case obgyn dr, widiarso mioma uteri
TRANSCRIPT
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRIFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAJl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama : Mario Alfonso Lolek Widoen Tanda tangan
NIM : 11 2011 127
Dr pembimbing / penguji : Dr. FX. Widiarso,Sp.OG
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. S Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 44 Tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : kawin (PIVA0 ) Agama : Islam
Pekerjaan : buruh Pendidikan : SMP
Alamat :Jojo RT 2 RW 4 Mejobo, Kudus Masuk Rumah Sakit : 28 September 2012
Pukul 11.40 WIB
Pulang : 4 Oktober 2012
Nama suami : Tn. S
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jojo RT 2 RW 4 Mejobo, Kudus
A. ANAMNESIS :
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 28 September 2012 ; Jam : 19.00 WIB
Keluhan utama :
Nyeri perut sebelah bawah dan perdarahan dari jalan lahir sejak 2 minggu SMRS.
Keluhan tambahan :
(-)
1
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan gangguan haid sejak 4 bulan yang lalu.
Dalam sebulan haid sebanyak 1 kali, namun setiap haid lamanya 10 - 20 hari.
Setiap hari pasien mengganti pembalut + 4 sampai 5 kali. Darah haid berwarna merah
kehitaman. Riwayat keputihan tidak ada.
Pasien juga mengeluh rasa penuh dan berat pada perut bagian bawah. Terdapat rasa nyeri
di daerah perut bagian bawah. Pasien juga mengalami gangguan BAK berupaBAK sering,
sedikit-sedikit, nyeri saat/ sebelum/ sesudah BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan
nyeri saat BAB tidak ada. Pasien juga merasakan adanya sedikit penonjolan pada perutnya.
Tiga bulan Sebelum MRS ini pasien pernah memeriksakan kesehatannya di dokter Sp.OG
karena gangguan haid. Dari hasil pemeriksaan USG dan kuretase di dokter Sp.OG tersebut
didapatkan diagnosis mioma uteri.
Dua minggu SMRS pasien mengalami menstruasi yang banyak dan lamanya melebihi
biasanya, sehingga menyebabkan pasien memeriksakan dirinya ke RS Mardi Rahayu.
OS dan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, dan
diabetes mellitus.
Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 30 hari
Lamanya : 6 hari
Banyaknya : banyak dan encer
Haid terakhir (HPHT) : 16 September 2012
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 16 tahun, selama 28 tahun.
2
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
NoTahun Jenis Umur Jenis
PenolongHidup
/Riwayat
Meneteki sampai
Persalinan Kelamin Kehamilan Persalinan Mati nifas Umur
1 1984 Perempuan 36 minggu Normal dukun Hidup Baik 2 tahun
2 1989 Laki-laki 36 minggu Normal Dukun Hidup Baik 2 tahun3 1994 Laki-laki 36 minggu Normal Dukun Hidup Baik 2 tahun
4 2000 Perempuan 36 minggu Normal Dukun Hidup Baik 2 tahun
Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
(− ) Pil KB (Planotab, Andalan) ( + ) Suntikan 3 bulan
( − ) IUD ( − ) Susuk KB ( − ) Lain-lain
Lamanya :
Suntikan 3 bulan : hanya 1 kali
Penyakit Dahulu
( − ) Cacar ( − ) Malaria ( − ) Batu ginjal/saluran kemih
( − ) Cacar air ( − ) Disentri ( − ) Burut ( hernia )
( − ) Difteri ( − ) Hepatitis ( − ) Batuk rejan
( − ) Tifus abdominalis ( − ) Wasir ( − ) Campak
( − ) Diabetes ( − ) Sifilis ( − ) Alergi
( − ) Tonsilitis ( − ) Gonore ( − ) Tumor
( − ) Hipertensi ( − ) Penyakit pembuluh ( − ) Demam rematik akut
( − ) Ulkus ventrikuli ( − ) Pendarahan otak ( − ) Pneumonia
( − ) Ulkus duodeni ( − ) Psikosis ( − ) Gastritis
( − ) Neurosis ( − ) Tuberkulosis ( − ) Batu empedu
Lain-lain : ( − ) Operasi ( − ) Kecelakaan
Ada kerabat yang menderita :
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - √
Asma - √
Tuberkulosis - √
3
HIV - √
Hepatitis B - √
Hepatitis C - √
Hipertensi - √
Cacat bawaan - √
Mioma uteri - √
Lain – lain - √
Riwayat Operasi
Tidak ada
B. PEMERIKSAAN JASMANI
I. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Gizi : Baik
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 47 kg
Tekanan darah : 130 / 90 mmHg
Nadi : 88 kali / menit
Suhu : 36,8ºC
Pernapasan : Suara Nafas vesikuler,
20 kali / menit, Jenis thoracoabdominal
Sianosis : Tidak ada
Edema umum : Tidak ada
Habitus : atlenikus
Cara berjalan : Baik
Mobilisasi : Aktif
Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar
4
Kulit
Warna : sawo matang
Effloresensi : tidak ada
Jaringan parut : tidak ada
Pigmentasi : tidak ada
Pertumbuhan rambut : normal
Pembuluh darah : tidak menonjol dan melebar
Suhu raba : normal, kulit Lembab
Keringat : setempat yaitu di kepala dan leher
Turgor : baik
Lapisan lemak : tebal
Ikterus : tidak ada
Edema : tidak ada
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata, warna rambut hitam, rambut
tidak mudah dicabut.
Dahi : Turgor baik
Mata : Oedem palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (+), sklera ikterik (-),pupil
isokor dengan diameter 3 mm, refleks cahaya (+)
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis (-).
Telinga : Normotia, serumen (-), sekret (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), pursed lips breathing (-), oral hygiene
baik, T1 – T1 tenang, faring hiperemis (-), atrofi papil lidah (-), hipertrofi
gusi (-)
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran
5
Thorak
Inspeksi : Tampak thorak simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga
(-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), sela iga melebar (-), tulang costae dan sternum dalam
keadaan baik
Paru – paru
Inspeksi : Pernafasan simetris dalam keadaan dinamis.
Palpasi : Fremitus taktil simetris pada seluruh lapang paru. Nyeri tekan (-).
Perkusi
Anterior : Sonor pada seluruh lapang paru
Batas paru-hati setinggi IC VI pada linea midclavicula kanan.
Posterior : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
Anterior : Suara nafas dasar vesikuler pada seluruh lapang paru, suara nafas
tambahan (-)
Posterior : Suara nafas dasar vesikuler pada seluruh lapang paru, suara nafas
tambahan (-)
Jantung
Inspeksi Icrus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba 1 cm medial dari linea midclavicula sinistra IC V
Perkusi Batas atas : Linea sternalis sinistra IC II
Pinggang jantung : Linea parasternalis sinistra IC III
Batas kiri : 1 cm medial dari linea midclavicula
sinistra IC V
Batas kanan : Linea sternalis dekstra IC V
Auskultasi Katup Mitral- IC 5 midklav kanan
Katup Aorta – IC 2 parasternal kanan
Katup Pulmonal – IC 2 parasternal kiri
Katup Trikuspid – IC 4 parasternal kanan
Abdomen
Inspeksi : bentuk sedikit membesar,
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+)
Hati : Tidak teraba membesar
6
Limpa : Tidak teraba membesar
Ginjal : Ballotement (-), Nyeri ketok CVA (-)
Perkusi :Tympani
Auskultasi : Bising usus ( + ),
Ekstremitas
Luka : tidak ada
Varises : tidak ada
Edema : ( - )
Lain – lain : -
II. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Wajah : chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran payudara (-), puting susu menonjol, ASI (-)
Abdomen : pembesaran abdomen ringan (+),
strie nigra (-),
strie livide (-),
strie albicans (-),
bekas operasi (-)
Palpasi : TFU 3 jari di bawah pusat, His (-),
Auskultasi : denyut jantung janin (-)
Vaginal Toucher
Fluksus (+) , fluor (–)
V/U/V Tidak ada kelainan
Portio licin, sesuai jempol tangan
OUE Tertutup
Corpus uteri Sebesar tinju dewasa, mobile (+)
Adneksa parametrium massa(-), nyeri (-)
Cavum dougles tidak menonjol
Pemeriksaan sondase : ± 10 cm
7
III.Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin ( 28 September 2012 Jam 12.12 )
Kimia Gula darah sewaktu 101
Ureum 25
Creatinin darah 0,90
SGOT 22,2
SGPT 56,3 (↑)
Natrium 140,6
8
Hemoglobin 12,3 g/dl
Leukosit 4,77 ribu
Eosinofil% 4,4 % (↑)
Basofil 0,2 %
Neutrofil segmen 50,9 %
Limfosit 38,8 %
Monosit 5,7 %
MCV 61,5 mikro m3 (↓)
MCH 21,1 pg (↓)
MCHC 34,3 g/dl
Hematokrit 35,9 %
Trombosit 419 ribu
Eritrosit 5,84 juta (↑)
RDW 19,7% (↑)
PDW 11,3 %
MPV 9,7 mikro m3
LED 20/40 mm/jam
Golongan darah/Rh A/+
Waktu Perdarahan /BT 2 menit
Waktu Pembekuan/CT 5,30 menit
Kalium 4,27
Calcium 7,67(↓)
Chloride 104,5
Magnesium 22,2
Phospor 4,10
HbsAg stik NEGATIF
Pemeriksaan X foto thorax (28 September 2012)
Klinis : mioma uteri
COR : CTR<50%, bentuk dan letak dalam batas normal
PULMO : tidak tampak kesuraman pada paru
Corakan bronkovaskular normal
Diafragma dan sinus kanan & kiri normal
KESAN :
COR : tidak membesar
PULMO : aspek tenang
C. RINGKASAN (RESUME)
Pasien PIVA0, 44 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan gangguan haid sejak 4 bulan
yang lalu. Dalam sebulan haid sebanyak 1 kali, namun setiap haid lamanya 10 - 20 hari.
Setiap hari pasien mengganti pembalut + 4 sampai 5 kali. Darah haid berwarna merah
kehitaman. Riwayat keputihan tidak ada.
Pasien juga mengeluh rasa penuh dan berat pada perut bagian bawah. Terdapat rasa nyeri
di daerah perut bagian bawah. Pasien juga mengalami gangguan BAK berupaBAK sering,
sedikit-sedikit, nyeri saat/ sebelum/ sesudah BAK tidak ada. Sulit buang air besar dan
nyeri saat BAB tidak ada. Pasien juga merasakan adanya sedikit penonjolan pada perutnya.
9
Tiga bulan Sebelum MRS ini pasien pernah memeriksakan kesehatannya di dokter Sp.OG
karena gangguan haid. Dari hasil pemeriksaan USG dan kuretase di dokter Sp.OG tersebut
didapatkan diagnosis mioma uteri.
Dua minggu SMRS pasien mengalami menstruasi yang banyak dan lamanya melebihi
biasanya, sehingga menyebabkan pasien memeriksakan dirinya ke RS Mardi Rahayu.
OS dan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi, hepatitis,
diabetes mellitus, maupun mioma uteri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD Tekanan darah 130 / 90 mmHg, nadi 88 kali/menit
suhu 36,8 ºC, dan RR 20 kali/menit. Pada pemeriksaan luar didapatkan TFU setinggi 3 jari
di bawah pusat, HIS (-), perut sedikit membesar, terdapat nyeri tekan pada perut bagian
bawah, sedangkan pada pemeriksaan dalam didapatkan fluksus (+), Portio licin sesuai
jempol tangan, OUE tertutup, Corpus uteri sebesar tinju dewasa dengan kontraksi (-),
adneksa parametrium tidak terdapat massa maupun nyeri, dan tidak terdapat penonjolan
pada cavum douglas. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan eosinofil,
eritrosit, RDW, dan SGPT. Didapatkan juga penurunan MCV,MCH, dan calcium.. Pada
pemeriksaan x foto thorax tidak didapatkan adanya kelainan
D. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
Diagnosis kerja : PIVA0 Umur 44 tahun, dengan mioma uteri.
Pemeriksaan yang dianjurkan
Pemeriksaan USG
Rencana Pengelolaan:
a. Medika Mentosa:
Infus RL + Adona 50 mg/10 ml IV drip
Kalnex IV 100 mg/ml 3 x 1 ampul
Maltofer tab 1 x 1
b. Non Medica Mentosa :
Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Bed rest
Operasi elektif histerektomi
10
Prognosis :
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Tanggal 29 September 2012 pukul 14.00 WIB
Pasien dioperasi di kamar operasi
Dilakukan anestesi spinal
Operasi histerektomi supravaginal dan salfingoooforektomi dextra
Diagnosis Pre-operasi : Mioma uteri
Diagnosis Post operasi : Mioma uteri dan kista ovarii dextra
Tindakan : Histerektomi Supravaginal & Salfingoooforektomi Dextra
Laporan operasi :
Insisi dinding abdomen pada linea mediana ± 10 cm
Insisi diperdalam sampai dengan peritoneum terbuka
Eksplorasi : tampak massa tumor sebesar tinju dewasa asal dari uterus, permukaan
licin, bentuk membesar, perlekatan (-), tampak ovarium kanan membesar kistik
permukaan licin, tampak ovarium dan tuba kiri dalam batas normal
Dilakukan tindakan histerektomi supravaginal dilanjutkan dengan salfingoooforektomi
dextra
Rawat perdarahan ± 200 cc
Jahit abdomen lapis demi lapis
Tindakan selesai
Terapi post operasi:
♥ Infus D5/RL/NaCl 0,9% + Adona 50 mg/10 ml IV drip untuk 2 botol infus pertama
25 tpm
♥ Ketoprofen supp 1 x 1
♥ Cefotaxime Na 2 x 1 gram (ditest sebelumnya)
♥ Tramadol 2 x 1 amp
11
♥ Alinamin 2 x 1 amp
♥ Vit C 1 x 1 amp
♥ Gluconas calcii 5 cc 1 x 1
♥ Maltofer tab 1 x 1
♥ Pasien puasa
♥ Cek Hb post operasi
FOLLOW UP
Tanggal 30 September 2012, Jam 08.00 WIB
S : nyeri pada bekas luka operasi, mual, dan pusing yang berputar-putar
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 37ºC
Mata : konjungtiva palpebra pucat +/+, sklera ikterik -/-
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I & II regular, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-)
Ekstremitas : udem -/-
Pemeriksaan hemoglobin post op : 10,8 g/dl
Pemeriksaan urine lengkap
Urine :
Albumin negatif
Reduksi negatif
Bilirubin negatif
pH 7,0
urobilinogen normal
benda keton positif 1
nitrit negatif
berat jenis 1.015
12
darah samar positif 2
leukosit negatif
vitamin C positif 1
epitel ren (sedimen) 0
epitel sel 0-2
eritrosit 80-100
leukosit 3-5
silinder 0
parasit negatif
bakteri negatif
jamur negatif
kristal UA+
A : post OP histerektomi supravaginal dan SOD hari ke I atas indikasi mioma uteri dan
kista ovarii dextra
P :
Lanjutkan terapi pengobatan :
Betahistine tab 8 mg 3 x 1
Primperan 10 mg/2ml 3 x 1 ampul IV
Ondancentron 4 mg/2 ml 2x1 ampul
Maltofer tab 1 x 1
Vit C 1 x 1 amp
Cefotaxime Na 2 x 1 gram
Gluconas calcii 5 cc 1 x 1
13
Tanggal 1 Oktober 2012, Jam 08.00 WIB
S : nyeri pada bekas luka operasi, pusing yang berputar-putar
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,4ºC
Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I & II regular, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-)
PPV : (-)
Ekstremitas : udem -/-
Pemeriksaan kimia darah
Natrium 139,3 mmol/L
Kalium 3,97 mmol/L
Kalsium 7,6 mg/dl (↓)
Chloride 102,3 mmol/L
Magnesium 1,82 mg/dl
Phospor 3,40 mg/dl
A : post OP histerektomi supravaginal dan SOD hari ke II atas indikasi mioma uteri dan
kista ovarii dextra
P :
Lanjutkan terapi pengobatan :
Betahistine tab 8 mg 3 x 1
Ondancentron 4 mg/2 ml 2x1 ampul
Maltofer tab 1 x 1
Vit C 1 x 1 amp
Cefotaxime Na 2 x 1 gram
Gluconas calcii 5 cc 1 x 1
14
Tanggal 2 Oktober 2012, Jam 08.00 WIB
S : nyeri pada bekas luka operasi, batuk
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,8ºC
Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I & II regular, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-)
PPV : (-)
Ekstremitas : udem -/-
A : post OP histerektomi supravaginal dan SOD hari ke III atas indikasi mioma uteri dan
kista ovarii dextra
P :
Lanjutkan terapi pengobatan :
Betahistine tab 8 mg 3 x 1
Maltofer tab 1 x 1
Vit C 1 x 1 amp
Cefotaxime Na 2 x 1 gram
Gluconas calcii 5 cc 1 x 1
CaCo3 500 mg 2 x 1
OBH 3 x 1 C
15
Tanggal 3 Oktober 2012, Jam 08.00 WIB
S : nyeri pada bekas luka operasi, batuk
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,5ºC
Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I & II regular, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-)
PPV : (-)
Ekstremitas : udem -/-
A : post OP histerektomi supravaginal dan SOD hari ke IV atas indikasi mioma uteri dan
kista ovarii dextra
P : Lanjutkan terapi pengobatan
16
Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (tanggal 3Oktober 2012)
Diagnosa klinis : mioma uteri kista ovarii kanan
Lokasi : uterus
Sifat : jinak
Makroskopis
Uterus ukuran 10 x 8 x 7 cm, terdapat bekuan darah pada cavum uteri
Adnexa ukuran 5 x 3 x 2 cm, ovarium berupa kista isi cairan jernih
Mikroskopis
Uterus : endometrium tampak tipis dilapisi epitel kolumnar, dengan stroma sembab,
hiperemik, mengandung kelenjar tubulus dilapisi epitel kolumnar. Miometrium terdiri atas
serabut-serabut otot polos yang tersusun padat saling beranyaman, diantaranya tampak
stroma endometrium
Adneksa : ovarium : kista yang dilapisi epitel kolumnar selapis, stroma terdiri atas jaringan
ikat fibrous yang sembab, hiperemik, bersebukan limfosit, histiosit. Potongan jaringan tuba
dilapisi mukosa dengan epitel kuboid sampai kolumnar, stroma sembab, hiperemik,
bersebukan limfosit, histiosit.
Tak tampak tanda ganas pada semua sediaan
Kesan/kesimpulan
Uterus : mioma uteri disertai adenomyosis
Adneksa : kistadenoma ovarii serosum
Salpingitis kronik
17
Tanggal 4 Oktober 2012, Jam 08.00 WIB
S : nyeri pada bekas luka operasi,
O : Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,6ºC
Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I & II regular, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-)
PPV : (-)
Ekstremitas : udem -/-
A : post OP histerektomi supravaginal dan SOD hari ke V atas indikasi mioma uteri dan
kista ovarii dextra
P : gambaran klinis semakin membaik
Lanjutkan terapi pengobatan :
Betahistine tab 8 mg 3 x 1
Maltofer tab 1 x 1
CaCo3 500 mg 2 x 1
OBH 3 x 1 C
Pasien diperbolehkan pulang
Obat pulang :
cefspan kaps 100 mg 2 x 1
Zegavit kapl 5 mg 1 x 1
Kaltrofen tab 100 mg 2 x 1
TINJAUAN PUSTAKA MIOMA UTERI
18
PENDAHULUAN
Di antara berbagai tumor uterus yang penting artinya dalam hubungan dengan
proses reproduksi salah satunya ialah mioma uteri. Menurut perkiraan frekuensi mioma
uteri dalam kehamilan dan persalinan sekitar 1% banyaknya. Sementara itu masih banyak
mioma kecil yang tidak dikenal.
Mioma uteri diartikan sebagai salah satu dari tumor jinak pada jaringan uterus yang
sering dijumpai selama kehamilan. Mioma sukar untuk ditetapkan karena jarang atau tidak
semua dari mioma dapat menimbulkan keluhan sehingga mengharuskan dilakukan
tindakan pada wanita tersebut. Mioma uteri sangat erat hubungannya dengan infertilitas.
Mioma uteri yang tidak memberikan gejala klinik yang bermakna paling sering
ditemukan pada dekade ke-4 dan ke-5 serta lebih sering pada wanita kulit hitam, dan
sekitar 5-10% merupakan submukosa. Diet dan lemak tubuh juga berpengaruh terhadap
resiko terjadinya mioma.Marshall (1998), Sato (1998) dan Chiaffarino menemukan bahwa
resiko mioma meningkat seiring bertambahnya indeks massa tubuh dan konsumsi daging.
Terdapatnya mioma uteri mungkin mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri
submukosum.
2. Kemungkinan abortus bertambah.
3. Kelainan letak janin dalam rahim ,terutama pada mioma yang besar dan letak
subserosa.
4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks.
5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding
rahim atau apabila terdapat banyak mioma.
6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan
intamural.
7. Mioma dapat menyebabkan perdarahan yang hebat.
8. Penekanan pada pelvis dan nyeri abdomen.
9. Mioma kadang-kadang juga dapat menyulitkan kehamilan untuk menjadi aterm.
19
Sebagian besar mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, sering ditemukan
pada masa reproduksi akhir dan sekitar masa menopause karena diduga berhubungan
dengan aktivitas estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum menarche
dan akan mengalami regresi setelah menopause. Jika mioma uteri tidak regresi setelah
menopause atau bahkan bertambah besar maka kemungkinan besar mioma uteri tersebut
telah mengalami degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri. Bila ditemukan pembesaran
abdomen sebelum menarche, hal itu pasti bukan mioma uteri tetapi kemungkinan besar
kista ovarium dan resiko untuk mengalami keganasan sangat besar.
Tumor ini dihubungkan dengan jumlah kehamilan yang sedikit, walaupun hal ini
belum jelas apakah merupakan suatu sebab atau efek yang ditimbulkannya
20
DEFINISI
Mioma uteri adalah salah satu tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.
Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous,
sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan
berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma uteri biasa juga disebut
leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleiomioma, mioma fibroid atau mioma simpel. Mioma
uteri sering dijumpai selama kehamilan.Rice dkk (1989) mendapakan bahwa 1,4 % dari
lebih 6700 kehamilan mengalami penyulit mioma.Katz dkk (1989) melaporkan bahwa 1
dari 500 wanita hamil dirawat inap akibat penyulit yang berkaitan dengan mioma.
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan yaitu satu dari
empat wanita selama masa reproduksi yang aktif. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan
karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan memerlukan tindakan operatif.
Dalam banyak kasus kombinasi mioma dengan kehamilan tidak mempunyai arti apa-
apa,Di pihak lain kombinasi itu dapat menyebabkan komplikasi obstetrik yang besar
artinya. Hal itu tergantung dari besarnya dan lokalisasinya.Walaupun kebanyakan mioma
muncul tanpa gejala tetapi sekitar 60% ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan
USG, pemeriksaan pelvis, atau pada laparatomi daerah pelvis.
ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial.Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.Sel-sel tumor
mempunyai abnormalitas kromosom, khusunya pada kromosom lengan 12q. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah
beberapa hormon seperti estrogen, progesteron dan human growth hormone.
Pada wanita hamil, efek stimulatorik pada pertumbuhan mioma telah sejak lama
dikenali secara klinis. Efek ini kemudian diduga terjadi melalui reseptor estrogen dan
progesteron yang terdapat di jaringan uterus normal dan mioma.Sebenarnya , expansi cepat
uterus yang normal terjadi selama kehamilan besar kemungkinannya melibatkan
mekanisme yang lebih kompleks yang diperantarai sebagian oleh estrogen, progesteron,
dan sejumlah faktor pertumbuhan, terutama platelet derifed growth factor.
21
Antigen terkait proliferasi sel Ki-67 lebih banyak di sel-sel miometrium selama
kehamilan, tetapi lebih tinggi lagi pada mioma sepanjang siklus menstruasi dan kehamilan.
Efek stimulatorik mioma uteri pada wanita tidak hamil tampaknya terjadi akibat
meningkatnya reseptor estrogen dan progesteron, sel Ki-67 dan epidermal growth factor.
EGF (epidermal growth factor) tampaknya dirangsang oleh estrogen.
Pengaruh-pengaruh hormon :
Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.Adanya hubungan
dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%),
perubahan fibrositik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia
endometrium (9,3%). Myoma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi
ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Selama fase sekretorik ,siklus menstruasi dan kehamilan , jumlah reseptor
estrogen di miometrium normal berkurang.Pada mioma reseptor estrogen dapat
ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi ekskresi reseptor tersebut tertekan
selama kehamilan
17Beta hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak daripada miometrium normal.
Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan.Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
22
Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada
periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen
Pengamatan-pengamatan ini mendukung konsep bahwa hormon atau faktor
pertumbuhan yang sama atau serupa yang biasanya merangsang pertumbuhan uterus
selama kehamilan, juga merangsang pertumbuhan leiomioma pada awal kehamilan.Hal ini
dapat menjelaskan pengamatan paradoks bahwa mioma besar tidak berubah atau mengecil
pada akhir kehamilan.Mungkin selama kehamilan reseptor estrogen mioma mangalami
penurunan (down regulated) akibat adanya estrogen dalam jumlah besar. Tanpa reseptor
estrogen yang efektif (dan karenanya tanpa efek estrogen pada mioma), pengikatan faktor
pertumbuhan epidermis juga berkurang.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur: mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas: lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium: diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
23
PATOLOGI ANATOMI DAN PATOGENESIS
Sarang mioma di miometrium dapat berasal dari serviks uterus hanya 1- 3 % , sisanya
dari korpus uterus.Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus.Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga ostium uteri
eksternum berbentuk bulan sabit.Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma
terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde/ pusaran air
(whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.Pernah ditemukan 200 sarang mioma
dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5 – 20 sarang saja.
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg.Jarang sekali
mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, karena paling banyak pada wanita usia
35 – 45 tahun (kurang lebih 25 %).Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3
tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi pada beberapa kasus ternyata
tumbuh dengan cepat.Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut atau mengecil ,
hanya 10 % saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma biasanya multipel, bulat berbatas tegas, dengan panjang diameter mulai dari 5
mm sampai 200 mm atau lebih.Perubahan kistik atau nekrosis fokalis dapat terjadi pada
tumor ini.Pada potongan berwarna putih ,disertai serabut yang saling berikatan.Secara
histologis tumor ini terdiri atas kumpulan serabut yang saling beranyaman disertai aktivitas
mitosis yang sedikit atau tidak ada.Kadang-kadang nodul tumor ditemukan di dalam vena
(intravena leiomiomatosis).Tumor otot polos mengandung reseptor hormon steroid , dan
paling sedikit ,secara proporsional tergantung pada estrogen.
Faktor yang penting dalam menentukan potensi keganasan tumor otot polos ialah
aktivitas mitosisnya.Ada korelasi yang baik antara sifat klinis dan jumlah mitosis.Jumlah
mitosis biasanya dihitung pada 10 lapangan pandang dengan pembesaran
tinggi.Leiomioma mengandung 0 – 3 mitosis/ 10 hpf.Apabila ditemukan 10 atau lebih
dalam hubungannya dengan atipia , tumor harus ditentukan sebagai leiomiosarkoma dan
mempunyai sifat sebagai tumor ganas dengan semua resiko kambuhnya dan
metastasis.Apabila ditemukan antara 3-10 mitosis/10 hpf, sifat tumor tidak dapat
ditentukan.Mereka dikelompokkan ke dalam tumor otot polos dengan potensial maligna
24
yang tidak jelas, dan penderita harus diikuti secara berkala.walaupun kriteria ini kelihatan
berdasarkan teori saja, penggunaannya terbukti sangat berguna.
Secara makroskopis terlihat pada uterus berbenjol-benjol dengan permukaan
halus.Pada potongan , tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan
daging ikan.Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga
tumor mudah dilepaskan.Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi
menjadi lunak.Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik
tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru
gambaran kelompok sel otot polos miometrium.Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis
iskemik dari sel yang mati.Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami
atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat.
Pemeriksaan patologi anatomi Leiomioma uteri.Tampak serat miometrium yang hiperplastik berjalan berjaras melingkar dibatasi oleh pseodukapsul.
PERUBAHAN-PERUBAHAN SEKUNDER
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti.
Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan
perdarahan melalui vagina. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang
sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada
25
sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atopi postmenopausal, infeksi,
perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.
Perubahan-perubahan sekunder :
1. Atrofi :
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut (setelah
menopause dan rangsangan estrogen menghilang). Degenerasi hialin
merupakan perubahan degeneratif yang paling umum ditemukan. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah – olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dai kelompok lainnya.Ciri – ciri :
Jaringan ikat bertambah Berwarna putih dan keras Disebut mioma durum Mioma bisa menjadi bertambah kecil.
2. Degenerasi kistik :
Menjadi poket kistik. Dapat meliputi daerah kecil maupun luas,
dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-
ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari
kista ovarium atau suatu kehamilan.
3. Degenerasi membatu (calcireus degeneration) :
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada
sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan putih
pada foto rontgen. Juga terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
4. Degenerasi merah (carneous degeneration)
Terjadi paling sering pada masa kehamilan dan nifas.
Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
26
Aliran darah tidak seimbang (edema sekitar tungkai dan tekanan
hamil).
Proses ini biasanya disertai nyeri lokal, nyeri tekan pada palpasi dan
kadang-kadang disertai demam ringan. Sering terjadi lekositosis
sedang. kadang-kadang peritoneum parietalis yang menutupi mioma
(yang mengalami infark) meradang dan terjadi friction rub (bising
gesek) peritoneum. Komplikasi lain yang jarang ditemukan
meliputi : kelahiran preterm, ruptur tumor dengan pedarahan
peritoneal, shock dan bahkan mencetuskan DIC.
Mioma yang mengalami degenerasi di bagian muskulus dari uterus
Patogenesis : diperkirakan karena terjadinya kekurangan darah sehingga
menimbulkan suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi,
pembentukkan trombus, bendungan darah dalam mioma sehingga dapat
menimbulkan infark hemoragik. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik
ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
Degenerasi merah kadang-kadang sulit dibedakan dari appendisitis, solutio
plasenta, batu ureter, atau pielonefritis, tetapi tehnik - tehnik pencitraan
27
akan banyak membantu. Umumnya tanda dan gejala peradangan mereda
dalam beberapa hari, tetapi peradangan dapat memicu persalinan.
Mioma dapat terinfeksi apabila terjadi abortus septik atau metritis
masa nifas. Hal ini paling sering terjadi apabila miomanya terletak dekat
dengan tempat implantasi plasenta atau terjadi perforasi mioma oleh
instrumen, misalnya sonde atau kuret. Apabila mioma mengalami infark,
resiko infeksi meningkat dan kemungkinan penyembuhan infeksi berkurang,
kecuali apabila dilakukan histerektomi.
5. Degenerasi lemak :
jarang terjadi , merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Lemak dapat
ditemukan di dalam serat otot polos.
6. Degenerasi mukoid :
Daerah hialin digantikan oleh bahan gelatinosa yang lembut. Biasanya
terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang terganggu.
7. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna):
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontroversi yang ada saat ini adalah
apakah hal ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah
neoplasma spontan. Leiomiosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang
jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot polos.
KLASIFIKASI MIOMA
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan ukuran, lokasi dan lapisan uterus yang terkena
dan jumlah mioma yang terdapat pada suatu kehamilan.
Beberapa peneliti berupaya menilai efek ukuran, lokasi, dan jumlah mioma
terhadap kehamilan..Coronado dkk (2000) mengulas hasil-hasil akhir kehamilan pada 2065
wanita dengan leiomioma yang dipastikan dari akte kelahiran negara bagian
Washington.Solutio plasenta dan presentasi bokong meningkat 4 kali lipat , perdarahan
trimester pertama dan disfungsi persalinan 2 kali lipat, dan sectio caesarea 6 kali
lipat.Kemungkinan solutio plasenta tampaknya meningkat apabila plasenta berkontak atau
menutupi suatu mioma uterus.Abortus dan perdarahan pasca partum tidak meningkat
28
kecuali apabila plasenta terletak di samping atau menutupi suatu mioma.Walaupun insiden
perdarahan pasca partum tidak meningkat , apabila terjadi maka perdarahannya biasanya
masif, sulit diatasi, dan sering hanya ditanggani dengan histerektomi (Hasan dkk 1990)
lev-toaff dkk (1987) mendapatkan peningkatan insiden retensio plasenta pada kasus mioma
segmen bawah uterus.
Mioma Menurut Ukuran
Dalam kaitannya dengan ukuran, Rice dkk (1989) menyimpulkan bahwa wanita
dengan mioma berukuran lebih dari 3 cm memperlihatkan peningkatan angka persalinan
preterm, solutio plasenta, nyeri panggul, dan sectio caesarea yang bermakna.Tumor
berukuran kurang dari 3 cm tidak bermakna secara klinis.Lev-toaff dkk (1987) mencatat
bahwa seiring dengan meningkatnya ukuran dan jumlah mioma ,terjadi peningkatan
frekuensi retensi plasenta, malpresentasi janin, dan kontraksi preterm yang
signifikan.Hasan dkk (1990) tidak mendapatkan keterkaitan dalam hubungannya dengan
ukuran mioma kecuali meningkatnya obstruksi kehamilan apabila ukuran mioma lebih dari
6 cm.Davis dkk (1990) serta Roberts (1999) mengamati tidak adanya hubungan antara
penyulit dengan ukuran , letak dan jumlah mioma.
Mioma Menurut Lokasi
Beberapa lokasi tempat tumbuhnya mioma :
Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
Lapisan Tumbuhnya Mioma pada Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui suatu tangkai saja
29
(pedunkulata).Tumor ini dapat mengalami torsio disertai nekrosis yang mungkin dapat
menyebabkan mioma tersebut terlepas dari uterus. Pertumbuhan mioma ke arah lateral
dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem
peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil
dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas
dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
Myoma pedunkulata kecil berlokasi di bagian depan uterus
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Mioma terdapat di dinding uterus di antara
serabut miometrium. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus,
tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa
tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor
tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa atau
keduanya. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan
otot rahim dominan).
Mioma Uteri Submukosa
30
Mioma uteri yang dapat terletak tepat di bawah permukaan endomerium atau
desidua rongga uterus. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat
menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi.
Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Mioma uteri submukosa, intramural,subserosa,pedunkulata
Mioma uteri submukosa, intramural,subserosa,pedunkulata
31
GAMBARAN KLINIK
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar
bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Keluhan-keluhan yang biasa
dikeluhkan sangat bermacam-macam. Keluhan-keluhan tersebut tergantung dari faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri / tempat mioma berada (serviks, intramural, submukus,
subserus).
3. Perubahan-perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % – 50% dari pasien yang terkena. Adapun
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).
Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan
hipermenorrhea. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan
abnormal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium.
2. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
3. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh
darah yang melaluinya dengan baik
Penekanan rahim yang membesar :
o Gangguan ini tergantung dari tempat dan besar mioma uteri.
32
o Terasa berat di abdomen bagian bawah.
o Gejala traktus urinarius: penekanan pada kandung kemih dapat
menyebabkan urine frequency meningkat dan menimbulkan poliuri.
o Gejala dan tanda penekanan pada rektum dapat meyebabkan obstipasi dan
obstruksi intestinal.
o Penekanan pada uretra dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis.
o Gejala penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul
dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
o Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
Wanita hamil 30 minggu dengan mioma uteri besar
Nyeri :
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena :
o Gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat pada peradangan.
o Pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan.
33
o Karena pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore.
o Penekanan saraf.
o Torsi bertangkai (putaran tangkai) : sarang mioma yang bertangkai dapat
mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.
Infertilitas dan abortus.
Akibat penekanan atau penutupan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi
di cornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat
menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa oleh karena
distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan penyebab infertilitas tersebut,
maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
Pengaruh kehamilan dan persalian pada mioma uteri
Sebaliknya , kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri.
1. Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema,
terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormona
(estrogen) yang meningkat dalam kehamilan. Setelah kehamilan 4 bulan tumor
tidak bertambah besar lagi.
2. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah
terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis,
terutama di tengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi merah) atau
tampak seperti daging (degenerasio karnosa) akibat infark hemoragik. Perubahan
ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan
peritoneum dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan
bersifat suci hama (steril). Sering kali terjadi lekositosis sedang. Kadang-kadang
34
peritoneum parietalis yang menutupi mioma (yang mengalami infark) meradang
dan terjadi friction rub (bising gesek) peritoneum. Tumor menjadi lebih lunak,
berubah bentuk dan berwarna merah. Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam
masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan
sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
3. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat
desakan uterus yang makin lama makin membesar atau setelah bayi lahir. Torsi
menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis pada tumor dan menimbulkan
gambaran klinik perut mendadak merasakan nyeri hebat (acute abdomen).
4. Mioma yang lokasi di belakang, dapat terdesak ke dalam kavum dauglasi dan
terjadi inkaserasi.
5. Mioma dapat terinfeksi apabila terjadi abortus septik atau metritis masa nifas.Hal
ini paling sering terjadi apabila miomanya terletak dekat dengan tempat implantasi
plasenta atau terjadi perforasi mioma oleh instrumen, misalnya sonde atau kuret.
Apabila mioma mengalami infark, resiko infeksi meningkatdan kemungkinan
penyembuhan infeksi berkurang, kecuali apabila dilakukan histerektomi.
Mioma uteri dan kehamilan muda.
35
DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit, walaupun kadang-
kadang terjadi kesalahan. Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan
adanya benjolan pada perut bagian bawah. Terutama kehamilan kembar, tumor ovarium,
dan uterus didelfis dapat menyesatkan diagnosis. Ada kalanya mioma besar teraba seperti
kepala janin, sehingga kehamilan tunggal disangka kehamilan kembar atau mioma kecil
disangka bagian-bagian janin. Dalam persalinan mioma lebih menonjol waktu ada his,
sehingga lebih mudah dikenali.
Berikut diagnosis yang dapat dilakukan terhadap pasien :
Anamnesis
1. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama dan
pasien merasa berat pada perut bagian bawah.
2. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.
3. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
Pemeriksaan fisik (Pemeriksaan luar)
- Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
- Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor
tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
- Konsistensi padat, kenyal, permukaan tumor umumnya rata. Mioma yang
teraba lunak dan tidak menyebabkan kelainan bentuk uterus sangat sulit
untuk dibedakan dari uterus gravidus. Bahkan pada laparatomi, waktu perut
terbuka kadang-kadang tidak mungkin dibuat diagnosa yang tepat.
Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang
umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, sering kali teraba
berbenjol-benjol. Juga teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta
36
pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas. Jangan lupa untuk memperhatikan
tanda-tanda peradangan yang muncul serta perdarahan dan fluor albus.
Gejala klinis
1. Adanya rasa penuh pada perut bagian bawah dan tanda massa yang padat
kenyal.
2. Adanya perdarahan abnormal.
3. Nyeri, akibat degenerasi mioma / kontraksi uterus berlebihan pada mioma
submukosum. Nyeri juga dirasakan terutama saat menstruasi.
4. Infertilitas dapat disebabkan distorsi tuba / gangguan implantasi pada
endmetrium, oklusi kanalis endoservik. Abortus juga dapat terjadi.
5. Penekanan pada kandung kemih, ureter, rectum atau organ rongga panggul
lainnya.
6. Pada umumnya diserai perdarahan karena permukaan kavum uteri yang
lebih luas dan adanya gangguan kontraksi uterus akibat masa tumor.
Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas, hal ini biasanya ditemukan secara kebetulan. Mioma intramural akan
menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan
yang menggunakan uterus sonde. Mioma submukosum kadang kala dapat teraba
dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada
permukaan kavum uteri.
Pemeriksaan penunjang
o USG dan MRI.
Mioma dapat dideteksi dengan menggunakan USG, CT scan
ataupun MRI. USG digunakan untuk menentukan jenis tumor,
lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adnexa rongga
pelvis.
Masalah yang paling penting yang perlu dipecahkan bila
ditemukan suatu massa pada abdominopelvis adalah memastikan
37
etiologinya. Ultrasonografi telah sangat membantu tidak saja dalam
mengidentifikasi massa secara tepat tetapi juga dalam mengikuti
kemajuan, regresi, dan respons terhadap terapi. Terdapat
keterbatasan-keterbatasan sonografi dalam mengevaluasi massa di
pelvis. Massa di ovarium (baik jinak maupun ganas), kehamilan
mola, kehamilan ektopik, missed abortion, kelainan usus, dan
bahkan kepala janin dapat saja disalah - sangka sebagai mioma
uterus. Pada sebagian kasus dianjurkan pemakaian pencitraan
Dopller berwarna. Pada pemeriksaan leiomiosarkoma sangat jarang
ditemukan dan dengan menggunakan USG sulit untuk
membedakannya dengan mioma dan konfrmasinya membutuhkan
diagnosa jaringan.
Untuk meningkatkan akurasi, beberapa dokter menganjurkan
bahwa MRI menggantikan, atau paling tidak berfungsi sebagai
pemeriksaan tambahan bagi ultrasonografi. Telah dilakukan
perbandingan ultrasonografi dengan MRI pada kelompok wanita
yang sama, dan MRI terbukti lebih baik daripada ultrasonografi,
terutama dalam mengidentifikasi mioma uteri secara tepat. Namun,
bahkan dengan MRI dapat terjadi kesalahan dalam mendiagnosis
mioma uteri. Hal ini kembali menekankan penting dan sulitnya
menegakkan diagnosis noninvasif bagi suatu massa abdominopelvis
selama kehamilan. Beberapa peneliti melaporkan tehnik-tehnik
yang menggunakan MRI yang sangat meningkatkan kehandalan
identifikasi mioma uteri bila dibandingkan dengan struktur panggul
lainnya.
38
Dua lokasi mioma yang berbeda pada miometrium
o Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus. Lebih lanjut uterus membesar dan
berbentuk tak beraturan. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting
untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan
perjalanan ureter.
o Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma
submukosa disertai dengan infertilitas.
Histeroskopi
o Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
o Laboratorium: darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
o Tes kehamilan.
39
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan adalah :
Tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan
kehamilan.
Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri.
Mioma intramural harus dibedakan dengan khoriokarsinoma, karsinoma korporis
uteri atau suatu sarkoma uteri.
Tumor solid ovarium.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan
pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat
kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Beberapa gejala yang timbul
dapat membuat keraguan dalam mendiagnosa mioma karena memberikan beberapa
keluhan yang hampir sama. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di daerah
perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.
Uterus gravid.
Kelainan bawaan rahim.
Adenomiosis uteri
Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaannya dengan mioma uteri.
Adenomiosis lebih sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause,
sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang
umumnya infertil. Menurut kepustakaan frekuensi adenomiosis berkisar antara 10 –
47 %. Diagnosis untuk adenomiosis yang akurat sekarang dapat dilakukan dengan
tehnik MRI.
Patologi:
Pembesaran uterus pada adenomiosis umumnya difus. Didapat penebalan dinding
uterus, dengan dinding posterior biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk
simetrik dengan konsistensi padat, dan tidak menjadi lebih besar dari tinju atau
uterus gravidus 12 minggu.
Adenomiosis ini sering terdapat bersama-sama dengan mioma uteri.
Walaupun jarang, adenomiosis dapat ditemukan tidak sebagai tumor difus
melainkan sebagai tumor dengan batas yang nyata. Dalam hal ini kelainan tersebut
yang dinamakan endometrioma uteri, sukar dibedakan dari mioma uteri. Gambaran
mikroskopik yang khas pada adenomiosis ialah adanya pulau-pulau jaringan
40
endometrium di tengah-tengah otot uterus. Pulau-pulau ini dapat menunjukkan
perubahan siklik, akan tetapi umumnya reaksi terhadap hormon-hormon ovarium
tidak begitu sempurna seperti endometrium biasa. Walaupun demikian dapat
ditemukan kista-kista kecil berisi darah tua di tengah-tengah jaringan adenomiosis.
Kadang-kadang kelenjar-kelenjar dari endometrium menunjukkan hiperlasia kistik,
bahkan dapat ditemukan sel-sel atipik, akan tetapi keganasan sangat jarang terjadi.
Jaringan otot di sekitar pulau-pulau endometrium mengalami hiperplasia
dan hipertrofi dan segala sesuatu memberi gambaran seperti anyaman dengan bintik
hitam di dalamnya, tanpa adanya semacam kapsula seperti pada mioma. Kehamilan
akan menyebabkan endometrium ektopik ini berubah seperti desidua.
Diagnosis :
Diagnosis adenomiosis dapat diduga, apabila pada wanita berumur sekitar
40 tahun dengan banyak anak, keluhan menoragia dan dismenorea makin menjadi,
dan ditemukan uterus yang membesar simetrik dan berkonsistensi padat. Akan
tetapi diagnosis yang pasti baru bisa dibuat setelah pemeriksaan uterus pada waktu
operasi atau sesudah diangkatnya pada operasi itu.
Endometriosis.
Adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar atau
stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, dan bila di luar
uterus disebut endometriosis.
Gambaran Mikroskopis :
Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan ciri – ciri khas bagi
endometriosis, yakni kelenjar – kelenjar dan stroma endometrium, dan perdarahan
bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin, dan sel – sel makrofag berisi
hemosiderin.Di sekitarnya tampak sel – sel radang dan jaringan ikat, sebagai reaksi
dari jaringan normal di sekelilingnya (jaringan endometriosis).Jaringan
endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam uterus, dapat
dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron. Akan tetapi besarnya pengaruh tidak
selalu sama, dan tergantung dari beberapa faktor, antara lain dari komposisi
endometriosis yang bersangkutan (apakah jaringan kelenjar atau jaringan stroma
yang lebih banyak), dari reaksi jaringan normal di sekitarnya, dan sebagainya.
Sebagai akibat dari pengaruh hormon – hormon tersebut, sebagian besar dari sarang
41
– sarang endometriosis berdarah secara periodik. Perdarahan yang periodik ini
menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan.
Pada kehamilan dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis.
Apabila kehamilannya berakhir, rekasi desidual menghilang disertai dengan regresi
sarang endometriosis, dan dengan membaiknya keadaan. Pengaruh baik dari
kehamilan kini menjadi dasar pengobatan endometriosis dengan hormon untuk
mengadakan apa yang dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy). Secara
mikroskopik endometriosis merupakan suatu kelainan yang jinak, akan tetapi
kadang – kadang sifatnya seperti tumor ganas. Antara lain bisa terjadi penyebaran
endometriosis ke paru – paru dan lengan, selain itu bisa terdapat infiltrasi ke bawah
kavum Douglasi ke fasia rektovaginal, ke sigmoid, dan sebagainya.
Gambaran klinis :
Gejala – gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah : nyeri perut
bawah yang rogresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid
(dismenorea), dispareunia, nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu haid, poli
dan hipermenorea, infertilitas.
Patologi :
Gambaran mikroskopis dari endometriosis sangat variabel. Lokasi yang
paling sering terdapat ialah pada ovarium, dan biasanya di sini didapati pada kedua
ovarium. Pada ovarium tampak kista – kista biru kecil sampai kista besar (kadang –
kadang sebesar tinju) berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau
endometrioma)
Diagnosis :
Biasanya dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dipastikan
dengan pemeriksaan laparoskopi. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi
seperti forniks vaginae posterior, perineum, parut laparotomi, dan sebagainya,
biopsi dapat memberi kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan laboratorium
pada endometriosis tidak memberikan tanda yang khas, hanya apabila ada darah
dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang
adanya endometriosis pada rektosigmoid atau kandung kencing. Laparoskopi
merupakan pemeriksaan yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis
dengan kelainan – kelainan lain di pelvis.
Perdarahan uterus disfungsional
42
Yaitu perdarahan bukan haid.Yang dimaksudkan di sini ialah perdarahan yang
terjadi dalam masa antara 2 haid.Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat
dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu ; yang pertama
dinamakan metroragia , yang kedua menometroragia .Metroragia atau
menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh
kelainan fungsional.Perdarahan-perdarahan dari uterus selain mioma uteri dapat
disebabkan oleh kelainan pada :
1. Serviks uteri, sepeti polipus servisitis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus
pada porsio uteri, karsinoma servisitis uteri.
2. Korpus uteri, seperti polip endometrium , abortus imminens, abortus sedang
berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma ,
subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri.
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik
dinamakan perdarahan disfungsional.Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada
setiap umur antara menarche dan menopause.Tetapi, kelainan ini lebih sering
dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.Dua pertiga dari
wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur
di atas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20 tahun.Sebetulnya dalam praktek banyak
dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa pubertas , akan tetapi karena
keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah
sakit kecuali perdarahan tersebut disebabkan karena sebab-sebab tertentu seperi
mioma.
Tumor solid rongga pelvis non ginekologis.
Miosarkoma.
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang ditimbulkan mioma uteri adalah :1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari :
o Mioma uteri subserosa.
o Mioma uteri submukosa.
43
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Perlengketan pasca miomektomi.
5. Terjadi ruptur atau robekan pada rahim.
Komplikasi yang ditimbulkan mioma terhadap kehamilan :
1. Sering terjadi abortus.
2. Persalinan prematuritas.
3. Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.
4. Subferil sampai fertl dan kadang-kadang hanya mempunyai 1 anak saja.
5. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim.
6. Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir.
7. Inersia uteri pada kala I dan kala II.
8. Atonia uteri setelah pasca persalinan, perdarahan banyak.
9. Kelainan letak plasenta.
10. Plasenta sukar lepas (retensio plasenta) sehingga dapat terjadi perdarahan.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan mioma uteri tergantung dari segi umur, paritas, lokasi, dan ukuran
tumor.Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma
itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan.Walaupun demikian mioma
uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti
pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang
berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera .
Tindakan-tindakan tersebut terbagi atas :
1. Penangganan konsevatif, bila: mioma yang kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala.
Cara penagganan konservatif sebagai berikut :
o Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3 – 6 bulan.
44
o Bila anemia, Hb < 8 g % segera transfusi PRC.
o Pemberian zat besi.
o Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH
agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus
terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen.
Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1 – 3
menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. GnRHa yang mengatur
reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin
yang mempengaruhi leiomioma. Efek pengurangan yang dilakukan obat ini
terhadap sekresi gonadotropin akan menciptakan keadaan hipoestrogenik
yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum
dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi
agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena
memberikan beberapa keuntungan : mengurangi hilangnya darah selama
pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
Pemberian GnRHa (buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri
menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam
keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa
dihentikan, leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering
mengalami menopause yang terlambat. Karena keinginan memperoleh anak,
maka baru-baru ini progestin dan antipprogestin dilaporkan mempunyai
efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan
pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin.
o Hormon androgen yang dianggap sebagai hormon laki-laki diberikan
sebagai terapi pengobatan yang dapat menghikangkan gejala mioma.
o Danazol, obat sintetik yang sama dengan testoteron, dapat menyusutkan
myoma, mengurangi ukuran uterus, menghentikan menstruasi dan
memperbaiki anemia. Terdapat efek samping seperti pertambahan berat
badan, dysphoria (depresi), jerawat, sakit kepala, suara yang berat. Efek
samping tersebut membuat banyak wanita enggan memakai obat ini.
45
o Pengobatan lain seperti kontrasepsi oral atau progestin dapat membantu
mengontrol perdarahan menstruasi tapi tidak dapat mengurangi ukuran
myoma. NSAID, yang bukan pengobatan hormonal, efektif untuk
perdarahan vagina yang berat yang tidak berhubungan dengan myoma.
2. Penangganan operatif : dengan melakukan tindakan operasi terhadap pasien.
Berikut beberapa cara penangganan operatif :
Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum pada miom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai karena jelas dan mudah dijepit serta diikat.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh
anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas,
kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 – 50 %. Sejauh ini
tindakan ini tampaknya aman, efektif dan masih menjadi pilihan
terbaik. Miomektomi sebaiknya tidak dilakukan bila ada
kemungkinan terjadi carcinoma endometrium atau sarkoma uterus,
juga dihindari pada masa kehamilan.
Miomektomi dilakukan bila :
o Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12 – 14
minggu.
o Pertumbuhan tumor cepat.
o Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
o Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan
berikutnya.
46
o Hipermenorea pada mioma submukosa.
o Penekanan pada organ sekitarnya.
Miomektomi selama kehamilan
Pada umumnya tidak dilakukan operasi untuk mengangkat mioma
dalam kehamilan.Demikian pula tidak dilakukan abortus provokatus.
Apabila terjadi degenerasi merah pada mioma, biasanya sikap konservatif
dengan istirahat baring dan pengawasan yang ketat memberi hasil yang
cukup memuaskan.Antibiotika tidak banyak gunanya karena proses
peradangannya bersifat suci hama.Akan tetapi, apabila dianggap perlu ,
dapat dilakukan laparotomi percobaan dan tindakan selanjutnya disesuaikan
dengan apa yang ditemukan waktu perut dibuka.
Miomektomi selama kehamilan harus dibatasi pada mioma yang
jelas memiliki tangkai dan dapat djepit dan diikat dengan mudah (Burton
dkk, 1989).Mioma jangan dipotong dari uterus selama kehamilan atau saat
pelahiran, karena dapat terjadi perdarahan deras dan kadang – kadang ,
terpaksa dilakukan histerektomi.Walaupun Glavind dkk (1990) berkeras
bahwa pendekatan agresif tidak akan meningkatkan kematian janin
dibandingkan dengan tindakan non bedah, tetapi hal ini masih perlu
dibuktikan.Biasanya mioma mengalami involusi nyata setelah pelahiran ;
karena itu , miomektomi harus ditunda sampai terjadi involusi. Apabila
mioma menghalang-halangi lahirnya janin , harus dilakukan secsio sesarea
segera.
Miomektomi Sebelum Kehamilan
Pengangkatan suatu leiomioma intramural sangat berbahaya bagi
kehamilan berikutnya.Setelah miomektomi , terjadi peningkatan bermakna
risiko ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.Selain itu, ruptur dapat terjadi
pada awal kehamilan dan jauh sebelum persalinan (Golan dkk,
1990).Apabila miomektomi menyebabkan defek yang mengenai atau dekat
dengan endometrium, kehamilan berikutnya perlu diakhiri sebelum terjadi
persalinan aktif.Baru – baru ini dilakukan embolisasi arteri pada mioma
47
uteri wanita tidak hamil (Katsumori dkk 1999).Hasil dan penyulit pada
kehamilan setelah tindakan ini tidak diketahui.
Miomektomi Setelah Kehamilan
Dalam masa nifas mioma dibiarkan kecuali apabila timbul gejala-
gejala akut yang membahayakan.Pengangkatannya dilakukan secepat-
cepatnya setelah 3 bulan ; akan tetapi pada saat itu mioma kadang-kadang
sudah demikian mengecil sehingga tidak memerlukan pembedahan.
Laparoskopik
Satu atau beberapa myoma diangkat menggunakan tehnik
laparaskopi atau endoskopi. Laparaskopi dilakukan dengan membuat
insisi kecil pada dinding abdomen dan memasukkan laparaskop ke
dalamnya. Keuntungannya adalah pasien tidak perlu rawat inap dan
penyembuhannya lebih cepat daripada laparatomi. Kerugiaannya
adalah dibutuhkan waktu yang lama untuk mengangkat myoma yang
besar dari abdomen.
48
Tampilan dari laparoskopik pelvis yang menunjukkan adanya mioma uteri
Penghancuran mioma
Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma : miolisis
yaitu dengan laparaskop, laser fiber / alat elektrik diletakkan pada
fibroma, kemudian pembuluh darah yang memberi makan mioma
dibekukan atau digumpalkan, sehingga jaringan myoma yang akan
mati dan berangsur-angsur digantikan dengan jaringan parut. Ini
lebih mudah dilakukan daripada myomektomi dan penyembuhannya
lebih cepat.
Uterine Artery Embolization (UAE)
49
Arteri uterina diinjeksi dengan butiran polyvinyl alkohol
melalui kateter yang nantinya akan menghambat aliran darah ke
mioma dan menyebabkan nekrosis. Penting untuk diketahui, setelah
dilakukan UAE, kehamilan tidak diperkenankan karena terjadi
distorsi signifikan dari lapisan uterus yang dapat menyebabkan
implantasi abnormal dan keguguran serta infertilitas dalam waktu
yang lama. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah
pembedahan myoma. Keuntungannya adalah tidak ada insisi dan
waktu penyembuhannya yang cepat.
Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas.Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi
pilihan terbaik.Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada
kemungkinan terjadi karsinoma endometrium atau sarkoma uterus,
juga dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya
dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah
dapat dijepit dan diikat.Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium , kehamilan
berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea.
Kriteria preopersi menurut American College of Obstericians
Gynecologist (ACOG) adalah sebagai berikut :
Kegagalan untuk hamil atau keguguran
berulang.
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil
dan berbatas tegas.
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas
penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang.
Histerektomi
50
Perlu disadari bahwa 25 – 35% dari penderita mioma masih
memerlukan histerektomi.Histerektomi adalah pengangkatan uterus ,
yang umunya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat
dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini
jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan
tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umunya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
sevisis uteri.Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila
terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak
lagi, dan pada penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik
atau yang sudah bergejala.Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah
sebagai berikut :
a) Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang
dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
b) Perdarahan uterus berlebihan :
Perdarahan yang banyak bergumpal – gumpal atau terjadi
berulang – ulang selama lebih dari 8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :
Nyeri hebat dan akut.
Rasa tertekan pada punggung bawah atau perut bagian bawah
yang kronis.
Penekanan buli – buli dan frekuensi urine yang berulang –
ulang dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
Penangganan Radioterapi
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad
risk patient).
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi
sehingga penderita mengalami menopause.Karena itu
tindakan ini tidak dilakukan pada wanita muda.
51
Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontra indikasi untuk tindakan operatif.
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
Bukan jenis submukosa.
Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada
keganasan pada uterus.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan dapat ditarik dari isi laporan – laporan yang ada. Yaitu :
1. Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum diketahui.
2. Mioma uteri sangat erat hubungannya dengan infertilitas dari seorang
wanita.
3. Mioma uteri sering tidak memberikan gejala klinik yang bermakna, karena
itu tidak semua mioma uteri memerlukan tindakan.
4. Mioma uteri sering ditemukan pada masa reproduksi akhir dan sekitar masa
menopause.
5. Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri adalah : umur, paritas, ras,
genetik, fungsi ovarium.
6. Pertumbuhan mioma selama kehamilan tidak dapat diperkirakan.
7. Implantasi plasenta yang menutupi atau berkontak dengan mioma
meningkatkan kemungkinan solusio plasenta, abortus, persalinan preterm,
dan perdarahan pasca partum.
8. Mioma multipel meningkatkan insiden malposisi janin dan persalinan
preterm.
9. Degenerasi mioma mungkin menimbulkan gambaran sonografik khas.
10. Insiden sectio sesarea dapat meningkat (Vergani dkk, 1994).
11. Lakukan pengobatan secara konservatif dan operatif bila mioma tersebut
menimbulkan gejala.
52
DAFTAR PUSTAKA
1. Joedosepoetra MS, Tumor jinak pada alat genital. Dalam : Wiknjosastro H.,
Syaifuddin A.B., Rachimhadhi, editors. Ilmu Kandungan. Edisi ke – 2 Jakarta ;
Yayasan Bina Pustaka; 2005: 338 – 45.
2. Cunningham F.Gary, F Gant Norman, J Leveno Kenneth, C Gilstrap III Larry,C
Hauth John,D Wenstrom Katharine: Obstetri Williams. Edisi ke-21 Vol 2: Tentang
Kelainan Saluran Reproduksi. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006:
1031-1035
3. Karim A, Murah Manoe IMS. Miooma Uteri. Dalam: Djuanna AA, et al, editors.
Pedoman diagnosis dan terapi. Edisi Pertama. Ujung Pandang; Bagian SMF
Obstetri dan Ginekologi FKUH RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo; 1999: 282 –
297.
4. Manuaba IBG. Tumor jinak rahim. Dalam: Setiawan, Manuaba IBG, editors. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1998: 409 – 412.
5. Manuaba IBG. Mioma Uteri. Dalam : Manuaba IBG, editor. Kapita selekta
penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1998: 600 – 603.
6. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Mioma uterus.
Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta; POGIU; 1991:
21 – 22.
53
7. Robbins SL, Kumar V. Sistem genitalia wanita dan payudara. Dalam: Staf pengajar
Laboratorium patologi anatomi FK-UNAIR. Buku ajar patologi II. Edisi ke-4.
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1992: 386-7.
8. Sabbagha, Rudy E. Ultrasonigrafi dalam kebidanan beresiko tinggi. Zuspan, F. P.,
editor. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC;1997: 87-8.
9. Sarjadi. Neoplasma: vuvlva, vagina, servik dan korpus uteri. Dalam: Sarjadi, editor.
Patologi ginekologi. Jakarta: Hipokrates, 1995: 71-4.
10. Underwood, J. E. C: General and Systematic Pathology. Edisi ke-4. Toronto;
Churchill living stone; 2004: 19.
11. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V: Pathologic basis of disease Vol. 2. Edisi ke-3.
Toronto; W. B Saunders company; 1984: 1136-1140.
12. Rosai, juan. Surgical Pathology. Edisi ke-8: New york; Mosby; 1996: 1429-1433.
54