dengan nuansa natural colorful yang fleksibel … · adalah wanita pertama yang mendirikan sekolah...

26
DENGAN NUANSA NATURAL COLORFUL YANG FLEKSIBEL MELALUI SENTUHAN DESAIN INTERIOR YANG BERPEDOMAN LEARNING OF MONTESSORI Studi Kasus : PreSchool & Kindergaten Stepping Stones Surabaya Annisa Febriyana Sari Jurusan Desain Produk Industri, FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111, Telp. (031)5931147 ABSTRAK PreSchool dan kindergarten merupakan pusat pendidikan anak – anak berumur antara 2 – 6 tahun yang tergolong sebagai pendidikan prasekolah. Salah satunya yang dapat kita temui khususnya di daerah Surabaya selatan yaitu PreSchool dan Kindergarten Stepping Stone. Sekolah ini menjunjung prinsip “Learning Through Playing“. Dengan memberikan nuansa ceria yang colorful berkombinasi dengan fleksibilitas yang ramah lingkungan dengan sentuhan yang natural yang aman digunakan oleh anak anak. Konsep desain tersebut diharapkan dapat mewujudkan interior preschool dan kinderganten “Stepping Stones” Surabaya yang eksklusif dibandingkan dengan preschool yang ada sekarang terutama di wilayah Surabaya selatan yang ramah lingkungan serta dapat memenuhi kebutuhan akan fungsi dan fleksibilitas sehingga memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna itu sendiri. Juga konsep penataan ruang yang berpedoman pada pengajaran Montessori yang merupakan konsep pengajaran yang digunakan oleh sekolah ini. ABSTRACT Preschool and kindergarten is central to the children aged 2-6 years, classified as pre-school education. The one that we can find, especially in regions of the South Surabaya Stepping Stone for preschool and kindergarten. It upholds the principle of school “Learning Through Playing“. By giving the feel cheerful and colorful with the flexibility of combining a friendly environment with a natural touch of safe use by children. This concept design are expected to create an interior of preschool and kinderganten "stepping stones" Surabaya exclusive preschool in comparison with the present, especially in the regions south of Surabaya are organic and can meet the needs of functionality and flexibility in order to provide convenience and comfort for the users. The concept of spatial planning based on the training of Montessori teaching concepts that are used by this school. Kata kunci Preschool, Colorful, Fleksibilitas, Montessori, Natural. Keywords Montessori, Preschool, Colorful, Natural, Flexibility.

Upload: dokhanh

Post on 07-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DENGAN NUANSA NATURAL COLORFUL YANG FLEKSIBEL

MELALUI SENTUHAN DESAIN INTERIOR YANG BERPEDOMAN

LEARNING OF MONTESSORI

Studi Kasus : PreSchool & Kindergaten Stepping Stones

Surabaya

Annisa Febriyana Sari

Jurusan Desain Produk Industri, FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111, Telp. (031)5931147

ABSTRAK PreSchool dan kindergarten merupakan pusat pendidikan anak – anak berumur antara 2 – 6 tahun yang tergolong sebagai pendidikan prasekolah. Salah satunya yang dapat kita temui khususnya di daerah Surabaya selatan yaitu PreSchool dan Kindergarten Stepping Stone. Sekolah ini menjunjung prinsip “Learning Through Playing“. Dengan memberikan nuansa ceria yang colorful berkombinasi dengan fleksibilitas yang ramah lingkungan dengan sentuhan yang natural yang aman digunakan oleh anak anak. Konsep desain tersebut diharapkan dapat mewujudkan interior preschool dan kinderganten “Stepping Stones” Surabaya yang eksklusif dibandingkan dengan preschool yang ada sekarang terutama di wilayah Surabaya selatan yang ramah lingkungan serta dapat memenuhi kebutuhan akan fungsi dan fleksibilitas sehingga memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna itu sendiri. Juga konsep penataan ruang yang berpedoman pada pengajaran Montessori yang merupakan konsep pengajaran yang digunakan oleh sekolah ini.

ABSTRACT Preschool and kindergarten is central to the children aged 2-6 years, classified as pre-school education. The one that we can find, especially in regions of the South Surabaya Stepping Stone for preschool and kindergarten. It upholds the principle of school “Learning Through Playing“. By giving the feel cheerful and colorful with the flexibility of combining a friendly environment with a natural touch of safe use by children. This concept design are expected to create an interior of preschool and kinderganten "stepping stones" Surabaya exclusive preschool in comparison with the present, especially in the regions south of Surabaya are organic and can meet the needs of functionality and flexibility in order to provide convenience and comfort for the users. The concept of spatial planning based on the training of Montessori teaching concepts that are used by this school.

Kata kunci Preschool, Colorful, Fleksibilitas, Montessori, Natural.

Keywords Montessori, Preschool, Colorful, Natural, Flexibility.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dalam penerapannya sekolah ini selalu memberikan alternatif suasana dan nuansa yang baru. Salah satunya ialah memodifikasi ruangan serta interior dengan mengaplikasikan berbagai tema tema yang disukai anak serta memberikan unsur edukasi didalamnya. Sehingga anak tidak jenuh dan diharapkan sang anak merasa fresh dengan melihat perubahan yang baru juga memberikan nilai eksklusif dibandingkan playgroup dan preschool lainnya. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri Preschool ini pun akan mengeluarkan banyak biaya untuk setiap renovasinya. Maka mereka pun akan mencari alternatif desain interior yang multifungsi serta menedepankan prinsip fleksibilitas sehingga memungkinkan walau dengan adanya keterbatasan lahan dan berhemat mereka bisa memberikan suatu hal yang selalu tampak baru dan nilai keistimewaan dimata anak anak, orangtua dan masyarakat .Sedangkan teknik pembelajaran Stepping Stones menggunakan metode yang efektif berdasarkan riset mengenai psikologi anak yaitu Montessori. Tujuan & Manfaat

Makalah ini berusaha menyajikan konsep rancangan interior yang tepat bagi PreSchool dan Kindergarten “ Stepping Stones “ Surabaya yang terletak tepatnya di daerah Surabaya Selatan. Dengan upaya untuk memajukan serta menjadikan tunas tunas bangsa menjadi penerus yang siap bersaing dalam era globalisasi yaitu dengan memberikan fasilitas belajar mengajar yang aman serta nyaman bagi mereka untuk membina ilmu mulai dari pendidikan sejak dini. Masalah

Masalah yang diangkat adalah: keterbatasan lahan yang sekarang ada, tema ruangan yang kurang memberikan keceriaan pada anak sehingga memberikan rasa jenuh pada anak, penambahan fasilitas kantin dan perpustakaan serta kurang menunjangnya konsep pengajaran Montessori di sekolah tersebut. Metode Desain

Pengumpulan Data

- Data Primer Survey lapangan mengetahui kondisi existing sebagai bahan pertimbangan untuk

memperkuat kebutuhan desain. Survey dilakukan dengan mengamati dan membandingkan pencapaian nuansa yang muncul pada interior Prechool dan kindergarten Stepping Stones Surabaya dengan image interior natural yang colorful yang telah ada saat ini. Dengan mengacu pada contoh desain preschool dan kindergarten yang telah ada. Dan pengkajian tentang Montessori dan setiap elemen penunjang pembelajarannya baik itu segi furniture dan berbagai perangkat permainan edukasinya.

Pengambilan foto gedung Preschool dan Kindergarten Stepping Stones yaitu foto pada saat observasi ke lokasi, yaitu foto kelas, ruangan staff, area penunjang bermain anak, dll. Foto-foto tersebut akan dibandingkan dengan gambar-gambar yang diperoleh dari referensi majalah yang sedang trend saat ini dan dari internet. Hingga pada hasil akhir nanti akan ditemukan sebuah kesamaan yang menjadi kesimpulan tentang ciri khas yang timbul sehingga diterapkan pada arsitektur dan desain interior preschool dan kindergarten stepping stone yang berkonsep natural colorful serta berprinsip fleksibel pada sirkulasi maupun pemilihan furniture dan elemen estetikanya.

- Data Sekunder Studi tentang segala sesuatu tentang preschool dan kindergarten serta berbagai

kebutuhannya. Serta pengumpulan data yang mendukung konsep colorful yang ceria dan elemen material yang natural serta prinsip fleksibilitas. Juga mencari tentang bahasan pengajaran Montessori dari referensi buku, majalah dan internet. Data sekunder nantinya akan menjadi bahan pembanding dengan data primer, yang nantinya akan mendapatkan sebuah kesimpulan mengenai kesamaan karakter desain interior yang ingin diasung.

Analisa Data

Dalam tahap ini, informasi dan data yang diperoleh akan dianalisa untuk kemudian dievaluasi, dikomparasikan dan diterapkan dalam rancangan eksisting yang telah ada. Yang nantinya dapat mempengaruhi konsep natural colorful dan prinsip fleksibilitas yang akan diasung. Setelah mendapatkan kesinambungan yang mendukung satu sama lainnya, maka akan menjadi mudah dalam menerapkan ide desain interior pada preschool dan kindergarten Stepping Stones.

Analisa fungsi Yaitu analisa tentang kegiatan dan kebutuhan pengguna, dimana studi aktifitas, sirkulasi ruang, hubungan antar ruang, fungsi ruang dan kebutuhan ruang serta fungsi furnitur dilakukan untuk menentukan desain pada elemen interior yang sesuai dengan kebutuhan pencapaian nuansa natural colorful yang fleksibel. Sehingga menghasilkan penataan yang fleksibel dan fungsi ruang lebih optimal.

Analisa estetika Dilakukan dengan mempelajari pencahayaan, warna dan gaya yang dipakai sebagai elemen estetika, dengan bentuk dan material elemen-elemen interior yang akan digunakan agar menghasilkan nilai estetis sesuai dengan kebutuhan desain yang sesuai dengan konsep natural yang colorful serta ramah lingkungan tentunya.

Analisa furnitur Yaitu analisa tentang furniture-furniture yang akan digunakan pada tiap kelas dan zona ruang lain yang sesuai dengan tujuan awal yaitu memiliki bentuk yang mendukung nuansa natural colorful yang fleksibel. Memilih furnitur mana yang akan dipakai dengan tepat sehingga furniture tersebut sesuai dengan konsep tersebut. Baik dari segi material hingga finishing yang aman bagi anak.

Pengembangan Data

Setelah diperoleh pemikiran desain, selanjutnya akan dikembangkan suatu nuansa dari

lingkup analisa karakteristik yaitu ciri khas atau karakter natural dengan aksen colorful

yang mengedepankan fleksibilitas dengan berpedoman Montessori.

Desain Akhir

Tahap desain akhir merupakan keputusan desain yang sudah final dan sesuai dengan konsep.

PEMBAHASAN Latar Belakang PreSchool dan Kindergarten

Berdasarkan keputusan Mendikbud RI Nomor 0486 /U/1992 Bab1 Pasal 2 dinyatakan bahwa lembaga pendidikan anak usis dini merupakan suatu wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat alami anak. Taman kanak kanak (TK) , PlayGroup , PreSchool dan Kindergarten adalah jenjang pendidikan pra sekolah yang bertujuan untuk meletakkan dasar pendidikan paling awal bagi anak usia 1 – 8 tahun dengan lama pendidikan 7 tahun. Juga merupakan satu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan mempersiapkan anak dalam menempuh pendidikan sekolah dasar nantinya. Dalam tahapan pendidikan ini tidak ada istilah ketertinggalan kelas.1

1 Kutipan Depdibud , 1999

Sejak tahun 1950 dan 1960-an, sekolah tetangga / sekolah yang dekat dengan rumah. Digantikan dengan sekolah sentral daerah dengan transportasi bus untuk menjemput siswa- siswinya. Desain dari sekolah sekolah untuk anak selalu bersifat nyaman, mendorong, dan sesuai untuk proses belajar dari permainan yang familiar dan aktifitas bersama. Sama seperti rumah, yang berisikan ruang publik (ruang keluarga, tamu, teras, dsb) dan ruang privat (dapur, kamar tidur, kamar mandi, dsb) . Sebuah sekolah juga harus membuat ruangan yang terkesan nyaman, tenang dan dapat digunakan untuk bermain bagi kelompok kecil anak serta lkelompok yang besar pula.2

Ruang di dalamnya biasanya dirancang sedemikian rupa oleh pihak sekolah agar dapat dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan, apabila sekaligus terjadi, masing masing kegiatan tersebut tidak saling mengganggu satu dengan lainnya. Masing – masing pusat kegiatan memiliki ruangan dan area serta alat – alat permainan edukasi tersendiri, misalnya pusat kegiatan bermain drama terdapat berbagai alat dan kostum instan, bermain balok susun kayu atau kegiatan bermain dengan gerakan halus serta manipulatif. Dapat pula melakukan kegiatan yang sifatnya dengan gerakan yang kasar. Hal ini dibutuhkan ruangan yang cukup luas serta dukungan alat peragaan dan peralatan bermain yang besar untuk mengoptimalkannya.3

2 Kliment,2001,hal.09 3 Jamal Ma’mur Asmani “Buku Pintar Playgroup” , 2010 , hal.163

Gambar 1: Salah satu Contoh Desain Interior

Kindergarten di Canada .

Gambar 3: Pengaplikasian konsep hutan dan daun dalam suasana ruang Desain Interior

Kindergarten di Amerika .

Gambar 2: gambaran suasana dan kegiatan sehari hari yang

ada ditiap Preschool dan Kindergarten di China .

Pembelajaran Montessory

Ditemukan oleh Maria Montessory, Beliau dilahirkan di Italia dan dididik dalam lingkungan liberal. Montessori adalah wanita pertama yang mendirikan sekolah medis di Italia dan membangun psikologi yang berbasis sistem pendidikan dan disebarkan ke dunia internasional. Setelah itu ia mendirikan universitas di Roma dimana ia mempelajari ilmu dokter anak dan psikiatris. Montessori menjadi tertarik pada pembelajaran dan pengembangan anakanak. Ia membiayai anak jalanan dan mengobservasi mereka dengan uangnya sendiri. Berawal pada tahun 1899 Montessori menjadi direktur sekolah Orthophrenic, institute medical psikologi. Tahun 1906, Montessori menemukan The Casa dei Bambini, atau rumah untuk anak-anak, dimana ia mengembangkan metode pedagogik yang kemudian dikenal sebagai Sistem Montessori.

Elizabeth G. Hainstock dalam bukunya “Metode pengajaran Montessori untuk anak sekolah dasar”, menjelaskan bahwa metode Montessori bertujuan sebagai pengantar prinsip, agar anak-anak mereka dapat memasuki kesenjangan pendidikan yang lebih tinggi dengan persiapan yang matang. Salah satu cara yang mudah untuk membuat anak menyukai belajar adalah dengan cara membuat anak belajar sambil bermain karena anak-anak sangat menyukai permainan. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan pendidik harus kreatif dalam memasukkan pelajaran dalam permainan anak-anak. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah metode Student Centered Learning.

Maria Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan belajar sambil bermain agar anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori juga membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi anaknya.

Gambar 4: Maria Montessori sedang bercengkrama dengan anak didik

kesayangannya

Gambar 5: Seorang anak sedang serius memperhatikan Maria mengajar .

Gambar 6: gambaran suasana dan kegiatan sehari hari dari metode

pembelajaran Montessori

Gambar 7: salah satu alat permainan Montessori

Setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan perkembangan umurnya. Faktor lingkungan serta perlakuan orang dewasa (pendidikan) hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan mereka. Oleh karena itu, Montessori percaya bahwa lingkungan haruslah merupakan tempat yang menyenangkan (loving area), tempat yang kondusif (nourishing) untuk membantu perkembangan, tempat dimana guru atau orang dewasa dapat mengobservasi perkembangan mereka dan membuat perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan perkembangan mereka. Dalam metode pendidikan Montessori ada beberapa aspek pendidikan yang lingkungan dan merupakan prinsip metode pendidikan Montessori. Diantaranya adalah konsep kebebasan, struktur dan urutan, realistiss dan kealamian, keindahan dan nuansa, serta prinsip alat permainan Montessori. Antara lain :

Aspek Pentingnya Kebebasan (Concept Of Freedom) 4 Aspek Struktur Dan Keteraturan (Structure And Order) 5 Aspek Realistis Dan Alami (Realistic And Nature) Aspek Keindahan Dan Nuansa Aspek Alat Bermain Montessori ( Montessori Material ) 6

Tunjukkan bermacam-macam benda, kemudian katakan “benda apakah ini?” Anak seharusnya bisa mengatakan nama benda tersebut dengan benar. Jika tidak bisa, bantulah dia. Ulangi lagi proses ini sampai dia bisa. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan latihan sensoris seperti membangun menara, membuat keranjang tenun, mainan silinder dan kotak penyimpanan, botol-botol termos, permainan kancing baju, dll.

Perkembangan Anak Usia PreSchool dan Kindergarten

Perkembangan merupakan suatu proses dalam pertumbuhan yang menunjukkan adanya pengaruh dari luar yang menyebabkan bertambahnya tempo, kualitas dalam pertumbuhan. Jika pertumbuhan itu merupakan

4 David Gettman (1987), “Basic Montessori: Learning Activities for Under-Fives” New York: St. Martin’ Press, hal 30. 5 John Chattin – McNichols (1998), The Montessori Controversy, (New York: Delmar Publiser Inc.), hal 51 6 Course Manual, Diploma in Montessori Method of Education (Birth to Six Years of Age).

Gambar 8: Contoh beberapa permainan edukasi spesial yang dibuat berdasarkan teori serta

metode Montessori. Permainan ini pastilah ada ditiap sekolah Montessori.

Gambar 9: Contoh beberapa permainan edukasi spesial yang dibuat berdasarkan teori serta

metode Montessori. Permainan ini pastilah ada ditiap sekolah Montessori.

akibat dari kekuatan – kekuatan intern, maka perkembangan merupakan hasil darp faktor faktor luar.7 Gambaran umum dari perkembangan bayi dan anak usia prasekolah dapat dilihat dari daftar yang disusun oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Jurusan Psikologi Anak dan Perkembangan.8 Pada daftar ini dapat dilihat perkembangan anak sejak lahir sampai umur lima tahun yang mencakup perkembangan motorik, perkembangan bahasa dan perkembangan kemampuan berpikir. Berikut adalah perkembangan anak balita menurut Skala MILMI :9

Daftar lahir sampai 3 bulan, o Belajar mengangkat kepala o Belajar mengikuti benda dengan matanya o Melihat ke muka seseorang dan tersenyum o Bereaksi terhadap suara atau bunyi o Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak o Menahan barang yang dipegangnya o Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

Dari 3 sampai 6 bulan,

o Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan o Mulai belajar meraih benda – benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar jangkauannya o Menaruh benda – benda di mulutnya o Berusaha memperluas lapangan pandangan o Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain o Mulai berusaha mencari benda – benda yang hilang

Dari 6 sampai 9 bulan,

o Dapat duduk tanpa dibantu o Dapat menelungkup dan berbalik sendiri o Dapat merangkak meraih benda dan mendekati seseorang o Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain o Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk o Bergembira dengan melempar lempar benda – benda o Mengeluarkan kata – kata yang tanpa arti o Mengenali muka anggota keluarga dan takut kepada orang asing / orang lain o Mulai berperan serta dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi

Dari 9 sampai 12 bulan, o Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu o Dapat berjalan dengan dituntun o Menirukan suara o Mengulang bunyi yang didengarnya o Belajar menyatakan satu atau dua kata o Mengerti perintah sederhana atau larangan o Memperlihatkan minat yang besar dalam menjajaki sekitarnya, ingin melihat semuannya, ingin

menyentuh apa saja dan memasukkan benda – benda ke mulutnya o Berperan serta dalam permainan

Dari 12 samapi 18 bulan,

o Berjalan dana menjajaki rumah dan sekelilingnya o Menyusun dua atau tiga kotak balok

7 Poerbakawatja, 1990, hal.276 8 J.A.Achir dan S. Patmonodewo , Skala MILMI, 1980 9 Semiawan Munandar, Tangyong, 1990

o Dapat mengatakan 5 – 10 kata o Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

Dari 18 sampai 24 bulan,

o Naik turun tangga o Menyusun enam kotak o Menunjuk mata dan hidungnya o Menyusun dua kata o Belajar makan sendiri o Menggambar garis di kertas atau pasir o Mulai belajar mengendalikan buang air besar dan buang air kecil o Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oeh orang – orang yang lebih besar o memperlihatkan minat terhadap anak – anak lain dan bermain – main dengan mereka

Dari 2 sampai 3 tahun,

o Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki o Membuat jembatan dengan tiga kotak o Mampu menyusun kalimat o mempergunakan kata kata saya o Bertanya dan mengerti kata kata yang ditujukan padanya o Menggambar lingkran o Bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya

Dari 3 sampai 4 tahun,

o Berjalan jalan sendiri mengunjungi tetangga o Berjaln pada jari kaki o Berjalan berpakaian dan membuka pakaian sendiri o Menggambar garis silang o Menggambar orang hanya kepala dan badan o Mengenal dua atau tiga warna o Berbicara dengan baik o Menyebutkan nama, jenis kelamin, dan umurnya o Banyak bertanya o Bertanya bagaimana ia bisa lahir o Mengenal sisi atas, bawah, muka dan belakang o Mendengarkan cerita cerita o Bermain dengan anak lain o Menunjukkan rasa sayang kepada saudaranya o Dapat melaksanakan tugas tugas sederhana

Gambar 10: berbagai macam tarian yang menawan serta

tematis sangatlah cocok dengan karakter anak yang ceria.

Dari 4 sampai 5 tahun, o Melompat dan menari o Menggambarkan orang dengan kepala, lengan dan badan o Menggambar segitiga dan segiempat o Pandai berbicara o Dapat menghitung jarinya o Dapat menyebut nama hari dalam seminggu o Mendengarkan dan mengulang hal hal penting serta bercerita o Berminat dengan kata baru dan artinya o Memprotes apabila dilarang apa yang diinginkannya o Mengenal 4 warna o Memperkirakan bentuk dan besarnya beda, membedakan besar dan kecil o menaruh minat kepada kegiatan orang dewasa

Perhatian Dalam Segi Interior

Berdasarkan keterangan diatas bayak berbagai kegiatan yang berkisaran seputar anak pada usia yang kita dapat golongkan disini ialah usia Preschool (1 – 3 tahun) dan Kindergarten ( 4 – 6 tahun ). Yang pada usia ini mereka banyak membutuhkan space dan sarana mereka berlarian serta arena bermain safe yang memungkinkan pula bagi mereka untuk melompat, jungkat jungkit, arena dimana mereka dapat bercerita dan berkeluh kesah, menyanyi dan menari genbira tentunya. Dalam segi Interior demi keselamatan dan keamanan sang anak untuk melakukan semua hal tersebut haruslah bentukkan interior yang terkesan tumpul atau tidak ada sudut lancip yang ditakutkan mereka dapat menabrak dan cidera parah. Diperlukan pula untuk memenuhi kegiatan lompat lompat mereka kita berikan bantalan bantalan kecil dan permainan yang empuk disudut ruangan sehingga mereka dapat belajar sambil bermain.

Setiap elemen interior yang terdapat dalam suatu ruangan atau lingkungan merupakan sustu keajaiban bagi anak – anak dimana hal tersebut dapat mendorong mereka untuk menajamkan panca indera/perasaannya untuk lebih mengeksplorasi kemampuan motorik yang masih terbatas. Lingkungan preschool dan kindergarten yang ideal memberikan rangsangan yang berbeda – beda bagi seluruh panca indera :

Warna, bentuk, motif, pemandangan dari luar jendela, dan gradasi cahaya memberikan daya rangsang bagi mata.

Musik, suara, gelak tawa memberikan rangsangan bagi pendengaran. Aroma kue yang dimasak, bunga yang segar membantu membedakan suasana ruang.

Ruangan kelas harus dirancang menurut pertimbangan – pertimbangan :

fungsi ruang sebagai tempat belajar dan mengajar serta bermain dimana ruang kelas tersebut harus fleksibel dalam pertandingan bentuk dan kebebasan mengajar. Ruang kelas yang ada harus bersih, tertata, terawatt, memiliki sirkulasi udara yang bagus, memiliki pencahayaan yang memadai, aman, dan memiliki tempat penyimpanan barang pribadi anak.

Gambar 11: beberapa aplikasi bantalan yang dapat di aplikasikan pada lantaidan dinding

sampai dengan tempat bermainnya.

Ukuran ruang kelas modern yang ditentukan oleh persyaratan pendidikan :

o kebebasan dalam mengajar o berfungsi dalam kelompok kecil o meja dan kursi mudah untuk dipindahkan o ujung sudut lemari dan rak yang tumpul o udara yang nyaman10

Perabot atau furniture yang ada di dalam area bermain maupun kelas dan ruang lainnya yang terdapat pada preschool dan kindergarten harus :

•sesuai dengan antropometri pengguna •sesuai untuk berbagai sudut kegiatan anak •sesuai untuk pengajaran dan kelompok usia murid •dapat digerakkan dan mudah dipindahkan •mempunyai bentuk yang tidak menimbulkan ketidaknyamanan, kelelahan •aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan

Perabot / furniture yang diperlukan dalam kelas : •meja rendah dan kursi kecil (untuk menggambarkan dan menulis) •papan tulis •papan tempel (foto, lukisan maupun gambar pembelajaran) •papan buletin (pengumuman) •rak buku yang sesuai dengan tinggi anak •rak penyimpanan mainan •tempat tidur yang nyaman dan aman bagi anak untuk beristirahat •meja makan yang sesuai dengan ergonomis anak

Permainan adalah suatu perbuatan yang mengandung keasikkan dan dilakukan atas kehendak sendiri, bebas tanpa paksaan. Dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut. Anak – anak memiliki kesenangan terhadap warna – warni terutama merah,kuning, dan biru yang dapat membuat mereka tertarik untuk bermain maupun beraktivitas lain. 11

Pertimbangan Bahan & Material yang Aman dan Natural

a. Vinyl, Kelebihan = mudah dibersihkan, memiliki ukuran, ketebalan, motif serta warna beraneka ragam,

permukaannya tidak licin serta harga yang ekonomis. Kekurangan = mudah tergores.

10 Asian Regional Institute for School Building Research 11 Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, 1991

Gambar 12: Contoh aplikasi vinyl dalam mainan anak anak

b. Parquet, Kelebihan = permukaan yang halus tetapi tidak licin, perawatan yang mudah, merupakan peredam

suara yang cukup baik dan dah dibersihkan. Kekurangan = mudah tergores, mengalami muai dan susut, harga relative mahal.

c. Karpet, Kelebihan = permukaan yang lembut, dapat menyerap suara, banyak pilihan warna serta motif. Kekurangan = harga relative mahal.

d. Keramik,

Kelebihan = banyak pilihan warna dan motif, harga relative murah, mudah dibersihkan serta tahan lama.

Kekurangan = tahap pemasangan yang agak rumit dan sistematis.

Gambar 13: Contoh Aplikasi parquet pada lantai

Gambar 14: Contoh motif karpet anak

Gambar 15: Contoh Aplikasi keramik mosaic pecah yang dibentuk menarik

Dinding yang mudah dicuci, dengan diberi karakter kartun atau warna – warna cerah yang disukai oleh anak – anak. Dinding dapat dilapisi dengan menggunakan wallpaper dan cat atau bahan alternative desain lainnya yang telah teruji aman bagi anak – anak. Bahan ringan dan mudah pemasangannya sangat diperlukan dalam pemilihan, Gypsumboard dapat mewakili kriteria tersebut.

Penggunaan bahan pada perabot juga menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Multiplek, fiber, kayu, stainless stell dan kaca sebagai bahan pembuat perabot yang ada. Hal ini juga didasari oleh skala penggunaannya, dan tingkat kekuatan yang dimiliki pemakainya.12

Finishing yang direkomendasikan untuk anak antara lain :

Lantai, tile, compressed floor, mosaic tile, wood flooring, nomad mat, deco tile, tile carpet, woodrium, wood plate, rubber tile.

Dinding, wallpaper, color, lacquer, color coating glass, wood moulding, mirror.

Plafon, wallpaper, painting, miton, vinyl paint, lacquer, sound absorbing tex.

Ragam Fasilitas Perabot Dalam Kelas Anak Usia Prasekolah dan Kindergarten

Standarisasi yang telah diberlalukan di beberapa sekolah preschool dan kindergarten tentang perabotan / furniture yang ada di dalam kelas antara lain :

sesuai dengan antropometri pengguna yaitu anak usia dini sesuai dipergunakan untuk berbagai sudut kegiatan anak sesuai untuk pengajaran dan kelompok usia dini dapat digerakkan dan mudah dipindahkan (moveable) mempunyai bentuk yang tidak menimbulkan ketidaknyamanan, kelelahan aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan perabotnya antara lain :

12 Ideas For Great Kid’s Room, Sunset, 2008

Gambar 16: Lihatlah betapa imajinatifnya ide, 1 tema tetapi beda cara pengaplikasian konsepnya

a. meja rendah dan kursi kecil (untuk menggambar dan menulis) b. papan tulis c. papan tempel (untuk foto, lukisan, atau gambar permainan peraga) d. papan buletin (untuk pengumuman / jadwal kegiatan) e. rak buku yang sesuai dengan tinggi anak f. rak penyimpanan mainan eduasi anak g. rak penyimpanan alat peraga permainan edukasi h. tempat tidur yang aman bagi anak (tergantung usia) i. meja makan dan sudut kebersihan contohnya wastafel untuk cuci tangan, dll.

Furniture untuk anak, berdasarkan kualitas desainnya dapat menambah atau membatasi kenyamanan fisik secara nyata. Oleh karena itu, manusia adalah faktor utama yang mempengaruhi bentuk, proporsi dan skala perabot. Untuk memperoleh manfaat dan kenyamanan, perabot harus dirancang pertama-tama agar tanggap dan sesuai dengan ukuran kita, jarak bebas yang diperlukan oleh pola aktivitas kita, dan sifat aktivitas yang kita jalani.13 Data antropometric penting untuk membuat perencanaan yang tepat untuk pembuatan perabotan yang ditujukan bagi anak-anak.14 Hal ini disebabkan karena perbedaan utama antara orang dewasa denga anak-anak adalah ukuran fisik.15

13 Ching, hal. 242 14 Panero and Zelnik, hal.103 15 Kruse and McGowan, hal.395

Gambar 17: Perabot dan Perlengkapan Untuk Preschool &

Kindergarten,dll

Studi Eksisting

Pengertian Preschool16 merupakan sekolah untuk mendidik anak – anak yang berusia dibawah 5 tahun dan yang lebih dari umur tersebut dikategorikan ke dalam kelas kindergarten / taman kanak – kanak, yang biasanya juga menyediakan tempat pengasuhan anak – anak. Sekolah ini lebih memfokuskan pada kemampuan sosialisasi awal anak. Dengan keterangan lembaga sebagai berikut :

Nama : Stepping Stones

Alamat : Jalan Raya Jajar Tunggal E – 1, Darmo Sentosa Raya,

Surabaya, Jawa Timur – Indonesia (lingkaran warna merah merupakan lokasi)

Pemilik : Mr. Alain Claude Wallart

Telepon : (031) 5671996

Slogan : “Where Learning is Fun”

Lay Out yang menjadi alternative pilihan yang juga akan di analisa kelebihan dan kekurangannya serta dibandingkan dengan denah aslinya. Bangunan ini terletak di Jl. Kedung Baruk yang menghadap ke tenggara. Dengan kondisi dikelilingi oleh area perumahan juga sama dengan yang sebelumnya. Tetapi bedanya dengan yang sebelumnya ialah berada dalam posisi pojok yang lebih luas dan dapat diperluas. Yang nantinya dapat mempermudah pengolahan lay out sesuai keinginan yang diharapkan nantinya dapat menghasilkan rancangan yang lebih optimal.

16 http://en.wikipedia.org/wiki/Preschool.

Gambar 18: Studi Eksisting Awal / Semula

Gambar 19: Tapak Atas Lokasi Alternatif Lay Out

Gambar 20: Lay Out Yang diambil Menjadi Alternatif

Pilihan Denah Acuan.

Lokasi yang terletak di samping jalan raya ini mempunyai keamanan untuk anak, yaitu berupa pagar yang dijaga oleh security. Akses jalan pintu masuk terletak di Jl. Raya Kedung Baruk berseberangan dengan area taman bermain milik komplek perumahan tersebut. Ini sebelumnya juga merupakan gedung sekolah sehingga tidak diperlukan banyak perubahan pada lay out nya. Luas lahan total ± 120 x 150 m untuk area sekitar sekolah terdapat galeri, ruang fenomena, unit bagunan umum, ruang audio visual. Sedangkan sisanya ialah bangunan sekolah dengan luasan ±50 x 70 m yang meliputi receptionist, ruang tunggu, ruang kelas, hall, ruang musik, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang perpustakaan, ruang bermain anak.

Arti logo dari Stepping Stones, ialah seorang anak kecil menyeberangi sebuah sungai dengan berjalan diatas sebuah batuan yang menyimbolkan perjalanan dari masa kanak kanak menuju kedewasaan dan anak itu bisa meraih tahap kedewasaan itu dengan bantuan orang dewasa. Sungai dilambangkan sebagai pengetahuan dan juga jalan menuju pemahaman mengenai dunia luar. Anak mampu melewati tahap kesulitan dengan bantuan orang dewasa, namun sebenarnya keberhasilan itu ditentukan di tangan si anak, sebab dengan ia memiliki rasa percaya pada kemampuannya dan juga pada orang dewasa yang membimbingnya itu maka ia pun berhasil mengatasi kesulitannya.

Gambar 21: Logo Stepping Stones Preschool dan Kindergarten dan ruang – ruang yang ada.

DAFTAR RUJUKAN

1. Dwi Sunar Prasetyono. Membedah Psikologi Bermain Anak, Penerbit Think, 2007.

2. Elizabeth G. Hainstock. Metode Pengajaran Montessori Untuk Anak Sekolah Dasar. Pustaka

Delapratasa, 1999.

3. Hughes, Fergus P. Children, Play & Development. Allyn & Bacon, Boston, 1995.

4. Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Gramedia, Jakarta, 1985.

5. Piaget, J. Play, Dreams and Imitation in Childhood. WW. Norton & Company, New York, 1999.

6. Pamela, Coghlin. Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak 3 – 5 Tahun. Children’s Resources

Internasional. Washington DC. Inc. 2000.

7. Suherman. Perkembangan Anak. Penerbit Kedokteran EGC, 2000.

8. Triono, Budi, Astanto. Makalah Teori Bermain Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta, 2008.

9. Yulianti, Nurani S. Buku Ajar Konsep Dasar PAUD. Universitas Negeri Jakarta, 2007.

10. Mutiah, Diana. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana, Jakarta, 2010.

11. Neufert, Ernst. Data Arsitek. Erlangga. Jakarta, 1996.

12. Panero, Julius. Human Dimension and Interior Space. The Architectural Press Ltd, New York, 1979.

13. Nugraha, Agah, Muharam. Playground At Home. Etera, Depok – Indonesia, 2009.

14. Johnson, Elaine B. Contextual Teaching & Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar – Mengajar

Mengasyikkan dan Bermakna. MLC, Bandung, 2009.

15. Lipton, Laura dan Deborah Hubble. Menumbuh Kembangkan Kemandirian Belajar. Nuansa, Bandung,

2005.

16. Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta. 2003.

17. Ma’mur, Jamal, Asmani. Buku Pintar Playgroup. Buku Biru, Jogyakarta, 2010.

18. Starmer, Anna. The Colour Scheme Bible. Page One, Singapore, 2007.

19. Kopacz, Jeanne. Color in Three Dimensional Design. McGraw – Hill, New York, 2004.

20. Mulyadi, Seto. Bermain dan Kreativitas: Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan

Bermain. Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 2004.

21. Pile, John F. Color In Interior Design. McGraw- Hill, New York, 1997.

22. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Balai Pustaka, Jakarta, 2001.

23. Roesdianawati, Sri. Perkembangan Anak Secara Holistik Sebagai Pribadi Yang Unik. 2001.

24. Ruth, Linda Cain. Design Standart for Children’s Environments. McGraw- Hill, New York, 2000.

25. Bean, Reynold. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak. Banarupa Aksara, Jakarta, 1993.

26. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Erlangga, 2002.

27. Darmaprawira, Sulasmi W.A. Psikologi Warna. 2007.

28. Dudek, Mark. Kindergarten Architecture : Space For The Imagination. Bell & Bain Ltd, Britain, 2000.

29. Britton, Lesley. Montessori Play & Learn. Crown Publisher Inc. New York, 1992.

30. Fishel, Catharine. Designing for Children. Rockport Publisher Inc. Massachusetts, 2001.

31. Montessori, Maria. The Discovery Of The Child. Ballantine Books. New York, 1978.

32. Montessori, Maria. Montessori Method. Ballantine Books. New York, 1962.

KONSEP DESAIN

Konsep Ruang

Konsep ruangan kelas masing masing akan berbeda beda sesuai dengan nama masing – masing kelas. Antara lain Jungle Class dengan tema hutan, Farm class dengan tema peternakan, Sea Class dengan tema lautan biru, Space Class bertema luar angkasa sedangkan pada Alphabet Class akan diterapkan tema Geometric. Dengan mengaplikasikan tema tema peruangan berbeda beda sehingga anak tidak bosan ketika masuk ke kelas yg baru karena akan terasa perbedaan yg signifikan. Baik dari pemakaian warna dan sedikit aktifitas yg berbeda. Dengan memperhatikan sistem pencahayaan pada ruangan dengan mengutamakan pencahayaan alami sehingga anak akan memperoleh manfaat ketika mereka bermain di luar dengan cahaya matahari yang memberikan banyak manfaat bagi masa pertumbuhan mereka. Tiap ruangannya pun akan optimal menampung beberapa kegiatan sekolah yang bermetodekan Montessori sehingga hampir semua kegiatan pengajaran akan dilakukan 80 % di dalam kelas. Sehingga anak tidak perlu bolak balik keluar masuk ruangan dan berpindah pindah tempat terlalu sering. Dan aktivitas akan banyak di lakukan di dalam sehingga mempermudah guru dalam pengawasan keamanan anak didik mereka.

Konsep Aktivitas

Pola aktivitas dalam ruangan akan dipengaruhi oleh umur sang anak yang berbeda beda aktivitasnya sehari hari. Seperti pada anak 1 – 2 tahun yang lebih banyak membutuhkan latihan untuk berjalan dan mengenal alur dan keseimbangan. Sampai dengan umur 5 – 6 tahun yang sudah banyak beraktivitas dan bisa berpikir hitungan dan memiliki kesenangan sendiri. Sedangkan untuk guru pengunjung serta ownwr akan lebih sering berada pada area depan yang merupakan cakupan receptionis , ruang tunggu, konsultasi room dan juga ruangan guru serta owner.

Gambar 22: Contoh tema peruangan

Gambar 23: Skema alur

aktivitas

Konsep Warna

Terdapat 5 perpaduan warna yang telah dipilih sesuai dengan tema peruang. Untuk ruangan pertama yaitu kelas Jungle akan memakai warna yg sesuai dengan suasana hutan. Kelas kedua yaitu Farm akan diaplikasikan warna khas peternakan. Untuk Sea Class akan diaplikasikan gradasi warna laut. Lalu untuk Space Class akan dihadirkan nuansa warna khas luar angkasa. Sedangkan untuk kelas Alphabet akan di dominasi oleh warna lembut dan olahan bentukan geometri.

Konsep Lantai

Konsep lantai akan dibagi menjadi 3 yaitu berkonsep natural yang hommy, konsep aman bagi anak beraktivitas, dan yang ketiga ialah konsep fleksibel dapat dipindah dll. Konsep natural akan ditampilkan dengan elemen kayu laminate floor. Untuk konsep savety bagi anak akan ditampilkan dengan adanya lapisan karet busa yang aman bagi anak bermain diatasnya. Sedangkan konsep fleksibel akan ditampilkan dengan adanya karpet yang gampang dipindah pindahkan sesuai dengan kebutuhan serta mudah dilipat. Untuk aksen disetiap ruangan akan terdapat mozaik yang menarik mata. Pada area kelas akan digunakan 3 material yang dibedakan berdasarkan umur serta jenis kegiatan pada area kelas untuk umur 2 – 3 tahun kan menggunakan karpet dan juga lantai busa karet untuk menjaga apabila anak terjatuh sehingga aman. Untuk umur 3 – 5 tahun akan menggunakan lantai karpet sebagian area dan sebagian lagi menggunakan parquet dan juga dapat diaplikasikan keramik biasa. Lalu pada kelas umur 5 – 6 tahun seluruhnya menggunakan keramik. Juga akan dikhususkan pada kelas tertentu seperti kelas musik akan memakai karpet secara keseluruhan untuk mengurangi suara keluar. Sedangkan area khusus lainnya seperti kelas tari akan di aplikasikan parquet secara keseluruhan.

Skema 24: Skema warna peruang

Gambar 25: Laminate Floor , karpet, foam matrass, dan mosaic tile

Konsep Dinding

Dengan tema yang dibawakan berbeda beda pula. Juga mengaplikalsikan permainan dinding yang menarik bagi anak serta disesuaikan dnegan tema sehingga anak tidak bosan. Dan tidak lupa dengan adanya inovasi pada area dinding dengan menggunakan jendela intip yang memungkinkan anak dapat melihat ke ruangan kelas sebelah dan menemukan teman sebayanya sedang bercengkrama dann beraktifitas. Untuk partisi akan dijadikan elemen estis pada ruangan dengan menampilkan teralis multifungsi. Bentukan jendela intip dan teralis estetis ini akan mengikuti dari unsure tema yang akan diangkat ditiap ruangan pada kelas tersebut. Pemilihan finishing pada dinding kelas dan ruangan lainnya ialah dengan cat warna soft atau pastel. Tetapi ada beberapa ruang yang dikecualikan seperti ruang musik dan tari yang membutuhkan peredam suara dengan menggunakan lapisan karpet ataupun bantalan. Dan kelas tari akan ditempelkan kaca lebar pada dindingnya. Salah satu fungsi dinding adalah sebagai pembatas dan pemberi privasi pada ruang.

Konsep Plafon

Plafon pada preschool dan kindergarten stepping stones nantinya menggunakan plafon kombinasi antara up ceiling, drop ceiling dan sebagian datar biasa . Plafon pada hall akan di eksos rangkanya karena memakai material kayu sehingga terkesan luas dan sejuk. Permainan jenis level pada plafon juga digunakan pada plafon sekolah Stepping Stones. Permainan level ini dimaksudkan agar tercipta privasi dan kesan akrab pada area yang diinginkan. Material yang digunakan juga menggunakan gypsum board dan sedikit aksen kayu.

Konsep Furniture

Furnitur atau perabot yang digunakan pada studi perancangan preschool dan kindergarten stepping stones adalah karakteristik yang berkaitan dengan fleksibilitas dan material yang natural serta bentukan bentukan yang dari alam seperti daun pohon atau binatang kesukaan anak – anak. Seperti meja misalnya, bentuknya merupakan merupakan semiotika dari ulat atau pun bentukan binatang lainnya. Furniture pada preschool dan kindergarten stepping stones nantinya juga akan didesain dengan menyesuaikan pada segi keergonomisan sang anak dan sesuai dengan umur masing masing kategori kelas dan sesuai dengan metode Montessori.

Gambar 26: Pola permainan dinding dengan permainan

bahan dan level dinding

Gambar 27: Aplikasi material dan finishing plafond pada ruang kelas Preschool dan

Kindergarten Stepping Stones.

Gambar 28: Aplikasi furniture yang cocok pada ruang kelas Preschool dan Kindergarten

Stepping Stones

Konsep Peruang Kelas

Jungle Class

Sesuai dengan namanya, kelas ini akan diterapkan konsep alam hutan yang segar dan mengikuti aturan dan keamanan anak. Pada area ini dipakai dengan kapasitas untuk 6 orang anak 0-1,5 tahun. Dengan 1 orang guru pendamping serta 6 baby sitter atau orang tua pendamping. Pada beberapa bagian ruangan akan diaplikasikan elemen estetis yang menggambarkan nuansa hutan yaitu dengan menerapkan konsep bentukan pohon serta daun yang akan diaplikasikan pada jendela intip antar ruang serta pada bentukan jendela yang berada pada pintu yang berfungsi untuk mempermudah orangtua dan staff memantau ekadaan dalam kelas tanpa mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung didalamnya. . Sedangkan untuk furniture tersedia lemari locker khusus anak, meja dan kursi yang fleksibel ringan dan fungsional. Sedangkan pada arena bermain akan disediakan permainan yang telah teruji keamanannya bagi anak umur 0-1,5 tahun.

Farm Class

Sesuai dengan namanya, kelas ini akan diterapkan konsep peternakan yang ramah dan mengikuti aturan dan keamanan anak. Pada area ini dipakai dengan kapasitas untuk 6 orang anak 2 – 3 tahun. Dengan 1 orang guru pendamping serta beberapa pendamping baby sitter atau orang tua jika dibutuhkan. Tambahan permainan kreativitas lainnya yang memang sedang dikembangkan untuk anak berumur 2 – 3 tahun ini dan tambahan kegiatan motorik lainnya selain Montessori stuff, contohnya seperti kolam bola, permainan edukasi Lego sebagai pembangkit kreativitas anak. Akan diaplikasikan pula pada bagian dinding akan dibuat menyerupai pagar yang merupakan ciri khas dari peternakan yang memiliki kandang bagi hewan hewannya. Juga aplikasi warna merah bata pada pagar di dinding dan juga pada elemen lainnya.kandang bagi hewan hewannya. Juga aplikasi warna merah bata pada pagar di dinding dan juga pada elemen lainnya.

Gambar 29: Aplikasi bentukan pohon dan daun akan dipakai pada pintu dan jendela intip

antar ruang. Sebagai elemen estetis yang fungsional.

Gambar 30: Furniture untuk arena permainan/ Playground

Gambar 31: Aplikasi warna dan bentukan khas pada ruangan

kelas Farm nantinya mengadaptasi dari nuansa

ramah dan cerianya peternakan.

Sea Class

Sesuai dengan namanya, kelas ini akan diterapkan konsep pantai dan under the sea yang imajinatif dan mengikuti aturan dan keamanan anak. Pada area ini dipakai dengan kapasitas untuk 10 orang anak 3 - 4 tahun. Bentukan khas dari lautan yang berombak akan digambarkan dan diaplikasikan pada area dinding serta beberapa elemen dekoratif lainnya. Akan digunakan pula bentukan gelembung yang menambahkan kesan dan efek bawah laut yang akan ditampilkan oleh jendela intip antar ruang serta pada pintu.

Space Class

Sesuai dengan namanya, kelas ini akan diterapkan konsep luar angkasa yang megah dan misterius dengan mengikuti aturan dan keamanan anak. Pada area ini dipakai dengan kapasitas untuk 12 orang anak 3 - 4 tahun. Ada penambahan luasan ruang yang diakibatkan oleh adanya penambahan pengguna didalamnya. Serta tambahan luasan area ditiap fasilitas edukasinya. Untuk elemen estetis akan mengadaptasi bentukan planet planet dan benda benda khas langit dan luar angkasa , antara lain bulan dan bintang. Serta peristiwa alam seperti petir atau guntur yang akan diaplikasikan di beberapa area interior yang tidak hanya sebagai hiasan aan tetapi akan bersanding dengan fungsional sehingga memperkuat konsep fleksibel yang akan diterapkan. Selain itu terdapat pula beberapa fasilitas furniture yang penting untuk menciptakan suasana kelas serta menunjang terwujudnya metode pembelajaran Montessori yang merupakan pedoman pengajaran di sekolah Stepping Stones ini. Antara lain tempat edukasi Montessori, edukasi umum, serta edukasi mandiri seperti real activity area yang di pergunakananak untuk melatih kegiatan orang dewasa sehari hari seperti di dapur memasak serta menyetrika dan menyapu.

Gambar 32: Variant warna alam bawah laut yang akan diaplikasian pada ruang Sea Class

Gambar 33: Gambar Gelombang lautan untuk aplikasi dindin, Gambar Gelembung udara khas dalam laut, Gambar bentukan rumput Laut.

Gambar 34: Variant warna yang akan diaplikasian pada ruang Space Class, Bentukan petir menjadi aksen langit yang terkesan diam, Bentukan Bintang yang menghiasi langit di malam hari.

Alphabet Class

Sesuai dengan namanya, kelas ini akan diterapkan konsep lebih matematis dan mengadaptasi bentukan geometris yang mengambarkan siluet kota metropotilan dengan mengikuti aturan dan keamanan anak. Akan tetapi dalam pemilihan warna akan mengikuti trend yang sedang ada dan diminati untuk diaplikasikan pada ruangan anak. Pada area ini dipakai dengan kapasitas untuk 12 orang anak 5 - 6 tahun. Pengembangan aktivitas pun telah diperhitungkan dan disesuaikan dengan perkembangan pemikiran sang anak yang lebih kritis dan luas sehingga ditambahkan area observasi yang memungkinkan anak untuk berdiskusi serta melakukan riset yang mereka inginkan. Terdapat tambahan aktivitas yang mengakibatkan luasan ruang menjadi diperlebar sedikit. Walaupun pelaku didalamnya tetap pada jumlah yang sama di kelas sebelumnya. Untuk jendela intip dan elemen pintu akan dipasangkan bentukan geometris berupa segitiga, trapezium, segienam, persegi, dll. Yang meperkuat konsep geometris yang akan diterapkan. Karenapada usia ini anak akan di ajarkan beradaptasi dengan bentuka mutlak yang matematis dan mempersiapkan mereka untuk ke jenjang memasuki Sekolah Dasar. Pilihan pengajaran dan mainan edukasi mereka pun meningkat sesuai dengan kebutuhan.

DESAIN AKHIR

Berikut ini merupakan 5 Ruang terpilih yang akan didesain sesuai dengan konsep yang telah digambarkan dan ditentukan dibab yang sebelumnya. Ruang terpilih tersebut diantaranya ialah merupakan ruang terpenting dimana segala aktivitas indoor anak berlangsung. Yaitu sebagai berikut :

1. Kelas Jungle 2. Kelas Farm 3. Kelas Sea 4. Kelas Space 5. Kelas Alphabet

Yang akan didesain sesuai dengan tema memalui nama asli mereka. Hal ini dikarenakan demi memperkuat karakter tiap kelasnya. Untuk fasilitas akan disesuai dengan kebutuhan tiap umurnya yang berbeda – beda.

Gambar 35: Bentukan siluet metropolitan kota akan menjadi acuan yang menghubungkan konsep geometris dengan nuansa alam perkotaan.

Gambar 36: Tambahan furniture pelengkap metode Montessori yang belum ada di kelas sebelumnya.

Kelas Jungle

Kelas Farm

Kelas Sea

Gambar 37: Perspektif Jungle Class

.

Gambar 38: Perspektif Farm Class

.

Gambar 38 : Perspektif Sea Class

.

Kelas Space

Kelas Alphabet

Desain Furniture & Elemen Estetika

Ranting Table

Gambar 39: Perspektif Space Class

.

Gambar 40: Perspektif Alphabet Class

.

Gambar 41: Transformasi ranting pohon 1.

Flips Baby Bed

Leaf Moveable Rugs

Multifungsional Board

Rest Library

Seaweed Railing

Gambar 42: Transformasi ranting pohon 2.

Gambar 43: Transformasi Daun 1.

Gambar 44: Transformasi Daun 2.

Gambar 45: Transformasi Pohon.

Gambar 46: Transformasi rumput laut.

DAFTAR RUJUKAN

1. Dwi Sunar Prasetyono. Membedah Psikologi Bermain Anak, Penerbit Think, 2007.

2. Elizabeth G. Hainstock. Metode Pengajaran Montessori Untuk Anak Sekolah Dasar. Pustaka

Delapratasa, 1999.

3. Hughes, Fergus P. Children, Play & Development. Allyn & Bacon, Boston, 1995.

4. Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Gramedia, Jakarta, 1985.

5. Piaget, J. Play, Dreams and Imitation in Childhood. WW. Norton & Company, New York, 1999.

6. Pamela, Coghlin. Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak 3 – 5 Tahun. Children’s Resources

Internasional. Washington DC. Inc. 2000.

7. Suherman. Perkembangan Anak. Penerbit Kedokteran EGC, 2000.

8. Triono, Budi, Astanto. Makalah Teori Bermain Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta, 2008.

9. Yulianti, Nurani S. Buku Ajar Konsep Dasar PAUD. Universitas Negeri Jakarta, 2007.

10. Mutiah, Diana. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana, Jakarta, 2010.

11. Neufert, Ernst. Data Arsitek. Erlangga. Jakarta, 1996.

12. Panero, Julius. Human Dimension and Interior Space. The Architectural Press Ltd, New York, 1979.

13. Nugraha, Agah, Muharam. Playground At Home. Etera, Depok – Indonesia, 2009.

14. Johnson, Elaine B. Contextual Teaching & Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar – Mengajar

Mengasyikkan dan Bermakna. MLC, Bandung, 2009.

15. Lipton, Laura dan Deborah Hubble. Menumbuh Kembangkan Kemandirian Belajar. Nuansa, Bandung,

2005.

16. Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta. 2003.

17. Ma’mur, Jamal, Asmani. Buku Pintar Playgroup. Buku Biru, Jogyakarta, 2010.

18. Starmer, Anna. The Colour Scheme Bible. Page One, Singapore, 2007.

19. Kopacz, Jeanne. Color in Three Dimensional Design. McGraw – Hill, New York, 2004.

20. Mulyadi, Seto. Bermain dan Kreativitas: Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan

Bermain. Papas Sinar Sinanti, Jakarta, 2004.

21. Pile, John F. Color In Interior Design. McGraw- Hill, New York, 1997.

22. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Balai Pustaka, Jakarta, 2001.

23. Roesdianawati, Sri. Perkembangan Anak Secara Holistik Sebagai Pribadi Yang Unik. 2001.

24. Ruth, Linda Cain. Design Standart for Children’s Environments. McGraw- Hill, New York, 2000.

25. Bean, Reynold. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak. Banarupa Aksara, Jakarta, 1993.

26. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Erlangga, 2002.

27. Darmaprawira, Sulasmi W.A. Psikologi Warna. 2007.

28. Dudek, Mark. Kindergarten Architecture : Space For The Imagination. Bell & Bain Ltd, Britain, 2000.

29. Britton, Lesley. Montessori Play & Learn. Crown Publisher Inc. New York, 1992.

30. Fishel, Catharine. Designing for Children. Rockport Publisher Inc. Massachusetts, 2001.

31. Montessori, Maria. The Discovery Of The Child. Ballantine Books. New York, 1978.

32. Montessori, Maria. Montessori Method. Ballantine Books. New York, 1962.