dalam perspektif militer dan bisnis
TRANSCRIPT
Dr. Arief Prayitno Dr. Rudiyanto
Dr. Rusdin
STRATEGI BERSAING Dalam Perspektif Militer dan Bisnis
Secara komprehensif menuntun pembaca yang budiman untuk
memahami makna, konsep, teori, dan implementasinya pada
Pertahanan Negara dan Organisasi Bisnis, disertai contoh Praktis.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini, serta
memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit.
© 2019, Penerbit Alfabeta, Bandung
Hnk06 (xxii + 530) 18 x 25 cm
Judul Buku : Strategi Bersaing: Dalam Perspektif Militer dan Bisnis
Penulis : Dr. Arief Prayitno, S.IP., SH., M.Hum. e-mail: [email protected]
Dr. Ir. Rudiyanto, Dip.ISM., MIIRSM., M.B.A. e-mail: [email protected]
Dr. Drs. Rusdin, M.Si. e-mail: [email protected].
Reviewer : Dr. Hj. Erni R. Ernawan, S.E., M.M. (Lektor Kepala pada Kopertis Wilayah IV Jawa Barat)
e-mail: [email protected]
Dr. Mathius Tandi Ontong, S.E., M.Si., Ak. (Lektor Kepala pada FEB Universitas Kristen Maranatha)
e-mail: [email protected]
Dr. Dra. Taufani CK., M.Si. (Lektor Kepala pada Universitas Pendidikan Indonesia)
E-mail: [email protected]
Penerbit : ALFABETA, cv
Jl. Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung
Telp. (022) 200 8822 Fax. (022) 2020 373
Website: www.cvalfabeta.com
Email : [email protected]
Cetakan Kesatu : April 2019
ISBN : 978-602-289-517-6
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
PERHATIAN: KECELAKAAN BAGI ORANG-ORANG YANG CURANG
(QS: Al-Muthafiffin Ayat 1) Para pembajak, penyalur, penjual, pengedar dan pembeli buku bajakan, adalah bersekongkol dalam alam perbuatan CURANG. Kelompok genk ini saling membantu memberi peluang hancurnya citra bangsa, “merampas” dan “memakan” hak orang lain dengan cara yang bathil dan kotor. Kelompok makhluk ini, semua ikut berdosa, hidup dan kehidupannya tidak akan diridhai dan dipersempit rezekinya oleh Allah Swt.
(Pesan dari penerbit ALFABETA)
Buku ini menuntun pembaca
untuk memahami persaingan
bisnis yang semakin ketat
membuat para pengambil
keputusan dalam bisnis untuk
memahami dan mengimple-
mentasikan strategi yang tepat
demi meraih keunggulan ber-
saing. Pada situasi kini, tidak
sedikit pebisnis yang berhasil
mentransformasikan strategi
militer guna mengimplementa-
sikan strategi bisnisnya.
Telah banyak organisasi nir
laba maupun organisasi yang
profit oriented atau perusahaan
kelas dunia yang menerapkan
strategi militer dalam
bisnisnya. Pola persaingan,
situasi, dan tujuan yang hampir
sama dengan militer membuat
para ekonom, pebisnis, dan
para akademisi sebagai periset
guna melakukan transformasi
dan implementasi dalam
strategi bisnis.
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Ka
ta P
en
ga
nta
r
v Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahyanto, S.IP.
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Indonesia sangat berkepentingan dalam menciptakan keamanan
di suatu kawasan regional. Karena itu, tata kelola sumber daya alam,
wilayah perbatasan, dan pertahanan yang handal sangat diperlukan.
Dalam konteks Hubungan Internasional, Indonesia tetap
mengedepankan politik bebas aktif yang berpedoman pada prinsip cinta
damai tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatan, serta
berpandangan bahwa negara tetangga merupakan sahabat yang
memiliki komitmen bersama dalam menjaga stabilitas keamanan
kawasan. Sebagai upaya memperbesar persamaan dan memperkecil
perbedaan dalam penyelesaian masalah perlu diutamakan dan
mendorong perdamaian sesuai mukadimah Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945.
Perkembangan lingkungan strategis yang dinamis senantiasa
membawa perubahan terhadap spektrum ancaman yang kompleks dan
KATA PENGANTAR PANGLIMA
TENTARA NASIONAL INDONESIA
Strategi Bersaing: Pendekatan Militer dan Bisnis
vi Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Ka
ta P
en
ga
nta
r
berimplikasi terhadap pertahanan Nasional. Kompleksitas ancaman
digolongkan ke dalam pola dan jenis ancaman yang multidimensional
berupa ancaman militer, ancaman nonmiliter dan ancaman keduanya
yang dapat dikategorikan dalam bentuk ancaman nyata dan belum
nyata.
Dengan demikian, pertahanan negara ke depan memerlukan
keterpaduan pertahanan militer dan pertahanan nonmiliter (bisnis)
melalui usaha membangun kekuatan dan kemampuan pertahanan
nasional yang kuat dan disegani serta memiliki daya tangkal tinggi.
Seiring dengan selesainya penyusunan buku Strategi Bersaing,
yang mengangkat tema Strategi Bersaing dalam perspektif militer dan
bisnis, sebagai wujud kepedulian dan merupakan sumbangsih nyata
dalam membentuk paradigma pengembangan ketahanan nasional yang
menitikberatkan pada kekuatan bisnis (nonmiliter), dan militer sangat
relevan dengan tekad kami dalam membangun prajurit
yang profesional, disiplin, militan dan rendah hati.
Untuk itu, selaku pimpinan TNI dan atas segenap prajurit TNI,
saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada
Kol. Inf. Dr. Arief Prayitno, S.IP., SH., M.Hum. bersama Dr. Ir.
Rudiyanto, Dip.ISM., MIIRSM., MBA dan Dr. Drs. Rusdin, M.Si., yang
telah secara langsung dan tidak langsung berkontribusi dalam
menyusun Buku Strategi Bersaing ini. Semoga kita semua senantiasa
dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bandung, 15 September 2018
Panglima TNI,
Marsekal TNI Hadi Tjahyanto, S.IP.
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Ka
ta S
am
bu
tan
vii Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr.
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Eksistensi dan identitas sebuah Universitas segera dapat diukur dan
dipahami dari kreasi ilmiah dari setiap elemen di Universitas tersebut,
termasuk alumninya. Makin banyak dan berbobot karya ilmiah yang
dihasilkan, makin tinggi pula eksistensi, pemahaman dan penghargaan
orang terhadap perguruan tinggi yang bersangkutan.
Salah satu kreasi ilmiah yang akan menjadi barometer bagi eksistensi,
pemahaman dan penghargaan terhadap sebuah Universitas adalah
publikasi ilmiah baik yang dipublikasikan di berbagai jurnal maupun dalam
bentuk text book yang dapat menjadi acuan bagi para mahasiswa dan
siapapun yang berminat untuk memahami suatu fenomena ilmiah yang
ditulis oleh Civitas Akademika Universitas maupun Alumninya. Kita dapat
memahami Indonesia sangat berkepentingan dalam menciptakan
keamanan di suatu kawasan regional. Karena itu, tata kelola sumber daya
alam, wilayah perbatasan, dan pertahanan yang handal sangat diperlukan.
Dalam konteks perkembangan lingkungan strategis yang dinamis
senantiasa membawa perubahan terhadap spektrum ancaman yang
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Ka
ta P
en
ga
nta
r
viii Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
kompleks dan berimplikasi terhadap baik pertahanan Nasional maupun
peluang Investor untuk berinvestasi baik dalam Dunia Industri Manufaktur
maupun Dunia Industri Jasa termasuk jasa Pendidikan di dalamnya.
Kompleksitas ancaman yang multidimensional berupa ancaman Globalisasi
Industri Jasa, dan lainnya merupakan ancaman nyata semua negara.
Dengan demikian, pertahanan negara ke depan memerlukan
keterpaduan pertahanan militer maupun pertahanan bisnis melalui usaha
membangun kekuatan sumber daya manusia yang memiliki daya saing
berkesinambungan, yang kuat dan disegani serta memiliki daya tangkal
tinggi.
Buku Strategi Bersaing dalam perspektif Militer dan Bisnis yang ditulis
oleh Kol. Inf. Dr. Arief Prayitno, S.IP., S.H., M.Hum. bersama Dr. Ir.
Rudiyanto, Dip.ISM., MIIRSM., MBA dan Dr. Drs. Rusdin, M.Si., ini
mengangkat masalah Strategi Bersaing dalam perspektif Militer dan Bisnis,
sebagai wujud kepedulian dan merupakan sumbangsih nyata dalam
membentuk paradigma pengembangan ketahanan nasional yang
menitikberatkan pada kekuatan bisnis dan kekuatan pertahanan, sangat
relevan dengan tekad menyediakan sumber daya manusia yang terdidik dan
terlatih dalam membangun human capital yang professional.
Atas dedikasi Kol. Inf. Dr. Arief Prayitno, S.IP., S.H., M.Hum. bersama
Dr. Ir. Rudiyanto, Dip.ISM., MIIRSM., MBA dan Dr. Drs. Rusdin, M.Si., yang
telah secara nyata berkontribusi dalam menyusun buku Strategi Bersaing
dalam Perspektif Militer dan Bisnis ini, diucapkan terimakasih teriring
do’a semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin YRA.
Wassalamualaikum Wr Wb
Bandung, 19 September 2018
Rektor Universitas Padjadjaran,
Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr.
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Ka
ta S
am
bu
tan
ix Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Letjen TNI Dr. Yoedhi Swastanto, M.B.A.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya. Selaku Pimpinan Universitas
Pertahanan (Unhan), kami menyambut baik atas terbitnya buku dengan
berjudul “Strategi Bersaing: dalam perspektif Militer dan Bisnis”
yang ditulis oleh Kolonel Inf Dr. Arief Prayitno, M.Hum., bersama Dr. Ir.
Rudiyanto, Dip.ISM., MIIRSM., MBA dan Dr. Drs. Rusdin, M.Si., secara nyata
telah berkontribusi dalam memperkaya khasanah keilmuan dalam
membentuk paradigma pengembangan ketahanan ”Negara” dan
”Organisasi Bisnis” yang menitikberatkan pada kekuatan militer dan
nonmiliter (bisnis) relevan dengan visi universitas kami “pada tahun 2024
menjadi Universitas Pertahanan berstandar kelas dunia (world class
university) dengan berbasis riset yang melestarikan nilai-nilai kebangsaan”.
Buku ini relevan pula dengan misi universitas kami, yaitu: Mendidik
calon pimpinan militer dan sipil yang profesional, inovatif, serta memiliki
nilai-nilai perjuangan dan kejuangan yang diperoleh secara empiris
akademis melalui program pendidikan pascasarjana; Mengembangankan
ilmu pertahanan sebagai interdisipliner antar berbagai keilmuan guna
meningkatkan kemampuan sistem pertahanan Negara; Menyelenggarakan
sistem pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
berbasis mutu; Menyelenggarakan manajemen dengan pendekatan
SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS PERTAHANAN
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Ka
ta P
en
ga
nta
r
x Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
partisipatif dan kolegial didukung administrasi pendidikan tinggi berbasis
mutu yang efisien dan akuntabel; Melaksanakan kerja sama dengan
berbagai instansi dan perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri
guna peningkatan dan pengembangan keilmuan untuk memperkuat
pertahanan Negara; Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
(dosen dan tenaga kependidikan) berdaya saing dalam bidang pertahanan
dan bela negara; Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan untuk
mendukung pembelajaran inovatif dan modern.
Buku ini membuat substansi materi cukup baik dan lengkap yang
ditulis berdasarkan studi literatur, pengalaman empirik, dan pengajaran di
TNI, BUMN, Unhan dan Unpad. Kami memandang Buku ini penting untuk
diterjemahkan ke dalam Bahasa Internasional, misalnya: Competitive
Strategy: in a Military and Business perspective. Hal ini akan
merupakan salah satu cara dalam membantu mewujudkan visi Unhan. Kami
berharap kepada mahasiswa dan para pengajar di Universitas dan
Perguruan Tinggi lainnya untuk membaca buku yang sangat penting ini,
guna mengembangkan keilmuan dalam bidang strategi bersaing yang
terkait dengan ilmu lainnya, seperti: ilmu politik, ilmu ekonomi, dan ilmu
bisnis lainnya.
Akhirnya kami menyampaikan terimakasih atas kerjasamanya
kepada penulis yang telah mengorbankan waktunya, menyumbangkan
pemikiran sekaligus mendedikasikan pengetahuannya untuk kepentingan
pertahanan Negara pada umumnya, dan mendukung misi Universitas
Pertahanan. Semoga penulis terus berkarya dan menerbitkan buku-buku
lain yang berkaitan dengan Ilmu Pertahanan sebagai pelengkap buku yang
sudah ada. Semoga Tuhan YME selalu memberikan kekuatan dan
keselamatan bagi kita dalam mewujudkan pengabdian pada Bangsa dan
Negara.
Selamat Membaca!
Jakarta, 1 Juli 2018
Rektor Universitas Pertahanan,
Letjen TNI Dr. Yoedhi Swastanto, M.B.A.
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Ka
ta P
en
ga
nta
r
xi Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Indonesia berada di antara dua samudera dan dua benua, yang
memiliki keunikan geografis dan strategis. Kondisi ini menempatkan
Indonesia berbatasan laut dan darat secara langsung dengan sepuluh
negara di satu kawasan regional. Indonesia juga memiliki perairan, sebagai
salah satu urat nadi perdagangan internasional yang menjadikan Indonesia
rentan terhadap sengketa perbatasan dan ancaman keamanan yang
berimplikasi terhadap instabilitas, baik di dalam negeri maupun di suatu
kawasan regional. Sebagai negara kepulauan dan negara maritim,
Indonesia sangat berkepentingan dalam menciptakan keamanan di suatu
kawasan regional, termasuk keamanan maritim dalam rangka mendukung
kepentingan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (World Maritime Shaft).
Karena itu, tata kelola sumber daya alam, wilayah perbatasan, dan
pertahanan yang handal sangat diperlukan.
Konteks relasi Internasional, Indonesia tetap mengedepankan
politik bebas aktif yang berpedoman pada prinsip cinta damai tetapi lebih
cinta kemerdekaan dan kedaulatan, serta berpandangan bahwa negara
tetangga merupakan sahabat yang memiliki komitmen bersama dalam
menjaga stabilitas keamanan kawasan. Karena itu, memperbesar
persamaan dan memperkecil perbedaan dalam penyelesaian masalah perlu
diutamakan dan mendorong perdamaian sesuai mukadimah Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.
Perkembangan lingkungan strategis yang dinamis senantiasa
membawa perubahan terhadap spektrum persaingan yang kompleks dan
berimplikasi terhadap strategi bersaing. Kompleksitas persaingan
digolongkan ke dalam pola dan jenis strategi yang multidimensional berupa
strategi militer, strategi bisnis dan strategi lainnya yang dapat dikategorikan
dalam bentuk ancaman berwujud (tangible) dan tidak berwujud
(intangible). Dengan demikian, strategi bersaing ke depan memerlukan
KATA PENGANTAR PENULIS
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
xii Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Ka
ta P
en
ga
nta
r
keterpaduan strategi militer dan strategi bisnis melalui usaha membangun
kekuatan dan kemampuan pertahanan nasional yang kuat dan disegani
serta memiliki daya tangkal tinggi.
Pengamatan dan pemikiran inilah yang mendorong penulis untuk
mengangkat masalah Strategi Bersaing dalam perspektif Militer dan Bisnis,
sebagai wujud kepedulian dan merupakan sumbangsih nyata dalam
membentuk paradigma pengembangan strategi bersaing yang
menitikberatkan pada kekuatan strategi militer dan bisnis.
Penulisan Buku ini tidak mungkin diwujudkan tanpa dukungan dari
berbagai pihak, yang telah turut serta memberikan dorongan moril dan
materil serta doa kepada penulis. Penulis mengakui dan menyadari, bahwa
tidak sedikit kendala berupa cobaan yang penuh liku dihadapi penulis, baik
dari segi waktu, sarana dan prasarana, maupun fasilitas pendukung lainnya.
Hal yang tidak bisa dibantah adalah Rahmat, Inayah dan pemurah-Nya Allah
SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini.
Banyaknya uluran tangan, bimbingan dan motivasi, serta
persahabatan yang dijalin selama proses penyusunan Buku ini, karenanya,
dengan segala kerendahan hati, penghargaan setinggi-tingginya dan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
hingga terselesaikannya buku ini.
Ungkapan terima kasih yang dalam, penulis sampaikan kehadapan
yang terhormat Jenderal TNI Hadi Tjahyanto, S.IP., selaku panglima
Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang telah bersedia memberikan
pengantar dalam buku ini; Prof. Dr. med. Tri Hanggono Achmad, dr. selaku
Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad), dan Letjen TNI Dr. Yoedhi
Swastanto, M.B.A, selaku Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) yang
telah bersedia memberikan sambutan dalam buku ini; Dr. Agus Sudarya,
SE, MM, selaku Akademisi Universitas Pertahanan, Prof Dr. Drs. Sam’un
Jajaraharja dan Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.Si. selaku Akademisi
Universitas Padjadjaran, Dr. Dra. Taufani CK, M.Si selaku tim reviewer
penerbit Alfabeta, yang telah bersedia menjadi Narasumber, memotivasi,
mengarahkan, memberikan masukan, dan saran kepada penulis dalam
penyelesaian dan penyempurnaan Buku ini.
Penulis juga sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat Ibu Rini Soemarno, selaku
Menteri Negara BUMN dan Bapak Gatot Trihargo, selaku Deputy Jasa
Keuangan, Konsultan dan Survey Kementrian Negara BUMN. Jenderal TNI
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Ka
ta P
en
ga
nta
r
xiii Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Andhika Perkasa (KASAD), Mayjen TNI (Purn) Hadi Prasodjo, Letjen TNI
M. Herindra, Letjen TNI Doni Monardo, Laksamana TNI (Purn) Dr.
Marsetio, Laksda TNI (Purn) Sukatno, Dr. Ir. Arief Safari, MBA., Prof. Tutut
Herawan, Ph.D., Letjen TNI Tatang Sulaiman, Letjen TNI Joni Supriyanto,
Letjen TNI Besar Harto Karyawan, Mayjen TNI Tri Soewandono, dan
Mayjen TNI Ganip Warsito, yang memberikan motivasi dalam menyusun
buku ini, dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan buku
ini, baik dalam pengumpulan, analisis data, dan sebagai teman diskusi
guna penyelesaian Buku ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga
penulis sampaikan kepada Pimpinan Penerbit ALFABETA, yang telah
bersedia menerbitkan Buku ini.
Kepada istriku tercinta Uni Tri Ariyanti dan anak-anakku tersayang
Iqro Setiawan Jati ST. MAB., Takbir Setiantoro, S.Pi., Annisa Setia Nuraini,
yang telah setia memberikan perhatian dan semangat. Atas dedikasi
semua pihak yang telah secara langsung dan tidak langsung berkontribusi
dalam penyelesaian Buku ini, penulis ucapkan terimakasih teriring do’a
semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhir kata, dengan segala kekurangan, penulis mempersembahkan
Buku ini, sebagai sumbangsih nyata dalam membentuk paradigma
pengembangan strategi bersaing yang menitikberatkan pada kekuatan
Militer dan Bisnis yang peduli terhadap pengembangan ilmu, guna
kemajuan ilmu pengetahuan. Saran dan kritik yang membangun akan
sangat bermanfaat bagi penulis, semoga Allah Yang Maha Esa, senantiasa
memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Aamiin
YRA.
Wassalamualaikum Wr Wb
Bandung, 14 September 2018 Penulis,
Kol. Inf. Dr. Arief Prayitno, S.IP., SH., M.Hum.
Dr. Ir. Rudiyanto, Dip. ISM., MIIRSM., MBA
Dr. Drs. Rusdin, M.Si.
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
xiv Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Ka
ta P
en
ga
nta
r
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
xv Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Da
fta
r Is
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR PANGLIMA TNI ................................. v SAMBUTAN REKTOR UNPAD ........................................... vii SAMBUTAN REKTOR UNHAN ........................................... ix KATA PENGANTAR PENULIS ............................................ xi DAFTAR ISI ..................................................................... xv DAFTAR TABEL ................................................................ xxi DAFTAR GAMBAR ............................................................ xxii BAGIAN KESATU: FENOMENA DAN FILOSOFI BAB I FENOMENA DAN FILOSOFI ............................................. 3 1.1 Fenomena Strategi Militer dan Bisnis .............................. 3 1.1.1 Case Military Strategy ........................................ 3 1.1.1.1 Amerika Serikat dan Korsel .................... 3 1.1.1.2 Strategi Militer Indonesia ....................... 5 1.1.2 Case Business Strategy ...................................... 8 1.1.2.1 Strategi Apple Versus Samsung .............. 8 1.1.2.2 Strategi PT Toyota Astra Motor Versus Pesaing ..................................... 9 1.2 Strategy of Business unit Level ...................................... 11 1.3 Strategy of Corporate Level .......................................... 12 1.4 Strategi Pertahanan Nasional ........................................ 16 1.5 Perspektif Militer (Military Perspective) ........................... 18 1.6 Perspektif Bisnis (Business Perspective) .......................... 22 1.7 Fenomena Cyber War, Proxy War, dan Postmodernism .... 23 1.7.1 Fenomena Cyber War ......................................... 23 1.7.2 Fenomena Proxy War ......................................... 24 1.7.3 Fenomena Postmodernism .................................. 26 1.8 Kandungan Buku .......................................................... 28 BAB II FENOMENA ANCAMAN DALAM NEGERI ........................... 30 2.1 Fenomena Umum (General Phenomenon) ...................... 30 2.2 Fenomena Keamanan Dalam Negeri .............................. 32 2.2.1 Fenomena Ancaman Teroris ............................... 34
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Da
fta
r Is
i
xvi Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
2.2.2 Fenomena Konflik Komunal ................................ 41 2.2.3 Fenomena Radikalisme Anarkis ........................... 41 2.2.4 Fenomena Dinamika Politik ................................. 42 2.2.5 Fenomena Provinsial .......................................... 43 2.2.6 Fenomena Lokal ................................................ 44 2.3 Fenomena Ancaman Militer ........................................... 45 2.4 Fenomena Ancaman Nonmiliter ..................................... 49 2.4.1 Fenomena Ancaman dalam Perspektif Ideologi ..... 50 2.4.2 Fenomena Ancaman dalam Perspektif Politik ........ 51 2.4.3 Fenomena Ancaman dalam Perspektif Ekonomi .... 53 2.4.4 Fenomena Ancaman dalam Perspektif Sosial Budaya ............................................................ 53 2.4.5 Fenomena Ancaman dalam Perspektif Teknologi dan Informasi .................................................... 55 2.4.6 Fenomena Ancaman dalam Perspektif Keselamatan Umum ........................................... 56 2.5 Prediksi Ancaman ke Masa Depan .................................. 57 2.5.1 Fenomena Ancaman Nyata ................................. 57 2.5.2 Fenomena Ancaman Belum Nyata ...................... 58 BAB III KONSEP DASAR STRATEGI .............................................. 60 3.1 Sejarah Singkat Strategi ................................................ 60 3.2 Makna Strategi ............................................................ 66 3.3 Dimensi Strategi ........................................................... 72 3.3.1 Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan ........... 72 3.3.2 Dimensi Internal dan Eksternal ............................ 73 3.3.3 Dimensi Pendayagunaan Sumber Daya ................ 73 3.3.4 Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak ........... 74 3.3.5 Dimensi Multidisiplin .......................................... 74 3.4 Pandangan Para Ahli ..................................................... 78 3.4.1 Tahap Perumusan Strategi ................................. 80 3.4.2 Tahap Implementasi Strategi .............................. 81 3.4.3 Tahap Evaluasi Strategi ...................................... 82 3.5 Peranan Pengelola Strategi dalam Organisasi .................. 90 3.6 Manfaat Pengelolaan Strategi yang Baik ......................... 93 3.7 Pergeseran dalam Pengembangan Pemikiran Strategi ...... 100
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
xvii Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Da
fta
r Is
i
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING BAB IV INTI STRATEGI BERSAING .............................................. 109 4.1 Makna Strategi Bersaing ............................................... 109 4.2 Fungsi Strategi Bersaing ............................................... 112 4.3 Asumsi yang Mendasari Pemilihan Strategi Bersaing ......... 114 4.4 Pendekatan dalam Strategi Bersaing .............................. 117 4.5 Tahapan Strategi .......................................................... 123 4.6 Lingkungan Entitas Bisnis .............................................. 124 4.7 Level Strategi ............................................................... 126 BAB V TEKNIK ANALISIS STRATEGI BERSAING ........................ 134 5.1 Melakukan Proses Analisis ............................................. 143 5.2 Analisis Memahami Pelanggan ....................................... 145 5.3 Analisis Sebagai Komponen dalam Siklus Intelijen ........... 147 5.4 Analisis Struktur Industri ............................................... 148 5.5 Struktur Industri dan Kebutuhan Pembeli ....................... 155 5.6 Keseimbangan Penawaran/Permintaan ........................... 157 5.7 Strategi Berbasis Generik .............................................. 159 5.7.1 Keunggulan Biaya .............................................. 161 5.7.2 Strategi Diferensiasi ........................................... 164 5.7.3 Strategi Fokus ................................................... 165 5.7.4 Strategi Cepat ................................................... 172 5.7.5 Strategi Fleksibel ............................................... 173 5.8 Penerapan Lebih dari Satu Strategi Generik .................... 174 5.9 Strategi Generik dan Evolusi Industri ............................. 183 5.10 Strategi Generik dan Struktur Organisasi ........................ 185 5.11 Strategi Generik dan Proses Perencanaan Strategis ......... 187 BAB VI PEMIKIRAN STRATEGIK ................................................. 190 BAB VII KEBIJAKAN STRATEGIS .................................................. 223 7.1 Makna Kebijakan Strategis ............................................ 223 7.2 Grand Strategy sebagai Luaran Kebijakan ....................... 228 7.3 Pola Grand Strategy Amerika Serikat .............................. 231 7.4 Kebijakan Strategi Bersaing ........................................... 241
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Da
fta
r Is
i
xviii Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF STRATEGI BERSAING BAB VIII STRATEGI BERSAING DALAM PERSPEKTIF BISNIS ........ 257 8.1 Strategi Bisnis ............................................................ 257 8.2 Tingkat Hirarki Strategi ................................................. 258 8.3 Perencanaan Strategi .................................................... 259 8.3.1 Kelemahan Perusahaan yang Tidak Melakukan Perencanaan Strategis ........................................ 262 8.3.2 Metode Penyusunan Rencana Strategis ................ 263 8.3.3 Kesalahan dalam Perencanaan Strategis .............. 264 8.3.4 Pedoman Pengelolaan Strategis yang Efektif ........ 265 8.4 Perumusan Strategi ...................................................... 269 8.4.1 Visi .................................................................. 269 8.4.2 Misi .................................................................. 270 8.4.3 Tujuan .............................................................. 270 8.4.4 Sasaran ............................................................ 272 8.4.5 Lingkungan Bisnis .............................................. 272 8.5 Implementasi Strategi ................................................... 274 BAB IX STRATEGI BERSAING DALAM PERSPEKTIF MILITER ...... 279 9.1 Strategi Perang ............................................................ 279 9.1.1 Strategi Militer ................................................... 280 9.1.2 Strategi Operasi ................................................. 284 9.2 Taktik Perang ............................................................ 286 9.3 Strategi Militer Indonesia .............................................. 287 BAB X STRATEGI BISNIS VERSUS STRATEGI MILITER ............. 336 10.1 Makna Strategi Militer versus Strategi Bisnis ................... 338 10.2 Implementasi Strategi Militer dalam Strategi Bisnis .......... 339 10.3 Pengambilan Keputusan ................................................ 342 10.3.1 Jenis Keputusan ................................................ 343 10.3.2 Kategori Keputusan ............................................ 344
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
xix Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Da
fta
r Is
i
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING BAB XI STRATEGI KEPEMIMPINAN BIAYA .................................. 367 11.1 Rantai Nilai dan Analisis Biaya ..................................... 367 11.2 Menetapkan Rantai Nilai bagi Analisis Biaya .................. 371 11.3 Menetapkan Biaya dan Aset ........................................ 377 11.4 Sekilas Analisis Biaya .................................................. 380 11.5 Perilaku Biaya ............................................................ 381 11.6 Penentu Biaya ............................................................ 383 11.7 Biaya Masukan yang Dibeli .......................................... 390 11.8 Perilaku Biaya Segmen ............................................... 393 11.9 Dinamika Biaya .......................................................... 397 11.10 Keunggulan Biaya ...................................................... 401 11.11 Menentukan Biaya Relatif Pesaing ................................ 402 11.12 Mencapai Keunggulan Biaya ........................................ 403 11.13 Daya Tahan Keunggulan Biaya .................................... 404 11.14 Pelaksanaan dan Keunggulan Biaya ............................. 406 BAB XII STRATEGI DIFERENSIASI ............................................... 409 12.1 Sumber Diferensiasi .................................................... 410 12.2 Diferensiasi dan Rantai Nilai ........................................ 411 12.3 Penentu Keunikan ...................................................... 415 12.4 Biaya Diferensiasi ....................................................... 420 12.5 Nilai Pembeli dan Diferensiasi ...................................... 424 12.6 Nilai bagi Pembeli ....................................................... 426 12.7 Rantai Nilai dan Nilai Pembeli ...................................... 428 12.8 Menurunkan Biaya Pembeli ......................................... 430 12.9 Meningkatkan Kinerja Pembeli ..................................... 432 12.10 Persepsi Pembeli tentang Nilai ..................................... 433 12.11 Kriteria Pembelian yang Dipakai Pembeli ...................... 434 12.12 Mengidentifikasi Kriteria Pembelian .............................. 439 12.13 Strategi Diferensiasi ................................................... 443 BAB XIII STRATEGI FOKUS .......................................................... 448 13.1 Strategi Stabilitas ....................................................... 448 13.2 Strategi Ekspansi ........................................................ 451 13.3 Strategi Penciutan ...................................................... 458
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Da
fta
r Is
i
xx Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
13.4 Strategi Intensif ......................................................... 459 13.5 Strategi Kombinasi ..................................................... 461 13.6 Strategi Fokus Biaya ................................................... 467 BAB XIV STRATEGI CEPAT ............................................................ 472 BAB XV FAKTOR DETERMINAN STRATEGI BERSAING ................. 476 15.1 Multiperan Manajer .................................................... 477 15.2 Daya Tarik Industri ...................................................... 484 BAB X PENUTUP ......................................................................... 492 DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 502 RIWAYAT HIDUP PENULIS .............................................. 524
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
xxi Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
Da
fta
r Is
i
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pandangan Para Pakar terhadap Pengelolaan Strategik ........................................................... 79
Tabel 4.1 Konsep Strategi Bersaing Menurut Para Ahli ......... 110
Tabel 5.1 Risiko Strategi Generik ....................................... 182
Tabel 10.1 Strategi Bersaing Perspektif Militer Versus Bisnis .. 352
Tabel 13.1 Keunggulan dan Kelemahan dari Cara Masuk ....... 452
Tabel 15.1 Multiperan Manajer sebagai Peran Baru dalam MSDM ..................................................... 477
Tabel 15.2 Multiperan Manajer Pengelola SDM ..................... 483
Tabel 15.3 Matriks Daya Tarik Industri ................................. 487
Tabel 15.4 Factors Considered in Constructing an Industry Attractiveness-Business Strength Matrix ............... 489
Tidak ada kemenangan jika tidak ada kekuatan, tidak ada kekuatan jika tidak ada persatuan,tdk ada persatuan jika tdk ada keutamaan dan tdk
ada keutamaan jika tdk ada kesucian jiwa (Panglima Besar Sudirman).
Strategi Bersaing: Perspektif Militer dan Bisnis
Da
fta
r Is
i
xxii Dr. Arief, Dr. Rudiyanto, & Dr. Rusdin
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Proses Strategik .............................................. 96 Gambar 4.1 Tahapan Strategi ............................................. 123 Gambar 4.2 Level Strategi .................................................. 126 Gambar 5.1 Analisis Sebagai Fungsi dari Siklus Projek Intelijen yang Lebih Besar ................................ 144 Gambar 5.2 Fungsi Operasi Intelijen di Perusahaan .............. 148 Gambar 5.3 Kelima Kekuatan Bersaing yang Menentukan Profitabilitas Industri ........................................ 151 Gambar 5.4 The Nine Force ................................................ 154 Gambar 5.5 Tiga Strategi Generik ....................................... 160 Gambar 8.1 Tingkat Hirarki Strategi .................................... 258 Gambar 8.2 Manfaat Perencanaan Strategi .......................... 262 Gambar 8.3 Lingkungan Bisnis ............................................ 273 Gambar 8.4 Alternatif Strategi Pertumbuhan ........................ 275 Gambar 15.1 Factors That Shape Market Attractiveness .......... 490
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 1
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah
yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah melangkah
(Hamka)
BAGIAN PERTAMA: FENOMENA
DAN FILOSOFI
Bab 1. Filosofi dan Tuntutan Bab 2. Fenomena Ancaman
Dalam Negeri Bab 3. Konsep Dasar Strategi
2 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 3
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
BAB I FENOMENA DAN FILOSOFI
1.1 Fenomena Strategi Militer dan Bisnis Persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini, menyebabkan
ketidakpastian, sehingga perusahaan membutuhkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan untuk mengantisipasi keadaan tersebut. Faktor yang dinilai paling potensial dalam mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi adalah penyediaan sumber daya manusia (SDM) dan terkait dengan pengelolaannya (Rusdin, 2015). Dasar pengelolaan manusia merupakan teknik yang cenderung efektif, karena strategi yang paling efektif bagi perusahaan dalam menemukan cara yang unik untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawannya lebih sulit ditiru.
1.1.1 Case Military Strategy 1.1.1.1 Amerika Serikat dan Korsel
Kasus Strategi Perang AS-Korsel, Kehebatan Hacker Korut di Luar Imajinasi1). Mantan ahli komputer Korea Utara (Korut), Jang Se-yul, yang membelot ke Korea Selatan (Korsel) pada tahun 2004 menyebut kehebatan para peretas atau hacker di negaranya sudah di luar imajinasi. Komentarnya muncul untuk menanggapi aksi para hacker Pyongyang yang mencuri ratusan data rahasia militer dari Korea Selatan (Korsel), termasuk data rencana atau strategi perang masa depan Korsel-Amerika Serikat (AS). Kemampuan para hacker di negeri Kim Jong-un itu dianggap sudah berada di level “sangat merusak”. Ini di luar imajinasi yang telah mereka lakukan di Korea Selatan,” kata Jang kepada ABC News, Kamis (12/10/2017). ”Korut telah mempersiapkan serangan siber besar sejak awal tahun 1990-an. Mereka lebih dari siap untuk menghancurkan infrastruktur Korea Selatan kapan saja Kim Jong-un memberi lampu hijau. Jang, yang kini
1) https://international.sindonews.com/ read/1247606/40/curi-strategi-perang-as-korsel-
kehebatan-hacker-korut-di-luar-imajinasi-1507772643.
4 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
mengelola sebuah LSM untuk membantu para pembelot, mengklaim bahwa dia telah berhubungan dengan mantan koleganya di Korut yang bekerja di luar Shenyang, Ibu Kota Provinsi Liaoning di China utara, baru-baru ini.
Menurutnya, para peretas Korea Utara adalah bagian dari unit serangan siber yang dikirim dari Pyongyang untuk beroperasi di luar China. Mereka menyamar sebagai programmer lepas, namun dengan tujuan untuk membongkar informasi terkait keamanan nasional dari Seoul dan Washington. ”Teman-teman kuliah lama saya yang sekarang memimpin tim maya di sana menertawakan keamanan siber di Korea Selatan. Mereka mengatakan bahwa membobol institusi Korea Selatan seperti (memotong) sepotong kue,” kata Jang. ”Mereka terdengar percaya diri, dan mereka siap.
Bagi mereka, menyerang Korea Selatan dengan rudal dan senjata nuklir hanya pemborosan sumber daya. Semua yang mereka butuhkan untuk menjatuhkan Korea Selatan untuk menyelesaikan kekacauan adalah dengan mengaktifkan virus malware ini yang telah mereka siapkan.
Informasi pencurian massal data rahasia militer Korea Selatan oleh hacker Korea Utara ini awalnya diungkap anggota parlemen Partai Demokratik Korea Selatan, Lee Cheol-hee. Total data yang dicuri sekitar 235 gigabyte atau setara dengan 15 juta halaman dokumen. Sekitar 80 persen dari bahan curian belum diidentifikasi. Namun di antaranya, kata Lee, adalah rencana perang masa depan AS-Korea Selatan untuk melenyapkan Kim Jong-un. ”Cara hack itu tidak masuk akal,” kata Lee kepada ABC News. ”Bukan karena Korea Utara memiliki kemampuan hacking yang canggih, namun karena kelalaian di pihak Korea Selatan,” katanya lagi.
Korea Utara sebelumnya telah dituduh melakukan hacking ke badan pemerintah, bank, dan media Korea Selatan lainnya, namun Pyongyang menolak tuduhan kejahatan siber. ”Saya memberitahukan hal ini untuk mendorong pemerintah baru dan Kementerian Pertahanan segera menemukan solusi agar kerugian semacam ini tidak terjadi lagi,” kata Lee.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan tidak bersedia berkomentar dengan alasan keamanan nasional. Sedangkan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 5
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Pentagon mengatakan bahwa pihaknya bekerja erat dengan mitra internasional untuk mengidentifikasi, melacak dan melawan ancaman siber. ”Meskipun saya tidak akan berkomentar mengenai masalah intelijen atau insiden spesifik terkait dengan cyber-intrusion, saya dapat meyakinkan Anda bahwa kami yakin dengan keamanan rencana operasi dan kemampuan kami untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara,” kata Kolonel Rob. Manning, juru bicara Pentagon.
1.1.1.2 Strategi Militer Indonesia
Strategi Militer Indonesia dalam menghadapi Dunia Barat, yaitu dengan meningkatkan kemampuan prajurit dan memperbanyak senjata canggih2). Indonesia merupakan salah satu negara dengan Kekuatan Militer yang cukup tangguh dan kuat. Strategi militer Indonesia untuk mempertahankan wilayah perbatasan Indonesia diakui oleh negara lain adalah salah satu strategi terbaik yang digunakan di dunia. Bahkan dunia barat mengakui bahwa militer Indonesia dapat disejajarkan dengan Militer Terkuat Di Dunia barat yang tangguh dan kuat. Saat ini Indonesia memang sedang cukup giat dalam melakukan perombakan dalam hal kekuatan militer. Banyak senjata baru yang dipesan oleh tentara Indonesia untuk mempertahankan perbatasan Indonesia.
Strategi Militer Indonesia untuk menghadapi intervensi Dunia dalam rangka mempertahankan perbatasan adalah dengan memperkuat tentara Indonesia dan memperbanyak Alutsista TNI. Tentara yang dimiliki oleh Indonesia merupakan salah satu prajurit handal dan terbaik di dunia. Dengan memiliki tentara kuat dan handal ini Indonesia cukup disegani oleh negara barat. Kekuatan militer Indonesia dalam hal prajurit ini merupakan salah satu strategi dalam memperkuat militer Indonesia. Pihak TNI terus melakukan latihan-latihan khusus guna mengasah keterampilan prajurit TNI dan meningkatkan kualitasnya.
2) https://www. garudamiliter.net/strategi-militer-indonesia/
6 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
(1) Pasukan Khusus TNI yang Super Kuat Upaya pertahanan negara mempertimbangkan dinamika
perkembangan lingkungan strategis yang mengakibatkan timbulnya ancaman dan berdampak pada pertahanan negara. Beberapa perkembangan diantaranya: Kebijakan strategis Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik, perkembangan ekonomi dan militer Tiongkok dan sengketa di Laut China Selatan; Pergeseran geopolitik internasional memunculkan konflik baru seperti di Suriah, Irak, Afganistan, Libanon, Ukraina, dan Yaman; Perkembangan teknologi dan informasi menghadirkan ancaman siber; Munculnya kelompok bersenjata seperti Negara Islam Irak Suriah (NIIS), Al Qaida, Bokoharam dan isu keamanan non tradisional lainnya tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada sisi lain, konstelasi geografi Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara maritim, yang juga menjadikan perairan Indonesia sebagai wilayah strategis.
Guna memperkuat kekuatan militer Indonesia, Strategi Militer Indonesia dalam menghadapi Dunia Barat dengan membuat pasukan khusus yang mempunyai kemampuan khusus. Di samping itu guna membangun kekuatan pertahanan tangguh yang memiliki kemampuan penangkalan sebagai negara kepulauan dan negara maritim dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI, serta keselamatan segenap bangsa Indonesia. Berikut ini beberapa pasukan khusus yang dimiliki Indonesia: (a) Kopassus. Komando pasukan khusus atau Kopassus
merupakan pasukan khusus yang menjadikan militer Indonesia disegani oleh negara barat. Pasukan khusus ini mempunyai kemampuan di atas rata-rata dibandingkan dengan prajurit biasa. Dengan kemampuan ini militer Indonesia mempunyai amunisi strategi perang yang sangat mumpuni. Apalagi Kopassus berkali-kali membuat dunia barat tercengang dengan semua prestasi yang ditorehkannya.
(b) Denjaka. Di laut Indonesia juga mempunyai strategi militer yang kuat berkat adanya Denjaka. Denjaka merupakan prajurit khusus Angkatan Laut yang mempunyai kemampuan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 7
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
bertahan dan berperang yang tangguh. Prajurit denjaka ini sudah terlatih dan terbiasa untuk melakukan kegiatan ekstrem. Keberadaan Denjaka ini sangat memperkuat militer Indonesia dan membuat Indonesia disegani oleh dunia barat.
(c) Paskhas. Strategi perang Indonesia dalam hal kualitas prajurit tidak hanya pada Angkatan Darat dan Angkatan Lautnya saja. Angkatan Udara Indonesia juga mempunyai prajurit tangguh yang bisa diandalkan di udara, yaitu PAKHAS. Pasukan khusus angkatan udara ini mempunyai kemampuan bertempur di udara dengan menggunakan senjata canggih. Selain itu, Paskhas juga mampu bertahan di darat ataupun laut.
(2) Peralatan Tempur Militer Indonesia
Selain terus meningkatkan kualitas prajurit, TNI juga membuat strategi militer dengan memperbanyak persenjataan canggih yang kuat. Tahun ini, TNI berencana untuk memperbanyak persenjataannya dengan memesan berbagai alat tempur dari Rusia dan Amerika Serikat. Selain itu, produksi alat tempur dan senjata dalam negeri Indonesia juga ditingkatkan untuk memperkuat pertahanan Indonesia. Berikut ini beberapa alat tempur dan senjata baru dan super canggih milik Indonesia: (a) Sukhoi 35. Jet tempur yang baru ini dibeli oleh Indonesia
dari Rusia ini menjadi jet tempur canggih Indonesia. Pembelian jet tempur ini untuk melengkapi strategi militer Indonesia dalam mempertahankan perbatasan melalui udara. Selain Sukhoi 35, Indonesia juga sudah mempunyai beberapa pesawat tempur Sukhoi lainnya. Dengan jet tempur Sukhoi 35, militer Indonesia semakin disegani oleh dunia barat.
(b) AIM 94. Yang membuat strategi militer Indonesia kuat salah satunya yaitu kepemilikan AIM 94 yang merupakan rudal canggih yang mampu menghancurkan. Rudal milik Indonesia ini mempunyai kemampuan yang tidak bisa diremehkan. Jarak jangkau rudal ini hampir 10 km dengan kekuatan yang sangat luar biasa. Indonesia tidak hanya mempunyai satu rudal AIM 94 saja, tapi mempunyai beberapa rudal ini. Hal
8 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
inilah yang membuat barat sedikit takut terhadap strategi militer Indonesia.
(c) Senapan SPR2. Senapan SPR2 termasuk salah satu senapan laras panjang Senjata Buatan Indonesia yang mendunia. Pihak militer Indonesia memperbanyak persenjataan jenis senapan ini untuk memperkuat pertahanan Indonesia. Tidak hanya itu, strategi Indonesia dengan memperbanyak senjata ini membuat barat semakin segan terhadap kekuatan militer yang dimiliki oleh Indonesia.
(d) QW3. Kepemilikan senjata dan prajurit yang kuat dan tangguh membuat strategi militer Indonesia disegani banyak dunia barat. Oleh karena itu, militer Indonesia dikenal sebagai salah satu militer kuat di Asia Tenggara bahkan di dunia. Jika strategi persenjataan dan kesiapan prajurit semakin diperkuat, dalam waktu kurang dari lima tahun ke depan Indonesia akan menjadi salah satu negara yang terkuat di wilayah Asia.
1.1.2 Case Business Strategy 1.1.2.1 Strategi Apple Versus Samsung
Kasus strategi Apple dalam menghadapi Samsung banyak ditemukan media, seperti Apple yang menerapkan strategi fokus pada smartphone dengan layar yang lebih besar dan harga yang tak terlalu mahal untuk menarik minat pembeli. Pengguna menginginkan fitur atau hal yang tak dimiliki oleh Apple. Sementara itu juga disebutkan Apple menggencarkan pemasaran melalui operator telekomunikasi di beberapa negara.
Apple menilai kerja sama dengan beberapa operator telekomunikasi bisa mendatangkan beberapa keuntungan. Seperti meraup pangsa pasar yang tinggi serta mengondisikan pemasaran di negara yang memiliki peraturan menyulitkan. Mengutip laporan Ubergizmo, bahwa Apple juga fokus pada persaingan dengan kompetitor seperti Samsung di sisi perangkat, dan Google Android di sisi software. Apple menilai, para pesaingnya sudah melakukan inovasi dan meningkatkan kualitas perangkatnya secara drastis. Tak hanya pada perangkat, tapi juga berbagai piranti untuk mendukung ekosistem. Di lain hal,
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 9
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Apple juga menilai kompetitor melakukan promosi gencar dengan membuat iklan, bekerja sama dengan operator atau mitra lain untuk menarik minat pembeli.
1.1.2.2 Strategi PT Toyota Astra Motor Versus Pesaing
Kasus strategi PT Toyota Astra Motor dalam menghadapi ketatnya pesaing pasar mobil di Indonesia1 menerapkan inisiatif untuk memperkuat penjualan dan jaringan distribusinya di pasar dalam negeri. Langkah perusahaan joint venture ini didukung oleh kedua share holder TAM yakin PT Astra International, Tbk. (AI) dan Toyota Motor Corporation (TMC). TAM berharap dengan inisiatif ini akan lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses penjualan, kemampuan distribusi, dan diharapkan untuk terus berkembang melebihi ekspektasi dan harapan konsumen. Ke depan TAM akan lebih ‘perkasa’ dalam menangani distribusi. Jika selama ini distribusi mobil Toyota kepada konsumen dilakukan dari TAM ke Main Dealer, kemudian dari Main Dealer ke cabang, maka sekarang, TAM akan menangani seluruh proses distribusi. Toyota akan mengawasi stok masing-masing dealer, sehingga nanti tidak akan ada lagi dealer yang kelebihan stok atau kekurangan stok. Proses inden pun akan diusahakan tidak jauh beda antar satu Dealer dan Dealer lainnya. “Inisiatif yang dilakukan oleh TAM akan meliputi peningkatan pada bidang operasional logistik melalui manajemen terpusat, dan manajemen logistic stock dan inventory yang memanfaatkan sistem Teknologi Informasi (IT) yang terintegrasi, dan penyelarasan jaringan Dealer. Beberapa fungsi dalam pemasaran produk, layanan purna jual, dan operasional logistik yang saat ini dilakukan oleh Dealer akan diintegrasikan ke TAM.
Dalam rangka mempertahankan Market Leader dan mengantisipasi persaingan ketat maka PT Toyota Astra Motor telah memutuskan untuk mempercepat perkuatan jaringan sales dan distribusi mulai semester kedua tahun ini. Maksud upaya ini
1 (https://oto.detik. com/mobil/2932147/ini-strategi-toyota-hadapi-
ketatnya-persai-ngan-pasar-mobil-di-indonesia)
10 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
untuk menyesuaikan upaya antara TAM dan Dealer, agar TAM dapat memperkuat dukungan pada dealer, dan dealer dapat fokus dalam memberikan pelayanan pada daerah masing-masing. Dengan demikian setiap dealer akan fokus mendengarkan suara konsumen dan mendekatkan diri kepada mereka. Walhasil, Dealer bisa memberikan layanan yang sesuai dengan konsumen,” paparnya.
Penerapan strategi ini sejak tahun 2015 yang secara bertahap, PT Toyota Astra Motor memperkuat peran distributor dan dealer. Sebagai distributor, TAM akan meningkatkan kapasitas dukungan pemasarannya. Sementara dealer akan fokus pada penyediaan layanan terbaik kepada pelanggan mereka. Toyota berharap dengan inisiatif ini 275 outlet penjualan Toyota akan memberikan pelayanan nomor satu kepada pelanggan dan menjadi “Best in Town Outlets”. “TAM akan terus berusaha untuk memberikan produk kendaraan dan layanan terbaik kepada pelanggan, melebihi ekspektasi dan harapan mereka, dan selanjutnya memberikan kontribusi kepada masyarakat dan bangsa Indonesia.
Meski terkesan TAM akan lebih berkuasa dari dealer karena proses distribusi dan logistik kini ditangani TAM, PT Toyota Astra Motor menegaskan tidak ada perubahan signifikan antara hubungan TAM dan main dealer. Hanya beberapa fungsi yang ditangani banyak dealer sekarang ditangani oleh PT Toyota Astra Motor, misalnya logistik, purna jual, marketing produk atau mengembangkan brand-nya seperti apa, jadi lebih jelas peranan antara dealer dan TAM.
Wakil Presiden TAM yang juga CEO Auto2000 (Suparno Djasmin) menuturkan dengan inisiatif yang baru dari TAM ini, maka akan mengutamakan struktur yang efisien dan efektif dan pelayanan yang lebih baik pada konsumen. Fungsi dari dealer lebih kepada penjualan dan pelayanan, menjadi yang terbaik di kota atau daerah masing-masing, sementara TAM akan support kepada dealer sehingga dealer akan lebih baik dalam melayani konsumen.
Dari berbagai kasus yang telah diuraikan memberikan gambaran gejala yang mengarah pada suatu masalah, yaitu:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 11
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
1. Konsep strategi yang diterapkan organisasi (baik organisasi militer maupun organisasi bisnis/perusahaan), terdapat kemiripan.
2. Dalam implementasi strategi bisnis, khususnya pada perusahaan terbagi di beberapa level, seperti: Strategi Level Bisnis Unit, Strategi Level Corporate, dan strategi Level Fungsi.
1.2 Strategy of Business Unit Level
Penggunaan pengetahuan strategi paling berharga adalah untuk para manajer yang menjalankan bisnis dengan batas-batas yang jelas. Jika ditemukan kesalahan seseorang di antaranya, strategi dapat: 1. Membantu manajer menetapkan bagian-bagian berbeda dari
tempat bisnisnya; 2. Melakukan hal-hal yang berbeda agar sukses; 3. Menunjukkan secara rinci di mana manajer dapat
memperoleh laba paling besar dan uang tunai; 4. Memahami perspektif pelanggan dan mengapa mereka
membeli dari perusahaan atau dari pesaing; 5. Memberi petunjuk di mana perusahaan sebaiknya
memusatkan sebagian besar usaha dan penggunaan uang; 6. Menghitung sejauh mana kemungkinan peluang perbaikan
laba, dari mengubah bauran produk/pelanggan, harga, dan/atau menurunkan biaya;
7. Membantu Anda memahami mengapa Anda sukses atau tidak sukses pada bidang dan inisiatif tertentu;
8. Menunjukkan kalau ada keterampilan yang kurang mengenali bisnis atau lini produk yang sebaiknya tidak dilanjutkan atau dijual;
9. Menunjukkan pelanggan mana yang sebaiknya paling dipelihara dan cara membina loyalitas mereka;
10. Mengenali apakah tepat untuk melakukan akuisisi, bila demikian, seperti apa;
11. Menunjukkan pentingnya dan cara paling tepat untuk memperluas usaha secara internasional;
12 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
12. Mengembangkan budaya perusahaan dan kompetensi, sehingga perusahaan dapat lebih sukses daripada pesaing dalam memenuhi keperluan pelanggan yang paling Penting;
13. Memperbaiki kinerja unit bisnisnya dengan pengendalian keuangan ketat berdasarkan pada metodologi konsisten yang diterapkan di seluruh perusahaan.
1.3 Strategy of Corporate Level
Bagi perusahaan multibisnis, konsep mengenai strategi dapat juga digunakan untuk membangun keunggulan korporasi yang meliputi dan di atas keunggulan bersaing yang disusun oleh setiap strategi unit bisnis. Akan tetapi, ini adalah aspirasi ambisius dan jarang dapat dicapai. Penggunaan strategi yang lebih realistis adalah menghindari situasi umum di mana Pusat secara kurang hati-hati menghancurkan nilai lewat strategi korporasi yang tidak tepat.
Keadaan ini kemungkinan besar terjadi karena sejak tahun 1960, di Dunia Barat konsep Strategi Korporasi lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Mereka mendorong Pusat dari organisasi besar melakukan lebih banyak daripada yang akan diusahakan tanpa dorongan tadi. Sebagian besar, walaupun tidak semua, Pusat korporasi akhirnya menghancurkan lebih banyak nilai daripada yang diciptakannya.
Strategi Pusat Korporasi adalah kotak alat berbahaya yang perlu ditangani dengan amat hati-hati, seperti yang ditekankan di Bagian Dua dari Pedoman ini. Jika digunakan secara tepat, Strategi Pusat Korporasi dapat memberikan sejumlah manfaat, walaupun disadari ini memerlukan pendekatan yang konsisten dan selektif. Konsekuensinya, kita harus bekerja keras mencari manfaat yang paling penting, dan menyesuaikannya dengan Strategi Pusat Korporasi.
Manfaat potensial dari Strategi Pusat Korporasi (banyak di antaranya tidak dapat diperoleh bersama-sama) termasuk:
1. Mengidentifikasi penangkal jangka pendek dan jangka panjang untuk perusahaan yang mengalami krisis keuangan;
2. Menunjukkan kapan sebuah perusahaan berada di persimpangan jalan, dan jalan mana yang harus diambil;
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 13
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
3. Menemukan bisnis yang tepat untuk diakuisisi yang akan meningkatkan kekayaan para pemegang saham;
4. Menyediakan sistem untuk akuisisi terpadu yang sukses dan memperbaiki kinerja;
5. Menonjolkan bisnis mana yang mempunyai nilai paling besar, mana yang seharusnya dikembangkan dan mendapat tambahan investasi, dan mana yang sebaiknya dijual atau ditutup.
Bila digunakan secara tidak tepat, Strategi Pusat Korporasi dapat menghapus sejumlah besar nilai, bahkan menyebabkan perusahaan kehilangan sifat kemandiriannya atau bangkrut. Kekurangan paling umum dari Strategi Pusat Korporasi dapat termasuk: 1. Menghancurkan motivasi dan rasa tanggung jawab pribadi
untuk sukses yang dirasakan oleh manajer unit bisnis; 2. Menambah biaya kerumitan perusahaan, dan menciptakan
birokrat kacau balau yang membatasi dan memperlambat tanggapan kepada pelanggan;
3. Mengambil uang dari bisnis inti yang sukses untuk mendanai diversifikasi yang tidak bijaksana;
4. Memerlukan biaya yang tinggi untuk membeli bisnis yang baik;
5. Memerlukan biaya yang tidak masuk akal untuk bisnis yang kurang baik (buruk);
6. Mengikis nilai, karena memilih bisnis yang keliru untuk investasi;
7. Mendorong jenis investasi yang salah; 8. Membatasi dana untuk investasi dengan membayar terlalu
besar kepada pemegang saham atau mengakumulasikan uang dengan mematok persyaratan pengembalian atas investasi harus tinggi;
9. Mengambil risiko terlalu besar atau terlalu kecil.
Sia-sia jika seseorang dalam suatu organisasi yang telah menyusun rencana, membuat rekomendasi, dan memonitor implementasi strategi yang diterapkan, namun tidak memberikan hasil yang optimal. Strategi baru harus disesuaikan dengan hubungan kehidupan nyata antara orang (karyawan, pelanggan,
14 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
pemasok, dan seterusnya), berangsur-angsur disosialisasikan dan diimplementasikan dan terus diimplementasikan ulang ketika keadaan berubah dan “valid-reliabel”nya dari asumsi yang mendasari suatu hipotesis serta telah diuji, dibuktikan dapat diterima, atau dibuktikan keliru sehingga tidak dapat diterima. Hal ini hanya mungkin berfungsi bila orang yang mengejar strategi baru (karena kecanggihannya) bukan hanya memahami dan meyakininya, tetapi juga mempunyai wewenang dan yakin di dalam pengembangan dan/atau membuang bagian-bagiannya ketika roda kehidupan komersial mengalami perubahan.
Fakta menyedihkan adalah bahwa pengembangan strategi jarang dilakukan oleh orang yang tepat. Buku ini merupakan usaha untuk meluruskannya. Strategi Unit Bisnis seharusnya dikembangkan oleh manajer operasional di setiap Unit Bisnis Strategis (Strategic of Business Unit/SBU). Strategi Pusat Korporasi seharusnya disusun oleh pemimpin, presiden direktur, dan beberapa rekan dekat, tetapi harus dipengaruhi, diperiksa, dan disetujui oleh manajer unit bisnis terbaik dari semua bagian. Penyelesaian terbaik kedua yang sering berhasil, adalah perusahaan mempunyai hubungan jangka panjang dengan konsultan strategi. Konsultan perusahaan mengembangkan strategi baru dan secara aktif terlibat dalam implementasinya, berangsur-angsur mengurangi perannya (kadang-kadang, amat berharap) ketika manajer operasional semakin lama merasa semakin percaya pada keterampilan diri mengendalikan strategi dan kemampuan menyesuaikannya.
Metode ini amat mahal, tetapi alasan itu dapat dibenarkan oleh konsultan karena laba yang akan diraih pada umumnya beberapa kali lipat, akan mempengaruhi kompensasi yang akan mereka terima (biasanya laba tahunan meningkat 5-20 kali kompensasi total). Apa yang tidak dikatakan oleh konsultan adalah bahwa semua manfaat ini, dan lebih banyak lagi sering dapat diraih bila manajer operasional mampu mengembangkan strategi sendiri. Hampir semua orang menganggap hal ini mustahil. Namun dapat kita uji dengan merumuskan kembali dengan makna:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 15
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
1. Strategi merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berbeda dibandingkan dengan pesaing untuk memberikan nilai tambah pada pelanggan;
2. Tetapkan sasaran strategi (SS) dengan makna suatu pernyataan yang ringkas dan padat, serta yang dapat menjelaskan apa yang harus dengan sebaik-baiknya yang dilakukan oleh organisasi, dalam rangka eksekusi strategi. Jumlah SS ideal ditingkat Lembaga tidak lebih dari 20, sedangkan ditingkat Divisi tidak lebih dari 12.
3. Petakan Strategi, sebagai suatu paparan mengenai keterkaitan antar sejumlah Sasaran Strategis, dalam bentuk hubungan sebab-akibat yang menjelaskan "perjalanan" strategi Organisasi. Hal tersebut di atas cukup beralasan, mengingat Kegagalan
Strategi, dapat muncul karena 4 (empat) hambatan mengeksekusi strategi, yaitu:
1. Hambatan pada Visi Kurangnya sosialisasi dari Visi yang telah dibangun (pada umumnya hanya 5% dari total jumlah karyawan yang tahu dan memahami visi organisasi)
2. Hambatan pada Pelaku; Kurangnya mengaitkan Strategi dengan insentif yang bisa diterima karyawan (hasil riset menunjukkan bahwa hanya 25% dari insentif yang telah dikaitkan dengan strategi)
3. Hambatan pada Manajemen; Kurangnya waktu pembahasan strategi organisasi oleh pihak manajemen (hasil studi membuktikan bahwa 85% dari pihak manajemen menghabiskan waktu kurang dari 1 jam per bulan untuk membahas strategi)
4. Hambatan pada Sumber Daya Kurangnya modal (hasil studi menunjukkan bahwa 60% dari organisasi tidak mengaitkan anggaran dengan strategi) Berdasarkan hasil penelitian Robert S. Kaplan & David P.
Norton (1996); Hanya 10% dari perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat yang dapat mengeksekusi strategi dengan baik." Terkait dengan hal tersebut, Kaplan dan Norton dalam rekomendasinya menawarkan Balanced Scorecard (BSC) sebagai salah satu metode perencanaan strategi (strategic planning),
16 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
karena dibandingkan dengan metode-metode lain, Balanced Scorecard memiliki kelebihan-kelebihan berikut ini: 1. BSC dapat berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan
strategi di antara para stakeholders dari sebuah organisasi, yaitu pihak manajemen, karyawan, para pemegang saham, pelanggan dan komunitas lingkungan;
2. BSC memungkinkan organisasi untuk memetakan semua faktor utama yang ada dalam organisasi tersebut, baik yang berbentuk benda fisik maupun berupa benda non-fisik (intangible asset);
3. BSC dapat mengaitkan strategi dengan kinerja organisasi (performance);
4. BSC memiliki konsep sebab-akibat; 5. BSC dapat membantu proses penyusunan anggaran.
1.4 Strategi Pertahanan Nasional
Penerapan Pertahanan Nasional adalah upaya untuk menjaga
dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan segenap rakyat semesta. Pertahanan nasional bagi
bangsa Indonesia disusun dalam suatu sistem pertahanan
semesta, tidak agresif dan tidak ekspansif dalam rangka
melindungi kepentingan nasional. Solusi yang terkait dan
mempengaruhi pertahanan nasional, dilakukan dengan
mengedepankan diplomasi yang diperkuat oleh kekuatan militer
yang modern dengan menyikapi setiap fenomena. Indonesia
secara aktif mendorong kemitraan global, mengedepankan
semangat kebersamaan, dan mewujudkan keseimbangan yang
dinamis, yaitu kondisi yang mengindikasikan tidak adanya
kekuatan negara yang dominan di suatu kawasan. Hal tersebut
dilakukan atas dasar keyakinan sebagai peluang bagi
peningkatan kerja sama dan kemitraan dalam membangun
kekuatan pertahanan untuk kemajuan suatu Negara (Dephan,
2015).
Pembangunan kekuatan pertahanan tidak ditujukan
sebagai bentuk perlombaan senjata, melainkan upaya
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 17
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
pencapaian standar profesionalisme angkatan bersenjata,
dengan mendasarkan pada visi, misi, nawacita, dan kebijakan
Poros Maritim Dunia (PMD). Dalam hal mewujudkan kebijakan
PMD, Pemerintah telah berupaya membangun kekuatan
pertahanan maritim yang didukung teknologi satelit dan
sistem drone. Pembangunan pertahanan negara
diselenggarakan dengan tetap berorientasi pada keterpaduan
pertahanan Negara, yaitu pertahanan militer dan pertahanan
nonmiliter (khususnya ekonomi) dalam rangka menghadapi
ancaman, baik ancaman militer, nonmiliter, maupun
ancaman lainnya.
Pertahanan Nasional dalam menghadapi ancaman militer,
menempatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai
Komponen Utama (Komput) yang diperkuat oleh Komponen
Cadangan (Komcad) dan Komponen Pendukung (Komduk).
Dalam menghadapi ancaman nonmiliter, menempatkan
Kementerian/ Lembaga (K/L) di luar bidang pertahanan
sebagai Unsur Utama dibantu Unsur lain kekuatan Bangsa,
dalam hal ini kekuatan ekonomi. Dalam menghadapi
ancaman lainnya, Indonesia menerapkan pola pertahanan
militer, didukung dengan kekuatan pertahanan nonmiliter
(ekonomi) yang diformasikan ke dalam Komponen
Pendukung sesuai hakikat dan eskalasi yang timbul.
Secara bertahap Indonesia telah meningkatkan kapabilitas
pertahanan Nasional yang memiliki daya tangkal melalui
pembangunan postur. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan
Pertahanan Nasional yang selaras dengan Pembangunan
Nasional, termasuk pembangunan kawasan perbatasan dan
pulau-pulau kecil terluar/terdepan untuk mewujudkan postur
pertahanan nasional yang handal.
18 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
1.5 Perspektif Militer (Military Perspective)
Dalam konteks Militer, dewasa ini kemampuan industri
pertahanan Indonesia perlu ditingkatkan dan didukung secara
berkesinambungan. Industri ini pada dasarnya harus merupakan
bagian besar dari security sector reform, artinya tidak boleh
berdiri sendiri tetapi merupakan suatu bagian besar dari civilian
supremacy. Bisnis militer dengan segala macam fenomenanya
merupakan suatu rangkaian besar dari pengembangan industri
pertahanan di Republik Indonesia yang tidak terpisah satu sama
lainnya.
Terkait dengan hal tersebut, 3 (tiga) hal penting yang harus
jadi perhatian, yaitu: (1) Lingkungan strategis Indonesia dan
negara-negara tetangga di kawasan Asia Pasifik. Perkembangan
pertahanan mereka sudah sangat kuat. Misalnya: Australia,
Singapura dan Malaysia sudah memiliki Alat Utama Sistem
Senjata (Alutsista) yang sangat kuat, yaitu F35, pesawat terbaru dari
Amerika Serikat (AS). Hal ini perlu diantisipasi karena merupakan
problematik yang besar; (2) Kita (Indonesia) perlu mengurangi
ketergantungan terhadap luar negeri mengenai Alutsista; dan (3)
Kita perlu mendukung industri pertahanan sendiri yang sekarang
kelihatannya sudah mulai agak mati suri (Hadi, 2015).
Industri pertahanan Indonesia (darat, laut dan udara)
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan produk-produk
sesuai dengan matranya masing-masing, malah diantara
produknya telah mampu bersaing dan mendapat segmen di pasar
global. Namun kemampuan ini belum dapat dipertahankan dari
faktor gangguan, yang mengakibatkan tidak diperpanjangnya
kontrak.
Contoh ini dilihat dari industri pesawat udara yang terputus,
bukan diakibatkan konsumen tetapi gangguan datang dari
internal perusahaan, seperti kasus yang terjadi pada PT.
Dirgantara Indonesia (Persero), ketika terjadi pemutusan
hubungan kerja terhadap karyawan disebabkan hasil produk tidak
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 19
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
laku dijual pada awal millennium yang mengakibatkan runtuhnya
perusahaan.
Kondisi bisnis pertahanan di Indonesia dibandingkan dengan
3 negara lain menunjukkan kondisi yang fluktuatif atau
cenderung mengalami penurunan, khususnya pada tahun 2009-
2015. Kondisi eksisting menunjukkan bahwa sampai dengan saat
ini (2018), Indonesia memiliki 4 (empat) bisnis pertahanan, yaitu:
untuk matra darat ada PT Pindad, untuk matra laut ada PT.
Peralatan Angkatan Laut (PAL), matra udara ada PT. Dirgantara
Indonesia (DI), dan matra perlengkapan ada PT Dhahana.
PT Pindad baru saja mendapatkan order dari pemerintah
untuk membuat lima P2 APC, yaitu: pengangkut pasukan
bernama panser Anoa APC, namun PT. PAL dan PT. DI
tampaknya dalam kondisi yang tidak sebaik PT. Pindad. Kedua
perusahaan ini masih beroperasi tetapi kinerjanya tidak begitu
baik (Kemhan-RI, 2016).
Cetak biru Pertahanan Indonesia dibangun dengan beberapa
program yang mendukung tercapainya postur TNI yang kuat. Hal
tersebut, di rumuskan dalam indikator untuk membangun
Alutsista TNI. Indikator ini juga memuat tentang pemanfaatan
dan penggunaan segala kemampuan yang ada menjadi
komponen pertahanan apabila terjadi perang misalnya perahu
nelayan dapat segera dirubah menjadi kapal perang bila
diperlukan.
Secara historis Industri Pertahanan Indonesia berasal dari
hibah Tentara Nasional Indonesia (TNI) kepada Negara (dalam
hal ini Badan Usaha Milik Negara/BUMN). Semasa berada pada
TNI hasil produksi masih dimanfaatkan untuk mendukung
kebutuhan sendiri, tidak untuk dijual. Setiap Matra TNI Indonesia
mempunyai Industri/Pabrik yang dibangun untuk menjamin
terdukungnya kebutuhan dan perbaikan alat peralatan
persenjataan untuk mendukung kesiapan tempurnya. Matra TNI
AD mempunyai Perindustrian TNI AD yang disingkat PINDAD
20 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
belakangan menjadi PT Pindad, Matra TNI AL mempunyai PT PAL,
dan Matra TNI AU memiliki PT Dirgantara Indonesia (yang
awalnya PT Nurtanio), serta untuk memenuhi kebutuhan
perlengkapan ada PT Dhahana. Seluruh Industri/Pabrik tersebut
pada tahun 80-an telah di hibahkan kepada Pemerintah, dan
berada di bawah koordinasi Kementrian BUMN.
PT Pindad telah mengembangkan Medium Tank 23 ton,
disesuaikan dengan kondisi geografis Indonesia, sehingga
menjadi prototype dan terus dikembangkan. Sejauh ini tank
produksi PT Pindad dinilai lebih ringan, lincah dan murah karena
diproduksi anak bangsa (Kemhan-RI, 2012).
Kendala utama pengembangan dan pengadaan Alutsista
adalah kondisi industri pertahanan itu sendiri dan
kemampuan/keterbatasan mekanisme pembiayaan yang tersedia
untuk mendanai produksi. Walau secara faktual terdapat
beberapa Industri pertahanan yang mempunyai potensi dan
kapasitas untuk menghasilkan Alutsista yang dibutuhkan dalam
rangka mendukung pertahanan dan keamanan Negara.
Alutsista Indonesia, pasca embargo Amerika ke Indonesia
pada awal tahun dua ribuan, telah berdampak terbatasnya suku
cadang untuk pemeliharaan peralatan. Implikasinya banyak
Alutsista di Matra (TNI) tidak dapat berfungsi secara optimal,
kanibalisasi terpaksa dilakukan, bahkan sebagian tidak dapat
dioperasikan.
Seharusnya hal tersebut dapat menjadi suatu momentum dan
pola pikir bagi bangsa, bahwa Alutsista merupakan hal yang
private sifatnya. Sehingga kita harus membangun dan memenuhi
kebutuhannya, karena selain syarat dengan fungsi teknologi, di
dalamnya kentara juga fungsi politik yang sangat kental, dengan
demikian pentingnya sistem inovasi dan security dalam bidang
pertahanan mutlak dibangun.
Produk industri pertahanan, terutama Alat Utama Sistem
Senjata (Alutsista) secara berkesinambungan, disamping
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 21
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
mendukung kebutuhan pokok Industri Pertahanan Keamanan
Republik Indonesia tetapi juga diperlukan oleh Institusi/lembaga
negara lainnya untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok
institusi masing-masing. Pengguna produk Industri Pertahanan
Selain TNI/Polri, juga Institusi lainnya, seperti Kementerian
Dalam Negeri dengan Pemerintah Daerah (OTDA) dan lain-
lainnya. Pelaksanaan akuisi dari alutsista ini dilaksanakan
mengikuti prosedur pengadaan barang/alat dengan persyaratan
pengadaan barang/alat Private Goods yang berstatus
confidential.
Sinergisitas potensi yang dimiliki akan menjadikan Indonesia
sebagai sebuah negara yang memiliki sistem pertahanan dan
keamanan yang berbeda dengan negara lain. Kemampuan
memproduksi Alutsista akan memberikan pengalaman/skill
kepada produsen, disertai dengan komitmen kinerja para stake
holder akan menghasilkan produk yang handal sesuai dengan
postur Astragatra (Hasibuan, 2009).
Dengan tersedianya produk industri pertahanan, TNI/Polri
sebagai pengguna utama, disamping departemen-departemen
lainnya akan lebih percaya diri, pembeli juga memiliki keuntungan
antara lain dapat membeli lebih banyak, karena produk domestik
lebih murah, ergonomis, logistik lebih terjamin dan prajurit/
pengguna akan lebih professional, karena latihan dilaksanakan
sesuai jadwal. Sinergi ini menjadikan sistem kekuatan pertahanan
akan lebih tangguh.
Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) sebagai
strategi pertahanan negara melahirkan program-program
pertahanan yang merupakan bagian dari konsepsi dasar
Pertahanan Negara. Saat ini Pengembangan kekuatan postur TNI
bisa di mulai dari ancaman globalisasi walau ancaman ini bukan
hanya bersifat militer, namun konstraksi globalisasi sangat
membutuhkan kekuatan militer sebagai penjaga kedaulatan
22 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
negara, sehingga perlunya memahami perimbangan kekuatan
militer.
1.6 Perspektif Bisnis (Business Perspective)
Perkembangan berbagai entitas bisnis secara dinamis, seiring
dengan perubahan lingkungan yang dramatis, memicu persaingan
yang semakin ketat. Perubahan selera konsumen, kemajuan
teknologi dan perubahan sosial ekonomi memunculkan berbagai
tantangan dan peluang dalam bisnis (Porter, 2006), termasuk di
dalamnya bisnis persenjataan (Semler, 2008).
Globalisasi memberikan tekanan pada sektor bisnis, termasuk
di dalamnya adalah perdagangan dan politik (Rusdin, 2002). Dalam
konsep Bisnis, beberapa aspek yang sangat diperhitungkan adalah
keuangan (financial) dan pesaing (competitor), aspek ini dapat
mengakibatkan decrease company capacity (Michael, Grappa, dan
Lia, 2008). Dalam globalisasi yang hypercompetitive, perusahaan
industri sejatinya dapat menghasilkan produk baru atau produk lama
yang diperbaharui dengan kualitas dan teknologi masa depan yang
di sukai dan di butuhkan pelanggan. Perusahaan juga menyadari
bahwa mengembangkan produk baru dalam era kompetitif
merupakan kunci untuk bertahan dan tumbuh (Kotler dan Keller,
2013).
Kecenderungan ekonomi g lobal yang diwarnai
ketidakpastian mensyaratkan kebijakan yang cepat, tepat dan
terukur guna merespon peluang dan tantangan termasuk dengan
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Percepatan
dibukanya MEA pada tahun 2015 telah membuka ruang persaingan
bebas antar negara ASEAN dalam berbagai bidang, termasuk human
capital; Pemberlakuan MEA memberikan harapan bagi kerjasama
ekonomi antar kawasan dalam skala yang lebih luas, melalui
integrasi bisnis regional, yang ditandai dengan terjadinya arus bebas
(free flow): barang, jasa, investasi, tenaga kerja. dan modal
perlunya peningkatan kinerja human capital berbasis kompetensi di
Indonesia guna meningkatkan daya saing bangsa (Rusdin, 2002).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 23
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Upaya yang dilakukan adalah melalui pemetaan peran masing-
masing lapisan masyarakat dari jajaran pemerintah, sektor publik,
sektor swasta, dan mobilisasi masyarakat secara umum.
Kesiapan Indonesia dalam menghadapi setidaknya 5 (lima)
bidang, meliputi arus bebas barang, jasa, tenaga terampil, modal,
dan investasi merupakan hal yang perlu diantisipasi secara
menyeluruh. Dalam hal ini pemerintah Indonesia telah
menyesuaikan target pertumbuhan bisnis guna meningkatkan
kinerja perekonomian Indonesia. Kondisi tersebut akan
mempengaruhi iklim usaha riil, terutama di sektor Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) yang banyak menyerap tenaga kerja.
1.7 Fenomena Cyber War, Proxy War, dan Postmodernism
1.7.1 Fenomena Cyber War
Namun saat ini konsep keamanan nasional mengalami perluasan
makna, artinya usaha melindungi aset nasional, sekarang juga
terlibat dalam operasi sistem informasi dan pengetahuan berbasis
teknologi. Dengan demikian, bidang keamanan nasional juga
diperluas dari dunia nyata ke dunia maya, sehingga muncul sebuah
ancaman baru dalam sistem keamanan nasional yakni Cyber War
dan masing-masing negara bersaing untuk memenangkan Cyber
War.
Kekuatan untuk menghancurkan ancaman Cyber War telah
mencapai tahap langsung dan serius pada sistem ketahanan
nasional. Dengan kata lain Cyber Terrorism atau Cyber War tidak lagi
menjadi sebuah situasi yang terbatas pada dunia maya/virtual tetapi
menjadi ancaman nyata dan memiliki dampak langsung terhadap
keamanan nasional, sehingga teknologi informasi menjadi
kemampuan keamanan penting saat ini.
Karena itu, dari perspektif ini, buku ini akan membahas konsep
yang jelas mengenai Cyber War, sehingga situasi persiapan dari
masing-masing negara dapat dianalisis dan dibandingkan. Selain itu,
buku ini akan memberikan pemahaman dan pengetahuan yang lebih
24 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
luas mengenai Cyber War. Dengan demikian dapat diketahui dengan
jelas arah persiapan untuk mengelola krisis ketahanan nasional
secara efektif dan untuk melaksanakan Cyber War secara efisien dan
aktif.
1.7.2 Fenomena Proxy War Proxy war sering dimaknai sebagai perang ketika lawan kekuatan
menggunakan pihak ketiga sebagai pengganti bertempur satu sama
lain secara langsung. Sementara kekuasaan kadang-kadang
digunakan pemerintah sebagai proksi, aktor non-negara kekerasan,
dan tentara bayaran, pihak ketiga lainnya yang lebih sering
digunakan. Diharapkan bahwa kelompok-kelompok ini bisa
menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh. Perang
Proksi juga telah berjuang bersama konflik skala penuh. Hal ini
hampir mustahil untuk memiliki perang proksi yang murni, sebagai
kelompok berjuang untuk bangsa tertentu biasanya memiliki
kepentingan mereka sendiri, yang dapat menyimpang dari orang-
orang dari patron mereka. Biasanya perang proksi berfungsi terbaik
selama perang dingin, karena mereka menjadi kebutuhan dalam
melakukan konflik bersenjata antara setidaknya dua pihak yang
berperang sambil terus perang dingin.
Tentara bayaran (mercenaries), juga populer dengan soldier of
fortune adalah tentara yang bertempur dan menyerang dalam
sebuah pertempuran demi uang, dan biasanya dengan sedikit
penghargaan terhadap ideologi, kebangsaan atau paham politik.
Munculnya tentara bayaran umumnya karena adanya konflik-konflik
terutama di negara dunia ketiga yang umumnya selalu berkutat
dalam masalah politik, kekuasaan, sumber dan kepentingan
ekonomi, serta masalah agama dan etnis, sehingga meminta
penguasa penguasa atau pihak pihak yang terlibat di dalamnya
meminta bantuan negara-negara lain terutama negara-negara maju.
Selain itu adanya kepentingan rahasia dari negara maju atau negara
adikuasa bahkan operasi-operasi intelijen sehingga dikenal dengan
istilah perang kotor.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 25
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Umumnya yang menjadi tentara bayaran adalah mantan
anggota tentara atau anggota tentara yang telah habis masa
dinasnya atau tentara yang terpaksa dikeluarkan dari dinas militer
baik karena sanksi personel ataupun karena pengurangan personel
dalam tubuh angkatan bersenjata. Guna menghindari gejolak sosial,
khususnya di negara negara maju dibentuklah suatu badan usaha
yang bersifat swasta yang bergerak dalam jasa keamanan yang
dikenal dengan kontraktor militer swasta (Private Military
Contractors atau PMC) yang sebenarnya bergerak dalam jasa suplai,
pelatihan, pengamanan namun juga sering terlibat dalam konflik
bahkan aksi militer terutama atas permintaan pemakai jasa (dalam
hal ini lembaga pemerintah bahkan unsur pemberontak).
Biasanya personel yang terlibat merasa bahwa dirinya masih
dianggap layak untuk berdinas di dalam ketentaraan, juga memiliki
keahlian khusus dalam dunia ketentaraan. Misalnya mantan anggota
pasukan khusus yang umumnya disukai karena keterampilannya dan
kebiasaan berada dalam unit unit tempur kecil yang mandiri, atau
karena keinginan atau jiwa militer yang masih melekat dalam diri
para mantan anggota militer, atau karena bayaran yang diperoleh
bisa lebih tinggi daripada ketika masih berdinas dalam institusi
militer.
Aksi mereka kadang-kadang lebih nekad dibandingkan tentara
reguler bahkan anggota pasukan khusus, dengan perlengkapan
senjata seadanya mereka justru mampu menembus garis depan.
Karena keberadaan mereka yang tidak resmi atau ilegal, kerapkali
keberadaan mereka mengundang opini negatif bahkan kecaman dari
organisasi-organisasi hak asasi manusia. Kadangkala keberadaan
mereka justru terlibat dalam dunia kriminalitas seperti mafia, atau
triad yang umumnya terlibat antar negara seperti kasus mafia obat
bius atau narkotika, atau dalam pelanggaran HAM berat.
Keberadaan tentara bayaran ini, tidak pernah terlepas dari setiap
konflik maupun peperangan bahkan sejak peradaban ribuan tahun
silam. Tercatat dalam sejarah, Karthago misalnya, menempatkan
tentara-tentara bayaran dalam jajaran resmi militernya dalam
menghadapi ancaman hegemoni Romawi, tak terkecuali para firaun,
26 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
raja-raja, shogun memanfaatkan keberadaan mereka dalam perang.
Selain tentara bayaran, sering juga ditemukan para petualang politik
(avonturir) bahkan pejuang-pejuang bersenjata yang beroperasi
antar negara atau di setiap negara negara yang mengalami konflik
bersenjata.
Perbedaannya dengan tentara bayaran, para petualang politik
atau pejuang lintas negara biasanya terjun dalam konflik karena
kesamaan ideologi, aliran, semangat etnis atau agama, atau
mendapatkan kewarganegaraan asing (misalnya Legiun Asing
Perancis), melarikan diri dari masa lalu yang kelam, atau untuk
mencari petualangan. Dalam dunia kontemporer, yang termasuk
dalam kategori ini misalnya Che Guevara, Osama bin Laden, Ibnul
Khattab yang muncul dalam peperangan di Bosnia Herzegovina,
Kosovo dan Chechnya dan Shamil Basayev di Chechnya dan
Ingusethia.
1.7.3 Fenomena Postmodernism Postmodernism berarti, ‘setelah modernisme’. Gerakan ini
merupakan reaksi terhadap modernisme yang dipengaruhi oleh
kekecewaan yang ditimbulkan oleh Perang Dunia II.
Postmodernisme mengacu pada keadaan yang tidak memiliki hirarki
pusat, bersifat ambigu, dan beragam. Perkembangan dalam
masyarakat, ekonomi, dan budaya pada tahun 1960-an sangat
dipengaruhi oleh postmodernisme. Dengan kata lain, kondisi kita
saat ini sudah melampaui modernism dan telah memasuki
postmodernism.
Paham pasca modern ini dianut oleh individu atau kelompok atau
masyarakat tertentu, yang mulai bergerak pada abad akhir ke-20
dalam seni, arsitektur, dan kritik, yang melanjutkan modernism
(Reichl, 1989). Pascamodernisme atau Postmodernism ini
merupakan interpretasi skeptic terhadap budaya, sastra, seni,
filsafat, sejarah, ekonomi, arsitektur, fiksi, dan kritik sastra, sehingga
sering dikaitkan dengan dekontruksi dan pascastrukturisasi, karena
penggunaannya sebagai istilah mendapatkan popularitas yang
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 27
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
signifikan pada waktu yang sama dengan pascastrukturalisme, yaitu
dalam abad kedua puluh.
Postmodernism merupakan paham yang berkembang setelah
era modern dengan modernismenya. Pascamodernisme bukanlah
paham tunggal atau sebuah teori, namun justru memayungi
berbagai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu yang
tunggal.
Banyak tokoh yang memberikan arti terhadap Postmodernism
sebagai kelanjutan dari modernism. Namun kelanjutan itu menjadi
sangat beragam. Bagi Lyotard dan Geldner, postmodernism adalah
pemutusan secara total dari modernism. Namun bagi Derrida,
Foucault dan Baudrillard, Postmodernism adalah bentuk radikal dari
kemodernan yang akhirnya "mati sendiri" karena kesulitan
menyeragamkan berbagai teori. Pandangan Graffin terhadap
pemaknaan atas Postmodernism adalah koreksi beberapa aspek dari
modernisme.
Pandangan lainnya dari Giddens menganggap Postmodernism
sebagai bentuk modernism yang sudah sadar diri dan menjadi
bijak. Pandangan lainnya, yaitu Habermas dalam pandangannya
memberikan makna Postmodernism merupakan satu tahap dari
modernism yang belum selesai.
Sejatinya postmodernism merupakan reaksi dari modernism, jika
modernisme mengandalkan rasio manusia dan percaya pada
kebenaran yang bersifat absolut, dan mempunyai optimisme
terhadap masalah-masalah kehidupan manusia, maka
postmodernism tidak mementingkan pemikiran yang sistematis dan
logis. Selain itu, postmodernis juga menyatakan bahwa tidak ada
yang bersifat absolut, semuanya adalah relatif, sementara, subjektif
dan pribadi. Middleton & Walsh menggambarkan modernitas sebagai
upaya mendirikan menara Babel yang ingin mempersatukan umat
manusia (Kej, 2011).
Dengan demikian, kajian tentang Strategi Bersaing dalam
perspektif Militer dan Bisnis menarik untuk dikaji lebih jauh. Buku ini
menjadi penting dan perlu dibaca karena bukan saja akan
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
bisnis pertahanan demi meningkatkan keberhasilan dan
28 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
keberlanjutan pembangunan bisnis industri Pertahanan pada masa
yang akan datang, dalam rangka mendukung Pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tetapi juga akan bermanfaat
bagi praktisi ekonomi dan TNI-POLRI dalam menambah wawasan
praktis, khususnya dalam memahami strategi bersaing dalam
perspektif militer dan bisnis.
1.8 Kandungan Buku Pada bagian awal buku ini membahas fenomena, upaya yang
telah dilakukan, perspektif militer, dan perspektif Bisnis. Isu berkembang dengan adanya Cyber War, Proxi War, dan Psotmodernism sebagai ancaman baru, menjadikan kandungan dalam buku ini semakin menarik untuk dibaca lebih lanjut.
Pada bab I menyajikan Fenomena dan filosofi, meliputi: fenomena strategi, strategy of business unit level, strategy of corporate level, strategi pertahanan nasional, perspektif militer, perspektif bisnis, fenomena cyber war, proxy war, dan post modernism. Pada bab II akan menyajikan fenomena ancaman dalam negeri, meliputi: fenomena umum, fenomena keamanan dalam Negeri, Ancaman Militer, Ancaman Non Militer, Prediksi Ancaman Ke Depan. Pada Bab III menyajikan Konsep Dasar Strategi, meliputi: sejarah perkembangan strategi, makna strategi, dimensi strategi, pandangan para ahli, peranan pengelola strategi dalam organisasi, manfaat pengelolaan strategi yang bak, dan pergeseran dalam pengembangan pemikiran strategi. Pada Bab IV, akan menyajikan Inti Strategi Bersaing, meliputi: Makna Strategi Bersaing, Fungsi Strategi Bersaing, Asumsi yang mendasari pemilihan strategi bersaing, pendekatan dalam strategi bersaing, tahapan strategi, lingkungan entitas bisnis, dan level strategi
Pada Bab V, akan menyajikan Teknik Analisis Strategi Bersaing, meliputi: melakukan proses analisis, analisis memahami pelanggan, analisis sebagai komponen dalam siklus inteligen, analisis struktur industri, struktur industry dan kebutuhan pembeli, keseimbangan penawaran/permintaan, strategi berbasis generic, penerapan lebih dari satu strategi generik, strategi generic dan revolusi industry, strategi generic dan struktur organisasi, strategi generic dan proses perencanaan strategis. Pada Bab VI, akan menyajikan pemikiran strategic. Pada Bab VII akan menyajikan kebijakan strategik, meliputi: makna kebijakan strategis, grand strategy sebagai luaran
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 29
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
kebijakan, pola grand strategy Amerika Serikat, dan kebijakan strategi bersaing.
Pada Bab VIII mengkaji strategi bersaing dalam perspektif bisnis, meliputi: strategi bisnis, tingkat hirarki strategi, perencanaan strategi, penguasaan militer atas sipil, teori agensi, Teori Activities–Based Costing (ABC Theory), Kontrol Sipil (Civilian Control), Hubungan sipil-militer, Dampak Reformasi terhadap Hubungan Sipil-Militer, Pertahanan Nasional sebagai Upaya Partisipasi Sipil Mengelola Pertahanan, Nasionalisme sebagai Upaya Membangun Hubungan Sipil-Militer. Pada Bab IX menyajikan Strategi Bersaing dalam konteks militer, meliputi: strategi perang, strategi militer, strategi operasi, strategi perang, strategi perang Indonesia, strategi militer Indonesia, strategi pertahanan nasional. Pada Bab X akan menyajikan strategi militer versus strategi bisnis, meliputi: makna strategi bisnis militer versus bisnis, implementasi strategi militer dalam strategi bisnis, dan Pengelolaan keputusan. Pada Bab XI akan mengetengahkan strategi kepemimpinan biaya, meliputi: Rantai nilai dan analisis biaya, menetapkan Rantai nilai, bagi analisis biaya, sekilas analisis biaya, perilaku biaya, penentu biaya, biaya masukan yang dibeli, perilaku biaya segment, dinamika biaya, keunggulan biaya, menentukan biaya relative pesaing, mencapai keunggulan biaya, daya tahan keunggulan biaya, pelaksanaan dan penggolongan biaya.
Pada Bab XII akan menyajikan Strategi diferensiasi, meliputi: sumber diferensiasi, diferensiasi dan rantai nilai, penentu keunikan, biaya diferensiasi, nilai pembeli dan diferensiasi, nilai bagi pembeli, Rantai nilai dan nilai pembeli, menurunkan biaya pembeli, mengoptimalkan kinerja pembeli, persepsi pembeli tentang nilai, kriteria pembelian yang dipakai pembeli, mengidentifikasi kriteria pembelian, dan strategi diferensiasi itu sendiri. Pada Bab XIII akan menyajikan Strategi Fokus yang meliputi: strategi stabilitas, strategi ekspansi, strategi intensive, strategi kombinasi, dan strategi fokus biaya. Pada bab XIV menyajikan kajian tentang Strategi Cepat (Speed Strategy). Pada Bab XV, sebagai penutup menyajikan ringkasan fenomena dan filosofi, fenomena ancaman dalam negeri, konsep dasar strategi, inti strategi bersaing, Teknik Analisis, keputusan strategik, tingkatan strategik, hubungan sipil-militer, strategi bertahan dalam konteks ekonomi, dan penutup.
30 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
BAB II
FENOMENA ANCAMAN DALAM NEGERI
(PHENOMENON OF DOMESTIC THREAT)
2.1 Fenomena Umum (General
Phenomenon) Berakhirnya Perang Dingin menciptakan ketidakpastian di
Kawasan Asia Pasifik, yang sangat berkaitan dengan pola
hubungan antar negara serta peran dan intensitas mereka di masa
depan (Dephan, 2015). Isu keamanan regional masih diliputi oleh
konflik potensial, seperti klaim teritorial dan ketegangan militer
peninggalan era tersebut (Dephan, 2015). Konflik potensial
tersebut dalam derajat tertentu menimbulkan krisis yang
mengancam stabilitas keamanan kawasan dan Indonesia.
Meskipun secara geografis terjadi jauh dari wilayah Indonesia,
beberapa krisis di antaranya membawa dampak terhadap
Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung. Generalisasi
fenomena keamanan kawasan yang menonjol adalah isu
terorisme, ancaman keamanan lintas negara, dan konflik
komunal. Sementara itu, dalam skala terbatas, di beberapa
negara masih terdapat konflik antarnegara yang berbasis pada
klaim teritorial.
Salah satu isu keamanan regional yang masih mengemuka
adalah konflik antar negara yang berkaitan dengan klaim teritorial.
Isu yang menonjol antara lain perselisihan wilayah Kashmir antara
India dan Pakistan, permasalahan di Semenanjung Korea, Konflik
antara Lebanon dan Israel, masalah perdamaian Israel dengan
Palestina, serta persoalan Cina-Taiwan. Di kawasan Asia
Tenggara dan sekitarnya, klaim tumpang tindih perbatasan di
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 31
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
kawasan Laut Cina Selatan tidak terlalu mengemuka pada saat
ini. Namun, klaim ini tetap menjadi potensi konflik yang dapat
melibatkan beberapa Negara (Dephan, 2015).
Selain potensi konflik antar negara, isu menonjol lain adalah
konflik dalam negeri yang berdimensi vertikal dan horizontal,
yang masih terjadi di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
Ancaman keamanan lintas negara, seperti terorisme,
perompakan bersenjata, penangkapan ikan secara ilegal,
merupakan isu keamanan kawasan yang sedang mengemuka. Di
samping itu, terdapat pula konflik internal yang berbasis SARA,
separatisme, dan radikalisme yang anarkis di beberapa negara di
kawasan dan sekitarnya. Indonesia berada dalam kawasan yang
kondisinya relatif mengalami isu-isu keamanan seperti disebutkan
di atas. Indonesia tidak mungkin dapat hidup tenang dalam
kawasan yang mengalami konflik karena dapat terkena limbah
konflik, seperti gelombang pengungsian, peredaran senjata
gelap, dan pelintasan perbatasan secara ilegal.
Keamanan maritim adalah salah satu isu keamanan kawasan
yang menonjol yang mendapat perhatian di Abad 21.
Menonjolnya isu tersebut terkait dengan fungsi wilayah maritim
yang makin strategis dalam kepentingan negara-negara di dunia
yang mendorong upaya untuk meningkatkan pengamanannya.
Wilayah maritim masih menjadi urat nadi utama interaksi
ekonomi global sehingga keamanan maritim merupakan isu
krusial bagi banyak negara di dunia.
Di Kawasan Asia Tenggara, wilayah Selat Malaka tetap
menjadi fokus masyarakat internasional karena lalu-lintas
transportasi perdagangan dunia melalui perairan tersebut. Posisi
strategis Selat Malaka telah mendorong keinginan negara-negara
kekuatan utama untuk ikut berperan langsung dalam
pengamanan Selat Malaka. Bagi Indonesia pengamanan langsung
Selat Malaka merupakan hak kedaulatan bagi Malaysia,
Singapura, dan Indonesia. Namun demikian Indonesia mengakui
32 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
kepentingan pengguna lainnya dan berpartisipasi dalam
pengamanan tidak langsung dalam bentuk pembangunan
kapasitas seperti pendidikan, pelatihan maupun berbagai
informasi (Dephan, 2015).
Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di antara
Benua Asia dan Australia serta Samudra Hindia dan Pasifik, di satu
sisi mempunyai posisi strategis sekaligus tantangan besar dalam
mengamankannya. Sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum
Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia memiliki tiga ALKI (Alur Laut
Kepulauan Indonesia) dan beberapa check points yang strategis bagi
kepentingan global, seperti di Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat
Makassar. Pengamanan ALKI serta seluruh check points tersebut
merupakan agenda strategis bagi kepentingan nasional Indonesia
serta masyarakat internasional (Dephan, 2015).
2.2 Fenomena Keamanan Dalam Negeri
(Domestic Security Phenomenon) Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang
didiami oleh lebih dari 300 suku bangsa membentuk kondisi yang
sangat majemuk. Kondisi yang heterogen tersebut berimplikasi pula
terhadap kategorisasi isu-isu keamanan sesuai dengan besarannya
untuk dikelompokkan dalam isu keamanan yang berskala nasional,
provincial atau local (BPS, 2017).
Karakteristik geografis Indonesia mengandung tantangan
yang multidimensi sehingga menuntut adanya strategi
pertahanan negara yang tepat untuk mengamankan wilayah
tersebut. Tugas untuk melindungi dan mengamankan Indonesia
dengan karakteristik negara kepulauan mengisyaratkan
tantangan yang kompleks dan berimplikasi pada tuntutan
pembangunan dan pengelolaan sistem pertahanan negara untuk
menghasilkan daya tangkal yang andal. Dalam bidang militer,
terdapat sejumlah fenomena yang menonjol, di antaranya adalah
fenomena perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, separatisme,
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 33
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
terorisme, radikalisme yang anarkis, konflik komunal, bencana
alam, dan kondisi politik pascareformasi.
Indonesia masih mempunyai sejumlah persoalan batas
wilayah, baik perbatasan darat maupun maritim yang hingga
kini belum selesai. Berbagai permasalahan tersebut
berhubungan langsung dengan kedaulatan negara yang harus
ditangani secara serius oleh pemerintah, antara lain melalui
pendayagunaan fungsi pertahanan, baik fungsi pertahanan
militer maupun nirmiliter secara terintegrasi demi mencapai
hasil yang maksimal. Dalam menangani masalah perbatasan
Indonesia akan tetap teguh mematuhi berbagai Hukum
Internasional yang berlaku.
Fenomena tentang pulau-pulau kecil terluar cukup beragam
dan kompleks, di antaranya menyangkut eksistensi, status
kepemilikan, konversi lingkungan, pengamanan dan
pengawasannya. Eksistensi pulau-pulau kecil terluar sangat
vital dalam penentuan batas wilayah Indonesia. Pulau-pulau
tersebut berfungsi sebagai titik pangkal penarikan batas
wilayah NKRI dan menjadi isu pertahanan yang serius dalam
konteks kedaulatan dan keutuhan wilayah.
Sementara itu, upaya untuk mewujudkan kehadiran secara
fisik dan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar belum
maksimal. Di sisi lain kondisi pulau-pulau kecil terluar semakin
kritis karena banyak yang tidak berpenghuni dan kondisi
alamnya tidak layak untuk dihuni, antara lain tidak terdapat
kandungan daya air tawar serta ruang hidup yang tidak cukup.
Dalam bidang pengamanan pulau-pulau kecil terluar
berpotensi diperjualbelikan atau disewakan secara tidak sah
kepada pihak atau warga negara asing. Dari beberapa kasus
ditemukan beberapa pulau kecil yang dikelola oleh perorangan,
bahkan ada yang dikelola oleh pihak asing. Praktik-praktik
tersebut menjadi ancaman yang dikemudikan hari dapat
34 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
menyulitkan pemerintah dan bangsa Indonesia (Dephan,
2015).
Gerakan separatis masih menjadi isu keamanan dalam
negeri, baik dalam bentuk gerakan separatis politik maupun
gerakan separatis bersenjata. Masih terdapat pihak-pihak yang
berkeinginan untuk memisahkan diri dari NKRI dengan
mengeksploitasi kelemahan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan.
Indonesia menempatkan separatisme sebagai ancaman yang
serius karena secara langsung mengancam keutuhan wilayah
NKRI dan mengancam keselamatan bangsa. Akar masalah
separatisme terletak pada distribusi hak-hak politik, ekonomi,
dan distribusi keadilan yang tidak merata, yang menyebabkan
kelompok tertentu merasa tidak nyaman untuk tinggal di
dalam naungan NKRI. Selama akar masalah tersebut tidak
dipecahkan, potensi separatisme akan selalu ada.
Bangsa Indonesia menyadari dan memiliki komitmen bahwa
berada dalam wadah NKRI merupakan putusan politik yang tepat
dan final. Sesuai dengan amanat undang-undang, pertahanan
negara berfungsi untuk menjamin keutuhan wilayah NKRI.
Namun, diakui usaha untuk mengatasi akar masalah separatisme
belum dapat diwujudkan secara penuh antara lain akibat belum
merata dan terpadunya pembangunan nasional.
2.2.1 Fenomena Ancaman Teroris
(The phenomenon of Terrorist Threat) Ancaman terorisme telah menjadi ancaman nyata di
Indonesia, sepanjang sejarah sejak 1980 hingga 2016,
dapat penulis uraikan, sebagai berikut:
Tahun 1980, peristiwa pembajakan pesawat Garuda
Indonesia Woyla dalam penerbangan dari Jakarta ke
Bangkok pada tahun 1980 https://store.tempo.co/foto/
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 35
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
detail/P2402200300199/peristiwa-penyerangan-kosekta-8606-
cicendo#.WDSBlcnjE1o [Diakses: 04/10/2016].
Tahun 1981, Garuda Indonesia (Penerbangan 206), 28
Maret 1981. Sebuah penerbangan maskapai Garuda Indonesia
dari Palembang ke Medan pada Penerbangan dengan pesawat
DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta pada pukul 8 pagi, transit di
Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan
sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat
tersebut dibajak oleh 5 orang teroris yang menyamar sebagai
penumpang. Mereka bersenjata senapan mesin dan granat, dan
mengaku sebagai anggota Komando Jihad; 1 kru pesawat tewas;
1 tentara komando tewas; 3 teroris tewas. Masih tahun 1981,
yang lebih populer disebut Peristiwa Cicendo, adalah peristiwa
yang terjadi di Cicendo, Bandung tanggal 11 Maret 1981.
Pada pukul 00.30 WIB, kantor Kosekta 65 Bandung diserbu
oleh 14 anggota Jamaah Imran. Sertu Suhendrik, Bhatatu Zul
Iskandar, Bharada Andi, dan komandan jaga Serka Suryana,
empat anggota POLRI yang sedang bertugas di kantor tersebut
terbunuh dalam peristiwa tersebut. Para penyerbu dari Jemaah
Imran tersebut datang dengan sebuah truk yang dipimpin
Salman Hafidz dengan tujuan membebaskan anggota Jamaah
Imran yang ditangkap polisi sektor tersebut. Dua senjata pistol
POLRI kaliber 38 dicuri dari kantor polisi tersebut dan kemudian
dipergunakan dalam peristiwa pembajakan Garuda Indonesia
Penerbangan 206 atau Peristiwa Woyla tanggal 28 Maret 1981,
peristiwa pembajakan pesawat pertama dalam sejarah maskapai
penerbangan Republik Indonesia dan terorisme bermotif jihad
pertama di Indonesia (http://news.okezone.com/read/
2009/10/15/343/265886/woyla-terorisme-pertama-di-
indonesia).
Tahun 1985, Bom Candi Borobudur 1985, 21 Januari
1985. Peristiwa terorisme ini adalah peristiwa terorisme bermotif
"jihad" kedua yang menimpa Indonesia. Bom Candi Borobudur
36 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
adalah peristiwa pengeboman peninggalan bersejarah Candi
Borobudur dari zaman Dinasti Syailendra yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah pada hari Senin 21 Januari
1985. Peristiwa terorisme ini adalah peristiwa terorisme bermotif
"jihad" kedua yang menimpa Indonesia setelah pembajakan
pesawat Garuda DC 9 Woyla oleh anggota Komando Jihad pada
tahun 1981.
Beberapa ledakan yang cukup dahsyat menghancurkan
sembilan stupa pada candi peninggalan Dinasti Syailendra
tersebut. Otak peristiwa pengeboman ini disebut sebagai
"Ibrahim" alias Mohammad Jawad alias "Kresna" yang oleh
kepolisian penyidik peristiwa pengeboman ini disebut sebagai
dalang pengeboman. Walaupun begitu, sosok Mohamad Jawad,
otak peristiwa peledakan Candi Borobudur ini masih belum
ditemukan dan belum berhasil diringkus oleh kepolisian
Indonesia hingga saat ini. Tanggal kejadian peristiwa ini sering
dikutip secara salah kaprah oleh pengguna blog di dunia maya
sebagai tanggal 15 Januari dari sumber majalah TEMPO.
Peristiwa pengeboman Candi Borobudur ini berkaitan dengan
kasus ledakan bom di bus Pemudi Express jurusan Bali yang
meledak di Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 16 Maret
1985. Terungkap dari pengakuan Abdulkadir setelah
penangkapannya, bahwa dia dan Husein menumpang bus
tersebut pada saat kejadian, dan meledaknya bus tersebut
adalah karena bom yang mereka bawa meledak secara tidak
sengaja karena terpicu oleh panasnya mesin kendaraan
tersebut. Menurut pengakuannya, mereka tidak paham bahwa
bom yang telah dimasukkan ke dalam lonjoran berbahan paralon
berdiameter sekitar 30 cm dan dimasukkan dalam tas itu bisa
meledak bila kepanasan. Bom tersebut mereka letakkan di atas
mesin, dan karena panas dan pemuaian, meledaklah bom
tersebut. Peristiwa pengeboman Candi Borobudur ini diduga pula
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 37
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
berkaitan dengan peledakan Gereja Sasana Budaya Katolik
Magelang beberapa waktu setelahnya.
Tahun 2000, Bom Kedubes Filipina, 1 Agustus 2000. Bom
meledak dari sebuah mobil yang diparkir di depan rumah Duta
Besar Filipina, Menteng, Jakarta Pusat. 2 orang tewas dan 21
orang lainnya luka-luka, termasuk Duta Besar Filipina Leonides
T Caday. Bom Kedubes Malaysia, 27 Agustus 2000. Granat
meledak di kompleks Kedutaan Besar Malaysia di Kuningan,
Jakarta. Tidak ada korban jiwa. Bom Bursa Efek Jakarta, 13
September 2000. Ledakan mengguncang lantai parkir P2
Gedung Bursa Efek Jakarta. 10 orang tewas, 90 orang lainnya
luka-luka. 104 mobil rusak berat, 57 rusak ringan. Bom malam
Natal, 24 Desember 2000. Serangkaian ledakan bom pada
malam Natal di beberapa kota di Indonesia, merenggut nyawa
16 jiwa dan melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil
rusak. Indonesia mengalami beberapa kali aksi terorisme.
Tahun 2001, Bom Gereja Santa Anna dan HKBP, 22 Juli
2001. di Kawasan Kalimalang, Jakarta Timur, 5 orang tewas.
Bom Plaza Atrium Senen Jakarta, 23 September 2001. Bom
meledak di kawasan Plaza Atrium, Senen, Jakarta. 6 orang
cedera. Bom restoran KFC, Makassar, 12 Oktober 2001. Ledakan
bom mengakibatkan kaca, langit-langit, dan neon sign KFC
pecah. Tidak ada korban jiwa. Sebuah bom lainnya yang
dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar tidak meledak.
Bom sekolah Australia, Jakarta, 6 November 2001. Bom rakitan
meledak di halaman Australian International School (AIS),
Pejaten, Jakarta.
Tahun 2002, Bom Tahun Baru, 1 Januari 2002. Granat
manggis meledak di depan rumah makan ayam Bulungan,
Jakarta. Satu orang tewas dan seorang lainnya luka-luka. Di
Palu, Sulawesi Tengah, terjadi empat ledakan bom di berbagai
gereja. Tidak ada korban jiwa. Bom Bali, 12 Oktober 2002. Tiga
ledakan mengguncang Bali. 202 korban yang mayoritas warga
38 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
negara Australia tewas dan 300 orang lainnya luka-luka. Saat
bersamaan, di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan juga
meledak di kantor Konjen Filipina, tidak ada korban jiwa. Bom
restoran McDonald's, Makassar, 5 Desember 2002. Bom rakitan
yang dibungkus wadah pelat baja meledak di restoran
McDonald's Makassar. 3 orang tewas dan 11 luka-luka.
Tahun 2003, Bom Kompleks Mabes Polri, Jakarta, 3
Februari 2003, Bom rakitan meledak di lobi Wisma Bhayangkari,
Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa. Bom Bandara
Soekarno-Hatta, Jakarta, 27 April 2003. Bom meledak dii area
publik di terminal 2F, bandar udara internasional Soekarno-
Hatta, Cengkareng, Jakarta. 2 orang luka berat dan 8 lainnya
luka sedang dan ringan. Bom JW Marriott, 5 Agustus 2003. Bom
menghancurkan sebagian Hotel JW Marriott. Sebanyak 11 orang
meninggal, dan 152 orang lainnya mengalami luka-luka.
Tahun 2004, Bom Palopo, 10 Januari 2004. Menewaskan
empat orang. (BBC), Bom Kedubes Australia, 9 September 2004.
Ledakan besar terjadi di depan Kedutaan Besar Australia. 5
orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Ledakan juga
mengakibatkan kerusakan beberapa gedung di sekitarnya
seperti Menara Plaza 89, Menara Grasia, dan Gedung BNI. (Lihat
pula: Bom Kedubes Indonesia, Paris 2004), Ledakan bom di
Gereja Immanuel, Palu, Sulawesi Tengah pada 12 Desember
2004.
Tahun 2005, Dua Bom meledak di Ambon pada 21 Maret
2005, Bom Tentena, 28 Mei 2005. 22 orang tewas, Bom
Pamulang, Tangerang, 8 Juni 2005. Bom meledak di halaman
rumah Ahli Dewan Pemutus Kebijakan Majelis Mujahidin
Indonesia Abu Jibril alias M Iqbal di Pamulang Barat. Tidak ada
korban jiwa. Bom Bali, 1 Oktober 2005. Bom kembali meledak di
Bali. Sekurang-kurangnya 22 orang tewas dan 102 lainnya luka-
luka akibat ledakan yang terjadi di R.AJA's Bar dan Restaurant,
Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di Nyoman Café Jimbaran.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 39
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Bom Pasar Palu, 31 Desember 2005. Bom meledak di sebuah
pasar di Palu, Sulawesi Tengah yang menewaskan 8 orang dan
melukai sedikitnya 45 orang.
Tahun 2009, Bom Jakarta, 17 Juli 2009. Dua ledakan
dahsyat terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta.
Ledakan terjadi hampir bersamaan, sekitar pukul 07.50 WIB.
Tahun 2010, Penembakan warga sipil di Aceh Januari 2010,
Perampokan bank CIMB Niaga September 2010
Tahun 2011, Bom Cirebon, 15 April 2011. Ledakan bom
bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon saat Salat Jumat yang
menewaskan pelaku dan melukai 25 orang lainnya. Bom Gading
Serpong, 22 April 2011. Rencana bom yang menargetkan Gereja
Christ Cathedral Serpong, Tangerang Selatan, Banten dan
diletakkan di jalur pipa gas, namun berhasil digagalkan pihak
Kepolisian RI. Bom Solo, 25 September 2011. Ledakan bom
bunuh diri di GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah usai kebaktian
dan jemaat keluar dari gereja. Satu orang pelaku bom bunuh diri
tewas dan 28 lainnya terluka.
Tahun 2012, Bom Solo, 19 Agustus 2012. Granat meledak
di Pospam Gladak, Solo, Jawa Tengah. Ledakan ini
mengakibatkan kerusakan kursi di Pospam Gladak.
Tahun 2013, Bom Polres Poso 2013, 9 Juni 2013 dengan
target personel polisi yang sedang apel pagi. Bom meledak di
depan Masjid Mapolres Poso, Sulawesi Tengah. 1 orang petugas
bangunan terluka di tangan sebelah kiri, sementara pelaku bom
bunuh diri tewas di tempat.
Tahun 2016, dikenal dengan Serangan Jakarta 2016
merupakan serentetan peristiwa berupa sedikitnya enam
ledakan, dan juga penembakan di daerah sekitar Plaza Sarinah,
Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia pada
tanggal 14 Januari 2016. Ledakan terjadi di dua tempat, yakni
daerah tempat parkir Menara Cakrawala, gedung sebelah utara
Sarinah, dan sebuah pos polisi di depan gedung tersebut.
40 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Sedikitnya delapan orang (empat pelaku penyerangan dan
empat warga sipil) dilaporkan tewas dan 24 lainnya luka-luka
akibat serangan ini.
Tujuh orang terlibat sebagai pelaku penyerangan, dan
organisasi Negara Islam Irak dan Syam mengklaim bertanggung
jawab sebagai pelaku penyerangan. Bom Samarinda 2016
adalah peristiwa meledaknya bom jenis molotov di depan sebuah
tempat ibadah di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, tepatnya
di Gereja Oikumene Jalan Cipto Mangunkusumo Kelurahan
Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, pada 13 November 2016
pukul 10.10 waktu setempat. Empat korban yang kesemuanya
anak-anak mengalami luka bakar di sekujur tubuh. Salah
seorang korban di antaranya yang berusia 2,5 tahun meninggal
dunia dalam perawatan di rumah sakit pada keesokan harinya.
Aksi ini merupakan teror bom pertama di Samarinda.
Upaya menumpas terorisme harus pula dilihat dari akar
permasalahannya, yang menurut pengalaman Indonesia di
antaranya berupa kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan. Selain faktor itu, terdapat pula masalah lain
yaitu ideologi kekerasan dari kelompok teroris. Dari hal-hal
tersebut, penanggulangan terorisme juga merupakan bagian
dari upaya menyeluruh dalam perang melawan ketidakamanan
yang multidimensi dengan cakupan, antara lain dalam mengatasi
kemiskinan, kerusakan lingkungan, penyakit pandemi,
kebodohan, dan keterasingan.
Bagi Indonesia, aksi terorisme selain merupakan
kejahatan kriminal luar biasa dan kejahatan terhadap
kemanusiaan juga merupakan ancaman terhadap keamanan
nasional. Dalam hal ini terorisme merupakan ancaman yang
harus dihadapi oleh seluruh elemen bangsa tidak saja oleh
polisi dan militer, tetapi juga oleh ilmuwan, ulama, dan
tokoh-tokoh agama. Dari berbagai kasus terorisme juga
terlihat karakter bahwa baik subjek maupun objek terorisme
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 41
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
bersifat internasional, sekaligus domestik (intermestik). Oleh
karena itu, Indonesia turut aktif menjalin kerjasama
menanggulangi terorisme secara bilateral maupun
multilateral.
2.2.2 Fenomena Konflik Komunal
(Communal Conflict) Konflik komunal pada umumnya berakar dari fanatisme suku,
daerah, agama, golongan, kedewasaan berpolitik yang masih
rendah, benturan kepentingan antar golongan, serta faktor
ketidakadilan dalam penegakan hukum. Indonesia mengalami
beberapa konflik komunal yang menimbulkan korban dalam
beberapa tahun terakhir. Konflik itu merupakan tantangan yang
harus dicegah dan dipecahkan melalui pendekatan-pendekatan
yang rasional dalam usaha membangun nasionalisme serta
persatuan dan kesatuan bangsa (Dephan, 2016).
Pemerintah telah berupaya mengatasi konflik-konflik
tersebut dengan memadukan segala kemampuan sumber daya
yang ada. Saat ini konflik tersebut telah dapat teratasi dengan
baik, terbukti dengan terciptanya keharmonisan dan stabilitas di
masyarakat. Langkah-langkah rehabilitasi sosial dan
pembangunan kembali infrastruktur terus dilaksanakan oleh
pemerintah. Kondisi yang harmonis dan kondusif ini diupayakan
untuk terus dipelihara dan dipertahankan dengan pembinaan
terus-menerus unsur-unsur di masyarakat agar secara aktif
berpartisipasi dalam penciptaan kondisi yang menunjang
stabilitas keamanan di daerah.
2.2.3 Fenomena Radikalisme Anarkis (Anarchist
Radicalism)
Penanganan isu-isu global secara unilateral atau tidak
seimbang sering menjadi pendorong bangkitnya gerakan
42 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
radikalisme. Dalam perkembangannya gerakan radikalisme
sering ditunggangi atau bergabung dengan kelompok separatis
dan terorisme untuk melakukan aksi kejahatan atau tindakan
anarkis. Gerakan radikalisme selalu mengganggu stabilitas
keamanan sehingga perlu penanganan secara serius sesuai
dengan hukum tanpa diskriminasi. Gerakan radikal berpotensi
mengganggu kepentingan publik, baik masyarakat domestik
maupun internasional, karena itu penanganannya sangat
mendesak. Apabila penanganannya tidak serius, hal tersebut
tidak saja merugikan citra bangsa Indonesia, tetapi juga dapat
menjadi pintu masuk kekuatan asing dengan dalih intervensi
kemanusiaan.
2.2.4 Fenomena Dinamika Politik (Political
Dynamic) Berbagai dinamika dan perubahan politik yang berkem-
bang pada era Reformasi banyak mengalami perubahan dan
cenderung mengarah kepada kondisi ketidakpastian yang
semakin tinggi. Demokrasi yang berkembang seluas-luasnya
belum diikuti dengan pengetahuan, kesiapan, dan
kedewasaan masyarakat dalam menerapkan nilai-nilai
demokrasi tersebut. Nuansa kebebasan yang ditandai dengan
keran politik yang semakin terbuka lebar cenderung
berkembang ke arah kebebasan tanpa batas.
Disadari bahwa sistem pemerintahan demokrasi merupakan
sistem yang terbaik. Namun, demokrasi tidak senantiasa identik
dengan efektif dan efisien. Karena itu sistem demokrasi yang
dipilih rakyat Indonesia harus diisi dengan pemerintahan yang
baik berdasarkan sejumlah prinsip, di antaranya transparansi,
akuntabilitas, dan keadilan. Dengan belajar dari berbagai
negara yang berhasil pada era globalisasi, itu merupakan
keniscayaan bagi Indonesia untuk tetap memegang teguh
penegakan hak asasi manusia, lingkungan hidup, kesetaraan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 43
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
gender, kebijakan nondiskriminatif, kebebasan beragama dan
penguasaan teknologi berdasarkan ilmu pengetahuan.
Penggunaan prinsip-prinsip di atas diharapkan dapat digunakan
untuk mengelola dinamika politik secara baik, termasuk isu-isu
yang berdimensi pertahanan negara.
2.2.5 Fenomena Provinsial (Provincial
Phenomenon) Otonomi daerah merupakan kebijakan Pemerintah
yang diarahkan untuk percepatan dan pembangunan di daerah.
Penerapan secara serentak dan menyeluruh tidak diikuti dengan
kesiapan daerah sehingga menimbulkan sejumlah isu, antara lain,
terkait dengan isu otonomi khusus, ketimpangan pembangunan
di luar Pulau Jawa, dan tata ruang wilayah.
Sejak pemberlakuan otonomi daerah, sejumlah daerah
berusaha menuntut Pemerintah Pusat untuk memberikan status
otonomi khusus. Status tersebut cenderung diinterpretasikan
sebagai hak untuk mengurus wilayah sendiri yang menyentuh
bidang-bidang pemerintahan, hukum, agama, bahkan termasuk
keamanan. Tuntutan tersebut apabila tidak dapat dikelola secara
tepat dapat berkembang menjadi potensi konflik vertikal yang
berdampak pada persatuan dan kesatuan bangsa.
Pembangunan nasional masih terkonsentrasi di Pulau Jawa,
sementara daerah-daerah di luar Jawa mengalami ketimpangan
yang cukup jauh. Akibatnya Pulau Jawa menjadi sasaran
urbanisasi dalam jumlah besar yang tidak diimbangi dengan
daya tampung dan tata ruang yang memadai. Kondisi tersebut
ikut menambah ketimpangan pembangunan di daerah-daerah
dan pada skala tertentu dapat menjadi isu stabilitas nasional.
Isu lain yang juga cukup menonjol adalah tata ruang
wilayah. Penataan ruang wilayah yang diterapkan dalam
pembagian kawasan-kawasan pembangunan mengandung
potensi permasalahan yang kompleks. Dengan mengingat isu
44 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
tata ruang terkait dengan ruang hidup dan kegiatan
masyarakat serta bersifat lintas instansi, niscaya diperlukan
penanganan yang seksama untuk dapat mempertemukan
semua kepentingan, tanpa menimbulkan implikasi terhadap
stabilitas nasional.
2.2.6 Fenomena Lokal (Local
Phenomenon) Pada tingkat lokal, gejala globalisasi semakin terasa dan
telah menjangkau masyarakat yang berdomisili di pelosok.
Kondisi tersebut telah mendorong terjadinya mobilitas
penduduk, baik secara fisik, yakni melalui migrasi penduduk
dari suatu daerah ke daerah lain, maupun dalam wujud
komunikasi antarmasyarakat yang makin mudah dengan
memanfaatkan sarana komunikasi dan informasi yang makin
menjangkau rakyat biasa dan bersifat ramah bagi pengguna.
Perkembangan ini mendorong berlangsungnya pertukaran
nilai secara serta-merta yang sulit dibendung dan cenderung
mempercepat berkembangnya pola hidup modern dengan ciri
kehidupan yang bebas dan praktis yang tidak jarang
bertentangan dengan nilai-nilai lokal.
Hal lain yang juga menonjol adalah timbulnya penguatan
identitas lokal sebagai respons masyarakat dalam menyikapi
pemberlakuan Otonomi Daerah. Penguatan identitas lokal
banyak dimunculkan dalam kemasan isu putra daerah, hak adat,
dan hak ulayat. Kondisi yang berkembang seperti ini sangat
kontraproduktif dengan prinsip bangsa Indonesia, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika. Penguatan identitas lokal yang tidak
terkelola dengan baik berpotensi menyulut konflik horizontal
yang berdimensi suku, agama, ras dan antargolongan, serta
antarkepentingan.
Tantangan yang tidak kalah signifikan adalah permasalahan
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 45
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Dalam konteks pertahanan, aspek ini berdimensi pertahanan
nirmiliter yang memerlukan penanganan dengan pendekatan
multisektoral dan integratif.
Bencana alam selain menjadi tantangan yang berskala
nasional, juga memiliki dimensi lokal. Baik departemen dan
lembaga teknis pemerintah, lembaga-lembaga riset maupun
perguruan tinggi, termasuk sumber dari luar negeri,
memetakan bahwa hampir semua daerah di Indonesia rawan
terhadap bencana alam dengan bentuk yang bervariasi,
seperti tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor, letusan
gunung api, kelangkaan sumber daya air, dan kebakaran
hutan. Upaya peningkatan infra struktur dan kemampuan
peringatan dini, pencegahan dini, serta kesiapan tindak dalam
tanggap darurat merupakan suatu keniscayaan.
Persepsi Indonesia tentang ancaman adalah setiap usaha dan
kegiatan, baik dari luar maupun dari dalam negeri, yang dinilai
mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan bangsa. Berdasarkan sifat
ancaman, hakikat ancaman digolongkan ke dalam ancaman
militer dan ancaman nirmiliter.
2.3 Fenomena Ancaman Militer
(The phenomenon of the Military Threat)
Fenomena Ancaman militer merupakan isu ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata dan terorganisasi yang dinilai
mempunyai kemampuan membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman militer dapat berupa agresi, pelanggaran wilayah,
pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror
bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara, serta konflik
komunal.
Agresi suatu negara yang dikategorikan mengancam
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap
46 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
bangsa Indonesia mempunyai bentuk-bentuk mulai dari yang
berskala paling besar sampai dengan yang terendah. Invasi
merupakan bentuk agresi yang berskala paling besar dengan
menggunakan kekuatan militer bersenjata yang dikerahkan untuk
menyerang dan menduduki wilayah Indonesia. Invasi
berlangsung secara eskalatif, mulai dari kondisi politik yang terus
memburuk, diikuti dengan persiapan-persiapan kekuatan militer
dari negara yang akan melakukan invasi.
Agresi juga dapat berupa bombardemen, yakni penggunaan
senjata dalam bentuk lain, blokade pelabuhan, pantai, wilayah
udara atau seluruh wilayah negara, dan dapat pula berbentuk
serangan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat, laut,
dan udara. Keberadaan atau tindakan unsur kekuatan bersenjata
asing dalam wilayah NKRI yang bertentangan dengan ketentuan
atau perjanjian yang telah disepakati merupakan salah satu bentuk
agresi yang mengancam kedaulatan negara dan keselamatan
bangsa. Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan
wilayahnya oleh negara lain untuk melakukan agresi atau invasi
terhadap NKRI digolongkan ke dalam ancaman agresi. Pengiriman
kelompok bersenjata atau tentara bayaran untuk melakukan
tindakan kekerasan di wilayah NKRI adalah pelanggaran
kedaulatan negara yang dikategorikan sebagai bentuk agresi suatu
negara.
Bentuk lain dari ancaman militer yang peluang terjadinya cukup
tinggi adalah tindakan pelanggaran wilayah Indonesia oleh negara
lain. Konsekuensi Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas
dan terbuka berpotensi terjadinya pelanggaran wilayah. Ancaman
militer dapat pula terjadi dalam bentuk pemberontakan bersenjata.
Pemberontakan tersebut pada dasarnya merupakan ancaman yang
timbul dan dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di dalam negeri,
tetapi pemberontakan bersenjata tidak jarang disokong oleh
kekuatan asing, baik secara terbuka maupun secara tertutup atau
tersamar.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 47
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Indonesia
yang sah merupakan bentuk ancaman militer yang dapat
merongrong kewibawaan negara dan jalannya roda
pemerintahan. Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia
pernah mengalami sejumlah aksi pemberontakan bersenjata
yang dilakukan oleh gerakan radikal, seperti DI/TII, PRRI,
Permesta, Kahar Muzakar, serta G-30-S/PKI. Beberapa sejumlah
aksi pemberontakan bersenjata tersebut tidak hanya mengancam
pemerintahan yang sah, tetapi juga mengancam tegaknya NKRI
yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Pemberontakan bersenjata sebagai bentuk ancaman
terhadap NKRI dalam beberapa dekade terakhir telah
berkembang dalam bentuk gerakan separatisme yang pola
perkembangannya, seperti api dalam sekam. Gerakan radikal di
masa lalu, serta sisa-sisa G-30-S/PKI berhasil melakukan
regenerasi dan telah bermetamorfosis ke dalam berbagai bentuk
organisasi kemasyarakatan dengan memanfaatkan euforia
Reformasi untuk masuk ke segala lini dan elemen nasional.
Kecenderungan tersebut memerlukan kecermatan dengan
membangun suatu kewaspadaan nasional dari seluruh komponen
bangsa Indonesia untuk mengikuti perkembangan regenerasi dan
metamorfosis kelompok-kelompok yang diuraikan di atas.
Indonesia memiliki sejumlah objek vital nasional dan instalasi
strategis yang rawan terhadap aksi sabotase sehingga harus
dilindungi. Aksi-aksi sabotase tersebut didukung dengan adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan oleh
pihak-pihak lawan untuk merancang ancaman sehingga memiliki
intensitas yang lebih tinggi dan kompleks. Fungsi pertahanan negara
ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap objek-objek
vital nasional dan instalasi strategis dari setiap kemungkinan aksi
sabotase dengan mempertinggi kewaspadaan yang didukung oleh
teknologi yang mampu mendeteksi dan mencegah secara dini.
48 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Pada abad modern kegiatan spionase dilakukan oleh agen-
agen rahasia dalam mencari dan mendapatkan rahasia
pertahanan negara dari negara lain. Kegiatan spionase dilakukan
secara tertutup dengan menggunakan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga tidak mudah dideteksi.
Kegiatan tersebut merupakan bentuk ancaman militer yang
memerlukan penanganan secara khusus dengan pendekatan
kontraspionase untuk melindungi kepentingan pertahanan dari
kebocoran yang akan dimanfaatkan oleh pihak lawan.
Aksi teror bersenjata merupakan bentuk kegiatan terorisme
yang mengancam keselamatan bangsa dengan menebarkan rasa
ketakutan yang mendalam serta menimbulkan korban tanpa
mengenal rasa perikemanusiaan. Sasaran aksi teror bersenjata
dapat menimpa siapa saja sehingga sulit diprediksi dan ditangani
dengan cara-cara biasa. Perkembangan aksi teror bersenjata yang
dilakukan oleh teroris pada dekade terakhir meningkat cukup pesat
dengan mengikuti perkembangan politik, lingkungan strategis, dan
Iptek.
Sejak terorisme internasional berkembang menjadi ancaman
global, aksi teror bersenjata yang berskala lokal ikut pula
mengadopsi pola dan metode terorisme internasional, bahkan
berkolaborasi dengan jaringan-jaringan teroris internasional yang
ada. Sejumlah aksi teror yang terjadi di beberapa tempat di
Indonesia menunjukkan adanya hubungan dengan jaringan
teroris internasional, terutama jaringan teroris yang beroperasi di
wilayah Asia Tenggara. Kondisi masyarakat dengan latar belakang
pendidikan dan kemampuan ekonomi rendah menjadi incaran
para tokoh terorisme untuk memperluas jaringan dengan
merekrut kader-kader baru.
Gangguan keamanan di laut dan udara merupakan bentuk
ancaman militer yang mengganggu stabilitas keamanan wilayah
yurisdiksi nasional Indonesia. Kondisi geografi Indonesia dengan
wilayah perairan serta wilayah udara Indonesia yang terbentang
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 49
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
pada pelintasan transportasi dunia yang padat, baik transportasi
maritim maupun dirgantara, berimplikasi terhadap tingginya
potensi gangguan ancaman keamanan laut dan udara.
Bentuk-bentuk gangguan keamanan di laut dan udara yang
mendapat prioritas perhatian dalam penyelenggaraan
pertahanan negara meliputi pembajakan atau perompakan,
penyelundupan senjata, amunisi dan bahan peledak atau bahan
lain yang dapat membahayakan keselamatan bangsa,
penangkapan ikan secara ilegal, atau pencurian kekayaan di laut,
termasuk pencemaran lingkungan.
Konflik komunal pada dasarnya merupakan gangguan keamanan
dalam negeri yang terjadi antarkelompok masyarakat. Dalam skala
yang besar konflik komunal dapat membahayakan keselamatan
bangsa sehingga tidak dapat ditangani dengan cara-cara biasa
dengan mengedepankan pendekatan penegakan hukum belaka dan
ditujukan untuk mencegah merebaknya konflik yang dapat
mengakibatkan risiko yang lebih besar.
2.4 Fenomena Ancaman Nonmiliter
(The Nonmilitary Threat Phenomenon) Fenomena ancaman nonmiliter merupakan ancaman yang
menggunakan faktor-faktor nonmiliter yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman
nonmiliter dapat berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, teknologi dan informasi, serta keselamatan umum.
50 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
2.4.1 Fenomena Ancaman dalam Perspektif
Ideologi (Threat Phenomenon in
Ideology Perspective)
Meskipun sistem politik internasional telah mengalami
perubahan, terutama setelah keruntuhan Uni Soviet sehingga
paham komunis semakin tidak populer lagi, bagi Indonesia yang
pernah menjadi basis perjuangan kekuatan komunis, ancaman
ideologi komunis masih tetap merupakan bahaya laten yang harus
diperhitungkan.
Di masa lalu, Indonesia menjadi salah satu basis komunis yang
beberapa kali melakukan kudeta untuk menumbangkan
pemerintahan dan berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan
ideologi komunis. Walaupun ideologi komunis secara global tidak
populer lagi, potensi ancaman berbasis ideologi masih tetap
diperhitungkan. Bentuk-bentuk baru dari ancaman ideologi yang
bersumber dari dalam maupun dari luar negeri, yakni
metamorfosis dari penganut paham komunis yang telah melebur
ke dalam elemen-elemen masyarakat, sewaktu-waktu dapat
mengancam Indonesia. Usaha pihak-pihak tertentu melalui
penulisan buku-buku sejarah dengan tidak mencantumkan
peristiwa G-30-S/PKI dengan Dewan Revolusi, atau gerakan
radikalisme yang brutal dan anarkis, memberikan indikasi bahwa
ancaman ideologi masih potensial.
Buku Putih 2015 mengangkat gerakan kelompok radikal
sebagai salah satu ancaman nyata. Motif yang melatarbelakangi
gerakan-gerakan tersebut dapat berupa dalih agama, etnik, atau
kepentingan rakyat. Pada saat ini masih terdapat anasir-anasir
radikalisme yang menggunakan atribut keagamaan berusaha
mendirikan negara dengan ideologi lain, seperti yang dilakukan
oleh kelompok NII (Negara Islam Indonesia). Bagi Indonesia
keberadaan kelompok tersebut merupakan ancaman terhadap
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 51
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengancam
kewibawaan pemerintah sehingga harus ditumpas.
2.4.2 Fenomena Ancaman dalam Perspektif
Politik (The Phenomenon of Threats
in Political Perspective) Ancaman berdimensi politik dapat bersumber dari luar negeri
maupun dari dalam negeri. Dari luar negeri, ancaman berdimensi
politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan tekanan
politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau blokade
politik merupakan bentuk-bentuk ancaman nirmiliter berdimensi
politik yang sering kali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk
menekan negara lain. Ke depan, bentuk-bentuk ancaman yang
berasal dari luar negeri diperkirakan masih berpotensi terhadap
Indonesia, yang memerlukan peran dari fungsi pertahanan
nirmiliter untuk menghadapinya.
Dalam perspektif pertahanan Indonesia, politik merupakan
instrumen utama yang dapat menjadi penentu damai atau perang,
yakni bahwa perang merupakan kelanjutan dari politik dengan
cara lain. Ini membuktikan bahwa ancaman politik dapat
menumbangkan suatu rezim pemerintahan, bahkan dapat
menghancurkan suatu negara secara total. Ancaman berdimensi
politik dapat menggunakan berbagai macam aspek sebagai
kendaraan untuk menyerang suatu negara, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Ancaman berdimensi politik dapat bersumber dari luar
dan dapat pula bersumber dari dalam negeri. Ancaman
berdimensi politik yang berasal dari luar dapat dilakukan oleh
aktor negara dan aktor yang bukan negara dengan menggunakan
isu-isu global sebagai kendaraan untuk menyerang atau menekan
Indonesia. Pelaksanaan penegakan HAM, demokratisasi,
penanganan lingkungan hidup, serta penyelenggaraan
52 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
pemerintahan yang bersih dan akuntabel selalu menjadi
komoditas politik bagi masyarakat internasional untuk
mengintervensi suatu negara; hal ini dirasakan pula oleh
Indonesia.
Dari dalam negeri, pertumbuhan instrumen politik
mencerminkan kadar pertumbuhan demokrasi suatu negara.
Iklim politik yang berkembang secara sehat menggambarkan
suksesnya proses demokrasi. Bagi Indonesia, faktor politik
menjadi penentu kelanjutan sistem pemerintahan.
Dalam sejarah Indonesia, pemerintahan negara sering
mengalami pasang surut yang diakibatkan oleh gejolak politik
yang sulit dikendalikan. Ancaman yang berdimensi politik yang
bersumber dari dalam negeri dapat berupa penggunaan kekuatan
berupa mobilisasi massa untuk menumbangkan suatu
pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang kekuatan politik
untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Ancaman
separatisme merupakan bentuk ancaman politik yang timbul di
dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat
menempuh pola perjuangan politik (tanpa senjata) dan
perjuangan bersenjata.
Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk
menarik simpati masyarakat internasional. Oleh karena itu,
separatisme sulit dihadapi dengan menggunakan instrumen
militer. Sebaliknya, ancaman separatisme dengan bersenjata
tidak jarang mengalami kesulitan sebagai akibat dari politisasi;
penanganan yang dilakukan oleh pemerintah dengan
menggunakan pendekatan operasi militer. Hal ini membuktikan
bahwa ancaman berdimensi politik memiliki tingkat risiko yang
besar yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan
bangsa.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 53
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
2.4.3 Fenomena Ancaman dalam Perspektif
Ekonomi (Threat Phenomena in
Economic Perspective) Ekonomi tidak saja menjadi alat stabilitas dalam negeri, tetapi
juga merupakan salah satu alat penentu posisi tawar setiap negara
dalam hubungan antarnegara atau pergaulan internasional.
Negara-negara dengan kondisi perekonomian yang lemah sering
menghadapi kesulitan dalam berhubungan dengan negara lain
yang posisi ekonominya lebih kuat. Ekonomi yang kuat biasanya
diikuti pula dengan politik dan militer yang kuat.
Ancaman dalam perspektif ekonomi berpotensi menghancur-
kan pertahanan sebuah negara. Pada dasarnya ancaman
berdimensi ekonomi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
internal dan eksternal. Dalam konteks Indonesia, ancaman dari
internal dapat berupa inflasi dan pengangguran yang tinggi,
infrastruktur yang tidak memadai, penetapan sistem ekonomi
yang belum jelas, ketimpangan distribusi pendapatan dan
ekonomi biaya tinggi, sedangkan secara eksternal, dapat
berbentuk indikator kinerja ekonomi yang buruk, daya saing
rendah, ketidaksiapan menghadapi era globalisasi, dan tingkat
dependensi yang cukup tinggi terhadap asing.
2.4.4 Fenomena Ancaman dalam Perspektif
Sosial Budaya (Phenomena of Threats
in Socio-Cultural Perspective) Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas
ancaman dari dalam, dan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam
didorong oleh isu-isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal timbulnya
permasalahan, seperti separatisme, terorisme, kekerasan yang
melekat-berurat berakar, dan bencana akibat perbuatan manusia.
Isu tersebut lama kelamaan menjadi “kuman penyakit” yang
54 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan
patriotisme. Watak kekerasan yang melekat dan berurat berakar
berkembang, seperti api dalam sekam di kalangan masyarakat
yang menjadi pendorong konflik antar masyarakat atau konflik
vertikal antara pemerintah pusat, dan daerah. Konflik horizontal
yang berdimensi suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)
pada dasarnya timbul akibat watak kekerasan yang sudah
melekat. Watak kekerasan itu pula yang mendorong tindakan
kejahatan termasuk perusakan lingkungan dan bencana buatan
manusia.
Faktor-faktor tersebut berproses secara meluas serta
menghasilkan efek domino sehingga dapat melemahkan kualitas
bangsa Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang terus
berlangsung telah mengakibatkan daya dukung dan kondisi
lingkungan hidup yang terus menurun. Bersamaan dengan itu
merebaknya wabah penyakit pandemi, seperti flu burung, demam
berdarah, HIV/AIDS, dan malaria merupakan tantangan serius
yang dihadapi di masa datang.
Ancaman dari luar timbul bersamaan dengan dinamika yang
terjadi dalam format globalisasi dengan penetrasi nilai-nilai
budaya dari luar negeri sulit dibendung yang mempengaruhi nilai-
nilai di Indonesia. Kemajuan teknologi informasi mengakibatkan
dunia menjadi kampung global yang interaksi antar masyarakat
berlangsung dalam waktu yang aktual.
Sehingga terjadi tidak hanya transfer informasi, tetapi juga
transformasi dan sublimasi nilai-nilai luar secara serta merta dan
sulit dikontrol. Sebagai akibatnya, terjadi benturan peradaban,
lambat-laun nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa semakin
terdesak oleh nilai-nilai individualisme. Fenomena lain yang juga
terjadi adalah konflik berdimensi vertikal antara pemerintah pusat
dan daerah, di samping konflik horizontal yang berdimensi
etnoreligius masih menunjukkan potensi yang patut
diperhitungkan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 55
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Bentuk-bentuk ancaman sosial budaya tersebut apabila tidak
dapat ditangani secara tepat dapat membahayakan sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
2.4.5 Fenomena Ancaman dalam Perspektif
Teknologi dan Informasi (Threat
Phenomenon in the Perspective of
Technology and Information)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada
dasarnya membawa manfaat yang besar bagi umat manusia.
Seiring dengan kemajuan Iptek tersebut berkembang pula
kejahatan yang memanfaatkan kemajuan Iptek tersebut, antara
lain kejahatan siber, dan kejahatan perbankan.
Kondisi lain yang berimplikasi menjadi ancaman adalah
lambatnya perkembangan kemajuan Iptek di Indonesia sehingga
menyebabkan ketergantungan teknologi terhadap negara-negara
maju semakin tinggi. Kondisi ketergantungan terhadap negara lain
tidak saja menyebabkan Indonesia menjadi pasar produk-produk
negara lain, tetapi lebih dari itu, sulit bagi Indonesia untuk
mengendalikan ancaman berpotensi teknologi yang dilakukan
oleh pihak-pihak tertentu untuk melemahkan Indonesia.
Tantangan yang dihadapi tidak saja berupa ancaman
teknologi dari luar negeri, tetapi juga pola sikap masyarakat dalam
negeri dalam menghargai karya-karya teknologi anak bangsa.
Pada dasarnya, Indonesia memiliki SDM yang kualitasnya berdaya
saing tinggi dibandingkan dengan SDM negara-negara maju.
Setiap tahun Indonesia mencetak juara-juara Olimpiade Sains
(Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi), Indonesia juga memiliki
tenaga-tenaga terampil di bidang teknologi tinggi, seperti eks PT
DI (Dirgantara Indonesia) dan PT PAL (Peralatan Angkatan Laut),
PT PINDAD (Perindustrian Angkatan Darat) dan-lain-lain, tetapi
belum ada wadah yang menjamin kegairahan untuk membangun
56 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
kemampuan bangsa di bidang teknologi, yang berakibat
terjadinya arus “eksodus” tenaga ahli Indonesia ke luar yang
menawarkan kehidupan yang lebih baik.
2.4.6 Fenomena Ancaman dalam Perspektif
Keselamatan Umum (Threat
Phenomena in the Perspective of
Public Safety) Secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada
di kawasan rawan bencana, baik bencana alam, keselamatan
transportasi, maupun bencana kelaparan. Bencana yang dapat
terjadi di Indonesia dan merupakan ancaman bagi keselamatan
umum dapat terjadi murni bencana alam, misalnya gempa bumi,
meletusnya gunung berapi, dan tsunami. Bencana yang
disebabkan oleh ulah manusia, antara lain tidak terkontrolnya
penggunaan obat-obatan dan bahan kimia lain yang dapat
meracuni masyarakat, baik secara langsung maupun kronis
(menahun), misalnya pembuangan limbah industri atau limbah
pertambangan lainnya. Sebaliknya, bencana alam yang
disebabkan oleh faktor alam yang dipicu oleh ulah manusia,
antara lain bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran
hutan, dan bencana lainnya.
Bencana alam berakibat baik langsung maupun tidak langsung
mengancam keselamatan masyarakat. Selain itu, keamanan
transportasi merupakan salah satu dimensi keselamatan umum
yang cukup serius di Indonesia. Dewasa ini kebutuhan masyarakat
akan sarana transportasi semakin tinggi sehingga terjadi
persaingan usaha yang tidak sehat, antara lain berupa penurunan
tarif penumpang yang berdampak terhadap keselamatan.
Keselamatan transportasi juga disebabkan oleh rendahnya
pemahaman masyarakat untuk mematuhi peraturan perundang-
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 57
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
undangan yang berlaku, serta masih lemahnya kepatuhan aparat
dalam penegakan hukum dan aturan.
2.5 Prediksi Ancaman ke Masa Depan
(Predicted Threat Forward) Ancaman merupakan faktor utama yang menjadi dasar
dalam penyusunan desain sistem pertahanan Nasional, baik
yang bersifat aktual maupun potensial. Berdasarkan analisis
strategis dan identifikasi terhadap hakikat ancaman yang
sangat dinamis, memungkinkan terjadinya penggabungan
berbagai jenis ancaman. Karenanya ancaman saat ini dan
masa depan dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu
ancaman militer baik bersenjata maupun tidak bersenjata,
ancaman nonmiliter, dan ancaman hibrida.
Sumber ancaman dapat berasal dari dalam maupun luar
negeri, serta dilakukan oleh aktor negara maupun non negara,
yang bersifat nasional, regional dan internasional. Dampak
yang ditimbulkan meliputi segala aspek kondisi sosial terdiri
atas ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan. Dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sesuai
dengan prediksi dan prioritasnya maka ancaman-ancaman
tersebut dikategorikan dalam bentuk ancaman nyata dan
belum nyata.
2.5.1 Fenomena Ancaman Nyata
(Real Threat Phenomenon) Fenomena Ancaman Nyata merupakan ancaman yang
sering terjadi dan dihadapi setiap saat, dapat berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahaya-
kan kedaulatan Negara, keutuhan wilayah dan keselamatan
segenap bangsa. Ancaman nyata merupakan bentuk
ancaman yang menjadi prioritas dalam penanganannya,
58 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
meliputi: (1) Terorisme dan radikalisme; (2) Separatisme
dan pemberontakan bersenjata; (3) Bencana alam; (4)
Pelanggaran wilayah perbatasan; (5) Perompakan dan
pencurian kekayaan alam; (6) Wabah penyakit; (7)
Serangan siber dan spionase; dan (8) Peredaran dan
penyalahgunaan narkoba.
2.5.2 Fenomena Ancaman Belum Nyata
(Threat Phenomenon Not Real) Ancaman belum nyata merupakan bentuk ancaman
berupa konflik terbuka atau perang konvensional, dimana
yang berhadapan adalah kekuatan angkatan bersenjata
kedua negara, saat ini dan ke depan kemungkinannya masih
kecil terjadi terhadap Indonesia. Hal ini dipertegas melalui
piagam PBB, bahwa semua negara di dunia berkomitmen
untuk saling menghormati kedaulatan dan kepentingan
nasional masing-masing. Meskipun demikian, sebagai bangsa
yang memiliki potensi luar biasa, kewaspadaan harus tetap
dijaga mengingat bentuk ancaman bersifat dinamis, serta
dapat berubah menjadi ancaman nyata ketika kepentingan
nasional dan kehormatan negara terusik.
Strategi bersaing dalam perspektif militer bagi suatu Negara
khususnya dalam bidang pertahanan dan keamanan saat ini,
berbeda dan berbanding terbalik dengan rangkaian sejarah
sebelumnya. Pada tahun 1950-an, hampir setiap negara di dunia
meningkatkan strategi pertahanan dan keamanan karena
perkembangan senjata nuklir. Pengaruh ancaman senjata nuklir
ini berkembang sampai akhir perang dingin.
Setelah perang dingin, paradigma baru dalam strategi
pertahanan dan keamanan berubah sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi. Saat ini setiap negara
mengatur strategi yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 59
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Hal ini berarti perkembangan teknologi di era globalisasi ini
semakin membuka ruang untuk berbagai ancaman terhadap
keamanan nasional melalui teknologi informasi seperti internet.
Keamanan nasional berarti usaha melindungi sebuah negara baik
aset nyata dan belum nyata, seperti infrastruktur nasional,
termasuk lahan negara, dan masyarakat oleh satuan pasukan
khusus.
Namun saat ini konsep keamanan nasional mengalami
perluasan makna, artinya usaha melindungi aset nasional,
sekarang juga terlibat dalam operasi sistem informasi dan
pengetahuan berbasis teknologi. Dengan demikian, bidang
keamanan nasional juga diperluas dari dunia nyata ke dunia
maya, sehingga muncul sebuah ancaman baru dalam sistem
keamanan nasional yakni Cyber War dan masing-masing negara
bersaing untuk memenangkan Cyber War.
Kekuatan untuk menghancurkan ancaman Cyber War telah
mencapai tahap langsung dan serius pada sistem keamanan
nasional. Dengan kata lain Cyber Terrorism atau Cyber War tidak
lagi menjadi sebuah situasi yang terbatas pada dunia
maya/virtual tetapi menjadi ancaman nyata dan memiliki dampak
langsung terhadap keamanan nasional, sehingga teknologi
informasi menjadi kemampuan keamanan penting saat ini.
Karena itu, dari perspektif ini, buku ini akan membahas konsep
yang jelas mengenai Cyber War, sehingga situasi persiapan dari
masing-masing negara dapat dianalisis dan dibandingkan. Selain
itu, tulisan buku ini akan memberikan pendasaran pemahaman
dan pengetahuan yang lebih luas mengenai Cyber War. Dengan
demikian dapat diketahui dengan jelas arah persiapan untuk
mengelola krisis nasional secara efektif dan untuk melaksanakan
Cyber War secara efisien dan aktif.
60 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
BAB III KONSEP DASAR STRATEGI
3.1 Sejarah Singkat Strategi
Strategi pada awalnya ditemukan dan diterapkan pada militer.
Strategi militer awalnya masih dipandang sebagai salah satu dari
"seni" atau "ilmu" yang mengatur pelaksanaan peperangan, dan
masih disamakan sebuah taktik. Taktik perang adalah
cabang ilmu militer yang berkaitan dengan manuver rinci untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan oleh strategi. Taktik juga
merupakan rencana untuk mencapai tujuan tertentu. Taktik
perang adalah penggunaan kekuatan bersenjata untuk
menjalankan pertempuran. Taktik perang sebagai ilmu dan seni
tentang pelaksanaan manuver pasukan dan penggunaan
alat senjata untuk memenangkan pertempuran.
Dalam perkembangan mulai dipikirkan bahwa strategi medan
tempur untuk jangka pendek dengan waktu sampai dengan 1
tahun dikenal dengan istilah taktik, sedangkan strategi dalam
jangka menengah bagaimana merumuskan dan melaksanakan
taktik untuk waktu 1 - 5 tahun, dalam kaitan ini dilakukan strategi
manuver untuk memperhatikan kegiatan pemerintahan, maka
strategi ini dikenal dengan strategi politik adalah sangat penting
dalam sebuah keberlangsungan organisasi dalam periode
kepemimpinan. Karena sebuah negara pun masih bisa kalah
dalam medan pertempuran meskipun strategi perang yang sudah
terkoordinasi baik, strategi militer yang tepat, dan strategi
operasi yang terancang baik.
Pelaksanaan rencana dan manuver kekuatan dalam
pertempuran, dan logistik, pemeliharaan pasukan tentara
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 61
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
dilakukan sebuah politik dalam konteks misalnya bagaimana
menyusun sebuah anggaran untuk diterapkan dalam periode
tertentu. Pandangan yang telah berlaku sejak zaman Romawi,
dan batas antara strategi dan taktik saat ini sudah kabur, dan
kadang-kadang kategorisasi keputusan adalah masalah pendapat
pribadi. Sebut saja Carnot, memiliki pandangan selama
Perang Revolusi Perancis, pola pikir hanya melibatkan
konsentrasi pasukan.
Strategi dan taktik sangat erat terkait, keduanya berurusan
dengan jarak, waktu dan kekuatan, tetapi strategi, skala besar,
dapat bertahan selama bertahun-tahun, sedangkan taktik, skala
kecil, melibatkan unsur-unsur yang lebih sedikit disposisi
bertahan selama berjam-jam.
Strategi awalnya dipahami untuk mengatur pendahuluan
suatu pertempuran sementara taktik dikontrol pelaksanaannya.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, perbedaan antara
manuver dan perang, strategi dan taktik, diperluas dengan
kapasitas teknologi dan transit. Taktik yang dulunya pasukan
kavaleri diterapkan ke pasukan panzer. Seni mendefinisikan
strategi adalah untuk mencapai tujuan dalam sebuah kampanye
militer, sementara taktik merupakan metode untuk mencapai
tujuan tersebut. Sasaran-sasaran strategis dapat dinyatakan,
misalnya:
"Kami ingin menaklukkan daerah tertentu", atau "Kami ingin
menghentikan ekspansi negara-negara tertentu di dunia
perdagangan komoditas tertentu" sementara keputusan-
keputusan taktis berkisar dari pernyataan umum, misalnya "Kami
akan melakukan ini dengan invasi laut utara negara tertentu"
atau "Kami akan memblokade pelabuhan-pelabuhan negara
tertentu", untuk yang lebih spesifik Peleton X akan menyerang
sementara Peleton Y melindungi".
Dalam bentuknya yang paling murni, strategi semata-mata
berurusan dengan isu-isu militer. Dalam masyarakat sebelumnya,
62 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
seorang raja atau pemimpin politik sering kali sebagai pemimpin
militer. Jika tidak, jarak komunikasi antara politik dan pemimpin
militer itu kecil. Tetapi sebagai kebutuhan pengembangan tentara
profesional, batas-batas antara para politisi dan militer diakui.
Dalam banyak kasus, maka diputuskan bahwa akan dipisah
sesuai kebutuhan.
Sebagai negarawan misalnya di Perancis Georges
Clemenceau berkata, "perang terlalu penting sebagai bisnis yang
diserahkan kepada prajurit." Hal ini melahirkan konsep grand
strategi yang meliputi pengelolaan sumber daya dari seluruh
bangsa dalam melakukan pertempuran/perang.
Dalam lingkungan grand strategi, komponen militer sebagian
besar dikurangi menjadi strategi operasional, perencanaan dan
kontrol unit militer seperti korps dan divisi. Sebagai
pengembangan ukuran dan jumlah pasukan serta teknologi
berkomunikasi dan pengendaliannya, maka perbedaan antara
"strategi militer" dan "grand strategi" mulai menipis.
Dasar grand strategi adalah diplomasi melalui suatu bangsa
bisa menjadi sekutu atau tekanan bangsa lain pada kepatuhan,
sehingga mencapai kemenangan tanpa perang. Unsur lain dari
grand strategi adalah manajemen pasca-perang damai. Seperti
dinyatakan Clausewitz, strategi militer yang sukses mungkin
merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Terdapat banyak contoh dalam sejarah, kemenangan di
medan perang belum diterjemahkan dalam jangka panjang
perdamaian, keamanan atau ketenangan. Strategi militer
berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan kampanye,
gerakan dan disposisi pasukan, dan penipuan dari musuh.
Studi tentang strategi modern, Carl von Clausewitz,
memberikan pandangannya tentang strategi militer yang
dimaknai sebagai "kerja pertempuran untuk mendapatkan akhir
perang." Pandangan lainnya Liddell Hart menekankan pada
pertempuran, dan memaknai strategi sebagai "seni
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 63
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
mendistribusikan dan menerapkan cara militer untuk memenuhi
tujuan kebijakan". Karena itu, baik memberikan keunggulan
untuk tujuan-tujuan politik atas tujuan-tujuan militer,
memastikan kontrol sipil militer.
Sebagaimana kita fahami dalam sejarah strategi diawali
penerapannya pada militer. Strategi dalam perspektif militer
merupakan sebuah kebijakan yang dilaksanakan oleh organisasi
militer untuk mengejar sasaran-sasaran strategis yang
diinginkan. Carl von Clausewitz kembali menyatakan bahwa
strategi militer adalah tujuan yang ditentukan oleh politik dan
perang, kesinambungan politik dengan cara militer. Strategi
militer berupa pembinaan, pengembangan, penggelaran dan
penggunaan seluruh kekuatan dan kemampuan militer untuk
mendukung strategi pertahanan dalam rangka menjaga,
melindungi, dan memelihara kepentingan nasional. Pembinaan
dan penggunaan militer diarahkan pada keterpaduan tiga
angkatan (Darat, Laut, dan Udara) tanpa meninggalkan ciri khas
angkatan, baik dalam operasi gabungan maupun operasi
angkatan masing-masing.
Dalam perspektif bisnis, studi tentang strategi dan
pengembangan dari dasar-dasar pengetahuan mikroekonomi
mengenai pemikiran strategis dapat ditelusuri sebagai kilas balik
sampai Alfred Chandler (lahir 1918), yang aktif dan berpengaruh
pada akhir tahun 1950-an. Bukunya yang terbit tahun 1962,
Strategy and Structure, yang intinya berisi tentang korporasi
harus mengembangkan strategi mereka sebelum memutuskan
strukturnya. Mereka menetapkan strategi sebagai kumpulan
sasaran dan objektif jangka panjang, tekad untuk melakukan
tindakan, dan alokasi sumber daya untuk mencapai objektif
tersebut. Terdapat pandangan lain yang mengatakan bahwa akar
strategi sudah ada jauh lebih tua, sebut saja reorganisasi General
Motors yang dilakukan oleh Alfred Sloan pada tahun 1921
(walaupun ini baru didokumentasikan dalam My Years With
64 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
General Motors, yang diterbitkan di tahun 1963), namun dapat
dikatakan cikal bakal lahirnya strategi berbasis bisnis.
Sebuah kasus dapat juga membuat bahwa Peter Drucker seorang yang menggulirkan istilah strategi jauh lebih awal, sebut saja bukunya yang terbit tahun 1946, Concepts of the Corporation, mencermati General Motors, dan juga General Electric, IBM, dan Sears Roebuck, dan menyimpulkan bahwa perusahaan yang paling sukses melakukan desentralisasi dan terampil dalam menetapkan sasaran. Drucker juga orang pertama yang melihat bahwa tujuan dari suatu bisnis adalah eksternal, maknanya, menciptakan dan memuaskan keperluan pelanggan.
Dengan kata lain strategi dalam perspektif dimulai pada tahun 1921 dan berlanjut 1946, namun demikian konsep strategi mengalami pendewasaan yang ampuh pada tahun 1960-an. Paruh pertama dari dekade 1960-an menjadi saksi mata dari fokus baru pada strategi terjadi di markas akademis. Pada tahun 1960, Theodore Levitt menerbitkan artikel berjudul Marketing Myopia dalam Harvard Business Review, salah satu usaha pertama untuk mencermati strategi korporasi dari perspektif yang radikal dan luas; sejak itu artikel itu terjual lebih dari setengah juta dalam bentuk cetak ulang. Pada tahun 1965, muncul Acuan Utama dari perencanaan strategis, karya H. Igor Ansoff yang monumental berjudul Corporate Strategy, berisi rencana terinci yang dipikirkan secara matang dan secara luar biasa untuk merencanakan objektif perusahaan, rencana perluasan, posisi produk pasar, alokasi sumber daya (Koch, 2005).
Namun, mungkin perkembangan paling penting dalam sejarah Strategi adalah pendirian Boston Consulting Group (BCG) pada tahun 1964 oleh Bruce Henderson. Dimulai dengan "satu ruang kerja, satu orang, satu meja, dan tanpa sekretaris", pada akhir dekade itu Henderson telah membina mesin yang amat ampuh menggabungkan inovasi intelektual dan konsultasi ruang Dewan Direktur, dan mencetuskan Experience Curve dan Growth/Share Matrix, mungkin dua alat yang paling ampuh dalam sejarah Strategi.
Lebih umum, BCG mencampurkan analisis pasar dan riset dengan teori keuangan; untuk menghasilkan analisis mikro
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 65
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
ekonomi dari pesaing dan biaya relatif mereka yang menjadi dasar kuat dari semua Strategi selanjutnya. Periode kreativitas intelektual dan penemuan maksimal dari BCG dapat dilacak dengan cukup tepat, yaitu tahun 1967-1973. Dalam lingkup penemuan, "tahun emas" dari Strategi kira-kira berlangsung pada tahun 1960-1973. Sejak saat itu perkembangan intelektual selanjutnya terjadi terus-menerus.
Dalam kajian berupa buku, periode paling penting pada tahun 1970-an adalah The Nature of Managerial Work (1973) oleh Henry MINTZBERG, dan Strategic Management (1979) oleh H. Igor Ansoff. Periode tahun 1980-an menjadi saksi munculnya dua penulis lain yang mempengaruhi dan memperdalam pandangan kita mengenai Strategi, yaitu Michael Porter dan Kenichi Ohmae.
Porter, adalah akademisi dari Harvard, menjadi menonjol sebagai hasil dari bukunya yang amat penting di tahun 1980, Competitive Advantage: Techniques for Analyzing Industries and Competitors. Porter menyatakan bahwa profitabilitas korporasi ditentukan tidak hanya oleh posisi bersaing relatif dari perusahaan (seperti yang dibuktikan oleh Henderson), tetapi juga oleh karakteristik struktural dari industri yang ditekuni perusahaan, yang dapat dijelaskan menggunakan istilah mikro ekonomi yang jelas.
Ohmae, seorang berkebangsaan Jepang yang kosmopolitan, menggambarkan dengan cukup cemerlang bagaimana perusahaan Jepang memperoleh manfaat dengan menggunakan strategi meskipun sebagian besar tanpa konsultasi atau akademisi dari barat. The main of the strategist: The Art of Japanese Business, yang terbit tahun 1992, adalah bahan bacaan wajib, dan masih merupakan salah satu penjelasan paling baik yang tersedia mengenai bagaimana strategi paling efektif jika menggabungkan analisis, intuisi, dan kekuatan keinginan dalam mengejar dominasi global.
Sekitar periode dekade yang dilakukan oleh Garry Hamel dan C.K Prahalad, John Kay, dan Trio dari Ashridge Strategic Management Centre Andrew Campbell, Michael Goold, dan Marcus Alexander. Pada Tahun 1989, Gary Hamel dari London Business School dan C.K Prahalad menulis artikel terobosan berjudul Strategic Intent. Mereka menyatakan bahwa perusahaan
66 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
yang sukses mempunyai ambisi lebih besar dari semua proporsi untuk posisi mereka dan mempunyai komitmen untuk mengubah aturan main.
Tahun berikutnya, Prahalad dan Hamel menyatakan dalam artikel lain, The core competence of the corporation, bahwa kunci nyata dari strategi adalah keterampilan, teknologi, dan asset perusahaan yang membedakan, serta kemampuan kolektif yang dipelajari. Prof Kay et., al., merinci lebih lanjut pandangan “berbasis sumberdaya” dari strategi.
Bidang strategi korporasi menerima pendekatan segar dengan publikasi pada tahun 1994 tentang corporate level strategic oleh Goold, Cample, dan Alexanders, yang menyatakan bahwa pusat corporate seharusnya dipandang sebagai “Orang Tua” dan mengembangkan “keterampilan mengasuh anak” untuk membantu operasional perusahaan miliknya, dan bahwa kalau pusat bukan terdiri dari orangtua sebaik-baiknya dari setiap bisnis, sebaiknya mereka melepaskan perusahaan tersebut.
Perkiraan paling baik adalah jumlah konsultan strategi yang bekerja di biro konsultan strategi terkemuka, diakui tumbuh dengan tingkat mencengangkan, sebesar 15-20 persen per tahun antara tahun 1965 dan 1991, dan secara luar biasa dengan tingkat yang konsisten. Industri konsultasi strategi berhenti tumbuh antara tahun 1991 dan 1993, tetapi sejak itu kembali bertambah luas dengan mantap.
Mustahil untuk mempertahankan pertumbuhan ini, yang hanya sedikit bidang pelayanan profesional lain dapat disejajarkan dengannya, tanpa memberikan hasil dengan nilai yang besar. Bila pelanggan benar, nilai dari Strategi telah meningkat, sedang meningkat, dan tidak menunjukkan tanda menyurut.
3.2 Makna Strategi Strategi merupakan pendekatan yang secara keseluruhan
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Strategi
sejatinya dapat menjadi koordinasi tim kerja, tema, identifikasi
faktor pendukung, yang mengacu pada prinsip-prinsip
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 67
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan,
dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Terdapat 3 (tiga) istilah yang terkait dengan strategi, yaitu:
Taktik, Politik, dan Strategi itu sendiri.
Taktik bicara jangka pendek, yang waktunya sampai dengan
1 (satu) tahun; politik bicara jangka menengah, yang waktunya
Antara 1 sampai dengan 5 tahun, sedangkan Strategi bicara
jangka panjang, yang waktunya lebih dari 5 tahun. Perbedaan
lainnya taktik memiliki ruang lingkup yang lebih sempit, politik
memiliki ruang lingkup menengah, sedangkan strategi memiliki
ruang lingkup yang lebih luas. Walaupun terkadang orang sering
kali mencampuradukkan ke ketiga kata tersebut.
Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan
militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang
yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak
bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan,
manajemen strategi, dll. Secara etimologi Kata "strategi"
merupakan turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos.
Stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada
zaman demokrasi Athena (Mintzbert, Ahlstrand, dan Lampel
1998; Mintzberg, et., al., 2003; Kock, 2005).
Sejumlah para ahli memberikan pemaknaan tentang strategi,
diantaranya Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "strategia"
yang diartikan sebagai "the art of the general" atau seni seorang
panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Dalam
pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan
kemenangan atau mencapai tujuan. Strategi pada dasarnya
merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan
kekuatan (ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Mintzberg, et., al., (2003) secara tegas menyatakan bahwa
Strategi menyangkut organisasi dan lingkungan. Dasar pemikiran
dasarnya menyatakan bahwa strategi menyangkut
68 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
ketidakterpisahan organisasi dan lingkungan Hidup, karena
organisasi menggunakan strategi untuk mengatasi perubahan
lingkungan. Kalangan praktisi menilai substansi strategi itu rumit,
karena perubahan membawa kepentingan yang kombinasi
keadaan ke dalam organisasi, substansi strategi tetap tidak
terstruktur, tidak terprogram, tidak rutin, dan tidak berulang;
Strategi mempengaruhi keseluruhan kesejahteraan organisasi;
Keputusan strategis dianggap cukup penting untuk
mempengaruhi kesejahteraan keseluruhan organisasi; Strategi
melibatkan isu isi dan proses.
Berbagai penelitian dan kajian tentang strategi mencakup
baik tindakan yang diambil, atau isi strategi, dan proses dimana
tindakan diputuskan dan diimplementasikan; Strategi tidak murni
disengaja. Ilmuwan (peneliti atau ahli teori) setuju bahwa yang
dimaksud strategi muncul dan terwujud karena berbeda satu
sama lain; Strategi ada pada tingkat yang berbeda, perusahaan
memiliki strategi perusahaan (Bisnis apa yang harus dimasuki?)
dan strategi bisnis (Bagaimana bersaing di setiap bisnis?);
Strategi melibatkan berbagai proses berpikir, strategi melibatkan
konseptual serta latihan analitis.
Beberapa penulis menekankan dimensi analitis lebih dari yang
lain, namun sebagian besar menegaskan bahwa jantung
operasional suatu perusahaan adalah strategi; pembuatan dan
pengambilan kebijakan akan selalu menentukan strategi terlebih
dahulu; bahkan strategi dinilai merupakan pekerjaan konseptual
yang dilakukan oleh pemimpin organisasi. Dengan kata lain,
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan diperlukan alat yang
berperan sebagai akselerator dan dinamisator, sehingga tujuan
yang dapat tercapai secara efektif dan efisien (Rusdin, 2015).
Sejalan dengan hal tersebut, strategi diyakini sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Dalam perkembangannya konsep mengenai
strategi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 69
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
tersebut antara lain ditandai dengan berbagai definisi dari para
ahli yang merujuk pada strategi (Rusdin, 2015).
Dalam Webster’s New World Dictionary (2016) strategi
didefinisikan sebagai the science of planning and directing
military operation. Akan tetapi tinjauan tentang konsep strategi
ini ternyata tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi. Selanjutnya
Chandler (Rusdin, 2015) mengemukakan bahwa strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut
serta prioritas alokasi sumber daya. Hal senada, dikemukakan
oleh Learned et al (Rusdin, 2015) bahwa strategi merupakan alat
untuk menciptakan keunggulan bersaing.
Dengan demikian, salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada. Strategi dapat dipandang sebagai suatu alat yang dapat menentukan langkah perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Jauch & Glueck (1988) mengemukakan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Sejalan dengan pendapat tersebut Vancil (Rusdin, 2015) mengemukakan bahwa: Strategi sebuah organisasi, atau Sub-unit sebuah organisasi lebih besar, yaitu sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa:
1. Sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan
organisasi tersebut; 2. Kendala-kendala luas dan kebijakan-kebijakan, yang atau
ditetapkan sendiri oleh sang pemimpin, atau yang diterimanya dari pihak atasannya, yang membatasi skope aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan.
3. Kelompok rencana-rencana dan tujuan-tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan ekspektasi akan diberikannya
70 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
sumbangsih mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut. Implikasi dari eksistensi strategi tersebut, maka strategi dapat
dikatakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir (sasaran), akan tetapi strategi sendiri bukan sekedar suatu rencana. Strategi harus bersifat menyeluruh dan terpadu. Strategi dimulai dengan konsep penggunaan sumber daya perusahaan secara efektif dalam lingkungan yang berubah-ubah. Strategi harus dilaksanakan secara efektif, sehingga rencana strategi harus dipadukan dengan masalah operasional. Dengan kata lain, potensi perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada profit, kemungkinan besar berhasil dan diperbesar oleh kombinasi perencanaan strategi yang baik dengan pelaksanaan strategi yang baik pula (Kock, 2005).
Berdasarkan pendekatan yang dipergunakan Hill & Jones (2014) meninjau strategi dari dua sisi, yaitu: Pendekatan Tradisional (The Traditional Approach dan Pendekatan Baru (The Modern Approach). 1. Pendekatan Tradisional (The Traditional Approach).
Berdasarkan pendekatan ini strategi dipandang sebagai pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama perusahaan, kebijakan-kebijakan dan tahapan tindakan-tindakan yang mengarah pada keseluruhan yang bersifat kohesif atau saling terkait.
2. Pendekatan Baru (The Modern Approach). Pendekatan baru ini antara lain dikemukakan oleh Mintzberg, et., al., (2003) bahwa strategi merupakan pola di dalam arus keputusan atau tindakan.
Lebih jauh Mintzberg, et., al., (2003) menekankan bahwa strategi melibatkan lebih dari sekedar perencanaan seperangkat tindakan. Strategi juga ternyata melibatkan kesadaran bahwa strategi yang berhasil justru muncul dari dalam organisasi. Dalam praktiknya, strategi pada kebanyakan organisasi merupakan kombinasi dari apa yang direncanakan dan apa yang terjadi.
Berdasarkan tinjauan beberapa konsep tentang strategi di atas, maka strategi perusahaan dapat didefinisikan sebagai:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 71
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
1. Alat bagi perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuannya; 2. Seperangkat perencanaan yang dirumuskan oleh perusahaan
sebagai hasil pengkajian yang mendalam terhadap kondisi kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal;
3. Pola arus dinamis yang diterapkan sejalan dengan keputusan dan tindakan yang dipilih oleh perusahaan. Porter (1980; 2006) mengkaitkan strategi dengan upaya
perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing, bahkan dikatakan bahwa strategi adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan bersaing. Hal tersebut sejalan dengan tujuan strategi, yaitu untuk mempertahankan atau mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing. Implikasi dari kajian tersebut bahwa perusahaan dikatakan masih meraih suatu keunggulan, ia dapat memanfaatkan peluang-peluang dari lingkungannya, yang memungkinkan perusahaan untuk menarik keuntungan dari fokus yang menjadi kekuatannya (Rusdin, 2015).
Meskipun kata strategi telah ada sejak lama, namun manajer sekarang menggunakannya dengan baik dan secara bebas. Hal ini juga dianggap sebagai titik tertinggi aktivitas manajerial bagi mereka, akademisi telah banyak mempelajari strategi selama sekitar dua dekade terakhir, sedangkan jurnal ilmiah bisnis biasanya memiliki strategi sebagai batu ujian akhir yang dibutuhkan dalam manajemen strategis. Strategi merupakan kata yang sangat berpengaruh (Mintzberg, Ahlstrand, dan Lampel, 1998; Mintzberg, et., al., 2003).
Terkait dengan uraian di atas, buku ini akan menguraikan lebih bahwa manusia (manajer) dan pengelolaannya menjadi semakin penting, karena banyak sumber lain dari keunggulan bersaing yang telah menjadi berkurang keampuhannya ketimbang di masa yang lalu. Menyadari bahwa landasan keunggulan bersaing telah berubah sangat penting guna mengembangkan kerangka acuan yang berbeda untuk menangani isu manajemen dan strategi. Sumber-sumber tradisional dari sukses-teknologi produk dan proses, pasar yang diproteksi atau diregulasi, akses ke sumber daya keuangan, dan
72 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
skala ekonomis-masih dapat memberikan ungkitan bersaing (competitive leverage), tetapi kekuatannya sudah berkurang sekarang dibandingkan dengan masa lalu, membuat kultur dan kapabilitas organisasi, yang bersumber pada cara karyawan dimanajemeni, secara komparatif menjadi lebih vital. Pertanyaan penting yang harus dijawab bahwa untuk mencapai keunggulan bersaing, perlu pendefinisian ulang strategi apa yang cocok dan tepat untuk digunakan.
3.3 Dimensi Strategi Dimensi dimaknai sebagai bentuk pengklasifikasian beberapa
karakteristik dari suatu konsep atau konstruk menjadi variabel dengan memandang suatu konsep dari berbagai perspektif. Dengan kata lain, untuk membentuk suatu variabel, sebuah strategi dapat dipandang dari berbagai sudut pandang, sehingga sudut pandang inilah yang kadang kala seorang ilmuwan menyebutnya dengan istilah dimensi.
Strategi dapat dilihat dari berbagai dimensi, dari dimensi-dimensi ini pulalah yang memberikan gambaran bahwa strategi dapat didesain, dirancang, diuji, diimplementasikan, dan dievaluasi, dan dikaji ulang, dan sebagainya.
3.3.1 Dimensi Waktu dan Orientasi Masa
Depan
Mengelola strategi merupakan upaya dalam mempertahankan
dan mengembangkan eksistensi suatu organisasi berpandangan
jauh ke masa depan, dan berperilaku proaktif dan antisipatif
terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi.
Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan
sebagai visi organisasi yang akan diwujudkan beberapa tahun ke
depan. Visi dapat diartikan sebagai kondisi ideal yang ingin
dicapai dalam eksistensi organisasi di masa depan.
Sehubungan dengan hal di atas Helgerson (Rusdin, 2015)
menyatakan bahwa Visi adalah gambaran kondisi masa depan
dari suatu organisasi yang belum tampak sekarang tetapi
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 73
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
merupakan konsepsi yang dapat dibaca oleh setiap orang (warga
organisasi). Visi memiliki kekuatan yang mampu mengundang,
memanggil, dan menyerukan pada setiap orang untuk memasuki
masa depan. Visi organisasi harus dirumuskan oleh manajemen
puncak (pucuk pimpinan) organisasi, sebagai bentuk
pertaggungjawabannya pada stakeholder’s.
3.3.2 Dimensi Internal dan Eksternal Dimensi internal merupakan kondisi organisasi internal pada
saat sekarang, berupa kekuatan dan kelemahan, sedangkan
dimensi eksternal merupakan kondisi organisasi eksternal pada
saat sekarang, berupa peluang dan tantangan yang harus
diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana strategis
(renstra) yang berjangka panjang.
Analisis terhadap lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan
operasional, lingkungan domestic, regional, internasional,
multinasional, global dan transnasional, yang mencakup berbagai
aspek atau kondisi, seperti kondisi sosial politik, sosial ekonomi,
sosial budaya, kependudukan, kemajuan dan perkembangan ilmu
dan teknologi, adat istiadat, agama dan lain-lain (Rusdin, 2002).
3.3.3 Dimensi Pendayagunaan Sumber Daya Mengelola strategik sebagai kegiatan manajemen tidak dapat
melepaskan diri dari kemampuan mendayagunakan berbagai
sumber daya yang dimiliki, agar secara terintegrasi terimplemen-
tasikan dalam fungsi-fungsi manajemen ke arah tercapainya
sasaran yang ditetapkan di dalam setiap rencana operasional,
dalam rangka mencapai tujuan strategik melalui pelaksanaan misi
untuk mewujudkan visi organisasi publik. Sumber daya terdiri dari
sumber daya material khususnya berupa sarana dan prasarana,
sumber daya finansial dalam bentuk alokasi dana untuk setiap
program dan proyek, sumber daya manusia, sumber daya
teknologi dan sumber daya informasi.
74 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
3.3.4 Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak
Manajemen strategik yang dimulai dengan menyusun
rencana strategik merupakan pengendalian masa depan
organisasi, agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat
diwujudkan, baik pada organisasi yang bersifat privat maupun
publik.
Rencana strategik harus mampu mengakomodasi seluruh
aspek kehidupan organisasi yang berpengaruh pada
eksistensinya di masa depan merupakan wewenang dan
tanggungjawab manajemen puncak. Karena itu rencana strategik
sebagai keputusan utama yang yang prinsipil itu tidak saja
ditetapkan dengan mengikutsertakan, tetapi harus dilakukan
secara proaktif oleh manajemen puncak, karena seluruh kegiatan
untuk merealisasikannya merupakan tanggungjawabnya sebagai
pimpinan tertinggi, meskipun kegiatannya dilimpahkan pada
organisasi atau satuan unit kerja yang relevan.
3.3.5 Dimensi Multidisiplin (Multidiscipline
Dimension)
Manajemen strategik sebagai sistem pengimplemen-
tasiannya sejatinya didasari dengan menempatkan organisasi
satu sistem. Dengan kata lain sebuah organisasi akan dapat
menyusun rencana strategis dan rencana renovasi jika tidak
memiliki keterikatan atau ketergantungan sebagai bawahan pada
organisasi lain sebagai atasan. Rencana strategis dan rencana
operasi bersifat multidimensi, terutama jika perumusan rencana
strategis hanya dilakukan pada organisasi publik yang tertinggi.
Dengan dimensi yang sangat banyak itu, mudah terjadi sehingga
tidak seluruh dimensi dapat diakomodasi.
Sebut saja manajemen dapat dimaknai sebagai seni dalam
mengatur system, meliputi input berupa orang dan perangkat
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 75
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
lain, process yang lebih menekankan pada pengelolaan dan
mengatur pelaksanaan suatu kegiatan dalam merencanakan,
melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan SDM
sesuai dengan keahliannya secara profesional untuk mencapai
output, yaitu tujuan organisasi yang telah direncanakan, agar
dapat berjalan dan bekerja sesuai dengan ketentuan dan tujuan
entitas (organisasi) yang terdiri dari berbagai aktivitas, seperti
perencanaan, pengorganisasian, menggerkan dan pengawasan
(Rusdin, 2015). Manajemen tanpa manusia, ibarat sebatalion
tentara tanpa komando, sehingga sumber daya manusia (SDM)
dalam implementasi manajemen merupakan kekuatan primer.
Faktor yang dinilai paling potensial dalam mencapai
keunggulan kompetitif bagi organisasi adalah penyediaan sumber
daya manusia (SDM) dan terkait dengan pengelolaannya (Rusdin,
2015). Dasar pengelolaan manusia merupakan teknik yang
cenderung efektif, karena strategi yang paling efektif bagi
perusahaan dalam menemukan cara yang unik untuk menarik,
mempertahankan, dan memotivasi karyawannya lebih sulit ditiru
(Fisher, Schoenfeldt, dan Shaw, 2006). Sehubungan dengan
pentingnya peranan SDM bagi perusahaan, maka diperlukan
pengelolaan dan pengorganisasian secara terarah agar dapat
memberikan sumbangan positif bagi peningkatan kinerja (Carton
dan Hofer, 2006). Dalam perkembangannya, SDM merupakan
modal (asset) bagi organisasi yang dalam perspektif manajemen
modern, SDM merupakan investasi bagi organisasi disebut
sebagai Human Capital (Rusdin, 2015).
Amstrong (2010) memaknai pengembangan sumber daya
manusia adalah mengenai latihan dan pengembangan. Hal
senada juga dikemukakan oleh Dessler (2015) bahwa sumber
daya manusia dimaknai sebagai semua kegiatan manusia yang
produktif dan semua potensinya untuk memberikan sumbangan
yang produktif kepada masyarakat. Kualitas sumber daya
manusia menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik (kualitas fisik),
76 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
dan aspek non fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut
kemampuan bekerja, berpikir, dan keterampilan–keterampilan
lain. Karena itu, upaya meningkatkan kualitas dan kemampuan
non fisik tersebut memerlukan upaya pendidikan dan pelatihan
mumpuni. Upaya inilah yang dimaksudkan dengan pengem-
bangan sumber daya manusia (Armstrong, 2010).
Mari kita buat batasan industri sebagai kelompok perusahaan
yang menghasilkan produk yang dapat saling menggantikan satu
sama lain. Kenyataannya, sering kali terjadi pro dan kontra
mengenai definisi yang tepat, yang berkisar pada seberapa erat
sifat saling menggantikan ini seharusnya dalam artian produk,
proses, atau batas-batas pasar secara geografis. Karena kita akan
berada dalam posisi yang lebih baik untuk membicarakan
masalah-masalah ini apabila konsep dasar tentang analisis
struktural multidispilin telah kita kenal, maka sejak awal penulis
berasumsi bahwa batas-batas industri telah ada terlebih dahulu.
Persaingan dalam suatu industri terus-menerus menekan
tingkat hasil pengembalian modal yang ditanamkan (rate of
return on invested capital) menuju tingkat hasil pengembalian
dasar yang bersaing, atau tingkat pengembalian yang akan
diperoleh industri yang dalam pengertian ekonomi atau bisnis
diistilahkan sebagai industri "persaingan sempurna". Tingkat
pengembalian dasar yang bersaing, atau tingkat pengembalian
"pasar bebas" ini kurang lebih sama dengan tingkat bunga
obligasi pemerintah jangka panjang setelah disesuaikan ke atas
dengan risiko kerugian modal. Para investor tidak akan
memberikan toleransi tingkat pengembalian yang besarnya di
bawah tingkat tersebut dalam jangka panjang, misalnya karena
adanya alternatif untuk menanamkan modal pada industri lain,
dan perusahaan yang selalu mendapatkan hasil di bawah tingkat
itu akhirnya akan keluar dari bisnis (Rusdin, 2002).
Jika tingkat pengembaliannya lebih tinggi daripada tingkat
pengembalian pasar bebas yang telah disesuaikan, hal ini akan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 77
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
berakibat pada arus masuk modal ke dalam industri baik yang
berasal dari pendatang baru maupun melalui investasi tambahan
dan para pesaing yang sudah ada (Porter, 2006).
Kekuatan persaingan dalam suatu industri menentukan
tingkat seberapa jauh arus masuk investasi ini akan terjadi dan
mengendalikan tingkat pengembalian menuju tingkat pasar
bebas, sehingga juga mengendalikan kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan tingkat pengembalian yang di atas rata-
rata (Rusdin, 2002).
Lima kekuatan persaingan masuknya pendatang baru,
ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli,
kekuatan tawar-menawar pemasok, serta persaingan di antara
para pesaing yang ada mencerminkan kenyataan bahwa
persaingan dalam suatu industri tidak hanya terbatas pada para
pemain yang ada (Porter, 2006). Pelanggan, pemasok, produk
pengganti, serta pendatang baru potensial semuanya merupakan
"pesaing" bagi perusahaan-perusahaan dalam industri dan dapat
lebih atau kurang menonjol tergantung pada situasi tertentu.
Persaingan dalam artian yang lebih luas ini dapat disebut sebagai
persaingan yang diperluas.
Kelima kekuatan persaingan di atas secara bersama-sama
menentukan intensitas persaingan dan profitabilitas dalam
industri, dan kekuatan yang paling besar akan menentukan
keunggulan bersaing menjadi sangat penting dari sudut pandang
perumusan strategi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dengan
posisi pasar yang sangat kuat dalam industri tanpa adanya
ancaman pendatang baru akan mendapatkan laba yang rendah
jika berhadapan dengan produk pengganti yang lebih murah dan
kualitas yang mumpuni. Bahkan, tanpa adanya produk pengganti
dan adanya hambatan masuk pun, persaingan yang gencar di
antara para pesaing yang ada akan membatasi tingkat
pengembalian (laba) potensial.
78 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Contoh lainnya, yang dinilai ekstrem, yaitu tentang intensitas
persaingan yang terkadang disebut industri persaingan
sempurna, di mana pendatang baru dengan bebas dapat masuk,
perusahaan yang ada tidak mempunyai posisi tawar-menawar
yang baik terhadap pemasok dan pelanggan, serta persaingan
tidak terkekang karena terdapat sejumlah perusahaan dengan
produk yang serupa.
Kekuatan yang berbeda-beda, tentu saja menonjol dalam
membentuk persaingan di setiap industri. Pada industri kapal
tanker, kekuatan utamanya mungkin adalah pembeli
(perusahaan-perusahaan minyak yang besar), sedangkan dalam
industri ban, kekuatan ini terletak pada pembeli perlengkapan
orisinal bersama dengan pesaing-pesaing yang keras. Dalam
industri baja kekuatan utamanya terletak pada pesaing-pesaing
asing dan bahan pengganti (Rusdin, 2002).
3.4 Pandangan Para Ahli Kebijakan mengelola strategik menurut konsep yang
dikemukakan para ahli, yaitu apa yang harus diterapkan di unit
bisnis, khususnya perusahaan yang berorientasi pada profit
(Profit Orientation), supaya dapat menciptakan budaya organisasi
yang bersih dengan kinerja Good Government Governance
(GCG). Pada konsep pengelolaan strategik, terdapat beberapa
pakar yang mengemukakan pandangannya mengenai definisi,
tahapan, model, visi dan misi organisasi, karakteristik dan konsep
dasar strategik, seperti pada Tabel 3.1.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 79
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Tabel 3.1
Pandangan Para Pakar Terhadap Pengelolaan Strategik
NAMA (TAHUN)
DEFINISI MAKNANYA
Dess & Lumpkin
(2003)
Strategic Management is the answer to overcome the turbulence situation that hit an organization.
Pendekatan lama yang selama ini dipergunakan tidak mampu lagi menjawab tuntutan yang berkembang. Pendekatan lama yang menekankan pada suatu kondisi yang strategik statis, masa depan yang
dapat diprediksi, dan strategik lingkungan eksternal yang pasti, ternyata tidak bias berbuat banyak dalam menghadapi situasi yang begitu dinamis.
Peare dan Robinson (2007)
Strategic management process is a package of commitments, decisions and steps that are expected for a company to have strategic competitiveness and generate above-average earnings
Proses manajemen strategis bersifat dinamis. Input yang relevan serta akurat, yang berasal dari analisis lingkungan internal maupun eksternal diperlukan untuk perumusan strategi yang efektif dan efisien serta penerapannya. Sebaliknya, langkah strategis yang efektif dan efisien merupakan prasyarat untuk mencapai penampakan strategis dari daya saing
strategis yang diharapkan serta laba di atas rata-rata.
Dess, et., al., (2014)
Strategic management consists of the analysis, decision making, and actions an organization undertakes in order to create and sustain competitive advantages. This definition captures two main elements that go to the heart of the field of strategic management. First, the strategic management of an organization entails there ongoing processes: Analysis, decisions, and action. Strategic management is concerned with the analysis of Strategic
Manajemen strategis terdiri dari analisis, pengambilan keputusan, dan tindakan yang dilakukan oleh sebuah organisasi di mana mereka menginginkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Definisi ini menghasilkan dua elemen utama yang menjadi inti bidang manajemen strategis. Pertama, manajemen strategis sebuah organisasi memerlukan proses yang
sedang berlangsung: Analisis, keputusan, dan tindakan. Manajemen strategis berkaitan dengan analisis tujuan strategis (visi, misi, dan tujuan strategis) bersama dengan analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi. Kedua, inti dari manajemen strategis adalah studi mengapa beberapa perusahaan melakukan hal yang lain.
80 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Pandangan Para Pakar Terhadap Pengelolaan Strategik
NAMA (TAHU
N) DEFINISI MAKNANYA
goal (vision, mission, and Strategic objectives) along with the analysis of the internal and external environment of the organization. Second, the essence of Strategic management is the study of why some firms out perform other.
David & David (2015)
Strategic management is an art and knowledge to Formulates, implements and evaluates cross-functional decisions that enable an organization to achieve its objectives or objectives.
Fokus manajemen strategik terletak pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi, operasional,
penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi
Wheelen &
Hunger (2015)
Strategic management is a series Decisions and managerial actions that determine the performance of an organization in the long run
Manajemen strategik meliputi pengamatan lingkungan perumusan strategi (peren-canaan strategi, atau perencana-an jangka panjang), implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategik menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan suatu organisasi.
Selanjutnya, David dan David (2015) menjelaskan tahapan
dalam mengelola strategik, dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu:
3.4.1 Tahap Perumusan Strategi Tahap perumusan strategi, termasuk mengembangkan misi
organisasi, mengenali peluang dan ancaman eksternal organisasi,
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 81
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan
obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan
memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Karena tidak ada
organisasi yang mempunyai sumber daya tak terbatas, ahli
strategis harus memutuskan strategi alternatif mana yang akan
memberikan keuntungan terbesar pada organisasi (David dan
David, 2015).
Keputusan perumusan strategi mengikat suatu organisasi
secara operasional mengenai produk, pemasaran, sumber daya
manusia dan teknologi spesifik selama periode waktu tertentu.
Keputusan strategi mempunyai keunggulan dan konsekuensi
berbagai fungsi utama dan pengaruh jangka panjang pada suatu
organisasi. Manajer puncak sebagai CEO mempunyai perspektif
terbaik untuk memahami sepenuhnya keterkaitan dari keputusan
perumusan strategi, mereka mempunyai wewenang untuk
memilih sumber daya secara profesional untuk implementasi
operasional (David dan David, 2015).
3.4.2 Tahap Implementasi Strategi Tahap implementasi strategi, suatu organisasi harus
menetapkan objektif tahunan, memperlengkapi dengan
kebijakan, memotivasi pegawai dan manajer, kemudian
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan
dapat dilaksanakan (David dan David, 2015). Implementasi
strategi termasuk mengembangkan budaya organisasi dalam
mendukung strategi yang digunakan, menciptakan struktur
organisasi yang efektif, menyiapkan anggaran, mengem-
bangkan dan memanfaatkan sistem informasi. Implementasi
strategi bertanggung jawab secara keseluruhan operasional
organisasi menciptakan kinerja pegawai sehingga
menghubungkan kompensasi prestasi pegawai dengan prestasi
organisasi (Hitt, Ireland, dan Hoskisson, 2012).
82 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Tahap implementasi strategi dapat dianggap paling sulit
dalam manajemen strategik, dimana implementasi strategi
memerlukan disiplin pribadi, kejujuran, komitmen dan
pengorbanan. Keberhasilan implementasi strategi memerlukan
keahlian dan kemampuan manajer untuk memotivasi pegawai,
yang lebih merupakan seni dan pengetahuan, untuk mencapai
obyektif yang telah ditetapkan (David dan David, 2015).
3.4.3 Tahap Evaluasi Strategi Tahap evaluasi strategi, merupakan tahap akhir dalam
manajemen strategik dimana para manajer harus mengetahui
kapan strategi tertentu sudah tidak berfungsi secara efektif,
sehingga evaluasi strategi dapat memberikan informasi mengenai
strategi-strategi yang sudah tidak berfungsi (David dan David,
2015).
Pada prinsipnya semua strategi yang digunakan dapat
dimodifikasikan di masa depan, karena faktor-faktor eksternal
dan internal selalu berubah (Hitt, Ireland, dan Hoskisson, 2012).
Selanjutnya David dan David (2015), memberikan delapan istilah
kunci mengenai manajemen strategik yaitu:
1. Ahli Strategi, yaitu orang yang paling bertanggung jawab atas
sukses atau gagalnya tujuan suatu organisasi. Ahli strategi
mempunyai nama jabatan yang berbeda-beda, seperti CEO,
Presiden, Pemilik (owner), ketua dewan, direktur eksekutif,
kanselir, rektor, dekan atau seorang wiraswasta. Tiga
tanggung jawab utama ahli strategi dalam organisasi yaitu
menciptakan konteks untuk perubahan dan pembaharuan,
membangun komitmen dan kepemilikan, serta
menyeimbangkan stabilitas dan menciptakan inovasi dalam
organisasi (David dan David, 2015);
2. Pernyataan Misi. Merupakan pernyataan jangka panjang
mengenai obyektif atau tujuan yang membedakan beberapa
prinsip yang digunakan dalam suatu organisasi. Pernyataan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 83
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
misi mengidentifikasikan seluruh cakupan dari
operasionalisasi suatu organisasi, yang hams menjawab
pertanyaan dasar yang dihadapi oleh para ahli strategi sesuai
dengan bidang dan tanggung jawab masing-masing (David
dan David, 2015);
3. Peluang dan Ancaman Eksternal (external opportunity and
threat), pada umumnya merujuk pada kondisi ekonomi,
sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum dan
teknologi atau suatu peristiwa yang dapat merugikan atau
menguntungkan suatu organisasi yang secara signifikan di
masa depan (David dan David, 2015). Peluang dan ancaman
eksternal sebagian besar berada di luar kendali suatu
organisasi, yang pada prinsipnya manajemen strategik suatu
organisasi harus merumuskan suatu strategi untuk
memanfaatkan peluang eksternal dan bagaimana meng-
hindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal
(Hitt, Ireland dan Hoskinsson, 2012). Dengan kondisi
demikian manajemen strategik harus mengenali, memonitor
dan mengevaluasi peluang dan ancaman eksternal agar
berhasil mencapai tujuan organisasi secara sukses, dengan
cara mengamati dan mengevaluasi lingkungan (environment
scanning);
4. Kekuatan dan Kelemahan Internal (internal strength and
weakness), merupakan aktivitas operasional pengendalian
organisasi yang memiliki nilai prestasi yang luar biasa atau
suatu nilai prestasi rendah. Fungsi manajemen strategik
sangat penting untuk mengenali dan mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan internal dalam berbagai bidang fungsional
aktivitas organisasi (David dan David, 2015). Faktor-faktor
internal dapat ditentukan dengan beberapa cara, termasuk
menghitung rasio, mengukur prestasi dengan membanding-
kan nilai-nilai yang diperoleh dalam tahun sebelumnya selama
operasional organisasi (Grant, 2013);
84 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
5. Sasaran jangka panjang, merupakan sasaran yang ditentukan
secara spesifik yang ingin dicapai oleh suatu organisasi sesuai
dengan dasar misi yang ditentukan lebih dari waktu satu
tahun (David dan David, 2015). Sasaran sangat perlu untuk
suatu organisasi karena akan memberikan suatu ciri
keberhasilan yang akan dicapai, dengan menyatakan arah,
mengevaluasi, menciptakan energi, mengungkapkan
prioritas, memfokuskan koordinasi serta menyediakan
dasar program perencanaan, pengorganisasian, memotivasi
dan mengendalikan aktivitas organisasi secara efektif dan
efisien (Wheelen dan Hunger, 2015);
6. Strategi, merupakan cara untuk mencapai sasaran dalam
jangka panjang suatu organisasi dalam hal pengem-
bangan pengendalian manajemen, perluasan struktur
organisasi, pembagian tugas pekerjaan secara fungsional,
pengawasan dan penetapan kinerja pegawai dan kinerja
organisasi (David dan David, 2015);
7. Sasaran tahunan, merupakan ukuran atau patokan dalam
jangka pendek yang harus dicapai oleh suatu organisasi
dalam mencapai sasaran jangka panjang (David dan David,
2015). Sasaran jangka panjang organisasi harus diukur dalam
sasaran jangka pendek setiap tahun secara kuantitatif,
realistik, konsisten dan mempunyai prioritas masalah yang
menantang (Grant, 2013). Manajemen strategik harus
menetapkan sasaran tahunan secara operasional dalam
setiap bidang fungsional organisasi (Wheelen dan Hunger,
2015);
8. Kebijakan, merupakan strategi dan taktik yang dilakukan oleh
CEO tingkat atas untuk dilaksanakan oleh CEO tingkat
menengah maupun tingkat bawah dalam aktivitas operasional
fungsional untuk mencapai sasaran tahunan (David dan
David, 2015). Fungsi manajemen strategik menetapkan
beberapa alternatif kebijakan yang akan ditetapkan sebagai
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 85
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
pedoman pelaksanaan operasional organisasi secara
fungsional secara menyeluruh pada tingkat direktur, manajer,
bagian dan seksi yang ada untuk melaksanakan aktivitas
secara sinkron menurut struktur organisasi dan koordinasi
(Wheelen dan Hunger, 2015).
Dalam mengukur peluang dan ancaman eksternal (external
opportunities and threats) dan kekuatan dan kelemahan internal
(internal strengths and weaknesses) harus digunakan suatu
model diagram kuadran, agar dapat menilai perumusan strategis,
implementasi strategis, dan evaluasi dan pengendalian strategis,
sehingga mendapatkan suatu umpan balik (feed back) yang
berguna menetapkan kebijakan strategis organisasi (Grant, 2013;
Hitt, Ireland dan Hoskinsson, 2015; Wheelen dan Hunger, 2015;
David dan David, 2015).
Selanjutnya, David dan David (2015) menjelaskan manfaat
Manajemen Strategik, memungkinkan suatu organisasi untuk
lebih pro aktif dari pada reaktif dalam merencanakan misi masa
depan organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi respons
terhadap aktivitas organisasi sehingga dapat berusaha keras
untuk mengendalikan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Hal senada dikemukakan oleh Wheelen dan Hunger (2015)
bahwa Manajemen strategik membantu organisasi membuat
strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang
lebih sistematis, logis dan rasional pada pilihan strategis dengan
menggunakan dokumen, informasi dan komunikasi di dalam
organisasi. Manajemen strategik yang efektif akan memberikan
pedoman operasional secara fungsional dan seluruh pegawai,
yang dapat menciptakan kepatuhan, disiplin dan kinerja yang
baik.
Manajemen Strategik harus memperhatikan dan menemukan
kondisi kesesuaian strategis mengenai makna dari peluang
(opportunities) dan kekuatan-kekuatan (strengths) secara
86 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
internal dan eksternal, maupun kondisi ancaman-ancaman
(threats) dan kelemahan (weaknesses) secara internal maupun
eksternal dalam organisasi (Dess, et., al., 2014).
Menurut Hunger dan Wheleen (2015), bahwa dalam
melakukan analisis situasi (Condition Analysis), organisasi
manajemen strategik dapat menggunakan analisis SWOT guna
menentukan pilihan strategi yang akan digunakan dalam
mencapai tujuan organisasi.
S.W.O.T merupakan singkatan dari istilah Strengths,
Weaknesses, Opportunities dan Threats dari suatu organisasi
yang merupakan faktor strategis (Grant, 2013; Hitt, Ireland dan
Hoskinsson, 2015; Wheelen dan Hunger, 2015; David dan David,
2015), yaitu:
1. Manajemen strategik ditujukan untuk semua tujuan dan
sasaran organisasi perusahaan, dimana semua usaha harus
ditujukan pada apa yang terbaik bagi keseluruhan organisasi
secara fungsional;
2. Manajemen strategik melibatkan semua stakeholders dalam
membuat keputusan. sehingga para pemegang kepentingan
dalam perusahaan memberikan kontribusi pemikirannya
dalam pengambilan keputusan perusahaan;
3. Manajemen strategik membutuhkan penggabungan antara
perspektif jangka panjang dan jangka pendek, yang
merupakan suatu "creative tension" yaitu bahwa seorang
manajer harus bisa mempertahankan visi untuk masa depan
organisasi dan juga harus tetap fokus pada kebutuhan
operasionalnya pada saat sekarang;
4. Manajemen strategik meliputi juga kesadaran akan "trade-
off" antara efektivitas dan efisiensi dalam perusahaan, yaitu:
harus memahami perbedaan antara "melakukan sesuatu yang
benar" (efektivitas) dan "melakukan sesuatu dengan benar"
(efisien). Manajer harus mengalokasikan dan menggunakan
sumber daya perusahaan secara bijaksana dan pada saat
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 87
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
yang sama harus mengarahkan segala sumber daya untuk
mencapai sasaran organisasi secara menyeluruh.
Berdasarkan empat sasaran utama di atas, maka proses
manajemen strategik dapat menunjukkan suatu proses yang
meliputi sejumlah tahapan dalam pengambilan keputusan yang
saling berkaitan dan beraturan mengenai strategi-strategi
perusahaan yang akan diputuskan sebagai kebijakan manajemen
perusahaan. Dalam mekanisme analisis SWOT untuk menentukan
faktor strategis yang dibutuhkan memerlukan proses
pengambilan keputusan strategis.
Selanjutnya Hunger dan Wheelen (2015) menjelaskan
tahapan dalam proses pengambilan keputusan strategis yaitu:
1. Mengevakuasi hasil kerja saat ini, lalu menguji dan
mengevakuasi misi, tujuan, strategi, kebijakan saat ini;
2. Meninjau Manajer Strategis, yaitu Dewan Komisaris dan
manajemen puncak (CEO);
3. Mengamati lingkungan eksternal mengenai sosial dan kondisi
kerja, lalu menyeleksi faktor strategis, baik peluang maupun
ancaman;
4. Mengamati lingkungan internal, mengenai struktur
organisasi, budaya organisasi dan sumber daya organisasi,
lalu mengamati faktor strategis, baik kekuatan maupun
kelemahan organisasi;
5. Menganalisis Faktor Strategis (SWOT Analysis) yang sesuai
dengan kondisi saat ini, lalu meninjau dan merevisi jika perlu
mengenai misi dan tujuan organisasi;
6. Menghasilkan dan mengevakuasi alternative strategis, lalu
menyeleksi dan merekomendasikan alternatif yang terbaik;
7. Melakukan Strategi Implementasi, mengenai program,
anggaran dan prosedur;
8. Evaluasi dan pengendalian kinerja operasional manajemen
strategis.
88 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Dess, et., al., (2014) bahwa proses manajemen strategik
dalam pengambilan keputusan strategis terdapat dua
Karakteristik, yaitu:
Pertama, mengelola strategic, memerlukan 3 proses yang
berkelanjutan, yaitu:
1. Analisis, dimana dalam pengelolaan strategik menitikberatkan
pada hierarki tujuan strategic, yaitu: visi, misi dan sasaran
strategik, yang bersamaan dengan analisis lingkungan
internal dan eksternal organisasi.
2. Keputusan, yang menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu: (1)
Apa (What) yang dipersaingkan dan mengapa (Why) harus
bersaing?; (2) Kapan (When) dan dimana (Where)
seharusnya bersaing?; (3) mengapa (How) bersaing dan
dengan siapa (Who) seharusnya bersaing?
3. Aksi atau aktivitas, perusahaan harus melakukan aktivitas
yang dirasa perlu untuk mengimplementasikan strategi yang
telah diputuskan, tindakan ini membutuhkan manajer atau
leader untuk mengalokasikan sumber daya yang diperlukan
dan mendesain organisasi agar strategi yang dipilih menjadi
keberhasilan perusahaan yang optimal.
Kedua, inti dari pengelolaan strategik adalah mempelajari
mengapa perusahaan mampu berkinerja baik sehingga dapat
menyaingi perusahaan lain. Dengan kata lain, perusahaan harus
mampu bersaing dan bagaimana caranya dapat mempertahan-
kan kompetisi yang berkesinambungan, bersifat unik dan tidak
dapat ditiru oleh perusahaan lain.
Dalam melaksanakan implementasi pengambilan keputusan
untuk mengelola strategik dapat dibagi menjadi 4 (empat)
sasaran utama, yaitu (Dess, et., al., 2014):
1. Mengelola strategik ditujukan untuk semua tujuan dan
sasaran organisasi perusahaan, dimana semua usaha harus
ditujukan pada apa yang terbaik bagi keseluruhan organisasi
secara fungsional;
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 89
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
2. Mengelola strategik melibatkan semua stakeholder’s dalam
membuat keputusan, sehingga para pemangku kepentingan
dalam perusahaan memberikan kontribusi pemikirannya
dalam pengambilan keputusan perusahaan;
3. Mengelola strategik membutuhkan penggabungan antara
perspektif jangka panjang dan jangka pendek, yang
merupakan suatu "creative tension" yaitu bahwa seorang
manajer harus bisa mempertahankan visi untuk masa depan
organisasi dan juga harus tetap fokus pada kebutuhan
operasionalnya pada saat sekarang.
4. Mengelola strategik meliputi juga kesadaran akan "trade-off
antara efektivitas dan efisiensi dalam perusahaan, yaitu harus
memahami perbedaan antara "melakukan sesuatu yang
benar" (efektivitas atau tepat guna) dan "melakukan sesuatu
dengan benar" (efisien atau berdaya guna). Manajer harus
mengalokasikan dan menggunakan sumber daya perusahaan
secara bijaksana dan pada saat yang sama harus
mengarahkan segala sumber daya untuk mencapai sasaran
organisasi secara menyeluruh;
Berdasarkan empat sasaran utama di atas, maka proses
pengelolaan strategik dapat menunjukkan suatu proses yang
meliputi sejumlah tahapan dalam pengambilan keputusan yang
saling berkaitan (terintegrasi) dan beraturan mengenai strategi-
strategi perusahaan yang akan diputuskan sebagai kebijakan
manajemen perusahaan.
Mintzberg, et., al., (2003), Dess, et., al., (2014), dan Hitt.,
et., al, (2015), sependapat bahwa tahapan dalam proses
pengelolaan strategik, yaitu:
1. Analisis Lingkungan, yaitu meliputi deteksi dan evaluasi
konteks organisasi, lingkungan eksternal (peluang dan
tantangan) dan internal (kekuatan dan kelemahan)
organisasi;
90 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
2. Formulasi Strategi, yaitu mencakup desain dan pilihan
strategi yang sesuai dengan tindakan strategis dan varian
strategis;
3. Implementasi Strategi, yaitu proses bagaimana
melaksanakan strategi yang telah diformulasikan dengan
tindakan yang nyata, yang sejatinya memerlukan perhatian
dalam implementasi strategi, yaitu struktur dan desain
organisasi, kepemimpinan strategik dan pengendalian
strategik.
4. Evaluasi Strategi, yaitu proses mengevaluasi bagaimana
strategi diimplementasikan dan sejauh mana strategi tersebut
dapat mempengaruhi kinerja individu dan organisasi.
Berdasarkan ke empat proses manajemen strategik tersebut
yang bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan komitmen,
keputusan dan aktivitas yang diperlukan oleh suatu organisasi
atau perusahaan untuk mencapai strategik daya saing (Strategic
competitiveness) yang berhasil, yang merupakan kinerja
organisasi yang diharapkan.
3.5 Peranan Pengelolaan Strategi dalam
Organisasi
Peranan strategi sangat penting untuk menentukan
kesuksesan tujuan organisasi, sehingga hal inilah yang menjadi
alasan mengapa peranan strategi sangat bermanfaat dan
menjanjikan keberhasilan mencapai tujuan organisasi dan
sasaran yang telah ditetapkan menurut misi dan misi organisasi
(Grant, 2013).
Dengan menggunakan manajemen strategik, para manajer
pada tingkatan strategik fungsional dapat berinteraksi dalam
menyusun perencanaan strategik dan mengimplementasikan
strategi yang telah diputuskan. Karena itu peranan manajemen
strategi dalam organisasi, memberikan suatu inspirasi dalam
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 91
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
proses kebijakan strategic untuk membantu perencanaan
strategic (Hitt, Ireland, dan Hoskinsson, 2015).
Dengan demikian, peranan pengelolaan strategik merupakan
sumber informasi aktivitas apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melaksanakannya dengan menetapkan keputusan
strategik yang diambil melalui proses mekanisme manajemen
strategik. Karena itu peranan manajemen strategik merupakan
motivasi dalam mengambil keputusan strategi organisasi untuk
mencapai sukses tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
visi dan misi organisasi (Dess, et., al., 2014). Peranan proses dan
mekanisme mengelola strategik dapat menentukan pengambilan
keputusan yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi, bagaimana mengimplementasikannya dan apakah
hasilnya akan mengalami sukses atau mengalami kegagalan
(Wheelen dan Hunger, 2015). Supaya lebih jelas mengenai
proses pengelolaan strategik dalam suatu organisasi secara
umum (general), maka dapat sebaiknya diketahui latar belakang
perkembangannya (Grant, 2013).
Semula pengelolaan strategik dikenal istilah "kebijakan bisnis"
(business policy) yang lebih baik menitikberatkan pemberdayaan
sumber daya internal organisasi perusahaan sehingga dapat
digunakan dalam kegiatan operasional (Grant, 2013). Dengan
berkembangnya ilmu manajemen, mengalami perubahan istilah
menjadi manajemen strategik (strategic management) yang
banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar, yang
kemudian banyak digunakan dalam operasional pengelolaan
strategic organisasi nirlaba termasuk organisasi politik dan
pemerintahan (Rothaermel, 2013). Dewasa ini konsep
pengelolaan strategik merupakan suatu praktek operasional
organisasi agar mencapai sasaran dan tujuan sesuai dengan visi,
misi dan sasaran organisasi secara efektif dan efisien (Dess, et.,
al., 2014).
92 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Dalam implementasinya konsep pengelolaan strategik
menggunakan konsep perencanaan strategi (strategic planning),
karena konsep perencanaan sudah merupakan bagian dari
pengelolaan strategik, dimana keputusan organisasi yang
memakai sebagai rumusan apa yang akan dicapai sesuai dengan
misi organisasi dan bagaimana caranya mencapai tujuan dan misi
organisasi tersebut (Dess, et., al., 2014).
Dalam perencanaan pengelolaan strategi harus memperhati-
kan visi organisasi yang merupakan deskripsi tujuan organisasi di
masa depan, sedangkan dalam misi organisasi, yaitu suatu
deskripsi apa yang harus dilakukan oleh manajemen sesuai
dengan strategi yang telah diputuskan dan untuk dipertanggung-
jawabkan kepada segenap lapisan stakeholder’s (David dan
Davis, 2015). Situasi yang berkembang memperlihatkan faktor-
faktor lingkungan dapat memberikan dampak langsung dan
serius terhadap kegiatan produksi dan kegiatan organisasi (Dess,
et., al., 2014).
Lingkungan (environment) merupakan stakeholder, yang
ternyata begitu besar pengaruhnya, cepat berubah dan sulit
diduga menjadi menjadi faktor yang strategis dan perlu dikelola
secara khusus (Rothaermel, 2013). Stakeholder’s, yaitu setiap
kelompok atau individu yang dapat memberikan dampak
terhadap keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran
atau tujuannya, baik di dalam organisasi (internal stakeholder)
maupun di luar organisasi (eksternal stakeholder). Konsep
stakeholder inilah yang melandasi Pengelolaan Strategik
(Rothaermel, 2013). Sebagai upaya, maka dikembangkan
pengelolaan Strategik yang memperkenalkan pendekatan baru,
yaitu pendekatan Stakeholder (Stakeholder Approach).
Tahapan dalam Pengelolaan Strategik (Rothaermel, 2013;
Dess, et., al., 2014; Hitt, Ireland dan Hoskinsson, 2015; David
dan David, 2015), juga dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 93
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
1. Pembuatan strategik, yang meliputi pengembangan Misi
dan Tujuan Jangka Panjang, Pengidentifikasian peluang dan
ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan suatu
organisasi, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan
penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi.
2. Penerapan Strategik, meliputi penentuan sasaran-sasaran
operasional tahunan, kebijakan organisasi, motivasi karyawan
dan mengalokasikan sumber-sumber daya agar strategi yang
telah ditetapkan dapat diimplementasikan.
3. Evaluasi atau Kontrol Strategi, mencakup usaha-usaha
untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan
penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan
kinerja organisasi serta mengambil langkah-langkah
perbaikan bila diperlukan.
Pengelolaan Strategik, memfokuskan pada penyatuan atau
penggabungan aspek-aspek pelayanan, penelitian dan
pengembangan, keuangan dan operasional dari suatu rencana
organisasi. Pengelolaan Strategik mempunyai manfaat atau
kebaikan dan risiko-risiko dalam pelaksanaannya dan terdapat
cara untuk mengatasinya.
3.6 Manfaat Pengelolaan Strategik yang Baik
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh organisasi ketika
mampu mengelola Strategik secara baik (Rothaermel, 2013;
Dess, et., al., 2014; Hitt, Ireland dan Hoskinsson, 2015; David
dan David, 2015), antara lain:
1. Memberikan arah jangka panjang mengenai Misi Organisasi
yang dituju;
2. Membantu manajemen organisasi beradaptasi pada
perubahan-perubahan yang terjadi baik secara intern
maupun ekstern;
3. Membuat suatu kondisi budaya organisasi dan kepemimpinan
organisasi secara transformasional menjadi lebih efektif;
94 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi
dalam lingkungan yang semakin berisiko;
5. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan
suatu organisasi untuk mencegah munculnya masalah atau
risiko di masa depan;
6. Keterlibatan pegawai dalam pembuatan strategi akan lebih
memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya;
7. Akan mengurangi aktivitas yang tumpang tindih;
8. Kejenuhan dari para pegawai lama untuk melakukan aktivitas
dapat dikurangi.
Pengelolaan Strategik dalam proses implementasinya akan
menimbulkan beberapa risiko yang sebelumnya harus
diperhitungkan sebelum melakukan proses pengelolaan strategik
(David dan David, 2015), antara lain:
1. Waktu yang digunakan para manajer dalam proses
manajemen strategik mungkin mempunyai pengaruh negatif
dalam pelaksanaan tanggung jawab operasional.
2. Bilamana para pembuat strategi tidak dilibatkan secara
langsung dalam pelaksanaannya, maka mereka dapat
mengelak tanggung jawab secara pribadi untuk suatu
keputusan-keputusan yang diambil dalam proses
perencanaan.
3. Akan timbul kekecewaan dari para bawahan yang
berpartisipasi dalam pelaksanaan penerapan strategi karena
tidak tercapainya harapan dan tujuan dalam organisasi.
Guna mengatasi risiko-risiko yang mungkin terjadi tersebut,
maka para manajer perlu dilatih untuk mengamankan atau
memperkecil timbulnya risiko tersebut yaitu dengan cara:
1. Melakukan penjadwalan kewajiban para manajer, sehingga
dengan adanya time schedule masing-masing manajer dapat
mengalokasikan waktu yang lebih efektif dan efisien.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 95
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
2. Membatasi para manajer dalam proses perencanaan,
sehingga rencana-rencana mereka terhadap kinerja yang
benar-benar dapat dilaksanakan oleh mereka sebagai middle
CEO dan para bawahannya.
3. Menanggapi dan mengantisipasi pendapat-pendapat dan
usulan para bawahan baik mengenai keamanan kerja maupun
mengenai peningkatan kesejahteraan (rewards).
Guna melaksanakan konsep-konsep strategi tersebut, yang
merupakan suatu proses, dimana informasi masa lalu, saat ini
dan ramalan masa yang akan datang mengenai kondisi
organisasi, melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah
pencapaian tujuan organisasi (Dess, et., al., 2014).
Dengan demikian, pengelolaan strategik merupakan suatu
proses yang mempunyai beberapa akibat, yaitu:
1. Terdapat perubahan suatu komponen dalam organisasi akan
mempengaruhi beberapa komponen atau mungkin seluruh
komponen yang ada;
2. Proses pembuatan perencanaan, penerapan dan evaluasi
strategi yang digunakan merupakan suatu proses yang
merupakan tahapan yang berurutan;
3. Perlu dipikirkan membuat suatu konsep umpan balik (feed
back) pada setiap tahap awal proses pelaksanaan strategi;
4. Sistem Pengelolaan Strategik merupakan suatu sistem yang
dinamis, dimana situasi dan kondisi organisasi yang secara
berkala berubah akan mempengaruhi hubungan antar
aktivitas dalam Manajemen Strategik.
Guna mempermudah pemahaman proses pengelolaan
strategik perlu disusun suatu Model Pengelolaan Strategik.
Model-model Pengelolaan Strategik berkembang dengan cepat
sesuai dengan kebutuhan kondisi kepemimpinan dan budaya
organisasi. Sebagai suatu pendekatan penggunaan Sistem Model
Pengelolaan Strategik yang dapat dilihat pada Gambar 3.2.
96 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Gambar 3.1 Proses Strategi
Guna menerapkan Model Pengelolaan Strategik pada
organisasi harus memperhatikan sistem tatakelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance). Terdapat beberapa
pengertian mengenai "governance" yang pada prinsipnya, yaitu
dimaknai sebagai sesuatu tatakelola yang berhubungan dengan
interaksi antara pemerintah dengan masyarakat. Sedangkan
pengertian "governance" dimaknai sebagai semua kegiatan
social, ekonomi, politik dan administrasi yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai upaya untuk mengarahkan, mengendalikan,
Organisasi Kolaborasi Nilai
Teknologi Cognition
Global
KEKUATAN
Con
cep
ts
Strategies
Formulasi Analisis Format Pilihan
Con
cexts
Star-up
Maturity
Expertise
Innovation
Diversity
Sumber: Mintzberg, et.,al (2003)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 97
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
mengawasi atau mengelola berbagai lapisan masyarakat (Monks
dan Minow, 2011).
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dinilai
merupakan suatu usaha untuk membangun budaya organisasi
yang baru, sehingga tanpa kepemimpinan organisasi (yang
memadai akan sangat sulit untuk menerapkan kebijakan GCG
(Solomon, 2007). Harus dipilih tipe kepemimpinan yang dapat
menciptakan organisasi baru yang dapat merubah budaya
organisasi lama sehingga citra kondisi budaya organisasi menjadi
lebih berkembang maju sesuai dengan visi organisasi (Monks dan
Minow, 2011).
Tipe kepemimpinan yang dianggap paling tepat untuk
menciptakan pelaksanaan proses perubahan ini adalah tipe
kepemimpinan secara transformasional (Solomon, 2007). Pada
kondisi budaya organisasi. Perusahaan penerapan kebijakan GCG
bukanlah suatu opsi, melainkan suatu keharusan supaya dapat
memberikan kepercayaan pada stakeholder’s (masyarakat luas,
konsumen, user, dll.).
Kebijakan GCG dapat merubah kondisi budaya oknum agar
tidak melakukan kecurangan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya (Solomon, 2007). Bagaimana menciptakan suatu
norma-norma organisasi yang secara preventif-intensif dapat
mencegah terjadinya kecurangan dan bagaimana menetapkan
hukuman yang seberat-beratnya secara represif untuk oknum
yang telah melakukan kecurangan dalam tugasnya (Newell dan
Wilson. 2002).
Selanjutnya Monks dan Minow (2011) mengungkapkan
bahwa secara garis besar (global) upaya untuk menciptakan
suatu tata kelola yang baik dalam kebijakan perusahaan harus
berdasarkan suatu paradigma GCG yang baru, yang menitik-
beratkan pada nilai-nilai, asumsi-asumsi, keyakinan dan memiliki
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), kejujuran (fairness),
98 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
keseimbangan (accountability) dan pertanggungjawaban yang
benar (good responsibility).
Para pejabat dan staf pemerintah pusat dan daerah
menyetujui beberapa tata kelola yang baik yang perlu diterapkan
di Indonesia, yaitu menjalankan prinsip-prinsip tatakelola yang
baik, yaitu (Mishara, et al. 2001):
1. Partisipasi, yaitu mendorong semua warga Negara
mengekspresikan pendapatnya dalam proses pengambilan
keputusan, baik langsung maupun tidak langsung;
2. Penegakan hukum, yaitu menjaga agar penegakan hukum
dan perundang-undangan yang adil dan tanpa diskriminasi,
serta mendukung HAM dengan memperhitungkan semua nilai
yang ada dalam masyarakat;
3. Transparansi yaitu membangun saling kepercayaan antara
pemerintah dan masyarakat dengan memberikan informasi
yang dibutuhkan dan akses informasi yang mudah bila
dibutuhkan;
4. Responsive yaitu meningkatkan daya tanggap birokrat
terhadap keluhan, masalah, dan aspirasi masyarakat tanpa
kecuali;
5. Pemerataan yaitu memberikan peluang yang sama bagi
semua warga untuk meningkatkan kesejahteraannya;
6. Visi strategik yaitu memformulasikan suatu strategi, yang
didukung dengan sistem penganggaran yang mencukupi,
sehingga rakyat memiliki rasa memiliki dan tanggung jawab
terhadap masa depan bangsa;
7. Efektivitas dan efisiensi yaitu melayani masyarakat
dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan
bijaksana;
8. Profesionalisme yaitu meningkatkan kapasitas,
keterampilan dan moral birokrat sedemikian rupa sehingga
mereka dapat pelayanan yang mudah, cepat, akurat dan
dapat dijangkau;
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 99
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
9. Akuntabilitas yaitu meningkatkan akuntabilitas publik bagi
para pengambil kebijakan di pemerintah, swasta, dan
organisasi masyarakat pada semua bidang (politik, fiscal dan
anggaran); dan
10. Pengawasan yaitu melakukan kontrol dan pengawasan atas
administrasi publik dan aktivitas pembangunan dengan
melibatkan masyarakat dan organisasi ke masyarakat.
Konsep strategi, yaitu: Penentuan tujuan dan sasaran jangka
panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber
daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Minzbert, 1998). Pola sasaran, tujuan dan kebijakan/
rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang
dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan
oleh organisasi, atau yang seharusnya dijalankan oleh
perusahaan (Grant, 2013). Menentukan kerangka kerja dari
aktivitas bisnis perusahaan dan memberikan pedoman untuk
mengkoordinasikan aktivitas, sehingga perusahaan dapat
menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang selalu
berubah (Grant, 2013). Strategi mengatakan dengan jelas
lingkungan yang diinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi
seperti apa yang hendak dijalankan" (Porter, 2008; Grant, 2013).
Dengan kata lain, strategi dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dengan keputusan yang dihadapi oleh organisasi (perusahaan) dalam melakukan operasional bisnis untuk mencapai keberhasilan tujuan atau mungkin akan mengalami kegagalan. Dalam menetapkan keputusan strategi, supaya dapat mencapai sasaran tujuan secara sukses, maka harus memperhatikan pengertian mengenai manajemen strategik, keputusan strategik, perencanaan dan unit strategi.
Dengan demikian, buku ini menarik untuk dibaca lebih lanjut karena pada bab-bab selanjutnya akan memberikan gambaran konsep strategi dengan segala karakteristiknya yang akan memudahkan pembaca untuk memahami pilihan (alternative) strategi yang begitu menjanjikan, bagaimana merumuskan, bagaimana mengimplementasikan, bagaimana mengevaluasinya.
100 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
3.7 Pergeseran dalam Pengembangan Pemikiran Strategi
Periode Pertama, di akhir tahun 1950-an sampai 1960-an,
merupakan konsep strategi dengan cara terbaik merencanakan
pengembangan perusahaan besar, multiproduk. Ini merupakan
bidang perencanaan strategis klasik di Pusat, walaupun resep
yang dominan adalah melakukan desentralisasi terutama menjadi
divisi dengan wewenang penuh, dan melakukan diversifikasi
dengan melakukan akuisisi dalam bisnis yang menarik tetapi
sering tidak berkaitan.
Periode Ke Dua, awal tahun 1960-an sampai akhir tahun
1970-an, adalah periode yang didominasi oleh BCG dan
konsepnya mengenai manajemen portofolio. Pendekatan mikro
ekonomi dari BCG amat memberi petunjuk, membimbing
perusahaan untuk (Hock, 2005):
1. Memfokuskan pada posisi bisnis tempat perusahaan
mempunyai, atau dapat secara realistik merebut
kepemimpinan pasar;
2. Melakukan divestasi bisnis lain;
3. Memfokuskan pada uang tunai daripada laba;
4. Mencanangkan untuk mempunyai keunggulan biaya
dibandingkan pesaing (yaitu biaya lebih rendah daripada
pesaing);
5. Mengelola pesaing, sehingga mereka akan mundur dari
segmen laba utama perusahaan;
6. Menggunakan utang secara agresif untuk membiayai
pertumbuhan, memperkuat kepemimpinan pasar, dan
menaikkan pengembalian kepada para pemegang saham;
7. Menghindari lini produk yang berlebihan atau birokrasi yang
rumit, atau biaya umum dan administrasi yang berlebihan;
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 101
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
8. Menggunakan kelebihan arus kas untuk menganekaragamkan
dan menerapkan manajemen portofolio untuk kelompok
bisnis baru.
Ide BCG mendorong dua tren yang sudah baik dan berkaitan
ke arah membangun departemen pusat perencanaan yang besar
dalam konglomerasi, dan ke arah diversifikasi lebih lanjut. Tidak
satu pun tren ini yang merupakan pandangan pokok dari BCG
mengenai dunia, sekalipun demikian keduanya kemudian sering
kembali untuk menghantui ahli strategi.
Periode ketiga, Tahun 1970-an, merupakan masa yang
sangat melelahkan khususnya para intelektual dan akademisi di
bidang strategi, kekecewaan korporasi, dan kemunduran ke
pragmatisme. Dengan kata lain bahwa teknik mikro ekonomi
dalam menganalisis keunggulan bersaing amat ampuh. Akan
tetapi, teknik ini semakin banyak dipakai tidak ditingkat pusat,
strategi korporasi, belum membumi dalam mengembangkan
strategi unit bisnis. Ini bermakna karena janji pada masa lalu
mengenai manajemen portofolio sentral menjadi semakin tidak
dipercayai.
Setelah guncangan harga minyak pada tahun 1973 dan
runtuhnya pasar saham tahun 1974, yang benar-benar
menghantam konglomerat, kehebatan dari perencanaan sentral
dan diversifikasi konglomerat menjadi ternoda secara serius.
Lebih lanjut, sebut saja perusahaan, seperti General Electric (GE)
dan Siemens yang telah mendirikan departemen perencanaan
strategis sentral dalam ukuran besar segera merasakan bahwa
hasil dari birokrasi ini amat mengecewakan (Koch, 2005). Secara
intelektual Growth/Share Matrix, ikon dari manajemen portofolio,
terus-menerus dicela. Serangan terutama karena salah
memahami, tetapi BCG memilih kebijaksanaan daripada
menghadapinya dengan keras. Matriks BCG secara umum tidak
dipertahankan dan menjadi cukup diabaikan.
102 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
Periode Keempat, tahun 1973-1980, dalam pemikiran
strategis, dosis ringan dari pandangan menyimpang, gelombang
reaksi terhadap orientasi pada analitis dari aliran Boston secara
berlebihan. Ini termasuk kesadaran bahwa perusahaan secara
umum tidak menyusun strategi mereka secara ilmiah dan dengan
teliti, serta menyambut secara terbuka aspek intuitif,
penyesuaian, dan kreatif dari strategi.
Pada tahun 1973, Henry Mintzberg menantang penerimaan
pemikiran mengenai The Nature of Managerial Work, dengan
menunjukkan bahwa pemimpin yang sukses merupakan tindakan
intuitif manusia, bukan mencerminkan perencana, bahwa mereka
menghargai informasi lembut dan anekdot bukannya fakta dan
angka, serta bahwa mereka hanya sedikit membaca dan menulis,
lebih menyukai komunikasi dan proses mengambil keputusan
tatap muka.
Mintzberg sejak itu mengembangkan ide mengenai
"Pencangkokkan Strategi" menggunakan sisi kanan otak yang
kreatif, bukannya sisi kiri yang beroperasi secara logis. Tahun
1980-an juga mengangkat pujian Kenichi Ohmae mengenai ahli
strategi berkebangsaan Jepang yang sukses: pemimpin Honda,
Toyota, Matsushita, dan perusahaan lain yang intuitif, kreatif,
yang secara total terobsesi untuk menjadi pemimpin pasar,
mengalahkan pesaing, dan memuaskan pelanggan.
Periode kelima, Periode 1980-1994-an menggabungkan
peringkat dari ahli strategi lunak (software strategic), sebut saja
Penults berpengaruh seperti Charles Handy, Rosabeth Moss
Ranter, Tom Peters, Richard Schonberger, dan Robert Waterman,
Tahun 1980-an juga menjadi saksi mata perkembangan kelima:
memperkuat aliran mikro ekonomi yang teliti dari Strategi,
dengan munculnya fenomena Michael Porter. Porter memperluas
kerangka kerja keunggulan bersaing dari BCG dengan
memasukkan faktor-faktor industri struktural seperti ancaman
dari pemain baru, kekuatan tawar-menawar dari pelanggan dan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 103
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
pemasok, serta ancaman dari produk pengganti. Pesannya,
walaupun berdasarkan pada data dan analisis tambahan, serupa
dengan yang dilakukan BCG dari awal: perusahaan harus
mencoba menemukan pasar dan ceruk tempat, sehingga dapat
mendominasi dan mendirikan hambatan bagi para pesaing, baik
dengan menurunkan biaya atau dengan membedakan
produk/jasa. Porter juga menggunakan karya dari ahli ekonomi
dan konsultan strategi di masa lalu serta mengembangkan teori
mengenai keunggulan bersaing nasional untuk melapisi atau
mendukung analisis mikro ekonomi dari keunggulan bersaing
perusahaan individual.
Periode keenam, tahun 1994 sampai sekarang, sudah
fokus pada keterampilan dan kemampuan perusahaan, periode
pada umumnya disebut "Core Competencies", ambisi dan
komitmennya sudah masuk pada "Strategic Intent", kemampuan-
nya untuk belajar, perasaannya mengenai Mission atau Vision,
dan peran dari Pusat sebagai "PARENT" dari bisnis operasional.
Karena itu, Strategi Korporasi tidak dipandang sebagai pengawas
alokasi dari sumber daya, melainkan lebih sebagai keterampilan
dan kemampuan membuat ketetapan, menciptakan,
merangsang, dan memperkuat ambisi yang kemudian dapat
diterapkan di beberapa segmen pasar. Penulis paling penting di
sini termasuk Gary Hamel dan C.K. Prahalad, John Kay, dan trio
Ashridge Marcus Alexander, Andrew Campbell, dan Michael
Goold.
Periode keenam ini lebih menggambarkan kemajuan
mengenai pemahaman strategis daripada satu set kontradiksi.
Pada tingkat konsultan strategi terdapat pengaruh lain, yang
mencolok yaitu:
1. Integrasi dari analisis strategis yang diperbarui dan fokus
pada penghematan biaya (terutama dalam Rekayasa Ulang
Proses Bisnis);
104 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
2. Aplikasi dari pengumpulan data untuk bersaing dan analisis
untuk menilai calon perusahaan yang akan diakuisisi;
3. Menekankan pada mutu dan kecepatan memberi tanggapan
kepada pelanggan;
4. Pentingnya Time-Based Competition, artinya, menyampaikan
produk kepada pelanggan secepat mungkin;
5. Fokus yang diperbarui mengenai pembatasan lini produk, dan
menggunakan jasa pihak luar serta pada bagian dari Value
Chain di mana perusahaan dapat memiliki keunggulan, untuk
menghemat Costs Of Complexity; dan
6. Penekanan baru pada struktur organisasi untuk menentukan
kemampuan dari sebuah organisasi agar dekat pada
pelanggan dan memberi tanggapan secara tepat.
Akan tetapi, pada waktu yang sama pekerjaan ilmuwan
strategi di awal abad ke-21 dapat dikenali sama seperti pekerjaan
rekan mereka 50 tahun yang lalu. Kuncinya adalah menetapkan
faktor yang membedakan dari pesaing dan mempunyai
keterampilan serta posisi yang tidak dapat ditandingi atau
didekati pesaing, dengan mengambil spesialisasi di bidang-
bidang tempat dimana pesaing mempunyai posisi teknologi lebih
baik, produk atau jasa, atau biaya yang lebih rendah.
Saat ini, dalam banyak bisnis, mungkin lebih penting
mempunyai teknologi dominan atau standar, dan menjadi sentral
untuk membuka kunci nilai bagi pelanggan, daripada bisnis
mempunyai keunggulan biaya secara murni didasarkan pada
skala ekonomi dan bagian pasar.
Meskipun demikian, ide dasarnya sama seperti yang
sebelumnya: menetapkan dan mempertahankan posisi dominan
berdasarkan pada spesialisasi dan kemampuan untuk
menciptakan nilai (Value Creation), di bidang ini fokus sampai
jauh lebih tinggi daripada pesaing yang lain. Konsep konvensional
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 105
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
yang dikembangkan oleh BCG pada akhir tahun 1960-an masih
relevan seperti sedia kala.
Tahap selanjutnya, melakukan sintesis apa yang telah
tersedia, memahami dengan jelas mengenai dimana konsep ini
paling bermanfaat dan mengenai kelebihan dan/atau kekurangan
di antara pendekatan yang berbeda, dan mendudukkan kembali
inti dari strategi di tempatnya, di tengah kenyataan bahwa unit
bisnis yang sedang morat-marit merupakan hal yang lebih
penting daripada hanya memikirkan strategi corporate.
Pandangan yang menarik dari Koch (2005) bahwa untuk
membuat strategi menjadi lebih bermanfaat menekankan enam
butir, sebagai berikut:
1. Bisnis yang sukses memerlukan strategi yang berbeda.
Harus berbeda dari pesaing, dan mampu melakukan
berbagai hal yang tidak dapat pesaing lakukan, atau
setidaknya dapat melakukan hal yang sama baiknya dengan
pesaing. Ini memerlukan kemampuan untuk memilih, dan
juga perhatian yang teliti tidak hanya senang pada posisi
saat ini dengan menguasai pasar, tetapi juga pada
keterampilan yang mendukung kesuksesan;
2. Manajer operasional merupakan orang yang harus
"melaksanakan" strategi, dan sejauh mungkin mendukung
strategi, seperti konsultan dan karyawan Pusat menjauhkan
diri saat proses itu berlangsung;
3. Pusat Korporasi sejatinya melakukan lebih sedikit dan bila
memungkinkan melakukan pelepasan bisnis atau menjual
sebagian besar dari portofolio korporasi saat ini;
4. Terdapat Strategi Pusat Korporasi yang berbeda dan pada
umumnya bertentangan, sehingga kita mempunyai
pandangan yang jauh lebih menyatu mengenai apa yang
seharusnya dilakukan Pusat, daripada mencoba memaksa-
kan satu bentuk Strategi Pusat Korporasi di semua
106 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN PERTAMA: PENDAHULUAN
perusahaan, tidak peduli keadaan dan keterampilan
mereka;
5. Perusahaan harus pragmatis mengenai besarnya usaha
yang diperlukan dalam merumuskan strategi. Bersedia
mengumpulkan pengetahuan dan memperbaiki pembuatan
keputusan, tanpa mencoba untuk membuktikan lebih jauh
dari keraguan yang wajar bahwa strategi tertentu benar;
6. Strategi jangan direncanakan secara berlebihan. Idealnya,
strategi harus muncul sebagai bagian dari proses berpikir,
membuat hipotesis, melakukan pengujian, sukses, dan
memperbarui pengujian secara berulang-ulang. Proses ini
sejatinya menggabungkan analisis dan intuisi, dan
sebaiknya terbuka.
7. Sejatinya dalam implementasi strategi jangan pernah ada
"solusi akhir";
8. Strategi harus selalu bergulir, dan secara terus-menerus
diperdalam.
Yang bisa bertahan hidup bukan spesies yg terkuat, bukan juga yang tercerdas tapi yang paling responsif terhadap perubahan
(Charles Darwin)
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR
STRATEGI BERSAING
Bab 4. Inti Strategi Bersaing Bab 5. Teknik Analisis Bab 6. Pemikiran Strategis Bab 7. Kebijakan Strategis
108 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 109
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
BAB IV INTI STRATEGI BERSAING
4.1 Makna Strategi Bersaing Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi
yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan
tantangan lingkungan, dan yang dirancang untuk memastikan
bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan strategi yang tepat oleh organisasi (perusahaan atau
Negara). Strategi dalam pengertian umum adalah proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada
tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara
atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Sedangkan secara khusus, strategi merupakan tindakan yang
bersifat inkremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan dan stakeholder’s di masa depan
(Fleizer dan Bensoussan, 2008; Ireland, Hoskisson, dan Hitt,
2013; Wheelen, et., al., 2015).
Persaingan merupakan inti dari peta keberhasilan atau
kegagalan perusahaan dalam menguasai sumber daya (alam,
manusia, modal dan keahlian), pemasok, supplier, dan pangsa
pasar dalam kawasan tertentu (domestik, regional, internasional,
multinasional, global, transnasional). Persaingan menentukan
ketepatan aktivitas organisasi (perusahaan atau negara) yang
dapat meningkatkan kinerjanya, seperti: inovasi (innovation),
penciptaan nilai (value creation), atau implementasi strategi yang
baik.
Strategi bersaing merupakan pencarian posisi bersaing yang
menguntungkan di dalam suatu organisasi (Perusahaan atau
110 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Negara), karena fundamental tempat persaingan terjadi. Strategi
bersaing bertujuan menegakkan posisi yang menguntungkan dan
dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan yang
menentukan persaingan organisasi (Kock, 2005; Fleizer dan
Bensoussan, 2008). Strategi bersaing merupakan strategi yang
menjabarkan bagaimana merebut pasar di tengah masyarakat
dan persaingan bisnis; Bagaimana menempatkan organisasi di
hati para penguasa, para pengusaha, para pelanggan, para
donatur dan sebagainya (Mintzberg, et., al., 2003). Dengan kata
lain strategi bersaing dimaksudkan untuk dapat memperoleh
keuntungan-keuntungan yang sekaligus mampu menunjang
berkembang organisasi ke tingkat yang lebih baik. Sejatinya
strategi bersaing merupakan salah satu cara bagi organisasi
(perusahaan atau Negara) untuk mencapai keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan dari produk atau jasa yang
ditawarkan.
Konsep strategi bersaing dimaknai oleh para ahli yang
berbeda-beda, dan sangat tergantung bidang kajian hasil riset
masing-masing, namun dalam bahasan ini penulis, merincikan ke
dalam tabel 4.1, sebagai berikut:
Tabel 4.1
Konsep Strategi Bersaing menurut Para Ahli
Nama Ahli Konsep Strategi Bersaing
Porter (1990) Persaingan adalah inti dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan. Strategi bersaing adalah pencarian posisi bersaing yang menguntungkan di dalam suatu industri, arena fundamental tempat persaingan terjadi.
Fleisher & Bensoussan (2008)
Persaingan bisnis sekarang datang dalam berbagai bentuk dan dari berbagai macam pesaing, dan tantangannya semakin meningkat. Dengan sukses memposisikan perusahaan, menentukan dengan benar alokasi sumber daya yang benar, dan menentukan tingkat kinerja yang dapat diterima di lingkungan yang kompetitif seperti itu adalah tugas utama pengambil keputusan senior. Akibatnya, bisnis yang terampil dan analisis kompetitif sangat penting
Bersambung …
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 111
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Tabel 4.1 (Lanjutan) Konsep Strategi Bersaing menurut Para Ahli
Nama Ahli Konsep Strategi Bersaing
dalam menentukan bagaimana perusahaan dapat bersaing dan memberikan nilai bagi stakeholder’s.
Bradley (2005) Strategi bersaing berbasis waktu untuk memastikan organisasi secara lebih cepat (speed) dan fleksibel (flexibility) memberikan nilai tambah bagi kastemer yang memiliki pengaruh pertumbuhan dan keuntungan yang lebih tinggi.
Kock (2005) Strategi bersaing merupakan strategi unit bisnis maupun tingkat korporate yang berfokus pada peningkatan posisi bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar yang dilayani.
Fleisher dan Bensoussan (2008)
Strategi bersaing merupakan upaya untuk menganalisis fakta guna memperoleh argument dalam memilih alternative strategi yang ada, lalu menuangkannya dalam kebijakan untuk diimplementasikan sehingga strategi terpilih menjadi kekuatan dan keunggulan bersaing yang berkelanjutan berdasarkan indikator-indikator yang signifikan.
Pearce & Robinson (2011)
Strategi bersaing adalah upaya untuk mengkreasikan keunggulan bersaing yang berkelanjutan melalui keunikan produk dan kepemimpinan biaya.
Ireland, Hoskisson, dan Hitt (2013)
Strategi bersaing merupakan integrasi dan koordinasi dalam melakukan perancangan komitmen dan tindakan untuk memenangkan persaingan dalam pasar yang bersifat spesifik.
David & David (2015)
Strategi bersaing tidak terlepas dari bagaimana leadership mengelola proses strategi dengan merencanakan, mengorganisasikan, memproses, mengevaluasi dan mengendalikan guna memahami lingkungan internal dan mengantisipasi faktor eksternal sebagai risiko yang sistematis dan non sistematis dengan cara mensinkronkan visi dan misi guna mencapai goal.
Sumber: Berbagai Literatur (dirangkum Penulis, 2015)
Dengan demikian, strategi bersaing dapat dimaknai sebagai
pencarian posisi bersaing yang menguntungkan di dalam suatu
organisasi atau entitas bisnis, karena kondisi fundamental dimana
organisasi berada telah terjadi persaingan yang tidak dapat
dihindari. Strategi bersaing bertujuan menegakkan posisi yang
menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-
112 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
kekuatan yang menentukan persaingan organisasi atau entitas
bisnis.
Penulis memandang bisnis saat ini bukan hanya digeluti
pebisnis atau organisasi/perusahaan yang bergerak pada profit
oriented tetapi juga pada perusahaan/perusahaan nir laba. Hal
ini cukup jelas argumen menunjukkan secara empirik bahwa
bisnis saat ini berada di pasar yang kompetitif dan beroperasi
dalam mode kompetitif. Fakta empirik yang diungkap Fleisher dan
Bensoussan (2008) dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam menangani proses dengan sarana yang ada dimana
perusahaan memposisikan diri dengan produk barang atau jasa
dihasilkan mampu melawan saingan mereka untuk
memenangkan pangsa pasar yang optimal. Kompetitif di sini
dimaknai oleh Fleisher dan Bensoussan (2008) bahwa sebuah
kontes yang terjadi antara dua atau lebih pihak. Sumber daya
yang ada dapat bermacam-macam, yang berasal dari penawaran
produk barang atau layanan, negosiasi antar pebisnis secara
langsung, kontrak pemasok, dan hubungan investor, guna
menyebutkan beberapa saja. Umumnya, pertarungan kompetitif
berakhir dengan salah satu pemenang, dan tidak ada kontes lebih
lanjut yang diperlukan.
4.2 Fungsi Strategi Bersaing Pemerintah di seluruh dunia berusaha melindungi pasar,
industri, dan aktivitas mereka, namun tidak sedikit yang gagal
melakukannya, karena mereka tidak mengerti rangkaian nilai
tambah di dalam ekonomi yang saling mengait secara global. Nilai
tambah yang paling besar ada di dalam pasar dewasa ini (Ohmae,
1999). Selanjutnya Ohmae secara tegas mengatakan bahwa
dengan strategi membuka pasar untuk produk yang paling
kompetitif dari mana saja di dunia ini, bahkan suatu negara dapat
mengambil keuntungan berupa peluang terbesar untuk
pendapatan bisnisnya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 113
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Fungsi seperti distribusi, pergudangan, keuangan, pemasaran
eceran, integrasi sistem, dan jasa semuanya merupakan bagian
sah dari sistem bisnis dan dapat mendapatkan banyak manfaat,
dan kerap lebih banyak keuntungan dari bisnisnya dibandingkan
operasi manufacturing yang sederhana. Keasyikan dengan
produksi biasanya memaksa pemerintah bergantung kepada
industri konvensional yang tidak cocok lagi dengan era globalisasi
saat ini, dan dengan demikian merugikan banyak pihak termasuk
pembayar pajak ke Negara dan konsumen mereka (kerap orang
yang sama).
Setiap bisnis yang dipertahankan dari masa lalu tidak
mendorong pertumbuhan yang dinamis dari industri yang baru.
Tidak ada gunanya khawatir tentang Tokyo, New York, dan Los
Angeles yang menjadi ekonomi tertier yang berbasis pelayanan,
atau khawatir tentang suatu negara yang akan menyamai/
menjadi Tokyo atau New York (Ohmae, 1999).
Dalam ekonomi global yang saling mengait, negara penghasil
harus mampu menerima uang apapun yang digunakan oleh
Negara lain, seperti Tokyo dan New York untuk membeli produk
"riil." Dengan kata lain uang tersebut akan kembali untuk
membeli sesuatu dari Negara tersebut seperti New York atau
Tokyo. Sebut saja contoh produk perangkat lunak, desain,
teknologi, real estate, atau sesuatu yang dahulu produk lux yang
saat ini menjadi kebutuhan pokok (sehari-hari). Hal ini tidak
berbeda dengan orang dari California yang membeli gedung
kantor bertingkat tinggi di Manhattan atau di Indonesia. Kita
semua adalah bagian dari ekonomi saling mengait satu sama
lainnya (Ohmae, 1999).
114 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
4.3 Asumsi yang Mendasari Pemilihan
Strategi Bersaing Dua asumsi utama yang mendasari pilihan Strategi bersaing,
yaitu:
1. Daya tarik industri terhadap profitabilitas jangka panjang
dan faktor-faktor yang menentukannya. Tidak semua
industri menawarkan peluang yang sama untuk
profitabilitas yang terus-menerus, dan profitabilitas yang
melekat dalam industrinya merupakan satu bahan utama
dalam menentukan profitabilitas sebuah perusahaan;
2. Dalam Strategi bersaing adalah penentu (determinan)
posisi bersaing relatif di dalam suatu industri. Dalam
kebanyakan industri, beberapa perusahaan jauh lebih
menguntungkan dan pada sisi yang lain, terlepas dari
berapa besar profitabilitas rata-rata industri bersangkutan
(Porter, 1988).
Kedua asumsi tersebut tidak dapat dilakukan secara sendiri-
sendiri (parsial) untuk menuntun pilihan Strategi bersaing.
Sebuah perusahaan yang berada dalam industri yang sangat
menarik, mungkin saja tidak memperoleh laba yang menarik
seandainya memilih posisi bersaing yang buruk. Sebaliknya,
sebuah perusahaan dalam posisi bersaing yang bagus sekali,
mungkin berada dalam industri yang sangat buruk, sehingga
tidak akan begitu menguntungkan, dan upaya lebih jauh untuk
meningkatkan posisinya akan kecil manfaatnya (1988).
Kedua asumsi tersebut bersifat dinamis, dimana daya tarik
industri dan posisi bersaing berubah. Dimana industri menjadi
lebih atau kurang menarik sepanjang waktu, dan posisi bersaing
mencerminkan pertempuran tanpa akhir di antara para pesaing.
Bahkan periode stabilitas yang panjang dapat diakhiri secara tiba-
tiba oleh gerakan pesaing.
Baik daya tarik industri maupun posisi bersaing dapat
dibentuk oleh perusahaan, dan inilah yang membuat pilihan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 115
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Strategi bersaing menantang sekaligus menggairahkan.
Walaupun daya tarik industri sebagian merupakan cerminan dari
faktor-faktor yang terhadapnya perusahaan mempunyai sedikit
pengaruh.
Strategi bersaing memiliki kekuatan yang besar untuk
membuat suatu industri lebih atau kurang menarik. Pada saat
yang sama, sebuah perusahaan dapat dengan jelas meningkat-
kan atau merusak posisinya di dalam suatu industri melalui
pemilihan strateginya. Karena itu, Strategi bersaing tidak hanya
mempunyai respons terhadap lingkungan, tetapi juga, berusaha
membentuk lingkungan demi keuntungan perusahaan (Porter,
1988).
Porter (1988) selanjutnya menguraikan lima kekuatan
bersaing yang menentukan daya tarik suatu industri dan sebab-
sebab yang mendasarinya, dan juga bagaimana kekuatan banyak
konsep perencanaan Strategis telah mengabaikan daya tarik
industri dan menekankan pada pengejaran bagian pasar, sering
kali merupakan resep untuk mendapatkan kemenangan dengan
memakan korban terlalu banyak. Pemenang dalam pertempuran
untuk mendapatkan bagian di dalam industri yang tidak menarik
mungkin tidak menguntungkan, dan pertempuran itu sendiri
mungkin menjadikan struktur industri lebih buruk atau merusak
profitabilitas pemenangnya.
Konsep perencanaan lain menghubungkan kebuntuan, atau
ketidakmampuan untuk mapping mendahului pesaing, dengan
laba yang tidak menarik. Sebenarnya, kebuntuan dapat menjadi
cukup menguntungkan di dalam industri yang menarik. Kekuatan
ini berubah sepanjang waktu dan dapat dipengaruhi melalui
Strategi. selanjutnya tiga strategi generik yang dijelaskan Porter
untuk mencapai keunggulan bersaing.
Keunggulan bersaing pada dasarnya berkembang dari nilai
yang mampu diciptakan oleh sebuah perusahaan bagi pembeli-
nya yang melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya. Nilai
116 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
adalah apa yang pembeli bersedia bayar, dan nilai yang unggul
berasal dari tawaran harga yang lebih rendah daripada pesaing
atas manfaat yang sepadan atau memberikan manfaat unik yang
lebih daripada sekadar mengimbangi harga yang lebih tinggi.
Terdapat dua jenis dasar keunggulan bersaing: keunggulan
biaya dan diferensiasi. Porter menjabarkan bagaimana sebuah
perusahaan dapat memperoleh keunggulan biaya atau bagai-
mana perusahaan dapat mendiferensiasikan dirinya; bagaimana
pemilihan cakupan bersaing, atau jajaran aktivitas perusahaan,
dapat memainkan peran yang kuat dalam menentukan
keunggulan bersaing. Pada bagian akhir porter menerjemahkan
konsep-konsep strategi bersaing, menggabungkannya dengan
konsep-konsep di dalam bukunya terdahulu, ke dalam implikasi
keseluruhan untuk Strategi bersaing yang ofensif dan defensif,
termasuk peran ketidakpastian dalam mempengaruhi pilihan
Strategi.
Buku ini tidak hanya membahas strategi bersaing di dalam
industri individual, tetapi juga strategi perusahaan untuk
perusahaan yang terdiversifikasi. Keunggulan bersaing di dalam
satu industri dapat ditingkatkan dengan kuat oleh saling
keterhubungan dengan unit-unit usaha yang bersaing di dalam
industri-industri terkait seandainya saling keterhubungan ini
dapat benar-benar dicapai. Sehingga keterhubungan di antara
unit-unit bisnis merupakan sarana utama yang digunakan oleh
perusahaan yang terdiversifikasi untuk menciptakan nilai.
Dengan demikian, memberikan fondasi yang kokoh untuk
strategi bisnis, merupakan penjabaran bagaimana unit-unit bisnis
saling terhubung, dan dapat diidentifikasi dan diterjemahkan ke
dalam Strategi Bisnis, dan juga bagaimana saling keterhubungan
dapat dicapai dalam praktik walaupun ada tantangan organisasi
dalam banyak perusahaan yang terdiversifikasi untuk
melakukannya. Walaupun penekanan buku Porter dan buku ini
ada kemiripan, namun berbeda dalam hal lainnya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 117
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Meskipun demikian, antara buku ini dengan buku porter atau
penulis lainnya berbeda, namun saling melengkapi dan saling
menguatkan. Penekanan dari Strategy Bersaing adalah pada
struktur industri dan analisis pesaing di berbagai lingkungan
industri, walaupun mengandung banyak implikasi untuk
keunggulan bersaing pada buku Porter, dimulai dengan
mengasumsikan pemahaman akan struktur industri dan perilaku
pesaing, dan dengan penuh keyakinan bagaimana menerjemah-
kan pemahaman itu ke dalam keunggulan bersaing. Namun,
tindakan untuk menciptakan keunggulan bersaing sering memiliki
konsekuensi penting bagi struktur industri dan reaksi bersaing,
dan dengan demikian penulis akan sering mengulang-ulang
bahasan ini ke subjek-subjek tertentu pada bab-bab selanjutnya.
4.4 Pendekatan dalam Strategi Bersaing
Banyak waktu yang terbuang sia-sia ketika mencoba untuk
mendapatkan jawaban yang tepat dan pasti mengenai masalah
strategi. Sering kali hasil yang lebih buruk bukan waktu yang
disia-siakan, tetapi rasa lelah atau tidak sabar di pihak peserta,
membuat mereka menyingkirkan pemikiran strategis yang
dianggap terlalu akademis, menjemukan atau anti tindakan.
Berbagai pandangan tentang pendekatan dalam
mengimplementasikan Strategi bersaing. Salah satu pendekatan
yang umum digunakan, yaitu pendekatan progresif, yang
merupakan titik awal yang sejatinya harus disiapkan secara baik,
tepat dan cepat, serta di kemudian hari akan memutuskan
apakah waktu dan usaha untuk memperbaikinya cukup berharga
dengan mengumpulkan data dan mengetahui analisisnya. Hal ini
sebenarnya adalah dengan cara apa yang digunakan oleh hampir
semua manajer dan tingkah laku orang lain pada umumnya
dalam hidup sehari-hari, dan saya tidak melihat alasan mengapa
pengembangan strategi harus menjadi suatu perkecualian.
118 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Prosedur dalam pendekatan strategi bersaing adalah bagaimana merumuskan pertanyaan-pertanyaan, sebagai berikut (Koch, 2005):
1. Nyatakan dengan sejelas dan setegas mungkin pertanyaan yang ingin dijawab, misal: Masalah Kritis, idenya adalah untuk mengetahui jawaban atas masalah kritis, yang akan memperlihatkan secara tepat apa yang harus dilakukan. Lakukan ini di selembar kertas: yang seharusnya mempunyai tidak lebih dari tujuh masalah kritis (idealnya antara empat dan enam);
2. Kemudian susun, pada selembar kertas bersih yang lain atau di layar, Hipotesisnya mengenai masalah kritis tersebut. Hipotesis mengenai setiap masalah kritis adalah dugaan terbaik mengenai apa jawaban yang diberikan. Di tahap ini penting untuk tidak berteriak dengan lantang apakah benar atau salah;
3. Kuncinya adalah membayangkan bentuk dari suatu jawaban yang mungkin, sehingga ditemukan argumentasi untuk dapat mengubah kerangka hipotesis berdasarkan pada informasi atau pengetahuan yang baru;
4. Sekarang tuliskan pada lembar kertas ketiga informasi yang idealnya diinginkan untuk membantu menyelesaikan setiap masalah kritis. Setelah selesai, ambil lembar lain dan buat dua kolom, dengan judul data paling penting di sisi kiri dan data yang paling mudah didapat di sisi kanan, dan tentukan peringkat informasi yang diinginkan di bawah kedua judul ini. Putuskan sebagai tindakan pertama kelompok informasi mana yang harus dicari: dalam kata lain, kombinasi dari data yang paling penting dan paling mudah dicari. Garisbawahi data yang dibidik untuk dikumpulkan dalam putaran pertama;
5. Putuskan siapa di antara manajer yang perlu dilibatkan dalam proses mengembangkan strategi. Ini harus menyertakan siapa pun yang akan penting dalam melaksanakan strategi baru. Kemudian mintalah mereka semua untuk melakukan langkah-langkah di atas;
6. Kemudian bertemulah dengan rekan-rekan atau cukup menggunakan e-mail untuk membandingkan hasil dan membuat konsensus tiga halaman mengenai Masalah Kritis,
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 119
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Hipotesis, dan Data. Putuskan bagaimana data akan diperoleh, siapa yang harus melakukannya, dan kapan semua akan bertemu lagi untuk mendiskusikan hasilnya;
7. Tinjau data baru, dan renungkan apakah sudah benar-benar jelas apa yang harus dilakukan dengan strategi baru. Bila masih ragu-ragu, atau belum ada (consensus, setujui apa saja butir paling penting yang masih dipersoalkan, dan putuskan data apa yang sebaiknya dikumpulkan dalam putaran kedua untuk membantu menyelesaikan masalah itu. Kemudian putuskan siapa yang harus mengumpulkan data dan kapan diadakan meninjau lagi hasilnya secara kolektif;
8. Lanjutkan proses sampai setuju mengenai jawabannya, atau terdapat konsensus bahwa kemungkinan jawabannya adalah X, dan biaya serta penundaan yang proses pendekatan progresif ini akan memberikan jawaban yang lebih cepat, lebih murah, dan mungkin paling baik daripada metode konvensional, tetapi manfaat utama adalah strategi baru akan diimplementasikan lebih cepat dan lebih efektif. Mengenai beberapa masalah kompleks dan penting mungkin masih perlu menggunakan konsultan, tetapi melakukan di bawah kendali manajer operasional dan jangan izinkan mereka mengambil alih prosesnya. Manajer operasional harus tetap bertanggung jawab, dan harus menjadi pemikir utama.
4.4.1 Pendekatan Klasik
Pada Konsep konvensional strategi disusun guna menempatkan posisi sumber daya (kekuatan dan kelemahan) yang dimiliki perusahaan, sumber daya sebagai masukan (input) dan produk (output) dapat dianggap sebagai dua sisi mata uang, dimana posisi pasar untuk produk unggul ditentukan oleh kepemilikan sumber daya yang langka dan spesifik. Argumen logiknya, yaitu (Ghemawat, 2002): Kemampuan mendapatkan sumber daya tertentu dapat
tergantung dari keunikan, kondisi historis yang tidak dapat diciptakan oleh pesaing;
120 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Hubungan antara sumber daya yang dimiliki perusahaan
dan keunggulan bersaing secara berkesinambungan yang
tidak dipahami dengan baik;
Sumber daya yang berperan besar dalam tercapainya
keunggulan daya saing mungkin kompleks secara sosial dan
di luar kemampuan perusahaan untuk secara sistematis
mengelola dan mempengaruhinya.
Suatu argumen yang realistis bahwa suatu perusahaan secara terus menerus mampu mengungguli perusahaan lainnya ketika perusahaan mampu mengimplementasikan Resource-Based View/RBV (Peteraf, 1993). RBV dimaksudkan sebagai pendekatan baru dalam formulasi strategic management, dan dalam merupakan upaya membangun keunggulan bersaing yang merupakan hasil (resultant) dari hubungan antara keaneka-ragaman, batas expost untuk bersaing, mobilitas yang tidak sempurna, dan exante limits untuk bersiang.
Dalam teori RBV membahas tentang sumber daya kemampuan internal perusahaan dan kaitannya dengan pengambilan keputusan strategis. RBV menjelaskan strategi yang diterapkan dengan sumber daya yang optimal akan berpengaruh terhadap hasil produksi dan proses bersaing yang berkelanjutan. Faktor internal perusahaan merupakan sumber daya yang strategis untuk bersaing. Selain itu RBV merupakan teori dasar dalam perekonomian, selain orientasi isi dan formulasi strategi.
Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumberdaya dan kemampuan (Penrose, 1959; Wenerfelt, 1984). Asumsi yang mendasari RBV, yaitu: perusahaan bersaing berdasarkan sumber daya dan kemampuan.
Dalam hal ini sumber daya dan kemampuan suatu perusahaan dengan perusahaan lain terletak pada perbedaan dalam memberikan keuntungan bersaing (Peteraf, 1993). Hal ini dapat dilihat dari:
Perbedaan sumber daya berwujud, tidak berwujud dan sumber daya manusia (Grant, 2002).
Apa yang dapat dilakukan perusahaan dengan sumber daya yang dimiliki (Amit dan Schoemaker, 1993).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 121
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Tingkat dinamika kemampuan (capability dynamic) perusahaan (Teece, Pisano dan Shuen, 1997).
Kemampuan perusahaan menciptakan, mempertahankan, dan/atau mengubah kemampuan perusahaan lain (Winter, 2003).
Dalam teori RBV menunjukkan bahwa strategi dengan alokasi sumber daya terhadap kebutuhan pasar pada saat kemampuan perusahaan pesaing tidak memadai, akan memberikan hasil yang efektif bagi perusahaan. Sumber daya dan kemampuan perusahaan hal penting dalam strategi bersiang. Hal ini cukup beralasan mengingat sumber daya bernilai dapat mempengaruhi berbagai bisnis yang dilakukan perusahaan merupakan hal penting dalam strategi pada tingkat korporasi (Montgomery, 1997).
Selanjutnya hasil penelitian Montgomery dan Wernerfelt (1988) menunjukkan bahwa pada tingkat korporasi aset strategis berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Pengaruhnya tidak hanya pada karakteristik sumber daya, tetapi juga pada mekanisme komunikasi dan koordinasi perusahaan. Faktor ini memungkinkan perusahaan mengembangkan aset strategis hingga pada kegiatan usahanya. Kinerja suatu perusahaan bergantung pada konsistensi internal dalam hal sumberdaya, usaha, dan mekanisme organisasi, dimana struktur, sistem dan proses termasuk di dalamnya.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan Montgomery dan Hariharan (1991) mengungkap bahwa dalam implementasi strategi korporasi sumber daya dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Misalnya pada aset strategis dapat mengurangi masuknya perusahaan ke dalam pasar baru dan dapat mengarahkan perusahaan pada strategi akuisisi dan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan investasi.
Hasil penelitian Wernerfelt (1984) juga memperlihatkan bahwa keberhasilan pertumbuhan dan keberlangsungan perusahaan, akan bergantung pada pengembangan sumber daya baru sama seperti mengeksploitasi sumber daya yang lama. Hal ini juga terjadi pada perubahan kondisi eksternal.
122 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Dengan demikian, RBV sangat konsen pada pembelajaran organisasi, akumulasi pengetahuan, kemampuan pengembang-an, dan proses perubahan asosiasi (Helfat, 2000). Selanjutnya dinamika RBV memberikan perhatian pada hubungan hal-hal tersebut (Helfat dan Peteraf, 2003).
Satu sisi pada RBV dengan hubungan sinergi pada model RAP berfokus pada sumber daya manajerial, yang disebut sebagai ‘pimpinan yang memiliki keahlian dan kemampuan’ (Castanias dan Helfat, 2001). Di sisi yang lain memandang manajemen puncak perusahaan sebagai sumber daya penting dalam mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan dari para pesaingnya (Castanias dan Helfat, 1991). Kemampuan manajerial manajer puncak, termasuk kemampuan dalam memimpin perusahaan akan berbeda seiring terjadinya perubahan waktu (Adner dan Helfat, 2003). Manajer puncak dengan kemampuan yang tinggi dapat menghasilkan keuntungan finansial yang besar baik bagi perusahaannya maupun bagi dirinya sendiri.
Permasalahannya sederhana, yaitu: strategi pada tingkat bisnis harus konsisten dengan strategi tingkat korporasi agar perusahaan terus berkembang (Collis dan Montgomery, 1997). Pertalian korporasi merupakan aspek yang penting dalam strategi korporasi. Artinya, terdapat peran lain bagi manajemen puncak, yaitu: memastikan strategi tingkat bisnis dan korporasi sesuai.
Dengan demikian, manajemen puncak tidak akan membiarkan suatu unit bisnis berdiri atau membuat penambahan sendiri yang dapat merubah arah perusahaan (Collis dan Johnson, 1994).
Pada perusahaan yang melakukan diferensiasi, terdapat peranan manajemen puncak dalam merancang strategi yang dapat bermain secara unik. RBV pada strategi korporasi memperjelas hal tersebut (Collis dan Montgomery, 1997).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 123
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
4.5 Tahapan Strategi Pengelolaan strategi dalam suatu organisasi (perusahaan)
dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Perumusan strategi, 2. Implementasi strategi, dan 3. Evaluasi strategi.
Gambar 4.1 Tahapan Strategi
1. Perumusan Strategi
Perumusan strategi, merupakan keputusan yang dapat dilakukan guna mengikat suatu organisasi pada produk, pasar, sumber daya, dan teknologi spesifik selama periode waktu tertentu. Perumusan strategi termasuk memutuskan bisnis baru apa yang perlu dimasuki, bisnis apa yang harus dihentikan, bagaimana mengalokasikan sumberdaya, apakah memperluas operasi atau diversifikasi, apakah akan memasuki pasar
Typ
e St
rate
gy
Mo
nit
ori
ng
Stra
tegy
Strategy Genaration
& Analysis
Visi & Misi Analysis
Strategy Implementa
tion
Strategy Execution
The External
Audit
The Internal
Audit
Strategy Evaluation
Strategy Implementation
Strategy Formulation
124 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
internasional, apakah akan melakukan merjer atau membentuk usaha patungan, dan bagaimana menghindari pengambilalihan perusahaan pesaing.
2. Implementasi Strategi
Implementasi strategi suatu tindakan dalam menentukan salah satu alternatif dari sekian alternatif strategi dari hasil mapping dalam merumuskan strategi. Pada tahap implementasi strategi merupakan tindakan bagaimana mengelola suatu strategi yang terpilih. Tindakan tersebut bermakna mengimplemen-tasikan, mengarahkan atau menggerakkan seluruh civitas perusahaan seperti manajer dan karyawan guna menerapkan strategi yang telah diinformasikan ke dalam sebuah tindakan nyata. Strategi implementasi memiliki tiga tindakan dasar, yaitu: membuat tujuan tahunan, membuat kebijakan dan mengalokasikan sumberdaya.
3. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap terakhir dalam mengelola strategi. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa yang akan datang, sebab faktor eksternal dan internal selalu berubah. Dalam evaluasi strategi terdapat tiga tindakan dasar, yaitu: melihat kembali faktor-faktor internal dan eksternal untuk dasar penerapan strategi saat ini, mengukur kinerja perusahaan mengambil tindakan koreksi. Evaluasi strategi dibutuhkan karena keberhasilan saat ini, belum tentu akan menjadi jaminan untuk keberhasilan selanjutnya.
4.6 Lingkungan Entitas Bisnis Persaingan di antara perusahaan cenderung meningkat jika
jumlah pesaing bertambah, karena (Porter, 1988; David & David, 2015; Thomson, et., al., 2016):
1. Perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan;
2. Permintaan produk industri menurun, 3. Potongan harga menjadi biasa.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 125
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil jika strategi itu menunjukkan keunggulan bersaing bagi perusahaan terhadap strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaingnya.
Ancaman masuknya pesaing baru bagi entitas bisnis, akan menyebabkan perusahaan perlu menindaklanjuti hasil evaluasi strategi yang telah diimplementasikan, karena perusahaan yang baru datang (masuk) sering kali masuk ke dalam entitas bisnis dengan produk yang berkualitas tinggi, harga lebih rendah dan sumber pemasaran yang luar biasa (Porter, 1988; David & David, 2015; Thomson, et., al., 2016). Tidak ada cara menghambat masuknya pesaing baru tersebut, karena terdapat persaingan sempurna di dalam pasar, namun perusahaan dapat mengelola keperluan untuk memperoleh skala ekonomi dengan cepat, keperluan pelanggan yang kuat, pilihan mereka yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses ke bahan baku, kepemilikan paten, lokasi yang tidak menguntungkan, serangan balik oleh perusahaan yang bertahan, dan kejenuhan potensial pasar.
Ancaman potensial produk substitusi, karena produk pengganti menempatkan batas atas dari harga yang dapat ditetapkan sebelum konsumen akan pindah ke produk pengganti Kekuatan persaingan dari produk pengganti paling baik diukur dengan pangsa pasar yang direbut oleh produk tersebut, di samping rencana perusahaan itu meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar (Porter, 1988; David & David, 2015; Thomson, et., al., 2016).
Kekuatan menawar dari pemasok, akan menjadi ancaman, karena demi kepentingan pemasok dan produsen untuk saling membantu dengan harga yang wajar, mutu yang diperbaiki, pengembangan pelayanan baru, penyerahan barang, tepat waktu dan mengurangi biaya persediaan jadi meningkatkan kemampuan meraih laba jangka panjang bagi semua pihak yang terkait (Porter, 1988; David & David, 2015; Thomson, et., al., 2016). Perusahaan biasanya dapat melakukan negosiasi persyaratan yang lebih baik menguntungkan dengan pemasok
126 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
kalau integrasi ke belakang strategi merupakan strategi yang banyak dipakai diantara perusahaan pesaing dalam industri.
Kekuatan menawar dari konsumen, juga akan menjadi ancaman bagi entitas bisnis, karena kekuatan menawar konsumen lebih besar jika produk yang dibeli standar atau tidak berbeda. Perusahaan pesaing mungkin menawarkan garansi lebih panjang atau pelayanan khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan jika kekuatan menawar dari konsumen luar biasa (Porter, 1988; David & David, 2015; Thomson, et., al., 2016). Konsumen sering dapat melakukan negosiasi harga jual, jaminan, dan asesoris kemasan sampai tingkat tertentu.
4.7 Level Strategi
Penggunaan Strategi paling baik terjadi pada tingkat Unit Bisnis. Sedangkan penggunaan paling kreatif, tetapi juga paling berbahaya terjadi pada Pusat Korporasi. Berikut ini penjelasan mengenai strategi ditingkat unit Bisnis dan pada strategi tingkat corporate.
Gambar 4.2 Level Strategi
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 127
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
1. Strategi Operasional Strategi operasional dimaksudkan sebagai suatu strategi
operasi yang harus berpedoman pada strategi fungsi dalam strategi bisnis agar dapat menghasilkan suatu pola yang konsisten, runut, sistematis, dan terkendali dalam membuat keputusan operasi dan/atau produksi, yang dikoordinasi oleh: a. Manajer perencana b. Manajer Penjualan c. Manajer Produksi dan/atau Operasi
Faktor yang dapat memicu perlunya strategi operasi, sebut saja misalnya: adanya dorongan dan/atau keinginan untuk menekan biaya operasi dan meningkatkan kualitas produk, melemahnya bargaining position dalam menghadapi supplier bahan baku, suku cadang/komponen, pesaing semakin kuat dalam penguasaan pangsa pasar produk yang sama, ketiadaan/kelangkaan tenaga profesional untuk bidang keahlian tertentu dalam menciptakan kemampuan khusus.
Dengan demikian, strategi operasi merupakan fungsi yang menentukan arah atau dorongan secara keseluruhan untuk pengambilan keputusan di tingkat manager bawah (lower manager). 2. Strategi Fungsi
Strategi fungsional dapat dimaknai sebagai strategi yang lebih bersifat teknis yang merupakan rumusan arahan dan pedoman dan operasional. Strategi fungsi tentu saja tergantung besar kecilnya suatu perusahaan, sebut saja, misalnya:
1. Strategi produksi, strategi ini untuk menetapkan apa yang menjadi produk unggulan, produk kompetitif, produk baru, sesuai dengan kompetensi pokok dan core business yang dimiliki (Stark, 2007; Backer dan Hart, 2007; David & David, 2015).
2. Strategi pemasaran, strategi ini untuk menetapkan pasar mana yang akan dilayani/dipenuhi, kondisi pasar yang bagaimana yang akan diinginkan, dan lain sebagainya. Hal ini sangat tergantung pada segmentation, positioning, targeting dan diferensiasi (Walker dan Mullins, 2011;
128 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Kotler dan Armstrong, 2014; Kotler, Keller, dan Manceau, 2015)
3. Strategi promosi, strategi ini merupakan kelanjutan dari pemasaran dan produksi, dimana promosi apa yang hendak diluncurkan, media apa yang akan digunakan untuk promosi dan sebagainya (Kotler & Armstrong, 2014; Kotler, Keller, Mancau, 2015).
4. Strategi keuangan, dimana berkaitan dengan pendanaan serta ketersediaan dana baik untuk produksi, pemasaran dan bagian fungsional lainnya. Dari mana dana tersebut didapat dan bagaimana penggunaannya (Bender dan Ward, 2009; Ogilvie, 2009; Priester dan Wang, 2010).
5. Strategi sumber daya manusia (SDM), merupakan strategi yang penting dan harus mencakup seluruh fungsi manajemen. Pemilihan SDM yang tepat dan berkompeten pada bidang yang tepat sangatlah diperlukan (Walker, 1992; Martochio, 2010; Armstrong, 2010; Mello, 2015).
6. Strategi fungsional lainnya, ini berkaitan dengan pihak luar seperti supplier, konsultan, agen dan lain sebagainya dengan memperhatikan transparansi, kejujuran, dan keterbukaan (Solomon, 2007; Wheelen et.,al., 2015; Ireland, Hoskisson, dan Hitt, 2017).
3. Strategi Unit Bisnis
Penggunaan pengetahuan strategi paling berharga adalah untuk para manajer yang menjalankan bisnis dengan batas-batas yang jelas. Karena, strategi dapat: a. Membantu dalam menetapkan bagian-bagian berbeda dari
bisnis yang ditekuni, tempat harus melakukan hal-hal berbeda, supaya sukses;
b. Menunjukkan secara rinci di mana laba akan diperoleh yang paling besar dan uang tunai;
c. Memahami perspektif pelanggan dan mengapa mereka membeli dari perusahaan kita atau dari pesaing;
d. Memberi petunjuk di mana kita sebaiknya memusatkan sebagian besar usaha dan penggunaan uang (investasi) kita;
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 129
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
e. Menghitung sejauh mana kemungkinan peluang perbaikan laba, dari mengubah bauran produk/pelanggan, harga, dan/atau menurunkan biaya;
f. Membantu memahami mengapa kita sukses atau tidak sukses pada bidang dan inisiatif tertentu;
g. Menunjukkan kalau ada keterampilan yang kurang; h. Mengenali bisnis atau lini produk yang sebaiknya tidak
dilanjutkan atau dijual; i. Menunjukkan pelanggan mana yang sebaiknya paling
dipelihara dan cara membina loyalitas mereka; j. Mengenali apakah tepat untuk melakukan akuisisi, dan, bila
demikian, seperti apa; k. Menunjukkan pentingnya dan cara paling tepat untuk
memperluas usaha secara internasional; l. Mengembangkan budaya perusahaan dan kompetensi
sehingga perusahaan dapat lebih sukses daripada pesaing dalam memenuhi keperluan pelanggan yang paling penting;
m. Memperbaiki kinerja unit bisnisnya dengan pengendalian keuangan ketat berdasarkan pada metodologi yang konsisten diterapkan di seluruh perusahaan. Unit bisnis meliputi, beberapa level tergantung besar-kecil
struktur organisasi, sempit-luasnya pangsa pasar, dan strategi yang diterapkan. Pada tingkat unit bisnis, para peneliti telah meneliti hubungan antara sumber daya dan keberlangsungan keunggulan kompetitif (Dierick dan Cool, 1989; Barney, 1991; dan Peteraf, 1993). Fokus Resource-Based View (RBV), yaitu apa yang dapat membuat sumber daya menjadi superior dan mengapa para pesaing tidak bisa mendapatkan, menciptakan atau meniru sumber daya yang lebih baik dengan mudah. Tentu jawabannya adalah karakteristik sumber daya dan kemampuan yang disebut sebagai ’aset strategis’ (Amit dan Schoemaker, 1993). Aset strategis dimaksud misalnya: budaya perusahaan yang secara sosial kompleks, bersifat statis dan menyebabkan kebiasaan telah menjadi perhatian.
Struktur divisi atau struktur terdesentralisasi adalah jenis kedua yang paling umum digunakan oleh bisnis di A.S. Sebagai sebuah organisasi akan kecil tumbuh, ia akan memiliki lebih
130 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
banyak kesulitan dalam mengelola berbagai produk dan layanan di pasar yang berbeda. Beberapa bentuk struktur divisi umumnya menjadi penting untuk memotivasi karyawan, mengendalikan operasi, dan bersaing dengan sukses dalam beragam hal. Struktur divisi dapat diatur dalam satu dari empat cara, yaitu (David & David, 2015): Berdasarkan wilayah geografis, oleh produk atau layanan, oleh pelanggan, atau oleh proses.
Dengan struktur divisi, aktivitas fungsional dilakukan secara terpusat dan di setiap divisi terpisah. Sun Microsystems baru-baru ini mengurangi jumlah unit bisnisnya dari tujuh menjadi empat. Kodak baru-baru ini mengurangi jumlah unit bisnisnya dari tujuh divisi pelanggan menjadi lima divisi produk. Karena pola konsumsi menjadi semakin serupa di seluruh dunia, struktur produk sampingan menjadi lebih efektif daripada struktur divisi menurut pelanggan atau oleh tipe geografis. Dalam restrukturisasi tersebut, Kodak menghapus divisi operasi globalnya dan membagikan tanggung jawab tersebut ke seluruh divisi produk sampingan baru. struktur divisi memiliki beberapa keuntungan yang jelas.
Pertama dan mungkin yang terpenting, akuntabilitas jelas. Artinya, manajer divisi dapat dianggap bertanggung jawab atas tingkat penjualan dan keuntungan. Karena struktur divisi didasarkan pada delegasi otoritas yang luas, manajer dan karyawan dapat dengan mudah melihat hasil pertunjukan baik atau buruk mereka. Akibatnya, semangat kerja karyawan lebih tinggi dalam struktur divisi daripada struktur terpusat. Keunggulan lain dari disain divisi adalah menciptakan peluang pengembangan karir bagi para manajer, memungkinkan kontrol situasi lokal, mengarah pada iklim persaingan dalam sebuah organisasi, dan memungkinkan bisnis dan produk baru ditambahkan dengan mudah. Desain divisi bukan tanpa batasan. Mungkin keterbatasan yang paling penting adalah struktur divisi sangat mahal, karena sejumlah alasan. Pertama, setiap divisi membutuhkan spesialis fungsional yang harus dibayar. Kedua, ada beberapa duplikasi staf.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 131
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
4. Strategi Pusat Korporasi Perusahaan multibisnis, dapat juga menerapkan konsep
strategi guna membangun keunggulan korporasi yang meliputi dan di atas keunggulan bersaing yang disusun oleh setiap strategi unit bisnis. Akan tetapi, ini adalah aspirasi ambisius dan jarang dapat dicapai. Penggunaan strategi yang lebih realistis adalah menghindari situasi umum di mana Pusat Korporate secara kurang hati-hati menghancurkan nilai lewat strategi korporasi yang tidak tepat. Keadaan ini kemungkinan besar terjadi karena sejak tahun 1960, di Barat konsep Strategi Korporasi lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Mereka mendorong Pusat dari organisasi besar melakukan lebih banyak dari pada yang akan diusahakan tanpa dorongan tadi.
Sebagian besar, walaupun tidak semua, Pusat korporasi akhirnya menghancurkan lebih banyak nilai daripada yang diciptakannya. Strategi Pusat Korporasi adalah kotak alat berbahaya yang perlu ditangani dengan amat hati-hati, seperti yang ditekankan di Bagian Dua dari Pedoman ini.
Bila digunakan secara tepat, Strategi Pusat Korporasi dapat memberikan sejumlah manfaat, walaupun menyadari memerlu-kan pendekatan yang konsisten dan selektif. Konsekuensinya, kita harus bekerja keras mencari manfaat yang paling penting, dan menyesuaikan Strategi Pusat Korporasi.
Manfaat potensial dari Strategi Pusat Korporasi (banyak di antaranya tidak dapat diperoleh bersama-sama) termasuk:
1. Mengidentifikasi penangkal jangka pendek dan jangka panjang untuk perusahaan yang mengalami krisis keuangan;
2. Menunjukkan kapan sebuah perusahaan berada di persimpangan jalan, dan jalan mana yang harus diambil;
3. Menemukan bisnis yang tepat untuk diakuisisi yang akan meningkatkan kekayaan para pemegang saham;
4. Menyediakan sistem untuk akuisisi terpadu yang sukses dan memperbaiki kinerja;
5. Menonjolkan bisnis mana yang mempunyai nilai paling besar, mana yang seharusnya dikembangkan dan mendapat tambahan investasi, dan mana yang sebaiknya dijual atau ditutup.
132 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Bila digunakan secara tidak tepat, Strategi Pusat Korporasi dapat menghapus sejumlah besar nilai, bahkan menyebabkan perusahaan kehilangan sifat kemandiriannya atau bangkrut. Kekurangan paling umum dari Strategi Pusat korporasi dapat termasuk:
a. Menghancurkan motivasi dan rasa tanggung jawab pribadi untuk sukses yang dirasakan oleh manajer unit bisnis;
b. Menambah biaya kerumitan perusahaan, dan menciptakan birokrat kacau balau yang membatasi dan memperlambat tanggapan kepada pelanggan;
c. Mengambil Dana (uang) dari bisnis inti yang sukses untuk mendanai diversifikasi yang tidak bijaksana;
d. Membayar terlalu banyak untuk membeli bisnis yang baik; e. Membayar dalam jumlah yang tidak masuk akal untuk
bisnis yang buruk, mengikis nilai; f. Memilih bisnis yang keliru untuk investasi; g. Mendorong jenis investasi yang salah; h. Membatasi dana untuk investasi dengan membayar
terlalu besar kepada pemegang saham atau meng-akumulasikan uang dengan mematok persyaratan pengembalian atas investasi harus tinggi;
i. Mengambil risiko terlalu besar atau terlalu kecil.
Tidak ada gunanya sekelompok orang menyusun rencana, membuat rekomendasi, dan memonitor implementasi mereka oleh sekelompok orang yang lain. Kehidupan di dunia tidak seperti itu. Strategi baru harus disesuaikan pada hubungan kehidupan nyata antara orang (karyawan, pelanggan, pemasok, dan seterusnya), berangsur-angsur diperkenalkan dan dicangkokkan dan dicangkokkan ulang ketika keadaan berubah dan keabsahan dari asumsi yang mendasari telah diuji, dibuktikan, atau dibuktikan keliru. Ini hanya mungkin berfungsi bila orang yang mengejar strategi baru bukan hanya memahami dan memercayainya, tetapi juga mempunyai wewenang dan percaya di dalam mengembangkan dan/atau membuang bagian-
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 133
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
bagiannya ketika roda kehidupan komersial mengalami
perubahan.
Fakta menyedihkan adalah bahwa pengembangan strategi jarang dilakukan oleh orang yang tepat. Buku ini merupakan usaha untuk meluruskannya. Strategi Unit Bisnis seharusnya dikembangkan oleh manajer operasional di setup Unit Bisnis Strategis (Strategic Business Unit atau SBU). Strategi Pusat Korporasi seharusnya disusun oleh pemimpin, presiden direktur, dan beberapa rekan dekat, tetapi harus dipengaruhi, diperiksa, dan disetujui oleh manajer unit bisnis terbaik dari semua bagian.
Penyelesaian terbaik kedua yang sering berhasil, adalah perusahaan mempunyai hubungan jangka panjang dengan konsultan strategi. Konsultan perusahaan mengembangkan strategi baru dan secara aktif terlibat dalam implementasinya, berangsur-angsur mengurangi perannya (kadang-kadang, amat bertahap) ketika manajer operasional semakin lama merasa semakin percaya pada keterampilan diri mengendalikan strategi dan kemampuan menyesuaikannya.
Metode ini amat mahal, tetapi alasan itu dapat dibenarkan oleh konsultan karena laba yang akan diraih pada umumnya beberapa kali lipat upah mereka biasanya laba tahunan meningkat 5-20 kali upah total). Apa yang tidak dikatakan oleh konsultan adalah bahwa semua manfaat ini, dan lebih banyak lagi sering dapat diraih bila manajer operasional mampu mengem-bangkan strategi sendiri. Hampir semua orang menganggap hal ini mustahil.
134 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
BAB V TEKNIK ANALISIS
STRATEGI BERSAING
Persaingan dapat dimaknai sebagai bentuk usaha yang
dilakukan suatu organisasi (perusahaan) supaya dapat unggul
atau berada pada posisi yang lebih baik dibanding dari
perusahaan lain khususnya pesaing utamanya, tanpa harus
terjadi benturan fisik atau konflik. Persaingan (kompetisi) dalam
suatu organisasi sejenis (asosiasi/komunitas) dapat dikelom-
pokkan menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Persaingan yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri
(intraspesifik).
2. Persaingan yang berasal dari luar organisasi tersebut
(ekstraspesifik).
Proses persaingan merupakan bagian dari filosofi tumbuh
kembangnya suatu organisasi dalam lingkungan tertentu, karena
kebijakan yang dibuat merupakan strategi yang dianut dalam
persaingan dan merupakan arah seleksi organisasi yang
menentukan keberhasilan organisasi tersebut dalam
mempertahankan suatu tingkat kedekatan organisasi tertentu
dalam lingkungan hidupnya.
Sehingga pengertian mengenai persaingan seperti yang
diungkapkan oleh Kotler dan Porter. Persaingan dalam konteks
pemasaran adalah keadaan dimana perusahaan pada pasar
produk atau jasa tertentu akan memperlihatkan keunggulannya
masing-masing, dengan atau tanpa terikat peraturan tertentu
dalam rangka meraih pelanggannya (Kotler & Keller, 2012).
Selanjutnya persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok
pesaing yang tidak hanya pada produk atau jasa sejenis, dapat
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 135
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
pada produk atau jasa substitusi maupun persaingan pada hulu
dan hilir (Porter, 1988).
Dalam konteks persaingan bisnis dikenal dengan dinamika
persaingan yang berarti perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap persaingan yang terjadi pada perusahaan dalam
memperebutkan pelanggan pada periode-periode tertentu. Guna
mendapatkan keunggulan dalam bersaing, sejatinya setiap
perusahaan perlu memperhatikan dinamika yang terjadi agar
mereka dapat mengikuti persaingan, supaya tidak mengalami
kekalahan dalam arena kompetisi tersebut.
Terminologi persaingan adalah suatu konsep yang kerap
digunakan dalam ilmu ekonomi dan bisnis guna memahami
bagaimana pembentukan harga pasar dan keputusan penetapan
harga oleh suatu perusahaan atau penjual. Pengertian
persaingan mengalami perubahan sejalan dengan aplikasi ilmu
ekonomi dan bisnis oleh pelaku bisnis (perusahaan atau penjual).
Makna dari persaingan, seperti yang dijelaskan pada teori
klasik, yaitu struktur pasar (market structure) khususnya pasar
persaingan sempurna untuk produk identik (homogen) yang
melibatkan banyak penjual dan banyak pembeli.
Aplikasi struktur pasar persaingan sempurna merupakan
struktur pasar persaingan (competitive market structure) yang
memiliki kinerja pasar, yaitu biaya murah (lower costs) dan harga
rendah (lower prices).
Dalam konteks ekonomi, persaingan dapat dibedakan
menjadi beberapa istilah, yaitu:
1. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna dimaknai sebagai pasar dengan
jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak, sehingga tidak
ada satu pun penjual atau pembeli yang bisa mempengaruhi
harga. Dalam pasar persaingan sempurna jumlah perusahaan
sangat banyak dan kemampuan setiap perusahaan dianggap
136 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
sedemikian kecilnya, sehingga tidak mampu mempengaruhi
pasar (McCosh & Earl, 1979; Mikdashi, 1993; Baye, 2010).
Ciri-ciri Pasar Persaingan Sempurna, yaitu (Baye, 2010):
a. Terdapat banyak sekali penjual (perusahaan) dan
pembeli.
b. Produk-produk homogen (persis sama).
c. Bebas keluar masuk pasar.
d. Penjual dan pembeli mengetahui kondisi pasar secara
sempurna.
e. Faktor-faktor produksi bergerak bebas.
f. Tidak ada campur tangan pemerintah
2. Persaingan Pasar Tidak Sempurna
Persaingan pasar tidak sempurna adalah suatu pasar di mana
seorang penjual mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
harga pasar, karena jumlah barang yang ditawarkan cukup besar.
Memungkinkan penjualan tersebut dapat mempengaruhi harga
pasar (Mikdashi, 1993; Baye, 2010).
Ciri- ciri persaingan pasar tidak sempurna (Mikdashi, 1993;
Baye, 2010):
a. Terdapat sedikit penjual banyak pembeli atau sebaliknya
b. Masing-masing penjual dapat bersatu untuk menguasai
pasar
c. Pembeli tidak bebas untuk menentukan pilihannya,
karena sedikitnya penjual yang ada di pasar
d. Barang yang diperdagangkan homogen.
Perkembangan berikutnya persaingan pasar tidak sempurna
dibedakan, sebagai berikut (McCosh & Earl, 1979; Mikdashi,
1993; Baye, 2010):
a. Pasar Monopoli
Suatu keadaan pasar di mana hanya ada satu kekuatan atau
satu penjual yang dapat menguasai seluruh penawaran, sehingga
tidak ada pihak lain yang menyainginya atau terdapat pure
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 137
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
monopoly (Camberlin dan Robinson, 1930; McCosh & Earl .1979;
Mikdashi, 1993; Baye, 2010).
Contoh:
Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara,
Perusahaan Minyak Bumi yang dikuasai oleh Negara,
Perusahaan Gas Alam yang dikuasai oleh Negara.
Ciri- ciri pasar monopoli McCosh & Earl, 1979; Mikdashi,
1993; Baye, 2010):
1) Di dalam pasar hanya terdapat satu penjual;
2) Jenis barang yang diproduksi tidak ada barang penggantinya
(no substitutes) yang mirip;
3) Terdapat hambatan atau rintangan (barriers) bagi
perusahaan baru yang akan masuk ke dalam pasar
monopoli.
4) Penjual ini tidak memengaruhi harga serta output dari
produk lain yang dijual dalam perekonomian.
b. Pasar Oligopoli
Suatu keadaan pasar di mana terdapat beberapa produsen
atau penjual menguasai penawaran, baik secara independen
(sendiri-sendiri) maupun secara diam-diam bekerja sama McCosh
& Earl, 1979; Mikdashi, 1993; Baye, 2010).
Contoh:
Pasar bagi Perusahaan Industri Motor,
Pasar bagi Industri Baja,
Industri Rokok, dan
Industri Sabun Mandi.
Ciri-Ciri pasar oligopoli (McCosh & Earl, 1979; Mikdashi,
1993; Baye, 2010:
138 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
1) Terdapat sedikit penjual (3 sampai dengan 10) yang menjual
produk substitusi, artinya yang mempunyai kurva permintaan
dengan elastisitas silang (cross elasticity of demand) yang
tinggi.
2) Terdapat rintangan untuk memasuki industri oligopoli. Hal ini
karena perusahaan yang ada dalam pasar hanya sedikit.
3) Keputusan harga yang diambil oleh suatu perusahaan harus
dipertimbangkan oleh perusahaan yang lain dalam industri.
c. Pasar Persaingan Monopolistik
Pasar yang terjadi bila dalam suatu pasar terdapat banyak
produsen, tetapi ada diferensiasi produk (perbedaan merk,
bungkus, dan sebagainya) di antara produk-produk yang
dihasilkan oleh masing-masing produsen. Jadi, model pasar
persaingan monopolistik pada dasarnya sama dengan model
pasar persaingan sempurna, hanya saja dalam pasar monopolistik
diperkenalkan adanya diferensiasi produk, sehingga produk yang
dijual bersifat heterogen (beragam).
Pasar persaingan monopolistik merupakan suatu bentuk
interaksi antara permintaan dengan penawaran ketika terdapat
sejumlah besar penjual yang menawarkan barang yang serupa
tapi tak sama, karena masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Pada hakikatnya pasar persaingan monopolistik berada
di antara dua jenis pasar yang ekstrim, yaitu pasar persaingan
sempurna dan pasar monopoli (McCosh & Earl, 1979; Mikdashi,
1993; Baye, 2010).
Karena itu, sifatnya mengandung unsur pasar persaingan
sempurna dan monopoli. Bentuk pasar ini pertama kali
diperkenalkan oleh ekonom Amerika Serikat Edward Chamberlin
dan Joan Violet Robinson pada 1930-an. Bentuk pasar ini timbul
karena adanya ketidakpuasan terhadap model pasar persaingan
sempurna yang anggapan dasarnya kurang realistis (McCosh &
Earl, 1979; Mikdashi, 1993; Baye, 2010).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 139
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Jika dilihat dari struktur pasarnya, kebanyakan perusahaan
termasuk ke dalam kategori pasar persaingan monopolistik. Pasar
persaingan monopolistik menyerupai pasar persaingan sempurna
dalam beberapa hal. Namun, ada beberapa ciri atau karakteristik
mendasar yang membedakannya.
Diferensiasi produk dimaknai/ditentukan secara riil dua
barang yang tidak berbeda, namun dapat dianggap berbeda oleh
konsumen. Pasar ini juga mengakui adanya kekuasaan monopoli
tertentu yang timbul dari penggunaan merk dan tanda dagang
yang berbeda. Karena itu, kurva permintaannya mempunyai
kemiringan negatif.
Contoh:
Rumah makan (Restaurant),
Tukang cukur, dan
Perusahaan angkutan.
Berikut ini karakteristik dari pasar persaingan monopolistik,
yaitu:
Terdapat banyak penjual atau produsen
Adanya diferensiasi produk.
Produsen dapat mempengaruhi harga
Produsen dapat keluar masuk pasar
Promosi penjualan harus aktif
Terdapat beberapa strategi persaingan yang bisa digunakan
dalam melakukan persaingan dengan para pesaingnya, supaya
dapat tetap berada dalam jalur persaingan dan tetap melakukan
produksi.
Cara-cara atau metode strategi tersebut, antara lain:
1. Strategi-strategi persaingan: menarik, mempertahankan, dan
menumbuhkan pelanggan agar supaya berhasil dalam
persaingan perusahaan harus bergerak dari; filosofi produk
dan penjualan (product and selling philosophy) menuju
140 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
filosofi pelanggan dan pemasaran (customer and marketing
philosophy).
2. Pemasaran relational dengan pelanggan (customer
relationship marketing) Pemasaran relational (marketing
relationship) merupakan proses membentuk, mempertahan-
kan, dan meningkatkan relasi yang kuat, yang penuh nilai
dengan para pelanggan dan para pemegang saham.
Kehilangan satu pelanggan berarti kehilangan keseluruhan
arus pembelian yang akan dilakukan oleh pelanggan tersebut
selama dia menjadi pelanggan.
Guna menerapkan strategi tersebut agar berhasil, terdapat
cara-cara yang dapat ditempuh, supaya persaingan dapat
berjalan lancar seperti membangun hubungan jangka panjang,
yaitu: penciptaan nilai (value creation) dan kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) yang unggul. Pelanggan yang puas akan
cenderung berusaha secara optimal meningkatkan pangsa
perusahaan yang lebih optimal (McCosh & Earl, 1979; Mikdashi,
1993; Baye, 2010).
Unsur-unsur penting dalam membentuk relasi, yaitu:
1. Nilai Pelanggan (customer value)
2. Kepuasan Pelanggan (customer satisfaction)
3. Kesetiaan pelanggan dan usaha mempertahankan
pelanggan.
4. Meningkatkan “Pangsa Pelanggan”
Terdapat beberapa strategi yang dapat diimplementasikan
perusahaan untuk memenangkan persaingan, diantaranya
(Porter, 1988; Mello, 2015; Wheelen, et., al., 2015; Thomson, et.,
al., 2016):
1. Membangun persepsi yang baik sesuai dengan Brand
Positioning, hal ini sejatinya dilakukan dengan cara
pemasaran secara intensif;
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 141
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
2. Meningkatkan kualitas produk, hal ini bermakna
perusahaan sejatinya senantiasa meningkatkan kualitas
produknya baik dalam bentuk barang, jasa ataupun
gagasan. Merujuk pada sudut pandang pemasaran, hal
inilah yang sering dipengaruhi oleh persepsi. Asumsi yang
mendasarinya, bahwa semakin tinggi persepsi terhadap
suatu produk, maka semakin dibutuhkan kualitas riil dari
produk tersebut;
3. Selalu menyajikan produk baru, hal ini bukan bermaksud
menghasilkan produk yang benar-benar baru, namun bisa
juga diartikan sebagai menghasilkan produk dari hasil
inovasi atau modifikasi produk yang sudah ada;
4. Melakukan pendekatan dengan konsumen, strategi ini
diistilahkan dengan Customer Relationship Management,
yaitu serangkaian proses dan teknik untuk mengontrol
hubungan dengan konsumen;
5. Melakukan distribusi secara terintegrasi, pendekatan
distribusi ini memadukan sistem distribusi direct,
dependent dan independent.
6. Menawarkan harga yang kompetitif (bukan kompetitif
bermakna murah), karena tidak selamanya harga
kompetitif itu selalu dikaitkan dengan harga murah. Itulah
sebabnya perusahaan dapat memadukan kesiapan
bersaing dengan keragaman produk yang dimiliki dengan
portofolio produk yang lengkap.
Hal di atas hanyalah sekedar contoh strategi yang dapat
dilakukan perusahaan dalam perspektif bisnis atas konteks
pemasaran.
Formulasi strategi kadang dimaknai sebagai perencanaan
strategis, sehingga perencanaan strategis tidak lain adalah proses
penyusunan rencana jangka panjang, karena itu prosesnya lebih
dominan menggunakan analisis. Dengan kata lain perencanaan
142 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
strategis akan memuat kajian analisis baik di tingkat korporate
maupun di tingkat unit bisnis guna mencapai visi dan misi.
Dengan demikian, tujuan perencanaan strategis, tidak lain
adalah untuk menyusun suatu strategi yang sesuai visi yang
dijabarkan dalam misi, sasaran dan kebijakan organisasi (Negara
atau Perusahaan).
Banyak cara untuk menganalisis strategi bersaing, dengan
cara menggunakan teknik-teknik tertentu, sebut saja:
1. Melakukan proses analisis (Performing the analysis process)
2. Menghindari Analisis Perangkap (Avoiding Analysis Pitfalls)
3. Hasil Analisis Berkomunikasi (Communicating Analysis
Results)
4. Menerapkan Metode far-out (Applying the far-out Method)
5. Analisis Industri/Sembilan Angkatan (Industri Analysis/The
Nine Forces)
6. Analisis Posisi Bersaing (Competitive Positioning Analysis)
7. Analisis Model Bisnis (Business Model Analysis)
8. Analisis SERVO (SERVO Analysis)
9. Analisis Seputar Chain Management/SCM (Supply Chain
Management Analysis)
10. Analisis Benchmark (Benchmark Analysis),
11. Analisis McKinsey 7S (McKinsey 7S Analysis)
12. Analisis Shadowing (Shadowing Analysis)
13. Analisis Produk Line (Product Line Analysis)
14. Analisis Win / Loss (Win/Loss Analysis)
15. Analisis Realisasi Strategis (Strategic Relationship Analysis)
16. Analisis Reputasi Perusahaan (Corporate Reputation
Analysis)
17. Analisis Faktor Kesuksesan Kritis (Critical Success Factor
Analysis)
18. Country Risk Analysis (Country Risk Analysis)
19. Driving Force Analysis (Driving Force Analysis)
20. Analisis Event & Timeline (Event & Timeline Analysis)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 143
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
21. Analisis Forecasting Teknologi (Technology Forecasting
Analysis)
22. Analisis Permainan Perang (War Gaming Analysis);
23. Indikator & Analisis Peringatan (Indicator & Warning
Analysis);
24. Analisis Histografis (Histographical Analysis);
25. Analisis Situasi dengan mengamati: kekuatan, kelemahan,
peluang, dan tantangan (SWOT, TOWS);
26. Dan lain sebagainya.
Namun, dalam buku ini tidak semua akan dibahas
mengingat penulis hanya memandang strategi bersaing dalam
perspektif Militer dan Bisnis.
5.1 Melakukan Proses Analisis Analisis, dapat dimaknai, suatu proses terpenting yang
mendasari bagaimana pembuat keputusan memahami
lingkungan persaingan dan strategis mereka. Guna analisis untuk
mencapai tujuan dan potensinya, analis harus menyadari hal ini
dan menghargai bagaimana mereka dapat berkontribusi terbaik
untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Dalam bab ini, kita
mengeksplorasi langkah analisis yang merupakan bagian dari
proses intelijen yang lebih besar, seperti yang digambarkan di
dalamnya gambar 5.2.
Sulit menguasai tugas melakukan Analisis Bisnis dan
Kompetitif (Business and Competitive Analysis/BCA). Sebenarnya
dapat dilakukan dengan baik tanpa perkembangan dan
pengalaman yang substansial. Bahkan ilmuwan menyatakan
bahwa mereka telah dilatih untuk melakukan itu mungkin tidak
sepandai mereka mengira menghasilkan output yang bagus.
Mengingat banyak kegagalan pembuatan keputusan bisnis yang
kita saksikan, satu-satunya kesimpulan yang dapat dicapai adalah
bahwa hanya sedikit organisasi yang memiliki kemampuan
analisis yang berkembang dengan baik. Lebih sedikit kemampuan
144 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
memanfaatkan kompetensi dari waktu ke waktu untuk mencapai
keunggulan kompetitif.
Gambar 5.1
Analisis Sebagai Fungsi dari Siklus
Projek Intelijen yang Lebih Besar
Bagian ini membahas faktor-faktor keberhasilan utama dalam
menjalankan Business and Competitive Analysis (BCA) dengan
baik. Ini dirancang untuk membantu analis memahami tugas
mereka dengan lebih baik, pelanggan mereka, dampak output
Sumber: Fleisher dan Bensoussan, (2008:20)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 145
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
mereka, dan hubungan yang harus mereka bangun untuk
menyelesaikan pekerjaan. Karena pentingnya keunikan mereka
sebagai bagian dari proses berpikir yang lebih besar, akan
dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya, "Menghindari
Perangkap Analitis," dan bagaimana mengkomunikasikan hasil
analisis.
5.2 Analisis Memahami Pelanggan Melakukan analisis guna memahami pelanggan tak semudah
menghasilkan output yang bagus. Mengingat begitu banyak
kegagalan pembuatan keputusan bisnis yang dialami perusahaan
besar di dunia, satu-satunya kesimpulan yang dapat dicapai
adalah hanya sedikit organisasi yang memiliki kemampuan
analisis yang berkembang dengan baik. Lebih sedikit kemampuan
memanfaatkan kemampuan dari waktu ke waktu untuk mencapai
keunggulan kompetitif. Faktor-faktor keberhasilan utama dalam
menjalankan BCA dengan baik, harus dirancang untuk membantu
analis memahami tugas mereka dengan lebih baik, pelanggan
mereka, dampak output suatu bisnis, dan hubungan yang harus
dibangun untuk menyelesaikan pekerjaan. Karena pentingnya
keunikan dalam suatu bisnis sebagai bagian dari proses pemikiran
yang lebih besar.
Kebutuhan pelanggan harus ditafsirkan sebelum bisa
ditindaklanjuti. Hal ini sering menjadi fondasi bagi proses analisis
yang berhasil. Interaksi analis-pelanggan sangat penting pada
semua tahap proses, namun tidak lebih dari awal; Akibatnya,
waktu yang dihabiskan di sini akan membayar dividen di
kemudian hari.
Dialog sangat diperlukan, karena banyak fakta empirik telah
menunjukkan kepada kita bahwa penerbitan instruksi dengan
cara satu arah tidak efektif hasilnya. Sebagian besar perusahaan
berusaha untuk mengidentifikasi, berhubungan, dan kemudian
memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar dan menggunakan
146 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
proses identifikasi kebutuhan pelanggan dan teknik manajemen
hubungan pelanggan (Customer Relationship Management/
CRM). Hubungan yang dimiliki seorang analis dengan pelanggan
dan/atau pengambil keputusannya tidak kalah pentingnya.
Hubungan Simetris atau komunikasi dua arah diperlukan untuk
mengidentifikasi kesenjangan (gap) antara apa yang dibutuhkan
dengan apa yang dirasakan, hal ini akan membantu analis bisnis
dan memberikan peluang yang sangat kompetitif dan merupakan
model intelijen pemerintah untuk mengidentifikasi persyaratan
intelijen tingkat nasional, yang telah disesuaikan untuk
penggunaan dengan tujuan komersial.
Adaptasi yang populer adalah pendekatan Key Intelligence
Topics (KITs) yang dianjurkan oleh Jan P. Herring atau
menggunakan Key Intelligence Questions (KIQs). Intinya
aktivitas yang sama, ini adalah perubahan terminologi semantik
yang disukai oleh beberapa perusahaan. Meskipun Herring
menunjukkan bahwa KIT bukanlah alat manajemen sederhana
atau obat mujarab untuk usaha analisis, proses KIT memberikan
tiga manfaat penting:
1. Proses KIT memfasilitasi dalam upaya mengidentifikasi
kebutuhan intelijen yang sah dan sebagai pembeda
antara proyek "kebutuhan untuk mengetahui" dan
"ekspedisi hanya sebagai pancingan";
2. Kumpulan awal KIT menyediakan landasan yang tepat
untuk sebuah program intelijen, yang pada akhirnya
membimbing penentuan sumber daya, kemampuan, dan
keterampilan CI yang dibutuhkan;
3. Menjadi model berbasis pengguna, proses KIT
memberikan dasar bagi perencanaan operasional untuk
memenuhi dan memahami kebutuhan intelijen dinamis
para pemimpin dan pembuat keputusan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 147
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
5.3 Analisis sebagai Komponen dalam Siklus
Intelijen Analisis dapat dimaknai sebagai bagian dari proses intelijen
yang lebih besar, dimana nilai terbesar dihasilkan. Banyak
pengalaman organisasi menunjukkan bahwa hal itu juga dapat
lebih sulit dilakukan daripada pengumpulan data dan upaya
pengumpulan informasi yang sebagian besar organisasi telah
ditekankan dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian, ada
serangkaian penelitian dan publikasi yang panjang yang
menunjukkan bahwa analisis bisnis dan persaingan melayani
berbagai kebutuhan penting dan lama untuk organisasi.
Meskipun demikian, buku akan mengeksplorasi konteks ini
secara lebih rinci dalam buku ini akan secara singkat menjelaskan
bagaimana analisis sesuai dengan proses intelijen. Analisis
hanyalah satu langkah dari proses yang lebih besar untuk
mengembangkan kecerdasan bagi sebuah organisasi. Sebagian
besar penggambaran dari apa yang disebut "siklus intelijen"
menunjukkan serangkaian 4 sampai 6 langkah. Langkah-langkah
ini menggambarkan fungsi operasi intelijen di perusahaan dan
diilustrasikan pada Gambar 5.3.
Berdasarkan gambar 5.3 bahwa fungsi operasi inteligen pada
perusahaan meliputi 5 langkah, sebagai berikut:
1. Melakukan perencanaan, guna menentukan kebutuhan
bersih, requirement membangun dan mengembangkan
rencana
2. Mengumpulkan data dari dalam dan luar klasifikasi awal
perusahaan dari data yang terkumpul dan reduksi data;
3. Analisis subjek yang dikaji;
4. Melakukan seminar hasil, yaitu menyajikan hasil kajian
atau apa yang dihasilkan/diproduksi yang akan
memberikan wawasan pada pelanggan/klien (customer/
client);
148 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
5. Evaluasi dan Kontrol, pada bagian ini perusahaan
sebaiknya melakukan evaluasi dan kontrol dengan cara
mengumpulkan umpan balik dan menilai apakah proses
tersebut sesuai dengan kebutuhan konsumen/klien dan
perlu diulang jika gagal melakukannya.
Gambar 5.2
Fungsi Operasi Intelijen Di Perusahaan
5.4 Analisis Struktur Industri Penentu dasar pertama dari kemampulabaan (profitabilitas)
suatu perusahaan adalah daya tarik industri. Strategi bersaing
harus berkembang dari pemahaman yang canggih akan aturan
3. Analyze The Subject of this
book.
4. Dis Seminate Intelligence
Presenting of Providing the generated to the
insights customer/client
1. Plan Determining Clean Needs, Establishing Requirement and Developing a plan.
2. Collect and Process Data
Collecting Data from within and outside the firm initial classification of the collected data and data reduction
5. Evaluate and Control Gathering feedback and assessing whether the process statisted the clients needs ongoing needs and possibly Restarting it if it failed to do so
Sumber: Fleisher & Bensoussan (2008)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 149
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
persaingan yang menentukan daya tarik suatu industri. Tujuan
akhir Strategi bersaing adalah untuk menanggulangi, dan
idealnya, mengubah aturan itu demi kepentingan perusahaan
(Porter, 1988). Di dalam industri apapun, entah itu dalam negeri
atau internasional atau menghasilkan produk atau jasa, aturan
persaingan tercakup dalam lima kekuatan bersaing (Porter,
1988):
1. Masuknya pesaing baru,
2. Ancaman dari produk pengganti (substitusi),
3. Kekuatan penawaran (tawar-menawar) pembeli,
4. Kekuatan penawaran pemasok, dan
5. Persaingan di antara pesaing yang ada.
Kekuatan kolektif dari kelima kekuatan bersaing ini
menentukan kemampuan perusahaan di dalam suatu industri
untuk memperoleh, secara rata-rata, tingkat laba investasi yang
melebihi biaya modal. Kekuatan dari kelima kekuatan bersaing
tersebut bervariasi dari satu industri ke industri lain, dan dapat
berubah ketika suatu industri berkembang. Hasilnya adalah
semua industri tidak sama dari sudut pandang profitabilitas yang
inheren (melekat).
Dalam industri di mana kelima kekuatan tersebut
mendukung, seperti farmasi, minuman ringan, dan penerbitan
data base, banyak pesaing memperoleh keuntungan yang
menarik. Akan tetapi, dalam industri di mana tekanan dari satu
kekuatan atau lebih bersifat sangat kuat, seperti karet, baja, dan
video games, hanya sedikit perusahaan memperoleh keuntungan
Daya Tarik walaupun manajemen sudah berusaha sebaik
mungkin.
Profitabilitas industri tidak bergantung pada bagaimana
tampaknya produk bersangkutan atau apakah fungsi itu
mencakup teknologi tinggi atau rendah, tetapi pada struktur
industri. Beberapa dari industri yang sangat sederhana seperti
alat pengecap prangko dan perdagangan padi-padian sangatlah
150 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
menguntungkan, sementara beberapa industri yang lebih glamor
dan berteknologi tinggi, seperti computer pribadi dan televisi
kabel tidak menguntungkan bagi banyak peserta.
Kelima kekuatan tersebut menentukan profitabilitas industri
karena mempengaruhi harga, biaya, dan memerlukan investasi
perusahaan di dalam suatu industri unsur-unsur laba investasi
(return on investment /ROI). Konsep ini berlaku baik bagi produk
barang maupun jasa. Berikut ini akan menggunakan istilah
"produk" dalam pengertian umum yang mencakup industri
penghasil barang atau jasa.
Sebagai contoh, kekuatan pembeli mempengaruhi harga yang
dapat dibebankan oleh perusahaan seperti halnya ancaman
produk pengganti/substitusi. Kekuatan pembeli juga dapat
mempengaruhi biaya dan investasi karena pembeli yang kuat
menuntut pelayanan yang mahal. Kekuatan tawar pemasok
menentukan biaya bahan mentah dan masukan lain. Intensitas
persaingan mempengaruhi harga dan juga biaya persaingan di
dalam bidang-bidang seperti pabrik, pengembangan produk,
ikan, tenaga penjualan. Ancaman masuk dari pesaing baru
membatasi harga, dan menentukan investasi yang diperlukan
untuk menghalangi masuknya pendatang baru.
Kekuatan masing-masing dari kelima kekuatan bersaing
merupakan fungsi struktur industri, atau karakteristik ekonomi
dan teknis yang mendasari suatu industri. Unsur pentingnya
diperlihatkan di dalam Gambar 5.4.
Struktur industri relatif stabil, tetapi dapat berubah sepanjang
waktu. Perubahan struktural menggeser kekuatan keseluruhan
dan kekuatan relatif dari kekuatan-kekuatan bersaing. Dengan
demikian, perubahan tersebut mempengaruhi profitabilitas
industri secara positif atau negatif. Kecenderungan industri yang
paling penting untuk Strategi adalah kecenderungan yang
mempengaruhi struktur industri.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 151
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Pendatang Baru
Pemasok
Pesaing industri
Persaingan di Antara perusahaan yang ada
Pembeli
Produk Pengganti
Ancaman pendatang baru
Kekuatan penawaran pembeli
Kekuatan penawaran pemasok
Ancaman produk atau jasa pengganti
Gambar 5.3
Kelima Kekuatan Bersaing yang Menentukan Profitabilitas Industri
Seandainya kelima kekuatan bersaing dan penentu struktural
mereka semata-mata merupakan fungsi karakteristik industri
yang intrinsik, maka Strategi bersaing akan sangat mengandalkan
pemilihan industri yang tepat dan pemahaman akan kelima
kekuatan bersaing secara lebih baik dibandingkan pesaing. Akan
tetapi, walaupun ini tentu saja merupakan tugas yang penting
bagi perusahaan manapun, dan merupakan inti dari Strategi
bersaing di beberapa industri, perusahaan biasanya tidak
terbelenggu dalam struktur industrinya. Perusahaan, melalui
Strategi mereka, dapat mempengaruhi kelima kekuatan bersaing
tersebut. Seandainya perusahaan dapat membentuk struktur,
Sumber: Porter (2006)
152 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
maka perusahaan itu pada dasarnya dapat mengubah daya tarik
industri menjadi lebih baik atau lebih buruk. Banyak Strategi yang
berhasil telah mengubah aturan persaingan dengan cara ini.
Gambar 5.4 menyoroti semua unsur struktur industri yang
mungkin mendorong persaingan dalam suatu industri. Dalam
industri tertentu, tidak semua kelima kekuatan bersaing akan
sama pentingnya dan faktor-faktor struktural tertentu yang
penting akan berbeda. Setiap industri itu unik dan memiliki
struktur uniknya sendiri. Kerangka lima kekuatan bersaing ter-
sebut memungkinkan perusahaan memahami kompleksitas dan
menunjuk dengan persis faktor-faktor yang kritis bagi persaingan
di dalam industrinya, dan juga untuk mengidentifikasi inovasi
Strategis yang akan sangat meningkatkan profitabilitas industri
bersangkutan dan profitabilitas perusahaan itu sendiri. Kerangka
lima kekuatan bersaing tersebut tidak menghapuskan kebutuhan
akan kreativitas dalam menemukan cara-cara untuk bersaing
dalam suatu industri. Sebaliknya kerangka tersebut justru
mengarahkan energi kreatif para manajer pada aspek-aspek
struktur industri yang paling penting bagi profitabilitas jangka
panjang. Dalam prosesnya, kerangka tersebut bertujuan
meningkatkan peluang menemukan inovasi Strategis yang
diinginkan.
Strategi yang mengubah struktur industri dapat menjadi
pedang bermata dua karena perusahaan dapat merusak struktur
industri dan profitabilitas sama mudahnya seperti perusahaan
dapat meningkatkannya. Sebuah desain produk baru yang
berhasil melewati rintangan masuk atau meningkatkan olengnya
persaingan, sebagai contoh, mungkin merusak profitabilitas
jangka panjang dari suatu industri, walaupun pemrakarsanya
mungkin menikmati laba yang lebih tinggi untuk sementara
waktu.
Periode pemberian potongan harga (discount) secara terus-
menerus dapat merusak diferensiasi. Sebagai contoh, dalam
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 153
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
industri tembakau, rokok generik (tanpa merek) adalah ancaman
serius yang potensial bagi struktur industri. Rokok generik
mungkin meningkatkan kepekaan harga pembeli, memicu
persaingan harga, dan merusak penghalang iklan yang tinggi
yang telah menahan para peserta baru. Usaha patungan (Join
Venture) yang dimasuki oleh produsen-produsen aluminium
besar untuk menyebarkan risiko dan menurunkan biaya modal
mungkin telah merusak struktur industri dengan cara yang sama.
Produsen-produsen besar mengundang beberapa pesaing baru
yang mungkin berbahaya ke dalam industri dan membantu
mereka mengatasi penghalang masuk yang penting. Usaha
patungan juga dapat meningkatkan penghalang keluar karena
semua peserta di dalam sebuah pabrik harus setuju sebelum
pabrik dapat ditutup.
Hasil penelitian Fleisher dan Bensoussan (2007) menunjukkan
model yang diberi nama the nine force, seperti terlihat pada
Gambar 5.5.
Sering kali perusahaan membuat pilihan Strategis tanpa
mempertimbangkan akibat jangka panjang bagi struktur industri.
Mereka melihat suatu keuntungan di dalam posisi bersaing
mereka seandainya suatu langkah berhasil, tetapi mereka gagal
mengantisipasi akibat dari reaksi pesaing. Seandainya peniruan
suatu langkah oleh pesaing besar menimbulkan efek merusak
terhadap struktur industri, maka semua pihak menjadi bertambah
buruk. "Penghancur" industri seperti ini, biasanya adalah
perusahaan kelas dua yang mencari cara untuk mengatasi
kelemahan bersaing yang besar, perusahaan yang telah
menghadapi masalah serius dan dengan nekat mencari solusi,
atau pesaing "bodoh" yang tidak mengetahui biaya mereka atau
memiliki asumsi yang tidak realistis mengenai masa depan.
Sebagai contoh, dalam industry tembakau, Liggett Group
(pengikut dari jauh) telah mendorong kecenderungan ke arah
generik.
154 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Gambar 5.4
The Nine Force
Kemampuan perusahaan membentuk struktur industri
menimbulkan beban tertentu pada para pemimpin industri.
Tindakan para pemimpin industri dapat menimbulkan dampak
yang tidak proporsional pada struktur karena ukuran Produk
tanpa merek (generik) menimbulkan risiko yang sama pada
banyak industri barang konsumen. Mereka dan pengaruh atas
pembeli, pemasok, dan pesaing lain. Pada saat yang sama,
bagian pasar yang besar milik para pemimpin industri menjamin
bahwa segala yang mengubah keseluruhan struktur industri akan
mempengaruhi mereka pula.
Karena itu, seorang pemimpin harus terus-menerus
menyeimbangkan posisi bersaingnya berdasarkan kesehatan
industri secara keseluruhan. Sering kali pemimpin lebih ahli dalam
mengambil tindakan guna memperbaiki atau melindungi struktur
industri daripada mencari keunggulan bersaing yang lebih besar
Government
(Political/Legal)
Shifts
Potential Entrants
Technogcal
Shifts
Suppliers Industry
Competitors Buyers
Social /
Consumer
Shifts
Substitutes
International /
Economic
Shifts
Consumer
Sumber: Fleisher dan Bensoussan (2007)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 155
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
untuk diri sendiri. Pemimpin industri seperti Coca-Cola dan
Campbell Soup tampaknya telah mengikuti prinsip ini.
5.5 Struktur Industri dan Kebutuhan
Pembeli Sering dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan pembeli
merupakan inti dan keberhasilan dalam suatu bisnis. Tentu hal ini
berhubungan dengan konsep-analisis struktur industri.
Pemenuhan kebutuhan pembeli sebenarnya merupakan
prasyarat untuk kelangsungan hidup suatu industri dan
perusahaan-perusahaan di dalam industri bersangkutan. Pembeli
harus bersedia membayar harga untuk produk yang melebihi
biaya produksinya, karena kalau tidak, industri tidak akan
bertahan dalam jangka panjang.
Pemenuhan kebutuhan pembeli mungkin merupakan
prasyarat terhadap profitabilitas industri, tetapi secara tersendiri
hal ini tidak memadai. Pertanyaan penting dalam menentukan
profitabilitas adalah apakah perusahaan dapat memanfaatkan
nilai yang mereka ciptakan untuk pembeli, atau apakah nilai ini
justru dimanfaatkan oleh pihak lain. Struktur industri menentukan
siapa yang berhasil memanfaatkan nilai tersebut.
Ancaman masuk menentukan tinggi rendahnya kemungkinan
perusahaan baru akan memasuki suatu industri dan merebut nilai
tersebut, entah dengan meneruskannya kepada pembeli dalam
bentuk harga yang lebih murah atau memanfaatkannya dengan
menaikkan biaya bersaing. Kekuatan pembeli menentukan sejauh
mana mereka mempertahankan sebagian besar nilai yang
diciptakan untuk din mereka sehingga menyebabkan perusahaan
dalam suatu industri memperoleh keuntungan yang sedang saja.
Ancaman produk pengganti menentukan sejauh mana produk
lain dapat memenuhi kebutuhan pembeli yang sama, sehingga
156 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
menempatkan plafon pada jumlah yang bersedia dibayarkan oleh
pembeli untuk produk suatu industri.
Kekuatan pemasok menentukan sejauh mana nilai yang
diciptakan untuk pembeli akan cocok dengan pemasok dan bukan
dengan perusahaan di dalam suatu industri. Akhirnya, intensitas
persaingan bertindak sama dengan ancaman masuk. Ini
menentukan sejauh mana perusahaan yang sudah ada di dalam
suatu industri akan bersaing merebut nilai yang mereka ciptakan
bagi pembeli di antara mereka sendiri, meneruskannya kepada
pembeli dalam bentuk harga yang lebih murah atau
menghamburkannya dalam bentuk biaya bersaing yang lebih
tinggi.
Struktur industri menentukan siapa yang mempertahankan
proporsi apa dari nilai yang diciptakan oleh suatu produk untuk
pembeli. Seandainya produk suatu industri tidak menciptakan
banyak nilai bagi para pembelinya, maka hanya ada sedikit nilai
yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan lepas dari bagian lain
dalam struktur. Jika produk tersebut menciptakan banyak nilai,
struktur pun menjadi penting sekali.
Dalam beberapa industri seperti mobil dan truk besar,
perusahaan menciptakan nilai yang sangat besar untuk pembeli
mereka, tetapi rata-rata memperoleh sedikit sekali dari nilai itu
untuk diri sendiri melalui laba. Dalam industri lain seperti jasa
penilaian obligasi, peralatan kedokteran, dan jasa serta peralatan
ladang minyak, perusahaan juga menciptakan nilai yang tinggi
untuk pembeli mereka, tetapi secara historis menyerap proporsi
yang lumayan darinya. Sebagai contoh, dalam jasa dan peralatan
pengeboran minyak, banyak produk dapat menekan biaya
pengeboran secara signifikan. Karena struktur industri
menguntungkan, banyak perusahaan dalam jasa dan peralatan
pengeboran minyak mampu mempertahankan bagian dari
penghematan ini dalam bentuk keuntungan yang tinggi.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 157
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Namun demikian, belum lama ini daya tarik struktural dalam
banyak industri dalam sektor jasa dan peralatan pengeboran
minyak telah berkurang sebagai akibat dari turunnya permintaan,
pendatang baru, diferensiasi produk yang berkurang, dan
kepekaan harga yang lebih besar dari pembeli. Walaupun produk
yang ditawarkan tetap menciptakan nilai yang besar sekali bagi
pembeli, baik laba perusahaan maupun laba industri telah
menurun secara signifikan.
5.6 Keseimbangan Penawaran/Permintaan Persepsi tentang Struktur Industri dan Keseimbangan
Penawaran-Permintaan terkait dengan profitabilitas industri,
bahwa laba merupakan fungsi dari keseimbangan antara
penawaran (pasokan) dan permintaan. Jika permintaan lebih
besar daripada penawaran, ini menghasilkan profitabilitas yang
tinggi. Namun, keseimbangan penawaran/ permintaan jangka
panjang sangat dipengaruhi oleh struktur industri, seperti halnya
konsekuensi dari ketidakseimbangan pasokan/permintaan untuk
profitabilitas. Karena itu, walaupun fluktuasi jangka pendek
dalam penawaran dan permintaan dapat mempengaruhi
profitabilitas jangka pendek, struktur industri menjadi dasar
profitabilitas jangka panjang.
Pasokan dan permintaan terus-menerus berubah, saling
menyesuaikan. Struktur industri menentukan berapa cepat
pesaing menambahkan pasokan baru. Tinggi rendahnya
penghalang masuk menunjang kemungkinan bahwa pendatang
baru akan memasuki suatu industri dan menawarkan harga yang
rendah. Intensitas dari persaingan memainkan peranan utama
dalam menentukan apakah perusahaan yang sudah ada akan
memperluas kapasitas secara agresif atau memilih untuk
mempertahankan profitabilitas.
Struktur industri juga menentukan seberapa cepat pesaing
akan menghentikan kelebihan pasokan. Penghalang keluar
158 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
mencegah perusahaan meninggalkan suatu industri ketika ada
terlalu banyak kapasitas, dan periode kelebihan kapasitas yang
berkepanjangan. Sebagai contoh, dalam pengiriman tanker
minyak, penghalang keluar sangat tinggi karena spesialisasi aset.
Ini diterjemahkan ke dalam masa puncak harga yang singkat dan
masa anjiok yang panjang. Karena itu, struktur industri
membentuk keseimbangan pasokan/permintaan dan lamanya
ketidakseimbangan.
Konsekuensi dari ketidakseimbangan antara pasokan dan
permintaan terhadap profitabilitas industri juga sangat berbeda
bergantung pada struktur industri. Dalam beberapa industri,
sejumlah kecil kelebihan kapasitas memicu terjadinya perang
harga dan profitabilitas yang rendah. Ini adalah industri di mana
ada tekanan struktural terhadap persaingan yang sangat ketat
atau pembeli yang kuat.
Dalam industri-industri lain, saat kelebihan kapasitas
menimbulkan dampak yang relatif kecil pada profitabilitas karena
struktur yang menguntungkan. Sebagai contoh, dalam peralatan
perminyakan, katup bola, dan banyak produk peralatan ladang
minyak lain, ada pemotongan harga yang hebat selama
penurunan yang tajam beberapa waktu yang lalu. Namun, dalam
hal mata bor, pemberian potongan harga relatif kecil. Hughes
Tool, Smith International, dan Baker International adalah pesaing
yang baik, yang beroperasi dalam struktur industri yang saling
menunjang.
Struktur industri juga menentukan profitabilitas dalam situasi
permintaan yang berlebih. Sebagai contoh, dalam suatu
booming, struktur yang menunjang memungkinkan perusahaan
menuai laba yang luar biasa besarnya, sementara struktur yang
buruk menghalangi kemampuan untuk memanfaatkannya.
Hadirnya pemasok yang kuat atau hadirnya produk
pengganti, sebagai contoh, dapat berarti bahwa buah-buahan
dari booming jatuh ke tangan orang lain. Jadi, struktur industri
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 159
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
sangat mendasar bagi kecepatan penyesuaian pasokan terhadap
permintaan maupun hubungan antara pemanfaatan kapasitas
dan profitabilitas.
5.7 Strategi Berbasis Generik Pertanyaan sentral kedua dalam Strategi bersaing adalah
posisi relative perusahaan di dalam industrinya. Penempatan
akan menentukan apakah profitabilitas suatu perusahaan berada
di atas atau di bawah rata-rata industri. Sebuah perusahaan yang
dapat menempatkan diri dengan baik dapat memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi walaupun struktur industrinya tidak
menunjang dan profitabilitas rata-rata industri bersangkutan
biasa saja.
Basis fundamental dari kinerja di atas rata-rata pada jangka
panjang merupakan keunggulan bersaing yang tahan lama.
Walaupun suatu perusahaan dapat memiliki banyak sekali
kekuatan dan kelemahan dalam berhadapan dengan para
pesaingnya, ada dua jenis dasar keunggulan bersaing yang dapat
dimiliki oleh sebuah perusahaan: biaya rendah dan diferensiasi.
Signifikansi dari setiap kekuatan atau kelemahan yang dimiliki
oleh suatu perusahaan akhirnya merupakan fungsi dari
dampaknya pada biaya relatif atau diferensiasi. Keunggulan biaya
dan diferensiasi pada gilirannya berasal dan struktur industri.
Keduanya dihasilkan dari kemampuan perusahaan dalam
menanggulangi kelima kekuatan dengan lebih baik dibandingkan
para pesaing.
Kedua jenis dasar keunggulan bersaing yang digabungkan
dengan cakupan aktivitas yang berusaha dicapai oleh sebuah
perusahaan menghasilkan tiga Strategi generik untuk mencapai
kinerja di atas rata-rata dalam suatu industri: keunggulan biaya,
diferensiasi, dan fokus. Strategi fokus mempunyai dua varian,
fokus biaya dan fokus diferensiasi.
160 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
CA
KU
PA
N P
ER
SA
ING
AN
Masing-masing Strategi generik melibatkan rute yang
berbeda secara mendasar terhadap keunggulan bersaing, yang
menggabungkan suatu pilihan mengenai jenis keunggulan
bersaing yang dicari dengan cakupan target strategis di mana
keunggulan bersaing diharapkan tercapai. Strategi keunggulan
biaya dan diferensiasi mengusahakan keunggulan bersaing dalam
jajaran luas segmen industri, sementara Strategi fokus ditujukan
pada keunggulan biaya (fokus biaya) atau diferensiasi (fokus
diferensiasi) dalam segmen yang sempit. Tindakan spesifik yang
diperlukan untuk melaksanakan masing-masing Strategi generik
bervariasi luas dari satu industri ke industri lain, seperti halnya
Strategi generik yang layak dikerjakan di dalam industri tertentu.
KEUNGGULAN BERSAING
Sumber: Porter (1980)
Gambar 5.5 Tiga Strategi Generik
Namun demikian, pemilihan dan pelaksanaan strategi
generik jauh dari sederhana, keduanya merupakan rute logis
menuju keunggulan bersaing yang harus diselidiki di dalam
industri manapun.
1. Keunggulan Biaya
3A. Fokus Biaya 3B. Fokus
Diferensiasi
2. Diferensiasi
Biaya Rendah Diferensiasi
Sasaran luas
Sasaran Sempit
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 161
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Ide yang mendasari konsep Strategi generik adalah
keunggulan bersaing yang merupakan inti dari tiap Strategi.
Pencapaian keunggulan bersaing mengharuskan perusahaan
membuat pilihan seandainya sebuah perusahaan diharapkan
mencapai keunggulan bersaing yang ingin dicapai dan cakupan
di dalam mana perusahaan itu akan mencapainya. Menjadi
"segalanya bagi semua orang" adalah resep bagi Strategi
medioker (rata-rata) dan kinerja di bawah rata-rata, karena ini
sering berarti bahwa perusahaan sama sekali tidak memiliki
keunggulan bersaing.
5.7.1 Keunggulan Biaya Keunggulan biaya barangkali merupakan yang paling jelas
dari ketiga Strategi generik. Di dalamnya, sebuah perusahaan
sejatinya menjadi produsen berbiaya rendah dalam industrinya.
Perusahaan memiliki cakupan yang luas dan melayani banyak
segment industri, dan bahkan mungkin beroperasi di dalam
industri-industri terkait, luasnya pangsa pasar perusahaan sering
kali penting bagi keunggulan biayanya.
Sumber keunggulan biaya bervariasi dan bergantung pada
struktur industri. Sumber-sumber itu mungkin mencakup
pengejaran skala ekonomis, kepemilikan teknologi, akses
istimewa ke bahan mentah, dan faktor-faktor lain. Sebagai
contoh, dalam industri pesawat TV, keunggulan biaya menuntut
fasilitas layar gambar dengan ukuran yang efisien, rancangan
berbiaya rendah, perakitan otomatis, dan skala sistem global
untuk menutup biaya litbang.
Dalam industri jasa penjagaan keamanan, keunggulan biaya
menuntut biaya umum yang sangat rendah, banyak sumber
tenaga kerja berbiaya rendah, dan prosedur pelatihan yang
efisien karena tingkat keluar masuk karyawan yang tinggi. Status
produsen berbiaya rendah melibatkan lebih daripada sekedar
162 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
menuruni kurva belajar. Produsen berbiaya rendah harus
menemukan dan mengeksploitasi semua sumber keunggulan
biaya. Produsen berbiaya rendah biasanya menjual produk
standar atau tanpa "embel-embel" dan memberi penekanan
besar pada upaya mendapatkan keunggulan biaya skala atau
absolut dari semua sumber.
Sebut saja sebuah perusahaan dapat mencapai dan
mempertahankan keseluruhan keunggulan biaya, maka
perusahaan akan menjadi perusahaan berkinerja di atas rata-rata
dalam industrinya asalkan perusahaan tadi dapat menguasai
harga pada atau di sekitar rata-rata industri.
Dengan harga sama atau lebih rendah dibandingkan para
pesaingnya, posisi berbiaya rendah dari pemimpin biaya
diwujudkan ke dalam keuntungan yang lebih tinggi. Akan tetapi,
pemimpin biaya tidak dapat mengabaikan basis diferensiasi. Jika
produknya tidak dirasakan sebanding atau dapat diterima oleh
pembeli, pemimpin biaya terpaksa akan memotong harga jauh di
bawah harga pesaing untuk mendapatkan penjualan. Ini mungkin
meniadakan keuntungan dari posisi biayanya yang baik (Porter,
1980).
Texas Instruments (dalam jam tangan) dan Northwest
Airlines (dalam transportasi udara) adalah dua perusahaan
berbiaya rendah yang jatuh ke dalam perangkap ini. Texas
Instruments tidak dapat mengatasi kerugiannya dalam
diferensiasi dan mengganggu industri jam tangan. Northwest
Airlines mengenali masalahnya pada waktunya, dan telah
mengadakan upaya memperbaiki pemasaran, pelayanan
penumpang, dan pelayanan kepada agen perjalanan untuk
menjadikan produknya lebih bersaing dengan produk pesaing
(Porter, 1980).
Pemimpin biaya harus mencapai paritas (keseimbangan) atau
proksimitas (kedekatan) sebagai dasar diferensiasi dibandingkan
dengan para pesaingnya untuk menjadi perusahaan berkinerja di
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 163
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
atas rata-rata, walaupun perusahaan tadi mengandalkan
keunggulan biaya untuk keunggulan bersaingnya. Paritas sebagai
dasar diferensiasi memungkinkan pemimpin biaya mewujudkan
keunggulan biayanya secara langsung ke dalam laba yang lebih
tinggi dibandingkan laba pesaing.
Proksimitas dalam diferensiasi berarti bahwa potongan harga
yang diperlukan untuk mencapai bagian pasar yang dapat
diterima tidak mengimbangi keunggulan biaya pemimpin biaya,
sehingga pemimpin biaya tersebut memperoleh keuntungan di
atas rata-rata.
Logika Strategis dari kepemimpinan biaya biasanya
mengharuskan perusahaan menjadi pemimpin biaya, bukan salah
satu dari beberapa perusahaan yang bersaing untuk posisi ini.
Terdapat banyak perusahaan yang telah melakukan kesalahan
Paritas menyiratkan tawaran produk yang identik dengan
pesaing, atau kombinasi yang berbeda dari sifat-sifat produk
yang sama-sama dipilih oleh konsumen Walaupun pemimpin
biaya akan menjadi perusahaan yang paling mampu
menghasilkan laba, namun tidak berarti pemimpin biaya pasti
mempertahankan keuntungan di atas rata-rata dalam industri
komoditi dimana terdapat peluang terbatas untuk membangun
kapasitas yang efisiensi.
Sebuah perusahaan yang berada dalam kuartil biaya terendah
meskipun bukan pemimpin biaya, biasanya akan tetap menjadi
perusahaan berkinerja di atas rata-rata. Situasi seperti ini ada di
dapat dicontohkan pada industri aluminium, dimana kemampuan
untuk menambah kapasitas berbiaya rendah dibatasi oleh akses
ke listrik berbiaya rendah, dan prasarana atau infrastruktur
sangat diperlukan.
Strategi bersaing yang seperti di atas akan gagal jika tidak
mengenali strategi kepemimpinan biaya. Jika terdapat lebih dari
satu pemimpin biaya yang bersemangat, persaingan di antara
mereka biasanya cukup tajam, karena setiap titik bagian pasar
164 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
dipandang penting. Jika satu perusahaan tidak dapat,
memperoleh kepemimpinan biaya dan namun mampu
mempengaruhi perusahaan lain untuk meninggalkan strategi
mereka, maka konsekuensi terhadap profitabilitas (struktur
industri jangka panjang) dapat menjadi musibah, seperti yang
terjadi di beberapa industri petrokimia. Dengan kata lain,
kepemimpinan biaya merupakan strategi yang secara khusus
sangat bergantung pada siapa yang memimpin lebih dahulu
(pemimpin pasar), kecuali jika perubahan besar dalam teknologi
memungkinkan sebuah perusahaan untuk mengubah posisi
biayanya secara radikal.
5.7.2 Strategi Diferensiasi Strategi generik kedua adalah diferensiasi, dalam Strategi
diferensiasi, perusahaan berusaha menjadi unik dalam
industrinya di beberapa dimensi yang secara umum dihargai oleh
konsumen. Perusahaan menyeleksi satu atau lebih sifat istimewa
yang dipandang penting oleh banyak konsumen di dalam suatu
industri, dan secara unik menempatkan diri untuk memenuhi
kebutuhan itu. Perusahaan dihargai dengan harga tinggi
(premium price) karena keunikannya.
Cara melakukan diferensiasi berbeda untuk tiap industri.
Diferensiasi dapat didasarkan pada produk itu sendiri, sistem
penyerahan produk yang digunakan untuk menjualnya,
pendekatan pemasaran, dan jajaran luas faktor lain. Sebagai
contoh, dalam peralatan konstruksi, diferensiasi oleh Caterpillar
Tractor didasarkan pada daya tahan produk, servis, ketersediaan
suku cadang, dan jaringan penyalur yang bagus sekali. Dalam
bidang kosmetik, diferensiasi cenderung didasarkan lebih pada
citra produk dan penempatan konter di toko. Perusahaan yang
dapat mencapai dan mempertahankan diferensiasi akan menjadi
perusahaan berkinerja di atas rata-rata dalam industrinya, ibarat
premi harganya melebihi biaya ekstra, yang diperlukan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 165
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
perusahaan untuk menjadi unik. Karena itu, seorang diferensiator
harus selalu mencari dan menemukan cara, melakukan
diferensiasi yang menghasilkan harga premi yang lebih besar
daripada biaya pendiferensiasiannya. Seorang diferensiator tidak
boleh mengabaikan posisi biayanya karena harga preminya akan
ditiadakan oleh posisi biaya yang sifatnya hanya dummy namun
mencolok. Dengan kata lain, seorang diferensiator mengarah
pada paritas atau proksimitas biaya yang berhubungan dengan
pesaingnya, dengan mengurangi biaya di segala bidang yang
tidak mempengaruhi diferensiasi.
Logika dari Strategi diferensiasi mengharuskan perusahaan
memilih sifat-sifat istimewa untuk mendiferensiasikan diri yang
berbeda dengan yang dipunyai rivalnya. Perusahaan harus benar-
benar unik pada sesuatu atau dirasakan unik jika ingin
mengharapkan harga premi. Namun, sebaliknya dengan
keunggulan biaya mungkin terdapat lebih dari satu Strategi
diferensiasi yang berhasil dalam suatu industri jika ada beberapa
sifat yang dipandang penting oleh konsumen.
5.7.3 Strategi Fokus Strategi generik ketiga adalah fokus. Strategi ini sangat
berbeda dengan strategi-strategi lain karena menekankan pilihan
akan cakupan bersaing yang sempit dalam suatu industri.
Penganut Strategi fokus memilih suatu segmen atau kelompok
segmen dalam industri bersangkutan dan menyesuaikan
strateginya untuk melayani mereka dengan mengesampingkan
yang lain. Dengan mengoptimalkan strateginya terhadap segmen
target/ sasaran, penganut Strategi fokus berusaha mencapai
keunggulan bersaing di dalam segmen target walaupun tidak
memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan.
Strategi fokus memilih dua varian, dalam hal ini fokus
biaya perusahaan mengupayakan keunggulan biaya dalam
segmen sasarannya, sementara dalam focus diferensiasi
166 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
perusahaan mengusahakan diferensiasi dalam segmen sasaran-
nya. Kedua varian strategi fokus terletak pada perbedaan antara
segmen sasaran penganut Strategi fokus dan segmen-segmen
lain dalam industrinya.
Segmen sasaran harus memiliki pembeli dengan kebutuhan
yang luar biasa karena kalau tidak, produksi dan sistem
pengiriman yang melayani paling baik segmen sasaran tersebut
harus berbeda dengan produksi dan sistem pengiriman segmen
industri lain. Fokus biaya memanfaatkan perbedaan dalam
perilaku biaya dalam beberapa, segmen, sementara fokus
diferensiasi menggali kebutuhan khusus pembeli dalam segmen
tertentu.
Perbedaan seperti ini menyiratkan bahwa segmen tersebut
dilayani dengan buruk oleh pesaing yang dijadikan sasaran secara
luas yang melayani mereka pada saat yang sama mereka
melayani yang lain. Dengan kata lain, penganut strategi fokus
dapat mencapai keunggulan bersaing dengan mendedikasikan
diri pada segmen tersebut secara eksklusif, luasnya sasaran jelas
merupakan masalah kadar, tetapi inti dari fokus adalah
penggarapan perbedaan target yang sempit dari keseimbangan
industri bersangkutan. Fokus sempit secara tersendiri tidaklah
memadai untuk mencapai kinerja di atas rata-rata.
Sebagai contoh tentang penganut strategi fokus yang
mengeksploitasi perbedaan dalam proses produksi yang paling
baik melayani segmen yang berbeda seperti PT. Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang penyedia kertas terbesar di Asia
Tenggara. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1961 ini
memiliki luas area sebesar 550 hektar dan berlokasi di Perawang,
Riau. Perusahaan ini didirikan sebagai solusi untuk semua
kebutuhan akan kertas kemasan dan karton. Produk-produk
buatan perusahaan ini tidak hanya memenuhi pasar domestik
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 167
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
saja, melainkan telah menembus pasar internasional. Perusahaan
ini telah mengekspor hingga ke negara-negara di Asia, Amerika
Utara dan Selatan, Australia, Afrika, dan juga Eropa.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk didirikan oleh sebuah
Perusahaan Indonesia bernama CV Berkat Indah Agung bersama
dengan dua perusahaan Taiwan, yaitu Chung Hwa Pulp
Corporation dan Yuen Foong Yu Paper Manufacturing Company.
Pada awal PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, kedua perusahaan
Taiwan menyediakan teknologi pembuatan pulp dan kertas. PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk memproduksi paper & board dan
printing & writing paper.
Terdapat dua pabrik percetakan dan kertas tulis di IKPP, satu
terletak di Perawang, Riau, Indonesia, dan yang lainnya di
Tangerang dan Banten, Indonesia. Indah Kiat Pulp & Paper
Perawang Mill berlokasi strategis di Perawang, Sumatra, sekitar
satu setengah jam perjalanan dari Pekanbaru, Riau melewati
Sungai Siak sebagai penghubung transportasi utama. Dengan
lahan perkebunan yang besar dan sumber daya alam yang cukup,
Indah Kiat menyediakan produk-produk berkualitas kepada
pelanggan di seluruh dunia.
Semua kapasitas produksi pulp BHK (Bleached Hard Wood
Kraft) Indah Kiat terletak di fasilitas Perawang. Indah Kiat
Perawang Mill dengan 4 jalur produksi telah menjadi
pabrik pulp tunggal di dunia dengan jumlah produksi mencapai 2
juta ton tiap tahunnya. Indah Kiat Pulp & Paper Corporation
memiliki teknologi pulping mutakhir dengan delignifikasi yang
luas dalam batch, pemasakan terus-menerus, delignifikasi
oksigen, dan pemutihan 4 tahapan. Sejalan dengan kebijakan
lingkungan hidup APP secara keseluruhan, Indah Kiat Perawang
kini memproduksi pulp bebas kapas.
Visi dari PT. Indah Kiat Pulp & Paper adalah menjadi
perusahaan kertas yang berstandar internasional, dengan
kualitas kertas yang sangat baik dan bisa bersaing dengan
168 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
perusahaan kertas lainnya baik dari tingkat domestik maupun
internasional.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk semakin bergerak ke arah
kertas khusus bermutu tinggi dengan volume yang relatif rendah,
di mana perusahaan kertas yang lebih besar dengan mesin
bervolume lebih tinggi menghadapi penalti biaya yang berat
untuk proses produksi yang singkat. Peralatan Hammermill lebih
sesuai dengan proses yang lebih singkat dengan penyetelan yang
sering.
Penganut Strategi fokus memanfaatkan standar di bawah
optimal tersebut ke dua arah dengan pesaing bersasaran luas.
Pesaing mungkin berkinerja rendah dalam memenuhi kebutuhan
segmen tertentu, yang membuka kemungkinan untuk fokus
diferensiasi. Pesaing bersasaran luas mungkin berkinerja
berlebihan dalam memenuhi kebutuhan suatu segmen, yang
berarti mereka menanggung biaya yang lebih tinggi daripada
yang diperlukan dalam melayani segmen ini.
Peluang untuk fokus biaya mungkin terdapat yang hanya
sekedar memenuhi kebutuhan segmen seperti ini dan tidak lebih.
Sebut saja segmen sasaran penghubung strategi fokus tidak
berbeda dengan segmen lain, maka strategi fokus tidak akan
berhasil. Sebagai contoh, dalam hal minuman ringan Royal Crown
telah berfokus pada minuman kola, sementara Coca-Cola dan
Pepsi memiliki lini produk yang luas dengan minuman bermacam
rasa. Namun, segmen Royal Crown dapat dilayani dengan baik
oleh diferensiasi menyeluruh dan fokus diferensiasi barangkali
merupakan Strategi yang paling sering dirancukan dalam praktik.
Perbedaannya adalah diferensiator menyeluruh mendasarkan
strateginya pada atribut yang dihargai secara luas (misalnya, IBM
dalam industri komputer), sementara penganut fokus diferensiasi
mencari segmen dengan kebutuhan khusus dan memenuhi
kebutuhan tersebut dengan lebih baik (misalnya, Cray Research
dalam industry komputer). Coke dan Pepsi sekaligus mereka
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 169
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
melayani segmen lain. Karena itu, Coke dan Pepsi menikmati
keunggulan bersaing dibandingkan Royal Crown dalam segmen
kola karena keekonomisan memiliki lini yang lebih luas.
Seandainya sebuah perusahaan dapat mencapai keunggulan
biaya yang dapat dipertahankan (fokus biaya) atau diferensiasi
(fokus diferensiasi) dalam segmennya dan segmen tersebut
menarik secara struktural, maka penganut strategi fokus akan
menjadi perusahaan berkinerja di atas rata-rata di dalam
industrinya. Daya tarik struktural segmen adalah kondisi yang
diperlukan karena beberapa segmen di dalam suatu industri jauh
kurang menguntungkan dibandingkan yang lain.
Sering terdapat ruang untuk beberapa strategi fokus yang
dapat dipertahankan di dalam suatu industri, asalkan penganut
strategi fokus memilih segmen sasaran yang berbeda.
Kebanyakan industri memiliki bermacam segmen, dan setiap
segmen yang memiliki kebutuhan pembeli yang berbeda atau
sistem produksi atau sistem pengiriman optimal yang berbeda
merupakan calon untuk strategi fokus.
Perusahaan yang menerapkan semua strategi generik, tetapi
gagal mencapai sesesuatupun, maka dapat dikatakan
perusahaan ini kena perangkap. Perusahaan ini dapat dikatakan
tidak memiliki keunggulan bersaing. Posisi strategis seperti ini
biasanya merupakan pemicu untuk kinerja (performance driver)
di bawah rata-rata. Sebuah perusahaan yang terperangkap
seperti ini akan bersaing pada posisi yang tidak menguntungkan
karena pemimpin biaya, diferensiator, atau penganut strategi
fokus akan memiliki posisi yang lebih baik untuk bersaing dalam
segmen manapun. Jika perusahaan yang terperangkap seperti ini
cukup beruntung menemukan produk atau konsumen yang
menguntungkan, pesaing dengan keunggulan bersaing yang
dapat dipertahankan, maka akan dengan cepat menghapuskan
keberuntungan itu. Dalam kebanyakan industri, cukup banyak
pesaing yang terperangkap seperti ini.
170 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Perusahaan yang terperangkap atau terjebak di tengah-
tengah akan memperoleh laba yang menarik, hanya jika struktur
industrinya sangat menunjang, atau jika perusahaan tersebut
cukup beruntung mempunyai pesaing yang juga terjebak di
tengah-tengah. Namun, biasanya, perusahaan seperti ini akan
jauh kurang mampu menghasilkan laba dibandingkan pesaingnya
yang berhasil menerapkan salah satu dari strategi generik.
Kematangan industri cenderung memperlebar perbedaan kinerja
di antara perusahaan dengan Strategi generik dan perusahaan
yang terjebak di tengah-tengah, karena hal ini menyingkapkan
kekeliruan strategi yang selama ini tersembunyi di balik
perkembangan yang pesat.
Terjebak di tengah-tengah sering merupakan manifestasi
dari tidak bersedianya suatu perusahaan untuk membuat pilihan
mengenai cara bersaing. Perusahaan mengusahakan keunggulan
bersaing melalui segala cara dan tidak mencapai satu pun, karena
pencapaian jenis keunggulan bersaing yang berbeda biasanya
memerlukan tindakan yang berbeda pula. Situasi terjebak di
tengah-tengah juga menimpa perusahaan-perusahaan sukses,
yang mengompromikan strategi generik mereka demi perkem-
bangan atau prestise. Contoh klasik adalah Laker Airways, yang
dimulai dengan strategi fokus biaya yang jelas yang didasarkan
pada operasi tanpa "embel-embel" dalam pasar Atlantik Utara
yang mengincar segmen tertentu dari masyarakat wisatawan
yang sangat peka harga.
Namun, seiring berlalunya waktu, Laker mulai menambahkan
embel-embel, pelayanan baru, dan rute baru. Tindakan ini
mengaburkan citra Laker, dan sistem pelayanan jasanya kurang
optimal. Akibatnya berupa kerugian besar dan Laker akhirnya
bangkrut.
Godaan untuk mengaburkan strategi generik menjadi
terjebak di tengah-tengah, sangat besar bagi penganut strategi
focus begitu perusahaan berhasil mendominasi segmen
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 171
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
sasarannya. Fokus melibatkan pembatasan volume penjualan
potensial secara disengaja. Keberhasilan dapat menyebabkan
penganut Strategi fokus kehilangan pandangan akan penyebab
keberhasilannya dan membahayakan strategi fokusnya demi
pertumbuhan. Daripada membahayakan strategi generiknya,
perusahaan biasanya akan lebih baik menemukan industri baru
untuk berkembang di mana perusahaan dapat menggunakan
Strategi generiknya kembali atau mengeksploitasi saling
keterhubungan.
Tiga strategi generik yang dikembangkan Porter sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, dapat membantu organisasi
memperoleh keunggulan kompetitif (Competitive Advantage),
yaitu kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter
menamakan ketiganya sebagai strategi umum.
Selain 3 strategi generik yang diuraikan Proter (1988),
terdapat pengembangan strategi yang dikembangkan Pearce dan
Robinson (2009) dan Bradley (2005).
Pearce dan Robinson (2009) menjelaskan bahwa strategi
bersaing dapat dilakukan dengan cara tiga hal, yaitu low cost
strategy atau lebih dikenal dengan strategi kepemimpinan biaya,
strategi diferensiasi (differentiation), dan speed based strategy
(kecepatan kapabilitas internal dalam memenuhi tuntutan pasar).
Konsep strategi diferensiasi menurut Pearce & Robinson,
memberikan keunikan kepada produk/jasa yang ditawarkan,
keunikan tersebut dapat terlihat dari ciri produk yang menawarkan
nilai-nilai yang dicari konsumen atau yang diharapkan konsumen
sehingga menjadi produk yang unik yang berbeda di mata
konsumen.
Dampak negatif atau risiko dari strategi ini menurut Pearce & Robinson adalah bahwa produk yang unik tidak dihargai cukup tinggi oleh pelanggan untuk menjustifikasi harga yang tinggi. Ketika hal ini terjadi strategi kepemimpinan harga dengan mudah mengalahkan strategi diferensiasi. Selain itu risiko yang lain dalam menjalankan strategi ini pesaing dapat mengembangkan cara
172 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
untuk menial fitur yang membedakan secara cepat. Dengan demikian, perusahaan harus menemukan sumber keunikan yang tahan lama yang tidak dapat ditiru secara cepat dan murah oleh perusahaan pesaing.
Dimensi selanjutnya dalam bersaing menurut Pearce & Robinson (2009) adalah speed based strategy atau kecepatan internal dalam memenuhi tuntutan pasar, yakni kemampuan perusahaan dalam memenuhi tuntutan pasar secara lebih cepat dibandingkan dengan pesaing. Kecepatan dalam memenuhi tuntutan pasar tersebut hares diikuti oleh pengembangan kapabilitas organisasi dan pengembangan teknologi.
Strategi yang dikembangkan oleh Bradley (2005) merupakan strategi bersaing berbasis waktu. Strategi bersaing berbasis waktu ini terdiri dari kecepatan (speed) memasarkan produk bare ke pasaran dan meningkatkan fleksibilitas (flexibility) untuk menawarkan ke lebih banyak pelanggan dengan pengiriman barang dan jasa yang lebih cepat. Sebagaimana disampaikan oleh Bradley (2005) bahwa:
"Time-based competition or speed to market has recently been suggested as a way of increasing, flexibility to offer customers more choice and faster delivery of goods and services. The market benefits to the firm of faster new product development and commercialization are numerous. Faster new product development allows the company: to charge higher prices; to adopt a shorter time horizon for forecasting sales and profits; to increase its market share; to provide excitement at retail level and increase consumer satisfaction; to obtain a greater number of product development experiences" .
5.7.4 Strategi Cepat Kecepatan (Speed) di dalam organisasi berkaitan dengan
bagaimana meraih peluang bisnis dengan kecepatan memasarkan produk baru ke pasaran dan kecepatan memproduksi hasil inovasi penelitian dari unit R&D. Manfaat bagi perusahaan pengembangan produk baru yang lebih cepat
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 173
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
sangat banyak, yaitu dengan pengembangan produk baru lebih cepat memungkinkan perusahaan untuk bisa mengubah harga yang lebih tinggi; memerlukan waktu yang lebih singkat dalam memprediksi penjualan dan keuntungan (profit); untuk meningkatkan pangsa pasar: untuk memberikan kegembiraan di tingkat ritel dan meningkatkan kepuasan konsumen: untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman pengembangan produk.
Organisasi yang sukses dalam memilih penggunaan waktu sebagai respon strategis, penting untuk tetap dekat dengan pelanggan yang mengakibatkan ketergantungan pelanggan juga meningkat. Berdasarkan strategi bersaing berbasis waktu juga memungkinkan organisasi untuk secara cepat menjadikan sistem nilai pengiriman langsung ke pelanggan yang mungkin memiliki pengaruh pertumbuhan dengan keuntungan yang lebih tinggi. Pelanggan menginginkan produk lebih cepat dari sebelumnya, manfaat bagi pelanggan dari kecepatan waktu ini adalah mereka tidak perlu persediaan; mereka dapat membuat keputusan pembelian lebih dekat dengan saat dibutuhkan: pelanggan mereka cenderung untuk membatalkan atau mengubah pesanan; mempercepat perputaran arus kas (cash flow) pelanggan; pangsa pasar tumbuh karena pelanggan ingin menerima dekat dengan pengiriman yang segera.
5.7.5 Strategi Fleksibel Fleksibilitas (Flexibility) merupakan kemampuan untuk
beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda. dan dengan berbagai individu atau kelompok. Fleksibilitas membutuhkan kemampuan memahami dan menghargai pandangan yang berbeda dan bertentangan mengenai suatu isu, menyesuaikan pendekatannya karena suatu perubahan situasi dan dapat menerima dengan mudah perubahan dalam organisasinya. Mengelola fleksibilitas perusahaan adalah suatu bentuk aktif menghadapi risiko manajemen (Yosevina, 2008).
Hal ini berarti suatu tanggapan aktif terhadap ketidak-pastian yang menunjukkan posisi atau kondisi perusahaan untuk menanggapi perubahan baik perubahan pasar,
174 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
teknologi maupun juga perubahan-perubahan yang berhubungan dengan permintaan konsumen.
Merujuk pada pandangan Porter (1996), Bradley (2005), Pearce & Robinson (2009), maka konsep strategi bersaing dimaknai sebagai strategi yang cocok untuk kondisi dan keadaan yang dihadapi bisnis atau usahanya saat ini, dapat diintegrasikan atau sendiri-sendiri tergantung kebutuhan dan perkembangan pasar atau konsumen yang menjadi bisnis utama (core business) nya.
Merujuk pada fenomena masalah yang terjadi di Industri Pertahanan, dalam strategi bersaing terdapat kesamaan dengan yang diungkapkan oleh para ahli di atas. Industri Pertahanan di Indonesia saat ini masih sulit bersaing karena tidak mempunyai produk unggulan yang dapat diandalkan, harga jual yang mahal, rendahnya inovasi terhadap produk, tingkat kecepatan dan fleksibilitas dalam mengantisipasi tuntutan pasar serta delivery kepada costumer yang masih relatif kalah dengan produk dari negara lain.
Hal tersebut menyebabkan menjadi lemah terutama dalam daya saing, sehingga memerlukan penetapan strategi bersaing yang tepat.
5.8 Penerapan Lebih dari Satu Strategi
Generik Tiap Strategi generik pada dasarnya merupakan pendekatan
yang berbeda untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing, menggabungkan jenis keunggulan bersaing yang diusahakan oleh perusahaan dengan cakupan target strategisnya.
Perusahaan pada umumnya, sejatinya membuat pilihan strategi yang tepat, atau akan terjebak di tengah antara pesaing yang ada. Manfaat mengoptimalkan strategi perusahaan terhadap segmen sasaran tertentu (fokus) tidak dapat diperoleh seandainya perusahaan secara serentak melayani jajaran segmen yang luas (keunggulan biaya atau diferensiasi). Kadang suatu perusahaan dapat menciptakan dua unit usaha yang terpisah
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 175
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
dalam satu lingkungan korporasi yang sama, masing-masing dengan strategi generik yang berbeda.
Contoh:
Salah satu usaha perhotelan Inggris Trusthouse Forte
(Rusdin, 2002), yang mengoperasikan lima jaringan hotel yang
terpisah yang masing-masing menargetkan segmen yang
berbeda. Namun, jika perusahaan tidak memisahkan unit-unitnya
secara tegas dalam menggunakan strategi generik yang berbeda,
maka perusahaan dapat membahayakan kemampuan masing-
masing unit dalam mencapai keunggulan bersaing.
Suatu pendekatan yang kurang optimal untuk bersaing, yang
mungkin terjadi karena adanya saling mempengaruhi di antara
unit-unit, kebijakan dan budaya perusahaan, akan menyebabkan
perusahaan terjebak di tengah-tengah.
Mencapai keunggulan biaya dan diferensiasi biasanya juga
tidak konsisten, karena diferensiasi biasanya mahal. Supaya unik
dan menikmati harga yang optimal, perusahaan diferensiator
dengan sengaja menaikkan biaya, seperti yang dilakukan
Caterpillar dalam industri peralatan konstruksi di Inggris.
Sebaliknya, keunggulan biaya sering mengharuskan
perusahaan membatalkan diferensiasi melalui standardisasi
produk, pengurangan biaya umum pemasaran, dan sebagainya.
Pengurangan biaya sejatinya tidak selalu mengharuskan
pengorbanan diferensiasi. Banyak perusahaan telah menemukan
cara-cara untuk mengurangi biaya bukan hanya tanpa
mengorbankan diferensiasi, melainkan justru benar-benar
meningkatkannya, dengan menggunakan praktik-praktik yang
lebih efisien dan efektif atau menggunakan teknologi yang
berbeda.
Karena bukan tidak mungkin penghematan biaya yang
dramatis dapat dicapai tanpa dampak pada diferensiasi yang
dilakukan. Andaikata perusahaan tidak berkonsentrasi pada
176 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
pengurangan biaya sebelumnya. Namun, pengurangan biaya
tidak sama dengan pencapaian keunggulan biaya. Ketika
berhadapan dengan pesaing kuat yang juga mengusahakan
keunggulan biaya, perusahaan akhirnya akan mencapai titik di
mana pengurangan biaya lebih jauh mengharuskan pengorbanan
dalam diferensiasi.
Pada titik inilah kedua strategi generik menjadi tidak
konsisten dan perusahaan harus menetapkan pilihan. Jika
perusahaan dapat mencapai keunggulan biaya dan diferensiasi
secara serentak, imbalannya besar karena manfaat kedua
strategi saling melengkapi diferensiasi menghasilkan harga yang
optimal, sementara pada saat yang sama keunggulan biaya
menghasilkan biaya yang lebih rendah.
Contoh:
Tentang perusahaan yang telah mencapai keunggulan biaya
sekaligus diferensiasi di dalam segmen ini adalah Crown Cork and
Seal dalam industri kemasan logam Crown menargetkan segmen
yang disebut "sulit dipegang" dalam industry kemasan kaleng
untuk bir, minuman ringan, dan industri aerosol.
Crown membuat kemasan hanya dari bahan baja bukannya
menggunakan bahan dari aluminium. Dalam segmen sasarannya,
Crown telah mendiferensiasikan diri berdasarkan pelayanan,
bantuan teknologi, dan tawaran lain lengkap dengan kaleng dan
tutup kaleng dari baja, dan mesin pengalengan.
Diferensiasi jenis ini akan jauh lebih sulit dicapai dalam
segmen industri lain yang memiliki kebutuhan-kebutuhan yang
berbeda. Pada saat yang sama, Crown menyediakan fasilkasnya
hanya untuk memproduksi jenis kaleng yang diminta oleh
pembeli dalam segmen pilihannya dan secara agresif
mengadakan investasi dalam teknologi pengalengan baja dua
potong. Sebagai hasilnya, Crown mungkin mencapai status
produsen yang berbiaya rendah dalam segmennya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 177
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Terdapat tiga kondisi yang memungkinkan sebuah
perusahaan secara serentak mencapai keunggulan Biaya dan
Diferensiasi:
Pertama, Para pesaing terjebak di tengah-tengah. Ketika
para pesaing terjebak di tengah-tengah, tak satu pun memiliki
posisi yang cukup baik untuk memaksa suatu perusahaan hingga
titik di mana keunggulan biaya dan diferensiasi menjadi tidak
konsisten. Inilah yang terjadi dengan Crown Cork. Para pesaing
utamanya tidak melakukan investasi dalam teknologi produksi
kaleng baja berbiaya rendah, sehingga Crown mencapai
keunggulan biaya tanpa perlu mengorbankan diferensiasi dalam
prosesnya. Namun, seandainya para pesaing menggunakan
Strategi keunggulan biaya yang agresif, upaya Crown untuk
mengusahakan biaya rendah dan diferensiasi mungkin gagal
sehingga perusahaan ini terjebak di tengah-tengah. Peluang
pengurangan biaya yang tidak mengorbankan diferensiasi pasti
akan digunakan oleh para pesaing Crown.
Walaupun pesaing yang terjebak di tengah-tengah
memungkinkan sebuah perusahaan untuk mencapai diferensiasi
sekaligus biaya rendah, keadaan ini sering hanya bersifat
sementara. Akhirnya pesaing akan memilih suatu Strategi generik
dan mulai melaksanakannya dengan baik, sehingga memaksa
diadakannya pemilihan antara keunggulan biaya dan diferensiasi.
Dengan kata, perusahaan sejatinya memilih jenis keunggulan
bersaing yang ingin dipertahankannya dalam jangka panjang.
Bahaya dalam menghadapi pesaing yang lemah adalah
perusahaan akan mulai mengompromikan posisi biayanya atau
diferensiasi guna mencapai keduanya dan membiarkan dirinya
rentan terhadap munculnya pesaing yang kuat.
Kedua, Biaya dipengaruhi secara kuat oleh bagian pasar atau
saling keterhubungan. Keunggulan biaya dan diferensiasi
mungkin pula dicapai secara serentak sementara posisi biaya
sangat ditentukan oleh bagian pasar, dan bukan oleh desain
178 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
produk, tingkat teknologi, pelayanan yang disediakan, atau
faktor-faktor lain.
Jika sebuah perusahaan dapat membuka suatu keunggulan
bagian pasar yang besar, keunggulan biaya dari bagian pasar
dalam beberapa aktivitas memungkinkan perusahaan
mengadakan biaya tambahan di tempat lain dan tetap memper-
tahankan keunggulan biaya secara keseluruhan, atau bagian
pasar mengurangi biaya diferensiasi dibandingkan dengan
pesaing.
Dalam situasi terkait, keunggulan biaya dan diferensiasi dapat
dicapai pada waktu yang sama ketika ada saling keterhubungan
yang penting antar industri yang dapat dimanfaatkan oleh satu
pesaing sementara yang lain tidak dapat. Saling keterhubungan
tanpa tandingan ini dapat menurunkan biaya diferensiasi atau
mengimbangi biaya diferensiasi yang lebih tinggi. Meskipun
demikian, penggunaan serentak keunggulan biaya dan diferen-
siasi selalu rentan terhadap pesaing kuat yang menetapkan
pilihan satu Strategi generik dan melakukan investasi secara
agresif untuk melaksanakannya dan menyesuaikan dengan
bagian pasar atau saling keterhubungan.
Ketiga, Perusahaan merintis inovasi besar. Memperkenalkan
inovasi teknologi yang penting memungkinkan perusahaan
menurunkan biaya sekaligus meningkatkan diferensiasi, dan
barangkali mencapai kedua Strategi. Memperkenalkan teknologi
manufaktur otomatis yang baru dapat menimbulkan efek ini,
seperti halnya memperkenalkan teknologi sistem informasi yang
baru untuk mengelola logistik atau mendesain produk dengan
komputer. Praktik baru inovatif yang tidak berhubungan dengan
teknologi juga dapat menimbulkan efek ini. Sebagai contoh,
membina hubungan kerja sama dengan pemasok juga dapat
menurunkan biaya masukan dan meningkatkan mutu masukan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 179
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Akan tetapi, kemampuan untuk menurunkan biaya dan
melakukan diferensiasi dimungkinkan jika perusahaan
merupakan satu-satunya yang memiliki inovasi baru. Begitu
pesaing juga memperkenalkan inovasi, perusahaan sekali lagi
terpaksa harus memilih salah satunya. Apakah sistem
informasinya akan didesain untuk menekankan keunggulan biaya
atau diferensiasi, misalnya, dibandingkan dengan sistem
informasi pesaing? Perusahaan perintis mungkin dirugikan
seandainya dalam mengusahakan biaya yang rendah sekaligus
melakukan diferensiasi, inovasinya tidak memperhitungkan
kemungkinan adanya peniruan. Biaya rendah atau diferensiasi
mungkin saja tidak tercapai jika inovasinya ditandingi oleh
pesaing yang memilih satu Strategi generik.
Perusahaan harus selalu agresif mengejar semua peluang
pengurangan biaya yang tidak mengorbankan diferensiasi.
Perusahaan juga harus mengejar semua peluang diferensiasi
yang tidak mahal. Akan tetapi, di luar itu perusahaan harus siap
memilih keunggulan bersaing mana yang akan digunakannya.
Strategi generik tidak akan menghasilkan kinerja di atas rata-
rata kecuali jika strategi tersebut dapat dipertahankan sewaktu
berhadapan dengan pesaing, walaupun tindakan memperbaiki
struktur industri mungkin memperbaiki profitabilitas di seluruh
industri bahkan seandainya tindakan ini ditiru oleh pesaing.
Kesanggupan bertahan atau daya tahan dari ketiga Strategi
generic (Biaya, Diferensiasi, dan Fokus) menuntut agar
keunggulan bersaing suatu perusahaan bertahan dari gangguan
oleh perilaku pesaing atau evolusi industri. Masing-masing
strategi generic melibatkan risiko yang berbeda.
Kesanggupan bertahan suatu strategi generik mengharuskan
perusahaan memiliki beberapa penghalang yang membuat
peniruan strategi sulit dilakukan. Namun, karena penghalang bagi
peniruan tidak pernah mungkin tidak dapat diatasi, maka
biasanya perusahaan perlu memberikan sasaran yang bergerak
180 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
kepada para pesaingnya dengan melakukan investasi untuk terus
memperbaiki posisinya.
Masing-masing strategi generik juga merupakan ancaman
potensial bagi pihak lain, misalnya, penganut strategi fokus harus
waspada terhadap pesaing bersasaran luas dan sebaliknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesanggupan bertahan dari
masing-masing strategi generik akan dibicarakan secara panjang
lebar dalam bab selanjutnya. Uraian selanjutnya dapat digunakan
untuk menganalisis cara menyerang pesaing yang menggunakan
strategi generik apa pun.
Contoh 1:
Perusahaan yang menggunakan diferensiasi menyeluruh
dapat diserang oleh perusahaan yang membuka kesenjangan
biaya yang besar, menyempitkan jangkauan diferensiasi,
mengubah strategi diferensiasi yang diinginkan oleh pembeli
ke dimensi lain, atau melakukan strategi fokus. Masing-masing
Strategi generik rentan terhadap jenis serangan yang berbeda.
Dalam beberapa industri, struktur industri atau strategi
pesaing menghilangkan kemungkinan penerapan satu atau
beberapa Strategi generik.
Contoh 2:
Kadang perusahaan tidak mungkin memperoleh keunggulan
biaya karena beberapa perusahaan sama-sama memiliki skala
ekonomis, akses ke bahan mentah, atau penggerak biaya lain.
Demikian pula halnya, sebuah industri dengan beberapa segmen
atau hanya perbedaan kecil di antara segmen- segmen, seperti
Low Density Polyethylene, mungkin hanya memberikan sedikit
peluang bagi berjalannya Strategi fokus. Karena itu, bauran
Strategi generik akan bervariasi dari satu industri ke industri lain.
Namun, dalam banyak industri ketiga, strategi generik dapat
hadir bersama-sama secara menguntungkan selama perusahaan-
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 181
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
perusahaan dalam industri tersebut menggunakan strategi yang
berbeda-beda atau memilih basis yang berbeda terhadap strategi
diferensiasi atau strategi fokus. Dalam dunia industri di mana
beberapa perusahaan yang kuat menggunakan strategi
diferensiasi yang berbeda berdasarkan sumber nilai pembeli
yang berbeda sering menghasilkan profitabilitas yang tinggi.
Hal ini cenderung memperbaiki struktur industri dan
menghasilkan persaingan industri yang stabil. Akan tetapi,
seandainya dua perusahaan atau lebih memilih untuk
menggunakan strategi generik yang sama dengan dasar yang
sama, maka hasilnya dapat berupa perang berkepanjangan dan
tidak menguntungkan.
Spekulasi terburuk yang sering terjadi jika beberapa
perusahaan sama-sama menggunakan keunggulan biaya. Karena
itu, pilihan strategi generik yang lalu dan yang sekarang oleh para
pesaing menimbulkan dampak pada pilihan yang tersedia bagi
sebuah perusahaan dan biaya untuk mengubah posisinya.
Konsep strategi generik sejatinya didasarkan pada premis
bahwa ada beberapa cara di mana keunggulan bersaing dapat
dicapai, bergantung pada struktur industri. Jika semua
perusahaan di dalam suatu industri mengikuti prinsip-prinsip
keunggulan bersaing, masing-masing perusahaan akan memilih
basis yang berbeda terhadap keunggulan bersaing. Walaupun
tidak semua akan berhasil, strategi generik menyediakan rute
alternatif untuk kinerja yang unggul.
Beberapa konsep perencanaan strategis telah diuraikan di
banyak literatur, secara simultan hanya pada satu rute menuju
keunggulan bersaing, yang paling popular dari Porter (1988),
yaitu kepemimpinan biaya (cost leadership). Konsep seperti ini
tidak hanya gagal menjelaskan keberhasilan banyak perusahaan,
tetapi juga dapat mendorong semua perusahaan dalam suatu
industri untuk menggunakan jenis keunggulan bersaing yang
182 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
sama dengan cara yang sama dengan hasil yang dapat
diramalkan berupa bencana.
Beberapa risiko yang dapat digambarkan di masing-masing
strategi generik, yaitu: risiko pada biaya, diferensiasi, dan fokus,
dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut:
Tabel 5.1 Risiko Strategi Generik
RISIKO
KEUNGGULAN
BIAYA
RISIKO
DIFERENSIASI
RISIKO FOKUS
Keunggulan biaya tidak
bertahan lama:
Pesaing meniru
Teknologi berubah
Basis lain untuk
keunggulan biaya
runtuh
Diferensiasi tidak
bertahan lama:
Pesaing meniru
Basis untuk
diferensiasi menjadi
kurang penting bagi
pembeli
Strategi fokus ditiru
Segmen sasaran
menjadi tidak menarik
secara:
structural
struktur rusak
permintaan
menghilang
Kedekatan
(Proksimitas) dalam
diferensiasi hilang
Kedekatan biaya hilang
Pesaing bersasaran
luas menguasai
segmen:
perbedaan segmen
dengan segmen lain
menyempit
keunggulan lini luas
meningkat
Penganut Strategi focus
mencapai biaya yang
lebih rendah dalam
segmen
Penganut strategi focus
diferensiasi mencapai
diferensiasi yang
bahkan lebih besar
dalam segmen
Penganut baru Strategi
focus menggarap
subsegmen dalam
industri
Sumber: Porter (1988)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 183
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
5.9 Strategi Generik dan Evolusi Industri Perubahan dalam struktur industri dapat mempengaruhi
dasar-dasar yang melandasi Strategi generik dan dengan
demikian mengubah keseimbangan di antara mereka.
Contoh 1:
Dengan lahirnya sistem pengendalian elektronik dan
pengembangan citra yang baru sangat mengikis pentingnya
pelayanan sebagai dasar untuk diferensiasi pada industri mesin
fotokopi. Perubahan struktur menciptakan banyak risiko seperti
yang diperlihatkan di dalam bahasan selanjutnya.
Perubahan struktur dapat mengubah keseimbangan relatif di
antara strategi-strategi generik dalam suatu industri karena
perubahan ini dapat mengubah kemampuan bertahan dari suatu
Strategi generik atau ukuran keunggulan bersaing yang
dihasilkan olehnya.
Contoh 2:
Industri mobil, pada awal sejarahnya, perusahaan-
perusahaan mobil terkemuka menganut strategi diferensiasi
dalam produksi mobil turing yang mahal. Perubahan teknologi
dan pasar menciptakan peluang bagi Henry Ford untuk
mengubah aturan persaingan dengan menggunakan Strategi
keunggulan biaya menyeluruh yang klasik, berdasarkan produksi
berbiaya rendah untuk model standar yang dijual dengan harga
murah.
Ford dengan cepat mendominasi industri tersebut di seluruh
dunia. Akan tetapi, pada akhir tahun 1920-an pertumbuhan
ekonomi, keakraban yang semakin berkembang dengan mobil,
dan perubahan teknologi telah menciptakan peluang bagi General
Motors untuk mengubah aturan sekali lagi perusahaan ini
menggunakan Strategi diferensiasi berdasarkan lini yang luas, ciri
khas, dan harga premi. Selama evolusi ini, pesaing yang
menggunakan Strategi fokus juga terus berhasil (Porter, 1988).
184 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Satu perang jangka panjang lain di antara strategi-strategi
generik telah terjadi dalam perdagangan umum, seperti: K-Mart,
Indomart, AlfaMart, Giant, dan beberapa toko lainnya yang sering
memberikan diskon, Hal tersebut bermakna telah menerapkan
strategi keunggulan biaya melawan Sears dan toko serba ada
konvensional lain, yang menonjolkan biaya umum rendah dan
barang dagangan bermerek nasional. Namun, K Mart sekarang
menghadapi persaingan dari toko-toko diskon yang lebih
terdiferensiasi yang menjual barang dagangan yang berorientasi
mode, seperti Wal-Mart. Pada saat yang sama, toko diskon yang
menganut Strategi fokus telah masuk dan menjual produk seperti
barang olahraga (Herman's), alat bantu kesehatan dan
kecantikan (CVS), dan buku (Barnes and Noble). Ruang pamer
katalog juga berfokus pada peralatan rumah tangga dan
perhiasan, dengan menggunakan Strategi berbiaya rendah pada
segmen itu. Jadi, basis untuk keunggulan bersaing K Man telah
dirusak dan Mart mengalami kesulitan untuk mengalahkan kinerja
rata-rata industri.
Contoh 3:
Beberapa waktu yang lalu telah digunakan strategi generik
untuk industri vodka. Bahkan Smirnoff telah lebih lama menjadi
produsen terdiferensiasi dalam industri ini, berdasarkan
penempatan awalnya sebagai merek kelas atas dan dukungan
iklan yang gencar. Akan tetapi, ketika perkembangan melambat
dan industri tersebut menjadi lebih kompetitif, vodka berlabel
pribadi dan merek berharga murah merusak posisi Smirnoff.
Pada saat yang sama, vodka Stolichnaya dari PepsiCo
menancapkan posisi yang lebih terdiferensiasi dibandingkan
Smirnoff melalui Strategi fokus. Smirnoff terperangkap dalam
situasi yang mengancam kinerjanya yang selama ini unggul.
Sebagai respons, Smirnoff memperkenalkan beberapa merek
baru, termasuk merek premium untuk menandingi Stolichnaya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 185
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
5.10 Strategi Generik dan Struktur
Organisasi Masing-masing Strategi generik menuntut keterampilan dan
persyaratan yang berbeda untuk berhasil, yang umumnya
diwujudkan dalam perbedaan struktur dan budaya organisasi.
Keunggulan biaya biasanya memerlukan sistem pengendalian
yang ketat, minimalisasi biaya umum, pengejaran skala
ekonomis, dan dedikasi pada kurva pembelajaran; ini dapat
menjadi kontra produktif bagi perusahaan yang berusaha
mendiferensiasikan diri melalui aliran produk baru yang kreatif
dan terus-menerus.
Perbedaan organisasional yang lazim ditimbulkan oleh
masing-masing strategi generik mengandung beberapa implikasi.
Karena sering ada ketidakkonsistenan ekonomis dalam
menggunakan lebih dari satu Strategi generik, perusahaan tidak
menghendaki struktur organisasinya menjadi kurang optimal
karena menggabungkan praktik-praktik yang tidak konsisten.
Sudah menjadi mode untuk menggunakan seleksi dan motivasi
eksekutif dengan "misi" suatu unit usaha, biasanya dinyatakan
dalam istilah membangun, mempertahankan atau menuai bagian
pasar. Sebenarnya sama jika tidak lebih penting untuk
menyesuaikan seleksi dan motivasi eksekutif dengan Strategi
generik yang dianut.
Konsep Strategi generik juga memiliki dampak terhadap
peran budaya dalam keberhasilan bersaing. Budaya, yang sulk
untuk didefinisikan menetapkan norma dan sikap yang
membantu membentuk sebuah organisasi, telah mulai dipandang
sebagai unsur penting dari perusahaan yang berhasil. Namun,
budaya yang berbeda disiratkan oleh Strategi generik yang
berbeda. Diferensiasi mungkin dipermudah oleh suatu budaya
yang mendorong inovasi, individualitas, dan pengambilan risiko
(Hewlett-Packard), sementara keunggulan biaya mungkin
dipermudah oleh kesederhanaan, disiplin, dan perhatian pada
186 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
rincian "Uraian yang lebih rinci tentang keterampilan-
keterampilan yang berbeda yang diperlukan oleh masing-masing
Strategi generik diberikan di dalam Strategi Bersaing.
(Emerson Electric). Budaya dapat mengukuhkan secara kuat
keunggulan bersaing yang hendak dicapai oleh suatu Strategi
generik, seandainya budaya tersebut adalah budaya yang tepat.
Tidak ada yang disebut budaya yang baik atau buruk. Budaya
adalah sarana untuk mencapai keunggulan bersaing, bukan
tujuan itu sendiri.
Hubungan antara Strategi generik dan Organisasi juga
memiliki implikasi untuk perusahaan yang terdiversifikasi. Ada
kecenderungan pada perusahaan yang terdiversifikasi untuk
menerapkan Strategi generik yang sama dalam banyak unit
usaha mereka karena keterampilan dan kepercayaan dikembang-
kan untuk menjalankan pendekatan tertentu terhadap
keunggulan bersaing. Lebih jauh, manajemen senior sering
memperoleh pengalaman dalam menjalani jenis Strategi tertentu.
Sebagai contoh, Emerson Electric terkenal karena menerapkan
keunggulan biaya secara kuat dalam banyak unit usahanya,
seperti juga Heinz.
Bersaing dengan strategi generik yang sama dalam banyak
unit usaha adalah salah satu cara yang diambil oleh perusahaan
yang terdiversifikasi untuk dapat menambahkan nilai pada unit-
unit usaha itu. Subjek ini akan dibahas di dalam Bab 9 ketika saya
menguraikan saling keterhubungan di antara unit-unit usaha.
Namun, penggunaan Strategi generik yang sama mengandung
beberapa risiko yang harus diperhatikan.
Satu risiko yang jelas adalah perusahaan yang terdiversifikasi
akan memaksakan strategi generic tertentu pada suatu unit
usaha yang industrinya (atau posisi awal) tidak akan mendukung
unit usaha tersebut. Satu lagi risiko yang lebih tidak kentara
adalah unit usaha akan dipahami secara keliru karena keadaan di
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 187
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
dalam industrinya tidak konsisten dengan Strategi generik yang
berlaku.
Lebih buruk lagi, Strategi unit usaha seperti ini mungkin akan
dirusak oleh manajemen senior. Karena masing-masing Strategi
generik sering menuntut pola investasi yang berbeda dan jenis
eksekutif dan budaya yang berbeda maka ada risiko bahwa suatu
unit usaha yang "lain sendiri" terpaksa akan berjalan dengan
kebijakan dan target perusahaan yang tidak sesuai. Sebagai
contoh, tujuan penghematan biaya di segala bidang atau
kebijakan personalia yang berlaku untuk keseluruhan perusahaan
dapat merugikan bagi unit usaha yang berusaha
mendiferensiasikan diri melalui mutu dan pelayanan, seperti
halnya kebijakan mengenai biaya umum yang sesuai terhadap
diferensiasi dapat merusak suatu unit usaha yang berusaha untuk
menjadi produsen berbiaya rendah.
5.11 Strategi Generik dan Proses
Perencanaan Strategis Karena peran keunggulan bersaing sangat penting dalam
kinerja yang unggul, inti dari rencana Strategis suatu perusahaan
seharusnya adalah Strategi generiknya. Strategi generik
menetapkan pendekatan mendasar terhadap keunggulan
bersaing yang diusahakan oleh suatu perusahaan, dan
memberikan konteks tindakan yang harus diambil di dalam setiap
bidang fungsional. Akan tetapi, dalam praktik, banyak rencana
strategi berupa daftar langkah tindakan tanpa uraian yang jelas
tentang apa keunggulan bersaing yang harus diupayakan
perusahaan untuk mencapainya.
Rencana seperti ini mungkin mengabaikan tujuan
mendasar dari keunggulan bersaing dalam proses menjalani
seluk-beluk mekanis perencanaan. Demikian pula halnya, banyak
rencana disusun berdasarkan proyeksi harga dan biaya yang akan
datang yang hamper selalu salah, dan bukan pada pengertian
188 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
mendasar tentang struktur industri dan keunggulan bersaing
yang akan menentukan profitabilitas terlepas dari berapa harga
dan biaya aktualnya.
Sebagai bagian dari proses perencanaan Strategis mereka,
banyak perusahaan terdiversifikasi menggolongkan unit-unit
usaha dengan menggunakan sistem seperti bangun, pertahan-
kan, atau tuai. Penggolongan ini sering digunakan untuk
menguraikan atau meringkas Strategi unit-unit usaha. Walaupun
penggolongan ini mungkin berguna dalam memikirkan tentang
alokasi sumber daya dalam perusahaan terdiversifikasi,
merancukan penggolongan tersebut dengan Strategi akan sangat
menyesatkan.
Strategi dari unit usaha adalah rute menuju keunggulan
bersaing yang akan menentukan kinerja unit bersangkutan.
Membangun, mempertahankan, dan menuai adalah hasil dari
Strategi generik, atau pengakuan akan ketidaksanggupan
menerapkan Strategi generik apa pun dan karenanya merupakan
hasil dari kebutuhan untuk menuai. Begitu pula, akuisisi dan
integrasi vertikal bukanlah Strategi, melainkan sarana untuk
mewujudkannya.
Satu lagi praktik yang lazim dalam perencanaan Strategis
adalah menggunakan bagian pasar untuk menjabarkan posisi
bersaing suatu unit usaha. Beberapa perusahaan justru
melangkah begitu jauh dengan menetapkan tujuan bahwa semua
unit usaha mereka harus menjadi pemimpin (nomor satu atau
nomor dua) dalam industri mereka. Pendekatan terhadap Strategi
ini sebenarnya berbahaya walaupun kelihatannya jelas.
Walaupun bagian pasar memang relevan dengan posisi bersaing
(misalnya, karena skala ekonomis), keunggulan industri bukanlah
sebab, melainkan akibat dari keunggulan bersaing.
Bagian pasar sendiri tidak penting untuk bersaing;
keunggulan bersainglah yang penting. Mandat Strategis untuk
unit usaha haruslah untuk mencapai keunggulan bersaing.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 189
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Pengejaran kepemimpinan demi kepemimpinan itu sendiri
mungkin menjamin bahwa perusahaan tidak pernah mencapai
keunggulan bersaing atau justru kehilangan keunggulan bersaing
yang pernah dimilikinya.
Tujuan kepemimpinan itu sendiri juga melibatkan manajer
dalam perdebatan tanpa akhir mengenai bagaimana suatu
industri seharusnya didefinisikan untuk mengukung bagian pasar.
Hal ini sekali lagi mengaburkan pencarian keunggulan bersaing
yang merupakan inti dari Strategi. Dalam beberapa industri, para
pemimpin pasar tidak menikmati kinerja terbaik karena struktur
industri tidak menguntungkan bagi kepemimpinan.
Contoh yang mutakhir adalah Continental Illinois Bank, yang
menetapkan tujuan eksplisit berupa kepemimpinan pasar dalam
pemberian pinjaman untuk pedagang besar. Bank ini berhasil
mencapai tujuannya, tetapi ke-pemimpinan tidak diterjemahkan
ke dalam keunggulan bersaing. Dorongan untuk menjadi
pemimpin pasar justru menyebabkan bank ini membuat pinjaman
yang tidak akan dilakukan oleh bank-bank lain, dan ini
meningkatkan biaya.
Kepemimpinan juga berarti bahwa Continental Illinois harus
berhadapan dengan perusahaan-perusahaan besar yang sangat
kuat dan nasabah yang peka harga. Continental Illinois akan
membayar harga kepemimpinan tersebut selama beberapa
tahun. Dalam banyak perusahaan lain seperti Burlington
Industries di bidang tekstil dan Texas Instruments dalam bidang
elektronik, pengejaran kepemimpinan demi kepemimpinan itu
sendiri kadang tampak mengalihkan perhatian dari pencapaian
dan pemeliharaan keunggulan bersaing.
190 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
BAB VI
PEMIKIRAN STRATEGIK
Persepsi dan/atau pemahaman dalam memaknai sesuatu sangat tergantung darimana atau dari sudut pandang mana dan kajian apa atau penelitian apa yang dihasilkan seseorang, demikian halnya dalam memahami strategi bersaing. Beberapa pemikir strategi yang dapat penulis rangkum, sebagai berikut:
Adair, John (1934), sebagai pelopor “kepemimpinan yang berpusat pada tindakan” di Inggris yang menekankan peran kepemimpinan dan bahwa keterampilan untuk memimpin dapat diajarkan. Berperawakan tinggi, sopan, dan berbicara dengan lembut, sekalipun demikian tidak berbicara membanggakan dirinya sendiri. Dia menetapkan kepemimpinan sebagai tiga lingkaran yang saling tumpang tindih, terdiri dari Tugas, Tim dan Individual. Karyanya patut dibaca. Kaidah setengah-setengah dari Adair, yang mengatakan bahwa separuh motivasi orang berasal dari faktor-faktor internal, dan separuh yang lain dari faktor-faktor eksternal, termasuk pemimpin. Dia juga mengata-kan bahwa 50% dari sukses berasal dari tim dan 50% dari pemimpin.
Alexander, Marcus (1958), sebagai manajer yang inovatif semakin membuka ikatan (memisahkan) hak kepemilikan (menyangkut menangkap nilai sisa) dari hak membuat keputusan (menyangkut penyebaran yang sah dari sumber daya). Bila hanya menginginkan hak untuk menyebarkan sumber daya dengan cara tertentu, kepemilikan mungkin tidak diperlukan dan mahal. Sekarang semuanya telah berubah, banyak sekali dari apa yang dikelola di dalam organisasi tidak harus dimiliki, seperti ketika manajer menyewa peralatan. Demikian pula, pemasok dan bentuk kerja sama yang lain mungkin dikelola dan sentral pada proses penciptaan nilai organisasi, tetapi tidak di dalam organisasi.
Selanjutnya, terdapat aktivitas yang menggunakan sumber daya dari luar, yaitu outsourcing baik organisasinya maupun
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 191
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
pengelolaannya. Terdapat 3 (tiga) hipotesis kerja yang diajukan Alexander, yaitu:
1. Mengurangi aset organisasi akan cenderung meningkatkan penghasilan;
2. Mengurangi aktivitas organisasi akan cenderung meningkatkan penghasilan
3. Mengelola aktivitas tanpa memiliki aset akan cenderung meningkatkan penghasilan, bila itu merupakan suatu bidang keterampilan inti.
Andrews, Kenneth (1971-1987), mengajukan model untuk kepada para eksekutif, terutama direktur utama, awalnya memikirkan mengenai dua pemahaman, yaitu:
1. Menilai keadaan eksternal, terdiri dari ancaman dan peluang dalam lingkungan;
2. Menilai keadaan internal mengenai kekuatan dan kelemahan organisasi, dan itu berarti kompetensinya yang membedakan.
Pilihan strategis kemudian disusun dan dievaluasi menurut empat komponen strategi, yaitu:
1. Apa yang mungkin dilakukan perusahaan, jika memiliki peluang pasar;
2. Apa yang dapat dilakukan perusahaan, jika memiliki kompetensi dan sumber daya korporasi;
3. Apa yang ingin dilakukan perusahaan, jika memiliki aspirasi dari eksekutif kunci;
4. Apa yang seharusnya dilakukan perusahaan, jika memiliki tanggung jawab sosialnya.
Selanjutnya satu strategi dipilih, dengan penekanan tertentu pada kecocokan antara peluang eksternal dan kompetensi yang dimiliki perusahaan, dan selanjutnya disebarluaskan oleh direktur utama dan diimplementasikan. Struktur organisasi seharusnya dimodifikasi, bila perlu, untuk mempermudah implementasi strategi.
Ansoff, H. Igor (1918), Ansoff mengasumsikan bahwa tujuan dari suatu perusahaan adalah memaksimalkan profitabilitas (pengembalian atas investasi) jangka panjang dan kemudian memberikan setumpuk daftar periksa dan bagan untuk memperoleh objektivitas, menilai Synergy antara bagian-bagian
192 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
yang berbeda dari perusahaan (fungsi dan bisnis), menilai profil Competence perusahaan dan memutuskan cara untuk memperluas usaha (cara melakukan diversifikasi, cara menilai apakah memasuki suatu industri kemungkinan memberikan return on investment/ROI) yang diinginkan, apakah akan mengakuisisi atau melakukan pertumbuhan organik, dan cara memberi bobot alternatif dengan memberikan pertimbangan pada sejumlah faktor yang disoroti). Dia menekankan perlunya “urutan umum” untuk semua bisnis perusahaan bila ingin menambah nilai.
Argyris, Chris (1923), Riset yang dilakukan oleh Argyris menyoroti sejauh mana sebagian besar manajer bertingkah laku defensif dan menolak melibatkan emosinya. “saya menyimpul-kan” tulisnya mengenai salah satu studi mengenai manajemen senior, “bahwa (mereka) secara tidak sadar bertingkah laku dengan cara yang tidak mendorong pengambilan risiko, keterbukaan, ekspresi perasaan, dan hubungan bersatu, mempercayai”.
Argyris dan Schon menyatakan ide mengenai cara belajar organisasi dengan simpul tunggal dan simpul ganda. Cara belajar simpul tunggal mendeteksi kesalahan dan membuat organisasi tetap berada di jalurnya. Cara belajar simpul ganda mempertanyakan apakah strategi benar dan memungkinkan eksekutif untuk mencerminkan secara kritis mengenai apa yang mereka lakukan, dan mengajarkan kepada mereka untuk saling belajar dari sesama: cara merubuhkan pertahanan yang menghalangi proses belajar.
Sebagian besar orang dalam organisasi memang kurang pandai dalam belajar. Tidak mengherankan, Learning Organization perlu banyak bantuan dalam perjalanannya.
Bernard, Chester (1886-1961), Bernard melihat bahwa (1) Organisasi tidak sekedar instrumen rasional yang mencoba melaksanakan tugas mencapai sasaran yang telah ditetapkan, tetapi organisasi juga merupakan komunitas, dan dalam suatu komunitas semua tindakan individual dan organisasi secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan dan saling tergantung; (2) Kontribusi utama yang diperlukan bagi eksekutif adalah loyalitas, didominasi oleh kepribadian organisasi; (3)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 193
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Tanggung jawab eksekutif tidak hanya memerlukan penyesuaian diri terhadap kode kompleks dari moral tetapi juga penciptaan kode moral untuk orang lain.
Bower, Marvin (1903), Bower memikirkan bahwa konsultasi manajemen sampai saat itu belum dipercaya sepenuhnya dan aktivitas ad hoc, yang dapat menjadi profesi yang dapat dibandingkan dengan hukum. Profesionalisme dipandang sebagai masalah kecerdasan tinggi dan penyandian dari semua pengetahuan yang bermanfaat dan berkaitan dengan ilmu manajemen, tetapi sebenarnya jauh lebih dari itu, profesionalisme berakar dalam mutu dan integritas mengenai hubungan klien profesional.
Bower menekankan bahwa McKinsey harus mendahulukan kepentingan klien, daripada kepentingan klien, kecepatan tanggapan kepada klien, dan integritas dalam menceritakan kebenaran kepada klien, seperti anggapan oleh profesional, semuanya diserukan kepada Perusahaan oleh Bower. Dia membuat McKinsey perusahaan bergengsi dan didirikan dalam konsultasi manajemen di seluruh dunia berdasarkan etika profesionalismenya.
Campbell, Andrew (1950), Pada tahun 1990 bukunya yang berjudul A Sense of Mission menekankan bahwa pernyataan misi mungkin tidak perlu atau bahkan bersifat berlawanan dengan produktivitas. Apa yang penting adalah apakah perusahaan mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan, satu set nilai yang konsisten, strategi komersial yang juga sejajar dengan tujuan dan nilai, serta satu set tingkah laku standar yang mendukung sistem nilai.
Campbell mengemukakan pandangannya tentang konsep keunggulan menjadi induk dan menjadi kunci bagi Strategi Korporasi, seperti ide mengenai keunggulan bersaing bagi strategi unit bisnis. Ide mengenai kompetensi inti, dalam konteks bisnis berkaitan jika mereka mempunyai keahlian yang sama. Konsep tersebut menjadi cikal bakal dengan kontrasnya dalam memfokuskan pada kompetensi dari organisasi induk dan pada nilai yang diciptakan dari hubungan antara induk dan cikal bisnisnya, kita sadari, amat besar pengaruhnya dan dampaknya namun tidak netral.
194 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Chandler, Alfred (1918), Alfred mengemukakan tiga hal dengan jelas: 1. Chandler menyoroti hubungan erat antara strategi dan
struktur, dan berkata bahwa perusahaan seharusnya menetapkan strateginya lebih dahulu, kemudian baru strukturnya. Ini lebih tidak biasa untuk penekanan pada strategi daripada urutannya karena hanya sedikit penulis yang memperhatikan strategi: topik ini nyaris sama sekali tidak disinggung oleh ahli teori dari angkatan yang lebih tua seperti Taylor dan Weber.
2. Chandler yakin bahwa peran dari manajer dan teknisi yang digaji amat vital, dan berbicara mengenai “tangan terlihat” dari manajemen yang mengkoordinasikan alur produk kepada pelanggan dengan lebih efisien daripada “tangan tak terlihat” di pasar dari Adam Smith. Ini adalah awal pengakuan bahwa korporasi, dalam pengaturan internal, lebih menyukai ekonomi terencana.
3. Chandler adalah pendukung desentralisasi dalam korporasi yang besar, memberikan kontribusi pada pembagian divisi dan tren desentralisasi tahun 1960-an dan 1970-an. Dia memuji desentralisasi yang dilakukan Alfred Sloan di General Motors pada tahun 1920-an sebelum Sloan menerbitkan bukunya pada tahun 1963, dan memberi pengaruh dalam transformasi AT&T di tahun 1980-an dari birokrasi berbasis produksi menjadi organisasi pemasaran.
4. Tom Peters percaya bahwa Chandler “benar-benar keliru”: bahwa struktur tidak terhindarkan lagi menentukan strategi, dan bahwa prinsip manajemen ahli sosial harus dihancurkan dan dihadapkan pada tekanan pasar.
De Geus, Arie (1997), Arie de Geus menunjukkan bahwa sebagian besar korporasi multinasional hidup hanya 40-50 tahun, jauh lebih pendek daripada umur umat manusia. Perusahaan mati, karena fokus manajer mereka pada aktivitas ekonomi mengenai memproduksi barang dan jasa, dan mereka lupa bahwa sifat sebenarnya dari organisasi mereka adalah sifat komunitas manusia.
Di sini ide mengenai pengetahuan organisasi karena pengalaman dicermati lebih lanjut. Organisasi sejatinya tidak
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 195
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
hanya belajar, tetapi organisasi seharusnya juga menetapkan prioritasnya sendiri dan mengabadikan diri sendiri. Seperti semua organisme, perusahaan yang hidup ada terutama karena usaha mempertahankan hidupnya sendiri dan memperbaikinya, untuk mewujudkan potensinya dan menjadi sebesar mungkin, tujuan nyata dari sebuah perusahaan yang hidup adalah bertahan hidup dan menjadi makmur dalam jangka panjang.
De Geus mengenali karakteristik tertentu dari organisasi yang hidup dalam jangka panjang, termasuk kemampuan untuk belajar, bersikap toleran, melakukan difusi kekuatan, mempunyai identitas diri yang jelas, sikap konservatif dalam keuangan, dan rasa saling percaya di antara anggota organisasi.
Jika perusahaan dapat memenuhi kondisi ini, kami yakin bahwa harapan hidup korporasi rata-rata akan mulai naik, dan semua kemanusiaan akan memperoleh manfaat sebagai hasilnya, dengan kata lain: di sisi plus, perusahaan “hidup” dan “sistem mengorganisasikan diri” dengan cara yang sama seperti kota, ekonomi dan pasar. Metafora (dan lebih dari ini, kenyataan) dari korporasi sebagai makhluk hidup penting; metafora mesin mempunyai zamannya sendiri.
Pada dasarnya, ide De Geus memberi contoh kelebihan dan kebodohan dari gerakan memindahkan kepemilikan organisasi kepada serikat pekerja (syndicalism): ide bahwa tugas mendasar dari suatu organisasi adalah untuk dirinya sendiri dan bukan untuk dunia luar.
Deming, E. Edwards (1900-1993), Pentingnya konsumen (konsumen adalah bagian paling penting dalam lini produksi) dan bahwa mengurangi variasi merupakan kunci menuju profitabilitas superior.
Drucker, Peter F. (1909-1954) memiliki pemikiran tentang tujuan bisnis, yaitu untuk menciptakan pelanggan, karena pasar bukan diciptakan oleh Tuhan, kekuatan alam atau ekonomi, tetapi oleh pelaku bisnis. Karena itu, tujuan dari bisnis terletak di luar bisnis itu sendiri, hal ini merupakan cara untuk memperkaya/menyejahterakan pelanggan dan masyarakat.
Ghoshal, Sumantra (1948), model dari perusahaan Transnational: perusahaan yang responsif secara lokal tetapi
196 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
mempunyai skala dan keahlian global, dan dapat mentransfer keahlian itu secara efektif, dengan murah, dan cepat.
Ghoshal memberikan komentar di sisi lain, bahwa lingkungan yang dialami perusahaan besar pada umumnya menyerupai tengah kota Calcutta di musim panas. Solusinya adalah diversifikasi dan disiplin, seperti yang dialami perusahaan Intel, dimana terdapat konfrontasi dan ketidaksetujuan dalam rapat, tetapi komitmen umum di akhir rapat terhadap tindakan yang telah diputuskan. Guna menghindari kelumpuhan Calcutta, Ghoshal mendukung 3P: Purpose atau tujuan (organisasi adalah lembaga sosial), Process (organisasi sebagai satu set peran yang dijalankan sebuah Institusi), dan People atau orang (membantu individual untuk menjadi yang terbaik dalam pencapaiannya).
Goold, Michael (1987-1994), Strategi korporasi yang mantap didasarkan pada keunggulan yang diciptakan oleh organisasi induk.
Hamel, Gary (1954), Strategic intent, core competencies dan competiting for the future. 1994. Hamel adalah pengusul paling baik dari teori tentang perusahaan berbasis sumber daya dan karena itu, seorang pendukung “berbagi peluang” bukannya “berbagi pasar” yang ditetapkan secara sempit. Hamel menyukai strategi yang kreatif dan revolusioner, dengan kegemaran, imajinasi dan emosi dalam memberikan alasan dan analisis yang tidak diperhatikan oleh banyak akademisi.
Dalam sebuah artikel yang dimuat dalam Harvard Business Review yang terbit tahun 1996, Hamel menganjurkan untuk segera menerapkan “strategi sebagai revolusi”. Industri diidentifikasi dengan mengelompokkannya, seperti pembuat peraturan, dimotori oleh: IBM, Xerox dan Coca-cola; penerima peraturan yang dimotori oleh Fujitsu, McDonnel Douglas, dan Avis, Hamel mengibaratkan seorang petani kecil yang hanya mempunyai apa yang tidak diinginkan sang Raja; dan pelanggar peraturan yang dimotori oleh IKEA, Body Shop, Swatch dan Southwest Airlines. Pelanggar peraturan inilah yang menjadi penggerak revolusi yang membalikkan fakta “sebagai serangan balik bagi industri yang termasuk ke dalam kelompok pendukung
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 197
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
perubahan bertahap”. Sehingga lahirlah penataan ulang tentang aturan industri, dan meruntuhkan batas-batas industri.
Pelanggar aturan mengharuskan “merentangkan” dan “meningkatkan kegunaan”. Merentangkan (stretch) adalah “ketidakcocokan antara sumber daya dan aspirasi”. Namun, ini harus disertai dengan keterampilan dalam meningkatkan kegunaan sumber daya yang terbatas, dengan memusatkan sumber daya pada fokus yang terbatas, mengakumulasikan sumber daya dengan membaurkannya, melestarikan sumber daya, dan memulihkan sumber daya dari pasar secepat mungkin. Akan tetapi, paling mendasar pelanggar aturan harus melakukan berbagai hal dengan cara berbeda.
Walaupun demikian hal yang menarik adalah hampir semua yang pelanggar aturan, yang dikutip Hamel adalah perusahaan baru yang digerakkan oleh wirausahawan.
Hampden-Turner, Charles (1993), memiliki pemahaman menyeluruh mengenai proses manajemen dengan menggabungkan dengan pandangan yang menyegarkan, tentang dunia industri. Pemikirannya tentang budaya organisasi.
Beberapa pemahaman yang ditanamkan kepada karyawan perusahaan Volvo (tanpa budaya berbagi Volvo tidak akan dikenal sebagai Volvo yang kita kenal saat ini); budaya merupakan pola, dimana tingkah laku di satu tingkat (atasan kepada bawahan) akan ditiru oleh penerusnya, karena kebaikan atau keburukan dalam hubungan dengan pelanggan; budaya mempermudah berbagi pengalaman dan informasi; budaya sebagai mekanisme tempat organisasi dapat belajar; semakin lama mengubah budaya semakin menjadi cara yang lebih kuat dan lebih murah untuk memotivasi daripada uang; budaya berakar mendalam, tetapi dapat diubah dengan campur tangan manajer dan konsultan, asalkan dengan cara yang terampil dan tidak menyerang budaya utama.
Masalah kunci yang dihadapi perusahaan adalah dilema: keamanan dan produktivitas; keperluan untuk mengurangi jumlah staf dan menunjukkan pandangan baru memedulikan karyawan; perlunya mengizinkan pelaksanaan inisiatif pribadi dan perlunya mempertahankan solidaritas kelompok; perlunya meningkatkan laba dan perlunya mengeluarkan uang untuk
198 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
memperbaiki infrastruktur dan seterusnya. Budaya dari sebuah perusahaan akan memberi respons pada pemimpin baru bila dia dapat menemukan cara konstruktif untuk menyelesaikan dilema, dalam cara yang memuaskan kedua belah pihak.
Handy, Charles (1932), Perhatian utama dari Handy
adalah falsafah bisnis dan tempatnya dalam masyarakat, dan
masa depan pekerjaan. Kontribusi paling berharga yang
dibuatnya adalah pada konsep mengenai perusahaan federal, di
mana pusat mengkoordinasikan, mempengaruhi, dan memberi
saran, tetapi tidak memutuskan apa pun. Pusat benar-benar
berada di tengah berbagai hal dan memikirkan strategi jangka
panjang, tetapi bukan kantor pusat dalam penyamaran.
Henderson, Bruce (1915-1992), pendiri bersama
rekannya menemukan Growth/Share Matrix (Matriks BCG), dan
juga mengembangkan pandangan paling baik mengenai Business
Segmentation yang ada. Bruce merajut semuanya menjadi satu
dalam falsafah bisnis yang saling bertautan yang menyoroti
dengan lebih jelas daripada sebelumnya akan pentingnya
kepemimpinan pasar, posisi biaya rendah, selektif dalam bisnis,
dan mencermati sapi perah. Dia lebih maju daripada zamannya
dalam melihat ancaman bagi bisnis Amerika yang diakibatkan
oleh Jepang dan sikap obsesi Amerika (dan Inggris) terhadap
pengembalian atas investasi, yang secara tidak langsung
disalahkannya.
Walaupun seorang kapitalis sejati, dia memahami pentingnya
budaya perusahaan (corporate culture) jauh sebelum factor ini
menjadi mode: dia aneh tetapi akhirnya campuran konsisten dari
ahli ekonomi sayap kanan dan kritik revolusioner dari standar
praktis korporasi Amerika. Kesenangannya akan paradoks, dan
gaya yang unik, yang menyelingi kalimat pendek dan mengejut-
kan dengan kalimat panjang Gibbonesque semuanya menyatu
dengan pikiran revolusionernya.
Bruce mengubah cara berpikir mengenai strategi dan lewat
BCG mempunyai dampak besar pada banyak perusahaan Barat.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 199
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Sekalipun demikian hasil yang dicapainya jauh lebih sedikit
daripada seharusnya dapat diraih mengingat energy dan visi yang
dimilikinya. Henderson selalu menyendiri, dan tidak menempel-
kan kepribadiannya pada BCG dengan cara yang dilakukan Marvin
pada McKinsey. Konsultan di BCG merasa khawatir kalau harus
berjumpa dengan Bruce, yang memberi tantangan dan sering
mengganggu.
Juran, Joseph M. (1904-1953). Juran mengembangkan
Company-Wide Quality Management (CWQM atau Manajemen
Mutu Seluruh Perusahaan), suatu metodologi sistematis untuk
menyebarkan ajaran mengenai mutu ke seluruh perusahaan. Dia
mendesak bahwa mutu tidak dapat didelegasikan dan eksponen
awal dari apa yang kemudian dikenal dengan sebutan
empowerment (pemberdayaan): bagi nya mutu harus menjadi
sasaran dari setiap karyawan, secara individual dan dalam tim,
lewat supervisi diri sendiri. Dia kurang bersikap mekanis daripada
Deming dan menempatkan penekanan yang lebih besar pada
hubungan manusia. Pada tahun 1988 dia menerbitkan Juran of
Planning for Quality yang menyertakan trilogy mutunya, yaitu
perencanaan mutu, manajemen mutu dan perbaikan mutu.
Sebuah perusahaan dan semua karyawannya harus memberikan
komitmen pada dan terobsesi mengenai mutu: mutu harus
menjadi jalan hidup yang dimasukkan menjadi Culture
perusahaan. Cukup bermanfaat untuk disimak, walaupun bukan
bahan bacaan yang paling ringan.
Kanter, Rosabeth Moss (1943), Kanter mengusulkan
mekanisme pengembangan karir untuk menggerakkan lebih
banyak wanita (dan beberapa kelompok lain yang “tidak
berdaya”). Ke pekerjaan yang lebih senior, dan juga mendesak
strategi yang memberdayakan mengarah ke struktur yang lebih
datar dan kelompok kerja dengan wewenang penuh.
Hasil temuan yang paling signifikan adalah bahwa
perusahaan seperti itu mempunyai pandangan “integratif”
200 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
mengenai dunia dan menentang pemujaan terhadap lembaga;
perusahaan yang miskin dalam inovasi bersifat analitis, terbagi-
bagi dalam kompartemen, “segmentalis”, dan konservatif. Buku
ini mengembangkan tema bahwa individual seharusnya dibuat
lebih berkuasa, tetapi dalam kerangka kerja tujuan korporasi
secara umum.
Kay, John (1993), Kay memberikan contoh mengenai
perusahaan computer dari Perancis Groupe Bull, saat ini lebih
dikenal “IBM dari Eropa”. Selama 30 tahun Groupe Bull
terinspirasi untuk menjadi “pemasok utama system informasi
global dari Eropa”. Perusahaan ini tidak mempunyai kemampuan
korporasi untuk melakukan itu. Setelah kerugian yang amat besar
pada awal tahun 1990-an, group ini dengan bijaksana menyerah
dengan membentuk aliansi dengan IBM.
Leavitt, Harold J. (1965- 1978), seorang ahli Psikologi
Manajemen berkebangsaan Amerika, merupakan salah seorang
pemikir strategik yang telah membangkitkan gairah dan karyanya
sangat original yang ditulis dalam buku “Managerial Psychology”
salah satu teks terbaik tentang subjek tersebut, dan secara
khusus membahas tentang pola interaksi dan komunikasi dari
sebuah kelompok, dan penyimpangannya.
Leavitt mengusulkan bahwa setiap sistem organisasi terdiri
dari empat komponen utama: Manusia, Tugas, Susunan dan
Teknologi. Hal ini menunjukkan interaksi antara empat komponen
yang menentukan nasib organisasi.
Individu atau orang, menggambarkan seorang karyawan
pada suatu organisasi, jika menggunakan pendekatan ini, maka
seorang manajer tidak hanya melihat karyawan sebagai akuntan,
resepsionis, atau lainnya. Sebaliknya jika memandang efisiensi
sebagai keterampilan, pengetahuan, dan produktivitas yang
harus dihasilkan oleh seorang karyawan, maka bagaimana
komponen ini perlu dimodifikasi sehubungan dengan perubahan
dalam tiga komponen lainnya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 201
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
1. Perubahan Tugas. Bagaimana perubahan tersebut
dilakukan, jika seorang manajer berencana untuk mengubah
tugas, tentu memerlukan waktu untuk mendidik dan melatih
karyawan guna membuat mereka akrab dengan metode baru.
2. Perubahan Struktur. Perubahan dalam struktur akan
bermakna mengubah peran pekerja. Hal ini sekali lagi
karyawan akan membutuhkan bantuan untuk belajar tentang
tugas baru mereka dalam menyelesaikan pekerjaan dan
tanggung jawabnya.
3. Perubahan Teknologi. Bergeser ke teknologi baru
membutuhkan pelatihan yang ekstensif, sehingga karyawan
dapat menangani teknologi baru, hal ini bermakna efisiensi
tanpa menyebabkan kerusakan pada diri sendiri atau
teknologi. Hal ini bahkan mungkin melibatkan dan
mempekerjakan karyawan yang terampil dan masih segar
untuk menangani teknologi baru.
Komponen ini dapat mencakup tujuan di samping tugas.
Dengan kata lain komponen ini akan memberikan 2 (dua)
pandangan, yaitu: Pertama usaha apa yang sedang dilakukan?,
dan Kedua apa yang telah dicapai dari usaha tersebut?.
Sejatinya harus lebih fokus pada aspek kualitatif dari tugas, dan
tujuan dari tugas yang sebenarnya. Ketika melihat tugas, maka
yang terpikirkan adalah tentang relevansi dan manfaatnya,
dan ketika melihat tujuan, maka yang terpikirkan adalah tentang
hasil dan produktivitas. Sekarang mari kita lihat bagaimana
tugas dipengaruhi oleh perubahan pada faktor-faktor lainnya.
Perubahan Orang: Jika mengubah tenaga kerja, maka akan
perlu memodifikasi tugas atau tujuan untuk membuat kegunaan
yang tepat dan optimalkan keterampilan dan pengetahuan
karyawan.
Contoh, jika mempekerjakan seorang akuntan melek
komputer, apakah masih terus berjalan dengan gaya lama
pembukuan manual?
202 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Karya monumental Leavitt yang menarik yang ditulis dalam
sebuah buku “Corporate Pathfinder’s, yang mencermati
karakteristik dan kepribadian para pemimpin. Secara khusus, dia
memperkenalkan kategorisasi eksekutif menjadi type 1, type 2
dan type 3 yang amat bermanfaat.
Leavitt, Theodore (1925), seorang profesor dari Harvard
Business School dikenal dengan konsepnya tentang "globalisasi"
dan dengan memperjuangkan peran pemasaran undervalued
dalam mendefinisikan apa yang harus dibuat dan dijual oleh
suatu entitas bisnis, ia berpandangan bahwa Perusahaan
(industry) sejatinya “memuaskan pelanggan” daripada
“memproduksi barang”. Sejatinya, dipimpin oleh pemasaran
bukan dipimpin oleh produksi. Leavitt menyatakan bahwa
memenuhi tuntutan pelanggan akan produk baru belum cukup
baik dan kemudian yakin bahwa kunci untuk mempertahankan
sukses adalah produksi dengan biaya rendah.
Leavitt, Dia melontarkan kritik “fordisme” (metode produksi
massal) karena memberikan kepada pelanggan apa yang diduga
baik baginya, daripada terus menerus bersikap waspada pada
apa yang diinginkan pelanggan. Karena itu, Ford mengalami
kemunduran dalam menghadapi kebijakan General Motor yang
menawarkan mobil dengan berbagai warna dan kemudian dalam
menghadapi mobil dari Jepang dan Eropa.
Leavitt, juga menyalahkan Miopia dari Industri kereta api AS
yang memikirkan bahwa perusahaan ini menekuni bisnis kereta
api (pandangan yang berorientasi pada produksi) daripada
transport konsumen, jika pandangannya seperti yang disebut
terakhir maka perusahaan pasti sudah melakukan diversifikasi ke
dalam penerbangan dan tidak mengalami kemunduran dalam
bisnis. Leavitt menyatakan bahwa strategi yang baik bagi
perusahaan adalah yang berorientasi pada pelanggan.
Magaziner, Ira C. (1982), Perlunya pemerintah dan pelaku
industry AS untuk memfokuskan pada produktivitas bersaing dan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 203
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
untuk mengembangkan kebijakan industry untuk industry spesifik
dengan cara tersendiri dan tepat. Pada tahun 1989, Magaziner
memberikan contoh baru mengenai bagaimana perusahaan
Amerika kalah bersaing dari Eropa (Airbus Industry), Korea
(Samsung, pembuat oven microwave paling besar di dunia), dan
Jepang (banyak contoh), tetapi juga bagaimana Corning Glass
mengalahkan perusahaan Jepang dalam serat optic. Buku ini
mendukung serangan balik Amerika memberikan hasil
pengukuran secara garis besar untuk diikuti perusahaan dan
korporasi dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan
asing.
Mintzberg, Henry (1939), Mintzberg berhasil menggugur-
kan teori dan praktik perencanaan strategis gagasan pengganti,
yang dipublikasikan dalam Harvard Business Review pada tahun
1987, perencanaan strategik memiliki potensi kegagalan.
Kegagalan tersebut adalah keyakinan bahwa analisis akan
menuju pada sintesa dan perencanaan strategik adalah
pembuatan strategi (strategy making). Pada dasarnya, kegagalan
ini disebabkan oleh tiga kesalahan mendasar pada asumsi, yaitu:
Fallacy of Prediction, tidak setiap hal dapat begitu saja
diprediksi, kecuali hal-hal yang memiliki pola berulang (repetitive
pattern) seperti musim. Sedangkan hal lainnya seperti penemuan
teknologi dan peningkatan harga, hampir tidak mungkin diduga
secara relatif akurat, kecuali oleh para visioner yang biasa
membangun strateginya secara personal dan intuitif.
Fallacy of Detachment, seringkali manajer dipisahkan dari
persoalan detil dan operasional, sesuatu yang seharusnya mereka
kenal dengan baik. Ketika manajer terjauhkan dari hal-hal
mendasar tersebut, manajer akan gagal memahami keseluruhan
proses dan menggugurkan konsep Frederick Taylor tentang
manajemen bahwa proses harus sepenuhnya dipahami sebelum
diprogram.
Fallacy of Formalization: Kegagalan perencanaan strategik
adalah kegagalan sistem untuk bekerja lebih baik daripada
204 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
manusia. Sistem formal atau mekanikal seringkali gagal
mengimbangi informasi yang berkembang dalam otak manusia.
Sistem memang sanggup mengelola informasi yang lebih banyak,
tetapi tidak sanggup menginternalisasikan, mencernanya, dan
mensintesiskannya. Formalisasi merujuk pada tata urutan yang
rasional, tetapi pembuatan strategi adalah proses pembelajaran
yang terus bergerak. Formalisasi akan gagal mencerna sesuatu
yang tidak kontinu dan baru. Dan oleh karenanya pemahaman
tentang perencanaan strategik (strategic planning) harus bisa
dibedakan dari pemahaman tentang pembuatan strategi
(strategy making). Keduanya tidak bisa dianggap sama. Andrew
Campbell dan Marcus Alexander mengidentifikasi sekurang-
kurangnya terdapat tiga alasan mengapa suatu strategi dapat
gagal mengantarkan perusahaan mencapai sasaran dan
tujuannya. Ketiga hal tersebut adalah:
1. Strategi Tanpa Arah (directionless strategies): kegagalan
membedakan antara purposes (apa yang akan dilakukan
organisasi) dan constraints (apa yang harus dilakukan suatu
organisasi agar dapat bertahan). Perusahaan yang gagal
memahami constraints yang dimilikinya dan salah
membacanya sebagai maksud purposes, akan cenderung
terlempar dari arena bisnis.
2. Kelumpuhan Perencanaan (planning paralysis): kegagalan
menentukan pijakan awal untuk bergerak (dari strategi atau
tujuan?) menyebabkan terjadinya rencana yang ‘lumpuh’
akibat kebingungan terhadap pelibatan ‘proses’ dalam
penyusunan suatu strategi. Menentukan tujuan dan kemudian
menyusun strategi untuk mencapainya ataukah meniru
strategi yang telah terbukti berhasil dan kemudian
menentukan tujuan yang dapat/ingin dicapai berdasarkan
strategi tersebut.
3. Terlalu Fokus pada Proses (good strategy vs planning
process): Seringkali manajer berharap untuk dapat menyusun
suatu strategi yang baru dan lebih baik. Sayangnya
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 205
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
keberhasilan seringkali tidak semata bergantung pada proses
perencanaan yang baru atau rencana yang didesain dengan
lebih baik, tetapi lebih kepada kesanggupan manajer untuk
memahami dua hal mendasar, yaitu: keuntungan atas
dimilikinya maksud (purposes) yang stabil dan terartikulasi
dengan baik; serta pentingnya penemuan, pemahaman,
pendokumentasian, dan eksploitasi informasi-informasi
penting (insights) tentang bagaimana menciptakan nilai lebih
banyak dibanding perusahaan lain.
Strategi berasal dari sebuah niat dan keinginan, dirumuskan
dan diartikulasikan oleh para pemimpin, didukung oleh kontrol
formal, guna memastikan implementasinya berjalan dengan baik,
bebas kejutan, dan selalu diasumsikan dalam lingkungan
organisasi yang stabil, dapat dikontrol atau diprediksi. Premis-
premis dalam penyusunan strategi berasal dinamika lingkungan.
Dinamika lingkungan mendikte pola tindakan organisasi, baik
yang dapat diamati sejak awal maupun tidak.
Di sinilah kemudian dikenal istilah strategi yang disusun
secara sadar dan sengaja (Deliberate) dan strategi yang muncul
sebagai respon atas dinamika lingkungan (Emergent). Perbedaan
mendasar antara strategi yang disengaja dan muncul adalah
berfokus pada arah dan control. Strategi yang muncul tidak
berarti bahwa situasi di luar kendali manajemen. Manajemen
hanya diharapkan lebih terbuka, fleksibel, responsif dan mau
belajar. Hal ini merupakan strategi penting dalam lingkungan
yang kompleks, tidak pasti dan berubah. Strategi ini memungkin-
kan manajemen untuk bertindak cepat dan tepat sebelum
dinamika perubahan tersebut berdampak negative terhadap
organisasi. Lain halnya dengan strategi yang disengaja pada
dasarnya hanya membantu manajemen mengelola dan
memberikan rasa arah (sense of direction).
Situasi yang tidak menentu, dimana dinamika perubahan
lingkungan terjadi tanpa pola dan dalam intensitas yang tinggi,
dibutuhkan cara pandang manajemen terhadap strategi dan
206 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
perencanaan strategi. Manajemen tidak boleh melihat rencana
strategi sebagai sebuah program kaku dan mati yang tak dapat
ditinjau dan dinegosiasi ulang sesuai tuntutan situasi.
Dengan demikian, kegagalan perencanaan strategi seperti
yang dikemukakan oleh Mintzberg, Campbell maupun Alexander.
Manajemen harus menyadari bahwa ada strategi yang bersifat
deliberate dan ada yang bersifat emergence.
Keduanya memerlukan keberanian untuk meninjau ulang
(revisiting) strategi, memodifikasinya sesuai dinamika yang ada,
dan mengkoreksi rencana strategi yang telah disusun dengan
sangat baik sebelumnya. Rencana strategi harus menjadi
panduan baik di saat situasi lingkungan stabil maupun berubah
bahkan secara turbulence. Dengan kata lain bahwa strategi
seharusnya dibentuk.
Contoh:
Pot keramik yang berada di tempat pembuatannya
mencampurkan pikiran dan tindakan, membentuk tanah liat,
memberi tanggapan pada bagaimana membentuk diri sendiri,
merasakan bukannya menganalisis.
Bila strategi harus dibentuk dengan keterampilan tinggi, tidak
akan banyak perbedaan antara mengembangkannya dan
mengimplementasikannya. Membentuk dengan keterampilan
mengharuskan mereka yang paling dekat dengan material untuk
dilibatkan dalam pengembangan strategi, memastikan bahwa
strategi bersifat fleksibel dan memberi tanggapan pada peristiwa
dan kebutuhan pasar saat terungkap.
Pada tahun 1998, Mintzberg (bersama dengan Bruce
Ahlstrand dan Joseph Lampel) menerbitkan Strategy Safari, suatu
pembahasan yang cermat mengenai puluh aliran strategi
menurut Mintzberg yang telah dibahas di depan.
Ohmae, Kenichi (1943), Orang Jepang, cerdas, yang
bukunya The Mind Ofue Strategit (diterbitkan di pada tahun 1975,
tetapi baru diterbitkan di AS tahun 1982 tetap merupakan salah
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 207
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
seorang terbaik mengenai strategi, dan yang memberi kontribusi
ke arah pengembangan sistem dari Toyota.
Seorang analis yang memberi tempat yang tinggi bagi intuisi
dan pemahaman, Ohmae adalah salah seorang pertama yang
mendorong segala sesuatu dari pelanggan, dan menempatkan
pelanggan di hati sistem nilai perusahaan dengan strategi
berbasis pelanggan adalah basis dari semua strategi The Mind of
the Strategist adalah himbauan penuh perasaan akan strategi
kreatif, berbasis pelanggan, sementara memberikan banyak
sekali petunjuk dan anjuran dalam bentuk diagnosis analitis yang
dikejar oleh perusahaan.
Contoh dari strategi yang tidak konvensional perusahaan
Jepang, seperti Key Factors For Success (KFS) dan Strategic
Degrees of Freedom (SDF).
Dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam bukunya
yang menjadi tonggak, The Borderless World (1990) dan dalam
The End of the Nation State (1995), Ohmae memberikan
perhatian pada cara perusahaan paling besar di dunia
menciptakan apa yang disebutnya Inter Linked Economy (ILE)
atau Ekonomi yang saling Berhubungan dari AS, Eropa, Jepang
(Asia), terutama berdasarkan pada kebutuhan untuk memenuhi
persyaratan yang dituntut pelanggan dalam semua negara
ekonomi penting.
Ohmae menyatakan secara persuasif kasus Globalization
yang tidak terhindarkan lagi, walaupun berdasarkan pada Local,
Globalization bukannya Universal Products, suatu proses yang
diperlambat tetapi tidak dihentikan oleh tindakan reaksioner dari
proteksionis, birokrat, dan pemerintah seluruh dunia. Perusahaan
memaksakan perubahan menjadi multilokal daripada
multinasional.
Menurut Ohmae tidak ada lagi yang luar negeri, kata ini
dilarang dalam kamus Honda, misalnya, karena [Honda]
memandang dirinya berada di tempat yang sama jauhnya dari
208 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
semua pelanggan. Multilokal harus menjadi "orang dalam" untuk
setiap pasar penting (proses yang diuraikan secara bermanfaat
sebagai insiderization) dan didorong oleh tekad untuk melayani
pelanggan lebih baik dimanapun mereka berada: para pemain
global sejatinya mempunyai mesin dan pengetahuan untuk
mendorong diri mereka sendiri. Mereka harus secara langsung
mengenali pasar kunci. Pengetahuan tersebut adalah rahasia
sukses dalam dunia tanpa batas (Globalization).
Pascale, Richard T (1938), Konsultan dan profesor di
Stanford Business School. Pascale pertama kali menarik perhatian
sebagai salah seorang pengarang (bersama dengan Anthony
Athos, saat itu bekerja di Harvard Business School, dan kemudian
McKinsey consultants, Tom Peters, dan Bob Waterman)
mengenai kerangka kerja (Tujuh S).
Pada awal tahun 1980-an, menyusun buku dan sangat laris
terbit pada tahun 1981, ditulis bersama dengan Anthony Athos,
berjudul The Art of Japanese Management. Tema umumnya
adalah integrasi strategi dengan "berbagai hal yang lebih lunak"
dan kepentingan konsensus internal yang dikenal dengan Tujuh
S, yaitu: strategic, structure, staff, skills, shared values, systems,
dan style (strategi, struktur, staf, keterampilan, berbagi nilai,
sistem, dan gaya), dengan gaya manajemen jepang secara
khusus “mengikuti arus" peristiwa dalam strategi yang bergulir.
Pascale dan Athos mengutip Takeo Fujisawa, salah seorang
pendiri Honda: Sembilan puluh lima persen manajemen Jepang
dan Amerika sama Nation State perusahaan beda dalam semua
rasa menghargai yang penting "Mereka mengomentari cara ara
manajer Jepang membuat keputusan yang berbeda. Inter-Linked
"Kalau keyakinan manajemen Barat cenderung untuk memotret
keputusan sebagai tetap dan final, tradisi falsafah Timur
menekankan akomo Eropa, dan memenuhi perdasi individual
untuk secara terus-menerus membentangkan set peristiwa.”
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 209
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Peters, Tom (1942), Mungkin adalah ahli manajemen
paling terkemuka di dunia dan salah seorang yang mengumpul-
kan uang paling banyak dari profesi ini. Prestasi yang dicapainya
nyata: seorang konsultan McKinsey sampai setelah dia dan Bob
Waterman menulis In Search of Excellence (1982), yang sekarang
penjualannya sudah melewati enam juta (belum pernah terjadi
untuk buku bisnis) ketika dia keluar untuk menerbitkan buku,
memberi kuliah, dan memberi ceramah di depan manajemen
yang penuh gairah.
Peter membangun bisnis yang kokoh dan memberikan
banyak laba dalam menjual dirinya sendiri dan hasil karyanya:
buku, video, kaset, serial TV, konsultasi, dan penampilan pribadi.
ia adalah Billy Graham dalam manajemen, walaupun dalam
kasusnya laba masuk ke kantong The Tom Peters Group.
Excellence Project mempunyai awal yang biasa dalam latihan
mengembangkan bisnis McKinsey yang dimulai dari yang
sederhana dan tidak membangkitkan inspirasi, namun
mengisolasi perusahaan AS dengan dengan Pemikir Strategis
kinerja paling baik dalam kurun 20 tahun terakhir, mencermati
kelompok sepuluh bisnis terbaik dari Fortune 500. Akhirnya
Peters dan Waterman memilih 43 perusahaan dan mencoba
menguraikan apa karakteristik atau indikator umum yang
membuat mereka sukses.
Dalam buku Liberation Management (1992), menunjukkan 5
(lima) hal, yaitu:
(1) Semua bisnis menjadi Fashion;
(2) Menciptakan unit bisnis strategis (strategic business
unit/SBU) mini di mana-mana;
(3) Mengorganisasikan segala sesuatu dan semua orang di
sekitar proyek;
(4) Meniadakan Departemen yang berbasis fungsi;
(5) Menggunakan pola di luar organisasi formal.
210 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Buku ini amat memerhatikan struktur, karena Peters
berpandangan bahwa tanpa yakin mengubah struktur organisasi,
amat sedikit yang dapat dicapai. Dia mungkin benar, tetapi pesan
dalam buku Liberation Management tidak ditempatkan dengan
penuh perasaan seperti bukunya yang terbit sebelum itu.
Menurut pendapat kami, buku mutakhir Peters tidak semenarik
buku sebelumnya. Sebagai catatan buku-buku itu adalah: The
Tom Peters Seminar (1994); dan The Circle of Innovation (1997);
Waterman Porter Michael (lahir 1947).
Porter, Michael (1947), Dosen manajemen dengan
bayaran tertinggi nomor dua setelah Tom Peters, Profesor di
Harvard Business School, konsultan, dan Bintang Strategi
Korporasi di seluruh dunia. Porter bahkan berbicara mengenai
merek Porter. Dalam dua buah bukunya, Competitive
Strategic: Techniques for Analysing Industries and
Competitors (1980) dan Competitive Advantage (1985),
Porter meringkas dan membimbing kita untuk menguasai konsep
utama mengenai strategi korporasi. Seorang penulis yang ahli
dalam menyusun sintesis, formula, dan pengemas yang cerdas.
Porter menerapkan 3 (tiga) jenis keunggulan yang dapat
diterapkan menuju bersaing: Biaya rendah, diferensiasi, dan
fokus.
Proter menetapkan sebuah perusahaan dalam konteks
industrinya (Five Competitive Forces) dan mengidentifikasi
rangkaian nilai perusahaan (sepanjang jalan menambah nilai
setiap aktivitas dari awal sampai akhir aktivitas) secara
sistematis. Sejak pertengahan tahun 1980-an dia mengamati
persaingan global dan keunggulan bersaing bangsa-bangsa,
melanjutkan karya yang telah dilakukan lebih awal oleh Ira
Magaziner.
Porter menekankan perlunya mengelompokkan industri yang
saling mendukung (seperti buku KEIRETSU) dan menghasilkan
sedekat mungkin dengan yang dapat direkomendasikan arus
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 211
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
utama Amerika untuk kebijakan industri yang tertuang dalam
bukunya berjudul The Competitive Advantage of Nations
(1990), yang seharusnya menjadi bahan bacaan wajib bagi
semua politisi. Demikian halnya Porter menghasilkan beberapa
petunjuk strategis yang bermanfaat dan penuh pemahaman
termasuk:
1. Jual kepada pembeli dengan tuntutan paling tinggi, karena
mereka akan menetapkan standar untuk karyawan Anda;
2. Carilah pembeli dengan kebutuhan yang paling sulit, sehingga
mereka menjadi laboratorium penelitian dan pembangunan
(litbang) Anda;
3. Tetapkanlah norma yang melebihi peraturan paling sulit di
dunia;
4. Jadikan sumber dari pemasok paling baik di dunia: Jelajahi
dunia untuk mendapatkannya;
5. Perlakukan karyawan sebagai mitra permanen;
6. Gunakan peluang sebagai motivator yang luar biasa.
Tepat sekali, Buku Porter Competitive Strategy (1980)
menjadikan bagaimana memperoleh keunggulan bersaing.
Analisisnya menyarankan empat komponen diagnostik untuk
mencermati pesaing spesifik manapun:
1. Sasaran masa depan: apa yang ingin mereka capai, termasuk
ambisi mereka dalam arti kepemimpinan pasar dan teknologi?
2. Asumsi: bagaimana pesaing memandang diri sendiri, dan
asumsi apa yang diambilnya mengenai industri dan
persaingannya?;
3. Strategi saat ini;
4. Peluang: menurut Anda apa yang mereka miliki?
Berbekal kerangka kerja ini, kita dapat menyusun skenario
mengenai kemungkinan reaksi pesaing terhadap tindakan apa
pun yang diambil oleh perusahaan kita.
Prahalad, C.K., (1994), paling terkenal karena
kerjasamanya dengan Gary Hamel dan gagasan mengenai Core
212 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Competency, Strategi intent, dan Stretch and Leverage. Prahalad
adalah professor di sekolah bisnis University of Michigan yang
sudah lama bertugas, dan konsultan untuk banyak korporasi
internasional, termasuk IT & T, Motorla dan Philip, Prahalad
menjadi mentor Hamel, setelah Hamel keluar dari tugas
Administrasi rumah sakit untuk mengambil Ph.D. dalam Bisnis
Internasional di Michigan pada tahun 1978. Kami (Prahalad dan
Kamel) merasakan yang mendalam dengan cara mekanis
melaksanakan strategis (kenang Hamel).
Kerjasama yang paling penting dari Hamel dan Prahalad
adalah buku terlaris mereka yang terbit tahun 1994, Competing
for the Future, buku itu menghimbau strategi multifased,
melangkah lebih jauh analisis dan mencari tujuan, baik secara
emosional maupun penuh gairah.
Mereka memperingatkan terhadap penyederhanaan yang
berlebihan: Kita suka mempercayai bahwa strategi dapat
dipecahkan menjadi 5 (lima) kekuatan dan 7 (tujuh) Strategi,
tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa strategi adalah emosional
yang luar biasa dan penuh tuntutan. Strategi bukan kegiatan
ritual atau sekali setahun, walaupun begitulah kegiatan itu biasa
dilakukan. Kita memasang penghalang terlalu rendah. Mereka
mencela perampingan sebagai "anoreksia korporasi”, memberi
komentar bahwa sebuah perusahaan yang menyerah dalam
bisnis dewasa ini ketika menjadi lebih kecil, mereka lebih cepat
daripada menjadi lebih baik. Sebuah perusahaan menyerah
dalam bisnis masa depan ketika perusahaan itu menjadi lebih baik
tanpa menjadi berbeda."
Prahalad juga bekerja sama dengan Yves Dox, seorang
profesor di INSEAD yang menghasilkan buku yang berpengaruh
pada tahun 1987, The Multinasional Mission: Balancing local
responsiveness and global vision.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 213
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Quinn, James Brian (1960), Seorang mantan konsultan
strategi, lama bertugas di Amos Tuck School of Management,
yang mulai pada tahun 1960-an dengan mendukung pendekatan
rencanaan sistem formal. Akan tetapi, Quinn mengubah pikiran,
sebagai hasil dari riset terinci yang dilakukannya pada akhir tahun
1970-an, ketika dia pindah ke Chrysler, Exxon, Pilkington, dan
Xerox untuk mengamati bagaimana strategi benar-benar
dikembangkan dan diimplementasikan.
Hasilnya, diterbitkan pada tahun 1980, muncul bukunya yang
berjudul Strategies for Change: Logical Instrumentalism.
Pertambahan bertahap yang logis" adalah konsep bermanfaat,
dan bukan hanya ungkapan pelembut untuk "mengaduk-aduk”.
Menurut Quinn:
"Strategi yang sebenarnya cenderung mengalami evolusi
ketika keputusan internal dan peristiwa eksternal mengalir
bersama untuk menciptakan konsensus baru, mendapat
dukungan luas untuk mengambil tindakan dalam organisasi yang
dijalankan dengan baik, para manajer secara proaktif
membimbing arus tindakan dan peristiwa ini berangsur-angsur ke
arah strategi yang disadari.”
RIES, AL (1996), Seorang konsultan non-akademik dan
penulis, yang berhasil membuat namanya dikenal sebagai ahli
pemasaran. Al Ries adalah ahli strategi pemasaran legendaris dan
penulis 11 buku terlaris yang telah terjual lebih dari tiga juta kopi
di seluruh dunia.
Al Ries menulis buku secara mandiri dengan judul Focus (1996)
Al Ries bersama Laura Ries, telah menulis buku sebagai berikut:
22 Immutable Laws of Branding (1998, 2002)
11 Immutable Laws of Internet Branding (2000)
The Fall of Advertising and the Rise of PR (2002)
The Origin of Brands (2004)
214 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
War in the Boardroom
Al Ries bersama Jack Trout
Positioning: The Battle for Your Mind (1981, 2000)
Marketing Warfare (1985, 2005)
Bottom-up Marketing (1988)
Horse Sense (1990)
The 22 Immutable Laws of Marketing (1993)
Walaupun namanya tidak muncul dalam buku lengkap tulisan
Mintzberg et al, (1986) yang berjudul Strategy Safari, Ries
adalah salah seorang eksponen strategi bisnis yang paling baik.
Bukunya yang terbit tahun 1996, Focus, adalah polemik amat
hebat yang lebih condong pada mempertahankan korporasi
secara keseluruhan, di samping unit bisnis individual,
memfokuskan pada satu pasar spesial dan pendekatan pada
bisnis. Tidak terfokus di tahun Ries mendokumentasikan
korporasi Amerika yang berlebihan 1980-an dan awal 1990-an.
Richard, Rumelt (1997), seorang profesor dari kelompok
Harvard General Management tahun 1997, Rumelt mengusulkan
kerangka kerja bermanfaat untuk memilih antara strategi yang
mungkin:
1. Konsistensi: strategi harus secara internal konsisten dan
masuk akal;
2. Kesesuaian: strategi harus sesuai dengan lingkungan dan
perubahan di dalamnya;
3. Keunggulan: strategi harus menciptakan dan
mempertahankan keunggulan bersaing di bidang focus;
4. Kelayakan: strategi tidak boleh terlalu ambisius atau tidak
realistis bagi organisasi.
Rumelt juga menyediakan salah satu kutipan favorit
mengenai strategi. Dalam memberi komentar mengenai
kontroversi mengenai bagaimana Honda menyapu industri
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 215
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
sepeda motor Inggris dan sifat alami dari strateginya, dia
mengemukakan hal yang amat berharga:
"Saya yakin bahwa pemikiran strategis perlu sebagai elemen
yang dinilai terlalu tinggi dari sukses bisnis. Bila Anda mengetahui
cara mendesain mesin sepeda motor yang besar, saya dapat
mengajarkan kepada Anda semua yang perlu Anda ketahui
mengenai strategi dalam beberapa hari”.
Bila Anda menyandang gelar PhD dalam strategi, kecil
kemungkinan kerja keras selama bertahun-tahun dapat
memberikan kemampuan kepada Anda untuk mendesain mesin
sepeda motor baru yang hebat.
Schein, Edgar H. (1928), Ahli psikologi sosial yang
terkemuka dan cerdik secara komersial berbasis di MIT. Schein
mempunyai jaringan kerja yang baik", telah bekerja dengan
McGregor dan dipengaruhi oleh Doug McGregor, samping
mempunyai hubungan dekat dengan Warren Bennis, Chris
ARGYRus, dan Charles HANDY, yang menjadi mahasiswanya.
Schein adalah salah seorang pertama yang memfokuskan
pada proses konsultasi, judul dari bukunya yang terbit tahun
1969, yang termasuk mencermati bagaimana perusahaan
beroperasi dan budaya (Culture) dan membantunya untuk
menjadi lebih efektif, daripada memasok ahli konsultasi
berorientasi pada isi.
Schein menekankan juga peran peran kepemimpinan dalam
manajemen perusahaan. Buku terbaiknya adalah: Process
Consultation (1969); Organizational Culture and Leadership
(1985, 1992); dan Career Anchors: Discovering your real values
(1990).
Schonberger, Richard J. (1937), Insinyur industri Amerika
yang menarik dan kreatif, serta pengarang dua buku terlaris
mengenai Manufacturing (1986). Memperkenalkan just in time
216 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
dan teknik lain yang digunakan di Jepang ke pasar AS di awal
tahun 1980-an. Tetapi buku Schonberger yang paling menarik
adalah Building a Chain of Customers (1990), yang menyatakan
dengan terus terang bahwa bisnis kelas dunia hanya dapat
dibangun bila setiap fungsi dalam bisnis dipandang sebagai
pelanggan dari tahap sebelumnya, terus berangkai sampai
pelanggan akhir.
Setiap bagian dari korporasi harus memuaskan empat
kebutuhan pelanggannya (internal atau eksternal). Mutu yang
selalu menjadi lebih baik, biaya semakin rendah, fleksibilitas yang
semakin meningkat, dan tanggapan yang semakin cepat.
Schonberger mengemas ide mengenai manufaktur seluler
sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan ini: kelompok
pelanggan dan operasi disebarkan menurut alur kerja bukannya
fungsi artifisial atau lini departemen. Jadi dia meletakkan dasar-
dasar untuk Business Process Reengineering dan untuk teori
mutakhir dari Tom PETERS dan pengajar lain mengenai obsesinya
pada pelanggan.
Senge, Peter M. (1947). Semula seorang insinyur,
mempelajari sistem sosial di MIT dan menjadi direktur di Center
for Organizational Learning di sana. Senge paling terkenal karena
karyanya yang terbit pada tahun 1990, The Fifth Discipline,
dengan subjudul The art and practice of the learning
organization, dan sambungannya, The Fifth Discipline Fieldbook
Strategies and Tools for Building a Learning Organization (1994),
yang ditulisnya bersama dengan C Robens, R. Ross, B Smith, dan
A. Kleiner.
Senge lebih bertanggung jawab daripada pengarang yang
lain karena menyesuaikan ide mengenai "sistem pemikiran",
terutama ide dari Jay Forrester dari MIT, menjadi pemikiran
manajemen. Kelima disiplin itu adalah Penguasaan pribadi model
mental membangun visi bersama; belajar dalam tim dan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 217
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
pemikiran sistem. Pemikiran sistem tulis Senge adalah disiplin
kelima. Ini adalah disiplin yang memadukan semua disiplin,
meleburnya menjadi badan teori dan praktik yang saling melekat.
Sloan, Alfred P. (1875-1966), Salah satu dari sedikit
industrialis yang dirujuk sebagai tokoh manajemen; menjadi
pemimpin General Motors dari tahun 1923 sampai 1955;
pengarang buku my years with general motors (1963)’ dan
terutama karena 3 alasan, yaitu:
Pertama, secara nyata dia menemukan perusahaan
terdesentralisasi, dibagi menurut divisi, menetapkan apa yang
disebutnya desentralisasi federal, ketika dia mengubah General
Motors pada awal tahun 1920-an dari entitas massal yang tidak
rapi dan saling tumpang tindih, dengan alasan sentral sporadis
dan tidak efektif, menjadi delapan divisi terpisah (lima divisi mobil
dan tiga divisi komponen) yang diperlakukan seolah-olah
semuanya itu bisnis terpisah, tetapi mendapat pengendalian
secara profesional dalam bidang keuangan dan kebijakan dari
Pusat.
Kedua, Sloan mengubah struktur industri mobil dan
segmentation (segmentasinya), serta menyediakan model bagi
perusahaan lain mengenai cara melakukan hal yang sama. Ketika
dia mengambil alih jabatan presiden direktur hanya terdapat dua
segmen mobil di AS: pasar massal, didominasi oleh Ford Model T
berwarna hitam, yang menguasai 60 persen volume pasar mob
berkeinginan dan pasar kelas tinggi dengan volume yang amat
kecil. Sloan berkeinginan untuk menyumbat kesenjangan antara
dua pasar ini dengan menciptakan lima segmen harga dan
kinerja, dengan tujuan bahwa lima pasar ini harus didominasi
oleh satu dari lima mobil baru buatan GM: Chevrolet, Oldsmobile,
Pontiac, Buick, dan Cadillac (ini mewakili rentang rasionalisasi
untuk GM dari delapan model yang bersaing).
218 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Sloan menghadapi langsung kebijakan tidak ada pilihan dari
Ford dengan memperkenalkan mobil dengan aneka warna dan
dengan keistimewaan bahwa mobil dapat disesuaikan dengan
keinginan pelanggan" dengan biaya ekstra yang relatif kecil, dan
dia memperkenalkan model baru setiap tahun untuk mendorong
orang membeli yang baru.
Segmentasi amat cocok dengan pembagian divisi kelima
segmen mobil dan mobil mempunyai divisinya sendiri, jadi
menemukan ide mengenai strategic bisnis unit (SBU atau Unit
Bisnis Strategis) sekitar 50 tahun sebelum GE mengutarakan
benar-benar dengan jelas.
Ketiga, Inovasi ketiga Sloan adalah menetapkan tiga divisi
komponen sebagai pusat laba terpisah yang memasok tidak
hanya untuk lima divisi mobil tetapi juga untuk pelanggan di luar.
Sekali lagi, konsep ini harus menunggu 50-70 tahun sebelum
pemikiran baik ini benar-benar dihargai.
Sloan mengagumkan karena dia berdiri di kamp manajemen
lama dan manajemen ilmiah, mengambil banyak ide dari abad ke-
19 dari Henri Fayol, di samping mengantisipasi beberapa Prinsip
dari teori yang amat kontemporer termasuk desentralisasi,
segmentasi sebagai basis dari organisasi, dan nilai dari kreatif.
Akan tetapi, sisi ketidaksepakatan dapat terjadi secara
berlebihan.
Sloan berada di jantung otokrat mekanistik yang juga
seorang genius pemasaran, dan mengharap dia di manajer
pembebasan ke dalam tawar menawar adalah harapan yang
terlalu banyak. MIT memberi nama sekolah bisnisnya dengan
menggunakan dengan namanya, yang cocok untuk keduanya.
Trompenaars, Fons (lahir 1952), Seorang Belanda ahli
perbedaan budaya internasional di antara para manajer. Menulis
buku unggul bersama dengan Charles Hampden-Turner berjudul
Seven Cultures of Capitalism (1993), dan pengarang buku Riding
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 219
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
the Wave of Culture (1993) yang mencakup beberapa dasar yang
sama tetapi secara khusus memfokuskan pada bagaimana
korporasi transnasional seharusnya memaksimalkan kerja sama
secara efektif di antara unit operasional di negara yang berbeda
dan di antara unit ini dan Pusat.
Trompenaars mendesak bahwa keanekaragaman budaya
harus dikenali dan bahwa korporasi transnasional adalah
"polisentrik" (mempunyai banyak pusat) bukan seperti as dan
jari-ari dari Pusat. Korporasi transnasional harus melakukan
sintesis keunggulan dari semua budaya nasional dan
mempermudah komunikasi, tetapi membebaskan unit
operasional, memberi penghargaan kepada karyawannya dengan
cara yang paling efektif dari budaya mereka.
Suatu pesan penting dari ahli yang semakin terkenal.
Trompenaars juga menulis buku, bersama dengan Charles
Hampden Turner, yang secara tidak adil diabaikan berjudul
Mastering the Infinite Game (1997), membandingkan secara
saksama cara menjalankan bisnis Barat dan Timur.
Wate, R Man, Robert H. Jr (lahir 1936). Seorang tokoh
yang hidup santai tinggal di California, selamanya berhubungan
dengan Tom PETERS sebagai pengarang bersama buku In Search
of Excellence (1982). Waterman lebih tua, lebih merenung, dan
banyak orang yang berkata, lebih orisinal di antara keduanya.
Dia telah menulis dua buah buku yang luar biasa sejak saat
itu: The Renewal Factor (1987) dan The Frontiers of Excellence
(1994). Keduanya membicarakan mengenai bagaimana
organisasi belajar, mengelola perubahan dan kekacauan,
menggunakan gugus tugas dan mengembangkan peran berbeda
dalam hidup. Waterman menunjukkan bahwa sebagian besar
manajer masih hidup di bawah bayang-bayang Taylor, dan
tindakannya berlawanan dengan apa yang mereka ajarkan.
220 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Buku Waterman yang terbit tahun 1994, berjudul What
America Does Right dalam edisi AS, dan Frontiers of Excellence
di Inggris, mencermati sepuluh organisasi AS bahwa
mendahulukan manusia termasuk Federal Express, Levi Strauss,
Motorola, Procter & Gamble, dan Rubbermaid. Ini adalah bahan
bacaan yang bermanfaat dan dapat dinikmati yang menegaskan
bahwa sebagian besar perusahaan yang sukses tidak
menempatkan pemegang saham sebagai pihak yang paling
penting, memberi perhatian utama bagi pelanggan dan
karyawan. Efek sampingnya adalah kinerja pasar saham yang
unggul.
Contoh kasusnya segar, tetapi dengan sedikit diwarnai
dengan merah mawar, argumen umum tidak orisinal, tetapi
diperdebatkan dengan baik, membangkitkan gairah, dan pada
umumnya tepat.
Koch, Richard (2005), Koch adalah wirausahawan, investor
dan penulis yang sukses. Dari 1976-189, dia kerja secara terus
menerus sebagai konsultan strategi, memberi konsultasi kepada
presiden direktur dan dewan direksi dan banyak perusahaan
unggulan AS dan Eropa, sebagai seorang konsultan dengan
Boston Consulting Group, mitra dari Bain & Company, dan
sebagai pendiri dari LEK Consulting. Sejak tahun 1989, dia
memfokuskan terutama pada harta pribadi. Dia berada di
belakang penyelamatan filosofax pada awal tahun 1990-an dan
usaha menghidupkannya kembali yang luar biasa, bekerja
sebagai direktur non-eksekutif sampai tahun 1997.
Koch mendanai pembentukan Belgo, sebuah kelompok
restoran yang membuka usaha di Inggris dan AS, dan Zoffany
Hotel. Koch juga salah seorang dari empat investor dengan
modal sama besar untuk menghidupkan kembali Plymouth Gin,
pabrik minuman keras yang mulai beroperasi sejak tahun 1793
dan sekarang menjadi perusahaan gin dengan pertumbuhan
paling cepat di dunia.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 221
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Koch memberi saran Advent Limited, pedagang saham
swasta (private equity house) terkemuka di Inggris, dan menjadi
direktur Advent Venture Capital Trust, dan dari Brait SA,
kelompok perbankan yang menjamin penjualan saham perdana
(merchant banking) dan private equity berbasis di Luxembourg
dan Afrika selatan. Koch juga pemegang saham dan direktur
Gemini South Africa.
Walaupun Koch tidak berhak mendapatkannya, dia
dianugerahi penghargaan kelas satu dalam sejarah modern oleh
Oxford University, dan gelar MBA dengan pujian dari Wharton
School, University of Pennsylvania.
Koch tinggal di Richmond, dekat London, Inggris, di Cape
Town, dan dekat Estepona di Spanyol, mencoba untuk mengatur
urusan bisnisnya untuk disesuaikan dengan sinar matahari
maksimum, Koch merasa belum sepenuhnya sukses.
Koch pemikir strategis yang telah diuraikan di atas dapat
memberi pelajaran guna memahami strategi bersaing yang
dibahas buku Strategy (2000): menciptakan dan menyajikan
strategi yang bermanfaat. Buku ini ditulis untuk menghilangkan
misteri dari strategi dan menjelaskan dalam Bahasa sehari-hari
cara mengembangkan strategi bisnis yang sukses. Koch menulis
dengan menggunakan cara piker seorang manajer bisnis praktis:
mereka yang mengelola unit bisnis atau Divisi Perusahaan.
Wirausahawan, Direktur Utama, dan mereka yang bekerja di
Kantor Pusat Korporasi. Bukunya memang ditujukan untuk
pengalaman memboskan bagi para eksekutif, dan untuk
menunjukkan bahwa mengembangkan strategi dapat dilakukan
dengan mudah dan menyenangkan serta memberi manfaat.
Fleisher, Craig S. (2003), adalah seorang sarjana,
penasihat, dan penulis yang telah menulis atau mengedit
beberapa buku penting di bidang hubungan masyarakat,
wawasan bisnis. Fleisher, bersama David Blenkhorn, menulis
222 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
buku Controversies in Competitive Intelligence: The Enduring
Issues. Westport, CT: Praeger, 2003.
Fleisher bersama Babette Bensoussan, pada tahun 2007,
menulis buku berjudul Business and Competitive Analysis:
Effective Application of New and Classic Methods, dalam buku
tersebut menguraikan bagaimana analisis pesaing dalam
pemasaran dan manajemen strategis menjadi indicator dalam
penilaian kekuatan dan kelemahan pesaing saat ini dan peluang
yang potensial. Analisis ini memberikan konteks strategis ofensif
dan defensif untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman.
Profiling menggabungkan semua sumber analisis pesaing yang
relevan ke dalam satu kerangka kerja dalam mendukung
perumusan strategi, implementasi, pemantauan, dan
penyesuaian strategi yang efisien dan efektif.
Analisis pesaing merupakan komponen penting dari strategi
perusahaan. Dikatakan bahwa sebagian besar perusahaan tidak
melakukan jenis analisis ini secara sistematis. Sebagai gantinya,
banyak perusahaan yang beroperasi pada apa yang disebut
"kesan informal, dugaan, dan intuisi yang diperoleh melalui
informasi rahasia tentang pesaing yang terus-menerus diterima
setiap manajer." Sebagai hasilnya, pemindaian lingkungan
tradisional menempatkan banyak perusahaan pada risiko titik
kelemahan kompetitif yang berbahaya karena kurangnya analisis
pesaing yang kuat.
Buku strategi bersaing dalam perspektif militer dan bisnis
kami ini, mencoba mengemas semua pandangan-pandangan
para pemikir strategik yang telah kami uraikan sebelumnya,
dalam bentuk yang lain.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 223
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
BAB VII
KEBIJAKAN STRATEGIS
7.1 Makna Kebijakan Strategis
Dalam berbagai literatur ilmu administrasi, kebijakan kadang
dimaknai sebagai bagian dari dimensi strategis administrasi
publik. Kebijakan merupakan proses pembuatan keputusan untuk
menentukan tujuan dan cara atau alternatif terbaik dalam
mencapai tujuan tersebut. Dimensi kebijakan berkenaan dengan
keputusan tentang apa yang harus dikerjakan.
Jika dianalogikan, kebijakan adalah pekerjaan otak yang
selalu memutuskan apa yang hendak dikerjakan, supaya jantung,
urat nadi (pengelolaan), dan organ tubuh (organisasi) siap
bergerak serta melaksanakan apa yang telah diputuskan.
Meskipun demikian kebijakan dapat dilihat sebagai suatu konsep
filosofis, suatu produk, sebuah proses, maupun sebagai sebuah
kerangka kerja.
Kenyataannya untuk memproses sebuah keputusan yang
efektif dibutuhkan serangkaian masukan (input), sebut saja
rasionalitas dan teknis, dan politik, sehingga dapat menghasilkan
keluaran (output) berupa keputusan tentang alternatif terbaik
yang siap untuk diimplementasikan. Dengan kata lain kebijakan
merupakan produk dari sebuah proses pengambilan keputusan
yang tentu saja memerlukan sumber daya (input) yang umumnya
merupakan produk dari suatu proses baik teknis, sosial, maupun
politis.
224 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Kebijakan merupakan dimensi yang sangat penting,
mengingat kedudukannya sebagai penentu tentang apa yang
hendak dikerjakan. Sedangkan apa yang hendak dikerjakan harus
didasarkan atas masalah, kebutuhan, atau aspirasi tertentu. Jadi
tidak benar kalau suatu kebijakan diputuskan tanpa ada masalah,
kebutuhan atau aspirasi yang nyata dan tentu saja tidak bisa
didasarkan pada masalah atau kebutuhan yang didesain oleh
pihak tertentu untuk memenuhi kepentingannya.
Mengingat kebijakan bagian dari administrasi publik, maka
yang menjadi perhatian adalah masalah, kebutuhan, dan aspirasi
publik. Karena itu supaya kebijakan yang diambil menjadi sebuah
solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat,
maka perlu dirumuskan suatu strategi dalam penyusunan
kebijakan tersebut.
Sebut saja contoh kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR-RI), yaitu diberlakukannya Undang-
Undang No. 5 Tahun 2018 tentang Terorisme adalah sebuah
capaian kebijakan strategis dalam sektor keamanan nasional
yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah maupun masyarakat
sipil untuk membendung kiprah kelompok-kelompok radikal di
Indonesia, terutama (namun tak terbatas pada) mereka yang
terkait dengan gerakan-gerakan Islam radikal, baik yang
diketahui menggunakan pendekatan kekerasan maupun yang
tidak.
Pemetaan yang tepat terhadap perkembangan kelompok
radikal, pada tataran lingkungan strategis global, regional, dan
nasional, penting dilakukan karena akan menjadi landasan bagi
pembentukan kebijakan publik yang lebih luas dan mendalam
terkait penanggulangan radikalisme dan gerakan radikal di masa
depan. Analisis yang dilakukan penulis berdasarkan data-data,
dokumen dan fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa
pengesahan Perppu Ormas No 2 Tahun 2017 dan pemberlakuan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 225
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
UU No 5 Tahun 2018 tentang Terorisme mempunyai dampak
signifikan jika diikuti dengan tindakan-tindakan tegas oleh
penegak hukum.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
bahwa strategi merupakan suatu istilah yang semula bersumber
dari kalangan militer yang memiliki makna sebagai kiat yang
digunakan untuk memenangkan peperangan, maka sebuah
kemenangan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu
peperangan. Dengan kata lain, strategi pada hakekatnya adalah
suatu metode (cara), taktik (jangka pendek), atau politik (jangka
menengah) yang mendukung rencana strategis (jangka panjang)
untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, strategi (strategy) dapat dimaknai sebagai
metodologis dari sebuah ilmu tentang metode, taktik, politik
dalam perang, sedangkan strategis (strategic) dimaknai sebagai
suatu upaya yang dijalankan mengikuti pola, desain atau rencana
dari sebuah strategi. Sehingga kebijakan strategis dapat dimaknai
sebagai suatu proses pembuatan keputusan untuk penentuan
tujuan dan metode atau alternatif terbaik dalam mencapai tujuan
tersebut yang didasarkan pada taktik (jangka pendek), politik
(jangka menengah), atau strategi (jangka panjang) tertentu.
Strategi kebijakan perlu diimplementasikan mengingat
banyak faktor yang harus diperhatikan dan berpengaruh
terhadap produk akhir dari sebuah kebijakan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam penyusunan kebijakan tersebut adalah
faktor eksternal, berupa pengaruh lingkungan, sosial-politik
serta para stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap
produk kebijakan, dan faktor internal, seperti masalah
kelembagaan militer atau bisnis, sumber daya manusia,
keuangan, operasi dan produksi, pemasaran, masalah
ketersediaan waktu atau masalah sumber biaya/anggaran.
226 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Dasar dari sebuah penyusunan kebijakan adalah adanya isu
atau masalah publik. Isu dimaksudkan gejala yang mengarah ke
suatu masalah yang bersifat strategis, yakni bersifat mendasar,
menyangkut banyak orang, atau bahkan keselamatan bersama.
Strategi sifatnya jangka panjang, tidak dapat diselesaikan oleh
perorangan, namun menuntut adanya penyelesaian.
Isu tersebut kemudian menggerakkan pemimpin organisasi
untuk merumuskan kebijakan dalam rangka menyelesaikan
masalah tersebut. Dalam perumusan kebijakan ini dimungkinkan
melibatkan berbagai unsur yang memiliki kepentingan terhadap
isu/masalah tersebut dan nantinya seluruh keputusannya akan
menjadi hukum bagi yang terkait dengan masalah tersebut.
Setelah dirumuskan kemudian kebijakan itu dijalankan baik
oleh stakeholder’s. Dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan
pasca pelaksanaan diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah
siklus baru untuk penilaian apakah kebijakan tersebut sudah
dirumuskan dengan baik dan benar serta dijalankan dengan baik
dan benar pula.
Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat
berupa kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang
dapat dirasakan oleh stakeholder’s sebagai pemanfaat. Dalam
jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam
bentuk dampak kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan
tujuan yang hendak dicapai dengan kebijakan tersebut.
Kaitannya dengan implementasi, kebijakan yang telah
ditetapkan kemudian diterjemahkan menjadi rangkaian kegiatan
pokok yang kemudian dijabarkan ke dalam berbagai tugas pokok
dan fungsi.
Dengan demikian, setiap kegiatan yang dilakukan atau setiap
tugas yang dilaksanakan oleh suatu organisasi (perusahaan) atau
instansi pemerintah secara logis harus dalam rangka
melaksanakan program atau kebijakan yang telah dirumuskan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 227
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Guna mendukung berbagai tugas pokok dan fungsi diperlukan
dukungan dari berbagai komponen dalam organisasi.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi suksesnya
implementasi kebijakan tersebut adalah kemampuan aparatur/
pelaksana di tingkat bawah. Penempatan orang-orang yang
memiliki kompetensi dalam menjalankan setiap kebijakan yang
telah ditetapkan adalah faktor yang sangat penting.
Suatu kegiatan dapat disiasati dengan dua cara, yaitu pertama,
melalui peningkatan efektivitas kegiatan, agar implementasi strategi
yang dijalankan betul-betul diarahkan untuk kepentingan
stakeholder’s dan bukan kepentingan kelompok atau individu
tertentu atau hanya sekedar untuk menyerap anggaran yang telah
disediakan, dalam pengertian bahwa implementasi tersebut dapat
berdaya guna dan berhasil guna.
Peningkatan efektivitas implementasi setiap strategi akan
berpengaruh terhadap pencapaian (outcome) yang dapat
dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan peningkatan
efisiensi dapat dicapai jika kualitas produk pembangunan yang
dihasilkan memenuhi standar yang telah ditentukan.
Pencapaian kualitas produk akan menghemat dan
menurunkan biaya. Hal ini dapat dipahami bahwa bila kualitas
pembangunan dapat terjamin dengan baik, maka akan
menghemat biaya untuk pemeliharaan dan perbaikan kegiatan
yang telah dilaksanakan dalam jangka waktu lama, sehingga
penghematan anggaran tersebut akan dapat digunakan untuk
menambah jumlah proyek/kegiatan yang dapat dilaksanakan.
Tuntutan reformasi di segala bidang oleh hampir seluruh
masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan
baik pada lembaga/institusi (militer/TNI) maupun organisasi
(perusahaan) akhir-akhir ini telah membawa dampak terhadap
perubahan paradigma penyelenggaraan kebijakan strategi, baik
di tingkat pusat maupun daerah. Sebut saja upaya untuk
mewujudkan Good Corporate Governance di lingkungan
228 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan tuntutan yang
sangat mendesak.
Hal tersebut terkait dengan upaya pemerintah untuk
mewujudkan tata kelola di semua lini, diperkuat dengan
penandatanganan Letter of Intent (LOI) dengan International
Monetary Fund (IMF) yang mencantumkan jadwal perbaikan
pengelolaan perusahaan di Indonesia.
Salah satu unsur penting dalam mewujudkan hal tersebut
adalah pelaksanaan audit terhadap BUMN yang dapat berperan
sebagai alat pengawasan sekaligus performance driver. Untuk itu,
melalui berbagai kajian telah ditelaah Komite Audit dan Audit
Internal dalam semua institusi/instansi (militer) dan organisasi
(perusahaan) dalam implementasi Good Corporate
Governance serta dampaknya terhadap kinerja organisasi di
Indonesia.
7.2 Grand Strategy sebagai Luaran Kebijakan
Grand Strategy merupakan sebuah kebijakan atau
sekumpulan kebijakan yang merupakan hasil dari preferensi dan
formulasi tujuan yang dikeluarkan oleh pengambil kebijakan
seperti apa yang dilakukan presiden Amerika Serikat. Sebut saja
dalam dinamika politik luar negeri Amerika Serikat, kapabilitas
untuk menjalankan kebijakan luar negeri diatur dalam Pasal II
konstitusi yang memberikan kuasa penuh pada Presiden untuk
memimpin dan memformulasikan kebijakan yang tepat bagi
negara (US Constitution Article II). Namun, dalam praktiknya
seringkali terdapat perbedaan Grand Strategy yang diterapkan
oleh tiap presiden dalam tiap era kepemimpinannya. Hal ini
dikarenakan oleh adanya pengaruh dinamika domestik, faktor
individual hingga dinamika sistemik (Wittkopf & Jones 2008).
Dalam implementasinya, Grand Strategy Amerika Serikat
menjadi menarik untuk dipahami, utamanya oleh negara-negara
lain di dunia, termasuk Indonesia guna mendapatkan
pemahaman dan memprediksi arah kebijakan luar negeri Amerika
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 229
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Serikat. Hal ini dapat menjadi peluang bagi kerjasama atau dapat
menjadi peringatan bagi potensi ancaman di masa yang akan
datang. Dalam sejarahnya Grand Strategy mulai diterapkan sejak
era Perang Dunia II hingga sekarang, namun perubahan yang
signifikan terjadi paska era 2000-an ketika tragedi 9/11
mengubah trajektori kebijakan luar negeri Amerika Serikat (Layne
2006). Presiden Bush pada waktu itu mengeluarkan doktrin
unilateralisme yang menggarisbawahi pentingnya strategi War on Terror dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat (Gardner,
2005).
Unilateralisme Amerika Serikat muncul sebagai respon
terhadap ancaman utama di saat Bush berkuasa, yaitu kehadiran
terorisme dan ancaman jatuhnya senjata pemusnah masal ke
tangan teroris (Hirsh, 2002). Donald Rumsfeld selaku menteri
pertahanan Amerika Serikat saat itu, menyatakan: “Terdapat hal-
hal yang kita tahu bahwa kita tahu, terdapat hal yang tidak
diketahui namun populis. Artinya, terdapat hal-hal yang kita tahu
tidak kita ketahui. Tapi terdapat juga yang tidak diketahui dan
tidak dikenal. Terdapat hal-hal yang kita tidak tahu kita tidak
tahu. ... Setiap tahun, kami menemukan beberapa lagi dari
mereka yang tidak diketahui itu tidak dikenal” (Rumsfeld, 2002).
Dengan kata lain, di seluruh dunia dapat saja muncul
kelompok teroris yang tidak diketahui yang memiliki senjata
pemusnah masal yang dapat menyerang Amerika Serikat
kapanpun dan di manapun. Karena itu, pemerintahan Amerika
Serikat di bawah pemerintahan Bush menggunakan strategi
preventive dan preemtive1) dalam merespon terhadap ancaman
yang ada. Seringkali aksi-aksi tersebut mengabaikan dan
mengecilkan peran institusi internasional serta aliansi akibat
adanya kepentingan dalam merespon terhadap ancaman (Leffler,
2004). Doktrin ini membuat Amerika Serikat menegaskan
kekuatannya sebagai negara adidaya dengan mengerahkan segala
daya dan upayanya untuk memerangi terorisme di seluruh dunia.
1) Preemptive merupakan kemampuan sistem operasi untuk memberhentikan
sementara proses yang sedang berjalan untuk memberi ruang kepada proses yang prioritasnya lebih tinggi
230 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Setelah Presiden Bush tidak berkuasa, diteruskan oleh
Barrack Obama yang dalam kebijakannya menjalankan Grand Strategy yang jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Bush.
Obama menekankan pada opsi keterikatan (engagement). Hal ini
digarisbawahi Obama dikarenakan ia menganggap aksi-aksi
unilateral tidak dapat dijustifikasi, namun terorisme dan
keunggulan Amerika Serikat tetap harus dijaga, utamanya melalui
kerangka aturan internasional dan kerjasama internasional
(Obama, 2009; Rowland, 2008; Drezner, 2011). Dalam
Implementasinya, Obama juga mendorong penggunaan Soft Power sebagai instrumen utama kebijakan luar negeri pada
periode pertama pemerintahannya (Hayden, 2012). Pada
tulisannya mengenai kebijakan luar negeri pada 2007 ia
menyatakan bahwa:
“Keamanan dan kesejahteraan masing-masing, dan setiap orang Amerika bergantung pada keamanan dan kesejahteraan mereka yang tinggal di luar perbatasan kita. Misi Amerika Serikat adalah untuk memberikan kepemimpinan global yang didasarkan pada pemahaman bahwa dunia memiliki keamanan bersama dan kemanusiaan yang sama” (Obama 2007).
Hal ini kemudian diwujudkan melalui Grand Strategy yang
berfokus pada restorasi kekuatan Amerika Serikat dan
mempererat kerjasama internasional melalui multilateralisme.
Pada periode pertama kepemimpinannya, setidaknya terdapat
beberapa landmark kebijakan luar negeri yang dicapai, seperti
menjadi mediator dalam konflik Israel-Palestina, menginisiasi
pembicaraan mengenai pengembangan nuklir di Iran, serta
mendorong pembentukan pemerintahan di Afghanistan
(Brzezinski 2010).
Ide-ide keterikatan (engagement) dan kerjasama
internasional ini menjadi fokus Grand Strategy yang lantas berubah
pada periode kedua Presiden Obama. Perubahan ini terjadi akibat
munculnya kondisi sistemik yang berbeda, sehingga Obama harus
mengubah dan menyesuaikan Grand Strategy yang dijalankan oleh
Amerika Serikat.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 231
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Periode kedua Barrack Obama dengan tujuan untuk
memetakan dan menjelaskan Grand Strategy yang diimplemen-
tasikan. Dengan menggunakan teori Grand Strategy Cristopher
Layne, serta Posen & Ross, dapat diberikan argumen bahwa Pivot to Asia merupakan corak Grand Strategy pada periode kedua
pemerintahan Obama. Hal ini dikarenakan Obama mengubah
paradigma dari engagement menjadi selective engagement. Perubahan paradigma ini ditunjukkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Terdapat perubahan kepentingan nasional;
2. Terdapat ancaman terhadap kepentingan nasional; 3. Terdapat alokasi sumber daya untuk mempertahankan
kepentingan nasional tersebut.
7.3 Pola Grand Strategy Amerika Serikat Dalam kajian Grand Strategy Amerika Serikat, terdapat
beberapa penulis yang memberikan kontribusi di antaranya yang
paling terkenal adalah Christopher Layne. Layne mengambil
kesimpulan dari beberapa peneliti Grand Strategy yang awalnya
merupakan kajian militer dan implementasinya dalam kajian
tentang kebijakan luar negeri. Ia menyatakan bahwa dalam
melakukan analisis terhadap Grand Strategy ada setidaknya tiga
indikator yang harus dipetakan, yaitu:
1. Prioritas kepentingan nasional; 2. Ancaman terhadap kepentingan nasional; 3. Alokasi sumber daya untuk melawan ancaman terhadap
kepentingan nasional tersebut.
Ketiga indikator tersebut merupakan faktor penting yang
berkontribusi terhadap analisis Grand Strategy. Lebih lanjut
Layne menyatakan terdapat setidaknya dua macam Grand Strategy Amerika Serikat, yaitu: Preponderance dan Offshore-Balancing (Layne, 2007). Hal ini sedikit berbeda dengan Possen
dan Ross yang menyatakan bahwa ada setidaknya empat macam
varian Grand Strategy Amerika Serikat, yaitu: Neo-isolasionisme,
Selective Engagement, Cooperative Security dan Primacy (Posen
& Ross, 1997).
232 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Layne mengelompokkan Grand Strategy berdasarkan
kapabilitas dan tanggung jawab kebijakan luar negeri Amerika
Serikat di dunia. Menurutnya selama ini Amerika Serikat
menjalankan strategi preponderance dengan menunjukkan
kapabilitasnya sebagai hegemoni di dunia. Strategi ini
menekankan pada penggunaan kekuatan dan pengaruh untuk
menjaga dominasi Amerika Serikat di seluruh dunia.
Strategi ini menurutnya berhasil diimplementasikan paling
tidak hingga Perang Dingin. Hal ini disebabkan dengan tegas
status sebagai hegemoni Amerika Serikat akan mengarah pada
bahaya over extension dan mendorong adanya kekuatan-
kekuatan lain untuk menantang hegemoninya (Layne, 2007).
Karena itu Layne menyatakan ada strategi alternatif lain yang
dapat digunakan Amerika Serikat, yaitu offshore balancing yang
berangkat dari logika balance of power. Dalam strategi ini,
Amerika Serikat tidak harus menjadi hegemoni di dunia, namun
fokus pada upaya untuk melindungi integritas teritorial serta
mencegah lahirnya hegemoni pada ruang lingkup pengaruhnya
saja. Lebih lanjut strategi ini juga bertujuan mengurangi engagement Amerika Serikat dalam bantuan militer pada sekutu-
sekutunya seperti Jepang, Korea Selatan, hingga kawasan Eropa
(Layne, 2007).
Berbeda dengan Layne Possen, Ross memiliki klasifikasi yang
sedikit berbeda dalam konteks Grand Strategy. Menurutnya
terdapat setidaknya empat pola Grand Strategy Amerika Serikat
yaitu:
1. Neo isolasionisme,
2. Selective engagement, 3. Cooperative security dan
4. Primacy.
Pertama, Neoisolasionisme berangkat dari paradigma
defensif realis yang bertujuan untuk focus pada sumber daya dan
kapabilitas untuk mengusahakan pertahanan diri dan survivalitas
Amerika Serikat dengan menarik diri dari dunia Internasional;
Kedua, Selective engagement berangkat dari asumsi yang sama
dengan strategi offshore balancing Layne, yaitu logika balance of
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 233
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
power; Ketiga, Cooperative security lahir dari logika liberalisme
dan multilateralisme; Keempat, Primacy berkaitan dengan
strategi hegemoni atau sejalan dengan argumen Layne mengenai
preponderance.
Berdasarkan argumentasi baik Layne maupun Possen & Ross,
kepemimpinan Barrack Obama lebih menunjukkan corak selective engagement dikarenakan terdapat fokus untuk menjaga status
quo dan mengembalikan kepercayaan terhadap Amerika Serikat
di dunia. Hal ini dikarenakan terdapat ancaman terhadap
kepentingan tersebut dengan munculnya kekuatan yang dapat
mengganggu upaya menjaga status quo tersebut melalui naiknya
Cina. Fakta empiriknya yang paling terlihat sebagai corak dari
selective engagement dalam pemerintahan Obama adalah upaya
untuk melakukan penangkalan dan pencegahan terhadap potensi
ancaman tersebut melalui alokasi sumber daya yang lebih di
kawasan Asia melalui strategi Pivot to Asia.
Indikator pertama mengenai Grand Strategy yang harus
dilihat adalah identifikasi kepentingan nasional. Amerika Serikat
di bawah Obama fokus pada pemulihan atau restorasi
kepemimpinan Amerika Serikat di dunia. Hal ini tertulis dalam
National Security Strategy 2010: “Strategi keamanan nasional
kami, karena itu, fokus pada pembaruan kepemimpinan Amerika,
sehingga kami dapat lebih efektif memajukan kepentingan kami
di abad ke-21’ (NSS 2010).
Lebih lanjut tidak hanya merestorasi kepemimpinan Amerika
Serikat juga sadar bahwa terdapat potensi ancaman terhadap
dominasinya di dunia melalui munculnya kekuatan-kekuatan baru
di dunia. Untuk itu Amerika Serikat perlu untuk semakin terlibat
pada kawasan-kawasan potensial. Seperti yang tertulis dalam
National Security Strategy.
“Kita harus fokus keterlibatan Amerika pada penguatan
institusi internasional dan menggalakkan aksi kolektif yang dapat
melayani kepentingan bersama, seperti memerangi kekerasan
ekstremisme; menghentikan penyebaran senjata nuklir dan
mengamankan bahan nuklir; mencapai pertumbuhan ekonomi
yang seimbang dan berkelanjutan; dan menempa solusi
234 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
kooperatif terhadap ancaman perubahan iklim, konflik
bersenjata, dan penyakit pandemi. Titik awal atau tindakan
kolektif itu adalah engagement kita dengan negara lain” (NSS
2010).
Sejalan dengan kepentingan tersebut, maka Amerika Serikat
kemudian harus merespon terhadap potensi ancaman terhadap
upaya untuk merestorasi kepemimpinan dan untuk semakin
engagement di kawasan, salah satu ancaman dalam konteks ini
hadir dari semakin naiknya pengaruh Cina dalam sphere of influence Amerika Serikat yang ditunjukkan melalui tiga hal,
yaitu: engagement dalam organisasi kawasan, perluasan
ekonomi kawasan, serta upaya pengurangan dan pengelolaan
potensi ancaman di kawasan.
Secara umum Asia-Pasifik merupakan kawasan yang
memiliki perkembangan signifikan dalam proliferasi organisasi
dan perjanjian di wilayahnya. Meskipun tidak terinstitusi sekuat
Uni Eropa, namun secara kuantitas jumlah organisasi kawasan
semakin meningkat dalam waktu yang relatif singkat pada era
paska Perang Dingin. Pada kurun waktu tersebut Asia-Pasifik
diwarnai oleh munculnya ASEAN +1 (ASEAN dan Cina), ASEAN
+3 (ASEAN, Cina, Jepang dan Korea Selatan), ASEAN Regional
Forum (ARF), ASEAN Vision Group, ASEAN Senior Official Meeting
(SMO), Shanghai Cooperation Organization (SCO), Pacific Basin
Economic Council, East Asian Summit, Asia Pacific Economic
Cooperation, East Asia Latin America Cooperation, Council on
Security Cooperation in the Asia Pacific serta Northeast Asia
Security Cooperation Dialogue (Sambaugh 2003; Acharya 2014).
Dalam seluruh forum ini Cina merupakan aktor yang terlibat aktif
baik dalam perumusan maupun dalam dinamika kegiatannya.
Namun partisipasi Cina yang paling signifikan dalam upaya
konsolidasi kekuatan di kawasan terlihat dalam keterlibatan Cina
dengan ASEAN dan SCO. Hal ini diungkapkan oleh Direktur
Jenderal Asia Kementerian Luar Negeri Cina, Fu Ying:
“Dengan adanya kerja sama ASEAN + 3 dan SCO sebagai
dua titik fokus, China melakukan upaya perintis untuk
mengatur kerja sama regional dan mendorong pembentukan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 235
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
kerangka kerja sama regional yang sesuai dengan
karakteristik keanekaragaman regional” (Fu Ying 2003).
SCO merupakan organisasi kawasan yang didirikan pada Juni
2001 yang beranggotakan Cina, Kazakhstan, Kyrgzystan, Rusia,
Tajikistan dan Uzbekistan. Cina memainkan peran penting dalam
penciptaan organisasi ini melalui penempatan sekretariat permanen
SCO di Beijing, selain itu Cina juga merupakan donatur utama
dalam organisasi ini (Sambaugh, 2004). Secara umum SCO
memiliki tugas utama untuk mengkoordinasikan kerjasama dalam
melawan isu keamanan non tradisional utamanya terorisme.
Namun pada tahun 2003, SCO berubah menjadi organisasi yang
lebih luas dan komprehensif saat PM Wen Jiabao membawa
proposal perdagangan bebas dan pengurangan hambatan non tarif
kepada negara anggotanya. Karena itu hingga sekarang SCO
menjadi upaya Cina untuk mendekatkan diri dengan Rusia dan Asia
Tengah dalam pemberantasan terorisme dan perwujudan
perdagangan bebas.
Selain SCO, Cina juga engage dalam ASEAN, engagement ini
memiliki cukup signifikan, dan yang lebih penting dalam upaya
konsolidasi kekuatan Cina di kawasan Asia-Pasifik (Sambaugh
2004). Pada KTT Cina-ASEAN 2002, Cina melakukan langkah
progresif kerjasama dengan ASEAN melalui empat perjanjian
penting, yaitu:
1. Declaration on Conduct (DOC) in South China Sea, 2. Joint Declaration on Cooperation in the Field of Non-
Traditional Security Issues, 3. The Framework Agreement on Comprehensive Economic
Cooperation (ASEAN-China FTA) dan Memorandon of Understanding on Agricultural Cooperation.
4. Pada tahun 2003 Cina secara resmi melakukan aksesi
terhadap ASEAN Treaty of Amity and Cooperation. Aksesi
ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh negara
non-ASEAN.
Hal ini memiliki konsekuensi bahwa Cina harus bertindak
dalam prinsip nonagresi dan nonintervensi di kawasan ASEAN. Hal
yang sama Cina juga menandatangani Joint Declaration on
236 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Strategic Partnership for Peace and Prosperity. Pada tahun 2004
PM Wen melakukan inisiatif untuk mengembangkan kerangka
ASEAN-FTA di kawasan Asia Timur serta mendorong terbentuknya
East Asian Community (Sambaugh 2004).
Merujuk pada berbagai macam kerjasama di atas yang
memiliki signifikansi paling penting adalah pembentukan ASEAN-
China FTA (ACFTA). Perjanjian ini menjadi solusi bagi
permasalahan ekonomi dan ekspor antara kedua aktor. Hal ini
tercermin dari meningkatnya total perdagangan ASEAN Cina dari
$45,6 Miliar di tahun 2002 menjadi $78,2 Miliar di tahun 2003,
puncaknya pada tahun 2005 mencapai $113,3 Miliar (Sambaugh
2004). Selain itu jika ACFTA terimplementasi secara penuh tahun
2010 maka akan terwujud pasar dengan total populasi lebih dari
2 Miliar jiwa dengan total GDP mencapai $3 Triliun.
Fakta di atas mencerminkan bahwa Cina secara langsung
memberikan ancaman bagi pengaruh Amerika Serikat di kawasan
Asia-Pasifik, utamanya pada kawasan yang tidak mendapatkan
perhatian dalam era Clinton dan Bush. Pendirian SCO sebagai
alternatif upaya peningkatan kerjasama ekonomi dan keamanan
di Asia Tengah utamanya dalam isu terorisme serta peningkatan
kerjasama dengan ASEAN membuat Amerika Serikat berpotensi
kehilangan jangkauan pengaruhnya pada kedua kawasan
tersebut.
Strategi yang diterapkan berdampak pada perluasan
ekonomi di kawasan Asia, utamanya merupakan refleksi naiknya
Cina. Berdasarkan data pemerintah, total perdagangan antara Cina
dan Asia mencapai angka $495 Miliar pada tahun 2003 meningkat
36,5% dari tahun 2002. Selain itu, pada tahun 2004 total
perdagangan juga meningkat signifikan pada angka 42%. Pada
periode yang sama perdagangan dengan negara kawasan juga
meningkat, India 85%, Jepang 27%, Malaysia 35%, Filipina 47%,
Korea Selatan 46%, Rusia 32%, Thailand 38% dan Vietnam 58%
(Sambaugh 2004).
Selain itu, strategi yang diimplementasikan Cina dalam rangka
peningkatan investasi di kawasan dengan membuka diri dan
memberikan bantuan. Hal ini terlihat dari total 70% FDI yang
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 237
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
diterima Cina berasal dari negara-negara Asia. Cina juga
mengirimkan FDI ke negara-negara Asia dengan total mencapai
$1,5 Miliar dari total $2,85 Miliar FDI yang diberikan oleh Cina pada
tahun 2003. Cina juga mengimplementasikan kebijakan strategi
dengan meningkatkan bantuan luar negeri, sebut saja dengan
Vietnam yang mencapai $150 juta, dengan Indonesia yang
mencapai $400 Juta, serta dengan Afghanistan yang mencapai
$200 juta.
Merujuk pada data tersebut di atas, maka implementasi grand
strategi memberikan pemahaman bahwa melalui perdagangan dan
investasi Cina telah menggerakkan ekonomi Asia dan membantu
banyak negara dalam bidang ekonomi untuk mengisi kekosongan
peran Jepang yang sedang menurun ekonominya. Karena itu
dampak yang terjadi adalah bahwa akan muncul ketergantungan
terhadap keberlangsungan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
ekonomi Cina bagi kawasan Asia. Hal ini tentu menjadi ancaman
tersendiri bagi Amerika Serikat dikarenakan Jepang sebagai aliansi
yang diharapkan mampu untuk menjaga pengaruh Amerika Serikat
di Asia tergantikan oleh Cina yang semakin agresif.
Dalam konteks keamanan, strategi yang diterapkan Cina
dengan melakukan pendekatan yang berbeda dalam upayanya
menjaga stabilitas kawasan dan memproyeksikan kekuatannya.
Pola yang diambil adalah melalui modernisasi angkatan bersenjata
Cina, namun hal ini tidak dapat berlangsung cepat, sehingga Cina
meningkatkan postur keamanan kawasan dengan cara lain sambil
menunggu modernisasi angkatan bersenjatanya berjalan. Strategi
ini dilakukan dalam dua metode, yaitu:
Pertama, Cina melakukan dialog keamanan secara bilateral
dengan mitra di kawasan, seperti: Australia, India, Jepang,
Kazakhstan, Kyrgystan, Mongolia, Pakistan, Rusia dan Thailand
secara tahunan yang melibatkan pertemuan tingkat tinggi, hingga
pertukaran personil militer dan latihan bersama (Acharya, 2014).
Hal ini menjadi pencapaian penting dikarenakan Cina melakukan
latihan bersama dan pertukaran militer termasuk dengan aktor-
aktor strategis kawasan, seperti: India, Pakistan, Rusia hingga
Vietnam dan Thailand. Selain itu strategi yang dilakukan Cina
238 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
dengan melakukan dialog melalui track 2 lewat China Institute for
International Strategic Studies dan China Foundation for
International Strategic Studies.
Kedua, strategi yang dilakukan Cina meningkatkan
partisipasi dalam ASEAN Regional Forum (ARF). Partisipasi ini
menjadi penting dikarenakan pemerintah Cina menjadikan ARF
sebagai katalis bagi terwujudnya komunitas keamanan kawasan.
Hal ini disampaikan oleh Presiden Hu Jintao:
“China akan memberikan permainan penuh bagi
mekanisme keamanan multilateral yang ada, dan siap
untuk menyiapkan mekanisme dialog keamanan dengan
negara-negara Asia lainnya untuk secara aktif
mempromosikan kerjasama pembangunan kepercayaan di
bidang militer ”(Acharya 2014).
Pada pertemuan ARF tahun 2003, Cina memperkenalkan
draf konsep pertukaran militer regional sebagai bentuk kebijakan
penerapan strategi untuk keamanan kawasan. Draf konsep ini
mencakup isu-isu yang cukup sensitif bagi Cina, seperti: Strategi
Militer dan Doktrin Pertahanan, revolution in military affairs (RMA), modernisasi pertahanan, peran militer kawasan dalam
menghadapi ancaman non tradisional, konversi pertahanan serta
hubungan sipil militer. Hal ini dilakukan Cina untuk menegaskan
keseriusannya untuk menciptakan desain keamanan kawasan.
Draf ini akhirnya disetujui pada pertemuan ARF tahun 2004
sebagai salah satu pencapaian terbaik ARF mengenai desain
keamanan regional. Selain itu Cina juga mendorong terbentuknya
East Asian Security Communities dari ARF (Sambaugh 2004;
Odegaard 2007).
Berdasarkan ke dua Indikasi tersebut di atas dari
meningkatnya kapabilitas keamanan Cina hingga semakin
tingginya intensitas dialog dengan mitra negara dan kawasan
menunjukkan bahwa Cina tengah bersiap untuk menjadi
hegemoni kawasan menggantikan pola interaksi yang dibangun
oleh Amerika Serikat melalui Hub and Spoke serta pakta
pertahanan aliansi di kawasan Asia.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 239
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Berdasarkan keempat indikator ini maka pemerintahan
Obama dalam masanya dihadapkan pada kenyataan
meningkatnya pengaruh Cina di kawasan Asia-Pasifik.
peningkatan ini dapat diterjemahkan sebagai ancaman terhadap
pola interaksi yang dibangun oleh Amerika Serikat di kawasan
Asia-Pasifik. Kawasan Asia-Pasifik menjadi penting dalam ruang
lingkup pengaruh Amerika Serikat di Abad 21 dikarenakan
wilayah ini merupakan tempat bertemunya negara-negara
berkembang dan negara-negara besar yang sedang naik,
sehingga kawasan ini berpotensi menciptakan jalan bagi
perubahan konstelasi dunia. Karena itu, secara spesifik
keunggulan Cina dan signifikansi Asia-Pasifik harus direspon oleh
pemerintahan Obama sebagai perhatian utama dalam melakukan
tata kelola hegemoni Amerika Serikat di dunia.
Indikator terakhir dari adanya perubahan Grand Strategy Amerika Serikat pada periode kedua Obama terlihat dari adanya
alokasi dan mobilisasi sumber daya baik militer, ekonomi
hingga politik oleh Amerika Serikat di kawasan Asia-Pasifik. Hal
ini setidaknya dapat terbagi menjadi beberapa kebijakan utama
yang salah satunya adalah pengerahan sumber diplomasi untuk
menciptakan kerangka perdagangan bebas baru melalui Trans-Pacific Partnership. Secara umum strategi ini merupakan kerangka
besar dari kebijakan Pivot to Asia yang dicetuskan oleh Obama.
Strategi Pivot to Asia ini berkaitan dengan upaya pemerin-
tahan Obama untuk melakukan penyeimbangan terhadap
kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang berat sebelah dalam
praktiknya ketika War On Terror. Strategi ini ditujukan untuk
memenuhi ekspektasi ekonomi dan reputasi domestik paska era
Bush. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa kemunculan
teknologi dan pola baru dalam aksi kontra terorisme berujung
pada tewasnya Osama Bin Laden pada Mei 2011 (BBC 2016).
Pada praktiknya fokus kontra terorisme tidak berhenti di era
Obama namun dijalankan dengan cara yang lebih halus dan
cerdas. Karena itu, secara umum strategi penyeimbangan di era
Obama dapat lebih fokus pada isu-isu yang lebih struktural terkait
dominasi hegemoni Amerika Serikat secara keseluruhan (Singh
240 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
2012; Bentley & Holland 2014; Brown 2015). Doktrin ini memiliki
makna bahwa pemerintahan Amerika Serikat telah melakukan
pergantian fokus dari perang berkepanjangan melawan teror
menuju isu struktural terkait ekonomi dan perwujudan tatanan
internasional dengan fokus utama berada di kawasan Asia-Pasifik.
Dalam dimensi militer, strategi Pivot to Asia berkaitan
dengan pengalihan dan penempatan tentara Amerika Serikat di
kawasan Asia-Pasifik dari kawasan lain. Hal ini menjadi fokus
utama yang dinyatakan Obama pada tahun 2011:
“Ketika kita mempertimbangkan masa depan angkatan
bersenjata kita, kita telah memulai tinjauan yang akan
mengidentifikasi kepentingan strategis kita, yang paling penting
dan membimbing prioritas pertahanan kita dan pengeluaran
selama dekade mendatang. Dengan kata lain, inilah yang harus
diketahui wilayah ini. Saat kita mengakhiri perang hari ini, saya
telah mengarahkan tim keamanan nasional saya untuk
menghadirkan misi kami di Asia Pasifik sebagai prioritas utama.
Akibatnya, pengurangan pengeluaran pertahanan AS tidak akan
terulang di masa yang akan datang dengan mengorbankan Asia
Pasifik ” (Obama, 2011).
Kebijakan strategi ini kemudian dilakukan dalam tiga
indikator utama, yaitu: distribusi pasukan yang semakin luas,
adanya fleksibilitas penempatan pasukan serta peningkatan
kapabilitas mitra kawasan. Peningkatan distribusi pasukan
berkaitan dengan penempatan tentara dalam jumlah yang lebih
besar dan merata di kawasan Asia Pasifik. Secara spesifik
peningkatan distribusi juga berkaitan dengan peningkatan
kapabilitas pasukan di Australia melalui penambahan gugus
tempur militer AS utamanya di kawasan Darwin dan Perth. Selain
itu Amerika Serikat juga menambah jumlah littoral combat ships di Singapura dan melakukan diskusi lebih lanjut terkait dengan
perjanjian pertahanan dengan Filipina (Bentley & Holland 2014).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 241
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
7.4 Kebijakan Strategi Bersaing Persaingan dalam banyak kesempatan selalu menjadi
sorotan, dan telah banyak dibahas dalam literatur, dan bahkan
dalam lingkungan kebijakan ekonomi di Washington (AS) dan
sebagian besar ibu kota negara di Eropa. Restorasi vitalitas
kompetitif adalah slogan politik yang dibagi secara luas.
Menjelang tahun 1992 dan penyatuan yang mendatang dari Pasar
Bersama memfokuskan perhatian pada kemampuan industri
Eropa untuk bersaing melawan rival-rival global. Di kedua benua,
para manajer senior, yang mulai bergulat dengan persoalan-
persoalan ini lama sebelum para politikus memperolehnya,
mencari model-model yang berhasil untuk diikuti. Dengan
beberapa pengecualian, model-model yang mereka dapatkan dan
contoh-contoh yang mereka pelajari adalah Jepang (Ohmae,
1991).
Bagi banyak manajer Barat, prestasi kompetitif Jepang
memberikan bukti nyata bahwa tanda strategi yang berhasil
adalah pendapatan keuntungan kompetitif yang dapat
dipertahankan dengan mengalahkan pesaing. Jika diperlukan
manufacturing kelas dunia untuk menang, maka harus
mengalahkan para pesaing dengan fabrikasi. Bila diperlukan
pengembangan produk yang cepat, harus mengalahkan mereka
dengan laboratorium. Jika diperlukan penguasaan saluran
distribusi, maka harus mengalahkan mereka dengan sistem
logistik. Apa pun yang diperlukan, tujuan strategi adalah
mengalahkan pesaing (Ohmae, 1991).
Sesudah satu dasawarsa kalah dari Jepang, para manajer di
Amerika Serikat dan Eropa belajar dari pengalaman ini dengan
sangat baik. Sebagai ukuran prestasi, pelajaran ini tidak mendua
arti. Pelajaran ini juga keliru bahwa memenangkan
manufacturing atau pengembangan produk atau pertempuran
logistik bukanlah hal yang buruk. Akan tetapi, ini sebenarnya
bukan apa yang dimaksud dengan strategi atau yang seharusnya.
242 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Bila fokus perhatian ada pada cara-cara mengalahkan
pesaing, maka strategi selalu didefinisikan terutama berkenaan
dengan pesaing.
Contoh:
1. Jika pesaing baru-baru ini mengeluarkan alat dapur elektronik
yang mengiris, memotong kotak-kotak dan memasak kopi,
maka sebaiknya menempatkan satu yang persis dengan alat
itu di dalam lini produk dan menempatkannya dengan cepat di
sana.
2. Jika pesaing memotong biaya produksi, maka sebaiknya
mengeluarkan pisau bedah.
3. Jika pesaing baru saja mulai memasang iklan nasional, maka
sebaiknya menghubungi biro iklan segera.
4. Jika berhadapan rapat dengan pesaing, maka tidak dapat
membiarkan mereka membangun keuntungan jenis apa pun.
Harus mengawasi setiap gerakan mereka, atau begitulah bunyi
argumennya.
Tentu saja penting untuk memperhitungkan pesaing, tetapi
itu tidak boleh menjadi yang nomor satu dalam pembuatan
strategi.
Pertama, perhatian sungguh-sungguh pada kebutuhan
pelanggan dan analisis cermat atas tingkat kebebasan riil
perusahaan dalam merespons terhadap kebutuhan itu. Kemauan
untuk memikirkan kembali apa produk itu dan apa yang
dilakukannya, dan juga bagaimana cara terbaik mengorganisasi
sistem bisnis yang mendesain, membangun, dan memasarkan
produk tersebut, harus menyusul. Perusahaan akan berbahaya
jika kita mencoba memaksakan cara mengelola yang bersifat
sederhana dan rasional saja. Kita tidak dapat mengelola hanya
"berdasarkan angka-angka", dengan kata lain jangan pernah
berpikir demikian.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 243
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Kedua, kebanyakan sistem manajemen yang memperlaku-
kan manusia sebagai "faktor produksi", seperti roda gigi pada
sebuah mesin, secara pasti akan menimbulkan penurunan
motivasi. Manusia sepenuhnya berbeda-beda dan kompleks.
Pemimpin perlu memberikan kebebasan kepada orang, bukan
mengekang mereka.
Ketiga, dunia adalah tempat yang membingungkan, tempat
yang penuh dengan ketidakjelasan. Hal paling sulit dikelola
adalah "hal-hal lunak" (soft stuff), terutama dalam hal budaya.
Tanpa memperhatikan secara serius hal-hal yang disebut "lunak",
pemimpin akan mengalami kegagalan. Perlu berorientasi pada
nilai yang nyata dengan pemikiran yang sederhana. Pikirkanlah
apa yang diyakini perusahaan kita, apa yang paling memberikan
kebanggaan bagi para karyawan. Kemudian secara aktif
melakukan pengelolaan ke arah sistem nilai tersebut. Perlu
menjadi perhatian bahwa laba bagi bisnis adalah seperti bernapas
untuk hidup. Perusahaan yang berada di puncak menciptakan
makna, bukan sekedar uang.
Setia dan konsisten juga merupakan hal yang tidak boleh
lepas dalam berpikir system bagi perusahaan, selain satu atau
dua pengecualian, misalnya Berkshire Hathaway-nya Warren
Buffett dan GE-nya Jack Welch, melakukan variasi bisnis nyaris
tidak pernah berhasil. Khususnya, waspadailah kata sinergi, yang
kedengarannya hebat siapa yang tidak mau 1+1 sama dengan
tiga? Nah, pengamatan kami menunjukkan bahwa berbagai
merger besar jarang sekali berhasil.
Selain itu, tidak ada yang lebih mengacaukan suatu bisnis
yang sukses selain pertumbuhan super cepat. Bentuk sederhana,
staf ramping. Meskipun organisasi pada dasarnya sangat rumit,
kita tidak perlu menambah kerumitan itu dengan penataan
organisasi yang kompleks.
Rancanglah struktur yang sederhana dan dapat
didayagunakan; orang akan memikirkan sisanya. Jagalah jumlah
244 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
staf yang minimum, lakukan outsourcing berbagai aktivitas star,
atau gunakan satuan-satuan tugas yang berorientasi pada tugas
dan batasan waktu (bentuk lain dari garis organisasi). Staf yang
banyak, dan sebagian besar pejabat staf karier, selalu
menghambat orang lainnya dalam organisasi yang benar-benar
bekerja.
Bersifat longgar sekaligus ketat, sejatinya organisasi yang
berfungsi dengan baik tidak terpusat atau tersentralisasi, tetapi
juga tidak menyebar atau terdesentralisasi, melainkan
merupakan paduan yang indah dari keduanya. Dalam sebagian
besar dimensi dari berbagai perusahaan terbaik, sekarang
maupun nanti, umumnya bersifat longgar. Mereka memberikan
karyawan kebebasan yang sangat luas untuk melakukan
pekerjaan mereka menurut cara mereka sendiri. Dalam hal ini
Robbin dan Judge (2015) mengistilahkan job autonomy.
Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan besar sangat
tersentralisasi dalam sedikit aspek yang penting, seperti nilai-nilai
utama yang membentuk budaya mereka, satu atau dua (tidak
lebih) prioritas strategis puncak, dan sedikit indikator keuangan
kunci. Beberapa ciri yang muncul sebagai penanda perusahaan
yang inovatif dan unggul, sebagai berikut:
1. Kecenderungan untuk Bertindak, dan Terus Melangkah
Meskipun perusahaan yang termasuk kategori ini mungkin
menggunakan pendekatan analitis dalam pengambilan
keputusan, mereka tidak dilumpuhkan oleh fakta (seperti yang
dialami oleh banyak perusahaan lain). Banyak dari perusahaan
berkategori seperti ini melakukan prosedur operasi standar
dengan semboyan "Lakukan, perbaiki, coba."
Seperti kata seorang eksekutif senior Digital Equipment
Corporation, misalnya, "Bila kami menghadapi masalah besar di
sini, kami mengumpulkan sepuluh orang senior dan mengurung
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 245
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
mereka di sebuah kamar selama seminggu. Mereka muncul
dengan satu jawaban dan mengimplementasikannya".
Lebih lanjut, perusahaan-perusahaan tersebut senang
melakukan eksperimen. Daripada membiarkan 250 insinyur dan
tenaga pemasaran menggarap satu produk selama lima belas
bulan, lebih baik mereka membentuk sekelompok orang yang
terdiri atas 5 sampai 25 orang dan menguji ide-ide pada seorang
pelanggan, sering kali dengan prototipe yang murah, dalam
waktu beberapa minggu. Banyaknya perangkat praktis yang
digunakan perusahaan unggul ini, untuk mempertahankan
ketangkasan langkah dan mengatasi kelemahan yang nyaris tak
terelakkan dengan bertambah besarnya ukuran perusahaan.
2. Dekat dengan Pelanggan
Perusahaan yang masuk kategori ini belajar dari orang-orang
yang mereka layani. Mereka menyediakan kualitas, layanan, dan
keandalan yang tak tertandingi dalam hal yang bagus dan tahan
lama. Mereka sukses dalam mendiferensiasikan diri ala Frito Lay
(keripik kentang), Maytag (mesin cuci), atau Tupperware dengan
produk-produk yang hampir seperti komoditas. Direktur
pemasaran IBM, Francis G. (Buck) Rodgers, berkata, "Sangat
disayangkan bahwa, di begitu banyak perusahaan, bila
mendapatkan layanan yang baik, itu merupakan keajaiban."
Tidak demikian di perusahaan unggul. Semua orang bekerja,
Banyak di antara perusahaan inovatif mendapatkan gagasan
produk terbaik mereka dari pelanggan. Hal itu diperoleh dari
mendengarkan dengan tekun dan terus-menerus saran, harapan
dan keluhan pelanggan.
3. Otonomi dan Kewirausahaan
Perusahaan inovatif memupuk banyak pemimpin dan inovator
di seluruh organisasi. Mereka merupakan sarang dari apa yang
kami namakan unggulan (champions); sebut saja perusahaan 3M
246 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
"begitu bernafsunya terhadap inovasi sehingga suasana di sana
tidak seperti suasana korporasi besar melainkan lebih seperti
jaringan laboratorium yang longgar dan ruang-ruang kecil yang
dipadati para penemu yang keranjingan dan wirausaha yang
tekun yang membiarkan imajinasi mereka melayang-layang ke
segala arah."
Mereka tidak berusaha mengekang orang sehingga tidak
kreatif. Mereka mendorong keberanian mengambil risiko praktis
dan mendorong keberanian mencoba. Mereka melaksanakan
perintah kesembilan Fletcher Byrom: "Pastikan Anda menghasil-
kan sejumlah kesalahan yang masuk akal."
4. Produktivitas Melalui Orang
Perusahaan unggul memperlakukan karyawan sebagai
sumber peningkatan kualitas dan produktivitas. Mereka tidak
memupuk sikap kerja kami/mereka atau memandang investasi
modal sebagai sumber fundamental peningkatan efisiensi. Seperti
yang dikatakan Thomas J. Watson, Jr., tentang perusahaannya,
"Filosofi IBM sebagian besar terkandung dalam tiga keyakinan
sederhana. Saya ingin mulai dengan apa yang menurut saya
paling penting: penghargaan kami terhadap individu. Ini adalah
konsep yang sederhana, tetapi di IBM, hal ini menyita bagian
yang besar dari waktu manajemen."
Pimpinan Texas Instruments, Mark Shepherd, mengatakan
bahwa setiap karyawan "dipandang sebagai sumber gagasan,
tidak sekedar bekerja dengan kedua tangan mereka"; masing-
masing dari lebih dari 9.000 Program Keterlibatan Karyawan
(People Involvement Program), atau tim PIP (Gugus Mutu TI),
benar-benar memberikan kontribusi bagi rekor produktivitas
perusahaan yang cemerlang.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 247
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
5. Berorientasi pada Nilai yang Nyata
Thomas Watson, Jr., mengatakan bahwa "filosofi dasar dari
suatu organisasi lebih berkaitan dengan pencapaiannya daripada
dengan sumber daya teknologi atau ekonomi, struktur organisasi,
inovasi, dan penetapan waktu yang tepat." Watson dan William
Hewlett dari HP melegenda karena kesenangan mereka
berkeliling pabrik. Ray Kroc dari McDonald's secara teratur
mengunjungi gerai-gerai dan menilai mereka berdasarkan faktor-
faktor yang dianut perusahaan, yaitu: Kualitas, Pelayanan,
Kebersihan, dan Nilai (Quality, Service, Cleanliness, and Value/
QSCV).
6. Setia dan Konsisten
Robert W. Johnson, mantan pimpinan Johnson & Johnson,
menjelaskan: "Jangan pernah mengakuisisi bisnis yang Anda
tidak tahu cara menjalankannya." Atau seperti dikatakan Edward
G. Harness, mantan pimpinan eksekutif di Procter & Gamble,
"Perusahaan ini tidak pernah meninggalkan basisnya. Kami
berusaha menjadi segalanya, kecuali konglomerat." Meskipun
ada sedikit pengecualian, peluang meraih kinerja unggul
tampaknya lebih tersedia bagi perusahaan-perusahaan yang
tetap bertahan pada bisnis yang mereka kuasai.
1. Bentuk Sederhana, Staf Ramping
Bagaimanapun besarnya kebanyakan perusahaan yang telah
kami amati, tak satu pun di antara perusahaan-perusahaan
tersebut yang secara formal menggunakan struktur organisasi
matriks pada saat pengamatan kami, dan beberapa di antara
perusahaan yang pernah menggunakannya telah meninggalkan
struktur tersebut.
Bentuk dan sistem struktural yang mendasari perusahaan-
perusahaan unggul sungguh sederhana. Staf di tingkat puncak
ramping; bukan hal yang luar biasa menjumpai staf korporat yang
248 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
kurang dari 100 orang menjalankan perusahaan bernilai
multimiliaran dolar.
8. Bersifat Longgar Sekaligus Ketat
Perusahaan unggul tersentralisasi sekaligus terdesentralisasi,
untuk sebagian besar, seperti telah kami kemukakan, otonomi
didorong ke bawah sampai ke tingkat operasional atau tim
pengembangan produk. Di lain pihak, perusahaan-perusahaan
tersebut sangat terpusat (sentralistik) dalam hal segelintir nilai-
nilai inti yang mereka junjung tinggi.
Sebut saja perusahaan 3M terkenal karena jarang sekali
mencampuri kekacauan yang terjadi di kalangan unggulan
produknya. Namun demikian, seorang analis berpendapat, "Para
anggota dari sekte politik ekstremis yang sudah "dicuci otak"
tidak lagi bersesuaian dalam keyakinan pokok mereka."
Di perusahaan Digital, kekacauan begitu merajalela sehingga
seorang eksekutif berkata, "hanya segelintir orang yang tahu
untuk siapa mereka bekerja." Namun demikian, kecintaan
perusahaan Digital akan reliabilitas (keandalan) jauh lebih kaku
daripada yang dapat dibayangkan orang luar.
Sebagian besar dari kedelapan kategori ini tidak
mengejutkan. Beberapa saja, jika tidak sebagian besar, adalah
hal yang "utama." Tetapi seperti dikatakan Rene McPherson,
"Hampir semua orang sependapat, 'manusia adalah aset kami
yang terpenting.' Tetapi hampir tidak ada yang sungguh-sungguh
menerapkannya." Perusahaan unggul memenuhi komitmen
mereka terhadap sumber daya manusia, seperti halnya komitmen
mereka terhadap tindakan (semua tindakan) sejumlah besar
komite dan studi sepanjang 500 halaman, kecintaan mereka
terhadap kualitas dan standar layanan yang dianggap orang lain,
dengan menggunakan teknik optimisasi, sebagai impian kosong;
serta tuntutan mereka akan inisiatif- inisiatif yang bersifat reguler
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 249
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
(otonomi praktis) dari puluhan ribu pekerja, tidak hanya 200
pemikir bergaji $75.000 setahun.
Di atas segalanya, intensitas itu sendiri, bersumber pada
keyakinan yang sangat kuat, menjadi ciri perusahaan-perusahaan
ini. Selama putaran pertama wawancara yang dilakukan Thomas
J Peter, mereka dapat "merasakannya". Bahasa yang digunakan
dalam membicarakan sumber daya manusia berbeda-beda.
Harapan tentang kontribusi berbeda-beda. Kecintaan kepada
produk dan pelanggan tampak jelas. Thomas J Peter sendiri
merasakan perbedaan itu, saat berjalan mengelilingi fasilitas HP
atau 3M mengamati kelompok-kelompok yang sedang bekerja
dan bermain, dibandingkan cara yang pernah Thomas J Peter
alami di kebanyakan institusi yang lebih birokratis.
Thomas J Peter melihat kelompok-kelompok insinyur,
wiraniaga, dan produksi yang sibuk tengah menangani masalah
di St. Paul pada bulan Februari; bahkan seorang pelanggan ada
di sana. Thomas J Peter menyaksikan kantor seorang manajer
divisi HP (unit bernilai $100 juta), kecil, tidak berdinding
pembatas, digunakan bersama seorang sekretarisnya.
Thomas J Peter juga menyaksikan pimpinan baru Dana,
Gerald Mitchell, berpelukan dengan seorang kolega di bangsal
setelah makan siang di kantor pusat Toledo. Ini sangat jauh
berbeda dari ruang-ruang rapat direksi yang senyap dengan
cahaya yang samar, presentasi yang murung, deretan staf
disepanjang dinding dengan kalkulator berkilauan, dan bunyi klik
proyektor yang tidak ada habis-habisnya ketika analisis demi
analisis mempresentasikan ke layar.
Thomas J Peter menegaskan bahwa tidak semua dari
kedelapan ciri-ciri di atas terlihat dalam derajat yang sama di
semua perusahaan unggul yang mereka teliti. Tetapi setiap kali
setidak-tidaknya sebagian besar dari kedelapan ciri-ciri itu terlihat
sangat mencolok.
250 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Lebih dari itu, Thomas J Peter yakin bahwa kedelapan ciri-ciri
tersebut tidak ada di kebanyakan perusahaan besar saat ini. Atau,
kalaupun ada, kedelapan ciri-ciri tersebut begitu tersembunyi
sehingga sulit untuk dilihat jejaknya. Menurut Thomas J Peter
terlalu banyak manajer telah melupakan dasar-dasar cepat,
layanan pelanggan, inovasi praktis, dan fakta bahwa ia
mendapatkan ini semua tanpa komitmen dari semua orang.
Dengan kata lain, di satu pihak, ciri-ciri tersebut tampak jelas,
menyajikan materi ini kepada mahasiswa yang tidak mempunyai
pengalaman bisnis akan membuat mereka mengantuk.
"Pelanggan adalah yang utama, kedua, ketiga". "Tidakkah semua
orang tahu?" adalah jawaban yang pasti muncul.
Di lain pihak, khalayak yang berpengalaman biasanya
bereaksi dengan antusias. Mereka tahu materi ini penting, bahwa
Buck Rodgers benar ketika mengatakan layanan yang baik adalah
hal yang langka. Mereka tergugah bahwa "kesaktian" P & G dan
IBM adalah bersumber pada penerapan hal-hal mendasar
tersebut secara benar, bukan karena perusahaan-perusahaan ini
memiliki angka IQ dua puluh poin lebih tinggi per karyawan.
Meskipun demikian, kadang-kadang manajer mendorong
karyawannya untuk tidak terlalu tergugah. Proses mendapatkan
atau mempertajam dasar- dasar ini sampai mencapai tingkat
terobsesi seperti yang dicapai oleh perusahaan-perusahaan
unggul, bagaimanapun, jauh lebih sulit dibandingkan
memunculkan "terobosan strategis" di benak seseorang.
Perusahaan-perusahaan Amerika terhambat bukan hanya
oleh staf mereka, melainkan juga oleh struktur dan sistem
mereka, yang menghambat tindakan.
Realitas kompetitif adalah berdasarkan apa dalam menguji
kemungkinan strategi, harus didefinisikan dalam hubungan
dengan pelanggan. Respons pukulan dibalas pukulan terhadap
apa yang dilakukan pesaing mungkin sesuai, tetapi respons
tersebut kebanyakan reaktif. Respons ini muncul nomor dua,
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 251
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
sesudah strategi yang sebenarnya. Sebelum menguji diri sendiri
melawan pesaing, strategi sejatinya harus mencakupi tekad
untuk mendapatkan nilai bagi pelanggan.
Strategi tersebut juga harus mencakupi tekad untuk
menghindari pesaing kapan saja dan di mana saja
memungkinkan. Seperti yang dikatakan oleh filsuf besar Sun
Tzu, lima ratus tahun sebelum Masehi, strategi paling cerdik di
dalam perang adalah strategi yang memungkinkan mencapai
sasaran tanpa harus bertempur.
Dalam waktu tiga tahun saja, sebagai contoh, "komputer
keluarga" Nintendo menjual 12 juta unit di Jepang saja, dan
selama waktu itu perusahaan ini hampir tidak mempunyai
pesaing sama sekali. Sebenarnya, perusahaan ini mendapatkan
jaringan perusahaan yang bekerja untuk membantu
keberhasilannya.
Ricoh menyuplai chip Zylog. Para pembuat perangkat lunak
memproduksi permainan khusus untuk dimainkan pada chip
tersebut, seperti Dragon Quest I, H, dan ffl. Semua orang
menghasilkan terlalu banyak uang untuk berpikir tentang
mendapatkan persaingan.
Bentrokan yang terlihat di antara perusahaan-perusahaan di
dalam pasar apa yang oleh para manajer kerap dianggap sebagai
strategi, sebenarnya hanyalah pecahan kecil dari keseluruhan
strategi. Seperti gunung es, sebagian besar strategi harus berada
di bawah permukaan, tersembunyi dari penglihatan. Bagian yang
terlihat mungkin saja berbusa dengan kompetisi langsung. Akan
tetapi, sebagian besar sengaja dibuat tidak terlihat di bawah
permukaan di mana nilai didapatkan, di mana persaingan
dihindari.
Kadang persaingan langsung tidak dapat dihindari. Produknya
sudah benar, arah perusahaan sudah benar, persepsi nilai sudah
benar, dan para manajer harus memperjuangkannya melawan
para pesaing. Namun, menurut pengalaman, para manajer terlalu
252 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
sering dan terlalu mudah menceburkan diri ke dalam
pertempuran persaingan model kuno. Hal ini adalah medan yang
sudah tidak asing lagi. Mereka mengetahui bagaimana
bertempur, mereka jauh lebih sulit melihat bilamana suatu
strategi efektif yang berorientasi pelanggan dapat menghindari
pertempuran sama sekali.
Dalam kondisi seperti saat ini, dimana tingkat permintaan
global cenderung rendah, harga komoditas bergerak lambat, dan
perubahan kebijakan negara maju berimbas pada ekonomi
nasional, dibutuhkan inovasi dan kreativitas untuk menghadapi
tantangan-tantangan tersebut. Inovasi mutlak diperlukan untuk
memenangi persaingan yang sangat ketat, mendorong
perusahaan untuk meningkatkan strategi dalam berproduksi dan
berkarya sehingga ikut mendukung kemajuan ekonomi nasional.
Solusinya, keterbatasan inovasi dalam pengelolaan daya saing
justru dapat menjadi hambatan perkembangan bisnis
perusahaan dan akhirnya berimbas pada laju pertumbuhan
ekonomi nasional yang tidak sesuai harapan.
Inovasi dapat menyentuh paradigma-paradigma konven-
sional yang tidak mau mengubah mindset, mengubah tantangan
menjadi peluang, agar bersama-sama dapat menciptakan produk
dan jasa asal Indonesia yang berdaya saing di tingkat global.
Inovasi dalam definisi umum bermakna proses organisasi dalam
memperkenalkan ide, alur kerja, metodologi, dan produk atau
layanan baru yang berbeda sehingga memberikan nilai tambah
dan bermanfaat secara luas. Sejumlah pakar manajemen
strategik dunia membuat slogan dalam pengembangan strategi
perusahaan yakni berinovasi atau mati.
Slogan itu tidaklah berlebihan karena mengingat pentingnya
inovasi dalam menyokong perkembangan bisnis perusahaan.
Makin berkembang inovasi di suatu perusahaan, makin hebat
kinerjanya, dan makin tinggi profit yang dihasilkan.
Inovasi juga terbukti menjadi salah satu strategi yang dapat
membantu berbagai perusahaan untuk dapat bertahan mengikuti
perkembangan zaman dan mendukung pertumbuhan kinerja
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 253
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
keuangan. Dengan adanya inovasi, perusahaan-perusahaan
besar seperti Microsoft, Boeing, dan Tesla dapat bertahan di
tengah ketatnya persaingan di industri yang mereka geluti,
sementara di sisi lain inovasi dapat mendorong perusahaan-
perusahaan baru seperti Uber dan Xiaomi dapat tumbuh dengan
cepat.
254 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEDUA: KONSEP DASAR STRATEGI BERSAING
Orang-orang optimis memandang mawar dan bukan durinya, orang-orang pesimis memandang duri
dan mengabaikan mawarnya (Kahlil Gibran)
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF STRATEGI
BERSAING
Bab 8. Strategi Bersaing dalam Perspektif Bisnis
Bab 9. Strategi Bersaing dalam
Perspektif Militer Bab 10. Strategi Militer versus
Strategi Bisnis
256 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 257
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
BAB VIII STRATEGI BERSAING DALAM
PERSPEKTIF BISNIS
8.1 Strategi Bisnis Strategi merupakan penetapan maksud dan tujuan utama
perusahaan jangka panjang, dan penetapan aktivitas serta alokasi
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut
(Robbins dan Coulter, 2007). Strategi juga dapat dimaknai
sebagai pola dari suatu tujuan, atau target utama perusahaan,
dan kebijakan serta rencana perusahaan untuk mencapai tujuan
tersebut, yang dinyatakan sedemikian rupa sehingga diketahui
kondisi perusahaan saat ini dan kondisi yang diinginkan di waktu
yang akan datang (Jain, 1993). Selain itu strategi juga dapat
dimaknai sebagai respon dari suatu organisasi terhadap
kenyataan yang ada pada organisasi pihak yang berkepentingan
dan kenyataan yang ada pada lingkungan bisnis (Keegan, 1996).
Strategi dalam konteks aplikasi manajemen (strategic
management) merupakan aktivitas dan putusan manajerial oleh
manajemen puncak sehubungan penetapan dan pencapaian
unjuk kerja perusahaan hingga periode waktu yang panjang
(Wheelen & Hunger, 2015). Dengan kata lain strategi merupakan
suatu langkah yang terencana dan sistematis dalam
mengalokasikan sumber daya internal perusahaan dalam
menghadapi kondisi lingkungan eksternal untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
Tujuan utama dari perencanaan strategis adalah usaha
menjadikan perusahaan memenangkan persaingan dalam suatu
industri, strategi pada level korporasi mengarah pada keadaan
258 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
sedemikian rupa perusahaan memiliki keunggulan bersaing relatif
terhadap para pesaing dengan cara se-efisien mungkin. Fungsi
strategi secara singkat dapat dinyatakan sebagai berikut
(Wheelen & Hunger, 2015):
1. Sebagai sarana untuk mencapai visi, misi, dan tujuan
organisasi sehingga dapat diidentifikasikan tugas manajerial
secara spesifik pada tingkat korporat, bisnis, dan fungsional.
2. Sebagai pedoman dalam menghadapi perubahan yang terjadi
3. Sebagai sarana untuk investasi dan alokasi secara selektif atas
sumber daya perusahaan guna pengembangan kompetensi
inti perusahaan untuk menjamin keunggulan bersaing yang
berkelanjutan.
8.2 Tingkat Hirarki Strategi Strategi berdasarkan tingkatan hirarkinya dapat dibagi atas
tiga tingkatan, yaitu: strategi di tingkat korporasi, di tingkat
bisnis, dan di tingkat fungsional. Ketiga tingkat strategi tersebut
masing-masing saling melengkapi dan mendukung.
Gambar 8.1 Tingkat Hirarki Strategi
Sumber: Wheelen & Hunger (2015)
Coporate Strategy
Business Strategy
Function Strategy
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 259
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
1. Strategi Tingkat Korporasi, menjelaskan kebijakan perusahaan di tingkat holding, berorientasi jangka panjang dan fokus pada visi/ misi perusahaan. Permasalahan mendasar yang dibahas dalam penetapan strategi di tingkat korporasi adalah bidang bisnis apa yang harus dikembangkan, dipertahankan, dilepaskan, atau keputusan memasuki bisnis baru dengan produk baru (diversifikasi). Strategi tingkat korporasi merupakan sumber untuk penyusunan strategi tingkat bisnis dan tingkat fungsional.
2. Strategi Tingkat Bisnis, merupakan tindakan untuk memadu-kan kemampuan internal dan pengaruh eksternal berdasarkan visi/ misi bisnis dari perusahaan agar tercapai keunggulan posisi (competitive position) dari produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan di tingkat divisi atau unit bisnis tersebut. Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana mengalokasikan sumber daya dan bagaimana bersaing di bidang usaha tersebut, dengan mengarah kepada lingkup produk-pasar, aspek lokasi geografis, serta keunggulan bersaing berkelanjutan dari unit bisnis.
3. Strategi Tingkat Fungsional, merupakan implementasi dari strategi tingkat bisnis yang berintikan pada perancangan program atau perencanaan teknis fungsi-fungsi bisnis dalam organisasi, misalnya fungsi produksi, pemasaran, keuangan, sumberdaya manusia, dan lain-lain.
8.3 Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis dapat dimaknai sebagai proses yang
dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau
arahan, dan mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber
dayanya (sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan
keahlian) untuk mencapai strategi ini. Berbagai teknik analisis
bisnis dapat digunakan dalam proses ini, termasuk analisis SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), PEST (Political,
Economic, Social, Technological), atau STEER (Socio-cultural,
Technological, Economic, Ecological, Regulatory), seperti telah
diuraikan pada bab sebelumnya.
260 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Perencanaan Strategis (strategic planning) merupakan
sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi
saat ini dengan menganalisis data yang ada (historical) untuk
melakukan prediksi (forecasting) kondisi pada masa akan datang,
sehingga rencana strategis sebagai sebuah petunjuk yang dapat
digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja
menuju 5 sampai 10 tahun ke depan (Kerzner, 2001). Dengan
kata lain, rencana strategis perusahaan adalah suatu rencana
jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan
ke mana perusahaan akan diarahkan, dan bagaimana sumber
daya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu
tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.
Guna mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh
organisasi dalam rangka memiliki keunggulan bersaing, maka
para pimpinan perusahaan (top manager), kepala Divisi (middle
Manager), dan manajer operasi (lower manager), haruslah
bekerja dalam sebuah sistem yang terdapat pada proses
perencanaan strategis/strategic planning (Brown, 2005).
Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat,
sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam
sebuah perencanaan strategi (Skinner, 1969).
Perencanaan strategis secara eksplisit berhubungan dengan
manajemen perubahan, hal ini telah menjadi hasil penelitian
beberapa ahli (Ansoff, 1965; Anthony,1965; Steiner, 1979;
Lorange, 1980). Lorange (1980), menuliskan, bahwa strategic
planning merupakan kegiatan yang mencakup serangkaian proses
dari inovasi dan mengubah perusahaan, sehingga apabila
strategic planning tidak mendukung inovasi dan perubahan, maka
itu adalah kegagalan manajemen.
Dalam tahap perkembangan konsep strategi, mengalami
proses yang dapat dipandang sebagai berikut:
Tahap 1. Merumuskan rencana strategi berdasarkan anggaran
dan pengawasan keuangan. Tahap ini menggunakan anggaran
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 261
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Tindakan manajerial
didasarkan pada proyeksi jangka pendek dalam periode tertentu
(biasanya 1 tahun) dan berorientasi pada fungsi bisnis, dengan
asumsi lingkungan stabil.
Tahap 2. Perencanaan strategi bisnis. Perhatian manajemen
beralih dari fungsi internal perusahaan (fungsi produksi) ke
lingkungan eksternal perusahaan (fungsi pemasaran). Akibatnya
berkembang diversifikasi usaha, ada segmentasi usaha, unit
usaha otonom yang disebut satuan strategis bisnis (strategic
business unit, SBU).
Tahap 3. Perencanaan strategis perusahaan. Hal ini
diperlukan untuk mengurangi konflik internal. Perencanaan
strategis yang terpadu ini bersifat administratif.
Tahap 4. Mengelola Strategis. Perencanaan strategis
diintegrasikan bukan hanya dalam sub-sistem administrasi
semata, melainkan pula berbagai sub-sistem dalam proses
manajemen lainnya, seperti struktur organisasi, informasi, SDM
yang membentuk budaya perusahaan secara menyeluruh.
Penyatuan berbagai subsistem infrastruktur manajerial dan
pembentukan budaya perusahaan inilah yang disusun,
dikembangkan dan diarahkan dalam manajemen strategis.
Keunggulan kompetitif atau keunggulan bersaing (competitive
advantage) dapat dimaknai sebagai kemampuan yang diperoleh
melalui karakteristik dan sumber daya suatu perusahaan untuk
memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain
pada industri atau pasar yang sama. Istilah ini berasal dari judul
buku Michael Porter, Competitive Advantage (1985), yang dibuat
sebagai jawaban atas kritik terhadap konsep keunggulan
komparatif. Porter merumuskan 3 (tiga) jenis keunggulan
kompetitif perusahaan, yaitu: keunggulan dalam biaya rendah,
kemampuan melakukan diferensiasi produk, dan kemampuan
dalam strategi focus.
262 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Sumber: David & David (2015)
Gambar 8.2 Manfaat Perencanaan Strategi
8.3.1 Kelemahan Perusahaan yang Tidak
Melakukan Perencanaan Strategis Beberapa perusahaan tidak melakukan perencanaan
strategis, dan beberapa perusahaan melakukan perencanaan strategis tetapi tidak menerima dukungan dari manajer dan karyawan. Sepuluh alasan yang sering dikemukakan para ahli yang tidak melakukan perencanaan strategis dalam suatu perusahaan, yaitu: 1. Tidak ada pelatihan formal dalam mengelola strategis;
2. Tidak memahami atau menghargai manfaat dari perencanaan
strategis;
3. Tidak ada imbalan uang untuk melakukan perencanaan
strategis;
4. Tidak ada hukuman karena tidak perencanaan strategis;
5. Terlalu sibuk menyelesaikan krisis internal sehingga tidak
merencanakan ke depan;
6. Memandang perencanaan strategi sebagai pemborosan
waktu, karena tidak ada produk/ layanan yang dibuat;
7. Kemalasan; perencanaan yang efektif membutuhkan waktu
dan upaya; waktu adalah uang
8. Bangga dengan kesuksesan saat ini, kegagalan untuk
menyadari bahwa kesuksesan saat ini tidak ada jaminan untuk
bertahan lama;
9. Terlalu yakin bahwa kesuksesan akan datang di suatu hari
(besok atau lusa);
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 263
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
10. Belum pernah mengalami hal buruk dengan ada atau tidak
perencanaan strategis
Dengan kata lain, manfaat dan peranan rencana strategis, dapat menentukan batasan usaha/bisnis, memilih fokus bidang usaha yang akan dikembangkan yang didasarkan pada semua lapisan manajemen, memberikan arah perusahaan.
Menentukan batasan usaha dan arah perusahaan ibarat merupakan dua sisi dari mata uang yang sama mendasari atau dihasilkan. Kedua hal itu merupakan dasar penyusunan prioritas tindakan dan kebijakan perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Selain itu manfaat lain dari perencanaan strategi mengarahkan dan membentuk kultur perusahaan. Rencana strategis dapat menunjang pengarahan dan pembentukan budaya perusahaan lewat proses interaksi, tawar-menawar, atau komunikasi timbal-balik, sehingga dapat terjaganya kebijakan yang taat asas dan sesuai, terjaganya fleksibilitas dan stabilitas operasi, dan memudahkan penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan.
8.3.2 Metode Penyusunan Rencana Strategis
Metode penyusunan rencana strategi dapat dilakukan dengan pendekatan, yaitu:
(1) Berdasarkan lingkup (2) Berdasarkan titik bahasan di satu pihak dan penekanan
pada proses atau hasil di lain pihak. Pada pengelompokan pertama, menurut Porter, terdapat
pendekatan klasik berhadapan dengan pendekatan non-klasik. Kemudian, pada kelompok kedua terdapat pendekatan keperilakuan berhadapan dengan pendekatan administratif.
1. Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik diperkenalkan oleh Porter untuk membedakan umum dengan pendekatannya sendiri. Dalam analisis lingkungan dimasukkan semua faktor lingkungan usaha, baik yang langsung maupun tidak langsung, sehingga bersifat global. Pendekatan ini relatif mudah karena dua hal: informasi
264 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
yang disyaratkan bersifat global dan teknik yang digunakan sederhana.
2. Pendekatan Non-Klasik.
Pendekatan non-klasik atau pendekatan Porter ini menitikberatkan pada analisis posisi persaingan, sehingga hanya lingkungan langsung perusahaan yang relevan. Pendekatan ini mensyaratkan informasi yang cukup tentang pihak dalam lingkungan persaingan tersebut. Hasilnya spesifik tentang strategi perusahaan yang dipilih.
3. Pendekatan Administratif
Fokus pendekatan ini adalah dokumen resmi rencana strategis yang memenuhi syarat yang berisi arah dan strategi perusahaan. Pendekatan ini kurang memperhatikan faktor komitmen dan berbagai tingkat dan bidang manajemen. 4. Pendekatan Keperilakuan
Bertentangan dengan pendekatan administratif. Penekanan pendekatan ini adalah manfaat utama dari suatu rencana strategis bukan pada hasil berupa dokumen resmi, melainkan pada komitmen, kesepakatan, tingkah laku yang dihasilkan dari proses penyusunan dokumen.
8.3.3 Kesalahan dalam Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses yang melibatkan banyak pihak dalam organisasi, sehingga tidak siap untuk memetakan sesuatu, karena belum siap menerapkan sesuatu yang belum jelas dapat mendukung kesuksesan; sebaliknya, dibutuhkan organisasi melalui perjalanan dan menawarkan kerangka kerja untuk menangani pertanyaan dan pemecahan masalah.
Menyadari akan potensi jebakan dan bersiap untuk mengatasinya adalah penting untuk sebuah keberhasilan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dihindari dalam perencanaan strategis, yaitu:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 265
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
1. Menggunakan perencanaan strategis untuk mengendalikan
keputusan dan sumber daya;
2. Melakukan perencanaan strategis hanya untuk memenuhi
persyaratan akreditasi atau peraturan;
3. Terlalu tergesa-gesa bergerak dari pengembangan misi ke
perumusan strategi;
4. Gagal mengomunikasikan rencana kepada karyawan, yang
terus bekerja dalam kegelapan;
5. Manajer puncak membuat banyak keputusan intuitif yang
bertentangan dengan rencana formal;
6. Manajer puncak tidak aktif mendukung proses perencanaan
strategis;
7. Gagal menggunakan rencana sebagai standar untuk
mengukur kinerja;
8. Mendelegasikan perencanaan ke “perencana” dari pada
melibatkan semua manajer;
9. Gagal melibatkan karyawan kunci dalam semua fase
perencanaan;
10. Gagal menciptakan iklim kolaboratif yang mendukung
perubahan;
11. Melihat perencanaan yang tidak perlu atau tidak penting;
12. Menjadi begitu asyik dengan masalah saat ini yang tidak
mencukupi atau tidak ada perencanaan yang dilakukan;
13. Menjadi sangat formal dalam perencanaan, sehingga
fleksibilitas dan kreativitas terhambat.
8.3.4 Pedoman Pengelolaan Strategis yang Efektif
Gagal mengikuti pedoman tertentu dalam melakukan pengelolaan strategis dapat menumbuhkan kritik proses dan menciptakan masalah bagi organisasi. Beberapa organisasi menghabiskan banyak waktu mengembangkan rencana strategis, tetapi kemudian gagal untuk menindaklanjuti dengan implementasi yang efektif.
Mengubah dan menghasilkan perusahaan melalui implementasi strategi, tidak melalui formulasi, meskipun
266 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
formulasi yang efektif sangat penting untuk implementasi strategi yang sukses. Evaluasi strategi yang berkelanjutan juga penting karena sejak era digital diberlakukan, dunia industri jadi berubah cepat, sehingga strategi yang ada perlu dan sering dimodifikasi guna beradaptasi.
Pengelolaan strategis tidak boleh menjadi mekanisme birokrasi yang melanggengkan diri sendiri. Sebaliknya, ini harus merupakan proses belajar refleksi diri yang membiasakan bagi manajer dan karyawan dalam organisasi. Karena dengan isu-isu strategis utama dan alternatif yang layak berpotensi untuk menyelesaikannya masalah.
Pengelolaan strategis tidak boleh menjadi ritualistik, kaku, diatur, atau terlalu formal, dapat diprediksi, dan monoton. Kata-kata harus didukung oleh angka, bukan angka yang didukung dengan kata-kata, harus mewakili media untuk menjelaskan isu-isu strategis dan tanggapan organisasi.
Peran utama dari strategi adalah untuk memfasilitasi pembelajaran organisasi yang berkelanjutan dan tanggap terhadap perubahan.
Usulan kami dapat dijadikan pedoman untuk mengelola strategis yang efektif, yaitu: 1. Kendalikan dan awasi proses perencanaan, peng-
organisasian, dan implementasi strategi secara sederhana
dan mudah dimengerti;
2. Hilangkan jargon perencanaan yang tidak jelas;
3. Awasi dan kendalikan proses yang tidak rutin, beragam
tugas, keanggotaan tim, format rapat, pengaturan, dan
bahkan kalender perencanaan;
4. Sambut berita buruk dengan baik, kendalikan emosi dan
rencanakan sesuatu yang positif guna mendorong pemikiran
strategis yang lebih jitu;
5. Jangan biarkan teknisi memonopoli proses perencanaan;
6. Sedapat mungkin, libatkan manajer dari semua area fungsi,
level unit bisnis, dan level corporate.
Pedoman ini penting untuk pengelola strategis yang efektif untuk keterbukaan pikiran, kesediaan dan keinginan untuk
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 267
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
mempertimbangkan informasi baru, sudut pandang baru, ide-ide baru, dan kemungkinan-kemungkinan baru.
Pedoman ini sangat penting untuk semua anggota organisasi guna menumbuhkembangkan semangat penyelidikan dan pembelajaran strategis, seperti: chief executive officer, top manajer, pemilik usaha kecil, kepala instansi pemerintah, Komando Angkatan, dan Pemimpin organisasi apapun jenisnya harus berkomitmen untuk mendengarkan dan memahami posisi manajer yang cukup baik untuk dapat menyajikan kembali posisi tersebut kepada kepuasan manajer.
Sebagai tambahan, manajer (staff) dan karyawan di seluruh perusahaan harus dapat menggambarkan posisi para ahli strategi untuk kepuasan para ahli strategi, tingkat disiplin ini akan meningkatkan pemahaman dan pembelajaran yang positif.
Tidak ada organisasi yang memiliki sumber daya tak terbatas. Tidak ada perusahaan yang dapat mengambil jumlah hutang yang tidak terbatas atau mengeluarkan jumlah stok yang tidak terbatas untuk meningkatkan modal. Karena itu, tidak ada organisasi yang bisa mengejar semua strategi yang berpotensi menguntungkan perusahaan.
Keputusan strategis harus selalu demikian dibuat untuk menghilangkan beberapa tindakan dan untuk mengalokasikan sumber daya organisasi antara lain. Sebagian besar organisasi hanya mampu mengejar beberapa strategi tingkat perusahaan pada waktu tertentu.
17 (Tujuh Belas) Pedoman untuk Proses Perencanaan Strategis yang Efektif, yaitu: 1. Perencanaan strategis harus menjadi proses yang difahami
setiap orang bukan hanya di atas kertas;
2. Perencanaan Strategis harus menjadi proses pembelajaran
untuk semua manajer (staff) dan karyawan;
3. Seharusnya kata-kata yang didukung oleh angka-angkanya
dan bukan angka yang didukung oleh kata-kata;
4. Harus sederhana dan tidak rutin;
5. Perencanaan Strategis harus bervariasi tugas, keanggotaan
tim, format rapat, dan bahkan kalender perencanaan;
268 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
6. Perencanaan strategis harus menantang asumsi yang
mendasari strategi perusahaan saat ini;
7. Seharusnya menyambut berita buruk;
8. Perencanaan strategis harus menyambut pikiran yang terbuka
dan semangat penyelidikan dan pembelajaran;
9. Perencanaan strategis seharusnya tidak menjadi mekanisme
birokrasi;
10. Perencanaan strategis seharusnya tidak menjadi ritualistik,
kaku, atau diatur;
11. Perencanaan strategis seharusnya tidak terlalu formal, dapat
diprediksi, atau kaku;
12. Perencanaan strategis seharusnya tidak mengandung jargon
atau bahasa perencanaan rahasia;
13. Perencanaan strategis itu seharusnya bukan sistem formal
untuk kontrol;
14. Perencanaan strategis seharusnya tidak mengabaikan
informasi kualitatif;
15. Perencanaan strategis seharusnya tidak dikendalikan oleh
"teknisi";
16. Jangan terlalu banyak mengejar strategi sekaligus;
17. Terus memperkuat kebijakan "etika yang baik adalah bisnis
yang baik".
Perencanaan strategis akan menjadi kesalahan kritis bagi para manajer untuk mengejar terlalu banyak strategi pada saat yang sama, dengan kata lain menyebarkan sumber daya perusahaan sangat minim, sehingga semua strategi akan terancam.
Keputusan strategis membutuhkan trade-off, seperti: pertimbangan jarak jauh versus jarak pendek atau memaksimal-kan laba versus meningkatkan kekayaan pemegang saham. Terdapat masalah etika yang terlalu, strategi trade-off membutuhkan penilaian dan preferensi subjektif dalam banyak kasus, kekurangan objektivitas dalam merumuskan strategi menghasilkan hilangnya postur kompetitif dan profitabilitas.
Sebagian besar organisasi saat ini mengakui bahwa konsep dan teknik pengelolaan strategis dapat meningkatkan efektivitas keputusan. Faktor-faktor subjektif, seperti: sikap terhadap risiko,
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 269
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
perhatian untuk tanggung jawab sosial, dan budaya organisasi akan selalu mempengaruhi perumusan strategi keputusan, tetapi organisasi harus seobjektif mungkin dalam mempertimbangkan faktor kualitatif. 17 butir pernyataan yang telah dirinci sebelumnya telah merangkum pedoman penting untuk proses perencanaan strategis yang efektif.
8.4 Perumusan Strategi
Perumusan strategi bisnis dilakukan oleh perusahaan sebagai pengembangan rencana jangka panjang perusahaan untuk efektifitas pengendalian lingkungan eksternal, berdasarkan kemampuan lingkungan internal perusahaan, untuk mencapai sasaran perusahaan yang diinginkan. Pembentukan strategi bisnis perusahaan sangat ditentukan oleh parameter-parameter visi, misi, dan faktor lingkungan bisnis perusahaan (Wheelen, et., al., 2015).
8.4.1 Visi Visi menunjukkan sebuah deskripsi mengenai cita-cita atau
impian di masa depan yang sejatinya dimiliki organisasi sebelum membuat rencana dan bagaimana mencapainya. Dengan kata lain, visi merupakan rangkaian kalimat yang membentuk suatu proposisi menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi (perusahaan) yang ingin dicapai di masa depan.
Dengan demikian, Visi adalah suatu tujuan spesifik yang mampu bertahan untuk rentang waktu yang panjang. Dalam konteks bisnis, Visi merupakan aspirasi manajemen terhadap organisasi dan bisnisnya yang mampu menjawab pertanyaan “where we are going“, sehingga diperoleh deskripsi spesifik dari rencana bisnis perusahaan di masa yang akan datang.
Karakteristik dari visi, sebagai berikut (Wheelen, et., al.,
2015): 1) Cara pandang perusahaan jauh ke depan agar diperoleh
gambaran dan keadaan perusahaan yang diinginkan di waktu yang akan datang.
270 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
2) Merupakan kerangka acuan hubungan para pelaku di dalam komunitas perusahaan, yaitu hubungan antara perusahaan dengan pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, dan unsur lain yang terlibat dengan proses jalannya perusahaan.
3) Menjembatani keadaan saat ini dengan keadaan masa yang akan datang
8.4.2 Misi Misi merupakan rangkaian kalimat yang membentuk suatu proposisi menyatakan alasan eksistensi sebuah organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh rumah tangga perusahaan (organisasi) kepada stakeholder’s (masyarakat, anggota organisasi) baik berupa produk ataupun jasa.
Dalam konteks bisnis, Misi merupakan suatu proposisi (pernyataan) sebagai refleksi kondisi sekarang dan yang diharapkan dalam lingkup bisnis oleh organisasi (perusahaan). Ruang lingkup misi bisnis biasanya dinyatakan ke dalam deskripsi produk, pasar, lingkup geografis, dan kompetensi yang dimiliki saat ini, dan yang diharapkan dalam kerangka waktu tertentu, umumnya 3 hingga 5 tahun ke depan. Karakteristik misi adalah sebagai berikut (Wheelen, et., al.,, 2015): 1) Misi dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dan visi yang
telah ditetapkan. 2) Misi menentukan bagaimana sumber daya yang ada
dialokasikan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan yang ada. Menentukan arena persaingan dimana perusahaan tersebut beroperasi, sehingga menentukan skala perusahaan dalam industri.
3) Pernyataan misi diharapkan menjadi sarana bagi seluruh karyawan dan pihak yang berkepentingan untuk dapat mengenal perusahaan serta mengetahui alasan keberadaan dan peran mereka dengan lebih baik.
8.4.3 Tujuan Tujuan merupakan pernyataan tentang keadaan yang
diinginkan di mana organisasi atau perusahaan bermaksud untuk
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 271
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk menimbulkannya. Dengan kata lain, tujuan menunjuk pada apa yang akan diperoleh atau dicapai oleh implementasi strategi.
Strategi sejatinya merinci tujuan yang diinginkan pada satu atau lebih dalam beberapa dimensi kinerja, seperti pertumbuhan volume, kontribusi laba, atau pengembalian investasi selama periode waktu tertentu untuk setiap perusahaan dan produk-pasar dan organisasi secara keseluruhan.
Tujuan dari sebuah organisasi sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi itu sendiri maupun untuk mencari massa atau anggota baru dalam pengembangan sebuah organisasi dan untuk menjaga kaderisasi anggota. Kaderisasi bertujuan untuk menjaga sebuah organisasi tetap bisa bertahan dan eksis dalam jangka waktu yang panjang.
Terdapat beberapa tingkatan pengelompokan dalam mendefinisikan prioritas sebuah tujuan organisasi, sebut saja: 1. Tujuan umum, pernyataan luas, atau tujuan dalam skala
umum yang mendefinisikan bagaimana tercipta sebuah organisasi tersebut, biasanya tidak berubah dari tahun ke tahun dan sering menjadi pernyataan pertama dalam konstitusi sebuah organisasi.
2. Tujuan adalah pernyataan yang menjelaskan apa yang sebuah organisasi itu ingin di capai. Merupakan bagian dari tujuan dan misi dari sebuah organisasi, tujuan seperti ini bisa berubah dari tahun ke tahun tergantung pada kesepakatan dari kelompok tersebut.
3. Tujuan merupakan deskripsi dari apa yang harus dilakukan berasal dari tujuan, spesifik yang jelas. Laporan tugas terukur untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari sebuah kelompok, biasanya memiliki jangka pendek dan batas waktu tertentu.
Pemilihan tujuan dari setiap organisasi sangat penting, karena dengan hal tersebut, bisa menjadi semangat kerja, dan rasa bertanggungjawab, komitmen dan motivasi dari setiap anggota dalam sebuah organisasi.
272 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
8.4.4 Sasaran Sasaran Bisnis dapat ditetapkan sesuai dengan tujuan bisnis,
yaitu: pembentukan target, dimana organisasi dan manager
mengukur keberhasilan dan kegagalan dari setiap level kegiatan.
Tujuan dari penetapan sasaran bisnis dari suatu organisasi
yaitu menyediakan arah dan pedoman bagi manajer pada semua
level, dan membantu perusahaan mengalokasikan sumberdaya,
wilayah di mana diharapkan untuk tumbuh sebagai prioritas
utama, membantu menetapkan budaya perusahaan, dan
membantu manajer dalam menilai kinerja perusahaan.
Jenis sasaran bisnis sangat tergantung pada ukuran bisnis dan
tujuan yang tertuang pada visi dan misi suatu organisasi yang
dijalankan. Sebut saja:
a. Jangka Panjang
Adalah tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang
relatif panjang, secara umum biasanya 5 tahun atau lebih di
masa yang akan datang.
b. Jangka Menengah
Adalah tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang
relatif lebih pendek, secara umum biasanya 1-5 tahun.
c. Jangka Pendek
Adalah tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang
relatif pendek, secara umum biasanya kurang dari 1 tahun.
8.4.5 Lingkungan Bisnis Lingkungan bisnis suatu perusahaan secara umum dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal (lihat gambar 7.3).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 273
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Sumber: Wheelen, et., al., (2015)
Gambar 8.3 Lingkungan Bisnis
Lingkungan eksternal adalah variabel lingkungan yang mempengaruhi perusahaan secara langsung ataupun tidak langsung. Sifat dari pengaruh lingkungan eksternal adalah mempunyai tingkat ketidakpastian serta kompleksitas permasalahan yang tinggi, sehingga variabel ini sulit dikontrol. Lingkungan eksternal terdiri dari dua jenis lingkungan yaitu task environment dan societal environment.
Task environment merupakan jenis lingkungan eksternal yang mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan secara langsung, termasuk dalam kelompok ini adalah faktor pemegang saham, pemerintahan, pesaing, pelanggan, kreditor, pemasok, dan karyawan/ serikat pekerja.
Societal environment merupakan jenis lingkungan eksternal yang tidak secara langsung mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam jangka pendek, tetapi dapat dan seringkali berpengaruh dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk jangka panjang. Komponen lingkungan ini adalah faktor ekonomi, sosial
274 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
budaya, teknologi, politik-legal, dan tingkat persaingan. Lingkungan internal merupakan variabel lingkungan yang
berada di dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan. Variabel lingkungan internal merupakan faktor - faktor yang berhubungan erat dengan fungsi - fungsi yang ada dalam perusahaan, seperti organisasi dan manajemen, sumber daya manusia, pemasaran, produksi, keuangan, dan lain - lain.
8.5 Implementasi Strategi
Implementasi strategi dalam perspektif bisnis merupakan sebuah proses yang mana strategi dan kebijakan diarahkan ke dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses ini memerlukan perubahan dalam budaya, struktur, dan sistem manajemen pada seluruh organisasi atau perusahaan (Wheelen, et., al., 2015).
Dengan demikian berbagai tindakan dalam proses strategi dan kebijakan dalam sebuah organisasi atau perusahaan dengan memperhatikan perubahan dalam faktor internal dan eksternalnya
menjadi arah atau implementasi strategi perusahaan. Menurut Coulter (2012) bahwa ada beberapa arah strategi
korporat yang menunjukkan jenis strategi korporat yang dipilih. Salah satu Arah strategi korporat yang mungkin dilakukan BUMN saat ini adalah Strategi Pertumbuhan (growth strategy).
Strategi pertumbuhan (growth strategy) merupakan langkah bagaimana menggerakkan organisasi ke depan. Bergerak ke depan berarti manajer stratejik perusahaan berharap mening-katkan level operasinya, yakni tumbuh lebih cepat. Caranya melihat bermacam strategi pertumbuhan perusahaan dan memilih salah satu atau lebih yang mendekati karakteristik dan sasaran organisasi tertentu. Sasaran pertumbuhan bagi perusahaan meliputi peningkatan omset, laba dan kinerja.
Implementasi strategi pertumbuhan, perusahaan melaksana-
kan strategi diversifikasi mereka melalui berbagai cara, yaitu
pengembangan internal, akuisisi, merger, join ventura, atau kerja
sama dengan partner dari luar. Hal ini tentu saja melibatkan
trade-off yang tak terhindarkan, masing-masing memiliki
keuntungan dan kerugian sendiri.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 275
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Integrasi
Vertikal
Internasional
Diversifikasi - Terkait
- Tidak Terkait
Pertumbuhan Organisasional
Konsentrasi
Sumber: Coulter (2012)
Gambar 8.4
Alternatif Strategi Pertumbuhan
Menurut Coulter (2012), ada empat alternatif implementasi
strategi pertumbuhan, yaitu:
a) Strategi Konsentrasi Strategi konsentrasi adalah strategi pertumbuhan dimana
perusahaan memusatkan lini bisnis utamanya dan mencari cara untuk mencapai sasaran pertumbuhan melalui peningkatan level operasi dalam bisnis utamanya. Dalam menggunakan strategi ini, organisasi tetap fokus pada bisnis intinya. Bila organisasi bisnis tunggal mengejar pertumbuhan, ia menggunakan strategi konsentrasi. Sebagai contoh perusahaan BUMN yang menerapkan strategi konsentrasi adalah PT. Dirgantara Indonesia (Pesawat Terbang), PT. PINDAD (Peralatan pertahanan dan keamanan), PT. Dahana (Bahan Peledak).
b) Integrasi Vertikal (Ke Depan dan Belakang)
Strategi integrasi vertikal adalah usaha perusahaan untuk memperoleh kendali terhadap input-nya (backward), terhadap output-nya (forward), atau keduanya. Dalam integrasi vertikal ke belakang perusahaan memperoleh kendali terhadap input atau
276 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
sumber dayanya dengan menjadi pemasoknya sendiri. Dalam integrasi vertikal ke depan, perusahaan memperoleh kendali terhadap output (produk atau jasa) dengan menjadi distributor bagi dirinya sendiri.
Kelebihan dari strategi integrasi vertikal adalah mengurangi biaya penjualan, memperbaiki koordinasi antar fungsi dan kapabilitas, melindungi hak kepemilikan terhadap teknologi.
Sedangkan kelemahan dari strategi integrasi vertikal adalah mengurangi fleksibilitas karena perusahaan terkunci dalam produk dan teknologi, kesulitan dalam mengintegrasikan bermacam operasi, beban finansial ketika memulai usaha atau akuisisi. Sebagai contoh perusahaan yang menerapkan strategi integrasi vertikal ke depan dan belakang adalah PT. PERTAMINA yang menguasai dari hulu sampai ke hilir, PT. Indofood Sukses Makmur (bahan baku produksi diperoleh dari PT. Bogasari, kemudian dipasarkan melalui ritel Indomaret).
c) Integrasi Horizontal
Jika integrasi vertikal melibatkan satu perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama, tetapi memasok input atau mendistribusikan outputnya sendiri, integrasi horisontal memperluas operasi perusahaan dengan mengkombinasikan perusahaannya dengan perusahaan lain dalam industri yang sama, namun dengan maksud memperluas pangsa pasarnya dan memperkuat posisinya. Sebagai contoh PT. Dok Surabaya terintegrasi dengan PT. Dok Koja Bahari, PT. INKA terintegrasi dengan PT. KAI, PT. Excel Axiata membeli provider Axis dan Excel, Smartfren membeli Bakrie Telkom.
d) Strategi Diversifikasi
Strategi diversifikasi adalah strategi pertumbuhan sebuah korporasi dimana perusahaan memperluas operasionalnya dengan berpindah ke industri yang berbeda. Ada dua tipe utama diversifikasi, yaitu terkait dan tak terkait. Diversifikasi terkait (concentric) adalah usaha diversifikasi dalam industri yang berbeda tetapi salah satunya masih berkaitan dengan satu cara operasional perusahaan yang masih berlangsung. Diversifikasi tak terkait (konglomerat), adalah usaha diversifikasi
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 277
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
operasional perusahaan yang dilakukan ke dalam industri yang sama sekali berbeda.
Mengelola strategi merupakan himpunan dari putusan dan tindakan manajerial yang menentukan performansi badan usaha dalam jangka panjang. Mengelola strategi mencakup perumusan, implementasi, dan evaluasi atau pengendalian strategi.
Dengan demikian, studi mengenai mengelola strategi menitik-beratkan pada kegiatan untuk memantau dan mengevaluasi peluang dan kendala lingkungan, di samping kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dalam hal ini, perencanaan strategi merupakan bagian dari mengelola strategi, karena tidak mencakup implementasi, evaluasi, dan pengendalian strategi, melainkan hanya mencakup perumusan strategi.
Di pihak lain, kebijakan bisnis merupakan studi yang sifatnya integratif dan komprehensif karena lebih cenderung melihat ke dalam perusahaan, dengan menitikberatkan pada masalah efisiensi atas utilitas sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Dengan demikian, kebijakan bisnis memfokuskan pada perumusan pedoman umum yang memungkinkan pencapaian yang lebih baik atas misi dan tujuan perusahaan. Dengan kata lain, dalam mengelola strategi tercakup juga kebijakan bisnis, tetapi dengan penekanan yang lebih besar pada aspek lingkungan dan strategi.
278 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
PT Kereta Api Indonesia
PT Pertamina
P
PT PT PINDAD
PT Dirgantara Indonesia
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 279
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
BAB IX STRATEGI BERSAING DALAM
PERSPEKTIF MILITER
9.1 Strategi Perang Kata strategi sering digunakan dalam kegiatan kemiliteran,
dan sering diartikan sebagai suatu langkah/aktivitas untuk
mencapai sasaran yaitu memenangkan peperangan (Stanton,
1996). Selanjutnya Strategi perang bagaimana menggunakan
pertempuran untuk mencapai tujuan perang (Clausewitz dalam
Douglass, 1980).
Strategi dalam konteks militer merupakan kunci
pelaksanaan perang dan penguasaan prinsip-prinsip yang
ditetapkan agar kekuatan besar melakukan aksi menyerang
terhadap kekuatan musuh yang lemah untuk menghasilkan
kemenangan (Mockaitis dan Rich, 2005).
Berbagai pandangan berdasarkan pengalaman, pemahaman
dan hasil penelitian memaknai strategi perang merupakan
penetapan maksud dan tujuan utama dalam menjalankan misi
untuk jangka panjang, dan penetapan serangan serta alokasi
sumber kekuatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
tersebut (Gray, 2002; O’Dowd, 2007; Grattan, 2009, Stoker,
Hagan dan McMaster. 2010). Dalam prosesnya strategi perang
dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan keamanan nasional sebagai dasar proses
strategi;
2. Merumuskan strategi raya, lebih dikenal dengan istilah
kebijakan;
280 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
3. Mengembangkan strategi militer;
4. Merancang strategi operasi;
5. Merumuskan strategi medan tempur, lebih dikenal dengan
istilah taktik (untuk tujuan jangka pendek).
Strategi perang dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu: strategi
militer dan strategi operasi.
9.1.1 Strategi Militer Strategi militer pada abad ke-19 masih dipandang sebagai
salah satu dari "seni" atau "ilmu" yang mengatur pelaksanaan
peperangan (Catton, 1971), yang lainnya adalah taktik,
pelaksanaan rencana dan manuver kekuatan dalam pertempuran,
dan logistik, pemeliharaan pasukan tentara (Douglass, 1980).
Pandangan yang telah berlaku sejak zaman Romawi, dan batas
antara strategi dan taktik saat ini sudah kabur, dan kadang-
kadang kategorisasi keputusan yang mencakup masalah
pendapat pribadi. Sebut saja Carnot, selama Perang Revolusi
Perancis, pikir hanya melibatkan konsentrasi pasukan (Chaliand,
1994).
Strategi dan taktik sangat erat terkait. Keduanya berurusan
dengan jarak, waktu dan kekuatan, tetapi strategi, skala besar,
dapat bertahan selama bertahun-tahun, sedangkan taktik, skala
kecil, melibatkan unsur-unsur yang lebih sedikit disposisi bertahan
selama berjam-jam.
Strategi awalnya dipahami untuk mengatur pendahuluan
suatu pertempuran sementara taktik dikontrol pelaksanaannya.
Namun, dalam perang dunia abad ke-20, perbedaan antara
manuver dan perang, strategi dan taktik, diperluas dengan
kapasitas teknologi dan transit.
Strategi adalah untuk mencapai tujuan dalam sebuah
kampanye militer, sementara taktik merupakan metode untuk
mencapai tujuan tersebut. Sasaran-sasaran strategis dapat
dinyatakan sebagai berikut (Chaliand, 1994):
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 281
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
"Kami ingin menaklukkan daerah X", atau "Kami ingin
menghentikan ekspansi negara Y di dunia perdagangan
komoditas Z".
Sementara keputusan-keputusan taktis berkisar dari
pernyataan umum, misalnya:
"Kami akan melakukan ini dengan invasi laut utara negara X",
"Kami akan memblokade pelabuhan-pelabuhan negara Y",
“Untuk yang lebih spesifik Peleton C akan menyerang
sementara Peleton D melindungi".
Dalam bentuknya yang paling murni, strategi semata-mata
berurusan dengan isu-isu militer. Dalam masyarakat sebelumnya,
seorang raja atau pemimpin politik sering kali sebagai pemimpin
militer (Mockaitis dan Ric, 2005).
Jika tidak, jarak komunikasi antara politik dan pemimpin
militer itu kecil. Tetapi sebagai kebutuhan pengembangan tentara
profesional, batas-batas antara para politisi dan militer diakui
(Douglass, 1980). Dalam banyak kasus, maka diputuskan bahwa
akan dipisah sesuai kebutuhan. Sebagai Negarawan Perancis
Georges Clemenceau berkata, "perang terlalu penting sebagai
bisnis yang diserahkan kepada prajurit."
Hal di atas melahirkan konsep grand strategy yang meliputi
pengelolaan sumber daya dari seluruh bangsa dalam melakukan
pertempuran/perang. Dalam lingkungan grand strategy,
komponen militer sebagian besar dikurangi menjadi strategi
operasional, perencanaan dan kontrol unit militer seperti korps
dan divisi.
Sebagai pengembangan ukuran dan jumlah pasukan serta
teknologi berkomunikasi dan pengendaliannya, maka perbedaan
antara "strategi militer" dan "grand strategi" berkurang
(Mockaitis, dan Rich, 2005).
Dasar grand strategy merupakan diplomasi melalui suatu
bangsa bisa menjadi sekutu atau tekanan bangsa lain pada
kepatuhan, sehingga mencapai kemenangan tanpa perang. Unsur
282 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
lain dari grand strategi adalah manajemen pasca-perang damai
(Mockaitis, dan Rich, 2005).
Seperti dinyatakan Clausewitz, strategi militer yang sukses
mungkin merupakan alat untuk mencapai tujuan. Terdapat
banyak contoh dalam sejarah, kemenangan di medan perang
belum diterjemahkan dalam jangka panjang perdamaian,
keamanan atau ketenangan.
Strategi militer adalah sebuah kebijakan dilaksanakan oleh
organisasi militer untuk mengejar sasaran-sasaran strategis yang
diinginkan (Gartner, 1999). Lebih jauh Clausewitz menyatakan
bahwa strategi militer adalah tujuan yang ditentukan oleh politik
dan perang alah kesinambungan politik dengan cara militer
(Lundqvist dan Persson. 1993).
Pandangan lainnya atas strategi militer adalah rencana dan
pelaksanaan persaingan antara kelompok-kelompok bersenjata
yang sangat besar. Ini melibatkan setiap lawan diplomatik,
informasi, militer, dan sumber daya ekonomi berperan terhadap
sumber daya lain untuk mendapatkan supremasi atau
mengurangi musuh untuk memberi perlawanan (Carpenter,
2005).
Selanjutnya The US Army War College Strategic Studies
Institute (Chaliand, 1994) memberikan makna strategi militer
sebagai alat utama untuk mengamankan kepentingan nasional.
Sebuah strategi militer kontemporer ini yang dikembangkan
melalui ilmu militer. Hal ini merupakan peperangan subdisiplin
dan kebijakan luar negeri. Sebagai perbandingan, grand strategy
merupakan strategi organisasi terbesar seperti Negara bangsa,
konfederasi, atau aliansi internasional. Hal ini lebih besar dalam
perspektif daripada taktik militer yang merupakan disposisi dan
manuver dari unit tertentu atau medan pertempuran laut.
Strategi militer berupa pembinaan, pengembangan,
penggelaran dan penggunaan seluruh kekuatan dan kemampuan
militer untuk mendukung strategi pertahanan dalam rangka
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 283
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
menjaga, melindungi, dan memelihara kepentingan nasional
(Mahan, et., al., 1999). Pembinaan dan penggunaan militer
diarahkan pada keterpaduan tiga angkatan (Darat, Laut, dan
Udara) tanpa meninggalkan ciri khas angkatan, baik dalam
operasi gabungan maupun operasi angkatan masing-masing
(Menhan, 2006).
Banyak ahli strategi militer telah mencoba merangkum
strategi yang berhasil dalam serangkaian prinsip. Sebut saja, Sun
Tzu merumuskan 13 prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam
bukunya, Seni Perang, sementara Napoleon terdaftar 115
peribahasa. Perang Saudara di Amerika Jenderal Nathan Bedford
Forrest hanya punya satu: "untuk Git Thar Furst dengan
kebanyakan laki-laki" atau "ke sana pertama dengan kebanyakan
pria" (Catton, 1971).
Selanjutnya dijadikan sebagai konsep penting dalam
Angkatan Darat Amerika Serikat, yaitu:
1. Tujuan (Setiap operasi militer langsung ke arah yang jelas,
tegas, dan dapat dicapai);
2. Serangan (mempertahankan, dan mengeksploitasi inisiatif);
3. Massa (Konsentrat kekuatan tempur di tempat dan waktu yang
menentukan);
4. Kekuatan Ekonomis (Mengalokasikan minimum kekuatan
tempur untuk upaya sekunder);
5. Manuver (Tempatkan musuh dalam posisi yang kurang
menguntungkan melalui penerapan fleksibel kekuatan
tempur);
6. Kesatuan Komando/Perintah (Untuk setiap tujuan, menjamin
kesatuan usaha di bawah satu komandan yang bertanggung
jawab);
7. Keamanan (Jangan pernah membiarkan musuh untuk
mendapatkan keuntungan yang tak terduga);
8. Kejutan (Pukul langsung musuh pada waktu, di suatu tempat,
atau dengan cara yang tidak diduga oleh musuh);
284 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
9. Kesederhanaan (kesiapan secara tuntas dan jelas, rencana
tidak rumit dan jelas, perintah ringkas untuk memastikan
pemahaman menyeluruh).
Strategi (dan taktik) harus terus-menerus berkembang
sebagai respons terhadap kemajuan teknologi. Sebuah strategi
yang sukses dari satu era cenderung untuk tetap selalu
mendukung setelah perkembangan baru dalam persenjataan
militer dan Materiil.
Perang Dunia I, dan sebagian besar Perang Saudara Amerika,
melihat taktik Napoleon Bonaparte "serang dengan segala cara"
melawan kekuatan pertahanan parit, senapan mesin dan kawat
berduri. Sebagai reaksi dari pengalaman Perang Dunia
I, Perancis memasuki Perang Dunia II dengan doktrin
pertahanan murni yang dicontohkan oleh Garis Maginot, tetapi
benar-benar hanya dielakkan oleh serangan kilat Jerman.
9.1.2 Strategi Operasi Operasi militer merupakan sebuah aksi perencanaan dan
pengaturan angkatan militer. Operasi militer sering
melibatkan operasi udara, operasi darat, dan operasi laut;
sehingga dapat dijadikan strategi untuk tujuan keamanan
(Mahan, et.al., 1999).
Operasi militer merupakan konsep dan penerapan ilmu militer
yang melibatkan operasi untuk merencanakan manuver pasukan
yang diproyeksikan sesuai ketentuan, layanan, pelatihan, dan
fungsi administrasi (Tomes, 2007). Staf operasi memainkan peran
utama dalam proyeksi kekuatan militer dengan spektrum konflik
di Darat, di Udara, atau di Laut (Lundqvist dan Persson, 2007).
Operasi militer terkoordinasi merupakan tindakan militer
suatu negara dalam menanggapi situasi yang berkembang,
sebagai rencana militer (Gartner, 1999). Dengan kata lain, operasi
militer sering dikenal sebagai tujuan operasional.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 285
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Kerangka kerja untuk operasi diatur sesuai matra di angkatan
bersenjata (Menhan, 2006). Angkatan bersenjata yang
menyiapkan dan melakukan operasi pada berbagai tingkat
perang. Secara umum ada korelasi antara ukuran unit, wilayah
operasi, dan ruang lingkup misi, meskipun tidak mutlak (Glantz,
1991). Ruang lingkup strategi operasi, meliputi: Strategi
Operasi dan operasi militer.
Strategi operasi sebagai seni dan ilmu dalam merencanakan,
memadukan, dan mengendalikan pertempuran militer dalam
sebuah mandala operasi militer. Sedangkan operasi militer dapat
diklasifikasikan oleh skala dan ruang lingkup kekuatan, dan
dampaknya terhadap konflik yang lebih luas. Lingkup operasi
militer dapat berupa:
1. Perang: menggambarkan suatu operasi lebih besar,
seringkali wilayah operasi kontinental dan strategis nasional
merupakan komitmen terhadap konflik seperti Operasi
Barbarossa, dengan tujuan umum yang mencakup
pertimbangan di luar bidang militer seperti ekonomi dan
dampak politik.
2. Kampanye: menggambarkan himpunan bagian dari operasi
teater, atau yang lebih terbatas pada geografis dan komitmen
strategis operasional seperti Pertempuran Britania Raya, dan
tidak harus merupakan komitmen nasional sampai konflik,
atau memiliki tujuan yang lebih luas di luar dampak militer.
3. Operasional pertempuran: menggambarkan himpunan
bagian dari kampanye yang akan memiliki spesifik sasaran
militer dan sasaran geografis, serta jelas penggunaan
kekuatan seperti Pertempuran Gallipoli, yang secara
operasional merupakan operasi gabungan, dikenal sebagai
"Pendaratan Dardanella" sebagai bagian dari Operasi
Dardanella, tempat sekitar 480.000 pasukan Sekutu
mengambil bagian.
286 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
4. Pertempuran: menggambarkan peristiwa tempur taktis di
wilayah tertentu, misalnya Pertempuran Kursk, yang juga
dikenal dari sebutan sebagai Operasi Benteng Jerman,
termasuk banyak perjanjian terpisah, beberapa di antaranya
telah digabungkan dalam Pertempuran Prokhorovka.
"Pertempuran Kursk" selain menggambarkan awal operasi
serangan Jerman, juga termasuk dua operasi kontra-
serangan Soviet yaitu Operasi Kutuzov dan Operasi
Polkovodets Rumyantsev.
Tingkat operasional perang berada di antara kampanye fokus
strategis dan taktik dari sebuah perjanjian atau pertempuran. Hal
ini menggambarkan "tingkat menengah yang berbeda perang
antara strategi militer, perang yang mengatur secara umum,
dan taktik, melibatkan individu pertempuran." Sebagai contoh
selama Perang Dunia II, konsep diterapkan untuk menggunakan
Tank Tentara Soviet.
Sebuah rencana operasi militer (juga disebut rencana perang)
merupakan suatu rencana formal untuk angkatan bersenjata,
organisasi militer dan unit-unit untuk melakukan operasi, yang
disusun oleh komandan dalam proses operasi tempur untuk
mencapai tujuan sebelum atau selama konflik. Rencana militer
umumnya disesuaikan dengan doktrin militer yang terlibat.
Rencana Schlieffen adalah contoh rencana militer dari Perang
Dunia I yang telah dikembangkan di Amerika Serikat pada awal
abad ke-20. Rencana militer sering memiliki istilah atau nama
rahasia (Glantz, 1991; Armstrong, 1993).
9.2 Taktik Perang Taktik perang merupakan cabang ilmu militer yang berkaitan
dengan manuver rinci untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
dalam strategi. Taktik juga merupakan rencana untuk mencapai
tujuan tertentu. Taktik perang dapat juga dimaknai sebagai
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 287
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
penggunaan kekuatan bersenjata untuk menjalankan
pertempuran.
Dengan kata lain, taktik perang sebagai ilmu dan seni tentang pelaksanaan manuver pasukan dan penggunaan alat senjata untuk memenangkan pertempuran. Sehingga taktik dalam perspektif strategi merupakan strategi medan tempur.
Merumuskan dan melaksanakan taktik adalah sangat penting dalam sebuah strategi bertempur, karena sebuah negara pun masih bisa kalah dalam medan pertempuran meskipun strategi perang yang sudah terkoordinasi baik, strategi militer yang tepat, dan strategi operasi yang terancang baik.
Sebelum abad ke-19, banyak taktik yang terbatas pada medan perang, seperti bagaimana manuver terbaik selama pertempuran di medan terbuka. Strategi bersaing dalam pemikiran perspektif militer saat ini, memerlukan taktik sebagai jangka pendek atau tingkat terendah dalam perencanaan, yang melibatkan unit-unit kecil mulai dari beberapa puluh hingga beberapa ratus orang.
9.3 Strategi Militer Indonesia
9.3.1 Model Pertahanan Nasional Model pertahanan nasional terbentuk sesuai dengan
kemampuan pertahanan militer dan pertahanan nonmiliter yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dan disesuaikan dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis.
Model pertahanan Nasional diwujudkan melalui pembangunan kekuatan pertahanan nasional yang tidak terlepas dari visi, misi, serta kebijakan Poros Maritim Dunia (PMD) termasuk berkomitmen untuk mengembangkan pertahanan maritim yang didukung oleh teknologi satelit dan sistem drone. Pembangunan Model Pertahanan Nasional dikembangkan menuju kekuatan maritim regional yang disegani di kawasan dengan prinsip defensif aktif dalam rangka menjamin kepentingan nasional.
Model Pertahanan Nasional untuk melindungi tujuan dan kepentingan nasional yang diwujudkan sesuai dengan standar kekuatan, kemampuan dan gelar pertahanan nasional. Model
288 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
pertahanan nasional disesuaikan dan diarahkan untuk menjawab berbagai kemungkinan ancaman yang nyata dan belum nyata, permasalahan empirik, dan mendukung kemampuan pertahanan.
Model pertahanan militer terdiri atas Komponen Utama, Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung, yang diarahkan melalui pembangunan kekuatan, kemampuan, dan gelar. Postur pertahanan militer diprioritaskan untuk menghadapi ancaman nyata dengan tidak mengesampingkan ancaman belum nyata dan ancaman lainnya.
Tanggal 11 Mei 2018 bertempat di Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) XIV Sorong, Papua Barat, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto meresmikan empat satuan baru TNI. Satuan yang diresmikan tersebut adalah Divisi Infanteri (Divif) 3 Kostrad yang bermarkas di Pakatto Sulawesi Selatan; Komando Armada (Koarmada) III dan Pasmar 3 Korps Marinir TNI AL dengan Sorong sebagai markasnya; dan terakhir Komando Operasi TNI AU (Koopsau) III yang bermarkas di Biak. Dengan peresmian ini, dua nomenklatur satuan TNI AL otomatis juga diubah. Komando Armada RI Wilayah Barat (Koarmabar) berubah pula menjadi Koarmada I, sedangkan Komando Armada RI Wilayah Timur (Koarmatim) menjadi Koarmada II. Pembentukan satuan baru dan perubahan nama satuan TNI ditetapkan berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor 12 tahun 2018 tanggal 8 Mei 2018 dan sejalan dengan kebijakan TNI dalam rangka mewujudkan konsep Trimatra Terpadu TNI dengan gelar wilayah satuan di wilayah timur atau sekitar ALKI III.
(1) Kekuatan Utama
Kekuatan komponen utama, dikembangkan sebagai upaya menghadapi tantangan yang semakin kompleks melalui penggunaan kekuatan TNI secara terintegrasi dan bersinergi dalam konteks operasi gabungan. Penataan dan pembentukan 3 (tiga) wilayah pertahanan dilakukan secara seimbang antara wilayah barat, tengah, dan timur sesuai dengan konstelasi geografi Indonesia.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 289
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Pengembangan kemampuan pertahanan militer diarahkan
pada kemampuan di bidang intelijen, kemampuan di bidang
diplomasi, kemampuan di bidang pertahanan, kemampuan
pemberdayaan wilayah dan kemampuan dukungan.
Kemampuan intelijen, meliputi pengembangan
kemampuan SDM yang profesional, didukung penggunaan
teknologi yang mampu melaksanakan tugas secara
terintegrasi dan bersinergi dengan pertahanan nonmiliter.
Kemampuan diplomasi, dilakukan dengan menerapkan
manajemen yang mampu mendukung penyelenggaraan
pertahanan militer.
Kegiatan diplomasi diarahkan untuk membangun sikap
saling percaya dan saling menghormati antar-angkatan
bersenjata masing-masing negara serta untuk membangun
persepsi daya tangkal melalui berbagai bentuk kerja sama
pertahanan. Kemampuan pertahanan, mencakup pertahanan
udara nasional, pemukul strategis, peperangan elektronika,
dan pertahanan siber.
Kemampuan pertahanan udara nasional, dikembangkan
dengan melaksanakan pendeteksian, pengamatan, pengintaian,
dan perlindungan terhadap seluruh wilayah udara nasional.
Kemampuan ini diselenggarakan oleh komando pertahanan
udara nasional (Kohanudnas) dan unsur-unsur pertahanan
udara melalui sistem senjata pertahanan udara yang digelar
di tiap matra. Kemampuan pemukul strategis disiapkan dan
diselenggarakan oleh satuan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat
TNI dan kekuatan pemukul laut serta pemukul udara
strategis.
Kemampuan pernika disiapkan dalam mendukung kegiatan
operasi dan latihan TNI, yang meliputi alat peralatan pernika,
sumber daya manusia yang mengawaki, dan pendukung lainnya.
Kemampuan pertahanan ciber dikembangkan untuk menjamin
keamanan ciber bagi kepentingan pertahanan nasional.
290 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Kemampuan siber terintegrasi dan bersinergi dengan semua
instrumen kekuatan nasional lainnya untuk mengurangi risiko dari
serangan di ruang ciber.
Kemampuan pemberdayaan wilayah pertahanan
diwujudkan melalui penyiapan potensi wilayah menjadi
kekuatan pertahanan, penyelenggaraan pendidikan dasar
kemiliteran, dan pemberdayaan rakyat sebagai kekuatan
pendukung. Penyiapan potensi wilayah menjadi kekuatan
pertahanan meliputi wilayah nasional dan kekuatan
pendukungnya sebagai upaya pemberdayaan kekuatan
pertahanan.
Pendidikan dasar kemiliteran secara wajib bagi warga
negara sebagai perwujudan hak dan kewajiban warga negara
dalam upaya pertahanan nasional dan diselenggarakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kemampuan
Dukungan, meliputi:
1. Bantuan kemanusiaan dalam mengatasi dampak
bencana alam,
2. Kemampuan bantuan terhadap K/L dan Pemda dalam
mengatasi permasalahan sosial dan kesulitan
masyarakat,
3. Kemampuan dukungan untuk membantu fungsi
pertahanan nonmiliter,
4. Kemampuan diplomasi militer, operasional (termasuk
operasi perlindungan dan penyelamatan WNI di luar negeri),
kemampuan untuk melaksanakan tugas perdamaian dunia
atau tugas kemanusiaan pada lingkup internasional dan
lingkup regional.
5. Kemampuan memaksimalkan K4IPP (Komando, Kendali,
Komunikasi, Komputer, Informasi, Pengamatan, dan
Pengintaian), dan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 291
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
6. Kemampuan administrasi dibina dan dikelola secara
proporsional dan profesional melalui peningkatan
kemampuan SDM.
Gelar pertahanan militer diselenggarakan dalam rangka
mempersiapkan pertahanan yang bersifat semesta, mem-
persiapkan pertahanan defensif aktif dan menyusun pertahanan
berlapis. Gelar ini diselenggarakan dalam keterpaduan yang ditata
secara seimbang dan proporsional sesuai dengan karakteristik
geografi Indonesia sebagai fungsi penangkalan, penindakan, dan
pemulihan.
TNI AD memiliki gelar kekuatan yang mencakup gelar
kekuatan terpusat, gelar kekuatan kewilayahan dan gelar
kekuatan pendukung. Gelar kekuatan terpusat terdiri atas
gelar Kostrad dan gelar Kopassus. Gelar kekuatan
kewilayahan bertumpu pada Kodam, sedangkan gelar
kekuatan satuan pendukung bertumpu pada gelar satuan
Balakpus.
TNI AL memiliki gelar organisasi, kekuatan dan
kemampuan. Dalam postur disesuaikan dengan struktur
organisasi pembentukan Koarmada RI, mulai dari kekuatan
terpusat, kewilayahan serta pendukung. Gelar organisasi
terdiri atas organisasi kekuatan terpusat, organisasi kekuatan
kewilayahan dan organisasi kekuatan pendukung.
TNI AU melaksanakan gelar kekuatan yang
diselenggarakan dalam kerangka strategi pertahanan udara
dengan konsep strategi untuk memberikan efek daya tangkal
dan mengamankan wilayah dirgantara Indonesia sampai di
luar wilayah ZEE Indonesia. Penggelaran kekuatan TNI AU
diarahkan untuk menghancurkan kekuatan musuh dan
memberikan payung udara guna melindungi kekuatan TNI
dalam penyelenggaraan operasi, baik di laut maupun di darat.
292 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
(2) Kekuatan Cadangan
Pembentukan Komponen Cadangan dari sumber daya
dan sarana prasarana nasional diselenggarakan dengan
memperhatikan keseimbangan antara hak-hak sipil dan
kewajiban warga negara dalam usaha pertahanan nasional.
Pelaksanaannya disusun secara terencana, bertahap, dan
proporsional yang dikembangkan dan disiagakan di tiap daerah
sesuai kebutuhan setiap matra. Komponen Cadangan ini
mempunyai kekuatan pengganda dalam memperbesar dan
memperkuat Komponen Utama dalam penyelenggaraan
pertahanan militer.
(3) Kekuatan Pendukung
Penataan Komponen Pendukung dilakukan terhadap
warga negara, sumber daya alam dan buatan, serta sarana
dan prasarana nasional untuk kepentingan pertahanan.
Penataan Komponen Pendukung melalui partisipasi
masyarakat dalam penyusunan kebijakan pertahanan
nasional, komponen bela negara, dan keberlanjutan pem-
biayaan industri pertahanan melalui pengelolaan keuangan
nasional.
Peran pemangku kepentingan (stakeholder’s) juga sangat
diperlukan dalam mendukung penetapan regulasi terkait
dengan komponen pertahanan nasional. Komponen
Pendukung mempunyai kekuatan ganda yang dapat
memperbesar dan memperkuat Komponen Utama dan
Komponen Cadangan dalam penyelenggaraan pertahanan
militer.
9.3.1.1 Strategi Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (atau biasa
disingkat TNI Angkatan Darat atau TNI-AD) adalah salah satu
cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 293
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi
pertahanan negara Republik Indonesia di darat. TNI Angkatan
Darat dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 bersamaan dengan
dibentuknya TNI yang pada awal berdirinya bernama Tentara
Keamanan Rakyat (TKR).
TNI Angkatan Darat dipimpin oleh seorang Kepala Staf
Angkatan Darat (KASAD) yang menjadi pemimpin tertinggi di
Markas Besar Angkatan Darat (MABESAD) yang saat ini dijabat
oleh Jenderal TNI Andhika Perkasa. Kekuatan TNI-AD saat ini
terdiri dari 2 komando utama (kotama) tempur yaitu Kostrad, dan
Kopassus. Di wilayah TNI-AD memiliki 15 Komando Daerah
Militer, 45 Komando Resort Militer, dan 306 Kodim yang masing-
masing wilayah memiliki satuan tempur tersendiri. Selain
komando utama tempur, TNI-AD juga memiliki komando utama
pendidikan yang mendidik para perwira dan calon perwira di
Akademi Militer, Secapa, Seskoad dan komando utama
pengembangan dan doktrin yaitu Kodiklat.
Pada TNI AD tingkat kotama daerah pertama adalah
Komando daerah militer (KODAM) yang wilayah pertahanannya
biasanya meliputi satu provinsi atau lebih, Kodam dipimpin
perwira berpangkat Mayor Jenderal, di bawah Kodam ada
Komando resort militer (KOREM) yang wilayahnya biasanya
meliputi wilayah luas atau karesidenan, Korem dipimpin perwira
berpangkat Kolonel, di bawah Korem ada Komando distrik militer
(KODIM) yang daerahnya meliputi wilayah satu Kabupaten/Kota
atau lebih, Kodim dipimpin oleh perwira berpangkat Letnan
Kolonel, sedangkan ada beberapa Kodim yang berdiri sendiri
(tidak menginduk kepada Korem tetapi langsung pada Kodim)
maka pimpinannya berpangkat Kolonel. Di bawah Kodim ada
Komando rayon militer (KORAMIL) yang wilayahnya biasanya
terdiri dari satu Kecamatan atau lebih, koramil dipimpin oleh
perwira berpangkat Kapten atau Mayor (Untuk Kodim Berdiri
Sendiri).
294 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Setelah terpukul badai krisis moneter pada medio 1997-1998 lalu, perekonomian Indonesia perlahan membaik dan berhasil menjadi anggota G-20 yang beranggotakan negara-negara dengan ekonomi kuat di dunia. Bersamaan dengan itu, pelbagai sektor industri juga mampu meningkatkan produksinya sekaligus memiliki daya saing internasional.
Aksi embargo yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya membuat Indonesia berupaya keras memajukan industri pertahanan yang sempat mati suri. PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad pun diberdayakan untuk membangun alat utama sistem senjata (alutsista), dan dikelola secara profesional. Kini, industri pertahanan dalam negeri tak hanya mampu merakit saja, tapi juga membuat sendiri sejumlah alutsista penting buat dipasok dan digunakan TNI. Bahkan, alutsista buatan mereka juga dilirik berbagai negara di seluruh belahan dunia. Dimulai dari senapan serbu SS-2 yang menunjukkan kelasnya di kejuaraan menembak internasional di Australia dan membuat TNI menjadi juara, kemudian senapan SPR-2 yang diklaim mampu menembus baja. PT Pindad kini tengah meracik kendaraan tempur (ranpur) baru yang bisa digunakan di medan perang, yakni Panser Badak.
(1) Panser Badak Berdasarkan spesifikasi yang dimiliki, panser ini dibuat
khusus untuk pertempuran, beda dengan Panser Anoa yang memang dibuat untuk mengangkut pasukan. Berdasarkan argumentasi itu, panser ini dipasangi sistem persenjataan jenis canon berdiameter 90 milimeter. Panser ini memuat tiga orang kru, termasuk sopir. Sesuai namanya, panser ini dipakai untuk bertahan maupun penyerangan.
Panser badak lebih unggul dari panser tarantula buatan Korea Selatan. Terdapat dua keunggulan yang dimiliki panser buatan anak bangsa ini, yakni manuver dan harga yang jauh lebih murah. Panser Tarantula dari Korea Selatan sama-sama 90 militer (canon), tapi badak lebih unggul. Kelebihannya pada manuvernya yang lebih tinggi. Harganya sesuai dengan budget TNI dan bentuknya sesuai dengan karakteristik Asia. Harganya di bawah Tarantula.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 295
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Panser ini memiliki berat hingga 14 ton dan untuk mendukung laju kendaraan didukung dengan mesin diesel dari Renault, yaitu Diesel Inline 6 silinder Turbo Charger Intercooler berkapasitas 10.800 cc yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 340 horsepower. Meski berbadan besar dan dilengkapi persenjataan berat, panser ini mampu mencapai kecepatan puncak hingga 90 kilometer per jam. Tak hanya memiliki kecepatan puncak yang cukup cepat, Badak diakui memiliki kemampuan manuver yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Panser Tarantula buatan Korea Selatan. Sistem transmisi dari Badak sendiri menggunakan transmisi otomatis 6-percepatan. Memiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 2.5 meter dan tinggi 2,9 meter, Badak Pindad memiliki kemampuan jelajah yang cukup luas sekitar 600 kilometer.
Untuk urusan kenyamanan dan kemampuan menghadapi medan yang ekstrem, PT Pindad menyematkan Independent Double Wisbone tanpa Spring ke Badak. Hal ini ditunjang dengan ban Runflat 1100-R22,5 yang mampu berjalan dalam keadaan tanpa angin hingga sejauh 80 kilometer pada kecepatan tertentu. (2) Panser Anoa
Panser Anoa menjadi kendaraan militer pertama yang diproduksi PT Pindad untuk menambah kekuatan TNI. Anoa merupakan kendaraan pengangkut personel atau dikenal APC alias armored personnel carrier. Nama Anoa diambil dari hewan yang hidup di Sulawesi. Hingga saat ini, PT Pindad telah memproduksi 292 unit Anoa. Selain TNI, panser juga digunakan dua negara, yakni Brunei Darussalam dan Timor Leste. Bangladesh, Irak, Malaysia, Nepal dan Oman juga tertarik membeli alutsista buatan anak bangsa ini, namun belum diketahui tindak lanjutnya. Guna memperkuat laju kendaraan, Anoa menggunakan mesin diesel Renault MIDR 062045 inline 6 silinder yang mampu mengeluarkan tenaga hingga 320 horsepower. TNI sendiri sudah menguji ranpur ini dalam misi Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon. Kualitasnya juga sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahanannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India.
296 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
(3) Senapan serbu SS2 Senapan serbu SS2 buatan PT Pindad adalah generasi kedua
dari senapan serbu Pindad SS1. Senapan ini digunakan sebagai senapan standar TNI dan Polri. Sebelumnya, TNI menggunakan M16, Steyr AUG dan AK-47 sebagai senapan organik. Namun setelah PT Pindad mampu memproduksi senjata sendiri TNI pun segera beralih. Keunggulan SS2 dibandingkan dengan pendahulu-nya yaitu memiliki desain yang ergonomis, tahan terhadap kelembaban tinggi dan lebih ringan. Senapan ini tersedia dalam tiga versi dasar, yakni standard rifle SS2-V1, carbine SS2-V2 dan para-sniper SS2-V4). Namun pada tahun 2008 mulai diperkenalkan subcompact versi SS2-V5.
Senapan SS2 tergolong mumpuni untuk digunakan. Sebelumnya pada saat SS1, para prajurit sering mengeluh senapan macet atau laras yang kelewat panas. Semua itu diperbaiki di SS2. Senapan ini memiliki berat 3,2 kg dengan panjang 930 mm dengan panjang laras 460 mm. Menggunakan peluru kaliber 5,56 x 45 mm standar NATO, rata-rata tembakan peluru 700 butir/menit. Kecepatan peluru yang ditembakkan sekitar 710 m/detik, dengan jarak efektif tembakan sejauh 450 m dengan magazen box yang berisi 30 butir. Keunggulan yang dimiliki senapan ini membuat Australia dan AS curiga dan meminta senapan SS2 dan pistol bikinan Pindad untuk dibongkar dan diperiksa.
(4) Senapan Sniper SPR-2
Pindad mampu membuat senapan sniper SPR 2 yang membuat dunia militer internasional kaget. Pasalnya, senapan ini mampu menjangkau target dengan jitu dalam jarak lebih dari 2 km. Kita sedang bikin 150 pucuk (senapan SPR 2) buat Kopassus, dunia sniper internasional sudah gempar. Senapan SPR 2 ini jangkauannya sampai 2 km.
Menurutnya jenis peluru senjata sniper SPR 2 ditakuti banyak negara. Peluru ini mampu menembus kendaraan lapis baja sekalipun. Pelurunya 12,7 mm anti material, jenis pelurunya paling ditakuti karena bisa menembus tank dan kendaraan lapis baja. Peluru ini dapat menembus baja lalu terbakar dan meledak di dalam. Senapan sniper SPR 2 ini berawal dari sniper SPR 2 milik
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 297
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
TNI yang tak berani diuji coba. Kemudian Pindad berusaha menguji dan akhirnya membuat sendiri. Tahun 2003, TNI punya 3 pucuk dari negara lain tapi nggak berani uji karena berat dan besar. Akhirnya diuji dengan membuat sendiri tahun 2006.
Strategi yang dijalankan TNI Angkatan Darat dengan membentuk Komando Strategi dan Cadangan TNI Angkatan Darat (KOSTRAD) adalah salah satu kesatuan andalan TNI dan merupakan bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat. KOSTRAD memiliki pasukan berkisar antara 25.000 sampai 32.000 personil yang selalu siap untuk beroperasi atas perintah panglima TNI kapan saja.
Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) secara resmi terbentuk pada tanggal 6 Maret 1961. Tanggal pembentukan ini didasarkan pada tanggal disahkannya cikal bakal Kostrad, yakni Korps Tentara Ke I/Cadangan Umum Angkatan Darat (Korra-I/Caduad) melalui Surat Keputusan Men/Pangad No. Mk/Kpts.54/3/1961, tanggal 6 Maret 1961. Ide pembentukan Korra-I/Caduad berasal dari Jenderal TNI Abdul Haris Nasution, yang saat itu menjabat Kasad (Kepala Staf Angkatan Darat). Pertimbangannya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia memerlukan adanya suatu kekuatan cadangan strategis yang bersifat mobil, siap tempur dan memiliki kemampuan lintas udara serta sanggup melakukan operasi secara sendiri-sendiri maupun dalam komando gabungan, yang setiap saat dapat dikerahkan ke seluruh penjuru tanah air untuk menghadapi segala macam tantangan, cobaan dan gangguan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Cikal bakal Kostrad berasal ketika Indonesia pertama kali berurusan dengan isu kemerdekaan Irian Barat pada tahun 1960, pada tahun itu Kostrad harus melaksanakan operasi pembebasan Irian Barat (sekarang Irian Jaya), padahal kekuatannya saat itu baru mencapai 60% dari kekuatan yang ditentukan.
Sukses mengemban misi di Irian Barat, Kostrad kembali ditugaskan melaksanakan Operasi Dwikora menyusul konfrontasi dengan Malaysia pada 3 Mei 1964. Guna melaksanakan operasi tersebut Presiden RI waktu itu, Soekarno, memerintahkan Kostrad untuk membentuk Komando Mandala Siaga atau Kolaga yang merupakan komando gabungan. Kostrad mengerahkan dua
298 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
komando tempur, yaitu Kopur I Rencong yang ditempatkan di Sumatra dan Kopur II ditempatkan di Kalimantan. Operasi Dwikora berakhir 11 Agustus 1961.
Mayor Jenderal Soeharto (yang kemudian menjadi Presiden Indonesia) dipercaya sebagai orang pertama yang menjabat Panglima Kostrad (Pangkostrad). Selama masa Orde Baru, Korps baret hijau ini tidak pernah absen dari berbagai operasi militer di Indonesia, seperti G-30-S/PKI, Operasi Trisula, PGRS (Sarawak People’s Guerrilla Force) di Sarawak, PARAKU (North Kalimantan People’s Force) di Kalimantan Utara dan Operasi Seroja di Timor Timur. Kostrad juga dilibatkan pada tingkat internasional dengan diberangkatkannya pasukan Garuda di Mesir (1973 – 1978) dan Vietnam (1973 – 1975) serta dalam operasi gabungan sebagai pasukan penjaga perdamaian dalam perang Iran-Irak antara 1989 dan 1990.
Tahun 1984 Pangkostrad bertanggung jawab langsung kepada Panglima ABRI dalam operasi-operasi pertahanan dan keamanan. Sekarang ini Kostrad memiliki kekuatan pasukan sekitar 35.000 sampai 40.000 tentara dengan 3 divisi infantri yaitu Divisi Satu yang bermarkas di Cilodong, Jawa Barat, Divisi Dua yang bermarkas di Singosari Kabupaten Malang Jawa Timur, dan Divisi Tiga di Pakato Gowa. Setiap divisi memiliki brigade lintas udara dan brigade infantri. Divisi Infanteri 1/ Kostrad (Cilodong, Bogor, Jawa Barat) 1. Brigif Linud 17/Kujang I (Cijantung, Jakarta Timur):
Yonif Linud 305/Tengkorak (Karawang) Yonif Linud 328/Dirgahayu (Cilodong, Bogor) Yonif Linud 330/Tri Dharma (Cicalengka, Bandung)
2. Brigif Linud 3/Tri Budi Mahasakti (Makasar, Sulawesi Selatan): Yonif Linud 431/Satria Setia Perkasa (Kariango, Maros,
Sulawesi Selatan) Yonif Linud 432/Rajawali (Makassar, Sulawesi Selatan) Yonif Linud 433/Julu Siri (Sulawesi Sulawesi Selatan)
3. Brigif 13/Galuh (Tasikmalaya, Jawa Barat): Yonif 303/Setia Sampai Mati (Garut) Yonif 321/Galuh Taruna (Majalengka) Yonif 323/Buaya Putih (Ciamis)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 299
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Supports: Yonkav 1/Tank – Badak Ceta Cakti (Cijantung, East
Jakarta) – Scorpions Tanks and APC
Kompi Kavaleri Intai Divisi-1 Resimen Artileri Medan 2 (Sadang, Purwakarta):
– Yon Armed 9/Pasopati (Sadang, Purwakarta) – Yon Armed 10/Brajamusti (Sukabumi) – Yon Armed 13/Nanggala (Bogor)
Yon Arhanud Ringan 1/Purwa Bajra Cakti (Serpong) Yon Zipur 9/Para (Ujungberung, Bandung) Yon Bekang (Cibinong, Bogor)
Divisi Infanteri 2/Kostrad (Singosari, Malang, Jawa Timur)
1. Brigif Linud 18/Trisula (Malang, East Java): Yonif Linud 501/Bajra Yudha (Madiun) Yonif Linud 502/Ujwala Yudha (Malang) Yonif Linud 503/Mayangkara (Mojokerto)
2. Brigif 6/Trisakti Baladaya (Solo, Central Java): Yonif 411/Pandawa (Salatiga) Yonif 412/Bharata Eka Sakti (Purworejo) Yonif 413/Bromoro (Solo)
3. Brigif 9/Daraka Yudha (Jember, East Java): Yonif 509/Darma Yudha (Jember) Yonif 514/Sabbada Yudha (Situbondo) Yonif 515/Utara Yudha (Tanggul)
Supports:
Yonkav 8/Tank – Narasinga Wiratama (Pasuruan): – Scorpion Tanks and APR
Kompi Kavaleri Intai Divisi-2 Resimen Artileri Medan 1 (Singosari, Malang):
– Yon Armed 8 (Jember, East Java) – Yon Armed 11/Guntur Geni (Magelang, Central Java) – Yon Armed 12 (Ngawi, East Java)
Yon Arhanud Ringan 2/Amwanga Bhuana Wisesa (Malang) Yon Zipur 10 (Pasuruan) Yon Bekang (Malang), and others.
300 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Divisi Infanteri 3/Kostrad (Kab. Gowa, Sulsel) Divisi Infanteri 3/Kostrad merupakan satuan baru di bawah jajaran Kostrad. Markas Komando Divisi Infanteri 3/Kostrad berada di Pakatto, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Divisi Infanteri 3/Kostrad terdiri dari 3 Brigade. Satu Brigif lagi dalam proses pembentukan yang akan bermarkas di Sorong, Papua Barat. Komposisi Satuan Divisi Infanteri 3/Kostrad terdiri dari: a. Markas Komando Divisi Infanteri 3/Kostrad di Pakatto,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. b. Brigade Infanteri Para Raider 3/Tri Budi Sakti di Kariango,
Maros, Sulawesi Selatan. c. Brigade Infanteri Raider 20/Ima Jayakeramo di Timika, Papua.
9.3.1.2 Strategi Angkatan Laut Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state)
terbesar di dunia yang memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan sepuluh negara tetangga tentunya memiliki perbatasan yang panjang untuk diamankan. Secara kewilayahan Indonesia memiliki luas wilayah yurisdiksi nasional ± 7,8 juta km² dengan dua pertiga wilayahnya adalah laut seluas ± 5,9 juta km², yang mencakup Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas ± 2,7 juta km² dan Laut Wilayah, Perairan Kepulauan serta Perairan Pedalaman seluas ± 3,2 juta km². Selain itu memiliki panjang garis pantai ± 81.000 km, serta memiliki 17.499 pulau yang terdiri atas 5.698 pulau bernama dan 11.801 pulau tidak/belum bernama.
Status Indonesia sebagai negara kepulauan diperoleh melalui perjuangan diplomasi yang panjang dan status ini telah diakui dunia sejak Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Hukum Laut Internasional atau the United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982). Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut dengan menerbitkan Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1985.
Sebagai konsekuensi dari aturan di atas, wilayah yurisdiksi nasional Indonesia harus dipandang sebagai satu kesatuan wilayah (ruang) baik ruang darat, laut dan udara yang bulat dan utuh. Sebagai negara kepulauan, wajar laut mempunyai makna penting bagi bangsa Indonesia.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 301
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Secara politik laut melahirkan konsepsi tentang persatuan tidak hanya ke dalam, melainkan juga ke luar sebagaimana telah diakui oleh UNCLOS 1982. Laut juga menjadi media perhubungan (termasuk perdagangan) yang sangat vital.
Seperti halnya laut, pulau-pulau yang berada di dalam wilayah yurisdiksi nasional terutama yang berada di wilayah perbatasan juga memiliki arti yang sangat signifikan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 Indonesia mempunyai 92 pulau kecil terluar yang perlu untuk dikelola dan diamankan, 12 pulau di antaranya memiliki kerawanan atau berpotensi untuk menjadi sumber konflik, sehingga eksistensinya perlu dipertahankan karena merupakan wujud dari kedaulatan negara.
TNI Angkatan Laut sebagai bagian integral dari TNI, berperan sebagai komponen utama pertahanan negara matra laut menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara guna menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara melalui pelaksanaan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
TNI-AL berada di bawah Markas Besar TNI. Kepala Staf TNI Angkatan Laut, adalah perwira tinggi berbintang empat dengan pangkat Laksamana mengepalai Angkatan Laut di bawah Panglima TNI. Saat ini TNI Angkatan Laut dipimpin oleh Laksamana TNI Siwi Sukma Adji.
Komando Utama di bawah TNI AL ada Komando Armada (Koarmada) yang dipimpin oleh perwira berbintang dua (Laksamana Muda/Mayjen (Mar.)). Di bawah Koarmada ada Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) yang dipimpin perwira berbintang satu (Laksamana Pertama/Brigjen (Mar.)). Selain itu Koarma juga mempunyai Satuan Operasi (Gugus Tempur/Gugus Keamanan) dan Satuan Pelaksana (Satuan Kapal Cepat, Kapal Amfibi, Kapal Selam, dll.) yang masing-masing Satuan atau Gugus dipimpin perwira berbintang satu juga. Di bawah Lantamal ada Pangkalan TNI AL (Lanal) yang dipimpin
302 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
oleh Perwira berpangkat Letkol atau Kolonel, dan di bawah Lanal ada Pos TNI AL (Posal) yang dipimpin oleh Kapten atau Mayor. Sedangkan untuk Satuan Pelaksana membawahi Armada-armada yaitu KRI-KRI yang setiap KRI dipimpin oleh perwira dengan pangkat Mayor, Letkol ataupun Kolonel.
Kekuatan TNI-AL saat ini terbagi dalam 3 armada, Armada I yang berpusat di Tanjung Priok, Jakarta, Armada II yang berpusat di Tanjung Perak, Surabaya, dan Armada III yang berpusat di Tanjung Kasuari, Sorong serta satu Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Selain itu juga membawahi Korps Marinir.
Seapower dapat diartikan sebagai negara yang memiliki kekuatan angkatan laut yang luar biasa. Seapower juga bermakna sebagai kemampuan suatu negara dalam menggunakan dan mengendalikan laut (sea control) serta mencegah lawan menggunakannya (sea denial).
Secara historis, abad yang lalu Alfred Thayer Mahan, seorang
perwira Angkatan Laut Amerika Serikat melalui bukunya “The
Influence of Sea Power upon History” telah membuka cakrawala
bangsa Amerika Serikat tentang peran seapower bagi kejayaan
bangsa. Mahan menjelaskan bahwa tidak semua bangsa dapat
membangun seapower.
Terdapat sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi untuk
membangun seapower, seperti posisi dan kondisi geografi, luas
wilayah, jumlah dan karakter penduduk serta yang paling utama
adalah karakter pemerintahannya.
Puluhan abad sebelum Mahan menginspirasi bangsa Amerika,
nenek moyang bangsa Indonesia pun telah meyakini dan
mengimplementasikan seapower sebagai suatu upaya strategis
dalam mengendalikan jalur perdagangan dan memperluas serta
mempertahankan otoritas kejayaannya.
Sejarah telah mencatat bahwa kejayaan Nusantara tidak dapat ditentukan hanya oleh satu atau dua pulau akan tetapi oleh kesatuan wilayah yang terdiri atas pulau-pulau yang tersebar di nusantara yang disatukan oleh lautan.
Dalam konteks pertahanan, lautan yang menghubungkan pulau-pulau tersebut merupakan salah satu critical vulnerability
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 303
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
yang harus dijaga dan dipertahankan guna melindungi center of gravity bangsa, baik berupa pusat pemerintahan maupun kota/wilayah tertentu.
Bagi negara kepulauan, laut di antaranya merupakan media pemersatu bangsa, media sumber daya, media perhubungan, media pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, media membangun pengaruh, serta sebagai media pertahanan negara.
Puluhan abad silam, beberapa kerajaan Nusantara, seperti: Sriwijaya, Singasari, Melayu, Samudera Pasai, Kutai, Bugis dan Majapahit telah mampu menunjukkan kejayaannya pada dunia internasional melalui visi maritimnya dalam upaya penyatuan wilayah dan penguasaan jalur-jalur vital perdagangan laut nusantara bahkan dunia. Hal tersebut membuktikan pengakuan regional maupun global terhadap penguasaan laut bangsa Indonesia.
Strategi Seapower tidak berarti hanya armada kapal perang
saja, tetapi juga mencakup seluruh potensi kekuatan laut
nasional, seperti:
1. Armada Niaga,
2. Armada Perikanan,
3. Industri jasa maritim,
4. Masyarakat maritim.
Mencermati kondisi saat ini, seapower Indonesia tidak dapat berdiri sendiri, seperti era Sriwijaya dan Majapahit eksis di lautan. Kejayaan Indonesia sebagai Negara Kepulauan sangat ditentukan oleh konsep kesatuan seluruh komponen kekuatan nasional dalam mengeksplorasi sumber daya nasional, termasuk sumber daya kelautan.
Dari sisi pertahanan, kekuatan dan kemampuan pertahanan Indonesia ditentukan oleh ketangguhannya di darat, kejayaannya di laut dan keperkasaannya di udara.
Dari sisi ekonomi dan politik, kejayaan sebagai keadaan yang mapan dan menguntungkan ditentukan oleh kemampuan Indonesia dalam mengelola sumber daya dan memperjuangkan kepentingan nasionalnya.
304 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Kecenderungan perkembangan lingkungan strategis yang akan terjadi saat ini dan kecenderungan terjadi pada beberapa tahun mendatang dalam tataran lingkup global dan regional masih akan terpengaruh oleh interaksi negara-negara besar di dunia, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang, serta munculnya kekuatan ekonomi baru dunia selain BRIC (Brazil, Rusia, India, dan Tiongkok), yaitu: MIST (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, dan Turki).
Kondisi krisis keuangan di Eropa, ditambah belum pulihnya ekonomi Amerika Serikat serta menurunnya laju ekonomi Tiongkok juga akan berpengaruh terhadap kawasan lain.
Isu-isu yang berkembang pada lingkup global dan regional masih didominasi oleh kecenderungan-kecenderungan, seperti:
1. Aksi terorisme internasional; 2. Arab Spring; 3. Pergeseran fokus Amerika Serikat ke Asia; 4. Sengketa di Laut Cina Selatan; 5. Kelangkaan energy; 6. Pemanasan global; 7. Pembangunan kekuatan militer kawasan; 8. Sengketa perbatasan; 9. Kejahatan lintas Negara; 10. Pelanggaran wilayah; 11. Keamanan di garis perhubungan laut (Sea Lanes of
Communications/ SLOC). Sementara lingkup nasional masih didominasi merebaknya
isu-isu mengenai gerakan separatisme, terorisme, fanatisme ideologi, primordialisme, kerusuhan sosial dan konflik komunal, serta ancaman bencana alam.
Era global juga menuntut suatu bangsa memiliki ketahanan energi, pangan serta penguasaan ilmu dan teknologi bangsa untuk dapat bertahan dan meraih keunggulan di abad 21. Pada lingkup global juga masih diwarnai oleh pesatnya perkembangan teknologi kemiliteran sebagai dampak dari Revolution in Military Affairs (RMA).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 305
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
RMA membawa dampak terhadap kemajuan teknologi militer, konsep operasi, pengorganisasian, doktrin dan strategi militer, bahkan secara luas telah berpengaruh terhadap aspek politik, sosial dan ekonomi. Secara langsung maupun tidak langsung, RMA telah memicu perluasan perlombaan senjata yang menimbulkan potensi konflik, ancaman bagi negara lain dan mempengaruhi stabilitas keamanan regional maupun global.
Meningkatnya kesadaran akan lingkungan maritim (Maritime Domain Awareness/MDA) secara global juga mempengaruhi perubahan kebijakan strategis di kawasan. Keberhasilan Indonesia dalam memimpin ASEAN di tahun 2011 turut menyumbang menguatnya peran Indonesia di kancah regional. Peran aktif Indonesia dalam ASEAN menjadi sangat sentral.
Di tengah kebuntuan dalam menghasilkan suatu komunike bersama tentang Laut Cina Selatan pada KTT ASEAN di Kamboja, Indonesia kembali berperan signifikan melalui shuttle diplomacy dalam merangkul anggota ASEAN menghasilkan ASEAN’s Six-Point Principles on the South China Sea.
Hal ini membuktikan sekali lagi bahwa peran sentral Indonesia tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan tercapainya posisi bersama ASEAN. Tahun 2013, Indonesia kembali mendapat kepercayaan sebagai ketua APEC. Sebagai wadah kerjasama ekonomi untuk Asia-Pasifik, APEC merupakan wahana strategis bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan ekonominya serta memperkuat pengaruh Indonesia di kawasan yang lebih global
Persinggungan perlindungan kepentingan nasional di kawasan telah memicu meningkatnya anggaran pertahanan di Asia. Pada tanggal 7 Maret 2012, Reuter melaporkan sebuah survei pertahanan global bahwa untuk pertama kalinya setelah berabad-abad lamanya, pada tahun 2012 anggaran belanja militer Asia akan melampaui Eropa.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Tiongkok menempati urutan pertama negara di Asia dalam belanja militer dengan pengeluaran diperkirakan $89 milyar pada tahun 2011, hal tersebut mendorong negara-negara lain di kawasan untuk lebih mengucurkan dananya guna membiayai program-program pertahanannya.
306 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Beberapa peningkatan signifikan terkait pengembangan persenjataan matra laut yang terjadi di kawasan contohnya adalah mulai beroperasinya kapal induk pertama Tiongkok, pengadaan Kapal Selam Kelas Kilo oleh Vietnam, penambahan Kapal Perang Angkatan Laut Filipina dari eks-U.S. Coast Guard, penambahan kekuatan Kapal Selam Singapura, serta modernisasi Angkatan Laut Australia melalui peningkatan kemampuan kapal atas air serta pengadaan kapal selam baru.
TNI Angkatan Laut sebagai bagian dari komponen utama pertahanan negara di laut, melaksanakan pembangunan dan pengembangan kemampuan dan kekuatan menggunakan perencanaan berdasarkan kemampuan tertentu (capability based planning).
Dengan mempertimbangkan kompleksitas penilaian spektrum ancaman dan kondisi keterbatasan anggaran pertahanan, maka pembangunan kemampuan dan kekuatan TNI Angkatan Laut diarahkan pada sasaran prioritas dan mendesak.
Salah satu pendekatan yang digunakan adalah penyiapan Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essential Force/MEF). Selain melengkapi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) melalui pengadaan dari luar negeri, TNI Angkatan Laut juga senantiasa mendorong peningkatan daya saing dan kapasitas produksi industri pertahanan dalam negeri, serta mewujudkan keserasian pengadaan Alutsista dari luar negeri melalui program Transfer Of Technology (TOT) dan Joint Production dalam pengadaan dan pengembangan Alutsista TNI Angkatan Laut.
Pengadaan 3 Kapal Selam terbaru merupakan bagian dari program ini dimana Korea Selatan melibatkan PT. PAL sebagai mitranya. Beberapa KRI buatan industri pertahanan dalam negeri juga telah memasuki jajaran TNI Angkatan Laut sebagai bagian dari pemenuhan kekuatan alutsista.
Kapal Cepat Rudal seperti KRI Clurit-641 dan KRI Kujang-642, sebuah Kapal Cepat Rudal Siluman merupakan contoh buah karya anak bangsa yang patut untuk dibanggakan. Dalam waktu dekat, TNI Angkatan Laut juga sudah merencanakan dan menganggar-kan untuk melengkapi alutsista marinir, pengadaan kapal kombatan, kapal latih, kapal survei, serta pesawat udara intai maritim.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 307
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Indonesia mempunyai perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Penentuan perbatasan maritim masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah yang belum terselesaikan hingga kini. Status persetujuan perbatasan yang telah disepakati bersama serta yang masih menjadi agenda ke depan, meliputi:
1. Perbatasan RI-Malaysia
Kesepakatan yang sudah ada antara Indonesia dengan Malaysia di wilayah perbatasan adalah garis batas Landas Kontinen di Selat Malaka dan Laut Natuna berdasarkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Malaysia tentang penetapan garis batas landas kontinen antara kedua Negara (Agreement Between Government of the Republic Indonesia and Government Malaysia relating to the delimitation of the continental shelves between the two countries), tanggal 27 Oktober 1969 diratifikasi dengan Keppres Nomor 89 Tahun 1969 dan Penetapan Garis Batas Laut Wilayah RI-Malaysia di Selat Malaka pada tanggal 17 Maret 1970 di Jakarta diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1971 tanggal 10 Maret 1971 (lihat Gambar-1). Namun untuk garis batas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) di Selat Malaka dan Laut China Selatan antara kedua negara belum ada kesepakatan.
Batas laut teritorial Malaysia di Selat Singapura terdapat masalah yaitu di sebelah Timur Selat Singapura, yaitu kepemilikan Karang Horsburgh (Batu Puteh) antara Malaysia dan Singapura, terletak di tengah antara Pulau Bintan dengan Johor Timur, yang jaraknya kurang lebih 11 mil. Jika Karang Horsburg ini menjadi milik Malaysia maka jarak antara karang tersebut dengan Pulau Bintan kurang lebih 3,3 mil dari Pulau Bintan.
Perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimatan Timur (perairan Pulau Sebatik dan sekitarnya) dan Perairan Selat Malaka bagian Selatan hingga saat ini masih dalam proses perundingan. Pada segmen di Laut Sulawesi, Indonesia menghendaki perundingan batas laut teritorial dahulu baru kemudian merundingkan ZEE dan Landas Kontinen. Pihak Malaysia berpendapat perundingan batas maritim harus dilakukan dalam
308 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
satu paket, yaitu menentukan batas laut teritorial, Zona Tambahan, ZEE dan Landas Kontinen. Pada segmen Selat Malaka bagian Selatan RI dan Malaysia masih sebatas tukar menukar peta ilustrasi batas laut teritorial kedua Negara. 2. Perbatasan RI-Thailand
Negara Indonesia dengan Thailand telah mengadakan perjanjian landas kontinen di Bangkok pada tanggal 17 Desember 1971, perjanjian tersebut telah diratifikasi dengan Keppres Nomor 21 Tahun 1972.
Perjanjian perbatasan tersebut merupakan batas landas kontinen di Utara Selat Malaka dan Laut Andaman. Selain itu telah dilaksanakan perjanjian batas landas kontinen antara tiga negara yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia yang diadakan di Kuala Lumpur pada tanggal 21 Desember 1971. Perjanjian ini telah diratifikasi dengan Keppres Nomor 20 Tahun 1972. Per-batasan antara Indonesia dengan Thailand belum diselesaikan khususnya perjanjian ZEE. 3. Perbatasan RI-India
Indonesia dengan India telah mengadakan perjanjian batas landas kontinen di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 1974 dan telah diratifikasi dengan Keppres No. 51 Tahun 1974 meliputi perbatasan antara Pulau Sumatera dengan Nicobar.
Selanjutnya diadakan perjanjian perpanjangan batas landas kontinen di New Delhi pada 14 Januari 1977 dan diratifikasi dengan Keppres Nomor 26 Tahun 1977 meliputi Laut Andaman dan Samudera Hindia. Perbatasan RI dengan India dan Thailand telah dilakukan, terutama batas landas kontinen di daerah barat laut sekitar Pulau Nicobar dan Andaman dilaksanakan di New Delhi pada tanggal 22 Juni 1978 dan diratifikasi dengan Keppres Nomor 25 Tahun 1978 (lihat Gambar-2). Kedua negara belum membuat perjanjian perbatasan ZEE. 4. Perbatasan RI-Singapura
Perjanjian perbatasan maritim antara Indonesia dengan Singapura telah dilaksanakan mulai tahun 1973 yang menetapkan 6 titik koordinat yang menjadi batas kedua negara. Perjanjian
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 309
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
tersebut kemudian diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 1973. Permasalahan yang muncul adalah belum ada perjanjian batas laut teritorial bagian timur dan barat di Selat Singapura.
Hal ini akan menimbulkan kerawanan dengan adanya kegiatan Pemerintah Singapura untuk mereklamasi wilayah daratannya. Reklamasi tersebut akan berakibat wilayah Singapura akan bertambah ke selatan atau ke Wilayah Indonesia. Penentuan batas maritim di sebelah Barat dan Timur Selat Singapura diperlukan perjanjian tiga negara antara Indonesia, Singapura dan Malaysia. Perundingan perbatasan kedua negara pada Segmen Timur terakhir dilaksanakan pada 8-9 Februari 2012 di Bali (perundingan ke-2).
5. Perbatasan RI-Vietnam
Perbatasan RI-Vietnam di Laut China Selatan telah tercapai kesepakatan terutama batas landas kontinen pada tanggal 26 Juni 2002 Akan tetapi perjanjian perbatasan tersebut belum diratifikasi oleh Indonesia. Selanjutnya Indonesia dengan Vietnam perlu membuat perjanjian perbatasan ZEE di Laut China Selatan. Perundingan perbatasan kedua negara terakhir dilaksanakan pada 25 s.d. 28 Juli 2011 di Hanoi (perundingan ke-3).
6. Perbatasan RI-Filipina
Perundingan RI-Filipina sudah berlangsung 6 kali yang dilaksanakan secara bergantian setiap 3 sampai 4 bulan sekali, dalam perundingan di Manado tahun 2004 Philipina sudah tidak mempermasalahkan lagi status Pulau Miangas dan sepenuhnya mengakui sah milik Indonesia.
Hasil perundingan terakhir pada bulan Desember 2005 di Batam Indonesia, penentuan garis batas maritim Indonesia menggunakan metode proportionality dengan memperhitungkan length of coastline/ baseline kedua negara.
Sedangkan Philipina memakai metode median line untuk penentuan batas maritim RI-Filipina. Untuk itu dalam perundingan yang akan datang kedua negara sepakat membentuk Technical Sub-Working Group untuk membicarakan secara teknis opsi-opsi yang akan diambil.
310 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
7. Perbatasan RI-Republik Palau
Perbatasan Indonesia dengan Republik Palau terletak di sebelah utara kepala burung (Papua). Pemerintah Palau telah menerbitkan peta yang menggambarkan rencana batas “Zona Perikanan/ZEE” yang diduga melampaui batas yurisdiksi wilayah Indonesia. Hal ini terbukti banyak nelayan Indonesia yang melanggar di wilayah perikanan Republik Palau.
Permasalahan ini timbul sebab jarak Negara Palau dengan Wilayah Indonesia kurang dari 400 Mil sehingga ada daerah yang overlapping untuk ZEE dan Landas Kontinen. Perundingan perbatasan kedua negara terakhir dilaksanakan pada 29 Februari sampai dengan 1 Maret 2012 di Manila (perundingan ke-3).
8. Perbatasan RI-Papua Nugini
Perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini telah ditetapkan sejak 22 Mei 1885, yaitu pada meridian 141 bujur timur dari pantai utara sampai selatan Papua. Perjanjian itu dilanjutkan antara Belanda dan Inggris pada tahun 1895 dan antara Indonesia dan Papua Nugini pada tahun 1973, ditetapkan bahwa perbatasan dimulai dari pantai utara sampai dengan Sungai Fly pada meridian 141° 00’ 00” bujur timur, mengikuti Sungai Fly dan batas tersebut berlanjut pada meridian 141° 01’ 10” bujur timur sampai pantai selatan Papua.
Permasalahan yang timbul telah dapat diatasi yaitu pelintas batas, penegasan garis batas dan lainnya, melalui pertemuan rutin antara delegasi kedua negara. Masalah yang perlu diselesaikan adalah batas ZEE sebagai kelanjutan dari batas darat.
9. Perbatasan RI-Australia
Perjanjian Batas Landas Kontinen yang dibuat 9 Oktober 1972 tidak mencakup Gap sepanjang 130 mil di selatan Timor Leste. Perbatasan Landas Kontinen dan ZEE yang lain menyangkut Pulau Ashmore dan Cartier serta di Pulau Christmas telah disepakati dan telah ditandatangani oleh kedua negara pada tanggal 14 Maret 1997, sehingga praktis tidak ada masalah lagi. Mengenai batas maritim antara RI-Australia telah dicapai kesepakatan-
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 311
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
kesepakatan yang ditandatangani sejak tahun 1969, kemudian 1972 dan terakhir 1997.
10. Perbatasan RI-Timor Leste
Perbatasan maritim antara Indonesia dan Timor Leste belum pernah diadakan, karena Indonesia menghendaki penyelesaian batas di darat terlebih dahulu baru dilakukan perundingan batas maritim RI – Timur Leste.
Dengan belum selesainya batas maritim kedua negara maka diperlukan langkah-langkah yang terpadu untuk segera mengadakan pertemuan untuk membahas masalah perbatasan maritim antara Indonesia dan Timur Leste.
Permasalahan yang akan sulit disepakati adalah adanya kantong (enclave) Oekusi di Timor Barat. Selain itu adanya entry/exit point Alur Laut Kepulauan Indonesia III A dan III B tepat di utara wilayah Timor Laste.
Fenomena perbatasan, seperti yang telah disampaikan di atas, jika tidak diantisipasi dapat berkembang menjadi sebuah ancaman yang membahayakan kedaulatan Indonesia. Karena itu TNI Angkatan Laut selain menjalankan tugas-tugas pertahanan matra laut, juga berupaya melakukan strategi terpilih melalui kegiatan-kegiatan pro-aktif demi meningkatkan ketahanan nasional di wilayah atau kawasan perbatasan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai upaya menjadikan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan kawasan strategis, dimana pendekatan pertahanan lebih mengedepankan aspek prosperity dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup, serta dengan tetap memperhatikan aspek keamanan.
Kawasan perbatasan negara termasuk pulau kecil terdepan termasuk dalam kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh TNI Angkatan Laut dalam rangka mengamankan dan mengelola pulau terluar, antara lain. 1. Patroli Keamanan Laut
Patroli Keamanan Laut menghadirkan kapal-kapal perang RI (KRI) di seluruh perairan Indonesia, termasuk di pulau-pulau terpencil, selain dimaksudkan untuk melaksanakan patroli rutin
312 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
dalam rangka penegakan keamanan di laut, juga dimaksudkan untuk menunjukkan kesungguhan negara kita dalam mempertahankan setiap tetes air dan jengkal tanah dari gangguan pihak asing (deterrence effect).
Namun demikian, "pameran bendera" atau show of flag seperti di atas tidak saja harus diartikan sebagai sebuah tindakan coercive tetapi merupakan sebuah naval diplomacy yang merupakan cerminan politik dan kebijakan luar negeri Indonesia. Kegiatan ini juga diarahkan untuk mendekati masyarakat di pulau-pulau terluar dan terpencil, sekaligus untuk menggugah semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta menjaga kedekatan secara psikologis.
2. Operasi Pengamanan Perbatasan
Indonesia memiliki perbatasan darat dengan tiga negara (Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini) dan perbatasan laut dengan sepuluh negara (India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini Timor Leste, dan Australia).
Wilayah perbatasan merupakan garis depan pertahanan NKRI yang memiliki potensi kerawanan dari segala bentuk ancaman sehingga membutuhkan perhatian yang serius. Terkait dengan pengamanan perbatasan, TNI telah menggelar 373 pos perbatasan (TNI AL 117 pos) di sepanjang perbatasan darat serta melaksanakan operasi pengamanan perbatasan laut sepanjang tahun. Operasi pengamanan perbatasan laut disamping dilakukan secara unilateral juga dilaksanakan secara bilateral dengan negara terkait melalui Patroli Terkoordinasi (Coordinated Patrol).
3. Survei Hidrografi & Oseanografi
Terkait dengan perbatasan maritim, TNI Angkatan Laut secara rutin melaksanakan verifikasi titik referensi dan re-survey titik dasar untuk menentukan wilayah NKRI. Operasi survei hidrografi yang dilakukan oleh TNI Angkatan Laut ini tidak saja dilakukan untuk menetapkan Titik Dasar dan Garis Pangkal. Seringkali, data dan informasi yang dikumpulkan digunakan untuk menunjang kegiatan pembangunan di daerah, misalnya untuk membangun pelabuhan perintis, inventarisasi sumber daya alam atau kegiatan lain yang terkait dengan pembangunan sektor kelautan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 313
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Adapun kegiatan-kegiatan lain adalah:
4. Ekspedisi Kesra Nusantara (EKN) 5. Operasi Bhakti TNI AL 6. Mobile Market 7. Kapal Pintar 8. Delimitasi Batas Maritim.
9.3.1.3 Strategi Angkatan Udara
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI Angkatan Udara/TNI-AU) merupakan salah satu cabang angkatan perang dan merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara Republik Indonesia di udara. TNI Angkatan Udara pada awalnya merupakan bagian dari TNI Angkatan Darat yang dulunya bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR Jawatan Penerbangan). TNI Angkatan Udara dibentuk dan mulai berdiri sendiri pada tanggal 9 April 1946 bersamaan dengan dibentuknya Tentara Republik Indonesia (TRI Angkatan Udara) sesuai dengan Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD Tahun 1946.
TNI Angkatan Udara dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) yang menjadi pemimpin tertinggi di Markas Besar Angkatan Udara (MABESAU). KASAU saat ini dijabat oleh Marsekal TNI Yuyu Sutisna. Kekuatan TNI-AU saat ini memiliki tiga komando operasi yaitu Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) yang bermarkas di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Komando Operasi Angkatan Udara II (Koops AU II) yang bermarkas di Makassar, dan Komando Operasi Angkatan Udara III (Koops AU III) yang bermarkas di Biak.
TNI AU lahir dengan dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada Tanggal 23 Agustus 1945, guna memperkuat Armada Udara yang saat itu berkekurangan pesawat terbang dan fasilitas-fasilitas lainnya. pada tanggal 5 Oktober 1945 berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.
Pada tanggal 23 Januari 1946 TKR ditingkatkan lagi menjadi TRI, sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan
314 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Udara. Pada tanggal 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapuskan dan diganti menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia, yang kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.
Modal awal TNI AU adalah pesawat-pesawat hasil rampasan dari tentara Jepang seperti jenis Cureng, Nishikoren, serta Hayabusha. Pesawat-pesawat inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya TNI AU. Setelah keputusan Konferensi Meja Bundar tahun 1949, TNI AU menerima beberapa aset Angkatan Udara Belanda meliputi pesawat terbang, hanggar, depo pemeliharaan, serta depot logistik lainnya. Beberapa jenis pesawat Belanda yang diambil alih antara lain C-47 Dakota, B-25 Mitchell, P-51 Mustang, AT-6 Harvard, PBY-5 Catalina, dan Lockheed L-12.
Tahun 1950, TNI AU mengirimkan 60 orang calon penerbang ke California Amerika Serikat, mengikuti pendidikan terbang pada Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA). Saat itu TNI AU mendapat pesawat tempur dari Uni Soviet dan Eropa Timur, berupa MiG-17, MiG-19, MiG-21, pembom ringan Tupolev Tu-2, dan pemburu Lavochkin La-11. Pesawat-pesawat ini mengambil peran dalam Operasi Trikora dan Dwikora. TNI AU mengalami popularitas nasional tinggi di bawah dipimpin oleh KASAU Kedua Marsekal Madya TNI Omar Dhani awal 1960-an. TNI AU memperbarui armadanya pada awal tahun 1980-an dengan kedatangan pesawat OV-10 Bronco, A-4 Sky Hawk, F-5 Tiger, F-16 Fighting Falcon, dan Hawk 100/200.
Sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI pada Pasal 10, Angkatan Udara bertugas: Melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan. Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara
yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 315
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara.
Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara.
TNI-AU berada di bawah Markas Besar TNI. Perwira tersenior Angkatan Udara. Komando Utama (Kotama) di dalam TNI AU masing-masing dipimpin oleh seorang Pati bintang dua berpangkat Marsekal Muda yaitu: 1. Mabes TNI AU 2. Koopsau I, teritorial wilayah udara bagian barat NKRI.
bertugas membina segala potensi dan kekuatan udara yang dimiliki di wilayah barat NKRI.
3. Koopsau II, teritorial wilayah udara bagian tengah NKRI. bertugas membina segala potensi dan kekuatan udara yang dimiliki di wilayah tengah NKRI.
4. Koopsau III, teritorial wilayah udara bagian timur NKRI. bertugas membina segala potensi dan kekuatan udara yang dimiliki di wilayah timur NKRI.
5. Kohanudnas, Komando Pertahanan Udara Nasional. bertugas membina segala potensi dan kekuatan pertahanan udara NKRI.
6. Kodiklatau, Komando Pendidikan dan Latihan TNI AU. bertugas membina dan melaksanakan pendidikan dan latihan TNI AU.
7. Koharmatau, Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU. bertugas melaksanakan pemeliharaan segala materiil TNI AU.
8. Korpaskhasau. Korps Pasukan Khas TNI AU. Pasukan tempur darat TNI AU untuk melaksanakan segala operasi tempur baik darat, laut dan udara serta segala operasi tempur maupun kemanusiaan di seluruh wilayah NKRI.
9. Seskoau, Sekolah Staf Komando TNI AU untuk para Pamen.
Dalam Perpres Nomor 62 Tahun 2016 ini ditegaskan, bahwa perubahan dan/atau pembentukan unit organisasi baru yang dijabat oleh Perwira Tinggi ditetapkan oleh Presiden. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 14 Juli 2016, juga memuat organisasi Markas Besar TNI Angkatan Laut.
316 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Menurut Peraturan Presiden ini, bahwa Markas Besar TNI Angkatan Laut terdiri atas: 1. Unsur Pimpinan, meliputi:
a. Kepala Staf TNI Angkatan Laut; b. Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut;
2. Unsur pembantu pimpinan; 3. Unsur pelayanan diatur dengan Peraturan Panglima; 4. Badan Pelaksana Pusat; dan 5. Komando Utama Pembinaan.
Paskhas atau Korps Pasukan Khas adalah unit tempur bagian darat milik TNI Angkatan Udara, biasa disebut sebagai Infanteri Angkatan Udara (Air Force Infantry) Indonesia. Mereka memakai baret berwarna jingga (Oranye), Satuan Bravo 90 (Satbravo-90) dipimpin oleh Kolonel Pas Dodi Irawan. Komando Operasi Angkatan Udara I
Koopsau I mencakup wilayah Barat, markas komando di komplek Lanuma Halim Perdanakusuma Jakarta. Panglima Koopsau I Marsekal Muda TNI Nanang Santoso dan Kepala Staf Marsekal Pertama TNI Hendri Alfiandi Koopsau I membawahi beberapa pangkalan udara.
Tipe A: 1. Lanuma Halim Perdanakusuma (HLP), Skadron 31 angkut
berat, skadron 2 angkut sedang, skadron 17 VVIP Fix wing, skadron 45 VVIP Rotary wing Jakarta
2. Lanuma Atang Sendjaja (ATS), Skadron 6 dan 8 angkut heli serbaguna Bogor
3. Lanuma Roesmin Nurjadin (RSN) terdapat 2 Skadron Udara yaitu Skadud 12 dan 16 Pekanbaru
4. Lanuma Supadio (SPO), Pontianak terdapat 2 Skadron Udara yaitu Skadud 1 dan Skadud 51 Nirawak (PTTA)
5. Lanuma Suryadarma (SDM), Subang terdapat 2 Skadron Udara yaitu Skadud 7 dan rencana Skadud 9 Heli super combat
Tipe B: 1. Lanud Sultan Iskandar Muda (SIM), Banda Aceh
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 317
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
2. Lanud Soewondo (SWO), Medan 3. Lanud Husein Sastranegara (HSN), Bandung 4. Lanud Sutan Syahrir (SUT), Padang disiapkan untuk Lanud
operasi dan alternatif pendukung Ibukota. 5. Lanud Sri Mulyono Herlambang (PLM), Palembang
disiapkan untuk Lanud operasi dan alternatif pendukung Ibukota.
6. Lanud Raden Sadjad (RSA), Natuna 7. Lanud Maimun Saleh (MUS), Sabang (akan naik status
menjadi tipe B) 8. Lanud Raja Haji Fisabilillah (RHF), Tanjung Pinang (akan
naik status menjadi tipe B) Tipe C:
1. Lanud Hang Nadim, Batam 2. Lanud Pangeran M. Bunyamin (ATK), Lampung 3. Lanud Haji Abdullah Sanusi Hanandjoeddin (TDN),
Belitung 4. Lanud Wiriadinata (TSM), Tasikmalaya 5. Lanud Sugiri Sukani (SKI), Cirebon
6. Lanud Jenderal Besar Soedirman (WSA), Purbalingga
7. Lanud Harry Hadisoemantri (HHS), Bengkayang, Kalimantan Barat
Detasemen AU dan Pos AU
Rencana Pembangunan:
1. Lanud Piobang (PBG) , Payakumbuh 2. Lanud Gadut (GDT) , Bukittinggi
Komando Operasi Angkatan Udara II
Gambaran utama untuk bagian ini adalah: Komando Operasi
Angkatan Udara II. Koopsau II mencakup wilayah tengah, markas komando di komplek Lanuma Sultan Hasanuddin Makassar. Panglima
Koopsau II Marsekal Muda TNI Yadi Indrayadi Sutanandika dan Kepala Staf Marsekal Pertama TNI M. Khairil Lubis Koopsau II membawahi
beberapa pangkalan udara.
318 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
General Dynamics F-16A Fighting Falcon TNI-AU
Tipe A: 1. Lanuma Sultan Hasanuddin (HND), Makassar
2. Lanuma Iswahyudi (IWJ), Madiun
3. Lanuma Abdul Rachman Saleh (ABD), Malang 4. Lanuma I Gusti Ngurah Rai (RAI), Denpasar (Akan naik status
menjadi Tipe A) Akan dibentuk Detasemen Kawal dan protokoler mengingat padatnya acara protokoler Nasional dan
Internasional.
5. Lanuma Muljono (MUL), Surabaya (Akan naik status menjadi Tipe A) Akan dibentuk Detasemen Kawal dan protokoler
mengingat padatnya acara protokoler di Surabaya dan pengamanan aset yang banyak di wilayah Surabaya, Sidoarjo,
Mojokerto, Pasuruan, Jember, Jombang dan Madura.
Tipe B:
1. Lanud Dhomber (DMB), Balikpapan 2. Lanud Sam Ratulangi (SRI), Manado
3. Lanud TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (ZAM), Mataram
4. Lanud Anang Busra (ANB), Tarakan
5. Lanud Syamsuddin Noor (SAM), Banjarmasin Tipe C:
1. Lanud Iskandar (IKR), Pangkalan Bun 2. Lanud Haluoleo (HLO), Kendari
Detasemen AU dan Pos AU Rencana Pembangunan:
1. Lanud Gorontalo, Gorontalo
2. Lanud Palu, Palu 3. Lanud Mamuju, Mamuju
4. Lanud Taliwang, Sumbawa
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 319
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Komando Operasi Angkatan Udara III
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Komando Operasi Angkatan Udara III. Koopsau III mencakup wilayah timur, markas
komando di kompleks Lanuma Manuhua Biak. Panglima Koopsau III
Marsekal Muda TNI Tamsil Gustali Malik, S.E. Koopsau III membawahi beberapa pangkalan udara.
Tipe A: 1. Lanuma Manuhua (MNA), Biak
2. Lanuma El Tari (ELI), Kupang 3. Lanuma Silas Papare (SPR), Jayapura
Tipe B:
1. Lanud Johannes Abraham Dimara (DMA), Merauke 2. Lanud Pattimura (PTM), Ambon
Tipe C: 1. Lanud Leo Wattimena (MRT), Halmahera Utara
2. Lanud Dumatubun (BMN), Tual
3. Lanud Yohanis Kapiyau (YKU), Timika Detasemen AU dan Pos AU Rencana Pembangunan:
1. Lanud Saumlaki, Maluku Tenggara Barat 2. Lanud Sorong, Sorong
3. Lanud Sorong Selatan, Sorong Selatan 4. Lanud Ma
4. nokwari, Manokwari
5. Lanud Wamena, Jayawijaya 6. Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga
matra, yaitu udara, laut, darat. Prajurit Paskhas diharuskan
minimal memiliki kualifikasi para-komando (parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
7. Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan di segala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI. Paskhas mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan
320 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahan-kan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.
8. Korpaskhas bertugas membina kekuatan dan kemampuan satuan Paskhas sebagai pasukan matra udara untuk siap operasional dalam melaksanakan perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, operasi khusus dan khas matra udara dalam operasi militer atas kebijakan Panglima TNI.
Komando Pemeliharaan Materiil TNI Angkatan Udara atau biasa disingkat (Koharmatau) markas komando berada di Lanud Husein Satra Negara Bandung, membawahi:
1. Depo 10 di Lanud Husein Sastranegara, Bandung 2. Depo 20 di Lanuma Iswahyudi, Magetan 3. Depo 30 di Lanuma Abd Saleh, Malang 4. Depo 40 di Lanud Sulaiman, Bandung 5. Depo 50 di Lanud Adi Soemarmo, Surakarta 6. Depo 60 di Lanud Iswahyudi, Madiun 7. Depo 70 di Lanud Sulaiman, Bandung
Akademi Angkatan Udara atau biasa disingkat (AAU) dengan Ksatrian berada di Yogyakarta, dipimpin oleh seorang Gubernur berpangkat Marsekal Muda dibantu seorang Wakil Gubernur berpangkat Marsekal Pertama.
Sebutan untuk taruna AAU disebut Karbol, saat ini Karbol dibagi menjadi tiga jurusan yaitu: Aeronautika, Elektronika dan Teknik Manajemen Industri. Ke depan akan ditambah satu jurusan lagi yaitu Paskhas. Setelah dilantik semua Karbol diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi masuk menjadi Penerbang. Pendidikan dilaksanakan selama 4 tahun dan setelah lulus dan dilantik menjadi Perwira, Karbol berhak menyandang predikat sebagai Sarjana Pertahanan.
Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Udara atau biasa disingkat (Kodiklatau) markas
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 321
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
komando berada di Komplek Lanuma Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Seskoau
Bagian ini adalah: Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (SESKOAU) dengan Ksatrian berada di Lembang, Bandung. Sekolah ini merupakan sekolah tertinggi di TNI Angkatan Udara dan diperuntukkan bagi para perwira menengah (pamen) berpangkat Mayor sebagai syarat untuk menjadi seorang komandan satuan ataupun jenjang karier ke pangkat Kolonel). Kekuatan Pasukan TNI Angkatan Udara
TNI Angkatan Udara saat ini dperkuat oleh 2 Pasukan yang
keduanya mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda yaitu terdiri
dari:
1. Korps Pasukan Khas (Korpaskhas). Pasukan baret jingga
yang dulu sangat terkenal dengan nama Pasukan Gerak
Tjepat (PGT) merupakan pasukan berkualifikasi Para
Komando adalah pasukan pemukul tempur darat TNI
Angkatan Udara bersifat ofensif.
2. Satuan Keamanan Pertahanan Pangkalan TNI AU.(Bersifat
Defensif). Pasukan Kamhanlan sebelumnya telah ada
setiap lanuma dan lanud di seluruh Indonesia yang
anggotanya terbentuk dengan mengambil beberapa orang
dari tiap staf yang ada di pangkalan dengan dikepalai
seorang perwira sebagai Kasi Kamhanlan. Kedepan
Kamhanlan akan dibentuk menjadi Satuan sendiri
dipimpin oleh seorang Pama sebagai Komandan Satuan
Kamhanlanau yang bertugas melaksanakan pengamanan,
pertahanan pangkalan TNI AU juga sebagai pasukan taktis
dari tiap lanud. Tugas pengamanan pangkalan sebelum-
nya diemban oleh Satuan Provost AU kala itu masih
menggunakan korps pasukan yang salah satunya
bertugas sebagai Pamfik, maka setelah berubah menjadi
322 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
POMAU selanjutnya dikembalikan melaksanakan tugas-
tugas kepolisian militer yaitu Gaktiblin, penyidikan,
walmor dan protokoler.
Komando Operasi Tempur Udara
Pelaksanaan operasi tempur TNI Angkatan Udara merupakan
gabungan dari komando serangan udara, komando pertahanan
udara, dan komando dukungan udara yang merupakan unsur-
unsur tempur yang dimiliki TNI Angkatan Udara, yaitu:
PESAWAT,
RADAR,
RUDAL,
KORPASKHAS,
PANGKALAN UDARA.
Masa yang akan datang, KAPAL LAUT untuk penggelaran
Radar yang terletak di pertengahan lautan yang tidak terdapat
pulau dan juga untuk memobilisasi personel dan peralatan ke
satuan-satuan radar terpencil yang tidak bisa didarati oleh
pesawat.
Wing Udara menyiapkan Pesawat tempur taktis, strategis,
sergap, intai, pembom, SAR, angkut, dan segala pesawat
dukungan udara. Wing Radar menyiapkan satuan-satuan radar
yang tergelar diseluruh pelosok NKRI. Korpaskhas menyiapkan
Pasukan pemukul (Satbravo 90, Den Matra, Divisi Parako PPRC,
Menbanpur, Menhanlan) dan pertahanan udara Korpaskhas
menyiapkan di Hanud Jarak Sedang/Jauh Rudal menengah/jauh
dan Hanud Titik Meriam dan Rudal jarak dekat, serta Pangkalan
Udara menyiapkan pangkalan udara untuk melaksanakan
dukungan operasi penerbangan. Kesemuanya merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam pelaksanaan suatu
operasi udara atau untuk lebih mudah menyingkatnya dengan
istilah Komando Operasi Tempur Udara. Kotama Operasi
pelaksananya adalah:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 323
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
1. Komando Serangan Udara/Koserud:
a. Divisi Serangan Udara:
1) Skadron Udara Tempur Strategis
2) Skadron Udara Tempur Taktis
b. Divisi Pasukan Pemukul Reaksi Cepat Paskhas:
1) Brigade Komando 1/2/3 Paskhas (Yonko
461-469 Paskhas)
2) Resimen Banpur Paskhas
3) Satbravo 90 Paskhas
4) Den Matra 1/2/3 Paskhas
2. Komando Pertahanan Udara Nasional/Kohanudnas:
a. Wing 100 Hanud Jarak Menengah/Jauh Paskhas
b. Wing 200 Satuan Radar
c. Wing 300 Skadron Udara Tempur Sergap
d. Wing 400 Hanud Jarak Dekat Paskhas
3. Komando Dukungan Udara/Kodukud:
a. Unsur pesawat (Angkut, Intai, Heli)
b. Unsur Lanuma/Lanud
Alat Utama Sistem Persenjataan
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara menyusun
strategi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam
melaksanakan tugasnya menjaga kedaulatan wilayah udara NKRI.
Secara kualitatif kebutuhan alutsista dan penggelarannya disusun
berdasarkan tugas-tugas untuk melaksanakan operasi udara
dalam rangka penegakan kedaulatan di darat dan di laut, maka
idealnya harus memiliki:
1. Kekuatan Pesawat TNI AU
a. Kekuatan Pemukul Udara
1) Pesawat penyerang yang mampu melaksanakan
operasi udara strategis dan taktis untuk penghancuran
sasaran darat maupun perairan sampai dengan daerah
persiapan lawan.
324 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
2) Pesawat Peringatan Dini/ Advanced Early Warning
(AEW) yang mampu melaksanakan manajemen
pertempuran udara. Perang elektronika untuk meng-
ganggu kemampuan gelombang elektromagnetik
musuh dan menjamin kelancaran penggunaan
gelombang elektromagnet sendiri.
3) Pesawat Tanker yang mampu melaksanakan
dukungan Air Refueling bagi pesawat penyerang yang
direncanakan untuk beroperasi jauh di luar ZEE.
4) Pesawat komando yang dilengkapi dengan sarana K3I
dan memiliki jarak jangkau dan kemampuan yang
memadai sebagai sarana pimpinan untuk mengendali-
kan dan memonitor jalannya operasi yang dibutuhkan
pesawat Kodal.
b. Kekuatan Intai Udara
1) Pesawat Intai udara Strategis, untuk pengintaian
sampai di luar batas ZEE.
2) Pesawat Intai udara Taktis, untuk pengintaian secara
detail daerah pertempuran baik pesawat berawak
maupun tak berawak.
c. Kekuatan Lintas Udara
1) Pesawat Angkut Strategis yang mampu mengangkut
Batalion Lintas Udara Korpaskhas ke daerah trouble
spot.
2) Pesawat Angkut Super Berat yang mampu
mengangkut mobilitas kendaraan tempur dan logistik
pertempuran.
3) Pesawat Angkut Taktis, Amphibi dan Helikopter.
4) Pesawat Angkut Khusus VVIP/VIP baik fix wing
maupun rotary wing.
2. Kekuatan Radar TNI AU
a. Satuan Radar TNI AU (Satradau) di Darat:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 325
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
1) Kekuatan Radar Berkemampuan Ground Control
Interception (GCI) = Bisa mengarahkan/menuntun
Pesawat
2) Kekuatan Radar Berkemampuan Early Warning (EW)
= Bisa memberi peringatan dini
b. Satuan Radar Kapal TNI AU (Satrakau) di Laut = terdiri
dari Satrakau berkemampuan radar EW yang berada di
lautan untuk memantau wilayah udara di atas lautan NKRI
yang tidak tercover oleh Satradau di darat.
c. Satuan Radar Pesawat TNI AU (Satrapau) di Udara =
terdiri dari Satrapau terdiri dari pesawat AWACS sekelas
E-3 Sentry/E2C Hawkeyes berkemampuan radar GCI dan
EW.
3. Kekuatan Rudal dan Meriam Hanud TNI AU
a. Resimen Hanud Jarak Pendek/ Hanud Titik Korpaskhasau.
di Setiap Lanuma (Pangkalan Utama AU) dan Obyek Vital
Negara yaitu: Istana Negara, Mabes TNI, PT DI, PT PAL,
PT Pindad, LAPAN, Pertamina, PLN, Telkom.
b. Resimen Hanud Jarak Menengah/Jauh Korpaskhasau.
Batalyon di setiap Kosekhanudnas dengan penempatan
setiap Baterai di Ibukota dan di dekat perbatasan NKRI.
Jika diturunkan ke tingkat operasional, TNI Angkatan Udara
memerlukan jet-jet tempur dalam beragam kemampuan sejumlah
250-300 unit, 40 pesawat sekelas C-130 Hercules, 2 pesawat
sekelas E-3 Sentry AWACS dengan pertimbangan satu di barat
dan satu di timur, serta 8 pesawat sekelas E-2C Hawkeye masing-
masing 4 di barat dan timur. Tentu penggelaran kekuatan seperti
ini belum memadai karena TNI Angkatan Udara harus melengkapi
diri dengan pesawat pembom, pemburu-pembom jarak jauh,
pesawat anti gerilya Counter Insurgency (COIN), pesawat tanker,
heli-heli combat-SAR, radar-radar GCI dan EW, pemekaran
pasukan korpaskhas dengan cara membentuk batalyon-batalyon
pemukul dan batalyon-batalyon pertahanan udara berupa situs-
326 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
situs rudal darat ke udara (SAM), serta artileri anti serangan udara
dan merupakan gagasan ideal yang mesti masuk dalam Grand
Strategy yaitu pengadaan pesawat siluman.
Radar dan peluru kendali
Saat ini TNI AU mengoperasikan 16 situs radar di seluruh Indonesia.
Daftar peluru kendali yang digunakan TNI AU:
Udara-ke-udara o AIM-9 Sidewinder o R-73 Archer o R-27 Alamo o R-77 Adder o MAA-1 Piranha
Udara-ke-darat o AGM-65 Maverick o AGM-84 Harpoon o Kh-29 Kedge o Kh-31 Krypton o Kh-59 Kingbolt
Komando Operasi Udara (Koopsud) Komando Operasi Udara (Koopsud) dipimpin Panglima
berpangkat Bintang 3 (Marsekal Madya). Merupakan penggabungan dua Kotama yaitu Kohanudnas dan Koopsau dengan tugas melaksanakan operasi-operasi udara dalam rangka penegakan kedaulatan negara di udara, mendukung penegakan kedaulatan Negara di darat dan laut baik itu operasi pertahanan udara, serangan udara maupun dukungan udara dan melaksana-kan pembinaan kemampuan personel di satuannya.
Koopsud mempunyai fungsi operasi dan fungsi pembinaan dengan kedudukan di Jakarta, dalam pembinaan kesiapan operasi dan administrasi di bawah KSAU, dalam pembinaan kesiagaan dan pelaksanaan operasi di bawah Panglima TNI. Komando Operasi Udara (Koopsud) membawahi Komando Pertahanan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 327
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Udara (Kohanud), Komando Serangan Udara (Koserud), Komando Dukungan Udara (Kodukud), dan Komando Pembinaan TNI Angkatan Udara (Kobinau). Jadi seluruh pelaksanaan Operasi udara langsung di bawah satu kesatuan Komando yaitu “Komando Operasi Udara” yang dipimpin oleh Panglima berpangkat Marsekal Madya (bintang tiga). Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Udara
Dalam konteks ini TNI AU diharapkan mampu melaksanakan pemberdayaan kewilayahan tentang pertahanan udara melalui pembinaan kepada masyarakat tentang potensi dirgantara diseluruh pelosok dan pencegahan secara dini ancaman udara melalui koordinasi aktif dengan satuan samping teritorial daerah, yaitu dengan menempatkan personel sebanyak 25 orang di tiap Korem di seluruh Indonesia. Pelaksanaan UU TNI No. 34 pasal 10 implementasinya di antaranya adalah pembentukan Satuan Tugas Aksi Khusus Pengamanan Bandara Internasional (Satgas Aksus Pam Bandara) sebagai wujud tanggung jawab TNI AU melaksanakan tugas keamanan pertahanan wilayah pertahanan udara dari segala aspek gangguan, ancaman, bahkan teror kegiatan penerbangan. Organisasi Satgas Aksus Pam Bandara gabungan dari:
1. Unit anti bajak udara dan anti teror (Sat Bravo 90) 2. Unit Hanlan Paskhas 3. Unit Satkamhanlan Lanud setempat 4. Unit Pomau (Brigan dan Penyidik)
Penempatan Satgas Aksus Pam Bandara ada 26 bandara, mulai dari Bandara Sukarno Hatta s.d. Bandara Manuhua, Biak.
Rencana ke Depan
Wacana ke depan Komando Operasi TNI AU I, II dan III
diubah menjadi Komando Wilayah Udara atau disingkat Kowilud.
Dikarenakan luasnya wilayah udara NKRI yaitu wilayah udara di
atas daratan dan lautan, maka Kowilud dibagi dalam 5 (lima)
Pulau Besar. Tiap Kowilud dipimpin seorang Panglima
328 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
(Pangkowilud) berpangkat Marsekal Muda (bintang 2). Adapun
Kowilud tersebut adalah: dibagi menjadi 5 wilayah udara yaitu:
Kowilud I mencakup wilayah Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara.
Kowilud II mencakup wilayah Pulau Sumatera dan sekitarnya.
Kowilud III mencakup wilayah Pulau Kalimantan dan sekitarnya.
Kowilud IV mencakup wilayah Pulau Sulawesi, Maluku dan sekitarnya.
Kowilud V mencakup wilayah Pulau Papua dan sekitarnya.
Pengembangan Organisasi TNI AU Menuju Kekuatan dan Kemampuan Ideal
Dalam melaksanakan tugas pokok TNI Angkatan Udara mempunyai fungsi pertahanan dan menegakkan hukum udara nasional dan internasional yang dilaksanakan oleh kotama-kotama dalam TNI AU, terutama kotama tempur TNI AU yang terdiri dari Koopsau, Kohanudnas dan Korpaskhas. Tak dapat dimungkiri, bahwa Koopsau, Kohanudnas dan Korpaskhas adalah tiga komando utama pelaksana tempur TNI AU dalam melaksanakan operasi udara baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan kotama operasi lainnya. Validasi organisasi sangat segera diperlukan karena tuntutan perubahan lingkungan strategis pada masa kini maupun mendatang dengan cara menyatukan kotama-kotama TNI AU yang terpisah secara administrasi tapi mempunyai tujuan yang sama yaitu mendukung tugas TNI AU.
Restrukturisasi/Validasi Kotama Tempur TNI AU yang diharapkan adalah sebagai berikut: Komando Tempur Udara (Air Combat Command)
Panglima Komando Operasi Udara (Koopsud) dipimpin Panglima berpangkat Marsekal Madya (bintang 3) bertanggung jawab langsung kepada Kasau dan Panglima TNI:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 329
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
1. Komando Pertahanan Udara (Kohanud)/Air Defence
Command. dipimpin Panglima berpangkat Marsekal muda
(bintang 2):
a. Kosekhanudnas I/II/III/IV, masing-masing dipimpin
Panglima berpangkat Marsekal Pertama (bintang 1):
1) Wing/Resimen 100 Pertahanan Udara Rudal Jarak Jauh Paskhas/ Komandan berpangkat Kolonel. Tiap Satrad terintegrasi dengan Unit-unit/Satbak Satrudal Yon Peluncur Rudal Paskhas di masing-masing Kosekhanudnas wilayahnya.
2) Wing 200 Radar dipimpin Komandan berpangkat Kolonel. 3) Wing 300 Tempur Sergap dipimpin Komandan
berpangkat Kolonel. 4) Wing/Resimen 400 Pertahanan Udara Titik Rudal Jarak
Pendek Paskhas/ Komandan berpangkat Kolonel. 2. Komando Serangan Udara (Koserud)/Air Invasion Command.
dipimpin Panglima berpangkat Marsekal muda (bintang 2). a. Divisi Serangan Udara dipimpin Panglima berpangkat
Marsekal Pertama (bintang 1). 1) Wing Tempur Strategis + Pembom dipimpin Komandan
berpangkat Kolonel. 2) Wing Tempur Taktis dipimpin Komandan berpangkat
Kolonel. b. Divisi PPRC Paskhas dipimpin Komandan berpangkat
Brigadir Jenderal Paskhas (bintang 1). 1) Sat Bravo 90 Paskhas Anti Teror dipimpin Komandan
berpangkat Kolonel 2) Den Matra 1/2/3 Paskhas dipimpin Komandan
berpangkat Letkol 3) Brigade Parako PPRC 1 Paskhas (Yonko 461,462,463)
dipimpin Komandan berpangkat Kolonel 4) Brigade Parako PPRC 2 Paskhas (Yonko 464,465,466)
dipimpin Komandan berpangkat Kolonel 5) Brigade Parako PPRC 3 Paskhas (Yonko 467,468,469)
dipimpin Komandan berpangkat Kolonel 6) Resimen Bantuan Tempur Paskhas dipimpin Komandan
berpangkat Kolonel
330 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
7) Resimen Bantuan Administrasi Tempur Paskhas dipimpin Komandan berpangkat Kolonel
c. Komando Dukungan Udara (Kodukud)/Air Supply Command. dipimpin Panglima berpangkat Marsekal Muda (bintang 2): 1) Wing Angkut Berat
a) Skadron Udara 31 b) Skadron Udara 32 c) Skadron Udara 33
2) Wing Angkut Sedang 3) Wing Angkut Ringan 4) Wing Intai
a) Skaron Udara Awacs b) Skadron Udara Patmar c) Skadron Udara UAV
5) Wing Heli a) Skadron Udara 6 (Angkut Sedang) b) Skadron Udara 7 (Serbu) c) Skadron Udara 8 (Angkut Berat) d) Skadron Udara 9 (Combat Sar)
6) Wing VVIP/VIP a) Skadron Udara 17 Fix Wing b) Skadron Udara 45 Rotary Wing c) Air Force One
Komando Wilayah Udara/Kowilud atau Teritorial Udara (Air Region Command)
Komando Teritorial Wilayah dalam pembinaan bidang personel dan materiil berupa Alut Sista serta Aset-Aset TNI Angkatan Udara yang tersebar di seluruh pelosok NKRI juga pembinaan Potensi Dirgantara dan bertugas melaksanakan tugas keamanan menyangkut aspek teritorial udara terutama di Bandara seluruh NKRI yang menjadi wilayah teritorialnya masing-masing Kowilud. Wilayah udara NKRI yang begitu luasnya meliputi wilayah udara di atas daratan dan lautan maka Kowilud dibagi dalam 5 (lima) Pulau Besar. Tiap Kowilud dipimpin seorang Panglima (Pangkowilud) berpangkat Marsekal Muda (bintang 2)
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 331
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
dan bertanggung jawab langsung kepada Kasau. Kowilud tersebut meliputi:
1. Komando Wilayah Udara I (Teritorial Udara NKRI Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara):
a. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Tempur) Iswahyudi,
Madiun Jawa Timur dipimpin Komandan berpangkat
Marsekal Pertama (bintang 1).
b. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Angkut) Halim PK
Jakarta dipimpin Komandan berpangkat Marsekal
Pertama (bintang 1).
c. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Angkut) ABD Saleh
Malang dipimpin Komandan berpangkat Marsekal
Pertama (bintang 1).
d. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Heli) Atang Senjaya
Bogor dipimpin Komandan berpangkat Marsekal
Pertama (bintang 1).
e. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Heli) Suryadarma
Subang dipimpin Komandan berpangkat Marsekal
Pertama (bintang 1).
f. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Pendidikan) Adi
Sucipto Yogyakarta dipimpin Komandan berpangkat
Marsekal Pertama (bintang 1).
g. Lanud "B" (Pendidikan) Adi Sumarmo Solo dipimpin
Komandan berpangkat Kolonel.
h. Lanud "B" (Pendidikan) Sulaeman Bandung dipimpin
Komandan berpangkat Kolonel.
i. Lanud "B" (Operasi) Husein Bandung dipimpin
Komandan berpangkat Kolonel.
j. Lanud "B" (Operasi) Rembiga NTB dipimpin Komandan
berpangkat Kolonel.
k. Lanud "B" (Operasi) Eltari Kupang NTT dipimpin
Komandan berpangkat Kolonel.
332 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
l. Lanud "B" (Protokoler) Surabaya dipimpin Komandan
berpangkat Kolonel.
m. Lanud "B" (Protokoler) Ngurah Rai Bali dipimpin
Komandan berpangkat Kolonel.
n. Lanud "C" (Pendukung) Sukani Jawa Barat dipimpin
Komandan berpangkat Letkol.
o. Lanud "C" (Pendukung) Wirasaba Jawa Tengah
dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
p. Detasemen TNI AU (Denau) Wilayah Jawa Bali dan
Nusa Tenggara dipimpin Komandan berpangkat
Kapten.
q. Pos TNI AU (Posau) Wilayah Jawa Bali dan Nusa
Tenggara dipimpin Komandan berpangkat Letda.
r. Satuan Keamanan Pertahanan Pangkalan
(Satkamhanlan) di tiap Lanuma, Lanud "B" dan "C"
Kowilud I.
2. Komando Wilayah Udara II (Teritorial Udara NKRI Pulau Sumatera dan sekitarnya):
a. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Tempur) Rusmin Nuryadin Pekanbaru dipimpin Komandan berpangkat Marsekal Pertama (bintang 1).
b. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Intai) Suwondo Medan dipimpin Komandan berpangkat Marsekal Pertama (bintang 1).
c. Lanud "B" (Operasi) Sultan Iskandar Muda Aceh dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
d. Lanud "B" (Operasi) Padang dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
e. Lanud "B" (Operasi) Palembang Kupang NTT dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
f. Lanud "C" (Pendukung) Maimun Saleh Sabang dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
g. Lanud "C" (Pendukung) Astra Kestra Lampung dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 333
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
h. Lanud "C" (Pendukung) Tanjung Pinang dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
i. Lanud "C" (Pendukung) Batam dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
j. Detasemen TNI AU (Denau) Wilayah Sumatera dan sekitarnya dipimpin Komandan berpangkat Kapten.
k. Pos TNI AU (Posau) Wilayah Sumatera dan sekitarnya dipimpin Komandan berpangkat Letda.
l. Satuan Keamanan Pertahanan Pangkalan (Satkamhanlan) di tiap Lanuma, Lanud "B" dan "C" Kowilud II.
3. Komando Wilayah Udara III (Teritorial Udara NKRI Pulau Kalimantan dan sekitarnya):
a. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Tempur) Supadio Pontianak dipimpin Komandan berpangkat Marsekal Pertama (bintang 1).
b. Lanud "B" (Operasi) Ranai Natuna dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
c. Lanud "B" (Operasi) Tarakan dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
d. Lanud "B" (Operasi) Balikpapan dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
e. Lanud "B" (Operasi) Banjarmasin dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
f. Lanud "C" (Pendukung) Iskandar Kalteng dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
g. Detasemen TNI AU (Denau) Wilayah Kalimantan dan sekitarnya dipimpin Komandan berpangkat Kapten.
h. Pos TNI AU (Posau) Wilayah Kalimantan dan sekitarnya dipimpin Komandan berpangkat Letda.
i. Satuan Keamanan Pertahanan Pangkalan (Satkamhanlan) di tiap Lanuma, Lanud "B" dan "C" Kowilud III.
334 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
4. Komando Wilayah Udara IV (Teritorial Udara NKRI Pulau Sulawesi dan sekitarnya):
a. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Tempur & Intai) Hasanuddin Makassar dipimpin Komandan berpangkat Marsekal Pertama (bintang 1).
b. Lanud "B" (Operasi) Sam Ratulangi Menado dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
c. Lanud "B" (Operasi) Morotai dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
d. Lanud "C" (Pendukung) Kendari dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
e. Lanud "C" (Pendukung) Dumatubun dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
f. Detasemen TNI AU (Denau) Wilayah Sulawesi dan sekitarnya dipimpin Komandan berpangkat Kapten.
g. Pos TNI AU (Posau) Wilayah Sulawesi dan sekitarnya dipimpin Komandan berpangkat Letda.
h. Satuan Keamanan Pertahanan Pangkalan (Satkamhanlan) di tiap Lanuma, Lanud "B" dan "C" Kowilud IV.
5. Komando Wilayah Udara V (Teritorial Udara NKRI Pulau Papua dan sekitarnya):
a. Pangkalan Udara Utama (Lanuma Tempur) Manuhua Biak dipimpin Komandan berpangkat Marsekal Pertama (bintang 1).
b. Lanud "B" (Operasi) Sentani Jayapura dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
c. Lanud "B" (Operasi) Merauke dipimpin Komandan berpangkat Kolonel.
d. Lanud "C" (Pendukung) Timika dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
e. Lanud "C" (Pendukung) Sorong dipimpin Komandan berpangkat Letkol.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 335
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
f. Detasemen TNI AU (Denau) Wilayah Papua dan sekitarnya dipimpin Komandan berpangkat Kapten.
g. Pos TNI AU (Posau) Wilayah Papua dan sekitarnya dipimpin Komandan berpangkat Letda.
h. Satuan Keamanan Pertahanan Pangkalan (Satkamhanlan) di tiap Lanuma, Lanud "B" dan "C" Kowilud V.
336 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
BAB X STRATEGI BISNIS
VERSUS STRATEGI MILITER
Upaya pencapaian tujuan nasional dan melindungi
kepentingan nasional, Kementerian Pertahanan (Kemhan)
merumuskan sejumlah faktor yang dapat dikategorikan sebagai
ancaman. Proses analisis strategis dalam merumuskan ancaman
dilaksanakan secara terus menerus terhadap data, fakta, dan
kecenderungan situasi pada skala global, regional, dan nasional.
Perkembangan lingkungan strategis secara umum
menunjukkan gejala yang semakin eskalatif dan kompleks
diberbagai belahan dunia. Hal ini menunjukkan cerminan
kelanjutan dari persoalan sebelumnya yang diakibatkan oleh
berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Berbagai isu-isu
strategis yang berkembang di kawasan menjadi perhatian dunia
karena intensitasnya semakin dinamis.
Karena itu, pemahaman tentang dinamika lingkungan
strategis merupakan faktor penting dalam merumuskan
kebijakan dan strategi pertahanan negara dalam rangka
mendukung kebijakan pemerintah terkait Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (PMD).
Dinamika Keamanan Lingkungan Strategis di Kawasan Asia
Pasifik Kawasan Asia-Pasifik adalah kawasan yang strategis,
baik dalam aspek ekonomi, politik, maupun militer. Di
kawasan ini terdapat negara-negara berpenduduk lebih dari
satu miliar (India dan Tiongkok), berteknologi militer
modern, SDM militer yang besar, yang berpengaruh terhadap
ekonomi dan politik global.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 337
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Dalam perspektif keamanan tradisional, kawasan Asia-
Pasifik memiliki peluang dan tantangan yang sangat
kompleks, serta faktor risiko yang dapat menimbulkan konflik
antarnegara. Sengketa di Laut Cina Selatan Laut Cina Timur,
Semenanjung Korea, dan ketegangan di beberapa wilayah
perbatasan antarnegara merupakan hal yang perlu disikapi
secara bijaksana.
Sementara dalam perspektif keamanan non-tradisional,
kawasan ini memiliki sejarah panjang penyelundupan
narkotika, penyelundupan manusia, penyelundupan senjata,
perompakan di laut, pencurian kekayaan alam, serta
separatisme. Selain itu, dalam tiga dasawarsa terakhir isu
terorisme semakin menguat yang disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain masalah bisnis dan paham radikal.
Perkembangan kawasan Asia Pasifik yang sangat dinamis
akan berdampak pada masalah bisnis dan keamanan.
Perkembangan yang perlu dicermati dan berpengaruh
terhadap stabilitas keamanan adalah kebijakan bisnis dan
militer Tiongkok, kebijakan strategis Amerika Serikat (AS) di
kawasan, dan sengketa di Laut Cina Selatan.
Keunggulan kompetitif diperkenalkan pertama kali sebagai
konsep pada tahun 1985 oleh Michael E. Porter dalam tulisannya
berjudul "Competitive Advantage: Creating and Sustaining
Superior Performance." Menariknya, Porter telah lebih dulu
menggunakan istilah strategi kompetitif pada tahun 1980 melalui
tulisannya berjudul "Competitive Strategy: Techniques for
Analyzing Industries and Competitors". Porter (1980) dalam
tulisan sebelumnya mengusulkan strategi-strategi generik untuk
keunggulan kompetitif. Kemudian pada tahun 1985, barulah
Porter memberikan gambarannya tentang keunggulan kompetitif
sebagai berikut:
Keunggulan kompetitif merupakan jantung dari kinerja
perusahaan dalam pasar yang kompetitif. Keunggulan kompetitif
338 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
adalah tentang bagaimana sebuah perusahaan benar-benar
menempatkan strategi-strategi generik ke dalam praktik (Porter,
1985).
Lebih lanjut menurut Porter (1985), keunggulan kompetitif
bertumbuh secara fundamental dari nilai yang memungkinkan
perusahaan untuk menciptakan nilai itu bagi para pembelinya
melebihi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menciptakannya.
David dan David (2015) mendefinisikan keunggulan kompetitif
sebagai apa pun yang perusahaan lakukan lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan saingan. Hal
senada David (2014) berpandangan bahwa ketika perusahaan
dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan perusahaan
saingan atau memiliki sesuatu yang diinginkan perusahaan
saingan, maka itu dapat merepresentasikan keunggulan
kompetitif.
10.1 Makna Strategi Militer versus Strategi
Bisnis Warisan militer yang kuat mendasari studi pengelolaan
strategis, seperti: tujuan, misi, kekuatan, dan kelemahan pertama
diformulasikan untuk mengatasi masalah pada medan perang.
Menurut Kamus Dunia Baru Webster, strategi adalah ilmu
perencanaan dan mengarahkan operasi militer berskala besar,
dari pasukan manuver yang paling menguntungkan posisi
sebelum keterlibatan nyata dengan musuh.
Strategi kata berasal strategi Yunani, yang mengacu pada
jenderal militer dan menggabungkan stratos (tentara) dan lalu
(untuk memimpin). Sejarah perencanaan strategis dimulai di
militer. Tujuan utama dari kedua strategi bisnis dan strategi
militer adalah "untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam
banyak hal.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 339
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Strategi bisnis seperti halnya strategi militer, dan ahli strategi
militer telah belajar banyak selama berabad-abad yang dapat
memberikan manfaat strategi bisnis hari ini. Organisasi bisnis dan
organisasi militer mencoba menggunakan kekuatan milik mereka
sendiri untuk mengeksploitasi kelemahan pesaing. Jika strategi
keseluruhan organisasi salah (tidak efektif), maka semua efisiensi
di dunia mungkin tidak cukup untuk memungkinkan kesuksesan.
10.2 Implementasi Strategi Militer dalam
Strategi Bisnis Kesuksesan bisnis atau kesuksesan militer pada umumnya
bukanlah hasil yang menyenangkan dari strategi yang tidak
disengaja, melainkan kesuksesan adalah produk dari kedua
perhatian yang terus menerus terhadap perubahan kondisi
eksternal dan internal, formulasi dan implementasi telah
mengadaptasi wawasan terhadap kondisi-kondisi tersebut.
Elemen dari kejutan memberikan keunggulan kompetitif yang
besar baik dalam strategi militer maupun strategi bisnis; informasi
sistem yang menyediakan data strategi dan sumber daya lawan
atau pesaing juga sangat penting.
Tentu saja, perbedaan mendasar antara strategi militer dan
strategi bisnis adalah strategi bisnis itu strategi dirumuskan,
dilaksanakan, dan dievaluasi dengan asumsi persaingan,
sedangkan strategi militer didasarkan pada asumsi konflik.
Meskipun demikian, konflik militer dan persaingan bisnis sangat
mirip sehingga banyak teknik pengelolaan strategis berlaku sama
untuk keduanya.
Ahli strategi bisnis memiliki akses ke wawasan berharga yang
telah dimurnikan oleh para pemikir militer yang luar biasa.
Perumusan dan penerapan strategi yang unggul dapat mengatasi
keunggulan lawan dalam jumlah dan sumber daya.
340 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Sebut saja sebagai contoh bagaimana Alexander lahir di Pella
yang hebat dan menjadi raja Macedon, sebuah negara bagian di
utara Yunani kuno, diajari oleh Aristotle sampai usia 16 tahun,
Alexander telah menciptakan salah satunya kerajaan terbesar di
dunia pada usia 30, membentang dari Laut ion ke laut Himalaya,
Alexander tak terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap
sebagai salah satu sejarah yang paling sukses dalam memimpin.
Strategi yang dijalankan Alexander telah menjadi indikator
standar yang dipakai para pemimpin militer saat ini, dan Akademi
Militer di seluruh dunia masih mengajarkan strategi dan taktik
yang digunakan Alexander.
Alexander yang agung pernah berkata (David dan David,
2015): “Akan lebih sukses pasukan domba yang dipimpin oleh
singa, daripada pasukan singa yang dipimpin oleh domba”.
Kutipan ini mengungkapkan betapa pentingnya rencana strategis
yang luar biasa akan berhasil dalam organisasi apa pun.
Pelatih sepakbola legendaris Alabama, Bear Bryant pernah
berkata (David & David, 2015): “Saya akan mengalahkan tim
pelatih lawan dengan para pemain saya, tetapi jika diberi
pemberitahuan satu minggu sebelumnya, maka saya dapat
mengalahkan tim pelatih lawan dengan para pemainnya dan dia
mengambil pemain saya”.
Organisasi bisnis dan organisasi militer harus beradaptasi
untuk berubah dan terus berkembang menjadi baik. Perusahaan
yang selalu sukses tidak pernah mau mengubah strategi mereka
sampai lingkungan dan kondisi kompetitif mereka mendikte
kebutuhan untuk berubah.
Contoh:
Strategi Militer Klasik, sebut saja ketika Napoleon menang,
karena itu lawan-lawannya berkomitmen pada strategi, taktik,
dan organisasi perang sebelumnya. Ketika dia kalah - melawan
Wellington, Rusia, dan Orang-orang Spanyol - karena dia, pada
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 341
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
waktu itu, menggunakan strategi yang benar-benar dicoba untuk
melawan musuh-musuh yang berpikir ulang, yang mengem-
bangkan strategi bukan dari perang terakhir tetapi dari yang
perang berikutnya.
Kesamaan dapat ditafsirkan dari tulisan-tulisan Sun Tzu ke
praktek merumuskan dan menerapkan strategi di antara bisnis
saat ini. Uraian berikut ini akan memberikan penjelasan dari The
Art of War. Saat pembaca seluruh uraian berikut ini, maka
pembaca dapat mempertimbangkan prinsip perang mana yang
berlaku strategi bisnis sebagai perusahaan saat ini bersaing
secara agresif untuk bertahan dan tumbuh.
The Art of War telah diterapkan ke banyak bidang baik di luar
militer. Sebagian besar teks adalah tentang bagaimana berperang
tanpa benar-benar harus melakukan pertempuran: itu
memberikan tips tentang bagaimana mengakalinya lawan satu
sehingga pertempuran fisik tidak diperlukan.
Dengan demikian, ia telah menemukan aplikasi sebagai
panduan pelatihan untuk banyak upaya kompetitif yang tidak
melibatkan pertempuran yang sebenarnya, seperti dalam
merancang strategi sidang pengadilan atau mengakuisisi
perusahaan pesaing.
Terdapat banyak literature bisnis menerapkan pelajarannya
untuk politik kantor dan strategi perusahaan. Banyak perusahaan
Jepang membuat buku bacaan wajib untuk eksekutif puncak
mereka. Buku tersebut adalah bacaan populer di kalangan bisnis
Barat. Manajer yang telah berpaling kepadanya untuk
mendapatkan inspirasi dan saran tentang bagaimana untuk
berhasil dalam persaingan situasi bisnis.
The Art of War juga telah diterapkan di dunia olah raga.
Pelatih NFL, Bill Belichick diketahui telah membaca buku dan
menggunakan pelajarannya untuk mendapatkan wawasan dalam
mempersiapkan game. Kriket Australia, serta pelatih sepakbola
Asosiasi Brasil Luis Felipe Scolari dan Carolos Alberto Parreira,
342 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
memeluk teks. Scolari membuat skuad Piala Dunia Brasil 2002
mempelajari karya kuno selama kampanye sukses mereka.
10.3 Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil
atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa
pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif
yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai
tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan.
Setiap keputusan mempunyai kadar tingkatan yang berbeda-
beda. Keputusan biasanya memiliki empat tingkatan yaitu:
1. Keputusan Otomatis;
2. Keputusan yang berdasarkan informasi yang diharapkan,
3. Keputusan yang berdasarkan pertimbangan
4. Keputusan berdasarkan ketidakpastian ganda.
Ad.1 Keputusan Otomatis
Keputusan otomatis merupakan bentuk keputusan yang
dibuat dengan sangat sederhana. Contohnya seorang pengemudi
mobil memperoleh informasi di perempatan jalan berupa lampu
merah, secara langsung seorang pengemudi tersebut membuat
keputusan otomatis untuk berhenti.
Ad.2 Keputusan Besarkan Informasi yang Diharapkan
Keputusan besarkan informasi yang diharapkan merupakan
tingkatan keputusan yang telah mempunyai informasi yang
sedikit kompleks, artinya informasi yang ada telah memberi aba-
aba untuk mengambil keputusan. Akan tetapi keputusan belum
dibuat karena informasi perlu dipelajari terlebih dahulu.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 343
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Ad.3 Keputusan Berdasarkan Berbagai Pertimbangan
Keputusan berdasarkan berbagai pertimbangan merupakan
tingkat keputusan yang lebih banyak membutuhkan informasi dan
informasi tersebut dikumpulkan serta dianalisis untuk
dipertimbangkan agar menghasilkan keputusan.
Contoh:
Seseorang yang akan membeli jam tangan akan
membandingkan antara beberapa merek. Ia membandingkan
harganya, kualitasnya dan modelnya. Guna mengambil keputusan
mungkin ia akan memerlukan waktu beberapa jam bahkan
beberapa hari sebelum menjatuhkan keputusan.
Ad.4 Keputusan Berdasarkan Ketidakpastian Ganda
Keputusan berdasarkan ketidakpastian ganda, merupakan
tingkat keputusan yang paling kompleks. Jumlah informasi yang
diperlukan semakin banyak selain itu, dalam informasi yang sudah
ada terdapat ketidakpastian. Keputusan semacam ini lebih banyak
mengandung risiko dan terdapat keraguan dalam pengambilan
keputusannya.
10.3.1 Jenis Keputusan Keputusan biasanya terbagi menjadi dua jenis, yaitu
keputusan pribadi dan keputusan bersama. Keputusan pribadi
merupakan keputusan yang diambil untuk kepentingan diri sendiri
dan dilakukan secara perorangan.
Keputusan bersama merupakan keputusan yang diambil
berdasarkan kesepakatan bersama dan untuk kepentingan
bersama. Keputusan bersama tidak boleh menguntungkan satu
pihak dengan merugikan pihak lain.
344 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
10.3.2 Kategori Keputusan Keputusan jika dilihat dari cara memperoleh informasi dapat
dikategorikan menjadi empat, yaitu:
1. Keputusan Representasi,
2. Keputusan Empiris,
3. Keputusan Informasi,
4. Keputusan Eksplorasi.
Keputusan Representasi merupakan keputusan yang dihadapi
dengan informasi yang cukup banyak, dan mengetahui dengan
tepat bagaimana memanipulasi informasi tersebut.
Keputusan Empiris merupakan keputusan yang kurang
memiliki informasi namun mengetahui bagaimana memperoleh
informasi dan pada saat informasi itu diperoleh dinamakan
keputusan empiris.
Keputusan Informasi merupakan keputusan yang kaya akan
informasi, tetapi diliputi dengan kontroversi tentang bagaimana
memperoleh informasi itu, dan selanjutnya akan menghasilkan
keputusan informasi.
Keputusan Eksplorasi merupakan keputusan yang kurang
akan informasi dan tidak ada kata sepakat yang dianut untuk
memulai mencari informasi serta tidak tahu dari mana usaha
pengambilan keputusan akan dimulai.
Salah satu contoh mengambil keputusan dalam perencanaan
strategi dengan melakukan analisis SWOT. SWOT adalah metode
perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau
suatu spekulasi bisnis.
Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). SWOT akan
lebih baik dibahas dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam
kertas besar, sehingga dapat dianalisis dengan baik hubungan
dari setiap aspek.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 345
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
Projek dalam bisnis dan ilmu pengetahuan biasanya didefinisikan sebagai sebuah usaha kolaboratif dan juga seringkali melibatkan penelitian atau desain, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Proyek dapat juga didefinisikan sebagai usaha sementara, temporer, dan bukan permanen, yang memiliki sasaran khusus dengan waktu pelaksanaan yang tegas.
Contoh projek yang terkenal antara lain adalah Proyek Manhattan untuk pengembangan senjata nuklir pertama dan Program Apollo untuk mendaratkan manusia di bulan.
Dalam projek konstruksi dan/atau rekayasa, di banyak negara, khususnya untuk Indonesia telah didefinisikan peraturan-nya dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 18 tahun 1999, yang mengharuskan projek-projek tersebut dilakukan oleh para insinyur terdaftar dan/atau perusahaan konstruksi/rekayasa yang terdaftar.
Dengan kata lain, perusahaan ini mempunyai lisensi atau izin untuk melaksanakan pekerjaan, seperti: desain dan konstruksi
346 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
pengairan, bangunan, pembangkit listrik, fasilitas industri, instalasi dan jaringan listrik, infrastruktur transportasi dan
sejenisnya. Ruang lingkup dari projek ini adalah ditentukan dalam kontrak
antara pemilik dan pihak rekayasa dan/atau konstruksi. Sebagai sebuah aturan, sebuah projek rekayasa biasanya dipecah ke dalam bagian desain dan konstruksi.
Output dari proses Desain adalah gambar, perhitungan, dan semua dokumentasi desain lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tahap berikutnya. Tahap selanjutnya kemudian akan dilakukan oleh konstruktor atau pengembang yang kemudian akan membangun rencana ini menjadi dalam bentuk yang nyata.
Dengan kata lain, gambaran kondisi seperti di atas, sebagai bukti empirik tak sedikit pebisnis yang berhasil mentransformasi-kan strategi militer untuk diaplikasikan dalam strategi bisnisnya. Hal ini didukung oleh temuan-temuan yang menunjukkan bahwa telah banyak perusahaan-perusahaan kelas dunia yang menerapkan strategi militer dalam bisnisnya. Pola persaingan, situasi, dan tujuan yang hampir sama dengan militer ini membuat para ekonom, pebisnis, dan penstudi strategi bisnis untuk melakukan transformasi dan diterapkan dalam strategi bisnis.
Pebisnis, baik seorang manajer maupun pemilik perusahaan telah banyak mengaplikasikan strategi militer ke dalam sistem persaingan bisnis. Secara kasat mata, hal ini sangat mustahil untuk dilakukan, banyak nilai dasar dan elemen-elemen yang berbeda pada aspek militer dan bisnis. Namun, faktanya ditunjukkan oleh pemikiran Sun Tzu dan Clausewitz menjadi terkemuka dan banyak diaplikasikan dalam dunia bisnis. Penjelasan transformasi strategi militer menuju bisnis pertama kali menjadi objek kajian studi di Harvard Business Study pada era 1970-an.
Sebut saja teori yang disampaikan Michael E. Porter, Philip Kotler, Frank Breadley, Wilson dan Gilligan, yang dikenal dengan teori positioning-nya, yakni menerapkan nilai-nilai strategi militer ke dalam ranah bisnis. Michael Porter berhasil menguak adanya kesamaan yang terdapat pada strategi militer dan strategi militer yakni dalam filosofi manajemen, yang memuat nilai-nilai untuk
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 347
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
membuat keputusan yang tepat dan meraih kemenangan dalam situasi persaingan.
Pemahaman mengenai transformasi nilai dalam strategi militer yang telah banyak diterapkan dalam ranah bisnis, ditunjukkan oleh penerapan pemikiran Sun Tzu dan Clausewitz dan teori positioning dari Michael Porter yang diikuti oleh pemikir strategi lainnya yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pemikiran mereka sangat mendominasi pada transformasi strategi militer ke dalam praktik bisnis, yakni tentang strategi mengalahkan musuh dalam perang. Sebagai gambaran perbandingan konsep strategi bisnis dengan strategi militer, yakni strategi bisnis Michael Porter dengan Sun Tzu dan strategi bisnis McD dengan Sun Tzu. Dalam setiap transformasi, tentunya terdapat nilai yang diubah. Seperti contohnya medan pertempuran, pola persaingan, instrumen yang digunakan, dan lain sebagainya. Hal inilah yang kemudian dijadikan indikator dari adanya transformasi strategi militer menuju strategi bisnis. Sebelum menjelaskan indikator tersebut, terdapat penjelasan singkat mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam strategi militer maupun bisnis.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa strategi militer dapat dimaknai sebagai susunan perencanaan untuk melancarkan sebuah peperangan, yang di dalamnya termasuk penyusunan bala tentara, pelancaran operasi militer, dan siasat penipuan musuh, untuk meraih kemenangan demi kepentingan politik. Sementara taktik militer merupakan teknik dan perencanaan penyusunan unit-unit militer untuk mengalahkan lawan dalam pertempuran.
Nilai yang tertinggi dalam strategi militer bagaimana mencapai sebuah kemenangan. Kemenangan diraih dengan cara mengalahkan musuh. Dalam mengalahkan musuh sejatinya mengetahui kekuatan dan kelemahan musuh. Sun Tzu telah mendorong munculnya kesadaran terhadap lingkungan eksternal maupun internal dalam mengalahkan lawan. Sun Tzu meyakinkan arti penting faktor fundamental dan dimensi yang akan dibandingkan untuk membangun suatu strategi yang kuat.
Faktor fundamental yang dimaksud seperti: pengaruh moral, iklim, arena, kepemimpinan, dan doktrin. Sedangkan dimensi
348 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
yang dimaksud merupakan pengaruh moral sang penguasa, kemampuan sang jendral, keunggulan iklim dan lapangan, pelaksanaan hukum dan instruksi, jumlah kekuatan pasukan, pelatihan perwira dan prajurit, administrasi penghargaan dan hukuman. Merujukan karakteristik ini jika ditransformasikan dalam dunia bisnis maka akan terlihat pada konsep 7 M, yaitu management (tata kelola), manpower (tenaga kerja), machines (mesin), money (sejumlah dana/uang), materials (material), methods (cara), dan markets (pasar).
Pandangan ahli strategi militer, seperti Clausewitz mengkritisi bahwa terdapat model yang relatif mendekati pasti pada diri militer di hampir semua negara, meliputi prajurit yang tidak termotivasi dan dipimpin oleh aristokrat. Dalam berperang mereka menggunakan kerangka kerja (framework) yang relatif sama dan taktik yang serupa pula. Karenanya perbedaan antara kalah atau menang dalam suatu peperangan menjadi relatif kecil. Napoleon telah mengubah semua konsep tersebut dan menjadikan kemenangan bukan semata-mata terletak pada kekuatan militer, tetapi juga kekuatan intelektual.
Clausewitz, dalam memastikan keberhasilan suatu strategi adalah sangat penting untuk memadukan keseluruhan organisasi dalam suatu rantai komando formal (formal chain of command) sehingga setiap perintah dapat dilaksanakan tanpa pertanyaan. Pandangan Clausewitz lainnya, menunjukkan bahwa suatu strategi bergantung pada beberapa elemen dasar yang digunakan dalam menyerang, bertahan, dan melakukan manuver. Kombinasi atas elemen-elemen tersebut dibatasi oleh usia, teknologi dan organisasi. Dalam konteks bisnis, ini bermakna penggunaan keunggulan jumlah produksi, teknologi, dan sumber daya yang ada untuk meraih keuntungan.
Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa konsep dasar strategi bisnis sebenarnya berasal dari strategi militer untuk memenangkan perang, yang dalam bisnis bertujuan untuk memenangkan bisnis dari persaingan, merebut pasar dan meningkatkan pertumbuhan. Jika dalam militer menaklukkan musuh, mempertahankan posisi, memperluas teritorial (daerah) sebagai misi utama, maka dalam bisnis tujuan utamanya
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 349
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
mengalahkan pesaing, mempertahankan dan memperluas pangsa pasar.
Secara filosofi, analogi antara bisnis dan militer menunjukkan kesamaan yang relatif, top management perusahaan dalam menyiapkan strategi bisnis berperilaku seperti perwira tinggi militer dalam menyiapkan strategi perang. Manajer bisnis mengadopsi tingkah laku perwira militer. Guna mempertahankan pasar, perusahaan harus “berperang” atau “bersaing”. Jika operasi militer umumnya dibentuk bagian atau divisi dengan fungsinya, seperti Divisi Personil, Divisi Intelijen dan Perencanaan Operasi, Divisi Operasi, Divisi Logistik, maka dalam organisasi bisnis (perusahaan) ditunjukkan adanya Departemen, Biro/Bagian atau Divisi Sumber Daya Manusia (Human Capital), Divisi Research & Development (R&D), Divisi Produksi/Operasi, Divisi Keuangan (Finance), Divisi Pemasaran (Marketing), Bagian Logistik dan lain-lain.
Pada tataran militer, prosedur operasi pada umumnya telah dibakukan (standardisasi). Demikian hanya bisnis, seperti: Standard Operating Procedures (SOP). Bahasa yang digunakan dalam strategi militer telah banyak diadopsi dalam bisnis, seperti penggunaan terminology Visi, Misi, Strategi, Sales Force, Perang Pasar, Perang harga, dll.
Lahirnya strategi bisnis, secara filosofi terlihat dari adanya Faham Taylor (Taylorism), yang memisahkan antara decision dengan execution. Pengambilan keputusan dipisah antara Principal atau pemilik modal (CEO, Owner) dan Agent atau functional manager. Principal bertanggung jawab atas kinerja seluruh organisasi atau bagian organisasi yang mandiri, sedangkan Agent bertanggung jawab atas fungsi tertentu dengan wewenang melaksanakan kegiatan tertentu. Hal ini berbeda dengan strategi militer yang lebih mengutamakan dominasi jenderal dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain, bahwa dalam strategi bisnis efisiensi sangat dibutuhkan daripada prudensi. Strategi bisnis tidak dalam tataran hidup dan mati seperti strategi militer, namun lebih kepada kompetisi.
Pandangan dan analogi militer mulai ditinggalkan pada dekade 1950-an, karena jika suatu perusahaan menjual produk sebanyak mungkin tidaklah sama dengan mengalahkan lawan.
350 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Jika penerapan strategi perang dapat ditemukan pemenang tunggal, sedangkan dalam penerapan strategi persaingan bisnis bagaimana mengungguli pesaing yang belum tentu kalah bersaing terhadap pesaing yang lain atau dalam bisnis lain, sehingga bisa terdapat pemenang ganda (win-win).
Pada Dekade 1960-an ditandai dengan strategi sebagai rencana kerja yang rumit dan disusun berdasarkan prediksi yang rinci. Gejolak tahun 1960-an dengan suksesnya perusahaan Jepang, mengatasi krisis ekonomi karena kenaikan harga BBM dunia tahun 1970-an mendorong berkembangnya teori manajemen strategik, yakni pembagian struktur kinerja tentang pengambilan keputusan dan fungsi tertentu.
Pada Dekade 1980-an, muncul teori Strategi Bersaing (Competitive Strategy) dari Michael Porter, yang dikenal dengan Five Forces Model yang menjabarkan 5 (lima) elemen yang harus dicermati dalam melakukan analisis industri, yaitu: 1. Potensi Pendatang baru, 2. Pemasok, 3. Pembeli, 4. Substitut (pengganti), dan 5. Kompetitor dalam industri (biasanya segmen, pasar sasaran,
dan positioning yang sama).
Dekade 1990-an konsep Michael Porter mulai mendapat kritik karena dianggap kurang operasional. Maka lahirlah konsep Strategi Bisnis yang sejatinya didasarkan pada Sumber Saya dan Lingkungan Bisnis "nanti" atau yang diantisipasi, bukan "sekarang" yang disampaikan oleh Gary Hamel dan C.K. Prahalad.
Redupnya nilai-nilai yang diadopsi dari strategi militer dari periode ke periode berikutnya, bukan tanpa alasan. Meskipun demikian strategi bisnis saat ini secara perlahan menghilangkan seluruh aspek strategi militer, namun dalam sebuah transformasi terdapat beberapa aspek utama yang tidak hilang secara epistemology. Aspek utama inilah yang menjadi karakteristik dan bukti bahwa strategi bisnis merupakan hasil transformasi dari strategi militer. Karakteristik tersebut dapat ditujukan, seperti: Taktik (jangka pendek), Politik (jangka menengah), Strategi (jangka panjang), Pasar persaingan (arena), Pola persaingan,
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 351
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Tools, Manpower, dan Goals. Strategi bersaing perspektif Militer
versus Bisnis menujukkan perbedaan, seperti terlihat pada Tabel 7.1.
Secara epistemologi, terdapat perbedaan yang mendasar antara strategi militer dengan strategi bisnis. Pada strategi militer medan pertempuran menjadi arena, sedangkan strategi bisnis pada pasar. Pola persaingan pada strategi militer berada pada tataran hidup dan mati, sehingga prudensi menjadi yang utama, sedangkan strategi bisnis bersifat kompetisi bukan pertarungan, yaitu bagaimana memproduksi barang atau jasa dengan efektif dan efisiensi, sehingga membuat biaya produksi seminimal mungkin, yang pada gilirannya dalam menentukan harga pokok produksi rendah, dan dapat menjalankan strategi kepemimpinan harga.
Decision dan execution pada strategi militer dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan tertinggi, sedangkan pada strategi bisnis terpisah dilakukan pemilik modal dan manajer fungsional, ini terkait dengan efisiensi tersebut. Namun, adanya pergeseran secara epistemologis tidak berarti menghilangkan karakteristik yang ada. Karena itu lahirlah apa yang disebut transformasi strategi militer menuju strategi bisnis. Dimensi utama masih tetap dipakai dan hanya digeser secara epistemologis untuk dapat diaplikasikan dalam ranah bisnis.
Transformasi strategi militer menuju strategi bisnis sangat terasa ketika menjadi objek kajian studi pada dekade 1980-an melalui tokoh sentralnya, Michael Porter. Faham ini disebut dengan teori positioning, yaitu suatu faham meyakini bahwa strategi perusahaan merupakan alat untuk mencapai keunggulan kompetitif dan menghasilkan keuntungan di atas rata-rata dalam persaingan industri yang sangat ketat, seperti halnya pertarungan pada ranah militer.
352 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Tabel 10.1 Strategi Bersaing Perspektif Militer Versus Bisnis
Karakteristik Militer Bisnis
Taktik Teknik dan Perencanaan Memproduksi Barang atau
Jasa
Politik Berkuasa Menguasai Pangsa Pasar
Strategi Mencapai Kemenangan Mencapai keunggulan
Arena Medan Pertempuran Pasar
Pola
Persaingan
Pada tataran hidup-mati Kompetisi (mengungguli
pesaing)
Tools Prajurit,
Senjata,
Sumber Daya Alam.
Sumber Daya Alam
(Bahan Baku), SDM (Karyawan),
Modal,
Keahlian,
Produk,
Informasi & Teknologi
Aktor Perwira Tinggi
(Jenderal, Brigadir Jenderal, Laksamana
pertama, Kolonel, dll.)
Perwira Menengah
(Letkol, Mayor, dll.)
Chief Executive Officer,
General Manager,
Manager.
Tujuan Kemenangan, menundukkan musuh
Unggul dalam persaingan, memperluas pangsa pasar.
Sumber: Porter (1980), Bradley (1995), Pearce & Robinson (2011), Kotler & Keller (2013)
Strategi-strategi yang diterapkan dalam bisnis bersumber dari strategi militer, setidaknya terdapat prinsip dasar peperangan yang penting dan secara umum telah diimplementasikan oleh pebisnis dalam menjalankan bisnisnya, sebut saja sebagai berikut:
Visi dan Misi; dalam menentukan arah ke depan dan program kerja yang jelas
Tujuan/sasaran; jelas & dapat dicapai. Menyerang; kemenangan memerlukan penyerangan, karena
bertahan hanyalah mencegah kekalahan.
Kesatuan komando; pasukan haruslah dalam satu komando dengan kekuasaan dan tanggung jawab penuh.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 353
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Massa; kemenangan hanya dapat dicapai yang mempunyai kekuatan superior.
Pengalokasian kekuatan secara ekonomis; pemilihan daerah yang penting untuk suatu kekuatan.
Manuver; kekuatan harus dikelola dengan seksama dan menyeluruh pada waktu dan tempat yang tepat.
Kejutan; dengan cara yang tidak diduga oleh musuh, tanpa adanya reaksi dari lawan.
Keamanan; kejutan tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya keamanan dalam menjaga rahasia
Sederhana; tujuan, sasaran, strategi, rencana dan perintah harus jelas, singkat dan sederhana.
Pemeliharaan moral; pihak yang mempunyai moral tinggi akan memenangkan pertempuran.
Administrasi; peralatan, sumber daya dll. haruslah diadministrasikan secara efektif dan efisien, tersedia ketika dibutuhkan.
Sun Fau menyatakan secara tegas bahwa ”kenali medan dan cuaca maka akan mendapatkan kemenangan total”. Hal senada disampaikan oleh Ries & Trout; tempat itu adalah di dalam benak setiap konsumen.
Strategi tentu memiliki variasi, yang diidentifikasi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Strategi Bertahan (Defensive Strategies). 2. Strategi Menyerang (Offensive Strategies).
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, uraian ke dua strategi tersebut, akan diuraikan sebagai berikut:
ad. 1 Strategi Bertahan
Strategi bertahan cocok dipakai oleh perusahaan yang menjadi leader dalam suatu industri untuk memperkuat posisi pasar, mengurangi serangan, mengalihkan serangan, dll. Karakteristik Pemimpin pasar (market leader), sebagai berikut: 1. Lebih unggul dari perusahaan lain dalam hal biaya/harga (cost
leadership), diferensiasi, fokus, cepat, dan fleksibel. 2. Menguasai pangsa pasar dalam persentase yang terbesar,
dalam pasar produk yang relevan;
354 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
3. Merupakan pusat benchmark, yaitu teknik pengetesan dengan menggunakan suatu nilai standar. Suatu program atau pekerjaan yang melakukan perbandingan kemampuan dari berbagai unjuk kerja dari beberapa peralatan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pada produk yang baru, yang akan ditiru, diserang, atau dijauhi para pesaing.
Ries & Trout mengatakan dalam bertahan, penguasa pasar harus selalu waspada serta memblokir setiap serangan penantang pasar yang membahayakan posisinya. Contoh perusahaan pemimpin pasar: coca cola, unilever, Mc. D, Kodak, IBM, Xerox, Gillette, dll.
Hal lain disampaikan oleh Kotler bahwa terdapat enam strategi bertahan yang dapat digunakan pemimpin pasar, yaitu:
1. Pertahanan posisi; membangun benteng yang kokoh, seperti: Apple Inc., perusahaan teknologi multinasional
yang berpusat di Cupertino, California, yang merancang, mengembangkan, dan menjual barang elektronik konsumen, perangkat lunak komputer, dan layanan daring. Perusahaan ini resmi berdiri dengan nama Apple Computer, Inc. pada Januari 1977.
2. Pertahanan sisi; menjaga posisi dan membangun pos pos pertahanan di luar daerah kekuasaannya, antisipasi serangan balik, seperti: Indomie mulai diperkenalkan di Nigeria sejak tahun 1988 dan mulai diproduksi tahun 1995 melalui Dufil Prima Foods, di mana itu adalah merek yang populer dan memiliki pabrik mie instan terbesar di Afrika. Indomie telah tumbuh menjadi merek mi instan di seluruh dunia.
3. Pertahanan aktif mendahului; pertahanan yang lebih agresif adalah menyerang lawan sebelum diserang, seperti Sony Mobile Communications Inc. Sebelumnya dikenal sebagai Sony Ericsson, merupakan perusahaan pembuat telepon genggam yang didirikan pada tahun 2001 hasil gabungan dari dua perusahaan besar dalam dua bidang yang berbeda: perusahaan Jepang, Sony (elektronik) dan perusahaan Swedia, Ericsson (telekomunikasi seluler).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 355
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
4. Pertahanan serangan balik; melakukan serangan balik sambil mempertahankan posisinya atau dengan cara masuk ke daerah utama lawan. Rinso, mencuci tanpa mengucek, sebagai reaksi atas serangan attack, mencuci dengan sedikit mengucek.
5. Pertahanan bergerak; perusahaan lebih agresif & proaktif dengan perluasan pasar baru dengan produk yang berbeda, seperti: Yamaha, sebuah perusahaan Jepang, penjualan termasuk sepeda motor (Yamaha Motor Company), instrumen musik, sirkuit terpadu, dan elektronik rumah tangga. Perusahaan ini didirikan oleh Torakusu Yamaha sebagai Nippon Gakki Co., Ltd. di Hamamatsu, prefektur Shizuoka. Yamaha mengambil alih Korg pada 1989 dan Steinberg pada 2004.
6. Pertahanan melalui penciutan; adakalanya market leader tidak lagi mempertahankan daerah kekuasaannya tetapi mengkonsentrasikan dirinya kepada daerah lain yang lebih menguntungkan, seperti: unilever gagal dengan produk signal 2 sehingga harus melikuidasinya.
Ad. 2 Strategi Menyerang
Penantang pasar akan berhadapan secara terbuka dan langsung dengan pemimpin pasar.
Karakteristik Penantang Pasar (Market Challenger), sebagai berikut: 1. Lazimnya merupakan perusahaan besar, dilihat dari omzet
penjualan dan keuntungan. 2. Selalu mencari kelemahan fihak pemimpin pasar. 3. Mengambil alih perusahaan yang lemah. 4. Mengetahui kelebihan-kelebihan lawan, dan menyerang
kelemahan lawan.
Terdapat dua hal yang perlu direncanakan oleh penantang pasar, yaitu: 1. Menentukan lawan dan sasaran strategi. 2. Memilih strategi penyerangan.
356 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Contoh perusahaan penantang pasar, sebut saja perusahaan Pepsi Cola, merek minuman ringan yang diproduksi oleh Pepsi Corporation dan dijual di seluruh dunia melalui toko, restoran, dan mesin penjual. Minuman ini merupakan penantang perusahaan Coca-Cola. Minuman ini dibuat pertama kali pada 28 Agustus 1898 oleh ahli farmasi Caleb Bradham. Merek ini menjadi merek dagang pada 16 Juni 1903.
Terdapat 5 (Lima) jenis strategi penyerangan, yaitu: 1. Penyerangan langsung; Militer lebih suka menyerang
kekuatan lawan dari pada kelemahan lawan. Siapa yang mempunyai sumber daya yang kuat dan besar akan menang. Menurut Sun Tzu untuk bisa menang perbandingan kekuatan 5: 1, menurut Napoleon 3: 1 kalau tidak itu merupakan tindakan bunuh diri, seperti Polytron, layar lebar + bazzoke, pepsi cola menyerang coca cola dengan bintang Michael Jackson, dll.
2. Menyerang sisi/ke samping; pura pura menyerang bagian yang kuat tetapi sebetulnya dia ingin menyerang bagian samping/belakang yang kurang kuat.
3. Penyerangan Mengepung; menembus daerah pemasaran lawan. Sun Tzu perbandingan ideal 10: 1. Contoh Apple computer dan kopi kapal api.
4. Penyerangan pintas; penyerangan tidak langsung terhadap posisi pemimpin pasar, penyerangan melintasi lawan dan pasar yang lebih lemah, seperti P&G gagal dalam rejoice 2 in 1 karena terburu dengan unilever dimension 2 in 1.
5. Penyerangan gerilya; penantang pasar berskala kecil dan tidak memiliki sumber daya yang cukup, seperti: Standard Chartered, serangan kecil yang terus menerus sangat efektif untuk mengacaukan lawan melalui Hit and Run.
Keunggulan strategi bisnis yang ditawarkan Michael Porter, kemampuan untuk mendominasi diskursus tentang manajemen strategic, seperti: faham Taylor (Taylorism), fordism, dll., sejak pertengahan 1970-an dan mencapai puncaknya pada dekade 1980-an. Porter yang memotori era ini mengintrodusir pemanfaatan pendekatan aliran desain untuk dijadikan analisis lingkungan. Porter berhasil memadukan pendekatan internal (resource-based view) dengan analisis eksternal dan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 357
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
menghasilkan model yang sangat terkenal, yaitu: competitive analysis, generic strategies, dan value chain.
Competitive Analysis, menjelaskan iklim kompetisi perusahaan di tengah industrinya. Pemikiran Porter ini disebut juga sebagai Porter’s Five Forces yang menjabarkan 5 elemen yang harus dicermati dalam melakukan analisis industri, yaitu: potensi pemain baru, pemasok, pembeli, substitut (pengganti), dan kompetitor dalam industri (biasanya segmen, pasar sasaran, dan positioning yang sama).
Generic Strategies, strategi generik yang diperkenalkan Porter terdiri atas kombinasi dari tiga kemungkinan strategi, yakni cost leadership, differentiation, dan focus. Strategi penekanan harga menitikberatkan pada upaya perusahaan untuk menekan ongkos produksi serendah mungkin sebagai basis persaingan. Sedangkan strategi diferensiasi menitikberatkan pada kemampuan perusahaan menghasilkan sesuatu yang unik dan berbeda dibanding kompetitornya. Sementara itu strategi fokus adalah pilihan perusahaan untuk melakukan spesialisasi pada suatu bidang tertentu sehingga pasar sasarannya relatif sempit.
Value Chain, konsep ini dilandasi dengan pemikiran bahwa kemampuan perusahaan untuk meningkatkan posisi saingnya dipengaruhi oleh pemahamannya tentang proses yang terjadi dalam perusahaan itu sendiri (bandingkan dengan konsep Sun Tzu). Model ini mendiagnosa keunggulan kompetitif suatu perusahaan berdasarkan efisiensi dan efektivitas setiap tahapan proses rantai nilai yang dilaluinya. Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa setiap langkah yang diambil pada suatu segmen proses tertentu akan berdampak pada keseluruhan proses yang terjadi pada perusahaan. Karenanya terdapat kondisi interdependensi saling bergantungan. Terdapat lima kelompok aktivitas utama, yaitu: inbound logistics, operations, outbound logistics, marketing & sales, dan service; dan terdapat empat aktivitas penunjang, yakni firm infrastructure, human resource management, technology development, dan procurement.
Pandangan Michael Porter sekilas mirip dengan strategi yang pernah dijelaskan Sun Tzu. Jika disederhanakan, strategi yang dijelaskan Sun Tzu dalam buku The Art of War mengandung tiga prinsip dasar, yaitu:
358 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
1. Commitment, 2. Observation, dan 3. preparation. Ad. 1 Commitment
Perusahaan sejatinya tetap konsisten terhadap maksud dan tujuan perusahaan itu didirikan. Pandangan ilmu manajemen modern, menyatakan bahwa pegangan para eksekutif adalah Anggaran Dasar perusahaan, dimana maksud dan tujuan perusahaan dituangkan. Sun Tzu mengajarkan bahwa bila eksekutif berhasil membawa semua personil dalam organisasinya dalam komitmen pada sasaran yang sama, maka tidak ada satupun musuh dapat mengalahkannya. Ad. 2 Observation
Sun Tzu mengajarkan bahwa organisasi sejatinya menumbuhkan kebiasaan untuk selalu melakukan pengamatan atas tindakan lawan maupun situasi, sekalipun kita tidak dalam posisi terancam. Pengamatan yang tajam atas akan menghasilkan informasi mengenai situasi yang terjadi. Sebaliknya, kita harus mampu mengaburkan pengamatan lawan atas kita. Sun Tzu secara tegas menyatakan bahwa setiap gerakan besar lawan, hampir selalu ditandai dengan gerakan kecil terlebih dahulu, sehingga pengamatan yang terus menerus membuat kita waspada atas setiap tanda perubahan dari lawan. Ad. 3 Preparation
Strategi ketiga dari ajaran seni perang Sun Tzu, persiapan sebagai landasan yang sangat penting untuk memanfaatkan action pada saat kesempatan datang. Pemimpin tidak akan mampu untuk melakukan tindakan guna memanfaatkan kesempatan yang muncul, jika tidak terdapat persiapan. Persiapan dimaknai sebagai segala sesuatu yang mencakup struktur organisasi, penyederhanaan proses penempatan sumber daya, fleksibiltas organisasi, dan pelatihan personil organisasi. Pada hakikatnya, pelatihan dimaknai sebagai persiapan untuk menyambut kesempatan yang akan muncul.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 359
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Guna memperjelas transformasi dari nilai-nilai yang ada pada strategi militer menuju strategi bisnis, dapat diberikan contoh bagaimana McDonald’s yang telah mengimplementasikan strategi bisnis dan mengkaitkan strategi militer.
Merek McDonald’s tidak bisa lepas dari nama Ray Kroc, tokoh yang punya mental kuat dan strategi jitu. Ray Kroc bukan hanya terkenal sebagai raja burger, tetapi juga pebisnis real estate yang sukses. Seperti pebisnis Amerika lainnya, Kroc bukanlah seorang pencipta. Pasalnya, makanan fast food itu sudah ada sejak lama serta tersedia dalam berbagai bentuk dan rasa. Tetapi, ia punya kemampuan untuk mencerna suatu konsep pemasaran, lalu mengaplikasikan dengan cara yang jitu.
Ray Kroc adalah pebisnis pertama yang mampu menerapkan prinsip-prinsip produksi massal dalam industri jasa. Meski tidak tamat sekolah, Kroc piawai menciptakan merek yang abadi, McDonald’s. Merek ini juga bisa menjadi pelajaran bagi banyak perusahaan tentang bagaimana mengelola bisnis dan mengembangkan merek.
Awal 1940-an, Kroc menjadi distributor eksklusif untuk produk mixer. Pelanggan terbaiknya adalah McDonald bersaudara, Richard dan Maurice, yang membeli 8 mixer untuk restoran mereka. Dua bersaudara ini membangun restoran McDonald’s dengan logo "garis lengkung keemasan" yang terkenal itu dirancang oleh Richard McDonald.
Ilustrasi di atas berkembang, sewaktu berkeliling dunia, Kroc sadar bahwa salah satu bisnis yang berpeluang besar untuk berkembang adalah restoran yang berbasis di California dan dimiliki oleh McDonald bersaudara tersebut. Ray Kroc juga tahu bahwa mereka menggunakan sistem lini produksi massal untuk membuat hamburger dan sandwich.
Namun, sang pemilik tidak tertarik untuk mengembangkan bisnis lebih jauh. Mereka sudah puas dengan performance saat itu. Ray Kroc yang berjiwa bisnis rupanya pantang menyerah, lalu membujuk kedua bersaudara tersebut untuk menjadikannya agen eksklusif mereka. Pada tahun 1954, Kroc membuka restoran McDonald’s-nya sendiri di Des Plaines, Illinois. Langkah ini merupakan awal dari revolusi bisnis restoran fast food di dunia.
360 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Kroc berhasil meyakinkan dua bersaudara untuk menjual perusahaan tersebut padanya. Harga yang harus dibayar Kroc adalah 2,7 juta dolar. Pembelian itu adalah hasil dari keahlian berdagangnya selama ini. Setelah mengelola McDonald’s, Kroc paham betul bahwa hasil keuntungan terbesar ternyata berasal dari daerah tempat waralaba itu didirikan. Karena itu, tahun 1956, Ray Kroc mendirikan Franchise Realty Corporation, di mana ia membeli tanah lalu menyewakannya kepada orang lain.
Pada akhir 1961, Kroc telah mampu merekrut banyak franchisee. Keuntungan yang didapat perusahaan dari para franchisee ini mempermudah Kroc untuk menaikkan modalnya di pasar. Ray Kroc juga menggunakan sebagian uangnya untuk menggelar kampanye iklan yang berfokus pada maskot perusahaan yang sangat digemari anak-anak hingga saat ini, yakni Ronald McDonald.
Sebanyak 1 miliar hamburger berhasil dijual sampai tahun 1963. Dengan cerdik Ray Kroc memajang angka itu pada billboard di setiap restorannya. Pada tahun yang sama ia membangun outlet McDonald’s yang ke-500, dan dimulailah pula debut si badut Ronald McDonald itu. Ronald langsung terkenal di kalangan anak-anak. Mereka jadi sangat kritis dalam menentukan tempat makan bersama keluarga. John Mariani dalam America Eats Out, menjelaskan ditayangkan dalam iklan TV selama enam tahun, badut Ronald McDonald dikenal oleh 96% anak-anak Amerika pada tahun 1965. Lucunya, angka ini melebihi ketenaran presiden AS saat itu.
Dalam mengembangkan usahanya, Kroc tidak pernah berkompromi terhadap kualitas. Ia sangat ketat menjaga kualitas hamburger, pelayanan, kebersihan dan manfaat yang diberikan pada pelanggan. Kualitas yang diberikan selalu nomor satu dan konsisten di tiap outletnya. Konsistensi dalam mutu ini membangun kepercayaan pasar terhadap semua makanan dan pelayanan yang disajikan oleh waralaba kelas dunia ini.
Ray Kroc juga ingin makanan bisa disajikan dalam waktu singkat, namun tetap berkualitas tinggi. Karena itu, para manajer waralaba McDonald’s wajib mengikuti pendidikan di Hamburger University yang didirikannya di Illinois; dan menerima gelar BA di bidang “hamburgerology”. Begitu pasar domestik sudah
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 361
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
berhasil digarap, Kroc mengalihkan perhatiannya ke luar negeri. Sejak 1967 McDonald memperluas operasinya ke negara-negara di luar AS. Pada tahun 1994, perusahaan tersebut telah memiliki 23.000 restoran McDonald’s di 110 negara dan menghasilkan 34 miliar dolar per tahun.
Uniknya, Kroc berprinsip untuk menghormati masyarakat dan budaya tempat outletnya didirikan. Supaya rantai bisnisnya lebih mudah untuk diucapkan oleh konsumen di Jepang, Ray Kroc bahkan mengganti mereknya menjadi Makudonaldo. Ray Kroc pun tidak menyediakan daging babi di India dan Timur Tengah. Sementara di Irlandia Ray Kroc membuat promosi yang menyatakan, “Our name maybe American, but we’re all Irish.”
Di Indonesia, restoran waralaba ini mempekerjakan karyawan lokal dan memperkenalkan menu variasi yang diadaptasi dari makanan daerah, seperti: bubur ayam, ayam goreng, dan sambal. Pembauran dengan budaya masyarakat setempat, menyebabkan McDonald’s mudah mendapat hati penduduk sekitar. Akibatnya, restoran pun cepat berkembang.
Suksesnya ekspansi McDonald’s ke pasar internasional, membuat perusahaan ini menjadi simbol dari globalisasi dan penyebaran gaya hidup Amerika. Kendati demikian, banyak debat dan opini publik mengenai isu obesitas dan diabetes yang dikaitkan dengan restoran siap saji ini. Kekayaannya (sekitar 500 juta dolar AS) ditaksir tidak berasal dari hamburger semata, tapi juga dari semua real estate sekaligus tanah di lokasi-lokasi strategis yang dimilikinya. Jumlah kekayaannya dalam bentuk properti dan tanah saja sudah sangat fenomenal. Jadi, cukup beralasan bila banyak pihak yang mengatakan bahwa Ray Kroc sebenarnya pengusaha real estate yang sukses dengan kedok restoran burger di depannya.
Jika dibandingkan dengan strategi militer Sun Tzu, strategi bisnis McD juga memiliki persamaan seperti pemikiran Sun Tzu. Petuah Sun Tzu yang sangat terkenal adalah “Kenalilah musuhmu dan kenalilah dirimu, niscaya Anda akan berjaya dalam ratusan pertempuran.” Supaya dapat diketahui dan mengeksploitasi kelemahan lawan, butuh pemahaman mendalam tentang strategi, kapabilitas, pemikiran, dan hasrat para pemimpinnya, seperti juga pengetahuan yang dalam atas kekuatan dan kelemahan diri
362 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
sendiri. Kroc juga telah melakukan ini dengan mengetahui kelebihan restoran yang dimiliki oleh dua bersaudara tersebut, untuk itulah Kroc mengkomersialkannya dan membuka franchise ditempat strategis. Kroc juga mengenali perilaku konsumen yang berbeda di tiap-tiap negara, untuk itulah Kroc berhasil mengembangkan inovasi dengan membuat menu makanan lokal.
Kroc bisa disebut berhasil “memenangkan perang”. Guna mencegah pesaingnya meniru produknya, Kroc telah mematen-kan McD dan merahasiakan resep kualitas produknya. Saat ini co-marketing dan co-branding populer digunakan untuk menaikkan marketing relationship, pelengkap produk dan pengalaman yang lain. Sun Tzu, lebih jauh menegaskan bahwa untuk membangun jaringan aliansi yang kuat merupakan cara untuk membendung gerakan atraktif lawan.
Michael Porter telah sukses mendiskursus tentang manajemen strategik dan melakukan positioning strategi militer untuk diterapkan pada bisnis. Porter mengambil teori pada strategi militer, seperti halnya Sun Tzu, Clausewitz, dan lainnya untuk diimplementasikan dalam dunia bisnis. Namun, masih terdapat kelemahan dalam teori positioning itu sendiri. Henry Mintzberg (1998), yang juga alumni Harvard Business School, melihat kelemahan teori dari Porter. Mintzberg menilai dalam aliran positioning Porter, fokus strategi menjadi “sempit”. Aliran ini mengarahkan strategi pada solusi generik dan bukan pada perspektif yang unik. Nilai strategi sebagai seni dan kreatifitas yang unik cenderung diabaikan oleh Porter. Hal ini seringkali bermuara pada kegagalan mengembangkan kreativitas, terutama dalam menghadapi berbagai ketidakpastian dunia bisnis.
Fokus aliran positioning terlalu sempit, sehingga hanya menekankan pada persoalan ekonomi dan data kuantitatif dibanding persoalan sosial dan politik atau bahkan data ekonomi yang bersifat kualitatif. Konteks kajian yang dipersempit, sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai matriks yang ada, aliran positioning mengalami beragam bias, seperti tentang bisnis besar yang secara tradisional biasanya paling tidak efektif dalam bersaing. Demikian halnya bias tentang kondisi eksternal perusahaan, terutama tentang industri dan kompetisi, yang menjadi semakin tajam akibat kebijakan internal perusahaan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 363
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Pada prosesnya, faham ini lebih banyak melibatkan perhitungan di belakang meja dan menjauhkan analis dari lapangan. Jelas proses seperti ini dapat menjadi tidak sehat karena kurang menghargai keterlibatan emosional dalam proses pengembangan strategi perusahaan.
364 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KETIGA: PERSPEKTIF ATAS STRATEGI BERSAING
Kepemimpinan adalah kombinasi ampuh antara strategi dan karakter. Akan tetapi jika anda harus tanpa salah satunya,
tanpalah strategi (Jenderal Norman Schwarzkopf)
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI
BERSAING
Bab 11. Strategi Kepemimpinan Biaya
Bab 12. Strategis Diferensiasi Bab 13. Strategi Fokus Bab 14. Strategi Kecepatan Bab 15. Faktor Determinan
Strategi Bersaing Bab 16. Penutup
366 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 367
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
BAB XI STRATEGI KEPEMIMPINAN BIAYA
11.1 Rantai Nilai dan Analisis Biaya Bagi pembeli, perusahaan menciptakan nilai (Value Creations)
yang dapat dipakai untuk membenarkan harga premi (atau pilihan pada harga yang sama) lewat dua mekanisme. Guna memperoleh contoh lebih lanjut mengenai bagaimana sesungguhnya perusahaan menurunkan biaya pembeli atau meningkatkan kemampuan kerja pembeli, dengan menurunkan biaya pembeli dan dengan menaikkan kinerja pembeli.
Bagi pembeli berskala industri, pedagang, dan lembaga, diferensiasi mengharuskan perusahaan untuk secara unik mampu menciptakan keunggulan bersaing bagi pembelinya dengan cara-cara lain di samping menjual dengan harga lebih rendah. Jika perusahaan mampu menurunkan biaya pembeli atau meningkatkan kinerja pembeli, maka pembeli akan bersedia membayar harga premi.
Misalnya, jika komponen yang disediakan pemasok suku cadang sepeda yang memiliki reputasi baik memungkinkan perakit sepeda meningkatkan diferensiasi sehingga menentukan harga tinggi, maka si perakit sepeda akan bersedia membayar premi bagi komponen itu.
Demikian pula, mesin fotokopi Ekstraprint Kodak mampu menurunkan biaya pembuatan sejilid dokumen, karena dilengkapi dengan alat pengumpan dokumen bersirkulasi ulang dan alat stapler otomatis. Hal ini menurunkan biaya pegawai pembeli dan berarti bahwa pembeli bersedia membayar harga premi bagi mesin fotokopi itu. Kedua contoh tersebut, menggambarkan perusahaan yang bersangkutan mampu meningkatkan
368 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
keunggulan bersaing sebagai pembeli meskipun tidak menjual produknya dengan harga lebih rendah.
Prinsip ini berlaku pula bagi pembeli berskala rumah tangga dan individu, meskipun cara mengukur biaya pembeli dan khususnya, kinerja pembeli barangkali lebih rumit. Bagi pembeli rumah tangga, biaya produk tidak saja mencakup biaya finansial melainkan juga biaya waktu dan biaya kenyamanan. Biaya waktu bagi konsumen mencerminkan biaya peluang memakai produk ini di tempat lain dan juga biaya tersirat (implisit) berupa frustrasi, kejengkelan, atau pengerahan tenaga. Nilai pembeli merupakan hasil dari menurunkan salah satu dari biaya tadi bagi pembeli.
Lemari es yang memakai listrik lebih sedikit daripada lemari es lain dapat dijual dengan harga premi. Vacuum cleaner yang hemat waktu dan hemat energi juga memiliki nilai bagi pembeli tingkat rumah tangga. Namun, menawarkan pemasaran langsung yang menghemat waktu belanja pembeli barangkali tidak bernilai jika pembeli senang berbelanja. Menurunkan risiko kegagalan pembeli setara dengan menurunkan biaya pembeli. Meningkatkan kinerja pembeli bagi para konsumen perorangan berarti meningkatkan kepuasan atau memenuhi kebutuhan mereka.
Misalnya, jika konsumen merasa lebih puas menonton televisi pada pesawat yang memiliki kualitas gambar lebih bagus dan waktu pemanasan lebih singkat, maka pembeli akan bersedia membayar harga premi bagi pesawat televisi seperti itu. Status atau prestise merupakan kebutuhan penting seperti halnya ciri produk atau mutunya. Meskipun kinerja pembeli pada konsumen rumah tangga atau konsumen individual barangkali sulit dinilai, rantai nilai mereka memberi petunjuk mengenai dimensi kepuasan yang penting bagi mereka.
Pembeli berskala industri, pedagang, atau lembaga kadang-kadang menyerupai konsumen dalam kasus-kasus, di mana sasaran mereka tidak hanya meraih laba atau meningkatkan pemasukan. Pembeli barangkali menilai penting pemasok yang menyediakan kepuasan atau prestise bagi para eksekutif atau karyawan lain meskipun kepuasan atau prestise ini tidak menyumbang pada laba perusahaan bersangkutan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 369
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Hal ini mencerminkan perbedaan yang sering kali ada antara tujuan karyawan dan tujuan perusahaan. Demikian pula, rumah sakit menilai penting alat diagnostik yang mampu menghasilkan perawatan lebih baik meskipun rumah sakit itu tidak akan memperoleh laba tinggi karena memiliki alat semacam itu.
Hal ini mencerminkan adanya tujuan menyediakan perawatan bermutu bagi pasien dan adanya fakta bahwa sejumlah besar rumah sakit merupakan lembaga nirlaba. Banyak organisasi memiliki tujuan lain di samping meningkatkan profitabilitas walaupun mereka memang berusaha memperoleh laba. Tujuan lain ini dapat membentuk nilai pembeli.
Perusahaan menurunkan biaya pembeli atau meningkatkan kinerja pembeli lewat adanya dampak rantai nilainya terhadap rantai nilai pembeli. Perusahaan dapat mempengaruhi rantai nilai pembeli hanya dengan menyediakan masukan bagi salah satu aktivitas pembeli. Namun, sering kali produk perusahaan memiliki dampak langsung atau dampak tak langsung atas rantai nilai pembeli dan dampak ini menjangkau lebih jauh dari aktivitas penggunaan produk itu yang sesungguhnya. Misalnya, berat merupakan hal penting bagi mesin tik yang sering dibawa-bawa walaupun berat bukan hal yang relevan jika orang memandang aktivitas pembeli hanya mengetik.
Lebih lanjut, perusahaan umumnya mempengaruhi pembeli tidak saja lewat produknya melainkan juga lewat sejumlah aktivitas seperti sistem logistik, sistem pencatatan pesanan, gugus wiraniaga, dan kelompok rekayasa aplikasi. Aktivitas perusahaan yang persentase biayanya terhadap biaya total kecil pun dapat berdampak cukup berarti atas diferensiasi.
Kadang-kadang, pembeli memiliki kontak pribadi dengan aktivitas nilai yang dilakukan perusahaan (misalnya, gugus wiraniaga) sedangkan dalam kasus lain pembeli hanya mengamati hasil dari sekelompok aktivitas (misalnya, penyerahan barang yang tepat waktu atau lambat). Dengan kata lain, nilai yang diciptakan perusahaan bagi pembelinya ditentukan oleh seluruh keterkaitan antara rantai nilai perusahaan dan rantai nilai pembeli.
Contoh lain, Truk berat sebagai unsur biaya dalam keterkaitan integrasi. Sebuah truk berat secara langsung mempengaruhi
370 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
biaya logistik pembeli (biaya logistik pembeli ditentukan oleh kapasitas angkut truk, mudah tidaknya pembongkaran dan pemasukan muatan, biaya bahan bakar, serta biaya perawatan). Truk berat juga berdampak tak langsung atas biaya lainnya yang harus dipikul pembeli (biaya pembeli).
Kapasitasnya akan mempengaruhi frekuensi penyerahan barang yang dilakukan pembeli. Truk tersebut dapat menyumbang pada mutu produk melalui besar kecilnya guncangan muatannya, dan juga lewat kondisi temperatur serta kelembaban pada tempat-tempat transit. Truk itu dapat juga mempengaruhi biaya pengemasan pembeli, suatu hal yang ditentukan oleh perlindungan yang diperlukan untuk menghindari kerusakan. Dengan demikian, truk tersebut dapat mempengaruhi peningkatan identitas merek lewat penampilannya dan logo yang dilukiskan pada dindingnya sehingga dapat dilihat dengan mudah.
Bukan saja truk tersebut, akan mempengaruhi rantai nilai pembeli, melainkan juga sejumlah aktivitas nilai lainnya dari produsen truk itu barangkali akan mempengaruhi pembeli sendiri. Ketersediaan suku cadang akan mempengaruhi waktu reparasi, sedangkan kebijakan kredit akan mempengaruhi biaya pembelian truk itu. Mutu gugus wiraniaga produsen truk dapat menentukan kemampuan gugus wiraniaga itu dalam menyarankan prosedur perawatan yang baru dan praktik baru penggunaan truk. Semua keterkaitan antara aktivitas nilai produsen truk dan pembeli memiliki potensi meningkatkan atau menurunkan biaya pembeli atau kemampuan kerja pembeli. Prinsip ini juga berlaku bagi pembeli berskala rumah tangga.
Keterkaitan antara perusahaan dan rantai nilai pembeli yang relevan pada nilai pembeli tergantung pada bagaimana sesungguhnya cara pembeli memakai produk terkait, bukan selalu pada bagaimana seharusnya memakai produk itu. Produk yang didesain secara paling cermat pun dapat menghasilkan kemampuan kerja yang kurang memuaskan jika pembeli tidak memahami cara memasang, mengoperasikan, atau merawatnya atau jika produk itu dipakai untuk tujuan yang lain dari yang semestinya. Misalnya, produk makanan beku dapat menghasilkan makanan yang "mengerikan" jika dimasak pada temperatur yang
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 371
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
tidak semestinya. Demikian pula, mesin dapat menjadi rusak dengan cepat jika tidak diberi minyak pelumas pada tempat yang semestinya.
Setiap dampak yang dimiliki perusahaan atas rantai nilai pembelinya, termasuk setiap keterkaitan antara aktivitas nilai perusahaan dan aktivitas nilai pembeli, mewakili peluang untuk mengadakan diferensiasi. Semakin banyak dampak langsung dan tak langsung yang dimiliki produk atas rantai nilai pembelinya, semakin banyak kemungkinan untuk mengadakan diferensiasi dan semakin tinggi pula tingkat diferensiasi yang bisa diperoleh.
Misalnya, produsen truk yang memahami dengan baik bagaimana pengaruh truknya terhadap rantai nilai pembeli, tidak saja akan mampu mendesain truknya sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat lebih besar kepada pembelinya, melainkan juga akan mampu melaksanakan aktivitas nilai lainnya seperti servis, penyediaan suku cadang, dan pendanaan sehingga truknya lebih bernilai bagi pembeli.
Karena itu, diferensiasi tumbuh dari semua keterkaitan antara perusahaan dan pembelinya, Dengan diferensiasi tersebut, perusahaan bersangkutan menjadi unik. Pentingnya menjadi unik dalam sebuah aktivitas nilai adalah dampak langsung dan dampak tak langsungnya atas biaya atau kinerja pembeli. Bagi pembeli, tingkat diferensiasi menyeluruh sebuah perusahaan merupakan nilai kumulatif keunikan perusahaan itu di seluruh rantai nilainya.
Nilai kumulatif ini dapat dihitung dan hasil perhitungan ini menentukan batas tertinggi harga premi yang dapat ditetapkan perusahaan itu relatif terhadap para pesaingnya. Karena perusahaan harus berbagi sebagian dari nilai yang diciptakannya itu dengan pembelinya dengan maksud merangsang orang untuk membeli, dalam praktik harga premi yang sesungguhnya akan sedikit berkurang.
11.2 Menetapkan Rantai Nilai bagi Analisis Biaya
Rantai nilai merupakan alat dasar untuk mendiagnosis keunggulan bersaing dan menemukan cara untuk menciptakan dan mempertahankannya, yang merupakan topik yang akan
372 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
diuraikan berikutnya. Namun, rantai nilai juga dapat memainkan peran berharga dalam mendesain Struktur organisasi. Struktur organisasi mengelompokkan aktivitas tertentu di bawah unit organisasi seperti pemasaran atau produksi.
Secara logik dari pengelompokan itu, bahwa aktivitas memiliki kesamaan yang harus dimanfaatkan dengan mengintegasikannya dalam suatu departemen. Pada saat yang sama, departemen dipisahkan dari kelompok aktivitas lain, karena perbedaan mereka. Pemisahan aktivitas yang sama ini adalah apa yang oleh para teoretikus organisasi disebut "diferensiasi."
Dengan pemisahan unit-unit organisasi muncullah kebutuhan untuk mengoordinasi unit-unit tersebut, yang biasanya disebut "integrasi." Dengan kata lain, mekanisme pengintegrasian harus ditegakkan dalam perusahaan untuk memastikan terjadinya koordinasi yang diperlukan. Struktur organisasi menyeimbangkan manfaat pemisahan dan integrasi. Rantai nilai memberikan cara sistematis untuk membagi perusahaan menjadi aktivitas-aktivitas terpisah.
Dengan demikian, rantai nilai dapat digunakan untuk memeriksa bagaimana aktivitas di dalam suatu perusahaan dikelompokkan dan memungkinkan untuk dikelompokkan. Batasan organisasi sering tidak ditarik dari sekitar kelompok aktivitas yang paling serupa dalam pengertian ekonomi. Lebih jauh, unit organisasi seperti departemen pembelian, penelitian dan pengembangan, sering hanya berisikan pecahan aktivitas serupa yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan.
Kebutuhan akan integrasi di antara unit-unit organisasi merupakan manifestasi dari keterkaitan. Sering kali terdapat banyak keterkaitan di dalam rantai nilai, dan struktur organisasi sering gagal memberikan mekanisme untuk mengoordinasi atau mengoptimalkan mereka. Informasi yang diperlukan untuk koordinasi dan optimalisasi keterkaitan juga jarang dikumpulkan di sepanjang rantai. Manajer aktivitas pendukung seperti manajemen sumber daya manusia dan pengembangan teknologi sering tidak memiliki pandangan seperti pandangan Lawrence dan Lorsch (1967), yang menjelaskan tentang bagaimana mereka berhubungan dengan posisi bersaing perusahaan secara keseluruhan, sesuatu yang disoroti oleh rantai nilai, yang pada
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 373
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
gilirannya, keterkaitan vertikal sering tidak dilayani dengan baik di dalam Struktur organisasi.
Perusahaan mungkin dapat menarik batas-batas unit secara lebih selaras dengan sumber keunggulan bersaingnya dan melayani jenis koordinasi yang sesuai, dengan mengaitkan struktur organisasinya dengan rantai nilai, dan hubungan di dalamnya dengan pemasok atau penyalur. Struktur organisasi yang sesuai dengan rantai nilai akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan dan mempertahankan keunggulan bersaing. Walaupun tidak dapat dibahas secara rinci di sini, subjek ini tetap merupakan isu penting dalam pelaksanaan strategi.
Keunggulan biaya merupakan satu dari dua jenis keunggulan bersaing yang mungkin dimiliki perusahaan. Biaya juga sangat penting bagi strategi diferensiasi, karena diferensiator harus mempertahankan kedekatan biaya dengan para pesaing. Jika kompensasi harga yang dihasilkan melebihi biaya diferensiasi, diferensiator tidak akan berhasil dalam mencapai kinerja unggul. Perilaku biaya juga menimbulkan pengaruh kuat terhadap struktur industri secara menyeluruh.
Para manajer menyadari pentingnya biaya, dan banyak rencana strategis menetapkan "keunggulan biaya" atau "pengurangan biaya" sebagai tujuan. Namun, perilaku biaya jarang dipahami dengan baik. Sering terjadi ketidaksepakatan di kalangan manajer tentang posisi biaya relatif perusahaan dan alasan yang mendasarinya. Berbagai kajian biaya cenderung memusatkan perhatian pada biaya manufaktur dan mengabaikan dampak aktivitas lainnya, seperti: pemasaran, pelayanan, dan infrastruktur terhadap posisi biaya relatif.
Lebih lanjut, biaya aktivitas tertentu dianalisis secara berurutan, tanpa menyadari keterkaitan di antara sejumlah aktivitas yang dapat mempengaruhi biaya. Akhirnya, perusahaan memiliki kesulitan besar dalam menilai posisi biaya para pesaing, yang merupakan langkah penting dalam menilai posisi relatif mereka sendiri. Mereka sering kali cenderung melakukan perbandingan antara biaya buruh dan biaya bahan baku secara sempit. Tidak adanya kerangka kerja yang sistematik bagi analisis
374 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
biaya di hampir semua perusahaan menyebabkan timbulnya semua masalah itu.
Kebanyakan kajian biaya hanya mengkaji isu sempit dan berwawasan jangka pendek. Sarana popular, seperti kurva pengalaman sering kali disalahgunakan dalam analisis biaya. Kurva pengalaman dapat berfungsi sebagai titik tolak, tetapi mengabaikan banyak penentu perilaku biaya (drivers of cost behavior) yang penting dan mengaburkan hubungan penting di antara faktor penentu itu. Analisis biaya juga cenderung sangat bergantung pada sistem akunting yang ada sekarang. Sekalipun sistem akunting memang memuat data yang berguna bagi analisis biaya. sistem itu sering kali merintangi analisis biaya strategis.
Sistem biaya menggolongkan biaya dalam hal-hal yang bersifat lini, seperti tenaga kerja langsung, tenaga kerja tak langsung, dan beban yang dapat mengaburkan aktivitas yang mendasari kinerja perusahaan. Hal ini cenderung menggabungkan semua biaya aktivitas dengan ekonomi yang berbeda dan pemisahan artifisial biaya buruh, bahan, dan overhead (biaya umum) yang terkait dengan aktivitas yang sama.
Bagian ini mengulas kerangka kerja untuk menganalisis perilaku biaya, faktor penentu posisi biaya relatif; dan cara perusahaan memperoleh keunggulan biaya yang terus-menerus atau memperkecil ketidakunggulan biayanya. Kerangka kerja ini juga dapat mengungkap biaya diferensiasi dan cara pesaing terdiferensiasi dapat menurunkan biaya dalam bidang-bidang yang tidak merusak diferensiasinya. Sarana yang sama dapat juga digunakan untuk menganalisis perilaku biaya pemasok dan pembeli, yang penting bagi posisi biaya dan upaya mencapai diferensiasi.
Rantai nilai menyediakan sarana utama bagi analisis biaya, dengan menunjukkan cara menetapkan suatu rantai nilai untuk melakukan analisis biaya dan cara mengaitkan biaya dan harta dengan sejumlah aktivitas nilai. Selanjutnya akan diuraikan cara menganalisis perilaku biaya, dengan menggunakan konsep penentu biaya.
Penentu biaya adalah faktor penentu struktural biaya suatu aktivitas yang berbeda-beda berdasarkan pengendalian
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 375
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
perusahaan atasnya. Penetapan biaya menentukan perilaku biaya di dalam suatu aktivitas yang mencerminkan setiap keterkaitan atau saling keterhubungan yang mempengaruhinya. Kinerja biaya perusahaan dalam setiap aktivitas tersendirinya yang utama berakumulasi menciptakan posisi biaya relatifnya.
Setelah menyajikan kerangka kerja untuk menganalisis perilaku biaya, akan dijelaskan cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menilai biaya relatif pesaing dan mencapai keunggulan biaya. Kemudian akan diuraikan beberapa hal penting dalam upaya mengembangkan dan memahami posisi biaya. Bagian ini akan diakhiri dengan bahasan tentang langkah-langkah dalam analisis biaya strategis.
Teknik yang diuraikan dalam kajian ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti analisis biaya terinci yang diperlukan bagi manajemen operasional atau penetapan harga, juga tidak dimaksudkan untuk meniadakan kebutuhan akan akunting finansial dan biaya. Sebaliknya, kerangka kerja ini bertujuan membantu perusahaan memahami perilaku biaya secara luas dan menyeluruh yang akan memandu upaya mencapai keunggulan biaya yang bertahan lama dan menyumbang upaya perumusan perusahaan strategi bersaing. 1. Rantai Nilai dan Analisis Biaya
Perilaku biaya perusahaan dan posisi biaya relatifnya berasal dari aktivitas nilai yang dilakukan perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Oleh karena itu, analisis biaya yang berguna mengkaji biaya di dalam aktivitas ini dan bukan biaya perusahaan secara keseluruhan. Setiap aktivitas nilai memiliki Struktur biayanya sendiri dan perilaku biayanya dapat dipengaruhi oleh hubungan dan saling keterhubungan dengan aktivitas lain, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Keunggulan biaya terjadi apabila biaya kumulatif yang dikeluarkan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas nilai lebih rendah dibandingkan dengan biaya kumulatif para pesaingnya. 2. Menetapkan Rantai Nilai Basis Analisis Biaya
Tolok ukur dalam melaksanakan analisis biaya adalah menetapkan rantai nilai perusahaan dan menetapkan biaya
376 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
operasional dan aset bagi aktivitas nilai. Setiap aktivitas dalam rantai nilai mencakup biaya operasional serta asset dalam bentuk modal tetap dan modal kerja. Masukan yang dibeli menjadi bagian dari biaya setiap aktivitas nilai, dan dapat menyumbang pada biaya operasional (masukan operasional yang dibeli) dan aset (aset yang dibeli). Perlunya menetapkan aset bagi aktivitas nilai mencerminkan fakta bahwa jumlah aset dalam sesuatu aktivitas dan efisiensi pendayagunaannya sering kali merupakan hal yang penting bagi biaya aktivitas.
Gune memenuhi tujuan analisis biaya, pemisahan rantai nilai generik ke dalam setiap aktivitas nilai sejatinya mencerminkan tiga prinsip yang saling berkaitan:
a. Ukuran dan pertumbuhan biaya yang diproksi aktivitas b. Perilaku biaya aktivitas c. Perbedaan pesaing dalam melakukan aktivitas
Aktivitas sejatinya dipisahkan untuk keperluan analisis biaya, jika ia mewakili persentase biaya operasional atau harta yang penting atau berkembang dengan cepat. Meskipun perusahaan umumnya dengan mudah dapat mengenali sejumlah komponen biaya yang besar, mereka sering kali mengabaikan aktivitas nilai yang lebih kecil tetapi semakin berkembang yang akhirnya dapat mengubah struktur biaya mereka. Aktivitas yang diproksi persentase biaya atau aset yang kecil dan tidak berubah dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori yang lebih luas.
Aktivitas juga sejatinya dipilah-pilah, jika memiliki penentu biaya yang berbeda, yang akan diulas lebih rinci berikut ini. Aktivitas dengan faktor penentu biaya serupa dapat dikelompokkan bersama.
Sebagai contoh, iklan dan promosi biasanya termasuk dalam aktivitas nilai terpisah karena biaya iklan peka terhadap skala, sedangkan biaya promosi sebagian besar berubah-ubah. Setiap aktivitas yang dimanfaatkan bersama suatu unit usaha dengan unit usaha lainnya seharusnya juga diperlakukan sebagai aktivitas nilai terpisah karena kondisi di unit usaha lainnya akan mempengaruhi perilaku biayanya.
Logika yang sama berlaku bagi setiap aktivitas yang memiliki pertalian penting dengan aktivitas lainnya. Dalam praktik, kita tidak selalu mengetahui penentu perilaku biaya pada awal suatu
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 377
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
analisis; karenanya upaya mengenali aktivitas nilai cenderung perlu dilakukan berulang-ulang.
Penjabaran awal rantai nilai menjadi aktivitas-aktivitas tanpa dapat dihindari, akan menggambarkan hipotesis terbaik mengenai perbedaan penting dalam perilaku biaya. Selanjutnya, aktivitas nilai dapat digabungkan atau dipisahkan pada saat analisis lebih lanjut menyingkapkan perbedaan atau persamaan perilaku biaya. Namun umumnya, rantai nilai yang digabungkan lebih dahulu dianalisis, dan kemudian aktivitas nilai tertentu yang terbukti penting dikaji secara lebih terinci.
Langkah terakhir memisahkan aktivitas nilai adalah perilaku pesaing. Aktivitas penting seharusnya dikaji secara terpisah apabila pesaing melakukannya dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh, People Express adalah perusahaan yang memanfaatkan bersama aktivitas dengan unit-unit bisnis yang berkaitan dan perusahaan tidak melakukan hal serupa. Usaha utama People Express focus pada penerbangan semata tanpa menawarkan pelayanan apa pun di dalam pesawat yang sangat berbeda dari apa yang ditawarkan oleh perusahaan lain yang lebih mapan, seperti: American, Eastern, TWA, dan United. Perbedaan di kalangan pesaing menimbulkan kemungkinan bahwa suatu aktivitas merupakan sumber keunggulan atau kerugian biaya relatif.
11.3 Menetapkan Biaya dan Aset
Setelah mengenali rantai nilainya, perusahaan harus menetapkan biaya operasional dan aset pada aktivitas nilai. Biaya operasional seharusnya ditetapkan pada aktivitas yang memerlukannya. Aset seharusnya ditetapkan pada aktivitas yang menggunakan, mengendalikan, atau paling mempengaruhi penggunaannya. Penetapan biaya operasional pada prinsipnya tidak sulit, sekalipun mungkin memerlukan waktu tidak sedikit.
Pembukuan akuntansi sejatinya sering disesuaikan kembali untuk mengimbangi biaya yang memiliki aktivitas nilai daripada yang berklasifikasi akuntansi, terutama dalam bidang-bidang seperti biaya umum dan masukan yang dibeli.
378 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Karena aset mahal serta pemilihan dan penggunaannya sering kali melibatkan kompromi dengan biaya operasional, aset harus ditetapkan pada aktivitas nilai sedemikian rupa sehingga memungkinkan analisis perilaku biaya. Penetapan aset pada aktivitas lebih rumit daripada penetapan biaya operasional. Perhitungan aset biasanya harus dikelompokkan kembali agar sesuai dengan aktivitas. Selain itu, aset harus dinilai secara konsisten.
Terdapat dua pendekatan luas untuk menetapkan asset, yaitu: Aset dapat ditetapkan atas dasar nilai buku atau penggantian dan dibandingkan dengan biaya operasional dalam bentuk ini, atau nilai buku atau penggantian dapat ditetapkan menjadi biaya operasional melalui biaya modal.
Pendekatan penilaian mana pun yang diterapkan selalu ada kesulitan. Nilai buku mungkin tidak ada artinya, karena peka terhadap penetapan waktu pembelian awal dan terhadap kebijakan akuntansi. Perhitungan nilai penggantian juga sering kali merupakan tugas sulit. Demikian juga jadwal penyusutan sering kali ditetapkan begitu saja, seperti halnya biaya modal pada aset tetap dan jumlah uang di bank. Metode tertentu yang dipilih untuk menilai aset seharusnya mencerminkan karak-teristik industri, yang pada gilirannya akan menentukan bias yang paling penting dalam data dan pertimbangkan praktis dalam mengumpulkannya.
Analisnya harus memperhitungkan bias yang selalu ada dalam setiap metode yang digunakan. Menetapkan aset dengan berbagai cara terbukti akan memberikan penjelasan bagi analisis biaya. Biaya dan aset aktivitas nilai yang dimanfaatkan bersama seharusnya dialokasikan pada rantai nilai unit usaha dengan menggunakan metode apa pun yang sekarang diterapkan perusahaan, yang umumnya didasarkan pada formula alokasi tertentu. Perilaku biaya aktivitas nilai yang dimanfaatkan bersama mencerminkan aktivitas itu secara keseluruhan dan bukan hanya bagian tertentu satu unit usaha.
Sebagai contoh, biaya aktivitas bersama yang peka skala akan bergantung pada volume semua unit bisnis yang terlibat. Selain itu, formula alokasi yang mencakup aktivitas bersama mungkin tidak mencerminkan sisi ekonominya tetapi mungkin telah
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 379
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
ditetapkan berdasarkan pertimbangan kemudahan atau politik. Pada saat analisis berlanjut, biaya aktivitas bersama dapat disempurnakan dengan menggunakan metode alokasi yang lebih berarti berdasarkan perilaku biaya aktivitas bersangkutan.
Periode waktu yang dipilih untuk menetapkan biaya dan aset pada aktivitas nilai seharusnya mewakili kinerja perusahaan. Hal ini harus memperhitungkan adanya fluktuasi musiman atau bersiklus dan periode ketidakberkelanjutannya yang mungkin mempengaruhi biaya. Perbandingan biaya pada saat-saat yang berbeda dapat memperjelas dampak perubahan strategi, serta membantu mendiagnosis perilaku biaya itu sendiri.
Misalnya, mengkaji biaya suatu aktivitas secara berkelanjutan dapat menunjukkan dampak pembelajaran, sedangkan membandingkan biaya selama periode pelaksanaan dengan tingkat aktivitas yang sangat berbeda dapat menunjukkan indikasi tertentu tentang kepekaan skala dan peran pendayagunaan kapasitas.
Penting diingat bahwa penetapan biaya dan aset tidak memerlukan ketepatan yang diperlukan bagi tujuan pelaporan keuangan. Estimasi (perkiraan) sering kali lebih dari cukup untuk menyoroti berbagai isu biaya yang strategis, dan dapat digunakan dalam menetapkan biaya dan aset untuk menilai aktivitas di mana upaya menghasilkan gambaran biaya yang akurat akan mengharuskan pengeluaran besar. Pada saat analisis berlanjut dan aktivitas nilai tertentu terbukti penting bagi keunggulan biaya, upaya selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih cermat. Akhirnya, perusahaan mungkin mendapatkan apabila aset ditetapkan dengan ukuran nilai aset tertentu, biaya modal masih akan diperlukan untuk menilai setiap kompromi dengan biaya operasional yang ada. Bahwa para pesaing melakukan penetapan biaya operasional dan aset secara berbeda. Cara pesaing mengukur biayanya merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi perilakunya. Bagian dari tugas analisis biaya pesaing adalah berupaya mendiagnosis praktik penetapan biaya yang dilakukan pesaing.
380 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
11.4 Sekilas Analisis Biaya Alokasi biaya dan aset akan menghasilkan rantai nilai yang
menggambarkan distribusi biaya perusahaan secara cuma-cuma, akan terbukti berguna untuk memisahkan biaya masing-masing aktivitas nilai ke dalam tiga kategori: 1. Pembelian masukan operasional, 2. Biaya sumber daya manusia, dan 3. Asset menurut kategori utama.
Alokasi awal biaya operasional dan aset pada rantai nilai dapat menunjukkan sejumlah hal bagi perbaikan biaya. Sebagai contoh, pembelian masukan operasional akan sering kali mewakili proporsi biaya yang lebih besar daripada anggapan umum karena semua masukan yang dibeli dalam rantai nilai jarang sekali digabungkan. Pemahaman lainnya dapat timbul sebagai upaya mengelompokkan aktivitas nilai menjadi aktivitas langsung, tak langsung, dan jaminan kualitas seperti yang didefinisikan, dengan menjumlahkan biaya dalam setiap kategori.
Para manajer sering kali tidak memperhatikan pembengkakan biaya tak langsung dan hampir selalu cenderung hanya memperhatikan biaya langsung. Dalam banyak perusahaan, biaya tak langsung tidak hanya mewakili proporsinya besar dan biaya keseluruhan tetapi juga telah membengkak lebih cepat daripada unsur-unsur biaya lainnya. Pengenalan sistem informasi yang canggih dan proses otomatisasi memperkecil biaya langsung tetapi memperbesar biaya tak langsung yang mengharuskan adanya hal-hal, seperti pemeliharaan yang canggih dan pemrogram komputer untuk menyiapkan Toner atau cartridge. Dalam produksi tertentu, misalnya, biaya tak langsung mewakili lebih dari 10 persen biaya total.
Perusahaan dapat juga menemukan bahwa jumlah semua aktivitas jaminan kualitas dalam rantai nilai sangat besar. Dalam banyak industri, hal ini menyebabkan timbulnya kesimpulan bahwa pendekatan lain terhadap jaminan kualitas di samping pemeriksaan, penyesuaian, dan pengujian dapat menghemat biaya lebih besar.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 381
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
11.5 Perilaku Biaya Kinney dan Raiborn (2011) secara sederhana memberikan
pemahaman yang mendasar bahwa biaya (cost) akan merefleksikan ukuran moneter atas sumber daya yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, seperti menghasilkan suatu produk atau memberikan suatu pelayanan atau jasa. Berdasarkan pemahaman tersebut, sejatinya sebuah organisasi akan selalu memerlukan dan mengeluarkan biaya untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, sehingga tidak satu pun organisasi yang tidak memerlukan biaya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, analisis lebih lanjut atas biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan guna memperkuat strategi bersaing sebuah organisasi.
Guna melakukan analisis lebih lanjut atas biaya, pada umumnya biaya akan dilihat perilakunya berdasarkan jumlah totalnya dalam kaitannya dengan perubahan pemicu biayanya (cost driver). Pengetahuan mengenai hubungan tersebut dinilai penting, karena guna mengefisienkan penggunaan biaya dalam kaitannya dengan output yang dihasilkan. Lebih jauh, hal itu dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan harga (pricing) guna memenangkan persaingan bisnis. Selanjutnya untuk keperluan tersebut, biaya dapat diklasifikasikan ke dalam biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Hal ini sejalan dengan pandangan Hongren, Datar, dan Foster (2006) menyatakan bahwa “A variable cost changes in total in proportion to changes in the related level of total activity or volume. A fixed cost remains unchanged in total for a given time period, despite wide changes in the related level of total activity or volume. Cost are defined as variable or fixed with respect to a specific activity and for a given time period. Lebih lanjut, Lanen, Shanon, dan Maher (2008) menyatakan bahwa “Fixed costs are costs that are unchanged as volume changes within the relevant range of activity. Variable costs are costs that change in direct proportion with a change in volume within the relevant range of activity.”
Dengan demikian, biaya secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Penentuan apakah suatu biaya bersifat tetap atau variabel
382 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
tergantung pada suatu aktivitas tertentu. Hilton (1997) berpendapat bahwa “A variables cost changes in total in direct proportion to a change in the level of activity (or cost driver). If activity increases by 20%, total variable cost increases by 20% also. A fixed cost remains unchanged in total as the level of activity (or cost driver) varies. If activity increases or decreases by 20%, total fixed cost remains the same.” Selain itu, Carter dan Usry (2002) menyebutkan bahwa “The total amounts of variable costs change in proportion to changes in activity within a relevant range. Stated differently, variable costs show a relatively constant amount perunit as activity changes within a relevant range.”
Selanjutnya Carter dan Usry menyebutkan bahwa biasanya biaya variabel mencakup biaya bahan baku (direct material) dan biaya tenaga kerja (direct labor). Secara teknis Carter dan Usry juga menyatakan bahwa “... management actions may determine whether a cost is classified as fixed or variable.”
Posisi biaya perusahaan berasal dari perilaku biaya berdasarkan nilai aktivitasnya. Perilaku biaya bergantung pada sejumlah faktor struktural yang mempengaruhi biaya, yang disebut sebagai penentu biaya. Beberapa penentu biaya dapat terintegrasi guna menentukan biaya aktivitas tertentu. Penentu biaya yang penting dapat berbeda-beda di antara perusahaan dalam industri yang sama, jika mereka menggunakan rantai nilai yang tidak sama. Posisi biaya relatif suatu perusahaan dalam nilai aktivitas bergantung pada kedudukannya terkait dengan penentu biaya yang penting itu.
Strategi bersaing akan berjalan dengan baik apabila perusahaan mampu menjelaskan keunggulan bersaing yang merupakan suatu nilai lebih dibandingkan pesaing. Keunggulan bersaing ini akan memudahkan perusahaan untuk meraih keuntungan lebih besar dibandingkan pesaing dan memberikan kesempatan hidup lebih lama dalam persaingan. Karena dalam situasi oligopoli suatu perusahaan dalam beberapa hal tergantung pada perilaku pesaingnya-pesaingnya, maka memilih gerakan bersaing yang tepat berarti menemukan gerakan yang memberikan hasil yang menentukan dengan segera (tidak terjadi perang yang serius atau berlarut-larut) dan juga yang condong
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 383
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
sedapat mungkin ke arah kepentingan perusahaan yang bersangkutan sendiri.
Tujuan perusahaan adalah menghindarkan ketidakstabilan dan perang yang mahal, yang memberikan akibat buruk bagi semua peserta persaingan, tetapi masih menguntungkan perusahaan-perusahaan tertentu. Satu pendekatan yang luas adalah dengan menggunakan keunggulan sumber daya dan kemampuan untuk memaksa agar hasilnya sesuai dengan kepentingan perusahaan, mengatasi dan bertahan terus dalam perang persaingan, hal ini dapat dikatakan sebagai pendekatan kekuatan yang brutal.
Analisis perilaku biaya mampu memberikan masukan bagi manajemen dalam proses estimasi biaya produksi. Analisis perilaku biaya dapat digunakan sebagai salah satu perangkat bagi manajemen untuk memprediksi biaya yang akan dikeluarkan di masa yang akan datang, menentukan besaran skema biaya beserta pendapatan, dan melakukan analisis sensitivitas. Agar tercipta analisis perilaku biaya yang handal, terlebih dahulu setiap biaya harus diidentifikasi, dipilah, dan dikelompokkan ke dalam unsur biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
11.6 Penentu Biaya Penentu biaya utama yang menentukan perilaku biaya
aktivitas nilai: nilai ekonomis skala, pembelajaran, pola pendayagunaan kapasitas, keterkaitan, saling keterhubungan, integrasi, penetapan waktu, kebijakan dengan kebebasan, lokasi, dan beberapa faktor kelembagaan. Penentu biaya merupakan penyebab struktural atas biaya suatu aktivitas dan besar kecilnya dapat dikendalikan perusahaan. Penentu sering kali berinteraksi satu sama lain untuk menentukan perilaku biaya aktivitas tertentu, dan dampak relatif penentu biaya akan sangat berbeda-beda di antara sejumlah aktivitas nilai.
Dengan demikian, tidak ada penentu biaya, seperti skala atau kurva belajar yang merupakan satu-satunya faktor penentu posisi biaya perusahaan. Upaya mendiagnosis penentu biaya setiap aktivitas nilai memungkinkan perusahaan untuk memperoleh
384 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
pemahaman yang baik tentang sumber posisi biaya relatifnya dan cara mengubahnya.
Biaya suatu nilai aktivitas sering kali bergantung pada nilai ekonomis dan nilai skala tidak ekonomis. Nilai skala ekonomis berasal dari kemampuan melakukan aktivitas secara berbeda dan lebih efisien dengan volume lebih besar atau dari kemampuan melikuidasi biaya tak nyata, seperti pengiklanan, penelitian dan pengembangan atas volume penjualan yang lebih besar.
Nilai skala ekonomis dapat timbul dari efisiensi dalam pelaksanaan nyata suatu aktivitas pada skala lebih tinggi serta dari peningkatan yang kurang dan proporsional dalam infrastruktur atau biaya umum (overhead) yang diperlukan untuk menunjang suatu aktivitas sejalan dengan pertumbuhannya. Dalam penambangan batu bara misalnya, biaya penambangan batu bara yang sesungguhnya semakin berkurang sejalan dengan skala dibandingkan dengan biaya infra struktur.
Nilai skala ekonomis sejatinya benar-benar dibedakan dari
pendayagunaan kapasitas. Penggunaan kapasitas yang
meningkat menyebar biaya tetap fasilitas dan pegawai yang ada
atas volume besar. Sementara itu, nilai skala ekonomis berarti
bahwa suatu aktivitas berjalan dengan kapasitas penuh secara
lebih efisien pada skala yang lebih besar. Mencampuradukkan
penggunaan kapasitas dengan nilai skala ekonomis dapat
membuat perusahaan salah menyimpulkan bahwa biayanya akan
terus menurun dengan memperluas kapasitas apabila kapasitas
yang sekarang telah penuh.
Kompleksitas yang meningkatkan dan biaya koordinasi dapat
menimbulkan nilai skala yang tidak ekonomis dalam suatu nilai
aktivitas bersamaan dengan meningkatnya skala. Sebagai
contoh, apabila jumlah lini dalam suatu pabrik logam lebih dari
15, kompleksitas pabrik menjadi sukar dikelola. Meningkatkan
skala ada kalanya juga menurunkan motivasi pegawai dan dapat
mempertinggi biaya upah atau biaya pembelian masukan.
Sebagai contoh, sebuah pabrik besar dapat memiliki
kemungkinan lebih besar terjadinya pembentukan serikat buruh
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 385
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
atau menimbulkan harapan lebih tinggi dan lebih besar terhadap
kekuatan perundingan serikat buruh. Nilai skala tidak
ekonomis dalam pembelian dapat juga terjadi apabila
pembelian yang besar berhadapan dengan pasokan yang tidak
elastis sehingga mendorong naiknya harga masukan. Nilai skala
tidak ekonomis tampaknya muncul dalam kebanyakan industri
fashion dan jasa profesional yang sangat bergantung pada
kecepatan tanggapan dan orang-orang kreatif yang tidak
berfungsi baik dalam perusahaan besar. Penentu biaya yang
sama menentukan pendayagunaan aset dan biaya operasional
dalam suatu aktivitas.
Skala ekonomis (economies of scale) merupakan suatu
teori yang menggambarkan fenomena menurunnya biaya
produksi per unit pada suatu perusahaan dibarengi dengan
meningkatnya volume produksi (output). Semakin besar
perusahaan, semakin rendah biaya produksi per unit produk yang
dihasilkan.
Sebagai contoh, tingkat pergantian persediaan barang jadi
sering kali ditentukan oleh skala aktivitas pengolahan pesanan
dan kebijakan berkenaan dengan waktu pengiriman. Kompromi
sering kali dapat dilakukan antara pendayagunaan aset dan biaya
operasional. Sebagai contoh, pabrik berskala besar mungkin
memiliki biaya operasional rendah, tetapi lebih sedikit
penggunaan aset daripada pabrik berskala kecil.
Logika berpikirnya, akan jadi dilemma jika output meningkat
tetapi biaya produksi per unit justru menurun. Secara sederhana,
setiap peningkatan output umumnya diikuti dengan biaya
produksi per unit yang juga meningkat. Asumsinya, faktor
produksi, seperti bahan baku (input) dan tenaga kerja juga
meningkat, sehingga harusnya berpengaruh pula pada biaya
produksi per unit yang meningkat atau lebih tinggi. Asumsi ini
bisa jadi benar, namun tak selalu tepat.
386 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Produksi massal atau dalam jumlah besar justru mampu menekan biaya produksi per unit. Sederhananya, pembelian bahan baku dalam jumlah besar umumnya akan memperoleh diskon sehingga harga bahan baku (input) menjadi lebih murah. Dengan jam kerja dan jumlah pekerja sama, pengolahan bahan baku menjadi produk tersebut akan menimbulkan biaya produksi yang lebih murah. Contoh sederhananya, suatu usaha konveksi mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 10 juta per bulan dengan jumlah produksi sebanyak 500 unit, sehingga biaya produksi per unit sebesar Rp 20 ribu. Perusahaan memiliki stok bahan baku cukup banyak, karena pembelian dilakukan dalam jumlah banyak sekaligus. Jika perusahaan mampu memotivasi karyawan sehingga terpacu untuk meningkatkan produktivitasnya, dalam sebulan perusahaan bisa menghasilkan sebanyak 600 unit, maka biaya produksi per unitnya akan lebih rendah menjadi Rp 16.666,66. Dengan kata lain, skala ekonomis dapat dipahami sebagai keuntungan yang diperoleh perusahaan atas keberhasilannya melakukan efisiensi. Efisiensi perusahaan ini umumnya dipengaruhi oleh ukuran atau skala perusahaan. Perusahaan berskala besar cenderung lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan berskala kecil.
Kompromi seperti ini harus dikenali untuk mengoptimalkan kombinasi asset dan biaya operasional untuk menurunkan biaya keseluruhan. Perilaku biaya suatu aktivitas nilai dapat menjadi fungsi lebih dari satu penentu biaya. Meskipun sebuah penentu dapat menimbulkan pengaruh terkuat terhadap biaya aktivitas nilai, beberapa penentu sering kali berinteraksi untuk menentukan biaya. Sebagai contoh, biaya operasi gerbang (gate operation) bagi suatu perusahaan penerbangan mencerminkan kebijakan berkenaan dengan seberapa banyak pelayanan yang diberikan perusahaan, skala lokal (yang mempengaruhi efisiensi pendayagunaan pegawai dan fasilitas), dan pola pendayagunaan kapasitas (yang merupakan cerminan jadwal penerbangan).
Perusahaan harus berupaya semaksimal mungkin meningkat-kan hubungan antara penentu biaya dan biaya nilai aktivitas. Ini akan mengharuskan upaya memperkirakan kemiringan skala atau kurva pembelajaran bagi setiap aktivitas, dampak biaya setiap kebijakan penting, keunggulan biaya atau kelemahan penentuan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 387
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
waktu, dan sebagainya bagi setiap penentu. Meskipun tidak perlu harus sangat tepat, diperlukan peningkatan penentu untuk menentukan kadar penting relatif masing-masing penentu biaya. Peningkatan juga akan sangat memperlancar perkiraan posisi biaya relatif dibandingkan dengan posisi biaya bersaing.
Teknologi yang digunakan dalam aktivitas nilai tidak dengan sendirinya merupakan penentu biaya, tetapi sebaliknya merupakan hasil dari keterhubungan sejumlah penentu biaya. Skala, penentuan waktu, lokasi, dan penentu lainnya mempengaruhi teknologi yang digunakan digabungkan dengan keputusan kebijakan yang diambil perusahaan.
Penentu biaya sering kali berinteraksi untuk menentukan biaya suatu aktivitas. Interaksi ini dapat terjadi dalam dua bentuk: apakah penentu memperkuat atau saling bertentangan. Penentu sering kali memperkuat atau berkaitan satu sama lain dalam mempengaruhi biaya.
Misalnya, seberapa jauh nilai skala ekonomis dalam suatu aktivitas sebagian ditentukan oleh pilihan kebijakan tentang cara melaksanakan aktivitas itu dan bauran produk. Dampak lokasi terhadap biaya sering kali berkaitan dengan kondisi kelembagaan seperti serikat buruh atau peraturan, sedangkan upaya mengamankan lokasi yang baik kemungkinan mengharuskan penentuan waktu awal dalam industri. Pilihan kebijakan dapat juga lebih memudahkan atau mempersulit upaya mencapai keterkaitan.
Selain itu, kebijakan biaya sering kali dipengaruhi oleh penentu lain seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Keuntungan penentuan awal dapat diperkuat dengan nilai ekonomis skala atau dampak pembelajaran. Integrasi juga sering kali meningkatkan nilai skala ekonomis.
Penentu biaya juga dapat bertentangan satu sama lain, dengan mengimbangi dampak masing-masing. Ini berarti bahwa upaya meningkatkan posisi perusahaan di satu penentu biaya dapat memperburuk posisinya di penentu lainnya.
Sebagai contoh, skala yang besar dan tingkat integrasi yang tinggi sering kali memperbesar kerugian kurangnya pendaya-gunaan kapasitas. Demikian halnya, peningkatan skala dapat memperbesar kemungkinan pembentukan serikat buruh,
388 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
sedangkan nilai skala ekonomis mungkin akan terganggu karena lokasi tunggal mempertinggi biaya transportasi.
Upaya mengenali interaksi di antara sejumlah penentu biaya merupakan hal yang diperlukan untuk menentukan perilaku biaya suatu aktivitas. Apabila penentu saling memperkuat, perusahaan harus mengoordinasi strateginya untuk mencapai biaya terendah. Misalnya, pilihan kebijakan seharusnya meningkatkan kemam-puan perusahaan untuk meraih manfaat nilai skala ekonomis atau mencapai keterkaitan. Penentuan waktu dini seharusnya didayagunakan dengan mencapai pembelajaran secara agresif. Upaya meniadakan ketidakkonsistenan dan pengendalian dampak penentu biaya yang saling memperkuat dapat meningkatkan posisi biaya relatif secara signifikan.
Adanya sejumlah penentu biaya yang saling bertentangan mengisyaratkan diperlukannya optimalisasi. Sebagai contoh, lokasi harus mengoptimalkan kompromi di antara nilai skala ekonomis, biaya transportasi, dan biaya upah. Pilihan skala pabrik harus memperhitungkan biaya kurangnya pendayagunaan. Pilihan kebijakan adakalanya dapat mengubah kompromi seperti itu, misalnya, pilihan proses manufaktur yang luwes dapat mengubah kompromi antara skala dan ragam produk. Upaya mengatasi kompromi seperti itu hanya dimungkinkan apabila dampak setiap penentu atas biaya suatu aktivitas dapat ditingkatkan.
Interaksi di antara sejumlah penentu biaya sering kali sangat rumit. Sering kali interaksi itu tidak diketahui, terutama apabila berubah-ubah. Dengan demikian, kemampuan mewujudkan pengetahuan tentang adanya interaksi itu ke dalam pilihan strategi dapat menjadi sumber keunggulan biaya yang bertahan lama.
Mengenali Penentu Maya, sebagai upaya mengenali penentu biaya dan meningkatkan dampaknya terhadap biaya yang mungkin tidak mudah. Selain itu, ada sejumlah metode yang dapat digunakan. Ada kalanya penentu biaya suatu aktivitas nilai akan jelas secara intuitif dari upaya mengkaji dasar ekonominya.
Sebagai contoh, biaya tenaga penjualan sering kali ditentukan oleh pangsa local, karena pangsa lokal yang tinggi mempersingkat waktu perjalanan. Perkiraan yang cukup akurat
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 389
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
tentang bentuk hubungan antara biaya tenaga penjualan dan pangsa pasar dapat dihitung dengan memperkirakan dampak peningkatan pangsa pasar terhadap pengurangan waktu perjalanan rata-rata. Sering kali ada gunanya untuk memahami dan meningkatkan perilaku biaya untuk menggunakan ukuran lain atas efisiensi suatu aktivitas selain biaya total. Sebagai contoh, ukuran seperti hasil yang dicapai, tingkat barang sisa, jam kerja, dan lain-lain dapat digunakan untuk menggali sumber perubahan biaya dalam suatu aktivitas nilai dan logika ukuran itu.
Metode lain untuk mengenali penentu biaya yang dapat dilakukan perusahaan adalah mengkaji pengalaman internalnya sendiri, terutama apabila lingkungan perusahaan telah berubah atau perusahaan menjalankan unit majemuk. Data biaya masa lampau dapat memungkinkan perusahaan memplotkan kurva pembelajarannya, di waktu lalu dalam suatu nilai aktivitas, misalnya, jika perusahaan menyesuaikan dengan inflasi dan perubahan kebijakan, desain produk, dan bauran produk. Tingkat biaya, pada skala keluaran yang tidak sama di waktu lalu dapat mengungkapkan informasi tentang nilai skala ekonomis. Apabila perusahaan menjual di beberapa wilayah geografis atau berproduksi di beberapa pabrik, perbedaan yang timbul di antaranya dapat menyingkap penentu biaya.
Penentu biaya dapat juga ditentukan dengan mewawancarai seorang pakar/ahli (expert). Orang-orang yang memiliki pengetahuan luas tentang suatu nilai aktivitas dapat ditanya "bagaimana jika" berkaitan dengan dampak pengubahan berbagai parameter terhadap biaya. Sebagai contoh, wawancara dengan para manajer produksi mungkin dapat menyingkap dampak penggandaan kecepatan lini terhadap sejumlah faktor seperti jumlah tenaga yang diperlukan, konsumsi energi, dan hasil yang dicapai.
Metode terakhir untuk mengenali penentu biaya adalah membandingkan biaya perusahaan dalam suatu nilai aktivitas dengan pesaingnya atau membandingkan biaya pesaing satu sama lain. Karena para pesaing biasanya akan berada dalam situasi yang berbeda dalam kaitannya dengan penentu biaya bersangkutan, perbandingan seperti itu dapat menyingkap penentu biaya yang paling penting.
390 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
11.7 Biaya Masukan yang Dibeli Pembelian mengandung kepentingan strategis di hampir
setiap industri, tetapi jarang sekali memiliki posisi yang memadai dalam perusahaan. Setiap nilai aktivitas menggunakan berbagai jenis masukan yang dibeli, yang berkisar dari bahan baku yang digunakan dalam pabrikasi komponen sampai dengan jasa profesional, peralatan kantor, dan barang modal. Masukan yang dibeli dipilah ke dalam masukan operasional dan aset yang dibeli. Biaya total masukan yang dibeli yang dinyatakan sebagai persentase nilai perusahaan menyediakan indikator penting tentang signifikansi perlengkapan. Di banyak industri, biaya total masukan yang dibeli merupakan persentase nilai yang sangat besar, namun kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan biaya tenaga kerja.
Biaya masukan yang dibeli merupakan bagian integral dari biaya suatu nilai aktivitas, dan penentu biaya yang diuraikan sebelumnya menentukan perilaku biaya masukan. Akan tetapi, menyisihkan masukan yang dibeli untuk menganalisisnya secara terpisah sering kali akan memperluas wawasan tentang perilaku biaya. Biaya masukan yang dibeli dalam suatu aktivitas nilai adalah fungsi tiga faktor: biaya satuannya, tingkat kegunaannya dalam suatu aktivitas nilai, dan dampak tak langsungnya terhadap aktivitas lainnya melalui keterkaitan. Meskipun pendayagunaan masukan dalam suatu aktivitas nilai dan keterkaitan dengan aktivitas lain sebaiknya dianalisis sebagai bagian dari perilaku biaya suatu aktivitas, biaya satuan masukan yang dibeli sering kali memiliki penentu serupa di semua aktivitas. Praktik pembelian berskala perusahaan juga mempengaruhi biaya satuan kebanyakan masukan. Dengan demikian, perusahaan dapat memperoleh wawasan tentang cara menurunkan biaya satuan dengan menganalisis biaya satuan masukan yang dibeli sebagai suatu kelompok.
Akan tetapi, dalam memisahkan biaya satuan masukan yang dibeli untuk dianalisis, perusahaan harus memperhatikan ketiga faktor tersebut. Baja berkualitas lebih baik misalnya dapat meningkatkan hasil pencetakan dan menyederhanakan permesinan. Dengan demikian, dalam beberapa hal, perusahaan dapat menurunkan biaya total dengan mengeluarkan biaya lebih
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 391
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
banyak untuk membeli masukan. Memperkecil biaya satuan masukan yang dibeli tidak selalu tepat. Akan tetapi, jelas masih layak diupayakan satuan biaya terbaik bagi masukan yang dibeli setelah memilih jenis dan kualitas masukan yang tepat.
Analisis perusahaan atas pembelian umumnya berfokus pada hal-hal yang lebih jelas terutama bahan baku dan komponen. Akan tetapi, masukan yang dibeli selain bahan baku dan komponen, yang apabila digabungkan, sering kali mewakili persentase biaya yang bahkan lebih besar. Sistem biaya bahan baku sering kali mendistribusikan biaya masukan yang seperti itu di antara banyak kategori biaya daripada menonjolkan kadar/ tingkat kepentingannya. Pelayanan yang dibeli seperti pemeliharaan atau jasa profesional sering kali diabaikan dalam analisis pembelian. Demikian juga halnya dengan pembelian dari unit perusahaan jarang benar-benar dikaji seperti yang dilakukan terhadap pembelian dari luar perusahaan. Dengan demikian, aset yang dibeli sering kali pembeliannya menyimpang dari sistem pembelian yang biasa dan tanpa keahlian terkait. Analisis komprehensif atas satuan biaya masukan yang dibeli dapat menjadi sarana penting untuk mencapai keunggulan biaya dalam bersaing.
Fokus utama dalam menganalisis biaya satuan masukan yang
dibeli adalah menyusun informasi pembelian. Perusahaan
sejatinya mulai dengan mengenali semua masukan penting yang
dibeli dan menentukan biaya yang dikeluarkan setiap tahun atau
setiap kuartal bagi masukan itu. Daftar ini seharusnya mencakup
masukan yang dibeli dari unit perusahaan. Bagi masukan
operasional yang dibeli, pemakaian setiap periode merupakan
cara perhitungan biaya yang relatif mudah. Akan tetapi, analisis
ini harus memperhitungkan pembayaran di muka, diskon, dan
perubahan persediaan. Untuk aset yang dibeli, total harga
pembelian dapat digunakan sebagai ukuran biaya, yang
disesuaikan bagi konsesi (kelonggaran) pemasok seperti
pelayanan gratis, suku cadang gratis, atau pendanaan berbiaya
rendah.
392 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Semua masukan penting yang dibeli seharusnya dikenali dan
disusun menurut tingkat kepentingannya terhadap biaya total.
Masukan itu kemudian dibagi menjadi masukan operasional yang
dibeli dan aset yang dibeli, berdasarkan kategori ini, dimasukkan
semua masukan yang dibeli secara reguler seperti bahan baku
dan peralatan kantor, dan yang dibeli secara tidak reguler seperti
peralatan dan jasa konsultasi. Penggolongan masukan yang dibeli
dengan cara ini dapat mengarahkan perhatian pada bidang-
bidang yang sering kali dapat menyingkap peluang untuk
memperkecil biaya. Para manajer cenderung memfokuskan
perhatian mereka pada beberapa pembelian yang mewakili
persentase penting biaya.
Akibatnya, para pemasok sering kali memperoleh margin
tertinggi atas pembelian yang mewakili barang berbiaya kecil bagi
pembeli. Masukan yang dibeli secara tidak reguler juga sering kali
kurang diperhatikan, sedangkan pembelian reguler dipantau dan
perusahaan umumnya memiliki prosedur untuk mengaturnya.
Perusahaan seharusnya juga menghitung perubahan biaya setiap
masukan yang disesuaikan dengan tingkat inflasi. Perhitungan
seperti ini akan lebih mampu menyoroti masukan yang
seharusnya dapat menunjukkan bahwa apakah perusahaan
kurang memperhatikan upaya pengendalian biaya atau apakah
kekuatan perundingan pemasok telah bertambah.
Setelah memilah-milah masukan yang dibeli menurut ukuran,
regularitas/keteraturan pembelian dan perubahan biaya nyata,
selanjutnya perusahaan perlu mengenali bidang-bidang untuk
mengambil keputusan pembelian.
Wewenang untuk kebanyakan pembelian terletak di luar
departemen pembelian. Namun, departemen pembelian memiliki
kewenangan menetapkan prosedur, keahlian pembelian, sistem
pelacakan biaya pembelian, dan pengelolaan biaya. Meskipun
secara de facto pendelegasian wewenang pembelian ke bagian-
bagian lain perusahaan sering kali merupakan hal yang secara
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 393
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
praktis perlu. Hal itu cenderung menggabungkan biaya
kebanyakan masukan yang dibeli dan dapat menimbulkan
kurangnya efisiensi pembelian kecuali apabila perusahaan
mencurahkan perhatian dengan kadar yang sama terhadap
departemen pembelian.
Langkah terakhir dalam penyusunan informasi tentang
masukan yang dibeli adalah mencatat para pemasok bagi setiap
masukan dan proporsi pembelian yang diberikan pada setiap item
dalam suatu daur pemesanan. Jumlah dan bauran pemasok akan
memainkan peran penting dalam menentukan biaya masukan
yang dibeli. Perusahaan secara sistematis juga melacak pemasok
potensial yang sekarang belum menjadi pemasoknya. Hal mi akan
menjamin adanya alternatif pemasok yang dipertimbangkan
secara regular dan perusahaan dapat mengetahui kinerja para
pemasoknya sendiri. Sering kali daftar sederhana yang memuat
semua pemasok perusahaan bagi setiap masukan akan
menghasilkan beberapa kesimpulan menarik. Sebagai contoh,
masukan bersumber tunggal dapat merupakan bagian penting
dari pembelian total. Kecuali apabila terdapat keadaan khusus,
pengadaan dari sumber tunggal merupakan indikasi bahwa para
pemasok telah menciptakan biaya pengalihan dan bahwa biaya
satuan masukan mungkin tinggi secara tidak perlu.
11.8 Perilaku Biaya Segmen Perilaku biaya pemasok akan memiliki pengaruh penting atas
masukan biaya dan kemampuan perusahaan memanfaatkan
keterkaitan pemasok. Pemasok masukan tertentu yang dibeli
sering kali akan beragam posisi biaya relatifnya. Selain itu,
mengenali sumber biaya terendah dapat menurunkan biaya
pembelian satuan dalam jangka panjang apabila perusahaan
dapat menggunakan kekuatan daya tawarnya. Perilaku biaya
394 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
pemasok akan menentukan apakah melakukan pesanan lebih
besar akan menurunkan biaya pemasok.
Perilaku biaya pemasok juga akan menentukan dampak
berbagai praktik yang diterapkan perusahaan atau yang diminta
perusahaan untuk dilakukan pemasok terhadap biaya pemasok.
Dengan demikian, memahami perilaku biaya pemasok utama
akan memungkinkan perusahaan untuk menetapkan kebijakan
pembelian yang lebih baik dan juga untuk mengetahui dan
memanfaatkan keterkaitan.
Sejauh ini telah diuraikan cara menganalisis perilaku biaya
suatu unit usaha secara keseluruhan. Akan tetapi, dalam praktik
unit usaha biasanya memproduksi sejumlah produk yang
berbeda-beda dan menjualnya ke sejumlah pembeli yang tidak
sama. Unit usaha mungkin juga menggunakan sejumlah saluran
distribusi yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah perusahaan
pembuat kapal membangun tanker LNG (gas alam cair) dan peti
kemas sekaligus, sedangkan bank meminjamkan dana kepada
orang-orang berpenghasilan tinggi dan juga kepada pelanggan
berpenghasilan menengah. Setiap perbedaan ini dapat
menimbulkan segmen yang mungkin membedakan perilaku biaya
dalam rantai nilai bersangkutan. Kecuali apabila perusahaan
mengetahui adanya perbedaan ini dalam perilaku biaya di antara
sejumlah segmen, ada risiko bahwa penetapan harga yang tidak
tepat atau penetapan harga biaya rata-rata akan membuka
peluang bagi pesaing. Dengan demikian, analisis biaya pada
tingkat segmen harus sering kali melengkapi analisis pada tingkat
bisnis.
Pengenalan dan analisis segmen itu secara lebih rinci,
menggambarkan perbedaan perilaku biaya di antara produk,
pembeli, saluran, atau wilayah geografis merupakan salah satu
dasar utama bagi keberadaan segmen. Oleh karena itu, analisis
biaya merupakan masukan penting bagi penentuan segmen.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 395
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Rantai nilai bagi setiap segmen umumnya sejajar dengan unit
usaha secara keseluruhan. Akan tetapi, rantai nilai segmen
mungkin berbeda dalam hal-hal tertentu, sehingga
mempengaruhi biaya. Sebagai contoh, ukuran produk yang besar
mungkin diproduksi pada mesin yang berbeda dari produk ukuran
kecil dan memerlukan prosedur penanganan, pemeriksaan, dan
pengiriman yang berbeda. Demikian juga halnya, perbedaan
ukuran produk mungkin juga memerlukan pembelian masukan
yang tidak sama.
Mengenali perbedaan penting dalam aktivitas nilai bagi
segmen yang berbeda merupakan titik tolak dalam analisis biaya
segmen. Perusahaan sejatinya menganalisis biaya lini produk,
jenis pembeli, atau porsi aktivitasnya yang (1) memiliki rantai nilai
yang secara signifikan berbeda, (2) tampaknya memiliki penentu
biaya yang berbeda, dan (3) menggunakan prosedur alokasi
biaya yang patut dipertanyakan.
Dalam praktiknya, perusahaan mungkin berkehendak memilih
ragam produk atau pembeli yang mewakili keseluruhannya untuk
mengetahui perbedaan di antara segmen, bukannya
menganalisis setiap ragam produk atau pembeli secara rinci.
Proses yang digunakan menganalisis perilaku biaya bagi setiap
segmen sama dengan prosedur yang digunakan untuk
menganalisis perilaku biaya unit bisnis.
Rantai nilai bagi setiap segmen dikenali serta ditetapkan pula
biaya dan aset bagi rantai nilai itu. Selanjutnya ditentukan
penentu biaya setiap aktivitas yang jika mungkin ditingkatkan.
Akan tetapi, sekalipun prosesnya tetap sama, dalam praktik
sering kali muncul kerumitan tertentu. Meningkatnya
pemanfaatan bersama aktivitas nilai di antara sejumlah segmen
mengharuskan alokasi biaya di antara segmen itu. Sistem biaya
bahan baku sering kali menggunakan ukuran yang ditetapkan
begitu saja sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya pada
segmen, seperti volume penjualan atau variabel yang dapat
396 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
diukur lainnya. Meskipun ukuran ini bermanfaat karena
sederhana, ukuran itu sering kali kurang berkaitan dengan
sumbangan segmen yang sesungguhnya terhadap biaya
keseluruhan.
Sebagai contoh, pengalokasian biaya suatu aktivitas nilai
kepada pembeli domestik dan internasional berdasarkan volume
penjualan biasanya akan sangat tidak mencerminkan biaya
penjualan internasional yang sebenarnya karena penjualan
internasional sering kali menimbulkan tuntutan yang tidak,
proporsional dalam hal waktu dan perhatian. Biaya aktivitas
penunjang dan biaya primer tak langsung tampaknya merupakan
jenis biaya yang paling rentan terhadap kesalahan alokasi.
Kesalahan alokasi seprti itu menimbulkan biaya yang tidak tepat
dan harga yang tidak sesuai bagi produk atau segmen pembeli.
Biaya aktivitas nilai yang dimanfaatkan bersama di antara
segmen sejatinya dialokasikan berdasarkan dampak aktual setiap
segmen atas upaya atau kapasitas aktivitas nilai. Ukuran seperti
itu akan mencekal biaya peluang penggunaan aktivitas nilai yang
dimanfaatkan bersama di satu segmen daripada di segmen lain.
Dalam pengembangan teknologi, misalnya, alokasi barangkali
perlu didasarkan pada perkiraan penggunaan waktu para insinyur
dan ilmuwan dalam lini produk tertentu daripada dalam volume
penjualan produk terkait.
Tidak selamanya layak atau perlu mengalokasikan biaya
aktivitas bersama pada segmen secara berkelanjutan. Analisis
yang diperlukan untuk tujuan strategis tidak perlu sangat tepat,
dan kajian berkala mungkin telah memadai. Untuk mengalokasi-
kan biaya penelitian dan pengembangan, misalnya, dapat
diwawancarai para ahli di bidangnya untuk menentukan
persentase waktu yang mereka gunakan dalam berbagai produk
dan pembeli dalam masa yang cukup panjang untuk
menghindarkan penyimpangan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 397
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Beberapa perusahaan mungkin juga dapat menghitung
alokasi waktu dengan mengambil contoh (sampel) pesanan atau
permintaan perubahan rekayasa bagi modifikasi produk yang
diajukan kepada kelompok rekayasa dari tenaga penjualan.
Metode pendekatan serupa dapat menyediakan dasar
pengalokasian upaya untuk semua segmen di hamper setiap
aktivitas bersama.
11.9 Dinamika Biaya Di samping menganalisis perilaku biaya pada saat tertentu,
perusahaan sejatinya mempertimbangkan bagaimana kemung-
kinan perubahan biaya absolut dan biaya relatif aktivitas nilai di
sepanjang waktu terlepas dari strateginya. Hal ini dimaknai
sebagai dinamika biaya. Analisis dinamika biaya memungkinkan
perusahaan untuk memperkirakan kemungkinan perubahan
penentu biaya aktivitas nilai dan aktivitas nilai yang akan
meningkat atau menurun kadar penting biaya absolut atau
relatifnya. Perusahaan yang mengetahui dinamika biaya mungkin
dapat memperoleh keunggulan biaya dengan mengantisipasi
perubahan ini dan dengan cepat bergerak menanggapinya.
Dinamika biaya terjadi karena keterkaitan di antara penentu
biaya sepanjang waktu, pada saat perusahaan berkembang atau
ketika kondisi industri berubah. Sumber dinamika biaya yang
paling umum antara lain mencakup:
1. Pertumbuhan Riil Industri
Pertumbuhan industri secara keseluruhan sering kali memiliki
sejumlah dampak terhadap biaya. Pertumbuhan dapat melalui
masukan yang dibeli, yang mempengaruhi skala industri pemasok
dan juga biaya masukan. Dalam beberapa industri, penumbuhan
industri memaksa naiknya biaya masukan yang dibeli dengan
memperburuk keseimbangan pasokan/permintaan, sedangkan
dalam sebagian industri lainnya hal itu menurunkan biaya
398 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
masukan dengan lebih mengefisienkan pemasok. Per- tumbuhan
industri dapat juga menyingkap kemungkinan bagi nilai ekonomis
skala dengan lebih memungkinkan pengenalan teknologi baru
dalam aktivitas nilai.
2. Perbedaan Kepekaan Skala
Pertumbuhan riil (atau penurunan) penjualan perusahaan
secara dramatis dapat mengubah biaya absolut dan biaya relatif
aktivitas nilai apabila aktivitas memiliki kepekaan skala yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, biaya perangkat lunak telah
semakin tinggi dibandingkan dengan biaya perangkat keras di
kebanyakan industri yang berkaitan dengan elektronika seperti
komputer, video game, dan peralatan telekomunikasi, karena
biaya perangkat keras telah terbukti lebih peka skala dan
pembelajaran daripada perangkat lunak. Proses yang sama dapat
menggeser posisi biaya relatif perusahaan yang memiliki rantai
nilai dengan kadar kepekaan skala yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, teknologi berdasarkan DNA Eli Lilly untuk memproduksi
insulin dipercaya lebih peka skala daripada proses Novo Industry.
Apabila hal ini terbukti benar, posisi biaya relatif Lilly akan
meningkat pada saat membesarnya volume.
3. Perbedaan Tingkat Pembelajaran
Biaya relatif aktivitas nilai yang berbeda akan berubah apabila
terjadi pembelajaran dalam aktivitas itu pada tingkat yang
berbeda. Pembelajaran mengurangi biaya relatif aktivitas nilai jika
pembelajaran berlangsung paling cepat. Sebagai contoh,
pembelajaran yang cepat secara dramatis telah mengurangi
biaya perakitan dalam bentuk persentase penjualan bagi
kebanyakan perusahaan elektronika. Akibatnya, perbedaan
tingkat upah bagi karyawan perakitan antardaerah dan negara
telah menyusut kadar pentingnya dalam menentukan posisi biaya
relatif.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 399
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
4. Perbedaan Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi yang berlangsung dalam tingkat
berbeda-beda dengan jelas dapat mempengaruhi biaya relative
aktivitas nilai yang tidak sama dan penentu biayanya. Sebagai
contoh, ketersediaan komputer berbiaya rendah dan
pengembangan pengangkutan udara secara fundamental telah
mengubah ekonomi di kebanyakan industri distribusi.
Perubahan ini telah menyebabkan pengurangan persentase
biaya pengolahan pesanan dalam biaya total secara dramatis dan
telah memungkinkan penyusunan kembali struktur distributor ke
arah bentuk gudang-gudang yang lebih kecil dan lebih
tersentralisasi.
5. Biaya Inflasi Relatif
Tingkat inflasi dalam unsur biaya utama pada aktivitas nilai
sering kali berbeda-beda dan ini secara signifikan dapat
menggeser biaya relatifnya. Perbedaan tingkat inflasi dengan
cepat dapat mengubah aktivitas nilai yang tidak penting menjadi
aktivitas yang strategis sangat penting atau dapat mengubah
masukan berbiaya sedang di dalam suatu aktivitas menjadi
masukan yang dominan. Sebagai contoh, karena cepatnya inflasi
dalam harga minyak dibandingkan dengan gaji dan peralatan,
biaya bahan bakar sekarang hampir 50 persen dari biaya total
pengoperasian penerbangan. Akibatnya, efisiensi bahan bakar
angkutan penerbangan, efisiensi bawaan dalam system rute, dan
prosedur pengoperasian menjadi sangat penting.
6. Penuaan
Penuaan basis modal atau tenaga kerja dapat menggeser
biaya relatif aktivitas nilai. Peralatan pengeboran lepas pantai
yang lebih besar, misalnya, dan tenaga kerja yang lebih tua
umumnya menerima gaji dan biaya tunjangan lebih tinggi.
400 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
7. Penyesuaian Pasar
Faktor-faktor pemasaran sering kali berfungsi mengimbangi
biaya yang tinggi atau rendah dan meniadakan atau mengurangi
perbedaan biaya berdasarkan pada pembelian yang
menguntungkan oleh perusahaan individual. People Express dan
perusahaan penerbangan baru lainnya telah sangat menekan
biaya pesawat terbang dengan membeli pesawat bekas selama
membanjirnya persediaan belakangan ini. Para peniru strategi
mereka akhirnya akan meniadakan persediaan pesawat bekas,
dan People Express akan bersaing dengan perusahaan
penerbangan lainnya atas dasar yang lebih sama.
Dinamika biaya dapat menimbulkan perubahan penting dalam
struktur industri dan posisi biaya relatif. Dalam pembuatan baja,
misalnya, perubahan teknologi dan biaya bahan yang berubah-
ubah telah menggeser panggung yang menentukan skala efisien
minimum kompleks pembuatan baja. Mesin penggilas primer
semula menentukan skala minimum, tetapi sekarang panggung
tungku pembakaran yang menentukannya. Pencetakan berkelan-
jutan telah muncul sebagai proses berbiaya lebih rendah daripada
penggilingan primer untuk memproduksi potongan baja setengah
jadi.
Hal ini juga kurang peka skala dibandingkan dengan
penggilingan primer. Pergeseran ini memilih implikasi penting
bagi posisi biaya relatif para pesaing bergantung pada konfigurasi
prosesnya. Pergeseran ini telah menyebabkan keberhasilan
sejumlah pabrik kecil seperti Nucor dan Lone Star yang
menggunakan teknologi pencetakan berkesinambungan dan juga
memiliki biaya buruh lebih rendah daripada pesaing yang telah
mapan. Pengenalan awal dinamika biaya dapat menghasilkan
keunggulan biaya signifikan dengan mengarahkan perusahaan
pada aktivitas nilai yang akan memiliki pengaruh terbesar bagi
posisi biaya relatif di masa depan tetapi sekarang mungkin tidak
diperhatikan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 401
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
11.10 Keunggulan Biaya
Praktik pembelian memiliki dampak yang secara potensial penting
terhadap posisi biaya di semua aktivitas. Sejumlah perubahan yang
mungkin dilakukan dalam pembelian dapat mengurangi biaya, antara
lain:
1. Menyesuaikan Spesifikasi Masukan yang Dibeli untuk Memenuhi
Kebutuhan yang Lebih Tepat.
Perusahaan dapat meningkatkan posisi biayanya dengan
memastikan bahwa kualitas masukan yang dibeli memenuhi, tetapi tidak
melebihi kebutuhan perusahaan. Sebagai contoh, Clark Equipment telah
mulai bergerak ke arah komponen kelas otomotif bagi beberapa model
truk angkat, daripada komponen kelas truk yang lebih mahal dan tidak
selalu berkualitas tinggi.
2. Meningkatkan Kekuatan Tawar Melalui Kebijakan Pembelian.
Perusahaan jarang memandang pembelian secara strategis atau
sebagai masalah tawar-menawar, meskipun praktik pembelian secara
signifikan dapat mempengaruhi biaya.
Perusahaan dapat melakukan sejumlah tindakan spesifik untuk
meningkatkan kekuatan tawar-menawar mereka dengan pemasok.
Meningkatkan kekuatan tawar menawar dalam pembelian dengan
menjaga sumber yang cukup untuk menjamin persaingan, tetapi
cukup kecil untuk menjadi pembeli penting bagi setiap sumber;
Memilih pemasok yang secara khusus bersaing satu sama lain dan
membagi pembelian di antara mereka;
Mengubah proporsi usaha yang diberikan kepada para pemasok
sepanjang waktu untuk memastikan bahwa mereka tidak
memandangnya sebagai hak;
Sekali-kali meminta proposal dari pemasok baru, baik untuk menguji
harga, pasar maupun untuk mengumpulkan informasi teknologi.
Meningkatkan kekuatan skala, pembelian melalui pengontrakan
berdasarkan volume tahunan dengan penyampaian bertahap,
daripada sering melakukan pembelian kecil;
Mencari peluang untuk menggabungkan pembelian dengan unit
usaha seperusahaan;
402 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Menugaskan eksekutif pembelian berkualitas tinggi untuk
memungkinkan terlaksananya praktik pembelian yang lebih
canggih;
Mengusahakan pengembangan teknologi untuk meniadakan atau
mengurangi kebutuhan akan masukan mahal yang biaya satuannya
tidak dapat diperkecil.
3. Memilih Pemasok yang Tepat dan Mengelola Biaya Mereka.
Perusahaan seharusnya memilih para pemasok yang paling efisien
atau yang menawarkan produk yang tidak terlalu mahal untuk
digunakan dalam rantai nilai perusahaan. Praktik pembelian seharusnya
juga mencakup upaya mendorong pengurangan biaya pemasok,
membantu pemasok apabila perlu dengan pengembangan teknologi,
dan mendorong praktik pemasok yang menurunkan biaya perusahaan
melalui keterkaitan.
Sebagai contoh, Mark and Spencer telah mencapai posisi biaya
rendah dalam bidang eceran di Inggris melalui upaya aktif membantu
pemasok untuk menerapkan teknologi paling modern. Mengelola
efisiensi dan efektivitas basis pemasok, dengan menggunakan rantai
nilai pemasok yang pada dasarnya sama dengan analisis rantai nilainya
sendiri, dapat sama pentingnya baik untuk posisi biaya maupun untuk
kekuatan tawar terhadap pemasok.
11.11 Menentukan Biaya Relatif Pesaing Apabila biaya saluran atau biaya aliran hilir mewakili bagian biaya
yang penting bagi pembeli, konfigurasi ulang aktivitas aliran hilir dapat
mengurangi biaya secara substansial. Misalnya, penggunaan saluran
toserba secara besar-besaran yang dilakukan Gallo bagi produk
anggurnya. Biaya distribusi toserba lebih kecil daripada biaya distribusi
saluran toko minuman keras yang mencakup sejumlah distributor.
Dengan menekankan distribusi toserba, Gallo telah menurunkan biaya
menyalurkan anggurnya kepada para pembeli. Volume penjualan Gallo
yang tinggi dan pergantian yang lebih cepat juga menurunkan biaya
relatifnya kepada toserba. Hal ini telah membuat toserba berkeinginan
mendapatkan margin yang lebih rendah dari Gallo daripada para
pesaingnya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 403
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Efisiensi saluran aliran hilir mencerminkan strategi dan kadar
fragmentasi mereka. Misalnya, sejumlah toko yang terdapat di berbagai
lokasi sering kali lebih efisien daripada satu toko dan sering kali pula
lebih efisien daripada took yang lebih kecil. Perusahaan tidak hanya
dapat memilih rute aliran hilir yang lebih efisien kepada pemakai akhir,
tetapi juga dapat mengambil tindakan untuk mendorong adanya
konsolidasi atau jika tidak meningkatkan efisiensi satuan aliran hilir.
Dalam kasus ekstrem, perusahaan mungkin harus berintegrasi ke muka
untuk mencapai efisiensi aliran hilir.
Kekuatan tawar relatif perusahaan dan saluran aliran hilirnya
memiliki pengaruh penting atas apakah perusahaan akan dapat
mengurangi posisi biaya relatifnya melalui konfigurasi ulang aliran hilir
atau tidak. Dalam kasus Gallo, semua toserba dapat meraih manfaat
efisiensi mereka yang lebih besar apabila harga anggur yang ditetapkan
sama dengan harga yang berlaku di took minuman keras. Akan tetapi,
dampak "upaya keras" Gallo dan beratnya persaingan di kalangan
toserba telah menyebabkan harga rendah sehingga hanya Gallo yang
meraih manfaat paling besar.
11.12 Mencapai Keunggulan Biaya Strategi fokus dapat juga menjadi sarana untuk mencapai
keunggulan biaya yang bergantung pada penggunaan fokus untuk
mengendalikan penentu biaya, konfigurasi ulang rantai nilai, atau
keduanya. Karena biaya aktivitas nilai dan juga rantai nilai yang paling
efisien kemungkinan berbeda-beda bagi setiap segmen, perusahaan
yang mencurahkan upayanya dalam segmen industri yang dipilih
dengan baik sering kali dapat menurunkan biayanya secara signifikan.
Federal Express yang mendasarkan konfigurasi ulangnya pada rantai
nilai pengiriman paket udara, khusus paket ukuran kecil, mengharuskan
pengiriman tempo cepat. People Express telah berfokus pada pembeli
yang peka harga, yang memungkinkan menghilangkan banyak biaya.
Dalam industri hotel/motel, La Quinta hanya menawarkan kamar
istirahat tamu, dan telah menurunkan biaya investasi dan operasional-
nya per kamar dengan meniadakan restoran, fasilitas konferensi, dan
pelayanan mahal lainnya yang sebenarnya tidak diinginkan konsumen
404 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
sasarannya yaitu para manajer tingkat menengah yang sering
melakukan perjalanan ke daerah yang sama.
Peningkatan paling dramatis dalam posisi biaya relatif melalui
strategi focus biasanya timbul dari penggunaan rantai nilai yang
berbeda dan terkait untuk melayani segmen sasaran. Federal Express,
People Express, dan La Quinta semuanya memiliki karakteristik ini.
Fokus dapat juga menurunkan biaya apabila segmen sasaran dikaitkan
dengan penentu biaya utama. Apabila pangsa pasar regional merupakan
penentu biaya utama, misalnya, strategi focus regional dapat
menghasilkan keunggulan biaya atas pesaing nasional yang lebih besar
dengan pangsa kecil di wilayah tertentu.
Strategi fokus yang berhasil sering kali timbul dari pembagian
suatu industri yang dilakukan secara inovatif, selanjutnya akan diuraikan
cara membagi industri dan cara memilih strategi yang tepat. Bagian
industri sebagian timbul dari ragam produk, kelompok pembeli, atau
wilayah geografis yang memerlukan rantai nilai berbeda atau penentu
biayanya tidak sama.
11.13 Daya Tahan Keunggulan Biaya Keunggulan biaya hanya akan menghasilkan kinerja di atas rata-
rata apabila perusahaan dapat mempertahankannya. Meningkatkan
posisi biaya relative secara bertahan lama memungkinkan perusahaan
mempertahankan pantas (keseimbangan) atau proksimitas (kedekatan)
biaya, tetapi perusahaan yang berusaha mencapai strategi
kepemimpinan biaya juga hams mengembangkan sumber keunggulan
biaya yang sanggup bertahan.
Keunggulan biaya dapat dipertahankan apabila terdapat hambatan
masuk atau mobilitas yang mencegah pesaing untuk meniru sumbernya.
Kesanggupan bertahan beragam bagi penentu biaya yang berbeda dan
tidak sama dari satu industri ke industri lainnya. Akan tetapi, beberapa
penentu, cenderung lebih sanggup bertahan daripada yang lain:
Skala. Skala merupakan hambatan masuk/mobilitas utama, dan
biaya melakukan skala yang sama sering kali tinggi karena pesaing
harus membeli saham.
Saling keterhubungan. Saling keterhubungan dengan unit usaha
seperusahaan dapat memaksa pesaing untuk berdiversifikasi agar dapat
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 405
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
mengimbangi keunggulan biaya. Apabila ada hambatan masuk ke dalam
industry terkait, kesanggupan bertahan itu kemungkinan besar akan
tinggi.
Keterkaitan. Keterkaitan sering kali sukar dideteksi oleh
perusahaan dan mengharuskan adanya koordinasi antarlini organisasi
atau dengan pemasok dan saluran yang berdiri sendiri.
Pengendalian pembelajaran. Dalam praktiknya, pembelajaran
sulit dicapai; hal ini dapat juga sukar disamai oleh pesaing apabila
pembelajaran dapat dikendalikan sehingga tidak melimpah ke luar
perusahaan.
Pilihan kebijakan untuk menciptakan produk atau teknologi proses
yang terkendali. Upaya menciptakan replika inovasi produk atau proses
produksi baru sering kali sangat sulit bagi pesaing apabila inovasi
dilindungi dengan paten atau kerahasiaan. Inovasi proses sering kali
lebih sanggup bertahan daripada inovasi produk karena kerahasiaannya
lebih mudah dipertahankan.
Penentuan waktu dan integrasi dapat juga menjadi sumber
keunggulan biaya yang sanggup bertahan karena hal itu sering kali
sukar ditiru pesaing. Akan tetapi, kelanggengannya akan paling besar
apabila dapat diwujudkan menjadi keunggulan skala atau pembelajaran.
Lokasi, pola pendayagunaan kapasitas, faktor kelembagaan, dan pilihan
kebijakan dapat menjadi sumber keunggulan biaya yang sanggup
bertahan dalam beberapa industri, sekalipun keunggulan itu cenderung
kurang dari rata-rata dibandingkan dengan penentu lainnya. Akan
tetapi, sumber keunggulan biaya yang kurang sanggup bertahan
sekalipun dapat menyediakan hambatan luar biasa apabila berinteraksi
satu sama lain atau dengan penentu biaya yang lebih sanggup
bertahan. Sebagai contoh, pilihan kebijakan yang meningkatkan nilai
ekonomis skala kemungkinan besar akan sukar ditiru.
Kesanggupan bertahan tidak hanya timbul dari sumber keunggulan
biaya, tetapi juga dari jumlahnya. Keunggulan biaya yang diperoleh dari
satu atau dua aktivitas nilai menyediakan sasaran yang memikat
peniruan oleh pesaing. Para pemimpin biaya biasanya membuat
akumulasi keunggulan biaya yang diperoleh dari berbagai sumber dalam
rantai nilai terkait yang berinteraksi dan saling memperkuat. Hal ini
mempersulit dan mempermahal upaya pesaing untuk meniru posisi
biaya mereka.
406 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Gallo adalah contoh yang menjelaskan tentang strategi kepemim-
pinan biaya yang bertahan lama yang didasarkan pada prinsip-prinsip
tersebut. Rantai nilai Gallo, memuat berbagai sumber keunggulan biaya
dalam banyak aktivitas nilai. Keunggulan biaya Gallo sangat bersumber
pada skala dan teknologi yang sesuai, dua penentu biaya yang paling
bertahan lama. Gallo secara konsisten telah mencapai keunggulan biaya
sebanyak 15 persen atau lebih besar daripada pesaing utamanya.
Kekuatan Gallo mendorong keluarnya Coca Cola dari industri anggur
karena keunggulan biaya
Penciptaan rantai nilai baru atau yang dikonfigurasi ulang
merupakan sumber akhir kesanggupan bertahan dalam keunggulan
biaya. Para pesaing hampir selalu harus mengeluarkan biaya tinggi
untuk mengimbangi rantai yang dikonfigurasi ulang. Hal ini terutama
berlaku bagi pesaing yang telah sangat mapan, yang menghadapi
hambatan mobilitas signifikan untuk bergerak menjauh dari rantai nilai
tradisional industri terkait. Sebagai contoh, Iowa Beef dan Federal
Express telah menikmati keunggulan yang bertahan lama meskipun
para pesaing berjuang keras menanggapinya. Para produsen aluminium
Jepang dapat memperoleh keunggulan biaya yang bertahan lama
serupa dalam peleburan aluminium apabila pengurangan carbothermic
terbukti berhasil.
11.14 Pelaksanaan dan Keunggulan Biaya Pelaksanaan dan keunggulan atau kepemimpinan biaya (cost
leadership) menekankan pemroduksian produk-produk yang
distandardisasi dengan biaya per unit yang sangat rendah untuk para
konsumen yang peka terhadap harga. Terdapat dua strategi alternatif
kepemimpinan biaya, yaitu:
1. Strategi biaya rendah (low-cost) yang menawarkan barang atau jasa
kepada konsumen pada harga terendah yang tersedia di pasar.
2. Strategi nilai terbaik (best-value) yang menawarkan barang atau jasa
kepada konsumen pada nilai harga terbaik yang tersedia di pasar.
Strategi ini bertujuan untuk menawarkan serangkaian barang atau
jasa pada harga yang serendah mungkin dibandingkan dengan produk
pesaing dengan atribut serupa. Sasaran dari kedua alternatif strategi ini
adalah pasar yang besar.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 407
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Berusaha untuk menjadi produsen berbiaya rendah dalam industri
bisa sangat efektif ketika pasar dibangun dari banyak pembeli yang peka
terhadap harga, ketika ada sejumlah cara untuk mencapai diferensiasi
produk, ketika para pembeli tidak terlalu memusingkan perbedaan dari
merek yang satu ke merek yang lain, atau ketika terdapat sejumlah
besar pembeli dengan daya tawar yang signifikan. Gagasan pokoknya
adalah menjual dengan harga yang lebih rendah dari pesaing dan
dengan demikian menguasai pangsa pasar dan penjualan, yang
sepenuhnya mendepak pesaing keluar dari pasar. Perusahaan yang
menggunakan strategi kepemimpinan biaya rendah atau nilai terbaik
harus meraih keunggulan kompetitif dengan cara-cara yang sulit ditiru
atau disamai oleh pesaing. Jika pesaing dapat dengan relatif mudah
atau tidak mahal meniru metode kepemimpinan biaya sang pemimpin,
keunggulan pemimpin tersebut tidak akan bertahan cukup lama untuk
memberikan hasil yang besar di pasar.
Guna menjalankan strategi kepemimpinan biaya secara berhasil,
sebuah perusahaan sejatinya memastikan bahwa total biaya diseluruh
rantai nilainya lebih rendah dari total biaya pesaing. Terdapat dua cara
untuk mencapai hal tersebut, antara lain:
1. Menjalankan aktivitas-aktivitas rantai nilai secara lebih efektif
daripada pesaing dan mengontrol berbagai faktor yang mungkin
mendongkrak biaya aktivitas rantai nilai.
2. Memperbarui keseluruhan rantai nilai perusahaan untuk
mengeliminasi atau memangkas aktivitas-aktivitas yang menambah
biaya.
Ketika menjalankan strategi kepemimpinan biaya, sebuah
perusahaan harus berhati-hati untuk tidak menggunakan cara-cara
seperti pemotongan harga yang agresif sehingga laba mereka menjadi
terlalu rendah atau bahkan tidak ada sama sekali. Selalu mencari
terobosan teknologi yang mampu menghemat biaya dan berhati-hati
pada perkembangan rantai nilai lain yang dapat menghancurkan
keunggulan kompetitif perusahaan.
Strategi kepemimpinan biaya rendah atau nilai terbaik akan sangat
efektif dalam kondisi berikut ini.
1. Ketika persaingan harga antarpenjual pesaing sangat ketat
2. Ketika produk penjual pesaing pada pokoknya sama dan pasokan
tersedia dari semua penjual
408 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
3. Ketika ada beberapa cara untuk mencapai diferensiasi produk yang
memiliki nilai bagi pembeli
4. Ketika sebagian besar pembeli menggunakan produk dengan cara
yang sama
5. Ketika pembeli hanya mengeluarkan sedikit biaya untuk berpindah
membeli dari satu penjual ke penjual yang lain
6. Ketika pembeli begitu besar dan memiliki daya tawar yang signifikan
untuk meminta penurunan harga
7. Ketika pendatang industri baru menggunakan harga perkenalan
yang rendah untuk menarik pembeli dan membangun basis
konsumen.
Strategi kepemimpinan biaya yang berhasil biasanya memengaruhi
seluruh perusahaan, sebagaimana terlihat dari efisiensi yang tinggi,
overhead yang rendah, hak istimewa yang terbatas, ketidaktoleransian
terhadap limbah, penyaringan yang ketat atas permintaan anggaran,
pengendalian yang luas, pemberian imbalan yang dikaitkan dengan
kemampuan untuk menghemat biaya, dan partisipasi karyawan yang
luas dalam upaya pengendalian biaya. Beberapa risiko yang terkait
dengan strategi kepemimpinan biaya adalah bahwa pesaing mungkin
saja "mengimitasi" strategi tersebut sehingga menyebabkan penurunan
laba di industri secara keseluruhan; bahwa berbagai terobosan dalam
industri bisa membuat strategi tersebut tidak efektif; atau bahwa
ketertarikan pembeli beralih ke fitur-fitur lain di luar harga.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 409
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
BAB XII STRATEGI DIFERENSIASI
Strategi diferensiasi, menuntut perusahaan berusaha menjadi unik
dalam industrinya di beberapa dimensi yang secara umum dihargai oleh
pembeli. Perusahaan menyeleksi satu atau lebih sifat istimewa yang
dipandang penting oleh banyak pembeli di dalam suatu industri, dan
secara unik menempatkan diri untuk memenuhi kebutuhan itu.
Perusahaan dihargai dengan harga tinggi (premium price) karena
keunikannya.
Cara melakukan diferensiasi berbeda untuk tiap industri.
Diferensiasi dapat didasarkan pada produk itu sendiri, sistem
penyerahan produk yang digunakan untuk menjualnya, pendekatan
pemasaran, dan jajaran luas faktor lain. Sebagai contoh, dalam
peralatan konstruksi, diferensiasi oleh Caterpillar Tractor didasarkan
pada daya tahan produk, servis, ketersediaan suku cadang, dan jaringan
penyalur yang bagus sekali. Dalam bidang kosmetik, diferensiasi
cenderung didasarkan lebih pada citra produk dan penempatan konter
di toko. Bagaimana perusahaan dapat menciptakan diferensiasi yang
dapat bertahan lama.
Perusahaan yang dapat mencapai dan mempertahankan
diferensiasi akan menjadi perusahaan berkinerja di atas rata-rata dalam
industrinya seandainya premi harganya melebihi biaya ekstra, yang
diperlukan untuk menjadi unik. Karena itu, seorang diferensiator harus
selalu mencari cara, melakukan diferensiasi yang menghasilkan harga
premi yang lebih besar daripada biaya pendiferensiasian.
Seorang diferensiator tidak boleh mengabaikan posisi biayanya
karena harga preminya akan ditiadakan oleh posisi biaya yang inferior
secara mencolok. Dengan demikian, seorang diferensiator mengarah
pada paritas atau proksimitas biaya yang berhubungan dengan
pesaingnya, dengan mengurangi biaya di segala bidang yang tidak
mempengaruhi diferensiasi.
Logika dari Strategi diferensiasi mengharuskan perusahaan memilih
sifat-sifat istimewa untuk mendiferensiasikan diri yang berbeda dengan
yang dipunyai rivalnya. Perusahaan harus benar-benar unik pada
410 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
sesuatu atau dirasakan unik seandainya ingin mengharapkan harga
premi. Namun, sebaliknya dengan keunggulan biaya mungkin ada lebih
dari satu Strategi diferensiasi yang berhasil dalam suatu industri jika ada
beberapa sifat yang dipandang penting oleh pembeli.
12.1 Sumber Diferensiasi Perusahaan mendiferensiasikan diri dengan para pesaingnya jika
perusahaan tersebut dapat memiliki keunikan dalam sesuatu yang
dinilai penting oleh pembeli. Diferensiasi merupakan salah satu dari dua
jenis keunggulan bersaing yang bisa dimiliki perusahaan. Seberapa jauh
para pesaing dalam sebuah industri dapat melakukan diferensiasi satu
sama lainnya juga merupakan salah satu unsur penting dalam struktur
industri.
Meskipun diferensiasi mempunyai arti penting, sumber sumber yang
memungkinkan dilakukannya diferensiasi sering kali tidak dipahami
dengan baik. Perusahaan sering kali memandang sumber yang potensial
bagi diferensiasi dari sudut yang terlalu sempit. Mereka memandang
diferensiasi dari segi produk fisik atau praktik pemasaran, bukannya
sebagai hal yang bisa diciptakan di mana saja dalam rantai nilai yang
ada.
Perusahaan sering kali tidak sama tetapi sifatnya tidaklah berbeda
karena mereka sering kali mengupayakan keunikan yang sebenarnya
tidak bernilai bagi pembeli. Perusahaan yang mengupayakan
diferensiasi (diferensiator) pun sering kali tidak menaruh perhatian
cukup besar pada biaya diferensiasi atau pada daya tahan diferensiasi
yang telah dicapainya.
Bahasan pada bagian ini menyajikan suatu kerangka kerja bagi
penganalisisan diferensiasi dan pemilihan strategi diferensiasi yang
dapat muncul di mana saja dalam rantai nilai perusahaan. Berhasilnya
strategi diferensiasi merupakan hasil tindakan terkoordinasi oleh semua
bagian perusahaan bersangkutan, bukan hasil tindakan departemen
pemasaran saja.
Diferensiasi biasanya membutuhkan biaya tinggi, inilah argumentasi
penulis dalam menunjukkan cara menentukan biaya diferensiasi dan
terjadinya perbedaan biaya diferensiasi di antara para pesaing, sehingga
penulis merasa perlu untuk menguraikan cara mendiagnosis jenis-jenis
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 411
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
diferensiasi yang penting bagi pembeli, dengan menggunakan rantai
nilai pembeli sebagai alat untuk melakukan hal itu.
Berikut ini, cara menerjemahkan hasil analisis nilai pembeli menjadi
kriteria pembelian yang spesifik. Dengan demikian, semua konsep tadi
akan dipakai untuk menguraikan cara memilih strategi diferensiasi dan
menonjolkan sejumlah kendala dalam pelaksanaan strategi ini.
Perusahaan melakukan diferensiasi terhadap para pesaingnya pada
saat berhasil menampilkan keunikan yang dinilai penting oleh pembeli,
selam sekadar penawaran harga rendah. Diferensiasi memungkinkan
perusahaan untuk menawarkan dengan harga tinggi menjual produknya
semakin banyak pada harga tertentu atau memperoleh sejumlah
manfaat yang setara; misalnya, besarnya kesetiaan pembeli selama
masa menurunnya permintaan dalam daur usaha.
Diferensiasi memungkinkan perusahaan meraih prestasi unggul jika
harga premi yang berhasil ditawarkan lebih besar daripada biaya
tambah mana pun dari usaha memperoleh keunikan itu. Diferensiasi
yang dilakukan perusahaan barangkali akan menarik sekelompok besar
pembeli pada industri bersangkutan atau hanya kepada sekelompok
kecil pembeli yang memiliki kebutuhan khusus.
Misalnya saja, Brooks Brothers menarik pembeli yang menginginkan
busana tradisional walaupun banyak pembeli memandang busana
Brooks Brothers terlalu konservatif. Diferensiasi akan dibahas secara
umum dalam bab ini, dan dalam selanjutnya akan diuraikan bagaimana
perbedaan kebutuhan pembeli dalam sebuah industri dapat mendorong
terciptanya peluang dilakukannya diferensiasi lewat strategi fokus.
12.2 Diferensiasi dan Rantai Nilai Diferensiasi tidak dapat dipahami dengan hanya memandang
perusahaan bersangkutan secara keseluruhan, melainkan melalui
sejumlah kegiatan spesifik yang dilakukan perusahaan dan pengaruh
kegiatan tersebut terhadap pembeli.
Diferensiasi tumbuh dari rantai nilai perusahaan. Sebenarnya setiap
aktivitas nilai merupakan sumber potensial bagi keunikan. Pengadaan
bahan mentah dan masukan lainnya dapat mempengaruhi kinerja
produk akhir sehingga dapat mempengaruhi diferensiasi.
412 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Misalnya, Heineken menaruh perhatian khusus pada mutu dan
kemurnian bahan ramuan birnya serta menggunakan jenis ragi yang
tetap. Demikian pula, Steinway memakal teknisi terampil untuk memilih
bahan terbaik bagi piano buatannya, dan Michelin bersikap lebih selektif
daripada para pesaingnya dalam pemilihan mutu karet yang dipakai
untuk memproduksi bannya.
Diferensiator lainnya berhasil meraih sukses dengan menciptakan
keunikan lewat sejumlah aktivitas primer dan aktivitas pendukung.
Aktivitas pengembangan teknologi dapat mendorong pembuatan desain
produk yang memungkinkan produk bersangkutan memiliki kinerja unik,
seperti yang telah dilakukan Cray Research dalam hal superkomputer.
Aktivitas operas! Dapat mempengaruhi bentuk keunikan seperti
penampilan produk, kesesuaian dengan spesifikasi dan tahan uji.
Perdue, misalnya, berhasil meningkatkan diferensiasi daging ayam
segarnya dengan cara mengatur kondisi pemeliharaan ayam-ayamnya
dan memberi marigold (sejenis biji-bijian untuk makanan ayam-
ayamnya) untuk memperbaiki warna daging ayamnya. Sistem logistik
keluar dapat membentuk kecepatan dan kekonsistenan penyerahan
barang.
Misalnya, Federal Express telah menciptakan sistem logistik terpadu
dengan menggunakan Memphis sebagai pusatnya menghasilkan
keandalan penyerahan barang yang belum pernah dicapai oleh
perusahaan mana pun sebelum perusahaan itu memasuki usaha
penyerahan paket kecil. Aktivitas pemasaran dan penjualan juga sering
kali berpengaruh terhadap diferensiasi. Berbagai penelitian tentang
teori permintaan yang dipelopori oleh Lancaster memandang produk
sebagai seperangkat keunggulan yang diinginkan pembeli. Mengenai
ringkasan terbaru tentang penelitian semacam ini.
Bagian yang tak kalah menariknya, yaitu bagaimana sifat-sifat yang
memiliki nilai tumbuh dari rantai nilai pembeli, bagaimana sifat-sifat
produk benar- benar menciptakan nilai pembeli, dan bagaimana sifat-
sifat yang bernilai memiliki hubungan dengan kegiatan spesifik yang
dilakukan perusahaan bersangkutan. Gugus wiraniaga Timken,
misalnya, membantu para pembeli menggunakan roller bearings
(bantalan gulung) secara lebih efektif dalam proses manufaktur di
perusahaan mereka.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 413
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Suatu aktivitas dalam rantai nilai yang ada, dapat mendorong
dilakukannya diferensiasi. Walaupun produk yang bersangkutan adalah
suatu komoditi, aktivitas lainnya sering kali dapat mendorong terjadinya
diferensiasi yang cukup berarti. Demikian pula, aktivitas tak langsung
seperti pemeliharaan atau penjadwalan dapat menyumbang pada
diferensiasi seperti juga aktivitas langsung dalam perakitan atau
pengolahan pesanan. Misalnya, gedung yang bebas debu dan bebas
asap dapat secara dramatis menurunkan tingkat kecacatan dalam
pembuatan semikonduktor.
Aktivitas nilai yang persentase biayanya terhadap biaya total kecil
saja pun dapat memiliki dampak besar terhadap diferensiasi. Misalnya,
inspeksi barangkali memakan biaya hanya satu persen dari biaya total,
tetapi pengiriman satu paket obat-obatan yang cacat kepada pembeli
dapat berdampak negatif yang besar terhadap pandangan pembeli atas
diferensiasi perusahaan bersangkutan.
Karena itu, rantai nilai yang dikembangkan untuk tujuan analisis
biaya strategis tidak boleh mengesampingkan semua aktivitas, yang
penting bagi diferensiasi. Analisis diferensiasi memerlukan pembagian
yang lebih halus atas beberapa aktivitas nilai, sedangkan sejumlah
aktivitas lainnya dapat dikelompokkan menjadi satu jika dampak
aktivitas ini terhadap diferensiasi kecil saja.
Perusahaan juga dapat melakukan diferensiasi lewat keluasan
aktivitas atau lewat cakupan bersaingnya. Crown Cork and Seal,
misalnya, menawarkan tutup botol dan mesin pengisi serta kaleng.
Dengan demikian, perusahaan itu menawarkan lini pelayanan
pengemasan yang lengkap kepada para pembelinya, dan keahlian
perusahaan itu dalam mesin pengemasan memberinya kredibilitas dan
akses lebih besar dalam penjualan kaleng. Keluasan aktivitas Citicorp
dalam pelayanan keuangan meningkatkan reputasinya dan sekaligus
memungkinkan saluran penjualannya untuk menawarkan cakupan
produk yang lebih luas. Sejumlah faktor lain yang membantu
diferensiasi dapat diperoleh dari cakupan bersaing yang luas, yaitu:
1. Kemampuan melayani kebutuhan pembeli di mana saja
2. Kesederhanaan pemeliharaan bagi pembeli jika suku cadang dan
falsafah desain yang sama dipakai bagi lini yang luas
3. Kesamaan tempat yang dapat dituju oleh pembeli untuk melakukan
pembelian
414 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
4. Kesamaan tempat bagi pelayanan pelanggan
5. Keunggulan kecocokan dibandingkan dengan produk lain
Sebagian besar manfaat tadi hanya dapat dicapai jika perusahaan
bersangkutan melakukan aktivitasnya secara konsisten dan
terkoordinasi. Diferensiasi dapat juga tumbuh dari hilir. Saluran
perusahaan dapat menjadi sumber kuat bagi keunikan dan dapat
meningkatkan reputasi, pelayanan, pelatihan pembeli, dan banyak
faktor lainnya. Dalam industry minuman ringan, misalnya, perusahaan
pembuat botol memainkan peran yang sangat penting bagi diferensiasi.
Coca cola dan Pepsi Cola memberikan banyak perhatian dan
mengeluarkan banyak uang dalam usahanya menata dan meningkatkan
keefektifan perusahaan pembotolan. Coke, misalnya, mengatur
penjualan perusahaan pembotolan yang kurang efektif kepada
perusahaan yang baru dan lebih mampu. Demikian pula, para pengamat
berpendapat bahwa para dealer Caterpillar Tractor berjasa sebagai
sumber penting bagi diferensiasi Caterpillar.
Caterpillar mempunyai dealer yang berjumlah kurang lebih 250, dan
jumlah ini jauh lebih besar dari jumlah dealer yang dimiliki oleh semua
perusahaan sejenis. Para dealer sebesar mi berkemungkinan memberi-
kan pelayanan dan pembiayaan pembeli secara luas. Distribusi selektif
lewat outlet terpilih dengan baik juga telah terbukti merupakan sumber
sangat penting bagi diferensiasi bagi perusahaan semacam
Perusahaan dapat meningkatkan peran saluran distribusi sebagai
sumber diferensiasi dengan cara berikut:
1. menyeleksi pesaing untuk mencapai konsistensi dalam sarana,
kemampuan, atau citra
2. menetapkan standar dan kebijakan mengenai cara pengoperasian
saluran
3. menyediakan bahan pengiklanan dan pelatihan (training) untuk
digunakan saluran
4. menyediakan dana supaya saluran dapat menawarkan kredit
Perusahaan sering kali mencampuradukkan konsep kualitas dengan
konsep diferensiasi. Diferensiasi memang mencakup mutu, tetapi
merupakan konsep yang lebih luas. Mutu pada umumnya berhubungan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 415
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
dengan produk fisik. Strategi diferensiasi berupaya menciptakan nilai
bagi pembeli di seluruh rantai nilai yang ada.
12.3 Penentu Keunikan Keunikan perusahaan dalam sebuah aktivitas nilai ditentukan
oleh sejumlah penentu pokok, yang sejalan dengan penentu biaya
seperti yang diuraikan dalam Bab XI. Penentu keunikan adalah alasan
mendasar yang menyebabkan sebuah aktivitas menjadi aktivitas yang
unik. Tanpa mengidentifikasi penentu keunikan ini, perusahaan tidak
dapat benar-benar mengembangkan sarana menciptakan bentuk-
bentuk diferensiasi baru atau mendiagnosis daya tahan diferensiasi
yang ada.
Penentu keunikan yang pokok telah disusun menurut derajat
kepentingan mereka sebagai berikut ini:
1. Pilihan Kebijakan
Perusahaan menetapkan pilihan kebijakan mengenai aktivitas yang
perlu dilakukan dan cara melakukan aktivitas ini. Pilihan kebijakan
semacam ini barangkali merupakan satu-satunya penentu keunikan
yang paling lazim.
Misalnya, Johns Manville memilih kebijakan menyediakan pelatihan
pembeli secara luas dalam pemasangan produk atap rumah, sedangkan
Grey Poupon memilih kebijakan mengiklankan mustard dengan biaya
yang jauh lebih besar daripada yang lazim dikeluarkan dalam industry
tersebut. Karena itu, keunikan banyak ditentukan oleh kebebasan dalam
penetapan pilihan kebijakan.
Sejumlah pilihan kebijakan yang umumnya mendorong tercapainya
keunikan antara lain adalah:
a. Ciri-ciri produk dan kemampuan kerja produk yang ditawarkan
b. Pelayanan yang disediakan (misalnya: kredit, pengiriman, atau
perbaikan)
c. intensitas aktivitas yang dilakukan (misalnya: besarnya biaya
pengiklanan)
d. Isi aktivitas (misalnya: informasi yang disediakan dalam pengolahan
pesanan)
416 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
e. teknologi yang dipakai dalam melaksanakan sebuah aktivitas
(misalnya:
f. Mutu masukan (input) yang diadakan bagi sebuah aktivitas
g. Prosedur yang mengatur tindakan pegawai dalam sebuah aktivitas
(misalnya: prosedur pelayanan, hakikat kunjungan penjualan,
frekuensi inspeksi atau pengambilan sampel)
h. Tingkat keterampilan dan pengalaman pegawai yang bertugas
melakukan sebuah aktivitas dan pelatihan yang disediakan
i. Informasi yang dipakai untuk mengendalikan sebuah aktivitas
(misalnya: temperatur, tekanan, dan variabel lain yang dipakai
untuk mengendalikan reaksi kimia tertentu)
2. Keterkaitan
Keunikan sering kali berakar pada keterkaitan yang ada dalam
rantai nilai atau keterkaitan dengan pemasok dan saluran yang dipakai
perusahaan. Keterkaitan dapat mendorong tercapainya keunikan jika
pelaksanaan aktivitas yang satu mempengaruhi pelaksanaan aktivitas
lainnya:
3. Keterkaitan dengan Rantai Nilai yang ada
Guna memenuhi kebutuhan pembeli sering kali diperlukan beberapa
aktivitas yang terkoordinasi. Misalnya, waktu penyerahan barang sering
kali tidak saja ditentukan oleh logistik ke luar melainkan juga oleh
kecepatan pengolahan pesanan dan frekuensi kunjungan penjualan
untuk mencatat pesanan.
Demikian juga, koordinasi antara gugus wiraniaga dan bagian
pelayanan dapat mendorong terwujudnya pelayanan pembeli yang lebih
responsif. Untuk mencapai keunikan dalam memenuhi kebutuhan
pembeli diperlukan juga optimalisasi sejumlah aktivitas yang saling
terkait.
Dalam sejumlah industri seperti mesin fotokopi dan semikonduktor,
para pesaing dari Jepang telah berhasil mengurangi tingkat kecacatan
secara dramatis dengan cara memodifikasi setiap aktivitas yang
mempengaruhi kecacatan, bukan dengan cara mengandalkan satu
aktivitas nilai seperti inspeksi. Demikian pula, memperbesar investasi
dalam aktivitas tak langsung, seperti pemeliharaan, dapat memperbaiki
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 417
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
pelaksanaan aktivitas langsung seperti pelaksanaan proses akhir
(finishing) atau pencetakan.
4. Keterkaitan Dengan Pemasok
Keunikan dalam memenuhi kebutuhan pembeli dapat juga
menimpakan hasil dari koordinasi dengan pemasok. Misalnya,
koordinasi erat dengan pemasok dapat mempersingkat waktu yang
diperlukan untuk mengembangkan model baru jika para pemasok
menyediakan segala peralatan untuk memproduksi bagian-bagian baru
pada saat bersamaan dengan selesainya perusahaan yang
bersangkutan mengerjakan desain perlengkapan untuk memproduksi
model yang baru.
Demikian pula, usaha meningkatkan penjualan yang dilakukan para
pemasok terhadap para pembeli perusahaan yang bersangkutan
kadang-kadang dapat membantu mendiferensiasikan produk
perusahaan itu.
5. Keterkaitan Dengan Saluran Distribusi
Keterkaitan dengan saluran distribusi dapat juga mendorong
tercapainya keunikan dalam beberapa cara. Mengadakan koordinasi
dengan saluran atau bekerja sama dengan saluran untuk
mengoptimalkan pembagian kegiatan antara perusahaan dan saluran
distribusi yang bersangkutan sering kali dapat menghasilkan keunikan.
Sejumlah contoh tentang cara keterkaitan dengan saluran dapat
mendorong tercapainya keunikan, sebagai berikut:
a. Melatih saluran dalam penjualan dan praktik bisnis lainnya
b. Melakukan kerja sama penjualan dengan saluran
c. Menyediakan subsidi untuk diinvestasikan di saluran dalam bidang
kepegawaian, fasilitas, dan aktivitas tambahan lainnya.
6. Pengaturan waktu
Keunikan dapat merupakan hasil dari waktu yang ditentukan oleh
perusahaan bersangkutan untuk mulai melakukan suatu aktivitas.
Menjadi yang pertama dalam memakai citra produk, misalnya, dapat
menghalangi perusahaan lain untuk melakukan hal yang sama sehingga
418 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
perusahaan bersangkutan menjadi unik. Itulah salah satu sumber
diferensiasi bagi Gerber dalam industri makanan bayi.
Menjadi yang pertama memperoleh persetujuan pemerintah bagi
pembuatan lensa kontak lunak merupakan sumber diferensiasi bagi
Bausch and Lomb. Dalam industri lain, kelambanan mengambil langkah
memungkinkan perusahaan menerapkan teknologi mutakhir sehingga
perusahaan bersangkutan dapat mendiferensiasikan diri. Bab 5
membahas secara lebih rinci keuntungan yang dapat diperoleh dari
kecepatan dan kelambatan mengambil langkah.
7. Lokasi
Keunikan dapat berakar dari lokasi. Misalnya, bank retail bank dapat
memilih lokasi cabang dan lokasi ATM yang paling mudah dijangkau
nasabah.
8. Saling keterhubungan
Keunikan aktivitas nilai dapat timbul dan menjalankan aktivitas ini
secara bersama-sama dengan unit-unit usaha yang berada di bawah
satu perusahaan induk. Secara bersama-sama memiliki gugus wiraniaga
bagi asuransi dan produk finansial lainnya sebagaimana yang telah
mulai dilakukan oleh sejumlah perusahaan terkemuka, memungkinkan
wiraniaga bersangkutan untuk menawarkan pelayanan yang lebih baik
kepada pembeli.
Pembelajaran dan pelimpahan. Keunikan sebuah aktivitas dapat
merupakan hasil dari belajar cara melaksanakan aktivitas ini dengan
lebih baik. Misalnya, tercapainya mutu yang konsisten dalam proses
manufaktur dapat merupakan hasil dari proses belajar. Sebagaimana
halnya dengan biaya. pelimpahan hasil belajar ke pesaing
memperlemah kontribusi aktivitas ini bagi diferensiasi. Hanya hasil
belajar yang merupakan hak miliklah yang memberikan ketahanan bagi
diferensiasi.
9. Integrasi
Tingkat integrasi perusahaan dapat membuat perusahaan yang
bersangkutan unik. Integrasi dengan aktivitas nilai yang baru dapat
membuat perusahaan unik karena perusahaan bersangkutan menjadi
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 419
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
lebih mampu mengendalikan pelaksanaan aktivitas ini atau
mengoordinasikan aktivitas ini dengan aktivitas lain.
Integrasi dapat juga menyediakan lebih banyak aktivitas untuk
menjadi sumber diferensiasi. Misalnya, menyediakan pelayanan sendiri,
bukannya menyerahkan penyediaan pelayanan kepada pihak ketiga,
dapat memungkinkan perusahaan bersangkutan untuk menjadi satu-
satunya perusahaan yang juga menawarkan pelayanan atau
menyediakan pelayanan dengan cara yang unik dibandingkan dengan
para pesaingnya.
Integrasi dapat mencakup bukan hanya aktivitas pemasok atau
saluran. Melainkan bisa juga mencakup pelaksanaan aktivitas yang pada
saat ini dilaksanakan pembeli. Misalnya, dengan menghubungkan
rumah sakit ke sistem komputernya dan memungkinkan dijalankannya
sistem pemesanan on-line, American Hospital Supply berhasil
menghapuskan sejumlah aktivitas yang sebelumnya perlu dilakukan
oleh pembeli dan, dengan demikian, mendiferensiasikan diri.
Integrasi kadang-kadang juga memper mudah terwujudnya
keterkaitan dengan pemasok dan saluran. Mengurangi integrasi relatif
terhadap pesaing dapat juga menjadi sumber diferensiasi dalam
sejumlah industri. Misalnya, deintegrasi dapat menjadi cara untuk
memanfaatkan kemampuan pemasok atau saluran independen.
10. Skala
Skala besar dapat memungkinkan dilaksanakannya sebuah
aktivitas dengan cara unik yang tidak mungkin dilaksanakan pada
volume kecil. Misalnya, skala Hertz dalam penyewaan mobil merupakan
hal yang menunjang sebagian dari diferensiasi perusahaan itu. Lokasi
Hertz yang banyak jumlahnya dan tersebar di seluruh wilayah Amerika
Serikat mempermudah pengambilan dan pengembalian mobil dan
mempercepat pelaksanaan servis lapangan.
Jenis skala yang relevan terhadap diferensiasi berbeda-beda
menurut jenis perusahaan. Dalam hal perusahaan Hertz, jenis skala
yang relevan bagi diferensiasi ialah jumlah lokasi servis dan lokasi
penyewaan, sedangkan dalam industri lain jenis yang relevan barangkali
adalah skala pabrik yang memungkinkan terwujudnya toleransi presisi
(ketepatan) karena adanya peralatan berkecepatan tinggi. Namun,
dalam sejumlah kasus, skala dapat merugikan keunikan sebuah
420 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
aktivitas. Misalnya, skala dapat mengurangi keluwesan perusahaan
mode terhadap kebutuhan pembeli.
11. Faktor kelembagaan
Faktor kelembagaan kadang-kadang memainkan peran dalam
membuat perusahaan menjadi unik. Demikian pula, hubungan baik
dengan serikat pekerja dapat memungkinkan perusahaan bersangkutan
membuat definisi kerja yang unik bagi para karyawannya.
Faktor penentu keunikan berbeda-beda menurut jenis aktivitas dan
barang- kali berbeda-beda pula menurut jenis industri walaupun
aktivitasnya sama. Faktor penentu ini berinteraksi untuk menentukan
kadar keunikan aktivitas bersangkutan.
Perusahaan harus memeriksa setiap wilayah keunikannya untuk
mengetahui faktor yang menentukan keunikannya itu. Ini merupakan
hal yang sangat penting bagi daya tahan diferensiasi karena sejumlah
faktor penentu keunikan menyediakan daya tahan lebih besar daripada
sejumlah faktor penentu keunikan lainnya. Misalnya, pilihan kebijakan
barangkali lebih mudah ditiru oleh para pesaing daripada keunikan yang
tumbuh dari saling keterhubungan atau dari memanfaatkan keterkaitan.
Memahami apa yang memungkinkan perusahaan menjadi unik
dapat mencegah perusahaan bersangkutan melakukan hal yang
merongrong sumber keunikan. Akhirnya, faktor penentu keunikan dapat
menunjukkan sumber diferensiasi baru.
12.4 Biaya Diferensiasi Diferensiasi biasanya membutuhkan biaya tinggi, maka perusahaan
sering kali harus mengeluarkan biaya untuk menjadi unik, karena untuk
mencapai keunikan, perusahaan harus melaksanakan sejumlah aktivitas
nilai secara lebih baik daripada para pesaingnya.
Misalnya saja, untuk menyediakan dukungan perekayasaan aplikasi
yang unggul, perusahaan harus mempekerjakan sejumlah insinyur
tambahan atau gugus wiraniaga yang sangat terlatih biasanya
membutuhkan biaya lebih besar daripada gugus wiraniaga yang tidak
begitu terlatih.
Guna membuat produk memiliki daya tahan yang lebih besar
daripada produk para pesaing diperlukan lebih banyak kandungan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 421
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
bahan atau bahan yang lebih mahal. Meteran air buatan Rockwell lebih
tahan lama dibandingkan dengan meteran air buatan para pesaing,
karena buatan Rockwell mengandung lebih banyak perunggu.
Sebagian bentuk diferensiasi membutuhkan biaya lebih besar
daripada sebagian lainnya. Misalnya, diferensiasi yang merupakan hasil
dari baiknya koordinasi aktivitas nilai yang saling terikat barangkali tidak
membutuhkan biaya tambahan yang besar.
Demikian pula, lebih baiknya kemampuan kerja produk sebagai hasil
dari adanya toleransi lebih erat antara segmen produk itu yang dicapai
lewat penggunaan pusat mesin otomatis barangkali tidak membutuhkan
biaya tambahan yang besar.
Dalam industri lokomotif diesel, toleransi lebih tinggi yang dicapai
lewat otomatisasi meningkatkan efisiensi bahan bakar dengan biaya
tambahan rendah. Demikian pula, mendiferensiasikan diri dengan cara
memberikan ciri lebih banyak kepada produk barangkali membutuhkan
biaya lebih tinggi daripada mendiferensiasikan diri dengan cara memberi
produk ciri yang berbeda-beda tetapi lebih disukai.
Biaya pendiferensiasian mencerminkan faktor penentu biaya bagi
aktivitas nilai yang menjadi landasan terwujudnya keunikan. Hubungan
antara keunikan dan faktor penentu biaya memiliki dua bentuk yang
saling terkait:
1. Faktor penentu biaya dapat membuat sebuah aktivitas bersifat unik
(faktor penentu keunikan);
2. Faktor penentu biaya dapat mempengaruhi biaya menjadi unik.
Dalam mengupayakan diferensiasi, perusahaan sering kali
melakukan hal yang merugikan terhadap faktor penentu biaya dan
dengan sengaja memperbesar biaya. Memindahkan sebuah aktivitas ke
dekat pembeli, misalnya, dapat meningkatkan biaya karena adanya
pengaruh dari penentu biaya lokasi. Smith International berhasil
mendiferensiasikan diri dalam industri pisau pengebor dengan cara
menyimpan stok dalam jumlah besar di tempat-tempat yang mudah
dicapai di lapangan, dan hal ini meningkatkan biaya.
Walaupun keunikan sering kali meningkatkan biaya dengan cara
melaksanakan hal yang mempengaruhi faktor penentu biaya, sekaligus
faktor penentu biaya menentukan berapa besar biaya diferensiasi. Posisi
perusahaan terhadap faktor penentu biaya akan menentukan berapa
422 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
besarnya biaya strategi diferensiasi tertentu dibandingkan dengan para
pesaingnya. Misalnya, biaya menyediakan liputan gugus wiraniaga yang
lebih luas akan dipengaruhi oleh ada tidaknya ekonomi skala dalam
operasi gugus wiraniaga itu. Jika terdapat ekonomi skala, hal ini akan
memperkecil biaya pembesaran liputan serta memperkecil biaya liputan
bagi perusahaan yang pangsa pasar lokalnya besar.
Skala, saling keterhubungan, pembelajaran, dan penetapan waktu
merupakan faktor penentu biaya yang sangat penting dalam
mempengaruhi biaya diferensiasi. Meskipun skala itu sendiri dapat
mendorong tercapainya diferensiasi, skala tersebut paling sering
mempengaruhi biaya diferensiasi.
Misalnya, skala dapat menentukan besarnya biaya melaksanakan
pilihan kebijakan perusahaan untuk melakukan pengiklanan secara
besar-besaran, atau besarnya biaya memperkenalkan model baru
dengan cepat.
Berbagai aktivitas dapat juga mengurangi biaya diferensiasi.
Misalnya, biaya yang diperlukan bagi gugus wiraniaga IBM yang sangat
terlatih dan sangat berpengalaman itu diperkecil dengan cara
menggunakan gugus wiraniaga itu untuk memasarkan berbagai jenis
produk perkantoran yang saling terkait. Mempercepat gerak pada
lintasan kurva pembelajaran dalam sebuah aktivitas pendiferensiasian
akan memperoleh keuntungan biaya dalam pendiferensiasian,
sedangkan menjadi yang pertama mengambil langkah dapat memper-
cepat biaya pendiferensiasian dalam bidang seperti pengiklanan di mana
terdapat penumpukan stok dan aset tak berwujud lainnya.
Karena itu, faktor penentu biaya memainkan peran penting dalam
menentukan keberhasilan strategi diferensiasi dan memiliki sejumlah
implikasi bersaing yang penting. Jika para pesaing memiliki posisi relatif
terhadap faktor penentu biaya yang penting, hal ini akan mempengaruhi
biaya mencapai keunikan dalam aktivitas terkait.
Demikian pula, berbagai bentuk diferensiasi bisa relatif lebih mahal
atau lebih murah bagi perusahaan, tergantung pada situasi faktor
penentu biaya dalam aktivitas bersangkutan. Membuat suku cadang
dengan presisi/ketepatan lebih tinggi lewat otomatisasi dapat lebih
murah bagi perusahaan yang dapat mengoordinasi penggunaan pusat
mesin-mesinnya yang terkomputerisasi bagi sejumlah bagian lewat
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 423
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
sehingga hubungan daripada bagi perusahaan yang tidak mampu
melaksanakan hal itu.
Demikian pula, Black & Decker meluncurkan produk baru dengan
frekuensi lebih tinggi daripada para pesaingnya dalam industri alat-alat
bertenaga listrik tetapi frekuensi yang lebih tinggi ini secara proporsional
lebih murah bagi Black & Decker karena perusahaan ini memiliki pangsa
pasar duma terkemuka.
Dalam kasus ekstrem, perusahaan bisa memperoleh keuntungan
biaya yang sangat besar dalam melakukan diferensiasi pada aktivitas
nilai tertentu sehingga biaya yang dikeluarkannya dalam aktivitas ini
sebenarnya lebih rendah daripada biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang tidak berupaya menjadi unik dalam aktivitas itu. Itulah
salah satu alasan mengapa perusahaan kadang-kadang bisa berbiaya
rendah tetapi sekaligus berdiferensiasi.
Kadang-kadang membuat aktivitas menjadi unik dapat sekaligus
menurunkan biaya. Misalnya, integrasi bisa membuat sebuah aktivitas
menjadi unik tetapi juga menurunkan biaya jika integrasi merupakan
faktor penentu biaya.
Namun, jika mencapai diferensiasi dan mengurangi biaya dapat
terjadi secara sekaligus, hal ini menunjukkan bahwa:
(1) Perusahaan bersangkutan belum sepenuhnya memanfaatkan
semua peluang untuk menurunkan biaya;
(2) Menjadi unik dalam sebuah aktivitas merupakan hal yang
sebelumnya dianggap tidak disukai; atau
(3) Telah terjadi inovasi signifikan yang belum dilakukan para pesaing,
seperti proses otomatisasi baru yang memperkecil biaya dan
sekaligus meningkatkan mutu.
Perusahaan sering kali gagal memanfaatkan peluang menurunkan
biaya lewat pengoordinasian aktivitas terkait yang juga mendorong
tercapainya diferensiasi.
Misalnya, memperbaiki koordinasi pengiriman daftar harga,
pengadaan barang dan penjadwalan manufaktur dapat menurunkan
biaya inventaris dan sekaligus mempersingkat waktu tunggu
penyerahan barang.
Inspeksi lebih luas oleh pemasok dapat menurunkan biaya inspeksi
perusahaan dan sekaligus meningkatkan keandalan produk akhir. Tidak
dimanfaatkannya peluang untuk mengurangi biaya lewat keterkaitan
424 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
yang juga mempengaruhi mutu sebenarnya merupakan alasan utama
yang mendukung penegasan umum bahwa "mutu itu gratis”. Walaupun
demikian, ada kemungkinan meningkatkan diferensiasi dan sekaligus
menurunkan biaya lewat keterkaitan bukan karena diferensiasi
merupakan hal yang murah melainkan karena perusahaan belum
sepenuhnya memanfaatkan peluang menurunkan biaya.
Karena itu, jika perusahaan telah secara agresif melakukan upaya
penurunan biaya, usaha memperoleh keunikan biasanya meningkatkan
biaya. Demikian pula, apabila pesaing meniru sebuah inovasi besar yang
dilakukan perusahaan, maka perusahaan bersangkutan hanya bisa
mempertahankan diferensiasinya dengan mengeluarkan biaya
tambahan. Karena itu, dalam menaksir biaya diferensiasi, perusahaan
harus membandingkan biaya menjadi unik dalam sebuah aktivitas
dengan biaya menjadi setara dengan pesaing.
12.5 Nilai Pembeli dan Diferensiasi Keunikan tidak mendorong tercapainya diferensiasi kecuali jika
keunikan ini memiliki nilai bagi pembeli. Perusahaan yang berhasil
melakukan diferensiasi selalu berusaha mencari cara menciptakan nilai
bagi pembeli sehingga menghasilkan harga premi yang lebih tinggi
daripada biaya ekstra yang telah dikeluarkan. Titik tolak untuk
memahami hal-hal yang bernilai bagi pembeli adalah rantai nilai
pembeli. Pembeli mempunyai rantai nilai yang terdiri atas sejumlah
aktivitas yang dilaksanakannya, sebagaimana halnya perusahaan
melaksanakan hal semacam itu.
Produk atau jasa perusahaan merupakan masukan yang dibeli bagi
rantai nilai pembeli. Misalnya, baja ialah bahan mentah yang pada
umumnya dipotong, ditekuk, dikerjakan oleh mesin atau, kalau tidak
begitu, dimasukkan ke dalam proses produksi oleh pembeli dan diubah
menjadi bagian komponen atau produk akhir.
Rantai nilai pembeli menentukan cara penggunaan produk
perusahaan dan juga dampak lain perusahaan itu terhadap aktivitas
pembeli. Hal-hal ini menentukan kebutuhan pembeli dan merupakan
faktor pendukung nilai dan diferensiasi pembeli.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 425
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Dalam mengidentifikasi produk baru atau produk yang lebih baik,
literatur tentang arah perkembangan pemasaran cenderung memusat-
kan pembahasannya pada produk fisik dan berasumsi bahwa sifat-sifat
yang disukai dari produk yang bersangkutan telah diketahui. Di sini
penulis memusatkan pembahasan pada hal-hal yang membuat sifat-
sifat produk mempunyai nilai bagi pembeli, dan bagaimana caranya agar
semua aktivitas perusahaan dapat menciptakan nilai.
Meskipun rantai nilai pembeli merupakan hal yang paling mudah
digambarkan bagi pembeli berskala industri, pedagang, atau lembaga,
konsumen perorangan juga mempunyai rantai nilai. Rantai nilai
konsumen mewakili urutan aktivitas yang dilaksanakan oleh rumah
tangga dan berbagai anggotanya, dan produk atau jasa bersangkutan
masuk dengan pas ke dalam rantai nilai ini.
Guna memahami cara sebuah produk masuk dengan pas ke dalam
rantai nilai rumah tangga, biasanya perlu diidentifikasi beberapa
aktivitas yang secara langsung atau tidak langsung melibatkan produk
bersangkutan. Aktivitas ini umumnya bukan semua aktivitas yang
dilaksanakan rumah tangga. Pesawat televisi berfungsi sebagai
penghibur anggota rumah tangga selama waktu tertentu setiap harinya
dan berfungsi sebagai suara latar belakang pada waktu lain setiap
harinya.
Pesawat televisi biasanya dihidupkan dan dimatikan beberapa kali
setiap harinya dan salurannya barangkali sering diubah-ubah. Traveler's
cheque (cek wisatawan) umumnya dibeli dalam jumlah tertentu dengan
menggunakan cek dari Bank dan kemudian dipakai sekali-sekali selama
berlangsungnya perjalanan liburan atau perjalanan bisnis. Guna
menguangkan (mencairkan) kembali cek yang tidak dipakai setelah
perjalanan selesai, pemilik harus mengunjungi bank, dan ini berarti
bahwa ada cek yang dihemat untuk digunakan dalam perjalanan
berikutnya.
Rantai nilai pembeli berskala industri, pedagang, atau lembaga
mencerminkan strategi dan pendekatannya berskala industri,
pedagang, atau lembaga mencerminkan strategi dan pendekatannya
terhadap pelaksanaan, sedangkan rantai nilai rumah tangga
mencerminkan kebiasaan dan kebutuhan para anggotanya. Namun, hal
yang bernilai bagi pembeli jenis mana pun ditentukan oleh pengaruh
426 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
produk bersangkutan dan perusahaan yang menyediakan produk itu
terhadap rantai nilai pembeli.
12.6 Nilai bagi Pembeli Bagi pembeli, perusahaan menciptakan nilai yang dapat dipakai
untuk membenarkan harga premi (atau pilihan pada harga yang sama)
lewat dua mekanisme. Analisis ini dapat dipakai untuk menentukan nilai
relatif produk substitusi. Contoh lebih lanjut mengenai bagaimana
sesungguhnya perusahaan menurunkan biaya pembeli atau meningkat-
kan kemampuan kerja pembeli dengan menurunkan biaya pembeli dan
dengan menaikkan kinerja pembeli.
Bagi pembeli berskala industri, pedagang, dan lembaga, diferensiasi
mengharuskan perusahaan untuk secara unik mampu menciptakan
keunggulan bersaing bagi pembelinya dengan cara-cara lain, di samping
menjual dengan harga lebih rendah. Jika perusahaan mampu
menurunkan biaya pembeli atau meningkatkan kinerja pembeli, maka
pembeli akan bersedia membayar harga premi.
Misalnya, jika komponen yang disediakan pemasok suku cadang
sepeda yang memiliki reputasi baik memungkinkan perakit sepeda
meningkatkan diferensiasi sehingga menentukan harga tinggi, maka si
perakit sepeda akan bersedia membayar premi bagi komponen itu.
Demikian pula, mesin fotokopi Ektaprint Kodak mampu menurunkan
biaya pembuatan sejilid dokumen karena dilengkapi dengan alat
pengumpan dokumen bersirkulasi ulang dan alat stapler otomatis. Hal
ini menurunkan biaya pegawai pembeli dan berarti bahwa pembeli
bersedia membayar harga premi bagi mesin fotokopi itu.
Dalam kedua contoh tadi, perusahaan bersangkutan mampu
meningkatkan keunggulan bersaing pembeli meskipun tidak menjual
produknya dengan harga lebih rendah.
Prinsip ini berlaku pula bagi pembeli berskala rumah tangga dan
individu, meskipun cara mengukur biaya pembeli dan khususnya,
kinerja pembeli barangkali lebih rumit. Bagi pembeli rumah tangga,
biaya produk tidak saja mencakup biaya finansial melainkan juga biaya
waktu dan biaya kenyamanan.
Biaya waktu bagi konsumen mencerminkan biaya peluang memakai
produk ini di tempat lain dan juga biaya tersirat (implisit) berupa
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 427
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
frustrasi, kejengkelan, atau pengerahan tenaga. Nilai pembeli
merupakan hasil dari menurunkan salah satu dari biaya tadi bagi
pembeli. Lemari es yang memakai listrik lebih sedikit daripada lemari es
lain dapat dijual dengan harga premi. Vacuum cleaner yang hemat
waktu dan hemat energi juga memiliki nilai bagi pembeli tingkat rumah
tangga. Namun, menawarkan pemasaran langsung yang menghemat
waktu belanja pembeli barangkali tidak bernilai jika pembeli senang
berbelanja.
Me-minimize risiko kegagalan pembeli setara dengan menurunkan
biaya pembeli. Meningkatkan kinerja pembeli bagi para konsumen
perorangan berarti meningkatkan kepuasan atau memenuhi kebutuhan
mereka. Misalnya, jika konsumen merasa lebih puas menonton televisi
pada pesawat yang memiliki kualitas gambar lebih bagus dan waktu
pemanasan lebih singkat, maka pembeli akan bersedia membayar harga
premi bagi pesawat televisi seperti itu. Status atau prestise merupakan
kebutuhan penting seperti halnya ciri produk atau mutunya. Meskipun
kinerja pembeli pada konsumen rumah tangga atau konsumen
individual barangkali sulit dinilai, rantai nilai mereka memberi petunjuk
mengenai dimensi kepuasan yang penting bagi mereka.
Pembeli berskala industri, pedagang, atau lembaga kadang-kadang
menyerupai konsumen dalam kasus-kasus, di mana sasaran mereka
tidak hanya meraih laba atau meningkatkan pemasukan. Pembeli
barangkali menilai penting pemasok yang menyediakan kepuasan atau
prestise bagi para eksekutif atau karyawan lain meskipun kepuasan atau
prestise ini tidak menyumbang pada laba perusahaan bersangkutan. Hal
ini mencerminkan perbedaan yang sering kali ada antara tujuan
karyawan dan tujuan perusahaan.
Demikian pula, rumah sakit menilai penting alat diagnostik yang
mampu menghasilkan perawatan lebih baik meskipun rumah sakit itu
tidak akan memperoleh laba tinggi karena memiliki alat semacam itu.
Hal ini mencerminkan adanya tujuan menyediakan perawatan bermutu
bagi pasien dan adanya fakta bahwa sejumlah besar rumah sakit
merupakan lembaga nirlaba. Banyak organisasi memiliki tujuan lain di
samping meningkatkan profitabilitas walaupun mereka memang
berusaha memperoleh laba. Tujuan lain ini dapat membentuk nilai
pembeli.
428 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
12.7 Rantai Nilai dan Nilai Pembeli Perusahaan menurunkan biaya pembeli atau meningkatkan kinerja
pembeli lewat adanya dampak rantai nilainya terhadap rantai nilai
pembeli. Perusahaan dapat mempengaruhi rantai nilai pembeli hanya
dengan menyediakan masukan bagi salah satu aktivitas pembeli.
Namun, sering kali produk perusahaan memiliki dampak langsung
atau dampak tak langsung atas rantai nilai pembeli dan dampak ini
menjangkau lebih jauh dari aktivitas penggunaan produk itu yang
sesungguhnya.
Misalnya, berat merupakan hal penting bagi mesin tik yang sering
dibawa-bawa walaupun berat bukan hal yang relevan jika orang
memandang aktivitas pembeli hanya mengetik. Lebih lanjut,
perusahaan umumnya mempengaruhi pembeli tidak saja lewat
produknya melainkan juga lewat sejumlah aktivitas seperti sistem
logistik, sistem pencatatan pesanan, gugus wiraniaga, dan kelompok
rekayasa aplikasi.
Aktivitas perusahaan yang persentase biayanya terhadap biaya total
kecil pun dapat berdampak cukup berarti atas diferensiasi. Kadang-
kadang, pembeli memiliki kontak pribadi dengan aktivitas nilai yang
dilakukan perusahaan (misalnya, gugus wiraniaga) sedangkan dalam
kasus lain pembeli hanya mengamati hasil dari sekelompok aktivitas
(misalnya, penyerahan barang yang tepat waktu atau lambat). Jadi, nilai
yang diciptakan perusahaan bagi pembelinya ditentukan oleh seluruh
keterkaitan antara rantai nilai perusahaan dan rantai nilai pembeli.
Truk berat merupakan contoh baik mengenai keterkaitan jamak.
Sebuah truk berat secara langsung mempengaruhi biaya logistik
pembeli (biaya logistik pembeli ditentukan oleh kapasitas angkut truk,
mudah tidaknya pembongkaran dan pemasukan muatan, biaya bahan
bakar, serta biaya perawatan). Truk berat juga berdampak tak langsung
atas biaya lainnya yang harus dipikul pembeli (biaya pembeli).
Kapasitasnya akan mempengaruhi frekuensi penyerahan barang
yang dilakukan pembeli. Truk tersebut dapat menyumbang pada mutu
produk melalui besar kecilnya guncangan muatannya, dan juga lewat
kondisi temperatur serta kelembaban pada tempat-tempat transit. Truk
itu dapat juga mempengaruhi biaya pengemasan pembeli, suatu hal
yang ditentukan oleh perlindungan yang diperlukan untuk menghindari
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 429
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
kerusakan. Akhirnya, truk tersebut dapat mempengaruhi peningkatan
identitas merek lewat penampilannya dan logo yang dilukiskan pada
dindingnya dapat mudah dilihat.
Bukan saja truk tersebut akan mempengaruhi rantai nilai pembeli,
melainkan juga sejumlah aktivitas nilai lainnya dari produsen truk itu
barangkali akan mempengaruhi pembeli sendiri. Ketersediaan suku
cadang akan mempengaruhi waktu reparasi, sedangkan kebijakan
kredit akan mempengaruhi biaya pembelian truk itu. Mutu gugus
wiraniaga produsen truk dapat menentukan kemampuan gugus
wiraniaga itu dalam menyarankan prosedur perawatan yang baru dan
praktik baru penggunaan truk. Semua keterkaitan antara aktivitas nilai
produsen truk dan pembeli memiliki potensi meningkatkan atau
menurunkan biaya pembeli atau kemampuan kerja pembeli. Prinsip ini
juga berlaku bagi pembeli berskala rumah tangga.
Keterkaitan antara perusahaan dan rantai nilai pembeli yang relevan
pada nilai pembeli tergantung pada bagaimana sesungguhnya cara
pembeli memakai produk terkait, bukan selalu pada bagaimana
seharusnya memakai produk itu. Produk yang didesain secara paling
cermat pun dapat menghasilkan kemampuan kerja yang kurang
memuaskan jika pembeli tidak memahami cara memasang,
mengoperasikan, atau merawatnya atau jika produk itu dipakai untuk
tujuan yang lain dari yang semestinya. Misalnya, produk makanan beku
dapat menghasilkan makanan yang "mengerikan" jika dimasak pada
temperatur yang tidak semestinya. Demikian pula, mesin dapat menjadi
rusak dengan cepat jika tidak diberi minyak pelumas pada tempat yang
semestinya.
Setiap dampak yang dimiliki perusahaan atas rantai nilai
pembelinya, termasuk setiap keterkaitan antara aktivitas nilai
perusahaan dan aktivitas nilai pembeli, mewakili peluang untuk
mengadakan diferensiasi. Semakin banyak dampak langsung dan tak
langsung yang dimiliki produk atas rantai nilai pembelinya, semakin
banyak kemungkinan untuk mengadakan diferensiasi dan semakin
tinggi pula tingkat diferensiasi yang bisa diperoleh.
Misalnya, produsen truk yang memahami dengan baik bagaimana
pengaruh truknya terhadap rantai nilai pembeli, tidak saja akan mampu
mendesain truknya sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat
lebih besar kepada pembelinya, melainkan juga akan mampu
430 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
melaksanakan aktivitas nilai lainnya seperti servis, penyediaan suku
cadang, dan pendanaan sehingga truknya lebih bernilai bagi pembeli.
Karena itu, diferensiasi tumbuh dari semua keterkaitan antara
perusahaan dan pembelinya, Dengan diferensiasi tersebut, perusahaan
bersangkutan menjadi unik. Pentingnya menjadi unik dalam sebuah
aktivitas nilai adalah dampak langsung dan dampak tak langsungnya
atas biaya atau kinerja pembeli. Bagi pembeli, tingkat diferensiasi
menyeluruh sebuah perusahaan merupakan nilai kumulatif keunikan
perusahaan itu di seluruh rantai nilainya.
Nilai kumulatif ini dapat dihitung dan hasil perhitungan ini
menentukan batas tertinggi harga premi yang dapat ditetapkan
perusahaan itu relatif terhadap para pesaingnya. Karena perusahaan
harus berbagi sebagian dari nilai yang diciptakannya itu dengan
pembelinya dengan maksud merangsang orang untuk membeli, dalam
praktik harga premi yang sesungguhnya akan sedikit berkurang.
12.8 Menurunkan Biaya Pembeli Apapun yang dapat dilakukan perusahaan untuk menurunkan biaya
total pembeli dalam memakai produk atau biaya lainnya yang harus
dipikul pembeli merupakan landasan potensial bagi diferensiasi.
Tindakan yang sifatnya menurunkan biaya aktivitas nilai pembeli yang
persentasenya terhadap biaya total signifikan merupakan peluang yang
paling penting. Sering kali ada banyak cara.
Guna menurunkan biaya pembeli jika perusahaan memahami
dengan baik cara pembeli memakai produknya dan bagaimana
pengaruh aktivitas pemasaran dan penyerahan barang dan aktivitas
lainnya atas biaya pembeli.
Perusahaan dapat menurunkan biaya pembeli dengan sejumlah
cara:
1. Menurunkan biaya penyerahan barang, biaya pemasangan, atau
biaya pendanaan.
2. Menurunkan frekuensi pemakaian produk yang diperlukan.
3. Menurunkan biaya langsung pemakaian produk, seperti tenaga
kerja, bahan bakar, pemeliharaan, ruangan yang diperlukan, dan
sebagainya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 431
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
4. Menurunkan biaya tak langsung pemakaian produk atau dampak
produk atas aktivitas nilai lainnya. Misalnya, komponen ringan dapat
mengurangi biaya transportasi produk akhir.
5. Menurunkan biaya pembeli dalam aktivitas nilai yang tidak
berhubungan dengan produk fisik.
6. Menurunkan risiko kerusakan produk dan, dengan demikian,
menurunkan biaya kerusakan produk yang telah dihitung oleh
pembeli.
Sejumlah cara di mana produk perusahaan dapat menurunkan biaya
langsung pemakaian produk yang harus dipikul oleh pembeli. Di
samping menurunkan biaya pembeli lewat sejumlah karakteristik
produknya, perusahaan dapat menurunkan biaya pemakaian ini lewat
banyak aktivitas nilai lainnya.
Keandalan penyerahan/pengiriman barang menurunkan inventaris
pembeli, dan waktu yang singkat dalam menyediakan suku cadang
menurunkan biaya perbaikan. Prosedur pemesanan dan penagihan
dapat mengurangi biaya akuntansi dan biaya pengadaan (pembelian)
yang harus dikeluarkan pembeli. Misalnya, sistem pemesanan on-line
pada American Hospital Supply bagi sejumlah rumah sakit,
memungkinkan dilakukannya pemesanan pembelian oleh petugas
administrasi yang kurang terampil dan bergaji rendah, tidak harus oleh
agen pembelian.
Perusahaan dapat juga menyediakan nasihat atau bantuan teknis
bagi pembeli yang mampu mengurangi biaya mereka. Intel, misalnya,
memiliki sistem pengembangan untuk membantu para pembeli
mendesain mikroprosesor dengan murah dan cepat bagi produk
mereka.
Perusahaan dapat juga mengambil alih sejumlah fungsi pembeli
sehingga berintegrasi dengan rantai nilai pembeli. Dalam penjualan
partai besar, misalnya, Napco menyediakan rak, menetapkan harga,
dan mengganti barang yang kurang laku bagi para pembelinya.
Sejumlah contoh lain yang lebih besar akan menggambarkan
bagaimana perusahaan bisa berhasil menurunkan biaya pembeli dan
sekaligus mencapai diferensiasi. Mesin fotokopi Kodak, sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, menurunkan biaya yang harus dikeluarkan
pembeli dalam membuat jilid.
432 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
12.9 Meningkatkan Kinerja Pembeli Guna meningkatkan kinerja pembeli, perusahaan perlu memahami
kinerja yang diinginkan dari sudut pandang pembeli. Meningkatkan
kemampuan kinerja pembeli berskala industri, pedagang, dan lembaga
ditentukan oleh hal-hal yang menciptakan diferensiasi bagi pembeli.
Jadi, kebutuhan pembeli harus pula dipahami, dan untuk itu diperlukan
analisis yang sama seperti analisis nilai pembeli. Truk yang dijual kepada
pembeli berupa perusahaan barang konsumsi yang kemudian
memakainya untuk membawa barang ke toko-toko pengecer
merupakan contoh yang baik.
Jika toko-toko pengecer menginginkan penyerahan barang dengan
frekuensi tinggi, maka perusahaan barang konsumsi itu tentunya
menginginkan truk yang mempunyai kapasitas angkut yang cocok untuk
tujuan itu dengan harga yang wajar. Serupa dalam menjual produknya
kepada produsen mobil, Velcro berhasil mencapai diferensiasi karena
sabuk pengaman buatannya lebih luwes dan memungkinkan dibuatnya
berbagai pilihan desain interior bagi mobil yang disukai konsumen.
Meningkatkan kinerja pembeli berskala industri, pedagang, atau
lembaga dapat juga didasarkan pada upaya membantu mencapai
sasaran nonekonomi mereka seperti status, citra, atau prestise. Dalam
industri truk berat, misalnya, PACCAR berhasil mencapai diferensiasi
tinggi bagi truk Kenworth "K-Whopper" buatannya, yaitu dengan cara
mendesain setiap truknya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
oleh masing-masing pembeli. Ini memang tidak begitu berhubungan
dengan kinerja ekonomis truk buatannya itu. Namun, banyak pembeli
Kenworth adalah pemilik dan sekaligus operator dan mereka menarik
nilai dari penampilan serta citra merek truk yang mereka beli dari
perusahaan itu.
Bagi produk yang dijual kepada pembeli perorangan, meningkatkan
kinerja pembeli merupakan hal yang ditentukan oleh kemampuan
memuaskan kebutuhan mereka. Traveler's check American Express
dipakai bagi banyak aktivitas konsumen di mana kebutuhan akan uang
kontan merupakan hal rutin, di mana rencana perjalanan sering
berubah, di mana bank tidak selalu ada dan di mana terdapat risiko
pencurian atau kehilangan.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 433
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
American Express mendiferensiasikan diri karena pembelinya
menilai penting kepastian penguangan di mana saja dan cepatnya
penggantian cek yang hilang. American Express menyediakan prosedur
penguangan yang mudah di mana saja lewat banyak kantor di seluruh
dunia yang beroperasi dengan jam kantor yang panjang.
12.10 Persepsi Pembeli tentang Nilai Harga menjadi salah satu isyarat paling dominan dalam pemasaran,
hal tersebut karena harga ada pada semua situasi pembelian. Harga
juga merupakan salah satu isyarat yang digunakan konsumen dalam
proses persepsi, dimana harga akan mempengaruhi penilaian konsumen
tentang suatu produk (Ridgway & Netemeyer, 1993). Sedangkan
peranan merek adalah merek bukan hanya sebuah simbol, namun
merek dapat juga memberikan arti bahwa produk tersebut mempunyai
nilai tertentu (Pepadri, 2002). Persepsi harga dan persepsi merek akan
berpengaruh pada perceived value yang nantinya menimbulkan intens
to repurchase konsumen (Agarwal & Teas, 2002).
Price perception berkaitan dengan bagaimana informasi harga
dipahami seutuhnya dan memberikan makna yang dalam oleh pembeli
(konsumen). Persepsi harga menjadi sebuah penilaian konsumen
tentang perbandingan besarnya pengorbanan dengan apa yang akan
didapatkan dari produk dan jasa (Zeithaml, 1988). Merek memainkan
peranan yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan
pembelian (konsumen). Sangat penting bagi perusahaan untuk
mengetahui proses pengambilan keputusan konsumen dan meng-
identifikasi kondisi dalam proses tersebut (Cravens & Nigel, 2003).
Peranan merek terhadap kualitas produk atau jasa adalah merek bukan
hanya sebuah simbol, namun merek dapat juga memberikan arti bahwa
produk tersebut mempunyai nilai atau kualitas tertentu (Pepadri, 2002).
Merek adalah sebuah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan
suatu produk atau jasa dan menimbulkan arti psikologis atau asosiasi.
Merek bukan hanya apa yang tercetak di dalam sebuah produk atau
kemasannya, tetapi apa yang ada di benak konsumen dan bagaimana
konsumen mengasosiasikannya. Pada perkembangan selanjutnya
merek adalah sebuah nama yang dianggap mewakili sebuah objek,
dianggap sebagai sebuah simbol kemudian menjadi image. Pada
434 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
akhirnya merek bukan apa yang dibuat di pabrik, tercetak di sebuah
kemasan atau apa yang diinginkan oleh pemasar, tetapi apa yang ada
di dalam pikiran konsumen (Susanto, 2008).
Sebuah nilai dianggap sebagai bukan nilai kecuali apabila hal itu
telah dirasakan menjadi satu. Tidak peduli seberapa nyata sebuah nilai
akan dianggap bukan nilai hingga nilai telah dirasakan (Bono & Heller,
2006). Perceived value didasarkan pada evaluasi konsumen terhadap
barang dan/atau jasa. Konsumen menekankan bahwa keuntungan yang
diterima dari suatu produk atau jasa merupakan komponen yang
terpenting dalam value. Value juga merupakan kualitas yang diterima
konsumen sesuai dengan harga yang dibayarkan (Zeithaml, 1988).
Minat konsumen adalah keinginan yang timbul dari proses pengaktifan
ingatan sebagai sebuah rencana yang tersimpan.
Keinginan konsumen untuk membeli ulang suatu produk didasarkan
pada kepercayaan dan nilai yang berkaitan dengan tindakan membeli
atau menggunakan produk tersebut. Minat beli ulang merupakan bagian
dari perilaku pembelian yang dilakukan konsumen di mana kesesuaian
antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan
menghasilkan minat konsumen untuk mengkonsumsinya lagi di masa
akan datang. Hal ini didukung oleh pernyataan Anoraga (2000) bahwa
minat beli ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas
pengalaman pembelian yang telah dilakukan di masa lalu.
12.11 Kriteria Pembelian yang Dipakai Pembeli
Hal yang mendasar mengenai nilai yang dipakai pembeli diterapkan
pada industri tertentu, akan dapat dilakukan pengidentifikasian kriteria pembelian yang dipakai pembeli, yaitu sifat-sifat spesifik perusahaan
yang menciptakan nilai actual atau nilai riil bagi pembeli. Kriteria pembelian yang dilakukan pembeli dapat digolongkan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Kriteria Pemakaian
Kriteria pembelian merupakan konstruk yang berakar pada cara pemasok mempengaruhi nilai pembeli actual, yaitu dengan menurunkan
biaya pembeli atau meningkatkan kinerja pembeli. Kriteria pemakaian
dapat mencakup sejumlah factor, seperti kualitas produk, ciri produk, waktu penyerahan produk, dan dukungan rekayasa aplikasi.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 435
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
2. Kriteria Pengisyaratan
Kriteria pengisyaratan merupakan konstruk yang berakar pada isyarat nilai atau pada sarana yang dipakai pembeli untuk menyimpul-
kan nilai actual yang dimiliki pemasok. Kriteria pengisyaratan dapat mencakup faktor-faktor seperti pengiklanan, daya tarik sarana, dan
reputasi.
Kriteria pemakaian merupakan ukuran spesifik mengenai hal-hal yang menciptakan nilai pembeli. Kriteria pengisyaratan merupakan
ukuran mengenai cara pembeli melihat adanya nilai. Kriteria pemakaian cenderung lebih berorientasi pada produk pemasok, logistik ke luar, dan
aktivitas pelayanan, sedangkan kriteria pengisyaratan lebih berorientasi pada aktivitas pemasaran. Meskipun demikian, setiap departemen
fungsional sebuah perusahaan (dan sebagian besar aktivitas nilai) dapat
mempengaruhi kedua jenis kriteria ini. Biaya harga yang sapat ditetapkan perusahaan merupakan hal yang
ditentukan oleh keunikan perusahaan ini dalam memenuhi kriteria pemakaian atau kriteria pengisyaratan. Memenuhi kriteria pemakaian
tanpa sekaligus memenuhi kriteria pengisyaratan merupakan kekeliruan
umum, dan kekeliruan ini akan merongrong persepsi pembeli atas nilai sebuah perusahaan. Memenuhi kriteria pengisyaratan tanpa sekaligus
memenuhi kriteria pemakaian juga tidak akan membuahkan keber-hasilan karena pembeli akhirnya akan menyadari bahwa kebutuhan
substantif mereka ternyata belum terpenuhi. Batas antara kriteria pemakaian dan kriteria pengisyaratan sering
kali merupakan hal yang kompleks karena banyak dari aktivitas yang
dilakukan perusahaan berperan dalam memenuhi kriteria pemakaian dan sekaligus berfungsi sebagai isyarat nilai. Misalnya, wiraniaga yang
pandai berbicara bisa mengisyaratkan nilai dan sekaligus menjadi sumber pengetahuan aplikasi yang bernilai yang akan menurunkan
biaya pembeli. Demikian pula, reputasi merek bisa merupakan hal yang
bernilai bagi pembeli karena reputasi merek memungkinkan pengambil keputusan pembelian membela diri dari kecaman jika ternyata produk
yang dipilihnya tidak bekerja dengan baik. Namun, walaupun terdapat situasi semacam itu, kedua jenis isyarat tadi perlu sekali dipisahkan satu
sama lain, karena hanya kriteria pemakaianlah yang benar-benar
merupakan sumber nilai pembeli yang sesungguhnya. Pembeli dapat membayar namun bukanlah isyarat nilai itu sendiri. Perusahaan
sejatinya memahami seberapa baik ia memenuhi kriteria pemakaian dan memahami nilai yang tercipta supaya dapat menentukan biaya sebuah
harga yang layak. Nilai untuk memenuhi kriteria pengisyaratan diukur dengan cara lain. Nilai sebuah kriteria pengisyaratan adalah seberapa
436 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
jauh kriteria ini mendorong pembeli melihat nilai yang tercipta dalam
memenuhi kriteria pemakaian. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kriteria pemakaian
tumbuh dari keterkaitan yang ada antara rantai nilai sebuah perusahaan dan rantai nilai pembelinya. Karena keterkaitan ini banyak sekali
jumlahnya, sering kali terdapat banyak kriteria pemakaian yang
menjangkau lebih jauh dari karakteristik produk fisik yang bersangkutan.
Kriteria pemakaian dapat merangkum produk actual, misalnya, perbedaan Coca Cola dan Pepsi dari sisi rasa, atau sistem yang dipakai
perusahaan untuk menyerahkan dan mendukung produknya, walaupun produk fisiknya tidak berdiferensiasi. Walaupun perbedaan antara
sebuah produk dan aktivitas nilai lainnya barangkali hanya menyangkut
derajat, perbedaan ini tetap merupakan hal yang penting karena aktivitas nilai yang lain, dibandingkan dengan produk fisiknya, sering
kali menyediakan lebih banyak dimensi yang dapat dipakai sebagai landasan untuk mendiferensiasikan diri.
Aktivitas nilai lainnya di samping aktivitas yang berhubungan
dengan produk bersangkutan dapat menjadi sumber diferensiasi yang penting karena banyak perusahaan cenderung memusatkan
perhatiannya pada produk fisik. Kriteria pemakaian dapat juga mencakup spesifikasi yang dicapai produk (atau oleh aktivitas nilai
lainnya) maupun konsistensi yang ditunjukkan oleh perusahaan dalam memenuhi spesifikasi itu (kepatuhan). Kepatuhan bisa sama pentingnya
atau bahkan lebih penting daripada spesifikasi meskipun kepatuhan
sebagai salah satu faktor pendiferensiasi juga merupakan hal yang sering kali terlupakan.
Kriteria pemakaian dapat juga mencakup hal-hal tak berwujud seperti gaya, prestise, status yang diterima dan konotasi merek
(misalnya, jeans karya desainer terbaik), dan hal ini khususnya berlaku
dalam barang konsumtif. Kriteria pemakaian tak berwujud sering kali berakar pada motivasi pembelian yang tidak berdasarkan pertimbangan
ekonomi dalam pengertian sempit. Kemampuan Apple Corporation untuk menetapkan biaya yang terdapat pada sebuah harga bagi
produknya, pada dasarnya adalah sebuah komoditi banyak berakar
pada konteks sosial yang banyak diwarnai oleh kebiasaan menggunakan produk bermerk. Pembeli ingin dilihat mengonsumsi produk Apple Corporation canggih atau terlihat prestisius.
Meskipun kriteria pemakaian tak berwujud biasanya diasosiasikan
dengan konsumen, kriteria jenis ini bisa sama pentingnya bagi para pembeli lainnya. Misalnya, memiliki jam Rolex dapat memberikan
prestise cukup besar bagi para eksekutif di hadapan para kolega. Kriteria
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 437
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
pemakaian tak berwujud memiliki arti paling penting dalam produk yang
diperuntukkan bagi pembeli berskala industri, pedagang, lembaga di mana pembeli sesungguhnya adalah orang yang mempunyai wewenang
cukup besar dalam menentukan pembelian. Dengan demikian, kriteria pemakaian dapat juga meliputi
karakteristik saluran distribusi, atau nilai hilir. Karena saluran dapat
memberikan sumbangan pada diferensiasi, kriteria penggunaan harus mencerminkan semua ini dalam wilayah seperti pengadaan layanan
saluran dan kredit yang diberikan oleh saluran. Selain itu, saluran akan memiliki kriteria pemakaian sendiri yang mengukur sumber-sumber nilai
perusahaan. Misalnya, saluran sering kali akan menginginkan kredit, tanggapan terhadap penyelidikan, atau dukungan teknis yang mungkin
tidak diperhatikan sama sekali oleh pembeli.
Karena kinerja sebuah perusahaan untuk memenuhi kriteria pemakaian bisa juga dipengaruhi oleh cara pembeli sesungguhnya
memakai produk bersangkutan, maka menjadi tantangan pula bagi perusahaan untuk memastikan bahwa produknya benar-benar dipakai
dengan cara yang memungkinkan produk itu berfungsi sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini dapat dipengaruhi lewat desain produk, pengemasan, dan pelatihan.
Misalnya, katup pengendalian aliran, sering kali didesain sedemikian rupa supaya tidak mungkin memperoleh putaran berlebihan. Faktor
yang meningkatkan peluang dipakainya produk dengan cara semestinya, sering kali merupakan kriteria pemakaian. Faktor seperti ini
bisa merupakan landasan potensial untuk melakukan diferensiasi karena
banyak perusahaan berasumsi bahwa produk mereka akan dipakai dengan cara semestinya.
Kriteria pengisyaratan mencerminkan isyarat nilai yang mempengaruhi persepsi pembeli tentang kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kriteria pemakaian. Aktivitas yang dilaksanakan
perusahaan dan juga sifat-sifat lainnya dapat menjadi kriteria pengisyaratan. Kriteria pengisyaratan dapat membantu pemasok
tertentu untuk dipertimbangkan atau dapat memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir oleh pembeli. Dalam kaitan ini,
yang paling lazim dari kriteria pengisyaratan antara lain:
1. Reputasi atau citra
2. Pengiklanan kumulatif 3. Berat atau penampilan luar produk yang bersangkutan
4. Pengemasan dan label 5. Penampilan dan besarnya fasilitas
6. Pengalaman bisnis
438 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
7. Pangkalan terpasang (installed base)
8. Daftar pelanggan 9. Bagian pasar
10. Harga (dalam situasi di mana harga mencerminkan mutu) 11. Identitas perusahaan induk (besarnya perusahaan, stabilitas
finansial perusahaan, dan sebagainya)
12. Jangkauan bagi manajemen puncak perusahaan pembeli
Sering kali kriteria pengisyaratan tidak kentara. Misalnya, cat pada instrumen kedokteran bisa memiliki pengaruh penting atas persepsi
pembeli mengenai mutu produk itu, walaupun cat itu hanya sedikit atau sama sekali tidak mempengaruhi kinerja alat itu. Demikian pula,
pemakaian Rinso sebagai merek detergen telah terlihat sebagai sesuatu
yang mendiferensiasikan detergen ini, sebagian disebabkan bahwa satu kotak detergen ini memiliki berat lebih besar daripada satu kotak
detergen produk pesaing walaupun jumlah pakaian yang bisa dicuci oleh masing-masing detergen sama.
Kriteria pengisyaratan mempunyai arti penting apabila pembeli
menemukan kesulitan mengukur kinerja perusahaan, apabila mereka membeli produk bersangkutan dengan frekuensi rendah, atau apabila
produk itu diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pembeli, sehingga pengalaman perusahaan dengan pembeli lain tidak dapat dipakai
sebagai petunjuk lengkap mengenai masa depan kinerja perusahaan itu.
Misalnya, dalam bidang jasa profesional, kriteria pengisyaratan
merupakan hal yang sangat penting. Jasa umumnya disediakan menurut spesifikasi dari pembeli dan baru benar-benar bisa dipakai
setelah dibeli. Karena itu, perusahaan jasa profesional baru berhasil jika menaruh perhatian sangat besar pada hal-hal, seperti dekorasi kantor
dan penampilan para karyawannya. Industri lain di mana kriteria
pengisyaratan memegang peran penting adalah industri piano. Banyak pembeli piano tidak memiliki pengetahuan cukup mendalam untuk
menilai mutu piano dengan cermat. Yamaha, produsen piano yang berhasil mencapai diferensiasi, telah melihat pemakaian piano pada
konser-konser musisi terkenal sebagai kriteria pengisyaratan yang
efektif. Yamaha mengusahakan sebuah "bank piano" yang menyediakan piano besar (grand pianos) di seluruh outlet-outlet Yamaha. Piano-piano
besar ini boleh disewa dengan biaya ringan oleh para pianis yang telah disepakati untuk dimainkan di konser mereka. Sebagai hasilnya,
Yamaha memiliki hubungan sangat baik dengan para pianis dan piano Yamaha dimainkan dalam sejumlah besar konser.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 439
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Kriteria pengisyaratan juga ditentukan oleh kebutuhan memperkuat
persepsi pembeli tentang perusahaan bahkan setelah produk yang bersangkutan dibeli. Pembeli sering kali perlu diyakinkan terus bahwa
mereka telah mengambil keputusan pembelian yang baik dengan memilih perusahaan yang bersangkutan dan produknya. Mereka juga
perlu dididik untuk bisa menilai seberapa jauh produk yang bersang-
kutan memenuhi kriteria pemakaian mereka. Ini disebabkan bahwa pembeli sering kali tetap tidak mampu memahami dengan baik seberapa
jauh sebuah produk memenuhi kriteria pemakaian mereka walaupun produk itu telah mereka belt, dan bahwa mereka barangkali tidak
memiliki data memadai atau tidak menaruh perhatian cukup besar terhadap kemampuan kerja produk. Komunikasi teratur untuk
menjelaskan kontribusi perusahaan bagi para pembelinya sering kali
dapat berpengaruh besar pada diferensiasi. Sejumlah kriteria pengisyaratan berhubungan dengan kriteria
pemakaian tertentu, dari sejumlah kriteria pengisyaratan lainnya bersifat sebagai isyarat umum bahwa pemasok akan menyediakan nilai
bagi pembelinya. Misalnya, pengiklanan dapat menekankan karak-
teristik produk sedangkan reputasi perusahaan barangkali menyiratkan kepada sebagian pembeli bahwa banyak dari kriteria mereka (pembeli)
akan terpenuhi. Penting diusahakan menarik hubungan antara isyarat nilai dan kriteria pemakaian tertentu yang mereka isyaratkan. Hal ini
akan berguna baik dalam mengidentifikasi isyarat nilai tambahan maupun dalam membantu perusahaan memahami dengan tepat sifat-
sifat yang perlu diisyaratkan. Misalnya, jika perusahaan menyadari
bahwa daftar pelanggannya mengisyaratkan keandalan pelayanan, perusahaan dapat menyajikan daftar itu dalam bentuk yang sifatnya
menekankan isyarat itu.
12.12 Mengidentifikasi Kriteria Pembelian Pengidentifikasian kriteria pembelian dimulai dengan mengidentifi-
kasi orang yang mengambil keputusan pembelian produk sebuah perusahaan dan orang lain yang mempengaruhi pengambil keputusan
ini. Saluran distribusi dapat dianggap sebagai pembeli langsung yang juga harus dianalisis. Kriteria pemakaian perlu diidentifikasi terlebih
dahulu, karena kriteria ini mengukur sumber nilai pembeli dan juga
sering kali menentukan kriteria pengisyaratan. Sejumlah pendekatan paralel perlu dipakai untuk mengidentifikasi kriteria pemakaiannya.
Pengetahuan internal tentang kebutuhan pembeli merupakan sumber awal kriteria pemakaian. Namun, kebijakan konvensional bisa mewarnai
persepsi internal tentang kriteria pemakaian. Analisis internal saja tidak
440 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
cukup. Analisis tentang kriteria pembelian pembeli tidak boleh diterima
kecuali jika analisis ini melibatkan salah seorang penghubung dari pihak pembeli. Namun, meskipun berbicara dengan pembeli merupakan hal
yang mutlak perlu, belumlah cukup karena pembeli sering kali tidak memahami sepenuhnya semua cara yang dapat dipakai perusahaan
untuk mempengaruhi biaya atau kemampuan kerja mereka. Mereka pun
barangkali tidak selalu mengatakan hal yang sebenarnya. Oleh karena itu, untuk benar-benar memahami kriteria pembelian pembeli,
perusahaan harus mengidentifikasi rantai nilai pembeli dan melakukan analisis secara sistematis tentang semua keterkaitan yang telah ada dan
yang mungkin ada antara rantai nilai perusahaan dan rantai nilai pembeli.
Kriteria pemakaian harus diidentifikasi dengan tepat supaya
bermakna bagi pengembangan strategi diferensiasi. Banyak perusahaan berbicara tentang kriteria pemakaian pembeli dengan istilah-istilah yang
kabur seperti "mutu tinggi" atau "penyerahan barang". Dengan istilah-istilah yang bersifat umum seperti ini, perusahaan tidak bisa
menghitung nilai memenuhi kriteria pemakaian bagi pembeli ataupun
mengetahui cara mengubah perilakunya untuk meningkatkan nilai pembeli. Misalnya, mutu bisa berarti spesifikasi yang lebih tinggi atau
kepatuhan yang lebih baik. Bagi Mc Donald’s, mutu hamburger dan French Fries yang konsisten setiap saat dan di semua lokasi merupakan
hal yang sama pentingnya seperti rasa dan ukuran porsi. Guna memperbaiki kedua hal ini, perusahaan perlu melakukan tindakan yang
sangat berbeda. Pelayanan juga mempunyai banyak arti, termasuk
pengurusan klaim, kemampuan perbaikan, cepat tanggap terhadap permintaan, serta penyerahan barang yang tepat waktu.
Kinerja yang baik dalam memenuhi setiap kriteria pemakaian jika mungkin harus dihitung secara kuantitatif. Misalnya, kualitas sebuah
bahan ramuan produk makanan barangkali bisa dinyatakan dengan
menghitung jumlah partikel bahan asing atau persentase kandungan lemak. Penghitungan tidak hanya akan mendorong dilakukannya
pemikiran cermat untuk menentukan apa persisnya yang dinilai penting oleh pembeli, tetapi juga memungkinkan pengukuran dan penelusuran
kinerja perusahaan berdasarkan kriteria pemakaian. Hal ini sering kali
membuahkan perbaikan penting dalam kinerja perusahaan itu sendiri. Penghitungan juga memungkinkan perusahaan mengukur posisinya
terhadap pesaing dalam memenuhi kriteria penting. Dengan begitu, perusahaan akan dapat mempelajari praktik yang menentukan kinerja
pesaing. Bahkan kriteria pemakaian tak berwujud, seperti gaya, dapat dinyatakan secara kuantitatif, misalnya: peringkat yang diperolehnya
dalam survei industri.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 441
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Perusahaan dapat menghitung nilai upaya memenuhi setiap kriteria
pemakaian, yaitu dengan memperkirakan pengaruh pemenuhan masing-masing kriteria ini atas biaya atau kinerja pembeli. Perhitungan
semacam itu mau tak mau akan melibatkan tindakan penilaian, tetapi perhitungan ini merupakan alat yang mau tak mau harus dipakai untuk
memilih strategi diferensiasi yang tahan lama. Menentukan nilai pembeli
dalam memenuhi setiap kriteria pemakaian akan memungkinkan disusunnya kriteria ini berdasarkan derajat kepentingan. Bagi sebagian
kriteria pemakaian, pemisahan hanya perlu memenuhi nilai ambang (threshold value) untuk memenuhi kebutuhan pembeli, sedangkan bagi
sebagian kriteria pemakaian lainnya, perusahaan perlu berbuat lebih banyak untuk mencapai hasil lebih baik. Misalnya, jika pesawat TV
membutuhkan waktu pemanasan selama dua detik, akan diperoleh
sedikit manfaat tambahan jika waktu pemanasan ini dikurangi menjadi satu detik. Namun, hampir semua kriteria pemakaian akan mencapai
titik batas manfaat (point of diminishing returns), dan setelah titik ini dilewati, maka perbaikan lebih lanjut tidak akan bernilai lagi atau
bahkan akan mengurangi nilai pembeli.
Guna memenuhi sebagian kriteria pemakaian barangkali sejumlah kriteria pemakaian lainnya perlu ditiadakan (trade offs). Menghitung
nilai yang akan diperoleh pembeli dari pemenuhan masing-masing kriteria pemakaian akan memperjelas nilai ambang, penawaran nilai
(tradeoffs), dan nilai pembeli yang perlu dipenuhi untuk lebih memperbaiki pemenuhan masing-masing kriteria itu. Perusahaan hanya
dapat membuat penilaiannya sendiri tentang keseimbangan antara nilai
diferensiasi dan biaya diferensiasi jika perusahaan memahami hal-hal ini. Penyusunan peringkat kriteria pemakaian dari segi nilai yang
diperoleh pembeli dari dipenuhinya kriteria ini sering kali akan berlawanan dengan kebijakan konvensional.
Kriteria pengisyaratan dapat diidentifikasi dengan memahami
proses yang dipakai pembeli untuk membentuk pertimbangan tentang kemampuan potensial perusahaan dalam memenuhi kriteria pemakaian
serta seberapa jauh perusahaan benar-benar akan memenuhi kriteria itu. Memeriksa masing-masing kriteria pemakaian untuk menentukan
isyarat yang bisa dikirimkan merupakan titik. Sejumlah teknik kuantitatif
untuk menentukan peringkat sifat-sifat produk telah dikembangkan dalam literatur pemasaran, walaupun teknik-teknik ini pada intinya
didasarkan pada penggunaan data penjualan produk bersaing dan pengumpulan pendapat pelanggan, bukan pada penghitungan nilai
secara langsung. Misalnya, jika yang menjadi kriteria pemakaian paling penting ialah kehandalan penyerahan barang, catatan penyerahan
barang masa lalu dan kesaksian pelanggan dapat dijadikan isyarat nilai.
442 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Dua langkah analisis lainnya dapat juga menyediakan pemahaman
mengenai isyarat nilai. Dengan menganalisis secara cermat proses yang dipakai pembeli untuk membeli, termasuk sumber informasi yang diajak
berkonsultasi, prosedur pengujian dan inspeksi yang dilaksanakan, serta langkah-langkah dalam pengambilan keputusan, maka sejumlah isyarat
nilai barangkali bisa tampak jelas. Analisis semacam ini akan
menghasilkan sejumlah indikasi mengenai apa yang diajak pembeli berkonsultasi atau apa yang diperhatikan pembeli, termasuk saluran
distribusi. Cara terkait untuk mengidentifikasi kriteria pengisyaratan ialah pengidentifikasian titik- titik hubungan yang signifikan antara
perusahaan dan pembeli baik sebelum maupun sesudah pembelian dilakukan, termasuk saluran distribusi, pameran dagang, departemen
akunting, dan lain-lain. Setiap titik hubungan merupakan peluang untuk
mempengaruhi persepsi pembeli tentang perusahaan sehingga dapat dipakai sebagai kriteria pengisyaratan.
Seperti halnya kriteria pemakaian, kriteria pengisyaratan perlu didefinisikan setepat dan seoperasional mungkin supaya dapat
membimbing strategi diferensiasi. Misalnya, bagi sebuah bank,
penampilan fasilitas bisa mengisyaratkan nilai lewat ketertiban, kelanggengan, dan kepastiannya. Bagi toko busana perancang, dimensi
penampilan lainnya lebih layak dipakai sebagai isyarat nilai. Kriteria pengisyaratan memilih derajat kepentingan yang berbeda-beda, dan
perusahaan harus menyusun peringkat mereka berdasarkan besarnya dampak mereka pada persepsi pembeli supaya dapat menentukan
seberapa besar biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengirimkan isyarat
itu. Menghitung besar sumbangan kriteria pengisyaratan terhadap harga yang bisa ditetapkan sering kali sulk dilakukan, tetapi kelompok
fokus dan wawancara fokus barangkali bisa membantu. Sebagaimana halnya dengan kriteria pemakaian, pemenuhan kriteria pengisyaratan
dapat mencapai titik batas manfaat. Misalnya, kantor yang sangat
mewah dapat mengendurkan niat pembeli karena perusahaan bersangkutan bagi pembeli tampak terlalu boros dan tidak profesional.
Proses identifikasi kriteria pembelian pembeli harus menghasilkan susunan peringkat dan pemilah kriteria pembelian. Harga harus
diintegrasikan ke dalam daftar ini di tempat yang sesuai dengan yang
ditentukan oleh pembeli. Kriteria pemakaian dan kriteria pengisyaratan yang berasal dari pemakaian akhir dan saluran harus dipisah supaya
entitas yang berbeda-beda dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi masing-masing kriteria bisa menjadi jelas. Barangkali ada
gunanya kriteria pemakaian bagi pemakai akhir atau bagi saluran digolongkan menjadi faktor yang menurunkan biaya pembeli dan faktor
yang meningkatkan kinerja pembeli. Walaupun memenuhi kriteria
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 443
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
pemakaian tertentu kadang-kadang dapat menurunkan biaya sekaligus
meningkatkan kinerja, sering kali cara tertentu dalam penciptaan nilai memegang peran yang dominan.
Misalnya, dalam industri permen cokelat, rasa berhubungan dengan kinerja pembeli sedangkan ketersediaan merupakan hal yang secara
dominan ditentukan oleh biaya belanja pembeli. Oleh karena itu, kriteria
pemakaian dapat dibagi lebih lanjut menjadi faktor yang mudah diukur dan faktor yang sulit dilihat atau dihitung secara kuantitatif oleh
pembeli. Memahami perbedaan dalam kriteria pemakaian dapat mempunyai
arti penting karena beberapa alasan. Diferensiasi yang dapat menurunkan biaya pembeli merupakan dasar pembenaran yang lebih
persuasif bagi sebagian pembeli untuk membayar premi harga yang
sifatnya tahan lama daripada diferensiasi yang meningkatkan kinerja. Tekanan finansial di pihak pembeli (misalnya pada masa turunnya
permintaan) sering kali berarti bahwa pembeli bersedia membayar premi harga hanya kepada perusahaan yang dapat menunjukkan secara
persuasif bahwa mereka akan menurunkan biaya pembeli.
Diferensiasi yang hubungannya dengan nilai pembeli mudah diukur juga sering kali lebih memungkinkan perusahaan menetapkan premi
harga daripada diferensiasi yang menciptakan nilai dengan cara yang sulk dilihat atau diukur. Diferensiasi yang sulk diukur cenderung bisa
dipakai untuk menentukan premi harga dalam situasi di mana pembeli melihat adanya kepentingan yang besar, seperti dalam konsultasi
tingkat tinggi atau dalam situasi di mana pembeli berusaha memenuhi
kebutuhannya akan status. Diferensiasi yang cenderung hanya bisa diisyaratkan dengan
investasi besar. Meningkatkan kecanggihan pembeli cenderung memerlukan bentuk diferensiasi yang sulk diukur yang barangkali bisa
diterima dengan nilai nominal pada masa lalu. Setiap pembeli barangkali
mempunyai seperangkat kriteria pemakaian dan pengisyaratan yang berbeda-beda atau barangkali menyusun peringkat kriteria itu secara
berbeda-beda pula. Mengelompokkan pembeli berdasarkan kesamaan kriteria pembelian mereka merupakan salah satu landasan bagi
terbentuknya segmen pembeli.
12.13 Strategi Diferensiasi Diferensiasi berakar dari upaya menciptakan nilai pembeli secara
unik. Diferensiasi dapat tercapai lewat pemenuhan kriteria pemakaian
atau kriteria pengisyaratan, walaupun dalam bentuknya yang paling
tahan lama diferensiasi berasal dari pemenuhan kedua kriteria ini. Untuk
444 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
mencapai diferensiasi yang tahan lama, perusahaan perlu melaksana-
kan secara unik sejumlah aktivitas nilai yang mempunyai dampak atas
kriteria pembelian itu. Guna memenuhi sejumlah kriteria pembelian,
perusahaan perlu melaksanakan satu aktivitas nilai dengan baik,
misalnya: pengiklanan secara cerdik. Kriteria pembelian lainnya
dipengaruhi oleh banyak aktivitas perusahaan. Misalnya, waktu
penyerahan barang dapat dipengaruhi antara lain oleh operasi, logistik
keluar, dan pengolahan pesanan.
Banyak aktivitas nilai pada umumnya berperan dalam memenuhi
kriteria pemakaian atau kriteria pengisyaratan tertentu. Kriteria
pembelian dapat disusun sejalan dengan aktivitas nilai untuk membantu
perusahaan mengidentifikasi aktivitas yang penting bagi diferensiasi.
Keterkaitan antara rantai nilai perusahaan dan rantai nilai pembeli,
sebagaimana telah dijelaskan, merupakan landasan bagi seorang
analisis.
Tingkat diferensiasi menyeluruh sebuah perusahaan merupakan
nilai kumulatif yang diciptakannya bagi pembeli dalam memenuhi semua
kriteria pembelian. Sumber diferensiasi dalam rantai nilai perusahaan
sering kali lebih dari satu, sebagaimana ditunjukkan oleh strategi
diferensiasi yang sukses yang dilakukan Stouffer dalam bidang makanan
beku. Perusahaan Stouffer berhasil mendiferensiasikan diri baik dalam
kriteria pemakaian maupun dalam kriteria pengisyaratan. Pengeluaran
biaya besar-besaran untuk mengembangkan menu telah memungkin-
kan Stouffer menyajikan makanan unik yang proporsinya tertinggi dan
juga teknologi saus yang unggul. Ketelitian penyeleksian serta
penyiapan bahan ramuan telah menghasilkan makanan dengan
penampilan menarik dan konsisten. Kecanggihan makanan dapat
ditingkatkan dengan memperbaiki menu dan bahan ramuan.
Kemasan Stouffer yang menarik itu berfungsi sebagai isyarat nilai,
dan ini memperkuat cita mutu produk terkait. Perusahaan Stouffer juga
memelopori laju pengeluaran untuk iklan besar-besaran bagi produk
yang sebenarnya masuk dalam kategori produk yang norma laju
pengeluaran untuk iklannya pada umumnya rendah. Perusahaan itu
juga melakukan inovasi dengan mengiklankan makanan bekunya
sebagai hidangan mewah bagi orang-orang sibuk, bukan sebagai
makanan cepat saji yang mengenyangkan bagi keluarga. Dengan
demikian, perusahaan Stouffer mengeluarkan biaya besar bagi gugus
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 445
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
wiraniaga langsung dan sejumlah pialang makanan dengan tujuan
memperoleh tempat pemajangan di rak pengecer, mempercepat
penempatan stok makanan baru, dan mempercepat pemindahan
makanan yang telah rusak. Sumber keunikan yang banyak jumlahnya
dalam rantai nilai perusahaan itu bergabung dan memungkinkan
perusahaan Stouffer menetapkan premi harga yang signifikan terhadap
para pesaingnya. Diferensiasi juga telah berhasil memberi Perusahaan
itu bagian pasar yang besar.
Diferensiasi akan mendorong tercapainya kinerja unggul jika nilai
yang terlihat pembeli melebihi biaya diferensiasi. Premi harga yang
ditetapkan perusahaan Stouffer lebih tinggi daripada biaya ekstra yang
dengan sengaja dikeluarkan perusahaan itu dalam pengiklanan,
pengemasan, penggunaan bahan ramuan, pemakaian jasa pialang, dan
pelaksanaan penelitian. Berdasarkan angka estimasi, diperkirakan
perusahaan itu memiliki profitabilitas yang secara signifikan lebih besar
daripada para pesaingnya. Strategi diferensiasi bertujuan menciptakan
jurang terlebar antara nilai pembeli yang tercipta (dan, karenanya premi
harga yang berhasil ditetapkan) dan biaya keunikan dalam rantai nilai
perusahaan.
Biaya diferensiasi akan berbeda-beda menurut aktivitas nilainya,
dan perusahaan bersangkutan perlu memilih aktivitas yang
sumbangannya pada nilai pembeli adalah yang terbesar relatif terhadap
biayanya. Hal ini bisa menyiratkan bahwa perusahaan perlu
mengusahakan sumber keunikan berbiaya rendah sekaligus sumber
keunikan berbiaya tinggi yang memiliki nilai pembeli yang tinggi. Biaya
mendiferensiasikan diri dengan berbagai cara akan tergantung pada
posisi perusahaan yang bersangkutan terhadap faktor penentu biaya.
Faktor seperti ini dapat mempengaruhi pendekatan perusahaan
terhadap diferensiasi dan hasil pendiferensiasian diri yang dicapai
perusahaan bersangkutan. Tingginya pangsa pasar yang dikuasai
perusahaan Stouffer telah menurunkan biaya pengiklanan, biaya
pengembangan produk, dan biaya pengadaan. Hal ini bermanfaat bagi
kemampuan kerja perusahaan dalam mendiferensiasikan diri.
Komponen akhir pada strategi diferensiasi adalah daya tahan.
Diferensiasi tidak akan mendorong tercapainya premi harga dalam
jangka panjang kecuali jika sumbernya tetap memiliki nilai bagi pembeli
dan tidak bisa ditiru pesaing. Jadi, perusahaan harus menemukan
446 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
sumber keunikan yang tahan lama dan terlindung oleh penghalang
peniruan. Jalan Menuju Diferensiasi
Perusahaan dapat meningkatkan diferensiasinya dengan dua cara
pokok. Perusahaan bisa menjadi lebih unik dalam melaksanakan
aktivitas nilai yang sudah ada, atau perusahaan bisa mengonfigurasi
ulang rantai nilainya dengan cara yang dapat meningkatkan
keunikannya. Guna menjadi lebih unik dalam aktivitas nilainya,
perusahaan perlu memanipulasi sejumlah faktor penentu keunikan yang
telah diuraikan sebelumnya. Baik dalam kasus yang pertama maupun
yang kedua, perusahaan harus mengendalikan biaya diferensiasinya
supaya diferensiasi yang unggul bisa tercapai.
Dengan kata lain, diferensiasi merupakan tindakan merancang
satu set perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran
perusahaan dari penawaran pesaing. Diferensiasi terutama pada produk
sangat penting, karena persaingan yang ketat pada dunia usaha
sekarang menuntut untuk melakukan berbagai strategi guna
menciptakan produk yang dapat diterima baik oleh konsumen dan tidak
kalah bersaing dengan produk lainnya. untuk menciptakan diferensiasi
produk erat dengan berapa tambahan yang harus dilakukan agar orang
dapat mengetahui bahwa produk itu berbeda dengan produk lainnya.
jadi untuk menciptakan diferensiasi produk dapat dikatakan perlu biaya
yang besar. Strategi diferensiasi dapat dilakukan, sebagai berikut:
1. Produk bundling, suatu cara dimana menggabungkan penjualan
menjadi satu paket penjualan. Dalam produk bundling dapat
dilakukan dengan pure bundling dan mix bundling. Pure bundling,
yaitu menjual produk yang berkaitan erat satu sama lain, sedangkan
mix bundling, yaitu pembelian produk dapat dibeli secara terpisah.
Sebut saja 1 contoh: Penjualan komputer disertai dengan penjualan
aplikasi programnya/software (pure bundling), penjualan
Handphone dan aplikasinya, penjualan masakan cepat saji.
2. Produk lining, merupakan strategi dimana menjual beberapa jenis
produk. Lining product menjual terpisah beberapa produk yang
saling berkaitan. Produk lining dapat dilakukan dengan trading up
dan trading down. Trading-up, yaitu menambah variasi produk
dengan produk yang memiliki kualitas lebih baik dari produk lain.
Sedangkan trading down, yaitu menambah variasi produk dengan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 447
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
produk yang lebih murah atau kualitas rendah. Sebut saja 1 contoh:
Paket pendidikan yang ditawarkan Universitas Padjadjaran (S2/ S3).
Strategi diferensiasi, yaitu strategi dimana produk memiliki
perbedaan maupun keunikan dibandingkan dengan produk yang lain.
Mungkin banyak manajer yang tidak memanfaatkan cara ini karena
terkadang manajer merasa ragu jika produknya berbeda dengan produk
lain yang ada di pasaran. Tetapi, tidak jarang manajer profesional yang
merasa bahwa dengan adanya diferensiasi, maka produk atau jasanya
akan lebih laku bila dijual di pasaran.
448 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
BAB XIII
STRATEGI FOKUS
Berbagai pandangan terkait dengan strategi sebagaimana telah dijelaskan pada Bab sebelumnya tentang pemikir strategic, namun pada bagian ini pandangan terkait dengan pemikiran strategi focus, merujuk pada pandangan pemikir strategi Porter (1980), Kaplan dan Norton (2000), Bradley (2005), Pearce & Robinson (2011), Ireland, Hoskisson, dan Hitt (2013), David dan David (2015), Meadows (2017).
Strategi focus pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam beberapa strategi generik, seperti: strategi stabilitas (stability strategy), strategi ekspansi (expansion strategy), strategi turnaround atau strategi penciutan (Retrenchment strategy), strategi intensif (intensive strategy) dan strategi kombinasi (combination strategy).
13.1 Strategi Stabilitas (Stability Strategy) Strategi stabilitas, merupakan strategi focus pada
pertahanan, yaitu strategi yang diimplementasikan dengan tujuan mempertahankan ukuran perusahaan pada level operasi bisnis yang sedang digeluti. Strategi stabilitas ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan karena berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini relatif rendah risiko dan biasanya dilakukan focus pada produk yang tengah berada pada posisi matang/dewasa (maturity).
Strategi stabilitas sejatinya diimplementasikan saat industri berada pada fase pergolakan dengan beberapa industri kunci dan tekanan dari luar yang secara drastis berubah yang menyebabkan situasi masa depan menjadi sangat tidak dapat diprediksi. Dalam situasi seperti ini, perusahaan dapat menggunakan strategi stabilitas dengan menjadi penonton sementara untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Mengingat
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 449
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
strategi stabilitas bukanlah strategi berjalan mundur ataupun berjalan maju, melainkan strategi stabilitas dijalankan perusahaan untuk mempertahankan posisinya seperti saat ini (stabil), dengan kata lain focus pada mempertahankan stabilitas perusahaan.
Situasi lain yang memungkinkan strategi stabilitas diimplementasikan saat perusahaan pada kondisi tidak adanya peluang pada industri atau hanya terdapat sedikit peluang pertumbuhan pada industri yang sedang digeluti. Pada situasi seperti ini, perusahaan dapat menggunakan strategi stabilitas untuk mengevaluasi pilihan strategik perusahaan, seperti: diversifikasi, integrasi vertikal, atau integrasi horisontal, sehingga dapat menggunakan langkah strategik terbaik berikutnya.
Hal yang perlu menjadi fokus bahwa strategi stabilitas merupakan strategi jangka pendek. Lingkungan akan selalu berubah walaupun perusahaan menggunakan strategi stabilitas. Karena itu strategi ini tidak digunakan perusahaan dalam jangka waktu yang lama.
Berbagai contoh perusahaan yang telah mengimplementasi-
kan strategi stabilitas, sebut saja Bank Rakyat Indonesia (BRI)
pada saat sebelum melakukan emisi saham, strategi stabilitas
berhasil membawa BRI pada kinerja tinggi, karena focus pada
produk yang berorientasi pada masyarakat bawah. Demikian
halnya Frisian Flag dengan focus pada produk susu. Berbagai
jenis perusahaan yang tidak focus dengan menawarkan begitu
banyak produk, yang menyebabkan tidak stabilnya perusahaan,
dan bahkan tidak sedikit perusahaan yang mengalami
kebangkrutan (pailit) yang seakan tidak mampu bersaing di
pasaran. Salah satu hal yang menentukan tingkat kehidupan dari
sebuah jenis usaha ialah dalam menentukan strategi yang akan
digunakan oleh perusahaan tersebut.
Langkah awal dalam implementasi strategi stabilitas, yaitu:
berhenti sejenak atau melanjutkan namun dengan tingkat
kewaspadaan, artinya strategi untuk sementara waktu
perusahaan melakukan konsolidasi sumber dayanya untuk
menghadapi masa depan yang tidak pasti.
450 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Langkah selanjutnya implementasi strategi stabilitas, yaitu
tidak mengubah atau stabilitas laba, hal ini karena perusahaan
pada posisi di industri yang dengan daya tarik sedang saja dan
perusahaan hanya memiliki posisi kompetitif rata-rata. Tidak
sedikit perusahaan yang menerapkan strategi militer dalam hal
strategi keamanan yang diadaptasi oleh pelaku bisnis, namun
gagal, hal ini bukan karena strategi yang tidak tepat tetapi lebih
karena tidak focus (Kaplan dan Norton, 2000; Meadows, 2017).
Implementasi strategi stabilitas oleh perusahaan yang sukses
umumnya akan diikuti atau diadaptasikan secara populer pada
perusahaan kecil dan menengah. Dengan kata lain, implementasi
strategi stabilitas cenderung pada jenis perusahaan menengah
dan pada bisnis dengan skala kecil. Karena strategi stabilitas
sejatinya dinilai oleh banyak pelaku bisnis sebagai aktivitas yang
sebenarnya tidak melakukan strategi apapun, dimana
perusahaan merasa sudah cukup dalam perkembangannya,
perusahaan tidak perlu menambah masalah baru dalam konteks
pemikiran baru untuk melakukan ekspansi usaha, pendapatan
yang sudah diperoleh dinilai sudah sangat baik dan memuaskan
baik pemilik perusahaan (owner) sebagai principal (pemilik
saham), maupun shareholder’s dan direksi selaku agent, bahkan
merasa pangsa pasar yang dimiliki saat ini sudah menjadi bagian
dari perusahaan, dan dinilai sudah sangat baik. Faktor yang dinilai
dapat mendukung diimplementasikannya strategi stabilitas
adalah tingkat lingkungan sekitar (environment) yang kondusif
dan mudah diprediksi jika terjadi sesuatu di masa yang akan
datang.
Dengan demikian, posisi sebuah perusahaan yang
mengimplementasikan strategi stabilitas, akan bermanfaat bukan
saja sebagai pertahanan dalam jangka pendek, namun strategi
stabilitas merupakan upaya yang dapat dilakukan perusahaan
mengidentifikasi strategi alternatif dalam menghadapi kekuatan
pesaingnya.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 451
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
13.2 Strategi Ekspansi (Expansion Strategy) Strategi ekspansi menekankan pada penambahan atau
perluasan produk, pasar dan fungsi dalam perusahaan sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga mengandung risiko kegagalan yang tidak kecil.
Sebut saja suatu kepemilikan kantor cabang secara keseluruhan adalah perusahaan memiliki 100% saham. Mendirikan kantor cabang yang demikian dapat dilakukan melalui 2 cara. Perusahaan dapat mendirikan perusahaan yang baru di negara tersebut atau perusahaan dapat mengambil alih perusahaan yang telah ada (akuisisi) dan menggunakan perusahaan tersebut untuk mempromosikan produknya di pasar negara tersebut (Rusdin, 2002).
Keunggulan, dapat dilihat ketika keunggulan bersaing didasarkan pada penguasaan teknologi, pemilikan kantor cabang secara keseluruhan sering merupakan cara untuk masuk yang lebih disukai karena pilihan ini akan mengurangi kehilangan pengendalian terhadap keahlian yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk argumentasi tersebut, tidak sedikit perusahaan berteknologi tinggi lebih menyukai cara ini untuk ekspansi luar negeri mereka. Keuntungan lainnya saat suatu kepemilikan kantor cabang secara keseluruhan membuat perusahaan memiliki pengendalian yang ketat terhadap operasi di negara-negara berbeda yang diperlukan untuk menerapkan koordinasi strategi globalnya (misalnya menggunakan keuntungan dari satu negara untuk mendukung serangan kompetitif di negara lain). Keuntungan lainnya saat kepemilikan kantor cabang secara keseluruhan mungkin diperlukan jika suatu perusahaan mencoba untuk merealisasikan kurve ekonomi lokasi dan kurve ekonomi pengalaman (sebagaimana yang sedang dicoba dilakukan oleh perusahaan yang menerapkan strategi global dan transnasional).
Di samping keunggulan tentu tak ketinggalan kelemahan dalam strategi ekspansi ini. Misalnya saja kelemahan ketika pendirian kantor cabang yang dimiliki secara keseluruhan biasanya merupakan metode yang paling mahal dalam melayani pasar asing. Perusahaan-perusahaan yang melakukan ini harus memikul biaya keseluruhan (full cost) dan risiko dalam pendirian
452 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
di luar negeri. Risiko ini berhubungan dengan belajar untuk berbisnis di suatu budaya baru adalah lebih kecil jika perusahaan mendirikan perusahaan di negara tujuan (Host Country).
Tabel 13.1 Keunggulan dan Kelemahan dari Cara Masuk Cara masuk Keunggulan Kelemahan
Ekspor Kemampuan untuk merealisasi kurve lokasi dan kurve pengalaman ekonomi
Biaya transportasi tinggi hambatan perdagangan masalah dengan agen
pemasaran local
Turnkey Contracts
Kemampuan untuk mendapatkan penghasilan dari keahlian proses teknologi di negara di mana FDI dibatasi
menciptakan pesaing yang efisien
tidak dapat tetap berada di pasar untuk jangka panjang
Lisensi Perkembangan biaya dan risiko rendah
tidak ada pengawasan terhadap teknologi
ketidakmampuan merealisasikan kurve ekonomi lokasi dan kurve ekonomi pengalaman
ketidakmampuan melakukan koordinasi dalam strategi global
Franchising Perkembangan biaya dan risiko rendah
tidak ada pengawasan terhadap kualitas
ketidakmampuan melakukan koordinasi dalam strategi global
Joint Venture akses terhadap pengetahuan mitra local
berbagi biaya dan risiko pengembangan
dapat diterima secara politis
tidak ada pengawasan terhadap teknologi
ketidakmampuan melakukan koordinasi dalam strategi global
ketidakmampuan merealisasikan kurve ekonomi lokasi dan kurve ekonomi pengalaman
Kepemilikan anak perusahaan secara keseluruhan
perlindungan terhadap teknologi
mampu melakukan koordinasi dalam strategi global
- mampu merealisasi ekonomi lokasi dan ekonomi pengalaman
Biaya dan risiko tinggi
Sumber: Rusdin (2002)
Strategi ekspansi lainnya ketika memilih salah satu cara
masuk ke Luar Negeri, dengan mempertimbangkan keunggulan
dan kelemahan (Tabel 13.1). Dengan memperhatikan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 453
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
keunggulan dan kelemahan ini trade-off tidak dapat dihindari
ketika menyeleksi suatu cara masuk ke Luar Negeri (Rusdin,
2002). Sebagai contoh, ketika dianggap masuk ke suatu negara
yang agak asing dengan catatan pernah menasionalisasi
perusahaan asing, suatu perusahaan dapat memilih joint venture
dengan perusahaan local. Ini adalah rasional, karena mungkin
perusahaan local dapat membantu dalam melakukan produksi di
suatu lingkungan yang tidak familiar dan dapat mengatasi
masalah nasionalisasi jika ada. Tetapi, jika kompetensi inti
perusahaan didasarkan pada penguasaan teknologi, memasuki
suatu joint venture dapat berisiko kehilangan pengendalian
terhadap teknologi dari mitra. Di samping adanya trade-off
adalah mungkin untuk menggeneralisasikan tentang pilihan
optimal dari cara memasuki pasar. Inilah yang akan kita lakukan
pada bagian ini.
13.2.1 Strategi Ekspansi Lokal Perusahaan Lokal (Domestic Corporate), merupakan
perusahaan yang memfokuskan orientasi dan strateginya pada pasar, pemasok dan pesaing domestik. Pada tahap ini manajemen perusahaan masih memandang pasar domestik padat dengan peluang serta jauh lebih aman. Hal ini dapat dimungkinkan karena pasar domestik belum dimasuki oleh perusahaan asing.
Suatu persyaratan kandungan lokal (PKL) mensyaratkan bahwa beberapa bagian spesifik dari barang-barang adalah diproduksi di dalam negeri. Sehingga salah instrumen informal kebijakan perdagangan yang biasanya ditetapkan pemerintah adalah kebijakan administratif untuk membatasi atau meningkatkan ekspor. Kebijakan administratif perdagangan adalah aturan birokrasi yang dirancang untuk mempersulit barang-barang impor memasuki pasar dalam negeri. Jepang adalah contoh negara yang paling sering memberlakukan kebijakan ini. Secara umum, terdapat dua jenis alasan tentang campur tangan pemerintah ini, yaitu politik dan ekonomi. Alasan
454 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
politik adalah untuk melindungi kepentingan kelompok tertentu dalam suatu negara (biasanya produsen) dan pengeluaran masyarakat (biasanya konsumen). Alasan Ekonomi adalah untuk mempercepat pencapaian kemakmuran negara (seluruh pihak, yaitu produsen dan konsumen). Turut campur tangan pemerintah, adalah: 1. Alasan Politik, alasannya adalah untuk: (a) memproteksi
pekerjaan dan industri, (b) keamanan Nasional, dan (3) Pembalasan.
2. Alasan Ekonomi, dengan tujuan: (a) Argumentasi Industri Baru, (b) Kebijakan Perdagangan Strategik.
13.2.2 Strategi Ekspansi Internasional
Perusahaan Internasional (International Corporation),
merupakan perusahaan yang melayani pasar domestik (nasional)
di negaranya sendiri dan pasar di negara lain. Dengan kata lain
kegiatan pemasaran perusahaan yang melewati batas-batas
negara (Rusdin, 2002). Lebih jauh perusahaan yang telah eksis
di dalam negerinya, umumnya akan melakukan perdagangan
internasional (Internasional Trade), dengan kata lain
perdagangan internasional merupakan perdagangan yang
dilakukan oleh pihak-pihak dari negara yang berbeda, secara
garis besar diimplementasikan dalam bentuk transaksi ekspor dan
impor. Ciri-cirinya antara lain, pengiriman barang melintas batas
negara, pembayaran dalam mata uang yang disepakati,
prosedurnya cukup kompleks, memerlukan jasa pihak ke-3 dan
merupakan sektor yang banyak dan sering diatur (Havey
regulation). Selanjutnya, Pemasaran Internasional (International
Marketing) merupakan kegiatan pemasaran yang melampaui
atau melewati batas-batas suatu negara. Konsep ini didasarkan
pada orientasi yang bersifat etnosentris. Pemasaran internasional
merupakan perluasan dari pemasaran domestik yang bisa
disebabkan oleh adanya faktor kejenuhan pasar domestik.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 455
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
13.2.3 Strategi Ekspansi Multinasional
Perusahaan Multinasional (Multinational Corporation), merupakan perusahaan yang menjual produknya ke banyak negara yang setiap negara diperlukan sebagai pasar tersendiri. Perusahaan internasional memasuki tahap ini karena mulai menyadari bahwa setiap negara membutuhkan penanganan yang berbeda agar operasi perusahaan di sana dapat sukses (Rusdin, 2002). Dengan kata lain orientasi bisnisnya mulai berubah dari etnosentris ke polisentris yang memandang pasar di negara lain sangat berbeda (unique), sehingga untuk melayaninya diperlukan program pemasaran tersendiri yang independen. Karenanya dalam perusahaan multinasional sifat pengambilan keputusan manajemen lebih cenderung ke desentralisasi, yang struktur organisasinya ditata atas dasar wilayah geosentris. Selanjutnya Rusdin (2002) mengungkap bahwa Multinational Marketing merupakan kegiatan pemasaran yang melayani beberapa pasar asing, yang disertai dengan adaptasi terhadap perbedaan-perbedaan perilakunya (berorientasi polisentris). Pada umumnya perusahaan multinasional aktivitasnya secara desentralisasi yaitu dengan jalan mengembangkan karyawan local pada masing-masing negara tujuan (host country).
Salah satu aspek yang paling peka dalam bisnis internasional dewasa ini adalah Investasi Luar Negeri Langsung atau lazim disebut Foreign Direct Investment (FDI). Kanada, Jepang, dan negara-negara Eropa Barat telah berusaha untuk membatasi investasi luar negeri mereka di wilayah-wilayah perbatasan yang kurang dapat memberikan pengendalian terhadap sumberdaya-sumberdaya dalam negeri yang semakin banyak disuplai oleh pemilikan modal asing (Rusdin, 2002).
Pendekatan teori-teori pada fenomena FDI ditinjau dari 3 (tiga) pandangan yang saling melengkapi. Seperangkat teori mencoba menjelaskan mengapa perusahaan akan menguntung-kan dengan melakukan investasi langsung dalam arti memasuki pasar luar negeri apabila dua alternatif lainnya tersedia untuknya, yaitu mengeskpor (exporting) dan melakukan lisensi (licensing). Seperangkat teori yang lain, mencoba menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama sering melakukan FDI pada waktu yang sama, dan mengapa lokasi-
456 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
lokasi tertentu menguntungkan satu sama lain sebagai sasaran FDI. Teori-teori ini berusaha menjelaskan pola pengamatan flow FDI. Tiga pandangan teoritis tersebut dikenal sebagai paradigma eclectic (eclectic paradigm) yang berusaha mengkombinasikan dua pandangan lainnya ke dalam suatu penjelasan holistic tunggal terhadap FDI. Istilah eclectic artinya memilih aspek-aspek terbaik dari teori-teori lainnya dan mengkombinasikannya ke dalam penjelasan tunggal (Rusdin, 2002).
Dengan kata lain, suatu perusahaan akan untung dengan melakukan FDI melebihi ekspor sebagai suatu strategi apabila biaya-biaya transportasi atau hambatan-hambatan perdagangan menjadikan ekspor tidak menarik. Selanjutnya, perusahaan akan untung dengan melakukan FDI melebihi lisensi apabila ingin mempertahankan pengendalian melebihi keterampilan teknologi-nya, atau melebihi operasinya, dan strategi bisnisnya, atau apabila kemampuan perusahaan secara sederhana tidak cocok dengan lisensi.
13.2.4 Strategi Ekspansi Global
Perusahaan Global (Global Corporation), Perusahaan yang
memperlakukan dunia sebagai satu pasar. Dasar pemikirannya
adalah pasar dunia saat ini bergerak ke arah keseragaman. Hampir setiap orang di seluruh dunia menginginkan barang yang
dilihat, didengar, dan dirasakannya melalui teknologi. Karenanya
terdapat satu segmen pasar yang substansial yang memiliki kebutuhan yang sama. Orientasi bisnis perusahaan global adalah geosentris, yakni menganggap pasar dunia memiliki persamaan dan perbedaan, sehingga memungkinkan terciptanya strategi global yang memanfaatkan kesamaan-kesamaan yang ada dan
menangani perbedaan-perbedaan yang ada (rusdin, 2002). Dengan kata lain, perusahaan global menjual produk namun
dengan variasi lokal dan struktur organisasinya berbentuk matriks
atau campuran (Mixed). Selanjutnya Rusdin (2002), mengungkap pasar global (global marketing), merupakan pemasaran yang menerima adanya kesamaan pasar dunia
(bersifat geosentris) yang kompleks melalui integrasi aktivitas-
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 457
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
aktivitas pemasaran domestik, luar negeri maupun internasional yang dapat menimbulkan sinergi dengan tetap mempertahankan tujuan strategis organisasi dan keunggulan bersaing sebagai kekuatan atas usaha-usaha pemasaran global. Dalam pemasaran global, konsep asing atau luar negeri telah mengalami perubahan, dimana menganggap bahwa meskipun setiap negara berbeda, tetapi perbedaan yang ada tersebut dapat dipahami dan dikelola. Perusahaan global berusaha mengadaptasikan program pemasarannya untuk memenuhi kebutuhan local dalam rangka strategi menyeluruh yang lebih luas. Pendekatan ini mengkombinasikan aspek-aspek desentralisasi dan sentralisasi
untuk mencapai fleksibilitas. Pasar global sendiri dapat dimaknai sebagai pasar berskala dunia yang terbuka bagi seluruh pelaku
usaha. Pasar global mengalami perkembangan yang pesat belakangan ini karena beberapa faktor, antara lain: 1. Adanya beberapa negara industri yang mampu menghasilkan
produk berkualitas dengan harga murah, seperti China dan
Taiwan; 2. Semakin banyak orang yang melakukan perjalanan antar
negara yang secara langsung menjadi konsumen global; 3. Semakin banyaknya transportasi antar negara yang
mempermudah distribusi produk; dan
4. Perdagangan dunia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dunia Strategi global mengasumsikan produk-produk yang lebih
distandardisasi dan kontrol oleh kantor pusat. Akibatnya, strategi kompetitif disentralisasi dan dikontrol oleh kantor pusat. Unit-unit bisnis strategis yang beroperasi di setiap negara diasumsikan saling tergantung dan kantor pusat berusaha untuk menyatukan bisnis-bisnis yang tersebar di negara-negara tersebut. Karena itu, strategi ini menawarkan produk-produk standar ke berbagai
pasar di negara-negara yang berbeda. Dengan kata lain, strategi global menekankan pada skala ekonomi dan menawar-kan lebih banyak peluang untuk mendayagunakan inovasi yang dikembangkan pada tingkat perusahaan atau dalam sebuah negara atau di pasar-pasar lainnya.
458 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Strategi global memiliki risiko yang rendah, tetapi dapat
melewatkan peluang-peluang yang tumbuh di pasar-pasar lokal, baik karena pasar-pasar itu tidak menunjukkan adanya peluang atau karena peluang-peluang itu mengharuskan produk-produk tersebut disesuaikan pada pasar lokal. Akibatnya strategi ini tidak responsive terhadap pasar-pasar lokal dan sulit dikelola karena kebutuhan untuk mengkoordinasi strategi-strategi tersebut dan mengoperasikan keputusan lintas negara. Akibatnya, pencapaian kegiatan operasi yang efisien perlu berbagi sumber daya dan penekanan diberikan pada koordinasi dan kerjasama antar unit di lintas negara tersebut.
13.2.5 Strategi Ekspansi Transnasional
Perusahaan Internasional (International Corporation), perusahaan yang melayani pasar domestik (nasional) di Negaranya sendiri dan pasar di Negara lain. Dengan kata lain
kegiatan pemasaran perusahaan yang melewati batas-batas
negara (Rusdin, 2002). Selanjutnya Rusdin (2002) mengungkap bahwa pemasaran internasional (International
Marketing) merupakan Kegiatan pemasaran yang melampaui
atau melewati batas-batas suatu negara. Konsep ini didasarkan pada orientasi yang bersifat etnosentris. Pemasaran internasional merupakan perluasan dari pemasaran domestik yang bisa disebabkan oleh adanya faktor kejenuhan pasar domestik.
13.3 Strategi Penciutan (Retrenchment Strategy)
Strategi penciutan dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas pasar maupun fungsi-fungsi dalam perusahaan yang memiliki aliran keuangan (cash-flow) negatif. Biasanya strategi ini diterapkan pada perusahaan yang berada pada tahap menurun (decline). Penghematan terjadi ketika perusahaan melakukan Regrouping melalui pengurangan biaya dan asset untuk mengatasi penurunan penjualan dan profitabilitas (kemampulabaan). Strategi ini disebut juga sebagai strategi turnaround atau reorganisasi.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 459
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Retrenchment Strategy didesain sebagai upaya untuk memperkuat basic kompetensi distinctive. Argumentasi pebisnis dalam melakukan strategi focus dengan implementasi strategi turnaround, di antaranya: 1. Gagal mencapai tujuan dan sasaran secara konsisten,
tetapi perusahaan memiliki kompetensi yang berbeda dengan perusahaan lainnya (distinctive).
2. Perusahaan memiliki daya saing yang lemah. 3. Inefisiensi, profitabilitas rendah, moral karyawan buruk,
dan tekanan dari pemilik untuk melakukan reorganisasi. 4. Manajemen stratejik gagal dilaksanakan. 5. Pertumbuhan yang terlampau pesat, perlu reorganisasi
internal. 6. Perusahaan dengan sumberdaya terbatas dan menghadapi
tekanan dari stakeholder’s (karyawan, investor, media, dll.).
13.4 Strategi Intensif (Intensive Strategies) Strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena
mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Strategi ini focus pada tiga strategi, yaitu:
13.4.1 Strategi Intensif Market Penetration
Strategi penetrasi pasar berusaha untuk meningkatkan
pangsa pasar untuk produk atau layanan yang ada, dan di dalam
pasar melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Strategi
ini umumnya diterapkan baik sendiri maupun sebagai kombinasi
dengan strategi lainnya. Termasuk di dalam penetrasi pasar,
dengan tujuan meningkatkan jumlah tenaga penjualan,
peningkatan pembelanjaan iklan, penawaran barang-barang
promosi secara ekstensif (besar-besaran), atau peningkatan
upaya-upaya publisitas. Aktivitas pemasaran dan promosi yang
intensif dari A-Mild Sampoerna dan berbagai perusahaan rokok
lainnya merupakan contoh yang menarik. Demikian juga dengan
upaya McDonald untuk memberikan berbagai cinderamata
460 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
menarik maupun beberapa pabrik farmasi yang meningkatkan
jumlah detailer obat-nya.
13.4.2 Strategi Intensif Market Development
Pengembangan pasar melibatkan upaya-upaya untuk
mengenalkan produk atau layanan yang ada saat ini kepada
berbagai wilayah geografis baru. Globalisasi dan iklim
perkembangan pasar internasional semakin kondusif untuk
strategi ini. Hal ini dibutuhkan karena tidak jarang persaingan
yang demikian ketat pada suatu pasar tertentu menyebabkan
pengalihan perhatian kepada pasar yang baru merupakan solusi
agar perusahaan tidak tersingkir dari arena bisnisnya.
Namun demikian, perlu dicermati bahwa pada wilayah-
wilayah tertentu masuknya pemain baru yang besar akan
menimbulkan pergeseran equilibrium persaingan bisnis yang
ada. Karenanya, tidak jarang para pemain besar akan mengalami
tantangan dari para pemain lokal sehingga terpaksa harus
melakukan berbagai konsesi yang dapat diterima. Berbagai
perusahaan ritel yang bergerak pada skala grosir dan
hypermarket, sering mengalami tantangan tersebut. Makro, Alfa,
Holland Bakery, Matahari dan berbagai perusahaan lainnya,
membuka gerai baru di berbagai lokasi merupakan contoh
penerapan strategi ini.
13.4.3 Strategi Intensif Product Development
Pengembangan produk yang berusaha meningkatkan
penjualan melalui perbaikan atau modifikasi produk atau layanan
yang ada saat ini. Biasanya strategi pengembangan produk
tercermin pada biaya penelitian dan pengembangan (Research
and Development-R&D) yang besar. Beberapa industri yang
sangat didominasi oleh aktivitas R&D adalah otomotif, komputer,
dan farmasi. Pada industri yang berbasis R&D seperti ini, setiap
keterlambatan untuk meluncurkan sesuatu yang baru akan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 461
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
berarti perusahaan tersebut berpeluang kehilangan posisi
kompetitifnya. Dan oleh karenanya, aktivitas R&D menjadi tidak
pernah berhenti untuk menghasilkan suatu perbaikan yang terus-
menerus (continuous improvement). Rinso dengan berbagai
variannya serta Pepsodent dengan berbagai variannya
merupakan contoh dari strategi ini. Juga munculnya berbagai
features baru pada produk Handphone, komputer, dan
perusahaan jasa seperti Telkom dengan Telkom Memo-nya
merupakan contoh yang menarik.
13.5 Strategi Kombinasi (Combination) Perubahan eksternal seringkali hadir secara tidak seragam
(dan bahkan terkadang sulit diduga) terhadap berbagai lini produk (product line) yang dihasilkan suatu perusahaan, seperti daur hidup produk (product life cycle) yang tidak seragam, maka perusahaan tersebut dapat saja melakukan kombinasi atas ketiga jenis strategi di atas secara bersama.
Perusahaan yang menggunakan strategi fokus berkonsen-trasi pada ceruk pasar tertentu. Dengan memahami dinamika pasar dan kebutuhan unik dari konsumen, perusahaan mengembangkan produk atau jasa berbiaya rendah atau spesifik. Karena mereka melayani konsumen dalam pasar secara unik, mereka cenderung membangun loyalitas merek yang kuat di kalangan konsumen. Ini membuat segmen pasar yang mereka kuasai kurang menarik bagi pesaing. Sebagai strategi pasar menyeluruh, adalah penting untuk memutuskan memilih strategi biaya termurah atau diferensiasi. Dengan kata lain strategi fokus saja tidak cukup hanya berhenti di situ. Selalu ada upaya penajaman fokus dalam produk atau jasa yang dihasilkan.
Strategi focus sangat berbeda dengan strategi-strategi lain
karena menekankan pilihan akan cakupan bersaing yang sempit
dalam suatu industri. Penganut Strategi fokus memilih suatu
segmen atau kelompok segmen dalam industri bersangkutan dan
menyesuaikan strateginya untuk melayani mereka dengan
462 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
mengesampingkan yang lain. Dengan mengoptimalkan strategi-
nya terhadap segmen target (sasaran), penganut Strategi fokus
berusaha mencapai keunggulan bersaing di dalam segmen target
walaupun tidak memiliki keunggulan bersaing secara
keseluruhan.
Perusahaan dengan strategi fokus memusatkan perhatian
pada kebutuhan khusus yang tidak diperhatikan oleh pesaing.
Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan
bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Dalam
pelaksanaannya terutama pada perusahaan skala menengah dan
besar, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua
strategi generik lainnya, yaitu:
1. Strategi fokus biaya rendah (cost focus), dimana perusahaan
menciptakan keunggulan harga dalam pasar sasaran (contoh:
menyediakan program studi biaya rendah dalam segmen
tertentu). Kemudian perusahaan menggunakan strategi ini
sering kali mencari pesaing yang kinerjanya di atas rata-rata
(contoh: memberikan manfaat dan biaya tinggi yang ingin
dimiliki oleh segmen tertentu).
2. Strategi fokus pembedaan karakteristik produk
(differentiation focus), dimana strategi fokus ini ditujukan
untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif
kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli
relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Syarat bagi penerapan
strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup (market
size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak
terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai
keberhasilannya. Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika
konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak
diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang
bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu
kelompok pasar tertentu (niche market), wilayah geografis
tertentu, atau produk (barang atau jasa) tertentu.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 463
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Strategi Porter ini berfokus pada peningkatan posisi bersaing
produk dan jasa dalam industri atau segmen pasar tertentu yang
dilayani perusahaan, sehingga strategi ini disebut juga strategi
generik. Tiga strategi generik yang dikembangkan Porter
sebagaimana telah diuraikan di atas dapat membantu organisasi
memperoleh keunggulan kompetitif (Competitive Advantage),
yaitu kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter
menamakan ketiganya sebagai strategi umum.
Perusahaan-perusahaan besar (wide industry) dengan akses
ke sumber daya yang besar biasanya bersaing dengan
keunggulan dan biaya atau dengan diferensiasi, sedangkan
perusahaan kecil (the particular segment only) sering bersaing
dengan landasan strategi fokus. Menurut Porter (1980) jika
perusahaan ingin meningkatkan usahanya dalam persaingan
yang semakin ketat, perusahaan harus memilih prinsip berbisnis
yaitu produk dengan harga tinggi atau produk yang berbiaya
rendah, bukan kedua-duanya (Porter, 1980).
Berdasarkan prinsipnya itu Porter menyatakan ada 3 prinsip
Generic strategic, yaitu Strategi Kepemimpinan Biaya Rendah
(Overall Cost Leadership), Diferensiasi (Differentiation), dan
Fokus (Focus). Strategi fokus memilih dua varian, dalam fokus
biaya perusahaan mengupayakan keunggulan biaya dalam
segmen sasarannya, sementara dalam fokus diferensiasi
perusahaan mengusahakan diferensiasi dalam segmen
sasarannya. Kedua varian strategi fokus terletak pada perbedaan
antara segmen sasaran penganut Strategi fokus dan segmen-
segmen lain dalam industrinya. Segmen sasaran harus memiliki
pembeli dengan kebutuhan yang luar biasa karena kalau tidak,
produksi dan sistem pengiriman yang melayani paling baik
segmen sasaran tersebut harus berbeda dengan produksi dan
sistem pengiriman segmen industri lain.
464 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Fokus biaya memanfaatkan perbedaan dalam perilaku biaya
dalam beberapa, segmen, sementara fokus diferensiasi menggali
kebutuhan khusus pembeli dalam segmen tertentu. Perbedaan
seperti ini menyiratkan bahwa segmen tersebut dilayani dengan
buruk oleh pesaing yang dijadikan sasaran secara luas yang
melayani mereka pada saat yang sama mereka melayani yang
lain. Dengan demikian, penganut Strategi fokus dapat mencapai
keunggulan bersaing dengan mendedikasikan diri pada segmen
tersebut secara eksklusif. Luasnya sasaran jelas merupakan
masalah kadar, tetapi inti dari fokus adalah penggarapan
perbedaan target yang sempit dari keseimbangan industri
bersangkutan. Fokus sempit secara tersendiri tidaklah memadai
untuk mencapai kinerja di atas rata-rata.
Contoh yang bagus mengenai penganut Strategi fokus yang
mengeksploitasi perbedaan dalam proses produksi yang paling
baik melayani segmen yang berbeda adalah Hammermill Paper.
Hammermill semakin bergerak ke arah kertas khusus bermutu
tinggi dengan volume yang relatif rendah, di mana perusahaan
kertas yang lebih besar dengan mesin bervolume lebih tinggi
menghadapi penalti biaya yang berat untuk proses produksi yang
singkat. Peralatan Hammermill lebih sesuai dengan proses yang
lebih singkat dengan penyetelan yang sering.
Penganut Strategi fokus memanfaatkan standar di bawah
optimal tersebut ke dua arah dengan pesaing bersasaran luas.
Pesaing mungkin berkinerja rendah dalam memenuhi kebutuhan
segmen tertentu, yang membuka kemungkinan untuk fokus
diferensiasi. Pesaing bersasaran luas mungkin berkinerja
berlebihan dalam memenuhi kebutuhan suatu segmen, yang
berarti mereka menanggung biaya yang lebih tinggi daripada
yang diperlukan dalam melayani segmen ini.
Peluang untuk fokus biaya mungkin ada sekadar memenuhi
kebutuhan segmen seperti ini dan tidak lebih. Sebut saja segmen
sasaran penganut, strategi fokus tidak berbeda dengan segmen
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 465
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
lain, maka Strategi fokus tidak akan berhasil. Sebagai contoh,
dalam hal minuman ringan Royal Crown telah berfokus pada
minuman kola, sementara Coca-Cola dan Pepsi memiliki lini
produk yang luas dengan minuman bermacam rasa. Namun,
segmen Royal Crown dapat dilayani dengan baik oleh Diferensiasi
menyeluruh dan fokus diferensiasi barangkali merupakan Strategi
yang paling sering dirancukan dalam praktik. Perbedaannya
adalah diferensiator menyeluruh mendasarkan strateginya pada
atribut yang dihargai secara luas (misalnya, IBM dalam industri
komputer), sementara penganut fokus diferensiasi mencari
segmen dengan kebutuhan khusus dan memenuhi kebutuhan
tersebut dengan lebih baik (misalnya, Cray Research dalam
industri komputer).
Coke dan Pepsi sekaligus mereka melayani segmen lain.
Karena itu, Coke dan Pepsi menikmati keunggulan bersaing
dibandingkan Royal Crown dalam segmen kola karena
keekonomisan memiliki lini yang lebih luas. Seandainya sebuah
perusahaan dapat mencapai keunggulan biaya yang dapat
dipertahankan (fokus biaya) atau diferensiasi (fokus diferensiasi)
dalam segmennya dan segmen tersebut menarik secara
struktural, maka penganut Strategi fokus akan menjadi
perusahaan berkinerja di atas rata-rata di dalam industrinya.
Daya tarik struktural segmen adalah kondisi yang diperlukan
karena beberapa segmen di dalam suatu industri jauh kurang
menguntungkan dibandingkan yang lain. Sering ada ruang untuk
beberapa Strategi fokus yang dapat dipertahankan di dalam suatu
industri, asalkan penganut Strategi focus memilih segmen
sasaran yang berbeda.
Kebanyakan industri memiliki bermacam segmen, dan setiap
segmen yang memiliki kebutuhan pembeli yang berbeda atau
sistem produksi atau sistem pengiriman optimal yang berbeda
merupakan calon untuk Strategi fokus.
466 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan
bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi
jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang
jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya
untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam
pelaksanaannya, terutama pada perusahaan skala menengah dan
besar, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua
strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi
pembedaan karakteristik produk. Strategi ini biasa digunakan
oleh pemasok “niche market” (segmen khusus/khas dalam suatu
pasar tertentu; disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk
memenuhi kebutuhan suatu produk barang dan jasa khusus.
Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran
pasar yang cukup (market size), terdapat potensi pertumbuhan
yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam
rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak tertarik untuk
bergerak pada ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih
efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu
yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusa-
haan yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada
suatu kelompok pasar tertentu (niche market), wilayah geografis
tertentu, atau produk barang atau jasa tertentu dengan
kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik,
excellent delivery.
Strategi ini, perusahaan memusatkan usahanya untuk
melayani sebagian kecil segmen pasar dan tidak melayani pasar
secara luas. Usaha ini dilakukan dengan mengenali secara detail
pasar yang dituju dan menerapkan keunggulan biaya menyeluruh
atau diferensiasi pada segmen kecil tersebut. Sesuai dengan
namanya, focus berarti menyasar kelompok konsumen yang lebih
sempit atau dalam pemasaran lazim dikenal dengan istilah ceruk
pasar. Ceruk pasar adalah kelompok konsumen yang memiliki
kombinasi kebutuhan atau sumber daya yang lebih spesifik.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 467
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Misalnya, konsumen yang suka manis tetapi menderita
diabetes.
Strategi ini cocok diterapkan jika:
a. Kebutuhan pembeli terhadap suatu barang bermacam-
macam.
b. Tidak ada saingan khusus dalam target/segmen yang sama.
c. Segmen pembeli sangat berbeda dalam ukuran, pertumbuhan,
profitabilitas, yang membuat banyak segmen lebih menarik
daripada yang lain.
d. Perusahaan kurang memiliki kapabilitas untuk memenuhi
kebutuhan keseluruhan pasar.
13.6 Strategi Fokus Biaya Focus biaya adalah strategi bersaing yang focus pada
kelompok pembeli atau geografis tertentu dan mencoba melayani ceruk-ceruk ini, dan mengabaikan yang lain. Dalam mengguna-kan fokus biaya, perusahaan unit bisnis mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya. Strategis tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa perusahaan atau unit bisnis yang mengkonsentrasikan upaya-upayanya dapat melayani target strategis yang sempit dengan lebih efisien dibandingkan dengan para pesaingnya.
Contoh perusahaan yang melakukan strategi adalah Starbucks Corporation adalah sebuah perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi global asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di Seattle, Washington. Starbucks adalah perusahaan kedai kopi terbesar di dunia, dengan 20.336 kedai di 61 negara, termasuk 13.123 di Amerika Serikat, 1.299 di Kanada, 977 di Jepang, 793 di Britania Raya, 732 di Cina, 473 di Korea Selatan, 363 di Meksiko, 282 di Taiwan, 204 di Filipina, 164 di Thailand dan 326 di Indonesia. Starbucks menjual minuman panas dan dingin, biji kopi, salad, sandwich panas dan dingin, kue kering manis, camilan, dan barang-barang seperti gelas dan tumbler. Melalui divisi Starbucks Entertainment dan merek Hear Music, perusahaan ini juga memasarkan buku, musik, dan film. Banyak di antara produk perusahaan yang
468 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
bersifat musiman atau spesifik terhadap daerah tempat kedai berdiri. Es krim dan kopi Starbucks juga dijual di toko grosir. Sejak didirikan tahun 1971 di Seattle sebagai pemanggang dan pengecer biji kopi setempat, Starbucks meluas dengan cepat. Pada tahun 1990-an, Starbucks membuka kedai baru setiap hari kerja, satu tahap yang terus dilanjutkan sampai tahun 2000-an. Kedai pertama di luar Amerika Serikat atau Kanada dibuka pada pertengahan 1990-an, dan jumlah kedainya di luar negeri mewakili sepertiga dari total kedai Starbucks di seluruh dunia. Perusahaan ini berencana membuka 900 kedai baru di luar Amerika Serikat pada tahun 2009, dan telah menutup 300 kedai di Amerika Serikat sejak 2008.
Sejumlah metode yang dipakai Starbucks untuk memperluas dan mempertahankan dominasi pasar mereka, termasuk membeli sewa kedai pesaing, sengaja mengalami rugi, dan memusatkan beberapa kedai di daerah kecil (penjenuhan pasar), telah dicap sebagai anti-kompetitif oleh para kritikus. Misalnya, Starbucks memulai ekspansi awalnya ke pasar Britania Raya dengan membeli Seattle Coffee Company, namun kemudian memakai sumber daya dan pengaruhnya untuk mendapatkan lokasi-lokasi premium, beberapa di antaranya mengalami kerugian. Para kritikus mengklaim hal ini sebagai upaya tidak adil untuk menyingkirkan pesaing independen kecil yang tidak mampu membayar harga inflasi untuk properti premium.
Pekerja Starbucks di tujuh kedai telah bergabung dengan Industrial Workers of the World (IWW) dengan nama Starbucks Workers Union sejak 2004. Menurut pernyataan pers Starbucks Union, sejak itu keanggotaan serikat meluas ke Chicago, Maryland, dan New York City, tempat gerakan ini bermula. Pada 7 Maret 2006, IWW dan Starbucks menyetujui penyelesaian National Labor Relations Board berupa pemberian US$2.000 dalam bentuk upah kembali kepada tiga karyawan Starbucks dan menawarkan pengembalian jabatan dua karyawan yang dipecat. Menurut Starbucks Union, pada 24 November 2006, anggota IWW mengepung kedai Starbucks di lebih dari 50 kota di sejumlah negara seperti Australia, Kanada, Jerman, dan Britania Raya, serta di kota-kota Amerika Serikat seperti New York, Chicago, Minneapolis, dan San Francisco, untuk memprotes
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 469
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
pemecatan lima pendiri Starbucks Workers Union oleh Starbucks dan menuntut pengembalian jabatan mereka.
Sejumlah barista Starbucks di Kanada, Australia, dan Selandia Baru, serta Amerika Serikat merupakan anggota dari berbagai serikat pekerja. Pada tahun 2005, Starbucks membayar US$165.000 kepada delapan karyawan di pabrik pemanggangan-nya di Kent, Washington, untuk menyelesaikan tuntutan bahwa mereka menolak pro-serikat. Saat itu, para pekerja pabrik diwakili oleh International Union of Operating Engineers. Starbucks mengaku tidak bersalah dalam penyelesaian ini. Mogok Starbucks terjadi di Auckland, Selandia Baru, pada tanggal 23 November 2005. Diselenggarakan Unite Union, para pekerja menuntut pengamanan jam kerja, upah minimum NZ$12 per jam, dan penghapusan upah karyawan muda. Perusahaan ini sepakat dengan Union pada tahun 2006 untuk meningkatkan upah, keamanan jam kerja, dan memperbaiki upah karyawan muda.
Pada Maret 2008, Starbucks diperintahkan membayar US$100 juta kepada baristanya dalam bentuk tips kembali dalam tuntutan hukum bersama di California yang dilancarkan para barista yang menyebutkan bahwa memberikan porsi tip kepada penyelia sementara melanggar hukum buruh negara bagian. Perusahaan ini berencana naik banding. Sama halnya, seorang barista berusia 18 tahun di Chestnut Hill, MA, mengajukan tuntutan hukum mengenai kebijakan tip ini. Hukum Massachusetts juga menyatakan bahwa manajer tidak boleh menerima porsi tip. Tuntutan serupa diajukan di Minnesota tanggal 27 Maret 2008.
Starbucks dituduh oleh sejumlah otoritas setempat karena membuka beberapa kedai di Britania Raya di kawasan pertokoan tanpa izin penataan untuk diubah menjadi restoran. Starbucks berpendapat bahwa, "Di bawah hukum penataan sekarang, tidak ada pengelompokan resmi untuk kedai kopi. Starbucks lantas menghadapi skenario rumit ketika otoritas setempat menafsirkan aturan tersebut dengan berbagai cara. Misalnya, kedai kopi beroperasi dengan izin A1, beberapa kedai campuran A1/A3, dan beberapa kedai lain A3".
Pada Mei 2008, cabang Starbucks di St. James's Street di Kemptown, Brighton, Inggris, selesai dibangun meski izinnya
470 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
ditolak oleh otoritas penataan setempat, Brighton and Hove City Council, yang mengklaim sudah terlalu banyak kedai kopi di jalan itu. Starbucks menolak keputusan tersebut dengan mengklaim bahwa kedai mereka berupa toko eceran yang menjual tas kopi, gelas, dan roti lapis, mendapatkan perpanjangan enam bulan, namun dewan kota memerintahkan Starbucks memindahkan semua meja dan kursinya dari tempat tersebut agar sesuai dengan peraturan penataan toko eceran. 2.500 orang menandatangani petisi menentang keberadaan kedai Starbucks, namun setelah penyelidikan publik bulan Juni 2009, seorang inspektur pemerintah memberi izin berdiri untuk kedai tersebut.
Sebuah kedai Starbucks di Hertford memenangkan banding pada bulan April 2009 setelah buka selama satu tahun tanpa izin penataan. Dua kedai di Edinburgh, satu di Manchester, satu di Cardiff, satu di Pinner and Harrow, juga buka tanpa izin penataan. Pinner Cafe, dibuka tahun 2007, memenangkan banding untuk tetap buka pada tahun 2010. Satu kedai di Blackheath, Lewisham juga menjalani penyelidikan pada tahun 2002 karena pelanggaran lisensinya, beroperasi sebagai restoran dengan lisensi empat kursi dan terbatas untuk layanan bawa pulang saja. Muncul berbagai serangan dari anggota komunitas setempat yang menolak jaringan besar apapun membuka cabang di wilayah konservasi. Sampai sekarang, Starbucks masih beroperasi sebagai kedai kopi bawa pulang.
Muncul berbagai ajakan boikot kedai dan produk Starbucks karena katanya Starbucks mengirimkan sebagian labanya kepada militer Israel, namun tuduhan semacam itu bermula dari surat palsu kepada Presiden, Ketua, dan CEO Starbucks Howard Schultz, seorang Yahudi dan mendukung hak Israel untuk berdiri. Ia adalah penerima sejumlah penghargaan Israel, termasuk "The Israel 50th Anniversary Tribute Award" karena "memainkan peran penting dalam mempromosikan hubungan dekat antara Amerika Serikat dan Israel.
Surat palsu yang mengklaim bahwa Schultz telah mengirimkan uang kepada militer Israel sebenarnya ditulis oleh Andrew Winkler, editor situs ziopedia.org dan penentang Holocaust asal Australia. Winkler mengaku memalsukan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 471
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
dokumen tersebut. Starbucks menanggapi klaim-klaim ini, "Baik Ketua Howard Schultz maupun Starbucks tidak mendanai atau mendukung Angkatan Darat Israel. Starbucks adalah organisasi non-politik dan tidak mendukung aksi-aksi politik apapun." Protes terhadap Starbucks akibat surat Winkler bukanlah yang pertama kali. Protes lainnya juga terjadi pada bulan Juni 2002 di sejumlah universitas di Kairo, Dubai, dan Beirut sebagai tanggapan atas kritik Schultz terhadap Yasser Arafat.
Starbucks selalu menjadi target aktivis yang berunjuk rasa menentang intervensi Israel di Gaza atas klaim-klaim palsu. Starbucks dipaksa menutup kedainya di Beirut, Lebanon, karena para demonstran meneriakkan slogan anti-Israel dan mengakibatkan pelanggan-pelanggannya lari. Demonstran memasang sejumlah spanduk di jendela toko dan memakai perekat putih untuk membuat Bintang Daud di lambang hijau putih Starbucks. Mereka juga menyebarkan surat yang menyatakan Schultz "adalah salah satu pilar lobi Yahudi Amerika Serikat dan pemilik Starbucks," yang katanya menyumbangkan uang kepada militer Israel.
Risiko Fokus, yaitu: (1) Strategi focus mudah ditiru, segmen sasaran menjadi tidak menarik secara struktur, struktur usang/ terkisis, permintaan hilang; (2) Pesaing sasaran menghebohkan segmen: Perbedaan segmen dengan segmen lain terbilang sempit, keunggulan lini yang luas meningkat, (3) Para pem-“focus” baru memecah segmen industri.
472 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
BAB XIV
STRATEGI CEPAT
(SPEED STRATEGY)
Pearce dan Robinson (2011) menjelaskan bahwa strategi bersaing dapat dilakukan dengan cara tiga hal, yaitu low cost strategy atau lebih dikenal dengan strategi kepemimpinan biaya, strategi diferensiasi (differentiation), dan speed based strategy (kecepatan kapabilitas internal dalam memenuhi tuntutan pasar). Konsep strategi diferensiasi menurut Pearce & Robinson (2011), memberikan keunikan kepada produk barang atau jasa yang ditawarkan, keunikan tersebut dapat terlihat dari ciri produk yang menawarkan nilai-nilai yang dicari konsumen atau yang diharapkan konsumen sehingga menjadi produk yang unik yang berbeda di mata konsumen. Dampak negatif atau risiko dari strategi ini menurut Pearce & Robinson adalah bahwa produk yang unik tidak dihargai cukup tinggi oleh pelanggan untuk menjustifikasi harga yang tinggi. Ketika hal ini terjadi strategi kepemimpinan harga dengan mudah mengalahkan strategi diferensiasi. Selain itu risiko yang lain dalam menjalankan strategi ini pesaing dapat mengembangkan cara untuk meniru fitur yang membedakan secara cepat. Dengan demikian, perusahaan harus menemukan sumber keunikan yang tahan lama yang tidak dapat ditiru secara cepat dan murah oleh perusahaan pesaing.
Dimensi selanjutnya dalam bersaing menurut Pearce & Robinson (2009) adalah speed based strategy atau kecepatan internal dalam memenuhi tuntutan pasar, yakni kemampuan perusahaan dalam memenuhi tuntutan pasar secara lebih cepat dibandingkan dengan pesaing. Kecepatan dalam memenuhi tuntutan pasar tersebut harus diikuti oleh pengembangan kapabilitas organisasi dan pengembangan teknologi.
Kecepatan (Speed) di dalam organisasi berkaitan dengan bagaimana meraih peluang bisnis dengan kecepatan memasarkan produk baru ke pasaran dan kecepatan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 473
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
memproduksi hasil inovasi/penelitian dari unit R&D. Manfaat bagi perusahaan pengembangan produk baru yang lebih cepat sangat banyak, yaitu dengan pengembangan produk baru lebih cepat memungkinkan perusahaan untuk bisa mengubah harga yang lebih tinggi; memerlukan waktu yang lebih singkat dalam memprediksi penjualan dan keuntungan (profit); untuk meningkatkan pangsa pasar; untuk memberikan kegembiraan di tingkat ritel dan meningkatkan kepuasan konsumen; untuk mendapatkan lebih banyak pengalaman pengembangan produk.
Organisasi atau perusahaan yang sukses dalam memilih penggunaan waktu sebagai respon strategis, penting untuk tetap dekat dengan pelanggan yang mengakibatkan ketergantungan pelanggan juga meningkat. Berdasarkan strategi bersaing berbasis waktu juga memungkinkan organisasi untuk secara cepat menjadikan sistem nilai pengiriman langsung ke pelanggan yang mungkin memiliki pengaruh pertumbuhan dengan keuntungan yang lebih tinggi. Pelanggan menginginkan produk lebih cepat dari sebelumnya, manfaat bagi pelanggan dari kecepatan waktu ini adalah mereka tidak perlu persediaan; mereka dapat membuat keputusan pembelian lebih dekat dengan saat dibutuhkan; pelanggan mereka cenderung untuk membatalkan atau mengubah pesanan; mempercepat perputaran arus kas (cash flow) pelanggan; pangsa pasar tumbuh karena pelanggan ingin menerima dekat dengan pengiriman yang segera.
Ketika laju persaingan global meningkat, sebagian besar pemimpin bisnis prihatin tentang kemampuan perusahaan mereka untuk bergerak cukup cepat untuk memanfaatkan peluang atau melawan ancaman. Guna lebih memahami dampak dan pertumbuhan pentingnya kecepatan, Forum menetapkan untuk mengidentifikasi apa yang memungkinkan perusahaan untuk melakukannya menerapkan strategi bisnis mereka dengan cepat dan berhasil, yaitu: untuk mencapai kecepatan strategis.
Perusahaan dengan rekam jejak eksekusi cepat, dan survei di seluruh dunia terhadap lebih dari 340 eksekutif senior dilakukan dalam kemitraan dengan The Economist Intelligence Unit (EIU). Kajian ini juga menginformasikan buku Forum yang akan datang,
474 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Strategic Speed: Mobilize People, Accelerate Execution, yang akan diterbitkan pada Juni 2010 oleh Harvard Pers Bisnis.
Studi kami mengkonfirmasi bahwa sebagian besar pemimpin bisnis, terlepas dari industri, memandang kecepatan sama pentingnya. Namun, hanya 42 persen dari peserta survei Forum-EIU menganggap perusahaan mereka sangat cepat.
Lalu, apa yang membuat beberapa perusahaan lebih cepat daripada yang lain? Kami menemukan beberapa faktor kecepatan yang difasilitasi:
1. Kepemimpinan yang berorientasi pada orang: Mengadopsi pola pikir kepemimpinan yang difokuskan mengelola orang, menciptakan arah bisnis yang jelas, menyatukan tim dengan tujuan sentral, dan merespons dengan cepat terhadap perubahan
2. Proses penegasan strategi yang kuat: Memastikan sejak awal bahwa bisnis itu strategi dipahami dengan baik oleh semua pemangku kepentingan.
3. Eksekusi tingkat eksekutif terfokus: Mengembangkan proses disiplin di mana eksekutif senior dilibatkan dalam mengimplementasikan proyek-proyek strategis, bukan hanya mendelegasikan mereka
4. Iklim organisasi yang dinamis: Membina pekerjaan yang sangat memotivasi lingkungan yang memanfaatkan bakat penuh orang
5. Pembelajaran berkelanjutan: Memperlakukan eksekusi strategi sebagai serangkaian eksperimen itu membantu perusahaan terus belajar dan menyesuaikan diri dengan dinamika lingkungan Hidup.
Dalam lingkungan yang sangat kompetitif saat ini, seberapa baik perusahaan menjalankannya strategi bisnis hanyalah satu bagian dari persamaan keberhasilan perusahaan. Akhir-akhir ini, akibat wajar telah ditambahkan: Pertumbuhan berkelanjutan bergantung pada seberapa cepat perusahaan dapat mengimplementasikan inisiatif strategis. Apakah meluncurkan produk baru, mengintegrasikan bisnis yang diakuisisi, mengembangkan wilayah penjualan atau melawan ancaman kompetitif, jendela peluang bagi perusahaan bisa relative kecil dan bisa menutup dengan cepat. Tujuan dari proyek penelitian
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 475
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
ini adalah untuk menentukan bagaimana perusahaan dapat mencapai apa yang sebut "Strategis Cepat (Speed Strategic). Strategis Kecepatan memiliki dua elemen: mengurangi waktu nilai dan peningkatan nilai dari waktu ke waktu.
476 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
BAB XV
FAKTOR DETERMINAN
STRATEGI BERSAING
Dalam perspektif pengelolaan strategik, lingkungan
merupakan faktor kontekstual penting dalam perumusan strategi
bisnis dalam hal ini strategi bersaing, sebelum strategi terpilih
tersebut ditetapkan dalam penetapan strategi yang akan
digunakan dalam bisnisnya. Lingkungan bisnis terdiri dari
lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Wheelen &
Hunger 2015). Sedangkan Pearce & Robinson (2011),
membedakan lingkungan bisnis atas lingkungan jauh dan
lingkungan industri.
Manajemen sumber daya manusia strategik menurut
Amstrong (2009) adalah pendekatan untuk membuat keputusan
yang berhubungan antara manajemen sumber daya manusia
dan manajemen strategik dalam perusahaan. Sumber daya
manusia strategik dipusatkan pada penyesuaian strategi sumber
daya manusia dengan strategi bisnis. Dalam memerankan hal ini,
manajer bekerja sebagai peran barunya (Ulrich, 2008: 28) yaitu
sebagai Mitra Strategis, sebagai Ahli Administrasi, sebagai
Pendorong Karyawan Unggul. dan sebagai Agen Perubahan
dalam membantu untuk memastikan keberhasilan Strategi
Bersaing.
Faktor yang mempengaruhi strategi bersaing, dapat
dipandang dari berbagai hal, sebut saja:
1. Multiperan Manajer
2. Daya Tarik Industri
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 477
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
15.1 Multiperan Manajer Multiperan manajer dalam penelitian ini merujuk pada
konsep multiperan manajer pada teori manajemen sumber daya
manusia yang dikembangkan oleh Dave Ulrich (2008: 29), yaitu
Multiple Roles of Human Resources. dalam kalimat "multiple roles
model for human resources management". Dimana peran
manajer tidak hanya melaksanakan kegiatan administratif yang
berkaitan dengan bagian personalia saja tetapi menjadi fungsi
yang bersifat strategik, yaitu bagaimana membuat dan meng-
eksekusi atau melaksanakan strategi, bagaimana melakukan
efisiensi administratif, bagaimana menjadi pendorong karyawan
unggul yang berkontribusi pada organisasi, dan bagaimana
teknik untuk berlangsungnya atau berjalannya perubahan.
Multiperan manajer merupakan sumber kapabilitas internal
organisasi yang dapat menciptakan atau menjadikan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya menjadi sumber
keunggulan organisasi (Noe, et., al., 2015). Kriteria peran sumber
daya manusia ini berbeda-beda menurut fokus, aktifitas, waktu,
dan penciptaan nilai. Pada Tabel 16.1 di bawah ini menunjukkan
pendapat para ahli terhadap multiperan manajer sebagai peran
barn dalam manajemen sumber daya manusia.
Tabel 15.1
Multiperan Manajer sebagai Peran Baru dalam MSDM
Nama Ahli Peran Baru dalam Manajemen Sumberdaya
Manusia
Wiley (1992) Strategic role, Legalistic role, and Operational role. Walker (1994) Support, Service, Consulting, Leadership. Ulrich (1996) Mitra strategis, Ahli Administrasi, Pendukung Karyawan
Unggul, Agen Perubahan.
Jackson, Schuler, dan Werner (2011)
Business person, Shaper of change, Consultant to organization or partner to line, Strategy formulator and Implementer, Talent manager and Asset manager and Cost controller.
Sumber: Berbagai Literatur (dirangkum Penulis, 2015)
478 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Jackson, Schuler, dan Werner (2011) melihat multiperan
manajer sebagai peran baru dalam manajemen sumber daya
manusia adalah sebagai hasil proses repositioning, seperti:
1. Business Person, meliputi: praktisi sumber daya manusia,
partisipasi dalam bidang keuangan dan operasional, rotasi
posisi antar fungsi sumber daya manusia dan fungsi lain.
2. Shaper of Change meliputi: partisipasi tim atas perubahan,
melakukan penelitian, dan partisipasi aktif pembentukan misi
dan tujuan perusahaan.
3. Consultant to Organizer or Partner to line, seperti: aktif dalam
konsorsium, penyiapan proposal dan partisipasi dalam sistem
komputerisasi.
4. Strategy formulator and implementer seperti: mengerti
strategi bisnis, orientasi bisnis secara strategis. Manajer
talenta, dan kemampuan/kekayaan manajer dan pengawas
biaya.
Hal tersebut menggambarkan bahwa multiperan manajer
sebagai kapabilitas SDM dapat membantu perusahaan
memperoleh keunggulan kompetitif dengan praktik-praktik
manajemen sumber daya manusia dan mendorong fokus pada
pelanggan (Walker, 1992).
Wiley (1992) mengklasifikasikannya Mutiperan Manajer
sebagai peran baru MSDM menjadi tiga yaitu berperan dalam
aspek proses Strategis (sebagai konsultan, penilai, pendiagnosa,
agen perubahan, katalisator, mitra bisnis, dan manajer biaya);
aspek legal (sebagai auditor, konsultan, pemberi atau provider,
dan pendamai); aspek Operasional (sebagai peredam
permasalahan, agen perubahan, penasehat karyawan, fasilitator,
formulator dan konsultan kebijakan).
Jackson, Schuler, dan Werner (2011) menjelaskan bahwa
Multiperan Manajer dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
merupakan satu kesatuan yang meliputi: dukungan, pelayanan,
konsultasi, dan kepemimpinan. Kemudian Ulrich (2008) terkenal
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 479
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
dengan Multiple Roles HR, bahwa Multiperan Manajer dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia, yaitu sebagai Mitra Strategis,
sebagai Ahli Administrasi, sebagai Pendorong Karyawan Unggul,
dan sebagai Agen Perubahan.
Berdasarkan pandangan para ahli di atas, Multiperan Manajer
dalam penelitian ini merujuk pada hasil penelitian Urlich (1996),
yang berkesimpulan bahwa Multiperan Manajer diharapkan dapat
membantu perusahaan untuk menjawab dalam mencapai
keunggulan kompetitif bagi perusahaan melalui SDM-nya, yaitu
berperan sebagai:
1. Mitra Strategis,
2. Ahli Administrasi,
3. Pendorong Karyawan Unggul, dan
4. Agen Perubahan.
Uraian mengenai ke peran manajer yang dimaksud tersebut
dapat dijelaskan (Urlich, 1996), sebagai berikut:
(1) Sebagai Mitra Strategis (Strategic Partner)
Sebagai Mitra Strategis, fungsi manajemen sumber daya
manusia dan para praktisinya dituntut untuk mempunyai
kemampuan dalam menterjemahkan strategi bisnis yang
ditetapkan perusahaan menjadi tindakan-tindakan yang nyata di
lapangan.
Fungsi manajer dalam pengelolaan manajemen sumber daya
manusia dan para praktisinya harus mampu memberikan
masukan-masukan yang bernilai tambah kepada tim unit bisnis
perusahaan, dalam penyusunan strategi bisnis.
Disamping itu, seorang praktisi sumber daya manusia harus
mampu mengembangkan ketajaman pengetahuannya di bidang
bisnis, mempunyai orientasi terhadap pelanggan dan mempunyai
pemahaman tentang kompetisi yang terjadi dalam bisnis yang
dijalani oleh perusahaan.
480 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Bagaimana peran manajer dalam memberikan masukan
terhadap pimpinan dalam hal ini, untuk berperan aktif dalam
menentukan arah atau membuat strategi perusahaan sesuai
dengan visi, misi bisnis perusahaan dan memastikan strategi
dapat dilaksanakan oleh staf-nya.
Bagaimana dalam mengelola strategi, apakah didominasi
secara keseluruhan atau manajer dilibatkan dalam menentukan
arah strategi perusahaan?
Peran manajer sebagai Mitra Strategis (Strategic Partner),
dituntut untuk mampu mengembangkan visi, misi, dan nilai
organisasi serta menterjemahkan ke dalam strategi bisnis yang
ditetapkan organisasi/ perusahaan, yaitu:
1. Menjadi tindakan-tindakan yang nyata di lapangan;
2. Harus mampu berkontribusi dalam memberikan masukan-
masukan yang bernilai tambah kepada tim bisnis
perusahaan, dalam penyusunan strategi bisnis;
3. Harus mampu mengembangkan ketajaman pengetahuan di
bidang bisnis, mempunyai orientasi terhadap pelanggan; dan
4. Mempunyai pemahaman tentang kompetisi yang terjadi dalam
bisnis yang dijalani oleh perusahaan.
(2) Sebagai ahli administrasi (Administrative Expert)
Sebagai ahli di bidang administrasi, fungsi manajemen
sumber daya manusia dan para praktisinya harus mampu
melakukan rekayasa ulang terhadap proses-proses kerja yang
dilakukannya selama ini.
Dengan demikian proses administrasi di bidang SDM akan
menjadi lebih efisien dan efektif dalam melayani kebutuhan
manajemen atau para karyawan akan informasi SDM.
Peran manajer sebagai Ahli Administrasi di dalam
perusahaan, yaitu: sebagai ahli administrasi, meliputi:
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 481
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
1. Harus mampu berjalan dengan tingkat efisiensi yang tinggi
dalam hal proses fungsi operasional SDM, yang dimulai dari
perencanaan kebutuhan dan pemanfaatan SDM;
2. Untuk merekrut atau mencari dan mendapatkan SDM;
3. Mengembangkan, memelihara, dan memotivasi SDM serta
mengevaluasi keseluruhan sumber daya manusia yang
diperlukan perusahaan dalam pencapaian tujuannya;
4. Harus mampu melakukan rekayasa ulang terhadap proses-
proses kerja yang dilakukannya selama ini;
5. Proses administrasi di bidang SDM akan menjadi lebih
efisien dan efektif dalam melayani kebutuhan manajemen
atau para karyawan akan informasi SDM.
(3) Sebagai pendorong karyawan unggul (Employee
Champion)
Manajer dalam perannya sebagai pendukung dan pendorong
kemajuan karyawan, fungsi manajemen sumber daya manusia
dan para praktisinya dituntut untuk mampu mengenali
kebutuhan-kebutuhan para karyawan, menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhan karyawan dengan harapan-harapan
perusahaan, dan berupaya keras untuk melakukan langkah-
langkah terbaik untuk mendorong agar kebutuhan-kebutuhan
tersebut terpenuhi secara optimal.
Peran manajer sebagai Pendorong Karyawan Unggul
(Employee Champion) adalah:
1. Dituntut untuk mampu meningkatkan komitmen dan
kapabilitas/kompetensi karyawannya di dalam organisasi/
perusahaan;
2. Dituntut untuk mengenali, mendengarkan, dan merespons
kebutuhan karyawan dengan memberikan fasilitas sumber
daya kepada karyawan, komunikasi terhadap karyawan;
3. Menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan karyawan dengan
harapan-harapan organisasi/perusahaan;
482 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
4. Berupaya keras untuk melakukan langkah-langkah terbaik
untuk mendorong agar kebutuhan-kebutuhan tersebut
terpenuhi secara optimal;
5. Harus mampu untuk menciptakan suasana kerja yang dapat
memberdayakan karyawan; memotivasi karyawan untuk
memberikan kontribusi terbaiknya kepada organisasi/
perusahaan.
(4) Sebagai agen perubahan (Change Agent)
Peran Manajer dalam kapasitasnya sebagai Agen Perubahan,
fungsi manajemen sumber daya manusia dan para praktisinya
dituntut untuk mampu menjadi katalisator perubahan di dalam
perusahaan. Fungsi manajer dalam pengelolaan manajemen
sumber daya manusia dan para praktisinya harus mampu
berperan dalam mempercepat dan mengelola proses perubahan
yang dicanangkan oleh perusahaan secara efektif.
Di samping itu, mereka dituntut pula untuk mampu
mengenali hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi oleh
perusahaan bila perubahan dilakukan. Dengan demikian dapat
mencegah terjadinya gejolak sosial, yang kontra produktif di
dalam perusahaan.
Peran manajer dalam kapasitasnya sebagai agen
perubahan, yaitu:
1 . Mengatur dan memberikan fasilitas untuk memastikan bahwa
perubahan terjadi atau berjalan;
2 . Redesain organisasi dan rekayasa ulang sistem dan proses
bisnis;
3 . Pengembangan tim dan kepemimpinan organisasi;
4 . Harus mampu berperan dalam mempercepat dan mengelola
proses perubahan yang dicanangkan oleh organisasi/
perusahaan secara efektif;
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 483
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
5 . Dituntut pula untuk mampu mengenali hambatan-hambatan
yang mungkin dihadapi oleh organisasi/perusahaan bila
perubahan dilakukan.
Tabel 15.2
Multiperan Manajer Pengelola SDM
Peran Hasil/Outcomes Metafora Aktivitas
Management of
Strategic Human
Resources
Eksekusi/melaksanaka
n strategi Strategic Partner
Menyamakan strategi
SDM dan bisnis:
“diagnosa organisasi”.
Management of
Firm
Infrastructure
Membangun
infrastruktur
yang efisien
Administrative
Expert
Memutakhirkan
proses-proses
organisasi: “membagi
pelayanan”.
Management of
Employee
Contribution
Meningkatkan
komitmen dan
kemampuan
karyawan
Employee
Champion
Mendengarkan dan
merespon karyawan:
“menyediakan
sumberdaya untuk
karyawan-karyawan”.
Management of
transformation
and change
Menciptakan
organisasi yang
diperbaharui
Change Agent
Mengarahkan
transformasi dan
perubahan:
“meyakinkan
kapasitas
perubahan”.
Sumber: Ulrich (1996)
Tabel 16.2 menunjukkan Multiperan Manajer dan
professional SDM yang dikembangkan Ulrich (1996), sehingga
menghasilkan kerangka Multiperan Manajer.
Berdasarkan uraian dan telaah konsepsual di atas, maka
terlihat bahwa gagasan Ulrich dengan kerangka konseptual yang
diajukannya adalah gagasan untuk mengakomodasi peran-peran
SDM tradisional dan peran-peran kontemporer secara
komprehensif. Karena itu gagasan Ulrich dengan empat peran
484 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
baru di atas menekankan pada pemetaan peran-peran SDM
dalam organisasi dewasa ini.
15.2 Daya Tarik Industri Daya tarik industri merupakan kondisi atau keadaan dimana
lingkungan eksternal atau lingkungan di luar organisasi/
perusahaan berpotensi mempengaruhi bisnis dalam suatu
sektor industri. Daya tarik industri menjadi menarik dan menjadi
hal positif karena menjadi peluang bisnis untuk dijadikan acuan
bisnis yang digelutinya pada masa yang akan datang.
Istilah daya tarik industri (industry attractiveness)
dikembangkan oleh Mc Kinsey & Company GE (Wheelen &
Hunger 2010) dan (Pearce & Robinson 2009), menjadi kajian
lingkungan eksternal perusahaan.
Penting untuk dipahami faktor yang mendasari persaingan/
kompetitif di sektor industri dimana perusahaan tersebut
beroperasi. Juga perlu pemahaman yang jelas tentang daya
tarik industri dan posisi perusahaan dalam sektor industrinya,
dalam rangka menentukan strategi bisnis yang tepat yang akan
diambil.
Daya tarik industri terdapat dalam Matriks Daya Tarik
Industri (MDTI) merupakan salah satu teknik yang dipakai dalam
penentuan posisi perusahaan di pasar dan alat penentuan
kombinasi pilihan strategi bersaing.
Konsep dan operasional Matriks Daya Tarik Industri ini
memiliki dua sumbu, yaitu sumbu vertikal menunjukkan daya
tarik industri yang mengandung unsur ancaman dan peluang
bisnis atau menunjukkan daya tarik yang ada dari industri yang
mendorong perusahaan untuk terus beroperasi dan sumbu
horisontal yang menunjukkan kekuatan bisnis yang dimiliki
perusahaan.
Analisis yang dilakukan untuk menetapkan bahwa suatu
industri adalah "menarik" dapat dilakukan oleh seluruh dunia
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 485
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
usaha. Analisis industri membantu dan berguna untuk
mengetahui:
1. Potensi pertumbuhan industri;
2. Profitabilitas industri; dan
3. Kemampuan relatif dari pemain di industri tersebut.
Dimana pertumbuhan prospek potensi yang baik dan
keuntungan yang besar, perusahaan dapat menyimpulkan
bahwa bidang ini menarik dan menawarkan cukup ruang bagi
orang lain untuk masuk dan eksplorasi lapangan.
Analisis industri membawa kejelasan dalam daya tarik
industri dan posisi kompetitif perusahaan dalam suatu kelompok
industri. Sifat dan tingkat persaingan di industri merupakan
engsel pada lima kekuatan Porter:
1. Ancaman pendatang baru;
2. Kekuatan tawar pelanggan;
3. daya tawar pemasok;
4. Ancaman produk pengganti atau layanan; dan
5. Perebutan antara kontestan saat ini.
Aspek kondisi pasar, pengaturan industri/lingkungan,
struktur industri, daya tarik industri, kinerja industri, praktik
industri, dan tren yang muncul sangat membantu untuk
melakukan analisis industri.
Tujuan dasar dari analisis industri adalah untuk menilai
kekuatan dan kelemahan relatif dari suatu organisasi terhadap
pemain lain dalam industri. Melalui analisis industri, organisasi
dapat menemukan apakah bidang yang dipilih menarik atau
tidak dan menilai posisinya sendiri dalam industri.
Daya tarik industri dalam strategi bisnis dapat mendukung
keberhasilan kinerja organisasi yang terjadi dalam persaingan
bisnis. Pada dasarnya strategi disusun untuk mengurangi
kegagalan dan memaksimalkan hasil. Suatu strategi merupakan
486 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
pedoman dasar dan rencana tujuan, pengalokasian sumber
daya, serta interaksi organisasi dengan pasar, pesaing, dan
lingkungan lain.
Tabel 16.3 menggambarkan posisi daya tarik industri dan
kekuatan bisnis, yang memperlihatkan bahwa:
1. Jika unit usaha yang sedang dijalankan berada pada posisi
sel (1), maka unit usaha ini paling menjanjikan dan
memiliki prospek untuk berkembang, pilihan strateginya
adalah pertumbuhan dengan berinvestasi secara terus
menerus guna meningkatkan akselerasi pertumbuhan
bisnisnya;
2. Jika unit usaha yang sedang dijalankan berada pada posisi
sel (2) dan (4), maka unit usaha ini memiliki peluang untuk
berkembang, pilihan strateginya adalah pertumbuhan
namun dengan investasi yang lebih selektif;
3. Jika unit usaha yang sedang dijalankan berada pada posisi
sel (3), (5), dan (7), maka unit usaha ini tidak memiliki
peluang bisnis yang jelas rendah, oleh karena itu
manajemen dianjurkan untuk lebih hati-hati bila perlu
bersikap konservatif dalam berinvestasi;
4. Jika unit usaha yang sedang dijalankan berada pada posisi
sel (6), (8), dan (9), maka unit usaha ini sebaiknya tidak
diteruskan, sebab peluang bisnis dan kekuatan/
keunggulan bisnis perusahaan sama sekali tidak ada,
stagnan, mandek, dan mati. Manajemen dianjurkan tidak
atau stop investasi, panenlah sisa hasil usaha yang
mungkin masih bisa diharapkan, jangan tunggu lama,
abaikan barriers to exit, keluar saja dari pasar (divestasi).
Dari matriks tersebut dapat dilihat bahwa organisasi yang
sukses adalah organisasi yang berhasil dalam mencapai
portofolio bisnis di sekitar sel (1).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 487
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Tabel 15.3
Matriks Daya Tarik Industri (McKinsey & Company GE)
Business Unit Strength
Strong Average Weak
Ind
ustr
y A
ttra
cti
ve
ness
Hig
h
Premium- Invest for growth: (1) Provide maximum
investment; Diversity worldwide; Consolidate position; Accept moderate
near- term profits; Seek to dominate.
Selective- Invest for growth: (2) Invest heavily in
selected segments; Share ceiling; Seek attractive new
segments to apply strengths.
Protect/refocus-selectively invest for earnings: (3) Defend strengths; Refocus to attractive
segments; Evaluate industry
revitalization; Monitor for harvest or
divestment timing; Consider acquisitions.
Me
diu
m
Challenge -invest for growth: (4) Build selectively of
strengths; Define implications
of leadership challenge;
Avoid vulnerability- fill weaknesses.
Prime-selectively invest for earnings: (5) Segment market; Make contingency
plans for vulnerability.
Restructure-harvest or divest: (6) Privide no unessential
commitment; Position for
divestment; or Shift to more
attractive segment.
Lo
w
Opportunistic-selectively invest for earnings: (7) Ride market and
maintain overall position;
Seek niches, specialization;
Seek opportunity to increase strength (for example through acquisition)
Invest at maintenance levels.
Opportunistic- preserve for harvest: (8) Act to preserve or
boost cash flow; Seek opportunistic
sale; or Seek opportunistic
rationalization to increase strengths;
Prune product lines; Minimize
investment.
Harvest or divest: (9) Exit from market or
prune product line; Determine timing so
as to maximize present value;
Concentrate on competitors cash generators.
Sumber: dikembangkan penulis dari Wheelen & Hunger (2017) dan Pearce &
Robinson (2009)
Tabel 16.3, merupakan matriks daya tarik industri (industry
attractiveness) yang dikembangkan oleh Mc Kinsey & Company
GE (Wheelen & Hunger 2010) dan (Pearce & Robinson 2009),
menjadi kajian lingkungan eksternal perusahaan.
488 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya tarik
industri merupakan salah satu teknik yang dipakai dalam
penentuan posisi perusahaan di pasar dan alat penentuan
kombinasi pilihan strategi bersaing. Guna menetapkan bahwa
suatu industri itu "menarik" dapat dilakukan oleh seluruh dunia
usaha dengan menggunakan matriks GE/ McKinsey. Alat ini
dapat membantu dan berguna untuk mengetahui: potensi
pertumbuhan industri, profitabilitas industri, dan kemampuan
relatif dari pemain di industri tersebut. Dimana pertumbuhan
prospek potensi yang baik dan keuntungan yang besar,
perusahaan dapat menyimpulkan bahwa bidang ini menarik dan
menawarkan cukup ruang bagi orang lain untuk masuk dan
eksplorasi lapangan. Analisis ini membawa kejelasan dalam
daya tarik industri dan posisi kompetitif perusahaan dalam suatu
kelompok industri. Melalui analisis industri ini, organisasi dapat
menemukan apakah bidang yang dipilihnya menarik atau tidak,
dan menilai posisinya sendiri dalam industri.
Faktor-faktor yang menentukan daya tarik industri, menurut
Mc. Kinsey & Company GE Mc Kinsey & Company GE (Pearce &
Robinson 2009), bahwa daya tarik industri ditentukan oleh
faktor atau kriteria sebagaimana tercantum dalam Tabel 16.4.
Tabel 16.4 memperlihatkan sejumlah kriteria daya tarik
standar dapat digunakan untuk menentukan daya tarik industri
secara umum.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 489
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Tabel 15.4
Factors Considered in Constructing an Industry Attractiveness-
Business Strength Matrix
Industry Attractiveness Business
Strength Nature of Competitive Rivalry Cost Position
Number of competitors; Economies of scale;
Size of competitors; Manufacturing costs;
Strength of competitors corporate parent;
Overhead scrap/waste/rework;
Price wars; Experience effects;
Competition on multiple dimensions. Labor rates;
Proprietary processes.
Bargaining Power of Suppliers/Customers
Level of Differentiation
Relative size of typical players; Promotion effectiveness;
Number of each; Product quality;
Importance of purchases from or sales to
Company image;
Ability to vertically integrate. Patented products;
Brand awareness.
Threat of Substitute products/new entrans Technological maturity/stability; Diversity of the market; Barries to entry; Flexibility of distribution system.
Response Time Manufacturing flexibility; Time needed to introduce new; Delivery time; Organizational flexibility.
Economy Factors Sales volatility; Cyclicality of demand; Market growth; Capital intensity.
Financial Strength Solvency; Liquidity; Break-even point; Cash flows; Profitability; Growth in revenues.
Financial Norms Average profitability Typical leverage Credit practices
Human Assets Turnover; Skill level; Relative wage/salary; Morale; Managerial Commitment; Unionization
Sociopolitical Considerations Government regulation Community support Ethical standards
Public Approval Goodwill; Reputation; Image.
Sumber: Pearce & Robinson (2009)
490 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Dari faktor-faktor daya tarik tersebut dapat menjadi peluang
atau juga ancaman. Daya tarik industri atau pasar dapat diukur
melalui market force, competitive intensity, dan market access,
secara lebih terinci dapat dilihat Gambar 16.1.
Sumber: Best (2009)
Gambar 15.1.
Factors That Shape Market Attractiveness
Daya tarik industri dalam kajian pengelolaan strategi,
sedangkan daya tarik pasar dalam kajian manajemen berbasis
pasar (market based management), keduanya adalah sama-
sama mengkaji faktor-faktor eksternal dalam menentukan
pilihan strategi unit bisnis dalam menjalankan bisnisnya secara
benar dan tepat.
Daya tarik pasar menurut Cravens dan Piercy (2009)
menyatakan bahwa market attractiveness can be measured by
market growth rate projections and attractiveness assessments
made by management.
Demikian juga Walker, Boyd, and Larreche (2003) bahwa
daya tarik industri dapat diukur melalui market size, market
growth, competitive intensity, price levels, profitability,
technology, sophiscation, and government regulations. Days
(1999) dalam Zulki Zulkifli Noor (2006:43) menyatakan bahwa
daya tarik industri/pasar dapat diukur melalui intervensi
pemerintah, perubahan teknologi, dan perkembangan pasar.
Market Attractiveness
Market Forces Market Size Growth Rate Buyer Power
Competitive Intensity Number of Competitor
Price Rivalry
Easy to Entry
Market Access Customer Familiarity
Channel Acces Sales Requirement
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 491
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya tarik
industri atau daya tarik pasar merupakan kondisi di dalam
lingkungan eksternal organisasi atau perusahaan yang
berpotensi besar mempengaruhi strategi bisnis dalam satu
sektor industri.
Daya tarik industri dalam kajian manajemen strategi
sedangkan daya tarik pasar dalam kajian manajemen berbasis
pasar (market based management), keduanya adalah sama-
sama mengkaji faktor-faktor eksternal dalam menentukan
pilihan strategi unit bisnis dalam menjalankan bisnisnya secara
benar dan tepat.
Daya tarik industri atau daya tarik pasar dapat diukur
melalui market size, market growth, competitive intensity, price
levels, profitability, technology, sophiscation, and government
regulations, intervensi pemerintah, perubahan teknologi, dan
perkembangan pasar (Cravens & Piercy, 2009; Walker,Boyd &
Larreche, 2003).
492 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
BAB XVI
PENUTUP Sebagai penutup, beberapa konsep yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, tentu berbagai kekurangan dapat ditemukan, namun demikian inilah yang akan penulis sajikan. Sebut saja penulis menguraikan bahwa persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini, menyebabkan ketidakpastian, sehingga perusahaan membutuhkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan untuk mengantisipasi keadaan tersebut. Faktor yang dinilai paling potensial dalam mencapai keunggulan kompetitif bagi organisasi adalah penyediaan sumber daya manusia (SDM) dan terkait dengan pengelolaannya. Dasar pengelolaan manusia merupakan teknik yang cenderung efektif, karena strategi yang paling efektif bagi perusahaan dalam menemukan cara yang unik untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawannya lebih sulit ditiru.
Perkembangan berbagai entitas bisnis secara dinamis, seiring dengan perubahan lingkungan yang dramatis, memicu persaingan yang semakin ketat. Perubahan selera konsumen, kemajuan teknologi dan perubahan sosial ekonomi memunculkan berbagai tantangan dan peluang dalam bisnis, termasuk di dalamnya bisnis persenjataan.
Globalisasi memberikan tekanan pada sektor bisnis, termasuk di dalamnya adalah perdagangan dan politik. Dalam konsep Bisnis, beberapa aspek yang sangat diperhitungkan adalah keuangan (financial) dan pesaing (competitor), aspek ini dapat mengakibatkan decrease company capacity. Dalam globalisasi yang hypercompetitive, perusahaan industri sejatinya dapat menghasilkan produk baru atau produk lama yang diperbaharui dengan kualitas dan teknologi masa depan yang disukai dan dibutuhkan pelanggan. Perusahaan juga menyadari bahwa mengembangkan produk baru dalam era kompetitif merupakan kunci untuk bertahan dan tumbuh.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 493
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Strategi yang pada awalnya ditemukan dan diterapkan pada militer, masih dipandang sebagai salah satu dari "seni" atau "ilmu" yang mengatur pelaksanaan peperangan, dan diterapkan pada sebuah taktik dengan manuver rinci untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh strategi, untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga taktik perang diterapkan pada strategi untuk memberdayakan kekuatan bersenjata guna menjalankan pertempuran. Dengan kata lain, menyusun strategi memerlukan perencanaan.
Perencanaan strategis merupakan sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini dengan menganalisis data yang ada untuk melakukan prediksi kondisi pada masa akan datang, sehingga rencana strategis sebagai sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk diimplementasikan pada masa yang akan datang. Dengan kata lain, rencana strategis perusahaan adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan diarahkan, dan bagaimana sumberdaya dialokasikan untuk mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu dalam berbagai kemungkinan keadaan lingkungan.
Guna mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi dalam rangka memiliki keunggulan bersaing, maka para pimpinan perusahaan (top manager), kepala Divisi (middle Manager), dan manajer operasi (lower manager), haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang terdapat pada proses perencanaan strategis/strategic planning. Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan strategi. Keunggulan bersaing dapat dimaknai sebagai kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumber daya suatu perusahaan untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain pada industri atau pasar yang sama.
Implementasi strategi dalam perspektif bisnis merupakan sebuah proses yang mana strategi dan kebijakan diarahkan ke dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses ini memerlukan perubahan dalam budaya,
494 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
struktur, dan sistem manajemen pada seluruh organisasi atau perusahaan. Dalam implementasinya, tidak ada organisasi yang memiliki sumber daya yang tak terbatas, sehingga tidak ada perusahaan yang dapat mengambil jumlah hutang yang tidak terbatas atau mengeluarkan jumlah persediaan yang tidak terbatas untuk meningkatkan modal. Karena itu, tidak ada organisasi yang bisa mengejar semua strategi yang berpotensi menguntungkan perusahaan. Namun demikian, keputusan strategis harus selalu dibuat untuk menghilangkan beberapa tindakan dan untuk mengalokasikan sumber daya organisasi, dan sebagian besar organisasi hanya mampu mengejar beberapa strategi pada tingkat perusahaan pada waktu tertentu. Perumusan strategi bisnis dilakukan oleh perusahaan sebagai pengembangan rencana jangka panjang perusahaan untuk efektifitas pengendalian lingkungan eksternal, berdasarkan kemampuan lingkungan internal perusahaan, untuk mencapai sasaran perusahaan yang diinginkan. Pembentukan strategi bisnis perusahaan sangat ditentukan oleh parameter-parameter visi, misi, dan faktor lingkungan bisnis perusahaan.
Strategi bersaing dapat dimaknai sebagai pencarian posisi bersaing yang menguntungkan di dalam suatu organisasi atau entitas bisnis, karena kondisi fundamental dimana organisasi berada telah terjadi persaingan yang tidak dapat dihindari. Strategi bersaing bertujuan menegakkan posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan yang menentukan persaingan organisasi atau entitas bisnis. Bisnis saat ini bukan hanya digeluti oleh pebisnis atau organisasi (perusahaan) yang bergerak pada profit oriented tetapi juga pada organisasi nir laba. Hal ini cukup jelas argumen yang menunjukkan secara empirik bahwa bisnis saat ini berada di pasar yang kompetitif dan beroperasi dalam mode kompetitif. Guna menangani proses dengan sarana yang ada dimana perusahaan memposisikan diri dengan produk barang atau jasa dihasilkan mampu melawan saingan mereka untuk memenang-kan pangsa pasar yang optimal. Kompetitif di sini dimaknai sebagai sebuah kontes yang terjadi antara dua atau lebih pihak lain. Sumber daya yang ada tentu saja berasal dari penawaran produk barang atau jasa, negosiasi antar pebisnis secara
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 495
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
langsung, kontrak pemasok, dan hubungan investor, dan lain sebagainya. Umumnya, pertarungan dalam suatu kompetisi berakhir dengan salah satu pemenang, dan tidak ada kontes lebih lanjut yang diperlukan.
Strategi dalam konteks militer merupakan kunci pelaksanaan perang dan penguasaan prinsip-prinsip yang ditetapkan agar kekuatan bisa melakukan aksi menyerang terhadap kekuatan musuh untuk menghasilkan kemenangan. Strategi militer berupa pembinaan, pengembangan, penggelaran dan penggunaan seluruh kekuatan dan kemampuan militer untuk mendukung strategi pertahanan dalam rangka menjaga, melindungi, dan memelihara kepentingan nasional. Pembinaan dan penggunaan militer diarahkan pada keterpaduan tiga angkatan (Darat, Laut, dan Udara) tanpa meninggalkan ciri khas angkatan, baik dalam operasi gabungan maupun operasi angkatan masing-masing.
Strategi operasi sebagai seni dan ilmu dalam merencanakan, memadukan, dan mengendalikan pertempuran militer dalam sebuah mandala operasi militer. Sedangkan strategi bisnis seperti halnya strategi militer, dan ahli strategi militer telah belajar banyak selama berabad-abad yang dapat memberikan manfaat strategi bisnis hari ini. Organisasi bisnis dan organisasi militer mencoba menggunakan kekuatan milik mereka sendiri untuk mengeksploitasi kelemahan pesaing. Jika strategi keseluruhan organisasi salah (tidak efektif dan efisien), maka semua efisiensi di dunia mungkin tidak cukup untuk memungkinkan kesuksesan. Kesuksesan bisnis atau kesuksesan militer pada umumnya bukanlah hasil yang menyenangkan dari strategi yang tidak disengaja, melainkan kesuksesan adalah produk dari kedua perhatian yang terus menerus terhadap perubahan kondisi eksternal dan internal, formulasi dan implementasi telah mengadaptasi wawasan terhadap kondisi-kondisi tersebut. Elemen dari kejutan memberikan keunggulan kompetitif yang besar baik dalam strategi militer maupun strategi bisnis; informasi sistem yang menyediakan data strategi dan sumber daya lawan atau pesaing juga sangat penting.
Tentu saja, perbedaan mendasar antara strategi militer dan strategi bisnis adalah strategi bisnis itu strategi dirumuskan,
496 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
dilaksanakan, dan dievaluasi dengan asumsi persaingan, sedangkan strategi militer didasarkan pada asumsi konflik. Meskipun demikian, konflik militer dan persaingan bisnis sangat mirip sehingga banyak teknik pengelolaan strategis berlaku sama untuk keduanya. Ahli strategi bisnis memiliki akses ke wawasan berharga yang telah dimurnikan oleh para pemikir militer yang luar biasa. Perumusan dan penerapan strategi yang unggul dapat mengatasi keunggulan lawan dalam jumlah dan sumber daya.
Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa konsep dasar strategi bisnis sebenarnya berasal dari strategi militer untuk memenangkan perang, yang dalam bisnis bertujuan untuk memenangkan bisnis dari persaingan, merebut pasar dan meningkatkan pertumbuhan. Jika dalam militer menaklukkan musuh, mempertahankan posisi, memperluas teritorial (daerah) sebagai misi utama, maka dalam bisnis tujuan utamanya mengalahkan pesaing, mempertahankan dan memperluas pangsa pasar.
Secara filosofi, analogi antara bisnis dan militer menunjukkan kesamaan yang relatif, top management perusahaan dalam menyiapkan strategi bisnis berperilaku seperti perwira tinggi militer dalam menyiapkan strategi perang. Manajer bisnis mengadopsi tingkah laku perwira militer. Guna mempertahankan pasar, perusahaan harus “berperang” atau “bersaing”. Jika operasi militer umumnya dibentuk bagian atau divisi dengan fungsinya, seperti Staf Personil, Staf Intelijen dan Perencanaan Operasi, Divisi Infanteri, maka dalam organisasi bisnis (perusahaan) ditunjukkan adanya Departemen, Biro/Bagian atau Divisi Sumber Daya Manusia (Human Capital), Divisi Research & Development (R&D), Divisi Produksi/Operasi, Divisi Keuangan (Finance), Divisi Pemasaran (Marketing), Bagian Logistik dan lain-lain.
Pada tataran militer, prosedur operasi pada umumnya telah dibakukan (standardisasi). Pun di bisnis, seperti: Standard Operating Procedures (SOP). Bahasa yang digunakan dalam strategi militer telah banyak diadopsi dalam bisnis, seperti penggunaan terminology Visi, Misi, Strategi, Sales Force, Perang Pasar, Perang harga, dll. Lahirnya strategi bisnis, secara filosofi terlihat dari adanya Faham Taylor (Taylorism), yang memisahkan
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 497
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
antara decision dengan execution. Pengambilan keputusan dipisah antara Principal atau pemilik modal (CEO, Owner) dan Agent atau functional manager. Principal bertanggung jawab atas kinerja seluruh organisasi atau bagian organisasi yang mandiri, sedangkan Agent bertanggung jawab atas fungsi tertentu dengan wewenang melaksanakan kegiatan tertentu. Hal ini berbeda dengan strategi militer yang lebih mengutamakan dominasi jenderal dalam pengambilan keputusan. Dengan kata lain, bahwa dalam strategi bisnis efisiensi sangat dibutuhkan daripada prudensi. Strategi bisnis tidak dalam tataran hidup dan mati seperti strategi militer, namun lebih kepada kompetisi.
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan. Pebisnis, baik seorang manajer maupun pemilik perusahaan telah banyak mengaplikasikan strategi militer ke dalam sistem persaingan bisnis. Keputusan yang dibuat dan diimplementasikan secara kasat mata, hal ini sangat mustahil untuk dilakukan, banyak nilai dasar dan elemen-elemen yang berbeda pada aspek militer dan bisnis. Namun, faktanya ditunjukkan oleh pemikiran Sun Tzu dan Clausewitz menjadi mengemuka dan banyak diaplikasikan dalam dunia bisnis. Penjelasan transformasi strategi militer menuju bisnis dapat dilihat dari teori positioning-nya, yakni menerapkan nilai-nilai strategi militer ke dalam ranah bisnis. Michael Porter berhasil menguak adanya kesamaan yang terdapat pada strategi militer dan strategi militer yakni dalam filosofi manajemen, yang memuat nilai-nilai untuk membuat keputusan yang tepat dan meraih kemenangan dalam situasi persaingan.
Pemahaman mengenai transformasi nilai dalam strategi militer yang telah banyak diterapkan dalam ranah bisnis, ditunjukkan oleh penerapan pemikiran Sun Tzu dan Clausewitz dan teori positioning dari Michael Porter yang diikuti oleh pemikir strategi lainnya yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pemikiran mereka sangat mendominasi pada transformasi strategi militer ke dalam praktik bisnis, yakni tentang strategi
498 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
mengalahkan musuh dalam perang. Dengan kata lain, teori positioning dari Porter telah menjadi bukti adanya transformasi dari strategi militer menuju strategi bisnis. Cara yang dilakukan untuk mentransformasikan strategi militer menuju bisnis adalah mencari nilai utama dari strategi militer yang dijadikan indikator, seperti arena, pola persaingan, instrumen, aktor, dan tujuan, kemudian dirubah dan diaplikasikan ke dalam strategi bisnis.
Strategi bersaing dalam perspektif militer maupun dalam perspektif bisnis, tentu tak luput bahasan tentang berakhirnya Perang Dingin menciptakan ketidakpastian di Kawasan Asia Pasifik, yang sangat berkaitan dengan pola hubungan antar negara serta peran dan intensitas mereka di masa depan. Isu keamanan regional masih diliputi oleh konflik potensial, seperti klaim teritorial dan ketegangan militer peninggalan era tersebut. Konflik potensial tersebut dalam derajat tertentu menimbulkan krisis yang mengan-cam stabilitas keamanan kawasan dan Indonesia. Meskipun secara geografis terjadi jauh dari wilayah Indonesia, beberapa krisis di antaranya membawa dampak terhadap Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung. Generalisasi fenomena keamanan kawasan yang menonjol adalah isu terorisme, ancaman keamanan lintas negara, dan konflik komunal. Sementara itu, dalam skala terbatas, di beberapa negara masih terdapat konflik antar negara yang berbasis pada klaim teritorial.
Salah satu isu keamanan regional yang masih mengemuka adalah konflik antar negara yang berkaitan dengan klaim teritorial. Isu yang menonjol antara lain perselisihan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan, permasalahan di Semenanjung Korea, Konflik antara Lebanon dan Israel, masalah perdamaian Israel dengan Palestina, serta persoalan Cina-Taiwan. Di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya, klaim tumpang tindih perbatasan di kawasan Laut Cina Selatan tidak terlalu mengemuka pada saat ini. Namun, klaim ini tetap menjadi potensi konflik yang dapat melibatkan beberapa Negara
Selain potensi konflik antar negara, isu menonjol lain adalah konflik dalam negeri yang berdimensi vertikal dan horizontal, yang masih terjadi di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara. Ancaman keamanan lintas negara, seperti terorisme, perompakan bersenjata, penangkapan ikan secara ilegal,
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 499
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
merupakan isu keamanan kawasan yang sedang mengemuka. Di samping itu, terdapat pula konflik internal yang berbasis SARA, separatisme, dan radikalisme yang anarkis di beberapa negara di kawasan dan sekitarnya. Indonesia berada dalam kawasan yang kondisinya relatif mengalami isu-isu keamanan seperti disebutkan di atas. Indonesia tidak mungkin dapat hidup tenang dalam kawasan yang mengalami konflik karena dapat terkena limbah konflik, seperti gelombang pengungsian, peredaran senjata gelap, dan pelintasan perbatasan secara ilegal.
Dengan demikian, strategi militer merupakan susunan perencanaan untuk melancarkan sebuah peperangan, yang di dalamnya termasuk penyusunan bala tentara, pelancaran operasi militer, dan siasat penipuan musuh, untuk meraih kemenangan demi kepentingan politik. Sementara taktik militer merupakan teknik dan perencanaan penyusunan unit-unit militer untuk mengalahkan lawan dalam pertempuran. Hal yang tidak dapat dapat dipungkiri bahwa konsep dasar strategi bisnis berasal dari strategi militer untuk memenangkan perang. Dalam bisnis tujuan adalah untuk memenangkan bisnis dari persaingan, merebut pasar dan meningkatkan pertumbuhan.
Strategi bersaing memiliki dimensi yang bervariasi, sebut saja strategi kepemimpinan harga/biaya (strategy of cost Leadership), strategi diferensiasi (strategy of differentiation), strategi fokus (strategy of focus), strategi cepat (strategy of speed), dan Strategi fleksibilitas (strategy of flexibility).
Porter menggambarkan tiga strategi generik yakni: Cost Leadership, Differentiation, dan Focus. Masing-masing strategi tersebut dimaksudkan untuk memberikan basis dalam memelihara keunggulan kompetitif pada konteks lingkungannya. Keberhasilan implementasi masing-masing strategi melibatkan hal yang berbeda tentang sumber daya dan skill, tatanan organisasi, dan sistem pengendalian. Lebih lanjut strategi dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu Strategi Bersaing (Competitive Strategy) dan Strategi Kemitraan (Cooperative Strategy). Strategi bersaing berfokus pada peningkatan posisi bersaing produk dan jasa dalam segmen atau industri tertentu. Sedangkan strategi kooperatif berfokus pada bagaimana meraih kompetitor atau para pesaing dalam bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan
500 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
pelanggannya. Namun demikian strategi bersaing dapat dilakukan dengan cara tiga hal, yaitu: low cost strategy atau lebih dikenal dengan strategi kepemimpinan biaya, strategi diferensiasi (differentiation), dan speed based strategy (kecepatan kapabilitas internal dalam memenuhi tuntutan pasar), yakni kemampuan perusahaan dalam memenuhi tuntutan pasar secara lebih cepat dibandingkan dengan pesaing. Kecepatan dalam memenuhi tuntutan pasar tersebut harus diikuti oleh pengembangan kapabilitas organisasi dan pengembangan teknologi.
Strategi yang dikembangkan oleh Bradley adalah strategi bersaing berbasis waktu. Strategi bersaing berbasis waktu ini terdiri dari kecepatan (speed) memasarkan produk baru ke pasaran dan meningkatkan fleksibilitas (flexibility) untuk menawarkan ke lebih banyak pelanggan dengan pengiriman barang dan jasa yang lebih cepat. Fleksibilitas (Flexibility) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok. Fleksibilitas membutuhkan kemampuan memahami dan menghargai pandangan yang berbeda dan bertentangan mengenai suatu isu, menyesuaikan pendekatannya karena suatu perubahan situasi dan dapat menerima dengan mudah perubahan dalam organisasinya.
Banyak faktor yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah strategi, termasuk strategi bersaing, sebut saja peran multiperan manajer, baik dalam makna manajer dalam konteks entitas bisnis maupun manajer dalam konteks satuan atau komandan dalam militer. Dimana peran manajer tidak hanya melaksanakan kegiatan administratif yang berkaitan dengan bagian personalia saja tetapi menjadi fungsi yang bersifat strategik, yaitu bagaimana membuat dan mengeksekusi atau melaksanakan strategi, bagaimana melakukan efisiensi administratif, bagaimana menjadi pendorong karyawan unggul yang berkontribusi pada organisasi, dan bagaimana teknik untuk berlangsungnya atau berjalannya perubahan. Dengan kata lain, Multiperan manajer merupakan sumber kapabilitas internal organisasi yang dapat menciptakan atau menjadikan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya menjadi sumber keunggulan organisasi.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 501
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
BAGIAN KEEMPAT: DIMENSI STRATEGI BERSAING
Kriteria peran sumber daya manusia ini berbeda-beda menurut fokus, aktifitas, waktu, dan penciptaan nilai. Sehingga multiperan manajer sebagai peran baru dalam manajemen sumber daya manusia adalah sebagai hasil proses repositioning seperti: business person meliputi: praktisi sumber daya manusia, partisipasi dalam bidang keuangan dan operasional, rotasi posisi antar fungsi sumber daya manusia dan fungsi lain. Shaper of change meliputi: partisipasi tim atas perubahan, melakukan penelitian, dan partisipasi aktif pembentukan misi dan tujuan perusahaan. Consultant to organizer or partner to line seperti: aktif dalam konsorsium, penyiapan proposal dan partisipasi dalam sistem komputerisasi. Strategy formulator and implementer seperti: mengerti strategi bisnis, orientasi bisnis secara strategis. Manajer talenta, dan kemampuan/kekayaan manajer dan pengawas biaya. Hal tersebut menggambarkan bahwa multiperan manajer sebagai kapabilitas SDM dapat membantu perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dengan praktik-praktik manajemen sumber daya manusia dan mendorong fokus pada pelanggan. Dengan demikian, Multiperan Manajer diharapkan dapat membantu perusahaan untuk menjawab dalam mencapai keunggulan bersaing bagi perusahaan melalui SDM-nya, yaitu berperan: sebagai Mitra Strategis, sebagai Ahli Administrasi, sebagai Pendorong Karyawan Unggul, dan sebagai Agen Perubahan.
Dengan demikian, konsep strategi bersaing yang dimaknai sebagai strategi yang cocok untuk kondisi dan keadaan yang dihadapi bisnis atau usahanya saat ini, dapat diintegrasikan atau sendiri-sendiri tergantung kebutuhan dan perkembangan pasar atau konsumen yang menjadi bisnis utama (core business) nya.
502 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Agarwala, Tanuja. 2002. Innovative Human Resource Practices and Organizational Commitment: An Empirical Investigation. International Journal of Human Resource Management, Vol. 4. No. 2, pp. 175-197.
Al-Ajini, R. 2006. The Effect of Gender on Job Satisfaction and Organizational Commitment in Kuwait. International Journal of Management, Vol. 23. No. 4, pp. 838-844
American Psychological Association. 2010. Publication Manual of American Psychological Association. 6th Edition. Washington DC: American Psychological Association.
Amoako-Gyampah, Kwasi, Acquaah, Moses, 2008. Manufacturing strategy, competitive strategy and firm performance: An empirical study in a developing economy environment. International Journal Production Economics 111 (2008) 575–592.
Armstrong, Michael, 2010. Handbook of Strategic Human Resource Management: A Guide to Action. 11th Edition London: Hogan Page.
Armstrong, Richard N. 1994. Red Army Tank Commanders: The Armored Guards. Atglen, Penn.: Schiffer Military History.
Baker, Michael And Susan Hart. 2007. Product Strategy And Management. New York. FT Prentice Hall.
Barney, Jay B., and Deleyn N. Clark. 2007. Resource-Based Theory: Creating and Sustaining Competitive Advantage. New York: Oxford University Press.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 503
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Barney, Jay B., and William S. Hesterly. 2012. Strategic Management and Competitive Advantage: Concept and Cases. 4th Edition. USA: Pearson.
Baye, Michael R. 2010. Managerial Economics and Business Strategy. New York: McGraw-Hill.
Beatty, Richard W., 1989. Competitive Human Resource Advantage Through the Strategic Management of Performance. Human Resource Planning. Vol. 12 No. 3. pp 179-194.
Becker, Brian E, Mark A. Huselid, and Dave Urlich, 2009. The HR Scorecard: Linking People, Strategy, and Performance. USA: Harvard College.
Becker, Brian E, Mark A. Huselid, and Dave Urlich, 2009. The HR Scorecard: Linking People, Strategy, and Performance. USA: Harvard College.
Beer, Michael, Bert Spector., Paul R. Lawrence., D. Quinn Mills., and Richard E. Walton, 1985. Human Resource Management: A General Manager’s Perspective, Text and Cases. New York: Free Press A Division of Macmillan, Inc.
Bell, Martin, Bruce Ross-Larson, and Larry Westphal (1984). Assessing the Performance of Infant Industries. Journal of Development Economics 16 (September-Oktober).
Bender, Ruth and Keith Ward. 2009. Corporate Financial Strategy. 3rd edition. New York: Butterworth-Heinemann
Bernardin, H. John and Jouce E. A. Russel. 2013. Human Resource Management: An Experiential Approach. 6th Edition. New York: McGraw-Hill.
Bradley, Frank, 2005. Strategic Marketing: in the Customer Driven Organization. England: John Wiley & Sons Ltd.
Brandon, Charles H & Ralph E. Drtina. 1997. Management Accounting; Strategy and Control. Canada: Mc. Graw-Hill Companies, Inc.
504 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Buku Manual Angkatan Darat Amerika Serikat (FM-3-0) Operasi Militer (bagian 4-32 ke 4-39)
Burgelham, R.A. 1996. A Process Model of Strategic Business Exit: Implication for an Evolutionary Perspective on Strategy. Strategic Management Journal. pp. 193-214.
Burkholder, Nicholas C, Scott Golas, and Jeremy Shapiro. 2007. Ultimate Performance: Measuring Human Resources at Work. John Wiley & Son, Inc.
Byars, Lloyd L., and Leslie W. Rue. 2008. Human Resource Management. 9th Edition. New York: McGraw-Hill.
Çakar, N.D. and Erturk, A., 2010. Comparing Innovation Capability of Small and Medium-Sized Enterprises: Examining Effects of Organizational Culture and Empowerment. Journal of Small Business Management, pp 325-359.
Cameron, Kim S., and Robert E. Quinn. 2006. Diagnosing and Changing Organizational Culture: Based On The Competing Values Framework. Revised Edition. USA: Jossey-Bass.
Carlson, D. S., Kacmar, K. M., Wayne, J. H., and Grzywacz, J. G. 2006. Measuring The Positive Side of The Work–Family Interface: Development and validation of a work–family enrichment scale. Journal of Vocational Behavior, 68, 131–164.
Carpenter, Stanley D. M., 2005. Military Leadership in the British Civil Wars, 1642-1651: The Genius of This Age, Routledge,
Carton, Robert B., and Charles W. Hofer, 2006. Measuring Organizational Performance. USA: Edward Elgar Publishing Limited.
Cascio, W.F., 2013. Managing Human Resources: Productivity, Quality Work of Life, Profit. 9th Edition New York: McGraw-Hill.
Casper, W. J., and C. M. Harris, 2008. Work-life Benefits and Organizational Attachment: Self-Interest Utility and
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 505
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Signaling Theory Models. Journal of Applied Psychology, Vol. 92, pp. 28–43.
Castex, R. 1994. Strategic Theories; Selections diterjemahkan oleh Eugenia C. Kiesling. Annapolis, MD: Naval Institute Press, p. xl.
Catton, Bruce., 1971. The Civil War. New York: American Heritage Press.
Chalboub, Michel Soto., 2010. Innovation Management and Thought Leadership – A Cultural Requirement in a Global Competitive Environment. The Journal of American Academy of Business, Cambridge, Vol. 16., No. 1.
Chaliand, Gérard, 1994. The Art of War in World History: From Antiquity to the Nuclear Age, California: University of California Press.
Chaliand, Gérard, The Art of War in World History: From Antiquity to the Nuclear Age, University of California Press, 1994.
Chong, Vincent K, and Kar Ming Chong. 1997. Strategic Choices, Environmental Uncertainty and SBU Performance: A Note on the Intervening Role of Management Accounting Systems. Accounting and Business Research. 27(4):268-276
Collier, D. 1985. ‘Linking business and technology strategy’, Planning Review, pp.28-44.
Cooper, R. 1987. Defining The New Product Strategy. IEEE, Transaction on Engineering Management, EM-34. pp. 184-193.
David, F. R. 1985. How Do We Choose Among Alternative Growth Strategies? Managerial Planning, 33 (4), 111-l 7, 22.
David, F. R., 1983. QSPM: a quantitative approach to strategy formulation. Proceedings of a Southern Management Association Meeting, pp. 16-18.
506 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
David, Fred R., Forest R. David. 2015. Strategic Management: Concept and Cases. 15th Edition. New York: Pearson-Always Learning.
Davis, A. L and Rothstein, H. R. 2006. The Effects of The Perceived Behavioral Integrity of Managers on Employee Attitudes: A Meta-Analysis. Journal of Business Ethics, 67: 407-419.
De Janasz, Suzana C., Karen D. Dowd, and Beth Z. Seneider, 2009. Interpersonal Skill in Organizations. 3rd Edition. New York: McGraw-Hill.
Demsetz, Harold, and Kenneth Lehn, 1985, The Structure of Corporate Ownership: Causes and Consequences, Journal of Political Economy 93, 1155-1177.
Dess, Gregory D., G.T. Lumpkin, Alan B. Eisner, and Gerry McNamara. 2014. Strategic management: Text and Cases. 7th Edition. McGraw-Hill.
Dessler, Gary. 2017. Human Resource Management: Global Edition. 15th Edition. Prentice Hall.
Dezoort, F.T. dan S. Salterio, 2002, The Effects of Corporate Governance Experience and Financial Reporting and Audit Knowledge on Audit Committee Members' Judgments. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 21 (Fall): Forthcoming.
Dhalman, Carl, dan Larry Westphal, 1982. Technological Effort in Economic Development-An Interpretive Survey of Recent Research. World Bank Reprint Series No.263. Washington D.C.: World Bank
Diamond, Harried and Linda Eve Diamond, 2010. Perfect Phrases for Motivating and Rewarding Employees. 2nd New York: MacGraw-Hill.
Dollard, Maureen and Arnold B Bakker. 2010. Psychosocial Safety Climate as a Precursor to Conducive Work Environments, Psychological Health Problem, and Employee Engagement. Journal Occupational and Organizational Psychology. Vol. 83., Issue. 3, p. 579.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 507
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Douglass, Jr. Joseph D. 1980. Soviet Military Strategy in Europe. New York: Pergamon Policy Studies.
Dunne, Danielle D, Shanthi Gopalakrishnan, Joanne L. Scillitoe. 2009. An Empirical Study of The Impact of Firm Resources on Alliance Governance Structures. Journal of Engineering and Technology Management. Num., 26, p. 181–195.
Duserick, F., Huang, W., and Dai, Z. 2006. Structural Equation Modelling For Evaluating Employee Satisfaction. Competition Forum, 4 (2): 395-404
Duserick, F., Huang, W., and Dai, Z. 2006. Structural Equation Modelling For Evaluating Employee Satisfaction. Competition Forum, 4 (2): 395-404
Dwight D. Eisenhower., 1972. Strategies and military policy, national security, and strategic Issues global and regional. The US Army War College Strategic Studies Institute.
Endres, G.M dan Smoak, L.M. 2008. The Human Resource Craze: Human Improvement and Employee Engagement. Organization Development Journal, Vol. 26, No. 1
Farrel, Mark A., 2000. Developing a Marked Oriented Learning Organization. Australian Journal of Management, Vol. 25, No. 2., pp. 237-242
Farr-Wharton, R., and Brunette, Y. 2007. Organizational Relationship Quality And Service Employee Acceptance of Change in SMEs: A social exchange perspective. Journal of Management and Organization, 13:114-125.
Faulkner, David, dan Cliff Bowman, 1997. The Essence of Competitive Strategy. (Diterjemahkan Oleh: Endang Sih Prapti). Yogyakarta: Andi.
Ferris, D., H. Lian, D. Brown, F. Pang, and L. Keeping. 2010. Self-Esteem and Job Performance: The Moderating Role of Self-Esteem Contingencies. Personnel Psychology. Vol. 63. No.3, pp. 561-593.
508 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Feruniak, Geoffey S. 2008. The Promise of Quality of Life. Journal of Employment Counseling. June 2008. Vol. 45, pp.50-75.
Fisher, C.D., L.F. Schoenfeldt, dan J.B. Shaw, 2006. Advanced Human Resource Management. Boston, MA: Houghton Mifflin Customer Publishing.
Fisher, C.D., Schoenfeldt, L.F., dan J.B. Shaw, 2006. Advanced Human Resource Management. Boston, MA: Houghton Mifflin Customer Publishing.
Fisher, Cynthia D., Lyle F. Schoenfeldt, and James B. Shaw., 1993. Human Resource Management. Second Edition. USA: Houghton Mifflin Company.
Fisher, Lawrence M., 1998. The Innovation Incubator Technology Transfer at Stanford University. Strategy & Business. Fourth Quarter 1998. Boston: Booz Allen and Hamilton. pp. 76-85.
Forum Human Capital Indonesia, 2007. Excellent People: Pemikiran Strategik mengenai Human Capital Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Foster, R. 1986. Working The S-Curve-Assessing Technological Threats, Research Management, 29 (4), pp. 17-20
Franko, L.R. 1989. ‘Global corporate competition: Who’s winning, who’s losing, and the R&D factor as one reason why’, Strategic Management Journal, 10, pp. 449-474.
Galliers, Robert D., and Dorothy E. Leidner. 2003. Strategic Information Management: Challenges and strategies in managing information systems. New York: Butterworth-Heinemann.
Garavan, T. N., Morley, M., Gunnigle, P., & Collins, E. (2001). Human Capital Accumulation: The Role Of Human Resource Development. Journal of European Industrial Training, 25(2/3/4), 48-68.
Gardner, T.M., Moynihan, L.M. and Wright, P.M. 2007. The Gardner, T.M., Moynihan, L.M. and Wright, P.M. 2007. The Influence
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 509
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
of Human Resource Practices and Collective Affective Organizational Commitment on Aggregate Voluntary Turnover, Ithaca, NY: Cornell University.
Gartner, Scott Sigmund, 1999. Strategic Assessment in War, Yale University Press.
Ghosh, Samir and Subrata Mukherjee, 2006. Measurement of Corporate Performance Through Balanced Scorecard: an Overview. Vidyasagar University Journal of Commerce, 113.
Gibson, James L., John M Ivancevich, and James H. Donnelly, Jr., 2012. Organizations: Behavior, Structure, Processes. 14th Edition. New York: McGraw-Hill.
Glantz, David M. 1991. Soviet Military Operational Art: In Pursuit of Deep Battle. London; Portland,
Gong, Y, K.S.., Song Cheng, and Sio-Yin Cheng, 2010. High Performance Work System and Collective OCB: a Collective Social Exchange Perspective. Human Resource Management Journal. Vol. 20, No. 2. pp. 119-137.
Gonzalez, J. V., and T. G. Garazo, 2006. Structural Relationship Between Organizational Service Orientation, Contact Employee Job Satisfaction and Citizenship Behavior. International Journal of Service Industry Management, 17 (I): 23-50
Gordon, J. R., K. S. Whelan-Berry and E. A. Hamilton, 2007. The Relationship Among Work–Family Conflict and Enhancement, Organizational Work–Family Culture, and Work Outcomes for Older Working Women. Journal of Occupational Health Psychology, 12, 350–364.
Gow, Glenn, 2011. Gaining Competitive Advantage How Companies win Against Market Leaders. www.crimson-counsulting.com, diakses April 2017.
Grattan, Robert F. 2009. The Origins of Air War The Development Of Military Air Strategy In World War 1. London: Tauris Academic Studies.
510 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Colin S., 2002. Strategy For Chaos: Revolutions in Military Affairs and the Evidence of History. USA: Frank Cass Publishers.
Greenhaus, J. H., and G. N. Powell, 2006. When Work and Family are Allies: A Theory of Work–Family Enrichment. Academy of Management Review, 31, 72–92.
Greis, Noel P., 1995. Technology Adoption, Product Design, and Process Change: A Case Study in the Machine Tool Industry. Journal Transaction on Engineering Management, Vol. 42 No. 3 Agustus 1995. pp. 192-202.
Guthrie, J.P., Spell, C.S., and Nyamori, R.O. 2002. Correlates and consequences of high involvement work practices: the role of competitive strategy, International Journal of Human Resource Management, 13: 1, pp. 183–197
Hadi, Bambang Kismono, 2015. Arah Perkembangan Industri Pertahanan. Indonesia Teknologi: Info Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bangsa Indonesia. http://abarky.blogspot.com/ 2015/06/arah-perkembangan-industri-pertahanan.html., [diakses: 06/06/2015].
Hahn, William and Powers, Thomas L. 2010. Strategic Plan Quality, Implementation Capability, and Firm Performance. Academy of Strategic Management Journal, Volume 9, Number 1, The University of Alabama at Birmingham.
Hall, Brandley W. 2008. The New Human Capital Strategy: Improving the value of Your Most Important Investment – year after year. New York: American Management Association.
Halme, M.. & Huse, M., 1997. “The Influence of Corporate Governance, Industry and Country Factors on Environmental Reporting”. Scandinavian journal of Management, 13 (2): 137-157.
Halrynjo, Sigtona, 2009. Men’s Work-Life Conflict: Career, Care and Self Realization: Patterns of Privileges and Dilemmas.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 511
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Gender, Work and Organization. Vol. 16, Num. 1, pp. 100-125
Hamel, G., and Prahalad, C.K., 1990. The Core Competence of the Corporation. Harvard Business Review May-Juni 1993. pp. 79-91.
Hamel, G.H. and Prahalad, C.K. 1994, Competing for the Future, Boston, MA: Harvard Business School Press.
Hanson, G. C., Hammer, L. B., and Colton, C. L. 2006. Development and Validation of A Multidimensional Scale of Perceived Work–Family Positive Spillover. Journal of Occupational Health Psychology, 11, 249–265.
Hao Ma. 2000. Competitive Advantage and Firm Performance, Competitiveness. Review, Vol. 10 (2), pp. 15-32.
Harter, J.K., Schmidt, F.L., and T.L. Hayes, 2010. Business-Unit Level Relationship Between Employee Satisfaction, Employee Engagement, and Business Outcomes: A Meta-Analysis. Journal of Applied Psychology, Vol.87, pp.268-79
Harvey, Don, and Robert Bruce Bowin, 1996. Human Resource Management: An Experiential. New Jersey: A Simon & Schuster Company.
Hasibuan, Bachtiar. 2009. Pemanfaatan Produk Industri Pertahanan Indonesia untuk Meningkatkan Keutuhan dan Kedaulatan NKRI. Jurnal Intelejen dan Kontra Intelejen. Vol. V. No. 30., hal. 313-325.
Hauser, Beatrice. 2010. Long Term Trends and Early Maritime Strategy dalam The Evolution of Strategy-Thinking War from Antiquity to The Present. Cambridge University. Ch 8
Hauser, Betrice. 2010. Chapter 10: The World Wars and Their Lessons for Maritime Strategist dalam The Evolution of Strategy-thinking War from Antiquity to the Present. Cambridge University, Ch. 10
512 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Hitt, Michael A., Ireland, Duane. R., and Robert E. Hoskisson, 2015. The Management of Strategy: Concept and Cases. 11th Edition. Australia: South-Western.
Hofer, C. W. and D. Schendel, 1978. Strategy Formulation: Analytical Concepts, West St. Paul, Minnesota.
Holmes, S. A., Langford, M., Welch, 0. J., and Welch, S. T. 2010. Association Between Internal Controls and Organizational Citizenship Behavior. Journal of Managerial Issues, 14 (I): 85-99
House, Robert, Paul J. Hanges, Mansour Javidan, Peter W. Dorfman, and Vipin Gupta, 2010. Culture, Leadership, and Organizations: The Globe Study of 62 Societies. London: Sage Publication, Inc.
Iles, P. A., C. Mabey, and I. T. Robertson, 1990. HRM practices and employee commitment: Possibilities, pitfalls and paradoxes. British Journal of Management, 1, 147-157.
Ingham, Jon 2007. Strategic Human Capital Management: Creating Value Through People. Netherland: Butterworth-Heinemann.
Ireland, Duane. R., Robert E. Hoskisson, and Michael A. Hitt, 2013. The Management of Strategy: Concept and Cases. 10th Edition. Australia: South-Western.
Islam, Md. Zohurul dan Sununta Siengthai. 2009. Quality of Work Life and Organizational Performance: Empirical Evidence from Dhaka Export Processing Zone. This paper is prepared for the ILO Conference on ‘Regulating for Decent Work, to be held at the International Labour Office, Geneva.
Jaramillo, F., Nixon, R., & Sams, D. 2005. The effect of law enforcement stress on organizational commitment. Policing: An International Journal of Police Strategies & Management, Vol. 28 No. 2, p. 321-336
Jauch, Laurence R., William F. Glueck, 1998. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. (Alih Bahasa: Murad dan AR. Henry Sitanggang). Jakarta: Erlangga.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 513
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Gareth R., 2006. Organizational Theory: Text and Case. 4th Edition. New York: Addison-Wesley Publishing Company.
Kamukama, N., A. Ahiauzu, and J. M. Ntayi, 2011. Competitive Advantage: mediator of intellectual capital and performance. Journal of Intellectual Capital, 12(1), 152-164
Kaplan, Robert and Norton, David P. 1996. The Balanced Scorecard: Translating strategy into action. Boston Massachusetts, USA: The President and Fellows of Harvard College Harvard Business School Press.
Kardes, Frank R, Paul M. Herr, and Jacques Nantel. 2005. Applying Social Cognition To Consumer-Focused Strategy. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Kementerian Pertahanan RI. 2015. Fenomena Industri Pertahanan Indonesia. Jakarta: Kemhan.
Kementerian Ristek, 2006. Indonesia 2005-20025: Buku Putih, Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK Bidang Pertahanan. Jakarta: Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
Kementerian Ristek, 2008. Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Pertahanan RI.
Kessler, Robin, 2011. Competency Based Performance Reviews: Evaluasi Kinerja Karyawan untuk mencapai sasaran strategi organisasi. Jakarta: PPM
Kirkman, B. L., & Shapiro, D. L. 2001. The impact of cultural values on job satisfaction and organizational commitment in self-managing work teams: The mediating role of employee resistance. Academy on Management Journal, 44 (3): 557-569
Kisejerski, Val and Berna J. Skrypnek. 2008. Four Paths to Spirit at Work: Journeys of Personal Meaning, Fulfillment, Well-Being, and Transcendence Trough Work. The Career Development Quartely. Vol.56., pp. 319-329.
Kock, Richad, 2001. Strategy. New York: Prentice Hall.
514 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Kohli, A. K., and B. J. Jaworski 1990, Market-orientation: The Construct Research Propositions, and Managerial Implications, Journal of Marketing, Vol. 54, No. (2), pp. 01-18
Kotler., Philip and Kevon Lene Keller, 2009, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control, Englewood Cliffs: Prentice Hall International, Inc. A Division of Simon & Scuster.
Koys, D.J. 2007. The Effects of Employee Satisfaction, Organizational Citizenship Behavior, And Turnover on Organizational Effectiveness: A unit-level, longitudinal study. Personnel Psychology, 54 (I): 101-114
Kreitner, Robert, and Anggelo Kinicki. 2013. Organization Behavior. 10th Edition, New York; McGraw-Hall Inc.
Kuntjoroadi, Wibowo dan Nurul Safitri. 2009. Analisis Strategi Bersaing dalam Persaingan. Usaha Penerbangan Komersial. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Volume 16, Nomor 1, Jan—Apr, h. 45-52
Lambert, A. D., Marler, J. H., and Gueutal, H. G. 2008. Individual Differences: Factors Affecting Employee Utilization of Flexible Work Arrangements. Journal of Vocational Behavior, 73, 107–117.
Lind, Douglas A., William G. Marchal, and Samuell A. Wathen, 2015. Statistical Techniques in Business & Economics. New York: McGraw-Hill.
Lingle, John H. and William A Sciemann, 1996. From Balanced Scorecard to Is Measurement. American Management Association, Maret 1996. pp. 56-61.
Lundqvist, Lars and Lars Olof Persson. 1993. Visions and Strategies in European Integration: A North European Perspective. New York: Springer-Verlag.
Luthans, Fred, 2013. Organizational Behavior. 12th Edition, New York, McGraw-Hill International Editions.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 515
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Madalina, Brutu 2008. The Application of The Total Performance Scorecard (TPS) Process In The Sales Management. Journal of Vocational Behavior, 70, p.129-134
Mahan, Corbett, Douhet, Mitchell. 1999. Roots of Strategy: Book 4 Military Classics. Ritter Road Mechanicsburg: Stackpole Books.
Makhijani, Naresh., Krishnan Rajendran, and James Creelman, 2009. Managing Human Capital in Indonesia: Best Practices in Aligning People With Strategic Goals. Azkia Publisher.
Marcus, Alfred A. 2012. Management Strategy: Achieving Sustained Competitive Advantage. 2nd Edition. New York: McGrawa Hill.
Mardanov, I., J. Sterrett, and J. Baker., 2007. Satisfaction with Supervision and Member Job Satisfaction in Leader-Member Exchange: an Empirical Study in The Restaurant Industry. Journal of Applied Management and Entrepreneur ship, Vol. 12 No. 3, pp. 37-56
Matloff, Maurice, 1996. American Military History: 1775-1902, volume 1, Combined Books
McShane, Steven L., and Mary Ann Von Glinow, 2015. Organizational Behavior: Emerging Knowledge and Practice for The Real Word. 7th Edition. New York: McGraw-Hill.
Meadows, Martin. 2017. The Ultimate Focus Strategy: How to Set the Right Goals, Develop Powerful Focus, Stick to the Process, and Achieve Success.
Mello, Jeffrey A. 2015. Strategic Human Resource Management. 4th Edition. Australia: Changage Learning.
Michael, Hulsmanna, Jorn Grappa, Ying Lia. 2008. Strategic Adaptivity In Global Supply Chains-Competitive Advantage By Autonomous Cooperation. Int. J. Production Economics. Vol.114, p. 14-26
Miesing, P. 1983. Limitations of matrix models as a strategic planning tool, Managerial Planning, p. 42-45.
516 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Mikdashi, Zuhayr. 1993. Financial Strategies and Public Policies Banking: Insurance and Industry. New York: St. Martin's Press.
Mintzberg, H., and B. Austin, 1985. Strategy Formation in Adhocracy. Journal of Administrative Science Quarterly. pp. 160-197.
Mintzberg, Hendry., Bruce Ahlstrand, and Joseph Lampel, 1998. Strategy Safari: A Guided Tour Through the Wilds of Strategic Management. New York: The Free Press.
Mockaitis, Thomas R. and Paul B. Rich., 2005. Grand Strategy In The War Against Terrorism. London: Frank Cass.
Mondy, R. Wayne, and Judy Bandy Mondy. 2012. Human Resource Management. 12th Edition. England: Prentice Hall.
Nadler, P. 1989. “Technology strategy: Guide to the literature’. In R.S. Rosenbloom and R. A. Burgelman (eds), Research on Technological Innovation, Management and Policy. JAI Press, Greenwich, CT, pp. 1-25.
Napper, W. C. 1983. Tools for managing in mature operations, The Journal of Business Strategy, Summer, p. 90-96.
Newell, Roberto and Gregory Wilson. 2002. Corporate Governance: A premium for good governance. The McKinsey Quarterly. Number 3, p.20-23.
Newstrom, John W. 2015. Organizational Behavior: Human Behavior at Work. 14th Edition. New York: McGraw-Hill.
Noe, Raymond A., John R. Hollenbeck, Barry Gerhant, and Patrick M. Wright. 2015. Human Resource Management. 9th Edition. New York: McGraw-Hill.
O’Dowd, Edward C. 2007. Chinese Military Strategy in the Third Indochina War. New York: Routledge.
Pearce II, John A. and Richard B. Robinson., 2009. Competitive Strategy, Eleventh Edition. United States: McGraw Hill International Edition.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 517
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Pearce II, John A. and Richard B. Robinson., 2009. Competitive Strategy, Eleventh Edition. United States: McGraw Hill International Edition.
Pearce II, John A., Richard B. Robinson, Jr. 2011. Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control. 12th Edition. Boston: McGraw Hill Irwin.
Pearce II, John A., Richard B. Robinson, Jr. 2011. Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control. 12th Edition. Boston: McGraw Hill Irwin.
Pearce, J. A. II, 1982. Selecting Among Alternative Grand Strategies. California Management Review, Spring, p. 23-31.
Pearl, Mona. 2007. Creating a Competitive Edge: The Value of Cross-Industry Knowledge. Business Strategy Series. Vol. 8., No. 4, p. 254-261.
Pemerintah RI, 2010. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Jakarta: Kementerian Hum dan Ham RI.
Pemerintah RI, Kementerian Negara BUMN, 2015. Buku Profile & Performance BUMN: Rencana Strategis Kementerian BUMN 2014-1019. Jakarta.
Pemerintah RI., 1983. Kepres Nomor 59 Tahun 1083 tentang: Pembentukan Dewan Pembina dan Pengelola Industri Strategis dan Industri HANKAM. Jakarta: Biro Hukum dan HANKAM.
Pemerintah RI., 2012. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Jakarta: Lembar Negara Republik Indonesia.
Pemerintah RI., Kementerian Ristek, 2008. Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Pertahanan RI.
518 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah RI., 2002. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Industri Pertahanan. Negara. Jakarta: Kementerian Hum dan Ham RI.
Pemerintah RI., 2003. Kepres Nomor 7 Tahun 2008: Kebijakan Umum Pertahanan Negara. Jakarta: BPKP
Pemerintah RI., 2008. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Jakarta: Kementerian Hum dan Ham RI.
Pemerintah RI., 2008. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007. Tentang RPJPM 2005-2025. Jakarta: Kementerian Hum dan Ham RI.
Pemerintah RI., 2012. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Jakarta: Lembar Negara Republik Indonesia.
Pemerintah RI., 2015. Kementerian Pertahanan RI. 2015. Fenomena Industri Pertahanan Indonesia. Jakarta: Kemhan.
Political & Economic Risk Concultacy. 2015. Asian Intelligence: Perceptions of Corruption in Asia, the US and Australia http://www.asiarisk.com/subscribe/exsum1.pdf [diakses 2/10/2015]
Porter, Michael E., 1983. The Technological Dimension of Competitive Strategy. In R.S. Rosenbloom (ed), Research on Technological Innovation, Management and Policy, 1. JAI Press, Greenwich, CT, pp. 1-33.
Porter, Michael E., 1995. Green and Competitive. Harvard Business Review, pp 120-134.
Porter, Michael E., 1996. What Is Strategy?. Harvard Business Review. November-Desember 1996. pp. 61-78.
Porter, Michael., 2008. Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors, (Alih Bahasa: Lydon Saputra dan Sigit Suryanto, New York: The Free Press.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 519
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Porter, Michael, 1985. Competitive Advanted: Creating and Sustaining Superior Performance.
Porter, Michael, E. 1980. Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors. New York: Free Press.
Powell, T.C., 1992. Organizational Alignment as Competitive Advantage, Strategic Management Journal, 13 (2), pp. 119-128.
Price, Karl dalam Walker, James W., 1992. Human Resource Strategy. USA: Mc. Graw-Hill Inc.
Priester, Charles, and Jincheng Wang. 2010. Financial Strategies for the Manager. New York: Springer.
Rampersad, Hubert K., 2008. Total Performance Scorecard: Redefining Management to Active Performance with Ingrety. Copy Right Cetakan ke Dua. Jakarta: Gramedia.
Rampersad, Hubert K., 2006. Personal Balanced Scorecard: The Way to Individual Happiness, Personal Integrity, Organizational Effectiveness. USA: Information Age Publishing (AGE).
Rastogi, P. 2000. Knowledge management and intellectual capital: The new virtuous reality of competitiveness. Human Systems Management, 19(1), 39-49.
Rath, Sashibhusan. 1998. Human Resource Strategy for Next Millenium. Indian Management. Volume 37 No. 7 July 1998. pp. 73-76
Richard And Anna Linzer. 2008. Cash Flow Strategies Innovation In Nonprofit Financial Management. John Wiley & Sons.
Riggio, Ronald E., 2009. Introduction to Industry: Organizational Psychology. 5th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Robbins, Stephen P., 1990. Organizational Theory. 4th Edition, New Jersey: Prentice-Hall International Inc.
520 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P., and Timothy A. Judge., 2015. Organizational Behavior: Global Edition. 16th Edition. England: Pearson Education.
Roberts, R.G. dan Wolf M.Grant., 1983. Human Resources Strategy. Mc Graw Hill Company.
Robertson, I. T., P. A. Iles, Gratton, L., and D. Sharpley, 1991. The psychological impact of selection procedures on candidates. Human Relations, 44, 1963-1982.
Rose, Raduan Che, LooSee Beh, Jegak Uli and Khairuddin Idris. 2006. An Analysis of Quality Work of Life and Caree-Related Variables. American Journal of Applied Science. Vol. 3., No. 12, pp. 2151-2159.
Rothaermel, Frank T., 2013. Strategic Management: Concept and Cases. New York: McGraw-Hill.
Rowe, A. R. Mason and K. Dickel, 1982. Strategic Management & Business Policy: A Methodological Approach. Massachusetts: Addison-Wesley Reading,
Rusdin. 2015. Strategi Human Capital: Keunggulan Bersaing melalui Manusia. Bandung: UnpadPress.
Rusdin, 2002. Bisnis Internasional: Masalah, Teori dan Kebijakan. Bandung: Alfabeta
Samad, S. 2005. Unraveling The Organizational Commitment and Job Performance Relationship: Exploring The Moderating Effect of Job Satisfaction. The Business Review. Cambridge, Vol. 4. No.. 2, pp. 79- 84
Saraji, G. Nasl and H Dargahi. 2006. Study of Quality of Work Life. Iranian Journal Public Health. Vol. 35., No. 4., pp.8-14.
Schermerhorn, Jr., John R., James G. Hunt, and Richard N. Osborn. 2005. Organizational Behavior. 9th Edition. USA:John Wiley & Sons, Inc.
Schuler, Randall S. 1992. Strategic Human Resources Management: Linking the People with the Strategic Needs of the Business.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 521
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Organizational Dynamics. New York. Summer. Vol. 21, Iss. 1, pp. 15-18.
Semler, Ricardo, 2008. Revolusi Bisnis Abad 21. (Terjemahan: Tim Kaifa). Bandung: Mizan Pustaka.
Sherman, Herbert., Daniel J. Rowley and Barry R. Armandi. 2007. Developing A Strategic Profile: The Pre-Planning Phase of Strategic Management. Business Strategy Series. Vol. 8 No. 2.
Smith, Garry D., Danny R. Arnold, and Bobby G. Bizzell, 1991. Business Strategy and Policy. Boston: Houghton Mifflin Company.
Stewart, Thomas A., 1990. Why Budget Are Bad for Business. Fortune June 1990. pp. 179-190
Stoker, Donald, Kenneth J. Hagan and Michael T. McMaster. 2010. Strategy in the American War of Independence A global approach. USA: Routledge
Stringer, L. 2006. The Link Between the Quality of the Supervisor-Employee Relationship and the Level of the Employee's Job Satisfaction. Public Organizational Review, Vol. 6, pp. 125-142
Sun, L.Y., Aryee, S. and Law, K.S. 2007. High-Performance Human Resource Practices, Citizenship Behaviors and Organizational Performance: A Relational Perspective. Academy of Management Journal. Vol. 50. No. 3, pp. 558–577.
Suryohadiprojo, Sayidiman. 2008. Pengantar Ilmu Perang. Pustaka Intermasa.
Teeratansirikool, Luliya & Siengthai, Sununta. 2010. Competitive strategy, performance measurement and organizational performance: empirical study in Thai listed companies. Thailand: Asian Institute of Technology and a lecturer, Prince of Songkla University.
522 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Tomes , Robert R. 2007. US Defense Strategy from Vietnam to Operation Iraqi Freedom. USA: Routledge.
Tony Grundy, 1995. Strategi Perusahaan: Corporate Strategy and Financial Decisions (Alih bahasa: Soesanto Boedidarmo). Jakarta: Elex Media Komputindo.
Torlak, 0., and U. Koc, 2007. Materialistic Attitude as an Antecedent of Organizational Citizenship Behavior. Management Research News. Vol. 30 No. 8, pp. 581-596.
Tourangeou, Kevin W., 1981. Strategy Management: How to Plan, Execute, and Control Strategic Planes for Your Business. New York: Mc Graw-Hill.
Ulrich, Dave and Jill Conner. 1996. Human Resource Roles: Creating Value, Not Rhetoric. Journal of People and Strategy.
Ulrich, Dave. 2008. Human Resource Champions. United States of America: Harvard Business School Press.
Urlich, Dave. 2008. Human Resource Champions: The Next Agenda for Adding Value and Delivering Results.
Visidata Riset Indonesia, 2009. Anatomi dan Konglomerasi BUMN di Indonesia. Jakarta: VRI Market Research & Feasibility Studies.
Visidata Riset Indonesia, 2010. Privatisasi BUMN. Jakarta: VRI Market Research and Feasibility Studies.
Walker, J.W. 1994. Integrating the human resource function with the business. Human Resource Planning 17:2, 59-77.
Walker, James W. 2011. Human Resource Strategy. New York: McGraw Hill in Series Management.
Walton, R.E., Criteria for Quality of Working Life. Dalam Rose, Raduan Che, LooSee Beh, Jegak Uli and Khairuddin Idris. 2006. An Analysis of Quality Work of Life and Caree-Related Variables. American Journal of Applied Science. Vol.3., No.12, pp.2151-2159.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 523
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Wang, Yau De and Han Jen Niu. 2010, Multiple Roles of Human Resource Department in Building Organizational Competitiveness - Perspective of Role Theory. International Management Review Journal. Vol. 6 No. 2.
Ward, Keith, 1996. Strategic Management Accounting. British-Oxford: Butterworth-Heinemann.
Wegener, W. 1989. The Naval Strategy of the World War; diterjemahkan oleh Holger H. Herwig. Annapolis, MD: Naval Institute Press, p. 188
Wheelen, Thomas L. J. David Hunger, Alan N. Hoffman, and Charles E. Bamford. 2015. Strategic Management and Business Policy: Globalization, Innovation, and Sustainability. Global Edition, 14th Edition. England: Pearson Education Limited.
Wilden, Anthony, 1987. Man and Woman, War and Peace: The Strategist's Companion, Routledge.
Wiley, C. 1992. A comprehensive view of roles for human resource managers in industry today. Industrial Management, November/December, 27-29
Zahra, Shaker A. and Jeffry G. Covin., 1993. Business Strategy, Technology Policy and Performance. Strategic Management Journal. Vol. 14. 1993. pp. 451-478.
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyatakan dengan bersyukur
(Al Qur'an, surat Al Dhuha 93: 11)
524 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Arief Prayitno, lahir di Cirebon, 16 April 1963. Menyelesaikan Sarjana (S.IP-S1) pada Program Studi
Ilmu Administrasi Publik (S1) Universitas Terbuka, 2004 dan Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi
Ilmu Hukum (SH-S1) Universitas Slamet Riyadi
Surakarta, 2005. Program Magister Humaniora (M.Hum-S2), konsentrasi Hukum Bisnis pada
Universitas Gajah Mada, 2007. Program Doktoral (S3) pada Program Studi Ilmu Administrasi, Konsentrasi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas
Padjadjaran, 2017.
Pendidikan Militer diselesaikan: AKMIL (1986) SUSSARCAB IF (1986), DIKLAPA I IF (1990), SUSPA INTEL (1993), DIKLAPA II IF
(1996), SUSJAB INTEL (1997), SESKOAD (2000), SUSDANYON (2000), SUSPAINTEL STRAT (2005), K I B I (2006). Karir Militer dimulai pada
DANYONIF 408/SBH REM 074/WR1 (2000), PABANDYALAT SOPSDAM IV/DIP (2001), PABANDYA MIN INTEL SINTELDAM IV/DIP (2001),
DANDENINTELDAM IV/DIP (2001), DANDIM 0715/KENDAL REM
073/MKT (2001), PBDYA Il/ANEV & DATA SPAMAD (2005), ASINTEL KASDIVIF 1 KOSTRAD (2008), ASINTEL KASDAM IU/SLW (2008),
PAMENDAM III/SLW (2010), STAF AHLI DAM III/SLW BID. OSMP (2017). Selain aktif di Militer, juga menjadi Dosen Tetap pada
Universitas Pertahanan (2016 s/d Sekarang) dengan Keputusan Rektor
Universitas Pertahanan Nomor: KEP/55/V/2018 tentang Pengangkatan dalam jabatan Dosen Tetap Universitas Pertahanan, terdaftar sebagai
Dosen dengan NIDN: 4716046301 dan Dosen Tidak Tetap pada Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon SK Rektor UNSWAGATI No:
SKEP/142/UNIV/ VI/2014 tanggal 17 Juni 2014. Selain mengajar juga
aktif menulis di Jurnal Internasional, seperti tulisan yang berjudul Multiple Manager’s, Competing Strategies and Business Unit
Performance: a Case of PINDAD Company Indonesia pada International Journal Advance Science Technology (IJAST), ISSN: 2005-4238. Vol.
105 (2017), pp. 51-64. Buku yang telah ditulis berjudul STRATEGI HUMAN CAPITAL: Dalam Perspektif Ekonomi dan Bisnis, bersama Dr.
Rudiyanto dan Dr. Rusdin.
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 525
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Rudiyanto, Lahir di Bandung tanggal 24 Juni 1968,
Menyelesaikan Sarjana (S1) pada Program Studi
Ilmu Teknik Perminyakan (Sarjana Teknik ‐ Ir.) pada Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional Yogyakarta, dan Baccalaureate (Dip.ISM.) pada International Safety
Management dari International Institute of Risk and Safety Management, British Safety Council, United
Kingdom, Program Magister Business Administration (S2-MBA) pada
Program Pascasarjana IPMI ‐Monash University Australia, pada bidang Ilmu Bisnis Internasional (International Business). Program Doktoral
(S3) pada Program Studi Ilmu Administrasi, Konsentrasi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Padjadjaran, 2017.
Saat buku ini ditulis, penulis menjabat sebagai Direktur Utama PT. Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) dimana sebelumnya pernah menjabat
sebagai Direktur Komersial PT, SUCOFINDO (Persero) dan beberapa jabatan strategis pada perusahaan swasta nasional dan international di
sektor industri survei dan pemastian, industri umum, dan industri migas
dan geothermal.
Penulis aktif pada beberapa institusi nasional dan internasional di bidang produktivitas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
seperti Asian Productivity Organization (APO) sebagai resource person,
ASEAN OSHNET sebagai Program Manager, Dewan K3 Nasional sebagai Wakil Ketua dan sebagai Ketua pada Task Force Produktivitas Nasional
di International Chamber of Commerce.
Saat ini memimpin organisasi profesi sebagai Ketua Umum APITINDO
(Asosiasi Perusahaan Inspeksi Teknis Indonesia), sebagai Ketua Umum Plasma K3 (Asosiasi Lembaga Sertifikasi SMK3), Anggota Dewan Pakar
IATMI (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia), dan Ketua Umum Ikatan Alumni Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta (IAMI).
Selain sebagai praktisi juga bekerja sebagai Dosen pada Universitas Pertahanan dan pengajar pada beberapa Universitas Negeri dan
Swasta. Selain mengajar juga aktif meneliti dan menulis di Jurnal Internasional, di antara tulisannya sudah terpublikasi dengan register
SCOPUS Author ID 57195593141, seperti:
1. The social media use for presidential candidates campaign and
political awareness of young voters in Indonesia, terpublikasi melalui
International Journal of Control and Automation (2017).
526 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
2. Conversion of dual fuel opportunities in Indonesia waterways,
terpublikasi melalui Lecture Notes in Computer Science (including
subseries Lecture Notes in Artificial Intelligence and Lecture Notes
in Bioinformatics), 2017.
3. Multiple managers, competing strategies and business unit
performance: A case study of PINDAD Company, Indonesia,
terpublikasi melalui International Journal of Advanced Science and
Technology (2017).
4. Storm model application at Indonesian tropical ocean, terpublikasi
melalui Lecture Notes in Computer Science (including subseries
Lecture Notes in Artificial Intelligence and Lecture Notes in
Bioinformatics), 2017.
Selain menulis artikel, juga telah menyelesaikan buku yang judul Strategi Human Capital dalam Perspektif Ekonomi dan Bisnis
(2019).
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 527
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
Rusdin, lahir di Bone 14 Agustus 1966. Pendidikan
diselesaikan pada Sekolah Dasar Negeri Karangantu (1981), SLTP (SMPN 1 Kesemen, 1984), dan SMA
Negeri 1 (1987) Serang di Banten. Sarjana (S1)
diselesaikan pada program Studi Ilmu Administrasi Bisnis (d/h Tata Niaga) Universitas Pendidikan
Indonesia (d/h IKIP Bandung), Program Magister diselesaikan pada Program Magister Sains (M.Si.,
2000) Konsentrasi Ilmu Manajemen dan Program Doktoral Ilmu Ekonomi (Dr., S3, 2013) Konsentrasi Ilmu Manajemen
Program Pascasarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas
Padjadjaran. Memulai karirnya di beberapa perusahaan swasta sebagai praktisi sejak tahun 1992-2000, dan menjadi Dosen pada beberapa PTS
sejak 1996-2004, Menjadi Dosen Luar Biasa dan Dosen Tetap pada Universitas Padjadjaran, sejak Tahun 1996-Sekarang.
Beberapa karya ilmiah terpublikasi yang dimuat dalam Jurnal
Ekonomi Kewirausahaan, Jurnal Indonesia Membangun, Jurnal Administrasi Bisnis, Jurnal Tech-Socio Ekonomika, Jurnal Strategic,
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Business Management Journal.
Demikian halnya beberapa buku yang telah di-publish, seperti: (1) Bisnis Internasional suatu pendekatan teoretis (2001), (2) Bisnis Internasional
Suatu Pendekatan Praktik (2002), Pasar Modal (2006; 2008), Statistika
untuk Penelitian Sebab Akibat (2004; 2006), Strategi Modal Manusia (2015), Metode Penelitian Sosial (Pendekatan Kuantitatif, 2015),
Metodologi Penelitian Perpajakan (2008), Metodologi Penelitian Sosial dengan Pendekatan Praktis (2018). Selain menulis buku juga menulis
artikel yang dipublikasi, seperti:
1. A MODEL MANAGEMENT FOR UNIVERSITY IN PROGRAMMES STUDY OUTSIDE MAIN REGION AND LEVEL OF STUDENT
SATISFACTION (Case Study At Unpad Pangandaran, West Java), https://www.researchgate.net/publication/331010653_A_MODEL_
MANAGEMENT_FOR_UNIVERSITY_IN_PROGRAMMES_STUDY_OU
TSIDE_MAIN_REGION_AND_LEVEL_OF_STUDENT_SATISFACTION_Case_Study_at_Unpad_Pangandaran_West_Java
2. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)DISCLOSURE AND THE IMPLICATIONS OFEARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC),
https://www.researchgate.net/publication/311368894_CORPORATE_SOCIAL_RESPONSIBILITY_CSRDISCLOSURE_AND_THE_IMPLI
CATIONS_OFEARNING_RESPONSE_COEFFICIENT_ERC_Rusdin
528 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
3. Funding Policy, Investment Policy And The Implication To
Company’s Value, https://www.researchgate.net/publication/ 285591589_Funding_Policy_Investment_Policy_And_The_Implicat
ion_To_Company's_Value
4. QUALITY OF WORK LIFE FACTORS AND EMPLOYEE ENGAGEMENT, https://www.researchgate.net/publication/285057597_QUALITY_
OF_WORK_LIFE_FACTORS_AND_EMPLOYEE_ENGAGEMENT
5. KOMPARASI CAPITAL ASSET PRICING MODEL VERSUS ARBITRAGE
PRICING THEORY MODEL ATAS VOLATILITAS RETURN SAHAM, https://www.researchgate.net/publication/283732518_KOMPARA
SI_CAPITAL_ASSET_PRICING_MODEL_VERSUS_ARBITRAGE_PRI
CING_THEORY_MODEL_ATAS_VOLATILITAS_RETURN_SAHAM
6. COMPETENCE AND COMPENSATION, AND ITS IMPLICATIONS ON
EMPLOYEE PERFORMANCE, https://www.researchgate.net/publication/330564560_COMPETE
NCE_AND_COMPENSATION_AND_ITS_IMPLICATIONSON_EMPLO
YEE_PERFORMANCE
7. QUALITY OF WORK LIFE, CITIZENSHIP ORGANIZATIONAL
BEHAVIOR, AND EMPLOYEE ENGAGEMENT, https://www.researchgate.net/publication/283732810_QUALITY_
OF_WORK_LIFE_CITIZENSHIP_ORGANIZATIONAL_BEHAVIOR_AND_EMPLOYEE_ENGAGEMENT
8. BUDAYA ORGANISASI, PENCIPTAAN NILAI, DAN KINERJA
ORGANISASI, https://www.researchgate.net/publication/283583361_BUDAYA_O
RGANISASI_PENCIPTAAN_NILAI_DAN_KINERJA_ORGANISASI
9. QUALITY OF WORK LIFE, CITIZENSHIP ORGANIZATIONAL
BEHAVIOR, AND EMPLOYEE ENGAGEMENT,
https://www.researchgate.net/publication/283732810_QUALITY_OF_WORK_LIFE_CITIZENSHIP_ORGANIZATIONAL_BEHAVIOR_A
ND_EMPLOYEE_ENGAGEMENT
10. ARUS KAS BERSIH, NILAI BUKU AKTIVA TETAP, LABA, DAN
DIVIDEN SEBAGAI FAKTOR PENENTU NILAI PERUSAHAAN,
https://www.researchgate.net/publication/283582345_ARUS_KAS_BERSIH_NILAI_BUKU_AKTIVA_TETAP_LABA_DAN_DIVIDEN_SE
BAGAI_FAKTOR_PENENTU_NILAI_PERUSAHAAN
11. EMPLOYEE ENGAGEMENT AND CONTRIBUTION IMPROVING THE
PERFORMANCE OF THE COMPANY, https://www.researchgate.net/publication/285597597_EMPLOYEE
STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis 529
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
_ENGAGEMENT_AND_CONTRIBUTION_IMPROVING_THE_PERFO
RMANCE_OF_THE_COMPANY
12. HARMONIZATION OF GLOBAL GOVERNANCE ORIENTED POLICIES
THROUGH THE DEVELOPMENT PLAN SCIENCE AND TECHNOLOGY
PARK IN JATINANGOR OF EDUCATION STRATEGIC AREA, https://www.researchgate.net/publication/295103236_HARMONIZ
ATION_OF_GLOBAL_GOVERNANCE_ORIENTED_POLICIES_THROUGH_THE_DEVELOPMENT_PLAN_SCIENCE_AND_TECHNOLOGY_
PARK_IN_JATINANGOR_OF_EDUCATION_STRATEGIC_AREA
Orang yang kaya bukanlah orang yang banyak memiliki namun
orang yang banyak memberi.
(Erick Fromm)
530 STRATEGI BERSAING: Perspektif Militer dan Bisnis
Dr. Arief; Dr. Rudiyanto; dan Dr. Rusdin
DAFTAR PUSTAKA
MANUSIA YG HEBAT ADALAH MEREKA YG TELAH BERHASIL MENGHEBATKAN ORANG LAIN. DAN MANUSIA YG SUKSES ADALAH MEREKA YG SUKA MENSUKSESKAN ORANG LAIN