dampak pemanasan global terhadap kondisi hidrosfer di permukaan bumi

18
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KONDISI HIDROSFER DI PERMUKAAN BUMI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Bahasa Indonesia Keilmuan Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd. Oleh Zyndhi Nila Falupi 100721403487 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI Mei 2013

Upload: ali-atur-rodiansyah

Post on 02-Dec-2015

700 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KONDISI HIDROSFER

DI PERMUKAAN BUMI

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Bahasa Indonesia Keilmuan

Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.

Oleh

Zyndhi Nila Falupi

100721403487

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Mei 2013

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bumi merupakan tempat hidup manusia yang menyediakan dan

memenuhi segala kebutuhan yang manusia perlukan. Segala yang ada di

bumi dimanfaatkan oleh manusia untuk bertahan hidup dan mencari

keuntungan. Kenyataannya manusia menggunakan sumber daya yang ada

di bumi secara berlebihan tanpa memikirkan dan mempertimbangkan

kelestariannya. Hal ini terjadi dengan banyaknya eksplorasi atau

pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan hingga tidak bisa

dikendalikan lagi. Hal itu telah mengakibatkan terjadinya perubahan

lingkungan menuju degradasi dan kerusakan yang berkelanjutan.

Keserakahan manusia ini juga mengakibatkan dampak yang sangat buruk

bagi kehidupannya di saat ini dan di masa yang akan datang.

Salah satu akibat dari perusakan bumi ini adalah Global warming

atau Pemanasan global. Pemanasan global kini bukanlah kata-kata yang

asing bagi telinga manusia, kata-kata tersebut sering muncul dan manusia

dengar beberapa tahun ini. Global warming tentunya sangat berkaitan

dengan kondisi lingkungan hidup yang manusia tempati saat ini yang akan

rentan sekali terhadap segala dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh

pemanasan global ini dan menjadi ancaman umat manusia yang tidak

dapat disepelekan lagi. Negara-negara di dunia juga mulai merasakan

keresahan dengan isu seputar pemanasan global yang dari tahun ke tahun

semakin parah dengan mengadakan KTT bumi yang dibentuk oleh PBB

sehingga mereka sering mengadakan perkumpulan untuk berusaha

mengatasi dan memikirkan penyelesaian yang sekarang tengah

mengancam keselamatan seluruh manusia.

Planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang

mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di

sekitar, juga ditemukan makin banyaknya bencana dan fenomena-

fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini.

Bencana yang terjadi belakangan ini bisa dilihat mulai dari banjir, puting

3

beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun

ke tahun. Peristiwa yang terjadi tersebut tidak lain bahwa merupakan

tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa bumi ini sedang mengalami

proses kerusakan yang menuju pada kehancuran.

Bicara tentang efek pemanasan global tentu dampaknya akan

sangat mempengaruhi terhadap kondisi atmosfer, geosfer, biosfer dan

khususnya hidrosfer seperti yang akan manusia bahas dalam makalah ini.

Hidrosfer merupakan bagian dari bumi yang berbentuk bulatan air.

Keadaan hidrosfer di permukaan bumi sangat erat sekali kaitannya dengan

keselamatan manusia dan pemanasan global. Dengan keadaan bumi ini

yang semakin memanas, dimana suhu di bumi ini secara global telah dan

akan terus meningkat, maka dapat dipastikan akan terjadi pencairan

terhadap gletser-gletser yang sedang terjadi ini dan akan terus

berlangsung.

Mencairnya gletser tersebut banyak sekali dampak yang terjadi

pada keadaan dan kondisi air di permukaan bumi seperti naiknya volume

air laut, bencana banjir, hilangnya daratan dan masih banyak lagi. Dampak

yang muncul ini akan berkesinambungan dengan hal-hal lain yang

merugikan bagi makhluk hidup yang ada di bumi ini. Oleh sebab itu

manusia sebagai penghuni dan yang bertanggung jawab akan bumi perlu

memberikan solusi dan konstribusi nyata terhadap upaya untuk

menanggulangi semakin parahnya pemanasan global sebelum dunia ini

akan benar-benar hancur. Dengan semakin parah dan bahayanya dampak

pemanasan global terhadap kondisi hidrosfer itulah maka makalah ini

dibuat dengan tujuan agar mengetahui penyebab, akibat dan cara untuk

menanggulanginya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penyebab terjadinya pemanasan global?

2. Bagaimana dampak pemanasan global terhadap kondisi hidrosfer?

3. Bagaimana cara mengurangi semakin menngkatnya pemanasan

global di bumi?

4

1.3 TUJUAN

Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pemanasan global

2. Untuk mengetahui dampak pemanasan global terhadap kondisi

hidrosfer

3. Untuk mengetahui cara mengurangi meningkatnya pemanasan

global

BAB II

PEMBAHASAN

Pemanasan Global

Atmosfer bumi tidak pernah bebas dari perubahan. Semakin meningkatnya

jumlah penduduk yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan manusia terutama

dalam bidang transportasi dan industri, maka pakar-pakar atmosfer dunia

memprediksi akan terjadi kenaikan suhu di seluruh permukaan bumi yang dikenal

dengan pemanasan global.

Pemanasan global sendiri di definisikan sebagai adanya proses

peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan di bumi (Rukaesih,

2004:125). Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti

meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan

banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering

yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.

Pearce (2003:78) menarik kesimpulan sebagai berikut

Selama kurang lebih 160.000 tahun terakir ini, suhu di bumi mengalami

gejolak naik dan turun yang tajam dan telah terjadi dua zaman es.

Adanya peninggalan budaya yaitu lukisan-lukisan pemandangan Belanda

yang penuh dengan es oleh Bruegel, serta adanya laporan-laporan tentang

festival es di sungai Thames, hal inilah yang mendukung pernyataan

bahwa pada abad pertengahan, yaitu Abad 12-14, belahan bumi utara

5

mengalami suatu periode yang cukup hangat, diikuti dengan zaman es

kecil hingga awal abad ke 19. Adanya peristiwa pemanasan global serta

melelehnya es yang terjadi setelah periode tersebut dapat dianggap

sebagai tahap pemulihan dari periode tersebut.

Memang selama ini pemanasan global hanya dikenal dari wacana atau

diskusi saja, akan tetapi dewasa ini pemanasan global telah benar-benar terjadi.

Sekarang ini harus dicari solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Semua

bukti di atas menujukkan bahwa bumi belum pernah sepanas ini selama satu

milenium atau lebih dan mungkin bumi tidak pernah memanas secepat 25 tahun

terakir, suatu masa dimana hal alami yang berpengaruh terhadap suhu global,

seperti bintik matahari yang seharusnya berefek mendinginkan tidak berarti apa-

apa. Adanya efek rumah kaca yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan selama

lebih dari seabad yang lalu telah sulit dibantah ahli klimatologi yang mengatakan

bahwa apa yang sedang manusia alami ini merupakan perubahan iklim akibat ulah

manusia.

Hidrosfer

Hidrosfer berasal dari kata hydro artinya air dan sphaira artinya lapisan.

Hidrosfer adalah bagian lapisan air yang menutupi atau berada dalam bumi

manusia (Waluya, 2009:222). Ilmu khusus yang mempelajari air di wilayah

daratan dinamakan hidrologi. Air di daratan sebagian besar berasal dari curah

hujan. Air hujan ini sebagian meresap ke dalam tanah, ada yang mengalir pada

permukaan tanah yang mengalir ke sungai kemudian terus ke laut, ada juga yang

mengalir ke danau atau ke rawa-rawa, sebagian ada yang menguap langsung atau

melalui tumbuh-tumbuhan dan binatang. Semuanya akan mengalir kembali ke

laut. Dari laut airnya akan menguap dan menuju ke daratan lagi yang akhirnya

menjadi hujan.

Akan tetapi kini air menjadi ancaman yang sangat menakutkan bagi

manusia maupun makhluk hidup lainnya. Sering sekali terjadi bencana yang

berkaitan dengan air. Bencana yang manusia hadapi saat ini sangat erat kaitannya

dengan peamanasan global. Pemanasan global sangat berpengaruh pada kondisi

hidrosfer dipermukaan bumi. Akibat terjadinya pemanasan global banyak sekali

6

terjadi perubahan siklus air yang sangat mempengaruhi terhadap kondisi dan

keselamatan manusia.

1. Penyebab Pemanasan Global

1.1 Efek Rumah Kaca

Suhu atmosfer bumi pada saat ini terasa lebih panas dari

sebelumnya. Para ahli klimatologi memperkirakan bahwa suhu

atmosfer bumi telah naik rata-rata sebesar 0,5oC dari 100 tahun yang

lalu. Bahkan berdasarkan pengamatan 30 tahun terakhir ini, kenaikan

suhu rata-rata udara di seluruh dunia sebesar 2oC. Pada beberapa

bagian belahan bumi ada yang kenaikan suhu rata-rata udaranya lebih

besar dari 2 oC, misalnya Bandung mencapai hampir 4

oC, kota Jakarta

mencapai hampir 5 oC. Negara Kanada dan Amerika, khususnya di

California, mencapai keadaan sangat panas yang menyebabkan

kekeringan yang sangat dan kebakaran hutan. Kenaikan suhu rata-rata

tersebut akan terus betambah bila tidak ada usaha pencegahan.

Bencana benar-benar mengancam umat manusia, bencana itu

berupa dampak pemanasan global akibat efek rumah kaca. Agar

mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global,

terlebih dahulu perlu dipahami pengertian efek rumah kaca. Efek

rumah kaca adalah peristiwa alamiah yang kejadiannya mirip dengan

pantulan panas di dalam ruma kaca yang digunakan petani menanam

sayuran pada musim dingin di negara yang mengenal 4 musim. Sinar

matahari masuk kedalam rumah kaca untuk membantu proses

asimilasi. Sisa panas dari matahari seharusnya dikeluarkan ke atmosfer

akan tetapi adanya bilik kaca dan atap kaca memantulkan kembali

panas tersebut sehingga udara di dalam bilik kaca (ruangan) tersebut

naik dan menjadi hangat. Pantulan panas kembali ke ruangan yang

menjadikan suhu dalam ruangan hangat disebut efek rumah kaca.

Wardhana (2010:89) mengungkapkan sebagai berikut.

Proses terjadinya efek rumah kaca di bumi ini adalah karena

di sekitar terdapat lapisan “selimut” yang terbentuk karena

adanya gas rumah kaca dan partikel yang melayang-layang

7

di atmosfer bumi. Sehingga bumi pun menjadi hangat. Gas

rumah kaca inilah yang menjadi penyebab utama efek rumah

kaca, sementara partikel yang melayang-layang di atmosfer

bumi hanya memberikan kontribusi yang relative kecil

terhadapnya.

Gas rumah kaca sendiri adalah gas yang timbul secara

alamiah dan merupakan akibat kegiatan industri. Contoh gas rumah

kaca (GRK) adalah CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O

(nitrogen oksida), CFC (chloro flouro karbon), HFC (hidro flouro

karbon), PFC (perflouro karbon), SF6 (sulphur heksafluoro). Jika GRK

terlepas ke atmosfer dan sampai ke ketinggian troposfer, akan

terbentuk lapisan selimut atau rumah kaca yang mengungkung bumi.

Adapun partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi berasal dari

letusan gunung berapi berupa debu abu vulkanik. Saat melayang-

layang di atmosfer bumi sebelum kemudian jatuh ke bumi, debu abu

vulkanik tersebut berlaku sebagai lapisan selimut yang mengungkung

bumi.

Rumah kaca inilah yang akan memantulkan sebagian panas dari

bumi kembali lagi ke bumi sehingga bumi dan atmosfer menjadi

hangat. Bila hal itu terus berlanjut, dunia akan semakin terancam

mengalami pemanasan global.

1.2 Pengaruh Aktivitas Intenal Bumi

Bumi berbeda dengan planet-planet lain dalam tata surya manusia,

planet Bumi bisa dikatakan merupakan planet yang masih hidup,

karena itu maka planet bumi masih menunjukkan aktivitasnya.

Aktivitas internal bumi ternyata menimbulkan dampak tehadap bumi

itu sendiri. Dampak tersebut antara lain berupa kenaikan suhu bumi.

Kenaikan suhu bumi tentu akan mempengaruhi kondisi saju di kutub

utara dan selatan sehingga menyebabkan pencairan.

Aktivitas intenal bumi yang berpengaruh pada pemanasan global

dibagi menjadi 2 golongan, yaitu proses vulkanik gunung berapi dan

proses pembusukan sampah organik. Secara tidak langsung, manusia

ikut andil dalam pemanasan global, melalui gas rumah kaca yang

timbul akibat aktivitas manusia sendiri.

8

Beberapa aktivitas manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca

adalah sebagai berikut :

1. Transportasi

Pada kota-kota besar, terutama kota dengan lalu lintas padat

memiliki kegiatan industrinya, dapat dipastikan udara dalam

lingkungannya sudah tercemar. Pencemaran udara yang

dikeluarkan dari kegiatan tersebut berupa :

Karbon monoksida (CO)

Nitrogen oksida (NOx)

Belerang oksida (SOx)

Hidrokarbon (HC)

Partikel dan lain-lain.

2. Industri

Aktivitas industri berdampak sangat luas terhadap

perekonomian suatu Negara sehingga banyak Negara di dunia

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pengembangan

industri, termasuk Indonesia.

Semua aktivitas industri yang melibatkan penggunaan bahan

bakar fosil (batubara, minyak bumi dan gas bumi), terutama

sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik yang diperlukan

dalam indutri, dapat dipastikan akan ikut menambah emisi gas

rumah kaca

3. Pembuangan Sampah

Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah yang pada

umunya berasal dari limbah organic yang merupakan

“antropogenic waste” akan mengalami degradasi dan terurai

menjadi gas methan (CH4). Gas CH4 adalah gas rumah kaca

yang bisa menyebabkan timbulnya efek rumah kaca yang

berpotensi menjadi penyebab pemanasan global.

Mekanisme penguraian sampah yang berasal dari limbah

organic menjadi gas CH4, mirip dengan proses pembusukan

sampah secara alamiah, yaitu penguraian secara anaerobik

9

Selain menghasilkan gas CH4, pembuangan sampah akhir yang

hanya memikirkan kebersihan dan estetika lingkungan, juga

menghasilkan gugus A- yang menghasilkan bau busuk. Bau

busuk justru akan merusak estetika dan kenyamanan

lingkungan.

4. Pembakaran Stasioner

Pembakaran stasioner sebagai bagian aktivitas manusia

adalah pembakaran bssahan bakar fosil yang pada umumnya

digunakan untuk bahan bakar pembangkit sumber daya listrik

(Pearce, 2009:243). Pembangkit sumber daya listrik ini

digunakan untuk berbagai keperluan manusia, antara lain listrik

untuk keperluan rumah tangga, untuk keperluan industri dan

untuk keperluan transportasi.

Mekanisme gas rumah kaca yang timbul dari pembakaran

stasioner, mirip dengan mekanisme timbulnya gas rumah kaca

pada aktivitas transportasi dan industri yang menggunakan

bahan bakar fosil. Selain bahan bakar fosil, pembakaran

stasioner menggunakan kayu juga menghasilkan emisi gas

CO2 sehingga emisi gas CO2 ke atmosfer semakin tinggi.

Pembakaran stasioner menggunakan kayu memberikan emisi

gas CO2 yang relatif lebih tinggi daripada pembakaran

stasioner yang menggunakan bahan bakar fosil.

2. Dampak Terhadap Hidrosfer

Dampak dari pemanasan global yang paling berbahaya adalah

perubahan iklim dengan adanya kenaikkan suhu, pencairan es dan gletser,

kenaikan muka air laut, serta kerusakan ekologi makhluk hidup (Pearce,

2003:225). Melihat keadaan bumi ini memang semakin memanas di mana

suhu di bumi ini secara global akan terus meningkat, maka dapat

dipastikan pencairan terhadap gletser-gletser yang sedang terjadi akan

terus berlangsung.

10

Dampak terhadap hidrosfer merupakan rangkaian dari dampak

terhadap atmosfer, antara lain berupa kenaikan suhu atmosfer yang

menyebabkan es di kutub meleleh terutama lapisan es yang ada di Kutub

Selatan. Lubang ozon yang sudah tampak melebar ada di atas Kutub

Selatan dan bergerak ke arah katulistiwa yang menyebabkan tambahan

kenaikan suhu atmosfer di Kutub Selatan. Hal ini menjadi penyebab es di

Kutub Selatan lebih banyak yang meleleh dibandingkan dengan es yang

ada di Kutub Utara. Dampak pelelehan es kutub terhadap hidrosfer, antara

lain berupa:

Luas daratan kutub (terutama Kutub Selatan) berkurang

Banjir bandang

Tinggi permukaan air laut, kadar garam dan suhu air laut berubah

Permukaan air tanah berubah

Penjelasan lebih lanjut mengenai dampak tersebut di atas dapat diikuti

secara garis besar melalui uraian berikut ini.

a. Banjir bandang

Banyak sekali dampak yang muncul akibat dari pemanasan global,

dampak yang muncul ini berkesinambungan dengan hal-hal lain yang

merugikan bagi manusia ataupun makhluk hidup yang ada di bumi. Salah

satunya adalah mencairnya gletser dalam skala yang cukup besar, hal ini

menyebabkan jumlah air di bumi ini menjadi sangat melimpah dan

menyebabkan terjadinya banjir bandang. Banjir bandang yang ditimbulkan

akan menjadi ancaman yang besar bagi makhluk hidup.

b. Luas Daratan Kutub Berkurang

Wilayah kutub utara dan kutub selatan terutama terdiri atas lapisan

es yang semula adalah air laut yang membeku dari laut Arktik yang

menjadi daratan kutub utara dan laut antartika yang menjadi daratan kutub

selatan. Daratan, pulau atau bukit yang ada di kedua kutub tersebut adalah

lapisan es yang tampak mengapung di atas permukaan laut Arktik dan laut

Antartika. Bagian yang tampak mengapung menjadi daratan tersebut

hanya sebagian kecil dari bongkahan es raksasa.

11

Akibat mencairnya es di kutub tersebut adalah terbentuknya pulau-

pulau mini berupa serpihan pulau es atau serpihan bukit es yang terpisah

dari induk daratan es semula. Serpihan-serpihan pulau es tersebut pada

akhirnya akan mencair dan habis atau hilang menyatu menjadi air laut.

Serpihan-serpihan pulau es mencair lebih cepat karena terbawa arus ke

Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik yang suhu air lautnya lebih hangat

dari pada suhu air laut Arktik dan suhu air laut Antartika.

Dari penjelasan tersebut menjadi mudah dipahami mengapa

daratan es di kutub menjadi berkurang luasnya. Luas daratan es kutub

menjadi lebih sempit oleh karena daratan es di kutub merupakan habitat

atau tempat tinggal orang-orang Eskimo, burung penguin, beruang kutub,

singa laut, dan habitat sejenis lumut yang hanya hidup di dearah kutub,

maka ekosistem berubah dan ini jelas akan berpengaruh terhadap

kehidupan dan habitat tersebut.

c. Tinggi Permukaan Air Laut, Kadar Garam, dan Suhu Air Laut Berubah

Perubahan fisik air laut berupa tinggi permukaan air laut, kadar

garam dan suhu air laut berubah karena pemanasan global. Perubahan

tersebut jelas terkait dengan melelehnya es di kutub utara dan kutub

selatan. Es yang meleleh menjadi air tersebut sudah barang tentu

menambah volume air laut, sehingga permukaan air laut akan naik.

Selain itu, kadar garam air laut berubah menjadi lebih rendah dari

kadar semula. Perubahan kadar garam air laut jelas akan berpengaruh

terhadap ikan, udang dan biota laut lainnya. Adapaun perubahan suhu air

laut juga ada hubungannya dengan pelelehan es di kutub utara dan Kutub

Selatan. Perubahan suhu air laut dan juga kadar garam air laut akan

menyebabkan perubahan arah arus air laut yang membawa Plankton dan

perubahan ini tentu akan berpengaruh pada kehidupan ikan, udang dan

biota lainnya.

d. Tinggi Air Permukaan Berubah

Air permukaan dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya

pemanasan global. Pemanasan global seperti yang sudah dibahas di muka

12

menyebabkan suhu atmosfer meningkat, sehingga kebakaran hutan mudah

terjadi yang berakibat pada meluasnya tanah gundul dan gersang yang

menyebabkan menurunnya kemampuan tanah untuk menyerap dan

menyimpan air hujan sehingga air permukaan makin sulit dicapai karena

makin dalam letaknya.

Keadaan ini yang menjadi penyebab sumur rumah tangga jadi

kering. Bukan hanya sumur rumah tangga, kemungkinan besar debit mata

air di kaki gunung dan sungai yang berhulu di mata air juga akan

berkurang atau mengering. Apabila hal ini terjadi maka sawah yang

mengandalkan pengairan dari sungai tersebut akan mengalami kekeringan

dan gagal panen pasti akan terjadi. Akibat selanjutnya yaitu bencana

kekeringan dan kelaparan mengancam umat manusia.

e. Perubahan Iklim/cuaca yang semakin ekstrim

NASA menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada

semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan

berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu

tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru

akan bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat,

ditambah tidak dapat diprediksinya. kedatangan musim hujan ataupun

kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam

yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan.

Benua Antartika di kutub selatan adalah daratan benua dengan wilayah

pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini

jauh lebih dingin daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang

meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah.

3. Usaha Untuk Mengurangi Semakin Parahnya Pemanasan Global

a. Pemanfaatan Limbah Menjadi Pupuk Organik

Limbah organik yang dihasilkan manusia cukup banyak dan bila

tidak dimanfaatkan maka akan mengalami proses pembusukan atau

dekomposisi yang menghasilkan gas CH4. Agar tidak menghasilkan

gas CH4, pemanfaatan limbah organik harus dilakukan dengan proses

aerobik sehingga gas yang keluar ialah gas CO2. Daya potensi gas

13

CH4 menyebabkan efek rumah kaca sendiri lebih kuat kira-kira 21 kali

dari gas CO2.

Atas penjelasan tadi, pemanfaatan limbah organik menjadi pupuk

organik harus dilakukan dengan proses aerobic. Pemakaian pupuk

organik jauh lebih baik daripada pupuk anorganik. Agar mempercepat

proses dekomposisi limbah organik diberi bakteri pengurai yang

sering disebut Effective Microorganisme (EM).

b. Penghijauan Lahan Gundul

Penghijauan lahan gundul adalah bagian dari usaha konservasi

alam atau pelestarian alam yang telah rusak akibat ulah manusia.

Penghijauan lahan gundul diharapkan dapat mengurangi bencana yang

diakibatkan oleh pemanasan global. Penghijauan tanah gundul

berdampak antara lain pada:

Mengurangi bencana tanah longsor untuk daerah

perbumanusian dan mengurangi abrasi laut untuk daerah

lahan pantai.

Menahan dan menyeimbangkan permukaan air tanah, serta

menahan intrusi air laut.

Memelihara keanekaragaman hayati

Menaikkan kadar oksigen dalam udara lingkungan yang

nantinya akan menambah lapisan ozon.

c. Penggantian Bahan Bakar

Pemakaian bahan bakar fosil akan menghasilkan gas CO yang pada

akhirnya akan menjadi gas rumah kaca berupa gas CO2. Maka dari itu

agar mengurangi gas rumah kaca melalui pemakaian pengganti bahan

bakar mulai sekarang bisa diterapkan dengan memakai alternatif

pengganti bahan bakar seperti di bawah ini.

1. Energi Air

Penggunaan energi berdasarkan alasan-alasan berikut:

Energi air merupakan energi yang terbarukan dan tidak

menimbulkan pencemaran lingkungan. Energi air dapat

digunakan sebagai energi potensial pembangkit tenaga

14

listrik dan dimanfaatkan bersama dengan pengembangan

irigasi untuk pertanian, pencegahan dan pengendalian

banjir, pengembangan dan budidaya ikan, pengembangan

wisata air dan penyeimbang air tanah atau permukaan.

2. Energi Pasang Surut

Energi pasang surut sebenarnya termasuk juga energi air,

hanya saja airnya berasal dari peristiwa perubahan

permukaan air sungai atau laut, karena peristiwa alami

pasang dan surut. Peristiwa air pasang dan surut itu sendiri

berasal dari gaya tarik bulan yang berputar mengelilingi

bumi, sehingga secara fisis air ditarik ke atas oleh gaya

gravitasi bulan.

3. Energi Gelombang Laut

Menurut pengamatan ahli energi kelautan, tinggi

gelombang laut yang beraturan dengan selang waktu

tertentu, merupakan modal untuk pasokan energi yang

dapat menggerakkan generator listrik.

4. Energi Angin

Mengingat adanya energi yang terkandung dalam angin,

para ahli ketenagaan berusaha untuk mengubah energi

angin menjadi energi listrik. Bila diubah menjadi energi

listrik, sudah tentu akan lebih banyak lagi manfaatnya yang

bisa diperoleh dari energi angin ini.

5. Energi Panas Bumi

Energi panas bumi adalah energi atau panas yang keluar

dari perut bumi melalui uap panas yang keluar melalui

celah-celah kerak bumi (Wardhana, 2009:56). Inti bumi

yang berupa magma mempunyai panas yang sangat tinggi.

Megma ini juga sering disebut batuan cair yang sangat

panas dan memanasi kerak bumi yang ada diatasnya. Air

hujan yang jatuh ke bumi akan meresap melalui celah

bebatuan kerak bumi sampai pada kedalaman 10-15 km.

15

Air hujan yang meresap tersebut akan dipanasi oleh kerak

bumi yang mendapat panas awal dari magma. Setelah air

hujan yang telah dipanasi tersebut dapat keluar ke

permukaan bumi, setelah terbebas dari tekanan kulit bumi,

setelah terbebas dari tekanan kulit bumi, maka air panas

tersebut akan keluar sebagai air atau uap panas yang

menyembur dari celah-celah bebatuan.

Air atau uap panas yang keluar seperti air mancur

disebut geyser, atau bisa juga berupa uap panas yang

disebut fumarole, atau bisa juga berupa lumpur panas.

Apabila di tempat keluarnya air atau uap panas dilakukan

pengeboran sampai pada kedalaman “reservoir” tempat

sumber air atau uap panas, air atau uap panas tersebut akan

dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas

bumi.

6. Energi Panas Matahari

Manusia sudah sejak lama memanfaatkan energi

panas matahari untuk mendukung kehidupannya, baik

secara sederhana misalnya untuk penjemur padi dan

mengawetkan bahan makanan, maupun secara modern

misalnya dengan memanfaatkan solar cell untuk

menyimpan panas yang diubah menjadi tenaga listrik arus

searah. Solar cell atau sel photovoltaic adalah diode

semikonduktor yang dapat menghasilkan tenaga listrik

antara 0,5-1 volt. Tegangan listrik yang dihasilkan

tergantung pada intensitas sinar (radiasi) matahari yang

datang dan juga pada bahan semikonduktor yang dipakai.

7. Energi Nuklir

Energi nuklir pada saat ini dikatakan sebagai energi

terbaik pengganti energi fosil karena panas (energi) yang

dihasilkan dari reaksi inti terhadap uranium di reactor

nuklir sangat besar. Dari perhitungan energi yang

16

dihasilkan dari reaksi inti U235

, diperoleh suatu kesetaraan

energi yang dibandingkan dengan energi bahan bakar fosil

sebagai berikut: 1 gram uranium = 2,5 ton batubara =

17.500 liter minyak bumi.

Dengan melakukan upaya seperti diatas diharapkan mampu untuk

mengurangi semakin parahnya pemanasan global. Setidaknya jika ada sedikit

upaya baik dari pemerintah dan juga masyarakat akan ikut andil dalam

mengurangi dan menghambat pemanasan global karena manusia sebagai makhluk

yang paling berperan dalam upaya penyelamatan bumi ini.

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Planet Bumi dari tahun ke tahun semakin mengalami kerusakan.

Kerusakan yang semakin parah itu telah menyebabkan pemanasan global.

Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat

manusia terutama dampaknya terhadap kondisi hidrosfer di permukaan bumi.

Fenomena ini tidak lain di akibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan

dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Dalam mengatasi pemanasan global

diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan

saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun manusia bisa mengurangi

efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran manusia terhadap kehidupan

bumi di masa depan. Apabila manusia telah menanamkan kecintaan terhadap

bumi ini maka pemanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa

bumi ini.

Saran

Melihat kenyataan dan kondisi alam yang sangat memprihatinkan,

seharusnya manusia semakin sadar akan pentingnya alam bagi kehidupan. Begitu

banyak bencana yang mengancam umat manusia jika pemanasan global semakin

parah. Hal pertama yang harus dilakukan dan di sadari adalah dimulai dari diri

17

sendiri dengan menanamkan pentingnya alam bagi manusia dan sadar akan

lingkungan kita yang semakin berada dalam kehancuran. Salah satu caranya

dengan tidak melakukan hal yang menyebabkan pemanasan global seperti

penebangan pohon, polusi dan sebagainya. Bagi pemerintah agar lebih

memperhatikan kondisi hutan dengan membatasi dan menindak tegas pembalakan

liar serta semakin menggencarkan kegiatan reboisasi.

18

DAFTAR PUSTAKA

Kodatie, Robert J. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Pearce, Fred. 2003. Pemanasan Global. Jakarta: Erlangga

Rukaesih, Achmad. 2004. Kimia lingkungan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Sjarief, R. 2010. Tata Ruang Hidrologi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Wardhana, W.A. 2010. Dampak Pemanasan Global ( D.B. Hardjono, Ed.).

Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Waluya, Bagja. 2009. Geografi siklus hidrologi (Gurniawan). Jakarta: Tim

redaksi Jakarta