daftar - repo.ikippgribali.ac.idrepo.ikippgribali.ac.id/id/eprint/257/1/struktur semantik dan... ·...
TRANSCRIPT
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
Pemartabatan Bahasa dan Sastra Indonesiadalam Kaiian Bahasa, Sastra, dan Pengaiarannya
PenyuntingProf. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd.
Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd.Prof. Dr. Drs. I Wayan Rasna, M'Pd.Dr. I WayanArtika, S.Pd., M.Hum.
PracetakSlamat Trisila
PenerbitPrograrn Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha
Jln. Achmad Yani,67, SingarajaTeIp. (0362) 21541, F ax. (0362) 27 561
Cetakan Pertama: September 201"6
ISBN 978-502-60150-0-6
DAFTAR ISI
Sambutan Rektor - iii
BAHASA * 1
Pemartahatan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kajian BahasaSudaryanto - 3
Analisis Wacana Kognisi Sosial Berita Terrtang Rancangan Tata RuangWilayah Provinsi (Rtrwp) Bali dalam Harian Bali PostI Dewa Gede Budi Utama - 15
Perubahan Sematik Kosakata Bahasa IndonesiaIda Ayu Putri Adityarini - 3L
Struktur Sematik dan Pembatasan GramatikalNengah Arnawa - 43
Makna TututranAdat Wa'u Ana pada Masyarakat Wolobela Desa RateroruKecamatan Detusoko Kabupaten EndeFalentinus Bata - 53
Gaul Versus Fresmi pada Komunitas RemajaIda Ayu Made Darmayanti - 65
Pemartabatan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi: Problemantika diTengah Menipisnya Sikap Positif Penuturan BahasaI Putu lVlas Dewantara - 75
Aspek Fonologis Dalam Nyanl,ian Rakyat Bugis KlasikMuhsyanur - 89
Prinsip Kesantunan Berbahasa : Altematif Sarana PengoptimalanKomunikasi Terapeutik PerawatI Putu Gede Sutrisna * 103
Rendahnya brtensitas Pembinaan Bahasa Indonesia dan AltematifSolusinyaSifa - 113
Kriminalisasi BahasaI Komang V,larca *127
Penggunaan Gaya Bahasa dalam Bahasa Jurnalistik (Penelusuran
Kontradiksi Persepsi Dalam Penulisan Berita)I Wayan Wendra - 135
Fenomena Bahasa 4L4Y Bagi Keberlangsungan Bahasa Indonesia: PengkisModemisasi dan Upaya Pemartabatan Bahasa IndonesiaKadek Wirahyuni - L45
Permasalahan Bahasa Indonesia: Sikap Negatif Terhadap Bahasa Indonesiadan SolusinyaNi Made Rai Wisudariani - 1"53
SASTRA - 169
Figur dalam Karpet: Refleksi Etnisitas dan Nasionalisme dalam Teks
Sastrawan Bali Abad ke-20
I Nyoman Darma Puha - 171
Menggugat Skatifikasi Sosial (Kasta) dalam Kultur Masyarakat Bali:
Representasi Sastrawan Bali dalam Novel Lintas Zaman
Gde Artawan - 19L
Representasi Ideologi dalam Sastra Lekra: Kajian New Historicisrl AntologiGugur Merah dan Laporan Dari Bawah
I Wayan Artika - 203
Adaptasi Sastra Lama Ke Novel Modern: Refleksi Jati Diri Perempuan dan
Budaya JawaPuji Retno Hardiningtyas - 225
Komunitas Sastra Sekolahr Posisi dan Pencapaiannya dalam Arena Sastra
di BaliI Made Astika - 239
Pandangan Dunia dalam Novel Tempurung Karya Oka Rusmini danManfaatnya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks diSekolah Menengah AtasNi Luh Putu Wulan Dewi Saraswati, S.Pd. - 253
Lokalitas NTT dalam Antologi Cerpen Sastrarvan NTTYohanes Sehandi - 265
Sastra Cyber dalam Tujuan Novel Online surnt kecil urttttk tuhan
I Nyoman Suaka - 275
\II
Ikhwal Satra Anak Perlunya Mengajarkan Satra AnakSugihastuti - 287
Lnplementasi Nilai Budaya Pappaseng Toriolo dalam Pembinaan KarakterMasyarakat BugisSumarnill\4uhsyanur - 293
Analisis Wacana Cerpen "Pasts" Karya Oka Rusmini dengan PendekatanMikrotekstual dan Pendekatan MakrotekstualAde Asih Susiari Tantri - 305
Perempuan Bali dalam Dua Cerita Pendek: Selir Sulandri Karya I MadeIwan Darmawan dan Kaung Bedolot Karya Gede Aries Pidrarryan (SebuahKjian Etnografi Komunikasi)Wahyudi, Nyoman Deni dan Erawary Dewa Gede Bambang-323
PENGAIARAN - 331
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalamPembelajaran MenulisI Made Sutama - 333
Pembelajaran Tradisional Bali Berbasis KewirausahaanI Wayan Rasna dan Ni Wayan S. Binawati - 341
Prinsip Kerjasama dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa IndonesiaDengan Pendekatan SaintifikI Made Rai Arta - 357
Penginternalisasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Membaca diSekolah MenengahMade Sri Indriani - 357
Rancang Bangun Model General Education Melalui Penguatan PendidikanKarakter Pada Mkr+r.r Bahasa Indonesia Di Perguruan TinggiEko Kontarto - 385
Penulisan Artikel Ilmiah PopulerI Nengah Martha - 399
Penggunaan Cerita Anak pada Majalah Si Kuncung dalam PembelajaranBahasa Indonesia Kurikulum 2013
I Wayan Numertayasa - 409
vll
Pemakalah Gejala Bahasa Pleonasme Dalam wacana Melalui pendekatanKooperatif Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Desa PeliatanNi Putu Parmini - 419
Pemartabatan Bahasa Indonesia Melalui Pembiasaan Senyum Sapa SalamDan Sopan Santun Pada Fakultas Bahasa Dan Seni UndikshaSAP Sriasih - 427
Yang Tercecer dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan TinggiI Nengah Suandi - 437
Pemanfaatan Teks Bermuatan Lokal Sebagai Materi Pembelajaran BahasaIndonesia pada Kurikulum 2013
I Putu Oka Suardana - 45L
Pembelajaran Drama Dengan Media Vidio Klip Musik PopGede Rio Andre Sutrisna - 459
Perekat ( Pengembangan dan Rekontruksi Kalinrat) : Strategi PembelajaranMenulis Paragraf Di Sekolah Dasar)Hari Wahyona - 469
Kajian Pemanfaatan Digital Storytelling Sebagai Salah Satu Upaya UntukMemartabatkan Pengajaran Bahasa lndonesiaKd. Devi Kalfika Anggria Wardani - 477
spirit Kearifan Lokal sebagai Katalisator virtue Inteliectual Pendidikan:Persepktif EpistemologiI Nyoman Yasa - 487
vlll
STRUKTUR SEMANTIK DAN PEMBATASANGRAMATIKAL: STUDI KASUS PADA KALIMAT
BAHASA INDONESTA
Nengah ArnawaFPBS IKIP PGRI Bali
e-mail : nen gah.arnan zl55(Ogmail.com
AbstrakKajiarL ini bertujuan untuk memaparkan peran strukfur semantikdalam menjeiaskan pembatasan-pembatasan gramatikal d alanr kalimatbahasa Indonesia, yang selama ini relatif kurang mendapat perhatian.Pembatasan-pembatasan kalimat bahasa Indonesia banvak dijelaskanberdasarkan logika preskriptif seperti yang dikembangkan dalam aliranlinguistik tradisional, sehingga muncul penilaian kalimat tidak logis.Namun demikian, ketidaklogisan sebuah kaiimat gagal dibuktikan secaradeskriptif sesuai epistemologi linguistik. Untuk mengisi kesenjangantersebut, dengan berpijak pada teori linguistik struktural dikembangkananaiisis struktur semantik leksikal untuk menjelaskan ketidaklogisansuatu kalimat. Untuk mencapai tujuan tersebut data dikumpulkan darisumber tertulis dan lisan, serta data intuitif 1,ang dibangkitkan penelitisebagai penutur as1i. Data dikumpulkan dengan metode sirnak dengar.Lteknik catat. Data dianalisis dengan metode distribusional melaltritekrik perluas dan lesap. Dengan prosedur seperti itu terungkapbahu,a struktr.rr semantik verba dan nomina akan membatasi perluasan-perluasan unsur-Llnsur kalimat. Perluasan nana yang berterima danyang mana ditolak sangat tergantung pada fitur-fitur sen-rantik verba dannomina yang menjadi inti dalam kaiimat tersebut. Prosedur pengujianseperti ini dapat memberi aiasan empirik mengapa suafu strukturkalimat ditolak atau diterima. Pemberian alasan empirik menghindarkanpara linguis bekerja secara preskritif. Pemberian alasan secara empirikdapat diimplementasikan pada pengajaran bahasa untuk meningkatkanpemahaman akan aspek semantik gramatikal. pembatasan-pembatasangramatikal yang diuji dengan struktur semantik leksikal semakinmemperkuat kajian lilrguistik sebagai ilmu vang deskriptif.
Katakuttci: stntktur setnnntik, setnnntik gramatiknl, t'itur semrmtik, pembatasangratnatiknl
SEMANTIC STRUCTURE AND GRAMMATICAL RESTRICTION:Case Study on lndonesian Sentences
AbstractTl-Lis study aims to describe the role of semantic structure in explaininggrammalical restrictions in Indonesian sentence, which has been relativelyless attention. Restrictions in Indonesian sentences are much described byprescriptive logic as deveioped ir-r the traditionat linguistic tlou,, so thatit appears illogical sentence votes. Holvever, incoherence sentences areunsuccessful proved descriptively appropriate to linguistic epistemology.
43
Prosiding Seminar NasionaI Bahasa, Sastra, & Pengajarannya lV
Tofilltlregap,basedontlretlreoryofstructurallinguistics,itisdevelopedlexical semantic structure analysis to exPlain the incoherence of a sentence.
To achieve these objectives the data urere gathered from sources of
written and oral, as well as intuitive data that is generated as a researcher
is native speakers. Data were collected by observation methods with the
note taking tecl.rnique. Data were analyzed by the distributional method
tl-Lrough eipansiot and deletion techniques' With such procedrrre it is
.",ruui"d that the semantic structure of verbs and nouns could limit the
extensions of sentenceelements. whichexpansions are accepted or rejected
dependonthesernarrticsfeaturesofr,erbsandnounsrvhiclrbecomethecore of the setrtence. The testing procedure like this can give empirical
reasons why a sentence structuie is rejected or accepted'- Empirical
reasoning pieclude linguists working prescriptively' Empirical reasoning
can be ii-rplemented J'r teaching languages to i.c'ease understanding
of grammitical semantics aspects. The grammaticai restrictio.s that are
tesied with lexical sema*tic structure strengthen the study of linguistics
as a descriptive science.
Keyutords : semantic strtLcture, granunatical senwrttic, senmntic features,
grammati cal restricti ons
1. PendahuluanTttara linsuis sepakat bahwa bahasa itu terdiri dari bentuk dan makna'
Ilsr,rrrrri" menyebutnya dengan terminologi signit'iant - signit'ie atau
penanda dan peianda. 'Konseli yang dikembangkan dalam linguistik
strukturral ini menyiratkan hubungan simetris antara ekspresi lingual dengan
konten, bentuk menentukan makna clan atau sebaliknya, makna menentukan
bentuk. Dalam banyak kasus, kalimat yang teridentifikasi anomali sering
memenuhi kriteria sintaksis. Contoh, (1) Tanah ini mau dibangun gedung
olahraga. Kalimat (1) itu meruPkan klausa tunggal yang terdiri dari tiga
frasa. Frasa pertama aclalah tanih i.i yang berfungsi sebagai subjek, frasa
kedua adalah mau dibangun sebagai predika! dan frasa ketiga Bedung
olahraga yang berfungsi sebagai Leteiangan' Berdasarkan.kelengkapan
.**r-.ir,iuksi"snya kal*imat (1) memenuhi kriteria gramatikal; akan tetapi
mayoritas penutur bahasa Indonesia berpendapat kalimat (1) tersebut salah
- setiaat-tiaaknya dinyatakan janggal. Untuk mengurai persoalan sintaksis
seperti itu dibutuhkan peran struktur semantik leksikal'
Struktur sintaksis berpusat pada dua unit utama, yaitu verba dan
nomina (Chafe, 7970:10). Verba merupakan unsur sentral yang dapat
menentukan konstruksi kalimat. Verba menentukan jenis nomina yang dapat
hadir dalam sebuah struktur kalimat. Kepusatan verba dapat dibuktikan
dengan penggantian argulren. Argumen 1' dan2 dari sebuah kalimat dapat
cliganti i"r,gu. upupun dan dapat dipastikan masih dimengerti oleh penutur;
tet"api apabllu ,"r6u kalimat itu diganti dapat menimbulkan.'kekacauan'
arti. contoh (2) Budi minum kopi. Apabila argumen 1danZ pada kalimat (2)
diga,ti dengan x dan y akan menghisilkan kalimat (2a) X mi.um y' Kalimat
1Zi; tiaak kJhilangan semantis karena masih dapat dimenge.rti oleh penutur
bahasa Indonesia. Sebalilarya, apabila verba kalimat (2) diganti dengan x
44
#l-
Pemartabatan Bahasa dan Sastra lndonesia dalam Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
akan menghasilkan kalimat (2b) Budi x kopi. Kalimat (2b) kehilangansemalltis, penutur bahasa Indonesia tidak mengerti arti kalimat tersebut.Berdasarkan dua contoh kasus sintaksis tersebtit, struktur semantik leksikalpenting diurai untuk memberikan justifikasi empirik terhadap aspek-aspekgramatikal, khususnya struktur kalimat bahasa Lrdonesia, dan pada saatyang sama dapat memberi penjelasan logis atas kalimat yang'tidak logis'.
2. Struktur Semantik Verba dan Nomina Bahasa IndonesiaStruktur semantik merupakan kerangka untuk komponen semantik
(Allarr, 1986:364). Mengacu batasan ini, secara sederhana, struktur semantikdapat dinyatakan sebagai konstruksi yang dibangun oleh rangkaiankomponen semantik leksikal. Oleh karena itu selalu ada relasi antarakomponen dengan strukhlr semantik. Komponen semantik leksikal akanmenentukan karaktersitik pola sintaksisnya. Melalui analisis komponensemantik dapat dipolakan relasi antarleksikal yang dimungkinkan dalamsatuan sintagmatik. Pola relasional semantis ini akan dapat menjar,vabpersoalan mengapa suatu kata bisa berada dalam satu rangkaian sintagmatikdengan kata-kata tertentu dan tidak bisa berada dalam satu rangkaiansintagmatik dengan kata yang lain.
Struktur semantik merupakan komponen bahasa vang sangatsignifikan. Kekurangpahaman tentang struktur semantik bahasa alamiahmeyebabkan kegagalan dalam mendeskripsikan bahasa. Tanpa pengetairuantentang struktur semantik kita akan gagal membentuk kalimat 5rang benar,karena semua ini merupakan proses forrnasi semantik. Setiap leksikonsuatu bahasa memiliki fitur-fitr-ir semantis yang akan menghadirkanargumen dalam struktur semantikr-rya. Chafe mengatakan bahr+,a struktursemantik adalah relasi antara nomina dengan verba. Secara rinci pakar inimenyatakan
I now began to see this aspect of semantic structure in terms of a smallset of relations borne by a noun to its verb: relations such as agent,patient, beneficiary, and the like. I came to see sernantic structure asbuilt around a central verb, which was then acommpained by notrnsrelated to it in this several rvays (Chafe,1973 :70)
Struktur semantik merupakan relasi semantis dari unsur-unsurnya.Secara sederhana, struktur semantis adalah jaringan relasional semantisantara kata - kata dalam sistem leksikal suatu bahasa ( Mulvadi, 7998 :32)."Struktur sematik pada dasarnya adalah perrvakilan bahasa yang bersifatmental dan yang merupakan struktur pikiran pokok yang akan dinyatakanatau dilambangkan dengan bunyi-bunyi bahasa" (Tampubolon, 1988 : 11).Strukfur semantik merupakan suatu komponen semantis dan komponeninilah yang menentukan struktur iuar bahasa. Pemahan-ran struktursemantik akan membantu mendeskripsikan makna alamial-r sebuah bahasa.Secara rinci, (Chafe ,197A :73) rnenyatakan
45
ProsidingSeminarNasionatBahasa,Sastra'&PengajarannyalV
Unless \^,e kno\^/ tlre nattrre of semantic strucfure, we cannot describe
in any adequate way the postsemantic Processes which operate
upon i! for we are ignorant of the input to those Processes' Without
a knowledge of semantic structure we are iSnorant of the processes
wl'dch produce well-fonned utterences, for these are processes of
sem.antic forrnation'
Daripenjelasancliatastampakjelasbahwastruktulsenantikmemilikikaitan erat iengankomponen semantik. Dalam komponen se mantik (semanti c
fenture) ditegaskan bahwa setiap kata terdiri dari beberaPa unsur yang
t"rru*r-rrma membentuk makna leksikal kata tersebut' Deskripsi ullsur-
unsurmaknaleksikalmenelltukankomposisimaknakataitu.Komposisisemantik ini akan menentukan pertautan sintagmatik sebuah kata, seperti
contolr berikut ini.(3) *Pak ZuPrimenebang kaktus'
(3a) Pak ZuPlimenebang jati'
Kalimat(3)dan(3a)hanyadibedakanolehargumen2'Padakalimat(3)diisidengan kaktus dr. puiu kalimat (3a) cliisi dengan ia!i' Kalimat (3) tidak
.luplt dikutaku., b"r,u, karena nomina kaktus tidak memiliki fitur semantik
1+pohon] sedangkan verba menebang mewajibkan argumen 2-nya berfitur
semantik [+pohon] yang dimiliki oleh nomina pgi. sebaliknya, jika verba
kalimat (3) dan (3a) diganti dengan merabas maka yang n'tenjadi salah
adalah kalimat (3a) karena dalam struktur semantiknya' verba merabas
nlernbutuhkan argumen [-pohonl'Verba merupakan uo," sentral yang dapat menentukan konstruksi
kalimat. Verba menentukan ienis nomina yang dapat hadir dalam sebuah
struktur kalimat. I(elasi verba dengan nomina yang berimplikasi pada
struktur clan peran semantik yang merupakan kaiian Roklk semantik
gramatikal. oleh karena itu perlu dipahami fitur-fitur semantik verba dan
iomina. Verba dalam bahasa Indonesia dapat diidentifikasi melalui tiga
pertanyaary yaitu : (a) Apa yang dilakukan subjek? (b) Apa yang terjadi
pada subjeki dun (c) Bagaimana keadaan subjek? Berdasarkan jawaban
ietiga pertanyaan itu, dalam bahasa Lrdonesia dikenal tiga tipe verba, yakni
uerba tindakan, verba proses, dan verba keadaan' Karakteristik ketiga verba
tersebut dapat ditabulasi seperti berikut ini'
Tabel 1. Ti Fitur Semantik Verba Bahasa IndonesiaI a
NiP"Fitur ----'- Keadaan Proses Tindakan
Dinamis + +
Perfektif +
Pungtual +
46
Pemartabatan Bahasa dan Sastra lndonesia datam Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Fitur [+dinamis] menl,atakan bahwa pada verba tersebut terjadiperubahan entitas atau ketidakstabilan. Fitur [+perfektif] menyatakan bahwaverba tersebut telah berakhir. Fitur [+pungtual] menyatakan bahrt'a durasi/\ /aktu kejadian diketal-rui. Berdasarkan fitur semantiknya, verba tir-rdakan
yang paling dinamis sedangkan verba keadaan yang paling stabil. Verbamencuci tergolong verba tindakan karena terjadi perubahan pada entitas(dinamis), durasi waktunya diketahui dengan pasti (pungtual), dan teiahberakhir (perfektif). Dengan karakteristik seperti itu, verba menctrci dapatdigunakan seperti pada kalimat (4) Putri mencuci baju tadi pagi di sungai.Berbeda halnya dengan menguning yang tergolong verba proses. Verba inihanya memiliki fitur semantik [+dinamis]. Verba proses iidak berdimensiwaktu dan belum berakhir. Oleh karena itu, verba proses tidak dapatberpasangan dengan keterangan n aktu, seperti kalimat berikut ini
(5) "Padiku mensunins tadi oasi.(6) *Padiku menguning hingga besok pagi.
Dengan menghilangkan frasa keterangan waktunya, kalimat (5) dan (6)menjadi benar.
selain verba, kategori lain yang menjadi pusat sintaksis adalahnomina.Nomina merujuk pada entitas. Karakteristik senantik nomina relatif stabil(Givon, 7984:56). Artinya, suatu entitas yang 'dikodekan' dengan leksikondari kelompok nomina relatif tidak mengalami perubahan. oleh pakar ini,hierarki fitur semantik nomina divisualkan seperti berikut ini.
[entitas > temporal >kongkret >bernyawa > insan]Filur [entitas] berarti bahwa sesuatu itu ada. Fitur [temporal] berarti bahrvasesuatu itu ada dalam satuan u,aktu. Fitur [kongkret] berarti bahwa sesuatuitu berada pada suatu ruang/ternpat. Fitur [bernyawa] mencakup segalaorganisme (makhluk) hidup dan fitur [insan] mengacu kepada manusia.Hierarki fitur semantik tersebut juga menunjukkan bahwa apabila suatukata dari nomina ).ang memiliki fitur yang paling kanan berarti sesuatu itumemiliki semua fitur di sebelah kiri, sebaliknya apa bila suatau kata hanyamemiliki fitur semantik nomina yang paling kiri berarti sesuatu itu tidakmemiliki fitur semantik di sebalah kanarrnya. Nomina yang hanya memilikifitur semantik paling kiri dinyatakan sebagai nomina abstrak. Berdasarkanhierarki ifu, nomina yang menyatakan'orang' merupakan substantiva yangmemiiiki fitur semantik nomina paling lengkap. Jika clibagankan, ieksikalbermakna /orang/ tampak seperti berikut ini.
"rrrrl
+ tnsqn
+ bernyawa
+ konglcret
ttemporal
+ entitas
47
Prosiding Seminar Nasionat Bahasa, Sastra, & Pengajarannya lV
Fitur semantik pokok tersebut di atas dapat dirinci menjadi fitur-
fitur semantik nomina yang lebih detail sehingga klasifikasi nomina dapat
dilakukan. Gudai (1989 :53) merumuskan fitur semantik nomina teridiridari : [dapat dihitung], [potensi], [animat], [human], [laki-laki], [unik],Irnayoritas-umum], [jamak-dual].
Fitur semantik [+dapat dihitung] digunakan untuk membedakan
nomina yang merupakan individu secara terpisalr, seperti : batu, meia, baju,
dan lain-lain dengan nomina masaf seperti air, tepung, debu, dan lain-lain.
Fitur senrantik [+potensi] digunakan untuk mengidentifikasi nomina yang
dapat berperan sebagai agen. Nomina yang dapat berperan sebagai agen
adalah kelompok nomina yang mempunyai daya atau kekuatan. Terkait
dengan fitur potensi ini, peran agen perlu diidentifikasi secara cerlnat.
Valin dan Polla (1997) melalui teori peran semantikny4 menjelaskan bahwa
agen merupakan peran khusus dari actor. Sesuai teori ini, agen merupakannomina yang membentuk, memPengaruhi, dan urengendalikan sifuasi
sesuai predikatnya. Dengan demikian, notnina yang dapat berPeran sebagai
agen adalah kelompok [+animat] dan [+fi116sn]. Akan tetapi pada kontekstertentu nomina [-animat] dapatberperan sebagai agen, seperti tampak pada
kalimat (7) Tsunami telah menghancurkan Aceh. Pada kalimat (7) tsunamiberperan sebagai agen akan tetapi bukan agen psikologis. ]adi, agen dapat
dibedakan menjadi dua : agen psikologis dan agen nonpsikologis.Fitur semantik [+animat] digunakan untuk membedakan nomina
)rang merupakan makhluk hidup dengan ).ang bukan rnakhluk hidup.Fitur semantik [+human] digunakan untuk membedakan manlrsia dengan
makhluk bukan manusia. Fitur semantik [+laki-laki] digunakan untukmembedakan jenis keiamin laki-laki dan perempuan. Hal ini penting karena
ada beberapa leksikon yang dalam strukhlr semantiknya memerlukanpembedaan jenis kelamiry seperti tampan untuk anak laki-laki, dan
cantik untuk anak perempuan. Fitur semantik [+ur-rik] digunakan untukmemberikan ciri semantik pada nama orang, nama tempat, dan lain-lain.Dikatakan unik karena nama orang dan sesuatu merujuk pada satu entitas
itu sendiri dan tidak dapat diinterpretasi sebagai entitas yang lain. Fitursemantik [+mayoritas-umum] digunakan untuk menjelaskan keadaan
nomina pada umumnya, seperti dalam kalimat (8) Transmigran asal Balirajin-rajin. Kaiimat (8) bermakna bahlt a pada umumnya atau kebanyakan
transmigran asal Bali rajin-rajin. Fitur semantik [+jamak-dual] digunakanuntuk mengidentifikasi nomina sebagai argumen verba resiprokal, seperti :
(9) Mereka saling ejek. Pronomina mereka pada kalimat (9) itu memiliki fitursemantik [+jamak-dual].3. Metode dan Teknik Kaiian
Kajian ini dirancang dalam desain penelitian deskriptif-kualitatif.Rancangan deskriptif digunakan sesuai hakikat linguistik sebagai ilmuyang deskriptif bukan preskriptif; dan desain kualitatif digunakan untukmenjelaskan {enomena berdasarkan fakta kebahasaan yang ditemukan
48
Pemartabatan Bahasa dan sastra lndonesia dalam Kajian Bahasa, sastra, dan pengajarannya
secara alamiah. Untuk mewujudkanny4 data dikumpulkan dari pemakaianbahasa Lrdonesia lisan dan tulis, serta dibangkitkan oleh peneliti, sebagaipenutur asli. Data dikumpulkan dengan metode simak yang dibantu deng;anteknik catat. Data dianalisis rnenggunakan metode agih (distribusional)dengan teknik perluas dan lesap (Sudaryanto, 1993; Djajasudarma, 1993;
Mashuru 2005).
4. Struktur Semantik Leksikal dan Pembatasan GramatikalStruktur semantik berkaitan dengan fitur semantik verba dan nomina.
Diantara kedua pusat sintaksis ini, verba menduduki posisi sentral. Artinya,verba menenfukan unsur-unsur sintaksis lain yang bisa hadir dalam satukalimafi misalnya verba lupa. Berdasarkan analisis komponen semantiknya,verba lupa merniliki ciri seperti berikut ini.
lupa
Berdasarkan fitur semantik yang dimiliki, kata lupa termasuk verba keadaanyang dalam struktur semantiknya tidak terjadi perubahary tidak berakhir,dan tidak berdimensi rqaktu. oleh karena itu, jika digunakan dalam kalimat,verba lupa tidak dapat dipasangkan dengan kesengajaan dan kepungtualan'keberakhiran'. Pembatasan ini menyebabkan realisasi strukfur permukaankalimatberbeda dengan verba lain. Narrun demikian, dalam ujaran alamiahsering ditemukan struktur kalimat berikut ini.
(10) *Aku sengaja melupakan masa laluku.(11) *Lupakanlah masa lalumu agar tidak membebani pikirarrl(12) *Sejak beberapa tahun lalu, aku melupakannya.
Kalimat (10), (11), dan (12) sering terdengar dalam tuturan alamiah.Akan tetapi hanya sedikit penutur bahasa Indonesia yang menyadarikesalahan gramatikal:rya. Verba pada kalimat (10) dan (11) mengandungfitur [+kesengajaan] yang tidak menjadi struktur semantik verba keadaan.Lupa bukanlah verba yang dilakukan atas kontrol pelaku. Lupa merupakankeadaan kognisi yang terjadi pada seseorang yang berperan sebagai lokatifdan argumen lain berperan sebagai tema, bukan pasien. Oleh karena itu,kalimat (10) dan (11) seharusnya diubah menjadi kalimat (13) Aku lupa masalaluku. Selain mengandung fitur semantik [+kesengajaan], kalimat (12) juganrengandung frasa keterangan waktu. sebagai verba keadaan, dalam struktursernantiknya,kata lupa memiliki ciri [-perfektif] dan [-pungtual]. Artinyatidak membutuhkan keterangan waktu. Penvertaan frasa keterangan r,r,aktupada kalimat (12) tidak sesuai dengan struktur semantik verba Iupa sehingga
-dinamis l- p"rf"ktif
I
- pungtuat)
49
Prosiding Seminar Nasionat Bahasa, Sastra, & Pengajarannya lV
dapat diperbaiki menjadi (14) Aku lupa kepadanya. Verba lupa pun tidakdapat diperluas dengan aspek sedang sehingga kalimat (15) *Dia sedan€l
lupa diri; tidak dapat diterima secara gramatikal. ]adi, strukhrr semantikverba keadaan membatasi perluasan sintaksis dengan frasa keteranganwaktu.
Selain verba keadaan, dalam bahasa Indonesia pun ditemukan verbaproses dengan fitur semantik [+dinamis], [-pungtual], dan [-perfektif ]. Verbarrang tergolone ienis ini, antara ]ain mensuning. rnerrgerirrg, dan rnembusuk.Sesuai struktur semantiknya, verba proses rnemiliki ciri dinamis progresifyang artinya sedang terjadi perurbahan pada suatu entitas dan tidak telahte4adi. Oleh karena itu kalimat berikut ini tidak seslrai dengan struktursemantik verba proses.
(16) *Padi telah menguning.(17) *Luka di kakiku mengering sejak kemarin.
Penolakan kalimat (16) disebabkan penyisipan aspek telah yangtidak sesuai dengan struktur semantik verba menguning yang rnenl'atakansedang terjadi proses. Verba proses memiliki fitur semantik [-perfektif]yang artinya perubahan itu beium berakhir sehingga tidak dapat diperluasdengan aspek telah yang bermakna sudah berakhir. Dengan menghilangkanaspek telah. kalimat (15) menjadi benar. Selanjutnya, penolakan kalimat(17) disebabkan oleh kehadiran frasa keterangan waktu sejak kemarin.Penolakan ini disebabkan oleh fitur semantik verba proses [-pungtual] yangartinya tidak diketahui dengan pasti awal dan akhir perubahan pada satuentitas. Perbaikan kalimat (17) dapat dilakukan dengan menghiiangkanfrasa keterangan waktunya.
Verba bahasa Indonesia yang merniliki fitur semantik 'lengkap'adalah verba tindakan dengan fitur senrantik [+dinamis], [+pungtual], dan
[+perfektif]. Dengan fitur semantik'lengkap' tersebut penggunaan verbatindakan tidak dibatasi oleh keaspekan dan keterangan rvaktu, seperti:menrasak vans dapat diturunkan meniadi kalimat-kalimat berikut ini.
(18a) Rini sedang memasak.(18b) Rini telah memasak(18c) Rir-ri tadi pagi memasak.(i8d) Rini memasak.
Perbedaan lain yang cukup mendasar pada struktur semantik verba keadaaryproses, dan tindakan adalah peran argumen 1 yang hadir pada struktursintaksisnya. Pada verba keadaan dan proses, argur-r1en 1 f-actor) artinyatidak berperan sebagai pelaku, tetapi bisa berperan sebagai lokatif, tema,atau pasien; sedangkan pada verba tindakan argumen 1 l+actor), artinyaberperan sebagai pelaku atau pemengaruh.
5O
Pemartabatan Bahasa dan Sastra lndonesia dalam Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
selain ditentukan oleh struktur semantikverba, pembatasan gramatikaljuga ditentukan oleh fitur semantik nomina. Kata sepatu yang merupakannomina dengan fitur semantik [+jamak-dual] tidak dapat dipasangkandengan kata bilangan yang menyatakan satuan, seperti: sebuah, sehelai,sebidang dan sejenisnya. Jika digunakan dalam konstruksi yang lebih besar,kata sepatu diperluas dengan kata paqang sehingga membentuk frasasepasang sepatu, dua pasang sepatu, tiga pasang sepatu dan seterusnyaseperti dalam kalimat (19); dan tidak dapat diperluas dengan sebuah sepertipada kalimat (20), meskipun verba kalimat (19) dan (20) sama.
(19) Rini membeli sepasang sepatu.(20) .Rini membeli sebuah sepatu.
Pembuktian pembatasan gramatikal ditentukan oleh fitur semantik nominadapat dilakukan dengan mengganti argumen 2 pada kaiimat (19) dan (20),misalnya dengan kata sepeda sehingga merrghasilkan kalimat berikut ini.
(19a) "Rini membeli sepasang sepeda.(20a) Rnri membeli sebuah sepeda.
Penggantian argumen 2 pada kalimat (19) dan (20) menyebabkankeberterimaar-r menjadi terbalik. Dernikian pula fitur semantik nomina yanglain akan menentukan sattran gramatikd yang lebih luas, seperti contohkalimat (21) dan (22) berikut ini.
(21) Kuda menarik pedati.(22) *Pedati menarik kuda.
Nomina dan verba pembentuk kalimat (21) dan (22) adalah sama. Kalimat(21) berterima karena nomina kuda memiliki fitur semantik [+potensil yangdipetakan sebagai agen. sebaliknya penolakan kalimat (22) disebabkan olehperan agen yang diisi nomina pedati yang berfitur semantik [-potensi].
5. PenutupKesalahan sintaksis sering'dihakimi' secara preskriptif dengan rogika
sehingga menghasiikan pernyataan kalimat tidak logis. sebaliknya jarangdijelaskan secara empirik ketidaklogisan sebuah kalimat. perdebatan seringterjadi pada tataran preskriptif yangbukan menjadi episten-rologis linguistik.Linguistik merupakan ilmu yang deskriptif sehingga fakta-fakta kebahasaanharus dapat dijelaskan secara terukur. oleh karena itu diperlukan pijakanyang valid untuk menjelaskan pembatasan gramatikal. salah satu pijakanvang dapat diandaikan untuk menjelaskan pembatasan gramatikal ituadalah struktur semantik yang berpusat pada verba dan nomina sebagaipusat sintaksis. Penerapan struktur semantik sangat gayut dengan ontologilinguistik yangmenegaskanbahwa bahasa itu merupakan konskuksi bentuk
51
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, & Pengajarannya lV
dan makna (signifilnt - signifie).
Daftar Pustaka
Allan, K. 1986.Linguistic Meanhry. New York : Routledge & Kegan Paul lnc.
Chafe, w.L. 1970. Metuing and The stntctr.u'e of Language. Chicago : The University ofChicago Press.
Djajasudarma, T. F. 1993. Metode Lilryuistik Ancnngan Metocle darr Kaiian. Bandung :
Eresco.
Gudai,D. L989.Senuntik:BeberapaTopiklJtama.Jakarta:DiperbanyakolehDepartemanPendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Givon, Talmy. 7984. Syntax: A Functianal-Typologicnl IntroLluctiott. Philadelphia: JohnBenjamis.
Mashun. 2005. Metotle Penelitian Bnhasa: Tahapan Sttntegi, Metode, dbn Tekrikrtya.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mulyadi. 1998. stmktur semantis '"'erba bahasa Indonesia (tesis). Denpasar :
Universitas Udayana.
Sudaryanto. \993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yog,vakarta : Duta Wacana
Universify Press.
Tampubolo4 D.P. 1988. "semantik sebagai titik tolak analisis linguistik". Dalam
Soedjono Dardjorvidjojo (ed.), PELLBA I, 1" -23. Jakarta : Unika Atrna |ayaPress.
vaiiru Jr. van danPolla, R.L.- 1997.Syntax: Struchre, Meaning, andFunction. Cambridge: Cambridge University Press.
a
a
aB
{:c,€
*
l:
lI
52
ro*'r to,4frr fl**r*"'* "*{
".*.Y."- "*''.{ g}al*eE
- *if.Lri;
*h
L'\-y',
H
oE rm55 Z.
=r -t I-rN
O<fi-
= z. 1-
z=ilcna*,d=:0=-{o{c/7-7(==TrZ.*+troEFqO=sAAc4 x \P=rc7
s=sfr(rf71Z--:au(]- -'Tr -c- -fe'=fgez- so. Z.
N)|
eO0
+r-d
o=c-r)Cgo=I=-UP
lOCx)CJ'O(-.)
C)(,
Eo
-rfr-nZo_fruoZ.
ZO3q
&o_=IJUOo;::1- L)
,(- ([lqr-t
---r-<*OArfdO;To_doBq
_.*\*
x__*a*
I\)?G
HL/FzTIzAHr
l+l*r
frz{tr7l.tttrItt17frt
aocto(oq_
'um
r/a
r-
-
CJ)-EOd3(o
='--.,OOcno: cf,ha)ruOq*6qE-o
Cr)OO:;-Cfl r^)o6)-gpoo_o_eo_)=r3u)A-r)d(c. -a.L/o
I
d_3OaOOu-,
---<d'a5d=s-^ cJ)Y'(DK<o}J
-TJd(o-rr, (()OOo_6OF=OcJ) =Oo_)- (D\ J
C=oq-O{J')
-13
0=o_oxC)
=oo_fou)JpOoo-ot\)(,
tl\)EU)oC03o.qt\)
=s
U)Ca=Tul<4
=.'0-)(cO--{-a5g_
0)o_0>-C:)6)o:)o<J-)
::ro
I?!P
C^)N)C()@
ll,)
()C)
!Ft+' ,-#
-P=- --4l->
t,
--'-7-/_-11
sElot5513slb-rO=
tsd8q--*JcKC-Cl> ^\-/+
#(-NS\xs$.i