dampak pemanasan global terhadap kondisi hidrosfer di permukaan bumi
TRANSCRIPT
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP KONDISI HIDROSFER
DI PERMUKAAN BUMI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa Indonesia Keilmuan
Yang dibina oleh Dr. Endah Tri Priyatni, M.Pd., dan Muyassaroh, S.S., S.Pd.
Oleh
Zyndhi Nila Falupi
100721403487
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
Mei 2013
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bumi merupakan tempat hidup manusia yang menyediakan dan
memenuhi segala kebutuhan yang manusia perlukan. Segala yang ada di
bumi dimanfaatkan oleh manusia untuk bertahan hidup dan mencari
keuntungan. Kenyataannya manusia menggunakan sumber daya yang ada
di bumi secara berlebihan tanpa memikirkan dan mempertimbangkan
kelestariannya. Hal ini terjadi dengan banyaknya eksplorasi atau
pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan hingga tidak bisa
dikendalikan lagi. Hal itu telah mengakibatkan terjadinya perubahan
lingkungan menuju degradasi dan kerusakan yang berkelanjutan.
Keserakahan manusia ini juga mengakibatkan dampak yang sangat buruk
bagi kehidupannya di saat ini dan di masa yang akan datang.
Salah satu akibat dari perusakan bumi ini adalah Global warming
atau Pemanasan global. Pemanasan global kini bukanlah kata-kata yang
asing bagi telinga manusia, kata-kata tersebut sering muncul dan manusia
dengar beberapa tahun ini. Global warming tentunya sangat berkaitan
dengan kondisi lingkungan hidup yang manusia tempati saat ini yang akan
rentan sekali terhadap segala dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh
pemanasan global ini dan menjadi ancaman umat manusia yang tidak
dapat disepelekan lagi. Negara-negara di dunia juga mulai merasakan
keresahan dengan isu seputar pemanasan global yang dari tahun ke tahun
semakin parah dengan mengadakan KTT bumi yang dibentuk oleh PBB
sehingga mereka sering mengadakan perkumpulan untuk berusaha
mengatasi dan memikirkan penyelesaian yang sekarang tengah
mengancam keselamatan seluruh manusia.
Planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang
mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di
sekitar, juga ditemukan makin banyaknya bencana dan fenomena-
fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini.
Bencana yang terjadi belakangan ini bisa dilihat mulai dari banjir, puting
3
beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun
ke tahun. Peristiwa yang terjadi tersebut tidak lain bahwa merupakan
tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa bumi ini sedang mengalami
proses kerusakan yang menuju pada kehancuran.
Bicara tentang efek pemanasan global tentu dampaknya akan
sangat mempengaruhi terhadap kondisi atmosfer, geosfer, biosfer dan
khususnya hidrosfer seperti yang akan manusia bahas dalam makalah ini.
Hidrosfer merupakan bagian dari bumi yang berbentuk bulatan air.
Keadaan hidrosfer di permukaan bumi sangat erat sekali kaitannya dengan
keselamatan manusia dan pemanasan global. Dengan keadaan bumi ini
yang semakin memanas, dimana suhu di bumi ini secara global telah dan
akan terus meningkat, maka dapat dipastikan akan terjadi pencairan
terhadap gletser-gletser yang sedang terjadi ini dan akan terus
berlangsung.
Mencairnya gletser tersebut banyak sekali dampak yang terjadi
pada keadaan dan kondisi air di permukaan bumi seperti naiknya volume
air laut, bencana banjir, hilangnya daratan dan masih banyak lagi. Dampak
yang muncul ini akan berkesinambungan dengan hal-hal lain yang
merugikan bagi makhluk hidup yang ada di bumi ini. Oleh sebab itu
manusia sebagai penghuni dan yang bertanggung jawab akan bumi perlu
memberikan solusi dan konstribusi nyata terhadap upaya untuk
menanggulangi semakin parahnya pemanasan global sebelum dunia ini
akan benar-benar hancur. Dengan semakin parah dan bahayanya dampak
pemanasan global terhadap kondisi hidrosfer itulah maka makalah ini
dibuat dengan tujuan agar mengetahui penyebab, akibat dan cara untuk
menanggulanginya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penyebab terjadinya pemanasan global?
2. Bagaimana dampak pemanasan global terhadap kondisi hidrosfer?
3. Bagaimana cara mengurangi semakin menngkatnya pemanasan
global di bumi?
4
1.3 TUJUAN
Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pemanasan global
2. Untuk mengetahui dampak pemanasan global terhadap kondisi
hidrosfer
3. Untuk mengetahui cara mengurangi meningkatnya pemanasan
global
BAB II
PEMBAHASAN
Pemanasan Global
Atmosfer bumi tidak pernah bebas dari perubahan. Semakin meningkatnya
jumlah penduduk yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan manusia terutama
dalam bidang transportasi dan industri, maka pakar-pakar atmosfer dunia
memprediksi akan terjadi kenaikan suhu di seluruh permukaan bumi yang dikenal
dengan pemanasan global.
Pemanasan global sendiri di definisikan sebagai adanya proses
peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan di bumi (Rukaesih,
2004:125). Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti
meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan
banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering
yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
Pearce (2003:78) menarik kesimpulan sebagai berikut
Selama kurang lebih 160.000 tahun terakir ini, suhu di bumi mengalami
gejolak naik dan turun yang tajam dan telah terjadi dua zaman es.
Adanya peninggalan budaya yaitu lukisan-lukisan pemandangan Belanda
yang penuh dengan es oleh Bruegel, serta adanya laporan-laporan tentang
festival es di sungai Thames, hal inilah yang mendukung pernyataan
bahwa pada abad pertengahan, yaitu Abad 12-14, belahan bumi utara
5
mengalami suatu periode yang cukup hangat, diikuti dengan zaman es
kecil hingga awal abad ke 19. Adanya peristiwa pemanasan global serta
melelehnya es yang terjadi setelah periode tersebut dapat dianggap
sebagai tahap pemulihan dari periode tersebut.
Memang selama ini pemanasan global hanya dikenal dari wacana atau
diskusi saja, akan tetapi dewasa ini pemanasan global telah benar-benar terjadi.
Sekarang ini harus dicari solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Semua
bukti di atas menujukkan bahwa bumi belum pernah sepanas ini selama satu
milenium atau lebih dan mungkin bumi tidak pernah memanas secepat 25 tahun
terakir, suatu masa dimana hal alami yang berpengaruh terhadap suhu global,
seperti bintik matahari yang seharusnya berefek mendinginkan tidak berarti apa-
apa. Adanya efek rumah kaca yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan selama
lebih dari seabad yang lalu telah sulit dibantah ahli klimatologi yang mengatakan
bahwa apa yang sedang manusia alami ini merupakan perubahan iklim akibat ulah
manusia.
Hidrosfer
Hidrosfer berasal dari kata hydro artinya air dan sphaira artinya lapisan.
Hidrosfer adalah bagian lapisan air yang menutupi atau berada dalam bumi
manusia (Waluya, 2009:222). Ilmu khusus yang mempelajari air di wilayah
daratan dinamakan hidrologi. Air di daratan sebagian besar berasal dari curah
hujan. Air hujan ini sebagian meresap ke dalam tanah, ada yang mengalir pada
permukaan tanah yang mengalir ke sungai kemudian terus ke laut, ada juga yang
mengalir ke danau atau ke rawa-rawa, sebagian ada yang menguap langsung atau
melalui tumbuh-tumbuhan dan binatang. Semuanya akan mengalir kembali ke
laut. Dari laut airnya akan menguap dan menuju ke daratan lagi yang akhirnya
menjadi hujan.
Akan tetapi kini air menjadi ancaman yang sangat menakutkan bagi
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Sering sekali terjadi bencana yang
berkaitan dengan air. Bencana yang manusia hadapi saat ini sangat erat kaitannya
dengan peamanasan global. Pemanasan global sangat berpengaruh pada kondisi
hidrosfer dipermukaan bumi. Akibat terjadinya pemanasan global banyak sekali
6
terjadi perubahan siklus air yang sangat mempengaruhi terhadap kondisi dan
keselamatan manusia.
1. Penyebab Pemanasan Global
1.1 Efek Rumah Kaca
Suhu atmosfer bumi pada saat ini terasa lebih panas dari
sebelumnya. Para ahli klimatologi memperkirakan bahwa suhu
atmosfer bumi telah naik rata-rata sebesar 0,5oC dari 100 tahun yang
lalu. Bahkan berdasarkan pengamatan 30 tahun terakhir ini, kenaikan
suhu rata-rata udara di seluruh dunia sebesar 2oC. Pada beberapa
bagian belahan bumi ada yang kenaikan suhu rata-rata udaranya lebih
besar dari 2 oC, misalnya Bandung mencapai hampir 4
oC, kota Jakarta
mencapai hampir 5 oC. Negara Kanada dan Amerika, khususnya di
California, mencapai keadaan sangat panas yang menyebabkan
kekeringan yang sangat dan kebakaran hutan. Kenaikan suhu rata-rata
tersebut akan terus betambah bila tidak ada usaha pencegahan.
Bencana benar-benar mengancam umat manusia, bencana itu
berupa dampak pemanasan global akibat efek rumah kaca. Agar
mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global,
terlebih dahulu perlu dipahami pengertian efek rumah kaca. Efek
rumah kaca adalah peristiwa alamiah yang kejadiannya mirip dengan
pantulan panas di dalam ruma kaca yang digunakan petani menanam
sayuran pada musim dingin di negara yang mengenal 4 musim. Sinar
matahari masuk kedalam rumah kaca untuk membantu proses
asimilasi. Sisa panas dari matahari seharusnya dikeluarkan ke atmosfer
akan tetapi adanya bilik kaca dan atap kaca memantulkan kembali
panas tersebut sehingga udara di dalam bilik kaca (ruangan) tersebut
naik dan menjadi hangat. Pantulan panas kembali ke ruangan yang
menjadikan suhu dalam ruangan hangat disebut efek rumah kaca.
Wardhana (2010:89) mengungkapkan sebagai berikut.
Proses terjadinya efek rumah kaca di bumi ini adalah karena
di sekitar terdapat lapisan “selimut” yang terbentuk karena
adanya gas rumah kaca dan partikel yang melayang-layang
7
di atmosfer bumi. Sehingga bumi pun menjadi hangat. Gas
rumah kaca inilah yang menjadi penyebab utama efek rumah
kaca, sementara partikel yang melayang-layang di atmosfer
bumi hanya memberikan kontribusi yang relative kecil
terhadapnya.
Gas rumah kaca sendiri adalah gas yang timbul secara
alamiah dan merupakan akibat kegiatan industri. Contoh gas rumah
kaca (GRK) adalah CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O
(nitrogen oksida), CFC (chloro flouro karbon), HFC (hidro flouro
karbon), PFC (perflouro karbon), SF6 (sulphur heksafluoro). Jika GRK
terlepas ke atmosfer dan sampai ke ketinggian troposfer, akan
terbentuk lapisan selimut atau rumah kaca yang mengungkung bumi.
Adapun partikel yang melayang-layang di atmosfer bumi berasal dari
letusan gunung berapi berupa debu abu vulkanik. Saat melayang-
layang di atmosfer bumi sebelum kemudian jatuh ke bumi, debu abu
vulkanik tersebut berlaku sebagai lapisan selimut yang mengungkung
bumi.
Rumah kaca inilah yang akan memantulkan sebagian panas dari
bumi kembali lagi ke bumi sehingga bumi dan atmosfer menjadi
hangat. Bila hal itu terus berlanjut, dunia akan semakin terancam
mengalami pemanasan global.
1.2 Pengaruh Aktivitas Intenal Bumi
Bumi berbeda dengan planet-planet lain dalam tata surya manusia,
planet Bumi bisa dikatakan merupakan planet yang masih hidup,
karena itu maka planet bumi masih menunjukkan aktivitasnya.
Aktivitas internal bumi ternyata menimbulkan dampak tehadap bumi
itu sendiri. Dampak tersebut antara lain berupa kenaikan suhu bumi.
Kenaikan suhu bumi tentu akan mempengaruhi kondisi saju di kutub
utara dan selatan sehingga menyebabkan pencairan.
Aktivitas intenal bumi yang berpengaruh pada pemanasan global
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu proses vulkanik gunung berapi dan
proses pembusukan sampah organik. Secara tidak langsung, manusia
ikut andil dalam pemanasan global, melalui gas rumah kaca yang
timbul akibat aktivitas manusia sendiri.
8
Beberapa aktivitas manusia yang menghasilkan gas-gas rumah kaca
adalah sebagai berikut :
1. Transportasi
Pada kota-kota besar, terutama kota dengan lalu lintas padat
memiliki kegiatan industrinya, dapat dipastikan udara dalam
lingkungannya sudah tercemar. Pencemaran udara yang
dikeluarkan dari kegiatan tersebut berupa :
Karbon monoksida (CO)
Nitrogen oksida (NOx)
Belerang oksida (SOx)
Hidrokarbon (HC)
Partikel dan lain-lain.
2. Industri
Aktivitas industri berdampak sangat luas terhadap
perekonomian suatu Negara sehingga banyak Negara di dunia
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pengembangan
industri, termasuk Indonesia.
Semua aktivitas industri yang melibatkan penggunaan bahan
bakar fosil (batubara, minyak bumi dan gas bumi), terutama
sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik yang diperlukan
dalam indutri, dapat dipastikan akan ikut menambah emisi gas
rumah kaca
3. Pembuangan Sampah
Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah yang pada
umunya berasal dari limbah organic yang merupakan
“antropogenic waste” akan mengalami degradasi dan terurai
menjadi gas methan (CH4). Gas CH4 adalah gas rumah kaca
yang bisa menyebabkan timbulnya efek rumah kaca yang
berpotensi menjadi penyebab pemanasan global.
Mekanisme penguraian sampah yang berasal dari limbah
organic menjadi gas CH4, mirip dengan proses pembusukan
sampah secara alamiah, yaitu penguraian secara anaerobik
9
Selain menghasilkan gas CH4, pembuangan sampah akhir yang
hanya memikirkan kebersihan dan estetika lingkungan, juga
menghasilkan gugus A- yang menghasilkan bau busuk. Bau
busuk justru akan merusak estetika dan kenyamanan
lingkungan.
4. Pembakaran Stasioner
Pembakaran stasioner sebagai bagian aktivitas manusia
adalah pembakaran bssahan bakar fosil yang pada umumnya
digunakan untuk bahan bakar pembangkit sumber daya listrik
(Pearce, 2009:243). Pembangkit sumber daya listrik ini
digunakan untuk berbagai keperluan manusia, antara lain listrik
untuk keperluan rumah tangga, untuk keperluan industri dan
untuk keperluan transportasi.
Mekanisme gas rumah kaca yang timbul dari pembakaran
stasioner, mirip dengan mekanisme timbulnya gas rumah kaca
pada aktivitas transportasi dan industri yang menggunakan
bahan bakar fosil. Selain bahan bakar fosil, pembakaran
stasioner menggunakan kayu juga menghasilkan emisi gas
CO2 sehingga emisi gas CO2 ke atmosfer semakin tinggi.
Pembakaran stasioner menggunakan kayu memberikan emisi
gas CO2 yang relatif lebih tinggi daripada pembakaran
stasioner yang menggunakan bahan bakar fosil.
2. Dampak Terhadap Hidrosfer
Dampak dari pemanasan global yang paling berbahaya adalah
perubahan iklim dengan adanya kenaikkan suhu, pencairan es dan gletser,
kenaikan muka air laut, serta kerusakan ekologi makhluk hidup (Pearce,
2003:225). Melihat keadaan bumi ini memang semakin memanas di mana
suhu di bumi ini secara global akan terus meningkat, maka dapat
dipastikan pencairan terhadap gletser-gletser yang sedang terjadi akan
terus berlangsung.
10
Dampak terhadap hidrosfer merupakan rangkaian dari dampak
terhadap atmosfer, antara lain berupa kenaikan suhu atmosfer yang
menyebabkan es di kutub meleleh terutama lapisan es yang ada di Kutub
Selatan. Lubang ozon yang sudah tampak melebar ada di atas Kutub
Selatan dan bergerak ke arah katulistiwa yang menyebabkan tambahan
kenaikan suhu atmosfer di Kutub Selatan. Hal ini menjadi penyebab es di
Kutub Selatan lebih banyak yang meleleh dibandingkan dengan es yang
ada di Kutub Utara. Dampak pelelehan es kutub terhadap hidrosfer, antara
lain berupa:
Luas daratan kutub (terutama Kutub Selatan) berkurang
Banjir bandang
Tinggi permukaan air laut, kadar garam dan suhu air laut berubah
Permukaan air tanah berubah
Penjelasan lebih lanjut mengenai dampak tersebut di atas dapat diikuti
secara garis besar melalui uraian berikut ini.
a. Banjir bandang
Banyak sekali dampak yang muncul akibat dari pemanasan global,
dampak yang muncul ini berkesinambungan dengan hal-hal lain yang
merugikan bagi manusia ataupun makhluk hidup yang ada di bumi. Salah
satunya adalah mencairnya gletser dalam skala yang cukup besar, hal ini
menyebabkan jumlah air di bumi ini menjadi sangat melimpah dan
menyebabkan terjadinya banjir bandang. Banjir bandang yang ditimbulkan
akan menjadi ancaman yang besar bagi makhluk hidup.
b. Luas Daratan Kutub Berkurang
Wilayah kutub utara dan kutub selatan terutama terdiri atas lapisan
es yang semula adalah air laut yang membeku dari laut Arktik yang
menjadi daratan kutub utara dan laut antartika yang menjadi daratan kutub
selatan. Daratan, pulau atau bukit yang ada di kedua kutub tersebut adalah
lapisan es yang tampak mengapung di atas permukaan laut Arktik dan laut
Antartika. Bagian yang tampak mengapung menjadi daratan tersebut
hanya sebagian kecil dari bongkahan es raksasa.
11
Akibat mencairnya es di kutub tersebut adalah terbentuknya pulau-
pulau mini berupa serpihan pulau es atau serpihan bukit es yang terpisah
dari induk daratan es semula. Serpihan-serpihan pulau es tersebut pada
akhirnya akan mencair dan habis atau hilang menyatu menjadi air laut.
Serpihan-serpihan pulau es mencair lebih cepat karena terbawa arus ke
Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik yang suhu air lautnya lebih hangat
dari pada suhu air laut Arktik dan suhu air laut Antartika.
Dari penjelasan tersebut menjadi mudah dipahami mengapa
daratan es di kutub menjadi berkurang luasnya. Luas daratan es kutub
menjadi lebih sempit oleh karena daratan es di kutub merupakan habitat
atau tempat tinggal orang-orang Eskimo, burung penguin, beruang kutub,
singa laut, dan habitat sejenis lumut yang hanya hidup di dearah kutub,
maka ekosistem berubah dan ini jelas akan berpengaruh terhadap
kehidupan dan habitat tersebut.
c. Tinggi Permukaan Air Laut, Kadar Garam, dan Suhu Air Laut Berubah
Perubahan fisik air laut berupa tinggi permukaan air laut, kadar
garam dan suhu air laut berubah karena pemanasan global. Perubahan
tersebut jelas terkait dengan melelehnya es di kutub utara dan kutub
selatan. Es yang meleleh menjadi air tersebut sudah barang tentu
menambah volume air laut, sehingga permukaan air laut akan naik.
Selain itu, kadar garam air laut berubah menjadi lebih rendah dari
kadar semula. Perubahan kadar garam air laut jelas akan berpengaruh
terhadap ikan, udang dan biota laut lainnya. Adapaun perubahan suhu air
laut juga ada hubungannya dengan pelelehan es di kutub utara dan Kutub
Selatan. Perubahan suhu air laut dan juga kadar garam air laut akan
menyebabkan perubahan arah arus air laut yang membawa Plankton dan
perubahan ini tentu akan berpengaruh pada kehidupan ikan, udang dan
biota lainnya.
d. Tinggi Air Permukaan Berubah
Air permukaan dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya
pemanasan global. Pemanasan global seperti yang sudah dibahas di muka
12
menyebabkan suhu atmosfer meningkat, sehingga kebakaran hutan mudah
terjadi yang berakibat pada meluasnya tanah gundul dan gersang yang
menyebabkan menurunnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menyimpan air hujan sehingga air permukaan makin sulit dicapai karena
makin dalam letaknya.
Keadaan ini yang menjadi penyebab sumur rumah tangga jadi
kering. Bukan hanya sumur rumah tangga, kemungkinan besar debit mata
air di kaki gunung dan sungai yang berhulu di mata air juga akan
berkurang atau mengering. Apabila hal ini terjadi maka sawah yang
mengandalkan pengairan dari sungai tersebut akan mengalami kekeringan
dan gagal panen pasti akan terjadi. Akibat selanjutnya yaitu bencana
kekeringan dan kelaparan mengancam umat manusia.
e. Perubahan Iklim/cuaca yang semakin ekstrim
NASA menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada
semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan
berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu
tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru
akan bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat,
ditambah tidak dapat diprediksinya. kedatangan musim hujan ataupun
kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam
yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan.
Benua Antartika di kutub selatan adalah daratan benua dengan wilayah
pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini
jauh lebih dingin daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang
meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah.
3. Usaha Untuk Mengurangi Semakin Parahnya Pemanasan Global
a. Pemanfaatan Limbah Menjadi Pupuk Organik
Limbah organik yang dihasilkan manusia cukup banyak dan bila
tidak dimanfaatkan maka akan mengalami proses pembusukan atau
dekomposisi yang menghasilkan gas CH4. Agar tidak menghasilkan
gas CH4, pemanfaatan limbah organik harus dilakukan dengan proses
aerobik sehingga gas yang keluar ialah gas CO2. Daya potensi gas
13
CH4 menyebabkan efek rumah kaca sendiri lebih kuat kira-kira 21 kali
dari gas CO2.
Atas penjelasan tadi, pemanfaatan limbah organik menjadi pupuk
organik harus dilakukan dengan proses aerobic. Pemakaian pupuk
organik jauh lebih baik daripada pupuk anorganik. Agar mempercepat
proses dekomposisi limbah organik diberi bakteri pengurai yang
sering disebut Effective Microorganisme (EM).
b. Penghijauan Lahan Gundul
Penghijauan lahan gundul adalah bagian dari usaha konservasi
alam atau pelestarian alam yang telah rusak akibat ulah manusia.
Penghijauan lahan gundul diharapkan dapat mengurangi bencana yang
diakibatkan oleh pemanasan global. Penghijauan tanah gundul
berdampak antara lain pada:
Mengurangi bencana tanah longsor untuk daerah
perbumanusian dan mengurangi abrasi laut untuk daerah
lahan pantai.
Menahan dan menyeimbangkan permukaan air tanah, serta
menahan intrusi air laut.
Memelihara keanekaragaman hayati
Menaikkan kadar oksigen dalam udara lingkungan yang
nantinya akan menambah lapisan ozon.
c. Penggantian Bahan Bakar
Pemakaian bahan bakar fosil akan menghasilkan gas CO yang pada
akhirnya akan menjadi gas rumah kaca berupa gas CO2. Maka dari itu
agar mengurangi gas rumah kaca melalui pemakaian pengganti bahan
bakar mulai sekarang bisa diterapkan dengan memakai alternatif
pengganti bahan bakar seperti di bawah ini.
1. Energi Air
Penggunaan energi berdasarkan alasan-alasan berikut:
Energi air merupakan energi yang terbarukan dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Energi air dapat
digunakan sebagai energi potensial pembangkit tenaga
14
listrik dan dimanfaatkan bersama dengan pengembangan
irigasi untuk pertanian, pencegahan dan pengendalian
banjir, pengembangan dan budidaya ikan, pengembangan
wisata air dan penyeimbang air tanah atau permukaan.
2. Energi Pasang Surut
Energi pasang surut sebenarnya termasuk juga energi air,
hanya saja airnya berasal dari peristiwa perubahan
permukaan air sungai atau laut, karena peristiwa alami
pasang dan surut. Peristiwa air pasang dan surut itu sendiri
berasal dari gaya tarik bulan yang berputar mengelilingi
bumi, sehingga secara fisis air ditarik ke atas oleh gaya
gravitasi bulan.
3. Energi Gelombang Laut
Menurut pengamatan ahli energi kelautan, tinggi
gelombang laut yang beraturan dengan selang waktu
tertentu, merupakan modal untuk pasokan energi yang
dapat menggerakkan generator listrik.
4. Energi Angin
Mengingat adanya energi yang terkandung dalam angin,
para ahli ketenagaan berusaha untuk mengubah energi
angin menjadi energi listrik. Bila diubah menjadi energi
listrik, sudah tentu akan lebih banyak lagi manfaatnya yang
bisa diperoleh dari energi angin ini.
5. Energi Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi atau panas yang keluar
dari perut bumi melalui uap panas yang keluar melalui
celah-celah kerak bumi (Wardhana, 2009:56). Inti bumi
yang berupa magma mempunyai panas yang sangat tinggi.
Megma ini juga sering disebut batuan cair yang sangat
panas dan memanasi kerak bumi yang ada diatasnya. Air
hujan yang jatuh ke bumi akan meresap melalui celah
bebatuan kerak bumi sampai pada kedalaman 10-15 km.
15
Air hujan yang meresap tersebut akan dipanasi oleh kerak
bumi yang mendapat panas awal dari magma. Setelah air
hujan yang telah dipanasi tersebut dapat keluar ke
permukaan bumi, setelah terbebas dari tekanan kulit bumi,
setelah terbebas dari tekanan kulit bumi, maka air panas
tersebut akan keluar sebagai air atau uap panas yang
menyembur dari celah-celah bebatuan.
Air atau uap panas yang keluar seperti air mancur
disebut geyser, atau bisa juga berupa uap panas yang
disebut fumarole, atau bisa juga berupa lumpur panas.
Apabila di tempat keluarnya air atau uap panas dilakukan
pengeboran sampai pada kedalaman “reservoir” tempat
sumber air atau uap panas, air atau uap panas tersebut akan
dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas
bumi.
6. Energi Panas Matahari
Manusia sudah sejak lama memanfaatkan energi
panas matahari untuk mendukung kehidupannya, baik
secara sederhana misalnya untuk penjemur padi dan
mengawetkan bahan makanan, maupun secara modern
misalnya dengan memanfaatkan solar cell untuk
menyimpan panas yang diubah menjadi tenaga listrik arus
searah. Solar cell atau sel photovoltaic adalah diode
semikonduktor yang dapat menghasilkan tenaga listrik
antara 0,5-1 volt. Tegangan listrik yang dihasilkan
tergantung pada intensitas sinar (radiasi) matahari yang
datang dan juga pada bahan semikonduktor yang dipakai.
7. Energi Nuklir
Energi nuklir pada saat ini dikatakan sebagai energi
terbaik pengganti energi fosil karena panas (energi) yang
dihasilkan dari reaksi inti terhadap uranium di reactor
nuklir sangat besar. Dari perhitungan energi yang
16
dihasilkan dari reaksi inti U235
, diperoleh suatu kesetaraan
energi yang dibandingkan dengan energi bahan bakar fosil
sebagai berikut: 1 gram uranium = 2,5 ton batubara =
17.500 liter minyak bumi.
Dengan melakukan upaya seperti diatas diharapkan mampu untuk
mengurangi semakin parahnya pemanasan global. Setidaknya jika ada sedikit
upaya baik dari pemerintah dan juga masyarakat akan ikut andil dalam
mengurangi dan menghambat pemanasan global karena manusia sebagai makhluk
yang paling berperan dalam upaya penyelamatan bumi ini.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Planet Bumi dari tahun ke tahun semakin mengalami kerusakan.
Kerusakan yang semakin parah itu telah menyebabkan pemanasan global.
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat
manusia terutama dampaknya terhadap kondisi hidrosfer di permukaan bumi.
Fenomena ini tidak lain di akibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Dalam mengatasi pemanasan global
diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan
saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun manusia bisa mengurangi
efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran manusia terhadap kehidupan
bumi di masa depan. Apabila manusia telah menanamkan kecintaan terhadap
bumi ini maka pemanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa
bumi ini.
Saran
Melihat kenyataan dan kondisi alam yang sangat memprihatinkan,
seharusnya manusia semakin sadar akan pentingnya alam bagi kehidupan. Begitu
banyak bencana yang mengancam umat manusia jika pemanasan global semakin
parah. Hal pertama yang harus dilakukan dan di sadari adalah dimulai dari diri
17
sendiri dengan menanamkan pentingnya alam bagi manusia dan sadar akan
lingkungan kita yang semakin berada dalam kehancuran. Salah satu caranya
dengan tidak melakukan hal yang menyebabkan pemanasan global seperti
penebangan pohon, polusi dan sebagainya. Bagi pemerintah agar lebih
memperhatikan kondisi hutan dengan membatasi dan menindak tegas pembalakan
liar serta semakin menggencarkan kegiatan reboisasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Kodatie, Robert J. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Pearce, Fred. 2003. Pemanasan Global. Jakarta: Erlangga
Rukaesih, Achmad. 2004. Kimia lingkungan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Sjarief, R. 2010. Tata Ruang Hidrologi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Wardhana, W.A. 2010. Dampak Pemanasan Global ( D.B. Hardjono, Ed.).
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Waluya, Bagja. 2009. Geografi siklus hidrologi (Gurniawan). Jakarta: Tim
redaksi Jakarta