dampak lingkungan pembangkit listrik tenaga

11
Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga Angin Posted on March 1, 2009 by konversi (Firman Sasongko, 1 Maret 2009) Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil. Oleh karenanya tenaga angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang ataupolusi yang berarti ke lingkungan. Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin merupakan proses yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin. Hal ini dapat memakan waktu hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang membutuhkan studi dampak lingkungan yang luas. Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari proses manufaktur komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan didirikan pembangkit listrik tenaga angin. Namun dalam operasinya membangkitkan listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga angin ini tidak menghasilkan emisi yang berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya seperseratusnya saja. Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga angin

Upload: berly-novi-mancilla

Post on 01-Jan-2016

199 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PLTN

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga AnginPosted on March 1, 2009 by konversi

(Firman Sasongko, 1 Maret 2009)

Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara

prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini

berarti eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya

angin yang berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil. Oleh

karenanya tenaga angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia

di masa depan. Tenaga angin juga merupakan sumber energi yang ramah

lingkungan, dimana penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang

ataupolusi yang berarti ke lingkungan.

Penetapan sumber daya angin dan persetujuan untuk pengadaan ladang angin merupakan proses

yang paling lama untuk pengembangan proyek energi angin. Hal ini dapat memakan waktu

hingga 4 tahun dalam kasus ladang angin yang besar yang membutuhkan studi dampak

lingkungan yang luas.

Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh dari proses manufaktur

komponen serta proses pengerjaannya di tempat yang akan didirikan pembangkit listrik tenaga

angin. Namun dalam operasinya membangkitkan listrik, secara praktis pembangkit listrik tenaga

angin ini tidak menghasilkan emisi yang berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik

dengan batubara, emisi karbon dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya

seperseratusnya saja. Disamping karbon dioksida, pembangkit listrik tenaga angin menghasilkan

sulfur dioksida, nitrogen oksida, polutan atmosfir yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan

pembangkit listrik dengan menggunakan batubara ataupun gas. Namun begitu, pembangkit listrik

tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan, terdapat beberapa masalah yang terjadi

akibat penggunaan sumber energi angin sebagai pembangkit listrik, diantaranya adalah dampak

visual , derau suara, beberapa masalah ekologi, dan keindahan.

Page 2: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik. Penggunaan ladang angin

sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang tidak sedikit dan tidak mungkin untuk

disembunyikan. Penempatan ladang angin pada lahan yang masih dapat digunakan untuk

keperluan yang lain dapat menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk setempat. Selain

mengganggu pandangan akibat pemasangan barisan pembangkit angin, penggunaan lahan untuk

pembangkit angin dapat mengurangi lahan pertanian serta pemukiman. Hal ini yang membuat

pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas. Beberapa aturan mengenai tinggi

bangunan juga telah membuat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin dapat terhambat.

Penggunaan tiang yang tinggi untuk turbin angin juga dapat menyebabkan terganggunya cahaya

matahari yang masuk ke rumah-rumah penduduk. Perputaran sudu-sudu menyebabkan cahaya

matahari yang berkelap-kelip dan dapat mengganggu pandangan penduduk setempat.

Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi rendah. Putaran dari

sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih mengganggu daripada suara angin pada

ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu turbin, penggunaan gearboxserta generator dapat

menyebabkan derau suara mekanis dan juga derau suara listrik. Derau mekanik yang terjadi

disebabkan oleh operasi mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau rumah

pembangkit listrik tenaga angin. Dalam keadaan tertentu turbin angin dapat juga menyebabkan

interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi atau transmisi gelombang

mikro untuk perkomunikasian.

Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data turbulensi angin dan

kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari banyak faktor seperti desain sudu,

kecepatan perputaran, kecepatan angin, turbulensi aliran masuk. Derau

aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh karena itu kecepatan perputaran rotor perlu

dibatasi di bawah 70m/s. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari

pembangkit listrik tenaga angin dapat merubah iklim lokal maupun global karena menggunakan

energi kinetik angin dan mengubah turbulensi udara pada daerah atmosfir.

Page 3: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin adalah terhadap

populasi burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar dapat terluka atau bahkan mati akibat

terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar. Namun dampak ini masih lebih kecil jika

dibandingkan dengan kematian burung-burung akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan

aktivitas manusia lainnya yang melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Dalam beberapa studi

yang telah dilakukan, adanya pembangkit listrik tenaga angin ini dapat mengganggu migrasi

populasi burung dan kelelawar. Pembangunan pembangkit angin pada lahan yang bertanah

kurang bagus juga dapat menyebabkan rusaknya lahan di daerah tersebut.

Ladang angin lepas pantai memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan

kapal-kapal yang berlayar. Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat mengganggu

permukaan dasar laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah

terganggunya kehidupan bawah laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di Irlandia, dimana

terjadinya polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok ikan di daerah pemasangan

turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa ladangpembangkit listrik tenaga angin lepas

pantai menambah 80 – 110 dB kepada noise frekuensi rendah yang dapat mengganggu

komunikasi ikan paus dan kemungkinan distribusi predator laut. Namun begitu, ladang angin

lepas pantai diharapkan dapat menjadi tempat pertumbuhan bibit-bibit ikan yang baru. Karena

memancing dan berlayar di daerah sekitar ladang angin dilarang, maka spesies ikan dapat terjaga

akibat adanya pemancingan berlebih di laut.

Page 4: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan dan kecelakaan.

Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat perputaran telah menyebabkan

beberapa kecalakaan dan kematian. Kematian juga terjadi kepada beberapa penerjun dan pesawat

terbang kecil yang melewati turbin angin. Reruntuhan puing-puing berat yangdapat terjadi

merupakan bahaya yang perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya.

Kebakaran pada turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat

tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal ini dapat

menyebarkan asap beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai yang membakar

habis ratusan acre lahan pertanian. Hal ini pernah terjadi pada Taman Nasional Australia dimana

800 km2 tanah terbakar. Kebocoran minyak pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan

terjadinya polusi daerah setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum.

Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam pembangunan pembangkit

listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan penggunaan energi fosil, dampaknya

masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan energi angin dalam kelistrikan telah turut serta

dalam mengurangi emisi gas buang.

Penggunaan inovasi dalam teknologi, bagaimanapun selalu memunculkan permasalahan baru

yang memerlukan pemecahan dengan terknologi baru lagi. Oleh karena itu kita sebagai orang-

orang yang bergerak di bidang science dan teknologi haruslah dapat terus mengembangkan

teknologi yang lebih ramah lingkungan yang memiliki efek negatif sekecil mungkin.

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP : KEBERUNTUNGAN Vs BENCANA? (Sebuah Perspektif Lingkungan Hidup)

OLEH : EDI PLAIMO 

       Menjadi salah seorang yang hidup dan beraktifitas dalam terang adalah impian semua orang. Sebagai manusia biasa Penulis merasa tidak mampu melakukan banyak hal dalam kegelapan. Oleh karena itu wajar jika Penulis adalah salah satu dari beberapa ratus ribu penduduk alor yang merindukan bahkan mendambakan pelayanan yang maksimal dari PLN saat ini. Namun jika ditelisik lebih jauh untuk melihat kemampuan PLN saat ini ibarat ingin memeluk gunung namun apa daya tangan tak sampai karena terlihat jelas keinginan melayaninya begitu tinggi namun kemampuan mesin sangat dibawah standar. Terbalik dengan kemampuan mesin, PLN saat ini, terus – menerus melayani pelanggan yang ingin pasang baru dan hasilnya hampir tiap hari tidak kenal siang dan malam PLN terus memadamkan

Page 5: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

listrik secara begilir tentu saja ini maksud baik demi mamaksimalkan pelayanan (sedikit-sedikit semua rasa) serta menjaga keawetan mesin.

       Namun sekulimit perasaan galau Penulis diatas akan segera menjadi sebuah masa lalu karena sebentar lagi Pemda Alor akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Sebagai salah seorang pengguna bahkan penikmat terang penulis berharap–harap cemas menunggu pelaksanaan mega proyek ini, bahkan sampai pada kegiatan operasional karena Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) disinyalir akan menerangi wilayah Kabupaten Alor secara utuh bahkan dapat menyuplai listrik ke Kabupaten-kabupaten lain di sekitar wilayah Kabupaten Alor karena kemampuannya mencapai beberapa giga watt.

       Memang ada suara-suara miris setelah informasi tentang program pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulai kedengaran. Berbagai organisasi masyarakat, pemuda bahkan secara tidak malu-malu lembaga keagamaan pun terkadang di gunakan sebagai media bahkan corong untuk menginformasikan hal-hal baik yang di timbulkan atau dampak positif dari adanya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) maupun tanggapan sebaliknya dari dampak yang akan dihasilkan. Tetapi disini penulis tidak ingin terjebak dengan dua kutub pendapat berbeda yang disebutkan diatas tetapi penulis membebaskan diri dengan memberi argument sesuai dengan kehendak penulis. Sebagai seorang akademisi penulis memang dituntut memberi informasi untuk kepentingan masyarakat umum berkaitan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Pertama penulis akan memberi penjelasan tentang dampak dari penggunaan batu bara dan limbah buangan nya bagi kehidupan (pembangkit listrik tenaga uap memakai batubara sebagai bahan bakar) :

       Pemakaian batubara sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik memang dapat menghasilkan tenaga listrik dengan biaya yang relatif murah, namun dampak pencemaran yang ditimbulkan oleh pembakaran batubara perlu kiranya mendapat perhatian yang seksama. Masalah polusi inilah yang membatasi penggunaannya secara besaran-besaran

pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga dapat menimbulkan polutan yang mencemari udara berupa CO (karbon monoksida), NOx (oksida-oksida nitrogen), SOx (oksida-oksida belerang), HC (senyawa-senyawa karbon), fly ash (partikel debu). dan juga partikel-partikel yang terhambur ke udara sebagai bahan pencemar udara. Partikel-partikel tersebut antara lain adalah: Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C), Debu-debu silika (SiO 2 ), Debu-debu alumia (Al 2 O 3) dan Oksida-oksida besi (Fe 2 O 3 atau Fe 3 O 4 ) Partikel-partikel tersebut dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan, selain timbulnya hujan asam yang dapat merusak hutan mangrove (wilayah pesisir Fanating dan sekitarnya memilki hutan mangrove cukup lebat) serta hutan umumnya dan lahan pertanian maupun efek rumah kaca yang dapat menyebabkan kenaikan suhu di permukaan bumi dengan segala efek sampingannya yang disebabkan oleh gas-gas hasil pembakaran batu bara.

       Sebagaimana halnya polutan (bahan pencemar) konvensional yang keluar dari batubara, polutan radioaktif pun dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh

Page 6: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

manusia melalui udara yang dihirup oleh paru-paru, maupun melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi oleh polutan radioaktif misalnya limbah pembuangan hasil pembakaran yang dibuang lalu terserap ke laut berikatan dengan unsur klor dalam air laut, yang kemudian masuk kepada planton dan berpindah ke biota laut lain. Biota ini lalu dikonsumsi oleh warga dan menimbulkan penumpukan radioaktif didalam tubuh . Polutan radioaktif yang terakumulasi didalam tubuh dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama karena sifat polutan radioaktif yang pada umumnya adalah carcinogenik atau perangsang timbulnya kanker.

       Jadi secara jujur dapat dikatakan bahwa pemakaian batubara juga dapat menaikkan kontribusi zat radioaktif dilingkungan (kita akan di ingatkan kembali oleh kasus teluk buyat di Sulawesi utara). Kedua, karena penulis adalah Pemerhati Lingkungan sekaligus mengajar Mata Kuliah Konservasi Sumber Daya Perairan pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Periaran di Universitas Tribuana maka penulis merasa sangat relevan memberikan argumentasi tentang kegunaan hutan mangrove yang berdekatan dengan areal pembangunan PLTU dimana akan mendapatkan dampak langsung bencana ekologis jika pola penanganan yang baik di abaikan atau tanpa proses AMDAL yang benar terlebih dahulu ; Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia. betapa pentingnya mangrove atau hutan pantai bagi perlindungan pantai. wilayah yang memiliki mangrove dan hutan pantai yang relatif baik, cenderung kurang terkena dampak gelombang besar (Harada dan Fumihiko, 2003 dalam Diposaptono, 2005). Selanjutnya Mazda dan Wolanski (1997) serta Mazda dan Magi (1997) menambahkan bahwa vegetasi mangrove, terutama perakarannya dapat meredam energy gelombang. Kondisi yang diceritakan di atas akan berbanding terbalik jika keberadaan PLTU turut memiliki peran merusak vegetasi hutan mangrove diwilayah pesisir Fanating dan sekitarnya (areal PLTU), jika di tilik Pencemaran Laut menurut Peraturan Pemerintah No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut adalah :

Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya.

Demikian maka Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, yang umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah berbahaya yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll. Akan merusak zat adiktif tanaman mangrove sehingga bila peristiwa pencemaran terjadi secara kontinyu maka dapat di pastikan hutan mangrove di wilayah ini akan segera punah selain itu akan

Page 7: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

merugikan petani rumput laut dan pengusaha budi daya mutiara di perairan teluk mutiara dan sekitarnya.

       Sangat tidak etis jika penulis hanya menjelaskan sisi kehati-hatian dari adanya PLTU. Ada beberapa sumber tentang manfaat adanya PLTU terutama yang disampaikan lewat skripsinya Dian Dewi yang di pos di blognya pada tanggal 2 August 2011 tentang Pengaruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Pltu) Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tanjung Jati Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara yang di akses tanggal 2 april 2013 menunjukan ada beberapa kemajuan yang di timbulkan oleh adanya PLTU yakni : secara langsung maupun tidak langsung telah berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan baru dalam masyarakat, menyebabkan usaha jasa seperti kos-kosan dan warung-warung yang bertujuan menyediakan kebutuhan warga pendatang yang bekerja di PLTU, Organisasi kemasyarakatan yang ada mengalami peningkatan dengan adanya warga pendatang yang ikut berperan aktif didalamnya dan mempengaruhi cara pandang masyarakat tentang pendidikan.

       Mencermati tulisan ini sejak awal kalimat sampai pada akhir penulis memiliki sejumlah konsep berpikir yang dapat ditawarkan kepada semua pihak terutama kepada pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan pengambil kebijakan antara lain :

1. Areal pembangunan PLTU saat ini (wilayah pesisir fanating dan sekitarnya) adalah daerah potensial untuk pertanian dan perikanan sehingga jika masih bisa dialihkan ketempat lain (mencari lahan kosong yang tidak potensial dan jauh dari permukiman)

2. Lokasi pembangunan PLTU saat ini (wilayah pesisir fanating dan sekitarnya) berada di dalam teluk mutiara jika parairannya tercemar maka akan sulit untuk dilakukan rehabilitasi (recovery) sebab sirkulasi air laut yang stagnan selain itu bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, yang umumnya adalah logam maka akan terjadi pengendapan sehingga lambat laun daerah sekitar akan ikut juga tercemar

3. Dalam pelaksanaan Pembangunan PLTU diharapkan agar penerapan satuan operasional prosedur (SOP) untuk Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) benar-benar di kedepankan.

       Jika pengamatan kita di arahkan pada judul tulisan ini yakni PLTU : Keberuntungan Vs Bencana maka muncul bermacam-macam anasir akan tetapi disini penulis mencoba mengungkapkan sesuai anasir penulis adalah pembangunan PLTU sama dengan keberuntungan yang akan melawan bencana, jika di kelola baik walaupun kecil kemungkinannya akan membawa keberuntungan akan tetapi jika dikelola dengan tidak hati-hati maka dapat di pastikan akan ada bencana di bumi Alor tercinta ini.

Semoga "Pembangunan Berwawasan Lingkungan" menjadi kenyataan dan tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai visi dan misi pembangunan saja.

Page 8: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

*)Penulis adalah salah satu staf pengajar di

Universitas Tribuana Kalabahi

Page 9: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

Masalah lingkungan utama pada tenaga nuklir adalah limbah radioaktif seperti uranium di mill tailings (penggilingan), pada bahan bakar bekas-pakai dari reaktor, dan limbah radioaktif lainnya. Bahan-bahan ini bisa tetap radioaktif dan berbahaya bagi kesehatan manusia selama ribuan tahun. Karenanya, pihak operator tunduk pada peraturan khusus yang mengatur penanganan, transportasi, penyimpanan, dan pembuangan mereka untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Limbah radioaktif diklasifikasikan sebagai tingkat rendah dan tingkat tinggi. Radioaktif limbah ini dapat berkisar dari tepat di atas tingkat alamiah, seperti dalam uranium mill tailings, dan tingkat yang jauh lebih tinggi, seperti bahan bakar bekas-pakai dari reaktor (limbah) atau bagian-bagian di dalam reaktor nuklir.Radioaktivitas limbah nuklir menurun seiring waktu melalui proses yang disebut peluruhan radioaktif. Limbah radioaktif dengan waktu paruh yang singkat sering disimpan sementara sebelum dibuang untuk mengurangi dosis potensi radiasi bagi pekerja yang menangani dan mengangkut limbah, serta untuk mengurangi tingkat radiasi di lokasi pembuangan.

Berdasarkan volume, sebagian besar limbah yang terkait dengan industri tenaga nuklir memiliki tingkat radioaktivitas yang relatif rendah. Uranium mill tailings mengandung unsur radioaktif radium, yang meluruh untuk menghasilkan radon, gas radioaktif. Kebanyakan fabrikasi tailing uranium ditempatkan di dekat fasilitas pengolahan atau lokasi dimana mereka berasal, dan ditutup dengan pembatas dari bahan seperti tanah liat untuk mencegah radon lepas ke atmosfer dan kemudian dibuat segel penghalang berupa lapisan tanah, batu, atau materi lainnya untuk mencegah erosi.

Jenis lain dari limbah radioaktif tingkat rendah adalah alat-alat, pakaian pelindung, kain mengelap, dan item sekali pakai lainnya yang bisa terkontaminasi oleh sejumlah kecil debu atau partikel radioaktif di fasilitas pemrosesan bahan bakar nuklir dan pembangkit listrik. Bahan-bahan ini tunduk pada peraturan khusus yang mengatur penanganan, penyimpanan, dan pembuangan mereka, sehingga mereka tidak akan kontak dengan lingkungan luar.

Limbah radioaktif tingkat tinggi terdiri dari "iradiasi" atau bahan bakar reaktor nuklir bekas-pakai (yaitu, bahan bakar yang telah digunakan dalam reaktor untuk menghasilkan listrik). Bahan bakar reaktor yang digunakan adalah dalam bentuk padat yang terdiri dari pelet bahan bakar kecil dalam tabung logam panjang.

Penyimpanan Bahan Bakar Bekas-Pakai dan Dekomisioning PLTNFuel assembly bekas-pakai sangat radioaktif dan awalnya harus disimpan dalam kolam yang dirancang khusus dan menyerupai kolam renang yang besar, dimana air mendinginkan bahan bakar dan bertindak sebagai perisai radiasi, atau dalam wadah penyimpanan kering yang dirancang khusus. Sekarang, semakin banyak operator yang menyimpan bahan bakar bekas-pakai yang lebih tua di fasilitas penyimpanan kering menggunakan beton outdoor khusus atau kontainer baja dengan pendingin udara.

Ketika pembangkit listrik tenaga nuklir berhenti operasi, semua fasilitasnya harus dinonaktifkan. Komisi Pengaturan Nuklir memiliki aturan ketat yang mengatur dekomisioning instalasi nuklir.

Page 10: Dampak Lingkungan Pembangkit Listrik Tenaga

Reaktor Nuklir dan Pembangkit Listrik Memiliki Fitur Keselamatan dan  Keamanan KompleksReaksi nuklir yang tak terkendali di dalam reaktor nuklir dapat berpotensi menyebabkan kontaminasi radioaktivitas secara luas di udara dan air, ratusan kilometer di sekitar reaktor. Risiko ini dapat dihindari dengan menggunakan pengaman yang banyak dan beragam, serta melibatkan banyak sistem keselamatan pada pembangkit tenaga nuklir, pelatihan dan keterampilan para operator reaktor, pengujian dan kegiatan pemeliharaan, dan dengan persyaratan peraturan dan pengawasan dari Komisi Pengaturan Nuklir.Area yang luas di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir dibatasi dan dijaga oleh tim keamanan bersenjata. Reaktor juga harus memiliki penahan yang dirancang untuk menahan cuaca ekstrim dan gempa bumi.