carsen 03 bab 2

Upload: carseen-jilly-leo-evlist

Post on 08-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    1/35

     

    7

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pada bab ini akan disajikan beberapa konsep meliputi konsep dasar

    dukungan keluarga, konsep dasar motivasi kepatuhan minum obat, konsep TB

     paru, kerangka teori, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.

    2.1 Konsep Dukungan Keluarga

    2.1.1  Definisi

    Menurut Friedman, dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses

    hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Setiadi, 2008).

    Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

    masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai

    tahap siklus kehidupan. Misalnya, jenis-jenis dan kualitas dukungan sosial dalam

    fase perkawinan (sebelum sebuah pasangan muda mendapat anak). Sangat

     berbeda dengan banyaknya dan jenis-jenis dukungan sosial yang membutuhkan

    ketika keluarga sudah berada dalam tahap atau fase siklus kehidupan terakhir.

     Namun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan sosial keluarga

    mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal

    ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Setiadi, 2008).

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    2/35

      8

    2.1.2  Jenis dukungan keluarga

    Jenis dukungan keluarga ada empat, yaitu:

    1.  Dukungan emosional

    Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepribadian dan perhatian

    terhadap orang yang bersangkutan.

    2.  Dukungan penghargaan

    Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif

    untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau

     perasaan individu dan perbandingan positif orang tertentu dengan orang lain

    seperti : orang-orang yang kurang mampu atau yang lebih buruk keadaannya

    3.  Dukungan instrumental

    Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti kalau orang-

    orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan

    memberi pekerjaan pada waktu stress.

    4. 

    Dukungan informatif

    Dukungan informatif mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-

    saran atau umpan balik (Setiadi, 2008). 

    2.1.3 

    Ciri-ciri dukungan keluarga

    Menurut  House  (Smet, 1994) setiap bentuk dukungan sosial keluarga

    mempunyai ciri-ciri antara lain:

    1.  Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan

    oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,

    meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    3/35

      9

    dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang

    mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.

    2.  Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari

    orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta,

    kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi

     persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada

    orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya,

     bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang diadapinya, bahkan mau

    membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. 

    3. 

    Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah

    seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan

    yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi,

    misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita,

    menyediakan obat-obat yag dibutuhkan dan lain-lain. 

    4. 

    Bantuan Penghargaan, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

    seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita

    (Setiadi, 2008). 

    2.1.4 

    Kriteria dukungan keluarga

    1.  Dukungan keluarga kurang ≤ 55 %

    2. 

    Dukungan keluarga cukup 56-75%

    3.  Dukungan keluarga baik : 76-100%

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    4/35

      10

    Skor dukungan keluarga menggunakan skala likert, sebagai berikut:

    Pernyataan positif

    Selalu : 3

    Sering : 2

    Kadang- kadang : 1

    Tidak Pernah : 0

    Pernyataan negatif

    Selalu : 0

    Sering : 1

    Kadang-kadang : 2

    Tidak Pernah : 3

    (Nursalam, 2008).

    2.1.5 

    Tugas keluarga di bidang kesehatan

    Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

    di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (1981)

    membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

    1.  Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.

    Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

    langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila

    menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan

    apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

    2.  Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    5/35

      11

    Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

    yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa

    diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

    menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

    agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga

    mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain

    dilingkungan sekitar.

    3.  Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat

    membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

    Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki

    kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan

    kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah

    terjadi.

    4.  Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan

     perkembangan kepribadian anggota keluarga.

    5.  Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

    kesehatan (memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada) (Setiadi, 2008).

    2.1.6 

    Faktor yang mempengaruhi perilaku dan sikap kesehatan keluarga

    Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) :

    1. 

    Faktor predisposing

    Adalah faktor yang melatarbelakangi seorang individu meliputi pengetahuan,

    sikap, nilai, kepercayaan persepsi.

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    6/35

      12

    2.  Faktor enabling

    Adalah faktor yang mungkin menunjukkan perilaku hidup sehat, meliputi

    ketersediaan sumber daya, keterjangkauan, rujukan, keterampilan.

    3. 

    Faktor reinforcing

    Adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan mendapat

    hubungan atau tidak sumber penguat tergantung kepada tujuan dan jenis

     program. Jika sumber penguat dari pasangannya. Menurut Friedman (1998)

    dalam Setiadi (2008) bahwa Sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda

    dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Misalnya, jenis-jenis dan kualitas

    dukungan sosial dalam fase perkawinan. Sangat berbeda dengan banyaknya

    dan jenis-jenis dukungan sosial yang membutuhkan ketika keluarga sudah

     berada dalam tahap atau fase siklus kehidupan terakhir.

    Menurut Azwar (2007) dari ketiga faktor di atas dapat ditunjang dengan

    lingkungan tempat tinggal, tingkat sosial, adanya sarana dan prasarana yang

    memadai atau mendukung, keterjangkauan (biaya, jarak dan waktu) dan fasilitas.

    2.2 Konsep Motivasi

    2.2.1  Definisi

    Motivasi adalah  tingkah laku yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

    Motivasi ini menjadi proses yang dapat menjelaskan mengenai tingkah laku

    seseorang dalam melaksanakan tugas tertentu. (Rahmat, 2009).

    Motivasi adalah kebutuhan psikologi yang telah memiliki corak/ arah yang

    ada di dalam diri individu yang harus diperoleh agar kehidupankejiwaannya

    terpelihara yaitu senantiasa dalam keadaan seimbang (Djiwandono, 2002).

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    7/35

      13

    Menurut  Nancy Stevenson (2001), motivasi adalah semua hal verbal, fisik,

    atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons. Dan

    menurut Sarwono (2000), motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk

    situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang

    ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau

     perbuatan (Sunaryo, 2004)

     John  Elder , et. Al   (1998) dalam Notoatmodjo (2005) mendefinisikan

    motivasi sebagai interaksi antara perilaku dan lingkungan, sehingga dapat

    meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku.

    Menurut Adi (1994), istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat

    diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan

    individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara

    langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa

    rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku

    tertentu (Uno, 2008).

    Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat

    menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu

    kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi

    intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) (Sudrajat, 2008).

    2.2.2  Teori Motivasi

    1.  Keinginan

    Keinginan adalah nafsu yang telah mempunyai arah dan tujuan tertentu dan

    yang konkret. Adanya keinginan yang kuat dapat diperoleh dari diri sendiri,

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    8/35

      14

    orang lain maupun keluarga. Menurut pendapat Smeat bahwa seseorang

    mengikuti anjuran dokter termasuk anjuran untuk minum obat karena

    seseorang mempunyai keinginan untuk sembuh dan mempunyai tujuan

    tertentu sehingga seseorang tetap semangat demi kesembuhannya (Hutabarat,

    2008)

    2.  Keyakinan

    Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan.

    Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinannya akan memilki jiwa

    yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya,

    demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan

    kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana

     penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan

    larangan kalau tahu akibatnya.

    3.  Harapan

    Kuatnya keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu bergantung pada

    harapan bahwa apa yang akan dilakukan nanti memiliki suatu hasil tertentu

    dan terdapat daya tarik pada hasil tersebut bagi orang yang bersangkutan

    (Notoatmodjo, 2010).

    2.2.3  Bentuk-bentuk motivasi

    1. 

    Motivasi instrinsik

    Motivasi intrinsik mempunyai sumber dorongan dari dalam diri individu,

    motivasi intrinsik lebih bersifat tahan lama dan lebih kuat dibandingkan

    dengan motivasi ekstrinsik (Irwanto,1996)

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    9/35

      15

    2.  Motivasi ekstrinsik

    Motivasi yang datangnya dari luar individu, dapat dari orang lain, keluarga

    ataupun dari lingkungan.

    3. 

    Motivasi terdesak

    Motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta

    menghentak dan cepat sekali munculnya pada perilaku aktivitas seseorang.

    4.  Motivasi yang berhubungan dengan idiologi politik, ekonomi, sosial dan

     budaya (Ipoleksosbud), dan Hankam

    Yang sering menonjol adalah motivasi sosial karena individu merupakan

    makhluk sosial. Biasanya berhubungan dengan rasa keinginan untuk

     bergabung dengan kelompok sukarelawan untuk korban bencana alam, dsb

    (Rusmi, 1999).

    2.2.4 

    Faktor yang mempengaruhi motivasi

    Motivasi seseorang sering kali dipengaruhi oleh dua hal berikut:

    1. 

    Seberapa mendesaknya suatu kebutuhan. Misalnya, kita merasa lapar, namun

    harus menyelesaikan suatu tugas dengan segera. Kalau kita merasa sangat

    lapar, kita akan makan. Tapi bila kita hanya sedikit merasa lapar, kita akan

    memilih untuk enyelesaikan tugas.

    2.  Anggapan bahwa suatu tindakan akan memenuhi suatu kebutuhan. Misalnya,

    ada dua kebutuhan yang mendesak keinginan untuk menyeesaikan tugas atau

    makan. Persepsi tentang bagaimana kita memandang dua kebutuhan tersebut

    sangat menentukan mana yang akan diprioritaskan. Kalau kita berpikir bahwa

    kita bisa dipecat karena tugas tidak selesai, kita akan mengorbankan waktu

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    10/35

      16

    makan siang untuk mengerjakannya. Sebaliknya, jika kita merasa tidak akan

    mendapat masalah walaupun pekerjaan itu tidak selesai, kita akan pergi untuk

    makan siang.

    Orang dapat termotivasi karena kepercayaan, nilai, minat, rasa takut, dan

    sebagainya. Diantaranya faktor internal seperti kebutuhan, minat dan kepercayaan.

    Faktor lainnya adalah faktor eksternal, misalnya bahaya, lingkungan, atau tekanan

    dari orang yang dikasihi akan ada proses yang mudah dalam motivasi kita harus

    selalu terbuka dalam memandang orang lain (Eviriyanti, 2007).

    Menurut Rusmi (1999), faktor yang mempengaruhi motivasi adalah

    sebagai berikut:

    1)  Faktor phisik dan proses mental

    2)  Faktor hereditas, lingkungan, kematangan atau usia

    Pada remaja usia 13-15 tahun merupakan remaja awal yaitu merupakan masa

    transisi antara fase anak-anak dan dewasa sehingga menyebabkan perubahan

    mental yang cepat dan labil hal ini membutuhkan penyesuaian sampai

    terbentuk sikap nilai dan minat baru. Sedangkan pada usia 45 tahun sudah

    merupakan lansia, sehingga dikhawatirkan lansia pada usia ini sudah

    mengalami demensia (http://ocanziehend.blogspot.com/2012/03/masa-remaja-

    dan-lansia.html).

    Menurut Notoatmodjo (2003), usia akan mempengaruhi pada proses berfikir

    dan pengambilan keputusan untuk melakukan pengobatan lanjutan. Usia

    dewasa merupakan usia dimana masih sehat untuk berfikir dan memikirkan

    http://ocanziehend.blogspot.com/2012/03/masa-remaja-dan-lansia.htmlhttp://ocanziehend.blogspot.com/2012/03/masa-remaja-dan-lansia.htmlhttp://ocanziehend.blogspot.com/2012/03/masa-remaja-dan-lansia.htmlhttp://ocanziehend.blogspot.com/2012/03/masa-remaja-dan-lansia.htmlhttp://ocanziehend.blogspot.com/2012/03/masa-remaja-dan-lansia.html

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    11/35

      17

    masa depan. Banyak keinginan dari responden yang selalu bersemangat dan

    memikirkan masa depan mereka, anak serta keluarga mereka nanti.

    3)  Faktor intrinsik seseorang

    a. 

    Pendidikan

    Menurut Skiner dalam notoatmodjo (2005) bahwa motivasi adalah

    tindakan nyata yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri antara

    lain pendidikan penderita, selain itu menurut Smeat dalam Hutabarat

    (2008) yang mengatakan bahwa pendidikan yang kurang akan

    menyebabkan penderita kurangnya motivasi.

    4) 

    Fasilitas (sarana dan prasarana)

    5)  Situasi dan kondisi

    6)  Program dan aktivitas (pekerjaan)

    Menurut Kartini (2001) dalam joniansah (2010), suatu aktivitas rutin pada

    seseorang memungkinkan untuk menghabiskan waktu dengan pekerjaannya

    sehingga waktu luang pun terbatas. Bagi seseorang yang termasuk sibuk

    dalam pekerjaannya akan sangat sulit untuk meluangkan waktu, walaupun

    sekedar minum obatnya sendiri. Hal ini akan berbeda dengan seseorang

    dengan pekerjaan yang mempunyai waktu luang cukup akan memungkinkan

    untuk lebih teratur dalam meminum obat sesuai waktunya.

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    12/35

      18

    2.2.5  Cara meningkatkan motivasi

    1. 

    Dengan teknik verbal

    Meningkatkan motivasi dengan cara berbicara dengan orang lain untuk

    membangkitkan semangat, selain itu juga bisa dilakukan dengan cara

     pendekatan pribadi, diskusi dan sebagainya.

    2.  Teknik tingkah laku

    Bisa dilakukan dengan cara meniru, mencoba, dan menerapkan.

    3.  Teknik intensif

    Dengan cara mengambil kaidah yang ada

    4. 

    Supertisi

    Kepercayaan akan sesuatu secara logis, namun membawa keberuntungan.

    5.  Citra/image

    Dengan imaginasi atau daya khayal yang tinggi maka individu dapat

    termotivasi (Rusmi, 1999).

    2.2.6  Karakteristik motivasi

    Karakteristik dari motivasi adalah:

    1.   Activation, yaitu mendorong munculnya gerakan atau perbuatan dan dapat

    dilihat dari beberapa banyak (frekuensi) serta kuatnya gerakan itu.

    2.   Direction, yaitu mengerahkan kemana gerakan itu harus ditunjukkan.

    3. 

     Analysis motivations,yaitu gerakan yang dilatarbelakangi motivasi pada

    hakekatnya dapat dianalisis dari berbagai arah, yaitu:  physiological analysis

    yang dapat dianalisis semata-mata dari aspek yang bersifat fisik; individual

    analysis yaitu analisis yang semata-mata untuk kepentingan individual yang

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    13/35

      19

    sudah lebih kompleks dibanding hanya kepentingan fisik;  sosial analysis,

    yaitu analisis yang sudah bersifat untuk kepentingan masyarakat atau

    kelompok sosial; dan  philosophical analysis  yaitu analisis yang bersifat

    filosofis (Asnawi, 2007).

    2.2.7  Kriteria motivasi

    Pengukuran motivasi menggunakan skala likert sebagai berikut:

    Pernyataan positif

    SS : 3

    S : 2

    TS : 1

    STS : 0

    Pernyataan negatif

    SS : 0

    S : 1

    TS : 2

    STS : 3

    Selanjutnya dikategorikan dalam 3 kategori yang dimodifikasi, tinggi jika

    hasil prosentasi 76-100%, sedang jika hasil prosentasi 56-75% dan rendah jika

    hasil prosentasinya ≤ 55% (Nursalam, 2008). 

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    14/35

      20

    2.3 Konsep Tuberkulosis (TB Paru)

    2.3.1 

    Definisi

    Tuberculosis  adalah  penyakit  menular langsung yang disebabkan oleh

    kuman TB ( Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

     paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya (Depkes RI, 2007).

    TB  paru  adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang

    secara khas ditandai oleh pembentuka granuloma dan menimbulkan nekrosi

     jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada

    orang lain (Manurung, 2009).

    Tuberkulosis  paru merupakan penyakit infeksi yag menyerang parenkim

     paru-paru, disebabkan Mycrobacterium tuberculosis (Somantri, 2009).

    2.3.2  Penyebab

    TB paru disebabkan oleh  Mycobacterium Tuberkulosis  sejenis kuman

     berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um, dan tebal 0,3-0,6/um. Kuman

    terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap

    gangguan kimia dan fisis (Manurung, 2009).

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    15/35

      21

    2.3.3  Patofisiologi

    Gambar 2.1: Patofisiologi TB paru yang mengarah pada terjadinya masalah keperawatan(Muttaqin, 2008)

    1. 

    Edema trakeal/faringeal

    2.  Peningkatan produksisekret

    3. 

    Pecahnya pembuluhdarah jalan napas

    1. 

    Batuk produktif2.

     

    Batuk darah

    3.  Sesak napas4.

     

    Penurunankemampuan batuk

     produktif

    1. 

    Ketidakefektifan bersihan jalannapas

    2.  Risiko tinggisufokasi

    Penurunan jaringanefektif paru, atelektasis,

    kerusakan membranalveolar-kapiler merusak

     pleura, dan perubahancairan intrapleura.

    Komplikasi TB paru1.

     

    Efusi pleura

    2. 

    Pneumothoraks

    Sesak napas, penggunaan otot bantu

    napas dan pola napas

    tidak efektif

    1. 

    Pola napas tdak

    efektif2.

     

    Gangguan pertukaran gas

    1. 

    Intake nutrisi tidak

    adekuat2. Tubuh makin kurus3.

     

    Ketergantungan aktivitassehari-hari

    4. Kurangya pemenuhanistirahat dan tidur

    5. 

    Kecemasan

    6. Kurangnya Informasi

    1.  Perubahan pemenuhannutrisi kurang darikebutuhan

    2.  Gangguan pemenuhanADL ( Activity Daily Living )

    3. 

    Gangguan pemenuhanIstirahat dan tidur

    4. 

    Kecemasan

    5. 

    Ketidaktahuan informasi

    Reaksi infeksi/ inflamasi, membentuk kavitas dan merusak

     parenkim paru

    Reaksi sistemis:anoreksia, mual,

    demam, penurunan berat badan, dan

    kelemahan

    Infeksi bakteri tuberkulosis via inhalasi

    Infeksi primer

    Sembuh den an fokus Ghon

    Bakteri dorman

    Bakteri muncul beberapa tahunkemudian

    Sembuhfibrotik

    Sembuh

    Penyebaran bakterisecara bronkogen,

    limfogen dan

    hematogen

    Infeksi pasca-primer

    (Reaktivasi)

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    16/35

      22

    Infeksi diawali karena seseorang menghrup basil  M. Tuberculosis. Bakteri

    menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat

     berumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke arah

    lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan

    aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain

    dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memnerikan

    respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan

    aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis

    menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini

    mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan

     bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu

    setelah terpapar bakteri.

    Interaksi antara  M. Tuberculosis  dan sistem kekebalan tubuh pada masa

    awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.

    Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh

    makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa

     jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi

    yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya

    membetuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini

    akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen kemudian

     bakteri menjadi nonaktif.

    Setelah ifeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka penyakit

    akan menjadi parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    17/35

      23

    atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus ini,

     ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di

    dalam bronkhus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan

    membentuk jarigan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,

    mengakibatkan timbulnya bronkopneumnia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.

    Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus

    dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang

    mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel

    tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).

    Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel

    epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda, kemudian pada

    akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang di kelilingi oleh tuberkel (Somantri,

    2008).

    2.3.4  Faktor-faktor yang mempengaruhi tuberkulosis

    Adapun faktor-faktor   yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis

    diantaranya:

    1.  Faktor ekonomi keadaan sosial yang rendah pada umumnya berkaitan erat

    dengan berbagai masalah kesehatan karena ketidakmampuan dalam mengatasi

    masalah kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan

    masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan

    sehat, jelas semua ini akan mudah menumbuhkan penyakit tuberkulosis.

    2.  Status gizi ini merupakan faktor yang penting dalam timbulnya penyakit

    tuberkulosis. Berdasarkan hasil penelitian kejadian tuberkulosis

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    18/35

      24

    menunjukakan bahwa penyakit yang bergizi normal ditemukan kasus lebih

    kecil daripada status gizi kurang dan buruk.

    3.  Status pendidikan, latar belakang pendidikan mempengaruhi penyebaran

     penyakit menular khususnya tuberkulosis. Berdasarkan hasil penelitian

    mengatakan semakin rendah latar belakang pendidikan kecenderungan terjadi

    kasus tuberkulosis, hal ini faktor terpenting dari kejadian TB paru (Taufan,

    2009).

    Sedangkan menurut Departemen Kesehatan, TBC dapat dipengaruhi oleh:

    1. 

    Status sosial ekonomi

    2. 

    Kepadatan penduduk

    3.  Status gizi

    4.  Pendidikan

    5. 

    Pengetahuan

    6.  Jarak tempuh dengan pusat pelayanan kesehatan 

    7. 

    Keteraturan berobat (Depkes RI, 2007) 

    2.3.5  Cara penularan dan faktor risiko

    Sumber penularan adalah penderita TB Paru BTA positif. Pada waktu

     batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet  

    (percikan dahak). Droplet  yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada

    suhu kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi kuman TB Paru bila

    droplet  tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tuberkulosis

    masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut

    dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    19/35

      25

    darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-

     bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 2002).

    Individu yang berisiko tinggi untuk tertular tuberkulosis adalah:

    1. 

    Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

    2.  Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang

    dalam terapi kotikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).

    3.  Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.

    4.  Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;

    etnik dan ras minoritas, terutama, anak-anak di bawah usia 15 tahun dan

    dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).

    5.  Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (mis.,

    diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gastrektomi

    atau yeyunoileal).

    6.  Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia tenggara, Afrika,

    Amerika Latin, karibia).

    7.  Setiap individu yag tinggal di institusi (mis., fasilitas perawatan jangka

     panjang, institusi psikiatrik, penjara).

    8. 

    Individu yang tinggal di daerah perumahan substandart kumuh.

    9.  Petugas kesehatan.

    Risiko untuk tertular tuberkulosis juga tergantung pada banyaknya organisme

    yang terdapat di udara (Muttaqin, 2008).

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    20/35

      26

    2.3.6  Gejala penderita TB paru

    Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukkan tanda dan gejala

    yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah

     jaringan parunya mengalami kerusakan, sehingga dapat meningkatkan produksi

    sputum yang ditujukan dengan seiringnya klien batuk sebagai bentuk kompensasi

     pengeluaran dahak. Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada

    malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti.

    Secara rinci tanda dan gejala TB paru ini dapat dibagi atas 2 (dua)

    golongan yaitu sistemik dan gejala respiratorik.

    Gejala sistemik adalah:

    1.  Demam

    Demam merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, biasanya timbul

     pada sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip demam influenza

    yang segara mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan vrulesi kuman,

    serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan.

    Demam seperti influenza ini hilang timbul dan semakin lama makin panjang

    masa serangannya, sedangkan masa serangannya, sedangkan masa bebas

    serangan akan semakin pendek. Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40

    0

    -

    410C.

    2. 

    Malaise

    Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak

    enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    21/35

      27

    kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan

    siklus haid.

    Gejala respiratorik adalah:

    1. 

    Batuk

    Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkhus. Batuk

    mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus; selanjutnya akibat adanya

     peradangan pada bronkhus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini

     berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat

     bersifat mukoid atau purulen.

    2. 

    Batuk darah

    Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya

     batuk darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang

     pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada

    dinding kavitas, juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkhus.

    Batuk darah inilah yang paling sering membawa penderita berobat ke dokter.

    3.  Sesak nafas

    Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang

    cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah ditemukan.

    4.   Nyeri dada

    Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena,

    gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik (Manurung, 2009).

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    22/35

      28

    2.3.7  Klasifikasi penyakit

    Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien Tuberculosis  memerlukan

    suatu definisi kasus yang meliputi empat hal, yaitu:

    1. 

    Lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru dan ekstra paru

    2.  Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopik) : BTA positif dan

    BTA negative

    3.  Tingkat keparahan penyakit : ringan dan berat 

    4.  Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati (Depkes

    RI, 2007). 

    Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena :

    1.  Tuberkulosis paru, adalah : Tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim

     paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. 

    2. 

    Tuberkulosis ekstra paru, adalah : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh

    lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung ( pericardium),

    kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat

    kelamin dll. 

    Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa

    tipe pasien, yaitu :

    1.  Kasus baru : Pasien TB yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah

     pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)

    2.  Kasus kambuh ( Relaps) : Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat

     pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

    didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan/kultur)

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    23/35

      29

    3.  Kasus setelah putus berobat ( Default ) : Pasien yang telah berobat dan putus

     berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif

    4.  Kasus setelah putus berobat ( Failure) : Pasien yang hasil pemeriksaan

    dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan ke-5 atau lebih

    selama pengobatan

    5.  Kasus pindahan (Transfer in) : adalah pasien yang dipindahkan dari UPK

    yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatanya 

    6.  Kasus lain : Kasus yang tidak memiliki ketentuan diatas. Didalam kelompok

    ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA

     positif setelah selesai pengobatan ulangan (GERDUNAS TB, 2005). 

    2.3.8  Penatalaksanaan

    Zain (2001) membagi  penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga

     bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active case

     finding ) (Muttaqin, 2008).

    1. 

    Pencegahan

    1)  Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul

    erat dengan penderta TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes

    tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka

     pemeriksaan radiologi foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan

    mendatang. Bila masih negatif, berikan BCG vaksinasi. Bila positif,

     berarti menjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan

    kemoprokfilaksis.

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    24/35

      30

    2)  Mass chest X-Ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-

    kelompok populasi tertentu misalnya Karyawan rumah sakit/ puskesmas/

     balai pengobatan, penghuni tahanan dan siswa-siswi pesantren.

    3) 

    Vaksinasi BCG

    4)  kemoprokfilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/ KgBB selama 6-12

     bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri

    yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama adalah

     bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan

    kemoprofilaksi sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:

    (1) 

    Bayi di bawah 5 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena risik

    timbulnya TB milier dan meningitis TB,

    (2) Anak dan remaja di bawah 20 tahun denga hasil tes tuberkulin positif

    yang bergaul erat dengan penderita TB menular,

    (3) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif

    menjadi positif,

    (4) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif

     jangka panjang,

    (5) 

    Penderita Diabetes mellitus

    5)  Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis

    kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun tingkat rumah sakit oleh

     petugas pemerintah maupun petugas LSM (Muttaqin, 2008).

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    25/35

      31

    2.  Pengobatan

    1) 

    Tujuan pengobatan

    Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah

    kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan

    mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

    2)  Jenis, Sifat dan Dosis Obat Anti TB (OAT) 

    Tabel 2.1. Jenis, Sifat dan Dosis OAT (Muttaqin, 2008)

    Obat anti TB

    esencial

    ANSI Potensi

    Rekomendasi Dosis

    (mg/KGB)

    Per hari

    Per minggu

    3x 2x

    Isoniazid (INH) Bakterisidal Tinggi 5 10 15

    Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10

    Pirazinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50

    Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15

    Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45

    3)  Prinsip pengobatan 

    Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

    (1) OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi bebrapa jenis obat,

    dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori

     pengobatan, jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakain

    OAT kombinasi dosis tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan

    sangat dianjurkan 

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    26/35

      32

    (2) Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan

     pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh

    seorang pengawas menelan obat (PMO). Sebaiknya PMO adalah

     petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat, juru imunisasi,

    dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan,

    PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota Perhimpunan

    Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), atau tokoh masyarakat

    lainnya atau anggota keluarga.

    4) 

    Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap

    lanjutan 

    (1) Tahap awal ( Intensif ): Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat

    setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

    terjadinya resistensi obat; Bila pengobatan tahap intensif tersebut

    diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular

    dalam kurun waktu 2 minggu; Sebagian besar pasien TB BTA Positif

    menjadi BTA negative (konversi) dalam 2 bulan.

    (2) Tahap lanjutan: Pada tahap lanjutan pasien mandapat jenis obat lebih

    sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama; Tahap lanjutan

     penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah

    terjadinya kekambuhan (Depkes RI, 2007). 

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    27/35

      33

    5)  Paduan OAT dan peruntukannya 

    (1) 

    Kategori I (2HRZE/ 4H3R 3)

    Paduan OAT ini diberikan untuk:

    a. 

    Penderita baru TB paru dengan BTA (+)

     b.  Penderita baru TB paru, BTA (-), foto thorak (+), dengan

    kerusakan parenkim paru yang luas

    c.  Penderita baru TB dengan kerusakan yang berat pada penderita TB

    ekstra pulmons

    (2) 

    Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R 3E3) 

    Diberikan untuk:

    a.  Pasien kambuh

     b.  Pasien gagal

    c. 

    Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)

    (3) Kategori III (2RHZ/4R 3H3) 

    Diberikan untuk:

    a.  Penderita baru BTA (-) dan foto thoraks (+) sakit ringan

     b.  Penderita ekstra paru ringan, yaitu TB kelenjar limfe, pleuritis

    eksudatif unilateral, TB kulit, TB tulang (Manurung, 2008). 

    6)  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan

    Banyak faktor yang harus diperhatikan yang akan sangat mempengeruhi

    keberhasilan pengobatan, diantaranya meliputi :

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    28/35

      34

    (1) Lamanya waktu pengobatan

    (2) 

    Kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat

    Sackett (1976) mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai “sejauhmana

     perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh

     profesional kesehatan” (Niven, 2002).

    Menurut Niven (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

    adalah:

    a.  Faktor penderita atau individu

    Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu

    sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

    kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

     berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakit.

     b. 

    Dukungan keluarga

    Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling

    dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang

    dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari

    keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan

    kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola

     penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti

    saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang

     pengelolaan penyakitnya.

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    29/35

      35

    c.  Dukungan sosial

    Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

    keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam

    kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

    mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan

    dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan.

    d.  Dukungan petugas kesehatan

    Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

    mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama

     berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru

    tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat

    mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan

    antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara

    terus-menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien

    yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya. 

    (3) Daya tahan tubuh

    (4) Faktor social ekonomi penderita 

    (5) 

    Status gizi penderita (Taufan, 2009). 

    3.  Penemuan Penderita

    Penemuan penderita TB paru dilakukan secara pasif, artinya penjaringan

    tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang dengan kemauan

    sendiri berkunjung ke UPK. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan

     penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    30/35

      36

    meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini dikenal dengan

    sebutan passive promotive case finding.

    Untuk menegakkan diagnosa TB paru, maka test diagnostik yang sering

    dilakukan pada klien adalah:

    1)  Pemeriksaan Radiologis: foto rontgen toraks

    Tuberkulosis dapat memberikan gambaran yang bermacam-macam

     pada foto rontgen toraks, akan tetapi terdapat beberapa gambaran yang

    karakteristik untuk tuberkulosis paru yaitu:

    (1) 

    Apabila lesi terdapat terutama dilapangan di atas paru.

    (2) 

    Bayangan berwarna atau bercak.

    (3) Terdapat kavitas tunggal atau multipel.

    (4) Terdapat klasifikasi.

    (5) 

    Apabila lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan atas paru.

    (6) Bayangan abnormal yang menetap pada foto toraks setelah foto ulang

     beberapa minggu kemudian.

    Lesi pada orang dewasa mempunyai predileksi di segmen apikal

    dan posterior lobus atas serta segmen apikal lobus bawah. Umumnya lesi

    tuberkulosis bersifat multiform, yaitu terdapat membran beberapa stadia

     pada saat yang sama misalnya terdapat infiltrat, fibrosis dan klasifikasi

     bersamaan.

    Gambaran yang tampak pada foto thoraks tergantung dari stadium

     penyakit. Pada lesi baru di paru yang berupa sarang pneumonia terdapat

    gambaran bercak seperti awan dengan batas yang tidak jelas. Kemudian

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    31/35

      37

     pada fase berikutnya bayangan akan lebih padat dan batas lebih jelas.

    Apabila lesi diliputi oleh jaringan ikat maka akan terlihat bayangan bulat

     berbatas tegas disebut tuberkuloma. Apabila lesi tuberkulosis meluas maka

    akan terjadi perkijuan, yang apabila dibatukkan akan menimbulkan

    kavitas. Kavitas ini akan bermacam-macam bentuknya “multiloculatied ”,

    dinding tebal dan sklerotik. Bisa juga ditemukan atelektasis pada satu

    lobus bahkan pada satu paru, kadang-kadang kerusakan yang luas

    ditemukan pada kedua paru. Gambaran fibrosis tampak seperti gari-garis

    yang padat, sedangkan klasifikasi terlihat sebagai bercak dengan densitas

    tinggi. Sering juga ditemui penebalan yang tersebar merata di kedua paru.

    Gambaran efusi pleura dan pneumothoraks juga sering menyertai

    tuberkulosis paru-paru.

    Foto thoraks PA dan lateral biasanya sudah cukup memberikan

    gambaran. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan radiologik khususnya

    seperti foto top lordotik , tomogram dan bronkografi. Penting sekali

    melakukan evaluasi foto dan membandingkan hasilnya, untuk mengetahui

    apakah ada kemajuan, perburukan atau terdapat kelainan yang menetap.

    2) 

    Pemeriksaan Laboratorium

    (1) Darah

    Pada TB paru aktif biasanya ditemukan peningkatan leukosit dan laju

    endap darah (LED).

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    32/35

      38

    (2) Sputum BTA

    Pemeriksaan bakteriologik dilakukan untuk menemukan kuman

    tuberkulosis. Diagnosa pasti ditegakkan bila pada biakan ditemukan

    kuman tuberkulosis. Pemeriksaan penting untuk diagnosa definitiv dan

    menilai kemajuan klien. Dilakukan tiga kali berturut-turut dan biakan

    atau kultur BTA selama 4-8 minggu.

    3)  Test Tuberculin ( Mantoux Test )

    Pemeriksaan ini banyak digunakan untuk menegakkan diagnosa

    terutama pada anak-anak. Biasanya diberikan suntikkan PPD ( Protein

     perivied Derivation) secara intracutan 0,1 cc lokasi penyuntkan umumnya

     pada1/2 bagian atas lengan bawah sebelah kiri bagian depan. Penilaian test

    tuberkulosis dilakukan setelah 48-72 jam penyuntikkan dengan mengukur

    diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi pada lokasi suntikan.

    Indurasi berupa kemerahan dengan hasil sebagai berikut:

    (1) 

    Indurasi 0-5 mm: negatif

    (2) Indurasi 6-9 mm: meragukan

    (3) Indurasi > 10 mm: positif.

    Test tuberculin negatif berarti bahwa secara klinis tidak ada infeksi

     M. Tuberculosa, dan bila hasil meragukan dapat disebabkan karena

    kesalahan teknik reaksi silang (Manurung, 2009). 

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    33/35

      39

    2.4 Kerangka Teori

    Gambar 2.2: Kerangka teori Hubungan dukungan keluarga pasien TB paru dengan motivasi kepatuhan minum obat anti TBC (OAT)

    Tugas keluarga di bidang kesehatan

    1.  Mengenal masalah2.  Mengambil keputusan3.  Memberikan perawatan4.  Mempertahankan suasana di rumah5.

     

    Mempertahankan hubungan timbal

     balik

    Karakteristik Motivasi1.   Activation2.   Direction

    3.   Analysis motivations

    Cara meningkatkan motivasi

    1. 

    Teknik verbal2.  Teknik tingkah laku3.  Teknik intensif4.  Supertisi5.  Citra/ Image

    Keluarga yang memilikianggota keluarga dengan

    TB paru

    Faktor yang mempengaruhi perilaku dan sikap kesehatan

    keluarga

    1.  Faktor predisposing  2.  Faktor enabling  3.  Faktor reinforcing  

    Dukungan Keluarga

    1.  Dukungan Emosional2.  Dukungan Penghargaan3.  Dukungan Instrumental

    4.  Dukungan Informasi

    Faktor motivasi

    1.  Seberapa mendesaknya suatukebutuhan

    2.  Suatu Kebutuhan3.  Phisik & mental4.  Hereditas, lingkungan, kematangan/

    usia5.  Intrinsik6.  Fasilitas7.  Situasi & kondisi

    8.  Program & aktivitas

    Bentuk Motivasi

    1.  Intrinsik2.

     

    Ekstrnsik3.  Terdesak4.  Ipoleksosbud &

    hankam

    Komponen Motivasi

    1. 

    Keinginan2.

     

    Keyakinan

    3. 

    Harapan

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    34/35

      40

    2.5 Kerangka Konseptual

    Keterangan :

    : Diteliti

    : Tidak diteliti

    Gambar 2.3: Kerangka Konseptual Hubungan dukungan keluarga penderita TB

    paru dengan motivasi kepatuhan minum Obat Anti TBC (OAT) di

    wilayah kerja Puskesmas Puri kabupaten Mojokerto. 

    Faktor motivasi

    1. 

    Seberapa

    mendesaknya suatukebutuhan

    2. 

    Suatu Kebutuhan3.  Phisik & mental4.

     

    Hereditas,lingkungan,

    kematangan/ usia5.

     

    Intrinsik6.

     

    Fasilitas

    7.  Situasi & kondisi

    8. 

    Program & aktivitas

    Keluarga yang memiliki

    anggota keluarga dengan

    TB paru

    Faktor yang mempengaruhi perilaku dan sikap kesehatan

    keluarga

    1. 

    Faktor predisposing  

    2.  Faktor enabling  3.

     

    Faktor rein orcin  

    Dukungan Keluarga

    1. 

    Dukungan Emosional

    2.  Dukungan Penghargaan3.

     

    Dukungan Instrumental

    4.  Dukungan Informasi

    Komponen Motivasi

    1.  Keinginan2.  Keyakinan3.  Harapan

    KurangCukupBaik

    Tinggi Sedang Rendah

  • 8/19/2019 Carsen 03 BAB 2

    35/35

      41

    2.6 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis adalah Suatu pernyataan atau asumsi tentang hubungan dua atau

    lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian

    (Nursalam, 2008).

    H0  : Tidak ada hubungan dukungan keluarga pasien TB paru dengan motivasi

    kepatuhan minum Obat Anti TBC (OAT) di wilayah kerja Puskesmas Puri

    tahun 2012.

    H1  : Ada hubungan dukungan keluarga pasien TB paru dengan motivasi

    kepatuhan minum Obat Anti TBC (OAT) di wilayah kerja Puskesmas Puri

    tahun 2012.