documentda
TRANSCRIPT
Anamnesis Dermatitis Atopik
1. Keluhan Utama: gatal
2. RPS
-Onset: Sejak kapan mulai gatal (tergantung tipe DA -> lihat kronologis)
-Durasi: Apakah gatal dirasakan hilang timbul
-Progression/kronologis: gatal dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya
akan menghebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga
timbul bermacam-macam kelainan di kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi,
ekskoriasi, eksudasi dan krusta. dermatitis atopik dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu
sebagai berikut :
1. D.A. infantil (usia 2 bulan – 2 tahun)
D.A. paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan, biasanya setelah
usia 2 bulan. Lesi mulai di muka (dahi, pipi) berupa eritema, papulo-vesikel yang
halus, karena gatal digosok, pecah, eksudatif, dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi
kemudian meluas ke tempat lain, yaitu scalp, leher, pergelangan tangan, lengan
dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi ditemukan di lutut. Biasanya anak
mulai menggaruk setelah berumur 2 bulan. Rasa gatal yang timbul sangat
mengganggu sehingga menyebabkan anak gelisah, susah tidur, dan sering
menangis.
Pada umumnya lesi D.A. infantile eksudatif, banyak eksudat, erosi, krusta, dan
dapat mengalami infeksi. Lesi dapat meluas generalisata, bahkan walaupun
jarang, dapat terjadi eritroderma. Lambat laun lesi menjadi kronis dan residif.
Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi. Pada sebagian besar penderita
akan sembuh setelah usia 2 tahun, mungkin juga sebelumnya, sebagian lagi
berlanjut menjadi bentuk anak. Pada saat itu, penderita tidak lagi mengalami
eksaserbasi, bila makan makanan yang sebelumnya menyebabkan kambuh
penyakitnya.
2. D.A. pada anak (usia 2 – 10 tahun)
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri. Lesi lebih
kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, likenifikasi dan sedikit skuama.
Letak kelainan di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian fleksor,
kelopak mata, leher, jarang di muka. Rasa gatal menyebabkan penderita sering
menggaruk. Dapat terjadi erosi, likenifikasi, mungkin juga mengalami infeksi
sekunder. Akibat garukan, kulit menebal dan perubahan lainnya yang
menyebabkan gatal, sehingga terjadi lingkaran setan “siklus gatal-garuk”.
Rangsangan garuk sering di luar kendali. Penderita sensitive terhadap wol, bulu
kucing dan anjing, juga bulu ayam, burung dan sejenisnya. D.A. berat yang
melebihi 50% permukaan tubuh dapat memperlambat pertumbuhan.
3. D.A. pada remaja dan dewasa
Lesi kulit D.A. pada bentuk ini dapat berupa plak papular-eritematosa dan
berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada D.A. remaja lokalisasi lesi di
lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan sekitar mata. Pada D.A.
dewasa, distribusi lesi kurang khas, sering mengenai tangan dan pergelangan
tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik),
vulva, putting susu atau scalp. Kadang erupsi meluas, dan paling parah di lipatan
mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar dan cenderung
bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama, dan sering terjadi
ekskoriasi dan eksudasi karena garukan. Lambat laun dapat terjadi
hiperpigmentasi.
Lesi sangat gatal terutama pada malam hari waktu istirahat. Pada orang
dewasa sering mengeluh bahwa penyakitnya kambuh bila mengalami stress.
Mungkin karena stres dapat menurunkan ambang rasa gatal. Penderita atopic
memang sulit mengeluarkan keringat, sehingga rasa gatal timbul bila mengadakan
latihan fisik. Pada umumnya D.A. remaja atau dewasa berlangsung lama,
kemudian cenderung menurun dan membaik setelah usia 30 tahun, jarang sampai
usia pertengahan. Hanya sebagian kecil yang terus berlangsung sampai tua. Kulit
penderita D.A. yang telah sembuh mudah gatal dan cepat meradang bila terpajan
oleh bahan iritan eksogen.
-Lokasi: Bayi: Lesi mulai di muka (dahi, pipi) meluas ke tempat lain, yaitu scalp,
leher, pergelangan tangan, lengan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi
ditemukan di lutut
Anak: lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian fleksor, kelopak mata, leher,
jarang di muka
Remaja dan dewasa: lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan sekitar mata.
Pada D.A. dewasa, distribusi lesi kurang khas, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah,
bersisik), vulva, putting susu atau scalp.
-Kualitas: bertambah berat pada malam hari, berkeringat, stress
-Memperberat/memperingan: berkeringat, stress, malam hari, lingkungan panas
dan lembab / diberi salep/ minum obat anti gatal
-Gejala penyerta: -
UKK: Bayi: eritema berbatas tegas, papula/vesikel miliar disertai erosi dan eksudasi serta
krusta
Anak: papula-papula miliar, likenifikasi, tak eksudatif
Dewasa: biasanya hiperpigmentasi kering, dan likenifikasi
RPD:
Adanya riwayat atopi dan atau alergi, asthma
RPK:
-Adanya riwayat alergi
- Riwayat asthma
RPSos:
-Pekerjaan (berhubungan dengan paparan alergen dan pemicu stress/emosi)
-Higienitas diri (kurang berpengaruh)
-Keadaan rumah dan Lingkungan sekitar rumah ((berhubungan dengan paparan
alergen dan pemicu stress/emosi)
Dasar Diagnosa
Kriteria diagnosis dermatitis atopik dari Hanifin dan Lobitz, 1977 :
1. Kriteria mayor ( > 3)
a. Pruritus
b. Morfologi dan distribusi khas :
1) Dewasa : likenifikasi fleksura
2) Bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor
3) Dermatitis bersifat kronik residif
4) Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
2. Kriteria minor ( > 3)
a. Xerosis
b. Iktiosis/pertambahan garis di palmar/keatosis pilaris
c. Reaktivasi pada uji kulit tipe cepat
d. Peningkatan kadar IgE
e. Kecenderungan mendapat infeksi kulit/kelainan imunitas selular
f. Dermatitis pada areola mammae
g. Keilitis
h. Konjungtivitis berulang
i. Lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita
j. Keratokonus
k. Katarak subskapular anterior
l. Hiperpigmentasi daerah orbita
m. Kepucatan/eritema daerah muka
n. Pitiriasis alba
o. Lipatan leher anterior
p. Gatal bila berkeringat
q. Intoleransi terhadap bahan wol dan lipid solven
r. Gambaran perifolikular lebih nyata
s. Intoleransi makanan
t. Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan emosi
u. White dermographism/ delayed blanch
Diagnosis Banding
1. Dermatitis Kontak Alergi
2. Dermatophytosisataur dermatophytids
3. Sindrom defesiensi imun
4. Sindrom Wiskott-Aldrich
5. Sindrom Hyper-IgE
6. Penyakit Neoplastik
7. Langerhans’ cell histiocytosis
8. Penyakit Hodgkin
9. Dermatitis Numularis
10. Skabies
11. Dermatitis Seborrheic
Penyakit Gambaran klinisSeboroik dermatitis Berminyak, squama, riwayat keluarga tidak adaPsoriasis Plak pada daerah ekstensor, skalp, gluteus, pitted nailNeurodermatitis Gatal, soliter, riwayat keluarga tidak adaContact dermatitis Riwayat kontak, ruam di tempat kontak, riwayat keluarga
tidak adaSkabies Papul, sela jari, positif ditemukan tungauSistemik Riwayat, pemeriksaan fisik. Pemeriksaan banyak sesuai
dengan penyakitDermatitis herpetiforme Vesikel berkelompok di daerah lipataDermatofita Plak dengan sentral healing, KOH negativeImmmunodefisiensi disorder
Riwayat infeksi berulang4
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah tepi : eosinofilia
2. Dermatografisme : putih
3. Percobaan asetilkolin
4. Uji tesk kulit dan provokasi
Penatalaksanaan
1. Non farmakologis
a. Menghindari aktivitas yang akan mengeluarkan banyak keringat
b. Menghindari suhu yang terlalu panas atau dingin dan kondisi dengan kelembaban
yang tinggi.
c. Menghindari bahan iritan
d. Menganjurkan untuk menggunakan pelembab kulit untuk mengatasi kulit kering
e. Memberitahukan untuk tidak menggaruk luka atau daerah kulit yang gatal karena
akan menimbulkan tempat infeksi baru.
Secara konvensional pengobatan DA kronik pada prinsipnya adalah sebagai
berikut (Menurut Boguniewicz & Leung 1996 ) :
a. Menghindari bahan iritan
b. Mengeliminasi allergen yang telah terbukti
c. Menghilangkan pengeringan kulit ( hidrasi )
d. Pemberian pelembab kulit (moisturizing )
e. Kortikosteroid topical
f. Pemberian antibiotic
g. Pemberian antihistamin
h. Mengurangi stress dan
i. Memberikan edukasi pada penderita maupun keluarganya
2. Farmakologis
a. Antihistamin golongan H1 : Loratadine tablet
b. Kortikosteroid jika gejala klinis berat dan sering kambuh
c. Antibiotik jika ada infeksi sekunder (eritromisin, tetrasiklin)
d. Salep kortikosteroid ringan pada bayi (hidrokortison krim 1-1,5%) dan
kortikosteroid kuat pada anak dan dewasa dengan likenifikasi (betametason
dipropionat 0,05%, desoksimetason 0,25%). Untuk efek lebih kuat dapt
dikombinasikan dengan asam salisilat 1-3% dalam salep.
Prognosis
1. Ad vitam : Ad bonam
2. Ad fungsionam : Ad bonam
3. Ad sanationam : Dubia ad bonam