delirium print

21
DELIRIUM I. PENDAHULUAN Delirium merupakan sindroma mental organik akut yang ditandai oleh disfungsi psikologis menyeluruh dengan kadar yang naik turun, yang berakibat hendaya kognitif yang menyeluruh. Delirium dianggap satu pertanda disfungsi otak akut dan oleh sebab itu suatu kedaruratan medik. 1 Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit dan mempunyai banyak penyebab yang kesemuannya menggambarkan pola gejala yang sama yaitu berhubungan dengan tingkat kesadaran dan gangguan kognitif. Namun secara klinis delirium kurang dikenali dan kurang didiagnosis. 2 Gangguan fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena keracunan yang menghambat metabolisme otak menyebabkan timbulnya keluhan utama berupa penurunan kesadaran, sehingga penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, bicaranya inkoheren, bingung, cemas, gelisah dan panik. 1,3 Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia namun yang paling sering pada usia diatas 60 tahun. 4 Delirium bermula dengan tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan yang singkat, dan berubah-ubah intensitinya (berfluktuasi) dan pulih dengan cepat apabila penyebabnya dapat diidentifikasi dan dihilangkan. Walaupun begitu setiap ciri-ciri ini boleh berbeda dari satu penyakit kepada penyakit yang lain. 2 II. DEFENISI Delirium adalah gangguan kognitif dan kesadaran dengan onset akut. Dalam pengertiannya, Engel dan Romano menyebut delirium sebagai “suatu sindrom insufisiensi serebral”. Keduanya menganggap delirium bsebagai sindrom terkait dengan insufisiensi organ lain : Ginjal, jantung, hepar dan paru-paru. Sebagai perbandingan, Lipowsky dalam “Delirium : Acute Brain Failure In Man”, mengemukakan bahwa berkurangnya kewaspadaan terhadap lingkungan dapat diasosiasikan dengan gangguan memori, disorientasi, gangguan bahasa dan gangguan kognitif tipe lainnya. Beragam pasien mempunyai pengalaman disorientasi yang berbeda seperti salah identifikasi, ilusi, halusinasi, dan waham. Dengan onset yang mendadak dan durasi yang pendek, delirium terjadi dari jam sampai hari dan berfluktiatif. Kebiasaan pasien menunjukkan variasi dengan adanya agitasi yang menonjol pada beberapa individu, dan hipoaktif pada pasien lainnya, dan pada individu yang sama pun akan menunjukkan variasi berbeda dari waktu ke waktu. Delirium harus dibedakan dari demensia, kondisi kronis kemerosotan fungsi kognitif yang merupakan faktor risiko terjadinya delirium. 5 Diagnostic Statisitical Manual of Mental Disorders (DSM- IV) mendefinisikan delirium sebagai gangguan kesadaran dan perubahan kognitif yang terjadi secara cepat dalam waktu yang singkat. Gejala awal delirium biasanya muncul tiba-tiba dan durasinya singkat (misal 1 minggu, jarang lebih dari 1 bulan). Gangguan ini hilang sama sekali jika pasien pulih dari determinan penyebab. Bila kondisi yang menyebabkan delirium menetap, delirium berubah perlahan menjadi sindrom demensia 1

Upload: marina-asmala-dewi

Post on 24-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

delirium

TRANSCRIPT

DELIRIUMI. PENDAHULUANDelirium merupakan sindroma mental organik akut yang ditandai oleh disfungsi psikologis menyeluruh dengan kadar yang naik turun, yang berakibat hendaya kognitif yang menyeluruh. Delirium dianggap satu pertanda disfungsi otak akut dan oleh sebab itu suatu kedaruratan medik.1 Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit dan mempunyai banyak penyebab yang kesemuannya menggambarkan pola gejala yang sama yaitu berhubungan dengan tingkat kesadaran dan gangguan kognitif. Namun secara klinis delirium kurang dikenali dan kurang didiagnosis.2Gangguan fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena keracunan yang menghambat metabolisme otak menyebabkan timbulnya keluhan utama berupa penurunan kesadaran, sehingga penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, bicaranya inkoheren, bingung, cemas, gelisah dan panik.1,3 Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia namun yang paling sering pada usia diatas 60 tahun.4Delirium bermula dengan tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan yang singkat, dan berubah-ubah intensitinya (berfluktuasi) dan pulih dengan cepat apabila penyebabnya dapat diidentifikasi dan dihilangkan. Walaupun begitu setiap ciri-ciri ini boleh berbeda dari satu penyakit kepada penyakit yang lain.2II. DEFENISIDelirium adalah gangguan kognitif dan kesadaran dengan onset akut. Dalam pengertiannya, Engel dan Romano menyebut delirium sebagai suatu sindrom insufisiensi serebral. Keduanya menganggap delirium bsebagai sindrom terkait dengan insufisiensi organ lain : Ginjal, jantung, hepar dan paru-paru. Sebagai perbandingan, Lipowsky dalam Delirium : Acute Brain Failure In Man, mengemukakan bahwa berkurangnya kewaspadaan terhadap lingkungan dapat diasosiasikan dengan gangguan memori, disorientasi, gangguan bahasa dan gangguan kognitif tipe lainnya. Beragam pasien mempunyai pengalaman disorientasi yang berbeda seperti salah identifikasi, ilusi, halusinasi, danwaham.Dengan onset yang mendadak dan durasi yang pendek, delirium terjadi dari jam sampai hari dan berfluktiatif. Kebiasaan pasien menunjukkan variasi dengan adanya agitasi yang menonjol pada beberapa individu, danhipoaktifpada pasien lainnya, dan pada individu yang sama pun akan menunjukkan variasi berbeda dari waktu ke waktu. Delirium harus dibedakan dari demensia, kondisi kronis kemerosotan fungsi kognitif yang merupakan faktor risiko terjadinya delirium.5Diagnostic Statisitical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) mendefinisikan delirium sebagai gangguan kesadaran dan perubahan kognitif yang terjadi secara cepat dalam waktu yang singkat. Gejala awal delirium biasanya muncul tiba-tiba dan durasinya singkat (misal 1 minggu, jarang lebih dari 1 bulan). Gangguan ini hilang sama sekali jika pasien pulih dari determinan penyebab. Bila kondisi yang menyebabkan delirium menetap, delirium berubah perlahan menjadi sindrom demensia atau berkembang menjadi koma. Kemudian individu penderita mengalami pemulihan, menjadi vegetativ kronis, atau meninggal.2Klasifikasi Delirium berdasarkan DSM-IV : 51. Delirum akibat masalah medis umum

Masalah medis tertentu, seperti infeksi sistemik, gangguan metabolik, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penyakit hati atau ginjal, ensefalopati, dan trauma kepala dapat menyebabkan gejala delirium.

2. Delirium akibat zat

Gejala delirium dapat disebabkan pajanan terhadap toksin atau ingesti obat, seperti anti konvulsan, neuroleptik, ansiolitik, anti depresan, obat kardiovaskular, anti neoplastik, dan hormone.3. Delirium akibat intoksikasi zat

Gejala delirium dapat terjadi sebagai respons terhadap konsumsi kanabis,kokain, halusinogen, alcohol, ansiolitik atau narkotik dalam dosis tinggi.

4. Delirium akibat putus zat

Pengurangan atau penghentian penggunaan zat jangka panjang dan dosis tiggi zat tertentu, seperti alkohol, sedative, hipnotik, atau ansiolitik, dapat menyebabkan delirium akibat putus zat.

5. Delirium akibat etiologi multipleGejala delirium dapat berhubungan dengan lebih dari satu masalah medis umum atau pengaruh kombinasi masalah medis umum dan penggunaan zat.

Selain klasifikasi di atas, berdasarkan aktivitas psikomotor (tingkat/ kondisi kesadaran, aktivitas perilaku) delirium diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:61. Hiperaktif: didapatkan pada pasien dengan gejala putus substansi antara lain; alkohol, amfetamin, lysergic acid diethylamide atau LSD. Pasien bisa nampak gaduh gelisah, berteriak-teriak, jalan mondar-mandir, atau mengomel sepanjang hari.2. Hipoaktif: didapatkan pada pasien pada keadaan hepatik encephalopathy dan hiperkapnia.3. Campuran: pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang hari mengantuk tapi pada malam hari terjadi agitasi dan gangguan sikap.III. EPIDEMIOLOGI Delirium adalah penyakit yang sering terjadi, sekitar 10-15% pasien yang ada di bangsal bedah dan 15-20% di bangsal ilmu penyakit dalam mengalami delirium selama dirawat. Penyebab delirium pasca operasi, nyeri pasca operasi, gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi, demam, dan kehilangan darah. Insidensi delirium meningkat seiring dengan bertambahnya usia pasien. Faktor-faktor predisposisi delirium antara lain usia (usia muda dan usia lanjut lebih dari 65 tahun), kerusakan otak yang mendahului (penyakit serebrovaskuler, tumor), riwayat delirium sebelumnya, ketergantungan alkohol, diabetes, kanker, kerusakan sensorik (seperti kebutaan), dan malnutrisi.2,7IV. ETIOLOGIDelirium mempunyai berbagai macam penyebab. Penyebabnya bisa berasal dari penyakit susunan saraf pusat, penyakit sistemik, intoksikasi akut (reaksi putus obat) dan zat toksik. Penyabab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Secara lengkap dan lebih terperinci penyabab delirium dapat dilihat pada tabel dibawah ini.2Tabel 1. Penyebab DeliriumA. Penyebab Intrakranial :

Epilepsi dan keadaan paska kejangTrauma otak (terutama gegar otak)Infeksi- Meningitis- EnsefalitisNeoplasma Gangguan vaskular

B. Penyebab Ekstrakranial :

Obat-obatan (meggunakan atau putus obat) dan racun - Obat antikolinergik - Antikonvulsan - Obat antihipertensi - Obat antiparkinson - Obat antipsikosis - Glikosida jantung - Simetidin - Klonidin - Disulfiram - Insulin - Opiat - Fensiklidin - Fenitoin - Ranitidin - Salisilat - Sedatif (termasuk alkohol) dan hipnotik - Steroid Racun - Karbon monoksida - Logam berat dan racun industri lain Disfungsi Endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi) - Hipofisis - Pankreas - Adrenal - Paratiroid - TiroidPenyakit organ non endokrin Hati Ensefalopati hepatik Ginjal dan saluran kemih Ensefalopati uremikum Paru Narkosis karbon dioksida Hipoksia Sistem Kardiovaskular Gagal jantung Aritmia HipotensiPenyakit Defisiensi Tiamin, asam nikotinik, vit B12atau asam folat Infeksi sistemik dengan demam dan sepsisKetidakseimbangan elektrolit dengan penyebab apapunKeadaan pascaoperatifTrauma (kepala atau seluruh tubuh)

V. PATOMEKANISMEMekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara seutuhnya. Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan structural dan fisiologik. Neuropatologi dari delirium telahdipelajari pada pasien dengan hepatic encephalopathy dan padapasien dengan putus alcohol. Hipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan abnormalitas dari multipel neurotransmiter. 2Neurotransmiter utama yang berperan terhadap timbulnya delirium adalahasetilkolindan daerah neuroanatomis utama adalahformasio retikularis. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa berbagai faktor yang menginduksi deliriumdiatas menyebabkan penurunan aktivitas asetilkolin di otak. Mekanisme patofisiologi lain khususnya berkenaan dengan putus zat/alkohol adalah hiperaktivitaslokus sereleusdan neuron non adrenergiknya. Neurotransmiter lain yang juga berperan adalah serotonin dan glutamat.2

a. Obat dan DeliriumLansia lebih sensitif terhadap efek obat atau dosis rendah dan secara khusus beresiko delirium pada saat lebih besardari obat yang digunakan. Obat-obatan yang melewati sawar darah otak menyebabkan delirium. Delirium karena toksisitas obat juga disebabkan oleh obat-obatan dengan 'indeks terapi sempit', meskipun beberapa obat seperti digoxin dilaporkan menyebabkan delirium pada keadaan normal. Pasien dengan intoksikasi alkohol dapat menyebabkan delirium selama perawatan meskipun withdrawal alkohol dapat menyebabkan delirium 1-3 hari setelah dirawat, seperti withdrawal ( reaksi putus obat) hipnotik dan sedatif.2Obat paling sering menyebabkan delirium adalah sedatif dan hipnotik, antikolinergik dan narkotik. Penggunaan preparat ini sebaiknya berhati-hati pada lansia, khususnya pada gangguan kognitif sebelumnya. Jika obat ini harus dipakai sebaiknya dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan. Obat hipoglikemi, khususnya kerja sedang dapat menyebabkan hipoglikemi yang juga bermanifestasi konfusio.2(1) AsetilkolinData studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah satu dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung. pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu juga muncul gejalaini. Pada pasien post operatif, delirium serum antikolinergik juga meningkat.(2) Dopamine

Padaotak,hubungan munculantaraaktivitaskolinergik dan dopaminergik. Pada delirium muncul aktivitas berlebih dari dopaminergik. Pengobatan simptomatis muncul pada pemberian obat antipsikosis seperti haloperidol dan obatpenghambat dopamine.

b. NeurotransmitterlainnyaSerotonin ; terdapat peningkatan serotonin padapasien dengan encephalopati hepatikum. GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada pasien dengan hepatic encephalopati, peningkatan inhibitor GABA juga ditemukan. Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatik encephalopati, yang menyebabkan peningkatan pada asam amino glutamat dan glutamine (kedua asam amino ini merupakan prekursor GABA). Penurunan level GABA pada susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang mengalami gejala putus benzodiazepine dan alkohol.

c. Mekanismeperadangan/inflamasiStudi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti interleukin-1 dan interleukin-6,dapat menyebabkan delirium. Mengikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan toksik, bahan pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan dari sel. Trauma kepala daniskemia, yang sering dihubungkan dengan delirium, terdapat hubungan respon otak yang dimediasi oleh interleukin-1 dan interleukin-6.

d. Mekanisme reaksi stressStress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya delirium.

e. Mekanisme struktural

Pada pembelajaran terhadap MRI terdapat data yang mendukung hipotesis bahwa jalur anatomi tertentu memainkan peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya. Formatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting dari bangkitan delirium. Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan dari formation retikularis mesensephalon ke tectum dan thalamus adalah struktur yang terlibat pada delirium.Kerusakan pada sawar darah otak juga dapat menyebabkan delirium, mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neurotoksik dan sel-sel peradangan (sitokin)untuk menembus otak.VI. GAMBARAN KLINISSecara global gejala delirium terdiri dari gejala psikiatrik umum berupa kelainan mood, persepsi dan perilaku dan gejala neurologik umum yang berupa tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin. Gejala dari delirium yang paling utama adalah penurunan kesadaran. Anxietas, mengantuk, gangguan tidur, halusinasi, mengigau dan kegelisahan biasanya mendahului keadaan delirium.4 Gejala-gejala lainnya berupa ketidakmampuan penderita mengenali orang (disorientasi) dan berkomunikasi dengan baik, bingung, panik, bicara komat-kamit dan inkoherensi.1,3 Tampaknya gejala tersebut pada seorang pasien yang berada dalam resiko delirium harus mengarahkan dokter untuk mengikuti pasien secara cermat.4A. KesadaranDua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium. Satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. Pasien delirium yang berhubungan dengan putus zat seringkali mempunyai delirium hiperaktif yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardia, pupil dilatasi, mual, muntah, dan hipertermia. Pasien dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai sedang depresi atau katatonik.4B. OrientasiOrientasi terhadap waktu seringkali hilang, bahkan pada kasus delirium yang ringan. Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain (sebagai contohnya dokter, anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus yang berat. Pasien delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.4C. Bahasa dan kognisiPasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa seperti melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan gangguan kemampuan untuk mengerti pembicaraan. Tetapi DSM IV tidak lagi memerlukan adanya kelainan bahasa untuk diagnosis, karena kelainan tersebut tidak mungkin untuk mendiagnosis pasien yang bisu.4Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum. Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan, dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. Pasien delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang-kadang paranoid.4D. PersepsiPasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan umum untuk membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka. Dengan demikian, pasien seringkali tertarik oleh stimuli yang tidak relevan atau menjadi teragitasi jika dihadapkan oleh informasi baru. Halusinasi juga relatif sering pada pasien delirium. Halusinasi paling sering adalah visual atau auditoris, walaupun halusinasi juga dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi visual dan auditoris adalah sering pada delirium.4E. MoodPasien dengan delirium juga mempunyai kelainan dalam pengaturan mood. Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan mood lain yang sering ditemukan pada pasien delirium adalah apati, depresi, dan euforia. Beberapa pasien dengan cepat berpindah-pindah di antara emosi tersebut dalam perjalanan sehari.4F. Gejala PenyertaTidur pada pasien delirium secara karakteristik terganggu. Pasien seringkali mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidunya atau di ruang keluarga. Tetapi tidur pada pasien delirium hampir selalu singkat dan terputus-putus. Seringkali keseluruhan siklus tidur bangun pasien dengan delirium semata-mata terbalik. Pasien seringkali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur, situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning. Kadang-kadang mimpi menakutkan di malam hari dan mimpi yang mengganggu pada pasien delirium terus berlangsung ke keadaan terjaga sebagai pengalaman halusinasi.4G. Gejala NeurologisPasien dengan delirium seringkali mempunyai gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfasia, tremor, asteriksis, inkordinasi dan inkontinesia urin. Tanda neurologis fokal juga ditemukan sebagai bagian pola gejala pasien dengan delirium.4Delirium biasanya hilang bila penyakit fisik yang menyebabkannya sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Bila diakibatkan oleh proses yang langsung mengenai otak maka proses penyembuhannya pun tergantung dari besar kecilnya kerusakan/lesi yang ditinggalkan.3VII. DIAGNOSISUntuk memastikan diagnosis, maka gejala-gejala baik yang ringan atau yang berat haruslah ada pada setiap kondisi dibawah ini, yaitu sesuai dengan pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III :41. Gangguan kesadaran dan perhatian :

Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma.

Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian.

2. Gangguan kognitif secara umum : Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi (terutama halusinasi visual)

Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham yang bersifat sementara, tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan

Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif masih utuh.

Disorientasi waktu, pada kasus yang berat terdapat disorientasi tempat dan orang.3. Gangguan psikomotor : Hipoaktivitas atau hiperaktivitas dan pengalihan aktivitas yang tidak terduga dari satu ke yang lain.

Waktu bereaksi yang lebih panjang

Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang

Reaksi terperanjat meningkat

4. Gangguan siklus tidur-bangun : Insomnia atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama sekali atau terbaliknya siklus tidur-bangun (mengantuk pada siang hari. Gejala yang memburuk pada malam hari

Mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.

5. Gangguan emosional : misalnya depresi, ansietas atau takut, lekas marah, euforia,apatis atau rasa kehilangan akal.

6. Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang timbul sepanjang hari, dan keadan ini berlangsung kurang dari 6 bulan.Secara klinis penegakkan diagnosis delirium dapat menggunakan DSM IV-TR. Di bawah ini adalah criteria diagnostik delirium berdasarkan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV):5Kriteria diagnostik delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian).2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.4. Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk menemukan penyebab delirium ini.Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan intoksikasi zat:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk menemukan delirium ini (1) atau (2):

(1) Gejala pada kriteria A dan B berkembang selama intoksikasi zat.

(2) Penggunaan intoksikasi disini untuk mengatasipenyebab yang ada hubungan dengan gangguannya.

Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan putus zat:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk menemukan penyakit delirium ini dalam kriteria A dan B. Keadaan ini berkembang selama atau dalam waktu singkat sesudah sindroma putus zat.

Kriteria diagnostik delirium yang berkaitan dengan berbagai penyebab:

1. Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kesadaran terhadaplingkungan dalam bentuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian)2. Hambatan dalam fungsi kognitif (hendaya daya ingat segera dari jangka pendek namun daya ingat jangka panjang tetap utuh, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi terutama visual, hendaya daya pikir dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham sementara, tetapi yang khas terdapat sedikit inkoherensi, disorientasi waktu, tempat dan orang).3. Awitannya tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari), perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan berfluktuasi sepanjang hari.4. Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium untuk menemukan etiologi delirium ini yang disebabkan oleh lebih dari satu penyebab kondisi medik umum, disertai intoksikasi zat atau efek samping medikasi.

Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan adalah :1,7a. Anamnesa terutama riwayat medis menyeluruh, onset dan durasi, termasuk penggunaan obat-obatan atau medikasi.b. Pemeriksaan fisik lengkap terutama dilakukan secara rutin pada pasien yang rawat inap. c. Pemeriksaan neurologis, termasuk status mental, tes perasaan (sensasi), berpikir (fungsi kognitif), dan fungsi motorik. Pemeriksaan status kognitif mencakup :

Tingkat kesadaran Kemampuan berbahasa Memori Apraksia Agnosia dan gangguan citra tubuh

Pemeriksaan penunjang berupa :1a. Uji darahTujuannya untuk memeriksa adanya gangguan organik, memeriksa komplikasi fisik akibat gangguan psikiatri untuk menemukan gangguan metabolik. Uji darah serologis, biokimia, endokrin dan hematologis yang dilakukan termasuk :

i. Pemeriksaan darah lengkap

ii. Urea dan elektrolit

iii. Uji fungsi tiroid

iv. Uji fungsi hati

v. Kadar vitamin B12 dan asam folat

vi. Serologi

b. Uji urinSkrining obat terlarang dalam urine perlu dilaksanakan untuk memeriksa penyalahgunaan zat psikoaktif yang samar.

c. Elektroensefalogram (EEG)d. X-ray dadae. CT scan kepalaf. MRI scan Kepalag. Analisis cairan serebrospinal (CSF)h. Kadar obat, alkohol (toksikologi)i. Uji genVIII. DIAGNOSIS BANDINGBanyak gejala yang menyerupai delirium. Demensia dan depresi sering menunjukkan gejala yang mirip delirium; bahkan kedua penyakit/ kondisi tersebut acap kali terdapat bersamaan dengan sindrom delirium. Pada keadaan tersebut informasi dari keluarga dan pelaku rawat menjadi sangat berarti pada anamnesis.6a. Delirium dengan demensiaYang paling nyata perbedaannya adalah mengenai awitannya, yaitu delirium awitannya tiba-tiba, sedangkan pada demensia berjalan perlahan. Meskipun kedua kondisi tersebut mengalami gangguan kognitif, tetapi pada demensia lebih stabil, sedangkan pada delirium berfluktuasi.5Tabel 2. Perbandingan Delirium dan Demensia 5Gambaran KlinisDeliriumDemensia

Gangguan daya ingat++++++

Gangguan proses berpikir++++++

Gangguan daya nilai++++++

Kesadaran berkabut+++-

Major attention deficits++++

Fluktuasi perjalanan penyakit (1 hari)++++

Disorientasi+++++

Gangguan persepsi jelas++-

Inkoherensi+++

Gangguan siklus tidur- bangun+++

Eksaserbasi nocturnal+++

Insight/tilikan+++

Awitan akut/subakut++-

b. Delirium dengan skizofreniaBeberapa pasien dengan skizofrenia atau episode manik mungkin pada satu keadaan menunjukkan perilaku yang sangat kacau yang sulit dibedakan dengan delirium. Secara umum, halusinasi dan waham pada pasien skizofrenia lebih konstan dan lebih terorganisasi dibandingkan dengan kondisi pasien delirium.5c. Delirium dengan depresiSindrom delirium dengan gejala yang hiperaktif sering keliru dianggap sebagai pasien yang cemas (anxietas), sedangkan hipoaktif sering keliru dianggap sebagai depresi. Keduanya dapat dibedakan dengan pengamatan yang cermat. Pada depresi terdapat perubahan yang bertahap dalam beberapa hari atau minggu sedangkan pada delirium biasanya gejala berkembang dalam beberapa jam.6Pada umumnya, pasien dengan disfungsi kognitif yang berhubungan dengan depresi mempunyai gejala depresif yang menonjol dan lebih konstan dibandingkan dengan pasien delerium dan cenderung mempunyai riwayat episode depresif di masa lalu, pada pemeriksaan CT-Scan dan EEG normal.2IX. PENATALAKSANAANAntipsikosis berpotensi tinggi merupakan pilihan utama. Zat ini mempunyai efek antikolinergik yang sedikit dan jarang menurunkan ambang kejang dibandingkan dengan antipsikosis yang berpotensi rendah. Obat yang terpilih untuk mengatasi gejala psikosisnya adalah Haloperidol.2,8Dua gejala utama delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia. Obat yang terpilih untuk psikosis adalah Haloperidol , obat antipsikotik golongan butyrophenon. Pemberian tergantung usia, berat badan,dan kondisi fisik pasien, dosis awal dengan rentang antara 2 sampai 10 mg intramuscular, diulang dalam satu jam jika pasien teragitasi. Segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat dimulai. Dua dosis oral harian harus mencukupi, dengan duapertiga dosis diberikan sebelum tidur. Untuk mencapai efek terapeutik yang sama, dosis oral harus kira-kira 1,5 kali kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral. Dosis efektif haloperidol pada kebanyakan penderita delirium berkisar antarai 5 sampai 50 mg.5Pemberian golongan phenothiazine sebaiknya dihindari pada pasien delirium, karena dihubungkan dengan aktivitas antikolinergik yang bermakna.5Insomnia sebaiknya diobati dengan golongan benzodiazepine dengan waktu paruh pendek atau hydroxizine (vistaril) 25 sampai 100 mg, atau menengah seperti lorazepam 1-2 mg sebelum tidur.5,8Bila delirium ini merupakan akibat dari toksisitas antikolinergik, bisa diberikan fisostigmin salisilat (Antilirium) dosis 1 sampai 2 mg intravena atau intramuskular dengan pengulangan dosis setiap 15 sampai 30 menit.5X. PROGNOSISBiasanya delirium muncul secara tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari). Perjalanan penyakitnya singkat dan berfluktuasi. Perbaikan cepat terjadi apabila faktor penyebabnya dapat diketahui dan dihilangkan. Walaupun biasanya delirium terjadi mendadak, gejala-gejala prodromal mungkin telah ada sejak beberapa hari sebelumnya. Gejala delirium biasanya berlangsung selama penyebabnya masih ada namun tidak lebih dari satu minggu. 2Prognosanya tergantung pada dapat diatasi atau tidaknya penyakit yang mendasarinya dan kemampuan otak untuk menahan pengaruh dari penyakit tersebut. 3 Apakah delirium berkembang menjadi demensia belum dapat ditunjukkan dengan penelitian terkontrol yang cermat. Tetapi observasi klinis yang telah disahkan oleh suatu penelitian menunjukkan bahwa periode delirium kadang-kadang diikuti oleh depresi atau gangguan stres paskatraumatik.2XI. KESIMPULANDelirium merupakan gangguan yang umum dengan insidensi tertinggi didapati pada pasien dalam pemulihan paska operasi fraktur panggul yaitu mencapai 50 %.Sisanya terjadi pada pasien dengan penyakit medik biasa, pasien dibangsal penyakit dalam atau bedah yang dirawat, luka bakar dan pasien dalam perawatan intensif. Faktor resiko utama dalam perkembangan delirium adalah usia lanjut terutama pada usia diatas 60-65 tahun. Usia muda, cedera otak sebelumnya, riwayat delirium, ketergantungan alkohol, diabetes melitus, kanker, kebutaan dan malnutrisi juga merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya delirium.Penyebab utama delirium adalah penyakit sistem saraf pusat, penyakit sistemik, intoksikasi atau putus obat dan zat toksik. Namun demikian penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Toksisitas dari banyak medikasi yang diresepkan terutama yang mempunyai aktivitas antikolinergik juga menjadi penyebab delirium yang paling sering.Hipotesa berkenaan dengan patofisiologi terjadinya delirium diduga akibat penurunan aktivitas asetilkolin di otak terutama yang melibatkan daerah formasio retikularis. Neurotransmiter lain yang juga turut berperan adalah serotonin dan asam glutamat.Gambaran khas dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, yang dalam DSM-IV digambarkan sebagai penurunan kejernihan kesadaraan terhadap lingkungan dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan atau mengalihkan perhatian. Ketidakmampuan untuk mempertahankan perhatian adalah ciri pusat dari delirium.Delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau hari), perjalanan yang singkat dan berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika faktor penyebab diidentifikasi dan di hilangkan. Kepentingan untuk mengenali delirium adalah (1) kebutuhan klinis untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab dasar dan (2) kebutuhan untuk mencegah perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium. Komplikasi tersebut adalah cedera kecelakaan karena kesadaran pasien yang berkabut dan gangguan koordinasi.Tujuan utama pengobatan delirium adalah untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium dan memberikan bantuan fisik, sensorik dan lingkungan. Bantuan fisik untuk mencegah agar pasien terhindar dari kecelakaan. Pasien dengan delirium harus didampingi teman/keluarga dan ditempatkan dalam ruangan yang nyaman.Pengobatan farmakologis disesuaikan dengan gejala delirium yamg muncul, misalnya diberikan haloperidol untuk mengatasi psikosisnya dan benzodiazepine (hidroksizin) untuk mengatasi gejala insomnia.LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

(F20.0)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn.SN

Umur

: 24 tahun

Jenis Kelamin

: Laki - Laki

Agama

: Islam

Status perkawinan

: Menikah

Pendidikan

: D 3

Alamat

: Jln. Bategulung Gowa

Tanggal pemeriksaan

: 02 Desember 2013II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :

Nama

: Tn. Z

Umur

: 28 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan Terakhir

: SMK

Alamat

: Jln. Bategulung GowaHubungan dengan pasien

: Kakak pasien

III. RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan Utama

MengamukB. Riwayat Gangguan Sekarang

Seorang laki-laki dibawa keluarganya ke RSKD yang kedua kalinya dengan keluhan mengamuk, dialami sejak 1 bulan yang lalu dan memberat sejak + 2 minggu yang lalu. Pasien mengamuk dengan berteriak-teriak dan mau memukul orang-orang di sekitarnya. Pada saat itu pasien masih berlayar dan tiba-tiba berkelakuan aneh dengan berteriak-teriak, berjoget, bicara sendiri terus-menerus, berjalan mondar-mandir. Apabila ada keinginan yang tidak dituruti pasien marah dan mengancam mau memukul. Pasien mengaku bisa melihat dan mendengar suara Sultan Hasanuddin. Pasien pernah mengalami hal seperti ini 6 tahun lalu ( tahun 2007) dan di rawat RSKD selama 2 minggu, pada saat itu pasien pasien tidak lulus SMA dan tiba-tiba mengamuk dengan menghancurkan kaca sekolah. Setelah dirawat di RSKD pasien keluar dengan tenang kemudian melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di akademi kelautan dan menikah. Kemudian pasien bekerja di salah satu kapal sebagai pelaut di Samarinda. Pasien tidak melanjutkan pengobatan dan tidak pernah kontrol. Menurut keluarga pasien kembali bertingkah aneh setelah bertengkar dengan istri dan istri meminta cerai. Sebelumnya pasien dirawat di RS Samarinda selama 1 minggu yang lalu dan diberi obat warna putih dan pink.

- Hendaya/disfungsi :

* Hendaya dalam bidang sosial (+) terganggu

* Hendaya pekerjaan (+) terganggu

* Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+) terganggu

- Faktor stressor psikososial :

* Pasien bertengkar dengan istri

- Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya :

*Riwayat trauma (-)*Riwayat infeksi (-)*Riwayatkejang (-)*NAPZA (-), merokok(+) 1 bungkus perhariC. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pernah mengalami hal yang sama pada tahun 2007 berupa mengamuk. Pada saat itu pasien tidak lulus SMK dan di rawat di RSKD selama 2 minggu.D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal di rumah, cukup bulan dan dibantu oleh bidan. Selama masa kehamilan ibu pasien dalam keaadaan sehat. Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal. .2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak seusianya.3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 3-11 tahun)

Pasien masuk SD pada umur 6 tahun. Pasien adalah seorang yang ramah dan mudah bergaul. Prestasi di sekolah biasa saja.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12-18 tahun)

Pasien masuk SMP pada umur 12 tahun dan melanjutkan ke SMK pada umur 15 tahun.

5. Riwayat Masa Dewasa

Riwayat pendidikan : pasien menyelesaikan pendidikan di akademi kelautan pada umur 22 tahun (tahun 2011) Riwayat pekerjaan: pasien bekerja di kapal sebagai pelaut di Samarinda mulai tahun 2011-sekarang Riwayat pernikahan: pasien menikah pada umur 22 tahun dengan seorang wanita asal SamarindaE. Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien merupakan anak keempat dari lima bersaudara (,,,)

Hubungan dengan anggota keluarga baik.

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (+) yaitu kakak pasien yang nomor 2F. Situasi Sekarang

Pasien tinggal bersama isteri di Samarinda

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien merasa dirinya tidak sakit (Tilikan derajat I)

IV. AUTOANAMNESIS (2 Desember 2013)DM = Dokter Muda

P=Pasien

DM : Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Marina, dokter muda yang bertugas hari ini. Bisa saya taya-tanya pak?

S : Mmmmm.....silahkan

DM : Kalau boleh tau nama bapak siapa?

S : Nama saya Syaharuddin

DM : Berapa umur bapak sekarang?

S : 25 tahun

DM : Bapak lahir tanggal berapa?

S : Menurut ijazah tanggal 22, eh tanggal 23 bulan 2 1989, tapi sebenarnya tahun 1987

DM : Kenapa bisa berbeda dengan ijazah pak ?

S : Supaya saya terlihat lebih muda, biar bisa masuk tentara. Tetapi jika memang saya jadi tentara, saya akan membunuh atasan saya jika melawan saya.

DM : Jadi umur bapak sebenarnya 27 tahun ?

S : Ih bukan, karena saya 88. Saya masih muda

DM : Sekarang tahun berapa pak?

S : 1989

DM : Tahun saat ini Pak, tahun berapa ?

S : 2014. Jadi menurut ijazah saya 25 tahun

DM : Bapak tahu sekarang bapak berada di mana ?

S : Iya tahu. Di rumah sakit orang gila

DM : Kenapa bapak sampai berada di sini ?

S : Karena saya gelisah

DM : Bapak gelisah karena apa ?

S : Ya gelisah saja

DM : Bapak tahu tempat ini untuk apa?

S : Untuk penyembuhan

DM: Penyembuhan apa pak ?

S : Penyembuhan orang-orang gila

DM: Jadi bapak merasa bahwa bapak termasuk orang gila ?

S: Ooooh tidak. Saya tidak gila. Tapi istri saya yang gila

DM: Jadi bapak sudah menikah. Mana istri bapak ?

S: Sudah cerai.

DM: Kenapa bapak bercerai ?

S: Karena saya dijadikan pembantu oleh istri saya.. Saya diperintah untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah, pulang dari kapal saya disuruh mencuci pakaian, cuci piring, memasak, menyapu, semuanya

DM: Jadi istrinya bapak kerja apa ?

S: Hanya bergosip

DM: Bergosip dengan siapa ?

S: Dengan tetangga, semua digosipkan. Saya benci. Jangan sebut-sebut lagi namanya

DM: Siapa nama istri pak ?

S: Sitti Aisyah. Saya benci sebut namanya

DM: Katanya bapak suka mengamuk. Betul pak ?

S: Iya

DM: Kenapa bapak mengamuk ?

S : Ya itu karena saya benci dengan isteri sayaDM: Siapa yang mengantar Bapak ke sini ?

S : Kakak sayaDM: Bapak sudah makan?

S: Sudah

DM: Bapak makan apa ?

S: Makan ikan, nasi, sayur, buah-buahan

DM: Bapak tahu sekarang siang atau malam ?

S: Siang Dok karena terang. Kalau malam gelap

DM: Katanya bapak sering bicara sendiri. Sebenarnya bapak berbicara dengan siapa?S: Dengan Sultan Hasanuddin

DM: Apa yang bapak bicarakan dengan Sultan Hasanuddin?

S: Masalah peperangan. Sultan Hasanuddin memerintahkan saya untuk kembalike Sulawesi untuk berperang melawan Belanda. Saya tidak akan takut. Saya akan berperang melawan penjajah. Saya akan menang.

DM: Jadi bapak akan berperang?

S: Ini adalah perintah Sultan Hasanuddin. Akan ada peperangan di bawahbimbingan saya. Saya adalah panglima besar, yang gigih dan gagah berani. Tidak ada kata mundur. Mundur adalah suatu kesalahan yang menyulitkan. Pokoknya maju, maju, dan majuuuuuu

DM: Bapak bisa melihat Sultan Hasanuddin ?

S: Tentu saja bisa

DM: Apakah sekarang Sultan Hasanuddin ada di sini ?

S: Iya ada

DM: Di mana pak ?

S: Begini, jadi ini, dia memakai topi (sambil menggambar di tembok)

DM: Sudah berapa lama bapak bisa melihat dan bebicara dengan Sultan Hasanuddin ?

S: Sudah lama, sudah lebih 1 bulan

DM: Bapak merasa punya kelebihan yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain ?

S: Iya Dok. Badan saya ini, seluruh badan saya kebal terhadap seluruh benda tajam

DM: Tapi pak, kenapa ada luka pada kaki kanan bapak? Itu kenapa pak?

S: Oh kecuali ini Dok, ini karena kena knalpot motor

DM: Bapak bisa berhitung ?

S : Iya dok,tambah, kurang, kali, saya bisa

DM: 100-7, berapa pak?

S: 93 dok. Saya tahu

DM: Bagaimana perasaan bapak sekarang ?

S: Ya begini saja. Saya akan berperang

DM : Iya pak, mungkin sampai di sini dulu yang saya tanyakan. Terima kasih atas waktu bapak

S: Iya, iya dok. Terima kasih.V. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan: Seorang laki-laki, wajah sesuai umur, perawakan agak besar, kulit coklat, rambut rapi, memakai baju kaos dan celana panjang.

2. Kesadaran : Berubah

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Saat wawancara pasien gelisah

4. Pembicaraan : Spontan, lancar dan intonasi tinggi serta teriak-teriak.5. Sikap terhadap pemeriksa : cukup kooperatif

B. Keadaan Afektif(Mood), Perasaan dan Empati

1. Mood

: sulit dinilai

2. Afek

: agak hostile

3. Empati : tidak dapat dirabarasakan.

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kesadaran : sesuai taraf pendidikan.

2. Daya konsentrasi : cukup

3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang): baik.

4. Daya Ingat

a. Jangka Panjang: Baik

b. Jangka Sedang: Baik

c. Jangka Pendek: Baik

d. Jangka Segera: Baik5. Pikiran abstrak: terganggu

6. Bakat kreatif

: tidak ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri : kurangD. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi:

Halusinasi auditorik (+) pasien sering mendengar suara-suara yaitu suara Sultan Hasanuddin

2. Ilusi

: tidak ada

3. Depersonilasasi: tidak ada

4. Derealisaai : tidak ada

E. Proses Berpikir

1. Arus pikiran :

a. Produktivitas

: Cukupb. Kontuinitas

: relevan, kadang asosiasi longgarc. Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi pikran :

a. Preokupasi : tidak adab. Gangguan isi pikir : waham kebesaran ; pasien yakin bahwa dirinya kebal terhadap berbagai benda tajam dan pasien adalah panglima besar sebagai pemimpin perangF. Pengendalian Impuls

Terganggu

G. Daya Nilai

1. Norma sosial

: terganggu

2. Uji daya nilai

: terganggu

3. Penialian realitas : terganggu

H. Tilikan (Insight)

Derajat I (penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit).I. Taraf dapat dipercayaDapat dipercayaVI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Pemeriksaan Fisik :

Status InternusTekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86x/menit, suhu tubuh 36,7C, pernapasan 24x/menit. Hal bermakna lain pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya

Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-), kulit sianosis (-). Tampak luka bakar pada ekstremitas kanan bawah.

VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang laki-laki dibawa keluarganya ke RSKD yang kedua kalinya dengan keluhan mengamuk, dialami sejak 1 bulan yang lalu dan memberat sejak + 2 minggu yang lalu. Pasien mengamuk dengan berteriak-teriak dan mau memukul orang-orang di sekitarnya. Pada saat itu pasien masih berlayar dan tiba-tiba berkelakuan aneh dengan berteriak-teriak, berjoget, bicara sendiri terus-menerus, berjalan mondar-mandir. Apabila ada keinginan yang tidak dituruti pasien marah dan mengancam mau memukul. Pasien mengaku bisa melihat dan mendengar suara Sultan Hasanuddin. Pasien pernah mengalami hal seperti ini 6 tahun lalu ( tahun 2007) dan di rawat RSKD selama 2 minggu, pada saat itu pasien pasien tidak lulus SMA dan tiba-tiba mengamuk dengan menghancurkan kaca sekolah. Setelah dirawat di RSKD pasien keluar dengan tenang kemudian melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di akademi kelautan dan menikah. Kemudian pasien bekerja di salah satu kapal sebagai pelaut di Samarinda. Pasien tidak melanjutkan pengobatan dan tidak pernah kontrol. Menurut keluarga pasien kembali bertingkah aneh setelah bertengkar dengan istri dan istri meminta cerai. Sebelumnya pasien dirawat di RS Samarinda selama 1 minggu yang lalu dan diberi obat warna putih dan pink.Dari status mental tampak seorang laki-laki wajah sesuai umur, perawakan agak besar, kulit coklat, rambut rapi, memakai baju kaos dan celana panjang, perawatan diri kurang. Kesadaran berubah, perilaku dan aktivitas psikomotor gelisah, pembicaraan spontan, lancar dengan intonasi tinggi serta berteriak-teriak dan pasien cukup kooperatif, mood sulit di nilai, afek agak hostile dan empati tidak dapat dirabarasakan. Fungsi intelektual sesuai taraf pendidikan, daya konsentrasi cukup, orientasi baik, daya ingat baik, pikiran abstrak terganggu, bakat kreatif tidak ada, kemampuan menolong diri sendiri kurang. Pada proses pikir produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan kadang asosiasi longgar, serta tidak ditemukan adanya hendaya dalam berbahasa. Pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik. Gangguan isi pikir berupa waham kebesaran. Tilikan derajat 1 ( penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit) dengan taraf dapat dipercaya.VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I :

Berdasarkan Autoanamnesis dan Alloanamnesis didapatkan gejala khas yang bermakna berupa gejala mengamuk. Dimana pasien sering berteriak-teriak dan mengancam memukul bila keinginannya tidak dituruti.sehingga menimbulkan distress dan disability serta hendaya sosial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang menunjukan pasien mengalami gangguan jiwa.

Dari pemeriksaan status mental didapatkan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi auditorik serta gangguan isi pikir sehingga pasien dapat dikatakan mengalami Gangguan Jiwa Psikotik.

Dari pemeriksaan status neurologis tidak ditemukan kelainan organik sehingga digolongkan Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

Pada pemeriksaan status mental pasien ditemukan adanya halusinasi auditorik yang terus menerus dan gangguan isi pikir berupa waham kebesaran, yang berlangsung lebih 1 bulan sehingga didiagnosis Skizofrenia.

Pada pasien ini halusinasi auditorik serta adanya waham kebesaran yang menonjol sehingga berdasarkan PPDGJ III didiagnosa sebagai Skizofrenia Paranoid (F20.0). Aksis II

Pasien memiliki ciri kepribadian tidak khas. Aksis III

Terdapat luka bakar pada tungkai kanan bawah. Aksis IV

Trigger (masalah keluarga : pasien bertengkar dengan istri dan istri meminta cerai) Aksis V

GAF Scale 50-41 berupa gejala berat (serious), disabilitas beratIX. DAFTAR PROBLEM

Organobiologik

Tidak ditemukan keadaan fisik yang bermakna, namun terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien memerlukan famakoterapi.

Psikologik

Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi dan waham sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

Sosiologik

Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan waktu senggang sehingga pasien butuh sosioterapi.X. PROGNOSIS

Dubia et malam

Faktor pendukung : Ada dukungan keluarga (moral dan ekonomi).

Faktor penghambat :

Ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama.

Usia muda saat terkena penyakit.

Tidak teratur dalam pengobatan.

XI. DISKUSI/PEMBAHASAN

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum dikteahui) dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umunya ditandai dengan adanya penyimpangan fundamental dari pikiran dan persepsi serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul.Biasanya kesadaran tetap terpelihara dan kemampuan intelektual juga terpelihara walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Untuk mendiagnosis skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (yang biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

1. Thought of echo : isi pikiran sendiri yang bergema dalam kepala

Thought of insertion : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya

Thought of broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar.

2. Delusion of control : waham yang dikendalikan

Delusion of influence : waham yang dipengaruhi

Delusion of passivity : waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan pasrah terhadap kekuatan dari luar

Delusion of perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, biasanya mistik.

3. Halusinasi auditorik

4. Waham waham menetap jenis lain yang biasanya tidak wajar menurut budaya.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas :

1. Halusinasi yang menetap dari panca indera

2. Arus pikiran yang terputus

3. Perilaku katatonik

4. Gejala negative

Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III), skizofrenia Paranoid dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria :

Halusinasi atau waham harus menonjol

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (launging);

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

Gangguan afektif , dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata atau menonjol.

Pada pasien ini ditemukan halusinasi auditorik berupa suara Sultan Hasanuddin yang menyuruh kembali ke Sulawesi untuk memimpin perang melawan penjajah. Pada pasien juga ditemukan waham waham kebesaran yaitu pasien yakin bahwa dirinya kebal terhadap berbagai benda tajam dan pasien adalah panglima besar sebagai pemimpin perang. Karena gejala halusinasi dan waham yang menonjol ini maka pasien didiagnosa skizofrenia paranoid.

XII. RENCANA TERAPI

a. PsikofarmakoterapiHaloperidol 1,5 mg 3 x 1 tab

Chlorpromazine 100 mg 0- 0- Terapi untuk luka bakar pada tungkai bawah :

Ciprofloxacin 500 mg 2x1

Rawat luka

b. Psikoterapi SuportifMemberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur.

c. Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang terdekat pasien tentang gangguan yang dialami pasien sehingga tercipta lingkungan yang kondusif yang dapat membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.XIII. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, efektifitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.

1