cara mengatasi peserta didik yang mempunyai masalah belajar
TRANSCRIPT
CARA MENGATASI PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI MASALAH
BELAJAR
Oleh
INDYA WAHYUNINGRUM (K2310050)
Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui definisi dari
masalah belajar. Kemudian setelah mengetahui definisi dari masalah belajar
dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang mempengaruhi proses dan dapat
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Setelah
mengetahui faktor-faktornya langkah selanjutnya adalah menetukan langkah-
langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar dan menganalisis
masalah belajar peserta didik. Dan yang terakhir adalah menemukan solusi untuk
penanggulangan atau pemecahan masalah-masalah pembelajaran peserta didik
Kata kunci : masalah belajar, pemecahan masalah, peserta didik
ABSTRACT
The objective of this paper is to know the definition of learning problems.
Then, after knowing the definition of learning problems can identify problems that
affect the process and can determine the factors that affect the learning process.
After finding out the factors the next step is to determine the steps taken to
ensure the success of the study and analyze the learning problems of students.
And the last is to find a solution to poverty or solving the learning problems of
students
Key words: learning problems, solving problems, learners
A. LATAR BELAKANG
Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan peserta didik.
Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan peserta
didik belajar. Namun pada saat tertentu didalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah sering ditemukannya masalah-masalah yang
berkenaan dengan belajar yang dialami peserta didik tersebut. Masalah-
masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal dari
dalam diri peserta didik itu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal (yang
berasal dari luar peserta didik itu sendiri). Masalah-masalah yang dialami
oleh peserta didik apabila tidak segera di atasi tentunya akan
menghambat proses belajar peserta didik dan akan berdampak pada
pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Peserta didik akan berhasil
dalam proses belajar apabila peserta didik tersebut tidak mempunyai
masalah yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Jika terdapat
peserta didik yang mempunyai masalah dan permasalahan permasalahan
tersebut tidak segera ditemukan solusinya, peserta didik akan mengalami
kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah
prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau
tidak dapat melanjutkan belajar. Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun
pendidik harus mengetahui kondisi peserta didik agar tercipta proses
pembelajaran yang baik dan kondusif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari masalah belajar?
2. Jelaskan masalah-masalah yang mempengaruhi proses belajar?
3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar?
4. Jelaskan langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin
keberhasilan belajar?
5. Jelaskan masalah belajar siswa?
6. Jelaskan upaya-upaya penanggulangan masalah belajar?
C. PEMBAHASAN
masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan
seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang
tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah
adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi
diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan
menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku
sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi
antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses
tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek
dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah
suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah
belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh
peserta didik dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan
dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan
dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-
masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh peserta didik yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa peserta didik yang
pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar, peserta didik merupakan kunci
utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses
belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh peserta didik dan hal
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar:
1. Faktor-Faktor Internal Belajar
Pada saat belajar peserta didik menghadapi masalah-masalah secara
intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat
belajar dengan baik. Berikut ini beberapa masalah intern siswa dalam
belajar :
• Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang
sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian
terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau
mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran
sikap peserta didik akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut.
Pemahaman peserta didik yang salah terhadap belajar akan membawa
kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap peserta
didik ini akan berpengaruh terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah
akan membawa peserta didik merasa tidak peduli dengan belajar lagi.
Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal
ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap peserta didik terhadap
belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika peserta didik
sudah tidak peduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang
dilakaukan akan sia-sia. Maka peserta didik sebaiknya
mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
• Motivasi Belajar
Tidak dapat dipungkiri bahwa dorongan belajar mempunyai peranan
besar dalam menumbuhkan semangat pada peserta didik untuk belajar.
Karena sebesar apapun seorang peserta didik memiliki semangat yang
tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin
kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini
harus dipelihara secara terus menerus. Motivasi belajar merupakan
kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya
motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu
motivasi belajar pada diri peserta didik perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan
ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila peserta didik mengetahui betapa
besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi
orang yang menuntut ilmu, maka peserta didik akan merasa haus untuk
menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang pendidik mampu membuat
peserta didiknya merasa membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa
membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun peserta didik akan mencari
ilmu itu sendiri. Sehingga semangat peserta didik untuk menunutut ilmu
sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar.
• Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian
pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan
belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian,
pendidik perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan
memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu
diperhatikan oleh pendidik ketika memulai proses belajar ialah sebaiknya
seorang pendidik tidak langsung melakukan pembelajaran namun
seorang pendidik harus memusatkan perhatian peserta didiknya sehingga
siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas
perhatian peserta didik masih terpecah-pecah dengana berbagai
masalah. Sehingga sangat perlu untuk melkukan pemusatan perhatian
dengan berbagai strategi. Menurut seorang ilmuwan ahli psikologis
kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah mengalami
penurunan. Ia menyarankan agar pendidik melakukan istirahat selama
beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat
berupa obrolan ringan yang mampu membuat peserta didik merasa rileks
kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan
prestasi belajar dapat ditingkatkan.
• Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan peserta didik untuk
menerima dan memahami isi materi yang diajarkan sehingga menjadi
bermakna bagi peserta didik. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari
suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai
kesenian. Kemampuan peserta didik dalam mengolah bahan pelajaran
menjadi semakin baik jika peserta didik berperan aktif selama proses
belajar. Misalnya, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga peserta didik benar-
benar memahami materi yang telah disampikan. Peserta didik akan
mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang
disampaikan menarik, sehingga seorang pendidik sebaiknya
menyampaikan materi secara menarik sehingga peserta didik akan
memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh
pendidik.
• Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan
menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan
menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek
maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari
proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan
kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang
panjang akan mudah dilupakan oleh peserta didik. Hal ini akan terjadi jika
peserta didik tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan
oleh seorang pendidik. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya pendidik
mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau
tidak mau peserta didik akan berusaha untuk mengingat kembali materi
yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang
berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam
jangka panjang akan semakin kuat.
• Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses
mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal baru maka peserta
didik akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau
mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka peserta
didik akan membangkitkan kembali pesan dan pengalaman lama untuk
suatu hasil belajar. Ada kalanya peserta didik mengalami gangguan
dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya
bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan
tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan
penyimpanan. Jika peserta didik tidak memperhatikan dengan baik pada
saat penerimaan maka peserta didik tidak memiliki apa apa. Jika peserta
didik tidak berlatih sungguh sungguh maka peserta didik tidak akan
memiliki ketrampilan.
• Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau hasil belajar merupakan puncak suatu
proses belajar. Pada tahap ini peserta didik membuktikan hasil belajar
yang telah lama ia lakukan. Peserta didik menunjukan bahwa ia telah
mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar.
Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian
peserta didik tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan
berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan,
pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta
pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
• Rasa Percaya Diri Peserta Didik
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat
adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui
bahwa kemampuan berprestasi merupakan tahap pembuktian
perwujudan diri yang diakui oleh pendidik dan rekan sejawat peserta
didik. Semakin sering peserta didik mampu menyelesaikan tugasnya
dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila
sebaliknya yang terjadi maka peserta didik akan merasa lemah percaya
dirinya.
• Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman
kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan
bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi
actual bila peserta didik memecahkan masalah dalam belajar atau
kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang
disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan
belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini
akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada
tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang
kterampilan.
• Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik akan mempengaruhi
kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah
disampaikan oleh pendidik. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa
belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan
kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat
bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-
kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok,
kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan
oleh ketidakmengertian peserta didik dengan arti belajar bagi diri sendiri.
• Cita-Cita Peserta Didik
Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu di ajarkan dan di arahkan.
Ajaran memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita
merupakan harapan besar bagi peserta didik sehingga peserta didik
selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita
tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan
berprestasi maka peserta didik diharapkan berani bereksplorasi sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
2. Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik peserta didik.
Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah
kuat, bila didorong oleh lingkungan peserta didik. Dengan kata lain
aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun
dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan
pendidik di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi
peserta didik, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang
berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut
adalah sebagai berikut:
• Pendidik Sebagai Pembina Peserta Didik Belajar
Pendidik adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar
bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi
pendidik pemuda generasi bangsanya. Pendidik yang mengajar peserta
didik adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi
bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan
diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan
keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri,
pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia. Dengan penghasilan
yang diterimanya setiap bulan ia dituntut berkemampuan hidup layak
sebagai seorang pribadi pendidik. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai
dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Pendidik juga
menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan bertugas
mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-masalah
keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai pendidik
merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua
masalah tersebut merupakan keberhasilan pendidik mengajar seorang
peserta didik.
• Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah
ruang belajar, tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga.
Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan
fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain.
Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi
pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana
dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran
yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan
prasarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang
berhasil dengan baik.
• Kebijakan Penilaian
Kegiatan penilaian merupakan proses belajar yang telah mencapai
puncaknya pada hasil belajar peserta didik atau hasil kerja peserta didik.
Sebagai suatu hasil maka dengan hasil kerja tersebut,proses belajar
berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar
merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah peserta
didik. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah pendidik. Dengan
demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi,
dari sisi hasil belajar peserta didik yang merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran pendidik,
tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolongkan lulus maka dapat
dikatakan proses belajar peserta didik dan tindak mengajar pendidik
berhenti sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar
ulang bagi peserta didik dan mengajar ulang bagi pendidik.
• Lingkungan Sosial Peserta Didik Di Sekolah
Tiap peserta didik dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan,
peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut
terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan
tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi,
berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.
• Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional
yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum
disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan
dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan
akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu
menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan
masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi
pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi
berubah.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam
berbagai jenis pernyataan (manifestasi). Karena pendidik bertanggung
jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami
manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan
dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar.
Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, khususnya dalam
masalah belajar murid di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor
yang melatarbelakanginya ( penyebabnya ). Seorang guru setelah
mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis
masalah apa yang dihadapinya. Selanjutnya guru dapat melaksanakan
tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang
dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah
menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena
masalah belajar cenderung sangat kompleks.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada
peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
1. Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu
sendiri ), antara lain:
• Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ
perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta
penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).
• Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi
mental ), sepertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf
kecerdasannya cenderung kurang.
• Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa
menyesuaikan diri (maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan
antipati serta ketidakmatangan emosi.
• Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti
kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam
belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2. Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ),
yaitu berasal dari
a). Sekolah, antara lain :
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
Terlalu berat beban peserta didik (murid) atau pendidik (guru)
Metode mengajar yang kurang memadai
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
b). Keluarga (rumah), antara lain :
Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
Keadaan ekonomi.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama
guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha
murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid
menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses
dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri
dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang
memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya,
sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang
positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang
menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang
diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau
kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami
kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus
benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil
penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang
banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih
rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang
jumlah anaknya sedikit.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan
belajar adalah :
1) Identifikasi masalah peserta didik,
2) Diagnosa,
3) Prognosa,
4) Pemberian Bantuan,
5) Follow up (tindak lanjut)
1. Identifikasi Masalah Peserta Didik
Identifkasi masalah peserta didik adalah untuk menentukan peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan bantuan.
Langkah ini "sangat mendasar sekali" dan merupakan awal kegiatan
bimbingan terhadap peserta didik yang bermasalah, untuk menentukan
masalah yang dialaminya. Dalam bimbingan belajar peserta didik,
masalah yang terjadi dijaga kerahasiaannya. Hal ini dilakuakan agar
peserta didik yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu
dan tanpa rasa takut mengungkapkan permasalahannya dengan jujur.
Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, instrumen.
2. Diagnosa
Diagnosa dilakukan dalam bimbingan belajar, diartikan sebagai
rumusan-rumusan masalah siswa, jenis kesulitan serta latar belakang
kesulitan dalam pelajaran, serta kesulitan belajar atau masalah yang
mengganggu aktivitasnya sehari-hari sehingga mempengaruhi belajarnya.
3. Prognosa
Prognosa merupakan kegiatan memperkirakan permasalahan, apabila
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tidak segera mendapat
bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat diberikan
kepadanya.
4. Pemberian Bantuan
Bantuan yang diberikan dengan menggunakan pengarahan, motivasi,
belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan belajar melalui latihan-latihan
dan tugas baik individu maupun kelompok, secara rutin. Dari beberapa
pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau kelompok
siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik
kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya agar selanjutnya
dapat mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab dalam
menentukan jalan hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang
dihadapi serta dapat memahami lingkungannya secara tepat sehingga
dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya. Langkah-langkah bimbingan
belajar :
1. Mengenal siswa yang mendapat kesulitan belajar dengan
menggunakan norma atau ukuran kriteria tertentu.
2. Mencari sebab-sebab siswa mendapat kesulitan.
3. Mencari usaha untuk membantu memecahkan kesulitan-
kesulitan itu.
4. Mengadakan pencegahan supaya kesulitan yang dialami
seseorang tidak menular kepada yang lain (Sutijono, S, 1991 :
49).
Jika permasalahan siswa tidak segera ditemukan solusinya, siswa
akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat
mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi
belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar (S.
Sucitae, 1972 : 2).
5. Tindak Lanjut
Tindak lanjut kegiatan bimbingan belajar, untuk mengevaluasi sejauh
mana keberhasilan atau ketidakberhasilan, usaha-usaha memberikan
bantuan pemecahan masalah yang telah diberikan.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya :
(a) learning disorder;
(b) learning disfunction;
(c) underachiever;
(d) slow learner, dan
(e) learning disabilities.
Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana
proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,
potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu
atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga
keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang
dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya
siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok
menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain
bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan
baik.
3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja
atau malah sangat rendah.
4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada
gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan
belajar, antara lain :
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang
dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang
diperolehnya selalu rendah
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu
tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam
atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam
kegiatan belajar, dan sebagainya.
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah,
tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi
siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh
adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut
Burton bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran
tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level)
minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru
(criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat
berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang
dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang
diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya.
Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang
(immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater).
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai
siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai
batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas
dimana peserta didik dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan
belajar peserta didik :
(1) tujuan pendidikan;
(2) kedudukan dalam kelompok;
(3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan
(4) kepribadian.
Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar
1. Perhatikan Mood
Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter
dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati
atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang
senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila
saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab
munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau
karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk
menyenangkan hati si anak.
2. Siapkan Ruang Belajar
Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak
memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak.
Selain itu, saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan
menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak
tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan mata pelajaran
yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita ibunya
sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang
dijalaninya sekarang.
3. Komunikasi
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara
guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata
pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas.
Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang
bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda
aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru
kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal
komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak
dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan
pendapatnya. Selamat mencoba.
4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
a) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun
khusus dalam bidang studi
b) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam “record academic”
kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan
kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
c) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang
dibuat.
d) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses
belajar mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas,
berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah
melalui check list
e) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali
kelas,dan guru pembimbing.
5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya, dengan
cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, seperti
catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran, kekurang
aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar.
6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami
berbagai kesulitan.
7. Memperkirakan alternatif pertolongan. Menetapkan kemungkinan cara
mengatasinya baik yang bersifat mencegah (preventif) maupun
penyembuhan (kuratif).
D. KESIMPULAN
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal
yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya
untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka
dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif
serta terpadu antara pendidik, peserta didik(siswa) dan orang tua di
rumah. Karena walau bagaimanapun juga sebagaian waktu anak lebih
banyak dihabiskan di rumah dari pada di sekolah di bawah pengawasan
orang tua.Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang
tua di rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis
masalah yang dihadapi oleh siswa/anak. Dengan memahami jenis
masalah, diharapkan pendidik mempu memberikan solusi
penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.
E. DAFTAR PUSTAKA
http://forum.detik.com /2012/01/01/masalah-peserta-didik .
http://tyaeducationjournals.blogspot.com/20 12 /0 1/01 /efektivitas-dan-
efisiensi-anggaran.
http://www.detiknews.com /2012/01/01/masalah-pembelajaran .
http://www.sib-bangkok.org /2012/01/01/faktor-yang-mempengaruhi-
prestasi-peserta-didik .
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
http:// sayapbarat.wordpress.com/20 12 /0 1 / 01 /masalah-pendidikan-di-
indonesia.