deskripsi teater tradisi lang lang buana
DESCRIPTION
skripsi seni teater - IKJTRANSCRIPT
PENGAJUAN PROPOSAL SKRIPSI
DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA
DI KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
FAHRIZAL
2050951022
JURUSAN TEATER
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT KESENIAN JAKARTA
2010
1
BAB I
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau
besar dan kecil. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada
tahun 2002 berdasarkan hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah pulau
di Indonesia adalah sebanyak 18.306 buah.1 Hal ini menyebabkan terjadinya
berbagai sub-kultur budaya dari suku bangsa yang berbeda-beda. Keragaman itu
disatukan dalam semboyan Negara Indonesia yaitu “ Bhinneka Tunggal Ika” –
berbeda-beda tetapi tetap satu. Pengertian dari semboyan ini bukan berarti bahwa
kebudayaan di Indonesia disetarakan/disentralisasi oleh satu sistem. Justru
semakin banyaknya perbedaan yang ada, maka semakin banyak perbendaharaan
khazanah kebudayaan yang terdapat di Indonesia.
Sejak zaman dahulu, Indonesia merupakan akes jalur perdagangan dunia.
Jalur perdagangan laut antara Indonesia, Tiongkok, India dan daerah-daerah di
Barat (kekaisaran Romawi) telah dimulai dari abad pertama sesudah masehi.
Hubungan yang terjalin ini akhirnya bukan hanya sekadar hubungan perdagangan
saja, tetapi terjadi juga persinggungan terhadap unsur-unsur kebudayaannya,
khususnya kesenian.
Kesenian merupakan salah satu dari unsur kebudayaan. Menurut
Koentjaraningrat terdapat tujuh unsur-unsur kebudayaan, yaitu : bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_di_Indonesia
2
pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Sedangkan menurut E. B. Taylor,
unsur-unsur kebudayaan ada delapan yaitu : knowledge (pengetahuan), belief
(kepercayaan), art (kesenian), morals (moral), law (hukum), customs (adat
istiadat), capabilities (kemampuan) dan habbits (kebiasaan).
Kesenian memiliki peran penting di dalam kebudayaaan. Oleh sebab itu,
kesenian dalam wujudnya menampakkan pesan-pesan budaya dari masyarakat
pendukungnya melalui hasil karya yang tercipta. Pesan-pesan ini didapat dari
peninggalan-peninggalan leluhur yang terwujud dalam tata cara adat istiadat, baik
melalui visual (artefak, relief, bangunan dan lain-lain), verbal (petuah, pantun,
dongeng, legenda dan lain-lain) maupun yang berbentuk naskah tertulis. Umar
Kayam dalam bukunya Seni, Tradisi, Masyarakat mengatakan :
Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat. Sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga kebudayaan – dan dengan demikian juga kesenian – mencipta, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkan untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. (Umar Kayam, 1981)
Hal senada juga diungkapkan oleh Edi Sedyawati yang mengatakan : “…di mana
pun, kesenian merupakan salah satu perwujudan kebudayaan. Kesenian juga
selalu mempunyai peranan tertentu di dalam masyarakat yang menjadi ajangnya.
Demikian pula di Indonesia, kesenian dapat ditinjau dalam konteks kebudayaan
maupun kemasyarakatannya.” (Edi Sedyawati, 1983).
Kesenian di suatu etnik tertentu biasanya berpedoman kepada sistem
budayanya. Kesenian itu berpedoman kepada sistem pengetahuan, kepercayaan,
nilai, norma-norma yang hidup dalam budaya masyarakat pemilik kesenian
3
tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri dengan berkembangnya zaman maka
kesenian di suatu etnik tertentu bisa saja berubah dan disesuaikan berdasarkan
tuntutan zaman. Bachtiar mengatakan : “Pada saat ini suatu jenis kesenian
tertentu mungkin sekali masih murni mengandung pesan budaya etniknya. Akan
tetapi ada pula kesenian etnik yang telah mendapat pengaruh dari unsur sistem
budaya yang berasal dari agama (Hindu, Budha, Islam, Kristen) atau sistem
budaya asing.” (Bachtiar, 1985).
Hal di atas bisa terjadi disebabkan oleh adanya penetrasi kebudayaan -
masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi
kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara yaitu penetrasi damai (penetration
pasifique) dan penetrasi kekerasan (penetration violante)2. Penyebaran
kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi3, Asimilasi4, atau
Sintesis5. Sementara itu penetrasi kekerasan dapat menimbulkan goncangan-
goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.
Penetrasi kebudayaan di Indonesia terjadi di dalam dua cara tersebut dan
perubahan yang sangat signifikan dapat dilihat dari perkembangan seni
pertunjukan di Indonesia. Secara garis besarnya, sekarang ini seni pertunjukan di
Indonesia memiliki tiga bentuk – seni konvensional/modern, seni tradisional dan
perpaduan di antara keduanya. Drs. Jabatin S. Bangun mengatakan :
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Perubahan_Sosial_Budaya
3 bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
4 bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.
5 bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
4
Seni pertunjukan Indonesia memiliki ciri-ciri umum :
1. Holistik, mencakup keseluruhan dari unsur-unsur yang ada di dalamnya; teater, tari, musik.
2. Kontekstual, penyajiannya berdasarkan kebutuhan. Seperti ritual agama, pernikahan dan lain-lain.
3. Berkembang/berubah, seni pertunjukan itu mengalami perkembangan dan perubahan karena persinggungan dengan kebudayaan lain.
4. Oral tradisi, penyebarannya melalui mulut dari generasi ke generasi….”6
Teater tradisi merupakan salah satu jenis dari seni pertunjukan. Seni
pertunjukan (bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni yang melibatkan
aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan
biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan
seniman dengan penonton.7
Dengan memahami ciri-ciri dan unsur-unsur di atas, maka akan lebih
memudahkan untuk memahami bagaimana suatu teater tradisi itu tercipta dan
siklus perkembangannya. Selain itu, untuk memahami teater tradisi dapat
dipelajari dari beberapa aspek. Menurut James Danandjaja :
Aspek tersebut adalah aspek identitas dan aspek fungsinya (function). Aspek identitas adalah umpamanya: apa yang dimaksudkan, bagaimana cara penyebarannya, berapa usianya, dan sebagainya. Aspek fungsi adalah umpamanya: apa guna teater rakyat bagi kehidupan masyarakat penduduknya (folk-nya), mengapa ada orang senang berperan di dalamnya, mengapa ada orang senang menontonnya, dan sebagainya. (Danandjaja : 80).
Hal ini juga yang menjadi alasan bagi penulis untuk mengangkat karya
tulis tentang salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Indonesia dan hampir
punah disebabkan oleh perkembangan zaman, yaitu teater tradisi Lang Lang
6 Bahan mata kuliah Seni Pertunjukan Indonesia I pada tahun ajaran 2010/2011. Dosen Drs. Jabatin S. Bangun.
7 http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_pertunjukan
5
Buana yang tumbuh dan berkembang di pulau Ranai8 Kabupaten Natuna. Tulisan
ini berkaitan dengan sejarah kemunculannya, persinggungan kebudayaan yang
mempengaruhinya dan bentuk penyajian di dalam pementasannya..
Kabupaten Natuna adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan
Riau, Indonesia. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di
sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan
berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan
Singapura, Malaysia, Riau, dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan
Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong,
Jepang, Korea dan Taiwan. Sejarah Kabupaten Natuna tidak dapat dipisahkan dari
sejarah Kabupaten Kepulauan Riau, karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah
otonomi, Kabupaten Natuna merupakan bahagian dan wilayah Kepulauan Riau.
Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999
yang disahkan pada tanggal 12 Oktober 1999, dengan dilantiknya Bupati Natuna
Drs. H. Andi Rivai Siregar oleh Menteri Dalam Negeri ad intrem Jenderal TNI
Faisal Tanjung di Jakarta.9
Perkembangan kesenian di Kabupaten Natuna tidak bisa terlepas dari
provinsi induknya – Provinsi Riau. Di Provinsi Riau terdapat dua jenis teater
tradisi, yaitu teater tradisi Mak Yong dan teater Bangsawan. Mak Yong adalah
seni teater tradisional masyarakat Melayu yang tumbuh dan berkembang di
negara-negara bagian Malaysia dan di Kepulauan Riau. Hal ini disebabkan karena
letak geografis dan kultur kebudayaan antara dua daerah yang berbeda negara itu
8 sekarang menjadi ibukota dari Kabupaten Natuna.9 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna
6
saling berdekatan dan memiliki persamaan. Pementasan Mak Yong di Kepulauan
Riau dengan memakai topeng, berbeda dengan Malaysia yang tanpa memakai
topeng.
Pertunjukan Mak Yong menggabungkan berbagai unsur upacara
keagamaan, sandiwara, tari, musik dengan vokal atau instrumen dan naskah yang
sederhana. Tokoh utama pria dan wanita keduanya dibawakan oleh penari wanita.
Tokoh-tokoh lain yang muncul dalam cerita misalnya pelawak, dewa, jin, pegawai
istana, dan binatang. Pertunjukan mak yong diiringi alat musik seperti rebab,
gendang, dan tetawak10.
Sementara itu, teater Bangsawan lebih mudah dipahami sebagai perintis
dari perkembangan teater Indonesia ke arah teater modern. Hanya saja Teater
Bangsawan belum menggunakan naskah tertulis seperti naskah well made play
pada teater konvensional. Naskahnya hanya menceritakan garis besar/plot dari
sebuah cerita yang akan dipentaskan. Teater Bangsawan atau Waayang
Bangsawan adalah teater rakyat tradisional yang hidup di Kepulauan Riau dan
Kepulauan Lingga, Indonesia, serta berkembang pula di kawasan Malaysia dan
Brunei Darussalam. Teater ini dapat dimainkan semua lapisan masyarakat.
Pertunjukan Teater Bangsawan menggabungkan unsur musik, drama dan tari serta
mengangkat kisah-kisah di lingkungan istana. Cerita-cerita yang sering diangkat
adalah kisah tentang Hang Tuah Lima Bersaudara, Sultan Mahmud Mangkat
Dijulang dan Laksamana Bintan.
Menurut sejarah, teater ini dikembangkan oleh masyarakat Persia atau
Parsi yang pindah ke India karena pertentangan ideologi di tanah airnya. Teater ini 10 alat musik seperti gong, tetapi bentuknya lebih kecil.
7
lalu berkembang di Pulau Penang, Malaysia dan menyebar pula ke Indonesia,
termasuk Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Tetapi teater
ini lebih lekat dengan kebudayaan Riau. Di Malaysia, teater ini pada awalnya
dinamakan Wayang Parsi. Lalu, kelompok wayang asal Persia ini pulang ke India
dan menjual peralatan pertunjukan kepada seorang Malaysia, Mohamad Pushi.
Mohamad menganti nama teater itu menjadi Teater Bangsawan.
Di Kabupaten Natuna sendiri sebenarnya memiliki dua jenis teater tradisi,
yaitu teater tradisi Mendu dan Lang Lang Buana. Teater tradisi Mendu cukup
dikenal oleh masyarakat di gugusan kepulauan ini dan telah dibukukan serta
dijadikan bahan penelitian ilmiah. Istilah ‘Mendu’ berasal dari kata ‘menghibur
rindu’. Pada zaman dahulu para saudagar, nelayan dan petani sangat senang
menghibur diri pada malam hari sebagai pelepas lelah setelah mereka bekerja
berat pada siang hari. Mereka memainkan musik, nyanyian, berpantun sebagai
pelepas rindu pada kampung halaman. Lama-kelamaan kata menghibur rindu
mereka singkat dengan sebutan mendu yang akhirnya menjadi tontotan yang
sangat digemari oleh masyarakat Kepulauan Natuna. Permainan Mendu
merupakan pemaparan cerita pentas (panggung) yang dilakukan di lapangan
terbuka dan menggabungkan unsur-unsur akting, tarian, nyanyian dan musik. Para
pemainnya bermain dengan dialog yang disertakan dengan gerakan dan sewaktu-
waktu dapat menjadi tarian. Walaupun demikian unsur tari dalam seni
pertunjukkan Mendu bukan sekadar tempelan atau selingan saja, melainkan
sebagai unsur yang saling berhubungan dengan unsur-unsur seni lainnya yang
utuh pada pertunjukkan Mendu.
8
Sementara itu, teater tradisi Lang Lang Buana didirikan oleh almarhum
Datok Kaya Wan Mohammad Benteng yang sekaligus merangkap sebagai Syeh11.
Ia merupakan keturunan kaum Bangsawan yang zaman dahulu memerintah di
pulau Ranai. Pada masa hidupnya, teater tradisi Lang Lang Buana sangat populer
di kalangan masyarakat Ranai. Bahkan kepopulerannya sampai ke pulau Midai,
Sedanau, Pulau Laut dan pulau-pulau lainnya yang termasuk dalam gugusan
Pulau Tujuh12.
Teater tradisi Lang Lang Buana memiliki salah satu keunikan yang
sekaligus menjadi syarat utama di dalam pementasannya. Teater tradisi ini harus
bermain di atas panggung. Dengan kata lain, para pemainnya selama pertunjukan
berlangsung tidak boleh menginjakkan kakinya di atas tanah. Salah seorang
pemerhati kesenian ini mengatakan :
Sewaktu saya kecil, saya pernah melihat pertunjukan Lang Lang Buana. Pada saat itu tanpa sengaja seorang pemain menginjakkan kakinya ke tanah. Seketika saja angin ribut langsung melanda panggung pertunjukan itu dan pemain yang menginjakkan kainya tadi langsung jatuh pingsan.13
Kejadian seperti ini bisa dimaklumi karena pada umumnya teater tradisi Indonesia
memang tidak bisa terlepas dari unsur-unsur mistis yang terdapat di dalamnya.
Seperti halnya dengan seni teater tradisi lain di Indonesia yang cara
penyampaiannya menggunakan multi media ekspresi terpadu (Integrated multy
11 Orang yang memiliki kekuatan magis untuk menangkal kekuatan gaib yang dapat mencelakan pemain.12 Dahulu merupakan sebutan untuk tujuh kecamatan, yaitu Tambelan, Letung, Tarempa, Bunguran Timur (Ranai), Bunguran Barat (Sedanau), Midai dan Serasan.13 Hasil wawancara dengan Wan Suhardi – cucu dari Datok Kaya Wan Mohammad Benteng.
9
media expression)14, di mana di dalamnya terdapat berbagai unsur yang menyatu.
Teater tradisi Lang Lang Buana juga menggabungkan unsur-unsur ritual, lakon,
tari, nyanyian dan musik yang menjadi satu kesatuan di dalam pementasannya.
Menurut Hoebel :
Bentuk pengutaraan seperti ini tidak berarti bahwa seni tradisi itu ketinggalan zaman, tidak mengunakan pakem-pakem yang ada, dangkal, kasar dan tidak bisa menerima perubahan. Produk-produk kesenian tradisional itu sesungguhnya menunjukkan teknik yang matang, ide-ide yang kompleks dan memperlihatkan gaya yang khas dalam bentuknya yang abstrak merupakan karya yang penuh khayal dan simbolik. (Hoebel, 1966)
Dengan demikian, kesenian tradisi memiliki nilai-nilai yang paling mendasar bagi
manusia untuk memahami latar belakang kebudayaan dan kiat-kiat dalam
menjalani kehidupan melalui pesan-pesan yang ada di dalamnya.
Meski pun belum pernah ada data tertulis tentang teater ini dan saat
sekarang ini sangat jarang dipentaskan, namun para pelaku generasi ketiga dari
kesenian ini masih bisa ditemui di Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur
Laut, Kabupaten Natuna. Sehingga teater ini masih cukup layak diteliti untuk
dijadikan bahan skripsi.
II. MASALAH PENELITIAN
14 Diktat dari mata kuliah Teater Asia untuk semester III pada tahun ajaran 2009/2010. Pengertian ini tercantum dalam Bab I tentang Mengenal Timur dan Barat. Dosen A. Kasim Achmad.
10
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian ini akan mengangkat persoalan tentang penggambaran teater tradisi
Lang Lang Buana di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.
Penelitian ini mengidentifikasikan pertanyaan penelitian :
1. Bagaimana sejarah munculnya teater tradisi Lang Lang Buana Di
Kabupaten Natuna.
2. Apakah teater tradisi ini mendapat pengaruh dari budaya lain atau
persinggungannya dengan budaya yang lain.
3. Bagaimana bentuk penyajian/pementasan teater tradisi Lang Lang Buana.
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangannya.
III. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teater tradisi Lang Lang
Buana menurut sejarah, bentuk penyajiannya, persinggungannya dengan budaya
yang lain dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan teater tradisi
Lang Lang Buana di Kabupatan Natuna. Faktor-faktor tersebut adalah :
bagaimana pandangan masyarakat Natuna terhadap teater tradisi Lang Lang
Buana, regenarasi para senimannya dan peranan pemerintah daerah setempat
terhadap kesenian tradisi ini.
IV. PENELUSURAN PUSTAKA
11
Penulis memakai sejumlah konsep untuk menjawab pertanyaan di atas.
Konsep-konsep tersebut adalah : 1) Kebudayaan; 2) Seni Pertunjukan; 3)
Kesenian Tradisi; dan 4) Mendu (sebagai bahan perbandingan).
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sehinga segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan merupakan kesuluruhan yang
kompleks, di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menopang kehidupan
bagi kelangsungan umat manusia.
Seni Pertunjukan merupakan bagian dari kesenian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan bermasyarakat. Di dalam bermasyarakat dibutuhkan adanya
komunikasi antar individunya. Seni Pertunjukan menjadi salah satu cara
menyampaikan ekspresi seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
Sehingga Seni Pertunjukan merupakan kesenian yang kolektif – membutuhkan
orang lain dalam penyampaiannya.
Seni pertunjukan di Indonesia tidak dapat terpisahkan dari kesenian
tradisional yang tumbuh dan berkembang di masing-masing daerah. Sehingga
kesenian yang muncul mengandung unsur-unsur sistem budaya dari masyarkat
yang bersangkutan. Dengan demikian, masyarakat yang bersangkutan bermaksud
menjawab dan menginterpretasikan permasalahan kehidupan sosialnya, mengisi
kebutuhan, atau mencapai suatu tujuan bersama, seperti kemakmuran, kemuliaan,
persatuan, kebahagian dan rasa aman yang berhubungan dengan yang gaib
(supranatural) dan lain-lain.
12
Teater tadisi Mendu memiliki asal usul dan sejarah serta
perkembangannya. Mendu adalah salah satu teater rakyat yang tumbuh dan
berkembang di Kabupaten Natuna, selain teater tradisi Lang Lang Buana.
Sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan di dalam penggambaran teater
tradisi Lang Lang Buana disebabkan karena adanya persamaan latar belakang
kebudayaan dan letak geografisnya yang sama.
V. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
penelitian lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian ini bersifat deskritif dan
analitik. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara dan
observasi serta penggalian literatur yang mendukung dengan informan terpilih
yang notabene adalah penggiat teater tradisi Lang Lang Buana dan masyarakat
yang peduli terhadap teater tradisi ini. Data-data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan metode deduktif terhadap fakta-fakta emperik yang penulis
temukan di lapangan.
VI. RENCANA ISI
Penelitian ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan,
bagian isi dan penutup. Bagian pendahuluan merupakan pra bab yang berisi
halaman judul, halaman pengesahan, kata persembahan, kata pengantar dan daftar
isi.
13
Bagian kedua adalah bagian isi yang dibagi dalam empat bab. Bab I berisi
tentang:
1. Latar belakang masalah, sub ini menjelaskan tentang mengapa topik
penelitian masih cukup relevan dan menarik untuk diteliti.
2. Masalah penelitian, mengangkat tentang pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut penelitian ini.
3. Tujuan penelitian, merupakan titik tolak dari penulis untuk menetukan
jawaban dari hasil penelitian ini.
4. Tinjauan pustaka, berisi referensi-referensi yang digunakan penulis. Daftar
referensinya didapat dari buku, koran, majalah, makalah, blog internet, dan
lain-lain.
5. Metode penelitian, menjelaskan metode yang digunakan dalam
pengumpulan data-data untuk penelitian ini.
6. Rencana isi, berisi tentang sistematis penulisan skripsi ini.
Di dalam Bab II membahas mengenai Kabupaten Natuna dilihat dari latar
belakang kebudayannya dan apresiasi masyarakatnya terhadap kesenian.
Bab III membahas mengenai teater tadisi Lang Lang Buana secara
menyeluruh, baik ditinjau dari literatur yang ada maupun berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan penggiat teater tradisi Lang Lang Buana.
Selanjutnya, penggambaran aspek-aspek yang ada di dalamnya dan
persinggungannya dengan kebudayaan lain yang ada di Kabupaten Natuna.
Bab IV membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan teater tradisi Lang Lang Buana. Faktor-faktor tersebut adalah
14
pandangan masyarakat Natuna terhadap teater tradisi ini, regenarasi para
senimannya dan peranan pemerintah daerah setempat terhadap kesenian tradisi
ini.
Bagian terakhir adalah bagian penutup yang di dalamnya terdapat
kesimpulan dan saran-saran terhadap kesenian teater tradisi Lang Lang Buana.
15