deskripsi penerimaan sakramen tobat orang muda …repository.usd.ac.id/35880/2/131124004_full.pdfmb...
TRANSCRIPT
i
DESKRIPSI PENERIMAAN SAKRAMEN TOBAT ORANG
MUDA KATOLIK
DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh :
Vincentius Jenu Ritarman
NIM: 131124004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Tuhan Yang Maha Esa
Bapak Heribertus Murdiman & Bapak Hersunu Haryo Sigit
Ibu Rita Maria Wagiyem & Mama Wivina Retno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Jauhi DOSA dekati PENDOSA”
(Vincentius Jenu Ritarman)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Vincentius Jenu Ritarman
NIM : 131124004
Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
DESKRIPSI PENERIMAAN SAKRAMEN TOBAT ORANG MUDA
KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada) dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dan membentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet dan media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul DESKRIPSI PENERIMAAN SAKRAMEN
TOBAT ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN
YESUS GANJURAN. Pokok bahasan ini bertolak dari keprihatinan penulis
sebagai umat di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap kaum muda
yang hanya sedikit menerima Sakramen Tobat. Mereka menerima hanya sebatas
pada saat hari raya Natal dan Paskah. Penghayatan Sakramen Tobat akan
membantu orang muda untuk merasakan belas kasih Allah. Dalam penulisan
skripsi ini pokok yang paling mendasar adalah sejauh mana kaum muda Katolik
memahami dan menghayati Sakramen Tobat dalam hidup sehari-hari dengan
melihat seberapa sering orang muda Katolik menerima Sakramen Tobat.
Penulis mengadakan penyebaran kuisioner dan wawancara kepada orang
muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, berdasarkan hasil dari
penelitian dan pengumpulan data penulis dapat menyimpulkan bahwa penerimaan
Sakramen Tobat masih kurang karena Orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran menerima Sakramen dua tahun sekali.
Penulis menawarkan pendalaman iman dengan bentuk Shared Christian
Praxis bagi orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
tujuannya membantu para orang muda agar semakin aktif menerima Sakramen
Tobat, tidak hanya itu melalui Shared Christian Praxis ini orang muda dapat
saling mensharingkan pengalamannya masing-masing sehingga mereka dapat
bertukar pengalaman dan informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The tittle of this study is DESCRIPTION OF THE RECEPTION OF
THE SACRAMENT OF RECONCILIATION OF YOUNG CATHOLICS IN
THE PARISH OF THE SACRED HEART OF GOD JESUS GANJURAN.
The main topics are opposite with apprehensions from the writer as people
religions on the Paris of the Sacred Heart of God Jesus Ganjuran among only few
teenagers understanding and apprehensions the Paris of the Sacred Heart of God
Jesus Ganjuran among on their daily lives through saw how often Catholic
teenagers received the Paris of the Sacred Heart of God Jesus Ganjuran.
The writer held a questionnaires and interviews with young Catholics in
the Parish of the Sacred Heart of God Jesus Ganjuran, and based on the results of
research and data collection the writer can conclude that the reception of the
sacrament of repentance is still lacking because the young Catholics in the Parish
of the Sacred Heart of God Jesus Ganjuran receive the sacrament every two years.
The writer also deepen faith through the from Shared Christian Praxis for
the Catholic teenagers in the Parish of the Sacred Heart of God Jesus Ganjuran
that the purpose is help the Catholic teenagers be more active in receiving the
sacrament of repentance, not only through Shared Christian Praxis the Chatolic
teenagers and sharing to each other so that they could exchanged the experiences
and information’s.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih karunia dan
bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul
DESKRIPSI PENENERIMAAN SAKRAMEN TOBAT ORANG MUDA
KATOLIK DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN ini
terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbangan pemikiran
mengenai penerimaan Sakramen Tobat orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran. Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. B. Agus. Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma, dan selaku dosen utama yang telah meluangkan
waktu dalam mendampingi penulis pada saat ujian berlangsung, dan telah
memberikan kesempatan serta dukungan kepada penulis selama menjalankan
proses perkuliahan di kampus.
2. FX Dapiyanta SFK, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji kedua yang telah bersedia meluangkan waktu, kesabaran, ketulusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
dan kesetiaan mendampingi dan membimbing penulis hingga akhir penulisan
skripsi.
3. YH Bintang Nusantara, SFK, M Hum selaku dosen penguji ketiga yang telah
bersedia meluangkan waktu, kesabaran, ketulusan dan kesetiaan mendampingi
dan membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi.
4. Segenap Dosen Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama proses belajar hingga selesainya skripsi ini.
5. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakan Prodi PAK, dan segenap karyawan
bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan
skripsi.
6. Romo Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk menjalankan penelitian di Paroki.
7. Segenap umat Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang telah
mensuport untuk penulis.
8. Rekan-rekan OMK Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang telah
bersedia mengisi kuisioner dan bersedia diwawancarai oleh penulis.
9. Bapak Heribertus Murdiman dan Ibu Rita Maria Wagiyem, selaku orang tua
penulis yang selalu setia mendampingi, memberi kasih sayang dan mendukung
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.
10. Maria Margareta Ratna yang selalu mendukung dan membantu penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
11. Teman-teman PAK angkatan 2013 yang selalu memberi dukungan dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan, dukungan, doa, perhatian dan kerjasama sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
dalam menyusun skripsi. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan skripsi akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vii
ABSTRAK ....................................................................................................
ABSTRACT....................................................................................................
viii
ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................
xiii
xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 4
E. Metode Penulisan .............................................................................. 4
F. Sistimatika Penulisan ....................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................ 7
1. Sakramen dalam Gereja .................................................................... 7
a. Pengertian Sakramen ...................................................................... 8
b. Unsur yang sama dari ketujuh Sakramen ....................................... 8
1) Dari segi tanda ........................................................................ 8
2) Dari segi tujuan dan akibat ..................................................... 9
3) Dari segi persyaratan .............................................................. 9
c. Tujuh Sakramen dalam Gereja ....................................................... 9
1) Sakramen Baptis ..................................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2) Sakramen Krisma ................................................................... 10
3) Sakramen Ekaristi ................................................................... 11
4) Sakramen Tobat ...................................................................... 12
5) Sakramen Perkawinan ............................................................ 14
6) Sakramen Imamat ................................................................... 15
7) Pengurapan Orang Sakit ......................................................... 16
2. Sejarah Sakramen Tobat ..................................................................... 17
a. Tobat dalam Perjanjian Lama dan Baru ......................................... 18
1) Tobat dalam Perjanjian Lama ................................................. 18
2) Tobat dalam Perjanjian Baru .................................................. 18
b. Sakramen Tobat dalam praktek dan Ajaran Gereja ....................... 20
1) Ajaran resmi Gereja pada abad pertengahan mengenai
Sakramen Tobat ......................................................................
20
2) Sakramen Tobat dalam Konsili Vatikan II ............................. 20
3. Makna Sakramen Tobat ...................................................................... 21
a. Pengampunan dosa dalam Sakramen Tobat ................................... 21
1) Dosa ........................................................................................ 21
2) Pengampunan .......................................................................... 22
3) Pengampunan Dosa ................................................................ 22
4) Tobat ....................................................................................... 23
5) Rahmat penyembuhan dalam Sakramen Tobat ......................
b. Unsur-unsur dalam Sakramen Tobat ..............................................
1) Manusia Berhadapan dengan Dosa ..........................................
2) Penyesalan ................................................................................
3) Pengakuan Dosa .......................................................................
4) Absolusi ...................................................................................
5) Penitensi ...................................................................................
23
24
24
25
25
26
26
4. Kaum Muda Katolik ........................................................................... 27
a) Kaum Muda Katolik ....................................................................... 27
b) Situasi Kaum Muda ........................................................................ 28
c) Tempat dan Peranan Kaum Muda dalam Gereja ........................... 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
A. Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ........................................
30
30
1. Sejarah Gereja dan Perkembangannya .......................................... 30
2. Tradisi Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ....................... 36
a. Prosesi ..................................................................................... 36
b. Tradisi Novena Jumat Pertama ............................................... 37
c. Sakramen Tobat ..................................................................... 39
B. Persiapan Penelitian ........................................................................... 39
1. Rumusan Permasalahan ................................................................ 39
2. Tujuan Penelitian ........................................................................... 40
3. Metodologi Penelitian .................................................................... 40
a. Jenis Penelitian ....................................................................... 40
b. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 41
c. Responden Penelitian ............................................................ 41
d. Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 41
e. Analisis Data ...........................................................................
f. Instrumen Penelitian ...............................................................
43
44
C. Laporan Hasil Penelitian Deskripsi Penghayatan Sakramen Tobat
Orang Muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
.............................................................................................................
44
1. Identitas Responden ....................................................................... 45
2. Laporan Hasil Penelitian ................................................................ 46
3. Rangkuman Hasil Penelitian .......................................................... 49
4. Laporan Hasil Wawancara ............................................................. 51
5. Rangkuman Hasil Wawancara ...................................................... 60
6. Laporan Hasil Observasi ............................................................... 62
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 63
E. Kesimpulan ........................................................................................ 65
BAB IV SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USULAN
KATEKESE BAGI ORANG MUDA KATOLIK PAROKI HATI KUDUS
TUHAN YESUS GANJURAN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA GUNA MEMPERDALAM PENGHAYATAN
SAKRAMEN TOBAT ...................................................................................
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
A. Pengertian Shared Christian Praxis ................................................. 68
a. Shared ........................................................................................... 69
b. Christian atau Kristiani ................................................................ 69
c. Praxis atau Praksis ....................................................................... 70
d. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) ....................... 70
B. Usulan Program Pembinaan Iman bagi orang muda Katolik Paroki
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dengan menggunakan metode
Shared Christian Praxis ...................................................................
73
1. Latar Belakang ............................................................................. 73
2. Tema dan Tujuan Pembinaan Iman .............................................. 75
3. Gambaran Pelaksanaan Program .................................................. 77
4. Matriks Program ............................................................................ 78
5. Contoh Persiapan Salah Satu Sesi Pembinaan Iman ..................... 87
A. Identitas .................................................................................. 87
B. Pemikiran Dasar .....................................................................
C. Pengembangan Langkah-Langkah .........................................
88
89
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 98
A. Kesimpulan ........................................................................................ 98
B. Saran .................................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ...............................................................
LAMPIRAN 2 Daftar Pertanyaan Kuisioner .................................................
(1)
(2)
LAMPIRAN 3 Contoh Kuisioner Penelitian .................................................. (4)
LAMPIRAN 4 Hasil Wawancara ...................................................................
LAMPIRAN 5 SCP ........................................................................................
(8)
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN KITAB SUCI
Ibr : Ibrani
Kor : Korintus
Luk : Lukas
Mat : Matius
Mrk : Markus
Yes : Yesaya
Yoh : Yohanes
B. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA
ASG : Ajaran Sosial Gereja
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes
Paulus II mengenai penyelenggaraan katekese 16 Oktober 1979
LG : Lumen Gentium. Konstitusi Konsili Vatikan II mengenai Gereja
pada 21 November 1964
SC : Sacrosanctum Concilium, Konsitusi Konsili Vatikan II mengenai
liturgi suci pada 4 Desember 1963
C. SINGKATAN LAIN
Art : Artikel
Bdk : Berdasarkan
Dkk : Dan kawan-kawan
Dll : Dan lain-lain
Hlm : Halaman
KOMKAT : Komisi Kateketik
MB : Madah Bakti
Mgr : Monsinyur
RS : Rumah Sakit
SCP :Shared Christian Praxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang muda Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran adalah
orang muda yang berada dalam Keuskupan Agung Semarang. Berdasarkan
pembicaraan dengan beberapa orang muda di Ganjuran dewasa ini orang muda
Katolik di Paroki Ganjuran menganggap bahwa Sakramen Tobat hanya sebagai
syarat untuk mengikuti perayaan Ekaristi Paskah maupun Natal sehingga orang
muda tidak secara penuh mengikuti Sakaramen Tobat dan melaksanakan
pertobatan, sedangkan tobat dan Sakramen Tobat harus menjadi bagian utuh dari
seluruh penghayatan iman umat atau iman perorangan. Hal inilah yang menjadi
keprihatinan Gereja pada masa ini. Menurut Mangunhardjana orang muda yang
berumur 15-24 tahun masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,
pertumbuhan ini menyangkut pertumbuhan fisik, mental, emosional, sosial, moral,
dan perkembangan religius. Pertumbuhan yang dimiliki pun berbeda-beda ada
yang memang sudah dewasa namun ada yang sedang menuju kedewasaan.
Perkembangan dan pertumbuhan inilah yang saat ini dialami orang muda
Katolik dalam hidup menggereja terutama dalam hal pertobatan dan Sakramen
Tobat, banyak orang muda yang ragu dalam menghayati iman mereka sendiri
sehingga menimbulkan ketidakpastian. Pengaruh-pengaruh lingkungan dan
goyahnya norma-norma moral ini mengurangi kesadaran akan dosa. Hal inilah
yang membuat orang muda mulai meninggalkan pertobatan. Oleh karena itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pendampingan kaum muda terhadap penerimaan Sakramen Tobat sangatlah
diperlukan, agar orang muda memiliki kesadaran akan dosa, baik dosa kecil
maupun dosa besar, terlebih orang muda saat ini lebih mementingkan kepuasan
duniawi saja.
Sedangkan Sakramen Tobat sebenarnya adalah pemulihan diri manusia
dari dosa-dosa yang telah dibuat supaya mengakui sekaligus menyesali perbuatan
yang telah dilakukan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, dalam Sakramen
ini orang muda membangun kembali relasinya dengan Allah yang terpenuhi di
dalam Yesus Kristus. Dengan kehadiran Yesus Kristus ditengah-tengah manusia,
manusia menjadi sadar bahwa waktunya sudah genap, Kerajaan Allah sudah dekat
bertobatlah dan percayalah kepada injil (Mrk 1:14-15).
Paus Pius XIII menyalir bahwa di dunia ini, rasa berdosa telah menurun,
salah satu aspek yang melatari realitas ini adalah kurangnya cinta kepada Tuhan
yang pada akhirnya mengahalangi presepsi terhadap realitas dosa dan kejahatan.
Meskipun fenomena ini disadari dan diungkapkan oleh Paus Pius XIII pada tahun
1946 dan dipertegas kembali oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1985,
namun hingga saat ini, fenomena ini tetap ada, relevan dan masih berjalan. Orang
cenderung mengidolakan cinta kepada diri sendiri dan kehebatan globalisasi,
ketimbang cinta kepada Tuhan. Kadar cinta kepada Tuhan yang semakin
berkurang menunjukan ada suatu upaya pembelokan sasaran cinta kepada Tuhan
dikesampingkan dan cinta kepada diri sendiri serta perkembangan kemajuan iptek
disegala lini globalisasi menjadi fokus sasaran cinta yang utama (Dihe S 2013:13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Melalui penulisan skripsi ini penulis ingin meninjau lebih dalam lagi akan
pentingnya Penerimaan Sakramen Tobat Orang Muda di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran karena masih banyak kaum muda yang kurang aktif dalam
melaksanakan Sakramen Tobat dan Sakramen Tobat hanya formalitas sebagai
orang Katolik, sehingga penulis mengangkat judul skripsi “Deskripsi
Penerimaan Sakramen Tobat Orang Muda Katolik Di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, permasalahan yang akan dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Sakramen Tobat?
2. Apa yang menjadi unsur dalam Sakramen Tobat?
3. Sejauh mana orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
menerima Sakramen Tobat saat ini?
4. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Sakramen
Tobat.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan skripsi ini bertujuan untuk:
1. Memaparkan arti Sakramen.
2. Memaparkan unsur-unsur dalam Sakramen Tobat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
3. Memaparkan sejauh mana penerimaan Sakramen Tobat bagi kaum muda di
Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
4. Mendeskripsikan usaha untuk meningkatkan penerimaan Sakramen Tobat.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Semakin mendalami arti Sakramen Tobat.
2. Semakin mendalami unsur-unsur Sakramen Tobat.
3. Semakin mendalami sejauh mana Sakramen Tobat diterima oleh orang muda
Katolik.
4. Menemukan usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan Sakramen Tobat.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis. Dengan
metode ini penulis menggambarkan mengenai permasalahan yang ada
berdasarkan fakta yang diperoleh melalui penelitian kualitatif. Berdasarkan
penulisan ini penulis ingin menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai penerimaan Sakramen Tobat bagi orang muda Katolik.
Melalui metode ini penulis akan memaparkan, menguraikan dan
menganalisis keadaan peserta dengan menggunakan studi pustaka untuk
mendalami penulisan skripsi. Untuk melengkapi data dilapangan penulis
mengguakan metode kualitatif dengan data diperoleh melalui kuesioner,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
wawancara dan observasi. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis oleh penulis
untuk mengetahui seberapa sering kaum muda menerima Sakramen Tobat.
F. Sistimatika Penulisan
BAB I merupakan Pendahuluan, dalam pendahuluan berisi gambaran
situasi latar belakang, bagian ke dua ini adalah berisi rumusan masalah. Bagian ke
tiga adalah tujuan penelitian. Pada bagian ke empat adalah manfaat dari judul
yang dibahas secara lebih mendalam dalam penelitian bagian terakhir, bagian ke
lima berisi metode penulisan dimana penelitian digolongkan dalam jenis
kualitatif, dan bagian ke enam adalah sistematika penulisan yang berupa
keseluruhan penulisan Bab I sampai dengan Bab V.
BAB II ini penulis memaparkan mengenai kajian pustaka, bagian kajian
pustaka ini memaparkan tiga bagian dalam karya penulisan ini yaitu: makna
Sakramen Tobat, Unsur-unsur Sakramen dan penerimaan Sakramen Tobat orang
muda Katolik.
BAB III dalam bab 3 ini penulis ingin memaparkan tentang metodologi
penelitian berdasarkan tempat penelitian di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran. Bab ini dibagi menjadi dua yaitu situasi gambaran umum Paroki Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, metodologi penelitian, analisis data, pembahasan,
dan hasil penelitian.
BAB IV ini berisi tentang usulan program untuk Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran, usulan program ini sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian dan
penulis memberikan usulan untuk paroki maupun untuk perkembangan penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB V penutup berisi kesimpulan dari penelitian dan saran atas hasil
penelitian yang dilakukan oleh penulis dan sekaligus menjawab permasalahan dari
judul yang telah dipilih oleh penulis dan menandai berakhirnya kegiatan
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Sakramen dalam Gereja
Gereja dipanggil dan diutus sebagai simbol nyata dari misteri
penyelamatan dari Kristus yang diperuntukan untuk seluruh umat manusia dan
dunia. Sakramen-Sakramen Gereja tidak bisa dilepaskan dari pelayanan Gereja
yang ditandai akan penyelamatan Kristus di dunia ini, Sakramen Gereja
merupakan keselamatan yang datang dari Allah sendiri dan dipercayakan oleh
Gereja oleh karena itu Sakramen tidak bisa dilepaskan dari Gereja (Martasudjita,
2003:145).
Dari sejarah teologi diungkapkan bahwa Sakramen Gereja harus berasal
dari Tuhan Yesus Kristus sendiri, karena Sakramen melambangkan kehadiran
misteri penyelamatan Allah melalui Kristus yang ditawarkan kepada dunia.
Sakramen hanya dari Allah saja dan bukan dari manusia oleh karena itu Gereja
tidak mempunyai kuasa dan kemampuan untuk menciptakan apa-apa bagi
keselamatan manusia (Martasudjita 2003:157).
Dengan demikian Sakramen Gereja yang ada sekarang merupakan proses
panjang dari sejarah dan tradisi Gereja yang diberikan oleh Yesus Kristus sendiri.
Gereja meyakini bahwa Sakramen ditetapkan oleh Yesus sendiri, Sakramen itu
sendiri penting karena merupakan keselamatan umat manusia (Martasudjita
2003:163).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
a. Pengertian Sakramen
Sakramen berasal dari bahasa latin sacramentum (sacr, kudus, suci) yang
memiliki arti yaitu hal yang berhubungan dengan yang kudus. Sejak abad II
sacramentum digunakan untuk menerjemahkan kata Yunani mysterion, dalam
Kitab Suci kata mysterion untuk menerjemahkan kata Ibrani sod. Kata mysterion
ini berakar dari kata my yang berarti menutup mulut atau mata sebagai reaksi atas
pengalaman yang mengatasi nalar, suatu pengalaman yang tidak dapat
dirumuskan dengan kata-kata. Makna dasar mysterion berhubungan dengan
pengalaman akan yang ilahi yaitu suatu pengalaman batin yang tak terlukiskan
dengan kata-kata karena berjumpa dengan yang ilahi (Martasudjita, 2003:62).
Sakramen dalam arti luas yaitu tanda dan sarana keselamatan yang di
berikan oleh Allah maka dalam Sakramen dilambangkan dan diwujudkan karya
penyelamatan Allah (Wibowo Ardhi 1993a:2).
b. Unsur yang sama dari ketujuh Sakramen yaitu:
1) Dari segi tanda:
a) Material adalah bahan atau tindakan tertentu yang digunakan sebagai tanda
Sakramen.
b) Forma adalah kata-kata yang menjelaskan materia sehingga materia
mempunyai arti sakramental.
c) Pelayan Sakramen adalah yang melaksanakan penerimaan Sakramen contoh :
Uskup, Imam, atau Diakon (Purwatma, 1999:3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2) Dari segi tujuan dan akibat:
a) Sacramentum tantum yaitu upacara yang dijalankan, yang kelihatan.
b) Sacramentum et res yaitu akibat dari rahmat. Sakramen memberikan makna
baru bagi penerimanya.
c) Res tanttum yaitu rahmat sacramental yang ditandakan dari Sakramen yang
diterima.
3) Dari segi persyaratan:
a) Ad validitaten (demi sahnya) yaitu syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya
upacara Sakramen menjadi sah.
b) Ad liceitaten (demi layaknya) yaitu syarat yang perlu agar Sakramen yang
bersangkutan boleh diterima.
c. Tujuh Sakramen dalam Gereja
1) Sakramen Baptis
Kata Baptis berasal dari kata Yunani baptizein yang berarti
menenggelamkan kedalam air, dapat seluruhnya atau sebagian. Kata baptizein ini
biasanya dipakai dalam Perjanjian Baru.
Dalam perikop Kitab Suci tidak diceritakan bahwa Yesus membaptis
orang, tetapi setelah kebangkitan Yesus memerintahkan para muridNya untuk
membaptis orang (bdk.Mat 28 : 19 ; Mrk 16 : 16).
Gereja menggunakan rumus Trinitas seperti yang diperintahkan oleh
Yesus. Dalam rumus Triniter terungkap pernyataan iman akan keselamatan Allah
Tritunggal dan penyerahan diri kepadaNya. Makna Sakramen Baptis adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memasukan seseorang kedalam Jemaat keselamatan yang percaya kepada Kristus.
Dengan dibaptis berarti seseorang diterima menjadi Anggota Gereja. Dalam
pembaptisan ini seseorang disucikan dari segala dosa baik dari dosa asal maupun
dosa pribadi, seseorang mengalami kelahiran baru, maka dari itu nama Tritunggal
Mahakudus diserukan atas para calon Baptis. Sakramen Baptis juga berarti
penugasan yaitu seseorang dibaptis dituntut untuk mewartakan keselamatan
kepada orang lain, agar yang lain juga memperoleh keselamatan, simbol yang
digunakan dalam pembaptisan adalah air, yang melambangkan pembersihan,
kesucian, dan kelahiran kembali dalam Roh maka, Baptis hanya dapat diterima
secara sah dengan pencurahan air dengan rumusan kata “Aku membaptis engkau
atas nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus”. Selain itu juga lilin yang bernyala yang
diterima oleh Baptisan baru yang melambangkan seseorang yang dibaptis berarti
diterangai oleh Kristus dan harus hidup didalam terang Kristus (Sugiyana, Pr dkk
2012:27). Dalam Sakramen Baptis biasa yang menjadi pelayannya adalah Uskup,
Imam, atau Diakon. Namun dalam Baptis darurat dapat dilakukan oleh siapa saja
asal seseorang tersebut tahu tentang cara membaptis yang benar sesuai dengan
materia dan forma yang ditetapkan (Sugiyana dkk, 2012 : 27-28).
2) Sakramen Krisma
Sakramen ini biasa disebut penguatan atau Krisma, kedua istilah ini
digunakan dalam dokumen resmi Gereja. Disebut Sakramen Krisma karena
Sakramen ini menggunakan minyak Krisma yang menjadi bahan materialnya
sedangkan disebut juga sebagai Sakramen penguatan karena berkaitan dengan
peristiwa misterius-penumatologis yang artinya “orang yang menerimanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dipenuhi dengan kekuatan dari Roh Kudus agar mampu memberikan kesaksian
tentang kesaksian apa yang diimaninya”. Sakramen Penguatan bertujuan untuk
memperkuat dan meperkokoh Sakramen Baptis (Sugiyana dkk, 2012:41).
Penguatan merupakan terjemahan dari kata latin confirmatio dan Krisma
berasal dari kata Yunani chrisma. Dalam Perjanjian Baru menghubungkan
penerimaan karunia Roh Kudus dalam pengurapan minyak. Dalam Perjanjian
Baru juga terdapat tindakan penumpangan tangan yang dihubungkan dengan
pencurahan Roh Kudus (Martasudjita, 2003:245-246).
Buah dari Sakramen Penguatan itu adalah pencurahan Roh Kudus secara
khusus yang tidak terhapuskan dan menumbuh kembangkan rahmat Sakramen
Baptis dan lebih mempererat hubungan Kristus dengan Gereja, orang dikuatkan
oleh Roh Allah sendiri sehingga siap menjalankan tugas perutusan kabar
keselamtan (Sugiyana, dkk, 2012:44).
3) Sakramen Ekaristi
Sakramen Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucaristia artinya puji
syukur. Istilah Perayaan Ekaristi menekankan makna Ekaristi sebagai puji syukur
atas karya penyelamatan Allah yang terjadi melalui Yesus Kristus bagi kita
(Martasudjita, 2003:269).
Inti pengenangan dalam perjamuan Ekaristi bukanlah pertama-tama
Perjamuan terakhir Yesus bersama Murid-muridNya tetapi pemberian diri Yesus
yang terjadi dalam penyerahan dirinya diSalib. Inti kenangan itu adalah peristiwa
keselamatan yang berpuncak pada Wafat dan Kebangkitan Yesus. Berkat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Rahmat Allah yang ditawarkan manusia dalam perayaan Ekaristi diterima melalui
penerimaan Komuni dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus.
Dalam pelaksanaannya Ekaristi terdiri dari dua bagian besar, namun dalam
satu perayaan pertama Liturgi Sabda berisi pewartaan dan mendengarkan sabda
Allah serta tanggapan umat melalui Syahadat Para Rasul dan Doa Umat,
tekanannya adalah Kehadiran Allah yang bersabda. Kedua liturgi Ekaristi yang
terdiri dari persembahan Roti dan Anggur dan Doa Syukur Agung yang di
dalamnya mencakup kata-kata konsekrasi dan Komuni. Tekanannya adalah
kehadiran Allah yang memberikan DiriNya dalam Yesus Kristus yang bagian ini
diawali dengan ritus pembuka dan diakhiri dengan ritus penutup. Ekaristi
dipimpin oleh Imam yang tertahbis yaitu Uskup atau Imam yang secara sah tidak
terkena suspensi. Dalam perayaan Ekaristi umat diharapkan ikut ambil bagian
secara lahiriah maupun batiniah. Secara lahiriah yaitu dengan secara penuh
kehadiran, tugas liturgi, dan secara batiniah ialah hadir secara penuh dengan
hatinya yang ingin menyambut Tubuh dan Darah Kristus dan turut menerima
komuni. Dalam penerimaan komuni seseorang harus dalam disposisi batin baik
yaitu tidak dalam dosa berat yang bertentangan dengan kanonis (Sugiyana, dkk,
2012:40).
4) Sakramen Tobat
Sakramen Tobat biasa disebut dengan istilah “Rekonsiliasi”. Dalam
Perjanjian Lama biasa menghubungkan bencana dan penderitaan sebagai akibat
dosa. Yesus mewartakan perlunya pertobatan untuk menyambut kedatangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Kerajaan Allah. Dalam Perjanjian Baru menghubungkan pengampunan dosa
dengan soal penyembuhan. Yesus mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa-
dosa manusia, kuasa yang dimiliki oleh Yesus tentunya Ia terima dari Bapa-Nya
di Surga yang kemudian kuasa untuk mengampuni dosa itu diberikan kepada
Gereja (Martasudjita, 2003:312).
Menurut Sugiyana istilah rekonsiliasi menunjuk pada situasi inisatif Allah
dimana Allah sendirilah yang memberikan kedamaian kepada umatNya dan
seluruh ciptaanNya sedangkan istilah Sakramen Tobat menunjukan tindakan
manusia dalam melaksanakan pertobatan, orang didekatkan kembali dengan Allah
yang awalnya menjauh akibat dosa yang dilakukan, dan dikatakan sebagai
Sakramen pengakuan karena penyampaian pengakuan didepan Imam, yang
terakhir sebagai Sakramen pengampunan karena seseorang yang telah mengaku
dosa akan mendapatkan absolusi dari Imam sehingga seseorang akan
mendapatkan kedamaian yang berarti didamaikan kembali dengan Allah. Pada
saat manusia berdosa Roh Kudus selalu bekerja untuk mengembalikan Allah
kepada manusia, manusia selalu diingatkan bahwa telah meninggalkan Allah dan
Roh Kuduslah yang membimbing manusia untuk melaksanakan pertobatan,
Sakramen Rekonsiliasi ini merupakan Sakramen penyembuhan penyakit rohani
manusia karena menyembuhkan manusia dari sakit rohani akibat dosa-dosanya.
Secara khusus Sakramen Rekonsiliasi melambangkan kehadiran Allah dalam
karya keselamatan dan penyembuhan yang dilakukan Allah melalui Yesus Kristus
(Sugiyana, dkk, 2012:49-50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
5) Sakramen perkawinan
Dalam Perjanjian Baru menunjukan bahwa Yesus sangat menghargai
perkawinan antara pria dan wanita serta menolak perceraian (bdk. Mrk 10 : 5-9).
Melalui perkawinan pasangan suami istri dipanggil untuk menuju hidup yang
suci, Gereja menegaskan bahwa keluarga Kristiani adalah Gereja-Gereja kecil,
perkawianan merupakan panggilan suci dan luhur yang berasal dari Allah sendiri
serta diharapkan panggilan sebagai suami-istri saling mendukung satu sama lain.
Dalam perkembangan sejarah dan tradisi Gereja, berlangsungnya seluruh
umat beriman dan pemimpin Gereja ditandai dengan Sakramen perkawinan dan
Sakramen Tahbisan, yang keduanya tidak bisa dipisahkan, melalui Sakramen
Perkawinan terbentuklah Gereja kecil dan dari situ dipilihlah orang-orang pilihan
yang dipilih dan disucikan untuk menjadi pelayan yang di Tahbiskan. Kedua
Sakramen ini tidak bisa dipisahkan ataupun dipandang rendah salah satunya kedua
Sakramen ini harus dilihat secara sejajar. Para pemimpin Gerejapun awalnya
bagian kecil dari keluarga yang hadir dari sebuah Sakramen Perkawinan.
Perkawinan Sakramental didalam Gereja harus dihayati oleh suami-istri secara
khusus dilambangkan seperti hubungan antara Kristus dan GerejaNya, relasi yang
begitu dekat antara Yesus dengan GerejaNya dikaitkan dengan hubungan suami-
istri yang harus selalu mesra dalam kehidupan perkawinan Kristiani (Martasudjita,
2003:351-354).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
6) Sakramen Imamat
Sakramen Imamat sering pula disebut sebagai Sakramen Tahbisan dalam
bahasa latin sering disebut Sacramentum ordinis, Istilah Imamat diungkapkan
terutama aspek-aspek tugas menguduskan, seperti : Perayaan Ekaristi, pemberian
absolusi Sakramen Tobat, dll (Martasudjita, 2003:370).
Istilah Tahbisan menekankan aspek peristiwa penuh rahmat yang
mengubah dan menguduskan seseorang menjadi pemimpim gereja. Maka
Sakramen Tahbisan merangkum keseluruhan tugas pemimpin Gereja.
Hipolitus dari Roma memberikan keterangan tentang perayaan penahbisan
pemimpin jemaat bahwa inti pokok penahbisan Uskup, Imam dan Diakon adalah
penumpangan tangan dan doa yang sesuai dengan tingkatan tahbisannya.
Uskup dipilih seluruh umat beriman, ditahbiskan dengan penumpangan
seluruh tangan Uskup tetangga yang mengungkapkan permohonan turunnya Roh
Kudus atas calon Uskup.
Imam ditahbiskan oleh Uskup dengan penumpangan tangan keatas kepala
calon dengan Uskup mendoakan para calon, Imam adalah wakil dari Uskup dalam
menjalankan tugas Uskup dan mewakili memimpin Ekaristi.
Diakon ditahbiskan oleh Uskup dengan penumpangan tangan dan doa
tahbisan, penumpangan tangan Uskup dikepala Diakon karena mereka membantu
Uskup dalam pelayanan orang sakit pada jemaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
7) Pengurapan Orang Sakit
Pada abad XII hingga abad XX Sakramen Pengurapan Orang Sakit pernah
disebut Sakramen Perminyakan Terakhir, Sakramen ini diberikan hanya pada
orang yang menjelang ajal. Kemudian Konsili Vatikan II memperbaruhi
pemahaman dengan menyebutnya Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Menurut
Perjanjian Baru kehadiran Yesus ialah kehadiran penyelamatan dan penyembuhan
yang dilakukan oleh Allah atas umatNya, Yesus mewartakan tidak hanya melalui
ucapannya saja tetapi juga melalui mukjizatNya yaitu menyembuhkan orang sakit,
penyembuhan orang sakit ini bukan hanya sebagai pewartaan saja melainkan juga
mengingatkan kepada semua orang bahwa Kerajaan Allah telah hadir ditengah-
tengah kita. Kerajaan Allah diwujudkan dengan pembebasan orang yang tertindas,
kegembiraan orang miskin, dan sembuhnya orang dari berbagai macam penyakit
(Martasudjita, 2003:333).
Di dalam Surat Apostolik Paus Paulus II, pengurapan minyak hanya
dilakukan atas dahi dan kedua tangan, dan pelayannya adalah Imam. Dalam
Sakramen ini orang yang sakit dapat menerima berulang-ulang minyak yang
digunakan untuk memberikan pengurapan adalah minyak yang telah diberkati
oleh Uskup, yaitu Oleum Infirmorum (OI) namun dalam keadaan darurat dapat
menggunakan minyak nabati yang diberkati oleh Imam sendiri. Sakramen Orang
sakit diharapkan menjawab kebutuhan umat akan kebersamaan yaitu kedatangan
Imam dan yang hadir dalam kebersamaan itu harapannya dapat memberi
kekuatan, harapan, dan membesarkan hatinya (Martasudjita 2003:342).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2. Sejarah Sakramen Tobat
Dalam bagian ini penulis ingin membahas mengenai sejarah Sakramen
Tobat dimana Gereja menyebut rekonsiliasi sebagai Sakramen Tobat sesuai (SC ,
art 72), namun Teologi dan Liturgi menyebut Sakramen Tobat dengan
reconciliatio, dimana Allah telah menawarkan perdamaian kepada manusia
maupun manusia kepada seluruh alam ciptaan-Nya (Martasudjita, 2003:312).
Konsili Lateran IV menetapkan : setiap orang beriman baik laki-laki
maupun perempuan yang sudah akil-balig wajib secara jujur mengakui dosanya
dihadapan Imam secara prive, dan menjalankan denda yang dibebankan
kepadanya (Jacobs 1987:71-72).
Kebiasaan Gereja kuno, dalam Gereja kuno pengakuan dosa dilakukan
secara terbuka pada Uskup. Namun Paus Leo pada Tahun 461 melarang kebiasaan
pengakuan dosa secara lantang dihadapan umat. Orang yang telah melakukan
pertobatan biasanya diberikan pakaian khusus seperti kulit kambing dimana
pakaian itu untuk membedakan dengan jemaat Kristus, dan juga diwajibkan
berpuasa dan memberi sedekah pada orang miskin selanjutnya pada hari kamis
putih mereka kembali dipersatukan kedalam umat Kristus.
Di Gereja Timur orang yang sedang melaksanakan pertobatan tidak
diperkenankan memasuki Gereja, mereka hanya diperbolehkan memasuki Gereja
pada saat mendengarkan Sabda.
Mulai akhir abad VI perubahan penerimaan Sakramen Tobat sudah ada
rahib dari Irlandia dan Skotlandia datang sebagai misionaris mereka membawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
perayaan tobat yang berbeda sama sekali, mereka mengenalkan Sakramen Tobat
seperti sekarang yaitu tobat prive, orang mengaku dosa pada satu Imam dan
menjalankan denda yang dibebankan kepadanya setelah itu orang akan
mendapatkan pengampunan setelah melaksanakan beban yang diberikan
kepadanya (Jacobs 1987:73).
a. Tobat dalam Perjanjian Lama dan Baru
1) Tobat dalam Perjanjian Lama
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama telah dikenal praktek pertobatan dari
berbagai segi. Dalam Perjanjian Lama konteks dosa adalah seluruh umat dan jika
mereka ingin kembali hidup damai maka mereka harus bertobat. Pertobatan itu
mereka lakukan dalam bentuk: berkumpul bersama dalam suatu tempat untuk
mengaku dosa, berpuasa, mengenakan kain kabung, duduk diatas abu dan
menyampaikan korban bakaran. Tradisi para nabi mengungkapkan pertobatan
yang dikehendaki adalah pertobatan hati, batin dan sikap. Pertobatan merupakan
karunia dari Allah maka orang yang bertobat karena Allah mengkaruniakan hati
yang baru (Martasudjita, 2003 : 313).
2) Tobat dalam Perjanjian Baru
Yesus mewartakan bahwa untuk menyambut kedatangan Kerajaan Allah
orang-orang perlu bertobat, dengan bertobat orang akan memperoleh
pengampunan dosa. Perjanjian Baru menghubungkan pengampunan dosa dengan
penyembuhan , hal ini nampak dalam Kitab Suci Perjanjian Baru (Markus 2 :1-
12). Tobat dalam Perjanjian Baru diungkapkan dengan tiga kata yaitu: Menyesal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
(metamelomai), membalik (epistrefo), bertobat (metanoeo). Dalam Perjanjian
Baru Menyesal dipakai lima kali, dalam Mat 21:30,32 yaitu perumpamaan tentang
dua orang anak. Anak kedua menolak permintaan ayahnya “tetapi kemudian ia
menyesal lalu pergi juga”. Begitu juga dalam kesimpulan Yesus : “Kamu tidak
menyesal” kemudian dalam Mat 27:3 “Pada waktu Yudas melihat bahwa Yesus
telah dijatuhkan hukuman mati, ia pun menyesal” , 2kor 7:8: “Meskipun aku telah
menyedihkan hatimu aku tidak menyesalkannya “, kata Paulus kepada umat di
Korintus, Ibr 7:21 merupakan kutipan dari Mzm 110:4: “Tuhan telah bersumpah
dan Ia tidak akan menyesal “.Kata menyesal artinya berhubungan dengan masa
lampau dimana orang merasa gagal, frustasi, kecewa dengan perbuatannya
sendiri. Maka selanjutnya disusun dengan kata Membalik kata ini dipakai 36 kali
dan memiliki arti yang biasa Mat 12:44 (bdk. Luk 11:24) “Aku akan kembali
kerumah” dari kata itulah berarti berputar mengubah haluan. Hubungan dengan
Allah adalah Tuhan sebagai arah hidup. Dalam arti religius Mrk 4:12 (= Yes 6:10)
“Supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun. Yang terakhir Bertobat
kata ini seolah tujuan dan puncak seluruh proses ini sebagaimana dikatakan dalam
Mrk 1:15 “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”. Kata ini paling sering
terucap yaitu 34 kali ditambah 22 kali (Jacobs SJ 1987 :13-14).
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, Yesus sendirilah yang berkuasa untuk
mengampuni dosa, kuasa itu diterima dari BapaNya. Kuasa Yesus untuk
mengampuni dosa dilimpahkan kepada Gereja dan dilakukan secara konkret
melalui pelayan Gereja (Martasudjita, 2003:314-315).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Sakramen Tobat dalam praktek dan Ajaran Gereja
1) Ajaran resmi Gereja pada abad pertengahan mengenai Sakramen Tobat.
Konsili Lateran IV (1215) mewajibkan semua umat untuk mengaku dosa
dihadapan Imam dan berusaha melaksanakan penitensi sedikitnya satu tahun 1x.
Konsili Florenz memandang tindakan peniten sebagai materia Sakramen Tobat
dan kata-kata absolusi dari Imam sebagai formanya, lalu melepaskan dari dosa
merupkan rahmat sakramennya. Konsili Trente (1551) menegaskan bahwa ajaran
Gereja menghadapi gerakan Gereja reformasi. Meskipun menghargai pengaku
dosa sebagai pelayanan persaudaraan Martin Luther menolak sikap pengadilan
dan penghakiman Sakramen Tobat dihadapan Imam sedangkan Calvin sendiri
menolak Sakramen Tobat. Ajaran Konsili Trente ini menguasai kehidupan Gereja
selama berabad-abad yang pada akhirnya diperbarui oleh Konsili Vtikan II pada
abad XX (Martasudjita, 2003:321).
2) Sakramen Tobat dalam Konsili Vatikan II
Konsili Vatikan II dalam LG, art 11 menyatakan kembali dimensi Eklesia
Rekonsilia Sakramen Rekonsiliasi “Mereka yang menerima Sakramen Tobat
memperoleh pengampunan dari belas kasihan Allah atas penghinan mereka
terhadapNya, sekaligus mereka didamaikan dengan Gereja yang telah mereka
lukai dengan berdosa, dan yang membantu pertobatan mereka dengan cinta kasih,
teladan serta doa-doanya” (Martasudjita, 2003 : 322). Para Bapa Konsili Vatikan
II mendesak peninjauan upacara dan rumusan Sakramen Tobat (SC 72) atas
kehendak Konsili Vatikan II itu dibentuk buku perayaan Sakramen rekonsiliasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang baru Ordo Paenitentiae 1973. Pedoman umum tata cara tobat yang baru ini
dimensi eklesial kembali ditampakan dimensi ini tampak misalnya pada rumusan
absolusi yang baru yang diucapkan oleh imam “Melalui pelayan Gereja, Ia
menganugerahkan pengampunan dan damai kepada saudara dari segala dosa....”
3. Makna Sakramen Tobat
a. Pengampunan dosa dalam Sakramen Tobat
1) Dosa
Dosa adalah penolakan manusia dalam hubungannya dengan Allah yang
terwujud dalam perbuatan manusia. Wujud dari dosa tergantung pada ciri-ciri
perbuatan manusia yang menolak Allah (Jacobs, 1987:53).
Dosa dalam Kitab Suci adalah suatu pemutusan hubungan. Dosa
menyangkut tingkah laku seseorang dan juga menyangkut runtuhnya rasa percaya,
keretakan hubungan dengan sesama menurut orang Kristiani dosa dipahami
sebagai perbuatan dan tingkah laku yang menimbulkan pengaruh negatif. Apabila
seseorang berdosa maka seluruh perbuatan dosa itu berdampak pada Gereja.
Dosa adalah hubungan manusia dengan Allah dan bukan merupakan
pertama-tama suatu pelanggaran hukum atau kekurangan dalam tanggung jawab
moral, dosa adalah istilah teologi maka dalam rangka teologi moral dosa menjadi
isu sentral soal relasi dan komunikasi antara manusia dengan Alla, dosa
merupakan cara orang beriman yang menyatakan realitas hidupnya dalam
hubungannya dengan Allah dan sesama. Dengan adanya dosa maka Sakramen
Tobat menjadi berguna. Allah selalu mewartakan pendamaian kepada manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dengan mengutus Yesus Kristus putra-Nya yang menjadi pendamai antara
manusia dengan Allah (Dihe S, 2003:39).
2) Pengampunan
Pengampunan sama halnya dengan mengampuni, mengampuni berarti
menerima orang lain dan orang lain yang sudah diterima tersebut menyesali dosa-
dosa yang telah diperbuat. Orang yang ingin bertobat membutuhkan bantuan
Gereja yaitu bantuan demi orang-orang yang mewartakan wafat dan kebangkitan
Yesus serta orang-orang yang percaya akan Allah (Jacobs, 1987:66).
3) Pengampunan Dosa
Sakramen Tobat memberikan Anugerah Roh Kudus sebagai pengampuan
dosa dan kekuatan untuk meperbaruhi hidup manusia. Roh Kudus dianugerahkan
oleh Allah kepada seluruh umat Kristiani yang mengimani Allah sebagai
penyelamat manusia yang jatuh kedalam dosa dan menderita. Roh Kudus yang
dikaruniakan kepada umat manusia ialah Roh Kudus yang berperan mengampuni
dosa. Tujuan umat melakukan pembaharuan hidup adalah meneladani hidup
Yesus, Sabda, dan nasibNya.
Roh Kudus yang dikaruniakan tersebut menjadikannya kekuatan bagi umat
manusia untuk membangun kehidupan yang baru serta menjadikan hidup manusia
sebgai berkat bagi sesama (Martasudjita, 2003:326-327).
Mengampuni berarti menerima orang atas dosa yang telah dilakukan,
karena diterima kembali maka orang harus menyesal atas kesalahan-kesalahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Mengampuni orang yang bersalah berarti menciptakan cinta kasih seperti yang
diajarkan Allah. Pengampunan bukan berarti menutup kesalahan melainkan
membantu seseorang untuk mengatasi kesalahannya untuk menuju menjadi lebih
baik (Jacobs 1987:66-67).
4) Tobat
Merumuskan beberapa arti tobat, yang artinya tobat adalah pengalaman
Kerahiman Allah. Tobat berarti mencari Allah ditengah-tengah situasi
keterpurukan dan kegagalan, perubahan dalam tobat adalah perubahan pandangan
pada Allah dan sumber hidup. Dengan tobat berarti orang menyerahkan diri dan
sekaligus rela untuk menerima diri sebagai mana adanya.
Tobat adalah sikap iman yang mengenangkan wafat dan kebangkitan
Kristus dengan kata lain bahwa tobat yaitu mengalami kematian dosa bersama
Yesus dan hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Bukan hanya itu tobat
merupakan pengakuan diri seseorang dalam rangka menuju kearah yang lebih
baik dan menuju kepada Allah. Tobat bukanlah permulaan baru yang gampang
karena harus meninggalkan hal yang buruk untuk menuju pertobatan dan
penolakan terhadap dosa (Jacobs, 1987 : 59).
5) Rahmat penyembuhan dalam Sakramen Tobat
Sakramen Tobat dapat memberikan rahmat penyembuhan untuk
menyembuhkan penyakit manusia baik fisik, psikis, dan rohani. Melalui
Sakramen Tobat umat diharapkan menjadi sehat kembali baik fisik, psikis
maupun rohani (Martasudjita, 2003 : 309-312).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dalam Sakramen pengurapan orang sakit diakui bahwa Sakramen itu juga
memberikan pengampunan dosa dengan tetap kepada orang sakit. Kedua
Sakramen ini melambangkan kehadiran Allah dalam hal penyelamatan dan
kesembuhan melalui Kristus PuteraNya. Sakramen Rekonsiliasi menyembuhkan
penyakit yaitu kerenggangan hidup bersama Allah dan sesama yang diakibatkan
penyakit rohani dan jiwa, sedangkan Sakramen pengurapan orang sakit
menyembuhkan hidup batin dan iman seseorang yang didorong oleh penyakit
fisiknya.
Sakramen Tobat tidak hanya menyembuhkan sakit rohani tetapi juga
penyembuhan fisik, penyembuhan luka batin yang menyebabkan gangguan
psikologis, penyembuhan relasi sosial dengan orang lain, pembebasan dari kuasa
kegelapan atau pengaruh Roh Jahat.
b. Unsur-unsur dalam Sakramen Tobat
Sakramen Tobat mempunyai unsur yang menjadi patokan kenapa manusia
perlu bertobat kususnya orang muda dan apa konsekwensinya. Adapun unsur-
unsur tersebut menurut Sarjumunarsa (1985: 33-36) sebagai berikut :
1) Manusia Berhadapan dengan Dosa
Meskipun orang Katolik sudah dibabtis namun didalam perjalanan hidup
orang Kristiani pasti mengalami dan melakukan dosa. Dosa tersebut dapat berupa
dosa kecil maupun dosa besar. Dosa kecil merupakan dosa yang berkenaan
dengan hal-hal yang kecil dan dosa besara merupakan perbuatan yang dilakukan
dengan merugikan orang lain dan membuat banyak orang menderita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2) Penyesalan
Penyesalan merupakan kesadaran akan perbuatan dosa yang telah
dilakukan. Kesadaran dapat dikatakan sempurna apabila datang karena kesadaran
diri bukan karena paksaan dari orang lain maupun karena aturan, penyelasan dapat
dibedakan menjadi sesal yang sempuran dan sesal yang kurang sempurna. Sesal
sempuran adalah penyesalan atas dosa yang muncul karean atas dasar kasih Allah.
Sedangkan dosa yang kurang sempurna adalah penyesalan yang datang karena
rasa takut kepada Allah atas hukuman-hukuman yang akan diberikan.
3) Pengakuan Dosa
Sebagai perumpaan mengenai anak yang hilang dalam Injil Lukas, anak
bungsu menyatakan pertobatannya kepada bapanya. Oleh karena itu dalam
Sakramen Tobat orang yang berdosa juga perlu memngungkapkan pertobatannya
(Purwatmo, 2005: 22).
Pengakuan dilakukan dihadapan imam tanpa berbelit-belit. Dosa harus
diungkapkan secara jelas dan tidak perlu ada yang ditutupi. Pengakuan dosa
bersifat pribadi didalam kamar pengakuan dosa. Adapun dosa yang perlu
diakukan adalah dosa besar yang disadari setalah pemeriksaan batin sedangkan
untuk dosa ringan tidaklah wajib diakukan tetapi dianjurkan supada si pendosa
mendapatkan belas kasih Allah yang melimpah pada manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4) Absolusi
Absolusi sering juga disebut juga pengampuan dosa. Penyesalan
memberikan makna bahwa manusia memohon belas kasih Allah untuk
melimpahkan pengampunanNya. Allah mengampuni manusia melalui perantara
Imam, Imam menghadirkan tindakan pengampunan Allah dan sekaligus tindakan
Gereja menerima seorang pendosa untuk kembali bersatu menjadi anggota Gereja.
Jadi absolusi merupakan gambaran akan jawaban Tuhan atas permohanan
pengampunan manusia yang mendambakan pembebasan dari derita dosa.
5) Penitensi
Penitensi merupakan sebauah proses kembalinya pendosa kepada Gereja.
Meskipun sudah mendaptakan absolusi tetapi akibat dari dosa tidak hilang begitu
saja. Penitensi yang diberikan oleh Gereja merupakan suatu bantuan bagi peniten
untuk bertobat secara sungguh-sungguh. Kesungguhan ini dibebani dengan sanksi
dan tindakan secara konkrit. Dahulu penitensi dianggap sebagai hukuman atas
dosa-dosa karena doa telah memutuskan hubungan manusia dengan Allah dan
dengan sesamanya. Tetapi saat ini penitensi lebih dipahami sebagai ungkapan
syukur atas pengampunan dari Allah yang telah diterima oleh peniten, kita
meyakini bahwa semakin besar dosa yang diampuni semakin besar pula rahmat
kasih Allah yang diterima si peniten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4. Kaum Muda Katolik
a) Kaum Muda Katolik
Orang muda Katolik bukanlah sekedar objek karya pastoral, melainkan
anggota hidup dari tubuh Gereja yang satu, orang muda ikut memperkaya apa
yang dilakukan Gereja bukan hanya sekedar mengikuti apa yang dilakukan
Gereja. Orang muda merupakan pelaku utama dari aktivitas Gerejawi, dimana
mereka menjadi pelayan secara murah hati untuk berkatekese dan berliturgi
khususnya terhadapap kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel
(Dokumen Akhir dari Sidang Umum Biasa XV Sinode Para Uskup No. 54).
Menurut mangunhardjana mencakup anak-anak yang berumur 15-24
tahun. Dalam ilmu psikologi menjelaskan bahwa kaum muda yang secara fisik
berada dalam taraf dimana daya tahan tubuh berada pada puncak perkembangan.
Fungsi intelektual kaum muda berada pada tingkat yang tinggi, orang muda dapat
berfikir secara kritis serta melahirkan gagasan-gagasan yang dapat menambah
kemampuan intelegensi, mengembangkan bakat dan minat pada tujuan hidup yang
telah ditentukan (Mangunhardjana, 1986:11).
Kaum muda pada usia ini sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan, mereka masih mencari jati dirinya terlebih dalam segi religiusitas,
pada masa kanak-kanak mereka kegiatan keagamaan dilakukan karena
meneladani atau disuruh oleh orang tua. Maka dari itu pada masa remaja ini
mereka memiliki tugas yang sangat berat untuk mencari jawaban atas apa arti
mutlak hidup dan arti Agama dan Ibadat, Agama dan hidup, Agama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kejahatan, dan arti hidup sesudah mati. Pencarian jati diri orang muda ini akan
lebih terarah jika tetap dengan pendampingan baik dari orang tua, keluarga,
sekolah, dan masyarakat (Mangunhardjana, 1986:15).
b) Situasi Kaum Muda
Masa muda merupakan periode kehidupan yang harus berakhir,
perkembangan ini tidak terjadi secara otomatis melainkan terjadi bertahap menuju
pada pendewasaan. Menurut Mangunhardjana bahwa kaum muda saat ini sedang
dalam masa pertumbuhan. Kaum muda mengalami proses pertumbuhan fisik,
perkembangan mental (gejala-gejala perubahan dalam perkembangan intelektual),
perkembangan emosional, perkembangan sosial, menyangkut hubungan seseorang
dengan sesamanya), perkembangan moral (kaum muda mencari alat untuk
menentukan mana yang baik atau buruk, benar atau salah), perkembangan religius
(menyangkut hubungan dengan Tuhan). Pada situasi ini pun perkembangan orang
muda tidaklah sama ada yang memang sudah dewasa namun ada pula yang masih
kekanak-kanakan, karena tingkat pendidikan kaum muda pun tidak seimbang satu
sama lain (Mangunhardjana, 1986:12-15).
c) Tempat Dan Peranan Kaum Muda Dalam Gereja
Dalam Gereja yang aktif terasa para orang muda berinisiatif ikut
mengembangkan kegiatan menggereja. Mereka bukan menjadi penonton atau
pengkritik saja, tetapi lebih sebagai subjek yang menjadi pelaku dan pelaksana
kegiatan, mereka tidak boleh membiarkan Gerejanya mati maka mereka harus ikut
andil bagian dalam gerakan pembangunan Gereja. Hidup menggereja tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
ditentukan oleh Pastor, Dewan Paroki saja namun harus seluruh umat termasuk
orang muda. Dalam banyak kegiatan orang muda perlu mengambil bagian dalam
menyumbang dan pengambilan keputusan banyak hal yang dapat dilakukan oleh
orang muda terlebih dalam Sakramen Tobat semua itu akan terasa menarik jika
orang muda ikut ambil bagian didalamnya (Suparno 2011:209).
Dalam hidup menggereja kaum muda memiliki peran terpenting sebagai
penggerak generasi Gereja terlebih didalam penerimaan Sakramen Tobat, namun
pada kenyataannya kaum muda sering kali menjauhkan dirinya dari Sakramen
Tobat itu sendiri. Maka dari itu Sakramen Tobat harus mempunyai arti dan
berbicara di tengah-tengah pengalaman hidup kaum muda agar kaum muda
semakin terdorong untuk mengikuti Sakramen Tobat (Charles S helton 1988 : 43).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab III penulis memaparkan tentang Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran, yang dijabarkan dalam Sejarah dan perkembangan Gereja dan juga
Tradisi yang ada di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Yang mencakup
Prosesi, Novena malam jumat pertama, dan Sakramen Tobat.
Kedua, metodologi penelitian tentang penerimaan Sakramen Tobat orang
muda Katolik yang mencakup rumusan permasalahan, tujuan penelitian yang
terdiri dari jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian,
instrumen pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, variabel penelitian,
dan laporan hasil penelitian. Selanjutnya pembahasan hasil penelitian apakah
orang muda Katolik sudah cukup menghayati Sakramen Tobat dan ditutup dengan
kesimpulan yang penulis buat sebagai rangkuman atas penelitian terhadap
Deskripsi Peneriman Sakramen Tobat Orang Muda Katolik di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran.
A. Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
1. Sejarah Gereja dan Perkembangannya
Keluarga Kristiani pertama yang datang ke Ganjuran adalah Stafanus
Barends dan dan Elisa Francisca Wilhelmina Karthaus pada tanggal 1 September
1862. Mereka adalah pengusaha perkebunan tebu, Stafanus Barends meninggal
dunia pada tahun 1876, usahanya dilanjutkan oleh Ferdinan Barends putranya,
hanya dua generasi yang bertahan di Ganjuran. Pada tahun 1910, putra kedua dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ketiga keluarga Schmutzer, Prof, Dr. Ir. Joseph Ignas Julis Maria Schmutzer dan
Ir. Julius Robert Anton Maria Schmutzer datang ke Ganjuran dan mulai
memimpin pabrik gula Gondanglipuro di Ganjuran pada tahun 1912. Joseph
Schmutzer menikah dan kemudian pindah ke Bogor tahun 1920 dan Julius
Schmutzer menikah dengan Caroline Maria Theresia van Rijckevorsel, seorang
perawat dan aktivis sosial. Kedatangan keluarga Schmutzer ini membawa benih
iman Kristiani yang tumbuh di Ganjuran, tangan Tuhan mulai dirasakan berkarya
untuk Kerajaan Allah. Keluarga Schmutzer aktif dalam berbagai kegiatan sosial,
maka tidak heran pada tahun 1930 jasanya untuk Gereja mendapat bintang
kehormatan “Pro Ecclesia et Pantifice” dan diangkat menjadi ”Ksatria Ordo St,
Gregorius Agung” oleh Paus Pius XI, begitu juga Caroline juga mendapatkan
gelar “Prdo Oranje Nassau karena perhatiannya pada karya-karya sosial. Pada
tahun 1934, Julius terserang penyakit dan harus dibawa ke Belanda namun itu
rupanya menjadi saat terakhir mereka tinggal di Ganjuran mereka memutuskan
untuk kembali ke Belanda, untuk mengurusi pabriknya Julius mengangkat seorang
administrator, pada tahun 1948 pabrik gula ini dihancurkan dalam revolusi fisik di
Indonesia (Buletin Perwitosari, 2011:4).
Keluarga Schmutzer dikenal oleh masyarakat Ganjuran sebagai keluarga
yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi kepada masyarakat, mereka selalu
memperhatikan keprihatinan masyarakat yang sedang dialami masyarakat
tertindas, miskin, terbelakang, kurang gizi, sakit-sakitan, dan tidak berpendidikan.
Schmutzer menumbuhkan kepedulian sosial dan ekonomi dengan menjalin
hubungan perburuhan yang saling menguntungkan, menurut ASG “Rerum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Novarum” yang diundangkan oleh Paus Leo XIII tahun 1891. Usaha ini juga
dikembangkan dengan pemabaharuan mesin-mesin dan pembangunan sarana
irigrasi yang disetujui oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Dalam Ajaran
Sosial Gereja “Rerum Novarum” ditegaskan oleh Paus Leo XIII menegaskan
bahwa buruh bukanlah budak, mereka pemilik modal atau pengusaha harus
menghormati kaum buruh dan memberikan upah yang layak sesuai tuntuan
keadilan, dan buruh adalah sebagai mitra kerja.
Pada tahun 1919-1930 didirikan sekolah dasar dan lanjutan sekolah ini
berada di radius 10 km dari Ganjuran karena keprihatinan terhadap masyarakat
Ganjuran yang tidak berpendidikan, untuk sarana prasarana pendidikan
ditanggung oleh pabrik gula dan subsidi dari keluarga Schmutzer, untuk
pengajarnya mengambil orang-orang pribumi sendiri. Tidak hanya itu keluarga
Schmutzer juga mendirikan sekolah rakyat (Volkschool) perempuan, Kopschool
(1928) dan asrama perempuan di Ganjuran karena Caroline Schmutzer melihat
bahwa perempuan akan tetap tertindas bila hanya tinggal didalam keluarga
mereka, total ada 12 sekolah yang mereka dirikan. Pada tahun 1921 didirikan
poliklinik dan pada tahun 1930 ditingkatkan menjadi Rumah Sakit St, Elisabeth
Ganjuran yang dikelola oleh suster CB (Carolus Boromeus) karya kesehatan
mereka meningkat dengan mendirikan RS Onder de Bogen pada tahun 1928-1929
yang sekarang menjadi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakrta, tidak hanya
Schmutzer juga sangat menghargai kebudayaan Jawa dimana keluarga Schmutzer
selalu menggunakan gamelan saat ada acara dan upacara. Salah satu buktinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
adalah bentuk bangunan candi yang bercorak Hindu-Jawa dan arca-arca yang
ditampilkan dalam busana Jawa.
Keluarga Schmutzer merupakan keluarga Kristiani, kehidupan imannya
tampak pada karya mereka. Mereka turut dalam karya misi Katolik. Tahun 1919
ada kunjungan dari Pastor JB. Van Driessche dan mereka sering meminta untuk
diadakan perayaan Ekaristi di rumahnya. Kunjungan rutin Pastor JB. Van
Driesschepun membuahkan hasil banyak, umat yang mengikuti Perayaan Ekaristi
dan bertambahlah umat Katolik di Ganjuran sehingga perlu membangun tempat
ibadah untuk menampung umat. Akhirnya pada tahun 1924 keluarga Schmutzer
mengusahakan membangun sebuah Gereja dan pada tanggal 20 Agustus 1924
diberkati oleh Mgr A. van Velsen, Vakaris Apostolik Batavia. Keluarga
Schmutzer memilih devosi kepada Hati Kudus Tuhan Yesus, mereka
membaktikan dan menyerahkan seluruh hidupnya mereka didalam Hati Kudus
Tuhan Yesus, Schmutzer selalu merasakan perlindungan Hati Kudus Tuhan Yesus
sendiri karena ia selalu terbebas dari resesi ekonomi dimana sejak 1882 ada
berbagai krisis yang melanda dunia selama 25 tahun banyak pabrik gula di dunia
ditutup tetapi pabrik gula Gondanglipuro milik keluarga Scmutzer sealalu hidup
dan tetap beroperasi begitu juga di tahun 1920an banyak terjadi pemogokan
tenaga kerja namun pabrik gula Gondanglipuro tetap tenang dan tidak
terpengaruh. Melihat itu semua Scmutzer percaya bahwa itu adalah campur tangan
Hati Kudus Tuhan Yesus, sehingga Schmutzer membangun candi sebagai
monumen syukur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tepat pada ulang tahun pabrik gula Gondanglipuro yang ke- 65, tanggal 26
Desember 1927, keluarga Schmutzer mengadakan Perayaan Ekaristi syukur dan
sekaligus peletakan batu pertama pembuatan candi. Perayaan Ekaristi dipimpin
oleh Mgr. A. Van Velse, beliau memberkati sebuah arca yang akan diletakan di
dalam ruangan monumen. Arca itu berbentuk Kristus Raja yang sedang
memperlihatkan Hati Kudus yang bernyala-nyala, pemilihan arca ini konon
karena mimpi yang dialami Schmutzer yang di kunjungi oleh seorang Raja dan
Raja itu berkata kepadanya “Di sini kamu adalah pemimpin tetapi aku adalah
Rajamu, kamu harus memberikan penghormatan kepada Ku dan menyembah Ku
dan setia kepada Ku. Bangunlah sebuah tempat untuk Ku !”
Arca itu terbuat dari batu putih dan berukuran 70 cm dan menggambarkan
Kristus yang mengenakan busana dan perhiasan Raja Jawa klasik, duduk di tahta
dengan tangan kiri menyingkapkan pakaian-Nya dan tangan kanan-Nya menunjuk
pada hati-Nya. Arca itu bersama sebuah prasasti dimasukan dalam ruangan
fondasi tempat monumen akan didirikan, pada tahun 1930 pembangunan candi
tersebut selesai, kemudian diberkati tanggal 11 Februari 1930 oleh Mgr. A. van
Velsen, pada pemberkatan itu Mgr, van Velsen menyerahkan tanah Jawa pada
Hati Kudus Tuhan Yesus. Candi dibangun menghadap keselatan dengan tinggi 9
m. Landasan menuju ruang tempat arca Hati Kudus Tuhan Yesus ditahtakan
dihubungkan oleh tangga dengan 9 anak tangga, angka 9 sendiri merupakan angka
istimewa, dalam tradisi Jawa angka 9 dianggap sebagai kesempurnaan, angka
keramat dan penuh dengan misteri. Angka 9 juga menjadi simbol atau lambang
jumlah hawa kelengkapan hidup jasmaniah manusia, lambang dari hawa nafsu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
yang dalam hidup manusia, mereka akan dapat menghadap Tuhan jika bisa
menutup “babahan hawa sanga” atau menutupi 9 lubang, itu yang dimaksudkan
nilai sakral dari candi. Keistimewaan candi ini adalah sebagai tanda bahwa Allah
berkenan hadir dan tinggal diantara umat manusia dan sekaligus untuk
menunjukan kepada semua orang Hati Kudus Tuhan Yesus yang penuh Cinta
Kasih kepada semua orang berbeda dengan monumen lain yang hanya sebagai
tanda peringatan para pahlawan atau orang perkasa.
Dalam sejarah Gereja Ganjuran ini Gereja Ganjuran merupakan salah satu
fenomena yang menarik karena Gereja yang biasanya didirikan kaum misionaris
yaitu Imam, Biarawan atau Biarawati, Gereja Ganjuran didirikan oleh seorang
awam, Gereja dibangun sebagai ungkapan syukur atas berkat yang melimpah
yang diterima pabrik yang kian melimpah dan kemakmuran bagi pemilik serta
karyawan ditanggapi lebih lanjut dengan mendirikan candi. Diharapkan monumen
itu dapat mengingatkan generasi mendatang akan peran Kritus Raja yang
senantiasa mengiringi perjalanan hidup umat-Nya dengan belas kasih hati-Nya
yang Mahakudus, Schmutzer juga memberi tauladan bahwa berkat yang didapat
perlu dibagikan kepada sesama.
Perkembangannya pada tahun 1998 hidup menggereja di Ganjuran
memiliki tahapan baru setelah bertahun-tahun diajak untuk menggali semangat
awal Gereja Ganjuran. Gereja mulai diajak menjadi pewarta melalui kerasulan
Doa. Tawaran ini ditujukan kepada saudara-saudari yang memiliki kesibukan
dengan menyampaikan ujub dan permohonan dalam misa-misa khusus. Dan ini
banyak permintaan yang datang bahkan dari luar daerah seturut dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
perkembangamnya banyak pula sekarang pemohon ujub yang datang langsung
dan mengikuti misa yang biasanya diselenggarakan pada malam jumat pertama,
Minggu kelima, Prosesi Agung di minggu terakhir bulan Juni. Banyak orang yang
diteguhkan dengan pelayanan Doa yang diberikan oleh Gereja.
Secara nyata Gereja Ganjuran telah menjadikan dirinya penyalur berkat
untuk saudara-saudari yang membutuhkan, dan sampai saat ini Gereja juga masih
memperhatikan umat yang miskin, sakit, dan mengalami musibah dengan
dikumpulkannya Dana Sosial Candi yang dikumpulkan dari umat yang melakukan
ziarah dari berbagai daerah.
Gereja Ganjuran semakin berupaya agar semua orang banyak menerima
Berkat dan ikut mengalami Belas Kasih Hati Kudus Tuah Yesus karena
dimanapun orang berada Hati Kudus Tuhan Yesus selalu menjamah setiap orang
seperti apa yang dicita-citakan Schmutzer (Buletin perwitosari, 2011:6).
2. Tradisi Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Gnjuran
a. Prosesi
Pada minggu terakhir bulan Juni Gereja Ganjuran mengadakan perayaan
Ekaristi syukur yang dikenal dengan istilah “Prosesi”, perayaan ini biasanya
dihadiri lebih dari 1000 orang dari berbagai daerah Ekaristi dikemas dalam
budaya Jawa lengkap dengan gamelan, pakain, bahasa, simbol-simbol yang
digunakan. Pada kesempatan ini umat diajak untuk bersyukur atas berkat yang
melimpah selama ini, dan umat diajak mempersembahkan kembali bagian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
terbaik dari dirinya seperti dalam bahasa Jawa “talanging berkah” yaitu menjadi
berkat bagi semua manusia.
Semangat syukur yang dilakukan oleh Schmutzer ini yang menjadi
landasan dalam kirab Agung Sakramen Mahakudus yakni puncak spiritual umat
Katolik di Ganjuran yang secara khusus menghayati hidup Rohani seperti yang
dihayati oleh Schmutzer, dalam tradisi Jawa syukuran selalu dirayakan secara
tradisional dalam upacara kebesaran sejauh keluarga itu mampu. Begitu juga
Gereja Ganjuran melaksanakan syukuran ini dengan tradisi Jawa seperti yang
dianut umat di Ganjuran.
Hal yang menarik dari Prosesi adalah gunungan yang merupakan simbol
pengutusan dimana umat memberikan hasil yang terbaik untuk diberikan bagi
saudara-saudari yang miskin dan lapar, selaras dengan semangat Hati Kudus
Tuhan Yesus seperti yang dicita-citakan Gereja Ganjuran yang mengutus umat-
Nya untuk berbagi, karena gunungan ini adalah simbol pengutusan seperti simbol
gunungan Keraton maka seharus gunungan itu dibagikan buakn diperbutkan oleh
karena itu perlunya pemahaman bagi umat yang datang dan merebutkan gunungan
(Buletin Perwitosari, 2011:8).
b. Tradisi Novena Jumat Pertama
Gereja Ganjuran menjadi tempat ziarah yang berkembang pesat aneka
kegiatan yang bernuansa Jawa terus dilakukan secara rutin untuk menghormati
Hati Kudus Tuhan Yesus, salah satunya adalah perayaan prosesi inkulturasi,
Perayaan Ekaristi malam Jumat pertama dan ibadat malam jumat kliwon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Awalnya candi hanya dilihat sebagai monumen saja namun pada tahun 1998
ditemukan air perwitosari yang banyak menjadi berkat bagi penziarah, mereka
berdoa kepada Hati Kudus Tuhan Yesus dan menyerahkan dirinya supaya dijamah
oleh Allah sehingga memberikan ketenangan dalam dirinya.
Perayaan Ekaristi malam jumat pertama selalu diadakan setiap bulannya
yang diawali pada bulan Oktober dan akan selesei bulan Juni tahun berikutnya
sesudah perayaan Ekaristi akan dilanjutkan ibadat pemuliaan kepada Allah dalam
Sakramen Maha Kudus yang dipimpin oleh Selebran utama dibantu Imam
Konselebran sedangkan petugasnya bergantian dari umat di lingkungan Ganjuran.
Rangkaian perayaan Ekaristi Malam Jumat Pertama diakhiri pada Jumat pertama
bulan Juni bulan ke sembilan dan pada minggu terakhir diselenggarakan dengan
perayaan Ekaristi Agung dilanjutkan dengan Prosesi Sakramen Mahakudus
sebagai ungkapan syukur kepada Hati Kudus Tuhan Yesus.
Rangkaian ini tidak berhenti disini saja sebelumnya diadakan ziarah ke
makam para Imam yang pernah berkarya di Ganjuran dan kenduri bersama warga
sekitar yang berkeyakinan lain, dengan kenduri ini Gereja Ganjuran hendak
menjalin kerukunan antar umat beragama. Dalam kenduri ini umat duduk sejajar
bersama-sama mengucap syukur atas berkat dan limpahan karunia yang telah
diterima tanpa meliahat agamanya sehingga yang utama adalah toleransi hidup
beragama (Buletin Perwitosari, 2011:11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
c. Sakramen Tobat
Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran selalu memberikan kesampatan
bagi seluruh umat Katolik yang ingin menerima Sakramen Tobat, biasanya Imam
selalu melayani jika ada uamt yang meminta, tidak hanya itu Gereja sendiri
memberikan jadwal penerimaan Sakramen Tobat yang bisa diikuti setiap dua
minggu sekali atau pada saat sebelum Natal dan Paskah selalu diberikan jadwal
Sakramen Tobat baik di Paroki maupu di kapel Wilayah.
B. Persiapan Penelitian
Berikut penulis akan menguraikan gambaran penelitian di Paroki Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Gambaran tersebut meliputi, rumusan masalah,
tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden
penelitian, instrumen pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan
variabel penelitian.
1. Rumusan Permasalahan
a. Apakah yang dimaksud dengan Sakramen Tobat?
b. Apa yang menjadi unsur dalam Sakramen Tobat?
c. Sejauh mana orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
menerima Sakramen Tobat?
d. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Sakramen
Tobat?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah orang muda Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran mengerti arti Sakramen Tobat.
b. Untuk mengetahui apakah orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran mengetahui jadwal penerimaan Sakramen Tobat di Gereja.
c. Untuk mengetahui seberapa sering orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran menerima Sakramen Tobat.
d. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat orang muda Katolik
dalam menerima Sakramen Tobat.
e. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor pendukung orang muda Katolik
dalam menerima Sakramen Tobat.
f. Untuk mengetahui apakah orang muda Katolik pernah mengikuti seminar,
rekoleksi, retret mengenai Sakramen Tobat.
g. Untuk mengetahui apa yang menjadi harapan orang muda Katolik setelah
melaksanakan pendalaman iman.
h. Untuk mengetahui dampak yang dirasakan orang muda Katolik setelah
menerima Sakramen Tobat.
3. Metodologi Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif dalam bentuk kuisoner
namun penelitian kualitatif sebagai pegangan yang utama. Penelitian kualitatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong 2007:4).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya: perilaku,
motivasi, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti (Moleong 2007:6).
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 April-30 Mei 2019 di Gereja
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
c. Responden Penelitian
Responden penelitian adalah para anggota perkumpulan orang muda
Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Dengan demikian, informan
ditentukan dengan teknik snowball sampling, yakni proses penentuan informan
berdasarkan informasi sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti
dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang diperlukan. Pencarian
oinformasi akan dihentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai.
Responden penelitian ini adalah OMK yang berusia 16-35 tahun yang
berada di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
d. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan tiga metode untuk
melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu kueisoner (angket),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
wawancara dan observasi. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawab, wawancara dimaksudkan untuk merekam percakapan dengan maksud
tertentu yang bertujuan untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan
organisasi, perasaan, motivasi tuntutan kepedulian dan mengubah serta
memperluas konstruksi yang sedang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung.
Dengan wawancara, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara lisan
dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian
(Moleong 1991:86).
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka
adalah pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawaban
berbentuk uraian.
Wawancara yang akan dilakukan penulis adalah wawancara langsung
maupun tidak langsung. Wawancara langsung akan penulis lakukan dengan
bertemu secara langsung dengan narasumber sedangkan wawancara tidak
langsung akan penulis lakukan dengan menggunakan sarana-sarana komunikasi
sosial lainnya seperti email, kuesioner, dan sosial media lainnya. Narasumber
wawancara penulis adalah para orang muda Katolik paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Teknik pengumpulan data yang selanjutnya adalah observasi. Observasi
adalah salah satu teknik pengumpulan data yang amat penting dalam metode
penelitian kualitatif. Observasi menjadi amat penting karena dengan observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
penulis atau peneliti melakukan pengamatan secara langsung yang berarti penulis
atau peneliti dapat secara langsung melihat dan mengamati perilaku dan kejadian
sebenarnya dari subjek penelitian. Dari pengamatan langsung itulah penulis atau
peneliti mendapatkan banyak catatan-catatan tentang perilaku dan kejadian yang
dapat digunakan menjadi data guna menunjang penelitian. Pengamatan juga
memungkinkan penulis atau peneliti untuk mengecek kepercayaan data yang telah
diperoleh; pengamatan juga membantu penulis untuk memahami situasi yang
rumit dimana situasi yang rumit adalah pencampuran beberapa tingkah laku atau
keadaan sekaligus dari subjek penelitian. Pengamatan juga berfungsi jika cara-
cara pengumpulan data lainnya tidak dapat berjalan dengan baik (Moleong : 125-
126).
Peneliti menggunakan observasi secara langsung yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa sering orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran menerima Sakramen Tobat.
Semua hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti akan dicatat
dalam catatan lapangan yang selanjutnya direfleksikan.
e. Analisis Data
Setelah selesai melakukan pengolahan data, maka langkah selanjutnya
adalah menganalisis data. Data mentah yang sudah didapatkan kemudian
dianalisis. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancra, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
f. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang hendak penulis teliti meliputi:
1) Bentuk pembinaan iman seperti apa yang cocok untuk mengembangkan
pengetahuan mengenai arti Sakramen Tobat.
2) Seberapa ideal jadwal penerimaan Sakramen Tobat di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran.
3) Frekuensi penerimaan Sakramen Tobat orang muda Katolik di Paroki Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
4) Faktor-faktor pendukung penerimaan Sakramen Tobat orang muda Katolik
5) Faktor-faktor penghambat penerimann Sakramen Tobat orang muda Katolik.
6) Tujuan dan kepentingan dilaksanakan seminar, rekoleksi, retret untuk orang
muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
7) Harapan orang muda Katolik terhadap pelaksanaan pendalaman iman di
Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
8) Dampak yang dirasakan bagi orang muda Katolik setelah menerima Sakramen
Tobat.
C. Laporan Hasil Penelitian Deskripsi Penghayatan Sakramen Tobat Orang
Muda Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
Pada bagian ini penulis akan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan pada hari jumat tanggal 24 Mei 2018 untuk 20
responden orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
Bagian ini mencangkup laporan hasil penelitian yang terdiri dari identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
responden, laporan hasil kuisioner terbukan, laporan hasil wawancara, dan laporan
hasil observasi.
1. Identitas Responden
Responden penelitian orang muda Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran terdiri dari delapan orang laki-laki dan sebelas orang perempuan.
Usia dari orang muda Katolik pun beragam dari yang berusia 15 sampai dengan
37 tahun dengan rincian 15 tahun berjumlah tiga orang, 16 tahun berjumlah
sembilan orang, 17 tahun berjumlah dua orang, 18 tahun berjumlah dua orang, 19
tahun berjumlah satu orang, 23 tahun berjumlah dua orang, dan 37 tahun
berjumlah satu orang.
Hasil penelitian ini diambil dari beberapa orang muda Katolik yang
berbeda wilayah di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, yaitu wilayah
Kretek, wilayah Baros, wilayah Tambran, wilayah Ngireng-ireng, wilayah
Gilangharjo, wilayah Kanutan, wilayah Gunungan, wilayah Gondanglipuro,
wilayah Gunturgeni, wilayah tersebut wilayah yang berada di sekitar Gereja
Ganjuran. Dalam penyebaran kuisioner ini penulis sangat terbantu dengan
kesediaan teman-teman orang muda Katolik meluangkan waktu untuk mengisi
kuisioner ini, harapan dengan pengisian kuisioner ini mengingatkan orang muda
Katolik untuk melaksanakan Sakramen Tobat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Laporan Hasil Penelitian
Pada kuisioner terbuka yang disiapkan penulis, responden bebas menjawab
sesuai dengan pemahamannya, oleh karena itu bisa jadi jumlah jawaban yang
terkumpul tidak sama satu dengan yang lain yang berjumlah (28 orang). Adapula
jawaban yang tidak tepat sasaran atau keluar dari pokok pertanyaan yang
diajukan, hal tersebut karena kuisioner yang digunakan adalah kuisioner terbuka
yang tidak memiliki batasan pilihan jawaban. Berikut ini laporan hasil kuisioner
terbuka.
Pada pertanyaan nomor satu, mengenai pemahaman mengenai arti
Sakramen Tobat sebanyak tujuh orang menjawab Sakramen Tobat adalah
Sakramen pengakuan dosa, enam orang menjawab Sakramen Tobat sebagai
Sakramen pengampunan dosa, sedangkan beberapa orang muda Katolik
menjawab berdasarkan pengalaman pribadinya yaitu satu orang menjawab
Sakramen Tobat merupakan sebuah Sakramen yang diberikan kepada orang
berdosa yang ingin bertobat, satu orang menjawab Sakramen Tobat adalah
Sakramen dimana orang Kristiani yang ingin memperbarui dari dosanya, satu
orang menjawab Sakramen Tobat sebagai sarana umat Katolik untuk
berekonsiliasi memulihkan hubungan dengan Allah, satu orang menjawab
Sakramen Tobat merupakan Sakramen penyembuhan Rohani dari seseorang yang
telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa, satu orang
menjawab Sakramen Tobat yaitu mengakui perbuatan kesalahan dan menyesali
kemudian ingin berbuat lebih baik kedepannya, satu orang menjawab Sakramen
Tobat artinya bertobat menyesali segala dosa untuk memperbaiki hidup, satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
orang menjawab Sakramen Tobat adalah suatu wujud pengakuan dosa yang
diucapkan oleh umat Katolik.
Pada pertanyaan nomor dua, mengenai jadwal pengakuan dosa di Gereja
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, sebanyak tujuh belas orang menjawab
Sakramen Tobat diadakan pada saat menerima komuni pertama, krisma, dan pada
saat Paskah, Natal, satu orang hanya menjawab tahu, satu orang menjawab tahu
yaitu saat diumumkan di Paroki, satu orang menjawab setiap hari sebelum dan
sesudah perayaan Ekaristi.
Pada pertanyaan nomor tiga, mengenai seberapa sering orang muda
Katolik melaksanakan Sakramen Tobat, dari pertanyaan ini penulis banyak
mendapatkan variasi jawaban dari orang muda Katolik yaitu sepuluh orang orang
menjawab satu tahun sekali, tiga orang menjawab enam bulan sekali, dua orang
menjawab empat bulan sekali, tiga belas orang menjawab dua tahun sekali, satu
orang menjawab satu bulan sekali. Dari hasil pene;itian tersebut maka didapatkan
bahwa 43% orang muda katolik menerima Sakramen Tobat setiap 2 tahun satu
kali. Berikut ini merupakan tabel frekuensi penerimaan Sakramen Tobat
berdasarkan hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pada pertanyaan nomor empat, mengenai apa yang menjadi faktor
pendukung orang muda Katolik melaksanakan Sakramen Tobat, yang menjadi
faktor pendukung orang muda Katolik melaksanakan Sakramen Tobat adalah
delapan orang menjawab keinginan untuk bertobat dan merasa bersalah, satu
orang menjawab agar dosanya diampuni, dua orang menjawab kerinduan untuk
bertemu dengan Allah, memulihkan hubungan dengan Allah, enam orang
menjawab karena mendapat nasihat dari oarang tua, satu orang menjawab hati
yang tulus untuk menerima Sakramen, dua orang menjawab ingin melepas segala
beban.
Pada pertanyaan nomor lima, mengenai apa yang menjadi faktor
penghambat orang muda Katolik melaksanakan Sakramen Tobat yaitu satu orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
menjawab karena tugas sekolah yang harus diselesaikan, sembilan orang
menjawab malas untuk melaksanakan Sakramen Tobat, enam orang menjawab
waktu yang kadang bertabrakan dengan kegiatan lainnya, dua orang menjawab
malu dan belum siap menerima Sakramen Tobat, satu orang menjawab kurangnya
informasi penerimaan Sakramen Tobat, satu orang beranggapan masih
mengulangi dosa sehingga percuma jika mengaku dosa.
Pada pertanyaan nomor enam, mengenai apakah Gereja Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran pernah mengadakan seminar, rekoleksi atau retret sebelas orang
muda Katolik menjawab mereka pernah mengikuti, namun sembilan orang
menjawab belum pernah.
Pada pertanyaan nomor tujuh, mengenai harapan orang muda Katolik
setelah melaksanakan Sakramen Tobat jawaban dari keseluruhan orang muda
Katolik agar semakin beriman, menjadi pribadi yang semakin baik, dan menjadi
teladan untuk diri sendiri maupun orang lain.
Pada pertanyaan nomor delapan, mengenai dampak yang dirasakan orang
muda Katolik setelah melaksanakan Sakramen Tobat kebanyakan orang muda
Katolik ketika menerima Sakramen Tobat mereka merasa lega untuk menjalani
hidup lagi dan juga mereka merasa nyaman tidak ada lagi beban yang ada dalam
hidup mereka.
3. Rangkuman Hasil Penelitian
Pada sub bab ini penulis akan merangkum seluruh hasil laporan penelitian
yang telah penulis paparkan pada sub bab sebelumnya, pada item nomor satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
orang muda Katolik menjawab Sakramen Tobat adalah pengakuan dosa, sebagian
lagi menjawab sebagai Sakramen pengampunan dosa dan yang lainnya menjawab
Sakramen Tobat sebagai Sakramen umat Kristiani yang memperbarui diri atas
dosa yang dilakukan dan memulihkan kembali hubungan manusia dengan Allah.
Pada item pertanyaan nomor dua orang muda Katolik keseluruhan hanya
mengetahui jadwal perayaan Sakramen Tobat pada saat Paskah dan Natal, namun
ada sebagian pula yang menjawab Sakramen Tobat dilaksanakan pada saat
sebelum dan sesudah Perayaan Ekaristi.
Pada item pertanyaan nomor tiga tentang seberapa sering orang muda
melaksanakan Sakramen Tobat 43%r orang muda Katolik menerima Sakramen
Tobat dua tahun sekali , 36% menerima satu tahun sekali biasanya dilaksanakan
pada saat Paskah atau Natal saja, 11% menerima Sakramen Tobat enam bulan
satu kali, 7% menerima Sakramen Tobat empatt bulan satu kali, 3% menerima
Sakramen Tobat satu bulan satu kali.
Pada item pertanyaan nomor empat ini membahas mengenai faktor yang
menjadi pendukung orang muda Katolik mau menerima Sakramen Tobat, disisni
orang muda Katolik menjawab rata-rata mereka menerima Sakramen Tobat
karena mereka merasa berdosa, bersalah, mereka ingin bersatu kembali dengan
Allah sehingga mengakui dosa-dosanya supaya diampuni oleh Allah, orang muda
Katolik lain mereka menerima Sakramen Tobat karena mendapat nasihat dan
dukungan orang tua atau keluarga yang lain.
Pada item pertanyaan selanjutnya nomor lima tentang faktor penghambat
orang muda Katolik menerima Sakramen Tobat, faktor-faktor yang menghambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
adalah rasa malas yang dialami orang muda Katolik, beberapa orang menjawab
karena jadwal penerimaan Sakramen Tobat bertabrakan dengan kegiatan maupun
pekerjaan sealian itu perasaan belum siap dan kurangnya informasi jadwal
penerimaan Sakramen Tobat menjadi faktor penghambat penerimaan Sakramen
Tobat.
Pada item pertanyaan nomor enam mengenai apakah Gereja Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran pernah mengadakan seminar, rekoleksi, atau retret, rata-
rata orang muda Katolik pernah mengikuti seminar, rekoleksi, atau retret namun
di Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran belum pernah diadakan dengan tema
Sakramen Tobat bahkan orang muda Katolik sendiri belum pernah mengikuti.
Selanjutnya item pertanyaan nomor tujuh harapan orang muda Katolik setelah
menerima Sakramen Tobat, keseluruhan orang muda Katolik memiliki harapan
semakin beriman untuk menjadai pribadi yang lebih baik dan menjadi pribadi
yang semakin baik sehingga dapat menjadi teladan bagi diri sendiri maupun orang
lain.
Pada item pertanyaan terakhir nomor delapan mengenai dampak yang
dirasakan orang muda Katolik setelah menerima Sakramen Tobat orang muda
Katolik merasa lega untuk menjalani hidup dan juga merasa nyaman tidak ada lagi
beban yang ada dalam hidup mereka.
4. Laporan Hasil Wawancara
Data yang diperoleh dari kuisioner terbuka mengenai penerimaan
Sakramen Tobat orang muda Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
masih meragukan Guna melengkapi dan menetapkan data penelitian tersebut,
penulis menggunakan metode wawancara. Menurut Sutrisno Hadi (1989: 218),
metode wawancara digunakan untuk memenuhi kebutuhan kebenaran dan
kemampuan suatu data yang diperoleh melalui cara lain, data wawancara ini untuk
menguatkan pembahasan data kuisioner pada bagian selanjutnya. Narasumber
wawancara ini juga merupakan orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran ada delapan fokus pertanyaan dalam wawancara ini :
a. Apa arti Sakramen Tobat menurut anda.
Penulis bertanya kepada semua responden tentang apa yang mereka
ketahui tentang arti Sakramen Tobat, dari hasil ini keseluruhan responden
memberi jawaban yang hampir sama.
Responden I
Sakramen Tobat adalah tanda keselamatan, kesempatan dan tanda yang
diberikan kepada Tuhan setelah kita mengaku dosa-dosa kita karena itu diberikan
setelah kita mengaku dosa sehingga kita harus memperbaiki diri kita.
Responden II
Sakramen Tobat adalah Sakramen Pengampunan yang dilakukan umat
Katolik minimal satu kali dalam setahun, berfungsi untuk mengampuni dosa-dosa
kita melalui perantara Romo.
Responden III
Sakramen Tobat adalah pengampunan yang diberikan oleh belas kasih
Allah atas kesediaan seseorang untuk mengakui dosa-dosanya dihadapan Imam
dan berkeinginan merubah diri menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Responden IV
Sakramen Tobat adalah Sakramen pengkudusan dosa dimana dosa
diampuni oleh Roh Kudus dan kita akan kembali suci lagi.
Responden V
Sakramen Tobat adalah salah satu Sakramen yang dianjurkan atau
diharuskan dalam lima perintah Gereja. Sakramen Tobat biasanya dilaksanakan
menjelang Paskah atau Natal tidak ada batasan harus berapa kali melaksanakan
Tobat dan untuk siapa Sakramen Tobat itu.
b. Apakah anda mengetahui jadwal penerimaan Sakramen Tobat di Gereja
Ganjuran.
Penulis bertanya kepada responden mengenai jadwal dilaksanakan
Sakramen Tobat di Gereja Ganjuran, dan responden memiliki kesamaan jawaban.
Responden I
Jadwal penerimaan Sakramen Tobat di Gereja biasanya diadakan pada saat
menjelang Natal dan Paskah, biasanya diumumkan di Gereja.
Responden II
Jadwal penerimaan Sakramen Tobat yaitu pada saat mau Paskah di bulan
Maret dan sebelum Natal dibulan Desember.
Responden III
Jadwal penerimaan Sakramen Tobat setau saya seminggu sekali setiap hari
Jumat setelah Adorasi dan pada saat hari besar Paskah dan Natal biasanya
diumumkan di Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Responden IV
Penerimaan Sakramen Tobat biasanya dilaksanakan pada saat Paskah dan
Natal, namun juga bisa dilaksanakan pada saat sebelum Komuni Pertama, Krisma,
Sakramen Perkawinan atau setiap hari ketika ada Romo.
Responden V
Jadwal Sakramen Tobat biasanya dilaksanakan menjelang Pasakah dan
pada saat Adven.
c. Frekuensi seberapa sering anda melaksanakan Sakremen Tobat
Penulis menanyakan seberapa sering anda melaksanakan Sakramen Tobat
di Gereja Ganjuran sekali dalam satu minggu, satu bulan, satu tahun. Alasannya,
dari responden memiliki jawaban yang berbeda.
Responden I
Kalau saya biasanya dua kali dalam setahun sesuai jadwal khusus yang
disediakan oleh Gereja.
Responden II
Kalau saya biasanya satu tahun sekali kalau nggak Paskah ya Natal, karena
biasanya jadwalnya bertabrakan dengan kegiatan saya.
Responden III
Kalau saya sih hanya ketika hari besar saja, karena keterbatasan waktu
untuk mengikuti yang hari Jumat itu.
Responden IV
Kalau saya sendiri melaksanakan hanya satu tahun sekali ketika mau
Paskah hanya itu saja mas untuk alasannya belum ada niat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Responden V
Saya biasanya melaksanakan Sakramen Tobat biasanya satu atau dua kali
dalam setahun alasannya karena bukan tuntutan namun mengikuti kata hati bila
tahun ini harus mengaku dosa.
d. Apa yang menjadi faktor pendukung anda melaksanakan Sakramen Tobat.
Penulis menanyakan apa yang menjadi faktor penghambat anda
melaksanakan Sakramen Tobat responden memiliki jawaban yang berbeda.
Responden I
Faktor pendukunganya adalah dari dalam diri kita sendiri atas kesadaran
kita untuk mengakui kesalahan kita sendiri, dan ingin berdamai dengan diri kita
sendiri maupun dengan Allah.
Responden II
Faktor pendukungnya tempat pengakuan dosanya dekat dan memliki
fasilitas untuk berangkat menerima Sakramen Tobat.
Responden III
Faktor pendukung penerimaan Sakramen Tobat adalah niatnya dan
bersedia mengaku dosa untuk tidak mengulangi dosa yang sama.
Responden IV
Faktor pendukung saya menerima Sakramen Tobat adalah orang tua saya,
biasanya saya diingatkan orang tua saya jika ada penerimaan Sakramen Tobat di
Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Responden V
Faktor pendukungnya adalah simbah saya karena saya harus mengantar
simbah pada saat penerimaan Sakramen Tobat sehingga saya juga ikut
melaksanakannya.
e. Apa yang menjadi faktor penghambat penerimaan Sakramen Tobat.
Penulis menanyakan apa yang menjadi faktor penghambat anda
melaksanakan Sakremen Tobat. Jawaban dari responden pun berbeda-beda.
Responden I
Faktor penghambatnya dari dalam diri kita sendiri atas kesadaran kita
apakah kita ingin mengakui kesalahan kita sendiri, tidak siap untuk menerima
Sakramen Tobat dan gengsi melaksanakan Sakramen Tobat.
Responden II
Belum ada niat dari dalam diri dan juga kesibukan sehingga tabrakan
jadwalnya.
Responden III
Yang menghambat saya adalah kemalasan dari dalam diri saya itu saja sih
mas.
Responden IV
Kadang saya tidak tahu kapan diadakan penerimaan Sakramen Tobat dan
juga kesibukan saya di kampus yang kadang menghambat saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Responden V
Faktor penghambat saya adalah sulitnya membagi waktu dengan pekerjaan
sehingga pada saat ada penerimaan Sakramen Tobat di Gereja saya tidak bisa
mengikuti.
f. Apakah anda pernah mengikuti seminar, rekoleksi, retret di Gereja mengenai
Sakramen Tobat.
Penulis menanyakan apakah responden pernah mengikuti seminar,
rekoleksi, retret mengenai Sakramen Tobat di Gereja, beberapa responden hampir
sama dalam menjawab pertanyaan tersebut.
Responden I
April mengatakan bahwa belum pernah mengikuti seminar, rekoleksi, ret-
ret yang diadakan di Gereja dan juga se-pengetahuannya belum pernah diadakan
di Gereja, namun karena diBaptis dewasa sebelum diBaptis diberikan pelajaran
khusus mengenai tujuh Sakramen Gereja dan salah satunya adalah Sakramen
Tobat.
Responden II
Kalau mengikuti ret-ret, seminar, atau rekoleksi sendiri pernah namun
kalau yang memiliki tema khusus tentang Sakramen Tobat sendiri belum pernah,
dan juga saya belum pernah tahu di Gereja ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Responden III
Dulu pernah mengikuti namun dengan tema yang berbeda karena setau
saya kalau yang mengenai Sakramen Tobat belum pernah dilaksanakan di Gereja
Ganjuran.
Responden IV
Saya belum pernah mengikuti seminar, ret-ret, rekoleksi mengenai
Sakramen Tobat, saya sendiri juga belum pernah tau jika ada Pendalaman Iman
dengan tema Sakramen Tobat.
Responden V
Kalau ret-ret saya sendiri pernah mengikuti namun jika secara spesifik
yang membahas mengenai Sakramen Tobat sendiri saya belum pernah, bahkan di
Ganjuran sendiri saya belum pernah mendengar.
g. Apa yang anda harapkan setelah mengikuti Pendalaman Iman.
Penulis menanyakan harapan orang muda Katolik setelah mengikuti
Pendalaman Iman terutama mengenai tema Sakramen Tobat.
Responden I
Harapannya semakin lebih mengenal dan mengerti arti Sakramen-
Sakramen dan melaksanakannya.
Reponden II
Harapannya semakin sadar menghayati Sakramen Tobat dan lebih giat
dalam melaksanakannya namun tanpa paksaan dari orang lain tetapi niat dari
dalam diri sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Responden III
Karena saya sendiri belum pernah mengikuti Pendalaman Iman saya
sendiri masih bingung apa yang menjadi harapan saya, mungkin harapan saya bisa
diadakan di Gereja Ganjuran sendiri.
Responden IV
Saya bingung harapannya apa karena saya sendiri belum pernah
mengikuti.
Responden V
Harapannya semakin lebih menghayati Iman saya dan melaksanakan
Sakramen-Sakramen Gereja.
h. Apa dampak yang anda rasakan setelah menerima Sakramen Tobat.
Penulis bertanya dampak apa yang anda rasakan setelah menerima
Sakramen Tobat.
Responden I
Dampak yang saya rasakan adalah hidup saya merasa tenang, merasa
damai, merasa tenang, dan dapat berkomitmen pada diri sedniri agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
Responden II
Saya lebih tenang dan tidak ada beban dan ingin menjadi manusia yang
lebih baik meskipun kita yakin ditengah jalan nanti pasti akan ada cobaan lagi.
Responden III
Saya merasa lega atas beban-beban atau dosa yang saya alami sehingga
saya bisa kembali berdamai dengan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Responden IV
Saya merasa lega dan lebih suci, lebih bersih daripada saya sebelum
mengaku dosa.
Responden V
Saya merasa lega namun ada beberapa kali saya merasa kurang plong
karena waktu yang diberikan kurang yang harusnya masih banyak yang ingin saya
ungkapkan pada Romo.
5. Rangkuman Hasil Wawancara
Pada bagian ini penulis merangkum hasil wawancara yang diperoleh, pada
item pertanyaan nomor satu, apa arti Sakramen Tobat menurut anda seluruh
responden rata-rata menjawab Sakramen Tobat adalah tanda keselamatan,
pengampunan yang diberikan untuk kita memperbaiki diri kita melalui perantara
Romo.
Pada item pertanyaan nomor dua apakah anda mengetahui jadwal
penerimaan Sakramen Tobat di Gereja Ganjuran, keseluruhan responden
menjawab pelaksanaan Sakramen Tobat dilaksanakan pada saat Natal dan Paskah
dan juga ada yang menjawab sebelum menerima Komuni Pertama dan Krisma
maupun setiap hari jika menginginkannya.
Pada pertanyaan selanjutnya nomor tiga mengenai frekuensi seberapa
sering anda menerima Sakramen Tobat, keseluruhan responden hanya menjawab
ketika hari besar saja yaitu pada saat Natal dan Paskah saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pada item pertanyaan nomor empat faktor apa yang mendukung anda
melaksanakan Sakramen Tobat, responden memiliki jawaban yang berbeda dua
orang menjawab karena faktor orang tua, dua orang menjawab dari dalam diri
sendiri karena kesadaran bahwa telah berdosa dan bersedia menerima Sakramen
Tobat dan satu orang menjawab karena fasilitas untuk menerima Sakramen Tobat
dekat dan memiliki kendaraan.
Selanjutnya item pertanyaan nomor lima mengenai faktor yang
menghambat menerima Sakramen Tobat, tiga orang responden menjawab yang
menjadi faktor penghambat adalah kemalasan dari dalam diri dan tidak siap untuk
mengaku dosa, satu orang menjawab karena tidak tahu kapan jadwal penerimaan
Sakramen Tobat dan juga karena waktunya yang bertabrakan dengan jam kuliah
atau sekolah.
Selanjutnya pertanyaan nomor enam apakah pernah mengikuti seminar,
retret, atau rekoleksi mengenai Sakramen Tobat, keseluruhan responden
menjawab belum pernah mengikuti pendalaman iman dengan tema khusus
Sakramen Tobat bahkan ada yang belum pernah mendengar Gereja mengadakan
dengan tema khusus seperti itu.
Item pertanyaan nomor tujuh harapan setelah mengikuti pendalaman iman
terutama dengan mengenai Sakramen Tobat, rata-rata harapannya semakin
mengenal arti Sakramen Tobat dan lebih rajin melaksanakannya tanpa ada
paksaan dari siapapun, dan juga harapan agar di Gereja Ganjuran sendiri
diadakan. Sedangkan satu orang menjawab bingung karena belum pernah
mengikuti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pertanyaan nomor delapan mengenai dampak yang dirasakan setelah
menerima Sakramen Tobat, rata-rata menjawab merasa tenang, damai dan merasa
lega karena dapat kembali bersatu dengan Allah meskipun merasa tidak pantas
karena suatu saat pasti melakukan dosa lagi.
6. Laporan Hasil Observasi
Penulis melakukan observasi untuk melihat kenyaatan orang muda Katolik
di Ganjuran, observasi ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2019 pada hari Sabtu
karena merupakan jadwal penerimaan Sakramen Tobat yang diberikan oleh
Gereja yang dilaksanakan pada pukul 20.00 WIB sampai dengan selesai, penulis
melaksanakan observasi dengan cara mengamati di sekitar ruang pengakuan dosa,
pada kesempatan itu memang banyak orang muda yang berada di Gereja karena
mereka setelah mengikuti misa, dan banyak yang berziarah di Candi Hati Kudus
Tuhan Yesus.
Pada kesempatan ini setelah penulis melaksanakan pengamatan hanya
orang tua yang banyak menerima Sakramen Tobat sampai pada pukul 22.00 WIB
tidak ada orang muda yang menerima Sakramen Tobat, mereka hanya duduk dan
mengobrol di pendopo, namun juga ada yang berdoa di depan candi, sehingga
pada keseluruhan observasi ini orang muda Katolik Paroki Ganjuran kurang
menyadari akan pentingnya penerimaan Sakramen Tobat, Sakramen Tobat kurang
dianggap penting oleh kaum muda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian dapat diketahui Penerimaan Sakramen Tobat
orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebagai berikut:
1. Pemahaman makna Sakramen Tobat orang muda Katolik
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis pemahaman terhadap
Sakramen Tobat orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus sudah
cukup baik, orang muda Katolik menjawab Sakramen Tobat merupakan
pengampunan atas dosa-dosa yang kita lakukan, yang diberikan oleh Allah
melalui Imam dan dengan Indulgensi yang diberikan sehingga kita umat manusia
dapat kembali bersatu dengan Allah.
2. Pengetahuan orang muda Katolik terhadap jadwal penerimaan Sakramen Tobat
di Gereja Ganjuran
Pada umumnya orang muda Katolik tidak mengetahui kapan diadakan
penerimaan Sakramen Tobat di Gereja Ganjuran mereka hanya mengetahui jadwal
penerimaan Sakramen Tobat pada saat menjelang Paskah dan Natal, namun ada
satu yang mengetahui bahwa penerimaan Sakramen Tobat dilaksanakan pada hari
Jumat setelah Adorasi, ada pula yang mnegetahui bila penerimaan Sakramen
Tobat bisa diadakan kapan saja bila ada Imam yang bertugas.
3. Frekuensi seberapa sering orang muda Katolik melaksanakan Sakramen Tobat
Frekuensi penerimaan Sakramen Tobat orang muda Katolik dapat
dikatakan masih kurang, karena dari hasil penelitian orang muda Katolik di Paroki
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran menerima Sakramen Tobat satu kali dalam
dua tahun dan juga orang muda Katolik menerima Sakramen Tobat hanya satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
sampai dua kali dalam satu tahun, yaitu pada hari raya Natal dan Paskah saja,
sedangkan pada hari-hari biasa dan pada jadwal yang diberikan Paroki jarang
ditemukan orang muda yang menerima Sakramen Tobat, bahkan banyak orang
muda Katolik yang tidak tahu kapan jadwal penerimaan Sakramen Tobat di
Gereja Ganjuran sendiri.
4. Faktor yang mendukung orang muda menerima Sakramen Tobat
Orang muda menyadari pentingnya menerima Sakramen Tobat dalam
hidup mereka, dan yang menjadi faktor utamanya adalah dari dalam diri sendiri
dimana mereka merasa berdosa dan memiliki kerinduan untuk berdamai dengan
Allah, tidak hanya itu orang tua juga menjadi salah satu faktor pendukung orang
muda melaksanakan Sakramen Tobat karena mereka diberikan nasihat oleh orang
tua.
5. Faktor yang menghambat orang muda Katolik dalam melaksanakan Sakramen
Tobat
Banyak orang muda mengatakan bahwa faktor yang menghambat
melaksanakan Sakramen Tobat adalah dari dalam diri sendiri yaitu rasa malas
untuk melaksanakannya, tidak hanya itu sering bertabrakannya waktu pelaksanaan
dengan kegiatan orang muda membuat mereka tidak melaksanakan Sakramen
Tobat, terlebih juga orang muda Katolik belum siap untuk menerima Sakramen
Tobat mereka menganggap setelah menerima juga sama saja karena pada akhirnya
akan berbuat dosa lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
6. Apakah pernah diadakan Retret, Seminar, atau Rekoleksi menegenai Sakramen
Tobat di Gereja Ganjuran
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis rata-rata orang muda
Katolik menjawab bahwa belum pernah diadakan Pendalaman Iman semacam itu
dengan tema Sakramen Tobat, orang muda hanya menjawab bahwa mereka
pernah mengikuti Pendalaman Iman namun bukan dengan Tema Sakramen Tobat,
mereka merasa bahwa di Ganjuran sendiri belum pernah diadakan Pendalaman
Iman dengan tema Sakramen Tobat.
7. Apa yang dirasakan setelah menerima Sakramen Tobat
Setelah melaksanakan Sakramen Tobat mereka merasa lega, merasa bahwa
beban yang ada dalam diri mereka hilang, mereka juga merasa tenang, merasa
lebih nyaman ketika menjalani hidup selanjutnya meskipun mereka tau bahwa
dosa tidak akan terlepas dari dalam diri manusia namun begitu juga dengan Tuhan
yang tidak akan pernah meninggalkan umatNya.
E. Kesimpulan
Dari hasil penelitian melalui delapan item pertanyaan kuesioner maupun
wawancara orang muda Katolik cukup baik dalam pemahaman mengenai
Sakramen Tobat, orang muda mengerti apa makna dan arti Sakramen Tobat.
Untuk pengetahuan mengenai jadwal penerimaan Sakramen Tobat orang muda
Katolik di Paroku Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dari hasil penelitian yang
dilakukan penulis orang muda Katolik pada umumnya orang muda Katolik tidak
mengetahui kapan jadwal diadakan jadwal penerimaan di Gereja Ganjuran mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
hanya mengetahui jadwal penerimaan pada saat Natal dan Paskah yang memang
sudah diumumkan oleh Gereja. Orang muda Katolik menerima Sakramen Tobat
hanya satu kali dalam dua tahun meskipun mereka sadar bahwa mereka adalah
orang berdosa dan penerimaan Sakramen Tobat dapat dilaksanakan kapan saja
sehingga penerimaan Sakremen Tobat orang muda di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran masih dirasa kurang. Adapun faktor yang mendukung
penerimaan Sakramen Tobat sebenarnya adalah dari dalam diri orang muda
sendiri adanya rasa kerinduan untuk bersatu dengan Allah menjadi faktor
pendukung orang muda menerima Sakramen Tobat, dan yang menjadi faktor
penghambat menurut orang muda adalah orang muda tidak bisa meninggalkan
rasa malas dalam diri mereka untuk menerima Sakramen Tobat ditambah dengan
bertabrakannya jadwal penerimaan Sakramen Tobat membuat orang muda tidak
menerima Sakramen Tobat. demi mendukung penerimaan Sakramen Tobat Gereja
belum pernah mengadakan pendalaman iman mengenai Sakramen Toabt itu
sendiri yang sebenarnya Gereja perlu mendorong orang muda untuk menerima
Sakramen Tobat. Penerimaan Sakramen Tobat adalah pinti gerbang untuk
manusia kembali bersatu dengan Allah atas dosa-dosa yang dilakukan oleh karena
itu orang muda merasa lega ketika bisa menerima Sakramen Tobat para orang
muda merasa bahwa hidupnya merasa nyaman, tenang jika dapat kembali bersatu
dengan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB IV
SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USULAN KATEKESE BAGI
ORANG MUDA KATOLIK PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS
GANJURAN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUNA
MEMPERDALAM PENGHAYATAN SAKRAMEN TOBAT
Bab IV ini berisi tentang Shared Christian Praxis sebagai usulan model
katekese bagi orang muda Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran guna
memperdalam penghayatan Sakramen Tobat. Yohanes Paulus II dalam anjuran
Apostolik Catechesi menegaskan bahwa katekese adalah pembinaan iman anak-
anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, khususnya
menyampaikan ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan
sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup
Kristen (CT 18). Ketekese diartikan sebagai usaha Gereja untuk membantu umat
agar semakin berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman itu dalam
hidup sehari-hari. Pembinaan iman dengan menyampaikan ajaran Kristiani bagi
umat adalah tanggung jawab penting Gereja (Rukiyanto, 2012 : 59).
Tujuan pembinaan iman Shared Christian Praxis ini adalah membantu
para orang muda Katolik Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran agar semakin
memperdalam penghayatan tentang Sakramen Tobat. Sehingga melalui
pengetahuan yang benar, iman orang muda paroki Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran semakin berkembang dan mendalam.
Maka sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, penulis berusaha
memberikan sumbangan pemikiran berupa model pembinaan iman dalam bentuk
Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis ini dikemas secara menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Berpusat dari pengalaman hidup para orang muda Katolik Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran perlahan menuju pertobatan yang utuh, sehingga iman
mereka semakin diteguhkan dan dikuatkan.
A. Pengertian Shared Christian Praxis
Katekese dengan model Shared Christian Praxis ini pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas H. Groome. Ia adalah seorang ahli katekese yang
berusaha mencari pendekatan katekese yang handal dan efektif, yaitu suatu model
yang sungguh-sungguh mempunyai dasar teologis yang kuat, mampu
memanfaatkan perkembangan ilmu pendidikan dan memiliki keprihatinan pastoral
yang aktual. Model ini ditawarkan untuk menjawab kebutuhan para katekis dalam
membantu umat demi perkembangan iman mereka.
Model SCP merupakan salah satu model katekese umat yang menekankan
proses yang bersifat dialogis partisipatif. Tujuan dari proses ini adalah agar dapat
mendorong peserta untuk mampu mengkomunikasikan antara Tradisi dan visi
hidup peserta dengan Tradisi dan visi Kristiani. Dan pada akhirnya, peserta baik
secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan
keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.
Model katekese ini dapat dikatakan sebagai model praksis, karena
bermula, berproses dan berakhir dari praksis hidup peserta. Pengalaman hidup
peserta tersebut, direfleksikan secara kritis sehingga peserta mampu menemukan
maknanya, kemudian mengkonfrontasikan dengan Tradisi atau visi Kristiani
supaya muncul pemahaman sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pada praksis baru. Orientasi model SCP ini adalah praksis peserta sebagai subyek
yang bebas dan bertanggungjawab (Heryatno Wono Wulung, 1997: 1).
Model SCP ini memiliki tiga komponen yaitu praksis, Kristiani dan
sharing. Untuk memahami lebih dalam model ini, maka akan dijelaskan masing-
masing komponen itu sebagai berikut:
a. Shared
Istilah shared atau sharing mengandung pengertian komunikasi timbal
balik, pasrtisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Istilah ini juga merupakan
proses katekese yang menekankan unsur dialog-pasrtisipatif peserta yang ditandai
dengan suasana kebersamaan, persaudaraan, keterlibatan dan solidaritas. Dalam
sharing semua peserta diharapkan untuk ikut aktif, terbuka, siap mendengarkan
dengan hati pengalaman orang lain dan berkomunikasi dengan kebebasan hati
(Heryatno WW, 1997: 4). Mendengarkan berarti juga melibatkan keseluruhan diri
sehingga dalam mendengarkan timbullah gerak hati, empati terhadap apa yang
dikomunikasikan oleh orang lain (Sumarno Ds, 2014: 17).
b. Christian atau Kristiani
Maksud dari Kristiani dalam SCP adalah mengusahakan agar kekayaan
iman kristiani sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau dan relevan untuk
kehidupan peserta. Tradisi Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat yang
hidup dan sungguh dihidupi. Sedangkan visi Kristiani menegaskan tuntutan dan
janji Allah yang terkandung didalam tradisi, tanggung jawab dan pengutusan
orang Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat dan sikap kemuridan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Visi Kristiani yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di
dalam kehidupan manusia (Heryatno Wono Wulung, 1997: 3).
c. Praxis atau Praksis
Praksis adalah suatu tindakan manusia yang sudah direfleksikan. Sebagai
tindakan, praksis meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang
mampunyai tujuan untuk mencapai perubahan hidup yang meliputi kesatuan
antara praktek dan teori, antara refleksi kritis dan kesadaran historis.
Praksis mempunyai tiga unsur yaitu: aktivitas, refleksi dan kreativitas.
Unsur pertama, aktifitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan
personal dan social, hidup pribadi dan kegiatan public yang merupakan medan
untuk perwujudan diri sebagai manusia. Kedua, refleksi menekankan refleksi
kritis terhadap tindakan historis pribadi dan social terhadap kehidupan bersama
serta terhadap “Tradisi dan Visi iman Kristiani sepanjang sejarah. Ketiga,
kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang menekankan
transendensi manusia dalam dinamika menuju masa depan yang terus berkembang
sehingga melahirkan praksis baru (Heryatno Wono Wulung, 1997: 2).
d. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP)
Menurut Thomas H. Groome, SCP merupakan suatu model berkomunikasi
tentang makna pengalaman hidup antar peserta, yang mana dalam prosesnya
terdapat lima langkah pokok. Namun sebelumnya didahului langkah awal atau
pendahuluan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
1) Langkah Awal: Pemusatan Aktivitas
Tujuan dari langkah ini adalah mendorong peserta sebagai subyek utama
menemukan topik pertemuan yang bertolak pada kehidupan konkret berkaitan
dengan tema pertemuan. Dalam proses menemukan topik yang sesuai dengan
tema dasar dapat menggunakan sarana seperti simbol, foto, cerita, film, video, dan
lain-lain. Pemilihan tema pertemuan perlu memperhatikan situasi konkret peserta,
tujuannya, dinamika pendekatan yang bersifat dialogis, dan sumber-sumber iman
kristiani (Heryatno Wono Wulung, 1997: 10). Di samping itu pada langkah ini,
pendamping harus dapat menciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang
mendukung supaya peserta dapat berpartisipasi aktif dan kreatif dalam suasana
dialog dan kebersamaan (Heryatno Wono Wulung, 1997: 10).
2) Langkah I: Pengungkapan Praksis Faktual
Langkah ini bertujuan membuat peserta untuk mengungkapkan
pengalaman hidup faktual. Peserta menyadari pengalaman hidupnya,
membahasakan dan mengomunikasikannya pada peserta lain. Pengungkapan
pengalaman hidup faktual ini bisa berupa pengalaman peserta sendiri, atau
kehidupan dan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, ataupun gabungan
keduanya yang dia pandang cocok dengan tema yang sudah digali bersama
(Heryatno Wono Wulung, 1997: 11).
3) Langkah II: Refleksi Kritis pada Komunikasi Praksis Faktual
Pada langkah ini bertujuan membantu peserta supaya berdasar pengalaman
hidupnya sampai pada tingkat kesadaran terdalam guna mengolah dan
menemukan makna baru hingga ia terdorong melangkah pada praksis baru. Ada
beberapa perspektif yang perlu diperhatikan dalam langkah ini yaitu refleksi kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
pada pengalaman peserta, interpretasi kritis dan kreatif pada komunikasi
pengalaman faktual, serta komunikasi tradisi dan visi peserta (Heryatno Wono
Wulung, 1997: 14).
Sementara dialog dan visi peserta hendaknya berkualitas, sepertinya dialog
tersebut menekankan terwujudnya relasi subyek dengan subyek yang
mengandalkan kejujuran, keterbukaan dan partisipasi aktif dari semua peserta
dengan rasa hormat (Heryatno Wono Wulung, 1997: 15). Pada langkah ini,
pendamping perlu juga menyadari keadaan peserta karena refleksi merupakan
tahap yang sulit yang membutuhkan kesabaran dan ketrampilan untuk
memperkembangkannya (Heryatno Wono Wulung, 1997: 18).
4) Langkah III: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani lebih Terjangkau.
Pada langkah ini, Visi Kristiani mengungkapkan janji keselamatan dan
kepenuhan yang mendorong peserta pada tanggungjawab mereka untuk menjadi
partner Allah dalam mewujudkan kehendak-Nya yaitu menyelamatkan manusia
(Heryatno Wono Wulung, 1997: 20).
5) Langkah IV: Hermeneutik yang dialektik antara Tradisi dan Visi Kristiani
dengan“Tradisi dan Visi” Peserta.
Langkah ini lebih menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi
dan visi faktual peserta dengan tradisi dan visi Kristiani yang akan melahirkan
kesadaran sikap dan niat baru sebagai jemaat Kristiani. Di satu pihak peserta
mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam tradisi dan visi Kristiani, di
lain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika tradisi dan visi
Kristiani (Sumarno Ds, 2014: 21). Pada langkah ini, peserta dapat mengemukakan
apa yang sungguh-sungguh mereka pikirkan serta mengungkapkan perasaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
sikap intuisi, persepsi, penegasan dan lain-lain (Heryatno Wono Wulung, 1997:
32). Selain itu, pendamping perlu menyadari bahwa tafsiran pendamping bukan
kata mati, yang bukan merupakan kebenaran satu-satunya (Sumarno Ds, 2014:
22).
6) Langkah V: Keterlibatan Baru demi Terwujudnya Kerajaan Allah
Langkah ini bertujuan mendorong peserta sampai pada keterlibatan baru
dengan harapan juga peserta dapat mengambil keputusan sendiri untuk mengalami
pertobatan terus-menerus (metanoia). Pada umumnya keputusan dapat
dikategorikan dalam empat kelompok : (a). yang bersifat kognitif, afektif, dan
praktikal; (b). level personal, interpersonal, dan sosial; (c). berkenaan dengan
aktivitas pribadi dan kelompok; (d). menjadi operasional dalam kelompok sendiri
atau di luar kelompok (Heryatno WW, 1997: 35).
B. Usulan Program Pembinaan Iman bagi orang muda Katolik Paroki Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dengan menggunakan metode shared
Christian Praxis.
Usulan program ini merupakan tindak lanjut dari hasil peneltian yang telah
penulis lakukan terhadap penghayatan Sakramen Tobat orang muda Katolik di
Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Shared Christian Praxis ini dibuat
sebagai usaha untuk pembinaan iman orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran dalam membantu proses pertobatan orang muda Katolik.
1. Latar Belakang
Penghayatan akan Sakramen-sakramen Gerejawi khususnya Sakramen
Tobat seharusnya terlaksana secara bertahap. Guna menyempurnakan tahapan –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tahapan itu, haruslah diadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendukung dan
memperdalam baik itu pengetahuan ataupun pelaksanaan. Kegiatan pendukung
inilah yang kerapkali atau bahkan jarang diadakan oleh Gereja, mengingat
penghayatan iman akan kembali kepada individu masing-masing.
Oleh karena itu, dengan alasan seperti itulah penulis kemudian mencoba
menggali lebih dalam tentang penghayatan iman khususnya penghayatan akan
Sakramen Tobat yang dilakukan oleh orang muda Katolik Gereja Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran. Penulis demi mengumpulkan data, melakukan observasi,
wawancara dan membagikan sejumlah kuisioner yang ditujukan kepada orang
muda Katolik Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran mengenai penghayatan
Sakramen Tobat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh data-
data yang perlu diolah untuk menyumbangkan ide katekese baru. Dari data
tersebut diketahui bahwa sebagaian dari orang muda Katolik Gereja Hati Kudus
Yesus Ganjuran kurang menghayati penghayatan Sakramen Tobat. Dilain sisi,
padatnya jadwal kegiatan harian mereka membuat orang muda Katolik Gereja
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran tidak memberi perhatian khusus pada
penghayatan Sakramen Tobat. Hal ini juga didukung dengan kurangnya
pemahaman tentang Sakramen Tobat yang mereka terima.
Oleh karena itu, penghayatan iman akan Sakramen Tobat haruslah
bersumber pada pribadi masing-masing. Pribadi kaum muda yang masih mencari
jati diri, perlu didukung dengan kegiatan-kegiatan Gerejawi yang sifatnya
memperdalam dan memperkaya wawasan orang muda Katolik Gereja Hati Kudus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tuhan Yesus Ganjuran akan penghayatan Sakramen Tobat. Sehingga, dengan
wawasan dan pengetahuan yang cukup, orang muda Katolik Gereja Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran semakin mampu menghayati Sakramen Tobat sesuai
dengan arahan dan ajaran Yesus. Semakin bertobat, semakin menuju pada
kehidupan yang baru dan semakin beriman yang mendalam.
2. Tema dan Tujuan Pembinaan Iman
Penulis memberikan sumbangan yakni berupa sumbangan usulan program
pembinaan kateketis bagi orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus
Ganjuran dengan model SCP. Pembinaan dengan model SCP merupakan model
pembinaan yang cocok bagi orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran karena mencakup waktu yang efektif dan sangat menarik jika
dikemas dengan dinamika yang menarik. Dengan adanya keterbatasan waktu
pembinaan iman yang hanya beralokasi dua jam bahkan kurang, maka model
pembinaan iman bagi orang muda sangatlah pas jika menggunakan model SCP.
Harapannya dengan model SCP ini orang muda Katolik Gereja Hati Kudus Tuhan
Yesus Ganjuran semakin mampu menghayati pertobatnya. Maka dari itu,
pertemuan-pertemuan dalam pembinaan iman ini dikemas dengan tema umum
yaitu Mengenal Kasih Allah Melalui Pertobatan, tujuannya bersama pendamping
peserta semakin mengenal belas kasih Allah yang diberikan kepada manusia agar
manusia semakin menyadari bahwa manusia adalah makluk yang lemah yang
memiliki dosa sehingga peserta semakin tekun menerima Sakramen Tobat sebagai
bentuk pertobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tema dan tujuan umum tersebut akan dikemas mejadi 4 tema dan tujuan
khusus yang akan digunakan dalam 4 pertemuan, sebagai berikut :
a. Tema : Perumpamaan Anak Yang Hilang
Tujuan : Bersama pendamping peserta semakin memahami dan
menyadari bahwa Allah selalu mengasihi manusia dan akan selalu
menunggu manusia untuk bertobat.
b. Tema : Memohon Pengampunan Kepada Allah
Tujuan : Bersama pendamping peserta dapat menyadaari segala
dosa yang telah dibuat kepada Allah dan memohon rahmat
PengampunanNya sehingga peserta semakin diteguhkan imannya..
c. Tema : Pengampuan adalah buah pertobatan
Tujuan : Bersama para pendamping peserta semakin menyadari
makna pengampunan, sehingga mampu mewujudkan dalam keluarga,
komunitas, lingkungan serta masyarakat.
d. Tema : Hidup baru didalam Kristus
Tujuan : Bersama pendamping peserta semakin menyadari bahwa
dirinya dipanggil untuk mengikuti Yesus Kristus dan percaya kepada-
Nya sehingga hidupnya menjadi baru dan menjadi teladan dalam hidup
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3. Gambaran Pelaksanaan Program
Penulis akan melaksanakan programnya pada bulan Februari 2020 pada
hari minggu setelah selesai misa sampai minggu siang. Tempat pelaksanaan di
Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran tepatnya di Aula Paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
4. Matrik Program
Tema Umum : Mengenal Kasih Allah Melalui Pertobatan
Tujuan Umum : Bersama pendamping peserta semakin mengenal belas kasih Allah yang diberikan kepada manusia agar
manusia semakin menyadari bahwa manusia adalah makluk yang lemah yang memiliki dosa sehingga peserta semakin tekun
menerima Sakramen Tobat sebagai bentuk pertobatan.
NO TEMA
PEMBINAAN
IMAN
JUDUL
PERTEMUAN
TUJUAN
PERTEMUAN
MATERI METODE SARANA SUMBER
BAHAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Perumpamaan
Anak yang
Hilang.
Allah selalu
mengasihi
manusia untuk
bertobat.
Bersama
pendamping
peserta semakin
memahami dan
menyadari
bahwa Allah
selalu
mengasihi
- Pembukaan
dengan
nyanyian
pembuka
hilanglah
beban dosaku.
- Dilanjutkan
dengan doa
pembuka dan
langkah I:
- Sharing
- Baca cerita
- Diskusi
- Refleksi
pribadi
- Membuat
suatu aksi
nyata
- LCD
- Laptop
- Teks lagu
- Teks
pendalam
an
pertanyaa
n
- Lukas 15:11-
23
- Vidio
mengenai
Perumpamaan
anak yang
hilang
- Agustinus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
manusia dan
akan selalu
menunggu
manusia untuk
bertobat.
mengungkapk
an langkah
hidup peserta
lewat vidio
anak yang
hilang.
- Langkah II:
Mendalami
Pengalaman
Hidup Peserta
lewat
pertanyaan
pendalaman.
- Langkah III:
Menggali
pengalaman
iman Kristiani
lewat perikop
Perumpamaan
anak yang
hilang.
- Langkah IV:
Menerapkan
pengalaman
- Tanya
jawab
- Kertas
folio
- Speaker
- Vidio
mengenai
Perumpa
maan
anak yang
hilang.
Giyanto SJ.
Langkahku
LangkahNya.
Yogyakarta.
Penerbit
Kanisius.
- Lembaga
Biblika
Indonesia.
Tafsiran
Perjanjian
Baru.Yogyaka
rta: Penerbit
Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Kristiani
dalam
kehidupan
konkrit.
- Langkah V:
mengusahakan
suatu aksi
nyata lewat
membuat
rangkuman
sejarah hidup
masing masing
peserta.
- Doa penutup
Tuhan
pimpinlah
langkahku.
2. Memohon
pengampunan
kepada Allah.
Pengampunan
Allah selalu ada
untuk manusia.
Bersama-sama
pendamping
peserta dapat
menyadari
segala dosa
yang telah
- Pembukaan
dengan
nyanyian
pembuka
“Kasihnya
seperti
sungai”.
- Sharing
- Diskusi
- Refleksi
pribadi
- Membuat
suatu aksi
- LCD
- Laptop
- Teks lagu
- Teks
pendalam
an
- Mazmur 51
- Teks bacaan
Mazmur 51
- Buku Panduan
BKSN 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dibuat kepada
Allah dan
memohon
rahmat
pengampunanN
ya sehingga
peserta semakin
diteguhkan
imannya
- Dilanjutkan
dengan doa
pembuka dan
langkah I:
mengungkapk
an langkah
hidup peserta
lewat
pembacaan
Masmur 51
- Langkah II:
Mendalami
Pengalaman
Hidup Peserta
lewat
pertanyaan
pendalaman.
- Langkah III:
Menggali
pengalaman
iman Kristiani
melalui
Masmur 51.
- Langkah IV:
nyata
- Tanya
jawab
pertanyaa
n
- Kertas
folio.
- Speaker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Menerapkan
pengalaman
kristiani dalam
kehidupan
konkrit.
- Langkah V:
mengusahakan
suatu aksi
nyata.
- Doa penutup
dan lagu
penutup
“Semua Baik”.
3. Pengampuan
adalah buah
dari
pertobatan
Kasih dan
pengampunan:
dasar relasi
Allah dan
manusia.
Bersama para
pendamping
peserta semakin
menyadari
makna
pengampunan
sehingga
mampu
mewujudkan
- Pembukaan
dengan
nyanyian
kasihanilah
kami (madah
bakti 370).
- Dilanjutkan
dengan doa
pembuka dan
langkah I:
mengungkapk
- Sharing
- Cerita
- Diskusi
- Refleksi
pribadi
- Membuat
suatu aksi
nyata
- Tanya
- LCD
- Laptop
- Teks lagu
- Teks
pendalam
an
pertanyaa
n
- Kertas
- Lukas 15;11-
32
- Cerita
“pengampunan
menyembuhkan
”
- Dennis & Matt
Linn.
Penyembuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dalam keluarga,
komunitas,
lingkungan,
serta
masyarakat
an langkah
hidup peserta
lewat cerita
pengampunan
menyembuhka
n”
- Langkah II:
Mendalami
Pengalaman
Hidup Peserta
lewat
pertanyaan
pendalaman.
- Langkah III:
Menggali
pengalaman
iman Kristiani
lewat perikop
lukas 15:11-
32.
- Langkah IV:
Menerapkan
pengalaman
kristiani dalam
jawab
folio
- Amplop
- Speaker
Luka-Luka
Batin.Yogyakart
a: Penerbit
Kanisius.
Bagian 5,6 dan
7.
- Lembaga
Biblika
Indonesia.
Tafsiran
Perjanjian
Baru.Yogyaarta:
Penerbit
Kanisius. Hlm
:143.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kehidupan
konkrit.
- Langkah V:
mengusahakan
suatu aksi
nyata
membuat doa
untuk
didoakan
bersama
dikeluarga.
- Doa penutup
dan lagu
penutup Kasih
pasti lemah
lembut.
4. Hidup baru
dalam Kristus
Kita Dipanggil
Untuk
Mengikuti
Yesus
Bersama para
pendamping
peserta semakin
menyadari
bahwa dirinya
dipanggil untuk
- Pembukaan
dengan
nyanyian
pembuka
Panggilan
Tuhan (MB
No.456).
- Dilanjutkan
- Sharing
- Diskusi
- Refleksi
pribadi
- Membuat
suatu aksi
- LCD
- Laptop
- Teks lagu
- Teks
pertanyaa
n
- Yohanes 1:45-
51
- Lembaga
Biblika
Indonesia.
Tafsiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mengikuti
Yesus Kristus
dan percaya
kepadaNya,
sehingga
hidupnya
menjadi baru
dan menjadi
teladan dalam
hidup sehari-
hari.
dengan doa
pembuka dan
langkah I:
mengungkapk
an langkah
hidup peserta
lewat
cerita”keingin
an menjadi
seorang
Kristen dan
Katolik?”
- Langkah II:
Mendalami
Pengalaman
Hidup Peserta
lewat
pertanyaan
pendalaman.
- Langkah III:
Menggali
pengalaman
iman Kristiani
lewat Kitab
nyata
- Tanya
jawab
- Kertas
HVS
- Speaker
- Teks kisah
Keinginan
menjadi
Kristen
dan
Katolik.
Perjanjian
Baru.Yogyaart
a: Penerbit
Kanisius.
Hlm: 164-165.
- Pujaraharja,
Blasius Mgr.
Pr,
dkk.(2005).
Renungan
Harian
Mutiara
Iman.Yogyaka
rta. Yayasan
Pustaka
Nusatama.
- Komkat
KAS.(1998).
Mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Suci 1 Yoh
45-51.
- Langkah IV:
Menerapkan
pengalaman
kristiani dalam
kehidupan
konkrit.
- Langkah V:
mengusahakan
suatu aksi
nyata
- Doa penutup
dan lagu
penutup Aku
dengar bisikan
Yesus Kristus
I: Buku
Pegangan
Calon Baptis.
Yogyakarta:
Kanisius.
Hlm27-33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
5. Contoh Persiapan Salah Satu Sesi Pembinaan Iman
A. Identitas
a. Pelaksana : Vincentius Jenu Ritarman
b. Tema : Memohon Pengampunan kepada Allah
c. Tujuan : Bersama pendamping, peserta dapat menyadari segala
dosa
yang telah dibuat kepada Allah, dan memohon rahmat
pengampunan-Nya, sehingga peserta dapat semakin
diteguhkan dalam iman.
d. Peserta : Orang Muda Katolik
e. Tempat : Aula Paroki HKTY Ganjuran
f. Hari/Tanggal : Minggu, 09 Februari 2020
g. Waktu : 10.00-12.00 WIB
h. Metode : Sharing Pribadi, Refleksi Pribadi, Tanya Jawab, Informasi
i. Model : Shared Christian Praxis
j. Sarana :
Teks Lagu “Kasihnya Seperti Sungai”
Teks Lagu “Smua Baik”
Teks Cerita “Ikatkan sehelai pita kuning bagiku”
Kitab Suci
Lilin dan Salib
k. Sumber Bahan :
Mazmur 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
B. Pemikiran Dasar
Sebagai seorang yang beragama, tentunya kita juga mengenal akan adanya
dosa atas perbuatan tidak baik yang sering kita lakukan baik disengaja maupun
tidak disengaja. Pertobatan merupakan keutamaan yang tidak dapat dipisahkan
dari iman. Sebagai manusia yang memiliki kerapuhan, kita sadar bahwa tidak ada
manusia yang beriman sempurna. Dosa telah merusak hubungan manusia dengan
sesama manusia, oleh karena itu perlu adanya rekonsiliasi. Hubungan Allah
dengan manusia dalam Perjanjian Lama adalah hubungan perjanjian, dosa yang
dibuat oleh manusia dianggap sebagai pelanggaran perjanjian. Tindakan dosa
yang dilakukan manusia adalah wujud ketidaksetiaan manusia terhadap Allah.
Dalam Mazmur 51 menguraikan tentang sikap rendah hati, sikap jujur
untuk mengakui kesalahan yang ada dalam diri masing-masing. Mazmur 51
adalah mazmur pertobatan yang terkenal. Maka, kita sebagai umat kristiani
hendaknya menyadari diri sebagai pendosa yang memohon pengampunan kepada
Tuhan.
Pertemuan kali ini mengajak kita semua untuk menyadari segala kesalahan
yang telah kita perbuat dan mohon ampun atas dosa-dosa kita. Oleh karena itu
dengan adanya pertemuan pada hari ini mengajak kita untuk dapat membangun
niat pribadi kita masing-masing untuk menjalani hidup kedepannya dengan lebih
baik lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
C. Pengembangan Langkah-Langkah
a. Pembukaan
1) Kata Pengantar :
Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, pada pagi hari ini kita dapat
berkumpul ditempat ini karena kasih Allah yang boleh kita terima. Kita
berkumpul disini sebagai satu keluarga yang sama-sama sedang belajar menjadi
seorang pewarta iman. Sebagai pewarta iman, kita perlu sungguh-sungguh
menyadari tugas panggilan kita bahwa dalam mewartakan Sabda Allah kita perlu
melaksanakannya sesuai dengan kehendak Allah. Maka kita akan bersama-sama
membaca dan merenungkan teks Mazmur yang mengajak kita untuk selalu
mengharapkan pengampunan dan kekuatan dari Allah. Dengan demikian kita
dapat membuat niat-niat baik yang hendak kita lakukan supaya kita dapat
memulai hidup yang baru.
2) Lagu Pembuka : Kasihnya Seperti Sungai
3) Doa Pembuka :
Allah Bapa yang Maha baik dan pengampun, terimakasih atas berkat-Mu
yang boleh kami terima sehingga kami Engkau bolehkan berkumpul bersama
ditempat ini. Ya Bapa, bantulah kami untuk menyadari segala dosa yang telah
kami perbuat dan yang tidak berkenan di hati-Mu. Bimbinglah kami agar dalam
pertemuan pada pagi hari ini kami mampu membuka hati untuk berefleksi,
menggali dan mensharingkan pengalaman kami. Semoga melalui bacaan yang
akan kami baca dan renungkan dapat membuat kami untuk meninggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
perbuatan-perbuatan kami yang buruk dan berkatilah juga niat-niat baik yang akan
kami buat supaya kami dapat memulai hidup yang baru. Demi Kristus, Tuhan dan
Pengantara kami. Amin
b. Langkah I : Mengungkap Pengalaman Hidup Peserta
1) Membagikan teks cerita “Ikatkan sehelai pita kuning bagiku”
2) Penceritaan kembali isi cerita : pendamping meminta salah satu peserta untuk
mencoba menceritakan kembali dengan singkat isi pokok cerita “Ikatkan
sehelai pita kuning bagiku”
3) Intisari Cerita :
Cerita tersebut menggambarkan tentang sikap tidak menghargai yang
terjadi pada saat seorang pria menikah dengan wanita cantik. Seorang pria
tersebut tidak menghargai istrinya dan tidak bisa menjadi seorang ayah yang baik
bagi anaknya. Gambaran selanjutnya yaitu ketika pria tersebut pergi mengadu
nasib ke kota yang besar, disana ia memulai bisnis baru dan melakukan tindakan-
tindakan kriminal sehingga mengakibatkan dirinya masuk dalam penjara. Dan
akhirnya pria tersebut merasa rindu kepada istri dan anaknya, ia meminta agar
ketika hari pembebasannya tiba sang istri mengikatkan satu helai pita kuning di
pohon, namun sang istri tidak hanya mengikatkan satu helai melainkan ratusan
helai pita kuning.
4) Pengungkapan pengalaman : peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan :
Ceritakanlah kisah ikatkan sehelai pita kuning bagiku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Ceritakanlah pengalaman teman-teman dalam melakukan pertobatan dan
memohon pengampunan kepada Tuhan
5) Suatu contoh arah rangkuman :
Dalam cerita “Ikatkan sehelai pita kuning bagiku”, ada seorang pria yang
tidak bisa menghargai istrinya, ia sering pulang malam dan ia tidak bisa menjadi
ayah yang baik bagi anaknya. Pria itu akhirnya pergi ke kota yang lebih besar,
disana ia melakukan sex, drug, dan melakukan tindakan kriminal sehingga ia
akhirnya dipenjara. Tahun-tahun berlalu, pria tersebut menuliskan surat kepada
istrinya yang isinya ketika hari pembebasannya tiba, ia meminta agar istrinya
memaafkannya dengan mengikatkan sehelai pita kuning di pohon. Namun pada
saat hari pembebasannya, sang istri tidak hanya mengikatkan satu helai pita,
namun ratusan helai pita kuning.
Begitu juga dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dilingkungan
masyarakat, didalam keluarga kita sering tidak menghargai oranglain sehingga
membuat kita mudah untuk melakukan dosa atau tindakan-tindakan yang
merugikan oranglain. Ketika seseorang melakukan kesalahan, jarang orang
tersebut melakukan pertobatan. Hingga akhirnya seseorang tersebut merasa
menyesal, akhirnya ia melakukan pertobatan dan memohon pengampunan kepada
Tuhan.
c. Langkah II : Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
1) Peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman cerita tersebut dengan dibantu
pertanyaan sbb :
Cara apa saja yang teman-teman telah lakukan untuk melakukan
pertobatan dan memohon pengampunan kepada Tuhan?
2) Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan arahan
rangkuman singkat :
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan perbuatan-perbuatan
yang tidak baik bahkan yang membuat kita jatuh ke dalam dosa. Kita dapat
mengatasinya dengan melakukan pertobatan serta memohon pengampunan dari
Tuhan dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan kita tersebut.
Ketika kita melakukan pertobatan maka tentunya kita mendapatkan pengampunan
dari Tuhan dan terhindar dari murka Allah. sebagai umat Allah, kita diajarkan
untuk saling mengasihi dan mengubah pola pikir kita, sehingga hidup kita akan
selalu diberkati oleh Tuhan.
d. Langkah III : Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop
langsung dari Kitab Suci Mazmur 51
2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa
pertanyaan sebagai berikut :
Kata atau kalimat mana yang menjadi kata kunci menurut teman-teman?
Apa makna yang dapat diambil dari teks tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
3) Peserta diajak untuk mencari dan menemukan pesan inti perikop sehubungan
dengan jawaban atas 2 (dua) pertanyaan diatas
4) Pendamping memberikan tafsir dari Mazmur 51 dan menghubungkannya
dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan sebagai
berikut :
Dalam ayat 3, pemazmur mengungkapkan kesesakan hatinya karena rasa
bersalahnya, dan yang dimohonkan oleh pemazmur adalah belas kasih Tuhan,
pengampunan-Nya dan kerelaan-Nya untuk membersihkan dari noda dosa yang
telah membuat dirinya kotor dihadapan Allah. Seringkali kita terjatuh dalam dosa
dan menyadari hal itu, kita memohon pengampunan kepada Tuhan hingga
akhirnya kita dibangkitkan dari dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Dalam ayat 5 sampai 8, pemazmur mengungkapkan bahwa dirinya
menyadari sebagai seorang pendosa dan dengan jujur pemazmur mengakui bahwa
dosa akan senantiasa ada bersama dengan dirinya. Pemazmur akan berusaha
dengan sekuat tenaga untuk mengenyahkan dosa itu dari dirinya.
Pesan inti yang didapat dari Mazmur 51 adalah kita dapat belajar untuk
rendah hati mengakui bahwa kita adalah manusia yang berdosa dan memohon
pengampunan Tuhan atas dosa-dosa yang telah kita perbuat, karena dosa yang
telah kita buat telah merusak hubungan kita dengan Tuhan.
e. Langkah IV : Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit
1) Pengantar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Pada pertemuan pagi hari ini melalui sharing pengalaman, Tuhan
menyadarkan kita untuk bersikap rendah hati, mau mengakui kesalahan kita
dengan jujru, serta mengajak kita untuk selalu percaya pada pengampunan Tuhan.
Mazmur 51, pemazmur merasa dirinya sebagai makhluk yang rapuh
terhadap godaan, tetapi sekaligus sadar bahwa Allah selalu membisikkan
kebenaran dalam hatinya. Marilah kita menyadari apakah kita sudah bersikap
rendah hati dan memiliki niat untuk berperilaku yang baik agar tidak terjatuh
dalam dosa.
2) Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan menyadari
bahwa Allah hadir marilah kita mencoba merenungkan pertanyaan sebagai
berikut :
Sikap-sikap mana yang bisa kita perjuangkan agar kita tidak terjatuh dalam
dosa-dosa yang sama dari waktu ke waktu?
3) Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta :
Dalam pengalaman hidup konkrit kita sehari-hari, banyak perbuatan-
perbuatan kita yang menyakiti hati oranglain. Kita dapat meninggalkan perbuatan
tersebut dengan memiliki sikap yang rendah hati, mau mengakui kesalahan kita.
Sabda Tuhan telah menyapa kita pada pagi hari ini serta mempengaruhi
pengalaman hidup kita agar setiap hari kita dimampukan untuk memperbaharui
diri agar kita tidak jatuh ke dalam dosa yang sama.
f. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkrit
1) Pengantar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Teman-teman yang terkasih, setelah kita bersama-sama menggali
pengalaman kita sebagai umat beriman lewat cerita yang berjudul ikatkan sehelai
pita kuning bagiku, cerita ini mengajarkan kita untuk menghargai sesama kita.
Dalam cerita tersebut, pria yang tidak bisa menjadi suami serta ayah yang baik
bagi keluarganya.
Demikian juga pengalaman kita ketika kita tidak bisa menghargai
oranglain dan ketika kita melakukan perbuatan yang tidak baik, kita telah
menyadari hal tersebut melalui pengalaman yang kita sharingkan.
Kemudian kita juga dapat mengetahui sikap-sikap yang dapat kita
perjuangkan supaya kita tidak terjatuh dalam dosa yang sama. Dalam perikop
Mazmur 51 telah menyapa kita dan mengajak kita untuk merubah diri supaya kita
dapat bersikap rendah hati, bersikap jujur terhadap perbuatan-perbuatan yang
telah kita lakukan serta selalu percaya kepada pengampunan dari Tuhan.
Marilah kita sekarang memikirkan niat-niat dan tindakan apa yang dapat
diperbuat untuk meninggalkan sikap tidak menghargai sesama dan meninggalkan
perbuatan-perbuatan kita yang tidak baik.
2) Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi,
kelompok atau bersama) untuk kehidupan kita sehari-hari.
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun peserta membuat
niat-niat :
Niat apa yang hendak teman-teman lakukan untuk meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang jahat agar kita tidak masuk kedalam dosa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan niat-
niat tersebut ?
3) Peserta diberi kesempatan untuk memikirkan tentang niat-niat pribadi yang
akan dilakukan
4) Niat-niat pribadi tersebut dapat diungkapkan dalam pleno untuk saling
meneguhkan
5) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan
bersama guna menentukan niat bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan
g. Penutup
1) Lilin dan Salib dapat diletakkan ditengah umat untuk dinyalakan
2) Kesempatan Doa Umat spontan yang diawali oleh pendamping dengan
menghubungkan dengan niat-niat baik dari peserta. Setelah itu doa umat
disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Akhir doa umat ditutup
dengan doa penutup dari pendamping yang merangkum keseluruhan langkah
dalam SCP ini dalam kelima langkah ini, doanya sebagai berikut:
3) Doa penutup :
Allah Bapa yang Maha Kasih dan Maha Pengampun, kami bersyukur
kepada-Mu atas segala berkat dan rahmat-Mu yang kami alami pada saat ini.
Terutama kami Kau ajarkan untuk bersikap rendah hati untuk mengakui kesalahan
yang telah kami perbuat. Bantulah kami ya Bapa agar kami dapat menyesali
kesalahan-kesalahan kami sehingga Engkau berkenan untuk mengangkat kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dari jurang dosa. Dan kami mohon sertailah kami selalu agar kami dapat
memperbaiki sikap-sikap kami melalui niat-niat yang telah kami rencanakan.
Terimalah niat-niat kami ini sehingga seturut dengan kehendak-Mu dan dapat
terwujud dengan nyata dalam diri kami masing-masing. Doa ini kami mohon
kepada-Mu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin
4) Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan lagu penutup “Smua Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BAB V
PENUTUP
Pada bagian akhir penelitian ini, penulis mencoba melihat secara
keseluruhan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penulisan ini, dengan
dikuatkan oleh hasil penelitian kemudian pada bagian berikutnya berisi saran bagi
semua pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini.
A. Kesimpulan
Menerima Sakramen Tobat sangatlah penting oleh setiap umat beriman
terlebih umat Kristiani, dengan menerima Sakramen Tobat secara sungguh-
sungguh akan membantu mereka untuk bersatu kembali dengan Allah atas dosa-
dosa yang telah mereka lakukan meskipun manusia sering kali mengulangi
kesalahan yang sama, namun Allah tetap mengasihi umatNya dan tidak akan
meninggalkan umatNya. Dalam hidup sehari-hari Allah merupakan peran yang
pertama dan yang utama, Allah sendiri yang hadir dalam diri manusia untuk
mengampuni dosa manusia supaya manusia selamat.
Sakramen Tobat menjadi pintu gerbang manusia untuk berdamai dengan
Allah dan menuju kedalam hidup baru meninggalkan segala yang buruk dalam
dirinya dan kembali hidup seturut dengan kehendak Allah.
Dalam kesimpulan penelitian ini orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus
Tuhan Yesus Ganjuran masih kurang dalam menerima Sakramen Tobat, hal ini
membuat orang muda Katolik merasa malas untuk melaksanakan Sakramen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tobat, mereka merasa bahwa menerima Sakramen Tobat cukup dilaksanakan
pada saat Paskah dan Natal itu pun jika tidak berbenturan dengan jadwal kegiatan
mereka.
Sebagai usaha meningkatkan pemahaman dan penerimaan Sakramen
Tobat orang muda Katolik, maka penulis menawarkan program SCP shared
christian praxis, alasan penulis memilih program ini karena penulis merasa cocok
mendekati orang muda Katolik dengan program ini karena utamanya adalah
sharing, semua orang muda bisa mendapatkan cerita pengalaman dari orang yang
berbeda sehingga dapat saling bertukar pikiran, selain itu juga penulis merasa
lebih dapat mengenalkan pendalaman iman model SCP ini kepada teman-teman
orang muda Katolik di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran.
B. Saran
Supaya kaum muda lebih dapat terbantu untuk semakin aktif menerima
Sakramen Tobat maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Para pembina dan pendamping komuni pertama dan krisma hendaknya juga
memliki wawasan yang mendalam mengenai Sakramen Tobat, sehingga dapat
menyampaikan materi dengan menarik sehingga membuat para calon komuni
pertama dan Krisma tertarik untuk mendengarkan dan siap menerima
Sakramen Tobat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
2. Para pembina dan pendamping perlu mengadakan mistagogi untuk penerima
komuni pertama dan krisma sehingga para penerima juga tidak meninggalkan
kembali Sakramen Tobat, alangkah baiknya para pendamping juga membantu
para penerima untuk memahami dan menghayati penerimaan Sakramen Tobat
dalam hidup sehari-hari.
3. Bagi Paroki perlu memperhatikan keprihatinan Gereja terhadap orang muda
Katolik dalam kemalasan mereka dalam menerima Sakramen Tobat antara lain
dengan mengadakan seminar, ret-ret, atau rekoleksi khusus bagi orang muda
Katolik yang bertujuan meningkatkan penghayatan Sakramen Tobat orang
muda Katolik.
4. Romo Paroki, petugas pastoral Gereja juga perlu lebih mensosialisasikan
jadwal penerimaan Tobat di kalangan umat terlebih orang muda Katolik,
karena pada kenyataan banyak orang muda yang tidak mengetahui jadwal
penerimaan Sakramen Tobat kecuali pada saat Natal dan Paskah.
5. Perlunya diberikan waktu khusus untuk orang muda Katolik untuk menerima
Sakramen Tobat dan juga perlunya pemberitahuan kepada kaum muda tentang
adanya jadwal penerimaan Sakramen Tobat bagi orang muda, karena jika
jadwal sudah diberikan namun tidak ada sosialisasi jadwal maka tidak banyak
pula orang muda yang akan datang begitu juga sebaliknya ketika orang muda
meminta Sakramen Tobat pada setiap saat maka Imam juga harus siap sedia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Semoga saran ini dapat bermanfaat bagi Gereja dalam usaha meningkatkan
orang muda untuk menerima Sakramen Tobat, karena jika orang muda tidak
pernah menerima Sakramen Tobat, maka hidupnya menjadi tidak terarah dan
sebaliknya jika orang muda menerima Sakramen Tobat maka hidupnya akan
terarah, karena orang muda yang menerima Sakramen Tobat ia akan mawas diri
dan melakukan pemeriksaan batin apakah dirinya melanggar perintah Allah, dan
akan kembali kepada Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Susanto, al (1990). Membangun Sikap Tobat: Pegangan anak. Ygyakarta:
Kanisius
Dihe, Laurensius, S. ( 2013) Sakramen Tobat di Tengah Globalisasi. Yogyakarta:
Kanisius.
Heryatno Wono Wulung, FX., SJ. (1997). “Shared Chirstian Praxis: Suatu Model
Berkatekese (Seri no356). (saduran bebas dari Thomas H. Groome, Sharing
Faith: A Comprehensive Approach to Religious and Patoral Ministry, New
York: Harper Collins, 1990, hal 133-197)”. Yogyakrta: LPKP.
Jacobs, Tom. SJ. (ed.) (1987) Rahamat bagi manusia lemah. Yogyakarta:
Kanisius.
Kleden, Ignas (1972). Tobat dan Sakramen Tobat Dalam Gereja Sekarang. Flores:
Nusa Indah
KOMKAT KAS. (2012). Katekese Inisiasi: Gagasan Dasar dan Silabus.
Yogyakarta: Kanisius
Mangunhardjana, A. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius.
(1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta:
Kanisisus
Martasudjita, E. Pr. (2003). Sakramen-Sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius
Moleong (1991). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
(2007). Dasar Penelitian Kualitatif. Perbedaan Antara Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif, (seri pastoral no 393). Yogyakarta : Pusat
Pastoral.
Rukiyanto, BA, SJ. (2012). “Katekese di Tengah Arus Globalisasi” Pewartaan di
Zaman Global. Editor B.A Rukiyanto S,J Yogyakarta: Kanisius
SERI PUSKAT. (1976). Dosa dan Pengampunan. Yogyakarta: PUSKAT
Sujoko, Albertus, (2008). Praktek Sakramen Pertobatan. Yogyakarta: Kanisius
Sumarno Ds, SJ. (2014). “Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki” Diktat mata kuliah PPL PAK Paroki bagi Semester VI,
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agtama Katolik
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Tangdilintin, Philip. (1984). Pembinaan Generasi Muda Visi dan Latihan.
Jakarta: OBOR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Kuisoner
KUISONER TERBUKA
Penghayatan Sakramen Tobat Orang Muda Katolik di Paroki
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran
A. DATA RESPONDEN
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
B. PERTANYAAN
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan Sakramen Tobat?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
................................................................................................................
2. Apakah anda tahu kapan saja diadakan penerimaan Sakramen Tobat di Paroki
Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Seberapa sering anda melaksanakan Sakramen Tobat?
Sekali dalam .... minggu
Sekali dalam .... bulan
Sekali dalam .... tahun
Alasannya:...........................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Apa yang menjadi faktor pendukung penerimaan Sakramen Tobat?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
..........................................................................................................................
5. Apa yang menjadi faktor penghambat penerimaan Sakramen Tobat?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
........................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
6. Apakah anda pernah mengikuti seminar, rekoleksi, retret di Paroki Hati
Kudus Tuhan Yesus Ganjuran?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
7. Apa harapan anda setelah mengikuti pendalaman iman?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
....................................................................................................................
8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menerima Sakramen Tobat?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
...................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 3 : Contoh Kuisoner Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
Lampiran 4 : Hasil Wawancara
Nama : Aprilia Irwanti
Usia : 25th
Tanggal : 11-07-2019
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan Sakramen Tobat?
Menurut saya Sakramen Tobat itu tanda yang diberikan Tuhan setelah kita
mengakui dosa-dosa kita supaya kita memperbaiki diri kita, begitu sih
menurutku.
2. Apakah anda mengetahui kapan diadakan penerimaan Sakramen Tobat di
Paroki HKTY Ganjuran?
Kalau penerimaan Sakramen Tobat sih biasanya sebelum natal dan paskah
biasanya sih seminggu sebelum itu, dan selalu ada pengumuman di Gereja
kok.
3. Frekuensi seberapa sering anda menerima Sakramen Tobat?
Emmm kalau saya biasanya dua kali dalam setahun kadang sadar sih kalau
harus menerima Sakramen Tobat tidak hanya itu, tapi saya melkasaqnakan
hanya itu saja hehehe.
4. Apa yang menjadi faktor pendukung anda melaksanakan Sakramen Tobat?
Faktor prndukungnya sih dari dalam diri sih, karena itu adalah kesadaran
kita menyadari kesalahan-kesalahan yang sudah saya dilakukan.
5. Apa yang menjadi faktor penghambat anda melaksanakan Sakramen
Tobat?
Faktor penghambatnya adalah ketika saya tidak siap mengungkapkan
kesalahan-kesalahan dan tidak siap berdamai dengan diri sendiri karena
ego lebih tinggi sehingga kesadaran untuk menerima Sakramen Tobat
sangat sulit.
6. Apakah anda pernah mengikuti seminar, rekoleksi atau retret yang
berhubungan dengan tema Sakramen Tobat di Paroki HKTY Ganjuran?
Emmm kalau mengikuti saya seminar, rekoleksi atau retret keknya belum
pernah tapi saya pernah mempelajari sakramen-sakramen di agama katolik
khususnya tentang sakramen toabt karena saya dibabtis dewasa jadi ada
pelajaran khusunya
7. Apa harapannya setelah menrima Sakramen Tobat?
Harapannya saya bisa memegang komitmen untuk tidak megulangi
kesalahan yang sama, bisa menjadi lebih baik dan yang paling penting bisa
berdamai dengan diri sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
Nama : Asaria
Usia : 22th
Tanggal :11-07-2019
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan Sakramen Tobat?
Sakramen pengampunan yang biasanya orang katolik lakukan minimal
satu kali satu tahun berfungsi untuk mengampuni dosa-dosa yang kita
lakukan melalui perantara romo.
2. Apakah anda mengetahui kapan diadakan penerimaan Sakramen Tobat di
Paroki HKTY Ganjuran?
Biasanya masa prapasakah dan masa sebelum natal.
3. Frekuensi seberapa sering anda menerima Sakramen Tobat?
Biasanya saya menerima sakramen toabt satu tahun seklai kalo gak pas
natal ya paskah alasannya ya karena banyak dosa banyak salah yang saya
lakukan sehingga untuk mengurangi beban.
4. Apa yang menjadi faktor pendukung anda melaksanakan Sakramen Tobat?
Saran tempat mpengakuan yang dekat dan terfasilitasi
5. Apa yang menjadi faktor penghambat anda melaksanakan Sakramen
Tobat?
Niatnya kurang greget dan berbenturan dengan kegiatan lain kadang di
greja ganjuran hanya satu kali sehingga berbenturan jadwalnya.
6. Apakah anda pernah mengikuti seminar, rekoleksi atau retret yang
berhubungan dengan tema Sakramen Tobat di Paroki HKTY Ganjuran?
Kalau ikut retret sering tapi kalo tema itu belum pernah di greja sendiri
bewlum pernah dengar
7. Apa harapannya setelah menrima Sakramen Tobat?
Lebih sadar dan penghayatann iman saya lebih mendalam dan terbararui
untuk menjadi orang yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
Nama : Priska
Usia : 21th
Tanggal :11-07-2019
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan Sakramen Tobat?
Menurut saya pribadi Sakramen Tobat adalah pengampunan yang
diberikan oleh belas kasih Allah atas kesediaan seseorang untuk mengakui
dosanya dihadapan Imam dan keinginan merubah diri untuk menjadi lebih
baik.
2. Apakah anda mengetahui kapan diadakan penerimaan Sakramen Tobat di
Paroki HKTY Ganjuran?
Ini sih seminggu sekali hari jumat setalah misa adorasi sama hari besar
pada saat natal dan paskah biasanya diumumin di Gereja.
3. Frekuensi seberapa sering anda menerima Sakramen Tobat?
Ee kalau saya kalau mau hari besar saja karena keterbatsan waktu karena
kalo yang hari jumat itu baru di Kampus.
4. Apa yang menjadi faktor pendukung anda melaksanakan Sakramen Tobat?
Kalu menurut saya faktor pendukung dari niatnya kalo bersedia mengaku
dosa yang terus mengaku dosa sehingga tidak mengulangi dosa lagi.
5. Apa yang menjadi faktor penghambat anda melaksanakan Sakramen
Tobat?
Penghambatnya sih kemalasan untuk mengikuti sakramen tobat dan jadwal
bertabrakan.
6. Apakah anda pernah mengikuti seminar, rekoleksi atau retret yang
berhubungan dengan tema Sakramen Tobat di Paroki HKTY Ganjuran?
Dulu saya pernah ikut seminar tentang pendalaman Kitab uci dan Ajaran
Sosial Gereja kalau tentang sakramen tobat belum pernah ada dan belum
pernah mengikuti.
7. Apa harapannya setelah menrima Sakramen Tobat?
Setelah menerima pengamuanan dosa saya merasa lega atas beban-benan
yang saya alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
Nama : Bagas
Usia : 23th
Tanggal :11-07-2019
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan Sakramen Tobat?
Sakramen Pengkudusan dosa dimana dosa kita diampuni oleh Roh Kudus
dan kita kembali suci lagi.
2. Apakah anda mengetahui kapan diadakan penerimaan Sakramen Tobat di
Paroki HKTY Ganjuran?
Untuk penerimaan Sakramen Toabt bisa pada saat sebelum natal dan
paskah dan juga pada saat sebelum komuni pertama. krisma dan setiap hari
jika ada Romo yang melayani.
3. Frekuensi seberapa sering anda menerima Sakramen Tobat?
Kalu saya sendiri setahun sekali sebelum paskah
4. Apa yang menjadi faktor pendukung anda melaksanakan Sakramen Tobat?
Untuk faktor penghambat saya sering tidak tahu jadwal penerimaan
sakramen tobat.
5. Apa yang menjadi faktor penghambat anda melaksanakan Sakramen
Tobat?
Faktor pendukungnya adalah orang tua karena sering diingatkan oleh
orang tua.
6. Apakah anda pernah mengikuti seminar, rekoleksi atau retret yang
berhubungan dengan tema Sakramen Tobat di Paroki HKTY Ganjuran?
Belum pernah mas.
7. Apa harapannya setelah menrima Sakramen Tobat?
Harapannya semakin suci setelah menerima Sakramen Tobat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
Nama : Anggi
Usia : 23th
Tanggal :11-07-2019
1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan Sakramen Tobat?
Sakramen Tobat adalah salah satu Sakramem yang dianjurakan atau
diharuskan dalam lima perintah Gereja..
2. Apakah anda mengetahui kapan diadakan penerimaan Sakramen Tobat di
Paroki HKTY Ganjuran?
Jadwal Sakramen Tobat biasanya menjelang paskah dan natal
3. Frekuensi seberapa sering anda menerima Sakramen Tobat?
Saya melaksanakan Sakramen Tobat biasanya satu atau dua kali dalam
setahun, karena saya merasa bahwa harus mengaku dosa.
4. Apa yang menjadi faktor pendukung anda melaksanakan Sakramen Tobat?
Faktor pendukungnya adalah keluarga karena biasanya saya sama simbah
jadi jika simabh saja mengaku dosa kok saya tidak.
5. Apa yang menjadi faktor penghambat anda melaksanakan Sakramen
Tobat?
Jadwal yang biasanya bertabrakan dengan pekerjaan saya.
6. Apakah anda pernah mengikuti seminar, rekoleksi atau retret yang
berhubungan dengan tema Sakramen Tobat di Paroki HKTY Ganjuran?
Kalau retret pernah beberapa kali ikut, tapi retret dengan tema khusus
sakramen tobat belum pernah di Ganjurean sendiri saya belum pernah
mendengar.
7. Apa harapannya setelah menrima Sakramen Tobat?
Setelah menerima Sakramen Tobat saya merasa plong dan harapannya
tidak mengulangi dosa yang sama lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Lampiran 5 : SCP
KASIH-NYA SEPERTI SUNGAI
Kasih-Nya seperti sungai, kasih-Nya seperti sungai
kasih-Nya seperti sungai di hatiku
Mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang
kasih-Nya seperti sungai di hatiku.
Berkat-Nya seperti sungai, berkat-Nya seperti sungai
berkat-Nya seperti sungai di hatiku
mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang
berkat-Nya seperti sungai di hatiku.
SMUA BAIK
Dari semula
Tlah Kau tetapkan
Hidupku dalam tangan-Mu
Dalam rencanaMu Tuhan
Rencana indah, tlah Kau siapkan
Bagi masa depanku, yang penuh harapan
Smua baik, smua baik
Apa yang tlah Kau perbuat
Didalam hidupku
Smua baik, smua baik
Kau jadikan hidupku berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
Ikatkan sehelai pita kuning bagiku
Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang
seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika.
Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak
pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik.
Dia sering pulang malam- malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan
isterinya.
Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New
York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke
kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia
memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex,
gambling, drug. Dia menikmati semuanya. Bulan berlalu. Tahun berlalu.
Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam
perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu
uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi
menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun
penjara.
Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia
merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk
menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia.
Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya. Dia berharap dia masih
boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah
terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, “Sayang,
engkau tidak perlu menunggu aku. Namun jika engkau masih ada perasaan
padaku, maukah kau nyatakan?
Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning
bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku
lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku
berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur
hidupku.”
Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima
surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya
atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik
bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia
sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada
sopir bus itu, “Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan…kita mesti lihat
apa yang akan terjadi…”
Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia
tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras. Akhirnya
dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya… Dia tidak melihat sehelai
pita kuning… Tidak ada sehelai pita kuning…. Tidak ada sehelai…… Melainkan
ada seratus helai pita-pita kuning….bergantungan di pohon beringin
itu…Ooh…seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning…!!!!!!!!!!!!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI