cover pengaruh zakat terhadap pengurangan...
TRANSCRIPT
i
COVER
PENGARUH ZAKAT TERHADAP PENGURANGAN
KEMISKINAN DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)
Fatimah
11140820000057
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Ribadi
1. Nama : Fatimah
2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 9 Januari 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Bukit Pamulang Indah Blok A 13 No. 17
5. Telepon : 089606186973
6. Email : [email protected]
II. Pendidikan
1. MI Nurul Hidayah Tahun 2002-2008
2. MTSN Tangerang II Pamulang Tahun 2008-2011
3. SMK Nusantara Tahun 2011-2014
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Tahun 2014-2019
Hidayatullah Jakarta
III. Latar Belakang Keluarga
1. Nama Ayah : Umar
2. Nama Ibu : Suroya
3. Anak ke- : Dua dari empat bersaudara
IV. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Tetap UKM Bahasa-FLAT (Foreign Languages Association)
periode 2015-2019
2. Staff Languange Department UKM Bahasa-FLAT (Foreign Languages
Association) periode 2016-2017
3. Bendahara Umum UKM Bahasa-FLAT (Foreign Languages
Association) periode 2017-2018
vii
THE INFLUENCE OF ZAKAT ON
POVERTY ALLEVIATION IN INDONESIA
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of zakat collection and distribution on
poverty in Indonesia. The sample of this research is data on collection and distribution
of zakat from 34 provinces in Indonesia obtained from BAZNAS. The method of
determining the sample used is purposive sampling method. The hypothesis testing of
this study was carried out by linear regression method consisting of two linear
regression equation models
The results of this study indicate that zakat collection has an influence on the
distribution of zakat and also the distribution of zakat has the influence on poverty
alleviation. Distribution of zakat in Indonesia itself is still consumptive, while to
maximize the function of zakat itself in order to be able to alleviate poverty and improve
people's welfare in Indonesia is by maximizing zakat productively.
Key Words : Zakat collection, zakat distribution, zakat, poverty.
viii
PENGARUH ZAKAT TERHADAP PENGURANGAN
KEMISKINAN DI INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari penghimpunan zakat dan
penyalurannya terhadap kemiskinan di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah data
penghimpunan dan penyaluran zakat 34 provinsi di Indonesia yang diperoleh dari
BAZNAS. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling
method. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan metode regresi linear yang
terdiri atas dua model persamaan regresi linear.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penghimpunan zakat memiliki
pengaruh terhadap penyaluran zakat sedangkan penyaluran zakat tidak memiliki
penyaluran zakat tidak memiliki pengaruh terhadap kemiskinan. Penyaluran zakat di
Indonesia sendiri juga masih bersifat konsumtif, sementara untuk memaksimalkan
fungsi zakat itu sendiri agar mampu mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Indonesia adalah dengan memaksimalkan zakat produktif.
Kata kunci : penghimpunan zakat, penyaluran zakat, kemiskinan.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kasih
sayangnya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Zakat terhadap Pengurangan Kemiskinan di
Indonesia”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan
memberi dukungan, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, syukur
Alhamdulillah penulis hanturkan atas ridho Allah SWT skripsi ini dapat
diselesaikan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan
skripsi ini terutama kepada:
1. Orang tua penulis, yang telah mencurahkan seluruh kasih sayangnya,
memberikan dukungan yang luar biasa, dan doa yang tidak pernah henti.
2. Kakak dan adik-adik penulis yang selalu mengingatkan dan mungkin
mendoakan penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
x
6. Ibu Dr. Rini, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah bersedia dengan senang hati dan semangat meluangkan waktu untuk
membimbing penulis dan memberikan semangat dalam menyelesaikan
skripsi.
7. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
8. Seluruh staff Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Sahabat baik penulis Aisyah Muhayani S.Mat yang selalu mengingatkan
dan membantu banyak hal. Terimakasih banyak telah selalu menemani dan
selalu ada, semoga Allah SWT memberikan kesempatan pada penulis
untuk membalas kebaikan mu, dan semoga Allah SWT melimpahkan
kebagahiaan dan masa depan yang terbaik untuk Aisyah.
10. Sahabat penulis sejak SMK (Wonder, Miftahul, Bunga, Jones, Puput, Imas)
yang selalu mengingatkan baik dengan cara yang baik maupun dengan
sindiran. Selalu memberikan support dan terutama selalu menghibur
penulis setiap kali bertemu.
11. Sahabat belajar penulis (Nole dan Zia) yang selalu ada untuk hal apapun
baik kawan belajar kawan bercerita ataupun sharing berbagai hal sejak
awal kuliah di semester awal hingga akhir. Terimakasih telah menemani
dan telah menjadi sahabat terbaikku. Semoga Allah selalu melimpahkan
kebahagiaan dan menjaga silaturahmi kita.
12. Keluarga besar UKM Bahasa-FLAT (Foreign Languages Association)
yang telah memberikan Ilmu yang tidak akan penulis dapatkan dibangku
kuliah, mendidik penuis menjadi lebih dewasa, dan memberikan berbagai
pengalaman dan pembelajaran.
13. Keluarga kecil penulis, Catur Dasa yang menjadi penghibur penulis
disetiap waktu, berkembang dan belajar bersama-sama, teman-teman yang
selalu ada menemani hari-hari penulis di masa kuliah.
14. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Juni 2019
Fatimah
xii
DAFTAR ISI COVER ..................................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .....................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 8
A. Tinjauan Literatur ......................................................................................................... 8
1. Zakat ......................................................................................................................... 8
2. Kemiskinan ............................................................................................................. 11
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ................................................................................. 13
C. Hipotesis ..................................................................................................................... 24
1. Pengaruh Penghimpunan Zakat terhadap Penyaluran Zakat ................................... 24
2. Pengaruh Penyaluran Zakat terhadap Pengurangan Kemiskinan ............................ 26
C. Kerangka Pemikiran .................................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 31
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 31
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................................... 31
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 32
xiii
D. Operasionalisasi Variabel ........................................................................................... 32
E. Metode Analisis Data .................................................................................................. 35
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................................... 39
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................................ 39
B. Hasil Uji Analisis Data ............................................................................................... 40
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................................... 40
2. Hasil Uji Asumsi ..................................................................................................... 41
3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................................. 45
C. Pembahasan ................................................................................................................. 50
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................ 60
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 60
B. Saran ........................................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 62
Lampiran ............................................................................................................................... 65
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 30
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plots ........................................ 41
Gambar 4. 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot .................................. 44
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 13
Tabel 4. 1 Hasil Descriptive Statistics ................................................................................... 40
Tabel 4. 2 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ............................................ 42
Tabel 4. 3 Hasil Uji Glejser ................................................................................................... 43
Tabel 4. 4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson .............................................. 44
Tabel 4. 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Persamaan Pertama ........................................... 46
Tabel 4. 6 Hasil Uji Koefisien Determinasi Persamaan Kedua ............................................. 47
Tabel 4. 7 Hasil Uji T-Statistik Persamaan Pertama .............................................................. 48
Tabel 4. 8 Hasil Uji T-Statistik Persamaan Kedua ................................................................ 49
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat berada diposisi ketiga dalam rukun islam setelah perintah shalat
lima waktu, yang mana artinya wajib untuk dilakukan oleh setiap manusia yang
mengaku dirinya sebagai seorang muslim untuk membayarkan zakat. Zakat
merupakan salah satu rukun islam yang berperan sebagai salah satu pilar
penting ekonomi dan keuangan syariah di sisi keuangan sosial islam. Selain
berfungsi sebagai instrumen distribusi pendapatan untuk menjamin inklusifitas
seluruh masyarakat, zakat juga berfungsi sebagai instrumen pengendalian harta
individu agar mengalir secara produktif.
Selanjutnya zakat merupakan salah satu solusi alternatif dalam
mengurangi kemiskinan. Dari hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa
aktivitas devisi pengumpulan zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)
mempunyai kinerja yang cukup baik, tetapi belum optimal (Maguni, 2013).
Beik, (2009) menyatakan bahwa dalam rangka mengantisipasi dampak
perekonomian global yang antara lain berdampak pada kenaikan harga-harga
bahan pangan dan bahan bakar minyak, pemerintah pernah menyiapkan
sejumlah solusi/kebijakan untuk menanggulangi hal tersebut yang dapat
berdampak pada peningkatan kemiskinan di Indonesia, diantaranya adalah
paket Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun, dalam pelaksanaan kebijakan
BLT tersebut seringkali tidak efektif akibat koordinasi dan manajemen yang
2
kurang baik. Adanya instrument alternative diharapkan mampu menjadi solusi
terhadap masalah kemiskinan dan masalah-masalah ekonomi lainnya, salah
satu instrument tersebut adalah zakat, infaq, dan sedekah (ZIS).
Distribusi zakat dapat dikaukan dengan berbagai pola, tergantung dari
kebijakan manajerial Badan atau Lembaga Zakat yang bersangkutan.
Adakalanya disalurkan langsung kepada mustahik dengan pola konsumtif dan
adakalanya diwujudnya dalam bentuk produktif seperti yang pernah terjadi
pada zaman Rasulullah atau dengan cara memberikan modal atau zakat
dikembangkan dengan pola investasi (Maguni, 2013).
Persoalan utama zakat adalah gap yang sangat besar antara potensi
zakat dan realisasinya, hal ini disebabkan masalah kelembagaan pengelola
zakat dan masalah kesadaran masyarakat, serta masalah sistem manajemen
zakat yang belum terpadu. Sehingga, untuk masalah tersebut diperlukan strategi
yang dapat mengatasi ancaman dan tantangan yang dihadapi dan memperbaiki
kelemahan OPZ secara keseluruhan (Indrijatiningrum, 2005).
Selain itu Huda, dkk (2014) menjelaskan Terdapat tiga prioritas
masalah dan solusi pengelolaan zakat yang dibagi berdasarkan lembaga
pemangku kepentingan (stakeholder) pengelolaan zakat, yaitu regulator,
organisasi pengelola zakat (OPZ), serta muzaki dan mustahik zakat. Prioritas
permasalahan terbesar regulator adalah kurangnya peran Kemenag, sedangkan
masalah yang timbul dalam OPZ adalah rendahnya sinergi sesama stakeholder
zakat, dan terakhir proiritas masalah mustahik/muzaki adalah rendahnya
kesadaran dan pengetahuan muzaki.
3
Firmansyah, (2013) menyebutkan jika dimasa sekarang ini di Indonesia,
kesadaran masyarakat untuk membayar zakat cenderung meningkat, namun
potensi dari zakat sendiri yang begitu besar belum dapat tergali/terealisasi dan
terkordinir secara optimal. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat
untuk menyalurkan zakatnya pada lembaga pengelola zakat resmi masih
kurang. Banyak masyarakat yang lebih memilih untuk menyalurkan zakatnya
sendiri kepada mustahik, sehingga dapat terlihat bahwa pendayagunaan zakat
selama ini lebih bersifat konsumtif ketimbang produktif, maka dampaknya
terhadap pengentasan kemiskinan dan pemerataan pendapatan belum begitu
signifikan. Akibanya zakat hanya memberikan “ikan” kepada kaum miskin,
bukan kail dan hanya akan memberikan efek yang bersifat jangka pendek.
Disamping itu masalah yang mungkin kurang disadari dalam
pengelolaan zakat adalah masih lemahnya sumber daya manusia (SDM) amil.
Kebanyakan amil tidak menjadikan pekerjaannya sebagai profesi atau pilihan
karir, tapi sebagai pekerjaan sampungan atau pekerjaan paruh waktu. Selain itu
terkait kelembagaan pengelola zakat banyak dari mereka seperti masih belum
paham betul terkait tugasnya. Semenjak di bentuknya UU Nomor 38 tahun
1999 (Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat) banyak badan dan lembaga
pengelola zakat yang mulai berdiri secara masal, padahal mereka sendiri masih
mencari bentuk dan sturuktur kelembagaan dan belum memiliki sistem yang
pasti atau sesuai dengan kinerja organisasinya karena masih tergolong baru
(Mintarti, 2012)
4
Dalam acara 2nd Annual Islamic Finance Conference di Yogyakarta,
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa pengumpulan dana zakat
hingga saat ini masih belum optimal. Menkeu menilai bahwa potensi zakat
cukup besar yakni sekitar Rp 217 triliun per tahun atau lebih dari 10 persen dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Laporan dari BAZNAS
menyebutkan, bahwa selama ini baru sebesar dua persen yang dapat dihimpun
dan dikelola. Terdapat beberapa sebab tentang kesenjangan antara yang
seharusnya dan senyatanya ini. Setidaknya terdapat tiga hal: (1) pemahaman
tentang zakat mal atau zakat profesi masih lemah; (2) masih banyak masyarakat
yang membayar zakat melalui keluarga ataupun pengelola zakat informal; (3)
pengelolaan zakat yang masih konvensional sehingga trust dari muzakki
menurun (Mochlasin, 2018).
Pembentukan atau terbentuknya kesejahteraan masyarakat adalah
tujuan utama dari pengembangan ekonomi. Kesejahteraan yang merupakan
tahap kemakmuran, lebih baik daripada dimensi-dimensi spiritual dan material.
Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak dapat dipisahkan dari isu-isu
perkembangan ekonomi (kemiskinan). Pemiskinan adalah masalah mendasar
yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia (Hurearah, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk mengangkat tema
ini sebagai penelitian, peneliti ingin memfokuskan apakah zakat benar-benar
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini adalah
kemiskinan faktor yang paling krusial. Seperti yang kita tahu indikator
kesejahteraan masyarakat itu sendiri terdiri dari 8 indikator sebagai ukuran
5
tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu: kependudukan; kesehatan dan gizi;
pendidikan; ketenagakerjaan; taraf dan pola konsumsi; perumahan dan
lingkungan; kemiskinan; dan sosial lainnya (Badan Pusat Statistik, 2015).
Penelitian sebelumnya pun cenderung untuk mengangkat isu yang terjadi di
daerah tertentu saja, seperti penelitian yang dilakukan Mujiatun (2018)
misalnya, yang menjadikan Kota Medan sebagai subjek penelitiannya, atau
Husna & Nurzaman ( 2018) yang meneliti peran zakat terhadap kemiskinan di
Bukittinggi, Sumatera Barat. Oleh karena itu, peneliti melihat belum ada
penelitian yang menjadikan Indonesia sebagai subjek penelitiannya, sehingga
menjadikan Indonesia sebagai subjek penelitian ini.
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat
digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan sehingga dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Dengan itu,
peneliti memberi judul penelitian skripsi ini “Pengaruh Zakat Terhadap
Pengurangan Kemiskinan di Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah penghimpunan zakat berpengaruh signifikan terhadap penyaluran
zakat?
2. Apakah penyaluran zakat berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan
di Indonesia?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penghimpunan zakat terhadap penyaluran
zakat.
2. Untuk mengetahui pengaruh penyaluran zakat terhadap pengurangan
kemiskinan di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Untuk menambah bukti empiris mengenai faktor-faktor
mempengaruhi pengurangan kemiskinan Indonesia
b) Untuk memberikan penelitian yang berbeda terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi pengurangan kemiskinan Indonesia.
c) Memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang
manfaat penyaluran zakat bagi pengurangan kemiskinan di Indonesia.
d) Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya
uang berhubungan dengan penghimpunan dan penyaluran zakat
terhadap pengurangan kemiskinan.
2. Manfaat Praktis
a) Penelitian ini dapat memberi pengetahuan kepada para muzaki
mengenai dampak penyaluran zakat yang mempengaruhi pengurangan
kemiskinan Indonesia.
7
b) Penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan kemiskinan
Indonesia.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Zakat
Zakat adalah berkembang, bertambah, banyak, berkah dan dapat
diartikan sebagai “tumbuhan telah berzakat” apabila tumbuhan itu
bertambah besar, “nafkah itu telah berzakat”. Shadaqah dinamakan pula
zakat, karena shadaqah merupakan penyebab berkembang dan
diberkahinya harta. Akan tetapi, istilah ini kemudian ditegaskan, apabila
merujuk pada zakat maka dinamakan shadaqah wajib, sedangkan selain
zakat maka dinamakan shadaqah atau sedekah. (El madani, 2013).
Hafidhuddin, 2002 dalam (Beik, 2009) menyatakan bahwa zakat
adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara etimologis, zakat
memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan
berkah (al-barakatu). Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai
arti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk
diberikan kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan persyaratan
tertentu pula.
Jumlah kekayaan atau harta yang dikeluarkan disebut zakat sebab
harta tersebut dapat menjadi banyak, membuat lebih berarti, dan
melindungi kekayaan itu dari kebinasaan. Pihak yang mengeluarkan
9
disebut muzaki, sedangkan pihak yang menerima zakat disebut mustahik.
Dalam QS At-Taubah ayat (60) disebutkan kelompok mustahik yang terdiri
dari delapan ashnaf diantaranya orang-orang fakir, miskin, amil (pengurus-
pengurus zakat), para mu’allaf, hamba sahaya atau budak (riqab), orang-
orang yang berhutang (gharimin), untuk jalan allah (fi sabilillah) dan
musafir (ibn sabil).
Pramanik (1993) dalam (Wulansari, 2013) berpendapat bahwa
zakat dapat memainkan peran yang sangat signifikan dalam
meredistribusikan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat muslim.
Dalam studinya, Pramanik menyatakan bahwa dalam konteks makro
ekonomi, zakat dapat dijadikan sebagai instrumen yang dapat memberikan
insentif untuk meningkatkan produksi, investasi, dan untuk bekerja. Zakat
adalah mekanisme transfer terbaik dalam masyarakat.
Hafidhuddin (2002) juga menyatakan bahwa zakat adalah satu-
satunya ibadah yang memiliki petugas khusus untuk mengelolanya,
sebagaimana dinyatakan secara eksplisit dalam QS At-Taubah ayat 60. Ia
mengatakan bahwa pengelolaan zakat melalui institusi amil memiliki
beberapa keuntungan, yaitu : (i) lebih sesuai dengan tuntunan syariah,
shirah nabawiyyah dan shirah para sahabat serta generasi sesudahnya, (ii)
menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat, (iii) untuk menghindari
perasaan rendah diri dari para mustahik apabila mereka berhubungan
10
langsung dengan muzakki, (iv) untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
pengelolaan dan pendayagunaan zakat, dan (v) sebagai syiar Islam dalam
semangat pemerintahan yang Islami.
Sementara itu, al-Qardhawi (2002) mengatakan bahwa tujuan
mendasar ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai macam
persoalan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain. Sistem
distribusi zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan tersebut
dengan memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa memandang ras,
warna kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian lainnya.
Zakat, yang merupakan rukun islam ketiga bersifat sebagai rukun
masyarakat (sosial). Hukum zakat wajib bagi setiap muslim yang telah
memenuhi syarat, mensucikan diri atau nafs (zakat fitrah) maupun
mensucikan harta kekayaan (zakat mal). Kewajiban zakat serupa dengan
kewajiban shalat (QS 2:43, 110, 177, 277, 4:162, 9:103, 24:56, 73:20,
98:5). Zakat merupakan bagian dari porsi kekayaan muslim lainnya yang
membutuhkan berada pada sebagian harta muzakki sehingga zakat bukan
saja diberikan melainkan didistrusikan. Barang siapa yang tidak atau telat
membayar zakat, maka digolongakan sebagai perbuatan jahat kepada
sesame manusia (Ethica Institute of Islamic Finance, 2013).
11
2. Kemiskinan
Kemiskinan memiliki arti sebagai keterbatasan yang disandang
oleh seseorang, sekelompok, sebuah keluarga, semuah komunitas atau
bahkan sebuah negara yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam
kehidupan, terancamnya penegakan hak dan keadilan, terancamnya posisi
tawar (bargaining) dalam pergaulan dunia, hilangnya generasi, serta
suramnya masadepan bangsa dan negara (Wijayanti, 2010).
Menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah:
”the denial of choice and opportunities most basic for human
development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent
standard of living freedom, self esteem and the respect of other”.
(www.worlbank.org)
Masalah kemiskinan merupakan persoalan pokok bangsa Indonesia
yang selalu menjadi prioritas pemerintah dan menjadi agenda rutin dalam
Rencana Pembangunan Nasional. Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Angka
kemiskinan yang cenderung menurun secara melambat selama beberapa
tahun terakhir menunjukkan bahwa strategi penanggulangan yang
dilakukan oleh pemerintah belum optimal. Hal ini tergambar dari belum
meratanya pembangunan antar daerah di Indonesia. Meskipun demikian,
12
permasalahan kemiskinan memang tidak dapat teratasi dengan mudah,
karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensi yang mencakup
berbagai aspek kehidupan, tidak hanya mencakup sisi ekonomi, tetapi juga
sisi sosial dan budaya (Badan Pusat Statistik, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Beik (2009), menunjukkan
bahwa zakat mampu mengurangi jumlah keluarga miskin dari 84 persen
menjadi 74 persen. Kemudian dari aspek kedalaman kemiskinan, zakat
juga terbukti mampu mengurangi kesenjangan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan. Sehingga dapat dilihat bahwa zakat mampu
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kemiskinan di
Indonesia.
(Wulansari, 2013) menjelaskan bahwa pendayagunaan zakat erat
kaitannya dengan bagaimana cara pendistribusiannya. Kondisi itu
dikarenakan jika pedistribusiannya tepat sasaran dan tepat guna, maka
pendayagunaan zakat akan lebih optimal dalam Undang-Undang No. 23
tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan mengenai
pendayagunaan adalah (a) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha
produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas
umat. (b) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah
terpenuhi
13
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti (Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Beik, I.S. 2009.
Analisis Peran Zakat
dalam Mengurangi
Kemiskinan: Studi
Kasus Dompet Dhuafa
Republika.Impairment
Under SFAS No. 142
Variable zakat dan
variable
kemiskinan
Menggunakan data
primer.
Hasil analisa menunjukan bahwa zakat
mampu mengurangi jumlah keluarga
miskin dari 84% ke 74%. Kemudian
dari aspek kedalaman kemiskinan,
zakat juga terbukti mampu mengurangi
kesenjangan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan.
2
Husna, Shilvya
Nurzaman,
Mohamad Soleh,
2018
Efektivitas Dana Zakat
terhadap
Kesejahteraan
Mustahik (Studi Kasus
BAZNAZ Bukittinggi
Sumatera Barat)
Variable zakat
dan tingkat
kemiskinan
Penelitian ini
menggunakan data
primer,
menggunakan
variable
kesejahtreraan
spiritual.
Hasil dari penelirian ini menunjukan
bahwa instrument dana zakat dapat
secara efektif meningkattkan
kesejahteraan yang membutuhkan
(mustahik) lebih baik dari sisi spiritual
maupun dari sisi materi. Demikian juga
bila dibandingkan dengan instrumen
sosial lainnya seperti Program
Keluarga Harapan (PKH) dan
Koperasi. Instrumen dana zakat lebih
efektif dibandingkan dengan instrumen
dana PKH dan Koperasi untuk
meningkatkan kesejahteraan penerima
manfaat.
14
3 Pratama, Yoghi
Citra. 2015
Peran Zakat dalam
Penanggulangan
Kemiskinan (Studi
Kasus: Program Zakat
Produktif pada Badan
Amil Zakat Nasional)
Variable zakat dan
kemiskinan
Menggunakan data
primer, metode
penelitian ini
menggunakan
metode deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan
secara keseluruhan mustahik menilai
program zakat produktif oleh
BAZNAS sudah berjalan dengan
sangat baik. Meskipun dana zakat yang
terkumpul masih sangat kecil, tetapi
memiliki dampak nyata dalam upaya
pengentasan kemisikinan melalui
program zakat produktif. Dan zakat
menjadi instrument keuangan yang
efektif dalam permasalahan modal
kaum miskin.
4 Wulansari, Sintha
Dwi. 2013
Analisis Peranan
Dana Zakat Produktif
Terhadap
Perkembangan Usaha
Mikro Mustahik.
Variable zakat Objek penelitian
adalah kota
semarang, penelitian
menggunakan data
primer.
Hasil analisis uji beda menunjukkan
bahwa adanya pengaruh antara
pemberian bantuan modal terhadap
perkembangan modal, omzet dan
keuntungan usaha sebelum dan setelah
menerima bantuan modal usaha.
5
Abdullah,
Naziruddin, Alias
Mat Derus, Husam-
Aldin Nizar Al-
Malkawi. 2015.
The effectiveness of
zakat in alleviating
povertu and
inequalities.
Variable zakat dan
kemiskinan
Objek penelitian
adalah negara
Pakistan.
Hasil perhitungan menggunakan BNDI
mampu menjelaskan bahwa zakat
dianggap efektif untuk mengurangi
kemiskinan dan ketidaksetaraan di
Pakistan
6 Mochlasin. 2018
Zakat Untuk
Mengurangi Angka
Ketergantungan
Ekonomi dengan
Variable zakat Jenis penelitian ini
adalah penelitian
lapangan (field
research,
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penyaluran zakat produktif
dilakukan dengan tiga cara. Pertama,
model in kind, yaitu pengurus BAZIS
memberikan zakat sebagai modal tanpa
15
Penyaluran Model
Usaha Produktif
menggunakan data
primer.
harus mengembalikan serta tanpa
ikatan apun. Kedua, model
mudharabah non finansial, yaitu
pengurus BAZIS memberikan indukan
kambing, apabila kambing beranak
maka anakkannya menjadi hak
mustahiq sedangkan indukannya
dikembalikan untuk disalurkan kepada
mustahiq lainnya. Ketiga, model al-
qard al-hasan, yaitu amil menyalurkan
harta zakat dalam bentuk modal kepada
mustahiq dengan ketentuan
mengembalikan modal
7 Wan Sulaiman bin
Wan Yusoff. 2008
Modern Approach of
Zakat As an
Economic and Social
Instrument for Poverty
Alleviation and
Stability of Ummah
Variable zakat dan
variable
kemiskinan
Merupakan
penelitian kualitatif.
Dana zakat dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan sumber daya terutama
berkonsentrasi di bidang pembangunan
modal manusia untuk jangka panjang
ketimbang bantuan jangka pendek bagi
mereka yang membutuhkan dan pada
saat yang sama, mencegah penerimaan
zakat dari pengalihan ke arah yang
tidak diinginkan. Lembaga zakat harus
memiliki program jangka panjang
untuk mengajar fakir miskin tahu
bagaimana menangkap ikan daripada
setiap tahun kita hanya memberi
mereka ikan untuk makan.
16
8
Murniati, Rina
Beik, Irfan Syauqi,
1993
Pengaruh Zakat
Terhadap Indeks
Pembangunan
Manusia dan Tingkat
Kemiskinan Mustahik
: Studi Kasus
Pendayagunaan
BAZNAS Kota Bogor
Variable zakat dan
variable
kemiskinan
Menggunakan
variable
pembangunan
manusia, objek
penelitian ini adalah
Kota Bogor.
Hasil uji t-Statistik menunjukkan
bahwa pemberian zakat kepada
mustahik memberikan pengaruh nyata
pada tingkat pendapatannya. Begitu
juga dengan nilai IPM mustahik yang
mengalami peningkatan dari angka 47
sebelum distribusi zakat menjadi 49
setelah distribusi zakat. Hasil studi
menunjukkan adanya penurunan pada
tingkat kemiskinan mustahik
berdasarkan pada empat indikator
kemiskinan yang digunakan, yaitu
headcount ratio index (H), poverty gap
index (P1), income gap indeks (I), dan
Sen indeks of poverty (P2).
9 Firmansyah, 2015
Zakat sebagai
Instrumen
Pengentasan
Kemiskinan dan
Kesenjangan
Pendapatan
Variable zakat dan
variable
kemiskinan.
Menggunakan
variabel kesenjangan
Pendapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Pertama, ada kesenjangan yang
signifikan antara potensi dan realisasi
zakat di Indonesia. Kedua, lembaga
zakat resmi belum memainkan peran
penting dalam penggalangan dana
zakat, karena masih banyak pembayar
zakat yang menggunakan lembaga
zakat tidak resmi. Ketiga, alokasi
anggaran untuk mendukung zakat
produktif masih terbatas karena
beberapa kendala yang dihadapi.
Namun, kehadiran program zakat telah
mengurangi tingkat kemiskinan dan
17
ketimpangan pendapatan penerima
zakat.
10
Ayuniyyah, Qurroh
Pramanik, Ataul
Huq
Saad, Norma Md.
Ariffin,
Muhammad Irwan,
2018
Zakat for Poverty
Alleviation and
Income Inequality
Reduction
Variabel zakat dan
variabel
kemiskinan
Menggunakan
variabel
ketidaksetaraan
pendapatan.
Penelitian ini
menggunakan data
primer dan
menggunakan objek
yang berbeda
(Bogor, Depok, dan
Sukabumi)
Studi ini menunjukkan bahwa program
distribusi zakat saat ini dapat secara
signifikan mengurangi kemiskinan dan
mengurangi ketidaksetaraan
pendapatan di antara penerima zakat
yang diamati. Juga ditemukan bahwa
pengawasan spiritual dan bantuan rutin
dari petugas BAZNAS, pendidikan
informal, ukuran keluarga, usia dan
pekerjaan responden adalah variabel-
variabel yang secara statistik signifikan
dalam mempengaruhi peningkatan
pendapatan bulanan dan kerohanian
18
11 Hani’in, Umi. 2017
Pengaruh Zakat
Produktif Terhadap
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat Miskin di
Kabupaten Sragen
Variabel
kemiskinan
Menggunakan data
primer dan menguji
dengan analisis linear
berganda.
Menggunakan
variabel modal,
pendapatan,
konsumsi, kesehatan
dan pendidikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa secara simultan variabel modal,
pendapatan, konsumsi, kesehatan dan
pendidikan berpengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat
miskin di kabupaten sragen. Dimana
pendidikan memiliki pengaruh yang
paling besar.
12 Suratno. 2017
Pengaruh
Pendayagunaan Zakat
Produktif terhadap
pemberdayaan
Mustahik
Menggunakan
metode kuantitatif
dan menggunakan
variabel zakat
menggunakan
kombinasi data
primer dan sekunder.
Menggunakan
metode analisis
regresi.
menggunakan
variabel mustahiq
Hasil penelitian menunjukan jika
secara parsial variabel pendayagunaan
zakat produktif memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap
variabel pemberdayagunaan mustahiq.
13
Abu Bakar,
Mahyudin Haji,
Abdullah Haji Abd.
Ghani. 2011
Toward Achieving the
Quality of Life in the
Management of Zakat
Distribution to the
Menggunakan
variabel
penyaluran zakat
Penelitian dilakukan
dengan metode
kualitatif
Penelitian menunjukan bahwa
penyaluran zakat dapat terjadi dalam 2
setiasi. Yang pertama adalah
penyaluran langsung dalam bentuk
support yang diberikan secara terus
19
Rightful Recipents
(The Poor and Needy)
menerus pada mereka yang tidak
mampu produktif karena mereka tidak
mampu berkerja dan menemukan
makna untuk bertahan hidup. Situasi
kedua adalah ketika dana zakat menjadi
sumber untuk menjalankan aktifitas
yang dapat menghasilkan pendapatan
dan bahkan meningkatkan taraf
kehidupan penerima.
14
Nadzri, Farah Aida
Ahmad, Rashidah
Abd Rahman,
Normah Omar.
2012
Zakat and Poverty
Alleviation: Roles of
Zakat Institution in
Malaysia
Menggunakan
variabel zakat dan
kemiskinan
Penelitian dilakukan
dengan metode
kualitatif
Di Malaysia meski lembaga zakat telah
ada sejak tahun 1915, tetap masih
banyak masalah merintangi potensi
zakat dalam melawan kemiskinan,
seperti keefektifan dari distribusi zakat
untuk asnaf yang memenuhi ketentuan
dan transparansi dari lembaga zakat.
Lembaga zakat di Malaysia sekarang
telah maju untuk menjadi penyedia
modal untuk asnaf yang produktif,
sehingga penelitian ini menyarankan
jika lembaga zakat berkolaborasi
dengan agensi pemerintahan untuk
meningkatkan efisiensinya.
20
15
Akram, Man
Muhammad,
Muhammad Afzal.
2014
Dynamic Role of
Zakat in Alleviating
Poverty: A Case Study
of Pakistan
Menggunakan
variabel
kemiskinan dan
variabel zakat.
Penelitian ini
menggunakan
metode kualitatif,
berkaitan dengan
aspek teoritis terkait
strategi islam untuk
mengurangi
kemiskinan.
Hasil penelitian ini menyimpulakn
bahwa penyaluran zakat pada level
pemerintahan memiliki peran positif
dalam mengurangi kemiskinan kronis
di Pakistan dalam jangka pendek dan
jangka panjang dengan variabel lain
termasuk GDP, inflasi dan pendidikan
sekolah
16
Wikaningtyas, Suci
Utami,
Sulastiningsih.
2015
Strategi
Penghimpunan Dana
Zakat pada Organisasi
Pengelola Zakat di
Kabupaten Bantul
Variabel zakat Menggunakan
kombinasi data
primer dan sekunder.
Data primer
diperoleh dari
wawancara lembaga
pengelola zakat,
sedangkan data
sekunder dari biro
statistik Kabupaten
Bantul. Penelitian
menggunakan
metode kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa lembaga pengelola zakat di
Bantul berada dalam posisi IB
Quadrant dan IIA quadrant, sehingga
lembaga pengelola zakat harus
mengimplementasikan strategi yang
tetap seperti perbaikan internal, dan
secara aktif mempertahankan pasar
yang telah dikuasai. OPZ bisa juga
mengambil strategi ekspansi seperti
perluasan pasar tapi tidak agresif.
21
17
Haque, Marissa,
Rifzaldi Nasri,
Nuraini, M Yusuf.
2016
Measurement
Optimalization of
Zakat Distribution at
Lembaga Amil Zakat
Using Variabel
Measurement of
Economy
Menggunakan
metode kuantitatif
Hasil penelitian ini dengan beberapa
indikator untuk menganalisis semua
variabel menghasilkan output dan hasil
yang objektif, yaitu pengaruh
optimalisasi dari pengukuran ekonomi.
Pengukuran optimalisasi dari distribusi
zakat dengan menggunakan variabel
pengukuran ekonomi yang mana
variabel independen/eksogen adalah
output dan objective, dapat digunakan
sebagai model untuk mengukur
performa lembaga amil zakat
18
Ali, Isahaque,
Zulkarnain A.
Hatta. 2014
Zakat as a Poverty
Reduction Mechanism
Among the Muslim
Community: Case
Study of Bangladesh,
Malaysia, and
Indonesia.
Menggunakn
variabel zakat dan
kemiskinan
Penelitian ini
menggunakan
metode kualitatif
Sistem zakat yang sudah berdiri dan
terlaksana di Malaysia dan Indonesia,
dapat menjadi role model untuk negara
muslim lainnya di dunia.
Pengimplementasian atas
penghimpunan dan penyaluran zakat
yang sukses diharapkan dapat
mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan standar kehidupan
masyarakat miskin di Bangladesh,
Malaysia, dan Indonesia yang mana
relative membutuhkan periode waktu
yang panjang. Sehingga pada dasarnya
berbagai segi kemiskinan
22
membutuhkan berbagai pendekatan
pada pengurangan kemiskinan
berdasarkan pada perkembangan
potensi manusia, kreativitas, dan
kepanjangan akal daya masyarakat
miskin, membangun sumberdaya
mereka, kemampuan dan kemampuan
bertahan.
19
Javaid, Saima,
Husam Aldin Nizar
Al-Malkawi. 2018
Corporate Social
Responsibility and
Financial
Performance in Saudi
Arabia Evidence from
Zakat Contribution
Variabel zakat, dan
menggunakan data
sekunder.
Menggunakan
variabel corporate
financial
performance
Hasil penelitian menunjukan bahwa
ada hubungan positif yang kuat antara
CSR (Zakat) dan CFP. Maka terkait hal
itu disarankan jika zakat berkontribusi
secara positif untuk profitability dan
nilai perusahaan dan dapat
dipertimbangkan sebagai win-win
strategi untuk memperbesar
keuntungan dan meningkatkan
performa sambil memperhatikan
keadaan masyarakat sekitar dengan
zakat.
23
20
Rulian, Nadilla
Ambarfauziah,
Lukytawati
Anggraeni, Deni
Lubis.2014
Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi
Muzaki dalam
Memilih Organisasi
Pengelola Zakat
(OPZ): Studi Kasus di
Badan Amil Zakat
Nasional Kota Bogor
Menggunakan
metode kuantitatif
Menggunakan data
primer, yakni dengan
wawancara kepada
muzaki dan
menggunakan
kuesioner
Faktor-faktor yang mempengaruhi
muzakki dalam memilih organisasi
pengelola zakat adalah pendapatan,
tingkat kepercayaan, dan kesan atau
gambaran dari institusi pengelola
zakat. Dan pandangan dari para
muzakki terhadap performa BAZNAS
Kota Bogor dapat dikatakan bagus,
cukup dapat dipercaya, tanggap dan
nyata.
21
Abdelmawla,
Mutasim Ahmed.
2014
The Impact of Zakat
and Knowledge on
Poverty Alleviation in
Sudan: An Empirical
Investigation
Variabel zakat dan
kemiskinan
Menggunakan
variabel pengetahuan
atau pendidikan. Dan
menggunakan data
sekunder.
Zakat dan pengetahuan berpengaruh
signifikan pada level 1% dalam
mengurangi kemiskinan di sudan.
Kemudian lebih jauh hasil penelitian
ini menunjukkan jika pengurangan
kemiskinan di sudan lebih responsive
terhadap pengetahuan dibandingkan
zakat. Sehingga penelitian ini
merekomendasikan peningkatan
pengetahuan dan kualitas pendidikan.
24
C. Hipotesis
1. Pengaruh Penghimpunan Zakat terhadap Penyaluran Zakat
Angka kemiskinan yang tinggi di Indonesia menjadi bahan evaluasi
bagi bangsa ini untuk mencari instrumen yang tepat dalam mempercepat
penurunan kemiskinan tersebut. Berbagai kebijakan baik sektoral, moneter
dan fiskal maupun kebijakan lainnya ternyata belum efektif dalam
menurunkan angka kemiskinan yang signifikan bagi bangsa ini. Ini
tergambar dalam angka kemiskinan saat ini yang mencapai 14% dari total
jumlah penduduk di Indonesia artinya ada sekitar 30 juta rakyat miskin di
Indonesia. Selain itu Gap antara tingkat kekayaan dan kemiskinan
penduduk Indonesia yang besar menunjukkan ada permasahan dalam
distribusi kekayaan maupun pendapatan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
oleh koefisien gini yang menjadi parameter dalam menunjukkan tingkat
ketimpangan kekayaan yang mencapai 0,4 (Pratama, 2015)
Pratama, (2015) juga menyebutkan jika zakat merupakan salah satu
instrumen Islami yang digunakan untuk distribusi pendapatan dan
kekayaan. Adanya zakat firah, zakat maal dan zakat profesi diharapkan
dapat menekan tingkat ketimpangan kekayan di Indonesia, selain itu juga
zakat dapat diandalakan sebagai salah satu mekanisme dalam mengatasi
masalah kemiskinan yang terjadi di Indonesia, melalui program zakat
produktif.
25
Salah satu penelitian terkait dampak zakat terhadap kemiskinan di
Pakistan dilakukan oleh Malik (1988) dalam Abdullah dkk (2015),
menyebutkan jika pada tahun 1988, Negara Pakistan memiliki populasi
hingga mencapai angka 97 juta jiwa yang mana sekitar 18% atau 17,5 juta
jiwa menyentuh garis kemiskinan. Namun, selama kurang lebih 11 periode
dimana setiap tahunnya angka populasi meningkat hingga 25 juta jiwa,
jumlah golongan miskin menurun hingga 11 juta jiwa. Perlu disebutkan
pula yang mana penurunan kemiskinan ini dapat terjadi sebagian karena
adanya program Islamisasi, yang mana banyak difokuskan pada
pengenalan zakat (pajak islam) yang telah memberikan kontribusi
signifikan terhadap kemajuan tersebut. Secara khusus, menurut penelitian
Mohammad (1991) zakat telah memberi manfaat 7,21 juta atau 42.58
persen dari total rumah tangga miskin di Pakistan pada tahun 1988.
Zakat akan dapat memberikan dampak yang lebih luas (multiplier
effect), dan menyentuh semua aspek kehidupan, apabila pendistribusian
zakat lebih diarahkan pada yang kegiatan bersifat produktif. Sebagaimana
oleh Jamal (2004) dalam Pratama, (2015) mengemukakan bahwa
pemanfaatan zakat juga perlu dilakukan ke arah investasi jangka panjang.
Hal ini bisa dalam bentuk, pertama zakat dibagikan untuk mempertahankan
insentif bekerja atau mencari penghasilan sendiri di kalangan fakir miskin.
Kedua, sebagian dari zakat yang terkumpul, setidaknya 50% digunakan
untuk membiayai kegiatan yang produktif kepada kelompok masyarakat
fakir miskin, misalnya penggunaan zakat untuk membiayai berbagai
26
kegiatan dan latihan ketrampilan produktif, pemberian modal kerja, atau
bantuan modal awal. Lembaga amil zakat harus bisa membangun jaringan
dengan pemberdayaan penerima zakat. Lembaga zakat berfungsi sebagai
pembina dari para penerima zakat dalam mengembangkan dan
menyalurkan dana zakat yang telah terhimpun. Sehingga ini juga
merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh lembaga amil zakat (Suratno,
2017) dimana dengan penghimpunan yang diperoleh secara maksimal
maka seharusnya memberikan dampak penyalurandari zakat tersebut yang
juga maksimal. Apabila pendistribusian zakat semacam ini bisa
dilaksanakan, maka akan sangat membantu program pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan, memeratakan pendapatan, dan mempersempit
kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. Dari uraian diatas
diperoleh hipotesis alternatif:
H1 : Penghimpunan zakat berpengaruh terhadap penyaluran zakat.
2. Pengaruh Penyaluran Zakat terhadap Pengurangan Kemiskinan
Zakat dapat disalurkan kepada mustahik dalam bentuk konsumtif
maupun usaha produktif dalam rangka penganganan fakir miskin dan
meningkatan kualitas umat apabila kebutuhan dasar mustahik telah
terpenuhi. Adapun aspek pelaporan diperlukan untuk memenuhi unsur
transoaransi dan akuntabilitas.
Survey yang dilakukan Mubarok & Fanani, (2014) menjelaskan
bahwa potensi dana zakat nasional pada tahun 2007 adalah sebesar 11.5
trilyun rupiah, atau naik hampir dua kali lipat dari hasil survei potensi zakat
27
2004 yang hanya mencapai 6.1 trilyun rupiah. Angka potensi zakat ini
diperoleh dengan menggunakan informasi hasil survei mereka di 10 kota
besar di Indonesia, antara lain: (i) jumlah muzakki (merasa dirinya sebagai
muzakki) mencapai 55%, (ii) muzakki yang benar-benar membayar zakat
adalah 95.5%, (iii) nilai rata-rata zakat yang dibayarkan pada tahun 2007
adalah Rp. 684.550, dan (iv) jumlah keluarga sejahtera muslim adalah 32
juta jiwa.
Untuk memaksimalkan potensi zakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pengelolaan zakat sekarang ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu pengelolaan zakat secara konsumtif dan produktif.
Pengelolaan zakat secara konsumtif yaitu pengumpulan dan
pendistribusian yang dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar
ekonomi para mustahiq berupa pemberian bahan makanan dan lain-lain
serta bersifat pemberian untuk dikonsumsi secara langsung, sedangkan
pengelolaan zakat secara produktif yaitu pengelolaan zakat dengan tujuan
pemberdayaan dan biasa dilakukan dengan cara bantuan modal pengusaha
lemah, pembinaan, pendidikan gratis, dan lain-lain (Suratno, 2017)
Mubarok & Fanani (2014) juga menyebutkan dalam proses
penghimpunan dana zakat terdapat faktor yang dapat mempengaruhi
penghimpunan dana zakat itu sendiri. Faktor-faktor tersebut Pertama,
masyarakat belum sepenuhnya percaya terhadap lembaga amil zakat,
dimana zakatnya disalurkan. Ada beberapa alasan yang membuat
masyarakat meragukan lembaga amil zakat, antara lain adanya anggapan
28
lembaga amil zakat berafiliasi dengan partai politik dan lembaga
(departemen agama) yang memiliki citra negatif (korupsi), lembaga amil
zakat belum mempunyai database mustahiq yang akurat, sepak terjangnya
di tengah masyarakat belum dirasakan secara konkrit. Akibat dari
ketidakpercayaan tersebut, masyarakat kemudian mengeluarkan zakatnya
langsung kepada mustahiq (kelompok penerima). Kedua, masih banyak di
antara kaum muslimin yang belum mengerti cara menghitung zakat, dan
kepada siapa zakatnya dipercayakan untuk disalurkan. Ketiga, lemahnya
kerangka aturan dan institusional zakat seperti tidak adanya sanksi apa pun
bagi orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat. Hal ini berbeda dengan
pajak, yang jika tidak dibayar bisa dikenai sanksi. Keempat, masih
rendahnya efisiensi dan efektivitas pendayagunaan dana zakat lembaga
zakat kurang berinovasi dalam pendayagunaan.
Dengan pemanfaatan zakat secara produktif, sehingga mampu
membantu para penerima zakat yang membutuhkan secara lebih optimal
dibandingkan dengan hanya memberikan bantuan yang bersifat konsumtif,
karena hanya sementara. Dengan pemanfaatan zakat untuk memberikan
modal usaha, atau usaha produktif lainnya otomatis akan membantu
masyarakat untuk menjadi lebih produktif dan memiliki kegiatan yang
menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok setiap
bulannya.
Bila kita coba telaah lebih dalam, penghimpunan dana zakat yang
tinggi memiliki makna yang baik, itu menunjukan bahwa masyarakat telah
29
mampu memenuhi kebutuhannya sehingga mampu membayarkan zakat,
atau dengan kata lain masyarakat sudah cukup sejahtera dan berkecukupan.
Sehingga dari situ kita bisa menarik kesimpulan pengelolaan dan
penyaluran zakat yang baik dan maksimal tentu dapat memberikan
pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di Indonesia, dalam
dampaknya terhadap kemiskinan tentunya. Maka dari itu diperoleh
hipotesis alternative:
H2: Penyaluran zakat berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan di
Indonesia.
30
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
1
H1
H2
Zakat salah satu praktik
pengajaran Islam yang memiliki
peran penting dalam
perkembangan ekonomi-sosial
Hasil yang diharapkan
Kesimpulan dan saran
Metode analisis : Analisis Regresi linear
Grand Teori : Zakat
Penghimpunan Zakat
(X1)
Pengurangan
Kemiskinan (Y2)
Penyaluran Zakat (Y1)
Pengaruh Zakat terhadap Pengurangan Kemiskinan di Indonesia
Penyaluran dan penghimpunan
zakat yang belum berjalan
dengan maksimal di Indonesia
khususnya
Penyaluran Zakat (X2)
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa hubungan kausalitas untuk menjelaskan hubungan dari dua
model persamaan, yaitu penghimpunan zakat terhadap penyaluran zakat,
kemudian juga hubungan penyaluran zakat terhadap pengurangan kemiskinan.
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada satu dari delapan indikator
kesejahteraan masyarakat menurut BPS, yaitu kemiskinan.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling method, yaitu metode pemilihan sampel yang sengaja memilih
sampel-sampel tertentu dan mengabaikan sampel-sampel lainnya. Metode
pemilihan sampel ini dipilih untuk kemudahan dalam mendapatkan informasi
yang digunakan untuk memenuhi kriteria pengolahan data, dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Laporan data pengumpulan dan penyaluran dana zakat dari 34 provinsi di
Indonesia yang tercatat dalam BAZNAS setiap tahunnya.
2. Laporan data perkembangan sosial ekonomi Indonesia terkait kemiskinan.
3. Data yang dipublikasikan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian
32
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
laporan bulanan perkembangan data sosial ekonomi Indonesia dan laporan
penghimpunan dan penyaluran zakat Indonesia. Data dikumpulkan melalui
website resmi BPS yaitu www.bps.go.id dan BAZNAZ www.baznaz.go.id
D. Operasionalisasi Variabel
Pada bagian ini akan dijelaskan variabel-variabel yang akan digunakan
dalam penelitian ini dan cara pengukurannya.
1. Zakat
Zakat yang secara harfiah berarti pertumbuhan, perluasan dan
pemurnian adalah premium (dalam banyak kasus tahunan) pada semua
bentuk akumulasi kekayaan produktif dan pada berbagai hasil pertanian.
Ini dihitung pada berbagai tingkat sesuai dengan sifat aset atau produk, dan
disebabkan oleh 'yang membutuhkan' (Mustahqueen atau Mustahiq untuk
tunggal) dari komunitas Muslim. Ini adalah salah satu dari lima prinsip
dasar Islam dan selain menjadi tindakan ibadah wajib, itu adalah sistem di
mana masyarakat Muslim dapat memberantas kemiskinan dan
ketidaksetaraan (Mohammad, 1991).
Penelitian ini menggunakan 2 model regresi linear sederhada, karena
penelitian ini bertujuan untuk menguji secara terpisah (1) hubungan
penghimpunan zakat terhadap penyaluran zakat, (2) hubungan Penyaluran
zakat terhadap pengurangan kemiskinan. Dengan itu, maka untuk
penelitian ini ditentukan bahwa penghimpunan zakat sebagai variabel
33
independen yang kemudian disebut X1, dan penyaluran zakat pada
persamaan pertama sebagai variabel dependen yang disebut Y1, sedangkan
pada persamaan kedua berfungsi sebagai variabel dependen yang
kemudian disebut X2. Data zakat ini diperoleh dari laporan zakat yang
diterbitkan oleh BAZNAZ dalam www.baznaz.go.id.
Data zakat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
penyaluran dan penghimpunan zakat pada 34 proinsi Indonesia pada tahun
2015 sampai dengan 2017 sesuai dengan informasi yang telah di publish
oleh BAZNAS dalam website resminya.
2. Kemiskinan (Y2)
Kemiskinan merupakan kondisi dimana tidak mampunya seseorang
atau sekelompok untuk memiliki pilihan dan kesempatan paling mendasar
dalam pemenuhan kebutuhan perkembangan manusia seperti standar
kehidupan sehat dan panjang, kreasi hidup dan memiliki kebebasan, harga
diri, dan rasa hormat.
Pada penelitian ini kemiskinan dihitung atau diukur dengan headcount
index yang menunjukkan presentase penduduk miskin yang berada
dibawah garis kemiskinan. Headcount index secara sederhana mengukur
proporsi yang dikategorikan miskin.
Headcount ratio adalah alat yang paling sering digunakan untuk
mengukur tingkat kemiskinan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui
berapa jumlah orang miskin yang sebenarnya berdasarkan garis
kemiskinan negara dan menghitung persentasenya. (Beik, 2009)
34
P0 = Np
𝑁
Dimana :
P0 = persentase penduduk miskin (headcount index)
Np = Banyaknya penduduk miskin yang berada dibawah garis
kemiskinan
N = jumlah penduduk.
Angka yang ditunjukan menunjukkan proposi penduduk miskin disuatu
wilayah. Persentase penduduk miskin yang tinggi menunjukkan tingkat
kemiskinan disuatu wilayah juga tinggi. Data kemiskinan yang digunakan
dalam penelitian ini tidak menggunakan data dengan tahun yang sama
seperti variabel penyaluran dan penghimpunan zakat. Jika data pada
variabel tersebut digunakan dari Januari 2015 sampai dengan data akhir
tahun 2017, data variabel dependen yang digunakan mulai dari bulan Maret
2016 sampai Maret 2018 sehingga memiliki interval waktu selama tiga
bulan mengingat Badan Pusat Statistik melakukan publikasi data sebanyak
dua kali dalam satu tahun (persemester), pada bulan September dan Maret.
Karena penelitian ini ingin melihat dampak dari zakat yang hanya dapat
dilihat dengan membandingkan dengan data dimasa depan atau jangka
panjangnya mengingat variabel dependen penelitian ini adalah kemiskinan,
yang mana tidak akan memberikan pengaruh secara instant, dimana suatu
perputaran ekonomi akan memerlukan waktu sehingga dirasa kurang tepat
35
jika menggunakan data kemiskinan pada tahun yang sama atau tahun
berjalan.
E. Metode Analisis Data
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif memberikan deskripsi atau suatu gambaran
berdasarkan nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali,
2016). Pada penelitian ini uji statistic deskripstif yang akan di sajikan
adalah nilai minimum, maximum, mean, dan standar deviasi.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan
pengujian asumsi klasik yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa
model yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis
regresi guna menetahui apakah analisis data untuk pengujian dapat
dilanjutkan atau tidak dan data yang didapatkan akurat atau terhindar dari
bias (Nuehasanah, 2016). Pada penelitian ini pengujian yang dilakukan
yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolineritas, dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2016). Data berdistribusi normal artinya data mempunyai
36
sebaran merata sehingga benar-benar mewakili populasi (Nurhasanah,
2016).
Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan
uji hipotesis atau model-model penelitian lainnya. Dengan kata lain,
uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data empiris yang
didapatkan dari lapangan sesuai dengan distribusi teoritis tertentu
(Ghozali, 2016).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasttisitas adalah uji yang bertujuan untuk menguji
apakah terjadi ketidaksamaan varian residual dari suatu pengamatan
ke pengamatan lain dalam sebuah model regresi. Konsep
heterokedastisitas atau homokedastisitas didasarkan pada penyebaran
varian variable dependen. Untuk menguji terjadi tidaknya
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara
nialai prediksi variabel dependen dan residualnya. Terjadi tidaknya
heteroskedastisitas dilihat melalui sebaran titik-titik yang tidak
memiliki pola yang jelas di atas dan di bawah sumbu Y (Ghozali,
2016)
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terdapat korelasi, maka
dinamakan terdapat masalah autokorelasi (Ghozali, 2016).
37
Autokorelasi biasanya timbul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Autokorelasi terjadi
karena observasi yang dilakukan sepanjang waktu yang berurutan dan
berkaitan satu sama lain. Masalah ini sering mucul pada observasi
yang menggunakan data time series karena gangguan pada suatu
individu/kelompok mempengaruhi individu/kelompok tersebut pada
periode selanjutnya.
3. Uji Hipotesis
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhada ini dilakukan bila hanya
melibatkan dua variabel, yaitu satu variabel independen dan satu
variabel dependen. Disebut linear sederhana karena variabel
dependen diasumsikan berhubungan linear dalam parameter dan
linear dengan variabel independen (Qudratullah, 2012)
Uji analisis regresi pada penelitian ini dibuat secara terpisah
sehingga terbentuk 2 model
Y = a + b1X1+e
Dimana :
Y = Penyaluran Zakat
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Penghimpunan zakat
e = error (tingkat salah pendugaan dalam penelitian)
38
Y = a +b2X2 + e
Dimana :
Y = Pengurangan Kemiskinan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X2 = Penyaluran Zakat
e = error (tingkat salah pendugaan dalam penelitian)
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
sejauh mana variable independen dalam model regresi
menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi (R2) ini
menunjukan presentase sumbangan pengaruh variabel
independen terhadap variavel dependen. Semakin besar nilai R2
maka menunjukan semakin baik juga model regresi data yang
ada.
2) Uji Statistik T
Uji statistik t digunakan untuk memprediksi variabel
dependen atau untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
(setiap) variabel independen secara individual dalam
menjelaskan variabel dependen.
39
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder
berupa data panghimpunan dan penyaluran zakat nasional Indonesia yang di
publikasikan oleh BAZNAS dan data statistik tingkat kemiskinan di Indonesia
yang di publikasikan oleh Badan Pusat Statistik. Sampel penelitian ini adalah
data zakat BAZNAS dari 34 provinsi selama tahun 2015-2017 dan data tingkat
kemiskinan Indonesia. Data ini dipilih karena belum ada penelitian terkait zakat
dengan data sekunder yang disandingkan langsung dengan kemiskinan di
Indonesia untuk mengetahui seberapa besar dampak zakat tersebut bagi
kemiskinan di Indonesia. Data penelitian ini diperoleh dengan mengakses
website resmi baznas di www.baznas.go.id dan Badan Pusat Statistik di
www.bps.go.id.
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling method, yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan
dalam penelitian. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan diperoleh sampel
sebanyak 102 data penghimpunan dan penyaluran zakat dari 34 provinsi dalam
waktu 2015-2017. Dalam pengelolaan sampel terdapat 21 buah data outlier.
Data outlier adalah data yang terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-
observasi lainnya, baik yang muncul dalam bentuk data ekstrim pada variabel
tunggal maupun variabel kombinasi (Ghozali, 2016). Sehingga diperoleh
jumlah sampel akhir sebanyak 81 buah.
40
B. Hasil Uji Analisis Data
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hasil uji statistic deskriptif atas variabel penelitian ini yaitu
penghimpunan zakat, penyaluran zakat, dan kemiskinan ditunjukan dalam
tabel dibawah.
Tabel 4. 1
Hasil Descriptive Statistics
N Min Max Sum Mean Std. Deviation
Kemiskinan 98 ,43 ,73 55,66 ,5679 ,07273
Penghimpunan 98 ,00 506,50 23204,93 236,7850 127,09690
Penyaluran 98 ,00 397,80 16741,48 170,8314 118,30912
Valid N
(listwise)
98
Sumber : Output SPSS yang diolah
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata variabel
penghimpunan zakat menunjukkan angka 236,785 dan nilai standar deviasi
sebesar 127,096. Nilai maksimum variabel penghimpunan adalah 506,50
dan nilai minimum sebesar 0,00. Variabel independen berikutnya adalah
penyaluran zakat yang memiliki nilai rata-rata sebesar 170,8314 dan standar
deviasi sebesar 118,309. Nilai maksumum variabel penyaluran adalah
397,80 dan nilai minimum nya sebesar 0,00. Variabel kemiskinan
merupakan variabel dependen memiliki nilai rata-rata sebesar 0,5679 dan
nilai standar deviasi sebesar 0,07273. Niali minimum varibael kemiskinan
adalah 0,43 dan nilai maksimum nya sebesar 0,73. Jumlah data (N) yang
valid dan dapat diproses lebih lanjut sebanyak 98 data.
41
2. Hasil Uji Asumsi
a) Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi
normal. Cara ini dilakukan karena bentuk data yang terdistribusi
secara normal mengikuti pola distribusi normal, yang mana jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid.
Gambar 4. 1
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plots
Sumber : Output SPSS yang diolah
Pada gambar 4.1 dapat dilihat jika titik-titik menyebar
mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukan data terdistribusi
secara normal (Ghozali,2016). Selain itu untuk memastikan
42
hasil uji normalitas secara statistic dilakukan uji menggunakan
Kologrov-Smirnov (K-S) terdapat di Tabel 4.2
Tabel 4. 2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized
Residual
N 98
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,06975878
Most Extreme Differences Absolute ,075
Positive ,075
Negative -,063
Test Statistic ,075
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. ,615e
99%
Confidence
Interval
Lower
Bound
,602
Upper
Bound
,627
Sumber : Output SPSS yang diolah
Tabel 4.2 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,200
yang mana lebih besar dari signifikansi 0,05 (p=0,200 dari 0,05).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi telah
memenuhi asusi normalitas.
b) Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali,2016).
43
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji
glejser dan grafik scatterplots. Hasil uji glejser ditunjukan dalam
Tabel 4.3
Tabel 4. 3
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,066 ,008 7,955 ,000
Penghimpunan -5,306E-5 ,000 -,178 -,828 ,410
Penyaluran 2,661E-5 ,000 ,083 ,387 ,700
a. Dependent Variable: ABSUt
Sumber : Output data SPSS yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil uji glejser menunjukan variabel
penghimpunan memiliki nilai Sig. sebesar 0,410 dan variabel
penyaluran sebesar 0,700. Hasil tersebut menunjukan nilai Sig>0,05
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas
menggunakan grafik scatterplot ditampilkan dalam gambar 4.3
Berdasarkan gambar 4.3 di bawah hasil uji heteroskedastisistas
menggunakan grafik scatterplot menunjukkan bahwa data tersebar
diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan dapat dilihat bahwa
titik-titik tidak membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka dapat disimpulkan model tidak
melanggar uji asumsi heteroskedatisitas, sehingga model regresi layak
44
digunakan untuk memprediksi kemiskinan berdasarkan variabel yang
mempengaruhinya yaitu, penghimpunan dan penyaluran zakat.
Gambar 4. 2
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot
Sumber : Output data SPSS yang diolah
c) Hasil Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(periode sebelumnya) pada model regresi linerar
(Ghozali,2016). Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel 4.4
Tabel 4. 4
Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
45
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,283a ,080 ,061 ,07049 1,454
a. Predictors: (Constant), Penyaluran, Penghimpunan
b. Dependent Variable: Kemiskinan
Sumber : Output data SPSS yang diolah
Dari tabel 4.4 diperoleh Nilai durbin-watson penelitian
sebesar 1,454, nilai dU tabel sebesar 1,715 dan nilai 4-dU (4-
1,715) sebesar 2,285. Dapat disimpulkan nilai Durbin-Watson
penelitian tidak terdapat autokorelasi. Dapat dilihat pula jika
nilai Durbin-Watson berada -2<1,454<2 sehingga disimpulkan
tidak terdapat autokorelasi.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linear Sederhana
Dari hasil iju asumsi klasik diketahui bahwa semua
asumsi terpenuhi maka dapat dikatakan model regresi layak
digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian.
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan melakukan
uji koefisien determinasi, dan uji t. pada penelitian ini dilakukan
pengujian regresi linear sederhada dengan dua persamaan atau
dua model. Persamaan atau model pertama digunakan untuk
menguji hubungan penghimpunan zakat terhadap penyaluran
zakat, sedangkan persamaan atau model kedua digunakan untuk
46
menguji hubungan penyaluran zakat terhadap pengurangan
kemiskinan di Indonesia. Pengujian dengan menggunakan
regresi linear sederhana di jelaskan sebagai berikut.
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi dari persamaan pertama yakni
penghimpunan zakat terhadap penyaluran zakat dapat terlihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. 5
Hasil Uji Koefisien Determinasi Persamaan Pertama
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,880a ,774 ,772 56,52870
a. Predictors: (Constant), Penghimpunan
b. Dependent Variable: Penyaluran
Sumber : Output data SPSS yang diolah
Hasil uji koefisiensi determinasi pada variabel dependen
penyaluran zakat menunjukkan nilai Adjusted R-Square adalah
0,772. Artinya bahwa penghimpunan zakat berpengaruh
terhadap penyaluran zakat sebesar 77,2%, sedangkan sisanya
sebesar 22,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diketahui dan tidak termasuk dalam regresi ini seperti kualitas
pendidikan (Abdelmawla, 2014), gambaran OPZ dan tingkat
kepercayaan terhadap OPZ (Rulian,2014).
47
Koefisien determinasi dari persamaan kedua yakni,
penyaluran zakat terhadap pengurangan kemiskinan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 6
Hasil Uji Koefisien Determinasi Persamaan Kedua
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,271a ,073 ,064 ,07038
a. Predictors: (Constant), Penyaluran
b. Dependent Variable: Kemiskinan
Sumber : Output data SPSS yang diolah
Hasil uji koefisiensi determinasi pada variabel dependen
kemiskinan menunjukkan nilai Adjusted R Square adalah 0,064.
Artinya bahwa kemiskinan dapat dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel independen penyaluran zakat sebesar 6,4%.
Sedangkan 93,6% lainnya dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel lain atau faktor lain yang tidak diketahui dan tidak
termasuk dalam regresi ini seperti pendidikan informal, ukuran
keluarga, pendapatan (Ayyuniyyah, 2018) dan peningkatan
pendidikan (Abdelmawla, 2014).
c. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk memprediksi variabel
dependen atau untuk mengetahui sejauh mana variabel
independen secara individual berpengaruh terhadap variabel
48
dependen (Ghozali, 2016). Apabila signifikansi <0,05 maka
dapat dinyatakan bahwa variabel independen secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut uji statistik t
untuk persamaan pertama yakni pengaruh penghimpunan zakat
terhadap penyaluran zakat yang disajikan pada tabel 4.7
Tabel 4. 7
Hasil Uji T-Statistik Persamaan Pertama
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -23,089 12,122 -1,905 ,060
Penghimpunan ,819 ,045 ,880 18,135 ,000
a. Dependent Variable: Penyaluran
Sumber : Output data SPSS yang diolah
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa variabel penghimpunan
zakat memberikan koefisien standardized beta 0,880 dengan
tingkat signifikansi 0,000 hal ini berarti bahwa variabel
penyaluran zakat berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
karena hasilnya dibawah 0,05 (0,05>0,000).
Uji t untuk persamaan kedua yakni, pengaruh penyaluran
zakat terhadap pengurangan kemiskinan disajikan dalam tabel
berikut
49
Tabel 4. 8
Hasil Uji T-Statistik Persamaan Kedua
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,596 ,013 47,596 ,000
Penyaluran ,000 ,000 -,271 -2,757 ,007
a. Dependent Variable: Kemiskinan
Sumber : Output data SPSS yang diolah
Tabel 4.8 menunjukan jika variabel penyaluran
memberikan koefisien standardized beta sebesar -0,271 atas
pengurangan kemiskinan dengan dignifikansi 0,007. Sehingga
dapat diartikan bahwa penyaluran zakat memberikan dampak
signifikan terhadap pengurangan kemiskinan.
Hipotesis 1: Penghimpunan zakat berpengaruh
terhadap penyaluran zakat
Hasil pengujian hipotesis yang terdapat pada tabel 4.7
menunjukkan bahwa hubungan penghimpunan zakat dan
penyaluran zakat memiliki nilai koefisien standardized beta 0,880
dengan tingkat signifikansi 0,000. Hasil pengujian ini mendukung
hipotesis pertama (H1) karena variabel penghimpunan zakat
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 Hal ini berarti
variabel penghimpunan zakat berpengaruh terhadap penyaluran
zakat.
50
Hipotesis 2: Penyaluran zakat berpengaruh terhadap
pengurangan kemiskinan
Hasil pengujian yang ditunjukkan pada tabel 4.8
menunjukan jika hubungan penyaluran zakat terhadap pengurangan
kemiskinan memiliki nilai standardized beta sebesar -0,271 atas
pengurangan kemiskinan dengan dignifikansi 0,007. Hasil
pengujian ini mendukung hipotesis kedua (H2) karena nilai
signifikansi penyaluran zakat lebih kecil dari 0,05 Hal ini berarti
variabel penyaluran zakat berpengaruh terhadap pengurangan
kemiskinan.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Penghimpunan Zakat terhadap Penyaluran Zakat
Hasil tabel 4.7 menunjukkan bahwa hubungan penghimpunan
zakat dan penyaluran zakat memiliki nilai koefisien standardized beta
0,880 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai
signifikansi 0,05. Hal ini berarti penghimpunan zakat memiliki pengaruh
terhadap penyaluran zakat.
Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait potensi zakat di
Indoensia, semuanya menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang
tinggi akan penghimpunan dana zakat, karena seperti yang kita ketahui
masyarakat Indonesia kebanyakan adalah Muslim, sehingga dapat
dikatakan Indonesia adalah negara muslim. Dengan potensi penghimpunan
yang besar maka otomatis penyaluran dari zakat tersebut akan maksimal,
51
karena semakin banyak dana yang terhimpun maka otomatis akan semakin
banyak pula zakat yang akan disalurkan kepada para mustahik, seperti hasil
uji yang telah dilakukan yang mana hubungan kedua variabel ini bersifat
positif dan signifikan.
Survei Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC)
(2007) dalam Mubarok & Fanani, (2014) menjelaskan bahwa potensi dana
zakat nasional pada tahun 2007 adalah sebesar 11.5 trilyun rupiah, atau
naik hampir dua kali lipat dari hasil survei potensi zakat 2004 yang hanya
men- capai 6.1 trilyun rupiah. Angka potensi zakat ini diperoleh dengan
menggu- nakan informasi hasil survei mereka di 10 kota besar di Indonesia,
antara lain: (i) jumlah muzakki (merasa dirinya sebagai muzakki) mencapai
55%, (ii) muzakki yang benar-benar membayar zakat adalah 95.5%, (iii)
nilai rata-rata zakat yang dibayarkan pada tahun 2007 adalah Rp. 684.550,
dan (iv) jumlah keluarga sejahtera muslim adalah 32 juta jiwa.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari BAZNAS terkait data
penghimpunan dan penyaluran zakat dari 34 provinsi di Indonesia, tercatat
selama tahun 2015-2017 provinsi DKI Jakarta menghimpun dana zakat
terbesar yakni sebesar Rp 192.060.269.506 di tahun 2015 dan provinsi
yang tercatat memiliki data penghimpunan zakat terendah adalah provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2016 yakni sebesar Rp 66.315.700.
Kemudian data penyaluran dari periode 2016-2018 tercatat provinsi
dengan jumlah zakat tersalur terbesar terdapat di provinsi Jawa Barat yakni
sebesar Rp 51.391.192.869 di tahun 2017 dan provinsi dengan jumlah zakat
52
tersalur terendah adalah provinsi Kalimantan Barat Rp 867.000 di tahun
2016.
Data penghimpunan dan penyaluran zakat dalam prakteknya sendiri
menurut BAZNAS sendiri masih memiliki kendala dalam
pengumpulannya. BAZNAS sebagai koordinator lembaga pengelola zakat
yang terdapat di Indonesia pun mengakui masih banyak lembaga zakat di
berbagai provinsi yang memang tidak memberikan laporan terkait data
penghimpunan dan penyaluran zakat sehingga dari potensi zakat di
Indonesia masih belum diketahui dan dapat terserap dengan maksimal.
Padahal pengelolaan zakat merupakan mekanisme kerja yang
melibatkan kepentingan kebutuhan public dalam bentuk penyerahan
sebagian harta masyarakat yang harus dikelola sebagai bentuk tanggung
jawab pelaksanaan pengelolaan secara amanah. Pelaporan sumber daya
secara public merupakan pemenuhan tuntutan tatakelola masa kini yang
terkait dengan penegakan good governance. Lantas menjadi hal yang wajar
ketika banyak pengguna laporan (muzaki, masyarakat luas) yang lebih
memilih untuk menyalurkan zakatnya secara individu.
Dalam hubungannya dengan pajak jika pengelolaan zakat
dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan didukung oleh pihak
legislative dan eksekutif agar zakat dapat mengurangi pajak seperti yang
selama ini berlaku efektif di negara tetangga Malaysia, hal ini dapat
dipastikan akan terjadi peningkatan perolehan pengumpulan zakat
sekaligus pengumpulan pajak (Hafidhuddin, 2019).
53
Seperti yang kita ketahui di Malaysia pemabayaran zakat
merupakan suatu kewajiban sebagaimana seperti membayar pajak, yang
kemudian zakat menjadi bagian dalam perhitungan pajak dan manajemen
pengelolaan zakat di Malaysia juga sangat baik sehingga penghimpunan
dana zakat menjadi lebih terstruktur dan optimal pendistribusiannya.
Tentunya banyak hal yang mempengaruhi penghimpunan zakat itu
sendiri. Mubarok & Fanani, (2014) menyatakan selain kualitas pelaporan
keuangan, ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi rendahnya
realisasi penghimpunan zakat nasional. Pertama, masyarakat masih ada
yang belum sepenuhnya percaya terhadap lembaga amil zakat, adayang
berfikir lembaga amil zakat berafiliasi dengan partai politik atau
memandang lembaga amil masih belum memiliki sistem operasional yang
cukup baik. Kedua, masih banyak masyarakat yang belum mengerti hokum
dari memngeluarkan zakat itu sendiri, bagaimana menghitungnya, dan
kepada siapa zakat disalurkan. Ketiga, lemahnya kerangka aturan yang
mengiringi institusional zakat seperti tidak adanya sanksi apapun bagi
orang yang lalai mengeluarkan zakat. Keempat, masih rendahnya efisiensi
dan efketifitas pendayagunaan dana zakat lembaga zakat kurang berinovasi
dalam pendayagunaan.
2. Pengaruh Penyaluran Zakat terhadap Kemiskinan
Pengujian yang ditunjukkan pada tabel 4.8 menunjukan jika
hubungan penyaluran zakat terhadap pengurangan kemiskinan memiliki
54
nilai standardized beta sebesar -0,271 atas pengurangan kemiskinan
dengan dignifikansi 0,007. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi
0,05. Hal ini berarti penyaluran zakat memiliki pengaruh terhadap
pengurangan kemiskinan.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang sejalan seperti penelitian
yang dilakukan oleh Beik (2009) yang menunjukkan bahwa zakat mampu
mengurangi jumlah keluarga miskin dari 84 persen menjadi 74 persen. Dan
dari aspek kedalaman kemiskinan zakat juga mampu mengurangi
kesenjangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Sedangkan ditinjau
dari segi keparahan kemiskinan, dengan menggunakan Indeks Sen zakat
mampu mengurangi tingkat keparahan kemiskinan dari nilai indeks sebesar
0,46 menjadi 0,33.
Namun terdapat sebuah pendapat dari enelitian yang dilakukan oleh
Haque et al., (2016) menyayangkan jika di Indonesia, walaupun zakat telah
memiliki peraturan, tetapi untuk implementasi pendistribusian zakat itu
sendiri masih belum maksimal. Sejak adanya UU No. 38 tahun 1999 yang
menyinggung tentang manajemen zakat, dan sejak itu banyak Organisasi
Pengelola Zakat yang ramai-ramai berdiri.
Namun dengan banyaknya jumlah OPZ yang ada di Indonesia ini
masih belum mampu menyerap seluruh potensi dan mengoptimalkan
fungsi zakat itu sendiri. Kemudian Haque et al., 2016 juga kembali
mengungkapkan dalam penelitiannya jika konsep dari zakat itu sendiri
55
memiliki kemampuan untuk membawa suatu komunitas dan memenuhi
apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan pendistribusian ekonomi pada
masyarakat miskin. Memenuhi standar kesejahteraan sosial, merubah dari
masyarakat kelas rendah menjadi masyarakat kelas menegah. Namun,
pemberdayaan ekonomi melalui praktek zakat pada masyarakat Islam
menghadapi beberapa hambatan yang bahkan datang dari masyarakat
muslim itu sendiri.
Pendidikan dan pengetahuan lebih dalam mengenai zakat itu sendiri
memang penting untuk dimiliki oleh penduduk atau suatu masyarakat.
Karena dengan pemahaman dan kesadarannya dengan keadaan sekitar
maka akan lebih mampu memacu masyarakat untuk lebih sadar akan peran
zakat untuk menjaga keseimbangan dan kedamaian di dunia ini.
Pemahaman dan ilmu tentang zakat tidak hanya untuk masyarakat yang
membayar zakat namun juga penting bagi para pelaku yang menjalankan
manajemen zakat agar pendistribusiannya dapat terlaksana secara optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdelmawla, 2015 menunjukan jika
zakat dan pengetahuan berpengaruh signifikan dalam mengurangi
kemiskinan di Sudan. Kemudian lebih jauh penelitian ini menjelaskan jika
pengurangan kemiskinan di Sudan lebih merespon pengetahuan
dibandingkan zakat. Sehingga penelitian ini pun menyarankan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan..
Kesadaran dari implementasi zakat pada masyarakat Indonesia, tidak
diikuti dengan level pemahaman yang cukup, tidak seperti kewajiban
56
ibadah lainnya, seperti sholat dan puasa ramadhan. Rendahnya pemahaman
terhadap kewajiban dari jenis-jenis zakat dan mekanisme pembayaran
zakat seperti sebagaimana yang dijelaskan oleh Lembaga Islam
menyebabkan banyak masyarakat islam yang hanya menitikberatkan pada
ibadah individualnya (Boga, (1997) dalam Haque et al., (2016).
Agar dapat didistribusikan secara efektif, maka aspek sosial ekonomi
perlu mendapatkan penekanan. Dana zakat tidak di prioritaskan untuk
kebutuhan konsumtif, namun dana zakat harus bersifat produktif.
Qardhawi (2005) dalam Suratno, (2017) kemudian menyebutkan ada 2
pendekatan dalam sistem pendistribusian zakat. Pertama pendekatan
persial, dalam hal ini pendistribusian zakat langsung diberikan kepada
fakir miskin dan bersifat rutin. Pendekatan ini lebih bersifat konsumtif,
karena melihat kondisi mustahiq yang mendesak untuk mendapat
pertolongan, dan mendesak. Kedua pendekatan spiritual, pendekatan ini
menitikberatkan alokasi dana zakat yang bersifat memproduktifkan kaum
yang membutuhkan denagn cara memberikan dana secara terus menerus
yang bertujuan mengatasi kemiskinan, bahkan diharapkan dapat
mengidentifikasi sebab-sebab adanya kelemahannya. Andaikan
disebabkan karena tidak ada modal usaha padahal memiliki kemampuan
untuk berwiraswasta, maka zakat akan dialokasikan untuk memberikan
modal atau peralatan usaha secukupnya.
Memang efektifnya jika harapannya zakat mampu membantu
mengurangi kemiskinan suatu negara, hal yang paling optimal dilakukan
57
adalah dengan pendistribusian yang bersifat produktif, selain mampu
membantu masyarakat miskin untuk bertahan hidup dalam jangka panjang
dengan jika usaha yang dibangun mampu berjalan dengan baik bakhan
kedepannya mampu membantu membuka lapangan pekerjaan.
Menurut Bapak Hanum bagian research and development BAZNAS
sendiri menyatakan jika zakat di Indonesia masih 80% bersifat konsumtif
dan 20% bersifat produktif, sehingga hal menjadi PR bagi organisasi
pengelola zakat di Indonesia untuk lebih mampu memaksimalkan
pendistribusian zakatnya ke jalan yang produktif untuk mampu
memaksimalkan fungsi zakat sebagai instrument pengentas kemiskinan.
Karena dengan pemanfaatan secara produktif maka banyak aspek-aspek
sosial lainnya yang juga dapat terbantu sehingga tujuan dan fungsi zakat
dapat terwujud.
Firmansyah, (2013) menyatakan dalam penelitiannya jika memang
zakat di Indonesia masih terlihat cenderung bersifat konsumtif
dibandingkan produktif, yang dipengaruhi pula oleh beberapa faktor, mulai
dari muzaki sendiri yang memilih untuk menyalurkan zakatnya secara
langsung kepada mustahik karena kurang mempercayai lembaga pengelola
zakat, hingga faktor yang berasal dari lembaga pengelola zakat itu sendiri
yang belum mampu mengoptimalkan penyaluran zakat dengan
menjadikannya penyaluran yang memberdayakan mustahik dan produktif.
Maka dampaknya terhadap pengentasan kemiskinan belum begitu
58
signifikan. Sehingga zakat hanya memberikan “ikan” kepada kaum miskin
bukan kail dan hanya memberikan efek yang bersifat jangka pendek.
Penelitian yang dilakukan oleh Mubarokah, Beik, & Irawan, (2017)
juga menunjukan jika dengan adanya zakat, pendapatan rumah tangga
mustahik mengalami peningkatan. Dengan adanya bantuan zakat pun
mampu meningkatkan kesejahteraan mustahik dan menurunkan indeks
kemiskinan material mustahik. Dengan adanya bantuan zakat juga terjadi
perubahan pada spiritual mustahik.
Penelitian yang dilakukan oleh Akram & Afzal, (2014) juga memiliki
hasil yang menunjukkan jika peran dari penyaluran zakat pada level
pemerintahan mampu mengurangi kemiskinan kronis di Pakistan dalam
jangka pendek dan juga jangka panjang.
Banyak penelitian sekarang ini yang menunjukkan jika Islam melalui
zakat telah memberikan solusi komprehensif untuk menghurangi
kemiskinan. Sistem ini jika dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan
totalitas, tentu memiliki potensi tidak hanya untuk mengurangi kemiskinan
tapi juga meningkatkan taraf ekonomi, mengurangi pengangguran dan
meningkatkan standar kehidupan manusia. (Akram & Afzal, 2014)
Di Indonesia, masalah zakat memang sudah diatur dalam UU no 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dan dengan adanya BAZNAS
sebagai lembaga independen dalam pengelolaan zakat secara nasional yang
mana bertanggung jawab pada Presiden dan Kementrian telah
menunjukkan jika pemerintah turut andil dalam pengelolaan zakat di
59
Indonesia. Namun, nyatanya pengelolaan zakat di Indonesia sendiri belum
dapat dikatakan maksimal dan optimal. Jika ingin memaksimalkan fungsi
zakat sebagai alat yang benar-benar sebagai media untuk mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, jalannya adalah
dengan memaksimalkan zakat produktif.
Seperti yang kita ketahui penyaluran dan pemanfaatan zakat di
Indoensia masih jauh untuk tingkat pemanfaatan yang produktif, hanya
mencapai angka kurang lebih 20% dari total zakat. Sementara dengan
penyaluran dana zakat kearah yang produktif mampu memutar. Penelitian
yang dilakukan oleh Nadzri et al, (2012) menjelaskan jika lembaga zakat
di Malaysia sekarang telah maju untuk menjadi penyedia modal untuk
asnaf yang produktif. Hal tersebut tentu dapat dicontoh karena memang
dengan pemanfaatan zakat produktif jika usaha yang dikembangkan
mampu berkembang maka akan membuka lapangan pekerjaan, tidak hanya
zakat sebagai pengetas kemiskinan.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Wulansari, (2013) tentang
peranan zakat produktif, bahwa adanya pengaruh antara pemberian bantuan
modal terhadap perkembangan modal, omzet dan keuntungan usaha
sebelum dan setelah menerima bantuan modal usaha.
60
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penghimpunan
zakat terhadap penyaluran zakat dan juga pengaruh dari penyaluran zakat
tersebut terhadap penurunan kemiskinan di Indonesia. Sampel penelitian ini
berjumlah 98 data penghimpunan, penyaluran zakat, dan penduduk miskin dari
34 provinsi di Indonesia. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan
pengujian yang telah digunakan menggunakan metode regresi linear dengan
aplikasi SPSS atas permasalahan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penghimpunan zakat berpengaruh terhadap penyaluran zakat.
2. Penyaluran zakat berpengaruh terhadap penurunan kemiskinan di
Indoenesia.
3. Penyaluran zakat di Indonesia harus lebih dimaksimalkan
pendistrbusiannya secara produktif, karena hanya dengan zakat produktif
kemiskinan mampu berkurang
B. Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan hasil penelitian
yang lebih berkualitas dan komprehensif dengan adanya masukan dari peneliti
mengenai beberapa hal, diantaranya:
61
1. Penelitian nselanjutnya diharapkan menggunakan proksi tambahan untuk
variabel kemiskinan, seperti dapat menggunakan gini ratio untuk
mengetahui tingkat kesenjangan pendapatan masyarakat miskin
2. Sampel penelitian selanjutnya sebaiknya difokuskan pada pendayagunaan
zakat produktif, karena menurut peneliti hanya pemanfaatan zakat
produktif yang mampu membantu mengatasi masalah kemiskinan dan
perekonomian Indonesia. Sedangkan zakat yang bersifat konsumtif hanya
dapat memberikan manfaat sementara bukan jangka panjang.
62
DAFTAR PUSTAKA Abdelmawla, M. A. The Impacts of Zakat and Knowledge on Poverty Alleviation in
Sudan : An Empirical Investigation ( 1990-2009 ) comprehensive definition of
poverty, December. 2015
Abdullah, Naziruddin, dan Alias Mat Derus. The Effectiveness of Zakat in Alleviating
Poverty and Inequalities. Humanocmics, 31(3), 314–329. 2015
Akram, M. M., dan Afzal, M. Dynamic Role of Zakat in Alleviating Poverty: A Case
Study in Pakistan. Munich Personal RePEc Archive, 56013(56013), 1–45.2014
Ali, Isahaque, Zulkarnain A. Hatta. Zakat as a Poverty Reduction Mechanism Among
the Muslim Community: Case Study of Bangladesh, Malaysia, and Indonesia.
Asian Social Work and Policy Review 8.hal 59–70. 2014.
Ayuniyyah, Qurroh, et al. Zakat for Poverty Alleviation and Income Inequality
Reduction. Journal of Islamic Monetary Economics and Finance. Volume 4. Number
1, pp 85 - 100. 2018
Badan Pusat Statistik. (2015) INDIKATOR KESEJAHTERAAN PENDUDUK
RAKYAT 2015. https://doi.org/10.1159/000490421. diakses pada 4 Maret 2019.
Beik, I. S. Analisis Peran Zakat Dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus
Dompet Dhuafa Republika. Zakat {&} Empowering - Jurnal Pemikiran Dan
Gagasan, 2(January 2009), 45–53. 2009.
Ghozali, Imam. Partial Least Squares Konsep, Teknki dan Aplikasi Menggunakan
Program Smartpls 3.0. Edisi 2, Semarang: Salemba Empat, Universitas
Diponegoro. 2015
Firmansyah. Zakat Sebagai Instrumen Pengentasan Kemiskinan dan Kesenjangan
Pendapatan. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan, 21(2), 179–190. 2013.
Hafidhuddin, D. Peran Strategis Organisasi Zakat Dalam Menguatkan Zakat Di
Dunia. Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, 2(1), 1–4. 2019.
Haque, M., Nasri, R., Nuraini, dan Yusuf, M. Measurement Optimalization of Zakat
63
Distribution at Lembaga Amil Zakat Using Variable Measurement of Economy.
Journal of Islamic Monetary Economics and Finance, 2(1), 65–92. 2016.
Huda, N., Anggraini, D., Ali, K. M., Mardoni, Y., dan Rini, N. Prioritas Solusi
Permasalahan Pengelolahan Zakat dengan Metode AHP (Studi di Banten dan
Kalimantan Selatan). Al-Iqtishad, VI(2), 223–238. 2014.
Hurearah, A. Strategi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal
Ilmu Kesejahteraan Sosial, 2(1). 2013.
Husna, S., dan Nurzaman, M. S. The Effectiveness of Zakat Funds Towards The
Welfare of Mustahik ( A Study on BAZNAS Bukittinggi West Sumatera ), Puskas
Working Paper Series 2018.
Indrijatiningrum, M. Zakat sebagai alternatif penggalangan dana masyarakat untuk
pembangunan (Thesis). Universitas Indonesia. 2005.
Maguni, W. Peran Fungsi Manajemen Dalam Pendistribusian Zakat : Distribusi
Zakat Dari Muzakki Ke Mustahik Pada ( Badan Amil Zakat ) Baz. Al-’Adl, 6(1),
157–183. 2013.
Mochlasin. Zakat Untuk Mengurangi Angka Ketergantungan Ekonomi Dengan
Penyaluran Model Usaha Produktif. Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 12(1),
239–258. 2018.
Mohammad, F. Prospect of Poverty Eradication Through the Existing Zakat System
in Pakistan. The Pakistan Develompent Review, 30(4), 1119–1129. 1991.
Mubarok, A., dan Fanani, B. Penghimpunan Dana Zakat Nasional. PERMANA, 5(2),
7–16. 2014.
Mubarokah, I., Beik, I. S., dan Irawan, T. Impact of Zakat on Proverty and Welfare of
Mustahik (Case: BAZNAS Central Java Province). Jurnal Al-Muzara’ah, 5(1),
37–50. 2017.
Mujiatun, S. The Constraints Of Management Of Zakat And Its Potentials In Poverty
64
Reduction ( Case Study Medan City ). Advances in Social Sciences Research
Journal, 5(6), 104–109. 2018.
Nadzri, F. A. A., AbdRahman, R., dan Omar, N. Zakat and Poverty Alleviation:
Roles of Zakat Institutions in Malaysia. International Journal of Arts and
Commerce, 1(7), 61–72. 2012.
Pratama, Y. C. PERAN ZAKAT DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (
Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional ). The
Journal of Tauhidinomics, 1(1), 93–104. 2015.
Rulian, Nadilla Ambarfauziah, Lukytawati Anggraeni, dan Deni Lubis. Analisis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Muzaki dalam Memilih Organisasi Pengelola
Zakat (OPZ): Studi Kasus di Badan Amil Zakat Nasional Kota Bogor. Jurnal Al-
Muzara’ah. Vol. 3, No. 1. 2014.
Suratno. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif terhadap Pemberdayaan
Mustahiq. Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung. 2017.
Wijayanti, R. D. Analisis Pengaruh Pdrb, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah tahun 2005-2008, Univeristas
Diponegoro, 2010.
Wulansari, S. D. ANALISIS PERANAN DANA ZAKAT PRODUKTIF TERHADAP
PERKEMBANGAN USAHA MIKRO MUSTAHIK (PENERIMA ZAKAT) (Studi
Kasus Rumah Zakat Kota Semarang). Universitas Diponegoro. 2013.
_________. Ethica’s Handbook Of Islamic Finance. Ethica Institute of Islamic
Finance 1401. Dubai:Uni Arab Emirates. 2013
_________. Undestanding Poverty. https://www.worldbank.org/en/understanding-
poverty. (Diakses pada 24 Februari 2019).
65
Lampiran
Province Year Penghimpunan Penyaluran Year
Headcount
Ratio
Aceh 2015 0 0 2016 0,1673
Sumatera Utara 2015 4276588772 1969425000 2016 0,1035
Sumatera Barat 2015 4763612710 376160000 2016 0,0709
Riau 2015 20153308397 6544690000 2016 0,0798
Jambi 2015 1074222824 0 2016 0,0841
Sumatera Selatan 2015 3399710074 2078453609 2016 0,1354
Bengkulu 2015 1362945079 0 2016 0,1732
Lampung 2015 0 0 2016 0,1429
Bangka Belitung 2015 1201349257 583009000 2016 0,0522
Kepulauan Riau 2015 2977635181 2925649000 2016 0,0598
Jawa Barat 2015 45208416664 4276855576 2016 0,0895
Jawa Tengah 2015 1872201361 45000000 2016 0,1327
DI Yogyakarta 2015 39229813 0 2016 0,1334
Jawa Timur 2015 19948992053 14060695936 2016 0,1205
Banten 2015 13615613203 8643194031 2016 0,0542
Bali 2015 172300200 70600000 2016 0,0425
Nusa Tenggara Barat 2015 1350000 0 2016 0,1648
Nusa Tenggara Timur 2015 24406300 0 2016 0,2219
Kalimantan Barat 2015 2787285356 113050000 2016 0,0787
Kalimantan Tengah 2015 73428000 16900000 2016 0,0566
Kalimantan selatan 2015 3559683835 1787709000 2016 0,0485
Kalimantan Timur 2015 13801761177 4039194792 2016 0,0611
Kalimantan Utara 2015 6345654569 3773547525 2016 0,0623
Sulawesi Utara 2015 317438666 0 2016 0,0834
Sulawesi Tengah 2015 16308000 0 2016 0,1445
Sulawesi Selatan 2015 1550315757 283700000 2016 0,094
Sulawesi Tenggara 2015 0 0 2016 0,1288
Gorontalo 2015 3346787342 0 2016 0,1772
Sulawesi Barat 2015 0 0 2016 0,1174
Maluku 2015 0 0 2016 0,1918
Maluku Utara 2015 23363000 0 2016 0,0633
Papua Barat 2015 0 0 2016 0,2543
Papua 2015 0 0 2016 0,2854
66
Aceh 2016 6651147596 2031200000 2017 0,1689
Sumatera Utara 2016 7415291606 1935830262 2017 0,1022
Sumatera Barat 2016 24281252859 12973697919 2017 0,0687
Riau 2016 32759602879 19915709614 2017 0,0778
Jambi 2016 9338513652 2821863000 2017 0,0819
Sumatera Selatan 2016 6709948063 4331984470 2017 0,1319
Bengkulu 2016 3160328599 623700001 2017 0,1645
Lampung 2016 3516915617 1237692000 2017 0,1369
Bangka Belitung 2016 4443631944 2105964640 2017 0,052
Kepulauan Riau 2016 5735203171 3192857905 2017 0,0606
Jawa Barat 2016 65812484551 22553443437 2017 0,0871
Jawa Tengah 2016 11352132040 1283934700 2017 0,1301
DI Yogyakarta 2016 4495722178 1160183400 2017 0,1302
Jawa Timur 2016 29838686577 14839651211 2017 0,1177
Banten 2016 19017700663 9432337704 2017 0,0545
Bali 2016 1359329105 716792655 2017 0,0425
Nusa Tenggara Barat 2016 23215571724 6832754200 2017 0,1607
Nusa Tenggara Timur 2016 1753938138 929493970 2017 0,2185
Kalimantan Barat 2016 3324289704 867000 2017 0,0788
Kalimantan Tengah 2016 66315700 23000000 2017 0,0537
Kalimantan selatan 2016 3732321088 2117825000 2017 0,0473
Kalimantan Timur 2016 18616717364 7918115798 2017 0,0619
Kalimantan Utara 2016 6524625846 395479185 2017 0,0722
Sulawesi Utara 2016 2318309950 496900800 2017 0,081
Sulawesi Tengah 2016 4302430254 477671500 2017 0,1414
Sulawesi Selatan 2016 11671638260 938956090 2017 0,0938
Sulawesi Tenggara 2016 64540000 0 2017 0,1281
Gorontalo 2016 8745951173 6456001590 2017 0,1765
Sulawesi Barat 2016 101784353 0 2017 0,113
Maluku 2016 3664294134 1070171541 2017 0,1845
Maluku Utara 2016 1697727671 1361846288 2017 0,0635
Papua Barat 2016 860000 0 2017 0,251
Papua 2016 2500998500 1094182000 2017 0,2762
Aceh 2017 11431439189 16134993887 2018 0,1597
Sumatera Utara 2017 4009171991 2285866140 2018 0,0922
Riau 2017 38516894593 25041581051 2018 0,0739
Jambi 2017 7367819860 2774850000 2018 0,0792
Sumatera Selatan 2017 4735195082 2238802870 2018 0,128
67
Bengkulu 2017 6255824119 2285774800 2018 0,1543
Lampung 2017 320844970 1383983125 2018 0,1314
Bangka Belitung 2017 7122340260 2909674770 2018 0,0525
Kepulauan Riau 2017 10845055977 6487570972 2018 0,062
DKI Jakarta 2017 10047483599 15950000 2018 0,0357
Jawa Tengah 2017 40596867780 8423251057 2018 0,1132
DI Yogyakarta 2017 3925419604 1394544564 2018 0,1213
Jawa Timur 2017 29875467718 16519244503 2018 0,1098
Banten 2017 16273475140 9271949146 2018 0,0524
Bali 2017 2538620948 1044378863 2018 0,0401
Nusa Tenggara Barat 2017 26611672685 16338814299 2018 0,1475
Nusa Tenggara Timur 2017 1459790944 42136500 2018 0,2135
Kalimantan Barat 2017 1827959225 28500000 2018 0,0777
Kalimantan Tengah 2017 152080500 28950000 2018 0,0517
Kalimantan selatan 2017 8616401248 4626313251 2018 0,0454
Kalimantan Timur 2017 17412445685 10794107611 2018 0,0603
Kalimantan Utara 2017 9133420907 3712444770 2018 0,0709
Sulawesi Utara 2017 10259321841 5080178657 2018 0,078
Sulawesi Tengah 2017 805046223 645204502 2018 0,1401
Sulawesi Selatan 2017 30161026047 16272413692 2018 0,0906
Sulawesi Tenggara 2017 0 0 2018 0,1163
Gorontalo 2017 57296177315 1260097600 2018 0,1681
Sulawesi Barat 2017 140660 0 2018 0,1125
Maluku 2017 3664294134 1070171541 2018 0,1812
Maluku Utara 2017 1389198326 1345846288 2018 0,0664
Papua Barat 2017 209044600 127049500 2018 0,2301
Papua 2017 8004072330 5507108055 2018 0,2774
68
Lampiran 2