case report oral candida

16
LAPORAN KASUS KOREKSI MALOKLUSI KLAS II DIVISI 1 DISERTAI PERGESERAN GARIS MEDIAN RAHANG BAWAH MENGGUNAKAN PIRANTI ORTODONSI LEPASAN TWIN BLOCK SITI HARDIYANTI NURHASANAH 2009.07.0.0045 1

Upload: rahma-andriany

Post on 27-Sep-2015

67 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

oral candida oral medicine candidonsi dentistry more of dental health education cosmetics disease

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

KOREKSI MALOKLUSI KLAS II DIVISI 1 DISERTAI PERGESERAN GARIS MEDIAN RAHANG BAWAH MENGGUNAKAN PIRANTI ORTODONSI LEPASAN TWIN BLOCK

SITI HARDIYANTI NURHASANAH2009.07.0.0045

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2013KOREKSI MALOKLUSI KLAS II DIVISI 1 DISERTAI PERGESERAN GARIS MEDIAN RAHANG BAWAH MENGGUNAKAN PIRANTI ORTODONSI LEPASAN TWIN BLOCK

Siti Hardiyanti N* Arya Brahmanta***Program Pascasarjana Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya**Dosen Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

ABSTRAKLatar belakang :Koreksi maloklusi klas II divisi 1 disertai pergeseran garis median rahang bawah sangat penting karena menggangu estetik dan fungsi pengunyahan. Tujuan :mengetahui mekanisme dari piranti ortodontik lepasan dalam menangani maloklusi klas II divisi I disertai pergeseran garis median rahang bawah. Penatalaksanaan Kasus :Pasien perempuan berusia 10 tahun datang dengan maloklusi klas II divisi I disertai pergeseran garis median rahang bawah, SNA 85; SNB 78; ANB 7; overjet 10,5mm; overbite 5 mm dengan profil wajah cembung. Piranti ortodonti lepasan yang digunakan yaitu, twin block untuk koreksi protusi. Kesimpulan :Hasil perawatan menunjukkan piranti ortodonti lepasan dapat digunakan secara efektif untuk koreksi maloklusi klas II divisi I disertai pergeseran garis median rahang bawah pada fase geligi pergantian.

Kata Kunci :Maloklusi klas II divisi 1, protusi, twin block

Korespondensi : Siti Hardiyanti Nurhasanah, Program Pascasarjana Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya, Jl Arif Rahman Hakim 150 Surabaya. Phone +62 85 730-147-941.Email : [email protected]

PENDAHULUANMaloklusi adalah penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung gigi (rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Klasifikasi maloklusi yang sering dipakai ialah klasifikasi Angle. Dasar klasifikasi Angle yaitu, menjelaskan relasi anteroposterior dari molar pertama permanen dan kaninus. Klasifikasi Angle meliputi maloklusi klas I, maloklusi klas II divisi 1 dan 2 serta maloklusi klas III (Rahardjo, 2009; Bishara 2001).Maloklusi klas II divisi 1 yaitu, tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak diantara tonjol mesiobukal molar pertama permanen bawah dan premolar kedua atau tonjol distobukal molar pertama permanen atas terletak pada lekukan bukal molar pertama permanen bawah dimana insisivi atas proklinasi atau meskipun inklinasinya normal tetapi terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah (Rahardjo, 2011; Rahardjo, 2009). Penelitian sebelumnya menunjukkan prevalensi maloklusi klas 2 divisi 1 mencapai 20% di berbagai populasi dan etnik (Hendrawan PL dkk, 2009). Pada maloklusi klas II divisi 1 sering didapatkan letak mandibula yang lebih posterior daripada maloklusi klas I atau maksila yang lebih anterior sedangkan mandibula normal. Terdapat korelasi yang tinggi antara pasien dan keluarganya secara langsung sehingga beberapa peneliti menyimpulkan bahwa pewarisan maloklusi klas II divisi 1 dari faktor poligenik. Faktor genetik dan faktor lingkungan misalnya, bibir yang tidak kompeten sangat berpengaruh pada terjadinya maloklusi klas II divisi 1 (Hendrawan PL dkk, 2009; Rahardjo, 2009).Peranti yang digunakan untuk merawat maloklusi secara garis besar dapat digolongkan menjadi piranti lepasan (removable appliance), piranti fungsional (functional appliance) dan piranti cekat (fixed appliance). Pada kasus ini menggunakan piranti fungsional lepasan. Piranti fungsional yaitu, perangkat ortodontik yang memanfaatkan, menghalangi atau memodifikasi kekuatan otot-otot orofacial, erupsi gigi dan pertumbuhkembangan dentomaksilofasial untuk memperbaiki malrelasi antara maksila dan mandibula. Piranti fungsional yang sering digunakan untuk maloklusi klas II divisi 1 adalah twin block (Bukhary, 2011; Rahardjo, 2009).Laporan kasus ini bertujuan untuk membantu dokter gigi umum dan ortodontik dengan teknik sederhana untuk merawat pasien maloklusi klas II divisi 1 pada fase geligi pergantian. Ilustrasi kemajuan perawatan dan desain alat disertakan untuk bimbingan klinis lebih lanjut.

LAPORAN KASUSPasien perempuan berusia 10 tahun datang ke departemen ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hang Tuah Surabaya dengan maloklusi klas II divisi 1 disertai pergeseran garis median rahang bawah. Pasien tersebut ingin dirawat agar tampilan estetiknya menjadi baik. Tipe profil wajahnya yaitu, cembung dengan bibir atas hipotonus dan wajah yang simetri. Overjet 10,5 mm dan overbite 5 mm disertai diastema antara gigi 11 dan 21 1 mm. Etiologi pada kasus ini karena faktor herediter dari orang tuanya, ibu dan kakeknya memiliki kondisi protusi yang sama. Selain itu kehilangan prematur gigi sulung yaitu, gigi 85 menyebabkan gigi 46 mengalami migrasi ke mesial serta letak salah benih gigi 42 dan diperparah dengan kondisi mandibula pasien yang retrognati. Relasi molar pertama kanan pasien neutroklusi sedangkan molar pertama kiri distoklusi yang dikenal sebagai maloklusi klas II angle divisi 1.

Gambar 1.Foto wajah pasien sebelum perawatan menunjukkan wajah yang simetris baik dari depan maupun samping, serta intraoral yang menunjukkan protusi rahang atas

Gambar 2.Model studi menunjukkan maloklusi klas II divisi I, pergeseran garis median rahang bawah dan migrasi gigi 46 ke mesial

Gambar 3. Foto panoramik sebelum perawatan

Gambar 4. Foto sefalometri sebelum perawatan

Analisis sefalometri menunjukkan relasi maksila dan mandibula yaitu, relasi skeletal klas II berdasarkan hasil pengukuran SNA 85; SNB 78; ANB 7. Profil wajah pasien cembung. Letak insisif atas dan bawah memiliki inklinasi I-NA 45; I-NB 21; Sudut antarinsisal 108. Jarak bibir atas-E line +2mm; bibir bawah-E line +1,5mm.PENATALAKSANAAN KASUSPasien didiagnosa maloklusi klas II divisi 1 disertai pergeseran garis median. Rencana perawatan pada pasien ini meliputi : (1) koreksi protusi rahang atas, (2) koreksi berdesakan rahang bawah, serta (3) koreksi garis median rahang bawah.Selain perawatan diatas, pasien ini juga memerlukan perawatan pendahuluan sebelum dilakukan perawatan ortodonti meliputi, perawatan periodontal serta pencabutan sisa akar gigi sulung. Perawatan periodontal yang dilakukan adalah scaling serta instruksi meningkatkan oral higiene rongga mulut. Pencabutan sisa akar gigi sulung disini meliputi sisa akar gigi 54, 65 dan 74.Perawatan pertama yang dilakukan yaitu, mengutamakan pengurangan overjet untuk mengkoreksi protusi rahang atas dengan menggunakan twin block dan skrup ekspansi untuk distalisasi gigi 46 yang diputar putaran setiap 2 minggu sekali. Pembuatan catatan gigit anterior diperlukan untuk pembuatan twin block yaitu, pasien diinstruksikan untuk memajukan rahang bawahnya sehingga didapatkan posisi edge to edge sehingga diharapkan terjadi pengurangan overjet dengan merangsang pertumbuhan mandibula ke anterior saat pasien memakai twin block tersebut.

Gambar 5. Catatan gigit anterior untuk membuat twin block

Gambar 5. Piranti Twin Block

Twin block ini terdiri dari occlusal bite-block yang berfungsi menempatkan mandibula ke depan pada saat menutup, busur labial pada rahang atas dan bawah sebagai komponen aktif serta klamer Adams pada gigi 16, 26, 36 dan 46 sebagai retensi pasif dan klamer interdental pada gigi 55,63 dan 85 untuk retensi tambahan. Pasien menggunakan piranti ini selama 2,5 bulan. Setelah 2 x aktivasi overjet yang semula 10,5 mm menjadi 6 mm dan diastema pada rahang atas antara gigi 11 dan 21 yang semula 1 mm menjadi 0 mm.

Gambar 6. Foto intra oral setelah 2,5 bulan

Gambar 7. Foto sefalometri progress dan superimpose

Foto sefalometri progress menunjukkan SNA 85; SNB 79 ; ANB 6. Profil wajah pasien cembung. Letak insisif atas dan bawah memiliki inklinasi I-NA 44; I-NB 22; Sudut antarinsisal 108. Jarak bibir atas-E line +5 mm; bibir bawah-E line +1 mm. Kemajuan perawatan terlihat pada hasil superimpose.Tabel 1. Superimpose foto sefalometri sebelum dan progress perawatanPreProgress

SNA8585

SNB7879

ANB76

I-NA4544

I-NB2122

Antar insisif108108

Bibir atas+2 mm+5mm

Bibir bawah+1 mm+1 mm

DISKUSIMaloklusi klas II divisi 1 memiliki banyak variasi dan pilihan perawatan. Pemilihan perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien dimulai dengan menentukan diagnosis yang tepat (Hendrawan PL dkk, 2009).Ada 2 alternatif perawatan untuk maloklusi klas II karena kelainan dental yaitu, menggerakkan gigi-gigi maksila ke distal tanpa pencabutan dan dengan pencabutan, sedangkan perawatan untuk maloklusi kelas II karena kelainan skeletal adalah modifikasipertumbuhan. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk koreksi maloklusi kelas II adalah twin block (Clark, 2002). Pada kasus ini perawatan yang dilakukan yaitu, dengan memodifikasi pertumbuhan mandibula.Tujuan utama terapi dengan twin block yaitu, untuk menambahkan panjang mandibula dengan menstimulasi pertumbuhan kartilago kondilus dan membatasipertumbuhan maksila (Sidlauskas, 2005).Indikasi penggunaan Twin block antara lain koreksi maloklusi klas II,pengembangan vertikal, koreksi vertikal untuk menutup open bite anterior, ekspansi lengkung dan menambahkan panjang lengkung. Kontraindikasi pada pasien dengan maloklusi klas II dimana maksila mengalami prognasi dan mandibula dalam posisi normal (Clark dkk., 2004; Marbun E, 2003). Pada kasus ini kondisi mandibula pasien adalah retrognati.Komponen twin block terdiri atas retensi piranti, komponen ekspansi, dan occlusal inclined plane (Marbun E, 2003). Tidak seperti alat fungsional lainnya yang hanya terdiri dari satu buah, twin block terdiri dari 2 perangkat terpisah yang bekerja menjadi satu, yaitu komponen bite blockatas dan bawah yang tidak menempel. Saatberfungsi, kedua alat ini saling bersambung pada sudut 70 yang diatur pada bite block dan untuk mengembalikan posisi mandibula menjadi kelas I yang disesuaikan dengan wax registration (pencatatan malam) (Clark, 2002). Twin block akan saling berkontak pada occlusal inclined plane, modifikasi occlusal inclined plane ini yang akan menuntun dan menahan mandibula ke depan pada posisi oklusi yang tepat. Pengurangan overjet yang terjadi selama perawatan pada kasus ini merupakan hasil dari modifikasi arah pertumbuhan mandibula tersebut. Klamer retansi yang digunakan adalah klamer Adams dan klamer interdental atau balls clasp sebagai retensi tambahan (Marbun E, 2003). Komponen ekspansi yang digunakan pada kasus ini bertujuan untuk mendistalisasi gigi 46.Pada kasus ini, walaupun kemajuan perawatan sudah tampak namun perawatan masih berlangsung untuk koreksi protusi, berdesakan anterior rahang bawah, pergeseran garis median rahang bawah serta distalisasi molar sehingga didapatkan estetik yang baik.

KESIMPULANMaloklusi klas II divisi 1 pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan dapat dirawat dengan piranti twin block. Alat ini dapat digunakan untuk mengkoreksi protusi dan overjet yang besar dengan cara merangsang pertumbuhan mandibula ke anterior didukung pengaplikasian yang mudah sehingga didapatkan hasil perawatan dengan kemajuan yang signifikan.

REFERENSI1. Rahardjo, Pambudi. Ortodonsi Dasar. Surabaya: Airlangga University Press; 2009 .h. 66, 131.2. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: WB Sauders Company; 2001. p. 102.3. Rahardjo, Pambudi. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press; 2011 .h. 80.4. Hendrawan HL dkk. Treatment of Class II Division 1 Malocclusion Using Cervical Headgear. Jakarta: Universitas Indonesia; 2009.h. 200. Accessed at http://www.jdentistry.ui.ac.id/index.php/JDI/article/download/106/995. Bukhary MT. Introduction to Orthodontics. Riyadh: King Saud University; 2008.p. 40. Accessed at http://faculty.ksu.edu.sa/mtbukhary/default.aspx6. Clark, W.J. Twin Block Functional Therapy, 2nd ed., Mosby,Sydney; 2002. h:20-21. 7. Sidlauskas, A. The effects of the Twin-Block appliance treatment on the skeletal and dentoalveolar changes in Class II Division 1 malocclusion,Medicina (Kaunas).2005.p.41(5). 8. Clark, W., Broadbent, J., Mahony, D., Gerber, J. Twin Block Designs Manual, Johns Dental Laboratories Technical Bulletin. 2004. p.800/457-0504. 9. Marbun GE. Perawatan Maloklusi Klas II Divisi 1 dengan Pesawat Fungsional Twin Block. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2003. h.11, 12, 14, 17, 16

3