deforestasi tahun 2013
TRANSCRIPT
-
DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN
DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
TAHUN 2015
DEFORESTASI
INDONESIA
TAHUN 2013 - 2014
-
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya
penyusunan buku Deforestasi Indonesia Tahun 2013 -2014 dapat terselesaikan
dengan baik. Penghitungan angka deforestasi Indonesia yang telah dilakukan secara
periodik sejak tahun 1990 menunjukkan bahwa penerbitan buku ini merupakan
salah satu upaya konsisten Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata
Lingkungan c.q. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
dalam rangka mendukung terselenggaranya Sistem Informasi Sumberdaya Hutan
Nasional yang berkualitas.
Buku ini menyajikan Luas dan Angka Deforestasi Rerata Tahunan baik Deforestasi
Bruto maupun Deforestasi Netto pada Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain
berdasarkan data penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat Data Continuity
Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan 2014 untuk seluruh wilayah Indonesia.
Perhitungan Deforestasi Netto bertujuan untuk memberikan informasi
perubahan/pengurangan luas tutupan lahan hutan/berhutan pada periode tertentu
dengan mempertimbangkan hasil penghitungan deforestasi disajikan dalam bentuk
tabel, diagram, serta peta faktor reforestasi yang terjadi. Untuk mempermudah
penyerapan informasi, data, dan untuk seluruh wilayah Indonesia.
Pada periode tahun 2013-2014 ini, terlihat adanya tren penurunan angka
deforestasi dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini diharapkan menjadi salah
satu indikasi awal keberhasilan pelaksanaan tata kelola kehutanan yang senantiasa
diperbaiki dari waktu ke waktu. Seiring dengan optimisme penggabungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, semoga keselarasan antara
pengelolaan sumber daya alam dapat terus berorientasi pada kelestarian lingkungan
sehingga laju kerusakan hutan dan perubahan tutupan hutan di luar yang telah
direncanakan dapat diminimalisir.
Akhir kata segala masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan buku ini. Semoga data dan informasi
pada buku ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
pembangunan kehutanan.
Wassalamualaikum wr.wb.
Jakarta, November 2015
Direktur Inventarisasi dan
Pemantauan Sumber Daya Hutan
Ruandha Agung Sugardiman
NIP. 19620301 198801 1 001
-
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan ................................................................................................................. 3
C. Sasaran ................................................................................................................ 3
D. Ruang Lingkup ................................................................................................ 4
E. Batasan Istilah ................................................................................................. 4
BAB II METODOLOGI ............................................................................................................. 5
A. Sumber Data ..................................................................................................... 5
B. Analisa dan Penyajian Data ....................................................................... 5
BAB III HASIL PENGHITUNGAN DEFORESTASI INDONESIA .............................. 8
A. Deforestasi Indonesia .................................................................................. 8
B. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA) 17
C. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Lindung (HL) .................... 19
D. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Produksi ............................ 22
1. Hutan Produksi Tetap (HP) ........................................................ 22
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) .............................................. 24
3. Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) ................ 26
E. Deforestasi di Dalam Areal Penggunaan Lain (APL) ..................... 28
F. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Hutan ........... 30
G. Perkembangan Perubahan Tutupan Hutan Indonesia ................ 41
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................ 46
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 46
B. Saran dan Rekomendasi ............................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 49
LAMPIRAN
-
iii
DAFTAR TABEL
TABEL Hal
Tabel III.1 Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th)
Tahun 2013 - 2014 .................................................................................. 14
Tabel III.2 Angka Deforestasi pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/
Kepulauan Besar (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ............... 15
Tabel III.3 Angka Deforestasi per Fungsi Kawasan (Ribu Ha/Th)
Tahun 2013-2014 .................................................................................... 16
Tabel III.4 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Konservasi
per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 .................................... 18
Tabel III.5 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Lindung
per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 .................................... 21
Tabel III.6 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi
Tetap per Provinsi (Ha/Th) Periode 2013 - 2014 .................... 23
Tabel III.7 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi
Terbatas per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ................ 25
Tabel III.8 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi
yang dapat di-Konversi per Provinsi (Ha/Th)
Tahun 2013 - 2014 ................................................................................... 27
Tabel III.9 Angka Deforestasi di luar Kawasan Hutan (Areal
Penggunaan Lain) per Provinsi (Ha/Th)
Tahun 2013 - 2014 .................................................................................. 29
Tabel III. 10 Rekapitulasi Luas Areal Deforestasi Bruto pada
Areal Perubahan Fungsi Kawasan Hutan ..................................... 31
Tabel III. 11 Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi pada
Areal Perubahan Fungsi Kawasan Hutan ..................................... 31
Tabel III. 12 Rekapitulasi Luas Areal Deforestasi Bruto pada
Areal Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan .......................... 32
Tabel III. 13 Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi pada
Areal Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan .......................... 33
Tabel III. 14 Rekapitulasi Luas Areal Deforestasi Bruto di Dalam
dan di Luar Areal Pemanfaatan dan
Penggunaan Kawasan Hutan .............................................................. 35
-
iv
TABEL Hal
Tabel III. 15 Rekapitulasi Luas Areal Reforestasi di Dalam dan di Luar
Areal Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ........... 37
Tabel III.16. Sebaran Titik Panas untuk setiap Provinsi Tahun 2014 ....... 38
Tabel III.17. Luas Reforestasi di Dalam dan di Luar Areal Rehabilitasi
Hutan dan Lahan ...................................................................................... 40
Tabel III.18. Pengaruh Pemukiman terhadap Deforestasi Bruto dan
Reforestasi .................................................................................................. 41
Tabel III.19 Lima Provinsi dengan Angka Deforestasi Bruto Tertinggi (Ha/Th)
pada Tahun 2013 - 2014dan Tahun 2013 2014 .................... 41
Tabel III.20 Lima Provinsi dengan Angka Reforestasi Tertinggi (Ha/Th)
pada Tahun 2013 - 2014dan Tahun 2013 2014 .................... 42
Tabel III.21 Lima Provinsi dengan Angka Deforestasi Tertinggi (Ha/Th)
pada Tahun 2013 - 2014dan Tahun 2013 2014 .................... 43
-
v
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Hal
Gambar 1 Bagan Alur Proses Penghitungan Deforestasi Indonesia ....... 7
Gambar 2 Diagram Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013 2014
(Ribu ha/th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman
di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL) ................................ 9
Gambar 3 Diagram Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013 - 2014
(Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman
di dalam Kawasan Hutan ....................................................................... 9
Gambar 4 Diagram Angka Deforestasi tahun 2013 - 2014
(Ribu Ha/Th) pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/
Kepulauan Besar di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan ....... 11
Gambar 5 Diagram Angka Reforestasi Indonesia Tahun 2013 - 2014
(Ribu Ha/Th) pada Hutan Sekunder dan Tanaman
di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan ............................................. 11
Gambar 6 Diagram Angka Reforestasi tahun 2013 - 2014
(Ribu Ha/Th) pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/
Kepulauan Besar di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan ....... 12
Gambar 7 Peta Deforestasi Indonesia Tahun 2013 - 2014 ........................... 12
Gambar 8 Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th)
Tahun 2013 - 2014di Dalam dan
di Luar Kawasan Hutan (APL) ............................................................. 13
Gambar 9 Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu ha/th) pada
Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman Tahun
2013 - 2014di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL) ..... 14
Gambar 10 Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) pada
Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman Tahun
2013 2014 di dalam Kawasan Hutan ........................................... 15
Gambar 11 Diagram Angka Deforestasi pada 7 (Tujuh) Kelompok
Pulau/Kepulauan Besar (Ribu Ha/Th) di Dalam dan
di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013 - 2014 ............................... 16
Gambar 12 Diagram Angka Deforestasi per Fungsi Kawasan
(Ribu Ha/Th) Tahun 2013 - 2014 ....................................................... 17
-
vi
GAMBAR Hal
Gambar 13 Diagram Jumlah Titik Panas (Hotspot) dan Angka Deforestasi
Bruto (Ribu Ha/Th) per Fungsi Kawasan Tahun 2014 ........... 38
Gambar 14 Diagram Angka Deforestasi Bruto (Juta Ha/Th)
Tahun 1990-2014 ....................................................................................... 41
Gambar 15 Diagram Faktor yang Mempengaruhi Angka Deforestasi
Bruto Indonesia Tahun 2012 2013 ................................................. 44
Gambar 16 Diagram Faktor yang Mempengaruhi Angka Reforestasi
Indonesia Tahun 2012 2013 ............................................................... 45
-
vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Angka Deforestasi Bruto dan Reforestasi Indonesia
di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013-2014
Lampiran 2 Angka Deforestasi Indonesia dan per Pulau
di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013-2014
Lampiran 3 Angka Deforestasi dan Peta Deforestasi per provinsi
di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Tahun 2013-2014
-
BAB I
PENDAHULUAN
-
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan merupakan anugerah dan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa untuk
bangsa Indonesia. Sebagai amanat, hutan harus dikelola dan dimanfaatkan
secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat, bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Sesuai pasal 3 Undang-
Undang (UU) No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan antara lain disebutkan
bahwa penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat dan berkelanjutan dengan menjamin keberadaan hutan
dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional serta mengoptimalkan
fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat
lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lestari.
Dalam rangka optimalisasi fungsi dan manfaat hutan, berdasarkan pasal 18 UU
No. 41 Tahun 1999, pemerintah telah berupaya mempertahankan kecukupan
luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap Daerah Aliran Sungai
(DAS) dan atau pulau, yaitu minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas DAS dan
atau pulau dengan sebaran yang proporsional.
Tutupan lahan pada kawasan hutan, terutama yang terkait dengan tutupan hutan
sangat dinamis dan berubah dengan cepat dimana kondisi hutan semakin
menurun dan berkurang luasnya. Berdasarkan hasil penelitian Revilla (1993),
Indonesia kehilangan penutupan hutan setiap tahunnya selama tahun 1972
1990 seluas 840.000 ha/tahun atau seluas 0,68% per tahun. Penelitian FAO
tahun 1990 juga menunjukkan bahwa penutupan hutan di Indonesia telah
berkurang dari 74% menjadi 54% dalam kurun waktu 30 40 tahun (FAO,
1990). Berdasarkan penaksiran sumberdaya hutan yang dilakukan oleh FAO
(1993) laju deforestasi tahunan selama 1981 1990 di Indonesia mencapai luas
1,2 juta ha/tahun, menduduki tempat kedua setelah Brazil. Sedangkan
berdasarkan penaksiran sumberdaya hutan yang dilakukan oleh FAO (2002), laju
deforestasi pada tahun 1990 2000 naik menjadi 1,31 juta ha/ tahun.
Menurut World Bank (1995), diperkirakan pada tahun 1960 1970-an luas
hutan di Indonesia mencapai 150 juta ha, tetapi pada tahun 1995 luas hutannya
mengalami penurunan menjadi hanya sekitar 93-112 juta ha. Pengurangan luas
penutupan hutan juga dilaporkan oleh Holmes (2000) yang menyatakan bahwa,
pada tahun 1980-an terjadi deforestasi sebesar 800.000 ha/tahun dan naik
menjadi 1,2 juta ha/tahun pada tahun 1996. Antara tahun 1985 sampai 1997
total areal hutan di Sumatera berkurang dari 23 juta ha menjadi hanya sekitar 16
juta ha. Sementara itu, di Kalimantan total areal hutan berkurang dari 40 juta ha
menjadi sekitar 31 juta ha. Sedangkan tingkat deforestasi yang paling rendah
adalah di Sulawesi, karena hutan dataran rendah yang ada sudah banyak yang
dikonversi pada pertengahan tahun 1980-an.
-
2
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam hal ini dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, telah melakukan
penghitungan angka deforestasi Indonesia secara periodik yang dimulai dari
tahun 1990. Angka deforestasi berturut-turut tahun 1990-1996 yaitu sebesar
1,87 juta ha/tahun, tahun 1996-2000 sebesar 3,51 juta ha/tahun, tahun 2000-
2003 sebesar 1,08 juta ha/tahun, tahun 2003-2006 sebesar 1,17 juta ha/tahun,
tahun 2006-2009 sebesar 0,83 juta ha/tahun, tahun 2009-2011 sebesar 0,45 juta
ha/tahun dan tahun 2011-2012 sebesar 0,61 juta ha/tahun. Angka deforestasi
pada periode penghitungan terakhir yaitu tahun 2012-2013 diperoleh nilai
sebesar 0,73 juta ha/tahun. Angka deforestasi mengalami peningkatan dan
pengurangan di setiap tahun perhitungannya. Hal itu terjadi karena dinamisnya
perubahan tutupan lahan akibat aktifitas manusia dalam memanfaatkan lahan
sehingga mengakibatkan hilangnya tutupan hutan atau penambahan tutupan
hutan karena penanaman.
Saat ini upaya dalam mengurangi laju deforestasi bukan hanya pada tingkat
nasional tetapi sudah merupakan salah satu kesepakatan internasional dimana
Indonesia merupakan negara yang tergabung dalam kesepakatan dimaksud. Hal
tersebut dipicu dengan semakin tidak seimbangnya daya dukung lingkungan
hidup. Banyaknya kejadian bencana alam yang diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan sebagai dampak negatif dari aktifitas kehidupan manusia. Upaya
penurunan deforestasi adalah salah satu upaya dalam penurunan emisi gas
rumah Kaca (GRK) yang saat ini makin dirasakan dampaknya bagi kehidupan
manusia di bumi.
Indonesia telah berkomitmen dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca
antara lain melalui Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
Perpres tersebut merupakan tindak lanjut kesepakatan Bali Action Plan pada The
Conferences of Parties (COP) ke-13 United Nations Frameworks Convention on
Climate Change (UNFCCC), hasil COP-15 di Copenhagen dan COP-16 di Cancun
serta memenuhi komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 di
Pittsburg. Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia No. P.18/MenLHK-II/2015 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengamanatkan
pembentukan organisasi baru yaitu Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan
Iklim untuk mendukung implementasi nyata kegiatan-kegiatan di atas.
Selain Perpres Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011, komitmen Presiden
juga dituangkan dalam Perpres Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Dalam
peraturan tersebut, kehutanan merupakan salah satu komponen inventarisasi
GRK yang dilakukan pada sumber emisi dan penyerapan (termasuk simpanan
karbon). Kesungguhan Presiden dalam upaya mengurangi gas rumah kaca, juga
dilakukan dengan menginstruksikan Kepala Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan pengelolaan hutan dan lahan dan seluruh Kepala Daerah tingkat I dan II
untuk melakukan penundaan pemberian izin baru tata kelola hutan alam primer
dan lahan gambut yaitu sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011,
-
3
yang telah diperpanjang sebanyak dua kali melalui Instruksi Presiden Nomor 6
Tahun 2013 dan Instruksi Presiden No 8 tahun 2015.
Beberapa kegiatan yang ditengarai sebagai penyebab pengurangan luas hutan
adalah konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan sektor lain misalnya
untuk perkebunan dan transmigrasi; pembalakan yang tidak lestari, pencurian
kayu atau penebangan liar (illegal logging); pertambangan, perambahan dan
okupasi lahan serta kebakaran hutan. Di sisi lain, belum optimalnya kegiatan
penghijauan dan reboisasi mengakibatkan semakin luasnya lahan kritis.
Kerusakan lingkungan pun dapat dirasakan meningkat seiring dengan
meningkatnya deforestasi.
Tingginya tekanan terhadap keberadaan hutan telah mendorong dilakukannya
monitoring sumber daya hutan secara periodik. Diharapkan dari hasil
monitoring dapat diketahui antara lain:
1. kondisi hutan Indonesia terkini sebagai bahan pendukung dalam
perencanaan pembangunan kehutanan di masa yang akan datang;
2. laju perubahan penutupan hutan sebagai bahan monitoring dan
pengawasan terhadap pengelolaan hutan yang telah dilaksanakan;
3. kecenderungan perubahannya di masa yang akan datang sehingga dapat
diantisipasi perubahan ke arah yang tidak diinginkan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dilakukan penghitungan
deforestasi yang merupakan kondisi perubahan tutupan lahan berhutan menjadi
tidak berhutan. Periode penghitungan deforestasi dilakukan setiap 1 (satu) tahun
dengan menggunakan hasil penafsiran Citra Landsat resolusi sedang yang
menghasilkan angka deforestasi rata-rata per tahun. Penghitungan deforestasi
dilakukan berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat Data
Continuity Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan 2014.
B. Tujuan
Penghitungan deforestasi di Indonesia bertujuan untuk menyajikan data
deforestasi atau perubahan tutupan lahan dari berhutan menjadi tidak berhutan
tahun 2013 2014 sebagai bahan pendukung dalam penyelenggaraan
pengelolaan hutan secara lestari (Sustainable Forest Management).
C. Sasaran
Tersedianya data dan informasi deforestasi Indonesia terkini, meliputi luas,
angka deforestasi rata-rata per tahun dan sebarannya pada Hutan Konservasi,
Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Areal Penggunaan Lain untuk seluruh
Indonesia.
-
4
D. Ruang Lingkup
Data deforestasi di seluruh Indonesia pada tahun 2013 2014, baik pada
Kawasan Hutan maupun Areal Penggunaan Lain pada tipe hutan primer, hutan
sekunder dan hutan tanaman.
E. Batasan Istilah
Beberapa batasan pengertian istilah di dalam Penghitungan Deforestasi
Indonesia Tahun 2013 2014 adalah sebagai berikut:
1. Data kawasan hutan adalah data digital wilayah tertentu yang ditunjuk dan/
atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap yang bersumber dari Peta Kawasan Hutan. Data ini tidak
bisa dijadikan sebagai acuan mengenai garis batas dan fungsi kawasan hutan
di lapangan.
2. Tutupan lahan adalah penyebutan kenampakan biofisik di permukaan bumi
yang terdiri dari areal bervegetasi, lahan terbuka, lahan terbangun, serta
tubuh air dan lahan basah.
3. Deforestasi yang dimaksud di buku ini adalah deforestasi netto, yaitu
perubahan/pengurangan luas tutupan lahan dengan kategori berhutan pada
kurun waktu tertentu. Deforestasi netto diperoleh dari perhitungan
deforestasi bruto dikurangi dengan reforestasi.
4. Deforestasi bruto yaitu luas perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas
tutupan lahan kategori Hutan (berhutan) menjadi kelas tutupan lahan
kategori Non Hutan (tidak berhutan).
5. Reforestasi yaitu luas perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas tutupan
lahan kategori Non Hutan (tidak berhutan) menjadi kelas tutupan lahan
kategori Hutan (berhutan).
6. Hutan atau Areal Berhutan adalah kondisi tutupan lahan berupa hutan lahan
kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa primer, hutan rawa
sekunder, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder dan hutan
tanaman.
7. Non Hutan atau Areal Tidak Berhutan adalah bentuk tutupan lahan berupa
semak/belukar, belukar rawa, savana/padang rumput, perkebunan,
pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, transmigrasi,
sawah, tambak, tanah terbuka, pertambangan, permukiman, rawa dan
pelabuhan udara/laut.
8. Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan
yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman
baik hutan tanaman yang berada di areal IUPHHK-HT maupun hutan tanaman
yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun
di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang
teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat
warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
-
BAB II
METODOLOGI
-
5
BAB II METODOLOGI
A. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penghitungan deforestasi adalah data digital yang
tersedia pada Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan pada tingkat
ketelitian skala 1:250.000. Data tersebut meliputi:
1. Peta Dasar Digital skala 1:250.000.
2. Data digital tutupan lahan hasil penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat
Data Continuity Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan tahun 2014.
3. Data digital kawasan hutan bersumber dari peta lampiran SK Kawasan
Hutan serta perkembangannya sampai dengan tanggal 16 Oktober 2014.
Penggunaan Kawasan Hutan berdasarkan fungsinya terdiri dari Hutan
Lindung, Hutan Konservasi (KSA-KPA dan Taman Buru), Hutan Produksi
Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat
dikonversi (HPK). Data ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan mengenai garis
batas dan fungsi kawasan hutan di lapangan.
Selain data di atas, analisis penghitungan deforestasi Indonesia juga
menggunakan data pendukung lain, yaitu :
1. Kawasan hutan bersumber dari SK Kawasan Hutan dan perkembangannya
hingga Tahun 2014
2. Pemanfaatan, penggunaan, dan perubahan peruntukan kawasan hutan
3. Persebaran hot spot
4. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
5. Data pemukiman
Data pendukung tersebut digunakan untuk memberikan informasi tentang
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya deforestasi. Dengan
informasi ini diharapkan dapat memberi gambaran dan rekomendasi
pengelolaan hutan ke depannya.
B. Analisis dan Penyajian Data
Penghitungan deforestasi dilaksanakan melalui analisis data tutupan lahan pada
kawasan hutan provinsi dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi
Geografis. Data yang digunakan untuk proses analisis merupakan data yang
telah dipetakan dalam peta dasar yang sama yaitu Peta Dasar Digital skala
1:250.000. Tahapan penghitungan dan penyajian data deforestasi adalah sebagai
berikut :
1. Penyiapan data digital tutupan lahan hasil penafsiran (interpretasi) Citra
Landsat 8 OLI/ LDCM (The Landsat Data Continuity Mission) liputan tahun
2014.
-
6
2. Pemetaan data tutupan lahan tahun 2013 dan 2014 serta kawasan hutan
dalam satu peta dasar yang sama.
3. Overlay (tumpang susun) data digital tutupan lahan tahun 2013 dan 2014
dengan data kawasan hutan.
4. Penghitungan luas dan angka deforestasi pada setiap fungsi kawasan hutan
serta Areal Penggunaan Lain. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan
konservasi perairan)) tidak termasuk dalam penghitungan. Dalam
penghitungan luas menggunakan spesifikasi: Proyeksi yang digunakan
adalah Mercator, Spheroid WGS 84, angka luas disajikan dalam satuan juta
hektar (ha), ribu ha dan ha.
5. Deforestasi dihitung dengan batasan sebagai berikut:
- Penghitungan dilakukan pada kondisi tutupan lahan yang pada liputan
tahun 2013 merupakan Hutan sedangkan pada liputan tahun 2014
mengalami perubahan menjadi Tidak Berhutan (Non Hutan) dikurangi
kondisi tutupan lahan yang pada liputan tahun 2013 merupakan Tidak
Berhutan (Non Hutan) sedangkan pada liputan tahun 2014 mengalami
perubahan menjadi Berhutan.
- Penghitungan deforestasi dilakukan bukan dari selisih luas hutan periode
yang lama (2013) dengan luas hutan hasil penafsiran periode yang baru
(2014), akan tetapi dari hasil identifikasi lokasi-lokasi yang berubah dari
penutupan hutan ke penutupan bukan hutan. Dengan demikian luas
deforestasi tidak terpengaruh oleh tingkat ketelitian penafsiran hutan
secara keseluruhan.
- Tutupan lahan kategori hutan lainnya berdasarkan penafsiran citra
dilakukan pada seluruh lokasi hutan tanaman baik pada HTI/ IUPHHK-
HT maupun hutan tanaman hasil reboisasi/penghijauan di dalam
maupun di luar kawasan hutan, belum mempertimbangkan perbedaan
lokasi hutan tanaman baik di dalam maupun di luar lokasi IUPHHK Hutan
Tanaman sehingga perubahan tutupan lahan dari Berhutan menjadi
Tidak Berhutan pada seluruh lokasi Hutan Tanaman termasuk dalam
penghitungan deforestasi.
6. Penyajian luas dan sebaran deforestasi pada kawasan hutan dan areal
penggunaan lain dalam bentuk peta, diagram dan tabel.
-
7
Proses selengkapnya disajikan pada Gambar 1.
Penutupan Lahan
Tahun 2014 (II)
Analisis Spasial
(OVERLAY)
Hasil Analisis Spasial
- H (t0) H (t1) (tetap)
- H (t0) NH (t1) (berubah)
- NH (t0) NH (t1) (tetap)
- NH (t0) H (t1) (berubah)
Tabel dan Diagram Peta Deforestasi
per Provinsi
Kawasan Hutan
Provinsi
UNTUK PENGHITUNGAN DEFORESTASI
H (t0) NH (t1) (Def. Bruto)
NH (t0) H (t1) (Reforestasi)
Deforestasi = Def. Bruto - Reforestasi
Penutupan Lahan
Tahun 2013 (I)
Pemetaan pada peta
dasar yang sama (skala 1:250.000)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi deforestasi
Angka deforestasi dipengaruhi antara
lain oleh :
1. Perubahan fungsi dan perubahan
peruntukan kawasan hutan
2. Pemanfatan dan penggunaan
kawasan hutan
3. Persebaran hot spot
4. Kegiatan rehabilitasi hutan dan
lahan
5. Asosiasi dengan pemukiman
Keterangan :
H(t0) = Hutan Tahun ke-0
H(t1) = Hutan Tahun ke-1
NH(t0) = Non Hutan Tahun ke-0
NH(t1) = Non Hutan Tahun ke-1
Gambar 1. Bagan Alur Proses Penghitungan Deforestasi Indonesia
-
BAB III
HASIL PENGHITUNGAN
DEFORESTASI INDONESIA
-
8
BAB III HASIL PENGHITUNGAN DEFORESTASI INDONESIA
A. Deforestasi Indonesia
Angka deforestasi yang dimaksud dalam buku ini adalah deforestasi netto yaitu
hasil dari pengurangan angka deforestasi bruto dengan reforestasi. Oleh karena
itu, sebelum menyajikan angka deforestasi netto maka terlebih dahulu akan
disajikan angka deforestasi bruto dan reforestasi Indonesia, pulau/kepulauan
besar dan provinsi.
1. Deforestasi Bruto
Deforestasi bruto yaitu luas perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas tutupan
lahan kategori hutan (berhutan) menjadi kelas tutupan lahan kategori non hutan
(tidak berhutan). Perubahan tersebut berdasarkan data digital hasil penafsiran
Citra Landsat LDCM (The Landsat Data Continuity Mission) 8 OLI liputan tahun
2013 dan 2014. Angka deforestasi bruto Indonesia tahun 2013 2014 sebesar
568,0 ribu ha/th. Perubahan tutupan hutan menjadi bukan hutan paling banyak
terjadi pada tutupan hutan sekunder yaitu sebesar 307,2 ribu ha/th atau sebesar
54,1% sementara pada hutan tanaman sebesar 41,6% (236,3 ribu ha/th).
Sedangkan 4,3% (24,6 ribu ha/th) terjadi di hutan primer.
Deforestasi bruto terjadi di dalam kawasan hutan sebesar 453,9 ribu ha/th atau
79,9 % dari total deforestasi bruto 568,0 ribu ha/th, sedangkan di luar kawasan
hutan sebesar 114,1 ribu ha/th (20,1%). Angka deforestasi bruto di dalam
kawasan hutan paling tinggi terjadi di fungsi kawasan Hutan Produksi Tetap
(HPT) yaitu sebesar 308,6 ribu ha/th (54,3%). Perubahan tutupan hutan menjadi
tidak berhutan juga terjadi pada kawasan yang memiliki fungsi lindung bahkan
konservasi, walaupun angka deforestasinya tidak sebesar yang terjadi di hutan
produksi yaitu di kawasan konservasi sebesar 20,1 ribu ha/th (3,5%) dan hutan
lindung sebesar 29,1 ribu ha/th (5,1%). Secara lengkap angka deforestasi bruto
disajikan pada Gambar 2 dan 3.
-
9
16,08,6
214,1
93,1
223,8
12,5
0
50
100
150
200
250
Kawasan Hutan APLAn
gk
a D
efo
rest
asi
Bru
to (
rib
u H
a/t
h)
di dalam dan di luar kawasan (APL)
Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman* Gambar 2. Diagram Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013 2014
(Ribu ha/th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman di
Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL)
4,3 3,3 3,5 3,4 1,615,7
25,5
50,3
92,4
30,1
0,1 0,38,7
212,8
1,80
50
100
150
200
250
KSA-KPA HL HPT HP HPK
An
gk
a D
efo
rest
asi
Bru
to (
rib
u H
a/t
h)
di dalam dan di luar kawasan (APL)
Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman* Gambar 3. Diagram Angka Deforestasi Indonesia Tahun 2013 2014
(Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman di
Dalam Kawasan Hutan
Sebaran angka deforestasi bruto di setiap pulau/kepulauan besar di Indonesia
menunjukkan angka yang berbeda. Angka deforestasi bruto tertinggi terjadi di
Pulau Sumatera yaitu sebesar 367,7 ribu ha/th atau 64,7% dari total deforestasi
bruto Indonesia. Pulau Kalimantan merupakan pulau kedua dengan angka
deforestasi bruto tertinggi yaitu sebesar 149,4ribu ha/th atau 26, 3%, sedangkan
Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara memiliki angka deforestasi bruto yang
terkecil yaitu sebesar 0,4 ribu ha/th atau 0,1%.
-
10
Provinsi Riau adalah provinsi dengan nilai deforestasi bruto tertinggi di Pulau
Sumatera yaitu sebesar 275,7 6 ribu ha/th. Kalimantan Tengah merupakan
provinsi dengan angka deforestasi bruto tertinggi di Pulau Kalimantan sebesar
66,7 ribu ha/th. Sebaliknya terdapat provinsi yang tidak teridentifikasi
mengalami deforestasi yaitu Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara
Barat. Secara umum angka deforestasi bruto setiap pulau/kepulauan besar
disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram Angka Deforestasi tahun 2013 2014 (Ribu Ha/Th) pada 7
(Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar di Dalam dan di Luar
Kawasan Hutan
2. Reforestasi Reforestasi yaitu luas perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas tutupan lahan
kategori tidak berhutan menjadi kelas tutupan lahan kategori berhutan.
Perubahan tutupan lahan tidak berhutan menjadi berhutan dapat terjadi melalui
aktifitas penanaman baik yang dilakukan dalam upaya produksi hasil hutan kayu,
pertumbuhan tanaman atau upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Reforestasi ini
dapat terjadi di areal izin usaha hutan tanaman maupun areal rehabilitasi.
Angka reforestasi Indonesia tahun 20132014 adalah sebesar 170,6 ribu ha/th.
Reforestasi terjadi di hutan sekunder dan hutan tanaman dengan nilai yang lebih
besar di hutan tanaman yaitu 167,8 ribu ha/th atau 98,4%, sedangkan di hutan
sekunder hanya sebesar 2,8 ribu ha/th atau 1,6% yang terjadi akibat
pertumbuhan tanaman.
Sama halnya dengan deforestasi bruto, reforestasi tertinggi juga terjadi di
kawasan hutan produksi tetap (HP) yaitu 146,3 ribu ha/th atau 25,8%. Kawasan
hutan produksi sebagai penghasil kayu menyebabkan angka reforestasi lebih
tinggi dibandingkan di fungsi hutan lainnya.
332,1
5,5
91,5
10,90,2 0,8
12,9
35,6
2,3
58,0
7,1 0,1 1,79,4
0,0
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
300,0
350,0
SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI BALI NUSA
TENGGARA
MALUKU PAPUA
An
gk
a R
efo
rest
asi
Bru
to (
rib
u H
a/
th)
Pulau/Kepulauan
Kawasan Hutan
APL
-
11
Reforestasi di Hutan Konservasi (KSA-KPA) hanya sebesar 2 ribu ha/th (1,1%),
hutan lindung (HL) sebesar 5,0 ribu ha/th (0,9%), di Hutan Produksi Terbatas
(HPT) sebesar 8,0 ribu ha/th (1,4%), Hutan Produksi Tetap (HP) sebesar 146,3
ribu ha/th (25,8%), di Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) sebesar
109,9 ribu ha/th (0,02%) serta di luar kawasan hutan (APL) yaitu sebesar 9,3
ribu ha/th (1,6%). Secara lengkap angka reforestasi per fungsi hutan disajikan
pada Gambar 5.
- - - - -0,02 0,2 0,02 0,8 0,04
1,9 4,8 8,0
145,5
0,1
0
20
40
60
80
100
120
140
KSA-KPA HL HPT HP HPK
An
gk
a R
efo
rest
asi
(ri
bu
Ha
/th
)
di dalam dan di luar kawasan (APL)Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman*
Gambar 5. Diagram Angka Reforestasi Indonesia Tahun 2013 2014 (Ribu
Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder dan Tanaman di Dalam
Kawasan Hutan
Reforestasi tertinggi terjadi di Pulau Sumatera yaitu sebesar 139,3 4 ribu ha/th
atau 81,7%, sedangkan Pulau Jawa dan Kalimantan memiliki angka reforestasi
yang hampir sama yaitu 15,5 (9,1%) di Pulau Jawa dan 15,4 ribu ha/th (9,0%) di
Pulau Kalimantan. Sementara itu, pada Pulau/Kepulauan Maluku, Papua Barat,
dan Papua tidak teridentifikasi terjadi reforestasi.
Provinsi Riau merupakan provinsi dengan angka reforestasi tahun 20132014
tertinggi yaitu 73,7 ribu ha/th atau 43,2% dari total angka reforestasi Indonesia.
Urutan berikutnya adalah Provinsi Jambi yang mempunyai angka reforestasi
kedua tertinggi yaitu 62,4 ribu ha/th atau 36,6%. Provinsi Jawa Barat merupakan
provinsi yang mempunyai angka reforestasi tertinggi di Pulau Jawa yaitu sebesar
15,1 ribu ha/th atau 8,9%. Sementara itu di Pulau Kalimantan, angka reforestasi
tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar 7,8 ribu ha/th
atau 4,6 % dari angka total reforestasi di Indonesia. Angka reforestasi untuk
setiap pulau/kepulauan besar di Indonesia disajikan pada Gambar 6.
-
12
136,4
11,4 13,4
0,1 - - -3,0 4,2 2,0 0,1 0,1 - -0
20
40
60
80
100
120
140
160
SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI BALI NUSA
TENGGARA
MALUKU PAPUA
An
gk
a R
efo
rest
asi
Bru
to (
rib
u H
a/t
h)
Pulau/Kepulauan
Kawasan Hutan
APL
Gambar 6. Diagram Angka Reforestasi tahun 2012 2013 (Ribu Ha/Th) pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar di dalam dan di luar
Kawasan Hutan
3. Deforestasi Netto
Berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat LDCM (The Landsat Data Continuity
Mission) 8 OLI liputan tahun 2013 dan 2014 telah disusun Peta Deforestasi
Indonesia tahun 20132014 sebagaimana tersaji pada Gambar 7.
Sumber : Data Digital Deforestasi Indonesia Tahun 20132014
Gambar 7. Peta Deforestasi Indonesia Tahun 2013 2014
Luas deforestasi tahun 2013 2014 merupakan hasil penghitungan selisih antara
luas perubahan tutupan lahan berhutan (hutan primer, hutan sekunder dan
hutan tanaman) pada hasil penafsiran liputan tahun 2013 menjadi tutupan lahan
tidak berhutan pada hasil penafsiran liputan tahun 2014 dengan luas perubahan
tutupan lahan tidak berhutan pada hasil penafsiran liputan tahun 2014 menjadi
-
13
tutupan lahan berhutan. Berdasarkan perhitungan selisih deforestasi bruto dan
reforestasi, maka diperoleh hasil selengkapnya sebagai berikut:
1. Dari luas deforestasi Indonesia sebesar 397,4 ribu ha/th, sebesar 292,5 ribu
ha/th (73,6%) berada di kawasan hutan, sedangkan sisanya seluas 104,8 ribu
ha/th (26,4%) berada di Areal Penggunaan Lain (APL). Selengkapnya tersaji
pada Gambar 8.
0,29 ;
73,62%
0,10 ;
26,38%
Angka Deforestasi Indonesia
Tahun 2013-2014 (Juta Ha/Th)
Kawasan Hutan APL
Gambar 8. Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Juta Ha/Th)
Tahun 2013 2014 di dalam dan di luar Kawasan Hutan (APL)
2. Angka deforestasi di dalam kawasan hutan sebesar 292,5 ribu ha/th (73,6%)
terdiri dari deforestasi di hutan primer sebesar 16,0 ribu ha/th (4,0%), hutan
sekunder sebesar 213,0 ribu ha/th (53,6%) dan hutan tanaman sebesar 63,5
ribu ha/th (16,0 %). Sedangkan pada Areal Penggunaan Lain dihasilkan
angka deforestasi hutan primer sebesar 8,6 ribu ha/th (2,2%), hutan
sekunder sebesar 91,3 ribu ha/th (23,0%) dan hutan tanaman sebesar 4,9
ribu ha/th (1,2%) sebagaimana disajikan pada Gambar 9 dan Tabel III.1.
-
14
16,0 8,6
213,0
91,3
63,5
4,9
0
50
100
150
200
250
Kawasan Hutan APL
An
gk
a D
efo
rest
asi
(r
ibu
Ha
/th
)
di dalam dan di luar kawasan (APL)
Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman*
Gambar 9. Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer,
Hutan Sekunder, dan Hutan Tanaman Tahun 2013 2014 di dalam dan di
luar Kawasan Hutan (APL)
Tabel III.1 Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 2014
KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah %
1 Hutan Primer 4,3 3,3 3,5 3,4 14,4 1,6 16,0 4,0 8,6 2,2 24,6 6,2
2 Hutan Sekunder 15,7 25,3 50,3 91,6 182,9 30,1 213,0 53,6 91,3 23,0 304,4 76,6
3 Hutan Tanaman* -1,8 -4,5 0,7 67,3 61,8 1,7 63,5 16,0 4,9 1,2 68,4 17,2
TOTAL 18,2 24,1 54,5 162,3 259,1 33,4 292,5 73,6 104,8 26,4 397,4 100,0
APL% %NO
DEFORESTASI
PADA TIPE HUTAN
KAWASAN HUTAN
TOTALHUTAN TETAPHPK Jumlah
Sumber : Pengolahan data, 2015
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia,
meliputi seluruh hutan tanaman baik di Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari
citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna
citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
-
15
4,3 3,3 3,5 3,4 1,6
15,7
25,3
50,3
91,6
-1,8 -4,5 0,7
67,3
-20
0
20
40
60
80
100
KSA-KPA HL HPT HPAn
gk
a D
efo
rest
asi
(ri
bu
Ha
/th
)
Fungsi Kawasan Hutan
Gambar 10. Diagram Angka Deforestasi Indonesia (Ribu Ha/Th) pada Hutan Primer, Sekunder, dan Tanaman Tahun 2013 2014 di dalam Kawasan Hutan
3. Sebaran deforestasi per tahun di dalam kawasan hutan tahun 2013 2014
menurut kelompok pulau/kepulauan besar, yang terbesar terjadi di Pulau
Sumatera yaitu sebesar 228,3 ribu ha/th atau 57,5% dari total angka
deforestasi di Indonesia, diikuti dengan Pulau Kalimantan sebesar 134,0 ribu
ha/th (33,7%). Sedangkan deforestasi terendah adalah di Kepulauan Bali
Nusa Tenggara sebesar 0,2 ribu ha/th atau 0,1%. Data selengkapnya tersaji
pada Tabel III.2.
Tabel III.2 Angka Deforestasi pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/
Kepulauan Besar (Ribu Ha/Th) Tahun 2013 2014
KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah %
1 SUMATERA 13,5 15,1 35,5 122,0 186,1 9,6 195,7 49,3 32,6 8,2 228,3 57,5
2 JAWA 0,0 -1,0 -2,5 -2,3 -5,8 0,0 -5,8 -1,5 -1,9 -0,5 -7,7 -1,9
3 KALIMANTAN 2,8 5,6 15,2 39,1 62,7 15,3 78,0 19,6 56,0 14,1 134,0 33,7
4 SULAWESI 0,8 3,1 2,8 1,3 7,9 2,8 10,7 2,7 7,0 1,8 17,7 4,5
5 BALI NUSA TENGGARA 0,0 0,1 0,0 0,1 0,2 0,0 0,2 0,1 -0,01 -0,002 0,2 0,1
6 MALUKU 0,0 0,0 0,2 0,1 0,3 0,5 0,8 0,2 1,7 0,4 2,5 0,6
7 PAPUA 1,1 1,3 3,3 2,1 7,7 5,2 12,9 3,2 9,4 2,4 22,3 5,6
TOTAL 18,2 24,1 54,5 162,3 259,1 33,4 292,5 73,6 104,8 26,4 397,4 100,0
NODEFORESTASI
PADA TIPE HUTAN
KAWASAN HUTAN
%APL
TOTAL %HUTAN TETAPHPK Jumlah
Sumber : Pengolahan data, 2015
-
16
Gambar 11. Diagram Angka Deforestasi pada 7 (Tujuh) Kelompok
Pulau/Kepulauan Besar (Ribu Ha/Th) di dalam dan di luar
Kawasan Hutan Tahun 2013 2014
4. Sebaran deforestasi di kawasan hutan seluruh Indonesia selama tahun 2013
2014 yaitu di Hutan Konservasi sebesar 18,2 ribu ha/th (4,6%), di Hutan
Lindung sebesar 24,1 ribu ha/th (6,1%), dan Hutan Produksi sebesar 250,2
ribu ha/th (63,0%). Sedangkan deforestasi di luar kawasan hutan (Areal
Penggunaan Lain) sebesar 104,8 ribu ha/th (26,4%). Selengkapnya tersaji
pada Tabel III.3.
Tabel III.3 Angka Deforestasi per Fungsi Kawasan (Ribu Ha/Th)
Tahun 2013 2014
ANGKA
DEFORESTASI
1 Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA) 18,2 4,6
2 Kawasan Hutan Lindung 24,1 6,1
3 Kawasan Hutan Produksi
a. HPT 54,5 13,7
b. HP 162,3 40,9
c. HPK 33,4 8,4
sub Total ( a + b + c ) 250,2 63,0
Total Kawasan Hutan ( 1 + 2 + 3 ) 292,5 73,6
4 Areal Penggunaan Lain 104,8 26,4
Total ( 1 + 2 + 3 + 4 ) 397,4 100,0
%NO Fungsi Kawasan dan Bukan Kawasan Hutan (APL)
Sumber : Pengolahan data, 2015
Luas deforestasi berdasarkan fungsi kawasan hutan dan tipe hutan untuk
masing-masing provinsi disajikan secara lengkap pada lampiran 1 dan 2.
195,7
-5,8
78,0
10,70,2 0,8 12,9
32,6
-1,9
56,0
7,0-0,01
1,79,4
-50
0
50
100
150
200
250
SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI BALI NUSA
TENGGARA
MALUKU PAPUA
An
gk
a D
efo
re
sta
si
Bru
to
(rib
u H
a/
th
)
Pulau/Kepulauan
Kawasan Hutan
APL
-
17
18,2 24,1
292,5
104,8
0
50
100
150
200
250
300
350
Kawasan Hutan
Konservasi
(KSA-KPA)
Kawasan Hutan
Lindung
Kawasan Hutan
Produksi
Areal
Penggunaan
Lain
An
gk
a D
efo
rest
asi
(R
ibu
Ha
/T
h)
Fungsi Kawasan dan Bukan Kawasasn Hutan (APL)
Gambar 12. Diagram Angka Deforestasi per Fungsi Kawasan (Ribu Ha/Th)
Tahun 2013 2014
C. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA)
Deforestasi di dalam kawasan Hutan Konservasi meliputi deforestasi di dalam
kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru yang terjadi
pada tipe hutan primer, hutan sekunder dan hutan tanaman.
Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan Konservasi
per provinsi pada Tabel III.4, terlihat bahwa:
a. Secara umum hutan sekunder mengalami deforestasi yang lebih besar
dibandingkan dengan hutan primer dan hutan tanaman. Hutan primer pada
kawasan konservasi memiliki angka deforestasi sebesar 3.724,9 ha/th atau
20,5% dari total angka deforestasi seluruh Indonesia di dalam kawasan
hutan konservasi 18.163,2 ha/th. Hutan sekunder memiliki angka deforestasi
sebesar 14.826,6 ha/th atau 81,6%, sedangkan hutan tanaman mengalami
deforestasi sebesar -388,3 ha/th (-2,1%). Nilai deforestasi negatif
menunjukkan bahwa terjadi penambahan luas areal tutupan berhutan di
kawasan hutan konservasi.
-
18
Tabel III.4 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Konservasi per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 2014
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Aceh 130,6 41,0 188,1 59,0 - - 318,7
2 Sumatera Utara 58,4 44,8 72,1 55,2 - - 130,5
3 Riau 103,1 1,7 6.133,6 103,8 -324,9 -5,5 5.911,8
4 Sumatera Barat 216,0 43,1 284,1 56,6 1,4 0,3 501,5
5 Jambi 1.965,0 89,5 230,3 10,5 - - 2.195,3
6 Sumatera Selatan 80,6 6,1 1.232,3 93,9 - - 1.312,8
7 Kepulauan Bangka Belitung - - 265,1 100,0 - - 265,1
8 Bengkulu 394,4 14,1 2.380,6 85,3 14,4 0,5 2.789,4
9 Lampung 34,7 100,0 - - - - 34,7
10 Kepulauan Riau - - - - - - -
SUMATERA 2.982,8 22,2 10.786,1 80,1 -309,0 -2,3 13.459,9
11 Banten - - - - - - -
12 DKI Jakarta - - - - - - -
13 Jawa Barat - - - - -1488,1 100,0 -1488,1
14 Jawa Tengah - - - - - - -
15 D.I. Yogyakarta - - - - - - -
16 Jawa Timur - - 1.501,0 100,0 - 1.501,0
JAWA - - 1.501,0 11.593,6 -1.488,1 -11493,6 12,9
17 Kalimantan Barat - 711,1 100,0 - - 711,1
18 Kalimantan Selatan - 181,3 99,9 0,3 0,1 181,5
19 Kalimantan Tengah - 304,1 19,9 1.224 80,1 1.527,8
20Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara - 236,9 56,2 185 - 421,8
KALIMANTAN - - 1.433,5 50,4 1.408,8 49,6 2.842,3
21 Sulawesi Utara 180,9 37,2 305,2 62,8 - - 486,1
22 Gorontalo 3,2 100,0 - - - - 3,2
23 Sulawesi Tengah - - 101,5 100,0 - - 101,5
24 Sulawesi Tenggara - - 101,1 100,0 - - 101,1
25 Sulawesi Barat - - - - - -
26 Sulawesi Selatan - - 70,9 100,0 - - 70,9
SULAWESI 184,0 24,1 578,8 75,9 - - 762,9
27 Bali - - 16,5 100,0 - - 16,5
28 NTB - - - - - - -
29 NTT - - - - - - -
BALI DAN NUSA TENGGARA - - 16,5 100,0 - - 16,5
30 Maluku Utara - - - - - - -
31 Maluku - - - - - - -
MALUKU & MALUKU UTARA - - - - - - -
32 Papua 558,1 52,8 499,3 47,2 - - 1.057,4
33 Papua Barat - - 11,3 100,0 - - 11,3
PAPUA 558,1 52,2 510,6 47,8 - - 1.068,8
INDONESIA 3.724,9 20,5 14.826,6 81,6 -388,3 -2,1 18.163,2
Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014
Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
NO. PROVINSI
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th)
Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman*Total
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Di dalam kawasan Hutan Konservasi, hutan tanaman tidak diklasifikasikan
sebagai Hutan Tanaman Industri/ IUPHHK-HT.
b. Provinsi-provinsi yang memiliki angka deforestasi pada kawasan hutan
konservasi terbesar terdapat di Provinsi Riau yaitu sebesar 103,1 ha/th di
hutan primer dan 6.133,6 ha/th di hutan sekunder, diikuti dengan Provinsi
Bengkulu sebesar 2.380,6 ha/th yang terjadi di hutan sekunder dan 394,4
ha/th di hutan primer, urutan berikutnya adalah Provinsi Jambi sebesar
1.965,0 ha/th di hutan primer dan 230,3 ha/th di hutan sekunder.
-
19
c. Untuk Pulau Jawa, hanya Provinsi Jawa Timur yang mengalami deforestasi
pada kawasan konservasi yaitu sebesar 1.501,0 ha/th, sedangkan di Provinsi
Jawa Barat justru mengalami penambahan luas areal berhutan dengan luas
1.488,1 ha/th.
d. Provinsi yang memiliki angka deforestasi dalam kisaran sekitar 1,0 10,0
ribu ha/th terdapat di Provinsi Riau (5.911,8 ha/th), Provinsi Jambi sebesar
(2.195,3 ha/th), Provinsi Sumatera Selatan (1.312,8 ha/th, Provinsi Bengkulu
sebesar 2.789,4 ha/th, Jawa Timur sebesar 1.501,0 ha/th, Kalimantan Tengah
sebesar 1.527,8 ha/th, dan Papua sebesar 1.057,4 ha/th.
e. Provinsi yang memiliki angka deforestasi dalam kisaran 100,0 1.000,0 ha/th
terdapat di Provinsi Aceh (318,7 ha/th), Sumatera Utara (130,5 ha/th),
Sumatera Barat (501,5 ha/th) dan Kepulauan Bangka Belitung (265,1 ha/th);
Kalimantan Barat (711,1 ha/th), Kalimantan Selatan (181,5 ha/th),
Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (421,8 ha/th), Sulawesi Utara
(486,1 ha/th), Sulawesi Tengah (101,5 ha/th), dan Sulawesi Tenggara (101,1
ha/th).
f. Angka deforestasi yang
-
20
a. Provinsi Bengkulu adalah provinsi yang mengalami deforestasi paling tinggi
di kawasan hutan lindung yaitu sebesar 6.000,7 ha/th yang sebagian besar
terjadi pada hutan sekunder yaitu sebesar 4.660,1 ha/th. Provinsi kedua
tertinggi yang mengalami deforestasi di kawasan hutan lindung adalah
Provinsi Riau dimana deforestasi seluruhnya terjadi di hutan sekunder yaitu
sebesar 2.846,1 ha/th. Provinsi ketiga yang memiliki angka deforestasi
tertinggi di kawasan hutan lindung adalah Jawa Timur yaitu 2,783,2 ha/th
yang seluruhnya terjadi di hutan sekunder.
b. Provinsi yang memiliki angka deforestasi dalam kisaran sekitar 1,0 10,0
ribu ha/th terdapat di Provinsi Riau (2.846,1 ha/th), Jambi (1.425,3 ha/th),
Sumatera Selatan (2.113,0 ha/th), Bengkulu (6.000,7 ha/th), Jawa Timur
(2.783,2 ha/th), Kalimantan Barat (2.481,8 ha/th), Kalimantan Tengah
(2.116,7 ha/th), Sulawesi Selatan (1.989,6 ha/th), dan Papua (1.260,5 ha/th).
c. Provinsi yang memiliki angka deforestasi dalam kisaran sekitar 100,0 -
1.000,0 ha/th terdapat di Provinsi Aceh (905,3 ha/th), Sumatera Utara
(751,5 ha/th), Sumatera Barat (955,1 ha/th), Kalimantan Selatan (178,1
ha/th), Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (777,0 ha/th), Sulawesi
Utara (320,4 ha/th), Sulawesi Tengah (311,1 ha/th), Sulawesi Tenggara
(396,2 ha/th), dan Nusa Tenggara Timur (138,9 ha/th).
d. Angka deforestasi di kawasan hutan lindung yang
-
21
Tabel III.5 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Lindung
per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 2014
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Aceh 538,7 59,5 366,6 40,5 - - 905,3
2 Sumatera Utara 30,3 4,0 1.437,5 191,3 -716,4 -95,3 751,5
3 Riau - - 2.846,1 100,0 - - 2.846,1
4 Sumatera Barat 0,5 0,1 941,0 98,5 13,6 1,4 955,1
5 Jambi 375,1 26,3 1.074,2 75,4 -24,0 -1,7 1.425,3
6 Sumatera Selatan 8,7 0,4 2.104,3 99,6 - - 2.113,0
7 Kepulauan Bangka Belitung - - 48,2 100,0 - - 48,2
8 Bengkulu 1.340,5 22,3 4.660,1 77,7 - - 6.000,7
9 Lampung 57,5 86,8 8,7 13,2 - - 66,2
10 Kepulauan Riau - - - - - - -
SUMATERA 2.351,4 15,6 13.486,7 89,2 -726,8 -4,8 15.111,3
11 Banten - - - - - - -
12 DKI Jakarta - - - - - - -
13 Jawa Barat - - - - -3.815,6 100,0 -3.815,6
14 Jawa Tengah - - - - - - -
15 D.I. Yogyakarta - - - - - - -
16 Jawa Timur - - 2.783,2 100,0 - - 2.783,2
JAWA - - 2.783,2 -269,6 -3.815,6 369,6 -1.032,4
17 Kalimantan Barat 145,2 5,9 2.336,6 94,1 - - 2.481,8
18 Kalimantan Selatan 47,6 26,7 43,9 24,7 86,5 49 178,1
19 Kalimantan Tengah 42,0 2,0 2.074,6 98,0 - - 2.116,7
20Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara 45,8 5,9 731,2 94,1 - - 777,0
KALIMANTAN 280,7 5,1 5.186,3 93,4 86,5 1,6 5.553,5
21 Sulawesi Utara 73,9 23,1 246,5 76,9 - - 320,4
22 Gorontalo - - - - - - -
23 Sulawesi Tengah 115,8 37,2 195,3 62,8 - - 311,1
24 Sulawesi Tenggara 11,4 2,9 384,8 97,1 - - 396,2
25 Sulawesi Barat - - 70,1 - - - 70,1
26 Sulawesi Selatan 24,7 1,2 1.964,8 98,8 - - 1.989,6
SULAWESI 225,8 7,3 2.861,6 92,7 - - 3.087,4
27 Bali - - - - - - -
28 NTB - - - - - - -
29 NTT - - 138,9 100,0 - - 138,9
BALI DAN NUSA TENGGARA - - 138,9 100,0 - - 138,9
30 Maluku Utara 4,4 100,0 - - - - 4,4
31 Maluku - - - - - - -
MALUKU & MALUKU UTARA 4,4 100,0 - - - - 4,4
32 Papua 410,9 32,6 849,5 67,4 - - 1.260,5
33 Papua Barat - - - - - - -
PAPUA 410,9 32,6 849,5 67,4 - - 1.260,5
INDONESIA 3.273,2 13,6 25.306,2 104,9 -4.455,9 -18,5 24.123,6
Sumber :Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014
Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman*Total
NO. PROVINSI
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th)
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia,
meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan
hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai
pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda
dengan lingkungan sekitarnya. Di dalam kawasan Hutan Lindung, hutan tanaman tidak diklasifikasikan sebagai Hutan
Tanaman Industri/IUPHHK-HT.
-
22
D. Deforestasi di Dalam Kawasan Hutan Produksi
Deforestasi di dalam kawasan hutan produksi terjadi pada Hutan Produksi Tetap
(HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat di-
Konversi (HPK).
1. Hutan Produksi Tetap (HP)
Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan
Produksi Tetap per provinsi pada Tabel III.6, terlihat bahwa :
a. Sejalan dengan deforestasi di kawasan konservasi, Provinsi Riau
(134.117,6 ha/th) juga merupakan provinsi yang mengalami deforestasi
tertinggi pada kawasan hutan produksi, diikuti Kalimantan Tengah
(21.536,0 ha/th) dan Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara
(13.707,2 ha/th).
b. Angka deforestasi dalam kisaran sekitar 1,0 10,0 ribu ha/th terdapat di
Provinsi Aceh (2.017,4 ha/th), Sumatera Utara (2.928,2 ha/th), Jawa
Timur (1.168,0 ha/th), Kalimantan Selatan (4.726,2 ha/th), dan Papua
(1.734,0 ha/th).
c. Provinsi yang mengalami deforestasi berkisar 100,0 - 1.000,0 ha/th
adalah Provinsi Sumatera Barat (576,0 ha/th), Kepulauan Bangka
Belitung (896,5 ha/th), Bengkulu (393,8 ha/th), Sulawesi Utara (555,9
ha/th), Sulawesi Tengah (250,0 ha/th), Sulawesi Tenggara (384,4 ha/th),
dan Papua Barat (348,8 ha/th).
d. Provinsi yang mengalami deforestasi dengan angka kurang dari 100,0
ha/th adalah Provinsi D.I. Yogyakarta (0,9 ha/th), Sulawesi Barat (42,3
ha/th), Sulawesi Selatan (62,5 ha/th), Bali (93,5 ha/th), Maluku Utara
(26,9 ha/th), dan Maluku (66,5 ha/th).
e. Provinsi yang tidak mengalami deforestasi di dalam kawasan hutan
produksi tetap (HP) adalah Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
f. Beberapa provinsi yang menunjukkan nilai deforestasi negatif, yaitu Jambi
(-1.824,27 ha/th), Sumatera Selatan (-704,7 ha/th), Banten (-116,5
ha/th), Jawa Barat (-3.261,4 ha/th), Jawa Tengah (-79,2 ha/th), dan
Kalimantan Barat (-900,2 ha/th).
Data deforestasi di dalam kawasan Hutan Produksi Tetap, selengkapnya
disajikan pada Tabel III.6 berikut ini :
-
23
Tabel III.6 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi Tetap
per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013 2014
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Aceh - - 1.953,9 96,8 63,5 3,2 2.017,4
2 Sumatera Utara - - 1.762,0 60,2 1.166,1 39,8 2.928,2
3 Riau 857,9 0,6 39.094,9 29,1 94.164,8 70,2 134.117,6
4 Sumatera Barat 2,5 0,4 255,6 44,4 317,8 55 576,0
5 Jambi 1.521,9 -8,3 12139,1 -66,5 -31903,7 174,9 -18242,7
6 Sumatera Selatan - - 39,3 -5,6 -744,0 105,6 -704,7
7 Kepulauan Bangka Belitung - - 896,5 100,0 - - 896,5
8 Bengkulu - - 393,8 100,0 - - 393,8
9 Lampung - - - - - - -
10 Kepulauan Riau - - - - - - -
SUMATERA 2.382,3 2,0 56.535,1 46,3 63.064,7 51,7 121.982,0
11 Banten - - - - -116,5 100,0 -116,5
12 DKI Jakarta - - - - -
13 Jawa Barat - - 5,2 -0,2 -3266,6 100,2 -3261,4
14 Jawa Tengah - 28,1 -35,5 -107,3 135 -79,2
15 D.I. Yogyakarta - - - - 0,9 100,0 0,9
16 Jawa Timur - - 930,9 79,7 237,1 20,3 1.168,0
JAWA - - 964,2 -42,1 -3.252,4 142,1 -2.288,2
17 Kalimantan Barat 10,1 -1,1 3.310,6 -367,7 -4220,9 468,9 -900,2
18 Kalimantan Selatan - - 984,2 20,8 3.742,0 79,2 4.726,2
19 Kalimantan Tengah 67,1 0,3 19.333,6 89,8 2.135 9,9 21.536,0
20Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara 397,7 2,9 7.617,0 55,6 5.693 41,5 13.707,2
KALIMANTAN 474,8 1,2 31.245,3 80,0 7.348,9 18,8 39.069,1
21 Sulawesi Utara 95,0 17,1 460,9 82,9 - - 555,9
22 Gorontalo - - - - - - -
23 Sulawesi Tengah - - 250,0 100,0 - - 250,0
24 Sulawesi Tenggara - - 384,4 100,0 - - 384,4
25 Sulawesi Barat - - 42,3 - - - 42,3
26 Sulawesi Selatan - - 62,5 100,0 - - 62,5
SULAWESI 95,0 7,3 1.200,1 92,7 - - 1.295,1
27 Bali - - - - 93,5 100,0 93,5
28 NTB - - - - - - -
29 NTT - - - - - - -
BALI DAN NUSA TENGGARA - - - - 93,5 100,0 93,5
30 Maluku Utara 17,3 64,2 - - 9,6 35,8 26,9
31 Maluku - - 66,5 100,0 - - 66,5
MALUKU & MALUKU UTARA 17,3 18,5 66,5 71,2 9,6 10,3 93,4
-
32 Papua 384,9 22,2 1.349,2 77,8 - - 1.734,0
33 Papua Barat 79,5 22,8 269,3 77,2 - - 348,8
PAPUA 464,4 22,3 1.618,5 77,7 - - 2.082,8
INDONESIA 3.433,8 2,1 91.629,6 56,4 67.264,4 41,4 162.327,7
Sumber :Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014
Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Hutan Tanaman*Total
PROVINSI
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th)
Hutan Primer Hutan SekunderNO.
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya
manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang
merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra
mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang
berbeda dengan lingkungan sekitarnya.
Deforestasi di dalam kawasan hutan produksi tetap paling tinggi terjadi pada
hutan sekunder yaitu sebesar 91,6 ribu ha/th (56,4 %), selanjutnya pada
hutan tanaman 67,3 ribu ha/th (41,4 %), sedangkan pada hutan primer
sebesar 3,4 ribu ha/th (2,1%).
Kawasan Hutan Produksi Tetap umumnya diperuntukkan bagi pemanfaatan
hasil hutan kayu. Dari seluruh provinsi di seluruh Indonesia yang mengalami
deforestasi dalam kawasan hutan produksi tetap, sebagian besar mengalami
deforestasi pada hutan sekunder.
-
24
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan
Produksi Terbatas per provinsi pada Tabel III.7, terlihat bahwa :
a. Provinsi Riau mengalami deforestasi terbesar yaitu 29.246,9 ha/th, diikuti
dengan Kalimantan Tengah (8.516,2 ha/th) dan Kalimantan Barat (
5.364,0 ha/th).
b. Angka deforestasi pada kisaran 1,0 10,0 ribu ha/th terjadi di Provinsi
Jambi (1.801,0 ha/th), Bengkulu (2.922,8 ha/th), Kalimantan Barat
(5.364,0 ha/th), Kalimantan Tengah (8.516,2 ha/th), Kalimantan Timur
dengan Kalimantan Utara (1.356,7 ha/th) serta Papua (3.189,8 ha/th).
c. Provinsi-provinsi yang mengalami deforestasi berkisar antara 100,0
1.000,0 ha/th terdapat di Provinsi Aceh (122,4 ha/th), Sumatera Utara
(823,7 ha/th), Sumatera Barat (393,1 ha/th), Sumatera Selatan (132,3
ha/th), Sulawesi Utara (814,4 ha/th), Sulawesi Tengah (833,5 ha/th),
Sulawesi Tenggara (447,4 ha/th), Sulawesi Barat (316,1 ha/th), Sulawesi
Selatan (338,6 ha/th), Maluku (165,4 ha/th), dan Papua Barat (103,0
ha/th).
d. Provinsi-provinsi yang mengalami deforestasi kurang dari 100,0 ha/th
adalah Lampung (96,9 ha/th), Kepulauan Riau (4,3 ha/th), Kalimantan
Selatan (8,9 ha/th), Gorontalo (40,3 ha/th) dan Maluku Utara (8,4 ha/th).
e. Provinsi-provinsi yang tidak mengalami deforestasi di dalam kawasan
hutan produksi terbatas (HPT) adalah Kepulauan Bangka Belitung, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
f. Provinsi yang menunjukkan adanya penambahan luas areal berhutan
ditandai dengan angka deforestasi negatif yaitu Provinsi Banten (-120,8
ha/th) dan Jawa Barat (-2.414,4 ha/th).
Data deforestasi dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas, selengkapnya
disajikan pada Tabel III.7 berikut ini :
-
25
Tabel III.7 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas
per Provinsi (Ha/Th) Tahun 2013-2014
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Aceh - - 122,4 100 - - 122,4
2 Sumatera Utara - - 823,7 100 - - 823,7
3 Riau 159,5 0,5 24.720,8 84,5 4.366,6 14,9 29.246,9
4 Sumatera Barat - - 383,9 97,7 9,2 2,3 393,1
5 Jambi 391,0 21,7 2.416,3 134,2 -1006,3 -55,9 1.801,0
6 Sumatera Selatan 54,4 41,2 77,9 58,8 - - 132,3
7 Kepulauan Bangka Belitung - - - - - - -
8 Bengkulu 90,6 3,1 2.832,2 96,9 - - 2.922,8
9 Lampung 81,5 84,1 15,4 15,9 - - 96,9
10 Kepulauan Riau 4,3 100,0 - - - - 4,3
SUMATERA 781,3 2,2 31.392,6 88,3 3.369,5 9,5 35.543,5
11 Banten - - - - -120,8 100,0 -120,8
12 DKI Jakarta - - - - - - -
13 Jawa Barat - - - - -2414,4 100,0 -2414,4
14 Jawa Tengah - - - - - - -
15 D.I. Yogyakarta - - - - - - -
16 Jawa Timur - - - - - - -
JAWA - - - - -2.535,3 100,0 -2.535,3
17 Kalimantan Barat 129,9 2,4 5.338,3 99,5 -104,2 -1,9 5.364,0
18 Kalimantan Selatan - - - - 8,9 100,0 8,9
19 Kalimantan Tengah 546,8 6,4 7.969,4 93,6 - - 8.516,2
20Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara 95,1 7,0 1.261,6 93,0 - - 1.356,7
KALIMANTAN 771,9 5,1 14.569,3 95,6 -95,4 -0,6 15.245,8
21 Sulawesi Utara 221,1 27,2 593,3 72,8 - - 814,4
22 Gorontalo - - 40,3 100,0 - - 40,3
23 Sulawesi Tengah 18,4 2,2 815,0 97,8 - - 833,5
24 Sulawesi Tenggara 83,6 18,7 363,8 81,3 - - 447,4
25 Sulawesi Barat - - 316,1 100,0 - - 316,1
26 Sulawesi Selatan - - 338,6 100,0 - - 338,6
SULAWESI 323,1 11,6 2.467,2 88,4 - - 2.790,3
27 Bali - - - - - -
28 NTB - - - - - - -
29 NTT - - - - - - -
BALI DAN NUSA TENGGARA - - - - - - -
30 Maluku Utara 8,4 100,0 - - - - 8,4
31 Maluku - - 165,4 100,0 - - 165,4
MALUKU & MALUKU UTARA 8,4 4,9 165,4 95,1 - - 173,8
32 Papua 1.492,9 46,8 1.696,9 53,2 - - 3.189,8
33 Papua Barat 85,4 83,0 17,5 17,0 - - 103,0
PAPUA 1.578,3 47,9 1.714,4 52,1 - - 3.292,7
INDONESIA 3.463,1 6,4 50.308,9 92,3 738,9 1,4 54.510,8
Sumber :Data digital penutupan lahan skala 1 : 250.000 hasil penafsiran citra landsat 8 OLI Tahun 2013 dan 2014
Direktorat Inventarisasi & Pemantauan Sumber Daya Hutan,Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
NO. PROVINSI
ANGKA DEFORESTASI (Ha/Th)
Hutan Primer Hutan Sekunder Hutan Tanaman*Total
Ket. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah tutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia,
meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan
hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai
pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda
dengan lingkungan sekitarnya.
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) merupakan cadangan potensi kayu
dan sumber benih permudaan alam. Dari hasil penghitungan deforestasi pada
seluruh provinsi, semuanya mengalami deforestasi pada hutan sekunder yang
lebih luas dibandingkan hutan primernya.
-
26
3. Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) Berdasarkan hasil penghitungan deforestasi di dalam kawasan Hutan
Produksi yang dapat di-Konversi per provinsi pada Tabel III.8, terlihat
bahwa :
a. Tidak semua provinsi memiliki kawasan Hutan Produksi yang dapat di-
Konversi antara lain Provinsi Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
seluruh provinsi di Pulau Jawa.
b. Provinsi yang mengalami deforestasi terbesar pada kawasan Hutan
Produksi yang dapat di-Konversi adalah Provinsi Kalimantan Tengah
sebesar 14.674,1 ha/th, hampir seluruhnya (99,5%) terjadi pada hutan
sekunder, diikuti dengan Provinsi Riau sebesar 8.664,0 ha/th Provinsi
Papua sebesar 4.230,7 ha/th, dan Gorontalo sebesar 2.184,5 ha/th.
c. Provinsi yang memiliki angka deforestasi pada kisaran 100,0 1.000,0
ha/th terdapat pada Provinsi Sumatera Barat (904,7 ha/th), Kalimantan
Barat (216,2 ha/th), Kalimantan Timur dengan Kalimantan Utara (348,0
ha/th), Sulawesi Tengah (384,1 ha/th), Sulawesi Tenggara (155,9 ha/th),
Maluku Utara (128,6 ha/th), Maluku (357,7 ha/th), dan Papua Barat
(937,0 ha/th).
d. Provinsi yang mengalami deforestasi kurang dari 100 ha/th antara lain
Sumatera Utara (41,3 ha/th), Jambi (11,6 ha/th), dan Kalimantan Selatan
(97,3 ha/th).
e. Provinsi yang tidak mengalami deforestasi di dalam kawasan hutan
produksi yang dapat di-Konversi (HPK) adalah Provinsi Aceh, Sumatera
Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Kepulauan Riau, Sulawesi
Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Hutan Produksi yang dapat di-Konversi (HPK) adalah kawasan hutan di luar
hutan tetap. Pada umumnya diperuntukkan bagi kegiatan di luar kehutanan,
antara lain transmigrasi dan perkebunan, dengan alternatif pelepasan
kawasan menjadi kawasan Non Hutan Negara atau Areal Penggunaan Lain
(APL).
Data angka deforestasi di dalam kawasan Hutan Produksi yang dapat di-
Konversi selengkapnya disajikan pada Tabel III.8 berikut ini :
-
27
Tabel III.8 Angka Deforestasi di dalam Kawasan Hutan Produksi yang
d