dbd mini contoh
DESCRIPTION
aaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia, DBD merupakan penyakit endemis, yang merupakan salah satu
masalah kesehatan di Indonesia.DBD merupakan penyakit menular yang perlu diwaspadai
karena dapat menimbulkan wabah, serta tingginya mobilitas masyarakat yang sejalan
dengan tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai daerah di
Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya,terjadi peningkatan
angka kesakitan (incidence rate / IR) dan peningkatan jumlah wilayah yang terjangkit DBD
dari tahun ke tahun, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai daerah
di Indonesia.2Jumlah kasus DBD cenderung meningkat mulai awal tahun dan mencapai
puncaknya pada bulan Maret dan April.
Demam Berdarah Dengue (DBD)merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus Dengue. Virus ini termasuk dalam Arthropod borne virus (Arboviruses), genus flavivirus,
yang terdiri dari 4 serotipe, yaitu serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya
ditemukan di seluruh Indonesia. Virus tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus
DKI Jakarta sendiri merupakan salah satu provinsi yang menyumbangkan angka
kesakitan paling banyak. Pada tahun 2011, didapatkan IR di DKI Jakarta sebanyak
202,4/100.000 penduduk dan case fatality rate (CFR) sebesar 0,2 % sedangkan IR di Jakarta
Utara sebanyak 168/100.000 penduduk. Jumlah kasus DBD di Kecamatan Tanjung Priuk juga
terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2009. Pada tahun 2007 sebanyak 1318
kasus, 2008 sebanyak 1113, 2009 sebanyak 1161. Tahun 2010 sampai sekarang jumlah kasus
di Kecamatan Tanjung Priuk mengalami penurunan, yaitu tahun 2010 sebanyak 1330 kasus
dan tahun 2011 sebanyak 631.1
Dalam upaya mengatasi demam berdarah di kebon baru, dilakukannya kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ). PSN merupakan cara pemberantasan yang lebih
aman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah dalam pengendalian
1
vektor DBD lebih menitikberatkan pada program ini, walaupun cara ini sangat tergantung
pada peranserta masyarakat. Bentuk peranserta masyarakat lain yang diharapkan dapat
meningkatkan ABJ (Angka Bebas Jentik) adalah dengan mengikutsertakan ketua Rukun
tetangga (RT). Ketua RT diharapkan mampu memotivasi warganya untuk mengamati
keberadaan jentik di rumah masing-masing, kemudian menuliskan hasilnya ke form jentik
dan menyerahkan form tersebut kepada ketua RT. Peranserta aktif dari pemilik rumah,
diharapkan mampu meningkatkan ABJ di lingkungan masing-masing. Pada penelitian ini,
akan dilakukan analisis data untuk melihat adanya hubungan antara laporan ABJ dengan
frekuensi jumlah kasus di kelurahan Kebon Baru periode Febuari – April 2015 2
I.2 RUMUSAN MASALAH
Dengan berlandaskan kondisi yang telah dipaparkan di latar belakang, maka
muncul keingintahuan peneliti yang dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan
berikut:
a. Berapa Jumlah penderita DBD di Kelurahan Kebon Baru ?
b. Berapa ABJ ( Angka Bebas Jentik ) setiap RW dalam PSN dan apakah sudah
mencapai target?
c. Apakah terdapat hubungan antara ABJ dengan frekuensi jumlah kasus DBD ?
d. Berapa HI ( House Index ) RW di kelurahan kebon baru
e. Apakah terdapat hubungan antara HI dan frekuensi kasus DBD
I.3 TUJUAN
I.3.1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui frekuensi jumlah kasus DBD di Kelurahan Kebon Baru
Bulan Febuari – April 2015
2
b. Untuk mengetahui ABJ setiap RW di Kelurahan Kebon Baru periode bulan
Febuari – April 2015
c. Untuk mengetahui HI setiap RW di Kelurahan Kebon Baru periode bulan
Febuari – April 2015
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi :
a. Adanya hubungan antara ABJ dengan frekuensi jumlah kasus DBD di
Kelurahan Kebon Baru
b. Adanya hubungan antara HI dengan frekuensi jumlah kasus DBD di kelurahan
Kebon Baru
I.4 MANFAAT
1.4.1 Bagi masyarakat
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat
dalam melaksanakan program PSN di Kelurahan Kebon Baru
1.4.2 Bagi peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis
dalam meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program internsip
dokter umum Indonesia.
1.4.3 Bagi Puskesmas Kebon Baru
a. Memberi gambaran mengenai frekuensi jumlah kasus DBD di Kelurahan
Kebon Baru periode bulan Febuari – April 2015
3
b. Memberi gambaran mengenai tingkat ABJ dan HI pada Kelurahan Kebon
Baru periode bulan Febuari – April 2015
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu puskesmas dalam
mensukseskan program PSN dan menjalankan program PSN yang semakin
terintregasi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini
dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama pada anak-anak
2.2 Proses Timbulnya Penyakit DBD
2.2.1 Demam Dengue
Demam dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau
lebih manifestasi gejala, seperti : nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, ruam pada
kulit, manifestasi perdarahan, dan leukopenia serta di tunjang dengan pemeriksaan
laboratorium serologis IgM dan IgG
2.2.2. Demam Berdarah Dengue
Gejala yang di timbulkan antara lain demam yang tinggi (380C – 400C),
manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai
timbulnya renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma
yang dapat menyebabkan kematian. Trombositopenia dengan hemokonsetrasi
secara bersamaan adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD
2.2.3. Dengue Shock Syndrome
Dengue shock syndrom merupakan suatu keadaan yang sangat buruk,
penderita DBD dalam keadaan apapun perlu mendapatkan perawatan dan
5
pemantauan yang serius, terutama jika demam mendadak turun. Selain menjadi
indikasi kesembuhan, penurunan suhu tubuh sering menjadi gejala awal penderita
memasuki tahap dengue shock syndrome.
Tanda khas dari dengue shock syndrome antara lain kulit menjadi dingin,
kongesti, sianosis, nadi cepat, letargi kemudian menjadi gelisah dan dengan cepat
memasuki tahap kritis dari shock. Gejala yang sering sebelum shock adalah nyeri
perut akut. Pasien yang shock dalam bahaya kematian bila pengobatan yang tepat
tidak segera diberikan. Penderita akan sembuh dengan cepat setelah terapi
penggantian volume yang tepat
2.3. Vektor Penularan DBD
Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus
Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Aedes Aegypti merupakan
vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di pedesaan (daerah
rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Namun
Aedes Aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih.
Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon, dalam
potongan bambu dan genangan air lainnya
2.3.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti. 9
Telur→ Jentik→ Kepompong→Nyamuk dewasa
6
Gambar 1. Siklus Hidup nyamuk 10
Perkembangan sempurna dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa kira-kira 8 – 10 hari.
Stadium telur
Nyamuk betina dewasa, bertelur pada dinding container yang basah, di atas
permukaan air. Telur nyamuk keras dan menempel erat pada dinding container
seperti lem dan dapat bertahan hingga 8 bulan tanpa air dalam musim dingin. Hanya
diperlukan sedikit air untuk telur dapat menetas dan menjadi sumber jentik
7
Gambar 2. Stadium telur
Stadium larva
Hanya diperlukan sedikit air yang diperlukan oleh telur untuk menetas menjadi larva
( air yang dibutuhkan hanya sampai menutup permukaan telur ). Larva akan memakan
mikroorganisme dalam container, molting tiga kali lalu metamorfosis menjadi pupa
Gambar 3. Stadium larva nyamuk
Stadium pupa
Pada stadium ini akan terjadi proses pembentukan tubuh dari nyamuk dewasa dan
akan meninggalkan air.
8
Gambar4. Stadium pupa
Stadium dewasa
Setelah mencapai tahap ini maka nyamuk akan mencari makan. Nyamuk jantan
dewasa maka akan menghisap nectar dari bunga, dewasa betina akan menghisap
darah dari manusia dan hewan untuk bereproduksi. Nyamuk dapat terbang dari 1
hingga 1.5 mil/jam.
Gambar 5. Stadium nyamuk dewasa
9
2.4. Cara Penularan DBD
Gambar 1.1 Cara penularan DBD
Virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti, nyamuk Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus Dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami Viremi. Kemudian virus yang berada di
kelenjer liur akan berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada gigitan berikutnya.
Di tubuh manusia, virus membutuhkan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic
incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada
nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami
viremia.
2.5. Gejala Klinis DBD3
Infeksi Dengue memiliki gambaran klini yang luas. Perjalanan klinis mulai dari asimtomatik
yang akan sembuh dengan sendirinya sampai dengan infeksi Dengue yang berat yang
ditandai dengan kebocoran plasma dengan atau tanpa perdarahan.
Kriteria WHO (2009):
1. Suspek Infeksi Dengue ialah penderita demam tinggi mendadak tanpa sebab
10
yang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan disertai dengan 2 atau lebih tanda tanda : mual,
muntah, bintik perdarahan, nyeri sendi, tanda-tanda perdarahan :
sekurang-kurangnya uji tourniquet (Rumple Leede) positif, leucopenia dan
trombositopenia. Infeksi Dengue dapat bermanifestasi 2 macam yaitu infeksi Dengue Ringan
dan Berat.
Tanda-tanda yang mengarah kepada infeksi Dengue Berat adalah :
• Nyeri abdominal
• Muntah yang terus menerus
• Tanda-tanda kebocoran plasma (asites, efusi pleura)
• Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi)
• Letargi
• Pembesaran hati > 2 cm
• Pemeriksaan Lab. : Peningkatan hematokrit dan penurunan trombosi
Catatan : DD ditegakkan setelah melewati masa kritis (saat demam turun) dengan
dasar nilai hematokrit normal atau tidak ditemukan adanya kebocoran plasma
sistematik. Pasien dapat dipulangkan setelah diobservasi dalam waktu 24 jam
setelah melewati masa kritis.
2. Demam Dengue (DD) ialah demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti
sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi ( athralgia ), rash, mual, muntah
dan manifestasi perdarahan. Dengan hasil laboratorium leucopenia ( lekosit < 5000 /mm3 ),
jumlah trombosit cenderung menurun < 150.000/mm3 dan didukung oleh pemeriksaan
serologis.
11
3. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah demam 2 - 7 hari disertai dengan
manifestasi perdarahan, Jumlah trombosit < 100.000 /mm3, adanya tanda tanda
kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20 % dari nilai normal, dan/atau efusi
pleura, dan/atau ascites, dan/atau hypoproteinemia/ albuminemia) dan atau hasil
pemeriksaan serologis pada penderita tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau terjadi
peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test
(diagnosis laboratoris).
4.Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat III
dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan
lemah, menyempitnya tekanan nadi (≤ 20 mmHg) atau hipotensi yang ditandai dengan kulit
dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah sampai terjadi syok berat (tidak terabanya
denyut nadi maupun tekanan darah).
Derajat Beratnya Penyakit DBD3
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:
Derajat I : Demam dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji Tourniquet positif.
Derajat II : Terdapat perdarahan spontan antara lain perdarahan kulit (petekie), perdarahan
gusi, epistaksis atau perdarahan lain. (mesntruasi berlebihan, perdarahan saluran cerna).
Derajat III : Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin
dan lembab, dan anak tampak gelisah.
Derajat IV : Seperti derajat III disertai Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba
dan tekanan darah tidak terukur.
12
2.6. Tata Laksana DBD4
2.6.1. Kasus DBD yang diperbolehkan berobat jalan.
Penderita diperbolehkan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi
keinginan makan dan minum masih baik. untuk mengatasi panas diperbolehkan
memberikan obat panas paracetamol. Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan
ini adalah kasus DBD yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari
kedua.
2.6.2. Kasus DBD derajat I dan II
Pada hari ke-3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini
mempunyai resiko terjadinya shock.
2.6.3. Kasus DBD derajat III dan IV
Dengue shock syndrome termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan
penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat.
Biasanya di jumpai kelainan asam basa dan elektrolit.
2.7. Epidemiologi DBD4
Epidemi dengue dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad
keduapuluh di Amerika, Eropa selatan, Afrika utara, Mediterania timur, Asia,
Australia, dan pada beberapa pulau di Samudra India, Pasifik selatan dan tengah
serta Karibia.
Kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dicatat
pertama kali terjadi di Australia pada tahun 1897. Penyakit perdarahan serupa juga
berhasil dicatat pada tahun 1928 saat terjadi epidemik di Yunani. Kejadian luar biasa
pertama penyakit Demam Berdarah Dengue di Asia ditemukan di Manila pada tahun
1954. Pada tahun 1958 terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah
13
Dengue “Thai” yang ditemukan di Bangkok-Thonburi dan sekitarnya. Tahun 1960 di
Singapura ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue dalam jumlah yang lebih
banyak lagi dengan hasil isolasi virus dengue menunjukkan tipe 1dan 2.
Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue terjadi juga di wilayah
Asia lainnya. Virus dengue tipe 1 dan 4 telah diisolasi dari penderita di kamboja pada
tahun1961. Di Penang, Malaysia Barat, penyakit Demam Berdarah Dengue ini
pertama kali ditemukan pada tahun 1962
Tahun 1968, empat belas tahun sesudah kejadian Luar Biasa pertama di
Manila, Demam Berdarah Dengue dilaporkan untuk pertama kalinya di Indonesia
yaitu berupa Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di Jakarta dan
Surabaya mencatat 58 kasus DBD dengan 24 kematian (CFR=41,5%). Pada tahun
beriktnya kasus DBD menyebar ke lain Kota yang ada di Indonesia dan di laporkan
meningkat setiap tahunnya.
Sejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan terjadinya
kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan terjadinya kasus DBD juga
meningkat. Namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% tahun 1968 menjadi
3% tahun 1984 dan seja tahun 1991 CFR stabil dibawah 3% .
Selama tahun 2003 di Indonesia tercatat 51.516 kasus (IR= 23,87; CFR= 1,5%);
tahun 2004 tercatat 79.462 kasus (IR= 37,11; CFR= 1,2%); tahun 2005 tercatat 95.279
kasus (IR= 43,42; CFR= 1,36%); tahun 2006 tercatat 114.656 kasus (IR= 52,48; CFR=
1,04%); dan tahun 2007 tercatat 158.115 kasus (IR= 71,78; CFR= 1,01%);tahun 2008
tercatat 137.469 kasus (CFR 0,86%);tahun 2009 tercatat 158.912 kasus
(IR=35,7;CFR=0,89%).
14
Tahun 2008 propinsi Jambi melaporkan CFR Demam Berdrah Dengue sebesar
3,67% dengan isiden rate 8,64 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan pada
tahun 2009 dengan CFR 2,12%, Insiden Rate 7,96 per 100.000 penduduk. Propinsi
lampung tahun 2008 melaporkan CFR Demam Berdarah Dengue sebesar 0,83%
dengan Insiden Rate 68,83 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan pada
tahun 2009 ( IR= 24,85; CFR= 1,07%). Propinsi DKI Jakarta tahun 2008 (IR= 317,09;
CFR= 0,09%) mengalami penurunan pada tahun 2009 (IR= 312,65; CFR=0,11%).
2.8. Pencegahan DBD5
Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama
yang dilakukan untuk memberantas DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat
untuk membasmi virusnya belum dipakai di Indonesia
2.8.1. Pencegahan Primer6
Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada
periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.
a. Host (Manusia)
Dapat dilakukan dengan cara membangun tubuh agar memiliki daya tahan
yang kuat, sekalipun terajangkit virus Dengue penyakitnya tidak terlalu berat. Tidak
ada diet atau makanan khusus yang bisa mencegah tubuh terhadap ancaman virus
Dengue, makanan bergizi khususnya yang berpotensi tinggi baik untuk meningkatkan
daya tahan tubuh , istirahat, olahraga dan mencegah gigitan nyamuk juga penting
untuk dilakukan.
b. Agent (Virus Dengue)
15
Belum ada obat yang dapat membunuh virus Dengue, virus Dengue belum
dapat dibasmi. Maka satu-satunya cara dengan memotong rantai penularan penyakit
DBD, dengan membasmi vektornya. Virus Dengue berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidup nyamuk, jika nyamuk mati dengan sendirinya virus Dengue akan
ikut mati. Sekalipun mungkin virusnya masih bisa hidup, diluar tubuh nyamuk
bukanlah habitat virus Dengue sehingga virus dapat bertahan hidup.
c. Environment (Lingkungan)
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan nyamuk dewasa dan jentik nyamuk.
1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan
cara penyemprotan dengan insektisida. Penyemprotan tidak di
lakukan di dinding seperti pada pemberantasan nyamuk penular
malaria, tetapi pada bendabenda yang bergantungan karena
nyamuk mempunyai kebiasaan hinggap pada bendabenda
bergantungan.
2. Pemberantasan Jentik
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal
dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:
a. Fisik
Cara ini dikenal dengan kegitan 3M yaitu: Menguras bak
mandi, bak WC, dan lain lain; Menutup tempat penampungan air
16
rumah tangga; serta Mengubur barangbarang bekas yang
menampung air.
b. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan
menggunakan insektisida pembasmi jentik ini antara lain dikenal
dengan istilah larvasidasi.
c. Biologi
Misalnya memelihara ikan pemakan jentik, seperti ikan kepala
timah, ikan gupi, ikan cupang/tempalo dan lain-lain.
2.8.2. Pencegahan Sekunder6
Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belangsung (awal
periode patogenesis) dengan tujuan proses penyakit yang tidak berlanjut,
pencegahan sekunder meliputi :
Diagnosis dini dan pengobatan segera
a. Diagnosis Dini
Diagnosa demam berdarah dengue ditegakkan dari gejala klinis dan hasil
pemeriksaan darah (laboratorium).
Gejala Klinis :
1. Demam tinggi mendadak bersifat akut 2-7 hari
2. Manifestasi hemoragi (sedikitnya tes tourniket positif)
3. Hepatomegali
4. Shock
Temuan laboratorium :
a. Trombositopenia
17
(100.000/µl atau kurang), nilai trombosit normal 150.000/µl –
450.000/µl.
b. Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit sedikitnya 20% diatas rata-rata), persentase
hematokrit normal 37% - 47%.
Dua dari observasi klinis, ditambah satu temuan laboratorium atau
sedikitnya peningkatan hematokrit, cukup untuk menentukan diagnosa DBD.
Bila patokan hemokonsentrasi dan trombositopeni menurut kriteria WHO
dipakai secara murni maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan
luput dari pengawasan. Dalam kenyataan di klinik tidak mungkin mengukur
kenaikan hemokosentrasi pada saat penderita pertama kali datang sehingga
nilai hematokritlah yang dapat dipakai sebagai pegangan. Penelitian pada
penderita DBD berkesimpulan nilai hematokrit≥ 40% dapat dipakai sebagai
pet unjuk adanya hemokosentrasi dan selanjutnya diperhatikan kenaikannya
selama pengawasan.
b. Pengobatan Segera
Terhadap virus Dengue tidak ada obat yang spesifik untuk memberantasnya
pengobatan ditujukan untuk mengatasi akibat perdarahan atau shock dan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh penderita serta terapi simtomatik untuk
mengurangi gejala dan keluhan penderita. Keberhasilan tatalaksana DBD terletak
pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun yang merupakan
fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai
pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Fase kritis umumnya
terjadi pada hari ketiga sakit. Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik
18
dan suportif. Tujuan pengobatan itu sendiri adalah untuk mengganti cairan
intravaskuler (volume plasma) yang hilang dalam memperbaiki keadaan umum
penderita, jenis tindakan pengobatan yang harus segera dilakukan adalah penggatian
cairan tubuh, dengan cara Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter
air dalam 24 jam. Air yang dapat diberikan antara lain teh manis, sirup, air gula, air
buah dan oralit.
2.8.3. Pencegahan Tersier7
Upaya yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode
patogenesisi) dengan tujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Pencegahan tersier dapat dilakuka dengan cara : Pemberian cairan
intravena diberikan pada kondisi penderita tidak memungkinkan untuk diberikan
cairan melalui oral, antipiretik seperti parasetamol diberikan jika diperlukan. Oksigen
tambahan dapat diberikan pada penderita dengan renjatan disertai sianosis, dan
pemberian antibiotik jika diduga ada infeksi sekunder. Transfusi darah diberikan
pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata.
2.9 Ukuran Kepadatan Populasi Penular8
2.9.1 Survei Nyamuk
Survei nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk dengan umpan manusia
di dalam dan di luar rumah, masing-masing selama 20 menit per rumah dan
penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah yang sama.
Penangkapan nyamuk biasanya menggunakan alat yang bernama aspirator. Setelah
nyamuk ditangkap dan terkumpul, kemudian nyamuk dihitung dengan menggunakan
indeks biting/landing rate dan resting per rumah. Apabila ingin diketahui rata-rata
19
umur nyamuk di suatu wilayah, dilakukan pembedahan perut nyamuk yang
ditangkap untuk memeriksa keadaan ovariumnya dengan menggunakan mikroskop.
2.9.2 Survei Jentik (Pemeriksaan Jentik)
Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada
tidaknya jentik.
2. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar seperti bak
mandi, tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya, jika pandangan pertama
tidak menemukan jentik maka harus ditunggu selama ½-1 menit untuk memastikan
bahwa benar jentik tidak ada.
3. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran kecil seperti vas bunga,
pot tanaman dan botol yang airnya keruh, maka airnya perlu dipindahkan ke tempat
lain.
4. Ketika memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh, maka
digunakan senter.
3. Pencegahan dan Pengendalian Vektor DBD9
Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu
infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan (Pengendalian vektor
merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menekan populasi vektor
serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit dan
menghindarkan terjadinya kontak antara vektor dan manusia
20
Upaya pencegahan tidak harus dilakukan manakala kita sudah benar-benar sakit.
Tetapi, upaya pencegahan harus dilakukan jauh sebelumnya yaitu pada kondisi sehatpun
harus ada upaya yang positif. Tindakan pencegahan merupakan upaya untuk memotong
perjalanan riwayat alamiah penyakit pada titik-titik atau tempat-tempat yang paling
berpotensi menyebabkan penyakit atau sumber penyakit
Pencegahan penyakit DBD dapat dilakukan dengan cara mengendalikan nyamuk
Aedes aegypti sebagai vektor utama DBD. Pencegahan yang efektif seharusnya dilaksanakan
secara integral bersama-sama antara masyarakat, pemerintah dan petugas kesehatan.
Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama yang
dilakukan untuk memberantas DBD karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk
membasmi virusnya belum tersedia. Sasaran pemberantasan DBD dapat dilakukan pada
nyamuk dewasa dan jentik. Upaya pemberantasan meliputi:
a. Pencegahan dengan cara menguras, menutup, dan mengubur atau dikenal dengan
gerakan 3 M, yaitu:
1. Menguras tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya
seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3. Mengubur/menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan seperti kaleng bekas, plastik, dll.
b. Pemberantasan vektor/nyamuk, penyemprotan/fogging fokus pada lokasi yang
ditemui kasus
c. Kunjungan ke rumah-rumah untuk pemantauan jentik dan abatisasi
d. Penyuluhan dan kerja bakti melakukan 3 M
21
Kegiatan PSN DBD selain dilakukan dengan cara 3 M, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia juga mencanangkan 3 M plus yaitu 3 M ditambah dengan:
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang
sejenis seminggu sekali
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak
c. Menutup lubang-lubang atau potongan bambu/pohon dengan tanah atau lain
d. Menaburkan bubuk larvasida misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras
e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air
f. Memasang kawat kasa
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
i. Menggunakan kelambu
j. Memakai obat nyamuk yang dapat mencegah dari gigitan nyamuk .
3. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) 9
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader
atau petugas pemantau jentik (jumantik) (Depkes RI, 2010: 2). Program ini bertujuan untuk
melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dan memotivasi keluarga atau
masyarakat dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. PSN DBD adalah
kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat
perkembangbiakannya.
Program PJB dilakukan oleh kader, PKK, jumantik atau tenaga pemeriksa jentik lainnya.
Kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk termasuk memotivasi masyarakat dalam
22
melaksanakan PSN DBD. Dengan kunjungan yang berulangulang disertai dengan penyuluhan
masyarakat tentang penyakit DBD diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD
secara teratur dan terus-menerus. Tata cara pelaksanaan PJB yaitu:
1. Dilakukan dengan cara mengunjungi rumah-rumah dan tempat-tempat umum
untuk memeriksa Tempat Penampungan Air (TPA), non-TPA dan tempat
penampungan air alamiah di dalam dan di luar rumah atau bangunan serta
memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada keluarga dan masyarakat
2. Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat-tempat umum
diminta untuk ikut melihat atau menyaksikan kemudian lanjutkan dengan PSN
DBD (3 M atau 3 M plus)
3. Memberikan penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan petugas
kebersihan tempat-tempat umum
4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik di Kartu Jentik Rumah/Bangunan yang
ditinggalkan di rumah yang diperiksa serta pada Formulir Juru Pemantau Jentik (JPJ-
1) untuk pelaporan ke puskesmas dan dinas yang terkait lainnya.
5. Berdasarkan hasil pemantauan yang tertulis di formulir JPJ-1 maka dapat
dicari ABJ dan dicatat di formulir JPJ-2.
4. Pemberdayaan Masyarakat9
Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau meningkatkan
kemandirian masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat hal yang terutama adalah
adanya partisipasi masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, meliputi
kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek
pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta
masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan aktualisasi dari kesediaan dan
23
kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi
program yang dilaksanakan
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan sangatlah penting untuk mencegah
penyakit, meningkatkan usia hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu adanya upaya pengorganisasian masyarakat yang pada
hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya yang ada di dalam
masyarakat itu sendiri melalui upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan
mereka sendiri
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang
bersifat persuasif dan melalui memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan,
merencanakan, serta memecahkan masalah dengan menggunakan sumber daya/potensi
yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat. Tujuan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan antara lain:
1. Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan
individu, kelompok dan masyarakat
2. Manimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka
3. Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya perilaku
sehat Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat adalah pembentukan jumantik.
Jumantik merupakan warga masyarakat setempat yang telah dilatih oleh petugas
kesehatan mengenai penyakit DBD dan upaya pencegahannya sehingga mereka dapat
mengajak masyarakat seluruhnya untuk berpartisipasi aktif mencegah penyakit DBD. Tujuan
pembentukan jumantik agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan
24
keluarga untuk membiasakan diri dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama tempat-
tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk penular DBD. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk menjadi jumantik sebagai berikut:
1) Bertempat tinggal di daerah yang bersangkutan
2) Usia produktif (15-64 tahun)
3) Sehat jasmani maupun rohani
4) Dapat membaca dan menulis dengan tingkat pendidikan minimal lulus SD
5) Mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas
6) Mampu menjadi motivator
7) Mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan studi cross sectional, yaitu Studi epidemiologi yang
mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan
mengamati status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu-
individu dari suatu populasi pada suatu saat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
distribusi kasus DBD di Kelurahan Kebon Baru dan untuk mengetahui hubungan antara nilai
ABJ dengan frekuensi kasus DBD di Kelurahan Kebon Baru dan HI dengan frekuensi kasus
DBD di Kelurahan Kebon Baru.
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kebon Baru Periode Febuari – April 2015
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
III.3.1 POPULASI PENELITIAN
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua penduduk di Kelurahan
Kebon Baru yang berdomisili di Kebon Baru dari periode bulan Febuari – April 2015.
3.4 VARIABEL PENELITIAN
3.4.1 VARIABEL BEBAS
- Nilai ABJ dari Kelurahan Kebon Jeruk periode bulan Febuari – April 2015
- Nilai HI dari Kelurahan Kebon Jeruk periode bulan Febuari – April 2015
3.4.2 VARIABEL TERGANTUNG
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah angka frekuensi kasus DBD
dari Kelurahan Kebon Jeruk periode bulan Febuari – April 2015
26
3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.5.1 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data diperoleh dari laporan rekapitulasi kegiatan PSN di tujuh tatanan,
formulir rekapitulasi dan monitoring PSN -30M Wil. Kec Tebet. Data kasus DBD per
RW Kebon Baru 2015
.
3.6 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
3.6.1 TEKNIK PENGOLAHAN DATA
- Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di
proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data
sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera
dilaksanakan.
- Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,
menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
- Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
- Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan.
3.6.2 TEKNIK ANALISIS DATA
Pada penelitian ini digunakan analisa biavariat. Analisa bivariat merupakan
analisa yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
IV.1 KEADAAN GEOGRAFIS
Kelurahan Kebon Baru merupakan salah satu dari tujuh Kelurahan Kecamatan
Tebet dalam lingkungan Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah 129,66 Ha
yang terdiri dari 14 RW, 153 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Utara : Kel. Bukit Duri
Selatan: Kel. Cikoko
Barat : Kel. Tebet Timur
Timur : Kel. Bidara Cina
Dengan jumlah penduduk tahun 2014 : 41.272 orang
Gambar 1. Peta Kelurahan Kebon Baru
28
IV.2 KEADAAN DEMOGRAFIS
IV.2.1 LUAS WILAYAH
No RW RT LUAS
1 1 10 7 HA
2 2 10 7 HA
3 3 10 27,66 HA
4 4 17 10 HA
5 5 9 4,5 HA
6 6 11 5,5 HA
7 7 14 7,5 HA
8 8 9 7 HA
9 9 10 7,5 HA
10 10 10 8 HA
11 11 10 9 HA
12 12 11 7 HA
13 13 12 8 HA
14 14 10 14 HA
TOTAL 14 153 129,66 HA
IV.2.2 JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2014
Jumlah penduduk : 41.272 orang
Status warga Negara :
WNI : 41.268 orang
WNA : 4 orang
Jenis kelamin :
o Perempuan : 20.899 orang
o Laki-laki : 20.373 orang
Kepadatan penduduk : 4 orang
29
Jumlah KK : 12.499 KK
IV.2.3 JUMLAH PENDUDUK MENURUT GOLONGAN USIA DI
KELURAHAN KEBON BARU TAHUN 2014
Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 1676 1616 3292
5-9 1951 1718 3669
10-14 1656 1627 3265
15-19 1586 1445 3031
20-24 1897 1767 3664
25-29 1729 1839 3568
30-34 1706 1899 3605
35-39 2013 1909 3922
40-44 1991 1847 3838
45-49 1425 1245 2670
50-54 1071 1079 2150
55-59 790 790 1580
60-64 585 617 1202
65-69 375 441 816
70-74 244 286 532
75- keatas 202 246 448
20.899 20.373 41.272
30
No. Keterangan
Kelompok Umur
( tahun ) Jumlah
1 Bayi 0-12 bulan 2400
2 Usia balita 13-60 bulan 2044
3 Usia sekolah 5-20 tahun 13629
4 Usia lanjut >60tahun 2998
5 Wanita Usia Subur 15-49 tahun 24298
6 Pasangan Usia Subur 4701
IV.2.4 TARGET KESEHATAN
31
IV.3 SUMBER DAYA KESEHATAN YANG ADA DI PUSKESMAS KEBON BARU
TAHUN 2014
IV.3.1 DATA KEPEGAWAIAN
NO TENAGA KESEHATAN
GOL/ STATUS KEPEGAWAIAN
PNS HONORER
1 Dokter Umum 2 / III C/ III B
2 Bidan 1 / III C
3 Perawat I / III D
4 Perawat I / II C
5 Dokter Gigi 1
6 Bidan 1
7 Perawat 1
8 Gizi 1
9 Asisten Apoteker 1
10 Tata Usaha 1
11 Loket 1
12 Cleaning Service 1
13 Penjaga Malam 1
JUMLAH 5 9
IV.4 SARANA PELAYANAN KESEHATAN
Puskesmas Kelurahan : 1
Bidan Swasta : 8
Praktek dokter umum : 9
Praktek dokter gigi : 2
Balai pengobatan swasta : 8
32
Apotik : 1
Posyandu : 20
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru memiliki prasarana terdiri dari :
a. Luas tanah : 207m2
b. Luas bangunan : 116m2
No. Keterangan Jumlah
1 Daya Listrik 7700 watt
2 PAM dan Jet PAM 1 unit
3 Telepon 1 unit
4 Komputer 3 unit
5 Printer 2 unit
6 Sepeda motor 1 unit
33
IV.5 PREVALENSI KASUS DBD DI KELURAHAN KEBON BARU PERIODE
FEBRUARI – APRIL 2015
Bulan
RW
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Jumlah
Februari 1 1 1 3Maret 3 2 1 1 1 8April 3 2 1 1 2 9Total 6 3 1 3 2 2 3
IV.6 TABEL DISTRIBUSI ABJ DI RW KELURAHAN KEBON BARU PERIODE
FEBUARI – APRIL 2015
RW 01 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 96.52 96.47 95.6tidak ada 288.59 96.19667
Maret 96.
87 96.
28 97.55 96.75 387.45 96.8625
April 97.13 97.12 97.75tidak ada 292 97.33333
rata-rata 96.7975
RW02 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 95.6 94.46 95.56 94.48 380.1 95.025Maret 94.48 95.3 95.42 94.79 379.99 94.9975
April 95.43 96.3 95.33tidak ada 287.06 95.68667
rata-rata 95.23639
34
RW03 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 0 96.1tidak ada 98.79 194.89 97.445
Maret 0 95.75 97.17tidak ada 192.92 96.46
Apriltidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Rata-rata 96.9525
RW04 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 98.35 98.83 98.56 98.79 394.53 98.6325Maret 98.33 98.59 98.51 98.51 393.94 98.485
April 99.41 97.79tidak ada
tidak ada 197.2 98.6
Rata-rata 98.5725
RW05 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 100 100 100 100 100 100Maret 100 100 100 100 100 100
April 100 100tidak ada
tidak ada 100
Rata-rata 100
RW06 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 99.28 99.74 99.48 99.75 398.25 99.5625Maret 100 99.5 99.48 99.48 398.46 99.615
April 100 99.74 97.49tidak ada 297.23 99.07667
99.41806
35
RW07 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 98.94 99.37 99.79 99.58 397.68 99.42Maret 99.36 99.36 99.55 99.79 398.06 99.515
April 99.79 99.37 99.79tidak ada 298.95 99.65
Rata-rata 99.52833
RW08 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 98.53 97.68 98.53 98.28 393.02 98.255Maret 97.02 98.82 98.53 98.19 392.56 98.14
April 100 98.36 98.23tidak ada 296.59 98.86333
Rata-rata 98.41944
RW09 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 97.63 97.7 97.13 97.71 390.17 97.5425Maret 97.12 97.14 97.13 96.77 388.16 97.04
April 96.84 98.58 96.84tidak ada 292.26 97.42
Rata-rata 97.33417
RW10 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuaritidak ada
tidak ada 100 100 200 100
Maret 100 100 98.81 100 398.81 99.7025
April 99.45 100 100tidak ada 299.45 99.81667
Rata-rata 99.83972
36
RW11 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 97.11 97.91 93.44 96.34 384.8 96.2Maret 97.91 97.4 97.92 96.86 390.09 97.5225
Apriltidak ada
tidak ada 96.81
tidak ada 96.81 96.81
Rata-rata 96.84417
RW12 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuaritidak ada 98.85 99.05 96.78 294.68 98.22667
Maret 99.31 99.08 99.25 99.31 396.95 99.2375
April 99.54 99.77 99.6tidak ada 298.91 99.63667
Rata-rata 99.03361
RW13 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 98.14 97.35tidak ada 96.78 292.27 97.42333
Maret 97.04 98.71 96.24 97.16 389.15 97.2875
April 95.64 97.39 96.66tidak ada 289.69 96.56333
Rata-rata 97.09139
37
RW14 ABJ PSN
Bulan 1 2 3 4ABJ total
ABJ rata2
Febuari 99.41 97.8 99.42 98.87 395.5 98.875Maret 98.87 97.19 99.71 99.19 394.96 98.74
Apriltidak ada 99.15 98.57
tidak ada 197.72 98.86
Rata-rata 98.825
IV.7 TABEL DISTRIBUSI NILAI HI DI RW KELURAHAN KEBON BARU
PERIODE FEBUARI – APRIL 2015
RW 01 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI total
Febuari 3.50% 3.54% 4.43%tidak ada 11.47%
Maret 3.10% 3.71% 2.46% 3.25% 12.52%
April 2.87% 2.89% 2.26%tidak ada 8.02%
10.67%
RW 02 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 4.40% 5.60% 4.49% 5% 19.49%Maret 5.63% 4.74% 4.60% 5.20% 20.17%
April 4.60% 3.71% 4.72%tidak ada 13.03%
17.56%
38
RW 04 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 1.65% 1.17% 1.44% 1.20% 5.46%Maret 1.67% 1.40% 1.49% 1.30% 5.86%
April 0.59% 2.22%tidak ada
tidak ada 2.81%
4.71%
RW 05 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 0 0 0 0 0.00%Maret 0 0 0 0.40% 0.40%
Apriltidak ada 0 0
tidak ada 0.00%
0.13%
RW 06 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 0.72% 0.25% 0.51% 0.25% 1.73%Maret 0 0.49% 0.52% 0.51% 1.52%
April 0 0.26% 0.25%tidak ada 0.51%
1.25%
RW 07 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 1.07% 0.64% 0.21% 0.42% 2.34%Maret 0.64% 0.64% 0.45% 0.21% 1.94%
April 0.21% 0.64% 0.21%tidak ada 1.06%
1.78%
39
RW 08 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 1.40% 2.31% 1.49% 1.70% 6.90%Maret 2.38% 1.18% 1.47% 3.57% 8.60%
April 0 1.65% 0tidak ada 1.65%
5.72%
RW 09 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 2.36% 2.29% 2.87% 2.29% 9.81%Maret 2.88% 2.85% 2.89% 3.22% 11.84%
April 2.29% 1.42% 3.17%tidak ada 6.88%
9.51%
RW 10 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI total
Febuaritidak ada
tidak ada 0 0 0.00%
Maret 0.00% 0 0.18% 0 0.18%
April 0.54% 0 0tidak ada 0.54%
0.24%
RW 11 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 2.88% 2.09% 6.20% 3.60% 14.77%Maret 2.08% 2.60% 2.08% 3.14% 9.90%
April 3.64% 2.61% 3.39%tidak ada 9.64%
11.44%
40
RW 12 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI total
Febuaritidak ada 1.19% 0.98% 3.40% 5.57%
Maret 0.47% 0.95% 0.77% 0.71% 2.90%
April 4.77% 0.24% 0tidak ada 5.01%
4.49%
RW 13 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI total
Febuari 1.86% 2.64%tidak ada 3.20% 7.70%
Maret 2.76% 1.28% 3.76% 2.84% 10.64%
April 4.35% 2.61% 3.34%tidak ada 10.30%
9.55%
RW 14 HI PSN Bulan 1 2 3 4 HI totalFebuari 0 2.56% 0.31% 0.92% 3.79%Maret 0.94% 2.76% 0.32% 0.60% 4.62%
Apriltidak ada 0.94% 1.28%
tidak ada 2.22%
3.54%
41
IV.8 TABEL PERBANDINGAN ANGKA ABJ DENGAN JUMLAH INSIDEN DBD
DI RW KELURAHAN KEBON BARU PERIODE FEBUARI – APRIL 2015
RWABJ rata2
Insiden DBD
1 96.8 62 95.24 33 96.95 04 98.57 15 100 06 99.42 37 99.53 28 98.42 09 97.33 0
10 99.84 211 96.84 012 99.03 313 97.09 014 98.83 0
IV.9 TABEL PERBANDINGAN ANGKA HI DENGAN JUMLAH INSIDEN DBD DI RW KELURAHAN
KEBON BARU PERIODE FEBUARI – APRIL 2015
RW HIInsiden DBD
1 10.67% 62 17.56% 33 5.38% 04 4.71% 15 0.13% 06 1.25% 37 1.78% 28 5.72% 09 9.51% 0
10 0.24% 211 11.44% 012 4.49% 313 9.55% 014 3.54% 0
IV.10 HASIL DARI UJI KORELASI ANTARA NILAI ABJ DAN FREKUENSI DBD
42
Correlations
ABJInsiden_DB
D
ABJ Pearson Correlation
1 -.105
Sig. (2-tailed) .722
N 14 14
Insiden_DBD
Pearson Correlation
-.105 1
Sig. (2-tailed) .722
N 14 14
Hasil menyatakan bahwa P > 0.05 dan maka hipotesa awal diterima yaitu ABJ tidak
berhubungan dengan frekuensi DBD
IV.11 HASIL DARI UJI KORELASI ANTARA NILAI ABJ DAN FREKUENSI DBD
Correlations
Insiden_DBD HI
Insiden_DBD
Pearson Correlation
1 .166
Sig. (2-tailed) .570
N 14 14
HI Pearson Correlation
.166 1
Sig. (2-tailed) .570
N 14 14
Hasil menyatakan bahwa P > 0.05 dan maka hipotesa awal diterima yaitu HI tidak
berhubungan dengan frekuensi DBD
BAB V
43
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 14 RW, distribusi frekuensi DBD
di kelurahan Kebon Baru adalah sebagai berikut RW 1 menduduki peringkat tertinggi yaitu
jumlah 7 kasus, diikuti oleh RW 2,6,7,10,12 dengan 3 kasus, RW 4 dengan 1 kasus dan
sisanya tidak ada. Pada laporan rekapitulasi PSN didapatkan bahwa banyak RW yang tidak
melaporkan hasil PSNnya, RW yang terbanyak tidak melaporkan hasil PSN adalah RW 3
yaitu sebanyak 7 kali,diikuti oleh RW 13 sebanyak 3 kali, lalu RW 10 sebanyak 2 kali dan
RW 1,4,5,12,14 sebanyak 1 kali.
Dari data penelitian didapatkan ABJ rata-rata dari setiap RW, ABJ adalah persentase
rumah dan atau tempat umum yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik. Angka
bebas jentik ini diperoleh dari survey jentik yang biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui
program dari departemen kesehatannya. Kegiatan PSN di Kebon Baru dilakukan oleh kader
jumantik, petugas kesehatan puskesmas kelurahan kebon baru, dan petugas dari Kelurahan
Kebon Baru. Dari angka ABJ yang didapatkan saat PSN, angka ABJ dikatakan baik apabila
>95%. Didapatkan pada RW 02 beberapa nilai ABJ yang dibawah 95% sebanyak 3 kali dan
pada RW 11 sebanyak 1 kali. RW 1 memiliki angka ABJ rata-rata 96.79% dan memiliki
insiden DBD sebanyak 6 kali,RW 02 memiliki angka ABJ rata – rata 95,23% dan meiliki
insiden DBD sebanyak 3 kali, RW 06 memiliki angka ABJ sebesar 99,41% dan memiliki
insiden DBD sebanyak 3 kali, RW 07 memiliki angka ABJ sebesar 99,52% dan memiliki
insiden DBD sebanyak 3 kali, RW 10 memiliki angka ABJ sebesar 99.83% dan memiliki
insiden DBD sebanyak 3 kali, RW 12 memiliki angka ABJ sebsar 99,03% dan memiliki
insiden DBD sebanyak 3 kali, walaupun di Kebon Baru tidak ada insiden DBD yang
berakibat fatal pagi penduduk setempat, namun hal ini merupakan ancaman nyata yang
terjadi sehari-hari. Dari hasil uji korelasi Pearson didapatkan bahwa p-value dari hubungan
44
ABJ dengan jumlah insiden DBD di kelurahan Kebon Baru adalah 0,722 ,dengan ini
didapatkan bahwa hipotesa null dari hubungan antara ABJ dengan frekuensi DBD di
Kelurahan Kebon Baru diterima.
Salah satu cara untuk melihat kepadatan jentik di suatu daerah adalah dengan melihat
nilai HI (House Index), HI didapatkan dari jumlah rumah yang positif jentik dibagi total
rumah yang diperiksa.Nilai HI diintrepetasikan menurut table WHO1972 untuk menilai
kepadatan jentik disuatu daerah atau DF (Density Figure). Dari data penelitian didapatkan
bahwa nilai HI RW rata-rata di kelurahan Kebon Baru terdapat pada RW 2, 11, 1,13, dan 9.
Nilai HI ini tergolongkan sebagai kepadatan sedang. RW yang lain terdapat pada kepadatan
rendah. Setelah dilakukan uji data dengan menggunakan metode korelasi Pearson,
didapatkan nilai p-value sebesar 0.5, dengan ini didapatkan bahwa hipotesa bahwa tidak ada
hubungannya antara HI di kelurahan Kebon Baru dengan frekuensi insiden kasus DBD tidak
meiliki hubungan yang signifikan.
Salah satu kelemahan dari studi ini adalah ketergantungan hasil yang didapatkan oleh
jumantik PSN, sedangkan banyak RW di kelurahan Kebon Baru yang tidak melaporkan hasil
PSN kepada kelurahan. Laporan yang tidak ada inilah yang membuat hasilpun menjadi hal
yang bermasalah.
45
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian ini maka:
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai ABJ dari RW dengan
frekuensi DBD Kelurahan Kebon Baru periode bulan Febuari – April 2015
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai HI dari RW dengan
frekuensi DBD Kelurahan Kebon Baru periode bulan Febuari – April 2015
VI.2 SARAN
VI.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
- Pengetahuan mengenai 3M perlu ditingkatkan bagi masyarakat Kelurahan
Kebon Baru
- Perlunya ditingkatkan motivasi dalam kegiatan PSN bersama, misalnya
diadakan suatu penghargaan (reward) bagi yang menemukan jentik terbanyak
- Perlunya dibuat pusat penyelidikan entomologi untuk mengetahui usia larva
dan saat nyamuk bertelur
- Perlunya perubahan pendekatan atau cara baru dalam penanganan terhadap
kasus DBD di Jakarta ( early diagnosis dan prompt treatment )
VI.2.2 Bagi Masyarakat Kebon Baru
- Perlunya dibangun kesadaran bagi masyarakat untuk selalu melakukan 3M.
- Diadakannya perlombaan mengenai ide-ide pencegahan DBD di wilayah
Kelurahan Kebon Baru
- Perlunya kerjasama antar RW yang lebih aktif dalam melakukan PSN
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal P2PL DepKes RI. Informasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2012.
2. Sukowati, Supratman. 2010. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia. Jakarta : Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
3. World Health Organization. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. New edition. Geneva. 2009.
4. Achmadi U.F.(2008): Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah: Penerbit UI Press, Jakarta.
5. Aditama, TY. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011.
6. Infodatin. 2013. Situasi Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
7. CDC,2014. Mosquito life’s cycle. National Center for Emerging and Zoonotic Infectious Disease
8. Suwandono et al. (2007.) Dengue Virus epidemiology in major cities of Indonesia; presented at Seminar on Management of Dengue Outbreaks; University of Indonesia; Jakarta; November 22
9. Anies.2006. Manajemen Berbasis Lingkungan, Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyaki Menular. Jakarta: Elex Media Komputindo
47