carsinom rektum
DESCRIPTION
peraboi 2010TRANSCRIPT
BAB 1PENDAHULUAN
• Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas saluran cerna
• lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum.
• Kanker rektal merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia.
• Data dari Amerika Serikat dan Inggris memperlihatkan, orang yang berusia antara 60 sampai 80 tahun berisiko tiga kali lipat dari kelompok usia lainnya.
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI DAN ANATOMIKarsinoma rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum.
• Rektum terletak di anterior sakrum dan coccygeus panjangnya kira kira 15 cm.
• Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid.
• Karsinoma merupakan suatu proses pembelahan sel-sel (proliferasi) yang tidak mengikuti aturan baku proliferasi yang terdapat dalam tubuh.
Persarafan Rektum
• Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik.
Serabut simpatik :• berasal dari pleksus mesenterikus inferior
yang berasal dari lumbal 2, 3, dan 4.
• Serabut ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi.
Serabut parasimpatis :
• berasal dari sakral 2, 3, dan 4 ereksi penis, klitoris
• mengatur aliran darah ke dalam jaringan.
ANGKA KEJADIAN
Insidensi kanker kolorektal di Indonesia adalah :
• 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa
• Mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kanker
• 90% berumur lebih dari 50 tahun.
• 5% pasien berusia kurang dari 40 tahun.
ETIOLOGI
• Price dan Wilson (1994) etiologi masih belum diketahui penyebabnya.
• Faktor predisposisi :– Polyposis familial– Defisiensi Imunologi – Kolitis Ulseratifa – Granulomatosis– Kebiasaan makan
• Masyarakat yang dietnya rendah selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak, memiliki insiden yang cukup tinggi.
• Burkitt (1971) :Diet rendah serat, tinggi karbohidrat refined
perubahan pada flora feces dan perubahan degradasi garam-garam empedu
bersifat karsinogenik
• Perubahan genetik proses diferensiasi dan maturasi dari sel-sel inaktivasi gen adenomatous polyposis coli (APC) replikasi tak terkontrol aktivasi K-ras onkogen dan mutasi gen p53 mencegah apoptosis memperpanjang hidup sel.
2. Faktor Genetik
a. Riwayat Keluarga b. Herediter Kanker Kolorektal c. FAP (Familial Adenomatous Polyposis)d. HNPCC (Hereditary Non Polyposis
Colorectal Cancer)
3. Diet
4. Gaya Hidup
5. Usia
MANIFESTASI KLINIK
1. Histologi
• Dari 201 kasus kanker kolorektal periode 1994-2003 di RS Kanker Dharmais (RSKD) :– Tipe histopatologis yang paling sering
dijumpai adalah adenocarcinoma diferensiasi, baik 48 (23,88%), sedang 78 (38,80%), buruk 45 (22,39%)],
2. Gejala Klinis
• Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar maupun yang berwarna hitam.
• Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat BAB
• Feses yang lebih kecil dari biasanya
• Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut atau nyeri
• Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
• Mual dan muntah
• Rasa letih dan lesu
• Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada daerah gluteus.
DIAGNOSIS DAN STAGING
1.Diagnosis Skrining harus dimulai pada individu
berusia 50 tahun dengan pilihan berikut :
• FOBT atau FIT setiap 1 tahun
• Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun
• Kolonoskopi setiap 10 tahun
• Barium enema dengan kontras ganda setiap 5 tahun
• CT colonography setiap 5 tahun
• United States Preventive Services Task Force (USPSTF) :
gFOBT, sigmoidoskopi, atau kolonoskopi dimulai saat individu berusia 50 tahun sampai berusia 75 tahun.
Beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker rektal :
1. Pemeriksaan CEA (Carcinoma Embrionik Antigen) dan Uji faecal occult blood test (FOBT)
2. Digital rectal examination (DRE)
2. Staging
Stadium
Deskripsi
T0 No evidence of primary tumor
Tis Carcinoma in situ : intraepithelial or invasion of lamina propia
T1 Tumor invades submukosa
T2 Tumor invades muscularis propia
T3 Tumor invades through the muscularis propia into pericolorectal tissue
T4a Tumor penetrates to the surface of the visceral peritonium
T4b Tumor directly invades or is adherent to other organs or structures
N Stadium Regional lymph nodes cannot be assesse
N0 No regional lymph nodes metastasis
N1 Metastases in 1-3 regional lymph nodes
N1a Metastases in 1 regional lymph nodes
N1b Metastases in 2-3 regional lymph nodes
N1c
Tumor deposit in the subserosa, mesentery, or nonperitonealized pericolic or perirectal tissues without regional nodal metastases
N2 Metastases in >4 regional lymph nodes
N2a Metastases in 4-6 regional lymph nodes
N2b Metastases ini >7 regional lymph nodes
M0 No distant metastasis
M1 Distant metastasis
M1a
Metastasis confined to 1 organ or site (e.g. Liver, lung, ovary, nonregional)
M1bMetastasis in >1 organ / site or the peritonium
PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
• Eksisi lokal • Reseksi• Transanal Endoscopic Microsurgery (TEM)
2. Radiasi
• Radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan pembedahan
• Terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah di angkat melalui pembedahan
• Kasus metastasis jauh tertentu
3. Kemoterapi
A. 5-Fluorourasil (5-FU)
B. Leucovorin / Ca-folinat
C. Capecitabine
D. Oxalipatin
E. Irinotecan
4.Terapi Biologis
A. Bevacizumab
B. Cetuximab
C. Ziv-Aflibercept
D. Panitumumab, Regorafenib, BIBF 1120, cediranib
PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk kanker rektal adalah sebagai berikut
a.Stadium I - 72%
b.Stadium II - 54%
c.Stadium III - 39%
d.Stadium IV - 7%
• 50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya.
kesimpulan
• Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas saluran cerna
• lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum.
• Terapi pembedahan merupakan modalitas utama untuk kanker stadium dini dengan tujuan kuratif
• Radioterapi merupakan modalitas utama terapi kanker rektum
• kemoterapi merupakan pilihan pertama untuk kanker stadium lanjut dengan tujuan paliatif.
• 50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya.