cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

12
Cara Melakukan Pemeriksaan Fisik Bahu Bahu termasuk sendi yang paling sulit diperiksa, hal ini karena banyaknya jenis pemeriksaan yang ada untuk memeriksa fungsi bahu. Paling tidak ada 109 jenis untuk pemeriksaan bahu, dan bagi spesialis kedokteran olahraga, bedah ortopedi dan fisioterapis olahraga, sulit untuk memilih jenis pemeriksaan yang tepat. Dari artikel-artikel terbaru sudah memberikan informasi mengenai keakuratan diagnostik dan aplikasi klinis untuk berbagai jenis pemeriksaan klinis pada cedera bahu. Cedera bahu yang paling sering adalah saraf bahu yang terjepit, cedera rotator cuff, robekan pada labral, instabilitas dan disfungsi akromion. Pembahasan yang meluas mengenai pemeriksaan klinis bahu dipublikasi oleh Hegedus dkk dan terdapat pada jurnal ini. Mereka menyebutkan bahwa kita membutuhkan penelitian metodologi lebih lanjut mengenai anamnesa dan pemeriksaan klinis, karena beberapa pemeriksaan ada yang dapat benar- benar membuat diagnostik. Sebagai tambahan, pemeriksaan radiologis untuk saraf bahu yang terjepit, cedera rotator cuff, instabilitas, robekan pada labral dan kelainan akromioklavikular dapat memberika hasil positif palsu dan negatif palsu, dan pemeriksaan klinis dapat menjadi tombak untuk menegakkan diagnosis kelainan bahu. Dengan menyingkirkan sikap pesimis, Hegedus dkk menyebutkan pemeriksaan-pemeriksaan klinis bahu yang dapat dilakukan pada saat ini. Artikel ini menjabarkan pemeriksaan klinis bahu terbaik menurut penulis berdasarkan penelitian secara sistematik dan meta analisis pada masing-masing individu yang dilibatkan pada penelitian. Pemeriksaan yang tertera merupakan rekomendasi oleh Hegedus dkk dengan tambahan dua pemeriksaan dengan derajat sensitifitas dan spesifisitas yang cukup tinggi. Untuk deskripsi dari akurasi diagnostik pemeriksaan yang ada, pembaca merujuk pada tulisan Hegedus dkk.

Upload: psari19

Post on 08-Aug-2015

335 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

orthopedi

TRANSCRIPT

Page 1: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

Cara Melakukan Pemeriksaan Fisik Bahu

Bahu termasuk sendi yang paling sulit diperiksa, hal ini karena banyaknya jenis pemeriksaan yang ada untuk memeriksa fungsi bahu. Paling tidak ada 109 jenis untuk pemeriksaan bahu, dan bagi spesialis kedokteran olahraga, bedah ortopedi dan fisioterapis olahraga, sulit untuk memilih jenis pemeriksaan yang tepat. Dari artikel-artikel terbaru sudah memberikan informasi mengenai keakuratan diagnostik dan aplikasi klinis untuk berbagai jenis pemeriksaan klinis pada cedera bahu. Cedera bahu yang paling sering adalah saraf bahu yang terjepit, cedera rotator cuff, robekan pada labral, instabilitas dan disfungsi akromion.

Pembahasan yang meluas mengenai pemeriksaan klinis bahu dipublikasi oleh Hegedus dkk dan terdapat pada jurnal ini. Mereka menyebutkan bahwa kita membutuhkan penelitian metodologi lebih lanjut mengenai anamnesa dan pemeriksaan klinis, karena beberapa pemeriksaan ada yang dapat benar-benar membuat diagnostik. Sebagai tambahan, pemeriksaan radiologis untuk saraf bahu yang terjepit, cedera rotator cuff, instabilitas, robekan pada labral dan kelainan akromioklavikular dapat memberika hasil positif palsu dan negatif palsu, dan pemeriksaan klinis dapat menjadi tombak untuk menegakkan diagnosis kelainan bahu. Dengan menyingkirkan sikap pesimis, Hegedus dkk menyebutkan pemeriksaan-pemeriksaan klinis bahu yang dapat dilakukan pada saat ini.

Artikel ini menjabarkan pemeriksaan klinis bahu terbaik menurut penulis berdasarkan penelitian secara sistematik dan meta analisis pada masing-masing individu yang dilibatkan pada penelitian. Pemeriksaan yang tertera merupakan rekomendasi oleh Hegedus dkk dengan tambahan dua pemeriksaan dengan derajat sensitifitas dan spesifisitas yang cukup tinggi. Untuk deskripsi dari akurasi diagnostik pemeriksaan yang ada, pembaca merujuk pada tulisan Hegedus dkk.

Deskripsi lengkap untuk masing-masing pemeriksaan yang mungkin berguna dalam diagnosis kelainan bahu, disertai dengan gambar-gambar masing-masing prosedur. Saat mendeskripsikan masing-masing pemeriksaan, tulisan edisi pertama telah digunakan dan telah mendapat banyak masukan.

Pemeriksaan Fisik Bahu

Pemeriksaan Saraf Terjepit

Page 2: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

Pemeriksaan Neer

- Posisi: pasien duduk atau berdiri dan pemeriksa dalam posisi berdiri.- Fiksasi: skapula ipsilateral untuk mencegah protraksi.- Pemeriksaan: elevasi secara pasif ke depan dari lengan.- Perhatian khusus: nyeri pada bahu. Nyeri dapat diatasi dengan injeksi 10 ml lidokain di

bawah akromion sapek anterior.- Latar belakang: penjepitan tuberkulum mayor, degenerasi supraspinatus dan bursa

subakromial terhadap akromion.

Page 3: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

Pemeriksaan Hawkins-Kennedy

- Posisi: duduk atau berdiri, dengan lengan pada posisi 900 elevasi ke depan pada sumbu skapula.

- Fiksasi: stabilisasi skapula untuk meminimalisasi rotasi ke depan saat melakukan manuver endorotasi.

- Pemeriksaan: endorotasi pasif pada bahu sampai nyeri timbul.- Perhatian khusus: nyeri pada endorotasi paksa.- Latar belakang: tuberkulum mayor memaksa tendon supraspinatus terhadap ligamen

korakoakromial.

Pemeriksaan Empty can

- Posisi: duduk atau berdiri, bahu abduksi 900, adduksi horizontal 300 dan endorotasi penuh.

- Fiksasi: pemeriksa meletakkan tangan pada bagian atas lengan atas.- Pemeriksaan: pasien mempertahankan posisi ini sambil diberikan tahanan ke bawah.- Perhatian khusus: kelemahan otot, jangan lupakan nyeri.- Latar belakang: pemeriksaan kekuatan otot supraspinatus. Subskapularis, infraspinatus

dan teres minor tidak bergerak pada posisi ini.

Komentar untuk pemeriksaan saraf terjepit

Page 4: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

Pemeriksaan Neer dan Hawkins-Kennedy dapat digunakan sebagai skrining, dan pemeriksaan empty can dapat digunakan sebagai konfirmasi pada kelainan bahu.

Pemeriksaan rotator cuff

External rotation lag sign

- Posisi: duduk dengan memungungi pemeriksa. Bahu pada posisi abduksi 200, siku pada posisi fleksi 900 dan maksimal eksorotasi -50 untuk mencegah terjadinya elsatik rekoil pada bahu.

- Fiksasi: pemeriksa menahan siku dan pergelangan tangan pada posisi di atas.- Pemeriksaan: pasien diminta menahan posisi ini sambil pemeriksa melepas pergelangan

tangan.- Perhatian khusus: kemampuan pasien untuk menahan lengan diposisi yang sama. Saat

tangan terjatuh (lag sign), hasilnya berarti positif.- Latar belakang: lag sign lebih dari 50 menjurus pada (parsial) robekan tendon

infrapsinatus atau supraspinatus.

Page 5: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

Drop arm test

- Posisi: telentang atau duduk dengan lengan direntangkan ke samping.- Fiksasi: tidak perlu fiksasi.- Pemeriksaan: pasien diminta mengabduksikan lengan ke samping. Kemudian minta

pasien meurunkan lengannya secara perlahan.- Perhatian khusus: saat pasien menurunkan lengan secara perlahan, jika terdapat kelainan

maka lengan pasien akan jatuh dengan cepat.- Latar belakang: pada awalnya pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui adanya

robekan pada tendon supraspinatus. Tetapi belakangan digunakan juga untuk mengetahui adanya robekan pada tendon infraspinatus.

Supine impingement test

- Posisi: pasien telentang dengan lengan berada di atas meja periksa.- Fiksasi: pemeriksa mengelevasi lengan sampai maksimal.- Pemeriksaan: tangan pada posisi supinasi dan lengan di adduksikan ke telinga. Maka

lengan akan berada pada posisi endorotasi.- Perhatian khusus: hasil positif jika didapatkan rasa nyeri yang bertambah.- Latar belakang: pemeriksaan ditujukan untuk mengetahui adanya robekan pada rotator

cuff. Nyeri timbul akibat penyempitan dan penekanan pada celah subakromial.

Page 6: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

Belly press test

- Posisi: pasien duduk dengan tangan (yang akan diperiksa) pada perut.- Fiksasi: tidak perlu fiksasi.- Pemeriksaan: pasien diminta menekan perut menggunakan tangan sampai terjadi

endorotasi maksimal.- Perhatian khusus: pasien merasakan kelemahan dan tidak dapat melakukan endorotasi

maksimal. Siku terjatuh ke belakang dan endorotasi tidak terjadi. Gerakan menekan tersebut terjadi karena adanya ekstensi dari bahu dan fleksi pergelangan tangan.

- Latar belakang: untuk mengetahui penurunan fungsi dari endorotasi pada bahu.

Komentar untuk pemeriksaan rotator cuff:

External rotation lag test merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk otot infraspinatus dan supraspinatus. Prosedur drop arm test dapat menghasilkan positif palsu untuk pemeriksaan pada otot supraspinatus dan infraspinatus. Supine impingement test dapat digunakan untuk mengetahui adanya robekan parsial atau komplit pada rotator cuff. Bell press test merupakan pemeriksaan yang spesifik untuk robekan subskapular.

Pemeriksaan untuk lesi anterior ke posterior pada labrum superior

Anterior slide test

Page 7: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

- Posisi: berdiri atau duduk, tangan pada pinggang dengan ibu jari ke arah belakang.- Fiksasi: pemeriksa meletakkan satu tangannya pada bahu dari posterior dengan jari

telunjuk di atas aspek anterior dari akromion. Dan tangan yang satu lagi di belakang siku.

- Pemeriksaan: tahanan diberikan ke arah depan dan atas pada siku dan lengan atas. Pasien diminta untuk menahan tahanan ini.

- Perhatian khusus: nyeri atau bunyi “klik” pada bahu yang diperiksa.- Latar belakang: pergeseran kepala humerus anterior dan superior memberikan tekanan

pada labrum superior. Gerakan ke atas menyebabkan traksi dari tendon bisep dan meregangkan kompleks labral.

Biceps load II test

- Posisi: telentang dengan lengan diabduksikan 1200 dan eksorotasi maksimal, siku 900

dan lengan bawah supinasi.- Fiksasi: pemeriksa memegang siku dan pergelangan tangan pasien.- Pemeriksaan: pasien diminta memfleksikan sikunya sambil ditahan oleh pemeriksa.- Perhatian khusus: nyeri atau nyeri yang bertambah saat dilakukan tahanan pada fleksi

siku.- Latar belakang: labrum superior terlepas dari glenoid dan membuat nyeri bertambah.

Komentar untuk pemeriksaan untuk lesi anterior ke posterior pada labrum superior

Karena spesifisitasnya yang tinggi, anterior slide test dapat digunakan dalam mengkonfirmasi lesi superior labrum anterior to posterior (SLAP). Biceps load II test sebagai diagnostik untuk lesi SLAP.

Pemeriksaan Instabilitas

Page 8: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

Apprehension test

- Posisi: telentang atau duduk, abduksi 900 dan maksimal eksorotasi.- Fiksasi: pemeriksa memegan pergelangan tangan pasien dengan satu tangan. Tangan

yang satu lagi memegang aspek posterior dari kepala humerus.- Pemeriksaan: maksimal eksorotasi pada aspek posterior dari kepala humerus sekaligus

memberikan dorongan ke depan.- Perhatian khusus: tahanan yang mendadak akan terasa pada bahu dan nyeri.- Latar belakang: kombinasi gerakan dan dorongan ke anterior menyebabkan bahu

menjadi subluksasi.

Relocation test

- Posisi: pasien telentang, lengan abduksi 900 dan siku fleksi 900.- Fiksasi: dengan satu tangan, pemeriksa menahan lengan bawah dan tangan yang satu

lagi pada kepala humerus.- Pemeriksaan: pemeriksan menggerakkan bahu secara eksorotasi dan lengan bawah

diayunkan seperti tuas dengan satu tangan. Tangan yang satu lagi memberikan gaya ke arah posterior pada kepala humerus.

- Perhatian khusus: nyeri yang meredan dan pasien dapat melakukan gerakan eksorotasi.- Latar belakang: pemberian gaya ke arah posterior membuat kepala humerus kembali ke

posisinya.

Page 9: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

Anterior release test

- Posisi: pasien dalam posisi telentang, lengan abduksi 900 dan siku fleksi 900.- Fiksasi: dengan satu tangan menahan lengan bawah dan tangan yang lain pada kepala

humerus.- Pemeriksaan: pemeriksa memberikan tekanan ke posterior pada kepala humerus dalam

posisi lengan pada eksorotasi maksimal. Kemudian kepala humerus dilepas.- Perhatian khusus: nyeri yang timbul mendadak, nyeri yang bertambah atau perasaan

seperti terlepas.- Latar belakang: melepaskan tekanan ke arah posterior membuat kepala humerus

subluksasi ke anterior.

Komentar mengenai pemeriksaan instabilitas

Apprehension, relocation dan anterior release test digunakan sebagai alat diagnostik pada instabilitas anterior, terutama saat apprehension test positif.

Pemeriksaan akromioklavikular

O`brien test

Page 10: cara melakukan pemeriksaan fisik bahu

- Posisi: pasien berdiri dan pemeriksa berada di belakang pasien. Lengan pasien fleksi 900 ke depan, adduksi 10-150 dan maksimal endorotasi.

- Fiksasi: pemeriksa memegang lengan bawah pasien.- Pemeriksaan: pemeriksa memberikan tahanan ke arah bawah dan pasien diminta untuk

menahan tahanan tersebut. Setelahnya telapak tangan pasien dalam posisi supinasi, dan ulangi pemeriksaan.

- Perhatian khusus: nyeri pada sendi akromioklavikular, lebih terlihat pada endorotasi paksa.

- Latar belakang: dengan pemeriksaan ini, akromion didorong ke tuberkulum mayor dan menekan sendi akromioklavikular.

Acromioclavicular joint tenderness test (pemeriksaan nyeri pada sendi akromioklavikular)

- Prosedur: tidak dijelaskan oleh Walton dkk, tetapi tertulis bahwa dilakukan palpasi pada sendi akromioklavikular. Hasil positif bila saat palpasi pasien merasa nyeri.

Komentar untuk pemeriskaan akromioklavikular

O`brien test dapat digunakan untuk konfirmasi karena spesifisitasnya yang tinggi. Palpasi sendi akromioklavikular dapat digunakan pada semua keluhan pada sendi akromioklavikular dengan O`brien test negatif, karena sensitivitas pemeriksaan ini cukup tinggi.