data & analisa dan yang berarti hidup dan tulis. sehingga...
TRANSCRIPT
3
BAB 2
DATA & ANALISA
2.1 Pengertian Biografi
Pengertian biografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bi.o.gra.fi [n]
riwayat hidup (seseorang) yg ditulis oleh orang lain. Biografi sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu bios dan graphien yang berarti hidup dan tulis. Sehingga dapat diartikan
sebagai kisah riwayat hidup seseorang.
Biografi dapat memuat, menganalisa dan menerangkan fakta-fakta dari
kehidupan seseorang dan peran pentingnya. Biografi dapat bercerita tentang tokoh
sejarah ataupun tokoh yang masih hidup, orang terkenal ataupun orang yang tidak
terkenal. Kebanyakan biografi ditulis secara kronologis, dan dibagi kepada beberapa
bagian. Adapula beberapa biografi yang hanya berfokus kepada bagian-bagian atau
pencapaian-pencapaian tertentu.
2.2 Pengertian sejarah
2.2.1 Pengertian Etimologis (Lughawi)
4
Istilah sejarah dalam bahasa arab dikenal dengan tarikh, dari akar kata arrakha
(a-r-kh),yang berarti menulis atau mencatat; dan catatan tentang waktu serta peristiwa.
Akan tetapi, istilah tersebut tidak serta merta hanya berasal dari kata ini. Malah ada
pendapat bahwa istilah sejarah itu berasaldari istilah bahasa Arab syajarah, yang berarti
pohon atau silsilah.
Makna silsilah ini lebih tertuju pada makna padanan tarikh tadi; termasuk
kemudian dengan padanan pengertian babad, mitos, legenda dan seterusnya Syajara
berarti terjadi, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah.
Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat
ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Oleh
karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan
cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodesasi.
2.2.2 Pengertian Terminologis (Istilahi)
Istilah sejarah, dalam pengertian terminologis atau istilahi, juga memiliki
beberapa variasi redaksi. R.G. Collingwood, misalnya mendefinisikan sejarah dengan
ungkapan history is the history of thought (Sejarah adalah sejarah pemikiran), history is
a kind of research or inquiry (Sejarah adalah sejenis penelitian atau penyelidikan). Pada
kesempatan lain, Collingwood memaknakan sejarah (dalam artian penulisan sejarah atau
historiografi), seperti membangun dunia fantasi (are peaple who bulid up a fantasy-
word).
5
Hegel berpendapat, bahwa sejarah terbagi menjadi sejarah asli, sejarah reflektif,
dan sejarah filsafati. Pertama sejarah asli, yang memaparkan sebagian besar terbatas
pada perbuatan, peristiwa dan keadaan masyarakat yang ditemukan di hadapan mereka.
Kedua sejarah reflektif, adalah sejarah yang cara penyajiannya tidak dibatasi oleh waktu
yang dengannya penulis sejarah berhubungan. Ketiga sejarah filsafati. Jenis ini tidak
menggunakan sarana apapun kecuali pertimbangan pemikiran terhadapnya.
Menurut sejarawan Sartono Kartodidjo, sejarah dapat dibedakan dalam tiga jenis,
yaitu sejarah mentalitas (mentalited history), sejarah sosial (sosiological history), dan
sejarah struktural (structural history). Akan Tetapi pada perkembangan penulisan
sejarah masa kini berkembang menjadi tiga jalur : (1) perkembangan sejarah politik
yang dominan, (2) perkembangan sejarah sebagai biografi, dan (3) teori sejarah orang
besar.
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yaitu merekonstruksi apa saja yang sudah
dipikirkan, dikejakan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh orang. Namun, perlu
ditegaskan bahwa membangun kembali masa lalu bukan untuk kepentingan masa lalu itu
sendiri Sejarah mempunyai kepentingan masa kini dan, bahkan, untuk masa akan
datang. Oleh kerenanya, orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya.
Kenyataannya, sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan disepanjang waktu.
Hal ini, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu.
2.3 Latar Belakang Riwayat Raden Mas Said
6
Raden Mas Said dilahirkan di keraton Kartosuro pada hari Minggu legi tanggal 4
Ruwah tahun Jimakir 1650, windu Adiwuku Warigagung atau tanggal 7 April 1725.
Ayahnya bernama Kanjeng Pangeran Arya Mangkunagoro yang dibuang oleh Belanda
ke Srilanka (Ceylon). Ibunya bernama. R.A Wulan, putri Pangeran Blitar.
Seorang penulis Belanda, De Jange menyebutkan bahwa pembuangan terhadap R.A
Mangkunagoro disebabkan oleh fitnah yang dikarang oleh Kanjeng Ratu dan Patih
Danurejo, dua orang wali raja (karena raja masih berumur 16 tahun).. Dalam fitnah itu
dikatakan bahwa ia berzinah dengan seorang selir Paku Buwono II, yakni Mas Ayu
Larasati. Pada mulanya ia dijatuhi hukuman mati, namun kemudian diubah menjadi
hukuman buang. Peristiwa itu terjadi ketika R.M Said berumur dua tahun.
Dalam masa kecil sebenarnya ia sudah diintai bahaya. Patih Danurejo yang
sangat pro Belanda, berusaha melenyapkan anak kecil ini. Dikhawatirkan R.M Said
kelak akan mengetahui rahasia pembuangan ayahnya dan karena itu akan membalas
dendam. Rencana Patih Danurejo dihalangi oleh seorang tokoh lain.
Sejak ditinggalkan oleh ayah dan ibunya, R.M Said bersama dengan dua orang
adiknya, R.M Ambiya dan R.M Sabar, hidup dalam suasana kemelaratan dan hampir
tersisih dari kehidupan keluarga Istana. Tidak tampak tanda-tanda bahwa mereka adalah
putra dari calon raja. Disebabkan oleh kehidupan yang demikian, R.M Said merasa lebih
dekat dengan rakyat kecil ia terbiasa bermain-main dan bercanda dengan anak-anak abdi
dalem yang sebaya dengannya. namun tetapi karena mereka mengetahui siapa
sebenarnya R.M Said maka mereka tetap menaruh hormat padanya.
7
Bukanlah hal yang aneh apabila R.M Said dan adik-adiknya tidur bernama
teman-teman mereka di kandang kuda. Salah satu teman akrabnya ialah R. Sutawijaya.
III, cucu Patih Danurejo atau anak dari Raden Tumenggung Wirasuta. Raden Sutawijaya
kelak terkenal dengan nama R. Ngabehi Rangga Panambang.
Persahabatan yang dibina dimasa kecil itu berlanjut sampai masa dewasa, sampai
saatnya mereka bersama-sama melancarkan perlawanan menentang kekuasaan Belanda.
Teman masa kecil lainnya kelak juga berjuang bersama. R.M Said ialah Suradiwangsa,
berasal dari Nglaroh. Bahkan Suradiwangsa diangkat menjadi Patih dengan gelar Kyai
Patih Ngabehi Kudanawarsa.
Menjelang usia 14 tahun, atas kehendak Pakubuwana. II, R.M Said diangkat
menjadi Mantri Gandek Keraton Kartosura . dengan riama R.M Ng. Suryokusumo.
Untuk jabatan ia memperoleh tanah lungguh seluas 50 jung. Adik-adiknya R. Ambiya
bergelar R.M Ng. Martokusumo dan R.M Sabar bergelar R.M Ng. Wirokusumo. Mereka
mendapat tanah lungguh masing-masing seluas 25 jung. Semua tanah kakak beradik ini
terletak di daerah Ngawen, Gunung Kidul.
2.4 Sosok Raden Mas Said dan Penggambarannya
Sosok Raden Mas Said adalah sosok yang misterius, tidak pernah digambar
sehingga tak ada lukisan yang merekam sosoknya. Bila memasuki ndalem
Mangkunegaran, pengunjung bisa melihat foto-foto silsilah raja-raja Mangkunegara. Di
posisi paling atas sendiri, yakni posisi Mangkunegara I, profil gambarnya-digantikan
dengan lambang kerajaan.
8
Menurut budayawan M.T. Arifin, sosok Mangkunegara I memang tidak boleh
dibuatkan gambar karena pengaruh dari mertuanya, Kiai Kasan Nuriman yang
mempunyai keyakinan kuat pembuatan gambar itu haram. Berdasarkan cerita lisan, M.T.
Arifin bisa melukiskan sosok Mangkunegara I. "Dia memiliki perawakan gagah,
tubuhnya tidak terlalu tinggi. Wajahnya tampan tetapi pipinya agak sedikit bopeng
karena bekas terkena cacar," ujarnya.
Yosodipura, pujangga Keraton Solo, pernah mendeskripsikan sosok
Mangkunegara I. Menurut dia, tubuh Mangkunegara I kecil, tak ubahnya anak-anak, tapi
sorotnya tajam memancarkan semangat menyala-menyala. Melihat potongan tubuhnya,
Nicolas Hartingh, penguasa Belanda, kaget. Sebagaimana digambarkan Yosodipura,
Nicolas menyaksikan bahwa pemberontak yang selama ini merepotkannya ternyata
perawakannya kecil, dan pendek.
2.5 Perjuangan Raden Mas Said
Menjelang R.M Said berusia 16 tahun, yakni pada tahun 1740, di Batavia
(Jakarta) terjadi pemberontakan masyarakat Cina terhadap Belanda. Pernberontakari ini
meluas sampai ke tempat-tempat lain, dan mempengaruhi sikap rakyat Mataram. Mereka
bersiap-siap untuk melancarkan pemberontakan.
9
Ketika ternyata Pakubuwana II memihak Belanda, maka rakyatpun menyerbu
keraton. R.M. Said bersama adik-adiknya dan 10 orang teman mereka yang semuanya
masih berumur belasan tahun, menggabungkan diri ke dalam pasukan rakyat, turut
bertempur melawan pasukan Belanda. Pakubuwana II melarikan diri ke Ponorogo (Juni
1742). Rakyat Mataram mengangkat R.M. Garendi sebagai raja. Ketika Pakubuwana II
dengan bantuan Belanda berhasil merebut Keraton (Desember 1742), R.M. Said dan
adik-adiknya masih tinggal di keraton. Mereka menunggu perkembangan lebih lanjut,
khususnya mengenai sikap Sunan.
Sementara itu, didalam diri R.M. Said timbul kekhawatiran kalau-kalau ia dan
adik-adiknya ditangkap Belanda. Kekhawatiran itu mendorong untuk meninggalkan
keraton apalagi mereka pernah dihina oleh Patih Natakusuma. Keputusan untuk
meninggalkan Keraton mereka laksanakan pada tahun 1741. Dalam rombongan ini ikut
serta beberapa teman R.M. Said, antara lain Sutawijaya dan Wirasuta serta
Suradiwangsa. Atas saran Suradiwangsa, mereka pergi ke Nglaroh, tempat asal
Suradiwangsa.
Setelah berada di Nglaroh, R.M. Said segera melakukan persiapan-persiapan
untuk melancarkan perlawanan terhadap Belanda. Mula-mula ia mengangkat para
pejabat yang akan membantu dalam perjuangan. Umumnya mereka adalah teman-teman
yang ikut bersamanya meninggalkan Kartasura. Semua nama mereka diberi awalan Jaya,
misalnya Jayawiguna, Jayasuttirta, Jayadiputra , Jayalayengan dan lain-lain.
10
Nama R. Sutawijaya diganti menjadi R. Ngabehi Rangga Panambang. Nama
Panambang diberikan, karena Sutawijaya yang memang anak orang kaya, telah cukup
banyak menyumbang dana, Kudanawarsa dijadikan patihnya dengan gelar Kyai Ngabehi
Patih Kudanawarsa. Selama berada di Nglaroh, R.M. Said bersama-sama adik- adiknya
dan segenap punggawa-punggawanya serta rakyat dari Nglaroh melakukan latihan
perang-perangan.
Mereka menjelajahi daerah dari gunung yang satu, menuju gunung yang lainnya,
menuruni jurang lembah yang sulit dan sukar, yang kesemuanya dijadikan sebagai
medan latihan bagi pasukan R.M. Said yang kebanyakan berkuda dari daerah satu ke
daerah lainnya.Setelah persiapan dirasakan cukup, atas anjuran Patih Kudanawarsa,
R.M. Said menemui Sunan Kuning di Randulawang untuk menggabungkan diri. Dengan
cara demikian diharapkan pasukan R.M. Said akan terlatih mengenal medan tempur
yang sesungguhnya.
2.6 Beberapa Pertempuran yang menentukan
Pada hakekatnya perjuangan R.M. Said atau terkenal dengan sebutan Pangeran
Sambernyawa (Pangeran Penyebar Maut) selama 16 tahun (1740-1757), dapat dibagi 3
bagian.
11
Bagian pertama, dimulai dari masa bergabung dengan Sunan Kuning di
Randulawang, sekitar tahun 1741 - 1742, atau kurang lebih 2/3 tahun. R.M. Said
berkedudukan sebagai panglima perang dan bergelar Pangeran Prangwadana Pamot
Besur, selanjutnya pada tahun 1743 is memegang jabatan sebagai Pangeran Adipati
Mangkunegoro dalam pasukan gabungan, antara Pangeran Singasari (Prabu Jaka) dan
Adipati Sujanapura di Sukawati. Pusat pertahanan R.M. Said terletak di Majarata
Wanasemang.
Bagian kedua, sekitar tahun 1743 - 1752 (selama kira-kira 9 tahun) ia bergabung
dengan bapak mertuanya Kanjeng Pangeran Mangkubumi sebagai Patih dan panglima
perang.
Bagian ketiga, sekitar tahun 1752 - 1757 (kurang iebih selama 5 tahun) R.M.
Said berjuang mandiri melawan Belanda (VOC), Sultan Hamengkubuwana I (Pangeran
Mangkubumi) dan Susuhunan Pakubuwana III.
2.7 Daya Tempur Pasukan Raden Mas Said
Selama perlawanan yang berlangsung 16 tahun itu, R.M. Said bergerak dengan
pasukan yang kecil, tetapi memiliki daya tujuan yang kuat dan dapat bergerak cepat.
Selain itu pasukan ini mengenal dengan baik medan pertempuran. Dalam pertempuran
pasukan diperintahkan untuk menghindari papagan (vuurcontact), apabila tidak cukup
meyakinkan akan memperoleh kemenangan.
12
Taktik yang digunakan ialah mundur, menyerang dari kiri, kanan, depan,
belakang musuh secara mendadak, sehingga merupakan sergapan maut bagi musuh yang
diserang. Taktik berputar-putar kemudian menyerang dengan mendadak dari .semua
arah yang memungkinkan terhadap titik lemah lawan, dikenal dalam Pangeran
Sambernyowo dengan nama "wewelutan" (welut/ikan belut), "dedemitan" (demit
syetan), "jejemblungan" (jemblung gila, edan-edanan).
Setiap anggota pasukan intinya mempunyai daya tempur yang sangat tinggi,
pantang menyerah dan pasti mendapatkan hasil yang gemilang menimbulkan korban
yang banyak di pihak lawan. Dalam situasi apapun, andaikata terjebak mereka harus
dapat menghindar (lolos) dari musuh-musuhnya. Mereka pandai sekali menyaru atau
menyamar (camouflage) sebagai pasukan lawan, sehingga acapkali musuh tertipu, dalam
keadaan yang demikian memberikan kesempatan yang baik bagi pasukan R.M. Said
untuk menghancurkan musuhnya.
Selama perjuangan yang sangat panjang itu, eyang (neneknya) R.A. Sumanarsa,
istri (Kanjeng Ratu Bandana.), Mas Ayu Kusuma Patahati, Ampildalem (selir), serta
putra putri beliau, dan kerabat terdekat turut mendampingi R.M. Said. Mereka terlatih
duduk di atas punggung kuda, terbiasa berkuda dari gunung ke gunung, menuruni
lembah atau menyeberang sungai. Mereka mengenal baik segala hutan, juga yang dapat
dijadikan makanan (jenis ubi-ubi yang tumbuh di hutan). Karena itulah pasukan
Pangeran Sambernyawa tidak mengenal kelaparan.
13
Di daerah-daerah yang telah didudukinya, R.M Said mengangkat pejabat yang
dipercayakan menyediakan logistik untuk keperluan perang. Pertempuran-pertempuran
yang mengesankan bagi Pangeran Sambernyawa dalam kurun waktu 16 tahun tersebut,
antara lain pertempuran di sebelah selatan kota Rembang di hutan Sida kepyak, dan
pertempuran di Benteng kompeni Belanda (Yogyakarta).
Mulanya pasukan Pangeran Sambernyawa bergabung dengan pasukan Sunan
Kuning yang lalu disusul dengan bergabungnya pasukan Pangeran Singasari (Prabu
Jaka) dan Adipati Sujanapura, tetapi keadaan itu tidak bertahan lama, sebab Sunan
Kuning memutuskan bergerak ke arah timur (Pasuruhan) sedang Pangeran
Sambernyawa menginginkan bertempur di kawasan Bumi Mataram yang medannya
dikenali dengan balk.
Sembilan tahun lamanya R.M. Said berjuang bersama-sama dengan
Mangkubumi. Namun pada akhirnya mereka terpaksa berpisah karena adanya perbedaan
pendapat. R.M. Said tidak setuju dengan rencana Mangkubumi untuk berdamai dengan
Belanda. Sejak saat itu R.M. Said berjuang secara mandiri. Ia bertujuan untuk
menyatukan bumi Mataram. Dalam hal ini ia menghadapi tiga lawan sekaligus, yakni
Belanda, Sunan Surakarta dan Sultan Yogyakarta.
14
Pada awal memisahkan diri itu, terjadi pertempuran yang hebat sekali melawan
pasukan Mangkubumi di desa Ksatrian barat daya kota Ponorogo lama. Pertempuran itu
terjadi pada hari Jumat Kliwon tanggal 16 Sawal tahun Jawa 1678 (tahun 1752). Setelah
kota-kota tersebut dibakar, ia memerintahkan segenap pasukan untuk keluar dari kota.
Ponorogo, yakni di desa Ksatrian. Pangeran Mangkubumi yang pada waktu itu berada di
Bancar menerima laporan bahwasanya Madiun, Magetan dan Ponorogo telah diduduki
oleh Pasukan R.M. Said. Dengan tergesa-gesa diperintahkan seluruh pasukannya di
Bancar untuk mengejar R.M. Said yang masih diperkirakan masih berada di Ponorogo.
Setelah Pangeran Mangkubumi memasuki Ponorogo ternyata kota itu telah dibakar dan
pasukan R.M. Said sudah keluar kota, berada di desa. Ksatrian. Pangeran Mangkubumi
mengejarnya dan pada hari itu juga terjadilah pertempuran yang begitu hebat, korban
yang amat besar berjatuhan di pihak Sultan.
Kalau pertempuran di Ksatrian Ponorogo terjadi pada tahun 1752, maka 4 tahun
kemudian tepatnya pada hari Senin Pahing, tanggal 17 Suro tahun Wawu, atau tahun
Masehi 1756, terjadi pertempuran yang sangat hebat di hutan Sitakepyak, sebelah
selatan kota Rembang. Pertempuran itu mengakibatkan korban yang begitu besar di
pihak Kompeni Belanda, yakni 1 Detachement pasukan Belanda di pimpin kapten Van
der Pol dapat dihancurkan. Detachement lainnya dibawah pimpinan Kapten Beiman,
juga diporak-porandakan.
2.8 Prajurit pengikut Raden Mas Said
15
Dalam bukunya De Jonge Het bleek dat. hly het heist zou zien datJava door een
vorst bestuurd werd (de Jonge, X, 1878: 314) menceritakan, dengan para prajuritnya
yang tidak seberapa jumlahnya namun bermental jujur dan setia, Pangeran
Sambernyawa menunjukkan bahwasanya dirinya adalah seorang prajurit yang tidak
mudah dihancurkan. Dia adalah seorang pimpinan yang ahli dalam taktik menghimpun
dan menyesatkan lawan-lawannya, lagipula pasukannya terkenal dengan getak-geraknya
yang sangat cepat. Di sebuah hutan dekat kota Blora, Pangeran Sambernyowo berhasil
menghancurkan 1 detachement pasukan Kompeni, dimana komandan pasukan mati di
peperangan.
Pangeran Sambernyawa tidak mempergunakan pasukan yang besar karena
memang tidak berkemampuan demikian. Hanya pasukan yang relatif kecil
menyertainya, namun mempunyai daya tempur yang tinggi. Demikian pula pasukannya
terlatih benar-benar ahli mempergunakan segala senjata, dari senjata panjang, senjata
pendek, pistol, kelewang, tombak untuk bertempur di darat, talempak (tombak pendek)
untuk bertempur jarak pendek, panah dengan busurnya yang panjang untuk bertempur
diatas punggung kuda, keris Bali untuk bertempur dalam jarak pendek didarat maupun di
atas punggung kuda.
Semua senjata didapat dan bandangan (rampasan) musuh-musuhnya, khususnya
dari pasukan Belanda, demikian pula obat dan mesiunya. Kecuali itu Pasukan
Sambernyowo memang berkemampuan untuk membuat peluru sendiri (kogel).
16
Kenekatan Pangeran Sambernyowo dengan pasukannya dalam pertempuran
cukup menggegerkan pihak lawan, seperti dikutip dari sejarawan Louw "Berulangkali
pasukan Pangeran Sambernyowo dapat dipukul dan dicerai-beraikan, berkali-kali pula
bangun kembali dan lebih perkasa, dikarenakan rakyat mendukung perjuangannya
melawan kompeni Belanda, datang berduyun-duyun membantu bagi pada sang
Pangeran".
Kesuksesan di medan laga, memang bertumpu pada keyakinan perjuangannya
untuk mengusir Belanda Mengingat kejadian-kejadian yang terdahulu semasa di
Kartasuro dan selama Pangeran Sambernyowo bergabung dengan pasukan-pasukan
lainnya, yang terakhir dengan Pangeran Mangkubumi. Ketika ia berjuang mandiri (tahun
1752-1757), bulatlah sudah rasa persatuan antara pimpinan dan yang dipimpin (kawula
gusti), dalam bertindak.
Tidak pernah Pangeran Sambernyowo bertindak memutuskan suatu siasat perang
(gelar) sendiri, tetapi selalu dikajinya terlebih dahulu dengan Patih Kudanawarsa,
dengan adik-adiknya dan para pejabat lain. Suatu hal yang sangat terpuji ialah semua
punggawa maupun patihnya sendiri bebas mengemukakan pendapatnya dalam
rnenghadapi musuh, apakah patut dihadapi langsung (papakan), mundur, untuk
berputar-putar akhirnya menyerang musuh dari depan, belakang, kiri, kanan
menyamping.
17
Pangeran Sambernyowo memimpin penyerbuan, penghadangan, pendadakan
(serangan tak terduga) dengan suatu kayakinan yang bertumpu pada kekuasaan Tuhan
Yang Maha. Esa, dan percaya kepada kekuatan lahir dan batin pasukannya. Dengan
kata-kata yang melengking bergemuruh di atas punggung kuda masing-masing mereka
berseru "Allahu Akbar! biarlah mati dalam perang sabil, mereka maju bagaikan Harimau
lapar menerjang musuh-musuhnya.
Sejak meninggalkan Kartasura, R.M. Said dan taman-temannya sudah berikrar
bersama-sama. Setelah berperang melawan Belanda didengungkan slogan juangnya
"TIJI - TIBEH" atau mati siji mati kabeh. Sebaliknya dapat juga berarti Mukti Siji
Mukti Kabeh, yang berarti kalau satu mati, matilah semaunya, dan kalau satu bahagia,
semaunyapun akan bahagia. Slogan tersebutlah yang mengikat tali batin antara Gusti
(pimpinan) dan kawula (rakyat). Mereka luluh menjadi satu dalam Rata dan perbautan,
maju dalam langkah dan derap yang serasi.
Kepemimpinan dan kecerdasan R.M. Said tergambar dalam pelarian di hutan
Sitakepyak, suatu hutan yang rapat dengan jajaran pohon-pohon jati yang besar-besar
dan didiami oleh banyak binatang buas. Suatu medan yang sulit bagi lawan,namun hutan
tersebut sangat akrab dengan Pangeran Sambernyowo dan semua prajuritnya. Siasat
yang direntangkan merupakan killing ground bagi detasemen Belanda pimpinan Kapten
Van der Pol, dan detasemen pimpinan Kapten Beiman. Mereka terjebak dalam arena
pertarungan yang sulit, dan menjadui sasaran empuk bagi pasukan R.M. Said.
Dalam pertempuran ini korban yang jatuh pada pihak Belanda sebanyak 85
(delapan puluh lima) orang mati dan sejumlah besar senjata berhasil dirampas oleh
pasukan R.M. Said. Sedang di pihak R.M. Said terdapat beberapa orang gugur dan luka-
luka.
18
2.9 Latar Belakang Perjanjian Salatiga
Kurang lebih tiga bulan sebelum akhir tahun 1757, terjadilah lagi suatu
pertempuran yang merubah politik Belanda, khususnya terhadap sikapnya kepada
Pangeran Sambernyowo. Benteng Kompeni Belanda yang berada di Yogyakarta
diporakporandakan oleh Pangeran Sambernyowo yang hanya berkekuatan relatif kecil.
Pertahanan Belanda di Yogyakarta yang terkenal kuat dan sentosa itu bagi Pangeran
Sambernyowo bukan merupakan halangan untuk tidak di coba diserbunya.
Peristiwa bobolnya pertahanan Belanda di benteng Yogyakarta sempat
memusingkan kepala Nicholas Hartingh, Resimen Belanda untuk Yogyakarta. Cepat-
cepat Nicholas Hartingh menganjurkan kepada Pakubuwana III agar segera mengadakan
kontak dengan Pangeran Sambernyowo. Sesuai permintaan itu, Pakubuwana III
memanggil Pangeran Sambernyowo untuk segera menemuinya, dengan maksud untuk
dimintai bantuan dalam menjalankan pemerintahan di Surakarta. Pada waktu itu
Pangeran Sambernyowo sedang berada di kawasan Ngadiraja. Sesudah sepuluh hari
berada di sana datanglah seorang wanita Nyai Gareji yang diutus oleh Kyai Wongsoniti,
Lurah Suranata Keraton Surakarta.
Pangeran Sambernyowo ragu, apakah benar Raja. Pakubuwana III berkehendak
akan mengajaknya bertemu. Untuk mencari kepastian R.M. Said mengirim adiknya yang
bernama Pangeran Mangkudiningrat beserta Pringgalaya, menemui Pakubuwana III.
Berdasar laporan Mangkudiningrat setelah kembali dari Keraton Surakarta keraguan
R.M. Said menjadi hilang.
19
Sesudah itu dimulailah perjalanan menuju Surakarta untuk memenuhi
permintaan Pakubuwana III, dari Ngadiraja, Wonorejo, Mulur, Gemblung dan akhirnya
Tunggon. Ditempat terakhir ini R.M. Said sudah ditunggu oleh Sunan Pakubuwana III
yang didampingi Adipati Mangkuprojo, Arungbinang, Tumenggung Mangkuyuda,
Uprup Abrem, Sekretaris Sungat, Deler (delheer) dan Uprup (opperhoofd).
Pertemuan antara adik kakak antara Pangeran Sambernyowo dan Pakubuwana III
yang terpisah selama 16 tahun, sungguh merupakan kenang-kenangan tersendiri bagi
sang Pangeran maupun bagi segenap kerabat yang hadir dalam pertemuan di Tunggon
itu. Mereka berjanji bersama-sama, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, pada
tanggal 4 Jumadilakir, jatuh pada hari Kamis Pahing, 1682 A. atau 1756 Masehi.
Ketika Pangeran Sambernyowo bersama-sama pasukannya menyeberangi
bengawan Semanggi (sekarang dikenal Bengawan Solo), is beserta pasukannya lalu
menempati daerah milik Tumenggung Mangkuyuda. Di tepi kali Pepe, Pangeran
Sambernyowo membangun istananya yang pertama. Seluruh keluarga kembali
berkumpul ditempat kediaman Baru Salakarta, suatu awal kehidupan yang penuh
kedamaian, suatu akhir perjalanan yang terhormat, dalam cita-cita mempersatukan
Mataram setelah melanglang perang selama 16 tahun.
2.10 Perjanjian Salatiga
Tepatnya pada hari Sabtu Legi tanggal 5 Jumadilawal, tahun Alip Windu
Kuntara, tahun Jawa 1638 atau 17 Maret 1757, diadakanlah kelanjutan dari perjanjian
yang terdahulu antara Sunan Pakubuwana III dan Pangeran Adipati Mangkunegoro,
dengan Sultan Hamengkubuwono I.
20
Menurut perjanjian Salatiga itu Pangeran Adipati Ario Mangkunagoro tak beda
dengan raja-raja Jawa lainnya, hanya berbeda tidak diperkenankan duduk di atas
singgasana, mendirikan balai winata, mempunyai alun-alun beserta sepasang pohon
beringin dan Tanah yang dikuasai seluas 4000 karya, tersebar mulai dari tanah di
Kaduang, Laroh, Matesih, Wiroko, Hariboyo, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul,
Pajang sebelah utara dan selatan dari jalan post Kartasura-Solo, Mataram (ditengah-
tengah Kota. Yogya) dan Kedu.
Dari Buku Pada Legiun Mangkunegaran (1808-1943), karya Iwan Santosa.
Dicatat pada tanggal 17 Maret 1757 di dusun Kalicacing, Salatiga, perundingan tersebut
dapat terlaksana. Menurut buku Babad KGPAA.Mangkunegara I,susunan formasi para
peserta perundingan adalah sebagai berikut : Nicholas Harting sebagai wakil dari
Gubernur Jenderal Belanda, yang dalam hal ini bertindak sebagai fasilitator duduk di
tengah, di apit oleh Pakubuwono III, disebelah kanan dan Hamengkubuwono I dikirinya.
Di hadapan mereka duduk Pangeran Sambernyawa. Perundingan ini disaksikan oleh
kepala perwakilan VOC dan kedua patih, baik dari Surakarta maupun Yogyakarta, yaitu
Mangkupraja dan Suryanegara.
Perundingan tersebut menghasilkan kesepakatan sebagai berikut :
1. Pangeran Sambernyawa di angkat sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati
Mangkunegara I
2. Beliau berhak menguasai tanah seluas 4000 karya, serta semua daerah yang
pernah dilewati selama mengadakan pemberontakan dan menjalankan roda
pemerintahannya.
21
3. Beliau berhak mendirikan sebuah istana atau Puro sebagai pusat
pemerintahannya di Surakarta, tetapi dengan syarat :
• Dilarang membuat singgasana
• Dilarang membuat alun-alun dengan beringin kurung
• Dilarang membuat Siti Inggil dan balaiurung
• Dilarang menjatuhkan hukuman mati
2.11 Lahirnya Praja Mangkunagaran
Dari buku Konflik Berdarah di Tanah Jawa, Kisah Para Pemberontak
Jawa,(2008) karya Raka Revolta dituliskan bahwa cikal bakal dari Legiun
Mangkunegaran ialah para anggota pasukan yang memberontak pada VOC, yang
dipimpin oleh Pangeran Sambernyowo yang nanti dikenal sebagai Mangkunegaran I.
Ketangguhan tempur pasukan ini mulai terkenal sejak mereka dibawah Pangeran
Suryokusumo (nama lain dari Pangeran Sambernyowo), melakukan penyerangan pos-
pos militer Belanda di daerah Salatiga, waktu pemberontakan orang Cina pada tahun
1744. Setelah Pangeran Sambernyowo atau RM. Said menjadi kepala Praja
Mangkunegaran pada tahun 1757, pasukan tersebut merupakan bagian resmi dari Praja
Mangkunegaran.
Berdirinya Mangkunegaran juga menjadi awal berdirinya praja Mangkunegaran
dengan Kepala pemerintahan Pangeran Sambernyowo bergelar Kanjeng Adipati Aryo
Mangkunagoro I, yang selama 40 tahun memerintah praja menjadi Kepala. Keluarga
sekaligus Pengayom seluruh kerabatnya (24 Februari 1757 s/d 28 Desember 1795).
22
Lahirnya Praja Mangkunagaran yaitu sejak R.M. Said dapat dibujuk untuk
menghentikan peperangan. Maka setelah perjanjian Salatiga ditanda tangani pada tahun
1757, ia dan pengikut-pengikutnya menuju Surakarta (Kraton Kartasura pada tahun 1745
dipindah ke Surakarta) dan diangkat oleh Pakubuwana III sebagai Adipati dan Pangeran
Miji yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya. Mangkunagoro Senopati Ngayuda
Lelana Jayasemita. Prawira Hadiningrat Satria Praja. Mataram. Dan mendapat tanah
seluas 4000 karya. Setelah Praja Mangkunagara tercipta, Mangkunagoro I tidak
melupakan para pengikutnya sehingga lahir ikrar yang terkenal dengan TRI DHARMA.
2.12 Ajaran Pangeran Sambernyawa
Pangeran Sambernyawa dalam perjuangannya dan pemberontakannya terhadap
Belanda waktu itu selalu memberikan motivasi kepada prajuritnya, selalu memberikan
semangat tempur yang luar biasa, sehingga pasukan Pangeran Sambernyawa selalu
disegani dan di takuti oleh Belanda, Gunung Gambar Kecamatan Ngawen sebagai salah
satu tempat untuk mengatur strategi pertempuran dan juga tempat untuk menyepi bagi
beliau. Kepada Prajuritnya beliau selalu menanamkan Tri Dharma untuk bekal dalam
pertempuran dan kehidupan, adapun Tri Dharma itu adalah :
• Rumangsa melu handarbeni -Wajib ikut memiliki
• Waji melu hangopeni -Merasa ikut dipertahankan
• Mulat sarira hangrasa wani -Setelah mawas diri, merasa berani untuk berbuat
23
Selain Tri Dharma diatas untuk menghadapi pertempuran dengan Belanda dan
juga menjalani kehidupan bermasyarakat Pangeran Sambernyawa selalu memberikan
pendidikan Moral dan Mental pada prajuritnya, yaitu :
• Samakaton
• Adisana
• Adirasa
• Mangadeg
• Vaandel (tombak)
• Kerangka tambur
Yang mengadung maksud sebagai berikut:
Samakaton artinya, kesemua hal dapat terlihat apabila manusia mau datang
menyepi ditempat yang indah.
Adisana artinya tempat yang indah, apabila manusia berani laku menyepi di
tempat yang indah itu akan mendapatkan rasa yang indah pula yang akhirnya
menimbulkan kemurnian dihati nuraninya.
Adirasa artinya rasa yang indah. Dalam hal 1, 2, 3 tersebut diatas kenyataannya
apabila manusia sanggup berdiri (mangadeg – mendirikan Imannya) kepada Yang Maha
Kuasa seperti tegaknya vaandel tersebut. Tombak atau Vaandel simbol kejayaan apabila
ditambahkan dengan rasa suci, sunyi, kosong, kang Hamengku Hana (ada) yang
dinisbatkan dengan : Kerangka tambur digunung Mangadeg.
24
KGPAA MANGKUNAGARA I disamping dikenal sebagai Panglima Perang
yang mumpuni, Pejuang yang tidak kenal menyerah, Pendiri Praja Mangkunegaran,
beliau dikenal sebagai kreator tari.
Tiga karya tari yang terkenal ciptaan beliau antara lain:
1. Bedhaya Mataram-Senapaten Anglirmendung, yang diciptakan sebagai
peringatan perjuangan perang Kesatrian Ponorogo. Ditarikan 7 penari wanita,
pesinden dan penabuh wanita.
2. Bedhaya Mataram-Senapaten Diradameta, merupakan monumen perjuangan
perang di Hutan Sitakepyak. Ditarikan 7 penari pria, pesinden dan penabuh pria.
3. Bedhaya Mataram-Senapaten Sukapratama, merupakan monumen perjuangan
perang bedah benteng Vredenburg di Yogyakarta. Ditarikan 7 penri pria,
pesinden dan penabuh pria.
2.13 Apresiasi Negara Terhadap Perjuangan Raden Mas Said
Pemerintah Indonesia sangat menghargai jasa Pangeran Sambernyawa atau
Mangkunegara I sebagai pejuang kemerdekaan nasional. Hal itu terbukti dengan
pengangkatan beliau sebagai pahlawan kemerdekaan nasional seperti yang tertuang
dalam keputusan Presiden RI. No. 048/TK tahun 1988, tanggal 17 Agustus 1988.
Setelah Mangkunegara I wafat, beliau digantikan oleh Mangkunegara II dan seterusnya,
hingga saat ini yang menjabat sebagai pimpinan Pura Mangkunegaran adalah Sri Paduka
Mangkunegara IX.
2.14 Tokoh-tokoh yang berkaitan dengan Legiun Mangkunegaran
25
1. Raden Mas Said
2. Hamengkubuwono I
3. Pakubuwono III
4. Nicholas Harting
5. Patih Danureja
2.15 Warisan Legiun Mangkunegaran
Sejak pemerintahan Mangkunegara I hingga Mangkunegara IX, Pura
Mangkunegaran telah memberikan sumbangan yang besar bagi bangsa dan kebesaran
nama Indonesia.
Karya-karya tari dan sastra, serta berbagai ragam seni budaya bermutu tinggi
banyak yang lahir dari lingkungan Mangkunegaran.Peranan Pura Mangkunegaran di
bidang pendidikan menghasilkan tokoh-tokoh nasional, serta putera bangsa yang
berbobot.Dalam perjuangan kemerdekaan nasional, banyak kerabat Mangkunegaran
yang langsung terlibat dalam perjuangan fisik maupun non fisik.
2.16 Animasi Dokumenter
26
Film animasi dokumenter pertama kali dikenalkan oleh Windsor Mckay dalam
film The Sinking of Lusitania (1918) dimana ia menggunakan animasi untuk
menampilkan peristiwa tenggelamnya kapal RMS Lusitania karena terkena serangan
torpedo. Dimana tidak ada rekaman nyata dari kejadian ini. Contoh lain dari film
Animasi Dokumenter adalah Abductees (2005) karya Paul Vester, film ini menampilkan
wawancara dengan beberapa orang yang mengaku pernah diculik oleh makhluk luar
angkasa, dari wawancara tersebut pengalam mereka ditampilkan kembali dalam bentuk
animasi.
Dari hal tersebut, kita dapat melihat penggunaan animasi dalam mewujudkan
suatu kejadian yang tidak mungkin diwujudukan lagi atau suatu kejadian yang tidak
pernah terekam atau terdokumentasikan ke dalam sebuah film, selain itu yang menjadi
kekuataan animasi adalah fungsinya untuk menghibur walaupun tema yang diangkat ke
dalam film animasi dokumenter tersebut adalah tema yang berat, dengan animasi juga
dapat memudahkan penyampain data-data atau informasi penting yang harus
disampaikan dalam sebuah dokumenter.
Dalam konteks tugas akhir ini, penulis menggunakan animasi untuk
menggambarkan kembali beberapa hal yang pernah terjadi dengan menggunakan
animasi sebagai media untuk menyampaikan tema yang diangkat ke dalam sebuah film.
Karena dengan media film animasi dokumenter permasalahan yang diangkat penulis
bisa lebih menarik dan lebih mudah untuk dipaparkan dalam penyampaiannya.
2.16 Target Audiens
27
Berusia sekitar 17-25 tahun, laki-laki atau perempuan, tinggal di Jakarta atau
kota besar lainnya, memiliki pengetahuan dan pendidikan minimal SMA atau Perguruan
Tinggi, memiliki ketertarikan di bidang sejarah, ilmu pengetahuan, film, animasi, komik.
Tingkat kemampuan ekonomi menengah hingga atas.
2.17 Analisa Kasus
2.18 Faktor Pendukung dan Penghambat
2.18.1 Faktor Pendukung
1. Masih jarangnya serial animasi di Indonesia yang mengangkat cerita dari tokoh
sejarah atau pahlawan.
2. Animasi kini banyak diminati masyarakat sehingga membuat film animasi dapat
menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk masyarakat Indonesia.
3. Menjadi salah satu pilihan tontonan alternatif sebagai hiburan sekaligus
membuka wawasan tentang sejarah, terutama tentang kisah legiun
mangkunegaran yang sebelumnya tidak banyak diungkap.
4. Medium Animasi dapat merekonstruksi kembali kejadian-kejadian sejarah yang
pernah terjadi.
2.18.2 Faktor Penghambat :
1. Masih banyak masyarakat yang kurang tertarik untuk mengetahui sejarah atau
kisah para pahlawan bangsa.
28
2. Tema yang akan diangkat masih dianggap beberapa pihak sebagai tema yang
sensitif karena masih berkaitan dengan jaman penjajahan yang terjadi di
indonesia.
3. Karena keterbatasan waktu sehingga tidak semua detail kiprah pangeran
Sambenyawa di tanah air dapat disampaikan.
2.19 Analisa riwayat Pangeran Sambernyawa dan penerapannya
Melihat dari sumber-sumber yang menjadi dasar penulis dalam membuat
dokumenter animasi ini. Maka akan dibuat dokumenter Animasi riwayat perjuangan
Pangeran Sambernyawa (Raden Mas Said) dalam peristiwa-peristiwa peperangan
bersejarah di indonesia, modernisasi organisasinya serta tokoh-tokoh penting yang
berkaitan dengannya. Dimana hal-hal tersebut berhubungan dengan sisi nasionalisme
perjuangan dan awal menuju pembentukan militer modern di Indonesia.