demung elektronik berbasis raspberry pi · berbasis raspberry pi yang merupakan replika demung...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
DEMUNG ELEKTRONIK BERBASIS
RASPBERRY PI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Disusun oleh:
LAWRENCE HERIANTO
NIM : 135114048
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
FINAL PROJECT
ELECTRONIC DEMUNG BASED ON
RASPBERRY PI
In a partial fulfilment of the requirements
for the degree of Sarjana Teknik
Departement of Electrical Engineering
Faculty of Science and Technology, Sanata Dharma University
LAWRENCE HERIANTO
NIM : 135114048
DEPARTEMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini tidak memuat karya
atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 6 Juni 2017
Lawrence Herianto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP
MOTTO:
Menemukan Tuhan Dalam Segala
(Spiritualitas Ignasian)
Skripsi ini kupersembahkan kepada..…
Allah Tri Tunggal Maha Kudus
Papa, Mama dan Adik-Adik ku
Sahabatku dan Teman-Teman Seperjuangan
Seluruh Penikmat dan Pecinta
Seni Karawitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : LAWRENCE HERIANTO
Nim : 135114048
Dari pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan keapada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
DEMUNG ELEKTRONIK BERBASIS RASPBERRY PI
beserta perangakat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas dan memplubikasikannya di internet atau media lain untuk kepitingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya mampun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 6 Juni 2017
Lawrence Herianto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
INTISARI
Perkembangan zaman dan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan.
Gamelan sebagai salah satu alat musik tradisional asli Indonesia khususnya pulau Jawa
mulai kurang mendapat perhatian terlebih di kalangan anak muda. Harganya yang mahal
dan terkesan kuno membuat gamelan menjadi tidak menarik bagi sebagian orang. Namun
tidak selamanya perkembangan teknologi membawa dampak buruk bagi suatu kebudayaan.
Kombinasi yang tepat antara teknologi dan kebudayaan justru akan memperkaya
kebudayaan itu sendiri.
Pada penelitian ini dilakukan perancangan perangkat keras demung elektronik
berbasis Raspberry Pi yang merupakan replika demung dalam instrumen gamelan. Nada
yang dihasilkan berasal dari rekaman suara demung konvensional yang kemudian disimpan
dalam SD Card. Sample nada ini akan diolah secara digital sehingga ketika bilah demung
dipukul maka sensor FSR yang diletakkan dibawah setiap bilah akan mendeteksi pukulan
tersebut sebagai impuls yang memicu Raspberry Pi memainkan nada yang tersimpan
dalam SD Card melalui speaker. Selain itu pada setiap bilah juga di tempatkan limit switch
yang jika ditekan akan berfungsi sebagai pathet untuk menghilangkan suara demung yang
masih bergema sebelum memukul bilah selanjutnya. Satu perangkat demung elektronik
dirancang untuk dapat memainkan dua laras yaitu slendro dan pelog yang dapat dipilih
menggunakan selector switch yang kemudian akan ditampilkan dalam penampil LCD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa demung elektronik berhasil mengeluarkan
nada demung sesuai dengan bilah yang ditabuh. Hanya saja ada sedikit delay antara
penabuhan dengan proses keluarnya suara dari speaker. Kehadiran perangkat ini
diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi harga gamelan yang mahal sehingga
proses sosialisasi tidak terhambat.
Kata kunci : gamelan, demung, Raspberry Pi, Force Sensitive Resistor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Modernization and globalization are two things that cannot be separated from
human life nowadays. Gamelan as one of Indonesian traditional instrument, especially in
Java, gets less appreciation from the young generation. Some people assume that gamelan
is expensive and out-of-date, so it does not catch their attention. However, modernization,
specifically technology, does not always bring negative effect for a civilization. The right
assimilation between technology and culture will enrich its own culture.
This study made an examination of the design of electronic demung as a hardware
with Raspberry Pi basis which is a demung replica in gamelan instrument. The tone that is
produced derives from a demung recording sound that later is saved in SD Card. The
sample sound of demung is processed on digital system, so when the lath of demung is hit;
the FSR censor located in below of each lath detects stroke as an impulse that activates
Raspberry Pi to play the sound saved in SD Card through the speaker. Besides, the limit
switch can be found in every lath. The limit switch is functioned as “pathet”; the way of
gamelan player stops the demung sound when he wants to hit another lath. One set of
electronic demung is designed to have a capability to play two different tuning systems,
slendro and pelog. Two different tuning systems can be chosen by using selector switch
that is shown in LCD performance.
The results of this study show that electronic demung succeeds to bring the tone of
demung out corresponding the lath that is hit. Meanwhile, there is an interval between the
lath that is being played and the corresponding process from the speaker. Hopefully, the
manifestation of this hardware can be a solution to solve the high price of gamelan so the
process of socialization is not obstructed.
Key words: gamelan, demung, Raspberry Pi, Force Sensitive Resistor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Allah atas segala rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa
memberikan kekuatan dan penghiburan kepada penulis melalui perjumpaan-perjumpaan
dengan setiap orang dalam kehidupan sehari-hari sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa banyak bantuan dan
bimbingan serta dukungan yang didapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Petrus Setyo Prabowo, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Elektro Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Linggo Sumarno, selaku Dosen Pembimbing tugas akhir yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta memberikan saran dan
masukan dalam pengerjaan tugas akhir ini..
4. Ibu Wiwien Widyastuti, S.T., M.T. dan Bapak Dr. Iswanjono selaku dosen penguji
yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam pengerjaan tugas akhir
ini.
5. Bapak Pius Yozy Merucahyo, ST., MT., selaku dosen pembimbing akademik
Program Studi Teknik Elektro angkatan 2013
6. Rm. Dr. Gregorius Budi Subanar, SJ., atas tantangan-tantangan yang memberikan
pengalaman dan pembelajaran hidup yang bermakna.
7. Br. Pius Kirja Utama, SJ., beserta karyawan Seksi Pengabdian Masyarakat Realino
yang telah memberikan fasilitas dan ilmu dalam proses pembuatan demung
elektronik dari kayu.
8. Seluruh Dosen Teknik Elektro yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
kepada penulis selama proses perkuliahan.
9. Papa, mama, dan adik-adik ku serta keluarga yang telah memberikan perhatian dan
dukungan.
10. Seluruh teman-teman prodi Teknik Elektro, teristimewa angkatan 2013 atas kerja
sama dan kebersamaannya selama menjalani studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
11. Teman-teman kontrakan yang menjadi teman hidup serumah dalam menjalani masa
studi.
12. Teman-teman “Dolan Mangan Wae” yang senatiasa hadir memberi warna dalam
menapaki jalan menuju masa depan.
13. Keluarga besar UKM Seni Karawitan Universitas Sanata Dharma yang banyak
memberikan pengalaman hidup yang luar biasa dan boleh mengalami banyak
perjumpaan.
14. Humas Universitas Sanata Dharma beserta teman-teman Staff Humas Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk membagikan
kegembiraan sebagai bagian dari Universitas Sanata Dharma kepada para calon
mahasiswa baru.
15. Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan bantuan dana dalam penelitian ini.
16. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas bantuan,
bimbingan, kritik dan saran.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan, karena itu penulis akan menerima segala kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Harapannya penelitian ini dapat
bermanfaat dan dikembangkan lagi oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 6 Juni 2017
Lawrence Herianto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL (Bahasa Indonesia) ................................................................. i
HALAMAN JUDUL (Bahasa Inggris) ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP ......................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................. vii
INTISARI .................................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Tujuan dan Manfaat .......................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ............................................................................................... 3
1.4. Metodologi Penelitian ....................................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI
2.1. Gamelan Jawa ................................................................................................... 6
2.1.1. Fungsi Gamelan Jawa ............................................................................... 7
2.1.2. Titilaras Gamelan Jawa ............................................................................. 8
2.1.3. Demung ..................................................................................................... 9
2.2. Raspberry Pi ...................................................................................................... 10
2.2.1. Raspberry Pi 2 Model B ............................................................................ 11
2.2.2. Raspberry Pi 2 Pinout ............................................................................... 12
2.3. Sistem Operasi Raspbian .................................................................................. 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.4. Bahasa Pemrograman Python ........................................................................... 13
2.5. Force Sensitive Resistor ( FSR ) ....................................................................... 14
2.6. ATmega 8535 ................................................................................................... 17
2.6.1. Konstruksi ATmega 8535 ......................................................................... 18
2.6.2. Konfigurasi Pin ATmega 8535 ................................................................. 19
2.6.3. Analog to Digital Converter ( ADC ) ....................................................... 21
2.7. Waveform Audio File Format ( WAV ) ........................................................... 22
2.8. Moving Average Filter ...................................................................................... 23
2.9. Penguatan dan Pelemahan Sinyal Suara ........................................................... 23
2.10. Bi-Directional Logic Level Converter ............................................................ 24
BAB III PERANCANGAN
3.1. Perancangan Sistem Secara Umum ....................................................................... 26
3.2. Sumber Nada ......................................................................................................... 27
3.2.1. Pengaturan Volume Nada ............................................................................ 29
3.3. Perancangan Perangkat Keras ............................................................................... 30
3.3.1. Rangkaian Catu Daya Sistem ...................................................................... 31
3.3.2. Rangkaian Sensor FSR ................................................................................ 31
3.3.3. Rangkaian Selector Switch .......................................................................... 35
3.3.4. Rangkaian Penampil LCD ........................................................................... 35
3.3.5. Rangkaian Limit Switch ............................................................................... 37
3.3.6. Rancangan Bentuk Fisik Demung Elektronik ............................................. 38
3.3.7. Rancangan Tabuh Pengujian ....................................................................... 39
3.4. Perancangan Perangkat Lunak .............................................................................. 39
3.4.1. Program Pembacaan dan Pengolahan Sensor FSR ...................................... 41
3.4.2. Program Pengiriman Data Dari ATmega 8535 ke Raspberry Pi ................. 43
3.4.3. Program Memainkan Nada .......................................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Bentuk Fisik Demung Elektronik dan Hardware Elektronik ................................ 47
4.2. Cara Pengoperasiaan Alat ...................................................................................... 49
4.3. Pengujian Force Sensitive Resistor ....................................................................... 49
4.4. Pengujian Pukulan dan Penentuan Range Volume................................................ 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.5. Pengujian Sample Nada dan Suara Demung Elektronik ....................................... 58
4.6. Pengujian Nada Keluaran ...................................................................................... 64
4.7. Pengujian Tombol Pathet ...................................................................................... 70
4.8. Pengujian Penampil LCD ...................................................................................... 72
4.9. Pengamatan Delay Audio ............................................................................................ 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 76
5.2. Saran ...................................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Program ATmega 8535 dengan CodeVision AVR ............................ L2
Lampiran 2. Program Raspberry Pi dengan Bahasa Pemrograman Python .......... L6
Lampiran 3. Tabel Data Pengujian Level Pukulan Tiap Bilah .............................. L-16
Lampiran 4. Tabel Pengukuran Frekuensi Laras Slendro ..................................... L-21
Lampiran 5. Tabel Pengukuran Frekuensi Laras Pelog ........................................ L-21
Lampiran 6. Tabel Pengujian Nada Keluaran Berdasarkan Level Pukulan
dan Nilai ADC Laras slendro ................................................................................ L-22
Lampiran 7. Tabel Pengujian Nada Keluaran Berdasarkan Level Pukulan
dan Nilai ADC Laras pelog ................................................................................... L-29
Lampiran 8. Rangkaian Elektronik Keseluruhan ................................................. L-36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Blok diagram perancangan ....................................................................... 4
Gambar 2.1. Seperangkat Gamelan Jawa ..................................................................... 6
Gambar 2.2. Gamelan Jawa sebagai pengiring pagelaran wayang kulit. ..................... 7
Gambar 2.3. Demung ................................................................................................... 10
Gambar 2.4. Bentuk fisik Raspberry Pi 2. .................................................................... 11
Gambar 2.5. Skema pinout Raspberry Pi 2. ................................................................. 12
Gambar 2.6. Pemrograman Python pada Raspberry Pi ................................................ 14
Gambar 2.7. Interlink Electronics Model FSR- 402 ..................................................... 14
Gambar 2.8. Perbandingan antara gaya dan hambatan FSR- 402. ............................... 15
Gambar 2.9. Rangkaian pembagi tegangan FSR .......................................................... 15
Gambar 2.10. Pengaruh nilai resistor RM terhadap tegangan keluaran ....................... 16
Gambar 2.11. Konfigurasi pin ATmega 8535 .............................................................. 19
Gambar 2.12. Rangkaian Bi-Directional Logic Level Converter ................................. 25
Gambar 3.1. Perancangan sistem .................................................................................. 26
Gambar 3.2. Diagram alir proses pengambilan sumber nada ....................................... 28
Gambar 3.3. Posisi peletakan sensor FSR .................................................................... 32
Gambar 3.4. Rangkaian sensor FSR, Atmega 8535 dan logic level converter............. 32
Gambar 3.5. Rangkaian selector switch ....................................................................... 35
Gambar 3.6. Rangkaian penampil LCD 16x2 .............................................................. 36
Gambar 3.7. Rangkaian Limit switch ........................................................................... 37
Gambar 3.8. Dimensi demung elektronik tampak samping ......................................... 38
Gambar 3.9. Bilah demung elektronik tampak atas...................................................... 39
Gambar 3.10. Diagram alir program utama .................................................................. 40
Gambar 3.11. Diagram alir pembacaan dan pengolahan sensor FSR .......................... 42
Gambar 3.12. Diagram alir pengiriman data sensor data sensor .................................. 43
Gambar 3.13. Diagram alir memainkan nada ............................................................... 45
Gambar 4.1. Demung elektronik tampak depan ........................................................... 47
Gambar 4.2. Demung elektronik tampak atas .............................................................. 47
Gambar.4.3. Demung elektronik tampak samping ....................................................... 47
Gambar 4.4. Bilah demung elektronik.......................................................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 4.5. Rangkaian elektronik ............................................................................... 48
Gambar 4.6. Grafik nilai ADC dengan rata-rata dari 10 data percobaan 1 .................. 51
Gambar 4.7. Grafik nilai ADC dengan rata-rata dari 5 data percobaan 1 .................. 52
Gambar 4.8. Program pembacaan sensor FSR dengan jumlah rata-rata 10 data.......... 53
Gambar. 4.9. Perbandingan nilai ADC terhadap pukulan dengan bilah yang berbeda 57
Gambar 4.10. Program rekam nada dengan software Matlab ...................................... 58
Gambar 4.11. Nilai amplitudo = 1 untuk nada siji pelog Level 3 (keras) .................... 59
Gambar 4.12. Program pelemahan sinyal Level 2 (sedang) ......................................... 59
Gambar 4.13. Program pelemahan sinyal Level 1 (lirih) ............................................. 59
Gambar 4.14. Nilai amplitudo = 0,49 untuk nada siji pelog Level 2 ........................... 60
Gambar 4.15. Nilai amplitudo = 0,24 untuk nada siji pelog Level 1 ........................... 60
Gambar 4.16. Frekuensi dan itensitas suara nada siji pelog Level 3 ............................ 62
Gambar 4.17. Frekuensi dan itensitas suara nada siji pelog Level 2 ............................ 63
Gambar 4.18. Frekuensi dan itensitas suara nada siji pelog Level 1 ............................ 63
Gambar 4.19. Gelombang audio laras siji pelog .......................................................... 64
Gambar. 4.20. Program memainkan nada pada bilah satu ........................................... 68
Gambar 4.21. Gelombang audio sebelum dan setelah tombol pathet di tekan ............ 71
Gambar 4.22. program tombol pathet bilah 1 .............................................................. 71
Gambar 4.23. Penampil LCD laras slendro .................................................................. 72
Gambar 4.24. Penampil LCD laras pelog ..................................................................... 72
Gambar 4.25. Program penampil LCD dengan CodeVision AVR ................................ 73
Gambar 4.26. Program pemicu logika high dan low dari Raspberry dengan Python... 73
Gambar 4.27. Perbandingan gelombang Ch 1 dan Ch 2 .............................................. 74
Gambar 4.28. Program pengaktifan GPIO 9 jika fungsi “p1_h.play()” dieksekusi ..... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Titilaras demung slendro gamelan Kyahi Kanyutmesem
Pura Mangkunegaran dalam ranah frekuensi ............................................................... 9
Tabel 2.2. Titilaras demung pelog gamelan Kyahi Kanyutmesem
Pura Mangkunegaran dalam ranah frekuensi ............................................................... 9
Tabel 2.3. Karakteristik FSR – 402 .............................................................................. 16
Tabel 3.1. Nada rekaman demung laras slendro .......................................................... 29
Tabel 3.2. Nada rekaman laras demung pelog.............................................................. 29
Tabel 3.3. Pelemahan sinyal suara................................................................................ 30
Tabel 3.4. Spesifikasi catu daya Raspberry Pi.............................................................. 31
Tabel 3.5. Spesifikasi catu daya ATmega 8535, sensor FSR, dan LCD ...................... 31
Tabel 3.6. Urutan bilah demung dan sensor FSR ......................................................... 32
Tabel 3.7. Konfigurasi pin ATmega 8535 .................................................................... 33
Tabel 3.8. Konfigurasi pin logic level converter .......................................................... 34
Tabel 3.9. Konfigurasi pin LCD 16x2 .......................................................................... 36
Tabel 3.10. Koneksi limit switch .................................................................................. 38
Tabel 3.11. Perbandingan nilai ADC dalam menentukan tingkatan volume ............... 41
Tabel 3.12. Perbandingan bit data “kirim” dalam menentukan tingkatan volume ....... 45
Tabel 3.13. Tiga nilai bit data “kirim” dalam menentukan bilah ................................. 46
Tabel 4.1. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 10 data ................................. 50
Tabel 4.2. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 5 data ................................... 51
Tabel 4.3. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata 3 data .......................................... 52
Tabel 4.4. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata 2 data dari 3 data ........................ 54
Tabel 4.5. Data nilai ADC bilah satu ........................................................................... 54
Tabel 4.6. Data nilai ADC bilah dua ............................................................................ 55
Tabel 4.7. Data nilai ADC bilah tiga ............................................................................ 55
Tabel 4.8. Data nilai ADC bilah empat ........................................................................ 55
Tabel 4.9. Data nilai ADC bilah lima ........................................................................... 55
Tabel 4.10. Data nilai ADC bilah enam ....................................................................... 56
Tabel 4.11. Data nilai ADC bilah tujuh ........................................................................ 56
Tabel 4.12. Data rata-rata nilai ADC untuk setiap bilah dan level pukulan ................. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel 4.13. Data ADC terkecil untuk setiap level pukulan .......................................... 57
Tabel 4.14. Perbandingan nilai ADC dalam menentukan range volume ..................... 57
Tabel 4.15. Sample nada laras slendro ......................................................................... 61
Tabel 4.16. Sample nada laras pelog ............................................................................ 61
Tabel 4.17. Pengukuran nilai rata-rata frekuensi nada keluaran slendro ..................... 65
Tabel 4.18 . Pengukuran nilai rata-rata frekuensi nada keluaran pelog ....................... 65
Tabel 4.19. Tingkat keberhasilan pukulan berdasarkan nilai ADC dengan level
suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras slendro ............................................. 66
Tabel 4.20. Tingkat keberhasilan pukulan berdasarkan nilai ADC dengan level
suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras pelog ................................................ 66
Tabel 4.21. Tingkat keberhasilan berdasarkan perasaan kekuatan pukulan dengan
level suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras slendro..................................... 67
Tabel 4.22. Tingkat keberhasilan berdasarkan perasaan kekuatan pukulan dengan
level suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras pelog ....................................... 67
Tabel 4.23. Penjelasan isi data “Ch” ............................................................................ 70
Tabel 4.24. Penjelasan isi data “Data” ......................................................................... 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi dapat memungkinkan terjadinya perubahan besar pada pola hidup
manusia dewasa ini. Masuknya budaya dari negara maju ke negara berkembang berdampak
pada ketergantungan budaya negara berkembang terhadap negara maju. Negara berkembang
seolah-olah mengalami krisis identitas budaya karena masyarakatnya lebih cendrung tertarik
dengan budaya yang berasal dari negara maju dari pada mengapresiasi kebudayaannya
sendiri.
Salah satu dampak dari era globalisasi adalah perkembangan musik dunia. Akhir-akhir
ini perkembangan musik dunia semakin pesat, khususnya di Indonesia berupa peningkatan
dalam ragam dan mutunya. Saat ini lebih banyak penikmat musik di Indonesia lebih memilih
musik modern dari pada musik daerah. Situasi seperti ini bukan menjadi hal yang asing lagi
karena merupakan konsekuensi dari keterbukaan yang lebih luas secara global dengan
adanya sarana yang didukung oleh teknologi informasi.
Salah satu dari sekian banyak alat musik tradisional yang ada di Indonesia adalah
gamelan. Gamelan merupakan produk budaya tradisional yang telah berusia ratusan tahun
yang lahir dan berkembang di daerah Jawa. Gamelan sebagai alat musik memiliki keunikan
terutama dalam laras (sistem nada) dan proses pembuatannya. Gamelan termasuk alat musik
pentatonik, yakni tidak memiliki standar nada dasar sebagaimana pada alat musik diatonik
yang memiliki standar frekuensi atau acuan tinggi-rendahnya nada. Proses untuk
mendapatkan tinggi-rendahnya nada pada satu bilah dikenal sebagai pelarasan. Pelarasan
bilah-bilah pada instrumen gamelan merupakan proses yang sulit dan sangat unik, karena
tidak ada acuan baku tinggi-rendahnya nada dan warna bunyi yang berlaku pada semua
gamelan. Karena proses pembuatannya yang sangat rumit dan bahan baku yang mahal
terutama untuk gamelan perunggu maka harga satu set gamelan perunggu sangat mahal
bahkan hingga mencapai ratusan juta rupiah.
Satu pangkon atau satu perangkat gamelan jawa terdiri dari beberapa macam
instrumen. Untuk dapat memainkan satu perangkat gamelan jawa diperlukan banyak orang
dan tempat yang cukup luas. Keterbatasan seperti sulitnya membuat perangkat instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
gamelan hingga harganya yang mahal menjadi beberapa faktor yang menyebabkan
kurangnya sosialisasi dan pengenalan mengenai musik daerah ini. Kurangnya sosialisasi dan
pengenalan gamelan menyebabkan alat musik gamelan kurang diminati dan diapresiasi oleh
khalayak muda saat ini yang lebih cenderung tertarik dengan alat musik modern yang
memiliki keunggulan lebih praktis dan menghilangkan kesan kuno saat bermain musik
dibanding alat musik daerah seperti gamelan yang menjadi salah satu icon daerah Jawa
khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada penelitian sebelumnya oleh Prasetya [1] mengenai “Perancangan Bonang
Elektronik Berbasis Arduino Uno” dan Santoso [2] mengenai “Perancangan Saron
Elektronik Berbasis Arduino Uno” mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino Uno
dengan tambahan modul Wave Shield yang berfungsi sebagai modul pengolahan audio
digital dan SD Card. Disamping itu, pada penelitian sebelumnya satu instrumen gamelan
hanya dirancang untuk memainkan satu jenis nada saja yaitu pelog atau slendro.
Pada penelitian kali ini dilakukan perancangan sebuah perangkat keras berbasis
mikrokontroler menggunakan Raspberry Pi yang merupakan prototype dari instrumen
gamelan khususnya instrumen demung. Sample nada adalah rekaman dari instrumen
demung asli yang tersimpan dalam SD Card dan diolah lebih lanjut dengan mikrokontroler.
Jika demung elektronik yang dibuat ditabuh, maka sensor FSR akan mendeteksi adanya
impuls yang memicu dikeluarkannya suara yang telah tersimpan dalam SD Card. Pada
Raspberry Pi tidak diperlukan tambahan modul Wave Shield karena pengolahan audio digital
dan SD Card include pada board Raspberry Pi. Disamping itu pada penelitian kali ini, satu
instrumen gamelan khususnya demung dirancang untuk dapat memainkan dua jenis nada
yaitu pelog dan slendro sehingga lebih praktis dan dapat mengurangi biaya produksi
gamelan elektronik.
Dengan hadirnya perangkat keras ini maka dapat menjadi solusi dari permasalahan
keterbatasan sosialisai dan pengenalan seni musik daerah pada kalangan anak-anak dan
khalayak muda. Harapannya perangkat keras ini dapat didistribusikan ke sekolah-sekolah
sehingga dapat mengenalkan seni musik gamelan sejak dini kepada anak-anak sekolah dan
juga masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap seni musik gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan perangkat keras berupa prototype
demung elektronik berbasis Raspberry Pi dan mengaplikasikan ilmu teknologi dalam
melestarikan seni budaya tradisional.
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai media pembelajaran alat musik gamelan, secara khusus instrumen demung.
2. Sebagai media pendukung dalam proses sosialisasi dan pengenalan alat musik
gamelan kepada anak-anak sekolah dan kepada masyarakat umum yang memiliki
ketertarikan terhadap seni musik gamelan.
1.3. Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah yang dianggap perlu oleh penulis pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mikroprosesor yang digunakan adalah ARM Cortex-A7 yang telah menjadi satu
dalam modul Raspberry Pi 2.
2. Sumber nada berupa audio digital rekaman disimpan di dalam SD Card.
3. Menggunakan sensor Force Sensing Resistor (FSR).
4. Menggunakan ATmega 8535 sebagai pengolah ADC yang dihubungkan dengan
Raspberry Pi 2.
5. Satu buah prototype instrumen demung dirancang untuk dapat memainkan dua jenis
nada yaitu pelog dan slendro.
6. Output sistem berupa suara rekaman demung yang berasal dari speaker aktif.
7. Keras lembutnya tabuhan akan mempengaruhi volume output demung elektronik.
8. Menggunakan push limit switch pada setiap bilahan yang berfungsi sebagai pathet
untuk menghilangkan bunyi dengung pada bilahan sebelumnya.
1.4. Metodologi Penelitian
Berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai metode-metode penelitian yang
digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan pengumpulan informasi dari berbagai literatur.
Literatur tersebut antara lain berupa buku, skripsi, dan datasheet. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
informasi dikumpulkan dari berbagai artikel di internet. Informasi yang dikumpulkan
terkait dengan topik permasalahan yang akan dikerjakan
2. Perancangan dan Pembuatan Alat
Perancangan dan pembuatan alat diawali dengan pembuatan perangkat keras
dan perangat lunak berupa program yang terdiri dari beberapa bagian seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 1.1. Berdasarkan blok diagram perancangan, masukan
berupa kuat lemahnya pukulan akan mempengaruhi nilai resistansi dari sensor FSR.
Nilai resistansi FSR akan mempengaruhi tegangan input pada ADC. ATmega 8535
bertugas untuk mengkonversi tegangan berupa data analog menjadi data digital agar
bisa diolah oleh Raspberry Pi. Selanjutnya data masukan dari ATmega 8535 akan
diolah lebih lanjut dalam Raspberry Pi dengan melewati Logic Level Converter
terlebih dahulu karena ada perbedaan logika high dan low antara ATmega 8535 dan
Raspberry Pi. Raspberry Pi bertugas untuk memproses data kiriman dari ATmega
8535 untuk selanjutnya menghasilkan suara demung yang sudah direkam dan
disimpan dalam SD Card melalui speaker aktif yang dihubungkan dengan port jack
audio 3.5 mm yang ada di Raspberry Pi. Selector switch digunakan untuk memilih
memainkan laras slendro atau pelog kemudian ditampilkan dalam layar LCD. Push
button switch digunakan untuk menghilangkan suara dengung pada pemukulan bilah
sebelumnya. Push button switch berfungsi sebagai pathet dengan cara menekan
tombol push button switch sehingga tidak terjadi penumpukan suara demung
sebelumnya dengan suara demung yang baru dipukul.
Gambar 1.1 Blok diagram perancangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Pengambilan Data dan Pengujian
Pengambilan data perlu dilakukan untuk menguji apakah alat telah bekerja
dengan baik sesuai dengan perancangan. Pengujian yang dilakukan meliputi:
pengujian FSR, pengujian algoritma peak detection, pengujian nada masukan,
pengujian keluaran sistem, pengujian volume, pengujian repeatability sistem, dan
pengujian sudut tabuhan.
4. Pembuatan Analisia dan Kesimpulan
Analisis dan pengambilan kesimpulan dirumuskan berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil pengujian. Analisa sisetem mengacu pada kesesuain sistem yang
dibuat dengan perancangan sistem yang diharapkan. Dengan menganalisa data
pengujian dapat disimpulkan apakah alat yang dibuat bekerja dengan baik sesuai
dengan perancangan atau ada bagian tertentu dari sistem yang tidak sesuai dengan
perancangan. Jika terdapat perbedaan atau ketidaksesuaian maka akan di jelaskan
penyebab dari ketidak sesuaian atau perbedaan tersebut berdasarkan teori dan data
pengujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Gamelan Jawa
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang
sering disebut dengan istilah karawitan [3]. Gambar Gamelan Jawa dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Karawitan berasal dari bahasa Jawa yaitu dari kata dasar rawit yang berarti
rumit, berbelit-belit. Disamping itu, rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak.
Sedangkan arti kata gamelan sendiri sampai sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Bisa jadi
kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah
alat untuk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul.
Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan
atau kentongan, barang yang sering digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini
bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan
itu adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering
dibuat dengan cara digembel namanya gembelan dan seterusnya gembelan berkembang
menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu
digembel-gembel atau dipukul-pukul.
Gambar 2.1. Seperangkat Gamelan Jawa [4]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2.1.1. Fungsi Gamelan Jawa
Bagi masyarakat Jawa selain mempunyai fungsi estetika, gamelan juga berkaitan
dengan nilai-nilai sosial, moral, dan spiritual [3]. Keagungan gamelan sudah jelas tidak
terbantahkan lagi. Gamelan merupakan orkestra asli Indonesia. Duniapun mengakui bahwa
gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik Barat yang
serba besar. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Dengan
kata lain gamelan dapat membentuk karakter pribadi seseorang. Orang yang biasa
berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa setiakawan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah
laku sopan dan sabar. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing.
Oleh sebab itu selain mendapatkan keterampilan dalam bermain gamelan, seseorang yang
belajar memainkan gamelan secara tidak langsung juga akan melatih kesabaran dan mengasa
kepekaan seseorang.
Gamelan adalah alat kesenian yang serba luwes. Gamelan dipergunakan (dibunyikan)
pada upacara-upacara tertentu (pagelaran-pagelaran) yang dapat dibagi menjadi 5 bagian
yaitu : (1) Gamelan dibunyikan untuk mengiringi pagelaran wayang, (2) mengiringi tari-
tarian, (3) mengiringi upacara sekaten, (4) mengiringi klenengan pada upacara nikah, dan
(5) mengiringi upacara kenegaraan atau keagamaan [3]. Gambar 2.2. menunjukkan fungsi
Gamelan Jawa yang digunakan sebagai iringan musik pagelaran wayang kulit.
Gambar 2.2. Gamelan Jawa sebagai pengiring pagelaran wayang kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2.1.2. Titilaras Gamelan Jawa
Titilaras artinya tulisan atau tanda sebagai penyimpulan nada-nada yang sudah
tertentu tinggi-rendahnya [5]. Fungsi titilaras untuk mencatat notasi gendhing atau tembang
yang diperlukan dalam belajar karawitan atau tembang. Titilaras yang akan menentukan
sebuah permainan gamelan. Titilaras dalam gamelan ada dua macam, yaitu:
1. Titilaras Slendro (Sl), terdiri dari:
Penunggal : 1 : siji (ji)
Gulu : 2 : loro (ro)
Dhadha : 3 : telu (lu)
Lima : 5 : lima (ma)
Nem : 6 : enem (nem)
2. Titilaras Pelog (Pl), terdiri dari:
Penunggal : 1 : siji (ji)
Gulu : 2 : loro (ro)
Dhadha : 3 : telu (lu)
Pelog : 4 : papat (pat)
Lima : 5 : lima (ma)
Nem : 6 : enem (nem)
Barang : 7 : pitu (pi)
Dalam pemakaian sehari-hari, titilaras hanya disebut laras. Laras atau titilaras ini
mengacu pada suara atau sesuatu yang enak didengar dan dirasakan [5]. Ada pula titilaras
yang berarti nada, yang berasal dari bunyi gamelan. Laras (nada) mempunyai 3 sifat nada
dasar, yaitu: (1) tinggi rendah, yang disebabkan oleh banyak sedikitnya getaran dalam waktu
tertentu (frekuensi), (2) panjang pendek, disebabkan oleh irama terjadinya getaran pada
sumber bunyi (periode), dan (3) laras lirih, yang disebabkan oleh besar atau jauhnya getaran
(amplitudo). Titilaras demung slendro dalam ranah frekuensi dapat dilihat pada Tabel 2.1.,
sedangkan titlaras demung pelog dapat dilihat dalam Tabel 2.2. Komposisi nada-nada yang
tinggi dan rendah menghasilkan melodi. Komposisi nada-nada yang pendek dan panjang
menghasilakan ritme. Komposisi nada-nada yang keras dan lirih menghasilkan dinamika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tabel 2.1. Titilaras demung slendro gamelan Kyahi Kanyutmesem
Pura Mangkunegaran dalam ranah frekuensi [6].
Nem
6
Penunggal
1
Gulu
2
Dhada
3
Lima
5
Enem
6
Penunggal
1
248 Hz 287 Hz 331 Hz 378 Hz 435 Hz 500 Hz 580 Hz
Tabel 2.2. Titilaras demung pelog gamelan Kyahi Kanyutmesem
Pura Mangkunegaran dalam ranah frekuensi [6].
Penunggal
1
Gulu
2
Dhada
3
Pelog
4
Lima
5
Enem
6
Barang
7
295 Hz 320 Hz 347 Hz 406 Hz 440 Hz 470 Hz 519 Hz
2.1.3. Demung
Saron demung atau yang biasa di sebut demung merupakan salah satu instrumen
gamelan yang termasuk dalam keluarga balungan. Demung berbentuk bilah persegi panjang
yang disusun berderet berdasarkan urutan titilaras dalam gamelan Jawa. Ukuran bilah
demung berbeda-beda untuk setiap nadanya dan hal ini mempengaruhi suara yang dihasilkan
ketika demung ditabuh. Secara fisik bentuk demung dapat dilihat pada Gambar 2.3. Dalam
satu set gamelan biasanya terdapat 2 buah demung dengan laras yang berbeda yakni pelog
dan slendro. Demung menghasilkan nada dengan oktaf paling rendah dalam keluarga
balungan, dengan ukuran fisik yang lebih besar. Demung memiliki wilahan yang relatif lebih
tipis namun lebih lebar daripada wilahan saron lainnya, sehingga nada yang dihasikan lebih
rendah. Tabuh demung biasanya terbuat dari kayu dan berbentuk seperti palu.
Teknik permainan demung atau cara menabuhnya ada yang sesuai dengan nada yang
ada pada notasi gendhing seperti pada pianika dan ada juga dengan teknik nada imbal.
Teknik imbal demung adalah menabuh secara bergantian antara demung 1 dan demung 2
sehingga menghasilkan jalinan nada yang bervariasi namun mengikuti pola tertentu. Cepat
lambatnya dan keras lemahnya penabuhan tergantung pada komando dari kendang dan jenis
gendhingnya. Pada gendhing Gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan
mislanya, demung ditabuh dengan keras dan cepat. Pada gendhing Gati yang bernuansa
militer, demung ditabuh lambat namun keras. Ketika mengiringi lagu yang ada vokalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
demung ditabuh pelan atau lirih dengan tujuan agar suara vokal tidak tertutup oleh suara
demung yang lebih keras.
Gambar 2.3. Demung
Dalam memainkan demung, pada umunya tangan kanan memukul wilahan atau
lembaran logam dengan tabuh, lalu tangan kiri memencet wilahan yang dipukul sebelumnya
bersamaan dengan memukul wilahan demung lainnya. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan dengung yang tersisa dari pemukulan nada sebelumnya. Teknik ini disebut
memathet (kata dasr: pathet = pencet).
2.2. Raspberry Pi
Raspberry Pi biasanya disingkat Raspi atau RPi adalah komputer berukuran sebesar
kartu kredit yang dihubungkan ke monitor dan keyboard, merupakan salah satu Single Board
Computer (SBC) yang cukup populer [7]. Raspberry Pi merupakan komputer kecil yang
dapat digunakan dalam proyek-proyek elektronik dan masih banyak hal lain yang dapat
dilakukan oleh Raspberry Pi seperti yang dapat dilakukan oleh PC desktop diantaranya
adalah pengolah kata, pengolah angka, browsing internet, pemutar musik, pemutar film, dan
bermain game. Raspberry Pi juga dapat memainkan video definisi tinggi. Selain itu
Raspberry Pi juga bisa digunakan sebagai web server. Raspberry Pi pertama kali rilis pada
Februari 2012 yang dikembangkan oleh yayasan nirlaba Raspberry Pi Foundation yang di
prakasai oleh beberapa developer dan ahli komputer dari Universitas Cambridge, Inggris.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2.2.1. Raspberry Pi 2 Model B
Raspberry Pi 2 disebut juga Raspi 2 atau dapat disingkat RPi2 adalah generasi kedua
Raspberry Pi. Ia menggantikan Raspberry Pi 1 Model B + pada bulan Februari 2015 [8].
Bentuk fisik dari Raspberry Pi 2 dapat dilihat pada Gambar 2.4. Raspberry Pi 2 dapat
ditenagai oleh tegangan 5 Volt DC dengan rata-rata arus sekitar 1200mA atau lebih
tergantung dari berapa banyak perangkat tambahan yang digunakan. Power supply
menggunakan connector micro USB. Pada Raspberry Pi 2 terdapat 2 buah led sebagai
indikator dengan warna merah dan hijau. Led merah sebagai indikator power sedangkan led
hijau sebagai indikator aktivitas. Proses booting dan penyimpanan data menggunakan
microSD dan direkomendasikan berkapasitas 8GB dengan class 4 atau diatasnya.
Gambar 2.4. Bentuk fisik Raspberry Pi 2 [8]
Raspberry Pi model 2 B memiliki spesifikasi sebagai berikut [9]:
1. SoC : Broadcom 2836 (CPU, GPU, DSP, SDRAM)
2. CPU : 900MHz quad-core ARM Cortex-A7
3. GPU : Broadcom VideoCore IV @ 250 MHz
4. Memori : 1 GB (shared with GPU)
5. USB ports : 4
6. Video input : 15-pin MIPI camera interface (CSI) connector
7. Video Outputs : HDMI, composite video (PAL dan NTSC) via 3.5 mm jack
8. Audio input : I2S (Inter-IC Sound)
9. Audio outputs : Analog via 3.5 mm jack; digital via HDMI and I2S
10. Storage : MicroSD
11. Network : 10/100Mbps Ethernet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
12. Peripheral : 17 GPIO plus specific function, dan HAT ID bus
13. Power rating : 800mA (4.0 W)
14. Power source : 5 Volt via MicroUSB atau GPIO header
15. Size : 85.60mm x 56.5mm
16. Weight : 45g
2.2.2. Raspberry Pi 2 Pinout
Raspberry Pi 2 memiliki 40 pinout yang dapat digunakan sebagai input atau output
maupun fungsi spesial seperti I2C, SPI, dan serial/UART [9]. Ke-40 pinout dari Raspberry
Pi 2 dapat dilihat pada Gambar 2.5. Ke-40 pin header Raspberry Pi 2 dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. 17x – GPIO pins only
2. 1x – Serial/UART (TX,RX)
3. 1x – SPI bus (MISO,MOSI,SCLK,CS0,CS1)
4. 1x – I2C bus (SDA,SCL)
5. 2x – 5 Volt power pin yang terhubung langsung dengan power supply
6. 2x – 3,3 Volt power pin dengan arus maksimal 50mA
7. 8x – ground pins
Gambar 2.5. Skema pinout Raspberry Pi 2 [10]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.3. Sistem Operasi Raspbian
Raspbian merupakan sistem operasi gratis yang berbasis pada Debian dan dioptimisasi
untuk perangkat keras Raspberry Pi [11]. Sistem operasi adalah satu set program dasar yang
membuat Raspberry Pi dapat bekerja. Raspbian memiliki fasilitas lebih dari sekedar sistem
operasi murni. Raspbian datang dengan lebih dari 35.000 paket program perangkat lunak
yang telah di pra-compile dalam format yang baik agar mudah dipasang pada Raspberry pi.
Awalnya Raspbian membuat lebih dari 35.000 paket Raspbian kemudian dioptimisasi
untuk performa terbaik pada Raspberry Pi dan telah diselesaikan pada bulan Juni 2012.
Sekarang Raspbian masih dalam pengembangan aktif dengan perhatian pada peningkatan
dan stabilitas performa.
Sebagai catatan, Raspbian tidaklah berafiliasi dengan Raspberry Pi Foundation.
Raspbian diciptakan oleh tim kecil yang memiliki dedikasi dan merupakan penggemar dari
perangkat keras Raspberry Pi untuk tujuan pendidikan. Raspbian merupakan sistem operasi
umum yang paling banyak digunakan orang pada Raspberry Pi. Sebagian besar proyek dan
tutorial tentang Raspberry Pi yang sering ditemui menggunakan sistem operasi ini.
2.4. Bahasa Pemrograman Python
Nama Python berasal dari salah satu acara komedi tahun 70-an yang disiarkan oleh
BBC [12]. Menurut Guido van Rossum pembuat bahasa Python, nama Python dipakai untuk
memeberikan suatu nama yang unik, pendek, dan sedikit misterius. Oleh karena itu Python
sama sekali tidak berhubungan dengan salah satu reptil buas.
Python merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa pemrograman yang umum
digunakan pada saat ini dan hampir dapat beroperasi pada semua platform , seperti pada
keluarga Unix/Linux, Windows, Mac OS, ataupun yang lainnya. Tampilan pemrograman
Python pada Raspberry Pi dapat dilihat pada Gambar 2.6. Python termsuk bahasa
pemrograman yang cukup mudah untuk dipelajari karena sudah menggunakan bahasa
tingkat tinggi. Sintaks yang jelas dan elegan, serta dikombinasikan dengan modul-modul
siap pakai dan struktur data tingkat tinggi yang efisien merupakan keunggulan dari Python.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 2.6. Pemrograman Python pada Raspberry Pi
Python dapat digunakan untuk berbagai macam aplikasi, mulai dari aplikasi
perkantoran, administrasi sistem operasi, aplikasi web, hingga simulasi yang membutuhkan
perhitungan tingkat tinggi. Python dapat digunakan untuk pemrograman yang memerlukan
dinamisme yang tinggi, aplikasi dalam skala besar yang membutuhkan orientasi objek,
fleksibelitas yang cukup tinggi, dan pengembangan waktu yang cepat.
2.5. Force Sensitive Resistor ( FSR )
FSR merupakan sebuah lapisan tipis berbahan polimer (polymer thick film) yang nilai
resistansinya akan berubah jika diberikan gaya yang diterapkan pada permukaan sensor.
Sensitivitas gayanya dioptimalkan untuk digunakan dalam perangkat elektronis [13]. FSR
yang digunakan adalah keluaran Interlink Electronics Model FSR- 402, gambar FSR dapat
dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Interlink Electronics Model FSR- 402 [13]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
FSR pada dasarnya adalah sebuah resistor yang nilai resistansinya akan berubah
berdasarkan seberapa besar tekanan yang diterimanya. Karakteristik perbandingan antara
gaya dan hambatan dapat dilihat pada Gambar 2.8. Semakin besar gaya yang diberikan maka
resistansi yang dihasilkan akan semakin mengecil dan berlaku sebaliknya . Karakteristik
FSR dapat dilihat dalam Tabel 2.3.
Gambar 2.8. Perbandingan antara gaya dan hambatan FSR- 402 [13]
Untuk mengkonversi besarnya gaya yang diberikan memjadi tegangan (volt) pada FSR
dapat dilakukan dengan prinsip pembagi tegangan dengan menghubungkan seri FSR dengan
sebuah resistor kemudian masuk ke Op-Amp yang berfungsi sebagai buffer seperti pada
Gambar 2.9. Pemilihan nilai resitor RM untuk memaksimalkan jangkauan sensitivitas
kekuatan yang diinginkan dan untuk membatasi arus. Pengaruh nilai resistor RM dapat
dilihat pada Gambar 2.10. Arus melalui FSR harus dibatasi kurang dari 1 mA / cm persegi
dari kekuatan diterapkan. Arus bias rendah dari op-amp mengurangi kesalahan karena
impedansi sumber pembagi tegangan.
Gambar 2.9. Rangkaian pembagi tegangan FSR [13]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel 2.3. Karakteristik FSR – 402 [13]
Parameter Nilai
Force Sensitivity Range < 100 g to > 10 kg
Pressure Sensitivity
Range
< 1,5 psi to > 150 psi
(< 0,1 kg/cm2 to > 10 kg/cm2)
Stand-Off Resistansi >1M ohm
Device Rise Time 1-2 msec
Range Temperatur -30oC to +70oC
Dari rangkaian pembagi tegangan FSR pada Gambar 2.9. untuk menghitung besarnya nilai
tegangan keluar (VOUT) dapat digunakan Persamaan 2.1.
V OUT = V+ (RM / (FSR + RM)) (2.1)
Keterangan :
V OUT : Tegangan keluaran (Volt)
V+ : Tegangan VCC (Volt)
RM : Nilai resistor seri (Ohm)
FSR : Nilai hambatan FSR (Ohm)
Gambar 2.10. Pengaruh nilai resistor RM terhadap tegangan keluaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.6. ATmega 8535
ATmega8535 adalah mikrokontroler CMOS 8 bit daya rendah berbasis arsitektur
RISC. Instruksi dikerjakan pada satu siklus clock. ATMega8535 mempunyai throughput
mendekati 1 MIPS per MHz, hal ini membuat ATMega8535 dapat bekerja dengan kecepatan
tinggi walaupun dengan penggunaan daya rendah. ATmega8535 memiliki beberapa fitur
atau spesifikasi yang menjadikannya sebuah solusi pengendali yang efektif untuk berbagai
keperluan yang telah dilengkapi dengan ADC internal, EEPROM internal, Timer/Counter,
PWM dan analog comparator. Dengan fasilitas yang lengkap tersebut memungkinkan
penggunaannya yang lebih mudah dan efisien, serta dapat mengembangkan kreativitas
penggunaan mikrokontroler Atmega 8535 . Konfigurasi yang dimiliki oleh ATmega 8535
adalah:
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D.
2. ADC internal sebanyak 8 saluran.
3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembanding
4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.
5. SRAM sebesar 512 byte.
6. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write
7. Port antarmuka SPI
8. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
9. Antarmuka komparator analog
10. Port USART untuk komunikasi serial
11. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengn kecepatan maksimal 16 Mhz.
ATmega 8535 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran ADC
internal dengan fidelitas 10 bit. Dalam pengoperasiannya ATmega 8535 dapat dikonfigurasi,
baik secara single ended input maupun differential input. ADC ATmega 8535 memiliki
konfigurasi pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi, dan kemampuan filter derau.
Selain itu ATmega 8535 juga memiliki 3 modul timer yang terdiri dari 2 buah timer/counter
8 bit dan 1 buah timer/counter 16 bit. Ketiga timer/counter ini dapat diatur dalam mode yang
berbeda. Selain itu, semua timer/counter juga dapat difungsikan sebagai sumber interupsi.
Masing-masing timer/counter ini memiliki register tertentu yang digunakan untuk mengatur
mode dan cara kerjanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Universal Synchronous and Asynchronous Serial Receiver and Transmitter
(USART) merupakan salah satu mode komunikasi serial yang dimiliki ATmega 8535 .
USART merupakan komunikasi yang memiliki fleksibilitas tinggi, yang dapat digunakan
untuk melakukan transfer data baik antar mikrokontroler maupun dengan modul-modul
eksternal termasuk PC yang memiliki fitur UART. USART memungkinkan transmisi data
baik secara sinkron maupun asinkron , sehingga dengan memiliki USART pasti kompatibel
dengan UART. Pada ATmega 8535 secara umum pengaturan mode sinkron dan asinkron
adalah sama. Perbedaannya hanya terletak pada sumber clock saja. Jika pada mode sinkron
hanya ada satu sumber clock yang digunakan secara bersama-sama. Sedangkan pada mode
asinkron masing-masing peripheral memiliki sumber clock sendiri. Dengan demikian secara
hardware untuk mode sinkron menggunakan 3 buah pin yaitu TXD, RXD, dan XCK.
Sedangkan pada mode asinkron hanya membutuhkan 2 buah pin yaitu TXD dan RXD.
2.6.1. Konstruksi ATmega 8535
Atmega 8535 memiliki 3 jenis memori, yaitu memori program, memori data dan
memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri dan terpisah.
a. Memori Program
ATmega 8535 memiliki kapasitas memori program sebesar 8 Kbyte yang terpetakan
dari alamat 0000h-0FFFh dimana masing-masing alamat memiliki lebar data 16 bit.
Memori program ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu bagian program boot dan bagian
program aplikasi.
b. Memori Data
ATmega 8535 memiliki kapasitas memori data sebesar 608 byte yang terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu register serba guna, register input output dan SRAM.
ATmega 8535 memiliki 32 byte register serba guna, 64 byte register input output
yang dapat diakses sebagai bagian dari memori RAM atau dapat juga diakases
sebagai input output, dan 512 byte digunakan untuk memori data SRAM.
c. Memori EEPROM
ATmega 8535 memiliki memori EEPROM sebesar 512 byte yang terpisah dari
memori program maupun memori data. Memori EEPROM ini hanya dapat diakses
dengan menggunakan register-register input output yaitu register EEPROM Addres,
register EEPROM Data, dan register EEPROM Control.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.6.2. Konfigurasi Pin ATmega 8535
ATMega memiliki 40 pin dengan 32 pin diantaranya digunakan sebagai port paralel.
Satu port paralel terdiri dari 8 pin, sehingga jumlah port pada mikrokontroler adalah 4 port,
yaitu port A, port B, port C dan port D. Sebagai contoh adalah port A memiliki pin antara
port A.0 sampai dengan port A.7, demikian selanjutnya untuk port B, port C, port D.
Diagram pin mikrokontroler dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11. Konfigurasi pin ATmega 8535
Berikut adalah penjelasan mengenai pin yang terdapat pada mikrokontroler ATmega 8535:
1. Vcc, Tegangan suplai (5 volt)
2. GND, Ground
3. RESET, Input reset level rendah, pada pin ini selama lebih dari panjang pulsa
minimum akan menghasilkan reset walaupun clock sedang berjalan. RST pada pin 9
merupakan reset dari AVR. Jika pada pin ini diberi masukan low selama minimal 2
machine cycle maka sistem akan di-reset
4. XTAL 1, Input penguat osilator inverting dan input pada rangkaian operasi clock
internal
5. XTAL 2 ,Output dari penguat osilator inverting
6. Avcc, Pin tegangan suplai untuk port A dan ADC. Pin ini harus dihubungkan ke Vcc
walaupun ADC tidak digunakan, maka pin ini harus dihubungkan ke Vcc melalui
low pass filter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
7. Aref, pin referensi tegangan analog untuk ADC
8. AGND, pin untuk analog ground. Hubungkan kaki ini ke GND, kecuali jika board
memiliki analog ground yang terpisah
9. 4 buah port yaitu, Port A mulai dari pin 33 sampai dengan pin 40. Port B mulai dari
pin 1 sampai dengan pin 8. Port C mulai dari pin 22 sampai dengan pin 29. Port D
mulai dari pin 14 sampai dengan pin 20. Merupakan 8 bit directional port I/O. Setiap
pin-nya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output
buffer setiap port dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED
secara langsung. Data Direction Register masing-masing port harus di-setting
terlebih dahulu sebelum masing-masing port digunakan. Bit-bit DDR diisi 0 jika
ingin memfungsikan pin-pin port sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output.
Selain itu, pin-pin pada setiap port juga memiliki fungsi-fungsi alternatif khusus
seperti berikut:
a. Port A
PA.7 : ADC7 (ADC Input Channel 7)
PA.6 : ADC6 (ADC Input Channel 6)
PA.5 : ADC7 (ADC Input Channel 5)
PA.5 : ADC4 (ADC Input Channel 4)
PA.3 : ADC3 (ADC Input Channel 3)
PA.2 : ADC2 (ADC Input Channel 2)
PA.1 : ADC1 (ADC Input Channel 1)
PA.0 : ADC0 (ADC Input Channel 0)
b. Port B
PB.7 : SCK (SPI Bus Serial Clock)
PB.6 : VISO (SPI Bus Master Input/Slave Output)
PB.5 : VOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input)
PB.4 : SS (SPI Slave Select Input)
PB.3 : AIN1 (Analog Comparator Negative Input)OCC (Timer/Counter0 Output
Compare Match Output)
PB.2 : AIN0 (Analog Comparator Positive Input)INT2 (External Interrupt2 Input)
PB.1 : T1 (Timer/Counter1 External Counter Input)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
PB.0 : T0 (Timer/Counter0 External Counter Input)XCK (JSART External Clock
Input/Output)
c. Port C
PC.7 : TOSC2 (Timer Oscillator Pin 2)
PC.6 : TOSC1 (Timer Oscillator Pin 1)
PC.1 : SDA (Two-Wire Serial Bus Data Input/Output Line)
PC.0 : SCL (Two-Wire Serial Bus Clock Line)
d. Port D
PD.0 : RDX (UART input line)
PD.1 : TDX (UART output line)
PD.2 : INT0 (external interrupt 0 input)
PD.3 : INT1 (external interrupt 1 input)
PD.4 : OC1B (Timer/Counter1 output compareB match output)
PD.5 : OC1A (Timer/Counter1 output compareA match output)
PD.6 : ICP (Timer/Counter1 input capture pin)
PD.7 : OC2 (Timer/Counter2 output compare match output)
2.6.3. Analog to Digital Converter ( ADC )
Analog to Digital Converter atau yang biasa disebut ADC adalah pengubah data
masukan analog menjadi data digital [14]. Pada umunya ADC digunakan sebagai perantara
yang menghubungkan antara sensor yang kebanyakan analog dengan sistem komputer untuk
proses komputasi. Sistem komputer membutuhkan ADC untuk dapat mengolah data sensor
analog. Oleh sebab itu data dari sensor analog seperti sensor suhu, cahaya, tekanan atau
berat, aliran dan sebagainya harus diubah terlebih dahulu menjadi data digital dan kemudian
diukur dengan menggunakan sistem digital atau komputer.
ADC memiliki dua prinsip karakteristik, yaitu kecepatan sampling dan resolusi.
Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan
ke dalam bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya
dinyatakan dalam sample per second (SPS). Semakin besar kecepatan sampling dari sebuah
ADC maka semakin banyak data yang dikonversi dalam selang waktu tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai contoh ADC
8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam
255 nilai diskrit. ADC 10 bit memiliki 10 bit output data digital, ini berarti sinyal input dapat
dinyatakan dalam 1024 nilai diskrit. ADC 10 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil
konversi yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit. Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi
sinyal analog ke dalam bentuk besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan
tegangan referensi seperti pada Persamaan 2.2.
Data ADC = (Vin/Vref) x Maksimal Data (2.2)
Keterangan:
Data ADC : Besarnya nilai ADC
Vin : Tegangan masukan (Volt)
Vref : Tegangan referensi (Volt)
Maksimal Data : Nilai ADC maksimal
Sebagai contoh, bila tegangan referensi (Vref) sebesar 5 volt, tegangan input sebesar
4 volt, maka rasio input terhadap referensi adalah 80%. Jika menggunakan ADC 8 bit
dengan skala maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 80% x 255 = 204
(bentuk desimal) atau 11001100 (bentuk biner).
2.7. Waveform Audio File Format ( WAV )
File WAV merupakan standar format file audio digital yang digunakan untuk
menyimpan data gelombang [16]. Dengan menggunakan file ini dimungkinkan rekaman
audio yang akan disimpan dengan tingkat sampling dan bit rate yang berbeda. File WAV
sering disimpan dalam 44.1 KHz, 16-bit, format stereo, yang merupakan format standar yang
digunakan untuk CD audio. WAV merupakan singkatan dari Waveform Audio File Format
dan cara pengucapannya menjadi “wave”.
WAVE atau WAV seperti nama file ekstensinya adalah standar format file audio yang
digunakan oleh Microsoft dan IBM untuk menyimpan aliran bit audio pada komputer.
WAVE juga merupakan aplikasi dari metode bentuk aliran data Resource Interchange
Format (RIFF) untuk menyimpan data dalam chunks. Sistem Windows menggunakan
WAVE sebagai format utama untuk data audio mentah dan tak terkompresi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.8. Moving Average Filter
Moving average merupakan salah satu filter yang paling sering digunakan dalam
pengolahan sinyal digital karena moving average adalah filter yang paling mudah dipahami
dan sederhana [17]. Meskipun tidak begitu kompleks, moving average dapat mengurangi
noise acak secara optimal dan memperhalus respon yang sangat tajam. Sesuai dengan
namanya, moving average bekerja dengan cara merata-rata beberapa titik dari sinyal
masukan untuk menghasilkan suatu nilai rata-rata pada setiap tititk sinyal keluaran. Bentuk
persamannya moving average dapat dilihat pada persamaan 2.3.
y [i] = 1
𝑀 ∑ 𝑥[𝑖 + 𝑗𝑀−1
𝑗=0 ] (2.3)
Keterangan :
y [i] : Sinyal output
M : Jumlah data yang dirata-rata
x [i+j] : Sinyal input
2.9. Penguatan dan Pelemahan Sinyal Suara
Penguatan dan pelemahan sinyal berkaitan dengan desibel. Desibel merupakan satuan
yang cukup banyak digunakan sebagai skala penguatan ataupun pelemahan dalam sebuah
rangkaian elektronika seperti pada peralatan audio maupun komunikasi [18]. Pada dasarnya
desibel adalah satuan yang menggambarkan suatu perbandingan atau rasio antara masukan
dan keluaran. Selanjutnya desibel sering disingkat menjadi “dB” yang dapat diartikan
sebagai perbandingan antara dua besaran dalam skala logaritma. Rangkaian audio penguatan
sinyal suara bersifat tidak linear (non linear) sehingga tidak dapat menggunakan perkalian
kelipatan langsung.
Dalam perhitungan desibel, penguatan atau Gain suatu sinyal akan ditandai dengan
tanda “+” (positif) sedangkan pelemahan atau Loss akan ditandai dengan tanda “-“ (negatif).
Dengan demikian jika sinyal keluaran +3dB dari sinyal masukan maka hal ini menandakan
terjadinya penguatan keluaran sebanyak 3dB dari sinyal masukan. Sebaliknya jika sinyal
keluaran -3dB dari sinyal masukan yang artinya adalah telah terjadi pelemahan sinyal
keluaran sebanyak 3dB terhadap sinyal masukan. Pelemahan sinyal sebesar -3dB berarti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
telah terjadi pelemahan sebesar setengah dari daya sinyal awal. Perbandingan penguatan dan
pelemahan dapat dilihat pada Persamaan (2.4).
+/- dB = 20 log10 (O / I) (2.4)
Keterangan:
+/- dB : Penguatan / pelemahan sinyal
O : Sinyal keluaran
I : Sinyal masukan
2.10. Bi-Directional Logic Level Converter
Bi-Directional Logic Level Converter merupakan suatu perangkat yang berfungsi
untuk mengkonversi tegangan dari 5V menjadi 3,3V atau sebaliknya dari 3,3V menjadi 5V.
Biasanya perangkat ini digunakan untuk mengkonversi logika tegangan high atau low yang
diwakili oleh angka bilangan biner 1 atau 0. Elektronik digital mengandalkan logika biner
untuk menyimpan, memproses, dan mengirimkan data atau informasi. Logika Biner
mengacu pada salah satu dari dua status ON atau OFF.
Saat ini perangkat elektronik memiliki standar TTL atau Transistor-Transistor Logic
yang berbeda. Ada yang menggunakan standar 5V ada yang menggunakan standar 3,3V
untuk logika high. Contohnya seperti pada ATmega 8535 yang menggunakan standar 5V
dan Raspberry Pi yang menggunakan standar 3,3V untuk logika high. Oleh sebab itu untuk
menghubungkan kedua perangkat tersebut dibutuhkan Bi-Directional Logic Level Converter
agar level tegangan yang terbaca sesuai dengan spec perangkat masing-masing.
Gambar 2.12. Rangkaian Bi-Directional Logic Level Converter [22]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Bi-Directional Logic Level Converter menggunakan MOSFET BSS138 dengan
resistor pull-up seperti pada rangkaian Gambar 2.12. LV dan HV merupakan tegangan
referensi sedangkan LV1 dan HV1 merupakan input dan output tegangan. LV diberi
tegangan referensi 3,3V sedangkan HV diberikan tegangan referensi 5V [22].
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
3.1. Perancangan Sistem Secara Umum
Secara umum perancangan diawali dengan studi literatur, yaitu mencari bahan dan
sumber pustaka yang meliputi teori-teori yang berkaitan dengan penelitan. Teori yang
didapat akan menjadi dasar dari penelitian ini, baik dalam perancangan alat maupun analisa
data. Setelah itu dilanjutkan dengan pengambilan sumber data nada yang berasal dari
instrumen demung laras slendro dan pelog kemudian file rekaman disimpan dalam SD Card.
Diagram blok perancangan sistem dapat dilihat pada Gambar 3.1. Selanjutnya perancangan
dilanjutkan dengan membagi sistem menjadi dua bagian besar yaitu perancangan perangkat
keras dan perancangan perangkat lunak sistem.
Gambar 3.1. Perancangan sistem
Perancangan perangkat keras dapat dibagi menjadi perancangan sistem mainboard,
catu daya sistem, rangkaian sensor FSR, selector switch, micro switch, penampil LCD 16x2,
perancangan bentuk fisik demung dan perancangan tabuh pengujian demung. Sistem
mainboard berisi Raspberry Pi 2 sebagai otak dari sistem yang dapat diprogram dan disana
juga terdapat slot SD Card untuk menyimpan sample nada demung yang telah direkam. Catu
daya sistem sebagai sumber tegangan untuk mengoperasikan mainboard dan sensor FSR.
Rangkaian sensor digunakan untuk membaca besaran fisik berupa penabuhan terhadap bilah
kayu demung elektronik. Selector switch digunakan untuk memilih meminkan nada laras
slendro atau pelog. Push button switch digunakan untuk menghilangkan suara dengung pada
pemukulan bilah sebelumnya. Push button switch berfungsi sebagai pathet dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
menekan tombol push button switch sehingga tidak terjadi penumpukan suara demung
sebelumnya dengan suara demung yang baru dipukul. Penampil LCD berfungsi untuk
menampilkan laras yang sedang dipilih. Perancangan bentuk fisik demung meliputi dimensi
dan bentuk demung elektronik dan tabuh pengujian yang terbuat dari bahan dasar kayu.
Perancangan perangkat lunak dapat dibagi menjadi program pembacaan sensor FSR,
pengolahan data sensor FSR, program memainkan nada, dan program penampil LCD .
Program pembacaan sensor FSR dilakukan dengan cara mengkonversi data analog menjadi
data digital oleh ADC dan kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan filter
moving average. Selanjutnya data sensor yang telah di filter dijadikan acuan untuk
memainkan nada demung elektronik berdasarkan bersarnya nilai tegangan yang terbaca oleh
sensor FSR. Setelah alat yang dibuat sudah selesai, maka dilakukan pengambilan data dan
pengujian alat untuk memastikan bahwa alat yang dibuat sudah sesuai dengan yang
diinginkan. Kemudian data yang telah diambil akan diolah dan dianalisis.
3.2. Sumber Nada
Sumber nada pada penelitian ini berasal dari rekaman gamelan perunggu milik
Universitas Sanata Dharma yang dikelola oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Karawitan
yang berada di kampus I Mrican. Gamelan yang direkam secara khusus instrumen demung
dengan laras pelog dan slendro. Rekaman intrumen demung tersebut kemudian disimpan
dalam format audio WAVE menggunakan software Matlab dengan bantuan laptop.
Berikut adalah spesifikasi file audio WAV secara lengkap:
1. Sample Rate : 44,1 KHz
2. Channel : Mono
3. Bits per Sample : 16 bit
4. Teknik Kompresi : PCM (Pulse Code Modulation)
5. Durasi Rekaman : 6 detik
Masukan berupa suara demung yang digunakan sebagai sumber nada rekaman. Setelah
nada direkam maka perlu dilakukan proses normalisasi dengan tujuan amplitudo saat nada
dimainkan bisa maksimal. Proses normalisasi diperlukan karena besarnya amplitudo pada
setiap sample nada demung berbeda saat melakukan proses rekaman. Setelah proses
normalisai dilanjutkan dengan pemotongan sinyal. Pemotongan sinyal ini dilakukan untuk
menghilangkan bagian silence atau bagian awal sinyal yang ikut terekam sehingga sinyal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
yang terekam benar-benar hanya suara demung yang akan digunakan sebagai sample nada
suara demung. Proses pengambilan sumber nada demung dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Diagram alir proses pengambilan sumber nada
Pada penelitian ini digunakan 7 buah nada rekaman demung laras pelog dan 7 buah
nada rekaman demung laras slendro yang disimpan pada SD Card. Nada rekaman tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
disimpan di dalam SD Card dengan nama seperti pada Tabel 3.1. untuk laras slendro, .
sedangkan untuk laras pelog disimpan dengan nama seperti pada Tabel 3.2.
Tabel 3.1. Nada rekaman demung laras slendro
NO Nada Nama File
1 Enem Rendah Sl s6ren.wav
2 Siji Sl s1.wav
3 Loro Sl s2.wav
4 Telu Sl s3.wav
5 Lima Sl s5.wav
6 Enem Sl s6.wav
7 Siji Tinggi Sl s1ting.wav
Tabel 3.2. Nada rekaman laras demung pelog
NO Nada Nama File
1 Siji Pl p1.wav
2 Loro Pl p2.wav
3 Telu Pl p3.wav
4 Papat Pl p4.wav
5 Lima Pl p5.wav
6 Enem Pl p6.wav
7 Pitu Pl p7.wav
Setelah mendapatkan sample nada dari tiap-tiap bilahan demung baik laras slendro
maupun pelog, selanjutnya sample nada disimpan dalam satu file direktori untuk nantinya
diolah dalam proses menentukan kuat lemahnya volume yang dihasilkan.
3.2.1. Pengaturan Volume Nada
Pada penelitian ini demung elektronik dirancang untuk dapat merespon kuat lemahnya
tabuhan dengan volume suara yang dihasilkan sehingga kuat lemahnya tabuhan akan
sebanding dengan volume suara yang dihasilkan. Demung elektronik dirancang untuk dapat
memainkan 3 tingkatan volume yang berbeda mulai dari lirih, sedang, hingga keras yang
bergantung pada kuat lemahnya penabuhan. Oleh sebab itu diperlukan 3 sample nada untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
setiap bilahan demung agar dapat memainkan 3 tingkatan volume yang berbeda dengan nada
yang sama.
Pengolahan sample nada dilakukan dengan software Matlab dengan cara mengalikan
amplitudo dari sample suara rekaman tiap nada sehingga timbul pelemahan sinyal suara yang
diinginkan. Untuk menentukan faktor pengali (amplitudo) pelemahan sinyal digunakan
Persamaan (2.4) sehingga didapat data seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Pelemahan sinyal suara
No Tingkatan Volume Pelemahan Sinyal (dB) Amplitudo Sinyal
1 Level 3 (keras) 0 1
2 Level 2 (sedang) -6 0,49
3 Level 1 (lirih) -12 0,24
Pelemahan sinyal suara menggunakan kelipatan -3dB. Pelemahan sinyal sebesar 0dB
untuk level 1, -6dB untuk level 2, dan -12dB untuk level 3 didasarkan pada pendengaran
subjektif peneliti dimana telah terjadi perbedaan yang cukup signifikan dari tiap tingkatan
volume tersebut berdasarkan suara yang mampu ditangkap oleh indra pendengaran manusia.
Setelah mendapatkan nilai amplitudo untuk masing-masing tingkatan volume maka
selanjutnya dilakukan perkalian dengan sample suara sehingga didapat 3 sample suara untuk
1 nada. Untuk laras slendro ada 7 bilah atau 7 nada sehingga total sample nada untuk laras
slendro = 21 sample nada. Begitu juga untuk laras pelog ada 7 bilah atau 7 nada sehingga
total sample nada untuk laras pelog = 21 sample nada. Keseluruhan sample nada ini disimpan
dalam SD Card untuk kemudian akan dipanggil dalam program memainkan nada sehingga
dihasilkan suara demung sebagai keluaran sistem.
3.3. Perancangan Perangkat Keras
Perancangan perangkat keras demung elektronik secara umum dapat dibagi menjadi 6
bagian. Bagian catu daya berfungsi sebagai supply daya untuk Raspberry dan sensor.
Rangkaian sensor berfungsi untuk menghubungkan sensor FSR ke ATmega 8535 untuk
kemudian dihubungkan ke Raspberry dengan komunikasi paralel. Rangkaian selector switch
berfungsi untuk memilih laras yang dimainkan, slendro atau pelog. Penampil LCD
digunakan untuk menampilkan laras yang sedang dipilih slendro atau pelog. Bentuk fisik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
demung elektronik merupakan rancangan visual demung elektronik. Tabuh pengujian
berfungsi untuk menabuh bilah demung untuk proses pengujian.
3.3.1. Rangkaian Catu Daya Sistem
Catu daya sistem di supply dari dua buah sumber yaitu adaptor dengan output 5V-2A
dengan port micro USB sebagai catu daya Raspberry Pi dan adaptor 5V-2A sebagai catu
daya ATmega 8535 dan juga digunakan sebagai catu daya rangkaian sensor FSR beserta
penampil LCD. Untuk catu daya Raspberry Pi bisa menggunakan cahrger smartphone
dengan memperhatikan nilai tegangan dan arus yang keluar dari cahrger tersebut. Raspberry
Pi dapat bekerja jika mendapat supply tegangan 5V dengan arus minimal 800mA. Namun di
rekomendasikan untuk menggunakan supply dengan tegangan output 5V dengan arus 2A
jika Raspberry banyak terhubung ke perangkat lain untuk menjaga kinerja Raspberry Pi tetap
stabil. Pada penelitian kali ini menggunakan catu daya dengan spesifikasi seperti pada Tabel
3.4. sebagai catu daya Raspberry Pi. Sedangkan ATmega 8535, rangkaian sensor FSR
beserta penampil LCD menggunakan catu daya dengan spesifikasi seperti pada Tabel 3.5.
Tabel 3.4. Spesifikasi catu daya Raspberry Pi
Merek Bolt
Nomor Model 6400
Input 100-240V, 50-60Hz, 0,35A
Output 5V-2,1A
Tabel 3.5. Spesifikasi catu daya ATmega 8535, sensor FSR, dan LCD
Merek Bolt
Nomor Model 6400
Input 100-240V, 50-60Hz, 0,35A
Output 5V-2,1A
3.3.2. Rangkaian Sensor FSR
Dalam rangkaian ini terdapat 7 buah sensor FSR yang dihubungkan seri dengan 7 buah
resistor. Setiap sensor FSR mewakili bilah demung elektronik, dimana setiap FSR-nya
dijepit diantara meja dan bilahan kayu pada demung elektronik seperti pada Gambar 3.3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Berdasarkan urutan bilah demung maka urutan penempatan sensor FSR dapat dilihat dalam
Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Urutan bilah demung dan sensor FSR
No Urutan Bilah FSR(dipukul)
1 Bilah 1 FSR_1
2 Bilah 2 FSR_2
3 Bilah 3 FSR_3
4 Bilah 4 FSR_4
5 Bilah 5 FSR_5
6 Bilah 6 FSR_6
7 Bilah 7 FSR_7
Gambar 3.3. Posisi peletakan sensor FSR
Gambar 3.4. Rangkaian sensor FSR Atmega 8535 dan logic level converter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 3.7. Konfigurasi pin ATmega 8535
No Pin Port Koneksi
1 40 PA.0 DATA1
2 39 PA.1 DATA2
3 38 PA.2 DATA3
4 37 PA.3 DATA4
5 36 PA.4 DATA5
6 35 PA.5 DATA6
7 34 PA.6 DATA 7
8 1 PB.0 HV1
9 14 PD.0 HV2
10 15 PD.1 HV3
11 16 PD.2 HV4
12 17 PD.3 HV5
13 18 PD.4 HV6
14 32 AREF +5V
15 30 AVCC +5V
16 31 GND GND
17 10 VCC +5V
18 11 GND GND
Rangkaian sensor FSR menggunakan prinsip pembagi tegangan seperti pada Gambar
2.9. Rangkaian sensor FSR tidak perlu diberi rangkaian buffer karena rangkaian sensor FSR
akan langsung masuk ke Port A pin PA.0 sampai pin PA.6 pada ATmega 8535 yang sudah
mempunyai impedansi yang besar sehingga tidak diperlukan lagi rangkaian buffer untuk
mengisolasi keluaran dari sensor FSR yang mempunyai impedansi tinggi. Konfigurasi pin
pada ATmega 8535 dapat dilihat pada Tabel 3.7. Karena terjadi perbedaan nilai logika high
antara ATmega 8535 dan Raspberry Pi maka diperlukan logic level converter untuk
mengubah logika high 5V menjadi 3,3V agar bisa di kenali oleh Raspberry Pi. Konfigurasi
pin logic level converter dapat dilihat pada Tabel 3.8. Pada logic level converter terdapat
dua bagian dengan dua input tegangan yang berbeda sebagai referensi tegangan logika high
yaitu 5V dan 3,3V. Rangkaian sensor FSR Atmega 8535 dan logic level converter dapat
dilihat pada Gambar 3.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Nilai tegangan yang akan masuk ke port ATmega 8535 berasal dari pembagi
tegangan pada resistor yang dihubungkan seri dengan sensor FSR, sehingga tegangan
keluaran dari modul FSR ini akan berbanding lurus dengan besarnya gaya penabuhan yang
diterima. Berdasarkan Gambar 2.10. besarnya nilai resistor seri (R1 sampai R7) yang
digunakan adalah 10k ohm karena memiliki range yang lebih besar dibandingkan nilai
resistor yang lainnya. Dengan demikian maka perbedaan tegangan antar tiap level keluaran
suara demung menjadi lebih kontras. Nilai ADC dapat dihitung dengan Persamaan (2.1).
Proses pengolahan ADC dilakukan pada ATmega 8535. Selanjutnya data hasil
pengolahan dikirimkan ke Raspberry Pi melalui komunikasi paralel 5 bit data (5 jalur). 2 bit
sebagai kondisi level volume, dan 3 bit data sebagai chanel sensor (FSR1 sampai FSR7)
serta satu jalur sebagai pemicu pengiriman data.
Tabel 3.8. Konfigurasi pin ogic level converter
No Simbol Koneksi
1 HV1 PB.0
2 HV2 PD.0
3 HV3 PD.1
4 HV4 PD.2
5 HV5 PD.3
6 HV6 PD.4
7 HV +5V
8 GND 2 GND
9 LV1 GPIO 14
10 LV2 GPIO 15
11 LV3 GPIO 18
12 LV4 GPIO 23
13 LV5 GPIO 24
14 LV6 GPIO 25
15 LV +3,3V
16 GND GND
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3.3.3. Rangkaian Selector Switch
Rangkaian selector switch terdiri dari rangkaian resistor pull-up seperti pada Gambar
3.5. Rangkaian ini tersusun dari dua buah resistor yaitu R1 sebesar 10 Ohm dan R2 sebesar
1k Ohm. R2 berfungsi sebagai pengaman jika salah mengkonfigurasi pin mode [18]. Selain
dua buah resistor rangkaian ini juga menggunakan satu buah toggle switch yang berfungsi
sebagai saklar pemutus dan penyambung antara VCC dan Ground.
Rangkaian ini menggunakan VCC 3,3V dan R2 terhubung ke pin GPIO4. GPIO4 akan
berlogika high jika saklar tidak terhubung dan akan berlogika low jika saklar terhubung.
Perbedaan logika high dan low digunakan untuk memilih laras slendro atau pelog pada
demung elektronik yang akan menjadi acuan program untuk memainkan nada. Jika yang
dipilih laras slendro, program akan memanggil sample nada slendro. Begitu juga sebaliknya
jika yang dipilih laras pelog, program akan memanggil sample nada pelog.
Gambar 3.5. Rangkaian selector switch [20]
3.3.4. Rangkaian Penampil LCD
Penampil LCD berfungsi sebagai penampil mode yang dipilih oleh pengguna. Mode
dapat dipilih melalui selector switch. Jika pengguna memilih laras slendro maka pada
penampil LCD akan menampilkan tulisan “SLENDRO”. Begitu juga sebaliknya jika yang
dipilih laras pelog maka LCD akan menampilkan tulisan “PELOG”. Rangkaian penampil
LCD terdiri dari satu buah LCD 16x2 dan satu buah potensiometer yang digunakan sebagai
pengatur kontars penampil LCD seperti pada Gambar 3.6. LCD 16x2 dapat menampilkan
maksimal 16 karakter dalam setiap barisnya. LCD 16x2 memiliki 16 pin. 7 pin diantaranya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
merupakan input dari ATmega 8535 yang berfungsi sebagai kontrol LCD. Untuk konfigurasi
pin pada LCD 16x2 dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Gambar 3.6. Rangkaian penampil LCD 16x2
Tabel 3.9. Konfigurasi pin LCD 16x2
No. Pin Nama Pin Koneksi
1 GND GND
2 VCC 5V
3 CONTRAST Potensiometer
4 RS PC.0
5 RW PC.1
6 E PC.2
7 D0 -
8 D1 -
9 D2 -
10 D3 -
11 D4 PC.4
12 D5 PC.5
13 D6 PC.6
14 D7 PC.7
15 A 5V
16 K GND
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.3.5. Rangkaian Limit Switch
Push Limit switch berfungsi sebagai pathet seperti pada demung konvensional. Pathet
perlu dilakukan untuk menghilangkan suara dengung pada pukulan sebelumnya sehingga
suara yang dihasilkan pada pukulan selanjutnya bisa terdengar dengan baik. Begitu juga
dengan demung elektronik yang dirancang pada penelitian ini menggunakan limit switch
yang ditempatkan pada bagian ujung disetiap bilahan demung sebagai sarana untuk
menghilangkan suara rekaman demung yang masih berbunyi ketika ingin memukul bilah
yang lainnya.
Rangkaian limit switch terdiri dari resistor pull-up seperti pada Gambar 3.7. Rangkaian
ini tersusun dari 7 buah limit switch dengan 7 buah resistor 10k Ohm (R1- R7) dan 7 buah
resistor 1k Ohm (R8-R14). Rangkaian ini menggunakan VCC 3,3 V dan akan berlogika high
jika switch tidak terhubung ke ground. Sedangkan saat switch terhubung ke ground maka
rangkaian berlogika low. Output dari tiap limit switch akan terhubung dengan GPIO sebagai
input pada Raspberry Pi seperti pada Tabel 3.10.
Gambar 3.7. Rangkaian Limit switch
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 3.10. Koneksi limit switch
No Simbol Koneksi
1 SW1 GPIO8
2 SW2 GPIO7
3 SW3 GPIO12
4 SW4 GPIO16
5 SW5 GPIO20
6 SW6 GPIO21
7 SW7 GPIO26
3.3.6. Rancangan Bentuk Fisik Demung Elektronik
Demung elektronik terbuat dari bahan dasar kayu. Secara visual hampir sama dengan
demung konvensional hanya saja ukurannya lebih kecil dan semua bahannya terbuat dari
kayu termasuk bilahannya. Pada demung elektronik tidak perlu rancak yang berongga
seperti pada demung konvensional karena bilah kayu langsung di susun diatas rancak kayu.
Berdasarkan Gambar 3.8. demung elektronik yang dirancang memiliki dimensi panjang
bagian bawah 50 cm, bagian atas 65 cm, dan tinggi dari alas bawah sampai ujung bagian
atas 30 cm. Sedangkan rancangan bilah demung elektronik dapat dilihat pada Gambar 3.9.
dengan ukuran bilah terpanjang 23 cm dan bilah terpendek 18 cm dengan jarak antar bilah
2,5 cm dan tebal bilah 0,8 cm. Secara umum bentuk visual demung elektronik dirancang
sedemikian rupa agar menyerupai bentuk visual demung konvensional.
Gambar 3.8. Dimensi demung elektronik tampak samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Gambar 3.9. Bilah demung elektronik tampak atas
3.3.7. Rancangan Tabuh Pengujian
Tabuh yang digunakan untuk memukul bilah demung elektronik sama seperti demung
konvensional yang terbuat dari kayu dan berbentuk seperti palu.Untuk mengurangi suara
ketika terjadi tumbukan antara tabuh dengan bilahan kayu maka kepala tabuh akan dilapisi
dengan busa kemudian dibalut dengan kain agar suara tumbukan dapat diredam.
3.4. Perancangan Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang dirancang berupa program ATmega 8535 dengan CodeVision
AVR dan Raspberry Pi dengan yang dibuat menggunakan bahasa pemograman Python.
Program utama yang dibuat dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu program
pembacaan sensor FSR dan program pengolahan data sensor, program pengiriman data
sensor dari ATmega 8535 ke Raspberry Pi dan program memainkan nada di Raspberry Pi.
Pada program utama seperti pada Gambar 3.10, hal pertama yang dilakukan adalah
melakukan inisialisasi port yang digunakan untuk keseluruhan proses. Kemudian
dilanjutkan dengan membaca sensor FSR untuk bilah demung elektronik dan mengubahnya
menjadi data digital. Data digital tersebut tidak bisa langsung digunakan sebagai parameter
untuk menentukan kuatnya volume yang dihasilkan atau sebagai pemicu dimainkannya
suatu nada. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah karena data yang
dikirim sangat cepat dengan waktu sampling yang cepat, hal ini menyebabkan banyak sekali
data yang terbaca ketika mendeteksi pukulan. Dari sekian banayak data tersebut, harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diolah terlebih dahulu untuk menentukan suatu nilai yang benar-benar mewakili kuatnya
penabuhan yang diterima pada bilah kayu.
Gambar 3.10. Diagram alir program utama
Pengolahan data yang dilakukan adalah pendeteksian puncak impuls yang berasal dari
sensor FSR. Keluaran dari proses pengolahan data adalah nilai digital yang mewakili
kuatnya penabuhan yang diberikan pada bilah demung elektronik. Seluruh proses
pembacaan dan pengolahan data sensor FSR dilakukan pada ATmega 8535. Setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
didapatkan data proses selanjutnya adalah mengirimkan data tersebut ke Raspberry Pi
dengan komunikasi paralel.
Selanjutnya program akan dieksekusi di Raspberry dengan melihat kondisi selector
switch yang dipilih. Jika mode slendro yang dipilih program akan memanggil sample nada
slendro untuk dimainkan. Begitu juga sebaliknya jika yang dipilih mode pelog maka
program akan memanggil sample nada pelog untuk dimainkan. Setelah proses memainkan
nada maka program akan melihat kondisi push button switch. Jika push button ditekan maka
akan menghentikan suara rekaman yang sedang dimainkan dan sensor akan kembali
membaca pukulan untuk memainkan nada selanjutnya dan begitu seterusnya.
3.4.1. Program Pembacaan dan Pengolahan Sensor FSR
Keluaran dari sensor FSR berupa sinyal tegangan analog, oleh karena itu nilai keluaran
tersebut harus dihubungkan dengan ADC karena pin GPIO pada Raspberry Pi hanya bisa
membaca masukan data digital. Resolusi bit ADC pada ATmega 8535 adalah 10 bit. Ini
berarti bahwa ADC akan mengubah masukan analog dalam rentang 0V – 5V menjadi nilai
digital 0 - 1023. Besarnya nilai ADC dapat dihitung dengan persamaan (2.2).
Program pembacaan sensor FSR dimulai dengan mendeklarasikan port ATmega 8535
yang digunakan dalam proses ini. Selanjutnya proses pembacaan sensor dimulai dengan
membaca nilai ADC FSR 1 sampai dengan FSR 7. Setelah melakukan proses pembacaan
maka dilakukan proses pengolahan data sensor dengan merata-rata data nilai ADC yang
terbaca dengan metode moving average seperti Persamaan 2.3. untuk kemudian didapatkan
nilai ADC yang benar-benar mewakili kuatnya pukulan yang diberikan. Setelah didapatkan
nilai rata-rata selanjutnya adalah mengelompokan nilai rata-rata tersebut yang dijadikan
acuan dalam memainkan suara demung pada Raspberry Pi. Pembagian range nilai ADC
dilakukan berdasarkan level suara yang akan dimainkan seperti pada Tabel 3.11. Diagram
alir pembacaan sensor FSR dapat dilihat pada Gamabar 3.11.
Tabel 3.11. Perbandingan nilai ADC dalam menentukan tingkatan volume
No Nilai Pukul (ADC) Kondisi
1 >threshold & <A 0b01
2 >=A & <B 0b10
3 >=B & <1023 0b11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Besarnya nilai pukul (ADC) berkisar antara 0-1023 karena pada penelitian ini
menggunakan ADC 10 bit. A dan B merupakan variabel yang berfungsi sebagai batas tiap
tingkatan volume berdasarkan nilai ADC. Besarnya nilai A,B, dan threshold akan dibahas
lebih lanjut saat implementasi pada Bab IV.
Gambar 3.11. Diagram alir pembacaan dan pengolahan sensor FSR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
3.4.2. Program Pengiriman Data Dari ATmega 8535 ke Raspberry Pi
Setelah proses pembacaan dan pengolahan sensor FSR maka selanjutnya data akan
dikirim dari ATmega 8535 ke Raspberry Pi dengan komunikasi pararel dengan jumlah data
5 bit. Komunikasi pararel dipilih karena proses pengiriman data bisa berlangsung lebih
cepat. Data akan dikirimkan secara bersamaan dalam satu waktu bersamaan sehingga untuk
5 bit data diperlukan 5 jalur untuk transmisi data. Chanel merupakan bit data yang
menunjukkan sensor FSR yang dipilih. Karena pada penelitian ini menggunakan 7 buah
sensor FSR jadi diperlukan 3 bit data untuk mewakilkan setiap sensor FSR (0b000 – 0b111).
Sedangkan untuk kondisi pengelompokan level suara diperlukan 2 bit data (0b00 – 0b11)
yang mewakili Level 1 – Level 3. Diagram alir pengiriman data dari ATmega 8535 ke
Raspberry pi dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12. Diagram alir pengiriman data sensor data sensor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Setelah mendapatkan data dari chanel dan kondisi selanjutnya adalah menggeser data
chanel sebanyak 2 kali sehingga data chanel dan kondisi tidak tertumpuk. Setelah dilakukan
penggeseran maka kedua data tersebut di jumlahkan (operasi or) sehingga didapat 5 bit data
yang mewakili masing-masing chanel dan kondisi. Selanjutnya ketika en berlogika high (1)
maka data siap dikirim. Setelah selesai pengiriman en kembali berlogika low (0). Sehingga
dalam komunikasi pararel ini menggunakan 6 jalur komunikasi. 5 jalur sebagai bit data dan
1 jalur sebagai pemicu atau penanda untuk proses pengiriman data.
3.4.3. Program Memainkan Nada
Pada penelitian ini demung elektronik dirancang untuk dapat memainkan laras slendro
dan pelog dalam sebuah perangkat. Oleh sebab itu sebelum menggunakan demung
elektronik pengguna harus memilih mode terlebih dahulu apakah ingin memainkan laras
slendro atau pelog. Pemilihan mode ini dilakukan dengan cara mengeser selector switch.
Selector switch berguna untuk menentukan kondisi logika “high” atau logika “low” dalam
proses program. Jika yang dipilih laras slendro maka program akan membacanya sebagai
logika “low”. Sedangkan jika yang dipilih laras pelog maka program akan membacanya
sebagai logika “high”. Selanjutnya kondisi logika ini akan menjadi acuan dalam
menampilkan karakter pada penampil LCD sehingga pengguna dapat membacanya pada
layar LCD. Jika program membacanya sebagai logika “low” maka LCD akan menampilkan
tulisan “SLENDRO”. Begitu juga sebaliknya jika program membacanya sebagai logika
“high” maka LCD akan menampilkan tulisan “PELOG”.
Setelah program menetukan laras slendro atau pelog kemudian dilanjutkan dengan
membaca 5 bit data yang dikirim dari ATmega ke Raspberry Pi. Hal ini dilakukan untuk
menentukan volume suara demung yang akan dimainkan. Pada penelitian ini menggunakan
tiga tingkatan volume yaitu volume 1 (lirih), volume 2 (sedang), dan volume 3 (keras) seperti
sample nada yang telah disimpan dalam SD Card. Penentuan tingkatan volume suara
demung yang dimainkan berdasarkan 2 bit data pertama dari kirim seperti pada Tabel 3.12.
sedangkan 3 bita data berikutnya (chanel) digunakan untuk menentukan bilah seperti pada
Tabel 3.13. Diagram alir program memainkan nada dapat dilihat pada Gambar 3.13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 3.13. Diagram alir memainkan nada
Tabel 3.12. Perbandingan bit data “kirim” dalam menentukan tingkatan volume
No 2 bit data pertama
“kirim”
Tingkatan Volume
1 0b01 Level 1
2 0b10 Level2
3 0b11 Level 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 3.13. Tiga nilai bit data “kirim” dalam menentukan bilah
No 3 bit data “kirim” Chanel (bilah)
1 0b001 1
2 0b010 2
3 0b011 3
4 0b100 4
5 0b101 5
6 0b110 6
7 0b111 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Bentuk Fisik Demung Elektronik dan Hardware Elektronik
Demung elektronik pada penelitian ini terbuat dari bahan kayu seperti yang terlihat
pada Gambar 4.1. Tampak depan, Gambar 4.2. Tampak atas, dan Gambar 4.3. Tampak
samping.
Gambar 4.1. Demung elektronik tampak depan
Gambar 4.2. Demung elektronik tampak atas
Gambar.4.3. Demung elektronik tampak samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 4.4. Bilah demung elektronik
Gambar 4.4. menunjukkan bagian bilah dari demung elektronik. Bagian ini terdiri dari:
A. Penekan sensosr FSR yang terbuat dari akrilik yang dilapisi double tape sebagai
peredam ketik akrilik menumbuk sensor FSR
B. Sensor FSR yang diletakkan dibawah setiap bilah
C. Limit switch yang jika ditekan berfungsi sebagai pathet untuk menghilangkan gema
dari demung elektronik sebelum memukul bilah yang lainnya
D. Polly Etyline Foam (busa) yang berfungsi untuk meredam tumbukan ketika bilah
kayu dipukul dan sebagai penahan agar dalam kondisi normal akrilik tidak menekan
sensor FSR
Gambar 4.5. Rangkaian elektronik
Gambar 4.5. menunjukan rangkaian elektronik dari demung elektronik. Bagian ini terdiri
dari:
A. Penampil LCD yang akan menampilkan laras yang sedang dipilih slendro atau
pelog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
B. Selector switch yang berfungsi untuk memilih laras yang ingin dimainkan slendro
atau pelog
C. ATmega 8535 yag berfungsi untuk mengolah data ADC dan pengontrol LCD
D. Port masukan dari limit switch dan selector switch
E. Port masukan dari sensor FSR
F. Pin Raspberry Pi sebagai pengontrol utama demung elektronik
4.2. Cara Pengoperasiaan Alat
Untuk dapat mengoperasikan demung elektronik agar dapat berfungsi dengan baik
maka harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Hubungkan monitor, keyboard, mouse, dan speaker aktif ke Raspberry Pi.
2. Hubungkan power supply Raspberry Pi dan ATmega 8535 ke sumber listrik AC
220V.
3. Tunggu hingga proses booting selesai.
4. Pada desktop klik folder dengan nama “demung elektronik”.
5. Buka file dengan nama demung_elektronik.py.
6. Tekan F5 untuk menjalankan program.
7. Jika tidak ada error maka program akan berjalan.
8. Lihat LCD untuk mengetahui laras yang sedang dipilih.
9. Pindahkan selektor switch jika ingin mengubah laras yang mau di mainkan.
10. Pukul setiap bilah dengan tabuh untuk menghasilkan suara demung.
11. Atur volume speaker sesuai kebutuhan.
12. Tekan limit switch yang ada dibawah setiap bilah untuk menghentikan suara demung
yang masih bergema sebelum memukul bilah selanjutnya.
13. Tekan Ctrl + C pada python shell untuk menghentikan program
4.3. Pengujian Force Sensitive Resistor
Pengujian sensor FSR bertujuan untuk mengetahui karakteristik sensor yang
digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan Gambar 2.10. resistor dengan nilai 10k ohm
memiliki rentang nilai (range) tegangan output yang baik dibandingkan dengan nilai resistor
lainnya. Rentang nilai yang cukup besar antar titik diperlukan agar perbedaan tekanan yang
diberikan juga menghasilkan nilai tegangan output yang kontras. Atas dasar itu sensor FSR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
pada pengujian ini dihubungkan dengan resitsor sebesar 10k Ohm seperti pada rangkaian
Gambar 2.9. Sensor FSR di letakkan diantara alas dan bilah kayu demung dengan diberi
Polly Etyline Foam (busa) sebagai peredam tumbukan antara bilah kayu dan alas kayu.
Selain itu busa juga berfungsi sebagai penahan bilah kayu agar tidak langsung menempel
pada sensor FSR pada waktu tidak mendapat tekanan atau pukulan.
Untuk melakukan pengujian sensor FSR dilakukan dengan membaca nilai ADC pada
ATMega 8535 dengan tampilan serial monitor. Karena data ADC yang terbaca sangat
banyak dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat maka dalam satu kali pukulan akan
menghasilkan banyak data nilai ADC yang didapatkan. Untuk itu diperlukan pengolahan
data lebih lanjut agar data yang didapat dapat mewakili kuatnya tabuhan yang diberikan.
Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan merata-rata beberapa hasil pembacaan data
ADC untuk mendapatkan data nilai ADC yang mewakili kuatnya pukulan. Dalam pengujian
kali ini dilakukan percobaan dengan merata-rata nilai ADC berdasarkan jumlah data yang
dirata-rata. Pengujian pertama dilakukan dengan merata-rata setiap 10 data ADC yang
terbaca seperti data pada Tabel 4.1. Berdasarkan data Tabel 4.1. dapat dibuat grafik seperti
pada Gambar 4.4
Tabel 4.1. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 10 data
No Percobaan 1
(ADC)
Percobaan 2
(ADC)
Percobaan 3
(ADC)
Percobaan 4
(ADC)
Percobaan 5
(ADC)
1 207 216 219 216 212
2 531 633 729 776 782
3 636 787 796 864 854
4 516 620 497 599 543
5 97 103 275 140 211
6 0 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0
Rata-
rata 199 235 251 259 260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Berdasarkan data pada Tabel 4.1. dan data grafik seperti pada Gambar 4.6. dapat
diketahui bahwa untuk satu kali pukulan data yang mempunyai nilai hanya 5 data pertama
(data ADC > 0). Oleh sebab itu nilai rata-rata ADC yang didapat menjadi sangat kecil jika
dibandingkan dengan nilai puncak seperti yag terlihat pada data grafik Gambar 4.6.
Berdasarkan data Tabel 4.1. dapat disimpulkan bahwa pengujian dengan merata-rata setiap
10 data dirasa kurang tepat.
Gambar 4.6. Grafik nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 10 data untuk percobaan 1
Pengujian kedua dilakukan dengan merata-rata setiap 5 data ADC yang terbaca
seperti data pada Tabel 4.2. Berdasarkan data Tabel 4.2. dapat dibuat grafik seperti pada
Gambar 4.7
Tabel 4.2. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 5 data
No Percobaan 1
(ADC)
Percobaan 2
(ADC)
Percobaan 3
(ADC)
Percobaan 4
(ADC)
Percobaan 5
(ADC)
1 204 204 201 204 207
2 452 339 423 384 384
3 580 408 443 369 390
4 368 172 135 57 41
5 241 156 39 28 0
Rata-
rata 369 255 248 208 204
207
531
636
516
97
0 0 0 0 0
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nila
i AD
C
Data ke-n
Percobaan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Gambar 4.7. Grafik nilai ADC dengan jumlah rata-rata dari 5 data untuk percobaan 1
Berdasarkan data pada Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa data dengan nilai tertinggi
selalu berada pada data ke-3 dan merupakan puncak data tertinggi seperti yang terlihat dalam
data grafik Gambar 4.7. Oleh sebab itu 3 data pertama merupakan data penting untuk
mendapatkan rata-rata data ADC yang mewakili kuatnya pukulan yang diberikan tanpa harus
menghitung semua data dari data terendah, puncak, hingga turun lagi. Jika menghitung
dengan rata-rata setiap 5 data maka proses pengiriman akan menjadi lebih lambat karena
data baru terkirim jika pukulan telah selesai diberikan. Oleh karena itu pengujian dengan
jumlah rata-rata setiap 5 data di rasa kurang tepat.
Pengujian ketiga dilakukan dengan merata-rata setiap 3 data ADC yang terbaca
seperti data pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata 3 data
No Percobaan 1
(ADC)
Percobaan 2
(ADC)
Percobaan 3
(ADC)
Percobaan 4
(ADC)
Percobaan 5
(ADC)
1 206 204 206 204 208
2 555 323 332 321 339
3 769 499 483 478 492
Rata-
rata 510 342 340 334 346
Berdasarkan data pada Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa nilai rata rata ADC sudah
cukup tinggi dan lebih mendekati nilai puncak dalam satu kali percobaan pukulan. Namun
jika diamati lebih lanjut dari beberapa kali percobaan yang telah dilakukan baik dengan
jumlah rata-rata dari 10, 5, maupun 3 data, ternyata data penting yang bervariasi berada pada
data ke-2 dan ke-3 sedangkan pada data ke-1 tidak terlalu berbeda antara satu dengan yang
204
452
580
368
241
0
200
400
600
800
1 2 3 4 5
Nil
ai A
DC
Data ke-n
Percobaan 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
lainnya. Oleh sebab itu pada penelitian ini digunakan data nilai ADC dengan jumlah rata-
rata 2 data (data ke-2 dan ke-3) dari 3 data yang diambil seperti pada data Tabel 4.5. Dari
data Tabel 4.4. terlihat bahwa nilai rata-rata semakin tinggi dan mendekati nilai puncak ADC
yang berarti juga puncak kekuatan pukulan yang diberikan pada sensor FSR. Sehingga nilai
ADC yang terkirim benar-benar mewakili kuat lemahnya pukulan yang diberikan.
Gambar 4.8. Program pembacaan sensor FSR dengan jumlah rata-rata 10 data
Pada pengujian ini program pembacaan sensor FSR menggunakan software Code
Vision AVR seperti pada Gambar 4.8. untuk jumlah rata-rata 10 data. Sedangkan untuk
jumlah rata-rata 5 data dapat dilakukan dengan mengubah while(i<5). Begitu juga dengan
jumlah rata-rata 3 data dengan mengubah while(i<3). Selain itu diperlukan tambahan serial
module USB sehingga data pembacaan sensor dapat ditampilkan pada monitor laptop dengan
komunikasi serial. Pada pengujian ini nilai ADC baru akan mulai di tampilkan jika melebihi
200 (ADC>200) untuk mengurangi banyaknya data yang tertampil.
i=0;
adc=0;
while (1)
{
//baca_sensor();
adc=read_adc(1);
if(adc>200)
{
i=0;
nil=0;
rat=0;
while(i<10)
{
adc=read_adc(1);
printf("%d\n",adc);
delay_ms(1000);
nil=(long)nil+adc;
i++;
delay_us(10);
}
rat=(int)nil/10;
delay_ms(1000);
printf("RATA:%d\n",rat);
}
delay_us(10);
}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Dengan demikian nilai rata-rata ADC merupakan nilai yang mewakili kuatnya
pukulan yang diberikan. Rata-rata nilai ADC ini yang nantinya dipakai untuk menentukan
pemanggilan suara dari demung elektronik. Pemilihan rata-rata 2 data ini juga bertujuan agar
proses pengiriman data bisa lebih cepat sehingga tidak perlu menunggu pemukulan selesai
melainkan diambil setengah pukulan yang mendekat nilai puncak.
Tabel 4.4. Data nilai ADC dengan jumlah rata-rata 2 data dari 3 data
No
Percobaan
1
(ADC)
Percobaan
2
(ADC)
Percobaan
3
(ADC)
Percobaan
4
(ADC)
Percobaan
5
(ADC)
1 206 204 206 204 208
2 555 323 332 321 339
3 769 499 483 478 492
Rata-rata 2 data (2
dan 3) 662 441 408 400 416
4.4. Pengujian Pukulan dan Penentuan Range Volume
Pengujian pukulan diperlukan untuk menentukan range volume berdasarkan nilai
ADC yang terbaca pada serial monitor. Pada pengujian ini kuat lemahnya pukulan yang
diberikan didasarkan pada perasaan subjektif penguji yang dibagi menjadi tiga kategori level
pukulan yaitu lemah, sedang, dan kuat untuk setiap bilah. Dalam pengujian ini dilakukan 5
kali percobaan untuk setiap level pukulan dalam satu bilah dengan harapan data yang
didapatkan semakin akurat. Namun yang dituliskan dalam data tabel hanya nilai terendah
dari tiap-tiap percobaan sehingga didapat data seperti pada Tabel 4.5. untuk bilah satu, Tabel
4.6. untuk bilah dua, Tabel 4.7. untuk bilah tiga, Tabel 4.8 untuk bilah empat, Tabel 4.9.
untuk bilah lima, Tabel 4.10. untuk bilah enam, dan Tabel 4.11. untuk bilah tujuh. Untuk
data keseluruhan dapat dilihat pada bagian Lampiran 3.
Tabel 4.5. Data nilai ADC bilah satu
No Bilah Level Pukulan
Lemah Sedang Kuat
1 1
211 313 406
2 307 799 955
Rata-rata 259 556 680
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel 4.6. Data nilai ADC bilah dua
No Bilah Level Pukulan
Lemah Sedang Kuat
1 2
214 313 352
2 377 799 960
Rata-rata
295 556 656
Tabel 4.7. Data nilai ADC bilah tiga
No Bilah Level Pukulan
Lemah Sedang Kuat
1 3
222 248 377
2 380 766 940
Rata-rata
301 507 658
Tabel 4.8. Data nilai ADC bilah empat
No Bilah Level Pukulan
Lemah Sedang Kuat
1 4
216 246 404
2 316 745 921
Rata-rata
266 495 662
Tabel 4.9. Data nilai ADC bilah lima
No Bilah Level Pukulan
Lemah Sedang Kuat
1 5
207 281 409
2 236 732 971
Rata-rata
221 506 690
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 4.10. Data nilai ADC bilah enam
No Bilah Level Pukulan
Lemah Sedang Kuat
1 6
216 300 417
2 355 880 963
Rata-rata
285 590 690
Tabel 4.11. Data nilai ADC bilah tujuh
No Bilah Level Pukulan
Lemah Sedang Kuat
1 7
213 384 484
2 198 816 978
Rata-rata
205 600 731
Dari data pengujian tujuh bilah yang sudah dilakukan selanjutnya diambil nilai rata-
rata dari setiap data seperti pada Tabel 4.12. Dari Tabel 4.12. di dapat grafik seperti pada
Gambar 4.9. yang berisi perbandingan nilai ADC terhadap level pukulan dengan bilah yang
berbeda. Selanjutnya data pada Tabel 4.13. digunakan sebagai acuan dalam menentukan
range volume seperti pada Tabel 4.14. Data Tabel 4.14. dijadikan acuan dalam memainkan
setiap nada demung elektronik pada tiap-tiap bilah sesuai dengan kuatnya pukulan yang
diberikan.
Tabel 4.12. Data rata-rata nilai ADC untuk setiap bilah dan level pukulan
Bilah Lemah (ADC) Sedang (ADC) Kuat (ADC)
1 259 556 680
2 295 556 656
3 301 507 658
4 266 495 662
5 221 506 690
6 285 590 690
7 205 600 731
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar. 4.9. Perbandingan nilai ADC terhadap level pukulan dengan bilah yang berbeda
Tabel 4.13. Data ADC terkecil untuk setiap level pukulan
No Level Pukulan Nilai ADC Terkecil
1 Lemah 205
2 Sedang 495
3 Kuat 656
Tabel 4.14. Perbandingan nilai ADC dalam menentukan range volume
No Nilai Pukul (ADC) Tingkatan Volume
1 >=205 & <495 Level 1
2 >=495 & <656 Level 2
3 >=656 & <1023 Level 3
Dari Tabel 4.11. dan Gambar 4.9. terlihat bahwa perbandingan antara nilai ADC
terhadap level pukulan sebanding. Semakin kuat pukulan yang diberikan maka nilai ADC
juga akan semakin besar pula. Hanya saja perbandingan antara nilai ADC dengan level
pukulan tidak linier. Jarak nilai ADC antara level pukulan lemah dengan level pukulan
sedang cukup jauh. Namun jarak nilai ADC antara level pukulan lemah dengan level pukulan
kuat tidak terlalu jauh. Hal ini membuktikan bahwa semakin kuat tekanan yang diberikan
maka jarak antar titik nilai ADC tidak terlalu kontras seperti pada grafik Gambar 2.10. pada
data sheet sensor FSR. Atau bisa dikatakan mendekati titik saturasi.
259 295 301 266 221285
205
556 556507 495 506
590 600680 656 658 662 690 690 731
0
200
400
600
800
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Nila
i AD
C
Bilah ke -
Perbandingan Nilai ADC Terhadap Level Pukulan Dengan Bilah Yang Berbeda
Level 1 (ADC) Level 2 (ADC) Level 3 (ADC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4.5. Pengujian Sample Nada dan Suara Demung Elektronik
Pengujian sample nada demung dilakukan untuk memastikan bahwa sample nada
yang tersimpan dalam SD Card sudah sesuai dengan perancangan. Nada masukan
merupakan nada yang berasal dari rekaman demung laras slendro dan pelog milik
Universitas Sanata Dharma dengan menggunakan software Matlab. Untuk mulai merekam
nada dapat menjalankan skrip program seperti pada Gambar 4.10. dengan Software Matlab
7.10 (R2010a). Bagian wavwrite ditulis sesuai dengan nada yang sedang direkam karena ini
akan menjadi nama penyimpanan file suara.
Gambar 4.10. Program rekam nada dengan software Matlab
Setelah menjalankan program seperti pada Gambar 4.10. maka akan didapatkan
bentuk gelombang dengan amplitudo maksimal seperti pada Gambar 4.11. yang dijadikan
sample nada untuk mendapatkan tingkatan volume nada lainnya. Hanya saja suara hasil
rekaman tidak begitu jernih karena tidak dilakukan di ruangan kedap suara sehingga suara-
suara yang tidak diinginkan juga ikut terekam bersama sample nada.
Langkah selanjutnya setelah mendapatkan semua sample nada yang terdiri dari 7
sample nada slendro dan 7 sample nada pelog adalah membuat sample nada tersebut menjadi
beberapa tingkatan volume dengan melakukan pelemahan sinyal suara seperti pada Tabel
3.3. Nada hasil rekaman di jadikan sebagai nada dengan tingkatan volume Level 3 (keras).
Sedangkan untuk volume Level 2 (sedang) dan volume Level 1 (lirih) didapat dengan
mengalikan amplitudo dari tiap-tiap sample nada. Untuk memperoleh nada dengan tingkatan
volume Level 2 dapat dilakukan dengan menjalankan skrip program seperti pada Gambar
4.12. sedangkan untuk mendapatkan nada dengan tingkatan volume Level 1 dapat dilakukan
dengan menjalankan program seperti pada Gambar 4.13.
%rekam
fs=44100;
y=wavrecord(6*fs, fs,'double');
wavwrite(y,fs,'tes');
wavplay(y,fs);
figure,plot(y);
%Normalisasi 1
x1=y/max(abs(y));
wavwrite(x1,fs,'p1');
wavplay(x1,fs);
figure,plot(x1);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 4.11. Nilai amplitudo = 1 untuk nada siji pelog Level 3 (keras)
Gambar 4.12. Program pelemahan sinyal Level 2 (sedang)
Gambar 4.13. Program pelemahan sinyal Level 1 (lirih)
Dari skrip program seperti pada Gambar 4.12. dan Gambar 4.13. akan menghasilkan
dua sample nada dengan amplitudo yang berbeda seperti pada Gambar 4.14 untuk Level 2
dan Gambar 4.15 untuk Level 1 sesuai dengan perancangan seperti pada Tabel 3.3. Begitu
y1=wavread('p1.wav');
Fs=44100;
wavplay(y1,Fs,'async')
amp =0.49;
y2=amp*y1;
wavplay(y2,Fs,'async')
wavwrite(y2,Fs,'p1_2.wav');
y1=wavread('p1.wav');
Fs=44100;
wavplay(y1,Fs,'async')
amp =0.24;
y2=amp*y1;
wavplay(y2,Fs,'async')
wavwrite(y2,Fs,'p1_1.wav');
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
juga untuk sample nada lainnya hingga pada akhirnya diperoleh sample nada sebanyak 21
sample untuk laras slendro seperti pada data Tabel 4.15. dan 21 sample untuk laras pelog
seperti pada data Tabel 4.16. Untuk melihat nilai frekuensi dan nilai desibel dari masing-
masing nada digunakan software Audacity seperti pada Gambar 4.16. untuk nada siji pelog
Level 3, Gambar 4.17. untuk nada siji pelog Level 2, dan Gambar 4.18. untuk nada siji pelog
Level 1. Sample nada inilah yang akan disimpan dalam SD Card untuk memainkan suara
demung ketika mendapat pukulan.
Gambar 4.14. Nilai amplitudo = 0,49 untuk nada siji pelog Level 2
Gambar 4.15. Nilai amplitudo = 0,24 untuk nada siji pelog Level 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 4.15. Sample nada laras slendro
No Nada Nama File Frekuensi
(Hz)
Itensitas Suara
(dB)
Pelemahan
(dB)
1 Enem Slendro
Rendah
s6ren
226
-21,8 -6,2
2 s6ren_2 -28 -6,2
3 s6ren_1 -34,2
4
Siji Slendro
s1
262
-27,9 -6,2
5 s1_2 -34,1 -6,2
6 s1_1 -40,3
7
Loro Slendro
s2
308
-17,9 -6,2
8 s2_2 -24,1 -6,2
9 s2_1 -30,3
10
Telu Slendro
s3
367
-14,9 -6,2
11 s3_2 -21,1 -6,2
12 s3_1 -27,3
13
Lima Slendro
s5
407
-14,6 -6,2
14 s5_2 -20,8 -6,2
15 s5_1 -27
16
Enem Slendro
s6
473
-12,1 -6,2
17 s6_2 -18,3 -6,2
18 s6_1 -24,5
19
Siji Slendro Tinggi
s1ting
551
-11,2 -6,2
20 s1ting_2 -17,4 -6,2
21 s1ting_1 -23,6
Tabel 4.16. Sample nada laras Pelog
No Nada Nama File Frekuensi
(Hz)
Itensitas Suara
(dB)
Pelemahan
(dB)
1
Siji Pelog
p1
301
-24,3 -6,2
2 p1_2 -30,5 -6,2
3 p1_1 -36,7
4
Loro Pelog
p2
312
-16,7 -6,2
5 p2_2 -22,9 -6,2
6 p2_1 -29,1
7
Telu Pelog
p3
352
-18,3 -6,2
8 p3_2 -24,5 -6,2
9 p3_1 -30,7
10
Papat Pelog
p4
405
-19,2 -6,2
11 p4_2 -25,4 -6,2
12 p4_1 -31,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 4.16. (Lanjutan) Sample nada laras Pelog
No Nada Nama File Frekuensi
(Hz)
Itensitas Suara
(dB)
Pelemahan
(dB)
13
Lima Pelog
p5
454
-14,7 -6,2
14 p5_2 -20,9 -6,2
15 p5_1 -27,1
16
Enem Pelog
p6
472
-15,5 -6,2
17 p6_2 -21,7 -6,2
18 p6_1 -27,9
19
Pitu Pelog
p7
531
-21,6 -6,2
20 p7_2 -27,8 -6,2
21 p7_1 -34
Gambar 4.16. Frekuensi dan itensitas suara nada siji pelog Level 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 4.17. Frekuensi dan itensitas suara nada siji pelog Level 2
Gambar 4.18. Frekuensi dan itensitas suara nada siji pelog Level 1
Berdasarkan Gambar 4.16., Gambar 4.17., dan Gambar 4.18. dapat dilihat bahwa
amplitudo dari nada pada masing-masing level sudah sesuai dengan perancangan seperti
pada Tabel 3.3. Selain itu pada data Tabel 4.15. dan Tabel 4.16. dapat dilihat untuk nilai
pelemahan pada masing-masing nada sudah mendekati dengan perancangan seperti pada
Tabel 3.3. yaitu -6dB untuk tiap level suara. Sedangkan pada analisis frekuensi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
software Audacity tertulis pelemahan yang dihasilkan -6,2dB. Perbedaan nilai ini bisa
disebabkan oleh faktor pembulatan angka penting dalam faktor perkalian nilai amplitudo.
Jika dilihat lebih jauh data nilai frekuensi pada Tabel 4.15. untuk laras slendro dan
Tabel 4.16. untuk laras pelog dapat di bandingkan dengan nilai frekuensi demung gamelan
Kyahi Kanyutmesem Pura Mangkunegaran seperti pada Tabel 2.1. untuk laras slendro dan
Tabel 2.2. untuk laras pelog. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap
gamelan memiliki frekuensi nada yang berbeda. Inilah yang menjadi keistimewaan dan ciri
khas instrumen gamelan. Tidak ada standar baku frekuensi dalam menentukan tiap nada dari
instrumen gamelan. Biasanya titilaras dalam gamelan hanya ditentukan oleh kepekaan
pendengaran pembuatnya. Inilah yang menyebabkan gamelan satu dengan yang lainnya
berbeda. Untuk titilaras demung pelog antara demung milik Universitas Sanata Dharma dan
demung milik Pura Mangkunegaran tidak jauh berbeda jika dilihat dari nilai frekuensi.
Sedangkan untuk laras slendro demung milik Universitas Sanata Dharma nadanya sedikit
lebih rendah dari pada demung milik Pura Mangkunegaran.
4.6. Pengujian Nada Keluaran
Pengamatan dan pengujian nada keluaran dilakukan untuk memastikan bahwa nada
yang dimainkan sesuai dengan bilah yang dipukul. Pengamatan dan pengujian nada keluaran
menggunakan osiloskop untuk mengukur nilai frekuensi yang keluar dari output speaker.
Berdasarkan pengamatan dan pengukuran tersebut didapat data seperti pada Gambar 4.19.
yang merupakan frekuensi dari gelombang audio ketika memukul bilah satu pada posisi
selektor switch berada pada laras pelog. Pengukuran nilai frekuensi dilakukan untuk semua
nada keluaran sehingga didapat data seperti pada Tabel 4.17. untuk laras slendro dan Tabel
4.18. untuk laras pelog.
Gambar 4.19. Gelombang audio laras siji pelog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.17. Pengukuran nilai rata-rata frekuensi nada keluaran slendro
Bilah Nada Frekuensi Sample
Nada (Hz)
Frekuensi Rata-Rata
Nada Keluaran (Hz) Error (%)
1 Enem Slendro
Rendah 226 225,72 0,12
2 Siji Slendro 262 262,66 0,25
3 Loro Slendro 308 309,08 0,35
4 Telu Slendro 367 366,38 0,17
5 Lima Slendro 407 408,36 0,33
6 Enem Selendro 473 471,48 0,32
7 Siji Slendro Tinggi 551 551,38 0,07
Tabel 4.18 . Pengukuran nilai rata-rata frekuensi nada keluaran pelog
Bilah Nada Frekuensi Sample
Nada (Hz)
Frekuensi Rata-Rata
Nada Keluaran (Hz) Error (%)
1 Siji Pelog 301 300,78 0,07
2 Loro Pelog 312 312,22 0,07
3 Telu Pelog 352 352,84 0,24
4 Papat Pelog 405 405,18 0,04
5 Lima Pelog 454 455,02 0,22
6 Enem Pelog 472 474,58 0,55
7 Pitu Pelog 531 531,66 0,12
Dalam pengujian kali ini dilakukan pemukulan sebanyak 5 kali untuk setiap bilah.
Setiap kali pemukulan selalu mendapatkan nilai frekuensi terukur yang berbeda-beda karena
gelombang audio yang selalu berosilasi. Data nilai frekuensi rata-rata pada Tabel 4.16 dan
Tabel 4.17 merupakan nilai frekuensi rata-rata dari 5 kali percobaan. Untuk data lengkapnya
dapat dilihat pada bagian Lampiran 4 untuk laras slendro dan Lampiran 5 untuk laras pelog.
Berdasarkan data pada Tabel 4.17. dan Tabel 4.18. diketahui bahwa audio yang
keluar dari speaker sudah sama seperti sample nada yang disimpan dalam SD Card dan dapat
memainkan suara demung hampir sama dengan frekuensi nada aslinya untuk setiap bilah.
Namun dari data pengujian masih ditemukan error. Hanya saja nilai error yang terhitung
cukup kecil yaitu tidak melebihi 1%. Error ini disebabkan oleh frekuensi audio yang selalu
berosilasi dan bergerak sehingga waktu sampling sangat berpengaruh pada hasil pengukuran
pada osiloskop.
Pengujian juga dilakukan dengan cara melihat tingkat keberhasilan antara pukulan
yang diberikan pada bilah demung elektronik berdasarkan nilai ADC dengan level suara
yang dikeluarkan oleh speaker seperti pada Tabel 4.19. untuk laras slendro dan Tabel 4.20.
untuk laras pelog. Selain itu pengujian juga dilakukan dengan cara melihat tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
keberhasilan antara pukulan yang diberikan pada bilah demung elektronik berdasarkan
kekuatan pukulan dengan suara yang dikeluarkan oleh speaker seperti pada Tabel 4.21.
untuk laras slendro dan Tabel 4.22. untuk laras pelog. Data lengkapnya dapat dilihat pada
bagian Lampiran 6 untuk laras slendro dan Lampiran 7 untuk laras pelog.
Berdasarkan data pada Tabel 4.19. dan Tabel 4.20. persentase keberhasilan pukulan
berdasarkan nilai ADC dengan level suara yang dihasilkan demung elektronik mencapai
100%. Banyak percobaan masing-masing 15 kali percobaan untuk setiap nada dengan
kekuatan pukulan yang bervariasai. Itu berarti bahwa demung elektronik mampu
mengeluarkan suara dengan level suara yang bervariasi berdasarkan nilai ADC yang telah
ditentukan seperti pada Tabel 4.14.
Tabel 4.19. Tingkat keberhasilan pukulan berdasarkan nilai ADC dengan level suara yang
dihasilkan Demung Elektronik laras slendro
No Nada Banyak
Percobaan
Persentase
Keberhasilan (%)
1 Enem Slendro Rendah 15 100
2 Siji Slendro 15 100
3 Loro Slendro 15 100
4 Telu Slendro 15 100
5 Lima Slendro 15 100
6 Enem Selendro 15 100
7 Siji Slendro Tinggi 15 100
Tabel 4.20. Tingkat keberhasilan pukulan berdasarkan nilai ADC dengan level suara yang
dihasilkan Demung Elektronik laras pelog
No Nada Banyak
Percobaan
Persentase
Keberhasilan (%)
1 Siji Pelog 15 100
2 Loro Pelog 15 100
3 Telu Pelog 15 100
4 Papat Pelog 15 100
5 Lima Pelog 15 100
6 Enem Pelog 15 100
7 Pitu Pelog 15 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.21. Tingkat keberhasilan berdasarkan perasaan kekuatan pukulan dengan
level suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras slendro
No Kekuatan Pukulan Banyak
Percobaan
Persentase
Keberhasilan(%)
1 Lemah 35 100
2 Sedang 35 54,29
3 Kuat 35 91,43
Tabel 4.22. Tingkat keberhasilan berdasarkan perasaan kekuatan pukulan dengan
level suara yang dihasilkan Demung Elektronik laras pelog
No Kekuatan Pukulan Banyak
Percobaan
PersentaseKeberhasilan
(%)
1 Lemah 35 100
2 Sedang 35 57,14
3 Kuat 35 94,29
Berdasarkan Tabel 4.21. dan Tabel 4.22. dapat dilihat untuk kekuatan pukulan lemah
selalu berhasil dengan tingkat keberhasilan mencapai 100% dengan banyak percobaan 35
kali untuk masing-masing laras baik slendro maupun pelog. Sedangkan untuk kekuatan
pukulan sedang dan kuat tidak selalu berhasil karena tingkat keberhasilannya tidak mencapai
100%. Hal ini disebabkan oleh kekuatan pukulan yang diberikan saat pengujian bisa saja
tidak selalu sama terutama level sedang dan kuat karena hanya mengandalkan perasaan
subjektif penguji yang bisa berubah-ubah untuk setiap pukulanya. Untuk level pukulan
lemah dan kuat mungkin tidak terlalu sulit untuk mengira-ngira kekuatan pukulan yang
diberikan. Yang sulit adalah mengira-ngira kekuatan pukulan untuk level sedang. Oleh sebab
itu persentase tingkat keberhasilan level sedang paling kecil jika dibandingkan dengan level
pukulan lemah dan kuat. Sedangkan untuk level kuat, karena jarak (range) nilai ADC antara
level kuat dan sedang tidak terlalu jauh maka sering kali terjadi overlap. Saat penguji
mengira kekuatan pukulan yang diberikan keras namun nada yang dihasilkan justru nada
Level 2. Begitu juga sebaliknya, saat penguji mengira level pukulan yang diberikan sedang
namun nada yang dihasilkan malah Level 3. Hal ini disebabkan oleh nilai ADC yang tidak
linier dimana semakin besar kekuatan pukulan yang diberikan range nilai atau jarak nilai
ADC semakin kecil seperti yang terlihat pada Gambar 2.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Sebagian program untuk memainkan suara nada keluaran demung elektronik dapat
dilihat pada Gambar 4.20 dan Gambar 4.21. Program tersebut adalah potongan dari program
keseluruhan. Jika menjalankan program tersebut maka hanya bisa memainkan nada pada
bilah satu. Hal pertama yang dilakukan adalah menuliskan tempat penyimpanan nada yang
akan dimainkan. Karena satu bilah dirancang untuk dapat memainkan dua nada yang berbeda
dengan 3 level yang berbeda maka dalam satu bilah ada 6 nada yang harus dimuat.
Selanjutnya adalah membuat fungsi untuk setiap nada dan didalam fungsi tersebut berisi 3
level nada yang akan dimainkan.
Gambar. 4.20. Program memainkan nada pada bilah satu
#direktori penyimpanan laras pelog nada p1
p1_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p1_1.w
av")
p1_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p1_2.w
av")
p1_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p1.wav
")
# direktori penyimpanan laras slendro nada s6ren
s6ren_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6r
en_1.wav")
s6ren_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6r
en_2.wav")
s6ren_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6r
en.wav")
#memainkan nada siji pelog
def p1(data):
if(data==1):
p1_h.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
p1_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
p1_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.20. (Lanjutan) Program memainkan nada pada bilah satu
#memainkan nada enem slendro rendah
def s6ren(data):
if(data==1):
s6ren_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
s6ren_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
s6ren_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
# program utama
while True:
if gpio.input(en):
#ch berisi 3 bit data yang menunjukkan bilah yg ditabuh
ch=(gpio.input(chanel[0])*1)+(gpio.input(chanel[1])*2)+
(gpio.input(chanel[2])*4)
print ch
time.sleep(b)
# data berisi 2 bit data yang menunjukkan level pukulan
yang diberikan
data=(gpio.input(kondisi[0])*1)+(gpio.input(kondisi[1])*2)
time.sleep(b)
#GPIO 4 merupakan kondisi selektor switch (slendro/pelog)
if gpio.input(4) == True:
if(ch==1):
p1(data)
ch=0
if gpio.input(4) == False:
if(ch==1):
s6ren(data)
ch=0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 4.23. Penjelasan isi data “Ch”
No Data
ch 3
Data
ch 2
Data
ch1
Nilai
ch
Sensor FSR
Yang dipukul
1 0 0 1 1 1
2 0 1 0 2 2
3 0 1 1 3 3
4 1 0 0 4 4
5 1 0 1 5 5
6 1 1 0 6 6
7 1 1 1 7 7
Didalam program utama yang pertama kali dilakukan adalah membaca nilai ch dan
data yang dikirimkan dari ATmega 8535 ke Raspberry Pi. Ch berisi 3 bit data (0b001–
0b111) yang menunjukkan sensor FSR yang sedang dipukul (FSR1 – FSR7) seperti pada
Tabel 4.23. Sedangkan data berisi 2 bit data yang menyatakan kondisi level suara
berdasarkan pengelompokan range ADC yang telah ditetapkan untuk masing – masing Level
suara (0b01 – 0b11) seperti pada Tabel 4.24. Saat pin en berlogika high maka data akan
dikirim. Saat en berlogika low maka menandakan bahwa data sudah selesai dikirim.
Selanjutnya adalah melihat kondisi selektor switch. Jika True maka yang dimainkan adalah
laras pelog. Sedangkan jika False maka yang dimainkan adalah laras slendro.
Tabel 4.24. Penjelasan isi data “Data”
No Data kondisi
1
Data kondisi
0 Nilai data Level Volume
1 0 1 1 Level 1
2 1 0 2 Level 2
3 1 1 3 Level 3
4.7. Pengujian Tombol Pathet
Pengujian ini dilakukan untuk melihat dan mengamati fungsi dari limit switch yang
berfungsi sebagai pathet. Pathet dilakukan untuk menghilangkan suara demung yang masih
bergema setelah di tabuh. Pada pengujian ini dilakukan dengan cara mengamati gelombang
audio pada osiloskop sebelum dan setelah tombol pathet ditekan. Hasil pengamatan
gelombang audio dapat dilihat pada Gambar 4.21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 4.21. Gelombang audio sebelum dan setelah tombol pathet di tekan
Setelah tombol ditekan maka suara demung yang sedang dimainkan akan segera
berhenti. Amplitudo yang tinggi menandakan nada sedang dimainkan (play). Amplitudo
yang rendah menandakan bahwa nada sudah berhenti (stop). Pada saat pengujian semua
tombol pathet sudah berfungsi dengan benar. Program untuk tombol pathet (menghentikan
suara) pada bilah 1 dapat dilihat pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22. program tombol pathet bilah 1
Pada saat GPIO 4 mendapat logika True (1) dan GPIO 8 mendapat logika False (0)
maka fungsi stop nada pelog akan dijalankan. Begitu juga jika GPIO 4 mendapat logika
while True:
if gpio.input(4) == True:
if gpio.event_detected(8):
p1_l.stop()
p1_m.stop()
p1_h.stop()
if gpio.input(4) == False:
if gpio.event_detected(8):
s6ren_l.stop()
s6ren_m.stop()
s6ren_h.stop()
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
False (0) dan GPIO 8 mendapat logika False(0) maka fungsi stop nada slendro akan
dijalankan.
4.8. Pengujian Penampil LCD
Pengujian penampil LCD dilakukan untuk menguji apakah LCD sudah berfungsi
dengan baik. Pengujian penampil LCD dilakukan dengan cara memilih selektor switch pada
bagian laras slendro atau pelog. Gambar 4.23. menunjukkan laras yang dipilih adalah
slendro. Sedangkan Gambar 4.24. menunjukkan laras yang dipilih adalah pelog. Pada
penelitian ini penampil LCD di program pada ATmega 8535 seperti pada Gambar 4.25.
dengan pemicu logika high dan low dari Raspberry Pi seperti pada Gambar 4.26. Logika
high dan low ini berasal dari selektor switch ketika memilih laras yang ingin dimainkan oleh
pengguna. Saat pengujian penampil LCD sudah bisa menampilkan tulisan laras yang dipilih
dengan benar sesuai dengan laras yang sedang dimainkan.
Gambar 4.23. Penampil LCD laras slendro
Gambar 4.24. Penampil LCD laras pelog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 4.25. Program penampil LCD dengan CodeVision AVR
Gambar 4.26. Program pemicu logika high dan low dari Raspberry dengan Python
4.9. Pengamatan Delay Audio
Pada penelitian ini jika didengarkan dengan seksama maka akan terasa ada delay
antara pemukulan yang diberikan pada bilah demung dengan suara yang keluar dari speaker.
Oleh karena itu peneliti ingin mengamati delay tersebut dengan osiloskop. Jika dilihat dari
osiloskop maka akan terlihat ada delay dari amplitudo gelombang yang tertampil.
Pada Gambar 2.27. dapat dilihat bahwa gelombang bagian atas (Ch 1) merupakan
gelombang yang terukur dari GPIO 9 Raspberry yang akan berlogika high ketika fungsi
“p1_h.play()” pada program Gambar 2.28. dieksekusi. Sedangkan gelombang bagian bawah
(Ch 2) merupakan gelombang yang terukur dari output speaker (gelombang audio).
#include <alcd.h>
lcd_init(16);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts(" DEMUNG__TRONIK ");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(" Laras:");
while (1)
{
if(PINB.1==1)
{
lcd_gotoxy(8,1);
lcd_puts("PELOG ");
}
else
{
lcd_gotoxy(8,1);
lcd_puts("SLENDRO ");
}
#gpio 17 Raspberry terhubung ke pin B.1
ATmega
while True:
if gpio.input(4) == True:
gpio.output(17,1)
if gpio.input(4) == False:
gpio.output(17,0)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Seharusnya ketika fungsi “p1_h.play()” dieksekusi maka audio langsung menyala. Namun
jika dilihat dari gelombang osiloskop meskipun fungsi “p1_h.play()” telah dieksekusi (GPIO
9 berlogika high), namun audio belum menyala (amplitudo Ch 2 masih kecil). Audio baru
menyala ketika beberapa saat fungsi”p1_h.play()” dieksekusi. Hal ini terlihat dari amplitudo
ch2 yang mulai berubah (meninggi).
Berdasarkan Gambar 4.27. lamanya waktu delay adalah 500ms atau 0,5s (100ms x 5).
Hal ini berarti audio baru terdengar 0,5s setelah pemukulan pada bilah dilakukan. Delay
semacam ini disebut juga latency. Latency adalah keterlambatan audio yang mengacu pada
periode penundaan yang singkat (biasanya diukur dalam milidetik) antara sinyal input audio
dengan sinyal output audio yang keluar dari speaker hingga terdengar pada indra
pendengaran manusia. Penyebab latency dalam sistem audio antara lain adalah proses
konversi analog-ke-digital, pemrosesan sinyal digital, waktu transmisi, konversi digital-ke-
analog dan kecepatan suara di udara [21].
Gambar 4.27. Perbandingan gelombang Ch 1 dan Ch 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 4.28. Program pengaktifan GPIO 9 jika fungsi “p1_h.play()” dieksekusi
def p1(data):
if(data==1):
p1_h.play()
gpio.output(9,gpio.HIGH)
time.sleep(2)
gpio.output(9,gpio.LOW)
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
#ch 1 probe osiloskop terhubung ke gpio 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan proses perancangan, implementasi, dan pengujian demung elektronik berbasis
Raspberry Pi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sensor FSR mampu merespon pukulan yang diberikan saat penabuhan bilah demung
elektronik. Semakin kuat pukulan maka nilai ADC juga semakin besar.
2. Demung elektronik mampu memainkan dua jenis laras yang berbeda yaitu slendro
dan pelog dalam satu perangkat.
3. Setiap bilah demung elektronik mampu mengeluarkan suara seperti pada suara
demung konvensional.
4. Demung elektronik mampu merespon variasi kekuatan pukulan yang diberikan
sehingga mempengaruhi level suara yang dihasilkan berdasarkan pembacaan nilai
ADC dengan persentase keberhasilan mencapai 100%.
5. Limit switch pada setiap bilah mampu berfungsi sebagai pathet untuk
menghilangkan suara demung yang masih bergema.
6. Terdapat delay antara waktu pemukulan dengan suara yang dikeluarkan oleh speaker
sebesar 0,5s.
5.2. Saran
1. Menggunakan studio rekaman atau ruang kedap suara untuk proses perekaman
sample suara demung agar dihasilkan suara yang benar-benar jernih.
2. Menyempurnakan algoritma pembacaan nilai ADC agar tingkat keberhasilan untuk
level sedang dan kuat semakin baik
3. Menggunakan multiprocessing pada Raspberry Pi sehingga satu perangkat
Raspberry Pi mampu mengontrol banyak perangkat gamelan.
4. Membuat instrumen - instrumen gamelan elektronik lainnya agar dapat di mainkan
secara bersama-sama untuk menghasilkan keindahan seni karawitan yang terletak
pada keharmonisan suara tiap-tiap instrumen gamelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA
[1] Prasetya, Guntur Utomo, 2014, Perancangan Bonang Elektronik Berbasis Arduino
Uno, Skripsi, Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi
Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[2] Santoso, Fadhil Ramadhan, 2014, Perancangan Saron Elektronik Berbasis Arduino
Uno, Skripsi, Program Studi Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi
Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[3] Purwadi, dkk., 2006, Seni Karawitan Jawa: Ungkapan Keindahan dalam Musik
Gamelan, Hanan Pustaka, Yogyakarta.
[4] ------, 2014, Gamelan Ensemble, https://www.nch.ie/Online/Gamelan-Ensemble,
diakses 21 November 2016
[5] Endraswara, Suwardi, 2008, Laras Manis: Tuntutan Praktis Karawitan Jawa,
Kuntul Press, Yogyakarta.
[6] Surjodiningrat, Wasisto, dkk, 1972, Tone Measurements of Outstanding Javanese
Gamelans in Yogyakarta and Surakarta, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
[7] ------, --------, Faqs, https://www.raspberrypi.org/help/faqs/#introWhatIs, diakses
11 Oktober 2016
[8] ----, ----, Raspberry Pi 2 Model B, https://www.raspberrypi.org/products/raspberry-
pi-2-model-b/, diakses 11 Oktober 2016
[9] Kurniawan, Dayat, 2016, Membangun Aplikasi Elektronika dengan Raspberry Pi 2
dan WhatsApp, PT Elex Media Komputindo, Jakarta
[10] -------, --------, RPi Low-level peripherals, http://elinux.org/RPi_Low-
level_peripherals#General_Purpose_Input.2FOutput_.28GPIO.29, diakses 11
Oktober 2016
[11] ------, -------, Welcome to Raspbian, https://www.raspbian.org/, diakses 11 Oktober
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
[12] Noprianto, 2002, Python & Pemrograman Linux, Andi Offset, Yogyakarta
[13] -------, -------, Datasheet FSR Integration Guide and evaluation Parts Catalog,
Interlinks Elekctronics
[14] ------, --------, ADC (Analog to Digital Convertion), http://elektronika-
dasar.web.id/adc-analog-to-digital-convertion/, diakses tanggal 12 Oktober 2016
[15] -------, 2008, Datasheet MCP 3004/3008, Microchip Technology Inc
[16] -------, 2015, Desskripsi File Wav, http://www.mandalamaya.com/cara-membuka-
file-wav/, diakses 20 Oktober 2016
[17] Smith, S.W., 1999, The Scientist and Engineer's Guide to Digital Signal
Processing, 2nd ed, California Technical Publishing, California
[18] --------, ---------, Pengertian Desibel dan Cara Menghitungnya,
http://teknikelektronika.com/pengertian-desibel-dan-cara-menghitungnya/, diakses
06 Desember 2016
[19] ------, 2014, Bread Board Power Supply, CircuitAttic.com MB‐V2 Datasheet
[20] ---------,---------, Pull Up And Pull Down Resistors,
https://www.raspberrypi.org/learning/physical-computing-guide/pull_up_down/,
diakses 29 November 2016
[21] --------, --------, Apa itu Latency dalam Audio Digital?, https://erudisi.com/apa-
itu-latency-dalam-audio-digital/, diakses 8 Juli 2017
[22] -------, -------, Bi-Directional Logic Level Converter Hookup Guide,
https://learn.sparkfun.com/tutorials/bi-directional-logic-level-converter-hookup-
guide, diakses 20 Juli 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-1
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-2
Lampiran 1. Program ATmega 8535 dengan CodeVision AVR
/*******************************************************
This program was created by the
CodeWizardAVR V3.08 Evaluation
Automatic Program Generator
© Copyright 1998-2013 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com
Project :
Version :
Date : 30/05/2017
Author :
Company :
Comments:
Chip type : ATmega8535
Program type : Application
AVR Core Clock frequency: 16,000000 MHz
Memory model : Small
External RAM size : 0
Data Stack size : 128
*******************************************************/
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
// Alphanumeric LCD functions
#include <alcd.h>
#include <stdio.h>
// Declare your global variables here
// Voltage Reference: AREF pin
#define ADC_VREF_TYPE ((0<<REFS1) | (0<<REFS0) | (0<<ADLAR))
unsigned char nilai[7], chanel, j, kirim, i, buf[10];
unsigned int adc, nn, data, rat;
unsigned long nil;
// Read the AD conversion result
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input)
{
ADMUX=adc_input | ADC_VREF_TYPE;
// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage
delay_us(10);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-3
// Start the AD conversion
ADCSRA|=(1<<ADSC);
// Wait for the AD conversion to complete
while ((ADCSRA & (1<<ADIF))==0);
ADCSRA|=(1<<ADIF);
return ADCW;
}
void baca_sensor()
{
for(i=0;i<7;i++)
{
adc=read_adc(i);
if(adc>200)
{
nn=0; adc=0;
while(nn<3)
{
if(nn==1 || nn==2)
{
data=read_adc(i);
printf("%d\n",data);
adc=(int)adc+data;
}
delay_us(100);
nn++;
}
adc=(int)adc/2;
if(adc>205&&adc<495)nilai[i]=1; // low
else if(adc>=495&&adc<656)nilai[i]=2; // med
else if(adc>=656&&adc<1023)nilai[i]=3; // high
else nilai[i]=0;
chanel=i+1;
j=i;
chanel=chanel<<2;
kirim=chanel | nilai[j];
PORTB.0=1;
PORTD=kirim;
delay_us(1000);
}
PORTB.0=0;
}
}
void main(void)
{
DDRD=0xff; PORTD=0x00;
DDRB.0=1; PORTB.0=0;
DDRB.1=0; PORTB.1=1; // sebagai input tbl
// DDRD.1=1; PORTD.1=1;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-4
DDRA=0x00; PORTA=0x00;
// USART initialization
// USART disabled
UCSRB=(0<<RXCIE) | (0<<TXCIE) | (0<<UDRIE) | (0<<RXEN) |
(0<<TXEN) | (0<<UCSZ2) | (0<<RXB8) | (0<<TXB8);
// Analog Comparator initialization
// Analog Comparator: Off
// The Analog Comparator's positive input is
// connected to the AIN0 pin
// The Analog Comparator's negative input is
// connected to the AIN1 pin
ACSR=(1<<ACD) | (0<<ACBG) | (0<<ACO) | (0<<ACI) | (0<<ACIE) |
(0<<ACIC) | (0<<ACIS1) | (0<<ACIS0);
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 1000,000 kHz
// ADC Voltage Reference: AREF pin
// ADC High Speed Mode: Off
// ADC Auto Trigger Source: ADC Stopped
ADMUX=ADC_VREF_TYPE;
ADCSRA=(1<<ADEN) | (0<<ADSC) | (0<<ADATE) | (0<<ADIF) |
(0<<ADIE) | (1<<ADPS2) | (0<<ADPS1) | (0<<ADPS0);
SFIOR=(1<<ADHSM) | (0<<ADTS2) | (0<<ADTS1) | (0<<ADTS0);
// Alphanumeric LCD initialization
// Connections are specified in the
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD
menu:
// RS - PORTC Bit 0
// RD - PORTC Bit 1
// EN - PORTC Bit 2
// D4 - PORTC Bit 4
// D5 - PORTC Bit 5
// D6 - PORTC Bit 6
// D7 - PORTC Bit 7
// Characters/line: 16
lcd_init(16);
i=0;
adc=0;
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts(" DEMUNG__TRONIK ");
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(" Laras:");
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-5
while (1)
{
baca_sensor();
if(PINB.1==1)
{
lcd_gotoxy(8,1);
lcd_puts("PELOG ");
}
else
{
lcd_gotoxy(8,1);
lcd_puts("SLENDRO ");
}
}
}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-6
Lampiran 2. Program Raspberry Pi dengan bahasa
pemrograman Python
import RPi.GPIO as gpio
import time
import pygame
pygame.init()
#waktu delay
a=0.01
b=0.01
gpio.setwarnings(False)
gpio.setmode(gpio.BCM)
gpio.setup(17,gpio.OUT) #kondisi high / low LCD
#set komunikasi ATmega 8535 – Raspberry Pi
chanel=(18,15,14)
kondisi=(24,23)
en=25
gpio.setup(en,gpio.IN)
#gpio.add_event_detect(en,31,bouncetime=5)
for i in range(3):
gpio.setup(chanel[i],gpio.IN)
for i in range(2):
gpio.setup(kondisi[i],gpio.IN)
#set gpio selektor dan pathet
gpio.setup(4,gpio.IN)
gpio.add_event_detect(4,32,bouncetime=5)
pathet=(8,7,12,16,20,21,26)
for i in range (7):
gpio.setup(pathet[i],gpio.IN)
gpio.add_event_detect(pathet[i],31,bouncetime=300)
ch=0
data=0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-7
#direktori penyimpanan sample suara
p1_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p1_1.wav")
p1_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p1_2.wav")
p1_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p1.wav")
p2_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p2_1.wav")
p2_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p2_2.wav")
p2_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p2.wav")
p3_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p3_1.wav")
p3_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p3_2.wav")
p3_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p3.wav")
p4_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p4_1.wav")
p4_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p4_2.wav")
p4_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p4.wav")
p5_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p5_1.wav")
p5_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p5_2.wav")
p5_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p5.wav")
p6_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p6_1.wav")
p6_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p6_2.wav")
p6_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p6.wav")
p7_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p7_1.wav")
p7_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p7_2.wav")
p7_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/p7.wav")
s6ren_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6ren_1.w
av")
s6ren_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6ren_2.w
av")
s6ren_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6ren.wav
")
s1_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s1_1.wav")
s1_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s1_2.wav")
s1_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s1.wav")
s2_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s2_1.wav")
s2_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s2_2.wav")
s2_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s2.wav")
s3_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s3_1.wav")
s3_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s3_2.wav")
s3_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s3.wav")
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-8
s5_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s5_1.wav")
s5_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s5_2.wav")
s5_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s5.wav")
s6_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6_1.wav")
s6_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6_2.wav")
s6_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s6.wav")
s1ting_l=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s1ting_1
.wav")
s1ting_m=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s1ting_2
.wav")
s1ting_h=pygame.mixer.Sound("/home/pi/Desktop/MATLAB/s1ting.w
av")
#fungsi setiap nada pelog
def p1(data):
if(data==1):
p1_h.play()
#gpio.output(9,gpio.HIGH)
#time.sleep(2)
#gpio.output(9,gpio.LOW)
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
p1_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
p1_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def p2(data):
if(data==1):
p2_l.play()
data=0
print ("low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
p2_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
p2_h.play()
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-9
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def p3(data):
if(data==1):
p3_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
p3_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
p3_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def p4(data):
if(data==1):
p4_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
p4_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
p4_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def p5(data):
if(data==1):
p5_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
p5_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-10
p5_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def p6(data):
if(data==1):
p6_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
p6_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
p6_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def p7(data):
if(data==1):
p7_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
p7_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
p7_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
#fungsi setiap nada slendro
def s6ren(data):
if(data==1):
s6ren_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
s6ren_m.play()
data=0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-11
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
s6ren_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def s1(data):
if(data==1):
s1_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
s1_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
s1_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def s2(data):
if(data==1):
s2_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
s2_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
s2_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def s3(data):
if(data==1):
s3_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
s3_m.play()
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-12
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
s3_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def s5(data):
if(data==1):
s5_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
s5_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
s5_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def s6(data):
if(data==1):
s6_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
s6_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
s6_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
def s1ting(data):
if(data==1):
s1ting_l.play()
data=0
print (" low ")
time.sleep(a)
if(data==2):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-13
s1ting_m.play()
data=0
print (" med ")
time.sleep(a)
if(data==3):
s1ting_h.play()
data=0
print (" high ")
time.sleep(a)
# program utama
while True:
if gpio.input(en):
ch=(gpio.input(chanel[0])*1)+(gpio.input(chanel[1])*2)+(gpio.
input(chanel[2])*4)
print ch
time.sleep(b)
data=(gpio.input(kondisi[0])*1)+(gpio.input(kondisi[1])*2)
time.sleep(b)
if gpio.input(4) == True:
gpio.output(17,1)
if(ch==1):
p1(data)
ch=0
if(ch==2):
p2(data)
ch=0
if(ch==3):
p3(data)
ch=0
if(ch==4):
p4(data)
ch=0
if(ch==5):
p5(data)
ch=0
if(ch==6):
p6(data)
ch=0
if(ch==7):
p7(data)
ch=0
#print 'pelog'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-14
if gpio.event_detected(8):
p1_l.stop()
p1_m.stop()
p1_h.stop()
if gpio.event_detected(7):
p2_l.stop()
p2_m.stop()
p2_h.stop()
if gpio.event_detected(12):
p3_l.stop()
p3_m.stop()
p3_h.stop()
if gpio.event_detected(16):
p4_l.stop()
p4_m.stop()
p4_h.stop()
if gpio.event_detected(26):
p5_l.stop()
p5_m.stop()
p5_h.stop()
if gpio.event_detected(21):
p6_l.stop()
p6_m.stop()
p6_h.stop()
if gpio.event_detected(20):
p7_l.stop()
p7_m.stop()
p7_h.stop()
if gpio.input(4) == False:
gpio.output(17,0)
if(ch==1):
s6ren(data)
ch=0
if(ch==2):
s1(data)
ch=0
if(ch==3):
s2(data)
ch=0
if(ch==4):
s3(data)
ch=0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-15
if(ch==5):
s5(data)
ch=0
if(ch==6):
s6(data)
ch=0
if(ch==7):
s1ting(data)
ch=0
#print 'slendro'
if gpio.event_detected(8):
s6ren_l.stop()
s6ren_m.stop()
s6ren_h.stop()
if gpio.event_detected(7):
s1_l.stop()
s1_m.stop()
s1_h.stop()
if gpio.event_detected(12):
s2_l.stop()
s2_m.stop()
s2_h.stop()
if gpio.event_detected(16):
s3_l.stop()
s3_m.stop()
s3_h.stop()
if gpio.event_detected(26):
s5_l.stop()
s5_m.stop()
s5_h.stop()
if gpio.event_detected(21):
s6_l.stop()
s6_m.stop()
s6_h.stop()
if gpio.event_detected(20):
s1ting_l.stop()
s1ting_m.stop()
s1ting_h.stop()
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-16
Lampiran 3. Tabel Data Pengujian Level Pukulan Tiap Bilah
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Lemah
211 231 244 248 274
2 307 409 563 419 540
Rata- rata 259 320 403 333 407
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Sedang
313 311 368 342 335
2 799 828 838 871 854
Rata- rata 556 569 603 606 594
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2 Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Kuat
432 568 406 457 568
2 936 959 955 956 960
Rata- rata 684 763 680 706 764
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Lemah
214 227 233 231 231
2 377 408 396 359 417
Rata- rata 295 317 314 295 324
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Sedang
313 311 368 342 335
2 799 828 838 871 854
Rata- rata 556 569 603 606 594
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-17
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Kuat
352 369 425 435 363
2 960 960 964 979 978
Rata- rata 656 664 694 707 670
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2 Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Lemah
227 231 222 222 212
2 487 432 380 395 433
Rata- rata 357 331 301 308 322
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Sedang
248 305 312 246 291
2 766 835 852 835 831
Rata- rata 507 570 582 540 561
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Kuat
377 422 390 356 385
2 940 984 985 984 988
Rata- rata 658 703 687 670 686
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4 Percobaan
5
1 4 Lemah
211 214 227 219 216
2 345 325 463 326 316
Rata- rata 278 269 345 272 266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-18
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 4 Sedang
246 300 304 289 273
2 745 807 828 793 811
Rata- rata 495 553 566 541 542
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 4 Kuat
404 399 409 419 355
2 921 953 991 984 988
Rata- rata 662 676 700 701 671
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Lemah
207 219 224 236 217
2 236 302 335 399 291
Rata- rata 221 260 279 317 254
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Sedang
281 281 432 350 358
2 732 732 854 824 806
Rata- rata 506 560 643 587 582
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Kuat
409 545 536 432 537
2 971 975 966 960 969
Rata- rata 690 760 751 696 753
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-19
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4 Percobaan
5
1 6 Lemah
228 224 227 211 216
2 440 430 380 499 355
Rata- rata 334 327 303 355 285
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2 Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Sedang
348 364 300 388 348
2 852 883 880 870 864
Rata- rata 600 623 590 629 606
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1 Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Kuat
448 417 416 423 460
2 971 963 979 975 979
Rata- rata 709 690 697 699 719
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3 Percobaan
4
Percobaan
5
1 7 Lemah
216 206 240 213 254
2 321 240 510 198 556
Rata- rata 268 223 375 205 405
No Bilah Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3 Percobaan
4
Percobaan
5
1 7 Sedang
459 433 445 384 384
2 864 819 815 816 824
Rata- rata 661 626 630 600 604
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-20
No Bilah Level
Pukulan Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 7 Kuat
484 638 639 728 583
2 978 954 977 972 975
Rata- rata 731 796 808 850 779
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-21
Lampiran 4. Tabel Pengukuran Frekuensi laras Slendro
No Nada Sample Nada Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5 Rata-Rata Error
(Hz) (Hz) (Hz) (Hz) (Hz) (Hz) (Hz) (%)
1 Enem Slendro
Rendah 226 226,2 225,9 229,9 223 223,6 225,72 0,12
2 Siji Slendro 262 252,5 265,8 260,3 269 265,7 262,66 0,25
3 Loro Slendro 308 309,7 310,8 309,9 303,2 311,8 309,08 0,35
4 Telu Slendro 367 366,6 363,2 368,9 368,7 364,5 366,38 0,17
5 Lima Slendro 407 406 413,9 397,2 413,4 411,3 408,36 0,33
6 Enem Selendro 473 476,3 478,5 477,9 446,4 478,3 471,48 0,32
7 Siji Slendro Tinggi 551 555,6 556,2 550,8 542,8 551,5 551,38 0,07
Lampiran 5. Tabel Pengukuran Frekuensi laras Pelog
No Nada Sample Nada Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Percobaan 4 Percobaan 5 Rata-Rata Error
(Hz) (Hz) (Hz) (Hz) (Hz) (Hz) (Hz) (%)
1 Siji Pelog 301 303,9 304 301,2 302,7 292,1 300,78 0,07
2 Loro Pelog 312 311,9 312,5 312,1 312,1 312,5 312,22 0,07
3 Telu Pelog 352 348,3 353,2 350,8 357,4 354,5 352,84 0,24
4 Papat Pelog 405 405,6 411 404,9 400,8 403,6 405,18 0,04
5 Lima Pelog 454 449,7 458,6 456,3 455,6 454,9 455,02 0,22
6 Enem Pelog 472 475,9 468,8 475,6 476,4 476,2 474,58 0,55
7 Pitu Pelog 531 539,1 538,2 527,1 527,4 526,5 531,66 0,12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-22
Lampiran 6. Tabel Pengujian Nada Keluaran Berdasarkan Level
Pukulan dan Nilai ADC Laras Slendro
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Lemah
235 390 400 141 308
2 312 519 444 435 478
Rata- rata nilai ADC 274 455 422 288 393
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Lemah
188 319 334 307 307
2 224 551 540 480 499
Rata- rata nilai ADC 206 435 437 394 403
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Lemah
249 287 271 219 275
2 353 492 391 241 521
Rata- rata nilai ADC 301 390 331 230 398
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-23
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Lemah
273 359 367 286 207
2 289 464 480 339 249
Rata- rata nilai ADC 281 412 424 313 228
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Lemah
352 304 352 352 330
2 443 359 423 398 541
Rata- rata nilai ADC 398 332 388 375 436
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Lemah
294 259 225 198 327
2 471 376 295 214 551
Rata- rata nilai ADC 383 318 260 206 439
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-24
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Lemah
415 431 308 312 243
2 455 484 380 313 199
Rata- rata nilai ADC 435 458 344 313 221
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Sedang
521 771 532 547 617
2 609 903 773 741 777
Rata- rata nilai ADC 565 837 653 644 697
Suara yang dihasilkan sedang kuat sedang sedang kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 0 1 1 0
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Sedang
597 467 515 499 529
2 798 764 736 799 814
Rata- rata nilai ADC 662 615 625 649 671
Suara yang dihasilkan kuat sedang sedang sedang kuat
Keberhasilan (pukulan) 0 1 1 1 0
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-25
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Sedang
335 511 329 540 348
2 768 943 755 876 745
Rata- rata nilai ADC 551 727 542 708 546
Suara yang dihasilkan sedang kuat sedang kuat sedang
Keberhasilan (pukulan) 1 0 1 0 1
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Sedang
527 491 567 664 59
2 679 671 696 796 728
Rata- rata nilai ADC 603 581 631 730 660
Suara yang dihasilkan sedang sedang sedang kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 0 0
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Sedang
504 455 679 700 545
2 675 624 775 807 719
Rata- rata nilai ADC 589 539 727 753 632
Suara yang dihasilkan sedang sedang kuat kuat sedang
Keberhasilan (pukulan) 1 1 0 0 1
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-26
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Sedang
451 679 531 567 359
2 768 931 822 804 764
Rata- rata nilai ADC 609 805 676 685 561
Suara yang dihasilkan sedang kuat kuat kuat sedang
Keberhasilan (pukulan) 1 0 0 0 1
Persentase keberhasilan 40%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Sedang
527 692 624 527 626
2 739 812 769 732 886
Rata- rata nilai ADC 633 752 696 629 756
Suara yang dihasilkan sedang kuat kuat sedang kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 0 0 1 0
Persentase keberhasilan 40%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Kuat
903 897 880 903 879
2 951 913 892 931 956
Rata- rata nilai ADC 927 905 886 917 917
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-27
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Kuat
748 576 860 828 804
2 940 721 974 967 962
Rata- rata nilai ADC 844 649 917 897 884
Suara yang dihasilkan kuat sedang kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 0 1 1 1
Persentase keberhasilan 80%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Kuat
569 712 719 782 743
2 865 955 913 951 967
Rata- rata nilai ADC 717 833 816 866 855
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Kuat
742 839 788 691 537
2 824 938 871 851 736
Rata- rata nilai ADC 783 888 829 771 637
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat sedang
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 0
Persentase keberhasilan 80%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-28
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Kuat
548 886 844 854 856
2 760 948 931 920 947
Rata- rata nilai ADC 654 917 887 887 901
Suara yang dihasilkan sedang kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 0 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 80%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Kuat
730 768 718 691 792
2 931 919 961 945 958
Rata- rata nilai ADC 825 843 839 818 875
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Kuat
893 920 940 929 927
2 956 963 975 965 972
Rata- rata nilai ADC 924 941 957 947 949
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-29
Lampiran 7. Tabel Pengujian Nada Keluaran Berdasarkan Level
Pukulan dan Nilai ADC Laras Pelog
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Lemah
239 392 386 243 309
2 353 499 456 476 485
Rata- rata nilai ADC 296 446 421 360 397
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Lemah
184 314 344 327 317
2 234 571 549 450 468
Rata- rata nilai ADC 209 443 447 389 393
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Lemah
249 268 212 209 221
2 353 344 227 220 230
Rata- rata nilai ADC 301 306 220 215 226
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-30
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 4 Lemah
359 327 356 345 327
2 338 409 419 473 345
Rata- rata nilai ADC 349 368 388 409 336
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Lemah
377 257 307 289 380
2 421 235 327 271 364
Rata- rata nilai ADC 399 246 317 280 372
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Lemah
248 248 231 263 243
2 339 185 295 356 219
Rata- rata nilai ADC 294 217 263 310 231
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-31
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 7 Lemah
299 316 321 379 243
2 284 368 323 500 249
Rata- rata nilai ADC 292 342 322 440 246
Suara yang dihasilkan Lemah Lemah Lemah Lemah Lemah
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Sedang
641 536 499 547 627
2 783 684 627 741 755
Rata- rata nilai ADC 712 610 563 644 691
Suara yang dihasilkan kuat sedang sedang sedang kuat
Keberhasilan (pukulan) 0 1 1 1 0
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Sedang
584 467 515 501 531
2 788 768 756 763 865
Rata- rata nilai ADC 686 618 636 632 698
Suara yang dihasilkan kuat sedang sedang sedang kuat
Keberhasilan (pukulan) 0 1 1 1 0
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-32
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Sedang
535 511 529 540 362
2 768 743 855 885 744
Rata- rata nilai ADC 652 627 692 713 553
Suara yang dihasilkan sedang sedang kuat kuat sedang
Keberhasilan (pukulan) 1 1 0 0 1
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 4 Sedang
627 421 537 574 459
2 779 681 766 890 728
Rata- rata nilai ADC 703 551 652 732 594
Suara yang dihasilkan kuat sedang sedang kuat sedang
Keberhasilan (pukulan) 0 1 1 0 1
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Sedang
514 490 675 676 445
2 668 686 745 897 743
Rata- rata nilai ADC 591 588 710 787 594
Suara yang dihasilkan sedang sedang kuat kuat sedang
Keberhasilan (pukulan) 1 1 0 0 1
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-33
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Sedang
551 579 431 467 499
2 868 731 812 704 864
Rata- rata nilai ADC 710 655 622 586 682
Suara yang dihasilkan kuat sedang sedang sedang kuat
Keberhasilan (pukulan) 0 1 1 1 0
Persentase keberhasilan 60%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 7 Sedang
547 672 614 523 622
2 733 816 779 742 876
Rata- rata nilai ADC 640 744 697 633 749
Suara yang dihasilkan sedang kuat kuat sedang kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 0 0 1 0
Persentase keberhasilan 40%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 1 Kuat
893 867 864 876 854
2 951 924 842 939 978
Rata- rata nilai ADC 922 896 853 908 916
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-34
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 2 Kuat
754 776 654 503 824
2 962 921 701 767 932
Rata- rata nilai ADC 858 849 678 635 878
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat sedang kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 0 1
Persentase keberhasilan 80%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 3 Kuat
564 724 742 783 773
2 745 947 978 851 997
Rata- rata nilai ADC 655 836 860 817 885
Suara yang dihasilkan sedang kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 0 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 80%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 4 Kuat
744 849 788 691 637
2 826 938 871 851 836
Rata- rata nilai ADC 785 894 830 771 737
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-35
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 5 Kuat
648 886 844 854 856
2 860 948 931 920 947
Rata- rata nilai ADC 754 917 888 887 902
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 6 Kuat
728 778 714 699 782
2 943 943 981 985 948
Rata- rata nilai ADC 836 861 848 842 865
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
No Nada Level
Pukulan
Percobaan
1
Percobaan
2
Percobaan
3
Percobaan
4
Percobaan
5
1 7 Kuat
885 926 920 913 921
2 987 963 971 955 962
Rata- rata nilai ADC 936 945 946 934 942
Suara yang dihasilkan kuat kuat kuat kuat kuat
Keberhasilan (pukulan) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
Keberhasilan (ADC) 1 1 1 1 1
Persentase keberhasilan 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-36
Lampiran 8. Rangkaian Elektronik Keseluruhan
ATmega 8535 Sensor FSR Logic Level
Converter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-37
Rangkaian
Limit Switch
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-38
GPIO
Raspberry Pi
LCD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
L-39
LCD
GPIO
Raspberry Pi
Rangkaian Limit Switch
ATmega 8535
Logic Level
Converter
Sensor
FSR
Data 1
Data 5 Data 4
Data 2
Data 7 Data 6
Data 3
34
36 37
39 40
38
35
24 26
29
27 28
22 23
4
6 5
12 13 14
11
17
18
15 14
16
1
2
HV.3
HV.4
HV.2
HV.6 HV.5
HV.1
HV.7
LV.1
LV.2
LV.3 LV.4 LV.5 LV.6 LV.7
LS.3
GPIO17
GPIO14
GPIO15 GPIO18 GPIO23 GPIO24 GPIO25
LS.6 LS.8 LS.1 LS.2 LS.7 LS.5 LS.4
GPIO4 GPIO26 GPIO21 GPIO20 GPIO16 GPIO12 GPIO7 GPIO8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI