deskripsi dan prinsip akuntansi
TRANSCRIPT
PIUTANG DAGANG
DESKRIPSI DAN PRINSIP
AKUNTANSITUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF PROSEDUR PENGUJIAN SUBTANTIF
Deskrisi Piutang Dagang :
Piutang merupakan klaim terhadap pihak
lain atas uang, barang, atau jasa yang
dapat diterima dalam jangka waktu satu
tahun, atau dalam satu siklus kegiatan
perusahaan
Piutang pada umumnya di sajikan
dineraca dalam dua kelompok, yaitu
Piutang Dagang dan Piutang non Usaha.
Transaksi yang mempengaruhi Piutang
Dagang adalah Penjualan Kredit, Retur
penjualan, Penerimaan Kas dan
Penghapusan piutang.
Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Tujuan Pengujian Subtantif terhadap
Piutang Dagang adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang
berhubungan dengan Piutang Dagang.
Untuk itu, auditor melakukan
rekonsiliasi antara saldo piutang yang
tercantum dalam neraca dengan akun
Piutang dalam Buku Besar dan
selanjutnya ke jurnal pembelian, jurnal
penerimaan kas dan jurnal umum.
2. Membuktikan keberadaan atau
keterjadian Piutang Dagang yang
tercantum dalam neraca. Untuk itu,
auditor melakukan pengujian subtantif
berikut ini:
a. Pengujian Analitik
b. Memeriksa bukti pendukung
Prosedur Pengujian Subtantif terhadap Piutang Dagang:
1. Prosedur Audit Awal terhadap Piutang Dagang
a. Mengusut saldo Piutang Dagang (dan Cadangan
Kerugian Piutang) yang tercantum dalam neraca, ke
saldo akun Piutang Dagang dalam Buku Besar.
b. Menghitung kembali saldo akun Piutang Dagang
dalam Buku Besar.
i. Saldo Awal.
ii. Ditambah jumlah pendebitan.
iii. Dikurangi jumlah pengkreditan.
c. Mereview terhadap mutasi luar biasa pada akun
Piutang Dagang dan akun cadangan kerugian piutang.
d. Mengusut saldo awal akun Piutang Dagang dan
cadangan kerugian piutang (di buku besar) ke kertas
kerja tahun lalu.
e. Mengusut posting pendebitan dan pengkreditan akun
Piutang Dagang ke jurnal yang bersangkutan.
f. Merekonsiliasi akun Piutang Dagang (di buku besar)
Dalam Penyajian Piutang Dagang di
Neraca :
1. Piutang Dagang disajikan dalam
neraca sebesar jumlah yang
diperkirakan dapat ditagih (pada
tanggal neraca). Piutang Dagang
disajikan dalam jumlah bruto
dikurangi dengan taksiran/cadangan
kerugian piutang tidak tertagih.
2. Jika tidak dibentuk cadangan
kerugian piutang tidak tertagih, maka
Piutang Dagang disajikan sebesar
jumlah neto dan harus dicantumkan
pengungkapan di neraca.
3. Jika Piutang Dagang bersaldo
material, disajikan rinciannya di
neraca.
4. Piutang Dagang yang bersaldo kredit
(terdapat dalam kartu piutang) pada
tanggal neraca, disajikan dalam
kelompok utang lancar.
transaksi yang terkait dengan
Piutang Dagang
c. Memeriksa pisah batas (cut-off)
transaksi yang terkait dengan
Piutang Dagang.
d. Konfirmasi Piutang Dagang.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi
Piutang Dagang yang dicatat dalam
catatan akuntansi dan kelengkapan
saldo Piutang Dagang yang tersaji
dalam neraca.
4. Membuktikan hak kepemilikan klien
atas Piutang Dagang yang tercantum
dalam neraca. Untuk itu, auditor
melakukan pengujian subtantif berikut
ini:
a. Memeriksa bukti pendukung
transaksi yang terkait dengan
Piutang Dagang
b. Konfirmasi Piutang Dagang.
5. Membuktikan kewajaran penilaian
Piutang Dagang yang tercantum dalam
ke buku pembantu Piutang Dagang.
2. Prosedur Analitik atas Piutang Dagang
Tujuannya untuk membantu Auditor dalam memahami
bisnis klien dan dalam menentukan bidang yang
memerlukan audit yang lebih intensif, untuk itu auditor
melakukan perhitungan berbagai ratio sbb:
a. Tingkat perputaran Piutang Dagang (Penjualan
Bersih / rata-rata piutang)
b. Ratio Piutang Dagang Dengan Aktiva Lancar (Saldo
Piutang Dagang/ Aktiva Lancar)
c. Rate of return on sales (Laba Bersih / laba Penjualan
Bersih)
d. Ratio Kerugian Piutang Dagang dengan penjualan
bersih (Kerugian Piutang Dagang/penjualan).
e. Ratio Kerugian Piutang Dagang dengan Piutang
Dagang yang Sesungguhnya Tidak Tertagih (Kerugian
Piutang Dagang/ Piutang Dagang
yang Sesungguhnya Tidak tertagih)
Rasio-rasio ini juga membantu auditor dalam
mengungkapkan :
a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa.
5. Piutang non-usaha yang jumlahnya
material, disajikan terpisah dari
Piutang Dagang.
neraca.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan
pengungkapan Piutang Dagang dalam
neraca.
b. Perubahan akuntansi.
c. Perubahan usaha.
d. Fluktuasi acak.
e. Salah saji.
3. Pengujian terhadap Transaksi Rinci
a. Memeriksa sampel transaksi pada akun Piutang
Dagang ke dokumen yang mendukung timbulnya
transaksi.
b. Memeriksa pendebitan akun piutang ke dokumen
pendukung : Faktur Penjualan, laporan pengiriman
barang, dan order penjualan.
c. Memeriksa pengkreditan akun piutang ke dokumen
pendukung : Bukti kas masuk, memo kedit untuk retur
penjualan atau penghapusan piutang
d. Melakukan verfikasi pisah-batas (cut-off) transaksi
penjualan dan retur penjualan.
e. Melakukan verifikasi pisah-batas (cut-off) transaksi
penerimaan kas.
4. Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
Tujuan pengujian saldo akun Piutang Dagang rinci
adalah untuk memverifikasi Keberadaan, Kelengkapan,
Hak Kepemilikan dan Penilaian atas Piutang Dagang. Hal
ini dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat
konfirmasi kepada debitur. Konfirmasi ini merupakan
prosedur yang wajib dilaksanakan kaena dokumen
sumber dan dokumen pendukung yang dipakai sebagai
dasar pecatatan merupakan dokumen yang dibuat oleh
klien. Sehingga memungkinkan terjadinya pencatatan
penjualan fiktif.
5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan.
a. Membandingkan penyajian atas Piutang Dagang
dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
b. Memeriksa klasifikasi atas Piutang Dagang.
c. Pengungkapan tentang Piutang Dagang, yaitu
mengungkapkan transaksi dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa, piutang yang
digadaikan, dan anjak piutang.
UTANG DAGANG
DESKRIPSI DAN PRINSIP
AKUNTANSITUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF PROSEDUR PENGUJIAN SUBTANTIF
Deskrisi Utang Dagang :
Utang Dagang termasuk sebagai unsur
Utang Lancar. Utang Lancar meliputi
semua kewajiban yang akan dilunasi
dalam periode jangka pendek (satu tahun
atau kurang dari tanggal neraca atau
dalam siklus kegiatan normal
perusahaan) dengan cara mengurangi
aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva
lancar atau dengan cara menimbulkan
utang lancar yang lain. Utang lancar
dikelompokan sebagai berikut :
1. Utang Dagang yang timbul dari
transaksi pembelian bahan baku dan
bahan penolong, suku cadang, dan
bahan habis pakai pabrik.
2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya
waktu (accrued payable)
Tujuan Pengujian Substantif terhadap Utang
Dagang:
1. Memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan Utang Dagang.
Untuk itu auditor melakukan
rekonsiliasi antara saldo Utang Dagang
yang tercantum dalam neraca dengan
akun Utang Dagang dalam buku besar
dan selanjutnya keregister bukti kas
keluar dan register.
2. Membuktikan keberadaan Utang
Dagang dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan Utang Dagang yang
dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi
yang dicatat dalam catatan akuntansi
dan kelengkapan saldo Utang Dagang
Prosedur Pengujian Subtantif terhadap Utang Dagang:
1. Prosedur Audit Awal
a. Mengusut saldo Utang Dagang yang tercantum di
dalam neraca ke saldo akun Utang Dagang yang
bersangkutan didalam buku besar
b. Menghitung kembali saldo akun Utang Dagang di
dalam buku besar
c. Melakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam
jumlah dan sumber posting dalam akun utang dagang
d. Mengusut saldo awal akun Utang Dagang ke kertas
kerja tahun yang lalu
e. Mengusut posting pendebitan akun Utang Dagang ke
dalam jurnal yang bersangkutan.
f. Melakukan rekonsiliasi akun control Utang Dagang
dalam buku besar ke buku pembantu Utang Dagang
2. Prosedur Analitik
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk
mengembangkan ekspektasi atas saldo akun hutang dan
hubungan antara hutang usaha dengan akun-akun kunci
4. Utang yang timbul kepada pihak
ketiga karena perusahaan ditunjuk
sebagai pemungut pajak atau iuran
yang lain, seperti utang PPN, utang
PPh karyawan, utang dana pensiun,
utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan
usaha perusahaan meskipun :
a. Jumlah utang tersebut ditaksir
seperti utang bonus.
b. Krediturnya tidak diketahui
contohnya utang biaya reparasi
untuk produk perusahaan yang
dijual dengan garansi.
c. Utang yang jumlahnya diukur dari
transaksi sekarang, misalnya utang
sewa dan pendapatan yang diterima
di muka.
6. Utang lain yang diperkirakan akan
dilunasi dalam jangka waktu pendek
seperti utang bank, utang deviden,
utang jangka panjang yang segera
yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang
dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan
pengungkapan Utang Dagang di neraca
lainnya seperti pembelian atau persediaan. Prosedur
analitis akan dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk
memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam
pengujian rincian telah konsisten dengan gambaran
menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Untuk itu auditor melakukan perhitungan berbagai rasio
berikut ini :
a. Tingkat perputaran utang dagang ( pembelian /
rerata utang dagang ).
b. Rasio Utang dagang dengan utang lancar ( Saldo
utang dagang / utang lancar )
3. Pengujian Terhadap Transaksi Rinci
a. Memeriksa pengkreditan akun utang usaha
kedokumen pendukung : Bukti kas keluar,
laporan penerimaan barang, surat order
pembelian.
b. Memeriksa pendebitan akun utang usaha ke
dokumen pendukung : Bukti kas masuk,
Memo debit untuk retur pembelian.
c. Melakukan Verifikasi Pisah Batas ( Cut Off )
transaksi pembelian.
d. Melakukan Verifikasi Pisah Batas ( Cot Off )
jatuh tempo.
Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Dalam Penyajian Utang Dagang di
Neraca :
1. Jika jumlah utang lancar material
maka setiap jenisnya harus disajikan
secara terpisah.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi,
pemegang saham, dan karyawan
perusahaan dipisahkan dari utang
kepada pihak ketiga yang
independen.
3. Aktiva yang dijaminkan dalam
penarikan utang lancar diungkapkan
dalam laporan keuangan.
4. Aktiva dan Utang tidak boleh
digabungkan penyajiannya (dalam
jumlah netto).
5. Utang bersyarat harus dijelaskan
dalam neraca.
transaksi pengeluaran kas.
e. Melakuakan pencarian hutang yang belum
dicatat
4. Pengujian Terhadap Saldo Akun rinci
a. Melakukan konfirmasi utang.
i. Lakukan identifikasi penjualan besar
dengan mereview register bukti kas
keluar atau buku pembantu utang, arsip
induk utang dan kirimkan konfirmasi
kepada kreditur yang akun utang klien
kepadanya memiliki karakteristik
berikut ini : (1) bersaldo besar, (2)
terdapat kegiatan pembelian yang luar
biasa, (3) bersaldo kecil atau nol, dan
(4) bersaldo debit
ii. Lakukan penyelidikan dan sesuaikan
jika terjadi perbedaan
iii. Periksa dokumen yang mendukung
pembayaran utang usaha setelah
tanggal neraca
b. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak di
konfirmasi ke pernyataan piutang bulanan
yang diterima oleh klien dari kreditur
5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan.
a. Bandingkan penyajian utang usaha dengan
prinsip akuntansi berterima umum
i. Periksa klasifikasi utang usaha di
neraca
ii. Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan utang usaha
iii. Periksa pengungkapan yang
bersangkutan dengan utang usaha non
usaha
iv. Bandingkan akun biaya dengan akun
biaya yang sama tahun lalu atau biaya
yang dianggarkan untuk mendapatkan
indikasi kemungkinan adanya under
statement utang lancer
KAS
DESKRIPSI DAN PRINSIP
AKUNTANSITUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF PROSEDUR PENGUJIAN SUBTANTIF
Deskripsi Kas :
Kas terdiri dari uang tunai (uang logam
dan uang kertas), Pos wesel, certified
check, cashiers’ check, cek pribadi, dan
bank draft, serta dana yang disimpan di
Bank yang pengambilannya tidak dibatasi
oleh bank atau perjanjian yang lain. Kas
yang dicantumkan di neraca terdiri dari
dua unsure berikut :
1. Kas di tangan perusahaan, yang terdiri
dari :
a. Penerimaan kas yang belum disetor ke
bank yang berupa uang tunai, pos wesel,
certified check, cashiers check, cek
pribadi, dan bank draft.
b. Saldo dana kas kecil, yang berupa uang
tunai yang ada di tangan pemegang dana
kas kecil. Kas di bank, yang berupa
simpanan di bank yang berbentuk
rekening giro.
Tujuan Pengujian Substantif terhadap Saldo
Kas :
1. Memperoleh keyakinan terhadap
keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan kas.
2. Membuktikan keberadaan kas dan
keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan kas yang dicantumkan di
neraca.
3. Membuktikan hak kepemilikan klien
atas kas yang dicantumkan di neraca.
4. Membuktikan kewajaran penilaian
kas yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian
dan pengungkapan kas di neraca.
Prosedur Pengujian Substantif terhadap Saldo Kas:
Prosedur Audit Awal
1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun yang
akan diuji lebih lanjut
- Usut saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo
akun kas yang bersangkutan didalam buku besar.
- Hitung kembali saldo akun kas di dalam buku
besar
- Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam
jumlah dan sumber posting dalam akun kas
- Usut posting pendebitan akun kas ke dalam jurnal
yang bersangkutan
Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik
- Menghitung Ratio kas dengan aktiva lancar
- Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan
harapan yang didasarkan pada data masa lalu,
data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data
lain
- Bandingkan saldo kas dengan jumlah yang
Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Dalam Penyajian Kas di Neraca:
1. Kas yang dicantumkan di neraca
adalah saldo kas yang ada di tangan
perusahaan pada tanggal tersebut dan
saldo rekening giro di bank, yang
pengambilannya tidak dibatasi oleh
bank atau perjanjian yang lain.
2. Kas dalam bentuk valuta asing harus
dicantumkan di neracsebesar nilai
kurs yang berlaku pada tanggal
neraca.
3. Unsur-unsur berikut ini harus di
sajikan secara terpisah dari unsur kas
di neraca jika jumlahnya material :
a. Tabungan di bank
b. Dana untuk perluasan pabrik, dan
pelunasan utang, atau dana lain yang
tidak digunakan untuk keperluan
modal kerja.
dianggarkan atau saldo kas akhir tahun yang lalu
Pengujian terhadap transaksi Rinci
3. Lakukan pengujian pisah batas transaksi kas
- Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cut off
bank statement dengan saldo kas menurut catatan
klien
- Usut setoran dalam perjalanan (deposit in trnsit)
pada tanggal neraca ke dalam cut off bank
statement
- Periksa tanggal yang tercantum didalam cek yang
beredar pada tanggal neraca
- Periksa adanya cek kosong yang tercantum di
dalam cut off bank statement
- Periksa semua cek didalam cut off bark statement
mengenai kemungkinanan hilangnya cek yang
tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal
neraca.
4. Buatlah daftar transfer bank dalam periode sebelum
dan sesudah tanggal neraca untuk menemukan
kemungkinan terjadinya check kitting.
5. Buatlah dan lakukan analisis terhadap rekonsiliasi
c. Saldo bank minimum yang
disyaratkan oleh bank dalam suatu
perjanjian penarikan kredit.
d. Saldo di bank luar negeri yang tidak
digunakan dalam hubungannya
dengan kegiatan bisnis di luar negeri
dan tidak dapat segera di ubah ke
dalam mata uang rupiah karena
batasan-batasan.
e. Persekot biaya perjalanan atau
persekot lain kepada karyawan.
bank 4 kolom
6. Periksa adanya kemungkinan penggelapan kas
dengan cara lapping penerimaan dan pengeluaran
kas
Pengujian terhadap akun Rinci
7. Hitung kas yang ada ditangan klien
8. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan Rekening
Koran bank yang bersangkutan
9. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank
10. Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca
kedalam rekening Koran bank
Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Kas
11. Bandingkan penyajian utang usaha dengan prinsip
akuntansi berterima umum
- Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai
batasan yang dikenakan terhadap pemakaian
rekening tertentu klien di bank
- Lakukan wawancara dengan manajemen
mengenai batasan penggunaan kas klien
INVESTASI (SURAT BERHARGA)
DESKRIPSI DAN PRINSIP
AKUNTANSITUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF PROSEDUR PENGUJIAN SUBTANTIF
Deskripsi Investasi dan Surat Berharga:
Investasi merupakan penanaman uang di
luar perusahaan, yang dapat berupa surat
berharga atau aktiva lain yang tidak
digunakan secara langsung dalam
kegiatan produktif perusahaan
perusahaan. Jenis dari Investasi ada dua,
yaitu Investasi Jangka Pendek dan
Investasi Jangka Panjang.
Surat berharga adalah surat pengakuan
utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatifnya, atau
kepentingan lain, atau suatu kewajiban
dari penerbit dalam bentuk yang lazim
diperdagangkan dalam pasar modal dan
pasar uang (Dunil Z: 2004).
Prinsip Akuntansi Berterima Umum
dalam penyajian Investasi (Surat
Berharga) Di Neraca:
Tujuan Pengujian Subtantif terhadap
Investasi (Surat Berharga):
1. Memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan investasi.
2. Membuktikan keberadaan investasi
dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan investasi (yang
dicantumkan di neraca ).
3. Membuktikan kelengkapan transaksi
investasi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo
investasi yang disajikan dalam
neraca
4. Membuktikan hak kepemilikan klien
atas investasi yang dicantumkan di
neraca
5. Membuktikan kewajaran penilaian
investasi yang dicantumkan di neraca
6. Membuktikan kewajaran penyajian
Prosedur Pengujian Subtantif Terhadap Investasi (Surat
Berharga):
Prosedur Audit Awal
1. Mengusut saldo investasi yang tercantum di neraca ,
ke saldo akun investasi di buku besar
2. Menghitung kembali saldo akun investasi di buku
besar
3. Mereview terhadap mutasi luar biasa pada akun
investasi.
4. Mengusut saldo awal akun investasi (di buku besar )
ke kertas kerja tahun yang lalu
5. Mengusut posting pengkreditan dan pendebitan akun
investasi ke dalam jurnal yang bersangkutan
6. Merekonsiliasi akun kontrol investasi dalam buku
besar.
Prosedur Analitik
7. Menghitung ratio berikut ini:
a. Ratio investasi sementara dengan aktiva lancar.
b. Ratio investasi jangka panjang dengan aktiva
1. Investasi harus disajikan secara
terpisah di neraca sesuai dengan
tujuan investasinya.
2. Investasi yang dijadikan jaminan
hutang , harus dilakukan
pengungkapan hutang.
3. Investasi dalam perusahaan
afiliasi & dalam non consolidated
subsidiary companies harus
disajikan secara terpisah dari
investasi yang lain, & harus
dilakukan pengungkapan.
4. Investasi harus disajikan secara
terpisah di neraca sesuai dengan
tujuan investasinya
5. Penghasilan yang timbul dari
pemilikan investasi termasuk
penghasilan di luar usaha “
6. Penghasilan bunga & penghasilan
dividen yang jumlahnya material,
keduanya harus disajikan secara
terpisah
dan pengungkapan investasi di
neraca.
lancar.
c. Rate of returns tiap-tiap golongan investasi.
8. Melakukan analisis hasil prosedur analitik dengan
harapan yang didasarkan pada data masa lalu, data
industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
9. Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi
pemerolehan dan penjualan investasi.
10. Menghitung kembali pendapatan bunga dan dividen
tahun yang diaudit.
11. Menghitung kembali laba dan rugi yang timbul dari
transaksi penjualan surat berharga.
12. Menghitung kembali laba dan rugi yang timbul dari
transaksi penjualan investasi.
13. Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi
pembelian dan penjualan surat berharga dalam periode
sekitar tanggal neraca.
14. Memeriksa dokumen yang mendukung pemerolehan
investasi yang dimiliki oleh klien pada tanggal neraca.
Pengujian terhadap Akun Rinci
15. Mempelajari notulen rapat pemegang saham dan
7. Laba/rugi penjualan investasi
jangka pendek ( capital gain ),
disajikan dalam penghasilan di
luar usaha (gain).
direksi.
16. Meminta daftar surat berharga dan melakukan
perhitungan dan inspeksi terhadap sertfikat surat
berharga tersebut.
17. Mengirimkan konfirmasi tentang surat berharga milik
klien yang berada di tangan pihak lain.
18. Melakukan rekonsiliasi antara surat berharga yang
dihitung dengan hasil konfirmasi dan jumlah yang
disajikan dalam neraca.
19. Melakukan inspeksi dan pemeriksaan terhadap polis
asuransi surat berharga.
20. Meminta informasi mengenai surat berharga yang
dijadikan jaminan penarikan utang.
21. Membandingkan metode penilaian investasi yang
digunakan klien dengan PABU di Indonesia.
22. Membandingkan nilai investasi dengan harga pasar
surat berharga.
Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
23. Memeriksa klasifikasi surat berharga sebagai investasi
sementara dan investasi jangka panjang.
24. Memeriksa investasi jangka panjang mengenai
kemungkinan sebagai alat pengendalian perusahaan
lain.
AKTIVA TETAP
DESKRIPSI DAN PRINSIP TUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF PROSEDUR PENGUJIAN SUBTANTIF
AKUNTANSI
Deskripsi Aktiva Tetap:
Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan
yang memiliki wujud, mempunyai
manfaat ekonomis lebih dari satu tahun,
dan diperoleh perusahaan untuk
melaksanakan kegiatan perusahaan,
bukan untuk dijual kembali. Karena
kekayaan ini mempunyai wujud,
seringkali aktiva tetap disebut dengan
aktiva tetap berwujud (tangible fixed
assets).
Prinsip Akuntansi Berterima Umum
dalam penyajian Aktiva Tetap di Neraca:
1. Dasar penilaian aktiva tetap harus
dicantumkan dalam neraca.
2. Aktiva tetap yang digadaikan
harus dijelaskan
3. Jumlah depresiasi akumulasian
dan biaya depresiasi untuk tahun
kini harus ditunjukkan di dalam
Tujuan Pengujian Subtantif terhadap Aktiva
Tetap:
1. memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan aktiva tetap
2. membuktikan keberadaan aktiva tetap
dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan aktiva tetap yang
dicantumkan di neraca
3. membuktikan hak kepemilikan klien
atas aktiva tetap yang dicantumkan di
neraca
4. membuktikan kewajaran penilaian
aktiva tetap yang dicantumkan di
neraca
5. membuktikan kewajaran penyajian dan
pengungkapan aktiva tetap di neraca.
Prosedur Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tetap:
1. Prosedur audit awal
a. Usut saldo aktiva tetap yang tecantum di dalam
neraca ke saldo akun aktiva tetap bersangkutan di
buku besar.
b. Terhitung kembali saldo aktiva tetap di buku besar
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam
jumlah dan sumber posting dalam aktiva tetap serta
hitung akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut.
d. Usut saldo akun aktiva tetap ke kertas kerja tahun
lalu
e. Usut posting pendebetan dan pengkreditan ke dalam
jurnal yang bersangkutan
f. Melakukan rekonsiliasi akun kontrol terhadap aktiva
tetap dalam buku besar ke buku pembantu aktiva
tetap
2. Prosedur analitik
a. Menghitung rasio:
a) Tingkat perputaran aktiva tetap
b) Laba bersih dengan aktiva tetap
c) Aktiva tetap ke modal saham
laporan keuangan.
4. Metode yang digunakan dalam
perhitungan depresiasi golongan
besar aktiva tetap yang harus
diungkapkan di dalam laporan
keuangan
5. Aktiva tetap harus dipecah ke
dalam golongan yang terpisah jika
jumlahnya material.
6. Aktiva tetap yang telah habis
didepresiasi namun masih
digunakan untuk beroperasi, jika
jumlahnya material, harus
dijelaskan.
d) Biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva
tetap
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan
harapan dari dasarkan pada data masa lalu baik data
anggaran maupun data realisasi
3. Prosedur pengujian terhadap transaksi rinci
a. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang
mendukung timbulnya transaksi tersebut
b. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang
mendukung timbulnya transaksi tersebut
c. Lakukan pemeriksaan pisah batas (cut off) transaksi
aktiva tetap
d. Lakukan review terhadap akun biasa maintanance
maupun biaya reparasi
4. Prosedur pengujian terhadap saldo akun rinci
a. Melakukan inspeksi atau peninjauan terjadap aktiva
tetap:
i. Terhadap tambahan aktiva tetap
ii. Melakukan penyelidikan dan sesuaikan jika
terjadinya perbedaan
iii. Memeriksa dokumen yang mendukung
pembayaran dan pembelian aktiva tetap setelah
tanggal neraca
b. Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan
kontrak yang mendukung penggunaan aktiva tetap
tersebut
c. Lakukan review terhadap penyusutan aktiva tetap
5. Prosedur verifikasi penyajian dan pengungkapan
a. Bandingkan penyajian aktiva tetap dengna prinsip
aktiva yang diterima umum
i. periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca
ii. Periksa pengungkapan yang bersangkutan
dengan aktiva tetap
PERSEDIAAN
DESKRIPSI DAN PRINSIP
AKUNTANSITUJUAN PENGUJIAN SUBTANTIF PROSEDUR PENGUJIAN SUBTANTIF
Deskripsi Persediaan:
Sediaan merupakan unsur aktiva yang
disimpan dengan tujuan untuk dijual
dalam kegiatan bisnis yang normal atau
barang-barang yang akan dikonsumsi
dalam pengolahan produk yang akan
dijual.
Sediaan umumnya mendapat perhatian
yang lebih besar dari auditor di dalam
auditnya karena berbagai alasan berikut
ini :
1. Umumnya sediaan merupakan
komponen aktiva lancar yang jumlahnya
cukup material dan merupakan obyek
manipulasi serta tempat terjadinya
kesalahan-kesalahan besar.
2. Penentuan besarnnya nilai sediaan
secara langsung mempengaruhi kos
barang yang dijual sehingga berpengaruh
pula terhadap perhitungan laba tahun
yang bersangkutan.
3. Verifikasi kuantitas, kondisi dan nilai
Tujuan Pengujian Subtantif terhadap
Persediaan:
1. 1. Memperoleh keyakinan tentang
keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan sediaan.
2. Membuktikan asersi keberadaan
sediaan yang dicantumkan di neraca
dan keterjadiaan transaksi yang
berkaitan dengan sediaan.
3. Membuktikan asersi kelengkapan
trabnsaksi yang berkaitan dengan
sediaan yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo
sediaan yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan asersi hak kepemilikan
klien atas sediaan yang dicantumkan di
neraca.
5. Membuktikan asersi penilaian
sediaan yang di cantumkan di neraca.
6. Membuktikan asersi penyajian dan
pengungkapan sediaan di neraca..
Prosedur Pengujian Subtantif Terhadap Persediaan:
1. Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah saldo sediaan yang
diacantumkan oleh klien di neracanya sesuai dengan
sediaan yang benar-benar ada pada tanggal neraca,
auditro melakukan rekonsiliasi antara informasi sediaan
yang dicantumkan dineraca dengan catatan akuntansi yang
mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar
auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi sediaan
yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan
akuntansio yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor
melakukan 5 prosedur audit berikut ini dalam melakukan
rekonsiliasi informasi sediaan di neraca dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan:
1. Usut saldo sediaan yang tercantum di neraca ke saldo
akun sediaan yang bersangkutan didalam buku besar.
2. Hiotung kembali saldo akun sediaandi buku besar.
3. Usut saldo akun sediaan ke kertas kerja tahun yang lalu.
4. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun sediaan
ke jurnal yang bersangkutan.
5. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu sediaan dengan
akun kontrol sediaan di buku besar.
sediaan merupakan tugas yang lebih
kompleks dan sulit dibanding dengan
verifikasi sebagaian besar unsur laporan
keuangan yang lain.
4. Seringkali sediaan disimpan di
berbagai tempat sehingga menyulitkan
pengawasan dan perhiotungan fisiknya.
5. Adanya berbagai macam sediaan
menimbulkan kesulitan bagi auditor
dalam melaksanakan auditnya.
Prinsip Akuntansi Berterima Umum
dalam penyajian Aktiva Tetap di Neraca:
1. 1. Laporan keuangan harus
menjelaskan bahwa sediaan
dinilai dengan lower of cost or
market dan harus menyebutkan
metodeyang digunakan dalam
menetukan kos sediaan.
2. Jika sediaan dinyatakan pada
kosnya, nilai pasarnya pada
tanggal neraca harus dicantumkan
Prosedur Analitik
Prosedur analitik ini merupakan pengecekan secara
menyeluruh mengenai kewajaran sediaan yang disajikan di
neraca. Dalam prosedur ini, auditor menghitung bernagai
ratio yang bersangkutan dengan sediaan, misalnya tingkat
perputaran berbagai kelompok sediaan, dan jika terdapat
fluktuasi ratio tertentu dari ratio tahun sebelumnya,
auditor berkewajiban mendapatkan penjelasan mengenai
penyebab terjadinya fluktuasi tersebut. Hubungan antara
tingkat perputaran sediaan, tingkat sediaan pada tanggal
neraca, dan volume penjualan semunay harus mendukung
pengujian –pengujian substantif yang telah dilakukan oleh
auditor.
Berbagai ratio tersebut jika dihitung oleh auditor dan
kemudian dibandingkan dengan angka harapan (ratio yang
sama dari data masa lalu, data industri, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain) akan dapat memberikan
indikasi bagi auditor ke fokus mana perhatian auditor perlu
diarahkan dalam pelaksanaan pengujian transaksi rinci dan
saldo akun rinci.
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
Keandalan saldo sediaan sangat ditentuka oleh keterjadian
dalam tanda kurung, jika sediaan
diturunkan nilainya pada harga
pasarnya, kosnya harus
dicantumkan dalam tanda kurung.
3. Akibat perubahan metode
penilain sediaan terhadap
perhitungan rugi laba tahun yang
diaudit harus dijelaskan dalam
laporan keuangan dan auditor
harus menyatakan perkecualian
mengenai konsistensi penerapan
prinsip akuntansi berterima umum
dalam laporan audit.
4. Penjelasan yang lengkap harus
dibuat dalam laporan keuangan
jika sediaan digadaikan sebagai
jaminan utang yang ditarik oleh
klien.
5. Jika jumlahnya material,
sediaan dalam perusahaan
manufaktur harsu dikelompokkan
menurut kelompok utama berikut
transaksi berikut ini yang di debit dan dikreditkan kedalam
akun piutang usaha :
1. Transaksi pembelian
2. Transaksi penjualan
3. Transaksi pemakain
Disamping itu, keandalan saldo akun sediaan ditentukan
pula oleh ketepatan pisah batas yang digunakan untuk
mencatat berbagai tarnsaksi tersebut di atas. Oleh karena
itu, auditor melakukan pengujian substantif terhadap
transasksi rinci yang mendebit dan mengkredit akun
sediaan dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk
mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.
Perikas Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun
Sediaan ke Dokumen yang Mendukung Timbulnya
Transaksi Tersebut.
1. Periksa pendebitan akun sediaan ke dokumen
pendukung : bukti kas keluar, faktur pembelian, laporan
penerimaan barang, dan surat order pembelian.
2. Periksa pengkreditan akun sediaan ke dokumen
pendukung : faktur penjualan, laporan pengiriman barang,
bukti pemakain barang gudang, memo debit untuk return
pembelian.
ini : sediaan produk jadi, sediaan
produk dalam proses, dan sediaan
bahan baku.
6. Perjanjian pembelian harus
dijelaskan dalam laporan
keuangan, jika jumlahnya
material atau bersifat laura biasa.
7. Cadnagn untuk menghadapi
kemungkinan turunnya harga
sediaan setelah tanggal neraca
harus dibentuk dengan penyisihan
sebagian laba.
Pengujian Pisah Batas Transaksi yang Berkaitan dengan
Sediaan
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan
apakah klien menggunakan pisah batas yang konsisten
dalam memperhitungkan tarnsaksi pembeliaan, penjualan,
dan pemakain sediaan yang termasuk dalam tahun yang
diaudit di banding dengantahun sebelumnya. Jika klien
tidak menggunakan tanggal pisah batas yang konsisten,
akibatnya adalah transaksi pembelian, penjualan, dan
pemakain sediaan yang seharusnya diakui sebagai
pendapatan atau biaya dalam tahun berikutnya, di cata
oleh klien sebagai pendapatan atau biaya dalam tahun
yang diaudit. Dipihak lain , transaksi pembelian, penjualan,
dan pemakaian dalam tahun yang diaudit dapat diakui oleh
klien sebagai pendfapatan atau biaya tahun berikutnya.
Dengan demikian, jika klien tidak konsisten dalam
menggunakan tanggal pisah batas, perhitngan laba rugi
tahun yang diauidt akan berpengaruh langsung. Oleh
karena itu, auditor melakukan pemeriksaan terhadap
transaski pembelian, penjualan, dan pemakaian sediaan
dalam beberapa minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca, untuk menentukan perlakuan yang tepat terhadap
pengakuan pendapatan dan biaya.
1. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian
dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca.
2. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya
sediaan (karena transaksi penjualan atau pemakaian
sendiri ) dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan
minggu pertama setelah tanggal neraca.
Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
Pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan :
1. Periksa instruksi tertulis mengenai perhitungan fisik
sediaan
2. Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan
yang dilakukan oleh klien
Kirmkan surat konfirmasi sediaan yang disimpan di gudang
pihak luar
1. Mintalah informasi mengenai barang – barang klien yang
dijual secara konsinyasi dan barang – barang titipan yang
ada di tangan klien.
2. Mintalah informasi mengenai sediaan yangh dijadikan
jaminan penarikan utang
3. Lakukanh pengujian terhadap penilain sediaan
4. Mintalah informasi mengenai metode penilaian sediaan
yang digunakan oleh klien
5. Periksa kesesuain kos per satuan sediaan dengan prinsip
akuntansi berterima umum
6. Periksa catatan pendukung yang bersangkutan dengan
data kos per satuan sediaan
7. Bandingkan dengan laba bruto tahun yang diaudit
dengan laba bruto tahun sebelumnya
8. Lakukan pengamatan terhadap unsur sediaan ayng rusak
9. Hitung tingkat perputaran sediaan dan bandingkan
dengan tingkat perputaran sediaan tahun sebelumnya
10. Lakukan pengamatan terhadapa sediaan yang lambat
pemakaiannya atau penjulannya.
11. Mintalah surat representasi sediaan dari klien
Pemeriksaan Penyajian dan Pengungkapan Sediaan di
Neraca
Atasa dasar prinsip akuntansi berterima umum , auditor
melakuakn verifikasi penyajian sediaan di neraca dengan
cara :
1. Periksa klasifikasi sediaan di neraca
2. Periksa penjelasan/ pengungkapan yang bersangkutan
dengan sediaan
3. Lakukan analytical review terhadap sediaan