determinan kinerja intellectual capital di bank :...
TRANSCRIPT
1
DETERMINAN KINERJA INTELLECTUAL
CAPITAL DI BANK : KASUS INDONESIA
PANGGAH SETIAWAN A W
SITI MUTMAINAH, SE., M.Si., Akt.
ABSTRACT
The objective of this study is to investigate the determinants of intellectual
capital performance in the Indonesian banks. Dependent variable used in this
study is intellectual capital performance. Independent variable used in this study
are investment in IT system, bank efficiency, barriers to entry, efficiency of
investment in intellectual capital, bank profitability, and bank risk.
Samples of this study are banks companies which listed on Indonesia
Stock Exchange (IDX), for the observation period of 2008 until 2009. Samples
were collected by purposive sampling method and resulted in 50 firms the
samples. This study using The Pulic Model (Value Added Intellectual Coefficient
– VAICTM
) as the efficiency measure of three intellectual capital component;
physical capital coefficient (VACA), human capital coefficient (VAHC), and
structural capital coefficient (STVA) This study used linear regression for
analyzing data.
The results showed that bank profitability significant effect to the
intellectual capital performance. Investment in IT systems, bank efficiency,
barriers to entry, efficiency of investment in intellectual capital and bank risk not
significant effect to the intellectual capital performance.
Keywords : Intellectual capital, Human Capital, VAIC™, Banks, Indonesia
2
PENDAHULUAN
Di era informasi seperti ini, pengaruh globalisasi menyebabkan
munculnya inovasi teknologi, serta pesatnya perkembangan teknologi informasi.
Oleh karena itu untuk dapat bertahan dalam dunia bisnis, maka perusahaan harus
mengubah strategi bisnis yang semula didasarkan pada industri yang berbasis
tenaga kerja (labour-based business) menuju industri yang berbasis pengetahuan
(knowledge-based business).
Goh (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang menggunakan strategi
knowledge–based business dapat digunakan untuk memperoleh keunggulan
kompetitif. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Usoff et al (dalam El-
Bannany, 2008) yang menyatakan ilmu pengetahuan merupakan kunci sumber
daya ekonomi yang dominan dan kemungkinan juga sebagai sumber keunggulan
kompetitif bagi perusahaan.
Penerapan knowledge-based industries tersebut diharapkan mampu
menciptakan nilai tersendiri bagi perusahaan. Dengan adanya perubahan strategi
bisnis dari labour-based business menjadi knowledge-based industries,
penggunaan aset berwujud (tangible asset) menjadi kurang penting dari pada aset
tidak berwujud (intangible asset).
Sekarang ini, logika bisnis didasarkan pada pencapaian keberhasilaan
penciptaan nilai (value creation) dalam perusahaan. Tujuan akhirnya adalah
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam jangka panjang. Hal tersebut dapat
tercapai dengan investasi pada sumber daya intelektual dan peningkatan
mobilisasi dari potensi internal perusahaan, terutama adalah aktiva tidak berwujud
(Ulum, 2009). Oleh karena itu penting untuk dilakukan penilaian terhadap aset
tidak berwujud, salah satunya intellectual capital.
IC merupakan sumber daya yang unik karena terdapat perbedaan pada
tiap-tiap perusahaan sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain. Hal inilah
yang akan menjadikan IC sebagai salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan
untuk menciptakan value added perusahaan dan nantinya akan tercapai
3
keunggulan kompetitif perusahaan. Value added adalah indikator paling objektif
untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam penciptaan nilai (value creation).
Salah satu komponen IC yang terpenting didalam perusahaan adalah
human capital. Menurut Pablos (2003) dalam El-Bannany (2008) human capital
dapat memperbaiki kekuatan dan efisiensi perusahaan, sehingga perusahaan akan
memperoleh keunggulan kompetitif. Goh (2005) berpendapat bahwa aktivitas
perusahaan sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu physical capital dan human
capital. Human capital tidak dapat menjalankan aktivitasnya tanpa adanya
physical capital, dan begitu juga sebaliknya. Pada sektor pertanian dan
perindustrian, physical capital (seperti tanah tenaga kerja) lebih penting daripada
intellectual capital dalam proses penciptaan nilai. Namun pada sektor perbankan,
intellectual capital (seperti ilmu pengetahuan) lebih penting dari pada physical
capital dalam proses penciptaan nilai (El-Bannany, 2008). Inilah salah satu alasan
penelitian pada sektor perbankan.
Pendapat El-Bannany tersebut juga diperkuat oleh pendapat Mavridis
(2004) yang menyatakan bahwa sektor perbankan adalah area yang menarik dan
ideal untuk penelitian intellectual capital karena sektor ini merupakan salah satu
sektor yang paling intensif IC-nya dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan
bisnisnya. Selain itu, dari aspek intellectual capital, secara keseluruhan karyawan
disektor perbankan lebih homogen dibandingkan sektor ekonomi lainnya (Kubo
dan Saka dalam Ulum, 2008).
Penelitian ini dilakukan di sektor perbankan Indonesia pada periode waktu
tahun 2008-2009 untuk perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dengan alasan bahwa perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) diharapkan memiliki prospek kinerja yang lebih bagus daripada
perusahaan lain yang belum listing di BEI. Hal ini akan memberikan keunggulan
kompetitif tersendiri bagi perusahaan tersebut.
4
Namun pada kenyataannya sekitar pada tahun 2008-2009 terdapat
beberapa perusahaan yang mengalami kerugian dan delisting dari Bursa Efek
Indonesia (BEI). Ini mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan tersebut
mengalami penurunan, khususnya dilihat dari kinerja human capital. Hal ini
sangat bertolak belakang dengan pendapat Kuryanto (2007) yang menyatakan
bahwa kinerja intellectual capital berpengaruh pada kinerja perusahaan.
Metode VAICTM
digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kinerja
intellectual capital perusahaan di sektor perbankan. Model ini mampu
menjelaskan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA).
Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis
dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value
creation). Sedangkan variabel independen penelitian ini meliputi : investasi pada
teknologi informasi, efisiensi bank, hambatan memasuki pasar, efisiensi investasi
pada intellectual capital, profitabilitas bank, dan resiko bank.
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Resource-Based Theory
Resource-Based Theory merupakan suatu pemikiran yang meyakini bahwa
sebuah perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif apabila memiliki
sumber daya yang unggul. Penyatuan aset berwujud dan aset tidak berwujud
merupakan strategi potensial untuk meningkatkan kinerja. Salah satu aset tidak
berwujud yang penting di dalam perusahaan adalah intellectual capital.
Intellectual capital dianggap sebagai sumber daya yang mampu meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan sehingga berdampak pada value creation bagi
perusahaan. Dengan kata lain kinerja intellectual capital juga akan berpengaruh
terhadap kinerja sebuah perusahaan.
Human Capital Theory
Teori ini juga mendukung pendapat dari Pablos (2003) dalam El-Bannany
(2008) yang menyatakan human capital adalah salah satu komponen intellectual
5
capital yang merupakan sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan,
yang dapat memperbaiki kekuatan dan efisiensi perusahaan, sehingga perusahaan
akan memperoleh keunggulan kompetitif.
Menurut El-Bannany (2008) karyawan yang dikenal sebagai human
capital memainkan peranan penting dalam penciptaan nilai yang dapat
menciptakan peningkatan efisiensi. Mereka akan memberikan keuntungan
sehingga perusahaan mampu bersaing di pangsa pasar.
Intellectual Capital
Terdapat banyak sumber yang menjelaskan definisi intellectual capital
dan beberapa diantaranya :
Menurut Mavridis (2005) “An intangible asset with potential to create
value for the enterprise and the society itself”
Menurut Kamath (2007) “Any creation of human intellect or mind”
Menurut Advinsson dan Malone (1997) dalam Kamath (2007)
“Knowledge that can be converted to value”
Menurut Martinez dan Garci-Meca (2005) dalam El-Bannany (2008)
“The knowledge, information, intellectual property and experience
that can be put to use to create wealth”
Menurut Brooking (1996) dalam El-Bannany (2008) “Given to the
combined intangible assets which enable the company function”
Dari penjelasan beberapa sumber tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
intellectual capital adalah termasuk aset tidak berwujud. Selain itu intellectual
capiatal merupakan suatu ilmu pengetahuan atau pengalaman yang
mencerminkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang karyawan yang dapat
digunakan untuk memperoleh keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Pada literatur tersebut dijelaskan definisi intellectual capital secara umum.
Namun dalam penelitian ini salah satu komponen yang terpenting adalah human
capital (HC). Menurut Chen et al. (2004) dalam El-Bannany (2008) human
6
capital merupakan beberapa faktor seperti ilmu pengetahuan, skill, kemampuan
dan sikap yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam melayani pelanggan yang
dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa human capital merupakan
komponen yang penting dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan untuk
menaikkan kualitas dan pelayanan terhadap pelanggan, yang mungkin hal tersebut
dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga akan
menaikkan nilai perusahaan tersebut.
Hipotesis
Pada sektor perbankan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja intellectual capital, seperti : investasi pada sistem IT, efisiensi bank,
hambatan memasuki pasar, efisiensi pada IC, profitabilitas bank, dan resiko bank.
1. Pengaruh Investasi pada Sistem IT terhadap Kinerja Intellectual Capital
Investasi pada teknologi informasi merupakan alokasi dana untuk
pengadaan dan pemeliharaan sistem teknologi informasi di perusahaan
perbankan, baik untuk kepentingan internal maupun eksternal.
Keberadaan sistem teknologi informasi seperti sistem komputer di
dalam sebuah perusahaan sangatlah penting. Sebagai contohnya pada saat
ini semakin banyak komputer yang berada di meja karyawan di sebuah
perusahaan. Hal ini menandakan bahwa sangat pentingnya sistem
komputer di sebuah perusahaan.
Sistem teknologi informasi sangat penting fungsinya, hal ini akan
memberikan kemudahan bagi karyawan dalam melakukan aktivitas
pekerjaanya. Secara tidak langsung ini akan meningkatkan kinerja dari
karyawan (human capital) di dalam perusahaan tersebut, dan diharapkan
ketika semakin tinggi investasi pada sistem teknologi informasi semakin
tinggi pula kinerja intellectual capitalnya. Sehingga akan berkontribusi
yang bagus terhadap kinerja perusahaan.
7
Dari fakta diatas maka dapat ditarik hipotesis yang pertama sebagai
berikut :
H1 Tingkatan investasi pada sistem teknologi informasi berpengaruh
positif terhadap kinerja intellectual capital
2. Pengaruh Efisiensi Bank terhadap Kinerja Intellectual Capital
Efisiensi bank menunjukkan suatu tingkatan keberhasilan yang
ditunjukkan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan tujuan
yang telah dicapainya. Pada pembahasan yang kedua ini human capital
memainkan peranan penting untuk menurunkan biaya produksi pada
sektor perbankan dan mampu menciptakan diferensiasi produk (El-
Bannany, 2008).
Kondisi ini juga memberikan motivasi bagi karyawan bank untuk terus
berinovasi atau mengembangkan proses bisnis sehingga menjaga market
share perusahaan agar terus meningkat denga cara menarik lebih banyak
pelanggan.
Ini dapat diasumsikan jika efisiensi bank dihubungkan dengan human
capital maka akan berpengaruh antara kinerja human capital dan pangsa
harga saham bank tersebut.
Dari pembahasan diatas dapat ditarik hipotesis yang kedua :
H2 Efisiensi relatif bank berpengaruh positif terhadap kinerja
intellectual capital
3. Pengaruh Hambatan Memasuki Pasar terhadap Kinerja Intellectual
Capital
Hambatan memasuki pasar dapat diartikan sebagai halangan yang dialami
oleh perusahaan untuk masuk kedalam persaingan usaha yang sejenis.
Kemampuan sebuah perusahaan untuk mengatasi masalah hambatan
memasuki pasar ini sangat tergantung pada aset yang dimilki oleh
perusahaan. Aset digunakan sebagai pengukuran karena dianggap sebagai
investasi awal untuk memasuki persaingan. Ketika sebuah perusahaan
8
akan memasuki tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi maka
dibutuhkan aset sebagai modal untuk mengatasi hambatan memasuki pasar
tersebut. Perusahaan yang masuk ke dalam tingkat persaingan usaha yang
tinggi, tentunya akan cenderung untuk mendorong dan memotivasi
karyawan mereka untuk berinovasi. Hal tersebut disebabkan karena
perusahaan merasa tidak ingin tersaingi oleh perusahaan lain. Kondisi
tersebut berdampak positif terhadap kinerja karyawan (human capital).
Dari pembahasan diatas dapat ditarik hipotesis yang ketiga :
H3 Hambatan memasuki pasar pada perusahaan berpengaruh positif
terhadap kinerja intellectual capital
4. Pengaruh Efisiensi Investasi pada IC terhadap Kinerja Intellectual Capital
Efisiensi investasi pada intellectual capital menunjukkan tingkatan
keberhasilan pengguanaan investasi pada human capital yang berupa
pelatihan dan kompetensi.
Kaanan dan Aulbur (2004) dalam El-Bannany (2008) berpendapat
bahwa human capital dapat didefinisikan sebagai penjumlahan nilai
investasi pada karyawan, kemampuan dan masa depan. Investasi pada
human capital diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penciptaan
nilai perusahaan.
Hasil investasi akan lebih efisien, jika investasi tersebut memberikan
kontribusi pada kenaikan penciptaan nilai perusahaan dan ini akan
memberikan motivasi tersendiri bagi karyawan bank (human capital)
untuk berinovasi seperti menciptakan produk dan pelayanan baru atau
mengembangkan proses bisnis untuk menjaga efisiensi investasi pada
intellectual capital.
Dari fakta tersebut dapat ditarik hipotesis yang keempat :
H4 Rasio biaya karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja
intellectual capital
9
5. Pengaruh Profitabilitas Bank terhadap Kinerja Intellectual Capital
Proitabilitas bank menunjukkan suatu tingkat pencapaian atau
pengembalian sesuai yang menunjukkan efektivitas operasional
keseluruhan perusahaan.
El-Bannany (2008) berpendapat pada umumnya laporan keuangan
perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi hasil positif yang
mencerminkan laba perusahaan dan hasil negatif yang mencerminkan rugi
bagi perusahaan. Kerugian dapat dianggap sebagai hal yang luar biasa
karena akan menyita waktu bagi direktur perusahaan untuk mencari
penyebab kerugian tersebut. Apabila waktu direktur tersita hanya untuk
mencari permasalahan kerugian, maka mereka akan kehilangan waktu
untuk aktivitas mereka yang lebih bermanfaat bagi perusahaan seperti
melakukan inovasi yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Di sisi lain, laba dapat juga dianggap sebagai hasil yang luar biasa
karena direktur mampu melakukan kegiatan lain yang berguna bagi
persahaan, seperti melatih karyawan untuk berinovasi yang dapat
meningkatkan laba perusahaan. Sehingga hal tersebut dapat diharapkan
danya pengaruh positif profitabilitas bank terhadap kinerja human capital.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat diambil hipotesis selanjutnya :
H5 Profitabilitas bank berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual
capital
6. Pengaruh Resiko Bank terhadap Kinerja Intellectual Capital
Resiko bank menunjukkan suatu kendala yang harus dihadapi bank dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya.
Menurut Patton dan Zelenka (1997) dalam El-Bannany (2008)
menyatakan bahwa persentase aset tidak berwujud merupakan bagian yang
luas dari kinerja masa depan perusahaan yang tergantung pada resiko aset.
Ini dapat dianggap bahwa peningkatan persentase aset tidak berwujud
akan memberikan kesan pada human capital (sebagai aset tidak berwujud)
10
bahwa keberadaan mereka sangat penting dalam kesuksesan sebuah
perusahaan dan memotivasi mereka untuk terus berinovasi yang dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan. Ini akan berpengaruh positif
antara resiko bank dan human capital.
Dari pendapat diatas dapat diambil hipotesis yang terakhir, yaitu :
H6 Resiko bank berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual
capital
METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Intellectual
Capital. Public (1998) dalam Ulum (2009) menyatakan bahwa metode value
added intellectual capital (VAICTM
) digunakan untuk mengukur kinerja
intellectual capital, karena dianggap lebih tepat daripada metode lain. Tahap-
tahap untuk menghitung VAICTM
adalah sebagai berikut :
Tahap Pertama : Menghitung Value Added (VA).
VA = OUT – IN
OUT = Output : total penjualan dan pendapatan lain.
IN = Input : beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban
karyawan).
Tahap Kedua : Menghitung Value Added Capital Employed (VACA).
VACA = VA/CE
Dalam hal ini :
VACA = Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap CE
VA = Value Added
CE = Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas)
11
Tahap Ketiga : Menghitung Value Added Human Capital (VAHC).
VAHC = VA/HC
Dalam hal ini :
VAHC = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC
VA = Value Added
HC = Human Capital : beban karyawan
Tahap Keempat : Menghitung Structural Capital Value Added (STVA).
STVA = SC/VA
Dalam hal ini :
STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap VA
SC = Structural Capital : VA - HC
VA = Value Added
Tahap Kelima : menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM
)..
VAICTM
= VACA+ VAHC + STVA
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Investasi pada Sistem IT (X1)
Investasi pada sistem IT dapat diartikan sebagai alokasi dana untuk
pengadaan dan pemeliharaan sistem teknologi informasi di perusahaan
perbankan baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. Perhitungan
logaritma terkait biaya total untuk pembelian hardware dan software yang
terdapat pada equipment cost pada bank i pada tahun t dapat
mencerminkan level investasi pada sistem IT sebagai dasar perhitungan
(El-Bannany, 2008).
2. Efisiensi Bank (X2)
Efisiensi bank merupakan suatu tingkatan keberhasilan yang ditunjukkan
dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan dengan tujuan yang telah
dicapainya. Menurut El-Bannany (2008) terdapat dua pendekatan yang
12
dapat digunakan sebagai pengukuran efisiensi bank yaitu jangka pada
deposito atau aset. Tetapi total aset lebih baik digunakan untuk mengukur
efisiensi bank yang dapat menunjukkan pengukuran yang lebih
komperhensif karena terdapat sumber yang berbeda untuk efisiensi seperti
aset tidak berwujud. Jadi untuk mengukur efisiensi relatif bank
menggunakan rasio total aset dibagi banking market asset.
3. Hambatan Memasuki Pasar (X3)
Hambatan memasuki pasar merupakan hambatan yang dialami oleh
perusahaan untuk memasuki pasar yang sejenis. Depoers (2000) dalam El-
Bannany (2008) menyatakan bahwa dalam hambatan memasuki pasar
terdapat kemungkinan pentingnya investasi yang dapat dimasuki pada
sektor tersebut. Jumlah investasi yang diperlukan untuk memasuki
persaingan ditunjukkan oleh rasio aset tetap terhadap total aset. Aset tetap
digunakan sebagai pengukuran karena dianggap sebagai investasi awal
untuk memasuki persaingan. Jadi rasio aset tetap dibagi total aset bank i
pada tahun t digunakan untuk mengukur hambatan memasuki pasar.
4. Efisiensi pada Investasi IC (X4)
Efisiensi pada investasi IC merupakan tingkat keberhasilan penggunaan
investasi pada human capital yang berupa pelatihan dan kompetensi.
Semakin efisien investasi pada human capital, maka investasi pada
intellectual capital akan semakin berperan pada penciptaan nilai
perusahaan. Untuk mengukur efisiensi pada investasi IC menggunakan
rasio biaya karyawan dibagi total pendapatan pada bank i pada tahun t.
Biaya karyawan menunjukkan total investasi pada intellectual capital
yang dikeluarkan. Total pendapatan menunjukkan hasil yang didapatkan
dari investasi pada IC tersebut. Jika kedua hal tersebut dibandingkan maka
didapat efisiensi investasi pada IC bank i pada tahun t.
13
5. Profitabilitas Bank (X5)
Profitabilitas bank menunjukkan suatu tingkat pencapaian atau
pengembalian sesuai yang menunjukkan efektivitas operasional
keseluruhan perusahaan. Menurut El-Bannany (2008) profitabilitas
perusahaan dapat ditunjukkan oleh laba kotor atau laba sebelum pajak
(EBIT) yang dibagi dengan ekuitas shareholder untuk bank i pada tahun t.
Semakin besar perhitungan profitabilitas maka semakin besar pula
keuntungan yang dicapai bank, sehingga kemungkinan kecil juga
terjadinya permasalahan dalam perusahaan. Laba sebelum pajak adalah
laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak, sedangkan ekuitas
shareholder merupakan modal untuk operasional bank.
6. Resiko Bank (X6)
Resiko bank merupakan kendala yang harus dihadapi bank dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Resiko bank adalah mengukur
antara tingkatan resiko dengan tingkatan pengembalian yang didapatkan.
Resiko bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya karyawan
dibagi total asset. Biaya karyawan menunjukkan besaran nilai dari human
capital. Persentase biaya karyawan ini akan memberikan kesan pada
human capital sebagai aset tidak berwujud bahwa mereka memiliki
kontribusi besar dalam kesuksesan perusahaan. Hal tersebut akan
berpengaruh secara langsung pada kinerja intellectual capital.
ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran suatu data atau
deskripsi persebaran data yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai
rata-rata dan standar deviasi yang digunakan dalam penelitian.
14
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Y 50 .93 6.49 3.2556 1.24772
X1 50 9.3209 12.6718 1.116253E1 .9402633
X2 50 .0006 .1557 .027554 .0425306
X3 50 .0032 .0537 .019986 .0130353
X4 50 .1275 .4547 .281890 .0723683
X5 50 .0116 .3946 .157298 .1035348
X6 50 .0049 .0411 .016560 .0071845
Valid N (listwise) 50
Sumber : Data sekunder diolah 2011
Variabel Y (VAIC) menunjukkan kinerja intellectual capital sebuah
perusahaan. Variabel VAIC mempunyai rentang nilai minimum sebesar 0,93
sampai nilai maksimum sebesar 6,49 sedangkan mean menunjukkan nilai 3,2556
dengan standar deviasi 1,2477. Semakin tinggi nilai VAIC berarti
mengindikasikan semakin tinggi pula kinerja IC perusahaan.
Variabel X1 menunjukkan tingkatan investasi pada sistem teknologi
informasi. Nilai tersebut didapatkan dari equipment cost perusahaan sebuah
perusahaan. Variabel X1 mempunyai nilai berkisar antara 9, 3209 (9 miliar)
sampai dengan 12,6718 (12 miliar) sedangkan mean menunjukkan nilai 11,1625
(11 miliar) dengan standar deviasi 0,9402. Semakin tinggi nilai equipment cost
maka semakin tinggi pula investasi pada sistem teknologi informasi.
Variabel X2 menunjukkan efisiensi relatif bank. Efisiensi relatif bank
didapatkan dari rasio total aset terhadap banking market asset. Variabel X2
mempunyai nilai berkisar antara 0,0006 sampai dengan 0,1557 sedangkan mean
menunjukkan nilai 0.0275 dengan standar deviasi 0,0425. Semakin tinggi nilai
efisiensi bank berarti semakin tinggi nilai asset, sehingga semakin rendah pula
15
pengaruh shareholders terhadap kebijakan perusahaan, di mana konteks
penelitian ini adalah intellectual capital.
Variabel X3 menunjukkan hambatan memasuki pasar. Hambatan
memasuki pasar didapatkan dari rasio aset tetap dan total aset. Variabel X3
mempunyai nilai berkisar antara 0,0032 sampai dengan 0,0537 sedangkan mean
menunjukkan nilai 0,0199 dengan standar deviasi 0,0130. Semakin tinggi nilai
hambatan memasuki pasar berarti semakin tinggi nilai aset tetap perusahaan.
Variabel X4 menunjukkan efisiensi investasi pada intellectual capital.
Efisiensi investasi pada intellectual capital didapatkan dari rasio biaya karyawan
terhadap total pendapatan. Variabel X4 mempunyai nilai berkisar antara 0,1275
sampai dengan 0,4547 sedangkan mean menunjukkan nilai 0,2818 dengan standar
deviasi 0,0723. Semakin tinggi nilai efisiensi investasi pada intellectual capital
berarti semakin rendah nilai biaya karyawan dan jika semakin rendah nilai biaya
karyawan berarti perusahaan tersebut kurang efisien.
Variabel X5 menunjukkan profitabilitas bank. Profitabilitas bank
didapatkan dari rasio net profit terhadap shareholders equity. Variabel X5
mempunyai nilai berkisar 0,0116 antara sampai dengan 0,3946 sedangkan mean
menunjukkan nilai 0,1572 dengan standar deviasi 0,1035. Semakin tinggi nilai
profitabilitas bank berarti semakin tinggi pula laba yang dihasilkan perusahaan
yang berarti dapat menjamin profitabilitas sebuah perusahaan.
Variabel X6 menunjukkan resiko bank. Resiko bank didapatkan dari rasio
biaya karyawan terhadap total aset. Variabel X6 mempunyai nilai berkisar 0,0049
antara sampai dengan 0,0411 sedangkan mean menunjukkan nilai 0,0165 dengan
standar deviasi 0,0071. Semakin rendah nilai biaya karyawan maka akan
mengakibatkan semakin tinggi nilai resiko perusahaan.
16
Pengujian Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji normal atau tidaknya distribusi
data variabel dependen dan variabel independen dalam suatu model regresi.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 50
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .58686502
Most Extreme Differences Absolute .090
Positive .086
Negative -.090
Kolmogorov-Smirnov Z .638
Asymp. Sig. (2-tailed) .810
a. Test distribution is Normal.
Hasil uji normalitas terhadap data residual menunjukan bahwa besarnya
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,810 diatas tingkat signifikansi 0.05, sehingga
dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi normal.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
X1 .321 3.111
X2 .295 3.384
17
X3 .880 1.136
X4 .439 2.279
X5 .368 2.721
X6 .373 2.679
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data diolah tahun 2011
Berdasarkan tabel coeficients, nilai tolerance tidak ada yang kurang dari
0,10 dan nilai VIF tidak ada yang lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinearitas dalam model regresi ini.
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa distribusi data tidak teratur dan
tidak membentuk pola tertentu dan tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.
18
Uji Autokorelasi
Nilai Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .882a .779 .748 .62647 1.854
Uji Autokorelasi
du d 4 – du
1,822 1,854 2,178
Pada tabel terlihat bahwa nilai d untuk tahun penelitian adalah 1,854. Nilai
tersebut terletak pada du < d < 4 – du. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
model regresi tersebut terbebas dari masalah autokorelasi.
Pengujian Uji Hipotesis
Uji Simultan (F test)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengeruh secara bersama antara
variable-variable independen terhadap variabel dependen.
Uji Simultan (F Test)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 59.407 6 9.901 25.228 .000a
Residual 16.876 43 .392
Total 76.283 49
Berdasarkan tabel, diperoleh Fhitung sebesar 25,228 yang berarti lebih
besar dari Ftabel 2,29. Tingkat signifikan 0,000 jauh di bawah 0,05, sehingga
19
dapat disimpulkan bahwa 6 variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi varibel dependen yaitu Kinerja Intellectual Capital-VAICTM
it (Y).
Uji Koofisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berikut hasil
pengujian R2
:
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .882a .779 .748 .62647 1.854
Berdasarkan tabel, nilai adjusted R Square adalah 0,748. Hal ini berarti,
keenam variabel independen mempengaruhi tingkat Kinerja Intellectual Capital
sebesar 74,8%. Sedangkan sekitar 25,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar
model regresi ini.
Analisis Regresi Berganda
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen dan variabel
kontrol terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang
ditunjukan tabel.
Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 5.633 1.832 3.074 .004
X1 .012 .168 .009 .071 .943
X2 .840 3.871 .029 .217 .829
20
X3 1.408 7.318 .015 .192 .848
X4 -10.630 1.867 -.617 -5.694 .000
X5 4.826 1.426 .400 3.385 .002
X6 -19.646 20.389 -.113 -.964 .341
a. Dependent Variable: Y
Dari hasil uji regresi tersebut, persamaan regresi adalah sebagai berikut:
Y = 5,633 + 0,012 X1 + 0,840 X2 + 1,408 X3 – 10,630 X4 + 4,826 X5 -
19,646 X6
Uji Parsial (t test)
Menurut Ghozali (2007), t test pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa nilai t hitung Investasi pada
sistem IT (X1), Efisiensi bank (X2), Hambatan memasuki pasar (X3), dan Resiko
bank (X6) kurang dari nilai t tabel dan tingkat signifikansi diatas 0,05, maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Sehingga secara individu variabel Investasi pada sistem
IT (X1), Efisiensi bank (X2), Hambatan memasuki pasar (X3), dan Resiko bank
(X6) tidak berpengaruh terhadap Kinerja Intellectual Capital-VAICTM
it (Y).
Nilai t hitung Efisiensi pada investasi IC (X4) dan Profitabilitas bank (X5)
lebih dari nilai t tabel dan tingkat signifikansi diatas 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Sehingga secara individu variabel Efisiensi pada investasi IC (X4)
dan Profitabilitas bank (X5) berpengaruh terhadap Kinerja Intellectual Capital-
VAICTM
it (Y). Namun hasil t hitung dari Efisiensi pada investasi IC (X4)
menunjukkan nilai negatif ini berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh namun
berlawanan arah atau tidak sesuai harapan.
21
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X1 mempunyai nilai
sebesar 0,943 > 0,05, maka hipotesis pertama ditolak. Hal ini berarti bahwa
variabel investasi pada sistem IT tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja intellectual capital. Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan El-Bannany (2008) yang menemukan bahwa investasi pada sistem IT
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Investasi pada
sistem teknologi informasi sangat penting fungsinya, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa keberadaan dari karyawan (human capital) juga tidak kalah
penting. Setinggi-tingginya investasi yang dikeluarkan pada teknologi informasi
tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan dari karyawan
(human capital). Hal tersebut sependapat dengan Goh (2005) yang berpendapat
bahwa aktivitas perusahaan sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu physical
capital dan human capital. Human capital tidak dapat menjalankan aktivitasnya
tanpa adanya physical capital, dan begitu juga sebaliknya.
Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X2 mempunyai nilai
sebesar 0,829 > 0,05, maka hipotesis kedua ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
efisiensi bank tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual
capital. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa stakeholders tidak peduli terhadap
kepentingan perusahaan yang seharusnya stakeholders mampu berkontribusi pada
perusahaan untuk menciptakan efisiensi bank. Jika efisiensi bank tercapai maka
mampu memotivasi kinerja human capital, namun pada kenyataannya tidak. Ini
terbukti dari nilai efisiensi bank yang tinggi, sehingga menyebabkan tingginya
aset yang menganggur di sebuah perusahaan dan tidak menciptakan efisiensi
bank.
Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X3 mempunyai nilai
sebesar 0,848 > 0,05, maka hipotesis ketiga ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
hambatan memasuki pasar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
intellectual capital. Dalam konteks penelitian ini hambatan memasuki pasar tidak
22
berpengaruh terhadap kinerja karyawan karena perusahaan yang terlindungi dari
kompetisi dari sektornya oleh hambatan memasuki pasar yang besar akan
cenderung untuk tidak memotivasi karyawan mereka untuk berinovasi. Hal
tersebut disebabkan karena perusahaan merasa tidak akan tersaingi oleh
perusahaan lain. Jadi perusahaan akan mempertahankan kinerja yang sudah ada.
Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X4 mempunyai nilai
sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel efisiensi pada investasi IC
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital, namun
menunjukkan hubungan yang negatif. Ini terbukti dari arah yang berlawanan dari
hipotesisnya, sehingga hipotesis keempat ditolak. Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan El-Bannany (2008) yang menemukan bahwa variabel
efisiensi pada investasi IC berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
intellectual capital, namun menunjukkan hubungan yang negatif. Hal ini mungkin
disebabkan karena aktivitas inovasi yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi pada penciptaan nilai perusahaan yang mencerminkan efisiensi
intellectual capital tidak hanya berhubungan dengan human capital saja. Proses
inovasi yang dihasilkan oleh bank bisa ditimbulkan oleh faktor lain seperti
structural capital atau physical capital.
Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X5 mempunyai nilai
sebesar 0,002 < 0,05, maka hipotesis kelima diterima. Hal ini berarti bahwa
variabel profitabilitas bank berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
intellectual capital. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan El-
Bannany (2008) yang menemukan bahwa bank dengan profit yang baik akan
cenderung terus memotivasi karyawan demi menjaga profitabilitasnya. Hal ini
membawa pengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital. Jadi semakin
tinggi profitabilitas bank maka kinerja intellectual capital juga akan meningkat.
Hasil dari pengujian menunjukan bahwa koofisien X6 mempunyai nilai
sebesar 0,341 > 0,05, maka hipotesis keenam ditolak. Hal ini berarti bahwa
variabel resiko bank efisiensi bank tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
23
kinerja intellectual capital. Hal ini disebabkan karena data dalam laporan
keuangan sampel tidak memisahkan antara tangible asset dengan intangible asset.
Dalam hal ini intangible asset sebagai proksi pengukuran resiko bank hanya
dicerminkan oleh biaya karyawan, seharusnya resiko bank yang dicerminkan oleh
intangible asset sebagai aset yang beresiko tidak hanya dicerminkan oleh biaya
karyawan saja.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Hasil dari pengujian investasi pada sistem IT menunjukkan hubungan
yang positif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
intellectual capital. Investasi pada sistem teknologi informasi sangat penting
fungsinya, namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan dari karyawan
(human capital) juga tidak kalah penting. Investasi yang dikeluarkan pada
teknologi informasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan
dari karyawan (human capital).
Hasil dari pengujian efisiensi bank IT menunjukkan hubungan yang positif
namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital.
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa stakeholders tidak peduli terhadap
kepentingan perusahaan yang seharusnya stakeholders mampu berkontribusi pada
perusahaan untuk menciptakan efisiensi bank. Jika efisiensi bank tercapai maka
mampu memotivasi kinerja human capital, namun pada kenyataannya tidak. Ini
terbukti dari nilai efisiensi bank yang tinggi, sehingga menyebabkan tingginya
aset yang menganggur di sebuah perusahaan dan tidak menciptakan efisiensi
bank.
Hasil dari pengujian hambatan memasuki pasar menunjukkan hubungan
yang positif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
intellectual capital. Hambatan memasuki pasar tidak berpengaruh terhadap
kinerja karyawan karena perusahaan yang terlindungi dari kompetisi dari
sektornya oleh hambatan memasuki pasar yang besar akan cenderung untuk tidak
24
memotivasi karyawan mereka untuk berinovasi. Hal tersebut disebabkan karena
perusahaan merasa tidak akan tersaingi oleh perusahaan lain. Jadi perusahaan
akan mempertahankan kinerja yang sudah ada.
Hasil dari pengujian efisiensi pada investasi IC menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja intellectual capital, namun menunjukkan
hubungan yang negatif. Hal ini mungkin disebabkan karena aktivitas inovasi yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penciptaan nilai perusahaan yang
mencerminkan efisiensi intellectual capital tidak hanya berhubungan dengan
human capital saja. Proses inovasi yang dihasilkan oleh bank bisa ditimbulkan
oleh faktor lain seperti structural capital atau physical capital.
Hasil dari pengujian profitabilitas bank menunjukkan hubungan yang
positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Hal
ini disebabkan karena bank dengan profit yang baik akan cenderung terus
memotivasi karyawan demi menjaga profitabilitasnya. Hal ini membawa
pengaruh positif terhadap kinerja intellectual capital. Jadi semakin tinggi
profitabilitas bank maka kinerja intellectual capital juga akan meningkat.
Hasil dari pengujian resiko bank menunjukan hubungan yang negatif dan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Ini
mengindikasikan bahwa variabel resiko bank menunjukkan hubungan yang
negatif, ketika sebuah bank mengalami resiko maka ini akan berdampak negatif
terhadap kinerja karyawan sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja
intellectual capital. Dalam penelitian ini resiko bank tidak berpengaruh signifikan
karena data dalam laporan keuangan sampel tidak memisahkan antara tangible
asset dengan intangible asset. Dalam hal ini intangible asset sebagai proksi
pengukuran resiko bank hanya dicerminkan oleh biaya karyawan, seharusnya
resiko bank yang dicerminkan oleh intangible asset sebagai aset yang beresiko
tidak hanya dicerminkan oleh biaya karyawan saja.
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu pada variabel
investasi pada sistem IT terdapat sedikit perusahaan yang mengungkapkan secara
25
jelas biaya yang dikeluarkan untuk investasi pada sistem IT, sehingga pada
penelitian ini menggunakan proksi lain sebagai pengukurannya, yaitu
menggunakan equipment cost. Dalam penelitian ini proksi tersebut diharapkan
mampu mewakili untuk pengukuran dari biaya yang dikeluarkan untuk investasi
pada sistem IT.
Pada variabel resiko bank juga terdapat sedikit perusahaan yang
mengungkapkan secara jelas nilai intangible asset dari sebuah perusahaan,
sehingga pada penelitian ini menggunakan proksi lain sebagai pengukurannya,
yaitu menggunakan biaya karyawan. Dalam penelitian ini proksi tersebut
diharapkan mampu mewakili untuk pengukuran dari resiko bank karena biaya
karyawan mencerminkan nilai dari human capital sebuah perusahaan. Sedangkan
human capital merupakan salah satu komponen dari intellectual capital dan IC
termasuk intangible asset atau aset tidak berwujud. Di mana dalam penelitian
sebelumnya nilai dari intangible asset atau aset tidak berwujud digunakan sebagai
pengukuran.
Saran yang diberikan untuk penelitian mendatang, sehingga diharapkan
diperoleh pemahaman yang luas mengenai determinan kinerja intellectual capital
di sektor perbankan adalah diharapkan pada penelitian selanjutnya pada variabel
investasi pada sistem IT menggunakan proksi biaya yang dikeluarkan untuk
investasi pada sistem IT saja, atau menggunakan proksi lain yang tepat agar
hasilnya lebih akurat. Diharapkan pada penelitian selanjutnya pada variabel resiko
bank menggunakan proksi yang mampu mewakili resiko bank seperti nilai
intangible asset atau aset tidak berwujud saja, atau menggunakan proksi lain yang
tepat agar hasilnya lebih akurat. Perlu dilakukanya penelitian lebih lanjut tentang
intellectual capital di Indonesia. Ini disebabkan karena masih sedikit penelitian
tentang kinerja IC, terutama determinan kinerja intellectual capital.
26
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. Partiwi. 2005. Hubungan Intellectual Capital dan Business
Performance dengan Diamon Spesification : Sebuah Persepektif
Akuntansi. SNA VIII Solo.
Bontis, N., Keow, W. dan Richardson, S. 2000. “Intellectual capital and business
performance in Malaysian industries”. Journal of Intellectual capital, Vol.
1 No. 1, pp. 85-100.
Bank Indonesia. Statistik perbankan Indonesia. Vol.9 No.1 januari 2011. ISSN:
2086-2954.
El-Bannany, Magdi. 2008. “A study of determinants of intellectual capital
performance in banks: the UK case”. Journal of Intellectual capital, Vol. 9
No. 3, pp. 487-498.
Ghozali, Imam. 2007. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”.
Badan penerbit UNDIP : Semarang.
Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”.
Badan penerbit UNDIP : Semarang.
Goh, P. 2005. “Intellectual capital performance of commercial banks in
Malaysia”. Journal of Intellectual capital, Vol. 6 No. 3, pp. 385-396.
Kamath, G. Barathi. 2007. “The intellectual capital performance of Indian
banking sector”. Journal of Intellectual Capital, Vol.8 No.1, pp. 96-123.
Mavridis, G. Dimitrios. 2004. “The intellectual capital performance of the
Japanese banking sector”. Journal of Intellectual Capital, Vol.5 No.1, pp.
99-115.
Mavridis, G. Dimitrios. 2005. “Intellectual capital performance drivers in the
Greek banking sector”. Journal of Intellectual Capital, Vol.6 No.1, pp.
127-140.
27
Petty, R. dan Guthrie, J. 2000. “Intellectual capital literature review :
Measurement, reporting, and management”. Journal of Intellectual
Capital, Vol.1 No.2, pp. 155-176.
Simorangkir, O.P. 2000. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank.
Perbit Ghalia Indonesia. Bogor.
Solikhah, Badingatus. Implikasi Intellectual Capital terhadap Financial
Performance, Growth, dan Market Value: Studi Empiris dengan
Pendekatan Simplistic Specification. SNA XIII Purwokerto.
Ting, Irene Wei Kiong dan Lean, Hooi Hooi. 2009. “Intellectual capital
performance of financial institutions in Malaysia”. Journal of Intellectual
Capital, Vol.10 No.4, pp. 588-599.
Ulum, Ihlayul. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan:
Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. SNA XI
Pontianak.
Ulum, Ihyaul. Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No.2, November 2008: 77-84.
Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yalama, Abdullah dan Coskun, Metin. 2007. “Intellectual capital performance of
quoted banks on the Istanbul stock exchange market”. Journal of
Intellectual Capital, Vol.8 No.2, pp. 256-271.
Yusuf dan Sawitri, Peni. Modal Intelektual dan Market Performance Perusahaan-
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan , Vol.3 Oktober 2009. ISSN: 1858-2559