di kalangan pekerja korea selatan - opac - …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20352250-mk-dini...
TRANSCRIPT
1
ETOS KERJA SINBARAM
Di KALANGAN PEKERJA KOREA SELATAN
Dini Septa Ariani
Jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia
Abstrak
Para pekerja Korea Selatan terkenal akan etos kerja mereka yang tinggi. Etos kerja yang
tinggi tersebut telah mengantarkan Korea Selatan dapat berdiri sejajar dengan raksasa
ekonomi dunia seperti Jepang, Cina dan Amerika Serikat. Kesuksesan Korea Selatan dalam
bidang ekonomi yang diikuti dengan kemajuan di berbagai bidang lainnya kian memunculkan
tanda tanya dan keingintahuan di kalangan masyarakat dunia. Kunci dibalik kesuksesan Korea
Selatan tersebut dapat diamati secara jelas melalui etos kerja sinbaram yang sudah menjadi
bagian dari nilai yang mereka anggap ideal dalam menjalani kehidupan. Etos kerja inilah yang
pada akhirnya menjadi kharakteristik dari masyarakat Korea Selatan dan terus mereka
pertahankan sebagai nilai dan budaya yang ideal.
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
2
SINBARAM WORK ETHIC AMONG SOUTH KOREAN WORKERS
Abstract
South Korean workers have a good reputation for their high work ethic. That high work ethic
has brought South Korea stand firmly among world giant economics such as Japan, China and
the United States. South Korea’s achievement in economic sector which is followed by
another various sectors has lifted some questions and curiosity into surface from the rest of
the world. The key success behind South Korea’s achievement can be observed very clearly
from sinbaram work ethic that has been becoming part of values they regarded as ideal
through their way of live. This work ethic eventually became characteristic of South Korea’s
society which they continue to maintain it as ideal value and culture.
Keywords: work ethic, sinbaram, economic, society
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi yang mengantarkan Korea menjadi negara maju hanya dalam
kurun waktu lima puluh tahun telah membuat masyarakat dunia kagum sekaligus terheran-heran.
Korea muncul sebagai sebuah negara yang kuat dan mapan secara ekonomi meskipun hal
tersebut cukup kontras dengan latarbelakang kondisi geografisnya yang tandus dan kurang
menguntungkan serta kenangan pahit masa lalu akan penjajahan jepang yang telah memporak-
porandakan negara mereka. Perusahaan-perusahaan Korea terus berkembang dengan pesat
diberbagai penjuru dunia, tak luput Indonesia dengan Korea sebagai sumber investasi langsung
luar negeri terbesar kedua setelah Jepang (BKPM, 2012). Hal ini kian menimbulkan tanda tanya
dibalik kesuksesan yang diperoleh Korea tersebut.
Produktivitas tinggi pekerja industri Korea telah dihubungkan sebagai faktor dominan
yang mengantarkan negara mereka menjadi salah satu dari empat macan Asia, negara-negara
yang dianggap mencapai keajaiban ekonomi sejak tahun 1970an. Di Korea, ide akan etos kerja
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
3
lahir dari industrialisasi yang berkembang dalam masyarakat Asia serta ditemani dengan
nasionalisme yang membentuk konsep etos kerja Korea secara unik. Fokus dalam industrialisasi
mendorong para pekerja untuk menghubungkan pekerjaan dengan aspirasi nasional dan
kesejahteraan ekonomi, melawan stigma penjajahan Jepang dan serangan Korea Utara sampai
awal tahun 1970an.
Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa memang tidak dapat dipisahkan dari karakter
masyarakat yang hidup di dalamnya. Orang Korea terkenal dengan kata ppalli ppalli yang sering
sekali mereka lontarkan. Masyarakat umum mungkin hanya mengetahui bahwa secara harfiah
ppalli ppalli berarti cepat-cepat. Namun setelah penulis melakukan penelitian lebih dalam, ppalli
ppalli bukanlah sebatas ujaran semata. Terdapat suatu nilai tersendiri akan etos kerja Korea yang
tergambarkan dalam berbagai perilaku orang Korea dalam melakukan aktifitas kehidupan dalam
masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa Korea mempunyai reputasi yang sangat baik dalam
dunia internasional akan etos kerja mereka yang berhasil mengantarkan Korea menjadi negara
maju seperti sekarang yang dapat kita lihat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih dalam akan etos kerja Korea yang telah berhasil membawa Korea sebagai sebuah
negara yang kuat secara ekonomi dan memiliki reputasi baik dalam hal etos kerja di kancah
dunia internasional ini. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini menekankan pada alasan-alasan masyarakat Korea memandang pentingnya nilai yang
terkandung dalam etos kerja mereka dan terus mempertahankan nilai tersebut sebagai bagian dari
budaya mereka seiring dengan perkembangan bangsa dan negara.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1) menganalisis lebih dalam mengenai alasan-alasan masyarakat Korea mempertahankan
etos kerja sinbaram sebagai budaya dan nilai ideal hidup mereka.
2) Diharapkan dapat memberikan hal positif kepada pembaca dan penulis tentang reputasi
baik Korea atas etos kerja mereka dalam dunia internasional.
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
4
Manfaat penelitian ini adalah untuk memetik nilai positif dari salah satu nilai budaya
masyarakat Korea dalam hal etos kerja mereka sehingga dapat memperkaya nilai-nilai yang
penulis dan pembaca miliki di tengah-tengah beragamnya nilai budaya Indonesia.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif berupa studi dokumenter dan studi
kasus. Penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen serta menggabungkannya dengan studi kasus-kasus berkaitan yang terjadi
dalam lingkungan masyarakat. Dokumen yang dianalisis kemudian dibandingkan dan
dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Ruang lingkup
penelitian dibatasi pada kalangan pekerja Korea di berbagai sektor lingkungan kerja dan posisi
yang berbeda.
Proses Pengumpulan Data meliputi:
1) Wawancara.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan wawancara mendalam (in-dept interview)
di mana penulis menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan
kehidupan informan dan mewawancarai secara bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan
sebelumnya dan dilakukan berkali-kali terhadap informan-informan yang berbeda.
2) Studi pustaka
Studi pustaka yang digunakan meliputi buku-buku, jurnal serta tesis-tesis penelitian sebelumnya
yang terkait dengan judul penelitian yang penulis ambil.
3) Observasi.
Penulis menggunakan metode observasi partisipasi dan observasi tidak terstruktur (Bungin
2007: 115-117). Observasi partisipasi dilakukan dengan menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan dimana penulis terlibat dalam keseharian informan. Sedangkan
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
5
observasi tidak terstruktur dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi sehingga penulis
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.
Tinjauan Teoretis
Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang berarti sikap, kepribadian, watak, karakter,
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta
sistem nilai yang diyakininya.
Etos berada pada lingkaran etika dan logika yang bertumpu pada nilai-nilai dalam
hubungannya dengan pola tingkah laku dan rencana manusia. Etos pada prinsipnya
menggambarkan sikap dasar manusia, sebagai sesuatu yang lahir dari dalam dirinya yang
dipancarkan ke dalam hidup dan kehidupannya.
Kerja adalah suatu aktivitas yang menghasilkan suatu karya. Karya yang dimaksud,
berupa segala yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan, dan selalu berusaha menciptakan
karya-karya lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 554), kerja secara
etimologi diartikan sebagai: (1). kegiatan melakukan sesuatu, (2). sesuatu yang dilakukan
untuk mencari nafkah.
Mencermati pengertian di atas, apabila kedua kata itu yakni etos dan kerja, digabungkan
menjadi satu yaitu etos kerja, akan memberikan pengertian lain. Beberapa pengertian akan
etos kerja antara lain:
1) dasar motivasi yang terdapat dalam budaya suatu masyarakat, yang menjadi
penggerak batin anggota masyarakat untuk melakukan suatu kerja,
2) nilai-nilai tertinggi dalam gagasan budaya masyarakat terhadap kerja yang menjadi
penggerak batin masyarakat untuk melakukan kerja,
3) Pandangan hidup yang khas dari suatu masyarakat terhadap kerja yang dapat
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
6
mendorong keinginan untuk melakukan pekerjaan,
4) konsep tentang kerja atau paradigm kerja yang diyakini oleh seseorang atau
sekelompok masyarakat sebagai baik dan benar yang diwujudkan melalui perilaku
kerja mereka secara khas(Sinamo, 2003:2)
Etos kerja dianggap sebagai aspek signifikan yang merekfleksikan sikap dan perilaku
pekerja terhadap suatu pekerjaan serta merupakan sebuah faktor yang mempengaruhi
produktivitas organisasi sekaligus pencapaian seseorang dalam bekerja. Meskipun telah
dibuktikan adanya hubungan jelas antara etos kerja dan produktivitas dalam sebuah organisasi
(Berniker, 1993; Hamilton-Attwell, 1998), merupakan hal yang sulit untuk berurusan dengan
etos kerja karena mencakup orientasi budaya seseorang.
Etos kerja didefinisikan sebagai “sebuah norma budaya yang menyokong rasa tanggung
jawab pribadi dan pekerjaan yang dilakukan seseorang serta berdasarkan keyakinan bahwa
setiap pekerjaan memiliki nilai yang hakiki“ (Hill, 1997:3). Karena merupakan sebuah norma
budaya, seseorang yang berada dalam batasan budaya tertentu secara logis akan memunculkan
karakteristik etos kerja yang unik dan berbeda. Orientasi budaya yang unik dan berbeda
tersebut menyebabkan perbedaan dari nilai-nilai, sikap dan perilaku seseorang yang berkaitan
dengan etos kerja mereka.
Etos kerja merupakan karakteristik pribadi atau kelompok masyarakat yang dipengaruhi
oleh orientasi nilai-nilai budaya mereka, yang mana dari nilai budaya itulah yang membentuk
etos kerja masing-masing individu dan masyarakat. Dalam kasus ini, pembentukan etos kerja
orang Korea juga tidak luput dari pengaruh nilai-nilai budaya serta sejarah pembentukan
bangsa Korea yang terus berkembang mengantarkan mereka pada Korea yang sekarang.
Nilai-nilai itu lahir dalam masyarakat dan tertanam dalam individu-individu yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat tersebut. Etos kerja yang berisikan nilai-nilai tersebut pun
menjadi dasar dalam praktik kehidupan masyarakat Korea dalam segala aspek sehingga
pelaksanaanya sudah dianggap sebagai nilai yang ideal.
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
7
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Latar Belakang Sejarah, Budaya dan Sosial Etos Kerja Korea
Korea telah berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang luar biasa sejak tahun 1970an.
Kisah sukses Korea bersamaan dengan Hong Kong, Singapura dan Taiwan telah dikenal oleh
masyarakat dunia, mendemonstrasikan performa kuat dengan indikator yang sangat luas.
(World Bank, 1993).
Tingginya produktivitas pekerja industri Korea telah dihubungkan sebagai faktor utama
yang mengantarkan negara mereka menjadi salah satu dari empat naga Asia, negara-negara
yang dianggap berhasil mencapai keajaiban ekonomi sejak tahun 1970an. Untuk terus
memacu proses keberlangsungan industri, pekerja-pekerja baru diharuskan untuk dapat
menerima norma industri akan disiplin kerja, ketepatan dan langkah mesin (Moore, 1965).
Sebelum industrialisasi berkembang, pertanian dianggap sebagai aktivitas ekonomi
primer yang dikejar oleh sebagian besar orang, di mana di sisi lain perdagangan dihubungkan
sebagai sumber kerusakan moral dan ketamakan. Selama masa penjajahan Jepang (1910-
1945), persepsi negatif terhadap perdagangan ini tetap tidak berubah. Korea terus menolak diri
dari aktivitas industri karena mereka khawatir jika pekerjaan mereka hanya akan
menguntungkan bagi ekonomi Jepang saja (Juhn, 1977). Meskipun masa penjajahan Jepang
berakhir ditahun 1945 dengan Perang Dunia II, aktivitas produksi Korea hancur karena Jepang
menarik diri dari sebagian besar kegiatan industri. Yang semakin memperburuk keadaan
adalah pecahnya Perang Korea (1950-1953) yang menghancurkan infrastruktur industri,
membagi negara menjadi Utara dan Selatan, dan mengantarkan Korea pada kemerosotan
ekonomi (Kim & Park, 2003).
Apa yang menjadi titik balik dalam sejarah ekonomi Korea adalah pada masa
pemerintahan Park Chung Hee (1962-1976) yang membawa stabilitas politik dan pencapaian
ekonomi negara yang luar biasa. Pemerintah menekankan peran manajemen pusat yang kuat,
memastikan partisipasi aktif dari para pekerja yang ikut serta dalam transisi sikap acuh tak
acuh tradisional akan keja manual menuju komitmen individu terhadap kerja industri (Kim &
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
8
Park, 2003). Demi menciptakan kekuatan kerja, pemerintah menaikkan kerja ke posisi
dimana kerja industri dan tujuan ekonomi diasosiasikan dengan aspirasi nasional, meliputi
pertahanan melawan komunis utara, solusi akan kemiskinan dan peningkatan kedaulatan.
Nilai-nilai nasionalisme dan konfusianisme memberikan dukungan dan landasan ideologi
untuk perkembangan etos kerja yang diperlukan dalam upaya transformasi industri Korea
(Kim & Park, 2003). Sama seperti negara-negara Asia Timur lainnya, tradisi Konfusianisme
Korea menyediakan dasar budaya dan institusional untuk kapitalisme korea dan ideologi kerja.
Nilai-nilai Konfusianisme dikarakteristikan dengan hormat kepada yang berkuasa dan yang
lebih tua, setia dan penekanan pada pentingnya pendidikan dan ketekunan (Kim & Park,
2003). Nilai-nilai ini dipindahkan ke struktur baru dalam reorganisasi keadaan industri.
Paternalisme domestik diadaptasikan ke subordinasi perusahaan, kesetiaan pada keluarga
ditransformasikan kedalam kesetiaan pada perusahaan, ketekunan akan pendidikan
ditransformasikan pada kerja keras seseorang akan pekerjaan mereka (Kim & Park, 2003).
Nilai-nilai konfusianisme tergabung dalam etos kerja yang baru berkembang, membantu
membentuk kekuatan kerja yang setia, terlatih dan tekun di Korea. Karena kesetiaan
ditekankan sama bagi semua orang dalam setiap level di lingkungan kerja, dimana masing-
masing individu diharapkan untuk menunjukkan kesetiaan tertinggi mereka pada kepentingan
perusahaan dan benar-benar mengidentifikasikan pada tujuan perusahaan (Kim & Park, 2003).
Sinbaram
Sinbaram terdiri dari kata sin yang berarti dewa dan kata baram yang berarti angin.
Secara etimologi sinbaram dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh dan ceria karena adanya dewa yang merasuki
tubuh seseorang tersebut.
Istilah sinbaram sebenarnya tidak hanya digunakan dalam ruang lingkup pekerjaan saja.
Sinbaram bagaikan suatu nilai yang dimiliki oleh orang Korea dan diterapkan dalam
melakukan berbagai aktifitas kehidupan. Sinbaram sangat melekat dalam diri rakyat Korea
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
9
dan sering digunakan sehingga istilah sinbaram ini sedikit banyak dapat menjelaskan
karakteristik dari orang Korea terutama dalam hal ini akan etos kerja sinbaram mereka.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat dimengerti bahwa etos kerja sinbaram merupakan
suatu perwujudan etos kerja keras dalam melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh
dan ceria. Etos kerja sinbaram ini merupakan suatu bentukan nilai dan budaya yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang telah terjadi dalam masyarakat Korea. Etos ini juga
sudah sangat melekat dalam jati diri orang Korea. Terutama berkat etos kerja sinbaramlah
Korea dapat menjadi negara dengan kekuatan ekonomi besar seperti sekarang ini. Etos kerja
sinbaram dilengkapi dengan semangat kolektif yang dimiliki Korea benar-benar menjadi
tulang punggung pertumbuhan ekonomi Korea.
Berdasarkan sejarah, Korea telah mengalami banyak pengalaman pahit yang mengancam
keberadaan mereka antara lain berupa dominasi cina, serangan tentara mongol, penjajahan
Jepang dan perang saudara dengan Korea Utara. Korea harus bertahan dan melalui masa-masa
memilukan ini yang dikemudian hari turut berpengaruh kuat dalam pembentukan etos dari
rakyat mereka. Peristiwa sejarah tertentu dapat sangat berpengaruh terhadap pembentukan
etos suatu bangsa. Hal ini terlihat jelas terhadap Korea pada masa penjajahan Jepang.
Kemerdekaan Korea dari Jepang tidak dengan serta-merta mengubah karakter negatif yang
telah ditanamkan oleh Jepang terhadap rakyat Korea selama masa kolonial. Pada awal tahun
1960-an rakyat Korea masih digambarkan secara negatif oleh pihak Jepang sebagai
masyarakat feodal, irasional, pengecut, kasar dan tidak berpendidikan. Karya sastra Jepang
yang beredar pada masa tersebut terus melukiskan Korea dengan karakter negatif seperti itu.
Pembentukan etos baru Korea muncul seiring dengan pencapaian kemajuan ekonomi
pada tahun 1980-an. Dengan pencapaian kemajuan ekonomi tersebut, meskipun terdapat
kritik diri seperti sikap kurang peduli para kaum muda dan hidup mereka yang sangat
konsumtif karena kekayaan yang berhasil didapatkannya, muncul sebuah karakter positif baru
seperti rasa percaya diri dan rasa bangga di bawah slogan “kita pasti bisa“. Mulai
bermunculan istilah-istilah baru yang menggambarkan etos kerja Korea dalam konteks ini di
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
10
masyarakat. Istilah “sinbaram“ sering digunakan dalam menggambarkan etos kerja Korea
dalam melakukan hal dengan sungguh-sungguh dan ceria dan workaholic.
Salah satu alasan Korea mempertahankan etos kerja sinbaram sebagai budaya dan nilai
ideal adalah semangat patriotisme. Rakyat Korea percaya bahwa tanpa karakter dan etos
kerja sinbaram yang mereka miliki, bangsa mereka tidak akan pernah bisa maju dan
mengejar ketertinggalan dari negara tetangganya terutama Jepang. Penjajahan 35 tahun pada
masa lalu semakin menjadi cambuk bagi rakyat Korea untuk bertindak cepat dalam
mengambil tindakan. Mereka harus berbenah diri dan bertindak lebih cepat daripada negara
lain karena disaat yang sama dimana negara-negara lain sudah mulai berkembang dan maju,
Korea baru saja lepas dari penjajahan Jepang dan keadaan negara masih dalam keadaan
porak-poranda.
Terlebih lagi dengan kondisi geografis yang kurang menguntungkan, tidak banyak
sumber daya alam yang dapat digunakan untuk kepentingan rakyat dan negara. Hanya
sumber daya manusialah yang mereka punya sehingga hanya sumber daya manusia itulah
yang dapat mereka maksimalkan dengan menekankan pada efisiensi waktu. Segala sesuatu
harus dilakukan dengan cepat-cepat atau ppalli ppalli. Semakin cepat suatu pekerjaan dapat
diselesaikan, maka akan semakin banyak pekerjaan baru yang dapat dilaksanakan meskipun
terkadang pekerjaan yang dilaksanakan dengan cepat-cepat dan terburu-buru tersebut tidak
memberikan hasil yang maksimal.
Ini sebagai dikemukakan oleh Kim U-Jung, pendiri Daewoo, salah satu konglomerat
Korea yang menekankan akan pentingnya semangat patriotism dalam usaha, “Our firm exists
for the people and nation.We have worked like crazy and we have come to live like this. But
it was not because we wanted individual reward that we worked. It was the sense of
achievement and patriotism that we are contributing to national development”.
Sebagian besar pekerja juga mengaitkan patriotisme terhadap pekerjaan mereka.
Perusahaan di mana ia bekerja dianggap sebagai keluarga dan hidup mereka. Mereka sering
mengklaim bahwa kekuatan ekonomi yang mereka peroleh hingga saat ini tidak akan
mungkin dicapai tanpa para pekerja yang tidak pulang kerumah hingga setelah pukul sepuluh
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
11
malam. Mereka harus bekerja keras, mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan
pribadi mereka.
Konsep Kolektifitas Kerja dan Penekanan Akan Hubungan Harmonis Antar-Sesama
Etos kerja Korea mengutamakan kepentingan komunitas diatas kehidupan pribadi.,
dimana komitmen bekerja dalam suatu organisasi atapun perusahaan mendapat prioritas lebih
besar dibandingkan kehidupan keluarga maupun kehidupan pribadi seseorang. Sebuah
perusahaan dimana mereka bekerja tidak dilihat sebagai sebuah tempat dimana seseorang
bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan sesuai kehendak dan demi urusan pribadi
masing-masing. Perusahaan dipandang sebagai sebuah jaringan hubungan antar
manusia.Setiap anggota dari perusahaan saling bergantung satu sama lain dan pekerjaan
seseorang tidak dipandang terpisah satu sama lain dengan pekerjaan orang lainnya.
Dalam kehidupan perkantoran, mereka berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum
pulang kerumah meskipun mereka harus pulang telat karena kalau tidak demikian, maka
orang lain harus menyelesaikan pekerjaan mereka. Merupakan suatu hal yang dianggap egois
apabila seseorang pulang pada jam pulang kerja tanpa menyelesaikan pekerjaan mereka.
Para pekerja di Korea, mereka bekerja secara resmi delapan jam per-hari dari senin
hingga jumat dan empat jam pada hari Sabtu. Namun dalam praktiknya, mereka bekerja lebih
lama dari jam tersebut. Berdasarkan data dari OECD Factbook 2009, pada tahun 2007 orang
Korea bekerja sebanyak 2,316 jam, terpanjang dibandingkan negara OECD lainnya dan 548
jam lebih dari rata-rata 1,768 jam. Dalam hal delapan jam setiap hari kerja, hal ini berarti
bahwa Korea bekerja 69 hari lebih panjang dibandingkan negara anggota lainnya. Belanda
merupakan yang terpendek dengan total 1,392 jam, Jepang dengan 1,785 jam dan Amerika
dengan 1,794 jam. (The Cholsunilbo, 07 April 200, 07:39 KST). Ketika perusahaan sibuk,
sudah menjadi hal yang umum untuk bekerja hingga pukul sepuluh atau hingga tengah
malam. Meski pada saat dimana tidak banyak pekerjaan yang harus dilakukan, mereka
terbiasa tetap berada di perusahaan sekitar satu jam setelah waktu pulang kerja, hingga pukul
delapan atau sembilan malam. Mereka sering menghabiskan waktu setelah pulang kerja
dengan rekan kerja di bar atau restoran. Penekanan terhadap hubungan harmonis antar-sesama
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
12
di tempat kerja menjelaskan mengapa sebagian besar pekerja Korea banyak menghabiskan
waktu berjam-jam bersosialisai dengan sesama rekan kerja mereka sehabis pulang kerja. Ide
akan pengembangan hubungan pribadi dalam lingkungan kerja mungkin akan tampak asing
bagi mereka yang tidak terbiasa dengan budaya Korea. Membangun kepercayaan diantara
sesame pekerja dalam sebuah organisasi merupakan hal yang krusial bagi orang Korea, baik
didalam maupun diluar lingkungan kerja. Apabila hubungan antar-pekerja harmonis dan
berjalan dengan baik akan berdampak baik pula bagi perusahaan. Apabila perusahaan berjalan
dengan baik, maka pekerja lah yang nantinya juga akan merasakan dampak baik tersebut.
Korea tidak mengutamakan kompetisi antar-individu dalam budaya perusahaan mereka.
Memiliki hubungan harmonis dengan anggota lainnya lebih diutamakan dibandingan menjadi
sebuah individu yang sangat menonjol dan cemerlang. Seseorang harus bisa menjadi
seseorang yang dibutuhkan oleh suatu organisasi yang menaungi mereka. Mereka harus
memiliki sensitifitas dan tanggung jawab untuk bisa berbaur dan bekerja sama dengan
anggota lainnya dibandingkan saling mendahului antar-anggota. Perkembangan organisasi
akan membantu perkebangan individu. Solidaritas antar-anggota akan membantu
perkembangan organisasi. Merupakan suatu hal yang tidak begitu berguna bagi suatu
perusahaan dengan menempatkan seseorang yang sangat cemerlang untuk suatu posisi
tertentu. Perusahaan akan semakin kuat apabila masing-masing anggota bekerja dengan
harmonis. Jika seseorang yang sangat cemerlang maju seorang diri dengan cepat, dia akan
cenderung mendapat banyak musuh. Ketika orang tersebut membuat kesalahan nantinya
dikemudian hari, hal tersebut justru akan berakibat fatal baik bagi individu tersebut maupun
bagi perusahaan. Suatu organisasi dan perusahaan tidak mau menempatkan orang seperti itu
pada posisi penting.
Kesimpulan
Dapat terlihat dengan jelas bahwa untuk dapat bertahan hidup di Korea, seseorang harus
selalu bergerak cepat dalam melakukan segala hal. Kalau tidak demikian, seseorang tidak
hanya akan diam di tempat namun dapat terdorong mundur kebelakang. Kenangan pahit
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
13
masa lalu semakin menguatkan Korea untuk terus mempertahankan etos kerja sinbaram yang
telah menyelamatkan mereka dari masa-masa kelam terdahulu. Mereka telah membuktikan
bahwa meskipun dengan kondisi geografis yang kurang menguntungkan pun mereka masih
bisa memaksimalkan sumber daya manusia yang mereka miliki untuk berjuang memajukan
bangsanya. Dapat dikatakan bahwa etos dan semangat orang Korea sekeras baja yang mereka
produksi.
Semangat kerja sebagai tim dan loyalitas pekerja sangat berperan dalam meningkatkan
kinerja ekonomi negara itu. Para pekerja Korea umumnya bekerja beberapa jam lebih panjang
dari negara maju lainnya, bahkan ada kecenderungan terus meningkat. Tahun 2007,
berdasarkan laporan tahun 2008 Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD),
rata-rata pekerja Korea bekerja 2.261 jam per tahun atau 200 jam lebih tinggi dibanding 1994.
Ini jauh melampaui sebagian besar dari 22 negara maju yang tergabung dalam OECD. Rata-
rata pekerja Jepang misalnya, hanya sekitar 1.800 jam per tahun dimana pekerja di AS berada
jauh dibawah itu.
Kini Korea telah menjadi sebuah negara dengan kekuatan ekonomi yang besar dan
tidak dapat dipandang sebelah mata. Sehingga untuk tetap mempertahankan keberhasilan
yang telah mereka raih tersebut, rakyat Korea berkeyakinan bahwa mereka harus tetap bisa
mempertahankan etos kerja sinbaram yang selama ini telah mengantarkan bangsa mereka
kepintu kejayaan yang mereka rasakan saat ini.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa etos kerja sinbaram ini bukanlah sekedar ungkapan
yang dapat dicari pengertian dan pemahamannya melalui penjelasan linguistik semata.
Terdapat nilai-nilai budaya yang tertanam kuat dan tergambarkan dalam etos kerja orang
Korea. Nilai-nilai tersebut terbentuk melalui proses yang sangat panjang dan tak luput dari
pengaruh sejarah berdirinya bangsa Korea terdahulu. Nilai-nilai tersebut telah menjadi nilai
yang dianggap ideal karena mereka lahir dan membentuk masyarakat Korea itu sendiri serta
terus melekat dalam masing-masing individu dalam perkembangannya.
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
14
Daftar Pustaka
Ann Wan Seng. (2006). Rahasia Bisnis Orang Korea, Keajaiban Ekonomi di Sungai
Han. Jakarta: Hikmah.
Berniker, E. (1993). “Productivity and its rewards: Toward a new work ethic”. Employee
Responsibilities & Rights Journal, 6(2), 161-170.
Bungin, M. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Chang, Yun-Shik and Steven Hugh Lee. (2006). Transformation in Tweentieth Century
Korea. New York: Routledge.
Han Kyung-Koo et al. (2003). Korean Anthropology: Contemporary Korean Culture in
Flux. New Jersey: Hollym International Corp.
Hamilton-Attwell, A. (1998). “Productivity and work ethic”. Work study, 47(3), 79-86.
Hill, R. B. (1997). “Demographic differences in selected work ethic attributes”. Journal
of Career Development, 24(1), 3-23.
Hofstede, Geert. (1980). Culture’s Consequences, International Differences In Work
Related Values. Beverly Hills, London: Sage.
Hofstede, G. (2001). Culture’s Consequences: Comparing Values, Behaviours,
Institutions, and Organizations across Nations, 2nd edn. Newbury Park, CA: Sage.
Juhn, D. S. (1977). “Nationalism and Korean businessmen under Japanese colonial rule”.
Korea Journal, 17(1), 4-11.
Kim, A. E., & Park, G. (2003). “Nationalism, Confucianism, work ethic and
industrialization in South Korea”. Journal of Contemporary Asia, 33(1), 37-49.
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
15
Moore, W. E. (1965). The impact of industry. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Vroom H. Victor. (1995). Work and Motivation. San Fransisco: Jossey-Bay Publisher.
World Bank (1993) The East Asian miracle: Economic growth and public policy. New
York: Oxford University Press (A World Bank Policy Research Report).
http://www.justlanded.com/english/South-Korea/South-Korea-Guide/Jobs/Working-in-
South-Korea diunggah pada 19 Oktober 2012 3:45 PM
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2009/04/07/2009040761002.html diunggah
pada 19 Oktober 2012 4:23 PM
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
16
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013
Etos kerja ..., Dini Septa Ariani, FIB UI, 2013