ca nasofaring

17
Apa itu kanker nasofaring ? Kanker nasorafing merupakan tumor ganas di area nasofaring. Kanker nasofaring juga merupakan kanker ganas yang membahayakan kesehatan apabila diabaikan karena juga telah menjadi salah satu penyakit pembunuh di masa kini. Populasi tertinggi pasien kanker nasofaring Kanker nasofaring memiliki perbedaan etnis yang signifikan terjadi pada ras kuning (Cina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina), dan kanker nasofaring ditemukan hanya sedikit pada ras Kaukasia. Kanker nasofaring umumnya menyerang orang tua, anak anak serta sebagian remaja dan pemuda berusia 30 tahun, umumnya kasus kanker nasofaring akan meningkat tajam dalam 40-60 tahun lalu setelah memasuki usia 65 tahun, resiko penyakit ini akan mulai menurun. Apa sajakah faktor penyebab kanker nasofaring ? 1. infeksi virus Epstein-Barr : Studi ini menemukan infeksi virus Epstein-Barr dan kanker nasofaring memiliki kaitan secara langsung, pasien yang terinfeksi oleh virus EB akan menghasilkan berbagai antibodi. 2. lingkungan dan makanan : faktor lingkungan sangat mempengaruhi kanker nasofaring, konsumsi ikan asin dan acar secara berlebihan juga dapat memicu risiko kanker nasofaring. 3. faktor genetic : pasien dengan riwayat kanker nasofaring pada keluarga, akan beresiko lebih tinggi terserang kanker nasofaring.

Upload: bayuaul

Post on 31-Oct-2014

29 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Stanley

TRANSCRIPT

Page 1: CA NASOFARING

Apa itu kanker nasofaring ?     Kanker nasorafing merupakan tumor ganas di area nasofaring. Kanker nasofaring juga merupakan kanker ganas yang membahayakan kesehatan apabila diabaikan karena juga telah menjadi salah satu penyakit pembunuh di masa kini.

  Populasi tertinggi pasien kanker nasofaring     Kanker nasofaring memiliki perbedaan etnis yang signifikan terjadi pada ras kuning (Cina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina), dan kanker nasofaring ditemukan hanya sedikit pada ras Kaukasia. Kanker nasofaring umumnya menyerang orang tua, anak anak serta sebagian remaja dan pemuda berusia 30 tahun, umumnya kasus kanker nasofaring akan meningkat tajam dalam 40-60 tahun lalu setelah memasuki usia 65 tahun, resiko penyakit ini akan mulai menurun.

  Apa sajakah faktor penyebab kanker nasofaring ?     1. infeksi virus Epstein-Barr : Studi ini menemukan infeksi virus Epstein-Barr dan kanker nasofaring memiliki kaitan secara langsung, pasien yang terinfeksi oleh virus EB akan menghasilkan berbagai antibodi.

    2. lingkungan dan makanan : faktor lingkungan sangat mempengaruhi kanker nasofaring, konsumsi ikan asin dan acar secara berlebihan juga dapat memicu risiko kanker nasofaring.

    3. faktor genetic : pasien dengan riwayat kanker nasofaring pada keluarga, akan beresiko lebih tinggi terserang kanker nasofaring.

  Apa saja yang merupakan gejala awal dari kanker nasofaring?     1. Epistaksis : perdarahan pada salah satu lubang hidung merupakan salah satu dari gejala awal kanker nasofaring.

    2. hidung tersumbat : ketika tumor berukuran kecil, hidung tersumbat akan terasa lebih ringan, namun semakin membesarnya ukuran tumor di hidung, maka hidung tersumbat akan memburuk.

    3. Tinnitus, gangguan pendengaran, tumor dapat menyebabkan tinnitus ipsilateral, telinga meletup atau gangguan pendengaran yang disertai dengan efusi telinga.

    4. Sakit kepala : sakit kepala di pagi hari yang posisinya tidak tetap,

Page 2: CA NASOFARING

    5. Benjolan di leher : meskipun hanya sebagian kecil dari penderita kanker nasofaring yang mengalami penyebaran ke bagian leher, tetapi penyebaran akan meningkat pesat, benjolan yang lembut akan mengeras dengan perlahan, namun perkembangannya menunjukkan sedikit aktivitas.

    6. gejala saraf kranial : selain mati rasa di area wajah, penglihatan berbayang ganda, penglihatan kabur, ptosis (kelopak mata turun), strabismus, dan hypoesthesia pada tenggorokan, langit-langit mulut mati rasa, kesulitan menelan, suara serak, serta lidah miring dan lainnya.

  Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker nasofaring ?     1. Pemeriksaan endoscopy anterior pada hidung

    2. Nasopharyngoscopy

    3. Fiber nasopharyngoscopy

    4. Biopsy leher

    5. Aspirasi / pengambilan jaringan menggunakan jarum halus

    6. Pemeriksaan lab darah untuk mengetahui serologi virus Epstein-Barr

    7. radiografi lateral pada bagian nasofaring, atau CT scan bagian dasar tengkorak

    8. pemeriksaan USG

    9. pemeriksaan resonansi magnetik

  Apa saja pengobatan kanker nasofaring antara lain ?     Saat ini, pengobatan kanker nasofaring meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi dan konsumsi obat tradisional Cina, pengobatan simtomatik yang digabungkan menjadi pengobatan gabungan. Untuk kanker nasofaring stadium awal yang belum ditemukan adanya penyebaran, pengobatan yang paling efektif adalah tindakan pembedahan, pasien yang menjalani bedah kanker nasofaring yang belum menyebar, kelangsungan hidupnya bertahan lebih dari 5 tahun telah mencapai lebih dari 80%, setelah pembedahan dilakukan pasien harus menjalani kemoterapi, konsumsi herbal atau obat Cina juga dapat dikombinasi untuk mencegah kekambuhan.

    Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi kedokteran yang modern, pengobatan minimal invasif untuk kanker nasofaring secara bertahap dapat menggantikan metode

Page 3: CA NASOFARING

pengobatan tradisional yang mendatangkan banyak efek buruk seperti luka yang minimal, sedikit perdarahan, dapat mengurangi tingkat penderitaan pasien, serta meningkatkan kualitas hidup pasien sehingga metode minimal invasive merupakan metode yang disukai banyak pasien kanker.

  Perawatan apa saja yang harus dilakukan setelah operasi ?     1. menjaga pola makan yang seimbang, sehingga dapat menjadi sumber daya tahan tubuh yang baik bagi pasien, perbanyak konsumsi sayur mayor yang segar, buah buahan, makanan yang mengandung protein tinggi, tinggi kalori, dan hindari makanan yang dibakar, digoreng serta makanan yang diawetkan.

    2. menjaga kesehatan dengan tidak terlalu lelah, tidak melakukan pekerjaan yang berbeban berat, bergadang, olahraga secara berlebihan, dalam masa pemulihan pasien harus menjaga kebersihan rongga hidung dan mulut dengan sering berkumur, membasuh rongga hidung, dan tidak mencabut gigi dalam kurun waktu 1 tahun.

    3. Menjaga kondisi psikologis

    Pihak keluarga hendaknya memberi hiburan, penjelasan, perhatian, dukungan, dorongan serta memenuhi kebutuhan pasien sehingga pasienpun memiliki sikap optimis dalam menjalani hari hari.

Page 4: CA NASOFARING

Limfoma maligna

 

2.1 Definisi

Limfoma atau limfoma maligna adalah sekelompok kanker di mana sel-sel limfatik

menjadi abnormal dan mulai tumbuh secara tidak terkontrol. Karena jaringan limfe terdapat di

sebagian besar tubuh manusia, maka pertumbuhan limfoma dapat dimulai dari organ apapun.2

2.2 Klasifikasi

Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua jenis5, yaitu:

a. Limfoma Hodgkin (LH)

Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular predominan limfosit, di

mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat subtipe menurut Rye, antara lain:

Nodular Sclerosis

Lymphocyte Predominance

Lymphocyte Depletion

Mixed Cellularity

b. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)

Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin menjadi tiga

kelompok utama, antara lain:

Limfoma Derajat Rendah

Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil, limfoma

folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler campuran sel belah besar

dan kecil.

Limfoma Derajat Menengah

Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar, limfoma

difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel besar dan kecil, dan limfoma

difus sel besar.

Page 5: CA NASOFARING

Limfoma Derajat Tinggi

Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik sel besar,

limfoma limfoblastik, dan limfoma sel tidak belah kecil.

Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg yang

bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed-Sternberg adalah suatu sel besar

berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda (binucleated), berlobus dua (bilobed), atau berinti

banyak (multinucleated) dengan sitoplasma amfofilik yang sangat banyak. Tampak jelas di

dalam inti sel adanya anak inti yang besar seperti inklusi dan seperti “mata burung hantu” (owl-

eyes), yang biasanya dikelilingi suatu halo yang bening.5

2.3 Epidemiologi

Pada tahun 2002, tercatat 62.000 kasus LH di seluruh dunia. Di negara-negara

berkembang ada dua tipe limfoma hodgkin yang paling sering terjadi, yaitu mixed cellularity dan

limphocyte depletion, sedangkan di negara-negara yang sudah maju lebih banyak limfoma

hodgkin tipe nodular sclerosis. Limfoma hodgkin lebih sering terjadi pada pria daripada wanita,

dengan distribusi usia antara 15-34 tahun dan di atas 55 tahun.1

Berbeda dengan LH, LNH lima kali lipat lebih sering terjadi dan menempati urutan ke-7

dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia. Secara keseluruhan, LNH sedikit lebih

banyak terjadi pada pria daripada wanita. Rata-rata untuk semua tipe LNH terjadi pada usia di

atas 50 tahun.6

Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia menduduki urutan keenam tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat. Adanya hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya hubungan antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya.4

Page 6: CA NASOFARING

2.4 Etiologi 

Penyebab limfoma hodgkin dan non-hodgkin sampai saat ini belum diketahui secara pasti1,2,6. Beberapa hal yang diduga berperan sebagai penyebab penyakit ini antara lain: 

a. Infeksi (EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, dan Helicobacter pylori)b. Faktor lingkungan seperti pajanan bahan kimia (pestisida, herbisida, 

bahan kimia organik, dan lain-lain), kemoterapi, dan radiasi.c. Inflamasi kronis karena penyakit autoimund. Faktor genetik

2.6 Patofisiologi

Ada empat  kelompok gen yang  menjadi  sasaran  kerusakan genetik pada   sel-sel   tubuh   manusia,   termasuk   sel-sel   limfoid,   yang   dapat menginduksi terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut adalah proto-onkogen, gen   supresor   tumor,   gen   yang  mengatur   apoptosis,   gen   yang   berperan dalam perbaikan DNA. 

Proto-onkogen  merupakan   gen   seluler   normal   yang  mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen yang produknya   dapat   menyebabkan   transformasi   neoplastik,   sedangkan   gen supresor   tumor   adalah   gen   yang   dapat   menekan   proliferasi   sel (antionkogen). Normalnya, kedua gen ini  bekerja secara sinergis sehingga proses   terjadinya   keganasan   dapat   dicegah.  Namun,   jika   terjadi   aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi inaktivasi gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi tanpa henti. 

Gen   lain   yang   berperan   dalam   terjadinya   kanker   yaitu   gen   yang mengatur   apoptosis   dan   gen   yang  mengatur   perbaikan  DNA   jika   terjadi kerusakan.  Gen yang mengatur  apoptosis  membuat  suatu sel  mengalami 

Page 7: CA NASOFARING

kematian yang terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel  yang sudah tua dan seharusnya sudah mati  menjadi   tetap hidup dan tetap   bisa   melaksanakan   fungsi   regenerasinya,   sehingga   proliferasi   sel menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan DNA dalam memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi sel kanker.5

Limfoma Maligna (NHML) Pendahuluan

Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik dan

imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu pembesaran

kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga

dijumpai ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru,

kulit, dan organ lain. Dalam garis besar, limfoma dibagi dalam 4 bagian, diantaranya limfoma Hodgkin

(LH), limfoma non-hodgkin (LNH), histiositosis X, Mycosis Fungoides. Dalam praktek, yang dimaksud

limfoma adalah LH dan LNH, sedangkan histiositosis X dan mycosis fungoides sangat jarang ditemukan.

Definisi

Limfoma maligna adalah kelompok neoplasma maligna/ganas yang muncul dalam kelenjar limfe

atau jaringan limfoid ekstranodal yang ditandai dengan proliferasi atau akumulasi sel-sel asli jaringan

limfoid (limfosit, histiosit dengan pra-sel dan derivatnya).

Epidemiologi

Di negara maju, limfoma relatif jarang, yaitu kira-kira 2% dari jumlah kanker yang ada. Akan

tetapi, menurut laporan berbagai sentra patologi di Indonesia, tumor ini merupakan terbanyak setelah

kanker serviks uteri, payudara, dan kulit.

Page 8: CA NASOFARING

Etiologi

Limfoma merupakan golongan gangguan limfoproliferatif. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi

dikaitkan dengan virus, khususnya virus Epstein Barr yang ditemukan pada limfoma Burkitt. Adanya

peningkatan insidens penderita limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin pada kelompok penderita AIDS

(Acquired Immunodeficiency Syndrome) pengidap virus HIV, tampaknya mendukung teori yang

menganggap bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus. Awal pembentukan tumor pada gangguan ini

adalah pada jaringan limfatik sekunder (seperti kelenjar limfe dan limpa) dan selanjutnya dapat timbul

penyebaran ke sumsum tulang dan jaringan lain.

Klasifikasi

Dua kategori besar limfoma dilakukan atas dasar histopatologi mikroskopik dari kelenjar limfe

yang terlibat. Kategori tersebut adalah limfoma penyakit Hodgkin dan non-Hodgkin.

Gejala Klinis

1. Pembengkakan kelenjar getah bening

Pada limfoma Hodgkin, 80% terdapat pada kelenjar getah bening leher, kelenjar ini tidak lahir

multiple, bebas atas konglomerasi satu sama lain. Pada limfoma non-Hodgkin, dapat tumbuh pada

kelompok kelenjar getah bening lain misalnya pada traktus digestivus atau pada organ-organ parenkim.

2. Demam tipe pel Ebstein

3. Gatal-gatal

4. Keringat malam

5. Berat badan menurun lebih dari 10% tanpa diketahui penyebabnya.

Page 9: CA NASOFARING

6. Nafsu makan menurun.

7. Daya kerja menurun

8. Terkadang disertai sesak nafas

9. Nyeri setelah mendapat intake alkohol (15-20%)

10. Pola perluasan limfoma Hodgkin sistematis secara sentripetal dan relatif lebih lambat, sedangkan pola

perluasan pada limfoma non-Hodgkin tidak sistematis dan relatif lebih cepat bermetastasis ke tempat

yang jauh.

Diagnosis

1. Ananmnesis

Keluhan terbanyak pada penderita adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, aksila,

ataupun lipat paha. Berat badan semakin menurun, dan terkadang disertai dengan demam, sering

berkeringat dan gatal-gatal.

2. Pemeriksaan Fisik

Palpasi pembesaran kelenjar getah bening di leher terutama supraklavikuler – aksila dan

inguinal. Mungkin lien dan hati teraba membesar. Pemeriksaan THT perlu dilakukan untuk menentukan

kemungkinan cincin Weldeyer ikut terlibat. Apabila area ini terlibat perlu diperiksa gastrointestinal

sebab sering terlibat bersama-sama.

3. Pemeriksaan laboratorium

Page 10: CA NASOFARING

Pemeriksaan darah yaitu hemogran dan trombosit. LED sering meninggi dan kemungkinan ada

kaitannya dengan prognosis. Keterlibatan hati dapat diketahui dari meningkatnya alkali fosfatase, SGOT,

dan SGPT.

4. Sitologi biopsi aspirasi

Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) sering dipergunakan pada diagnosis pendahuluan

limfadenopati jadi untuk identifikasi penyebab kelainan tersebut seperti reaksi hiperplastik kelenjar

getah bening, metastasis karsinoma, dan limfoma maligna. Ciri khas sitologi biopsi aspirasi limfoma

Hodgkin yaitu populasi limfosit yang banyak aspek serta pleomorfik dan adanya sel Reed-Sternberg.

Apabila sel Reed-Sternberg sulit ditemukan adanya sel Hodgkin berinti satu atau dua yang berukuran

besar dapat dipertimbangkan sebagai parameter sitologi Limfoma Hodgkin.

Penyulit diagnosis sitologi biopsi aspirasi pada Limfoma non-Hodgkin adalah kurang sensitif

dalam membedakan Limfoma non-Hodgkin folikel dan difus. Pada Limfoma non-Hodgkin yang hanya

mempunyai subtipe difus, sitologi, biopsi aspirasi dapat dipergunakan sebagai diagnosis definitif.

Penyakit lain dalam diagnosis sitologi biopsi aspirasi Limfoma Hodgkin ataupun Limfoma non-

Hodgkin adalah adanya negatif palsu termasuk di dalamnya inkonklusif. Untuk menekan jumlah negatif

palsu dianjurkan melakukan biopsi aspirasi multipel hole di beberapa tempat permukaan tumor. Apabila

ditemukan juga sitologi negatif dan tidak sesuai dengan gambaran klinis, maka pilihan terbaik adalah

biopsi insisi atau eksisi.

5. Histopatologi

Biopsi tumor sangat penting, selain untuk diagnosis juga identifikasi subtipe histopatologi

walaupun sitologi biopsi aspirasi jelas limfoma Hodgkin ataupun Limfoma non-Hodgkin.

Page 11: CA NASOFARING

6. Radiologi

a. Foto thoraks

b. Limfangiografi

c. USG

d. CT scan

7. Laparotomi rongga abdomen sering dilakukan untuk melihat kondisi kelenjar getah bening pada iliaka,

para aorta dan mesenterium dengan tujuan menentukan stadium.

Terapi

Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan penyakit dalam terapi

kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih merupakan faktor penting dalam terapi kuratif

walaupun tersedia berbagai jenis kemoterapi dan radioterapi. Akhir-akhir ini angka harapan hidup 5

tahun meningkat dan bahkan sembuh berkat manajemen tumor yang tepat dan tersedianya kemoterapi

dan radioterapi. Peranan pembedahan pada penatalaksanaan limfoma maligna terutama hanya untuk

diagnosis biopsi dan laparotomi splenektomi bila ada indikasi.

1. Radiasi

a. Untuk stadium I dan II secara mantel radikal

b. Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi

c. Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation

d. Untuk stadium IV secara total body irradiation

Page 12: CA NASOFARING

2. Kemoterapi untuk stadium III dan IV

Untuk stadium I dan II dapat pula diberi kemoterapi pre radiasi atau pasca radiasi. Kemoterapi yang

sering dipakai adalah kombinasi.

COP (Untuk limfoma non Hodgkin)

C : Cyilopkosphamide 800 mg/m2 hari I

O : Oncovin 1,4 mg/m2 IV hari I

P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d VII lalu tapering off

MOPP (untuk Limfoma Hodgkin)

M : Nitrogen Mustrad 6 mg/m2 hari 1 dan 8

O : Oncovin 1,4 mg/m2 hari I dan VIII

P : Prednison 60 mg/m2 hari I s/d XIV

P : Procarbazin 100 mg/m2 hari I s/d XIV

Komplikasi

Komplikasi yang dialami pasien dengan limfoma maligna dihubungkan dengan penanganan dan

berulangnya penyakit. Efek-efek umum yang merugikan berkaitan dengan kemoterapi meliputi :

alopesia, mual, muntah, supresi sumsum tulang, stomatitis dan gangguan gastrointestinal. Infeksi adalah

komplikasi potensial yang paling serius yang mungkin dapat menyebabkan syok sepsis. Efek jangka

panjang dari kemoterapi meliputi kemandulan, kardiotoksik, dan fibrosis pulmonal.

Page 13: CA NASOFARING

Efek samping terapi radiasi dihubungkan dengan area yang diobati. Bila pengobatan pada nodus

limfa servikal atau tenggorok maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut : mulut kering, disfagia, mual,

muntah, rambut rontok, dan penurunan produksi saliva.

Bila dilakukan pengobatan pada nodus limfa abdomen, efek yang mungkin terjadi adalah

muntah, diare, keletihan, dan anoreksia.