dermatitis popok

14
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI……………….………………………………………………………………..1 PENDAHULUAN………….……………………………………………………………….2 DERMATITIS POPOK A. Definisi………….……..……………………………………………………….....3 B. Sinonim…………………..………………………………………………………..3 C. Etiologi………………………………………………………………………….....3 D. Epidemiologi……………...….…………………………………………………….3 E. Patogenesis………………….….………………………………………………….3 F. Gejala Klinis………….………………………………………………………........4 G. Diagnosis Banding ………….…………………………………………………….5 H. Diagnosis ……….….…..……………..……………………………………………5 I. Penatalaksanaan…….……………...………………………………………………..5 J. Prognosis…………..……………………………………………………………......6 LAPORAN KASUS………………………………………………………………………….7 DISKUSI………………………………………………………………………………………8 GAMBAR KASUS……………………………………………………………………………9 DAFTAR PUSTAKA…..………………………………….…………………………………10 Davidtuan Andartua Sihombing RSU Pirngadi Medan Page 1 2012

Upload: davidtuans

Post on 05-Aug-2015

343 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Popok

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI……………….………………………………………………………………..1

PENDAHULUAN………….……………………………………………………………….2

DERMATITIS POPOK

A. Definisi………….……..……………………………………………………….....3

B. Sinonim…………………..………………………………………………………..3

C. Etiologi………………………………………………………………………….....3

D. Epidemiologi……………...….…………………………………………………….3

E. Patogenesis………………….….………………………………………………….3

F. Gejala Klinis………….………………………………………………………........4

G. Diagnosis Banding ………….…………………………………………………….5

H. Diagnosis ……….….…..……………..……………………………………………5

I. Penatalaksanaan…….……………...………………………………………………..5

J. Prognosis…………..……………………………………………………………......6

LAPORAN KASUS………………………………………………………………………….7

DISKUSI………………………………………………………………………………………8

GAMBAR KASUS……………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA…..………………………………….…………………………………

10

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 12012

Page 2: Dermatitis Popok

DERMATITIS POPOK

PENDAHULUAN

Dermatitis popok, sama dengan dermatitis lainnya, yang menandakan dermatitis pada

daerah tertentu.(1) Dermatitis popok adalah semua erupsi yang terjadi di area yang tertutup

oleh popok dan dapat disebabkan akibat penggunaan popok.(2) Lepasnya ureum karena kerja

enzim bakteri di feses dapat menyebabkan dermatitis di glutea, paha atas, perut bagian

bawah, yang disebut dermatitis popok (nappy rash).(3)

Perjalanan penyakit melalui anamnesis dan gambaran klinis sangat penting untuk

menegakkan diagnosa.(2) Keluhan yang biasanya dikemukakan adalah bayi tak nyaman serta

rewel. Gambaran klinis berupa eritema yang ditemui di daerah sekitar kemaluan dan bokong.(2,4) Infeksi sekunder pada dermatitis popok dapat disebabkan oleh Candida albicans dan

Staphylococcus aureus, mikroorganisme ini tidak berperan langsung dalam infeksi primer,

akan tetapi beberapa peneliti masih mempercayai bahwa Candida albicans merupakan faktor

primer dalam terjadinya dermatitis popok (4)

Penatalaksanaan dermatitis popok meliputi pencegahan dan pengobatan. Pada

pencegahan meliputi penggantian popok, menjaga higine kulit area popok, menghindari

bahan-bahan tertentu (yang bisa menyebabkan iritasi ataupun alergi), pemakaian salep

pelindung.(4) Pengobatan pada dermatitis popok tergantung dari derajat keparahan dan agen

penyebabnya. Dermatitis popok derajat sedang hingga berat umumnya memerlukan

antifungal topikal. Kombinasi dengan menggunakan kortikosteroid topikal potensi ringan

juga perlu dipertimbangkan pada kondisi tertentu.(5)

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 22012

Page 3: Dermatitis Popok

DEFINISI

Dermatitis popok adalah iritasi kulit yang meliputi area popok yaitu lipat paha, perut

bawah, paha atas, pantat dan anogenital.(2,3,4,5)

SINONIM

Dermatitis popok iritan, eksim popok, napkin dermatitis, diaper dermatitis, diaper

rash, nappy rash.(4)

ETIOLOGI

Etiologi dermatitis popok bersifat multifaktorial. Faktor pencetus awal adalah kontak

jangka panjang dengan bahan tertentu dan meningkatnya kelembaban kulit akibat urin dan

feses. Keadaan ini dapat menyebabkan gesekan kulit, lebih mudah merusak barier kulit dan

meningkatnya reaktivitas untuk terjadinya iritasi kulit.(1) Faktor predisposisi lainnya yang

dapat menyebabkan terjadinya dermatitis popok adalah panas, peningkatan pH kulit, iritasi

kimiawi, superinfeksi dari Candida serta bakteri.(1,2,4,5,6)

EPIDEMIOLOGI

Kelainan ini sangat sering dijumpai pada bayi dan anak, namun kelainan ini dapat

juga dijumpai pada orang dewasa yang menggunakan popok.(1,5) Dermatitis popok juga dapat

terjadi pada orang tua dengan paralisis, inkontinensia urin dan pasien terbaring lama (stroke).(4)

Dermatitis popok secara konservatif banyak diobati oleh orangtuanya sehingga

prevalensinya diperkirakan 7-35% bayi yang pernah menderita dermatitis popok, paling

banyak menyerang usia 9-12 bulan, umumnya usia kurang dari 2 tahun.(4)

PATOFISIOLOGI

Popok bersifat oklusif sehingga menghambat penguapan dan kulit menjadi lembab,

memudahkan maserasi dan mempermudah proliferasi mikroorganisme serta lebih mudah

terjadi trauma gesekan. Kulit yang lembab mempunyai kerentanan yang lebih tinggi terhadap

gesekan, sehingga lebih mudah lecet apabila terkena gesekan karet popok atau celana plastik

pada permukaan kulit.(4,6) Saat kulit terlalu basah akan lebih mudah terjadi abrasi/infeksi, dan

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 32012

Page 4: Dermatitis Popok

stratum korneum menjadi lebih permeabel terhadap bahan tertentu.(2,4,6) Adanya kenaikan

suhu di area popok karena popok menghambat penguapan hilangnya panas. Peningkatan suhu

ini berakibat vasodilatasi dan memacu inflamasi.(4)

Gambar 1. Patofisiologi dermatitis popok.(4)

GEJALA KLINIS

Dermatitis popok memberikan gejala klinis berupa bercak kemerahan, lembab dan

kadang bersisik pada daerah bokong dan genitalia yang lebih menonjol. Kelainan ini dapat

tidak bergejala hingga terasa perih pada kelainan yang luas.(5)

Predileksi tempat terjadinya iritasi pada dermatitis popok dibagi menjadi 2 bentuk,

yaitu: bentuk convexities dermatitis (daerah W, yaitu area cembung bokong, perut bawah,

pubis) dan bentuk creases dermatitis (daerah Y, yaitu area cekungan lipatan inguinal, lipatan

gluteal, perineum, perianal).(4)

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 42012

Page 5: Dermatitis Popok

Jika telah terjadi superinfeksi oleh Candida (Candida Diaper Dermatitis), akan

menunjukan gejala bercak merah yang mengkilat, papul-papul, dan plak yang umumnya

terjadi pada lipatan kulit. Kadang dijumpai juga bercak keputihan pada mukosa mulut.(1,5)

DIAGNOSIS BANDING

1. Kandidiasis

2. Dermatitis seboroik

3. Eritrasma(1,2,6)

DIAGNOSIS

Perjalan penyakit melalui anamnesis dan gambaran klinis sangat penting untuk

menegakkan diagnosa.(2)

Pemeriksaan laboratorium penunjang seperti KOH 10%, diperlukan untuk

menentukan apakah ada superinfeksi dengan Candida albicans dan pemeriksaan gram

diperlukan untuk mengetahui superinfeksi dengan bakteri seperti Staphylococcus.(2)

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dermatitis popok meliputi pencegahan dan pengobatan. Pada

pencegahan meliputi penggantian popok, menjaga higine kulit area popok, menghindari

bahan-bahan iritatif, dan pemakaian salep pelindung.(4)

Edukasi orangtua sangatlah penting dalam penatalaksanaan dermatitis popok,

terutama tentang bagaimana higine penggunaan popok.(1) Mengganti popok setiap kali buang

air kecil / buang air besar, bersihkan dengan air hangat, bila perlu dengan sabun dan bilas

bersih lalu keringkan.(4)

Pengobatan pada dermatitis popok tergantung dari derajat keparahan dan agen

penyebabnya.(5)

Untuk dermatitis popok ringan maka dapat dilakukan:

1. Higine bayi, terutama kebersihan popok.

2. Olesi krim atau salep atau lotion khusus yang melindungi kulit yang sedang

meradang terhadap kontak dengan bahan tertentu dan mengurangi gesekan,

kandungan bahan zink oksida biasa digunakan dengan konsentrasi 10-15%.

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 52012

Page 6: Dermatitis Popok

3. Bila kulit basah, kompres dahulu selama ½ - 1 jam, 2 – 3 kali sehari sampai

kulit kering. Bahan kompres memakai larutan garam (satu sendok teh garam

dalam 0,5 L air atau menggunakan larutan garam fisiologi NaCl 0,9%), lalu

diangin-anginkan biar kering dan olesi lotion atau krim pelindung.(4)

Dermatitis popok derajat sedang hingga berat umumnya memerlukan antifungal

topikal. Kombinasi dengan menggunakan kortikosteroid topikal potensi ringan juga perlu

dipertimbangkan pada kondisi tertentu.(5)

Karena absorbsi perkutaneus yang tinggi pada daerah yang inguinal dan sekitarnya,

maka penggunaan steroid topikal (hidrokortison 1-2,5%) harus dibatasi dengan penggunaan

jangka pendek (3-7 hari).(1)

Bila terdapat infeksi Candida albicans maka diberi anti jamur seperti nistatin,

klotrimazol, mikonazol dan dapat ditambah steroid.(1,5)

PROGNOSIS

Prognosis pada dermatitis popok baik jika penyebabnya bisa teratasi dengan sempurna

dan teratur dalam pengobatan, bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak dapat

disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik. Keadaan ini sering terjadi

pada dermatitis kronis dan berkembang menjadi lebih parah.(1,2)

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 62012

Page 7: Dermatitis Popok

Laporan Kasus

Telah datang seorang pasien bayi perempuan bernama Anindya Humara, berumur 7

bulan, suku Jawa, agama Islam, dibawa orangtuanya berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSU Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 02 Oktober 2012, dengan keluhan

utama (alloanamnesis) berupa bercak kemerahan yang disertai rasa gatal di kedua lipatan

paha dan daerah kemaluan sejak ± 1 bulan yang lalu. Awalnya berupa bercak berwarna

merah di daerah kemaluan dan meluas ke bagian lipatan paha. Bercak kemerahan ini disertai

rasa gatal. Ibu os mengoleskan baby oil pada bercak kemerahan tersebut, namun bercak

kemerahan tersebut tidak juga hilang, sehingga ibu os memutuskan untuk membawa os

berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Pirngadi Medan. Sehari-

hari menggunakan popok.

Riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai. Riwayat penyakit terdahulu tidak

dijumpai. Riwayat pemakaian obat yaitu baby oil.

Pada pemeriksaan fisik, dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada

pemeriksaan dermatologis dijumpai ruam berupa makula eritem dan papul-papul eritem.

Lokalisasinya regio vulvovaginalis dan regio inguinal dextra et sinistra.

Berdasarkan alloanamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding pasien ini

adalah dermatitis popok, kandidiasis vulvovaginitis, eritrasma, dermatitis seboroik.

Sedangkan diagnosis sementara pada pasien ini adalah dermatitis popok.

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menjaga higine pasien (terutama

kelembaban daerah yang tertutup popok), menghindari pajanan bahan iritan secara terus

menerus serta menghindari garukan. Penatalaksanaan secara khusus pada pasien ini adalah

dengan pemberian obat topikal yaitu: Thecort (miconazol nitrat 2%, hydrocortisone 1%) di

oles 1 x sehari.

Prognosis pada pasien ini baik, apabila orang tua pasien dapat menjaga higine pasien

dengan menjaga kelembaban di daerah yang tertutup popok serta mematuhi pengobatan yang

telah diberikan.

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 72012

Page 8: Dermatitis Popok

DISKUSI

Diagnosis dermatitis popok pada pasien ini ditegakkan berdasarkan alloanamnesa dan

pemeriksaan fisik. Dimana pada alloanamnesa di jumpai keluhan utama berupa bercak

kemerahan yang disertai rasa gatal dikedua lipatan paha dan kemaluan sejak ± 1 b ulan yang

lalu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menjelaskan diagnosis dermatitis popok

keluhan utamanya berupa bercak kemerahan yang ditemui di daerah yang tertutupi popok.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, maka diagnosa banding pada

pasien ini adalah dermatitis popok, kandidiasis vulvovaginitis, eritrasma, dermatitis seboroik,

dan dermatitis atopi.

Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menjaga higine pasien (terutama

kelembaban daerah yang tertutup popok), menghindari pajanan bahan iritan secara terus

menerus serta menghindari garukan.. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan

bahwa penatalaksanaan umum pada dermatitis popok adalah menjaga higine bayi terutama

kebersihan popok dan ketraturan penggantian popok jika sudah basah.

Secara khusus penatalaksanaan terapi topikal : Thecort (miconazol nitrat 2%,

hidrocortison 1%) dioles 1 x sehari. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan

bahwa penatalaksanaan secara khusus adalah pengobatan topikal, untuk mengatasi

peradangan dapat diberikan kortikosteroid topikal. Steroid topikal yang digunakan adalah

golongan yang lemah yaitu hidrokortison 1 – 2,5%, serta dapat dikombinasikan dengan

antifungal topikal.

Prognosis pada pasien ini adalah baik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

menyatakan bahwah prognosis pada dermatitis popok baik jika penyebabnya bisa teratasi

dengan sempurna dan pasien teratur dalam pengobatan, bila bahan iritan penyebab dermatitis

tersebut tidak dapat disingkirkan dengan sempurna dan tidak teratur dalam pengobatan, maka

prognosisnya kurang baik.

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 82012

Page 9: Dermatitis Popok

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 92012

Page 10: Dermatitis Popok

DAFTAR PUSTAKA

1. Chang MW, Orlow SJ. Neonatal, Pediatric & Adolescent Dermatology. Dalam: Wolff

K, Goldsmith LA, Katz SI, dkk (editor). Fitzpatrick’s Dermatology General Medicine.

Edisi Ketujuh. McGrawHill.USA:2008. h.942-946.

2. Serdaroglu S, Ustunbas TK. Diaper Dermatitis (Napkin Dermatitis, Nappy Rash).

Dalam: Journal of the Turkish Academy of Dermatology. Diunduh dari:

http://www.jtad.org/2010/4/jtad04401r.pdf (2010)

3. Harahap M. Dermatitis Kontak. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates.

Jakarta: 2000. h.22-26.

4. Handaryati L. Uji Banding Salep Ketokonazol 2% dan Seng Oksida 10% Pada

Dermatitis Popok. Diunduh dari http:// www.eprints.undip.ac.id/14794/1/2003FK665.pdf

(2003)

5. Silmiaty I. Dermatitis Popok. Diunduh dari: http://www.mitrakeluarga.com/cibubur/?

p=832 (2012)

6. Friedlander SF, Eichenfield LF, Leyden J, dkk. Diaper Dermatitis: Appropriate

Evaluation & Optimal Management Strategies. Dalam: Contemporary Pediatrics,

April 2009. Diunduh dari: http:// www.modernmedicine.com/.../article.pdf (2009)

Davidtuan Andartua SihombingRSU Pirngadi Medan Page 102012