case tetanus ana
DESCRIPTION
gfhtdhdTRANSCRIPT
04/22/231
Nama :An. Ardiansyah No. RM :00987726 Umur :5 tahun 9 bulan Jenis Kelamin :Laki-Laki Agama :Islam Alamat :Jl. Palem VIII Petukangan Utara
RT 001/08 Kelurahan Petukangan Utara Pesanggrahan Jakarta Selatan
Warga Negara :Indonesia Pendidikan :Taman Kanak-kanak Pekerjaan :Pelajar
04/22/23 2
› Keluhan Utama Kejang kelojotan seluruh tubuh sejak 1
jam SMRS› Keluhan Tambahan
Sulit membuka mulut, kaku pada leher dan sulit di gerakkan
Demam (+), keluar cairan dari telinga, kejang
04/22/23 3
04/22/23 4
Hipertensi (-), asma (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), penyakit hati (-), alergi obat (-), kejang (-).
Hipertensi (-), asma (-), DM (-), penyakit jantung (-)
04/22/23 5
Imunisas
i
I II III
BCG √
DPT - - -
Polio √ - -
Campak √
Hepatitis
B
√ - -
ASI s/d usia 4 bulan ASI + susu formula > 4 bulan ASI+susu formula+bubur > 6 bulan Nasi > 2 tahun hingga saat ini Selama 1 minggu terakhir : nafsu
makan menurun.
04/22/23 6
KEHAMILAN Morbiditas kehamilan -
Perawatan antenatal Rutin memeriksakan
kandungannya
KELAHIRAN Tempat kelahiran Klinik
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi Cukup bulan (9 bulan 10
hari)
Keadaan bayi BBL : 3,2 kg
PB : 50 cm
Langsung menangis
Sianosis (-)
Duduk : Umur 6 bulan (N 6 bulan) Berdiri : Umur 12 bulan (N 9-12 bulan) Berjalan : Umur 13 bulan (N 9-12 bulan) Menulis : Umur 5 tahun Kesimpulan riwayat perkembangan : Baik
tidak ada keterlambatan psikomotor
04/22/23 7
Tinggi badan : 90 cm Berat badan : 14 kgBB/U:14/16=87,5%TB/U:90/105=86%BB/TB:14/16.5=88%Kesan : gizi kurang
04/22/23 8
Status Generalis Keadaan umum : Sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis Tanda Vital Tekanan Darah : 100/60 mmHg Nadi : 120 x/menit Suhu : 39,2oC Pernapasan : 32 x/menit dengan oksigen 3
liter Kulit : Warna sawo matang, sianosis
(-), ikterik (-), turgor baik04/22/23 9
Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak ada alopesia, benjolan (-), nyeri tekan (-), retraksi kepala (-)
Wajah : risus sardonicus (+) Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, ptosis
-/-, lagoftalmus -/-, pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+.
Telinga : Normotia +/+,refleks cahaya -/-, membran timpani perforasi +/+, keluar cairan -/-
Hidung : Deviasi septum -/-, perdarahan -/- Mulut : Trismus (+) 2 jari, hipersalivasi (+) Tenggorok : Tidak dapat diperiksa
04/22/23 10
Leher : Bentuk simetris, trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid, JVP tidak dapat diperiksa, kuduk kaku (+)
Pemeriksaan Jantung Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS 5 Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5, 1 jari
lateral linea midklavikula sinistra. Perkusi : batas kanan jantung di ICS 4 linea
parasternal dextra, batas kiri jantung di ICS 5 1 jari medial linea midklavikula sinistra, pinggang jantung di ICS 2 linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : S1S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)04/22/23 11
Pemeriksaan Paru Inspeksi : pergerakan naik-turun dada
simetris kanan=kiri Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri,
tidak ada benjolan. Perkusi : perkusi di seluruh lapang
paru sonor Auskultasi : suara nafas vesikuler,
rhonki -/-, wheezing -/-.04/22/23 12
Pemeriksaan AbdomenInspeksi : datar, opistotonusPalpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, otot dinding perut kaku (+)Perkusi : timpaniAuskultasi : bising usus (+) normal
Pemeriksaan EkstremitasAtas : akral hangat - / -, edema - / -, refleks tendon tidak diperiksa, rigiditas (-), spasme (-)Bawah : akral hangat - / -, edema - / -, refleks tendon tidak diperiksa, rigiditas (-), spasme (-)
04/22/23 13
TRM : kaku kuduk (-/-),kuduk kaku (+/+), burdzinski (-/-)
Nervus cranial : parese (-/-) Sistem motorik 5555/5555
5555/5555 Refleks fisiologis : +2/+2 Refleks patologis : -/- Sistem sensorik : baik
04/22/23 14
04/22/23 15
PEMERIKSAAN HASIL
28/01/10
NILAI
RUJUKAN
INTERPRETASI
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,2 g/dl 11,7-15,5 g/dl Menurun
Hematokrit 33 % 33-45%
Leukosit 12.7 5-10 ribu/ul Meningkat
Trombosit 387 ribu/ul 150-440 ribu/ul
Eritrosit 4.27 juta/ul 3,8-5,2 juta/ul
HITUNG JENIS
Neutrofil 84 % 50-70 Meningkat
Limfosit 12 % 20-40 Menurun
Monosit 4 % 2-8
FUNGSI GINJAL
Ureum Darah 24 mg/dl 20-40
Creatinine darah 0.3 mg/dl 0.6-1.5
DIABETES
Gula darah sewaktu 67 mg/dl 70-140 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 135 mmol/l 135-147 mmol/l
Kalium 3.95 mmol/l 3.1-5.1 mmol/l
Klorida 103 mmol/l 95-108 mmol/l04/22/23 16
Dalam batas normal
04/22/23 17
DIAGNOSIS KERJA› Tetanus skor 18
(derajat 2)
DIAGNOSIS BANDING› Kejang Demam
Sederhana› Meningoensefalitis
Prognosis› Ad vitam : dubia ad
bonam
› Ad functionam : dubia ad bonam
› Ad sanationam: dubia ad bonam
04/22/23 18
IVFD Kaen 1B 15 tpm ma ATS 100.000 IU Parasetamol 3x250 mg Metronidazol 4 X 100 mg IV Diazepam 8 x 5 mg IV Kloramfenikol 3 x 1 tetes telinga Monitor keadaan umum, tanda vital,
kejang spontan Konsul ke THT
04/22/23 19
S O A P
24/4/2010 Leher kaku (+),Demam
(-),kejang (-), batuk (+)
KU/KES: TSS/CM
TD : 100/60
N : 110
S : 37,60C
P : 36 x/menit
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-
Mulut : terpasang OPA dan Oksigen
Leher : kuduk kaku (+)
Thoraks : C : BJ1,2 reg M (-) G (-)
P : Sn Ves Rh -/- Wh -/
Abdomen :
Inspeksi : datar, lemas
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba membesar, otot dinding perut kaku (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas :akral hangat - / -, edema - / -, refleks tendon tidak
diperiksa, rigiditas (-), spasme (-)
Bawah : akral hangat - / -, edema - / -, refleks tendon tidak
diperiksa, rigiditas (-), spasme (-)
Tetanus grade II -ATS
-PCT 3 X ½ cth
-Metronidazol 4 x 100 mg
-Diet makanan cair
-Clarex 3x1
-Rhinofed 2x1
-Ambroxol 3 x1
04/22/23 20
25/4/2010 Leher kaku (+),Demam
(-),kejang (-), batuk (+)
KU/KES: TSS/CM
TD : 100/60
N : 110
S : 37,60C
P : 36 x/menit
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-
Mulut : terpasang OPA dan Oksigen
Leher : kuduk kaku (+)
Thoraks : C : BJ1,2 reg M (-) G (-)
P : Sn Ves Rh -/- Wh -/
Abdomen :
Inspeksi : datar, lemas
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba membesar, otot dinding perut kaku (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas :akral hangat - / -, edema - / -, refleks tendon tidak
diperiksa, rigiditas (-), spasme (-)
Bawah : akral hangat - / -, edema - / -, refleks tendon
tidak diperiksa, rigiditas (-), spasme (-)
Tetanus grade II -ATS stop
-PCT 3 X ½ cth
-Metronidazol 4 x 100 mg
-Diet makanan cair
-Clarex 3x1
-Rhinofed 2x1
-Ambroxol 3 x1
04/22/23 21
28/4/2010 Leher kaku (+),Demam
(-),kejang (-), batuk (+)
KU/KES: TSS/CM
TD : 100/60
N : 110
S : 37,60C
P : 36 x/menit
Kepala : Normocepali
Mata : CA -/-, SI -/-
Mulut : terpasang OPA dan Oksigen
Leher : (-)
Thoraks : C : BJ1,2 reg M (-) G (-)
P : Sn Ves Rh -/- Wh -/
Abdomen :
Inspeksi : datar, lemas
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba membesar, otot dinding perut kaku (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas :akral hangat - / -, edema - / -, refleks tendon tidak
diperiksa, rigiditas (-), spasme (-)
Bawah : akral hangat - / -, edema - / -, refleks tendon tidak
diperiksa, rigiditas (-), spasme (-)
Tetanus grade II -Monitor TTV, KU dan kejang
-Kaen 1 B 15 tpm6 tpm
-Obat : ----Metronidazol 4 x
100 IU peroral bsk
Diazepam 8 x 7,5 mg
diturunkan menjadi 1 ml/kg
BB
Rhinofed 2 x 1
Clanex 3 x 1 ½
PCT 3 x ½
Diet 8 x 110 cc
KonsuL THT
04/22/23 22
04/22/2323
Tetanus adalah penyakit infeksi akut yang menunjukkan diri dengan gangguan neuromuskuler akut berupa trismus, kekakuan dan kejang otot disebabkan oleh eksotoksin spesifik (tetanospasmin) dari kuman anaerob Clostridium tetani.
Terdapat beberapa bentuk klinis tetanus termasuk di dalamnya tetanus neonatorum, tetanus generalisata dan gangguan neurologis lokal.
04/22/23 24
Fauci, Braunwald et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. McGraw-Hill: United State. 2008. Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal 23-4.
Bakteri ini terdapat dimana-mana, dengan habitat alamnya di tanah, tetapi dapat juga diisolasi dari kotoran binatang peliharaan dan manusia.
Kuman ini mudah dikenal karena pembentukan spora yang khas, ujung sel menyerupai ujung tongkat pemukul gendering atau raket squash.
Clostridium tetani merupakan bakteri gram positif berbentuk batang yang selalu bergerak, dan merupakan bakteri anaerob obligat yang mengahsilkan spora.
04/22/23 25
Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal 23-4. CDC. Tetanus. (cited 2009 November 19th ). 2006. Avalaible at:www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.
Clostridium tetani menghasilkan dua eksotoksin, tetanolysin dan tetanospasmin.
Fungsi tetanolysin tidak diketahui dengan pasti.
Tetanospasmin adalah neurotoksin dan menyebabkan manifestasi klinis tetanus.
04/22/23 26
CDC. Tetanus. (cited 2009 November 19th ). 2006. Avalaible at:www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.
Pada tahun 2002, jumlah estimasi yang berhubungan dengan kematian pada semua kelompok adalah 213.000, yang terdiri dari tetanus neonatorum sebanyak 180.000 (85%).
Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi.
Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan.
Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di rumah sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok > 10 tahun, dan sisanya pada bayi
04/22/23 27
CDC. Tetanus. (cited 2009 November 19th ). 2006. Avalaible at:www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.
04/22/23 28
04/22/23 29
CDC. Tetanus. (cited 2009 November 19th ). 2006. Avalaible at:www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf Fauci, Braunwald et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. McGraw-Hill: United State. 2008. Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal 23-4. Kiking R. Tetanus. Medan: USU Digital Library, 2004;1-9. Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.
04/22/23 30
04/22/23 31
CDC. Tetanus. (cited 2009 November 19th ). 2006. Avalaible at:www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf Fauci, Braunwald et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. McGraw-Hill: United State. 2008. Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal 23-4. Kiking R. Tetanus. Medan: USU Digital Library, 2004;1-9. Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006.
Hal 1777-85.
Tetanus generalisata Tetanus lokal Tetanus sefalik Tetanus neonatorum
04/22/23 32
Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85. CDC. Tetanus. (cited 2009 November 19th ). 2006. Avalaible at:www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf Fauci, Braunwald et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. McGraw-Hill: United State. 2008. Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal 23-4.
Tetanus Generalisata› Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada
lokasi luka dan lebih singkat pada tetanus berat, median onset setelah trauma adalah 7 hari.
› Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot, dan apabila berat disfungsi otonomik.
› Kaku kuduk, nyeri tenggorokan, dan kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan gejala awal tetanus. Spasme otot masseter menyebabkan trismus atau rahang terkunci.
04/22/23 33
› Spasme secara progresif meluas ke otot-otot wajah yang menyebabkan ekspresi wajah yang khas, risus sardonicus dan meluas ke otot-otot untuk menelan dan menyebabkan disfagia.
› Spasme ini dipicu oleh stimulus internal dan eksternal dapat berlangsung secara beberapa menit dan dirasakan nyeri. Rigiditas otot leher menyebabkan retraksi kepala.
› Rigiditas tubuh menyebabkan opistotonus dan gangguan respirasi dengan menurunnya kelenturan dinding dada. Refleks tendon dalam meningkat.
› Pasien dapat demam, walaupun banyak yang tidak, sedangkan kesadaran tidak terpengaruh.
04/22/23 34
Tetanus lokal merupakan bentuk yang jarang dimana manifestasi klinisnya terbatas hanya pada otot-otot di sekitar luka.
Kelemahan otot dapat terjadi akibat peran toksin pada tempat yang berhubungan neuromuskuler.
Gejala-gejalanya bersifat ringan dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan. Progresi ke tetanus generalisata dapat terjadi. Namun demikian secara umum prognosismya baik
04/22/23 35
Tetanus sefalik merupakan bentuk yang jarang dari tetanus lokal, yang terjadi setelah trauma kepala atau infeksi telinga.
Masa inkubasinya 1-2 hari. Dijumpai trismus dan disfungsi satu atau
lebih saraf kranial, yang tersering adalah saraf ke-7.
Disfagia dan paralisis otot ekstraokular dapat terjadi. Mortalitasnya tinggi.
04/22/23 36
Tetanus neonatorum biasanya terjadi dalam bentuk generalisata dan biasanya fatal apabila tidak diterapi.
Tetanus neonatorum terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak diimunisasi secara adekuat, terutama setelah perawatan setelah potongan tali pusat, kebersihan lingkungan dan kebersihan saat mengikat dan memotong umbilikus.
Onset biasanya dalam 2 minggu pertama kehidupan. Rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas dan spasme
merupakan gambaran khas tetanus neonatorum. Diantara neonatus yang terinfeksi, 90% meninggal dan
retardasi mental terjadi pada yang bertahan hidup.
04/22/23 37
Masa inkubasi berkisar antara 3-21 hari, biasanya sekitar 8 hari.
Pada tetanus neonatorum, gejala biasanya muncul 4-14 hari setelah lahir, rata-rata sekitar 7 hari.(www.emedicine.com).
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama) rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari.
Onset (rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari.
04/22/23 38
Minggu pertama ditandai dengan rigiditas dan spasme otot yang semakin parah.
Gangguan otonomik biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu.
Spasme berkurang setelah 2-3 minggu tetapi kekauan tetap bertahan lebih lama.
Pemulihan terjadi karena tumbuhnya lagi akson terminal dan karena penghancuran toksin.
Pemulihan bisa memerlukan waktu sampai 4 minggu.
04/22/23 39
Variable Tolak ukur Nilai
Masa inkubasi < 48 jam
2- 5 hari
6- 10 hari
11-14 hari
≥ 14 hari
5
4
3
2
1
Lokasi infeksi Internal/umbilical
Leher, kepala, dinding tubuh
Ekstremitas proksimal
Ekstremitas distal
Tidak diketahui
5
4
3
2
1
Imunisasi Tidak ada
Mungkin ada/ibu dapat
>10 tahun lalu
<10 tahun lalu
Proteksi lengkap
10
8
4
2
0
Faktor pemberat Penyakit trauma
Membahayakan jiwa
Keadaan yang tidak langsung
Berbahaya
Keadaan tidak berbahaya
Trauma/penyakit ringan
10
8
4
2
1
004/22/23 40
DERAJAT I (ringan) : Trismus ringan sampai sedang, spasitisitas generalisata, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
DERAJAT II (sedang) : Trismus sedang, rigiditas yang tampak jalas, spasme singkat sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi pernafasan lebih dari 30 kali per menit, disfagia ringan.
DERAJAT III (berat) : Trismus berat, spasitisitas generalisata, spasme reflek berkepanjangan, frekuensi pernafasan lebih dari 40 kali per menit, serangan apnea, disfagia berat, dan takikardi ( lebih dari 120 kali per menit).
DERAJAT IV (sangat berat) : Derajat III dengan gangguan otonomik berat, melibatkan sistem kardiovaskuler, hipertensi berat dan takikardi terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardi, salah satunya dapat menetap.
04/22/23 41
Diagnosis tetanus mutlak didasarkan pada gejala klinis. Sekret luka hendaknya dikultur pada kasus yang dicurigai
tetanus. Leukosit mungkin meningkat. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan hasil yang
normal. Elektromyogram mungkin menunjukkan impuls unit-unit motorik
dan pemendekan atau tidak adanya interval tenang yang secara normal dijumpai setelah potensial aksi. Perubahan non spesifik dapat dijumpai pada elektromyogram.
Enzim otot mungkin meningkat. Kadar antitoksin serum ≥ 0,15 U/ml dianggap protektif dan pada
kadar kinin tetanus tidak mungkin terjadi, walaupun ada beberapa kasus yang terjadi pada kadar antitoksin yang protektif.
04/22/23 42
Sistem Komplikasi
Jalan napas Aspirasi
Laringospasme/obstruksi
Obstruksi berkaitan dengan sedatif
Respirasi Apne
Hipoksia
Gagal nafas
ARDS
Komplikasi trakeostomi (stenosis trakea)
Kardiovaskuler Takikardia, hipertensi, iskemia
Hipotensi, bradikardia
Asistol, gagal jantung
Ginjal High output renal failure
Gagal ginjal oligouria
Stasis urin dan infeksi
Gastrointestinal Stasis gaster
Ileus
Diare
Perdarahan
Lain-lain Penurunan berat badan
Tromboembolus
Sepsis dengan gagal organ multipel
Fraktur vertebra selama spasme
Ruptur tendon akibat spasme04/22/23 43
Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.
organisme yang terdapat dalam tubuh hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksin lebih lanjut;
toksin yang terdapat dalam tubuh, di luar sistem saraf pusat hendaknya dinetralisasi; dan
efek dari toksin yang telah terikat pada sistem saraf pusat diminimasi
04/22/23 44
Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.
Pentalaksanaan umumICU Netralisasi dari toksin yang bebas ATS
/Tetagam Menyingkirkan sumber infeksi Penanganan
luka dan pemberian antibiotik. Penatalaksanaan respirasiintubasi Pengendalian disfungsi otonomiSedasi sering
merupakan terapi pertama. Penatalaksanaan intensif suportiF
04/22/23 45
hidrasi, untuk mengontrol kehilangan cairan yang tak tampak dan kehilangan cairan yang lain, yang mungkin signifikan;
kecukupan kebutuhan gizi yang meningkat dengan pemberian enteral maupun parenteral;
fisioterapi untuk mencegah kontraktur; dan pemberian heparin dan antikoagulan yang lain untuk mencegah emboli paru.
Fungsi ginjal, kandung kemih dan saluran cerna harus dimonitor.
Perdarahan gastrointestinal dan ulkus dekubitus harus dicegah dan infeksi sekunder harus diatasi.
04/22/23 46
04/22/23 47
Kejang demam Meningoensefalitis Epilepsi
04/22/23 48
Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.2005
Faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah masa inkubasi, periode awal pengobatan, imunisasi, lokasi fokus infeksi, penyakit lain yang menyertai, beratnya penyakit, dan penyulit yang timbul.
04/22/23 49
Kelompok prognostik Periode awal Masa inkubasi
I
II
III
< 36 jam
>36 jam
Tidak diketahui
±6 hari
>6 hari
Tidak diketahui
04/22/2350
04/22/23 51
04/22/23 52
Pemeriksaan fisik di IGD RSF menunjukkan bahwa pasien mengalami tetanus skor 18 (skor tetanus menurut Philips); yaitu › masa inkubasi berkisar 2-5 hari (4)› lokasi infeksi pada leher, kepala dan
dinding tubuh (4), › tidak imunisasi (10), › faktor pemberat berupa trauma (0).
04/22/23 53
Selain itu, berdasarkan derajat keparahan, pada pasien ini merupaka tetanus DERAJAT II (sedang) : Trismus sedang, rigiditas yang tampak jalas, spasme singkat sampai sedang, gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi pernafasan lebih dari 30 kali per menit, disfagia ringan.
04/22/23 54
Risus sardonikus yaitu spasme pada otot-otot wajah yang menyebabkan ekspresi wajah yang khas merupakan gejala dari pasien tetanus.
Selain itu, pada pasien juga didapatkan adanya kesulitan untuk membuka mulut atau yang disebut trismus (+) 2 jari yang merupakan spasme dari otot masseter,kaku kuduk.
Otot rahang, wajah dan kepala sering terlibat pertama kali karena jalur aksonalnya lebih pendek.
04/22/23 55
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya hipertensi dan takikardi karena aliran impuls otonomik masih terkendali sehingga tidak menyebabkan aktivitas berlebih pada saraf simpatik.
Pada pasien ini juga tidak didapatkan adanya retraksi kepala, spasme pada ekstremitas dapat disebabkan karena pasien sudah diberikan terapi anti kejang seperti diazepam sehingga retraksi tidak didapatkan karena tidak ada rigiditas dari otot leher, opistotonus karena tidak ada rigiditas pada tubuh.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan pasien mengalami peningkatan pada neutrofil yang dapat disebabkan karena terjadi infeksi bakteri.
04/22/23 56
Prinsip pengobatan tetanus terdiri atas tiga upaya yaitu, › mengatasi akibat eksotoksin yang sudah
terikat pada susunan saraf pusat, › menetralisasi toksin yang masih beredar
dalam darah dengan antitoksin tetanus, dan
› menghilangkan kuman penyebab dengan antibiotik.
04/22/23 57
Diagnosis banding pada pasien ini adalah › meningoensefalitis, hal ini berdasarkan
anamnesis adanya riwayat panas dan kejang, pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan yang tinggi, namun tidak ditemukan adanya kaku kuduk pada pemeriksaan tanda rangsang meningeal.
› Kejang demam kejang didahului oleh demam
04/22/23 58
Prognosis pada pasien tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah masa inkubasi, periode awal pengobatan, imunisasi, lokasi fokus infeksi, penyakit lain yang menyertai, beratnya penyakit, dan penyulit yang timbul.
04/22/23 59
CDC. Tetanus. (cited 2009 November 19th ). 2006. Avalaible at:www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf
Fauci, Braunwald et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. McGraw-Hill: United State. 2008.
Jong, de Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC: Jakarta. 2005. Hal 23-4.
Kiking R. Tetanus. Medan: USU Digital Library, 2004;1-9.
Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.2005
04/22/23 60
TERIMA KASIH
04/22/23 61