carcinoma adenoma

47
PAPER “TUMOR PAROTIS” Disusun oleh: Gandra Arianto Isnan Fadly Situmorang Ido Kurniawan Muhammad Arif Prayoga Harahap Rahmi Ailovya Alindi Pembimbing : dr. Budi Mulyana, Sp. THT-KL Kepaniteraan Klinik THT Rumah Sakit Haji Medan

Upload: luthfi-assegaf

Post on 29-Dec-2015

106 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

dfd

TRANSCRIPT

Page 1: carcinoma adenoma

PAPER

“TUMOR PAROTIS”

Disusun oleh:

Gandra Arianto

Isnan Fadly Situmorang

Ido Kurniawan

Muhammad Arif Prayoga Harahap

Rahmi Ailovya Alindi

Pembimbing :

dr. Budi Mulyana, Sp. THT-KL

Kepaniteraan Klinik THT

Rumah Sakit Haji Medan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

2014

Page 2: carcinoma adenoma

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karuniaNya kami

dapat menyelesaikan paper yang berjudul Tumor Parotis dengan baik.

Shalawat beserta salam semoga tak henti-hentinya tercurahkan kepada uswatun hasanah,

Nabi Muhammad SAW. berserta keluarga, sahabat,dan kepada kita semua selaku umatnya

semoga mendapatkan syafa’atnya kelak di akhir zaman, Amin. Terimakasih kami sampaikan

kepada pembimbing kami, dr. Budi Mulyana, Sp. THT-KL.

Penyusunan paper ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, maka dari itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan paper ini. Kami merasa masih banyak

kekurangan, karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

paper ini akan Kami terima dengan hati terbuka.

Akhir kata, Kami berharap paper ini dapat bermanfaat, bagi pembaca umumnya dan bagi

kami sendiri khususnya.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Medan, Maret 2014

Penyusun

Page 3: carcinoma adenoma

BAB I

PENDAHULUAN

Kelenjar liur atau kelenjar saliva adalah kelenjar yang mensekresikan cairan

saliva, terbagi menjadi dua golongan, yaitu mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor

terdapat tiga pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar

sublingual. Kelenjar saliva minor di mukosa traktus aerodigestif atas termasuk rongga

mulut, terutama selaput lendir palatum.

Kelenjar saliva mayor dan minor menghasilkan saliva yang berbeda-beda.

Kelenjar parotis mensekresikan liur serosa, sedangkan kelenjar submandibula

mensekresikan liur mukosa.

Kelainan pada parotis meliputi tumor jinak maupun ganas, batu di duktus,

infeksi bakteri maupun virus, dan berbagai gangguan autoimun yang jarang

ditemukan. Pembahasan dalam makalah ini akan lebih fokus kepada tumor yang

terjadi di parotis, baik tumor jinak maupun ganas.Neoplasma kelenjar liur jarang

terjadi, hanya 3-6% dari tumor kepala leher, tumor kelenjar liur mengenai parotis

85%, submandibula 3-15%, kelenjar liur minor 5-8% dan sublingual <1%. Makin

kecil kelenjar liur yang terkena, makin besar kemungkinan keganasan.

Secara klinis, jika didapatkan benjolan kelenjar parotis, maka cuping telinga

akan terangkat ke atas. Tumor pleiomorf tidak nyeri, tumbuh berangsur dan dapat

menjadi besar sekali bila dibiarkan.

Page 4: carcinoma adenoma

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi, Histologi, Dan Fisiologi Kelenjar Parotis

2.1.1 Anatomi

Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva

lainnya dengan berat sekitar 15-30 gram. Terletak di lateral wajah, yaitu di

preaurikula, sampai ke posterior mandibula. Dilewati oleh nervus fasialis yang

membaginya menjadi dua lobus, yaitu lobus profunda dan superfisial. Lobus

superficial terletak di superficial dari bagian posterior otot masseter, ke atas, hingga

ke arkus zigomatik, ke bawah mencapai margo inferior os mandibular. Lobus

profunda ke atas berbatasan dengan kartilago meatus akustikus eksternal, terletak

antara prosessus mastoideus tulang temporal dan ramus mandibula.

Duktus Stensen dengan panjang lebih kurang 4- 7cm, muncul dari anterior

kelenjar. Duktus ini keluar dari permukaan lateral otot maseter, menembus jaringan

lemak pipi dan otot businator. Ujung saluran ini berada di mukosa pipi rongga mulut,

berhadapan dengan gigi molar kedua bagian atas. Kelenjar parotis aksesorius dapat

ditemukan di sepanjang bagian anterior kelenjar dan pada duktus Stensen. Kelenjar ini

dijumpai berkisar 20%.

Page 5: carcinoma adenoma
Page 6: carcinoma adenoma

Perdarahan kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna, dimana arteri

ini berjalan medial dari kelenjar parotis, kemudian mempercabangkan arteri

maksilaris dan arteri temporalis superior. Arteri temporalis superior

mempercabangkan arteri fasialis tranversalis yang berjalan di anterior zigoma dan

saluran parotis, kemudian memperdarahi kelenjar parotis, saluran parotis dan otot

maseter. Vena maksilaris dan vena temporalis superfisialis bersatu membentuk vena

retromandibuler yang berjalan di sebelah dalam saraf fasialis, kemudian menyatu

dengan vena jugularis eksterna.

Fungsi sekretomotorik dihantarkan melalui serabut saraf parasimpatis lewat

saraf glosofaringeus. Dalam perjalanan yang rumit serabut saraf ini memasuki

kelenjar parotis setelah melewati ganglion otik dan dihantarkan melalui saraf

aurikulotemporalis.

Page 7: carcinoma adenoma

Lobus superfisial dari kelenjar parotis mengandung lebih kurang 3-20 kelenjar

limfe, terletak diantara kelenjar parotis dengan kapsulnya. Kelenjar limfe ini

merupakan saluran dari kelenjar parotis, liang telinga luar, daun telinga, kulit kepala,

kelopak dan kelenjar air mata. Lapisan kedua terdapat pada kelenjar parotis profunda

dan merupakan saluran dari kelenjar parotis, liang telinga luar, telinga tengah,

nasofaring, dan palatum mole. Kedua sistem ini mengalir ke sistem limfe servikal

superfisialis dan profunda.

Nervus fasialis sebenarnya terdiri dari serabut saraf motorik saja, namun pada

perjalanannya ke tepi, nervus intermedius bergabung dengannya. Nervus intermedius

ini tersusun oleh serabut sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut yang

menghantarkan impuls pengecap dari 2/3 bagian depan lidah.

Page 8: carcinoma adenoma

Sebagai saraf motorik mutlak nervus fasialis keluar dari foramen

stilomastoideum dan memberikan cabang-cabang kepada otot stilohioid dan venter

posterior muskulus digastrikus dan otot oksipitalis. Pangkal sisanya menuju ke

glandula parotis. Disitu ia bercabang cabang lagi untuk mempersarafi otot wajah dan

plastima. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah cabang temporal, zigomatikus,

bukalis, mandibularis dan cabang servikalis.

2.1.2 Histologi

Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung sejumlah

besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan

kolinesterase.Kelenjar parotisadalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang pada

manusia adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat yang

tebal, dari sini ada septa jaringan ikat termasuk kelenjar dan membagi kelenjar

menjadi lobulus yang kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar yang

rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus striata. Saluran

keluar yang utama yaitu duktus parotidikius steensen terdiri dari epitel berlapis semu,

bermuara kedalam vestibulum rongga mulut berhadapan dengan gigi molar kedua

atas.

2.1.3 Fisiologi

Pada kondisi basal, sekitar 0,5 mililiter saliva, hampir seluruhnya dari tipe mucus,

disekresikan setiap detik sepanjang waktu kecuali selama tidur, saat sekresi menjadi

sangat sedikit.

Page 9: carcinoma adenoma

Sekresi ini sangat berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan

rongga mulut. Saliva membantu mencegah proses kerusakan jaringan mulut yang

dapat disebabkan oleh bakteri dengan cara membantu membuang bakteri pathogen

juga partikel-partikel makanan yang memberi dukungan metabolic bagi bakteri dan

saliva juga mengandung beberapa factor yang menghancurkan bakteri, salah satunya

adalah ion tiosianat dan lainnya adalah enzim proteolitik terutama lizozim. Terakhir,

saliva juga mengandung sejumlah besar antibodi protein yang dapat menghancurkan

bakteri rongga mulut, termasuk yang menyebabkan karies gigi.

Setiap hari satu sampai dua liter air liur diproduksi dan hampir semuanya ditelan

dan direabsorbsi. Proses sekresi dibawah kendali saraf otonom. Makanan dalam mulut

merangsang serabut saraf yang berakhir pada nukleus pada traktus solitaries dan pada

akhirnya merangsang nukleus saliva pada otak tengah. Pengeluaran air liur juga

dirangsang oleh penglihatan, penciuman melalui impuls dari kerja korteks pada

nukleus saliva batang otak. Aktivitas simpatis yang terus menerus menghambat

produksi air liur seperti pada kecemasan yang menyebabkan mulut kering. Obat-

obatan yang menghambat aktivitas parasimpatis juga menghambat produksi air liur

seperti obat antidepresan, tranquillizers, dan obat analgesik opiate dapat menyebabkan

mulut kering (Xerostomia).

Saluran air liur relatif impermeabel terhadap air dan mensekresi kalium,

bikarbonat, kalsium, magnesium, ion fosfat dan air. Jadi produk akhir dari kelenjar air

liur adalah hipotonik, cairan yang bersifat basa yang kaya akan kalsium dan fosfat.

Komposisi ini penting untuk mencegah demineralisasi enamel gigi.

Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air yaitu serous.

Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.

Page 10: carcinoma adenoma

2.2 Tumor Parotis

2.2.1 Definisi

Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan

multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.

Kelenjar parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.7

Sel bisa menjadi kanker karena adanya kerusakan DNA. Didalam sel

normal, ketika DNA mengalami kerusakan, maka sel yang lain akan

memperbaikinya atau sel rusak tersebut akan mati. Sedangkan didalam sel

kanker, kerusakan DNA tersebut tidak diperbaiki. Sel tersebut juga tidak mati

seperti seharusnya. Bahkan sel ini akan membentuk sel baru yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh dan memiliki kerusakan DNA yang sama seperti sel

pertama.

2.2.2 Epidemiologi

Tumor pada kelenjar liur relative jarang terjadi, presentasinya kurang

2-5% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Dari tumor kelenjar saliva,

insidens tumor parotis paling tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor submandibular

10%, tumor sublingual 1%, tumor kelenjar saliva kecil dalam mulut 1%.

Sejak periode 2000-2008 angka kejadian lebih sering pada laki-laki

dengan insidensi sekitar 1.41 kasus per 100.000 laki-laki, dibandingkan dengan

perempuan yang hanya 1.00. bisa mengenai semua umur, namun kebanyakan

pasien didiagnosis pada usia >64 tahun.

Sebagian besar tumor parotis adalah jinak. Tumor jinak yang paling

sering adalah mixed tumor / pleomorfik adenoma, dan Wartin’s tumor. Hanya

sekitar 20% tumor parotis yang ganas.

Keganasan biasanya asimtomatik, tetapi tanda dan gejala yang

menunjukkan keganasan biasanya adalah pertumbuhan tumor yang cepat

membesar, nyeri, trismus, paralisis nervus fasialis atauyang lainnya.

Pemeriksaan penunjang yang sensitivitasnya 95% pada keganasan kelenjar

Page 11: carcinoma adenoma

saliva adalah dengan FNAB. Semua pasien dengan massa di kelenjar saliva nya

harus dilakukan pemeriksaan FNAB untuk mengetahui diagnosis histologinya

dan untuk perencanaan terapi pembedahan. Pemeriksaan CT Scan dan MRI juga

sangat membantu untuk mengetahui apakah letak tumor di lobus superfisial atau

profunda. Keganasan lebih sering terjadi pada tumor parotis yang mengenai

lobus profunda. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil

bahwa tumor pada lobus profunda sebanyak 35%nya adalah maligna, dan hanya

10% nya yang benigna.

2.2.3 Etiologi

Penyebab terjadinya tumor kelenjar parotis masih belum jelas karena

angka kejadiannya yang masih jarang. Paparan rokok dan konsumsi alkohol

tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan tumor parotis. Sejauh ini, paparan

radiasi ion sudah ditetapkan sebagai faktor resiko terjadinya tumor parotis.

Seseorang yang pernah mengalami terapi radiasi dan terapi UV pada kepaladan

leher meningkatkan faktor risiko. Penelitian terakhir mengatakan bahwa terjadi

peningkatan angka kejadian tumor parotis, terutama di Israel dan Inggris.

Terdapat hipotesis bahwa peningkatan angka kejadian tumor parotis ini ada

hubungannya dengan meningkatnya penggunaan telepon genggam. Namun dari

penelitian yang dilakukan oleh Shu, dkk ini didapatkan hasil bahwa tidak ada

hubungan antara peningkatan penggunaan telepon genggam dengan peningkatan

angka kejadian tumor parotis. Faktor resiko lain yang mempengaruhi terjadinya

karsinoma kelenjar air liur adalah pekerjaan, nutrisi, dan genetik.

2.2.4 Klasifikasi Tumor Parotis

WHO tahun 2005 mengklasifikasikan tumor kelenjar saliva menjadi

jinak dan ganas. Berdasarkan histopatologinya dibagi menjadi epitelial dan non

epitelial. Jenis epitelial sangat jarang terjadi, sekitar 2-5% dari kasus tumor

kelenjar saliva.

Tabel 1. Klasifikasi histopatologi WHO/AJCC

Tumor jinak Tumor ganas

plemorphic adenoma ( mixed

benign tumor)

mucoepidermoid carcinoma

acinic cell carcinoma

Page 12: carcinoma adenoma

monomorphic adenoma

papillarycystadenoma

lymphomatosum (Warthin’s

tumor)

adenoid cystic carcinoma

adenocarcinoma

epidermoid carcinoma

small cell carcinoma

lymphoma

Malignant mixed tumor

Carcinoma ex pleomorphic adenoma

(carcinosarcoma)

a. Tumor jinak

1) Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):

Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi

pada kelenjar parotis.Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel

epitel dan jaringan ikat.Pertumbuhan tumor ini lambat berupa benjolan pada

depan bawah daun telinga atau angulus mandibula yang tidak memberikan

gejala. Kondisi ini membuat luput dari perhatian pasien, sehingga pasien

datang untuk pemeriksaan ke petugas kesehatan setelah muncul benjolan

setidaknya 1 tahun. Pada perabaan didapatkan massa berbentuk bulat,

permukaan licin, kadang berbenjol-benjol, dan konsistensinya lunak,

berbatas tegas, tampak berkapsul, dan ukuran terbesarnya jarang melebihi 6

cm,tidak nyeri tekan dan dapat digerakkan.

Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka

ragam.biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau seperti

pulau-pulau dari spindel atau stellata. Tumor ini, yang umumnya terbentuk

di parotis superfisial, menyebabkan pembengkakan tak nyeri di sudut

rahang dan mudah diraba sebagai massa diskret. Tumor biasanya sudah ada

selama beberapa tahun sebelum dibawa ke dokter.Walaupun berkapsul,

pemeriksaan histologik sering memperlihatkan tempat tumor menembus

kapsul. Oleh karena itu, diperlukan batas reseksi yang adekuat untuk

mencegah kekambuhan. Hal ini mungkin memerlukan pengorbanan saraf

fasialis, yang berjalan melalui kelenjar parotis. Secara rerata, sekitar 10%

eksisi diikutioleh kekambuhan. Penatalaksanaanya yaitu eksisi bedah dari

kelenjar yang terkena.

Page 13: carcinoma adenoma

Gambaran histologi adenoma pleomorfik

Adenoma pleomorfik sering mengenai wanita pada dekade umur ke-IV,

namun pada laki-laki adenoma pleomorfik bisa terjadi pada anak-anak dan

orang tua. Sehingga dapat dikatakan bahwa insidensi adenoma pleomorfik

dapat terjadi pada semua umur, dan kasus terbanyak terutama terjadi pada

dekade IV - V.

Umur rata-rata penderita adenoma pleomorfik adalah 43 tahun, dan

hampir 40% kasus yang dicatat AFIP mengenai penderita berumur kurang

dari 40 tahun. Adenoma pleomorfik 10 kali lebih sering terjadi pada

kelenjar liur mayor parotis daripada kelenjar submandibuler, jarang terjadi

pada kelenjar liur sublingual.

2) Warthin's tumor ( kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik

papiler).

Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul

apabila terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista

multipel.Histologi Warthin's tumor yaitu : (1) lapisan epitel dua deret yang

melapisi rongga yang bercabag, kistik, atau mirip celah, dan (2) jaringan

limfoid didekatnya yang kadang-kadang membentuk sentrum

germinativum. Angka kekambuhan sekita 10% diperkirakan disebabkan

oleh eksisi yang tidak komplet, sifat multisentrik tumor, atau adanya tumor

Page 14: carcinoma adenoma

primer kedua. Perubahan menjadi ganas tidak pernah dilaporkan.Lebih

sering ditemukan pada kelenjar mayor.

3) Tumor monomorphic

Tumor yang tumbuh lambat ini hanya berkisar kurang dari 5% dari

seluruh angka kejadian tumor kelenjar lidah. Monomorfik adenoma

dibedakan dari pleomorfik adenoma karena tumor ini hanya memiliki satu

morfologi sel. Monomorfik adenoma memiliki subklasifikasi menjadi grup

neoplasma epitelial dan mioepitelial yang termasuk didalamnya yaitu basal

cell adenomas, canalicular adenomas, oncocytomas atau oxyphilic

adenomas, dan myoepitheliomas.

b. Tumor Jinak Nonepitelial

1) Hemangioma

Kebanyakan terajadi pada anak-anak biasnya pada kelenjar parotis.

Biasanya asimptomatik, unilateral dan massa yang kompresibel. berwarna

merah gelap, berlobus-lobus dan tidak berkapsul. Penanganan dengan

pemberian steroid 2-4 mg/kgBB/hari.40-60% hemengioma tidak berespon

terhadap steroid.

2) Limfangioma (higroma kistik)

Merupakan tumor bagian kepala dan leher yang paling sering pada

anak-anak, eksisi merupakan penanganan piliha bila tumor terletak pada

struktur yang vital.Limfangioma jarang menimbulkan gejala-gejala

obstruksi jalan napas dan eksisi biasanya untuk alasan kosmetik.

c. Tumor Ganas Kelenjar Liur

1) Mukoepidermoid karsinoma

Kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki

gradasi yang rendah.

Presentasi yang paling umum adalah adanya massa di daerah pipi

posterior tanpa rasa sakit dan tanpa gejala > 80% pasien. Sekitar 30% dari

pasien mengeluhkan rasa sakit yang terkait dengan massa, meskipun

keganasan kelenjar parotis sebagian besar tidak sakit. Kemungkinan besar

rasa sakit menunjukkan adanya invasi perineural yang memungkinkan

adanya keganasan pada pasien dengan massa parotis.

Page 15: carcinoma adenoma

Dari pasien dengan tumor ganas parotis, 70-20% terdapat adanya

kelemahan atau kelumpuhan saraf wajah, yang hampir tidak pernah

menyertai lesi jinak dan menunjukkan prognosis buruk. Sekitar 80% dari

pasien dengan kelumpuhan saraf wajah telah terjadi metastasis nodul pada

saat diagnosis. Pasien-pasien ini memiliki kelangsungan hidup rata-rata 2,7

tahun dan selama 10 tahun sebesar 14-26%.

Aspek penting yang lain dari anamnesis meliputi lama waktu

timbulnya massa, riwayat lesi kulit sebelumnya atau eksisi lesi parotis.

Pertumbuhan massa yang relatif lambat cenderung jinak. Riwayat adanya

karsinoma sel skuamosa, melanoma ganas, atau histiocytoma bersifat ganas

menunjukkan metastasis intraglandular atau metastasis ke kelenjar getah

bening parotis. Kemungkinan besar tumor parotis yang kambuh

menunjukkan reseksi awal yang tidak memadai.

Sebuah laporan adanya sakit pada telinga mungkin menunjukkan

perluasan tumor ke dalam saluran pendengaran. Adanya keluhan mati rasa

sering menunjukkan invasi saraf pada cabang kedua atau ketiga dari saraf

trigeminal.

Pada pasien dengan tumor kelenjar saliva, diindikasikan pemeriksaan

kepala dan leher secara cermat. Perhatian harus langsung pada ukuran,

lokasi dan mobilitas dari tumor. Ada atau tidak ada penekanan dari tumor

sebaiknya dicatat. Adanya paralisis nervus fasialis seharusnya

meningkatkan kecurigaan adanya suatu keganasan pada pasien, walaupun

jarang, tumor jinak dapat juga menyebabkan paralisis nervus facialis.

2) Kista Adenoid karsinoma

Tumor ini merupakan suatu basaloid tumor yang terdiri dari sel-sel

epitel dan myoepitel dengan gambaran morfologi yang bervariasi antara

Page 16: carcinoma adenoma

cribriform, tubular, dan solid. Tumor ini merupakan neoplasma malignan

yang jarang terjadi.

Tumor ini dapat mengenai semua umur dengan insiden paling tinggi

pada usia pertengahan dan usia tua. Tidak ada perbedaan insiden antara pria

dan wanita.Pertumbuhannya lambat dan kebanyakan memiliki gradasi yang

rendah. dapat berulang setelah dilakukan pembedahan, kadang-kadang

beberapa bulan setelah operasi.

Gejala klinis yang terjadi pada tumor ini tergantung pada ukuran tumor

dan lokasi dari tumor. Pada lesi yang dini pada kelenjar liur, tampak adanya

massa dengan pertumbuhan yang lambat tanpa rasa nyeri pada daerah mulut

ataupun wajah. Pada lesi yang sudah lanjut, gejala yang timbul disertai

dengan rasa nyeri dan adanya nervus paralyse oleh karena sel-sel tumor

sudah menginvasi saraf perifer.

Pemeriksaan radiologi berupa MRI dan USG dapat digunakan untuk

membantu menegakkan diagnosa terutama pada tumor yang sudah meluas

ke organ-organ sekitarnya.

Pada sediaan makroskopis karsinoma ini berbentuk bulat, solid, dan

tidak berkapsul. Warna coklat terang dan konsistensi kenyal dengan ukuran

yang bervariasi. Pada pemeriksaan histopatologi, karsinoma ini mempunyai

tiga gambaran utama: tubular, cribriform, dan solid.

Page 17: carcinoma adenoma

Gambaran histologi kista adenoma karsinoma

3) Adenokarsinoma

Terdapat beberapa tipe adenokarsinoma:

a) Karsinoma sel asinik

Paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya

lambat

b) Adenokarsinoma polimorfik grade rendah

Kebanyakan berasal dari kelenjar minor

c) Adenokarsinoma yang tidak dispesifikasikan:

Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang

cukup untuk disebut adenokarsinoma, tetapi belim memiliki

penampakan untuk dispesifikasikan.sering berasal dari kelenjar

parotis dan kelenjar minor.

d) Adenokarsinoma yang jarang:

Contohnya seperti basal sel adenokarsinoma, clear cell

adenokarsinoma, kistadenokarsinoma, sebaceus adenokarsinoma,

musinous adenokarsinoma.

d. Mixed tumor maligna

Terdiri atas 3 tipe yaitu, ex adenoma pleomorfik, karsinosarkoma dan

mixed tumor metastasis.kasrinoma ex pleomorfik adenoma merupakan tipe

yang paling banyak. Karsinoma ex pleomorfik adenoma merupakan kanker

yang berkembang dari mixed tumor jinak (pleomorfik adenoma). Kebanyakan

terjdi pada kelenjar liur mayor.

e. Kanker kelenjar liur lainnya yang jarang

squamous sel karsinoma: terutama pada laki-laki yang tua. Dapat

berkembang setelah terapi radiasi untuk kanker yang lain pada area yang

sama.

epitelial-mioepitelial karsinoma

anaplastik small sel karsinoma

karsinoma yang tidak berdiferensiasi

Page 18: carcinoma adenoma

limfoma non hodgkin

2.2.5 Prosedur Diagnostik

A. Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesa

Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya tentang :

a.) Keluhan

1. Pada umumnya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di

pre/infra/retro aurikula (tumor parotis), atau di submandibula (tumor

sumandibula), atau intraoral (tumor kelenjar liur minor)

2. Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada keganasan parotis atau

submandibula)

3. Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan parotis)

4. Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus

parotis terlibat)

5. Paralisis n.glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus

simpatikus (pada karsinoma parotis lanjut)

6. Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

b.) Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit)

c.) Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala leher, ekspos radiasi)

d.) Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana hasil pengobatannya

e.) Berapa lama kelambatan

Pada penelitian retrospective yang dilakukan pada 104 pasien dengan tumor

kelenjar parotis yang diterapi di ENT clinic timisoara pada tahun 2001-2009

didapatkan gejala-gejala yang paling sering dikeluhkan pasien, yaitu paling sering

adalah konsistensi keras, tumbuh cepat, fiksasi dalam, nyeri, nodus yang

terpalpasi, keterlibatan nervus fasialis, pembengkakan dinding faring lateral, dan

keterlibatan perubahan kulit.

Page 19: carcinoma adenoma

2. Pemeriksaan fisik

a.) Status general

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :

1. penampilan (Karnofski / WHO)

2. keadaan umum

adakah anemia, ikterus, kepala, toraks,

abdomen, ekstremitas,vertebra, pelvis

3. apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang

tengkorak, dll)

Page 20: carcinoma adenoma

b.) Status lokal

1. Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan tonsil/uvula)

2. Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai konsistensi,

permukaan, mobilitas terhadap jaringan sekitar)

3. Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII karena lintasan nervus-

nervus tersebut dekat dengan kelenjar parotis.

Lintasan nervus kranialis yang dekat dengan kelenjar parotis

c.) Status regional

Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan

kontralaeral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran

terbesar, dan mobilitasnya.

Pemeriksaan nervus fasialis:

A. Dalam keadaan diam, perhatikan :

Asimetri muka (lipatan nasolabial)

Page 21: carcinoma adenoma

gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus

sardonicus, tremor, dsb)

B. Atas perintah pemeriksa

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri.

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian pemeriksa mencoba

membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri).

3. Memperlihatkan gigi (asimetri).

4. Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir).

5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing).

6. Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot platisma kanan

dan kiri). Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat untuk

mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini.

3. Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk

penegakan diagnosis tumor parotis meliputi pemeriksaan histopatologik dan

pemeriksaan radiologik ( foto polos, sialografi, CT- Scan, dan MRI)

a. Pemeriksaan Histopatologik

Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine – Needle Aspiration Biopsy)

Biopsi Aspirasi Jarum halus merupakan alat yang sederhan untuk

diagnostic. Biopsi aspirasi jarum halus memiliki kelebihan yaitu tingkat

keakuratan yang cukup tinggi dengan sensitifitas 88-98% dan spesifitas 94%

pada tumor jinak. Biopsi aspirasi jarum halus juga sensitive dalam mendeteksi

keganasan sebesar 58-98 % dengan spesifitas 71-88%. Suatu penelitian

didapatkan diagnosis sitologi tumor jinak negatif palsu sebanyak 4 dari 27

pasien (14.8%). Kesalahan diagnosis ini bisa disebabkan oleh bias sampel

(sampelnya terlalu sedikit / tidak adekuat), dan bisa juga karena kesalahan

interpretasi (salah baca). Tekhnik ini sederhana, dapat ditoleransi dengan

komplikasi yang minimal. Selain untuk menegakan diagnosis defenitif,

pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menentukan tindakan tepat selanjutnya

dan untuk evaluasi preoperative..

Bedah Diagnostik

Page 22: carcinoma adenoma

Biopsi pembedahan sebaiknya dihindari. Biopsi eksisional dan

enukleasi massa parotis berhubungan dengan peningkatan rekurensi tumor,

terutama pada adenoma pleiomorfik. Penanganan bedah yang baik untuk

tumor parotis adalah reseksi bedah komplit melalui parotidektomi dengan

identifikasi dan preservasi nervus fasialis. Identifikasi nervus fasialis

ditujukan agar dapat dilakukan eksisi tumor yang adekuat dan mencegah

cedera nervus fasialis. Cara ini memastikan batas jaringan sehat yang adekuat

disekeliling tumor, sehingga pada kebanyakan kasus tidak hanya bersifat

diagnostic, tetapi juga kuratif. Pemeriksaan ini jarang dilakukan dan biasanya

dilakukan hanya pada pasien dengan keganasan yang tidak dapat dioperasi.

Pada kasus seperti ini, biopsy dengan insisi terbuka berguna dalam diagnostic

histopatologi dan terapi radiasi paliatif atau kemoterapi.

b. Pemeriksaan Radiologi

Sialografi

Tekhnik ini memerlukan suntikan bahan kontras yang larut dalam air

atau minyak langsung keduktus submandibula atau parotis. Setelah pemakaian

anastesi topical pada daerah duktus, tekanan yang lembut dilakukan pada

kelenjar, dan muara duktus yang kecil diidentifikasi oleh adanya aliran air liur.

Muara duktus dilebarkan dengan menggunakan sonde lakrimal. Kateter

ukuran 18, mirip dengan jenis yang digunakan untuk pemberian cairan

intravena, atau pipa polietilen secara lembut dimasukkan sekitar 2 cm kedalam

duktus.. Kateter dipastikan pada sudut mulut. Tekhnik ini sama untuk kelenjar

parotis dan submandibula. Bagaimanapun kanulasi duktus kelenjar

submandibula, memebutuhkan kesabaran dari pada pelebaran duktus parotis.

Film biasa sinar X diperoleh untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat substansi

radioopak, seperti batu dalam kelenjar. Antara 1,5 dan 2 ml media kontras

disuntikan secara lembut melalui kateter kedalam kelenjar sampai penderita

merasakan adanya tekanan tetapi tidak melewati tititk ketika penderita

mengeluh nyeri. Dilakukan foto lateral, lateral oblik, oblik, dan

anteriposterior. Ketika kateter diangkat penderita dapat diberikan sedikit sari

buah lemon. Dalam 5 sampai 10 menit pengambilan foto ulang. Normal jika

seluruh media kontras dikeluarkan dalam waktu itu. Persistensi media kontras

dalam kelenjar 24 jam setelah test ini pasti abnormal.

Page 23: carcinoma adenoma

Terdapat keuntungan dan kerugian dari bahan kontras yang dapat larut

dalam air dan lemak. Sekarang ini Pantopaque dan Lipidol merupakan bahan

kontras yang paling popular.

Sialografi lebih berguna pada gangguan – gangguan kronis kelenjar

parotis seperti sialadenitis rekuren, sindrom sjorgen, atau obstruksi duktus

seperti striktur. sialografi tidak berguna untuk membedakan massa jinak dari

massa keganasan. Sialografi merupakan kontra indikasi terdapatnya

peradangan akut kelenjar yang baru terjadi.

CT-Scan

Pemeriksaan CT scan dengan kontras dapat mengetahui letak tumor berada di

lobus superfisial atau lobus profunda. Gambaran kalsifikasi dalam massa

biasanya ditemukan pada adenoma pleomorfik. Nervus fasialis dan duktus

stensen sulit dilihat dengan menggunakan CT scan.

Gambar 4. Tumor Parotis Ganas. Gambar menunjukkan massa berbatas tegas

dalam kelenjar parotis kiri, yang telah terbukti sebagai adenoma pleomorfik.

MRI lebih unggul daripada CT scan dalam memvisualisasikan tepi tumor.

Nervus fasialis dan duktus stensen dengan jelas dapat terlihat. Bisa digunakan

untuk mengetahui letak tumor parotis berada dalam lobus superfisial atau

Page 24: carcinoma adenoma

profunda. Selain itu juga untuk membedakan tumor jinak atau ganas. Lesi jinak

biasanya tepinya halus, dengan garis terang atau kapsul; tapi bagaimanapun

juga, banyak keganasan grade rendah yang memiliki pseudokapsul dan

gambaran seperti tumor jinak. Keganasan grade tinggi akan menunjukkan

gambaran tepi yang menginfiltrasi.

Gambar 5. Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotis kanan potongan axial leher11

CT-Scan dan MRI digunakan untuk menemukan tumor dan menggambarkan luasnya.

Sedangkan biopsi untuk menegaskan jenis sel.

2.2.6 Staging Tumor Parotis

Tabel 3: Klasifikasi TNM The American Joint Committee on Cancer (AJCC)

TNM Keterangan ST T N M

Tx Tumor primer tak dapat ditentukan I T1

T2

N0

N0

M0

M0

T0 Tidak ada tumor primer

T1 Tumor < 2cm, tidak ada ekstensi ekstraparenkim II T3 N0 M0

T2 Tumor >2cm-4cm, tidak ada ekstensi

ektraparenkim

III T1

T2

N1

N1

M0

M0

T3 Tumor >4cm-6cm, atau ada ekstensi ekstraprenkim

tanpa terlibat n.VII

IV T4

T3

T4

N0

N1

N1

M0

M0

M0

Page 25: carcinoma adenoma

T4 Tumor >6cm, atau ada invasi ke n.VII/dasar

tengkorak

Tiap

T

Tiap

T

Tiap

T

N2

N3

Tiap

N

M0

M0

M1

Nx Metastase k.g.b tak dapat ditentukan

N0 Tidak ada metastase k.g.b

N1 Metastase k.g.b tunggal <3cm, ipsilateral

N2 Metastase k.g.b tunggal/multipel >3cm-6cm,

ipsilateral/bilateral/kontralateral

N2a Metastase k.g.b tunggal >3cm-6cm, ipsilateral

N2b Metastase k.g.b multipel > 6cm, ipsilateral

N2c Metastase k.g.b > 6cm, bilateral/kontralateral

N3 Metastase k.g.b >6cm

Mx Metastse jauh tak dapat ditentukan

M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Metastase jauh

2.2.7 Tatalaksana Tumor Parotis

Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar liur ialah pembedahan. Radioterapi

sebagai terapi ajuvan pasca bedah diberikan hanya atas indikasi, atau diberikan

pada karsinoma kelenjar liur yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan

sebagai ajuvan, meskipun masih dalam penelitian, dan hasilnya masih belum

memuaskan.

1. Tumor operabel

a. Terapi utama ( pembedahan). Pilihan pengobatan untuk neoplasma

kelenjar parotis adalah melalui pembedahan. Sebagian besar tumor parotis

jinak dan ganas dapat diatasi dengan parotidektomi superfisial atau total

sesuai dengan lokasi tumor dengan preservasi nervus fasilis.

Page 26: carcinoma adenoma

Parotidektomi superfisial. Parotidektomi superfisial adalah

tindakan pengangkatan massa tumor dengan kelenjar parotis lobus

superfisial. Dilakukan pada tumor jinak parotis lobus superfisialis.

Parotidektomi total. Parotidektomi total adalah pengangkatan

massa tumor dengan seluruh bagian kelenjar parotis dilakukan

pada:

a. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi

ekstraparenkim dan n.VII

b. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus

Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada:Tumor ganas parotis

yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII

Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada: ada metastase

k.g.b.leher yang masih operabel

b. Terapi tambahan

Meskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan

pembedahan, terapi radiasi juga dianjurkan karena memiliki efek

menguntungkan jika digabungkan dengan pembedahan yaitu

meningkatkan hasil terapi. Selain itu berperan sebagai terapi primer untuk

tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada keadaan di mana terapi

radiasi merupakan indikasi, yaitu:

1. high grade malignancy

2. masih ada residu makroskopis atau mikroskopis

3. tumor menempel pada syaraf ( n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n.

asesorius )

4. setiap T3,T4

5. karsinoma residif

6. karsinoma parotis lobus profundus

Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk

memberikan penyembuhan luka operasi yang adekwat, terutama bila telah

dikerjakan alih tandur syaraf.

Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas

insisi sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.

Page 27: carcinoma adenoma

Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau

high grade malignancy

Baik konvensional dan neutron-beam terapi radiasi telah dianjurkan

sebagai single-modalitas pengobatan untukT1 dan T2 neoplasma ganas

kelenjar ludah. Pendekatan inikontroversial, tetapi dapat

dipertimbangkan jika ada kontra indikasi nyata untuk operasi.

2. Tumor inoperabel

a. Terapi utama

Radioterapi : 65 – 70 Gy dalam 7-8 minggu

b. Terapi tambahan

Kemoterapi :Indikasi untuk kemoterapi adalah pasien dengan tumor yang

inoperable. Respon parsial atau lengkap telah dicapai pada hingga 50%

pasien, yang biasanya berlangsung 5-8 bulan dan mungkin termasuk

kontrol nyeri yang signifikan. Sebagian besar pasien memiliki karsinoma

adenoidkistik, karsinoma mucoepidermoid, atau adenokarsinoma.Saat ini,

paclitaxel adalah agen yang paling sering digunakan. Meskipun

kemoterapi saja tidak meningkatkan tingkat ketahanan hidup, integrasi

radiasi dan kemoterapi telah terbukti meningkatkan kontrol lokal dan

menunjukkan perbaikan dalam pengelolaan keganasan kelenjar ludah.

a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,

adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3minggu

-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

b. Untuk jenis karsinoma sel skuamous (squamous cell carcinoma,

mucoepidermoid carcinoma)

-methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7 diulang tiap

-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 3 minggu

Page 28: carcinoma adenoma

3. Metastase Kelenjar Getah Bening (N)

a. Terapi utama

Operabel : deseksi leher radikal (RND)

Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif, kemudian

dievaluasi

- menjadi operabel RND

- tetap inoperabel radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy

b. Terapi tambahan

Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy

4. Metastase Jauh (M)

Terapi paliatif : kemoterapi

a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,

malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3

-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 minggu

b. Untuk jenis karsinoma sel skuamous (squamous cell carcinoma,

mucoepidermoid carcinoma)

-methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7 diulang tiap

-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 3 minggu

2.2.8 Komplikasi

Telah dilakukan penelitian selama 10 tahun antara 1996 Januari sampai 2006 Januari

pada pasien dengan tumor parotis yang telah menjalani terapi bedah di University of

Rome “La Sapienza”, Department of Maxillo-Facial surgery. Didapatkan 135 pasien

laki-laki dan 147 pasien perempuan dengan usia antara 10 tahun sampai 85 tahun dan

pasien usia terbanyak adalah 49 tahun.

Dari total 282 pasien, setelah dilakukan follow up ±60 bulan didapatkan 26 pasien

mengalami komplikasi post operasi sebagai berikut:

Page 29: carcinoma adenoma

Komplikasi

yang sering

terjadi setelah

parotidektomi

Nervus Fasialis

Nervus fasialis adalah nervus yang melintasi kelenjar parotis dan membaginya

menjadi lobus superfisialis dan profunda. Sekitar 15-20% kasus (15-20 dalam

100 pasien) nervus fasialisnya mengalami trauma sehingga terjadi kelemahan

pada otot-otot fasialis. Ini biasanya sembuh dalam 14 hari sampai 3 bulan

setelah operasi dan penyembuhan bisa lebih cepat dengan latihan terapi bicara

dan bahasa. Sebanyak 1% kasus terjadi kelemahan permanen dari nervus

fasialis. Beberapa pasien mengalami kelemahan nervus fasialis cabang-cabang

tertentu saja.

Frey’s Syndrome

Nama lain Frey’s syndrome adalah Baillarger’s syndrome, Dupuy’s

syndrome, auriculotemporal syndrome, atau Frey-Baillarger syndrome

Merupakan komplikasi tersering pada pasien pasca operasi parotidektomi

Page 30: carcinoma adenoma

yaitu sebanyak 6 orang dari 26 pasien. Frey’s syndrome adalah manifestasi

klinik berupa kemerahan dan berkeringat pada hemifasial setelah stimulus

kelenjar saliva dan mengunyah. Frey’s Syndrome ini biasanya terjadi setelah

cedera traumatik regio parotis seperti parotidektomi, fraktur kondilar, trauma

tumpul, insisi dan drainase abses. Sindrom ini bisa muncul setelah beberapa

minggu sampai beberapa tahun setelah trauma. Pemeriksaan dilakukan dengan

cara tes pati-iodine. Iodine cair dioleskan di atas kulit area preaurikular,

tunggu sampai kering, kemudian setelah itu ditaburkan pati jangung di

atasnya. Minta pasien untuk mengunyah makanan selama 5 menit untuk

merangsang gustatori. Akan tampak gambaran bercak biru kehitaman yang

berarti hasilnya positif, karena adanya kompleks iodine-pati yang terdilusi

oleh keringat.

Gambar 6: tes pati – iodine

Patofisiologi Frey’s syndrome adalah karena regenerasi saraf otonom

yang salah arah setelah cedera area parotis. Setelah cedera, serat saraf

parasimpatis sekretomotor post ganglionik yang seharusnyaberinervasi dengan

kelenjar parotis, menjadi bergabung dengan reseptor simpatis, dan berinervasi

dengan kelenjar keringat sehingga menyebabkan berkeringatnya gustatori.

Dengan demikian, seharusnya makanan merangsang kelenjar saliva, menjadi

merangsang kelenjar keringat. Meskipun Frey’s syndrome tidak menyebabkan

gangguan fisiologis yang berbahaya, namun gejala kemerahan dan keringat

berlebihan menyebabkan stres psikologis dan sosial.

Hematoma

Page 31: carcinoma adenoma

Hematoma mengenai 3 dari 26 pasien. Terjadi karena blokade drainase

sehingga pada pasien post parotidektomi dipasang drain untuk mencegah

terjadinya hematoma.

2.2.9 Prognosis

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histologi, perluasan lokal

dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor

maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Untuk tumor

maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar

50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira

5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya.

Faktor prognostik rendah termasuk keganasan kelas tinggi, keterlibatan saraf,

penyakit stadium lanjut, usia lanjut, rasa sakit yang terkait, metastasis getah bening

regional node, metastasis jauh, dan akumulasi p53 atau-erbB2 c oncoproteins. Meskipun

pernyataan menyangkut kelangsungan hidup sulit dibuat karena berbagai macam jenis

histologis, 20% dari semua pasien akan berkembang menjadi metastasis jauh. Metastasis

jauh menandakan prognosis buruk, dengan kelangsungan hidup rata-rata 4,3-7,3 bulan.

Secara keseluruhan 5-tahun kelangsungan hidup untuk semua tahap dan jenis histologis

adalah sekitar 62%-72%. Kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan untuk penyakit

berulang adalah sekitar 37%. Karena risiko kekambuhan, semua pasien yang menderita

tumor kelenjar ludah histologi yang terbukti ganas harus di kontrol seumur hidup

2.2.10 Kontrol

Pengawasan harus terus tanpa batas waktu,sebagai kekambuhan local atau

metastasis jauh dapat menjadi jelas bertahun-tahun setelah pengobatan awal. Pasien harus

menjalani pemeriksaan fisik secara menyeluruh setiap 3 bulan selama 2 tahun, setiap 6

bulan selama 3 tahun, kemudian setiap tahun setelahnya. Tes fungsi hati dan rontgen dada

harus diperoleh setiap tahun.

Page 32: carcinoma adenoma

KESIMPULAN

Umumnya, tumor kelenjar liur jarang terjadi, dan jika terjadi, sebagian besar tumor

pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal

dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic

adenomas).

Gambaran klinis tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai

suatu massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.

Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan perubahan

ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis (N.VII)

umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari

seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.

Tumor parotis dapat dibagi menjadi 2 yaitu jinak dan ganas. Tumor kelenjar jinak

yang paling sering ditemui adalah adenoma Pleomorfik dan Limfomatosum Adenokistoma

Papilar (Tumor Warthin), sedangkan tumor ganas kelenjar liur paling sering pada anak adalah

karsinoma mukoepidermoid, biasanya derajatnya rendah. Pada dewasa dapat berupa

Karsinoma mukoepidermoid, Karsinoma sel skuamosa, Adenokarsinoma yang tidak

berdiferensiasi, Karsinoma adenokistik (silindroma).

Untuk terapi dilakukan tergantung stadiumnya, ada tumor yang masih dapat dioperasi

ada pula yang memerlukan terapi lain. Terapi tambahan berupa radiasi pasca operasi atau

kemoterapi. Untuk prognosis sesudah terapi adekuat pada tumor benigna terjadi residif lokal

Page 33: carcinoma adenoma

kurang dari 1% kasus. Namun, jika tumor benigna tidak diangkat secara luas, sering timbul

residif lokal.

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong W. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : R Samsuhidajat, Warko Karnadihardja,

Theddeus OH Prasetyono, Reno Rudiman, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2007.

2. Arthur C Guyton, John E Hall. Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan. Dalam :

Luqman Yanur Rachman, Huriawati hartanto, Andita Novrianti, Nanda Wulandari,

editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC:

Jakarta; 2007.

3. William F Ganong. Fungsi Endokrin Pankreas & Pengaturan Metabolisme

Karbohidrat. Dalam: M Djauhari Widjajakusumah, editor. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran Edisi 20. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2002.

4. Vinay Kumar, Ramzi S Cotran, Stanley L Robbins. Pankreas. Dalam: Huriawati

Hartanto, Nurwani Darwaniah, Nanda Wulandari, editor. Buku Ajar Patologi Edisi

7 Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2007.

5. Lumongga F. Temuan Kasus-kasus Yang Didiagnosa Secara Histopatologi Sebagai

Cylindroma Sejak 1 Januari 1997-31 Oktober 2007. 2008. (diakses 22 Mei 2013).

Tersedia dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2046/1/09E01468.pdf

6. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 25, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta;

1998

Page 34: carcinoma adenoma

7. Birnbaum W dan Dunne Stephen M. Diagnosis Kelainan dalam Mulut, Cetakan 1,

Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2009

8. Framita Jane, Tumor Parotis Dextra, Manado; 2011 (diakses 12 Maret 2014)

Tersedia dari: http://meetha.weebly.com/uploads/8/2/5/38253582/lapkas_bedah.doc