dampak wisata religi

32
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Geografi Pariwisata Geografi adalah ilmu yang mengkaji hubungan yang sifatnya timbal balik, tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan manusia, melainkan juga hubungan antara manusia dengan unsur-unsur fisikal yaitu hubungan timbal balik antara manusia dan alam atau dengan lingkungannya (Soeharto, 1999: 2). Menurut Bintarto dan Surastopo (1979) dalam Astina (2003: 2) bahwa Geografi sebagai ilmu yang mengkaji interaksi manusia dan lingkungan sebagai suatu sistem rumah tangga (ekosistem) dan sistem keruangan (spatial sistem) antara aspek fisik dan aspek manusia selalu terkait dalam setiap pembahasannya. Geografi akan menyimpang dari tujuannya, apabila tidak terjadi adanya konsep penyatuan. Suatu hal ditemukan dalam bidang pariwisata yaitu dapat menggabungkan dua cabang dari geografi yaitu 11

Upload: iyaz-yasin

Post on 20-Jan-2016

129 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Skripsi Dampak Wisata Religi terhadap ekonomi masyarakat desa Ngebel

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Wisata Religi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Geografi Pariwisata

Geografi adalah ilmu yang mengkaji hubungan yang sifatnya timbal balik,

tidak hanya terbatas pada hubungan manusia dengan manusia, melainkan juga

hubungan antara manusia dengan unsur-unsur fisikal yaitu hubungan timbal balik

antara manusia dan alam atau dengan lingkungannya (Soeharto, 1999: 2). Menurut

Bintarto dan Surastopo (1979) dalam Astina (2003: 2) bahwa Geografi sebagai ilmu

yang mengkaji interaksi manusia dan lingkungan sebagai suatu sistem rumah tangga

(ekosistem) dan sistem keruangan (spatial sistem) antara aspek fisik dan aspek

manusia selalu terkait dalam setiap pembahasannya. Geografi akan menyimpang dari

tujuannya, apabila tidak terjadi adanya konsep penyatuan.

Suatu hal ditemukan dalam bidang pariwisata yaitu dapat menggabungkan dua

cabang dari geografi yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Menurut

Simandjuntak (2000) pada prinsipnya terdapat tiga manfaat utama mempelajari

pengetahuan geografi dalam bidang kepariwisataan yaitu:

1. Pengetahuan geografi digunakan sebagai dasar dalam mengenal produk wisata

2. Geografi digunakan sebagai alat dalam merencanakan kegiatan dan program

pariwisata disuatu daerah tujuan wisata (DTW).

3. Ilmu geografi, khususnya geografi sosial dapat dijadikan sumber informasi dasar

pasar wisata suatu daerah tujuan wisata (DTW).

11

Page 2: Dampak Wisata Religi

Salah satu manfaat mempelajari Geografi, dapat digunakan dalam bidang

kepariwisataan, maka dapat dipahami bahwa perjalanan manusia dari suatu tempat ke

tempat lainnya itu mengandung arti perpindahan yang terjadi sehingga

mengakibatkan dapat ditemuinya tiga komponen penting, yaitu:

1. Daerah Asal Wisatawan (DAW) yaitu komponen permintaan wisata yang juga

tempat kediaman wisatawan (pasar wisata)

2. Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan tempat penawaran atau daya tarik

wisata (produk wisata)

3. Rute Antara merupakan komponen penghubung, komponen ini menjadi

jembatan antara potensi wisata dengan kegiatan dan kemampuan wisatawan.

Ketiga komponen ini menghasilkan pergerakan wisatawan dari DAW ke

DTW melalui Rute Antara. Pergerakan ini disebut sebagai arus wisatawan (tourist

flow) yang merupakan bentuk interaksi ruang antara DTW dan DAW yang

dipengaruhi oleh aksesibilitas daya tarik dan fasilitas wisata (Simandjuntak, 2000).

Menururt Able, at, al (1971) dalam Astina (2003: 21) ditinjau dari pendekatan

geografi kegiatan pariwisata merupakan interaksi keruangan, baik dalam tingkat

lokal, regional, nasional regional kawasan, tertentu maupun tingkat internasional.

Adanya interaksi keruangan ini didasari pada (1) proses untuk saling melengkapi

antara wilayah (regional complementary), (2) adanya kesempatan antara (intervering

opportunity), dan (3) kemudahan pemerintah secara keruangan (spatial tranferability)

yang diukur dengan satuan jarak, biaya dan waktu.

12

Page 3: Dampak Wisata Religi

B. Pengertian Pariwisata

Pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat rasa ingin tahu (curoisity).

Manusia ingin tahu segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar lingkungannya,

sehingga selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Mobilitas merupakan

ciri khasnya sejak zaman dahulu sebelum mengenal adanya komunikasi

menggunakan tulisan. Manusia tidak pernah puas akan satu tempat untuk memenuhi

kebutuhan dalam melangsungkan hidupnya. Jangkauan tempat yang ingin diketahui

semakin lama semakin meluas. Keinginan untuk mengetahui daerah lain dengan jarak

yang semakin jauh tidak lagi menjadi permasalahan, karena didukung dengan adanya

kemajuan teknologi dibidang transportasi, sehingga orang dapat melakukan

perjalanan ke tempat yang sangat jauh dengan mudah dan aman.

Berbagai macam kebutuhan manusia, salah satunya adalah kebutuhan akan

wisata. Kegiatan wisata merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh

masyarakat yang memiliki waktu luang (leisure), sehingga sangat menunjang untuk

kebutuhan tersebut. Leisure berasal dari bahasa latin “licere” yang artinya

diperkenankan atau waktu bebas untuk istirahat dan bebas dari segala macam

pekerjaan (Sujali, 1989: 1). Leisure atau waktu senggang merupakan kegiatan dalam

bepergian, dan pada umumnya dilakukan setelah jam kerja untuk tujuan istirahat,

bermain, kegiatan sosial atau bentuk-bentuk yang lain. Leisure of time merupakan

konsep pariwisata yang berbasis off work, artinya dari waktu senggang yang dimiliki

oleh seseorang untuk bebas dari segala macam pekerjaannya, mereka dapat

mengadakan rekreasi. Rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan selama waktu

senggang (leisure) untuk menciptakan suasana baru dengan menghilangkan atau

13

Page 4: Dampak Wisata Religi

mengurangi seluruh kegiatan yang dilakukan sebelumnya. Bentuk aktifitas rekreasi

ada 4 macam yaitu:

1. Home Based Recreation, yaitu rekreasi yang dapat dilakukan di dalam rumah

(local/home), seperti membaca, berkebun, menonton tv

2. Daily Leisure, yaitu kegiatan rekreasi yang bisa dilakukan diluar rumah (local

area) dalam satu hari, seperti nonton bioskop, teater

3. Day Trip, yaitu kegiatan rekreasi untuk megunjungi suatu daerah yang lebih

bersifat piknik, seperti pergi kepantai

4. Tourism, yaitu kegiatan rekreasi dengan mengadakan perjalanan yang jauh

dari rumah atau tempat kerja dan meletakkan segala aktifitas demi kebutuhannya

ditempat tersebut dengan cara menginap. Kegiatan ini dapat juga dilakukan lintas

negara atau dalam wilayah negara.

Konsep pariwisata tidak hanya terbatas pada off work, tetapi juga

menggunakan konsep on work. Kegiatan semacam ini dilakukan ketika seseorang

atau sekelompok orang sedang bekerja. Bentuk kegiatan ini disebut dengan Bussiness

Travel. Kegiatan ini dapat dilakukan di luar negeri atau di dalam negeri.

Pendapat lain yang diberikan oleh E. Guyer Freler (dalam Yoeti, 1996: 115)

bahwa pariwisata merupakan fenomena zaman sekarang yang didasarkan atas

kebutuhan akan kesehatan dan pergantian udara, penilaian yang sadar dan

menumbuhkan daya tarik terhadap keindahan alam yang disebabkan oleh

bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat sebagai hasil dari

perkembangan perniagaan industri perdagangan serta penyempurnaan alat-alat

pengangkutan. Menurut Salah Wahab (1988: 3) pariwisata memperhatikan gejala-

14

Page 5: Dampak Wisata Religi

gajala yang terdiri atas tiga unsur yaitu man, manusia yang melakukan perjalanan

wisata; space, yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan wisata

dan time, yaitu waktu yang digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan

wisata.

Jika pariwisata dihubungkan dengan geografi bahwa kegiatan pariwisata

merupakan suatu perwujudan geografis yaitu hasil adaptasi dan aktifitas manusia

dalam memanfaatkan sumberdaya bagi kehidupan. Konsep esensial geografi yang

relevan dengan pembahasan pariwisata yaitu konsep letak, jarak, persebaran,

keterjangkauan, interaksi, definisi, keruangan, nilai penting dan keterpaduan atau

sintesias (Astina, 2003: 3).

C. Jenis-jenis pariwisata

Jenis-jenis pariwisata harus diketahui supaya bisa dipilih objek wisata yang

harus dikembangkan untuk dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai daerah tujuan

wisata (DTW). Berdasarkan motif tujuan perjalanan James. J. Spillane (1987:29-31)

membedakan jenis-jenis pariwisata sebagai berikut:

1. Pariwisata budaya (cultural tourism)

Jenis wisata budaya ini adalah jenis yang paling populer bagi tanah air kita,

ini terbukti dengan adanya wisatawan luar negeri yang datang ke negeri ini, mereka

datang untuk mengetahui kebudayaann dan kesenian. Jenis pariwisata ini ditandai

oleh adanya suatu rangkaiaan motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat

pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat, istiadat, tempat-tempat yang bersejarah,

15

Page 6: Dampak Wisata Religi

dorongan keagamaan untuk melakukan ziarah, mempelajari kelembangan dan cara

hidup rakyat negara lain, atau ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater.

Dalam hal ini wisata religi merupakan bagian dari wisata kebudayaan karena

wisata religi merupakan wisata yang memiliki karakteristik budaya/bersejarah.

Fenomena yang terjadi saat ini mulai dikembangkan wisata religi (Ziarah). Menurut

Spillane (1987: 16) wisata religi dilakukan karena adanya dorongan keagamaan yang

membuat seseorang sering melakukan ziarah jauh ke tempat-tempat ibadah yang

dihormati. Ziarah ini dilakukan bukan hanya mengunjungi makam yang bersejarah

akan tetapi mengunjungi masjid yang bersejarah, dan terkenal dengan arsitektur yang

bagus/memiliki keunikan tertentu.

Wisata religi merupakan suatu kunjungan ke tempat-tempat seperti ke makam

para wali (wali songo) dan makam-makam tokoh yang bersejarah/dikeramatkan.

Wisata ini berkaitan dengan semua agama yang ada di Indonesia

(http://www.Sinarharapan.co.id/feartur/wisata/2004/0212/wis02.html, diakses tanggal

10 September 2005).

Wisata wisata religi merupakan suatu aktivitas untuk meningkatkan

kebutuhan spiritual dengan melakukan kunjungan kemakam wali atau tempat-tempat

keagamaan yang mempunyai peninggalan sejarah (budaya) yang memiliki nuansa

historis dan religius.

2. Pariwisata untuk rekreasi ( recreation torism )

Pariwisata ini dimaksudkan menikmati tempat-tempat atau alam lingkungan

yang jelas berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jenis pariwisata ini dilakukan

oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur dan

16

Page 7: Dampak Wisata Religi

menikmati keindahan alam, misalnya masyarakat kota yang berpariwisata untuk

memperoleh suasana yang berbeda. Jenis pariwisata ini menyangkut begitu banyak

unsur-unsur yang mempunyai sifat berbeda-beda, hal ini di sebabkan pengertian

pleasure akan selalu berbeda kadar pemuasanya sesuai dengan karakter, cita rasa,

latar belakang kehidupan serta kepentingan individu.

3. Pariwisata untuk berkovensi ( convention tourism )

Jenis pariwisata ini semakin lama semakin penting peranannya, sebab

sekarang touris resort atau daerah-daerah wisata itu banyak yan menawarkan untuk

dijadikan tempat konferensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata

kovensi ini menyediakan fasilitatas-fasilitas bangunan yang memadai dengan

ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konferensi, musyawarah,

konvensi atau pertemuan yang lainnya, baik itu yang bersifat nasional maupun yang

bersifat internasional.

4. Pariwisata olahraga ( sport tourim )

Jenis pariwisata olahraga ini dimaksud untuk wisatawan-wisatawan yang akan

melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berolah raga atau sengaja bermaksud

mengambil bagian aktif dalam pesta olah raga ini suatu tempat atau negara jenis

pariwisata olahraga dibagi dua macam katagori, yaitu :

a. Big Sport Events, yaitu suatu pariwisata-pariwisata olahraga

besar seperti olimpiyade Games, kejuaraan tinju dan lain-lain yang menarik

perhatian tidak hanya pada olahragawannya sendiri, tetapi juga pada penonton

atau pegemarnya.

17

Page 8: Dampak Wisata Religi

b. Sporting toorism of the practitiones, yaitu suatu peristiwa

olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan memperaktekkan sendiri seperti

mendaki gunung, berburu, ataupun memancing.

Dari kelima jenis pariwisata tersebut, akan diketahui motif dari perjalanan

seseorang, motif tersebut akan berpengaruh terhadap daerah wisata yagn akan

dikunjunginya. Hal ini berarti akan dapat ditentukan jenis pariwisata yang ada, dan

pada umumnya perjalanan pariwisata antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya

itu akan saling berkaitan.

D. Dampak pariwisata terhadap kehidupan masyarakat sekitar objek

wisata

Pada dasarnya semua usaha dan aktivitas pembangunan dapat menimbulkan

dampak, baik secara positif maupun negatif. Dampak positif suatu pembangunan

merupakan suatu dampak yang sangat diharapkan oleh pemerintah maupaun

masyarakat, dampak negatif tidak diharapkan bahkan perlu ditekan sekecil mungkin.

Begitu pula dengan pembangunan di bidang kepariwisataan juga menimbulkan

dampak positif maupun negatif bagi pihak pengelolah, pemerintah bahkan

masyarakat setempat.

Pariwisata merupakan segala macam motivasi yang mempunyai pengaruh

pada segi-segi kehidupan orang dan masyarakat baik pada segi sosial-ekonomi yang

bisa dinyatakan dalam angka (quantifiable) maupun pada segi-segi sosial-budaya,

politik dan lingkungan yang pada dasarnya sulit dinyatakan dalam angka (non-

quantifiable). Pengaruh-penbgaruh itu bisa menguntungkan sehingga perlu

18

Page 9: Dampak Wisata Religi

dilipatgandakan dan bisa merugikan sehingga sedapat mungkin dihindari atau dibatasi

(Spillane, 1987: 13).

1. Dampak pariwisata terhadap aspek ekonomi masyarakat

Perkembangan pariwisata merupakan aktivitas manusia yang pada akhirnya

memberi pengaruh ekonomi terhadap kehidupan di sekitar lokasi pariwisata.

Pengaruh ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, terutama dari segi

materiil yaitu meningkatnya pendapatan. Keuntungan lainnya adalah dengan

dibangunnya sarana-sarana kemudahan menuju lokasi pariwisata, misalnya

transportasi dan kios-kios penjualan sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan

bagi masyarakat.

Pendapat Spillane (1987: 138) keuntungan pariwisata tersebut bila dilihat dari

aspek ekonomi yaitu:

a. Membuka kesempatan kerja dan memperluas lapangan kerja

Industri pariwisata merupakan mata rantai yang sangat panjang, sehingga

banyak membuka kesempatan kerja. Selain itu, semakin banyak wisatawan yang

berkunjung maka banyak pula lapangan kerja yang tercipta baik secara langsung

maupun tidak langsung yang berhubungan atau yang tidak berhubungan dengan

pariwisata. Hal ini dapat menyerap tenaga kerja yang ada didaerah wisata.

Penyerapan tenaga kerja dapat diartikan tertampungnya tenaga kerja dalam

suatu bidang pekerjaan, artinya ketika telah terbukanya suatu bidang usaha maka

tertampunglah atau terseraplah tenaga kerja yang ada. Tenaga kerja adalah penduduk

dalam usia kerja. Menurut Budjianto (1999: 65) tenaga kerja adalah seluruh

penduduk yang berusia 10 tahun keatas secara aktif melakukan kegiatan ekonomi.

19

Page 10: Dampak Wisata Religi

Penduduk yang meningkat dengan cepat dapat mengakibatkan banyaknya

pengangguran dan kekurangan lapangan pekerjaan, karena penduduk meningkat

secara tidak langsung proporsi pekerja ikut meningkat.

Tersedianya lapangan pekerjaan bila ditinjau dari sudut pandang ekonomi

tidak hanya mengarahkan pada sektor perekonomian seperti pertanian, industri.

Tetapi meliputi sektor-sektor lain seperti sektor produksi barang dan jasa. Sektor

pariwisata merupakan sektor andalan yang penting terutama dalam penyerapan tenaga

kerja. Di sektor ini berbagai macam pekerjaan dapat dinikmati oleh masyarakat yang

membutuhkannya. Seperti jasa penginapan, transportasi, pemandu wisata, pedagang

sekitar. Di Indonesia, sektoe pariwisata dapat menyerap tenaga kerja sebesar 7,36

juta orang atau 81,11% dari lapangan kerja sebesar 89, 84 juta pada tahun 2002

(Bappenas, Rakorbangpus, 2002 dalam Asapawiyansyah, 2003: s20).

b. Menambah pemasukan/pendapatan masyarakat

Di daerah pariwisata masyarakat dapat menambah pendapatan dengan

menjual barang dan jasa. Semakin banyak wisatawan yang membeli atau

menggunakan jasa mereka maka semakin besar pendapatan. Mereka menjual

berbagai macam barang kebutuhan para pengunjung serta cinderamata khas daerah

wisata serta menjual jasa mereka melalui tumpangan ojek.

Pendapatan didasarkan atas penghasilan yang diterima oleh seseorang selama

satu bulan yang telah melakukan usaha dan sebagai balas jasa atas kegiatan atau jerih

payah yang telah dikerjakan. Dari kegiatan produksi maupun konsumsi dapat

diketahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh. Penghasilan tersebut berupa

uang atau sesuatu yang dapat diuangkan dari usaha keluarga. Menurut Usman (dalam

20

Page 11: Dampak Wisata Religi

Azizah, 2003) besar pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh keluarga yang

bersumber dari sektor formal (gaji/upah yang diperoleh secara tetap), sektor informal

(penghasilan tambahan dagangan, tukang, buruh), sektor subsistem (hasil usaha

sendiri berupa tanaman, ternak, kiriman, dan pemberian orang lain).

Rendahnya produktivitas mengakibatkan pendapatan rendah, demikian

seterusnya membentuk suatu lingkaran mata rantai yang terkait antara pendapatan

dengan produktivitas. Dari pendapatan ini maka apabila kita kaitkan dengan para

pekerja di sektor pariwisata dalam melakukan pekerjaannya bahwa semakin banyak

barang dagangan yang dibeli dan semakin banyak jasa yang dipergunakan maka

pendapatan juga meningkat. Begitu pula semakin sedikit jumlah dagangan yang dibeli

para wisatawan dan jasa yang dipergunakan maka pendapatan yang diperolehpun

semakin sedikit. Pendapatan penduduk sekitar terutama yang bekerja di sektor

pariwisata ini, pada hari-hari tertentu akan memperoleh penghasilan 50% dari hari

biasanya. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang juga dapat dilihat dari tanggungan

keluarganya. Semakin banyak tanggungan keluarga maka seharusnya tingkat

pendapatan semakin besar pula begitu seterusnya.

c. Menambah devisa negara

Sektor pariwisata dapat menghasilkan devisa yang besar bagi negara untuk

keperluan pembangunan. Banyaknya wisatawan asing yang memanfaatkan berbagai

bentuk pelayanan yang tersedia oleh industri pariwisata maka semakin banyak devisa

yang diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan pariwisata telah

menjadi tumpuan harapan bagi banyak negara untuk memperbaiki dan meningkatkan

perekonomiannya. Bagi negara Indonesia sektor pariwisata merupakan penghasil

21

Page 12: Dampak Wisata Religi

devisa dengan jumlah USD 4,7 milyar pada tahun 1999, pada tahun 2004 mengalami

penigkatan sebesar USD 5,4 milyar (Bali, Lokakarya, 2005).

Pendapat lain diberikan oleh Foster (1997: 34) mengatakan keuntungan

pariwisata menyediakan berbagai para pekerja dibidang jasa, transportasi, pemandu

wisata, para pedagang sekitar. Disamping masalah ketenagakerjaan, pariwisata juga

menghasilkan pendapatan yang menguntungkan penduduk lokal dengan

meningkatkan aktivitas perekonomian.

Gee (1984: 106) berpendapat bahwa dampak ekonomi yang positif antara lain:

a. Adanya peningkatan aktivitas ekonomi melalui penjualan produk dan jasa

kepada turis/wisatawan

b. Dampak ekonomi pada suatu area sangat besar dalam bentuk pendapatan dan

jumlah tenaga kerja.

c. Sumber pendapatan bagi penduduk dan pengusaha diperoleh dari jumlah

pengeluaran/uang yang dibelanjakan oleh pengunjung yang ada di suatu area.

Dampak ekonomi yang negatif antara lain:

- Penanaman modal/investasi untuk mebiayai perencanaan awal dan

tingkat perkembangan selanjutnya membutuhkan modal yang ekstensif untuk

aset-aset tertentu, tetapi untuk mengembalikan investasi tersebut cenderung akan

rendah/membutuhkan waktu yang lama (Gee, 1984:119).

2. Dampak pariwisata terhadap aspek sosial

Perkembangan pariwisata bukan hanya memiliki dampak ekonomi saja

melainkan dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat sekitar objek wisata.

22

Page 13: Dampak Wisata Religi

Menurut Bachri (1993: 12) menyebutkan bahwa dampak kegiatan pariwisata dibidang

sosial meliputi perubahan sistem-sistem nilai, tingkah laku perorangan, hubungan

keluarga, gaya hidup, moral, upacara tradisional dan organisasi masyarakat.

Timbulnya dampak tersebut sebagai akibat adanya kontak antara masyarakat tuan

rumah dengan wisatawan.

Sehubungan dengan kontak masyarakat tuan rumah dan wisatawan seperti

telah diuraikan diatas ada 3 kemungkinan utama yang terjadi antara wisatawan dan

tuan rumah:

a. ketika wisatawan membeli barang dan jasa tuan rumah

b. ketika wisatawan berjumpa dengan masyarakat tuan rumah

c. ketika wisatawan saling bertukar informasi dan ide-ide dengan masyarakat

tuan rumah

Menurut Mantra (1992) dalam Azizah (2003: 23) menyatakan semakin

pesatnya perkembangan pariwisata maka solidaritas sosial akan semakin mantap dan

terpelihara. Tetapi disisi lain bentuk solidaritas sosial tersebut mengalami ke arah

negatif. Pengaruh negatif yang lain menurut Kendall dan Var (1984) dalam Ross

(1998: 182) pengaruh negatif dapat berupa perubahan sosial. Dapat dilihat dari gaya

hidup penduduk seperti kepadatan, kemacetan lalu kebisingan, sampah, perusakan,

pencemaran dan perubahan penampilan.

Dapat disimpulkan bahwa pengaruh sosial positif dari pariwisata adalah dapat

mendorong masyarakat sekitar utuk lebih giat bekerja guna meningkatkan standar

hidupnya. Tetapi juga berpengaruh negatif yang timbul yaitu menambah tindakan

kriminal.kejahatan masyarakat disebabkan adanya kecemburuan sosial setelah

23

Page 14: Dampak Wisata Religi

melihat kemewahan dan tingkah laku dari wisatawan. Selain itu, dampak yang dapat

membawa implikasi sektor pariwisata dalam aspek sosial yang lain, yaitu:

a. bertambahnya proporsi penduduk pendatang

b. bertambah luas jaringan interaksi sosial warga masyarakat setempat

dengan sesama penduduk asli, penduduk pendatang dari wisatawan

c. bertambahnya variasi dan kompleksitas mata pencahariannya.

Gee (1984: 119) berpendapat bahwa dampak sosial kepariwisataan dapat

menguntungkan dan merugikan. Adapun dampak yang menguntungkan antara lain:

a. komunitas antara masyarakat lokal dengan pengunjung setiap hari bisa

meluaskan tingkat pendidikan dan horison budaya.

b. Pendapatan baru dapat meningkatkan kualitas hidup dari yang rendah ke

peningkatan standar hidup yang baru.

Adapun kerugiannya antara lain:

a. peningkatan jumlah pembelian dari pengunjung pada permintaan tambahan/impor

bisa menghasilkan harga tinggi pada suatu area, sehingga penduduk harus

membayar lebih untuk barang produk dan jasa

b. terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat sebagai konsumtif dan berusaha

untuk menyamai/melebihi gaya hidup pengunjung sehingga menggangap barang

konsumen produksi lokal lebih rendah mutunya daripada barang-barang impor

menyebabkan mereka sering berbelanja untuk memenuhi kebiasaan konsumtifnya

c. terjadinya perubahan gaya hidup yang tidak terantisipasi dan perubahan kualitas

hidup yang ditekankan pada tempat tinggal pekerja

24

Page 15: Dampak Wisata Religi

d. masuknya tenaga kerja wanita yang secara tradisional sebagai ibu rumah tangga,

akibatnya:

- kehilangan harga diri seorang suami, saat istri bekerja dengan

menghasilkan pendapatan yang lebih tingi dari suaminya

- meningkatnya perceraian, kejahatan dan kenakalan remaja

- meningkatnya kegelisahan penyakit pada wanita yang tidak terbiasa dan

belum siap

3. Dampak pariwisata terhadap aspek budaya

Kebudayaan merupakan jati diri nasional atau saran pemersatu. Kebudayaan

adalah hasil karya, cipta, dan rasa manusia baik berupa kesenian tradisional maupun

sesuatu yang menjadi ciri khas daerahnya. Koentjaraningrat (2003) berpendapat

kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupa masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Kebudayaan sendiri memiliki tujuh unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur

tersebut ada dan terdapat didalam semua kebudayaan dari semua bangsa di dunia.

Ketujuh unsur tersebut adalah bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem

peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan

kesenian (http://www.Sinarharapan.co.id/feartur/wisata/2003/0828/wis04.html,

diakses 10 September 2005).

Adanya pariwisata dapat membawa lembaga-lembaga baru dalam

kebudayaan. Selain itu, juga dapat berpengaruh untuk meningkatkan budaya kita

karena pada umumnya para wisatawan berkunjung untuk melihat dan mengamati

25

Page 16: Dampak Wisata Religi

keadaan alam serta kebudayaan khas daerah. Umumnya masyarakat yang memiliki

unsur-unsur budaya baik kesenian tradisional maupun upacara keagamaan serta

benda-benda yang menjadi ciri khas daerah. Hal ini akan menambah rasa bangga bagi

penduduk setempat dan dapat menarik perhatian para wisatawan yang berkunjung.

Makin besar jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah untuk mengagumi

kebudayaan daerah, maka makin besar keuntungan yang diperoleh masyarakat sekitar

(Spillane, 1987: 36).

Dampak positif dengan hadirnya pariwisata adalah perkembangan kemajuan

kebudayaan, terutama pada unsur budaya teknologi, dan sistem pengetahuan. Dengan

kemajuan teknologi bersamaan dengan tingkat pengetahuan yang maju pula akan

membawa masyarakat sekitar objek wisata mampu menyesuaikan diri dengan

kemampuan zaman/modernisasi (Murniatmo, 1994: 80). Dampak negatif dari

pariwisata menunjukkan bahwa ada dua aspek dampak negatif yang kurang disadari

oleh masyrakat, yaitu: (1) prostitusi kebudayaan, terjadi apabila kebudayaan setempat

dikomersialisasikan, tempat-tempat suci dan tempat keagamaan dicemari oleh para

wisatawan yang tidak sensitif, (2) aspek perusakan lingkungan. Menurut Thamrin

(1993: 13) seni, upacara-upacara adat dan keagamaan, musik dan tarian tradisional

dapat dikomersialisasikan dan berakibat hilang keasliannya karena semata-mata

untuk kepentingan para wisatawan.

Menurut Gee (1984:119) dampak pariwisata dilihat dari aspek budaya

memberi keuntungan dan kerugian bagi masyarakat sekitar. Adapun keuntungan

tersebut sebagai berikut:

26

Page 17: Dampak Wisata Religi

- minat pengunjung terhadap budaya lokal memberikan pekerjaan bagi

seniman, musikus dan seniman pertunjukkan yang lain sehingga dapat

mebangkitkan minat masyarakat terhadap warisan budaya mereka.

Kerugian dari pariwisata bila dilihat dari aspek budaya sebagai berikut:

- komersialisasi/penjualan pertunjukan budaya masyarakat lokal terhadap

bentuk seni, agama dan tradisi untukmenghasilkan pendapatan bar.

- Terjadinya tabrakan budaya akan mengakibatkan, yaitu:

a. toleransi yaitu pengunjung dan penduduk lokal membentuk suatu warna hidup

b. pemisahan yaitu pengunjung dan tuan rumah membentuk suatu jarak sosial

atau memisahkan diri dengan tujuan mecegah atau membatasi untuk area

pengunjung

c. pertentangan yaitu pengunjung ditolak oleh anggota masyarakat atau

masyarakat yang ditolak pengunjung

d. difusi yaitu salah satu atau keduanya, turis dan penduduk lokal meminjamkan

atau mengadopsi ciri-ciri budaya dari daerah pengunjung atau sebaliknya.

4. Dampak pariwisata terhadap aspek lingkungan

Dampak lingkungan dari perkembangan pariwisata menjadi satu

permasalahan dasar yang terjadi pada daerah/negara maju maupun negara yang

berkembang. Pada negara berkembang seperti Indonesia dampak perkembangan

pariwisata merupakan masalah perlakuan hidup berlingkungan, seperti penyediaan air

yang kurang, sanitasi dan fasilitas pembuangan yang tidak memadai, nutrisi yang

kurang, kondisi rumah yang buruk, penyakit dan kuman. Sedangkan pada negara

27

Page 18: Dampak Wisata Religi

maju, lebih mengutamakan masalah lingkungan yang sekunder, seperti kemacetan

dan polusi (Gee, 1984: 116 ).

Hubungan antara pariwisata dan lingkungan terjalin erat, menurut Foster

(1997: 41) bahwa kawasan pariwisata, pencemaran air dan udara merupakan masalah

lingkungan yang serius, pembakaran sampah juga menyebabkan gangguan kesehatan

yang potensial, sedangkan menurut Mill (1996: 188) dampak terhadap lingkungan

dapat berupa positif dan negatif. Dampak positif pembangunan pariwisata dapat

meningkatkan lingkungan bagi wisatawan maupun penduduk setempat lewat

peningkatan sanitasi, sistem pembuangan dan perumahan lingkungan yang alami

dapat menimbulkan daya tarik wisatawan karena keindahan alamnya, beriklim sejuk

sehingga dapat menyenangkan dan membuat nyaman para wisatawan. Sedangkan

dampak negatif dapat meningkatkan polusi dan kemacetan lalu lintas.

Pada dasarnya kegiatan pariwisata adalah kegiatan menjual lingkungan.

Sektor pariwisata sebagau industri jasa yang sangat peka terhadap lingkungan.

Kerusakan lingkungan seperti pencemaran limbah domestik, adanya gangguan

terhadap wisatawan, penduduk yang kurang bersahabat, kesemerawutan lalu lintas,

dapat mengurangi jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah. Oleh karena

itu pengembangan pariwisata harus menjaga kualitas lingkungan (Astina, 2003: 14).

Kegiatan pariwisata haruslah memperhatikan aspek lingkungannya antara a)

Daya dukung lingkungan, merupakan kemampuan setiap daerah wusata dalam

menerima jumlah wisatawan, yang berbeda-beda. Daya dukung lingkungan

dinyatakan dalam jumlah wisatawan per satuan luas DTW, b) Keanekaragaman

wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata dengan minat, tujuan,

28

Page 19: Dampak Wisata Religi

umur, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi dan yang beranekaragam.

Pengembangan pariwisata haruslah diusahakan adanya keanekaragaman objek wisata,

c) Keindahan alam, suatu bentang alam harus tetap dijaga keaslihannya, sebab

merupakan aset kepariwisataan yang tinggi, dan d) Pencemaran pencemaran

merupakan musuh utama industri pariwisata. Kegiatan pariwisata merupakan

pencemaran yang besar pula. Semakin sukses kepariwisataan pada suatu daerah,

semakin besar pula bahaya pencemaran. Salah satu bentuk pencemaran adalah limbah

padat berupa sampah yang dihasilkan oleh kegiatan wisatawan maupun limbah cair.

Pembangunan pariwisata merupakan salah satu program andalan pemerintah

yang akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif tersebut dapat

memberikan keuntungan yang diharapkan dan dikehendaki oleh semua pihak

sehingga perlu ditingkatkan. Dampak negatif dapat memberikan kerugian yang tidak

dikehendaki dan perlu diantisipasi serta ditekan seminimal mungkin supaya tidak

terjadi lagi. Sehingga sektor pariwisata dapoat berkembang sesuai dengan keinginan

pemerintah, pengelolah, masyarakat tuan rumah maupun para pengunjung. Olkeh

karena itu, perlulah diadakan penelitian tentang dampak wisata.

29