cocacola entre
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya zaman, semakin ketat pula persaingan
yang akan kita hadapi dalam memasuki dunia kerja. Kualitas telah menjadi
parameter utama seseorang diterima dan berprestasi di dunia kerja. Oleh karena
itu, kita perlu membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang
relevan dengan ilmu manajemen. Sehingga ilmu manajemen yang kita pelajari
dalam perkuliahan sehari-hari akan dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita dan
perusahaan tempat kita bekerja nanti. Karena itulah, seorang manajer perlu
memiliki pengetahuan yang luas, agar memiliki pengetahuan yang luas, agar
memiliki sudut pandang yang luas pula dalam menghadapi dan mencari solusi
dari berbagai persoalan manajerial sehingga dapat mengambil keputusan yang
baik.
Ilmu tersebut diantaranya Mata kuliah Kewirausahaan, selain dalam
perkuliahan sehari-hari juga diperlukan suatu kegiatan diluar perkuliahan
(Company Visit). Kegiatan ini memberikan konsep kewirausahaan yang lengkap,
lebih detail, dan komprehensif.
Pengalaman serta kasus-kasus yang pernah dihadapi perusahaan-
perusahaan yang dikunjungi dapat dijadikan bahan perbandingan antara teori
dalam perkuliahan dengan praktik di dunia nyata, serta dapat menjadi bahan
kajian kita dalam mempelajari ilmu manajemen secara utuh.
1.2 Tujuan
1. Memperoleh gambaran langsung mengenai kewirausahaan di perusahaan
2. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
3. Membangun kerjasama dengan perusahaan
BAB II
ISI
A. Profil Perusahaan
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan
distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia. Kami memproduksi dan
mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company.
Perusahaan kami memproduksi dan mendistribusikan produk Coca-Cola ke lebih
dari 400.000 outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan.
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari
perusahaan-perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan
lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil
Limited, yang merupakan salah satu produsen dan distributor terbesar produk-
produk Coca-Cola di dunia.
Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992.
Mitra usaha Coca-Cola saat ini merupakan pengusaha Indonesia yang juga adalah
mitra usaha saat perusahaan ini memulai kegiatan usahanya di Indonesia.
Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik
yang berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat tersebut hanya sekitar
10.000 krat.
Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan
mengoperasikan tiga buah kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun
1980-an, berdiri 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia guna
memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company.
Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut
mulai bergabung menjadi satu.
Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan
tersebut bergabung dalam perusahaan-perusahaan yang kini dikenal sebagai Coca-
Cola Bottling Indonesia. Saat ini, dengan jumlah karyawan sekitar 10.000 orang,
jutaan krat produk kami didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai
eceran yang tersebar di seluruh Indonesia.
Di Indonesia, minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat,
mulai dari warung sampai toko-toko kecil. Minuman ringan dikonsumsi oleh
semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan.
Survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga independen (LPEM Universitas
Indonesia) dan sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA menunjukkan bahwa :
Pada tahun 1999, 85% dari konsumen bulanan
minuman ringan mempunyai pendapatan rumah tangga
rata-rata di bawah Rp 1 juta (US$ 100) per bulan. 46%
diantara mereka berpenghasilan kurang dari Rp 500.000
(US$50).
72% konsumen mingguan mempunyai penghasilan
rata-rata kurang dari Rp 1 juta perbulan lebih dari 40 %
diantara mereka adalah pelajar karyawan paruh waktu
dan para pensiunan.
Diantara konsumen mingguan, minuman ringan
dikonsumsi sama seringnya dengan minuman sirup dan
makanan ringan, dan jauh lebih sering dikonsumsi
dibandingkan dengan es krim.
Dengan konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya, produk
minuman ringan bukanlah barang mewah melainkan barang biasa. Industri
minuman ringan memiliki potensi yang amat besar untuk dikembangkan dengan
jumlah konsumsi per kapita yang masih rendah dan penduduk berusia muda yang
sangat besar.
Saat ini, Indonesia mencatat tingkat konsumsi produk-produk Coca-Cola
terendah (hanya 13 porsi saji seukuran 236 ml per orang per tahun), dibandingkan
dengan Malaysia (33), Filipina (122) dan Singapura (141). Karena minuman
ringan merupakan barang yang permintaannya elastis terhadap harga, berbagai
upaya dilakukan agar harga produk-produk minuman ringan tetap terjangkau.
Dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi minuman ringan di negara tetangga
jauh lebih tinggi (Indonesia:13; Malaysia:33; Filipina:122). Untuk ilustrasi, pada
tahun 1977, konsumen bisa membeli 11 botol kecil minuman ringan mengandung
soda atau teh siap minum dengan upah minimum harian di Jakarta dan 13 botol
pada tahun 2001. Namun, sebagai perbandingan terhadap produk permen yang
menaikkan harga, konsumen bisa membeli 205 permen dengan upah yang sama
pada tahun 1997 dan hanya 136 pada tahun 2001.
Elastisitas harga minuman ringan terhadap permintaan adalah -1.19 yang
berarti bahwa saat terjadi kenaikan harga, volume penjualan akan berkurang
dengan prosentase yang lebih besar daripada prosentase kenaikan harga tersebut.
Ditinjau dari segi penciptaan kesempatan kerja, industri minuman ringan memiliki
efek multiplier yang besar pada tenaga kerja. Dengan rasio sebesar 4,025, industri
minuman ringan menduduki pringkat ke - 14 dari 66 sektor industri lainya di
seluruh Indonesia. Ini berarti bahwa untuk setiap peluang pekerjaan yang tercipta,
atau hilang, di industri minuman ringan, empat kesempatan kerja akan tercipta,
atau hilang, di tingkat nasional.
Delapan puluh persen penjualan minuman ringan
dilakukan oleh pengecer dan pedagang grosir dimana 90% diantaranya termasuk
dalam kategori pengusaha kecil. Bagi para pengusaha kecil tersebut, produk
minuman ringan merupakan barang dagangan terpenting mereka dengan
kontribusi sebesar 35% dari total penjualan dan nilai keuntungan sebesar 34%.
Industri-industri penunjang lainnya yang terkena dampak kegiatan industri
minuman ringan meliputi gelas, tutup botol, transportasi dan media.
1. Sejarah Coca Cola
Rasa menyegarkan Coca-Cola pertama kali diperkenalkan pada tanggal 8
Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta,
Georgia, Amerika Serikat. Dialah yang pertama kali mencampur sirup
karamel yang kemudian dikenal sebagai Coca-Cola. Frank M. Robinson,
sahabat sekaligus akuntan John, menyarankan nama Coca-Cola karena
berpendapat bahwa dua huruf C akan tampak menonjol untuk periklanan.
Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-huruf miring mengalir,
Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia.
Dr. Pemberton menjual ciptaannya dengan harga 5 sen per gelas di
apotiknya dan mempromosikan produknya dengan membagi ribuan kupon
yang dapat ditukarkan untuk mencicipi satu minuman cuma-cuma. Pada
tahun tersebut ia menghabiskan US$46 untuk biaya periklanan. Pada tahun
1892, Pemberton menjual hak cipta Coca-Cola ke Asa G. Chandler yang
kemudian mendirikan perusahaan Coca-Cola pada 1892.
Chandler piawai dalam menciptakan perhatian konsumen dengan cara
membuat berbagai macam benda-benda cinderamata berlogo Coca-Cola.
Benda-benda tersebut kemudian dibagi-bagi di lokasi-lokasi penjualan
penting yang berkesinambungan. Gaya periklanan yang inovatif, seperti
desain warna-warni untuk bus, lampu gantung hias dari kaca, serta
serangkaian cinderamata seperti kipas, tanggalan dan jam dipakai untuk
memasyarakatan nama Coca-Cola dan mendorong penjualan.
Upaya mengiklankan merek Coca-Cola ini pada mulanya tidakmendorong
penggunaan kata Coke, bahkan konsumen dianjurkan untuk membeli Coca-
Cola dengan kata-kata berikut: "Mintalah Coca-Cola sesuai namanya secara
lengkap; nama sebutan hanya akan mendorong penggantian produk dengan
kata lain". Tetapi konsumen tetap saja menghendaki Coke, dan akhirnya pada
tahun 1941, perusahaan mengikuti selera popular pasar. Tahun itu juga, nama
dagang Coke memperoleh pengakuan periklanan yang sama dengan Coca-
Cola, dan pada tahun 1945, Coke resmi menjadi merek dagang terdaftar.
2. Sistem Informasi
Pengembangan pendekatan manajemen Sistem Informasi (Information
System / IS) yang terarah pada organisasi kami merupakan bentuk pengaruh
evolusi teknologi terhadap dunia usaha dewasa ini. Peran penting sistem
informasi terhadap kinerja bisnis kami, pengembangan sumber daya manusia
dan nilai tambah lainnya, terutama bagi pemegang saham, membutuhkan tim
yang berdedikasi tinggi dan profesional dalam bidang manajemen sistem
informasi.
Tantangan akan muncul sesuai dengan kebutuhan. Setiap tantangan harus
ditangani sesuai prioritas guna menjamin kepuasan terhadap jasa layanan
pelanggan dalam skala bisnis yang luas. Perusahan kami menggunakan sistem
terintegrasi yang menghubungkan seluruh aspek bisnis. Terlepas dari fokus
dari aktifitas baik berupa supply chain, financial, atau yang berhubungan
langsung dengan kegiatan penjualan, manfaat dari sistem informasi akan
dirasakan oleh seluruh komunitas bisnis kami.
Salah satu manfaat terpenting dari investasi CCBI pada teknologi sistem
informasi selama lima tahun terakhir adalah dengan meningkatnya
kemampuan karyawan di seluruh level organisasi kami.
Masa depan akan menjelang. Teknologi akan terus berkembang dan
menciptakan peluang baru untuk peningkatan produktifitas sumber daya
manusia.
Kemampuan karyawan kami untuk menggunakan informasi akan terus
meningkat, kualitas infrastruktur publik akan meningkat, dan pelanggan kami
akan membangkitkan kebutuhan akan layanan baru seiring kemajuan
teknologi. Seluruh hal tersebut membutuhkan dukungan dari tim yang
profesional dalam organisasi kami.
Departmen IS akan melanjutkan kemitraannya dengan pimpinan dari
setiap lini bisnis internal, serta ikut membantu proses evolusi guna
meningkatkan kualitas investasi sistem informasi di perusahaan kami, dan
pada akhirnya untuk meningkatkan layanan terhadap pelanggan.
3. Manajemen Kualitas
Bagi perusahaan Coca-Cola, kualitas lebih dari sekedar apa yang
dirasakan, dilihat, diukur atau dikelola. Kualitas menjadi sebuah keutamaan
dalam setiap tindakan kami.
Semua fungsi dan jajaran organisasi, mulai dari produksi, pemasaran,
distribusi, keuangan, layanan pelanggan dan konsumen, bekerja keras untuk
mengembangkan praktek-praktek yang terbaik di industri minuman.
The Coca-Cola Quality System merupakan landasan kebijakan kami
terhadap pengawasan mutu - yang memotivasi kami untuk bertindak
memenuhi dan bahkan melampaui berbagai standar kualitas, baik itu
merupakan standar internasional maupun standar yang ditetapkan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Industri makanan dan
minuman.
Kami memiliki Consumer Response Teams dan program-program yang
dilaksanakan di semua area operasi di seluruh Indonesia untuk menampung
setiap masukan yang disampaikan oleh para konsumen dan pelanggan kami,
yang kemudian meneruskan masukan tersebut kepada pihak-pihak yang tepat
di dalam perusahaan untuk menjamin bahwa standar kualitas kami yang
tinggi tetap terjaga.
4. Etika Bisnis
Pesan dari Presiden Direktur :
"Dimanapun kita bekerja, kejujuran, integritas, kepercayaan, saling menghargai
dan kerjasama selalu menjadi dasar terciptanya dan selalu terjaganya reputasi
bisnis yang sehat."
Etika Bisnis terbagi atas tiga bagian :
Nilai-nilai yang mendasari cara / proses bekerja di Perusahaan
o Visi, misi dan nilai-nilai yang berlaku di Perusahaan yang harus
dipelihara dengan selalu mempertahankan standar dalam
berperilaku.
Etika Bisnis sebagai pedoman cara kita berperilaku di Perusahaan
o Tugas apa saja yang harus kita lakukan?
o Tanggung jawab dari kita
o Bagaimana kita harus berperilaku terhadap orang lain?
o Pelaporan kecurangan, perilaku yang tidak jujur atau perilaku yang
tidak pada tempatnya
o Kecurangan, korupsi atau transaksi tidak wajar
o Pertentangan kepentingan atau tugas
o Yang harus dilakukan jika timbul pertentangan
o Bolehkah menerima uang, hadiah atau jamuan?
o Menggunakan Aset Perusahaan
o Melakukan Pekerjaan Lain
o Menggunakan Informasi
o Informasi palsu atau menyesatkan
o Memberikan Tanggapan di muka umum
o Catatan dan Laporan Pembukuan
o Undang-Undang dan peraturan lain
o Jika keluar dari Perusahaan
o Pelanggaran atas Etika Bisnis
Pembagian
Pedoman ini berlaku untuk seluruh direksi dan karyawan serta setiap pihak
yang bekerja sama dengan CCBI.
Persetujuan
Direktur dan/atau atasan langsung karyawan (dengan jabatan minimal
manager) Perusahaan (sesuai dengan tingkatan kasus) harus meninjau dan
dapat memberikan persetujuan secara tertulis untuk setiap keadaan yang
mensyaratkan ijin khusus.
Memantau kepatuhan terhadap hukum
Pengambilan segala langkah yang bertanggung jawab untuk mencegah
pelanggaran Etika Bisnis dan Perusahaan akan melakukan upaya-upaya
yang diperlukan untuk menjaga kerahasiaan identitas setiap orang yang
melaporkan dugaan pelanggaran
Penyidikan
National Examiner & Account Receivable Manager dan/atau National
Legal Manager and Corporate Secretary akan dilibatkan apabila
diperlukan dalam proses penyidikan. Mereka akan bekerja sama dengan
direktur atau manager dari karyawan yang melakukan pelanggaran untuk
memberikan saran mengenai tindakan perbaikan dan disipliner.
Tindakan disipliner
Metode penanganan pelanggaran Etika Bisnis.
Tandatangan dan pernyataan menerima Etika Bisnis
Setiap direktur, karyawan dan pihak ketiga yang bekerjasama dengan
Perusahaan harus menandatangani formulir pernyataan penerima yang
menegaskan bahwa mereka telah membaca Pedoman Tata Cara Etika
Bisnis dan memahami ketentuannya.
5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Komitmen untuk melakukan hal yang benar kepada komunitas adalah
satu dari enam nilai dasar yang kami anut di CCBI. Sesuai dengan misi
perusahaan yaitu melayani dan menyegarkan pelanggan dan konsumen kami
dengan rasa bangga dan semangat, kami menyadari bahwa aktivitas yang
kami lakukan harus terkait erat dengan lingkungan hidup, komunitas, pasar
dan lingkungan kerja.
Kami telah melakukan berbagai projek yang mencerminkan semangat
kami untuk bertindak dan bertanggungjawab sebagai warga perusahaan yang
baik. Menyediakan air bersih untuk daerah yang memiliki keterbatasan akan
air bersih, membersihkan pantai-pantai di Bali, memberikan beasiswa kepada
siswa berprestasi, pengembangan usaha kecil, adalah sebagian dari aktivitas
CSR & Sustainability kami; dan hal ini akan kami lanjutkan dan kembangkan
di Indonesia pada masa mendatang.
Kami yakin bahwa bisnis kami hanya akan kuat dan berlanjut seiring
dengan komunitas sekitar di mana kami beroperasi, dan jelas kami
membutuhkan dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan guna
mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Bisnis kami tak lain adalah menghadirkan saat-saat menyegarkan yang unik
dan memuaskan konsumen. Kami sangat terpacu untuk melahirkan semangat
serupa terhadap usaha-usaha kami yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan,
kesehatan dan keselamatan kerja. Ini berarti, upaya berkesinambungan untuk
menggali cara-cara baru dan lebih baik untuk meningkatakan kinerja kami di
bidang pelestarian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Sebelum membuang limbah ke sungai, kami mengolah limbah sehingga tidak
merusak biota sungai. Kami menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja senantiasa mengalami perubahan
sejalan dengan pengertian kami terhadap masalah-masalah tersebut yang juga
berkembang dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, kami mengembangkan suatu
sistem komprehensif yang mengacu pada standar internasional, termasuk di
dalamnya ISO 14001, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Semua pabrik melaksanakan audit secara berkala dan menjalankan praktek-
praktek terbaik di bidang perlindungan lingkungan, kesehatan dan keselamatan
kerja - mulai dari pengelolaan dan pemanfaatan kembali limbah produksi hingga
berbagai program kesehatan dan keselamatan kerja.
Selain senantiasa berupaya meraih kepuasan dengan melakukan hal-hal
yang terbaik, tanggung-jawab kami juga tertuju pada masyarakat Indonesia yang
kehidupannya kami sentuh setiap hari. Tanggung jawab tersebut meliputi
komitmen dalam menjalankan usaha dengan cara-cara yang menjaga kelestarian
lingkungan dan menunjang kesehatan dan keselamatan kerja karyawan-karyawan
kami di tempat kerja.
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
PT Coca-Cola Bottling Indonesia memiliki komitmen untuk senantiasa
memahami, mencegah dan memperkecil setiap dampak buruk terhadap
lingkungan sehubungan dengan kegiatan produksi minuman ringan, serta terus
berupaya memberikan pelayanan dan produk berkualitas yang diharapkan
konsumen maupun pelanggan, dan menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi
seluruh karyawan.
Kita yakin bahwa seluruh karyawan PT Coca-Cola Botting Indonesia dan
setiap orang yang tergabung di dalam perusahaan, serta semua mitra kerjanya,
bersama-sama memainkan peranan penting dalam menerapkan kebijakan
Perusahaan di bidang perlindungan lingkungan ini. Untuk itulah maka kita
berupaya membekali para karyawan agar mampu melibatkan diri mereka
sepenuhnya.
Kami akan:
berusaha sebaik mungkin mencapai kinerja di bidang perlindungan
lingkungan dengan memenuhi persyaratan dari The Coca-Cola Company dan
Peraturan Perundangan yang berlaku;
senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam
menyusun Business Plan (Perencanaan Bisnis) untuk memastikan bahwa
pengelolaan masalah lingkungan selalu menjadi bagian yang integral dari
Operasi Perusahaan;
menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen lingkungan terprogram,
serta terus menerus menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa sejalan
dengan operasi perusahaan;
mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali, memahami
dan bertindak pada setiap peluang yang ada untuk mencegah dan memperkecil
setiap dampak negatif yang berpotensi menimbulkan masalah lingkungan;
mengembangkan dan menerapkan cara-cara meningkatkan efisiensi
pemakaian sumber daya, termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan dan bahan
baku lainnya;
medapat mungkin mencegah, mengurangi, menggunakan kembali dan
mengolah semua limbah yang ditimbulkan di dalam area kita sendiri, serta
menjamin prosedur pembuangan limbah tersebut dengan cara yang aman dan
berdampak yang seminimal mungkin; dan
meminta para pemasok dan rekanan bisnis agar memenuhi standar
pengelolaan lingkungan yang setara dengan yang kita anut.
B. Manajemen Perusahaan
1. Penjualan dan Pemasaran
a. Sistem Pelayanan Bagi Pelanggan
Di Coca-Cola, Customer Service System (CSS), sistem pelayanan
pelanggan kami, didesain untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas
konsumen secara terus-menerus terhadap produk-produk Coca-Cola dengan
menyediakan pelayanan yang optimal kepada seluruh pelanggan
berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing.
Tujuan kami adalah menciptakan outlet ideal di seluruh Indonesia. Untuk
mencapai tujuan tersebut, kami merencanakan dengan matang dan
meninjau-ulang seluruh aspek dan peluang penjualan yang tersedia bagi
setiap pelanggan. Kemudian kami menawarkan langkah-langkah korektif
bagi para pelanggan dan secara bersama-sama menerapkan program-
program perbaikan yang sesuai dengan standar perusahaan.
Agar program CSS berjalan dengan efektif, kami memiliki Tim khusus di
National Office yang melakukan perencanaan dan memberikan pelayanan di
bidang penjualan dan pemasaran kepada seluruh para pelanggan. Tim
tersebut memberikan pelayanan yang menyeluruh, mulai dari perencanaan
rute distribusi hingga sistem pelayanan pelanggan yang lebih komprehensif,
apakah secara langsung melalui Tim sales force kami ataukah melalui pihak
ketiga yang bermitra dengan kami, yang kami sebut dengan Area Marketing
Contractors.
Pelanggan-pelanggan kami mendapatkan keuntungan layanan secara
teratur, merchandising, peralatan point-of-purchase, program khusus yang
inovatif dan kebanggaan memberikan pelayanan merek terbaik di dunia.
b. Area Marketing Contractor
Terbatasnya sumberdaya dan kemampuan untuk melakukan
pengembangan daerah tertentu, sekaligus komitmen untuk menciptakan
peluang kerja yang luas di sektor informal, mendorong Coca-Cola untuk
secara serius dan berkesinambungan mengembangkan jaringan Distribusi
Tak Langsung (Indirect Distribution) berbasis Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di Indonesia. Sistem Distribusi ini mengandalkan dua kelompok
usaha kecil dan menengah yang terbagi dalam dua kelompok besar: Area
Marketing Contractor (AMC) dan Street Vending.
Area Marketing Contractor (AMC) merupakan bentuk kerjasama
dengan para pengusaha mikro untuk melayani area dengan tingkat ekonomi
kelas C dan D atau daerah yang sulit dijangkau oleh sistem distribusi
langsung Coca-Cola. AMC-AMC ini tersebar di wilayah-wilayah perkotaan
yang sangat padat, wilayah-wilayah pedalaman atau diluar perkotaan,
maupun dalam bentuk kios-kios atau warung-warung kecil.
Sedangkan Street Vending merupakan suatu bentuk kerjasama distribusi
yang dirancang untuk melayani area yang memiliki tingkat lalu lintas
konsumen yang sangat tinggi, melalui penggunaan media operasional
berkemampuan mobilitas yang tinggi. Tipe-tipe sarana penjualan yang
termasuk dalam Street Vending ini adalah kios berjalan (Mobile Kiosk),
kereta dorong (Push Cart) dan rombong.
Coca-Cola tetap percaya bahwa melakukan kerjasama dengan para
pengusaha UKM ini akan terus dikembangkan, karena selain saling
menguntungkan bagi kedua pihak, kerjasama ini menciptakan peluang kerja
yang sangat besar. Efek yang sangat besar di sektor tenaga kerja ini sangat
disadari Coca-Cola. Hingga kini 80% penjualan Coca-Cola dilakukan
melalui pengecer dan pedagang grosir yang jumlahnya hampir mencapai
500 ribu, dimana 90% diantaranya termasuk dalam kategori pengusaha kecil
dengan jumlah karyawan kurang dari lima orang. Satu AMC, misalnya, rata-
rata mempekerjakan tiga orang karyawan (terdiri dari salesman, helper dan
tenaga administrasi).
Karena kedekatannya dengan sektor UKM ini, maka peran Coca-Cola
dalam pengembangannya akan terus meningkat. Tentunya, dukungan
kebijakan-kebijakan Pemerintah yang mendukung, khususnya di bidang
perpajakan bagi pengembangan industri, akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan industri dan pada gilirannya kesejahteraan para pengusaha
UKM ini karena usahanya turut berkembang.
Syarat-syarat Menjadi Area Marketing Contractor (AMC) Coca-Cola :
- Organisasi yang terdaftar di Kelurahan, dan/atau
perorangan dengan identitas diri yang jelas
- Memiliki sambungan telepon
- Memiliki ruangan penyimpanan produk yang cukup luas
dan aman
- Memiliki modal kerja untuk pengadaan stok produk awal
(isi, botol dan krat) sesuai dengan ketentuan Perusahaan
Khusus untuk AMC yang melayani daerah terpencil dan AMC
Outlet Base, bersedia menyediakan kendaraan roda 4 dalam yang
memadai berdasarkan jumlah potensi penjualan dan jumlah outlet
yang dilayani
Menyediakan waktu secara penuh untuk :
- Menjaga persediaan stok produk
- Pengiriman produk ke outlet secara kontinyu
- Melakukan pengecekan di lapangan langsung
- Membuat administrasi yang baik dan benar
Wajib membeli produk Coca-Cola hanya dari PT Coca-Cola
Distribution Indonesia
Bersedia hanya menjual produk-produk minuman Coca-Cola
dan menjualnya kepada outlet yang telah disetujui oleh
Perusahaan dengan harga jual yang direkomendasikan
Bersedia untuk mematuhi kewajiban, larangan dan sanksi
yang telah disepakati di dalam perjanjian kesepakatan
kerjasama
2. Produksi dan Distribusi
Semua produk yang dijual dan didistribusikan oleh Coca-Cola Bottling
Indonesia diproduksi di Indonesia. Saat ini terdapat 10 pabrik pembotolan yang
tersebar di seluruh Indonesia. Selama ini pabrik-pabrik kami di Indonesia telah
menerima berbagai penghargaan dari The Coca-Cola Company atas pencapaian
standar yang melampaui standar yang ditetapkan untuk pabrik-pabrik sejenis di
berbagai lokasi lain di dunia.
Semua pabrik diwajibkan mematuhi dan bahkan kerap kali melampaui
berbagai ketentuan internasional dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan secara teratur melaksanakan audit di bidang pengawasan mutu,
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Minuman Coca-Cola sebelum sampai ke tangan konsumen berawal dari bahan
baku pilihan berkualitas tinggi yang diproses melalui beberapa tahapan, yaitu:
persiapan bahan, pencampuran, pencucian, pengisian dan penutupan, pengkodean,
pemeriksaan, pengemasan, dan pengangkutan.
Tim penjualan kami yang sangat besar tidak saja menjual produk-produk kami
kepada para pelanggan, tetapi mereka juga memberikan saran bagaimana
sebaiknya mereka menjual produk-produk Coca-Cola. Supervisor penjualan kami
juga teratur mengunjungi para pelanggan dan memberikan bimbingan, serta
menampung masukan yang disampaikan para pelanggan.
Kebijakan penjualan dan distribusi secara menyeluruh diarahkan oleh National
Office di Cibitung, Bekasi, namun penerapan kebijakan tersebut dilaksanakan
oleh para manajer operasional dan regional yang handal dan berpengalaman
beserta staf mereka.
Pabrik Coca-Cola di Indonesia terbuka untuk kunjungan bagi semua lapisan
masyarakat kalangan pendidikan, instansi pemerintah/swasta, organisasi sosial dll.
yang ingin melihat langsung proses produksi kami yang higienis dan berkualitas.
a. Proses Manufaktur
Semua produk yang dijual dan didistribusikan oleh Coca-Cola Bottling
Indonesia diproduksi di Indonesia. Saat ini terdapat 10 pabrik pembotolan yang
tersebar di seluruh Indonesia. Walaupun kebijakan dan pengembangan
produksi diarahkan oleh National Office yang berkedudukan di Cibitung,
Bekasi, setiap pabrik memiliki manajemen yang memiliki pengalaman luas dan
kualifikasi yang tinggi dalam memproduksi dan mengelola berbagai aspek
teknis dan pengawasan mutu.
Semua pabrik diwajibkan mematuhi dan bahkan kerap kali melampaui
berbagai ketentuan internasional dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan secara teratur melaksanakan audit di bidang pengawasan mutu,
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Selama ini pabrik-pabrik kami di Indonesia telah menerima berbagai
penghargaan dari The Coca-Cola Company atas pencapaian standar yang
melampaui standar yang ditetapkan untuk pabrik-pabrik sejenis di berbagai
lokasi lain di dunia.
PEMBUATAN Coca-Cola
Minuman Coca-Cola sebelum sampai ke tangan konsumen berawal dari
bahan baku pilihan berkualitas tinggi yang diproses melalui beberapa tahapan.
1. Tahap pertama untuk menhasilkan Coca-Cola
sangat sederhana, yaitu membuat sirup yang
terdiri dari gula dan air. Airnya disaring dengan
seksama karena bagi "Coca-Cola" bahan baku
berkualitas tinggi sangat mutlak diperlukan.
2. Untuk memastikan bahwa air yang digunakan
untuk produk botol dan kaleng benar-benar
bersih dan murni, air tersebut disaring. Para
teknisi pengawasan mutu menguji air tersebut
berkali-kali sebelum digunakan untuk membuat
produk akhir.
3. Pemeriksaan dan pengujian berlanjut. Perangkat
canggih membantu para teknisi memeriksa
segala segi proses, mulai dari kondisi tiap
kemasan hingga kadar karbondioksida, rasa dan
kandungan sirup. Pada tahap ini, campuran
sirup diperiksa.
4. Sirup kemudian ditambahkan dengan
konsentrat "Coca-Cola". Sari rasa untuk "Coca-
Cola ini dibuat di pabrik-pabrik The Coca-Cola
Company dan hingga kini tetap merupakan
rahasia dagang terbesar di dunia. Teknisi
kemudian mencicipi, memeriksa dan mencatat
campuran setiap batch sirup dengan seksama.
Setelah pencampuran, cairan siap untuk diberi
tambahan karbondioksida. Pengawasan mutu
yang amat ketat adalah alas an mengapa "Coca-
Cola" dikenal sebagai minuman yang memiliki
kadar soda yang paling sempurna.
5. Rangkaian botol dari gelas atau plastik PET
(Polyethelyne terephthalate) maupun kaleng
sekarang dalam jumlah sangat besar siap untuk
diisi dengan produk akhir. Botol-botol pun
harus melalui pemeriksaan yang amat teliti.
Pertama-tama dicuci dan dibasuh kemudian
diperiksa secara elektronik dan manual. Barulah
boto-botol tersebut siap untuk diisi dengan
minuman ringan paling popular di dunia saat
ini.
6. Botol demi botol diletakkan di atas ban berjalan
agar dapat terisi secara otomatis. Cara tersebut
menjamin jumlah dalam tiap botol akurat, dan
penutupan botol secara otomatis menjamin
kadar higienis yang sempurna pula.
7. Akhirnya, botol-botol diberi label, kode
produksi dan dikemas dalam karton-karton atau
dimasukkan ke dalam krat. Selanjutnya, pusat
penjualan siap untuk mengirimkan produk-
produk "Coca-Cola menuju lebih dari 420.000
gerai (outlet) yang menjual produk-produk
"Coca-Cola" di Indonesia.
b. Sistem Distribusi
Sebagian besar produk-produk kami didistribusikan melalui lebih dari 120
pusat penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia. Produk-produk tersebut
diangkut ke pusat-pusat penjualan tersebut oleh armada truk berukuran besar
dan kemudian didistribusikan ke pedagang-pedagang eceran oleh kendaraan
distribusi yang lebih kecil. Apabila truk-truk penjualan kami ditempatkan
berderet, maka akan bisa sepanjang lebih kurang 17 km. Hal inilah yang
membuat perusahaan kami sebagai salah satu perusahaan distribusi terbesar di
Indonesia.
Diperkirakan lebih dari 80% produk-produk kami dijual melalui para
pengecer dan grosir dimana 90% diantaranya termasuk dalam kategori
pengusaha usaha kecil, dan mereka mempekerjakan kurang dari lima karyawan
dengan omset penjualan per tahun kurang dari Rp. 1 milyar.
Tim penjualan kami yang sangat besar tidak saja menjual produk-produk
kami kepada para pelanggan, tetapi mereka juga memberikan saran bagaimana
sebaiknya mereka menjual produk-produk Coca-Cola. Supervisor penjualan
kami juga teratur mengunjungi para pelanggan dan memberikan bimbingan,
serta menampung masukan yang disampaikan para pelanggan.
Kebijakan penjualan dan distribusi secara menyeluruh diarahkan oleh
National Office di Cibitung, Bekasi, namun penerapan kebijakan tersebut
dilaksanakan oleh para manajer operasional dan regional yang handal dan
berpengalaman beserta staf mereka
C. MEREK DAN PRODUK
Coca-Cola Bottling Indonesia memproduksi merek-merek inti seperti
Coca-Cola, Sprite, Fanta, dan Frestea di dalam pabrik-pabriknya yang tersebar di
seluruh Indonesia. Untuk menjaga agar mutu minuman yang dihasilkan sesuai
dengan standar, kami menerapkan dengan ketat proses produksi yang diakui
secara internasional.
Pemberian kode-kode pada setiap produk merupakan bagian terpenting
dari keseluruhan proses. Dengan kode-kode itu kami menjaga agar para pelanggan
mendapatkan minuman kami dalam rasanya yang terbaik.
Setiap kode menunjukkan keterangan-keterangan tertentu tentang produk
tersebut. Ada kode yang menunjukkan keterangan tentang tanggal pembuatan.
Ada kode yang lebih rumit, terdiri atas huruf dan angka yang
menunjukkan hari, bulan, shift, dan pabrik tempat minuman tersebut dibuat. Ada
lagi yang tidak tampak pada kemasan karena tinta yang digunakan hanya dapat
dibaca dengan teknologi khusus.
Semua itu menunjukkan komitment kami untuk memastikan bahwa
teknologi, sumber daya manusia maupun material yang kami pergunakan,
semuanya tertuju untuk kepuasan para pelanggan dan konsumen kami.
Coca Cola
Coca-Cola merupakan merek minuman ringan terpopuler dan
paling laris dalam sejarah hingga saat ini. Diciptakan pertama
kalinya di Atlanta, Georgia oleh Dr. John S. Pemberton, Coca-
Cola pertama kami perkenalkan sebagai minuman fountain
dengan mencampurkan sirup rasa Cola dan air berkarbonasi.
Pertama kali terdaftar sebagai merek dagang di tahun 1887, di tahun 1895 Coca-
Cola telah terjual di seluruh wilayah Amerika Serikat. Kini Coca-Cola telah
tersedia di seluruh dunia2.
Can
250 ml 330 ml
Returnable Glass Bottle
193 ml 295 ml 1000 ml
PET
500 ml 1000 ml 1500 ml 2000 ml
Takaran Saji : 200 ml
Jumlah saji per kemasan : 1 Bottle
Jumlah per Saji :
Energi : 84 kkal
Lemak total : 0 g (% Daily Value*)
Karbohidrat Total : 22 g (% Daily Value*)
Gula : 22 g
Protein : 0 g (% Daily Value*)
Natrium : 10 mg (% Daily Value*)
*% AKG = persen Angka Kecukupan Gizi berdasarkan pada diet 2000 kkal
Komposisi air berkarbonasi, gula dan konsentrat Coca-Cola termasuk karamel.
Pertama kali diperkenalkan di tahun 1960, Sprite adalah
minuman ringan dengan aroma rasa lemon yang paling
digemari. Sprite dijual di 190 negara di dunia dengan daya pikat
yang sangat besar di kalangan generasi muda.
Sprite disukai karena rasanya yang dingin menyejukkan dan benar-benar dapat
melepaskan dahaga. Sprite memiliki cita rasa khas yang membedakannya dari
minuman ringan lainnya. Produk ini mendorong Anda untuk menjadi diri sendiri
dan memuaskan rasa haus Anda..
Sprite
Can
250 ml 330 ml
Returnable Glass Bottle
200 ml 295 ml 1000 ml
PET
500 ml 1000 ml 1500 ml 2000 ml
Fanta merupakan merek dari The Coca-Cola
Company untuk minuman ringan dengan rasa buah-
buahan yang sangat menonjol. Pertama kali
ditemukan di Jerman, nama Fanta sendiri berasal dari kata "Fantasie"
yang artinya imajinasi atau khayalan. Semenjak tahun 1960an, Fanta
telah dipasarkan diseluruh dunia dengan konsumen terbesar remaja
berusia 12-19 tahun. Diseluruh dunia ada lebih dari 70 jenis rasa,
dengan rasa jeruk (orange) sebagai volume terbesar.
Di Indonesia, produk Fanta mulai dipasarkan pada tahun 1973 dan
sejak itu Fanta telah melakukan berbagai inovasi rasa buah-buahan
untuk terus menyesuaikan dengan target konsumennya. Hingga saat ini,
Fanta memiliki tiga varian rasa mulai dari Strawberry, Orange, dan
Blueberry sebagai inovasi paling terbaru dari Fanta.
Konsumen di berbagai belahan dunia mengasosiasikan Fanta dengan
keceriaan bersama teman dan keluarga. Asosiasi positif ini timbul oleh
karena ciri khas merek Fanta yang selalu membawa keceriaan dengan
warnanya yang cerah, rasa buahnya yang enak, dan karbonasi yang
menyegarkan.
Strawberry Orange Blueberry
Can
250 ml 330 ml
Returnable Glass Bottle
200 ml 200 ml 295 ml 1000 ml
PET
500 ml 1000 ml 1500 ml 2000 ml
Takaran Saji : 200 ml
Jumlah Saji per
kemasan: 1 Botol
Jumlah per Saji :
Energi : 120 kkal
Lemak Total : 0 g (% AKG*)
Karbohidrat Total : 31 g (% AKG*)
Gula : 30 g
Protein : 0 g (% AKG*)
*% AKG = persen Angka Kecukupan Gizi berdasarkan pada diet 2000
kkal
Pada tanggal 20 Juni 1919, Roy Allen membuka stand
Root Beer pertama di Lodi, California yang menjual
minuman miliknya yang terbuat dari resep rahasia,
terdiri dari 14 tumbuhan herba, rempah-rempah, kulit
kayu dan beberapa jenis buah beri. Pada tahun 1922 Allen bekerjasama
dengan salah satu pekerjanya, Frank Wright dan mendirikan tiga outlet
baru di Houston. Mereka memberi nama minuman Root Beer-nya
dengan menggabungkan inisial mereka, "A" untuk Allen dan "W" untuk
Wright, sebagai nama resmi minuman "A&W Root Beer." Sejak saat
itulah pertamakali nama "A&W" diperkenalkan sebagai merek minuman
root beer. Satu hal yang tidak pernah berubah dalam perkembangannya
selama 80 tahun ini adalah masyarakat diseluruh dunia menyukai A&W
Root Beer yang kaya akan rasa, lembut, dan lapisan atasnya yang tebal.
Can
330 ml
Takaran Saji : 330 ml
Jumlah Saji per
kemasan: 1
Jumlah per Sajian
Energi Total : 200 Kkal
Lemak Total : 0 g (0% AKG*)
Protein : 0 g (0% AKG*)
Karbohidrat Total : 49 g (15% AKG*)
Gula : 48 g
Natrium : 10 mg (0% AKG*)
*% AKG = persen Angka Kecukupan Gizi berdasarkan
kebutuhan energi 2.000 kkal. Kebutuhan energi Anda mungkin lebih
tinggi atau lebih rendah.
Frestea - produk inovatif minuman siap saji (RTD)
yang secara khusus dirancang untuk memuaskan
seluruh panca indera konsumen Indonesia. Merek ini
dikembangkan secara lokal dan merupakan bagian dari
Beverage Partners Worldwide (BWP), yaitu perusahaan patungan hasil
kemitraan yang sukses antara The Coca-Cola Company dan Nestle, SA.
Proporsi Frestea dikembangkan untuk menangkap pengalaman dalam
menikmati teh tubruk, dengan rasa, aroma, dan warna menjadi faktor
terpenting dimana konsumen bisa membedakan kualitas sebuah produk.
Cita rasa tehnya yang sangat khas dan inovatif tercipta melalui sajian
aroma melati yang menyenangkan dan rasa teh yang unggul. Botolnya
yang unik menonjolkan kualitas rasa teh asli, dengan tekstur emboss dua
elemen daun yang saling bersilang.
Frestea diproduksi dengan menggunakan standar kualitas tinggi The
Coca-Cola Company, menggunakan teknologi tinggi dan didukung oleh
proses produksi higienis, demi memastikan bahwa setiap botol Frestea
memilki kualitas yang sama.
Returnable Glass Bottle Tetra Brick Aseptic Polyethylene
Terephtalate
RGB TBA PET
220 ml 250 ml 500 ml
Takaran Saji : 220 ml
Jumlah Saji per
kemasan: 1 Botol
Jumlah per Saji :
Energi : 120 kkal
Lemak Total : 0 g (0% AKG*)
Karbohidrat Total : 31 g (10% AKG*)
Gula : 30 g
Protein : 0 g (0% AKG*)
Natrium : 7 mg (0% AKG*)
*% AKG = persen Angka Kecukupan Gizi berdasarkan pada diet 2000
kkal
Pada akhir tahun 2000, perusahaan Coca-Cola telah
menjalin kemitraan jangka panjang dengan PT AdeS
Alfindo Putrasetia Tbk dengan mengakuisisi merek
dagang AdeS.
Peluncuran AdeS baru dari The Coca-Cola Company ini menampilkan
AdeS sebagai air minum dalam kemasan yang Murni, Aman dan
Terpercaya, yang dijamin oleh The Coca-Cola Company
350 ml 600 ml 1500 ml
Minute Maid Pulpy Orange adalah Minuman Rasa
Buah Jeruk dengan vitamin C & Pulp (Bulir Jeruk
Asli) yang lezat dan menyegarkan. Dengan jeruk kualitas
terbaik dan memprosesnya dengan cara yang benar,
Minute Maid menyajikan rasa dan aroma jeruk yang memberikan sensasi segar
dan rasa yang lezat. Dengan kandungan vitamin C didalamnya, Minute Maid
Pulpy Orange tidak hanya menyegarkan, tapi juga menjadi pilihan baik untuk
dikonsumsi.
Lahirnya produk minuman dari Minute Maid dimulai pada tahun 1945, ketika
National Research Corporation (NRC) Boston, mengembangkan minuman
sari buah jeruk dalam bentuk bubuk dari buah jeruk asli untuk keperluan US
Army selama perang.
Setelah perang berakhir, Florida Foods Corporation – Anak perusahaan
NRC, mengembangkan inovasi produk agar produk tersebut dapat dipasarkan
secara komersial. Produk ini lalu diberi nama Minute Maid.
Minute Maid berarti “cepat dan mudah disajikan”.
Minute Maid mulai dipasarkan secara door to door dan dengan cepat menarik
banyak konsumen. Beberapa tahun kemudian Florida Foods Corporation
berubah nama menjadi The Minute Maid Company. Pada tahun 1960, Minute
Maid dibeli oleh The Coca Cola Company.
Saat ini berbagai produk minuman Minute Maid sudah dijual di lebih dari 100
negara di seluruh dunia. Minute Maid mulai diperkenalkan di Indonesia dengan
diluncurkannya Minute Maid Pulpy Orange ditahun 2008.
Minute Maid Pulpy Orange sendiri telah mencatat kesuksesan di berbagai
negara seperti China dan India, sebelum diperkenalkan ke Indonesia.
Polyethylene Terephtalate (PET)
350 ml
Takaran Saji : 350
Jumlah Saji per kemasan : 1
Jumlah per Saji :
Energi : 164 kkal
Lemak Total : 0 g (% AKG*)
Karbohidrat Total : 41 g (14% AKG*)
Gula : 32 g
Protein : 0 g (% AKG*)
Natrium : 30 mg (1% AKG*)
Vitamin C : 118 mg (130% AKG*)
*% AKG = persen Angka Kecukupan Gizi berdasarkan pada diet 2000 kkal
D. INOVASI
1. Pengertian Inovasi
Istilah inovasi dalam organisasi pertama kali diperkenalkan oleh
Schumpeter pada tahun 1934. Inovasi dipandang sebagai kreasi dan implementasi
‘kombinasi baru’. Istilah kombinasi baru ini dapat merujuk pada produk, jasa,
proses kerja, pasar, kebijakan dan sistem baru. Dalam inovasi dapat diciptakan
nilai tambah, baik pada organisasi, pemegang saham, maupun masyarakat luas.
Oleh karenanya sebagian besar definisi dari inovasi meliputi
pengembangan dan implementasi sesuatu yang baru (dalam de Jong & den
Hartog, 2003) sedangkan istilah ‘baru’ dijelaskan Adair (1996) bukan berarti
original tetapi lebih ke newness (kebaruan). Arti kebaruan ini, diperjelas oleh
pendapat Schumpeter bahwa inovasi adalah mengkreasikan dan
mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. Dengan inovasi maka
seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja,
pemasaran, sistem pengiriman, dan kebijakan, tidak hanya bagi perusahaan tapi
juga stakeholder dan masyarakat (dalam de Jong & Den Hartog, 2003).
’Kebaruan’ juga terkait dimensi ruang dan waktu. ’Kebaruan’ terikat dengan
dimensi ruang. Artinya, suatu produk atau jasa akan dipandang sebagai sesuatu
yang baru di suatu tempat tetapi bukan barang baru lagi di tempat yang lain.
Namun demikian, dimensi jarak ini telah dijembatani oleh kemajuan teknologi
informasi yang sangat dahsyat sehingga dimensi jarak dipersempit. Implikasinya,
ketika suatu penemuan baru diperkenalkan kepada suatu masyarakat tertentu,
maka dalam waktu yang singkat, masyarakat dunia akan mengetahuinya. Dengan
demikian ’kebaruan’ relatif lebih bersifat universal. ’Kebaruan’ terikat dengan
dimensi waktu. Artinya, kebaruan di jamannya. Jika ditengok sejarah peradaban
bangsa Indoensia, maka pada jaman tersebut maka bangunan candi Borobudur,
pembuatan keris oleh empu, pembuatan batik adalah suatu karya bersifat inovatif
di jamannya.
Ruang lingkup inovasi dalam organisasi (Axtell dkk dalam Janssen, 2003),
bergerak mulai dari pengembangan dan implementasi ide baru yang mempunyai
dampak pada teori, praktek, produk, atau skala yang lebih rendah yaitu perbaikan
proses kerja sehari-hari dan desain kerja. Oleh karenanya, penelitian inovasi
dalam organisasi dapat dilakukan dalam 3 level yaitu inovasi level individu,
kelompok, dan organisasi (Adair, 1996; de Jong & Den Hartog, 2003).
Jika dilihat dari kecepatan perubahan dalam proses inovasi ada dua macam
inovasi yaitu inovasi radikal dan inovasi inkremental (Scot & Bruece, 1994).
Inovasi radikal dilakukan dengan skala besar, dilakukan oleh para ahli
dibidangnya dan biasanya dikelola oleh departemen penelitian dan
pengembangan. Inovasi radikal ini sering kali dilakukan di bidang manufaktur dan
lembaga jasa keuangan. Sedangkan inovasi inkremental merupakan proses
penyesuaian dan mengimplementasikan perbaikan yang berskala kecil. Yang
melakukan inovasi ini adalah semua pihak yang terkait sehingga pendekatan
pemberdayaan sesuai dengan model inovasi incremental ini (Bryd & Brown,
2003; Jones, 2004). Lebih lanjut De Jong & Den Hartog, (2003) menguraikan
bahwa inovasi inkremental terlihat pada sektor kerja berikut ini :
i. Knowledge-intensive service (KIS) yakni usahanya meliputi pengembangan
ekonomi sebagai contoh konsultan akuntansi, administrasi, R&D service,
teknik, komputer, dan manajemen. Sumber utama inovasi dari kemampuan
mereka untuk memberikan hasil desain yang sesuai untuk pengguna layanan
mereka. Inovasi mereka hadirkan setiap kali dan tidak terstruktur.
ii. Supplier-dominated services meliputi perdagangan retail, pelayanan pribadi
(seperti potong rambut), hotel dan restaurant.
Macam Inovasi berdasarkan fungsi ada dua yaitu inovasi teknologi dapat berupa
produk, pelayanan atau proses produksi dan inovasi administrasi dapat bersifat
organisasional, struktural, dan inovasi sosial (Brazeal & Herbert, 1997).
2. Perilaku inovatif
Pengertian perilaku inovatif menurut Wess & Farr (dalam De Jong &
Kemp, 2003) adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan,
memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal ‘baru’, yang bermanfaat dalam
berbagai level organisasi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai shop-floor
innovation (e.g., Axtell et al., 2000 dalam De Jong & Den Hartog, 2003).
Pendapat senada dikemukakan oleh Stein & Woodman (Brazeal & Herbert,1997)
mengatakan bahwa inovasi adalah implementasi yang berhasil dari ide-ide kreatif.
Bryd & Bryman (2003) mengatakan bahwa ada dua dimensi yang mendasari
perilaku inovatif yaitu kreativitas dan pengambilan resiko. Demikian halnya
dengan pendapat Amabile dkk (de Jong & Kamp, 2003) bahwa semua inovasi
diawali dari ide yang kreatif. Kreativitas adalah kemampuan untuk
mengembangkan ide baru yang terdiri dari 3 aspek yaitu keahilan, kemampuan
berfikir fleksibel dan imajinatif, dan motivasi internal (Bryd & Bryman, 2003).
Dalam proses inovasi, individu mempunyai ide-ide baru, berdasarkan
proses berfikir imajinatif dan didukung oleh motivasi internal yang tinggi. Namun
demikian sering kali, proses inovasi berhenti dalam tataran menghasilkan ide
kreatif saja dan hal ini tidak dapat dikategorikan dalam perilaku inovatif.
Dalam mengimplementasikan ide diperlukan keberanian mengambil resiko
karena memperkenalkan ‘hal baru’ mengandung suatu resiko. Yang dimaksud
dengan pengambilan resiko adalah kemampuan untuk mendorong ide baru
menghadapi rintangan yang menghadang sehingga pengambilan resiko merupakan
cara mewujudkan ide yang kreatif menjadi realitas (Bryd & Brown, 2003). Oleh
karenanya, jika tujuan semula melakukan inovasi untuk kemanfaatan organisasi,
tetapi jika tidak dikelola dengan baik justru menjadi bumerang. Adapun inovasi
yang sesuai dengan perilaku inovatif adalah inovasi inkremental. Dalam hal ini,
yang melakukan inovasi bukan hanya para ahli saja tetapi semua karyawan yang
terlibat dalam proses inovasi tersebut. Oleh karenanya sistem pemberdayaan
karyawan sangat diperlukan dalam perilaku inovatif ini.
Dalam penelitian ini, inovasi difokuskan bukan pada output inovatif.
Fokus penelitian ini perilaku inovatif yang merupakan faktor kunci dari inovasi
incremental (Scott & Bruce, 1994; de Jong & Kemp, 2003). Yang dimaksud
dengan perilaku inovatif dalam penelitian ini adalah semua perilaku individu yang
diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang
bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu
kreativitas dan pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental.
3. Inovasi Di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia
Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola
Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan (Research &
Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan,
strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas,
kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri.
Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan
alam Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru
yang menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan
pilihan yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih
spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman
isotonik yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada
tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan
botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta
menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut "Fanta
Oranggo", setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada
tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Sunfill - produk minuman Sirup
dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-
produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.
Selain berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba
mengembangkan desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya.
Setelah meluncurkan Frestea dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-
Cola Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih
mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta
hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-
Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 %
dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru.
Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan
kreatif. Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang
berlangsung, baik melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol,
hadiah kejutan, maupun iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi
Kabayan dinobatkan sebagai iklan paling efektif dalam bulan Pebruari dan Maret
versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo Coca-Cola juga memanfaatkan
momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004. Dengan memanfaatkan
event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola mencoba tampil dengan
strategi pemasaran baru yang menarik masyarakat.
Selain berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran;
perlengkapan penjualan baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik.
Berkaitan dengan inovasi ini, Coca-Cola Indonesia menciptakan jenis krat baru
yang lebih ringan, dibuat dari bahan yang ramah lingkungan.
Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola
Bottling Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman
cepat saji dengan rasa baru, serta keinginan untuk menjadikan Coca-Cola
Indonesia sebagai perusahaan minuman cepat saji yang lengkap.
BAB III
KESIMPULAN
Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola
Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan kontribusi bagi
masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan (Research &
Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan,
strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas,
kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri.
Dengan memahami kebutuhan dan perilaku konsumen, serta potensi kekayaan
alam Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru
yang menjadikan produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan
pilihan yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih
spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola meluncurkan AQUARIUS, minuman
isotonik yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif dan gemar berolahraga. Pada
tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan
botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta
menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut "Fanta
Oranggo", setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada
tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Sunfill - produk minuman Sirup
dan Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-
produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia.
Selain berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba
mengembangkan desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya.
Setelah meluncurkan Frestea dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-
Cola Indonesia meluncurkan Frestea dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih
mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir 2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta
hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik. Pada tahun 2004 ini, Coca-
Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot lebih ringan 30 %
dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan terus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru.