cabang dinas pendidikan kecamatan simbang web views p o k3. 3. kalimat majemuk ... langkah-langkah...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli bahasa selalu menghimbau agar pemakaian bahasa senantiasa
berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini menunjukkan
bahwa masih sering ditemukan kesalahan berbahasa dalam proses kehidupan
bermasyarakat yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Kesalahan
berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu
pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering pula dilakukan
oleh kaum intelektual dan mereka yang telah memegang jabatan penting dalam bidang
pemerintahan. Sangat ironis tampaknya bila kesalahan berbahasa tersebut, acapkali
dilakukan oleh mereka yang berpendidikan tinggi, tetapi demikianlah fenomena yang
terlihat dalam kehidupan sehari-hari (Badudu, 1986: 25).
Sesuai dengan perubahan waktu dan kemajuan peradaban manusia, ilmu
bahasa juga senantiasa turut mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi masyarakat. Karena itu, dituntut untuk senantiasa, memberi
perhatian yang serius terhadap pemakaian bahasa Indonesia. Mempelajari, mengkaji,
membina, dan mengembangkan bahasa adalah wujud perhatian terhadap bahasa.
Realisasi perhatian tersebut, disalurkan melalui pengajaran bahasa, mengkaji unsur-
unsur bahasa, penertiban buku-buku bahasa, dan pembinaan melalui pendidikan
formal dan media komunikasi massa.
Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah berisikan pengetahuan bahasa dan
keterampilan berbahasa. Pendidikan pengetahuan bahasa mencakup pengajaran di
bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Adapun pendidikan keterampilan
berbahasa meliputi keterampilan berbicara, mendengar, membaca, dan menulis.
Keempat keterampilan bahasa tersebut telah diajarkan secara intensif di sekolah-
sekolah, namun tujuan pendidikan bahasa belum tercapai sebagaimana yang
diharapkan, sebab masih ditemukan adanya kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh
anak didik khususnya dan masyarakat berpendidikan pada umumnya (Alwi, 1997: 43).
Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu pengetahuan bahasa dan sastra
Indonesia di sekolah adalah pendidikan di bidang kelas kata. Ruang lingkup kajian
kelas kata cukup luas dan kompleks, sebab itu, agar pembahasan di dalam skripsi ini
tidak mengamban, peneliti hanya mengkaji satu apek kajian kelas kata, yaitu kata
penghubung dalam kalimat majemuk. Penelitian tertarik pada aspek kajian ini, sebab
umumnya di kalangan siswa SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten
Maros masih banyak yang belum mampu menganalisis penggunaan kata penghubung
dalam kalimat majemuk secara implisit dan konsisten.
Kata penghubung memegang peranan penting dalam pembentukan kalimat
majemuk. Kata penghubung atau konjungsi adalah kategori kata yang berfungsi untuk
meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaksis, dan selalu menghubungkan
dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-
bagian ujaran yang setataran dan tidak setataran. Misalnya: Ia pergi karena saya dan
Ia pergi karena saya mengusirnya. Penempatan kata penghubung dalam kalimat
majemuk secara tidak tetap, dapat menyebabkan kesalahan persepsi mengenai kalimat
tersebut. Oleh sebab itu, pemakaian kata penghubung dalam kalimat harus dilakukan
sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Ketepatan pemakaian
bahasa menempatkan kata penghubung dalam kalimat yang dibuat, akan memudahkan
orang untuk memahami apa yang ingin disampaikan, baik secara lisan maupun tertulis
(Kridalaksana, 1986: 45).
Dalam beberapa penulisan kalimat majemuk yang terdapat pada KTSP dan
silabus dilakukan oleh siswa SD No. 224 Pangia, dengan menggunakan kata
penghubung yang dituangkan dalam kalimat majemuk serta cara siswa mengerjakan
soal-soal bahasa Indonesia yang diberikan di dalam kelas dan hasil ujian tersebut
masih banyak ditemukan kekeliruan siswa menempatkan kata penghubung di dalam
kalimat majemuk.
Kesalahan pemakaian kata penghubung dalam kalimat majemuk yang sering
ditemukan pada karya tulis siswa SD No. 224 Pangia antara lain disebabkan oleh:
1. Tidak cermat menentukan kata penghubung yang harus dipakai dalam
kalimat majemuk tertentu.
2. Tidak memahami penempatan yang tepat suatu kata penghubung dalam
kalimat majemuk.
Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
meneliti analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa
Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan permasalahan
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk
setara siswa kelas V?
2. Bagaimana penggunaan kata penghubung pada kalimat majemuk rapatan
siswa kelas V?
3. Bagaimana penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk
bertingkat siswa kelas V?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Pada dasarnya, penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas
dan bersifat empiris tentang analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat
majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang
Kabupaten Maros.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan guru untuk meningkatkan
kemampuan siswa menggunakan kata penghubung dalam kalimat majemuk
bahasa Indonesia.
2. Dapat membantu semua pihak yang terkait dalam pelajaran bahasa
Indonesia, untuk mengetahui masalah yang dihadapi, solusi masalah
tersebut, dan upaya menganalisis penggunaan kata penghubung dalam
kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia
Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
3. Dapat dijadikan bahan acuan atau perbandingan bagi mahasiswa atau pihak
yang ingin melakukan penelitian yang sejenis.
4. Dapat dijadikan sarana untuk menyusun strategi pengembangan
pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini dikemukakan berbagai pendapat atau teori dari para pakar atau
ahli, terutama yang berkenaan dengan bidang kajian penelitian ini untuk memandu
dan memudahkan peneliti dalam merampungkan pembahasan yang diinginkan.
Berbagai pendapat atau teori itu diuraikan secara rinci di bawah ini.
1. Pengertian Kata Penghubung
a. Definisi kata penghubung
Menurut Tjiptaji dan Negoro (1975: 90) kata penghubung ialah kata yang
menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase ataupun kalimat dengan kalimat.
Selanjutnya, Ambary (1983: 132) kata sambung atau kata penghubung ialah kata
yang bertugas menghubungkan kalimat, bagian kalimat atau kata dengan sekaligus
menentukan macam hubungannya.
Menurut Kridalaksana (1997: 235) kata tugas yaitu yang menghubungkan dua
klausa atau lebih atau konjungsi merupakan kata sambung. Menurut Moeliono (1996:
235), mengatakan bahwa kata penghubung atau konjungsi adalah kata untuk
meluaskan satuan yang baru dalam konjungsi hipotaksis dan selalu menghubungkan
bagian-bagian ujaran baik yang setara maupun tidak setara.
Berdasarkan definisi dapat disimpulkan bahwa kata penghubung atau kata
sambung atau konjungsi adalah kata yang dipergunakan untuk menghubungkan antara
satuan dengan satuan yang lain. Hubungan satuan dengan satuan tersebut dapat berupa
kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat,
dan paragraf dengan paragaf.
b. Macam-macam kata penghubung menurut hubungan unsur-unsurnya.
Dilihat dari macam hubungan yang dinyatakan oleh kata penghubung terdapat
beberapa cara atau sifat menghubungkan kata-kata atau kalimat-kalimat. Menurut
Ambary (1983: 153) ada 14 macam cara atau sifat yang dinyatakan oleh kata-kata
penghubung yaitu menyatakan gabungan, pilihan, waktu, sebab/akibat, tujuan/maksud
penentangan, syarat/perwatakan, pengandaian, kesertaan, perlawanan perbandingan,
peningkatan, penjelasan, dan menyatakan kesinambungan.
Pada uraian berikut ini, penulis memberikan contoh kata penghubung menurut
sifat yang dinyatakan oleh kata penghubung tersebut.
1. Untuk menyatakan gabungan, misalnya kata penghubung: dan, lagi, dan
serta.
Contoh:
a. Saya menangkap ayam itu, dan ayah memotongnya.
b. Adik menyanyi dan saya menari.
c. Tulisan anak itu bersih lagi jelas.
d. Ia kaya serta baik hati.
2. Untuk menyatakan perbandingan, misalnya kata penghubung: laksana,
seperti, dan bagaikan.
Contoh:
a. Gadis yang cantik itu laksana burung Balam mata lepas badan
terkurung.
b. Mukanya pucat seperti bulan kesiangan.
c. Mata anak itu berbinar-binar bagaikan bintang dilangit.
3. Untuk menyatakan waktu misalnya kata penghubung: ketika, sesudah itu,
setelah, sehingga, apabila, maka, semenara, sebelum, sejak, sesudah, dan
bila.
Contoh:
a. Ketika ia datang, saya berangkat
b. Ia datang ketika saya berangkat
c. Ketika mereka tiba di sini, kami tidak ada
d. Ayah memanjat pohon itu, sesudah itu dipetiknya beberapa
buah.
e. Soal ini akan segera kita rembukkan, setelah saudara sampai
disini.
f. Modal di Bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit.
g. Apabila belajar sungguh-sungguh, saudara akan berhasil dalam
ujian.
h. Pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin
oleh saudara Andi.
i. Pemberianku ini dapat menjadikan bekal, sementara kiriman
orang tuamu belum datang.
j. Kita tidak bisa berbuat apa-apa, sebelum ada keputusan
pengadilan.
k. Usaha dagangannya lancar sejak ia beristri dua.
l. Sifat angkuhnya baru berkurang sesudah ia mengalami kepahitan
hidup bertahun-tahun.
m. Kami akan menentukan sikap bila persoalan itu telah sampai
pada kami.
4. Untuk menyatakan perlawanan, misalnya kata penghubung: tetapi dan
melainkan.
Contoh:
a. Adiknya rajin belajar, tetapi ia sendiri malas belajar
b. Hukuman sangat berat, tetapi tampaknya pengedar narkotik itu
tidak gentar.
c. Dia bukan pelajar SD No. 224 Pangia, melainkan pelajar SDN
No. 5 Samanggi.
d. Ardian bukan anak saya, melainkan anak pak Diman.
5. Untuk menyatakan tak bersyarat, misalnya kata penghubung meskipun,
walaupun, dan biarpun.
Contoh:
a. Meskipun hukuman sangat berat, tampaknya pengedar narkotik
tidak gentar.
b. Walaupun malam tadi ia bertugas siskamling, ia masuk kantor
juga seperti biasa.
c. Walaupun hari hujan, ia berangkat juga ke kantor.
d. Biarpun harganya mahal, kami harus juga membelinya.
6. Untuk menyatakan maksud/tujuan, misalnya kata penghubung: agar,
supaya, dan agar supaya.
Contoh:
a. Agar cita-cita saudara tercapai, saudara harus bekerja keras.
b. Makanlah obat ini agar sakit anda lekas sembuh.
c. Ini sangat penting, agar kondisi badan kami tetap terjamin.
d. Laju inflasi perlu dikendalikan supaya kepercayaan masyarakat
terhadap nilai uang dapat diperhatikan.
e. Peristiwa itu ada juga hikmahnya, supaya kita lebih hati-hati di
masa yang akan datang.
f. Lekaslah pulang agar supaya ibumu tidak marah.
7. Untuk menyatakan sebab/akibat, misalnya kata penghubung: karena,
karena itu, sehingga, dan sebab itu.
Contoh:
a. Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit.
b. Karena sibuk, ia lupa makan.
c. Orang tuanya terpaksa mencari pekerjaan tambahan, sebab
penghasilannya tidak cukup.
d. Mereka bekerja dengan rencana yang tidak matang, karena itu
hasilnya tidak memuaskan.
e. Anak itu salah menyampaikan berita, karena itu terjadilah
kesalahpahaman.
f. Hatinya telah demikian kesal sehingga tak tahu lagi apa yang
mesti ia kerjakan.
g. Pembangunan akan berjalan lancar seandainya segenap lapisan
masyarakat turut berprestasi.
c. Jenis kata penghubung dilihat dari perilaku sintaktiknya
Di dalam tulisan ini penulis hanya akan membahas empat jenis konjungsi
tersebut, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi subordinatif, konjungsi korelatif dan
konjungsi antar kalimat.
1. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau
lebih dari kedua unsur itu memiliki status sintaktik yang sama, sebagai berikut:
a. Konjungsi dan, menandai hubungan penambahan.
b. Konjungsi atau, menandai hubungan pemilihan.
c. Konjungsi tetapi, menandai hubungan perlawanan.
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena konjungsi
itu disamping menghubungkan klausa juga dapat menghubungkan kata. Meskipun
demikian, frase yang dihasilkan bukanlah frase proposional.
Contoh:
a. Dia mencari saya, dan adik saya
b. Badannya kurus dan mukanya sangat pucat
c. Mereka sedang belajar atau mereka sedang ngobrol
d. Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku.
e. Dia menangis, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
f. Yang kita cari adalah hotel yang sederhana, tetapi bersih.
Jika salah satu atau kedua-duanya akan dinyatakan, maka orang yang sering
memakai dua konjungsi secara bersamaan, yakni, dan/atau, dengan garis miring di
antara kedua kata itu.
Contoh:
a. Kami mengundang ketua dan/atau sekretaris.
b. Para Dekan dan/atau pembantu Dekan satu diminta hadir.
2. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau
lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa
itu merupakan anak kalimat dari kalimat induknya.
Ditinjau dari perlakuan sintaksis dan semantisnya, konjungsi subordinat dapat
dibagi menjadi sepuluh kelompok dengan contoh sebagai berikut.
a. Konjungsi subordinatif waktu, misalnya: ketika dan sebelum
Contoh:
1. Saya sedang mandi ketika dia datang
2. Kami tak dapat berbuat apa-apa sebelum ada putusan pengadilan.
b. Konjungsi subordinatif syarat, misalnya: jika dan kalau.
Contoh:
1. Ibu Ita akan naik haji jika tanahnya laku.
2. Kalau kegairahan sudah menjadi kebiasaan rasa takut dan gelisah
tidak akan mendekat.
c. Konjungsi subordinatif pengandaian, misalnya: andaikata dan seandainya.
Contoh:
1. Andaikata engkau tidak bersalah, aku berani membelamu
2. Seandainya aku tidak ditugaskan di kota ini, kita tidak dapat
bertemu lagi.
d. Konjungsi subordinatif tujuan, misalnya: agar dan supaya.
Contoh:
1. Agar siswanya lulus ujian, ia menyelenggarakan pelajaran
tambahan.
2. Jangan diungkit-ungkit perkara itu supaya tidak timbul lagi
perselisihan.
e. Konjungsi subordinatif konsesif, misalnya: meskipun dan walaupun.
Contoh:
1. Meskipun hari hujan, dia datang juga.
2. Elisabeth sudah siap menjadi ratu, walaupun ia masih muda
belia.
f. Konjungsi subordinatif pemiripan, misalnya: seolah-olah dan seakan-akan.
Contoh:
1. Dia itu takut kepada saya seolah-olah saya musuhnya
2. Ia merasa seakan-akan bumi berputar lebih cepat.
g. Konjungsi subordinatif pengakibatan, misalnya: sehingga dan sampai.
Contoh:
1. Saya betul-betul terpesona kepadanya, sehingga saya terus
menatapnya.
2. Sangat asiknya membaca sampai mereka lupa makan.
h. Konjungsi subordinatif penyebab, misalnya: karena dan sebab.
Contoh:
1. Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.
2. Bibi sangat kesepian sebab tidak mempunyai anak.
i. Konjungsi subordinatif penjelasan, misalnya: bahwa.
Contoh:
1. Kami mendengar kabar bahwa ayahnya meninggal kemarin.
j. Konjungsi subordinatif cara, misalnya: dengan.
Contoh:
1. Heri duduk dengan tangan terikat pada bagian belakang.
3. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, atau
klausa kedua unsur memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri
atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase atau klausa yang
dihubungkan. Misalnya:
a. Baik…, maupun …, (maupun) ….
b. Tidak hanya …, tetapi (…) juga ….
c. Demikian (rupa) … Sehingga ….
d. Apa (kah) … atau ….
e. Entah …, …, entah ….
f. Jangan …, …, pun ….
Contoh:
1) Baik anda, maupun istri anda, maupun mertua anda akan
menerima cindera mata.
2) Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh.
3) Kita harus mengerjakan demikian rupa sehingga hasilnya benar-
benar baik.
4) Apakah anda setuju atau tidak, kami pun tetap melaksanakannya
5) Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan
gagasannya.
6) Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati
4. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antar kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan antar kalimat
yang satu dengan yang lain. Konjungsi ini terdiri atas beberapa kelompok, yaitu:
a. Konjungsi yang menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu yang
berbeda ataupun yang bertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat
sebelumnya. Misalnya konjungsi biarpun begitu.
Contoh:
1. Kami tidak sepaham dengan mereka
Kami tidak berani menegurnya
2. Kami tidak sepaham dengan mereka. Biarpun begitu, kami
tidak berani menegurnya.
b. Konjungsi yang menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada
kalimat sebelumnya. Misalnya konjungsi sesudah itu.
Contoh:
1. Rika mencuci kakinya
Rika pergi ke tempat tidur
2. Rika mencuci kakinya. Sesudah itu, Rika pergi ke tempat tidur.
c. Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain diluar
dari yang telah dinyatakan sebelumnya. Misalnya konjungsi selain itu.
Contoh:
1. Pak Rudi mengalami penyakit demam tulang
Dia juga mengidap penyakit tekanan darah rendah
2. Pak Rudi mengalami penyakit demam tulang. Selain itu, dia
juga mengidap penyakit tekanan darah rendah.
d. Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa atau keadaan lain yang
mengacu kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. Misalnya konjungsi
sebaliknya
Contoh:
1. Para pencuri tidak menghiraukan tembakan polisi.
Mereka melawan polisi itu dengan tangan besi.
2. Para pencuri tidak menghiraukan tembakan polisi. Sebaliknya
mereka melawan polisi itu dengan tangan besi.
e. Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya. Misalnya konjungsi
sesungguhnya
Contoh:
1. Persoalan yang akan dialaminya memang rumit
Persoalan itu sudah dipikirkan jauh sebelumnya.
2. Persoalan yang akan dialaminya memang rumit.
Sesungguhnya persoalan itu sudah jauh dipikirkan
sebelumnya.
f. Konjungsi yang menyatakan penguatan keadaan yang dinyatakan
sebelumnya. Misalnya konjungsi bahkan.
Contoh:
1. Wartawan itu baru tahu soal/kasus pembunuhan itu.
Dia baru mulai menggarapnya.
2. Wartawan itu baru tahu soal/kasus pembunuhan itu. Bahkan,
dia baru mulai menggarapnya.
g. Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan yang
sebelumnya. Misalnya konjungsi akan tetapi.
Contoh:
1. Situasi Aceh sudah mulai aman terkendali.
Masyarakat Aceh tetap waspada setiap hari.
2. Situasi Aceh sudah mulai aman terkendali. akan tetapi,
masyarakat Aceh tetap waspada setiap hari.
2. Kalimat Majemuk
a. Defenisi Kalimat Majemuk
Menurut Bambang dan Negoro, (1975: 52), bahwa kalimat majemuk adalah
kalimat yang terbentuk atas dua pola kalimat atau lebih. Artinya kalimat itu memiliki
dua subjek dan dua predikat.
Contoh:
1. Usaha mereka berhasil. Keduanya bersyukur kepada Allah.
2. Usaha mereka berhasil. Keduanya bersyukur kepada Allah.
Selanjutnya Gorys Keraf, (1984: 167-168) menyatakan kalimat majemuk
adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru
ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
1. Ayah menulis surat, ibu berdiri disampingnya.
2. Ayah menulis surat, sambil ibu berdiri disampingnya.
Sedangkan, Ambari (1983: 156-157) menyatakan kalimat majemuk adalah
suatu bentuk kalimat luas, hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal
sehingga membentuk satu atau lebih pola kalimat baru disamping pola yang ada.
Contoh:
1. Angin bertiup. Hujan turun.
2. Angin bertiup, hujan pun turun.
Kalimat majemuk merupakan perluasan kalimat tunggal yang membentuk satu
atau lebih pola kalimat baru disamping pola kalimat yang sudah ada. Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih.
Contoh:
1. Kakak sedang membaca buku
2. Ketika adik tidur dan kakak sedang membaca buku, ayah pergi ke
kantor.
Kalimat majemuk dapat dibentuk dari paduan beberapa buah kalimat tunggal.
Dalam pembentukannya ada yang memerlukan kata penghubung ada pula yang tidak.
Tidak Berpenghubung Berpenghubung
1. Dia makan, dia kenyang
2. Kami tidak setuju, kami protes3. Keadaan di dalam kota kembali
tenang
1. Karena hujan-hujanan, ia menjadi sakit.
2. Daripada menganggur, lebih baik engkau bekerja di kebun
3. Dia pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak
Menurut Ramlan (1987), mengatakan bahwa kalimat majemuk dapat
dikelompokkan dalam empat jenis sebagai berikut:
1. Kalimat Majemuk Setara
Menurut Ambari (1983: 156-157) kalimat majemuk setara ialah kalimat
gabung yang hubungan antara pola-pola kalimat didalamnya seharkat atau sederajat.
Contoh:
a. Ayah berangkat ke kantor. Ibu pergi ke pasar.
b. Ayah berangkat ke kantor dan ibu pergi ke pasar.
c. Ia pelajar paling pandai di kelasnya. Ia disenangi teman-temannya.
d. Ia pelajar paling pandai di kelasnya, sebab itu disenangi teman-temannya.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang mempunyai dua klausa atau lebih
yang berkedudukan setara. Tidak ada klausa atau pola kalimat yang menduduki suatu
fungsi pada kalimat yang lain. Jadi, tidak ada yang menduduki anak kalimat.
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang
hubungan antar unsur-unsurnya setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara terbagi
tiga yaitu:
a. Kalimat majemuk penjumlahan, ditandai oleh sambungan dan, lalu,dan
lagi.
Contoh:
1. Pikiran hanya tumbuh kalau dipergunakan dan akan menjadi
surut kalau dibiarkan menganggur.
2. Saya katakan kepadamu siapa saya, lalu ia mengantarkan
saya melewati hutan semak berduri.
3. Dia rajin lagi pandai
b. Kalimat majemuk pemilihan ditandai oleh kata penghubung atau.
Contoh:
1. Dipukul atau ditampar sama saja sakitnya
c. Kalimat majemuk pertentangan, ditandai oleh kata penghubung tetapi dan
melainkan.
Contoh:
1. Bukan Arif yang main drama itu, tetapi Alam
2. Menabung bukanlah untuk memperkaya diri, melainkan
untuk mmbiasakan diri hidup hemat.
2. Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-
bagiannya dirapatkan. Hal itu terjadi karena kata-kata atau frase dalam bagian-bagian
kalimat itu menduduki fungsi yang sama. Proses perapatan dilakukan dengan cara
menghilangkan salah satu fungsi kalimat yang sama itu.
a. Kalimat majemuk rapatan subyek
Contoh:
Pak Bahrum guru olah raga
S P
Pak Bahrum, ketua pemuda
S P
Pak Bahrum, guru olah raga dan ketua pemuda
S P1 Konj. P2
b. Kalimat majemuk rapatan predikat
Contoh:
Asep pandai bermain basket
S P Pel
Anto pandai bermain basket
S P Pel
Asep dan Anto pandai bermain basket
S ko S2 Konj. P2
c. Kalimat majemuk rapatan keterangan
Contoh:
Dalam liburan nanti saya akan pergi ke Tasikmalaya
K1 S P K2
Dalam liburan nanti adik akan menengok nenek di Ciamis K1 S P K2
Dalam liburan nanti saya akan pergi ke Tasikmalaya K1 S P K2
Sedangkan adik akan menengok nenek di Ciamis Konj. S P O K3
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya
diperluas, sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru,
selain pola yang sudah ada.
Bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk pola kalimat baru disebut
anak kalimat, sedangkan bagian yang tetap atau lebih tinggi kedudukannya disebut
induk kalimat.
Contoh:
a. Kalimat tunggal
Lusiana / menyaksikan / pertunjukan.
b. Kalimat majemuk bertingkat
Lusiana / menyaksikan / siswa-siswa / menari.
Uraian kalimat:
Lusiana = Subjek; menyaksikan = predikat; siswa-siswa - subjek; menari-predikat.
Lusiana menyaksikan = induk kalimat
Siswa-siswa menari = anak kalimat pengganti objek penderita
Ketika saya masih tidur ayah berangkat ke sekolah.
anak kalimat induk kalimat
Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat
tunggal yang kedudukannya tidak setara atau sederajat yakni yang satu menjadi
bagian yang lain. Proses terjadinya kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal
dari sebuah kalimat tunggal.
Bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat yang tidak
mengalami pergantian/perubahan dinamai induk kalimat sedangkan bagian kalimat
yang majemuk yang berasal dari kalimat tunggal yang sudah mengalami
pergantian/perubahan dinamai anak kalimat.
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk
yang hubungan antara unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya ada yang
menduduki induk kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai anak kalimat. Kalimat
majemuk bertingkat antara lain meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
a. Kalimat majemuk hubungan pengandaian yang ditandai oleh kata penghubung
jika, seandainya, dan andaikata.
Contoh:
1. Jika tidak hujan, ia akan datang ke pesta itu.
2. Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak mendapat uang
sedemikian banyak.
3. Andaikan Dina maju ke pengadilan, perkara ini akan disidangkan.
b. Kalimat majemuk hubungan perbandingan ditandai oleh kata sambung ibarat,
seperti, bagaikan, daripada, dan laksana.
Contoh:
1. Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya seperti dia menyayangi
anak kandungnya.
2. Lebih baik cepat lima menit di sini, daripada terlambat sama sekali.
c. Kalimat majemuk hubungan penyebaban ditandai oleh kata sambung sebab,
karena, dan oleh karena.
Contoh:
1. Borobudur tentu bukan nama resminya, sebab biasanya suatu
bangunan mempunyai nama resmi yang diberikan maknanya dalam
keagamaan.
2. Dia tidak pergi ke sekolah karena sakit.
3. Teori transformasi lahir oleh karena ketidak puasan para linguis muda
terhadap teori struktural.
d. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata sambung sehingga, sampai-
sampai, dan maka.
Contoh:
1. Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
2. Berjam-jam ia berjalan sampai-sampai kakinya bengkak.
3. Mengenai eksposisinya, dibandingkan dengan museum-museum
Angkatan Perang yang telah saya lihat di Eropa Barat, maka apa yang
saya lihat di Beograd itu adalah yang paling modern.
e. Kalimat majemuk hubungan cara ditandai oleh kata sambung dengan.
Contoh:
1. Kesebelasan Persib Bandung berhasil mempertahankan
kemenangannya dengan cara memperkokoh pertahanan mereka.
f. Kalimat majemuk hubungan penjelasan ditandai kata sambung bahwa, dan yaitu.
Contoh:
1. Aku baru mengerti hari ini bahwa Dina benar-benar menaruh
perhatian kepadaku.
2. Kebun itu telah disiangi ayah yaitu dengan memangkas dan
membuang pohon-pohon yang tumbuh disekitarnya.
g. Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai kata sambung ketika, sewaktu dan
semasa.
Contoh:
1. Pekerjaan itu sudah selesai ketika ayah datang dari kantor.
Menurut Darisman (2006) dilihat dari segi bentuknya, kalimat dibedakan
menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal merupakan kalimat
yang terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat majemuk terdiri dari dua klausa atau
lebih.
Kalimat majemuk bertingkat banyak macamnya, misalnya kalimat majemuk
bertingkat dengan kata hubung sesudah, sebelum, ketika, dan sementara (menyatakan
waktu). Selain itu kalimat majemuk bertingkat dengan kata hubung jika (menyatakan
syarat), sekiranya dan seandainya (menyatakan pengandaian).
Berikut ini contoh kalimat majemuk bertingkat :
a. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata sebelum, sesudah, ketika, dan
sementara (hubungan antar klausanya menyatakan waktu).
Contoh:
1. Sebelum Rima pulang ke rumah, ibu memasak sayur asam.
2. Ayah berangkat ke kantor sesudah sarapan pagi.
3. Ketika liburan tiba, kami pergi ke rumah nenek.
4. Sementara Budi bermain bola, Rima menonton di halaman rumah.
b. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata jika (hubungan antar klausanya
menyatakan syarat).
Contoh:
1. Jika hari tidak hujan, aku akan ke rumahmu.
2. Jika Udin naik kelas, ibu akan membelikannya sepeda.
c. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata sekiranya dan seandainya
(hubungan antar klausanya menyatakan pengandaian).
Contoh:
1. Seandainya kamu rajib belajar, pasti nilaimu tidak jelek.
2. Sekiranya Rima naik kelas, ibu pasti senang.
4. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Dalam kalimat majemuk campuran, sekurang-kurangnya
dibentuk tiga kalimat tunggal.
Contoh:
a. Pekerjaan ini selesai, ketika ayah datang dari kantor, dan ibu selesai
memasak.
B. Kerangka Pikir
Dengan memperhatikan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
pada bagian ini diuraikan kerangka pikir yang dapat dijadikan pegangan untuk
menemukan data dan informasi dalam penelitian ini.
Berdasarkan teori, maka ada beberapa hal yang dipandang perlu dijadikan
kerangka berpikir untuk pemecahan “penggunaan kata penghubung” dalam penelitian
ini, antara lain sebagai berikut:
a. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata,
fungsi dan kegunaannya dalam pembentukan kalimat perlu dicermati.
b. Untuk memahami penggabungan kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk,
sangat diperlukan penggunaan yang benar dan matang, supaya penulis dari
pembentukan kalimat rancu dan sumbang.
c. Guru bahasa Indonesia yang baik dalam pengajaran kata penghubung untuk
membentuk kalimat majemuk harus sesuai dengan Kurikulum KTSP bahasa
Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kemampuan memahami kata
penghubung digunakan tes objektif sebanyak 20 nomor yang diujikan kepada peserta.
Selanjutnya peneliti menganalisis hasil pekerjaan tersebut sehingga diperoleh suatu
gambaran tentang kemampuan siswa menganalisis penggunaan kata penghubung
dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia.
Berdasarkan hal itu, berikut ini akan diuraikan kerangka pikir yang dijadikan
landasan berpikir peneliti. Kerangka pikir tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Berdasarkan masalah, tujuan dan kajian teoritis, maka penulis mengemukakan
hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada, yaitu:
“Analisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa
Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros
sudah memadai”.
Pengajaran bahasa Indonesia
Evaluasi
Hasil
Analisis
KTSP / Silabus
Kata penghubung dalam kalimat majemuk
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha
untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Sebagai tempat atau objek penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah pada siswa
kelas V SD No. 224 Pangia. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap
tahun ajaran 2009/2010.
B. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel penelitian
Penulis akan mengemukakan beberapa pendapat ahli tentang defenisi variabel.
Menurut Sudjana (1986: 23), bahwa variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari
individu, objek, gejala, pristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun
kualitatif. Misalnya: jenis kelamin, motivasi, prestasi dan kepemimpinan.
Sutrisno Hadi (1986: 97), mengatakan, bahwa variabel sebagai gejala yang
bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki,
peremuan, berat badan, karena ada berat badan 40 kg, 50 kg, dan sebagainya. Gejala
adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Variasi dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel
kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya.
Sedangkan contoh variabel kualitatif kemakmuran, kepandaian, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian di atas, variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah variabel tunggal yang bersifat kualitatif, yaitu analisis penggunaan kata
penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224
Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
2. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif sebab hanya
mendeskriptifkan atau menggambarkan penganalisisan penggunaan kata penghubung
dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia
Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Penggunaan desain deskriptif ini dimulai pada
pengumpulan data, pengolahan data, penganalisian data-data penarikan kesimpulan.
C. Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian ini adalah kemampuan menggunakan kata penghubug
dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia. Oleh karena itu, yang dimaksud analisis
penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia adalah
kemampuan menganalisis penggunaan kata penghubung secara sintaktik dalam
kalimat majemuk setara, rapatan, bertingkat, dan campuran.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (1998:32), populasi adalah keseluruhan subjek peneliti.
Selain itu Said (1998), mengemukakan bahwa populasi adalah sekelompok individu,
objek atau peristiwa yang memiliki sifat-sifat yang sama yang menjadi pusat perhatian
peneliti. Selanjutnya Enre (1987: 101) Populasi adalah kelompok yang menjadi
sasaran perhatian peneliti dalam usaha memperoleh informasi.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan yang dapat memberikan informasi atau data tentangsesuatu yang
ada hubungannya dengan yang akan diteliti dengan harapan dapat memberikan
keterangan yang objektif.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Keseluruhan siswa
yaitu kelas I – VI SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros yang
berjumlah 93 orang.
Tabel 3.1 Keadaan Populasi
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
I
II
III
IV
V
VI
6
7
4
5
13
10
4
8
10
9
7
10
10
15
14
14
20
20
Jumlah 45 48 93
2. Sampel
Menurut Arikunto (1998: 33) sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti.
Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhan sehingga
penelitiannya bersifat penelitian populasi. Mengacu dari pendapat di atas, penulis
menetapkan sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah populasi yakni 20 orang,
yaitu 13 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan
dana dan waktu yang tersedia.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti melakukan
serangkaian penelitian dengan teknik sebagai berikut:
1. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan
tanya jawab secara langsung atau tatap muka dengan subjek penelitian
(sumbernya).
2. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara
langsung pada objek penelitian.
3. Angket adalah merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan penulis
melalui penyebaran angket kepada karyawan yang menjadi sampel. Angket
ini berisi daftar pertanyaan-pertanyataan tentang identitas responden dan
variabel-variabel penelitian untuk mencari informasi yang lengkap dari
permasalahan yang dibahas.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sudjana, (1986: 66) data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara
sebagai berikut:
1. Membuat daftar skor mentah tiap-tiap siswa
2. Membuat distribusi frekuensi dari skor mentah
3. Mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1-10 dengan rumus:
Tolak ukur kemampuan siswa yakni dikatakan mampu apaila 85% sampel
memperoleh nilai 6,5 ke atas, dan dikatakan belum mampu apabila kurang dari 85%
sampel mendapat nilai 6,5 ke bawah.
Jumlah skorJumlah bobot
x 10
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Analisis Data
Pada bagian ini dibahas secara rinci hasil penelitian tentang analisis
penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V
SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Untuk memudahkan
memahami hasil yang diperoleh dalam penelitian yang dilaksanakan di SD No. 224
Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros perlu memaparkan masalah penelitian
yaitu “Bagaimana penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa
Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros ?”
Pemecahan masalah tersebut, dapat dilihat dari hasil analisis data. Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk hasil kuantitatif yaitu gambaran tentang analisis
penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V
SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros yang dinyatakan dengan
angka. Dan dalam penelitian kualitatif dibuktikan dengan hasil pembuktian hipotesis.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan dianalisis secara
deskriptif dengan teknik analisis data. Data yang diolah dan dianalisis adalah data
yang ada pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Skor Analisis Penggunaan Kata Penghubung dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros pada pertemuan ke IV
No. Nama Kode Sampel Skor Nilai yang Diperoleh
1 2 3 41 Asdar 2010/01 17
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Rusli
Abrian Wijaya
Hasmawati
Rudianto
Syaripuddin
Anjung Selsa Putri
Fadli
Rahmiyanti
Denil Rahmat
Sahrul
Selviana
Marhaeni
Akbar Arya
Rusdi
2010/02
2010/03
2010/04
2010/05
2010/06
2010/07
2010/08
2010/09
2010/10
2010/11
2010/12
2010/13
2010/14
2010/15
15
13
19
14
16
13
18
15
12
16
14
18
10
15
1 2 3 416
17
18
19
20
A. Egi Renaldi
Jabal Nur
Surianti
A s r i
Irma Dayanti
2010/16
2010/17
2010/18
2010/19
2010/20
14
17
11
15
10
Data pada tabel di atas, memperlihatkan bahwa dari keseluruhan sampel tak
seorang pun memperoleh skor sebagai skor tertinggi. Hanya skor 19 yang dicapai oleh
1 sampel dengan kode sampel 2010/04 skor terendah yaitu 10 dicapai oleh 2 sampel
dengan kode 2010/14 dan 2010/20.
Skor tersebut di atas, dapat dibuatkan daftar ketentuan nilai pada skor yang
dicapai oleh siswa / sampel. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Ketentuan Nilai Skor Analisis Penggunaan Kata Penghubung dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
No. Skor Nilai
1 2 31
2
3
4
5
6
20
19
18
17
16
15
10
9,5
9
8,5
8
7,5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
7
6,5
6
5,5
5
4,5
4
3,5
3
2,5
1 2 317
18
19
20
4
3
2
1
2
1,5
1
0,5
Berdasarkan nilai yang tercantum pada tabel di atas, maka dapatlah ditentukan
frekuensi pada setiap nilai yang diperoleh sampel. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Analisis Penggunaan Kata Penghubung dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
Skor Mentah Frekuensi Persentase (%)
1 2 3
20
19
18
17
16
15
14
0
1
2
2
2
4
3
0
5
10
10
20
15
10
1 2 313
12
11
10
2
1
1
2
10
5
5
10
Jumlah 20 100
Tabel 4.4 Konversi Skor Mentah ke Dalam Nilai Berskala 1-10
Skor Mentah Nilai Persentase Kemampuan Frekuensi Persentase
(%)
1 2 3 4 520
19
18
17
16
15
14
10
9,5
9
8,5
8
7,5
7
100
95
90
85
80
75
70
0
1
2
2
2
4
3
0
5
10
10
10
20
15
13
12
11
10
6,5
6
5,5
5
65
60
55
50
2
1
1
2
10
5
5
10
Jumlah 20 100
Dari hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang menjadi
sampel, penilaian nilai tertinggi adalah 9,5 dan nilai terendah 5 (tabel 4.4). Diantara
20 sampel, tidak seorang pun yang mampu mengerjakan soal dengan benar sebanyak
20 butir atau 100% (tabel 4.4). Oleh karena itu, tidak seorang sampel mendapat nilai
10. Yang mendapat nilai 9,5 atau 95%, sebanyak 2 sampel atau 5%. Yang mendapat
nilai 8,5 atau 85% sebanyak 2 sampel atau 10%. Yang mendapat nilai 8 atau 80%
sebanyak 2 sampel atau 10%. Yang mendapat nilai 7,5 atau 75% sebanyak 4 sampel
atau 40%. Yang mendapat nilai 7 atau 70% sebanyak 3 sampel atau 15%. Yang
mendapat nilai 6,5 atau 65% sebanyak 2 sampel atau 10%. Yang mendapat nilai 6 atau
60% sebanyak 1 sampel atau 5%. Yang mendapat nilai 5,5 atau 55% tidak ada atau
0%. Dan yang mendapat nilai 5 atau 50% sebanyak 3 sampel atau 15%. Demikian
pula tak seorang pun sampel mendapat skor 1 - 9. Artinya diantara 20 sampel tidak
ada yang menjawab dengan benar 1 - 9 butir soal. Semua sampel menjawab dengan
benar diantara 9 - 19 butir soal.
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel yang mendapat
nilai 6,5 ke atas sebanyak 16 sampel atau 80%, dan sampel yang memperoleh nilai
dibawah 6,5 sebanyak 4 sampel atau 20%.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini diuraikan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh keterangan, bahwa seluruhnya dari jumlah
sampel mampu menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk
bahasa Indonesia dengan tepat. Data menunjukkan dari 20 sampel, 16 sampel yang
memperoleh skor 13 ke atas dengan nilai 6,5 ke atas. Sedangkan selebihnya
memperoleh skor 12 ke bawah, yaitu memperoleh nilai kurang dari 6,5 sebanyak 4
siswa.
Jadi, siswa yang dikatakan mampu menganalisis penggunaan kata penghubung
dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia apabila memperoleh nilai 6,5 ke atas, yang
memperoleh kurang dari 6,5 dikatakan belum mampu. Oleh karena itu, siswa yang
mendapat nilai 6,5 ke atas masih perlu diberi pengayaan agar mereka memiliki
wawasan yang luas tentang pelajaran kata penghubung dalam kalimat majemuk
bahasa Indonesia. Dan yang mendapat nilai kurang dari 6,5 masih perlu diberi
bimbingan dan latihan yang lebih banyak agar mereka lebih terampil menganalisis
penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia dengan tepat.
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini diterima. Dengan diterimanya
hipotesis tersebut, maka kesimpulan yang diperoleh adalah “Analisis penggunaan kata
penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224
Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros sudah memadai”. Dengan melihat
standar yang telah ditentukan atau ditetapkan yaitu jika jumlah sampel mencapai 85%
ke atas mendapat nilai 6,5 ke atas dikatakan mampu, dan jika jumlah sampel 85% ke
bawah mendapat nilai kurang dari 6,5 dikatakan belum mampu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tabel pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa
hasil pelaksanaan penelitian tentang analisis penggunaan kata penghubung dalam
kalimat majemuk bahasa Indonesia, yakni:
1. Hipotesis yang dikemukakan yaitu “Analisis penggunaan kata penghubung dalam
kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan
Simbang Kabupaten Maros sudah memadai”.
2. Dari hasil penelitian didapatkan jumlah sampel yang memperoleh nilai 6,5 ke atas
sebanyak 16 sampel atau 80%, dan yang memperoleh nilai kurang dari 6,5
sebanyak 4 sampel atau 20%.
3. Dengan berdasarkan pada tolak ukur kemampuan siswa yakni: siswa dikatakan
mampu apabila mencapai 85% sampel memperoleh nilai 6,5 ke atas, dan dikatakan
belum mampu apabila 85% sampel mendapat nilai kurang dari nilai 6,5 maka
siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros
dinyatakan mampu menggunakan kata penghubung dalam kalimat majemuk
bahasa Indonesia.
B. Saran
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas V SD No. 224
Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros mampu menganalisis penggunaan kata
penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulis
mengemukakan beberapa saran yang sehubungan dengan peningkatan pengajaran
bahasa Indonesia khususnya kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa
Indonesia. Untuk itu disarankan agar:
1. Guru sebaiknya menggunakan metode yang tepat agar siswa mudah menganalisis
penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia.
2. Guru hendaknya memberikan banyak latihan agar siswa dapat memahami betul
bagaimana cara menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat
majemuk bahasa Indonesia.
3. Guru sebaiknya menjelaskan kepada siswa tentang bagaimana cara menganalisis
penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung.
Alwi, Hasan, dkk. 1984. Kurikulum 1984 SMP. Jakarta.
------------------- 1989. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
------------------- 1997. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ambari, Abdullah. 1983. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Djatnika.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktiek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Badudu, J.S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Bambang dan Negoro. 1975. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Yudhistira.
Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Barata Karya Aksara.
Darisman, Muh, dkk. 2006. Mari Belajar Bahasa Indonesia SD Kelas V. Jakarta. Yudhistira.
Hadi, Sutrisno. 1986. Jilid 2, Cetakan 3. Yogyakarta: Fakultas UGM
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Moeliono, Anton M. 1996. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M. 1985. Tata Bahasa Indonesia (Penggolongan Kata). Yogyakarta: Balai Pustaka.
-------------- 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Koryono
Risan, Abutami, dkk. 1984. Rangkuman Sari Tata Bahasa Indonesia. Padang: Angsa Raya. Said, Ide. D.M. 1998. Tata Penulisan Skripsi. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Sannang, Ramli. 1988. Pengantar Sintaksis Bahasa Indonesia. Diktat. Ujung Pandang: FPBS IKIP Ujung Pandang.
Sudjana, N. 1986. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah. Jakarta: Sinar Baru.
Suryabrata, Sumadi. 1987. Metodologi Penelitian.Jakarta: Rajawali
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SD No. 224 Pangia Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : V (Lima) / II (Dua)Pertemuan : IStandar Kompetensi : Memahami penjelasan narasumber Kompetensi Dasar : Menulis kata penghubung dalam kalimat majemuk Indikator : Mampu menggunakan kata penghubung tetapi dan atau dalam
kalimat majemuk.Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menulis kata penghubung dalam kalimat majemuk
2. Materi Pembelajaran
Kata penghubung tetapi dan atau
3. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Menemukan sendiri
c. Tanya jawab
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang kata penghubung
b. Kegiatan Inti
1. Siswa membetulkan penggunaan kata penghubung yang salah.
2. Siswa melengkapi kalimat dengan kata penghubung tetapi dan atau.
3. Siswa menggabungkan kalimat dengan kata penghubung tetapi dan atau.
4. Siswa membuat kalimat dengan kata penghubung tetapi dan atau.
c. Kegiatan Akhir
1. Pengayaan
2. Guru dan siswa membuat kesimpulan
3. Pemberian tugas / PR
5. Sumber dan Media Pembelajaran
a. Buku paket bahasa Indonesia kelas V SD Penerbit Yudisthira
b. Buku penunjang yang relevan
6. Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes tertulis
b. Bentuk : Unjuk kerja
c. Instrumen
Mengetahui Kepala Sekolah
KASIM, S.PdNIP. 19580803 197910 1 005
Maros, ………………... 2010Guru Mata Pelajaran
R U S N I A
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SD No. 224 Pangia
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : V (Lima) / II (Dua)
Pertemuan : II
Standar Kompetensi : Menulis
Memahami kalimat majemuk bertingkat
Kompetensi Dasar : Menulis kata penghubung karena
Indikator : Mampu menggunakan kata penghubung karena dengan tepat.
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
1. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat membuat kalimat kata penghubung karena dengan tepat.
2. Materi Pembelajaran
Kata penghubung dalam kalimat majemuk bertingkat
3. Metode Pembelajaran
a. Ceramah
b. Menemukan sendiri
c. Tanya jawab
4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal
1. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang kata penghubung
b. Kegiatan Inti
1. Siswa membaca kalimat-kalimat yang menggunakan kata penghubung karena.
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang penggunaan kata penghubung
karena.
3. Siswa menentukan kalimat-kalimat yang bisa dilengkapi dengan kata penghubung
yang menyatakan sebab.
4. Siswa melengkapi kalimat-kalimat dengan kata penghubung yang menyatakan
sebab.
5. Siswa menulis lima kalimat yang menggunakan kata sebab atau karena.
c. Kegiatan Akhir
1. Pengayaan
2. Guru dan siswa membuat kesimpulan
3. Pemberian tugas / PR
5. Sumber dan Media Pembelajaran
a. Buku paket bahasa Indonesia kelas V SD Penerbit Yudisthira
b. Buku penunjang yang relevan
6. Penilaian
a. Teknik penilaian : Tes tertulis
b. Bentuk : Uraian
c. Instrumen
Mengetahui Kepala Sekolah
KASIM, S.PdNIP. 19580803 197910 1 005
Maros, ………………... 2010Guru Mata Pelajaran
R U S N I A
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
ANALISIS PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG DALAM KALIMAT
MAJEMUK BAHASA INDONESIA SISWA KELAS
V SD NO. 224 PANGIA KECAMATAN SIMBANG
KABUPATEN MAROS
Petunjuk Khusus
1. Sebelum menjawab soal-soal di bawah ini, siswa diharapkan menulis identitas
pada sudut kanan atas : Nama, dan Nomor kode sampel.
2. Siswa tidak dibenarkan bekerja sama dalam menjawab soal-soal berikut.
Jawablah dengan jujur dan sesuai dengan pendapat anda.
3. Soal yang kurang jelas hanya dapat ditanyakan pada pengawas, tidak dibenarkan
bertanya kepada sesame teman anda.
4. Butir-butir dibawah ini dimaksudkan untuk menganalisis penggunaan kata
penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224
Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
5. Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
Soal
1. Manakah pemakaian kata penghubung karena yang tepat pada kalimat berikut ini ?
a. Karena sibuk, ia lupa makan
b. Sifat angkuhnya baru berkurang karena ia mengalam kepahitan hidup
bertahun-tahun.
c. Usaha dagangnya lancer sejak ia beristri dua
d. Hukuman sangat berat, karena tampaknya pengedar narkotik itu tidak gentar
2. Dia tidak pergi ke sekolah ….. sakit. Kata penghubung yang paling tepat untuk
melengkapi kalimat di atas adalah …
a. Sebab c. Karena
b. Tetapi d. dan
3. ……….. modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. Kata penghubung yang paling tepat untuk melengkapi kalimat di atas
adalah …
a. Sehingga c. Seandainya
b. Karena d. Supaya
4. Manakah pemakaian kata penghubung tetapi yang tepat pada kalimat berikut ini ?
a. Adikku belum bersekolah, tetapi dia sudah bisa membaca
b. Hatinya telah demikian kesar tetapi tak tahu lagi apa yang mesti ia kerjakan.
c. Orang tuanya terpaksa mencari pekerjaan tambahan, tetapi penghasilannya
tidak cukup.
d. Lekaslah pulang agar supaya ibumu tidak marah.
5. Manakah pemakaian kata penghubung tetapi yang tidak tepat pada kalimat berikut
ini ?
a. Banyak yang bisa kakek ceritakan padamu, tetapi akan kakek ceritakan yang
paling berkesan.
b. Dia menangis, tetapi istrinya hanya terdiam saja.
c. Yang kita cari adalah hotel yang sederhana tetapi bersih.
d. Saya sedang mandi tetapi dia datang.
6. Hari sudah siang
Amin belum bangun
Untuk menggabungkan kalimat majemuk setara di atas menggunakan kata
penghubung …
a. Dan b. Melainkan c. tetapi d. karena
7. Kami akan berangkat hari Sabtu ……. Minggu. Kata penghubung yang paling
tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah ….
a. Karena b. Sebab c. atau d. dan
8. Penggunaan kata penghubung atau yang tepat pada kalimat di bawah ini adalah …
a. Adik menyanyi atau saya menari
b. Tulisan anak itu bersih atau jelas
c. Mukanya pucat seperti bulan kesiangan
d. Mereka sedang belajar atau mereka sedang ngobrol
9. Adiknya rajin belajar …. Ia sendiri malas belajar. Kata penghubung yang paling
tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah ….
a. Tetapi b. Sebelum c. Karena d. Bila
10. Aku yang datang ke rumahmu …. Kamu yang datang ke rumahku. Kata
penghubung yang paling tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah …
a. Karena b. Tetapi c. Sebab d. Atau
11. Kata penghubung yang tepat pada kalimat majemuk setara di bawah ini adalah ….
a. Bayu mengatakan “saya pergi kemarin”
b. Pikiran hanya tumbuh kalau dipergunakan dan akan menjadi surut kalau
dibiarkan menganggur.
c. Apa pekerjaan ayah Yuni ?
d. Anak itu bermain laying-layang
12. Kata penghubung dan yang tepat pada kalimat majemuk setara di bawah ini adalah
…
a. Ayah berangkat ke kantor dan ibu pergi ke pasar
b. Mereka sedang belajar dan mereka sedang ngobrol
c. Lekaslah pulang dan ibumu tidak marah
d. Makanlah obat ini agar sakit anda lekas sembuh
13. Manakah pemakaian kata penghubung yang benar pada kalimat berikut ….
a. Dia mencari saya dengan adik saya
b. Dia mencari saya dan adik saya
c. Dia mencari saya lalu adik saya
d. Dia mencari saya kemudian adik saya
14. Menabung bukanlah untuk memperkaya diri, ….. untuk membiasakan diri hidup
hemat. Kata penghuung yang paling tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah
….
a. Dan b. Sebab c. Melainkan d. Atau
15. Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya.
Dia menyayangi anak kandungnya.
Penggabungan yang tepat pada kalimat di atas adalah …
a. Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya, seperti dia menyayangi anak
kandungnya.
b. Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya, tetapi dia menyayangi anak
kandungnya.
c. Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya, kemudian dia menyayangi anak
kandungnya.
d. Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya, dan dia menyayangi anak
kandungnya.
16. Kalimat majemuk yang menyatakan hubungan pengandaian menggunakan kata
penghubung ….
a. Biarpun engkau sakit, engkau tak pernah menangis
b. Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak mendapat uang
sedemikian banyak.
c. Ia pandai, bahkan terpandai dalam kelasnya.
d. Angin bertiup, hujan pun turun.
17. Kalimat majemuk yang menyatakan hubungan waktu menggunakan kata
penghubung ….
a. Tulisan anak itu bersih lagi jelas
b. Ia kaya serta baik hati
c. Pekerjaan itu sudah selesai ketika ayah datang dari kantor
d. Mukanya pucat seperti bulan kesiangan
18. Kalimat di bawah ini menggunakan kata penghubung yang menyatakan waktu,
kecuali ….
a. Ketika ia datang, saya berangkat
b. Ia datang ketika saya berangkat
c. Usaha dagangnya lancer sejak ia beristri dua
d. Ia pandai, bahkan terpandai dalam kelasnya
19. Kalimat berikut menggunakan kata penghubung yang tidak menyatakan
perlawanan adalah ….
a. Adiknya rajin belajar, tetapi ia sendiri malas belajar
b. Hukuman sangat berat, tetapi tampaknya pengedar narkotik itu tidak gentar.
c. Dia bukan pelajar SD No. 224 Pangia, melainkan pelajar SDN No.5 Samanggi.
d. Walaupun hari hujan, ia berangkat juga ke kantor
20. Badannya kurus ….. mukanya sangat pucar. Untuk mengisi titik-titik yang tepat
adalah …
a. Dan b. Lagi c. Ketika d. Seperti
KUNCI JAWABAN
1. A 11. B
2. C 12. A
3. B 13. B
4. A 14. C
5. D 15. A
6. C 16. B
7. C 17. C
8. D 18. D
9. A 18. D
10. D 20. A
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Analisis Penggunaan Kata Penghubung dalam Kalimat
Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan
Simbang Kabupaten Maros”
Atas nama mahasiswa:
Nama : RUSNIA
Nim : 0620717013
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Setelah diperiksa dan diteliti ulang, telah memenuhi persyaratan untuk diujikan
Maros, Juli 2010
Pembimbing I
M. Nurdin, S.Pd., M.Si
Pembimbing II
Drs. H. A. M. Arifin Ali, M.Hum
Mengetahui, Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Yayasan Perguruan Islam Maros (STKIP-YAPIM)
Prof. Dr. H. Kaharuddin, M.HumNip. 19591231 198703 1 020
ANALISIS PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V
SD NO. 224 PANGIA KECAMATAN SIMBANG KABUPATEN MAROS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Yayasan Perguruan Islam Maros untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
R U S N I A 06.20717.013
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
2010 ANALISIS PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG DALAM KALIMAT
MAJEMUK BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NO. 224 PANGIA KECAMATAN SIMBANG
KABUPATEN MAROS
SKRIPSI
R U S N I A NIM. 0620717013
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
2010 ABSTRAK
RUSNIA, 2010. Analisis Penggunaan Kata Penghubung dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. (dibimbing oleh M. Nurdin dan H. A. M. Arifin Ali)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui tes dan teknik analisis data. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang lengkap dan seksama tentang kemampuan menggunakan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros. Populasi penelitian ialah siswa kelas V SD No. 224
Pangia yang berjumlah 93 siswa. Siswa yang menjadi sampel sebanyak 20 siswa. Pengambilan data yang digunakan adalah tes hasil belajar sebagai instrumen penelitian dalam bentuk obyektifitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 6,5 keatas sebanyak 16 siswa atau 80%, dan yang memperoleh nilai kurang dari 6,5 sebanyak 4 siswa atau 20%. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis, maka hipotesis diterima atau dengan kata lain kemampuan menggunakan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia siswa kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros sudah memadai.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
taufik-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan waktu yang telah
direncanakan. Skripsi ini berjudul Analisis Penggunaan Kata Penghubung dalam
Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan
Simbang Kabupaten Maros.
Penulisan skripsi ini selain memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada jurusan pendidikan Bahasa dan Seni pada Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yapim Maros, juga merupakan salah satu
tolak ukur bagi identitas penulis, baik sebagai insan akademis dalam rangka
memenuhi tuntutan Tridarma Perguruan Tinggi terlebih lagi sebagai insan sosial yang
menjadi abdi masyarakat negara dan agama.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak terutama dari M. Nurdin, S.Pd., M.Si, dan Drs. H. A. M. Arifin Ali, M.Hum.,
sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II, yang dengan penuh ketulusan telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbngan, saran dan dorongan sejak
penyusunan proposal hingga menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, pada
kesempatan ini dengan rasa rendah diri penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, tak lupa penulis
ucapkan kepada :
Drs. H. M. Ikram Idrus, Ketua Yayasan Perguruan Islam Maros, yang telah
mengasuh dan membina perguruan tinggi secara baik, sehingga para mahasiswa
termasuk penulis dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya.
Prof. Dr. H. Kaharuddin, M.Hum., Ketua STKIP Yapim Maros yang telah
memberikan pengantar untuk mengadakan penelitian pada SD No. 224 Pangia
Kecamatan Simbang Kabupaten Maros.
Kepala Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Maros dan Kepala SD No. 224
Pangia yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian pada sekolah yang
dipimpinnya. Dosen STKIP Yapim Maros yang telah mendidik dan membekali ilmu
pengetahuan kepada penulis.
Teristimewa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Ayahanda Rudi dan Ibunda Kartini, serta sahabat yang telah
memberikan kasih sayang, dukungan, dan doa untuk kesuksesan penulis.
Harapan penulis, semoga segala bantuan, dorongan, bimbingan dan
pengorbanan yang diberikan oleh berbagai pihak, semoga mendapat ridho dari Allah
SWT, dan mendapatkan berkah dan amal yang setimpal. Amin.
Maros,
Juli 2010 RusniaDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTO iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Tinjauan Pustaka 7
B. Kerangka Pikir 33
C. Hipotesis 34
BAB III METODE PENELITIAN 6
A. Lokasi dan Waktu Penelitian 6
B. Variabel dan Desain Penelitian 6
C. Defenisi Operasional Variabel 37
D. Populasi dan Sampel 38
E. Teknik Pengumpulan Data 40
F. Teknik Analisis Data 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN 42
A. Hasil Penelitian 42
B. Pembahasan 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51
A. Kesimpulan 51
B. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Keadaan Populasi Penelitian 39
4.1 Skor Analisis Penggunaan Kata Penghubung dalam Kalimat 43Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 PangiaKecamatan Simbang Kabupaten Maros pada Pertemuan IV
4.2 Ketentuan Nilai Skor Analisis Penggunaan Kata Penghubung 45dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros
4.3 Distribusi Frekuensi Analisis Penggunaan Kata Penghubung 46dalam Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang Kabupaten Maros
4.4 Konversi Skor Mentah ke dalam Nilai Berskala 1 - 10 47
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I 55
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II 57
3. Instrumen Penelitian 59
4. Kunci Jawaban 66
5. Permohonan Izin Penelitian
6. Surat Izin Penelitian
7. Surat Keterangan Penelitian
MOTO
“Setiap masalah pasti ada titik penyelesaiannya. Oleh karena itu, janganlah jadikan masalah sebagai kendala tetapi jadikanlah motivasi untuk mencapai keberhasilan”
Karya ini kupersembahkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta sebagai ungkapan terima kasih yang terwujud dalam segala pengorbanan dan jerih payah
selama ini menyertai dalam pengabdian.
PEMERINTAH KABUPATEN MAROSDINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
CABANG DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN SIMBANGSEKOLAH DASAR NO. 224 PANGIA
Alamat : Pangia
SURAT KETERANGAN No. 421.2/04/SD.224/SBG/2010
Yang bertanda tangan di bawah ini kepala SD No. 224 Pangia, Kecamatan Simbang
Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan, menerangkan bahwa :
Nama : RUSNIA
NIM : 06 20717 013
Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia
Adalah benar telah melakukan penelitian di SD No. 224 Pangia Kecamatan Simbang
Kabupaten Maros dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS
PENGGUNAAN KATA PENGHUBUNG DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS V SD NO. 224 PANGIA KECAMATAN SIMBANG
KABUPATEN MAROS”, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2010.
Demikian Surat Keterangan ini diberikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : PangiaTanggal : 01 Juli 2010
Kepala Sekolah
K A S I M, S.PdNIP. 19580803 197910 1 005