inokulasi darah yaitu penggunaan jarum
suntik bersama antar pecandu narkoba, tertusuk jarum bekas penderita HIV (sering
pada pekerja kesehatan); (4) Transfusi darah; (5) Transplantasi organ.12 Pada kasus
ini, kemungkinan besar transmisi HIV adalah melalui hubungan seksual oleh karena
adanya riwayat penderita sering berganti-ganti pasangan seksual selama 5 tahun
terakhir tanpa menggunakan kondom.
KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus Leishmaniasis Kutaneus dengan diagnosis
diferensial histoplasmosis pada seorang laki-laki muda penderita AIDS stadium IV.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, laboratorium, dan histopatologis.
Prognosis pada kasus ini adalah buruk karena adanya penyakit pernyerta HIV stadium
IV.
DAFTAR PUSTAKA
1. Weedon D. Protozoal Infection. In: Skin Pathology, 2nd ed. London. Elsevier,2002; 721-723.
2. Convit J. Protozoan Disease of the Skin. In: Elder et al eds. Lever’sHistopathology of the Skin, 8th ed. Philadelphia. Lippincot-Raven, 1997; 553-568.
3. Ghosn SH, Kurban AK. Leishmaniasis and Other Protozoan Infections. In:Freedberg IM, Eizen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SIeds.Fizpatrick's Dermatology In general Medicine, 7th Ed. United States ofAmerica: Mc Graw Hill, 2008; p: 2001-10
4. Vega-Lopez F, Hay RJ. Parasitic Worms and Protozoa. In: Burns et al eds.Rook’s Textbook of Dermatology,7th ed. Massachusetts: BlackwellPublishing, 2008; 32:35-46
5. Sinha PK, Pandey K, Bhattacharya SK. Diagnosis and Management ofLeishmania/HIV co-infection. Indian J Med Res, April 2005; p.407-414
6. Straus SE, Oxman MN, Schmader KE. Varicella and Herpes Zoster. In:Freedberg IM, Eizen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI
8
eds.Fizpatrick's Dermatology In general Medicine, 7th Ed. United States ofAmerica: Mc Graw Hill, 2008; p.1885-98
7. Division of Parasitic Diseases. Leishmania Infection.http://www.cdc.gov/Ncidod/dpd/parasites/leishmania/factsht_leishmania.htm
8. Pinto JM, Azulay RD. Leishmaniasis. In: Tyring SK et al eds. TropicalDermatology. Philadelphia: Elsevier, 2006; p.35-46
9. Hsia RY, Halpern J. Leishmaniasis. http://emedicine.medscape.com/article/783750. Last updated: March 31, 2008
10. Binford CH, Dooley JR. Disease Caused by Fungi and Actinomycetes. In:Pathology of Tropical and Extraordinary Disease.Washington, 1976; 578-582.
11. Lupi O et al. Tropical Dermatology: Tropical Diseases caused by Protozoa. JAm Acad Dermatol, June 2009; 60(number 6): 897-906
12. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. HIV Infections and AIDS. In: Sterry et al Eds.Thieme Clinical Companions Dermatology, 5th ed. New York: Thieme, 2006;9: 155-65