c perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif … · skripsi oleh : veronicha diana maya sari nim : x...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN
BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR
PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI
SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
VERONICHA DIANA MAYA SARI
NIM : X 5606025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN
BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR
PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI
SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
VERONICHA DIANA MAYA SARI
NIM : X 5606025
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes Drs. SukonoNIP.19620518 198702 1 001 NIP.195309291985031002
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd ____________
Sekretaris : Drs. Sugiyoto, M.Pd ____________
Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes ____________
Anggota II : Drs. Sukono ____________
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. H.M. Furqon Hidayatullah, M.PdNIP. 19600727 198702 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Veronica Diana Mayasari. PERBEDAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) Perbedaan
pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil
belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun
pelajaran 2010/2011;(2) Pembelajaran inovatif yang lebih baik pengaruhnya
antara dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah
bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
pretest-posttest design. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMK Kristen Surakarta yang berjumlah 162. Sampel yang digunakan
berjumlah 32 orang dengan teknik purposive proporsional random sampling.
Sampel dibagi dalam 2 kelompok dengan cara matched ordinal pairing.
Kelompok 1 sebanyak 16 siswa mendapat perlakuan pembelajaran inovatif
passing bawah dengan bola mini dan kelompok 2 sebanyak 16 siswa mendapat
perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola lunak. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan
passing bawah bolavoli. Teknik analisis dengan rumus t-tes dengan taraf
signifikansi 5% dan uji beda prosentase.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :(1) Ada perbedaan
pengaruh yang signifikan antara pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola
lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes
akhir masing-masimg kelompok diperoleh nilai thitung sebesar 2.522 lebih besar
daripada ttabel sebesar 2.131 dengan taraf signifikasi 5%. (2) Pembelajaran inovatif
dengan bola mini lebih baik pengaruhnya daripada bola lunak terhadap hasil
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun
pelajaran 2010/2011. Pembelajaran inovatif dengan bola mini memiliki prosentase
peningkatan kemampuan passing bawah sebesar 145.46 %, sedangkan
pembelajaran inovatif dengan bola lunak memiliki peningkatan kemampuan
passing bawah sebesar 85.29%.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Orang-orang yang gagal hanyalah mereka yang tidak pernah mencoba.
(Davis Viscot)
Ilmu lebih penting dari harta, karena ilmu akan menjagamu sedangkan harta
harus kau jaga (penulis)
Janganlah kamu ragu dan bimbang dalam berkorban untuk meraih cita- cita,
karena cita-cita yang akan tercapai membutuhkan pengorbanan (penulis)
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
- Bapak dan Ibu terhormat atas nasehat dan do’anya.
- Sahabat-sahabatku POK’O6
- Anak kost BAC
- Adik-adik JPOK FKIP UNS
- Almamater
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan
skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Prof Dr. Sudjarwo,M.Pd, sebagai Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Sukono, sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMK Kristen Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian
7. Para siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang
telah bersedia menjadi sampel penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat
bermanfaat.
Surakarta,
VD MS
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO....................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 5
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6
D. Perumusan Masalah..................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian......................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian...................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 8
1. Permainan Bolavoli................................................................ 8
a. Bolavoli dalam Konteks Pendidikan .............................. 9
b. Teknik Dasar Bermain Bolavoli...................................... 10
2. Passing Bawah....................................................................... 12
a. Teknik Pelaksanaan Passing Bawah ............................... 13
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Passing Bawah...... 15
3. Hakikat belajar dan Pembelajaran Gerak............................... 16
4. Pembelajaran Inovatif............................................................ 21
a. Model-Model pembelajaran Inovatif............................... 23
b. Kelebihan Pembelajaran Inovatif..................................... 26
c. Kekurangan Pembelajaran inovatif.................................. 27
5. Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini.... 27
a. Hakikat Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan
Bola Mini ....................................................................... 27
b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah
dengan Bola Mini............................................................. 28
c. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran Inovatif
Passing Bawah dengan Bola mini................................... 29
6. Pembelajaran Inovatif dengan Bola Lunak........................... 30
a. Hakikat Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan
Bola Lunak ..................................................................... 30
b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah
dengan Bola Lunak.......................................................... 31
c. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran Inovatif
Passing Bawah dengan Bola Lunak................................ 32
B. Kerangka Berpikir........................................................................ 33
C. Hipotesis..................................................................................... 34
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
1. Tempat Penelitian.................................................................
...........................................................................................35
2. Waktu Penelitian...................................................................
...........................................................................................35
B. Populasi dan Sampel.................................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 36
D. Rancangan Penelitian................................................................... 36
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Teknik Analisis Data.................................................................... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN....................................................................... 42
A. Deskripsi Data.............................................................................. 42
B. Mencari Reliabilitas...................................................................... 42
C. Pengujian Prasyarat Analisis........................................................ 43
1. Uji Normalitas.......................................................................... 43
2. Uji Homogenitas....................................................................... 43
D. Hasil Analisis Data...................................................................... 45
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan............................... 45
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan................................ 46
E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan......................................... 48
BAB V. SIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN.......................................... 50
A. Simpulan....................................................................................... 50
B. Implikasi....................................................................................... 50
C. Saran............................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 54
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Sikap saat Perkenaan Bola Pass Bawah....................................................... 14
2. Rangkaian Gerakan Passing Bawah............................................................. 14
3. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan Gerak............................................. 19
4. Contoh Bola Mini........................................................................................ 28
5. Contoh Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini.............. 29
6. Contoh Bola Lunak...................................................................................... 31
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli pada
kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)........................................................ 42
2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir................
.................................................................................................................43
3. Range Kategori Reliabilitas........................................................................
.................................................................................................................43
4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data......................................................
.................................................................................................................44
5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data...................................................
.................................................................................................................45
6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 (K1)
dan Kelompok 2 (K2)................................................................................... 45
7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada
Kelompok 1 (K1).......................................................................................... 46
8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada
Kelompok 2 (K2).......................................................................................... 46
9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara Kelompok 1 (K1)
Dan Kelompok (K2)..................................................................................... 49
10.Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan
Passing Bawah Bolavoli dalam Persen Pada Kelompok 1 (KI) dan
Kelompok 2 (K2 )......................................................................................... 48
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli Siswa Kelas XI SMK
Kristen Surakarta TahunPelajaran 2009/2010`......................................... 54
2. Data Tes Akhir Kemampuan Passing bawah Bolavoli Siswa Kelas XI
SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.............................. 55
3. Data Tes Awal dan Tes Akhir Passing Bawah Bolavoli Pada Siswa Kelas
XI SMK Kristen Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010............................. 56
4. Data Hasil Tes Awal Passing Bawah Bolavoli Pada Siswa Kelas XI SMK
Kristen Surakarta Berdasarkan Urutan Ringking...................................... 57
5. Pemasangan Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Tes Awal Passing
Bawah Bolavoli.......................................................................................... 58
6. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Passing Bawah
Bolavoli pada kelompok 1......................................................................... 59
7. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Passing Bawah
Bolavoli Pada Kelompok 2............................................................................ 60
8. Uji Reliabilitas dengan Anava ..............................................................61
9. Uji Normalitas data Dengan Metode lillifors..........................................67
10. Uji Homogenitas..................................................................................... 69
11. Uji Perbedaan..........................................................................................71
12. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli......... 77
13. Program Pembelajaran Tiap Pertemuan..................................................79
14. Contoh Kegiatan Awal dan Kegiatan Akhir Pembelajaran ................... 99
15. Dokumentasi Pelaksanaan ................................................................... 101
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACK
Veronicha Diana Maya Sari.The diffence of innovate learning effect using
miniball and softball on the volleyball lower passing learning achievemen in XI
graders of SMK Kristen Surakarta in the scool year of 2010/2011. Thesis:
Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebalas Maret University,
October 2010.
The objecktive of research is to find out: (1) the Difference of innovative
learning effect using miniball and softball on the volleyball lower passing learning
achievement in XI graders of SMK Kristen Surakarta in the scool years of
2010/2011;(2) the innovative learning with better effect using miniball and softball
on the volleyball lower passing learning achievement in XI graders of SMK Kristen
Surakarta in the scool years of 2010/2011.
This reserch employed an experimental method with pretest-posttest
design. The population used in this research XI graders of SMK Kristen Surakarta
consisting of 162. The sample of research used was32 respondents taken using
purposive proportional random sampling. The sample was divided into 2 groups
using matched ordinal pairing. The group 1 consisted of 16 students obtaining the
treatment of lower passing innovative learning with miniball and group 2 consisted
of 16 students obtaining the treatment of lower passing innovative learning with
softball. Techniques of collecting data used were test and volleyball lower passing
competency measurement. Technique of analyzing data used wast t-test formula at
signifacance level of 5% and percentage variance test.
Considering the result of research, it can be concluded that: (1) there is a
significant difference of innovative learning effect using miniball and softball on the
volleyball lower passing learning achievement in XI graders of SMK Kristen
Surakarta in the school years of 2010/2011. With the calculation value of final test
result for each group, it can be found that tstatistic value of 2.522 is higher than ttable of
2.131 at significance level of 5%. (2) the innovative learning using miniball has a
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
better effect that that using softball on the volleyball lower passing learning
achievement in XI greders of SMK Kristen Surakarta in the scool year of 2010/2011.
The learning innovative using miniball has the percentage improvement of lower
passing competency of 145.46%, while that using softball has the percentage
improvement of lower passing competency of 85.29%.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan
sosial, penalaran stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga kesehatan
terpilih, yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan disekolah
memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, olahraga dan kesehatan yang dipilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik
dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat
dan bugar sepanjang hayat. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah harus harus menyertakan
unsur-unsur positif pendidikan jasmani.
Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi sekarang ini di
pandang kurang baik, tidak sedikit guru pendidikan jasmani yang memasukkan
nilai-nilai negatif dalam proses pembelajaran. Tidak jarang terlihat seorang guru
pendidikan jasmani yang merokok ketika sedang mengajar, duduk santai di
warung sementara siswa dibiarkan sedemikian rupa dalam proses pembelajaran,
dan masih banyak lagi hal-hal serupa yang dapat menyebabkan guru pendidikan
jasmani dipandang sebagai guru yang seenaknya oleh masyarakat umum. Dengan
kata lain, guru pendidikan jasmani diragukan profesionalismenya.
1
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guru pendidikan jasmani juga mendapat identitas sebagai guru yang
tidak kreatif dan monoton dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini
dikarenakan guru hanya menerapkan model pembelajaran itu-itu saja dalam
mengajar. Kondisi ini akan sangat disayangkan jika dihadapkan pada kenyataan
bahwa guru pendidikan jasmani saat ini sudah dijadikan sebagai profesi.
Sejalan dengan permasalahan di atas, maka kegiatan pembelajaran dalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan selalu terkait langsung dengan tujuan
yang jelas. Ini berarti, proses pembelajaran itu tidak begitu bermakna jika
tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas, maka isi pengajaran berikut metode
pembelajaran juga tidak mengandung makna apa-apa. Oleh karena itu seorang
guru harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar,
metode pembelajaran, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan yang
dicapai.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses
pembelajaran, seorang guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran
cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Seorang guru harus memiliki ide
dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi yang
ada, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Model pembelajaran yang terjadi selama ini, khususnya dalam
pembelajaran bolavoli adalah pembelajaran konvensional yang hanya
memfokuskan pada komunikasi verbal, demonstrasi, sentralisasi pengajar, dan
pembelajaran yang otoriter, yakni pengajarlah yang berhak menentukan apa yang
akan dipelajari oleh siswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang
kreativitas baik bagi siswa dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif. Untuk itu perlunya di terapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM ). Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) adalah pola atau model pembelajaran
yang sedang digalakkan dewasa ini. Pembelajaran inovatif sebagai bagian dari
PAIKEM dapat dijadikan sebagai cermin dari PAIKEM itu sendiri. Hal ini
dikarenakan pembelajaran inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan
terhadap proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbagai teori pembelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi
pembelajaran. Di samping itu, pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan dan
membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat
siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga pembelajaran aktif memberikan
peluang siswa untuk bersifat aktif dan mandiri.
Berdasarkan permasalahan di atas, model pembelajaran inovatif dapat
dijadikan alternatif dalam pembelajaran bolavoli, khususnya dalam pembelajaran
teknik dasar passing bawah. Sebagai langkah awal pembelajaran permainan
bolavoli kepada siswa sekolah yaitu dikenalkan macam-macam teknik dasar
bolavoli. Belajar macam-macam teknik dasar bolavoli merupakan langkah awal
yang harus dilakukan siswa untuk mencapai prestasi bolavoli. Seperti
dikemukakan Marta Dinata (2004: 5) bahwa, “untuk meningkatkan prestasi,
seorang pemain bolavoli harus menguasai beberapa teknik dasar terlebih dahulu”.
Salah satu teknik dasar awal bolavoli yang harus dikuasai terlebih
dahulu dalam bermain bolavoli adalah passing khususnya passing bawah. Hal ini
karena, passing bawah memiliki tujuan untuk mengoperkan bola yang
dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri.
Apabila penyajian bola dari passing bawah baik maka pengumpan bola (set-up)
akan mudah melakukan serangan dan mendapatkan nilai.
Passing bawah merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang paling
mudah jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun tidak menutup
kemungkinan bagi siswa sering melakukan kesalahan, sehinga kualitas passing
bawah yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan. Tidak jarang para siswa
sekolah kurang mampu melakukan macam-macam bentuk passing bawah. Bahkan
masih banyak diantara mereka yang belum mengetahui dan menguasai teknik
passing bawah yang benar. Karena belum menguasai teknik dasar passing bawah
maka masih banyak para siswa tidak mampu melakukan passing bawah dengan
baik.
Kendala atau masalah yang sering di hadapi siswa dalam proses belajar
passing bawah, menuntut seorang guru harus mampu menganalisa dan mencari
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
solusi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Siswa
yang belum mampu melakukan passing bawah disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya merasakan bola terlalu berat, terlalu besar ukurannya, tidak memiliki
pengalaman bermain bolavoli dan lain sebagainya. Untuk itu perlunya langkah
yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Menurut Rusli Lutan dan adang
Suherman (2000:75) berpandapat,” Lakukan modifikasi peralatan, apabila
peralatan di duga sebagai penghambat keberhasilan”.
Merubah peralatan pembelajaran (bola) merupakan salah satu cara untuk
mengatasi kesulitan dalam belajar passing bawah bolavoli, jika bola di anggap
sebagai kendalanya. Untuk memberi kemudahan dalam pembelajaran passing
bawah bolavoli dapat dilakukan dengan menggunakan bolavoli mini dan bolavoli
lunak. Menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia ( 1995:55 & 89) bahwa, ”
Bolavoli mini pada umumnya untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu
permainan bolavoli. Sedangkan permainan bolavoli lunak di harapkan permainan
bolavoli lebih luas di kenal dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, hal ini
merupakan modal dasar dalam pencapaian prestasi yang tinggi dalam bolavoli”.
Pembelajaran passing bawah bolavoli menggunakan bola mini dan bolavoli lunak
merupakan cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar passing bawah
terutama bagi siswa putri. Namun dari kedua modifikasi pembelajaran passing
bawah bolavoli tersebut belum di ketahui tingkat efektifitasnya terhadap
peningkatan hasil belajar passing bawah bolavoli.
Berdasarkan permasalahan di atas penelitian ini akan membandingkan
model pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak. Dari kedua
pembelajaran passing bawah menggunakan bola mini dan bola lunak akan di
bandingkan manakah yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan hasil
belajar passing bawah bolavoli. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu di kaji
dan di teliti secara teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 yang sebagian besar siswa berjenis
kelamin perempuan. Pada umumnya proses pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah tersebut belum pernah menerapkan model pembelajaran inovatif passing
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bawah yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dan dapat mandiri. Jarang sekali
seorang guru olahraga modifikasi pembelajaran keterampilan. Hal ini disebabkan
karena terbatasnya prasarana dan sarana yang ada. Tidak jarang juga, banyak
diantara guru olahraga kurang memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam belajar keterampilan termasuk passing bawah, apalagi bagi anak
perempuan.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar passing bawah di
SMK Kristen Surakarta khususnya anak perempuan menuntut guru untuk
berkreativitas menerapkan model pembelajaran yang tepat. Misalnya, bola yang
digunakan adalah bola mini dan bola lunak atau model pembelajaran permainan
passing bawah yang menyenangkan. Model pembelajaran yang dicontohkan akan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa lebih aktif, karena cara belajar yang
dilakukan lebih mudah, ringan dan menyenangkan. Model pembelajaran yang
disesuaikan dengan kondisi siswa akan meningkatkan motivasi belajar siswa,
sehingga akan diperoleh hasil belajar yang lebih optimal.
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “ Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Inovatif
dengan Bola Mini dan Bola Lunak Terhadap Hasil Belajar Passing Bawah
Bolavoli Pada Siswa Kelas Kelas XI SMK Kristen Surakarta Tahun Pelajaran
2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi sekarang ini di pandang
kurang baik.
2. Guru pendidikan jasmani mendapat identitas sebagai guru yang tidak kreatif
dan monoton dalam menyampaikan materi pembelajaran.
3. Perlunya pembelajaran inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran
bolavoli.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Belum pernah di lakukan pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola
lunak pada siswa SMK Kristen Surakarta.
5. Kurangnya sarana dan prasarana bolavoli yang berdampak pada proses
pembelajaran bolavoli.
6. Belum diketahui pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola
lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli.
7. Kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011 belum teruji.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap permasalahan
penelitan, masalah penelitian perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap
hasil belajar passing bawah bolavoli
2. Kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat di
rumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola
lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya pembelajaran inovatif dengan bola
mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa
kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak
terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
2. Pembelajaran inovatif yang lebih baik pengaruhnya antara dengan bola mini
dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas
XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti
maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI
SMK Kristen Surakarta yang di jadikan obyek penelitian.
2. Dapat di peroleh informasi tentang pembelajaran yang baik dan efektif untuk
meningkatkan kemampuan passing bawah bolavoli.
3. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru pendidikan jasmani
pada SMK Kristen Surakarta tentang pentingnya penerapan model
pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan passing bawah
bolavoli.
4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, tentang karya
ilmiah untuk di kembangkan lebih lanjut.
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Bolavoli
Bolavoli adalah cabang olahraga permainan yang cukup populer dan telah
dikenal di indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Maksud dan tujuan
permainan bolavoli adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu
rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan dengan
mematikan bola itu di daerah lawan. Semua bagian tubuh dapat digunakan untuk
memainkan bola.
Permainan bolavoli adalah olahraga beregu yang dalam pelaksanaan
permainannya dilakukan dengan memantulkan bola secara bergantian dari tim
yang satu ke lawannya bertujuan untuk mematikan lawan dan memperoleh
kemenangan. Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001: 43) menyatakan bahwa,
“Prinsip dasar permainan bolavoli adalah memantul-mantulkan bola agar jangan
sampai bola menyentuh lantai, bola dimainkan sebanyak-banyaknya tiga kali
sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu
diseberangkan ke lapangan lawan melewati jaring masuk sesulit mungkin”.
Menurut Agus Mukholid (2004: 35) bahwa,
Permainan bolavoli adalah suatu permainan yang menggunakan bola untuk di-volly (dipantulkan) di udara hilir mudik di atas net (jaring), dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak daerah lapangan lawan, dalam rangka mencari kemenangan. Mem-volly atau memantulkan bola ke udara dapat mempergunakan seluruh anggota atau bagian tubuh dari ujung kaki sampai ke kepala dengan pantulan sempurna.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, permainan
bolavoli adalah suatu permainan yang dilakukan dengan cara memantulkan bola
menggunakan seluruh bagian kaki untuk dimainkan di lapangan permainan sendiri
sebanyak tiga kali. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak bertentangan
dengan peraturan yang berlaku. Tujuan dari permainan bolavoli yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyeberangkan bola ke daerah lapangan permainan lawan sesulit mungkin untuk
dijatuhkan atau mematikan bola agar memperoleh kemenangan.
a. Olahraga Bolavoli Dalam Konteks Pendidikan
Tujuan pendidikan pada dasarnya bersifat menyeluruh menyangkut
domain kognitif, afektif dan psikomotor. Sebagaimana diungkapkan Sukintaka
(2004: 38) bahwa, “Tujuan pendidikan jasmani terdiri dari empat ranah yakni (1)
jasmani, (2) psikomotor, (3) afektif, dan (4) kognitif”. Dari keempat ranah
menyangkut beberapa persyaratan seperti kecerdasan, keterampilan berpikir,
kestabilan emosional, berbudi pekerti yang baik, sehat jasmani dan rohani, hidup
kreatif dan mandiri. Dengan demikian pendidikan jasmani menjadi bagian dari
program pendidikan formal di lembaga-lembaga pendidikan formal dan non
formal. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan pada umumnya.
Olahraga bolavoli sebagai bagian dari mata rantai materi pendidikan
jasmani dalam arti kata merupakan bagian dari materi pendidikan jasmani secara
keseluruhan. Bila dikategorikan, maka olahraga bolavoli termasuk dalam olahraga
yang bercirikan permainan. Permainan bolavoli merupakan materi pokok
pendidikan jasmani yang wajib diajarkan kepada siswa. Sebagaimana
karakteristiknya permainan bolavoli mengandung unsur keterampilan gerak yaitu
berupa teknik-teknik memainkan bola di dalam permainan bolavoli. Menurut
Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001: 41-42) nilai-nilai yang terkandung
dalam permainan bolavoli meliputi “ (1) Nilai sosial, (2) Nilai kompetetif, (3)
Kebugaran fisik, (4) Keterampilan berpikir, (5) Kestabilan emosi, dan (6) Tertib
hukum dan aturan”.
Nilai-nilai sosial seperti unsur kerjasama di antara teman seregu sangat
dibutuhkan, memahami keterbatasan diri atau regu, memahami keunggulan teman
bermain di luar regu sendiri dan lain-lain. Nilai-nilai kompetetif seperti memaknai
keberhasilan dan ketidak-berhasilan. Nilai kompetetif ini sebaiknya ditanamkan
kepada setiap diri anak agar dapat terimplementasikan dalam kehidupan baik
sekarang atau kemudian hari. Nilai kebugaran fisik bahwa pembelajaran bolavoli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendorong anak untuk senantiasa bergerak (terintegrasi dengan pembelajaran
keterampilan gerak). Keterampilan berpikir yang diperoleh dari permainan
bolavoli yaitu dalam memainkan bola untuk mencapai suatu keberhasilan regu
dituntut untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan taktiknya agar regu
dapat memperoleh angka menuju keberhasilan secara keseluruhan. Ditinjau dari
kestabilan emosi bahwa, dengan bermain bolavoli anak akan terbiasa dan terlatih
untuk belajar memaknai keberhasilan dan kegagalan baik dalam setiap sub
kegiatan permainan maupun permainan secara keseluruhan. Sedangkan kesadaran
tertib hukum dan aturan karena dalam setiap cabang olahraga termasuk permainan
bolavoli ketentuan yang menjadi aturan permainan tercantum di dalamnya.
Dengan adanya aturan permainan anak akan terbiasakan untuk mentaati dan
menghormati aturan.
Dari nilai-nilai yang terkandung dalam permainan bolavoli tersebut akan
dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan berbagai potensi yang ada
pada diri individu ke arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu, guru pendidikan
jasmani harus senantiasa menciptakan suasana pembelajaran permainan bolavoli
yang dapat mengarahkan anak agar nilai-nilai yang terkandung dalam permainan
bolavoli dapat dirasakan.
b. Teknik Dasar Bermain Bolavoli
Penguasaan teknik dasar permainan bolavoli merupakan salah satu unsur
yang ikut menentukan menang atau kalahnya satu regu di dalam suatu
pertandingan. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli Soedarwo, Sunardi & Agus
Margono (2000:6) menyatakan bahwa,” teknik bolavoli adalah suatu proses
melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik
mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan
bolavoli”. Menurut M. Yunus (1992 : 68) mengemukakan bahwa, “teknik dalam
permainan bolavoli dapat di artikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif
dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil
yang optimal”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar
bolavoli adalah suatu gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bolavoli. Teknik dalam
permainan bolavoli merupakan aktifitas jasmani yang menyangkut cara
memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai peraturan permainan yang
berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Teknik dasar bermain bolavoli
yang harus dikuasai oleh pemain bolavoli, menurut Suharno HP (1985 : 51)
adalah sebagai berikut :
1) Teknik dengan bola :a) pass atasb) Set-up/umpanc) Pass bawahd) Smash/Spikee) Block/bendunganf) Servis
2) Teknik tanpa bola :a) Langkah awalan smash,blokb) Langkah sebelum mengambil bolac) Loncatan dan gerak tipud) Pengambilan posisi
Sedangkan menurut Sugiyanto (1993 : 6) teknik –teknik dasar yang perlu
dikuasai untuk dapat bermain bolavoli dengan baik adalah :
a. Gerak dasar1) Jalan2) Lari3) Jengket4) Loncat5) Berputar6) Mengguling
b. Gerak teknik dasar bermain1) Sikap Siap2) Gerakan menyonsong dan menjangkau bola3) Pass atas.4) Pass bawah.5) Servis6) Smash7) BlockBerdasarkan dua pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa, teknik dasar
bolavoli dibedakan menjadi dua macam yaitu teknik dengan bola dan teknik
dengan bola atau gerak dasar dan gerak teknik dasar bermain. Kedua teknik
tersebut merupakan faktor yang penting dan harus dipahami serta dikuasai
dengan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Passing Bawah
Passing merupakan operan bola yang dimainkannya kepada teman
seregunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedarwo dkk (2000:8) yang
menyatakan bahwa “ Passing didalam permainan bolavoli adalah usaha ataupun
upaya seorang pemain bolavoli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu
yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada
teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri”. Sedangkan menurut M.
Yunus (1992:80) mengemukakan bahwa “ passing adalah mengoperkan kepada
teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal
untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan”. Oleh karena itu, menguasai
teknik dasar passing bolavoli merupakan faktor yang penting dan harus dipahami
serta dikuasai dengan benar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, passing bawah adalah
teknik dasar memainkan bola dengan mengunakan kedua tangan,dimana
perkenaan bola yaitu pada kedua lengan bawah ynag bertujuan untuk
mengoperkan bola kepada teman seregunya untuk dimainkan ke lapangan sendiri
atau sebagai awal melakukan serangan.
Passing bawah merupakan teknik dasar bolavoli yang paling awal
diberikan dalam mengajar atau melatih bolavoli. G. Durrwachter (1990:52)
menyatakan, “teknik passing bawah bagi anak didik dirasakan lebih wajar,
gampang dan terutama lebih aman pada saat menerima bola yang keras,
dibandingkan dengan gerak passing atas yang memerlukan sikap tangan dan jari
khusus”. Dengan demikian passing bawah memiliki keuntungan yang lebih baik
jika dibandingkan dengan passing atas. Hal ini dapat dilihat dalam permainan, jika
menerima servis atau smash yang keras dan tajam harus dilakukan dengan passing
bawah.
a. Teknik Pelaksanaan Passing Bawah
Teknik passing bawah merupakan satu pola gerakan yang di rangkaikan
secara baik dan harmonis agar passing bawah yang dilakukan menjadi lebih baik
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan sempurna. Untuk mencapai hal tersebut seorang pemain harus menguasai
teknik passing bawah.
Cara melakukannya adalah ibu jari sejajar dan jari-jari tangan yang satu
membungkus jari-jari tangan lainnya. Semua penerimaan bola dengan teknik ini
sebaiknya bola di sentuh persis sedikit lebih atas dari pergelangan tangan. Sikap
lengan dan tangan diupayakan seluas mungkin dari kedua sikut sebaiknya difiksir
untuk mencegah terjadinya pergeseran yang memberikan kemungkinan arah bola
yang dikehendaki tidak melenceng. Sikap kaki dibuka selebar bahu, dan salah satu
kaki berada di depan. Ketika bola datang cepat dan sangat menukik, maka
gunakan sikap penjagaan rendah, demikian pula jika bola datang tidak terlalu
cepat dan rendah gunakan sikap penjagaan menengah ( Amung ma’mun dan Toto
Subroto, 2001: 57). Sedangkan menurut Soedarwo dkk (2000:9) teknik
pelaksanaan pass bawah adalah sebagai berikut :
(a) Sikap permulaan :
Ambil sikap siap normal pada saat tangan akan dikenakan pada bola, segera tangan dan juga lengan diturunkan serta tangan dan lengan dalam keadaan terjulur kebawah depan lurus. Siku tidak boleh ditekuk, kedua lengan merupakan papan pemukul yang selalu lurus keadaannya.
(b) Sikap saat perkenaan :
Pada saat akan mengenakan bola pada bagian sebelah atas ( bagian proximal ) dari pada pergelangan tangan , ambillah terlebih dahulu posisi sedemikian hingga badan berada dalam posisi menghadap bola. Begitu bola berada pada jarak yang tepat maka segeralah ayunkan lengan yang telah lurus dan fixir tadi dari arah bawah kedepan atas. Tangan pada saat itu telah berpegangan satu dengan yang lain. Perkenaan bola harus diusahakan tepat dibagian proximal daripada pergelangan tangan dan dengan bidang yang selebar mungkin agar bola dapat melambung secara stabil. Maksudnya agar bola selama lintasannya tidak banyak membuat putaran. Putaran bola setelah mengenai bagian proximal daripada pergelangan tangan, akan memantul keatas depan dengan lambungan yang cukup tinggi dan dengan sudut pantul 90. Bila sudut pantulnya tidak 90 maka secara teoritis bola memantul kearah lain atau dikatakan bola tersebut akan diterima luncas. Dengan demikian bola tidak akan memantul kearah seperti yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Sikap saat perkenaan bola pass bawah(Soedarwo dkk. 2000:10)
(c) Sikap akhir :
Setelah bola berhasil dipass bawah maka segera diikuti pengambilan sikap siap normal kembali dengan tujuan agar dapat bergerak lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.
Rangkaian gerakan passing bawah secara keseluruhan dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 2: Rangkaian gerakan passing bawah
(Amung ma’mun dan Toto Subroto, 2001 :58)
Menurut Suharno HP (1985 : 18) Penggunaan teknik terima tangan
bawah ini pada prakteknya ada tiga macam kategori. Ketiga kategori tersebut
adalah sebagai berikut :
(1) Bila bola jatuhnya berada setinggi bahu si penerima. Maka penggunaan teknik terima tangan bawah adalah sebagai berikut : Pertama-tama
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penerima harus mengambil posisi sedemikian ( misalnya dengan mengadakan langkah surut) hingga bola akan berjarak sejangkauan lengan sipenerima. Pada saat lengan diayunkan dari bawah keatas depan diikuti juga oleh gerakan kaki keatas dengan cara meluruskan lutut dan badan dalam keadaan tegak. Gerak demikian ini sebenarnya bertitik tolak kepada usaha agar pantulan bola pada saat mengenai bagian proximal dari pergelangan itu dapat memantul 900.
(2) Bila bola jatuh pada ketinggian diantara bahu dan panggul. Secara ideal penerimaan bola dengan teknik terima tangan bawah sebenarnya pelaku memang harus dapat menempatkan diri pada posisi sedemikian hingga bola tepat bedara didepannya dan dengan ketinggian antara bahu dan panggul. Sebab pada posisi yang demikian ini relatip akan dibutuhkan koordinasi badan yang lebih sederhana daripada bila bola jatuh pada ketinggian yang lain. Dengan demikian kestabilan bola akan lebih terjamin dan lebih terarah. Dengan keadan seperti tersebut diatas maka untuk melaksanakan teknik terima tangan bawah cukup hanya mengayunkan lengan dari bawah keatas depan saja.
(3) Bila bola jatuh setinggi panggul kebawah. Biasanya menerima bola dalam keadaan demikian itu perlu diadakan langkah kedepan sebelum mengenakan bagian proximal dari pergelangan tangan kepada bola. Setelah melangkah kedepan segera diikuti ayunan lengan dari bawah keatas depan dalam keadaan lurus dan fixir, maka pada saat bagian proximal daripada pergelangan tangan mengenai bola bersamaan dengan itu diikuti gerakan penurunan panggul ke bawah. Gerakan ini merupakan gerakan pengungkit. Jadi bola diungkit keatas dengan jalan ayunan lengan dan ditambah dengan penurunan panggul. Maksud daripada gerakan ini tidak lain agar bola dapat dipantulkan keatas dengan sudut pantul 900
Untuk memperoleh kualitas passing bawah yang baik, maka setiap terjadi
kesalahan harus dicermati letak kesalahannya dan kesalahan harus dihindari.
Kemampuan siswa dalam mencermati setiap kesalahan yang dilakukan akan dapat
membentuk pola passing seperti yang diharapkan.
b. Kesalahan Yang Sering terjadi pada Passing Bawah
Passing bawah merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang paling
mudah jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun tidak menutup
kemungkinan, bagi siswa sekolah seringkali dalam melakukan passing bawah
terjadi kesalahan, sehingga kualitas passing yang di hasilkan tidak sesuai yang di
harapkan. Menurut Barbara L.V & Bonnie. J.F (1996:21) kesalahan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
passing bawah antara lain :
1) Lengan terlalu tingi ketika memukul bola2) Merendahkan tubuh dengan menekuk pingang bukan lutut, sehingga
bola yang di operkan terlalau rendah dan terlalu kencang.3) Tidak memindahkan berat badan ke arah sasaran, sehingta bola tidak
bergerak ke muka.4) Lengan terpisah sebelum pada saat atau sesudah menerima bola,
sehinga operan salah.5) Bola mendarat di lengan di daerah siku atau menyentuh tubuh.
Hal-hal tersebut di atas harus diperhatikan oleh guru atau pelatih dalam
mengajar passing bawah bolavoli. Pada umumnya siswa tidak mampu mengamati
letak kesalahan yang dilakukan. Seorang guru harus mampu mencermati setiap
kesalahannya dan setiap kesalahan yang dilakukan siswa, guru segera mungkin
untuk membetulkan gerakan yang salah tersebut. Kesalahan yang dibiarkan akan
membentuk pola gerak yang salah, sehingga kualitas passing bawah yang
dilakukan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.
3. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Gerak
Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada
umumya, tetapi dalam belajar gerak mengandung karakteristik tertentu.
Karakteristik tersebut berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi
sasarannya yaitu menyangkut penguasaan ketrampilan dan gerak tubuh.
Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu
pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil
apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi
edukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian
selama siswa menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga
dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang
menentukan terjadinya perubahan tingkah laku siswa.
Belajar gerak mempelajari pola-pola gerak ketrampilan tubuh. Proses
belajarnya melalui pengamatan dan mempraktikkan pola-pola gerak yang di
pelajari. Intensitas keterlibatan unsur domain kemampuan yang paling tinggi
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah domain psikomotor yang juga termasuk domain fisik. Hasil akhir dari
belajar gerak adalah berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak ketrampilan
tubuh. Misalnya ketrampilan siswa dalam melakukan passing bawah bolavoli,
sebelumnya siswa merespon dengan unsur kognitif, afektif, yang kemudian di
wujudkan dalam unsur psikomotor.
Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar gerak, hanya
saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain
kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibandingkan keterlibatan domain
psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor tercermin dalam respon-respon
muslular yang diekspresikan alam gerakan tubuh secara keseluruhan atau bagian-
bagian tubuh. Berkaiatan dengan belajar gerak, Sugiyanto (1996:27) menyatakan,
” Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular
yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh’. Menurut Rusli
Lutan (1988:102) ” Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian
dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen
dalam perilaku terampil”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa, belajar
gerak (motorik) merupakan perubahan perilaku motorik berupa ketrampilan
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Upaya menguasai ketrampilan gerak
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.
Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang
dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor
bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah
guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi
pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut berangsur-
angsur hilang dengan sendirinya.
Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan
menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan
dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa
berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif,
afektif dan psikomotor seperti telah dikemukakan sebelumnya. Domain kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guiford dalam Magill (l982:2), menamakan “(intelectual activities)” yaitu
"kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan
ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir”. Kemudian domain afektif
adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar
keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting
dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami
keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih
kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.
Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:201), bahwa
“Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang
kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia
dewasa. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang
tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”.
Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga
tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh
kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini
akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai
kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan
siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami
apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa
sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit
Perkembangan gerak dapat dibagi dalam dua periode utama : tahap pra-
keterampilan dan tahap perbaikan keterampilan. Dalam masing-masing tahap
terdapat tingkatan yang berurutan yang digunakan untuk membantu dalam
menggambarkan pengamatan tingkah laku. Ciri khas tingkah laku untuk
mendapatkan keterampilan yang lebih tinggi secara berkelanjutan, sesuai dengan
tahap tingkatan perkembangan keterampilan gerak. Berikut ini di sajikan tahap
tingkatan ketrampilan gerak.
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan gerak
Sumber. Pate, Rotclla dan McClenaghan, 1993. Scientific Foundation of Coaching (Terjemahan : Rasiyo Dwijoyowinoto). Semarang : IKIP Semarang
Press, hal. 202.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar tersebut dia atas memberikan asumsi bahwa selama masa awal
pra-remaja anak-anak mulai sangat mementingkan keikutsertaan yang berhasil
dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi
pada keterampilan gerak, tekanan harus diarahkan pada perbaikan keterampilan
tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan
untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok bertambah. Tahap-tahap dalam
perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan,
penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa cara
seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya
untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi pada kegiatan olahraga.
Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai
mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh
sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan
pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat
perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang
sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang
terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan
mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan
memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang
seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan,
termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak
adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya
melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari.
Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin
terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993;205)
”menggunakan dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan
yang terampil bahwa program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan
rekaman khusus dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan
umum yang membantu mengatur penampilan”. Hal senada diungkapkan oleh
Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993 : 205) menandai tiga
langkah dalam perolehan yang terampil. Tampaknya semua pelaku tanpa pandang
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini :
Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya
Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya
Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak yang otomatis. Dalam kegiatan ini, hanya sedikit perhatian yang dibutuhkan agar siswa dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi penampilannya.
Guru yang berpengalaman dapat dengan mudah mengamati siswa yang
banyak dengan siapa belajar melewati tahap-tahap perbaikan keterampilan.
Dampak pengajaran ini sangat jelas, pengalaman belajar awal harus
memungkinkan terjadinya waktu untuk pemrosesan kognitif dalam lingkungan
yang terkendali. Jika keterampilan membaik, waktu memberikan latihan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan
kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan. Tujuan guru memberikan materi
latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala
macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam perundingan yang
sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon
gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh
siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap
yang lebih kompleks.
Dengan demikian keterampilan dapat di gambarkna sebagai kualitas
penampilan seseorang dalam melakukan tugas-tugas gerak fisik. Indikator kualitas
yang di penuhi sebagai gerak terampil yaitu efektif, efisien dan adaptif. Untuk
dapat menguasai ketrampilan gerak olahraga harus melalui proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran yang sistematis dan kontinyu, maka ketrampilan dapat di
kuasai dengan baik dengan baik an benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan terhadap
proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai
teori pembelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti
halnya teori belajar konstruktivis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional).
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada
siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar
belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks
siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh
perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa
menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa
sehingga subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses
pembelajaran dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif. Seperti yang
di kemukakan oleh I Wayan Santyasa (2008:5) bahwa “ Pembelajaran inovatif
adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered”.
Pembelajaran inovatif sebagai inovasi pembelajaran dapat mencakup
modifikasi pembelajaran, baik dari segi sarana dan prasarana maupun model
pembelajaran yang diterapkan. Pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan
(rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk
dapat membuat siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih
efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam berbagai kegiatan inovasi yang dilakukan guru lebih ditekankan
pada penerapan gagasan yang lebih praktis dan mudah. Dengan demikian
kegiatan-kegiatan inovasi yang dilakukan oleh guru dapat berupa gagasan kreatif
dan kegiatan sederhana di tingkat kelas yang dianggap dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan pendidikan di kelas dan di sekolah pada umumnya.
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berbagai kegiatan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran inovatif
menurut Moh. Ansyar dan H. Nurtain yang dikutip Hermanto (1999: 4) meliputi:
”a) mengetahui dan menemukan masalah; b) mengidentifikasi dan menyeleksi
alternatif pemecahan masalah; c) penentuan alternatif pemecahan masalah; d)
melaksanakan; e) menilai; f) perbaikan produk inovasi”. Keseluruhan rangkaian
kegiatan tersebut berkaitan sehingga produk yang dihasilkan benar-benar
merupakan solusi yang mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh
guru yang bersangkutan. Meskipun melalui kegiatan inovasi ini para guru
mempunyai peluang untuk meningkatkan mutu pembelajaran, akan tetapi dalam
mewujudkan kegiatan inovasi tergantung kesempatan pada guru yang ada, biaya,
situasi sosial kultural warga sekolah yang, kualitas kepemimpinan kepala sekolah,
dan karakteristik guru sebagai pelaksana kurikulum. Dengan demikian, apabila
guru hendak melakukan kegiatan inovasi dalam pembelajaran sebaiknya
memperhatikan hal-hal tersebut sehingga kegiatan inovasi yang dilakukan dapat
terlaksana dengan baik dan berhasil maksimal.
a. Model - Model Pembelajaran Inovatif
Model-model pembelajaran inovatif yang akan diangkat oleh penulis
dalam penelitian ini adalah ini diantaranya: model pembelajaran langsung, model
pembelajaran kooperatif, dan beberapa contoh model dan langkah-langkah
pembelajaran Inovatif.
1) Model pembelajaran langsung
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah. Istilah lain model pengajaran langsung antara lain: training model,
active teaching model, mastery teaching, dan explicit instruction.
Ciri-ciri model pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
a) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Sintaks atau pola keseluruhandan luar kegiatan pembelajaran
c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
(a) Tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan
tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu:
tekanan adalah hasil bagi antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya
(p=F/A). pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
di atas adalah bagaimana memperoleh rumus atau persamaan tekanan tersebut.
Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika , kimia,
dan matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau
informasi faktual. Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya memerlukan
penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua
rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lain. Seringkali
penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan
prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar
siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka
dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
(b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siwa.
Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang
digunakan.
b) Pembelajaran Kooperatif
Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert
Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang
lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu
para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon
Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan
memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model
pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang
memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan
serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam
kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Hal yang penting dala model pembelajaran kooperatif adalah bahwa
siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Teman yang lebih
mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap
memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat
kesempatan untuk bersosialisasi.
c) Pembelajaran Demonstration
Langkah-langkah dalam model pembelajaran demonstration meliputi:
1) Guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran Khusus.
2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4) Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario
yang telah disiapkan.
5) Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa.
6) Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengalaman siswa didemontrasikan.
7) Guru membuat kesimpulan
d) Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar
Pada model pembelajaran ini, siswa saling membagi informasi pada saat
yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajarannya meliputi:
1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama,
menghadap ke dalam.
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu
yang bersamaan.
4) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum
jam.
5) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.
Demikian seterusnya.
Pembelajaran inovatif sebagai bagian dari PAIKEM (Pembelajaran Aktif
Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) dapat dijadikan sebagai cermin dari
PAIKEM itu sendiri. Pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan (rekreatif) dan
membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat
siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai pembelajaran yang rekreatif, dalam
pembelajaran inovatif ditekankan pada kegiatan belajar yang mengandung unsur
bermain
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Kelebihan Pembelajaran Inovatif
Saat ini model pembelajaran yang sedang digalakkan adalah
pembelajaran inovatif. Hal ini dikarenakan pembelajaran inovatif memiliki
beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut:
1) Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat
pada siswa.
2) Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa
agar belajar.
3) Menuntut kreativitas guru dalam mengajar.
4) Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar
dan saling membangun.
5) Bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru
dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat siswa agar aktif selama
pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
6) Otonomi siswa sehingga subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh
perencanaan dan proses pembelajaran.
7) Siswa adalah penerima informasi secara aktif.
8) Pengetahuan dibangun dengan penemuan terbimbing.
9) Pembelajaran lebih konkret dan praktis.
10) Perilaku dibangun atas pengalaman belajar.
11) Perilaku baik berdasarkan motivasi instrinsik.
c. Kekurangan Pembelajaran Inovatif
Di samping memiliki kelebihan, pembelajaran inovatif juga memiliki
beberapa kekurangan, antara lain sebagai berikut:
1) Pembelajaran akan bersifat monoton jika guru kurang kreatif dalam
mengelola kelas.
2) Siswa yang kurang aktif dalam proses belajar akan semakin tertinggal.
3) Situasi kelas kurang terkoordinir karena pusat kegiatan belajar adalah
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Program pembelajaran kurang terkonsep.
5. Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini
a. Hakikat Pembelajaran inovatif Passing Bawah dengan Bolavoli Mini
Pembelajaran passing bawah bolavoli dengan modifikasi bola mini
merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada perubahan peralatan
khususnya bola. Bolavoli ukuran standart dianggap sebagai penghambat
pelaksanaan passing bawah. Karena bola dianggap sebagai penghambat
pelaksanaan pembelajaran passing bawah bolavoli, mka perlu diciptakan kondisi
belajar yang lebih mudah agara siswa mampu melakukan passing bawah. Rusli
Lutan & Adang Suherman (2000:75) menyatakan,” Manakala kondisi sebenarnya
menjadi penghambat belajar ketrampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu
pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak
merusak integritas skill yang dipelajarinya”. Sedangkan Sugiyanto (1996 : 64 )
menyatakan, penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip:
1) Dimulai dari materi belajar yang mudah dan di tingkatakan secara berangsur-
angsur ke materi yang lebih sukar. 2) Dimulai dari materi belajar yang sederhana
dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang semakin kompleks.
Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan bahwa pembelajaran passing bawah menggunakan bola mini merupakan bentuk pembelajaran yang merubah kondisi belajar sesungguhnya (bola standart dirubah menggunakan bolavoli mini. Ukuran bolavoli mini menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (1995:57) yaitu,” Bola nomor 4, berat 230- 250 gram, keliling 22-24 cm ”. Perubahan penggunaan bolavoli ukuran mini karena sisa mengalami kesulitan melakukan passing bawah menggunakan bola ukuran standart. Ukuran bolavoli standart menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (1995: 12) Yaitu,” Keliling 65 sampai 67 cm, berat 260 sampai 280 gram, tekanan udara 0.40 sampai 0. 45 kg/cm2 ( 392-444)”. Contoh bentuk bola mini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Contoh bola mini
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan ukuran bolavoli tesebut menunjukkan bahwa, bolavoli ukuran
standart lebih berat. Bagi siswa pemula terlebih siswa putri, belajar passing bawah
menggunakan bolavoli ukuran standart mengalami kesulitan. Kesulitan yang
dialami siswa dalam pembelajaran passing bawah menggunakan bolavoli ukuran
standart misalnya bola terlalu berat, teknik passing bawah yang masih rendah.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu di ciptakan cara belajar yang
sesuai dengan kondisi siswa diantaranya menggunkan bolavoli mini yang lebih
ringan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini
Pelaksanaan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini yaitu:
Pada pertemuan minggu pertama, guru menerangkan sikap permulaan, perkenaan
bola dan gerak lanjut. Guru mendomonstrasikan pengenalan bola mini pada
perkenaan lengan, dengan melambungkan bola dan membiarkan bola jatuh pada
lengan yang dirapatkan dan diluruskan. Gerakan dilakukan sambil berjalan maju.
Setelah guru mendemonstrasikan gerakan tersebut, kemudian menata
formasi pembelajaran sedemikian rupa agar semua mendapat kesempatan yang
sama dalam melakukan tugas ajar. Siswa harus mempraktikkan gerakan
pengenalan bola pada perkenaan lengan sesuai petunjuk dan perintah guru. Dari
waktu pembelajaran keseluruhan, pada akhir sebelum pembelajaran selesai (10
menit terakhir), pembelajaran inovatif passing bawah dirubah menggunakan
bolavoli ukuran standart. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mentransfer
gerakan ketrampilan yang sebenarnya. (Pertemuan selanjutnya dapat dilihat pada
lampiran ). Contoh pembelajaran inovatif gerakan perkenaan bola pada lengan
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5. Contoh pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini
( Roji, 2007 : 16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan
Bola Mini
Bola mini merupakan bolavoli yang memiliki ukuran lebih kecil dan
ringan di bandingkan bolavoli ukuran standart, sehingga dapat di gunakan untuk
mengatasi kesulitan siswa dalam belajar passing bawah bolavoli. Melalui
pembelajaran passing bawah bola mini, siswa akan cepat beradaptasi dengan
bolavoli ukuran standart. Penggunaan bola yang mendekati dengan karakteristik
bola sebenarnya akan memberi dampak yang positif untuk beadaptasi dengan
cepat terhadap ketrampilan yang sebenarnya.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran passing bawah bolavoli dan bola
yang digunakan dalam pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola
mini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran
inovatif passing bawah menggunakan bola mii antara lain:
1) Bola mini mendekati karakteristik bola sebenarnya ( bolavoli standart ),
sehingga siswa akan lebih cepat beadaptasi dengan bolavoli ukuran
standart.
2) Bola dapat memantul dengan baik, sehingga laju bola dapat bergerak
dengan baik.
Kelemahan pembelajaran inovatif passing bawah dengan menggunakan
bola mini antara lain :
1) Siswa yang belum siap (lengan belum kuat ) akan merasa berat dan
menimbulkan rasa sakit.
2) Siswa yang belum siap akan berdampak pada passing bawah yang kurang
baik.
6. Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak
a. Hakikat Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak
Pembelajaran inovatif passing bawah bolavoli dengan bola lunak pada
prinsipnya sama dengan bentuk pembelajaran passing bawah dengan mengunakan
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bola mini. Letak perbedaannya pada bola yang digunakan dalam pembelajaran.
Adapun ukuran bola lunak menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (1995:
92) yaitu ” Bola terbuat dari karet, berat bola 210 + 5 gram, lingkaran 78 + 1 cm.”
Contoh bentuk bola lunak dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Contoh
bola lunak
Ditinjau dari prinsip-prinsip modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani
bahwa, pembelajaran passing bawah menggunakan bola lunak merupakan prinsip
perluasan isi. Dalam hal ini Rusli Lutan & Adang Suherman (1999/2000 :68)
berpendapat :
Perluasan isi atau materi maksudnya adalah penyusunan aaktivitas belajar secara progresif dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang kompleks. Pada proses ini guru harus memahami (1) bagaimana mengurangi kompleksitas dan kesulitan materi pelajaran dan (2) bagaimana menganalis materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang dapat menciptakan susunan atau rantai pengalaman belajar yang bersifat progresif.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pembelajaran inovatif passing
bawah dengan bola lunak merupakan cara mengajar yang di mulai dari sederhana
atau mudah, kemudian secara bertahap ditingkatkan ke bentuk ketrampilan yang
lebih sulit. Melalui pembelajaran inovatif passing bawah demgam menggunakan
bola lunak diharapkan siswa akan memiliki konsep gerakan passing bawah yang
benar.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak.
Pada prinsipnya pembelajaran inovatif passing bawah menggunaka bola
lunak sama dengan pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola mini.
Perbedaannya terletak pada bola yang digunakan dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pelaksanaan pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola lunak yaitu;
guru menerangkan teknik gerakan passing bawah dari sikap permulaan, gerakan
pelaksanaan dan gerak lanjut. Guru memberikan tugas ajar terlebih dahulu kepada
siswa pelaksanaan gerakan passing bawah tersebut dengan bola lunak yang
dilakukan sambil berjalan. Siswa melambungkan bola dan membiarkan bola jatuh
pada lengan yang dirapatkan dan diluruskan. Dari waktu pembelajaran
keseluruhan, pada akhir sebelum pembelajaran selesai (10 menit terakhir),
pembelajaran inovatif passing bawah di rubah menggunakan bolavoli ukuran
standart. Guru menciptakan kondisi pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan
kemampuan siswa. Uraian terperinci pelaksanaan pembelajaran selanjutnya dapat
dilihat dilampiran.
c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan
Bola Lunak
Bola lunak yang lebih ringan akan meningkatkan mativasi belajar siswa .
penggunaan alat yang menyerupai alat sebenarnya diharapkan siswa dapat
mentransfer ke dalam bentuk keterampilan yang sebenarnya. Menurut Sugiyanto
( 1996 : 82 ) ” transfer bukan materi pelajaran yang harus diajarkan, melainkan
merupakan suatu kondisi yang harus diciptakan agar materi pelajaran yang telah
di kuasai murid bisa memberikan kemudahan bagi murid untuk mempelajari
hal-hal baru dalam situasi yang baru atau situasi yang lain”.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran inovatif passing bawah dengan
mengunakan bola lunak, maka dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola lunak antara
lain :
1) Siswa akan merasa senang, dan memiliki motivasi belajar yang tinggi
karena bolanya lebih ringan.
2) Siswa akan terhindar dari rasa sakit atau lengan kemerah-merahan.
Kelemahan pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola lunak
antara lain:
1) Bola yang ringan akan berakibat laju bola kurang baik bila kena angin,
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga laju bola tidak dapat terkontrol.
2) Bola kurang dapat memantul dengan baik, sehingga akan berpengaruh
pada passing bawah.
3) Gerakan ketrampilan yang sebenarnya lebih lama untuk dikuasai karena
perbedaan bentuk bola akan membutuhkan adaptasi waktu yyang lebih
lama.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat
diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut :
1. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Inovatif dengan Bola Mini dan Bola
Lunak Terhadap Hasil belajar Passing Bawah Bolavoli.
Berdasarkan peralatan yang digunakan dalam pembelajaran inovatif
passing bawah dengan menggunakan bola mini dan bola lunak, jelas hal ini
menunjukkan perbedaan terhadap karateristik bola yang digunakan. Kedua bentuk
pembelajaran passing bawah menggunakan bola mini dan bola lunak sama-sama
bertujuan untuk mengatasi kesulitan dalam belajar passing bawah.
Berdasarkan karakteristik dari masing-masing bentuk pembelajaran
tersebut, keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda. Pada
pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini siswa akan lebih cepat
beradaptasi dengan bola standart daripada dengan menggunakan bola lunak.
2. Pembelajaran Inovatif yang Lebih Baik Pengaruhnya dengan Bola Mini
dan Bola Lunak Terhadap Hasil Belajar Passing Bawah Bolavoli.
Setiap pembelajaran memiliki efektifitas yang berbeda-beda terhadap
tujuan yang diinginkan. Pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola
mini mengarah atau sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu kemmpuan
passing bawah menggunakan bola ukuran standart. Penggunaan bola yang ideal
dan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang tersebut merangsang
kepekaan siswa dan kemampuan beadaptasi yang lebih baik. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola lunak perlu penyesuaian
dengan kondisi yang sebenarnya. Pergantian bola dari bola lunak diganti dengan
bola standart perlu penyesuaian atau adaptasi terhadap beban yang berbeda.
Dengan demikian diduga, pembelajaran inovatif passing bawah dengan
bola mini memberikan dampak pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar
passing bawah bolavoli.
c. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif
dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil
belajar passing bawah bolavoli siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
2. Pembelajaran inovatif dengan bola mini lebih baik
pengaruhnya terhadap hasil belajar passing bawah
bolavoli siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011.
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan bolavoli SMK Kristen Surakarta.
Alasan peneliti memilih tempat ini karena pada sekolah tersebut belum pernah
dilakukan penelitian yang menyangkut permasalahan seperti yang diajukan dalam
penelitian ini.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan dilaksanakan selama delapan minggu dengan frekuensi
belajar tiga kali pertemuan dalam satu minggu. Adapun jadwal pelaksanaan
penelitian terlampir.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 162.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dengan
demikian sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang
berjumlah 32 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik purposive proporsional random sampling. Sampel diambil sebanyak 20%
dari tiap-tiap kelas. Dari jumlah siswa yang terpilih kemudian ditetapkan menjadi
2 kelompok latihan sesuai dengan rancangan penelitian. Yaitu 16 orang mengikuti
35
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini dan 16 orang mengikuti
pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola lunak.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes
dan pengukuran yaitu tes ketrampilan passing bawah bolavoli dengan AAHPER
volleyball Skill Test dari Strand and Wilson ( 1993 : 136). Petunjuk pelaksanaan
tes terlampir.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah “Pretest-Posttest Design”. Gambar
rancangan penelitian sebagai berikut:
Keterangan:
R = Random.
Pretest = Tes awal kemampuan passing bawah bolavoli.
MSOP = Matched Subject Ordinal Pairing.
K 1 = Kelompok 1
K 2 = Kelompok 2
Treatment A = Pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini.
Treatment B = Pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola lunak.
Posttest = Tes akhir kemampuan passing bawah bolavoli.
36
R Pretest MSOP
K 2 Treatment B Posttest
K 1 Treatment A Posttest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kemampuan passing
bawah bolavoli pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangkai, kemudian subjek
yang memiliki kemampuan setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1 (K1)
dan kelompok 2 (K2). Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi
perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat
perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan.
Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing.
Adapun teknik pembagian kelompok secara ordinal pairing menurut
Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut:
1 2
4 3
5 6
8 7
9 dan seterusnya
E. Teknik Analisis Data
1. Mencari Reliabilitas
Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data harus dicari
reliabilitasnya, untuk mengetahui keajegan dari tes yang bersangkutan Untuk
mengetahui validitas data menggunakan tes uji reliabilitas dengan ANOVA dari
Mulyono B. (2008:44-47) sebagai berikut:
R = A
WA
MSMSMS −
Keterangan :R : koefisien reliabilitas
MSA : Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW : Jumlah rata-rata antar kelompok
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk menghitung MSA dan MSW harus dicari dulu 6 dari suatu set skor ialah :
a. Jumlah Kuadrat total : SST = ( ) 22
nkX
X ∑∑ −
b. Derajat kebebasan total : dfT = (n)(k) – 1
c. Jumlah kuadrat di antara subjek : SSA = ( ) 22
nkX
ki ∑∑ −
d. Derajat kebebasan diabtara subjek : dfA = n – 1
e. Jumlah Kuadrat dalam subjek : SSW = ∑ ∑−kT
X i2
2
f. Derajat kebebasan dalam subjek : dfW = n(k-1)
Catatan : ∑ 2X = Jumlah skor kuadrat.
∑ X = Jumlah skor seluruh subjek
n = Jumlah subjek
k = Jumlah skor tiap subjek
Ti = Jumlah skor untuk setiap subjek i
g. Dengan mendapatkan 6 harga tersebut, maka dapat dihitung kuadrat rata-
rata diantara subjek dan kuadrat rata – rata dalam subjek :
MSA = 1−=
nSS
dfSS A
A
A
MSW = )1( −=
knSS
dfSS W
W
W
h. Letakan semua harga yang diperoleh kedalam tabel ANOVA
Menghitung R dengan : R = A
WA
MSMSMS −
2. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data atau
data berada dalam suatu kurve normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan metode Lillieforse dari Sudjana (2002 : 466) untuk mengetahui
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Adapun
prosedur uji normalitas tersebut adalah sebagai berikut :
1). Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …., Zn
dengan menggunakan rumus :
Xi - X Zi =
s
Keterangan :
X = Rata-rata
s = Simpangan baku
2). Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z<Xi)
3). Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …., Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka ;
banyaknya Z1, Z2, …., Zn yang < Zi
S(Zi) =
n
4). Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
5). Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.
Rumusnya Lo = | F(Zi)- S(Zi)| maksimum.
Kriteria :
Lo≤Ltab : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Lo>Ltab:sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
berasal dari kelompok yang sama atau setara. Untuk mencari atau menguji
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
homogenitas data, digunakan rumus untuk mencari uji homogenitas
(Sudjana,1996 : 386). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
SD2bs
Fdbvb : dbvk =
SD2kt
Keterangan :
db : vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar
db : vk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil
SD2bs = Varians yang lebih besar
SD2kt = Varians yang lebih kecil
3. Uji Perbedaan
Untuk menghitung perbedaan peningkatan hasil belajar dengan
menggunakan rumus t-test dari Thomas dan Nelson (2001:137) sebagai berikut :
)1(
2
−Σ
=
NNxd
Mdt
Keterangan :
t = Nilai perbedaan
Md = Mean deviasi
d2 = Derajat perbedaan
N = Jumlah sampel
Adapun uji perbedaannya menggunakan derajat kebebasan N -1 pada taraf
signifikansi 5%. Peningkatan prosentasi dari hasil belajar yang telah dilakukan,
dicari dengan cara sebagai berikut :
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peningkatan prosentasi = %100xtestMpre
Md−
Md = mean posttest – mean pretest
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes
awal dan tes akhir pada kemampuan passing bawah bolavoli. Berikut disajikan
dekripsi data, uji prasyarat analisis, hasil analisis data dan pengujian hipotesis.
Deskripsi hasil analisis data tes kemampuan passing bawah bolavoli yang
dilakukan pada kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli pada
kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2).
Kelompok Tes N Hasil
Terendah
Hasil
Tertinggi
Mean SD
Kelompok 1 Awal 16 0 5 2.063 1.248
Akhir 16 1 8 5.063 3.000
Kelompok 2 Awal 16 0 4 2.125 1.166
Akhir 16 2 6 3.938 1.345
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan
kelompok 1 memiliki rata-rata kemampuan passing bawah bolavoli sebesar 2.063,
sedangkan setelah mendapat perlakuan memiliki kemampuan passing bawah
sebesar 5.063. Adapun rata-rata kemampuan passing bawah bolavoli pada
kelompok 2 sebelum diberi perlakuan adalah 2.125, sedangkan setelah mendapat
perlakuan memiliki rata-rata kemampuan passing bawah sebesar 3.938.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Mencari Reliabilitas
Dalam penelitian ini dilakukan penghitungan reliabilitas data hasil
tes,dengan maksud untuk memenuhi tingkat keajegan hasil tes yang diperoleh.
Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir kemampuan passing bawah bolavoli
yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir.
Hasil Tes Reliabilita Kategori
Awal 0.816 Tinggi
Akhir 0.832 Tinggi
Adapun pengertian kategori reliabilitas tes tersebut, menggunakan
pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip
Mulyono B. (1992: 15) sebagai berikut:
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Validitas Reliabilitas ObyektivitasTinggi sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak signifikan
0,80-1,0
0,70-0,79
0,50-0,79
0,30-0,49
0,00-0,29
0,90-1,0
0,80-0,89
0,60-0,79
0,40-0,59
0,00-0,39
0,95-1,0
0,85-0,94
0,70-0,69
0,50-0,69
0,00-0,49
C. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis. Pengujian persyaratan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari
data tes awal kemampuan passing bawah bolavoli. Uji normalitas data dalam
penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang
dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2)
sebagai berikut:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok N Mean SD Lhitung Lt 5%
K1 16 2.036 1.248 0.1641 0.258K2 16 2.125 1.165 0.1688 0.258
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 (K1)
diperoleh nilai Lhitung = 0.1641. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas
penolakan pada taraf signifikan 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data pada kelompok 1 (K1) termasuk berdistribusi normal.
Sedangkan hasil dari uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 (K2)
diperoleh nilaiLhitung = 0.1688, ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan
hipotesis nol pada taraf signifikan 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data pada kelompok 2 (K2) termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari
kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians ,
maka apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan
tersebut disebabkan oleh perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas
data antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2)sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Kelompok N SD² Fhitung Ft 5%
K1 16 1.558K2 16 1.359 1.147 2.43
Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung = 1.147.
Sedangkan dengan db = 15 lawan 15 , angka Ft = 2.43, yang ternyata nilai Fhitung=
lebih kecil dari Ft = 2.43. Karena Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (K1) dan kelompok 2(K2)
memiliki varians yang homogen.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji
perbedaannya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui
perbedaan pada kedua kelompok tersebut, selama diberi perlakuan berangkat dari
keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 (K1) dan
kelompok 2 (K2)sebelum diberi perlakuan adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2).
Kelompok N Mean thitung ttabel 5%
K1 16 2.063K2 16 2.125 0.565 2.131
Berdasarkan hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2
diperoleh nilai thitung sebesar 0.565 dan ttabel dengan N= 16 ,db= 16-1= 15 dengan
taraf signifikasi 5 %, nilai t dalam tabel = 2.131. Ternyata nilai t yang diperoleh
lebih kecil dari ttabel 5%. Dengan demikian hipotesis nol diterima,yang berarti
bahwa sebelum diberi perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Setelah dilakukan perlakuan, yaitu kelompok 1 (K1) mendapat
perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini, dan kelompok
2 (K2) mendapat perlakuan pembelajaran inovatif dengan bola lunak, kemudian
dilakukan uji perbedaan. Hasil uji perbedaan setelah diberi perlakuan sebagai
berikut:
a. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K1)
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K1).
Kelompok K1 N Mean thitung ttabel 5%
Tes awal 16 2.063Tes akhir 16 5.063 7.539 2.131
Berdasarkan hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir kelompok 1
diperoleh nilai thitung sebesar 7.539, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari
nilai ttabel dengan taraf signifikans 5% yaitu 2.131. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Ho di tolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. .
b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 (K2)
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 (K2)
Kelompok K2 N Mean thitung tt abel 5%
Tes awal 16 2.125Tes akhir 16 3.398 7. 390 2.131
Berdasarkan hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir kelompok 2
diperoleh nilai thitung sebesar 7.390, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari
nilai ttabel dengan taraf signifikans 5% yaitu 2.131. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Ho di tolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2)
yaitu:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)
Kelompok N Mean thitung tt abel 5%
K1 15 5.063K2 15 3.398 2.522 2.131
Berdasarkan hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan
kelompok 2 (K2) diperoleh nilai thitung sebesar 2.522, dan ttabel dengan N=15,db=15-
1 = 14.dengan taraf signifikasi 5% yaitu 2.131. .Hal ini menunjukkan bahwa thitung
>ttabel . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, sehingga hasil tes
akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) terdapat perbedaan yang
signifikan.
d. Perbedaan Persentase Peningkatan
Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki prosentase
peningkatan yang lebih baik, dilakukan penghitungan perbedaan prosentase
peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan
passing bawah bolavoli dalam persen pada kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2)
sebagai berikut:
Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan
Kemampuan passing bawah bolavoli dalam persen pada Kelompok (KI) dan
Kelompok 2 (K2)
Kelompok N MeanPre test
Meanpost test
MeanDifferent
Persentase peningkatan
K1 16 2.063 5.063 3.000 145.46K2 16 2.125 3.938 1813 85.29
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kelompok 1 (K1)
memiliki peningkatan kemampuan passing bawah bolavoli sebesar 145.46 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Sedangkan kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan kemampuan pasing bawah
bolavoli sebesar 85.29 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok
1 (K1) memiliki prosentase peningkatan kemampuan passing bawah bolavoli yang
lebih baik dari pada kelompok 2 (K2).
E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
1. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Inovatif dengan Bola Mini dan Bola
Lunak pada Passing Bawah Bolavoli.
Berdasarkan uji perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara
kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak,
karena hasil perhitungan dari data tes akhir kedua kelompok diperoleh
nilai t = 2.522. Dari nilai tersebut menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel = 2.131.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini karena dari
masing-masing model pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang berbeda
dan keduanya memiliki kelemahan dan kelebihan yang berbeda pula. Pada
pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini siswa akan lebih cepat
beradaptasi dengan bola standart daripada dengan menggunakan bola lunak.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara
pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil hasil belajar
passing bawah bolavoli pada pada siswa kelas X SMK Kristen Surakarta tahun
pelajaran 2009/2010 dapat diterima kebenarannya.
1. Pembelajaran Inovatif yang Lebih Baik Pengaruhnya dengan Bola Mini
dan Bola Lunak Terhadap Hasil Belajar Passing Bawah Bolavoli.
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan
passing bawah bolavoli bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan yang lebih besar
dari pada kelompok 2. Kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan kemampuan
passing bawah bolavoli sebesar 145.46% , sedangkan kelompok 2 (K2) memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
peningkatan kemampuan passing bawah bolavoli sebesar 85.29%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (kelompok yang mendapat
perlakuan pembelajaran inovatif dengan bola mini) memiliki keterampilan passing
bawah bolavoli yang lebih baik dari pada kelompok 2 (kelompok yang mendapat
perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola lunak).
Pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola mini
mengarah atau sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu kemampuan
passing bawah menggunakan bola ukuran standart. Penggunaan bola yang ideal
dan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang tersebut merangsang
kepekaan siswa dan kemampuan beradaptasi yang lebih baik. Sedangkan
pembelajaran inovatif passing bawah menggunakan bola lunak perlu penyesuaian
dengan kondisi yang sebenarnya. Pergantian bola dari bola lunak diganti dengan
bola standart perlu penyesuaian atau adaptasi terhadap beban yang berbeda.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa, pembelajaran inovatif
dengan bola mini lebih baik pengaruhnya daripada pembelajaran inovatif dengan
bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI
SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima, dengan demikian dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran inovatif dengan
bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada
siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Dengan
nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masimg kelompok diperoleh nilai
thitung sebesar 2.522 lebih besar daripada ttabel sebesar 2.131 dengan taraf
signifikasi 5%.
2. Pembelajaran inovatif dengan bola mini lebih baik pengaruhnya daripada bola
lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Pembelajaran inovatif dengan
bola mini memiliki prosentase peningkatan kemampuan passing bawah
sebesar 145.46 %, sedangkan pembelajaran inovatif dengan bola lunak
memiliki peningkatan kemampuan passing bawah sebesar 85.29%.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pembelajaran
inovatif dengan bola mini lebih baik pengaruhnya dari pada pembelajaran
inovatif dengan bola lunak terhadap peningkatan hasil belajar passing bawah
bolavoli.
Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini yakni setiap model
pembelajaran memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kemampuan passing bawah bolavoli. Oleh karena itu, dalam menerapkan
suatu pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan passing bawah
harus sesuai dan tepat dengan kondisi siswa. Hasil penelitian dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam memilih, menentukan, dan menerapkan
model pembelajaran teknik dasar permainan bolavoli, khususnya untuk
meningkatkan kemampuan passing bawah sebagai hasil belajar.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang telah
ditimbulkan,maka kepada tim pengajar di SMK Kristen Surakarta disarankan hal-
hal sebagai berikut:
1. Pengajar hendaknya berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
menyampaikan materi, meningkatkan kreativitas dalam mengajar, menentukan
model pembelajaran yang tepat dan efektif untuk diterapkan, serta
meningkatkan kemampuan untuk mengelola kelas sehingga kualitas
pembelajaran yang dilakukan dapat terus meningkat. Selain itu, pengajar
hendaknya mau membuka diri untuk menerima masukan , saran dan kritik
agar dapat memperbaiki kualitas mengajarnya.
2. Dalam menerapkan suatu pembelajaran hendaknya perlu dipertimbangkan
kelebihan dan kelemahanya, serta tingkat efektifitasnya agar diperoleh hasil
yang maksimal. Sekolah dan lembaga pendidikan hendaknya berusaha
menyediakan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar
mengajar. Kepada guru yang belum menerapkan pembelajaran inovatif
dengan bola mini dalam permainan bolavoli hendaknya mencoba teknik
tersebut sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan teknik
dasar, khususnya passing bawah bolavoli.