dermatitis kontak alergi
DESCRIPTION
dkaTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN................................................................ 1
II. EPIDEMIOLOGI.................................................................. 1
III. ETIOLOGI............................................................................ 4
IV. PATOFISIOLOGI................................................................. 6
V. GAMBARAN KLINIS......................................................... 7
VI. DIAGNOSIS......................................................................... 11
VII. DIAGNOSIS BANDING...................................................... 12
VIII. PENATALAKSANAAN.................. ................................... 12
IX. PROGNOSIS ........................................................................ 13
I.PENDAHULUAN
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) yang merupakan
respon terhadap berbagai faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa effloresensi polimorfik (eritema, papul, edema, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan pruritus. Tanda polimorfik tidak selalu muncul bersamaan, bahkan
mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Ada yang menganggap dermatitis dan eksem
mempunyai pengertian yang berbeda tetapi pada umumnya dianggap sama. Dermatitis
kontak adalah reaksi kulit yang diakibatkan eksposur terhadap alergen (dermatitis kontak
alergi) dan terhadap iritan (dermatitis kontak iritan). Dematitis kontak iritan adalah
dermatitis yang diakibatkan oleh pajanan terhadap bahan iritan, bisa muncul dengan
hanya satu kali pajanan terhadap bahan iritan yang tergolong kuat seperti detergen.
Dermatitis kontak iritan lebih sering ditemukan daripada dermatitis kontak alergi.
Dermatitis fotokontak adalah satu bentuk dermatitis kontak yang muncul bila bahan
alergen atau iritan diaktifkan oleh sinar matahari.1,2,3
Dermatitis Kontak Alergi (DKA) merupakan satu dari sekian banyak masalah
kesehatan yang sering ditemui. Di Amerika Serikat, berdasarkan hasil penelitian DKA
mencakup 7 persen dari seluruh masalah kesehatan dan menelan biaya tahunan sebesar
US$250 juta dalam hal hilangnya produktivitas dan biya perawatan. Walaupun penyakit
ini telah diderita manusia selama ribuan tahun, suatu bentuk “alergi” dan pengenalannya
melalui tes tempel baru dikenal kurang dari seabad yang lalu.4
DKA adalah suatu bentuk reaksi kulit yang diakibatkan oleh eksposur terhadap
bahan alergen. Merupakan suatu bentuk delayed hypersensitivity reaction (reaksinya
muncul setelah 48-72 jam pasca-eksposur) dan menetap selama 3 atau 4 minggu.5,6
II.EPIDEMIOLOGI
Penyebaran DKA bersifat mendunia dan bisa mengenai siapa saja, baik pria
maupun wanita, tua dan muda. Antara 15% sampai 20% dari populasi umum
tersensitisasi oleh setidaknya satu dari sekian alergen yang paling sering dijumpai, dan
antara 5% sampai 10% pernah mendapat DKA setidaknya sekali dalam tiap setahun.
Berdasarkan penelitian, anak dari pasien yang menderita DKA insidensnya meningkat
terhadap hasil positif dari tes tempel, dan “heritability” terhadap alergi nikel berdasarkan
perhitungan sebesar 60%. Perbedaan ras berperan dalam sensitivitas terhadap poison ivy,
dimana orang berkulit hitam lebih tahan dibanding orang berkulit putih. Baik bayi dan
orang lansia bisa terpapar oleh agen-agen penyebab DKA, akan tetapi keduanya
memiliki lingkungan hidup yang lebih sederhana dibanding kelompok usia lainnya, oleh
karenanya DKA pada keduanya lebih jarang muncul, kecuali mungkin pada orang lansia
yang bisa terkena alergi terhadap pengobatan. Akan tetapi, insidens dari hasil positif
pada tes tempel meningkat seiring dengan umur oleh karena akumulasi dari alergen-
alergen sepanjang masa hidup. DKA pada anak lebih sering daripada yang biasa
diungkapkan. Nikel, balsem Peru, dan bahan karet bukan alergen yang jarang dijumpai,
dan dalam suatu seri penelitian tes tempel terhadap 200 anak-anak, 30% ditemukan
sensitif terhadap satu atau lebih bahan. Nikel (11%), bahan pengobatan (10%), dan
balsam serta bahan pewangi (9,5%) adalah bahan alergen yang paling sering dijumpai.
Insidens dari sensitivitas nikel pada anak perempuan meningkat mulai umur 12 tahun,
dan sudah hampir mencapi level yang sering dijumpai pada orang dewasa pada umur 16
tahun.7,8
DKA yang disebabkan oleh poison ivy dan poison oak umum dijumpai di
Amerika Utara dan tidak ditemukan di negara-negara Eropa karena tanaman ini tidak
dijumpai disana. DKA oleh nikel lebih umum ditemukan pada wanita daripada pria
karena wanita lebih sering mengalami kontak dengan benda-benda yang mengandung
nikel seperti perhiasan dan kancing pakaian. DKA oleh bahan-bahan pengobatan topikal
lebih sering dijumpai pada orang-orang yang memiliki gangguan kulit yang kronik yang
mendapat paparan dalam jumlah besar dibandingkan dengan orang-orang yang bebas
dari penyakit kulit.1
Hanya sedikit yang diketahui tentang prevalensi DKA yang sesungguhnya di
masyarakat. Namun begitu ada dua survei yang menyediakan data menarik tentang
prevalensi DKA. Pertama, survei yang dilakukan oleh Pristowsky dan teman-temannya
pada tahun 1979 dilakukan dengan menguji 1200 orang sukarelawan yang tidak
memiliki penyakit kulit dan sebagai hasilnya mereka menemukan hasil tes tempel yang
positif sebagai reaksi terhadap nikel sebesar 5,8%, terhadap neomisin sebesar 1,1%,
terhadap etilendiamin sebesar 0,43% dan terhadap benzocaine sebesar 0,17%. Prevalensi
sensitivitas terhadap nikel menunjukkan perbedaan yang sangat besar pada wanita dan
pria, dimana reaksi alergi ditemukan pada hampir 10% wanita dan hanya 1% pria.1
Survei kedua yang dilakukan oleh Peltonon (1979) menggunakan pendekatan
berbeda dalam menentukan prevalensi dari sensitivitas terhadap nikel dalam populasi
umum. Dia melakukan survei pada suatu kelompok anak-anak usia sekolah, 70% dari
karyawan penerbitan koran dan usaha percetakan, dan suatu kelompok kecil mahasiswa
kedokteran, staf klinik serta orang-orang yang tinggal di panti jompo. Hasil yang
didapatkannya tidaklah berbeda; alergi terhadap nikel muncul pada 8% wanita dan 0,8%
pria. Berdasarkan kelompok umur, pada usia 10-19 tahun, hanya 2,2% wanita yang
terkena, dimana 14,5% dari wanita berusia 50-59 tahun memiliki hasil tes alergi terhadap
nikel yang positif.1
Beberapa penelitian lain yang dilakukan di berbagai negara antara lain penelitian
yang dilakukan oleh Agrup di Swedia yang mengirimkan kuisioner kepada semua orang
dewasa pada suatu populasi berjumlah 200.000 orang dan dilengkapi dengan hasil tes,
termasuk tes tempel, dari mereka yang merespon positif. Prevalensi dari DKA pada
tangan sekitar 2% pada pria dan 3% pada wanita. 7
Pengujian klinik secara acak di Belanda mendapatkan hasil prevalensi DKA
sebesar 6%. Prevalensi DKA pada tangan sebesar 5,2% pada pria dan 10,6% pada
wanita.7
Suatu kuisioner yang dikirimkan kepada lebih dari 2500 wanita di Denmark
mendapatkan hasil bahwa sekitar 20% memiliki dermatitis pada tangan.7
III.ETIOLOGI
Ada banyak bahan atau benda yang biasa menyebabkan timbulnya DKA, antara
lain :
Nikel (nickel sulfate hexahydrate) – Agen penyebab yang paling sering dari
DKA di seluruh dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari 10 orang
wanita dan satu dari 50 orang pria alergi terhadap nikel. Merupakan bahan metal
yang sering ditemukan pada perhiasan seperti pada anting dan cincin, atau pada
pakaian misalnya retsleting dan kancing. Bisa juga ditemukan pada gunting,
pegangan pintu, kunci, dan uang koin. Bahkan orang-orang yang sangat sensitif
terhadap nikel akan bereaksi terhadap makanan yang banyak mengandung nikel
seperti ikan salmon, kacang, dan coklat.1,3,5,6,9,10,11
Emas (gold sodium thiosulfate) – bahan metal yang bernilai tinggi yang paling
sering ditemukan pada perhiasan. Emas berada pada posisi keenam dari daftar
alergen-alergen yang paling sering menyebabkan DKA. Dalam suatu penelitian
dengan melakukan tes tempel terhadap 4101 orang didapatkan hasil positif
sebesar 9,5% terhadap gold sodium thiosulfate. 3,6,12
Balsem Peru (Myroxylon pereirae) – bahan pewangi yang digunakan pada
parfum dan losion kulit, merupakan turunan dari pohon resin.1,3,13
Bahan karet (lateks) – Ditemukan pada sarung tangan karet, balon dan bahan
elastis pada garmen. Dua turunan bahan karet yaitu mercaptobenzothiazole dan
tetramethylthiuram adalah yang paling sering menjadi agen penyebab dari
golongan ini. Kelompok-kelompok yang memiliki resiko paling tinggi menderita
DKA terhadap bahan karet (lateks) adalah perawat kesehatan, pekerja industri
bahan karet, dan orang-orang yang sering terlibat dalam prosedur bedah berkali-
kali, seperti ahli bedah, dokter gigi, dan personel operasi bedah.5,6,9,10
Paraphenylenedeamine (PPDA) – suatu bahan yang ditemukan pada pewarna
rambut. Bahan ini dicampur dengan bahan oksidasi seperti peroksidase, sebelum
pemakaian.9,10
Neomisin – suatu antibiotik topikal yang umum ditemukan pada bahan obat-
obatan pertolongan pertama yang berbentuk krim, juga pada kosmetik, deodoran,
sabun, dan pada makanan hewan. Selain itu juga ditemukan pada obat tetes mata
dan beberapa vaksin.3,6,9
Chromates – biasa ditemukan pada semen, bahan cat, korek api dan bahan anti
karat.1,3
Thimerosal – suatu bahan merkuri yang digunakan dalam antiseptik lokal dan
vaksin.1,3
Formaldehyde – suatu bahan pengawet dengan banyak penggunaan, misalnya
pada produk kertas, cat rumah, pengobatan, produk pembersih rumah, produk
kosmetik. Sering menyebabkan DKA akibat-kerja di antara para biologist,
pekerja laboratorium, dan pekerja kesehatan.1,3
Cobalt chloride – bahan metal yang ditemukan pada produk-produk kesehatan,
pengeras rambut, antiperspirant, benda-benda yang terbuat dari metal seperti
tombol dan perkakas, dan pada pigmen biru kobalt.3,6
Pewarna pakaian – DKA yang disebabkan oleh pewarna pakaian tidak umum
dijumpai. Bahan pewarna pakaian dari kelas blue 106 dan blue 124 telah
dilaporkan sebagai penyebab DKA. Alergen-alergen yang spesifik terhadap
pewarna pakaian sangat jarang dimasukkan dalam tes tempel.2,4,5,14
Quaternium-15 – bahan pengawet pada produk-produk kosmetik (sampo,
pewarna kuku, sunscreen) dan pada produk-produk industri (semir sepatu, cat,
dan lilin).1,3
Poison ivy, poison sumac, dan poison oak – Primula obconica dan
chrysanthemums sering dinyatakan sebagai agen penyebab di Eropa. Tanaman-
tanam tertentu dari keluarga Compositae, terutama Ambrosia sp. dan Porthenium
hysterophorus, dapat menyebabkan masalah dermatitis kontak alergi lewat udara
yang dapat menyerupai suatu bentuk erupsi fotosensitivitas atau eksem atopik.5,9
Minyak tawon – DKA yang disebabkan minyak tawon diperkirakan mencapai
4%dari populasi. Bahan ini dikumpulkan oleh tawon dari hasil pengeluaran dari
tanaman yang mengandung resin. Bahan ini mengandung kira-kira 50 konstituen
yang telah diidentifikasi mencakup resin dan balsam tanaman (50%), bahan lilin
(30%), minyak esensial dan aromatic (10%), biji tanaman (5%), dan derivate
caffeic acid esters (1%). Minyak tawon telah digunakan sejak masa kuno sebagai
antiseptik, anti-inflamasi, anestetik, dan antioksidan. Pada masa sekarang
digunakan sebagai pelicin kayu, bahan varnis pada instrumen musik yang
bersenar seperti gitar, biola, selo, dan lain-lain. Selain itu dapat pula ditemukan
pada permen karet, cairan pembersih mulut, pasta gigi, krim topikal, dan
ointment.13
IV.PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah
mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau
reaksi tipe IV. Sebelum seorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik,
terlebih dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya.2 Perubahan
ini terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten.
Hapten adalah bahan kimia sederhana (berukuran <500 Dalton) yang harus menyatu
terlebih dahulu dengan protein pembawa melalui ikatan kovalen untuk membentuk
antigen yang lengkap baru kemudian mereka bisa menyebabkan sensitisasi.4 Karena
memiliki berat molekul yang rendah mereka bisa dengan mudah menembus stratum
korneum dari epidermis. Antigen ini kemudian ditangkap dan diproses oleh makrofag
dan sel Langerhans (dalam beberapa kasus oleh sel dendritik), ditranspor lewat system
limfatik ke nodus limfatik regional dan selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Proses ini
dikendalikan oleh sitokin dan kemokin, juga oleh TNF-α dan anggota tertentu dari
kelompok interleukin (1, 13, dan 18). Setelah kontak dengan antigen yang telah diproses
ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan
berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel
memori. Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem
limfoid, sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase induksi atau
fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi
sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen
(sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih
pendek, sebaliknya sensitizer lemah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada kehidupan
sehari-hari pada umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah lama kontak dengan
bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan
ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase
elisitasi, umumnya berlangsung antara 48-72 jam.2,3,5
V.GAMBARAN KLINIS
Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada
keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas,
kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini
sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga
campuran.2,3,9
Berbagai lokalisasi terjadinya dermatitis kontak alergi :
Tangan
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan,
misalnya pada ibu rumah tangga. Bahan penyebabnya antara lain deterjen,
antiseptik, antibiotik topikal, getah sayuran/tanaman. DKA bisa juga disebabkan
oleh thiuram, suatu bahan kimia anti-oksidan yang digunakan pada sarung tangan
dari dan biasanya terbatas pada daerah yang berhubungan langsung, misalnya
pada daerah dorsum pedis. Selain itu bisa juga disebabkan oleh perhiasan seperti
cincin (nikel) dan losion tangan.1,2,5,6
Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, terutama oleh bahan nikel, misalnya
arloji. Selain itu dapat pula disebabkan oleh sarung tangan karet, debu semen, dan
tanaman. Di aksila umumnya oleh parfum atau deodorant.1,2,6
Kulit kepala
Alergen penyebab pada umumnya adalah bahan pewarna rambut, losion rambut,
dan bahan kosmetik lainnya.1,14
Wajah
Dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, misalnya dengan Kaphon CG, yaitu suatu
bahan pengawet yang dipakai pada pelembab, dapat juga disebabkan oleh obat
topikal, alergen yang di udara, bahan nikel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau
sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pelindung bibir (lipgloss), pasta gigi,
obat kumur, getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan
oleh cat kuku, cat rambut, eyeshadows, dan obat mata.1,2,6
Telinga
Dapat disebabkan oleh perhiasan seperti anting atau jepit telinga yang terbuat dari
nikel; selain itu juga bisa disebabkan oleh parfum, earphone, earplug, telephone
receiver, cat rambut dan obat topikal.1,2,6
Leher
Penyebabnya kalung dari nikel, parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.1,2,6
Badan
Dermatitis kontak alergi di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna,
kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, bahan alergenik seperti sabun dan
pewarnaan pakaian dan detergen.1,2,9,11
Genitalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan
alergen yang ada di tangan. Pada wanita biasanya karena krim atau jelli
kontrasepsi dan parfum.1,2
Paha dan tungkai
Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di
saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin,
etilendiamin), semen, dan bahan chromates yang ditemukan pada sol sepatu kulit,
bahan karet yang digunakan di sepatu karet dan sandal.1,2,9,10
Gambar 1.DKA yang disebabkan oleh arloji. Tampak effloresensi berupa makula eritema yang mengikuti pola bentuk arloji
(dikutip dari sumber 10)
Gambar 2.DKA yang ditimbulkan oleh pemakaian plesterTampak effloresensi berupa makula eritema yang agak edema dan mengikuti pola bentuk plester
(dikuti dari sumber 10)
Gambar 3.DKA yang ditimbulkan oleh pemakaian anting
Tampak effloresensi berupa makula eritema yang agak edema dan mengikuti pola bentuk anting (dikutip dari sumber 9)
VI.DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas hasil anamnesis yang cermat, pemeriksaan klinis yang
teliti didukung oleh pemeriksaan penunjang yang baik. Riwayat adanya kontak yang
bermakna dapat terlihat dari gejala klinis yang tampak dan lokasi dari gejala klinis
tersebut. Misalnya ada kelainan kulit berupa lesi numular di sekitar umbilikus berupa
hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah
penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam
(nikel). Data yang berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat
topical dan sistemik yang pernah atau sementara digunakan, kosmetika, bahan-bahan
yang diketahui menimbulkan alergi, penyakit kulit yang pernah dialami, serta riwayat
penyakit kulit pada keluagarnya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis).1,2
Pemeriksaan fisis sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola
kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak
dapat disebabkan oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua
kaki oleh sepatu atau pada kasus dimana pada bagian ekstremitas seorang pemuda yang
tinggal di Amerika Utara terdapat kelainan kulit yang menyerupai dermatitis maka dapat
dicurigai bahwa kelainan itu adalah DKA yang disebabkan oleh poison ivy atau poison
oak. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat
kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.1,2
Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan patch test atau tes tempel, yaitu
tes kepekaan terhadap suatu bahan yang dicurigai merupakan suatu alergen. Tes tempel
yang dilakukan oleh seorang dokter ahli kulit dapat membantu pasien untuk mengenal
bahan-bahan apa saja yang perlu dihindari. Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah
dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji
tempel biasanya di punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan
pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan
impermeabel, kemudian direkat dengan plester. Setelah 48 jam dibuka. Reaksi dibaca
setelah 48 jam (pada waktu dibuka), 72 jam dan atau 96 jam. Untuk bahan tertentu
bahkan baru memberi reaksi setelah satu minggu. Hasil positif dapat berupa eritema
dengan urtika sampai vesikel atau bula. Penting dibedakan, apakah reaksi karena alergi
kontak atau karena iritasi, sehubungan dengan konsentrasi bahan uji terlalu tinggi. Bila
oleh karena iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decresendo),
sedangkan reaksi alergi kontak makin meningkat (reaksi tipe cresendo).2,3,6,9,10
VII.DIAGNOSIS BANDING
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran
morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis,
dermatitis seboroik, atau psoriasis. Untuk membedakannya perlu diketahui apakah
penyebabnya merupakan bahan eksogen (seperti pada DKA dan DKI) atau endogen
(seperti pada psoriasis). Dari lokasi terjadinya gejala klinis dapat juga dibedakan,
misalnya pada bagian tangan dimana DKA sering terjadi namun penyakit kulit yang lain
seperti tinea manum, liken planus, dan dermatitis fotokontak harus dipikirkan sebagai
diagnosis pembanding; pada daerah kaki, DKA harus dibedakan dengan tinea pedis,
psoriasis dan dermatitis numular; pada daerah wajah, dermatitis seboroik, polymorphic
light eruption dan ruam photosensitivity yang lain. Diagnosis banding yang terutama
yaitu dermatitis kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu
dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi atau
bukan.1,2
VIII.PENATALAKSANAAN
Hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksaan dermatitis kontak adalah
menekan kelainan kulit yang timbul dan usaha pengenalan terhadap bahan alergen dan
dimana bahan alergen itu dapat dijumpai sehingga dapat dilakukan pencegahan
terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, misalnya dengan cara mengganti
produk-produk yang digunakan dengan yang tidak menyebabkan alergi dan membaca
baik-baik label pada produk yang hendak digunakan. Pengenalan bahan alergen dapat
dilakukan sendiri dengan memperhatikan bahan-bahan yang sering kontak dengan tubuh
atau dapat meminta bantuan seorang dokter ahli kulit.2,3,4,6,9,10
Segera sesudah terpapar terhadap suatu bahan yang dicurigai merupakan alergen,
cuci dengan sabun dan air dingin untuk menyingkirkan atau menetralkan bahan tersebut
dan segera hentikan kontak dengan bahan alergen tersebut.1,3
Kortikosteroid oral (prednison) dapat diberikan dalam jangka pendek (sekitar 14
hari) untuk mengatasi peradangan pada dermatitis kontak alergi akut yang ditandai
dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta eksudatif (madidans), misalnya
prednison 30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari.
Kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal. Untuk dermatitis kontak
alergik yang ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat
pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid topikal (seperti
hidrokortison 2,5%).2,6,9,15
Sebagai pengobatan simtomatik dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut, antara lain jika timbul bula, kompres air dingin 30 menit sebanyak 3 kali sehari
dapat memberikan perbaikan. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan calamine
lotion dan obat anti-histamin oral misalnya diphenhydramine (Benadryl, Ben Allergin).
Hindari menggaruk karena dapat menyebabkan infeksi sekunder.3,4,9,15
Antibiotik oral atau topikal dapat digunakan untuk mengobati jika ada infeksi
sekunder.1,6,14
Untuk keluhan yang sulit untuk diobati sendiri atau bertambah parah, misalnya
ruam yang timbul meluas atau gatalnya semakin menghebat walaupun telah diobati maka
disarankan agar segera mengunjungi dokter ahli kulit.3,6
IX.PROGNOSIS
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya
dapat disingkirkan. Sebagian besar kasus DKA tidak perlu pergi ke dokter. Prognosis
kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan
yang tidak mungkin dihindari, misalnya orang yang alergi terhadap bahan krom (dapat
ditemukan pada semen) namun di satu pihak dia juga adalah pekerja yang bekerja di
bidang yang banyak menggunakan semen, misalnya bidang kontraktor, seringkali dia
tidak berhenti dari pekerjaannya.1,2