case poli

23
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Terusan Arjuna No 6, Kebon Jeruk. Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA SMF ILMU JIWA RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI JAWA BARAT Nama : Imania Lidya Pratiwi NIM : 11.2014.100 Tanda Tangan ……………………. Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Lenny Irawati, SpKJ ……………………. Nomor rekam medis : 057914 Nama pasien : Tn. CM Nama dokter yang merawat : dr. H. Tatang M SpKJ Nama dokter muda : Imania Lidya Pratiwi Masuk RS pada tanggal : 16 Juni 2015 pukul 13.45 Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar oleh keluarga pasien (adik kandung)

Upload: imania-lidya

Post on 08-Jul-2016

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cp

TRANSCRIPT

Page 1: Case Poli

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Terusan Arjuna No 6, Kebon Jeruk. Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

SMF ILMU JIWA

RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI JAWA BARAT

Nama : Imania Lidya Pratiwi

NIM : 11.2014.100

Tanda Tangan

…………………….

Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Lenny Irawati, SpKJ

…………………….

Nomor rekam medis : 057914

Nama pasien : Tn. CM

Nama dokter yang merawat : dr. H. Tatang M SpKJ

Nama dokter muda : Imania Lidya Pratiwi

Masuk RS pada tanggal : 16 Juni 2015 pukul 13.45

Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar oleh keluarga pasien (adik kandung)

Riwayat Perawatan : Belum pernah dirawat sebelumnya

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. CM

Tempat/Tanggal Lahir : Garut, 25 April 1985 (30 tahun)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku Bangsa : Sunda

Page 2: Case Poli

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Petani gunung

Status Perkawinan : Sudah kawin

Alamat : Kp Jengge RT/RW 03/01, Kelurahan/Desa

Sarimukti, Kabupaten/Kota Garut, Kecamatan Pasirwangi 44161

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Autoanamnesis : 16 Juni 2015, pukul 14.00,

Alloanamnesis : 16 Juni 2015, pukul 13.45 dengan Ujang (adik kandung pasien)

A. Keluhan Utama

Bicara dan tertawa sendiri dirumah (autistik)

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Sejak 2 tahun yang lalu sering berbicara dan tertawa sendiri di rumah

(autistik). Pasien belum pernah berobat dan hanya dibawa ke alternatif. Kondisi

pasien semakin kacau, curiga dengan orang sekitar, marah-marah dan mengancam

(agresifitas verbal). Orangtua pasien dikejar-kejar dan mau dicekik (agresifitas

motorik). Anak kecil, tetangga pasien yang lewat di depan rumah juga mau

dipukul (agresifitas mototik). Pasien yakin jika bercak-bercak pada kulitnya

dikarenakan ada sekelompok orang yang menembaknya dengan peluru.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Sejak 2 tahun yang lalu pasien mulai berbicara dan tertawa sendiri di rumah

(autistik). Orang tua pasien sempat membawa pasien ke pengobatan alternative.

2. Riwayat Gangguan Medik

Riwayat trauma maupun kecelakaan, riwayat kejang, riwayat gangguan

kesadaran, dan riwayat opname di rumah sakit disangkal.

Page 3: Case Poli

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien memiliki kebiasaan merokok hingga saat ini. Namun tidak memiliki

riwayat mengunaan napza ataupun mengkonsumsi alkohol.

4. Skema Perjalanan Gangguan Psikiatrik

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Perkembangan Fisik

Pasien merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara. Pasien lahir normal,

cukup bulan dan dibantu bidan. Tumbuh kembang pasien sesuai dengan anak-anak

seusianya.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian

a) Masa kanak-kanak : pasien merupakan anak yang aktif, sering bermain dengan

anak-anak seusianya dan tidak suka berkelahi.

b) Masa remaja : pasien jadi anak yang pemalu dan sering minder namun masih

memiliki beberapa teman.

c) Masa dewasa : pasien jadi sering curiga dengan orang sekitar dan merasa ada

yang melukainya.

G

E

J

A

L

A

20152013

Page 4: Case Poli

3.Riwayat Pendidikan

Pasien sudah melampaui pendidikan sekolah dasar (SD). Setelah lulus SD

pasien melanjutkan sekolah menegah pertama (SMP) sambil bekerja sablon. Pasien

melanjutkan pendidikan di SMA Jendral Sudirman sambil melanjutkan kerja

menjahit. Pada saat kelulusan SMA pasien tidak dapat mengikuti ujian akhir.

Pasien mengatakan bahwa surat ijasahnya tidak dapat keluar karena harus ditebus 3

juta rupiah.

4. Riwayat Pekerjaan

Sejak SMP pasien sudah bekerja untuk mendapat uang tambahan. Saat ini

pasien bekerja sebagai petani kentang dipegunungan.

5. Kehidupan beragama

Pasien beragama Islam. Sebelum mengalami gangguan, pasien rajin beribadah.

Namun sejak mulai mengalami gangguan, pasien mulai jarang beribadah.

6. Riwayat Psikoseksual dan Perkawinan

Pasien sudah menikah sejak usia 24 tahun, namun telah bercerai sejak 2 tahun

terakhir atas kemauan istri. Pasien memiliki seorang anak laki-laki yang saat ini

berusia 6 tahun. Sejak bercerai anak tersebut dibawa dan tinggal bersama neneknya

(ibu dari istri pasien). Pasien mencurigai istrinya berselingkuh dengan laki-laki

lain, namun hal tersebut tidak dilihat secara langsung (waham curiga). Anak laki-

laki pasien yang masih TK pernah mengatakan ke pasien jika ibunya membawa

laki-laki. Selain itu istri pasien sering marah-marah karena penghasilan pasien

rendah, bahkan mengusir dan menendang. Pasien juga mencurigai ada hal yang

disembunyikan oleh mertua pasien dan istri pasien (waham curiga). Namun hal

tersebut sebenarnya telah diketahui pasien. Pasien sedih dengan perceraiannya

namun pasien sudah dapat menerima. Istri pasien pernah datang dan mengajak

untuk kembali berumah tangga namun ditolak. Setelah perceraian pasien sempat

mendekati wanita lain, namun hubungan tersebut tidak dapat berlanjut karena

kedua orangtua wanita tersebut tidak menyetujui.

Page 5: Case Poli

E. Riwayat Keluarga

Keterangan :

Perempuan Pasien

Laki-laki Meninggal

Berdasarkan informasi yang didapat :

Pasien anak ke 5 dari 10 bersaudara. Tidak ada riwayat gangguan jiwa di keluarga

pasien. Kedua orangtua pasien masih ada.

F. Situasi Kehidupan Sosial Sekarang

Pasien tinggal serumah dengan kedua orangtuanya. Sehari-hari pasien bekerja

sebagai petani kentang dipegunungan. Pasien juga mencurigai kedua orangtua pasien

ikut merahasiakan sesuatu bersama istri dan mertuanya (waham curiga). Kedua

orangtua pasien membenci dirinya, tidak mendukung anaknya serta pernah memukul

Page 6: Case Poli

pasien. Pasien mencurigai tetangga sekitar rumahnya membicarakan dirinya (waham

hubungan) dan bersekongkol dengan istri, mertua, dan kedua orangtuanya.

III. STATUS MENTAL

Didapatkan dari autoanamnesis pada tanggal 6 Juni 2015 di Poliklinik Jiwa Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seeorang laki-laki berusia 35 tahun penampilan fisik sesuai dengan usia

biologisnya. Raut wajah biasa terlihat tak tenang, ada kehati-hatian. Cara berpakaian

biasa, tidak terbalik. Postur tubuh biasa, tidak membungkuk, rambut kepala hitam

pendek, sedikit berantakan. Hygiene kurang, kulit tampak ekskoriasi, skuama dengan

hiperpigmentasi.

2. Kesadaran

Kesadaran neurologis : Compos mentis

Kesadaran Psikiatrik : Tampak terganggu.

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

-Sebelum wawancara : Pasien tampak tidak tenang dan menolak wawancara yang

akan dilakukan saat keluar dari ruang poliklinik.

-Selama wawancara : Pasien tampak ada keraguan untuk mau mengobrol dengan

pemeriksa, namun dapat diyakinkan. Sikap pasien menjadi lebih tenang. Pasien

duduk di atas kursi poliklinik, mengobrol tanpa berubah posisi dan tampak

gelisah. Menjawab pertanyaan yang diberikan, ada kontak mata.

-Sesudah wawancara : Pasien tenang, mengajak bersalaman dan pasien berjalan

pulang dengan keluarganya.

Page 7: Case Poli

4. Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif, pasien mau diajak bekerja sama dengan menjawab pertanyaan, penuh

perhatian, namun terkadang ada kehati-hatian dalam menjawab pertanyaan yang

diajukan.

5. Pembicaraan

a.Cara Berbicara : pasien berbicara lancar dengan keras suara normal. Namun

kadang ada keraguan, dengan suara yang pelan dan lambat.

b.Gangguan Berbicara : tidak terdapat gangguan bicara.

B. Alam Perasaan

1. Mood : Euthym.

2. Afek Ekspresi Afektif

Arus : Normal.

Stabilitas : Stabil.

Kedalaman : Dalam

Skala Diferensiasi : Luas

Keserasian : Serasi

Pengendalian impuls : Kurang

Ekspresi : Wajar

Dramatisasi : Tidak ada

Empati : Dapat berempati

C. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : Auditorik dan visual

2. Ilusi : Tidak ada.

Page 8: Case Poli

3. Depersonalisasi : Tidak ada .

4. Derealisasi : Tidak ada.

D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)

1. Taraf Pendidikan : SMA (tidak tamat)

2. Pengetahuan Umum : Baik, pasien menjawab bahwa presiden

Indonesia saat ini adalah SBY

3. Kecerdasan : Baik, sesuai tingkst pendidikan

4. Konsentrasi dan kalkulasi : Baik, pasien dapat berhitung

5. Daya Orientasi Waktu : Baik (mampu membedakan siang dan

malam)

Daya Orientasi Tempat : Baik (keberadaan di rumah sakit jiwa)

Daya Orientasi Personal : Baik (tahu siapa yang mengantar)

6. Daya Ingat

a. Tingkat

Jangka panjang : Baik, pasien dapat mengingat tanggal kelahirannya

dan tempat tinggalnya dengan baik.

Jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat naik apa pasien

datang kesini dan mengingat menu makan siangnya.

Segera : Tidak diperiksa

b. Gangguan: Tidak ditemukan

7. Pikiran Abstrak : Pasien mengetahui arti peribahasa air susu

dibalas dengan air tuba dan peribahasa ada udang dibalik batu.

8. Visuospasial : Baik (pasien dapat menggambarkan jam

pukul 7.00)

9. Bakat kreatif : Main suling

Page 9: Case Poli

10. Kemampuan Menolong Diri : Baik (pasien mampu mengurus dirinya

sendiri seperti mandi, makan, berpakaian

sendiri).

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir

a) Produktifitas : lambat karena ada kehati-hatian dalam menjawab

setiap pertanyaan yang diajukan

b) Kontinuitas : Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan

walaupun kadang jawaban atau cerita yang diberikan tak logis

c) Hendaya Bahasa : Tidak ditemukan

2. Isi Pikir

a) Preokupasi dalam pikiran : Tidak ditemukan

b) Waham : Ditemukan (Waham kejar, waham

hubungan, dan waham nihilistik)

c) Obsesi : Tidak ditemukan

d) Fobia : Tidak ditemukan

e) Gagasan rujukan : Tidak ditemukan

f) Gagasan pengaruh : Tidak ditemukan

F. Pengendalian Impuls

Kurang baik, berdasarkan pengakuan keluarganya bahwa pasien mau memukul

anak kecil yang lewat didepan rumahnya, dan mengejar kedua orangtuanya

mau dicekik.

G. Daya Nilai

a) Daya Nilai Sosial : Baik, pasien dapat menilai bahwa marah-marah adalah

perbuatan yang tidak baik

b) Uji Daya Nilai : Baik, mengatakan akan mengembalikan dompet orang

yang dilihatnya tidak sengaja kejatuhan dompet

c) Daya Nilai Realitas : Buruk (ada waham kejar, hubungan dan nihilistik).

Ada halusinasi auditorik.

Page 10: Case Poli

H. Tilikan

Tilikan derajat 2, ambivalensi terhadap penyakitnya. Pasien merasa sehat jiwa

dan perasaannya tetapi ada keinginan untuk sembuh dari penyakit fisiknya

(kulitnya).

I. Realibilitas

Pasien kurang dapat dipercaya karena pembicaraan pasien masih disertai

keraguan dan tidak logis.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS INTERNUS

1. Keadaan Umum : baik

2. Kesadaran : compos mentis

3. Tensi : 125/90 mmHg

4. Nadi : 83x/menit

5. Suhu Badan : 36,3oC

6. Frekuensi Pernafasan : 19x/menit

7. Bentuk Tubuh : atletikus

8. Sistem Kardiovaskular : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

9. Sistem Respiratorius : BN vesikular, ronki -/-, wheezing -/-

10. Sistem Gastrointestinal : Supel, datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

11. Sistem Muskuloskeletal : deformitas (-), nyeri gerak (-), krepitasi (-)

12. Sistem Urogenital : nyeri ketok CVA -/-, nyeri tekan suprapubik (-)

B. Status Neurologis

a. Saraf kranial (I-XIII) : Normal

b. Gejala rangsang meningeal : Normal

c. Mata : Normal

d. Pupil : Isokor

e. Ofthalmoscopy : Normal

Page 11: Case Poli

f. Motorik : Normal

g. Sensbilitas : Normal

h. Sistem saraf vegetatif : Normal

i. Fungsi luhur : Normal

j. Gangguan khusus : Normal

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Belum dilakukan

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Sejak 2 tahun yang lalu sering berbicara dan tertawa sendiri di rumah (autistik).

Pasien belum pernah berobat dan hanya dibawa ke alternatif. Kondisi pasien semakin

kacau, curiga dengan orang sekitar, marah-marah dan mengancam (agresifitas

verbal). Orangtua pasien dikejar-kejar dan mau dicekik (agresifitas motorik). Anak

kecil, tetangga pasien yang lewat di depan rumah juga mau dipukul (agresifitas

mototik). Pasien yakin jika bercak-bercak pada kulitnya dikarenakan ada sekelompok

orang yang menembaknya dengan peluru (waham kejar).

Masa kanak-kanak pasien merupakan anak yang aktif, sering bermain dengan

anak-anak seusianya dan tidak suka berkelahi. Masa remaja pasien jadi anak yang

pemalu dan sering minder namun masih memiliki beberapa teman. Masa dewasa pasien

menjadi sering curiga dengan orang sekitar dan merasa ada yang melukainya. Pasien

sudah melampaui pendidikan sekolah dasar (SD). Setelah lulus SD pasien melanjutkan

sekolah menegah pertama (SMP) sambil bekerja sablon. Pasien melanjutkan

pendidikan di SMA Jendral Sudirman sambil melanjutkan kerja menjahit. Pada saat

kelulusan SMA pasien tidak dapat mengikuti ujian akhir. Pasien mengatakan bahwa

surat ijasahnya tidak dapat keluar karena harus ditebus 3 juta rupiah.

Sejak usia 24 tahun pasien telah menikah, namun telah bercerai sejak 2 tahun

terakhir atas kemauan istri. Pasien mencurigai istrinya berselingkuh dengan laki-laki

lain, namun hal tersebut tidak dilihat secara langsung. Selain itu istri pasien sering

marah-marah karena penghasilan pasien rendah, bahkan mengusir dan menendang.

Pasien juga mencurigai ada hal yang disembunyikan oleh mertua pasien dan istri pasien

Page 12: Case Poli

tentang uang (waham curiga). Namun hal tersebut sebenarnya telah diketahui pasien.

Pasien yakin uang dapat menaklukan apa saja dan kapan saja, termasuk istrinya.

Pasien tinggal serumah dengan kedua orangtuanya. Sehari-hari pasien bekerja

sebagai petani kentang dipegunungan. Pasien juga mencurigai kedua orangtua pasien

ikut merahasiakan sesuatu bersama istri dan mertuanya (waham curiga). Kedua

orangtua pasien membenci dirinya, tidak mendukung anaknya serta pernah memukul

pasien. Pasien mencurigai tetangga sekitar rumahnya membicarakan dirinya (waham

hubungan) dan bersekongkol dengan istri, mertua, dan kedua orangtuanya.

Pasien menceritakan dirinya yang pernah dirantai kakinya oleh usmadon (semacam

perkumpulan ngaji). Pasien diberi makan 2 hari sekali, dan dipukul sebanyak 3x. Pasien

yakin sakit pada kulitnya saat ini karena ada orang yang menembaknya dengan peluru.

(waham kejar) Hal tersebut dikarenakan adanya 2 kubu dalam ormas kepolisian yang

saling bertentangan, dimana pasien ada kebingungan untuk memilih sebab jika pasien

memihak kesalah satu kubu maka dia akan ditembak. Pasien pernah diselamatkan oleh

seorang jendral sehingga dirinya tak tertembak. Selain itu di bak kamar mandi pasien

terdapat bahan yang membuat badannya saat ini gatal-gatal. Pasien sering mendengar

suara yang mengatakan adanya peperangan antara polisi dan tentara, kaya dan miskin,

laki-laki dan perempuan, salah dan benar (halusinasi auditorik).

Ada kejadian tak lazim yang dialami pasien dimana ketika dia sedang berjalan

tiba-tiba dia sama sekali tidak dapat mengingat apa-apa, bahkan bumi juga tidak terlihat

(waham nihilistik). Pasien hanya melihat warna merah dan putih selama 15 menit.

Kemudian pasien dapat melihat dan berjalan kembali. Pasien merasakan adanya gempa,

sehingga dia memutuskan untuk sholat tahajud dan zhikir. Tiba-tiba pasien melihat

seseorang dengan badan yang sangat besar berwarna hitam dengan mata merah.

Kemudian berubah menjadi putih. Pasien merasa ketakutan, dan tiba-tiba orang tersebut

menghilang (halusinasi visual).

Pasien seeorang laki-laki berusia 35 tahun penampilan fisik sesuai dengan usia

biologisnya. Raut wajah biasa terlihat tak tenang, ada kehati-hatian. Cara berpakaian

biasa, tidak terbalik. Postur tubuh biasa, tidak membungkuk, rambut kepala hitam

pendek, sedikit berantakan. Hygiene kurang, kulit tampak ekskoriasi, skuama dengan

hiperpigmentasi.

Page 13: Case Poli

Sebelum wawancara pasien tampak tidak tenang dan menolak wawancara yang

akan dilakukan saat keluar dari ruang poliklinik. Selama wawancara pasien tampak

ada keraguan untuk mau mengobrol dengan pemeriksa, namun dapat diyakinkan.

Sikap pasien menjadi lebih tenang. Pasien duduk di atas kursi poliklinik, mengobrol

tanpa berubah posisi dan tampak gelisah. Menjawab pertanyaan yang diberikan, ada

kontak mata. Sesudah wawancara pasien terlihat tenang, mengajak bersalaman dan

pasien berjalan pulang dengan keluarganya.

Pada isi pikir ditemukan adanya waham kejar, waham bizar, dan waham nihilistik.

Terdapat gagasan rujukan dan halusinasi auditorik. Pengendalian impuls yang kurang

baik. Tilikan derajat 2, ambivalensi terhadap penyakitnya. Pasien merasa sehat jiwa

dan perasaannya tetapi ada keinginan untuk sembuh dari penyakit fisiknya (kulitnya).

Pemeriksaan penunjang belum dilakukan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

A. Axis I (Gangguan klinis dan kondisi lainnya yang menjadi fokus perhatian)

Susunan formulasis diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna dengan

urutan untuk evaluasi multiaksial, seperti berikut :

1.Gangguan jiwa, atas dasar adanya gangguan pada pikiran, perasaan dan perilaku

yang menimbulkan penderitaan (distress) dan menyebabkan gangguan dalam kehidupan

sehari-hari (hendaya).

2. Gangguan jiwa ini termasuk gangguan mental non-organik /GMNO, karena tidak

terdapat gangguan kesadaran neurologic, tidak ditemukan penyakit organik yang berkaitan

dengan gangguan jiwanya, gangguan orientasi dan memori maupun NAPZA.

3. GMNO ini termasuk golongan psikosis karena adanya kelainan waham curiga,

waham, kejar,waham nihilistik, waham bizar dan halusinasi auditorik.

4. Menurut PPDGJ-III, GMNO Psikosis ini memenuhi kriteria Skizofrenia paranoid

karena :

a. Memenuhi kriteria skizofrenia yaitu waham curiga, waham, kejar,waham

nihilistik, waham bizar dan halusinasi auditorik.

Page 14: Case Poli

b. Waham dan halusinasi menonjol. Halusinasi auditorik berupa mendengar

bisikan suara.

Diagnosis banding dari kasus ini adalah :

F22 Gangguan waham menetap

1.Waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling mencolok

2. Waham tersebut harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas

pribadi, bukan budaya setempat.

3. Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang ada dan bersifat

sementara.

4.Tidak ada riwayat gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran, penumpulan

afek, dsb)

B. Axis II (Gangguan kepribadian dan retardasi mental)

Pada kasus ini memenuhi kriteria Gangguan kepribadian paranoid karena :

1.Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tenteng kesetiaan seksual dengan

pasangannya.

2. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol yang menyangkit diri

pasien.

3. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misal menolak untuk memaafkan.

C. Axis III (Kondisi medis umum)

Tidak ditemukan

D. Axis IV (Problem keluarga, pekerjaan, ekonomi, kepatuhan minum obat)

Problem psikososial kasus ini adalah berkaitan dengan status perkawinan dimana pasien

telah bercerai. Penghasilan pasien yang kecil.

E. Axis V (Global Assessement Functioning=GAF)

Berdasarkan skala GAF, kasus ini saat dievaluasi memiliki skala GAF 60-51 (gejala

sedang, disabilitas sedang).

Page 15: Case Poli

VIII.EVALUASI MULTIAKSIAL

A. Axis I : F20.2 Skizofrenia Paranoid

Diagnosis banding : F22 Gangguan waham menetap

B. Axis II : F60.0 Gangguan kepribadian paranoid

C. Axis III : Tidak ditemukan

D. Axis IV : Perceraian, penghasilan kerja rendah

E. Axis V : GAF 60-51

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam, selama pasien tidak melakukan perbuatan yang

mengarah ke tentamentum suicidum

Ad functionam : dubia ad bonam, karena pasien ternyata dapat melakukan fungsi

hidup sehari-hari secara mandiri.

Ad sanationam : dubia ad bonam

Faktor yang mendukung prognosis:

Baik Buruk

Presipitasi jelas Muncul pada usia muda 30btahun

Dukungan keluarga baik Gejala negative

Riwayat keluarga tidak ada Sering relaps

X. DAFTAR PROBLEM

A. Organobiologik: Gangguan neurotransmitter (hiperdopaminergik).

B. Psikiatri : Waham curiga, waham, kejar,waham nihilistik, waham bizar

dan halusinasi auditorik.

C. Psikososial : Perceraian dan penghasilan kerja yang rendah

XI. TERAPI

A. Farmakoterapi

Page 16: Case Poli

R/ Trihexylphenidil tab 2 mg No. XIV

S 2 dd tab 1

R/ Haloperidol tab 5 mg No. XXI

S 3 dd tab 1

R/ Clorpromazin tab 25 mg No. X

S 1 dd tab 1 malam

Pro: Tn. CM

Umur: 30 tahun

B. Psikoterapi

Memberikan informasi dan edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit

yang diderita pasien tersebut.

menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya minum obat dan kontrol secara

teratur.

Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengembangkan hobinya, yaitu

bermain gitar

Memotivasi pasien untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan anggota

keluarga dan dengan lingkungan social yang ada di sekitar tempat tinggal.

C. Terapi sosial

Motivasi pasien untuk ikut serta dalam aktivitas masyarakat sekitar, motivasi

pasien untuk rajin beribadah

D. Edukasi

- Edukasi keluarga mengenai penyakit pasien

- Edukasi keluarga agar belajar menerima kondisi pasien dan tidak

mengucilkan pasien

- Edukasi minum obat teratur dan kontrol teratur bila sudah lepas rawat