chapter ii

15
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KULIT PISANG RAJA (MUSA PARADISIACA L.) Kulit pisang dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai makanan ternak. Akan tetapi, limbah kulit pisang ini berpotensi untuk diolah menjadi bahan baku yang berguna dan mempunyai nilai lebih. Kulit pisang mengandung komponen yang bernilai, seperti karbohidrat, vitamin C, kalsium dan nutrien lainnya. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, limbah kulit pisang sangat berpotensi untuk digunakan sebagai sumber karbon dalam pembuatan alkohol [3]. Tabel 2.1 Tabel Produksi Pisang (dalam ton) [1] No. Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 2005 101.465 5.177.608 51,03 2 2006 94.144 5.037.472 53,51 3 2007 98.143 5.454.472 55,57 4 2008 107.791 6.004.615 55,71 5 2009 119.018 6.373.533 53,55 6 2010 101.276 5.755.073 56,83 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi pisang di berbagai provinsi di Indonesia cukup besar. Besarnya angka ini berbanding lurus dengan jumlah limbah dari pisang itu sendiri yaitu kulit pisang. Untuk itu dilakukanlah berbagai penelitian untuk menambah nilai guna dari kulit pisang ini. Kulit pisang mengandung air sebesar 68,90 % dan karbohidrat sebesar 18,50 %. Karbohidrat pada kulit pisang dapat diubah menjadi etanol melalui proses hidrolisa dan fermentasi. Dengan proses ini kulit pisang dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya [4]. Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya menyebar ke berbagai negara baik negara tropis maupun negara subtropis. Akhirnya buah pisang dikenal di seluruh dunia. Jadi pisang raja Universitas Sumatera Utara

Upload: rieskayuniar

Post on 16-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Chapter II

TRANSCRIPT

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 KULIT PISANG RAJA (MUSA PARADISIACA L.)

    Kulit pisang dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai makanan ternak.

    Akan tetapi, limbah kulit pisang ini berpotensi untuk diolah menjadi bahan baku

    yang berguna dan mempunyai nilai lebih. Kulit pisang mengandung komponen

    yang bernilai, seperti karbohidrat, vitamin C, kalsium dan nutrien lainnya.

    Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, limbah kulit pisang sangat berpotensi untuk

    digunakan sebagai sumber karbon dalam pembuatan alkohol [3].

    Tabel 2.1 Tabel Produksi Pisang (dalam ton) [1]

    No. Tahun Luas Panen

    (Ha)

    Produksi

    (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

    1 2005 101.465 5.177.608 51,03

    2 2006 94.144 5.037.472 53,51

    3 2007 98.143 5.454.472 55,57

    4 2008 107.791 6.004.615 55,71

    5 2009 119.018 6.373.533 53,55

    6 2010 101.276 5.755.073 56,83

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi pisang di berbagai provinsi di

    Indonesia cukup besar. Besarnya angka ini berbanding lurus dengan jumlah

    limbah dari pisang itu sendiri yaitu kulit pisang. Untuk itu dilakukanlah berbagai

    penelitian untuk menambah nilai guna dari kulit pisang ini.

    Kulit pisang mengandung air sebesar 68,90 % dan karbohidrat sebesar 18,50

    %. Karbohidrat pada kulit pisang dapat diubah menjadi etanol melalui proses

    hidrolisa dan fermentasi. Dengan proses ini kulit pisang dapat ditingkatkan nilai

    ekonomisnya [4].

    Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara

    umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik

    barat. Selanjutnya menyebar ke berbagai negara baik negara tropis maupun negara

    subtropis. Akhirnya buah pisang dikenal di seluruh dunia. Jadi pisang raja

    Universitas Sumatera Utara

  • 8

    termasuk tanaman asli Indonesia dan kultivar-kultivarnya banyak ditemukan di

    pulau Jawa [18].

    Adapun klasifikasi tanaman pisang raja menurut Tjitrosoepomo adalah

    sebagai berikut [19]:

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Kelas : Monocotyledoneae

    Ordo : Zingiberales

    Famili : Musaceae

    Genus : Musa

    Spesies : Musa paradisiaca L.

    Pisang raja memiliki tangkai buah yang terdiri atas 6 sisir yang masing-

    masing terdiri 15 buah. Berat satu buah pisang sekitar 92 gram dengan panjang

    12-18 cm dan diameter 3,2 cm. Bentuk buahnya melengkung dengan bagian

    pangkal bulat. Warna daging buahnya kuning kemerahan tanpa biji. Empulur

    buahnya nyata dengan tekstur kasar. Rasanya manis. Lama tanaman berbunga

    sejak anakan adalah 14 bulan. Sedangkan buah masak 164 hari sesudah muncul

    bunga [20].

    Pisang raja (Musa Paradisiaca L.) ditunjukkan seperti gambar 2.1 di bawah

    ini.

    Gambar 2.1 Pisang Raja (Musa Paradisiaca L.) [18]

    Terdapat berbagai jenis varietas pisang yang jumlahnya mencapai ratusan. Dari

    sekian banyak jenis pisang, terdapat satu varietas yang masih kurang proses

    pengolahannya namun persediaannya melimpah, yaitu pisang raja. Biasanya pisang raja

    Universitas Sumatera Utara

  • 9

    ini dikonsumsi secara langsung atau hanya diolah menjadi pisang goreng, kripik pisang

    atau pisang ijo. Padahal jenis pisang ini memiliki sejuta manfaat bagi kesehatan seperti

    sebagai obat maag, dan harganya pun relatif murah [18].

    Berikut disajikan komposisi kulit pisang raja (Musa Paradisiaca L.)

    sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.2 di bawah ini.

    Tabel 2.2 Komposisi Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca L.) [18]

    Komponen

    Proksimat Nilai

    Konsentrasi

    %b/b

    Air 67,30 g 67,30

    Energi 116,00 kkal -

    Protein 0,79 g 0,79

    Total Lemak 0,18 g 0,18

    Karbohidrat 31,15 g 31,15

    Serat 2,30 g 2,30

    Ampas 0,58 g 0,58

    2.2 ETIL ASETAT

    Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas, yang rumus kimia

    CH3COOC2H5 dan terutama digunakan sebagai pelarut tinta, perekat, resin [21].

    Penampakan fisiknya berupa cairan bening dengan bau yang enak. Etil asetat

    bersifat volatil, relatif tidak toksik dan tidak higroskopis. Sifat fisika dari etil

    asetat dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini

    Tabel 2.3 Sifat Fisika Etil Asetat [22]

    Sifat Fisika Keterangan

    Berat Molekul 88,105 gr/mol

    Wujud Cairan Bening

    Densitas 0,897 gr/ml

    Titik Leleh -83,6 C

    Titik Didih 77,1 C

    Titik Nyala -4 C

    (Data diambil pada keadaan standar 25 C, 100 Kpa)

    2.2.1 Pembuatan Etil Asetat

    Esterifikasi

    Reaksi asam karboksilat dengan alkohol menghasilkan senyawa ester melalui

    reaksi yang dikenal dengan nama esterifikasi, dan biasanya menggunakan katalis

    Universitas Sumatera Utara

  • 10

    asam. Reaksi akan berlangsung dengan baik jika direfluks bersama sedikit asam

    sulfat atau asam klorida [23].

    Etil asetat dibuat dengan reaksi antara etil alkohol dan asam asetat, yang

    menghasilkan etil asetat, juga air. Etil asetat juga dapat dibuat dengan reaksi

    anhidrida asetat dengan etil alkohol, selama reaksi selain etil asetat juga

    dihasilkan asam asetat, yang selanjutnya akan diesterifikasi dengan etil alkohol.

    Esterifikasi adalah reaksi kesetimbangan dan dipercepat oleh kehadiran katalis

    asam [24].

    Di indusri dan di laboratorium etil asetat dibuat dengan memanaskan etanol

    dengan asam asetat glasial dengan penambahan asam sulfat.

    CH3COOH + CH3OH CH3COOC2H5 + H2O [16]

    Asam Asetat Etanol Etil Ester Air

    Cara-cara mempertinggi hasil ester (penggeseran keseimbangan ke kanan)

    antara lain dengan :

    a. Penambahan asam atau alkohol.

    b. Pengeluaran H2O dengan penarikan H2O (dengan H2SO4, ZnCl2 dsb.).

    c. Pengeluaran ester dengan penyulingan [9].

    Proses esterifikasi dapat dilakukan dengan cara memasukkan 50 ml etanol dan

    50 ml asam asetat glasial ke dalam labu leher tiga, kemudian ditambahkan 16 ml

    asam sulfat. Campuran dipanaskan selama 15 menit dengan pemasangan refluks

    dan air pendingin pada labu. Kemudian peralatan diganti dengan peralatan

    distilasi. Semua fraksi yang didapat dari distilasi hingga 80 oC dikumpulkan.

    Distilat direaksikan dengan sodium carbonat 2M di dalam corong pemisah untuh

    menghilangkan asam. Lapisan yang berminyak pada corong pemisah kemudian di

    reaksikan dengan kalsium klorida untuk menghilangkan etanol. Produk akhirnya

    dipisahkan dari kalsium klorida anhidrat dengan distilasi. Fraksi yang terkumpul

    antara suhu 74-79 oC dikumpulkan [17].

    Konversi Larutan Etanol Encer oleh Candida utilis

    Proses ini menggunakan bantuan Candida utilis untuk mengkonversi

    larutan etanol encer menjadi etanol pekat dan etil asetat. Kinetika akumulasi

    H2SO4

    Universitas Sumatera Utara

  • 11

    etanol dan etil asetat dalam perkembangan glukosa Candida utilis menunjukkan

    bahwa pembentukan ester dihasilkan dari pemanfaatan etanol dibawah kondisi

    aerasi yang tepat dan dihambat oleh penambahan Fe3+

    . Candida utilis

    mengkonversi etanol menjadi etil asetat paling optimal pada pH 5-7. Proses

    berlangsung selama lima hari [10].

    Konversi Laktosa Pada Whey oleh Kluyveromyces marxianus

    Kluyveromyces marxianus mampu mengkonversi laktosa menjadi etil asetat

    sebagai salah satu langkah untuk menggunakan membali whey. Pembentukan

    mikroba etil asetat dalam jumlah besar memerlukan proses aerobik dan kemudian

    etil asetat yang mudah menguap dilepaskan dari bioreaktor yang teraerasi. Pada

    proses ini berdasarkan percobaan yang sudah ada, laju stripping dibuat

    sebanding dengan laju alur gas. Percobaan menunjukkan pembentukan etil asetat

    hanya terjadi saat pertumbuhan yeast terhambat karena kekurangan makanan.

    Produksi etanol tertinggi yaitu 0,25 gr etil asetat per gr laktosa, hasil ini

    mendekati 50% teori maksimum [12].

    Perbaikan Proses Esterifikasi

    Etil asetat dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam asetat dan etanol

    dengan katalis asam kuat selanjutnya uap yang dihasilkan dilewatkan melalui

    zona distilasi, kemudian didinginkan dan dikondensasikan dan kemudian

    didistilasi untuk kedua kalinya untuk menghasilkan asam asetat dengan sedikit

    pengotor. Proses ini menggunakan distilasi azeotrop yang menghasilkan 50 ppm

    pengotor [11].

    Dehidrogenasi Etanol

    Proses ini menggunakan kolom distilasi reaktif. Etanol di dalam kolom

    distilasi yang bersuhu 180-500 oC dan tekanan 10 atm akan melepaskan hidrogen

    sebagai produk atas dan etil asetat sebagai produk bawah. Etil asetat dari produk

    bawah kemudian ditambahkan butan-2-1 butyraldehyde untuk menghilangkan

    pengotor etil asetat [13].

    Universitas Sumatera Utara

  • 12

    Diagram alir proses dehidrogenasi hidrogen ditunjukkan pada gambar 2.2 di

    bawah ini.

    Gambar 2.2 Diagram Alir Proses Dehidrogenasi Hidrogen [13]

    2.3 BIOETANOL

    Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah

    terbakar dan menguap, dapat bercampur dalam air dengan segala perbandingan

    [25]. Etanol mempunyai rumus dasar C2H5OH dan mempunyai sifat-sifat seperti

    ditunjukkan pada tabel 2.4 berikut

    Tabel 2.4 Sifat-sifat Bioetanol [26]

    Sifat Fisika Keterangan

    Titik Didih 78,32 oC

    Kelarutan Larut dalam air dan ether

    Densitas : 15 oC 0,7937 cal/g

    oC

    20 oC 0,579 cal/g

    oC

    Panas pembakaran (cair) 328 Kcal

    Viskositas (20 oC) 1,17 cp

    Flash Point 70 oC

    Pembentukan Terjadi dari reaksi fermentasi

    monosakarida

    Bereaksi dengan: Asam asetat

    Asam sulfat

    Asam nitrit

    Asam ionida

    Universitas Sumatera Utara

  • 13

    Secara garis besar penggunaan etanol adalah sebagai pelarut untuk zat organik

    maupun anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid,

    antiseptik topikal dan sebagai bahan baku pembuatan eter dan etil ester. Etanol

    juga untuk campuran minuman dan dapat digunakan sebagai bahan bakar

    (gasohol). Di industri dikenal 2 macam pembuatan etanol, yaitu:

    1. Cara non Fermentasi (synthetic)

    Suatu proses pembuatan alkohol yang sama sekali tidak menggunakan

    enzim atau jasad renik.

    2. Cara fermentasi

    Fermentasi merupakan proses metabolisme dimana terjadi perubahan

    kimia dalam subtrat/bahan organik karena aktifitas enzim yang dihasilkan

    jasad renik [25].

    2.3.1 Hidrolisis

    Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa

    pecah atau terurai. Reaksi ini merupakan reaksi orde satu, karena air yang

    digunakan berlebih, sehingga perubahan air dapat diabaikan.

    Bahan-bahan yang mengandung monosakarida (C6H12O6) sebagai glukosa

    langsung dapat difermentasi menjadi etanol. Akan tetapi disakarida pati, atau pun

    karbohidrat kompleks harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi komponen

    sederhana, monosakarida. Oleh karena itu, agar tahap fermentasi dapat berjalan

    secara optimal, bahan tersebut harus mengalami perlakuan pendahuluan sebelum

    di fermentasi.

    Disakarida seperti gula pasir (C12H22O11) harus dihidrolisis menjadi glukosa.

    Polisakarida seperti selulosa harus diubah terlebih dahulu menjadi glukosa.

    Terbentuknya glukosa berarti proses pendahuluan telah berakhir dan bahan-bahan

    selanjutnya siap untuk difermentasi [26].

    Ada beberapa hidrolisis yaitu:

    1. Hidrolisis murni, sebagai reaktan hanya air.

    2. Hidrolisis dengan katalis larutan asam, bisa berupa asam encer atau asam pekat.

    3. Hidrolisis dengan katalis larutan basa, bisa berupa basa encer atau basa

    pekat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 14

    4. Hidrolisis dengan menggunakan katalis enzim.

    5. Alkali fussion, dengan sedikit atau tanpa air pada temperatur tinggi.

    Zat zat penghidrolisa:

    1. Air

    Kelemahan zat penghidrolisa ini adalah prosesnya lambat kurang

    sempurna dan hasilnya kurang baik. Biasanya ditambahkan katalisator

    dalam industri. Zat penghidrolisa air ditambah zat-zat yang sangat reaktif.

    Untuk mempercepat reaksi dapat juga digunakan uap air pada temperatur

    tinggi.

    2. Asam

    Asam biasanya berfungsi sebagai katalisator dengan mengaktifkan air dari

    kadar asam yang encer. Umumnya kecepatan reaksi sebanding dengan ion

    H+ tetapi pada konsentrasi yang tinggi hubungannya tidak terlihat lagi. Di

    dalam industri asam yang dipakai adalah H2SO4, HCl. H2C2O4 jarang

    dipakai karena harganya mahal, HCl lebih menguntungkan karena lebih

    raktif dibandingkan H2SO4.

    3. Basa

    Basa yang dipakai adalah basa encer, basa pekat dan basa padat. Reaksi

    bentuk padat sama dengan reaksi bentuk cair. Hanya reaksinya lebih

    sempurna atau lebih reaktif dan hanya digunakan untuk maksud tertentu,

    misalnya proses peleburan benzen menjadi fenol.

    4. Enzim

    Suatu zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, biasanya digunakan

    sebagai katalisator pada proses hidrolisa. Penggunaan dalam industri

    misalnya pembuatan alkohol dari tetes tebu oleh enzim.

    Hidrolisis dengan air murni berlangsung lambat dan hasil reaksi tidak komplit,

    sehingga perlu ditambahkan katalis asam untuk mempercepat reaksi dan

    meningkatkan selektivitas. Laju proses hidrolisis akan bertambah oleh konsentrasi

    asam yang tinggi. Konsentrasi asam yang tinggi juga akan mengakibatkan

    terikatnya ion-ion pengontrol seperti SiO2, phospat,dan garam-garam seperti Ca,

    Mg, Na, K dalam pati [4].

    Universitas Sumatera Utara

  • 15

    Proses hidrolisis umumnya digunakan pada industri etanol adalah

    menggunakan hidrolisis dengan asam (acid hydrolysis) dengan menggunakan

    asam sulfat (H2SO4) atau dengan menggunakan asam klorida (HCl) [27].

    Hidrolisis asam adalah hidrolisis dengan mengunakan asam yang dapat mengubah

    polisakarida (pati, selulosa) menjadi gula. Dalam hidrolisis asam biasanya

    digunakan asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4) dengan kadar tertentu.

    Hidrolisis ini biasanya dilakukan dalam tangki khusus yang terbuat dari baja tahan

    karat atau tembaga yang dihubungkan dengan pipa saluran pemanas dan pipa

    saluran udara untuk mengatur tekanan dalam udara [26]. Proses hidrolisis dapat

    dilakukan dengan menggunakan enzim yang sering disebut dengan enzymatic

    hydrolysis yaitu hidrolisis dengan menggunakan enzim jenis selulase atau jenis

    yang lain [27].

    Asam klorida (HCl) merupakan asam yang paling sering digunakan sebagai

    katalis terutama untuk industri makanan karena sifatnya mudah menguap

    sehingga memudahkan pemisahan dari produknya. Selain itu asam tersebut dapat

    menghasilkan produk yang berwarna terang. Penggunaan HCl sebagai katalis

    karena harganya murah, mudah diperoleh dan memiliki efektifitas yang tinggi

    dalam meningkatkan kecepatan reaksi [4].

    Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurut persamaan reaksi sebagi berikut:

    (C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6) [14]

    pati air glukosa

    Proses hidrolisis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

    pH (derajat keasaman)

    pH mempengaruhi proses hidrolisis sehingga dapat dihasilkan

    hidrolisis yang sesuai dengan yang diinginkan, pH yang baik untuk

    proses hidrolisis adalah 2,3.

    Suhu

    Suhu juga mempengaruhi proses kecepatan reaksi hidrolisis, suhu

    yang baik untuk hidrolisis selulosa adalah sekitar 21 oC.

    Konsentrasi

    Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi hidrolisis, untuk hidrolisis

    asam digunakan konsentrasi HCl pekat atau H2SO4 pekat [26].

    Universitas Sumatera Utara

  • 16

    Metode hidrolisis asam nampaknya merupakan solusi yang paling tepat,

    dimana memiliki keuntungan antara lain tidak adanya kebutuhan loading enzim

    karena harga enzim yang relatif mahal, hasil etanol lebih tinggi dan mengurangi

    resiko kontaminasi, gula hasil hidrolisis tidak menghambat proses hidrolisis itu

    sendiri dan reaksi jauh lebih cepat dibandingkan dengan hidrolisis enzim. Selain

    itu metode ini tidak memerlukan preteatment bahan baku yang lama untuk siap

    dihidrolisa, sehingga dapat menekan biaya produksi [28].

    2.3.2 Fermentasi

    Proses fermentasi merupakan proses biokimia dimana terjadi perubahan-

    perubahan atau reaksi-reksi kimia dengan pertolongan jasad renik penyebab

    fermentasi tersebut bersentuhan dengan zat makanan yang sesuai dengan

    pertumbuhannya. Akibat terjadinya fermentasi sebagian atau seluruhnya akan

    berubah menjadi alkohol setelah beberapa waktu lamanya [25].

    C6H12O6 2C2H5OH + 2 CO2 [14]

    Glukosa Etanol

    Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi:

    1. Keasaman (pH)

    2. Mikroba

    3. Suhu

    Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan pada

    suhu 10-30 oC terbentuk alkohol lebih banyak karena ragi bekerja optimal

    pada suhu itu.

    4. Waktu

    Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi

    pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, sekali setiap 20 menit.

    5. Makanan (nutrisi)

    Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang menyediakan: Energi

    biasanya diperoleh dari subtansi yang mengandung karbon. Nitrogen, salah

    satu contoh sumber nitrogen yang dapat digunakan adalah urea. Mineral,

    mineral yang dipergunakan mikroorganisme salah satunya adalah asam

    phospat yang dapat diambil dari pupuk TSP [25].

    Enzim zimosa

    Universitas Sumatera Utara

  • 17

    Di dalam sel organisme, gula yang dapat difermentasi akan diubah menjadi

    senyawa antara (intermediate) umum, piruvat, melalui tiga siklus utama, yaitu

    Emden-Meyerhoff-Parnas (EMP), Entner-Doudoroff (ED), dan siklus pentosa

    fosfat. Siklus metabolisme yang umum digunakan oleh mikroorganisme untuk

    memecah gula adalah siklus EMP (atau lebih terkenal dengan nama glikolisis).

    Siklus ini bisa terjadi pada kondisi aerobik maupun anaerobik, dan menghasilkan

    energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) melalui fosforilasi substrat. Siklus

    ED sangat mirip dengan EMP, dan kedua siklus berpusat pada piruvat. Namun,

    siklus EMP menghasilkan 2 mol ATP per mol glukosa yang digunakan, sementara

    siklus ED hanya menghasilkan 1 mol ATP. Sebagai konsekuensinya, biomassa

    lebih banyak dihasilkan pada siklus EMP. Oleh karena itu, organisme dengan

    siklus ini tidak diharapkan untuk produksi etanol. Zymomonas mobilis, misalnya,

    menggunakan siklus ED, menghasilkan etanol lebih tinggi (510%) dan

    produktivitas etanol lebih tinggi (2,50 kali), tetapi menghasilkan biomassa yang

    lebih rendah dibandingkan dengan Saccharomycess cerevisiae, yang mempunyai

    siklus EMP [29].

    Penggunaan Saccharomyces cerevisiae dalam produksi etanol secara

    fermentasi telah banyak dikembangkan di beberapa negara, seperti Brasil, Afrika

    Selatan, dan Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena Saccharomyces

    cerevisiae dapat memproduksi etanol dalam jumlah besar dan mempunyai

    toleransi terhadap alkohol yang tinggi. Selain Saccharomyces cerevisiae,

    Zymomonas mobilis juga sangat potensial, namun bakteri ini perlu dikembangkan

    lebih lanjut, karena toleransinya yang rendah terhadap garam dalam media dan

    membutuhkan media yang steril, sehingga menyulitkan untuk aplikasi skala

    industri. Oleh karena itu Ragi (Saccharomyces cerevisiae) adalah mikroorganisme

    penghasil etanol yang paling dikenal saat ini [30].

    2.4 SACCHAROMYCES CEREVISIAE

    Fungi termasuk tanaman yang tidak berkloropil sehingga tidak mampu

    untuk mensintesis makanannya sendiri. Fungi sel tunggal disebut yeast (ragi) dan

    jamur (mold) adalah fungi multiseluler. Ragi dan jamur adalah biomasa yang

    penting dalam industri makanan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 18

    Ragi banyak dijumpai di alam terutama banyak ditemukan pada buah-

    buahan, biji-bijian dan makanan yang mengandung gula. Ragi juga ditemukan di

    tanah, udara dan kulit binatang. Karena ragi tidak mempunyai klorofil, maka

    hidupnya tergantung kepada tanaman atau hewan yang ditempati untuk

    mendapatkan energi. Sel ragi berbentuk bulat sampai oval dengan ukuran lebar 1-

    5 um dan panjang di antara 5-30 um. Kulit sel sangat tipis ketika masih muda

    tetapi semakin tebal setelah dewasa. Berkembang biak dengan berkecambah

    (budding). Salah satu jenis ragi yang paling penting adalah Saccharomyces

    cerevisiae [31].

    Saccharomyces merupakan mikroorganisme yang sangat dikenal

    masyarakat luas sebagai ragi roti (bakers yeast) [32]. Salah satu mikroorganisme

    yang biasa digunakan dalam fermentasi etanol adalah Saccharomyces cerevisiae.

    Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi etanol dari glukosa pada kondisi

    anaerob [33].

    Bentuk dari Saccharomyces cerevisiae ditujukkan oleh gambar 2.3 di

    bawah ini.

    Gambar 2.3 Saccharomyces cerevisiae [33]

    Mikroorganisme ini bersel tunggal dengan ukuran antara 5 sampai 20

    mikron dan berbentuk bola atau telur. Saccharomyces cerevisae tidak bergerak

    karena tidak memiliki struktur tambahan di bagian luarnya seperti flagella.

    Saccharomyces cerevisiae mempunyai lapisan dinding luar yang terdiri

    dari polisakarida kompleks dan di bawahnya terletak membran sel. Sitoplasma

    mengandung suatu inti yang bebas (discrete nucleus) dan bagian yang berisi

    sejumlah besar cairan yang disebut vakuola [32].

    Universitas Sumatera Utara

  • 19

    Saccharomyces cerevisiae dapat memfermentasi glukosa, sukrosa,

    galaktosa serta rafinosa. Saccharomyces cerevisiae yang termasuk top yeast

    tumbuh cepat dan sangat aktif memfermentasi pada suhu 20 C [33]. Faktor-faktor

    yang berbeda dapat mempengaruhi jalannya fermentasi, mempengaruhi ekologi

    dan adaptasi dari mikrobiota ini. Suhu adalah variabel yang secara langsung

    mempengaruhi tingkat pertumbuhan mikroorganisme dan komposisi akhir cairan

    fermentasi. Variabel lain yang signifikan adalah konsentrasi dari gula fermentasi.

    Sangat mungkin bahwa awal konsentrasi glukosa dan fruktosa (gula anggur

    utama) akan selektif mempengaruhi spesies dan strain ragi selama fermentasi .

    Harus pH , mulai 2,75-4,25, juga dianggap merupakan faktor penting untuk

    kelangsungan hidup dan pertumbuhan ragi. Oleh karena itu, faktor-faktor ini harus

    dipelajari dengan lebih detail, terutama interaksi antara mereka dan pengaruh

    mereka pada mikroorganisme [34].

    Saccharomyces cerevisiae dapat toleran terhadap alkohol yang cukup

    tinggi (12-18 % v/v), tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap aktif

    melakukan fermentasi pada suhu 4-32 C. Suhu optimum Saccharomyces

    cerevisiae berkisar antara 20 sampai 30 C. Saccharomyces cerevisiae

    mempunyai kecepatan fermentasi optimum pada pH 4,48 [33].

    2.5 POTENSI EKONOMI

    Data produksi pisang di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami

    peningkatan. Hal ini tentunya berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan

    yaitu berupa kulit pisang. Berat kulit pisang dari berat keseluruhan buah pisang

    mencapai 30-40% dari total berat seluruh buah pisang [2]. Kulit pisang

    mengandung komponen yang bernilai, seperti karbohidrat, vitamin C, kalsium dan

    nutrien lainnya [3]. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata

    dan hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai bahan

    makanan ternak seperti kambing, sapi atau kerbau [39]. Jumlah kulit pisang yang

    cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa

    dimanfaatkan sebagai produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi misalnya etil

    asetat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 20

    Selama ini, penelitian yang sudah ada masih mengenai pemanfaatan kulit

    pisang sebagai bahan baku etanol. Dimana kulit pisang dihidrolisis terlebih dahulu

    untuk mendapatkan glukosa kemudian difermentasi untuk diubah menjadi etanol.

    Pada penelitian ini, kulit pisang diubah hingga menjadi etanol kemudian

    diesterifikasi dengan asam asetat menjadi etil asetat. Jika dibandingkan dari

    prosesnya, tentu proses ini lebih panjang dan lebih membutuhkan waktu yang

    lebih lama, jika dibandingkan dengan proses pembuatan etanol. Tetapi jika

    dibandingkan dari segi harga dengan etil asetat, etil asetat memiliki nilai jual yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan etanol. Harga jual etanol di pasaran adalah Rp.

    236.000/L sementara harga jual etil asetat Rp. 671.600/L [35]. Oleh sebab itu,

    penulis lebih memilih untuk lebih memanfaatkan kulit pisang dalam pembuatan

    etil asetat.

    Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang digunakan

    sebagai pelarut tinta, perekat dan resin [21]. Jika dibandingkan dengan etanol, etil

    asetat memiliki koefisien distribusi yang lebih tinggi dibanding etanol termasuk

    kelarutannya dalam gasoline. Selain dari penggunaannya sebagai pelarut, etil

    asetat dapat berfungsi sebagai bahan aditif untuk meningkatkan bilangan oktan

    pada bensin serta dapat berguna sebagai bahan baku kimia serba guna [10]. Dari

    penelitian ini diharapkan limbah kulit pisang yang selama ini tidak memiliki nilai

    ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang bernilai ekonomi tinggi seperti

    etil asetat.

    Untuk itu perlu dilakukan kajian potensi ekonomi etil asetat dari limbah

    kulit pisang. Namun, dalam tulisan ini hanya akan dikaji potensi ekonomi secara

    sederhana.

    Dalam hal ini, harga etil asetat mengacu pada harga komersial dari etil

    asetat di pasaran.

    Harga etil asetat 60% = Rp. 200.000/L [35]

    Harga etil asetat 99,5% = Rp. 671.600/L [35]

    Dapat dilihat bahwa, kadar etil asetat yang semakin tinggi akan

    meningkatkan harga jual etil asetat tersebut. Semakin tinggi kadar etil asetat yang

    diperoleh maka harga jualnya akan semakin meningkat dimana akan semakin

    menambah nilai ekonomis dari kulit pisang yang selama ini hanya dimanfaatkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 21

    secara terbatas dan juga dapat mengurangi sampah organik serta mengurangi

    dampak lingkungan dari pembuangan limbah kulit pisang ke lingkungan.

    Universitas Sumatera Utara