case fraktur femur 1/3 distal

41
CASE REPORT NON UNION CLOSE FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DISUSUN OLEH : Fazmial Rakhmawati 1102009110 PEMBIMBING : dr. Eka M, Sp.OT., SH., MKES., MHKES KEPANITRAAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 1

Upload: mil-ujir

Post on 21-May-2017

318 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case fraktur femur 1/3 distal

CASE REPORT

NON UNION CLOSE FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL

DISUSUN OLEH :

Fazmial Rakhmawati

1102009110

PEMBIMBING :

dr. Eka M, Sp.OT., SH., MKES., MHKES

KEPANITRAAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG

2014

1

Page 2: Case fraktur femur 1/3 distal

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS Nama : Ny. M

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Perumahan puri panji kencana blok B no.14 Subang

Tanggal masuk RS : 21 Januari 2014

Ruang rawat : Dahlia

II. ANAMNESIS

(Autoanamnesis tanggal 22 Januari 2014)

Keluhan utama :

Tidak dapat berjalan

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poiklinik bedah RSUD Subang dengan keluhan tidak bisa

berjalan sejak ± 6 bulan SMRS karena lemas pada kaki kiri. Keluhan ini berawal dari

kecelakaan lalu lintas yang menimpa pasien pada bulan juni 2013.

Menurut pasien, kecelakaan terjadi ketika pasien sedang mengendarai sepeda

motor saat itu pasien berusaha menghindar dari sebuah mobil yang melaju dari arah

berlawanan sehingga menyebabkan pasien jatuh terhempas dari motornya namun,

pasien tidak pasien mengetahui posisi jatuhnya. Pasien sadar, tidak pingsan dan

langsung dibawa ke rumah sakit. Pasien menceritakan saat itu pasien merasakan

pusing dan nyeri yang sangat hebat pada paha kiri pasien terutama saat di tekan dan

2

Page 3: Case fraktur femur 1/3 distal

saat di gerakkan sehingga membuat pasien tidak bisa berdiri dan tidak bisa berjalan,

namun pasien masih bisa menggerakkan kaki bagian bawah. Keluhan ini juga di

sertai bengkak pada paha, namun tidak disertai memar maupun luka terbuka di

sekitar area yang dikeluhkan. Pasien mengatakan Perdarahan yang keluar dari kepala,

hidung dan telinga disangkal.

Setelah sehari mendapat perawatan di RS, keluarga pasien memutuskan

membawa pasien pulang untuk berobat alternative karena pertimbangan biaya.

kemudian setelah itu pasien dibawa ke bengkel tulang di daerah cijoget.

Pasien mengaku melakukan pengobatan alternative selama 6 bulan, 3 bulan

pertama pasien menggunakan spalk, setelah itu pasien mengaku sudah tidak

merasakan nyeri melainkan lemas sehingga pasien belum bisa berjalan. Pasien

merasa kaki kirinya seperti melayang dan dapat digerakan berputar ke segalah arah.

Setelah 6 bulan pengobatan, pasien masih tidak bisa berjalan. karena mulai tidak

yakin, akhirnya pasien dan keluarga memutuskan untuk kembali berobat ke RS.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami patah tulang sebelumnya

Riwayat penyakit hipertensi sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit gula disangkal

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada dalam keluarga yang menderita keluhan seperti ini

III.PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital sign : TD : 130/90 mmHg

Nadi : 88 x/menit

RR : 26 x/ menit

Suhu : 36,5 °3

Page 4: Case fraktur femur 1/3 distal

Status generalis

Kepala : Normocephal

Mata : Conjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupi bulat isokor, refleks

pupil +/+ normal

Leher : Trakea ditengah, pembesarak KGB (-)

Thoraks :

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga 5 linea mid clavicula

sinistra

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Inspeksi : Pergerakan hemitoraks dalam keadaan statis dan dinamis

simetris kanan dan kiri

Palpasi : Fremitus vocal dan taktil hemitoraks kanan dan kiri

simetris, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar simetris

Palpasi : Supel , NT/NL -/- ; hepar dan lien tidak teraba besar

Perkusi : Tympani pada seluruh kuadran abdomen

Auskultasi : Bising usus (+ ) normal

Ekstremitas atas : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

4

Page 5: Case fraktur femur 1/3 distal

Status lokalis :

a/r Femoralis sinistra

Look : Swelling (-), pemendekan (+), kulit utuh, cedera terbuka(-), warna

kulit sama dengan warna kulit sekitarnya.

Feel : Arteri dorsalis sinistra teraba, Nyeri tekan (-) sensibilitas baik, suhu

sama dengan bagian lainnya. Pengukuran panjang kaki beda 4 cm

dengan bagian kanan.

Move : ROM aktif dan pasif Tenderness (-), krepitasi(-) ankle joint kiri dapat

digerakan rasa nyeri (-), digiti I-V pedis sinistra bebas digerakan, nyeri

(-)

IV. Diagnosis KlinisSuspect Non Union Fracture Femur Sinistra.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANGFoto Radiologi femur :

(Pre op) Kesan : Tampak fraktur os femur 1/3 distal sinistra.

5

Page 6: Case fraktur femur 1/3 distal

Laboratorium

Darah rutin

Hb 10,6 g/dl

Ht 35,0 vol%

Leukosit 10.200 µl

Trombosit 373.000/ µl

MCV 85,6 µm3

MCH 25,7 pg

MCHC 30,3 g/dl

VI. DIAGNOSIS KERJA Non union frakture femur 1/3 distal sinistra

VII. USULAN PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Darah rutin

Persiapan op : Ro thorak, EKG

Rontgen post Skeletal traksi dan ORIF

VIII. PENATALAKSANAANMedikamentosa

Infus RL 20 gtt/menit

Operatif

Skeletal Traksi

ORIF

6

Page 7: Case fraktur femur 1/3 distal

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : ad bonam

POST SKELETAL TRAKSI (23/01/2014) POST SKELETAL TRAKSI (29/01/2014)

7

Page 8: Case fraktur femur 1/3 distal

ORIF dilakukan pada tanggal 03/02/2014

BAB II

8

Page 9: Case fraktur femur 1/3 distal

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI TULANG FEMUR

Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi yaitu acetabulum dengan

bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan

batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk

acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah

ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur

bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh

darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher

femur.

FRAKTUR FEMUR

A. DEFINISI

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak

lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu

lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan

fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut

9

Page 10: Case fraktur femur 1/3 distal

fraktur tertutup (atau sederhana), sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang

yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami

kontaminasi dan infeksi ini disebut fraktur terbuka. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal

paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu

seperti degenerasi tulang / osteoporosis.1,3

B. EPIDEMIOLOGI

Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam pengolahan komputer,

telah dikembangkan oleh (Muller dkk., 1990). Angka pertama menunjukkan tulang yaitu :3

1. Humerus

2. Radius/Ulna

3. Femur

4. Tibia/Fibula

Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen, yaitu :

1. Proksimal

2. Diafiseal

3. Distal

4. Maleolar

Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur

collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih

dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh

wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita

muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur, fraktur

supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita

laki – laki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur

batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.

10

Page 11: Case fraktur femur 1/3 distal

C. ETIOLOGI

Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena;

jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran

kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan

lunak yang luas.

Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat

yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di

tempat fraktur mungkin tidak ada.

Fraktur akibat peristiwa trauma tunggal

Kekuatan dapat berupa :

Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral

Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang

Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi

disertai fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang terpisah

Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur

obliq pendek

Penatikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai

terpisah

Tekanan yang berulang-ulang

Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat

tekanan berulang – ulang.

Kelemahan abnormal pada tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya

oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget) 1,2,3

11

Page 12: Case fraktur femur 1/3 distal

D. PATOFISIOLOGI

Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut

kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur

yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan, durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan

kekuatan), intrinsik (meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan,

kekuatan adanya densitas tulang tulang). Hal yang dapat menyebabkan terjadinya patah

pada tulang bermacam-macam antara lain trauma (langsung dan tidak langsung), akibat

keadaan patologi serta secara spontan. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung

pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung terjadi apabila

trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, pada keadaan ini

biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar, membengkok, kompresi bahkan

tarikan. Sementara kondisi patologis disebabkan karena kelemahan tulang sebelumnya

akibat kondisi patologis yang terjadi di dalam tulang. Akibat trauma pada tulang tergantung

pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Sementara fraktur spontan terjadi akibat stress

tulang yang terjadi terus menerus misalnya pada orang yang bertugas kemiliteran.

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu

terjadi fraktur, perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak

sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi

perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel mast

berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut, aktivitas

osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin

direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan

pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan

mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan

mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoksia

12

Page 13: Case fraktur femur 1/3 distal

mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan

sindrom compartment.

Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan,

fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak

disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah. Pasien

yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri,

iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot.

E . KLASIFIKASI

Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :3

13

Page 14: Case fraktur femur 1/3 distal

a. Fraktur collum femur :

Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya

penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung

terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak

langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi

dalam :

Berikut ini adalah klasifikasi fraktur leher femur berdasarkan Garden1,3

Stadium I adalah fraktur yang tak sepenuhnya terimpaksi.

Stadium II adalah fraktur lengkap tetapi tidak bergeser.

Stadium III adalah fraktur lengkap dengan pergeseran sedang.

Stadium IV adalah fraktur yang bergeser secara hebat.

Gambar 4.1 Klasifikasi fraktur leher femur menurut Garden2

A. Stadium I C. Stadium III

B. Stadium II D. Stadium IV

Fraktur leher femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan

fraktur leher femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang dengan cepat menjadi

fraktur leher femur stadium IV. Selain Garden, Pauwel juga membuat klasifikasi

berdasarkan atas sudut inklinasi leher femur seperti yang tertera pada gambar 4.2, yaitu

sebagai berikut: 2

Tipe I, yaitu fraktur dengan garis fraktur 30.

14

Page 15: Case fraktur femur 1/3 distal

Tipe II, yaitu fraktur dengan garis fraktur 50.

Tipe III, yaitu fraktur dengan garis fraktur 70.

A B C

Gambar 4.2 Klasifikasi fraktur leher femur menurut Pauwel2

A. Tipe I B. Tipe II C. Tipe III

Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)

b. Fraktur trochanter femur :

Ialah semua fraktur yang terjadi antara trokanter minor dan trokanter mayor. Fraktur

ini bersifat ekstra artikuler dan sering terjadi pada orang tua diatas umur 60th.

Dibagi atas :

1. Fr. Stabil

2. Fr. Tidak stabil

Diklasifikasikan atas empat tipe :

tipe 1 : fraktur melewati trokanter mayor dan trokanter minor tanpa pergeseran

tipe 2 : fraktur melewati trokanter mayor dan disetai pergeseran trokanter minor

tipe 3 : fraktur disertai fraktur komunitif

tipe 4 : fraktur yang disertai dengan fraktur spiral femur.

15

Page 16: Case fraktur femur 1/3 distal

c. Fraktur subtrochanter femur :

Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi

dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah

klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor

tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor

tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

d. Fraktur batang femur (dewasa)

Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan

lalu lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam

shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka

yang berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :

- Frakture Tertutup

Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan

lunak sekitar trauma, yaitu:

Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak

sekitarnya.

Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan

subkutan.

Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian

dalam dan pembengkakan.

Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan

ancaman sindroma kompartement.

16

Page 17: Case fraktur femur 1/3 distal

Fraktur femur kanan 1/3 distal Fraktur femur kanan 1/3 proksimal

spiraldisplaced tertutup kominutif displaced tertutup

- Frakture Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan

antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,

biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam

menembus keluar.

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan

dari luar.

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak

banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

17

Page 18: Case fraktur femur 1/3 distal

e. Fraktur supracondyler femur :

Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior,

hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot – otot gastrocnemius,

biasanya fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena

kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai

gaya rotasi.

f. Fraktur intercondyler femur :

Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga

umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.

g. Fraktur condyler femur :

Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai

dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

F . G AMBARAN KLINIK

RiwayatAnamnesis

Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan

tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera suatu

pukulan dapat menyebebkan fraktur pada kondilus femur, batang femur, pattela, ataupun

acetabulum. Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting, kalau fraktur terjadi akibat

cedera yang ringan curigailah lesi patologik nyeri, memar dan pembengkakan adalah

gejala yang sering ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera

jaringan lunak, deformitas jauh lebih mendukung.1,3

Tanda – tanda local :

a) Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,

angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah

18

Page 19: Case fraktur femur 1/3 distal

apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur,

cedera terbuka

b) Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari

fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah

adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

c) Movement : Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting

untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian distal

cedera.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan radiologi

Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk

menetapkan kelainan tulang dan sendi :

Foto Polos

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.

Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk

menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan

bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum

dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis :

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

Untuk konfirmasi adanya fraktur

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannya

Untuk menentukan teknik pengobatan

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

19

Page 20: Case fraktur femur 1/3 distal

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

Dua posisi proyeksi, dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-

posterior dan lateral

Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di

bawah sendi yang mengalami fraktur

Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke

dua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.

Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada

dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka

perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang.

Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang

skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan

foto berikutnya 10-14 hari kemudian.2

Gambar 5.1. Fraktur batang femur

*Dikutip dari kepustakaan 7

Pemeriksaan radiologis lainnya :

CT-Scan : suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail

mengenai bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis

demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.8

MRI : MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir

semua tulang, sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk

mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang.9

20

Page 21: Case fraktur femur 1/3 distal

Gambar 5.2. MRI, kepala femur tampak pipih yang disebabkan fraktur

kompresi.

H . DIAGNOSIS

Terdapat tanda klinis yang menunjang adanya fraktur:

Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi

yaitu anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada

lebih dari satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga

diambil foto sinar – x pada pelvis dan tulang belakang.3

I . PENATALAKSANAAN

 Prinsip-prinsip pengobatan fraktur

1. Pertolongan pertama membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban

yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita

merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans

2. Penilaian klinis nilai luka, apakah luka tembus tulang atau tidak, adakah trauma

pembuluh darah atau saraf atau trauma alat-alat dalam yang lain.

3. Resusitasi kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit

dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada

21

Page 22: Case fraktur femur 1/3 distal

frakturnya sendiri berupa transfusi darah dan cairan-cairan lainnya serta obat-obat

anti nyeri.

Prinsip Pengobatan ada 4, yaitu :

1. Recognition (diagnosis dan penilaian fraktur)

Awal pengobatan perlu diperhatikan :

Lokalisasi fraktur

Bentuk fraktur

Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan

Komplikasi yang mungkin selama dan sesudah pengobatan

2. Reduction

Mengurangi fraktur dengan cara reposisi fraktur. Harus dengan posisi yang baik

yaitu:

Alignment yang sempurna

Aposisi yang sempurna

3. Retention

Imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Tujuan Pengobatan fraktur :

1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi

Tertutup : fiksasi eksterna, Traksi (kulit, sekeletal)

Terbuka : Indikasi :

1. Reposisi tertutup gagal

2. Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan

3. Mobilisasi dini

4. Fraktur multiple

5. Fraktur Patologis

22

Page 23: Case fraktur femur 1/3 distal

2. IMOBILISASI / FIKSASI

Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.

Jenis Fiksasi :

Ekternal / OREF

Gips ( plester cast)

Traksi

Indikasi :

· Pemendekan (shortening)

· Fraktur unstabel : oblique, spiral

· Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar

1. Traksi Gravitasi : U- Slab pada fraktur hunerus

2. Skin traksi

Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan

kembali ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit

akan lepas.

3. Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.

Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut), pada tibia

atau kalkaneus ( fraktur kruris)

Komplikasi Traksi :

1. Gangguan sirkulasi darah à beban > 12 kg

2. Trauma saraf peroneus (kruris) à droop foot

3. Sindroma kompartemen

4. Infeksi à tmpat masuknya pin

Terapi operatif dengan membuka frakturnya

ORIF (Open Reduction internal fixation)

1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

Keuntungan :

23

Page 24: Case fraktur femur 1/3 distal

Reposisi anatomis

Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar

Indikasi :

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosisnya tinggi.

Misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur

Fraktur yang tidak bisa direposisi tetutup, misalnya fraktur avulse dan

fraktur dislokasi

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sullit dipertahankan

Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik

dengan operasi, misalnya fraktur femur

2. Excisional Arthroplasty

Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi

3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis

Dilakukan excise caput femur dan pemasangan endoprosthesis

c

Gambar. Fiksasi internal

3. UNION24

Page 25: Case fraktur femur 1/3 distal

4. REHABILITASI

J. PROSES PENYEMBUHAN

Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :

1. Fase Hematoma

Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami fraktur robek, akibatnya, tulang

disekitar fraktur akan kekurangan nutrisi dan akhirnya mati sekitar 1-2 mm.

2. Fase Proliferasi Sel

Pada 8 jam pertama fraktur merupakan masa reaksi inflamasi akut dengan

proliferasi sel di bawah periosteum dan masuk ke dalam kanalis medulla. Bekuan

hematom diserap secara perlahan dan kapiler baru mulai terbentuk.

3. Fase Pembentukan Kalus

Sel yang berproliferasi bersifat kondrogenik dan osteogenik. Sel-sel ini akan

membentuk tulang dan juga kartilago. Selain itu sel yang berproliferasi tersebut

juga membentuk osteoklas yang memakan tulang-tulang yang mati. Massa seluler

yang tebal tersebut dan garam-garam mineralnya terutam kalsium membentuk suatu

25

Page 26: Case fraktur femur 1/3 distal

tulang imatur yang disebut woven bone. Woven bone ini merupakan tanda pada

radiologik bahwa telah terjadi proses penyembuhan fraktur

4. Fase Konsolidasi

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan akan

membentuk jaringan tulang yang lebih kuat oleh aktivitas osteoblas.

5. Fase Remodeling

Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang yang baru akan

membentuk bagian yang menyerupai dengan bulbus yang meliputi tulang tanpa

kanalis medularis. Pada fase ini resorbsi secara osteoklastik tetap terjadi dan tetap

terjadi osteoblastik pada tulang.

26

Page 27: Case fraktur femur 1/3 distal

K. KOMPLIKASIKomplikasi fraktur antara lain1,3,4,5:

1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom

kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.

a. Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah

eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bisa menyebabkan penurunan

oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat

terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.

b. Sindrom emboli lemak

Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah

karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena

katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam

lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada aliran darah.

c. Sindroma Kompartement merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan

dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa

disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang

27

Page 28: Case fraktur femur 1/3 distal

membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat

ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema atau perdarahan

sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan cidera remuk).

d. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak ada nadi, CRT

menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada

ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi

pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

e. Infeksi

Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke

dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena

penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

f. Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau

terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya

Volkman’s Ischemia.

2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed

union, dan non union.

a. Malunion

b. Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam

posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupakan kelainan penyatuan tulang

karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau

pergeseran.

c. Delayed Union

Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan

kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakan

kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang

untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.

d. Nonunion

28

Page 29: Case fraktur femur 1/3 distal

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai

dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk

sendi palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang

kurang. 3

L. PROGNOSISPenyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.

Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa

jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada

penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan

apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor

mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting

dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang

sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley. A Graham, louis Solomon.Buku Ajar Orthopedi dan fraktur sistem Alpley.

Penerbit widya medika. Jakarta

2. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1994

3. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit buku

kedokteran EGC. Jakarta.2005

29

Page 30: Case fraktur femur 1/3 distal

4. Schwartz. Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran

EGC. Jakarta 2000

5. Doherty G M. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : MC Graw Hill.

2006

6. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Hal 457-484. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

7. Traksi dan metode pemasangannya yang diunduh dari halaman website

www.emedicine.medscape.com.

30