daun beluntas

4
Daun beluntas menurut hasil penelitian mempunyai fungsi antibakteri dan antioksidan serta berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengawet makanan dan obat. Beluntas (Pluchea indica L.), nama tumbuhan ini mungkin jarang kita dengar. Tapi, sebetulnya bentuk tanaman ini tidak seasing namanya. Jika kita perhatikan dengan seksama, hampir dapat dipastikan orang akan langsung mengenalnya sebagai tanaman yang sering terdapat di halaman rumah, karena sering digunakan sebagai tanaman pagar. Beluntas merupakan tanaman perdu tegak, berkayu, bercabang banyak, dengan tinggi bisa mencapai dua meter. Daun tunggal, bulat bentuk telur, ujung runcing, berbulu halus, daun muda berwarna hijau kekuningan dan setelah tua berwarna hijau pucat serta panjang daun 3,8-6,4 cm. Tumbuh liar di tanah dengan kelembaban tinggi; di beberapa tempat di wilayah Jawa Barat tanaman ini digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas antar guludan di perkebunan. Beberapa daerah di Indonesia menyebut nama beluntas dengan nama yang berbeda seperti baluntas (Madura), Luntas (Jawa Tengah), dan Lamutasa (Makasar). Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare. Daun beluntas yang telah direbus sangat baik untuk mengobati sakit kulit. Disamping itu daun beluntas juga sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan. Adanya informasi secara tradisional dari masyarakat yang telah lama memanfaatkan daun beluntas sebagai salah satu tanaman obat mendorong para peneliti untuk mengadakan berbagai penelitian guna membuktikan khasiatnya secara ilmiah. Pada tulisan ini akan dicoba pemaparan dua penelitian pemanfatan daun beluntas dalam bentuk ekstrak sebagai komponen antibakteri (Ardiansyah, 2002) dan minyak atsiri sebagai zat antioksidan (Paini Sri Widyawati 2005). Daun beluntas sebagai ekstrak antibakteri

Upload: ayuaryani

Post on 24-Jul-2015

29 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: daun beluntas

Daun beluntas menurut hasil penelitian mempunyai fungsi antibakteri dan

antioksidan serta berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengawet makanan dan

obat.

Beluntas (Pluchea indica L.), nama tumbuhan ini mungkin jarang kita dengar. Tapi,

sebetulnya bentuk tanaman ini tidak seasing namanya. Jika kita perhatikan dengan

seksama, hampir dapat dipastikan orang akan langsung mengenalnya sebagai

tanaman yang sering terdapat di halaman rumah, karena sering digunakan sebagai

tanaman pagar. 

Beluntas merupakan tanaman perdu tegak, berkayu, bercabang banyak, dengan

tinggi bisa mencapai dua meter. Daun tunggal, bulat bentuk telur, ujung runcing,

berbulu halus, daun muda berwarna hijau kekuningan dan setelah tua berwarna

hijau pucat serta panjang daun 3,8-6,4 cm. Tumbuh liar di tanah dengan

kelembaban tinggi; di beberapa tempat di wilayah Jawa Barat tanaman ini

digunakan sebagai tanaman pagar dan pembatas antar guludan di perkebunan.

Beberapa daerah di Indonesia menyebut nama beluntas dengan nama yang

berbeda seperti baluntas (Madura), Luntas (Jawa Tengah), dan Lamutasa (Makasar).

Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obat untuk menghilangkan bau

badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare. Daun beluntas yang telah

direbus sangat baik untuk mengobati sakit kulit. Disamping itu daun beluntas juga

sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan. 

Adanya informasi secara tradisional dari masyarakat yang telah lama

memanfaatkan daun beluntas sebagai salah satu tanaman obat mendorong para

peneliti untuk mengadakan berbagai penelitian guna membuktikan khasiatnya

secara ilmiah. Pada tulisan ini akan dicoba pemaparan dua penelitian pemanfatan

daun beluntas dalam bentuk ekstrak sebagai komponen antibakteri (Ardiansyah,

2002) dan minyak atsiri sebagai zat antioksidan (Paini Sri Widyawati 2005). 

Daun beluntas sebagai ekstrak antibakteri

Untuk mendapatkan ekstrak daun beluntas harus dikeringkan, selanjutnya

dilakukan ekstraksi. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut heksan, residu yang

dihasilkan diekstrak kembali dengan pelarut etanol untuk mendapatkan ekstrak

Page 2: daun beluntas

polar defatted dengan metode refluk. Selain itu dilakukan ekstraksi langsung

menggunakan pelarut etanol untuk mendapatkan ekstrak polar non

defatted menggunakan metode yang sama Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak

dilakukan terhadap bakteri-bakteri dari kelompok patogen penyebab keracunan

makanan sepertiEscherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus

aureus, dan Bacillus cereus. Selain itu E. coli merupakan bakteri penyebab infeksi

saluran pencernaan, sedangkan S. aureus merupakan bakteri penyebab impetigo

(pembengkakan pada lapisan epidermis kulit), furuncle (radang di jaringan sub

kutan), dan carbuncle (peradangan yang meluas dan mengenai folikel rambut). Dari

kelompok bakteri penyebab kebusukan makanan adalahPseudomonas fluorescens.

Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumur; adanya zona

bening disekitar sumur menunjukkan aktivitas antibakteri. Davis Stout

mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut:

daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10 – 20

mm (kuat), 5 -10 mm (sedang), dan daerah hambatan 5 mm atau kurang (lemah).

Tabel 1. Aktivitas antimikroba ekstrak daun beluntas*

Bakteri ( Ekstrak Nondefatted ) ( Ekstrak Defatted )

Escherichia coli ( 8,5 +/- 0.5 ) ( 7,0 +/- 0.4 )

Salmonella typhi ( 10,2 +/- 0.4 ) ( 8,2 +/- 0.5 )

Staphylococcus aureus ( 9,1 +/- 1.0 ) ( 7,1 +/- 0.6 )

Bacillus cereus ( 8,4 +/- 0.7 ) ( 6,5 +/- 0.3 )

Pseudomonas fluorescen ( 6,3 +/- 0.3 ) ( 5.5+/- 0.3 )

* mean +/- SE

Pada Tabel di atas terlihat bahwa ekstrak nondefatted menunjukkan aktivitas

penghambatan lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak defatted. Jika data pada

tabel dikaitkan dengan ketentuan kekuatan antibakteri yang dikemukakan oleh

Stout, maka kekuatan antibakteri yang terkandung dalam ekstrak daun beluntas

masuk dalam kategori “sedang” (masuk dalam kisaran 5-10 mm). Meskipun

kekuatan antibakteri dalam kategori sedang, dapat dipahami bila daun beluntas

berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit yang diakibatkan infeksi bakteri.

Daun beluntas sebagai zat antioksidan

Page 3: daun beluntas

Penelitian yang dilakukan oleh Paini Sri Widyawati (2005) mencoba meneliti

aktivitas antioksidan dari daun beluntas. Daun beluntas diekstrak menggunakan

etanol dengan metode soxhlet dan air pada metode hidrodistilasi. Selanjutnya

masing-masing ekstrak, baik dari metode soxhlet maupun hidrodistilasi diuji

kemampuan radical scavenging activityDPPH (2,2-diphenil-1- picrylhydrazil radical),

yaitu antioksidan dalam ekstrak dan minyak atsiri daun beluntas akan bereaksi

DPPH dan mengubahnya menjadi alfa,alfa-diphenyl-beta-picrylhydrazine. Perubahan

serapan yang dihasilkan oleh reaksi ini menjadi ukuran kemampuan antioksidan

dari daun beluntas. Sebagai pembanding digunakan TBHQ (tertier butil hidroquinon)

dan υ-karoten yang secara umum telah digunakan sebagai aktioksidan komersial.

Hasil yang diperoleh menunjukkan kemampuannya secara berturutan sebagai

berikut beta-karoten > minyak atsiri beluntas > ekstrak beluntas > TBHQ. Dari data

ini dapat dikatakan bahwa daun beluntas memiliki potensi sebagai antioksidan

alami dan dapat menggantikan kedudukan TBHQ dan beta-karoten sebagai

antioksidan. 

Potensi aplikasi daun beluntas sebagai pengawet makanan dan obat 

Penggunanan senyawa antimikroba/antibakteri yang berfungsi sebagai bahan

pengawet, juga antioksidan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya reaksi

oksidasi sehingga mencegah produk makanan dari kerusakan karena terpapar oleh

udara dan cahaya, selama ini sebagian besar berasal dari bahan-bahan kimia

sintetik. Berdasarkan penelitian bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan dampak

negatif terhadap kesehatan. Sebagai alternatif pemecahannya dapat digunakan

bahan-bahan alami yang mempunyai kelebihan karena lebih aman untuk

dikonsumsi. 

Dari data-data seperti disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa daun beluntas

mempunyai potensi unutk dikembangkan sebagai ekstrak yang berfungsi sebagai

pengawet makanan, karena kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri-

bakteri penyebab keracunan makanan dan bakteri penyebab kerusakan makanan.

Disamping itu juga kemampuannya sebagai radical scavenging activity dapat

digunakan sebagai senyawa antioksidan.

Page 4: daun beluntas

Selain itu juga potensi daun beluntas dapat digunakan juga sebagai obat radang

(inflamasi) dan obat diare karena kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan

bakteri S. aureus dan E. coli.