catatan mingguan mahasiswa, refleksi dan transformasi diri (1)
DESCRIPTION
123TRANSCRIPT
MatakuliahFraud and Forensic AccountingDosen: Gugus Irianto, SE. MSA. Akt. PhD.
CA. CSRS
Catatan Mingguan (Weekly Notes)
Pengalaman Pembelajaran (Learning Experiences), Refleksi
dan Transformasi Diri (Reflection and Self
Transformation)
Nama: __________________________________________________
NIM: __________________________________________________
Kelas: __________________________________________________
Hari, Jam: ______________________________________________
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Pengantar
Buku Catatan Mingguan (Weekly Notes), selanjutnya disebut CM, ini dirancang untuk dapat dipergunakan oleh mahasiswa peserta MK Fraud dan Forensic Accounting yang saya asuh sebagai pengganti dari model lama yang memerlukan konsumsi kertas dll lebih banyak.
CM dirancang untuk digunakan sebagai sarana untuk membuat ringkasan eksekutif dari tugas individu sebagaimana ditugaskan dalam silabi MK ini. Ringkasan eksekutif harus dilengkapi dengan referensi sumber bacaan, dan lesson learn dari materi tersebut. Kebebasan diberikan kepada setiap mahasiswa untuk menyampaikan ide atau gagasan, yang kreatif dan inovatif terutama terkait materi yang
dipelajari secara mandiri dan juga dapat ditambah dengan lesson learn dari diskusi di kelas.
Selanjutnya, CM juga dirancang untuk digunakan mahasiswa peserta MK ini untuk menuangkan catatan refleksi dan transformasi diri setelah memahami materi tertentu atau secara keseluruhan dari materi MK ini.
Selamat belajar, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, memberikan kemudahan, pertolongan, dan keridhlaanNya. Amin YRA. Semoga sukses.
Malang, April 2015
Gugus IriantoPertemuan 1
Pada pertemuan pertama, Pak Gugus
memaparkan ppt berupa gambar – gambar seperti
orang yang memberi air kepada orang kedua melalui
corong namun air tersebut tidak diserap oleh orang
kedua dan air dikeluarkan melalui telinga kanan dan
kiri orang kedua. Saya berkesimpulan bahwa ilmu
yang dituangkan oleh pengajar seharusnya dapat
diserap oleh mahasiswa. Ilmu/materi saat kuliah
berlangsung tidak dikeluarkan begitu saja dari telinga
kanan dan kiri, namun diserap oleh memori
mahasiswa.
Pertemuan 2
Kelompok satu mempresentasikan mengenai
makna dari fraud dan jenis-jenis fraud. Jenis- jenis
fraud yaitu error, irregularities, korupsi, illegally acts,
bribery (suap), dan gratifikasi. Para penyaji juga
menjelaskan mengenai fraudulent report, yakni suatu
perilaku yang disengaja, baik dengan tindakan atau
penghapusan, yang menghasilkan laporan keuangan
yang menyesatkan (bias). Fraudulent financial
reporting merupakan problem yang dapat terjadi di
perusahaan mana saja dan kapan saja. Fraudulent
financial reporting yang terjadi pada suatu
perusahaan memerlukan perhatian khusus dari
akuntan publik (auditor independen). (Arens, 2005 :
310)
Penyaji memaparkan kasus fraud yang terjadi di
wilayah Asia Pasifik. Skema kecurangan yang paling
banyak digunakan adalah penyalagunaan ast dan
korupsi. Indonesia menempati posisi ke 2 kasus fraud
terbanyak dalam area asia pasifik setelah Cina. Miris
jika faktanya Indonesia menempati 10 besar negari
terkorup se Asia Pasifik.
Pada pertemuan ini saya berkesimpulan bahwa
fraud adalah tindakan kecurangan yang menyimpang,
menipu, dan memanipulasi dikarenakan dilema etika.
Tindakan yang berbahaya jika dilakukan sengaja
maupun tidak disengaja. Fraud bisa muncul kapan
saja, dimana pun, siapapun, bahkan tak peduli
secanggih apapun sistem pengawasan dan seketat
apapun sistem pengendalian internal. Dampak dari
fraud sendiri bisa terkena hukuman pidana ringan
hingga hukuman seumur hidup.
Pertemuan 3
Pertemuan ini membahas jurnal dari Bapak
Gugus Irianto, 2003 yang berjudul “Skandal Korporasi
dan Akuntan”. Permasalahan terbesar dari empat
pemicu skandal korporasi adalah terjadinya
manipulasi pembukuan. Dimana adanya kasus
manipulasi pembukuan ini menyeret profesi akuntan,
terutama sebagai dampak kasus-kasus manipulasi
pembukuan yang melibatkan kantor akuntan publik.
Auditor akan dapat menemukan kejanggalan dalam
pencatatan akuntansi yang diubah. Skandal fraud
terjadi karena adanya moral hazard dari pelaku yang
tidak bertanggung jawab.
Pelajaran yang dapat diambil dari artikel Pak
Gugus bahwa ethical misconduct terjadi oleh siapa
saja tak mengenal umur, jabatan dan profesi.
Meskipun kita telah beberapa kali mendapatkan
pelajaran tetang bahaya fraud. Namun jika kita sadar
dan merefleksikan dan menghindari syptom fraud,
kita akan mempertimbangkan berperilaku etis dan
menjunjung tinggi aturan dan hukum yang berlaku.
Artikel kedua mengenai “Integrity, Unethical
Behavior, and Tendency of Fraud” (Gugus Irianto,
Nurlita Novianti, Kristin Rosalina, Yuki Firmanto,
2009). Lesson learn adalah dalam membentuk
perilaku etis dalam lingkungan kerja diperlukan tiga
komponen, yaitu: (1) integritas, (2) sistem
kompensasi, dan (3) sistem. Adanya 3 (tiga) komponen
tersebut akan mengurangi dampak dari adanya
triangle of fraud. Jika dihubungkan, adanya integritas
akan mengurangi rasionalisasi, sistem kompensasi
yang sesuai, jelas dan transparan dapat mengurangi
tekanan (tekanan akan beban kerja) dan akan
mendorong kinerja untuk mencapai tujuan
perusahaan, sedangkan adanya sistem yang baik akan
menutup adanya kesempatan karena tidak ada celah
dalam sistem yang bisa dimanfaatkan untuk
melakukan perilaku tidak etis.
Pertemuan 4
Materi yang dibahas adalah menguak kasus
pembobolan dana nasabah Citibank. kecurangan yang
dilakukan oleh Malinda Dee di Citibank dengan
memanfaatkan posisinya untuk melakukan
kecurangan yang dibantu oleh dua orang head teller.
Tindak fraud yang dilakukan adalah fraud terhadap
aset, fraud terhadap laporan keuangan, fraud yang
diperbuat merupakan syptom dari anomali akuntansi.
Pada kasus ini, 2 orang head teller yang
membantu Malinda untuk memindahkan dana
nasabah untuk kepentingan pribadinya berkaitan
dengan transaksi yang nantinya dilaporkan dalam
laporan keuangan. Tindakan-tindakan seperti
memalsukan bukti transaksi, mengakui suatu
transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang
seharusnya, menerapkan metode akuntansi tertentu
secara tidak konsisten untuk menaikan atau
menurunkan laba, menerapkan metode pangakuan
liabilitas sedemikian rupa sehingga liabiliats menjadi
nampak lebih kecil dibandingkan yang seharusnya.
Sesi ini juga memaparkan tentang 3 hal pemicu
fraud yatu tekanan, kesempatan dan rasionalisasi.
Tekanan (pressure) dapat timbul karena masalah
keuangan pribadi, sifat-sifat buruk seperti berjudi,
narkoba, berhutang berlebihan dan tenggat waktu
dan target kerja yang tidak realistis. Kesempatan
biasanya muncul sebagai akibat lemahnya
pengendalian inernal di organisasi tersebut.
Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda
individu atau kelompok yang sebelumnya tidak
memiliki motif untuk melakukan fraud.
Rasionalisasi terjadi karena seseorang mencari
pembenaran atas aktifitasnya yang mengandung fraud
Pada umumnya para pelaku fraud meyakini atau
merasa bahwa tindakannya bukan merupakan suatu
kecurangan tetapi adalah suatu yang memang
merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa
telah berjasa karena telah berbuat banyak untuk
organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat
pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk
melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga
melakukan hal yang sama dan tidak menerima sanksi
atas tindakan fraud tersebut.
(https://arezky125.wordpress.com/)
Pertemuan 5
Terdapat 4 cara dalam mengurangi tingkat
kecurangan yaitu Pencegahan Fraud, Pendeteksian
awal Fraud, Investigasi Fraud dan Pemecahan.
Pencegahan fraud lah yang paling efektif digunakan
untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh
fraud dari segi biaya. Melakukan langkah proaktif
untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
dan secara teratur mengurangi tingkat terjadinya
fraud adalah organisasi yang paling sering dapat
mencegah terjadinya fraud.
Pencegahan fraud yang efektif terdiri dari 2
tindakan fundamental berikut: (1) melakukan suatu
tindakan untuk dapat menciptakan dan
mempertahankan budaya yang jujur dan menjunjung
tinggi nilai etika. (2) Menaksir resiko dari fraud dan
mengembangkan respon yang konkrit untuk
meminimalisasi dan menghilangkan peluang untuk
dapat melakukan fraud.
Code of Conduct harus dibuat dalam bentuk
tulisan dan dikomunikasikan kepada semua karyawan,
vendor, dan pelanggan. Setelah dikomunikasikan,
code of conduct diharapkan dapat mengembangkan
sikap yang dapat membuat manajemen dan karyawan
untuk dapat mengaplikasikannya. Karyawan
dibutuhkan untuk dapat memahami secara tertulis
bahwa mereka mengerti akan ekspektasi etika
perusahaan, hal ini untuk dapat menciptakan budaya
kejujuran di perusahaan.
Cara utama dalam mendeteksi kecurangan
adalah (1) karena kebetulan dan (2) secara proaktif
mencari dan mendorong pengenalian symptom awal.
(3) dengan memeriksa catatan dan dokumen transaksi
untuk menentukan apakah ada anomali yang bisa
mewakili penipuan.
Kesimpulan yang dapat diambil sebagai
pembelajaran bagi kita adalah pentingnya
pencegahan fraud adalah kegiatan fraud fighting yang
paling efektif. Pencegahan penipuan melibatkan (1)
langkah-langkah untuk menciptakan dan memelihara
budaya kejujuran dan etika yang tinggi dan (2)
menilai risiko untuk penipuan dan mengembangkan
respon untuk mengurangi risiko dan menghilangkan
kesempatan atau penipuan. Langkah-langkah proaktif
untuk menciptakan budaya kejujuran dan etika yang
tinggi dapat berhasil menghilangkan banyak
penipuan. Jika fraud telah terjadi dilakukannya
penyelidikan penipuan untuk menentukan siapa,
mengapa, kapan, dan berapa banyak penipuan.
Penyelidikan penipuan mengidentifikasi pelaku,
jumlah yang diambil, dan kerusakan pada kontrol atau
elemen lainnya yang memungkinkan penipuan terjadi.
Penyelidikan penipuan akan mahal dan memakan
waktu.
Pertemuan 6
Menetapkan peraturan mengenai adanya
hukuman merupakan langkah yang dapat dilakukan
untuk mencegah fraud. Hukuman harus benar-benar
dapat memberikan efek jera kepada pelaku agar
tindakan pelanggaran tidak terulang kembali.
Pemberhentian kerja mungkin merupakan salah satu
hukuman, namun hal tersebut tidak akan menjamin
pelaku untuk tidak melakukan pelanggaran di lain
waktu. Pelaku mungkin akan menutupi kesalahannya
dengan mengatakan kepada orang lain bahwa
perusahaan mengalami kerugian dan harus
mengurangi tenaga kerja. Hal tersebt tidak akan
memberikan efek jera bagi pelaku apabila.pelaku
masih bebas untuk beraktivitas. Salah satu cara yang
dapat memberikan efek jera adalah dengan
memberikan informasi yang sesungguhnya tentang
tindakan fraud tersebut kepada keluarga dan
kerabatnya. Pelaku akan menderita perasaan malu
yang luar biasa dan tidak bisa beraktivitas dengan
nyaman.
Pada ummnya auditor hanya melakukan
investigasi ketika melihat suatu gejala fraud yang
sangat mengerikan. Organisasi yang melakukan audit
secara proaktif terhadap fraud akan menciptakan
kesadaran kepada seluruh karyawan bahwa tindakan
mereka akan diamati setiap saat. Adanya kesadaran
karyawan untuk menghindari fraud menunjukkan
bahwa audit yang dilakukan secara aktif akan dapat
mengurangi kecurangan. Langkah-langkah audit fraud
yang baik dapat dilakukan dengan: (1)
mengidentifikasi pengungkapan risiko fraud; (2)
mengidentifikasi gejala fraud dari setiap
pengungkapan; (3) membangun program audit untuk
melihat gejala dan pengungkapan; (4)
Menginvestigasi gejala fraud yang teridentifikasi.
Pertemuan 7
Selama mendeteksi kecurangan, manajer,
auditor, pegawai dan pemeriksa harus menyadari
adanya indikator kecurangan tersebut dan
menginvestigasi apakah indicator tersebut disebabkan
oleh kecurangan yang benar-benar terjadi atau
disebabkan oleh faktor-faktor lainnya. Indikator yang
dapat dikategorikan menjadi 6 ini adalah Anomali
akuntansi, Kelemahan pengendalian internal,
Indikator analistis fraud, Gaya hidup berlebihan,
Perilaku yang tidak wajar, Informasi dan pengaduan
Anomali akutansi terjadi melibatkan
permasalahan dengan dokumen sumber, entri jurnal
yang salah, dan ketidakakuratan dalam buku besar.
Kelemahan internal control antara lain kurangnya
pemisahan tugas, kurangnya penjagaan fisik,
kurangnya pengawasan dari pihak yang independen,
kurangnya otorisasi yang tepat, kurangnya
pengarsipan yang tepat, mengesampingkan control
yang ada, sistem akuntansi yang tidak memadai.
Indikator analitis fraud termasuk transaksi atau
kejadian yang terjadi pada waktu atau tempat yang
tidak biasa, dilakukan oleh dan melibatkan orang
yang biasanya tidak berpartisipasi, atau termasuk
cara, aturan, atau praktek yang tidak biasa. Perilaku
yang tak biasa biasanya pelaku yang baru pertama
kali melakukan tindak kecurangan melakukan
tindakan kriminal, ia akan diliputi oleh emosi
ketakutan dan perasaan bersalah. Emosi tersebut
merupakan ekspresi adanya suatu tekanan. Individu
sering menunjukkan pola perilaku yang tidak biasa
dan dapat dikenali untuk mengatasi tekanan yang
mereka rasakan.
Saya berkesimpulan bahwa syptom fraud yang
dijelaskan di atas tidak mengindikasi bahwa fraud itu
telah terjadi. Hal ini hanya berupa gejala, dan kita
tidak boleh secara langsung menuduh adanya
kejadian ini tanpa adanya bukti-bukti yang otentik.
Transformasi diri
Setelah mengetahui apa saja yang berkaitan
dengan fraud, kita sebagai mahasiswa harus sadar
dan menghindari syptom fraud yang telah dijelaskan
di atas. Sebenarnya jika kita sudah berpeang teguh
pada nilai kejujuran, integritas dan berperilaku etis,
dapat terhindar dari adanya godaan untuk melakukan
fraud. Tak terlepas dari pertanggungjawaban
perbuatan kita kepada Allah SWT.
Apabila kita menemukan adanya fraud di
lingkungan kita, dan jika kita memiliki bukti – bukti
yang kuat. Mengapa tidak kita menjadi whistle blower
dalam mengungkap kasus fraud tersebut. Sekecil
apapun fraud tersebut merupakan tindakan yang
tidak etis. Jika sosok dan jiwa whistle blower telah ada
di diri kita, mengapa tidak kita ungkap dan
meluruskan kebenaran yang ada.
Saya mendapat inspirasi dan pembelajaran dari
film “Whistle Bower”. Sang whistleblower (asisten
Profesor) meskipun mendapat kesulitan (dibenci istri,
anak sakit, banyak hutang) tetapi dia bersikeras untuk
mengungkap kebenaran. Pembelajaran untuk kita
bahwa kejujuran di atas segala-galanya. Walaupun
banyak cobaan yang terjadi saat proses menuju
kebenaran. Percayalah buah kejujuran dan
keberanian justru akhirnya dibanggakan oleh
orang-orang.
Saya juga sadar bahwa tidak sepenuhnya
percaya dengan media. Sebab di balik layar kaca, kita
juga tidak tahu apakah berita/informasi yang
disampaikan benar-benar realita. Melihat banyaknya
kasus penyuapan di balik media demi pencitraan
public figure semata.
DAFTAR REFERENSI
Albrecht, et al. (2012), Fraud Examination, 4th. Ed.,
South-Western, Cengange Learning
http://edwinhafidz.blogspot.com/2012/10/budaya-
organisasi.html
http://blognya-nova.blogspot.com/2013/07/proses-dan-
karakteristik-budaya.html
https://arezky125.wordpress.com/
“Integrity, Unethical Behavior, and Tendency of
Fraud” (Gugus Irianto, Nurlita Novianti, Kristin
Rosalina, Yuki Firmanto, 2009)
Skandal Korporasi dan Akuntan (Gugus Irianto, 2003)
Film Korea “Whistle Blower”
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
……………………………………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………..
…………………………………………….
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………