daftar pustaka - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0112030_bab5.pdf ·...
TRANSCRIPT
204
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian (edisi 2).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adinda AS. 2010. Cerita Bersambung ”Ara-Ara Cengkar tanpa Pinggir”.
Yogyakarta: Djaka Lodang.
Andi, Prastowo. 2011. Metode Penelitian Kualitataif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Arif, Imam S. 2011. Dinamika Kepribadian – Gangguan dan Terapinya.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Budianta, Melani, dkk. 2006. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra
untuk Perguruan Tinggi). Magelang. Indonesia Tera.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
Hutomo, Suripan Sadi. 1987. Telaah Kesusastraan Jawa Modern. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Perkembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Idzha, Gely N. 2013. “Mekanisme Pertahanan Ego pada Anak Jalanan”, dalam
Jurnal Online Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Volume 01.
No. 01.
Kasnadi dan Sutejo. 2010. Kajian Prosa-Kiat Menyisir Dunia Prosa. Yogyakarta:
Pustaka Felicha.
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori dan
Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
__________ . 2011. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori dan Contoh
Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
__________ . 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Poerdarminta, 1939. Baoesastra Djawa. Tokyo: J.B. Wolters.
Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan Teori, Metode, Tehnik, dan Kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Asia Barat.
205
Siswantoro. 2004. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologis. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.
Sutopo, HB. 2003. Pengantar Penelitian Kualitatif dasar Teoritis dan
Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Tim Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi/Tugas Akhir. Surakarta:
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Press.
Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru S. 2011. Sastra : Teori dan Implementasi.
Surakarta : Yuma Pustaka.
Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Zaidan, Abdul Rozak, dkk. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai
Pustaka.
206
LAMPIRAN
207
SINOPSIS ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR
Karya Adinda AS
Yuyun (Wahyuningsih) kecewa dan hancur hatinya, merasa cintanya
dikhianati oleh Ir. Heru Purnomo. Hubungan cintanya dengan Heru ketika Yuyun
masih duduk di kelas III SPG. Seminggu sebelum wisuda, Heru sang kekasih
mengatakan bingung hatinya karena dipaksa Paman Hardjo nikah dengan Rima
anak seorang konglomerat dan meminta kepada Yuyun untuk membantu
mencarikan jalan keluarnya. Heru Purnomo akan dinikahkan dengan perempuan
lain sebagai bentuk balas budi baik kepada pamannya yang telah merawatnya dari
kecil semenjak kedua orang tuanya meninggal. Yuyun menerima hal itu hanya
sebagai alasan Heru untuk meninggalkannya, setelah Heru puas mereguk seluruh
manis madu dan menikmati kehangatan tubuh gadis lugu seperti Wahyuningsih
itu. Yuyun tidak terima dengan sikap Heru yang seenaknya sendiri dan tidak bisa
mengambil keputusan dengan berani. Yuyun sangat kecewa dan sakit hati, ia lalu
pergi jauh mengikuti kata hati dan langkah kakinya tanpa ada seorangpun yang
tahu kemana perginya. Ditinggalkan sekolahnya, cita-citanya, dan ditinggalkan
semuanya. Tak ada seorangpun yang Yuyun pamiti termasuk kedua orang tuanya
di desa yang dengan sedih menunggu kepulangannya. Hati seorang perempuan
muda seperti Yuyun ini sudah terlanjur putus dan pupus. Tak ada lagi harapan dan
keinginan kecuali yang tersimpan di dadanya hanya dendam dan dendam yang
semakin membuat buta mata hatinya. Ia sangat membenci seorang laki-laki yang
bernama Heru Purnomo, di matanya Heru hanyalah seorang laki-laki yang
pengecut dan pecundang. Laki-laki yang tidak setia, licik, dan tidak bertanggung
jawab.
Dua bulan dalam pengembaraan pelariannya ternyata baru ketahuan bahwa
Yuyun tengah hamil buah hasil hubungannya dengan Heru. Namun pantang bagi
Yuyun pulang kembali untuk meminta pertanggungjawaban Heru. Heru sendiri
tidak pernah tahu kabar berita dan kemana perginya Yuyun. Yuyun seakan hilang
ditelan bumi. Heru sangat merasa kehilangan Yuyun hingga ia mengabaikan
wisudanya. Selama sebulan lebih Heru sibuk mencari Yuyun, mulai dari tempat-
tempat yang biasa mereka datangi sampai ia bolak-balik ke rumah Yuyun yang
berada di desa. Namun semua tidak ada hasilnya. Heru tidak menemukan Yuyun,
208
malah caci maki yang ia dapatkan dari ibunya. Ibunya menganggap bahwa Heru
lah penyebab kepergian Yuyun, karena sehari sebelum kedatangan Heru ibunya
mendapat surat dari Yuyun yang mengatakan bahwa ia tidak perlu dicari dan tidak
perlu diharapkan kepulangannya sebab hatinya telah sangat hancur karena seorang
laki-laki yang membuat cita-cita dan impiannya sirna seketika.
Tanpa disengaja kandungan Yuyun yang masih muda itu keguguran. Sama
sekali tidak disengaja. Ia merasa sudah banyak sekali dosa yang dilakukan
bersama Heru dan tidak ingin menambah dosa lagi. Yuyun bertekad untuk
menerima kelahiran bayi yang tidak berdosa itu sekalipun tidak ada seorangpun
yang menantikan kehadiran bayi tersebut. Yuyun harus dirawat di rumah sakit
selama sepuluh hari lebih karena kondisi fisiknya yang belum stabil. Untung saja
ada keluarga jauh yang bersedia mengurus biaya rumah sakit dan merawatnya
hingga pulih kembali. Semua kejadian itu menambah besar dendamnya kepada
Heru laki-laki yang dulu pernah sangat dicintainya. Yuyun berjuang untuk
melanjutkan hidupnya yang terpuruk akibat kekasihnya yang dulu tidak
bertanggungjawab. Ia bangkit dan berjuang menata hidupnya kembali, mengejar
cita-citanya yang dulu sempat ia tinggalkan bersama kepahitan hidup dan
pengkhiatan cinta. Ia yakin ini bukan akhir dari hidupnya, masih banyak
kebahagiaan yang harus diraihnya.
Sebelas tahun kemudian, Yuyun tinggal di kota Semarang, menjadi
seorang guru SD mengajar di kelas V. Yuyun mempunyai seorang murid
bernama Alisa Prihatini. Murid itu sangat disayanginya. Anak terpandai di kelas
dan sangat cantik wajahnya. Tidak disengaja Yuyun bertemu dengan ayah Lisa
yang ternyata adalah Heru Purnomo, yang sekarang menjadi orang yang sangat
Yuyun benci. Yuyun bingung karena Heru malah mengejar Yuyun untuk meminta
maaf dan melanjutkan kembali hubungannya yang dulu pernah terpisah, namun
Yuyun selalu menghindar tanpa memberi kesempatan Heru untuk menjelaskan
kejadian yang sebenarnya. Dendam lama belum terlupakan bahkan mulai
memusuhi Lisa yang dianggap anak perempuan yang telah merebut Heru dari
tangannya. Yuyun sangat membenci gadis kecil itu dan mulai menjauhinya,
sehingga membuat Lisa sedih sekali. Anak kecil ini belum pernah mengenal ibu
kandungnya, karena ibunya meninggal ketika melahirkannya dan hubungannya
209
dengan gurunya itu didambakan sebagai pengganti ibunya. Yuyun yang merasa
diharap-harapkan dua orang ayah dan anak itu merasa tidak tenang hidupnya.
Selama 33 tahun diusianya sekarang yang sudah termasuk perawan tua,
Yuyun masih memilih untuk hidup sendiri, ia belum menginginkan untuk hidup
berumah tangga karena trauma dengan bayang-bayang masa lalunya yang kelam.
Menjadi perawan tua bukan karena tidak ada laki-laki yang tertarik padanya,
tetapi karena ia memiliki rasa dendam yang terpendam sejak lama terhadap
seorang laki-laki terutama laki-laki yang bernama Heru. Di mata Yuyun semua
laki-laki yang mencoba mendekatinya itu sama saja. Tidak ada yang tulus.
Baginya semua laki-laki itu menilai rendah perempuan. Melihat perempuan dari
segi materi, cinta bisa dibeli dengan dunia dan jabatan. Perempuan seperti barang
dagangan, cintanya bisa dibeli dengan tingginya pangkat dan banyaknya uang.
Alasan itulah yang membuat Yuyun masih ingin sendiri dan belum siap menikah
meskipun umurnya sudah kelewat muda.
Sejak kedatangan Heru di kehidupannya lagi, Yuyun merasa sangat
terganggu, hidupnya tidak tenang sebab luka yang belum terobati dan sudah lama
terpendam kini muncul lagi di hadapannya. Ia merasakan lagi betapa sakitnya
dikhianati cintanya dulu. Bertahun-tahun ia masih belum bisa memaafkan Heru,
malah dendamnya kini kian menjadi-jadi. Tidak ada sisi positif sosok Heru di
matanya, meskipun Heru sudah berulang kali mengakui kesalahannya dan
meminta maaf kepada Yuyun namun tetap saja hati Yuyun yang dulunya lembut
kini menjadi keras seperti batu. Yuyun berubah menjadi sosok perempuan yang
keras kepala dan berego tinggi. Tidak ada kata maaf untuk Heru di hatinya. Yuyun
menjadi diperebutkan oleh tiga laki-laki sekaligus, Hary teman satu sekolahnya,
Endra seorang pegawai bank, dan Heru seorang insinyur kaya raya yang tak lain
adalah orang yang sangat ia cintai dulu. Namun tidak ada yang Yuyun pilih dari
mereka bertiga karena memang Yuyun masih trauma dengan kisah masa lalunya
sehingga ia tidak percaya dengan laki-laki manapun.
Endra yang sangat mengharapkan Yuyun untuk menjadi istrinya sangat
tersinggung dengan penolakan Yuyun. Ia merasa semua pengorbanannya selama
ini hanya sia-sia. Ia menganggap Heru lah penyebab ia ditolak Yuyun, Endra
merasa kalah kaya dengan Heru yang konglomerat yang mempunyai banyak
210
koleksi mobil mewah. Itulah yang menyebabkan Endra memusuhi Heru dan
menantangnya berkelahi. Endra berkelahi hebat dengan Heru hingga kasusnya
sampai ke polisi. Yuyun sangat malu dengan kejadian itu. Ia merasa menjadi
penyebab semua kejadian itu, sehingga ia memutuskan pindah ke desa lain untuk
meninggalkan semuanya. Yuyun meminta dipindahkan jauh dari kota Semarang,
mengajar SD di desa kecil lain provinsi.
Di desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota Yuyun mendambakan kehidupan
yang tenang dan nyaman. Namun bukan ketenangan dan kenyamanan yang ia
dapatkan, namun malah cacian dan fitnahlah yang ia terima karena status perawan
tua yang membuatnya difitnah mengganggu suami orang. Yuyun sangat sedih dan
sakit hati mendapat perlakuan itu. Ia sadar bahwa menghindar dari masalah bukan
jalan keluar menyelesaikan masalah namun malah menambah masalah baru. Ia
kembali pulang setelah mendapat surat dari Pak Santo, kepala SD pada waktu
Yuyun masih mengajar di Semarang yang sudah ia anggap seperti ayahnya
sendiri. Setelah kepergian Yuyun, Heru dan Lisa merasa sangat sedih karena
sudah tidak bisa bertemu lagi dengan Yuyun, orang yang mereka cintai.
Mendadak Heru masuk ke rumah sakit karena terkena serangan jantung. Ia harus
dirawat intensif karena penyakitnya yang sudah terlalu parah.
Akhir cerita karena upaya baik dari Pak Santo untuk mempertemukan
keduanya, akhirnya Yuyun baru mengetahui kisah dan kejadian yang
sesungguhnya setelah ia membaca surat dari Heru yang berisi pengakuan Heru
atas kejadian yang ia alami selama ini, bahwa ia hanyalah korban dari ambisi
pamannya yang gila akan harta dan kekuasaan. Ia dipaksa menikahi perempuan
yang sama sekali tidak ia cintai dengan mengorbankan orang yang sangat ia cintai,
yaitu Yuyun. Heru sangat marah ketika ia mengetahui bahwa perempuan yang ia
nikahi itu ternyata sudah hamil dengan laki-laki lain. Ia merasa sangat dibohongi
dan menjadi korban untuk menutupi aib dari keluarga konglomerat itu. Ternyata
Lisa bukanlah anak kandung dari Heru dan selama bertahun-tahun ini Heru juga
sangat menderita seperti Yuyun. Selama ini Heru masih sangat mencintai Yuyun
dan terus berusaha mencarinya. Setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya,
Yuyun sadar akan sikap egoisnya dan kekerasan hatinya selama ini dan ia merasa
sangat menyesal.
211
RIWAYAT HIDUP PENGARANG
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama : Ir. Amatus Sunarko
(nama samaran: ADINDA AS. utk karya tulis /
KAKANDA untuk karya cipta lagu)
Tempat/tgl lahir : Jepara, 13 September 1947 (68 tahun)
Pekerjaan : Pensiunan BUMN
Alamat : Sorogenen II/50A. RT 03 RW 01 Purwomartani Kalasan,
Yogyakarta
Status : Kawin
Nama Isteri : Lucia Sri Setyati (63 tahun)
Telpon : 085 101 416 695
Saya dilahirkan di lingkungan keluarga muslim dua bersaudara dengan
adik laki-laki dua tahun di bawah saya. Sejak umur 6 tahun saya diasuh simbah,
orang tua ibu karena ayah ibu bercerai. Tiga bulan perceraian mereka, adik saya
umur 4 tahun itu meninggal dunia. Ayah kemudian mengembara ke Kalimantan
dan menikah lagi dengan penduduk asli di sana. Ibu pindah ke kota Semarang.
Saya tetap bersama simbah, merasa sendiri dan kesepian. Hal yang membuat saya
sebagai kanak-kanak menderita ialah setelah adik saya meninggal dunia dan ayah
ibu pergi dari desa kami, tersiar kabar bahwa adik meninggal karena tidak kuat
menghadapi perceraian orang tua kami. Saya yang masih kanak-kanak berumur 6
tahun sangat traumatis adanya perceraian itu. Kehidupan masa kecil saya dapat
dibaca dalam kumpulan cerpen saya yang berjudul “Makanan dan Kasihan”
kumpulan cerpen nomor urut-25.
Simbah juga hijrah ke Semarang setelah pensiun. Saya tetap berkumpul
dengan beliau dan disekolahkan di SD Katolik. Di lingkungan sekolah saya
terpengaruh ajaran katolik. Saya rajin ke gereja. Kelas IV saya rajin mengikuti
pelajaran agama magang baptis. Kelas V saya siap dibaptis tetapi urung karena
dilarang simbah. Waktu di SMP saya juga masuk ke SMP Katolik tetapi sudah
tidak pernah ke gereja lagi, dan setelah duduk di SMA Negeri di Semarang saya
212
kembali lagi mengikuti pelajaran agama kemudian tidak terlalu lama saya dibaptis
pada waktu kelas II SMA, tanpa seijin simbah. Dorongan masuk Katolik atas
hidup saya tidak pernah surut, dan dorongan yang paling kuat ialah larangan
perceraian dalam perkawinan Katolik dimana sejak kanak-kanak saya mengalami
traumatis perceraian ayah ibuku. Ajaran itu sama persis yang diajaran dalam
agama Kristen yang melarang perceraian dan poligami.
Lepas SMA saya kuliah di Fakultas Pertanian UGM atas biaya paman,
adik ibu. Kuliah selesai akhir tahun 1974 dan tanggal 1 januari 1975 saya nikah
dengan wanita belum katolik dalam tata cara gereja katolik. Kami mempunyai
anak dua orang, perempuan dan laki-laki yang langsung dibaptis di gereja katolik.
Akhirnya istri juga dibaptis atas kehendak sendiri setelah setahun mengikuti
pelajaran agama magang baptis di pastoran. Sejak saat itu secara penuh kami
membentuk keluarga kristiani yang dulunya dari keluarga muslim, baik dari
keluarga besar saya maupun istri saya.
Karir pekerjaan saya termasuk cepat. Awal 1976 saya masuk kerja di PTP
XV-XVI di Pabrik Gula sebagai Sinder kebun dengan golongan III. Golongan
staff tertinggi waktu itu golongan VII B. Tahun 1992 saya sudah menduduki
jabatan Pemimpin Pabrik Gula (Administratur). Tiga tahun kemudian saya sudah
mencapai golongan VII B. Tahun 2002 saya terserang stroke sembilan bulan
menjelang pensiun. Saya pensiun bulan Maret 2003.
Ketertarikan dalam media cetak sejak masih SMP kelas II. Pertama kali
nasakah TTS saya dimuat di koran TEMPO Semarang pada HUT Dwi Windu
kemerdekaan RI, setelah itu saya banyak memasukan naskah TTS di Minggu Ini
koran Minggu dari SUARA MERDEKA koran terbesar di Semarang. Lulus SMP
saya sudah tidak membuat naskah TTS lagi. Saya banyak menulis puisi tetapi
tidak pernah saya kirimkan ke media, namun saya kirimkan ke teman-teman.
Sejak SMP pun saya suka menulis puisi. Sayang buku kumpulan puisi saya tahun
1965 hilang dan hanya satu dua puisi yang saya tulis pada masa remaja yang
teringat sampai sekarang. Puisi Jalang (Wengis) dan Sajak Kelabu (Gurit Klawu)
dua puisi yang masih terdokumentasi yang saya tulis tahun 1963 dalam usia saya
15 tahun 8 bulan. Puisi Jalang saya gunakan sebagai bahan kajian penulisan
artikel MENULIS PUISI UNTUK TERAPI.
213
Tahun 1967 saya mulai kuliah banyak menulis cerpen dan puisi, tidak saya
kirimkan ke media cetak tetapi saya kirimkan ke teman-teman akrab/kekasih.
Tahun 1971 menulis novellet dengan judul “CINTA DI MUSIM KEMARAU”.
Tahun 1974 menulis cerpen dalam bahasa Jawa dimuat di Mekar Sari. Sejak itu
saya rajin mengirim naskah ke majalah. Tahun 1975 cerpen saya dimuat di
majalalah FEMINA. Tahun 1976 mencoba mengikuti lomba penulisan novellet di
majalah KARTINI. Gagal.
Tahun 1994 cipta lagu yang pertama Keroncong Asli “SLAWI AYU”
dipentaskan pada waktu peringatan HUT RI di pendapa Kabupaten Slawi Tegal.
Tahun 1996 pindah tugas ke Pabrik Gula Rendeng Kudus masih wilayah kerja
PTPN IX dulunya ex PTP XV-XVI. Semakin rajin mencipta lagu, tahun 1997
berhasil rekaman cassete C-60 di PUSAKA RECORD. Satu cassete semua lagu
ciptaan saya dan aransemen musiknya juga saya garap sendiri. Tahun-tahun
berikutnya di Kabupaten Slawi diadakan lomba keroncong dalam rangka HUT
kelahiran Kabupaten Slawi dengan lagu wajib SLAWI AYU lagu ciptaan saya
tahun 1974.
Saya berdomisili di Yogyakarta setelah pensiun, dan pada kondisi pasca
stroke saya rajin mencipta lagu, terbatas lagu-lagu rohani Kristiani, jenis lagu
pop, keroncong dan dangdut tetapi belum pernah dipublikasikan. Kegemaran
bermusik itu saya sudah berhasil menyusun tiga buku teori musik: 1. CENGKOK
dalam Pembawaan Lagu Keroncong Dan Dangdut, 2. Panduan Permainan Flute
Gaya Keroncong. 3. Cara membuat Song, Multipad dan Style dengan Keyboard
Yamaha PSR S910. Masa pasca stroke dengan tangan dan kaki kiri setengah
lumpuh, kegiatan saya terutama menulis dan menulis terbatas pada tema religi.
Masa ini sudah banyak sekali saya menulis cerpen religi yang banyak dimuat di
majalah. Novellet yang pernah saya ikutkan lomba, saya terjemahkan dalam
bahasa Jawa “ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR” sudah dimuat di
majalah Djaka Lodang dalam bentuk cerita sambung. Saat ini juga sedang
berjalan novel saya dalam bentuk cerita sambung di Djaka Lodang dengan judul
“MISTERI TIKUS BANGKOK”. Novel terakhir “PANGGUGATE ANAK
KARAM” dimuat di Panjebar Semangat. Kumpulan cerpen sebanyak 30 judul
cerpen sudah saya ajukan untuk diterbitkan sebagai buku berjudul “GETAR
214
KASIH TUHAN”, secara terpisah sebagian besar sudah pernah dimuat di
beberapa media.
Demikianlah Daftar Riwayat Hidup / biografi ini saya buat sesuai dengan
sesungguhnya, untuk bisa dipergunakan seperlunya.
Yogyakarta, Maret 2016
Saya yang membuat biografi,
( Ir. A. Sunarko)
215
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
WAWANCARA 1
1. Apakah sampai sekarang Bapak masih poduktif dalam berkarya?
Jawaban :
Masih, karena kegiatan itu yang paling memungkinkan yang bisa saya lakukan
diantara hobby-hobby lain karena keterbatasan fisik pasca stroke sejak 13 Juli
2002.
2. Apa pendapat Bapak tentang hasil karya Bapak?
Jawaban :
Saya merasa hasil karya saya yang terbaik yang bisa saya kerjakan. Kalau saya
masih ragu-ragu hasil karya itu tentu belum segera dipublikasikan atau
ditunjukkan kepada orang/pihak lain. Hasil karya yang menurut saya baik itu
sifatnya sementara. Artinya di waktu lain apabila timbul ide atau pemikiran
baru tentu akan saya tambahkan, dalam hal ini bisa di katakan cara saya itu
untuk mewujudkan hasil yang lebih sempurna. Sekali lagi, lebih sempurna.
Artinya hasil karya saya itu belum pernah mencapai tingkat sempurna karena
saya merasa tidak ada karya manusia dalam wujud apapun yang bisa sempurna,
yang bisa menghasilkan karya sempurna hanya Tuhan Yang Maha Sempurna.
Dengan prinsip inilah maka saya tidak pernah memiliki hasil karya yang final,
suatu saat tentu akan berubah untuk mencapai hal yang lebih baik.
3. Menurut Bapak, apa kelemahan Bapak dalam menulis?
Jawaban :
Dalam menulis sesuatu itu harus berpegang pada konsep dasar. Semacam
tema, topik, dll. Suatu saat saya sudah menemukan suatu konsep dasar dan
mendapatkan beberapa istilah yang akan saya gunakan untuk penulisan itu
sebagai kata kunci. Tetapi kalau tidak segera ditulis akan mudah lupa padahal
itu bahan tulisan yang baik. Kadang-kadang sampai berhari-hari dan belum
segera mulai kerja. Inilah yang menyebabkan kerja saya terkesan lamban. Satu
kelemahan yang cukup mengganggu adalah kondisi fisik saya. Apabila pikiran
sedang smoot banyak ide, tentu saya ingin menulis terus. Kondisi kesehatan
216
yang membatasi, saya terpaksa berhenti tanpa saya ingini. Kalau sudah terputus
berhenti macam ini kemudian akan melanjutkan lagi ternyata sangat sulit.
4. Menurut Bapak, apa kendala yang Bapak hadapi selama menjadi sastrawan
jawa?
Jawaban :
Perbendaharaan tembung bahasa Jawa kadang-kadang hilang atau lupa, dibantu
kamus saya 5 buah kadang masih sulit mendapatkan kata yang saya
maksudkan. Memang ada kata-kata Jawa yang penting tapi belum ada misalnya
suami, isteri, sexy, pasien dll. Hal ini mendorong saya untuk menciptakan
sendiri lewat akronimisasi. Sudah saya rencanakan prosedurnya dan
pengorganisasinya supaya bisa diterima masyarakat pengguna bahasa itu.
5. Bagaimana latar belakang kepengarangan Bapak yang meliputi sejak kapan
mulai mengarang, bentuk tulisan apa saja yang pernah dibuat?
Jawaban :
Pengalaman saya sejak SMA sering mengarang surat cinta. Teman-teman tahu,
saya punya kelebihan dalam hal menulis surat cinta, khususnya yang berbahasa
Jawa. Teman sekelas laki-laki senang dibuatkan surat cinta untuk pacarnya.
Katanya surat cinta bahasa Jawa saya mempunyai kekuatan yang mampu
menyentuh dan mempengaruhi pembacanya, buktinya banyak yang berhasil.
Dengan pengalaman inilah saya merasa bahwa bahasa Jawa itu memiliki
kekuatan yang lebih dibanding bahasa Indonesia dan bahasa apapun! Jadinya
pada saat SMA saya mempunyai profesi “Pengrajin Surat Cinta” Hahahaa...
Sampai saya sudah kerja jadi Pemimpin Perusahaan kebiasaan itu masih
terbawa. Tahun 1995 ada seorang staf saya yang terancam perceraian dengan
isterinya padahal anaknya masih kecil-kecil. Tanggung jawab saya selaku
pemimpin Perusahaan BUMN harus berusaha mencegah perceraian itu sesuai
PP 10. Keahlian itu saya manfaatkan, ternyata berhasil mereka tidak jadi
bercerai! Saya berkesimpulan kehandalan menulis surat cinta itu juga ada
mnfaatnya untuk kemanusiaan.
Pada waktu muda saya paling banyak menulis puisi dan geguritan. Sayang
kumpulan puisi saya hilang sejak 1965. Novellet yang pertama yang saya tulis
tahun 1971 berjudul CINTA DIMUSIM KEMARAU. Cerpen pertama yang
217
dimuat di majalah Femina SUSY ANAK PAMANKU (1974), cerkak Jawa:
WURUNG dimajalah Mekar Sari. Banyak tulisan nuansa cinta/kisah diri tidak
pernah dikirim ke media cetak, tapi saya berikan langsung kepada yang
bersangkutan.
6. Sejak kapan cerbung "Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir" ini ditulis?
Jawaban :
Ditulis pada tahun 1976/77 dalam bahasa Indonesia dan dirubah dalam bahasa
Jawa pada tahun 2009, kemudian dimuat dalam kalawarti Djaka lodang tahun
2010.
7. Mengapa diberi judul "Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir" (ACTP)?
Jawaban :
Saya ingin menulis satu kehidupan yang banyak bersentuhan dengan
penderitaan dan kesedihan. Dari judulnya nampak bahwa adanya penderitaan
hidup yang berkepanjangan. Dari judulnya sudah bisa diraba bahwa endingnya
unhappy ending
8. Apa makna harfiah dari judul "Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir"?
Jawaban :
Ara-ara itu tanah yang luas tetapi tanah tandus dan tanpa pinggir, luas tak ada
batas/ akhirnya
9. Apa makna simbolis dari judul "Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir"?
Jawaban :
Penderitaan hidup yang tak kunjung habis
10. Cerbung "Ara-araCengkar Tanpa Pinggir" ini merupakan karya yang
keberapa?
Jawaban :
Sebagai bentuk novel/ novellet yang ke-3 yang dimuat di media. Yang tidak
dikirim ke media cetak kurang lebih 10 – 15 buah.
218
WAWANCARA 2
1. Mengapa cerita dalam cerbung "Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir" ini
menggambarkan suasana masa lalu, Pak?
Jawaban :
Karena menulisnya tahun 1976/77, jadi menggambarkan situasi sekitar tahun
1976 dan sebelumnya.
2. Apa yang melatarbelakangi Bapak menulis cerbung "Ara-ara Cengkar Tanpa
Pinggir ini?
Jawaban:
Sering kali terjadi dalam kehidupan ini, karena kesalahan sendiri menyebabkan
penderitan yang panjang bagi dirinya dan bagi orang lain juga. Ini seperti
tercermin dalam alinea yang menyatakan: “Ora saka bumi tuwuh piala, ora
saka lemah tuwuh kasusahan, nanging manungsa dhéwé sing nekakaké
cilaka marang awaké.”
3. Cerita dalam cerbung "Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir" itu pengalaman
pribadi atau hanya imainasi, Pak?
Jawaban :
Imaginasi saja. Namun saya percaya karena sifat dan sikap orang yang
beraneka ragam itu, bisa saja keadaan dalam alur cerita ACTP ini dialami
manusia hidup sekalipun tidak persis seperti dalam kisah cerita ini. Namun ada
pula yang berhubungan dengan pengalaman pribadi, misalnya saya pernah
merasa dikhianati pacar. Namun pernah juga saya yang melukai hati seorang
gadis.
4. Adakah hubungannya antara cerbung "Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir" ini
dengan kenyataan hidup Bapak?
Jawaban :
Ada yaitu seperti kondisi Heru Purnomo yang merasa berhutang budi kepada
Pamannya yang akhirnya ia melaksanakan permintaan pamannya dengan
menikahi Rima. Tetapi saya menolak keras dijodohkan dengan wanita
pilihannya. Sampai pernah beliau bilang: “Kalau kamu jadi kawin dengan dia,
maka kamu harus menyadari saya tidak akan datang dan saya tidak ikut
219
mengurus apa-apa. Saya memang memberatkan cinta saya yang akhirnya
menjadi istri saya sampai sekarang. Dalam prinsip saya: saya hutang budi
kapada paman dan berusaha akan membalas tetapi tidak harus membalas budi
dengan pengorbanan cinta. Oleh karena itu saya berusaha membalasnya dengan
berbuat baik kepada paman dan istri semasa masih hidup dan membantu anak-
anak paman sesuai kemampuan saya.
5. Apa tema cerbung "Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir" ini? Mengapa Bapak
memilih tema tersebut?
Jawaban :
kekerasan hati seorang perempuan yang membuat dirinya dan orang lain juga
menderita.
6. Mengapa Bapak memerankan tokoh utama perempuan dalam cerbung "Ara-
ara Cengkar Tanpa Pinggir"?
Jawaban :
Saya ingin mengekspresikan temperamental tokoh wanita (Yuyun) yang
akhirnya saya juga ingin menghukum wanita itu. Dengan demikian pembaca
bisa larut dalam alur cerita. Itu akan tercapai apabila saya mampu
mengungkapkan perasaan Yuyun dalam tulisan. Dan cara saya menjadikan
/berperan sebagai Yuyun, padahal saya seorang pria sebagai penulisnya.
7. Bagaimana kondisi psikis tokoh Wahyuningsih dan Heru Purnomo menurut
Bapak?
Jawaban :
Seperti gambaran dalam alur cerita Heru Purnomo seorang pria yang hidupnya
disangga pamannya sehingga pernah kalang kabut ketika ia diminta pamaannya
nikah dengan Rima. Akhirnya ia memantapkan diri untuk tetap memberatkan
cintanya untuk Yuyun. Tetapi sayang Yuyun terlanjur pergi karena merasa
dikhianati. Yuyun pergi mengikuti kata hati, sementara Heru merasa
kehilangan gadis yang sangat dicintainya. Kondisi Yuyun sendiri karena
merasa telah menyerahkan kegadisannya dan seluruh madu manis
kewanitaannya menjadi sangat peka akan perpisahan. Ketika Heru menyatakan
kebingungan dipaksa pamannya menikahi gadis yang tidak dicintainya buru-
220
buru Yuyun berkesimpulan bahwa itu hanya alasan Heru saja untuk
meninggalkannya.
8. Apakah tokoh Wahyuningsih dan Heru Purnomo merupakan pencerminan dari
jiwa Bapak? Atau apakah Bapak pernah merasakan maupun melihat
pengalaman seperti itu?
Jawaban :
Bisa dibilang begitu. Yuyun yang keras hati ada benarnya pencerminan diri
saya. Saya keras hati kalau sudah memiliki keinginan, dan tidak mudah pasrah
sebelum keinginan itu tercapai. Tetapi setelah tahu latar belakang kejadian
yang sesungguhnya dan menyadari bahwa itu tidak sesuai dengan keinginan
saya, saya cepat mampu menyesuaikan diri. Dan saya tidak pernah pendendam
seperti Yuyun. Karena saya tahu dendam itu menyakitkan diri sendiri.
Sedangkan pencerminan Heru yang melankolis memang ada pada sifat saya
dan saya cenderung juga senang mengalah untuk menghindari terjebak dalam
situasi yang makin melankolis/ sentimentil. Tetapi saya tidak sesabar Heru.
9. Apa amanat atau pesan yang ingin disampaikan Bapak melalui cerbung "Ara-
araCengkar Tanpa Pinggir"?
Jawaban :
Jangan merasa menjadi yang paling benar dan mengira orang lain yang salah.
10. Sebagai seorang sastrawan, apa harapan Bapak untuk perkembangan dunia
sastra, khususnya sastra jawa?
Jawaban :
Mendambakan generaasi muda agar tetap mencintai sastra dan budaya Jawa
yang adi luhung ini. Dan berusaha agar sastra dan bahasa Jawa mampu
berkembang, tidak seperti sekarang ini yang dikatakan istilah berjalan di
tempat. Generasi penerus etnis Jawalah yang harus berperan aktif.
221
DAFTAR KARYA-KARYA SASTRA ADINDA AS
a. Karya sastra yang berupa cerbung, yaitu:
1. Ara-ara Cengkar Tanpa Pinggir (Djaka Lodang, 2010)
2. Misteri Tikus Bangkok (Djaka Lodang, 2015)
3. Panggugate Anak Karam (Panjebar Semangat, 2016)
b. Karya sastra yang berupa cerkak, yaitu:
1. Wurung (Mekar Sari,1974)
2. Anakku, ya Kangmasku (Praba, 2009)
3. Salira Pinenthang (Praba, 2009)
4. Ora Duka (Praba, 2009)
5. Payung Natal (Praba, 2009)
6. Goroh (Praba, 2009)
7. Peteng Gawe Tentrem (Seri-1) (Praba, 2009)
8. Peteng Gawe Tentrem (Seri-2) (Praba, 2009)
9. Pangapura Ping 70 Ping Pitu (Praba, 2009)
10. Rumus (1=1.000)+(1.000=1) (Praba, 2006)
11. Umur Bumi 1656, banjur Nuh, KIAMAT (Praba, 2006)
12. Dudu Panjaga (Praba, 2009)
13. Tekane Kaya Maling (Praba, 2009)
14. Tuku Impen (Mekar Sari 2007)
15. Adol Swara (Djaka Lodang 2016)
16. Neraka (Praba, 2006)
17. Ngupadi Sihing Gusti (Praba, 2006)
18. Sodom Gomora Lebur (Praba, 2009)
19. Stroke lan Gelang (2009)
20. Bojo kang Daktresnani lan Dakasihi (2009)
c. Karya sastra yang berupa novel, yaitu:
1. Cinta di Musim Kemarau (1971)
2. Padang Tandus Tak Bertepi (1976)
222
d. Karya sastra yang berupa geguritan, yaitu:
1. Panggodha (Warta P3RI, 2009)
2. Wengis (Panjebar Semangat, 1963)
3. Gurit Klawu (Panjebar Semangat, 1963)
4. Kidung Wengi (Panjebar Semangat, 1976)
5. Wuyung (Panjebar Semangat, 1977)
6. Panggodha (Panjebar Semangat, 2006)
7. Kanggo Putuku (Panjebar Semangat, 2009)
8. Gurit Tresna Asih (Panjebar Semangat, 2016)
9. Rodha Panguripan (Panjebar Semangat, 2015)
10. Dumlewere Rah Suci (Praba, 2008)
11. Gurit Werit (Djaka Lodang, 2016)
12. Ngulandara (Djaka Lodang, 2016)
13. Sesambate Urip (Djaka Lodang, 2016)
14. Ngupadi Sihing Gusti (Djaka Lodang, 2009)
15. Nunjem Dhadha (Djaka Lodang, 2016)
16. Tembung Gurit Tresna (Djaka Lodang, 2016)
e. Karya sastra yang berupa artikel, yaitu:
1. Napsu Mangan (Rubrik Lembar Agama) (Djaka Lodang, 2016)
2. Rumangsa Dadi Wong Sugih (Djaka Lodang, 2016)
3. Carane Nulis Geguritan Kang Endah (Panjebar Semangat, 2016)
4. Kasih dan Cinta (Praba, 2009)
5. Perceraian dipandang dari Alkitab (Gunung Mulia, 2016)
6. Tuhan Mengasihi atau Mencintai Aku?? (Gunung Mulia, 2016)
f. Karya sastra yang berupa kumpulan cerpen, yaitu:
1. Getar Kasih Tuhan (kumpulan Cerpen) (Gunung Mulia, 2016)
g. Karya sastra yang berupa cerpen, yaitu:
1. Susi Anak Pamanku (FEMINA, 1975)
2. Untung Aku tidak Buta (Setetes Embun) (Kartini, 2009)
3. Makanan dan Kasihan (Oh Mama oh Papa) (Kartini, 2009)
4. Kasih yang Besar (2006)
5. Sakit dan Gelang (2006)
223
6. Nazar Utama (2007)
7. Gadis Ojek (2006)
8. Isteri yang Kukasihi dan Kucintai (2009)
9. Angin (2006)
h. Karya sastra yang berupa puisi, yaitu:
1. Laki-laki dan Tongkat Kayu di Tangannya (Warta P3RI, 2002)
2. Jalang (1963)
3. Sajak Kelabu (1963)
4. Kucuran Darah Suci (2009)
224
225
Gambar 1. Penyerahan Surat Permohonan Wawancara Penelitian Data Skripsi
Gambar 2. Penyerahan Surat Pernyataan Data Informan
226
Gambar 3. Penandatanganan Surat Pernyataan Data Informan
Gambar 4. Proses Wawancara kepada Informan Adinda AS
227
Gambar 5. Penulis Mengajukan Pertanyaan kepada Adinda AS
Gambar 6. Foto Bersama Adinda AS beserta Arsip Asli Cerbung ACTP
228
Gambar 7. Cerbung ACTP dalam Majalah Djoko Lodang
Gambar 8. Foto Karya-Karya dari Adinda AS
229
Gambar 9. Artikel Karya Adinda AS dimuat dalam Majalah Djaka Lodang
Gambar 10. Foto Karya-Karya Adinda AS dalam Wujud Geguritan
230
231
232
233
234
235
236
237