daftar isi
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………………………………ii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………………………………………iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………………………………………………….v
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………..vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………….
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….
C. Metode Penulisan………………………………………………………………..
D. Rumusan Masalah……………………………………………………………….
E. Sistematika Penulisan……………………………………………………………
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka………………………………………………………………………
B. Landasan Teori……………………………………………………………………..
BAB III. PEMBAHASAN
0
A. Obesitas………………………………………………………………………………
B. Obesitas pada Anak Maupun Remaja…………………………………..
C. Identifikasi dan Menilai Obesitas pada Remaja…………………...
D. Pengaruh Obesitas Terhadap Kesehatan dan Tanda-tanda Klinik
yang Menyertai……………………………………………………………………
E. Factor Penyebab Obesitas…………………………………………………..
F. Dampak Obesitas diusia Remaja………………………………………….
G. Penanganan Obesitas………………………………………………………….
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………………….
Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Maraknya makanan siap saji, gaya hidup sedentari (kurang aktifitas) dan
meningkatnya media komunikasi tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga sampai
di kota-kota kecil di seluruh daerah di Indonesia, mampu mempengaruhi perubahan
perilaku makan dan perilaku hidup sehat pada anak-anak sehingga beberapa dari
mereka menjadi gemuk sampai akhirnya menderita kegemukan (obesitas). Keadaan
ini akan menjadi semakin parah bila orang tua menganggap bahwa anak dengan
obesitas itu sehat dan lucu. Obesitas bukan merupakan sesuatu hal yang
membanggakan. Obesitas pada masa anak-anak dan remaja berdampak secara
signifikan terhadap kesehatan fisik maupun psikologis anak dan remaja dimasa
sekarang maupun di masa mendatang.
Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan merupakan suatu
masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja putri, kegemukan
menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna
yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping/langsing dan proporsional,
merupakan idaman bagi mereka. Hal ini semakin diperparah dengan berbagai iklan
di televisi, surat kabar dan media massa lain yang selalu menonjolkan figur-figur
wanita yang langsing dan iklan berbagai macam ramuan obat-obatan, makanan dan
minuman untuk merampingkan tubuh. Akibatnya jutaan rupiah uang dibelanjakan
untuk diet ketat, obat-obatan, dan perawatan-perawatan guna menurunkan berat
badan. Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja pria pun takut menjadi gemuk.
Bagi mereka, pria yang memiliki bobot berlebih dianggap akan mengalami
permasalahan yang cukup berat untuk menarik perhatian lawan jenis. Banyak
2
remaja pria yang berharap dapat membuat tubuhnya ideal (menjadi sedikit
berotot/kekar) dan keinginan mereka untuk itu pada sebagian remaja disalurkan
melalui kegiatan olahraga, namun sayangnya bagi mereka yang kegemukan kegiatan
olah raga akan terasa sebagai siksaan sehingga tak banyak dari mereka memilih
kegiatan tersebut untuk setidaknya membantu membentuk tubuh yang ideal. Hal
inilah yang seringkali dimanfaatkan oleh para penjual produk-produk obat-obatan
atau makanan penurun berat badan dan alat olahraga ringan untuk memperlaris
dagangannya.
Dengan melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, tidaklah berlebihan jika
dikatakan bahwa obesitas merupakan salah masalah rumit yang seringkali dihadapi
remaja dan juga termasuk orang dewasa. Hal ini tercermin dalam banyak dana yang
dikeluarkan untuk melakukan diet, membeli obat-obatan pelangsing dan peralatan
olahraga yang bertujuan untuk menurunkan berat badan karena tergiur akan iklan
yang menjanjikan tubuh ideal hanya dengan beberapa minggu saja.
Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (obese)
yang disebabkan penumpukan adipose (adipocytes: jaringan lemak khusus yang
disimpan tubuh) secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang
memiliki berat badan yang berlebih.
Dihadapkan pada obesitas, tidak jarang seorang remaja bereaksi secara
berlebihan. Tidak jarang pula mereka menjadi frustrasi karena meskipun sudah
melakukan diet ketat dan mengkonsumsi ramuan atau obat-obatan penurun berat
badan, ternyata bobot tubuh tidak kunjung susut. Untuk mencegah komplikasi
medis dan psikologis dari obesitas, maka penanganan harus dilakukan sedini
mungkin.
3
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA
Negeri 1 Surakarta sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
2. Menambah wawasan pribadi tentang obesitas dan dampaknya serta bagaimana
cara penanganan yang benar menurut kesehatan.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang obesitas yang sangat
memberi dampak bagi kesehatan fisik maupun mental.
4. Sebagai sarana latihan membuat karya tulis untuk jenjang yang lebih tinggi.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya tulis ini, Penulis menggunakan beberapa metode
penulisan, antara lain:
1. Metode Pustaka
Penulis mencari bahan penelitian dan mengambil data atau informasi dari
literature yang berhubungan dengan pembahasan masalah.
2. Metode Browsing
Penulis mencari bahan penelitian dan mengambil data melalui internet
atau media elektronik sebagai tambahan referensi.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah Obesitas itu?
2. Bagaimanakah Obesitas yang terjadi pada anak anak maupun remaja?
3. Bagaimanakah cara identifikasi dan menilai obesitas pada remaja?
4
4. Apakah pengaruh Obesitas terhadap kesehatan serta tanda-tanda kliniks
obesitas?
5. Faktor apa saja penyebab obesitas diusia remaja?
6. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh obesitas diusia remaja?
7. Bagaimanakah penanganan terbaik pada kasus obesitas diusia remaja?
E. Sistematika penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Rumusan Masalah
E. Sistematika Penulisan
BAB II. KAJIANPUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
B. Landasan Teori
BAB III. PEMBAHASAN
H. Obesitas
I. Obesitas pada Anak Maupun Remaja
J. Identifikasi dan Menilai Obesitas pada Remaja
5
K. Pengaruh Obesitas Terhadap Kesehatan dan Tanda-tanda
Klinik yang Menyertai.
L. Factor Penyebab Obesitas
M. Dampak Obesitas diusia Remaja
N. Penanganan Obesitas
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Pada sub bab ini Penulis akan menjabarkan tentang artikel atau data-data
yang Penulis peroleh dari internet yang berkaitan dengan judul karya tulis Penulis.
Penulis merasa sangat kecewa atas maraknya makanan siap saji pada jaman
sekarang ini, perubahan gaya hidup yang menjurus ke Barat-baratan, suka bersantai
atau biasa disebut sedentari (kurang aktifitas) dan meningkatnya media komunikasi
tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga sampai di kota-kota kecil di seluruh daerah
di Indonesia, mereka sudah mengalihkan pola makannya kemakanan yang tinggi
kalori, lemak, dan kolestorol, teruma terhadap makanan siap saji (fast food) sangat
disayangkan hal tersebut mampu mempengaruhi perubahan perilaku makan dan
perilaku hidup sehat pada anak-anak sehingga beberapa dari mereka menjadi gemuk
sampai akhirnya menderita kegemukan (obesitas). Didukung oleh pernyataan dari
Dr. Endang Tatar, MPH, SpA(K) bahwa Obesitas pada anak merupakan awal dari
obesitas pada dewasa dengan segala dampak buruknya. Prevalensinya cenderung
meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup. Obesitas merupakan penyakit
kronis yang terjadi karena balans energi positif dalam jangka waktu yang lama.
Penanganan obesitas harus dilakukan sejak dini, dan dilakuan secara komprehensif.
Penanganan kasus obesitas pada anak dengan cara modifikasi diet, aktifitas fisik dan
perubahan perilaku harus dilakukan secara simultan. Pemberian modifikasi diet pada
penangananan anak dan remaja dengan obesitas adalah dengan menerapkan gizi
seimbang untuk pencapaian tumbuh kembang. Dalam menangani anak dengan
dengan obesitas diperlukan keterlibatan keluarga secara aktif.
7
Selain itu, Salah satu dokter yang pernah menyandang Dokter Teladan
tingkat Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia dr. Mexitalia Setiawati
Estiningtyas, M. SpA(K) pada Tahun 1994 ini melakukan penelitian faktor risiko
obesitas pada kelompok remaja obesitas dan gizi normal pada satu SMP di
Semarang, dimana hasilnya memperlihatkan bahwa pengeluaran energi saat
istirahat (REE) dan pengeluaran energi total (TEE) setelah dikontrol berat badan
lebih rendah secara bermakna pada remaja obesitas dibanding remaja normal,
tetapi tidak ada perbedaan pada tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada kedua
kelompok. Semua subyek termasuk dalam kategori kurang aktif, dengan waktu yang
dihabiskan untuk aktivitas sedang sampai berat hanya 30 menit / hari, dan jumlah
langkah kaki 8.000 sampai 9.000 langkah kaki / hari, di bawah rekomendasi yang
dianjurkan. Berdasarkan temuan penelitian yang beliau lakukan, ada beberapa saran
yang akan Penulis uraikan lebih lanjut pada Bab pembahasan.
Penulis menemukan pada salah satu web, yaitu
http://www.voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/09/06/9841/obesitas-pada-
remaja-akibat-kurang-tidur/ menyatakan bahwa remaja yang tidur kurang dari
delapan jam perhari dan makan malam dengan lebih banyak lemak dan gemar
mengkonsumsi makanan ringan terancam mengalami obesitas. Demikian hasil
penelitian terbaru yang dirilis tim peneliti Amerika Serikat. Mereka mengatakan tidur
terlalu sedikit dapat mengakibatkan perubahan kronis dalam makanan yang dapat
meningkatkan risiko obesitas, terutama pada anak perempuan. Sebelum studi telah
menunjukkan bahwa tidur terlalu sedikit dapat menyebabkan kenaikan berat badan,
tapi temuan baru ini menunjukkan dimana kalori ekstra berasal. Meningkatkan
asupan makanan berlemak, yang biasanya tinggi kalori, dapat meningkatkan asupan
kalori secara keseluruhan setiap hari, dan jika itu terjadi secara rutin, dapat
mengakibatkan kelebihan lemak. "Demonstrasi pola diet kronis diubah pada remaja
8
dengan tidur yang lebih singkat memberikan wawasan tentang mengapa tidur yang
lebih singkat telah dikaitkan dengan obesitas dalam penelitian eksperimental dan
observasional sebelumnya," kata Dr Susan RedLine dari Brigham and Women's
Hospital dan Beth Israel dari Deaconess Medical Center di Boston.
B. Landasan teori
Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang
meningkat pada orang dewasa dan anak baik di negara maju maupun negara yang
sedang berkembang. Oleh karena itu, dengan disusunnya karya tulis yang berjudul
“PENGARUH OBESITAS TERHADAP KESEHATAN REMAJA” dapat menjadikan
referensi tentang obesitas dan penanganan yang baik bagi kesehatan remaja.
Adapun arti dari judul itu sendiri akan Penulis uraikan sebagai berikut:
PENGARUH : daya yg ada atau timbul dari sesuatu
(orang, benda) yg ikut membentuk watak
kepercayaan, atau perbuatan seseorang
OBESITAS : penumpukan lemak yg berlebihan di dl badan;
kegemukan yg berlebih
TERHADAP : kata depan untuk menandai arah; kepada; lawan
KESEHATAN : keadaan (hal) sehat; kebaikan keadaan
REMAJA : mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin
bukan kanak-kanak lagi;
BAB III
9
PEMBAHASAN
A. Obesitas
Kegemukan dan obesitas didefinisikan oleh WHO sebagai akumulasi lemak
abnormal atau berlebihan yang menyajikan risiko ke kesehatan individu.
Kegemukan dan obesitas merupakan faktor risiko utama untuk sejumlah
penyakit kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung dan kanker dan sementara itu
pernah masalah hanya di negara-negara berpenghasilan tinggi, kelebihan berat
badan dan obesitas sekarang secara dramatis meningkat di negara berpendapatan
rendah dan menengah. negara-negara tersebut kini menghadapi "beban ganda"
penyakit, untuk sementara mereka terus berhubungan dengan masalah penyakit
menular dan kurang gizi, mereka juga mengalami kenaikan yang cepat pada faktor
risiko penyakit kronis seperti obesitas dan kelebihan berat badan, khususnya di
Pengaturan perkotaan.
Under-nutrisi dan obesitas sering ada sisi-by-side dalam negara yang sama,
komunitas yang sama dan bahkan di dalam rumah yang sama dan ini beban ganda
disebabkan oleh bayi yang tidak memadai pra-natal, dan gizi anak kecil diikuti
dengan volume suara tinggi lemak , padat energi, makanan mikronutrien miskin dan
kurangnya aktivitas fisik.
Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebih pada jaringan tubuh.
Obesitas dua kali lebih sering terjadi pada remaja semenjak 30 tahun yang lalu.
Meskipun kebanyakan komplikasi pada obesitas terjadi pada masa dewasa, remaja
yang kegemukan lebih mungkin dibandingkan dengan remaja lainnya memiliki
tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Meskipun lebih sedikit dibandingkan
10
sepertiga orang dewasa gemuk yang obesitas adalah remaja, kebanyakan remaja
yang kegemukan tetap kegemukan ketika dewasa. Obesitas dapat dikenali dengan
dengan tanda dan gejala sebagai berikut: dagu rangkap, leher relatif pendek, dada
yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak, perut
membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya
berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel
menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau tak sedap. Pada
anak laki-laki, penis tampak kecil karena terbenam dalam jaringan lemak suprapubik.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan
energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-
rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria.
Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah
sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh
lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap
mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah
kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
B. Obesitas pada Anak Maupun Remaja
11
Obesitas adalah suatu keadaan dimana berat badan anak berlebihan atau
jauh diatas ukuran standar yang berlaku sesuai dengan umur dan tinggi badan
anak.Obesitas dua kali lebih sering terjadi pada remaja semenjak 30 tahun yang lalu.
Meskipun kebanyakan komplikasi pada obesitas terjadi pada masa dewasa, remaja
yang kegemukan lebih mungkin dibandingkan dengan remaja lainnya memiliki
tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Meskipun lebih sedikit dibandingkan
sepertiga orang dewasa gemuk yang obesitas adalah remaja, kebanyakan remaja
yang kegemukan tetap kegemukan ketika dewasa.
Faktor yang mempengaruhi obesitas pada remaja adalah sama seperti pada
orang dewasa. Orangtua seringkali memperhatikan bahwa obesitas adalah hasil dari
jenis penyakit endokrin, seperti jipertiroid, tetapi beberapa gangguan jarang menjadi
penyebab. Anak remaja dengan pertambahan berat badan yang disebabkan oleh
gangguan endokrin biasanya berperawakan pendek dan memiliki tanda lain pada
kondisi yang mendasarinya. Kebanyakan remaja yang obesitas hanya karena makan
terlalu banyak dan sedikit berolahraga. Karena stigma masyarakat melawan
obesitas, banyak remaja obesitas memiliki gambar diri kurang dan menjadi tambah
pendiam dan terisolasi secara sosial.
Intervensi untuk remaja yang obesitas harus memfokuskan pada
pembentukan makanan kesehatan dan kebiasaan berolahraga dibandingkan
menghilangkan berat badan dalam jumlah tertentu. Asupan kalori dikurangi dengan
mempertahankan makanan seimbang pada makanan hari-hari, membuat perubahan
tetap pada kebiasaan makan, dan meningkatkan aktifitas fisik. Camp musim panas
untuk remaja obesitas di Amerika biasanya membantu mereka menghilangkan
jumlah berat badan yang signifikan, namun tanpa usaha melanjutkan, berat badan
biasanya kembali lagi. Konseling membantu remaja menghadapi masalah mereka,
termasuk kurang mengagumi diri sendiri, bisa membantu.
12
Obat-obatan yang mengurangi berat badan biasanya tidak digunakan selama
remaja karena memperhatikan mengenai keselamatan dan kemungkinan
penyalahgunaan. Salah satu pengecualian untuk remaja obesitas dengan sejarah
kesehatan keluarga yang kuat pada diabetes jenis 2; mereka yang beresiko tinggi
terkena diabetes. Obat metformin, yang digunakan untuk mengobati diabetes, bisa
membantu mereka menghilangkan berat badan dan juga memperkecil resiko
menjadi diabetes.
Remaja yang tidur kurang dari delapan jam perhari dan makan malam
dengan lebih banyak lemak dan gemar mengkonsumsi makanan ringan terancam
mengalami obesitas. Demikian hasil penelitian terbaru yang dirilis tim peneliti
Amerika Serikat. Mereka mengatakan tidur terlalu sedikit dapat mengakibatkan
perubahan kronis dalam makanan yang dapat meningkatkan risiko obesitas,
terutama pada anak perempuan.
Sebelum studi telah menunjukkan bahwa tidur terlalu sedikit dapat
menyebabkan kenaikan berat badan, tapi temuan baru ini menunjukkan dimana
kalori ekstra berasal.
Meningkatkan asupan makanan berlemak, yang biasanya tinggi kalori, dapat
meningkatkan asupan kalori secara keseluruhan setiap hari, dan jika itu terjadi
secara rutin, dapat mengakibatkan kelebihan lemak. "Demonstrasi pola diet kronis
diubah pada remaja dengan tidur yang lebih singkat memberikan wawasan tentang
mengapa tidur yang lebih singkat telah dikaitkan dengan obesitas dalam penelitian
eksperimental dan observasional sebelumnya," kata Dr Susan RedLine dari Brigham
and Women's Hospital dan Beth Israel dari Deaconess Medical Center di Boston.
13
C. Identifikasi dan Menilai Obesitas pada Remaja
Ukuran populasi mentah obesitas adalah indeks massa tubuh (BMI) yang
merupakan indeks sederhana dari berat badan-tinggi badan untuk-yang biasa
digunakan dalam klasifikasi kelebihan berat badan dan obesitas pada populasi orang
dewasa dan individu - berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
dari tinggi dalam meter (kg/m2). BMI menyediakan mengukur tingkat populasi
paling berguna overweight dan obesitas seperti yang sama untuk kedua jenis
kelamin dan untuk semua usia dewasa tetapi hanya panduan kasar karena tidak
sesuai dengan tingkat yang sama berat badan pada individu yang berbeda.
WHO mendefinisikan seorang dewasa yang memiliki BMI antara 25 dan 29.9 sebagai
kelebihan berat badan - seorang dewasa yang memiliki BMI 30 atau lebih tinggi
dianggap obesitas - BMI di bawah 18,5 dianggap berat badan, dan antara 18,5-24,9
berat badan yang sehat.
14
BMI memberikan tolok ukur untuk penilaian individual, namun para ahli
menduga bahwa risiko penyakit kronis pada populasi semakin meningkat dari BMI
21 ke atas.
Mengukur kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak usia 5 sampai
14 tahun adalah menantang - WHO Pertumbuhan Anak Standar mencakup grafik
BMI untuk bayi dan anak-anak sampai dengan usia 5 - obesitas dikaitkan dengan
kesempatan yang lebih tinggi kematian dini dan kecacatan di masa dewasa.
rentang BMI untuk anak-anak dan remaja didefinisikan sehingga mereka
mempertimbangkan perbedaan normal dalam lemak tubuh antara laki-laki dan
perempuan dan perbedaan dalam tubuh lemak pada berbagai usia. Namun
meskipun BMI berkorelasi dengan jumlah lemak tubuh, BMI tidak secara langsung
mengukur lemak tubuh dan beberapa orang, seperti atlet, mungkin memiliki BMI
yang mengidentifikasi mereka sebagai kelebihan berat badan meskipun mereka
tidak memiliki kelebihan lemak tubuh.
Metode lain untuk menaksir lemak tubuh dan distribusi lemak tubuh
meliputi pengukuran ketebalan lipatan kulit dan lingkar pinggang, perhitungan rasio
lingkar pinggang-panggul, dan teknik seperti ultrasound, computed tomography, dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
15
D. Pengaruh Obesitas Terhadap Kesehatan dan Tanda-tanda Klinik
yang Menyertai.
Obesitas dianggap sebagai salah satu ancaman kesehatan terbesar di
masyarakat saat ini. Ada beberapa gejala-gejala medis yang dapat berkaitan dengan
obesitas dan tanda-tanda klinis tersebut dapat dideteksi pada anak-anak awal atau
pada orang dewasa awal dalam kehidupan mereka.
Peningkatan berat badan mungkin salah satu gejala yang paling umum untuk
pemberitahuan dan tidak ada yang menjadi gemuk dalam semalam dan itu
adalah proses bertahap.
Peningkatan obesitas BMI akan menunjukkan pola awal dan itu adalah ide
yang baik untuk terus mencermati pada pola indeks massa tubuh.
Peningkatan ketebalan perut adalah gejala klasik dan dapat menunjukkan
pola obesitas pada pria dan wanita.
Salah satu tanda-tanda klinis yang paling umum dari obesitas adalah makan
berlebihan. Makan berlebihan adalah sindrom yang dapat melihat pada anak-anak
dan orang dewasa. Beberapa orang hanya mengisi piring mereka di mana pun
mereka pergi dan mereka tidak pernah puas dengan sedikit makanan. Mereka
mungkin tipis saat ini tapi mungkin akhirnya mengarah pada obesitas.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energy, sebagai
penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki
lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal
antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-
23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak
tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
16
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat
badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi
juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada
pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di
pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan
pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan
gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang
mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita
tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih
mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas.
Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan
dengan gambaran buah apel.
Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara
untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah
pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada
titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran
pinggang dibagi dengan ukuran pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang
17
87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76.
Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio
pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.
Pengaruh lain bisa juga berdampak pada kesehatan psikis remaja
dikarenakan nampak luar fisik yang besar sehingga mengurangi rasa kepercayaan
diri remaja, baik remaja putri maupun remaja putra. Meraka akan lebih nyaman
untuk hidup didunia mereka sendiri dari pada hidup didunia yang kejam terlebih
tidak menginginkan kehadiran remaja yang berperawakan besar dikarenakan
obesitas.
E. Factor Penyebab Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan
dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Faktor-faktor penyebab Obesitas di antaranya adalah faktor genetik,
disfungsi salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak/olahraga,
emosi, dan faktor lingkungan.
Genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi
berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai
orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula.Dalam hal ini,
18
nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah unsur sel
lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang
hamil maka unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal,
secara otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka
tidak heranlah bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama
besar.
Kerusakan Pada Salah Satu Otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian
otak yang disebut hipotalamus –sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung
berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak.
Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak,
sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah.
Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu
hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan);
hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi nafsu makan
(pemberhentian atau pusat kenyang).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu
menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan
dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka
seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.
Pola Makan Berlebihan
Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat
badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau
19
saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin
makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang
menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak
memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.
Kurang Gerak/OlahragaTingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka
terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah
raga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan
untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh.Meski aktivitas fisik hanya
mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal,
tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran
yang sangat penting. Pada saat berolahraga, kalori terbakar. Makin banyak
berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang.Kalori secara tidak langsung
mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan
mengalami penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak
akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga
menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara
tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang
tersebut.Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja
karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur
berfungsinya metabolis normal. nggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi
orang normal.
Pengaruh Emosional
20
Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah
emosional yang tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti
anak-anak makanan dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan
makan adalah sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai
dalam kehidupannya.
Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian
orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal.
Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa 0rang gemuk biasanya
tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan /tekanan batinnya lebih
diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya.
Hal tersebut karena dalam suatu masyarakat seringkali tubuh kurus
disamakan dengan kecantikan, sehingga orang gemuk cenderung malu dengan
penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri terutama dalam hal yang
berhubungan dengan perilaku makan.
Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih
banyak apa bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan
kebenarannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat
mencekam; orang dengan berat badan yang normal makan dalam situasi yang
kurang mencekam (McKenna,1999).
Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang
dengan berat badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang,
dengan menyajikan kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat
21
jenis film yang mengundang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria,
merangsang gairah seksual dan sebuah ceramah yang membosankan.
Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan
kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton film yang
membosannkan. Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera makan
kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun film yang
membosankan.
Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi
gemuk. Jika seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk
adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung
untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor
eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah
psikologis sehubungan dengan kegemukan.
Satu hal yang paling penting untuk diingat adalah sejauh tubuh anda tidak
mengidap suatu penyakit maka tidak ada yang salah dengan tubuh yang besar
(gemuk). Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah cobalah untuk berolahraga
secara teratur dan menjaga agar emosi anda tetap terkendali.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
22
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu
makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma
makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan
kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam
jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan
memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang
dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah
berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan,
agitasi dan insomnia pada malam hari.
Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas,
diantaranya:
o Hipotiroidisme
o Sindroma Cushing
o Sindroma Prader-Willi
o Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak
makan.
Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.
Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau
keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam
tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-
kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat
23
dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan
cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu
penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah
masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih
sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya
lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami
obesitas.
Beberapa kelainan fisik yang menyebabkan kegemukan adalah:
Sindrom metabolik yang menyebabkan beberapa orang untuk memiliki
tingkat metabolisme yang sangat rendah meskipun memimpin gaya hidup
aktif.
Hypothyroidism adalah suatu kondisi yang mempengaruhi laju metabolisme
tubuh secara langsung.
Familial obesitas merupakan alasan lain dan kadang-kadang itu adalah hal
gen orang untuk menjadi gemuk.
Cushing's disease adalah kelainan langka yang dapat menyebabkan
kegemukan.
PCOS atau polycystic ovarian syndrome menyebabkan perempuan untuk
menjadi gemuk.
Beberapa penyebab psikologis obesitas merupakan pesta makan, makan
berlebihan, tumor otak dan kanker. Namun, orang tidak dapat mendiagnosa
masalah serius seperti ini berdasarkan obesitas.
24
F. Dampak Obesitas diusia Remaja
Obesitas pada seseorang lebih mungkin menyebabkan masalah kesehatan.
Bahkan obesitas ringan di mana indeks massa tubuh hanya 25 + kadang-kadang bisa
berbahaya. Sebagai contoh, penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang
kelebihan berat badan adalah 40 persen dua kali lebih cenderung meninggal lebih
awal dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan rata-rata. Kondisi ini
berlaku setelah seseorang gemuk, selama 10 sampai 30 tahun.
Beberapa resiko kesehatan yang obesitas memiliki adalah sebagai berikut:
Lemak perut:
Pasien dengan obesitas perut dicirikan oleh kelebihan lemak mendalam di
daerah perut dan mereka memiliki risiko lebih tinggi penyakit yang berhubungan
dengan berat badan. Lemak perut dapat menjadi salah satu gejala utama penyakit
jantung dan juga isu-isu terkait insulin. Wanita yang memiliki masalah seperti
obesitas akan menemukan bahwa mereka dapat mengukur lingkar pinggang sekitar
35 + inci dan pada pria pinggang dapat mengukur 40 + inci. Satu juga perlu
memeriksa rasio pinggang-pinggul.
Risiko kematian dini karena obesitas:
Menurut penelitian yang dilakukan oleh CDC, sekitar 300.000 orang Amerika
meninggal setiap tahun karena obesitas. Namun, tingkat kematian dini telah
meningkat dengan obesitas. Bahkan jumlah kecil seperti berat badan 10-20 pounds
dapat meningkatkan risiko kematian terutama pada orang dewasa yang berada di
kelompok usia 30 sampai 65 tahun. Orang yang secara langsung obesitas dan
25
mengukur lebih dari 30 di BMI mungkin memiliki 50 persen peningkatan risiko
kematian dini karena berbagai sebab.
Penyakit jantung koroner
Tipe 2 diabetes
Kanker (endometrium, payudara, dan usus)
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Dislipidemia (misalnya, kolesterol total yang tinggi atau tinggi
tingkat trigliserida)
Pukulan
Penyakit hati dan Empedu
Sleep apnea dan masalah pernapasan
Osteoarthritis (a degenerasi tulang rawan dan tulang mendasarinya
dalam bersama)
dan masalah Ginekologi (menstruasi abnormal, infertilitas).
Kondisi ini dapat menyebabkan atau memberikan kontribusi terhadap
kematian dini dan cacat substansial.
Penyakit jantung - terutama penyakit jantung dan stroke - sudah nomor satu
di dunia penyebab kematian, menewaskan 17 juta orang setiap tahun dan diabetes
telah dengan cepat menjadi epidemi global - menurut WHO proyeksi kematian
diabetes akan meningkat lebih dari 50% di seluruh dunia dalam 10 tahun
mendatang. Kurang kondisi kesehatan umum yang terkait dengan berat badan
meningkat termasuk asma, steatosis hati dan apnea tidur.
26
G. Penanganan Obesitas
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan
komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini
juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat
badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani
kebiasaan makan yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh
penderita dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan
yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
angka BMI :
Resiko rendah : BMI < 27
Resiko menengah : BMI 27-30
Resiko tinggi : BMI 30-35
Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap
penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan
penderita.
Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang
(1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk
pria) disertai dengan olah raga
Penderita dengan risiko kesehatan menengah, menjalani diet
rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400
kalori/hari untuk pria) disertai olah raga
27
Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi,
mendapatkan obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan
olah raga.
Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-
unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat
badan :
Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang
dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan
berat badan harus rendah kalori.
Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan
berat badan secara perlahan dan stabil.
Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan
setelah penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan
merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program
yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas
fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu
menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus
menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam
kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk
mengatasi masalah berat badan.
Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali
dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan
menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka
28
panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus
ditujukan untuk pendekatan jangka panjang.
Obesitas merupakan penyakit bukan hanya sekedar masalah estetika belaka.
Cara pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita obesitas yaitu dengan
melakukan obesity treatment pyramid. Dari bawah dimulai dengan modifikasi gaya
hidup, yakni diet dan aktivitas fisik, ke atas dengan farmokoterapi, dan terakhir pada
lokasi yang paling tinggi dari struktur piramid tadi adalah operasi. Diet yang
dianjurkan adalah dengan mengurangi asupan lemak. Pada diet umum, asupan
lemak yang dianjurkan adalah kurang dari 30 persen. Komposisi diet yang baik
adalah setengah porsi makan karbohidrat, sepertiga lemak dan sisanya portein.
Penurunan berat badan yang aman adalah 2 – 5 kg per bulan.
Farmakoterapi dengan obat-obatan boleh diakukan jika lingkar pinggang
meningkat dan timbul berbagai macam penyakit. Penggunaan farmakoterapi tidak
boleh dilakukan jika berat badan masih ideal. Sementara itu, operasi dilakukan
dengan mengecilkan lambung yang biasanya merupakan alternatif terakhir jika tidak
ada jalan keluar lagi.
Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-
unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat
badan:
Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan
(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah
kalori. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat
badan secara perlahan dan stabil.
29
Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan
berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari
pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan
kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang
pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus
menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan
makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat
badan.
Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali
dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan
menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka
panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus
ditujukan untuk pendekatan jangka panjang
BAB IV
Penutup
30
A. Kesimpulan
Dari uraian yang Penulis jabarkan di atas, akhirnya Penulis dapat
menyimpulkan bahwa :
Obesitas adalah kondisi medis yang dapat dengan mudah dikenali tetapi juga
sangat sulit diobati dalam beberapa kasus. Sebuah pola tidak sehat berat badan
lebih disebabkan karena pola makan yang buruk dan kurangnya latihan. Telah
terlihat bahwa anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan lebih rentan
berakhir menjadi kelebihan berat badan di usia dewasa mereka kecuali jika mereka
mengubah kebiasaan makanan mereka dan mempertahankan diet yang sehat dan
olahraga.
Hal ini sangat penting untuk memahami apa sebenarnya obesitas pada anak-
anak dan remaja. Jika seorang remaja beberapa kilo kelebihan berat badan, tidak
berjumlah obesitas. Namun, hal itu mungkin sangat menunjukkan bahwa remaja
memiliki kecenderungan untuk menambah berat badan di masa depan dan oleh
karena itu, ada kebutuhan yang mendesak perubahan dalam pola makan remaja .
Obesitas pada anak merupakan awal dari obesitas pada dewasa dengan segala
dampak buruknya. Prevalensinya cenderung meningkat seiring dengan perubahan
gaya hidup. Obesitas merupakan penyakit kronis yang terjadi karena balans energi
positif dalam jangka waktu yang lama. Penanganan obesitas harus dilakukan sejak
dini, dan dilakuan secara komprehensif. Penanganan kasus obesitas pada anak
dengan cara modifikasi diet, aktifitas fisik dan perubahan perilaku harus dilakukan
secara simultan. Pemberian modifikasi diet pada penangananan anak dan remaja
31
dengan obesitas adalah dengan menerapkan gizi seimbang untuk pencapaian
tumbuh kembang. Dalam menangani anak dengan dengan obesitas diperlukan
keterlibatan keluarga secara aktif.
B. Saran
Setelah menelaah isi karya tulis, Penulis mempunyai beberapa saran untuk
penanganan obesitas. Tiga komponen primer dari penanganan remaja dengan
obesitas adalah modifikasi diet, meningkatkan aktifitas fisik, dan modifikasi perilaku.
Modifikasi diet : Prinsip penanganan diet adalah tetap
menyediakan makanan dengan nutrien yang cukup optimum (nutrisi
seimbang), serta yang perlu diperhatikan adalah membiasakan diri
untuk makan sehat.
Aktifitas fisik : untuk mengurangi gaya hidup sedentari dan
meningkatkan penggunaan energi untuk mengeluarkan kalori.,
meningkatkan masa muskuler, dan membantu mengkontrol berat
badan.
Modifikasi perilaku : mempunyai tiga komponen, yaitu:
1) mengkontrol lingkungan,
2) monitoring diri sendiri,
3) membuat perjanjian yang realistik.
DAFTAR PUSTAKA
32
Reily JJ. (2006)Obesity in childhood and adolescence: evidence based clinical and
public health perspectives. Postgraduate Medical Journal.;82:429-437.
Schneider MB, Brill SR. Obesity in Children and Adolescents. (Pediatrics in Review.
2005;26:155-162.
Guo SS, Chumlea WC. Tracking of body mass index in children in relation to
overweight in adulthood. Am J Clin Nutr. 1999;70(suppl) :145S –148S.
Reilly JJ, Methven E, McDowell SC, et al. Health consequences of obesity: systematic
review. Arch Dis Child. 2003;88:748–52.
Whitaker RC, Wright JA, Pepe MS, Seidel RD, Dietz WH. Predicting obesity in young
adulthood from childhood and parental obesity. N Engl J Med. 1997;337:869-873.
http://www.voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/09/06/9841/obesitas-pada-
remaja-akibat-kurang-tidur/ ( 23 April pukul 14.23)
http://sehat-enak.blogspot.com/2010/03/obesitas-pada-remaja.html (23
April pukul 14. 58)
http://sweetspearls.com/health/faktor-yang-menyebabkan-terjadinya-obesitas/
( 23 April pukul 15.02)
33
http://www.dik.undip.ac.id/component/content/article/1-latest-news/56-faktor-
risiko-obesitas-pada remaja- ( 23 April pukul 18.30)
http://www.scumdoctor.com/Indonesian/obesity/Obesity-In-Teens.html (23
April 2011 pukul 18.31)
http://www.scumdoctor.com/Indonesian/obesity/Clinical-Signs-Obesity.html (15
Mei 2011 pukul 15.58)
http://my.opera.com/tarndang/blog/obesitas-bagaimana-penanganannya (22
mei 2011 pukul 14.15)
34