cemara laut mengubah lahan marjinal menjadi potensial i · pdf filekeyakinan bahwa lahan...
TRANSCRIPT
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
i
pp
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
ii
Oleh :
Beny Harjadi,
Agung Wahyu Nugroho
Arina Miardini
Susi Abdiyani
Dona Octavia
CCCEEEMMMAAARRRAAA LLLAAAUUUTTT,,, MMMEEENNNGGGUUUBBBAAAHHH LLLAAAHHHAAANNN
MMMAAARRRGGGIIINNNAAALLL MMMEEENNNJJJAAADDDIII PPPOOOTTTEEENNNSSSIIIAAALLL
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
iii
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
iv
Beny Harjadi,
Agung Wahyu Nugroho
Arina Miardini
Susi Abdiyani
Dona Octavia
CCCEEEMMMAAARRRAAA LLLAAAUUUTTT,,, MMMEEENNNGGGUUUBBBAAAHHH LLLAAAHHHAAANNN
MMMAAARRRGGGIIINNNAAALLL MMMEEENNNJJJAAADDDIII PPPOOOTTTEEENNNSSSIIIAAALLL
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
v
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Beny Harjadi, dkk Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial Cetakan ke-1 . Surakarta . CV. Mekar Abadi Publising. 2017 ix + 100 Hal : 17,5 x 25 cm CEMARA LAUT MENGUBAH LAHAN MARJINAL MENJADI POTENSIAL Hak Cipta @ Beny Harjadi, dkk. 2017 Penulis Beny Harjadi, Agung Wahyu Nugroho Arina Miardini Susi Abdiyani Dona Octavia Penyunting Prof. Dr. Ir. Mohammad Naiem, M.Agr. Tata Letak dan Sampul Tommy Kusuma AP Penerbit & Pencetak Penerbitan dan Pencetakan CV. Mekar Abadi (Anggota IKAPI Jateng) Jl. Sampangan No.26 RT.001 RW.020 Semanggi, Surakarta Cetakan , edisi I, 2017 Hak Cipta dilindungi Undang-undang All Right Reserved Dicetak : Dana Balitek DAS ISBN : 9 786025 017711
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
i
KATA PENGANTAR
“CEMARA LAUT MENGUBAH LAHAN MARGINAL MENJADI POTENSIAL”
buku buah kerja penelitian sekaligus pengalaman lapang. Mulanya adalah
hamparan pasir panas nan gersang di sepanjang pantai selatan Kebumen. Melalui
perencanaan dan metoda yang baik, pantai itu perlahan berhias sabuk cemara
hijau. Perubahan paras pantai ini tidak saja menjadikan cemara laut (Casuarina
equisetifolia) yang ditanam berfungsi sebagai peredam gelombang angin, tapi
lahan belakang tegakan cemara ke arah daratan juga menggeliat menjadi lahan
yang perlahan bisa dimanfaatkan untuk tanaman pertanian. Kerasnya ekosistem
pantai yang bersifat transboundary area daratan dan lautan, mulai ramah dengan
hadirnya sabuk hijau cemara.
Menengok sedikit kebelakang, kegiatan penelitian lahan pantai berpasir
di Kebumen bermula dari presentasi pada dinas terkait di Kabupaten Kebumen.
Menindaklanjuti hasil presentasi Pemerintah Kabupaten Kebumen menghendaki
dilakukan penelitian di Pantai Selatan Kebumen, agar kondisi pantai yang gersang
dan panas menjadi rindang dan sejuk, sehingga pengunjung wisata akan meningkat
jumlahnya. Begitu pula dengan permasalahan lahan pantai berpasir yang dianggap
tidak produktif untuk tanaman hortikultura karena gangguan uap air garam dan
angin kencang dari laut, padahal memiliki potensi.
Pembangunan tegakan Cemara Laut (Casuarina equisetifolia) sebagai
tanggul angin dimulai tahun 2005 sampai 2015. Penanaman ini melibatkan
partisipasi aktif masyarakat Desa Karanggadung kabupaten Kebumen khususnya
Kelompok Tani Pasir Makmur. Pembentukan kelompok ini mampu membangun
keyakinan bahwa lahan pantai berpasir dapat untuk budidaya tanaman semusim
(hortikultura).
Apresiasi disampaikan kepada para penulis, semoga tulisan ini dapat
menjadi bahan pertimbangan pengambil kebijakan dalam penyelamatan pantai
dari abrasi dan degradasi lahan akibat erosi angin di daerah lain.
Surakarta, September 2017
Kepala BPPTPDAS
Dr. Nur Sumedi, S.Pi, MP.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
I.PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan......................................................................................... 4
C. Sasaran ............................................................................................................ 4
D. Batasan Istilah ................................................................................................ 4
II.PERENCANAAN .................................................................................................... 7
A. Pengorganisasian ........................................................................................... 7
B. Pemetaan Lokasi............................................................................................. 8
C. Kebutuhan Bahan, Alat, Tenaga, Biaya, Lahan, Ameliorat, & Saprotan ...... 13
III.PELAKSANAAN ................................................................................................. 18
A. Persiapan ...................................................................................................... 18
B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin .................................................................. 25
C. Penanaman ................................................................................................... 26
D. Pemeliharaan Tanaman Semusim ................................................................ 37
E. Pemanenan Hasil........................................................................................... 40
IV. MONITORING................................................................................................... 42
A. Pengamatan Tanah ................................................................................... 42
B. Pengamatan Iklim ..................................................................................... 50
C. Pertumbuhan Tanaman ............................................................................ 63
V.EVALUASI ........................................................................................................... 67
A. Tingkat Prosentase Tumbuh ........................................................................ 67
B. Matinya Cemara Laut Di Pantai ................................................................... 70
D. Sosial Ekonomi ............................................................................................. 74
D. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai ................................................ 76
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
iii
E. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin ........................................................... 80
F. Tingkat Adopsi Masyarakat .......................................................................... 81
VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN .......................................................................... 87
A. Pemeliharaan Plot Penelitian ................................................................... 87
B. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman ............................................. 89
VII. PENUTUP ........................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 94
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai ....................... 90
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai Berpasir
dengan Cemara Laut ................................................................... 3
Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung,
Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005-2015 ....... 8
Gambar 3. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan ........... 19
Gambar 4. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat ditanam
di Lapangan ............................................................................... 19
Gambar 5. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari berwarna
hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat (biji lepas) ......... 27
Gambar 6. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang ..................... 28
Gambar 7. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning
(dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi). ...... 29
Gambar 8. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi
penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata ......... 30
Gambar 9. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011 dari
penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009 ............... 31
Gambar 10. Beberapa tanaman pantai berpasir yang dapat dimanfaatkan
mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman
baru ........................................................................................... 32
Gambar 11. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain :
Jagung, Brambang dan Cabe Merah (Hortikultura) ................ 34
Gambar 12. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut :
Cabe, Pepaya, Nira Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan
Kelapa ........................................................................................ 34
Gambar 13. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir .................. 37
Gambar 14. Beberapa Macam Insektisida untuk Pemberantasan HPT (Hama
Penyakit Tanaman). .................................................................. 39
Gambar 15. Kegiatan Masyarakat Pantai Berpasir : Silaturahmi, Panen Nira,
Ternak Kambing Etawa dan Ternak Sapi .................................. 40
Gambar 16. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata Pantai :
Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan
Jalan Pantai ............................................................................... 41
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
vi
Gambar 17. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara
Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai
Petanahan. ................................................................................ 43
Gambar 18. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir
Pantai, dan Lahan Semusim Hortikultura di Pantai
Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab.
Kebumen. .................................................................................. 43
Gambar 19. Alat Pengamatan Perangkap Erosi Angin (Sandtrap) yang
Tersebar di 9 Stik Erosi. ............................................................ 44
Gambar 20. Erosi Angin dengan sand trap di Lahan Pantai Berpasir, Bulan
Mei 2006.................................................................................... 45
Gambar 21. Erosi Angin dengan sand trap pada Lahan Pantai Berpasir Bulan
Agustus 2006 ............................................................................ 46
Gambar 22. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006 .......... 47
Gambar 23. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di
Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013 ................................ 48
Gambar 24. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai
(J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013 ................. 49
Gambar 25. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari Pantai
(J) dan Pantai (P) di Petanahan, September- Desember
2013 ............................................................................................ 50
Gambar 26. Kondisi tanaman mati kekeringan akibat musim kemarau yang
panjang, akar busuk dan tanaman kering akibat terbakar ....... 51
Gambar 27. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka
diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. ..... 52
Gambar 28. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa
Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen....................... 53
Gambar 29. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 .................. 54
Gambar 30. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit
(150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen. ...... 55
Gambar 31. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan
Minimum ................................................................................... 56
Gambar 32. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung,
Kab.Kebumen Tahun 2009–2013 .............................................. 57
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
vii
Gambar 33. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan , Desa
Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009–2013 .................... 58
Gambar 34. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari
Pantai (sebelah utara) serta Dekat dari Pantai (selatan) ........ 59
Gambar 35. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen ........ 60
Gambar 36. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung,
Petanahan, Kebumen Tahun 2013. ........................................... 61
Gambar 37. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Barat Daya (BD), Tenggara
(TG) sampai Timur Laut (TL) di Karanggadung. ....................... 63
Gambar 38. Lahan pantai berpasir sebelum dan setelah penanaman
cemara, a) Sebelum penanaman, b) Setelah penanaman ....... 64
Gambar 39. a) Pengukuran tinggi dan diameter tanaman pada plot muda
(A), b) Pengukuran tinggi dan diameter pada plot tua (B) ..... 65
Gambar 40. Tinggi tanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir ................. 66
Gambar 41. Diameter cemara umur < 8 tahun pada lahan pantai berpasir ........... 66
Gambar 42. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan
dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013. ................ 68
Gambar 43. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh Tahun
2013 ............................................................................................ 69
Gambar 44. Akar cemara laut yang busuk akibat diserang jamur dari bahan
pupuk kandang yang belum matang........................................ 73
Gambar 45. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan
menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati
permanen. ................................................................................. 73
Gambar 46. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman bisa
diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit dll ... 74
Gambar 47. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan
Wisata Semakin Sejuk dan Indah .............................................. 77
Gambar 48. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013 ................... 78
Gambar 49. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung,
Kab. Kebumen Tahun 2011-2013 ................................................ 79
Gambar 50. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September
2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,- .............. 80
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
viii
Gambar 51. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara Laut
Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah ............................... 81
Gambar 52. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan
Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang
Terbuka ..................................................................................... 82
Gambar 53. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah
Penghijauan dengan Cemara Laut ........................................... 83
Gambar 54. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri
Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen 18-12-2011 ............. 84
Gambar 55. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut perlu
disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-
anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya ............... 85
Gambar 56. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus sering
dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai
desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga
biasa .......................................................................................... 86
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan marginal merupakan lahan yang tidak layak untuk ditanami
atau tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Lahan marginal atau lahan
bermasalah agar dapat dimanfaatkan perlu dilakukan usaha perbaikan.
Penyebab utama suatu lahan menjadi bermasalah, yaitu : 1. Proses alami 2.
Proses buatan 3. Kombinasi keduanya. Proses alami terjadi karena faktor
alam, seperti : lahan marginal (pasir kuarsa/podsol, pantai berpasir, lahan
bergaram, dll), lahan basah (gambut, payau/estuarin, rawa, dll) dan lahan
bencana (berapi, tsunami, gempa bumi, angin kencang, dll). Proses buatan
diakibatkan oleh perbuatan manusia seperti lahan kritis, lahan asam atau
sulfat masam, dan lahan bekas tambang. Yang ketiga merupakan proses
kombinasi antara faktor alam dengan perbuatan manusia meliputi: lahan
banjir, kekeringan, dan longsor.
Pengertian lahan pantai berpasir merupakan lahan pantai yang
mengandung banyak pasir tetapi masih ada debu dan liat sehingga tidak
mudah terpisah (Hardjowigeno, 1992 ). Lingkungan pantai umumnya
memiliki karakter yang khas sebagai berikut : a). angin kencang, b). kadar
garam tinggi, c). porositas tinggi, dan d). pergerakan pasir yang dinamis
(Dahlan, 1992). Sifat fisik lahan berpasir umumnya memiliki butiran kasar
mengandung kerikil, konsistensi lepas sampai gembur, dan warnanya
bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, dan coklat kekuningan.
Sifat kimianya kaya akan unsur-unsur hara seperti Posfor (P) dan Kalium (K)
kecuali Nitrogen (N) yang belum terlapuk sehingga perlu tambahan pupuk
organik, pupuk kandang dan pupuk hijau (Suhardjo, et al., 2000).
Kandungan garam yang tinggi menyebabkan lahan pantai berpasir
memiliki pH tanah berkisar antara 6 sampai 7. Adapun sifat biologinya
memiliki sedikit mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitogen dari
udara. Terdapat banyak bakteri bacillus yang dapat melarutkan senyawa
fosfat dan kalium di dalam tanah. Tanah pantai berpasir memiliki beberapa
jenis tanah antara lain: tanah Alluvial, Regosol atau Entisols.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
2
Permasalahan yang terdapat pada lahan pantai berpasir
ditunjukkan pada Gambar 1 meliputi: a) miskin unsur hara, b). sukar
menahan air, c). mudah terjadi erosi, d). lemah agregat tanahnya. Cara
mengatasi permasalahan lahan pantai berpasir tersebut diantaranya
dengan: 1). pemberian mulsa, 2). menambahkan tanah liat
(amelioran/ameliorat), 3). menambahkan bahan organik (pupuk kandang),
4). menanam tanaman penutup tanah, 5). menggunakan pupuk organik
hayati. Kondisi lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh
faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis, tetapi juga jika tidak
ditangani secara tepat akan berdampak negatif dan semakin meluas
(Harsono, 1995). Hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan
secara baik dan benar agar dapat berfungsi ganda, yaitu untuk
mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan
bernilai ekonomi tinggi.
Berkaitan dengan permasalahan yang ada di lahan pantai berpasir,
Nurahmah et al. (2007) merekomendasikan suatu model pengelolaan
untuk rehabilitasi dan konservasi, yaitu penanaman cemara laut
(Casuarina equisetifolia sp.) sebagai tanggul angin. Model ini diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas lahan sehingga level marginalitas
lahan menurun dan pendapatan masyarakat sekitar lahan pantai berpasir
tersebut meningkat (Nurahmah et al., 2007).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
3
Unsur hara rendah
Kadar garam tinggi
Erosi angin dan abrasi
Iklim mikro buruk
Pemantauan dan pengumpulan data
Pemantauan kondisi iklim
Pemantauan fisik lahan
Pemantaun sosial, ekonomi dan kelembagaan
Pengamatan:1. kecepatan angin2. kelembaban3. suhu udara4. suhu tanah5. curah hujan
Pengamatan:1. biofisik tanah2. erosi angin3. pertumbuhan4. produksi
Pengamatan:1. sosial2. ekonomi - finansial - in/output3. lembaga
Kegiatan lapanganMengurangi permasalahan
Cemara laut (FISIK)- Pengembangan: vegetatif (cangkok), generatif (biji)- Pemeliharaan: pemupukan, penyiangan, dll- Wisata/keindahan
Masyarakat (SOSEK)- Desa: kelompok tani (KT) dan non KT- Wisata: staf dan pedagang/jasa- Pendidikan: formal (SD) dan informal (PKK, PNPM)
Lahan pantai berpasir menjadi produktif
Gambar 1. Diagram alur Penanganan permasalahan Lahan Pantai
Berpasir dengan Cemara Laut
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
4
B. Maksud dan Tujuan
Buku ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak
umum tentang pengelolaan lahan pantai berpasir yang marginal melalui
penanaman tanaman tanggul angin cemara laut (Casuarina equisetifolia
sp.) dan tanaman hortikultura (hortikultura) sehingga dapat
dimanfaatkan menjadi lahan produktif untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar lahan pantai berpasir.
C. Sasaran
Teknik konservasi lahan pantai berpasir melalui pengembangan
model tanaman tanggul angin cemara laut (Casuarina equisetifolia) mulai
dari pembibitan sampai penanaman yang berfungsi sebagai pengendali
erosi angin. Adanya tanaman tanggul angin, diharapkan pengembangan
tanaman hortikultura dapat meningkatkan produktivitas lahan dan
pendapatan masyarakat.
D. Batasan Istilah
Beberapa pengertian dan peristilah umum yang digunakan dan
berhubungan dengan masalah pengelolaan lahan pantai antara lain:
1. Lahan marginal adalah lahan bermasalah yang diakibatkan oleh
rendahnya sifat fisik, kimia dan biologi sehingga tidak layak untuk
pertumbuhan tanaman karena faktor alami atau faktor buatan
(eksploitasi lahan, perusakan lahan, pengelolaan lahan salah dll).
2. Pantai (shore), adalah hamparan lahan yang membentang di tepi
laut, atau tepi perairan laut yang luas.
3. Wilayah Pantai atau Pesisir (coast), adalah daratan di tepi laut, yang
meliputi pantai dan daratan (pesisir) yang masih terpengaruh oleh
aktivitas marin (lautan).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
5
4. Daerah Pantai, adalah daratan yang terletak dibagian hilir Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut, dengan
kelerengan kurang dari 8% (topografi datar).
5. Gisik (beach), yaitu daerah berbatasan antara permukaan air laut
pasang dan surut, yang umumnya tertutup oleh hamparan pasir dan
kerikil di permukaannya.
6. Beting Gisik, adalah gundukan pasir alami memanjang searah garis
pantai yang merupakan bekas gisik dan sudah tidak aktif lagi karena
pantai mengalami akresi (daratan bertambah luas).
7. Laguna, adalah cekungan memanjang searah/sejajar garis pantai,
diantara beting gisik, biasanya tergenang air.
8. Gumuk Pasir (sand dune), adalah bukit-bukit pasir yang terbentuk
dari akumulasi pasir yang tererosi dan terbawa oleh angin.
9. Rekresi (abrasi), adalah daratan yang terkikis atau susut karena
pengikisan gelombang atau arus laut.
10. Intrusi, adalah masuknya air laut ke arah daratan baik yang melalui
permukaan tanah maupun lewat bawah tanah.
11. Salinitas Air, adalah kadar garam atau tingkat keasinan air.
12. Interface, adalah bidang pembatas antara air bawah tanah yang
tawar (dari daratan) dan asin (dari lautan).
13. Erosi, adalah suatu proses dimana tanah atau partikel tanah atau
batuan terlepas dan dihancurkan, kemudian diangkut, tercuci oleh
suatu gaya (media pengangkut) berupa air, angin, atau gaya berat
partikel tanah atau batuan itu sendiri.
14. Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT), adalah suatu usaha
manusia untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mempertahankan
kondisi lahan agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur
produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur
perlindungan alam lingkungan.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
6
15. Tanggul Angin atau Sabuk Hijau Perlindungan Pantai, adalah suatu
daratan yang terletak di sepanjang garis pantai dan berbatasan
langsung dengan laut karena keadaan fisiknya berfungsi sebagai
perlindungan bagi kelestarian sumber daya alam daerah pantai,
dengan lebar tertentu dan ditanami dengan vegetasi tertentu.
Tanaman sabuk hijau berfungsi sebagai pengendali abrasi, penahan
uap garam-garaman, mencegah angin kencang dari lautan (tanggul
angin), dan pengendali iklim mikro.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
7
II. PERENCANAAN
A. Pengorganisasian
Pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
(RLKT) Pantai Berpasir dapat dilakukan melalui pengembangan
teknologi rehabilitasi lahan berpasir dan peningkatan tingkat
pendapatan masyarakat serta kenyamanan berwisata dengan
melibatkan multi stakeholder. Pihak yang terlibat meliputi instansi
pemerintah dan masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan konsultasi
dan koordinasi ke instansi terkait dan sosialisasi rencana kegitan pada
masyarakat (Harjadi et al, 2007). Pemilihan lokasi penelitian ditempuh
melalui mekanisme perijinan ke Pemerintah Daerah Kabupaten, antara
lain:
Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai - Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-
IBB/2006 tanggal 13 Juni 2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas
Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan
Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No. 11, Telp.0287-381287
Kebumen. 54311
Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388
tanggal 15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran
no. 2, Telp. 0287-381570 Kebumen 54311
Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA
mengeluarkan surat ijin penelitian no. 071-1/138 yang berlaku
selama 3 bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus 2006. Surat
tersebut disampaikan kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen,
(ii) Kepala Dinas Hutpedal Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis
Pantai Petanahan, (iv) Camat Petanahan, dan (v) Kades
Karanggadung.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
8
Kegiatan ini dikoordinasikan antar instansi terkait (Dinas
Kehutanan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kecamatan Petanahan,
Desa Karanggadung, Polsek SD Negeri Karanggadung dan masyarakat).
Dalam pelaksanaannya kegiatan ini juga dibentuk kelompok tani yaitu
Kelompok Tani Pasir Makmur. Pembentukan Kelompok Tani Pasir
Makmur bertujuan sebagai forum diskusi dan bertukar informasi dalam
pelaksanaan kegiatan. Kelompok Tani Pasir Makmur memiliki sebuah
sekretariat kelompok dan jadwal rutin pertemuan. Pertemuan ini
dilakukan setiap bulan pada malam Rabu manis (legi) dengan lokasi
sesuai kesepakatan.
B. Pemetaan Lokasi
Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dimulai
dengan melakukan pemetaan lokasi untuk penanaman tanaman tanggul
angin dan tanaman hortikultura dengan menggunakan GPS (Global
Positioning System). Lokasi pengelolaan lahan pantai berpasir berada di
Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Desa Karanggadung,
Kecamatan Petanahan, Kebumen, Sejak Tahun 2005-2015
Panjang = 741 m
Lebar = 158 m Luas = 11,71 ha
Jarak Puncak pasang = 55 m
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
9
Lokasi penelitian dan pengembangan untuk pengelolaan lahan
pantai berpasir memiliki sifat karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan lahan terlantar tanpa vegetasi yang berjarak kurang dari
100 m dari batas pasang air laut hingga wilayah pantai ke arah daratan
sejauh kurang lebih 300 m.
b. Topografi datar sampai berombak, kelerengan landai (< 8 %)
c. Tersedia sumber air tawar (air hujan atau air sumur)
d. Tersedia cukup bahan ameliorat (peningkat kesuburan) tanah (pupuk
kandang atau tanah liat) di sekitar lokasi.
e. Termasuk dalam tipe iklim B (basah), C (agak basah) dan D (sedang)
menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson.
Di dekat lokasi penelitian didirikan pos pengamatan yang berfungsi
sekaligus sebagai sekretariat Kelompok Tani (KT) berada pada jarak
kurang lebih 500 meter dari lokasi penanaman agar akses mudah
terjangkau. Pos tersebut dekat juga dengan obyek wisata sehingga
koordinasi dengan petugas dari kantor Pariwisata semakin intensif. Pos
pengamatan sekaligus sebagai sekretariat KT berfungsi sebagai tempat
istirahat sementara bagi para petugas, tempat berkumpul dan diskusi
dengan masyarakat, tempat informasi dan penyuluhan bagi anggota KT.
1. Permasalahan Lahan Pantai Berpasir
Tanah berpasir merupakan tanah muda (baru) yang dalam
klasifikasi FAO termasuk dalam ordo Regosol sedangkan menurut
klasifikasi USDA, tanah di daerah pantai termasuk ordo Entisol atau lebih
dikenal dengan nama Entisol pantai.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
10
a). Sifat Fisik Tanah
(1) Tekstur dan Struktur
Tekstur lahan pasir umumnya kasar, karena mengandung lebih dari
60% pasir dan memiliki kandungan liat kurang dari 2% (Sudihardjo, 2000).
Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas
permukaan yang lebih kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh
karena itu, tidak banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi
lebih sebagai penyokong tanah di mana sekitarnya terdapat partikel
debu dan liat yang aktif (Harjadi dan Octavia, 2008). Lahan berpasir
memiliki struktur butir tunggal, berupa butir-butir primer yang besar
tanpa adanya bahan pengikat agregat, berukuran 0,002 mm - 2,0 mm.
(2) Porositas dan Temperatur
Tanah berpasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit
menahan air. Porositas tanah pasir bisa mencapai lebih dari 50 %, maka
bersifat mudah merembeskan air dan gerakan udara di dalam tanah
menjadi lebih lancar (aerasi). Kohesi dan konsistensi (ketahanan
terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis
oleh air atau angin. Oleh sebab itu, media pasir lebih membutuhkan
pengairan dan pemupukan organik yang lebih intensif .
Tanah berpasir memiliki temperatur yang tinggi yang disebabkan
oleh kemampuan lahan menyerap panas yang tinggi. Lahan pasir
memiliki kemampuan yang rendah dalam menahan lengas karena sifat
tanah yang porous berakibat sempitnya kisaran kandungan air tersedia
serta tingginya kecepatan infiltrasi 2,5-25 cm/jam (dibandingkan 0,001 -
0,1 cm/jam pada tanah liat/clay). lahan pasir menyimpan air sangat
rendah yaitu 1,6-3% dari total air yang tersedia.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
11
b). Sifat Kimia Tanah
(1) Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Tanah pasir memiliki KTK rendah dibandingkan dengan tanah
liat atau debu. Hal ini disebabkan lahan pasir memiliki kandungan liat dan
humus yang sangat sedikit. Kapasitas Tukar Kation (KTK) lahan berpasir
berkisar antara 2-4 m/g. Kemampuan KTK yang rendah dapat
ditingkatkan dengan pemupukan organik.
(2) pH Tanah (Kemasaman Tanah)
Tanah berpasir di daerah pantai cenderung bersifat basa karena
kandungan garamnya yang tinggi dan sedikitnya partikel liat serta
kurangnya bahan organik. Kelebihan garam dalam tanah dapat
menurunkan potensial air larutan tanah dan menyebabkan tumbuhan
kekurangan air meskipun hidup pada lingkungan yang banyak air. Ini
disebabkan karena potensial air di lingkungan lebih rendah daripada
potensial air jaringan, sehingga yang terjadi adalah kehilangan air.
c). Sifat Biologi Tanah
Pada tanah berpasir jumlah mikroorganismenya sangat sedikit
sehingga proses humifikasi berjalan lambat. Mikroorganisme pada lahan
berpasir sangat sedikit karena kondisi lingkungan lahan berpasir tidak
mendukung mikroorganisme untuk hidup. Kondisi yang tidak
menguntungkan antara lain intensitas cahaya matahari yang sangat
besar, suhu yang tinggi dan kemampuan menahan air pada lahan
berpasir sangat rendah. Hal ini menyebabkan lahan berpasir menjadi
kurang subur (Sulastri, 2012). Oleh sebab itu, dibutuhkan penambahan
bahan organik sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga
dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah baik jamur dan bakteri tanah actinomycetes untuk membantu pembentukan agregat
tanah.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
12
Pasir adalah butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai
dengan 2 mm dan tergolong bahan halus tanah. Bahan halus tanah
adalah bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm yang terdiri
atas pasir, debu dan liat. Tanah tergolong bertekstur pasir apabila rasa
kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola
dan gulungan. Tanah bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang
lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur
kasar (Madjid, 2009).
Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan unsur
hara sehingga tanah pasir mudah kering dan tidak subur. Tanah pasir
juga sedikit mengandung liat, miskin bahan organik atau humus dan
memiliki KTK yang rendah (Utami, 2009).
2. Tanaman Tanggul Angin
Pemetaan lokasi penanaman tanaman tanggul angin Cemara laut
dilakukan dengan memperhatikan arah dan kecepatan angin. Jalur
tanggul angin dibuat tegak lurus arah angin. Hal-hal yang perlu dirancang
antara lain:
a) Penetapan jarak antara tanaman tanggul angin dengan bibir pantai ≤
100 m dan lebar jalur ≥ 5 baris tanaman.
b) Penetapan jarak tanam tanaman tanggul angin dan lay out sebaran
adalah berderet sistematis 5mx5m, 5mx10m atau selang-seling ’untu
walang’.
3. Tanaman Hortikultura
Lokasi penanaman tanaman hortikultura dilakukan dengan
memperhatikan sebaran dan lay out jalur tanggul angin. Hal-hal yang
perlu dirancang antara lain:
a) Pemilihan jenis tanaman hortikultura sesuai dengan kebutuhan
petani/masyarakat setempat dan sesuai untuk ditanam di lahan
pantai berpasir.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
13
b) Lokasi penanaman (mengikuti letak jalur tanggul angin yang ada)
yaitu tepat di belakang tanaman tanggul angin.
c) Penetapan waktu tanam, volume kebutuhan masing-masing bibit
serta waktu dan dosis pemberian ameliorat (amelioran). Ameliorat
berupa pupuk kandang, tanah liat maupun pupuk buatan (urea, TSP,
ZA dan KCl).
C. Kebutuhan Bahan, Alat, Tenaga, Biaya, Lahan, Ameliorat, & Saprotan
1. Bahan
Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) ditanam dengan jarak
5 m x 5 m. Untuk kebutuhan bibit disesuaikan dengan luas areal yang akan
ditanami. Kebutuhan benih tanaman hortikultura bawang merah sebanyak
200 kg per hektar dan jagung 20 kg per hektar (Ambarwati dan Purwanti,
2002). Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan perbaikan tanah berupa
pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha (Atmojo, 2003) serta pupuk
anorganik campuran ZA, KCl, urea, TSP sebanyak 200 kg/ha, insektisida dan
fungisida.
2. Alat
Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penetapan lokasi, pembuatan
rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain patok, meteran, kompas dan
peta dasar. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan sarana
pengairan tanaman hortikultura antara lain berupa bak renteng, pralon,
gembor, selang dan pompa air. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan
pengamatan perlakuan, antara lain: stik erosi, penjerap pasir (sand trap),
evaporimeter (pengukur evaporasi), ombrometer (penakar hujan),
anemometer (kecepatan angin), termometer udara, dan termometer
tanah (kedalaman 30cm = top soil, 90cm = solum, 150cm = regolit). Alat
yang dibutuhkan untuk kegiatan sosialisasi masyarakat adalah leaflet,
poster, tulisan ilmiah dan laporan. Informasi sosek (sosial ekonomi)
diperoleh dengan melalui wawancara dan blanko kuisioner/isian.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
14
3. Tenaga
Tenaga yang dibutuhkan untuk pembuatan tanaman terdiri atas
tenaga pengamat untuk data iklim (suhu, curah hujan, kecepatan angin)
dan erosi pasir serta pengamat pertumbuhan tanaman. Disamping itu
untuk menjamin keamanan tanaman maka seluruh warga Karanggadung
dan Karyawan Obyek wisata Karanggadung dilibatkan dalam
pengawasan terhadap pengunjung wisata yang datang ke lokasi.
4. Biaya
Biaya bibit (Cemara laut dan tanaman semusim) dan pupuk
(organik dan an-organik) yang dibutuhkan per hektarnya sekitar Rp.
25.000.000,- dan biaya perlengkapan lapangan sekitar Rp.3.000.000,-.
Beberapa biaya yang tidak terhitung berupa bantuan tenaga dari
Kelompok Tani dari mulai penanaman, perawatan dan pengamanan
serta pengamatan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
5. Lahan
Luasan lahan disesuaikan dengan ketersediaan bibit, jarak tanam
yang dipilih dan ragam tanaman yang ditanam (disesuaikan dengan
kemampuan anggaran biaya). Dari pihak kantor Obyek Wisata
Karanggadung selaku pihak yang bertanggung jawab pengelolaan lahan
pantai berpasir, mengijinkan untuk penggunaan lahan pantai berpasir
seluas 11,71 ha untuk tanaman Cemara laut dan tanaman semusim.
6. Ameliorat
Dengan karakteristik tanah berpasir seperti di atas, dapat dilihat
bahwa amelioran yang paling sesuai untuk meningkatkan kesuburan
tanah berpasir adalah bahan organik (BPT, 2005). Penambahan bahan
organik akan meningkatkan kemampuan tanah untuk diolah pada lengas
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
15
yang rendah. Pada tanah berpasir yang kering yang semula tidak lekat,
tidak liat pada saat basah, dengan tambahan bahan organik dapat
menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.
Hasil penelitian Nugroho dan Sumardi, 2010 menunjukkan bahwa
penambahan amelioran (40% tanah dan 10% bahan organik) ke dalam
media dasar pasir mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sampai
78,3%. Penambahan tanah (20% dan 40%) ke dalam media dasar pasir
mampu meningkatkan daya hidup cemara laut sebesar 60,83% dan
63,75%. Penambahan pupuk kandang 10% pada media dasar pasir mampu
meningkatkan daya hidup cemara laut sebesar 65,55% dan penambahan
pupuk kandang hingga 30% dan 50% tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata.
Atmojo (2003) menjelaskan bahwa pemberian bahan organik mampu
menciptakan kondisi yang sesuai untuk tanaman dengan memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih remah, aerasi lebih baik sehingga
mempermudah penetrasi akar, memperbaiki kapasitas menahan air,
meningkatkan pH, KTK dan serapan hara. Bahan organik merupakan
sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, maka bahan organik juga
mempercepat perbanyakan fungi, bakteri, mikroflora dan mikrofauna
tanah lainnya. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik
tanah adalah memperbaiki struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat
air, termasuk peningkatan ketahanan terhadap erosi.
Pada tanah berpasir, bahan organik dapat merubah struktur tanah
dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal, sehingga dapat
meningkatkan derajat struktur dan ukuran agregat atau meningkatkan
kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Scholes et al., 1994
dalam Atmojo, 2003). Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang
semula tidak berstruktur menjadi berstruktur lebih baik atau remah
dengan derajat struktur yang sedang hingga kuat. Penambahan bahan
organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang
berukuran menengah dan menurunkan pori makro sehingga
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
16
meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang. Dengan demikian akan
meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982 dalam Atmojo,
2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat (di dalam humus)
lebih bertanggung jawab pada pembentukkan agregat di tanah regosol,
yang ditunjukkan oleh meningkatnya kemantapan agregat tanah (Pertoyo,
1999 dalam Atmojo, 2003).
Pengaruh penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau
menurunkan pH tanah tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik
dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal
pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses
dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah karena
terjadinya pelepasan asam-asam organik selama proses dekomposisi.
Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita
tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik
yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-
kation basa (Atmojo, 2003).
Sumber utama N di dalam tanah berasal dari dekomposisi bahan
organik. Pada tanah berpasir, potensi N dalam bentuk ion nitrat (NO3-)
yang mengalami pencucian (leaching) lebih besar karena ion nitrat yang
bermuatan negatif tersebut tidak bisa diadsorbsi oleh lempung/humus
sehingga sering terlarut dalam air. Demikian juga unsur makro K lebih
mudah terlindi di tanah berpasir karena kurangnya koloid tanah berupa
humus dan lempung (clay), Hasil penelitian Gong et al. (2009) di Cina
memperlihatkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik dan pupuk
mineral NPK mampu meningkatkan kandungan C dan N dalam tanah
secara signifikan melebihi hasil pada penerapan pupuk mineral saja.
7. Saprotan
Saprotan (Sarana Produksi Pertanian) diperlukan untuk
meningkatkan produktivitas lahan pantai berpasir yang marginal. Dosis
ameliorat pupuk kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman-
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
17
tanaman hortikultura tersebut sebanyak 20 ton per hektar untuk MT I.
Dosis pupuk kimia per hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing
sebanyak 200 kg/ha. Perawatan tanaman semusim dengan melakukan
penyiraman rutin pagi dan sore, terutama pada saat setelah turun hujan
karena suhu tanah meningkat yang menyebabkan tanaman layu jika
tidak segera disirami.
Pemberian saprotan dimaksudkan untuk memanipulasi lingkungan
agar dapat tercipta kondisi tapak yang lebih sesuai untuk mendukung
pertumbuhan tanaman dengan meminimalkan faktor pembatas
(constrain) pertumbuhan, seperti perbaikan agregat tanah, peningkatan
KTK tanah, peningkatan bahan organik, N tanah, P tersedia dan K
tersedia. Pada tanah berpasir, khususnya unsur makro N dan K akan
lebih mudah terlindi/pencucian (mengalami leaching). Pembatas
pertumbuhan tersebut bisa diatasi dengan penambahan bahan organik
dan juga dengan inokulasi mikoriza untuk membantu ketersediaan P
(Gong et.al., 2009). Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat (P)
sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Unsur P ini merupakan key of
agriculture karena dari jumlahnya yang sangat kecil di alam, dari jumlah
tersebut kebanyakan dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman. Oleh
sebab itu, pemberian mikoriza untuk membantu ketersediaan P
diharapkan akan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman terutama di
awal pertumbuhan.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
18
III. PELAKSANAAN
A. Persiapan
a. Persiapan Lokasi
Persiapan lokasi meliputi penempatan gubuk kerja, lokasi areal
tanaman dan pos pengamatan. Untuk itu perlu ijin penempatan lokasi
penelitian berikut mekanisme perijinan ke Pemda (Kabupaten) :
Surat pengajuan ijin penelitian dari BP2TPDAS-IBB (Balai Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai –
Indonesia Bagian Barat) No. 598/BP2TPDAS-IBB/2006 tanggal 13 Juni
2006 kepada Bupati cq Kepala Dinas Kesbanglinmas (Kesatuan Bangsa
Perlindungan Masyarakat dan Sosial) yang beralamat di Jl. Ampera No.
11, Telp.0287-381287 Kebumen. 54311
Surat Rekomendasi penelitian dari Kesbanglinmas no. 072/388 tanggal
15 Juni 2006 disampaikan kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah) yang beralamat di Jl. Veteran no. 2, Telp. 0287-
381570 Kebumen 54311
Berdasarkan surat Rekomendasi dari Kesbanglinmas, BAPPEDA
mengeluarkan surat ijin penelitian no. 071-1/138 yang berlaku selama 3
bulan dari 15 Juni sampai 15 Agustus 2006. Surat tersebut disampaikan
kepada (i) Kepala Diparta Kab. Kebumen, (ii) Kepala Dinas Hutpedal
Kab. Kebumen, (iii) Kepala Obwis Pantai Petanahan, (iv) Camat
Petanahan, dan (v) Kades Karanggadung.
Untuk persiapan penanaman Cemara laut perlu dilakukan beberapa
tahapan persiapan di lokasi sebagai berikut :
perawatan beberapa bibit yang telah disiapkan sebelumnya untuk
penyesuaian iklim (aklimatisasi) dengan melakukan penyiangan kebun
bibit dan penyiraman setiap hari (Gambar 3 dan 4).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
19
Gambar 3. Persiapan Pembibitan Tanaman Tahunan dan Buah-buahan
Gambar 4. Kondisi Awal Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), saat
ditanam di Lapangan
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
20
Pembuatan ajir ukuran 150 cm sebanyak 350 batang untuk tanaman
buah-buahan yaitu ajir sekaligus untuk menguatkan tegaknya
tanaman, dan ajir ukuran 80 cm sebanyak 1100 buah untuk tanaman
lainnya.
Pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tanah sawah yang telah
dicampur dengan pupuk kandang dimaksudkan untuk membantu
penyediaan hara bagi tanaman.
Pembelian pupuk organik berupa pupuk kandang dan ditambah
dengan EM-4 untuk mempercepat proses dekomposisi pematangan
pupuk organik.
Stimulan atau inokulan yang diambil dari tanah dibawah perakran
tanaman pandan berduri, karena banyak bintil-bintil mikoriza yang
membantu penyerapan unsur hara dari udara.
Penutupan mulsa dari seresah tanaman rumput berduri di sekitar
pantai, agar tanah terjaga kelembabannya.
Pengukuran kembali luas lahan pantai berpasir yang akan ditanami
untuk tanaman tanggul angin, buah-buahan, tanaman kehutanan dan
tanaman semusim.
Perbaikan instalasi air dengan menyediakan sumur renteng dengan
menggunakan diesel sebagai penyedot air dan mendistribusikan
keseluruh penampung air yang tersebar di sekitar tanaman semusim.
Melatih ulang pengamat (coaching) dan mengecek data (verifikasi)
dari pengamat untuk pengamatan suhu udara dan suhu tanah pada
kedalaman 30, 90 dan 150 cm, curah hujan, kecepatan dan arah angin,
erosi angin, dan evaporasi.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
21
b. Persiapan SDM
Untuk persiapan SDM (Sumber Daya Manusia) dilakukan dengan
melakukan konsultasi dan koordinasi ke instansi terkait dan pendekatan
pada masyarakat.
1. Konsultasi dan Koordinasi
i. Dinas PEDAL (Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan)
Dinas PEDAL mendukung kegiatan pengembangan penelitian
di lokasi pantai berpasir yang dilaksanakan oleh BP2TPDAS-IBB
(Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai–Indonesia Bagian Barat). Dukungan dari
Dinas PEDAL antara lain diwujudkan dalam bentuk pendampingan
pada setiap proses konsultasi dengan beberapa kantor dinas yang
terkait yang ada di pemerintah daerah Kabupaten Kebumen, PKL
(Penyuluh Kehutanan Lapangan) yang ditugaskan untuk terlibat
langsung di lapangan dan saat pertemuan antara penyuluh dengan
Kelompok Tani (KT).
ii. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)
Lahan pantai berpasir selama ini belum dikelola masyarakat
karena anggapan masyarakat bahwa lahan berpasir tidak
berpotensi untuk diusahakan menjadi tanaman yang bernilai
ekonomi tinggi dan menguntungkan. Dengan adanya lokasi
penelitian dan pengembangan lahan pantai berpasir yang
ditunjang dengan fasilitas Jalan Lintas Selatan Selatan (JLSS) jl.
Dandeles dan jl. Diponegoro, maka akses ke lokasi wisata akan
lebih mudah dan diharapkan prospek pariwisata semakin
berkembang.
iii. Dinas Pariwisata
Lokasi penelitian berdekatan dengan pariwisata, dan lahan
untuk lokasi pengembangan penelitian masih termasuk lahan
dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata. Sehingga setiap ke lokasi
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
22
selalu mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan kantor Dinas
Pariwisata di Kabupaten Kebumen dan Kantor Obyek Wisata
Petanahan di Desa Karanggadung.
2. Koordinasi di Daerah
i. Kecamatan Petanahan
Dari kantor BP2TPDAS-IBB melaporkan ke kantor kecamatan
Petanahan, bahwa ada kegiatan pengembangan penelitian di desa
Karanggadung, Kecamatan Petanahan yang sudah dilakukan sejak
tahun 2005. Pemilihan lokasi pantai Petanahan merupakan
permintaan dari Bupati Kebumen (Ibu Rustriningsih) setelah
mendengar paparan tentang penanaman cemara laut di pantai
Samas, Bantul.
ii. Polsek Petanahan
Seluruh anggota Tim Penelitian BP2TPDAS-IBB telah
dilaporkan nama-namanya yang akan melakukan kegiatan secara
intensif di lokasi dan direncanakan akan tinggal secara periodik di
lapangan untuk jangka waktu yang lama sejak tahun 2005 sampai
sekarang.
iii. Desa Karanggadung
Kepala lingkungan atau Bayan ada dua yaitu Karangcengis
(Darjo) dan dan Karanggadung (Kartomiharjo). Sebagian besar
anggota kelompok tani menerima keberadaan pengembangan
penelitian di wilayahnya. Diharapkan kegiatan ini dapat menyerap
tenaga kerja dan terbentuknya kelompok tani seperti yang
diharapkan petugas PKL. Kegiatan pertemuan kelompok tani yang
didampingi oleh PKL berupa :
- Pertemuan rutin bulanan kelompok tani yang dihadiri oleh
seluruh pengurus dan serta para tokoh masyarakat (TOGA =
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
23
Tokoh Agama dan TOMAS = Tokoh Masyarakat) lainnya yang
berminat.
- Mengagendakan rencana penanaman Cemara Laut yang
tentunya disesuaikan dengan datangnya hujan (biasanya bulan
September sampai Januari) serta setelah selesai perbaikan
instalasi air dan sumur renteng selesai dilakukan.
- Pada saat pelaksanaan penanaman juga mempertimbangkan
kesibukan masyarakat Desa Karanggadung, yaitu tujuh hari
menjelang hari raya idul fitri dan 7 hari setelah lebaran, dalam
kaitannya dengan menyiapkan pembuatan ajir dan pembelian
pupuk kandang.
c. Koordinasi dengan UKP
1. UKP (Usulan Kegiatan Penelitian) yang berada di pusat P3HKA (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam) di Bogor
bertugas untuk mengadakan koordinasi, mensintesis dan membuat
laporan menyeluruh dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh
judul-judul yang dipayunginya.
2. UKP yang berjudul “Teknologi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan
Terdegradasi” di Ketua oleh Dr. Pratiwi, dan membawahi 18 judul yang
dikerjakan oleh UPT (Unit Pelaksana Teknis) di BPPK Kupang, BPPK
Samarinda, BPPK Aek Nauli Medan, BP2TPDAS-IBB di Surakarta, Loka
Ciamis dan BP2TPDAS-IBT di Makassar.
3. Secara garis besar judul-judul dibawah UKP diatas dapat dibagi dalam
3 kelompok besar yaitu tentang : (i) rehabilitasi lahan terdegradasi
dan reklamasi lahan bekas tambang, (ii) kelembagaan, (iii) model dan
teknik konservasi.
4. Konsultasi pada Tim UKP setahun minimal dilakukan 2 kali yaitu
pertama pada saat mengawali kegiatan untuk menyusun RPTP
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
24
(Rencana Pelaksanaan Tim Peneliti) dan kedua pada saat menjelang
pembuatan laporan (akuntabilitas dan progres sintesis kegiatan).
5. Dibentuk jejaring kerja untuk melakukan komunikasi yang lebih
intensif lewat internet, dan jika memungkinkan dapat dilakukan
diskusi lewat internet secara tertulis maupun lisan dengan frukuensi
minimal triwulanan.
d. Persiapan Lembaga dan Kelompok Tani
Penelitian pengembangan tanaman pantai berpasir tidak hanya
pengembangan suatu tanaman tertentu, tetapi lebih diutamakan
merubah pola pikir masyarakat sekitar lahan pantai berpasir. Masyarakat
di sekitar lahan pantai berpasir yang semula menganggap lahan pantai
tidak dapat ditanami menjadi pola pikir bahwa lahan pantai dapat
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dengan menjaga
kelestarian alam lewat RLKT. Semua sarana dan prasarana yang
ditempatkan di lokasi menjadi milik Kelompok Tani (KT) Pasir Makmur
dan bukan menjadi milik perseorangan, bukan pula milik peneliti atau
teknisi BP2TPDAS-IBB. Semua anggota kelompok tani wajib merasa
memiliki dan merawat, mengawasi serta menjaga dan mengamankannya
untuk dipergunakan secara berkelompok.
e. Persiapan Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi :
1. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan
lokasi antara lain : patok, meteran, GPS, kompas, peta dasar.
2. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir berupa tanaman TA
(Tanggul Angin), antara lain : secara vegetatif dengan camara laut
(Casuarina equisetifolia sp.) dan secara mekanis dengan daun kelapa
atau anyaman bambu.
3. Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di belakang jalur
tanaman TA antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan
ketimun, jagung (Zea mays L.).dll.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
25
4. Kegiatan perbaikan tanah dengan penambahan pupuk kandang
dengan dosis 20 ton/ha dan ameliorat (tanah liat) serta pupuk an-
organik 200 kg/ha ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida.
5. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara
lain berupa sumur, bak renteng, pralon, gembor, selang panjang,
pompa air, dll.
6. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter,
ombrometer, anemometer, termometer udara, kelembaban udara
dan ruang serta termometer tanah.
7. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa penyebaran leaflet, poster,
kalender dan karya tulis ilmiah, dan pengumpulan data sosek dengan
menyebar blanko kuisioner yang relevan.
B. Pembuatan Jalur Tanggul Angin
a. Tanggul Angin Mekanis
Pembuatan tanggul angin di dekat pantai (< 100 m) berfungsi
sebagai filter untuk mencegah embun atau uap garam-garaman yang
menyebabkan tanaman semusim terbakar. Tanggul angin ini juga
berfungsi sebagai penahan angin yang kencang yang menyebabkan
tanaman roboh dan layu oleh proses evapotranspirasi. Tanggul angin
dapat berupa mekanis yaitu berupa daun kelapa kering, atau anyaman
bambu, yang penting jangan sampai bahan yang berasal dari logam atau
seng karena akan mudah karatan jika terkena garam-garaman air laut.
b. Tanggul Angin Vegetatif
Pembuatan tanggul angin juga dapat dibuat dari tanaman hidup
sebagai tanggul angin vegetatif. Tanaman tahunan yang dapat
dikembangkan sebagai tanggul angin vegetatif dengan syarat sesuai
ditanam di pantai, memiliki akar menghujam ke tanah (bibit dari biji,
generatif) dan tajuk yang rindang dan batang kokoh. Beberapa tanaman
yang cocok ditanam di pantai dan dapat dipakai untuk tanggul angin
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
26
antara lain : ketapang, waru, cemara laut, dll. Untuk pantai Kebumen
yang merupakan pengembangan dari pantai Samas-Bantul dengan
penanaman Camera laut. Semula tanaman Cemara laut berasal dari
cangkok (vegetatif), namun untuk keperluan konservasi sebaiknnya
dengan tanaman generatif (bibit dari biji) yang memiliki akar tunjang
yang kokoh.
c. Tanggul Angin Sementara
Tanggul angin sementara dapat secara mekanis ataupun vegetatif.
Tanggul angin sementara secara mekanis antara lain dengan daun kelapa,
gedek anyaman bambu. Prinsip pembuatan tanggul angin sementara
angin dapat menembus tetapi tidak sampai merusak tanaman, karena
kecepatan angin sudah terhalang oleh tanggul angin, disamping itu juga
mampu mengurangi bahaya kadar garam yang dibawa oleh uap air. Begitu
juga tanggul angin sementara dapat dilakukan dengan vegetatif tanaman
semusim yang cepat tumbuh dan lebih tinggi dari tanaman utamanya,
misalnya : jagung, sorghum dll.
C. Penanaman
a. Tanaman Tanggul Angin
Penanaman tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman
tanggul angin permanen sepanjang 750 m searah garis pantai selebar 25
m. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tanaman penghijauan untuk
melindungi tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanaman
tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam (NaCl).
Metode penanaman tanaman tanggul angin (TA) tersebut dilakukan
dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap jalurnya, dengan model ‘gigi
belalang’ atau “nguntu walang” selang-seling dengan 5 jalur tanam. Data
biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan
yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA
cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap
bulannya.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
27
Pengembangan kebun bibit desa masih dalam taraf teori kepada
anggota Kelompok Tani (KT) dan latihan pembuatan bedengan. Namun
beberapa anggota KT sudah mampu mengembangan bibit cemara laut.
Penjelasan tersebut antara lain mengenai pengembangan bibit cemara
laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara mencangkok dan
merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara biji. Biji pada saat
dipohon dipilih pohon yang telah berumur lebih dari 10 tahun, dan pilih
cangkang yang sudah menguning dari perkembangan biji cangkang yang
berwarna hijau, kuning dan coklat (Gambar 5). Semakin tua >10 tahun
umur pohon maka kualitas biji cemara laut akan semakin baik, dan untuk
cabang yang mau dicangkok dipilih yang mengarah keatas (autotorof).
Cangkang masih hijau,
belum matang
Cangkang isi biji
berwarna kuning
Cangkang kosong
jatuh di tanah
Gambar 5. Perkembangan kematangan biji pada cangkang dari
berwarna hijau (mentah), kuning (matang) dan coklat
(biji lepas)
Pemilihan biji pada saat di pohon dipilih cangkang yang berwarna
kuning, sebab jika sudah berwarna coklat maka biji telah keluar tersebar
di tanah dan tidak bisa berkecambah. Biji yang berwarna kuning dijemur
dengan kain kasa sampai biji keluar, penggunaan kain kasa dimaksudkan
agar biji tidak terbang kemana-mana. Biji direndam selama 2 hari, dan
dijemur selama sehari, biji disemaikan di hamparan media tanah dan jika
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
28
semai sudah berumur 2 bulan atau hypocotyle sudah berwarna merah
atau coklat dan daun sudah bercabang, semai dipindahkan kedalam
polybag (Gambar 6).
Bibit umur 1 bulan di
tempat persemaian
Bibit umur 2 bulan
dipindah ke polybag
Bibit umur 3 bulan
disirami pagi dan siang
Bibit umur 6 bulan
tinggi >60 cm
diameter >5 mm
Bibit umur 8 bulan siap
ditanam
Bibit umur setahun,
sudah lewat umur
Gambar 6. Contoh persemaian cemara laut dari biji di Pemalang
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
29
Cemara laut dapat dikembangkan lewat Cangkok atau Biji. Apabila
batang bagian bawah dan batang sudah muncul banyak cabang
sebaiknya segera di lakukan pruning (pemangkasan cabang bawah) agar
pertumbuhan meninggi dapat terpacu. Pengembangan Cemara laut
untuk konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit yang berasal dari
biji yang memiliki akar tunggang yang kuat dan berumur panjang
(Gambar 7).
Cemara dari Cangkok
Cemara dari Biji
Cemara setelah Prunning
Gambar 7. Cemara laut dari cangkok, dari biji dan setelah di prunning
(dipangkas cabang-cabang bawah agar cepat meninggi).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
30
Papan lokasi Demplot
Papan Sekretariat
Papan batas pinggir
Peringatan di pantai
Papan depan wisata
Batas lokasi
Gambar 8. Papan batas dan tanda peringatan untuk pengamanan lokasi
penelitian jangan sampai diganngu pengunjung wisata
Pengamanan lokasi penelitian cemara laut yang berada di lokasi
wisata perlu dilakukan, mengingat banyaknya gangguan yang berasal
dari manusia, hewan maupun alam. Langkah pengamanan lokasi
Demplot dilakukan dengan pemagaran dan pemberian plang papan
nama peringatan dan tanda batas pinggir lokasi (Gambar 8).
Dalam rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut
dilakukan pengukuran diameter setinggi dada atau keliling dan tinggi
tanaman untuk tahun penanaman sejak tahun 2006 sampai 2009 (Gambar
9). Tanaman cemara laut yang ditanam pada tahun 2005 awalnya diambil
dari cangkok maka tidak dilakukan pengamatan pertumbuhan karena
tumbuhnya menyamping. Rata-rata tanaman yang sudah berumur 5 tahun
(penanaman tahun 2006) telah mencpai tinggi 876 cm (8,7 m) dengan
keliling 459,5 mm (45,9 cm) atau diameter batang 14 cm.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
31
Gambar 9. Pengamatan Pertumbuhan tanaman cemara laut Tahun 2011
dari penanaman Tanaman tahun 2006 sampai tahun 2009
b. Tanaman Tahunan
Beberapa tanaman yang tumbuh di lokasi pantai berpasir di
Kebumen dapat memanfaatkan mikoriza atau bakteri yang ada pada
perakaran cemara laut untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru di
pantai berpasir. Beberapa tanaman yang ada di pantai Karanggadung,
Petanahan, Kebumen antara lain : Pandan berduri, Akasia, Widuri,
Cemara laut, Rumput berduri, Jarak pagar, Kebun campuran, Kelapa,
Gamal, Bekol, Buah Naga, Jambu Mete (Gambar 10).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
32
Pandan berduri
Akasia
Widuri
Cemara laut
Rumput berduri
Jarak pagar
Kebun campuran
Kelapa
Gamal
Bekol
Buah Naga
Jambu mete
Gambar 10. Beberapa tanaman pantai berpasir yang dapat dimanfaatkan
mikorizanya untuk perangsang pertumbuhan tanaman baru
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
33
c. Tanaman Semusim
Tanaman semusim yang dapat dikembangkan di pantai berpasir
antara lain bawang merah, cabe, jagung, semangka dan lain-lain. Data
pencatatan hasil produksi di Bantul dari tahun 2000 sampai 2007
menunjukkan hasil yang fluktuatif yaitu kadang tinggi dan kadang
menurun. Hasil bawang merah tertinggi pada bulan Januari 2007 (29
ton/ha) dan terendah pada bulan Januari 2000 (10 ton/ha). Hasil cabe
tertinggi pada bulan Mei 2002 (26,7 ton/ha) dan terendah pada bulan
Januari 2003 (8 ton/ha). Begitu juga harga kedua komoditi tersebut juga
fluktuatif naik turun, yaitu untuk bawang merah harga terendah Rp
2.500,-/kg dan harga tertinggi bisa mencapai Rp 6.000,-/kg, sedangkan
harga cabe jauh lebih fluktuatif yaitu harga terendah Rp 2.500,-/kg dan
harga tertinggi bisa mencapai Rp 10.000,-/kg.
Gambar 11 dibawah ini merupakan demplot pengembangan
tanaman semusim yang pernah dikembangkan oleh BPTKPDAS yang
dulu masih bernama BPK Solo dan telah banyak meyakinkan kepada
masyarakat sekitar pesisir pantai untuk mengelola lahan pantai berpasir.
Beberapa tanaman yang pernah dikembangkan dan sekarang sudah
banyak dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat di pantai
Petanahan antara lain : Jagung, Cabe dan Bawang Merah.
Dari demplot yang telah dikembangkan oleh kantor BPTKPDAS
Solo berdampak positif dan dirasakan oleh masyarakat bahwa demplot
tersebut mampu meyakinkan petani kalau lahan pasir yang semula
marjinal ternyata dapat berproduksi jika dikelola dengan baik dan benar.
Selanjutnya dengan mencontoh demplot tersebut para petani pengelola
lahan pantai berpasir di belakang cemara laut dengan mengembangkan
komoditi tanaman lain, antar lain : semangka, terong ungu, dan paling
favorit sekarang ini adalah pepaya (gandul) kalifornia (Gambar 12).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
34
b. Brambang
a. Jagung c. Cabe Merah
Gambar 11. Demplot Uji Coba dari Kantor BPTKPDAS Solo, antara Lain :
Jagung, Brambang dan Cabe Merah (Hortikultura)
a. Cabe b. Pepaya c. Nira Kelapa
d. Semangka e. Terong Ungu f. Kelapa
Gambar 12. Beberapa Tanaman Hortikultura, dibelakang Cemara Laut : Cabe,
Pepaya, Nira Kelapa, Semangka, Terong Ungu, dan Kelapa
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
35
d. Tanaman Bawah/Lantai Hutan
Tanaman bawah yang tumbuh secara alami merupakan tanaman
pioner yang mampu tumbuh di pantai berpasir (Gambar 13).
Rumput Merakan Pogonatherum
paniceum (Lam.) Hackn
Ipomea pescaprea
Pandan berduri Pandanus
tectorius
Buah Pandanus tectorius
Pongamia pinnata
Rumput Gulung
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
36
Rumput Teki
Saccharum spontaneum
Tanaman Bunga Kenop (Gomphrena globosa L)
Tanaman Lenglengan (Leucas lavandulifolia L.)
Tapak Dara (Catharanthus roseus L. G. Don)
Tapak liman (Elephanthopus scaber L)
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
37
Widuri
Tanaman Widuri
Gambar 13. Beberapa Tanaman Bawah yang ada di Pantai Berpasir
Tanaman ini menjaga tingkat kesuburan tanah pantai yang
cenderung kering dan menjadi lahan marjinal. Lahan pantai berpasir
yang kering dengan struktur tanah lepas-lepas dapat menjadi lebih baik
jika ada tanaman bawah, dan juga adanya seresah daun-daun serta
ranting-ranting yang berguguran sebagai mulsa. Sehingga daun-daun
cemara laut yang berguguran sebaiknya tidak diambil untuk bahan kayu
bakar, walaupun daun-daun kering cemara sebenarnya sangat baik untuk
merebus nira gula kelapa. Fungsi kompos biomasa tersebut sangat baik
untuk pemantapan struktur tanah dan menjaga kelembaban tanah.
D. Pemeliharaan Tanaman Semusim
a. Pemupukan
1. Pemupukan I (Pupuk dasar), diberikan sebelum tanam atau awal
tanam dengan cara menyebar pupuk NPK dicampur dengan tanah
dan pasir dengan alat cangkul atau sebilah bambu. Pupuk dasar
per hektar : SP36 = 500 kg, Urea = 100 kg, KCl = 100 kg dan ZA = 100
kg.
2. Pemupukan II (Pupuk pertumbuhan/vegetatif), pupuk NPK 200
kg/ha diberikan 15 HST (Hari Setelah Tanam) dengan disebar
merata dalam tanah.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
38
3. Pemupukan III (Pupuk produksi/generatif), pupuk NPK 200 kg/ha
diberikan 25 HST.
b. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara dibentuk regu
penyiraman dan perawatan tanaman dari KT (Kelompok Tani) Pasir
Makmur. Apabila terjadi hujan maka besuk paginya tetap dilakukan
penyiraman dengan tujuan untuk menetralisir suhu tanah yang sangat
panas dari penguapan panas bumi, agar tanaman bawang merah
tetap sehat dan tidak terbakar.
c. Pemberantasan HPT (Hama Penyakit Tanaman)
Pemeliharaan tanaman untuk mencegah gangguan hama
penyakit, dengan penyemprotan racun HPT (Gambar 14).
1. Umur kurang 2 HST (Hari Setelah Tanam) untuk pemberantasan
gulma atau rumput pengganggu, dengan GOAL 2E sebanyak 1½
tutup untuk 1 tangki air.
2. Umur 15 sampai 25 hari, penyemprotan dilakukan setelah 15 hari
untuk interval waktu setiap 5 hari (15, 20 dan 25 hari), dengan :
(a) PPC = 10 cc (1 tutup racun hpt)
(b) Larvin = 1 sendok
(c) Danvil 50 SC = 10 cc (1 tutup)
(d) Barer = 10 cc (1 tutup)
3. Umur 25 sampai 45 hari
(a) N-Balancer = 10 cc
(b) Manzate 200 = 1 sendok makan
(c) Puanmur 50 SP = 1 sendok sirup
(d) Larvin+Danvil+Barer+N-Balancer+Manzate+Puanmur, dicampur
untuk 1 tangki (12-17 liter).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
39
Racun sayur daun
Danvil 50SC
Goal 2E
Puanmor
Balancer
Larvin
DuPont Manzate 200
Borer
Gambar 14. Beberapa Macam Insektisida untuk Pemberantasan HPT
(Hama Penyakit Tanaman).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
40
E. Pemanenan Hasil
Contoh input-output hasil yang disampaikan masyarakat untuk
penanaman papaya kalifornia sejumlah 500 batang (1/3 ha) diperlukan
modal 18 juta dan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp. 180
juta/tahun. Penanaman papaya tersebut dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m
dibutuhkan 38 ton pupuk kandang per tahun dan pupuk NPK 20
g/bt/bulan, sehingga keuntungan bersih per bulannya 12.5 juta.
Dengan adanya permintaan pupuk kandang untuk menjaga
kesuburan lahan pantai maka diperlukan ternak besar (sapi) dan ternak
kecil (kambing etawa) untuk pemasok pupuk kandang yang semakin
langka (Gambar 15). Sebelumnya harga pupuk kandang sangat murah
karena stok pupuk melimpah dan upah tenaga kerja juga murah. Namun
kondisinya sekarang berbalik sehingga harga pupuk kandang menjadi
cukup mahal (Rp. 150.000,-/pick up).
a. Silaturahmi b. Panen Nira
c. Ternak Kambing Etawa d. Ternak Sapi
Gambar 15. Kegiatan Masyarakat Pantai Berpasir : Silaturahmi, Panen
Nira, Ternak Kambing Etawa dan Ternak Sapi
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
41
Dampak cemara laut sebagai tanggul angin disamping bermanfaat
untuk meningkatkan produktivitas lahan juga meningkatkan keamanan
dan kenyamanan warga untuk tinggal atau menempati rumahnya dekat
dengan pantai < 0,5 km (Gambar 16). Sebelumnya mereka menjauh dari
garis pantai yaitu > 1 km, sebaliknya kondisi sekarang ini sebagian
penduduk sudah berani membangun rumah dekat dengan pantai.
Potensi ke depan untuk mendukung wisata bisa dimungkinkan didirikan
tempat penginapan (Losmen atau Hotel) seperti yang telah
dikembangkan di Pantai Glagah. Adapun selama ini rumah-rumah
penduduk di Desa Karanggadung Petanahan baru sebatas disewakan
untuk pedagang musiman dari luar kota setiap hari raya (Idul Fitri, Idul
Adha, Natal dan Tahun Baru).
b. Rumah Dekat Pantai
a. Warung Tepi Pantai c. Jalan Pantai Gambar 16. Dampak Cemara Laut Meramaikan Kondisi Wisata Pantai :
Warung di Tepi Pantai, Rumah Dekat Pantai (pesisir) dan Jalan Pantai
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
42
IV. MONITORING
A. Pengamatan Tanah
a. Kondisi Tanah
Kondisi biofisik tanah pantai berpasir merupakan tanah Regosol
atau Entisols yang kurang subur (Balai Penelitian Tanah, 2005.). Ketidak
suburan lahan tersebut dicirikan oleh kondisi sifat fisik, kimia dan biologi
tanah yang kurang menguntungkan bagi produktivitas tanaman. Unsur
hara NPK di pantai berpasir termasuk rendah begitu juga unsur hara
lainnya kecuali Na (Natrium) karena lahan pantai banyak mengandung
garam-garaman NaCl. Kondisi yang paling baik adalah lahan bepasir
yang sudah ada tanaman semusim (hortikultura) karena ada pengelolaan
oleh petani dengan menambahkan pupuk organik (kadang) dan pupuk
an-organik (NPK).
Kemasaman tanah cukup baik (netral) yaitu pH 6-7, dan pH
terendah pada lahan semusim karena pengaruh pemberian pupuk kimia
NPK. Kadar air tertinggi pada tanah yang ditanamani tanaman semusim
karena banyak mengandung bahan organik, sehingga tanah dalam
keadaan lembab. Kondisi air tanah pantai berpasir sepanjang pantai
selatan walaupun dekat dengan pantai airnya tawar, berbeda dengan
pantai utara yang air tanahnya terasa asin. Air tanah yang tawar di
pantai selatan disebabkan oleh adanya formasi batuan kapur sepanjang
pantai yang dapat menyaring dan mengendapkan garam-garaman,
sehingga intrusi air dari laut ke daratan telah menjadi tawar. Kondisi
kimia tanah semakin membaik yang ditunjukkan dari KPK (Kapasitas
Pertukuran Kation) yang semakin meningkat dari 0,9 me/100gr pada
lahan pasir terbuka menjadi 4,5 me/100gr pada lahan yang ada tanaman
cemara laut dan meningkat lagi menjadi 7,9 me/100gr pada lahan yang
ada tanaman semusim (Gambar 17). Begitu juga untuk sifat fisika tanah
juga semakin membaik yang ditunjukkan dari kadar air yang meningkat
dari -0,5% menjadi 80% pada lahan yang ada tanaman semusimnya.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
43
Gambar 17. Kondisi Biofisik dan Kimia Pantai Berpasir pada Lahan Cemara
Laut, Pasir Pantai dan Lahan Semusim di Pantai Petanahan.
Pengambilan sampel tanah pantai berpasir pada 3 kondisi lahan
yang berbeda yaitu untuk tanah pantai dekat lautan, tanah dibawah
tanaman cemara laut dan tanah dibawah tanaman semusim (Gambar 18).
PENGAMBILAN SAMPEL TANAH
a.Cemara Laut b.Pasir Pantai c.Tanaman semusim
Gambar 18. Pengambilan Sampel Tanah pada Lahan Cemara Laut, Pasir
Pantai, dan Lahan Semusim Hortikultura di Pantai Petanahan, Desa Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
44
b. Erosi Angin
Pemasangan alat penangkap erosi angin (sandtrap) yaitu dekat
dengan laut (D), pada puncak gisik gumuk/gundukan pasir (G), dan jauh
dari laut (J). Masing-masing diletakkan sebelah Timur (DT, GT, dan JT),
diletakkan sebelah barat (DB, GB, dan JB), dan diletakkan di tengah atau
pusat (DP, GP, dan JP). Sehingga ada 9 tiang sandtrap dan masing-
masing dipasang 5 alat penangkap yaitu di sebelah paling atas (PA), atas
(A), tengah (T), bawah (B), dan paling bawah (PB), lihat
Gambar 19.
Keterangan :
J: Jauh dari laut
JB -> sebelah Barat
JP -> sebelah Pusat
JT -> sebelah Timur
G: Gisik/Gumuk
GB -> sebelah Barat
GP -> sebelah Pusat
GT -> sebelah Timur
D: Dekat laut
DB -> sebelah Barat
DP -> sebelah Pusat
DT -> sebelah Timur
Gambar 19. Alat Pengamatan Perangkap Erosi Angin (Sandtrap) yang
Tersebar di 9 Stik Erosi.
Pengamatan erosi angin pada bulan Mei 2006 tertinggi justru jauh
dari pantai sebelah timur yaitu total mencapai 6 gram, dan terendah
pada jauh dari pantai bagian barat yaitu hanya mencapai kurang dari 3
gram (lihat
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
45
Gambar 20). Sebaliknya untuk yang dekat pantai justru yang
tertinggi sandtrap sebelah barat. Kondisi ini banyak dipengaruhi arah
angin dan faktor penghalang tanaman dan adanya gisik pasir.
Gambar 20. Erosi Angin dengan sand trap di Lahan Pantai Berpasir,
Bulan Mei 2006
Pada tanggal 12 Agustus 2006 hampir semua alat sandtrap hanya
menginformasikan erosi angin kurang dari 0,5 g, khusus untuk titik yang
jauh dari pantai sebelah barat dengan total erosi hampir 3 g (
Gambar 21).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
46
Gambar 21. Erosi Angin dengan sand trap pada Lahan Pantai Berpasir
Bulan Agustus 2006
Erosi angin pada tanggal 22 Desember 2006 bervariasi lagi seperti
bulan-bulan sebelumnya, hal ini mengindikasikan bahwa besarnya angin
dari laut tidak merata. Pada tiang diatas gisik erosi relatif rendah karena
angin yang bertiup tidak cukup mengangkat sampai ketinggian tertentu
lubang perangkap diatas gisik. Erosi tertinggi masih sama yaitu terjadi
pada daerah yang jauh dari pantai yaitu sebesar 6 g pada tiang bagian
barat (
Gambar 22).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
47
Gambar 22. Erosi Angin pada Lahan Pantai Berpasir, 22 Desember 2006
Degradasi lahan pantai berpasir akibat erosi angin yang akan
membentuk gisik (gundukan pasir) dan ini khas hanya ditemui di pantai
Karanggadung akibat oleh karakter ombak laut yang berbeda dengan
tempat lain. Dari pengamatan erosi angin diperoleh kesimpulan bahwa
daerah gundukan bukit pasir akan semakin meninggi sedangkan pada
daerah lembah akan semakin berkurang.
Selanjutnya erosi angin diukur dengan stik erosi yang terbuat dari
pralon yang diisi dengan semen cor, agar tidak dicabut dan dimanfaatkan
orang untuk keperluan lain. Pemantauan erosi stik dimaksudkan untuk
melihat perubahan yang terjadi pada suatu lahan, yaitu apakah terjadi
penimbunan atau penambahan bahan material pasir (+) atau sebaliknya
mengalami penurunan atau pengurangan bahan material (-).
Stik erosi dipasang di 4 jalur dan masing-masing jalur ada 9 titik, ke
empat jalur tersebut adalah (Gambar 23) :
1. Pantai (P):dipasang di pantai atau di depan Cemara laut.
2. Dekat (D): dipasang dekat pantai atau di belakang Cemara.
3. Gisik (G) : dipasang di tempat gundukan pasir.
4. Jauh (J) : dipasang jauh dari pantai atau di lahan semusim.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
48
Gambar 23. Lay out Tata Letak Stik Erosi untuk Memantau Erosi Angin di
Pantai Petanahan, Kebumen, Tahun 2013
Pengukuran erosi dekat pantai sedikit mengalami erosi dan
tertinggi pada daerah gisik yaitu paling banyak mengalami penimbunan
pasir (Gambar 24). Penimbunan (+) dan Erosi (-) pasir, untuk setiap stik
diukur dari berbagai arah yaitu dari sisi Barat (B), Selatan (S), Timur (T),
dan Utara (U) relatif sama, sehingga perlu dilakukan dari keempat
penjuru tersebut.
Dari stik erosi yang berjumlah 9 x 4 = 36 buah, masing-masing
diamati dari ke empat penjuru mata angin karena untuk stik yang sama
memiliki tebal timbunan dan pengkisan partikel pasir yang berbeda.
Misalanya untuk daerah gisik bagian barat (GB) dari ke empat penjuru
sama-sama terjadi penimbunan, hanya berbeda ketebalannya saja. Pada
sisi sebelah barat mengalami penimbunan pasir yang paling tebal yaitu
mencapai 10 cm. Pada daerah pantai mengalami pengikisan yang
ditunjukkan grafik yang mengarah ke bawah dengan kondisi yang hampir
sama dari ke empat penjuru arah mata angin.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
49
Gambar 24. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari
Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Juni-Agustus 2013
Pada bulan Juli dan Agustus terjadi kondisi yang berbeda dari
bulan-bulan lainnya, yaitu pada daerah gisik pasir yang biasanya terjadi
penimbunan justru mengalami pengikisan yang sangat banyak. Kondisi
ini menunjukkan erosi angina akan terjadi fluktuasi yang ekstrim pada
musim kemarau karena pasir dalam keadaan kering dan berdebu,
sehingga partikel pasir mudah berpindah sesuai dengan arah dan
kecepatan angin.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
50
Gambar 25. Erosi Angin di Dekat Pantai (D), Gisik Pasir (G), Jauh dari
Pantai (J) dan Pantai (P) di Petanahan, Sept- Des 2013
Gambar 25 menunjukkan bahwa kondisi ekstrim pada bulan
November yaitu mengalami penimbunan pada sisi selatan dan timur.
Kondisi tersebut merata dari yang pinggir pantai, di daerah gisik sampai
daerah yang jauh dari pantai. Kondisi erosi angina mulai menurun pada
bulan Desember hampir tidak ada erosi maupun juga deposit
(penimbunan). Hanya pada daerah gisik (gundukan pasir) yang relative
tidak stabil yaitu adanya penimbunan (+) atau grafik keatas dan juga
adanya pengikisan (-) atau grafik menurun dibawah 0.
B. Pengamatan Iklim
Iklim yang ekstrim di pantai menyebabkan tanaman mudah kering
karena evapotranspirasi yang tinggi dan ketersediaan air tanah yang
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
51
rendah (Gambar 26). Kondisi ekstrim pada lahan pantai berpasir
menyebabkan tanaman mengalami dehidrasi dan sangat kekurangan air,
sehingga menjadi kering dan mudah terbakar.
a.Mati kekeringan b.Mati busuk akar c.Mati terbakar
Gambar 26. Kondisi tanaman mati kekeringan akibat musim kemarau
yang panjang, akar busuk dan tanaman kering akibat terbakar
Dalam rangka memantau kondisi perubahan iklim di pantai
berpasir perlu dipasang beberapa alat pemantau iklim antara lain :
penakar hujan ombrometer, termohygro pengukur suhu dan
kelembaban, termometer tanah, stik erosi. Hindari pemasangan alat
yang bahannya dari besi karena akan mudah rusak karena karatan dan
keropos. Beberapa peralatan yang sudah pernah rusak yaitu sandtrap
(penjerap erosi angin), evaporimeter (pengukur evaporasi), anemometer
(kecepatan & arah angin), label sampel tanaman, Kaliper (milimeter), stik
erosi, batas tepi lokasi, Hand Phone dan Camera sebaiknya dibungkus
dengan plastik. Sifat uap air yang mengandung garam-garaman sangat
halus dan lembut sehingga lubang sekecil jarum pun dapat ditembus dan
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
52
menyebabkan karatan sehingga beberapa peralatan yang ada yang
bahannya berasal dari logam jadi macet/rusak (Gambar 27).
Pengamatan Cemara laut
Lahan Pasir bermasalah
Anemometer
Stik erosi dari Pralon
Evaporimeter
Pembuatan stik erosi
Suhu Tanah 30,90,150cm
Ombrometer
Phi-Band (diameter)
Gambar 27. Mengantisipasi perubahan iklim ekstrim di pantai maka
diperlukan pemantauan perubahan iklim dan erosi angin. a. Kelembaban Ruang dan Udara
Pengamatan kelembaban ruang dan udara pada pagi dan siang hari
di pantai Petanahan, Desa Karanggadung. Kelembaban ruang terendah
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
53
bulan Juli di siang hari (61%) dan Kelembaban ruang tertinggi pada bulan
Desember (74%). Kelembaban udara tertinggi pada bulan Desember di
pagi hari (76%) dan terendah pada bulan Juli di siang hari (60%).
Gambar 28. Kelembaban Ruang dan Udara Harian Pagi dan Siang di Desa
Karanggadung, Kec.Petanahan, Kab.Kebumen
Pada Gambar 28 menjelaskan bahwa kelembaban udara di pagi hari
76% lebih tinggi dibandingan pada siang yang hanya 72%, sedangkan
untuk kelembaban ruang tidak berbeda jauh yaitu dari 71% (siang) sampai
74% (pagi). Kisaran kelembaban ruang dari 61-74% dan kelembaban udara
dari 60-75%. Kelembaban udara pagi hari lebih lembab dibandingkan
pada siang hari, sehingga menyebabkan pantai terasa kering di siang hari
disamping juga lebih panas.
b. Suhu Ruang dan Udara
Pengamatan suhu ruang dan suhu udara pada pagi dan sore hari,
yaitu untuk mengetahui fluktuasi temperatur yang berpengaruh pada
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
54
pertumbuhan tanaman (Gambar 29). Pada pagi hari, suhu ruang
terendah 25 oC (Januari) sampai tertinggi 30 oC (April). Suhu udara pada
pagi hari terendah 23 oC (November dan Desember) dan tertinggi 26 oC
(Maret dan Januari).
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa para wisatawan,
banyak yang berkunjung sebelum jam 09.00 pagi karena setelah itu
temperatur sudah mulai panas. Sebaliknya jika tidak berkunjung pada
pagi hari mereka akan berkunjung pada sore hari setelah jam 15.00 yang
suhu udara mulai menurun. Pada siang hari suhu ruang antara 25 oC
sampai 27 oC (November dan Desember), sedangkan pada malam hari
suhu udara dari 24 oC (November dan Desember) sampai 28 oC (Maret).
Gambar 29. Suhu Udara dan Ruang pada Pagi dan Siang hari di
Karanggadung, Petanahan, Kebumen Tahun 2013 c. Suhu Tanah Top, Solum, Regolit
Suhu tanah pagi dan siang hari berkisar 25 oC -34 oC dan suhu
terpanas pada kedalaman solum tanah 30-90 cm karena pada kedalaman
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
55
tersebut banyak air yang mengalami penguapan akibat panas inti bumi.
Hal tersebut menyebabkan pada saat tanah pasir diguyur air hujan maka
harus segera disiram air agar uap air yang meninggi suhunya dari inti
bumi tidak sampai ke akar tanaman semusim. Suhu tanah terendah pada
top soil <30 cm, sebab semakin jauh dari inti bumi maka suhu tanah akan
menurun.
Gambar 30. Suhu Tanah Top Soil (30cm), Solum (90cm), dan Regolit
(150cm) Pagi dan Siang hari di Karanggadung, Kebumen. Suhu tanah pantai berpasir pada siang hari tertinggi adalah 34oC
untuk kedalaman regolit 90-150 cm dari permukaan tanah (Gambar 30).
Semakin kearah atas top soil permukaan tanah (<30cm) dan juga kearah
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
56
lebih dalam regolit (>90cm) maka suhu tanah akan menurun, sehingga
disarankan untuk lubang tanam pada lahan berpasir antara 30-50 cm
agar suhu tanah diperoleh paling rendah.
d. Curah Hujan
Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (1400 mm) dan curah
hujan terendah pada bulan Oktober (30 mm), dengan bulan basah
selama 6 bulan dari bulan Oktober sampai Februari (
Gambar 31).
Gambar 31. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah
dan Minimum
Pengamatan curah hujan selama 5 tahun di Pantai Petanahan dari
tahun 2009-2013 dapat dilihat pada
Gambar 32. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010
bersamaan juga adanya tsunami kecil pada saat yang bersamaan
sehingga menyebabkan meluapnya air laut ke daratan dan merusak
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
57
pepohonan serta beberapa warung yang berada di tepi pantai. Pada
saat tsunami datang ditandai dengan permukaan air laut yang surut
secara mendadak sehingga dasar lautan nampak sampai sepanjang
sekitar 200 m, dan selanjutnya air naik mendadak dengan cepat melebihi
batas tinggi permukaan. Pada tahun 2013 hujan turun sepanjang tahun
dan hanya mengalami 3 bulan kering yaitu bulan Juli-September.
Gambar 32. Curah Hujan Bulanan di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009–2013
Total hujan tahun 2013 sebanyak 2.489,4 mm, puncak tertinggi
pada bulan Januari dan terendah atau tidak ada hujan pada bulan Juli,
Agustus, dan September. Total hari hujan tahun 2013, 268 hari dari 365
hari setahun, sehingga hujan merata hampir sepanjang tahun.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
58
Total hujan tahunan dari tahun 2009 sampai 2013 tertinggi pada
tahun 2010 yaitu sebanyak 5738,3 mm dengan jumlah hari hujan yang
relatif sedikit yaitu hanya 177 hari, sehingga intensitas hujan cukup tinggi.
Kondisi tersebut berlawanan dengan curah hujan tahun 2013 dengan
total hujan yang jauh lebih rendah (2489,4 mm) tetapi hari hujan cukup
tinggi 268 hari (
Gambar 33).
Gambar 33. Total Hujan Tahunan dan Hari Hujan di Pantai Petanahan ,
Desa Karanggadung, Kab.Kebumen Tahun 2009–2013
e. Evaporasi
Evaporasi diamati pada waktu siang dan malam hari, dimana siang
hari merupakan proses penguapan pada waktu sepanjang pagi hari
hingga siang hari (06.00-12.00), sedangkan pengamatan malam hari
sebagai hasil penguapan sepanjang siang hari sampai sore (12.00–18.00).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
59
Oleh karena itu tinggi evaporasi malam hari (rata-rata 0,4 mm) selalu
lebih tinggi dari pada siang hari (rata-rata 0,3 mm). Begitu juga untuk
lahan berpasir yang dekat pantai lebih tinggi penguapannya
dibandingkan lahan berpasir yang jauh dari pantai, karena kecepatan
angin menambah tingginya penguapan disamping panas matahari
(Gambar 34).
Gambar 34. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari
Pantai (sebelah utara) serta Dekat dari Pantai (selatan)
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
60
Evaporasi yang terjadi di daerah dekat pantai (0,4 mm/hari) jauh
lebih tinggi dibandingkan yang jauh dari pantai (0,1 mm/hari). Evaporasi
pada malam hari lebih tinggi dari pada siang hari, baik pada daerah dekat
pantai maupun yang jauh dari pantai.
b. Kecepatan angin
Kecepatan angin siang hari adalah >5 km/jam yang ini lebih cepat
dibandingkan malam hari yaitu < 1 km/jam, dan pada malam hari
kecepatan angin sering 0 km/jam karena saat itu berhembus angin dari
daratan ke lautan, sementara pada siang hari angin berhembus dari
lautan ke daratan (
Gambar 35). Dengan bantuan ombak kecepatan angin di siang hari
meningkat sampai 20 km/jam.
Gambar 35. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen
Pada bulan Desember 2012 sampai Maret 2013 alat pemantau
kecepatan dan arah angin (anemometer) rusak sehingga tidak ada data
pada bulan tersebut. Data kecepatan dan arah angin baru ada kembali
mulai bulan April 2013, sehingga dihimbau untuk alat pemantau
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
61
kecepatan angin diupayakan yang terbuat dari plastik agar tidak rusak
akibat karatan oleh uap air yang mengandung garam-garaman.
Kecepatan angin tertinggi bulan November pagi hari (6 m/det) dan Juni
pada siang hari (7 m/det), lihat
Gambar 36.
Gambar 36. Kecepatan Angin Pagi dan Siang Hari di Karanggadung,
Petanahan, Kebumen Tahun 2013.
Data arah angin dapat dilihat pada
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
62
Gambar 37, yang menunjukkan arah seperti arah kompas yaitu
Utara (360), Timur Laut (TL), Timur (90), Tenggara (TG), Selatan (180),
Barat Daya (BD), Barat (270), Barat Laut (BL). Arah angin yang perlu
diwaspadai berasal dari Timur atau Tenggara (TG) yang bersifat merusak
dan sering terjadi tsunami atau air pasang.
Arah Angin pada PAGI Hari
Arah Angin pada SIANG Hari
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
63
Gambar 37. Arah Angin Pagi dan Siang Hari dari Barat Daya (BD),
Tenggara (TG) sampai Timur Laut (TL) di Karanggadung.
C. Pertumbuhan Tanaman
Daya hidup (survival) merupakan indikasi kemampuan tumbuh dan
adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuh. Daya
hidup diukur dengan persen hidup yaitu perbandingan antara jumlah
tanaman yang hidup dengan total tanaman yang ditanam. Pada awal
penanaman, persen hidup tanaman masih rendah yaitu hanya 9,6 %. Hal
ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang mendukung daya
hidup dan pertumbuhan tanaman. Kematian tanaman ditandai dengan
perubahan warna daun dari hijau menjadi coklat kering, akar kering, dan
apabila tidak mampu bertahan maka tanaman akan mati. Berbagai upaya
dilakukan untuk meningkatkan persen hidup tanaman misalnya
pembuatan sumur renteng, penambahan pupuk kandang pada lubang
tanam, dan pemeliharaan rutin sehingga terbentuk tegakan cemara yang
dapat membentuk iklim mikro di sekitarnya (Gambar 38).
a. Sebelum penanaman
b. Setelah penanaman
Sumber: Nugroho, 2013
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
64
Gambar 38. Lahan pantai berpasir sebelum dan setelah penanaman
cemara, a) Sebelum penanaman, b) Setelah penanaman
Nugroho dan Sumardi (2010) mengungkapkan bahwa penambahan
amelioran (40 % tanah mineral dan 10 % pupuk kandang) pada media
tanam dapat meningkatkan persen hidup cemara laut sampai 78,3%.
Penambahan amelioran dapat memberikan kondisi lingkungan mikro
(rizosfer) yang menguntungkan bagi perkembangan akar tanaman.
Amelioran tersebut mampu mengurangi suhu tanah yang panas,
menahan air lebih lama, dan menyediakan unsur hara yang cukup.
Penambahan amelioran mampu memberikan kondisi yang dikehendaki
akar dalam beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrim. Akar tanaman
dapat tumbuh dan berkembang serta berfungsi optimal dalam menyerap
hara dan air.
Pertumbuhan adalah pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan
pembesaran sel (peningkatan ukuran). Pertumbuhan juga dapat
diartikan sebagai peningkatan bahan kering, tinggi, volume, luas daun
(Gardner et al., 1985). Pertumbuhan suatu jenis pohon dipengaruhi oleh
unsur hara, air, intensitas cahaya matahari, dan suhu udara (Baker, 1950;
Hardjowigeno, 1987). Pengukuran pertumbuhan tanaman dilakukan
secara periodik (tahunan) pada PUP yang telah dibuat. Variabel
pertumbuhan yang diukur adalah tinggi total dan diameter. Pengukuran
diameter batang dilakukan setinggi dada (dbh) atau sekitar 1,3 meter
dari permukaan tanah dengan menggunakan diameter tape. Sedangkan
pengukuran tinggi pohon menggunakan galah ukur. Tinggi pohon yang
diukur merupakan tinggi total yaitu jarak vertikal antara permukaan
tanah dengan puncak pohon. Untuk tanaman yang masih muda,
pengukuran diameter batang dilakukan 10 cm dari permukaan tanah
(Gambar 39).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
65
Sumber: Nugroho, 2013
Gambar 39. a) Pengukuran tinggi dan diameter tanaman pada plot muda (A), b) Pengukuran tinggi dan diameter pada plot tua (B)
Hasil pengukuran rutin menunjukkan bahwa rerata tinggi total dan
diameter cemara laut umur 8 tahun adalah 13,34 m dan 17,74 cm. Data
tinggi total dan diameter cemara laut dari umur 1 – 8 tahun secara lengkap
dapat dilihat pada Gambar 40 dan 41.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
66
Gambar 40. Tinggi tanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir
Gambar 41. Diameter cemara umur < 8 tahun pada lahan pantai berpasir
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
67
V. EVALUASI
A. Tingkat Prosentase Tumbuh
Pengembangan pertumbuhan cemara laut disampaikan pada saat
pertemuan Kelompok Tani yang diadakan setiap bulan dari rumah ke
rumah petani. Informasi kegiatan cemara laut meliputi pengembangan
bibit cemara laut yang dapat dilakukan secara vegetatif dengan cara
mencangkok dan merunduk, sedangkan secara generatif dengan cara
biji. Biji yang diambil dari pohon dipilih untuk pohon yang telah berumur
lebih dari 10 tahun agar bibitnya lebih kuat dan tahan terhadap iklim
yang ekstrim di pantai. Perkembangan biji mulai dari cangkang yang
berwarna hijau, kuning, coklat dan dipilih untuk biji yang masih berwarna
kuning. Semakin tua umur pohon kualitas biji cemara laut akan semakin
baik calon bibit yang akan tumbuh. Untuk pengembangan secara
vegetatif cabang yang mau dicangkok harus dipilih yang mengarah
keatas (autotorof).
Pengelolaan lahan marginal seperti pantai berpasir untuk
pelaksanaan konservasi tanah sebaiknya menggunakan bibit cemara laut
yang berasal dari biji karena memiliki akar tunggang yang kuat dan
berumur panjang. Sebaiknya seresah atau daun-daun cemara laut yang
berguguran tidak diambil untuk bahan bakar pembuatan gula kelapa,
tetapi dibiarkan tetap di lokasi agar terbentuk humus untuk menjaga
kelembaban lahan dan sumber bahan organik.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
68
Gambar 42. Kronologis Perubahan Kondisi Lahan Pantai Petanahan dengan Cemara Laut dari Tahun 2005 sampai 2013.
Perkembangan kondisi pertumbuhan cemara laut secara visual
dapat dilihat pada Gambar 42 diatas, yaitu sejak tahun 2005 dimana lahan
pantai masih gersang dan terbuka sampai kondisi tahun 2013. Dalam
rangka memantau pertumbuhan tanaman cemara laut yang masih muda
dilakukan pengukuran diameter setinggi dada dan tinggi tanaman (
Gambar 43). Persen tumbuh mengalami penurunan yaitu dari
74,3% menjadi 65,3% dan tinggi mengalami penambahan dari 10,5 cm (Mei
2013) menjadi 11,8 cm (November 2013).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
69
Gambar 43. Pertumbuhan Tanaman Cemara Laut dan Persen Tumbuh
Tahun 2013
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
70
B. Matinya Cemara Laut Di Pantai
a. Kurang partisipasinya masyarakat setempat
1. Kurangnya masyarakat setempat dari semua elemen baik petani
maupun bukan petani dari anak-anak sampai dewasa untuk ikut
merawat dan menjaga, jika tidak maka gangguan iklim, tanah, dan
manusia akan menyebabkan kerusakan tanaman Cemara laut.
2. Partisipasi masyarakat dalam bentuk Kelompok Tani atau
Kelompok Pecinta lingkungan lainnya perlu dibangun agar tingkat
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat.
3. Merubah persepsi masyarakat dan untuk meyakinkan masyarakat
terlebih dahulu bahwa pasir yang merupakan tanah marginal jika
dikelola dengan baik dengan mempertimbangkan faktor
penghambat/gangguan maka segala jenis tanaman dapat
ditanam dengan hasil 3 kali lipat dari produksi pada tanah mineral
biasa.
b. Kurangnya perawatan cemara laut
1. Kurangnya perawatan tanaman karena penanaman dilakukan
secara borongan oleh pihak ke-3 atau CV bekerjasama dengan
masyarakat setempat dengan kondisi sesaat pada saat proyek
masih berlangsung saja, setelah itu dibiarkan saja.
2. Perlu pemberian ameliorat atau tanah mineral dari tempat lain
untuk mengikat unsur hara, dan perlu penambahan pupuk
kandang yang sudah matang dengan tingkat C/N <
1/3.(mineralisasi)
3. Pemberian humus dari daun tanaman yang ada disekitar lokasi
untuk mempertahankan kelembaban tanah, karena panas bumi
akan mengangkat kelembaban air keatas permukaan.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
71
c. Kondisi iklim yang ekstrim di pantai
1. Kondisi pantai yang sangat ekstrim karena adanya uap garam-
garaman dari laut, angin kencang (evaporasi tinggi) dan tanaman
muda mudah rebah, suhu udara yang ekstrim panas >38 oC
menyebabkan tanaman terbakar dan unsur hara yang rendah.
2. Semua permasalahan pantai harus diatasi dengan baik, jika tidak
maka peluang tanaman untuk hidup sangat kecil sekali.
d. Tidak memperhatikan bulan penanaman
1. Bulan penanaman yang paling tepat yaitu pada bulan September
dan bulan Januari, sebab pada saat itu kelembaban udara paling
tinggi (lembab) dan suhu udara paling rendah berkisar 24 oC.
2. Pada bulan September dan Januari memang curah hujan
termasuk rendah, hal ini dilakukan agar pada saat awal bibit yang
stress mudah beradaptasi dengan lingkungan pantai yang
ekstrim, tetapi setelah itu akan diguyur hujan selama lebih dari 3
bulan.
e. Bibit cemara laut yang belum sesuai standard
1. Bibit cemara laut yang layak untuk ditanam minimal batang
berukuran 0,5 cm dengan tinggi tanaman minimal 60 cm dan
umur bibit 6 bulan sampai satu tahun.
2. Cara membawa bibit harus hati-hati baik pada saat pengangkutan
dengan truk, memindahkan dengan gerobak atau pada saat
membawa dengan tangan harus disangga dari bawah agar bibit
tidak patah akarnya.
3. Pada saat penenaman polybag dibuka bawahnya saja, agar tanah
tidak mudah lepas sebelum bibit tersebut tumbuh dengan baik.
4. Lubang tanam diberi mikoriza yaitu tanah pasir yang berada
disekitar tanaman pantai yang sudah ada, misalnya tanah
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
72
dibawah perakaran pandan berudiri atau dibawah tanaman
gamal.
f. Cara penanaman yang tidak tepat
1. Seharusnya penanaman cemara laut dengan lubang tanam yang
cukup 30cm x 30cm dengan kedalaman 50 cm dan dengan
menggunakan ajir agar tanaman muda tidak mudah patah akibat
terpaan angin laut.
2. Teknologi press block dengan media pupuk kandang cukup baik
untuk pelepasan unsur hara secara pelan-pelan dan bertahap
mengingat sifat pasir yang porous cepat melarutkan air dan unsur
hara, namun jika pupuk kandangnya belum matang akan menjadi
sumber penyakit atau jamur dan terjadi pembusukan perakaran
3. Sanitasi tanah harus dijaga yaitu jangan sampai tanah
mengandung penyakit dan jamur yang menyebabkan busuk akar,
seperti terjadi pada pupuk kandang yang dibuat press block yang
belum mengalami proses dekomposisi yang sempurna. Pupuk
kandang yang belum matang sebagai media yang baik untuk
pertumbuhan jamur yang akan merusak akar tanaman (Gambar
44 - 46).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
73
Gambar 44. Akar cemara laut yang busuk akibat serangan jamur dari
bahan pupuk kandang yang belum matang
Gambar 45. Penyerangan akar oleh jamur atau penyakit busuk akar akan
menyebabkan perakaran putus dan tanaman mati permanen.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
74
Gambar 46. Bibit cemara laut muda yang mati pada saat penanaman
bisa diakibatkan oleh iklim, tanah, pupuk, penanganan bibit, dll
D. Sosial Ekonomi
Adanya kegiatan rehabilitasi lahan telah membangkitkan kembali
kelompok tani yang hampir mati. Pada awalnya tingkat kehadiran
kelompok tani cukup tinggi, namun setelah ada persoalan intern
kelompok tani dan waktu jeda yang berkaitan dengan keproyekan maka
tingkat kehadiran rendah, hanya sekitar 30—40% dari jumlah anggota
kelompok tani. Pada tahun kedua, kondisi tidak berubah. Sosialisasi
dan pengalaman petani yang telah melakukan usaha tani di pantai pasir
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
75
pada tahun pertama didengar pula oleh kelompok tani lain. Apalagi
terdapat bantuan teknis dan non teknis yang diberikan oleh BP2TPDAS
IBB (Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai – Indonesia Bagian Barat). Hal tersebut mendorong
Kelompok Tani Ternak Bhakti Usaha untuk bergabung dengan Kelompok
Tani Pasir Makmur. Setelah pengabungan tersebut, tingkat kehadiran
anggota kelompok tani meningkat menjadi 70—80% per pertemuan.
Selain itu, dinamika dan aktivitas kelompok makin meningkat. Kelompok
tani ternak Bhakti Usaha memberi kekuatan baru bagi kegiatan
rehabilitasi lahan pantai. Apalagi dengan mengintegrasikan tanaman
tanggul angin, tanaman semusim, agrowisata, wisata pantai, dan
ketersediaan ternak untuk konservasi lahan dan pendapatan maka akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adanya ternak
selain akan meningkatkan pendapatan kelompok tani juga menyediakan
kotoran bahan baku pupuk yang bermanfaat untuk program rehabilitasi
lahan pantai.
Selain itu, perkembangan selanjutnya menunjukkan arah
partisipasi yang lebih baik. Apabila pada tahun sebelumnya pengerjaan
rehabilitasi lahan pantai dilakukan dengan sistem upahan, tetapi setelah
pengabungan antara Pasir Makmur dan Bakti Usaha dipergunakan
system insentif. Pada tahun sebelumnya, sumbangan biaya sangat kecil
diberikan anggota kelompok Anggota kelompok tani diupah untuk
setiap pekerjaan yang dilakukan. Saat ini banyak pekerjaan yang tidak
diupah lagi tetapi menjadi tanggung jawab kelompok tani. Kelompok
tani bersedia menanam cemara laut dan tanaman semusim tanpa di
upah. Kelompok tani melihat rehabilitasi lahan tersebut akan memberi
manfaat ekonomi bagi mereka. Kemudian dikembangkanlah sistem
dana bergulir untuk pengembangan dan rehabilitasi lahan pantai
berpasir.
Setiap pagi dan sore hari petani menderes manggar kelapa, rata-
rata per orang 10-15 kelapa. Satu kelapa 2 sampai 3 manggar dan setiap
manggar dideres selama 1 bulan. Deresan pagi diambil sore hari (12 jam)
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
76
dan deresan sore diambil pagi hari (12 jam). Deresan pagi dan sore
dimasak pada siang hari selama 1 jam dan dicetak sampai keras selama
setengah jam dengan setengah batok kelapa. Perolehan hasil deresan
rata-rata 5 kg/hari dengan harga lokal Rp 3.500,-/kg dan harga di pasar
Rp.5.000,-/kg, sehingga setiap bulan pemasukkan dari menderes = 30
hari x 5 kg x Rp.3.500,- = Rp. 525.000,-. Kualitas kelapa deres lebih baik
pada musim kemarau dari pada musim penghujan, namun kuantitas
menurun pada musim kemarau yaitu hanya 2-3 kg/hari sedangkan musim
penghujan 3-5 kg/hari. Kelapa yang di deres ada yang milik sendiri, milik
oranglain dengan sistem maro, dan milik otoritas wisata pantai dengan
cara minta ijin dengan Kepala Wisata, dengan biaya sewa per pohon Rp
1500,-. Sehingga untuk 20 pohon harus bayar pemilik pohon kelapa
sebanyak 20 pohon x Rp 1.500,- = Rp. 30.000,-.
Kelapa legen deresan ada yang berwarna hitam coklat yang berasal
dari asli kelapa saja, putih untuk campuran gula pasir, dan basah untuk
kecap. Kegiatan rutin muslim setiap malam jum’at ada yasinan dari
rumah ke rumah secara bergiliran. Setiap yasinan yang hadir 20-30 orang
mulai jam 20.30 sampai 23.00 WIB, dipimpin oleh Kyai Barnawi.
Sementara itu khusus malam jum’at kliwon banyak pengunjung yang
datang dari luar kota yang datang ke tempat wisata (Punden/Makam)
dengan membayar secara sukarela, kepada Pak Manten Abdur Rachman
sebagai juru kunci.
D. Tingkat Dampak Pengelolaan Lahan Pantai
Dampak positif dengan adanya cemara laut di pantai maka iklim
mikro menjadi sejuk dan nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung
wisata. Sehingga jumlah pungunjung wisata dari tahun ke tahun
semakin meningkat terutama pada hari minggu dan saat musim liburan
anak sekolah (Gambar 47).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
77
a. Parkir b. Wawancara
c. Turis Lokal d. Rekreasi Keluarga Gambar 47. Pengunjung Wisata Meningkat karena Tingkat Kenyamanan
Wisata Semakin Sejuk dan Indah
Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi
sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun
ke tahun. Sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata
Rp.155,365,000 dan tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 359.075.125,-
dengan kenaikan 56,7% (Gambar 48). Puncak kunjungan selalu pada saat
lebaran Idul Fitri, untuk tahun ini 2013 pada bulan Agustus dan
September dan juga setiap tahun baru. Pengunjung wisata sudah mulai
merata setiap bulannya, yang sebelumnya hanya pada bulan-bulan
liburan saja.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
78
Gambar 48. Pendapatan Wisata Bulanan di Pantai Petanahan, Desa
Karanggadung, Kab. Kebumen Tahun 2010 - 2013
Jumlah pengunjung wisata tidak selalu selaras dengan pendapatan
obyek wisata, karena beberapa pengunjung rombongon Bis hanya
terkena satu parkiran kendaraan saja. Bagi mereka yang naik motor
maka akan meningkatkan total pendapatan wisata, karena setiap kepala
wajib bayar tiket masuk (Gambar 49).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
79
Gambar 49. Kunjungan Wisata Pantai Petanahan, Desa Karanggadung,
Kab. Kebumen Tahun 2011-2013
Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata antara lain
dapat ditinjau dari iklim mikro, keberadaan kelembagaan dan kebijakan
yang berlaku :
Perubahan kondisi iklim mikro sekitar lokasi pengembangan
Akses jalan menuju ke lokasi dalam bentuk sarana dan prasarana
yang memadai untuk memudahkan pengunjung wisata
Institusi yang terlibat dalam pengembangan lahan pantai selama
ini dan peranannya dalam pengembangan lahan pantai.
Potensi dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan pantai
berpasir.
Rencana pengembangan lahan pantai berpasir yang ada.
Peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah daerah dalam
pengembangan lahan pantai berpasir.
Status lahan pantai berpasir yang akan dikembangkan dan
prediksi persoalan yang timbul kedepan.
Respon pemerintah daerah dalam pengembangan lahan pantai
berpasir.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
80
E. Tingkat Kemanfaatan Tanggul Angin
Dengan adanya cemara laut maka iklim mikro menjadi sejuk dan
nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Sehingga
kunjungan wisata dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama
pada hari minggu dan saat musim liburan anak sekolah.
Dengan semakin rimbunnya cemara laut dan membuat suasana jadi
sejuk dan nyaman maka pengunjung wisata terus meningkat dari tahun
ke tahun, sebagai contoh untuk tahun 2010 pemasukan wisata
Rp.155,365,000 dan tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 254,413,500
dengan kenaikan 63,7% (Gambar 50). Puncak kunjungan selalu pada saat
lebaran, untuk tahun ini pada bulan September 2011 dan juga tahun baru
2011. Pengunjung wisata sudah mulai merata setiap bulannya, yang
sebelumnya hanya pada bulan-bulan liburan saja.
Gambar 50. Puncak kunjungan wisata saat Lebaran di bulan September
2011 dengan pendapatan mencapai Rp 23.594.000,-
4054
1,511
11590
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES
Bulan Pengamatan Tahun 2011
Pen
gu
nju
ng
(Jiw
a)
&
Park
ir(R
p.1
000,-
)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Pem
asu
kan
Wis
ata
(R
p.1
000,-
)Pengunjung
Parkir
Pemasukan
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
81
F. Tingkat Adopsi Masyarakat
Tanaman semusim (hortikultura) yang pernah diperkenalkan oleh
BP2TPDAS telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir
(Gambar 51).
Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak
produktif setelah ada tanaman tanggul angina cemara laut dan
dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya dapat meningkat 3 kali
lipat dari tanah mineral biasa. Kondisi tersebut mengingat tanah pasir
bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam
tanah semakin membaik. Kondisi tanah pasir yang ekstrim panas maka
tidak ada gangguan hama penyakit atau gulma tanaman, dan mudah
dalam pengolahan lahan karena tanahnya ringan.
a.Kecil menanam b.Belajar di alam
c.Studi banding ke Bantul d.Cara menanam cemara
Gambar 51. Sosialisasi Penyelamatan Pantai dengan Menanam Cemara
Laut Pada Masyarakat dan Anak-anak Sekolah
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
82
Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten,
Kecamatan sampai ke tingkat Desa dalam bentuk silaturahmi dengan
masyarakat dan para tokoh secara perorangan maupun kelompok harus
sering dilakukan. Silaturahmi ini dimaksudkan untuk meningkatkan
dalam rangka membangun hubungan kedekatan dengan masyarakat.
Frekuensi tinggal dan menginap di lokasi bagi para peneliti, teknisi dan
penyuluh yang cukup lama juga diperlukan untuk merekrut orang di
lokasi setempat yang berpendidikan minimal SLTP sebagai pengamat
lapangan. Pendekatan pada masyarakat dapat melalui : a.pelatihan di
kelas, b.pendampingan orang dewasa, c.pelatihan tempat terbuka,
d.pendampingan anak sekolah (Gambar 52).
a. Pelatihan di kelas b.Pendampingan orang dewasa
c.Pelatihan tempat terbuka d.Pendampingan anak sekolah
Gambar 52. Pendekatan dengan Cara Pendampingan Kelompok Tani dan
Anak-anak Sekolah di Ruang Kelas Maupun di Ruang Terbuka
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
83
Dampak dari penanaman cemara laut pada lahan pantai berpasir
secara visual dapat dilihat terjadinya perubahan secara drastis yaitu dari
yang dulunya Gersang tahun 2005 dan berubah menjadi rindang pada
saat ini (2013). Begitu juga jalan ke pantai lebih tertata rapi dengan
adanya tanaman pandan berduri di kanan-kiri jalan menuju ke pantai
(Gambar 53). Lokasi pantai berpasir di Karanggadung, Petanahan,
Kebumen sempat mendapatkan kunjungan dari Mentri Kehutanan
beserta para Dirjen dan Eselon I lainnya untuk meresmikan WANAGAMA
III pada tahun 2011 (Gambar 54).
SEBELUM ADA CEMARA LAUT (TAHUN 2005)
a.Lahan Pantai Tahun 2005 b.Jalan Pantai Tahun 2005
SESUDAH ADA TANAMAN CEMARA LAUT (2015)
c.Lahan Pantai Tahun 2015 d.Jalan Pantai Tahun 2015 Gambar 53. Kondisi Gersang Pantai Petanahan dan Rindang Setelah
Penghijauan dengan Cemara Laut
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
84
a. Kunjungan Mentri Kehutanan Dr. Zulkufli Hasan, SE.MM
b. Kunjungan Kepala Balitbang Kehutanan Dr. Tahrir Fathoni
Gambar 54. Peresmian Cemara Laut Wanagama III oleh Menteri
Kehutanan di Pantai Petanahan, Kebumen 18-12-2011
Dampak demplot tanaman semusim yang pernah diperkenalkan
BPTKPDAS yang dulu masih bernama BPK Solo dalam bentuk tanaman
semusim telah merubah persepsi masyarakat terhadap lahan pasir
(Gambar 55).
Lahan pasir yang dulu dianggap lahan bermasalah atau tidak
produktif tetapi setelah ada tanaman tanggul cemara laut dan
dibuktikan dalam bentuk demplot maka hasilnya meningkat 3 kali lipat
dari pada tanahmineral biasa. Hal tersebut mengingat tanah pasir
bersifat porous sehingga proses aerasi (pertukaran udara dan air) dalam
tanah menjadi baik, tanah pasir yang selalu panas akan jauh dari
gangguan hama penyakit dan gulma.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
85
Aparat meninjau Lokasi Tanaman Hortikultura di Belakang Cemara
Studi banding di kandang ternak sapi milik Kelompok Tani di Samas
Penjelasan Kepala Desa kepada Bapak dan Ibu Guru SD
Silaturahmi ke rumah-rumah warga
Gambar 55. Sosilaisasi penyelamatan dini pantai dengan cemara laut
perlu disampaikan pada semua dari warga biasa, aparat, anak-anak sekolah untuk membangkitkan partisipasinya
Pendekatan pada masyarakat setempat dari tingkat Kabupaten,
Kecamatan sampai ke Desa dalam bentuk Silaturahmi dengan
Masyarakat dan Para Tokoh baik secara perorangan maupun kelompok
harus sering dilakukan (Gambar 56). Dalam rangka meningkatkan
hubungan kedekatan dengan masyarakat maka diperlukan frekuensi
tinggal dan menginap di lokasi cukup lama, dan juga diperlukan untuk
merekrurt orang di lokasi yang berpendidikan minimal SLTP.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
86
Kerjasama dengan anggota Kelompok
Pertemuan Kelompok di Balai Desa
Komunikasi dengan para Guru SD dan para Tokoh
Gambar 56. Pendekatan secara perorangan atau berkolompok harus
sering dilakukan baik secara formal (aparat kabupaten sampai desa) maupun informal dengan para tokoh atau warga biasa
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
87
VI. MANFAAT PLOT PENELITIAN
A. Pemeliharaan Plot Penelitian
a. Manfaat Plot penelitian sebagai show window dari BPTKPDAS,
yang mengawali melakukan kegiatan penanaman Cemara laut
sejak tahun 2005 pada lahan bermasalah pantai berpasir. Dampak
dari kegiatan litbanghut Surakarta ini telah diikuti oleh Dinas
Kehutanan di Kebumen bekerja sama dengan UGM.
b. Pemanfaatan plot penelitian yang diupayakan dari BPKTPDAS
yang dulu masih bernama BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Solo
untuk lokasi bekas penelitian, dipantau seberapa besar
masyarakat bisa tetap menjaga Cemara Laut, agar tidak diganggu
oleh pengunjung dan penyediaan kayu bakar bagi masyarakat.
c. Pemanfaatan plot bekas penelitian semacam ini dapat dipakai
sebagai laboratorium lapangan, untuk proses pembelajaran anak-
anak sekolah maupun masyarakat Kelompok Tani daerah pesisir
dari tempat lain sebagai ajang studi banding.
d. Beberapa Dinas yang mengembangkan Cemara laut sepanjang
pantai selatan saat mau mengembangkan sering datang ke
kantor BPTKPDAS (dulu BPK Solo) untuk konsultasi menanyakan
tentang tata cara dan musim yang tepat untuk penanaman
Cemara laut di sepanjang pantai selatan, antara lain dari Dinas
Kehutanan Cilacap dan Dinas Kehutanan Kebumen.
e. Pemanfaatan plot bekas penelitian oleh kantor Obyek Wisata
Pantai Petanahan menjadikan kondisi iklim yang sejuk dan
nyaman dengan adanya Cemara laut. Sejak tahun 2005 sampai
sekarang jumlah pengunjung selalu meningkat dan berdampak
pada pendapatan daerah dari sektor wisata di Desa
Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen selalu meningkat.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
88
f. Masyarakat merasa senang dengan adanya Cemara laut karena
produktivitas lahan di pantai berpasir semakin meningkat, yang
sebelumnya merupakan lahan marginal/gersang dan iklim yang
ekstrim panas dan adanya uap garam-garaman dari laut yang
menyebabkan tanaman sering terbakar dan menjadi kering.
g. Garis pantai menjorok ke laut sehingga luas daratan meningkat,
yang ditandai dari tanaman pandan berduri yang dulunya agak
kedalam daratan, dan sekarang menanam cemara laut 100 m
kearah lautan dari tanaman Pandan berduri dan 100 m dari bibir
pantai atau garis pantai tertinggi.
h. Menanggulangi bahaya tsunami, yaitu dengan tanaman
penghalang atau tanggul angin cemara laut maka jika ada tsunami
atau air pasang dari lautan yang sangat tinggi maka tidak
langsung menghantam ke daerah pesisir.
i. Dengan adanya tanaman cemara laut proses abrasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya garis pantai karena ombak laut
selatan yang sangat besar akan dapat dicegah.
j. Dengan adanya cemara laut yang berdampak pada kondisi
lingkungan yang sejuk akan terjadi peningkatan pengunjung dan
perputakaran ekonomi. Perekonomian meningkat dengan adanya
sewa tikar, warung, parkir, musholla, sewa rumah dan MCK
(Mandi, Cuci, Kakus), sehingga kesejahteraan masyarakat
meningkat.
k. Semua aparat dari Pemda Kabupaten, Kecamatan sampai ke Desa
dan Kantor Obyek Wisata sangat mendukung dan menilai positif
dari adanya kegiatan pengembangan Cemara laut di pantai
Karanggadung, Kec Petanahan.
l. Masyarakat yang dilibatkan merasa bersyukur dan senang karena
ada proses pembelajaran dan pengenalan dari lahan pantai yang
tidak produktif/bermasalah/marginal menjadi lahan produktif.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
89
m. Anak-anak sekolah dasar merasa senang karena bermanfaat
dapat belajar di alam atau berfungsi sebagai laboratorium
lapangan. Dengan belajar langsung di lapangan maka pengenalan
tanaman dari cara menanam sampai pada proses pertumbuhan
dapat diamati secara langsung. Hal tersebut juga ditunjang oleh
antusias dari murid-murid SD (Sekolah Dasar) yang didukung oleh
semangat para guru dan kepala sekolah yang sangat tinggi.
B. Kondisi Sebelum dan Sesudah Penanaman
Kondisi manfaat adanya penanaman cemara laut di pantai
Karanggadung, Petanahan telah memberi manfaat yang besar bagi
masyarakat sebagai perbandingan kondisi lahan pada saat sebelum ada
cemara laut dan sesudah ada cemara laut seperti pada Tabel 1.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
90
Tabel 1. Kondisi sebelum dan sesudah ada cemara laut di pantai
SEBELUM SESUDAH
a. Aparat dan instansi terkait dari
Pemda Kabupaten, Kecamatan
sampai Desa tidak perduli dengan
keberadaan pantai yang gersang,
termasuk juga dari Polsek tidak
peduli dengan keamanan di laut
bagi para pengunjung wisata.
b. Masyarakat kurang tertarik dengan
lahan pantai yang gersang,
sehingga waktu diminta untuk
mengelola lahan tidak ada yang
mau walaupun diberi lahan secara
gratis
c. Pengunjung wisata kurang merasa
nyaman dengan ulah sebagian dari
masyarakat setempat yang sering
mabuk dan suka memalak
(meminta uang dengan paksa),
sehingga mempengaruhi jumlah
pengunjung yang semakin
menurun.
d. Semula nama Kelompok Tani (KT)
hanya sekedar nama, agar bisa
mendapatkan bantuan saprotan
dari pemerintah. Beberapa
bantuan yang diterima hanya
ditelantarkan atau kadang ada juga
yang segera dijual agar
mendapatkan uang secara cepat.
e. Semula kunjungan wisata
hanya difokuskan untuk nyepi di
Pandan Kuning sebagai
a. Aparat dan instansi terkait dari
Pemda lewat Dinas Kehutanan
Kebumen bekerja sama dengan
BPDAS SOP dan UGM mengem-
bangkan Cemara laut, dan Polsek
menempatkan aparatnya untuk pe-
ngamanan pantai dan pesisir pantai
b. Masyarakat mulai berebut lahan
untuk mengkapling lahan pantai
walau diminta untuk sewa tahunan
oleh kantor wisata sekalipun,
dengan sistem magersari bagi
pengelola lahan.
c. Kebiasaan buruk masyarakat pesisir
berangsur-angsur mulai berkurang,
dan sebagian besar sudah mau
bercocok tanam. Dengan semakin
banyaknya masyarakat yang mena-
nam, sehingga tidak ada lagi yang
suka memalak atau mengganggu
hasil pertanian pada saat panen.
d. Kelompok Tani sudah mantap
karena ada pendampingan dengan
pertemuan setiap awal bulan
malam kamis sehingga bantuan
terus mengalir seperti sapi kepada
KTT.Bhakti Usaha dan KT.Rukun
Makmur dengan bantuan bibit dan
pupuk.
e. Obyek Wisata menjadi bersih,
nyaman, sejuk dan pengunjung
semakin banyak berdatangan,
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
91
ngalap berkah untuk meminta
kekayaan secara cepat. Kunjungan
ngalap berkah ini membuat kondisi
wisata semakin gelap dan suasana
magis.
f. Masyarakat tidak berminat
melakukan pengelolaan lahan
Pantai Berpasir, karena mereka
menganggap lahan pantai tidak
produktif sama sekali. Jika diolah
pun akan membutuhkan input yang
sangat besar dan hasilnya tidak
seberapa, karena kondisi iklim yang
ekstrim, unsur hara yang rendah,
tanah yang miskin, dan adanya uap
garam-garaman
g. Penduduk semula mendirikan
rumah jauh dari pantai yang
berjarak > 2 km, Karena takut
kalau ada bencana tsunami,
angin putting beliung dan
pengaruh uap garam-garaman
yang menyebabkan segala
perkakas dari besi mudah rusak
atau karatan.
h. Para pengunjung atau pedagang
musiman dari luar kota jika mau
menginap menggunakan rumah-
rumah penduduk yang boleh
disewa selama liburan seperti hari
raya (Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal
serta Tahun Baru).
sehingga dengan perlahan-lahan
kegiatan yang mengarah negatif
semakin berkurang atau hampir
menghilang, dan jadi lebih segar
menyenangkan dan barokah.
f. Pengelolaan Lahan Pantai semakin
bergairah dan bersaing dengan
para pendatang dari luar yang
berani menyewa lahan dengan
harga tinggi. Pada musim liburan
rumah-rumah penduduk laku
disewakan untuk menginap para
pengunjung atau para pedagang
musiman dari luar kota yang
berjualan atau membuka warung
makanan.
g. Sejak tahun 2010 penduduk mulai
banyak yang mendirikan rumah
dekat dengan pantai yang berjarak
kurang dari 1 km. Sebagian pendu-
duk mulai berani membangun
rumah permanen dari tembok,
sehingga akan meningkat-kan
harga tanah dan rumah di sekitar
pantai (pesisir).
h. Dalam waktu dekat pedagang
musiman luar kota akan dapat
menginap di Losmen atau Home
Stay yang mulai akan didirikan
seperti yang sudah banyak
dibangun penginapan bagi
pengunjung di pantai Glagah.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
92
VII. PENUTUP
Dampak adanya cemara laut di pantai berpasir Petanahan antara
lain iklim semakin sejuk yaitu suhu udara dari 23 oC sampai 28 oC, dan
kelembaban semakin meningkat yaitu tertinggi sampai 76%, sehingga
lingkungan wisata akan semakin nyaman dan sejuk. Dengan
meningkatnya kenyamanan wisata berdampak pada peningkatan
pengunjung dan pendapatan wisata sampai meningkat 56,37% dari tahun
2010 sampai 2013. Disamping itu yang dulu kunjungan wisata
terkonsentrasi 75% pada hari besar saja yaitu Idul Fitri, Idul Adha, Natal
dan Tahun Baru, maka sekarang sudah mulai relatif tersebar merata
pada bulan-bulan lainnya.
Dengan adanya tanggul angin cemara laut dengan melibatkan
masyarakat dan anggota Kelompok Tani Pasir Makmur maka cemara laut
dapat terjaga dengan baik. Masyarakat sekitar pesisir pantai ikut
menjaga dan mengawasi, serta mengamankan karena merasa memiliki
Cemara laut. Manfaat yang dapat dipetik dengan adanya cemara laut
maka lahan dibelakang dapat dibudidayakan untuk tanaman semusim
atau tanaman hortikultura dan hasilnya jauh lebih baik dari tanah mineral
biasa karena sedikit hama dan aerasi yang lebih baik. Dengan adanya
cemara laut maka iklim mikro semakin baik yaitu angin berkurang, uap
garam-garaman terhalang, suhu rendah, tempat rindang sehingga
nyaman untuk berteduh bagi para pengunjung wisata. Peningkatan
kenyaman dan keindahan lingkungan berdampak pada peningkatan
pengunjung wisata. Peningkatan pengunjung wisata dan ditambah
dengan produktivitas lahan yang membaik tentunya akan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani Desa Karanggadung.
Dengan semakin rapatnya wind break dari cemara laut berdampak
pada tanaman di belakangnya tidak terganggu oleh adanya erosi angin,
uap garam-garaman, dan uap air yang tinggi, sebaliknya lahan berubah
menjadi lebih subur karena kelembaban meningkat dan suhu menurun
serta pengaruh humus dan pupuk kandang. Hasil yang diperoleh dari
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
93
petani hortikultura jauh lebih menguntungkan pada lahan berpasir
dibandingkan tanah mineral biasa, karena pengaruh porositas tanah
yang tinggi akan meningkatkan aerasi dan pengolahan tanah yang
mudah karena tesktur tanah yang ringan (sand).
Kegiatan Pemeliharaan Plot-plot penelitian sangat penting sebagai
show windows dan sekaligus sebagai laboratorium lapangan, hal
tersebut karena penelitian yang berkaitan dengan tanaman keras
dibutuhkan waktu yang lama (>20 tahun). Disamping dapat dipakai
sebagai ruang unjuk prestasi untuk menunjukkan hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan Balitbanghut dan dilaksanakan oleh BPTKPDAS Solo
kepada instansi lain. Plot penelitian tersebut dapat dipakai sebagai
laboratorium lapangan bagi para Pelajar atau Mahasiswa dan sebagai
tempat studi banding bagi para petani yang ada di daerah pesisir. Bagi
masyarakat sekitar pesisir yang semula kurang yakin bahwa lahan
marginal seperti pantai berpasir dapat dibudidayakan untuk tanaman
hortikultura, ternyata setelah ada tanaman tanggul angin cemara laut
hasilnya bisa lebih baik dibandingkan tanah mineral biasa.
Sebaiknya untuk plot-plot penelitian dapat diperluas pada daerah
lain yang tersebar terutama pada lahan-lahan yang sebelumnya
bermasalah, misalnya tanah masam gambut (Histosols), tanah tandus
dan berbatu (Entisols), tanah bekas letusan gunung berapi (Andisols),
tanah bekas tambang (kapur, feldspar, emas, batu bara), dll.
Pada pantai berlumpur biasa dikembangkan tanaman Mangrove
maka untuk pantai berpasir disarankan untuk dikembangkan tanaman
Cemara laut. Untuk sosialisasi teknik penanaman cemara laut di pantai
berpasir maka perlu dibuat Buku Pedoman Teknis Penanaman Cemara
Laut di Pantai Berpasir yang berjudul “CEMARA LAUT-MERUBAH LAHAN
MARGINAL MENJADI POTENSIAL”.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
94
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E. & S. Purwanti. 2002. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil
Beberapa Varietas Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai. Agrivet.
6(2):107-118.
Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah
dan Upaya Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu
Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Balai Penelitian Tanah (BPT).2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air
dan Pupuk. Edisi 1. BalaiPenelitian Tanah,
BadanLitbangPertanian, DepartemenPertanian.
Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan
Kualitas Lingkungan. APHI. Jakarta.
Gong, W., X.Yan, J.Wang, T.Hu dan Y. Gong. 2009. Long-term manure
and fertilizer effects on soil organic matter fractions and
microbes under a wheat–maize cropping system in northern
china. Geoderma 149: 318 -324.
Harjadi B, Cahyono S.A., Octavia D., Gunawan, Priyanto A., dan Siswo,
2007. Laporan Hasil Proyek (LHP) ”Model Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah Pantai Berpasir”. DepHut, Balitbanghut, BPK
Solo.
Harjadi, B., dan Octavia, D., 2008. Penerapan teknik konservasi tanah di
pantai berpasir untuk agrowisata, Info Hutan Vol. V, No. 2, Tahun
2208. Dephut., Balitbanghut, Puslitbang Hutan dan Konservasi
Alam (P3HKA). Bogor.
Harsono, 1995. Hand Out Erosi dan Sedimentasi. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
95
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Sriwijaya.
Palembang.
Nugroho, A.W dan Sumardi. 2010. Ameliorasi Tapak untuk Pemapanan
Cemara laut (Casuarina Equisetifolia Linn.) pada Gumuk Pasir
Pantai. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Vol. VII
No.4: 381-397, 2010
Nurahmah, Y, Mile, M.Yamin, Suhaendah, E. 2007. Tekhnis Perbanyakan
Tanaman Laut (Casuarina equisetifolia) pada Media Pasir. Info
Tekhnis Vol 5 no. 1. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan
Sudihardjo, AM. 2000. Teknologi Perbaikan Sifat Tanah Subordo
Psaments dalam Upaya Rekayasa Budidaya Tanaman Sayuran di
Lahan Beting Pasir. Prosiding Seminar Teknologi Pertanian
untuk Mendukung Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi
Wilayah dan Ketahanan Pangan. Yogyakarta.
Suhardjo M, Supriyadi & Sudihardjo. 2000. Efektifitas Pupuk Alternatif
Organik, Pupuk Mikroba Cair dan Pembenah Tanah Terhadap
Tanaman Bawang Merah di Wilayah Pesisir Pantai Selatan DIY.
Prosiding Seminar Teknologi Pertanian untuk Mendukung
Agribisnis dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan
Ketahanan Pangan. Yogyakarta.
Sukresno, 1998. Laporan “Kajian Konservasi Tanah dan Air pada
Kawasan Pantai Berpasir dan Berlumpur di Jawa Tengah dan
DIY. Dephut, Balitbanghut, BTPDAS. Solo.
Sukresno, Mashudi, A.B. Supangat, Sunaryo & D. Subaktini. 2000.
Pengembangan Potensi Lahan Pantai Berpasir dengan Budidaya
Tanaman Semusim di Pantai Selatan Yogyakarta. Prosiding
Seminar Nasional. Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-
Pulau Kecil dalam Konteks Negara Kepulauan. Fak. Geografi
UGM. Yogyakarta.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
96
Sulastri, F. 2012. Pengaruh Proporsi Penambahan Kompos Biopa dan Mulsa
Jerami terhadap Serapan Hara Na, Mg serta Kandungan Klorofil
Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) yang Ditanam di
Kawasan Pantai Pandansari Bantul. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Utami, N.H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah
Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan.
Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
Bogor. Skripsi.Tidak Diterbitkan.
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
97
BIODATA PENULIS
Ir. Beny Harjadi, MSc., lahir di Surakarta, 17 Maret
1961, Pendidikan S1 dari Jurusan Ilmu-Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, IPB (Institut Pertanian
Bogor). Pendidikan terakhir S2 di ENGREF (École
Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst),
Jurusan Penginderaan Jauh Satelit,
Fak.Kehutanan, Montpellier, Perancis (1996),
Jabatan terakhir Peneliti Utama IVd, Bidang
08.01.04. Ilmu Lingkungan dan Pencemaran
Sumberdaya Lahan (Environment and Land Resources Pollution). Karier
peneliti sebagai pendamping expert New Zealand sebagai counterpart
survey ISDL, Penelitian terkait daerah tangkapan waduk wonogiri
meliputi DAS wiroko, DAS Temon, DAS Alang Unggahan dan DAS
Wuryantoro. Alamat kantor Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS).Jl. Ahmad
Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. (57102) Jawa Tengah, Telp/Fax :
0271–716709, 715969. E-mail: [email protected]. Alamat rumah :
Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII, Kel.Joho,
Sukoharjo, (57513) Jawa Tengah. Telp : 0271- 591268. HP :
081.22686657. E-mail : [email protected].
Agung Wahyu Nugroho, S.Hut, M.Sc Lahir di
Klaten, 17 Januari 1978. Pendidikan S1 jurusan
budidaya hutan (silvikultur) ditempuh di
FakultasKehutanan, UGM, Yogyakarta,
Indonesia (1996-2002); master of science dalam
bidang silvikultur di Fakultas Kehutanan, UGM,
Yogyakarta, Indonesia (2007-2009). Jabatan
saat ini peneliti madya bidang Silvikultur pada
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
98
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPPTPDAS). Beberapa penelitian
yang pernah dilakukan antara lain: silvikultur jenis ulin
(Eusideroxylonzwageri) (2004-2007), rehabilitasi pantai Kebumen
(2007-2009), silvikultur jenis rotan jernang (Daemonoropsdraco) (2009-
2012), rehabilitasi lahan rawa gambut, peningkatan produktivitas
pohon penghasil gaharu, dan pengaturan optimalisasi lahan pola
agroforestri tanaman kehutanan dengan sawit, site manager penelitian
pembangunan kebun konservasi genetic ulin (Eusideroxylonzwageri)
kerjasama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilitasi Hutan (FORDA) dengan International Tropical Timber
Organization (ITTO Project PD 539/09 Rev. 1/F). Pernahsebagaiinvited
speaker dalam international seminar forests and medicinal plants for
better human welfare (2013). , pembangunan kebun konservasi jenis
plarar gunung (Dipterocarpusretusus) dan kalimasada
(Cordiasubcordata), model pengembangan rehabilitasi pantai, dan
rehabilitasi Telaga Warna dan Pengilon, Dieng. Beberapa publikasi
terbitan prosiding nasional, prosiding internasional, dan jurnal
terakreditasi mengenai silvikultur jenis ulin, pembangunan plot
konservasi jenis ulin, silvikultur jenis rotan jernang, dan teknik
rehabilitasi pantai telah dihasilkan.
Arina Miardini,S.Hut, M.Sc. Lahir di Grobogan 5
September 1983, merupakan sarjana kehutanan
dari Fakultas Kehutanan Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Institut Pertanian Bogor,
Master of Science pada Fakultas Geografi Program
Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan
DAS Universitas Gajah Mada. Jabatan saat ini
adalah Peneliti Muda bidang Ilmu tanah
Agroklimatologi dan Hidrologi pada Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(BPPTPDAS). Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain:
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
99
Neraca air, Optimalisasi luas hutan terhadap tata air, Mitigasi banjir dan
tanah longsor, Analisis erosi dan sedimentasi, Model rehabilitasi lahan
pantai berpasir, kerentanan hutan terhadap perubahan iklim dan cuaca
ekstrim, dan kajian degradasi lahan sebagai dasar pengelolaan banjir.
Publikasi yang dihasilkan berupa majalah, prosiding nasional, jurnal
terakreditasi mengenai pengelolaan lahan dan aplikasi penginderaan
jauh dan system informasi geografis.
Susi Abdiyani, S.Hut, M.Env. Mgmt., lahir di
Brebes 6 November 1979, merupakan sarjana
Kehutanan dari UGM dan S2 pada program
Environmental Management di Massey
University, New Zealand. Jabatan saat ini adalah
Peneliti Muda bidang Konservasi Sumber Daya
Hutan pada Balai Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(BPPTPDAS). Beberapa kegiatan penelitian yang pernah diikuti antara
lain: Pengelolaan Kolaboratif Hutan Nusakambangan Menuju Hutan yang
Lestari dan Masyarakat Sejahtera sebagai pendamping masyarakat,
Investigasi Illegal Logging untuk mengekspose kerusakan hutan
Nusakambangan dan peran penduduk kampong laut dalam upaya
menghutankan kembali kawasan, Kajian Kriteria Dan Indikator
Penetapan Zona Taman Nasional Yang Berbobot Konservasi, Konservasi
Flora Langka Karimun, dan Kajian Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Terdegradasi dengan Jenis Lokal dengan focus pada aspek vegetasi
hutan, Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah pada Lahan
Pantai Berpasir, Rehabilitasi Telaga Warna dan Pengilon, Dieng dan tata
kelola pemulihan DTA Rawa pening. Kursus pendek yang pernah diikuti
antara lain kursus Bahasa Inggris di Kadipaten (2007) dan Bogor (2008)
dengan dana dari Kementerian Kehutanan, kursus Plant Genetic
Resources and Seeds: Policies, conservation and use di India (2009) yang
dibiayai oleh Netherlands Fellowship Programmes (NFP).
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
100
Dona Octavia, S.Hut, M.Sc. Lahir di Padang, 28
Oktober 1976. Pendidikan S1 jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB dan
Pendidikan S2 Master of Science pada Program
Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Budidaya Hutan
/bidang silvikultur di Fakultas Kehutanan, UGM.
Jabatan terakhir peneliti muda IIId pada Pusat
Litbang Hutan di Bogor. Beberapa riset terkait
silvikultur dan agroforestri dalam rehabilitasi lahan telah dilakukan,
diantaranya Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir, Rehabilitasi Lahan
terdegradasi dengan Jenis Pohon Lokal, Rehabilitasi Hutan dan Lahan
secara Partisipatif dengan Sistem Agroforestri untuk Mendukung
Ketahanan Pangan, Efektivitas Rehabilitasi di Lahan Bekas Tambang
pada Hutan Pinjam Pakai Beberapa publikasi terkait konservasi dan
atau rehabilitasi lahan juga telah diterbitkan dalam jurnal nasional
terakreditasi, jurnal internasional, prosiding nasional dan internasional.
Alamat kantor: Pusat Litbang Hutan, Jl. Gunung Batu no.5, Bogor.
Email: [email protected]
Cemara Laut Mengubah Lahan Marjinal Menjadi Potensial
101